Analisis Fundamental Komprehensif untuk Pemula · 2020. 12. 24. · panutan di Indonesia, Lo Kheng...

30

Transcript of Analisis Fundamental Komprehensif untuk Pemula · 2020. 12. 24. · panutan di Indonesia, Lo Kheng...

  • ANALISIS

    FUNDAMENTAL

    KOMPREHENSIFAFK

    AFK

    Untuk Pemula

    INVESTABOOK

  • 1

    Dibuat oleh Investabook – Referensi Investor Independen https://investabook.com

    Analisis Fundamental

    Komprehensif untuk

    Pemula

    Muhammad Alfisyahrin

    Founder & CEO Investabook

    https://investabook.com/

  • 2

    Dibuat oleh Investabook – Referensi Investor Independen https://investabook.com

    DAFTAR ISI

    DAFTAR ISI ......................................................................................... 2

    PRAKATA ........................................................................................... 4

    BAB I Lima Resep Sukses Investasi Saham ala Pat Dorsey .............. 14

    1. Kerjakan PR-mu! .................................................................. 14

    2. Cari Economic Moat! ........................................................... 18

    3. Miliki Margin of Safety! ....................................................... 20

    4. Simpan untuk Jangka Waktu Lama! .................................... 22

    5. Ketahui Kapan Saat yang Tepat untuk Menjual Sahammu! 24

    BAB II Memahami Bahasa Investasi ................................................ 30

    Model Bisnis ................................................................................ 32

    1. Baca Materi dan Laporan Public Expose ......................... 34

    2. Baca Profil Perusahaan di Laporan Tahunan ................... 37

    3. Baca Ikhtisar Keuangan di Laporan Tahunan dan Informasi Segmen di Laporan Keuangan ................................................. 42

    Laporan Keuangan ...................................................................... 48

    1. Anatomi Laporan Keuangan ............................................ 50

    2. Hubungan Antar-Informasi di Laporan Keuangan........... 67

    3. Alat Bantu Analisis ........................................................... 80

    BAB III Mencari Economic Moat di Industri yang Beragam .......... 106

    Ragam Bentuk Economic Moat ................................................. 110

    Tiga Langkah Mencari Economic Moat ..................................... 115

    Economic Moat di Industri Utama Indonesia ............................ 124

    BAB IV Menyaring Saham Potensial .............................................. 127

    https://investabook.com/

  • 3

    Dibuat oleh Investabook – Referensi Investor Independen https://investabook.com

    BAB V Hati-Hati Valuasi ................................................................. 131

    Jebakan Valuasi Relatif (Pricing) ............................................... 132

    Jebakan Valuasi Intrinsik ........................................................... 136

    BAB VI Memperkirakan Value Sebuah Bisnis ............................... 138

    Arus Kas Bersih .......................................................................... 139

    Waktu dan Risiko ...................................................................... 141

    Memadukan Input dalam Valuasi Intrinsik ............................... 143

    Identifikasi Value Driver ............................................................ 156

    Mungkinkah Perusahaan Luar Biasa Dihargai Murah? ............. 158

    BAB VII Peta Jalan Investor Sabar ................................................. 164

    EPILOG: Jangan Mau Jadi Investor Saham Pemula Selamanya ..... 170

    https://investabook.com/

  • 4

    Dibuat oleh Investabook – Referensi Investor Independen https://investabook.com

    PRAKATA

    Analisis Fundamental Komprehensif (AFK) Emiten hadir

    untuk investor jangka panjang yang ingin meningkatkan nilai

    kekayaannya dengan cara yang aman dan berkelanjutan

    melalui strategi buy and hold. Strategi ini dipopulerkan oleh

    Warren Buffett dan Charlie Munger, duet investor-pebisnis

    yang telah melipatgandakan kekayaannya dan rekan pemilik

    saham lain melalui perusahaan konglomerasi mereka:

    Berkshire Hathaway.

    Bagi investor jangka panjang yang berkomitmen untuk

    mengikuti jalan yang dirintis Buffett dan Munger, tidak ada

    yang lebih penting dari pemahaman yang utuh dan

    mendalam tentang kualitas sebuah bisnis. Bahkan, lebih

    penting dari mencari supercheap stock ala Value Investing

    klasik yang dirintis oleh Benjamin Graham.

    Munger pernah mengatakan:

    “Jika kalian memiliki sebuah bisnis dengan Return on Capital

    6% dan menyimpannya selama 40 tahun, kalian tidak akan

    mendapatkan imbal hasil lebih dari 6%, bahkan ketika kalian

    membelinya dengan diskon yang sangat besar. Sebaliknya,

    jika kalian membeli sebuah bisnis dengan Return on Capital

    18% dan menyimpannya selama 20 hingga 30 tahun, kalian

    akan tetap mendapatkan imbal hasil yang besar meskipun

    membelinya dengan harga yang agak mahal.”

    https://investabook.com/

  • 5

    Dibuat oleh Investabook – Referensi Investor Independen https://investabook.com

    Namun, bukan berarti Buffett dan Munger keluar dari filosofi

    Value Investing. Menurut mereka, semua investasi cerdas

    adalah Value Investing yang intinya adalah membeli sebuah

    bisnis dengan harga di bawah dari potensi nilai yang bisa

    diberikan oleh bisnis tersebut. Bisnis sebagus apa pun tidak

    akan menjadi investasi yang baik ketika dibeli dengan harga

    yang terlalu mahal dibanding nilai yang bisa diberikan oleh

    bisnis tersebut.

    Jadi, Buffett dan Munger selalu memulai analisisnya dari

    analisis bisnis dan mengakhirinya dengan valuasi. Di antara

    dua hal tersebut ada analisis kompetensi dan integritas

    manajemen. Bisnis yang berkualitas baru bisa

    merealisasikan potensi penciptaan nilainya jika dikelola

    oleh manajemen yang kompeten dalam mengalokasikan

    modal dan bisa dipercaya untuk menjalankan tugas

    utamanya: menciptakan nilai bagi pemilik perusahaan.

    Per 22 Agustus 2019, menurut Kustodian Sentral Efek

    Indonesia (KSEI), jumlah investor saham di Indonesia baru

    mencapai 1 juta orang. Di antara 1 juta orang yang terdata

    sebagai investor saham tersebut, hampir pasti lebih banyak

    yang sebenarnya menjadi trader yang memperjualbelikan

    saham dengan mengantisipasi pergerakan harga saham

    dalam jangka pendek. Sudah menjadi aksioma sejak lama di

    pasar modal di seluruh dunia, jumlah investor tidak mungkin

    lebih banyak dibanding trader.

    Namun, di antara –sebutlah- seratus sampai dua ratus ribu

    orang yang berkomitmen untuk menjadi investor dan

    https://investabook.com/

  • 6

    Dibuat oleh Investabook – Referensi Investor Independen https://investabook.com

    mencari peningkatan kekayaan melalui bisnis di balik

    lembaran saham, bukan semata pergerakan harga saham

    dalam jangka pendek, sebagian besar masih memiliki

    pemahaman parsial dan menjalankan strategi investasi

    “jalan pintas” yang rentan menyesatkan.

    Ada dua strategi investasi “jalan pintas” yang banyak

    digunakan oleh Investor Saham Pemula:

    1. Beli saham bluechip dan likuid, lalu lupakan.

    Saham bluechip adalah istilah untuk saham yang

    memiliki kapitalisasi pasar (market cap) terbesar.

    Kapitalisasi pasar adalah harga per lembar saham x

    lembar saham beredar. Jadi, perusahaan yang harga

    per lembar sahamnya naik, kapitalisasi pasarnya juga

    akan naik. Meski ada yang berpendapat bahwa bluechip

    juga punya ciri lain, seperti perusahaan menjadi market

    leader di industrinya. Faktanya, tidak selalu begitu.

    Kriteria mutlak dari saham bluechip adalah kapitalisasi

    pasarnya.

    Adapun saham yang likuid adalah saham yang ramai

    diperdagangkan di bursa atau pasar saham. Saham

    bluechip biasanya juga likuid.

    Saham bluechip dan likuid di Indonesia biasanya

    dikumpulkan dalam sebuah indeks. Ada tiga indeks yang

    paling terkenal dengan kriteria yang hampir serupa,

    yakni Indeks LQ45, IDX30, dan IDX80. Kriteria utama

    ketiga indeks tersebut sama: kapitalisasi pasar yang

    https://investabook.com/

  • 7

    Dibuat oleh Investabook – Referensi Investor Independen https://investabook.com

    besar dan frekuensi perdagangan yang tinggi.

    Ada anggapan bahwa dengan membeli salah satu atau

    beberapa saham yang berada di indeks tersebut, maka

    seorang investor tidak perlu mempelajari terlalu dalam

    bisnis sebuah perusahaan dan tidak perlu memantau

    secara rutin perkembangan bisnisnya. Pasti aman! Pasti

    cuan!

    Padahal, penghuni ketiga indeks itu saja dievaluasi

    setiap tiga bulan. Ada yang dibuang dan ada yang

    dimasukkan. Bagaimana jika ternyata saham yang kamu

    beli karena menjadi penghuni salah satu indeks

    tersebut, lalu tiga bulan kemudian keluar dari indeks

    tanpa kamu ketahui? Harga sahamnya terus turun

    karena siklus bisnisnya sedang berganti dari boom

    (kejayaan) ke bust (kemerosotan). Pikirkan kembali jika

    kamu masih menjalankan strategi “jalan pintas” yang

    satu ini.

    Lebih dari itu, kamu juga harus tahu kalau perusahaan

    di balik sekumpulan saham bluechip itu beroperasi di

    industri dan punya model bisnis yang beragam.

    Peluang, tantangan, dan risiko operasi bisnisnya juga

    pasti berbeda.

    Risiko yang diminimalisasi dengan memiliki saham

    bluechip hanyalah risiko fluktuasi harga saham dan

    ketidaksesuaian kinerja harga saham dengan IHSG.

    Karena kapitalisasi pasarnya besar, saham bluechip

    relatif lebih susah untuk “digoreng”. Butuh puluhan

    https://investabook.com/

  • 8

    Dibuat oleh Investabook – Referensi Investor Independen https://investabook.com

    atau ratusan miliar untuk sengaja mengangkat atau

    menurunkan harga saham bluechip. Selain itu, karena

    porsi saham bluechip cukup besar terhadap

    keseluruhan pasar saham, jika memiliki saham bluechip,

    pergerakan portofoliomu tidak akan terlalu jauh

    berbeda dengan IHSG atau indeks acuan lainnya.

    Saham yang likuid juga membatasi risiko kesulitan

    untuk menjual saham tersebut nanti. Baik saham

    bluechip maupun saham yang likuid sama sekali tidak

    melindungimu dari risiko bisnis yang berpotensi

    menggerus fundamental perusahaanmu di masa depan.

    Kamu tidak akan tahu apakah saham bluechip dan

    likuidmu beroperasi di industri yang siklikal, model

    bisnisnya ramah dengan utang berbunga, economic

    moat-nya sedang eroding (terkikis), ruang

    bertumbuhnya sudah minim, atau rentan terdisrupsi,

    jika kamu tidak mempelajari bisnis perusahaan

    tersebut secara utuh dan mendalam.

    2. Beli saham undervalue yang PER dan PBV-nya rendah atau harga sahamnya sedang downtrend.

    Meski murid terbaiknya, Warren Buffett, telah

    mengembangkan Value Investing yang dirintis oleh

    Benjamin Graham, faktanya di Indonesia masih

    cukup banyak pengikut Benjamin Graham yang

    berfokus untuk menemukan supercheap stock dan

    tidak terlalu memperhatikan kualitas bisnis di

    baliknya.

    https://investabook.com/

  • 9

    Dibuat oleh Investabook – Referensi Investor Independen https://investabook.com

    Salah satu Investor Saham senior yang menjadi

    panutan di Indonesia, Lo Kheng Hong yang akrab

    disapa LKH, juga sebenarnya merupakan pengikut

    Benjamin Graham Way, meski beliau dijuluki sebagai

    Warren Buffett-nya Indonesia.

    Alih-alih mencari bisnis yang bisa memberikan imbal

    hasil yang besar secara berkelanjutan dengan risiko

    yang minim seperti Buffett dan Munger, LKH

    berfokus mencari saham yang sedang dijauhi oleh

    pasar (ditandai oleh PER dan PBV yang sangat

    rendah), biasanya karena membukukan rugi atau

    kinerja bisnisnya sedang merosot.

    Beberapa saham yang dikenal memberikan

    keuntungan yang besar kepada LKH adalah United

    Tractor (UNTR), Multibreeder Adirama Indonesia

    (MBAI) sekarang menjadi Japfa Comfeed Indonesia

    (JPFA), Indika Energy (INDY), dan Indah Kiat Pulp &

    Paper (INKP). LKH tetap memegang saham-saham

    tersebut, bahkan seringkali justru menambahnya

    meski harganya terus turun karena pasar semakin

    pesimis kepada prospek masa depan perusahaan

    tersebut.

    LKH baru mulai melepas saham yang dimiliki justru

    ketika harganya beranjak naik dan pelaku pasar

    modal lain (trader dan investor ikut-ikutan) mulai

    membeli saham-saham yang dijual oleh LKH.

    https://investabook.com/

  • 10

    Dibuat oleh Investabook – Referensi Investor Independen https://investabook.com

    Adanya contoh konkret sosok yang bisa sukses di

    pasar modal dan sama-sama berinvestasi di pasar

    saham Indonesia membuat cukup banyak investor

    saham pemula yang ingin mengikuti LKH Way:

    mencari saham super murah yang sedang dijauhi

    pasar. Namun sayangnya, LKH dan orang-orang yang

    mempopulerkannya hanya berfokus pada sisi

    kemudahannya tanpa menyampaikan secara terbuka

    risiko yang perlu diperhatikan dan syarat-syarat yang

    harus dipenuhi oleh seorang investor jika ingin

    menjalankan LKH Way.

    Pertama, bisnis yang karakternya siklikal, seperti

    yang selalu dipilih oleh LKH, memang bisa

    memberikan keuntungan besar. Namun, hal itu

    hanya akan terjadi jika kamu membeli dan

    menjualnya pada saat yang tepat. Jika tidak, bukan

    keuntungan besar yang akan kamu dapat, tetapi

    justru kerugian yang sangat parah. Contoh paling

    mudah adalah mereka yang membeli saham karena

    saham tersebut dimiliki LKH, padahal di saat itu LKH

    sebenarnya sedang menjualnya perlahan-lahan.

    Oleh karena itu, memahami siklus dan faktor-faktor

    yang mendorong pergerakan siklus sebuah bisnis

    adalah hal pertama yang harus dipahami oleh

    seorang investor yang ingin mengikuti LKH Way. PER

    dan PBV yang rendah atau pergerakan harga saham

    yang sedang menurun bisa jadi petunjuk awal, tetapi

    tidak akan cukup untuk menjadi penentu keputusan

    https://investabook.com/

  • 11

    Dibuat oleh Investabook – Referensi Investor Independen https://investabook.com

    beli/jual. Angka PER dan PBV serta grafik harga

    saham yang sedang menurun justru bisa jadi

    menyesatkan jika kamu tidak memahami faktor

    pendorong di baliknya.

    Kedua, memiliki saham perusahaan yang bisnisnya

    siklikal berarti harus siap menghadapi risiko

    volatilitas harga. Bagi investor senior yang telah

    melewati beberapa resesi dan krisis ekonomi,

    volatilitas dan –khususnya- penurunan harga saham

    yang tajam bukanlah masalah bagi LKH. Namun, bagi

    kebanyakan investor saham pemula, penurunan

    harga yang tajam adalah cobaan besar. Meski secara

    teknis harta mereka hanya hilang di atas kertas,

    tetapi perasaan kerugian itu begitu nyata bagi

    investor saham pemula. Membatasi kerugian dengan

    cut loss seringkali terasa lebih realistis dibanding

    terus merasa kehilangan uang setiap harinya.

    AFK Emiten menawarkan pilihan saham perusahaan

    yang model bisnisnya relatif sederhana, stabil, dan

    mudah dipahami untuk investor saham pemula.

    Pergerakan harga sahamnya pun lebih sering naik

    dibanding turun karena nilai intrinsiknya juga terus

    bertumbuh dan berlipat ganda (compounding).

    Meskipun begitu, bukan berarti harga sahamnya saat

    ini sudah overvalued. Grafik harga saham tidak

    menjelaskan apa pun tentang nilai intrinsik yang

    ditawarkan oleh sebuah perusahaan. Valuasi adalah

    proses memadukan berbagai value driver yang

    https://investabook.com/

  • 12

    Dibuat oleh Investabook – Referensi Investor Independen https://investabook.com

    dianalisis satu per satu dalam AFK Emiten.

    Dengan menggunakan kerangka analisis fundamental yang

    dikembangkan oleh Pat Dorsey, seorang Fund Manager yang

    telah berjasa membuat Morningstar menjadi salah satu

    perusahaan riset pasar modal terkemuka di dunia, AFK

    Emiten telah menjadi contoh nyata bagaimana filosofi dan

    strategi investasi ala Buffett dan Munger diterapkan dalam

    menganalisis saham di Indonesia.

    Namun, kami menyadari bahwa hal yang paling dibutuhkan

    oleh Investor Saham Pemula di Indonesia saat ini adalah

    mindset dan skill set yang utuh sebagai seorang investor.

    Tanpa pemahaman soal model bisnis, kemampuan membaca

    laporan keuangan, dan kejelian dalam memperkirakan value

    sebuah perusahaan, maka AFK Emiten belum dapat

    memberikan manfaat yang optimal.

    Oleh karena itu, kami membuat buku Analisis Fundamental

    Komprehensif untuk Pemula.

    Buku ini mengambil berbagai insight penting dari berbagai

    buku investasi dan menyajikannya dengan cara yang ringkas

    dan mudah dipahami dengan rincian sebagai berikut:

    1. The Five Rules for Successful Stock Investing (Pat

    Dorsey)

    a. Mindset Investor

    b. Analisis Model Bisnis

    c. Analisis Economic Moat

    https://investabook.com/

  • 13

    Dibuat oleh Investabook – Referensi Investor Independen https://investabook.com

    d. Manajemen Portofolio

    2. Financial Management Canvas (Kho Sin Hien &

    Fransiska Ida Mariani)

    a. Memahami Laporan Keuangan

    b. Analisis Rasio Keuangan

    3. Warren Buffett and the Interpretation of Financial

    Statements (Mary Buffett & David Clark)

    a. Analisis Economic Moat melalui Laporan

    Keuangan

    b. Analisis Risiko melalui Laporan

    Keuangan

    4. The Little Book of Valuation (Aswath

    Damodaran)

    a. Identifikasi Value Driver (Story)

    b. Metode Discounted Cash Flow

    Buku ini adalah paket komplet untuk kamu yang siap

    mengalokasikan uang dan waktumu sebagai upfront

    investment untuk keberhasilan investasi dalam jangka

    panjang.

    https://investabook.com/

  • 14

    Dibuat oleh Investabook – Referensi Investor Independen https://investabook.com

    BAB I

    Lima Resep Sukses Investasi

    Saham ala Pat Dorsey

    Tulisan atau buku dengan judul “resep sukses” biasanya

    berisi pembahasan yang terlalu normatif dan umum.

    Sebaliknya, pembahasan yang mendalam tentang suatu topik

    yang sebenarnya bisa disarikan menjadi resep sukses,

    seringkali gagal dirumuskan oleh penulisnya dengan sajian

    yang sederhana.

    Itulah uniknya buku “The Five Rules for Successful Stock

    Investing” yang ditulis oleh Pat Dorsey. Meski menggunakan

    judul yang terkesan normatif, Dorsey berhasil menyajikan

    hal-hal penting yang harus dimiliki seorang investor saham

    untuk bisa sukses dengan ringkas dan tetap berbobot.

    Inilah lima resep sukses investasi saham ala Pat Dorsey:

    1. Kerjakan PR-mu!

    Do your homework.

    Do your own research.

    Kata-kata seperti di atas sudah sering diucapkan untuk

    mengingatkan para investor saham, khususnya yang masih

    pemula, untuk tidak menelan mentah-mentah seluruh informasi

    yang diberikan.

    https://investabook.com/

  • 15

    Dibuat oleh Investabook – Referensi Investor Independen https://investabook.com

    Walaupun disclaimer seperti di atas terkadang justru menjadi

    pelindung seorang investor yang sebenarnya punya niat

    untuk mempromosikan emiten yang telah dia miliki atau

    dikenal juga dengan istilah pompom.

    Niat pompom itu pun bertemu dengan kemalasan para

    investor saham pemula yang menginginkan hasil investasi

    yang besar dengan waktu yang cepat dan usaha yang minim.

    Tidak bisa! Dalam hidup ini, setiap pilihan punya konsekuensi

    positif dan negatif yang harus disadari. Potensi keuntungan

    yang besar, selalu diikuti dengan risiko yang juga besar.

    Kemudahan pada satu sisi, pasti harus dibayar pada sisi yang

    lain. Selalu ada efek samping!

    Termasuk saat kamu memilih untuk menjadi investor yang

    dependen atau bergantung pada pihak lain. Mari kita bahas

    beberapa contohnya.

    Pertama, kamu memilih untuk berinvestasi di reksadana

    saham. Kamu memang tidak perlu pusing memilih saham apa

    yang bagus dan bisa memberimu keuntungan.

    Namun efek sampingnya, kamu harus merelakan 3% dari

    imbal hasil danamu yang dikelola oleh Manajer Investasi (MI)

    untuk menjadi fee mereka. Terkesan kecil, tetapi bayangkan

    jika imbal hasil yang MI hasilkan dari danamu ternyata hanya

    10%? Kamu hanya akan mendapatkan imbal hasil 7% dari

    dana yang kamu titip-kelolakan. Tidak jauh berbeda dengan

    imbal hasil obligasi atau sukuk negara dengan tingkat

    https://investabook.com/

  • 16

    Dibuat oleh Investabook – Referensi Investor Independen https://investabook.com

    kepastian cashflow (kupon pasti dibayar setiap bulan) yang

    tinggi dan risiko yang rendah. Jadi, MI seharusnya

    memberikan imbal hasil yang jauh lebih besar karena ada

    banyak biaya yang akan menggerus imbal hasil tersebut.

    Kedua, kamu memilih untuk berinvestasi saham secara

    langsung, tetapi pilihan sahammu berdasarkan pada

    rekomendasi saham yang dibuat oleh orang lain, baik yang

    gratis maupun berbayar. Pekerjaanmu untuk melakukan

    analisis memang menjadi semakin mudah. Tugasmu tinggal

    mengambil keputusan saja, rekomendasi saham mana yang

    paling cocok untuk kamu beli dan simpan.

    Namun efek sampingnya, kamu jadi tidak punya pemahaman

    yang utuh dan mendalam mengenai saham yang kamu beli.

    Ketika harga saham yang kamu pilih karena rekomendasi dari

    pihak lain itu tiba-tiba turun drastis, kemungkinan besar

    kamu akan panik karena kamu tidak memahami mengapa

    sahamnya tiba-tiba turun. Kamu pun akan bertanya kepada

    pemberi rekomendasi, “Sebaiknya saya melakukan apa?

    Tetap simpan atau cut loss?”

    Bahkan, ketika harga sahammu tiba-tiba naik drastis, bisa jadi

    kamu akan tetap bingung dan kembali bertanya pada

    pemberi rekomendasi, “Sebaiknya saham ini saya simpan

    dulu atau segera take profit?”

    Kemudahan upaya dengan biaya yang lebih murah dibanding

    jasa manajer investasi harus kamu bayar dengan

    kebimbangan yang mungkin akan menghantuimu setiap kali

    https://investabook.com/

  • 17

    Dibuat oleh Investabook – Referensi Investor Independen https://investabook.com

    pasar dibuka, apa pun yang terjadi pada saham yang kamu

    beli berdasarkan rekomendasi.

    Meski serial Analisis Fundamental Komprehensif (AFK)

    Emiten telah berupaya untuk berfokus pada kedalaman

    analisis tanpa rekomendasi yang eksplisit, tetap saja ada

    sebagian kecil pembaca AFK Emiten yang langsung melompat

    pada Bab Valuasi dan langsung melakukan aksi berdasarkan

    pembahasan di bab terakhir tersebut.

    Meski AFK Emiten ditulis untuk menjadi referensi tambahan,

    pembaca yang belum memiliki mindset dan skill set yang

    cukup sebagai seorang investor, tetap berpotensi menjadikan

    AFK Emiten sebagai satu-satunya referensi tanpa

    pembanding.

    Oleh karena itu, perlu ada prekuel dari AFK Emiten, yakni AFK

    untuk Pemula yang akan mengarahkan pembacanya pada

    jalur yang tepat untuk menjadi investor yang lebih cerdas

    dan independen.

    Kerjakan PR-mu artinya kamu harus mampu memahami

    bahasa investasi: bisnis dan keuangan. Bisnis adalah aset

    produktif di balik lembaran saham yang kamu beli. Keuangan

    adalah cara kamu menilai kondisi dan kinerja dari bisnis

    tersebut.

    Membeli saham sebuah perusahaan yang tidak kamu pahami

    model bisnis dan laporan keuangannya seperti menikah

    dengan orang asing yang berkomunikasi dengan bahasa yang

    https://investabook.com/

  • 18

    Dibuat oleh Investabook – Referensi Investor Independen https://investabook.com

    tidak kamu mengerti.

    Siap-siap saja untuk bingung, kesal, kaget, dan kecewa

    dengan berbagai hal yang akan terjadi di masa depan.

    Mengapa tidak mengenalnya pelan-pelan? PDKT dulu gitu!

    Sabar~

    Kerjakan dulu PR-mu!

    2. Cari Economic Moat!

    Pembaca AFK Emiten pasti sudah banyak yang tercerahkan

    dengan istilah yang cukup asing dalam edukasi investasi

    saham di Indonesia: economic moat.

    Di saat banyak edukasi investasi saham di Indonesia hanya

    fokus pada membeli saham di bawah nilai intrinsiknya, AFK

    justru fokus untuk menganalisis kualitas bisnis dari

    perusahaan yang dianalisis.

    Mengapa?

    Karena bisnis yang berkualitas dan berpotensi memberikan

    kinerja yang konsisten dalam jangka panjang, pasti memiliki

    nilai intrinsik yang berbeda dari bisnis yang biasa-biasa saja

    atau kinerjanya bagus pada musim-musim tertentu saja.

    Economic moat adalah keunggulan kompetitif perusahaan

    yang sulit ditiru oleh pesaing sehingga perusahaan tersebut

    dapat memberikan imbal hasil yang tinggi secara

    https://investabook.com/

  • 19

    Dibuat oleh Investabook – Referensi Investor Independen https://investabook.com

    berkelanjutan. Mirip seperti parit yang melindungi kerajaan

    dari serangan musuh pada zaman dulu.

    Di mana ada gula, di situ ada semut. Perusahaan yang

    terbukti mampu memberikan imbal hasil yang tinggi akan

    mengundang lebih banyak persaingan. Efeknya, imbal hasil

    perusahaan yang awalnya superior itu akan terus menurun.

    Bisa jadi hanya memberikan imbal hasil rata-rata (reversion

    to the mean) atau justru hilang karena terdisrupsi pesaing

    yang lebih kuat.

    Economic moat yang baik itu layaknya parit yang dalam ke

    bawah (memberikan imbal hasil yang tinggi) dan

    membentang lebar (bisa bertahan dalam jangka waktu

    panjang).

    Perusahaan yang mampu memberikan imbal hasil yang

    tinggi, tetapi keunggulan kompetitifnya relatif mudah ditiru

    oleh pesaing, hanya akan memiliki narrow economic moat.

    Hanya ada sedikit perusahaan yang memiliki economic moat,

    apalagi wide economic moat.

    Jika kamu ingin memiliki sebuah saham dalam jangka

    panjang, maka kamu harus mampu mengidentifikasi

    economic moat seperti apa yang melindungi profitabilitas

    sebuah perusahaan dan memperkirakan berapa lama

    economic moat tersebut akan bertahan.

    Pemahaman soal model bisnis dan persaingan dalam industri

    https://investabook.com/

  • 20

    Dibuat oleh Investabook – Referensi Investor Independen https://investabook.com

    akan membantumu memahami apa saja economic moat yang

    mungkin tersedia di beberapa industri utama.

    3. Miliki Margin of Safety!

    Sebagus apa pun bisnis sebuah perusahaan, tidak berarti

    kamu layak menghargainya pada harga berapa pun. Kamu

    harus tetap melakukan valuasi untuk memperkirakan berapa

    nilai yang bisa diciptakan sebuah perusahaan di masa depan.

    Investor, yang membedakannya dari spekulator, harus

    membeli sebuah saham dengan harga di bawah nilai

    intrinsiknya. Bukan sekadar yakin bahwa seseorang akan mau

    membelinya dengan harga yang lebih besar di masa depan.

    Selisih antara harga yang kamu bayar saat membeli sebuah

    saham dengan prospek penciptaan nilai perusahaan

    tersebut di masa depan adalah Margin of Safety. Semakin

    besar selisihnya, semakin baik.

    Margin of Safety akan memberimu perlindungan ekstra

    ketika asumsi yang mendasari valuasimu ternyata terlalu

    optimis sekaligus memberikan potensi keuntungan yang

    lebih besar jika asumsimu ternyata tepat.

    Di balik harga saham ada ekspektasi. Begitu pun dengan rasio

    yang melibatkan harga pasar (market multiple) dalam

    penghitungannya seperti Price to Earning Ratio (PER) dan

    Price to Book Value Ratio (PBV).

    https://investabook.com/

  • 21

    Dibuat oleh Investabook – Referensi Investor Independen https://investabook.com

    Ekspektasi pasar terhadap suatu perusahaan dapat terlalu

    pesimis, wajar, atau terlalu optimis. Berhati-hatilah jika kamu

    menggunakan market multiple dalam valuasi. Ekspektasi

    pasar memang bisa salah, tetapi bisa juga benar.

    Perusahaan dengan PER rendah, jangan-jangan memang

    akan segera mengalami penurunan laba bersih di masa

    depan karena faktor makro ekonomi dan/atau persaingan

    yang semakin ketat. Misalnya perusahaan batubara dan

    tekstil pada tahun 2019.

    Sebaliknya, perusahaan dengan PER tinggi karena

    pertumbuhan laba bersih historis yang cepat seperti CLEO

    atau profitabilitas yang sangat tinggi seperti UNVR juga

    belum tentu bisa mempertahankan kecepatan pertumbuhan

    dan profitabilitasnya di masa depan.

    Oleh karena itu, kamu memerlukan sebuah alat valuasi

    bernama Discounted Cash Flow (DCF).

    Dengan DCF, kamu dapat meramu hasil analisismu terkait

    economic moat, prospek pertumbuhan, kondisi keuangan,

    kompetensi dan integritas manajemen, serta risiko yang

    menyertai sebuah bisnis ke dalam model yang akan

    mengkuantifikasi cerita-cerita bisnis yang telah kamu gali.

    Dengan DCF pula, kamu dapat melakukan hitung mundur

    (reverse calculation) untuk membongkar asumsi-asumsi di

    balik harga saham yang ditawarkan saat ini.

    https://investabook.com/

  • 22

    Dibuat oleh Investabook – Referensi Investor Independen https://investabook.com

    Kamu akan lebih mudah untuk mengukur, asumsi siapa yang

    lebih masuk akal? Apakah pasar sedang gila atau justru kamu

    yang tidak jeli memahami nilai sebuah bisnis?

    4. Simpan untuk Jangka Waktu Lama!

    Salah satu keunggulan saham dibanding instrumen investasi

    lain seperti properti adalah likuiditasnya. Secara umum,

    seseorang yang membeli saham, tidak akan kesulitan untuk

    menjual sahamnya kepada orang lain, bahkan di hari yang

    sama.

    Namun, dalam keunggulannya itu pula terletak risiko besar

    dari saham. Karena pembentukan harganya terus menerus

    berlangsung selama perdagangan dibuka, seorang pelaku

    pasar modal bisa saja lupa bahwa di balik sebuah saham itu

    ada bisnis riil yang beroperasi.

    Dalam jangka pendek, mood para pelaku pasar modal-lah

    yang menentukan naik dan turunnya harga saham. Adapun

    dalam jangka panjang, pergerakan harga saham akan

    mengikuti fundamental perusahaan.

    Sayangnya, sebagian orang yang melakukan jual beli saham

    dalam jangka waktu pendek tidak menyadari dan

    menyiapkan diri untuk menghadapi risiko tersebut. Mereka

    yang disebut oleh Benjamin Graham sebagai spekulator.

    Mereka tidak tahu kalau sebenarnya mereka hanya

    mengundi nasib di pasar modal.

    https://investabook.com/

  • 23

    Dibuat oleh Investabook – Referensi Investor Independen https://investabook.com

    Meskipun begitu, mereka yang telah menyiapkan proteksi

    risiko tetapi menyimpan sahamnya tidak terlalu lama, satu

    sampai tiga tahun misalnya, sesungguhnya telah kehilangan

    kesempatan besar untuk merasakan keajaiban dunia

    kedelapan: compounding effect.

    Compounding effect adalah efek peningkatan yang makin besar seiring peningkatan jangka waktu investasi karena akumulasi imbal hasil yang diinvestasikan kembali.

    Jadi, jika kamu mendapatkan imbal hasil 10% per tahun

    dengan pokok dana 10 juta maka pada tahun kedua, kamu

    akan mendapatkan imbal hasil 1 juta yang akan membuat

    pokok danamu menjadi 11 juta. Pada tahun ketiga, imbal

    hasilmu menjadi 1.1 juta dan akan meningkatkan pokok

    danamu menjadi 12.1 juta.

    Skenario di atas hanya terjadi jika kamu menginvestasikan

    kembali imbal hasil yang kamu peroleh pada instrumen yang

    memberikan imbal hasil yang sama atau bahkan lebih baik.

    Skenario di atas mengasumsikan kamu mendapatkan imbal

    hasil yang sama setiap tahunnya.

    Nah, di sinilah letak kesalahan dari edukasi mengenai

    compounding effect yang membuat beberapa investor saham

    pemula berpikir bahwa kalian harus “mengamankan” capital

    gain pada tingkat floating profit tertentu (misalnya 25%) agar

    hasil penjualannya dapat digunakan untuk memberikan

    saham undervalue lain yang diharapkan akan memberikan

    imbal hasil serupa.

    https://investabook.com/

  • 24

    Dibuat oleh Investabook – Referensi Investor Independen https://investabook.com

    Ada dua potensi masalah dari strategi investasi seperti ini.

    1. Saham yang telah “diamankan” keuntungannya

    belum tentu akan kembali ke tingkat harga saat

    dibeli dulu, bisa jadi justru terus naik.

    2. Kamu belum tentu mendapatkan saham yang lebih

    baik dibanding saham yang telah kamu jual.

    Bukan hanya itu, dengan bertransaksi lebih sering, kamu juga

    akan memberikan uang lebih banyak kepada sekuritas

    melalui broker fee dan negara melalui pajak transaksi saham.

    Dengan menyimpan saham yang bagus yang dibeli di harga yang juga bagus dalam jangka waktu lama, kamu seperti menggelindingkan bola salju dengan ongkos yang minimal.

    Eits, akan tetapi, kamu harus tetap memantau

    perkembangan saham yang kamu miliki, ya, minimal tiga

    bulan sekali. Apalagi kalau kamu rutin menambah dana

    investasimu setiap bulan, kamu juga harus beberapa kali

    melihat aplikasi sekuritasmu untuk melihat apakah pasar

    sudah memberikan diskon untuk saham incaranmu.

    5. Ketahui Kapan Saat yang Tepat

    untuk Menjual Sahammu!

    Menjalankan strategi investasi buy and hold ala Buffett dan

    Munger bukan berarti kamu lantas melupakan saham yang

    telah kamu beli.

    https://investabook.com/

  • 25

    Dibuat oleh Investabook – Referensi Investor Independen https://investabook.com

    Kamu harus tahu kapan saat yang tepat dan untuk alasan apa

    kamu menjual saham yang telah kamu beli dan simpan.

    Jika ternyata sahammu jelek dan asumsimu salah, mengapa

    harus disimpan lama-lama?

    Cut loss bukan tindakan yang haram bagi seorang investor. Walaupun seorang investor yang berhati-hati dalam melakukan analisis dan aksi beli jarang melakukan cut loss.

    Cut loss yang diharamkan bagi investor jangka panjang,

    menurut Pat Dorsey adalah cut loss semata-mata karena

    harga sahammu turun. Begitu pun dengan taking profit yang

    terburu-buru.

    Seorang investor jangka panjang tidak boleh merealisasikan

    keuntungannya hanya karena melihat grafik harga sahamnya

    telah melonjak drastis sejak awal tahun.

    Apakah berarti harga sahamnya akan segera turun? Belum

    tentu. Kamu harus menggali lebih dalam mengenai prospek

    fundamental perusahaan tersebut. Bagi investor, apa yang

    bisa dilakukan sebuah perusahaan pada masa depan, jauh

    lebih penting dari apa yang telah dilakukannya pada masa

    lalu. Grafik harga saham tidak memberitahumu apa pun soal

    apa yang dijanjikan oleh bisnis perusahaan tersebut pada

    masa depan.

    Jadi, apa dong alasan yang tepat bagi seorang investor jangka

    panjang untuk menjual sahamnya?

    https://investabook.com/

  • 26

    Dibuat oleh Investabook – Referensi Investor Independen https://investabook.com

    Oke, ini dia.

    1. Analisis dan Asumsimu Ternyata Salah

    Investor tidak boleh gengsi untuk mengoreksi

    kesalahannya.

    Bisa jadi, asumsimu terlalu optimis terkait prospek

    fundamental perusahaan tersebut.

    Bisa jadi laju pertumbuhan ternyata tidak bisa

    secepat yang kamu ekspektasikan, kemampuan

    perusahaan pesaing untuk merebut pangsa pasar

    perusahaanmu ternyata jauh lebih kuat, atau

    peluang sumber pertumbuhan baru yang ternyata

    tidak sesuai harapan.

    Menyimpan lama-lama saham perusahaan dengan

    fundamental yang buruk adalah penerapan yang

    sesat dari strategi investasi buy and hold.

    2. Fundamental Perusahaanmu Memburuk

    Asumsimu bisa jadi tepat pada beberapa tahun awal

    setelah kamu membeli saham tersebut. Namun,

    seiring waktu berjalan, ternyata situasi mulai

    berubah.

    Profitabilitas perusahaanmu mulai tergerus oleh

    https://investabook.com/

  • 27

    Dibuat oleh Investabook – Referensi Investor Independen https://investabook.com

    persaingan yang semakin ketat, kondisi keuangan

    perusahaanmu memburuk karena ekspansi yang

    terlalu agresif, atau perusahaanmu mulai kesulitan

    mencari peluang pertumbuhan baru yang

    menjanjikan.

    Cek kembali fundamental perusahaanmu. Apakah

    situasi masih mungkin menjadi lebih baik? Apakah

    kamu percaya manajemen bisa melakukannya?

    Jika tidak, segera jual saham tersebut meskipun

    dalam keadaan rugi. Batasi kerugianmu sebelum

    menjadi semakin parah.

    3. Harga Sahammu Sudah Naik Terlalu Jauh dari Nilai Intrinsiknya

    Ingat, bukan dari harga rata-rata belimu, tetapi dari

    harga wajar yang kamu perkirakan merupakan nilai

    intrinsiknya.

    Pasar seringkali terlalu optimis kepada sebuah

    perusahaan yang memiliki kinerja bagus, baik yang

    baru bagus belakangan ini atau pun yang konsisten

    sejak lama kinerjanya bagus.

    Manfaatkan! Namun, tetap harus berhati-hati.

    Sadarilah bahwa perusahaan yang bagus itu nilai

    intrinsiknya berlipat ganda. Jangan sampai terburu-

    buru melepaskan wonderful company ketika

    https://investabook.com/

  • 28

    Dibuat oleh Investabook – Referensi Investor Independen https://investabook.com

    harganya hanya sedikit lebih mahal dibanding

    perkiraan nilai intrinsiknya.

    Kecuali, jika memang pasar sudah benar-benar gila,

    realisasikan saja keuntunganmu. Karena dalam

    jangka panjang, harga saham biasanya akan

    mendekati nilai intrinsiknya.

    4. Ada Peluang Investasi yang Lebih Baik

    Sebagai seorang investor, kamu harus selalu

    mengupayakan alokasi modal terbaik yang bisa kamu

    lakukan.

    Menjual sebagian sahammu, bahkan dalam keadaan

    rugi, untuk kamu belikan saham yang menurutmu

    punya prospek yang lebih baik adalah hal yang

    sangat wajar.

    Kerugianmu bisa jadi akan tertutupi pada saham

    barumu tersebut.

    5. Portofoliomu Sudah Didominasi oleh Satu Saham Tertentu

    Menurut Pat Dorsey, inilah alasan terbaik di antara

    empat alasan lain untuk menjual saham yang kamu

    miliki. Jika kamu menjual sebagian sahammu karena

    porsinya sudah terlalu besar dari portofoliomu,

    berarti saham pilihanmu sudah tepat.

    https://investabook.com/

  • 29

    Dibuat oleh Investabook – Referensi Investor Independen https://investabook.com

    Pat Dorsey memberikan rule of thumb, porsi satu

    saham sebaiknya hanya 10-15% dari total

    portofoliomu.

    Meskipun begitu, batas porsi satu saham dalam

    portofolio tersebut bisa jadi akan fleksibel

    tergantung pada profil risiko, circle of competence,

    dan besarnya dana kelolaan.

    Kamu bisa memiliki satu saham dengan porsi lebih

    dari 15% dari total portofoliomu jika kamu siap

    menghadapi pergerakan nilai portofolio yang lebih

    fluktuatif, pilihan sahammu terbatas karena kamu

    hanya memiliki pemahaman mendalam pada satu

    sampai dua industri saja, dan/atau dana kelolaanmu

    yang belum terlalu besar (< 1 miliar rupiah).

    Jika kamu telah menguasai mindset dan skill set sebagai

    seorang investor, mampu memilah perusahaan luar biasa

    yang memiliki wide economic moat, membelinya pada harga

    diskon sebagai margin of safety-mu, menyimpannya agar

    nilainya terus berlipat ganda, dan menjualnya pada saat yang

    tepat, maka sukses dalam investasi saham seharusnya hanya

    tinggal waktu.

    Pertanyaannya, seberapa sabar kamu untuk menjalani proses

    belajar ini dengan tekun dan menunggu hasilnya dengan

    percaya diri?

    https://investabook.com/