ANALISIS GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA DI …

19
ANALISIS GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA DI BENGKEL BODY REPAIR X TAHUN 2013 Deviyanti Mala Grafina, Izhar M. Fihir Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Abstrak Penelitian ini membahas mengenai gangguan fungsi paru yang terjadi pada pekerja bengkel yang terpajan dengan uap cat untuk mengetahui gambaran gangguan fungsi paru disana. Penelitian ini adalah penelitian semi kuantitatif dengan metode cross-sectional terhadap 25 pekerja yang diukur fungsi parunya menggunakan spirometri dan diwawancara dengan menggunakan kuesioner. Hasil keseluruhan survei terhadap 25 pekerja bengkel body repair terdapat 1 orang dari bagian color matching dan 6 orang dari bagian painting yang mengalami gangguan fungsi paru. Kata Kunci: gangguan fungsi paru, pekerja, bengkel body repair Abstract This study focused about lung function disorders in workers of X body repair workshop who exposed by car spray to find out the overview of lung function disorders. This study is a semi- quatitative study with cross-sectional method to the 25 workers. The lung function is assessed by spirometry and were interviewed by using quiestionnaire. The results showed that 1 worker in color matching and 6 workers in painting suffer lung function disorders. Key word: lung function disorders, workers, body repair workshop Pendahuluan Cat merupakan campuran bahan kimia yang sudah dikenal sejak dahulu dan banyak digunakan di berbagai tempat dan berbagai industri salah satunya adalah bengkel body repair untuk mewarnai mobil. Cat ini merupakan bahan yang mudah menguap dan biasanya yang digunakan dalam bengkel adalah cat dalam bentuk cat semprot. Cat semprot akan mengubah substansi menjadi bentuk aerosol yang mudah terisap. Bahan kimia yang berada di dalam cat dapat menyebabkan kanker terutama kanker paru. Salah satunya adalah isosianat. Isosianat memajan pekerja bagian painting setiap harinya. Pajanan isosianat dapat menyebabkan asma Analisis gangguan..., Deviyanti Mala Grafina, FKM UI, 2013.

Transcript of ANALISIS GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA DI …

Page 1: ANALISIS GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA DI …

ANALISIS GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA DI BENGKEL BODY REPAIR X TAHUN 2013

Deviyanti Mala Grafina, Izhar M. Fihir

Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Indonesia

Abstrak Penelitian ini membahas mengenai gangguan fungsi paru yang terjadi pada pekerja bengkel yang terpajan dengan uap cat untuk mengetahui gambaran gangguan fungsi paru disana. Penelitian ini adalah penelitian semi kuantitatif dengan metode cross-sectional terhadap 25 pekerja yang diukur fungsi parunya menggunakan spirometri dan diwawancara dengan menggunakan kuesioner. Hasil keseluruhan survei terhadap 25 pekerja bengkel body repair terdapat 1 orang dari bagian color matching dan 6 orang dari bagian painting yang mengalami gangguan fungsi paru. Kata Kunci: gangguan fungsi paru, pekerja, bengkel body repair

Abstract

This study focused about lung function disorders in workers of X body repair workshop who exposed by car spray to find out the overview of lung function disorders. This study is a semi-quatitative study with cross-sectional method to the 25 workers. The lung function is assessed by spirometry and were interviewed by using quiestionnaire. The results showed that 1 worker in color matching and 6 workers in painting suffer lung function disorders.

Key word: lung function disorders, workers, body repair workshop

Pendahuluan

Cat merupakan campuran bahan kimia yang sudah dikenal sejak dahulu dan banyak

digunakan di berbagai tempat dan berbagai industri salah satunya adalah bengkel body repair

untuk mewarnai mobil. Cat ini merupakan bahan yang mudah menguap dan biasanya yang

digunakan dalam bengkel adalah cat dalam bentuk cat semprot. Cat semprot akan mengubah

substansi menjadi bentuk aerosol yang mudah terisap. Bahan kimia yang berada di dalam cat

dapat menyebabkan kanker terutama kanker paru. Salah satunya adalah isosianat. Isosianat

memajan pekerja bagian painting setiap harinya. Pajanan isosianat dapat menyebabkan asma

Analisis gangguan..., Deviyanti Mala Grafina, FKM UI, 2013.

Page 2: ANALISIS GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA DI …

pada 5-15% pekerja dan merupakan penyebab paru kerja yang sering dijumpai di daerah

industri. Pajanan akut dan kronik dapat mempengaruhi kesehatan paru dan bahkan dapat

menyebabkan kematian. (Wahyuningsih, 2003)

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Glindmeyer et al (2004) menunjukkan bahwa pekerja

yang terpapar dengan bahan kimia HDI dari aerosol cat mengalami penurunan laju aliran

ekspirasi. Pada penelitian yang dilakukan Randolph et al (1997) yang juga meneliti eksposure

HDI pada pekerja spray-painter menunjukkan hasil 10 orang dari 40 responden (25%)

mengalami penurunan yang signifikan pada saat FEV1 dan ditemukan 2 orang yang

menderita penyakit asma. Penelitian yang dilakukan oleh Numan (2012) menunjukkan bahwa

pekerja dibagian spray painting yang terpapar dengan cat mobil mengalami penurunan pada

fungsi paru dibandingkan dengan pekerja yang tidak terpajan dengan spray cat mobil. Hasil

penelitian dari Abuelfadl et al (2010) menunjukkan bahwa terdapat penurunan gangguan

fungsi paru pada pekerja bagian pengecatan mobil dengan menggunakan spray dibandingkan

dengan kelompok pekerja yang tidak pernah terpapar dengan isosianat namun tidak

ditemukan perbedaan antara perokok dan bukan perokok. Selain itu, berbagai faktor risiko

seperti masa kerja, lama pajanan, riwayat penyakit, usia, status perokok, status gizi maupun

penggunaan alat pelindung diri memiliki hubungan yang signifikan dengan gangguan fungsi

paru seperti penelitian yang dilakukan oleh Riswati (2004), Budiono (2007), dan Betiandriyan

(2012).

Bengkel body repair x belum pernah melakukan kegiatan pengukuran pajanan uap kimia

sebelumnya. Namun, dari hasil observasi ditemukan bahwa lingkungan kerja bengkel tersebut

menggunakan bahan kimia berbentuk aerosol cat yang memajan pekerja sehingga perlu

dilakukan penelitian untuk mengetahui seberapa banyak pekerja bengkel body repair x yang

mengalami gangguan fungsi paru. Beberapa penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa

pekerja yang terpajan dengan bahan kimia (cat) dapat mengalami gangguan fungsi paru

obstruktif yaitu salah satunya sebanyak 46,7% dari total populasi penelitian tersebut. Di

bengkel body repair x, ditemukan pekerja yang terpajan oleh cat dan beberapa diantaranya

mengalami keluhan gangguan fungsi paru pada saat bekerja. Oleh karena itu, survei ini

dilakukan dengan menggunakan spirometri untuk melihat seberapa banyak pekerja yang

mengalami gangguan fungsi paru.

Analisis gangguan..., Deviyanti Mala Grafina, FKM UI, 2013.

Page 3: ANALISIS GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA DI …

Tinjauan Teoritis

Cat merupakan campuran bahan kimia yang sudah dikenal sejak dahulu dan banyak

digunakan di berbagai tempat dan berbagai industri contohnya bengkel body repair untuk

mewarnai mobil. Cat yang digunakan untuk mewarnai mobil ini biasanya berbentuk cair yang

kemudian akan dimasukkan ke dalam sebuah tabung untuk disemprotkan ke bagian mobil

yang akan diwarnai. Cat semprot lebih berbahaya dibandingkan dengan cat kuas karena

partikelnya yang kecil dan tersebar luas. Cat ini mudah sekali menguap karena mengubah

substansi dari bentuk padat ke bentuk aerosol sehingga dapat masuk ke dalam tubuh manusia

melalui inhalasi, kontak kulit dan oral yang berpotensi menyebabkan penyakit akibat kerja

seperti penyakit paru, penyakit kulit, penyakit organ reproduksi dan lain sebagainya.

(Wahyuningsih, 2003)

Cat semprot berupa partikel halus yang dapat terisap ke dalam saluran napas. Lokasi deposit

dari aerosol cat mobil pada paru-paru manusia ini ditentukan oleh konsentrasi, kelarutan dan

ukurannya. Partikel yang memiliki ukuran 10 µm atau lebih akan mengendap di hidung dan

faring, ukuran 5 µm dapat penetrasi sampai ke alveoli, dan partikel berukuran sedang (5-10

µm) akan mengendap di beberapa tempat di saluran nafas besar. Lokasi dari terdepositnya

aerosol ini akan mengakibatkan penyakit yang berbeda tiap tempatnya, salah satunya

termasuk adalah faktor manusia seperti kebiasaan merokok, kecepatan aliran udara

pernapasan, faktor genetik dan ukuran paru. Cat semprot mobil berisi bahan kandungan cat

dan bahan pewarna berupa campuran zat kimia padat dengan medium cair seperti tiner

maupun air akan mengalami proses oksidasi, polimerisasi dan evaporasi. Pekerja yang

menggunakan cat semprot ini dan orang disekitarnya memiliki resiko terpajan oleh bahan

kimia yang terdapat di dalam cat tersebut.

Spirometri merupakan alat pengukuran yang objektif untuk mengukur volume udara yang

bergerak masuk ke dalam dan keluar dari paru-paru serta pengukuran kemampuan individu

menginhalasi dan mengekhalasi di dalam ruang tertutup. Spirometri digunakan untuk

mengukur volume paru, antara lain volume tidal, volume cadangan inspirasi, volume

cadangan ekspirasi, dan volume residual serta perhitungan volume-volume tersebut untuk

mendapatkan kapasitas vital. Nilai rata-rata yang dicantumkan untuk masing-masing volume

adalah untuk individu pria dewasa. Nilai untuk wanita dewasa lebih kecil sekitar 20-25%.

Prinsip spirometri adalah mengukur kecepatan perubahan volume udara di paru-paru selama

pernafasan yang dipaksakan atau disebut forced volume capacity (FVC). Prosedur yang paling

Analisis gangguan..., Deviyanti Mala Grafina, FKM UI, 2013.

Page 4: ANALISIS GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA DI …

umum digunakan adalah subyek menarik nafas secara maksimal dan menghembuskannya

secepat dan selengkap mungkin Nilai FVC dibandingkan terhadap nilai normal dan nilai

prediksi berdasarkan usia, tinggi badan dan jenis kelamin.

Pengukuran fungsi paru yang dilaporkan :

a. Forced Vital Capacity (FVC) adalah jumlah udara yang dapat dikeluarkan secara paksa

setelah inspirasi secara maksimal (kapasitas vital paksa), umumnya dicapai dalam 3

detik. Normalnya adalah 4 liter.

b. Forced Expiratory Volume in One Second (FEV1) adalah jumlah udara yang dapat

dihembuskan paksa dalam waktu 1 detik. Normalnya adalah 3,2 liter. FEV1 dan

FVC merupakan parameter untuk menentukan fungsi paru-paru.

c. FEV1/FVC merupakan rasio perbandingan antara nilai FEV1 dengan FVC. Pada orang

dewasa sehat dapat menghembuskan 75-80% atau lebih FVC-nya dalam satu detik,

rasio FEV/FVC adalah 75 – 80%

d. FEF 25-75% (forced expiratory flow), optional.

e. Peak Expiratory Flow (PEF), merupakan kecepatan pergerakan udara keluar dari paru-

paru pada awal ekspirasi, diukur dalam liter/detik.

f. FEF 50% dan FEF 75%, optional, merupakan rata-rata aliran (kecepatan) udara keluar

dari paru-paru selama pertengahan pernafasan, sering disebut juga sebagai MMEF

(maximal mid-expiratory flow)

Gambar 1 Spirogram normal yang menunjukkan FVC, FEV1 dan FEF25-75%

Hasil dari Pulmonary Function Test adalah :

a. Gangguan restriksi (restrictive lung disease) merupakan gangguan tidak dapat menarik

napas. Hasil pengukuran yang menunjukkan gangguan restriksi adalah nilai vital

capacity (VC) < 80% nilai prediksi dan nilai FVC < 80% nilai prediksi.

Analisis gangguan..., Deviyanti Mala Grafina, FKM UI, 2013.

Page 5: ANALISIS GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA DI …

Tabel 1 Nilai gangguan fungsi paru yang bersifat restriktif

(Pusat hiperkes, 2005)

b. Gangguan obstruksi (obstructive lung disease) merupakan gangguan yang tidak dapat

menghembuskan udara. Hasil pengukuran yang menunjukkan gangguan obstruksi

adalah nilai FEV1 < 80% nilai prediksi dan nilai rasio FEV1/FVC < 75% nilai prediksi,

semakin rendah rasionya maka semakin parah obstruksinya. Jika nilai FEV1 = 60-75%

maka tergolong mild (ringan), FEV1 = 40-59% tergolong moderate (menengah) dan

FEV1 = <40% maka tergolong severe (berat)

Tabel 2 Nilai Gangguan Fungsi Paru yang Bersifat Obstruktif

No % FVC %FEV/FVC Kesimpulan

1 > 75 Normal

2 > 75 60 – 74 Obstruktif ringan

3 30 – 59 Obstruktif sedang

4 < 30 Obstruktif berat

(Pusat hiperkes, 2005)

c. Gangguan restriksi dan obstruksi merupakan gangguan yang fungsi paru yang

penderitanya mengalami kesulitan dalam menghembuskan udara dan tidak dapat

menarik napas. Hasil pengukuran yang menunjukkan mixed adalah nilai FVC < 80%

nilai prediksi dan rasio FEV1/FVC < 75% nilai prediksi.

Untuk menentukan apakah penyakit paru yang terjadi berhubungan dengan pekerjaan, harus

dilakukan evaluasi medis yang menyeluruh. Riwayat pekerjaan sehubungan dengan pajanan

bahan harus diketahui, serta ditentukan derajat lama pajanan dan penggunaan alat pelindung.

Masa antara pajanan yang didapat sampai timbul kelainan mungkin berlangsung lama,

sehingga menimbulkan kesulitan dalam menentukan hubungan antara pekerjaan dengan

No %FEV1/FVC %FVC Kesimpulan

1 > 80 Normal

2 > 75 60 – 79 Restriktif ringan

3 30 – 59 Restriktif sedang

4 < 30 Restriktif berat

Analisis gangguan..., Deviyanti Mala Grafina, FKM UI, 2013.

Page 6: ANALISIS GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA DI …

penyakit. Beberapa prinsip yang digunakan secara umum untuk menentukan penyakit paru

akibat pajanan bahan di tempat kerja atau lingkungan antara lain: (Ikhsan, 2009)

1. Sebagian kecil penyakit paru akibat kerja dan lingkungan, mempunyai gambaran

patognomosis seperti mesotelioma, tetapi sebagian besar sulit dibedakan dengan

penyakit yang berasal bukan dari tempat kerja. Sebagian besar penyakit paru

disebabkan atau diperberat oleh pajanan dari tempat kerja atau lingkungan. Jadi pemicu

dari tempat kerja atau lingkungan, harus secara terus menerus diperhatikan dalam

evaluasi dan penatalaksanaan penyakit paru.

2. Pajanan bahan di tempat kerja atau lingkungan, dapat menyebabkan lebih dari satu

penyakit klinis atau patologis. Sebagai contoh, pajanan kobalt dapat menyebabkan

penyakit paru interstitial dan penyakit saluran napas. Lama pajanan akan meningkatkan

risiko kanker paru (Wahyuningsih, 2003).

3. Sebagian besar penyakit paru mungkin disebabkan oleh banyak faktor, dan faktor

pekerjaan bisa berinteraksi dengan faktor lain. Sebagai contoh, risiko terjadinya kanker

paru pada pekerja yang terpajan asbes sekaligus merokok adalah lebih besar daripada

hanya terpajan asbes atau rokok secara sendiri-sendiri.

4. Dosis pajanan penting, sebagai faktor penentu proporsi populasi yang terkena dan

derajat keparahan penyakit. Pajanan dengan dosisi yang lebih tinggi biasanya

menyebabkan lebih banyak individu yang terkena serta derajat penyakit yang lebih

parah. Secara umum, dosis berhubungan dengan derajat keparahan pada pasien yang

mengalami toksisiti nonimunologik langsung, seperti pneumonotos toksik kimia,

asbestosis atau silikosis. Pada keganasan atau kelainan imunologi, pada umumnya dosis

lebih mempengaruhi insidens daripada derajat keparahan.

5. Individu mempunyai perbedaan kepekaan terhadap pajanan. Efek yang tidak diinginkan

dapat terjadi pada beberapa individu, sedangkan pada individu lain dengan pajanan

yang sama tidak sakit. Faktor pejamu yang menentukan kepekaan terhadap bahan dari

lingkungan sedikit diketahui, tetapi mungkin termasuk faktor genetik, dan juga faktor

lain seperti diet, ada tidaknya penyakit paru lain dan faktor pajanan. Pada penyakit

akibat kerja, terutama pada proses yang melibatkan status imun seperti penyakit

beriliosis kronik atau asma kerja, dapat terjadi atau berkembang pada pajanan dengan

dosis rendah di bawah standar yang ditetapkan oleh pemerintah.

6. Efek pajanan terjadi setelah interval periode laten yang dapat diperkirakan. Pada

penyakit akut seperti pneumonitis toksik, efek yang terjadi biasanya singkat dan

Analisis gangguan..., Deviyanti Mala Grafina, FKM UI, 2013.

Page 7: ANALISIS GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA DI …

terdapat periode yang dapat diduga antara pajanan dengan penyakit. Bila terjadi keluhan

dan gejala yang berulang akibat pajanan yang berulang, seperti pada asma kerja,

hubungan ini dapat membantu menegakkan diagnosis. Pada penyakit kronis seperti

kanker atau sebagian besar pneumokoniosis, pada umumnya terdapat periode laten yang

panjang antara pajanan yang pertama dengan manifestasi klinis

Selain itu beberapa faktor risiko yang dapat mempengaruhi fungsi paru pada manusia

diantaranya:

1. Umur

Faal paru seseorang dipengaruhi oleh umur. Meningkatnya umur seseorang maka

kerentanan terhadap penyakit akan bertambah, salah satunya fungsi paru.Faktor umur

mempengaruhi kekenyalan paru sebagaimana dengan jaringan lain dalam tubuh.

Walaupun tidak dapat dideteksi hubungan umur dengan pemenuhan volume paru tetapi

rata-rata telah memberikan suatu perubahan yang besar terhadap volume paru. Hal ini

sesuai dengan konsep organ paru yang elastis (Mengkidi, 2006)

2. Indeks Massa Tubuh (IMT)

Indeks massa tubuh yang tidak normal akan mempengaruhi penurunan fungsi paru.

Pada orang yang obesitas, voleme paru yang dimiliki tidak lebih besar dari orang

dengan nilai IMT yang normal, dan bernapasnya pun akan lebih cepat sehingga

partikulat yang dihirup akan semakin banyak. (Bennet, 2004). Selain itu, tinggi badan

seseorang mempengaruhi kapasitas paru, semakin tinggi badan seseorang maka ia

memiliki volume paru yang besar dan kuas sehingga kapasitas parunya baik (Mengkidi,

2006)

3. Riwayat Penyakit Saluran Napas

Seseorang yang pernah mengalami penyakit gangguan pada fungsi paru cenderung akan

mengurangi ventilasi perfusi sehingga alveolus akan terlalu sedikit mengalami

pertukaran udara dan mengakibatkan menurunnya kadar oksigen dalam darah.

Emfisema diketahui merupakan penyakit utama yang mempengaruhi volume paru

karena dapat merusak jaringan paru sehingga mempengaruhi kekenyalan jaringan paru.

(Mengkidi, 2006; Budiono, 2007)

4. Kebiasaan Berolahraga

Kebiasaan olahraga akan mempengaruhi kapasitas vital paru. Latihan fisik sangat

berpengaruh terhadap sistem kembang pernapasan. Kebiasaan olahraga akan

memberikan manfaat dalam meningkatkan kerja organ khususunya paru-paru, jantung

Analisis gangguan..., Deviyanti Mala Grafina, FKM UI, 2013.

Page 8: ANALISIS GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA DI …

dan pembuluh darah ditandai dengan denyut nadi istirahat menurun, isi sekuncup

bertambah, kapasitas vital paru bertambah, penumpukan asam laktat berkurang,

meningkatkan HDL kolesterol dan mengurangi aterosklerosis. Secara umum semua

cabang olahraga, permainan dan aktivitas fisik membantu meningkatkan kebugaran

fisik, namun tergantung dari jenis olahraga yang dilakukan. (Mengkidi, 2006)

5. Kebiasaan Merokok

Merokok diketahui mengganggu efektifitas sebagian mekanisme pertahanan respirasi.

Produk asap rokok diketahui merangsang produksi mucus dan menurunkan pergerakan

silia. Dengan demkian terjadi akumulasi ukus yang kental dan terperangkapnya partikel

atau mikroorganisme di jalan napas, yang dapat menurunkan pergerakan udara dan

meningkatkan risiko pertumbuhan mikroorganisme. Batuk-batuk yang terjadi pada para

perokok (smoker’s cough) adalah usaha untuk mengeluarkan ukus kental yang sulit

didrorong keluar dari saluran napas. Infesksi saluran napas bawah lebih sering terjadi

pada perokok aktif dan pasif (Corwin, 2009). The International Agency for Research on

Cancer (IARC) menentukan bahwa cat dapat menyebabkan kanker terutama kanker

paru di samping kanker esofagus, abdomen dan kandung kencing. Kebiasaan merokok

meningkatkan risiko kanker paru 4-14 kali dibanding pekerja yang tidak merokok

(Wahyuningsih, 2003).

Status merokok belum cukup detail untuk menggolongkan apakah dia berisiko atau

tidak, oleh karena itu dilakukan penggolongan berdasarkan Indeks Brinkmann (IB).

Indeks brinkmann merupakan hasil perkalian antara durasi merokok dalam tahun

dengan jumlah batang rokok per hari yang dikonsumsi. Sebagai contoh apabila

seseorang merokok selama 10 tahun dengan jumlah rokok 12 batang per hari maka nilai

indeks brinkmann-nya adalah 10 X 12 = 120, yang dikategorikan sebagai perokok

ringan. (Setiawan, 2012)

Tabel 3 Kategori indeks Brinkmann

No Kategori Indeks Brinkmann Nilai

1 Bukan perokok -

2 Perokok ringan 1 – 200

3 Perokok sedang 201 – 600

4 Perokok berat > 600

Analisis gangguan..., Deviyanti Mala Grafina, FKM UI, 2013.

Page 9: ANALISIS GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA DI …

Beberapa hal lain yang mempengaruhi kebiasaan merokok dengan fungsi paru

diantaranya: (Setiawan, 2012)

a. Durasi merokok (dalam tahun) tidak sama kontribusinya dengan jumlah batang

per hari, akan lebih berat risiko yang diderita oleh seseorang jika merokok dalam

usia yang lama dibanding dengan banyaknya jumlah rokok yang dihisap setiap

harinya. sebagai contoh, akan lebih berisiko orang yang merokok dengan usia

lama walaupun per harinya hanya menghisap rokok yang sedikit dibanding orang

yang baru saja merokok dengan jumlah batang rokok yang dikonsumsi per

harinya banyak.

b. Seseorang yang memulai untuk merokok dari remaja lebih berisiko dibanding

orang yang baru merokok ketika sudah tua. Semakin muda memulai rokok atau

terpajan asap rokok, maka akan meningkatkan risiko penyakit pada paru. Di

indonesia terjadi peningkatan pada perokok remaja, pada tahun 1995 diketahui

terdapat 7% perokok yang berusia remaja, kemudian terjadi peningkatan menjadi

19% pada tahun 2010.

c. Seberapa dalam menghisap rokok dan jenis rokok yang digunakan (kretek atau

filter) merupakan subfaktor lain terkait rokok sebagai faktor risiko gangguan

fungsi paru. Ketika menghisap rokok dalam-dalam atau menghisap secara biasa

saja sebenarnya tidak terlau jauh berbeda sebagai faktor penyumbang dalam

gangguan fungsi paru. Namun kedalaman hisap rokok ini berhubungan dengan

jenis kanker paru yang diderita. Menghisap lebih dalam berhubungan dengan

kanker paru jenis adenokarsinoma sedangkan menghisap secara biasa saja

hubungannya dengan karsinoma sel skuamosa.

6. Masa Kerja

Gejala pertama asma kerja yang diakibatkan isosianat dari pajanan cat umumnya terjadi

pada periode laten dari satu bulan pertama bekerja hingga satu tahun ekspose. Ketika

asma tersebut mulai berkembang, sedikit saja pajanan yang diterima sudah terlihat

gejalanya. (Pronk, 2007)

7. Pemakaian Alat Pelindung Diri

Berdasarkan hasil penelitian-penelitian sebelumnya mengenai gangguan fungsi paru,

banyak rekomendasi yang dianjurkan untuk menggunakan alat pelindung diri khususnya

masker pada saat bekerja. Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Nomor PER.08/MEN/VII/2010, alat pelindung diri merupakan suatu alat yang

Analisis gangguan..., Deviyanti Mala Grafina, FKM UI, 2013.

Page 10: ANALISIS GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA DI …

mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi

sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja. Jenis alat pelindung

diri yang digunakan untuk melindungi sistem pernapasan terdiri dari masker, respirator,

katrit, kanister, Re-breather, Airline respirator, Continues Air Supply Machine=Air

Hose Mask Respirator, tangki selam dan regulator (Self-Contained Underwater

Breathing Apparatus /SCUBA), Self-Contained Breathing Apparatus (SCBA), dan

emergency breathing apparatus

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan disain studi cross-sectional dengan metode semi kuantitatif yang

dianalisis secara deskriptif. Penelitian dilakukan di bengkel body repair X yang berlokasi di

Jakarta pada bulan April 2013. Subjek penelitian adalah seluruh pekerja bengkel body repair

X bagian color matching dan painting. Data yang digunakan pada penelitian ini merupakan

data primer yang bersumber dari kuesioner wawancara dan observasi langsung serta data

sekunder yang diperoleh dari bengkel tersebut. Data-data yang diperoleh kemudian dianalisis

univariat dengan menggunakan software SPSS. 17

Hasil Penelitian

Subjek survei ini terdiri atas 25 orang yang bekerja di dua lokasi yang berbeda yaitu 7 orang

di bagian color matching dan 18 orang di bagian painting. Dalam survei ini pajanan dan

dosisnya dianggap sama pada setiap pekerja di masing-masing bagian. Namun, pekerja bagian

color matching diasumsikan mendapat pajanan dan dosis yang lebih sedikit dibanding dengan

pekerja bagian painting. Karena dilihat dari lokasi tempat kerjanya, pekerja painting bekerja

di dalam booth painting yang tertutup. Selain itu, juga mendapat pajanan debu dari hasil

pendempulan yang lokasi kerjanya tepat di belakang serta asap mobil kendaraan, sedangkan

pekerja color matching memiliki ruangan sendiri yang memiliki banyak jendela besar dan

mengarah keluar gedung. Pekerja di kedua lokasi tersebut sama-sama tidak menggunakan alat

pelindung diri yang sesuai dengan standar yang seharusnya.

Hasil pengukuran spirometri pada pekerja bagian color matching adalah 1 orang yang

menderita gangguan fungsi paru dan 6 orang yang memiliki fungsi paru yang normal,

sedangkan pada pekerja bagian painting terdapat 6 orang yang mengalami gangguan fungsi

paru dan 12 orang yang memiliki fungsi paru normal. Ketujuh orang yang mengalami

gangguan fungsi paru masih berada dalam tahap ringan.

Analisis gangguan..., Deviyanti Mala Grafina, FKM UI, 2013.

Page 11: ANALISIS GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA DI …

Pembahasan/Diskusi

Variabel Bagian Kategori

Gangguan Paru

Ya Tidak

N % n %

Umur

Color matching ≥ 32 1 50 1 50

< 32 - - 5 100

Painting ≥ 30 4 44,4 5 55,6

< 30 2 22,2 7 77,8

Status Merokok

Color matching Ya 1 16,7 5 83,3

Tidak - - 1 100

Painting Ya 6 42,9 8 57,1

Tidak - - 4 100

Status Gizi

Color matching

Tidak

Seimbang 1 14,3 6 85,7

Seimbang - - 1 100

Painting

Tidak

Seimbang 2 100 - -

Seimbang 4 26,7 11 73,3

Kebiasaan

Olahraga

Color matching Tidak - - 3 100

Ya 1 25 3 75

Painting Tidak 1 50 1 50

Ya 5 33,3 11 68,8

Riwayat Penyakit

Saluran Napas

Color matching Ada - - 1 100

Tidak 1 16,7 5 83,3

Painting Ada 3 75 1 25

Tidak 3 21,4 11 78,6

Masa Kerja

Color matching ≥ 4,29 1 25 3 75

< 4,29 - - 3 100

Painting ≥ 6,67 2 28,6 5 71,4

< 6,67 4 36,4 7 63,6

Penggunaan APD Color matching Kadang-

kadang

1 14,3 6 85,7

Analisis gangguan..., Deviyanti Mala Grafina, FKM UI, 2013.

Page 12: ANALISIS GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA DI …

Ya - - - -

Painting Kadang-

kadang

- - 1 100

Ya 6 35,3 12 66,7

Hasil survei menunjukkan bahwa rata-rata umur pada pekerja color matching adalah 32

tahun (95% CI: 23,63 – 40,37, standar deviasi 9,055). Umur responden termuda adalah 21

tahun dan umur tertua adalah 49 tahun. Pekerja yang berusia kurang dari 32 tahun ada

sebanyak 5 orang (71,5%) dan pekerja yang berusia diatas sama dengan 32 tahun ada

sebanyak 2 orang (28,5%). Dari tabel diatas, diketahui bahwa pekerja yang mengalami

gangguan fungsi paru berada pada kategori diatas sama dengan 32 tahun.

Umur responden pada pekerja bagian painting termuda adalah 27 tahun dan umur tertua

adalah 48 tahun. Rata-rata umur pada pekerja painting adalah 36,5 tahun (95% CI: 32,97 –

40,03, standar deviasi 7.090). Dari pekerja bagian painting dengan umur diatas sama dengan

36,5 tahun diketahui ada sebanyak 4 orang (44,4%) yang mengalami gangguan fungsi paru,

sedangkan pekerja dengan umur dibawah 36,5 tahun ada sebanyak 2 orang (22,2%).

Pada survei ini diketahui bahwa pekerja yang mengalami gangguan fungsi paru baik di

bagian color matching maupun painting, keduanya berada diatas kategori survei. Hal ini

menunjukkan bahwa sesuai dengan teori bahwa jika semakin tua seseorang maka fungsi

parunya akan mengalami penurunan.

Hasil survei menunjukkan bahwa responden bagian color matching yang merokok ada

sebanyak 6 orang (85,7%) sedangkan responden yang tidak merokok yaitu 1 orang (14,3%).

Dari hasil pengukuran dengan menggunakan spirometri ditemukan bahwa pada pekerja yang

berstatus perokok terdapat 1 orang (16,7%) yang mengalami gangguan fungsi paru dan 5

orang (83,3%) yang memiliki fungsi paru yang normal. Dari hasil ini diketahui bahwa

responden yang mengalami gangguan fungsi paru masuk ke dalam kategori perokok. Hasil

wawancara yang dilakukan oleh surveyor diketahui bahwa pada seluruh pekerja bagian color

matching yang merokok menghabiskan rata-rata sebanyak kurang lebih 1 bungkus setiap

harinya. Selain itu, terdapat 4 orang yang menghisap sampai ke dada dan 2 orang lainnya

tidak. Hasil perhitungan Indeks Brinkmann menunjukkan seluruh pekerja yang merokok

berada dalam kategori perokok ringan. Berdasarkan hasil wawancara dan pengukuran

spirometri juga diketahui bahwa pekerja bagian color matching yang mengalami gangguan

fungsi paru merupakan bagian dari kategori perokok. Pekerja ini menghabiskan rata-rata

Analisis gangguan..., Deviyanti Mala Grafina, FKM UI, 2013.

Page 13: ANALISIS GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA DI …

rokok setiap harinya sebanyak 1 bungkus atau 12 batang, mulai merokok dari tahun 1993 dan

memiliki kebiasaan merokok menghisap hingga ke dalam dada.

Hasil survei pada pekerja bagian painting diketahui bahwa responden yang merokok ada

sebanyak 14 orang (77,8%) sedangkan responden yang tidak merokok yaitu 4 orang (22,2%).

Berdasarkan hasil pengukuran dengan menggunakan spirometri diketahui bahwa pada pekerja

yang berstatus perokok terdapat 6 orang (42,9%) yang mengalami gangguan fungsi paru.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap pekerja bagian painting, diketahui bahwa pada pekerja

bagian painting yang merokok, terdapat 12 orang yang menghabiskan rata-rata 1 bungkus

rokok setiap harinya dan 2 orang yang menghabiskan lebih dari 1 bungkus rokok. Hasil

perhitungan indeks Brinkmann menemukan bahwa seluruh pekerja painting yang merokok

masih termasuk dalam kaetgori ringan. Dari keenam pekerja yang merokok dan mengalami

gangguan fungsi paru diketahui bahwa 2 orang yang menghabiskan rokok lebih dari dua

bungkus dan 4 orang lainnya menghabiskan rata-rata 1 bungkus setiap harinya. Kemudian

dari kedua orang tersebut, keduanya sudah merokok selama 21 tahun dan 11 tahun dengan

kebiasaan merokoknya tidak menghisap sampai ke dalam dada. Sementara itu pada keempat

pekerja lainnya sudah mulai merokok selama 27 tahun dengan kebiasaan tidak menghisap

hingga ke dalam dada, 11 tahun dengan kebiasaan tidak menghisap hingga ke dalam dada, 37

tahun dengan kebiasaan menghisap hingga ke dalam dada, dan 26 tahun dengan kebiasaan

tidak menghisap sampai ke dalam dada.

Hasil survei pada kedua lokasi kerja menunjukkan bahwa seluruh pekerja yang

mengalami gangguan fungsi paru adalah perokok, yang semuanya dalam kategori Indeks

Brinkmann masih dalam tahap ringan. Dari ketujuh responden tersebut diketahui bahwa 5

orang menghabiskan kurang lebih 1 bungkus rokok perharinya dan 2 orang menghabiskan

lebih dari 1 bungkus (dalam hal ini surveyor mengasumsikan 1 bungkus rokok adalah 16

batang). Sesuai dengan teori bahwa rokok berpengaruh dengan kejadian gangguan fungsi

paru.

Hasil survei menunjukkan bahwa seluruh pekerja bagian color matching memiliki status

gizi yang seimbang, yaitu 7 orang (100%). Pekerja yang mengalami gangguan fungsi paru

masuk ke dalam kategori status gizi yang seimbang.

Hasil survei menunjukkan bahwa pada pekerja painting terdapat 1 orang (5,56%) yang

memiliki nilai IMT kurang dari 18, 2 orang (11,1%) yang nilai IMT-nya lebih dari 25 dan 15

orang (83,3%) yang memiliki nilai IMT 18-25. Pada survei ini ditemukan pekerja yang

mengalami gangguan fungsi paru pada pekerja dengan nilai IMT lebih dari 25 yaitu 2 orang

Analisis gangguan..., Deviyanti Mala Grafina, FKM UI, 2013.

Page 14: ANALISIS GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA DI …

dan pada pekerja dengan nilai IMT 18-25 yaitu 4 orang. Pekerja yang mengalami gangguan

fungsi paru lebih banyak pada pekerja yang memiliki gizi seimbang.

Terdapat ketidaksesuaian dengan teori bahwa orang yang memiliki nilai IMT yang

seimbang justru mengalami gangguan fungsi paru.

Hasil survei menunjukkan bahwa pada pekerja bagian color matching, yang melakukan

kegiatan olahraga adalah sebanyak 4 orang (57,1%) dan 3 (42,9%) orang lainnya tidak

melakukan kegiatan olahraga. Pekerja yang mengalami gangguan fungsi paru berada dalam

kategori melakukan kegiatan olahraga. Kegiatan olahraganya berupa berupa jogging selama

seminggu sekali dengan durasi kurang lebih 1 jam.

Hasil survei menunjukkan bahwa pada pekerja bagian painting, yang melakukan kegiatan

olahraga adalah sebanyak 16 orang (88,9%) dan 2 (11,1%) orang lainnya tidak melakukan

kegiatan olahraga. Pekerja yang mengalami gangguan fungsi paru yang melakukan kegiatan

olahraga ada sebanyak 5 orang (83,3%) dan 1 orang tidak melakukan kegiatan olahraga. Pada

kelima pekerja bagian painting yang mengalami gangguan fungsi paru diketahui masing-

masing melakukan kegiatan olahraga tenis meja selama 1 jam setiap hari, bulutangkis selama

2 jam setiap 2 kali seminggu, tenis meja dan sepeda selama 2 jam setiap hari, joging selama

30 menit setiap 1 kali seminggu dan futsal selama 1 jam setiap 1 kali seminggu.

Pada survei ini diketahui pekerja yang mengalami gangguan fungsi paru justru ditemukan

pada pekerja yang melakukan kegiatan olahraga.

Hasil survei menunjukkan bahwa pada pekerja bagian color matching, yang memiliki

riwayat penyakit saluran napas ada 1 orang (14,3%) dan 6 orang (85,7%) lainnya tidak

memiliki riwayat penyakit saluran napas. Pekerja yang mengalami gangguan fungsi paru tidak

memiliki riwayat penyakit saluran napas sebelumnya.

Hasil survei menunjukkan bahwa pada pekerja bagian painting, yang memiliki riwayat

penyakit saluran napas ada 4 orang (22,2%) dan 14 orang (77,8%) lainnya tidak memiliki

riwayat penyakit saluran napas. Pada kategori memiliki riwayat penyakit saluran napas,

pekerja yang mengalami gangguan fungsi paru ada sebanyak 3 orang (50%) dan pada kategori

tidak juga 3 orang yang mengalami gangguan fungsi paru.

Rata-rata masa kerja pada pekerja color matching adalah 4,29 tahun (95% CI: 2,46 –

6,11, standar deviasi 1,976). Masa kerja minimal responden adalah 2 tahun dan maksimal

adalah 7 tahun. Pekerja yang memiliki masa kerja lebih dari sama dengan 4,29 tahun ada

sebanyak 4 orang (57,2%) sedangkan pekerja dengan masa kerja kurang dari 4,29 tahun ada

sebanyak 3 orang (42,8%). Dari tabel diatas, diketahui bahwa pekerja yang mengalami

Analisis gangguan..., Deviyanti Mala Grafina, FKM UI, 2013.

Page 15: ANALISIS GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA DI …

gangguan fungsi paru berada di kategori ≥ 4,29 tahun. Pekerja ini juga pernah bekerja

sebelumnya ditempat lain yang juga menggunakan bahan kimia dengan masa kerja 3 tahun.

Rata-rata masa kerja pada pekerja painting adalah 6,67 tahun (95% CI: 3,98 – 9,35,

standar deviasi 5,402). Masa kerja minimal responden adalah 1 tahun dan maksimal adalah 17

tahun. Pekerja yang memiliki masa kerja lebih dari sama dengan 6,67 tahun ada sebanyak 7

orang (38,8%) sedangkan pekerja dengan masa kerja kurang dari 6,67 tahun ada sebanyak 11

orang (61,2%). Dari tabel diatas, diketahui bahwa pekerja yang mengalami gangguan fungsi

paru sebanyak 2 orang (33,3%) berada di kategori ≥ 6,67 dan 4 orang (66,7%) berada di

kategori < 6,67 tahun. Dari keenam pekerja yang memiliki gangguan fungsi paru, diketahui

seluruhnya pernah bekerja sebelumnya ditempat lain dan menggunakan bahan kimia. Dari 2

orang yang mengalami gangguan fungsi paru dan masa kerjanya diatas kategori, diketahui

masa kerja sebelumnya adalah 13 tahun dan 10 tahun, sedangkan pada 4 orang yang

mengalami gangguan fungsi paru dan masa kerjanya dibawah kategori, masa kerja

sebelumnya masing-masing adalah 8 tahun, 14 tahun, 21 tahun, dan 4 tahun.

Dari hasil survei ini diketahui bahwa seluruh pekerja bagian color matching

menggunakan alat pelindung diri dengan kategori kadang-kadang, yaitu sebanyak 7 orang

(100%). Pekerja yang mengalami gangguan fungsi paru berada pada kategori kadang-kadang

menggunakan alat pelindung diri.

Dari hasil survei ini diketahui bahwa pekerja dengan kategori kadang-kadang

menggunakan APD ada sebanyak 1 orang (5,6%) sedangkan 17 orang (94,4) lainnya

menggunakan APD. Pekerja yang mengalami gangguan fungsi paru ditemukan pada pekerja

yang menggunakan APD selama bekerja.

Tidak ditemukan kesesuaian dengan teori pada kategori pemakaian alat pelindung diri ini

dikarenakan pekerja yang mengalami gangguan fungsi paru justru adalah pekerja yang

menggunakan APD. Hal ini dapat dijelaskan bahwa APD yang tersedia tidak sesuai dengan

standar.

Kesimpulan

Berdasarkan uraian hasil survei dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Hasil keseluruhan survei terhadap 25 pekerja bengkel body repair terdapat 1 orang dari

bagian color matching dan 6 orang dari bagian painting yang mengalami gangguan

fungsi paru.

Analisis gangguan..., Deviyanti Mala Grafina, FKM UI, 2013.

Page 16: ANALISIS GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA DI …

2. Hasil analisis faktor risiko menunjukkan tidak ditemukannya hubungan baik faktor

internal maupun eksternal dengan gangguan fungsi paru pada pekerja bengkel body

repair x.

3. Pada pekerja bagian color matching, pekerja dengan gangguan fungsi paru ditemukan

berjumlah 1 orang dan diketahui bahwa pekerja ini memiliki umur diatas kategori;

berperilaku merokok; memiliki nilai IMT yang sesuai; melakukan kegiatan olahraga;

tidak memiliki riwayat penyakit saluran napas; dan masa kerja diatas kategori.

4. Pada pekerja bagian painting diketahui bahwa terdapat 6 orang yang mengalami

gangguan fungsi paru. Dari keenam pekerja tersebut diketahui 4 orang umurnya berada

diatas kategori dan 2 orang lainnya dibawah kategori; seluruhnya berperilaku merokok;

4 orang memiliki nilai IMT yang sesuai dan 2 orang lainnya memiliki nilai IMT lebih

dari 25; 5 orang melakukan kegiatan olahraga dan 1 orang tidak; pada pekerja yang

memiliki riwayat penyakit ada 3 orang dan yang tidak juga 3 orang; 4 orang di masa

kerja dibawah kategori dan 2 orang diatas kategori; dan seluruhnya menggunakan APD.

Saran

1. Dilakukan pemantauan lingkungan dan pengendalian pajanan secara berkala baik untuk

bahan kimia maupun debu agar dapat diketahui kualitas udara di bengkel body repair x.

Pemantauan lingkungan ini dapat bekerja sama dengan pihak akademisi maupun

institusi terkait. Pengukuran terkait isosianat dapat menggunakan metode NIOSH 5522

2. Bengkel body repair x juga perlu meningkatkan program analisis risiko akibat pajanan

bahan kimia yang lebih spesifik.

3. Perlu adanya peningkatan kepedulian karyawan dengan melakukan kegiatan promosi

kesehatan oleh Departemen EHS beserta klinik melalui pemberian informasi kesehatan

pada saat meeting pagi maupun pemasangan poster-poster mengenai kesehatan seperti

imbauan untuk tidak merokok, rajin berolahraga dan menggunakan alat pelindung diri

dengan benar.

4. Adanya perhatian lebih terhadap pekerja untuk menggunakan alat pelindung diri dengan

baik dan benar dengan cara melakukan pengawasan. Pihak perusahaan juga dapat

menggunakan sistem reward dan punishment untuk kegiatan ini.

5. Perlu diadakannya pemeriksaan kesehatan secara berkala meskipun sebagian besar

karyawan adalah karyawan vendor/outsourcing serta pengukuran lebih spesifik terhadap

kesehatan paru pekerja

Analisis gangguan..., Deviyanti Mala Grafina, FKM UI, 2013.

Page 17: ANALISIS GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA DI …

6. Setiap pekerja wajib menjaga kesehatannya masing masing melalui berbagai upaya

yaitu mengurangi konsumsi rokok, memperhatikan asupan makanan, menggunakan alat

pelindung diri saat bekerja, dan berolahraga.

7. Pekerja juga diharapkan dapat bekerja sama dengan perusahaan maupun berbagai pihak

untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat dan selamat. Berbagai upaya

telah dilakukan oleh perusahaan, namun tidak akan berarti jika pekerja tidak dapat

bekerja sama maupun menjaga kesehatannya sendiri.

8. Pekerja dapat meningkatkan kesadaran diri mengenai bahaya yang timbul akibat

pajanan bahan kimia, salah satunya cat dan tiner.

9. Survei selanjutnya disarankan untuk melakukan pengukuran terhadap pajanan bahan

kimia juga serta analisis yang lebih mendetail dan mendalam.

Daftar Referensi

Abuelfadl Arwa, et al. (2010). Pulmonary toxicity among car spray painters. Mansoura

Journal Forensic Medical Clinic Toxicol XVIII, 1, 51-64.

Betiandriyan. (2012). Skripsi: Hubungan faktor-faktor risiko terhadap kejadian gangguan

fungsi paru pada pekerja bagian painting di PT.X. Mei 5, 2013. Jurnal Kesehatan

Masyarakat 1, 2, 679 – 689. http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

Bennet, (2004)

Budiono, Irwan (2007). Tesis: Faktor risiko gangguan fungsi paru pada pekerja pengecatan

mobil (studi pada bengkel pengecatan mobil di kota Semarang). Semarang: Universitas

Diponegoro.

Corwin, Elizabeth J. (2009). Buku saku patofisiologi. (Yudha, et al, Penerjemah). Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Glindmeyer HW, Lefante JJ, Rando RJ, Freyder L, Henizdo E dan Jonas RN. (2004). Spray

painting and chronic airways obstruction. Am J Ind Med, 46, 104-111 April 23, 2013.

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/

Ikhsan, Mukhtar, Yunus, Faisal, Susanto, Dwi Agus. (2009). Bunga rampai penyakit paru

kerja dan lingkungan. Jakarta: Balai Penerbit FKUI Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia.

Analisis gangguan..., Deviyanti Mala Grafina, FKM UI, 2013.

Page 18: ANALISIS GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA DI …

Marthaty, Sri Sarwosih Indah. Wulandari, Laksmi. (2011). Hubungan antara inhalasi cat

semprot dengan faal paru pekerja pengecatan mobil. February 2, 2013.

http://penelitian.unair.ac.id/artikel_dosen

Mengkidi, Dorce. (2006). Tesis: Gangguan fungsi paru dan faktor-faktor yang

mempengaruhinya pada karyawan PT. Semen Tonasa Pangkep Sulawesi Selatan.

Semarang: Universitas Diponegoro.

Numan, Ahmad Tarik. 2012. Effect of car painting vapours on pulmonary and liver function

of automobile painting worker within Baghdad Governorate Area. Al-Kindy Col Med J

8, 2, 58-64.

Parker DL, Waller K, Himrich B, Martinez A, and Martin F.A. (1991). A cross-sectional

study of pulmonary function in auto body repair workers. Am J Public Health 81, 6,

768-771.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.08/MEN/VII/2010

Price, Sylvia Anderson. Wilson, Lorraine McCarty. (1982). Pathophysiology clinical concepts

of disease processes. New York: Mc Graw-Hill, Inc.

Pronk, Anjoeka. (2007). Isocyanate exposure and respiratory health effects in the spray

painting industry. Thesis Utrecht University. February 6, 2013. http://igitur-

archive.library.uu.nl/

Rahmah, Laila. (2008). Skripsi: Gambaran fungsi paru pada pekerja CV. Silkids Garmindo.

October 18, 2012. www.lontar.ui.ac.id

Randolph BW, Lalloo UG, Gouws E and Colvin MS. (1997). An evaluation of the respiratory

health status of automotive spray-painters exposed to paints containing hexamethylene

di-isocyanates in The Greater Durban Area. Safr Med J 87, 3, 318-23 April 23, 2013

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/

Riswati, Yudhistira. (2004). Skripsi: Hubungan masa kerja dengan kapasitas vital paksa paru

pada pekerja pengecatan mobil di kampung Ligu kota Semarang. Semarang: Universitas

Diponegoro.

Setiawan, Yahmin. Nurwidya, Fariz. (2012). Selamatkan keluarga perokok. June 22, 2013.

http://www.lkc.or.id/

Analisis gangguan..., Deviyanti Mala Grafina, FKM UI, 2013.

Page 19: ANALISIS GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA DI …

Wahyuningsih, et al. (2003). Dampak inhalasi cat semprot terhadap kesehatan paru. Cermin

Dunia Kedokteran, 138, 23-28.

Analisis gangguan..., Deviyanti Mala Grafina, FKM UI, 2013.