ANALISIS HIDROGRAF BANJIR PADA KAWASAN SUB DAS SAWAH KOTA PALEMBANG DENGAN MENGGUNAKAN HEC-HMS.pdf

download ANALISIS HIDROGRAF BANJIR PADA KAWASAN SUB DAS SAWAH KOTA PALEMBANG DENGAN MENGGUNAKAN HEC-HMS.pdf

of 81

Transcript of ANALISIS HIDROGRAF BANJIR PADA KAWASAN SUB DAS SAWAH KOTA PALEMBANG DENGAN MENGGUNAKAN HEC-HMS.pdf

  • 7/25/2019 ANALISIS HIDROGRAF BANJIR PADA KAWASAN SUB DAS SAWAH KOTA PALEMBANG DENGAN MENGGUNAKAN HEC-HM

    1/81

    ANALISIS HIDROGRAF BANJIR PADA KAWASAN SUB DAS SAWAH

    KOTA PALEMBANG DENGAN MENGGUNAKAN HEC-HMS

    LAPORAN TUGAS AKHIR

    Dibuat untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar

    Sarjana Teknik pada JurusanTeknik Sipil

    Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

    Oleh:

    Kurniawan Akbar

    03111001083

    Dosen Pembimbing I:

    Ir. H. SARINO, MSCE

    Dosen Pembimbing II :

    M. BAITULLAH AL AMIN, ST, M.Eng

    UNIVERSITAS SRIWIJAYA

    FAKULTAS TEKNIK

    JURUSAN TEKNIK SIPIL

    2015

  • 7/25/2019 ANALISIS HIDROGRAF BANJIR PADA KAWASAN SUB DAS SAWAH KOTA PALEMBANG DENGAN MENGGUNAKAN HEC-HM

    2/81

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Kota Palembang adalah kota yang di belah dan dikelilingi oleh banyak

    sungai. Di kota Palembang ini terdapat 18 sub DAS yang tersebar di seluruh bagian

    hilir dan hulunya dengan induk sungai adalah sungai Musi. Salah satu sub DAS yang

    mengelilinginya adalah sub DAS Boang. Sub DAS Boang ini terletak di tiga

    kecamatan, yaitu kecamatan gandus, kecamatan ilir barat I dan kecamatan ilir barat

    II. Pada sub DAS Boang terdapat sungai-sungai lagi yang membaginya baik sungai

    besar maupun sungai kecil. Salah satunya adalah sungai Sawah. Sungai Sawah ini

    menghubungkan sungai-sungai kecil antara lain sungai jong dan sungai manggis.

    Salah satu anak Sungai Musi yang sering terkena luapan air (banjir) adalah

    Sungai Sawah yang terletak di wilayah Kecamatan Gandus, Palembang. Aliran pada

    sungai Sawah ini menjadi sempit, bahkan tertutup, rawa-rawa pun ditimbun lalu

    ketika hujan turun, genangan air dan banjir terjadi di mana-mana. sehingga Daerah

    tersebut memerlukan perhatian khusus dalam mengupayakan pengembangan dan

    pemanfaatan lebih lanjut serta tindakan pelestarian lingkungan agar terpelihara

    dengan baik.

    Peningkatan jumlah penduduk akan diikuti dengan meningkatnya aktivitas

    manusia. Aktivitas manusia dalam pembangunan akan mempengaruhi perubahan

    penutupan lahan (land cover) dan penggunaan lahan (land use). Perubahan

    penggunaan lahan dengan memperluas permukaan kedap air menyebabkan

    berkurangnya infiltrasi, menurunkan pengisian air bawah tanah (recharge) dan

    meningkatkan aliran permukaan (runoff). Penurunan muka air tanah secara langsung

    mempengaruhi penurunan debit. Begitu juga sebaliknya, peningkatan runoff secaralangsung akan mempengaruhi peningkatan debit (Pawitan 2002).

    Hal ini pula yang menjadi faktor penyebab terjadinya banjir, selain itu terjadi

    endapan sedimen, penumpukan sampah, dan limbah rumah tangga. Sehingga, sistem

    drainasenya sudah tidak mampu lagi menampung beban air yang lewat.

    Melihat permasalahan tersebut, maka akan dilakukan penelitian tentang analisa

    debit limpasan yang ada pada Sub-DAS Sawah Kecamatan Gandus Kota Palembang

    dengan tujuan untuk mengidentifikasi besarnya debit limpasan dan hidrograf yang

    ada, memodelkan hujan-aliran dengan menggunakan program HEC-HMS.

  • 7/25/2019 ANALISIS HIDROGRAF BANJIR PADA KAWASAN SUB DAS SAWAH KOTA PALEMBANG DENGAN MENGGUNAKAN HEC-HM

    3/81

    2

    1.2. Rumusan Masalah

    Rumusan masalah dari penelitian ini adalah

    1. Bagaimana menghitung debit limpasan puncak dengan menggunakan

    metode rasional ?

    2. Bagaimana mengitung hidrograf debit limpasan dengan menggunakan

    metode SCS CN (Soil Conservation Service- Curve Number)

    3.

    Bagaimana memodelkan hujan-aliran dengan menggunakan HEC-HMS

    1.3. Tujuan Penilitian

    Maksud dan tujuan dari penelitian ini antara lain :

    1. Menghitung debit limpasan puncak dengan menggunakan metode

    rasional.

    2. Menghitung hidrograf debit limpasan dengan menggunakan metode SCS

    CN (Soil Conservation Service- Curve Number)

    3. Memodelkan hujan-aliran dengan menggunakan HEC-HMS.

    1.4. Ruang Lingkup Penelitian

    Berdasarkan pada permasalahan dan tujuan di atas, ruang lingkup dalam

    penelitian ini hanya difokuskan pada menghitung debit limpasan puncak, hidrograf

    debit limpasan dan permodelan hujan-aliran di sepanjang saluran drainase SUB-DAS

    SAWAH Kecamatan Gandus Kota Palembang.

    1.5. Sistematika Penulisan

    Sistematika penulisan laporan Tugas Akhir ini disusun menjadi 5 bab dnegan

    uraian sebagai berikut :

    Bab I : Pendahuluan

    Bab ini berisikan tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan

    penelitian, ruang lingkup peneltian dan sistematika penulisan.

    Bab II : Tinjauan Pustaka

    Bab ini menguraikan kajian literatur yang menjelaskan mengenai teori

    tentang debit limpasan dan hidrograf limpasan, metode yang dipakai,

    rumus-rumus yang akan digunakan dalam perhitungan, dan penelitian

    terdahulu yang menjadi acuan untuk melaksanakan penelitian ini.

  • 7/25/2019 ANALISIS HIDROGRAF BANJIR PADA KAWASAN SUB DAS SAWAH KOTA PALEMBANG DENGAN MENGGUNAKAN HEC-HM

    4/81

    3

    Bab III : Metodologi Penelitian

    Bab ini berisikan teknik pengumpulan data, teknik analisa data, teknik

    pelaksanaan penelitian, dan diagram alir penelitian.

    Bab IV : Analisis dan Pembahasan

    Bab ini berisikan tentang pengolahan data sesuai metodologi yang dipakai

    dan pembahasan mengenai hasil dari analisa yang telah dilakukan.

    Bab V : Kesimpulan dan Saran

    Bab ini berisikan kesimpulan yang diambil dari keseluruhan hasil

    penelitian dan saran yang berguna untuk mengoptimalkan penelitian

    selanjutnya.

  • 7/25/2019 ANALISIS HIDROGRAF BANJIR PADA KAWASAN SUB DAS SAWAH KOTA PALEMBANG DENGAN MENGGUNAKAN HEC-HM

    5/81

    4

    BAB II.

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Tinjauan Penelitian Sebelumnya

    Tinjauan penelitian sebelumnya digunakan sebagai acuan dan refrensi untuk

    membantu menganalisis dalam pembuatan penelitian. Selanjutnya, digunakan untuk

    mendapatkan gambaran tentang topik atau permasalahan yang akan diteliti. Selain

    itu, tinjuan tersebut harus bersifat relevan dan dapat di implementasikan.

    2.1.1 Kajian Hidrologi Dan Analisa Kapasitas Tampang Sungai Krueng

    Langsa Berbasis HEC-HMS Dan HEC-RAS

    Ichsan Syahputra (2015) dengan jurnal Kajian Hidrologi dan Analisa

    Kapasitas Tampang Sungai Krueng Langsa Berbasis Hec-HMS dan Hec-RAS .

    Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisa hidrologi untuk kajian terhadap debit

    banjir eksisting yang pernah terjadi pada wilayah DAS tersebut serta analisa

    kapasitas penampang sungai krueng langsa sebagai upaya untuk mendapatkan

    alternatif pengendalian banjir secara menyeluruh dan mereduksi muka air banjir.

    Dari hasil penelitian simulasi hidrologi berdasarkan data curah hujan dengan

    menggunakan software HEC-HMS didapatkan Debit puncak Sungai Krueng langsa

    sebesar 59,3m3/dt untuk periode ulang 2 tahun. Pada analisa passing capacity,

    didapatkan banjir penampang eksisting sebesar 60,07 m3/dt yang hampir mendekati

    nilai debit banjir eksisting berdasarkan model HEC-HMS. Hasil analisa HEC-RAS

    dengan simulasi periode ulang 2 tahun, terhadap 140 buah cross sectionmemberikan

    gambaran bahwa hampir semua alur sungai mengalami kondisi banjir dan hanya

    beberapa bagian saja yang tidak mengalami kondisi banjir. Skenario pengendalian

    banjir dilakukan dengan cara normalisasi sungai yaitu dengan memperbesar dimensi

    penampang sungai existing dengan lebar dasar sungai rata-rata 20 m menjadi 60 m

    dan perencanaan tanggul sungai pada elevasi puncak tanggung +2.00 m dengan

    tinggi jagaan 0.50 m dari muka air banjir. Pada bagian muara sungai, yaitu mulai dari

    titik sta 0.00 sampai STA 2+00 direncanakan menggunakan revetment sungai dari

    tumpukan batu. Kedua skenario pengendalian banjir tersebut dapat di

    rekomendasikan untuk mereduksi banjir yang terjadi pada sungai Krueng Langsa.

  • 7/25/2019 ANALISIS HIDROGRAF BANJIR PADA KAWASAN SUB DAS SAWAH KOTA PALEMBANG DENGAN MENGGUNAKAN HEC-HM

    6/81

  • 7/25/2019 ANALISIS HIDROGRAF BANJIR PADA KAWASAN SUB DAS SAWAH KOTA PALEMBANG DENGAN MENGGUNAKAN HEC-HM

    7/81

    6

    curah hujan pada periode tertentu. Dalam menentukan curah hujan areal yang berasal

    dari pencatatan penakaran curah hujan. Dari pencatatan curah hujan, kita hanya

    mendapatkan data curah hujan di suatu titik tertentu (point rainfall). Jika dalam suatu

    areal terdapat beberapa alat penakar atau pencatat curah hujan, maka dapat diambil

    nilai ratarata untuk mendapatkan nilai curah hujan areal (Dewi, 2012).

    2.3. Analisis Frekuensi

    Dalam melakukan analisis hidrologi sering dihadapkan pada kejadian-

    kejadian ekstrim seperti banjir dan kekeringan. Masalah kekeringan banyak berkaitan

    dengan ketersediaan air untuk berbagai kebutuhan, seperti kebutuhan air irigasi, air

    baku, pemeliharaan sungai, dsb. Pada musim kemarau debit sungai kecil, sehingga

    untuk bisa memenuhi berbagai kebutuhan perlu dilakukan analisis ketersediaan air.

    (Bambang Triadmojo,2014)

    Tujuan dari analisis frekuensi data hidrologi adalah mencari hubungan antara

    besarnya kejadian ekstrim terhadap frekuensi kejadian dengan menggunakan

    distribusi probabilitas. Analisis frekuensi dapat diterapkan untuk data debit sungai

    atau data hujan. Data yang digunakan adalah data debit atau hujan maksimum

    tahunan, yaitu data terbesar yang terjadi selama satu tahun, yang terukur selama

    beberapa tahun.

    Menurut Singh (1992), ada beberapa parameter yang akan digunakan dalam

    analisa frekuensi, yaitu sebagai berikut :

    1.Nilai Rata-Rata ( )Nilai rata-rata dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

    = n

    i

    ni (2.1)

    Dimana :

    = curah hujan rata-rata (mm)n = jumlah data

    i= curah hujan di stasiun hujan ke i (mm)

    2.

    Simpangan Baku (S)

    Simpangan baku (S) merupakan ukuran sebaran yang paling banyak digunakan.

    Apabila penyebaran data sangat besar terhadap nilai rata-rata maka nilai

  • 7/25/2019 ANALISIS HIDROGRAF BANJIR PADA KAWASAN SUB DAS SAWAH KOTA PALEMBANG DENGAN MENGGUNAKAN HEC-HM

    8/81

    7

    simpangan baku akan besar, begitu juga sebaliknya. Simpangan baku dapat

    dihitung dengan rumus sebagai berikut :

    S =

    [

    n-

    i-

    ni

    ]

    (2.2)

    Dimana :

    = curah hujan rata-rata (mm)i= curah hujan di stasiun hujan ke i (mm)

    S = simpangan baku (standar deviasi)

    3. Koefisien Variasi (Cv)

    Koefisien variasi adalah nilai perbandingan antara simpangan baku dengan nilai

    rata-rata hitung dari suatu distribusi. Koefisien variasi dapat dihitung dengan

    rumus sebagai berikut :

    Cv =

    (2.3)Dimana :

    Cv = koefisien variasi

    S = simpangan baku (standar deviasi)

    = curah hujan rata-rata (mm)

    4. Koefisien Skewness(Cs)

    Kemencengan (skewness) adalah suatu nilai yang menunjukan derajat

    ketidaksimetrisan (assymetry) dari suatu bentuk distribusi. Apabila kurva

    frekuensi dari suatu distribusi mempunyai ekor memanjang ke kanan atau ke kiri

    terhadap titik pusat maksimum maka kurva tersebut tidak akan berbentuk simetri.

    Keadaan tersebut disebut condong ke kanan atau ke kiri. Pengukuran

    kecondongan bertujuan untuk mengukur seberapa besar kurva frekuensi dari suatu

    distribusi tidak simetri atau condong. Ukuran kecondongan dinyatakan dengan

    besarnya koefisien kecondongan atau koefisien skewness. Koefisien Skewness

    dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

    Cs =n (i- )ni(n-)(n-) (2.4)

    Dimana :

    Cs = koefisien kemencengan/skewnessS = simpangan baku (standar deviasi)

  • 7/25/2019 ANALISIS HIDROGRAF BANJIR PADA KAWASAN SUB DAS SAWAH KOTA PALEMBANG DENGAN MENGGUNAKAN HEC-HM

    9/81

    8

    = curah hujan rata-rata (mm)i = curah hujan di stasiun hujan ke i (mm)

    5.

    Koefisien Kurtosis (Ck)

    Pengukuran kurtosis (Ck) dimaksudkan untuk mengukur keruncingan bentuk

    kurva distribusi. Koefisien kurtosis dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

    Ck =n (i- )ni(n-)(n-)(n-) (2.5)

    Dimana :

    Ck = koefisien kurtosis

    S = simpangan baku (standar deviasi)

    = curah hujan rata-rata (mm) = curah hujan di stasiun hujan ke i (mm)2.4 Distribusi probabilitas

    Dalam statistik terdapat beberapa jenis distribusi probabilitas yang umum

    digunakan dalam bidang hidrologi, yaitu sebagai berikut :

    1. Distribusi Normal

    Menurut Suripin (2004), Ditribusi Normal merupakan fungsi densitas peluang

    normal (probability dencity function) atau dikenal dengan Distribusi Gauss.

    Dalam analisis hidrologi Distribusi Normal banyak digunakan untuk menganalisis

    frekuensi curah hujan, analisis statistik dari distribusi curah hujan tahunan, debit

    rata-rata tahunan dan sebagainya. Distribusi Normal dapat dihitung dengan rumus

    sebagai berikut :

    r (2.6)Dimana :

    = perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T-tahun

    = nilai rata-rata hitung varianS = deviasi standar nilai varian

    r = faktor frekuensi, merupakan fungsi dari peluang

    2.

    Distribusi Log-Normal

    Menurut Singh (1992), Distribusi Log-Normal merupakan hasil transformasi dari

    Distribusi Normal, yaitu dengan mengubah varian X menjadi nilai logaritmik

  • 7/25/2019 ANALISIS HIDROGRAF BANJIR PADA KAWASAN SUB DAS SAWAH KOTA PALEMBANG DENGAN MENGGUNAKAN HEC-HM

    10/81

    9

    varian X. Distribusi Log-Pearson Tipe III akan menjadi Distribusi Log-Normal

    apabila nilai koefisien kemencengan Cs = 0. Distribusi Log-Normal dapat

    dihitung dengan rumus sebagai berikut :

    Log= log

    +rlg (2.7)

    Cv =lg

    lg (2.8)

    lg= (lg- lgi)2(n-1) (2.9)Dimana :

    = perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T-tahun

    Log = nilai rata-rata dalam harga logaritmiklg = deviasi standar dalam harga logaritmik = faktor frekuensi dari log normal 2 parameter, merupakan fungsi dari

    koefisien variasi Cvdan periode ulang

    Cv = koefisien variasi dari log normal w parameter

    3.

    Distribusi Log-Pearson Tipe III

    Menurut Linsley dkk (1989), parameter penting dalam Log-Pearson Tipe III

    adalah nilai rata-rata, simpangan baku, dan koefisien kemencengan. Jika koefisien

    kemencengan sama dengan nol maka distribusi kembali ke Distribusi Log-

    Normal. Tidak seperti konsep yang melatarbelakangi pemakaian Distribusi

    Normal untuk debit puncak, maka probabilitas Distribusi Log-Pearson Tipe III

    masih tetap dipakai karena fleksibilitasnya (Suripin, 2004). Distribusi Log-

    Pearson Tipe III dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

    Log= log +r lg (2.10)Log = lgi

    n

    in (2.11)

    S = [ (lgi-lg )nin-] (2.12)

    Cs = [ (lgi-lg )ni(n-)(n-) ] (2.13)Dimana :

    = perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T-tahun

    Log

    = nilai rata-rata dalam harga logaritmik

    lg = deviasi standar dalam harga logaritmik

  • 7/25/2019 ANALISIS HIDROGRAF BANJIR PADA KAWASAN SUB DAS SAWAH KOTA PALEMBANG DENGAN MENGGUNAKAN HEC-HM

    11/81

    10

    r = faktor frekuensi dari Log-Pearson Tipe III

    Cs = koefisien kemencengan dari Log-Pearson Tipe III

    4.

    Distribusi Gumbel

    Menurut Chow (1988), metode ini merupakan metode dari nilai-nilai ekstrim

    (maksimum atau minimum) umumnya digunakan untuk analisis data maksimum,

    misalnya untuk analisis frekuensi banjir. Fungsi Distribusi Gumbel merupakan

    fungsi eksponensial ganda. Distribusi Gumbel dapat dihitung dengan rumus

    sebagai berikut :

    = +rS (2.14)Ktr=

    (tr-n

    )n (2.15)

    tr= ln -ln r-r (2.16)Dimana :

    = perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan priode ulang T-tahun

    S = standar deviasi sampel

    Yn = reduced mean yang tergantung pada jumlah data

    Sn = reduced standart deviation yang juga tergantung pada jumlah data

    Ytr = reduced variate

    2.5. Uji Kecocokan

    Menurut Suripin (2004), diperlukan penguji parameter untuk menguji

    kecocokan distribusi frekuensi sampel data terhadap fungsi distribusi peluang yang

    diperkirakan dapat menggambarkan atau mewakili distribusi frekuensi tersebut.

    Berikut pengujian parameter yang sering dipakai, yaitu :

    1. Uji Chi-Square

    Menurut Suripin (2004), Uji Chi-Squaredimaksudkan untuk menentukan apakah

    persamaan distribusi yang telah dipilih dapat mewakili distribusi statistik sampel

    data yang dianalisis. Parameter X2 merupakan variabel acak dan dapat dihitung

    dengan rumus berikut :

    = (i-Ei)Ei

    ni (2.17)

    Dimana : = harga Chi-Square terhitung

  • 7/25/2019 ANALISIS HIDROGRAF BANJIR PADA KAWASAN SUB DAS SAWAH KOTA PALEMBANG DENGAN MENGGUNAKAN HEC-HM

    12/81

    11

    Oi = jumlah nilai pengamatan pada sub kelompok ke- 1

    Ei = jumlah nilai teoritis pada sub kelompok ke- 1

    n = jumlah data

    2. Uji Smirnov-Kolmogorov

    Menurut Soewarno (1995), uji kecocokan Smirnov-Kolmogorov sering juga

    disebut uji keselarasan non parametrik (non parametrik test) karena pengujiannya

    tidak menggunakan fungsi distribusi tertentu. Pengujian kecocokan sebaran

    dengan metode ini dilakukan dengan membandingkan probabilitas untuk tiap

    variabel dari distribusi empiris dan teoritis didapat perbedaan () tertentu.

    Perbedaan maksimum yang dihitung (maks) dibandingkan dengan perbedaan

    kritis (cr) untuk suatu derajat nyata dan banyaknya variat tertentu, maka sebaran

    sesuai jikamaks

  • 7/25/2019 ANALISIS HIDROGRAF BANJIR PADA KAWASAN SUB DAS SAWAH KOTA PALEMBANG DENGAN MENGGUNAKAN HEC-HM

    13/81

    12

    2.7 Intensitas Hujan

    Menurut (Suripin, 2004), intensitas hujan adalah tinggi atau kedalaman air

    hujan persatuan waktu. Sifat umum hujan adalah makin singkat hujan berlangsung

    intensitasnya cenderung makin tinggi dan makin besar periode ulangnya makin

    tinggi pula intensitasnya. Hubungan antara intensitas, lama hujan, dan frekuensi

    hujan biasanya dinyatakan dalam lengkung Intensitas-Durasi-Frekuensi

    (IDF=intensity duration frequency curve). Untuk perhitungan intensitas hujan dapat

    dihitung dengan rumus mononobe sebagai berikut:

    3

    2

    24 24

    24)

    tc(

    RI

    \

    ..............................................................................................(2.20)

    Dimana :

    I = intensitas hujan (mm/jam)

    tc = lamanya hujan (jam)

    R24= curah hujan maksimum harian (selama 24 jam)(mm)

    2.8 Koefisien LimpasanKoefisien limpasan (C) adalah presentase jumlah air yang dapat melimpas

    melalui permukaan tanah dari keseluruhan air hujan yang jatuh pada suatu daerah.

    Semakin kedap suatu permukaan tanah, maka semakin tinggi nilai koefisien

    pengalirannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai koefisien limpasan adalah

    kondisi tanah, laju infiltrasi, kemiringan lahan, tanaman penutup tanah, dan intensitas

    hujan (Suripin, 2004).

    Besarnya aliran permukaan dapat menjadi kecil, terlebih bila curah hujan

    tidak melebihi kapasitas infiltrasi. Selama hujan yang terjadi adalah kecil atau

    sedang, aliran permukaan hanya terjadi di daerah yang impermabel dan jenuh di

    dalam suatu daerah aliran sungai (DAS) atau langsung jatuh di atas permukaan air.

    Apabila hujan yang terjadi kecil, maka hampir semua curah hujan yang jatuh

    terintersepsi oleh vegetasi yang lebat (Kodoatie dan Sugiyanto, 2002). Nilai

    koefisien limpasan (C) untuk Metode Rasional dapat dilihat pada Tabel 2.1 dan 2.2

    dibawah ini :

  • 7/25/2019 ANALISIS HIDROGRAF BANJIR PADA KAWASAN SUB DAS SAWAH KOTA PALEMBANG DENGAN MENGGUNAKAN HEC-HM

    14/81

    13

    Tabel 2.1. Koefisien limpasan (C) berdasarkan fungsi lahan untuk Metode RasionalTata Guna Lahan Karakteristik Koefisien Limpasan (C)

    Pusat bisnis dan perbelanjaan - 0,90

    Industri Penuh 0,80

    Perumahan kepadatan sedang-tinggi

    20 rumah /Ha

    30 rumah /Ha

    40 rumah /Ha60 rumah /Ha

    0,48

    0,55

    0,650,75

    Sawah, Rawa - 0,15

    Kolam Daerah datar 0,20

    Kebun campuran - 0,10

    (Sumber: Haryono, 1999)

    Tabel 2.2. Nilai koefisien limpasan (C), untuk Metode RasionalTata Guna Lahan C Tata Guna Lahan C

    Perkantoran

    Daerah pusat kota

    Daerah sekitar kotaPerumahanRumah tunggal

    Rumah susun, terpisahRumah susun, bersambung

    Pinggiran kota

    Daerah Industri

    Kurang padat industri

    Padat industri

    Taman, kuburan

    Tempat bermain

    Daerah stasiun KA

    Daerah tak berkembangJalan RayaBeraspal

    Berbeton

    Berbatu bata

    Trotoar

    Daerah beratap

    0,70-0,95

    0,50-0,70

    0,30-0,50

    0,40-0,600,60-0,75

    0,25-0,40

    0,50-0,80

    0,60-0,90

    0,10-0,25

    0,20-0,35

    0,20-0,4

    0,10-0,3

    0,70-0,95

    0,80-0,95

    0,70-0,85

    0,75-0,85

    0,75-0,95

    Tanah Lapang

    Berpasir, datar, 2%

    Berpasir, agak rata, 2-7%Berpasir, miring, 7%

    Tanah berat, datar, 2%

    Tanah berat, agak rata, 2-7%Tanah berat, miring, 7%

    Tanah Pertanian, 0-30%

    Tanah Kosong

    Rata

    Kasar

    Ladang Garapan

    Tanah berat, tanpa vegetasi

    Tanah berat, dengan vegetasi

    Berpasir, tanpa vegetasi

    Berpasir, dengan vegetasiPadang RumputTanah berat

    Berpasir

    Hutan/ bervegetasi

    Tanah Tidak Produktif, >30%

    Rata, kedap air

    Kasar

    0,05-0,10

    0,10-0,150,15-0,20

    0,13-0,17

    0,18-0,220,25-0,35

    0,30-0,60

    0,20-0,50

    0,30-0,60

    0,20-0,50

    0,20-0,25

    0,10-0,25

    0,15-0,45

    0,05-0,25

    0,05-0,25

    0,70-0,90

    0,50-0,70

    (Sumber : Asdak, 2010)

    Menurut Suripin (2004), jika daerah aliran terdiri dari berbagai macam

    penggunaan lahan dengan koefisien aliran yang berbeda, nilai C pada daerah aliran

    didapat dengan persamaan berikut :

    n

    i

    n

    i

    DAS

    Ai

    CiAi

    C

    1

    1 ..............................................................................................(2.21)

    Dimana :

    Ai= luas lahan dengan jenis penutup tanah i (m2)

    Ci= koefisien limpasan jenis penutup tanah i

  • 7/25/2019 ANALISIS HIDROGRAF BANJIR PADA KAWASAN SUB DAS SAWAH KOTA PALEMBANG DENGAN MENGGUNAKAN HEC-HM

    15/81

    14

    2.9 Metode Rasional

    Metode rasional banyak digunakan untuk memperkirakan debit puncak yang

    ditimbulkan oleh hujan deras pada daerah tangkapan (DAS) kecil. Suatu DAS

    disebut kecil apabila distribusi hujan dapat dianggap seragam dalam ruang dan

    waktu, dan biasanya durasi hujan melebihi waktu konsentrasi. Beberapa ahli

    memandang bahwa luas DAS kurang dari 2,5 dapat dianggap sebagai DASkecil (Ponce ,1989 dalam Bambang Triadmojo,2014).

    Menurut (Bambang Triadmojo,2014) pemakaian metode rasional sangat

    sederhana, dan sering digunakan dalam perencanaan drainase perkotaan. Beberapa

    parameter hidrologi yang diperhitungkan adalah intensitas hujan, durasi hujan,

    frekuensi hujan, luas DAS, abstraksi (kehilangan air akibat evaporasi, intersepsi,

    infiltrasi, tanpungan permukaan) dan konsentrasi aliran. Metode rasional didasarkan

    pada persamaan berikut :

    Q = 0,278.C.I.A (2.22)

    Dimana :

    Q = debit banjir maksimum (m3/det)

    C = koefisien pengaliran/limpasan

    I = intensitas curah hujan rata-rata (mm/jam)A = luas daerah pengaliran (km2)

    2.10 IntensitasDurasiFrekuensi (IDF)

    IntensitasDurasiFrekuensi (IDF) biasanya diberikan dalam bentuk kurva

    yang memberikan hubungan antara intensitas hujan sebagai ordinat, durasi hujan

    sebagai absis dan beberapa grafik yang menunjukan frekuensi atau periode ulang.

    Kurva IDF dapat dimanfaatkan untuk menghitung debit puncak dengan metode

    rasional. Untuk periode ulang yang digunakan adalah periode ulang 5, 10, 25, 50,

    dan 100 tahunan dan untuk durasi hujan yang sering digunakan adalah durasi 5, 10,

    15, 30, 45, 60, 120, 180, 360, dan 720 menit. (Suripin,2004)

    2.11 Hyetograph Hujan Rancangan

    Dalam perhitungan banjir rancangan, diperlukan masukan berupa hujan

    rancangan yang didistribusikan ke dalam kedalaman hujan jam-jaman (hyetograph).

    Untuk dapat mengubah hujan rancangan ke dalam besaran hujan jam-jaman perlu

  • 7/25/2019 ANALISIS HIDROGRAF BANJIR PADA KAWASAN SUB DAS SAWAH KOTA PALEMBANG DENGAN MENGGUNAKAN HEC-HM

    16/81

    15

    didapatkan terlebih dahulu suatu pola distribusi hujan jam-jaman. Apabila yang

    tersedia adalah data hujan harian, untuk mendapatkan kedalaman hujan jam-jaman

    dari hujan rancangan dapat menggunakan model distribusi hujan. Model distribusi

    hujan yang telah dikembangkan untuk mengalihragamkan hujan harian ke hujan jam-

    jaman antara lain yaitu model distribusi hujan seragam, segitiga, Alternating Block

    Method (ABM) (Chow et. Al., 1988). Secara singkat, masing-masing model

    dijelaskan sebagai berikut :

    1. Distribusi hujan seragam

    Model distribusi hujan seragam merupakan cara yang paling sederhana untuk

    mendapatkan distribusi hujan jam-jaman yaitu dengan menganggap hujan

    rancangan sebesar p mm terdistribusi secara merata selama durasi hujan

    rancangan Tdyang telah ditetapkan.

    2. Distribusi hujan segitiga

    Model distribusi hujan segitiga menganggap bahwa kedalaman hujan jam-jaman

    terdistribusi mengikuti bentuk segitiga. Hyetograph segitiga bisa dibentuk setelah

    kedalaman hujan rancanganpdan durasi hujan Tddiketahui. Dalam metode ini, luas

    segitiga merupakan nilai kedalaman hujan dan ordinat puncak hyetograph yang

    dihitung dengan rumus :

    Td

    pIp

    2 .................................................................................................................(2.23)

    Untuk menetapkan waktu terjadinya intensitas hujan puncak, dipakai faktor

    koefisien r yang didefinisikan sebagai rasio dari waktu terjadi intensitas hujan

    puncak Tp dengan nilai total durasinya Td. Jadi waktu di mana terjadi intensitas

    hujan puncak ditentukan dengan rumus :

    Td.rTp ..............................................................................................................(2.24)

    Nilai r umumnya ditetapkan sebesar 0,3 sampai dengan 0,5. Jika r ditetapkan

    sebesar 0,5 maka puncakhyetographakan terletak pada pertengahan lama hujan.

    3. Alternating Block Method (ABM)

    Alternating Block Method (ABM) adalah cara sederhana untuk membuat

    hyetograph rencana dari kurva IDF (Chow et al., 1988). Hyetograph rencana

    dihasilkan oleh metode ini adalah hujan yang terjadi dalam n rangkaian intervalwaktu yang berurutan dengan durasi selam waktu Untuk periode ulang

  • 7/25/2019 ANALISIS HIDROGRAF BANJIR PADA KAWASAN SUB DAS SAWAH KOTA PALEMBANG DENGAN MENGGUNAKAN HEC-HM

    17/81

    16

    tertentu, intensitas hujan diperoleh dari kurva IDF pada setiap durasi waktu,

    Kedalaman hujan diperoleh dari perkalian antara intensitas huja dandurasi waktu tersebut. Perbedaan antara nilai kedalaman hujan yang berurutan

    merupakan pertambahan hujan dalam interval waktu

    . Pertambahan hujan tersebut

    (blok-blok), diurutkan kembali ke dalam rangkaian waktu dengan intensitas hujan

    maksimum berada pada tengah-tengah durasi hujan Tddan blok-blok sisanya disusun

    dalam urutan menurun secara bolak-balik pada kanan dan kiri dari blok tengah.

    Dengan demikian telah terbentuk hyetograph rencana, seperti ditunjukkan dalam

    gambar 2.1. (Bambang Triadmojo, 2014) di bawah ini :

    Gambar.2.1.HyetographdenganAlternating Block Method

    Sumber : Bambang Triadmojo (2014)

    2.12 Metode SCS untuk Menghitung Hujan Efektif

    Menurut (Bambang Triadmojo,2014), The Soil Consevation Service

    (SCS,1972, dalam chow 1988) telah mengembangkan metode untuk menghitung

    efektif dari hujan deras, dalam bentuk persamaan berikut :

    SIaP

    )IaP(Q

    2

    .....................................................................................................(2.25)

    Dengan :

    Pe: kedalaman hujan efektif (mm)

    P : kedalaman hujan (mm)

    3 4 5

    8

    42

    11

    65

    4

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    1 2 3 4 5 6 7 8 9

    Waktu (jam-ke)

    kedalamanhujan(mm)

  • 7/25/2019 ANALISIS HIDROGRAF BANJIR PADA KAWASAN SUB DAS SAWAH KOTA PALEMBANG DENGAN MENGGUNAKAN HEC-HM

    18/81

    17

    S : retensi potensial maksimum air oleh tanah, yang sebagian besar adalah

    karena infiltrasi (mm)

    Persamaaan (2.25) merupakan persamaan dasar untuk menghitung kedalaman

    hujan efektif. Retensi potensial maksimum mempunyai bentuk berikut :

    25425400

    CN

    S ..................................................................................................(2.26)

    Dengan CN adalah Curve Number yang merupakan fungsi dari karakteristik

    DAS seperti tipe tanah, tanaman penutup, tata guna lahan, kelembapan dan cara

    pengerjaan tanah.

    Curve Number merepresentasikan sebuah kemudahan untuk menunjukkanpotensi penyimpanan air maksimum (Ponce dan Hawkins, 1996).

    1. Klasifikasi Jenis Tanah

    Tanah diklasifikasikan ke beberapa kelompok hirdologi tanah (Hydrologic Soil

    Group (HSG)) untuk mengindikasi perolehan laju infiltrasi setelah pembasahan

    berkelanjutan. Pengolompokan ini dibagi menjadi kelompok tanah A, B, C, dan D

    dimana dapat digunakan untuk menentukan nilai Curve Number (210-VI-TR-

    55,1986).

    Laju infiltrasi adalah laju dimana air masuk kedalam tanah melalui permukaan.

    Laju infiltrasi dipengaruhi dari kondisi permukaan tanah. Pengelompokan hidrologi

    tanah ini juga mengindikasi banyaknya laju air didalam tanah yang dipengaruhi oleh

    profil tanah (210-VI-TR-55,1986). Perkiraan rentang nilai untuk laju perpindahan air

    ini diperlihatkan pada pengklasifikasian HSG yang dipublikasikan oleh Musgrave

    (USDA 1955). Empat kelompok yang ditentukan oleh ilmuwan SCSadalah sebagai

    berikut :

    a.

    Kelompok Tanah A

    Tanah memeliki potensi limpasan kecil dan laju infiltrasi tinggi bahkan saat

    dialiri dalam kondisi sudah basah dan memiliki pengaliran air lebih besar dari

    0,3 inch/jam.

  • 7/25/2019 ANALISIS HIDROGRAF BANJIR PADA KAWASAN SUB DAS SAWAH KOTA PALEMBANG DENGAN MENGGUNAKAN HEC-HM

    19/81

    18

    b.

    Kelompok Tanah B

    Tanah Memiliki laju infiltrasi sedang pada saat dilalui air dalam kondisi telah

    basah. Tekstur halus sebagian menuju sedikit kasar. Memiliki laju pengaliran

    air 0,15-0,3 inch/jam

    c. Kelompok Tanah C

    Tanah memiliki laju infiltrasi rendah ketika dilalui pada saat telah basah

    terutama terdapat pada lapisan tanah yang menhalangi turunnya air dan

    tekstur nya menengah halus sampai halus.. Laju pengaliran air 0,5-0,15

    inch/jam.

    d.

    Kelompok tanah D

    Tanah yang memiliki pontensi aliran limpasan yang tinggi, dan laju infiltrasi

    yang rendah jika dialiri air pada keadaan telah basah, tanah ang mmiliki

    tinggi muka air permanen, hampir kedap air, laju pengaliran air sebesar 0-

    0,05 inch/jam.

    Akibat dari dampak urbanisasi, profil tanah kemungkinan mengalami

    perubahan dan pengklasifikasian tanah tersebut tidak lagi digunakan. Untuk keadaan

    sekarang, dapat digunakan Tabel 2.3. untuk menentukan HSG sesuai dengan tekstur

    dari permukaan tanah yang baru. (Brakensiek dan Rawls, 1983).

    Tabel 2.3. Tabel HSG

    HSG Tekstur Tanah

    A Sand, Loamy sand, Sandy loam

    B Silt loam or loam

    C Sandy clay loam

    D Clay loam, silty clay loam, sandy clay, silty clay, or clay

    2.13 Hidrograf Satuan Sintesis

    Sebagaimana diuraikan sebelumnya bahwa menurunkan hirdograf satuan

    diperlukan rekaman data limpasan dan data hujan, padahal sering kita jumpai ada

    beberapa DAS tidak memiliki sama sekali catatan limpasan. Dalam kasus ini,

    hidrograf satuan diturunkan berdasarkan data-data dari sungai pada DAS yang sama

  • 7/25/2019 ANALISIS HIDROGRAF BANJIR PADA KAWASAN SUB DAS SAWAH KOTA PALEMBANG DENGAN MENGGUNAKAN HEC-HM

    20/81

    19

    atau DAS yang sama atau DAS terdekat yang mempunyai karakteristik sama. Hasil

    dari penurunan hidrograf satuan ini dinamakan hidrograf satyan sintesis (HSS),

    (Bambang Triadmojo, 2014). Ada tiga jenis hidrograf satuan sintetis, yaitu HSS yang

    mengkaitkan karakteristik hidrograf (debit puncak,waktu dasar, dsb ) dengan

    karakteristik DAS (snyder,1938; Gray,1961), HSS berdasarkan hidrograf satuan tak

    berdimensi (SCS, 1972 ), dan HSS berdasarkan model simpanan DAS (Clark, 1943)

    2.13.1 HSS tak berdimensi SCS (Soil Conservation Services)

    Hidrograf tak berdimensi SCS ( Soil Conservation Services )adalah hidrograf

    satuan sintetis, di mana debit di nyatakan sebagai nisbah debit q terhadap debit

    puncak qpdan waktu dalam nisbah waktu t terhadap waktu naik dari hidrograf satuan

    Tp.

    Ordinat hidrograf satuan untuk periode waktu berbeda dapat diperoleh dari

    tabel berikut, dengan nilai (Gupta,1989) :

    Pr

    A,Qp

    2080 ........................................................................................................(2.27)

    tptr

    Pr 2 .........................................................................................................(2.28)

    Dimana :

    Qp = debit puncak (m3/s)

    A = luas DAS (km2)

    Pr = waktu dari permulaan banjir sampai puncak hidrograf (jam)

    tr = durasi hujan (jam)

    tp = waktu konsentrasi (jam)

  • 7/25/2019 ANALISIS HIDROGRAF BANJIR PADA KAWASAN SUB DAS SAWAH KOTA PALEMBANG DENGAN MENGGUNAKAN HEC-HM

    21/81

    20

    Tabel 2.4 Hidrograf satuan metode SCS

    t/Pr Q/Qp t/Pr Q/Qp t/Pr Q/Qp

    0 0 1 1 2,4 0,180,1 0,015 1,1 0,98 2,6 0,13

    0,2 0,075 1,2 0,92 2,8 0,098

    0,3 0,16 1,3 0,84 3 0,075

    0,4 0,28 1,4 0,75 3,5 0,036

    0,5 0,43 1,5 0,66 4 0,018

    0,6 0,6 1,6 0,56 4,5 0,009

    0,7 0,77 1,8 0,42 5 0,004

    0,8 0,89 2 0,32 0

    0,9 0,97 2,1 0,24

  • 7/25/2019 ANALISIS HIDROGRAF BANJIR PADA KAWASAN SUB DAS SAWAH KOTA PALEMBANG DENGAN MENGGUNAKAN HEC-HM

    22/81

    21

    BAB III

    METODELOGI PENELITIAN

    3.1. Lokasi Penelitian

    Lokasi penelitian dilakukan disepanjang SUB Daerah Aliran Sungai Sawah,

    Kecamatan Gandus Kota Palembang yang dapat dilihat pada peta Gambar 3.1 yang

    diperoleh dari Google Map :

    Gambar 3.1. Peta lokasi penelitian(Google Map)

    Pada Sub DAS Sawah ini terdapat berbagai rumah penduduk yang

    tinggal menetap di sekitar sungai. Di beberapa titik sungai terdapat tumbuhan yang

    menutupi daerah permukaan sungai tersebut. Disaat musim air pasang, dikhawatirkan

    air akan meluap dan menggenangi permukaan pinggiran sungai dan dapat memasuki

    rumah pemukiman. Pada Gambar 3.2 (a) merupakan bagian hulu sungai. Pada

    Gambar 3.2 (b) merupakan bagian hilir yang bermuara di Sungai Musi

    LOKASI PENELITIAN

  • 7/25/2019 ANALISIS HIDROGRAF BANJIR PADA KAWASAN SUB DAS SAWAH KOTA PALEMBANG DENGAN MENGGUNAKAN HEC-HM

    23/81

    22

    (a) (b)

    Sumber : dokumentasi pribadi

    Gambar 3.2. Sungai Sawah (a) Hulu (b) Hilir

    3.2. Metodologi Penelitian

    Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif dengan

    menggunakan data primer dan sekunder. Tahap pertama dalam penelitian ini adalah

    studi pustaka, yaitu mencari literatur yang akan dijadikan acuan terhadap masalah

    yang akan dibahas. Kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan data yang

    diperlukan, lalu dilakukan analisis curah hujan, analisis hidrograf satuan, analisis

    hidrograf satuan sintesis dan permodelan aliran di sepanjang saluran menggunakan

    HEC-HMS. Setelah mendapatkan hasil analisis, dilakukan pembahasan terhadap

    hasil tersebut kemudian menarik kesimpulan dan memberikan saran terhadap

    penelitian yang telah dilakukan.

    3.3. Tahap Studi Pustaka

    Tahap studi pustaka yaitu mengumpulkan dan mempelajari materi yang

    berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. Materi tersebut didapat dari tulisan

    ilmiah, diktat, jurnal yang telah diseminarkan, buku, dan internet yang berkaitan

    dengan masalah yang akan diteliti. Informasi yang didapat dari studi pustaka dapat

    digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan penelitian.

  • 7/25/2019 ANALISIS HIDROGRAF BANJIR PADA KAWASAN SUB DAS SAWAH KOTA PALEMBANG DENGAN MENGGUNAKAN HEC-HM

    24/81

    23

    3.4. Tata Cara Penelitian dan Waktu Penelitian

    Dalam penelitian ini dilakukan dengan cara pengamatan langsung ke

    lapangan atau survei untuk mengumpulkan data yang diperlukan. Dengan tujuan

    mendapatkan data penampang melintang sungai dan pasang surut. Tahapanpelaksanaan pengukuran tersebut dilakukan secara bergantian. Pengukuran pertama

    yang dilaksanakan adalah pengukuran penampang melintang sungai, pada tanggal 07

    April 2015 s/d. 17 April 2015. Pengukuran penampang melintang sungai dilakukan

    dari bagian hulu sungai sampai hilir sungai. Gambar 3.3 dan 3.4 adalah salah satu

    contoh gambar sedang mengukur menggunakan rambu ukur.

    Gambar 3.3 Pengukuran penampang melintang sungai(Dokumentasi Pribadi)

  • 7/25/2019 ANALISIS HIDROGRAF BANJIR PADA KAWASAN SUB DAS SAWAH KOTA PALEMBANG DENGAN MENGGUNAKAN HEC-HM

    25/81

    24

    Gambar 3.4 Pembacaan rambu ukur menggunakan theodolite(Dokumentasi Pribadi)

    Pada setiap harinya pengerjaan dimulai pada pukul 07.00 pagi s/d. pukul

    05.00 sore. Sebelum melakukan pengukuran ke lapangan dilakukan survei kondisi

    lapangan serta pekerjaan persiapan alat dan lain-lain.

    Pengukuran yang kedua adalah pengukuran pasang surut sungai yang

    dilakukan dalam 14 hari. Alat pasang surut yang digunakan adalah HOBO Water

    Level Logger. Alat ini mulai dipasang pada tanggal 14 Juni 2015 dan dilepaskan

    pada tanggal 28 Juni 2015. Alat dimasukan kedalam pipa setinggi 4 meter yang telah

    dilubangi dengan bor, kemudian di tancapkan ke dasar sungai.

    3.5. Pengumpulan Data

    Tahap ini merupakan pengumpulan data yang akan digunakan dalam

    pelaksanaan penelitian. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data

    sekunder.

  • 7/25/2019 ANALISIS HIDROGRAF BANJIR PADA KAWASAN SUB DAS SAWAH KOTA PALEMBANG DENGAN MENGGUNAKAN HEC-HM

    26/81

    25

    3.5.1. Data Primer

    Hasil pengukuran langsung dalam penelitian ini merupakan data primer.

    Dalam pengukuran terdapat dua data yang diperoleh yaitu, data penampang

    melintang sungai dan pasang surut.

    1. Pengukuran Penampang Melintang Sungai

    Pengukuran penampang melintang sungai dilakukan secara manual dengan

    bantuan alat theodolite. Adapun langkah pengerjaannya sebagai berikut :

    a.

    Menentukan benchmarksebagai titik ikat untuk mereferensikan posisi objek

    pada suatu sistem koordinat global. Pada Sungai Sawah penetapan

    benchmark terletak pada lapangan bola voli didekat hulu Sungai Sawah.b. Untuk mengetahui posisi dan elevasi dari benchmark diperlukanHand GPS.

    c. Rakit alat theodolite, lalu lakukan penyentringan dan pastikan teropong pada

    theodolitedalam keadaan tegak lurus.

    d. Pengaturan arah utara dan sudut horizontal dilakukan menggunakan bantuan

    Hand GPS.

    e. Di sepanjang penampang melintang sungai dirikan rambu untuk pembacaan

    benang atas, benang bawah dan benang tengah. Selain itu, pembacaan sudut

    vertikal dan sudut horizontalnya pada tampilan alat theodolitenya.

    f. Apabila pembacaan rambu untuk penampang melintang station selanjutnya,

    maka dilakukan pemindahan alat. Untuk pemindahan alat diusahakan tidak

    menyulitkan surveyor untuk memposisikannya. Lakukan kembali prosedur

    tersebut secara berkala hinggastationberikutnya.

    g.

    Data hasil pengukuran di lapangan diolah lagi menggunakanMicrosoft Excel

    yang selanjutnya dilakukan penggambaran menggunakan program Autocad.

    Setelah itu, didapatkan titik koordinatgeometri setiapstation.

    2. Pengamatan Data Pasang Surut

    Tujuan pengamatan pasang surut adalah untuk menentukan elevasi muka air

    yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut yang akan digunakan sebagai titik

    kontrol bagian hilir. Dalam penelitian ini, data pasang maksimumlah yang

    diambil. Adapun prosedur pengamatan pasang surut sebagai berikut :

  • 7/25/2019 ANALISIS HIDROGRAF BANJIR PADA KAWASAN SUB DAS SAWAH KOTA PALEMBANG DENGAN MENGGUNAKAN HEC-HM

    27/81

    26

    a.

    Mempersiapkan satu set alat pengamatan pasang surut (water level

    logger).

    b. Pengaturan perekaman kedalaman air menggunakan bantuan alat water

    level logger. Pengaturan perekaman meliputi kapan waktu alat logger

    akan merekam kedalaman dan selang waktu pada saat perekaman. Dalam

    penelitian ini, alat untuk membaca kedalaman air diatur setiap interval

    waktu 30 menit dan alat akan membaca kedalaman selamat 14 hari

    lamanya.

    c.

    Diperlukan penjagaan untuk keamanan alat pada saat dipasang dengan

    cara menyelubungi alat tersebut dengan selonsong pipa sepanjang 4

    meter, yang disetiap permukaannya dilubangi dengan bor. Sehingga,

    memungkinkan air masuk kedalam pipa. Pipa tersebut memiliki empat

    bagian, yang setiap bagiannya memiliki panjang 1 meter. Potongan-

    potongan pipa dihubungkan dengan penyambung pipa berukuran 2 inchi

    dan direkatkan dengan menggunakan lem pipa. Dan juga untuk pipa

    bagian atas dan bawahnya ditutup dengan dop yang sama pula dengan

    ukuran penghubungnya, yaitu 2 inci.

    d.

    Setelah persiapan alat dan pipa, alat tersebut diikatkan dengan tali jenis

    nilon dan dimasukkan dalam pipa sampai alat menyentuh dasar pipa.

    e. Pada bagian ujung tali nilon diikatkan pada lubang yang telah dibuat

    sebelumnya dan diikatkan kembali menggunakan selotip bening.

    f. Kemudian, pipa disejajarkan dengan kayu gelam untuk menjaga kekohan

    pipa agar tidak roboh pada saat melawan arus deras.

    3.5.2. Data Sekunder

    Data sekunder adalah data yang didapatkan dari hasil pengamatan atau

    pengukuran yang dilakukan oleh instansi yang terkait.

    1. Data curah hujan harian maksimum dalam 10 tahun terakhir yang didapat dari

    Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kota Palembang.

    2.

    Peta topografi dan kemiringan lahan Sub DAS Sawah yang didapat dari Dinas PU

    PSDA dan Bina Marga Kota Palembang.

    3. Peta lokasi Sub DAS Sawah yang didapat dari Dinas PU PSDA Kota Palembang.

  • 7/25/2019 ANALISIS HIDROGRAF BANJIR PADA KAWASAN SUB DAS SAWAH KOTA PALEMBANG DENGAN MENGGUNAKAN HEC-HM

    28/81

    27

    4.

    Peta tata guna lahan Sub DAS Sawah yang didapat dari BAPPEDA Kota

    Palembang.

    3.6. Tahap Analisis

    3.6.1. Analisis Curah Hujan

    Analisis curah hujan diperlukan untuk menentukan besarnya intensitas yang

    digunakan sebagai prediksi timbulnya aliran permukaan. Curah hujan yang

    digunakan dalam analisis adalah curah hujan harian maksimum dalam 10 tahun

    terakhir yang didapat dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)

    Kota Palembang. Langkah pertama dalam analisa curah hujan yaitu menghitung

    curah hujan rata-rata pada Sub DAS Sawah Kota Palembang dari beberapa stasiun

    pencatat curah hujan disekitar daerah aliran sungai tersebut. Kemudian, dilakukan

    analisis frekuensi untuk menentukan distribusi curah hujan yang tepat untuk Sub

    DAS Sawah tersebut. Setelah menentukan distribusi curah hujan lalu dilakukan uji

    kecocokan terhadap distribusi yang telah dipilih tadi dan dapat menentukan besarnya

    intensitas hujan yang digunakan sebagai prediksi timbulnya aliran permukaan.

    3.6.2. Analisis Limpasan Permukaan ( Run Off)

    Setelah melakukan analisis curah hujan, maka tahap selanjutnya adalah

    analisis limpasan permukaan (run off). Tujuan dari analisa ini untuk mengetahui

    besarnya limpasan permukaan (run off) yang terjadi pada Sub DAS Sawah Kota

    Palembang. Data yang diperlukan dalam analisis limpasan permukaan (run off)

    adalah peta topografi dan kemiringan lahan Sub DAS Sawah yang didapat dari Dinas

    PU PSDA Kota Palembang dan peta tata guna lahan Sub DAS Sawah yang didapat

    dari BAPPEDA Kota Palembang. Peta topografi digunakan untuk menentukan waktu

    konsentrasi, sedangkan peta tata guna lahan dan kemiringan lahan digunakan untuk

    menentukan koefisien limpasan dengan memanfaatkan bantuan software MapInfo.

    Setelah semua data telah dianalisis, maka didapatkan besarnya limpasan permukaan

    (run off) yang terjadi pada daerah aliran sungai tersebut.

    3.6.3. Analisis Hidrograf Satuan

    Setelah didapat nilai debit limpasan , maka tahap selanjutnya adalah analisis

    hidrograf satuan. Tujuan dari analisa ini untuk mengetahui hubungan antara hujan

    efektif dan aliran permukaan sehingga diperoleh debit banjir rancangan. Data yang

  • 7/25/2019 ANALISIS HIDROGRAF BANJIR PADA KAWASAN SUB DAS SAWAH KOTA PALEMBANG DENGAN MENGGUNAKAN HEC-HM

    29/81

    28

    diperlukan dalam menganilasa hidrograf satuan adalah data curah hujan yang diolah

    dan kemudiaan dimodelkan dalam grafik hidrograf satuan.

    3.6.4. Analisis Hidrograf Satuan Sintesis

    Setelah didapat nilai debit limpasan , maka tahap selanjutnya adalah analisis

    hidrograf satuan. Tujuan dari analisis ini untuk mengetahui hubungan antara hujan

    efektif dan aliran permukaan sehingga diperoleh debit banjir rancangan. Data yang

    diperlukan dalam menganilasa hidrograf satuan adalah data curah hujan yang diolah

    dan kemudiaan dimodelkan dalam grafik hidrograf satuan.

    3.6.5. Memodelkan Hujan Aliran Menggunakan Program HEC-HMS

    Setelah selesai menganalisa hidrograf satuan, maka tahap selanjutnya adalah

    memodelkan hujan-aliran menggunakan program HEC-HMS.

    3.6.6. Membandingkan Hasil Perhitungan

    Setelah didapat semua hasil perhitungan baik menggunakan metode rasional,

    SCS CN dan permodelan hujan-aliran menggunakan HEC-HMS, maka tahap

    selanjutnya adalah membandingan hasil debit limpasan tersebut.

    3.7.

    Kesimpulan dan Saran

    Setelah semua analisis dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan dari hasil

    analisis yaitu perhitungan kapasitas saluran pada Sub DAS Sawah Kecamatan

    Gandus Kota Palembang. Setelah ditarik kesimpulan dilanjutkan dengan pemberian

    saran terhadap penelitian yang telah dilakukan. Berikut ini adalah diagram alir urutan

    kerja penelitian :

  • 7/25/2019 ANALISIS HIDROGRAF BANJIR PADA KAWASAN SUB DAS SAWAH KOTA PALEMBANG DENGAN MENGGUNAKAN HEC-HM

    30/81

    29

    Gambar 3.5. Diagram Alir Penelitian

    Mulai

    Studi Pustaka

    Data Primer

    Penampang melintang danmemanjang saluranPasang surut

    Data Sekunder

    Data curah hujan, kemiringanlahan, Peta lokasi,peta tata

    guna lahan,peta topografi

    Analisis Curah Hujan1. Menghitung curah hujan rata-rata

    2. Analisa frekuensi

    3. Uji kecocokan

    4. Menghitung intensitas hujan

    5. Menghitung Distribusi hujan

    Analisis Limpasan Permukaan

    1. Menentukan koefisien limpasan dengan

    software MapInfo2. Menghitung debit limpasan

    menggunakan Metode Rasional

    Analisis Hidrograf Satuan

    1. Menggunakan metode SCS-CN

    Permodelan Menggunakan Program HEC-HMS

    Pembahasan

    Kesimpulan

    Selesai

  • 7/25/2019 ANALISIS HIDROGRAF BANJIR PADA KAWASAN SUB DAS SAWAH KOTA PALEMBANG DENGAN MENGGUNAKAN HEC-HM

    31/81

    30

    Gambar 3.6. Diagram Alir Analisis Data

    Data Curah Hujan

    Maksimum

    Analisis

    Frekuensi

    Kurva IDF

    Metode Rasional

    Debit Banjir

    Puncak

    Hytograph ABM

    Metode SCS

    Hidrograf Banjir

  • 7/25/2019 ANALISIS HIDROGRAF BANJIR PADA KAWASAN SUB DAS SAWAH KOTA PALEMBANG DENGAN MENGGUNAKAN HEC-HM

    32/81

    31

    BAB 4

    ANALISIS DAN PEMBAHASAN

    4.1.

    Kondisi Umum Lokasi Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di Sub DAS Sawah, Kecamatan Gandus, Kota

    Palembang, Sumatera Selatan. Sub DAS Sawah merupakan salah satu anak Sungai

    Musi yang memiliki luasan sebesar 1,626 km. Berdasarkan peta yang dikeluarkan

    oleh BAPPEDA kota Palembang dan menganalisis dengan bantuan aplikasi Map info

    dan Globar Mapper maka didapatkanlah panjang Sub Das Sawah 2.474 km dengan

    kemiringan 0,0263. Gambar 4.1 merupakan Sub DAS Sawah Kota Palembang.

    Gambar 4.1 Sub DAS Sawah Kota Palembang

    (Hasilanalisis Global Mapper)

    4.2. Analisis Curah Hujan

    Data curah hujan yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data curah hujan

    harian maksimum dari stasiun Gandus tahun 2004 sampai tahun 2013. Data tersebut

    didapat dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kota

    Palembang.

    4.2.1. Menghitung Curah Hujan Rata-Rata

    Metode yang digunakan dalam menghitung curah hujan rata-rata adalah

    dengan mengunakan metode hujan titik. Metode ini digunakan karena hanya terdapat

  • 7/25/2019 ANALISIS HIDROGRAF BANJIR PADA KAWASAN SUB DAS SAWAH KOTA PALEMBANG DENGAN MENGGUNAKAN HEC-HM

    33/81

    32

    satu stasiun curah hujan yang diketahui, yaitu stasiun Gandus. Berikut tabel 4.1 ialah

    curah hujan dari tahun 2004 sampai 2013.

    Tabel 4.1.Hujan Harian Maksimum

    TAHUNBULAN

    Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agus Sept Okt Nov Des

    2004 65 55 71 68 71 23 0 8 4 25 103* 46

    2005 50 39 69 43 47 62 69 21 58 31 96* 59

    2006 77 43 81* 41 28 43 53 0 7 0 76 56

    2007 58 21 22 77 36 21 21 1 1 25 91* 37

    2008 29 49 87 142* 23 12 32 20 26 54 85 32

    2009 24 58 96* 50 43 45 69 69 13 61 33 84

    2010 39 71 53 114* 70 98 51 87 97 48 87 43

    2011 85 29 48 111* 81 43 13 34 6 54 82 76

    2012 35 71 23 60 58 23 27 22 4 51 115 141*

    2013 56 76 125* 52 77 26 55 16 87 96 46 68

    Sumber : Badan Klimatologi Klimatologi dan Geofisika Kota Palembang

    Ket : (*) Curah hujan maksimum

    Dari data diatas didapat lah nilai curah hujan harian maksimum yang akan

    digunakan pada perhitungan. Untuk rekapitulasi curah hujan rata-rata dapat dilihat

    pada Tabel 4.2 berikut ini.

    Tabel 4.2. Perhitungan curah hujan rata-rata

    No Tahun Bulan Rr (mm)

    1 2004 November 103

    2 2005 November 96

    3 2006 Maret 81

    4 2007 November 91

    5 2008 April 142

    6 2009 Maret 96

    7 2010 April 114

    8 2011 April 111

    9 2012 Desember 141

    10 2013 Maret 125

    Sumber : Badan Klimatologi Klimatologi dan Geofisika Kota Palembang

  • 7/25/2019 ANALISIS HIDROGRAF BANJIR PADA KAWASAN SUB DAS SAWAH KOTA PALEMBANG DENGAN MENGGUNAKAN HEC-HM

    34/81

    33

    4.2.2. Analisis Frekuensi

    Terdapat beberapa parameter yang digunakan dalam menghitung analisa

    frekuensi. Parameter tersebut akan digunakan untuk penentuan distribusi frekuensi.

    Sebelum menghitung parameter tersebut diperlukan perhitungan statistik curah hujan

    rata-rata. Tabel 4.3 merupakan hasil dari perhitungan statistik curah hujan rata-rata.

    Tabel 4.3. Perhitungan statistik curah hujan rata-rata

    Tahun X (mm) X- (X-)2 (X-)3 (X-)42004 103 -7 49 -343 2.401

    2005 96 -14 196 -2.744 38.416

    2006 81 -29 841 -24.389 707.281

    2007 91 -19 361 -6.859 130.321

    2008 142 32 1.024 32.768 1.048.576

    2009 96 -14 196 -2.744 38.416

    2010 114 4 16 64 256

    2011 111 1 1 1 1

    2012 141 31 961 29.791 923.521

    2013 125 15 225 3.375 50.625

    Jumlah 1.100 0 3.870 28.920 2.939.814

    Rata-Rata 110

    (Sumber: Hasil Perhitungan)

    Perhitungan parameter statistik curah hujan rata-rata :

    = 110 mmS = * ( ) +

    = * +

    = 20,7364 mm

    Cv =

    =

    = 0,1885

    Cs = ()()()= ()() = 0,4505

    Ck = ()()()()=

    ()()() = 3,1547

    Nilai perhitungan statistik logaritma curah hujan rata-rata dapat dilihat pada Tabel

    4.4 sebagai berikut :

    .

  • 7/25/2019 ANALISIS HIDROGRAF BANJIR PADA KAWASAN SUB DAS SAWAH KOTA PALEMBANG DENGAN MENGGUNAKAN HEC-HM

    35/81

    34

    Tabel 4.4. Perhitungan statistik logaritma curah hujan rata-rata

    Tahun X(mm) Log X Log X-Log (Log X-Log

    )

    2

    (Log X-

    Log

    )

    3

    (Log X-

    Log

    )

    4

    2004 103 2,0128 -0,02172 0,00047 -0,000010 0,00000

    2005 96 1,9823 -0,05228 0,00273 -0,000143 0,00001

    2006 81 1,9085 -0,12607 0,01589 -0,002004 0,00025

    2007 91 1,9590 -0,07551 0,00570 -0,000431 0,00003

    2008 142 2,1523 0,11773 0,01386 0,001632 0,00019

    209 96 1,9823 -0,05228 0,00273 -0,000143 0,00001

    2010 114 2,0569 0,02235 0,00050 0,000011 0,00000

    2011 111 2,0453 0,01077 0,00012 0,000001 0,00000

    2012 141 2,1492 0,11466 0,01315 0,001508 0,00017

    2013 125 2,0969 0,06235 0,00389 0,000242 0,00002

    Jumlah 1100 20,346 0,00000 0,05905 0,000664 0,00068067

    Rata-Rata 110 2,0346

    (Sumber: Hasil Perhitungan)

    Perhitungan parameter statistik logaritma curah hujan rata-rata :

    Log= 2,0346 mmSlogx = * ( ) += * += 0,081 mmCv =

    =

    = 0,0398

    Cs = ()()()=

    ()()() = 0,1735

    Ck = ()()()()=

    ()()() =3,137

    Penentuan jenis distribusi akan digunakan untuk analisis frekuensi dilakukan

    dengan beberapa asumsi sebagai berikut:

    1.

    Distribusi Normal

    Dengan menggunakan Rumus 2.9 dan nilai KTrdalam Lampiran 1, dapat dihitung

    curah hujan maksimum untuk periode ulang 2 tahun, dengan data parameter

    statistik maka didapatlah hasil sebagai berikut :

    Jumlah data (n) = 10

    Nilai rata-rata () = 110 mm

  • 7/25/2019 ANALISIS HIDROGRAF BANJIR PADA KAWASAN SUB DAS SAWAH KOTA PALEMBANG DENGAN MENGGUNAKAN HEC-HM

    36/81

    35

    Simpangan baku (S) = 20,7364 mm

    XT = =110 mm + (0 . 20,7364 mm)

    = 110 mm

    Untuk hasil perhitungan curah hujan maksimum periode ulang selanjutnya dapat

    dilihat pada Tabel 4.5.

    Tabel 4.5. Perhitungan curah hujan dengan Distribusi Normal

    Periode Ulang

    (tahun)KTr XT(mm)

    2 0,00 110

    5 0,84 127,42

    10 1,28 136,54

    25 1,70 145,25

    50 2,05 152,51

    100 2,33 158,32

    (Sumber: Hasil Perhitungan)

    2. Distribusi Gumbel

    Dengan menggunakan Rumus 2.10 dan 2.11 serta nilai YTr dalam Lampiran 2,dapat dihitung curah hujan maksimum untuk periode ulang 2 tahun dengan data

    parameter statistic maka didapatlah hasil sebagai berikut :

    Jumlah data (n) = 10

    Nilai rata-rata () = 110 mmSimpangan baku (S) = 20,7364 mm

    Yn = 0,4952 (Lampiran 3)

    Sn = 0,9496 (Lampiran 3)

    KTr =()

    =()

    = -0,1352

    =+S= 110 mm + (-0,1352 . 20,7364 mm)

    = 107,196 mm

  • 7/25/2019 ANALISIS HIDROGRAF BANJIR PADA KAWASAN SUB DAS SAWAH KOTA PALEMBANG DENGAN MENGGUNAKAN HEC-HM

    37/81

    36

    Untuk hasil perhitungan curah hujan maksimum periode ulang selanjutnya dapat

    dilihat pada Tabel 4.6.

    Tabel 4.6 Perhitungan curah hujan dengan Distribusi Gumbel

    Periode Ulang

    (tahun)YTr KTr XT (mm)

    2 0,3668 -0,1352 107,196

    5 1,5004 1,0586 131,951

    10 2,2510 1,8490 148,341

    25 3,1993 2,8476 169,050

    50 3,9028 3,5885 184,412

    100 4,6012 4,3239 199,663

    (Sumber: Hasil Perhitungan)

    3. Distribusi Log-Normal

    Dengan menggunakan Rumus 2.13 dan nilai KTr dalam Lampiran 1, dapat

    dihitung curah hujan maksimum untuk periode ulang 2 tahun dengan data

    parameter statistik logaritma maka didapatlah hasil sebagai berikut :

    Jumlah data (n) = 10

    Nilai rata-rata (log) = 2,0346 mmSimpangan baku (Slogx) = 0,081 mmLog = log+

    = 2,0346 mm + (0 . 0,081 mm)

    = 2,0346 mm

    XT = 102,0346

    = 108,28 mm

    Untuk hasil perhitungan curah hujan maksimumperiodeulang selanjutnya dapatdilihat pada Tabel 4.7.

    Tabel 4.7 Perhitungan curah hujan dengan Distribusi Log-Normal

    Periode Ulang (tahun) KTr Log XT(mm) XT (mm)

    2 0,00 2,0346 108,28

    5 0,84 2,1026 126,65

    10 1,28 2,1382 137,48

    25 1,70 2,1723 148,68

  • 7/25/2019 ANALISIS HIDROGRAF BANJIR PADA KAWASAN SUB DAS SAWAH KOTA PALEMBANG DENGAN MENGGUNAKAN HEC-HM

    38/81

    37

    50 2,05 2,2006 158,71

    100 2,33 2.2233 167,22

    (Sumber: Hasil Perhitungan)

    4.

    Distribusi Log-Pearson Tipe III

    Dengan menggunakan Rumus 2.16 dan nilai KTr dalam Lampiran 4, dapat

    dihitung curah hujan maksimum untuk periode ulang 2 tahun dengan data

    parameter statistik logaritma maka didapatlah hasil sebagai berikut :

    Jumlah data (n) = 10

    Nilai rata-rata (log) = 2,0346 mmSimpangan baku (Slogx) = 0,081 mm

    Koefisien Skewness(Cs) = 0,1735Karenanilai Cs = 0,1735 maka nilai KTr untuk periode ulang 2 tahun dapat

    diperoleh dengan interpolasi dibawah ini :

    =

    =

    y -7

    - -7

    0,1.y + 0,0017 =-0,001176

    y =-0,029

    KTr=-0,029

    Maka,

    Log = log+ = 2,0346mm + (-0,029 . 0,081mm)

    = 2,03223 mm

    XT = 102,03225

    = 107,702 mm

    Untuk hasil perhitungan curah hujan maksimum periode ulang selanjutnya dapat

    dilihat pada Tabel 4.8.

    Tabel 4.8. Perhitungan curah hujan dengan Distribusi Log-Pearson Tipe III

    Periode Ulang (tahun) KTr Log XT(mm) XT (mm)

    2 -0,029 2,03223 107,702

    5 0,8316 2,10191 126,448

  • 7/25/2019 ANALISIS HIDROGRAF BANJIR PADA KAWASAN SUB DAS SAWAH KOTA PALEMBANG DENGAN MENGGUNAKAN HEC-HM

    39/81

    38

    10 1,2986 2,13974 137,956

    25 1,8093 2,1811 151,741

    50 2,1452 2,20832 161,554

    100 2,4529 2,23324 171,096

    (Sumber: Hasil Perhitungan)

    Dari 4 macam distribusi di atas menghasilkan nilai perhitungan curah hujan

    yang berbeda-beda. Hasil rekapitulasi perhitungan dari masing-masing distribusi

    frekuensi sesuai dengan tahun periode ulang dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut ini :

    Tabel 4.9. Rekapitulasi perhitungan curah hujan dari beberapa distribusi frekuensi

    Periode Ulang

    (tahun)

    Distribusi Frekuensi (mm)

    Normal

    (mm)

    Gumbel

    (mm)

    Log Normal

    (mm)

    Log Pearson type III

    (mm)

    2 110 107,196 108,28 107,702

    5 127,42 131,951 126,65 126,448

    10 136,54 148,341 137,48 137,956

    25 145,25 169,050 148,68 151,7541

    50 152,51 184,412 158,71 161,554

    100 158,32 199,663 167,22 171,096

    (Sumber: Hasil Perhitungan)

    4.2.3. Uji Kecocokan

    Untuk mengetahui distribusi yang mana yang paling tepat untuk digunakan

    maka dilakukanlah pengujian dengan uji kecocokan. Pengujian tersebut dilakukan

    dari empat distribusi frekuensi yang telah dihitung sebelumnya. Terdapat dua uji

    kecocokan yang dilakukan yaitu Uji Chi-Square dan Uji Smirnov-Kolmogorov.

    Berikut langkah perhitungan untuk menghitung uji kecocokan tiap-tiap distribusi

    tersebut :1. Uji Chi-Square

    a. Uji Chi-Squareuntuk Distribusi Normal

    Berikut langkah-langkah perhitungan Uji Chi-Square untuk Distribusi Normal :

    1. Tentukan derajat nyata (),jumlah kelas (k) dengan Rumus 2.22, dan derajat

    kebebasan (Dk)dengan Rumus 2.23.

    2. Dari jumlah kelas (k) tentukan rentang probabilitas (p) = 1/k.

  • 7/25/2019 ANALISIS HIDROGRAF BANJIR PADA KAWASAN SUB DAS SAWAH KOTA PALEMBANG DENGAN MENGGUNAKAN HEC-HM

    40/81

    39

    3.

    Dengan rentang probabilitas (p)setiap kelasnya, hitung faktor frekuensi (KT)

    menggunakan rumus dibawah ini. Hitung juga rentang varian x

    menggunakan Rumus 2.9.

    KT = w-

    w = * + untuk < p 5

    Ketika (p > 0,5), digunakan 1-p untuk menggantikan p dalam rumus diatas

    dan nilai KT yang dihitung diberi tanda negatif (-).

    4. Hitung frekuensi teoritik (Ei) dengan Rumus 2.21 untuk setiap kelasnya.

    5.

    Hitung frekuensi terukur (Oi) berdasarkan rentang varian x melalui

    pembacaan seri data.6. Hitung nilaiX2untuk setiap kelasnya menggunakan Rumus2.20 dan hitung

    jumlah totalnya.

    7. Tentukan nilaiX2kritik menggunakan Lampiran 6.

    8. Jika X2< X2kritik maka hipotesis seri data Distribusi Normal diterima.

    Jika X2 X2kritik maka hipotesis seri data Distribusi Normal ditolak.

    Parameter statistik untuk Distribusi Normal :

    Jumlah data (n) = 10

    Nilai rata-rata () = 110 mmSimpangan baku (S) = 20,7364 mm

    Perhitungan Uji Chi-Squareuntuk Distribusi Normal :

    k = 1+3,322 log n = 1 + 3,322 log10 = 4,322 = 5 kelas

    Dk = k-3 = 5-3 = 2

    Ei ==

    = 2

    p ==

    = 0,2

    Untuk p = 0,2

    w = * += * +

    = 1,794

    KT = w -

  • 7/25/2019 ANALISIS HIDROGRAF BANJIR PADA KAWASAN SUB DAS SAWAH KOTA PALEMBANG DENGAN MENGGUNAKAN HEC-HM

    41/81

    40

    = 1,794 -()()

    ()()()= 0,841

    XT =

    = 110 mm + (0,841 . 20,7364 mm)

    = 127,449 mm

    Untuk hasil perhitungan selanjutnya dapat dilihat dari tabel di bawah ini :

    Tabel 4.10 Perhitungan mencari nilai rentang hujan

    P w KT R24 (mm)

    0,01 3,035 2,327 158,249

    0,2 1,794 0,841 127,449

    0,4 1,354 0,253 115,245

    0,6 1,354 -0,253 104,755

    0,8 1,794 -0,841 92,551

    0,99 3,035 -2,327 61,751

    (Sumber: Hasil Perhitungan)

    Tabel 4.11. Perhitungan Chi-Square untuk Distribusi Normalk Rentang p Rentang Hujan (mm) Ei Oi (Oi Ei )

    2 X

    1 R24127,449 2 2 0 0

    2 2R24115,245 2 1 1 0,5

    3 4R24104,755 2 2 0 0

    4 6R2492,551 2 3 1 0,5

    5 8R2461,751 2 2 0 0

    Jumlah 10 1

    (Sumber: Hasil Perhitungan)

    NilaiX2kritik untuk = 5 dan Dk = 2 adalah 599.

    KarenaX2< X2kritik, maka Distribusi Normal diterima.

    b. Uji Chi-Squareuntuk Distribusi Gumbel

    Berikut langkah-langkah perhitungan Uji Chi-Squareuntuk Distribusi Gumbel:

    1. Tentukan derajat nyata (), jumlah kelas (k) dengan Rumus 2.22, dan derajat

    kebebasan (Dk) dengan Rumus 2.23.

  • 7/25/2019 ANALISIS HIDROGRAF BANJIR PADA KAWASAN SUB DAS SAWAH KOTA PALEMBANG DENGAN MENGGUNAKAN HEC-HM

    42/81

    41

    2.

    Dari jumlah kelas (k) tentukan rentang probabilitas (p) = 1/k.

    3. Dengan rentang probabilitas (p) setiap kelasnya, hitung faktor frekuensi (KT)

    menggunakan rumus dibawah ini. Hitung juga rentang varian x

    menggunakan Rumus 2.9.

    KT = - , * +-

    T = 1/p

    4.

    Hitung frekuensi teoritik (Ei) dengan Rumus 2.21 untuk setiap kelasnya.

    5. Hitung frekuensi terukur (Oi) berdasarkan rentang varian x melalui

    pembacaan seri data.

    6.

    Hitung nilaiX2untuk setiap kelasnya menggunakan Rumus 2.20 dan hitung

    jumlah totalnya.7. Tentukan nilaiX2kritik menggunakan Lampiran 6.

    8.

    JikaX2< X2kritik maka hipotesis seri data Distribusi Gumbel diterima.

    JikaX2 X2kritik maka hipotesis seri data Distribusi Gumbel ditolak.

    Parameter statistik untuk Distribusi Gumbel :

    Jumlah data (n) = 10

    Nilai rata-rata () = 110 mmSimpangan baku (S) = 20,7364 mmPerhitungan Uji Chi-Square untuk Distribusi Gumbel :

    k = 1+3,322 log n = 1 + 3,322 log10 = 4,322 = 5 kelas

    Dk = k-3 = 5-3 = 2

    Ei ==

    = 2

    p ==

    = 0,2

    Untuk p = 0,2

    T ==

    = 5

    KT = - ,* +-

    = - ,* +-

    = 0,720

    =

    +

    S

    = 110 mm + (0,720 . 20,7364 mm) = 124,927 mm

  • 7/25/2019 ANALISIS HIDROGRAF BANJIR PADA KAWASAN SUB DAS SAWAH KOTA PALEMBANG DENGAN MENGGUNAKAN HEC-HM

    43/81

    42

    Untuk hasil perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

    Tabel 4.12 Perhitungan mencari nilai rentang hujan

    P w T KT R24(mm)

    0,01 3,035 100,000 3,138 175,077

    0,2 1,794 5,000 0,720 124,927

    0,4 1,354 2,500 0,074 111,529

    0,6 1,354 1,667 -0,382 102,077

    0,8 1,794 1,250 -0,822 92,965

    0,99 3,035 1,010 -1,642 75,959

    (Sumber: Hasil Perhitungan)

    Tabel 4.13. Perhitungan Chi-Square untuk Distribusi Gumbel

    k Rentang p Rentang Hujan (mm) Ei Oi X

    1 R24124,927 2 3 0,5

    2 2R24111,529 2 1 0,5

    3 4R24102,077 2 2 0

    4 6R2492,965 2 2 0

    5 8R2475,959 2 2 0

    Jumlah 10 1

    (Sumber: Hasil Perhitungan)

    NilaiX2kritik untuk = 5 dan Dk = 2 adalah 599.

    KarenaX2< X2kritik, maka Distribusi Gumbel diterima.

    c. Uji Chi-Squareuntuk Distribusi Log-Normal

    Berikut langkah-langkah perhitungan Uji Chi-Square untuk Distribusi Log-

    Normal :

    1. Tentukan derajat nyata (),jumlah kelas (k) dengan Rumus 2.22, dan derajat

    kebebasan (Dk) dengan Rumus 2.23.

    2.

    Dari jumlah kelas (k) tentukan rentang probabilitas (p) = 1/k.

    3. Dengan rentang probabilitas (p) setiap kelasnya, hitung faktor frekuensi (KT)

    menggunakan rumus dibawah ini. Hitung juga rentang varian x

    menggunakan Rumus 2.9.

    KT = w -

  • 7/25/2019 ANALISIS HIDROGRAF BANJIR PADA KAWASAN SUB DAS SAWAH KOTA PALEMBANG DENGAN MENGGUNAKAN HEC-HM

    44/81

    43

    w = * + untuk < p 5

    Ketika (p > 0,5),digunakan 1-puntuk menggantikanpdalam rumus diatas

    dan nilai KT yang dihitung diberi tanda negatif (-).

    4.

    Hitung frekuensi teoritik (Ei)dengan Rumus 2.21 untuk setiap kelasnya.

    5. Hitung frekuensi terukur (Oi) berdasarkan rentang varian x melalui

    pembacaan seri data.

    6. Hitung nilaiX2untuk setiap kelasnya menggunakan Rumus 2.20 dan hitung

    jumlah totalnya.

    7. Tentukan nilaiX2kritik menggunakan Lampiran 6.

    8. JikaX2< X2kritik maka hipotesis seri data Distribusi Log-Normal diterima.

    JikaX2 X2kritik maka hipotesis seri data Distribusi Log-Normal ditolak.

    Parameter statistik logaritma untuk Distribusi Log-Normal :

    Jumlah data (n) = 10

    Nilai rata-rata (log) = 2,0346 mmSimpangan baku (Slogx) = 0,081 mm

    Perhitungan Uji Chi-Square untuk Distribusi Log-Normal :

    k = 1+3,322 log n = 1 + 3,322 log10 = 4,322 = 5 kelas

    Dk = k-3 = 5-3 = 2

    Ei ==

    = 2

    p ==

    = 0,2

    Untuk p = 0,2

    w = * += * +

    = 1,794

    KT = w -

    = 1,794 - ()()

    ()()()= 0,841

    Log = log+= 2,0346 mm + (0,841 . 0,081 mm)

    = 2,103 mm

  • 7/25/2019 ANALISIS HIDROGRAF BANJIR PADA KAWASAN SUB DAS SAWAH KOTA PALEMBANG DENGAN MENGGUNAKAN HEC-HM

    45/81

    44

    XT = 102,103

    = 126,681 mm

    Untuk hasil perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

    Tabel 4.14 Perhitungan mencari nilai rentang hujan

    P w KT

    Rentang

    Log X (mm) R24(mm)

    0,01 3,035 2,327 2.223 167,118

    0,2 1,794 0,841 2,103 126,681

    0,4 1,354 0,253 2,055 113,512

    0,6 1,354 -0,253 2,014 103,292

    0,8 1,794 -0,841 1,966 92,555

    0,99 3,035 -2,327 1,846 70,160

    (Sumber: Hasil Perhitungan)

    Tabel 4.15. Perhitungan Chi-Squareuntuk Distribusi Log-Normal

    k Rentang pRentang

    Log X (mm)Rentang Hujan (mm) Ei Oi X

    1

  • 7/25/2019 ANALISIS HIDROGRAF BANJIR PADA KAWASAN SUB DAS SAWAH KOTA PALEMBANG DENGAN MENGGUNAKAN HEC-HM

    46/81

    45

    3.

    Dengan rentang probabilitas (p) setiap kelasnya, hitung nilaizmenggunakan

    rumus dibawah ini. Lalu hitung faktor frekuensi (KT) menggunakan rumus

    selanjutnya. Hitung juga rentang varianx menggunakan Rumus 2.8.

    z = w -

    w = * + untuk < p 5

    Ketika (p > 0,5), digunakan 1-p untuk menggantikan p dalam rumus diatas

    dan nilai zyang dihitung diberi tanda negatif (-).

    KT = z + (z21)k +

    (z

    36z)k2(z21)k3+ zk4+k

    5

    k =

    4. Hitung frekuensi teoritik (Ei) dengan Rumus 2.20 untuk setiap kelasnya.

    5. Hitung frekuensi terukur (Oi) berdasarkan rentang varian x melalui

    pembacaan seri data.

    6. Hitung nilaiX2untuk setiap kelasnya menggunakan Rumus 2.19 dan hitung

    jumlah totalnya.

    7.

    Tentukan nilaiX2kritik menggunakan Lampiran 6.

    8. JikaX2< X2kritik maka hipotesis seri data Distribusi Log-Pearson Tipe III

    diterima.

    JikaX2 X2kritik maka hipotesis seri data Distribusi Log-Pearson Tipe III

    ditolak.

    Parameter statistik logaritma untuk Distribusi Log-Pearson Tipe III :

    Jumlah data (n) = 10

    Nilai rata-rata (log) = 2,0346 mmSimpangan baku (Slogx) = 0,081 mm

    Koefisien Skewness(Cs) = 0,1735

    Perhitungan Uji Chi-Squareuntuk Distribusi Log-Pearson Tipe III :

    k = 1+3,322 log n= 1 + 3,322 log10 = 4,322 = 5 kelas

    = k-3 = 5-3 = 2 = = = 2

    =

    =

    = 0,2

  • 7/25/2019 ANALISIS HIDROGRAF BANJIR PADA KAWASAN SUB DAS SAWAH KOTA PALEMBANG DENGAN MENGGUNAKAN HEC-HM

    47/81

    46

    Untuk p = 0,2

    w = * += * +

    = 1,794

    z = w -

    = 1,794 - ()()

    ()()()= 0,841

    k = =

    = 0,029

    KT = z + (z21)k +

    (z

    36z)k2(z21)k3+ zk4+k

    5

    = 0,841+(0,84121)(0,029)+(0,8413(6.0,841))(0,0292)(0,8412-1)

    (0,0293) + (0,841)(0,0294)+(0,029

    5)

    = 0,832

    Log = log+ = 2,0346 mm + (0,832. 0,081 mm)

    = 2,102 mm

    XT = 102,102

    = 126,453 mm

    Untuk hasil perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

    Tabel 4.16 Perhitungan mencari nilai rentang hujan

    P w KT

    Rentang

    Log X R24

    0,01 3,035 2,454 2,233 171,129

    0,2 1,794 0,832 2,102 126,453

    0,4 1,354 0,225 2,053 112,932

    0,6 1,354 -0,280 2,012 102,781

    0,8 1,794 -0,849 1,966 92,430

    0,99 3,035 -2,199 1,856 71,854

    (Sumber: Hasil Perhitungan)

  • 7/25/2019 ANALISIS HIDROGRAF BANJIR PADA KAWASAN SUB DAS SAWAH KOTA PALEMBANG DENGAN MENGGUNAKAN HEC-HM

    48/81

    47

    Tabel 4.17. Perhitungan Chi-Square untuk Distribusi Log-Pearson Tipe III

    k Rentang pRentang Log X

    (mm)Rentang Hujan (mm) Ei Oi X

    1

  • 7/25/2019 ANALISIS HIDROGRAF BANJIR PADA KAWASAN SUB DAS SAWAH KOTA PALEMBANG DENGAN MENGGUNAKAN HEC-HM

    49/81

    48

    2.

    Uji Smirnov-Kolmogorov

    a. Uji Smirnov-Kolmogorov untuk Distribusi Normal

    Berikut langkah-langkah perhitungan Uji Smirnov-Kolmogorov untuk

    Distribusi Normal :

    1. Tentukan derajat nyata () dan jumlah data (n).

    2. Urutkan data mulai dari yang terbesar sampai ke yang terkecil

    (m=1,2,3,...,n).

    3. Hitung probabilitas empirik (Pempirik) menggunakan Rumus 2.25 untuk

    setiap varian x yang telah di urutkan.

    4. HitungKTuntuk setiap varian x menggunakan rumus dibawah ini.

    KT=

    5. Tentukan probabilitas teoritik (Pteoritik) untuk setiap varian x menggunakan

    rumus dibawah ini.

    Pteoritik=[1+0,196854|KT|+0,115194|KT|

    2+0,000344|KT|3+0,019527|KT|

    4]-4

    6. Hitung selisih probabilitas menggunakan Rumus 2.24 dan tentukan nilai

    tertinggi (maks).

    7. Tentukan nilai kritikmenggunakan Lampiran 7.

    8.

    Jikamaks < kritikmaka hipotesis seri data Distribusi Normal diterima.Jikamaks kritikmaka hipotesis seri data Distribusi Normal ditolak.

    Parameter statistik untuk Distribusi Normal :

    Jumlah data (n) = 10

    Nilai rata-rata () = 110 mmSimpangan baku (S) = 20,7364 mm

    Perhitungan Uji Smirnov-Kolmogorov untuk Distribusi Normal :

    Pempirik=

    =

    = 0,091

    KT =

    = = 1,542

    Pteoritik =[1+0,196854|KT|+0,115194|KT|

    2+0,000344|KT|

    3+0,019527|KT|

    4]

    -4

    =[1+0,196854|1,542|+0,115194|1,542|

    2+0,000344|1,542|

    3+0,019527

    |1,542|4]

    -4

    = 0,061

  • 7/25/2019 ANALISIS HIDROGRAF BANJIR PADA KAWASAN SUB DAS SAWAH KOTA PALEMBANG DENGAN MENGGUNAKAN HEC-HM

    50/81

    49

    = |PempirikPteoritik|

    = |0,091-0,061|

    = 0,03

    Untuk hasil perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

    Tabel 4.19. Perhitungan Smirnov-Kolmogorov untuk Distribusi Normal

    m R24(mm) KT Pempirik Pteoritik

    1 142 1,543 0,091 0,061 0,030

    2 141 1,495 0,182 0,067 0,114

    3 125 0,723 0,273 0,235 0,038

    4 114 0,193 0,364 0,424 0,060

    5 111 0,048 0,455 0,481 0,026

    6 103 0,338 0,545 0,632 0,087

    7 96 0,675 0,636 0,750 0,114

    8 96 0,675 0,727 0,750 0,023

    9 91 0,916 0,818 0,820 0,002

    10 81 1,399 0,909 0,919 0,010

    maks 0,114

    (Sumber: Hasil Perhitungan)

    Nilaikritikuntuk = 5 dan n = adalah 49.

    Karenamaks< kritik, maka Distribusi Normal diterima.

    b.

    Uji Smirnov-Kolmogorov untuk Distribusi Gumbel

    Berikut langkah-langkah perhitungan Uji Smirnov-Kolmogorov untuk

    Distribusi Gumbel :

    1.

    Tentukan derajat nyata ()dan jumlah data (n).

    2.

    Urutkan data mulai dari yang terbesar sampai ke yang terkecil

    (m=1,2,3,...,n).

    3.

    Hitung probabilitas empirik (Pempirik) menggunakan Rumus 2.25 untuk

    setiap varian x yang telah di urutkan.

    4. HitungKTuntuk setiap varian x menggunakan rumus dibawah ini.

    KT=

    5. Tentukan probabilitas teoritik (Pteoritik) untuk setiap varian x menggunakan

    rumus dibawah ini.

  • 7/25/2019 ANALISIS HIDROGRAF BANJIR PADA KAWASAN SUB DAS SAWAH KOTA PALEMBANG DENGAN MENGGUNAKAN HEC-HM

    51/81

    50

    T =

    ,* +-

    Pteoritik= 1/T

    6. Hitung selisih probabilitas menggunakan Rumus 2.24 dan tentukan nilai

    tertinggi (maks).

    7.

    Tentukan nilai kritikmenggunakan Lampiran 7.

    8. Jikamaks < kritikmaka hipotesis seri data Distribusi Gumbel diterima.

    Jikamaks kritikmaka hipotesis seri data Distribusi Gumbel ditolak.

    Parameter statistik untuk Distribusi Gumbel :

    Jumlah data (n) = 10

    Nilai rata-rata () = 110 mmSimpangan baku (S) = 20,7364 mm

    Perhitungan Uji Smirnov-Kolmogorov untuk Distribusi Gumbel:

    Pempirik =

    =

    = 0,091

    KT =

    = = 1,543

    T =

    ,* +-

    = ,* +-= 13,406

    Pteoritik = 1/T = 1/13,406 = 0,075

    = |PempirikPteoritik|

    = |0,091-0,075|

    = 0,016

    Untuk hasil perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

    Tabel 4.20. Perhitungan Smirnov-Kolmogorov untuk Distribusi Gumbel

    m R24(mm) KT T Pempirik Pteoritik

    1 142 1,543 13,406 0,091 0,075 0,016

    2 141 1.495 12,633 0,182 0,079 0,103

    3 125 0,723 5,024 0,273 0,199 0,074

    4 114 0,193 2,818 0,364 0,355 0,009

    5 111 0,048 2,439 0,455 0,410 0,044

  • 7/25/2019 ANALISIS HIDROGRAF BANJIR PADA KAWASAN SUB DAS SAWAH KOTA PALEMBANG DENGAN MENGGUNAKAN HEC-HM

    52/81

    51

    6 103 0,338 1,726 0,545 0,579 0,034

    7 96 0,675 1,357 0,636 0,737 0,101

    8 96 0,675 1,357 0,727 0,737 0,010

    9 91 0,916 1,194 0,818 0,838 0,020

    10 81 1,399 1,035 0,909 0,966 0,057

    maks 0,103

    (Sumber: Hasil Perhitungan)

    Nilaikritikuntuk = 0,05 dan n = 10 adalah 0,409.

    Karenamaks< kritik, maka Distribusi Gumbel diterima.

    c. Uji Smirnov-Kolmogorov untuk Distribusi Log-Normal

    Berikut langkah-langkah perhitungan Uji Smirnov-Kolmogorov untuk

    Distribusi Log-Normal :

    1. Tentukan derajat nyata () dan jumlah data (n).

    2. Urutkan data mulai dari yang terbesar sampai ke yang terkecil

    (m=1,2,3,...,n).

    3.

    Hitung probabilitas empirik (Pempirik) menggunakan Rumus 2.25 untuk

    setiap varian x yang telah di urutkan.

    4. HitungKTuntuk setiap varianx menggunakan rumus dibawah ini.

    KT=

    5.

    Tentukan probabilitas teoritik (Pteoritik) untuk setiap varianx menggunakan

    rumus dibawah ini.

    Pteoritik=[1+0,196854|KT|+0,115194|KT|

    2+0,000344|KT|

    3+0,019527|KT|

    4]

    -4

    6. Hitung selisih probabilitas menggunakan Rumus 2.24 dan tentukan nilai

    tertinggi (maks).

    7.

    Tentukan nilaikritikmenggunakan Lampiran 7.8.

    Jikamaks < kritikmaka hipotesis seri data Distribusi Log-Normal diterima.

    Jikamaks kritikmaka hipotesis seri data Distribusi Log-Normal ditolak.

    Parameter statistik logaritma untuk Distribusi Log-Normal :

    Jumlah data (n) = 10

    Nilai rata-rata (log) = 2,0346 mmSimpangan baku (Slogx) = 0,081 mm

    Perhitungan Uji Smirnov-Kolmogorov untuk Distribusi Log-Normal :

  • 7/25/2019 ANALISIS HIDROGRAF BANJIR PADA KAWASAN SUB DAS SAWAH KOTA PALEMBANG DENGAN MENGGUNAKAN HEC-HM

    53/81

    52

    Pempirik =

    =

    = 0,091

    KT =

    =

    = 1.454

    Pteoritik = [1+0,196854|KT|+0,115194|KT|2

    +0,000344|KT|

    3

    +0,019527|KT|

    4

    ]

    -4

    =[1+0,196854|1,454|+0,115194|1,454|

    2+0,000344|1,454|

    3+0,019527

    |1,454|4]

    -4

    = 0,073

    = |PempirikPteoritik|

    = |0,091-0,073|

    = 0,018

    Untuk hasil perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

    Tabel 4.21. Perhitungan Smirnov-Kolmogorov untuk Distribusi Log-Normal

    m R24(mm) Log R24 (mm) KT Pempirik Pteoritik

    1 142 2,152 1,454 0,091 0,073 0,018

    2 141 2,149 1,416 0,182 0,078 0,103

    3 125 2,097 0,770 0,273 0,221 0,052

    4 114 2,057 0,276 0,364 0,391 0,028

    5 111 2,045 0,133 0,455 0,447 0,007

    6 103 2,013 0,268 0,545 0,606 0,060

    7 96 1,982 0,645 0,636 0,741 0,104

    8 96 1,982 0,645 0,727 0,74 0,014

    9 91 1,959 0,932 0,818 0,824 0,006

    10 81 1,908 1,556 0,909 0,940 0,031

    maks 0,104

    (Sumber: Hasil Perhitungan)

    Nilaikritikuntuk = 0,05 dan n = 10 adalah 0,409.

    Karenamaks< kritik, maka Distribusi Log-Normal diterima.

    d. Uji Smirnov-Kolmogorov untuk Distribusi Log-Pearson Tipe III

    Berikut langkah-langkah perhitungan Uji Smirnov-Kolmogorov untuk

    Distribusi Log-Pearson Tipe III :

  • 7/25/2019 ANALISIS HIDROGRAF BANJIR PADA KAWASAN SUB DAS SAWAH KOTA PALEMBANG DENGAN MENGGUNAKAN HEC-HM

    54/81

    53

    1.

    Tentukan derajat nyata () dan jumlah data (n).

    2. Urutkan data mulai dari yang terbesar sampai ke yang terkecil

    (m=1,2,3,...,n).

    3.

    Hitung probabilitas empirik (Pempirik) menggunakan Rumus 2.24 untuk

    setiap varianx yang telah di urutkan.

    4. Hitung faktor frekuensi zdanKTuntuk setiap varian x menggunakan rumus

    dibawah ini.

    z =

    KT = z + (z21)k +

    (z

    36z)k2(z21)k3+ zk4+k

    5

    k =

    5.

    Tentukan probabilitas teoritik (Pteoritik) untuk setiap varianx menggunakan

    rumus dibawah ini.

    Pteoritik=[1+0,196854|KT|+0,115194|KT|

    2+0,000344|KT|

    3+0,019527|KT|

    4]

    -4

    6. Hitung selisih probabilitas menggunakan Rumus 2.23 dan tentukan nilai

    tertinggi (maks)

    7. Tentukan nilaikritikmenggunakan Lampiran 7.

    8. Jikamaks < kritikmaka hipotesis seri data Distribusi Log-Pearson Tipe III

    diterima. Jikamaks kritikmaka hipotesis seri data Distribusi Log-Pearson

    Tipe III ditolak.

    Parameter statistik logaritma untuk Distribusi Log-Pearson Tipe III :

    Jumlah data (n) = 10

    Nilai rata-rata (log) = 2,0346 mmSimpangan baku (Slogx) = 0,081 mm

    Koefisien Skewness(Cs) = 0,1735

    Perhitungan Uji Smirnov-Kolmogorov untuk Distribusi Log-Pearson Tipe III:

    Pempirik=

    =

    = 0,091

    z =

    =

    = 1,454

    k = =

    = 0,029

    KT = z + (z2

    1)k + (z3

    6z)k2

    (z2

    1)k3

    + zk4

    + k5

  • 7/25/2019 ANALISIS HIDROGRAF BANJIR PADA KAWASAN SUB DAS SAWAH KOTA PALEMBANG DENGAN MENGGUNAKAN HEC-HM

    55/81

    54

    = 1,454 + (1,45421)(0,029) +(1,454

    36.1,454)(0,0292)(1,4542

    1)(0,0293) + 1,454(0,0294)+(0,029

    5)

    = 1,484

    Pteoritik = [1+0,196854|KT|+0,115194|KT|2+0,000344|KT|

    3+0,019527|KT|

    4]

    -4

    =[1+0,196854|1,484|+0,115194|1,484|

    2+0,000344|1,484|

    3+0,019527

    |1,484|4]

    -4

    = 0,069

    = |PempirikPteoritik|

    = |0,091-0,069|

    = 0,022

    Untuk hasil perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

    Tabel 4.22.Perhitungan Smirnov-Kolmogorov untuk Distribusi Log-Pearson

    Tipe III

    m R24(mm)Log R24

    (mm)Z KT Pempirik Pteoritik

    1 142 2,152 1,454 1,484 0,091 0,069 0,022

    2 141 2,149 1,416 1,443 0,182 0,074 0,107

    3 125 2,097 0,770 0,757 0,273 0,225 0,048

    4 114 2,057 0,276 0,249 0,364 0,402 0,038

    5 111 2,045 0,133 0,104 0,455 0,459 0,004

    6 103 2,013 0,268 0,268 0,545 0,606 0,060

    7 96 1,982 0,645 0,612 0,636 0,730 0,094

    8 96 1,982 0,645 0,661 0,727 0,746 0,019

    9 91 1,959 0,932 0,935 0,818 0,825 0,007

    10 81 1,908 1,556 1,514 0,909 0,935 0,026

    maks 0,107

    (Sumber: Hasil Perhitungan)

    Nilaikritikuntuk = 5 dan n = adalah 49. Karena maks< kritik,

    maka Distribusi Log-Pearson Tipe III diterima.

    Menurut hasil pengujian Smirnov-Kolmogorov bahwa keempat distribusi

    dapat diterima dan memberikan hasil yang berbeda. Nilai yang paling baik adalahnilai terkecil. Dalam hal ini distribusi Gumbel memberikan nilai yang terbaik .Hasil

  • 7/25/2019 ANALISIS HIDROGRAF BANJIR PADA KAWASAN SUB DAS SAWAH KOTA PALEMBANG DENGAN MENGGUNAKAN HEC-HM

    56/81

    55

    rekapitulasi Uji Smornov-Kolmogorov dari masing-masing distribusi frekuensi dapat

    dilihat pada tabel di bawah ini :

    Tabel 4.23. Rekapitulasi perhitungan Uji Smirnov-Kolmogorov

    mR24

    (mm)

    Distribusi Frekuensi

    Normal Gumbel Log Normal Log Pearson III

    1 142 0,030 0,016 0,018 0,022

    2 141 0,114 0,103 0,103 0,107

    3 125 0,038 0,074 0,052 0,048

    4 114 0,060 0,009 0,028 0,038

    5 111 0,026 0,044 0,007 0,004

    6 103 0,087 0,034 0,060 0,060

    7 96 0,114 0,101 0,104 0,094

    8 96 0,023 0,010 0,014 0,019

    9 91 0,002 0,020 0,006 0,007

    10 81 0,010 0,057 0,031 0,026

    maks 0,114 0,103 0,104 0,107

    kritik 0,409 0,409 0,409 0,409

    Uji Kecocokan Diterima Diterima Diterima Diterima

    (Sumber: Hasil Perhitungan)

    Hasil dari uji kecocokan yang telah digunakan adalah bahwa pada uji

    kecocokan Chi-Square didapat nilai yang terbaik pada distribusi Log Person III,

    sedangkan pada uji kecocokan Smornov-Kolmogorov didapat nilai yang terbaik pada

    distribusi Gumbel.

    Namun diantara kedua distribusi tersebut diambil nilai terkecil yang paling

    baik. Distribusi Log Person III memberikan hasil yang paling baik yaitu dengan nilai

    X2= 0. Nilai dari distribusi Log person III akan digunakan untuk analisis selanjutnya.

    4.2.4. Menghitung Waktu Konsentrasi

    Waktu konsentrasi, Tc adalah waktu yang diperlukan untuk mengalirkan air

    hujan dari titik terjauh menuju suatu titik tertentu ditinjau pada daerah pengaliran.

    Berikut perhitungan waktu konsentrasi (tc) dengan Metode Kirpich

    berdasarkan Rumus 2.25 untuk Sub DAS Sawah :

  • 7/25/2019 ANALISIS HIDROGRAF BANJIR PADA KAWASAN SUB DAS SAWAH KOTA PALEMBANG DENGAN MENGGUNAKAN HEC-HM

    57/81

    56

    L = 2,474 km

    S = 0,0263

    =

    = = 0,5407 jam

    Untuk nilai panjang sungai (L) dan kemiringan sungai (S) didapat dari program

    global mapper. Gambar 4.2 merupakan gambaran dari hasil program global mapper

    tersebut :

    Gambar 4.2 nilai panjang sungai (L) dan kemiringan sungai dari program global

    mapper

    4.2.5. Menghitung Intensitas Hujan

    Untuk menentukan Debit Banjir Rencana (Design Flood), perlu didapatkan

    harga suatu Intensitas Curah Hujan terutama bila digunakan metoda rasional.

    Intensitas curah hujan adalah ketinggian curah hujan yang terjadi pada suatu kurun

    waktu di mana air tersebut berkonsentrasi. Berikut perhitungan intensitas hujan

    dengan Metode Mononobe berdasarkan Rumus 2.26 untuk periode ulang 2 tahun :

    I=

    =

    = 56,2580 mm/jam

    Untuk hasil perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

  • 7/25/2019 ANALISIS HIDROGRAF BANJIR PADA KAWASAN SUB DAS SAWAH KOTA PALEMBANG DENGAN MENGGUNAKAN HEC-HM

    58/81

    57

    Tabel 4.24. Perhitungan intensitas hujan pada Sub DAS Sawah

    Periode Ulang (tahun) R24(mm) tc (jam) I (mm/jam)

    2 107,702 0,5393 56,2580

    5 126,448 0,5393 66,0498

    10 137,956 0,5393 72,0610

    25 151,741 0,5393 79,2615

    50 161,554 0,5393 84,3869

    100 171,096 0,5393 89,3715

    (Sumber: Hasil Perhitungan)

    4.2.6. Menentukan Koefisien Limpasan

    Koefisien limpasan (C)merupakan salah satu kompenen untuk menghitung

    besarnya debit limpasan menggunakan Metode Rasional. Nilai koefisien limpasan

    (C)dapat ditentukan dengan penggunaan lahan Sub Das Sawah tersebut. Besarnya

    koefisien limpasan tergantung pada kondisi permukaan tanah, kemiringan medan,

    jenis tanah, dan lamanya hujan di daerah pengaliran tersebut.

    Penggunaan lahan pada Sub Das Sawah dibagi menjadi tiga bagian. Dalam

    menentukan luasan dari masing-masing penggunaan lahan dilakukan melalui bantuan

    aplikasi ILWIS dan Mapinfo. Gambar 4.3 merupakan gambaran dari penggunaan

    lahan tersebut.

    Gambar 4.3. Penggunaan Lahan Sub DAS Sawah

  • 7/25/2019 ANALISIS HIDROGRAF BANJIR PADA KAWASAN SUB DAS SAWAH KOTA PALEMBANG DENGAN MENGGUNAKAN HEC-HM

    59/81

    58

    Dari gambar diatas yang merupakan pembagian lahan pada Sub Das Sawah

    Kota Palembang maka didapatkan juga nilai luasan (A) dan nilai koefisien limpasan

    (C)dari keseluruhan ketiga lahan tersebut. Tabel 4.25 merupakan perhitungan luasan

    lahan dan koefisien limpasan Sub Das Sawah Kota Palembang.

    Tabel 4.25. Perhitungan koefisien limpasan (C) Sub DAS Sawah

    Jenis Penggunaan Lahan A (hektar) C A x C (hektar)

    Jalan 4,013 0,95 3,812

    Kebun 5,953 0,3 1,786

    Pemukiman 59,139 0,8 47,311

    Rawa 11,809 0,15 1,771Sarana industri/pergudangan 24,931 0,8 19,945

    Sarana pendidikan 0,466 0,7 0,326

    Sarana perkantoran 4,675 0,7 3,272

    Sarana tempat ibadah 0,462 0,7 0,323

    Semak belukar 0,145 0,25 0,036

    Sawah 20,886 0,15 3,133

    Tanah kosong/Ruang

    Terbuka 7,258 0,2 1,452

    Tubuh Air/Waduk/Danau 23,374 0,15 3,506

    Sarana kesehatan 0,151 0,7 0,106

    Sarana komersial 0,213 0,7 0,149

    Jumlah 163,478 Jumlah 86,931

    (Sumber: Hasil Perhitungan)

    Menurut Suripin (2004), jika daerah aliran terdiri dari berbagai macam

    penggunaan lahan dengan koefisien aliran yang berbeda makanilai C pada daerah

    aliran dapat dihitung dengan Rumus 2.28. Berikut perhitungan nilai total koefisien

    limpasan (C) pada Sub DAS Sawah :

    CDAS =

    =

    = 0,5317

  • 7/25/2019 ANALISIS HIDROGRAF BANJIR PADA KAWASAN SUB DAS SAWAH KOTA PALEMBANG DENGAN MENGGUNAKAN HEC-HM

    60/81

    59

    4.2.7 Nilai Curve Number (CN)

    Nilai CN beragam yang dipengaruhi oleh jenis penggunaan lahan, pada

    tutupan lahan dan jenis tanah yang dapat ditentukan menggunakan tabel yang

    terdapat pada lampiran. Berdasarkan peta tanah dari BAPPEDA Kota Palembang,kawasan Sub DAS Sawah memiliki jenis tanah Litosol, Latosol maka dari itu

    dikategorikan sebagai tipe tanah Kelompok A. Untuk perhitungan Nilai CN sudah

    berdasrkan jenis tanah dan penggolongan jenis penggunaan lahan. Berikut

    perhitungan nilai koefisien limpasan (C) pada Sub DAS Sawah Kota Palembang

    yang dapat dilihat pada tabel 4.26 :

    Tabel 4.26. Rekapitulasi Nilai Curve Number (CN)sub DAS sawah

    ket A (hektar) nilai CN A x CNjalan 4,013 98 393,265

    kebun 5,953 72 428,644

    pemukiman 59,140 77 4553,745

    rawa 11,809 45 531,387

    Saranaindustri/pergudangan

    24,932 81 2019,472

    Sarana pendidikan 0,466 77 35,865

    Sarana perkantoran 4,675 77 359,962

    Sarana tempat ibadah 0,462 77 35,581Semak belukar 0,145 49 7,110

    sawah 20,887 49 1023,456

    Tanah kosong/RuangTerbuka

    7,259 79 573,425

    Tubuh

    Air/Waduk/Danau23,375 96 2243,