ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN TIGA TAHUN JOKOWI-...
Transcript of ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN TIGA TAHUN JOKOWI-...
ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN TIGA TAHUN JOKOWI-
JK PADA REPUBLIKA ONLINE
SKRIPSI
Diajiukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam
(S.Sos)
Oleh:
Fauzan Kamil
1113051000231
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020 / 1441 H
i
ABSTRAK
Fauzan Kamil
Analisis Framing Pemberitaan Tiga Tahun Pemerintahan
Jokowi-JK Pada Republika Online.
Media massa merupakan sarana penyampaian pesan yang
berhubungan langsung dengan masyarakat luas. Isu media
merupakan sebuah informasi yang dapat merubah sebuah
persepsi masyarakat terhadap apa yang disampaikan oleh media
tersebut. Berita tentang tiga tahun pemerintahan Jokowi-JK
banyak dipublikasikan oleh media massa seperti Republika
Online. Berita ini sangat penting karena merekam jejak
pemerintahan Jokowi-JK.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan
masalah yang diteliti pada skripsi ini yaitu: Bagaimana struktur
sintaksis, skrip, tematik, dan retoris dalam berita tiga tahun
pemerintahan Jokowi-JK pada Republika Online.
Penelitian ini menggunakan metode analisis framing
Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki dengan menggunakan
pendekatan konstruksionis, karena paradigma konstruksionis
adalah salah satu cara pandang terhadap kehidupan sosial
bukanlah realitas yang natural, tetapi bentuk dari hasil konstruksi.
Analisis ini digunakan untuk memahami dan mendeskripsikan
bagaimana struktur sintaksis, skrip, tematik, dan retoris dalam
konstruksi berita tiga tahun pemerintahan Jokowi-JK pada portal
media Republika Online.
Hasil analisis ini disimpulkan bahwa struktur sintaksis,
berita tiga tahun pemerintahan Jokowi-JK tersusun dalam bentuk
tetap dan teratur sehingga membentuk piramida terbalik. Skrip,
pemberitaan memiliki bentuk umum yang memiliki pola 5W+1H.
Tematik, wartawan Republika Online ingin mencoba mengemas
dan menampilkan tema yang sama, tentang pemberitaan tiga
tahun pemerintahan Jokowi-JK. Retoris, konstruksi yang
diberitakan oleh wartawan Republika Online juga menunjukan
kecendrungan bahwa apa yang disampaikan sesuai dengan
kejadian yang sebenarnya.\
Kata Kunci: Jokowi-JK, Republika Online, media massa,
analisis framing
ii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr, Wb
Alhamdulillah puji serta syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, yang Insyaallah berguna
dan bermanfaat sebagai referensi berikutnya. Shalawat beserta
salam senantiasa tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad
SAW beserta Sahabatnya.
Alhamdulillahirabil’alamin atas izin Allah SWT dan
dukungan orang tua dan para sahabat akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisis Framing
Pembertitaan Tiga Tahun Pemerintahan Jokowi-JK Pada
Republika Online.” Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S1) di Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam Proses penulisan skripsi ini, penulis menyadari
banyak sekali hambatan dan kendala dalam berbagai hal. Namun
berkat doa dan dukungan dari berbagai pihak, penyusunan skripsi
ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini,
penulis hendak mengucapkan terima kasih, jazakumullah khoirul
jaza’, dan penghargaan yang sebesar- besarnya kepada:
1. Kedua Orang tua ku tercinta Maskur Dibah S.H dan
Rofikoh S.Pd, serta Teteh Tiara Izzati S.Kom.I & Suami
Roni Winandar S.E dan Adik ku Zidny Raisa Salimah yang
tak pernah lelah memberikan doa serta dukungan baik
berupa moril maupun materil yang tak terhingga.
iii
2. Bapak Suparto, Med., Ph.D sebagai Dekan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, serta Pembantu Dekan Dr.
Siti Napsiyah, MSW sebagai Wakil Dekan Bidang
Akademik, Dr. Sihabudin Noor, M.A sebagai Wakil Dekan
Bidang Administrasi dan Hukum, dan Drs, Cecep
Castrawijaya, M.A sebagai Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi.
3. Ibu Dr.Armawati Arbi. M,Si sebagai Ketua Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam.
4. Bapak Dr. Edi Amin, MA sebagai Sekretaris Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam.
5. Ibu Ade Rina Farida, M.Si. sebagai Dosen Pembimbing
yang tak kenal lelah dan sabar membimbing dan
mengarahkan saya selama proses pembuatan skripsi.
6. Segenap Bapak dan Ibu dosen beserta staf tata usaha
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang telah
memberikan ilmu yang bermanfaat dan sangat bernilai,
sehingga penulis mampu menyelesaikan studi maupun
penulisan skripsi.
7. Bayu Hermawan sebagai Redaktur Republika Online yang
telah memberikan izin kepada peneliti untuk
mengumpulkan data yang diperlukan dalam penyusunan
skripsi ini.
8. Terimakasih kepada sahabat dan teman-teman ku terkasih,
Zia Al-Qurni, Khoirul Hakimi, Zuan Juansyah,
iv
Yasrisuganda, Veronika Indrawati, Kiki Aprianti dan Epa
Dewiyanti, yang selalu menyemangati dan mendoakan.
9. Terakhir kepada seluruh keluarga besar KPI angkatan 2013,
terkhusus KPI E 2013 dan Tebbs Family. Terimakasih
sekali atas kekeluargaan selama di UIN.
Penulis menyadari penulisan skripsi ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan. Maka dari itu, dengan kerendahan hati dan ucapan
terima kasih, penulis senantiasa menerima kritik dan saran dari
berbagai pihak yang membangun demi kesempurnaan.
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................ i
KATA PENGANTAR .......................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ............................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................. 1
B. Pembatasan Masalah ....................................... 7
C. Rumusan Masalah ........................................... 8
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................... 8
E. Tinjauan Pustaka ............................................. 9
F. Metodologi Penelitian .................................... 11
G. Sistematika Penulisan ..................................... 16
BAB II KERANGKA TEORI ......................................... 18
A. Teori Konstruksi Realitas Sosial .................... 18
B. Analisis Framing ............................................. 33
C. konseptualisasi Berita ..................................... 55
D. Konseptualisasi Media Massa ........................ 61
BAB III GAMBARAN UMUM ........................................ 63
A. Sejarah Republika ........................................... 63
B. Visi dan Misi Republika ................................. 67
C. Produk Republika Online ............................... 69
D. Logo Republika Online .................................. 70
E. Redaksi dan Manajemen ................................. 70
F. Profil Pembaca Republika .............................. 72
vi
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA................... 73
A. Temuan Hasil Penelitian ................................. 73
B. Analisis Data ................................................. 75
1. Analisis Berita I ......................................... 75
2. Analisis Berita II........................................ 85
3. Analisis Berita III ...................................... 92
4. Analisis Berita IV ...................................... 101
BAB V PENUTUP ........................................................... 111
A. Kesimpulan ..................................................... 111
B. Saran ............................................................... 112
DAFTAR PUSTAKA .......................................................... 115
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. latar belakang Masalah
Media massa merupakan sarana penyampaian pesan
yang berhubungan langsung dengan masyarakat luas. Media
massa menjadi sarana penting untuk menyediakan
pemenuhan hak untuk mencari, menerima dan
menyampaikan ide-ide melalui media apa saja dan tanpa
mengenal batasan-batasan. Isi media merupakan sebuah
informasi yang dapat merubah sebuah persepsi masyarakat
terhadap apa yang diasampaikan oleh media tersebut.
Terlebih lagi apabila isu yang disampaikan mengenai
pemberitaan pemerintahan. Isu pemerintahan menjadi isu
yang sangat sensitif bagi masyarakat.
Dalam buku Jumroni (2006) Alex Sobur
mendefinisikan media massa sebagai “suatu alat untuk
menyampaikan berita, penilaian, atau gambaran umum
tentang banyak hal, ia mempunyai kemampuan untuk
berperan sebagai institusi yang dapat membentuk opini
publik, antara lain, karena media juga dapat berkembang
menjadi kelompok penekanan atas suatu ide atau gagasan
dan bahkan suatu kepentingan atau citra yang ia
representasikan untuk diletakan dalam konteks kehidupan
2
yang lebih empiris”.1
Media massa memiliki peran sentral dalam
pembentukan opini publik tentang peristiwa yang terjadi.
Dengan konstruksi yang dibuat oleh media, terkadang dapat
membuat pembaca tidak sadar akan peristiwa yang benar-
benar terjadi.
Penggunaan tulisan dan bahasa, para pekerja media
dapat menciptakan serta meruntuhkan sebuah realitas
peristiwa. Isi media pada hakikatnya adalah hasil konstruksi
realitas dengan bahasa sebagai perangkat dasarnya.
Sedangkan bahasa bukan saja sebagai alat merepresentasikan
realitas, namun juga bisa menentukan relief seperti apa yang
akan diciptakan oleh bahasa tentang realitas tersebut.
Akibatnya, media massa mempunyai peluang yang sangat
besar untuk mempengaruhi makna dan gambaran yang
dihasilkan dari realitas yang dikonstruksikannya.2
Dalam pandangan konstruksionis, media bukanlah
sekedar saluran yang bebas, ia juga subjek yang
mengkonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan, bias
dan pemihakannya.3 Bahkan dalam pandangan kontruksionis
media massa dipandang memiliki kemampuan untuk
1 Jumroni dan suhaimi, Metode-Metode Penelitian Komunikasi,
(Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 85 2Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu pengantar untuk Analisis
Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing (Bandung: PT Remaja
Rosadakarya, 2009), h.88 3 Eriyanto, Analisis Framing “Konstruksi, Ideologi dan Politik Media”.
(Yogyakarta: LkiS, 2002), h. 23
3
mengkontruksi realitas sosial didalam masyarakat.
Dalam mempublikasikan sebuah berita pada dasarnya
media didasarkan kepada ideologi mereka. Cara pandang
media massa dipengaruhi oleh berbagai macam aspek.
Misalnya dalam memandang suatu isu, masing-masing media
massa memiliki cara pandang tersendiri. Mereka mengedit,
menyusun narasi, memilih judul dengan menonjolkan aspek
tertentu serta mengabaikan aspek lainnya. Banyak hal yang
memengaruhi penyajian berita dalam media massa kepada
masyarakat. Wartawan sebagai orang pertama dalam
produksi berita tentu cukup berperan dalam memengaruhi isi
berita. Dalam pandangan konstruktivis wartawan tidak bisa
menyembunyikan keberpihakannya, karena ia merupakan
bagian intrinsik dalam pembentukan berita.
Disini wartawan bukan sebagai pelapor yang hanya
memindahkan realitas kedalam sebuah berita. Didalam
pemberitaan wartawan memang tidak hanya memindahkan
realitas yang terjadi didalam masyarakat kedalam sebuah
berita, tetapi wartawan juga menafsirkan realitas yang terjadi
sesuai penafsiran mereka sendiri baru mereka memasukan
kedalam berita. Hal ini terjadi karena pemberitaan berimbang
sulit bersaing dengan pemberitaan memihak, karena pembaca
cendrung membaca apa yang memang apa yang ingin
4
dibacanya, bukan apa yang seharusnya dibaca.4 Namun
selain wartawan, ternyata ada juga pihak yang lebih berhak
dalam menentukan isi berita dan memilih apa saja yang
harus, boleh atau tidak boleh dimuat dalam berita tersebut.
Mereka adalah jajaran redaksi dan tentunya pemilik modal
yang memiliki kuasa penuh terhadap media itu.5
Kepemilikan media menjadi hal yang dilematis dalam
dinamika industri media.
Dalam hal ini, siapapun memiliki modal besar dan
memiliki kepentingan akan berusaha menguasai media.
Tentunya pengaruh yang diberikan oleh pemilik media dalam
menyampaikan berita dan juga perspektif wartawan yang
dimasukan dalam isi berita pun akan sangat memengaruhi
para pembaca menafsirkan pemberitaan yang disampaikan
oleh media tersebut. Oleh karena itu pembaca harus lebih
mengkaji dan memahami dari isi sebuah berita.
Demikian halnya yang dijelaskan dalam Q.S Al-
Hujurat /49: 6.
ا ان تصيبوا قوما بجهالة نو ا ان جاءكم فاسق بنبا فتبي ها الذين امنو اي ي
فتصبحوا على ما فعلتم ندمين
Terjemahnya:
Wahai orang-orang yang beriman, Jika seseorang
yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita,
4 Rivers, L. William. Jensen, W Jay & Peterson, Theodore, Media
Massa dan Masyarakat Modern, (Jakarta: Kencana, 2008) h. 12 5 Eriyanto, Analisis Framing “Konstruksi, Ideologi dan Politik Media”.
(Yogyakarta: LkiS, 2012), h. 68
5
maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak
mencelakakan suatu kaum karena kebodohan
(kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali
perbuatanmu itu.6
Menurut Aart van Zoest, sebuah teks tak pernah lepas
dari ideologi dan memiliki kemampuan untuk memanipulasi
pembaca ke arah suatu ideologi. Sedangkan menurut Erianto,
teks, percakapan dan lainnya adalah bentuk dari praktek
ideologi atau pencerminan suatu ideologi tertentu.7
Dengan demikian, apapun yang dihasilkan dan
ditampilkan oleh media merupakan representasi dari ideologi
media massa itu. Setiap media pasti memiliki visi dan misi,
berdasarkan ideologi tersebut yang dipercaya sepenuhnya
oleh pekerja media yang bersangkutan dan tercermin dalam
konstruksi realitas yang dilakukan oleh media tersebut.
Perbedaan ideologi karenanya akan tertuang dalam
perbedaan pilihan berita, perbedaan sudut pandang yang
diambil dan perbedaan framing yang dilakukan atas suatu
wacana.
Menurut Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki seperti
yang dikutip dalam Eriyanto, framing didefinisikan sebagai
proses membuat suatu pesan lebih menonjol, menempatkan
informasi lebih daripada yang lain sehingga khalayak lebih
6 https://quran.kemenag.go.id/sura/49 diakses pada tanggal 18 mei
2020, pukul 16:20 WIB. 7 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu pengantar untuk Analisis
Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing (Bandung: PT Remaja
Rosadakarya, 2006), h. 61
6
tertuju pada pesan tersebut. Ada dua konsep dari framing
yang saling berkaitan yaitu psikologi dan sosiologi.8 Menurut
Sobur dalam bukunya mengatakan bahwa analisis framing
digunakan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara
pandang yang digunakan wartawan ketika menyeleksi isu
dan menulis berita. Cara pandang dan perspektif itu pada
akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana
yang ditonjolkan dan dihilangkan serta hendak dibawa
kemana berita tersebut.9
Berita tentang tiga tahun pemerintahan Jokowi-JK
dipublikasikan diseluruh media massa di Indonesia. Berita ini
sangat penting karena merekam jejak pemerintahan Republik
Indonesia selama tiga tahun dibawah pemerintahan Jokowi-
JK dan merupakan pertanggung jawaban selama tiga tahun
menjabat sebagai presiden dan wakil presiden.
Banyaknya media massa dalam memberitakan tiga
tahun pemerintahan Jokowi-JK, membuat peneliti memilih
media massa online yang saat ini tengah populer di era
globalisasi dan konvergensi media seperti sekarang ini yaitu
Republika Online. Sebagaimana dapat dipahami, sejak awal
perkembangannya media online telah menjadi bagian dari
media yang mempermudah masyarakat untuk memperoleh
informasi secara cepat, kapanpun, dan dimana pun.
8 Eriyanto, Analisis Framing “Konstruksi, Ideologi dan Politik Media”.
(Yogyakarta: LkiS, 2007), h. 252-253 9 Rahmat Kriyantoro, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta,
Kencana Prenada Media Group 2006) h. 253
7
Republika Online menyajikan berbagai macam berita, baik
mengenai ulasan bisnis, sosial politik, olah raga dan lain
sebagainya. Dalam dunia pers Indonesia, terdapat Republika
Online yang sudah cukup lama berkiprah didunia pers
Indonesia.
Republika online hadir sejak tahun 17 Agustus 1995.
Dengan jangka waktu yang cukup lama tersebut, portal berita
Republika online telah menjadi portal berita yang banyak
peminatnya dan telah menjadi portal berita nasional.
Sehingga bukan tidak mungkin portal berita ini mampu
memengaruhi daya pikir para pembacanya.
Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, peneliti
mengangkat judul penelitian “Analisis Framing
Pemberitaan Tiga Tahun Pemerintahan Jokowi-JK pada
Republika Online”.
B. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan dalam penelitian ini lebih fokus dan
terarah serta tidak terjebak pada pembahasan yang terlalu
luas, peneliti membatasi masalah hanya dilihat dari berita
yang berkaitan dengan tiga tahun pemerintahan Jokowi-JK
pada edisi 20 oktober 2017 yang disampaikan oleh Republika
Online dan dengan menggunakan analisis framing model
Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki.
8
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: bagaimana
struktur sintaksis, struktur skrip, struktur tematik dan struktur
retoris dalam pembingkaian berita tiga tahun pemerintahan
Jokowi-JK pada Republika Online edisi 20 oktober 2017?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan
dari penelitian ini adalah: untuk mengetahui bagaimana
Republika Online membingkai pemberitaan tiga tahun
pemerintahan Jokowi-JK.
2. Manfaat Pnelitian
Adapun manfaat yang penulis harapkan dari adanya
penelitian ini antara lain sebagai berikut:
a. Secara akademisi dapat menjadi bahan rujukan dan
menambah khazanah ilmu pengetahuan untuk para
aktivis dan para akademisi Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi. Dan penelitian ini diharapkan
memberi kontribusi pada pengembangan keilmuan
komunikasi terutama komunikasi massa melalui
pendekatan analisis framing.
b. Secara praktisi dapat dijadikan contoh dan menambah
pengetahuan, wawasan serta pedoman terhadap
bagaimana media massa (online) membingkai sebuah
9
berita. Dan memberi kontribusi pada para praktisi
media massa dalam menganalisis berita melalui
analisis framing dan juga dapat memberi gambaran
untuk penelitian selanjutnya dalam menganalisis
suatu berita dalam media dengan menggunakan
framing.
E. Tinjauan Pustaka
Setelah peneliti melakukan penelitian di perpustakaan
Fakultas Dakwah dan perpustakaan utama UIN Jakarta,
peneliti mendapatkan penelitian terdahulu yang memiliki
persamaan dan perbedaan penelitian.
1. Skripsi karya Ade Irfan abdurahman menulis tentang
“Kekerasan Aparat Terhadap Masyarakat (Analisis
Framing Pemberitaan Konflik Mesuji pada Surat Kabar
Republika dan Tempo). Perbedaan diantara penelitian ini
ialah terletak pada metode penelitiannya. Penelitian ini
menggunakan model analisis framing Robert N. Entman
sedangkan penelitian oleh peneliti menggunakan model
analisis framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki.
2. Skripsi karya Dede Nugraha dengan judul “Konstruksi
Pemberitaan Program nuklir Iran (Analisis Framing Pada
Harian Republika Dan Media Indonesia)”. Perbedaan
diantara penelitian ini ialah: kalau penelitian peneliti
tentang pemberitaan tiga tahun pemerintahan Jokowi-JK
di Republika online, sedangkan penelitian Dede Nugraha
10
tentang Pemberitaan Program Nuklir Iran Pada Harian
Republika Dan Media Indonesia.
3. Skripsi karya Muhammad Rifat Syauqi dengan judul
“Analisis Framing Pemberitaan Satu Tahun Pemerintahan
SBY-Boediono Di Harian Media Indonesia”. Perbedaan
diantara penelitian ini ialah: kalau penelitian peneliti
tentang pemberitaan tiga tahun pemerintahan Jokowi-JK
di Republika online, sedangkan penelitian Muhammad
Rifat Syauqi tentang pemberitaan Satu Tahun
Pemerintahan SBY-Boediono Di Harian Media Indonesia.
4. Skripsi karya Ade Nur Afifah dengan judul “Konstruksi
Pemberitaan Ledakan Bom Vihara Ekayana Pada
Kompas.Com Dan Republika”. Perbedaan diantara
penelitian ini ialah: kalau penelitian penelitidengan
menggunakan model framing Zongdang pan dan Gerald
M.Kosicki, sedangkan penelitian Ade Nur Afifahdmodel
yang digunakan pada penelitian itu menggunakan model
framing Robert N Etman.
Dari semua penelitian terdahulu memiliki banyak
prebedaan-perbedaan yang terletak pada media massa yang
dijadikan objek penelitian, kasus yang diangkat, teori yang
digunakan dan tentunya hasil temuan serta analisis data.
11
F. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
dengan paradigma konstruktivis. Dalam penelitian
kualitatif, data yang dihasilkan deskriptif berupa kata,
tulisan atau lisan dari orang dan pelaku yang diamati.10
Pendekatan kualitatif memusatkan perhatian pada
prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan
sebuah makna dari gejala-gejala sosial didalam
masyarakat. Bogdan dan Taylor (1975) mendefinisikan
metode penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang atau prilaku yang
dapat teramati.11
Menurut Carsswell, beberapa asumsi dalam
pendekatan kualitatif yaitu pertama, peneliti kualitatif
lebih mementingkan proses daripada hasil. Kedua,
peneliti kualitatif lebih memperhatikan interprestasi.
Ketiga, peneliti kualitatif merupakan alat utama dalam
mengumpulkan data dan analisis data serta peneliti
kualitatif harus terjun langsung ke lapangan, melakukan
observasi partisipasi di lapangan. Keempat, peneliti
10
Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa: Kekuatan Pengaruh
Media Massa, Iklan Televisi dan Keputusan Konsumen Serta Kritik Terhadap
Peter L. Breger & Tomas Luckmann (Jakarta: Kencana, 2011), h. 11 11
Eduardus Dosi, Media Massa Dalam Jaringan Kekuasaan. (NTT:
Ledalero, 2012), h. 95
12
kualitatif menggambarkan bahwa peneliti terlibat dalam
proses penelitian, interprestasi data dan pencapaian
pemahaman melalui kata atau gambar.12
Paradigma adalah cara pandang seseorang
terhadap diri dan lingkungannya yang memengaruhi pola
pikir, tindak tanduk dan sikap seseorang. Paradigma
konstruktivis memandang bahwa realitas sosial bukanlah
realitas yang sesungguhnya, tetapi adalah hasil dari
sebuah konstruksi. Konstruktivis melihat realitas media
sebagian dari aktivitas konstruksi media.13
Paradigma
konstruktivis memandang realitas atau temuan suatu
penelitian merupakan produk interaksi antara peneliti
dengan yang diteliti.Paradigma ini menekankan pada
empati dan interaksi dialektis antara peneliti dan
responden untuk mengkonstruk realitas yang diteliti
melalui metode-metode kualitatif.14
2. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis framing. Analisis framing adalah analisis
yang dipakai untuk melihat bagaimana media
12
Eduardus Dosi, Media Massa Dalam Jaringan Kekuasaan. (NTT:
Ledalero, 2012), h. 307 13
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo, 2004), h. 204 14
Rahmat Kriyantoro, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta,
Kencana Prenada Media Group 2010) h. 52
13
mengkonstruksi realitas.15
Yang menjadi titik perhatian
bukan apakah media memberitakan negatif atau positif,
melainkan bagaimana bingkai yang dikembangkan oleh
media. Sikap mendukung, positif dan negatif hanyalah
efek dari bingkai yang dikembangkan oleh media.
Adapun untuk menganalisis kasus ini peneliti
menggunakan metodologi analisis framing model
Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Dalam model
Pan dan Gerald M. Kosicki memiliki pisau-pisau analisis
yang lengkap, sehingga memungkinkan peneliti
melakukan kajian teks berita secara cukup detail.
3. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini menggunakan analisis
framing untuk menganalisis data. Framing dipakai untuk
membelah cara-cara atau ideologi media maasa saat
mengkonstruksi, mencermati strategi seleksi,
penonjolan, dan pertautan fakta kedalam berita agar
lebih bermakna atau menggiring interprestasi khalayak
sesuai perspektif media.16
Mengikuti Bogdan dan Biklen, analisis data
kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan
bekerja dengan data, mengorganisasikan fakta, memilah-
15
Eriyanto, Analisis Framing “Konstruksi, Ideologi dan Politik
Media”. (Yogyakarta: LkiS, 2002), h. 11 16
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu pengantar untuk Analisis
Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing (Bandung: PT Remaja
Rosadakarya, 2006), h. 162
14
milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensintesiskannya, mencari, dan menemukan pola apa
yang penting, dan apa yang dipelajari, dan memutuskan
apa yang dapat diceritakan oleh orang lain.17
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan framing model Zhongdang Pan & Gerald
M. Kosicki. Bagi Pan dan Kosicki, Framing
didefinisikan sebagai proses membuat suatu pesan lebih
menonjol, menempatkan informasi lebih daripada yang
lain sehingga khalayak lebih tertuju pada pesan
tersebut.18
Dalam model ini ada dua konsepsi framing
yang saling berkaitan yaitu, psikologi dan sosiologis.
Model ini berasumsi bahwa setiap berita
mempunyai frame yang berfungsi sebagai pusat dari
organisasi ide. Frame ini adalah suatu ide yang
dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam teks
berita (seperti kutipan sumber, latar informasi,
pemakaian kata atau kalimat tertentu) kedalam teks
secara keseluruhan. Dalam pendekatan ini, perangkat
framing dapat dibagi ke dalam empat struktur besar
yaitu:
a. Struktur sintaksis (cara wartawan menyusun fakta),
elemen yang diamati dalam struktur ini Headline,
17
Lexy J. Moloeng, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2006) h. 248 18
Eriyanto, Analisis Framing “Konstruksi, Ideologi dan Politik
Media”. (Yogyakarta: LkiS, 2002), h. 290
15
lead, latar informasi, kutipan, sumber, pernyataan,
penutup.
b. Struktur skrip (cara wartawan mengisahkan fakta),
elemen yang diamati dalam struktur ini 5 W + 1 H.
c. Struktur tematik (cara wartawan menulis fakta),
elemen yang diamati dalam struktur ini paragraf,
proposisi, kalimat, hubungan antar kalimat.
d. Struktur retoris (cara wartawan menekankan fakta),
elemen yang diamati dalam struktur ini kata, idiom,
gambar/foto, grafik.19
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik dan pengumpulan data yang dilakukan
dalam penelitian ini yaitu:
1. Wawancara mendalam, secara umum adalah proses
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian
dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka
antara pewawancara dan informan atau orang yang
diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan
pedoman (guide) wawancara, dimana pewawancara
dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang
relatif lama.20
2. Observasi teks/document research. Observasi teks
dalam hal ini dibedakan menjadi dua bagian, yaitu
19
Eriyanto, Analisis Framing “Konstruksi, Ideologi dan Politik
Media”. (Yogyakarta: LkiS, 2002), h. 295 20
Burhan Bungin, Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu
Sosial Lainnya (Jakarta: Kencana, 2007), h. 111
16
teks berupa data primer dan data sekunder. Data
primer merupakan sasaran utama dalam analisis,
sedangkan data sekunder diperlukan guna
mempertajam analisis data primer sekaligus dapat
dijadikan bahan pelengkap ataupun pembanding.
5. Pedoman Penulisan
Penulisan dalam penelitian ini mengacu pada buku
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis Dan
Disertasi) Karya Hamid Nasuhi dkk yang diterbitkan
oleh CeQDA (Center for Quality Development and
Assurance) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
G. Sistematika Penulisan
Agar lebih mudah dalam memahami pembahasan
dalam penelitian ini, peneliti membagi dalam 5 bab, yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Membahas Tentang Latar Belakang
Masalah, Pembatasan Masalah, Perumusan
Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,
Tinjauan Pustaka, Metodologi
Penelitian,dan Sistematika Penulisan.
BAB II KAJIAN TEORI
Mengurai Tentang Kajian Teori Tentang
Konstruksi Realitas Social, Model Analisis
FramingZhongdang Pan & Gerald M.
17
Kosicki, Konseptualisasi Berita, Dan
Konseptualisasi Media Massa.
BAB III GAMBARAN UMUM
Menjelaskan Profil Tentang Sejarah
Berdirinya Republika Online, Struktur
Organisasi, Visi dan Misi Republika
Online.
BAB IV TEMUAN DAN HASIL
ANALISIS
Mengulas Analisis Data yang Diperoleh
dari Republika Online Terkait Bagaimana
Pengemasan Pemberitaan Tiga Tahun
Pemerintahan Jokowi-JK menggunakan
Empat Struktur Analisis Framing
Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki
(Sintaksis, Skrip, Tematik dan Retoris).
BAB V PENUTUP
Menyajikan Kesimpulan Dan Saran.
DAFTAR PUSTAKA.
18
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Teori Konstruksi Realitas Sosial
Teori konstruksi sosial merupakan salah satu teori yang
digunakan dalam metode analisis framing. Teori ini
membahas tentang proses pembentukan sebuah realitas sosial
sehingga memiliki sebuah makna. Istilah konstruksi sosial
atas realitas (social construction of reality), menjadi terkenal
sejak diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas
Luckmann melalui bukunya yang berjudul “The Social
Construction of Reality, a Treatise in the Sociological of
Knowledge” (1966). Ia menggambarkan proses sosial
melalui tindakan dan interaksinya, yang mana individu
menciptakan secara terus-menerus suatu realitas yang
dimiliki dan dialami bersama secara subjektif.1
Konstruksi realitas sosial adalah sebuah teori yang
diciptakan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann.
Teori ini berpandangan bahwa realitas memiliki dimensi
subjektif dan objektif. Manusia merupakan instrument dalam
menciptakan realitas yang objektif melalui proses
eksternalisasi, sebagaimana ia memengaruhinya melalui
proses internalisasi yang mencerminkan realitas yang
subjektif. Dengan demikian, masyarakat sebagai produk
1 Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa: Kekuatan Pengaruh
Media Massa, Iklan Televisi dan Keputusan Konsumen Serta Kritik Terhadap
Peter L. Breger & Tomas Luckmann (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2011), h. 12-13
19
manusia dan manusia sebagai produk masyarakat,
yang keduannya berlangsung secara dialektis, tesis, antithesis
dan sintesis. Kedialektisan itu sekaligus menandakan bahwa
masyarakat tidak pernah sebagai produk akhir, tetapi sebagai
proses yang sedang terbentuk.
Konstruksi sosial berasal dari filsafat konstruktivisme
yang dimulai dari pemikiran konstruksi kognitif.
Konstruktivisme dijadikan sebuah kerja kognitif individu
untuk mengartikan yang terjadi didunia realitas tentang
interaksi antara individu dengan individu lain. Sejauh ini ada
tiga macam konstruktivisme:2
1. Konstruktivisme radikal; konstruktivisme radikal hanya
dapat mengakui apa yang dibentuk oleh pikiran manusia.
Kaum konstruktivisme radikal mengesampingkan
hubungan antara pengetahuan dan kenyataan sebagai
suatu kriteria kebenaran. Pengetahuan bagi mereka tidak
mereflesikan suatu realitas ontologis objektif, namun
sebagai sebuah realitas yang dibentuk oleh pengalaman
seseorang. Pengetahuan selalu merupakan konstruksi
dari individu yang mengetahui dan tidak dapat ditransfer
kepada individu lain yang pasif. Karena itu, konstruksi
harus dilakukan sendiri olehnya terhadap pengetahuan
itu, sedangkan lingkungan adalah sarana terjadinya
konstruksi itu.
2 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi Massa: Teori, Paradigma, dan
Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat”, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2006), h. 190
20
2. Konstruktivisme realism hipotesis; dalam pandangan
konstruktivisme realism hipotesis, pengetahuan adalah
sebuah hipotesis dari struktur realitas yang mendekati
realitas dan menuju kepada pengetahuan yang hakiki.
Dalam bentuk ini mereka mengakui pengetahuan sebagai
sebuah hipotesis, lalu mereka membandingkanya dengan
segala hipotesis yang melibatkan sebuah realitas
sehingga meneguhkan diri mereka menuju pengetahuan
yang hakiki.
3. Kontruktivisme biasa; konstruktivisme biasa mengambil
semua konsekuensi konstruktivisme dan memahami
pengetahuan sebagai gambaran dari realitas itu.
Kemudian pengetahuan individu dipandang sebagai
suatu gambaran yang dibentuk dari realitas objek dalam
dirinya. Antara pengetahuan dan pengalaman seseorang
mampu menjadi sebuah realitas dari seseorang. Lebih
tepatnya pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh
pengalaman seseorang dalam realitas tersebut yang
mampu membentuk dirinya dalam sebuah lingkungan.
Dari ketiga macam konstruktivisme, terdapat
kesamaan, dimana konstruktivisme dilihat sebagai sebuah
kerja kognitif individu untuk menafsirkan dunia realitas yang
ada, karena terjadi realisasi sosial antara individu dengan
lingkungan atau orang disekitarnya. Hal ini menyebabkan
individu tersebut membangun tentang pengetahuan atas
realitas yang dirasakan dari interaksi tersebut, yang biasa
disebut skema/skemata. Konstruktivisme seperti inilah yang
21
oleh Berger dan Luckmann (1990), dikatakan sebagai
konstruksi sosial.3 Menurut Mufid (2007), Berger dan
Luckmann menilai proses mengkonstruksi melalui interaksi
sosial yang dialektis dari tiga bentuk realitas, yakni simbiolic
reality, objective reality, dansubjective reality yang
berlangsung dalam suatu proses dalam tiga momen simultan:
eksternalisasi, objektivasi dan internalisasi.4
Berger dan Luckmann (1990) mengatakan, institusi
masyarakat tercipta dan dipertahankan atau diubah melalui
tindakan dan interaksi manusia.5 Meskipun masyarakat dan
institusi sosial terlihat nyata secara objektif, namun pada
kenyataan semuanya dibangun dalam definisi subjektif
melalui proses interaksi. Objektivitas baru bisa terjadi
melalui penegasan berulang-ulang yang diberikan oleh orang
lain yang memiliki definisi subjektif yang sama. Pada tingkat
generalitas yang paling tinggi, manusia menciptakan dunia
dalam makna simbolis yang universal, yaitu pandangan
hidupnya yang menyeluruh, yang memberi legitimasi dan
mengatur bentuk-bentuk sosial serta memberi makna pada
berbagai bidang kehidupannya.
Sebagai makhluk yang memiliki pola pemikiran yang
tidak terbatas, manusia dapat mengartikan kenyataan yang
3 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi Massa: Teori, Paradigma, dan
Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat”, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2006), h. 191 4 Muhammad Mufid, Komunikasi dan Regulasi Penyiaran, (Jakarta,
Kencana Prenada Media Grup, 2007), h. 92 5 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi Massa: Teori, Paradigma, dan
Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat”, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2006), h. 191
22
terjadi dalam kehidupannya. Manusia dapat memaknai
potensi dirinya dan objek disekitarnya berdasarkan
pengamatan ketika sedang berinteraksi. Proses pemaknaan
tersebut terjadi dari tindakan yang berlangsung secara
berulang-ulang. Dari proses ini timbul kesadaran untuk
mempersepsikan makna yang terkandung pada objek
tersebut. Berger dan Lukcmann (1990) mengatakan, terjadi
dialektika antara individu yang membentuk masyarakat atau
masyarakat yang membentuk individu. Proses dialektika ini
berlangsung dalam tiga momen yaitu eksternalisai
(penyesuaian diri), objektivikasi dan internalisasi.6
Pertama, pada proses eksternalisasi dikatakan bahwa
dunia sosiokultural merupakan produk manusia.7 Dalam
eksternalisasi, manusia melakukan tindakan berulang-ulang
karena mereka beranggapan hal tersebut dapat
menyelesaikan persoalan yang dihadapinya.
Eksternalisasi merupakan tahap yang sangat mendasar
yang terjadi dari proses interaksi antara individu dengan
masyarakat. Demikian halnya ketika seseorang melakukan
wawancara. Disana terjadi interaksi antara wartawan dengan
narasumber. Realitas yang terbentuk dari wawancara tersebut
adalah produk interaksi antara keduanya. Realitas hasil
wawancara bukan hasil operan antara apa yang dikatakan
6 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi Massa: Teori, Paradigma, dan
Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat”, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2006), h. 191 7 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi Massa: Teori, Paradigma, dan
Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat”, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2006), h. 193
23
narasumber dan ditulis sedemikian rupa kedalam berita.
Disana juga ada proses eksternalisasi: pertanyaan yang
diajukan dan juga sudut penggambaran yang dibuat oleh
pewawancara yang membatasi pandangan narasumber.
Belum termasuk bagaimana hubungan dan kedekatan antara
wartawan dengan narasumber. Proses dialektis diantara
keduanya yang menghasilkan wawancara yang kita baca atau
kita lihat di televisi.8
Kedua,tahap objektivasi merupakan hasil dari proses
eksternalisasi. Pada tahap ini individu melakukan objektivasi
terhadap kondisi produk sosial. Hal ini berlangsung tanpa
harus saling berinteraksi, artinya objektivasi dapat terjadi
melalui penyebaran opini yang berkembang pada masyarakat
tanpa harus terjadi tatap muka antar individu. Hal terpenting
dalam objektivasi adalah pembuatan signifikasi, yakni
pembuatan tanda-tanda oleh manusia.
Berger dan Luckmann (1990) mengatakan bahwa,
sebuah tanda (sign) dapat dibedakan dari objektivasi-
objektivasi lainnya, karena tujuannya yang eksplisit untuk
digunakan sebagai isyarat atau indeks bagi pemaknaan
subjektif, maka objektivasi juga dapat digunakan sebagai
tanda, meskipun semula tidak dibuat maksud itu.9 Bahasa
merupakan alat simbolis untuk melakukan signifikasi, yang
8 Eriyanto, Analisis Framing “Konstruksi, Ideologi dan Politik Media”.
(Yogyakarta: LkiS, 2002), h. 21 9 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi Massa: Teori, Paradigma, dan
Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat”, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2006), h. 195
24
mana logika ditambahkan secara mendasar kepada dunia
sosial yang diobjektivasi.
Bahasa adalah kegiatan eksternalisasi manusia ketika
berhadapan dengan dunia, ia adalah hasil dari kegiatan
manusia. Setelah dihasilkan, baik benda maupun bahasa
sebagai produk eksternalisasi tersebut menjadi realitas yang
objektif.10
Dengan demikian, yang terpenting dalam tahap
objektivasi ini adalah melakukan signifikasi, memberi tanda
bahasa dan simbolisasi terhadap benda yang disignifikasi,
melakukan tipifikasi terhadap kegiatan seseorang yang
kemudian menjadi objektivasi linguistik, yaitu pemberian
tanda verbal maupun simbolisasi yang kompleks.11
Ketiga,tahap internalisasi lebih merupakan penyerapan
kembali dunia subjektif ke dalam kesadaran sehingga
subjektif individu dipengaruhi oleh struktur dunia sosial.
Berbagai macam unsur dari dunia yang telah terobjektifkan
tersebut akan ditangkap sebagai gejala realitas diluar
kesadarannya, sekaligus sebagai gejala internal bagi
kesadaran. Melalui internalisasi, manusia menjadi hasil dari
maasyarakat.12
Disini individu mengidentifikasi dirinya
dengan lembaga-lembaga sosial yang telah menjadi tempat
terjadinya proses interaksi individu tersebut.
10
Eriyanto, Analisis Framing “Konstruksi, Ideologi dan Politik
Media”. (Yogyakarta: LkiS, 2002), h. 17 11
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi Massa: Teori, Paradigma, dan
Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat”, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2006), h. 196 12
Eriyanto, Analisis Framing “Konstruksi, Ideologi dan Politik
Media”. (Yogyakarta: LkiS, 2002), h. 17
25
Bagi Berger, realitas itu tidak dibentuk secara ilmiah,
tidak juga sesuatu yang diturunkan oleh Tuhan.13
Tetapi
sebaliknya, ia dibentuk dan dikonstruksi. Dengan
pemahaman semacam ini, realitas berwajah ganda/plural.
Setiap orang bisa mempunyai konstruksi yang berbeda-beda
atas suatu realitas. Setiap orang yang mempunyai
pengalaman, preferensi, pendidikan tertentu, dan lingkungan
pergaulan atau sosial tertentu akan menafsirkan realitas sosial
itu dengan konstruksinya masing-masing.
Selain plural, konstruksi sosial itu juga bersifat
dinamis. Sebagai hasil dari konstruksi sosial maka realitas
tersebut merupakan realitas subjektif dan realitas objektif
sekaligus.Dalam realitas subjektif, realitas tersebut
menyangkut makna, interpretasi dan hasil relasi antara
individu dan objek. Setiap individu mempunyai latar
belakang sejara, pengetahuan, dan lingkungan yang berbeda-
beda yang bisa jadi menghasilkan penafsiran yang berbeda
pula ketika melihat dan berhadapan dengan objek. Seseorang
akan mencurahkan ketika bersinggungan denga kenyataan
(eksternalisasi), sebaliknya, ia juga akan dipengaruhi oleh
kenyataan objektif yang ada (internalisasi).14
Setiap orang bisa mempunyai konstruksi yang berbeda
atas sebuah realitas.Hal ini juga terjadi kepada para pekerja
media yang memiliki pemikiran tersendiri dalam
13
Eriyanto, Analisis Framing “Konstruksi, Ideologi dan Politik
Media”. (Yogyakarta: LkiS, 2002), h. 18 14
Eriyanto, Analisis Framing “Konstruksi, Ideologi dan Politik
Media”. (Yogyakarta: LkiS, 2002), h. 19
26
mengkonstruksi peristiwa yang terjadi (realitas) dalam
pemberitaannya. Isi sebuah berita merupakan hasil
pengamatan peristiwa yang dilakukan oleh para pekerja
media. Pada bagian ini konstruksi realitas itu terjadi.
Dalam mengkonstruksi peristiwa para pekerja media
menggunakan bahasa dengan sedemikian rupa untuk
membentuk konstruksi pemberitaannya. Bahas bukan saja
sebagai alat merepresentasikan suatu realitas, tetapi dapat
digunakan sebagai alat untuk menentukan gambaran seperti
apa yang diciptakan oleh bahasa tentang realitas tersebut.
Oleh sebab itu, media massa mempunyai peluang sangat
besar untuk memengaruhi makna dan gambaran yang
dihasilkan dari realitas untuk dikonstruksi. Setiap upaya
menceritakan sebuah peristiwa, keadaan, benda atau apa pun
pada hakikatnya adalah usaha mengkonstruksi realitas.15
Substansi teori dan pendekatan konstruksi sosial atas
realitas Berger dan Luckmann adalah proses simultan yang
terjadi secara alamiah melalui bahasa dalam kehidupan
sehari-hari pada sebuah komunitas primer dan semi-
sekunder.16
Substansi “teori konstruksi sosial media massa”
adalah pada sirkulasi informasi yang cepat dan luas sehingga
konstruksi sosial berlangsung dengan sangat cepat dan
merata. Realitas yang terkonstruksi itu juga membentuk opini
15
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu pengantar untuk Analisis
Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing (Bandung: PT Remaja
Rosadakarya, 2006), h. 88 16
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi Massa: Teori, Paradigma, dan
Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat”, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2006), h. 202
27
massa, massa cenderung apriori dan opini massa cenderung
sinis.17
Posisi konstruksi sosial media massa adalah
mengkoreksi substansi kelemehan dan melengkapi konstruksi
sosial atas realitas, dengan menempatkan seluruh kelebihan
media massa dan efek media pada keunggulan konstruski
sosial media massa atas konstruksi sosial atas realitas.
Namun proses stimultan yang digambarkan diatas tidak
bekerja secara tiba-tiba, namun terbentuknya proses tersebut
melalui beberapa tahap penting. Dari konten konstruksi
sosial media massa, proses kelahiran konstruksi sosial media
massa melalui tahap-tahap sebagai berikut: (a) tahap
menyiapkan materi konstruksi, (b) tahap sebaran konstruksi,
(c) tahap pembentukan konstruksi, dan (d) tahap
konfirmasi.18
17
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi Massa: Teori, Paradigma, dan
Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat”, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2006), h. 203 18
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi Massa: Teori, Paradigma, dan
Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat”, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2006), h. 203
28
Proses Konstruksi Sosial Media Massa19
Berikut penjelasan mengenai tahapan-tahapan proses
konstruksi sosial pada media massa:
1. Tahap Menyiapkan Materi Konstruksi.
Menyiapkan tmateri konstruksi sosial pada media
massa adalah tugas redaksi media massa, tugas itu
didistribusikan pada desk editor yang ada disetiap media
massa.
Masing-masing media memiliki desk yang berbeda-
beda sesuai dengan kebutuhan dan visi suatu media. Ada
tiga hal penting dalam mempersiapkan materi konstruksi
sosial, yaitu keberpihakan media massa kepada
kapitalisme, keberpihkan semu kepada masyarakat, dan
19
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi Massa: Teori, Paradigma, dan
Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat”, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2006), h. 204
29
keberpihakan kepada kepentingan umum.20
Pertama, keberpihakan media massa kepada
kapitalisme, seperti yang diketahui saat ini media massa
digunakan oleh kekuatan kapitalis untuk dijadikan sebagai
mesin penciptaan uang dan melipat ganda modal. Kedua,
keberpihakan semu kepada masyarakat. Bentuk
keberpihakan tersebut bisa secara empati, simpati dan
berpartisipasi pada program untuk masyarakat, tapi
biasanya hal tersebut kembali untuk menjual berita dan
menaikan rating acara untuk kepentingan kapitalis.
Ketiga, keberpihakan kepada kepentingan umum. Dalam
hal ini pada pemberitaan media murni memihak pada
kepentingan umum untuk menjalankan visi dan misi yang
telah dibuat sebelumnya.Hal ini dilakukan agar visi dan
misi media tersebut tetap terdengar oleh masyarakat.
2. Tahap Sebaran Konstruksi
Tahap ini memiliki prinsip bahwa semua informasi
harus sampai kepada khalayak secara tepat waktu
berdasarkan agenda media.Disini peristiwa yang dianggap
penting oleh media, menjadi suatu yang penting juga bagi
para pembaca. Pada media cetak konstruksi sosial ini
dilakukan satu arah, dimana media menyodorkan
informasi sementara konsumen media tidak memiliki
20
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi Massa: Teori, Paradigma, dan
Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat”, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2006), h. 205
30
pilihan lain kecuali mengonsumsi informasi itu.21
3. Pembentukan Konstruksi Realitas
Pada tahap ini terdapat dua bagian dalam proses
pembentukannya. Pada bagian pertama, memiliki tiga
tahap yaitu tahap pembentukan konstruksi realitas
pembenaran sebagai bentuk konstruksi media massa yang
terbangun di masyarakat cenderung memberikan apa saja
yang disajikan oleh media massa sebagai realitas
pembenaran. Tahap kesediaan dikonstruksi oleh media
massa, yaitu pilihan seseorang untuk menjadi penikmat
media massa bersedia pemikirannya dikonstruksi oleh
media massa yang mereka konsumsi. Terakhir tahap
pilihan konsumtif, pada bagian ini media massa
merupakan bagian kebiasaan hidup yang tidak dapat
dilepaskan. Tiada hari tanpa menonton televisi, membaca
koran atau mendengarkan radio. Bila rutinitas tersebut
tidak dilaksanakan seseorang akan merasa ada sesuatu
yang hilang dari hidupnya. Pada bagian kedua,
pembentukan konstruksi citra yang merupakan bentuk
yang diinginkan oleh tahap konstruksi. Bentuk konstruksi
citra yang dibangun oleh media massa dibagi menjadi dua
model, model good news dan model bad news. Pada
model good news objek pemberitaan dikonstruksi sebagai
sesuatu yang memiliki citra baik sehingga terkesan baik
21
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi Massa: Teori, Paradigma, dan
Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat”, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2006), h. 207
31
dari sesungguhnya kebaikan yang ada pada objek itu
sendiri, sedangkan model bad news adalah sebuah
konstruksi yang cenderung mongkonstruksi kejelekan
atau cenderung memberi citra buruk pada objek
pemberitaan. Jadi, umpamanya pada kasus kriminal, maka
model bad news menjadi tujuan akhir, dimana
terbentuknya citra buruk sebagai penjahat, koruptor,
terdakwa, maupun buronan.22
4. Tahap Konfirmasi
Konfirmasi adalah tahapan ketika media massa
maupun pembaca dan pemirsa memberi argumentasi dan
akuntabilitas terhadap pilihannya untuk terlibat dalam
tahap pembentukan konstruksi. Bagi media, tahapan ini
perlu sebagai bagian untuk memberi argumentasi terhadap
alas an-alasannya konstruksi sosial. Sedangkan bagi
pemirsa dan pembaca, tahapan ini juga sebagai bagian
untuk menjelaskan mengapa ia terlibat dan bersedia hadir
dalam proses konstruksi sosial.23
Bagi banyak orang media merupakan sumber untuk
mengetahui suatu kenyataan atau realitas yang terjadi,
bagi masyarakat biasa, pesan dari sebuah media akan
dinilai apa adanya. Apa kata media dan bagaimana
penggambaran mengenai sesuatu, begitulah realitas yang
22
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi Massa: Teori, Paradigma, dan
Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat”, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2006), h. 209 23
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi Massa: Teori, Paradigma, dan
Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat”, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2006), h. 212
32
mereka tangkap.24
Isi media adalah hasil konstruksi
realitas dengan bahasa sebagai dasarnya, sedangkan
bahasa bukan saja alat yang merepresentasikan realitas,
tetapi juga menentukan relief seperti apa yang hendak
diciptakan bahasa tentang realitas tersebut. Akibatnya
media massa mempunyai peluang yang sangat besar untuk
memengaruhi makna dan gambaran yang dihasilkan dari
realitas yang dikonstruksinya.25
Pendekatan konstruksionis mempunyai penilaian
sendiri bagaimana media, wartawan dan berita
dilihat.Bagi kaum konstruksionis, realitas itu bersifat
subjektif.26
Realitas itu hadir, karena dihadirkan oleh
konsep subjektif wartawan. Realitas tercipta oleh
konstruksi, sudut pandang tertentu dari wartawan. Disini
tidak ada realitas yang bersifat objektif, karena realitas itu
tercipta lewat konstruksi dan pandangan tertentu.
Pertanyaan utama dalam pandangan konstruksionis
adalah, fakta berupa kenyataan itu sendiri bukan sesuatu
yang terberi, melainkan ada dalam benak kita, yang
melihat fakta tersebut. Kitalah yang memberi definisi dan
menentukan fakta tersebut sebagai kenyataan.Fakta
merupakan konstruksi atas realitas. Kebenaran suatu fakta
24
Zulkarnaen Nasution, Sosiologi Komunikasi Massa. (Jakarta: Pusat
Penerbitan Universitas Terbuka Departemen Pendidikan Nasional, 2004), h. 10 25
Ibnu Hamad, dkk.,Kabar-kabar Kebencian. (Jakarta: Institute Studi
Arus Informasi. PT. sembrani Aksara Nusantara, 2001) h. 74 26
Eriyanto, Analisis Framing “Konstruksi, Ideologi dan Politik
Media”. (Yogyakarta: LkiS, 2002), h. 22
33
bersifat relatif, berlaku sesuai konteks tertentu.27
B. Analisis Framing
Analisis framing adalah salah satu metode analisis teks
yang berada dalam kategori penelitian konstruksionis.
Paradigma ini memandang realitas kehidupan sosial
bukanlah realitas yang natural, melainkan hasil dari
konstruksi. Karenanya, konsentrasi analisis pada paradigma
konstruksionis adalah menemukan bagaimana peristiwa atau
realitas tersebut dikonstruksi, dengan cara apa konstruksi itu
dibentuk. Dalam studi komunikasi, paradigma konstruksionis
ini sering kali disebut sebagai paradigma produksi dan
pertukaran makna.28
Sudibyo mengatakan framing merupakan penyajian
realitas dimana kebenaran tentang suatu kejadian tidak
diingkari secara total, melaikan dibelokan secara halus,
dengan memberikan penonjolan terhadap aspek-aspek
tertentu, dengan menggunakan istilah-istilah yang punya
konotasi tertentu dan dengan bantuan foto, karikatur, dan alat
ilustrasi lainnya.29
Dengan kata lain bagaimana realitas
dibingkai, dikonstruksi dan dimaknai oleh media.Analisis
framing digunakan untuk mengetahui bagaimana perspekif
atau cara pandang yang digunakan wartawan ketika
27
Eriyanto, Analisis Framing “Konstruksi, Ideologi dan Politik
Media”. (Yogyakarta: LkiS, 2002), h. 23 28
Eriyanto, Analisis Framing “Konstruksi, Ideologi dan Politik
Media”. (Yogyakarta: LkiS, 2002), h. 43 29
Rahmat Kriyantoro, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta,
Kencana Prenada Media Group 2006) h. 253
34
menyeleksi isu dan menulis berita.30
Cara pandang dan
perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang
diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan serta
hendak dibawa kemana berita tersebut.
Gagasan mengenai analisis ini pertama kali dilontarkan
oleh Beterson tahun1995. Awalnya, analisis framing
dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat
kepercayaan yang mengorganisir suatu pandangan politik,
kebijakan dan wacana.Analisis ini juga menyediakan
kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas.
Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh oleh
Goufman pada tahun 1974, yang mengandaikan frame
sebagai kepingan-kepingan prilaku (strips of behavior) yang
membimbing individu dalam membaca realitas.31
Analisis framing adalah analisis yang dipakai untuk
melihat bagaimana media mengkonstruksi realitas.Analisis
framing juga dipakai untuk melihat bagaimana peristiwa
dipahami dan dibingkai oleh media. Analisis ini mencermati
strategi seleksi, penonjolan dan pentautan fakta dalam berita
agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau lebih
diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai
dengan perspektifnya. Dengan kata lain, framing adalah
pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara
30
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis
Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. (Bandung: PT. Remaja
Rosadakarya, 2006), h. 162 31
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis
Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. (Bandung: PT. Remaja
Rosadakarya, 2006), h. 162
35
pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta
apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan
dihilangkan serta hendak dibawa kemana berita tersebut.32
Ada dua aspek dalam framing. Pertama, memilih
fakta/realitas. Proses memilih fakta ini didasarkan pada
asumsi, wartawan tidak mungkin melihat peristiwa tanpa
perspektif. Dalam memilih fakta ini selalu terkandung dua
kemungkinan: apa yang dipilih (included) dan apa yang
dibuang (exluded). Kedua, menuliskan fakta. Proses ini
berhubungan dengan bagaimana fakta yang dipilih itu
disajikan kepada khalayak. Gagasan itu diungkapkan dengan
kata, kalimat dan proposisi apa, dengan bantuan aksentuasi
foto dan gambar apa, dan sebagainya. Bagaimana fakta yang
sudah dipilih tersebut ditekankan dengan pemakaian
perangkat tertentu: penempatan yang mencolok
(menempatkan di headline depan, atau bagian belakang),
pengulangan, pemakaian grafis untuk mendukung dan
memperkuat penonjolan, pemakaian label tertentu ketika
menggambarkan orang/peristiwa yang diberitakan, asosiasi
terhadap simbol budaya, generalisasi, simplifikasi, dan
pemakaian kata yang berhubungan dengan penonjolan
realitas.
Elemen menulis fakta ini berhubungan dengan
penonjolan realitas.Pemakaian kata, kalimat atau foto itu
merupakan implikasi dari memilih aspek tertentu dari
32
Nugroho, dkk, Politik Media Mengemas Media (Jakarta: Institut
Studi Arus Informasi, 1999), h. 21.
36
realitas. Akibatnya, aspek tertentu yang ditonjolkan menjadi
menonjol, lebih mendapatkan alokasi dan perhatian yang
besar dibandingkan aspek lain. Semua aspek itu dipakai
untuk membuat dimensi tertentu dari konstruksi berita
menjadi bermakna dan diingat khalayak.Realitas yang
disajikan secara menonjol atau mencolok, mempunyai
kemungkinan lebih besar untuk diperhatikan dan
memengaruhi khalayak dalam memahami suatu realitas.33
Konsep framing dalam studi media benayak mendapat
pengaruh dari lapangan psikologi dan sosiologi. Dimensi
psikologis, framing sangat berhubungan dengan dengan
psikologi. Framing adalah upaya atau strategi yang dilakukan
wartawan untuk menekankan dan membuat pesan menjadi
bermakna, lebih mencolok, dan diperhatikan oleh publik.34
Dimensi sosiologi, pada level sosiologis, frame dilihat
terutama untuk menjelaskan bagaimana organisasi dari ruang
berita dan pembuat berita membentuk berita secara bersama-
sama.35
Framing itu pada akhirnya menentukan bagaimana
realitas itu hadir dihadapan pembaca. Apa yang kita tahu
tentang realitas sosial pada dasarnya tergantung pada
bagaimana kita melakukan frame atas peristiwa itu yang
memberikan pemahaman dan pemaknaan tertentu atas suatu
33
Eriyanto, Analisis Framing “Konstruksi, Ideologi dan Politik
Media”. (Yogyakarta: LkiS, 2002), h. 81-82 34
Eriyanto, Analisis Framing “Konstruksi, Ideologi dan Politik
Media”. (Yogyakarta: LkiS, 2002), h. 83 35
Eriyanto, Analisis Framing “Konstruksi, Ideologi dan Politik
Media”. (Yogyakarta: LkiS, 2002), h. 94
37
peristiwa. Framing dapat mengakibatkan suatu peristiwa
yang sama dapat menghasilkan berita yang secara radikal
berbeda apabila wartawan mempunyai frame yang berbeda
ketika melihat peristiwa tersebut dan menuliskan
pandangannya dalam berita.
Sebagai sebuah metode analisis teks, analisis framing
mempunyai karakteristik yang berbeda dengan dibandingkan
dengan analisis isi kuantitatif. Dalam analisis isi kauntitatif,
yang ditekankan adalah isi (content) dari suatu pesan/teks
komunikasi. Sementara dalam analisis framing, yang menjadi
pusat perhatian adalah pembentukan dari teks.36
Dengan menggunakan analisis framing, seorang
jurnalis dapat mengemas sebuah peristiwa yang sulit
dimengerti menjadi sebuah peristiwa yang mudah
dipahami.Semua itu terjadi karena penggunaan perspektif
tertentu dalam menuturkan peristiwa kedalam penulisan
berita. Berita yang ditulis oleh wartawan pada akhirnya akan
menampilkan tentang apa saja yang dianggap penting,
ditonjolkan dan perlu disampaikan kepada khalayak.
Menurut Aditjondro, proses framing merupakan bagian
tak terpisahkan dari proses penyuntingan yang melibatkan
semua pekerja dibagian keredaksian media. Reporter
dilapangan menentukan siapa yang diwawancarainya.
Redaktur, dengan atau tanpa berkonsultasi dengan redaktur
pelaksana, menentukan apakah laporan si wartawan akan
36
Eriyanto, Analisis Framing “Konstruksi, Ideologi dan Politik
Media”. (Yogyakarta: PT LkiS Pelangi Aksara, 2008), h. 10-11
38
dimuat atau tidak dan menentukan judul apa yang akan
diberikan. Bahkan kata Aditjondro, proses framing tidak
hanya melibatkan para pekerja pers, tapi juga pihak-pihak
yang bersengketa dalam kasus-kasus tertentu yang masing-
masing berusaha menampilkan sisi-sisi informasi yang ingin
ditonjolkannya (sambil menyembunyikan sisi-sisi lain),
sambil mengaksentuasikan kesahihan pandangannya dengan
mengacu pada pengetahuan, ketidaktahuan, dan perasaan
para pembaca. Proses framing menjadikan media massa
sebagai arena dimana informasi tentang maslah tertentu
diperebutkan dalam suatu perang simbolik antara berbagai
pihak yang sama-sama menginginkan pandangannya
didukung pembaca.37
Jadi, analisis framing ini merupakan analisis untuk
mengkaji pembingkaian realitas (peristiwa, individu,
kelompok, dan lain-lain) yang dilakukan media.
Pembingkaian tersebut merupakan proses konstruksi, yang
artinya realitas dimaknai dan direkonstruksi dengan cara dan
makna tertentu. Framing digunakan media untuk
menonjolkan atau memberi penekanan aspek tertentu sesuai
kepentingan media. Akibatnya, hanya bagian tertentu saja
yang lebih bermakna, lebih diperhatikan, dianggap penting
dan lebih mengena dalam pikiran khalayak.38
37
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis
Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. (Bandung: PT. Remaja
Rosadakarya, 2009), h. 165-166 38
Rahmat Kriyantoro, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta,
Kencana Prenada Media Group 2006) h. 254
39
Model framing yang diperkenalkan oleh Zhongdang
Pan dan Gerald M. Kosicki adalah salah satu model yang
paling populer dan banyak dipakai. Model itu sendiri
diperkenalkan lewat suatu tulisan di Jurnal Political
Communication.Bagi Pan dan Kosicki, analisis framing ini
dapat menjadi salah satu alternative dalam menganalisis teks
media disamping analisis isi kualitatif. Analisis framing
dilihat sebagaimana wacana publik tentang suatu isu atau
kebijakan dikonstruksikan dan dinegosiasikan.
Framing didefinisikan sebagai proses membuat suatu
pesan lebih menonjol, menempatkan informasi lebih daripada
yang lain sehingga khalayak lebih tertuju pada pesan
tersebut.39
Menurut Pan dan Kosicki, ada dua konsepsi dari
framing yang berkaitan. Pertama, dalam konsepsi
psikologi.Framing dalam konsepsi ini lebih menekankan
pada bagaimana seseorang memproses informasi dalam
dirinya. Framing berkaitan dengan struktur dan proses
kognitif, bagaimana seseorang mengolah sejumlah informasi
dan ditunjukan dalam skema tertentu. Framing disini dilihat
sebagai penempatan informasi dalam suatu konteks yang
unik/khusus dan menempatkan elemen tertentu dari suatu isu
dengan penempatan lebih menonjol dalam kognisi
seseorang.Elemen-elemen yang diseleksi dari suatu
isu/pristiwa tersebut menjadi lebih penting dalam
memengaruhi pertimbangan dalam membuat keputusan
39
Eriyanto, Analisis Framing “Konstruksi, Ideologi dan Politik
Media”. (Yogyakarta: LkiS, 2002), h. 291
40
tentang realitas. Kedua,konsepsi sosiologis. Kalau pandangan
psikologis lebih melihat pada proses internal seseorang,
bagaimana individu secara kognitif menafsirkan suatu
peristiwa dalam cara pandang tertentu, maka pandangan
sosiologis lebih melihat pada bagaimana konstruksi sosial
atas realitas. Frame disini dipahami sebagai proses
bagaimana seseorang mengklarifikasikan,
mengorganisasikan dan menafsirkan pengalaman sosialnya
untuk mengerti dirinya dan realitas diluar dirinya. Frame
disini berfungsi membuat suatu realitas menjadi
teridentifikasi, dipahami dan dapat dimengerti karena sudah
dilabeli dengan label tertentu.40
Model ini berasumsi bahwa setiap berita mempunyai
frame yang berfungsi sebagai pusat dari organisasi ide.
Frame ini adalah suatu ide yang dihubungkan dengan elemen
yang berbeda dalam teks berita (seperti kutipan sumber, latar
informasi, pemakaian kata dan kalimat tertentu) ke dalam
teks secara keseluruhan. Frame berhubungan dengan makna.
Bagaimana seseorang memaknai sebuah peristiwa dapat
dilihat dari perangkat tanda yang dimunculkan dalam teks.
Pan dan Kosicki, dalam tulisan mereka Framing Analisys: An
Approach to News Discourse (1993), mengoperasionalkan
empat dimensi structural teks berita sebagai perangkat
framing, yaitu: Sintaksis, Skrip, Tematik dan Retoris.41
40
Eriyanto, Analisis Framing “Konstruksi, Ideologi dan Politik
Media”. (Yogyakarta: LkiS, 2002), h. 291 41
Andi Youna C. Bachtiar & Zulmi Savitri, Propaganda Media “Teori
dan Studi Kasus Aktual”. (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2015), h. 45
41
Pertama, struktur sintaksis.Sintaksis berhubungan
dengan bagaimana wartawan menyusun peristiwa,
pernyataan, opini, kutipan, pengamatan atas peristiwa
kedalam bentuk susunan umum berita.42
Struktur sintaksis
dalam perangkat framing berada pada tingkat yang paling
dasar. Struktur sintaksis mengacu pada pola susunan kata-
kata atau frasa menjadi kalimat. Dalam wacana berita,
struktur pada tingkat ini menyampaikan informasi yang
sangat sedikit untuk membuat berita dengan komposisi yang
berbeda.
Struktur sintaksis dari wacana berita mengacu pada apa
yang disebut van Dijk (1988) “sintaks makro”, yang ditandai
dengan struktur piramida terbalik dan dengan aturan sumber
mengacu pada organisasi urutan struktural elemen yaitu,
judul, lead, episode, latar belakang, dan penutupan.43
Struktur sintaksis ini dengan demikian dapat diamati dari
bagian berita (lead yang dipakai, latar, headline, kutipan
yang diambil dan sebagainya). Intinya, ia mengamati
bagaimana wartawan memahami peristiwa yang dapat dilihat
dari cara ia menyusun fakta kedalam bentuk berita.
Kedua, struktur skrip.Skrip berhubungan dengan
bagaimana wartawan mengisahkan atau menceritakan
peristiwa kedalam bentuk berita. Struktur ini melihat
bagaimana strategi cara bercerita atau bertutur yang dipakai
42
Eriyanto, Analisis Framing “Konstruksi, Ideologi dan Politik
Media”. (Yogyakarta: LkiS, 2002), h. 294 43
Andi Youna C. Bachtiar & Zulmi Savitri, Propaganda Media “Teori
dan Studi Kasus Aktual”. (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2015), h. 46
42
oleh wartawan dalam mengemas peristiwa kedalam bentuk
berita.44
Skrip merupakan urutan kegiatan dan komponen
dari suatu peristiwa yang telah diinternalisasikan sebagai
representasi struktur mental dari sebuah peristiwa.45
Sebuah
naskah berita memiliki struktur yang berbeda didefinisikan
oleh aturan-aturan yang dapat disebut tata bahasa. Pada saat
ini biasanya kita kenal 5 W & 1 H, Who, What, When, Where,
Why dan How.
Kehadiaran naskah berita menyampaikan kesan bahwa
berita adalah unit yang independen, karena tampaknya berisi
informasi yang lengkap dari suatu peristiwa dengan awal,
klimaks dan akhir.Hal ini juga mendorong perhatian secara
intrinsik ke drama, aksi, karakter dan emosi manusia. Sejauh
ini, seorang reporter ketika menulis berita tidak jauh berbeda
dari seorang pendongeng atau seorang novelis menulis cerita
fiksi. Terutama karena karakteristik naskah berita, berita
dapat muncul menjadi terlalu terfragmentasi, personalisasi
dan didramatisasi dengan beberapa kritik.46
Ketiga, struktur tematik. Tematik berhubungan dengan
bagaimana wartawan mengungkapkan pandangannya atas
peristiwa kedalam proposisi, kalimat atau hubungan
antarkalimat yang membentuk teks secara keseluruhan.
Struktur ini akan melihat bagaimana pemahaman itu
44
Eriyanto, Analisis Framing “Konstruksi, Ideologi dan Politik
Media”. (Yogyakarta: LkiS, 2002), h. 294 45
Andi Youna C. Bachtiar & Zulmi Savitri, Propaganda Media “Teori
dan Studi Kasus Aktual”. (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2015), h. 46 46
Andi Youna C. Bachtiar & Zulmi Savitri, Propaganda Media “Teori
dan Studi Kasus Aktual”. (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2015), h. 47
43
diwujudkan dalam bentuk yang lebih kecil.47
Tidak semua
berita berorientasi pada tindakan atau peristiwa. Beberapa
berita terdiri dari cerita isu yang fokus pada satu masalah
atau topik pada satu waktu dan melaporkan beberapa
peristiwa, tindakan, atau pernyataan yang berkaitan dengan
maslah tersebut.48
Keempat, struktur retoris.Retoris berhubungan dengan
bagaimana wartawan menekankan arti tertentu kedalam
berita. Struktur ini akan melihat bagaimana wartawan
memakai pilihan kata, idiom, grafik dan gambar yang dipakai
bukan hanya mendukung tulisan, melainkan juga
menekankan arti tertentu kepada pembaca.49
Reoris berita
yang faktual dan berimbang membantu membangun
epistimologis yang status berita sebagai sumber informasi
yang faktual dan otoritas berita sebagai cermin realitas.
Keempat struktur tersebut merupakan suatu rangkaian
yang dapat menunjukan framing dari suatu
media.Kecendrungan atau kecondongan wartawan dalam
memahami suatu peristiwa dapat diamati dari keempat
struktur tersebut. Dengan kata lain, ia dapat diamati dan
bagaimana wartawan menyusun peristiwa kedalam bentuk
umum berita, cara wartawan mengisahkan peristiwa, kalimat
yang dipakai, dan pilihan kata atau idiom yang dipilih.
47
Eriyanto, Analisis Framing “Konstruksi, Ideologi dan Politik
Media”. (Yogyakarta: LkiS, 2002), h. 294 48
Andi Youna C. Bachtiar & Zulmi Savitri, Propaganda Media “Teori
dan Studi Kasus Aktual”. (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2015), h. 47 49
Eriyanto, Analisis Framing “Konstruksi, Ideologi dan Politik
Media”. (Yogyakarta: LkiS, 2002), h. 294
44
Ketika menulis berita dan menekankan makna atas peristiwa,
wartawan akan memakai semua strategi wacana itu untuk
meyakinkan khalayak pembaca bahwa berita yang dia tulis
adalah benar.50
Pendekatan itu dapat digambar kedalam
bentuk skema sebagai berikut:
Model Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki 51
STRUKTUR PERANGKAT FRAMING UNIT YANG DIAMATI
SINTAKSIS
Cara wartawan
menyusun fakta
1. Skema Berita Headline, lead, latar
informasi, kutipan sumber,
pernyataan, penutup.
SKRIP
Cara wartawan
mengisahkan
fakta
2. Kelengkapan Berita 5W + 1H
TEMATIK
Cara wartawan
menulis fakta
3. Detail
4. Koherensi
5. Bentuk Kalimat
6. Kata Ganti
Paragraf, proposisi, kalimat,
hubungan antarkalimat.
RETORIS
Cara wartawan
menekankan
fakta
7. Leksikon
8. Grafis
9. Metafora
Kata, idiom, gambar/foto,
grafik.
50
Eriyanto, Analisis Framing “Konstruksi, Ideologi dan Politik
Media”. (Yogyakarta: LkiS, 2002), h. 294-295 51
Eriyanto, Analisis Framing “Konstruksi, Ideologi dan Politik
Media”. (Yogyakarta: LkiS, 2002), h. 295
45
Dari table diatas tergambar bahwa struktur yang
pertama dari perangkat framing model Zhongdang Pan dan
Gerald M. Kosicki adalah sintaksis. Dalam pengertian
umum, sintaksis adalah susunan kata atau frase dalam
kalimat.Dalam wacana berita, sintaksis menunjuk pada
pengertian susunan dan bagian berita, headline, lead, latar
informasi, sumber, penutup, dalam satu kesatuan teks berita
secara keseluruhan.52
Bagian itu tersusun dalam bentuk yang
tetap dan teratur sehingga membentuk skema yang menjadi
pedoman bagaimana fakta hendak disusun.
Headline, merupakan aspek sintaksis dari wacana
berita dengan tingkat kemenonjolan yang tinggi yang
menunjukan kecenderungan berita. Pembaca cenderung lebih
mengingat headline yang dipakai dibandingkan dengan
berita. Headline mempunyai fungsi framing yang kuat.
Headline memengaruhi bagaimana kisah dimengerti untuk
kemudian digunakan dalam membuat pengertian isu dan
peristiwa sebagaimana mereka beberkan. Headline
digunakan untuk menunjukan bagaimana wartawan
mengkonstruksi suatu isu, seringkali dengan menekankan
makna tertentu lewat pemakaian tanda tanya untuk
menunjukan sebuah perubahan dan tanda kutip untuk
menunjukan adanya jarak perbedaan.53
Judul berita
(Headline) pada dasarnya mempunyai tiga fungsi (Anwar,
52
Eriyanto, Analisis Framing “Konstruksi, Ideologi dan Politik
Media”. (Yogyakarta: LkiS, 2002), h. 295 53
Eriyanto, Analisis Framing “Konstruksi, Ideologi dan Politik
Media”. (Yogyakarta: LkiS, 2002), h. 297
46
1996), yaitu mengiklankan cerita atau berita, meringkaskan
atau mengikhtisarkan cerita dan memperbagus halaman surat
kabar.54
Selain headline/judul, lead adalah perangkat
sintaksis yang sering digunakan. Lead yang baik umumnya
memberikan sudut pandang dari berita, menunjukan
perspektif tertentu dari peristiwa yang diberitakan.Kunci
untuk penulisan berita yang baik, sebagaimana halnya
penulisan feature, terletak pada paragraph pertama, yaitu
lead. Lead adalaha intisari berita yang mempunyai tiga
fungsi, yakni: (1) menjawab rumus 5W + 1H. (2)
menekankan news feature of the story dengan menempatkan
pada posisi awal. (3) memberikan identifikasi cepat tentang
orang, tempat dan kejadian yang dibutuhkan bagi
pemahaman cepat berita itu.55
Latar merupakan bagian berita
yang dapat memengaruhi makna yang ingin ditampilkan
wartawan. Seorang wartawan ketika menulis berita biasanya
mengemukakan latar belakang atas peristiwa yang ditulis.
Latar yang dipilih menentukan kearah mana pandangan
khalayak hendak dibawa. Latar umumnya ditampilkan diawal
sebelum pendapat wartawan yang sebenarnya muncul dengan
maksud memengaruhi dan memberi kesan bahwa pendapat
wartawan sangat beralasan. Karena itu, latar membantu
menyelidiki bagaimana seseorang memberi pemaknaan atas
54
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu pengantar untuk Analisis
Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing (Bandung: PT Remaja
Rosadakarya, 2009), h. 77 55
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu pengantar untuk Analisis
Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing (Bandung: PT Remaja
Rosadakarya, 2009), h. 77
47
suatu peristiwa.56
Bagian berita lain yang penting adalah pengutipan
sumber berita. Bagian ini dalam penulissan berita
dimaksudkan untuk membangun objektivitas prinsip
keseimbangan dan tidak memihak. Ia juga merupakan bagian
berita yang menekankan bahwa apa yang ditulis oleh
wartawan bukan pendapat wartawan semata, melainkan
pendapat dari orang yang mempunyai otoritas tertentu.
Pengutipan sumber ini menjadi perangkat framing atas tiga
hal. Pertama, mengklaim validitas atau kebenaran dari
pernyataan yang dibuat dengan mendasarkan diri pada klaim
otoritas akademik. Wartawan bisa jadi mempunyai pendapat
tersendiri atas suatu peristiwa, pengutipan itu digunakan
hanya untuk memberi bobot atas pendapat yang dibuat
bahwa pendapat itu tidak omong kosong, tetapi didukung
oleh ahli yang berkompeten. Kedua, menghubungkan poin
tertentu dari pandangannya kepada pejabat berwenang.
Ketiga, mengecilkan pendapat atau pandangan tertentu yang
dihubungkan dengan kutipan atau pandangan mayoritas
sehingga pandangan tersebut tampak sebagai menyimpang.57
Struktur kedua pada model framing Zhongdang Pan
dan Gerald M. Kosicki adalah skrip. Skrip merupakan sebuah
laporan berita. Laporan berita sering disusun sebagai suatu
cerita. Hal ini disebabkan oleh dua hal. Pertama, banyak
56
Eriyanto, Analisis Framing “Konstruksi, Ideologi dan Politik
Media”. (Yogyakarta: LkiS, 2002), h. 297 57
Eriyanto, Analisis Framing “Konstruksi, Ideologi dan Politik
Media”. (Yogyakarta: LkiS, 2002), h. 299
48
laporan berita yang berusaha menunjukan hubungan,
peristiwa yang ditulis merupakan kelanjutan dari peristiwa
yang sebelumnya. Kedua, berita umumnya mempunyai
otoritas menghubungkan teks yang ditulis dengan lingkungan
komunal pembaca. Menulis berita dapat disamakan, dalam
taraf tertentu, dengan seseorang yang menulis novel atau
kisah fiksi lain. Perbedaannya bukan terletak pada cara
bercerita, melainkan fakta yang dihadapi. Seperti halnya
novel, seorang wartawan berhadapan dengan tokoh, karakter
dan kejadian yang hendak diceritakan.Seperti halnya novelis,
wartawan ingin agar khalayak pembaca tertarik dengan berita
yang ditulis. Karenanya, peristiwa diramu dengan mengaduk
unsur emosi, menampilkan peristiwa tampak sebagai sebuah
kisah dengan awal, adegan, klimaks dan akhir.58
Bentuk
umum dari struktur skrip ini adalah pola 5W + 1H, Who,
What, When, Where, Why dan How. Meskipun pola ini tidak
selalu dapat dijumpai dalam setiap berita yang ditampilkan,
kategori informasi ini yang diharapkan diambil oleh
wartawan untuk dilaporkan. Unsur kelengkapan berita ini
dapat menjadi penanda framing yang penting. Skrip adalah
salah satu strategi wartawan dalam mengkosntruksi berita:
bagaimana suatu peristiwa dipahami melalui cara tertentu
dengan menyusun bagian-bagian dengan urutan tertentu.
Skrip memberikan tekanan mana yang didahulukan dan
bagian mana yang bisa kemudian sebagai strategi untuk
58
Eriyanto, Analisis Framing “Konstruksi, Ideologi dan Politik
Media”. (Yogyakarta: LkiS, 2002), h. 299
49
menyembunyikan informasi penting. Upaya penyembunyian
itu dilakukan dengan menempatkan dibagian akhir agar
terkesan kurang menonjol.59
Tematik merupakan struktur ketiga pada model
framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki.Tematik
adalah elemen topik yang menunjuk pada gambaran umum
dari suatu teks.Bisa juga disebut dengan sebagai gagasan inti,
ringkasan, atau yang utama dari suatu teks. Topik
menggambarkan apa yang ingin diungkapkan oleh wartawan
dalam pemberitaannya. Topik menunjukkan konsep
dominan, sentral, dan paling penting dari isi suatu berita.
Dalam analisis, topik suatu berita ini memang baru bisa
disimpulkan, seperti halnya kalau kita sehabis membaca satu
buku, satu cerita, atau menonton film kalau kita telah selesai
membaca tuntas berita tersebut. Topik menggambarkan
gagasan apa yang dikedepankan atau gagasan. Inti dari
wartawan ketika melihat atau memandang suatu peristiwa.60
Tematik, bagi Pan dan Kosicki, berita mirip sebuah
pengujian hipotesis: peristiwa yang diliput, sumber yang
dikutip, dan pernyataan yang diungkapkan semua perangkat
itu digunakan untuk membuat dukungan yang logis bagi
hipotesis yang dibuat.61
Pada elemen tematik ada beberapa unsur yang diamati,
59
Eriyanto, Analisis Framing “Konstruksi, Ideologi dan Politik
Media”. (Yogyakarta: LkiS, 2002), h. 300 60
Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks
Media(Yogyakarta: LKiS, 2011), h. 229-230 61
Eriyanto, Analisis Framing “Konstruksi, Ideologi dan Politik
Media”. (Yogyakarta: LkiS, 2008), h. 262
50
antara lain detil,koherensi, bentuk kalimat dan kata ganti.
Pertama, elemen detil berhubungan dengan kontrol informasi
yang ditampilkan seseorang. Komunikator akan
menampilkan secara berlebihan informasi yang
menguntungkan dirinya atau citra yang baik. Detil yang
lengkap dan panjang lebar merupakan penonjolan yang
dilakukan secara sengaja untuk menciptakan citra tertentu
kepada khalayak. Detil yang lengkap itu akan dihilangkan
kalau berhubungan dengan sesuatu yang menyangkut
kelemahan atau kegagalan dirinya. Hal yang menguntungkan
komunikator atau pembuat teks akan diuraikan secara detil
dana terperinci, sebaliknya fakta yang tidak menguntungkan,
detil informasinya akan dikurangi. Elemen detil merupakan
strategi bagaimana wartawan mengekspresikan sikapnya
secara tersembunyi. Sikap atau wacana yang dikembangkan
oleh wartawan kadangkala tidak perlu disampaikan secara
terbuka, tetapi dari detil bagian mana yang dikembangkandan
mana diberitakan dengan detil yang besar, akan
menggambarkan bagaimana wacana yang dikembangkan
oleh media.62
Kedua,elemen koherensi merupakan pertalian atau
jalinan antarkata, atau kalimat dalam teks. Dua buah kalimat
yang menggambarkan fakta yangberbeda dapat dihubungkan
terlihat koheren. Sehingga, fakta yang tidak berhubungan
sekalipun dapat menjadi berhubungan ketika seorang
62
Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media
(Yogyakarta: LKiS, 2011), h. 238
51
menghubungkannya.
Koherensi merupakan elemen wacana untuk melihat
bagaimana seseorang secara strategis menggunakan wacana
untuk menjelaskan suatu fakta atauperistiwa. Apakah
peristiwa itu dipandang saling terpisah, berhubungan, atau
malah sebab akibat. Koherensi ini secara mudah dapat
diamati di antaranya dari kata hubung (konjungsi) yang
dipakai untukmenghubungkan fakta. Apakah dua kalimat
dipandang sebagai hubungan kausal (sebab akibat),
hubungan keadaan, waktu, kondisi, dan sebagainya.
Koherensi merupakan elemen yang menggambarkan
bagaimana peristiwa dihubungkan atau dipandang saling
terpisah oleh wartawan. Ada beberapa macam koherensi.63
Pertama, koherensi sebab-akibat. Proposisi atau
kalimat satu dipandang akibat dan sebab dari proposisi
lain.Kedua, koherensi penjelas. Proposisi atau kalimat satu
dilihat sebagai penjelas proposisi atau kalimat lain. Ketiga,
koherensi pembeda. Proposisi atau kalimat satu dipandang
kebalikan atau lawan dari proposisi atau kalimat lain.
Proposisi mana yang dipakai dalam teks berita, secara umum
dapat mudah dilihat dari kata hubung yang dipakai.
Proposisi sebab-akibat umumnya ditandai dengan kata
hubung “sebab” atau “karena”. Koherensi penjelas ditandai
dengan pemakaian kata hubung “dan” atau “lalu”. Sementara
koherensi pembeda ditandai dengan kata hubung
63
Eriyanto, Analisis Framing “Konstruksi, Ideologi dan Politik
Media”. (Yogyakarta: LkiS, 2008), h. 303
52
“dibandingkan” atau “sedangkan”.
Ketiga, elemen bentuk kalimat ini menentukan apakah
subjek diekspresikan secara eksplisit atau implisit dalam
teks. Kalimat aktif umumnya digunakan agar seseorang
menjadi subyek dari tanggapannya. Sebaliknya pasif
menempatkan seseorang sebagai objek. Bentuk kalimat ini
bukan hanya persoalan teknis kebenaran tata bahasa, tetapi
menentukan makna yang dibentuk oleh susunan kalimat.64
Keempat, elemen kata ganti ini merupakan elemen
terakhir pada struktur tematik. Kata ganti digunakan untuk
memanipulasi bahasa dengan menciptakan suatu komunitas
imajinatif. Kata ganti merupakan alat yang digunakan oleh
komunikator untuk menunjukan dimana posisi seseorang
dalam wacana. Dalam mengungkapkan sikapnya, seseorang
dapat menggunakan kata ganti “saya” atau “kami” yang
menggambarkan bahwa sikap tersebut sikap resmi
komunikator semata-mata.
Akan tetapi, ketika menggunakan kata ganti “kita”
menjadikan sikap tersebut sebagai representasi dari sikap
bersama dalam suatu komunitas tertentu. Batas komunikator
dengan khalayak sengaja dihilangkan untuk menunjukan apa
yang menjadi sikap komunikator juga menjadi sikap
komunitas secara keseluruhan.65
Struktur terakhir dalam model framing Zhongdang Pan
64
Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media
(Yogyakarta: LKiS, 2011), h. 253 65
Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media
(Yogyakarta: LKiS, 2011), h. 253-254
53
dan Gerald M. Kosicki adalah retoris. Struktur retoris dari
wacana berita menggambarkan pilihan gaya atau kata yang
dipilih oleh wartawan untuk menekankan arti yang
ditonjolkan oleh wartawan. Wartawan menggunakan
perangkat retoris untuk membuat citra, meningkatkan
kemenonjolan pada sisi tertentu dan meningkatkan gambaran
yang diinginkan dari suatu berita. Struktur retoris dari
wacana berita juga menunjukan kecenderungan bahwa apa
yang disampaikan tersebut adalah suatu kebenaran.66
Ada beberapa elemen struktur retoris yang dipakai oleh
wartawan. Pertama, yang paling penting adalah leksikon,
pemilihan, dan pemakaian kata-kata tertentu untuk menandai
atau menggambarkan peristiwa. Suatu fakta umumnya terdiri
atas beberapa kata yang merujuk pada fakta. Dengan
demikian, pilihan kata yang dipakai tidak semata-mata hanya
karena kebetulan, tetapi secara ideologis menunjukan
bagaimana pemaknaan seseorang terhadap fakta/realitas.
Pilihan kata-kata yang dipakai menunjukan sikap dan
ideologi tertentu.67
Kedua, selain lewat kata, penekanan pesan dalam berita
itu juga dapat dilakukan dengan menggunakan unsur grafis.
Dalam wacana berita, grafis ini biasanya muncul lewat
bagian tulisan yang dibuat lalu dibandingkan tulisan lain.
Pemakaian huruf tebal, huruf miring, pemakaian garis
66
Eriyanto, Analisis Framing “Konstruksi, Ideologi dan Politik
Media”. (Yogyakarta: LkiS, 2002), h. 304 67
Eriyanto, Analisis Framing “Konstruksi, Ideologi dan Politik
Media”. (Yogyakarta: LkiS, 2002), h. 305
54
bawah, huruf yang dibuat dengan ukuran yang lebih besar.
Termasuk didalamnya adalah pemakaian caption, raster,
grafik, gambar, table untuk mendukung arti penting suatu
pesan.68
Bagian-bagian yang ditonjolkan ini menekankan
kepada khalayak pentingnya bagian tersebut. Bagian yang
dicetak berbeda adalah bagian yang dipandang penting oleh
komunikator, karena iamenginginkan khalayak menaruh
perhatian lebih pada bagian tersebut.
Elemen grafis itu juga muncul dalam bentuk foto,
gambar, dan tabel untuk mendukung gagasan atau untuk
bagian lain yang tidak ingin ditonjolkan. Elemen grafik
memberikan efek kognitif, ia mengontrol perhatian dan
ketertarikan secara intensif dan menunjukan apakah suatu
informasi itu dianggap penting dan menarik sehingga harus
dipusatkan/fokuskan.69
Ketiga, elemen metafora dalam suatu wacana,
wartawan tidak hanya menyampaikan pesan lewat teks, tetapi
juga kiasan, ungkapan, metafora, yang dimaksud sebagai
ornament atau bumbu dari suatu berita.
Metafora digunakan oleh wartawan secara strategis
sebagai landasan berfikir, alasan atas pembenaran atas
pendapat atau gagasan tertentu kepada publik. Wartawan
menggunakan kepercayaan masyarakat, ungkapan sehari-
hari, pribahasa, petuah leluhur, kata-kata kuno, bahkan
68
Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media
(Yogyakarta: LKiS, 2011), h. 257 69
Eriyanto, Analisis Framing “Konstruksi, Ideologi dan Politik
Media”. (Yogyakarta: LkiS, 2002), h. 306
55
ungkapan yang diambil dari ayat-ayat suci yang semuanya
dipakai untuk memperkuat pesan utama.70
C. Konseptualisasi Berita
1. Pengertian Berita
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
ada beberapa pengertian berita, yaitu cerita atau
keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat.
Berita juga diartikan sebagai kabar, laporan dan
pemberitahuan atau pengumuman. Di antara berbagai
macam pengertian itu, salah satu yang cocok dengan
konteks pembicaraan jurnalistik adalah berita sebagai
keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat.
Satu kata terakhir dalam pengertian itu member tekanan
bahwa berita itu sebuah peristiwa yang hangat. Hangat
dalam artian tentu saja sesuatu yang baru saja terjadi dan
penting untuk diketahui oleh khalayak.71
Namun sebuah berita tidak selalu menyampaikan
sebuah fakta atau informasi yang baru saja terjadi. Bisa
saja fakta atau informasi yang terjadi dalam beberapa
bulan yang lalu bisa kita jadikan sebuah berita saat
ini.Sebuah berita selalu menyampaikan fakta dan tidak
semua fakta bisa dijadikan sebuah berita karena tidak
mampu menarik perhatian pembaca. Tugas seorang
reporter adalah bagaimana mencari sebuah fakta yang
70
Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media
(Yogyakarta: LKiS, 2011), h. 259 71
Suhaemi dan Ruli, Nasrullah, Bahasa Jurnalistik, (Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Jakarta: 2009). h. 27
56
dapat dijadikan sebuah berita dan mampu menarik
perhatian pembaca.Jika sebuah fakta yang ada diberita
mampu menarik perhatian pembaca biasanya fakta yang
terdapat di dalam berita tersebut memiliki arti penting
bagi kehidupan si pembaca.
2. Syarat-Syarat Berita
Menurut Harahap, ada beberapa syarat dalam suatu
berita yaitu sebagai berikut:72
a. Akurat, singkat, padat, jelas dan sesuai dengan
kenyataan.
b. Tepat waktu dan aktual.
c. Objektif, sama dengan fakta yang sebenarnya, tanpa
opini dari penulis yang dibuat-buat.
d. Menarik, apa yang disajikan terdiri dari kata-kata dan
kalimat yang khas, segar dan enak dibaca.
e. Baru/belum diberitakan sebelumnya atau merupakan
ulangan “baru”. Ini sangat pentig yang bisa menarik
perhatian.
Demikianlah beberapa kriteria mengenai pemilihan
atau penetapan suatu peristiwa yang dapat diangkat
menjadi berita. Dengan memperhatikan hal itu, berarti
sebagian dari persyaratan suatu berita yang baik sudah
terpenuhi.
72
Sr. Maria Assumpta Rumanti OSF, “Dasar-dasar Public Realation:
Teori dan Praktik”, (Jakarta: Grasindo 2002), h. 130
57
3. Nilai-Nilai Berita
1. Kebaharuan, Kebaharuan dalam menyampaikan sebuah
berita bagi media massa sangatlah penting.73
Bahkan
dalam menyampaikan sebuah berita atau fakta yang
telah lama terjadi. Dalam menyampaikan berita seperti
ini seringkali menggunakan kata “hari ini” dalam
sebuah beria untuk menyampaikan kebaharuan fakta
terbaru dari berita yang telah lama terjadi dan
diberitakan. Biasanya fakta terbaru seperti ini adalah
dampak dari sebuah fakta lama yang terus terungkap.
2. Kedekatan, Kedekatan dari sebuah berita atau fakta
bukan hanya tentang jarak geografis saja.74
Kedekatan
dari sebuah isi berita bisa dilihat juga dari aspek minat
dari para pembacanya. Ini menunjukkan bahwa tidak
hanya kedekatan geografis saja yang membuat
pembaca tertarik kepada sebuah berita, melainkan juga
kepada kedekatan minat pun ikut mempengaruhi.
3. Konsekuensi, Konsekuensi berhubungan dengan daya
tarik yang lebih luas dengan arti penting dan dengan
efek berita pada pembaca.
4. Kemenonjolan sebagai satu unsur berita, biasanya
mencakup orang, tempat sesuatu dan yang dikenal oleh
publik karena kemakmurannya, posisi sosialnya,
prestasinya atau publisitas sebelumnya yang positif
73
Tom E. Rolnicki, dkk, “Pengantar Dasar Jurnalistik”, h. 8 74
Tom E. Rolnicki, dkk, “Pengantar Dasar Jurnalistik”, h. 10
58
atau negatif.75
Ketenaran seseorang akan selalu
menjadi berita apabila yang bersangkutan melakukan
sebuah kegiatan ataupun terlibat dalam sebuah kejadian
yang positif ataupun negatif.
5. Drama, Sebuah berita bisa mendapat nilai lebih dari
pembacanya apabila sang reporter mampu menyajikan
berita diiringi dengan sebuah latar belakang yang
dramatis.76
Akan tetapi apa yang disajikan disini harus
bersesuaian dengan fakta. Berita yang didramatisir
akan bersesuaian dengan fakta dan mampu
memberikan warna dalam berita tersebut makan akan
menarik perhatian pembaca.
6. Frekuensi, Ini berkaitan dengan jangka waktu sebuah
peristiwa.77
Jangka waktu disini sangat mempengaruhi
kemenarikan sebuah peristiwa. Sebuah peristiwa yang
memiliki jangka waktu pendek memiliki nilai berita
lebih daripada sebuah peristiwa yang memiliki jangka
waktu panjang. Jangka waktu disini dilihat dari
seberapa menariknya peristiwa tersebut sehingga tidak
akan terjadi dalam beberapa waktu ke depan.
7. Negatif, Bad news is good news (berita buruk adalah
berita yang bagus).78
Istilah ini sangat familiar dengan
banyak wartawan. Yang buruk disini adalah suatu
75
Tom E. Rolnicki, dkk, “Pengantar Dasar Jurnalistik”, h. 11 76
Tom E. Rolnicki, dkk, “Pengantar Dasar Jurnalistik”, h. 12 77
Nurudin, “Jurnalisme Masa Kini”, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009) h.
52 78
Nurudin, “Jurnalisme Masa Kini”, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009) h.
53
59
peristiwa yang kebanyakan orang tidak senang
mengalami peristiwa tersebut, sehingga membuat sang
wartawan tertarik memberitakan peristiwa tersebut.
Karena sesuatu yang buruk seringkali dianggap
mempunyai nilai berita oleh seorang wartawan.
8. Konflik disini berarti sedikitnya terdapat 2 (dua) pihak
atau lebih yang bertikai atau bersaing. Bisa konflik
fisik, urat syaraf, atau perang dan bisa juga persaingan
untuk menjadi penguasa di wilayahnya.
9. Prediksi, Prediksi yang dimaksud adalah ulasan yang
berkaitan dengan kemungkinan dan ketidak
mungkinan. Prediksi biasanya seringkali dipakai untuk
mengulas sebuah pertandingan olahraga dan juga
kemungkinan kejadian selanjutnya setelah terjadi
sebuah peristiwa.
4. Jenis-jenis Berita
Selain nilai berita, hal prinsip lain dalam proses
produksi berita adalah apa yang disebut sebagai kategori
berita. Secara umum seperti dicatat Tuchman,wartawan
memakai lima kategori berita: hard news, spot news,
developing news, dan continuing news.Kategori tersebut
dipakai untuk membedakan jenis isi berita dan subjek
peristiwa yang menjadi berita.Kelima kategori tersebut
dapat digambarkan sebagai berikut:79
79
Eriyanto, Analisis Framing “Konstruksi, Ideologi dan Politik
Media”. (Yogyakarta: LkiS, 2002), h. 126-130
60
a. Hard News
Berita mengenai peristiwa yang tejadi saat itu.
Kecepatan informasi adalah kekuatan utama kategori
berita ini. Ukuran keberhasilan dari kategori ini adalah
kecepatan menyampaikan sebuah informasi. Kategori
berita ini dipakai untuk melihat apakah informasi itu
diberikan kepada khalayak dan sejauh mana berita
tersebut diterima oleh khalayak. Kejadian yang
termasuk kedalam berita hard news adalah biasanya
peristiwa yang telah direncanakan.
b. Soft News
Kategori berita ini berkaitan dengan kisah
manusiawi (human interest). Kalau hard news
peristiwa itu yang sedang terjadi dan harus dilaporkan
pada saat itu juga, maka pada soft news tidak. Kategori
ini bisa disampaikan pada kapan saja. Hard news titik
kuatnya harus dilaporkan pada saat itu juga, sedangkan
soft newsbisa kapan saja yang penting peristiwa itu
memiliki kedekatan emosi dengan khalayak. Soft news
berkaitan dengan peristiwa yang menarik untuk
khalayak, sedangkan soft news ialah peristiwa yang
memiliki hubungan emosional dengan khalayak.
c. Spot News
Spot news adalah subklasifikasi dari berita yang
berkategori hard news. Peliputan dalam peristiwa ini
tidak bisa direncanakan. Peristiwa kebakaran,
61
pembunuhan, kecelakaan, gempa bumi adalah jenis
peristiwa yang tidak direncanakan.
d. Developing News
Developing news adalah subklasifikasi lain dari
hard news. Kategori ini masuk kedalam sebuah berita
yang tidak terduga. Dimensi lain dari kategori ini
adalah peristiwa yang diberitakan adalah rangkaian lain
dari berita yang akan dilanjutkan pada berita
selanjutnya atau bahkan keesokan harinya. Berita
dipertama diteruskan oleh berita-berita selanjutnya.
e. Continuing News
Continuing news adalah subklasifikasi dari
kategori hard news.Dalam kategori ini berita yang
disampaikan merupakan sebuah peristiwa yang bisa
direncakan.
D. Konseptualisasi Media Massa
Kita sangat membutuhkan sebuah media (komunikator)
untuk mendapatkan informasi.Informasi ini dapar membantu
kita sebagai manusia dalam lingkungan sosialnya memiliki
peranan yang penting dalam bertukar informasi.Media
(komunikator) disini ialah media massa yang mampu
melayani kebutuhan manusia untuk memiliki informasi.
Media terlebih dalam posisinya sebagai suatu institusi
informasi, dapat pula dipandang sebagai faktor yang paling
menentukan dalam proses-proses perubahan sosial-budaya
62
dan politik.80
Bahkan dalam beberapa pendapat tokoh
komunikasi, media massa dianggap sebagai pilar keempat
dalam demokrasi setelah eksekutif, yudikatif, dan legislatif.
Media massa adalah media komunikasi dan informasi
yang melakukan penyebaran informasi secara massal dan
dapat diakses oleh masyarakat secara massal pula. Informasi
massa adalah informasi yang diperuntukkan kepada
masyarakat secara massal, bukan informasi yang hanya boleh
dikonsumsi oleh pribadi.81
Alex Sobur mendefinisikan media
massa sebagai, “suatu alat untuk menyampaikan berita,
penilaian, atau gambaran umum tentang banyak hal, ia
mempunyai kemampuan untuk berperan sebagai institusi
yang dapat membentuk opini publik antara lain, karena
media juga dapat berkembang menjadi kelompok penekan
atas suatu ide atau gagasan, dan bahkan suatu kepentingan
atau citra yang ia representasikan untuk diletakkan dalam
konteks kehidupan yang lebih empiris”.82
Dari penjelasan di atas, kita dapat pahami bahwasanya
media massa bukan saja menyampaikan informasi yang
murni dari lapangan sesuai dengan fakta yang terjadi, namun
media massa juga mampu membentuk opini publik sesuai
dengan kepentingannya. Media massa di sini dijelaskan
bukan sebagai institusi yang memberikan fakta apa adanya.
80
Jumroni dan Suhaimi, Metode-Metode Penelitian Komunikasi,
(Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 85 81
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi Massa: Teori, Paradigma, dan
Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat”, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2006), h. 72 82
Jumroni dan Suhaimi, Metode-Metode Penelitian Komunikasi, h. 85
63
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Republika
Republika adalah koran nasional yang dilahirkan oleh
kalangan komunitas Muslim bagi publik di Indonesia.
Republika berdiri sejak 1992. Republika terbit perdana
pada 4 Januari 1993 oleh Yayasan Abdi Bangsa dan
didukung oleh Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia
(ICMI). Penerbitan tersebut merupakan puncak dari upaya
panjang kalangan umat, khususnya para wartawan
profesional muda yang telah menempuh berbagai langkah.
Kehadiran ICMI yang dapat menembus pembatasan ketat
pemerintah untuk izin penerbitan saat itu memungkinkan
upaya-upaya tersebut berbuah.
Setelah BJ Habibie tidak lagi menjadi presiden dan
seiring dengan surutnya kiprah politik ICMI selaku
pemegang saham mayoritas PT Abdi Bangsa, pada akhir
2000, mayoritas saham koran ini dimiliki oleh kelompok
Mahaka Media. PT Abdi Bangsa kemudian menjadi
perusahaan induk, dan Republika berada di bawah bendera
PT Republika Media Mandiri, salah satu anak perusahaan
PT Abdi Bangsa. Di bawah bendera Mahaka Media,
kelompok ini juga menerbitkan Majalah Golf Digest
Indonesia, Majalah Parents Indonesia, stasiun radio Jak
FM, Gen FM, Delta FM, FeMale Radio, Prambors, Jak tv,
64
dan Alif TV. Kini harian Republika diterbitkan oleh
PT. Republika Media Mandiri dan menjadi harian umum.
Meski berganti kepemilikan, Republika tidak
mengalami perubahan visi maupun misi. Namun ada
perbedaan gaya dibandingkan dengan sebelumnya.
Sentuhan bisnis dan independensi Republika menjadi lebih
kuat. Penerbitan Republika menjadi berkah bagi
masyarakat. Sebelum masa itu, aspirasi umat tidak
mendapat tempat dalam wacana nasional. Kehadiran media
ini bukan hanya memberi saluran bagi aspirasi tersebut,
namun juga menumbuhkan pluralisme informasi di
masyarakat. Karena itu kalangan umat antusias memberi
dukungan, antara lain dengan membeli saham sebanyak
satu lembar saham perorang. PT. Abdi Bangsa Tbk sebagai
penerbit Republika pun menjadi perusahaan yang menjadi
perusahaan publik.
Kelahiran Republika tidak dapat dipisahkan dari
kehadiran Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI).
Republika lahir sebagai perwujudan salah satu program
ICMI. Organisasi ICMI bukan sekedar perkumpulan
cendikiawan muslim tetapi juga sebagai perhimpunan
kekuatan politik Islam yang pada masa 70 dan 80-an
banyak dipinggirkan oleh rezim Golkar dan militer. Sejak
berdiri, motto “Bukan Sekedar Menjual Berita” digunakan
oleh Republika. Ideologi Republika adalah ideologi
pemiliknya, PT Abdi Bangsa, yaitu Kebangsaan,
Kerakyatan dan Keislaman. Republika banyak berupaya
65
menyajikan Islam sebagai agama yang dapat memberi
inspirasi terhadap kesadaran sosial selaras dengan aspirasi
kontemporer seperti keterbukaan, pluralisme, kecanggihan
dunia informasi.
Mengelola usaha penerbitan koran bukan perkara
sederhana. Selain syarat dengan modal dan sarat SDM,
bisnis inipun syarat teknologi. Keberhasilan Republika
menapaki usia 15 tahun merupakan sebuah upaya keras
manajemen dan seluruh awak pekerja di PT Abdi Bangsa
Tbk yang dilakukan oleh perusahaan yang menerbitkan
koran ini sejak 1993 untuk mengelola segala kerumitan itu.
Selain dituntut piawai berhitung, pengelola koran juga
harus jeli, cerdik, dan kreatif bersiasat untuk tetap bertahan
dan memenangkan persaingan. Sejak awal, Republika
memang dekat dengan "sesuatu yang baru". Tatkala lahir,
Republika menggebrak dengan tampilan "Desain Blok"
yang tak lazim. Republika pun mampu menyabet gelar
juara pertama Lomba Perwajahan Media Cetak 1993.
Tahun 1995, Republika membuka situs web di internet.
Republika menjadi yang pertama mengoperasikan Sistem
Cetak Jarak Jauh (SCJJ) pada tahun 1997. Pendekatan juga
dilakukan kepada komunitas pembaca lokal. Republika
menjadi salah satu koran pertama yang menerbitkan
halaman khusus daerah. Selalu dekat dengan publik
pembaca adalah komitmen Republika untuk maju.
Republika tercatat sebagai perusahaan penerbitan pers
66
(koran) pertama yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta
(Listed) tahun 2001.
Mulai tahun 2004, Republika dikelola oleh PT
Republika Media Mandiri (RMM). Sementara PT Abdi
Bangsa naik menjadi perusahaan induk (Holding
Company). Di bawah PT RMM, Republika terus
melakukan inovasi penyajian. Segala kreativitas dicurahkan
untuk sedapat mungkin membuat Republika dan meladeni
keinginan publik. Saat ini RMM berada di bawah bendera
Mahaka Media, kelompok ini juga menerbitkan majalah
Golf Digest, koran berbahasa mandarin Harian Indonesia,
majalah Parents, majalah a+, radio Jak FM, dan JakTV.
Mahaka Media juga melakukan kolaborasi dengan
kelompok radio Prambors, terutama radio Female dan
Delta. Perbedaan gaya bahasa sebelumnya menambah
ruang bisnis dan independensi Republika menjadi lebih
kuat. Karena itu secara bisnis koran ini terus berkembang
menjadi profesional dan matang sebagai koran nasional
untuk komunitas muslim.
Beberapa terobosan-terobosan yang dilakukan oleh
koran Republika dari segi isi yaitu kerjasama Republika
dengan The New York Times (AS) dan Berita Harian
(Malaysia). Kolaborasi Republika dengan dua koran asing
itu menunjukan inovasi koran ini terhadap gagasan-gagasan
di luar arus sebagai surat kabar komunitas muslim. Selain
itu dari sisi Lay Out Republika juga terus melakukan
perubahan-perubahan, yang hasilnya pada tahun 2009
67
memperoleh The Best Newspaper Front Pages Design Asia
Media Award dari Asosiasi Surat Kabar Dunia pada WAN-
IFRA ke 8.1
Di samping itu, Republika juga mempunyai portal
berita yang diberi nama Republika Online (ROL). ROL
hadir sejak 17 Agustus 1995. ROL adalah portal berita yang
menyajikan informasi melalui teks, audio dan video
berdasar teknologi hipermedia dan hiperteks. Selain
menyajikan informasi, ROL juga menjadi rumah bagi
komunitas. Kini ROL hadir dalam dua bahasa yakni versi
bahasa Inggris dan Indonesia.
ROL merupakan portal berita yang menyajikan
informasi secara teks, audio dan video, yang terbentuk
berdasakan teknologi hipermedia dan hiperteks. Dengan
kemajuan informasi dan perkembangan sosial media, ROL
kini hadir dengan berbagai fitur baru yang merupakan
percampuran komunikasi media digital. Informasi yang
disampaikan diperbarui secara berkelanjutan yang
terangkum dalam sejumlah kanal, menjadikannya sebuah
portal berita yang bisa dipercaya.2
B. Visi dan Misi Republika
a. Visi
Menjadikan harian umum Republika sebagai koran
umat yang terpercaya dan mengedepankan nilai-nilai
1https://id.wikipedia.org/wiki/Republika_(surat_kabar)#Referensi
diakses pada tanggal 15 maret 2020 2 http://www.republika.co.id/page/about diakses pada tanggal 15 maret
2020
68
universal yang sejuk, toleran, damai, cerdas, dan
profesional, namun mempunyai prinsip dalam
keterlibatannya menjaga persatuan bangsa dan
kepentingan umat Islam yang berdasarkan pemahaman
Rahmatan Lil Alamin yaitu Rahmat bagi semua makhluk
didunia.
b. Misi
1. Menciptakan dan menghidupkan sistem manajemen
yang efisien dan efektif, serta mampu
dipertanggungjawabkan secara profesional.
2. Menciptakan budaya kerja yang sehat dan
transparan.
3. Meningkatkan kinerja dengan menciptakan sistem
manajemen yang kondusif dan profesional.
4. Meningkatkan penjualan iklan dan koran, sementara
menekan biaya operasional (antara lain dengan
memiliki mesin cetak).
5. Memprioritaskan pengembangan pemasaran surat
kabar Republika di Jabodetabek, tanpa harus
mematikan di daerah yang sudah ada.
6. Merajut tali persaudaraan dengan organisasi-
organisasi Islam di Indonesia.
Republika menampilkan Islam sebagai satu kesatuan.
Bingkai Republika yang menonjolkan aspek agama karena
harian ini mengusung ideologi keislaman. Harian Republika
memilih bermain ”aman” dengan menghindari sesuatu yang
kontraproduktif. Karena ideologinya berencana merangkul
69
semua kelompok Islam, Republika tidak membeda-bedakan
Islam radikal-konservatif, moderat dan liberal.
C. Produk Republika Online
Ada beberapa prinsip dasar dalam Republika online.
Diantaranya prinsip Republika online yaitu mengutamakan
berita dan informasi keislaman dengan menyajikan berita
secara ringkas dan cepat, serta mudah diakses oleh
masyarakat. Secara umum Republika online (ROL) memiliki
beberapa produk, yaitu:
1. Portal internet multimedia yang menampilkan konten
dalam format teks, voice, visual dan mendistribusikan
konten secara online, mobile dan print.
2. Media interaktif komunitas muslim untuk membangun
partisipasi dan kesadaran umat terhadap pluralisme
informasi berkualitas.
3. Focus pada pengembangan konten berbasis keislaman.
4. Memberi ruang informasi sangat luas dan cepat.
5. Melayani segmen audiens dengan rentang usia 18-50
tahun.
70
D. Logo Republika Online3
E. REDAKSI & MANAJEMEN4
Pemimpin Redaksi: Irfan Junaidi
Wakil Pemimpin Redaksi: Nur Hasan Murtiaji
Redaktur Pelaksana ROL: Elba Damhuri
Wakil Redaktur Pelaksana ROL: Joko Sadewo
Asisten Redaktur Pelaksana ROL: Didi Purwadi,
Muhammad Subarkah, Budi Rahardjo
Tim Redaksi: Agung Sasongko,
Bayu Hermawan, Bilal Ramadhan, Esthi
Maharani,Hazliansyah, Ilham Tirta, Indira Rezkisari, Israr
Itah, Winda Destiana Putri, Yudha Manggala Putra, M.Amin
Madani, Sadly Rachman, Ririn Liechtiana, Fian
Firatmaja, Ani Nursalikah, Angga Indrawan, Dwi
3https://www.google.com/search?q=republika+online&client=firefox-b-
ab&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjz_4COqLvYAhUFTY8
KHf1HCEEQ_AUIDCgD&biw=1366&bih=698#imgrc=t4rPECKSmo_BhM:
diakses pada tanggal 15 maret 2020 4 http://www.republika.co.id/page/about diakses pada tanggal 15 maret
2020
71
Murdaningsih, Nidia Zuraya, Nur Aini, Teguh Firmansyah,
Andi Nur Aminah, Karta Raharja Ucu, Andri Saubani, Agus
Yulianto, Reiny Dwinanda
Tim Sosmed: Fanny Damayanti,
Asti Yulia Sundari, Dian Alfiah, Inarah
Tim IT dan Desain: Mohamad Afif,
Mufti Nurhadi, Abdul Gadir, Nandra Maulana Irawan,
Mardiah, Kurnia Fakhrini
Kepala Support dan GA: Slamet
Riyanto
Tim Support: Firmansyah
Sekred: Erna Indriyanti
Rolshop: Riky Romadon
PT Republika Media Mandiri
Direktur Utama Republika: Agoosh Yoosran
Wakil Direktur Utama: Mira Rahardjo
Djarot
Direktur Operasional: Arys Hilman
Nugraha
Direktur Marketing: Ronggo Sadono
GM Marketing dan Sales: Yulianingsih Yamin
72
F. Profil Pembaca ROL5
5 http://www.republika.co.id/page/about diakses pada tanggal 15 maret
2020
73
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Temuan Hasil Penelitian
Tiga tahun pemerintahan presiden Jokowi-JK menjadi
isu yang diangkat semua media online, cetak, atau elektronik
untuk diberitakan. Republika online menjadi salah satu
media yang mengangkat isu tersebut untuk diberitakan.
Dalam pemberitaannya Republika online menggunakan
banyak sudut pandang dalam memberitakan isu tiga tahun
pemerintahan Jokowi-JK, seperti mengangkat masalah
korupsi, HAM, politik, hukum dan lain sebagainya.
Republika online adalah salah satu media yang
memberitakan mengenai tiga tahun pemerintahan Jokowi-JK.
Alasan republika online mengangkat isu tersebut untuk
menyoroti kinerja pemerintahan Jokowi-JK selama tiga tahun
seperti yang diungkapkan oleh Bayu Hermawan selaku
narasumber: “Kalau ditiga tahun kemarin kita mencoba
menyoroti bagaimana kinerja pemerintah, karena kenapa kita
lebih menyoroti seperti itu, karena buat kita tiga tahun ini
adalah masa yang seharusnya sudah terlihat apa kinerjanya,
bagaimana kinerjanya”.1
Republika online tentunya memiliki prosedur dalam
memproduksi berita dan juga memiliki cara penulisan dan
1 Wawancara pribadi dengan Bayu Hermawan, Redaktur Republika Online,
Jakarta, 29 Agustus 2018.
74
sudut pandang tersendiri. Berikut akan dipaparkan
bagaimana pemberitaan tersebut ditulis oleh Republika
online sesuai cara pandang dan bingkai medianya.
Berdasarkan teks berita seputar tiga tahun
pemerintahan Jokowi-JK yang telah didapat, maka
selanjutnya peneliti melakukan analisis data berdasarkan
analisis framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki.
Yakni, memuat empat kerangka analisis yaitu sintaksis,
skrip, tematik, dan retoris. Analisis pemberitaan tiga tahun
Jokowi-JK ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan penelitian, maka peneliti harus terlebih dahulu
menjelaskan susunan berita yang akan dianalisis. Untuk itu
rangkaian berita yang akan menjadi bahan analisis tersebut
adalah seperti dijelaskan pada tabel berikut ini:
Rangkaian Berita Tiga Tahun Pemerintahan Jokowi-JK di
Republika Online
No Edisi Judul Berita Jam Penulis
1 Jumat,
20 oktober
2017
3 Tahun Jokowi-JK,
Gerindra Beri
Catatan Merah
Demokrasi
00:21
WIB
Fauziah
Mursid / Indira
Rezkisari
2 Jumat,
20 oktober
2017
Kritik Fahri
Hamzah di 3 Tahun
Jokowi-JK
00:57
WIB
Fauziah
Mursid / Indira
Rezkisari
3 Jumat, Reklamasi Jadi 05:30 Amri
75
20 oktober
2017
Rapor Merah
Pemerintahan
Jokowi-JK
WIB Amrullah /
Bayu
Hermawan
4 Jumat,
20 oktober
2017
Pemberantasan
Korupsi
Pemerintahan
Jokowi Belum
Memuaskan
11:16
WIB
Umar Mukhtar
/ Bilal
Ramadhan
Rangkaian berita diatas dipublikasikan kepada
khalayak yang ditempatkan pada rubrik nasional politik dan
nasional hukum.
B. Analisis Data
1. Analisis Berita 1
a. Judul : 3 Tahun Jokowi-JK, Gerindra Beri
Catatan Merah Demokrasi
b. Sumber : Republika.co.id
c. Tanggal berita : 20 Oktober 2017
d. Ringkasan : pernyataan ketua dewan pimpinan pusat
partai gerindra Ahmad Riza Patria yang memberikan
catatan merah tiga tahun pemerintahan Jokowi-JK
dalam aspek demokrasi.
Perangkat
Framing
Unit
Pengamatan Hasil Pengamatan
Struktur Sintaksis Judul
3 Tahun Jokowi-JK, Gerindra Beri
Catatan Merah Demokrasi
76
Struktur Sintaksis
Lead
Tepat 20 Oktober 2017 menandai
tiga tahun Pemerintahan Presiden
Joko Widodo-Jusuf Kalla. .Ketua
Dewan Pimpinan Pusat Partai
Gerindra Ahmad Riza Patria
memberi catatan merah tiga tahun
Pemerintahan Presiden Joko
Widodo-Jusuf Kalla dalam aspek
demokrasi.
Latar
Informasi
Pemerintah telah salah memahami
demokrasi dan justru melakukan
kemunduran.
Kutipan
Sumber
Ahmad Riza Patria:
"Kalau dari aspek demokrasi,
menurut kami luar biasa.
Menurut kami ini catatan merah
ya,"
"Pemerintah memaksakan
presidential threshold 20
persen, ini sangat melanggar,
melanggar hak demokrasi,
keadilan, melanggar hak yang
sama, melanggar konstitusi,"
"Ini bentuk represif, bentuk
tafsir tunggal, absolut pada
pemerintah semata. Bahkan
77
hanya dengan kementerian saja
dapat menafsirkan orang itu
Pancasila atau tidak, bahkan
bisa dihukum. Ini berlebihan.
Struktur Sintaksis
Kutipan
Sumber
"Nggak tau apa konsep revolusi
mental, implementasinya seperti
apa, bentuknya seperti apa.
Buktinya kriminal meningkat,
pidana meningkat, korupsi
meningkat, dan sebagainya,"
"Pemerintah harusnya
membangun kebersamaan,
persaudaraan, bukan mengambil
jarak, bukan dengan mudah
membeda-bedakan. Dengan
keluarnya presiden threshold
dan perppu itu sudah
membatasi, itu membangun
jarak namanya. Dua hal ini
berbahaya ya untuk berbangsa
dan bernegara apalagi ini
memasuki tahun politik,"
Pernyataan
Keseluruhan dari berita ini ditulis
berdasarkan dari pernyataan
Ahmad Riza Patria
78
Penutup
"Pemerintah harusnya membangun
kebersamaan, persaudaraan, bukan
mengambil jarak, bukan dengan
mudah membeda-bedakan. Dengan
keluarnya presiden threshold dan
perppu itu sudah membatasi, itu
membangun jarak namanya. Dua
hal ini berbahaya ya untuk
berbangsa dan bernegara apalagi
ini memasuki tahun politik,"
Struktur Skrip
Who Ketua Dewan Pimpinan Pusat
Partai Gerindra Ahmad Riza Patria
What
Ketua Dewan Pimpinan Pusat
Partai Gerindra Ahmad Riza Patria
memberi catatan merah tiga tahun
Pemerintahan Presiden Joko
Widodo-Jusuf Kalla dalam aspek
demokrasi.
Why
Sebab Menurutnya, dalam tiga
tahun pemerintahan Jokowi-JK
perkembangan demokrasi justru
mengalami kemunduran
Where Kompleks Parlemen Senayan
When Kamis, 19 oktober 2017
79
How
"Pemerintah harusnya membangun
kebersamaan, persaudaraan, bukan
mengambil jarak, bukan dengan
mudah membeda-bedakan. Dengan
keluarnya presiden threshold dan
perppu itu sudah membatasi, itu
membangun jarak namanya. Dua
hal ini berbahaya ya untuk
berbangsa dan bernegara apalagi
ini memasuki tahun politik,"
katanya.
Struktur Tematik
Paragraf,
proposisi,
kalimat,
hubungan antar
kalimat
Keseluruhan berita ini merupakan
pernyataan dan penjelasan dari
Ahmad Riza Patria tentang catatan
merah tiga tahun pemerintahan
Jokowi-JK dalam aspek demokrasi
Struktur Retoris
Kata, idiom,
gambar/foto,
grafik.
”Catatan merah”
Terdapat foto Ahmad Patria
Riza sebagai narasumber
berita.
e. Rincian Analisis:
1) Struktur Sintaksis
Dalam struktur sintaksis ada beberapa unit
yang diamati headline, lead, latar informasi,
kutipan sumber, pernyataan dan penutup.
80
Dimulai pada headline, pada judul teks berita
wartawan menulis “3 Tahun Jokowi-JK, Gerindra
Beri Catatan Merah Demokrasi”. Pada berita ini,
republika online memberikan pandangan partai
gerindra terhadap tiga tahun pemerintahan
Jokowi-JK.
Lead berita ini menampilakan kalimat yang
berkesinambungan dengan judul berita, yaitu
ketua dewan pimpinan pusat partai gerindra
Ahmad Riza Patria memberi catatan merah tiga
tahun pemerintahan presiden Joko Widodo-Jusuf
Kalla dalam aspek demokrasi.
Latar informasi dalam berita ini yaitu
“Pemerintah telah salah memahami demokrasi
dan justru melakukan kemunduran demokrasi”
kalimat tersebut menjelaskan bahwa pemerintah
telah salah memahami demokrasi yang
menyebabkan kemunduran demokrasi.
Berita ini mengutip lima pernyataan
narasumber yaitu Ahmad Riza Patria selaku
ketua dewan pimpinan pusat partai gerindra.
Pada kutipan yang ditampilkan republika online,
Ahmad Riza Patria menjelaskan apa saja yang
menyebabkan kemunduran demokrasi terjadi.
Pada paragraf penutup pada berita ini
mengambil pernyataan Ahmad Riza Patria yang
memberikan solusi terhadap pemerintah yang
81
seharusnya membangun kebersamaan,
persaudaraan, bukan mengambil jarak dan bukan
membeda-bedakan. Dalam berita ini, tidak
memberi sudut pandangnya sendiri, dan hanya
menampilkan pernyataan-pernyataan Ahmad
Riza Patria selaku narasumber utama dalam
berita ini.
2) Struktur Skrip
Pada berita ini, Republika Online
mengawali berita dengan unsur who (siapa), what
(apa), why (kenapa) yang disusun menjadi lead
berita. Cara penyususna Republika Online
mengisahkan penilaian dari partai gerindra
terhadap tiga tahun pemerintahan Jokowi-JK.
Sedangkan where when dan how terdapat
pada paragraf berikutnya, yang tiap paragraf
melihat kebijakan apa saja yang diambil oleh
pemerintah sehingga terjadinya kemunduran
perkembangan dalam aspek demokrasi.
Dari struktru berita yang diperlihatkan oleh
republika online adalah struktur berita piramida
terbalik. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh
Redaktur republika online Bayu Hermawan:
“kalau 5W+1H sebenarnya karena ini
online jadi bisa dikatakan tidak lengkap, tapi kita
82
tidakmau kaku namun yang pasti kita harus
sesuai kaidah piramida terbalik”2
Secara keseluruhan berita ini berdasarkan
dari pernyataan-pernyataan Ahmad riza patria.
Namun, meskipun demikian, dari struktur skrip
dapat kita lihat bahwa teks berita ini memiliki
kerangka yang lengkap dan jelas.
3) Struktur Tematik
Paragraf pertama dan kedua menegaskan
dari judul berita, yang menjelaskan dalam tiga
tahun pemerintahan Jokowi-JK mengalami
kemunduran perkembangan dalam aspek
demokrasi.
Paragraf ketiga memaparkan poin dalam
undang-undang pemilu yang mengatur ketentuan
ambang batas pencalonan presiden sebesar 20
persen yang menurut partai gerindra telah
melanggar konstitusi. Paragraf keempat
menampilakan kutipan dari Ahmad Riza Patria :
"Pemerintah memaksakan presidential
threshold 20 persen, ini sangat melanggar,
melanggar hak demokrasi, keadilan, melanggar
hak yang sama, melanggar konstitusi," ungkap
Riza.
2 Wawancara pribadi dengan Bayu Hermawan, Redaktur Republika Online,
Jakarta, 29 Agustus 2018.
83
Paragraf kelima mengadopsi penyataan
Ahmad Riza Patria yang menunjukan pemerintah
telah salah memahami demokrasi dan justru
melakukan kemunduran demokrasi.
Paragraf keenam menampilkan kebijakan
pemerintah yang menurut Ahmad Riza Patria
sebagai arogansi kekuasaan dan bentuk otoriter
penguasa dengan diterbitkannya peraturan
pemerintah pengganti undang-undang (PERPU)
nomer 2 tahun 2017. Paragraf ketujuh
menampilkan kutipan Ahmad Riza Patria:
"Ini bentuk represif, bentuk tafsir tunggal,
absolut pada pemerintah semata. Bahkan hanya
dengan kementerian saja dapat menafsirkan
orang itu Pancasila atau tidak, bahkan bisa
dihukum. Ini berlebihan," ungkapnya.
Paragraf kedelapan mengadopsi pernyataan
Ahmad Riza Patria yang menilai apa yang
dikampanyekan oleh Jokowi-JK banyak yang
tidak tercapai, salah satunya revolusi mental yang
tidak jelas konsepnya. Pargaraf kesembilan
menampilkan pernyataan Ahmad Riza Patria:
“Nggak tau apa konsep revolusi mental,
implementasinya seperti apa, bentuknya seperti
apa. Buktinya 83riminal meningkat, pidana
meningkat, korupsi meningkat, dan sebagainya,”
84
Paragraf terakhir dalam berita ini
menampilkan pernyataan yang berisi saran dari
Ahmad Riza Patria untuk pemerintahan Jokowi-
JK:
"Pemerintah harusnya membangun
kebersamaan, persaudaraan, bukan mengambil
jarak, bukan dengan mudah membeda-bedakan.
Dengan keluarnya presiden threshold dan
perppu itu sudah membatasi, itu membangun
jarak namanya. Dua hal ini berbahaya ya untuk
berbangsa dan bernegara apalagi ini memasuki
tahun politik,"
Dari struktur tematik, secara keseluruhan
berita ini tentang penilaian dan apa saja
kebijakan yang diambil oleh pemerintah sehingga
menyebabkan perkembangan aspek demokrasi
mengalami kemunduran.
4) Struktur Retoris
Unsur retoris dalam berita ini, republika
online menunjukan perangkat metafora yaitu
catatan merah. Catatan merah yang digunakan
merupakan ungkapan secara tidak langsung
untuk menggambarkan nilai buruk dalam aspek
demokrasi selama tiga tahun pemerintahan
Jokowi-JK. Dan didalam berita ini dimasukan
sebuah foto pada saat Ahmad Riza Patria sedang
meberikan pernyataan-pernyataan tersebut.
85
2. Analisis Berita 2
a. Judul : Pemberantasan Korupsi
Pemerintahan Jokowi Belum Memuaskan
b. Sumber : republika.co.id
c. Tanggal berita : 20 oktober 2017
d. Ringkasan : Pernyataan peneliti pusat kajian
antikorupsi Universitas Gadjah Mada (Pukat UGM)
Hifdzil Alim tentang pemberantasan korupsi yang
belum menunjukan capaian yang memuaskan selama
3 tahun pemerintahan Jokowi-JK.
Perangkat
Framing
Unit
Pengamatan Hasil Pengamatan
Struktur Sintaksis
Judul
Pemberantasan Korupsi
Pemerintahan Jokowi Belum
Memuaskan.
Lead
Peneliti Pusat Kajian Antikorupsi
Universitas Gadjah Mada (Pukat
UGM) Hifdzil Alim menuturkan
tiga tahun kepemimpinan Jokowi
Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK)
belum menunjukkan capaian yang
memuaskan terkait pemberantasan
korupsi. Sebab, ada gangguan
terhadap upaya pemberantasan
rasuah tersebut.
86
Struktur Sintaksis
Latar Informasi
Jokowi-JK kurang berhasil
mengawal dan memberikan
jaminan bagi pemberantasan
korupsi.
Kutipan Sumber
Hifdzil Alim:
"Saya menilai Jokowi-JK
kurang berhasil mengawal dan
memberikan jaminan bagi
pemberantasan korupsi,"
"Yang terbaru soal Pansus
Angket KPK itu,"
"Dokumen yang dalam
penyidikan tidak bisa dibuka
berdasarkan UU Keterbukaan
Informasi Publik setahu saya,"
"Kecuali rekaman itu
diperintahkan dibuka di muka
sidang oleh pengadilan. Kalau
DPR ngotot dengan angketnya,
maka berat rasanya,"
Pernyataan
Dalam berita ini secara
keseluruhan merupakan
pernyataan dari Peneliti Pusat
Kajian Antikorupsi Universitas
Gadjah Mada (Pukat UGM)
Hifdzil Alim.
87
Struktur Sintaksis
Penutup
Namun, Hifdzil menambahkan,
rekaman pemeriksaan tersebut
bisa dibuka di persidangan asal
ada perintah oleh pengadilan.
"Kecuali rekaman itu
diperintahkan dibuka di muka
sidang oleh pengadilan. Kalau
DPR ngotot dengan angketnya,
maka berat rasanya," ucap dia.
Struktur Skrip
Who
Peneliti Pusat Kajian Antikorupsi
Universitas Gadjah Mada (Pukat
UGM) Hifdzil Alim
What
Tiga tahun kepemimpinan Jokowi
Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK)
belum menunjukkan capaian yang
memuaskan terkait pemberantasan
korupsi.
Why
Sebab, ada gangguan terhadap
upaya pemberantasan rasuah
tersebut.
Where -
When Jumat, 20 oktober 2017
How -
88
Struktur Tematik
Paragraf,
Proposisi,
Kalimat,
hubungan antar
kalimat
Keseluruhan berita ditulis
berdasarkan pernyataan Hifdzil
Alim selaku narasumber utama
Struktur Retoris
Kata, idiom,
gambar/foto,
grafik
“kurang berhasil” dan
“pelemahan”
Terdapat foto ilustrasi dari
penyidik komisi pemberantasan
korupsi (KPK).
e. Rincian analisis
1) Struktur Sintaksis
Pada headline/judul berita ini memberikan
pandangan bahwa selama tiga tahun
pemerintahan Jokowi-JK pemberantasan korupsi
belum memuaskan.
Lead berita ini menampilkan kalimat yang
berkesinambungan dengan judul berita, yaitu
pernyataan dari peneliti pusat kajian antikorupsi
universitas gadjah mada (pukat ugm) hifdzil
alim.
Latar informasi dalam berita ini yaitu
“Jokowi-JK kurang berhasil mengawal dan
memberikan jaminan bagi pemberantasan
korupsi” kalimat tersebut menjelaskan bahwa
89
dalam pemberantasan korupsi belum memuaskan
dikarenakan beberapa faktor.
Pada berita ini republika online
memberikan empat kutipan narasumber, yaitu
peneliti pusat kajian antikorupsi universitas
gadjah mada (pukat UGM) Hifdzil Alim. Kutipan
sumber tersebut menjabarkan apa saja yang
menyebabkan pemberantasan korupsi dalam tiga
tahun pemerintahan Jokowi-JK belum
memuaskan.
Paragraf penutup dari berita ini yaitu
kutipan narasumber yang memaparkan dokumen
yang dalam penyidikan tidak dapat dibuka
berdasarkan undang-undang keterbukaan
informasi publik. Namun hasil rekaman
penyidikan tersebut dapat dibuka asalkan ada
perintah dari persidangan.
2) Struktur Skrip
Pada berita ini, semua unsur telah
dipaparkan. Pernyataan Hifdzil Alim,
berkesinambungan antara unsur what dan why.
Yang menguraikan penyebab dari kurang
memuaskannya pemberantasan korupsi selama
tiga tahun pemerintahan Jokowi-JK.
3) Struktur Tematik
Paragraf pertama menegaskan dari judul
berita, yang menjelaskan dalam tiga tahun
90
pemerintahan Jokowi-JK pemberantasan korupsi
belum menunjukan capaian yang memuaskan.
Paragraf kedua menampilkan kutipan dari
narasumber: "Saya menilai Jokowi-JK kurang
berhasil mengawal dan memberikan jaminan bagi
pemberantasan korupsi,"
Paragraf ketiga, masih mengadopsi dari
pernyataan narasumber yang menganggap bahwa
adanya upaya pelemahan KPK dalam
pemberantasan korupsi. Contohnya adalah
peristiwa penyiraman air keras ke penyidik Novel
Baswedan yang sampai kini kasusnya belum
dituntaskan kepolisian.
Paragraf keempat Hifdzil Alim yang
memaparkan tentang hak angket DPR yang
semestinya digunakan untuk memeriksa kebijakan
yang ditenggarai merugikan kepentingan umum
dan peraturan perundang-undangan.
Paragraf kelima berita ini menampilkan
pernyataan narasumber "Dokumen yang dalam
penyidikan tidak bisa dibuka berdasarkan UU
Keterbukaan Informasi Publik setahu saya,".
Paragraf keenam dalam berita ini masih
berkaitan dengan paragraf kelima yang
mengadopsi pernyataan dari narasumber yang
memaparkan bahwa rekaman pemeriksaan
91
tersebut bisa dibuka di persidangan asal ada
perintah oleh pengadilan.
4) Struktur Retoris
Unsur retoris pada berita ini,
republika.co.id menunjukan perangkat leksikon
untuk menonjolkan berita yakni berupa kata-kata
untuk menekan pesan berita yang hendak
disampaikan, yaitu kurang berhasil dan
pelemahan. Kata kurang berhasil dapat diartikan
gagal. Kata ini terdapat dalam kalimat "Saya
menilai Jokowi-JK kurang berhasil mengawal
dan memberikan jaminan bagi pemberantasan
korupsi,".
Kata pelemahan terdapat pada kalimat
“lanjut Hifdzil, dengan adanya upaya pelemahan
terhadap KPK lewat beberapa hal”. Kata
pelemahan dapat diartikan pengenduran ataupun
berusaha menjatuhkan.
Dalam berita ini disisipkan sebuah foto
yang mengilustrasikan penyidik dari komisi
pemberantasan korupsi (KPK).
92
3. Analisis Berita 3
a. Judul : Reklamasi Jadi Rapor Merah
Pemerintahaan Jokowi-JK
b. Sumber : Republika.co.id
c. Tanggal Berita : 20 oktober 2017
d. Ringkasan : Penilaian komisi nasional hak
asasi manusia (Komnas Ham) terhadap tiga tahun
pemerintahaan Jokowi-JK.
Perangkat
Framing
Unit
Pengamatan Hasil Pengamatan
Struktur Sintaksis
Judul Reklamasi Jadi Rapor Merah
Pemerintahan Jokowi-JK
Lead
Komisi Nasional Hak Asasi
Manusia (Komnas HAM) menilai,
salah satu rapor merah dalam tiga
tahun pemerintahan Joko Widodo
(Jokowi) dan Jusuf Kalla (JK)
adalah soal reklamasi teluk Jakarta
Latar
Informasi
Komisioner Komnas HAM Sandra
Moniaga mengatakan, reklamasi
menjadi rapor merah karena proyek
ini dibuat tanpa izin analisa dampak
lingkungan (AMDAL) yang benar,
sehingga merugikan hak hidup
nelayan.
93
Struktur Sintaksis
Kutipan
Sumber
Sandra Moniaga:
"AMDAL yang benar harusnya
juga mencakup analisa dampak
sosial. Ini yang harus dilakukan
dengan benar, transparan dan
partisipatif,"
"Paling penting adalah
bagaimana nasib para nelayan
yang hidup di pesisir. Jadi tanpa
itu reklamasi tidak bisa
dilakukan,"
"Apakah sesuai dengan kondisi
nelayan saat ini yang haknya
hilang akibat reklamasi,"
"Bisa dilakukan secara parsial,
sehingga masyarakat juga bisa
tingga di kampung deret atau
rumah susun yang sudah ada,"
Pernyataan
Keseluruhan dari berita ini ditulis
berdasarkan dari pernyataan
komisioner komnas HAM, Sandra
Moniaga.
Penutup
Sandra menambahkan, belajar dari
Surabaya, Jogja dan banyak kota
lain yang penataan bisa dilakukan
tanpa melanggar HAM.
94
Struktur Skrip
Who Komisioner komnas HAM,Sandra
Moniaga.
What
Komisi Nasional Hak Asasi
Manusia (Komnas HAM) menilai,
salah satu rapor merah dalam tiga
tahun pemerintahan Joko Widodo
(Jokowi) dan Jusuf Kalla (JK)
adalah soal reklamasi teluk Jakarta.
Why
Komisioner Komnas HAM Sandra
Moniaga mengatakan, reklamasi
menjadi rapor merah karena proyek
ini dibuat tanpa izin analisa dampak
lingkungan (AMDAL) yang benar,
sehingga merugikan hak hidup
nelayan.
Where
When Kamis, 19 oktober 2017
How
"Bisa dilakukan secara parsial,
sehingga masyarakat juga bisa
tingga di kampung deret atau
rumah susun yang sudah ada,"
katanya. Sandra menambahkan,
belajar dari Surabaya, Jogja dan
banyak kota lain yang penataan
bisa dilakukan tanpa melanggar
HAM.
95
Struktur Tematik
Paragraf,
proposisi,
kalimat,
hubungan
antar kalimat
Keseluruhan berita ini merupakan
pernyataan dan penjelasan dari
Sandra Moniaga, yang menilai
salah satu rapor merah 3 tahun
pemerintahan Jokowi-JK adalah
reklamasi
Struktur Retoris
Kata, idiom,
gambar/foto,
grafik.
“Rapor Merah”
Terdapat foto pulau hasil reklamasi
diteluk Jakarta.
e. Rincian Analisis:
1) Struktur Sintaksis
Pada headline berita republika.co.id, berita
ini memberikan pandangan terhadap tiga tahun
pemerintahan Jokowi-JK bahwa reklamasi
menjadi rapor merah.
Lead berita ini menampilkan kalimat yang
berkesinambungan dan mempertegas judul berita,
yaitu penilaian dari komisi nasional hak asasi
manusia (Komnas HAM), yang menilai salah
satu rapor merah dalam tiga tahun pemerintahan
Jokowi-JK adalah soal reklamasi teluk jakarta.
Latar informasi dalam berita ini yaitu
“Komisioner Komnas HAM Sandra Moniaga
mengatakan, reklamasi menjadi rapor merah
karena proyek ini dibuat tanpa izin analisa
dampak lingkungan (AMDAL) yang benar,
96
sehingga merugikan hak hidup nelayan”.
Kalimat tersebut menjelaskan bahwa reklamasi
menjadi rapor merah dikarenakan perizinan yang
tidak benar, transparan dan partisipatif.
Pada berita ini republika.co.id memberikan
empat kutipan narasumber, yaitu Sandra Moniaga
:
"AMDAL yang benar harusnya juga
mencakup analisa dampak sosial. Ini yang harus
dilakukan dengan benar, transparan dan
partisipatif," ujar Sandra usai diskusi publik
'Evaluasi tiga tahun kinerja HAM Jokowi-JK',
Kamis (19/10).
"Paling penting adalah bagaimana nasib
para nelayan yang hidup di pesisir. Jadi tanpa
itu reklamasi tidak bisa dilakukan," katanya.
"Apakah sesuai dengan kondisi nelayan
saat ini yang haknya hilang akibat reklamasi,"
jelasnya.
"Bisa dilakukan secara parsial, sehingga
masyarakat juga bisa tingga di kampung deret
atau rumah susun yang sudah ada," katanya.
Kutipan sumber tersebut menampilakan
semua penjelasan faktor-faktor apa saja yang
menjadi penyebab reklamasi menjadi rapor
merah pada tiga tahun pemerintahan Jokowi-JK.
97
Paragraf penutup dari berita ini yaitu
kutipan narasumber yang menyarankan
pemerintahan Jokowi-JK untuk belajar dari
beberapa kota yang penataannya bisa dilakukan
tanpa melanggar HAM.
2) Struktur Skrip
Pada berita ini, unsur who dan what
menjadi lead berita. Unsur why menjelaskan
faktor penyebab reklamasi menjadi salah satu
rapor merah dalam tiga tahun pemerintahan
Jokowi-JK. Sedangkan unsur how menjelaskan
langah-langkah apa saja yang seharusnya diambil
pemerintah sebelum menjalankan proyek
reklamasi tanpa melanggar HAM.
Secara keseluruhan dalam berita ini
menampilkan pernyataan-pernyataan dari
narasumber.
3) Struktur Tematik
Paragraf pertama dari berita ini
menegaskan dari judul berita, yang menjelaskan
bahwa reklamasi menjadi salah satu rapor merah
dalam tiga tahun pemerintahan Jokowi-JK dan
faktor penyebabya adalah proyek tersebut dibuat
tanpa adanya izin analisa dampak lingkungan
(AMDAL) yang benar.
98
Paragraf kedua dalam berita ini
menampilkan kutipan pernyataan dari
narasumber, Sandra Moniaga:
"AMDAL yang benar harusnya juga
mencakup analisa dampak sosial. Ini yang harus
dilakukan dengan benar, transparan dan
partisipatif," ujar Sandra usai diskusi publik
'Evaluasi tiga tahun kinerja HAM Jokowi-JK',
Kamis (19/10).
pernyataan tersebut mempertegas bahwa
AMDAL sangat penting dilakukan sebelum
memulai proyek reklamasi.
Dalam paragraf ketiga masih
berkesinambungan dengan paragraf kedua
dengan menampilkan bahwa dalam Undang-
Undang nomer 32 Tahun 2009 tentang
Lingkungan Hidup yang mengatur dengan jelas
AMDAL.
Pada paragraf keempat dalam berita ini
memaparkan bahwa AMDAL harus dilakukan
menyeluruh dan tidak bisa hanya per satu pulau.
Selain itu, walaupun pemerintah menjamin
kehidupan nelayan lebih baik dan
mempersiapkan permukiman dipulau reklamasi
untuk para nelayan yang terdampak dari adanya
reklamasi.Paragraf kelima menampilkan kutipan
narasumber, sandra Moniaga : "Apakah sesuai
99
dengan kondisi nelayan saat ini yang haknya
hilang akibat reklamasi," jelasnya.
Kutipan narasumber pada paragraf kelima
berkesinambungan dengan paragraf sebelumnya
dan didalam paragraf kelima ini narasumber
mempertanyakan apakah jaminan kehidupan
lebih baik dan permukiman untuk para nelayan
yang terdampak adanya reklamasi sesuai dengan
apa yang diinginkan para nelayan yang
terdampak reklamasi.
Paragraf keenam dan paragraf ketujuh
mengadopsi dari pernyataan Sandra Moniaga
yang berpendapat bahwa moratorium perlu
dipertahankan sampai AMDAL dilakukan
dengan benar dan partisipatif diseluruh proyek
pulau reklamasi.
Selain itu, Sandra berpendapat bahwa dari
sisi penggusuran, harus dilihat dari perspektif
HAM dan berpihak pada kelompok miskin.
Sandra pun memberi contoh pada saat AHOK
menjabat Gubernur terjadinya penggusuran
besar-besaran yang mengakibatkan banyak warga
tidak siap mencari hunian baru sementara.
Paragraf kedelapan menyajikan kembali
kutipan pernyataan dari Sandra Moniaga : "Bisa
dilakukan secara parsial, sehingga masyarakat
100
juga bisa tingga di kampung deret atau rumah
susun yang sudah ada," katanya.
paragraf kesembilan kembali mengadopsi
dari pernyataan Sandra Moniaga yang
menyarankan agar belajar dari beberapa kota
besar lain yang melakukan penataan kotanya
tanpa melakukan pelanggaran HAM.
Dari seluruh paragraf yang ditampilkan
dalam berita ini memiliki keterkaitan dan
berkesinambungan anatar paragraf. Dari
keseluruhan tematik, republika.co.id dalam berita
ini sangat bergantung pada narasumber yang
memaparkan mengapa reklamasi menjadi rapor
merah tiga tahun pemerintahan Jokowi-JK dan
memaparkan faktor apa yang menjadi
penyebabnya.
4) Struktur Retoris
Unsur retoris pada berita ini,
republika.co.id menunjukan perangkat metafora
yaitu kata rapor merah. Kata rapor merah
diartikan adanya catatan-catatan atau nilai-nilai
yang buruk.
Kata rapor merah dalam berita ini
digunakan untuk mempertegas dan menonjolkan
pesan yang ingin disampaikan oleh
republika.co.id.
101
Dalam berita ini menampilkan foto pulau
hasil reklamasi diteluk jakarta, foto yang
ditampilkan merupakan data pelengkap, seperti
yang diungkapkan oleh Bayu Hermawan selaku
narasumber:
“Lebih baik kita membuat berita yang
isinya memang inti, padat dan data pelengkapnya
dimasukan kedalam grafis. Untuk foto kita
usahakan yang terbaru, karena foto yang terbaru
orang akan semakin percaya dengan berita
tersebut”.3
4. Analisis Berita 4.
a. Judul : Kritik Fahri Hamzah di 3 Tahun
Jokowi-JK
b. Sumber : Republika.co.id
c. Tanggal berita : 20 Oktober 2017
d. Ringkasan : wakil ketua DPR Fahri Hamzah
yang mengevaluasi kinerja 3 tahun pemerintahan
Jokowi-JK.
Perangkat
Framing
Unit
Pengamatan Hasil Pengamatan
Struktur sintaksis Judul
Kritik Fahri Hamzah di 3 Tahun
Jokowi-JK
3 Wawancara pribadi dengan Bayu Hermawan, Redaktur Republika Online,
Jakarta, 29 Agustus 2018.
102
Struktur Sintaksis
Lead
Wakil ketua DPR Fahri Hamzah
mengevaluasi tiga tahun
pemerintahan Joko Widodo-Jusuf
Kalla yang dinilainya masih
kurang dalam hal soliditas.
Latar
Informasi
Jokowi gagal menjadi pemersatu
(solidary maker) didalam
kabinetnya.
Kutipan
Sumber
Fahri Hamzah:
“Soliditas pengelolaan kabinet
itu memudar. Soliditas
pengelolaan pemerintah secara
umum itu memudar”.
“Dugaan saya Pak Jokowi
gagal sebagai solidarity maker.
Pak Jokowi kurang pegang
orang-orangnya. Dan tidak ada
yang membantu Jokowi
memegang kabinet. Kalau kita
lihat pertengkaran-
pertengkaran ini kan nyata.
Sampai terakhir untuk itu
nyata orang seharusnya ini
diperkuat grip-nya”.
“Sebab survei mengatakan ada
kekecewaan publik ada
103
Struktur Sintaksis
perasaan tidak jelas masa
depannya pada tingkat
kesejahteraan dan daya beli
yang menurun, ini hati-hati
sebab ekonomi sangat
berbahaya sekali, sebab dia
memicu sektor-sektor lain”.
Pernyataan
Keseluruhan dari berita ini
ditulisberdasarkan dari pernyataan
Wakil Ketua DPR, Fahri Hamzah.
Penutup
Karenanya, di waktu dua tahun
tersisanya, Jokowi diharapkan
mampu merealisasikan apa yang
belum di sisa waktunya tersebut.
"Sebab survei mengatakan ada
kekecewaan publik ada perasaan
tidak jelas masa depannya pada
tingkat kesejahteraan dan daya
beli yang menurun, ini hati hati
sebab ekonomi sangat berbahaya
sekali, sebab dia memicu sektor-
sektor lain," ungkapnya.
What
Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah
mengevaluasi kinerja tiga tahun
pemerintahan Joko Widodo-Jusuf
Kalla.
104
Struktur Skrip
Struktur Skrip
Who Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah.
Why
Fahri Hamzah menilai tiga tahun
pemerintahan Joko Widodo-Jusuf
Kalla masih kurang dalam hal
soliditas.
Where Komplek Parlemen, Senayan,
Jakarta.
When
How
Karenanya, di dua tahun
tersisanya, Jokowi diharapkan
mampu merealisasikan apa yang
belum disisa waktunya tersebut.
Struktur Tematik
Paragraf,
proposisi,
kalimat,
hubungan
antar kalimat
Keseluruhan berita ini merupakan
pernyataan dan penjelasan dari
Wakil Ketua DPR, Fahri Hamzah.
Struktur Retoris
Kata, idiom,
gambar/foto,
grafik.
“Soliditas”, “gagal”.
Pada berita ini ditampilkan foto
Fahri Hamzah saat di wawancara.
e. Rincian analisis:
1) Struktur sintaksis
Pada headline berita Republika online ini,
memberikan pandangan Fahri Hamzah yang
mengkritik tiga tahun pemerintahan Jokowi-JK.
105
Lead berita ini menampilkan kalimat yang
berkesinambungan dengan judul berita, yaitu
wakil ketua DPR Fahri Hamzah mengevaluasi
pemerintahan Joko Widodo – Jusuf Kalla yang
dinilainya masih kurang dalam hal soliditas.
Latar informasi dalam berita ini yaitu
“Dugaan saya Pak Jokowi gagal sebagai
solidarity maker, Pak Jokowi kurang pegang
orang-orangnya”. Kalimat tersebut menjelaskan
bahwa dalam kabinetnya Jokowi gagal menjadi
pemersatu.
Pada berita ini Republika online
memberikan tiga kutipan narasumber, yaitu Fahri
Hamzah :
“soliditas pengelolaan kabinet itu
memudar. Soliditas pengelolaan secara umum itu
memudar”, ungkap Fahri dikomplek parlemen,
senayan, jakarta pada kamis (19/10).
"Dugaan saya Pak Jokowi gagal sebagai
solidarity maker. Pak Jokowi kurang pegang
orang-orangnya. Dan tidak ada yang membantu
Jokowi memegang kabinet. Kalau kita lihat
pertengkaran-pertengkaran ini kan nyata.
Sampai terakhir untuk itu nyata orang
seharusnya ini diperkuat grip-nya," kata Fahri
"Dugaan saya Pak Jokowi gagal sebagai
solidarity maker. Pak Jokowi kurang pegang
106
orang-orangnya. Dan tidak ada yang membantu
Jokowi memegang kabinet. Kalau kita lihat
pertengkaran-pertengkaran ini kan nyata.
Sampai terakhir untuk itu nyata orang
seharusnya ini diperkuat grip-nya," kata Fahri.
Kutipan sumber tersebut menjabarkan
mengapa Fahri Hamzah mengkritik tiga tahun
pemerintahan Joko Widodo – Jusuf Kalla yang
dinilainya masih kurang dalam hal soliditas.
Paragraf penutup dari berita ini yaitu
kutipan narasumber yang memaparkan hasil
survei mengatakan ada kekecewaan publik ada
perasaan tidak jelas masa depannya pada tingkat
kesejahteraan dan daya beli yang menurun. Dan
menurut narasumber pemerintah harus hati-hati
terhadap ekonomi karena bisa memicu sektor-
sektor lain.
2) Struktur skrip
Pada berita ini, Republika online
mengawali berita dengan unsur who, what,dan
why yang tersaji dalam lead berita. Unsur who
adalah narasumber berita yaitu, Fahri Hamzah.
Unsur what adalah Wakil Ketua DPR, Fahri
Hamzah yang mengevaluasi kinerja tiga tahun
pemerintahan Joko Widodo –Jusuf Kalla yang
dinilai masih kurang dalam hal soliditas. Unsur
why menjelaskan mengapa narasumber
107
mengkritik dalam hal soliditas, yang dikarenakan
Pak Jokowi gagal menjadi solidarity maker
(pemersatu) dalam kabinetnya.
Sedangkan unsur how adalah bagaimana
hal itu terjadi, yang menurut narasumber karena
janji-janji kampanye Pak Jokowi tidak terlalu
diinternalisasi dalam kabinetnya, yang
seharusnya itu menjadi pemersatu kerja.
Secara keseluruhan dalam berita ini
menampilkan pernyataan-pernyataan dari
narasumber. Selain itu gaya bahasa yang
digunakan dalam berita yang disajikan tidak
vulgar, seperti yang diungkapkan Bayu
Hermawan selaku Redaktur republika online:
”kalau gaya bahasa kita disini (republika) punya
gaya bahasa sendiri,bisa dilihat dan dibandingkan
dengan media lain. Karena kita disini mempunyai
latar belakang Islam. Jadi kita menggunakan
gaya bahasa yang santun, kita tidak mau
menggunakan gaya bahasa yang vulgar”4
3) Struktur tematik
Paragraf pertama dari berita ini
menjelaskan dari judul berita, yang menjelaskan
kritikan Fahri Hamzah terhadap tiga tahun
pemerintahan Joko Widodo – Jusuf Kalla yang
4 Wawancara pribadi dengan Bayu Hermawan, Redaktur Republika Online,
Jakarta, 29 Agustus 2018.
108
dinilai masih kurang dalam hal soliditas. Paragraf
kedua menampilkan kutipan narasumber:
"Soliditas pengelolaan kabinet itu
memudar. Soliditas pengelolaan pemerintah
secara umum itu memudar," kutipan tersebut
menjadi penjelas dari paragraf pertama.
Paragraf ketiga dalam berita ini
mengadopsi dari pernyataan narasumber yang
menduga penyebab dari kurangnya soliditas
tersebut dikarenakan janji-janji kampanye yang
tidak terlalu diinternalisasi kabinet Jokowi-JK,
yang seharusnya bisa menjadi dasar pemersatu
kerja. Dan karena hal itu pula yang membuat
semangat kerja dan kekompakan dalam kabinet
memudar.
Paragraf keempat menampilkan kutipan
narasumber yang menganggap Jokowi gagal
menjadi pemersatu (Solidarity maker) dalam
kabinetnya. "Dugaan saya Pak Jokowi gagal
sebagai solidarity maker. Pak Jokowi kurang
pegang orang-orangnya. Dan tidak ada yang
membantu Jokowi memegang kabinet. Kalau kita
lihat pertengkaran-pertengkaran ini kan nyata.
Sampai terakhir untuk itu nyata orang
seharusnya ini diperkuat grip-nya,".
Dari kutipan tersebut, narasumber
beranggapan gagal menjadi pemersatu dalam
109
kabinetnya, yang mengakibatkan terjadinya
pertengkaran-pertengkaran dalam kabinetnya.
Dan pada paragraf terakhir dari berita ini
diawali dengan mengadopsi pernyataan
narasumber yang menyarankan di dua tahun sisa
pemerintahannya Jokowi diharapkan mampu
merealisasikan apa yang belum disisa waktunya
tersebut.
"Sebab survei mengatakan ada
kekecewaan publik ada perasaan tidak jelas
masa depannya pada tingkat kesejahteraan dan
daya beli yang menurun, ini hati hati sebab
ekonomi sangat berbahaya sekali, sebab dia
memicu sektor-sektor lain,"
Dari kutipan sumber tersebut narasumber
menyajikan hasil survei publik yang merasa
kecewa dan adaya perasaan tidak jelas akan masa
depan kesejahteraan dan daya beli yang menurun.
Selain itu narasumber mengingatkan bahwa
sektor ekonomi dapat berimbas pada sektor-
sektor lain.
Dari keseluruhan paragraf yang disajikan
dalam berita ini menyajikan pernyataan-
pernyataan dari narasumber yang kemudian
diadopsi oleh wartawan.
110
4) Struktur Retoris
Unsur retoris pada berita ini, republika
online perangkat leksikon untuk menonjolkan
berita yang digunakan untuk menekankan pesan
berita yang hendak ditampilkan, yaitu soliditas,
soliditas diartikan kukuh, kata tersebut banyak
terdapat dalam paragraf.
Dalam berita ini juga terdapat kata “gagal”
yang berari kurang berhasil atau tidak tercapai.
Kata tersebut terdapat pada kutipan sumber
dalam paragraf keempat pada kalimat
"Dugaan saya Pak Jokowi gagal sebagai
solidarity maker. Pak Jokowi kurang pegang
orang-orangnya. Dan tidak ada yang membantu
Jokowi memegang kabinet. Kalau kita lihat
pertengkaran-pertengkaran ini kan nyata.
Sampai terakhir untuk itu nyata orang
seharusnya ini diperkuat grip-nya," yang berarti
Jokowi kurang berhasil menjadi sosok pemersatu
dalam kabinetnya.
Dalam berita ini disisipkan pula foto Fahri
Hamzah sebagai narasumber pada saat
diwawancara dikomplek parlemen, senayan,
jakarta pada kamis (19/10).
111
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang
dilakukan peneliti mengenai analisis framing berita „tiga
tahun pemerintahan Jokowi-JK‟ dengan menggunakan
analisis framing Zhongdang Pan dan Gerald M.Kosicki
maka dapat disimpulkan beberapa hasil analisis peneliti:
Dari berita yang telah dianalisis dapat dilihat
bagimana republika memilih isu yang berkaitan dengan
“tiga tahun pemerintahaan Jokowi-JK”. Republika online
lebih menyoroti isu-isu tersebut berdasarkan janji-janji
politik, dan kebijakan-kebijakan yang telah dilakukan
oleh pemerintah selama tiga tahun.
Adapun hasil analisis dari keempat berita tersebut
ialah:
1. Struktur sintaksis, berita „tiga tahun
pemerintahan Jokowi-JK‟ tersusun dalam bentuk
tetap dan teratur sehingga membentuk piramida
terbalik mulai dengan judul headline, lead, latar
dan penutup. Dalam penyusunan dan penekanan
fakta didalam berita didukung oleh kutipan
narasumber. Pemilihan narasumber dalam berita
memiliki kriteria dan harus memiliki kredibilitas
yang sesuai dengan isu yang diangkat.
112
2. Struktur skrip, pemberitaan yang dilakukan oleh
republika.co.id memiliki bentuk umum yang
memiliki pola 5W + 1H, hal tersebut tentu saja
menunjukan kelengkapan dalam penyajian berita
tersebut.
3. Struktur tematik, dari keseluruhan berita yang
dianalisis, republika.co.id mengemas dan
menampilkan tema yang sama, tentang
pemberitaan „tiga tahun pemerintahan Jokowi-
JK‟.
4. Struktur retoris, konstruksi yang diberikan oleh
wartawan republika.co.id juga menunjukan
kecendrungan bahwa apa yang disampaikan
sesuai dengan fakta dilapangan.
B. Saran
Mengingat keterbatasan penelitian, ada beberapa
saran yang dapat diberikan sebagaimana mestinya dalam
menanggapi dan mencerna konstruksi berita dalam berita
online, antara lain sebagai berikut:
1. Jurnalis Media
Peneliti mengharapkan kepada para
jurnalis agar lebih netral dalam menghasilkan
karya jurnalistik. Karena sikap independen sangat
diperlukan bagi seorang jurnalis. Jurnalis harus
mengutamakan akurasi data dan realitas yang
terjadi. Hal tersebut juga terdapat dalam hadist
113
yang menjadi dasar komunikasi, yakni hadist
yang diriwayatkan oleh Abi Dawud dal al-
Turmuziy yang berbunyi:
الله عنه قال : قال رسول الله ه عن عبد الله بن مسعود رض صلى الله عل
هدي إلى هدي إلى البر ، وإن البر دق دق ، فإن الص كم بالص وسلم : عل
كتب عند الله دق حتى ى الص تحر صدق و جل زال الر ة ، وما الجن
ا قا ، وإ هدي إلى الفجور ، وإن الفجور صد كم والكذب ، فإن الكذب
كتب عند ى الكذب حتى تحر كذب و جل زال الر ار ، وما هدي إلى الن
ابا الله كذ
Artinya:
Dari ‘Abdullâh bin Mas’ûd Radhiyallahu
anhuma, ia berkata: “Rasûlullâh Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Hendaklah kalian
selalu berlaku jujur, karena kejujuran
membawa kepada kebaikan, dan kebaikan
mengantarkan seseorang ke Surga. Dan
apabila seorang selalu berlaku jujur dan tetap
memilih jujur, maka akan dicatat di sisi Allâh
sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah oleh
kalian berbuat dusta, karena dusta membawa
seseorang kepada kejahatan, dan kejahatan
mengantarkan seseorang ke Neraka. Dan jika
seseorang senantiasa berdusta dan memilih
kedustaan maka akan dicatat di sisi Allâh
sebagai pendusta (pembohong).1
1 https://almanhaj.or.id/12601-berkata-benar-jujur-dan-jangan-
dusta-bohong-2.html diakses pada tanggal 18 mei 2020, pukul 16:20
WIB
114
2. Penelitian selanjutnya
Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan
peneliti dapat mengembangkan penelitian yang
lebih mendalam dan terperinci. Karena peneliti
merasa penelitian ini masih memiliki banyak
kekurangan.
115
DAFTAR PUSTAKA
Bungin, Burhan. Konstruksi Sosial Media Massa: Kekuatan
Pengaruh Media Massa, Iklan Televisi dan Keputusan
Konsumen Serta Kritik Terhadap Peter L. Breger &
Tomas Luckmann (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2011).
Bungin, Burhan. Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan
Ilmu Sosial Lainnya (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2007).
Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT.
Raja Grafindo, 2004).
Bungin, Burhan. Sosiologi Komunikasi Massa: Teori, Paradigma,
dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat”,
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006).
Bungin, Burhan. Konstruksi Sosial Media Massa, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2008).
Dosi, Eduardus. Media Massa Dalam Jaringan Kekuasaan.
(NTT: Ledalero, 2012).
Eriyanto. Analisis Framing “Konstruksi, Ideologi dan Politik
Media”. (Yogyakarta: LkiS, 2002).
Eriyanto. Analisis Framing “Konstruksi, Ideologi dan Politik
Media”. (Yogyakarta: LkiS, 2012).
Hamad, Ibnu. dkk. Kabar-kabar Kebencian, (Jakarta: Institute
Studi Arus Informasi PT. sembrani Aksara Nusantara,
2001).
116
Jumroni dan suhaimi, Metode-Metode Penelitian Komunikasi,
(Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006).
Kriyantono, Rachmat. “Teknik Praktik: Riset Komunikasi”,
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010).
Kriyantono, Rachmat. “Teknik Praktis Riset Komunikasi,
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group 2006).
Lexy J. Moloeng, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2006).
Nurudin, “Jurnalisme Masa Kini”, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009).
Rivers, L. William. Jensen, W Jay & Peterson, Theodore, Media
Massa dan Masyarakat Modern, (Jakarta: Kencana,
2008).
Suhaemi dan Ruli, Nasrullah, Bahasa Jurnalistik, (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Jakarta: 2009).
Sobur, Alex. Analisis Teks Media: Suatu pengantar untuk
Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing
(Bandung: PT Remaja Rosadakarya, 2006).
Sr. Maria Assumpta Rumanti OSF. “Dasar-dasar Public
Realation: Teori dan Praktik”, (Jakarta: Grasindo 2002).
Tom E. Rolnicki. dkk, “Pengantar Dasar Jurnalistik”.
Zulkarnaen, Nasution. Sosiologi Komunikasi Massa, (Jakarta:
Pusat Penerbitan Universitas Terbuka Departemen
Pendidikan Nasional, 2004).
117
Kutipan dari internet:
https://id.wikipedia.org/wiki/Republika_(surat_kabar)#Referensi
diakses pada tanggal 15 maret 2020
http://www.republika.co.id/page/about diakses pada tanggal 15 maret
2019
https://www.google.com/search?q=republika+online&client=firefox-
b-ab&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjz_4COqLvYAhUFTY
8KHf1HCEEQ_AUIDCgD&biw=1366&bih=698#imgrc=t4rPECKSmo_BhM:
diakses pada tanggal 15 maret 2019
http://www.republika.co.id/page/about diakses pada tanggal 15 maret
2019
https://quran.kemenag.go.id/sura/49 diakses pada tanggal 18 mei
2020, pukul 16:20 WIB
https://almanhaj.or.id/12601-berkata-benar-jujur-dan-jangan-
dusta-bohong-2.html diakses pada tanggal 18 mei 2020, pukul 16:20
WIB
Hasil Wawancara Redaktur Republika Online
Nama Narasumber : Bayu Hermawan
Tanggal : Rabu, 29 Agustus 2018
Tempat : Gedung Republika, Jl. Warung Buncit
Raya No. 37.
Jak-Sel
1. Bagaimana cara menentukan sebuah berita layak atau
tidak untuk diterbitkan?
Kalau kita di republika, yang pertama seberapa besar
berita itu bermanfaat bagi publik atau masyarakat. Karena
kita sadar juga sebagai media massa mempunyai fungsi
untuk mengedukasi masyarakat. Yang kedua adalah
bagaimana efek dari berita itu, kita mempertimbangkan
efek dari berita itu. Karena kita tidak mau berita yang kita
buat menimbulkan efek yang negatif di masyarakat. Kita
tidak mau menggambil berita yang heboh dan mungkin
menarik tapi menjadi efek yang tidak bagus dan tidak
mendidik.
2. Bagaimana Republika online memilih bahasa yang
digunakan dalam menulis berita?
Dalam memilih bahasa (diksi) kita selalu mencari bahasa
(diksi) yang tidak bias, kita menyajikan berita itu apa
adanya, kita tidak mau berita itu bias, tidak berita itu
multitafsir. Jadi ketika orang membaca berita kita, apa
yang ingin kita sampaikan sesuai dan tidak multitafsir.
Dan sebisa mungkin memilih diksi yang bagus, tidak
multitafsir dan sesuai kaidah bahasa indonesia. Karena
media menjadi salah satu penjaga bahasa indonesia.
3. Seberapa penting kelengkapan unsur 5W+1H dalam
suatu berita diRepublika online?
Kalau 5W+1H sebenarnya karena ini online jadi bisa
dikatakan tidak lengkap 5W+1H nya, tapi kita tidak mau
kaku namun yang pasti kita harus sesuai kaidah piramida
terbalik. Memang betul dalam satu berita full terdapat
5W+1H itu tidak ada, tapi kita siasati dengan berita
running. Misalkan berita pertama itu unsur what, dan
mungkin penjelasan berita how itu ada diberita
selanjutnya.
4. Apa saja yang dipertimbangkan sebuah berita layak
dijadikan sebagai headline?
Kalau untuk pertimbangannya yang pasti berita itu baru,
aktual, dan berita itu penting untuk diketahui masyarakat.
Jadi pemilihanheadline itu tidak asal, berita ini sedang
dicari masyarakat dan penting dijadikan headline.
5. Dalam sebuah headline, terdapat grafik atau foto yang
dicantumkan. Bagaimana cara melakukan penilaian
pencantuman hal tersebut layak atau tidak pada
headline?
Untuk grafis itu sebenarnya pelegkap, karena sekarang
media massa, mulai bergeser tidak hanya text (online),
tapi orang lebih tertarik membaca berita yang engkap,
bukan hanya tulisannya saja yang lengkap, kadang kalau
kita menyajikan satu data yang terlalu lengkap dan
panjang sekali, orang akan malas membacanya. Apalagi
kita sebenarnya tidak terlalu suka berita yang halamanya
dipenggal, buat kita itu terlalu repot. Lebih baik kita
membuat berita yang isinya memamng inti, padat dan data
pelengkapnya dimasukan kedalam grafis. Untuk foto kita
usahakan yang terbaru, karena foto yang terbaru orang
akan semakin percaya dengan berita tersebut.
6. Apakah terdapat kriteria tertentu yang di
pertimbangkan dalam menentukan narasumber?
Pertimbangan narasumber itu penting, karena itu yang
salah satu yang kita jaga, karena ini menyangkut
kredibilitas suatu berita. Kita tidak mau mengambil
pengamat yang kriterianya sebagai pengamat yang semua
hal bisa dikomentarin. Kita selalu mencari narasumber
yang kredibilitas, misalkan kita mengambil berita tentang
hukum tata negara, dan kita mencari narasumber yang
hanya mengerti hukum tata negara yang kompeten. Kita
punya kriteria narasumber, yang pertama narasumber
yang kelasnya A, itu narasumber yang terlibat langsung
dalam peristiwa itu. Selanjutnya berita running
selanjutnya pengamat.
7. Bagaimana menentukan narasumber yang memiliki
kredebilitas terhadap isu yang dibahas?
Kita ingin naraumber itu benar-benar menguasai suatu isu
yang ingin kita sajikan, karena kita tidak ingin asal-asalan.
Misalkan presiden membuat kebijakan A, trus tiba-tiba
kita pake komentar pengamat atau DPR, itu bisa gaduh.
Tapi kita meminta komentar dari lingkungan istana yang
menjadi latar belakang kenapa presiden mengeluarkan
kebijakan tersebut.
8. Bagaimana menentukan narasumber yang bersifat
netral?
Dalam suatu peristiwa atau berita, ada orang-orang yang
memang posisi mereka netral, kita tidak bisa mencari
kebijakan kontra dari suatu kebijakan pemerintah,
dilingkungan pendukung pemerintah, itu tidak mungkin,
itu pasti akan pro. Dan kita tidak bisa mencari kubu-kubu
yang pro diluar pendukung pemerintah. Banyak tokoh-
tokoh yang bersifat netral, tingal kita minta saja pendapat-
pendapanya. Dari situ kita bisa lihat komentarnya lebih
condong ke pro atau kontra atau nertal. Dan kita ambil
pendapat yang berada ditengah atau netral, itu bisa dilihat
dari hasil wawancaranya.
9. Apakah terdapat perbedaan dalam memilih
narasumber pada berita politik dan non politik?
Pasti ada perbedaan narasumber politik dan non politik.
Misalkan Yang pertama dari segi hukum, yang berita-
berita bersifat hukum dan kita tidak mau mengambil
narasumber yang bukan orang hukum kita minta
komentarin berita hukum. Dan politik pun begitu, karena
semua orang bisa bicara politik, tapi tidak semua yang
bisa bicara politik kita minta komentarin. Misalnya politik
ini ada hubungannya dengan kebijakan ekonomi, dan kita
juga minta komentarnya dari orang yang mengerti
ekonomi, tidak asal politik karena hasilnya tidak
mendalam.
10. Kebijakan redaksi seperti apa yang diterapkan dalam
memproduksi berita khususnya dalam berita politik?
Kebijakan redaksi, karena kita khususnya dalam berita
politik berada ditengah. Walaupun ada orang yang diluar
sana berbicara bahwa republika lebih condong kekubu A,
tapi itu tidak benar karena kita tetap berada ditengah. Kita
memberikan ruang yang sama, khususnya dalam berita
politik, karena kita tidak mau membuat kegaduhan. Jadi
kita tetap memproduksi dengan narasumber dari dua
kubu, misalkan kita sudah wawancara pendukung
pemerintah dan kita tetap meminta perbandingannya dari
luar pendukung pemerintah.
11. Apakah pemilik media ikut berkontribusi terhadap
kebijakan redaksi?
Tidak pernah, Untuk pemilik media untuk sampai saat ini
selama saya disisni tidak pernah ikut dalam kebijakan
redaksi. Walaupun disini pemilik medianya seorang
pengusaha, tapi tidak pernah ada pelarangan untuk berita-
berita. Tapi hanya sering mengingatkan netralitas kita
kalau posisi kita netral. Terkadang teman-teman reporter
ketika membuat berita terlalu semangat dan kritisnya
terlalu tajam itu hanya diingatkan kalaukita itu netral
12. Apakah ada ideology tertentu yang menjadi acuan
dari wartawan ketika menyusun fakta menjadi sebuah
berita?
Kalau ideologi dari reporter kita tidak bisa mengatur,
karena itu sifatnya subjektif. Kalau kita republika (umum)
sendiri ideologinya pancasila, objekitf saja. Tapi untuk
orang-orang direpublika itu tergantung subjektif masing-
masing saja.
13. Pada bulan oktober 2017 kemarin sedang hangat
berita mengenai tiga tahun pemerintahan Jokowi-JK.
Menurut republika berita apa saja yang menarik dari
hal tersebut?
Kalau di tiga tahun kemarin kita mencoba menyoroti
bagaimana kinerja pemerintah, karena kenapa kita lebih
menyoroti seperti itu, karena buat kita tiga tahun ini
adalah masa yang seharusnya sudah terlihat apa
kinerjanya, bagaimana kinerja pemerintah. Kita tidak bisa
memberikan penilaian ke pemerintah ketika pemerintah
itu baru berjalan selama seratus hari itu tidak bisa. Tapi
tiga tahun adalah masa tengah dari lima tahun kekuasaan
dan tiga tahun ini adalah masa tengah. Harusnya ketika
pemerintah itu membangun pondasi dari awal, tiga tahun
ini mulai terlihat kedepanya (endingnya) itu seperti apa
nanti. Itu yang kita soroti, tapi tetap melihat kebijakan
pemerintah secara sportif berada ditengah, yang bagus
kita bilang bagus, yang buruk tetap kita bilang buruk. Ini
untuk masukan ke pemerintah, karena kritik itu tidak
selalu benci, kritik itu untuk masukan biar yang kurang
diperbaiki.
14. Bagaimana republika menyoroti/menyikapi tentang
isu tiga tahun pemerintahan Jokowi-JK?
Kalau saya dipolitik, saya lebih menyoroti kebijakan-
kebijakan yang dikeluarkan pemerintah. Apakah
kebijakan itu tepat, apakah sesuai peraturan yang ada,
apakah tidak melanggar norma yang ada, terus bagaimana
konsolidasi politik pemerintah, apakah selama ini sudah
menjalin konsolidasi dengan kubu-kubu lain. Atau hanya
sibuk melakukan pencitraan diri untuk lima tahun
berikutnya. Saya memberitakan seperti itu, namun tetap
posisinya di tengah (netral).
15. Menurut republika, bagaimana kinerja pemerintahan
Jokowi-JK selama tiga tahun ini?
Kita melihat dalam tiga tahun ini sudah banyak yang
dilakukan pemerintah, namun masih juga banyak yang
belum dilakukan pemerintah. Kita melakukan penilaian
terhadap pemerintahan dasarnya janji-janji politik yang
kita catat. Apakah sudah mulai merealisasikan janji itu
atau cuman sekedar janji.
16. Bagaimana Republika online mengemas isu tersebut?
Kita mengemas berita-berita politik biar menarik tapi
tidak bias dan tidak menimbulkan kegaduhan.
17. Apakah ada ketentuan khusus ketika menentukan
narasumber dalam pemberitaan 3 tahun
pemerintahan Jokowi-JK?
Ketika kita memberikan penilaian kepada pemerintah,
narasumber pertamanya ialah kementrian-kementrian
terkait. Ketika membahas ekonomi kita mengambil
narasumber menko ekonomi. Kemudian kita meminta
komentar dar orang-orang istana yang mengerti kinerja
presiden itu bagaimana. Baru kita mengambil narasumber
yang benar-benar sesuai (kredibilitas).
18. Bagaimana Republika online memilih kata dalam
menyusun fakta dalam berita ini?
Kita selalu menyajikan berita itu apa adanya, dengan kata
yang “lebay”. Kita memilih kata diksi yang bagus tidak
multitafsir dan yang utama adalah sesuai kaidah bahasa
indonesia. Karena dari pemilihan diksi itu akan terlihat
kebijakan redaksi itu seperti apa. Kita menyajikan apa
adanya.
19. Bagaimana ROL menggunakan gaya bahasa dalam
menekankan pentingnya berita tersebut?
Kalau gaya bahasa kita disini (republika) punya gaya
bahasa sendiri, bisa dilihat dan dibandingkan dengan
media lain. Karena kita disini mempunyai latar belakang
Islam, jadi kita menggunakan gaya bahasa yang santun,
kita tidak mau menggunakan gaya bahasa yang vulgar.
20. Apa kriterianya dalam memilih wartawan yang akan
turun kelapangan meliput isu 3 tahun pemerintahan
Jokowi-JK?
Untuk kriteria untuk meliput itu tidak ada, karena semua
reporter itu kita turunin aja, yang politik kita suruh ambil
kebijakan-kebijakan politik, yang hukum minta komentar
dari segi hukum. Karena semua wartawan itu dia pencari
segala macam nanti saringannya ada disaya (redaktur).
Kita tinggal lihat, misalkan dia terlalu tendensius dalam
memilih berita, melebar kemana-mana atau tidak fokus.
Berita-berita seperti itu kita sortir, kita saring. Dan kita
tidak pernah memberikan batasan terhadap reporter.
21. Apa ada penekanan tertentu sehingga Republika
online mengarahkan pembaca terhadap suatu
kesimpulan terkait isu 3 tahun pemerintahan Jokowi-
JK?
Tidak pernah kita mengarahkan terhadap tertentu, kita
menyajikan fakta apa adanya, melalui bahasa yang tidak
bias. Bagaimana penilaian pembaca bisa menilai sendiri.
Untuk berita politik kita tiddak mau mengarahkan
pembaca, biar pembaca itu sendiri yang membentuk opini
sendiri. Karena yang kita tangkap, pembaca itu lebih
cerdas. Apabila kita mengarhkan opini kita dan itu akan
menjadi efek yang tidak baik untuk kita (ROL). Lebih
baik kita menyajikan apa adanya dan terserah kepada
pembaca mengambil kesimpulan seperti apa.
22. Apa yang Republika online wacanakan atau harapkan
dengan memberitakan 3 tahun pemerintahan Jokowi-
JK?
Yang kita harapkan di tiga tahun ini waktunya
pembuktian kinerja, yang kita harapkan memberikan
masukan kepada pemerintah tentang bagaimana selama
ini kinerja mereka. Tujuannya tentu di sisa tahun
berikutnya ini sesuai dengan apa yang mereka janjikan
dan masyarakat tidak kecewa dengan janji-janji politik
pemerintah. Dan tiga tahun pemerintahan kita kritisi dan
berikan apresiasi kalau ada yang bagus.