ANALISIS FINANSIAL PENANGKARAN SARANG BURUNG WALET … · Penyusunan Skripsi ini masih terdapat...

98
ANALISIS FINANSIAL PENANGKARAN SARANG BURUNG WALET DI DESA TARAILU KECAMATAN SAMPAGA KABUPATEN MAMUJU PROVINSI SULAWESI BARAT SKRIPSI IHCMAL 105950061015 PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR 2020

Transcript of ANALISIS FINANSIAL PENANGKARAN SARANG BURUNG WALET … · Penyusunan Skripsi ini masih terdapat...

  • ANALISIS FINANSIAL PENANGKARAN SARANG BURUNG

    WALET DI DESA TARAILU KECAMATAN SAMPAGA

    KABUPATEN MAMUJU PROVINSI SULAWESI BARAT

    SKRIPSI

    IHCMAL

    105950061015

    PROGRAM STUDI KEHUTANAN

    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

    MAKASSAR

    2020

  • ANALISIS FINANSIAL PENANGKARAN SARANG BURUNG

    WALET DI DESA TARAILU KECAMATAN SAMPAGA

    KABUPATEN MAMUJU PROVINSI SULAWESI BARAT

    SKRIPSI

    Untuk Memenuhi Persyaratan

    Memperoleh Gelar Sarjana Pada Program Studi Kehutanan

    IHCMAL

    105950061015

    PROGRAM STUDI KEHUTANAN

    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

    MAKASSAR

    2020

  • PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

    Dengan ini saya meyatakan bahwa skripsi “Analisis Finansial

    Penangkaran Sarang Burung Walet di Desa Tarailu Kecamatan Sampaga

    Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat” adalah benar merupakan hasil karya

    yang belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

    Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang

    diterbitkan maupun karya yang tidak diterbitkan telah disebutkan dalam teks yang

    di cantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

    Makassar, Februari 2020

    Penulis

  • Hak Cipta milik Universitas Muhammadiyah Makassar 2020

    @Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang

    1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa

    mencantumkan atau menyebutkan sumber.

    a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan

    karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu

    masalah

    b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar Unismuh

    Makassar.

    2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya

    tulis dalam bentuk laporan apapun tanpa izin Unismuh Makassar.

  • ABSTRAK

    IHCMAL (10595001015). Analisis Finansial Penangkaran Sarang Burung Walet

    di Desa Tarailu Kecamatan Sampaga Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat

    Di bawah bimbingan Hajawa dan Hasanuddin Molo.

    Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara finansial usaha

    penangkaran burung walet di Desa Tarailu Kecamatan Sampaga Kabupaten

    Mamuju dilihat dari aspek ekonomi yaitu NPV, B/C Ratio, dan IRR.

    Penelitian di laksanakan di Desa Tarailu Kecamatan Samaga Kabupaten

    Mamuju Provinsi Sulawesi Barat. Sampel yang diambil sebanyak 2 penangkaran

    burung walet, Pengumpulan data dilakukan melalui observasi,pengamatan dan

    wawancara. Jenis data yang dikumpulkan yakni data primer yaitu biaya meliputi

    biaya tetap (FC) dan biaya tidak tetap (VC) serta penerimaan dari usaha

    penangkaran, Data sekunder yaitu data diperoleh dari laporan, literatur yang

    relevan serta data statistik untuk memperleh informasi seperti data keadaan umum

    lokasi penelitian, Analisis ini dilakukan dengan analisis finansial dengan

    menghitung Net Present Value (NPV) Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) dan internal

    rate of retunt (IRR)

    Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan sebagai berikut pada penangkaran

    A dengan suku bunga 7% dengan masa pengelolaan 25 tahun maka didapatkan

    nilai NPV 706.450.145, B/C Ratio 4,3608 dan Nilai IRR 47,07% sedangkan Pada

    Penangkaran B dengan suku bunga 7% dimana masa pengelolaan juga selama 25

    tahun maka didapatkan hasil untuk nilai NPV 1.120.043.006, B / C Ratio 5,1902,

    dan Nilai untuk IRR 50,81% , Maka kedua penangkaran ini yaitu Penangkaran A

    dan Penangkaran B memenuhi ketiga aspek finansial yaitu nilai NPV > 0, B/C

    Ratio > 1, Dan Nilai IRR diatas suku bunga yang berlaku saat ini yaitu 7%.

    Sehingga kedua penangkaran burung walet ini dinyatakan layak dikembangkan

    secara finansial.

    Kata Kunci : Burung walet. Analisis Finnsial, Net Present Value (NPV) , Benefit

    Cost Ratio (B/C Ratio) dan Internal Rate Of Retunt (IRR)

  • KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat, karunia, dan

    hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul

    “Analisis Finansial Penangkaran Sarang Burung Walet di Desa Tarailu

    Kecamatan Sampaga Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat”, Sebagai salah

    satu syarat mendapat Gelar Sarjana Kehutanan. Salam dan salawat semoga

    senantiasa dilimpahkan oleh Allah SWT kapada junjungan Nabi Muhammad

    SAW sebagai suritauladan kepada kita semua. Penulis berharap apa yang

    dipaparkan dalam skripsi ini dapat memberikan informasi baru bagi kita semua.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan,

    untuk itu saran dan masukan sangat Penulis hargai.

    Penulis mengucapkan banyak terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

    1. Orang tua saya tercinta ayahanda Hardi dan ibunda Normawati yang

    selalu memberikan kasih sayang, doa serta dorongan moril maupun

    materil yang tak terhingga.

    2. Bapak Dr. H. Burhanuddin, S.Pi. ,MP. Selaku Dekan Fakultas Pertanian

    Universitas Muhammadiyah Makassar.

    3. Ibunda Dr. Husnah Latifah ,S.Hut.,M.Si. Selaku Wakil Dekan I Fakultas

    Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

    4. Dr. Hikmah,S.Hut.,M.Si.,IPM Selaku Ketua Program Studi Kehutanan

    Universitas Muhammadiyah Makassar.

  • 5. Dr.Ir.Hajawa, M.P.. Selaku pembimbing I dan Dr. Ir. Hasanuddin Molo,

    S. Hut, MP, IPM. Selaku pembimbing II yang telah memberikan

    bimbingan selama penyusunan skripsi, pengetahuan dan motivasi.

    6. Dr. Ir. Irma Sribianti, S.Hut., M. P., selaku penguji I dan

    Muthmainnah S.Hut., M. Hut., selaku penguji II yang tak hentinya

    memberi arahan dan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

    7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Kehutanan serta staf tata usaha

    Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah

    memberikan ilmu selama di bangku perkuliahan.

    8. Asmaun, Kristina, Faisal Basri, Riskawati Marsyam, Miranda Rifdayanti

    Nur Abdi Aminullah serta teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan

    satu-persatu yang telah memberikan doa dan dukungan serta partisipasi

    yang sangat besar dalam penyusunan Skripsi ini sehingga dapat

    terselesaikan.

    Penyusunan Skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh sebab itu

    hargai keritik dan saran yang bersifat konstruktif sehingga dapat mendorong

    kesempurnaan Skripsi ini. Akhirnya semoga Allah SWT memberikan rahmat dan

    kemanfaatan yang banyak atas penulisan Skripsi ini dan menjadikan kita hamba-

    Nya yang pandai mensyukuri nikmat-Nya Amin Ya Rabbal’Alamin.

    Makassar, Februari 2020

    Penulis

  • DAFTAR ISI

    HALAMAN SAMPUL ................................................................................................. i

    HALAMAN JUDUL .................................................................................................... ii

    HALAMAN PENGESAHAN.. ................................................................................... iii

    HALAMAN KOMISI PENGUJI ................................................................................ iv

    PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ...................................................................... v

    HAK CIPTA................................................................................................................ vi

    ABSTRAK ................................................................................................................. vii

    KATA PENGANTAR. ............................................................................................ .viii

    DAFTAR ISI .............................................................................................................. ..x

    DAFTAR TABEL .................................................................................................... .xiii

    DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xiv

    DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xv

    I. PENDAULUAN ....................................................................................................... 1

    1.1. Latar Belakang ................................................................................................. 1

    1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................ 3

    1.3. Tujuan Penelitian .............................................................................................. 3

    1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................................ 3

    II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................... 5

    2.1. Sumber Daya Alam .......................................................................................... 5

    2.2. Klasifikasi Burung Walet ................................................................................. 6

    2.3. Habitat Burung Walet ....................................................................................... 8

  • 2.4. Manfaat Dan Nilai Jual Burung Walet ............................................................. 9

    2.4.1. Manfaat Sarang Walet ............................................................................ 9

    2.4.2. Nilai Jual Sarang Walet ........................................................................ 11

    2.5.Analisis Finansial ............................................................................................ 11

    2.5.1. Biaya Produksi ..................................................................................... 12

    2.5.2. Penerimaan ........................................................................................... 13

    2.5.3. Pendapatan Penanggkaran Burung ....................................................... 13

    2.5.4. Net Present Value (NPV) ..................................................................... 14

    2.5.5. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) ........................................................ 15

    2.5.6. Internal Rate Of Returnt (IRR) ............................................................. 15

    2.6. Kerangka Fikir ................................................................................................ 16

    III. METODE PENELITIAN .................................................................................... 17

    3.1. Waktu Dan Tempat Penelitian ....................................................................... 17

    3.2. Alat Dan Bahan .............................................................................................. 17

    3.3. Metode Pengumpulan Data ............................................................................ 17

    3.4. Langka-Langka Penelitian .............................................................................. 17

    3.5. Jenis Data ....................................................................................................... 18

    3.5.1. Data Primer .......................................................................................... 18

    3.5.2. Data Sekunder ...................................................................................... 20

    3.6. Analisis Data .................................................................................................. 20

    3.6.1. Biaya Produksi ..................................................................................... 20

    3.6.2. Penerimaan ........................................................................................... 21

    3.6.3. Pendapatan .......................................................................................... 21

  • 3.6.4. Net Present Value (NPV) ..................................................................... 21

    3.6.5. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) ........................................................ 22

    3.6.6. Internal Rate Of Returnt (IRR) ............................................................. 22

    IV. KEADAAN UMUM LOKASI ............................................................................ 24

    4.1. Keadaan Geografis ......................................................................................... 24

    4.2. Penduduk Kecamatan ..................................................................................... 25

    4.3. Sarana dan Prasarana ...................................................................................... 26

    4.3.1. Pendidikan .............................................................................................. 26

    4.3.2. Kesehatan ............................................................................................... 26

    4.3.3. Tempat Ibadah ........................................................................................ 27

    V. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 28

    5.1. Identifikasi Penangkaran Arang Burung Walet .............................................. 28

    5.1.1. Penangkaran A ..................................................................................... 28

    5.1.2.Penangkaran B ....................................................................................... 30

    5.2. Analisis Finansial Penangkaran A Dan B ...................................................... 33

    5.2.1. Penangkaran A ..................................................................................... 33

    5.2.2. Penangkaran B ...................................................................................... 36

    5.3. Penerimaan Penangkaran A Dan B ................................................................ 39

    5.3.1. Penerimaan Penagkaran A.................................................................... 39

    5.3.2. Penerimaan Penangkaran B .................................................................. 40

    5.4. Pendapatan Penangkaran A Dan B ................................................................. 41

    5.4.1. Pendapatan Penangkaran A .................................................................. 42

  • 5.4.2. Pendapatan Penangkaran B .................................................................. 42

    5.5. Analisis Finansial ........................................................................................... 43

    5.5.1. Net Present Value (NPV) ..................................................................... 44

    5.5.2. Rasio Manfaat Terhadap Biaya (B/C Ratio) ........................................ 45

    5.5.3. Internal Rate Of Returns (IRR) ............................................................ 45

    VI . PENUTUP........................................................................................................... 48

    6.1. Kesimpulan ..................................................................................................... 48

    6.2. Saran .............................................................................................................. 48

  • DAFTAR TABEL

    No teks Halaman

    1. Luas Wilayah Menurut Desa di Kecamatan Sampaga .............................. 25

    2. Jumlah Penduduk Menurut Desa di Kecamatan Sampaga 2017,

    2018 ............................................................................................................ 26

    3. Alat Dan Bahan Biaya Tetap ( FC ) Penangkaran A .................................. 29

    4. Alat Dan Bahan Biaya Tidak Tetap ( VC )penangkaran B ........................ 32

    5. Biaya Tetap Penangkaran A ....................................................................... 34

    6. Biaya tidak tetap penangkaran A................................................................ 35

    7. Biaya tetap penangkaran B ......................................................................... 37

    8. Biaya tidak tetap penangkaran B ................................................................ 38

    9. Penerimaan Penangkaran A........................................................................ 40

    10. Penerimaan Penangkaran B ........................................................................ 41

    11. Pendapatan Penangkaran A ........................................................................ 42

    12. Pendapatan Penangkaran B ........................................................................ 42

    13. Nilai Net Present Value (NPV) .................................................................. 44

    14. Nilai Ratio Manfaat Terhadap Biaya (B/C) ............................................... 45

    15. Internal rate of Returns (IRR) .................................................................... 46

    16. Aspek Financial Penangkaran Sarang Burung Walet Didesa Tarailu ........ 47

  • DAFTAR GAMBAR

    No teks Halaman

    1. Kerangka Fikir .................................................................................................. 16

    2. Penangkaran A ................................................................................................... 29

    3. Penangkaran B ................................................................................................... 31

  • DAFTAR LAMPIRAN

    No teks Halaman

    1. Data Primer ....................................................................................................... 51

    2. Olah Data .......................................................................................................... 57

    3. Dokumentasi Penelitian ..................................................................................... 75

    4. Surat Izin Penelitian ........................................................................................... 79

  • I. PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Burung walet adalah salah satu sumber daya alam (SDA) hayati Yang

    memiliki potensi besar. Burung walet bermanfaat baik secara ekologi maupun

    ekonomi, dari segi ekonomi burung walet memiliki sarang yang mempunyai harga

    yang cukup mahal dan merupakan komoditi ekspor.

    Habitat makro Burung Walet merupakan daerah tempat untuk mencari

    pakan dan berkembang biak habitat makro burung walet adalah disekitar pantai

    dan daerah yang di tumbuhi banyak tanaman atau hutan. habitat makro sangat

    penting bagi kelangsungan hidup burung walet karena serangga pakan burung

    walet bergantung pada kondisi habitat makronya.

    Habitat mencari pakan yang paling cocok adalah campuran antara sawah

    dan tegalan (50%), lahan basah (20%), dan daerah berhutan (30%). Komposisi ini

    berkaitan dengan habitat serangga yang paling disukai Burun Walet.

    Berhubungan dengan nilai jual sarang burung walet yang tinggi , maka

    masyarakat berupaya melakukan penangkaran dengan cara modifikasi habitat

    dengan membuat tempat penangkaran yang meniru habitat aslinya terutama

    persyaratan fisik ( Ayuti, . 2016 ).

    Habitat mikro burung walet adalah lingkungan di dalam gedung tempat

    burung walet beristirahat, membuat sarang, bertelur dan membesarkan anak-anak

    walet yang baru menetas. Habitat mikro besifat setempat sehingga dapat dengan

    mudah dikondisikan sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan burung walet.

    Kondisi habitat mikro diatur dengan habitat aslinya seperti mengatur temperatur,

  • kelembapan dan intensitas cahaya layaknya di dalam gua. Suhu dan kelembaban

    optimum didalam gedung dibutuhkan burung walet sebagai zona nyaman untuk

    beristirahat suhu kelembaban yang terlalu rendah atau terlalu tinggi akan

    mengurangi produkvitas sarang dan menganggu kenyamanan burung walet.

    Produksi sarang burung walet tergantung pada pakan yang dikonsumsi,

    jika pakan yang dikonsumsi walet banyak, maka kelenjar walet akan

    menghasilkan air liur yang berlimpah. Sarang yang dibuat walet digunakan untuk

    menetap, berkembang biak, merawat, dan membesarkan anaknya. Bisnis sarang

    burung walet merupakan suatu investasi yang memiliki prospek cukup cerah dan

    sangat menjanjikan. Dari tahun ke tahun, harga sarang burung walet yang

    dihasilkan relatif meningkat. Hal ini karena semakin meningkatnya pengetahuan

    masyarakat akan khasiat sarang burung walet sehingga permintaan sarang burung

    walet di dunia semakin meningkat (Salekat, 2009 ).

    Usaha penangkaran burung walet membutuhkan investasi yang cukup

    besar, maka sejak awal dibutuhkan perencanaan yang matang dan pengetahuan

    yang utuh mengenai faktor–faktor yang terdapat dalam pengembangan usaha

    penangkaran burung walet. Hal ini sangat diperlukan untuk menekan risiko dan

    ketidakpastian sekecil-kecilnya, sehingga diperoleh optimalisasi sumberdaya yang

    digunakan. Dalam usahanya para penangkar menghadapi beberapa kendala

    diantaranya dalam hal penentuan harga, karena keterbatasan para penangkar

    terhadap informasi pasar dan burung walet merupakan satwa liar sehingga

    menyebabkan pendapatan para penangkar tidak menetap.

  • Salah satu daerah di Indonesia yang banyak melakukan usaha budidaya

    (penangkaran) walet sarang putih di dalam gedung adalah di Desa Tarailu

    Kecamatan Sampaga Kabupaten Mamuju. Daerah ini terletak disekitar hamparan

    persawahan serta dikelilingi oleh pegunungan sehingga menjadi daerah yang

    cocok untuk burung walet dalam beraktivitas mencari pakan. Tempat penangkaran

    sarang walet putih (Collocalia Fuciphaga) di Desa Tarailu Kecamatan Sampaga

    Kabupaten Mamuju telah memproduksi sarang burung walet dan telah

    dikomersilkan, oleh karena itu perlu adaya analisis finansial untuk memastikan

    apakah usaha penangkaran ini menguntungkan dan layak dikembangkan.

    1.2. Rumusan Masalah

    Adapun rumusan masalah dalam penelitian yang dilaksanakan yaitu,

    apakah usaha penangkaran burung walet layak dikembangkan secara finansial di

    Desa Tarailu Kecamatan Sampaga Kabupaten Mamuju

    1.3. Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan penelitian yang dilaksanakan yaitu untuk menganalisis

    secara finansial usaha penangkaran burung walet di Desa Tarailu Kecamatan

    Sampaga Kabupaten Mamuju.

    1.4. Manfaat Penelitian

    Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini

    diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

    Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

  • 1. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai Analisis

    kelayakan finansial usaha penangkaran sarang burung walet di Desa

    Tarailu, Kecamatan Sampaga, Kabupaten Mamuju.

    2. Dapat dijadikan sebagai referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya

    yang berhubungan dengan Analisis finansial penangkaran sarang burung

    walet.

  • II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Sumber Daya Alam

    Sumber daya adalah sesuatu yang memiliki nilai guna. Sumber Daya Alam

    (SDA) adalah keseluruhan faktor fisik, kimia, biologi dan sosial yang membentuk

    lingkungan sekitar kita. sumber daya alam adalah semua yang berasal dari bumi,

    biosfer, dan atmosfer, yang keberadaannyatergantung pada aktivitas manusia.

    Semua bagian lingkungan alam kita (biji-bijian, pepohonan, tanah, air, udara,

    matahari, sungai) adalah sumber daya alam (Kehati, 2009).

    Sumber daya alam adalah unsur-unsur yang terdiri dari SDA nabati

    (tumbuhan) dan SDA hewani (satwa) dengan unsur non hayati disekitarnya yang

    secara keseluruhan membentuk ekosistem1. SDA memiliki peranan dalam

    pemenuhan kebutuhan manusia. Secara yuridis, pengertian SDA termuat dalam

    Pasal 1 ayat 9 UU No. 32tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

    Lingkungan Hidup, ialah SDA adalah unsur lingkungan hidup yang terdiri atas

    sumber daya hayati dan nonhayati yang secara keseluruhan membentuk kesatuan

    ekosistem.Terdapat beberapa pendapat mengenai pembagian sumberdaya alam.

    antara lain ditinjau dari sifat umum ekosistemnya dibagi menjadi dua golongan

    besar yaitu SDA terestris (daratan) dan SDA akuatik (perairan) (Kehati, 2009).

    Sumber daya alam berdasarkan sifatnya dapat digolongkan menjadi SDA

    yang dapat diperbaharui dan SDA yang tidak dapat diperharui. SDA yang dapat

    diperbaharuiialah kekayaan alam yang dapat terus ada selama penggunaannya

    tidak diekploitasi berlebihan. SDA yang tidak dapat diperbaharui yaitu SDA yang

    jumlahnya terbatas karena penggunaannya lebih cepat daripada proses

  • pembentukannya dan apabila digunakan secara terus menerus akan habis seperti

    contoh tumbuhan, hewan, mikroorganisme, sinar matahari, angin, dan air.

    Kebutuhan SDA meningkat dikarenakan pertambahan penduduk serta kemajuan

    pembangunan. SDA yang terbatas bahkan menurun. Tanpa upaya pelestarian atau

    konservasi maka terjadi krisis SDA, kualitas menurun, persediaan langka,

    keanekaragaman berkurang, dll. Pemanfaatan SDA dibagi berdasarkan sifatnya,

    yaitu SDA Hayati dan Non Hayati. Pasal 12 ayat 1 UU No.32 tahun 2009

    menyatakan pemanfaatan SDA dilakukan berdasarkan Rencana Perlindungan dan

    Pengelolaan Lingkungan Hidup (RPPLH) (Kehati, 2009).

    Pada dasarnya semua SDA termasuk SDA hayati harus dimanfaatkan

    untuk kesejahteraan masyarakat dan umat manusia sesuai dengan kemampuan dan

    fungsinya. Pemanfaatannya harus sedemikian rupa sesuai dengan UU No. 5

    tahun1990 tentang Konservasi SDA Hayati dan Ekosistemnya, sehingga dapa

    tberlangsung secara lestari untuk masa kini dan masa depan. Pemanfaatan dan

    pelestarian tersebut seperti tersebut di atas harus dilaksanakan secara serasi

    danseimbang sebagai perwujudan dari asas konservasi SDA hayati dan

    ekosistemnya. (Kehati, 2009).

    2.2. Klasifikasi Burung Walet

    Collocalia fuciphaga merupakan salah satu spesies dari burung walet yang

    paling banyak dibudidaya serta mudah dijumpai hampir diseluruh pelosok di

    Indonesia. Spesies ini merupakan burung berkelompok yang menempati suatu

    daerah yang berlimpah akan pakan mereka (serangga kecil), seperti di hutan yang

    padat, pegunungan tandus, lahan pertanian terbuka, bahkan bangunan yang

  • sengaja dibuat untuk dijadikan sebagai tempat tinggal burung walet (Campbell

    dan Lack, 1985).

    Spesies Collocalia fuciphaga ini bersifat monogami dan induk betina

    menghasilkan dua butir telur yang dierami oleh kedua induk selama 23±3 hari

    (Campbell dan Lack, 1985). Spesies ini berukuran sedang (12 cm), tubuh bagian

    atas berwarna coklat kehitam-hitaman dengan tungging abu-abu pucat, tubuh

    bagian bawah berwarna coklat, sayap berbentuk bulan sabit memanjang dan

    runcing, memiliki ekor yang menggarpu dan kuku yang tajam (Mackinnon, 1995).

    Kedua jenis kelamin pada burung ini sulit dibedakan, serta memiliki bobot tubuh

    8,7-14,8 gram (Dunning, 2008) dan bentang sayap 110-118 mm (Campbell dan

    Lack, 1985).

    Burung walet sarang putih (Collocalia fuciphaga) memiliki klasifikasi

    zoologis sebagai berikut (Soehartono , 2009) .

    Kerajaan : Animalia

    Filum : Chordata

    Kelas : Aves

    Ordo : Apodiformes

    Famili : Apodidae

    Genus : Collocalia

    Spesies : Collocalia fuciphaga

    Collocalia fuciphaga merupakan penerbang yang kuat, mampu terbang

    sekitar 40 jam secara terus menerus, menjelajahi home range dengan radius 25-40

  • km. saran Collocalia fuciphaga terbentuk dari air liur burung tersebutkemudian

    mengeras (Mardiastuti et al., 1998).

    2.3. Habitat Burung Walet

    Habitat mikro Burung Walet adalah lingkungan di dalam gedung tempat

    Burung Walet beristirahat, membuat sarang, bertelur dan membesarkan anak-anak

    walet yang baru menetas. Habitat mikro bersifat setempat sehingga dapat dengan

    mudah dikondisikan sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan Burung Walet.

    Kondisi habitat mikro diatur dengan meniru kondisi habitat aslinya seperti

    mengatur temperatur, kelembaban dan instensitas cahaya layaknya di dalam gua.

    Kondisi seperti ini akan tercapai dengan cara pemilihan bahan dan desain

    bangunan yang tepat serta menambahkan alat-alat pendukung. Suhu dan

    kelembaban optimum di dalam gedung dibutuhkan Burung Walet sebagai zona

    nyaman Burung Walet untuk beristirahat. Suhu dan kelembaban yang terlalu

    rendah atau terlalu tinggi akan mengurangi produktivitas sarang dan mengganggu

    kenyamanan Burung Walet (Ibrahim dkk., 2009).

    Habitat makro Burung Walet merupakan daerah tempat Burung Walet untuk

    mencari pakan dan berkembang biak. Habitat makro sangat penting bagi

    kelangsungan hidup Burung Walet karena serangga pakan Burung Walet

    bergantung pada kondisi habitat makronya yang terdiri dari area bervegetasi dan

    berair. Ketersediaan serangga pakan Burung Walet tersebut bergantung pada

    kondisi iklim dan luasnya lokasi habitat serangga sebagai penyedia tempat dan

    makanan (Hakim, 2011).

  • Menurut Soehartono dan Mardiastuti (2003), habitat mencari pakan yang

    paling cocok untuk spesies Collocalia fuciphaga adalah campuran antara sawah

    dan tegalan (50%), lahan basah (20%), dan daerah berhutan (30%). Komposisi ini

    berkaitan dengan habitat serangga yang paling disukai oleh Burung Walet. Urutan

    serangga yang paling disukai oleh Burung Walet yaitu serangga yang berasal dari

    ordo Hymenoptera dan Homoptera yang hidup di daerah sawah dan tegalan,

    Diptera yang hidup di daerah lahan berkayu, dan Ephemenoptera yang hidup di

    lahan basah (Adiwibawa, 2000).

    2.4. Manfaat dan Nilai Jual Sarang Walet

    2.4.1 Manfaat Sarang Walet

    Hasil dari peternakan walet adalah sarangnya yang terbuat dari air liurnya

    (saliva). Sarang walet ini selain mempunyai harga yang tinggi, juga dapat

    bermanfaat bagi duni kesehatan. Sarang walet berguna untuk menyembuhkan

    paru-paru, panas dalam, melancarkan peredaran darah dan penambah tenaga.

    Mahluk yang ludahnya begitu berharga itu tak lain dan tak bukan adalah burung

    walet, sebutan lainnya adalah burung layang-layang dan dalam bahasa Inggris

    disebut swallow. Dengan air liurnya yang kental burung walet membuat

    sarangnya. Air liur yang kental itu akan mengering saat terkena udara. Dewasa ini

    di dunia dikenal 2 jenis sarang burung walet yakni sarang burung walet yang

    dipanen di gua-gua di pegunungan, serta sarang burung walet yang dipanen di

    atap rumah-rumah tua yang lebih popular sebagai sarang burung walet

    rumahan.(Risdawati, N. 2007).

  • Bagi tubuh, protein berfungsi sebagai zat pembangun bahkan setelah diteliti

    salah satu senyawa turunannya yaitu azitothymidine dapat melawan penyakit

    AIDS. yang lebih istimewa,Sarang burung walet memiliki sumber asam amino

    yang lengkap. Tercatat sarang burung walet memiliki 17 asam amino esensial,

    semiesensial dan non-esensial. Serta mineral-mineral yang terkandung dalam

    sarang walet sangat manjur untuk mendukung aktivitas tubuh ( Wendrato,I. 1988

    ).

    Ada 6 mineral yang sudah diketahui seperti kalsium, zat besi, fospor, kalium

    dan natrium.Bagi tubuh, kalsium berperan sangat penting untuk pembentukan

    tulang. Namun sayang nya mineral dan senyawa paling penting dalam sarang

    burung walet mudah hilang. Oleh karena itu Dr. Kong Yun Cheung dari china

    menyarankan agar saat memasak sarang walet tidak perlu dicuci, sebab

    kandungan glikoprotein bisa terbuang (Risdawati, N. 2007).

    Kandungan gizinya yang tinggi membuatnya dipercaya memiliki khasiat

    sebagai aphrodisiac yang di masa tertentu hanya bisa dinikmati oleh kaum

    bangsawan di Tiongkok Kuno. Banyak sinshe dan ahli pengobatan China

    tradisional yang mencampurkan sarang burung walet ke dalam tonik penguat.

    Belakangan sup sarang burung walet dikemas dan diproduksi secara modern

    sebagai salah satu tonik penambah energi. Sayang harganya sangatlah mahal

    sehingga walau jaman telah modern dan kaum bangsawan tak lagi memonopoli

    segala segi di muka bumi ini, sarang burung walet masih tak terjangkau oleh

    semua orang (Risdawati, N. 2007).

  • 2.4.2. Nilai Jual Sarang Walet

    Adapun harga jual sarang burng walet dapat kita lihat di tabel di bawah ini:

    Varian Sarang Walet Harga/ Kg (Rp)

    Sarang Burung Walet Grade Super 100g Rp 3.100.000

    Sarang Burung Walet Hancuran 100g Rp 1.200.000

    Sarang Burung Walet Super Bersih Premium 1kg Rp 23.500.000

    Sarang Burung Walet 17g Rp 350.000

    Sarang Burung Walet 50g Rp 1.100.000

    Sarang Burung Walet 100g Rp 1.800.000

    Sup Sarang Burung Walet Instan Rp 600.000

    Pembersih Sarang Burung Walet Superwhite Rp 450.000

    Pakan Walet Ampuh Menambah Populasi Burung Walet

    3Kg Rp 390.000

    Parfum + Pakan Walet Penambah Kualitas dan Produksi

    Sarang Walet 2Kg Rp 640.000

    2.5. Analisis Finansial

    Analisis Finansial bertujuan untuk mengetahui perkiraan dalam hal

    pendanaan dan aliran kas, sehingga dapat diketahui layak atau tidaknya usaha

    yang dijalankan. Menurut Husnan Suswarsono (2000) analisis finansial

    merupakan suatu analisis yang membandingkan antara biaya dan manfaat untuk

    menentukan apakah suatu bisnis akan menguntungkan selama umur usaha. Alat

  • analisis dalam analisis finansial penelitian ini meliputi: Biaya, Produktivitas,

    Pendapatan, B/C Ratio, NPV, dan IRR.

    2.5.1. Biaya Produksi

    Biaya adalah suatu pengorbanan yang perlu dilakukan untuk suatu proses

    produksi yang dinyatakan dengan satuan uang menurut harga pasar yang berlaku

    baik yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi.

    Biaya merupakan objek yang dicatat, digolongkan, diringkas dan disajikan

    oleh akuntansi biaya. Proses akuntansi biaya dapat ditujukan untuk memenuhi

    kebutuhan baik pihak intern perusahaan maupun pihak ekstern perusahaan.

    Definisi biaya menurut Mulyadi (2012) adalah sebagai berikut :“ Biaya

    adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah

    terjadi atau kemungkinan terjadi untuk tujuan tertentu.”

    Menurut Karter dan Usry (2006) mendefinisikan bahwa : “Biaya sebagai

    nilai tukar, pengeluaran, pengorbanan untuk memperoleh manfaat.” Sedangkan

    menurut Harahap (2007) mendefinisikan sebagai berikut : ”Biaya sebagai

    penurunan gross dalam asset atau kenaikkan gross dalam kewajiban yang diakui

    dan dinilai menurut prinsip akuntansi yang diterima yang berasal dari kegiatan

    lainnya yang merupakan kegiatan utama perusahaan.”

    Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa biaya adalah harga

    yang telah dipakai atau digunakan untuk memperoleh pendapatan.

    Biaya total (TFC) adalah keseluruhan biaya yang harus dikeluarkan oleh

    perusahaan untuk membeli semua keperluan baik barang dan jasa yang akan

    digunakan dalam proses produksi demi menghasilkan / produksi suatu barang.

  • Total biaya merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel

    yang harus dikeluarkan dari usaha,

    2.5.2. Penerimaan

    Penerimaan yang disebut juga dengan pendapatan kotor menurut Ibrahim

    (2003) merupakan keseluruhan pendapatan yang diperoleh dari semua cabang dan

    sumber dalam penangkaran burung selama satu tahun, yang dapat diperhitungkan

    dari hasil penjualan, pertukaran, atau penaksiran kembali.

    pendapatan kotor ini di dalamnya mencakup :

    a. Jumlah uang yang diterima dari hasil penjualan dengan mengingat akan

    adanya penerimaan pada permulaan dan akhir tahun.

    b. Nilai dari pengeluaran-pengeluaran berupa bahan dari penangkaran burung

    kepada rumah tangga dan keperluan-keperluan pribadi dari penangkaran

    dan kepada usaha-usaha yang tidak termasuk penangkaran burung.

    c. Nilai dari bahan yang dibayarkan sebagai upah kepada tenaga kerja luar.

    d. Nilai dari hasil bahan uang yang dihasilkan dalam penangkaran burung

    yang dipergunakan lagi di dalam penangkaran burung sendiri sebagai

    bangunan-bangunan tetap.

    e. Tambahan nilai dari persediaan dan modal.

    2.5.3. Pendapatan Penangkaran burung

    Menurut Ibrahim (2003), pendapatan penangkaran dapat diperhitungkan

    dengan biaya alat-alat luar dan dengan bunga modal dari luar.Sedangkan

    pendapatan bersih dapat diperhitungkan dengan mengurangi pendapatan kotor

    dengan biaya mengusahakan.

  • Biaya mengusahakan adalah biaya alat-alat luar ditambah dengan upah

    tenaga kerja keluarga sendiri, yang diperhitungkan berdasarkan upah yang

    dibayarkan kepada tenaga kerja luar. Untuk memperhitungkan nilai biaya dan

    pendapatan penangkaran burung pada umumnya dibedakan menjadi tiga, yaitu:

    1. Memperhitungkan keadaan keuangan penangkaran burung dan penangkaran

    pada suatu waktu.

    2. Memperhitungkan besarnya biaya dan pendapatan penangkaran burung

    selama satu tahun.

    3. Memperhitungkan hubungan antara biaya dan pendapatan penangkaran

    burung pada akhir tahun.

    Pendapatan usaha merupakan pengurangan penerimaan total dengan biaya

    total dari usaha produksi.

    2.5.4. Net Present Value (NPV)

    Net Present Value (NPV) dari suatu proyek merupakan nilai sekarang

    (Present Value) dari selisish antara benefit (manfaat) dengan cost(biaya) pada

    Dsicount Rate tertentu. Net Present Value (NPV) menunjukan kelebihan benefit

    (manfaat) dibandingkan dengan cost (biaya).

    Kriteria untuk menerima dan menolak rencana investasi dengan metode

    NPV adalah sebagai berikut:

    a) Apabila NPV > 0, maka usulan proyek diterima,

    b) Apabila NPV < 0, maka usulan proyek ditolak, dan

    c) Apabila NPV = 0, Kemungkinan proyek akan diterima atau nilai perusahaan

    tetap walaupun usulan proyek diterima atau ditolak. (Choliq et al., 1999 )

  • 2.5.5. Net benefit Cost Ratio (Net B/C)

    Net B/C adalah perbandingan antara jumlah NPV positif dengan NPV

    negatif. Net B/C ini menunjukan gambaran berapa kali lipat benefit akan

    diperoleh dari cost yang dikeluarkan.

    Net benefit cost ratio (Net B/C Ratio) adalah perbandingan antara present

    value yang dari net benefit yang positif dengan present value dari net benefit yang

    negatif (Kadariah,1986). Jika Net B/C ratio >1, maka proyek tersebut layak untuk

    diusahakan karena setiap pengeluaran sebanyak Rp. 1 maka akan

    menghasilkan manfaat sebanyak Rp. 1. Jika Net B/C < 1 maka proyek tersebut

    tidak layak untuk diusahakan karena setiap pengeluaran akan menghasilkan

    penerimaan yang lebih kecil dari pengeluaran.

    2.5.6. Internal Rate of Return (IRR)

    IRR adalah suatu kriteria investasi untuk mengetahui presentase

    keuntungan dari suatu proyek tiap-tiap tahun dan IRR juga merupakan alat ukur

    kemampuan proyek dalam mengembalikan bunga pinjaman.

    Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat suku bunga maksimum yang

    dapat dibayar oleh bisnis untuk sumberdaya yang digunakan karena bisnis

    membutuhkan dana lagi untuk biaya-biaya operasi dan investasi dan bisnis

    baru sampai pada tingkat pulang modal (Gittinger, 1986). Sedangkan menurut

    Umar (2005) Internal Rate of Return (IRR) digunakan untuk mencari tingkat

    bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa

  • datang, atau penerimaan kas, dengan mengeluarkan investasi awal. Apabila IRR

    sama dengan tingkat discount maka usaha tidak dapat mendapatkan untung atau

    rugi, tetapi jika IRR < tingkat discount rate maka usaha tersebut tidak layak

    diusahakan, sedangkan apabila IRR > tingkat discount rate maka usaha tersebut

    layak untuk diusahakan.

    2.6. Kerangka Fikir

    Sumber daya alam hayati terdiri dari puluhan ribu sumber daya, satu

    diantaranya habitat burung walet, habitat burung walet kini dikembangkan dengan

    cara diadakan penangkaran. Untuk mengetahui pendapatan finansial dari hasil

    penangkaran burung walet maka perlu dilakukan penelitian analisis finansial

    penangkaran burung walet yang telah disusun dalam kerangka fikir, sebagai

    berikut :

    Habitat Burung Walet

    Penangkaran burung walet dan

    sarang burung walet

    Biaya Penerimaan

    Analisis Finansial

    Nila present value(NPV)

    Internal Rate of Return

    (IRR)

    Benefit Cost (BC)

    Sumber Daya Alam Hayati

  • Gambar 1. Kerangka fikir

    III. METODE PENELITIAN

    3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

    Penelitian dilakukan mulai bulan Oktober sampai November 2019.

    Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tarailu Kecamatan Sampaga Kabupaten

    Mamuju.

    3.2. Alat dan Bahan

    Adapun alat yang digunakan meliputi : alat tulis, kamera, kalkulator,

    laptop dan daftar pertanyaan. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

    penangkaran burung walet dan sarang burung walet.

    3.3. Metode Pengumpulan Data

    Penelitian ini bersifat analisa kasus yaitu melakukan pengamatan langsung

    pada objek penangkaran sarang walet putih (Collocalia fuciphaga) hasil budidaya

    di Desa Tarailu Kecamatan Sampaga Kabupaten Mamuju.

    3.4. Langkah-Langkah Penelitian

    1. Observasi

    Observasi adalah salah satu metode pengumpulan data dengan mengamati

    secara langsung di lokasi penelitian atau lapangan. Berikut observasi yang

    akan dilakukan :

    a. Tingkah laku walet

    b. Kondisi bangunan penangkaran walet

    Kelayakan Usaha

  • 2. Pengamatan

    Proses pengamatan penangkaran sarang burung walet dilakukan untuk

    memenuhi syarat pengambilan data di lokasi penelitian atau lapangan.

    a. Mengambil gambar

    b. Mengamati keadaan sekitar.

    3. Wawancara

    Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab

    untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan sesuai tujuan penelitian.

    a. Dilakukan Perekaman

    b. Memperhatikan setiap detail penyampaian narasumber

    3.5. Jenis Data

    3.5.1. Data primer

    Data primer yaitu data yang diperoleh melalui pengamatan langsung

    melalui observasi dan wawancara langsung dengan pemilik penangkaran walet

    serta survey terhadap analisis finansial usaha penangkaransarang burung walet

    sarang putih yang beara di Desa Tarailu Kecamatan Sampaga Kabupaten

    Mamuju.

    1. Biaya (Cost)

    a. Biaya Tetap ( Fixed Cost )

    1) Biaya Pendirian Rumah/Gedung

  • Bangunan rumah/gedung burung walet dilokasi penelitian

    dihitung dalamsatuan gedung dan dalam pembuatan rumah/gedung

    dengan sistemborongan bangunan seperti tenaga kerja, pemasangan

    cor/beton, , pipa, besi, plafon, dan lainnya. Setiap narasumber

    besarnya biaya untuk mendirikan bangunan berbeda-beda tergantung

    luas rumah/gedung burung walet.

    2) Izin Pengelolaan/Izin Lingkungan Masyarakat

    Usaha sarang burung walet pada saat permulaan usaha terdapat

    izin lingkungan masyarakat sekitar rumah/gedung walet.

    3) Perlengkapan/ Peralatan

    Perlengkapan rumah walet yaitu alat-alat yang ada di dalam

    rumah/gedung burung walet antara lain baskom/wadah, pipa, water

    pump, tape/vcd, loudspeaker, dan kaset/flashdisk rekaman suara

    burung walet. Peralatan panen yaitu alat-alat yang digunakan saat

    panen sarang burung walet antara lain senter/headlamp, scraper, dan

    wadah/ember. Burung walet masuk ke dalam rumah walet dengan cara

    menggunakan rekaman suara walet, sementara cara pemancingan juga

    dapat menggunakan feses burung walet, putih telur (ayam/bebek),

    sarang burung walet palsu.

    b. Biaya Tidak Tetap

    1) Biaya pemeliharaan

    Untuk pemeliharaan usaha sarang burung walet yaitu pada

    pemeliharaan rumah/gedung walet antara lain memperbaiki fisik

  • bangunan yang sudah rusak dan kebersihan lingkungan sekitar

    rumah/gedung walet.

    2) Upah tenaga kerja

    Tenaga kerja pada usaha sarang burung walet rata-rata yang

    dibutuhkan 1-3 orang. Penangkar burung walet memerlukan bantuan

    tenaga kerja dalam hal panen sarang burung walet dengan upah rata-

    rata 10 persen dari hasil panen yang diperoleh.

    3) Peralatan Pemanenan

    Peralatan pemanenan merupakan alat yang digunakan dalam

    proses pemanenan seperti senter, sendok ( Kapi ) dan keranjang sebgai

    tempat sarang burung walet yang telah dipanen.

    c. Penerimaan

    1) Harga Jual sarang Burung Walet.

    2) Hasil penjualan burung walet (penerimaan dari usaha penangkaran).

    3) waktu panen / berapa kali setahun

    3.5.2. Data sekunder

    Data sekunder yaitu data diperoleh dari laporan, iformasi-informasi berupa

    dan lain sebagainya dokumen-dokumen dan literaturyang relevan serta dari data

    statistik untuk memperleh informasi seperti data keadaan umum lokasi penelitian.

    3.6. Analisis Data

    3.6.1. Biaya Produksi

  • Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut (Rahim dan Hastuti, 2007).

    TC = TFC + TV

    Keterangan :

    TC = Total biaya (Rp)

    TFC = Total biaya tetap (Rp)

    TVC = Total biaya variabel (Rp)

    3.6.2. Penerimaan

    Secara sistematis Penerimaan Total dapat dirumuskan sebagai berikut

    (Soekartawi, 2006) :

    TR = Q × P

    Keterangan :

    TR = Total penerimaan (Rp)

    Q = Total penjualan (Rp)

    P = Harga produk (Rp)

    3.6.3. Pendapatan

    Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut ( Soekartawi, 2006).

    Π = TR – TC

    Keterangan :

    Π = Total pendapatan dari usaha

    TR = Total penerimaan (Rp)

    TC = Total biaya (Rp)

    3.6.4. Net Present Value (NPV)

    Secara matematis dapat dilihat pada rumus dibawah sebagai berikut:

  • Keterangan:

    Bt = Benefit pada tahun ke-t

    Ct = Biaya pada tahun ke-t

    t = Periode Waktu atau tahun ke-t

    i = Tingkat suku bunga yang berlaku ( 7% )

    n = Lamanya periode waktu

    3.6.5. Net benefit Cost Ratio (Net B/C)

    Secara matematis dapat dilihat pada rumus dibawah sebagai berikut:

    Keterangan :

    Bt = Benefit pada tahun ke-t

    Ct = Biaya pada tahun ke-t

    T = Periode Waktu atau tahun ke-t

    I = Tingkat suku bunga yang berlaku (7%)

    N = Lamanya periode waktu

    Dengan kriteria keputusan:

    a) Net B/C > 1 Proyek dikatakan layak diusahakan

    b) Net B/C < 1 Proyek dikatakan tidak layak diusahakan (Choliq et

    al.,1999)

  • 3.6.6. Internal Rate of Return (IRR)

    Untuk mendapatkan nilai IRR digunakan rumus matematis seperti berikut:

    Keterangan :

    NPV1 = NPV yang bernilai positif

    NPV2 = NPV yang bernilai negatif

    i1 = Tingkat suku bunga saat NPV bernilai positif

    i2 = Tingkat suku bunga saat NPV bernilai negatif

    Suatu proyek usaha layak diusahakan jika IRR > bunga bank yang

    berlaku (Choliq et al., 1999)

  • IV. KEADAAN UMUM LOKASI

    4.1. Keadaan Geografis

    Berdasarkan posisi geografisnya, Kecamatan Sampaga memiliki batas-

    batas:

    a) Di sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Mamuju Tengah.

    b) Di sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Papalang.

    c) Di sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar.

    d) Di sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Bonehau.

    Geografi Kecamatan Sampaga memiliki wilayah seluas 110,27 km2 yang

    secara administratif terbagi ke dalam 7 desa terdiri dari 7 desa, yaitu Desa

    Salubarana, Desa Kalonding, Desa Tanambua, Desa Bunde, Desa Tarailu, Desa

    Sampaga, Desa Losso. Desa dengan wilayah paling luas wilayah adalah Desa

    Kalonding dengan luas wilayah 45,77 km2 atau 41,51 persen dari luas Kecamatan

    Sampaga. Sementara, desa dengan wilayah paling sempit adalah Desa losso

    dengan luas wilayah 7,89 km2 atau 7,16 persen dari luas wilayah Kecamatan

    Sampaga. Ibukota Kecamatan Sampaga berada di Desa Bunde. Desa yang terletak

    paling jauh dari ibukota Kecamatan Sampaga adalah Desa Salubarana, yaitu 10

    km.

  • Tabel 1. Luas Wilayah Menurut Desa di Kecamatan Sampaga

    Desa Luas (km) Persentase (%)

    Salubarana 9,48 8,6

    Kalonding 45,77 41,51

    Tanambua 8,63 7,83

    Bunde 17,37 15,75

    Tarailu 12,99 11,78

    Sampaga 8,14 7,38

    Losso 7,89 7,16

    TOTAL 110,27 100

    Sumber : BPS Kabupaten Mamuju 2018

    4.2. Penduduk Kecamatan

    Jumlah Penduduk Kecamatan berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2017

    adalah 15.865 jiwa yang terdiri atas 8.006 jiwa penduduk laki-laki dan7.859 jiwa

    penduduk perempuan. Sementara itu, besarnya angka rasiojenis kelamin tahun

    2017 penduduk lakilakiterhadap penduduk perempuan sebesar 101,87.

    Kepadatan penduduk di Kecamatan Sampaga tahun 2017 mencapai 143,87

    jiwa/km2 dengan rata-rata jumlah penduduk per rumah tangga 3,70

    orang.Kepadatan penduduk di 7 desa cukupberagam dengan kepadatan penduduk

    tertinggi terjadi di Desa Tarailu dengan kepadatan sebesar 312,09 jiwa/km2 dan

    terendah terjadi di Desa Kalonding sebesar 76,23 jiwa/Km2.

  • Table 2. Jumlah Penduduk Menurut Desa di Kecamatan Sampaga 2010, 2016,

    2017

    Desa Jumlah Penduduk/Population

    2010 2016 2017

    Salubarana 753 841 854

    Kalonding 3.076 3.435 3.489

    Tanambua 589 658 669

    Bunde 3.709 4.143 4.208

    Tarailu 3.573 3.991 4.054

    Sampaga 1.371 1.530 1.554

    Losso 915 1.021 1.037

    TOTAL 13.986 15.619 15.865

    Sumber : BPS Kabupaten Mamuju

    4.3. Sarana dan Prasarana

    4.3.1. Pendidikan

    Salah satu faktor utama keberhasilan pembangunan di suatudaerah adalah

    tersedianya cukupsumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Ketersediaan

    fasilitas pendidikan akan sangat menunjang dalam mengingkatkan mutu

    pendidikan. Sarana pendidikan yang terdapat di Kecamatan Sampaga meliputi 5

    TK, 14 Sekolah Dasar, 1 Madarasah Ibtidaiyah, 3 Sekolah Menengah Pertama, 2

    Madrasah Tsanawiyah, 1 Sekolah Menengah Atas, dan 1 Madrasah Aliyah.

    4.3.2. Kesehatan

    Pembangunan bidang kesehatan meliputi seluruh siklus atau tahapan

    kehidupan manusia. Bila pembangunan kesehatan berhasil dengan baik maka

  • terjadi peningkatan kesejahteraan. Ketersediaan sarana kesehatan akan sangat

    menunjang peningkatan kualitas kesehatan masyarakat. Pada tahun 2017 terdapat

    1 puskesmas, 7 puskesmas pembantu, 1 poskesdes, dan 18 posyandu di

    Kecamatan Sampaga.

    4.3.3. Tempat Ibadah

    Perkembangan pembangunan di bidang keagamaan dapat dilihat dari

    banyaknya sarana peribadatan masing masing agama. Terdapat 36 masjid, 9

    mushola, dan 2 gereja protestan di Kecamatan Sampaga pada tahun 2017.

  • V. HASIL DAN PEMBAHASAN

    5.1. Identifikasi Penangkaran Sarang Burung Walet

    Usaha sarang burung walet yang diusahakan oleh penangkar yang berada

    di Tarailu merupakan usaha yang sudah cukup lama dilaksanakan. Jenis sarang

    yang diusahakan di Desa Tarailu Kecamatan Sampaga adalah jenis sarang putih.

    Usaha sarang burung walet merupakan salah satu sumber daya penghasilan yang

    memiliki nilai ekonomi tinggi. Karena produktivitas usaha sarang burung walet di

    Desa Tarailu Kecamatan Sampaga mempunyai potensi untuk mengembangkan

    usaha sarang burung walet.

    5.1.1. Penangkaran A

    Penangkaran A adalah penangkran yang dimiliki oleh Bapak Mustamin,

    Penangkaran A mempunyai luas 8×4 m yaitu seluas 32 m2 dengan tinggi

    mencapai 8 m dan mempunyai 3 lantai, Tinggi pada lantai pertama yaitu 2,5 m

    dan pada lantai 2 dan 3 masing-masing mempunyai tinggi 2 m dan tinggi menara

    yaitu 1,5 m. Pada gedung A kolam air yang terbuat dari betong hanya terdapat di

    dalam gedung pada pinggir lantai 1, sedangkan pada lantai 2 dan lantai 3

    menggunakan baskom sebagai wadah tempat air.

  • Baskom yang digunakan pada lantai 2 dan 3 yaitu masing-masing 25

    baskom yang di taruh di pinggir ruang gedung. Atap yang digunakan oleh

    penangkaran A yaitu menggunakan atap seng dan Sirip yang dipasang pada plafon

    gedung berbentuk persegi dengan bahan kayu sengong.

    Dalam pembangunan penangkaran ini terdapat biaya tetap dan tidak tetap

    biaya tersebut yang terdiri alat dan bahan yang dapat kita lihat pada Tabel 3,

    sebagai berikut

    Tabel 3. Alat Dan Bahan Biaya Tetap ( FC )

    No Alat dan Bahan jenis

    biaya

    1 biaya bangunan FC

    2 pipa 1,5 in FC

    3 sambungan L pipa 1,5 in FC

    4 lem pipa FC

    5 keran air FC

    6 sound sistem FC

    7 flashdisk 16 GB FC

    8 Pilox FC

    9 water pump FC

    10 rak telur FC

    Gambar 1. Penangkaran A

  • 11 jaring paranet FC

    12 baskom atau wadah FC

    13 karpet karet FC

    14 senter biasa FC

    15 parfum walet FC

    16 Gembok FC

    17 Lampu FC

    18 biya pemeliharaan FC

    19 biaya listrik FC

    Sumber : Data Primer 2019

    Pada Tabel 3 terdapat beberapa rincian alat dan bahan yang digunakan

    dalam pembangunan penangkaran sarang burung walet yang termasuk dalam

    biaya tetap atau fixed cost (FC) beberapa diantaranya : Biaya bangunan yang

    dipakai sebagai penangkaran itu sendiri, sound sistem sebagai pembesar suara

    untuk memudahkan panggilan terhadap walet, dan flashdisk dimana yang

    digunakan kali ini berkapasitas 16 gb fungsi dari flashdisk itu sendiri untuk

    menyimpan 2 jenis yaitu untuk memanggil dan menginap.

    Diluar dari Tabel 3 diatas yang tidak termasuk dalam biaya tetap dan

    tergolong kedalam biaya tidak tetap (Varibel Cost) terdiri dari beberapa alat dan

    bahan yang digunakan dalam pemanenan sarang burung walet seperti sendok

    (Kapi) yang digunakan sebagai alat untuk mengambil sarang burung walet dari

    sirip atau tempat burung walet membuat sarang, senter kepala yang digunakan

    pemanen sebagai alat penerang dalam gedung walet karena kondisi gedung yang

    sangat gelap, keranjang yang digunakan sebagai wadah atau tempat sarang burung

    walet yang telah dipanen, dan upa pemanen yang merupakan biaya yang

    dikeluarkan pada saat penangkaran telah dipanen.

    5.1.2. Penangkaran B

  • Penangkaran B adalah penangkran yang dimiliki oleh Bapak bahtiar,

    Penangkaran B mempunyai luas 10×4 m dengan tinggi mencapai 10 m dan

    mempunyai 3 lantai, Tinggi pada lantai pertama yaitu 2,5 m dan pada lantai dua

    dan 3 masing-masing mempunyai tinggi 2 m dan tinggi menara yaitu 2,5 m. Pada

    gedung B memiliki 2 kolam air yang terbuat dari betong hanya terdapat di dalam

    gedung pada pinggir kiri kanan lantai 1, sedangkang pada lantai 2 dan lantai 3

    menggunakan baskom sebagai wadah tempat air, baskom yang digunakan pada

    lantai 2 dan 3 yaitu masing-masing 40 baskom yang di taruh di pinggir ruang

    gedung. Atap yang digunakan oleh penangkaran B yaitu menggunakan atap seng

    dan Sirip yang dipasang pada plafon gedung berbentuk persegi dengan bahan

    kayu sengong.

    Gambar 2. Penangkaran B

    Dalam pembangunan penangkaran ini terdapat biaya tetap, biaya tersebut

    terdiri dari alat dan bahan yang dapat kita lihat pada Tabel 4.

  • Tabel 4 . Alat Dan Bahan Biaya Tetap ( FC)

    No Alat dan Bahan jenis biaya

    1 biaya bangunan FC

    2 pipa 1,5 in FC

    3 sambungan L pipa 1,5 in FC

    4 lem pipa FC

    5 keran air FC

    6 sound sistem FC

    7 flashdisk 16 GB FC

    8 Pilox FC

    9 water pump FC

    10 rak telur FC

    11 jaring paranet FC

    12 baskom atau wadah FC

    13 karpet karet FC

    14 senter biasa FC

    15 parfum walet FC

    16 Gembok FC

    17 Lampu FC

    18 biya pemeliharaan FC

    19 biaya listrik FC

    Sumber : Data Primer 2019

    Pada Tabel 4 seperti halnya pada penangkaran A, penangkaran B juga

    terdapat beberapa rincian alat dan bahan yang digunakan dalam pembangunan

    penangkaran sarang burung walet yang termasuk dalam biaya tetap atau fixed cost

    (FC) beberapa diantaranya Biaya bangunan, sound sistem dan flashdisk fungsi

    dari alat dan bahan juga sama pada penangkaran A. Pada tabel diatas terdapat

    biaya pemeliharaan berupa penyemprotan hama.

  • Diluar dari Tabel 4 diatas yang tidak termasuk dalam biaya tetap dan

    tergolong kedalam biaya tidak tetap (Varibel Cost) pada penangkaran B juga

    terdiri dari beberapa alat dan bahan yang digunakan dalam pemanenan sarang

    burung walet seperti sendok (Kapi) yang digunakan sebagai alat untuk mengambil

    sarang burung walet dari sirip atau tempat burung walet membuat sarang, senter

    kepala yang digunakan pemanen sebagai alat penerang dalam gedung walet

    karena kondisi gedung yang sangat gelap, keranjang yang digunakan sebagai

    wadah atau tempat sarang burung walet yang telah dipanen, dan upa pemanen

    yang merupakan biaya yang dikeluarkan pada saat penangkaran telah dipanen.

    5.2. Analisis Biaya Penangkaran A dan B

    Menurut Husnan Suswarsono (2000) analisis finansial merupakan suatu

    analisis yang membandingkan antara biaya dan manfaat untuk menentukan

    apakah suatu bisnis akan menguntungkan selama umur usaha. Analisis Finansial

    bertujuan untuk mengetahui perkiraan dalam hal pendanaan dan aliran kas,

    sehingga dapat diketahui layak atau tidaknya usaha yang dijalankan.

    5.2.1. Penangkaran A

    Penangkaran A dibangun kurang lebih selama satu tahun mulai pada tahun

    2012 sampai dengan 2013 dan mulai berproduksi pada tahun 2014 dengan masa

    pengelolaan 25 tahun sehingga dalam analisis biaya, penerimaan, dan keuntungan

    atau pendapatan serta analisis finansial dilakukan selama 25 tahun mulai 2012 s/d

    2036.

    1. Biaya Tetap

  • Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak berubah, terlepas dari

    perubahan tingkat aktivitas dalam kisaran relevan tertentu. Biaya

    Penangkaran A meliputi biaya biaya bangunan dan biaya operasional, biaya

    tersebut dapat kita lihat pada Tabel 5.

    Tabel 5. Biaya Tetap Penangkaran A

    1 Biaya bangunan 1 gedung 25 FC 66.219.000Rp 66.219.000Rp 2.648.760Rp

    2 pipa 1,5 in 10 batang 15 FC 17.000Rp 170.000Rp 11.333Rp

    3 sambungan L pipa 1,5 in5 buah 15 FC 5.000Rp 25.000Rp 1.667Rp

    4 lem pipa 2 buah 15 FC 7.500Rp 15.000Rp 1.000Rp

    5 keran air 5 buah 15 FC 25.000Rp 125.000Rp 8.333Rp

    6 sound sistem 1 paket 15 FC 11.000.000Rp 11.000.000Rp 733.333Rp

    7 pilox 2 buah 2 FC 15.000Rp 30.000Rp 15.000Rp

    8 water pump 1 buah 10 FC 750.000Rp 750.000Rp 75.000Rp

    9 rak telur 20 rak 1 FC 2.000Rp 40.000Rp 40.000Rp

    10 flashdisk 16 GB 1 buah 5 FC 76.000Rp 76.000Rp 15.200Rp

    11 jaring paranet 1 rol 5 FC 350.000Rp 350.000Rp 70.000Rp

    12 baskom atau wadah 60 buah 10 FC 20.000Rp 1.200.000Rp 120.000Rp

    13 karpet karet 3 rol 15 FC 700.000Rp 2.100.000Rp 140.000Rp

    14 senter biasa 1 buah 5 FC 200.000Rp 200.000Rp 40.000Rp

    15 parfum walet 2 jergen 3 FC 375.000Rp 750.000Rp 250.000Rp

    16 gembok 1 buah 15 FC 50.000Rp 50.000Rp 3.333Rp

    17 lampu 1 buah 5 FC 45.000Rp 45.000Rp 9.000Rp

    18 biya pemeliharaan 12 bulan 1 FC 100.000Rp 1.200.000Rp 1.200.000Rp

    19 biaya listrik 12 bulan 1 FC 150.000Rp 1.800.000Rp 1.800.000Rp

    86.145.000Rp 7.181.960Rp

    No Alat dan Bahan jumlah satuanumur

    pemakaian

    jenis

    biayaHarga Per satuan biaya Total

    biaya

    penyusutan

    total

    Sumber : Data Primer 2019

    Berdasarkan Tabel 5. Dapat kita lihat bahwa biaya tetap pada

    penangkaran A adalah sebesar Rp 86.145.000 dengan biaya terbesar yaitu biaya

    bangunan sebesar Rp 66.219.000, biaya bangunan tentunya sangatlah besar karena

  • didalamnya terdapat rincian beberapa biaya seperti halnya semen, seng, juga

    didalanya terdapat upah pekerja sedangkan biaya paling rendah pada penangkaran A

    yaitu biaya lem pipa sebesar Rp 15.000 karena lem pipa yang digunakan tidaklah

    banyak juga harganya sangatlah murah.

    2. Biaya Tidak Tetap

    Suprapto (2005), biaya tidak tetap (Variable cost) adalah biaya yang

    jumlah totalnya berubah sebanding (proporsional) dengan perubahan volume

    kegiatan. Komposisi biaya tidak tetap meliputi biaya upah pemanen dan biaya

    alat yang digunakan dalam pemanenang, biaya tersebut dapat dilihat pada

    Tabel 6.

    Tabel 6. Biaya Tidak Tetap Penangkaran A

  • Sendok (Kapi) 1 Buah 1 vc 100.000Rp 100.000Rp

    Keranjang 1 Buah 1 vc 75.000Rp 75.000Rp

    Upah Pemanen 1 Orang 2 vc 1.000.000Rp 2.000.000Rp

    Senter Kepala 1 Buah 1 vc 150.000Rp 150.000Rp

    Sendok (Kapi) 2 Buah 1 vc 100.000Rp 200.000Rp

    Keranjang 2 Buah 1 vc 150.000Rp 300.000Rp

    Upah Pemanen 2 Orang 2 vc 1.000.000Rp 4.000.000Rp

    Senter Kepala 2 Buah 1 vc 150.000Rp 300.000Rp

    Sendok (Kapi) 2 Buah 1 vc 100.000Rp 200.000Rp

    Keranjang 2 Buah 1 vc 150.000Rp 300.000Rp

    Upah Pemanen 2 Orang 3 vc 1.000.000Rp 6.000.000Rp

    Senter Kepala 2 Buah 1 vc 150.000Rp 300.000Rp

    Sendok (Kapi) 2 Buah 1 vc 100.000Rp 200.000Rp

    Keranjang 2 Buah 1 vc 150.000Rp 300.000Rp

    Upah Pemanen 2 Orang 3 vc 1.500.000Rp 9.000.000Rp

    Senter Kepala 2 Buah 1 vc 150.000Rp 300.000Rp

    Sendok (Kapi) 3 Buah 1 vc 100.000Rp 300.000Rp

    Keranjang 3 Buah 1 vc 150.000Rp 450.000Rp

    Upah Pemanen 3 Orang 3 vc 1.500.000Rp 13.500.000Rp

    Senter Kepala 3 Buah 1 vc 150.000Rp 450.000Rp

    Sendok (Kapi) 3 Buah 1 vc 100.000Rp 300.000Rp

    Keranjang 3 Buah 1 vc 150.000Rp 450.000Rp

    Upah Pemanen 3 Orang 2 vc 1.500.000Rp 9.000.000Rp

    Senter Kepala 3 Buah 1 vc 150.000Rp 450.000Rp

    No Tahun Alat dan Bahan

    IV 2016

    Biaya Total

    I2012-

    2013- - - vc - -

    Jumlah SatuanPemakaia

    n/tahun

    Jenis

    BiayaHarga Satuan Biaya

    -

    II 2014 Rp 2.175.000

    III 2015 Rp 4.800.000

    Rp10.200.000

    Rp 6.800.000

    V 2017 Rp 9.800.000

    VI 2018 Rp14.700.000

    VII 2019

    Sumber : Data Primer 2019

    Berdasarkan Tabel 6. dapat kita lihat bahwa biaya tidak tetap pada

    penangkaran A pada tahun 2012-2013 belum ada biaya tidak tetap yang

    dikeluarkan dikarenakan pada tahun 2012-2013 belum adanya kegiatan

    produksi atau pemanenan. Pengeluaran biaya tidak tetap baru ada pada tahun

    2014 karena pada tahun ini mulai dilakukan pemanenang, biaya yang

    dikeluarkan dari tahun ketahun berubah- ubah, perubahan biaya tersebut

  • dipengaruhi produktifitas sarang burung walet, semakin bertambahnya jumlah

    sarang yang dipanen maka akan semakin besar biaya yang dikeluarkan.

    5.2.2. Penangkaran B

    Penangkaran B mulai dibangun pada tahun 2011 sampai dengan 2012 dan

    mulai berproduksi pada tahun 2013 dengan masa pengelolaan 25 tahun sehingga

    dalam analisis biaya, penerimaan, dan keuntungan atau pendapatan serta analisis

    finansial dilakukan selama 25 tahun mulai 2012 s/d 2036.

    1. Biaya Tetap Penangkaran B

    Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak berubah, terlepas dari

    perubahan tingkat aktivitas dalam kisaran relevan tertentu. Biaya

    Penangkaran B meliputi biaya biaya bangunan dan biaya operasional, biaya

    tersebut dapat kita lihat pada Tabel 7.

    Tabel 7. Biaya Tetap Penangkaran B

  • No Alat dan Bahan jumlah satuanumur

    pemakaian

    jenis

    biaya

    Harga Per

    satuan biaya Total

    biaya

    prenyusutan

    1 biaya bangunan 1 gedung 25 FC 101.277.000Rp Rp101.277.000 Rp 4.051.080

    2 pipa 1,5 in 20 batang 15 FC 17.000Rp 340.000Rp 22.667Rp

    3 sambungan L pipa 1,5 in 7 buah 15 FC 5.000Rp 35.000Rp 2.333Rp

    4 lem pipa 5 buah 15 FC 7.500Rp 37.500Rp 2.500Rp

    5 keran air 6 buah 5 FC 25.000Rp 150.000Rp 30.000Rp

    6 sound sistem 1 paket 15 FC 11.000.000Rp 11.000.000Rp 733.333Rp

    7 flashdisk 16 GB 1 fls 5 FC 76.000Rp 76.000Rp 15.200Rp

    8 pilox 4 buah 2 FC 15.000Rp 60.000Rp 30.000Rp

    9 water pump 1 buah 10 FC 750.000Rp 750.000Rp 75.000Rp

    10 rak telur 30 rak 1 FC 2.000Rp 60.000Rp 60.000Rp

    11 jaring paranet 2 rol 5 FC 350.000Rp 700.000Rp 140.000Rp

    12 baskom atau wadah 80 buah 10 FC 20.000Rp 1.600.000Rp 160.000Rp

    13 karpet karet 4 rol 15 FC 700.000Rp 2.800.000Rp 186.667Rp

    14 senter biasa 1 buah 5 FC 200.000Rp 200.000Rp 40.000Rp

    15 parfum walet 4 jergen 3 FC 375.000Rp 1.500.000Rp 500.000Rp

    16 gembok 1 buah 15 FC 50.000Rp 50.000Rp 3.333Rp

    17 lampu 1 buah 5 FC 45.000Rp 45.000Rp 9.000Rp

    18 biya pemeliharaan 12 bulan 1 FC 100.000Rp 1.200.000Rp 1.200.000Rp

    19 biaya listrik 12 bulan 1 FC 150.000Rp 1.800.000Rp 1.800.000Rp

    123.680.500Rp 9.061.113Rp total Sumber : Data Primer 2019

    Berdasarkan Tabel 7. Dapat kita lihat bahwa biaya tetap pada

    penangkaran B adalah sebesar Rp 121.603.500 dengan biaya terbesar yaitu

    biaya bangunan sebesar Rp 101.277.000 seperti halnya dengan penangkaran

    A, biaya penangkaran B juga terdapat beberapa rincian biaya didalamnya

    seperti semen, seng, dan upah pekerja dan biaya paling rendah yaitu biaya

    lem pipa sebesar Rp 23.000 karena lem pipa yang digunakan tidaklah banyak

    juga harganya yang paling rendah jika dibandingkan harga alat dan bahan

    lainnya.

  • 2. Biaya Tidak Tetap

    Suprapto (2005), biaya tidak tetap (Variable cost) adalah biaya yang

    jumlah totalnya berubah sebanding (proporsional) dengan perubahan volume

    kegiatan. Komposisi biaya tidak tetap meliputi biaya upah pemanen dan biaya

    alat yang digunakan dalam pemanenang, biaya tersebut dapat dilihat pada

    pada Tabel 8.

    Tabel 8. Biaya Tidak Tetap Penangkaran B

    Sendok (Kapi) 1 Buah 1 vc 100.000Rp 100.000Rp Rp 2.175.000

    Keranjang 1 Buah 1 vc 75.000Rp 75.000Rp

    Upah Pemanen 1 Orang 2 vc 1.000.000Rp 2.000.000Rp

    Senter Kepala 1 Buah 1 vc 150.000Rp 150.000Rp

    Sendok (Kapi) 1 Buah 1 vc 100.000Rp 100.000Rp Rp 2.400.000

    Keranjang 1 Buah 1 vc 150.000Rp 150.000Rp

    Upah Pemanen 1 Orang 2 vc 1.000.000Rp 2.000.000Rp

    Senter Kepala 1 Buah 1 vc 150.000Rp 150.000Rp

    Sendok (Kapi) 2 Buah 1 vc 100.000Rp 200.000Rp Rp 6.800.000

    Keranjang 2 Buah 1 vc 150.000Rp 300.000Rp

    Upah Pemanen 2 Orang 3 vc 1.000.000Rp 6.000.000Rp

    Senter Kepala 2 Buah 1 vc 150.000Rp 300.000Rp

    Sendok (Kapi) 3 Buah 1 vc 100.000Rp 300.000Rp Rp14.700.000

    Keranjang 3 Buah 1 vc 150.000Rp 450.000Rp

    Upah Pemanen 3 Orang 3 vc 1.500.000Rp 13.500.000Rp

    Senter Kepala 3 Buah 1 vc 150.000Rp 450.000Rp

    Sendok (Kapi) 3 Buah 1 vc 100.000Rp 300.000Rp Rp14.850.000

    Keranjang 4 Buah 1 vc 150.000Rp 600.000Rp

    Upah Pemanen 3 Orang 3 vc 1.500.000Rp 13.500.000Rp

    Senter Kepala 3 Buah 1 vc 150.000Rp 450.000Rp

    Sendok (Kapi) 4 Buah 1 vc 100.000Rp 400.000Rp Rp19.600.000

    Keranjang 4 Buah 1 vc 150.000Rp 600.000Rp

    Upah Pemanen 4 Orang 3 vc 1.500.000Rp 18.000.000Rp

    Senter Kepala 4 Buah 1 vc 150.000Rp 600.000Rp

    Sendok (Kapi) 4 Buah 1 vc 100.000Rp 400.000Rp Rp13.600.000

    Keranjang 4 Buah 1 vc 150.000Rp 600.000Rp

    Upah Pemanen 4 Orang 2 vc 1.500.000Rp 12.000.000Rp

    Senter Kepala 4 Buah 1 vc 150.000Rp 600.000Rp

    No Tahun Alat dan Bahan Jumlah

    II 2013

    V 2016

    III 2014

    IV 2015

    Satuan

    I2011-

    2012- - -

    Pemakaian/

    tahun

    Jenis

    BiayaHarga Satuan Biaya Biaya Total

    vc - - -

    VIII 2019

    VI 2017

    VII 2018

    Sumber : Data Primer 2019

  • Berdasarkan Tabel 6. Dapat kita lihat bahwa biaya tidak tetap pada

    penangkaran B pada tahun 2011-2012 belum ada biaya tidak tetap yang

    dikeluarkan dikarenakan pada tahun 2011-2012 belum adanya kegiatan

    produksi atau pemanenan. Pengeluaran biaya tidak tetap baru ada pada tahun

    2013 karena pada tahun ini mulai dilakukan pemanenang, biaya yang

    dikeluarkan dari tahun ketahun berubah- ubah, perubahan biaya tersebut

    dipengaruhi produktifitas sarang burung walet, semakin bertambahnya jumlah

    sarang yang dipanen maka akan semakin besar biaya yang dikeluarkan.

    5.3. Penerimaan Penangkaran A dan B

    Penerimaan adalah perkalian antara produksi yang dihasilkan dengan

    harga jual dan biasanya produksi berhubungan negatif dengan harga, artinya harga

    akan turun ketika produksi berlebihan (Soekartawi, 1995)

    5.3.1. Penerimaan Penangkaran A

    Penangkaran A mulai berproduksi pada tahun 2014, pemanenan tahun

    pertama dilakukan sebanyak 2 kali pada perioden Januari-Juni dan pada periode

    Juli – Desember. Pemanenan tahun pertama volume yang dihasilkan sebanyak 0,5

    kg pada periode Januari – Juni dan periode Juli – Desember jumlah yang

    dihasilkan sebanyak 0,7 kg. jumlah ini terus meningkat pada tahun berikutnya.

    pada tahun 2014 penangkaran ini rata-rata produksi sebanyak 0,6 kg, tahun 2015

    sebanyak 1,25 kg, tahun 2016 sebanyak 2,3 kg, tahun 2017 sebanyak 3,4 kg,

    tahun 2018 sebanyak 4,3 kg, dan rata-rata produksi pada tahun 2019 sebanyak 6,1

    kg.

  • Tabel 9. Penerimaan Penangkaran A

    No Tahun Periode Volume Rata-

    Rata/TahunSatuan Harga Satuan/Kg

    Jumlah

    PenerimaanJumlah Pertahun

    1 2014 JAN-JUN 0,5 KG 9.000.000Rp 4.500.000Rp

    JUL-DES 0,7 KG 9.000.000Rp 6.300.000Rp

    2 2015 JAN-JUN 1 KG 9.000.000Rp 9.000.000Rp

    JUL-DES 1,5 KG 9.000.000Rp 13.500.000Rp

    3 2016 JAN-APR 2 KG 9.000.000Rp 18.000.000Rp

    MEI-AGU 2,5 KG 9.000.000Rp 22.500.000Rp

    SEP-DES 2,5 KG 9.000.000Rp 22.500.000Rp

    4 2017 JAN-APR 3 KG 11.000.000Rp 33.000.000Rp

    MEI-AGU 3,5 KG 11.000.000Rp 38.500.000Rp

    SEP-DES 3,9 KG 11.000.000Rp 42.900.000Rp

    5 2018 JAN-APR 4 KG 11.000.000Rp 44.000.000Rp

    MEI-AGU 4,5 KG 11.000.000Rp 49.500.000Rp

    SEP-DES 4,5 KG 11.000.000Rp 49.500.000Rp

    6 2019 JAN-APR 6 KG 11.000.000Rp 66.000.000Rp

    MEI-AGU 6,2 KG 11.000.000Rp 68.200.000Rp

    487.900.000Rp 487.900.000Rp TOTAL

    134.200.000Rp

    10.800.000Rp

    22.500.000Rp

    63.000.000Rp

    114.400.000Rp

    143.000.000Rp

    6,10

    0,60

    1,25

    2,33

    3,47

    4,33

    Sumber : Data Primer 2019

    Bedasarkan Tabel 9 total penerimaan penangkaran A selama berproduksi

    yaitu Rp 478.000.000 .

    5.3.2. Penerimaan Penangkaran B

    Penangkaran B mulai berproduksi pada tahun 2013, dimana pemanenan

    dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu periode Januari sampai Juni menghasilkan

    sebanyak 1 kg dan pada periode Juli sampai Desember sebanyak 1,2 kg. Jumlah

    ini terus meningkat setiap tahunnya. Jumlah rata-rata produksi pada tahun 2013

    sebanyak 1,1 kg, 2014 sebanyak 2,15 kg, tahun 2015 sebanyak 2,83 kg, tahun

    2016 sebanyak 4,1 kg, tahun 2017 sebanyak 5,7 kg, tahun 2018 sebanyak 6,73 kg,

    dan pada tahun 2019 sebanyak 7,2 kg.

  • Tabel 10. Penerimaan Penangkaran B

    No Tahun Periode Volume Rata-

    Rata/TahunSatuan Harga Satuan/Kg

    Jumlah

    PenerimaanJumlah Pertahun

    1 2013 JAN-JUN 1 kg 9.000.000Rp 9.000.000Rp

    JUL-DES 1,2 kg 9.000.000Rp 10.800.000Rp

    2 2014 JAN -JUN 2 kg 9.000.000Rp 18.000.000Rp

    JUL-DES 2,3 kg 9.000.000Rp 20.700.000Rp

    3 2015 JAN-APR 2,5 kg 9.000.000Rp 22.500.000Rp

    MEI-AGU 3 kg 9.000.000Rp 27.000.000Rp

    SEP-DES 3 kg 9.000.000Rp 27.000.000Rp

    4 2016 JAN-APR 3,8 kg 9.000.000Rp 34.200.000Rp

    MEI-AGU 4 kg 9.000.000Rp 36.000.000Rp

    SEP-DES 4,5 kg 9.000.000Rp 40.500.000Rp

    5 2017 JAN-APR 5,5 kg 11.000.000Rp 60.500.000Rp

    MEI-AGU 5,6 kg 11.000.000Rp 61.600.000Rp

    SEP-DES 6 kg 11.000.000Rp 66.000.000Rp

    6 2018 JAN-APR 6,8 kg 11.000.000Rp 74.800.000Rp

    MEI-AGU 7 kg 11.000.000Rp 77.000.000Rp

    SEP-DES 6,5 kg 11.000.000Rp 71.500.000Rp

    7 2019 JAN-APR 7 kg 11.000.000Rp 77.000.000Rp

    MEI-AGU 7,4 kg 11.000.000Rp 81.400.000Rp

    815.500.000Rp 815.500.000Rp

    223.300.000Rp

    158.400.000Rp

    TOTAL

    19.800.000Rp

    38.700.000Rp

    76.500.000Rp

    110.700.000Rp

    188.100.000Rp 5,70

    6,77

    7,2

    1,10

    2,15

    2,83

    4,10

    Sumber : Data Primer 2019

    Bedasarkan Tabel 10 total penerimaan penangkaran B selama berproduksi

    yaitu Rp.815.500.000.

    5.4. Pendapatan penangkaran A dan B

    Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan semua biaya yang

    dikeluarkan selama melakukan kegiatan usaha. Pendapatan penangkaran sarang

    burung walet A dan B adalah selisih dari total penerimaan penangkaran A dan B

    dengan total biaya yang telah dikeluarkan dalam pengelolaan penangkaran sarang

    burung walet tersebut, dengan demikian pendapatan disebut pula keuntungan

  • 5.4.1. Pendapatan Penangkaran A

    Tabel 11. Pendapatan Penangkaran A

    Penerimaan Pendapatan

    (Rp) = (Rt) (Rp) = (Bt)

    1 4.181.960 0,07 292.737 4.474.697 0 -4.474.697

    2 7.181.960 0,07 502.737 7.684.697 0 -7.684.697

    3 9.506.960 0,07 665.487 10.172.447 10.800.000 627.553

    4 11.981.960 0,07 838.737 12.820.697 22.500.000 9.679.303

    5 13.981.960 0,07 978.737 14.960.697 63.000.000 48.039.303

    6 16.981.960 0,07 1.188.737 18.170.697 114.400.000 96.229.303

    7 21.881.960 0,07 1.531.737 23.413.697 143.000.000 119.586.303

    8 17.381.960 0,07 1.216.737 18.598.697 134.200.000 115.601.303

    Tahun Biaya (Rp) Ct suku bunga bunga modalBiaya (RP) Ct

    Sumber : Data Primer 2019

    Berdasarkan Tabel 11. Pendapatan penangkaran A pada tahun pertama

    mengalami (-) yaitu sebesar -Rp 4.474.697, hal itu disebabkan karena pada tahun

    pertama belum ada penerimaan, sedangkan pada tahun ketiga sudah ada

    penerimaan yaitu Rp 627.553, walaupun hasilnya masih sedikit dibandingkan

    modal yang dikeluarkan.

    5.4.2. Pendapatan Penangkaran B

    Tabel 12. Pendapatan Penangkaran B

    Penerimaan Pendapatan

    (Rp) = (Rt) (Rp) = (Bt)

    1 6.061.113 0,07 424.278 6.485.391 0 -6.485.391

    2 9.061.113 0,07 634.278 9.695.391 0 -9.695.391

    3 11.374.780 0,07 796.235 12.171.015 19.800.000 7.628.985

    4 11.449.780 0,07 801.485 12.251.265 38.700.000 26.448.735

    5 15.849.780 0,07 1.109.485 16.959.265 76.500.000 59.540.735

    6 23.749.780 0,07 1.662.485 25.412.265 110.700.000 85.287.735

    7 23.899.780 0,07 1.672.985 25.572.765 188.100.000 162.527.235

    8 28.649.780 0,07 2.005.485 30.655.265 223.300.000 192.644.735

    9 22.649.780 0,07 1.585.485 24.235.265 158.400.000 134.164.735

    Tahun Biaya (Rp) Ct suku bunga bunga modalBiaya (RP) Ct

  • Sumber : Data Primer 2019

    Berdasarkan Tabel 12. Pendapatan penangkaran B pada tahun pertama

    mengalami (-) yaitu sebesar Rp -6.485.391 hal itu disebabkan karena pada tahun

    pertama belum ada penerimaan, sedangkang tahun ketiga sudah ada penerimaan

    yaitu sebesar Rp 7.628.985, walaupun hasilnya masih sedikit dibandingkan modal

    yang dikeluarkan.

    5.5. Analisis Finansial

    Langkah-langkah dalam analisis finansial Penangkaran Sarang Burung

    Walet adalah

    a. Menghitung biaya dalam usaha Penangkaran Sarang Burung Walet

    pada setiap penangkaran, yakni; biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya

    tetap meliputi; biaya penyusutan bangunan dan peralatan serta suku

    bunga dari modal yang harus dibayarkan dengan tingkat suku bunga 7

    %. Biaya tidak tetap meliputi; biaya untuk, pemeliharaan, biaya listrik,

    dan upah tenaga kerja.

    b. Menghitung manfaat atau penerimaan dari Penangkaran Sarang Burung

    Walet, yaitu jumlah produksi dikalikan dengan harga produksi

    c. Menghitung keuntungan atau pendapatan dari Penangkaran Sarang

    Burung Walet, hal ini peroleh dengan mengurangkan antara penerimaan

    dari Penangkaran Sarang Burung Walet,dengan biaya yang dikeluarkan

    dalam pengelolaan Penangkaran Sarang Burung Walet tersebut.

    d. Menghitung nilai criteria NPV, BCR dan IRR

  • Adapun hasil analisis finansial dengan nilai Net Present Value (NPV),

    rasio manfaat terhadap biaya (B/C Ratio = BCR) dan Internal Rate of Returns

    (IRR) sebagai berikut:.

    5.5.1. Net Present Value (NPV),

    Net present value (NPV) adalah salah satu cara yang dipakai untuk

    menganalisis mengenai layak atau tidaknya suatu kegiatan atau proyek layak

    dilaksanakan. Menghitung nilai sekarang bersih atau Net present value (NPV),

    yaitu dengan cara mengurangkan semua nilai manfaat dengan semua nilai biaya

    yang seluruhnya dinyatakan dengan nilai sekarang. Bila nilai NPV itu positif

    (NPV> 0), maka kegiatan itu dikatakan layak untuk dilksanakan.

    Tabel 13. Nilai Net Present Value (NPV)

    No penangkaran masa pengelolaan NPV

    1 A 25 706.450.145

    2 B 25 1.120.043.006

    Sumber : Data Primer 2019

    Berdasarkan Tabel 13. Nilai Net Present Value (NPV) tertinggi pada

    kedua penangkaran sarang burung walet tersebut terdapat pada penangkaran B

    dengan jumlah NPV sebesar 1.120.043.006 sedangkan pada penangkaran A

    memiliki jumlah NPV 706.450.145, (NPV) pada kedua penangkaran sarang

    burung walet di Desa Tarailu keduanya berniali positif artinya berada diatas nol,

    ini berarti bahwa kudua usaha penangkaran sarang burung walet di Desa Tarailu

    layak dilaksanakan ( NPV > 0 )

  • 5.5.2. Rasio manfaat terhadap biaya (B/C Ratio)

    Ratio manfaat terhadap biaya adalah analisis perbandingan antara manfaat

    dan biaya proyek atau kegiatan yang disebut benefit cost ratio analysis atau B/C

    Ratio. Cara ini dilakukan dengan membandingkan total pendapatan

    proyek/kegiatan dengan total biaya proyek/kegiatan yang semuanya dinyatakan

    dalam nilai sekarang. Apabila nilai B/C Ratio > 1, maka proyek atau kegiatan

    dinyatakan layak untuk dilaksanakan, dan sebaliknya bila nilai B/C Ratio < 1,

    maka proyek atau kegiatan dinyatakan tidak layak dilaksanakan.

    Tabel 14. Nilai Ratio Manfaat Terhadap Biaya (B/C)

    No Penangkaran Masa Pengelolaan B/C Ratio

    1 A 25 4,3608

    2 B 25 5,1902

    Sumber : Data Primer 2019

    Pada Tabel diatas penangkaran sarang burung walet di Desa Tarailu

    memiliki nilai B/C ratio yang berbeda dimana penangkaran B memiliki nilai B/C

    ratio lebih tinggi dari penangkaran A, nilai B/C ratio pada penangkaran A sebesar

    4,3608 sedangkan pada penangkaran B memiliki nila B/C ratio sebesar 5,1902

    walaupun kedua penangkaran sarang burung walet pada tabel diatas memiliki

    nilai B/C ratio yang berbeda tetapi kedua penangkaran tersebut layak untuk

    dilaksanakan karena memiliki nilai B/C ratio > 0

    5.5.3. Internal rate of Returns (IRR)

    Internal rate of Returns (IRR) dimaksudkan untuk menentukan nilai

    tingkat diskonto yang dapat diharapkan dari suatu proyek tertentu. Semakin

    tinggi nilai IRR, akan semakin baik manfaat proyek tersebut, sehingga

  • memungkinkan untuk memperoleh pendanaan dengan tingkat bunga yang lebih

    rendah dari pada tingkat IRR tersebut.

    Untuk mendapatkan nilai IRR kita melalukan berberapa percobaan

    dengan cara mengubah suku bunga sampai mendapatkan nilai NPV yang bernilai

    positif dekat dengan nol dan nilai NPV yang bernilai negatif dekat dengan nol..

    Pada penangkaran A Suku bunga 47% akan menghasilkan Net Present Value

    (NPV) positif yang dekat dengan nol sedangkan suku bunga yang mencapai 48 %

    akan menghasilkan Net Present Value (NPV) negatif yang dekat dengan nol,

    sedangkan pada penangkaran B Suku bunga 50% akan menghasilkan

    menghasilkan Net Present Value (NPV) positif yang dekat dengan nol sedangkan

    suku bunga yang mencapai 51% akan menghasilkan Net Present Value (NPV)

    negatif yang dekat dengan nol. Hal tersebut dapat kita liaht pada Tabel 15.

    Tabel 15. Internal rate of Returns (IRR)

    No Penangkaran Umur

    Pemakaian

    Suku

    Bunga

    (%)

    NPV B/C

    ratio IRR (%)

    1 A 25 47 99.170 1,00340

    0,47 48 -1.279.136 0,95512

    2 B 25 50 1.346.724 1,0400

    0,51 51 -317.595 0,9904

    Sumber : Data Primer 2019

    Berdasrkan Tabel 15. diatas nilai IRR pada penangkaran A memiliki nilai

    IRR sebesar 47,07 % sedangkan Penangkaran B memilliki nilai IRR yang lebih

    tinggi dibandinkan penangkaran A yaitu sebesar 51,31%.

  • Tabel 16. Aspek Financial Penangkaran Sarang Burung Walet Di desa

    Tarailu

    No Penangkaran Aspek Ekonomi

    NPV B/C Ratio IRR

    1 A 706.450.145 4,3608 47,07

    2 B 1.120.043.006 5,1902 50,81

    Sumber :Hasil Pengolahan Data Primer 2019

    Tabel 16. Menunjukkan bahwa berdasarkan aspek finansial penangkaran

    yang paling baik dan paling layak dilaksanakan adalah penangkaran B hal ini

    dimungkinkan oleh karena penangkaran B memiliki nilai NPV, B/C Ratio dan

    nilai IRR yaang lebih tinggi dibandinkan nilai NPV,B/C Ratio dan nilai IRR pada

    penangkaran A.

  • VI. PENUTUP

    6.1. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan sebagai berikut :

    1. Pada penangkaran A dengan suku bunga 7% dengan masa pengelolaan 25

    tahun maka didapatkan nilai NPV 706.450.145, B/C Ratio 4,3608 dan

    Nilai IRR 47,07%

    2. Pada Penangkaran B dengan suku bunga 7% dimana masa pengelolaan

    juga selama 25 tahun maka didapatkan hasil untuk nilai NPV

    1.120.043.006, B / C Ratio 5,1902, Dan Nilai untuk IRR 51,31%

    3. Maka kedua penangkaran ini yaitu Penangkaran A Dan Penangkaran B

    memenuhi ketiga aspek ekonomi yaitu nilai NPV > 0, B/C Ratio > 1, Dan

    Nilai IRR diatas suku bunga yang berlaku saat ini yaitu 7%. Sehingga

    kedua penangkaran burung walet ini dinyatakan layak dikembangkan

    secara finansial.

    6.2 Saran

    Penelitian ini dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi investor atau

    pengusaha penangkaran sarang burung walet karena berdasrkan analisis financial

    menunjukan bahwa usaha ini layak untuk diusahakan.

    Sebelum membangun penangkaran sarang burung walet sebaikanya

    pengusaha berkomonikasi atau bersosialisai kepada masyarakat sekitar tempat

    penangkaran sarang burung walet karena suara pemanggil burung walet cukup

    mengganggu.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Adiwibawa, E. 2000. Pengelolaan Rumah Walet. Yogyakarta. Kanisius.

    Ayuti, T. dkk., 2016, Identifikasi Habitat dan Produksi Sarang Burut Walet

    (collocalia fuciphaga) Di Kabupaten Lampung Timur, Universitas

    Padjadjaran, Lampung Timur.

    Carter Usry, 2006, Akuntansi Biaya, Edisi ke tigabelas, buku satu, Salemba

    Empat, Jakarta

    Chamdi, A. N. 2003. Kajian Profil Sosial Ekonomi Usaha Kambing di Kecamatan

    Kradenan Kabupaten Grobogan. Prosiding Seminar Nasional

    Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor 29-30 September 2003.

    Bogor: Puslitbang Peternakan Departemen Pertanian.

    Choliq, Wirasasmitadan dan Hasan. 1999. Evaluasi Poyek. Pioner Jaya. Bandung.

    Daniel Mohar. 2004. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: PT Bumi Aksara.

    Gittinger, J. Price. 1986. Analisis Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Edisi

    Kedua. Jakarta: UI Press – John Hopkins.

    Gittinger, J.Price. 1986. Analisa Ekonomi Proyek Proyek Pertanian. Penerjemah

    Slamet

    Harahap. 2007. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, Cetakan ke-7. Jakarta: PT

    Raja Grafindo Persada.

    Husein Umar. (2005), Metode Penelitian Untuk Tesis Dan Bisnis, Jakarta:

    Grafindo Persada.

    Husnan, S dan Suswarsono, 2000, Studi Kelayakan Proyek,, Yogyakarta.

    Ibrahim, Y. (2003). Studi Kelayakan Bisnis. Rineka Cipta.

    Kadariah. 1986. Pengantar Evaluasi Proyek Edisi Revisi. Jakarta: Universitas

    Indonesia Press. Sutomo dan Komet Mangiri, Jakarta: Penerbit

    Universitas Indonesia Press.

    Kehati, 2009, Materi Kursus Inventarisasi Flora Dan Fauna Taman Nasional

    Meru Betiri.Malang.

  • Mackinnon j , 1995 . Panduan Pengenalan lapangan Burung-burung di Jawa dan

    Bali, Yogyakarata: Gaja Mada University Press

    Mardiastuti et al. 1998. Teknik pengusahaan walet rumah, pemanenan sarang dan

    penanganan pasca panen. Laporan RUT IV. Bidang Teknologi

    Perlindungan Lingkungan. Kantor Menteri Negara Riset dan

    Teknologi. Dewan Riset Nasional. Jakarta.

    Mulyadi. 2012. Akuntansi Biaya. Edisi ke-5. Cetakan Kesebelas. Yogyakarta:

    STIM YKPN.

    Nazzarudin dan A. Widodo. 2008. Sukses Merumahkan Walet. Jakarta. Penebar

    Swadaya.

    Rahim. Abd.