Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15

download Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15

of 38

Transcript of Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15

  • 7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15

    1/38

    Analisis Fisika Semen Portland Tipe V Berdasarkan SNI 15-2049-2004

    A. Tinjauan Literatur

    1. Sejarah dan Pengertian Semen

    a) Sejarah Semen

    Pada awalnya semen dikenal di Mesir pada tahun 500 SM pada

    pembuatan piramida yaitu sebagai pengisi ruang kosong di antara celah-celah

    tumpukan batu. Semen yang dibuat oleh bangsa mesir merupakan kalsinasi

    gypsum yang tidak murni, kalsinasi batu kapur mulai digunakan zaman

    Romawi. Kemudian bangsa Yunani membuat semen dengan cara mengambil

    tanah vulkanik (vulcanic tuff) yang berasal dari pulau santorius yang

    kemudian dikenal dengan santoris cement. Bangsa romawi menggunakan

    semen yang diambil dari material vulkanik yang ada dipegunungan Vesuvius

    di lembah Napples yang kemudian dikenal dengan nama Pozzulona cement

    yang diambil dari sebuah nama kota di Italia yaitu Pozzulona. (Tri Wibowo S.

    Purnomo, Ir. MEng: 2001)

    Penemuan bangsa Yunani dan Romawi ini mengalami perkembangan

    lebih lanjut mengenai komposisi bahan dan cara pencampurannya sehingga

    diperoleh mortar yang lebih baik. Pada abad pertengahan, kualitas mortar

    mengalami penurunan yang disebabkan oleh pembakaran limestone kurang

    sempurna dengan tidak adanya tanah vulkanik.

    Tahun 1756 Jhon Smeaton seorang sarjana Inggris berhasil melakukan

    penyelidikan terhadap batu kapur dengan pengujian ketahanan air. Dari hasil

    percobaannya dapat disimpulkan bahwa batu kapur lunak yang tidak murni

    dan mengandung tanah liat merupakan bahan pembuat semen hidrolis yang

    baik. Batu kapur yang dimaksud tersebut adalah kapur hidrolis (hydraulic

    lime). Kemudian oleh vicat ditemukan bahwa sifat hidrolis akan bertambah

    baik jika ditambahkan juga silica atau tanah liat yang mengandung alumina

    dan silica. Akhirnya vicat membuat kapur hidrolis dengan cara pencampuran

    tanah liat (clay) dengan batu kapur (limestone) pada perbandingan tertentu

    kemudian campuran itu dibakar (dikenal denganArtifical lime twice kilned).

    Big Bryan (Inggris, 1780), James Parker (1797) yang meneliti RomanCement yang berasal dari batu kapur dan batu silica LJ Vicat (Perancis, 1824),

  • 7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15

    2/38

    serta David O. Saylor (Amerika Serikat, 1850). Joseph Aspdin memperoleh

    hak paten dengan penemuannya mengenai sejenis semen yang didapatkan dari

    kalsinasi campuran batu kapur dengan tanah liat dan menggiling hasilnya

    menjadi bubuk halus yang kemudian dikenal dengan nama PortlandCement

    . (Julian Bagus Hariawan: 2000)

    Dua puluh tahun setelah hak paten dari Joseph Aspdin, barulah semen

    mulai diproduksi dengan kualitas yang dapat diandalkan (Tahun 1850, empat

    buah pabrik semen tanur tegak berdiri di Inggris). Selain itu tercatat nama

    seorang ilmuwan I.C Johnson yang berjasa meletakkan dasar-dasar proses

    kimia pada pembuatan semen.

    b) Pengertian Semen

    Semen berasal dari bahasa latin caementum yang berarti bahan

    perekat yang mampu mempersatukan atau mengikat bahan padat menjadi satu

    kesatuan yang kokoh dan mempunyai fungsi sebagai bahan perekat antara dua

    atau lebih bahan sehingga menjadi satu bagian yang kompak. Semen

    merupakan senyawa atau zat pengikat hidrolis yang terdiri dari senyawa C-S-H

    (Kalsium Silikat Hidrat) yang apabila bereaksi dengan air akan dapat mengikat

    bahan bahan padat lainnya, membentuk satu kesatuan massa yang kompak,

    padat dan keras. (Julian Bagus Hariawan: 2000)

    Menurut Parke, I N. semen adalah bahan perekat yang dapat merekat

    beberapa benda padat lainnya menjadi satu kesatuan yang utuh dan keras.

    Secara khusus semen merupakan bahan bagunan yang digunakan untuk

    keperluan bangunan misalnya untuk merekat batuan, bata merah dan pasir

    menjadi beton.

    Semen Portland adalah bahan konstruksi yang paling banyak digunakan

    dalam pekerjaan beton. Menurut ASTM C-150 (1985) semen Portland

    didefinisikan sebagai bahan hidrolik yang dihasilkan dengan menggiling

    klinker yang terdiri dari kalsium silikat hidrolik yang umumnya mengandung

    satu atau lebih bentuk kalsium sulfat sebagai bahan tambahan yang digiling

    bersama-sama dengan bahan utamanya.

    Semen merupakan bahan ikat yang penting dan banyak digunakan

    dalam pembangunan fisik di sektor konstruksi sipil. Jika ditambah air, semen

    akan menjadi pasta semen. Jika ditambah agregat halus, pasta semen akan

    menjadi mortar yang jika digabungkan dengan agregat kasar akan menjadi

  • 7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15

    3/38

    campuran beton segar yang setelah mengeras akan menjadi beton keras

    (concrete) (Mulyono: 2003).

    Menurut Nawy, (1990) Pada bahan pembentuk semen terdiri dari empat unsur

    penting, yaitu :

    1) Trikalsium silikat (C3S).

    2) Dikalsium silikat (C2S).

    3) Trikalsium aluminat (C3A).

    4) Tetrakalsium aluminoferit (C4AF).

    Menurut Nawy (1985) secara ringkas proses pembuatan semen Portland dapat

    dijelaskan sebagai berikut :

    1) Bahan baku yang berasal dari tambang (quarry) berupa campuran CaO,

    SiO2, dan Al2O3 digiling (blended) bersama-sama beberapa bahan

    tambah lainnya, baik dalam proses basah maupun dalam proses kering.

    2) Hasil campuran tersebut di tuangkan ke ujung atas ciln yang diletakkan

    agak miring.

    3) Selama ciln berputar dan dipanaskan, bahan tersebut mengalir dengan

    lambat dari ujung atas ke bawah.

    4) Temperatur dalam ciln dinaikkan secara perlahan hingga mencapai

    temperatur klinker (clincer temperature) dimana difusi awal terjadi.

    Temperatur ini dipertahankan sampai campuran membentuk butiran

    semen Portland pada suhu 1400C (2700F). Butiran yang dihasilkan

    disebut sebagai klinkerdan memiliki diameter antara 1.550 mm.

    5) Klinker tersebut kemudian didinginkan dalam clinker storage dan

    selanjutnya dihancurkan menjadi butiran-butiran yang halus.

    6) Bahan tambahan yakni sedikit gypsum (sekitar 1-5%) ditambahkan

    untuk mengontrol waktu ikat semen, yakni waktu pengerasan semen

    dilapangan.

    7) Hasil yang diperoleh kemudian disimpan pada sebuah semen silo untuk

    penggunaan yang kecil, yakni kebutuhan masyarakat. Pengolahan

    selanjutnya adalah pengepakan dalam packingplant. Untuk kebutuhan

    pekerjaan besar, pendistribusian semen dapat dilakukan menggunakan

    capsuletruck.(Aswin Budhi Saputro: 2008)

    2. Sifat- Sifat Semen

    Beberapa sifat semen yang utama adalah sebagai berikut:

  • 7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15

    4/38

    a) Sifat Hidrasi Semen

    Hidrasi semen adalah reaksi yang tejadi antara komponen-

    komponen atau senyawa-senyawa semen dengan air menghasilkan

    senyawa hidrat. Reaksi semen tersebut akan menghasilkan pans yang

    akhirnya akan mempengaruhi kualitas (mutu) beton.

    b) Pengikatan Semu (False Set)

    Pengikatan semu seme adalah kecepatan kekuatan semen. Sifat ini

    perlu diketahuiagar kita tahu berapa lama semen itu kaku agar dalam waktu

    pengerjaan semen itu cepat kaku (mengeras).

    c) Pengikatan dan Pengerasan (Setting Time dan Hardening)

    Mekanisme terjadinya setting dan hardening yaitu ketika terjadi

    pencampuran dengan air, maka akan terjadi air dengan C3A membentuk

    3CaO.Al2O3. 3H2O yang bersifat kaku dan berbentuk gel. Maka untuk

    mengatur pengikatan perlu ditambahkan gypsum dan bereaksi dengan

    3CaO.Al2O3. 3H2O, membentuk lapisan etteringete yang akan membungkus

    permukaan senyawa tersebut. Namun karena ada peristiwa osmosis lapisan

    etteringeteakan pecah dan reaksi hidarsi C3A akan terjadi lagi, namun akan

    segera terbentuk lapisan etteringete kembali yang akan membungkus

    3CaO.Al2O3. 3H2O kembali sampai gypsum habis. Proses ini akhirnya

    menghasilkan perpanjangan setting time. Peristiwa diatas mengakibatkan

    reaksi hidarsi tertahan, periode ini disebut Dormant Periode yang terjadi

    selama 1-2 jam, dan selama itu pasta masih dalam keadaan plastis dan

    mudah dibentuk, periode ini berakhir dengan pecahnya coating dan reaksi

    hidrasi terjadi kembali dan initial set mulai terjadi. Selama periode ini

    beberapa jam, reaksi dari 3CaO.SiO2 terjadi dan menghasilkan CSH

    (3CaO.SiO2) semen dan akan mengisi rongga dan membentuk titik-titik

    kontak yang menghasilkan kekakuan. Pada tahap berikutnya terjadi

    pengikatan konsentrasi CSHyang akan menghalangi mobilitas partikel

    partikel semen yang akhirnya pasta menjadi kaku dan final setting tercapai,

    lalu proses pengerasan mulai terjadi. (Julian Bagus Hariawan: 2000)

    Pada pencampuran adonan semen dengan air akan menimbulkan

    terjadinya gejala kekakuan semen yang biasa dinyatakan dengan waktu

    pengikatan (setting time) yaitu mulai terjadinya adonan sampai semen mulai

    kaku.

  • 7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15

    5/38

    Ada dua jenis setting time yaitu:

    1) Initial Setting Time (waktu pengikatan awal) yaitu waktu

    pengikatan mulai adonan terjadi sampai mulai terjadi kekakuan

    tertentu dimana adonan sudah mulai tidak workable.

    2) Final Setting Time (waktu pengikatan akhir) yaitu waktu mulai

    adonan terjadi sampai kekakuan penuh.

    Hardening yaitu semen mulai mengeras dan memberikan kekuatan.

    Jadi setting dan hardening merupakan suatu rangkaian proses sejak terjadinya

    adonan semen sampai semen tersebut mengeras dan memberikan kekuatan.

    d) Kekuatan Tekan

    Kekuatan Tekan adalah sifat kemampuan menahan atau memikul

    suatu beban tekan. Kekuatan tekan yang di ukur adalah kekuatan tekan pasta,

    mortar dan beton terhadap beban yang dberikan. Kuat tekan dipengaruhi oleh

    komposisi mineral utama. C2S memberikan kontribusi yang besar pada

    perkembangan kuat tekan awal, sedangkan C2S memberikan kekuatan semen

    pada umur yang lebih lama. C3A mempengaruhi kuat tekan sampai pada

    umur 28 hari dan selanjutnya pada umur berikutnya pengaruh ini semakin

    kecil.

    Mortar adalah campuran antara semen, air dan pasir pada

    perbandingan tertentu. Pasta adalah campuran antara semen dan air pada

    perbandingan tertentu. Beton adalah campuran semen, air, pasir dan agregat

    atau kerikil pada perbandingan tertentu, kadang ditambah dengan additive.

    Faktor yang mempengaruhi Kekuatan Tekan yaitu:

    1) Kualitas Semen

    Meliputi kehalusan dan komposisi semen. Makin halus

    partikel-partikel semen akan menghasilkan kekuatan tekan makin

    tinggi.

    2) Kualitas Selain Semen

    Meliputi kualitas agregat, kekuatan tekan agregat dan

    pasta, kekerasan permukaan, konsentrasi, ukuran agregat, water

    cement ratio, volume udara, cara pengerjaan seperti pengadukan,

    compacting, juga pengeringan dan umur beton.

    e) Penyusutan (Skrinkage)

  • 7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15

    6/38

    Merupakan penyusutan volume beton karena adanya penguapan air

    yang ada dalam adonan semen tersebut. Semen yang baik adalah jika

    memiliki penyusutan sekecil mungkin. Penyusutan dipengaruhi oleh:

    1) Komposisi Semen

    2) Jumlah pencampuran air

    3) Concerate mix

    4) Curing condition (suhu, aliran dingin, bumsendity)

    f) Panas Hidrasi

    Reaksi hidrasi komponen semen dengan air adalah eksotermis dan

    panas yang dilepaskan persatuan berat disebut dengan panas hidrasi. Panas

    hidrasi yaitu panas yang dihasilkan selama semen mengalami reaksi hidarsi.

    Reaksi hidrasi atau reaksi hidrolisis sendiri adalah reaksi yang terjadi ketika

    mineral-mineral yang terkandung didalam temperatur, jumlah air yang

    digunakan dan bahan-bahan lain yang ditambahkan. Hasil reaksi hidrasi,

    tobermorite gel merupakan jumlah yang terbesar, sekitar 50% Dari jumlah

    senyawa yang dihasilkan. Reaksi tersebut dapat dikemukakan secara

    sederhana, sebagai berikut :

    2(CaO.SiO2) + 4H2O 3CaO.2SiO2.3H2O + Ca(OH)2

    2(3CaO.SiO2) + 6H2O 3CaO.2SiO2.3H2O + 3Ca(OH)2

    (Tobermorite)

    3CaO.Al2 O3 + 6H2O 3CaO.Al2 O3.6H2O

    (Kalsium aluminat hidrat)

    3CaO.Al2 O3 + 6H2O + 3CaSO4.2H2O 3CaO.Al2 O3.3CaSO4

    32H2O ( Trikalsium sulfoaluminat)

    4CaO. Al2O3 .Fe2 O3 + XH2O 3CaO. Al2O3 6H2O + 3CaO. Fe2 O3 6H2O

    (Kalsium Aluminoferrite hidrat)

    Untuk semen yang lebih banyak mengandung C3S dan C3A akan

    bersifat mempunyai panas hidrasi yang lebih tinggi.

    (Julian Bagus Hariawan: 2000)

    g) Ketahanan (Durabbility)

    Yaitu ketahanan beton terhadap pengaruh yang merusak oleh kondisi

    sekitarnya sehingga tidak menimbulkan penurunan kekuatan tekan.

  • 7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15

    7/38

    Kerusakan beton biasanya dipengaruhi oleh asam, pengaruh sulfat dan

    adrasi (kikisan).

    Beton atau mortar dari Portland semen dapat mengalami kerusakan

    oleh pengaruh asam dari sekitarnya, yang umumnya serangan asam tersebut

    yaitu dengan merubah kontruksi-kontruksi yang tidak larut dalam air.

    Misalnya, HCl merubah C4AF menjadi FeCl2 Serangan asam tersebut terjadi

    karena CO2 bereaksi dengan Ca(OH)2 dari semen yang terhidrasi

    membentuk kalsium karbonat yang tidak larut dalam air. Pembentukan

    kalsium karbonat, sebenarnya tidak menimbulkan kerusakan pada beton

    tetapi proses berikutnya yaitu CO2 dalam air akan bereaksi dengan kalsium

    karbonat yang larut dalam air.

    Reaksi :

    Ca(OH)2 + CO2 CaCO3 + H2O

    CaCO3 + CO2 + H2O Ca (HCO3)2

    Berbagai macam sulfat umumnya dapat menyerang beton ataupun

    mortar. Sulfat bereaksi dengan Ca(OH)2 dan kalsium aluminat hidrat dan

    reaksi yang terjadi dapat menghasilkan pengembangan volume sehingga

    akan terjadi keretakan pada beton.

    Reaksi yang terjadi :

    2(CaO.SiO2) + 6 H2O 3CaO.2SiO2.3 H2O + Ca(OH)2

    2(CaO.SiO2) + 4 H2O 3CaO.2SiO2.3 H2O + Ca(OH)2

    Ca(OH)2 + MgSO4 + 2 H2O Ca SO4. 2H2O + Mg(OH)2

    3CaO.Al2 O3.6H2 O + 3(Ca SO4. 2H2O) + 2H2O 3CaO.Al2 O3.3Ca

    SO4. 2H2O

    (Julian Bagus Hariawan: 2000)

    3. Jenis - Jenis Semen

    a) Berdasarkan Kebutuhan Pemakaian

    Sesuai dengan kebutuhan pemakaian semen yang diperlukan untuk

    konstruksi tertentu, maka semen memiliki beberapa jenis diantaranya:

    1) Ordinary Portland Cemen (OPC)

    Ordinary Portland Cement (OPC) adalah semen Portland yang

    dipakai untuk semua macam konstruksi yang tidak memerlukan

    persyartan khusus. Seperti ketahanan terhadap sulfat.

  • 7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15

    8/38

    2) Moderat Sulpate Resistance

    Moderat Sulpate Resistance adalah semen Portland yang dipakai

    untuk semua konstruksi yang disyaratkan mempunyai ketahanan sulfat

    pada tingkatan sedang yaitu pada lokasi yang tanahnya memiliki

    kandungan air 0.08% - 0.17%, mengandung 125 ppm SO3 dan pH tidak

    kurang dari 6.

    3) High Early Strength Cement

    High Early Strength Cement adalah semen Portland yang digiling

    dengan halus dan mengandung aditive (C3S) yang lebih baik dari pada

    OrdinaryPortland Cement digunakan pada daerah yang memiliki

    musim dingin.

    4) Low Heat of Hydration Cement

    Low Heat of Hydration Cement adalah semen yang mengandung

    alite dan aluminium (S3A) yang lebih sedikit tetapi kandungan belite

    (C3S) lebih banyak, memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

    a) Panas hidrasi yang rendah.

    b) Kekuatan tekan awalnya rendah, tetapi kuat tekan pada umur

    yang lebih panjang sama dengan OPC.

    c) Tahan terhadap sulfat.

    5) High Sulpate Resistance Cement

    High Sulpate Resistance Cement tahan terhadap sulfat yang tinggi.

    Kekuatan tekan umur 28 hari lebih rendah dari OPC. Semen in

    digunakan untuk konstruksi yang berlokasi pada tanah yang mengadung

    kadar air 0.17% sampai 1.67% biasanya digunakan pada konstruksi

    untuk air bangunan atau konstruksi di bawah air.

    6) Superhigh Early Strength Portland Cement

    Superhigh Early Strength Portland Cementmemiliki perkembangan

    kekuatan tekan yang tinggi sehingga kekuatan tekan 1 hari dapat

    menyamai kekuatan tekan 3 hari dari semen jenis HighEarlyStrength

    Cement. Semen ini dipakai untuk kebutuhan konstruksi bangunan yang

    perlu cepat selesai.

    7) Colloid Cement

  • 7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15

    9/38

    Colloid cement adalah semen yang pemakaiannya dipakai dalam

    bentuk colloid yang dipompakan memgingat pengecoran harus

    dilakukan pada formasi yang sempit dan dalam. Dikenal dengan Oil

    WellCement.

    8) Blended Cement

    Blended Cement merupakan Ordinary Portland Cement yang

    diperbaharui sifatnya. Dipasaran dikenal dengan nama dagang seperti

    Slg Cement.

    b) Berdasarkan Komponen Penyusun

    1) Semen Portland

    Semen Portland merupakan perekat hidrolik yang dihasilkan

    dari penggilingan klinker yang kandungan utamanya kalsium silikat dari

    satu atau dua betuk kalsium silikat sebagai bahan tambahan.

    Berdasarkan standar nasional Indonesia SNI 15-2049-2004 yang

    juga sesuai dengan standar ASTM C 150-95 a, semen portland dibagi

    menjadi lima tipe diantaranya:

    a) Tipe 1

    Komposisi kimia utamanya yaitu Trikalsium Silikat (C3S) 49%,

    Dikalsium Silikat (C2S) 25%, Trikalsium Aluminat (C3A) 12%,

    Tetrakalsium Alumino Ferit (C3AF) 8%. Semen tipe ini dipakai untuk

    segala macam konstruksi yang tidak memerlukan persyaratan khusus,

    seperti ketahanan terhadap sulfat, panas hidrasi atau kekuatan awal yang

    tinggi. Di Indonesia hampir 70% menggunakan seme tipe ini.

    b) Tipe II

    Komposisi kimia terdiri dari C3S 46%, C2S 29%, C3A 6%, C3AF 12%.

    Semen tipe ini dipakai untuk jenis konstruksi yang mensyaratkan

    ketahanan terhadap sulfat yang sedang yaitu pada lokasi yang air

    tanahnya mengandung sulfat 0.08% - 0,17%

    c) Tipe III

    Komposisi kimia terdiri dari C3S 56%, C2S 15%, C3A 12%, C3AF 8%.

    Semen ini dipakai untuk jenis konstruksi yang mensyaratkan kuat tekan

    awal yang tinggi, biasanya dipakai pada keadaan darurat atau musim

    dingin.

  • 7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15

    10/38

    d) Tipe IV

    Komposisi kimia terdiri dari C3S 38%, C2S 49%, C3A 4%, C3AF

    15%. Semen tipe ini dipakai untuk pembuatan dam-dam besar da tebal

    yang memerlukan panAs hidrasi rendah

    e) Tipe V

    Komposisi kimia terdiri dari C3S 38%, C2S 49%, C3A 4%, C3AF

    15%. Semen ini dipakai untuk keperluan jenis konstruksi yang

    mensyaratkan ketahanan sulfat yang tinggi.

    2) Semen Campuran

    a) Sement Portland Pozzoland

    Merupakan bahan perekat hidraulik yang dibuat dengan cara

    menggiling secara merata klinker semen Portland dengan bahan

    yang bersifat pozzolan. Bahan tersebut anara lain batuan yang

    mengandung senyawa silika dan alumina dimana bahan pozzolan ini

    sendiri tidak mempunyai sifat mengikat, akan tetapi dengan

    bentuknya yang halus dan dengan adanya air maka senyawa tersebut

    akan bereaksi dengan Ca(OH)2 pada suhu kamar membentuk

    senyawa yang mempunyai sifat seperti semen. Semen Portland

    Pozzolandini terbagi atas empat macam diantaranya:

    1) Jenis IPU digunakan untuk semua pembuatan adukan beton

    2) Jenis IPK dignakan ntuk semua pembentukan adukan beton

    dengan tahan sulfat dan hidrasi sedang

    3) Jenis PU digunakan untuk semua pembuatan adukan beton

    dimana tidak disyaratkan kekuatan awal yang tinggi.

    4) Jenis PK diguakan untuk semua pembuatan adukan beton

    dimana tidak disyaratkan kekuatan awal yang tinggi serta

    untuk tahan sulfat dan tahan hidrasi rendah.

    b) Semen Portland Kerak Dapur Tinggi

    Semen yang didapat dengan cara menggiling klinker dengan

    kerak dapur tinggi. Semen ini digunakan untuk gedung-gedung

    yang menggunakan beton bertulang, bangunan air dan beton

    praktekan.

    c) Semen Mansory (Semen Aduk Pasangan)

  • 7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15

    11/38

    Merupakan semen yang terdiri dari satu atau lebih perekat

    hidraulik ditambah satu atau lebih bahan anorganik yang bersifat

    inert dan digunakan dalam pembuatan adukan pasangan untuk

    konstruksi dan structural.

    d) Super Mansory Cement (SMC)

    Super Mansory Cement(SMC) disebut juga semen Portland

    campur (Mixed Cement). Semen ini cocok digunakan untuk

    konstriksi ringan, untuk plesteran, pembuatan bahan bangunan

    sepetri batako, paving block, pemasangan keramik, bata dan lain-

    lain. Umumnya semen ini digunakan untu bangunan RS dan RSS

    serta untuk polongan air, kedap air, pengerutan atau penyusutan

    kecil dan panas hidrasi rendah.

    3) Semen Khusus

    a) Semen Pemboran (OWC)

    Semen ini dihasilkan dengan cara menggiling halus klinker

    yang dari silikat kalsium yang bersfat hidraulik.

    b) Semen Portland Putih

    Merupakan semen Portland dimana bahan dasarnya

    mengandung senyawa besi yang rendah atau semen hidraulik yang

    bewarna putih, yang dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker

    terutama yang terdiri dari silikatsilikat kalsium yang bersifat

    hidraulik bersama gyps. Kadar Fe2O3 pada semen ini dibatasi

    maksimum 0.5%.

    c) Semen Aluminium

    Semen ini dibuat dari batu kapur dan bauksit dengan campuran

    kira-kira 60% - 70% kapur dan 30% - 40% bauksit. Bahan-bahan ini

    di giling halus kemudian dibakar pada suhu tinggi (16000C) dalam

    dapur listrik.Klinkerdigiling dan ditambahgyps.

    B. Tinjauan Kondisi Riil

    1. Uji Kuat Tekan Semen

  • 7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15

    12/38

    Penentuan kuat tekan mortar semen portland mengacu kepada ASTM C

    109/109M-02, Standard Test Method for compressive strength of hydraulic

    cement mortar. Metoda uji ini melingkupi penentuan kuat tekan mortar semen

    hidrolis dengan menggunakan cetakan kubus berukuran sisi 50 mm.

    a) Peralatan

    1) Timbangan

    Timbangan yang digunakan harus sesuai dengan spesifikasi.

    Timbangan harus dielevasi ketelitiannya dan deviasi pada total beban

    2000 gram.

    Instruktur pengoperasian timbangan digital adalah sebagai berikut:

    a) Bersihkan alat sebelum memulai bekerja

    b) Hubungkan alat dengan arus listrik

    c) Hidupkan alat dengan menekan tombol ON

    d) Panaskan alat selama 30 menit

    e) Letakkan wadah penimbang diatas pan

    f) Tekan tombol T (Tare) untuk posisi 0,0 gram

    g) Timbangan siap digunakan

    h) Tekan tombol T (Tare) kembali untuk posisi 0,0 gram

    i) Tekan tombol OFF untuk mengakhiri penimbangan

    j) Bersihkan dan rapikan kembaliperalatan serta putuskan

    sambungan listrik.

    Pemeliharaan alat Timbangan Digital:

    a)Neraca terletak pada tempat yang kokoh dan datar.

    b) Sebelum dan sesudah pemakaian bersihkan timbangan, beban tidakboleh melebihi kapasitas.

    2) Gelas Ukur

    Gelas ukur dengan kapasitas terntu (lebih utama yang besar yang

    cukup untuk mengukur campuran air dalam pengoperasian tunggal)

    untuk menghasilkan volume yang diindikasikan pada suhu 200C .

    Variasi yang diperbolehkan adalah 2 mL. Gelas ukur tersebut dapat

    dibagi minimal 5 mL, kecuali untuk garis yang dapat diabaikan untuk

    volume paling kecil 10 mL. Untuk gelas ukur 250 mL dan volume

  • 7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15

    13/38

    terkecil 25 mL untuk gelas ukur 500 mL. Garis-garis penunjuk yang

    utama harus melingkari gelas ukur tersebut dan diberi nomor.

    3) Mixer Semen

    Mixer merupakan mesin pengaduk yang digerakan dengan tenaga

    listrik yang dilengkapi dengan pengaduk dan mangkuk. Pada mesin

    pengaduk ini terdapat tombol yang berfungsi untuk mengatur kecepatan

    putaran mesin pengaduk tersebut.

    Mesin pengaduk harus mesin pengaduk mekanik jenis episiklik,

    mempunyai alat penggerak yang dapat digerakan secara elektrik yang

    dapat menggerakan pengaduk berputar mendatar dan beredar. Mesin

    pengaduk harus mempunyai dua kecepatan yang dapat diatur secaramekanik. Kecepatan pertama, kecepatan rendah yang dapat

    menggerakan pengaduk dengan kecepatan (140 5) rpm dengan

    gerakan edar bilah pengaduk dengan kecepatan (285 10) rpm dengan

    gerakan edar batang pengaduk kira-kira 125 rpm. Daya motor elektrik

    harus sekurang-kurangnya 124 watt (1/6 hp).

    Mesin pengaduk harus dilengkapi dengan alat penahan pengatur

    jarak seperti diperlihatkan pada gambar yang harus digunakan untuk

    menjaga jarak antara bagian bawah pengaduk dengan dasar mangkuk

    tidak lebih besar dari 2,5 mm, tapi tidak lebih kecil dari 0,8 mm (kira-

    kira sama dengan diameter pasir Ottawa (20 30) ketika mangkuk

    berada pada posisi pengadukan.

    (Sumber: SNI 15-3500-2004)

    a) Pengaduk

    Pengaduk harus mudah dibongkar pasang, dibuat dari baja tahan

    karat dan rancangan dasarnya seperti dijelaskan pada Gambar 4. Jika

    dalam posisi mengaduk mengikuti dari bentuk mangkuk yang

    digunakan, jarak terdekat antara ujung pengaduk dan dinding dalam

    mangkuk sebesar 4,0 mm tetapi tidak kurang dari 0,8 mm.

    b) Mangkuk Pengaduk

  • 7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15

    14/38

    Mangkuk pengaduk yang dapat dibongkar pasang harus

    mempunyai kapasitas nominal 4.73 L. Memenuamhi dimensi dapat

    seperti pada gambar dan harus dibuat dari baja tahan karat. Mangkuk

    dilengkapi dengan bagian yang dapat menempel dengan baik pada

    peralatan pengaduk dengan posisi yang kuat selama pengadukan

    berjalan. Harus dilengkapi dengan tutup dibuat dari bahan non absorbsi

    dan tidak rusak oleh semen.

    (Sumber: SNI 15-3500-2004)

    Instruksi pengoperasian Mixer Cement:

    1) Sambungkan aliran listrik.

    2) Pasangkan mangkuk aduk.

    3) Pasangkan batang pengaduk.

    4) Hidupkan alat dengan cara memutar tombol sampai angka 1

    (untuk kecepatan rendah), posisikan tombol di angka 2 (untuk

    kecepatan sedang).

    5) Putar tombol pada posisi nol.

    6) Putuskan aliran listrik.

    Pemeliharaan Mixer Cement:

    1) Bersihkan mesin pengaduk setiap selesai bekerja.

    2) Jangan mengaduk dengan beban melebihi kapasitas mesin.

    4) Cetakan Sampel

    Untuk cetakan kubus berisi 50 mm harus dipasang secara kuat.

    Cetakan tidak boleh lebih dari 3 kompartemen dan dipisahkan menjadi

    tidak boleh lebih dari dua bagian. Bagian-bagian dari cetakan tersebut

    di rakit menjadi satu unit yang kuat. Cetakan terbuat dari logam yang

    kuat yang tidak berpengaruh oleh mortar semen. Untuk cetakan yang

    baru angkaRockwellHardness dari logam tidak boleh kurang dari 55

    HRB. Sisi dari cetakan harus memiliki kekakuan yang dapat mencegah

    pelebaran atau pembengkokan.

    Table 1. Variasi yang diperbolehkan dari Cetakan (mm)

  • 7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15

    15/38

    Parameter Cetakan kubus 50 mm

    Baru Sudah digunakan

    Kedataran sisi < 0.025 < 0.05

    Jarak antara

    sisi-sisi yangberlawanan

    50 0.13 50 0.050

    Tinggi

    masing-masing

    kompartemen

    50 + 0.25 - 0.13 50 +0.25 0.38

    Sudut antara

    permukaan

    yang

    berdekatan*)

    900 0.50 900 0.50

    Catatan

    *) diukur pada titik yang dipindahkan sedikit dari

    persimpangan. Diukur terpisah untuk setiap kompartemen

    antara semua muka bagian dalam dan muka yang berdekatan

    dan antara muka bagian dalam dan bagian atas dan dasar

    bidang dari cetakan

    (Sumber: SNI 15-3500-2004)

    5) Penumbuk

    Terbuat dari bahan nonabsorbsi, nonabrasive, tidak getas, seperti

    senyawa karet yang mempunyai kekerasan 80 10 skala shore A atau

    kayu jati yang dibuat nonabsorpsi, nonabrasif, dengan jalan direndam

    dalam paraffin selama 15 menit pada suhu 200 0C dan harus

    mempunyai penampang melintang dengan ukuran (13 x 25) mm,

    panjang (120-150) mm. Maka penumbuk harus rata dan tegak lurus

    pada pegangannya.

    6) Ruang Lembab

    Merupakan tempat penyimpanan mortar yang telah dicetak.

    Ruang lembab dipertahankan suhunya antara 200C hingga 27.50C.

    Kelembaban nisbi dari laboratorium tidak boleh kurang dari 50%.

    7) Mesin Kuat Tekan (Hydraulic Compressive Strength Machine)

  • 7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15

    16/38

    HydraulicCompressiveStrengthMachine adalah alat untuk uji

    kuat tekan. Selain untuk uji kuat tekan alat ini juga dapat digunakan

    untuk uji kuat lentur.

    Cara pengoperasian alat Hydraulic Compressive StrengthMachine ini

    adalah:

    a) Sambungkan alat dengan arus listrik.

    b) Tekan tombol hijau untuk menghidupkan alat, biarkan 10

    menit, alat siap untuk digunakan.

    c)Nol kan jarum penunjuk skala, untuk uji kuat tekan skala yang

    digunakan adalah skala sebelah atas.

    d)Tutup pelepas angina RucklaufRelief Valve kekanan.

    b) Komponen

    Bahan yang digunakan antara lain:

    1) Semen

    Semen yang digunakan dalam uji fisika semen ini yaitu semen

    Portland Tipe V berdasarkan SNI 2049-2004.

    2) Pasir Standar

    Pasir yang digunakan harus memenuhi persyaratan yang

    terdapat pada Tabel dibawah ini yang bertujuan untuk penilaian,

    sumber pasir dan hilangnya karakteristik udara yang ada didalamnya

    yang tidak diinginkan.

    Tabel 2. Persyaratan Pasir Standar

    Karakteristik Penilaian,Persentase Yang Lolos

    Ayakan

    Pasir 20 - 30 Pasir yang dinilai

    No. 16 (1.18 mm) 100 100

    No. 20 (850 m) 85 100

    No. 30 (60 m) 0 5 96 100

    No. 40 (425 m) 65 75

    No. 50 (300 m) 20 30

    No. 100 (150 m) 0 4

    Perbedaan kandungan

    udara dari mortar yang

    2.0 1.5 A)

  • 7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15

    17/38

    dibuat dengan

    menggunakan pasiryang

    dicuci dan yang tidak

    dicuci, % udara

    maksimumSumber pasir Ottawa, 1 L atau

    Les Suer, Mn

    Ottawa, 1 L

    Catatan

    A)Kuat tekan semen Portland di buat degan spesifikasi semen

    portland campur,semen dikurang kira-kira 4% dari masing-

    masing persentase udara dalam kubus yang dikompakkan

    sebanyak 3 bak pasir yang dicuci dan tiga bak pasir yang tidak

    dicuci dibutuhkan untuk mendeteksi suatu perbedaan kekuatan

    dari 7% antara pasir mortar yang dicuci dan tidak dicuci.

    (Sumber: SNI 15-3500-2004)

    3) Air

    Air merupakan bahan pembuat semen yang sangat penting

    namun harganya paling murah. Air diperlukan untuk bereaksi dengan

    pasir dan semen sehingga terjadi reaksi kimia yang menyebabkan

    pengikatan dan berlangsungnya proses pengerasan, serta untuk menjadi

    bahan pelumas antara butir-butir pasir agar mudah dikerjakan dan

    dipadatkan. Untuk bereaksi dengan semen, air hanya diperlukan 25%

    dari berat semen saja. Selain itu, air juga digunakan untuk perawatan

    beton dengan cara pembasahan setelah dicor. (Tjokrodimuljo: 1996)

    Kebutuhan kualitas air untuk beton mutu tinggi tidak jauh

    berbeda dengan air untuk beton normal. Pengerasan beton dipengaruhireaksi semen dan air, maka air yang digunakan harus memenuhi syarat-

    syarat tertentu. Air yang memenuhi persyaratan air minum merupakan

    air yang memenuhi syarat untuk bahan campuran beton, tetapi air untuk

    campuran beton adalah air yang bila dipakai akan menghasilkan beton

    dengan kekuatan lebih dari 90 % dari kekuatan beton yang

    menggunakan air suling.

    Persyaratan air yang digunakan dalam campuran semen adalah sebagai

    berikut :

  • 7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15

    18/38

    a) Air tidak boleh mengandung lumpur (benda-benda melayang lain)

    lebih dari 2 gram/liter.

    b) Air tidak boleh mengandung garam-garam yang dapat merusak beton

    (asam, zat organik dan sebagainya) lebih dari 15 gram/liter.

    c) Air tidak boleh mengandung Chlorida (Cl) lebih dari 0.5 gram/liter.

    d) Air tidak boleh mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter.

    Tabel 3. Nilai minimum kuat tekan semen Tipe V berdasarkan SNI 15-

    2049-2004

    Umur Kuat tekan minimum (kg/cm2)

    3 hari 80

    7 hari 150

    (Sumber: SNI 15-3500-2004)

    Table 4. Komponen yang digunakan untuk pengujian kuat tekan semen

    Portland tipe V yaitu:

    Komponen Berat Banyak Benda Uji (buah)

    Semen Portland

    tipe V

    500 grm

    6

    Pasir Ottawa 1375 gram

    Air 242 mL

    c) Penyiapan cetakan benda uji

    1) Dengan menggunakan kain yang telah diolesi gemuk atau minyak,

    buatlah lapisan tipis pada bagian dalam cetakan dan dasar pelat yang

    non absorpsi. Seka bagian muka cetakan dan dasar pelat dengan kain

    seperlunya untuk menghilangkan kelebihan pelapis dan untuk

    menjadikan supaya tipis pada permukaan bagian dalam. Apabila

    menggunakan pelumas yang disemprotkan, semprotkan secara

    langsung pada muka cetakan dan dasar pelat dengan jarak antara (150-

    200) mm untuk memperoleh daya tutup yang sempurna. Setelah

    penyemprotan, jika perlu seka permukaan dengan kain untuk

    membuang kelebihan pelumas yang disemprotkan. Lapisan yang

    menempel dianggap memadai apabila penekanan dengan jari

    membekas.

  • 7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15

    19/38

    2) Tutup permukaan bagian yang akan disambungkan dengan gemuk

    sewaktu kedua cetakan digabungkan. Jumlahnya harus cukup sewaktu

    kedua bagian disatukan kuat. Buang kelebihan gemuk dengan kain.

    3) Setelah menempelkan cetakan pada dasar pelat (jika tipe klem dibaut)

    hati-hati hilangkan dengan kain kering setiap kelebihan minyak atau

    gemuk dari permukaan cetakan dan dasar pelat yang menggunakan

    pelapis kedap air, sebagai pelapis adalah parafin, microcritaline wax,

    atau campuran dari 3 bagian parafin dan 5 bagian berat rosin. Cairkan

    pelapis dengan pemanasan antara (110 120) 0C. Bidang kontak

    bagian luar antara cetakan dan dasar pelat dibuat kedap air dengan

    menggunakan pelapis yang telah dicairkan.

    d) Komposisi Mortar

    1) Rasio perbandingan yang proposional dari mortar standar adalah satu

    bagian berat semen dengan 2.75 bagian berat pasir standar yang dinilai.

    Faktor air semen adalah 0.485 untuk semua jenis semen portland dan

    0.460 untuk jenis semen portland yang mengandung udara. Jumlah air

    pencampur untuk jenis semen lain sedemikian rupa sehingga

    menghasilkan suatu laju alir 110 5 dan dinyatakan sebagai persen berat

    terhadap semen.

    2) Kuantitas dari bahan yang akan dicampur pada waktu yang sama

    didalam suatu kumpulan mortar untuk membuat enam benda uji.

    e) Prosedur kerja

    1) Siapkan kemudian pasang cetakan dengan memberi gemuk pada setiap

    sisi yang ditempelkan, lap dan bersihkan kelebihan gemuk.

    2) Siapkan komponen untuk pembuatan benda uji.3) Siapkan mesin pengaduk.

    4) Masukkan air kemangkuk aduk.

    5) Masukan semen.

    6) Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan rendah (140 5 rpm)

    selama 30 detik. Masukan pasir secara perlahan-lahan selama 30 detik

    selanjutnya diganti dengan kecepatan sedang (28 10 rpm) selama 30

    detik.

  • 7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15

    20/38

    7) Hentikan mesin kemudian tunggu selama 90 detik dan bersihkan

    dinding mangkuk.

    8) Jalankan mesin dengan kecepatan sedang selam 60 detik.

    9) Hentikan mesin dan tunggu selama 90 detik kemudian bersihkan

    dinding mangkuk.

    10) Jalankan mesin dengan kecepatan sedang selam 15 detik.

    11) Setelah pengadukan selesai, segera lakukan pencetakan kubus dengan

    waktu tidak lebih dari 2 menit dan 30 detik, setelah selesai pengadukan.

    12) Simpan segera benda cetakan dan benda uji dalam ruang lembab selama

    20 40 jam.

    13) Buka cetakan, simpan benda uji dalam air kapur untuk perlakuan umur 3

    hari, 7 hari dan 28 hari.

    14) Lakukan penekanan umur hari masing-masing. Kecepatan penekanan

    tidak kurang dari 20 detik dan tidak lebih dari 80 detik

    f) Pencetakan Benda Uji

    1) Biarkan mortar dalam mangkuk pengaduk, aduk selama 90 detik tanpa

    penutup. Selama selang waktu 15 detik pertama, segera bersihkan mortar

    yang menempel pada dinding mangkuk. Kemudian aduk kembali selama

    15 detik pada kecepatan sedang. Segera setelah pengadukan selesai,

    pengaduk digoyangkan untuk melepas mortar yang menempel dan

    masukkan kedalam mangkuk.

    2) Apabila duplikat diinginkan, kembalikan mortar dari meja alir ke

    mangkuk. Segera turunkan yang menempel pada dinding mangkuk dan

    kemudian aduk kembali seluruh adonan selama 15 detik pada kecepatan

    sedang. Setelah pencampuran selesai, pengaduk harus digoyangkan

    untuk membuang kelebihan mortar dalam mangkuk.

    3) Apabila adonan duplikat diperlukan untuk uji tambahan, pengujian alir

    ditiadakan dan mortar dibiarkan dalam mangkuk pengaduk selama 90

    detik tanpa penutup. Selama 15 detik terakhir, segera bersihkan mortar

    yang menempel pada dinding mangkuk. Kemudian aduk kembali selama

    15 detik pada kecepatan sedang, setelah pengadukan selesai, goyang-

    goyangkan pengaduk ke dalam menjatuhkan mortar yang menempel ke

    dalam mangkuk pengaduk.

  • 7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15

    21/38

    4) Mulailah pencetakan benda uji dengan waktu tidak lebih dari 2 menit

    dan 30 detik setelah selesai pengadukan. Tempatkan lapisan mortar

    setebal 25 mm (kira-kira kedalaman cetakan) pada semua ruang

    cetakan kubus. Tumbuk mortar dalam masing-masing ruang kubus

    sebanyak (4 X 8) tumbukan dalam waktu 10 detik, tumbukkan pada

    putaran ke-2 putaran selanjutnya, harus tegak lurus terhadap putaran

    tumbukkan terdahulu dan terdiri atas 8 tumbukkan yang berdekatan satu

    sama lain pada permukaan benda uji. Tekanan penumbukkan harus

    cukup untuk menyakinkan pengisian cetakan serba sama. Penumbukkan

    yang terdiri dari 4 putaran (32 tumbukan) harus selesai untuk satu kubus

    sebelum dilanjutkan ke kubus yang lainnya. Bila penumbukkan lapisan

    pertama pada semua ruang kubus telah selesai, isilah kubus dengan sisa

    mortar dan kemudian ditumbuk seperti pada lapisan yang pertama tadi.

    Selama penumbukan lapisan usahakan agar mortar yang mencuat ke atas

    cetakan, dikembalikan ke cetakan setelah setiap putaran penumbukan

    selesai, dengan jalan menggunakan sarung tangan.

    Setelah tiap kali penumbukkan selesai, puncak dari kubus harus

    sedikit lebih tinggi dari puncak cetakan. Ambil mortar yang mencuat ke

    atas cetakan dengan pisau aduk dan ratakan cetakan dengan bagian yang

    rata dari pisau aduk, masing-masing satu kali melalui puncak tiap-tiap

    kubus dengan gerakan tegak lurus terhadap panjang cetakan. Kemudian,

    untuk tujuan meratakan mortar yang mencuat ke atas dan menjadi serba

    sama ketebalannya, irislah bagian yang datar dari pisau aduk sekali lagi

    sepanjang cetakan. Iris kembali mortar sampai datar permukaanya

    dengan puncak cetakan dengan jalam mengiriskan sisi yang lurus dari

    pisau aduk (hampir tegak lurus dengan cetakan) dengan gerakan

    menggergaji sepanjang cetakan

    (Sumber: SNI 15-3500-2004)

    g) Penyimpanan Benda Uji

    Segera setelah pencetakan benda uji selesai, tempatkan benda uji dalam

    ruang lembab, jaga agar benda uji segera setelah pencetakan berada dalam

    cetakan yang disimpan di atas dasar pelat di dalam ruangan lembab selama (20-

    24) jam, dengan permukaan atasnya kontak dengan udara lembab tetapi harus

  • 7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15

    22/38

    dihindarkan dari tetesan air. Bila benda uji dikeluarkan dari cetakan sebelum 24

    jam, jaga agar benda uji selalu berada dalam ruang lembab sampai umur

    pengujian 24 jam. Kemudian rendam (kecuali untuk pengujian 24 jam) dalam

    ruang penyimpanan yang terbuat dari bahan yang tidak berkarat dan berisi air

    kapur jenuh, jaga agar air di dalam ruang tetap jernih, bila perlu diganti airnya.

    h) Penentuan Kekuatan Tekan

    Segera lakukan pengujian setelah benda uji dikeluarkan dari ruang lembab

    khususnya untuk benda uji untuk umur pengujian 24 jam dari air rendaman

    untuk pengujian-pengujian umur yang lain, diuji kekuatan tekannya sampai

    pecah dengan ketentuan waktu sebagai berikut:

    Tabel 5. Toleransi Waktu Pengujian

    Umur Pengujian Toleransi yang diperbolehkan

    24 jam 0.5 jam

    3 hari 1 jam

    7 hari 3 jam

    28 hari 12 jam

    (Sumber: SNI 15-3500-2004)

    Jika lebih dari satu benda uji pada saat sama yang dikeluarkan dari ruang

    lembab, untuk pengujian 24 jam lindungi masing-masing benda uji tersebut

    dengan kain basah sampai waktu pengujian dilaksanakan. Untuk pengujian

    dengan umur pengujian yang lain, jika lebih dari satu benda uji pada waktu

    yang sama dikeluarkan dari air rendaman untuk diuji, pelihara benda uji dalam

    air pada suhu (23 1,7) 0C dan masing-masing benda uji terendam sempurna

    hingga pengujian dilaksanakan. Seka setiap benda uji sampai kondisi

    permukaan kering permukaan dan hilangkan butiran-butiran pasir yang lepas

    atau lapisan kasar dari permukaan yang akan kontak dengan landasan blok

    mesin uji.

    Beban maksimum total yang ditunjukan oleh mesin penguji nilai kuat

    tekannya dapat diukur melalui rumus:

    F=P/A (1)

    Dengan:

    P : kuat tekan (N/m2)

  • 7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15

    23/38

    F: gaya tekan maksimum total (N)

    A : luas permukaan yang dibebani (m2)

    2. Uji Normal Konsistensi

    Metode uji ini untuk menentukan tingkat perkembangan cepat kaku dari

    pasta semen atau untuk menetapkan semen tersebut memenuhi batas spesifikasi

    cepat kaku atau tidak. Semen dengan pengikatan semu yang sangat cepat

    biasanya memerlukan air sedikit lebih banyak untuk menghasilkan konsistensi

    yang sama, yang dapat menghasilkan kuat tekan sedikit lebih rendah dan

    memperbesar penyusutan. Pengikatan cepat akan menyebabkan kesulitan dalam

    penanganan dan pengecoran beton yang biasanya akan menyebabkan semengagal memenuhi persyaratan waktu pengikatan.

    a) Peralatan

    1) Alat Vicat

    Alat vicat harus terdiri dari rangka A (gambar 10) yang

    mempunyai batang B yang dapt digerakkan. Beratnya 300 gram, salah

    satu ujung torak C berdiameter 10 mm, berjarak sekurang-kurangnya 50

    mm, dan ujung lainnya jarum D yang dapat dibongkar pada berdiameter

    1 mm dan panjang 50 mm. Batang B dapat dipergunakan secara bolak

    balik dan dapat dipasang dalam beberapa posisi dengan pengaturan

    sekrup E dan mempunyai indikator F yang dapat diatur, dapat bergerak

    pada skala (ditunjukan dalam mm) yang skalanya diletakkan pada

    rangka A.

    Pasta semen yang akan diuji dimasukkan kedalam cincin G, yang

    kaku berbentuk kerucut, diletakkan diatas plat datar H yang tidak

    menyerap air, lebar masing-masing sisinya 100 mm. Batang B terbuat

    dari baja tahan karat mempunyai kekerasan tidak kurang dari 35 HRC

    dan harus lurus dengan ujung torak yang tegak lurus terhadap sumbu

    batang B. Cincicn terbuat dari bahan tidak korosi, tidak menyerap air,

    mempunyai diameter dalam bagian bawah 70 mm dan bagian atas 60

    mm dengan tinggi 40 mm. Disamping ketentuan tersebut, alat vicat

    harus sesuai dengan spesifikasi sebagai berikut :

    a) Berat batang yang dapat bergerak (B) (300 0,5) gram.

  • 7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15

    24/38

    b) Diameter ujung batang torak (C) (10 0,05) mm.

    c) Diameter jarum (1 0,005) mm.

    d)Diameter dalam cincin bagian bawah (70 3) mm.

    e) Diameter dalam cincin bagian atas (60 3) mm.

    f) Tinggi cincin (40 1) mm.

    g) Pembagian skala.

    Pembagian skala bila dibandingkan dengan skala standar yang

    ketelitiannya 0.1 mm pada setiap titik tida boleh menunjukan

    penyimpangan lebih besar dari 0,25 mm.

    Gambar 11a. Alat Vicat Gambar 11b. Skema Vicat

    (Sumber: SNI 15-3500-2004)

    Gambar 12. Cincin Vicat

    Instruksi pengoperasian vicat sebagai berikut:

    a) Nol kan posisi jarum vicat dengan cincin ebonite pada skala.

    b) Alat vicat siap digunakan untuk berbagai keperluan seperti penentuan

    konsistensi normal, waktu pengikatan dan false set.

    Pemeliharaan Vicat

    a) Bersihkan alat sesudah melakukan pengerjaan.

    b) Jaga jarum dari kebengkokan.

    c) Simpan ditempat yang datar dan bersih.

    Table 6. Syarat Nilai Pengikatan Semu Penetrasi Akhir semen Portland Tipe

    V berdasarkan SNI

    Jenis semen Pengikatan semu penetrasi akhir (% minimum)

    Tipe V 50

    (Sumber: SNI 15-3500-2004)

    b) Prosedur

    1) Siapkan mesin pengaduk.

    2) Timbang semen seberat 650 gram.

    3) Siapkan air (mL). jumlah air yang dibutuhkan sesuai untuk skala jarum

    vicat turun 9 11 mm.

    4) Masukan air ke mangkuk aduk.

  • 7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15

    25/38

    5) Masukan semen kemudian tunggu selama 30 detik.

    6) Jalankan mesin aduk dengan kecepatan rendah (140 5 rpm) selama 30

    detik.

    7) Hentikan mesin pengaduk kemudian tunggu selama 15 detik dan

    bersihkan mangkuk.

    8) Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan sedang (285 10 rpm)

    selama 60 detik.

    9) Hentikan mesin.

    10) Bentuk pasta seperti bola, lempar 6X dari tanga kiri ke kanan dengan

    jarak 15cm.

    11) Masukan pasta ke cincin vicat ke lobang tebesar tutup dengan kaca dan

    ratakan permukaan atas dengan cepat dan halus.

    12) Letakan cincin vicat dibawah alat vicat, lepaskan peluncur vicat sampai

    menembus 9 11 cm selama 30 detik.

    13) Ulangi pengerjaan sampai jarum vicat 9 11 cm dengan cara

    menambahkan atau mengurangi mL air.

    Waktu pengikatan:

    Ratakan dengan halus permukaan benda uji

    1) Pengikatan awal: penetrasi, maksimal 25 mm.

    2) Pengikatan akhir: sampai jarum tidak membekas lagi pada

    permukaan pasta.

    c) Penyiapan pasta semen

    Campuran 500 gram semen dengan air secukupnya untuk menghasilkan

    pasta dengan penetrasi awal (32 4) mm menggunakan prosedur sebagai

    berikut:

    1) Pasang pengaduk dan mangkuk kering dimesin pengaduk.

    2) Masukkan semua air pencampur dalam mangkuk.

    3) Tambahkan semen dan biarkan selama 30 detik sehingga air

    diserap.

    4) Jalankan mesin pengaduk dan aduk pada kecepatan rendah (140

    5) rpm selama 30 detik.

  • 7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15

    26/38

    5) Hentikan pengadukan selama 15 detik dan dalam waktu ini

    turunkan adukan yang mungkin menempel pada dinding

    mangkuk.

    6) Jalankan pengaduk pada kecepatan sedang (285 10) rpm dan

    aduk selama 2.5 menit.

    d) Pencetakan Benda Uji

    Segera bentuk pasta semen menjadi bola-bola dengan tangan yang

    memakai sarung. Tekan bola yang terletak disalah satu telapak tangan,

    masukkan ke ujung yang lebih besar dari ring ebonit G, yang dipegang pada

    tangan yang lain, lanjutkan pengisian pasta kedalam cincin. Buang kelebihan

    pasta pada ujung yang lebih besar dari cincin dengan sekali gerakan telapaktangan. Tempatkan ujung yang lebih besar dari ring pada pelat gelas, H, dan

    iris kelebihan pasta pada ujung yang lebih kecil pada bagian atas dari cincin

    dengan sekali gerakan dari pisau segitiga tajam yang dipegang sedikit miring

    terhadap permukaan atas cincin ebonit. Bila perlu haluskan bagian atas benda

    uji, dengan satu atau dua sentuhan dengan ujung pisau pengaduk. Selama

    pemotongan dan penghalusan jangan sampai pasta ditekan.

    e) Penentuan Penetrasi awal

    Letakkan pasta dalam cincin ebonit pada pelat gelas H, dibawah

    batang B, kira-kira 1/3 diameter dari tepi dari ujung peluncur C, harus

    bersentuhan dengan ruang pasta dan kencangkan sekrup E. Kemudian atur

    indikator F tepatkan pada bagian tanda nol sebelah atas dari skala, dan

    luncurkan batang tepat 20 detik setelah selesai pengadukan. Alat harus bebas

    dari getaran selama pengujian. Apabila batang telah meluncur (32 4) mm

    dibawah permukaan pasta dalam waktu 30 detik setelah peluncuran, berartipasta telah mencapai konsistensi yang tepat. Buat percobaan pasta dengan

    variasi persentasi air hingga didapatkan konsistensi yang tepat. Konsistensi

    ini adalah penetrasi awal. Selama selang waktu 30 detik untuk penetapan

    penetrasi awal kembalikan kelebihan pasta kedalam mangkuk dan kemudian

    tutup mangkuk dan pengaduk.

    f) Penentuan Penetrasi Akhir

    Setelah selesai pembacaan awal, angkat peluncur dari pasta, bersihkan

    kemudian cincin serta pelat diatur kembali pada posisi yang baru. Pengerjaan

  • 7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15

    27/38

    ini harus dilaksanakan dengan sedikit mungkin gangguan pada pasta dalam

    cincin vicat. Kemudian peluncur disentuhkan pada permukaan pasta,

    kencangkan sekrupnya dan atur indikator F tepat pada bagian atas skala.

    Lepaskan peluncur untuk keduakalinya lima menit setelah selesai

    pengadukan dan catat penetrasi akhir 30 detik setelah batang diluncurkan.

    g) Perhitungan

    Hitung persen penetrasi akhir, didasarkan pada perbandingan penetrasi

    akhir terhadap penetrasi awal, sebagai berikut:

    % P = A/B x 100 (2)

    dengan:

    P = Persen Penetrasi AkhirA = Penetrasi Awal (mm)

    B = Penetrasi Akhir (mm).

    3. Uji Pengikatan Semu

    Uji pengikatan semu pada dasarnya hampir sama prosedurnya dengan

    normal konsistensi hanya saja yang membedakannya adalah jumlah massa

    semen dan massa air yang akan digunakan dalam pengadukan serta lamanya

    pengadukan berlangsung.

    a) Prosedur kerja

    1) Siapkan mesin pengaduk.

    2) Timbang semen seberat 650 gram.

    3) Ambil air (mL) untuk menghasilkan pasta dengan penetrasi awal

    antara 28 mm- 36 mm.

    4) Masukan air kedalam mangkuk aduk.5) Masukan semen kedalam mangkuk aduk , kemudian tunggu selama

    30 detik.

    6) Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan rendah (140 5 rpm)

    selama 30 detik.

    7) Hentikan mesin pengaduk dan tunggu selama 15 detik kemudian

    bersihkan dinding mangkuk.

    8) Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan sedang (285 10 rpm)

    selama 2.5 menit.

  • 7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15

    28/38

    9) Hentikan mesin pengaduk kemudian keluarkan pasta dan segeralah

    bentuk pasta seperti bola.

    10) Masukan pasta kedalam cincin vicat kelobang terbesar kemudian

    tutup dengan kaca dan ratakan permukaan atas dengan cepat dan

    halus.

    11) Letakan dibawah alat vicat dan lepaskan jarum vicat sampai

    menembus angka 28 mm- 36 mm selama 30 detik. (misalkan didapat

    A).

    12) Ulangi pengerjaan dari awal sampai jarum vicat turun antara 28-36

    mm dengan cara menambahkan maupun mengurangi air.

    13) Angkat jarum, kemudian bersihkan dan geser kebagian permukaan

    lain. Tunggu selama 5 menit setelah selesai pengadukan, kemudian

    jatuhkan untuk yang kedua kalinya (misalnya: B)

    4. Uji Kehalusan dengan Blaine

    a) Peralatan

    Pengujian kehalusan semen portland dengan menggunakan alat

    Blaine mengacu kepada ASTM C 204-00, Standard test method for

    fineness of hydraulic cement by air permeability apparatus. Pengujian

    dengan alat Blaine bertujuan menentukan kehalusan yang dinyatakan

    dalam luas permukaan spesifik semen portland, dihitung sebagai jumlah

    luas permukaan total cm2/gram, atau m2/kg semen portland. melalui suatu

    alas semen portland yang disiapkan dengan porositas tertentu, merupakan

    fungsi dari ukuran partikel dan menentukan laju aliran udara melalui

    alasnya.

    Gambar 13a. Alat Blaine Gambar 13b. Sketsa Alat Blaine

    (Sumber: SNI 15-3500-2004)

  • 7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15

    29/38

    Alat yang ditunjukkan pada gambar terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut

    :

    1) Sel Permeabilitas

    Sel permeabilitas terdiri dari silinder yang kaku dengan diameter

    dalam (12.70 0.10) mm dibuat dari logam tahan karat austenitic.

    a) Bagian dalam dari sel harus halus (kehalusan 0.81 um) Bagian atas dari

    sel harus tegak lurus terhadap sumbu utama dari sel. Bagian bawah dari

    pada sel harus bisa membentuk sambungan yang kedap udara dengan

    ujung atas dari manometer, sehingga tidak terjadi kebocoran udara

    antara bidang-bidang kontak.b) Dudukan (ledge) mempunyai lebar (0.51.0) mm merupakan bagian

    dari sel yang menempel dengan kuat dalam sel, pada jarak (55 10)

    mm, dari puncak sel untuk menahan piringan logam yang berlubang-

    lubang. Bagian puncak sel permeabilitas harus dilengkapi dengan bagian

    luar yang menonjol, untuk memudahkan pengambilan sel dari

    manometer.

    2) Piringan

    a) Piringan dibuat dari logam yang tahan karat dengan ketebalan (0.9

    0.1) mm berlubang-lubang sebanyak (30-40) lubang dengan 1 mm

    dan tersebar secara merata.

    b) Piringan harus cocok dengan bagian dalam sel, bagian tengah salah

    satu sisi piringan harus diberi tanda atau goresan yang dapat dibaca,

    supaya penguji selalu tahu untuk menempelkan sisi tersebut dibagian

    bawah jika memasukkannya ke dalam sel.3) Torak

    a) Torak dibuat dari logam tahan karat austenitic (austenitic stainless

    steel) yang harus tepat masuk ke dalam sel dengan toleransi tidak lebih

    dari 0.1 mm.

    b) Bagian dasar torak harus betul-betul datar dan tegak lurus terhadap

    sumbu utama.

    c) Torak harus dilengkapi dengan ventilasi udara yaitu berupa bagian

    datar selebar (3.0 0.3) mm pada salah satu sisinya.

  • 7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15

    30/38

    d) Puncak dari torak ini dilengkapi dengan bagian luar yang menonjol,

    sehingga bila torak dimasukkan ke dalam sel dan bagian sel yang

    menonjol kontak dengan puncak sel maka jarak antara dasar torak

    dengan bagian atas piringan harus (15 1) mm.

    4) Kertas Saring

    Kertas saring harus mempunyai daya tahan alir udara medium,

    berbentuk lingkaran dengan tepi yang rata dan mempunyai diameter

    yang sama dengan diameter bagian dalam dari sel.

    5) Manometer

    Manometer dibuat dari bahan gelas berbentuk tabung U dengan

    diameter luar 9 mm, seperti pada Gambar. Bagian atas dari salah satu

    lengannya harus dapat membentuk sambungan yang kedap udara dengan

    sel permeabilitas. Lengan manometer yang dihubungkan dengan sel

    permeabilitas harus mempunyai tanda berupa garis yang melingkari

    tabung pada jarak (125 - 145) mm di bawah pembuangan bagian atas,

    dan juga garis-garis lainnya yang berjarak (15 1) mm, (70 1) mm,

    dan (110 1) mm di atas garis tersebut. Pembuangan harus ditempatkan

    pada jarak (250 - 305) mm di atas dasar manometer, digunakan untuk

    pengosongan udara pada lengan manometer yang dihubungkan pada sel

    permeabilitas. Manometer harus dilengkapi dengan katup kedap udara

    positif atau penjepit yang terletak pada jarak tidak lebih dari 50 mm dari

    lengan manometer. Manometer harus terpasang kokoh sedemikian rupa,

    sehingga kedua lengannya tegak lurus.

    6) Cairan Manometer

    Manometer harus diisi sampai garis di tengah tabung dengan cairan

    yang tidak mudah menguap, tidak higroskopis, mempunyai viskositas

    dan density rendah, seperti dibutil ptalat (benzena dikarboksilat) atau

    minyak mineral jenis ringan.

    7) Alat Pencatat Waktu

  • 7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15

    31/38

    Alat pencatat waktu harus dilengkapi dengan tombol untuk

    menjalankan dan menghentikan, dan harus dapat dibaca sampai dengan

    0.5 detik atau lebih kecil. Untuk rentang waktu dari 0 detik sampai

    dengan 60 detik. Pencatat waktu harus mempunyai ketelitian maksimum

    0.5 detik dan untuk rentang waktu harus detik ketelitiannya maksimum

    1%.

    (Sumber: SNI 15-3500-2004)

    b) Perhitungan Kalibrasi alat Blaine

    Semen Standar : NIST 114 P

    Blaine Standar : 3774 cm2/gr = 377.4 m2/kg

    1) Penentuan Cell

    WA1 = 169.5179 66.6349 = 102.8830

    WB1 = 147.8496 69.4315 = 28.4181

    WA2 = 169.5230 66.7180 = 102.8050

    WB2 = 147.8438 69.4799 = 78.3639

    2) Berat Semen Yang Ditimbang

    Untuk tipe I V

    W = Bj x V x (10.5)

    = 3.15 x 1.8060 x (10.5)

    = 2.8445 gram

    3) Luas Permukaan Spesifik (SS=3774)

    Maka didapatkan (Ts), rentang waktu dari penurunan tekanan

    dalam manometer untuk semen standar dengan waktu turun semen

    standar.

    Tabel 7. Syarat Kehalusan minimal dengan Alat Blaine

  • 7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15

    32/38

    Tipe

    semen

    Kehalusan, uji permeablita udara (m2/kg)

    Tipe

    V

    280

    c) Penyiapan Lapisan Semen

    Letakkan piringan logam pada dasar sel dan letakkan sebuah

    kertas saring di atas piringan logam (dibuat seperti bundaran) lalu tekan

    ke bawah dengan batang yang diameternya sedikit lebih kecil dari

    diameter sel, sehingga piringan dan kertas saring berada pada kedudukan

    yang tepat. Timbang sejumlah semen dengan ketelitian sampai 0.001

    gram dan masukkan ke dalam sel.

    Ketok pelan-pelan dinding sel bagian luar untuk meratakan

    lapisan semen didalamnya. Letakkan selembar kertas saring di atas

    lapisan semen ini lalu tekan dengan torak sampai leher torak kontak

    dengan permukaan sel. Tarik torak sedikit ke atas kemudian putar 90

    derajat, tekan kembali kemudian perlahanlahan torak ditarik ke luar sel.

    d) Penentuan Permeabilitas Lapisan Semen

    Setiap kali penetapan permeabilitas lapisan semen harus digunakan

    kertas saring baru, dengan perlakuan sebagai berikut:

    1) Sambungkan sel permeabilitas pada tabung manometer dengan

    sambungan yang kedap udara sedemikian rupa, sehingga tidak

    mengganggu lapisan semen yang telah disiapkan tadi, dengan

    mengoleskan sedikit gemuk pada kran penghubung manometer,

    tutup salah satu lengan manometer, sedikit dibuka kemudian tutup

    kembali. Adanya penurunan tekanan terus menerus menunjukkan

    adanya kebocoran dalam sistem.

    2) Keluarkan secara perlahan-lahan udara yang ada dalam salah satu

    tabung manometer hingga cairan manometer mencapai tanda garis

    atas, setelah itu tutup katup rapat-rapat.

    3) Jalankan alat pencatat waktu pada saat bagian bawah miniskus

    cairan mencapai tanda garis yang kedua dari atas, hentikan padasaat bagian bawah miniskus cairan mencapai tanda garis ketiga.

  • 7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15

    33/38

    Rekam rentang waktu yang diamati (detik) dan suhu pengujian

    (0C).

    4) Dalam melakukan kalibrasi alat Blaine, paling sedikit lakukan tiga

    kali penetapan waktu alir, dan setiap kali memakai lapisan semen

    standar yang berbeda. Kalibrasi harus dilakukan oleh penguji yang

    lama yang melakukan uji kehalusan. Contoh dibersihkan dari bulu-

    bulu kuas dan digunakan kembali, asalkan dijaga dalam keadaan

    kering dan semua pengujian dilaksanakan dalam waktu 4 jam

    setelah contoh dibuka.

    e) Prosedur

    1) Suhu contoh semen yang diuji harus sama dengan suhu ruang pada

    waktu pengujian.

    2) Berat contoh yang akan diuji harus sama dengan berat semen standar

    yang untuk kalibrasi, kecuali waktu menentukan kehalusan semen tipe

    III atau tipe lain yang lebih halus, yang bobot isinya sangat besar

    sehingga tekanan dengan ibu jari saja tidak bisa menyebabkan leher

    torak kontak dengan puncak sel. Berat contoh yang diperlukan harus

    sedemikian rupa sehingga lapisan contoh semen mempunyai porositas

    0.500 0.005

    3) Persiapan lapisan semen.

    4) Pengujian permeabilitas.

    5) Pengujian luas Permukaan spesifik

    C. Hasil dan analisa

    1. Hasil

    a) Uji Kuat Tekan Semen

    Dalam pengujian kuat tekan, jumlah semen yang digunakan adalah

    sebanyak 500 gram dan pasir 1375 gram serta air sebanyak 242 mL. Dari

    adukan semen ini didapat sampel semen sebanyak 6 sampel kubus.

    Tabel 8. Hasil Pengujian Gaya Tekan Semen Tipe V

  • 7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15

    34/38

    Umur

    (hari)

    Gaya tekan (KN)

    Sampel 1 Sampel 2

    3 44 45

    7 56 56

    Rata- rata kuat tekan semen 3 hari

    Kuat tekan rata-rata = 181.56 kg/cm2

    Rata-rata kuat tekan semen umur 7 hari

    Kuat tekan rata-rata = 228.48 kg/cm2

    Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa semen Portland Tipe

    V memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI15-2049-2004) karena memiliki

    kuat tekan rata-rata pada umur 3 hari sebesar 181.56 kg/cm2 sedangkan menurut

    SNI nilai kuat tekan rata-rata minimum adalah sebesar 80 kg/cm2. Kuat tekan

    rata-rata pada umur 7 hari adalah sebesar 228.48 kg/cm2 sedangkan menurut SNI

    nilai kuat tekan minimal adalah 150 kg/cm2.

    b) Uji Pengikatan Semu (False Set)

    Pengujian pengikatan semu ini jumlah semen yang digunakan adalahsebanyak 500 gram. Dari adukan antara air dan semen diperoleh kedalaman

    jarum vicat yang dihitung sebagai pengikatan semu sebagai berikut:

    Tabel 9. Hasil Pengujian Pengikatan Semu Semen Portland Tipe V

    Jumlah Air

    (mL)

    Pengikatan Awal (mm) Pengikatan Akhir (mm)

    122 29 19

    Uji pengikatan semu yang telah dilakukan membuktikan bahwa semen

    Portland Tipe V memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI 15-2049-2004)

    karena dari data yang diperoleh memiliki pengikatan semu sebesar 65%

    Sedangkan menurut SNI pengikatan semu maksimum adalah 50 %.

  • 7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15

    35/38

    c) Uji Waktu Pengikatan Semen

    Uji waktu pengikatan yang telah dilakukan membuktikan bahwa semen

    Portland Tipe V memenuhi Standar Nasionl Indonesia (SNI 15-2049-2004)

    karena dari data yang didapatkan waktu pengikatan sebagai berikut:

    Tabel 10. Hasil Pengujian Waktu Pengikatan Semen

    Air

    (mL)

    Keadaan awal Keadaan akhir

    Pengikatan

    AkhirKedalaman

    jarum

    (mm)

    Waktu awal Kedalaman

    jarum (mm)

    Waktu

    pengikatan

    156 10 8.03 23 10.05 10.50

    Waktu pengikatan awal : 10.05 8.03 = 122 menit

    Waktu pengikatan akhir : 10.50 8.03 = 173 menit

    Uji waktu pengikatan semu dari Semen Portland Tipe V memenuhi

    Standar Nasional Indonesia (SNI 15-2049-2004) karena dari data yang diperoleh

    didapatkan waktu pengikatan awal yaitu 122 menit sedangkan menurut SNI

    waktu pengikatan awal minimal yaitu selama 45 menit dan pengikatan akhir

    selama 173 menit sedangkan menurut SNI yaitu selama 375 menit.

    d) Uji Kehalusan Dengan Alat Blaine

    Komposisi sampel dari uji kehalusan ini berupa semen tipe V seberat 2.8445

    gram. Dari uji yang dilakukan diperoleh data sebagai berikut:

    Table 11. Hasil Pengujian Kehalusan dengan alat Blaine

    Tipe semen Waktu turun (detik)

    Tipe V 61.61

    62.71

    Dari data yang dipeoleh uji kehalusan dengan alat Blaine memenuhi

    standar nasional Indonesia SNI 15-2049-2004 karena rata-rata kehalusan yang

    diperoleh sebesar 320.565 m2/kg sedangkan menurut SNI kehalusan minimum

    adalah 280 m2/kg

    2. Analisa

  • 7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15

    36/38

    Dalam melakukan pengujian sifat fisika terhadap semen Portland Tipe V

    ini harus dilakukan sama dengan prosedur kerja yang telah ditentukan oleh SNI

    supaya hasil yang diperoleh sama dengan hasil Standar Nasional Indonesia (SNI

    15-2049-2004). Dari hasil pengujian sifat fisika semen terhadap semen Portland

    Tipe V maka semen ini memenuhi Standar Nasional Indonesia yaitu SNI 15-2049-

    2004 dan semen ini dapat digunakan untuk bahan konstruksi bangunan dimana

    dalam pembangunan semen ini tahan terhadap sulfat tinggi dan air tanah yang

    mengandung sulfat antara 0.17% hingga 1.67%. Dengan demikian semen Portland

    Tipe V ini dapat digunakan untuk bangunan instalasi pengolahan limbah pabrik,

    konstruksi dalam air serta jembatan, terowongan, dermaga.

    A. Kesimpulan

    1. Berdasarkan analisa sifat fisika yang dilakukan di laboratorium Semen dan

    Bahan Galian diBalai Riset dan Standarisasi Industri Padang dapat

    disimpulkan bahwa semen Portland Tipe V memenuhi Standar Nasional

    Indonesia (SNI 15-2049-2004) karena memiliki kuat tekan rata-rata pada

    umur 3 hari sebesar 181.56 kg/cm2 sedangkan menurut SNI minimum adalah

    80 kg/cm2. Kuat tekan rata-rata untuk umur 7 hari adalah 228.48 kg/cm2

    sedangkan menurut SNI nilai minimum sebesar 150 kg/cm2.

    2. Waktu pengikatan Semen Portland Tipe V didapatkan waktu pengikatan awal

    selama 122 menit sedangkan menurut SNI pengikatan awal minimal selama

    45 menit dan untuk pengikatan akhir diperoleh waktunya selama 173 menit

    sedangkan menurut SNI pengikatan akhir minimal adalah 375 menit. Untuk

    pengujian pengikatan semu dari semen Portland Tipe V ini memiliki waktu

    pengikatan semu seesar 65% sedangkan menurut SNI pengikatan semu

    maksimum adalah 50%.

    3. Uji kehalusan dengan Blaine Semen Portland Tipe V diperoleh rata-rata

    kehalusan sebesar 320.565 m2/kg sedangkan menurut SNI kehalusan minimum

    adalah 280 m2/kg.

  • 7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15

    37/38

    4. Dari pengujian yang diakukan dapat disimpulkan bahwa Semen Portland Tipe

    V memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI 15-2049-2004), dimana Semen

    Portland Tipe V ini memiliki persyaratan khusus yaitu tahan terhadap sulfat

    tinggi dan air tanah yang mengandung sulfat dengan konsentrasi antara 0.17%

    sampai dengan 1.67% sehingga semen Portland Tipe V ini dapat digunakan

    untuk bangunan konstruksi dalam air dan dapat digunakan untuk bangunan

    instalasi pengolahan limbah pabrik.

    B. Saran

    Dari permasalahan diatas perlakuan fisika yang penulis lakukan terhadap Semen

    Portland Tipe V yaitu pengujian terhadap kuat tekan, konsistensi normal (false set),

    pegujian waktu pengikatan serta uji kehalusan dengan menggunakan alat Blaine. Daripenelitian yang dilakukan masih banyak lagi hal yang harus diteliti melalui pengujian

    fisika seperti uji pemuaian, penyusutan panas hidrasi serta kandungan udara dari

    mortar. Dalam melakukan pengujian sifat-sifat fisika semen portland tipe V ini

    membutuhkan penelitian baik dari segi ukuran maupun komposisi pembuatan mortal

    dalam hal perhitungan waktunya.

  • 7/31/2019 Analisis Fisika Semen Portland Tipe v Berdasarkan SNI 15

    38/38

    DAFTAR PUSTAKA

    ASTM C 150-02a, Standard Specification for Portland Cement.

    Aswin Budhi Saputro: 2008. Kuat tekan dan kuat tarik Beton mutu tinggi dengan fly ash

    sebagai bahan pengganti sebagian semen dengan fc 45 mpa.

    http://www.teoribeton.blogspot.com diakses tanggal 02 Agustus 2010

    Julian Bagus Hariawan: 2000. Pengaruh Perbedaan Karakteristik Type Semen Ordinary

    Portland Cement (OPC) Dan Portland Composite Cement (PCC) Terhadap Kuat Tekan

    Mortar. http://www.semen-portland&catid.com diakses Tanggal 02 Agustus 2010

    SNI 15-3500-2004. Semen portland.

    Tri Wibowo S. Purnomo, Ir. MEng: 2001. Proses pembuatan semen pada PT. Holcin

    Indonesia tbk. http://one.indoskripsi.com diakses Tanggal 10 Agustus 2010

    http://www.teoribeton.blogspot.com/http://one.indoskripsi.com/http://one.indoskripsi.com/http://www.teoribeton.blogspot.com/