ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS...

110
i ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYAAN MASYARAKAT PAKPAK-DAIRI DI DESA SIOMPIN ACEH SINGKIL SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H MARLIANA MANIK NIM: 060707022 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN 2013

Transcript of ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS...

Page 1: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

i

ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU

GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA

KEBUDAYAAN MASYARAKAT PAKPAK-DAIRI DI DESA SIOMPIN

ACEH SINGKIL

SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H MARLIANA MANIK NIM: 060707022

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI

MEDAN

2013

Page 2: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

ii

ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU

GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA

KEBUDAYAAN MASYARAKAT PAKPAK-DAIRI DI DESA SIOMPIN

ACEH SINGKIL

SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H MARLIANA MANIK NIM : 070707016 Pembimbing I, Pembimbing II, Drs. Setia Dermawn Purba, M.Si. Drs. Bebas Sembiring, M.Si. NIP 196512211991031001 NIP 195703131991031001

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya USU Medan, untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam bidang ilmu Etnomusikologi. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN 2012

Page 3: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

iii

PENGESAHAN

DITERIMA OLEH:

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah

satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam bidang disiplin Etnomusikologi pada Fakultas Ilmu

Budaya, Universitas Sumatera Utara, Medan

Pada Tanggal :

Hari :

Fakultas Ilmu Budaya USU,

Dekan,

Dr. Syahron Lubis, M.A.

NIP

Panitia Ujian: Tanda Tangan

1. Drs, Muhammad Takari, M.A., Ph.D

2. Dra. Heristina Dewi, M.Pd.

3.Drs. Torang Naiborhu, M.Hum., Ph.D.

4.

5.

Page 4: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

iv

DISETUJUI OLEH

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI

KETUA,

Drs. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D.

NIP 196512211991031001

Page 5: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

v

ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul “Analisis Tekstual dan Musikal Tangis Simate Pada

Masyarakat Pakpak”. Tangis si mate merupakan salah satu musik vokal (nyanyian) yang ada pada masyarakat Pakpak Nyanyian ini. disajikan oleh kaum wanita ketika ada salah satu anggota keluarga yang meningga dunia. Disajikan pada saat si mati tersebut masih berada di hadapan orang yang menangisi sebelum dikebumikan Dalam tulisan ini akan dibahas tentang bagaimana struktur tekstual dan musikal dari nyanyian tersebut serta makna teks yang terkandung dari nyanyian tersebut . Nyanyian ini sudah tidak ditemukan lagi pada masyarakat Pakpak, oleh karena itu penulis membuat rekonstruksi kembali dari nyanyian tersebut. Untuk memperoleh data atau informasi tentang nyanyian ini, maka penulis melakukan wawancara langsung dengan orang yang mengetahui tentang nyanyian tersebut.

Page 6: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur dan hormat penulis panjatkan kepada TuhanYesus Kristus,

yang senantiasa menyertai penulis hingga saat ini bahkan selama penyelesaian tulisan

ini. Semoga Tuhan juga memberikan rahmat-Nya kepada semua makhluk di seluruh

dunia ini, terutama kepada keluarga besar Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu

Budaya, Universitas Sumatera Utara di Medan.

Skripsi ini berjudul “Analisis Fungsi, Tekstual, dan Musikal Tangis Simate

Suatu Genre Nyanyian Ratapan dalam Konteks Kematian pada Masyarakat

Pakpak-Dairi di Desa Siompin, Aceh Singkil.” Skripsi ini merupakan suatu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Seni (S.Sn.) di Departemen (Program Studi)

Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam tulisan

ini. Oleh karena itu, terlebih dahulu penulis minta maaf kepada para pembaca dan dapat

memakluminya.

Dalam proses penyelesaian tulisan ini, banyak pihak yang telah membantu dan

mendukung penulis baik dalam bentuk doa, semangat serta materi agar proses

penyelesaian serta hal-hal yang dibutuhkan dapat terlaksana dengan baik. Untuk itu,

dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah

membantu dalam penyelesaian tulisan ini.

1. Secara khusus penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada

ayahanda J. Manik dan almarhumah ibunda tercinta R. Boang Menalu atas cinta,

kasih sayang, motivasi dan doa-doa yang tiada henti kepada penulis serta

kebutuhan-kebutuhan yang telah dipenuhi selama proses penyelesaian tulisan

ini. Skripsi ini penulis persembahkan kepada ayah dan ibu sebagai hadiah yang

Page 7: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

vii

membuat mereka bangga. Ibu, walaupun ibu sudah tiada, tetapi penulis tidak

akan pernah lupa akan kasih sayangmu mulai dari kecil hingga penulis bisa

menyelesaikan tulisan ini. Ayah, terimakasih yang sedalam-dalamnya penulis

ucapkan atas segala doa, semangat dan kebutuhan-kebutuhan yang engkau

penuhi kepada penulis. Biarlah Tuhan yang memberkati ayah selalu. Aku sayang

ayah dan ibu.

2. Kepada kakak dan abang tercinta Mersinatap Manik beserta suami, Pdt. E.

Manik, S.Th. beserta istr; Merita Manik S.PAK, dan Mariati Rusmianna Manik,

S.E. Terimakasih atas semangat, dukungan, arahan, motivasi, serta doa-doanya

kepada penulis. Mereka adalah orang-orang yang juga selalu memberikan

semangat dan doa kepada penulis. Ketika penulis mengalami saat-saat sulit,

kalian selalu ada dan memberikan semangat untuk penulis. Terimakasih abang

dan kakak, biarlah kiranya Tuhan selalu memberkati kalian. Aku sayang kalian.

3. Kepada Bapak Drs. Torang Naiborhu, M.Hum., selaku dosen pembimbing I

yang telah sabar dalam membimbing penulis, memberikan arahan, ilmu, serta

saran-saran kepada penulis hingga tulisan ini bisa selesai. Biarlah Tuhan yang

memberkati bapak selalu.

4. Kepada Bapak Drs. Muhammad Takari, M.Hum, Ph.D., selaku ketua

departemen etnomusikologi sekaligus dosen pembinmbing II yang telah banyak

membimbing dan memberikan arahan selama proses penyelesaian tulisan ini.

Kiranya Tuhan yang memberkati bapak selalu.

5. Kepada bapak/ibu dosen Departemen Etnomusikologi yang telah memberikan

ilmu kepada penulis selama di bangku perkuliahan. Terimakasih bapak dan ibu,

kiranya Tuhan yang memberkati bapak dan ibu selalu.

Page 8: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

viii

6. Kepada staf/pegawai departemen etnomusikologi yang telah membantu proses

administrasi penulis hingga bisa selesai dengan baik.

7. Kepada teman-teman setambuk 2008 yang penulis kasihi dan sayangi

(Yudhistira Siahaan, S.Sn.; Brian Harefa, S.Sn.; Augusman Tafanao, S.Sn.;

Andro Hutabarat, S.Sn.; Pardon Simbolon, S.Sn.; Marini Sinaga, S.Sn.; Sandro

Batubara, S.Sn.; Sudarsono Malau, Medina Hutasoit, Daniel Sianturi, Daniel

Zai, Mario King, dan Nielson Sihombing. Terimakasih buat setiap kebaikan,

perhatian, semangat dan pertolongan yang diberikan kepada penulis. Bahkan

ketika penulis mengalami musibah, kalian ada untuk memberikan semangat dan

pertolongan untuk penulis. Terimakasih juga buat setiap hal yang boleh kita lalui

di sepanjang masa perkuliahan. Kiranya persahabatan kita tetap terjalin baik dan

kita akan menjadi orang-orang yang sukses.

8. Kepada adik-adik rohani penulis (Rinova S dan Nova Op.s) yang memberikan

semangat, motivasi dan doa-doa kepada penulis. Terimakasih buat senyum dan

keceriaan kalian yang membuat penulis menjadi semangat. Aku sayang kalian.

9. Kepada kakak rohani penulis (Inta Hasugian, S.Sn.) yang telah memberikan

semangat, motivasi, doa serta saran-saran kepada penulis. Kepada Rina

Simanjuntak, S.Sn. dan Chrismes Manik yang juga telah banyak membantu

penulis. Terimakasih buat pinjaman laptopnya pada saat penulis

membutuhkannya. Begitu juga kepada seluruh alumni, senior dan junior, dan

pihak-pihak yang telah membantu yang tidak penulis sebutkan satu-persatu.

Biaralah Tuhan yang memberkati kalian selalu.

Page 9: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

ix

Akhir kata, kiranya tulisan ini bermanfaat bagi setiap pembaca. Njuah-njuah

banta karina.

Medan, Maret 2013

Penulis,

Marliana Manik

Page 10: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia dalam rangka menjalani kehidupannya di dunia ini,

menghasilkan dan berdasarkan kepada kebudayaan. Budaya ini menjadi identitas

seseorang dan sekelompok orang yang menggunakan dan memilikinya.

Kebudayaan tersebut muncul untuk memenuhi kebutuhan hidup dan dalam rangka

menjaga kesinambungan generasi yang diturunkan. Kebudayaan ini memainkan

peran penting terhadap perilaku manusia dan benda-benda hasil kreativitas

mereka. Kebudayaan juga mengatur siklus atau daur hidup manusia sejak dari

janin, lahir, anak-anak, pubertas, dewasa, tua, sampai meninggal dunia. Demikian

juga yang terjadi di dalam kebudayaan masyarakat Pakpak-Dairi,1 yang wilayah

kebudayaannya mencakup Provinsi Sumatera Utara dan Aceh.

Salah satu ekspresi kebudayaan adalah kesenian. Dalam kebudayaan

masyarakat Pakpak-Dairi dikenal berbagai jenis seni, seperti seni rupa, musik

(genderang), tari (tatak), dan seterusnya. Mereka memiliki musik vokal yang

disebut ende, yang terdiri dari beberapa jenis, seperti ende mendedah (menidurkan

1Istilah Pakpak dan Dairi biasanya dalam konteks kajian kebudayaan di Sumatera Utara

adalah menyatu dan saling berkait. Ini merujuk kepada dua komunitas yang membentu satu kesatuan etnik, yaitu Pakpak dan Dairi. Bagi mereka Pakpak adalah sebuah komunitas dengan ciri khas dan garis keturunan tersendiri, demikian pula Dairi juga adalah sebuah komunitas dengan ciri khas dan garis keturunan yang tersendiri pula, namun secara budaya kedua komunitas ini sadar akan ber bagai kesamaan. Oleh karenma itu pembahasan mengenai identitas Pakpak selalu dikaitakn dengan dairi atau sebaliknya. Bahkan dengan melihat keberadaan kebudayaan mereka bisa juga dikatakan ada sejumlah besar persamaan antara Pakpak dan Dairi yang mencakup bahasa, teknologi, organisasi, adat, filsafat hidup, dan lain-lainnya Dalam kajian ilmu-ilmu budaya istilah ini ditulis dengan menyertakan tanda hubung (-) , yaitu Pakpak-Dairi yang maknanya adalah sebagai satu kesatuan etnik atau komunitas.

Page 11: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

2

anak), ende markemenjen (nyanyian sambil menyadap kemenyan), nangen

(nyanyian yang bertemakan dongeng), tangis simate, dan lain-lainnya.

Tangis simate adalah nyanyian ratapan yang disajikan ketika adanya

kematian di dalam kebudayaan Pakpak-Dairi. Nyanyian ini adalah berupa ekspresi

kesedihan kerabat dan segenap orang yang ditinggalkan orang yang telah

meninggal dunia tersebut. Teks yang disajikan merupakan ungkapan perasaan dari

si penyaji, yang strukturnya menggunakan unsur-unsur pantun tradisional Pakpak-

Dairi, yang dio dalamnya ada bait yang umumnya tersdiri dari empat baris, juga

ada sampiran, isi, rima (persajakan), serta yang tidak kalahpentingnya unsur

musikal dalam penyajiannya.

Oleh karena itu, kata-kata yang diucapkan tidak boleh sembarangan

atau tidak seperti bahasa sehari-hari tetapi ada aturan tersendiri dalam

penyampaian kata-kata tersebut. Misalnya, jika yang meninggal adalah seorang

ibu, maka pada waktu anaknya menangisinya, maka ia tidak boleh langsung

menggunakan kata ibu, tetapi diganti dengan kata inang ni beruna. Jika yang

meninggal adalah seorang anak perempuan (bahasa Pakpak: berru) maka ketika

ibunya menangisinya kata berru diganti dengan tendi ni inangna. Dengan

demikian, ada aturan-aturan tertentu dalam penyampaian kata-kata. Sedangkan

untuk irama, ada suatu dinamika (tinggi rendah) dalam menyanyikannya pada

setiap kata-kata tertentu.

Mengingat pentingnya tangis simate ini, maka dahulu seorang gadis

disarankan untuk belajar menyajikan nyanyian ini kepada orang yang pandai

menyajikannya. Biasanya kepada kaum ibu-ibu yang sudah lanjut usia. Tujuannya

Page 12: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

3

adalah untuk melestarikan kebudayaan dan sebagai sarana ekspresi nilai-nilai

yang dipegang teguh oleh oramg Pakpak-Dairi.

Dalam tradisi Pakpak-Dairi, setiap orang khususnya keluarga dekat yang

melayat wajib menangisi orang yang meninggal tersebut dengan gaya tangis

simate sebagai tanda bahwa mereka juga turut berduka atas sepeninggal si mati

tersebut. Jika orang yang melayat tersebut tidak menyajikan tangis simate ini,

maka mereka dianggap tidak ikut bersedih atau merasakan dukacita atas

sepeninggal si mati tersebut. Hal ini merupakan suatu tradisi pada masyarakat

Pakpak ketika melayat.

Tangis simate ini juga bisa dikatakan sebagai sarana komunikasi untuk

memberitahukan atau sebagai tanda bahwa ada orang yang meninggal dunia

terhadap orang-orang di sekitarnya. Dengan mendengar tangis tersebut, maka

secara otomatis orang-orang di sekitarnya akan mengetahui bahwa ada orang yang

meninggal di sekitarnya.

Dalam kebudayaan masyarakat Pakpak-Dairi tangis simate ini tidak

pernah disajikan oleh kaum pria. Hal ini memang tidak pernah berlaku pada

masyarakat itu sendiri. Untuk menyajikan tangis simate ini memang merupakan

tugas dari kaum wanita. Menurut penjelasan para informan tidak pernah

ditemukan kaum pria yang menyajikan tangis simate tersebut, karena merupakan

hal yang dianggap tabu bagi masyarakat Pakpak jika ada kaum pria yang

menyajikan tangis simate ini. Laki-laki yang menangis dengan gaya tangis simate

tersebut akan dianggap sebagai laki-laki yang lemah.

Pada awalnya penulis berpikir bahwa teks atau lirik yang diungkapkan

penyaji pada waktu menangisi orang yang meninggal tersebut hanya berkisar

Page 13: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

4

tentang orang yang meninggal tersebut saja, misalnya kelebihan-kelebihannya,

sifat-sifatnya, serta pengalaman selama bersama orang yang meninggal tersebut.

Namun setelah dikaji lebih mendalam, dalam kenyataannya setelah meneliti lebih

lanjut ternyata teks yang diungkapkan penyaji tidak hanya itu saja, melainkan

bercerita tentang pengalaman atau penderitaan yang dialami orang yang menangis

tersebut. Pada waktu menangisi orang yang meninggal tersebut, maka penyaji

mengungkapkan segala keluh kesah di dalam kehidupannya. Dalam hal ini ada

istilah: “Pande mang ngo ko keppe memukai sindanggelku.” Artinya: “Kamu

membuka atau mengingatkan kembali tentang penderitaanku.” Jadi, melalui

tangis tersebut si penyaji teringat kembali tentang pengalaman hidupnya, terutama

penderitaan-penderitaan yang dialami serta diungkapkan melalui tangis tersebut.

Semua keluh kesah akan diungkapkan melalui tangis tersebut terutama

penderitaan yang dialami dalam kehidupannya. Bahkan anggota keluarga yang

sudah terlebih dahulu meninggal dunia dalam waktu yang sudah begitu lama

diceritakan atau dikenang kembali sehingga tangis tersebut dapat berlangsung

lama. Dengan demikian, tangis simate tersebut bisa dikatakan sebagai media

untuk mengungkapan perasaan atau isi hati si penyaji tentang penderitaan yang

dialami dalam hidupnya.

Dalam penyajiannya, tangis simate ini bisa berlangsung selama dua hari

dua malam tanpa berhenti, dengan penyaji yang bisa silih berganti. Si penyaji

terus-menerus menangis di hadapan orang yang meninggal tersebut. Tidak begitu

peduli lagi dengan aktivitas lain, seperti makan, tidur dan aktivitas lainnya. Si

penyaji merasa puas ketika mengungkapkan perasaannya melalui tangis tersebut.

Rasa lapar, ngantuk, lelah tidak dirasakannya lagi ketika sedang menangis padahal

Page 14: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

5

dia sudah menangis dalam waktu yang cukup lama. Si penyaji terlarut dengan

duka yang mendalam dan terus mengungkapkan perasaan yang ada dalam hatinya.

Teks yang diungkapkan mengalir secara spontan. Dengan menyajikan tangis

simate tersebut, maka si penyaji merasa puas karena sudah mengungkapkan

perasaan yang ada dalam hatinya.2

Dengan melihat fakta sosial dan budaya seperti diurai di atas, maka dalam

tulisan ini penulis akan membahas tentang keberadaan tangis simate dari tiga

sudut pandang utama yaitu: (a) fungsi, (b) tekstual, dan (c) musikal, yang

merupakan salah satu musik vokal yang terdapat pada masyarakat Pakpak-Dairi di

Desa Siompin, Aceh Singkil, yang disajikan dalam konteks kematian. Tangis

simate adalah nyanyian ratapan kaum wanita ketika salah seorang keluarga

meninggal dunia. Disajikan pada saat si mati tersebut masih berada di hadapan

orang yang menangis sebelum dikebumikan. Teks nya berisi hal-hal perilaku yang

paling berkesan dari si mati semasa hidupnya, kebaikan dan kelebihan-

kelebihannya, serta kemungkinan kesukaran hidup yang akan dihadapi keluarga,

sepeninggal orang yang meninggal tersebut. Melalui tangis ini pula, orang-orang

yang melayat dapat lebih mengetahui dan mengenal sifat-sifat dari orang yang

meninggal tersebut. Melalui tangis ini para pelayat akan dibawa ke dalam suasana

duka yang mendalam melalui teknik atau gaya menangis sehingga dengan

demikian pelayat akan bersatu ke dalam suatu perasaan duka yang mendalam.

Tangis simate adalah nyanyian logogenik yang mengutamakan teks daripada

2Wawancara dengan Ibu Baniah br Boang Menalu, Januari 2012 di desa Siompin, Aceh

Singkil. Dengan melihat uraian dari ibu teersebut menggambarkan kepada kita bahwa menyajikan tangis simate adalah sebuah aktivitas total dari penyajinya yang dilatarbelakangi oleh kebudayaan. Ini juga memberikan gambaran tentang begitu pentingnya keberadaan tangis simate di dalam kebudayaan Pakpak-Dairi.

Page 15: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

6

melodi. Disajikan secara strofik, yaitu teksnya berubah-ubah tetapi melodinya

sama atau hampir sama (Naiborhu, 2004:150).

Sesuai dengan perjalanan waktu dalam konteks kebudayaan Pakpak, maka

institusi adat tangis simate ini, mengalami perubahan-perubahan. Di antara

penyebab perubahan itu adalah zaman, juga agama yang datang ke dalam

kehidupan masyarakat Pakpak-Dairi. Jika melihat keberadaannya saat ini,

nyanyian ini mengalami penurunan pembelajarannya kepada generasi muda.

Menurut hasil wawancara, hal ini disebabkan karena faktor agama. Menurut

masyarakat Pakpak itu sendiri, tangis tersebut bertentangan dengan agama.

Adanya ungkapan kesedihan yang berlebihan terhadap orang yang meninggal

tersebut, terkesan seperti tidak menerima kenyataan. Sedangkan menurut konsep

agama, setiap manusia pasti akan kembali kepada Sang Pencipta. Walaupun

secara agama “dilarang,” namun secara kultural tetap dilaksanakan dan menjadi

suatu kebiasaan atau tradisi yang turun-temurun dilaksanakan.

Di dalam tulisan Lothar Screiner dikatakan bagaimana hubungan adat dan

agama. Segala sesuatu yang mempunyai kebiasaan, baik golongan maupun

perorangan, itu mempunyai suatu adat. Juga kecenderungan-kecenderungan yang

merupakan kebiasaan yang tidak disadari, bahkan naluri-naluri, orang sebutkan

sebagai adat. Oleh karena itu, adat merangkum semua lapangan kehidupan,

agama, dan peradilan, hubungan-hubungan keluarga, kehidupan, dan kematian.

Walaupun secara agama “dilarang,” namun secara kultural tetap dilaksanakan.

Adat dan agama janganlah dianggap sebagai dua hal yang berdiri satu di samping

yang lain dan saling terikat. Selain itu, jangan pula orang menganggap bahwa

agama berada di atas adat. Tetapi adat itu harus dipahami sebagai keberagaman

Page 16: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

7

totaliter dari manusia yang diliputi oleh tradisi mitisnya. Sifat khas keberagaman

ini terdapat dalam dijaminnya keselamatan melalui kesetiaan yang kokoh kepada

apa yang orang anut. Adat bukanlah agama itu sendiri, melainkan pelaksanaannya

secara menyeluruh, yang diperlukan untuk memberlakukan peristiwa keselamatan

dari zaman purbakala.

Selain faktor agama, faktor lain yang menyebabkan memudarnya nyanyian

ini adalah masyarakat Pakpak yang menganggap hal tersebut merupakan tradisi

yang tidak perlu lagi dilestariakan, seiring dengan perkembangan zaman yang

sudah semakin maju, maka nyanyian ini, tidak mendapat perhatian lagi.

Dengan memperhatikan hal-hal di atas, maka penulis tertarik untuk

meneliti lebih lanjut dalam bentuk karya ilmiah dengan pendekatan

etnomusikologis. Etnomusikologi adalah sebuah ilmu yang mengkaji musik dalam

kebudayaan. Etnomusikologi sebagai sebuah disiplin ilmu pengetahuan, dengan

terang-terangan dinyatakan oleh para ilmuwannya berada dalam dua kelompok

disiplin besar, yaitu ilmu humaniora dan ilmu sosial sekali gus. Etnomusikologi

memberikan kontribusi keunikannya dalam hubungannya bersama aspek-aspek

ilmu pengetahuan sosial dan aspek-aspek ilmu humaniora, dalam caranya untuk

melengkapi satu dengan lainnya, mengisi penuh kedua pengetahuan itu.

Keduanya akan dianggap sebagai hasil akhir darinya sendiri; keduanya

dipertemukan menjadi pengetahuan yang lebih luas di dalam etnomusikologi

(Merriam, 1964).

Berdasarkan sejarah perkembangan etnomusikologi di dalam dunia ilmu

pengetahuan, terjadi gabungan dua disiplin yaitu musikologi dan etnologi.

Musikologi selalu digunakan dalam mendeskripsikan struktur musik yang

Page 17: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

8

mempunyai hukum-hukum internalnya sendiri. Di lain sisi, etnologi (atau kini

menjadi antropologi) memandang musik sebagai bahagian dari fungsi

kebudayaan manusia dan sebagai suatu bahagian yang menyatu dari suatu dunia

yang lebih luas. Secara tegas tentang apa itu etnomusikologi dinyatakan oleh

Merriam sebagai berikut.

Ethnomusicology carries within itself the seeds of its own division, for it has always been compounded of two distinct parts, the musicological and the ethnological, and perhaps its major problem is the blending of the two in a unique fashion which emphasizes neither but tidakes into account both. This dual nature of the field is marked by its literature, for where one scholar writes technically upon the structure of music sound as a system in itself, another chooses to treat music as a functioning part of human culture and as an integral part of a wider whole. At approximately the same time, other scholars, influenced in considerable part by American anthropology, which tended to assume an aura of intense reaction against the evolutionary and diffusionist schools, began to study music in its ethnologic context. Here the emphasis was placed not so much upon the structural components of music sound as upon the part music plays in culture and its functions in the wider social and cultural organization of man. It has been tentatively suggested by Nettl (1956:26-39) that it is possible to characterize German and American "schools" of ethnomusicology, but the designations do not seem quite apt. The distinction to be made is not so much one of geography as it is one of theory, method, approach, and emphasis, for many provocative studies were made by early German scholars in problems not at all concerned with music structure, while many American studies heve been devoted to technical analysis of music sound (Merriam, 1964:3-4). Berdasarkan kutipan yang penulis kutip langsung pada paragraf di atas,

maka menurut Merriam, para pakar atau ahli etnomusikologi membawa dirinya

sendiri kepada pembahagian bidang kajian ilmu. Oleh karena itu, selalu dilakukan

percampuran dua bagian keilmuan, yaitu musikologi dan etnologi. Kemudian

tentu saja akan menimbulkan kemungkinan-kemungkinan masalah besar

dalam rangka mencampurkan kedua disiplin itu dengan cara yang unik, dengan

Page 18: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

9

penekanan pada salah satu bidangnya, tetapi tetap mengandung kedua disiplin

tersebut. Sifat dualisme lapangan studi ini, dapat ditandai dari literatur-literatur

yang dihasilkannya. Seorang sarjana menulis secara teknis tentang struktur suara

musik sebagai suatu sistem tersendiri, sedangkan sarjana lain memilih untuk

memperlakukan musik sebagai suatu bahagian dari fungsi kebudayaan manusia,

dan sebagai bahagian yang integral dari keseluruhan kebudayaan ini. Pada saat

yang sama, beberapa sarjana dipengaruhi secara luas oleh pakar antropologi

Amerika, yang cenderung untuk mengandaikan kembali suatu aura reaksi

terhadap aliran-aliran yang mengajarkan teori-teori evolusioner difusi, dimulai

dengan melakukan studi musik dalam konteks etnologisnya. Di sini,

penekanan etnologi yang dilakukan oleh para sarjana ini tidak seluas struktur

komponen suara musik sebagai suatu bahagian dari permainan musik dalam

kebudayaan, dan fungsi-fungsinya dalam organisasi sosial dan kebudayaan

manusia yang lebih luas. Dengan demikian meneliti tangis simate sebagai musik

vokal yang berkaitan dengan sistem religi tradisional dan kosmologi di dalam

kebudayaan pakpak-Dairi sangatlah relevan dengan disiplin etnomusikologi.

Sesuai dengan uraian Merriam, maka mengkaji tangis simate haruslah dalam

dimensi musikologis (struktural) dan etnologi (fungsional).

Dengan demikian kajian ini akan melihat bagaimana fungsi, struktur teks,

dan musikal yang disajikan dalam tangis simate sehingga nyanyian tersebut

dapat mempengaruhi atau membawa orang lain larut dalam suasana duka yang

mendalam. Maka penulis meneliti lebih lanjut dan membuat ke dalam bentuk

karya ilmiah dengan judul “Analisis Fungsi, Tekstual, dan Musikal Tangis

Simate Suatu Genre Nyanyian Ratapan dalam Konteks Kematian pada

Page 19: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

10

Masyarakat Pakpak-Dairi di Desa Siompin, Aceh Singkil.” Kiranya tulisan ini

dapat bermanfaat bagi pembaca dan menambah wawasan tentang kebudayaan

yang terdapat pada masyarakat Pakpak-Dairi.

1.2 Pokok Permasalahan

Sesuai dengan judul skripsi ini dan juga fokus perhatian kepada masalah

yang akan diteliti, maka penulis menentukan tiga pokok masalah (atau pertanyaan

masalah), yaitu sebagai berikut.

1. Bagaimana fungsi tangis simate dalam kebudayaan masyarakat

Pakpak-Dairi di Desa Siompil Aceh Singkil?

2. Bagaimana struktur dan makna tekstual yang terkandung dalam tangis

simate dalam kebudayaan masyarakat Pakpak-Dairi di Desa Siompin

Aceh Singkil?

3. Bagaimana struktur musikal yang terkandung di dalam tangis simate

dalam kebudayaan masyarakat Pakpak-Dairi di Desa Siompin Aceh

Singkil?

Pokok masalah pertama, yaitu mengenai fungsi akan didukung oleh

analisis terhadap fungsi tangis simate sebagai musik vokal dalam kebudayaan

masyarakat Pakpak-Dairi di Desa Siompin Aceh Singkil. Pokok permasalahan ini

juga akan diurai melalui dua perangkat penting dalam etnomusikologi yaitu

penggunaan dan fungsi musik (dalam hal ini tangis simate). Pokok masalah kedua

yaitu tentang struktur dan makna tekstual akan diurai dengan bagaiman bentuk

struktur tangis simate yang mencakup bait, baris, persajakan (rima), diksi

(pemilihan kata), gaya bahasa, dan hal-hal sejenis. Pokok masalah kedua ini juga

Page 20: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

11

akan dijabarkan dengan sejauh apa makna-makna yang terdapat dalam lirik tangis

simate dengan pendekatan kajian kebudayaan. Kemudian untuk pokok masalah

ketiga yaitu bagaimana struktur musikal tangis simate dalam kebudayaan

masyarakat Pakpak-dairi di Desa Siompin Aceh Singkil akan diurai dengan unsur

utamanya yaitu melodi yang mencakup tangga nada, wilayah nada, nada dasar,

formula melodi, nada-nada yang digunakan, distribusi interval, pola-pola kadensa,

dan kontur. Dengan fokus pada tiga pokok masalah dan unsur-unsur yang akan

dikaji, maka diharapkan dalam penelitian ini akan ditemukan hal-hal baru dalam

konteks penelitian etnomusikologis.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapaun tujuan yang ingin penulis capai dalam rangka penelitian ini

adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana fungsi tangis simate

dalam kebudayaan masyarakat Pakpak-Dairi di Desa Siompin Aceh

Singkil.

2. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana struktur dan makna

tekstual yang terdapat pada nyanyian tangis simate dalam kebudayaan

masyarakat Pakpak-Dairi di Desa Siompin Aceh Singkil.

3. Untuk mengetahui dan memahami struktur musikal yang terkandung di

dalam nyanyian tangis simate tersebut pada masyarakat Pakpak-Dairi

di Desa Siompin, Aceh Singkil.

Secara umum tujuan akhir dalam penelitian ini adalah dengan mengetahui

dan memahami fungsi, struktur dan makna tekstual, dan struktur musikal tangis

Page 21: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

12

simate dalam kebudayaan pakpak-Dairi di Desa Siompin Aceh Singkil adalah

memahami manusia Pakpak-Dairi yang memiliki budaya tangis simate

sedemikian rupa. Secara etnomusikologi, tujuan akhir menganalisis musik adalah

memahami manusia yang menghasilkan musik sedemikian rupa itu (lebih jauh

lihat Merriam 1964).

1.4 Manfaat Penelitian

Sebagai usaha untuk memperluas informasi mengenai kebudayaan Pakpak,

peneliatian ini diharapkan bermanfaat sebagai berikut:

a. Sarana untuk memperluas pengetahuan tentang tangis simate terhadap

kesenian Pakpak-Dairi.

b. Bermanfaat bagi pembaca khususnya yang bergelut di bidang disiplin

ilmu etnomusikologi.

c. Sebagai bahan pendokumentasian terhadap kesenian tradisional

Pakpak-Dairi.

d. Sebagai data etnografi yang akan memperkaya khasanah keilmuan

tentang budaya Pakpak-Dairi.

1.5 Konsep

Tangis simate adalah salah satu nyanyian atau musik vokal yang terdapat

pada masyarakat Pakpak yang disajikan dalam konteks kematian. Tangis artinya

tangisan, dan si mate artinya orang yang meninggal. Jadi, tangis simate adalah

tangisan yang disajikan untuk orang ysng meninggal.

Page 22: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

13

Nyanyian merupakan bagian dari musik, secara umum musik terbagi atas

tiga bagian yaitu: (1) musik vokal, (2) musik instrumental, dan (3) gabungan

antara instrumental dan vokal. Yang dimaksud dengan musik vokal adalah bunyi

yang dihasilkan oleh alat ujar manusia seperti mulut, bibir, lidah, dan

kerongkongan yang memiliki irama, nada, ritem, dinamik, melodi dan mempunyai

pola-pola serta aturan untuk bunyi tersebut. Musik vokal dapat juga disebut

nyanyian. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Poerwadarminta

(1985:680), bahwa nyanyian adalah sesuatu yang berhubungan dengan

suara/bunyi yang berirama yang merupakan alat/media untuk menyampaikan

maksud seseorang atau tanpa iringan musik.. Berdasarkan uraian di atas maka

tangis simate dapat disebut juga sebagai musik vokal atau nyanyian, karena

menghasilkan bunyi yang memiliki irama, nada, dinamik, dan pola-pola melodi.

Analisis dapat diartikan menguraikan atau memilah-milah suatu hal atau

ide ke dalam setiap bagian-bagian sehingga dapat diketahui bagaimana sifat,

perbandingan, fungsi, maupun hubungan dari bagian-bagian tersebut. Analisis

yang penulis maksud disini adalah menguraikan struktur musikal, struktur teks

serta makna yang terkandung dalam teks tersebut.

Fungsi dapat diartikan adalah manfaat atau kegunaan dari suatu hal. Sosial

merupakan sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat. Jadi, fungsi soaial

adalah manfaat atau kegunaan seuatu hal dalam masyarakat. Dalam hal ini,

penulis akan melihat apa fungsi atau kegunaan tangis simate dalam masyarakat

Pakpak-Dairi.

Sebagai landasan penelitian ini, tekstual merupakan hal-hal yang berkaitan

dengan teks atau tulisan dari suatu nyanyian. Istilah teks dalam musik vokal

Page 23: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

14

berarti syair. Teks atau syair dari nyanyian tersebut akan memghasilkan suatu

makna. Makna tersebut adalah suatu yang tersirat dibalik bentuk dan aspek isi dari

suatu kata atau teks yang kemudian terbagi menjadi dua bagian, yaitu makna

konotatif dan makna denotatif. Makna konotatif adalah makna kata yang

terkandung arti tambahan sedangkan makna denotatif adalah kata yang tidak

mengandung arti tambahan atau disebut dengan makna sebenarnya (Keraf,

1991:25). Istilah musikal menunjukkan kata sifat yang artinya bersifat musik,

memiliki unsur-unsur musik seperti melodi, tangga nada, modus, dinamika,

interval, frasa, serta pola ritem.

1.5 Kerangka Teori

Teori dapat digunakan sebagai landasan kerangka berpikir dalam

membahas permasalahan (Nasution, 1982:126). Dalam tulisan ini yang menjadi

pokok permasalahannya adalah mengetahui unsur-unsur tekstual serta musikal

yang terkandung dalam tangisi mate tersebut.

Sesuai dengan tiga pokok masalah dalam penelitian ini, yaitu: fungsi,

tekstual, dan musikal, maka dipergunakan juga tiga teori utama. Untuk mengkaji

penggunaan dan fungsi tangsi simate sebagai nyanyian ratapan kematian

digunakan teori fungsionalisme (atau disebut uses and function) yang ditawarkan

oleh Alan P. Merriam (1964). Untuk mengkaji struktur dan makna tekstual

digunakan teori semiotika. Selanjutnya untuk mengkaji struktur musikal yang

berupa melodi tangis simate digunakan teori weighted scale.

Page 24: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

15

1.5.1 Teori Fungsionalisme

Untuk membahas fungsi tangis simate dalam kebudayaan etnik Pakpak-

Dairi di Desa Siompin Aceh Singkil, penulis menggunakan teori fungsionalisme.

Teori fungsionalisme adalah salah satu teori yang dipergunakan pada ilmu sosial,

yang menekankan kepada saling ketergantungan antara institusi-institusi dan

kebiasaan-kebiasaan pada masyarakat tertentu. Kajian atau analisis terhadap

fungsi menjelaskan bagaimana susunan sosial didukung oleh fungsi. Institusi-

institusi seperti negara, agama, keluarga, aliran dan pasar terwujud. Sebagai

contoh, pada masyarakat yang kompleks seperti Amerika Serikat, agama dan

keluarga mendukung nilai-nilai yang difungsikan untuk mendukung aktivitas

politik demokrasi dan ekonomi pasar. Dalam masyarakat yang lebih sederhana,

masyarakat tribal, partisipasi dalam upacara keagamaan berfungsi untuk

mendukung solidaritas sosial di antara kelompok-kelompok manusia yang

berhubungan kekerabatannya.

Dalam disiplin ilmu etnomusikologi, Merriam (1964:7-18) menyatakan

bahwa dalam studi etnomusikologi, maka para ahlinya tidak bisa terlepas dari

konteks kebudayaan secara keseluruhan. Untuk memahami penggunaan dan

fungsi musik, khususnya dalam tangis simate, penulis berpedoman pada pendapat

Allan P meriam (1964:209-226) yang menyatakan tentang penggunan musik yang

meliputi perihal pemakaian musik dan konteks pemakaiannya atau bagaiman

musik itu digunakan. Berkenaan dalam hal penggunaan yang dikemukakan oleh

Allan P Merriam (1964:217-218) menyatakan perihal penggunaan musik sebagai

berikut: (1) penggunaan musik dengan kebudayaan material, (2) penggunaan

musik dengan kelembagaan sosial, (3) penggunan musik dengan manusia dan

Page 25: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

16

alam, (4) penggunan musik dengan nilai-nilai estetika, dan (4) penggunaan musik

dengan bahasa.

Untuk menemukan jawaban perihal fungsi musik, Merriam yang

menyebutkan bahwa terdapat sepuluh fungsi musik dalam ilmu etnomusikologi

yaitu: (1) fungsi pengungkapan emosional, (2) fungsi pengungkapan estetika, (3)

fungsi hiburan, (4) fungsi komunikasi, (5) fungsi perlambangan, (6) fungsi reaksi

jasmani, (7) fungsi yang berkaitan dengan norma sosial, (8) fungsi pengesahan

lembaga sosial, (9) fungsi kesinambungan kebudayaan, dan (10) fungsi

pengintegrasian masyarakat.

Lebih lanjut secara tegas Merriam membedakan pengertian fungsi ini

dalam dua istilah, yaitu penggunaan dan fungsi. Menurutnya, membedakan

pengertian penggunaan dan fungsi adalah sangat penting. Para ahli

etnomusikologi pada masa lampau tidak begitu teliti terhadap perbedaan ini. Jika

kita berbicara tentang penggunaan musik, maka kita menunjuk kepada kebiasaan

(the ways) musik dipergunakan dalam masyarakat, sebagai praktik yang biasa

dilakukan, atau sebagai bahagian daripada pelaksanaan adat istiadat, baik ditinjau

dari aktivitas itu sendiri maupun kaitannya dengan aktivitas-aktivitas lain

(1964:210). Lebih jauh Merriam menjelaskan perbedaan pengertian antara

penggunaan dan fungsi sebagai berikut.

Music is used in certain situations and becomes a part of them, but it may or may not also have a deeper function. If the lover uses song to w[h]o his love, the function of such music may be analyzed as the continuity and perpetuation of the biological group. When the supplicant uses music to the approach his god, he is employing a particular mechanism in conjunction with other mechanism as such as dance, prayer, organized ritual, and ceremonial acts. The function of music, on the other hand, is enseparable here from the function of religion which may perhaps be interpreted as the establishment of a sense of security vis-á-vis the universe. “Use” them, refers to the

Page 26: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

17

situation in which music is employed in human action; “function” concerns the reason for its employment and perticularly the broader purpose which it serves (1964:210).

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Merriam membedakan pengertian

penggunaan dan fungsi musik berdasarkan kepada tahap dan pengaruhnya dalam

sebuah masyarakat. Musik dipergunakan dalam situasi tertentu dan menjadi

bahagian dari stuasi tersebut. Penggunaan bisa atau tidak bisa menjadi fungsi

yang lebih dalam. Dia memberikan contoh, jika seeorang menggunakan nyanyian

yang ditujukan untuk kekasihnya, maka fungsi musik seperti itu bisa dianalisis

sebagai perwujudan dari kontinuitas dan kesinambungan keturunan manusia—

[yaitu untuk memenuhi kehendak biologis bercinta, kawin dan berumah tangga,

dan pada akhirnya menjaga kesinambungan keturunan manusia]. Jika seseorang

menggunakan musik untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, maka mekanisme

tersebut behubungan dengan mekanisme lain, seperti menari, berdoa,

mengorganisasikan ritual dan kegiatan-kegiatan upacara. “Penggunaan”

menunjukkan situasi musik yang dipakai dalam kegiatan manusia; sedangkan

“fungsi” berkaitan dengan alasan mengapa si pemakai melakukan, dan terutama

tujuan-tujuan yang lebih jauh dari sekedar apa yang dapat dilayani oleh adanya

musik itu.

1.5.2 Teori Semiotika

Untuk mengkaji struktur dan makna tekstual tangis simate, penulis

menggunakan teori semiotika. Selanjutnya teori ini digunakan dalam usaha untuk

memahami bagaimana makna diciptakan dan dikomunikasikan melalui sistem

simbol yang membangun sebuah peristiwa seni. Dua tokoh perintis semiotika

Page 27: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

18

adalah Ferdinand de Saussure seorang ahli bahasa dari Swiss dan Charles Sanders

Pierce, seorang filosof dari Amerika Serikat. Saussure melihat bahasa sebagai

sistem yang membuat lambang bahasa itu terdiri dari sebuah imaji bunyi (sound

image) atau signifier yang berhubungan dengan konsep (signified). Setiap bahasa

mempunyai lambang bunyi tersendiri.

Peirce juga menginterpretasikan bahasa sebagai sistem lambang, tetapi

terdiri dari tiga bagian yang saling berkaitan: (1) representatum, (2) pengamat

(interpretant), dan (3) objek. Dalam kajian kesenian berarti kita harus

memperhitungkan peranan seniman pelaku dan penonton sebagai pengamat dari

lambang-lambang dan usaha kita untuk memahami proses pertunjukan atau proses

penciptaan. Peirce membedakan lambang-lambang ke dalam tiga kategori: ikon,

indeks, dan simbol. Apabila lambang itu menyerupai yang dilambangkan seperti

foto, maka disebut ikon. Jika lambang itu menunjukkan akan adanya sesuatu

seperti timbulnya asap akan diikuti api, disebut indeks. Jika lambang tidak

menyerupai yang dilambangkan, seperti burung garuda melambangkan negara

Republik Indonesia, maka disebut dengan simbol.

Semiotika atau semiologi adalah kajian teradap tanda-tanda (sign) serta

tanda-tanda yang digunakan dalam perilaku manusia. Definisi yang sama pula

dikemukakan oleh salah seorang pendiri teori semiotika, yaitu pakar linguistik

dari Swiss Ferdinand de Sausurre. Menurutnya semiotika adalah kajian mengenai

“kehidupan tanda-tanda dengan masyarakat yang menggunakan tanda-tanda itu.”

Meskipun kata-kata ini telah dipergunakan oleh filosof Inggris abad ke-17 yaitu

John Locke, gagasan semiotika sebagai sebuah modus interdisiplin ilmu, dengan

berbagai contoh fenomena yang berbeda dalam berbagai lapangan studi, baru

Page 28: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

19

muncul ke permukaan pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, ketika

munculnya karya-karya Sausurre dan karya-karya seorang filosof Amerika

Serikat, Charles Sanders Peirce.

Dalam karya awal Peirce di lapangan semiotik ini, ia menumpukan

perhatian kepada pragmatisme dan logika. Ia mendefinisikan tanda sebagai

“sesuatu yang mendukung seseorang untuk sesuatu yang lain.” Salah satu

sumbangannya yang besar bagi semiotika adalah pengkategoriannya mengenai

tanda-tanda ke dalam tiga tipe, yaitu: (a) ikon, yang disejajarkan dengan

referennya (misalnya jalan raya adalah tanda untuk jatuhnya bebatuan); (b)

indeks, yang disamakan dengan referennya (asap adalah tanda adanya api) dan (c)

simbol, yang berkaitan dengan referentnya dengan cara penemuan (seperti dengan

kata-kata atau signal trafik). Ketiga aspek tanda ini penulis pergunakan untuk

mengkaji teks tangis simate.

1.5.3 Teori Weighted Scale

Untuk mengkaji aspek musikal tangis simate yang disajikan secara melodis,

penulis berpedoman kepada teori yang dikemukakan oleh Malm yang dikenal

dengan teori weighted scale. Pada prinsipnya teori weighted scale adalah teori

yang lazim dipergunakan di dalam disiplin etnomusikologi untuk menganalisisi

melodi baik itu berupa musik vokal atau instrumental. Ada delapan parameter atau

kriteria yang perlu diperhatikan dalam menganalisis melodi, yaitu: (1) tangga

nada (scale), (2) nada dasar (pitch center), (3) wilayah nada (range), (4) jumlah

nada (frequency of note), (5) jumlah interval, (6) pola-pola kadensa (cadence

Page 29: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

20

patterns), (7) formula melodi (melody formula), dan (8) kontur (contour) (Malm

dalam terjemahan Takari 1993:13).

Dalam, rangka penelitian ini, sebelum menganalisis melodi tangsi simate

yang disajikan oleh narasumber penulis, maka terlebih dahulu data audio

ditranskripsi ke dalam notasi balok dengan pendekatan etnomusikologis. Setelah

dapat ditransmisikan ke dalam bentuk notasi yang bentuknya visual, barulah

notasi tersebut dianalisis. Dalam kerja ini juga penulis melakukan penafsiran-

penafsiran.

1.7 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis mengumpulkan data yang dibutuhkan dengan

menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, karena

pendekatan ini lebih berupa kata-kata secara detail dan bukan berupa angka-

angka. Sejalan dengan itu, Bogdan dan Taylor (dalam Maleong 1988:3),

mengungkapkan bahwa metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang

atau perilaku masyarakat yang dapat diamati.

Menurut Faisal (1992:17-35) terdapat lima format penelitian ilmu-ilmu

sosial. Kelima-limanya adalah: (1) penelitian deskriptif, (2) penelitian eksplanasi,

(3) studi kasus, (4) survei, dan (5) eksperimen. Seperti telah disebutkan dia tas

bahwa penelitian ini menggunakan format penelitian deskriptif. Yang dimaksud

penelitian dekriptif (descriptive research) yang biasa juga disebut dengan

penelitian taksonomik, dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai

sesuatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah

Page 30: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

21

variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti. Jenis pendekatan

ini tidak sampai mempersoalkan jalinan hubungan antarvariabel yang ada. Tidak

dimaksudkan untuk menarik generalisasi yang menjelaskan variabel-variabel

anteseden yang menyebabkan sesuatu gejala atau kenyataan sosial. Oleh karena

itu, pada penelitian yang menggunakan format penelitian deskriptif, tidak

menggunakan dan melakukan pengujian hipotesis, seperti yang dilakukan pada

penelitian dengan format eksplanasi. Berarti tidak dimaksudkan untuk

membangun dan mengembangkan perbendaharaan teori. Dalam pengolahan dan

analisis data , lazimnya menggunakan statistik yang bersifat deskriptif.

Selanjutnya yang dimaksud dengan pendekatan kualitatif dalam penelitian

ini, adalah mengutip pendapat Denzin, et al. (2009:6) yang menjelaskan bahwa

peneliti kualitatif menekankan sifat realitas yang terbangun secara sosial,

hubungan erat antara peneliti dengan subjek yang diteliti, dan tekanan situasi yang

membentuk penelitian. Para peneliti semacam ini mementingkan sifat penelitian

yang sarat nilai. Mereka mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang

menyoroti cara munculnya pengalaman sosial sekaligus perolehan maknanya.

Penelitian kualitatif merupakan bidang antar-disiplin, lintas-disiplin, dan

kadang-kadang kontradisiplin. Penelitian kualitatif menyentuh humaniora, ilmu-

ilmu sosial, dan ilmu-ilmu fisik. Penelitian ini teguh dengan sudut pandang

naturalistik sekaligus kukuh dengan pemahaman interpretif mengenai pengalaman

manusia (Nelson, dkk., dalam Denzin dan Lincoln, 2009:5).

Adapun teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah

mencakup: (a) studi kepustakaan, (b) observasi, (c) wawancara, dan (d) kerja

laboratorium. Keempat teknik ini dapat dijabarkan sebagai berikut.

Page 31: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

22

1.7.1 Studi Kepustakaan

Sebelum melakukan kerja lapangan, penulis terlebih dahulu melakukan

studi kepustakaan. Penulis mencari informasi dan referensi untuk mendapat

pengetahuan dasar tentang objek yang diteliti. Dalam hal ini, penulis

menggunakan referensi berupa buku dan sebagian besar dari beberapa skripsi

yang relevan dengan objek yang diteliti. Selain itu juga buku-buku yang berkait

dengan kebudayaan Pakpak-Dairi, tentang siklus hidup manusia terutama ritus

peralihan antara dunia nyata dan alam kematian, tentang sistem religi yang

berkaitan dengan kematian, dan lain-lain.

Selain itu juga dalam studi kepustakaan ini penulis melakukan survei

terhadap tulisan-tulisan di jejaring sosial internet, terutama yang berkaitan dengan

topik penelitian ini. Di dalamnya terdapat data yang diunggah melalui blok dan

juga laman web. Data-data ini membantu memahami latar belakang kajian

terhadap tangis simate sebagai prilaku sosial, budaya, dan musikal.

1.7.2 Observasi

Teknik pengumpulan data dengan observasi adalah metode yang

digunakan dengan menggunakan pengamatan dan pengundraan untuk

menghimpun data penelitian. Menurut Bungin (2007:115), metode observasi

merupakan kerja pancaindera mata serta dibantu dengan pancaindera lainnya.

Dalam meneliti nyanyian ini, penulis meneliti langsung ke lapangan.

Adapun lokasi penelitian ini adalah di desa Siompin, kecamatan Suro, Kabupaten

Page 32: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

23

Aceh Singkil. Penulis tinggal selama beberapa hari disana untuk melakukan

penelitian.

1.7.3 Wawancara

Salah satu teknik pemgumpulan data yang dilakukan penulis adalah

dengan teknik wawancara. Adapun teknik wawancara yang penulis lakukan

adakah wawancara berfokus (focus interview) yaitu membuat pertanyaan yang

berpusat terhadap pokok permasalahan. Selain itu juga melakukan wawancara

bebas (free interview) yaitu pertanyaan yang tidak hanya berfokus pada pokok

permasalahan saja tetapi pertanyaan berkembamg ke pokok permasalahan lainnya

yang bertujuan untuk memperoleh data lainnya namun tidak menyimpang dari

pokok permasalahan (Koentjaraningrat, 1985:139). Dengan melakukan teknik

wawancara tersebut, maka penulis mendapatkan banyak informasi tentang objek

yang diteliti. Dalam hal ini, penulis melakukan wawancara terhadap beberapa

informan yaitu: Ibu Baniah br Boang Menalu, Ibu Saidup br Berutu dan Ibu Tida

br Manik. Wawancara dilakukan dengan menggunakan bahasa Pakpak-Dairi dan

selanjutnya diterjemahkan oleh penulis sendiri.

1.7.4 Kerja Laboratorium

Keseluruhan data yang diperoleh penulis dari berbagai sumber yaitu hasil

pengamatan di lapangan, hasil wawancara selanjutnya akan ditelaah dan diolah

dalam kerja laboratorium. Penulis juga akan menstranskripsikan musik tersebut.

Transkripsi dilakukan dengan menggunakan notasi balok dengan bantuan

perangkat lunak program sibellius. Hasilnya dapat dilihat dalam Bab IV skripsi

Page 33: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

24

ini. Langkah berikutnya adalah menganalisis aspek melodinya. Untuk melengkapi

analisis melodis ini, penulis juga melakukan analisis struktur teks dari nyanyian

tersebut.

Setelah melakukan kerja laboratorium, maka penulis membuatnya ke

dalam sebuah tulisan ilmiah berbentuk skripsi sesuai dengan teknik-teknik

penulisan karya ilmiah yang berlaku di Program Studi Etnomusikologi, Fakultas

Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara di Medan. Sesuai dengan pendekatan di

bidang etnomusikologi, maka dalam menganalisis tangis simate dengan tiga fokus

pokok masalah yaitu: fungsi, tekstual, dan musikal, maka perlu dilihat dalam

konteks multidisiplin ilmu. Misalnya dalam menganalisis fungsi tangis simate

perlu dilihat guna dan fungsinya dalam masyarakat yang menggunakan disiplin

etnomusikologi dan yang terkait yaitu antropologi atau sosiologi. Demikian pula

untuk mengkaji bidang tekstual tangis simate diperlukan melihatnya dalam

multidisiplin seperti melihatnya dari aspek sastra, linguistik, dan semiotika namun

dengan tekanan utama pada etnomusikologi. Demikian pula dalam mengkaji

musikal perlu dilihat melalui musikologi dan prosodi. Dengan demikian, tulisan

ini diharapkan bermanfaat bagi pembaca dan menambah wawasan pengetahuan di

bidang etnomusikologi.

Page 34: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

25

BAB II

ETNOGRAFI UMUM MASYARAKAT PAKPAK-DAIRI

DI DESA SIOMPIN ACEH SINGKIL

2.1 Wilayah Budaya Etnik Pakpak-Dairi

Pada Bab II ini, saya akan membahas tentang etnografi umum

masyarakat Pakpak-Dairi secara umum, serta menggambarkan tentang lokasi

penelitian yang saya teliti. Di sini akan saya jelaskan beberapa hal, seperti

bahasa, mata pencaharian, sistem kekerabatan, serta kesenian yang terdapat di

daerah lokasi yang saya teliti.

Etnik Pakpak adalah salah satu suku pribumi di Provinsi Sumatera Utara

dan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, yang terbagi menjadi beberapa

bagian, yaitu:

1. Kabupaten Dairi ibu kotanya Sidikalang yang terdiri dari 15 Kecamatan

dan 148 Desa. Kelurahannya meliputi Suak Keppas dan Pegagan.

2. Kabupaten Aceh Singkil ibu kotanya Singkil yang terdiri dari 15

Kecamatan dan 148 Desa. Kelurahannya meliputi seluruh daerah Suak

Singkil Boang.

3. Kabupaten Pakpak Bharat ibukotanya Salak yang terdiri dari 8

Kecamatan dan 59 Desa. Kelurahannya meliputi Suak Simsim dan

sebagian daerah Keppas.

4. Kotamadya Subulussalam ibu kotanya Subulussalam yang terdiri dari 5

Kecamatan dan Desa/Kelurahan yang merupakan pemekaran dari

Kabupaten Aceh Singkil dan masih termasuk Suak Singkil Boang.

Page 35: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

26

5. Kabupaten Tapanuli Tengah ibukotanya Pandan yang terdiri dari 6

Kecamatan dari daerah (wilayah) Kabupaten Tapanuli Tengah adalah hak

ulayat Tanah Pakpak (Suak Kelasen) yang terdiri dari Kecamatan Barus,

Barus Utara, Sosar Godang, Andam Dewi, Manduamas dan Sirandorung

dan 56 Desa/kelurahan.

6. Kabupaten Humbang Hasundutan ibu kotanya Dolok Sanggul yang

terdiri dari 3 Kecamatan, yaitu : Kec. Pakkat, Kec. Parlilitan dan Kec.

Tara Bintang dan masih termasuk ke dalam Suak Kelasen.

Luas wilayah tanah Pakpak keseluruhan adalah 8.331,12 km2 yang terdiri dari

52 Kecamatan dan 471 Desa/Kelurahan.

Tabel 2.1

Luas Wilayah Budaya Etnik Pakpak-Dairi

di Sumatera Utara dan Aceh

No. Kabupaten/Kecamatan Luas

1 Kabupaten Dairi 1.927,8 Km2

2. Kabupaten Aceh Singkil dan Kota Madya Subulussalam 375,8 Km2

3. Kabupaten Pakpak Bharat 1.221,3 Km2

4. Kabupaten Barus 84,83 Km2

5. Kecamatan Sosor Gadong 143,18 Km2

6. Kecamatan Andam Dewi 122,42 Km2

7. Kecamatan Manduamas 99,55 Km2

8. Kecamatan Sirandorung 87,82 Km2

9. Kecamatan Pakkat 459,140Km2

Page 36: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

27

10. Kecamatan Parlilitan 598,70 Km2

11. Kecamatan Tara Bintang 277,30 Km2

Jumlah 8.331,12 Km2

Sumber: Pemerintah Kabupaten Dairi (2012)

Selanjutnya tanah hak ulayat Pakpak berbatasan sebagai berikut.

(a) Sebelah Utara berbatasan dengan Aceh Tenggara dan Aceh Selatan,

(b) Sebelah Timur berbatasan dengan Tanah Karo,

(c) Sebelah Selatan berbatasan dengan Tapanuli Utara, dan

(d) Sebelah Barat berbatasan dengan Tapanuli Tengah

2.2 Lokasi Lingkungan Alam dan Demografi Aceh Singkil

Lokasi penelitian yang penulis ambil terletak di Desa Siompin,

Kecamatan Suro, Kabupaten Aceh Singkil yang merupakan salah satu

daerah/wilayah bermukimnya suku Pakpak yang disebut dengan Suak Pakpak

Boang. Kabupaten Aceh Singkil adalah sebuah kabupaten yang berada di ujung

Barat Daya Provinsi Aceh yang merupakan pemekaran dari Kabupaen Aceh

Selatan dan sebagian wilayahnya berada di kawasan Taman Nasional Gunung

Leuser Kabupaten ini ini juga terdiri dari dua wilayah, yakni daratan dan

kepulauan. Kepulauan yang menjadi bagian dari Kabupaten Aceh Singkil adalah

Kepulauan Banyak.

Kabupaten Aceh Singkil terletak di Pesisir Pantai Barat Sumatera dengan

luaswilayah 2.187 Km2 terletak di 2 02’27’30”Lintang Utara /9704’-97 45” 00”

Bujur Timur yang berbatasan langsung dengan Kota Subulussalam di sebelah

Utara, Samudera Indonesia di sebelah Selatan provinsi Sumatera Utara di

Page 37: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

28

sebelah Timur dan Kecamatan Trumon Kabupaten Aceh Selatan di sebelah

Barat.

Kabupaten Aceh Singkil terbagi dalam 10 Kecamatan, yaitu sebagai

berikut:

(1) Kecamatan Danau Paris,

(2) Kecamatan Gunung Meriah,

(3) Kecamatan Kota Baharu,

(4) Kecamatan Pulau Banyak,

(5) Kecamatan Simpang Kanan,

(6) Kecamatan Singkil,

(7) Kecamatan Singkil Utara,

(8) Kecamatan Singkohor,

(9) Kecamatan Suro Baru, dan

(10) Kecamatan Kota Baharu.

2.3 Masyarakat Pakpak di Desa Siompin

Berdasarkan data kependudukan yang diperoleh dari Kantor Kelurahan

Desa Siompin, Aceh Singkil, tahun 2012 maka jumlah keseluruahn penduduk

desa adalah 1.599 jiwa, yang terdiri dari 817 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan

782 jiwa berjenis kelamin perempuan. Sehingga dapat dikatakan bahwa laki-laki

lebih banyak 35 orang dibandingkan perempuan. Dari total 1.599 jiwa penduduk

Desa Siompin ini, terdapat sebanyak 343 keluarga. Umumnya sistem

pengelolaan keluarga adalah berbasis pada keluarga inti, yang terdiri dari ayah,

ibu, dan anak-anaknya. Namun ada juga yang menerapkan sistem keluarga batih

Page 38: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

29

atau extended family, yang terdiri dari ayah, ibu, anak-anak, dan kerabat

dekatnya seperti nenek, kakek, paman, kemenakan, dan lainnya.

Berikut ini adalah data penduduk Desa Siompin berdasarkan jenis

kelamin dan jumlah keluarga/

Tabel 2.2

Distribusi Jumlah Penduduk desa Simpin Berdasarkan

Jenis Kelamin dan Jumlah Keluarga

Jumlah Laki-laki 817 jiwa

Jumlah perempuan 782 jiwa

Jumlah total 1599 jiwa

Jumlah Kepala keluarga 343 jiwa

Sumber: Kantor Kepala Desa Siompin Tahun 2012

Data kependudukan lainnya masyarakat di Desa Simpin Aceh Singkil

adalah berdasarkan usianya. Umunya sebahagian besar penduduk Desa Siompin

ini adalah dominan berusia satu sampai 18 tahun. Dengan demikian sebagian

besarnya adalah berusia muda. Dalam konteks tangis simate kalau tidak

diajarkan kepada mereka tentu akan semakin terdegradasilah budaya ini dalam

masyarakat Pakpak yang ada di Desa Siompin.

Page 39: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

30

Tabel 2.3

Distribusi Penduduk Desa Siompin Berdasarkan Usia

Usia

(tahun)

Laki-laki

(orang)

Perempuan

(orang)

Usia

(tahun)

Laki-laki

(orang)

Perempuan

(orang)

< 1 12 13 39 14 15

1 13 8 40 15 16

2 12 9 41 13 14

3 15 10 42 12 14

4 11 9 43 11 12

5 13 9 44 15 16

6 12 8 45 12 12

7 23 18 46 14 13

8 21 17 47 13 14

9 19 12 48 12 13

10 11 8 49 11 10

11 10 9 50 11 13

12 16 11 51 12 12

13 13 9 52 4 4

14 17 10 53 6 7

15 19 11 54 10 10

16 17 12 55 12 12

17 19 10 56 13 15

18 13 13 57 10 11

19 12 10 58 4 6

20 10 12 59 3 5

21 10 12 60 3 6

22 12 14 61 6 8

23 12 13 62 7 3

24 13 12 63 8 3

25 14 15 64 6 6

26 12 14 65 5 3

27 12 13 66 4 2

Page 40: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

31

28 11 12 67 2 6

29 12 14 68 3 5

30 11 13 69 5 3

31 12 13 70 3 4

32 11 14 71 2 3

33 12 14 72 2 4

34 13 14 73 2 2

35 11 13 74 2 5

36 12 13 75 2 4

37 14 15 >75 2 4

38 12 13 Total 817 782

Sumber: Kantor Kepala Desa Siompin Tahun 2012

Kemudian data kependudukan lainnya adalah tingkat pendidikan

penduduk di Desa Siompin. Dari tabel berikut ini dapat diketahui bahwa

masyarakat Desa Siompin telah sadar akan pentingnya pendidikan dalam rangka

menjawab tantangan sosial, yaitu mencari pekerjaan berdasarkan ilmu formal

yang diperoleh. Ini dapat dibuktikan bahwa sebahagian besar usia sekolah adalah

bersekolah, yaitu usia 7 sampai 18 tahun sebanyak 21 orang. Kemudian tamatan

Sekolah Dasar sebanyak 125 orang, tamatan Sekolah Menengah Pertama dan

sederajat 111 orang, tamat SMA dan sederajat 75 orang. Bahkan tamatan

Perguruan Tinggi (baik dari D1, D2, D3, dan S1) mencapai total 30 orang. Jadi

angka ini cukup menggembirakan dalam konteks pendidikan masyarakat Desa

Siompin. Tingkat pendidikan tersebut tentu perlu juga diimbangi dengan rasa

memiliki dan menghayati kebudayaan tradisinya, termasuk melestarikan tangis

simate secara bersama-sama.

Page 41: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

32

Tabel 2.4

Data Pendidikan Penduduk Desa Siompin

Tingkatan Pendidikan Laki-laki

(orang)

Perempuan

(orang)

Usia 3-5 tahun yang belum masuk TK 2 2

Usia 3-6 tahun yang sedang TK/Play Group 30 34

Usia 7-18 tahun yang tidak pernah sekolah 10 10

Usia 7-18 tahun yang sedang sekolah 120 121

Usia 18-56 tahun yang tidak pernah sekolah 2 3

Usia 18-56 tahun yang pernah SD tetapi tidak

tamat

15 20

Tamat SD/sederajat 125 125

Jumlah usia 12-56 tahun tidak tamat SLTP 11 12

Jumlah usia 18-56 tahun tidak tamat SLTP 12 15

Tamat SMP/sederajat 110 111

Tamat SMA/sederajat 75 75

Tamat D-1/sederajat 2 3

Tamat D-2/sederajat 5 5

Tamat D-3/sederajat 2 1

Tamat S-1/sederajat 20 21

Total 551 558

Sumber: Kantor Kepala Desa Siompin Tahun 2012

Page 42: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

33

2.3 Sistem Religi dan Kepercayaan

Pada mulanya masyarakat Pakpak di desa Siompin masih menganut

animisme dan dinamisme. Mereka percaya akan adanya kekuatan yang berasal

dari luar dirinya sendiri. Mereka percaya kepada roh-roh nenek moyang maupun

kepada benda-benda alam yang dianggap mempunyai kekuatan gaib.

2.3.1Kepercayaan Kepada Dewa-dewa

Dahulu kala suku Pakpak mempercayai kekuatan alam gaib dan percaya

bahwa alam sumber kehidupan. Masyarakat Pakpak percaya terhadap Debata

Guru/Batara Guru yang dikatakan dalam bahasa Pakpak Sitimempa/Simenembe

nasa si lotyang artinya yang “menciptakan yang ada di dunia ini.” Debata Guru/

Batara Guru menjadikan wakilnya untuk menjaga dan melindungi. Selain itu

masyarakat Pakpak awal, mempercayai makhluk-makhluk gaib sebagai berikut

ini.

1. Beraspati Tanoh

Diberi simbol dengan gambar Cecak yang berfungsi melindungi segala

tumbuh-tumbuhan. Jadi, jika seorang orang tua menebang pohon bambu,

kayu atau tumbuhan lainnya, maka ia harus permisi kepada Beraspati

Tanoh.

2. Tunggung Ni Kuta

Tunggung ni kuta ini diyakini mempunyai peranan untuk menjaga dan

melindungi kampung atau desa serta manusia sebagai penghuninya.

Karena itu, maka tunggung nikuta memberikan kepada manusia beberapa

benda yaitu sebagai berikut:

Page 43: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

34

a. Lapihen, yaitu terbuat dari kulit kayu yang di dalamnya terdapat

tulisan-tulisan yang berbentuk mantra maupun ramuan obat-obatan

serta ramalan-ramalan. Tentang ramalan-ramalan tersebut, orang

yang membaca harus jujur dan beretika baik serta tujuan untuk

kepentingan umum.

b. Naring, yaitu wadah berisi ramuan untuk pelindung

kampung.Apabila suatu kampung mendapat ancaman, maka

naringakan memberikan pertanda suara gemuruh atau siulan agar

masyarakat dapat mengantisipasi gangguan tersebut.

c. Pengulu Balang, yaitu sejenis patung yang terbuat dari batu. Pengulu

balang dapat memberikan bunyi (suara gemuruh) sebagai tanda

gangguan, bala, musuh, dan penyakit yang mengancam sebuah desa.

d. Sibiangsa, yaitu wadah berbentuk guci yang diisi ramuan yang

ditanam di dalam tanah yang bertugas untuk mengusir penjahat yang

datang.

e. Sembahen Ni Ladang, yaitu roh halus dan penguasa alam sekitarnya

yang diyakini dapat mengganggu kehidupan manusia sekaligus dapat

melindungi manusia apabila diberikan sesajian.

f. Tali Solang, yaitu tali yang disimpul di ujungnya mempunyai kepala

ular yang digunakan untuk menjerat musuh.

g. Tongket Balekat, yaitu terbuat dari kayu dan hati ular yang berukuran

lebih kurang (1) meter yang diukir dengan ukiran Pakpak dan

dipergunakan untuk menerangi jalan yang gelap.

h. Kahal-kahal, yaitu menyerupai telapak kaki manusia untuk melawan

musuh.

Page 44: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

35

i. Mbarla, yaitu roh yang berfungsi untuk menjaga ikan di laut, sungai

dan danau.

j. Sineang Naga Lae, yaitu roh yang menguasai laut, danau, dan air.

2.3.2 Kepercayaan kepada Roh

Etnik Pakpak-Dairi, sebelum datangnya Kristen dan Islam, percaya

kepada roh-roh, yang diklasifikasikan dan diistilahkan sebagai berikut ini.

a. Sumangan, yaitu tendi (roh) orang yang sudah meninggal mempunyai

kekuatan yang menentukan wujud dan hidup seseorang yang dikenang.

b. Hiang, yaitu kekuatan gaib yang dibagikan kepada saudara secara turun-

temurun.

c. Begu Mate Mi Lae atau disebut juga dengan begu sinambela, yaitu roh

orang yang meninggal diakibatkan karena hanyut di dalam air atau

sungai.

d. Begu Laus, yaitu sejenis roh yang menyakiti orang yang datang dari

tempat lain secara lintas dan dapat membuat orang menjadi sakit secara

tiba-tiba. Biasanya begu laus adalah roh orang yang meninggal dunia

secara mendadak.

Selain kepercayan-kepercayaan di atas, masyarakat Pakpak juga

mempunyai beberapa kegiatan ritual yang berhubungan dengan kehidupan

mereka yaitu sebagai berikut.

1. Meraleng Tendi

Meraleng tendi adalah ritual yang dilakukan ketika seseorang terkejut

karena mendengar suara keras dan keadaan dimana seseorang sedang

Page 45: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

36

terancamsuatu bahaya. Dengan keadaan seperti ini, maka tendi(rohnya)

akan pergi meninggalkan raganya. Untuk menjemput tendi (roh) yang

pergi tersebut, maka diadakanlah upacarameraleng tendi. Biasanya

diadakan dengan membawa sesajen seperti : ayam merah atau ayam putih

yang diberikan kepada roh nenek moyang yang sudah meninggal.

Sesajen tersebut dibawa ke tempat pemakaman nenek moyang tersebut

atau sesuai dengan petunjuk datu atau dukun.

2. Tolak Bala atau Pelaus Persilihi Urat-urat Ambat

Apabila seseorang merasa nasibnya sangat malang/sial dan mendapat

mimpi-mimpi buruk, maka ia akan berusaha untuk menghindarkannya.

Usaha untuk hal itu disebut dengan tolak bala atau pelaus persilihi urat-

urat ambat. Upacara ini dilakukan dengan cara mengambil ramuan atau

bahan berupa akar kayu yang melintang di jalan atau arahnya memotong

jalan. Akar ini dipahat atau dibentuk berbentuk patung manusia yang

diberi tudung kain dan disemburi dengan sirih. Kemudian disediakan

makanan berupa ikan yang bentuknya lurus atau dalam bahasa Pakpak

disebut Nurung ncayur(sejenis ikan jurung) serta dilengkapi dengan nasi

kuning. Selanjutnya, akar yang sudah dibentuk seperti patung tadi

diletakkan di atas niru (tampi) kemudian diletakkan di persimpangan

jalan. Hal ini bermakna“ Inilah sebagai pengganti badan semoga jauhlah

bahaya dan datanglah keselamatan”.

Kepercayaan-kepercayaan di atas sudah jarang dilaksanakan atau

ditemukan pada masyarakat Pakpak yang ada di Aceh Singkil sejak masuknya

agama. Masyarakat Pakpak di sana sebagian besar sudah memeluk agama yang

Page 46: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

37

tetap, yaitu agama yang sudah diakui oleh Pemerintah. Sebagian besar

masyarakat Pakpak yang ada di sana beragama Islam, Kristen Protestan, dan

sebagian kecil beragama Kristen Khatolik.

2.4 Sistem Kekerabatan

Masyarakat Pakpak sejak dahulu kala sudah ada suatu ikatan yang

mengatur tata krama dan sopan santun dalam kehidupan sehari-hari yang

dilaksanakan dan ditaati oleh masyarakat itu sendiri. Sistem tersebut selalu ada

dalam upacara-upacara adat termasuk juga dalam upacara kematian.

2.4.1 Sulang Silima

Sulang silima adalah lima kelompok kekerabatan yang terdiri dari kula-

kula, dengan sebelteksituaan/anak yang paling tua, dengan sebelteksiditengah

atau anak tengah dan dengan sebeltek siampun-ampun/anak yang paling kecil,

serta anak berru. Sulang silima dalam masyarakat Pakpak adalah kelompok

besar dalam kekerabatan masyarakat Pakpak. Sulang silima ini berkaitan dengan

pembagian sulang/jambar dari daging-daging tertentu dari seekor hewan seperti

kerbau, lembu atau babi yang disembelih dalam konteks upacara adat

masyarakat Pakpak. Pembagian daging atau jambar ini disesuaikan dengan

hubungan kekerabatannya dengan pihak kesukuten atau yang melaksanakan

upacara. Dalam masyarakat Pakpak, kelima kelompok tersebut masing-masing

mempunyai tugas dan tanggung jawab yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain

dalam acara adat.

a. Kula-kula, merupakan salah satu unsur yang paling pentingdalam

sistem kekerabatan pada masyarakat Pakpak.Kula-kula adalah

Page 47: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

38

kelompok/ pihak pemberi istri dalam sistem kekerabatan masyarakat

Pakpak dan merupakan kelompok yang sangat dihormati dan dianggap

sebagai pemberi berkat oleh masyarakat. Dengan demikian, kula-kula

juga disebut dengan istilah Debata Ni Idah (Tuhan yang dilihat). Oleh

karena itu, pihak kula-kula ini haruslah dihormati. Sikap

menentangkula-kula sangat tidak dianjurkan dalam kebudayaan

masyarakat Pakpak. Dalam acara-acara adat, kelompok kula-kula

diwajibkan untuk hadir, termasuk juga dalam adat kematian dan

mendapat peran yang penting termasuk juga dalam upacara kematian.

b. Dengan sebeltek/senina adalah mereka yang mempunyai hubungan

tali persaudaraan yang mempunyai marga yang sama. Mereka adalah

orang-orang yang satu kata dalam permusyawaratan adat.Selain itu,

dalam sebuah upacara adat ada kelompok yang dianggap dekat dengan

dengan sebeltek, yaitu senina Dalam sebuah acara adat, senina dan

seluruh keluarganya akan ikut serta dan mendukung acara tersebut.

Secara umum, hubungan senina ini dapat disebabkan karena adanya

hubungan pertalian darah, sesubklen/semarga, memiliki ibu yang

bersaudara, memiliki istri yang bersaudara, dan memiliki suami yang

bersaudara.

c. Anak berru artinya anak perempuan yang disebut dengan kelompok

pengambil anak dara Dalam sebuah acara adat, anak berru lah yang

bertanggung jawab atas acara adat tersebut. Tugas anak berru adalah

sebagai pekerja, penanggung jawab dan pembawa acara pada sebuah

acara adat.

Page 48: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

39

Sedangkan situaan adalah anak yang paling tua, siditengah adalah

anak tengah dan siampun-ampun adalah anak yang paling kecil.

Mereka adalah pihak yang mempunyai ikatan persaudaraan yang

terdapat dalam sebuah ikatan keluarga.

Kelima kelompok di atas mempunyai pembagian sulang yang berbeda,

yaitu sebagai berikut.

1. Kula-kula (pihak pemberi istri dari keluarga yang berpesta) akan

mendapat sulang per-punca niadep.

2. Situaan (orang tertua yang menjadi tuan rumah sebuah pesta akan

mendapatsulang per-isang-isang)

3. Siditengah (keluarga besar dari keturunan anak tengah) akan mendapat

sulang per-tulantengah

4. Siampun-ampun (keturunan paling bungsu dalam satu keluarga) akan

mendapat sulang per-ekur-ekur.

5. Anak berru (pihak yang mengambil anak gadis dari keluarga yang

berpesta) akan mendapat sulang perbetekken atau takal peggu. Biasanya

penerimaan perjambaren anak berru disertai dengan takal peggu yang

artinya mempunyai tugas dan tanggung jawab yang besar terhadap

berjalannya pesta. Anak berru lah yang bertugas menyiapkan makanan

serta menghidangkan selama pesta berlangsung.Untuk lebih jelasnya

mengenai pembagian jambar ini, dapat kita lihat pada gambar di bawah

ini.

Page 49: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

40

Gambar 2.1

Pembagian Jambar (daging untuk Kepentingaan Adat) pada

Budaya Masyarakat Pakpak-Dairi

Page 50: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

41

Page 51: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

42

Apabila di antara keluarga tersebut akan mengadakan pesta, maka ketiga

kelompok abang beradik (situaan, siditengah dan siampun-ampun) akan

menerima pembagian (perjambaren) yakni : isang-isang (dagu), tulan tengah

(tulang bagian tengah) dan ekur-ekur (ekor).

Penerimaan jambar ini boleh bertukar-tukar sesama keluarga tersebut,

dengan rincian sebagai berikut. Misalnya: Situaan nomor satu (1); Siditengah

nomor (2); dan Siampun-ampun nomor tiga (3). Apabila siditengah yang

berpesta, maka urutan menjadi 2.3.1 sedangkan apabila siampun-ampun

(bungsu) yang menjadi sukut (yang berpesta) maka penerimaan perjambaren

berubah menjadi 3.1.2. Kula-kula dan anak berru tetap menerima puncaniadep

atau tulan tengah dan betekken atau takal peggu.

2.5 Mata Pencaharian

Pada umumnya, mata pencaharian penduduk di desa Siompin adalah

bertani. Melihat kondisi tanah yang subur serta sangat mendukung untuk

bercocok tanam, maka tidak heran jika mayoritas penduduk disana bermata

pencaharian sebagai petani. Adapun jenis tanaman yang yang ditanam adalah

padi, baik di sawah atau di darat, sayur-sayuran, karet dan yang paling

mendominasi adalah tanaman kelapa sawit. Sebagian besar lahan pertanian

ditanami dengan tanaman kelapa sawit dan merupakan sumber

penghasilan/pendapatan terbesar bagi penduduk di sana. Selain bertani, mata

pencaharian lainnya adalah berdagang, buruh pabrik dan ada juga sebagai

pegawai negri dan pegawai swasta.

Page 52: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

43

2.6 Bahasa

Pada umumnya, bahasa yang dipakai oleh masyarakat di desa Siompin

adalah bahasa Pakpak karena mayoritas penduduk di sana adalah suku Pakpak

sehingga dalam kehidupan sehari-hari penduduk disana menggunakan bahasa

Pakpak begitu juga dalam acara adat.

Terdapat juga sebagian kecil suku lain seperti suku Jawa, Karo, Nias, dan

Toba yang datang ke desa tersebut, tetapi setelah tinggal beberapa lama di sana,

maka mereka mengerti dan fasih menggunakan bahasa Pakpak. Selain bahasa

Pakpak, bahasa yang digunakan dalam komunikasi sehari-hari adalah bahasa

Indonesia yang digunakan di tempat-tempat umum, seperti sekolah, Puskesmas

dan kantor kelurahan.

Ada beberapa jenis gaya bahasa yang digunakan dalam kehidupan

masyarakat pakpak, yaitu sebagqai berikut.

(1) Rana telangke yaitu kata-kata perantara atau kata-kata tertentu untuk

menghubungkan maksud si pembicara terhadap objek si pembicara,

(2) Rana tangis yaitu gaya bahasa yang dituturkan dengan cara menangis atau

bahasa yang digunakan untuk menangisi sesuatu dengan teknik bernyanyi—

narrative esongs atau lamenta dalam istilah etnomusikologi—yang disebut

tangis milangi (bahasa tutur tangis);

(3) Rana mertendung yaitu gaya bahasa yang digunakan di hutan,

(4) Rana nggane yaitu bahasa terlarang, tidak boleh dikatakan di tengah-tengah

kampung karena dianggap tidak sopan, dan

(5 ) Rebun (rana tabas atau mangmang) yaitu bahasa pertapa datu atau bahasa

mantera oleh guru (Naiborhu, 2006)

Page 53: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

44

2.7 Kesenian

2.7.1 Seni Musik

Masyarakat Pakpak membagi alat musiknya berdasarkan bentuk

penyajian dan cara memainkannya. Berdasarkan bentuk penyajiannya, alat-alat

musik tersebut dibagi atas dua kelompok, yaitu Gotchi dan Oning-oningen.

Sedangkan berdasarkan cara memainkannya, instrumen musik tersebut terbagi

menjadi beerapa kelompok, yaitu : sipaluun, sisempulen dan sipiltiken.

a. Instrumen Musik Berdasarkan Bentuk Penyajian

Gotchi ialah instrumen musik yang disajikan dalam bentuk seperangkat

(ansambel) yang terdiri dari: Genderangsisibah, genderang silima, gendang

sidua-dua, gerantung, mbotul, gung, dan kalondang.

Genderang sisibah adalah seperangkat gendang satu sisi yang terdiri dari

sembilan buah gendang yang berbentuk konis. Dalam adat, instrumen ini disebut

si raja gumeruhguh yaitu sesuai dengan suara yang dihasilkannya dan situasi

yang diiringinya karena ramai dan besarnya acara itu. Masing-masing nama dari

kesembilan gendang dari ukuran terbesar hingga ukuran terkecil adalah sebagai

berikut:

a. Gendang I, Si Raja Gumeruhguh(suara bergemuruh) dengan pola ritmis

menginang-inangi atau mengindungi(induk).

b. Gendang II, Si Raja Dumerendeng atau Si Raja Menjujuri dengan pola

ritem menjujuri atau mendonggil-donggili (mengagungkan, mentakbiri,

menghantarkan).

Page 54: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

45

c. Gendang III s/d VII, Si Raja Menak-menak dengan pola ritmis benna

kayu sebagai pembawa ritmis melodis (menenangkan atau

menentramkan).

d. Gendang VII, Si Raja Kumerincing dengan pola ritmis menehtehi

(menyeimbangkan).

e. Gendang IX, Si Raja Mengapuh dengan pola ritmis menganak-anaki atau

tabil sondat (menghalang-halangi).

Dalam bentuk seperangkat, kesembilan gendang ini dimainkan bersama-

sama dengan gung sada rabaan (seperangkat gung yang terdiri dari empat buah,

yaitu panggora (penyeru), poi (yang menyahut), tapudep (pemberi semangat)

dan pong-pong (yang menetapkan). Instrumen lain yang dipakai adalah sarune

(double reed oboe) dan cilat-cilat (simbal concussion). Dalam penyajiannya,

ansambel ini hanya dipakai pada jenis upacara sukacita (kerja mbaik) saja pada

tingkatan upacara terbesar atau tertinggi saja.

Selanjutnya adalah ensambel genderang si lima yaitu seperangkatan

gendang satu sisi berbentuk konis yang terdiri dari lima buah gendang. Kelima

gendang ini berasal dari genderang sisibah dengan hanya menggunakan gendang

pada bilangan ganjil saja diurut dari gendang terbesar, yaitu gendang I, III, V,

VII dan IX. Adapun nama-nama gendang berdasarkan urutan dari gendang

terbesar hungga gendang terkecil adalah sebagai berikut.

a. Gendang I, Si Raja Gumeruhguh dengan pola ritmis menginang-inangi

(induk yang bergemuruh).

b. Gendang III, Si Raja Dumerendeng dengan pola ritmis menjujuri atau

mendonggil-donggili (menghantarkan atau meneruskan).

Page 55: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

46

c. Gendang V, Si Raja Menak-menak dengan pola ritmis mendua-duai

(menentramkan).

d. Gendang VII, Si Raja Kumerincing dengan pola ritmis mendua-duai

(meramaikan).

e. Gendang IX, Si Raja Mengampuh dengan pola ritmis menganaki

(menyahuti, mengikuti).

Instrumen lainnya yang terdapat dalam ensambel ini adalah gung sada rabaan,

sarune dan cilat-cilat sebagaimana yang terdapat dalam genderang sisibah.

Ansambel ini digunakan pada upacara dukacita (kerja njahat) saja,

seperti upacara kematian, mengokal tulan (menggali tulang-belulang) pada

tingkatan upacara terbesar dan tertinggi secara adat.

Selanjutnya terdapat ensambel gendang sidua-dua. Ansambel gendang

ini terdiri dari sepasang gendang dua sisi berbentuk barrel (double head two

barrel drums). Kedua gendang ini terdiri dari gendang gendang inangna

(gendang induk, gendang ibu) yaitu gendang terbesar dan gendang anakna

(gendang anak, jantan) yaitu gendang terkecil. Instrumen lain yang terdapat

dalam ansambel ini adalah empat buah gong (gung sada rabaan) dan sepasang

cilat-cilat(simbal).

Ansambel gendang ini digunakan untuk upacara ritual, seperti mengusir

roh pengganggu di hutan sebelum diolah menjadi lahan pertanian (mendegger

uruk) dan hiburan saja seperti upacara penobatan raja atau untuk mengiringi

tarian pencak.

Ada pula alat musik gerantung ialah nama yang diberikan kepada

instrumen musik sejenis gong ceper (gong tanpa pencu yang termasuk ke dalam

flat gongs idiophones yang terdiri dari 4 atau 5 buah gerantung. Instrumen ini

Page 56: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

47

biasa dimainkan bersama-sama dengan gung sada rabaan dan biasa dipakai

pada acara peresmian bale (balai desa), bages jojong (rumah adat) dan pada

peresmian perkawinan raja atau keturunannya. Instrumen ini juga digunakan

sebagai landasan berpijak bagi kedua mempelai pada saat akan memasuki rumah

adat. Menurut pandangan masyarakat Pakpak, instrumen ini merupakan simbol

kekayaan dan kemakmuran yang hanya dimilki oleh orang tertentu saja

Kemudian alat-alat musik mbotul adalah seperangkat alat musik gong

(idiophones) berpencu yang terdiri dari 5, 7 atau 9 buah gong. Disusun berbaris

di atas sebuah rak seperti kenong pada tradisi gamelan Jawa. Dalam

penggunaannya, instrumen ini berperan sebagai pembawa melodi dan secara

ansambel dimainkan bersama-sama dengan gung sada rabaan.

Ada pula alat musik gung (gong idiophones) terdiri dari empat buah yang

tidak dapat berdiri secara sendiri-sendiri yang artinya dalam penggunaannya

harus sekaligus empat buah. Oleh karena itu, gong ini disebut sada rabaan

(empat buah gong yang dimainkan secara bersamaan). Keempat instrumen ini

diberi nama sebagai berikut.

a. Gung I (panggora), gung terbesar yang berperan sebagai penyeru atau

yang memberikan seruan.

b. Gung II (poi), gung terbesar kedua yang berperan sebagai penyahut atau

yang memberi sahutan.

c. Gung III (tapudep), gung terbesar ketiga yang berperan sebagai

menimpali, menengahi atau memberikan jawaban (aksentuasi ritmis)

antara gong pertama dan gong kedua sekaligus pengontrol atas gung

panggora dan poi.

Page 57: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

48

d. Gung III (pongpong), gung terkecil yang berperan sebagai pemegang

tempo (memongpongi) atau pengatur kecepatan lagu sekaligus sebagai

penjaga kestabilan dari lagu yang dimainkan.

Kalondang(xylophones) ialah alat musik yang terbuat dari bilahan kayu

berjumlah sembilan buah. Dimainkan secara bersama-sama dengan pong-pong

(gong kecil), cilat-cilat (simbal) dan lobat(bamboos recorder). Alat musik ini

biasanya digunakan sebagai pengiring tarian (tatak) hiburan dengan

membawakan lagu-lagu tertentu yang sifatnya gembira, seperti: ende-ende muat

kopi (nyanyian memetik kopi), ende-ende kitobis ( nyanyian mengambil rebung

bambu) yang menggambarkan kegembiraan pada saat memetik kopi dan

mengambil rebung bambu.

2.7.2 Musik Vokal

Masyarakat Pakpak memberi nama ende-ende (baca: nde-nde) terhadap

semua jenis musik vokalnya. Ada beerapa jenis musik vokal yang terdapat pada

masyarakat pakpak yang dibedakan berdasarkan fungsi dan penggunaannya

masing-masing yaitu sebagai berikut.

(i) Tangis milangi atau disebut juga tangis-tangis adalah kategori nyanyian

ratapan (lamenta) yang disajikan dengan gaya menangis. Disebut tangis

milangi karena hal-hal mengharukan yang terdapat di dalam hati

penyajinya akan dituturkan-tuturkan (Pakpak: ibilang-bilangken, milangi)

dengan gaya menangis (Pakpak : tangis).

Ada beberapa jenis tangis milangi yang terdapat pada masyarakat

Pakpak, yaitu sebagai berikut.

Page 58: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

49

a. Tangis si jahe adalah jenis nyanyian yang disajikan oleh gadis (female

song) menjelang pernikahannya. Teksnya berisi tentang ungkapan

kesedihan karena harus berpisah dengan anggota keluarganya. Gadis

tersebut tentunya akan meninggalkan keluarganya untuk bergabung

dengan keluarga suaminya. Selain itu, teks teks nyanyian ini juga berisi

tentang semua hal menyedihkan yang mungkin akan dialaminya di

lingkungan keluarga suaminya. Walaupun dinyanyikan dengan gaya

menangis, namun maksud utama dari tangis ini ialah agar orang yang

ditangisi merasa terharu dan selanjutnya akan memberikan petuah-petuah

atau nasehat dan berupa materi kepada si gadis yang akan menikah

tersebut. Nasehat yang diberikan umumnya adalah tentang petunjuk

hidup berumah tangga dan semua hal-hal yang berkaitan dengan

kehidupan bersuami-istri. Nyanyian ini disajikan dengan menggunakan

melodi yang berulang-ulang (repetitif) dengan teks yang berubah-ubah.

b. Tangis anak melumang, tangis ini disajikan oleh pria maupun wanita dari

semua tingkat usia. Isi teksnya adalah ungkapan kesedihan ketika

terkenang kepada orang tua yang sudah meninggal dunia. Perpisahan

akibat kematian dan penderitaan yang dialami si anak atas sepeninggal

orangtua tersebut adalah isi dari teks nyanyian ini. Biasanya nyanyian ini

disajikan pada saat-saat tertentu, seperti ketika berada di hutan, di ladang,

di sawah atau tempat-tempat sepi lainnya. Nyanyian ini juga lebih

mengutamakan teks daripada melodi. Teksnya berubah-ubah dengan

pengulangan-pengulangan melodi yang sama.

c. Tangis simate adalah nyanyian ratapan (lament) kaum wanita ketika

salah seorang anggota keluarga meninggal dunia. Disajikan pada saat si

Page 59: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

50

mati tersebut masih berada di hadapan orang yang menangis sebelum

dikebumikan. Teksnya berisi tentang hal-hal atau perilaku yang paling

berkesan dari si mati semasa hidupnya, kebaikan dan kelebihan-

kelebihannya serta kemungkinan kesukaran hidup yang akan dihadapi

keluarga atas sepeninggal orang yang meninggal tersebut. Melalui tangis

ini pula orang-orang yang melayat dapat lebih mengetahui dan mengenal

sifat-sifat dari orang yang meninggal tersebut dan yang lebbih utama lagi

adalah bahwa melalui nyanyian ini para pelayat akan di bawa ke dalam

suasana duka yang mendalam melalui gaya tangis simate tersebut

sehingga dengan demikian pelayat akan tergerak bersatu ke dalam suatu

perasaan sepenanggung sependeritaan. Nyanyian ini adalah nyanyian

strofik yang mengutamakan teks daripada melodi. Teks yang disajikan

berubah-ubah dengan pengulangan-pengulangan melodi yang sama.

(ii) Ende-ende mendedah adalah sejenis nyanyian lullaby atau nyanyian

menidurkan anak yang dinyanyikan oleh si pendedah (pengasuh) baik

kaum pria maupaun wanita untuk menidurkan atau mengajak si anak

bermain. Jenisnya terdiri dari orih-orih, oah-oa, dan cido-cido. Ketiga

jenis nyanyian ini menggunakan teks yang selalu berubah-ubah dengan

melodi yang diulang-ulang (repetitif).

(iii) Orih-orih ialah nyanyian untuk menidurkan anak yang dinyanyikan

oleh si pendedah (pengasuh) orangtua atau kakak baik pria maupun

wanita. Si anak digendong sambil i orih-orihken (sambil menina

bobokkan si anak dalam gendongan) dengan nyanyian yang liriknya

berisi tentang nasehat, harapan, cita-cita maupun sebagai curahan kasih

sayang terhadap si anak tersebut.

Page 60: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

51

(iv) Oah-oah sering juga disebut kodeng-kodeng, yaitu jenis nyanyian

yang teksturnya sama dengan orih-orih. Yang membedakannya ialah

cara dalam menina bobokkan si anak. Jika orih-orih disajikan sambil

menggendong si anak, maka oah-oah disajikan sambil mengayun si

anak pada ayunan yang digantungkan pada sebatang kayu di rumah

maupun di pantar (gubuk, dangau) yang terdapat di ladang atau di

sawah.

(v) Cido-cido adalah nyanyian untuk mengajak si anak bermain.

Tujuannya ialah untuk menghibur dengan membuat gerakan-gerakan

yang lucu sehingga si anak menjadi tertawa dan merasa senang.

Gerakan-gerakan tersebut biasanya ditampilkan pada akhir frasa lagu.

Si anak digoyang-goyang, diangkat tinggi-tinggi, dicolek atau

disenyumi yang menimbulkan rasa senang, geli atau lucu sehingga si

anak menjadi tertawa. Teks lagu yang disajikan umumnya berisi tentang

nasehat, petuah-petuah maupun harapan-harapan agar kelak si anak

menjadi orang yang berguna dan berbakti pada keluarga.

(vi) Nangan ialah nyanyian yang disajikan pada waktu mersukut-sukuten

(mendongeng). Setiap ucapan dari tokoh-tokoh yang terdapat pada

cerita tersebut disampaikan dengan gaya bernyanyi. Ucapan tokoh-

tokoh yang terdapat dalam cerita yang dinyanyikan itulah yang disebut

nangen, sedangkan rangkaian ceritanya disebut sukut-sukuten. Apabila

seluruh rangkaian cerita dan ucapan para tokoh cerita disampaikan

dengan gaya bertutur, maka kegiatan ini disebut dengan sukut-sukuten

(bercerita), sedangkan cerita yang menyertakan dalam penyampaiannya

disebut sukut-sukuten pake nangen. Namun, pada umumnya sukut-

Page 61: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

52

sukuten yang menarik haruslah berisi nangen. Kegiatan mersukut-

sukuten biasanya dilakukan oleh para tua-tua yang sudah lanjut usia

pada malam hari terutama ketika ada orang yang meninggal dunia.

Secara mitos diyakini bahwa si mati yang tidak dijaga akan hilang

dimakan anjing. Agar orang-orang yang menjaga si mati itu tidak

tertidur, maka diadakanlah kegiatan mersukut-sukuten yang dimulai

menjelang tengah malam hingga pagi keesokan harinya.

Secara tekstur, cerita sukut-sukuten umumnya berisi tentang

pedoman-pedoman hidup dan teladan yang harus dipanuti berdasarkan

perilaku yang diperankan olehh tokoh yang terdapat dalam cerita.

Tokoh yang baik menjadi panutan sedangkan tokoh yang jahat

dihindari. Pencerita (persukut-sukuten) haruslah seorang yang cukup

ahli menciptakan karakter tokoh-tokoh melalui warna suara nangen

yang berbeda-beda satu sama lainnya sehingga menarik untuk

dinikmati.

Adapun sukut-sukuten yang cukup dikenal oleh masyarakat

Pakpak adalah Sitagandera, Nan Tampuk Mas, Manuk-manuk Si Raja

Bayon, Si buah mburle dan lain sebagainya.

(vii) Ende-ende Mardembas adalah bentuk nyanyian permainan di kalangan

anak-anak usia sekolah yang dipertunjukkan pada malam hari di

halaman rumah pada saat terang bulan purnama. Mereka menari

membentuk lingkaran, membuat lompatan-lompatan kecil secara

bersama-sama sambil bergandengan tangan dan melantunkan lagu-lagu

secara chorus (koor) maupun solo chorus (nyanyian solo yang disambut

oleh koor).

Page 62: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

53

Pada malam hari kelompok perempuan dewasa sedang

menumbuk padi, maka biasanya pada saat itulah anak-anak melakukan

kegiatan mardembas. Isi teksnya adalah menggambarkan keindahan

alam serta kesuburan tanah Dairi yang dinyanyiakn dengan

pengulangan melodi (repetitif) dimana teksnya berubah-ubah sesuai

pesan yang disampaikanya.

(viii) Ende-ende Memuro Rohi, nyanyian ini termasuk ke dalam jenis work

song, yaitu nyanyian yang disajikan pada saat bekerja. Biasanya

dinyanyikan ketika berada di ladang atau di sawah untuk mengusir

burung-burung agar tidak memakan padi yang ada di ladang atau di

sawah tersebut. Kegiatan muro (menjaga padi) ini biasanya

menggunakan alat yang disebut dengan ketter dan gumpar3 yang

dilambai-lambaikan ke tengah ladang padi sambil menyanyikan

ende-ende memuro rohi.

Jenis-jenis kesenian di atas, baik seni musik maupun musik vokal sudah

jarang dtemukan. Seni musik tradisional tersebut sudah digantikan dengan alat

musik keyboard dalam upacara-upacara adat, baik upacara perkawinan maupun

upacara kematian. Begitu juga dengan musik vokal yang sudah sangat jarang

ditemukan, namum masih ada beberapa musik vokal yang masih ditemukan

seperti tangis simate dan tangis anak melumang.

3Ketter dan gumpar adalah alat yang terbuat dari bambu dan pada bambu tersebut digantungkan kain bekas yang dilambaikan ke tengah sawah untuk mengusir burung. Fungsi utama alat ini tentu saja menghalau burung, namun tetap dapat dikaji melalui disiplin etnomusikologi, yaitu studi musik dalam kebudayaan. Alat ini dapat digolongkan kepada fungsinya sebagai alat pendukung budaya pertanian.

Page 63: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

54

BAB III

DESKRIPSI UPACARA KEMATIAN PADA

KEBUDAYAAN MASYARAKAT PAKPAK-DAIRI

Dalam Bab III ini, penulis akan mendeskripsikan tentang upacara kematian

yang terdapat pada masyarakat Pakpak-Dairi di desa Siompin, mulai dari peralatan

upacara, pelaku nupacara, lokasi upacara serta jalannya upacara. Namun sebelum

membahas ke pokok permasalahan, maka terlebih dahulu akan dideskripsikan tentang

jenis-jenis kematian pada kebudayaan masyarakat Pakpak yaitu sebagai berikut.

1. Mate ncayur tua, artinya orang yang meninggal dalam kondisi lanjut usia

dimana anak-anaknya sudah berumah tangga dan sudah memiliki cucu laki-

laki dan cucu perempuan.

2. Mate ntua, artinya orang yang meninggal dunia dengan kondisi dimana

anaknya masih berusia remaja atau belum berumah tangga.

3. Mate mpusa atau mate tompet, yaitu orang yang sudah berumah tangga

meninggal dunia tanpa memiliki keturunan.

4. Mate mbalu menatap, yaitu orang yang meninggal dunia dimana kondisinya

belum menikah terapi sudah bertunangan

5. Mate cender atau bunga-bunga cimpako, yaitu orang yang meninggal dunia

pada usia muda (lajang/gadis).

6. Mate bura-bura koning, yaitu orang yang meninggal dunia pada usia anak-

anak

Page 64: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

55

3.1 Mate Ncayur Tua

Karena jenis kematian yang penulis teliti adalah mate ncayur tua, maka

terlebih dahulu penulis akan menjelaskan tentang mate ncayur tua tersebut. Mate

ncayur tua adalah orang yang meninggal dalam kondisi lanjut usia dimana anak-

anaknya sudah berumah tangga dan sudah memiliki cucu laki-laki dan cucu

perempuan. Pada waktu sakit, biasanya disinilah kesempatan anak-anaknya untuk

menunjukkan kasih sayangnya kepada orang tua tersebut. Mereka menyuapi orangtua

tersebut dan setelah makan, biasanya orangtua tersebut memberikan nasihat, ajaran

dan berkat kepada anak-anaknya tersebut. Kadangkala, dalam kesempatan ini orangtua

tersebut menyerahkan harta dan kekayaan yang dimilikinya.

Dalam keadaan sakit tersebut, maka hal ini harus diberitahukan kepada pihak-

pihak keluarga dekat terkhusus kepada pihak kula-kula, berru dan dengan sebeltek.

Pihak keluarga yang sudah mengetahui kabar tersebut segera datang membawa

makanan yang disebut dengan nakan pengambat yang bermakna agar terhambatlah

semua penyakit sekaligus mereka mendoakan agar orang tua tersebut lekas sembuh.

Jika pihak kula-kula yang datang, maka mereka menjaga orangtua tersebut secara

berganti-ganti. Jika yang datang pihak berru, maka nakan penghambat tersebut

bermakna untuk meminta doa kepada guru/dukun agar orangtua tersebut diberi umur

panjang. Tetapi jika pihak dengan sebeltek yang datang, maka nakan penghambat

tersebut mereka bawa bermakna agar semua nasihat-nasihat yang diberikan orangtua

tersebut dapat mereka laksanakan dengan baik.

Jika orangtua tersebut sudah meninggal dunia, maka semua anak-anaknya,

menantunya dan cucunya menangisi orangtua tersebut. Tangisan ini jugalah yang

memanggil tetangga dan orang-orang di sekitarnya.

Page 65: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

56

3.2 Deskripsi Upacara Kematian pada Masyarakat Pakpak-Daisi

Pada masyarakat Pakpak, bila seorang orang tua baik laki-laki maupun

perempuan meninggal dunia dimana semua anaknya laki-laki maupun perempuan

yang menjadi cucu orang yang meninggal tersebut sudah berumah tangga, maka dapat

dikatakan ncayur tua. Orang yang demikianlah yang lazim untuk dipestakan sesuai

dengan keadaan ekonomi dari keluarga yang ditinggalkan. Tingkatan upacara mate

ncayur tua dapat dikategotikan ke dalam 3 jenis, yaitu:

1. Males bulung simbernaik, yaitu jenis upacara yang paling tinggi tingkatannya

karena wajib memotong kerbau dan lembu. Besar kecilnya upacara ini diukur

dari jenis dan jumlah ternak yang dipotong sebagai lauk. Pada zaman dahulu,

jenis upacara ini dilakukan selama tujuh hari tujuh malam dan diiringi

genderang si lima. Tingkatan ini tentunya membutuhkan banyak biaya

sehingga hanya dilakukan orang-orang tertentu seperti keturunan raja.

2. Males bulung sampula, yaitu jenis upacara yang tingkatannya paling kecil.

Biasanya hewan yang dipotong cukup ayam saja dan tidak diiringi

genderang.Peserta upacara ini hanya keluarga dekat saja.

3. Males bulung buluh, yaitu jenis upacara tertinggi kedua atau menengah.

Biasanya hewan yang dipotong sebagai lauk adalah hewan berkaki empat yang

lebih kecil seperti kambing dan babi dan upacara ini tidak diiringi genderang.

Pemilihan tingkatan upacara kematian tersebut disesuaikan berdasarkan

keadaan ekonomi keluarga dari tuan rumah karena ke tiga tingkatan tersebut memiliki

perbedaan biaya yang berbeda pula. Pemilihan tingkatan upacara tersebut ditentukan

melalui musyawarah antara keluarga terdekat dan atas persetujuan dari sulang silima.

Page 66: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

57

Adapun jenistingkatan upacara yang dipakai dalam tulisan yang saya teliti adalah jenis

upacara males bulung buluh.

Menurut teori Koentjaraningrat mengenai upacara,ada beberapa hal yang harus

diperhatikan di dalam sebuah upacara, yaitu: (1) peralatan dan benda upacara, (2)

lokasi upacara, (3) pelaku upacara, (4) jalannya upacara, dan (5) pemimpin upacara.

Kelima aspek ini dalam kaitannya dengan upacara kematian di dalam kebudayaan

masyarakat Pakpak-dairi di Desa Siompin Aceh adalah sebagai berikut.

3.1.1 Peralatan dan Benda Upacara

Adapun benda peralatan upacara yang digunakan dalam upacara tersebut

adalah sebagai berikut.

(a) Keyboard, alat musik ini disewa dan digunakan sebagai musik pengiring pada

saat acara tumatak (menari) dan juga sebagai musik pengiring pada saat

berlangsungnya acara ibadah yang biasanya dilaksanakan dalam agama

Kristen. Tidak diketahui secara pasti kapan alat music ini masuk ke daerah

yang penulis teliti dan dipakai sebagai ganti daripada genderang si lima,

namun alat musik ini dipakai karena keadaan ekonomi dari pihak yang

berpesta kurang memadai untuk menyewa genderang si lima tersebut karena

membutuhkan biaya yang cukup besar.

(b) Belagen mbentar (tikar putih). Ada beberapa fungsi dari belagen (tikar)

tersebut yaitu:

Page 67: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

58

1. Digunakan sebagai perangkat adat lengkap4dalam upacara tersebut yang

dibawa oleh pihak kula-kula. Dalam hal ini, biasanya belagen ini

dilengkapi dengan kembal (sumpit) dan seekor ayam.

2. Digunakan sebagai tempat tidur perpisahan terakhir terhadap orang yang

meninggal tersebut.

3. Digantungkan di atas langit-langit rumah duka tersebut dan sejajar di atas

kepala orang yang meninggal tersebut.Dalam hal ini, biasanya dilengkapi

juga dengan kembal (sumpit) yang berisi sedikit beras.Semua peraltan ini

biasanya dibawa oleh pihak puang.

Gambar 3.1

Kembal (Sumpit)

Dokumentasi: Marliana Manik (2012)

4Disebut adat lengkap jika terdiri dari ayam, belagen mbentar (tikar putih), kembal (sumpit) dan sedikit beras. Lengkap dalam istilah ini berarti memenuhi empat unsur peralatan dan benda upacara dalam konteks etnosains masyarakat Pakpak-Dairi.

Page 68: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

59

Adapun fungsi dari kembal tersebut adalah sebagai berikut:

1. Digunakan sebagai perangkat adat lengkap dalam upacara tersebut yang

dilengkapi dengan belagen (tikar) dan seekor ayam yang biasanya dibawa

oleh pihak kula-kula.

2. Digantungkan di atas langit-langit rumah sejajar di atas kepala orang yang

meninggal tersebut.Dalam hal ini, dibawa oleh pihak puang.

(c) Beras, yang mempunyai fungsi sebagai berikut.

1. Beras ini dimasukkan ke dalam kembal (sumpit) kemudian digantungkan

di atas langit-langit rumah sejajar di atas orang yang meninggal tersebut.

2. Kedua, beras ini nantinya akan dihambur-hamburkan kepada keluarga

dekat dari pihak yang melaksanakan upacara dengan makna agar semua

keluarga yang ditinggalkan diberi kesehatan dan umur panjang.

(d) Tali kajang, yaitu tali yang digunakan untuk menggantungkan belagen dan

kembal tersebut.

(e) Oles, ada beberapa fungsi dari oles tersebut, yaitu :

1. Digunakan sebagai perangkat adat lengkap dalam upacara tersebut yang

dibawa oleh pihak berru dan biasanya dilengkapi dengan sejumlah uang.

2. Digunakan sebagai tudung di atas kepala yang bermakna suami yang

sudah resmi menjadi duda atau saong yang bermakna istri yang sudah

resmi menjadi janda atau duda. Dalam hal ini, oles ini dibawa oleh pihak

puang.

3. Ditutupkan ke tubuh orang yang meninggal tersebut yang bermakna agar

roh nya selalu memberkati keluarga yang ditinggalkan atau yang disebut

dengan oles penaput. Dalam hal ini, oles ini dibawa oleh pihak berru.

Page 69: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

60

Gambar 3.2

Tali Kajang

Dokumentasi: Marliana Manik (2012)

Page 70: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

61

Gambar 3.3

Oles

Dokumentasi: Marliana Manik (2012)

(f) Ayam, ini digunakan sebagai perangkat adat lengkap dalam upacara tersebut

yang biasanya dilengkapi dengan belagen dan kembal yang dibawa oleh pihak

kula-kula.

(g) Uang, digunakan sebagai perangkat adat lengkap yang dilengkapi dengan oles

dan biasanya dibawa oleh pihak berru.

(h) Pinggan (piring kaca) berukuran kecil, pinggan ini digunakan sebagai tempat

atau wadah beras yang akan dihamburkan tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat

kita lihat pada gambar di bawah ini.

Page 71: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

62

Gambar 3.4

Pinggan

Dokumentasi: Marliana Manik (2012)

Selain itu, terdapat juga beberapa jenis makanan yang biasa digunakan dalam

pelaksanaan upacara. Beberapa jenis makanan tersebut adalah sebagai berikut.

(i) Nakan persirangen (makanan perpisahan), ini dibawa oleh pihak puang

dengan lauk ayam dan dilengkapi dengan nasi yang mempunyai makna sebagai

makanan perpisahan terakhir terhadap orang yang meninggal tersebut.

(j) Nakan pendungo-ndungoi ini dilengkapi dengan lauk ayam dan dilengkapi

dengan nasi yang dimakan pada saat tengah malam agar para pelayat dan

Page 72: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

63

seluruh keluarga tidak tertidur. Biasanya disediakan oleh pihak sukut (tuan

rumah).

(k) Nakan mengari-ari tendi ini dimakan setelah acara pemakaman 1-4 hari

kemudian yang disebut dengan upacara mengari-ari tendi. Biasanya dibawa

oleh pihakpuang.

3.1.2 Pelaku Upacara

Dari pengamatan di lapangan, maka pelaku upacara kematian tersebut adalah

sebagai berikut.

1. Kesukuten (tuan rumah), mereka adalah orang yang menjadi tuan rumah dalam

upacara kematian tersebut.Kesukuten tersebut terdiri dari anaknya laki-laki dan

perempuan, menantu laki-laki dan perempuan, cucu atau cicit laki-laki dan

perempuan.

2. Kelompok puang, mereka adalah pihak kelompok pemberi istri

3. Kelompok berru/senina, mereka adalah orang yang bertugas di dapur untuk

mempersiapkan makanan selama upacara berlangsung. Sedangkan senina

adalah mereka yang membantu tuan rumah dalam bentuk materiserta ikut

mendukung upacara tersebut.

4. Dengan kuta (kawan satu kampung), mereka adalah pihak yang membantu

kesukuten (tuan rumah) khususnya dalam hal jasa selama upacara berlangsung

serta ikut serta mengesahkan upacara tersebut.

5. Supan-supan (sahabat), mereka adalah sahabat dari pihak yang berpesta yang

tidak ada ikatan keluarga dengan pihak yang berpesta tersebut dan tidak

termasuk ke dalam kelompok puang, kula-kula, berru dan senina. Meraka juga

ikut membantu memberikan jasa selama upacara berlangsung.

Page 73: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

64

6. Perkebbas (pekerja pesta), mereka adalah pihak yang ikut serta bekerja di

dapur untuk membantu pihak berru menyiapkan dan menyediakan makanan

dalam upacara tersebut. Biasanya terdiri dari kaum ibu dan bapak.

7. Anak perana dan simerbaju, mereka adalah kelompok muda-mudi yang juga

ikut untuk mempersiapkan dan menyediakan makanan selama acara pesta serta

membantu menyediakan peralatan-peralatan yang berhubungan dengan hal

tersebut seperti mengumpulkan kayu bakar serta menyediakan bahan-bahan

masakan. Semua kelompok di atas akan mempunyai kesempatan untuk

tumatak (menari) sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam acara adat

tersebut.

8. Raja si roh (pemerintah setempat), mereka adalah pemerintah setempat yang

ada di kampung tersebut.

3.1.3 Lokasi Upacara

Adapun lokasi upacara kematian yang penulis teliti adalah bertempat di Desa

Siompin, Kabupaten Aceh Singkil, di rumah Bapak Jujur Tumangger.Di dalam rumah

tersebut, posisi jenazah diletakkan di bagian tengah ruangan rumah duka tersebut agar

para pelayat yang datang dapat mengelilingi jenazah. Jenazah diletakkan tepatnya di

sebelah kiri pintu masuk rumah.

3.1.4 Pemimpin Upacara

Pelaksanaan upacara tersebut dipimpin oleh seorang perkata-kata yang berasal

dari pihak berru yang tentunya mengerti tentang upacara kematian agar nantinya tidak

terjadi kesalahan. Tugasnya adalah menyusundan memimpin acara selama upacara

berlangsung.

Page 74: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

65

3.1.5 Jalannya Upacara

Upacara atau pesta adat dilaksanakan tentunya setelah melakukan musyawarah

antara tuan rumah dengan pihak-pihak keluarga terdekat yang bertujuan untuk

membicarakan tentang pesta adat yang akan dilaksanakan. Pihak-pihak yang harus

hadir dalam musyawarah tersebut adalah kelompok puang, khususnya puang benna

dan puang pengamaki agar tahapan persiapan dan pelaksanaan upacara tidak

terkendala. Musyawarah dilaksanakan di tempat lain atau tidak di rumah duka tersebut

supaya tidak ada yang mengganggu selama proses musyawarah berlangsung. Dan

apabila ada masalah-masalah yang timbul selama proses musyawarah berlangsung,

tidak mengganggu pihak sukut (tuan rumah) yang berduka.

Setelah semua pihak keluarga hadir, maka dilakukan musyawarah yang

direncanakan oleh wakil sukut (saudara almarhum). Dalam musyawarah tersebut

dibicarakan rencana pelaksanaan pesta tersebut, seperti: lamanya pesta, jumlah dan

jenis hewan yang akan dipotong serta alat musik yang digunakan. Dalam musyawarah

tersebut juga dibicarakan mengenai siapa saja puang dan berru dari keluarga yang

terkena kemalangan, terutama kalimbubu yang meninggal. Puang dalam hal ini

mencakup puang benna ni ari dan puang kalimbubu.

Setelah selesai musyawarah, kelompok puang berangkat menuju rumah duka

dengan membawa satu ekor ayam, tikar, dan selampis (sumpit) yang berisi beras.

Beras dan ayam tersebut nantinya dimasak dan akan dimakan bersama-sama. Makanan

ini disebut dengan nakan persirangen (makanan perpisahan). Sedangkan tikar

dianggap sebagai tempat tidur perpisahan terakhir sebagai alas dari jenazah tersebut.

Ketika memberikan peralatan tersebut kepada sukut (tuan rumah), pihak puang berkata

“En mo kubaing kami belagen ntiar asa mernipi ntiar mo karina beberre nami dekket

Page 75: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

66

kempu-kempu nami itadingken kene dekket merkininjuah, beak gabe dekket sangap

mencari. Yang artinya “Inilah kami berikan tikar putih supaya bermimpi indahlah

semua cucu-cucu kami yang ditinggalkan, sehat selalu dan berlimpah rezeki.”

Selain itu, di bagian atas kepala orang yang meninggal tersebut juga dipasang

tali yang disebut kajang kemudian belagen (tikar) dan kembal (sumpit) berisi sedikit

beras pilihan yang ditujukan kepada arwah yang meninggal tersebut yang disebut

dengan pehabang. Dalam hal ini, dibawa oleh pihak puang juga, yaitu puang benna ni

ari dan sambil berkata “en mo kubaing kami langit-langit kain mbentar dekket

belagen, asa ntiar mo karina dekket ntarar pencarien perezekien perolihen mi kempu-

kempu name sini tadingken ndene en dekket sehat-sehat mo kami karina.” Yang

artinya “ inilah kami buat langit-langit supaya cerahlah pencaharian, tambah rezeki

kepada semua cucu yang ditinggalkan. Supaya sehat-sehatlah kami semua. Untuk

lebih jelasnya dapat kita lihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 3.5

Belagen, Kembal, dan Tali Kajang

.

Dokumentasi: Marliana Manik (2012)

Page 76: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

67

Setelah puang memberikan kewajibannya, hadir pula kelompok berru dengan

membawa oles dan ditutupkan ke tubuh orang yang meninggal tersebut. Oles ini

disebut penaput yang bermakna agar roh dari orang yang meninggal tersebut selalu

memberkati keturunan yang ditinggalkan.

Selain berru hadir pula senina (saudara satu marga atau dengan sebeltek) yang

berkewajiban memberi bantuan kepada pihak sukut (tuan rumah) dalam mendukung

upacara berupa uang dan beras. Uang dan beras ini akan digunakan untuk keperluan

pesta adat tersebut.

Pelaksanaan upacara selanjutnya pada malam harinya adalah acara tumatak

(menari) sambil mengelilingi orang yang meninggal tersebut dan diiringi musik.

Biasanya, ensambel musik yang mengiringi upacara kematian pada masyarakat

Pakpak adalah ensambel genderang si lima. Namun, dalam hal ini, sukut atau

pelaksana upacara tidak memakai genderang si lima, tetapi digantikan dengan alat

musik keyboard. Hal ini disebabkan karena keadaan ekonomi keluarga yang tidak

mencukupi untuk menyewa alat musik tersebut karena membutuhkan biaya yang

cukup besar. Sebelum acara menari dimulai, pihak sukut tmenyampaikan beberapa hal

kepada puang, berru, dengan sebeltek dan semua keluarga yang hadir. Adapun isi dari

pesan yang disampaikan adalah “acara tumatak enda kita ulaken imo penggancih

tangis dekket mengido pasu-pasu asa njuah-njuah kita karina”. Yang artinya “ acara

menari ini dilaksanakan sebagai ganti tangis dan supaya kita yang ditinggalkan

diberkati dan sehat selalu.” Pihak puang juga menyampaikan pesan kepada seluruh

kerabat yang hadir dalam upacara tersebut. Adapun isi dari pesan yang disampaikan

adalah “ mendahi kita karina si lot isen,tah lot deng ngo utang dekket ido partua ta

enda, asa ibagahken mo mendahi kami sinderrang makdeng kita taruhken partua nta

Page 77: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

68

enda mi bekkas persigejjapen idi.” Yang artinya “kepada kita semua yang hadir di

sini, jika masih ada hutang atau piutang dari orang tua kami ini agar diberitahukan

kepada kami dan diselesaikan sebelum dimakamkan”. Setelah selesai menyampaikan

beberapa hal tersebut, maka acara menari pun dimulai. Adapun susunan atau urutan

acara tumatak tersebut adalah sebagai berikut.

1. Kelompok sukut (tuan rumah),

2. Kelompok kula-kula,

3. Kelompok berru,

4. Dengan kuta (kawan satu kampung),

5. Supan-supan (sahabat),

6. Perkebbas (pekerja pesta),

7. Raja sir oh (pemerintah setempat), dan

8. Kempu (cucu).

Acara tumatak (menari) dimulai dari kelompok sukut (tuan rumah). Setelah

mereka menari, dilanjutkan oleh kelompok kula-kula dan begitu seterusnya. Biasanya

kelompok penari tersebut menari sambil menangis, menyentuh bahkan mencium pipi

orang yang meninggal tersebut.Gerakan menari dimulai dari sebelah kanan jenazah

tersebut dan berputar mengelilingi jenazah tersebut. Setiap penari juga diwajibkan

untuk memakai selendang. Khusus untuk cucu laki-laki paling tua, biasanya memakai

tongkat.

Posisi tangan ketika sedang menari pun berbeda. Posisi telapak tangan sukut

dan berru menghadap ke atas, maknanya adalah minta berkat dari para puang

sedangkan posisi telapak tangan puang telungkup yang maknanya memberi berkat.

Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada gambar di bawah ini.

Page 78: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

69

Gambar 3.6

Pihak Puang dan Berru Sedang Menari Adat

Dalam Upacara Kematian

Dokumentasi: Marliana Manik (2012)

Kira-kira jam 24.00 WIB (tengah malam) seluruh anggota keluarga dan para

pelayat (penonggor) makan bersama-sama memakan makanan yang disebut nakan

pendungo-dungo yang bertujuan agar mereka jangan sampai tertidur dan dilakukan

setiap malam sebelum penguburan.

Keesokan harinya, tepatnya pada pagi hari sebelum acara pemakaman, maka

pihak keluarga membuat acara yang disebut dengan acara keluarga. Acara ini hanya

boleh dihadiri pihak keluarga dekat saja. Acara ini berupa penyampaian pesan-pesan,

meminta berkat terhadap roh orang yang meninggal tersebut serta ucapan selamat

Page 79: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

70

jalan dari pihak keluarga.. Dalam acara ini pihak keluarga juga biasanya bernyanyi

bersama sebagai kesempatan terakhir untuk mengenang tentang orang yang meninggal

tersebut.

Setelah acara keluarga selesai, maka batang ditutup dan pada saat inilah semua

pihak keluarga diberi kesempatan terakhir untuk melihat jenazah tersebut. Semua

pihak keluarga menangis karena merupakan kesempatan terakhir untuk melihat

jenazah tersebut. Setelah batang ditutup maka jenazah diangkat ke luar rumah,

tepatnya di teras halaman rumah.

Setelah itu, acara selanjutnya adalah acara menari kembali. Susunan acaranya

mengacu pada susunan acara pada saat menari pada malam hari sebelumnya. Jadi bisa

dikatakan, pada waktu acara menari pada malam hari itu adalah sebagai gladi resik,

bedanya setiap kelompok utusan menyampaikan kata-kata baik berupa pesan serta

meminta berkat kepada roh orang yang meninggal tersebut. Adapun isi dari pesan

tersebut adalah “selamat jalan mo mendahiken kono, asa memasu-masu mo tendimu

mendahi kami si tading en. Tambah rezeki dekket njuah-njuah kami karina

sinitadingkenmu.” Artinya “selamat jalan, biarlah roh mu memberkati kami yang kau

tinggalkan. Tambah rezeki dan sehat-sehat kami selalu.”

Page 80: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

71

Gambar 3.7

Kata-kata Ucapan Meminta berkat dari Roh Yang Meninggal

Dokumentasi: Marliana Manik (2012)

Setelah acara menari selesai, maka acara selanjutnya diserahkan kepada pihak

gereja untuk membuat acara ibadah singkat sebelum jenazah dimakamkan. Isi dari

acara tersebut adalah bernyanyi, berdoa serta pembacaan riwayat hidup dari orang

yang meninggal tersebut. Acara berlangsung sekitar setengah sampai satu jam saja.

Adapun yang memimpin acara adalah pengurus gereja seperti pendeta atau guru

jemaat. Dengan catatan, apabila orang yang meninggal tersebut sintua atau pengurus

gereja, maka acara ini biasanya berlangsung di gereja. Tetapi apabila orang yang

meninggal tersebut jemaat biasa, maka acara ini dilakukan di rumah duka saja.

Setelah acara tersebut selesai, maka jenazah diangkat oleh pihak berru dan

dibawa ke lokasi pemakaman. Karena lokasi pemakaman cukup jauh, maka jenazah

Page 81: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

72

dibawa dengan kendaraan mobil dari keluarga tersebut.Peserta yang ikut ke lokasi

pemakaman adalah pihak keluarga dekat, kerabat, sahabat dan orang-orang di sekitar

kampong tersebut.Biasanya ada orang-orang tertentu yang membuat lokasi

pemakaman khusus untuk anggota keluarganya dan lokasinya tidak sama dengan

lokasi pemakaman umum. Namun dalam hal ini, pihak keluarga yang bersangkutan

tidak mempunya lokasi pemakaman sendiri sehingga jenazah dimakamkan di lokasi

pemakaman umum yang terdapat di desa tersebut. Setelah sampai di lokasi

pemakaman, maka acara selanjutnya adalah acara ibadah singkat.Isi dari acara tersebut

adalah bernyanyi dan berdoa yang dipimpin oleh pihak gereja.

Pemakaman orang yang sudah lanjut usia biasanya dilakukan pada pagi hari

yang disebut perkeke mataniari. Waktunya sekitar jam 10.00-12.00 siang hari.

Maknanya agar keturunan yang ditinggalkan memperoleh peningkatan rejeki,

kesehatan dan keselamatan seperti layaknya matahari terbit. Namun demikian,

pemakaman jenazah tersebut dilakukan pada sore hari karena masih ada anggota

keluarga yang belum datang dari tempat yang jauh sehingga pemakaman ditunda

hingga sore hari.

Setelah acara pemakaman selesai, maka seluruh pelaksana upacara tersebut

makan di rumah pihak sukut (tuan rumah), setelah itu dilaksanakan penyelesaian

hutang-hutang adat dimana semua puang yang membawa ayam, beras dan tikar akan

menerima sarung dilengkapi uang dari pihak berru. Berru yang membawa kain sarung

(mandar) akan mendapat ayam, beras dan tikar dari pihak puang. Dengan kata lain,

perlengkapan adat yang dibawa oleh pihak puang ditukarkan dengan perlengkapan

adat yang dibawa oleh pihak berru.

Setelah selesai pelaksanaan hitang-piutang adat tersebut, maka pihak sukut

(tuan rumah) menghitung berapa biaya keseluruhan dari acara tersebut serta bantuan

Page 82: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

73

yang mereka peroleh. Jika pihak sukut mengalami kerugian, maka mereka dapat

meminta bantuan kepada anak berru dan dengan sebeltek untuk menutupi kerugian

tersebut.

Dalam pelaksanaan pembayaran adat kematian, masih ada jenis hutang yang

harus dibayar pihak sukut kepada pihak puang yang disebut dengan lemba. Lemba

adalah hutang adat kepada paman (puhun) atau keturunannya setelah seseorang

meninggal dunia. Lemba menunjukkan bahwa adanya ikatan darah antara pihak sukut

dengan puang melalui perkawinan. Seseorang yang tidak membayar lemba maka

diyakini bisa terkena hukuman gaib yang disebut dengan idendeni lemba. Kelompok

kerabat yang menerima lemba antara laki-laki dan perempuan berbeda. Bila laki-laki

yang meninggal, maka yang berhak menerima lemba adalah saudara laki-laki ibu atau

anak laki-laki ibu. Bila perempuan yang meninggal yang berhak menerima lemba

adalah si ayah atau saudara laki-lakinya atau anak dari saudara laki-lakinya.

Jenis lemba yang harus dibayarkan oleh keluarga yang meninggal dapat berupa

emas, tanah, kebun, sawah atau sejumlah uang. Jenisnya ditentukan setelah melakukan

musyawarah antara kerabat dari kedua belah pihak. Keadaan keluarga yang mampu

secara ekonomi, maka biasanya hutang adat ini disertai dengan pemberian emas.

Ada beberapa jenis lemba dalam konsep masyarakat Pakpak yang dibedakan

berdasarkan pemberian dari pihak keluarga yang meninggal yaitu :

1. Siempat berngin, bila pemberian disertai dengan emas atau sawah.

2. Sidua berngin, bila pemberian hanya oles (sarung) dan sejumlah uang.

Kewajiban yang menerima juga sesuai dengan jenis lemba yang diterima. Bila

jenisnya sidua berngin, maka kewajiban puang yang menerima hanya

seperangkat adat dengan lauk ayam. Bila jenisnya siempat berngin, maka pihak

Page 83: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

74

puang wajib menyerahkan seperangkat adat dengan hewan berkaki empat

seperti kambing atau babi.

Berdasarkan hubungan harmonis atau tidak harmonisnya hubungan kerabat yang

meninggal dengan pihak kerabat puang yang menerima lemba, maka lemba juga

dibedakan ke dalam 2 jenis yaitu:

1. Lemba nggelluh maksudnya bila hubungan harmonis antara kedua belah pihak

kerabat dan ada kemungkinan besar akan saling kawin antara kedua kerabat.

2. Lemba mate maksudnya bila hubungan yang terjadi selama ini tidak harmonis

dan kecil kemungkinan untuk saling kawin antara kedua belah pihak.

Pemberian lemba dilakukan pada saat kelompok puang datang ke rumah

keluarga orang yang meninggal tersebut dengan membawa makanan pada hari yang

telah disepakati (1 sampai 4 hari setelah pemakaman). Kegiatan ini disebut dengan

upacara mengari-ari tendi. Maksud pemberian makanan ini adalah karena pada saat

kematian pihak keluarga menjadi sedih dan takut (terari tendi) disebabkan karena

kematian dari salah satu anggota keluarga tersebut maka pihak puang perlu

melindunginya dengan memberi makan untuk memulihkan seperti kondisi semula.

Biasanya makanan ini dilengkapi dengan lauk hewan berkaki empat (babi) dan hewan

berkaki dua (ayam) serta dilengkapi juga dengan sambal cina matah (sambal mentah)

yang bermakna menjera-jerai artinya supaya tidak ada lagi anggota keluarga yang

meninggal.

Pada saat pemberian lemba, maka hutang lemba tersebut diletakkan di atas

kembal (sumpit) yang berisi beras yang diletakkan di atas pinggan (piring kaca kecil)

dilengkapi dengan uang, sarung atau sesuai dengan yang disepakati. Lemba tersebut

diberikan kepada salah satu yang mewakili dari pihak puang dan menjungjung di atas

kepalanya sambil berkata “ en mo tuhu enggo kujalo lemba, asa merkiteken en asa

Page 84: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

75

njuah-njuah kita karina, panjang umur dekket kade si kita cita-citaken imo menjadi”.

Yang artinya “inilah lemba yang sudah kuterima, biarlah melalui lemba ini sehat-

sehatlah kita semua, panjang umur, dan apa yang kita cita-citakan dapat

tercapai”sambil menghamburkan beras yang dijunjung tersebut. Prinsip adat dalam

pembayaran adat lemba disebut dengan istilah ulang telpus bulung yang artinya pihak

penerima tidak boleh rugi secara ekonomi. Pada saat mengari-ari tendi, maka pihak

sukut (tuan rumah) biasanya akan memberi beberapa jenis barang peninggalan orang

yang meninggal tersebut, anatara lain:

a. Manoh-manoh, adalah barang peninggalan orang yang meninggal tersebut

seperti sawah, kebun, perhiasan dan hewan ternak seperti babi atau kambing.

b. Bau-bau, adalah berupa pakaian bekas dari orang yang meninggal tersebut.

c. Penabar-nabari, adalah ucapan terimakasih kepada pihak kula-kula yang

sudah dianggap ikut mengobati, diberikan berupa pinggan (pinggan pasu)

namun dapat juga diganti dengan uang.

d. Ribak-ribak sarkea adalah beerupa makanan orang yang meninggal tersebut.

e. Upah mertatah adalah upah pengasuh orang yang meninggal tersebut ketika

masih kecil.

Semua jenis tersebut berhak diminta/dipilih oleh pihak puang kepada keluarga

sukut (tuan rumah) dan mereka wajib memberikannya jika permintaan tersedia. Hal

ini sebagai kenang-kenangan dari orang yang meninggal tersebut dan untuk

mempererat hubungan kekeluargaan. Demikianlah deskripsi upacara kematian pada

masyarakat Pakpak yang saya teliti di desa siompin yang penulis peroleh dari hasil

penelitian langsung di lapangan.

Page 85: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

76

BAB IV

ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL

DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE

4.1 Penyajian Tangis Simate

Dalam Bab IV ini, penulis akan menganalisis fungsi, tekstual dan musikal

serta makna yang terkandung dari teks tangis simate tersebut. Tangis simate

disajikan pada saat si mati masih berada di rumah. Pada umumnya, tangisan ini

hanya disajikan oleh keluarga dekat saja. Tidak ada peraturan waktu tertentu dalam

menyajikan tangis ini. Tangis ini bebas disajikan pada saat kapan saja selagi

jenazah masih berada di rumah kecuali pada saat acara-acara tertentu seperti acara

dari pihak gereja yang biasanya dilaksanakan bagi yang beragama Kristen. Ketika

acara ini berlangsung, maka pihak keluarga dekat dan para pelayat tidak boleh lagi

menyajikan tangis simate supaya tidak terganggu selama acara

berlangsung.Tangisan ini tidak diiringi alat musik. Tangis ini biasanya disajikan

ketika melihat keluarga dekat yang datang melayat sehingga si penyaji tergerak

hatinya untuk menangis. Kemudian, tangis ini disajikan secara spontan dimana

pada saat suasana dalam keadaan sunyi, maka si penyaji teringat dan mengenang

tentang si mati tersebut sehingga dia mengungkapkannya lewat tangisan.

Kemudian, tangis ini sering juga disajikan ketika ada anggota keluarga yang

lain datang menangis sehingga keluarga yang ada di rumah jenazah juga terpancing

untuk menangis. Pada umumnya, tangisan ini hanya disajikan oleh kaum wanita

dewasa saja.Sejauh pengamatan penulis, tidak ada kaum laki-laki yang menyajikan

Page 86: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

77

tangisan ini walaupun dia merasakan kesedihan yang mendalam. Biasanya, mereka

mengungkapkan ekspresi kesedihannya lewat air mata saja.

Gambar 4.1

Ekspresi Wajah Sedih oleh Penyaji Tangis Simate

Dokumentasi: Marliana Manik (2012)

4.2 Penggunaan Tangis Simate

Penggunaan tangis simate digunakan dalam konteks kematian. Tangis

simate ini bukanlah suatu bagian dari adat, tetapi tradisi yang dilakukan secara

turun-temurun dan hanya digunakan dalam konteks kematian saja. Tangisan ini

sejenis bahasa yang digunakan untuk mengkomunikasikan berbagai hal tentang si

mati seperti kesan, kepribadian, kebaikan atau hal-hal lainnya berupa kenangan-

Page 87: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

78

kenangan yang berkesan pada waktu si mati masih hidup sehingga orang yang

mendengar tangisan ini dapat mengetahui berbagai hal tentang si mati tersebut.

4.3 Analisis Fungsi Tangis Simate

Dari sepuluh fungsi musik yang dikemukakan oleh Allan P. Merriam dalam

teori use and function, maka penulis menemukan 2 fungsi dari nyanyian tersebut,

yaitu seperti diuraikan berikut ini.

4.3.1 Fungsi Pengungkapan Emosional

Tangis simate ini disajikan oleh kaum wanita dihadapan orang yang

meninggal. Dalam tangis tersebut, penyaji menceritakan bagaimana sifat, kebaikan

serta hal-hal yang paling berkesan dari simati tersebut dalam bentuk nyanyian. Rasa

duka dari si penyaji tersebut disampaikan melalui tangis tersebut. Biasanya si

penyaji terlarut dalam tangis tersebut dan mengenang segala penderitaan yang

dialami dalam hidupnya sehingga dia tidak hanya menceritakan tentang si mati

tersebut, tetapi menceritakan bagaimana keluh kesah yang dihadapi dalam hidupnya

Dia mengungkapkan segala penderitaan yang dialami dalam hidupnya, bahkan

anggota keluarga yang sudah lama meninggal dunia dikenang kembali dalam tangis

tersebut sehingga tangis simate ini dapat berlangsung selama 2 hari 2 malam.

Tangis tersebut bisa dikatakan sebagai sarana dan kesempatan untuk

menyampaikan isi hati si penyaji sehingga ada istilah “ pande mang ko keppe

memukai sindanggel ku” yang artinya “ kau telah mengingatkanku akan

penderitaan dalam hidupku”. Kata “kau” disini ditujukan kepada si mati tersebut. Si

penyaji menangis terus-menerus dengan spontan dan tidak merasa lelah, tetapi dia

merasa puas karena sudah mengungkapkan isi hatinya.

Page 88: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

79

4.3.2 Fungsi Komunikasi

Jika seseorang meninggal dunia, maka hal pertama yang terdengar adalah

suara tangisan dari pihak keluarga tersebut. Ketika suara tangisan tersebut

terdengar, maka orang-orang di sekitarnya mengetahui bahwa ada orang yang

meninggal dunia. Tangis tersebut mempunyai arti untuk memanggil atau

memberitahukan orang-orang di sekitarnya bahwa mereka mengalami kemalangan

sehingga orang-orang akan datang untuk melayat serta memberikan penghiburan.

Melalui gaya bernyanyi dan teks dari tangis tersebut, maka orang-orang mengetahui

bahwa ada orang yang meninggal dunia.

4.4 Analisis Semiotik terhadap Teks Tangis Simate

4.4.1 Teks Tangis Simate oleh Saidup br Manik

Sebelum menganalisis makna dan struktur dari teks nyanyian tersebut, maka

penulis menuliskan teks dari nyanyian tesebut. Berikut ini adalah teks yang

disajikan oleh ibu Saidup br Manik yang saya terjemahkan sendiri ke dalam bahasa

Indonesia.

Nggo teddoh berrumu megge soramu sudah rindu putrimu dengar suaramu Le nang ni berruna oh ibu Nggo teddoh berre-berremu mengenget-ngenget ko sudah rindu putrimu mengingatmu Mula lot deng ko tading le nang ni berre-berrena kalau saja kau masih hidup Bakune pe ndersana berre-berremu bagaimanapun penderitaan putrimu oda terajar berrumu tidak terasa oleh putrimu Perotor na ngo ke karina bak inang ni berruna kalian pergi berturut-turut ibu dekket ko le nang ni berre-berrena dan bibi ku Oda ne lot pendengan-dengani berrumu tidak ada lagi yang menemaniku le nang berre-berrena oh bibi ku Mula lot deng bapa kalau masih ada paman ni berre na isapen di rumah ini oda tertengensa oda mangan dia tidak tega melihat kami tidak makan Dekket oda meroles inang ni bre-brena dan tidak berpakaian En nggo ke karina merlausen sekarang kalian sudah pergi semua inang ni berruna dekket ko ibu Inang ni bre-brena dan bibiku Mike ne poda kesurutenmu inang ni bre-brena kemana lagi aku mengadu bibiku Eda kin ngo nemuken isapen dulu kakak iparku yang ada disini Kesuruten edamu inang ni edana tempatku berbagi

Page 89: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

80

Ko nola pe nggo mersakit tah piga sekarang kau juga sedang sakit bulan en beberapa bulan ini Mula dekah aren isapen inang ni edana kalau selama ini kakak ipar dekket turang dua-duana ke isapen dan abangku di rumah ini Merlalun-lalun edamu roh mendahi ko bermanja-manja aku datang pada kalian nggo kessa melehe eda oda mela edamu balau aku lapar aku tidak malu Mido mangan minta makan En pe njuah giam ndor iakap ko dan sekarang cepatlah kau sembuh Inang ni edana asa lot giam balik kakak iparku biar ada Kesuruten edamu kaduan tempatku berbagi Inang ni edana oh kakak iparku Mula bagendari teddoh edamu dan saat ini aku rindu Taba ko inang ni edana padamu kakak iparku Baing mujung i kinincor karena penderitaanku Edamu be deba nai yang tidak seperti orang lain Oda ko giam terdahi edamu aku tidak bisa menjengukmu Mi Medan adoi inang ni edana ke Medan kakak iparku Njuah ncerdik ko giam karina Sehat-sehat lah kalian semua Asa kene giam kaduan Biar kalianlah nanti Mengkesukutken berrumu Membimbing aku Demikianlah isi teks yang disampaikan oleh ibu Saidup Berutu.

4.4.2 Isi Teks

Dalam teks ini menceritakan bagaimana penyaji mengungkapkan

tangisannya ketika ibunya meninggal dunia. Dia menceritakan banyak hal dalam

tangisan ini, tidak hanya berkisar tentang ibunya sendiri. Dalam tangisan ini, dia

juga menceritakan dan mengenang kembali akan bibinya yang sudah meninggal

dunia. Dia rindu akan ibunya dan bibinya yang sudah lama meninggalkannya.

Semasa hidupnya, mereka adalah tempat untuk bermanja, berbagi dan melewati

suka dan duka, tetapi ketika mereka sudah meninggal dunia, maka dia merasa

kesepian dan tidak ada lagi tempat untuk mencurahkan isi hatinya. Dalam tangisan

ini juga menceritakan kakak iparnya yang sudah lama menderita sakit dan berobat

di tempat yang jauh. Dia rindu akan sosok kakak iparnya yang selalu baik padanya.

Selain itu, dia juga menceritakan bagaimana penderitan dalam menjalani

kehidupannya. Hidup dengan serba kekurangan. Bagaimanapun kerasnya dia

mencari nafkah, namun tidak pernah mendapatkan penghasilan yang besar, tetapi

Page 90: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

81

hanya cukup untuk biaya makan sehari-hari. Si penyaji mengungkapkannya dengan

spontan dan menangis dengan penuh kesedihan dan air mata.

4.4.3 Makna Teks

Dalam teks tangis simate tersebut si penyaji menggunakan bahasa sehari-

sehari, namun pada bagian-bagian tertentu penyaji harus menggunakan pemilihan-

pemilihan kata yang tepat sesuai dengan tradisi yang berlaku. Istilah lain atau

berupa ungkapan-ungkapan yang menyerupai pantun.Ada beberapa makna yang

bisa saya lihat dari teks tersebut yaitu sebagai ungkapan rasa haru dan rasa rindu

karena ibunya yang meninggal dunia. Teksnya dapat kita lihat di bawah ini.

Nggo teddoh berrumu megge soramu inang ni berruna Sudah rindu putrimu mendengar suaramu Nggo teddoh berre-berremu mengenget-ngenget ko Sudah rindu putrimu mengingatmu bibiku Mula lot deng ko tading le nang ni berre-berrena Kalau saja kau masih hidup Bakune pe ndersana berre-berremuBagaimanapun Penderitaan putrimu oda terajar berrumu Tidak terasa oleh putrimu

Dalam teks tersebut, dia mengungkapkan kesedihan dan rasa haru karena ibunya

dan bibinya yang sudah meninggal dunia..

Makna selanjutnya adalah berupa pesan/doa kepada orang-orang yang dia

sebutkan dalam tangis tersebut. Teksnya dapat kita lihat di bawah ini.

En pe njuah giam ndor iakap ko Dan sekarang cepatlah kau sembuh Inang ni edana asa lot giam balik Kakak iparku biar ada Kesuruten edamu kaduan Tempatku berbagi Inang ni edana Oh kakak iparku Njuah ncerdik mo ko giam karina Sehat-sehatlah kalian semua Rading ni berruna dekket bapa ni berruna Putriku dan ayahmu

Dalam teks tersebut, dia mengingat kakak iparnya yang sudah lama

terbaring sakit di tempat yang jauh. Dia berpesan/berdoa supaya kakak iparnya

tersebut cepat sembuh agar dia bisa berbagi lagi kepada kakak iparnya tersebut. Dia

juga berpesan supaya anak dari kakak iparnya tersebut sehat selalu, begitu juga

Page 91: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

82

dengan saudara laki-lakinya (suami dari kakak iparnya) tersebut. Teksnya dapat

kita lihat di bawah ini.

Edakin ngo nemuken isapen kesurutenku Dulu kau tempatku berbagi Ko nola pe nggo mersakit tah piga bulanen Kau pun terbaring sakit beberapa bulan ini En pe njuah mo ndor iakap ko Dan sekarang cepatlah kau sembuh Inang ni edana, asa lot giam balik Kakak iparku, biar ada Bekas kesuruten edamu kaduan Tempatku mengadu lagi nanti

4.4.4 Pemilihan Teks

Dalam teks tersebut, ada beberapa istilah yang digunakan oleh penyaji

dalam menyampaikan kata-kata dalam tangisannya. Dengan kata lain, istilah

tersebut ditujukan kepada orang yang ditangisinya, seperti contoh di bawah ini.

(a) Inang ni berruna : sebutan untuk ibu

(b) Inang ni bre-brena : sebutan untuk bibi

(c) Rading ni berruna : sebutan untuk anak dari saudara laki-laki

(d) Inang ni edana : sebutan untuk istri dari saudara laki-laki

(e) Bapa ni bre-brena : sebutan untuk paman

Istilah tersebut merupakan suatu hal yang harus diketahui penyaji dalam

menyampaikan tangisannya karena jika tidak tepat dalam menyebutkannya, maka

orang-orang yang mendengar akan mengejek bahkan menertawakannya. Hal-hal

tersebut sangatlah penting dalam menyajikan tangisan ini Dengan demikian, si

penyaji tidak boleh sembarangan dalam menyampaikan kata-kata dalam

tangisannya.

Dalam teks tersebut juga terdapat istilah eufoniks yaitu menambah atau

mengurangi suku kata dalam teks nyanyian untuk menambah efek musical atau

keindahan dalam lagu tersebut, seperti :

Isapen, kata ini seharusnya isapoen, tetapi dalam teks tersebut dikurangi menjadi

isapen

Page 92: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

83

Aren, kata ini seharusnya ari en, tetapi dalam teks tersebut dikurangi menjadi aren.

4.4.5 Struktur Teks

Secara umum, teks yang terdapat dalam tangis si mate tidak mempunyai

peraturan yang baku. Artinya, teks yang disampaikan secara spontan dan

berdasarkan isi dari hati si penyaji. Tidak ada pembuka, bagian tengah dan bagian

akhir, atau teks yang sudah baku tetapi disampaikan sesuai dengan isi hati si

penyaji. Hanya saja harus menggunakan kata-kata yang sopan dan istilah yang

benar sesuai dengan tradisi yang berlaku seperti yang sudah dijelaskan di atas.Teks

dari nyanyian tersebut juga tidak terikat rima atau sajak. Struktur teks dari tangis

simate tersebut adalah sebagai berikut.

Pertama, dia menangisi ibunya yang sudah meninggal dunia. Teksnya dapat

dilihat di bawah ini.

Nggo teddoh berrumu megge soramu Sudah rindu putrimu mendengar suaramu Inang ni berruna Oh ibu Kedua, dia menangisi bibinya yang sudah meninggal dunia. Teksnya dapat dilihat

di bawah ini.

Nggo teddoh bre-bremu mengenget-ngenget ko Sudah rindu aku mengingatm Inang ni bre-brena Oh bibiku

Ketiga, dia menangisi kakak iparnya yang sudah lama terbaring sakit dan berdoa

supaya kakak iparnya tersebut lekas sembuh. Teksnya dapat dilihat di bawah ini.

En pe njuah mo ndor iakap ko Dan sekarang cepatlah kau sembuh Inang ni edana, asa lot giam balik Kakak iparku, biar ada Bekas kesuruten edamu kaduan Tempatku mengadu lagi nanti Ke empat, dia berdoa supaya anak dari kakak iparnya tersebut dan juga saudara

laki-laki (suami dari kakak iparnya) tersebut sehat selalu. Teksnya dapat dilihat di

bawah ini.

Page 93: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

84

Njuah ncerdik mo ko giam karina Sehat-sehatlah kalian semua Rading ni berruna dekket bapa ni berruna Putriku dan ayahmu

Sebagian besar, dia lebih banyak menceritakan keluh kesah yang dialami dalam

kehidupannya. Dengan demikian, ada beberapa objek yang ditangisi si penyaji,

yaitu ibu, bibi dan kakak iparnya yang disampaikan secara acak atau tidak

beraturan.

4.5 Analisis Musikal Tangis Simate

Dalam menganalisis nyanyian tersebut, penulis berpedoman terhadap teori

yang dikemukakan oleh William P. Malm yang dikenal dengann teori weighted

scale. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mendeskripsikan melodi, yaitu :

tangga nada (scale), nada dasar (pitch center), wilayah nada (range), jumlah nada

(frequency of note), jumlah interval, pola kadensa, formula melodi (melody

formula), dan kontur (contour) (Malm dalam terjemahan Takari 1993 : 3).

Simbol dalam Notasi

1. = Merupakan garis paranada yang memiliki lima buah garis

paranada dan empat buah spasi dengan tanda kunci G.

2. =Merupakan simbol yang menyatakan freemeter.

3. = Merupakan empat buah not 1/8 yang digabung

menjadi satu ketuk.

Page 94: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

85

4. = Merupakan dua buah not 1/8 yang digabung menjadi

satu ketuk.

5. = Merupakan tanda istirahat (rest) yang bernilai

6. = Merupakan tanda istirahat (rest) ¼ ketuk yang bernilai

satu ketuk

7. = Merupakan tanda istirahat (rest) 1/16 ketuk yang

bernilai

¼ ketuk

Selengkapnya notasi tangis simate yang disajikan oleh Ibu Saidup Berutu, dengan

teknik dan simbol-simbol seperti diurai di atas, adalah sebagai berikut.

Page 95: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

86

Page 96: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

87

4.5.1 Tangga Nada (Scale)

Dalam mendeskripsikan tangga nada, penulis mengurutkan nada-nada yang

terdapat dalam melodi nyanyian tersebut dimulai dari nada terendah sampai nada

tertinggi.

4.5.2 Nada Dasar (Pitch Center)

Dalam menentukan nada dasar nyanyian tersebut, penulis berpedoman pada

hasil rekaman audio yang penulis peroleh dari hasil penelitian di lapangan.Maka

nada dasar yang dihasilkan adalah Es.

4.5.3 Wilayah Nada

Wilayah nada yang diurutkan dari nada terendah sampai tertinggi adalah

sebagai berikut.

4.5.4 Jumlah Nada

Jumlah nada adalah banyaknya nada yang dipakai dalam suatu music atau

nyanyian.Banyaknya jumlah nada yang terdapat dalam nyanyian tersebut dapat

dilihat dari garis paranada di bawah ini.

Page 97: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

88

4.5.5 Jumlah Interval

Interval adalah jarak antara satu nada dengan nada yang lain yang terdiri

dari interval naik maupun turun. Sedangkan jumlah intercal adalah banyaknya

interval yang dipakai dalam suatu musik atau nyanyian.Berikut ini adalah interval

dari nyanyian tersebut.

Interval

Posisi Jumlah

1P

- 113

3M

2

2M

2

4M

2

5M

2

5M

2

Page 98: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

89

4.5.6 Pola Kadensa (Cadence Patterns)

Kadensa adalah suatu rangkaian harmoni atau melodi sebagai penutup pada

akhir melodi atau di tengah kalimat, sehingga bias menutup sempurna melodi

tersebut atau setengah menutup (sementara) melodi tersebut.

4.5.7 Formula Melodi (Melody Formula)

Formula melodi yang akan dibahas dalam tulisan ini meliputi bentuk, frasa

dan motif. Bentuk adalah gabungan dari beberapa frasa yang terjalin menjadi satu

pola melodi.Frasa adalah bagian-bagian kecil dari melodi.Dan motif adalah ide

melodi sebagai dasar pembentukan melodi.

William P. Malm mengemukakan bahwa ada beberapa istilah dalam

menganalisis bentuk, yaitu :

Page 99: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

90

1. Repetitif yaitu bentuk nyanyian yang diulang-ulang

2. Ireratif, yaitu bentuk nyanyian yang memakai formula melodi yang

kecil dengan kecenderungan pengulangan-pengulanag di dalam

keseluruhan nyanyian.

3. Strofic yaitu bentuk nyanyian yang diulang tetapi menggunakan teks

nyanyian yang baru atau berbeda.

4. Reverting yaitu bentuk yang apabila dalam nyanyian terjadi

pengulangan pada frasa pertama setelah terjadi penyimpangan-

penyimpangan melodi.

5. Progresive yaitu bentuk nyanyian yang terus berubah dengan

menggunakan materi melodi yang selalu baru.

Melihat kepada hal yang dikemukakan Oleh Malm mengenai bentuk nyanyian,

maka penuulis mengambil kesimpulan bahwa melodi dari nyanyian tersebut

adalah repetitive yang artinya menggunakan melodi yang berulang-ulang dengan

teks yang berbeda.

4.5.7.1 Analisis Bentuk, Frasa dan Motif pada Tangis Simate

Secara garis besar, bentuk, frasa dan motif yang terdapat dalam Tangis

Simate adalah sebagai berikut.

1. Bentuk yang terdapat dalam nyanyian tangis simate adalah terdiri dari 5

bentuk yaiitu bentuk A, B, C, C’ dan D

2.Terdapat 7 frasa pada nyanyian ini.

3.Motif pada nyanyian ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Page 100: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

91

4.3.8 Kontur (Contour)

Kontur adalah garis melodi dalam sebuah lagu. Malm (dalam Irawan 1997: 85)

membedakan beberapa jenis kontur, yaitu:

1. Ascending yaitu garis melodi yang bergerak dengan bentuk naik dari nada

yang lebih rendah ke nada yang lebih tinggi.

2. Descending yaitu garis melodi yang bergerak dengan bentuk turun dari nada

yang lebih tinggi ke nada yang lebih rendah.

3. Pendulous yaitu garis melodi yang bentuk gerakannya melengkung dari

nada yang lebih tinggi ke nada yang lebih rendah, kemudian kembali lagi ke

nada yang lebih tinggi atau sebaliknya.

4. Conjuct yaitu garis melodi yang sifatnya bergerak melangkah dari satu nada

ke nada yang lain baik naik maupun turun.

5. Terraced yaitu garis melodi yang bergerak berjenjang baik dari nada yang

lebih tinggi ke nada yang lebih rendah atau dimulai dari nada yang lebih

rendah ke nada yang lebih tinggi.

Page 101: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

92

6. Disjuct yaitu garis melodi yang bergerak melompat dari satu nada ke nada

yang lainnya, dan biasanya intervalnya di atas sekonde baik mayor maupun

minor.

7. Static yaitu garis melodi yang bentuknya tetap yang jaraknya mempunyai

batas-batasan.

8. Ascending yaitu garis melodi yang bergerak dengan bentuk naik dari nada

yang lebih rendah ke nada yang lebih tinggi.

9. Descending yaitu garis melodi yang bergerak dengan bentuk turun dari nada

yang lebih tinggi ke nada yang lebih rendah.

10. Pendulous yaitu garis melodi yang bentuk gerakannya melengkung dari

nada yang lebih tinggi ke nada yang lebih rendah, kemudian kembali lagi ke

nada yang lebih tinggi atau sebaliknya.

11. Conjuct yaitu garis melodi yang sifatnya bergerak melangkah dari satu nada

ke nada yang lain baik naik maupun turun.

12. Terraced yaitu garis melodi yang bergerak berjenjang baik dari nada yang

lebih tinggi ke nada yang lebih rendah atau dimulai dari nada yang lebih

rendah ke nada yang lebih tinggi.

13. Disjuct yaitu garis melodi yang bergerak melompat dari satu nada ke nada

yang lainnya, dan biasanya intervalnya di atas sekonde baik mayor maupun

minor.

14. Static yaitu garis melodi yang bentuknya tetap yang jaraknya mempunyai

batas-batasan.

Page 102: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

93

Garis kontur yang terdapat pada melodi tangis simate adalah ascending,

descending dan static.Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada gambar di

bawah ini.

Garis kontur ascending

Garis kontur descending

Garis kontur static

Analisis Ritem

1. Tempo : 120 MM

2. Durasi not : (1/8)

3. Meter : Free meter

Pola melodi yang diulang.

Page 103: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

94

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang penulis lakukan terhadap tangis simate ini, ada

beberapa kesimpulan yang bisa penulis peroleh, yaitu sebagai berikut.

1. Tangis si mate adalah suatu nyanyian ratapan yang disajikan oleh kaum

wanita ketika ada anggota keluarga yang meninggal dunia. Disajikan di

hadapan jenazah ketika masih berada di rumah dan tidak diiringi alat

musik.

2. Jika melihat teksnya, penulis menemukan hal baru yang belum pernah

penulis ketahui sebelumnya yaitu bahwa teks atau objek yang ditangisi

tidak hanya berkisar tentang orang yang meninggal tersebut saja, tetapi

tangisan tersebut adalah tempat atau kesempatan untuk mencurahkan isi

hati si penyaji. Hal-hal yang disampaikan bercerita tentang kelebihan, sifat

serta kebiasaan-kebiasaan dari si mati tersebut, dia juga menceritakan

bagaimana keluh kesah atau penderitaan yang dialami dalam hidup nya dan

sering pula menceritakan atau ,mengenang kembali keluarga dekat yang

sudah lama meninggal dunia. Melalui tangisan tersebut, si penyaji

mencurahkan isi hatinya.

3. Jika melihat teksnya, penulis menyimpulkan bahwa tidak ada peraturan

atau teks yang baku dalam tangis tersebut. Artinya, si penyaji bebas

mengungkapkan sesuai dengan isi hatinya. Namun, ada pemilihan kata

Page 104: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

95

yang digunakan seperti : inang ni berruna yang ditujukan untuk ibu, inang

ni berre-berrena yang ditujukan kepada bibi dan lain sebagainya.

4. Jika melhat struktur melodinya, menyimpulkan bahwa melodi yang

digunakan adalah cenderung berulang-ulang, hanya teksnya saja yang

berubah. Sama halnya dengan struktur teks, bahwa tidak ada peraturan

yang baku terhadap melodi yang digunakan.

Tangis simate ini bukanlah suatu adat dalam masyarakat Pakpak, namun tradisi

yang dilakukan secara turun-temurun. Jika dalam suatu kematian tidak ada penyajian

tangisan ini, maka akan terasa sunyi dan suasana duka tidak terasa. Tetapi ketika

nyanyian ini disajikan, maka orang-orang yang melayat akan larut dalam suasana duka

yang mendalam lewat gaya bernyanyi dan teks yang disampaikan. Ada kesedihan yang

mendalam ketika mendengar tangisan ini. Penulis juga merasakan hal tersebut ketika

mendengar tangisan ini.

Jika melihat keberadaannya, tangisan ini sudah jarang disajikan karena

beberapa faktor yaitu:

1. Faktor agama, hal ini disebabkan karena adanya kesedihan yang dianggap

berlebihan sedangkan menurut agama yang kita yakini bahwa setiap orang

harus pergi kembali kepada Sang Pencipta.

2. Pada saat sekarang ini sudah jarang ditemukan orang yang bisa menyajikan

tangisan ini diakibatkan karena kurangnya minat dan perhatian terhadap

nyanyian ini, baik generasi tua maupun generasi muda. Tidak jarang ditemukan

bahwa dalam suatu kematian tidak menyajikan tangisan ini. Biasanya jika tidak

ada anggota keluarga yang bisa untuk menyajikan tangisan ini, maka orang lain

yang bukan keluarga dekat yang bisa menyajikan tangisan ini disuruh untuk

menangis. Tetapi jika tidak ada yang bisa, maka tidak harus dilakukan.

Page 105: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

96

3. Perkembangan zaman yang semakin maju yang membuat orang semakin tidak

peduli dengan tradisinya sendiri. Orang-orang lebih tertarik terhadap teknologi

yang semakin maju

5.2 Saran

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih banyak kekurangan. Oleh karena

itu, dengan rendah hati penulis bersedia untuk diberikan saran atau kritik yang

membangun agar tulisan ini lebih baik lagi.

Penulis juga memberikan saran kepada masyarakat Pakpak agar kiranya tetap

memelihara dan memberikan perhatian terhadap kebudayaan yang ada baik seni

musik, seni vokal dan seni tari. Penulis melihat bahwa kebudayaan Pakpak sudah

semakin hilang seiring dengan perkembangan zaman. Oleh karena itu, sebagai

masyarakat Pakpak mari kita sama-sama menunjukkan dan memberikan perhatian

terhadap kebudayaan yang kita miliki sebagai identitas bangsa..

Page 106: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

97

Page 107: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

98

DAFTAR INFORMAN 1. Nama : Rianto P. Pasaribu, M. Th

Usia : 34 tahun Pekerjaan : Pendeta praktek ( Vikar ) Alamat : GKPI Rokan Baru Ressort Maruli, Jalan Lintas Gunung Tua – Kota

Pinang Kelurahan Rokan Baru Padangsidempuan

2. Nama : Omp. Tomy Br. Simamora Usia : 78 Tahun Pekerjaan : Wiraswasta Alamat : Jalan Kyai Haji Agus Salim Lubukpakam

3. Nama : St. Tigor Pandapotan Simorangkir Usia : 48 tahun Pekerjaan : Pegawai negeri sipil/ BPH Jemaat di GKPI Jalan Medan – Lubukpakam Alamat : Jalan STM No. 105 Lubukpakam

4. Nama : Risman br Siahaan Usia : 47 Tahun Pekerjaan : Petani Alamat : Jalan Medan No. 34 Lubukpakam

5. Nama : St. Bysher Banjarnahor Usia : 48 Tahun Pekerjaan : Kadis LLK UKM Kab. Deliserdang/ BPH Jemaat di GKPI Ressort

Khusus Jalan Medan – Lubukpakam Alamat : Jalan Antara Gg. Impres Lubukpakam

6. Nama : Antonius Sihotang Usia : 23 Tahun Pekerjaan : Wiraswasta Alamat : JalanPantai Labu No.14 Lubukpakam

7. Nama : Slamet Riyadi Tampubolon Usia : 22 Tahun Pekerjaan : Mahasiswa Alamat : JalanGalang No.211 Lubukpakam

8. Nama : Frengky Pahala Munthe Usia : 29 Tahun Pekerjaan : Wiraswasta Alamat : Jalan Galang No.119 Lubukpakam

Page 108: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

99

9. Nama : Manaek Pandapotan Malau Usia : 30 Tahun Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil Alamat : Jalan Medan No. 18 Lubukpakam

10. Nama : Michael harminsyah Ritonga Usia : 26 Tahun Pekerjaan : Bank BRI Lubukpakam Alamat : Jalan Kyai Haji Agus Salim Medan

11. Nama : Yuni Yanti Br. Sihotang Usia : 25 Tahun Pekerjaan : Guru Honorer Alamat : Jalan Rakyat No. 81 Lubukpakam

12. Nama : Cecilia Augustina Br. Lumban Tobing Usia : 27 Tahun Pekerjaan : Guru Honorer Alamat : Jalan Durian I No. 10 Lubukpakam

13. Nama : Irvan Efriandi Sitorus Usia : 26 tahun Pekerjaan : Karyawan swasta Alamat : Jalan

Page 109: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam

100

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 1985. Paper, Skripsi, Tesis, Disertasi, Makalah. Tarsito: Bandung. Bogdan, R. and Taylor, S. J. 1975. Introduction to Qualitative Resarch Methode. Newyork:

John Willey and Sons. Koentjaraningrat. 1985. Metode – metode penelitian masyarakat. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama. Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Anthropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Merriam, Alan P 1964The Anthropology of Music. Chicago: Northwestern Univercity Press. Molleong, Lexy J. 1989. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nettl, Bruno. 1964. Theory And Methode In Ethnomusicology. Newyork: The Free Press Of

Glencoe. Sach, Curt and Von Horn Bostel

1914 “ Classification Of Musical Instrument ” terj. Anthony Bainen and Klause P. Wachman. Berlin Dalam Majalah Zeitscrift Fur Ethnologic, Jahg.

Tyas Andijaning, Hartaris 2007 Musik Modern Seni Musik 2 SMA kelas XI. Jakarta, Erlangga

Page 110: ANALISIS FUNGSI, TEKSTUAL, DAN MUSIKAL TANGIS SIMATE SUATU GENRE NYANYIAN RATAPAN DALAM KONTEKS KEMATIAN PADA KEBUDAYA… · untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam