ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP...

121
ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP RESOLUSI DK PBB 2270 TAHUN 2016 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh : Hendri Satrio 1113113000027 PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018 M / 1439 H

Transcript of ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP...

Page 1: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA

TERHADAP RESOLUSI DK PBB 2270

TAHUN 2016

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh :

Hendri Satrio

1113113000027

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018 M / 1439 H

Page 2: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

ii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Skripsi yang berjudul:

ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP

RESOLUSI DK PBB 2270 TAHUN 2016

1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 4 Desember 2017

Hendri Satrio

Page 3: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:

Nama : Hendri Satrio

NIM : 1113113000027

Program Studi : Ilmu Hubungan Internasional

Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:

ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP

RESOLUSI DK PBB 2270 TAHUN 2016

Dan telah memenuhi syarat untuk diuji.

Jakarta, 04 Desember 2017

Mengetahui, Menyetujui,

Ketua Program Studi Pembimbing

Ahmad Alfajri, MA Teguh Santosa, M.A

Page 4: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

iv

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP

RESOLUSI DK PBB 2270 TAHUN 2016

Oleh

Hendri Satrio

1113113000027

Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 17

Januari 2018. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh

gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Hubungan Internasional.

Ketua,

Sekretaris,

Eva Mushoffa, MHSPS

NIP.

Eva Mushoffa, MHSPS

NIP.

Penguji I

Penguji II

Irfan R. Hutagalung, S.H., LL.M

NIP.

Inggrid Galuh Mustikawati, MHSPS

NIP.

Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 17 Januari 2018

Ketua Program Studi Hubungan Internasional

FISIP UIN Jakarta

Ahmad Alfajri, MA

NIP.

Page 5: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

v

ABSTRAK

Skripsi ini menganalisis faktor yang melatarbelakangi penolakan Korea

Utara terhadap Resolusi Dewan Keamanan (DK) Perserikatan Bangsa-Bangsa

(PBB) 2270 tahun 2016. Korea Utara mendapat sanksi dari DK PBB untuk

menghentikan segala aktivitas yang berkaitan dengan program pengembangan

nuklirnya. Namun, Korea Utara menolak sanksi tersebut dan tetap melanjutkan

program pengembangan nuklirnya. Penelitian ini dilakukan melalui studi pustaka

dan wawancara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode

kualitatif dengan analisis deskriptif. Skripsi ini menggunakan konsep balance of

threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism dari Gideon

Rose. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan data-data yang

dikolaborasi menggunakan teori tersebut, penelitian ini menemukan bahwa faktor

penolakan Korea Utara terhadap Resolusi DK PBB 2270 tahun 2016 karena

adanya ancaman dari Amerika Serikat dan sekutunya. Sementara disatu sisi

resolusi DK PBB terkait larangan program pengembangan nuklir Korea Utara

selalu diinisiasi oleh Amerika Serikat. Terkait dengan kasus tersebut, neoclassical

realism melihat bahwa faktor penolakan tersebut merupakan sikap yang

dikeluarkan oleh intervening variable yang mentranslasikan systemic pressure

berdasarkan relative material power yang dimiliki Korea Utara.

Kata kunci : Korea Utara, Amerika Serikat, Dewan Keamanan PBB, balance of

threat, neoclassical realism.

Page 6: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

vi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrrahim, terucap puji serta syukur yang selalu penulis

panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan yang Maha Asyik dengan segala misteri

kehidupan yang diberikan-Nya. Shalawat beriringkan salam semoga tetap tercurah

limpahkan kepada tauladan ummat manusia, Nabi Muhammad SAW.

Dalam pengerjaan skripsi ini, tentu penulis telah melibatkan banyak pihak

yang sangat membantu hingga terselesaikannya skripsi ini. Oleh sebab itu, dengan

segala harapan serta doa agar Tuhan membalas semua kebaikan, izinkan penulis

sampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada :

1. Orang tua penulis, ayahanda Azwar. M dan ibunda Kartini, dan juga

adinda Alfian Supriadi, serta para keluarga penulis yang senantiasa

memberikan dukungan moril maupun materil. Semoga Allah senantiasa

sehatkan dan panjangkan umur mereka.

2. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan FISIP UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, beserta jajaran ibu Dzuriyatun Toyibah, Dr. Bakir Ihsan, Dr. Agus

Nugraha.

4. Bapak Ahmad Alfajri, MA, dan Ibu Eva Mushoffa, MHSPS selaku Ketua

dan Sekretaris Program Studi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

5. Bapak Teguh Santosa, MA., selaku dosen pembimbing yang banyak

memberikan saran dan masukan bagi penulis.

Page 7: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

vii

6. Bapak Irfan Hutagalung dan Ibu Inggrid Galuh selaku dosen penguji,

semoga Allah senantiasa memberikan kesehatan dan memudahkan segala

urusannya.

7. Dosen-dosen FISIP UIN Jakarta tercinta, Ibunda Devi Yusnita,Yunda

Gefarina Johan, Pak Nazaruddin Nasution, Pak Din Syamsudin, Pak Ayub

Muchsin, Pak Andar Nubowo, Bang Adi Prayitno, Pak Zuhri yang banyak

memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis.

8. Bagian Akademik dan Staf Tata Usaha FISIP UIN Jakarta, Pak Jajang,

Pak Amali, terimakasih telah banyak membantu dalam hal birokrasi.

9. Kawan-Kawan seperjuangan penulis di DEMA UIN Jakarta 2017, Pres

Riyan, Pres Imam, Sekjend Dekols, Muray, Suci, Andre, Indah,Vanya,

Ilham, Pono, Afif,dan lain-lain.

10. Kawan-kawan kelompok KKN KAIZEN, Queen Aya, Lisa, Anis, Ical,

Ema, Noval, Encek, Cucu, Arya. Terimakasih atas semua cerita di Desa

Wirajaya nya.

11. Keluarga besar HIMAMIRA Bengkulu, Deyan, Uphy, Ari, Ghabri,

madon, ica, Nila, Yuni, bang rakhmat, bang arman.

12. Keluarga penulis di Ciputat yang berada dibawah naungan “Markas

Komando”, Riyan Hidayat, Luthfi Hasanal Bolqiah, Andrean Saefudin,

Juansyah. Terimakasih telah menjadi keluarga penulis di rantauan.

13. Kawan – kawan penulis Bagus M Rijal, Vanny, Dendi, Travel, Uul,

Merry, Ina, Riri Shabrina, Lini, Terima kasih atas dukungan dan semangat

yang telah menghidupkan pengalaman penulis di masa perkuliahan.

Page 8: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

viii

14. Senior-senior penulis yang ditengah kesibukannya telah meluangkan

waktu untuk berdiskusi dan memberi masukan, Kak Tito Karnavian, Bang

Zulkifli Hasan, Bang Bursah Zarnubi, Bang Dempo, Bang Yandri, Bang

Kuntum, Mas Eko Sulistyo, Bang Tatang, Bang Awe, kak yeni, kak bisti,

bang sopian, bang gerry, bang tony, bang Aco, bang maulana, Bang Ibnoe

dll.

15. Adik-adik penulis di FISIP UIN Jakarta, Aden, Zahra, Tami, Fadly, Nurul,

Sultan, Syauqi, Husna, Icha, dan lain-lain yang tidak bisa disebutkan satu

persatu.

16. Mr. An Kwang Il, Duta Besar Korea Utara untuk Indonesia, Ir. Ristyanto

selaku Ketua Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Korea Utara.

Terimakasih atas waktu yang diberikan untuk penulis melakukan

wawancara.

17. Teman – teman HI UIN Jakarta angkatan 2013 yang tidak bisa penulis

sebutkan satu-persatu. Terima kasih telah menghidupkan pengalaman

penulis di masa perkuliahan.

Terakhir, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dapat disampaikan melalui

[email protected]. Terima kasih.

Jakarta, 04 Desember 2017

Hendri Satrio

Page 9: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

ix

DAFTAR ISI

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME...........................................................

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI..........................................................

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI........................................................

ABSTRAK.............................................................................................................

KATA PENGANTAR............................................................................................

DAFTAR ISI..........................................................................................................

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................

DAFTAR SINGKATAN.......................................................................................

DAFTAR TABEL..................................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah...........................................................................................

B. Pertanyaan Penelitian........................................................................................

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian..........................................................................

D. Tinjauan Pustaka...............................................................................................

E. Kerangka Pemikiran..........................................................................................

ii

iii

iv

v

vi

ix

xi

xii

xiii

xiv

1

8

8

9

12

1. Neoclassical Realism.................................................................................

2. Balance of Threat.......................................................................................

12

15

F. Metode Penelitian..............................................................................................

G. Sistematika Penulisan........................................................................................

BAB II GAMBARAN UMUM KOREA UTARA DAN DINAMIKA

KEPEMILIKAN NUKLIR

A. Profil Negara Korea Utara.................................................................................

B. Perkembangan dan Uji Coba Nuklir Korea Utara.............................................

C. Dinamika Kepemilikan Nuklir Korea Utara......................................................

16

18

20

22

28

BAB III RESPON DUNIA INTERNASIONAL TERHADAP UJI COBA

NUKLIR KOREA UTARA

A. Resolusi DK PBB Terkait Uji Coba Nuklir Korea Utara Periode Tahun

2006-2016..........................................................................................................

38

Page 10: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

x

B. Respon Negara-Negara Six Party Talks Terhadap Uji Coba Nuklir Korea

Utara..................................................................................................................

49

BAB IV FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KOREA UTARA MENOLAK

RESOLUSI DK PBB 2270

A. Upaya Balance of Threat Terhadap Ancaman Amerika Serikat.......................

B. Systemic Pressure (Faktor Eksternal)................................................................

61

65

1. Latihan Militer Gabungan Amerika Serikat dengan Korea Selatan...........

2. Ancaman Kerjasama Militer Amerika Serikat dengan Jepang..................

65

67

C. Faktor Internal .................................................................................................. 70

1. Kim Jong Un (Intervening Variable)......................................................... 71

2. Relative Material Power Korea Utara........................................................

3. Persepsi Intervening Variable Terhadap Larangan Uji Coba dan

Pengembangan Nuklir Korea Utara……………………………………...

74

80

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan...........................................................................................

B. Saran.....................................................................................................

87

90

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...

xiv

Lampiran-Lampiran

Page 11: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar I.1.

Gambar II.1

Gambar II.2

Gambar IV.1

Gambar. IV.2

Gambar. IV.3

Gambar. IV.4

Gambar. IV.5

Gambar. IV.6

Gambar. IV.7

Gambar. IV.8

Estimasi Kepemilikan Nuklir Dunia Tahun 2016.............

Peta Semenanjung Korea…………………………..........

Eskalasi Uji Coba Nuklir Korea Utara………………….

Peta Geografis Asia Timur………………………….......

Personil Militer AS di Sekitar Korea Utara......................

Struktur Kekuasaan di Korea Utara..................................

Lokasi Fasilitas Senjata Kimia Korea Utara.....................

Lokasi Fasilitas Senjata Biologi Korea Utara…………

Lokasi Fasilitas Nuklir Korea Utara…………………….

25 Negara dengan Militer Terkuat di Dunia……………

Neoclassical Realism Foreign Policy Analysis…………

2

21

27

63

69

73

76

77

79

80

82

Page 12: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

xii

DAFTAR SINGKATAN

DCB Daedong Credit Bank

DPRK Democratic People‟s Republic of Korea

DK Dewan Keamanan

HTC Hesong Trading Company

IAEA International Atomic Energy Agency

KKBC Korea Kwangson Banking Corporation

KKTC Korea Kwangsong Trading Corporation

KM Kilo Meter

KOMID Korea Mining Development Trading Corporation

NADA National Aeorospace Development Administration

NPT Nuclear Non-Proliferation Treaty

NWS Nuclear Weapon State

NNWS Non Nuclear Weapon State

OEC Observatory of Economic Complexity

OMMC Ocean Maritime Management Company

PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa

SANS Second Academy of Natural Sciences

SR Skala Richter

TCB Tanchon Commercial Bank

UN United Nations

UNSC United Nation Security Council

Page 13: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel III.A.1 Daftar Individu Penerima Sanksi Travel Ban/Asset Freeze

Resolusi DK PBB 2270…………………………………….

45

Tabel III.A.2 Daftar Aset Korea Utara yang dibekukan…………………. 46

Page 14: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I

Lampiran II

Hasil Wawancara dengan Bapak Ristiyanto...........................

Daftar Kapal Korea Utara yang diberi Sanksi……………….

xiv

xv

Page 15: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Skripsi ini akan menganalisis faktor-faktor yang melatarbelakangi Korea

Utara menolak Resolusi Dewan Keamanan (DK) Perserikatan Bangsa Bangsa

(PBB) 2270 yang berkaitan dengan uji coba nuklirnya yang keempat tahun 2016.

Korea Utara sudah berkali-kali mendapatkan kecaman dari dunia internasional

terkait uji coba nuklirnya.1 Selain itu, PBB sebagai institusi internasional juga

dengan tegas memberikan sanksi kepada Korea Utara melalui resolusi DK PBB,

yakni Resolusi DK PBB 1718 pada 2006, Resolusi DK PBB 1874 pada 2009,

Resolusi DK PBB 2094 pada 2013, dan Resolusi DK PBB 2270 pada 2016.2

Berdasarkan perjanjian dalam Nuclear Non-Proliferation Treaty (NPT),

terdapat lima negara yang diakui secara legal sebagai pemilik nuklir yakni ;

Amerika Serikat, Rusia, Tiongkok, Perancis dan Inggris. Selain kelima negara

tersebut juga terdapat negara yang diyakini memiliki nuklir namun tidak

tergabung ke dalam anggota NPT yakni ; India, Israel dan Pakistan. Selain itu

juga ada beberapa negara yang tidak diakui kepemilikannya terhadap senjata

nuklir seperti Iran dan Korea Utara.3

1Steve Miller. World Condemns North Korea Accelerating nuclear Program. [internet]

tersedia di http://www.voanews.com/a/world-condemns-north-korea-accelerating-nuclear-program

/3522028.html diakses pada 3 April 2017 2UN Documents for DPRK (North Korea): Security Council Resolutions. [internet]

tersedia di http://www.securitycouncilreport.org/un-documents/dprk-north-korea/ diakses pada 3

April 2017. 3Kelsey Davenport, “Nuclear Weapons: Who Has What at a Glance”. (Internet) tersedia

di https://www.armscontrol.org/factsheets/Nuclearweaponswhohaswhat . diakses pada 4 April

2017.

Page 16: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

2

Gambar I.1. Estimasi Kepemilikan Nuklir Dunia Tahun 2016

Sumber: Kelsey Davenport, Nuclear Weapons: Who Has What at a

Glance, Arms Control Association, (updated) 2017

Pada kurun waktu 2006-2016 Korea Utara telah melakukan uji coba

peluncuran nuklirnya sebanyak lima kali. Setiap kali melakukan uji coba nuklir

tersebut Korea Utara selalu mendapat sanksi yang berbeda-beda dari DK PBB.

Pada 9 Oktober 2006, Korea Utara melakukan uji coba peluncuran nuklirnya yang

pertama dengan kekuatan 1 kiloton dan menghasilkan getaran sekitar 4,3 SR.4

Pada Uji Coba nuklir ini, DK PBB menjatuhkan sanksi kepada Korea Utara

melalui Resolusi DK PBB 1718. Sanksi dalam resolusi ini terkait larangan

melanjutkan program pengembangan nuklir dan pelarangan jual beli senjata,

namun tidak didukung oleh sanksi yang berupa ancaman militer. Sehingga,

4Zhang Hui, “Revisiting North Korea’s Nuclear Test”.China Security Vol. 3 No. 3

Summer 2007, World Security Institute. Hal 119.

Page 17: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

3

Resolusi 1718 ini ternyata pada praktiknya tidak efektif dalam menekan Korea

Utara untuk menghentikan uji coba nuklirnya.5

Setelah melakukan peluncuran uji coba nuklirnya yang pertama, Korea

Utara kembali melakukan uji coba nuklir yang kedua dengan daya ledak yang

lebih besar dari sebelumnya yakni sekitar 2-8 Kiloton. Peluncuran rudal yang

kedua ini terjadi pada 25 Mei 2009, yakni Taepodong II yang diklaim digunakan

sebagai rudal pembawa satelit dengan jarak tempuh lebih dari 3.000 KM. Pada uji

coba nuklir kali ini Korea Utara juga mendapat kecaman dari dunia internasional.

Sehingga, DK PBB kembali mengeluarkan Resolusi 1874 sebagai respon keras

terhadap uji coba nuklir Korea Utara ini.6

Dalam Resolusi 1874, DK PBB menuntut Korea Utara untuk tidak lagi

melakukan uji coba nuklir atau peluncuran apapun yang menggunakan teknologi

peluru kendali balistik. Melalui resolusi ini DK PBB mempertajam larangan bagi

Korea Utara untuk melakukan kegiatan ekspor-impor senjata, termasuk kendaraan

perang lapis baja, sistem artileri kaliber besar, helikopter penyerang, kapal perang

dan proyektil. Selain itu juga DK PBB mendorong negara-negara anggota PBB

untuk melakukan pemeriksaan terhadap kapal-kapal laut dan pesawat milik Korea

Utara yang dicurigai mengangkut nuklir dan bahan-bahan lainnya yang dilarang

oleh PBB.7

5“Security Council Condemns Nuclear Test By Democratic People’s Republic Of Korea,

Unanimously Adopting Resolution 1718 (2006)”. [internet] tersedia di

http://www.un.org/press/en/2006/sc8853.doc.htm; diakses pada 01 Oktober 2016. 6North Korea Second Nuclear Test: Implications of U.N Security Council Resolution

1874. Tersedia di https://www.fas.org/sgp/crs/nuke/R40684.pdf; (e-Journal); diakses pada 03

Oktober 2016. 7“Security Council, Acting Unanimously, Condemns in Strongest Terms Democratic

People’s Republic of Korea Nuclear Test, Toughens Sanctions”. [internet] tersedia di;

http://www.un.org/press/en/2009/sc9679.doc.htm diakses pada 04 Oktober 2016.

Page 18: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

4

Pada 12 Februari 2013 Korea Utara kembali melakukan uji coba

nuklirnya dengan meningkatkan pengayaan uranium.8Program pengembangan

nuklir di Korea Utara kembali memanaskan situasi di kawasan Asia Timur. DK

PBB kembali menerapkan sanksi yang lebih keras lagi pada Korea Utara melalui

Resolusi DK PBB 2094.9

Resolusi DK PBB 2094 mendesak Korea Utara untuk menghentikan uji

coba nuklir yang berikutnya, melepaskan rencana pengadaan senjata nuklir dan

kembali ke persetujuan non-proliferasi senjata nuklir. Resolusi DK PBB 2094

juga berkomitmen untuk mengurangi ketegangan selama ini dengan melalui solusi

damai dan diplomatis. Resolusi tersebut menegaskan kembali akan mendukung

dan menghimbau untuk dilakukan penghidupan kembali pembicaraan enam pihak

mengenai isu denuklirisasi Korea Utara (Six Party Talks).10

Selanjutnya pada 6 Januari 2016, Korea Utara kembali melakukan uji

coba nuklirnya yang keempat yang lebih kuat daripada senjata plutonium yang

digunakan oleh Korea Utara pada 3 kali uji coba nuklir yang sebelumnya.11

Pasca

dilakukannya uji coba nuklir Korea Utara yang keempat, DK PBB menerapkan

sanksi yang lebih ketat kepada Korea Utara pada Resolusi 2270. Adapun poin-

poin dari Resolusi 2270 tersebut diantaranya mengharuskan negara-negara untuk

8

“North Korea nuclear tests: what did they achieve?”. [internet] tersedia di;

http://www.bbc.com/news/world-asia-17823706 diakses pada 04 Oktober 2016. 9“Security Council Strengthens Sanctions on Democratic People’s Republic of Korea, in

Response to 12 February Nuclear Test”. [internet] tersedia di; http://www.un.org/

press/en/2013/sc10934.doc.htm diakses pada 05 Oktober 2016. 10

“Security Council Condemns Use of Ballistic Missile Technology in Launch by

Democratic People‟s Republic of Korea, in Resolution 2087 (2013)”. [internet] tersedia di;

http://www.un.org/press/en/2013/sc10891.doc.htm diakses pada 05 Oktober 2016. 11

Euan McKirdy, North Korea announces it conducted nuclear test. [internet] tersedia

di;http://edition.cnn.com/2016/01/05/asia/north-korea-seismic-event/ Diakses pada 07 Oktober

2016.

Page 19: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

5

memeriksa kargo Korea Utara di wilayah mereka apabila dicurigai kargo tersebut

berisi barang terlarang, atau menolak akses pelabuhan untuk setiap kapal Korea

Utara yang menolak untuk diperiksa kapal lain.12

Dalam hubungan bilateral Korea Utara, Tiongkok merupakan aliansi

paling penting baginya. Banyak pengamat yang berpendapat bahwa Tiongkok

merupakan negara kunci yang bisa menyelesaikan krisis nuklir di Korea Utara.

Tiongkok merupakan sekutu terdekat bagi Korea Utara, bahkan Korea Utara

sangat bergantung pada Tiongkok dalam hal perdagangan dan dukungan

diplomatik.13

Pada sanksi-sanksi yang sebelumnya Tiongkok tetap menjadi

pendonor utama Korea Utara dengan menyuplai 70% bahan bakar minyak sejak

Amerika Serikat menghentikan suplainya.14

Kedekatan aliansi Tiongkok dan Korea Utara ini menjadi hambatan bagi

Amerika Serikat dan PBB dalam membatasi aktivitas dan program pengembangan

nuklir Korea Utara. Meski Amerika Serikat dan PBB memberikan sanksi dan

sulitnya akses transaksi keuangan, namun jika Tiongkok masih memberikan

bantuan yang besar kepada Korea Utara, maka pemberian sanksi tersebut diyakini

tidak akan berjalan efektif untuk menghukum Korea Utara.

Pasca uji coba nuklir Korea Utara yang keempat tahun 2016, ada hal yang

membedakan dengan uji coba nuklir yang sebelumnya, yakni pada 2006, 2009

12

“Security Council: Resolution 2276 (2016).” [internet] tersedia di

http://www.securitycouncilreport.org/un-documents/dprk-north-korea/ diakses pada 07 Oktober

2016. 13

Alistair Bunkall, 2016. North Korea H-Bomb Test : China‟s Response Key. [internet]

tersedia di http://news.sky.com/story/north-korea-h-bomb-test-chinas-response-key-10128798

diakses pada Senin, 24 Juli 2017 pukul 13:20 WIB. 14

”The China-North Korea Relationship”. [internet] tersedia di; http://www.cfr.org/china/

china-north-korea-relationship/p11097 diakses pada 08 Oktober 2016.

Page 20: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

6

dan 2013. Dunia internasional dianggap gagal dalam menghentikan program

nuklir Korea Utara pada tiga uji coba sebelumnya. Namun pada uji coba nuklir

Korea Utara yang keempat, Amerika Seikat mengajak Tiongkok untuk

menggunakan pengaruhnya dalam menghentikan program nuklir Korea Utara.15

Hal tersebut juga menjadi pembeda terkait perubahan sikap Tiongkok

dalam menanggapi uji coba nuklir Korea Utara yang keempat ini. Jika pada

resolusi-resolusi yang sebelumnya Tiongkok tidak pernah ikut secara langsung

memberikan sanksi terhadap Korea Utara melainkan hanya sebatas dukungan

terhadap sanksi yang diterapkan melalui resolusi DK PBB. Namun, pasca uji coba

nuklir Korea Utara yang keempat ini Tiongkok mengalami perubahan sikap yakni,

dengan ikut memberikan sanksi ekonomi terhadap Korea Utara.16

Dampak perubahan sikap Tiongkok khususnya dalam hal kerjasama

ekspor-impornya sangat berpengaruh bagi perekonomian Korea Utara.

Berdasarkan data statistik dari The Observatory of Economic Complexity jika

mengacu pada uji coba nuklir Korea Utara pada rentang waktu 2006, 2009, 2013

volume ekspor Korea Utara ke Tiongkok selalu mengalami kenaikan. Persentase

kenaikannya sangat signifikan yakni sebesar 23% pada tahun 2006, naik menjadi

54% pada tahun 2009 dan naik lagi menjadi 83% pada tahun 2013.17

15

BBC News, China restricts North Korea trade over nuclear test. [internet] tersedia di

http://www.bbc.com/news/world-asia-35969412 diakses pada 08 Oktober 2016. 16

Shannon Tiezzi, China Starts Enacting Sanctions on North Korea. [internet] tersedia di;

http://thediplomat.com/2016/03/china-starts-enacting-sanctions-on-north-korea/ Diakses pada 08

Oktober 2016. 17

OEC, Where Does North Korea Export to? (2006-2013). [Internet] tersedia di

http://atlas.media.mit.edu/en/visualize/tree_map/hs92/export/prk/show/all/2006/ diakses pada 08

Oktober 2016.

Page 21: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

7

Sementara berdasarkan data dari North Korean Economy Watch pasca

perubahan sikap Tiongkok yang memberikan sanksi ekonomi karena uji coba

nuklir Korea Utara tahun 2016, volume ekspor Korea Utara ke Tiongkok

mengalami penurunan yang sangat signifikan yakni sebesar 27,6%.18

Angka

penurunan ini merupakan yang terbesar sepanjang sejarah hubungan Korea Utara

dengan Tiongkok. Bahkan media harian pemerintah Korea Utara Rodong Sinmun

menyebut dampak dari sanksi ini dengan istilah “beyond imagination”.19

Korea Utara tidak pernah menghiraukan sanksi yang diberikan kepadanya,

bahkan Korea Utara secara tegas menentang sanksi DK PBB dengan kembali

meluncurkan nuklirnya yang kelima pada 9 September 2016.20

Padahal Tiongkok

sebagai sekutu terdekatnya sudah ikut memberikan sanksi ekonomi yang

berdampak sangat signifikan bagi volume ekspor Korea Utara. Keputusan Korea

Utara yang menolak Resolusi DK PBB 2270 dan tetap melanjutkan program

pengembangan nuklirnya menurut penulis sangat menarik untuk diteliti. Hal ini

tentu menimbulkan pertanyaan apa yang menjadi faktor penyebab Korea Utara

tetap menolak resolusi DK PBB yang didukung oleh Amerika Serikat dan

sekutunya, bahkan Tiongkok sebagai mitra terdekatnya juga sudah ikut

18

North Korean Economy Watch, 2016. DPRK-China Trade in 2016 (updated). [internet]

tersedia di http://www.nkeconwatch.com/2016/08/15/dprk-china-trade-2016/ diakses pada 08

Oktober 2016. 19

The Chosunilbo, Sanctions Slash Chinese Import of N.Korean Products. [internet]

tersedia di http://english.chosun.com/site/data/html_dir/2016/05/25/2016052501146.html diakses

pada 08 Oktober 2016. 20

Choe Sang-Hun, North Korea Tests a Mightier Nuclear Bomb, Raising Tension.

Internet; tersedia di; http://www.nytimes.com/2016/09/09/world/asia/north-korea-nuclear-test.html

diakses pada 10 Oktober 2016.

Page 22: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

8

memberikan sanksi ekonomi yang berdampak sangat signifikan bagi volume

perdagangan Korea Utara.21

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan pernyataan masalah di atas, adapun masalah yang akan

dibahas dalam penelitian ini adalah:

- Apa faktor penyebab Korea Utara menolak Resolusi DK PBB 2270 terkait

uji coba nuklirnya yang keempat tahun 2016 ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Menjelaskan faktor penyebab Korea Utara tetap menolak sanksi DK PBB

terkait uji coba nuklirnya yang keempat tahun 2016.

2. Mengetahui respon dunia internasional terkait program pengembangan nuklir

Korea Utara.

3. Menjelaskan kepentingan nasional Korea Utara terhadap kepemilikan senjata

nuklirnya.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Menjadi salah satu karya ilmiah yang menjadi bahan pertimbangan bagi

pemerintah (khususnya Indonesia) dalam merespon dan mengeluarkan kebijakan

luar negerinya terhadap isu perkembangan nuklir di kawasan Asia.

21

Guy Taylor, China joins U.S., allies in sanctions on North Korea. Internet; tersedia di;

http://www.washingtontimes.com/news/2016/nov/30/china-joins-us-allies-in-sanctions-on-north-

korea/ diakses pada 10 Oktober 2016.

Page 23: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

9

2. Menjadi salah satu karya ilmiah yang mampu memperkaya pemahaman

pembaca mengenai alasan penolakan Korea Utara terhadap sanksi DK PBB terkait

uji coba nuklir.

3. Penelitian ini diharapkan mampu menjadi referensi ataupun perbandingan bagi

para mahasiswa yang sedang meneliti dengan fokus kajian yang sama.

D. Tinjauan Pustaka

Ada beberapa tulisan yang menjelaskan masalah nuklir Korea Utara,

resolusi DK PBB dan korelasinya dengan beberapa negara sekitarnya seperti

Tiongkok, Jepang dan Korea Selatan. Selain itu ada juga beberapa tulisan yang

meskipun tidak sama persis menyinggung variabel Korea Utara, DK PBB,

maupun negara tetangganya secara khusus, namun pada sisi yang lain ikut

membahas krisis nuklir Korea Utara. Sehingga tulisan-tulisan dari para peneliti

sebelumnya tesebut akan sangat membantu tambahan informasi bagi penulis

dalam menyelesaikan penelitian ini.

Salah satu diantaranya adalah skripsi yang ditulis oleh Siska Tri Utari

mahasiswi program studi Ilmu Hubungan Internasional (HI) Fakultas Ilmu Sosisal

dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Jember. Dalam skripsinya Siska melakukan

penelitian dengan tema “Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa

(DK PBB) Nomor 2087 Tahun 2013 Terkait Peluncuran Rudal Korea Utara”. Isi

skripsi ini cukup komprehensif dengan membahas secara detail mengenai peran

Page 24: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

10

dan fungsi DK PBB, Uji coba nuklir, mekanisme pembuatan resolusi di DK PBB

dan sebagainya.22

Adapun perbedaan skripsi ini dengan penelitian penulis terletak pada

periodesasi waktunya, yakni skripsi ini berfokus pada Resolusi DK PBB 2087

tahun 2013 sedangkan pada skripsi penulis membahas Resolusi DK PBB 2270

tahun 2016. Perbedaan selanjutnya terletak pada penggunaan teori yang

digunakan Siska untuk menganalisis kasus ini yakni teori organisasi internasional

sedangkan dalam penelitian penulis menggunakan paradigma neoclassical realism

dan konsep balance of threat.23

Sedangkan persamaannya adalah terletak pada metode yang digunakan

yakni metode kualitatif. Metode penelitian tersebut menggunakan teknik

pengumpulan data untuk memperoleh data sekunder. Data tersebut kemudian

dianalisis secara deskriptif. Kesamaan lainnya kedua penelitian ini berangkat dari

masalah uji coba nuklir Korea Utara. Salah satu kelebihan dari skripsi ini adalah

didukung oleh berbagai macam data, baik yang berupa data sekunder maupun data

primer.24

Kedua, penulis juga melakukan review terhadap jurnal yang ditulis oleh

Samuel S. Kim berjudul The Changing Role of China on The Korean Peninsula

yang dimuat dalam International Journal of Korean Studies tahun 2004. Melalui

artikel yang ditulis oleh Samuel S. Kim ini, Kim mencoba menjabarkan tentang

adanya perubahan peran Tiongkok di Semenanjung Korea. Dalam kaitannya

22

Siska Tri Utari (2015). Resolusi Dewan Keamanan (DK PBB) nomor 2087 Tahun 2013

Terkait Peluncuran Rudal Korea Utara. Program Studi Hubungan Internasional, FISIP Universitas

Jember. 23

Utari,Resolusi Dewan Keamanan (DK PBB) nomor 2087 , 14. 24

Utari,Resolusi Dewan Keamanan (DK PBB) nomor 2087 ,15.

Page 25: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

11

dengan isu nuklir Korea Utara, dijelaskan bahwa Tiongkok awalnya berperan

sebagai katalisator yang menjembatani pembicaraan trilateral antara Korea Utara,

Amerika Serikat dan Tiongkok.25

Teknik penulisan dalam jurnal ini menggunakan metode analisis

deskriptif, sehingga sangat membantu bagi peneliti selanjutnya untuk

mendapatkan informasi yang diperlukan. Terutama dalam hal mengkaji peran dan

posisi Tiongkok dalam isu nuklir Korea Utara. Salah satu kekuatan dari riset

dalam jurnal ini adalah penggunaan referensi yang sangat banyak, baik yang

berupa sumber primer dan sumber sekunder. Pembahasan dalam jurnal ini juga

cukup komprehensif, mulai dari pembahasan mengenai hubungan bilateral

Tiongkok dengan Korea Utara, pengaruh Amerika Serikat di kawasan

Semenanjung Korea, serta pembahasan mengenai perkembangan senjata nuklir

Korea Utara.26

Adapun kekurangan dari tulisan pada jurnal ini adalah terkait periodesasi

waktu yang belum diperbaharui, yakni data dan tulisan pada jurnal ini merupakan

data yang dihimpun pada tahun 2004. Sehingga hal ini yang membedakan dengan

penelitian penulis yang membahas dinamika uji coba nuklir Korea Utara pada

2006-2016. Selain itu juga teori yang menjadi pisau analisis pada jurnal yang

ditulis ini menggunakan pendekatan kerjasama ataupun liberalisme. Sedangkan

penulis pada skripsi ini menggunakan paradigma neoclassical realism.

Ketiga, penulis melakukan tinjauan pustaka terhadap skripsi yang ditulis

oleh Muhammad Nabil, mahasiswa program studi Ilmu Hubungan Internasional

25

Kim S, Samuel, (2004). The Changing Role of China on the Korean Peninsula.

International Journal of Korean Studies. Vol. IIX, No. 1 hal. 18. 26

Kim, The Changing Role of China,12.

Page 26: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

12

(HI) Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Skripsi yang ditulis berjudul Diplomasi Multilateral Six Party Talks Dalam Proses

Denuklirisasi Korea Utara Periode 2003-2009. Skripsi ini menganalisa pengaruh

diplomasi multilateral six party talks dan melihat perkembangan nuklir Korea

Utara dari tahun ke tahun selama periode 2003-2009. Selain itu Muhammad Nabil

juga menyajikan data pencapaian-pencapaian diplomasi multilateral six party talks

terkait program denuklirisasi Korea Utara.27

Adapun yang membedakan skripsi ini dengan penelitian penulis misalnya

terdapat pada fokus penelitian yang fokus pada diplomasi multilateral six party

talks, sedangkan penulis meneliti faktor penolakan Korea Utara terhadap sanksi

DK PBB. Adapun persamaannya terletak pada penggunaan metode penelitian

yang digunakan yakni metode penelitian kualitatif.28

E. Kerangka Pemikiran

Dalam menjawab pertanyaan penelitian ini penulis akan menganalisis

kasus ini dengan menggunakan paradigma neoclassical realism yang

diperkenalkan oleh Gideon Rose dan konsep balance of threat dari Stephan M.

Walt. Dengan menggunakan dua pisau analisis ini diharapkan dapat menjawab

pertanyaan penilitian secara komprehensif.

1. Neoclassical Realism

Beberapa asumsi dasar paradigma neoclassical realism memiliki

kesamaan dengan asumsi dasar realisme klasik maupun neorealisme. Salah

27

Muhammad Nabil, (2014). Diplomasi Multilateral Six Party Talks Dalam Proses

Denuklirisasi Korea Utara Periode 2003-2009.Program Studi Hubungan Internasional. FISIP UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. 28

Nabil, Diplomasi Multilateral Six Party Talks, 15

Page 27: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

13

satunya adalah asumsi yang menyatakan bahwa negara merupakan aktor yang

rasional sehingga suatu negara tidak akan mau menempatkan dirinya pada kondisi

yang terus memiliki ketergantungan dengan negara lain.29

Paradigma neoclassical realism dalam melihat perilaku negara mencoba

untuk menggabungkan asumsi dari realisme klasik dan neorealisme. Realisme

klasik melihat peran utama para pemimpin negara dalam memformulasikan

kebijakan luar negerinya berdasarkan kekuatan material yang dimiliki negaranya

sedangkan neorealisme melihat bahwa perlikau negara itu dipengaruhi oleh sistem

internasional.

Bagi neoclassical realism negara merupakan aktor yang paling penting,

dalam hal ini aktor negara tidak didefinisikan secara sempit. Definisi aktor negara

termasuk juga didalamnya persepsi elit atau pengambil keputusan (intervening

variable), struktur negara dan institusi berpengaruh lainnya. Neoclassical realism

menegaskan bahwa kebijakan luar negeri suatu negara juga dipengaruhi oleh

preferensi individu pemimpin dan ideologinya.30

Sehingga, dapat disimpulkan

bahwa menurut paradigma neoclassical realism dalam mengeluarkan kebijakan

luar negeri harus melihat faktor internal dan eksternal.

Negara bertindak karena suatu ancaman dari luar (systemic pressure) dan

mendapat respon dari pengambil kebijakan (intervening variable) yang kemudian

menjadi acuan dalam menentukan strategi negara di arena internasional. Dalam

29

Keohane, Robert O. 1986. Neorealism and Its Critics. New York: Columbia University

Press, hal. 107. 30

Zakaria, Fareed. 1998. From Wealth to Power: The Unusual Origins of America's

World Role. Princeton, N.J: Princeton University Press, hal 16 dikutip dalam Caitlin Baalke, 2014.

A Political and Historic Analysis of the Relationship between the United States and Saudi Arabia:

how the relationship between the United States and Saudi Arabia has influenced U.S. Foreign

Policy in the Middle East. Honors Projects, Seattle Pacific University, Paper 25, hal. 11.

Page 28: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

14

hal ini elit negara harus mampu melihat pergesaran power serta perubahan niat

pada aktor dari negara lain maupun perubahan dari aktor non negara.31

Neoclassical realism melihat politik sebagai perjuangan untuk mendapat

material power dan menjamin kemananan negara di dunia yang penuh dengan

ketidakpastian. Asumsi inilah yang kemudian menegaskan bahwa neoclassical

realism melihat kebijakan luar negeri suatu negara berkaitan langsung dengan

material power yang dimiliki oleh negara tersebut.32

Dalam menganilisis faktor-faktor penolakan Korea Utara terhadap resolusi

DK PBB dapat dilihat dari faktor internal dan eksternalnya. Faktor internal berasal

dari persepsi pemimpin Korea Utara dan kondisi politik domestiknya. Sedangkan

faktor eksternalnya merupakan pengaruh tekanan dari sistem internasional yang

anarki dan penuh dengan ketidakpastian.

Sebagai negara yang berdaulat Korea Utara memiliki kepentingan untuk

menjamin keamanan nasionalnya dan akan memaksimalkan material power yang

dimilikinya untuk menggapai tujuan tersebut. Bagi Korea Utara perilaku Amerika

Serikat yang mendorong untuk pemberian sanksi terhadapnya merupakan sebuah

ancaman.

Terlebih Amerika Serikat memiliki pangkalan militer di Jepang dan setiap

tahunnya aktif melakukan kerjasama latihan militer gabungan dengan Korea

Selatan. Sehingga, larangan pengembangan nuklir yang diinisiasi oleh Amerika

Serikat melalui DK PBB tidak dihiraukan oleh Korea Utara.

31

Lobell, Steven E, Norrin M. Ripsman, and Jeffrey W. Taliaferro, 2009. Neoclassical

realisme, the state and Foreign Policy. New York : Cambridge University Press, hal 32. 32

Caitlin Baalke, 2014. A Political and Historic Analysis of the Relationship between the

United States and Saudi Arabia, hal. 10

Page 29: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

15

2. Balance of Threat

Dalam kajian hubungan internasional, terdapat tiga konsep balancing

strategy. Pertama, hard balancing, yakni dalam mengimbangi kekuatan lawan

suatu negara yang menggunakan strategi ini akan membangun dan selalu

memperbaharui kekuatan militernya. Selain itu negara juga membangun serta

mempertahankan aliansi tandingannya untuk mengimbangi kekuatan lawan.

Kedua, soft balancing, hal ini berlangsung ketika negara-negara mengembangkan

perjanjian diantara mereka untuk menyeimbangi negara potensial. Selanjutnya

persaingan keamanan menjadi semakin kuat dan mengakibatkan negara kuat

tersebut merasa terancam. Ketiga, asymmetric balancing, hal ini merujuk pada

usaha negara dalam menyeimbangi negara kuat dengan aktor subnasional yang

bertindak untuk mengancam seperti kelompok teroris.33

Teori balance of threat menurut Stephan M. Walt merupakan teori yang

tidak hanya melihat kepada kekuatan yang dimiliki oleh suatu negara saja, tetapi

konsep ini mencoba mengkombinasikan antara kekuatan (power) dengan motif

dan persepsi (intent). Sehingga, konsep balance of threat dapat menjelaskan

bahwa suatu negara tidak selalu berusaha melawan negara terkuat (the strongest

power) melainkan melihat kepada negara mana yang lebih mengancam.34

Stephan M. Walt juga menjelaskan tentang perilaku negara dalam konsep

balance of threat menyatakan bahwa suatu negara bereaksi terhadap ancaman,

bukan kekuasaan. Konsep balance of threat merupakan strategi suatu negara

33

T.V. Paul, J.J. Wirtz & M. Fortman (2004) :balance of power, Theory and Practice in

the 21st Century. Stanford: Stanford University Press, 3.

34 Walt, M. Stephen 1988. “Testing Theories of Alliance Formation: The Case of

Southwest Asia.” International Organization, Vol.42, No.2. (Spring, 1988), pp.275-316.

Page 30: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

16

untuk melawan ancaman dari pihak eksternal yang dirasakan baik melalui sarana

militer maupun non-militer. Adapun tujuan dari adanya perimbangan ini adalah

untuk melemahkan suatu negara atau aliansi yang dianggap sebagai ancaman.

Perimbangan ini diarahkan pada sasaran tertentu, yakni pada negara yang paling

mengancam atau negara yang paling kuat potensi ancamannya.35

Jika melihat konteks studi kasus Korea Utara ini, penulis berpandangan

bahwa apa yang dilakukan oleh Korea Utara salah satunya adalah dalam rangka

balance of threat terhadap negara-negara yang berpotensi mengancam keamanan

nasionalnya. Hal ini tidak terlepas daripada konflik berkepanjangan antara Korea

Utara dengan Korea Selatan yang didukung oleh negara-negara aliansinya.

Sehingga Korea Utara melakukan salah satu bentuk balancing dengan

membangun kekuatan militernya.

Dalam sistem internasional yang anarkis, stabilitas akan dicapai melalui

perimbangan kekuatan. Perimbangan ini bersifat dinamis, yakni setiap saat dapat

berubah sejalan dengan perubahan-perubahan yang berkembang, baik di level

nasional maupun internasional. Namun, pada akhirnya perimbangan baru akan

tercipta, baik melalui jalur damai maupun kekerasan (perang).36

F. Metode Penelitian

Pada penelitian ini, penulis akan menggunakan metode penelitian kualitatif

dengan pendekatan analisis deskriptif. Pendekatan secara kualitatif adalah sebuah

proses dimana peneliti mengkombinasikan seperangkat prinsip-prinsip,

35

Bock, Andreas. "Balancing for (in)security: an analysis of the Iranian nuclear crisis in

the light of the Cuban missile crisis." Perceptions, Center for Strategic Research, vol. 19, no. 2,

2014, p. 113 36

Jusuf Wanandi, “Relationship of the Great Powers in the Asia Pasific: Indonesia‟s

Future Strategic Environment,” (Jakarta: CSIS, 1996), hlm. 139.

Page 31: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

17

pandangan ide-ide dengan praktek sosial yang kolektif melalui serangkaian teknik

dan strategi untuk menghasilkan pengetahuan. Selain itu peneliti diwajibkan untuk

mampu berinteraksi dengan pihak lain.37

Penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang mengandalkan data

dari pengumpulan, analisis dan interpretasi data yang berbentuk non-statistik.

Selain itu juga terdapat tiga teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif

yakni observasi, wawancara dan dokumen.38

Sementara itu teknik wawancara

dalam penelitian ini menggunakan metode in depth interview terhadap

narasumber yang memiliki kapabilitas terhadap isu yang dikaji oleh peneliti.

Penelitian ini bersifat deskriptif yakni suatu bentuk penelitian yang ditujukan

untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik

fenomena alamiah maupun suatu fenomena hasil dari rekayasa manusia.39

Dalam menjawab pertanyaan penelitian ini, penulis mencari informasi-

informasi yang bersumber dari data primer dan sekunder. Data sekunder yang

digunakan penulis berbentuk skripsi, tesis, buku-buku yang berkaitan dengan

penelitian penulis, jurnal ilmiah, surat kabar dan berbagai artikel ataupun media

elektronik dari internet. Penulis melakukan studi kepustakaan dengan mencari

informasi dari berbagai perpustakaan, seperti misalnya di Perpustakaan Nasional

RI, Perpustakan Umum UIN Syaraif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan FISIP

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Universitas Indonesia.

37

LV Neuman, (2012). Basic of Social Research: Quantitative and Qualitative

Approaches, Pearson: University of Wisconsin-White Water, p.p 3. 38

JW Creswell, (1994). Research Design: Qualitative and Quantitative Approaches,

SAGE Publications Inc, Thousand Oaks. P.p 149. 39

Sukmadinata, (2006). Metode Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Hal: 72.

Page 32: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

18

Setelah melakukan pengumpulan data, penulis melakukan relevansi data

tersebut untuk kemudian direduksi. Pada tahapan ini penulis hanya menggunakan

data-data yang dibutuhkan untuk penelitian penulis. Data yang tidak dibutuhkan

dalam penelitian ini digunakan sebagai data pelengkap untuk menambah

pengetahuan penulis.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan merupakan penjelasan mengenai alur pembahasan yang

ditulis dalam skripsi ini, sehingga dapat dipahami sebagai satu kesatuan yang utuh

dan terstruktur dengan baik. Sistematika penulisan dalam skripsi ini terbagi

kedalam lima bab;

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai pernyataan masalah yang

penulis bahas dalam skripsi ini, serta pertanyaan penelitian yang menjadi fokus

pembahasannya. Selanjutnya dipaparkan juga mengenai tujuan dan manfaat

penelitian ini. Selain itu juga, pada bab ini akan membahas tinjauan pustaka dan

akan dijelaskan pula yang menjadi pembeda antara penelitian yang ditulis oleh

peneliti yang sebelumnya. Terakhir, dipaparkan pula mengenai kerangka

pemikiran dan metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam skripsi ini.

BAB II GAMBARAN UMUM KOREA UTARA DAN DINAMIKA

KEPEMILIKAN NUKLIR

Bab ini akan memaparkan gambaran umum mengenai Korea Utara dan

Nuklir. Selanjutnya akan dibahas perkembangan dan uji coba nuklir Korea Utara

mulai dari uji coba yang pertama pada 2006 sampai uji coba yang keempat pada

2016. Selain itu dalam bab II ini juga dibahas terkait dinamika kepemilikan nuklir

Page 33: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

19

Korea Utara serta upaya negosiasi program nuklir Korea Utara mulai dari The

Agreed Framework, The Three Party Talks dan juga The Six Party Talks.

BAB III RESPON DUNIA INTERNASIONAL TERHADAP UJI

COBA NUKLIR KOREA UTARA

Pada bab ini akan dibahas mengenai Resolusi DK PBB Terkait Uji Coba

Nuklir Korea Utara sepanjang tahun Tahun 2006-2016. Selain itu juga akan

dibahas mengenai adanya respon dari negara sekitar dan Amerika Serikat terhadap

uji coba Nuklir Korea Utara. Seperti misalnya respon dari Korea Selatan, respon

dari Jepang, respon dari Tiongkok dan respon dari Rusia.

BAB IV FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KOREA UTARA

MENOLAK RESOLUSI DK PBB 2270

Pada bab ini akan dijawab mengenai pertanyaan penelitian penulis tentang

alasan Korea Utara menolak Resolusi DK PBB 2270. Melalui kerangka pemikiran

Neoclassical Realism dan Balance of Threat, akan dianalisis mengenai alasan

Korea Utara Tersebut. Akan dipaparkan mengenai alasan untuk memperkuat

pertahanan dan keamanan nasional Korea Utara dalam lingkup internasional.

Sebagai bentuk respon pada ancaman kerjasama militer Amerika Serikat-Korea

Selatan.

BAB V KESIMPULAN DAN PENUTUP

Pada bab ini akan dipaparkan mengenai kesimpulan yang penulis dapatkan

mengenai jawaban dari pertanyaan penelitian yang penulis ajukan dalam skripsi

ini berdasarkan kerangka pemikiran dan metodologi penelitian yang telah penulis

gunakan.

Page 34: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

20

BAB II

GAMBARAN UMUM KOREA UTARA DAN DINAMIKA KEPEMILIKAN

NUKLIR

Pada bab sebelumnya telah dijelaskan latar belakang masalah dan kerangka

pemikiran yang digunakan untuk menganalisa faktor penolakan Korea Utara

terhadap Resolusi DK PBB 2270 tahun 2016. Pada bab ini akan dibahas profil

Korea Utara secara umum mengenai letak geografis, dinamika kepemilikan nuklir

dan negara disekitarnya yang merespon program nuklir Korea Utara. Selain itu

juga akan dibahas sejarah perkembangan nuklir Korea Utara dan uji coba nuklir

Korea Utara yang pertama pada 2006 sampai uji coba nuklir yang keempat pada

2016.

A. Profil Negara Korea Utara

1. Gambaran Umum Korea Utara

Korea Utara atau Democratic People’s Republic of Korea (DPRK)

mendeklarasikan kemerdekaanya pada 9 September 1948. Negara ini merupakan

pecahan dari Semenanjung Korea akibat Perang Dunia II. Pemerintahan di Korea

Utara menganut sistem satu partai , kekuasaan tertinggi saat ini dipegang oleh

Kim Jong Un yang menggantikan posisi ayahnya, Kim Jong Il. Secara geografis

Korea Utara terletak di Asia Timur Laut. Di sebelah utara negara ini berbatasan

langsung dengan Tiongkok, sedangkan di sebelah selatan berbatasan langsung

dengan Korea Selatan.40

40

Central Intelligence Agency, [Internet] tersedia di

https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/kn.html diakses pada, Sabtu, 15

Juli 2017 Pukul 14:42 WIB

Page 35: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

21

Dalam kaitannya dengan program nuklir Korea Utara, ada beberapa negara

yang memang tidak berbatasan langsung dengan Korea Utara, namun keamanan

nasionalnya merasa terancam dengan keberadaan program nuklir Korea Utara

tersebut. Adapun diantara negara tersebut adalah Jepang dan Amerika Serikat.

Amerika Serikat memiliki beberapa pangkalan militer di kawasan Asia Timur

khususnya Jepang, seperti Camp Zama di Kanagawa, Fort Buckner di Okinawa,

dan Torri Station di Yomitan.41

Gambar II.1. Peta Semenanjung Korea

Sumber : Production by CRS using data from ESRI, and the U.S. State

Department’s Office of the Geographer, 2016.

41

Military Bases. [internet] Tersedia di https://militarybases.com/japan/diakses pada

Sabtu, 15 Juli 2017.

Page 36: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

22

B. Perkembangan dan Uji Coba Nuklir Korea Utara

Sejarah perkembangan nuklir Korea Utara dimulai sekitar tahun 1956, yakni

sebagai tindak lanjut dari sebuah perjanjian kerjasama penggunaan energi nuklir

dengan Uni Soviet. Dalam kerjasama penggunaan nuklir yang ditujukan untuk

energi ini, Korea Utara mulai mengirim para ilmuwan dan teknisinya untuk

mendapatkan pelatihan di Uni Soviet. Program nuklir Korea Utara awalnya

bukanlah ditujukan untuk peperangan, melainkan sebagai alat pembangkit listrik.

Program ini awalnya sangat diharapkan dapat memasok energi listrik yang

dibutuhkan.42

Korea Utara mendirikan Akademi Militer Hamhung pada tahun 1965.

Melalui akademi militer ini, para tentara Korea Utara mendapatkan pelatihan

dalam pembuatan rudal. Selain itu, Uni Soviet pada tahun ini juga memberikan

bantuan kepada Korea Utara untuk membangun pusat penelitian nuklir. Reaktor

nuklir yang dikembangkan memiliki daya yang kecil dan hanya untuk penelitian

saja, sehingga belum mengundang perhatian di dunia internasional. Program

nuklir Korea Utara ini terus mengalami kemajuan, hingga pada tahun 1991 Korea

Utara dengan dibantu teknologi dari Uni Soviet berhasil membangun fasilitas

nuklir yang bertempat di Yongbyon.43

1. Uji Coba Nuklir Korea Utara Pertama Tahun 2006

Uji coba nuklir Korea Utara pertama berlangsung pada 9 Oktober 2006.

Pada uji coba nuklir Korea Utara yang pertama ini diestimasikan kekuatannya

42

Ik-Sang Lee, 1991. Recent Development in North Korea. Republic of Korea: Naewoe

Press, hal.116. 43

Brian Bridges. 1993. Japan and Korea in the 1990s From Antagonism to Adjusment.

Great Britain at the University Press. Cambridge: Edward Elgar Publishing Company, hal. 150

Page 37: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

23

berkisar antara 1 Kiloton. Nuklir ini dibuat dengan kandungan plutonium.44

Banyak pihak yang menilai bahwasanya uji coba nuklir kali ini sebetulnya gagal.

Namun, meskipun begitu lima hari kemudian atau tepatnya 14 Oktober 2006, DK

PBB menjatuhkan sanksi kepada Korea Utara melalui Resolusi 1718. Melalui uji

coba nuklir yang pertama ini, Korea Utara berhasil membuktikan pada dunia

internasional bahwa negara ini juga mampu mengembangkan teknologi nuklir.45

2. Uji Coba Nuklir Korea Utara Kedua Tahun 2009

Korea Utara melakukan uji coba nuklirnya yang kedua pada 25 Mei 2009.

Ketika itu sebenarnya kondisi perekonomian dunia sedang tidak stabil, namun

Korea Utara justru mengejutkan dunia dengan uji coba nuklirnya. Pada uji coba

nuklir yang kedua ini diperkirakan kekuatannya sebesar 2,35 Kiloton, meskipun

pihak Pyongyang mengklaim bahwa kekuatan nuklir pada uji coba yang kedua ini

sebesar 15 Kiloton atau setara dengan kekuatan pada bom atom di Hiroshima.46

Bahkan dari pihak Rusia mengestimasikan kekuatan nuklir pada uji coba ini

sebesar 20 Kiloton.47

Uji coba nuklir Korea Utara kali ini ledakan terbesarnya terjadi di sebelah

utara Provinsi Hamgyong. Lokasi ini berada di dekat perbatasan negara Tiongkok

44

Lian-Feng Zhao, Xiao-Bi Xie, Wei-Min Wang, and Zhen-Xing Yao, 2008. Regional

Seismic Characteristics of the 9 October 2006 North Korean Nuclear Test, Bulletin of the

Seismological Society of America. [internet] tersedia di http://www.bssaonline.org/content/

98/6/2571.short diakses pada Minggu, 16 Juli 2017. 45

Comprehensive Nuclear –Test Ban Treaty Organization, 2006. 9 October 2006-First

DPRK Nuclear Test. [internet] tersedia di https://www.ctbto.org/specials/testing-times/9-october-

2006-first-dprk-nuclear-test diakses pada Jum‟at 7 Juli 2017. 46

Lian-Feng Zhao, Xiao-Bi Xie, Wei-Min Wang and Zhen-Xing Yao, “Yield Estimation

of the 25 May 2009 North Korean Nuclear Explosion,” Seismological Society of America (2009):

[internet] tersedia di http://www.bssaonline.org/content/102/2/467.abstract?sid=7c769220-2dfc-

45b2-96d7-73fef9aa8d48 diakses pada Sabtu, 8 Juli 2017. 47

Larry A. Niksch, 2009. North Korea’s Nuclear Weapons Development and Diplomacy,

Congressional Research Service, hal. 1

Page 38: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

24

dan Rusia. Uji coba ini hanya berselang dua bulan setelah Korea Utara

meluncurkan rudal jarak jauhnya yakni Taepodong-2. Pada saat bersamaan

Presiden Amerika Serikat Barack Obama berpidato di Praga untuk mengajak

dunia internasional menghapuskan senjata nuklir.48

Uji coba nuklir Korea Utara ini sangat jelas sebagai bentuk ketidakpatuhan

terhadap sanksi yang diberikan oleh dunia internasional melalui Resolusi DK PBB

1718 pada saat uji coba nuklir yang pertama. Meski telah diberikan sanksi yang

cukup tegas, namun Korea Utara tetap saja mengabaikan sanksi dari dunia

internasional tersebut.49

Pada saat DK PBB mengancam akan memberikan sanksi

yang baru terhadap uji coba rudal oleh Korea Utara, justru negara ini membalas

dengan ancaman akan meluncurkan rudal balistik antar benua.50

Sikap tegas Korea Utara ini dibuktikan juga dengan kebijakannya yang

mengusir International Atomic Energy Agency (IAEA) sebuah organisasi

internasional yang selama ini melakukan pengawasan terhadap program nuklir

Korea Utara. Sebagai salah satu bentuk penolakan terhadap sanksi itu juga

Menteri Luar Negeri Korea Utara menyatakan sikap bahwa Korea Utara tidak

akan bergabung lagi dengan Six Party Talks.51

48

Toby Harnden, 2009. President Barack Obama Calls for a Nuclear Free World in

Prague Speech. [internet] tersedia di http://www.telegraph.co.uk/news/worldnews/barackobama

/5109810/President-Barack-Obama-calls-for-a-nuclear-free-world-in-Prague-speech.html diakses

pada Sabtu, 1 Juli 2017 pukul 15:45 WIB. 49

Evans J.R. Revere, 2009. North Korea's Latest Challenges: What is to be done?, Issues

& Insights, vol. 9, No. 5, Pacific Forum CSIS, Honolulu. 50

Steven A. Hildreth, North Korean Ballistic Missile Threat to the United States,

Congressional Research Service 7-5700. 51

The National Committee on North Korea, 2009. DPRK's foreign ministry vehemently

refutes UNSC's 'Presidential Statement. [internet] tersedia di http://www.ncnk.org/resources/

publications/KCNA_DPRK_Response_UNSC_April_13_09_Statement.doc diakses pada Kamis, 6

Juli 2017 pukul 14.55 WIB.

Page 39: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

25

3. Uji Coba Nuklir Korea Utara Ketiga Tahun 2013

Korea Utara kembali mengejutkan dunia internasional dengan melakukan

uji coba nuklirnya. Tepat pada 12 Februari 2013, Korea Utara kembali melakukan

uji coba nuklirnya yang ketiga. Adapun nuklir yang diledakkan Korea Utara

melalui uji coba ini diyakini oleh banyak ahli merupakan bom uranium bukan

bom plutonium sebagaimana dua uji coba yang sebelumnya.52

Bagi Korea Utara tentu peningkatan ini merupakan suatu kemajuan terhadap

perkembangan program nuklirnya. Secara kualitas Korea Utara mampu membuat

nuklir yang lebih baik daripada dua uji coba sebelumnya dan tentunya hal ini akan

berdampak pada posisi tawar (bargaining position) dihadapan dunia internasional.

Uji coba nuklir yang ketiga juga menunjukan bahwa Korea Utara tetap ingin

melanjutkan strategi militernya (military first strategy).53

Uji coba nuklir Korea Utara yang ketiga pada 12 Februari 2013

diestimasikan kekuatan nuklirnya berkisar 6-9 Kiloton.54

Berdasarkan survey

yang dilakukan oleh US Geological Survey, besaran gempa bumi yang dihasilkan

dari uji coba nuklir tahun 2013 sebesar 5,0-5,1 SR.55

Uji coba nuklir Korea Utara yang ketiga ini cukup menghebohkan dunia

internasional, meskipun sebenarnya tiga uji coba nuklir yang dilakukan oleh

Korea Utara jika dibandingkan dengan uji coba yang dilakukan oleh negara lain

magnitude-nya tidaklah begitu besar. Sebagai contoh yakni tiga uji coba pertama

52

Hui Zhang, 2013. North Korea’s Third Nuclear Test: Plutonium or Highly Enriched

Uranium? Harvard Kennedy School , Belfer Center for Science and International Affairs. 53

A. Federovsky, 2013. North Korea After Third Nuclear Test. Institute of World

Economy and International Relation (IMEMO), hal 113. 54

Mary Beth Nikitin, North Korea’s Nuclear Weapons: Technical Issues, hal. 14. 55

Victor Cha and Ellen Kim, 2013. “North Korea’s Third Nuclear Test,” Center For

Strategic & International Studies

Page 40: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

26

yang dilakukan oleh Tiongkok, yakni masing-masing berkekuatan 22 Kiloton, 35

Kiloton, 250 Kiloton. Selain itu tiga uji coba pertama yang dilakukan oleh

Amerika Serikat juga lebih besar daripada Korea Utara yakni, 21 Kiloton, 15

Kiloton dan 21 Kiloton 56

4. Uji Coba Nuklir Korea Utara Keempat Tahun 2016

Upaya denuklirisasi di Korea Utara yang dilakukan oleh organisasi

internasional seperti DK PBB ataupun IAEA belum juga membuahkan hasil.

Amerika Serikat, Jepang dan Korea Selatan berkali-kali mencoba menghentikan

uji coba nuklir Korea Utara. Baik melalui upaya dialog (soft power) maupun

melalui ancaman-ancaman militer (hard power). Pada 6 Januari 2016, Korea

Utara kembali melakukan uji coba nuklirnya yang keempat. Pusat Geologi

Amerika Serikat mengungkapkan bahwa getaran yang dihasilkan dari uji coba

nuklir Korea Utara ini berkekuatan 5,1 SR.57

Korea Utara kembali menegaskan kebijakan negaranya untuk terus

mengembangkan program nuklirnya. Terkait uji coba nuklir ini, pemerintah Korea

Utara mengklaim bahwa mereka sukses melakukan uji coba nuklir jenis bom

hidrogen. Secara aspek teknis perbedaan bom atom dan bom hidrogen adalah

besaran potensi kekuatan yang dihasilkannya. Yakni bom hidrogen potensi

kekuatannya ratusan kali lebih besar dari pada bom atom.58

Juru bicara Gedung

56

William J. Broad, 2013. A secretive Country Gives Experts Few Clues to Judge Its

Nuclear Program, New York Times. [internet] tersedia di http://www.nytimes.com/2013/02/13/

world/asia/despite-claims-of-third-blast-north-korean-nuclear-program-remains-a-mystery.html

diakses pada Selasa, 4 Juli 2017 pukul 09:33 WIB. 57

Mary Beth D. Nikitin, “North Korea's January 6, 2016, Nuclear Test”, CRS, 7 January ,

2016. 58

Nicole Lyn Pesce, 2016. H-Bombs Versus A-Bombs: What You Need to Know. Daily

News. [internet] tersedia di http://www.nydailynews.com/news/world/h-bombs-a-bombs-article-

1.2487112 diakses pada Rabu, 12 Juli 2017.

Page 41: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

27

Putih, Josh Earnest membenarkan adanya laporan uji coba nuklir, namun mereka

masih meragukan bahwa uji coba nuklir ini berupa bom hidrogen sebagaimana

yang disampaikan pemerintah Korea Utara.59

Meski pada uji coba nuklir yang

keempat kekuatan yang dihasilkan sama dengan uji coba nuklir ketiga, namun jika

melihat secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa Korea Utara selalu

melakukan pengayaan pada kapasitas nuklirnya. Hal ini semakin menegaskan

bahwa Korea Utara tidak pernah menghiraukan ancaman dari manapun terkait uji

coba nuklirnya.

Gambar II. 2. Eskalasi Nuklir Korea Utara

Sumber: United States Geological Survey (USGS), 2016.

59

Ju-min Park and Mark Hosenball, 2016. North Korea test draws threat of sanctions

despite H-bomb doubts.[internet] tersedia di http://www.reuters.com/article/us-northkorea-nuclear-

idUSKBN0UK0G420160106 diakses pada Selasa 25 Juli 2017.

Page 42: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

28

C. Dinamika Kepemilikan Nuklir Korea Utara

1. Korea Utara dan Nuclear Non-proliferation Treaty (NPT)

Hukum yang mengatur tentang larangan pengembangan senjata nuklir dan

sharing teknologi senjata nuklir diatur dalam suatu perjanjian internasional yang

dinamakan Nuclear Non-proliferation Treaty (NPT). Ada sekitar 189 negara di

dunia yang sudah meratifikasi perjanjian ini. Ada dua penggolangan dalam NPT,

yakni negara yang diakui kepemilikannya terhadap senjata nuklir (Nuclear

Weapon State) dan negara non senjata nuklir (Non Nuclear Weapon State).

Adapun negara Nuclear Weapon State (NWS) ada lima yakni Amerika Serikat,

Rusia, Perancis, Inggris dan Tiongkok. Sedangkan diluar kelima negara tersebut

dikategorikan sebagai Non Nuclear Weapon State (NNWS).60

Nuclear Non-proliferation Treaty (NPT) mulai berlaku pada 5 Maret 1970,

yang ditandatangani oleh 43 negara serta 3 negara diantaranya merupakan anggota

NWS yakni Amerika Serikat, Inggris dan Uni Soviet. Dalam Nuclear Non-

proliferation Treaty (NPT) terdapat 11 artikel yang menjadi landasan aturan

terkait penggunaan nuklir di dunia. Dari kesebelas artikel tersebut dikerucutkan

menjadi tiga pilar utama yakni, nonproliferasi, perlucutan senjata dan hak untuk

mendapatkan teknologi nuklir secara damai.61

Pada pilar yang pertama dijelaskan bahwa negara-negara yang termasuk

kedalam Nuclear Weapon State (NWS) bersepakat untuk tidak mengirimkan

60

Eleanor Ross, 2016. The Nine Countries That Have Nuclear Weapons. [internet]

tersedia di http://www.independent.co.uk/news/world/politics/the-nine-countries-that-have-

nuclear-weapons-a6798756.html diakses pada Selasa, 11 Juli 2017 pukul 16:30 WIB 61

U.S Delegation to the 2010 Nuclear Nonproliferation Treaty Review Conference, 2010.

Treaty on the Nonproliferation of Nuclear Weapons, hal. 4

Page 43: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

29

senjata nuklir atau alat peledak nuklir serta tidak dalam cara apapun membantu,

mendorong atau membujuk suatu negara yang termasuk kedalam Non Nuclear

Weapon State (NNWS) untuk memperoleh senjata nuklir. Selanjutnya pada pilar

yang kedua dijelaskan bahwa negara-negara Non Nuclear Weapon State (NNWS)

bersepakat untuk tidak menerima, membuat atau mendapatkan senjata nuklir, atau

mencari serta menerima bantuan dalam pembuatan senjata nuklir.62

Adapun pada pilar yang ketiga, setiap negara yang telah meratifikasi

Nuclear Non-proliferation Treaty (NPT) diperbolehkan mentransfer teknlogi

nuklir yang digunakan untuk program pengembangan energi nuklir sipil di

negara-negara tersebut, sejauh negara-negara tersebut dapat membuktikan dan

mendemonstrasikan bahwa program pengembangan nuklir mereka tidak

digunakan sebagai senjata nuklir pemusnah massal.63

Korea Utara pertama kali menandatangani Perjanjian Pelarangan

Pengembangan Persenjataan Nuklir (Nuclear Non-proliferation Treaty) yakni

pada bulan Desember 1985. Karena merasa tidak puas dengan NPT, akhirnya

pada tahun 2003 Korea Utara memutuskan keluar dari perjanjian ini. Korea Utara

saat itu menjadi satu-satunya negara yang keluar dari NPT karena merasa bahwa

NPT tidak mampu menjamin keamanan serta kedaulatan Korea Utara.64

Kebijakan Korea Utara yang keluar dari NPT ini bukan tanpa alasan.

Setidaknya ada beberapa hal yang menjadi alasan Korea Utara, yakni: Pertama,

fasilitas pembangkit listrik dan reaktor bertenaga ringan untuk Korea Utara yang

62

U.S Delegation, 2010. Treaty on the Nonproliferation of Nuclear Weapons, hal. 6 63

U.S Delegation, 2010. Treaty on the Nonproliferation of Nuclear Weapons, hal. 24 64

George Bunn, 2003. The Nuclear Nonproliferation Treaty : History and Current

Problems. dalam http://www.armscontrol.org/act/2003_12/bunn diakses pada Jum‟at 14 Juli 2017

Page 44: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

30

dijanjikan oleh Amerika Serikat tak kunjung ditepati hingga akhir tahun 2002.

Kedua, Amerika Serikat dan Korea Utara sebelumnya telah sepakat untuk

memperbaiki hubungan politik dan ekonomi. Namun pada kenyataannya,

Amerika Serikat tetap memberikan sanksi ekonomi pada Korea Utara serta secara

politik Amerika Serikat memasukan Korea Utara kedalam daftar negara yang

mendukung aktifitas terorisme (The axis of evil). Ketiga, Korea Utara sudah

sepakat agar dilakukannya pengawasan setelah dipenuhinya fasilitas reaktor

ringan yang dijanjikan Amerika Serikat. Namun ternyata dalam hal ini Amerika

Serikat telah mengirimkan tim pengawas ke Korea Utara tanpa menepati janjinya

terlebih dahulu. 65

2. Upaya Negosiasi Program Nuklir Korea Utara

Dalam hal denuklirisasi Korea Utara ditempuh berbagai upaya, baik yang

bersifat soft diplomacy maupun hard diplomacy. Proses denuklirisasi Korea Utara

melalui upaya negoisasi juga melewati fase yang panjang, mulai dari The Agreed

Framework, The Three Party Talks dan The Six Party Talks.

a. The Agreed Framework

Berawal dari kunjungan Jimmy Carter yang merupakan utusan Amerika

Serikat yang berkunjung ke Pyongyang pada 15 Juni 1994. The Agreed

Framework atau yang juga biasa disebut Kesepakatan Jenewa merupakan

perjanjian yang ditandatangani oleh Korea Utara dan Amerika Serikat pada 21

Oktober 1994 bertempat di Jenewa. Kesepakatan bilateral ini terbentuk karena

dipicu oleh keinginan Korea Utara untuk keluar dari Nuclear Non-proliferation

65

Merriam Webster, 2000. Nuclear Nonproliferation Treaty in Merriam Webster’s

Colligiate Encyclopedia. USA: Merriam Webster Inc, hal. 124.

Page 45: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

31

Treaty (NPT) pada tahun 1993. Dalam pertemuan ini berhasil mempertemukan

masing-masing perwakilan dari kedua negara, yakni dari pihak Korea Utara

diwakili oleh Wakil Menteri Luar Negerinya yaitu Kang Suk-Ju sedangkan dari

pihak Amerika Serikat diwakli oleh Robert Galluci sebagai utusan Amerika

Serikat dalam bidang nuklir. Adapun tujuan utama dari perjanjian ini adalah untuk

melakukan negoisasi terkait penghentian program nuklir Korea Utara.66

Secara umum ada empat poin utama yang menjadi kesepakatan antara

Korea Utara dan Amerika Serikat dalam perjanjian ini, yakni : Pertama, Amerika

Serikat bersedia untuk memasok pembangkit listrik reaktor air ringan yang

menjadi kebutuhan Korea Utara serta memberikan 500.000 ton solar setiap tahun

untuk pemanasan dan pembangkit listrik. Adapun hal ini berlangsung sampai

konstruksi reaktor pembangkit listrik milik Korea Utara selesai dibangun. Sebagai

kesepakatannya Korea Utara bersedia untuk menghentikan fasilitas nuklir di

Yongbyon. 67

Kedua, Korea Utara dan Amerika Serikat bersepakat untuk memperbaiki

hubungan politik dan ekonomi kedua negara dalam jangka waktu 3 bulan setelah

perjanjian itu disepakati. Selain itu juga kedua negara bersepakat untuk

membangun kantor penghubung di masing-masing ibukota negara dan seiring

berjalannya kesepakatan tersebut kedua negara akan meningkatkan status kantor

penghubung itu menjadi kedutaan besar. Ketiga, Korea Utara dan Amerika Serikat

sepakat untuk mewujudkan denuklirisasi dan perdamaian di Semenanjung Korea.

66

James Milo Minnich, 2002. The Denuclirization of North Korea : The 1994 Agreed

Framework From Penning to Present and Alternative Options. [Thesis] Kansas, hal. 30 67

Eric Yoong –Joong Lee, 2004. The Six Party Talks and The North Korean Nuclear

Dispute Resolution Under The IAEA Safeguards Regime. Asian-Pacific Law & Policy Jurnal,

Vol.5, hal. 107

Page 46: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

32

Keempat, Korea Utara bersedia untuk meneruskan keanggotaanya di NPT serta

bersedia untuk diadakan pemantauan dan pengawasan oleh International Atomic

Energy Agency (IAEA).68

Setelah cukup lama bertahan, akhirnya kesepakatan Jenewa ini berakhir

setelah kunjungan yang dilakukan oleh Asisten Menteri Luar Negeri Amerika

Serikat, James Kelly ke Korea Utara pada tahun 2003. Pihak Amerika Serikat

menganggap Korea Utara telah melanggar kesepakatan karena mengembangkan

senjata nuklir secara rahasia. Sehingga hubungan kedua negara kembali

memburuk serta ditandai dengan sikap Korea Utara yang menyatakan diri keluar

dari NPT pada tahun 2003.69

b. The Three Party Talks

Hubungan diplomatik Korea Utara dan Amerika Serikat selalu mengalami

pasang surut. Peristiwa penyerangan terorisme terhadap Amerika Serikat pada 11

September 2001 sangat menghancurkan citra Amerika Serikat dimata

Internasional. George W Bush ketika itu mengeluarkan suatu kebijakan yang

dinamakan War on Terror. Dalam salah satu pidatonya dengan tegas Presiden

Bush memberikan pilihan terhadap negara-negara di dunia, yakni either you with

us or aginst us. Salah satu dampak dari adanya kebijakan perang melawan

terorisme ini, Amerika Serikat mengeluarkan daftar negara-negara yang mereka

anggap memiliki kaitan dan mendukung aktivitas terorisme.70

68

Eric Yoong-Joong Lie, 2004. The North Korean Nuclear, hal.108 69

Jonathan D. Pollack, 2003. The United States, North Korea, and The End of The

Agreed Framework. Naval War College Review, Summer Vol. LVI No.3 70

Text Of George Bush‟s Speech, 2001. [internet] Tersedia di https://www.theguardian.

com/world/2001/sep/21/september11.usa13 diakses pada Sabtu, 15 Juli 2017 pukul 18:30 WIB

Page 47: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

33

Dalam daftar nama-nama negara yang dirilis pada tahun 2003 tersebut

ternyata Korea Utara merupakan negara yang juga masuk kedalam daftar negara

yang dianggap mendukung aktivitas terorisme. Menanggapi kondisi ini tentu

Korea Utara tidak terima dengan sikap Amerika Serikat tersebut. Sehingga

hubungan kedua negara kembali memanas. Bahkan dengan adanya kebijkan ini

membuat Korea Utara kembali membuka program nuklirnya yang sebelumnya

sempat dibekukan. Selain itu juga secara terang-terangan Korea Utara menyatakan

sikap untuk keluar dari Nuclear Nonproliferation Treaty (NPT).71

Sikap Korea Utara yang memilih keluar dari perjanjian Nuclear

Nonproliferation Treaty (NPT) mengundang reaksi yang cukup serius dikalangan

dunia internasional, khusunya Amerika Serikat dan sekutunya. Krisis nuklir Korea

Utara kembali terjadi. Pada awal tahun 2003, Presiden Amerika Serikat George

W. Bush mengusulkan agar dibentuknya suatu forum trilateral yang secara khusus

membahas upaya-upaya diplomatik untuk penyelesaian masalah nuklir Korea

Utara. Sehingga pada 23-25 April 2003 bertempat di Beijing, diadakanlah

pertemuan multilateral yang melibatkan tiga negara yakni Amerika Serikat, Korea

Utara, dan Tiongkok yang dinamakan The Three Party Talks.72

Dalam hal ini Tiongkok berperan sebagai mediator antara Korea Utara dan

Amerika Serikat. Dengan hadirnya Tiongkok sebagai penengah dalam diplomasi

trilateral ini, Amerika Serikat berharap dapat menekan Korea Utara untuk dapat

mengakhiri program nuklirnya. Pemerintah Amerika Serikat mencoba untuk

71

Fact Sheet : Bush‟s Axis of Evil, 2002. [internet] Tersedia di http://edition

.cnn.com/2002/US/01/30/ret.axis.facts/index.html diakses pada Minggu, 16 Juli 2017 Pukul 18:43

WIB 72

Fu Ying, 2017. The Korean Nuclear Issue: Past, Present and Future A Chinese

Perspective, Jhon.L Thornton China Center at Brookings, Strategy Paper, hal. 9

Page 48: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

34

bernegosiasi dengan Korea Utara. Adapun tawarannya adalah Amerika Serikat

akan menghapus Korea Utara dari daftar negara-negara yang mereka blacklist

sebagai negara pendukung aktivitas terorisme dan akan menormalisasi kembali

hubungan diplomatik kedua negara. Sebagai balasannya, Amerika Serikat

meminta kesediaan Korea Utara untuk menghentikan program nuklir yang

dikembangkannya kembali di Yongbyeon. Namun pada akhirnya upaya

denuklirisasi melalui Three Party Talks ini kembali mengalami kegagalan.73

c. The Six Party Talks

Six Party Talks pertama kali dilakukan pada tahun 2003. Terbentuknya

forum ini sebagai respon atas keluarnya Korea Utara dari perjanjian Nuclear

Nonproliferation Treaty (NPT) pada 27-29 Agustus 2003. Perundingan ini

melibatkan enam negara yakni: Korea Utara, Korea Selatan, Amerika Serikat,

Jepang, Tiongkok dan Rusia. Pada agenda six party talks putaran pertama ini yang

menjadi fasilitatornya adalah Tiongkok. Adapun inti dari pertemuan pada putaran

pertama ini adalah upaya untuk melakukan denuklirisasi dengan cara-cara yang

damai. Meskipun sebetulnya pada putaran pertama ini tidak menghasilkan resolusi

apapun tetapi Tiongkok berhasil menjadikan langkah ini sebagai upaya untuk

menyelesaikan krisis nuklir Korea Utara ini melalui dialog antar negara.74

Selanjutnya Tiongkok juga memfasilitasi six party talks pada putaran kedua

yang dilaksanakan pada 25-28 Februari 2004. Pada pertemuan putaran kedua ini

prinsipnya sama, membicarakan proses denuklirisasi Korea Utara melalui upaya

73

Fu Ying, 2017. The Korean Nuclear Issue, hal. 10 74

Xiaodon Liang, 2012. The Six-Party Talks at Glance. Arms Control Association.

[internet] tersedia di https://www.armscontrol.org/factsheets/6partytalks diakses pada Senin, 17

Juli 2017 pukul 19:00 WIB

Page 49: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

35

diplomatis. Selanjutnya six party talks putaran ketiga pada 23-26 Juni 2004.

Dalam pertemuan ini Korea Selatan memberikan tawaran bantuan energi jika

Korea Utara bersedia untuk mengentikan program nuklirnya. Usulan Korea

Selatan ini mendapat dukungan dari Rusia dan Tiongkok, selain itu juga Amerika

Serikat dan Jepang juga menyetujuinya. Pada dua putaran ini lagi-;lagi tidak

menghasilkan resolusi apapun terkait krisis Nuklir Korea Utara.75

Pada putaran yang keempat ini pertemuan berlangsung di Beijing dalam dua

tahap. Pertemuan tahap pertama berlangsung pada 26 Juli-7 Agustus 2005. Upaya

six party talks mulai membuahkan hasil pada putaran keempat tahap kedua yang

dilaksanakan pada 13-19 September 2005. Pada putaran keempat ini Korea Utara

sepakat untuk menghentikan program nuklirnya. Sebagai gantinya, Amerika

Serikat dan Korea Selatan berjanji untuk tidak menyerang Korea Utara serta

negara ini memberikan bantuan untuk memenuhi kebutuhan energi bagi Korea

Utara.76

Selanjutnya forum Six Party Talks memasuki putaran yang kelima. Awalnya

pertemuan ini diselenggarakan pada 19 September 2005, pada periode ini terjadi

beberapa hambatan yakni sebuah peristiwa yang dikenal Macau’s Banco Delta

Asia dimana dalam peristiwa ini Amerika Serikat secara sepihak membekukan

rekening Korea Utara yang diduga hasil pencucian uang. Korea Utara

75

The National Committee on North Korea, 2004. Chairman's Statement for The Second

Round of Six-Party Talks February 2004. [internet] tersedia di http://www.ncnk.org/resources/

publications/ChairmanStatement_2ndRound_Sixparty.doc diakses pada Senin, 17 Juli 2017 pukul

19:40 WIB 76

Ministry of Foreign Affairs of The People‟s Republik of China, 2005. The Fourth

Round of Six-Party Talks in Beijing Concludes with the Adoption of a Joint Statement. [internet]

tersedia di http://www.fmprc.gov.cn/mfa_eng/topics_665678/dslbj_665832/t213355.shtml diakses

pada Kamis 20 Juli 2017 pukul 09.30 WIB

Page 50: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

36

menganggap apa yang dilakukan oleh Amerika Serikat ini merusak upaya-upaya

denuklirisasi dengan cara damai. Sementara disatu sisi, Amerika Serikat

beranggapan bahwa apa yang mereka lakukan tidak memiliki kaitan dengan Six

Party Talks.77

Ketegangan ini berbuntut panjang bagi hubungan kedua negara. Six Party

Talk mengalami kemunduran, krisis nuklir Korea Utara kembali terjadi. Tepatnya

pada 9 Oktober 2006 Korea Utara bahkan melakukan uji coba nuklirnya. Kondisi

sedikit mereda ketika pada akhir Desember negosiator Amerika Serikat mengajak

Korea Utara untuk berdialog diluar Beijing. Pertemuan bilateral ini berlangsung di

Berlin. Akhirnya hasil kesepakatan dari pertemuan itu dibahas dan disetujui pada

saat Six Party Talks putaran kelima yang dilaksanakan di Beijing pada 8-13

Februari 2007.78

Forum Six Party Talks berlanjut pada putaran keenam yang dihelat pada 18-

23 Maret 2007. Pada Juli 2007, Korea Utara setuju untuk melakukan denuklirisasi

yang diimplementasikannya dengan cara melucuti senjata nuklirnya di Yongbyon.

Selanjutnya pertemuan Six Party Talks putaran kedua yang dilaksanakan pada

Oktober 2007, disepakatilah sebuah dokumen yang berjudul Second Phase Action

for The Implementation of The Joint Statement. Dimana dalam dokumen ini

77

Bruce Klingner, 2007. Banco Delta Asia Ruling Complicates North Korean Nuclear

Deal. The Heritage Foundation. [internet] tersedia di http://www.heritage.org/asia/report/banco-

delta-asia-ruling-complicates-north-korean-nuclear-deal diakses pada Kamis 20 Juli 2017 pukul

10.05 WIB 78

Ministry of Foreign Affairs of The People‟s Republik of China, 2007. The Fifth Round

of Six-Party Talks in Beijing; Initial Action for the Implementation of the Joint Statement.

[internet] tersedia di http://www.fmprc.gov.cn/mfa_eng/topics_665678/fifth_665830/t297463.

shtml diakses pada Kamis, 20 Juli 2017 pukul 10.15 WIB

Page 51: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

37

disepakati bahwa kedua negara berkomitmen untuk meningkatkan hubungan

bilateral.79

Adapun tujuan diadakannya pertemuan multilateral dengan nama Six Party

Talks ini adalah untuk mengakhiri program nuklir Korea Utara. Meskipun

sebetulnya bagi pihak Korea Utara lebih menyukai diadakannya forum yang

bersifat bilateral dengan Amerika Serikat daripada adanya forum multilateral.80

Upaya denuklirisasi Korea Utara menghabiskan waktu yang panjang dan

pertemuan berkali-kali. Jika melihat pada uji coba nuklir Korea Utara keempat

dapat dikatakan upaya diplomasi belum memberikan hasil yang maksimal.

Upaya-upaya penyelesaian krisis nuklir Korea Utara melalui jalur diplomasi

telah dilakukan dengan waktu yang cukup panjang. Pertemuan multilateral yang

dilakukan oleh beberapa negara khususnya yang bersinggungan langsung dengan

program nuklir Korea Utara tidak membuat Korea Utara menghentikan program

pengembangan nuklirnya. Sehingga dalam hal ini dapatlah dikatakan bahwa

Korea Utara memiliki alasan yang sangat kuat terkait upaya mempertahankan

program pengembangan nuklirnya.

Pada bab selanjutnya akan dibahas mengenai respon dunia internasional

terkait uji coba nuklir yang dilakukan oleh Korea Utara. Selain itu juga akan

dijelaskan secara detail terkait poin-poin yang manjadi sanksi dari DK PBB.

79

U.S Department of State, 2007. Six Party Talks Second Phase Action for The

Implementation of the september 2005 Joint Statement. [internet] tersedia di https://2001-

2009.state.gov/r/pa/prs/ps/2007/oct/93217.htm diakses pada Jum‟at 21 Juli 2017 pukul 08:35 WIB 80

AnthonyH. Cordesman, 2016. North Korean Nuclear Force and TheThreat of

Weapons of Mass Destruction in Northeast Asia, Center for Strategic and International Studies

(CSIS). Hal; 28.

Page 52: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

38

BAB III

RESPON DUNIA INTERNASIONAL TERHADAP UJI COBA NUKLIR

KOREA UTARA

Pada bab ini akan dibahas mengenai resolusi DK PBB terkait uji coba nuklir

Korea Utara dari uji coba yang pertama pada 2006 sampai yang keempat pada

2016. Dalam bab ini juga akan dibahas respon beberapa negara di dunia

internasional terkait uji coba nuklir Korea Utara.

A. Resolusi DK PBB Terkait Uji Coba Nuklir Korea Utara Tahun 2006-

2016

1. Resolusi DK PBB 1718

Resolusi DK PBB 1718 merupakan respon atas uji coba nuklir Korea Utara

yang pertama pada 9 Oktober 2006. Resolusi ini diadopsi dari pertemuan DK

PBB ke 5551 pada 14 Oktober 2006. Resolusi ini juga memperkuat sanksi-sanksi

DK PBB sebelumnya, yakni Resolusi DK PBB 1695 yang berkaitan dengan uji

coba rudal balistik. Resolusi DK PBB 1695 ini dianggap memiliki relevansi

dengan uji coba nuklir Korea Utara.81

Melalui resolusi ini juga ditegaskan bahwa kegiatan pengembangan nuklir

Korea Utara termasuk didalamnya pengembangan senjata kimia dan biologi

merupakan suatu hal yang dikecam oleh dunia Internasional. DK PBB sangat

menyayangkan keputusan Korea Utara yang menarik diri dari perjanjian NPT dan

juga forum Six Party Talks. Negara-negara di sekitar Korea Utara yang merasa

terancam dengan uji coba nuklir ini meminta agar DK PBB memberikan respon

81

United Nations Security Council, 2006. Security Council Condemns Nuclear Test By

Democratic People’s Republic of Korea,Unanimously Adopting Resolution 1718 (2006). [internet]

tersedia di https://www.un.org/press/en/2006/sc8853.doc.htm diakses pada Kamis, 13 Juli 2017.

Page 53: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

39

yang tegas. Bahkan hal ini juga disampaikan oleh Perdana Menteri Jepang, Shinzo

Abe yang mengatakan bahwa setiap uji coba nuklir yang dilakukan oleh Korea

Utara tidak dapat diterima.82

Tindakan yang diambil oleh DK PBB mengacu pada Piagam PBB Pasal 41

bagian VII yakni: DK PBB mengutuk kegiatan uji coba nuklir Korea Utara pada 9

Oktober 2006. DK PBB juga melarang Korea Utara untuk kembali melakukan uji

coba nuklir dikemudian hari atau meluncurkan rudal balistik. Korea Utara juga

diminta untuk menghentikan segala aktifitasnya yang berkaitan dengan

pengembangan nuklir. Selain itu juga Korea Utara diminta untuk memusnahkan

segala bentuk senjata pemusnah massal yang dimilikinya.83

Selain sanksi yang bentuknya berupa larangan kembali melakukan uji coba

atau pengembangan nuklir, DK PBB juga meminta kepada setiap negara anggota

PBB untuk mencegah upaya pengiriman baik secara langsung maupun tidak

langsung terhadap barang-barang yang berkaitan dengan pengembangan senjata

nuklir. Adapun barang-barang yang dilarang antara lain: battle tank, kapal perang

lapis baja, helikopter tempur, serta senjata atau misil yang berkaitan dengan

program pengembangan nuklir. Selain itu juga setiap negara diminta untuk

membekukan setiap aset yang berhubungan dengan pengembangan nuklir Korea

Utara.84

Pada praktiknya Resolusi ini tidak diterapkan oleh semua negara, dalam

82

Sohn Jie-Ae, 2006. North Korea Pledges to Test Nuclear Bomb. [internet] tersedia di

http://edition.cnn.com/2006/WORLD/asiapcf/10/03/nkorea.nuclear/index.html diakses pada kamis

15 Juli 2017. 83

United Nations Security Council, 2006. Resolution 1718 (2006). Hal,2. [internet]

tersedia di http://www.un.org/en/ga/search/view_doc.asp?symbol=S/RES/1718(2006) diakses

pada Kamis, 13 Juli 2017. 84

United Nations Security Council, 2006. Resolution 1718 (2006). Hal,3.

Page 54: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

40

hal ini Tiongkok tidak melakukan pemeriksaan pada kargo dari Korea Utara

maupun yang bertujuan ke Korea Utara.85

2. Resolusi DK PBB 1874

Pada 25 Mei 2009, Korea Utara kembali melakukan uji coba nuklirnya yang

kedua. Sebagai respon atas uji coba nuklir Korea Utara ini, DK PBB mengadakan

pertemuan yang ke 6141 pada 12 Juni 2009. Adapun hasil dari pertemuan ini

dengan suara bulat dikeluarkanlah Resolusi DK PBB 1874. Poin-poin yang

menjadi resolusi DK PBB kali ini bersifat lanjutan dari resolusi yang diberikan

sebelumnya, sehingga memang tidak terlalu banyak yang berbeda.86

Resolusi DK PBB 1874 ini kembali mempertegas Resolusi DK PBB 1718.

DK PBB mengutuk adanya uji coba nuklir Korea Utara yang dilakukan pada 25

Mei 2009. DK PBB berpandangan bahwa uji coba nukir Korea Utara ini sangat

berpotensi untuk kembali menaikan tensi dikawasan Asia Timur dan sekitarnya.

Selain itu, DK PBB tetap melarang setiap negara yang melakukan transaksi

dengan Korea Utara terkait dengan program pengembangan nuklirnya.87

Adapun beberapa sanksi tambahan antara lain DK PBB meminta kepada

setiap negara untuk membuat aturan melalui pemerintah maupun legislatifnya

untuk memeriksa kargo dari bandara maupun pelabuhan yang menuju Korea

Utara. Apabila ada barang-barang yang berkaitan dengan program nuklir Korea

Utara maka negara tersebut harus melarangnya. Larangan pengiriman ini tidak

85

Kelsey Davenport, 2006. Security Council Resolution 1718. [internet] tersedia di

https://www.armscontrol.org/print/5653#res1718 diakses pada Jum‟at, 14 Juli 2017. 86

United Nations Security Council, 2009. Resolution 1874 (2009). hal, 1. [internet]

tersedia di http://www.un.org/ga/search/view_doc.asp?symbol=S/RES/1874(2009) diakses pada

Minggu, 15 Juli 2017. 87

United Nations Security Council, 2009. Resolution 1874 (2009). hal, 2.

Page 55: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

41

berlaku bagi kapal yang membawa bantuan kemanusiaan. Berkenaan dengan

pemeriksaan kargo yang berasal dari dan bertujuan ke Korea Utara maka negara

anggota PBB diberikan wewenang dan didorong untuk memeriksa serta

menghancurkan muatan yang berkaitan dengan senjata nuklir Korea Utara.88

Selain itu juga terdapat sanksi ekonomi yang berupa larangan bagi setiap

negara maupun lembaga keungan internasional untuk memberikan pinjaman

maupun bantuan keuangan kepada Korea Utara. Larangan ini tidak berlaku bagi

bantuan finansial yang dipergunakan untuk kemanusian ataupun yang sifatnya

langsung bersentuhan kepada keperluan masyarakat sipil. Namun, perihal bantuan

kemanusian dan untuk masyarakat sipil ini harus dijelaskan secara eksplisit

dengan sepengetahuan DK PBB.89

Selain menerapkan sanksi dalam bentuk larangan-larangan tersebut, DK

PBB juga mengupayakan agar persoalan krisis nuklir Korea Utara ini diselesaikan

melalui jalur diplomatik. Khususnya melalui dialog-dialog dalam forum Six Party

Talks. DK PBB mengupayakan jalur diplomatik ini bertujuan untuk menciptakan

stabilitas di kawasan Semenanjung Korea dan Asia Timur secara keseluruhan.90

3. Resolusi DK PBB 2094

Pada 7 Maret 2013 DK PBB melakukan pertemuan yang ke 6932.

Pertemuan ini dalam rangka merespon uji coba nuklir Korea Utara yang ketiga

pada 12 Februari 2013. Adapun pertemuan ini menghasilkan Resolusi DK PBB

88

Kelsey Davenport, 2009. Security Council Resolution 1874. [internet] tersedia di

https://www.armscontrol.org/print/5653#res1874 diakses pada Jum‟at, 14 Juli 2017. 89

United Nations Security Council, 2009. Resolution 1874 (2009). hal, 4. 90

Mary Beth Nikitin, 2010. Implementation of U.N. Security Council Resolution 1874,

NAPSNet Special Reports. [internet] tersedia di http://nautilus.org/napsnet/napsnet-special

reports/implementation-of-u-n-security-council-resolution-1874/ diakses pada Sabtu 15 Juli 2017.

Page 56: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

42

2094 yang merupakan sanksi terbaru bagi Korea Utara. Tidak jauh bebrbeda

dengan resolusi sebelumnya, DK PBB terus mengutuk uji coba nuklir yang

dilakukan oleh Korea Utara dan meminta negara ini untuk mengahapuskan semua

senjata pemusnah massal yang dimilikinya.91

Selain memberikan sanksi tegas yang diberlakukan secara umum, DK PBB

juga menerapkan sanksi terhadap beberapa pihak secara individual yang dianggap

terlibat dalam program pengembangan nuklir Korea Utara. Sanksi individual ini

berupa larangan berpergian atau berkunjung keluar negeri dan pembekuan aset

yang dimiliki. Adapun inti dari resolusi ini adalah DK PBB berupaya untuk

menekan akses-akses Korea Utara untuk mengembangkan program nuklirnya.92

Beberapa nama yang masuk daftar orang yang terkena sanksi antara lain: Yon

Chong Nam dan Ko Chol-Chae, keduanya merupakan petinggi di Korea Mining

Development Trading Corporation (KOMID) sebuah lembaga yang mengurusi

penjualan senjata di Korea Utara. Selain itu juga ada nama Mun Chong Chol,

yakni dalam kapasitasnya sebagai petinggi di Tanchon Commercial Bank (TCB).

Bank ini juga terindikasi sebagai pendukung program nuklir Korea Utara. Selain

itu juga ada aset yang dibekukan yakni Second Academy of Natural Sciences yang

merupakan organisasi yang bergerak di bidang penelitian dan pengembangan

nuklir Korea Utara. Selanjutnya ada Korea Complex Equipment Import

91

United Nations Security Council, 2013. Resolution 2094 (2013). hal, 1. [internet]

tersedia di https://www.un.org/en/ga/search/view_doc.asp?symbol=S/RES/2094(2013) diakses

pada Rabu, 19 Juli 2017. 92

Kelsey Davenport, 2013. Un Security Council on North Korea : Security Council

Resolution 2094. [internet] tersedia di https://www.armscontrol.org/print/5653#res2094 diakses

pada Sabtu, 14 Juli 2017.

Page 57: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

43

Corporation yakni sebuah perusahaan yang mendukung industri senjata nuklir

Korea Utara.93

Selain itu sanksi DK PBB 2094 ini juga meliputi larangan transaksi jual beli

barang mewah berupa perhiasan seperti permata, berlian, zamrud dan mutiara.

Larangan transaksi jual beli juga terhadap alat transportasi mewah seperti Kapal

pesiar, gerbong kereta, dan mobil racing. Sebetulnya sanksi yang diberikan

kepada Korea Utara ini hampir mirip dengan yang diberlakukan terhadap uji coba

nuklir Iran yang mana sanksi ini dinilai cukup berhasil menekan Iran. Selain itu

juga Duta Besar Amerika Serikat untuk PBB mengatakan bahwa sanksi ini

merupakan yang paling berat bagi Korea Utara.94

4. Resolusi DK PBB 2270

Pada 6 Januari 2016, Korea Utara kembali melakukan uji coba nuklirnya

yang keempat. Uji coba nuklir yang menggunakan teknologi rudal balistik ini

kembali mendapat kecaman di dunia internasional. Selain itu Korea Utara juga

melakukan uji coba rudal balistik sehari setelahnya, yakni pada 7 Januari 2016.

DK PBB kemudian mengadakan pertemuan yang ke 7638 pada 2 Maret 2016.

Adapun hasil dari pertemuan ini adalah menetapkan sanksi yang baru bagi Korea

Utara sebagaimana yang tertulis pada Resolusi DK PBB 2270.95

93

United Nations Security Council, 2013. Security Council Strengthens Sanctions on

Democratic People’s Republic of Korea, in Response to 12 February Nuclear Test. [internet]

tersedia di https://www.un.org/press/en/2013/sc10934.doc.htm diakses pada Minggu, 15 Juli 2017. 94

Nathan Beauchamp Mustafaga, 2013. China and UN Security Council Resolution

2094: Is the Third Time the Charm? [internet] tersedia di http://sinonk.com/2013/03/11/china-and-

un-security-council-resolution-2094-is-the-third-time-the-charm/ diakses pada Senin 16 Juli 2017. 95

United Nations Security Council, 2016. Security Council Imposes Fresh Sanctions on

Democratic People’s Republic of Korea, Unanimously Adopting Resolution 2270 (2016) [internet]

tersedia di https://www.un.org/press/en/2016/sc12267.doc.htm diakses pada Minggu, 23 Juli 2017

Page 58: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

44

Secara umum tuntutan dari DK PBB masih sama, namun pada resolusi kali

ini dapat dikatakan sangat lengkap. Adapun isi resolusi ini diantaranya terkait

larangan uji coba nuklir Korea Utara dan meminta Korea Utara untuk

menghentikan segala bentuk pengembangan senjata pemusnah massalnya tanpa

terkecuali. Sanksi terbaru yang diberlakukan untuk Korea Utara ini memang

diatur sedemikian rupa menyasar pada jantung ekonomi Korea Utara. Hal ini

sengaja dilakukan sebagai bentuk peringatan terhadap Korea Utara yang selalu

mengabaikan setiap resolusi DK PBB terkait uji coba nuklirnya. Selain itu, sanksi

terbaru ini merupakan upaya agar Korea Utara mau untuk kembali diajak

bernegosiasi di meja perundingan.96

Pada resolusi kali ini, DK PBB sangat tegas memberikan sanksi pada

Korea Utara. Bahkan bentuk sanksi yang diberikan sangat spesifik, baik terhadap

negaranya, individualnya serta aset-aset yang dimilki. Setiap negara dilarang

bekerjasama, bertransaksi atau membantu dalam bentuk apapun mengenai hal-hal

yang berkaitan dengan senjata nuklir Korea Utara. Bahkan dunia internasional

juga dilarang untuk mengajarkan disiplin ilmu kepada warga Korea Utara yang

berkaitan dengan program nuklir. Berikut ini merupakan daftar nama-nama

individu yang mendapatkan sanksi larangan berpergian dan pembekuan aset

terkait program pengembangan nuklir Korea Utara :97

96

Andrea Berger, 2016. From Paper to Practice: The Significance of New UN Sanctions

on North Korea, Arms Control Association. 97

United Nations Security Council, 2016. Resolution 2270 (2016). Hal, 11-13. [internet]

tersedia di http://www.un.org/en/ga/search/view_doc.asp?symbol=S/RES/2270(2016) diakses

pada Kamis, 20 Juli 2017 pukul 15:40 WIB

Page 59: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

45

Tabel III. A. 1. Daftar Individu Penerima Sanksi Travel Ban/Asset

Freeze Resolusi DK PBB 2270

NO NAMA JABATAN

1 Choe Chun-Sik Direktur Second Academy of Natural

Sciences (SANS), dia juga Ketua

program misil jarak jauh Korea Utara.

2 Choe Song Il Pimpinan Tanchon Commercial Bank di

Vietnam.

3 Hyon Kwang il Department Director for Scientific

Development at the National Aerospace

Development Administration.

4 Jang Bom Su Pimpinan Tanchon Commercial Bank di

Suriah.

5 Jang Yong Son Pimpinan Korea Mining Development

Trading Corporation (KOMID) di Iran

6 Jon Myong Guk Pimpinan Tanchon Commercial Bank di

Suriah.

7 Kang Mun Kil Dia adalah penanggungjawab aktivitas

pengembangan nuklir di Namhung.

8 Kang Ryong Pimpinan Korea Mining Development

Trading Corporation (KOMID) di Suriah

9 Kim Jung Jong Pimpinan Tanchon Commercial Bank di

Vietnam.

10 Kim Kyu Pimpinan Korea Mining Development

Trading Corporation (KOMID) bidang

urusan luar negeri.

11 Kim Tong Myong Presiden Tanchon Commercial Bank

12 Kim Yong Chol Pimpinan Korea Mining Development

Trading Corporation (KOMID) di Iran

13 Ko Tae Hun Perwakilan Tanchon Commercial Bank

Page 60: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

46

Sumber : United Nation Security Council, Resolution 2270, 2016.

Selain sanksi yang diberikan khusus kepada beberapa individu,

melalui Resolusi DK PBB 2270 ini juga melarang adanya transaksi yang

berkaitan dengan barang-barang mewah seperti: Jam tangan mewah yang terbuat

dari logam mulia dan mahal, alat transportasi seperti kapal yang digunakan untuk

rekreasi, Snowmobile yang harganya melebihi 2000 dollar Amerika Serikat,

peralatan yang terbuat dari kristal serta perlengkapan untuk olahraga atau rekreasi.

Berikut ini adalah daftar aset Korea Utara yang dibekukan:98

Tabel III.A.2. Daftar Aset Korea Utara yang dibekukan

NO ENTITAS DESKRIPSI

1 Akademi Ilmu Pertahanan

Nasional (Academy of

National Defense Science)

Akademi ini yang mendukung penelitian

terkait program nuklir Korea Utaras

2 Chongchongang Shipping

Company

Perusahaan ini dengan menggunakan

kapalnya melakukan pengiriman senjata

konvensional ke Korea Utara pada Juli 2013

3 Daedong Credit Bank DCB ini telah memfasilitasi ratusan

98

United Nations Security Council, 2016. Resolution 2270 (2016). Hal, 14-16.

14 Ri Man Gon Menteri Industri Perlengkapan Perang

Korea Utara

15 Ryu Jim Pimpinan Tanchon Commercial Bank di

Suriah

16 Yu Chol U Director of the National Aerospace

Development Administration.

Page 61: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

47

(DCB) transaksi keuangan atas nama KOMID dan

Tanchon Commercial Bank,yang mana

kedua lembaga itu memiliki hubungan

dengan program nuklir Korea Utara

4 Hesong Trading Company HTC adalah anak perusahaan KOMID yang

mendukung program nuklir Korea Utara

5 Korea Kwangson Banking

Corporation (KKBC)

KKBC menyediakan jasa keuangan dalam

rangka mendukung kegiatan yang

berkenaan dengan program nuklir Korea

Utara

6 Korea Kwangsong Trading

Corporation (KKTC)

KKTC ini merupakan anak perusahaan

Korea Ryongbong General Corporation

yang banyak mendukung program nuklir

Korea Utara.

7 Ministry of Atomic Energy

Industry

Kementerian Industri Energi Atom yang

dibentuk pada 2013 ini bertujuan untuk

moderenisasi industri nuklir Korea Utara.

Selain itu juga kementrian ini membawahi

berbagai macam lembaga riset yang

berkaitan dengan program nuklir Korea

Utara.

8 Munitions Industry

Department

Departemen Industri Perlengkapan Perang

Korea Utara ini merupakan aspek kunci

Page 62: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

48

daridapa program misil Korea Utara.

Departemen ini bertanggungjawab dalam

hal pengembangan rudal balistik Korea

Utara.

9 National Aeorospace

Development

Administration (NADA)

NADA merupakan lembaga yang bertugas

untuk pembangunan ilmu teknologi luar

angkasa Korea Utara, termasuk didalamnya

terkait peluncuran satelit dan roket.

10 Office 39 Office 39 atau yang biasa disebut juga

Central Committee Bureau 39 merupakan

salah satu lembaga pemerintahan Kora

Utara yang mendukung program nuklir

Korea Utara.

11 Reconnaissance General

Bureau

Reconnaissance General Bureau

merupakan badan intelejen Korea Utara

yang dibentuk pada awal 2009.

12 Second Economic

Committee

Komite ini merupakan salah satu aspek

terpenting dalam program misil dan nuklir

Korea Utara. Lembaga ini juga bertanggung

jawab mengawasi produksi rudal balistik

Korea Utara.

Sumber : United Nation Security Council, Resolution 2270, 2016.

Page 63: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

49

Selain 12 entitas yang disebutkan pada tabel di atas, melalui Resolusi DK

PBB 2270 juga dirilis kapal Korea Utara yang masuk daftar hitam dalam sanksi

baru PBB. Terdapat sebanyak 31 kapal yang dimiliki oleh perusahaan pelayaran

Korea Utara yakni Ocean Maritime Management Company (OMM). Adapun

semua muatan dalam kapal yang masuk dan keluar dari Korea Utara harus

diperiksa. Sebelumnya, pemeriksaan terhadap kapal ini hanya dilakukan apabila

pihak otoritas mencurigai kapal yang masuk atau keluar tersebut membawa

barang yang berkaitan dengan program nuklir Korea Utara. Adapun daftar 31

kapal yang mendapat sanksi tersebut adalah sebagai berikut :99

B. Respon Negara-Negara Six Party Talks Terhadap Uji Coba Nuklir

Korea Utara

1. Respon Korea Selatan

Secara geografis Korea Selatan merupakan negara yang berbatasan

langsung dengan Korea Utara. Terkait uji coba nuklir Korea Utara, faktor

geografis ini tentu sangat berpengaruh bagi Korea Selatan. Sehingga, wajar jika

Korea Selatan menganggap uji coba nuklir Korea Utara ini sebagai bentuk

ancaman bagi keamanan nasionalnya. Terlebih kedua negara ini memiliki sejarah

konfliktual di Semenanjung Korea. Sehingga, dari uji coba nuklir Korea Utara

yang pertama, Korea Selatan akan selalu memiliki sikap yang bertentangan

dengan program nuklir Korea Utara. Bahkan Korea Selatan menggelar latihan

99

United Nations Security Council, 2016. Resolution 2270 (2016). Hal, 17-18

Page 64: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

50

militer besar-besaran dalam rangka menghadapi perang nuklir melawan Korea

Utara.100

Pada 12 Februari 2013, Korea Utara kembali melakukan uji coba

nuklirnya yang ketiga. Hal ini tentu menuai respon yang keras dari Korea Selatan.

Secara geografis Korea Selatan merupakan negara yang merasa sangat terancam

dengan adanya uji coba nuklir Korea Utara ini. Selain menuntut agar DK PBB

mengambil langkah yang tegas sebagaimana yang tertuang pada Resolusi DK

PBB 2094. Pemerintah Korea Selatan juga mengeluarkan pernyataan yang sangat

keras yakni apabila Korea Utara menyerang Korea Selatan dengan senjata nuklir,

maka rezim Kim Jong Un akan dilenyapkan dari muka bumi.101

Pada uji coba nuklir keempat Korea Utara yang diluncurkan pada 6

Januari 2016, Korea Selatan merespon dengan tegas dan keras. Korea Selatan

sangat mendukung agar diterapkannya Resolusi DK PBB 2270, dan mengajak

negara anggota PBB untuk ikut menerapkan sanksi ini. Selain itu juga pemerintah

Korea Selatan mulai memikirkan untuk mengambil langkah untuk mengantisipasi

serangan nuklir Korea Utara yang bisa terjadi kapan saja. Hal ini sebagaimana

yang diungkapkan oleh Won Yoo-Chul yang merupakan pemimpin Partai

Konservatif Saenuri bahwa Korea Selatan harus mulai mempertimbangkan untuk

menciptakan potensi nuklirnya sendiri untuk membela diri.102

100

Aidan Foster-Carter, 2016. “South Korea-North Korea Relations: Pyongyang’s Bang

Explodes Hope” Comparative Connections, Vol. 17, No. 3, hal. 89 101

Julian Ryall, “North Korea says „prepare for war,‟” Telegraph, March 8, 2013. 102

Aidan Foster-Carter, 2016. “South Korea-North Korea Relations, hal. 99.

Page 65: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

51

2. Respon Jepang

Kerjasama aliansi Jepang-Amerika Serikat ini sebagaimana yang tertulis

dalam The Japan-U.S Treaty of Mutual Cooperation and Security. Dalam hal

merespon ancaman nuklir Korea Utara, sikap Jepang banyak dipengaruhi oleh

Amerika Serikat sebagai aliansinya. Amerika Serikat meminta Jepang untuk

terlibat aktif dalam menangkal ancaman nuklir Korea Utara. Amerika Serikat

meminta Jepang untuk meningkatkan serangan penangkal ke basis-basis peluru

kendali Korea Utara.103

Pada Oktober 2006 Korea Utara melakukan uji coba nuklir pertamanya.

Hal ini kembali memicu ketegangan di kawasan Asia Timur. Dari sisi internal

Jepang merespon program nuklir Korea Utara dengan melakukan perubahan

terhadap kebijakannya dengan merubah status Justice Defense Agency menjadi

Ministry of Defense. Sebagai langkah antisipasi terhadap serangan nuklir Korea

Utara, Jepang menerapkan program ballistice missile program. Presiden Shinzo

Abe menyerukan agar memperkuat badan pertahanan Jepang untuk mengatasi

ketegangan dengan Korea Utara.104

Dalam rangka merespon uji coba nuklir kedua Korea Utara, Duta Besar

Jepang di PBB H.E Yukio Takasu meminta agar DK PBB mengambil tindakan

tegas. Jepang juga meminta Korea Utara untuk meninggalkan semua program

nuklirnya. Selain itu juga Jepang menghimbau agar Korea Utara mau untuk

103

Colin Gray, 1995. The Arm Race Phenomenon. Dalam Bilveer Singh, The Chalenge of

Conventional arms Proliferation in East Asia, CSIS, Jakarta. 104

Gregory J. Moore, 2008. How North Korea Threatens China’s Interest:

Understanding Chinese Duplicity on The North Korean Nuclear Issu. International Relation of the

Asia Pacific, Volume 8.

Page 66: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

52

kembali berdialog melalui six party talks agar sanksi-sanksi yang telah diberikan

tidak merugikan masyarakat sipil Korea Utara.105

Korea Utara kembali melakukan uji coba nuklirnya yang ketiga pada

2013. Jepang mengutuk keras adanya uji coba nuklir ini. Perdana Menteri Jepang,

Shinzo Abe merespon uji coba nuklir dengan meningkatkan kapabilitas

militernya dan anggaran militernya sampai 8%. Hal ini pertama kali terjadi sejak

delapan tahun yang lalu. Jepang juga meningkatkan jumlah personel self defense

forces (SDF) khusus untuk mengantisipasi kemungkinan serangan dari Korea

Utara. Dalam sebuah media di Jepang disebutkan bahwa sebesar 54% warga

Jepang setuju jika anggaran untuk keperluan militer ini dinaikkan.106

Terkait uji coba nuklir Korea Utara yang keempat, seperti biasanya Jepang

sangat mengutuk uji coba nuklir Korea Utara tersebut dan meminta sikap yang

sangat tegas dari DK PBB. Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe juga meminta

agar Korea Utara kembali ke perundingan six party talks.107

Menteri Luar Negeri

Jepang, Fumio Kishida secara khusus juga menekankan bahwa Jepang akan

konsisten dengan kebijakan dialogue and pressure. Jepang semaksimal mungkin

ingin menyelesaikan persoalan denuklirisasi Korea Utara ini melalui jalur dialog

105

Ministry of Foreign Affairs of Japan, 2009. Statement by H.E. Ambassador Yukio

Takasu Permanent Representative of Japan to the United Nationat the Meeting of The Security

Council on nonproliferation/DPRK. [internet] tersedia di http://www.mofa.go.jp/announce/

speech/un2009/un0906.html diaksees pada Rabu 19 Juli 2017 pukul 21:07 WIB 106

Martin Fackler, 2013. Japan Shifting Further Away From Pacifism, New York Times. 107

Prime Minister of Japan and His Cabinet, 2016.Statement by Prime Minister Shinzo

Abe on the Nuclear Test By North Korea. [internet] tersedia di http://japan.kantei.go.jp/97_abe/

statement/201601/statement.html diakses pada 20 Juli 2017 pukul 21:22 WIB

Page 67: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

53

meskipun disatu sisi juga menjalin kerjasama dengan negara aliansinya seperti

Amerika Serikat.108

3. Respon Amerika Serikat

Pada masa pemerintahan Presiden Obama tahun 2009, Amerika Serikat

menerapkan kebijkan luar negerinya yakni The Pivot to Asia. Kebijakan ini

merupakan perubahan kepentingan Amerika Serikat yang semula berfokus di

kawasan Timur Tengah ke kawasan Asia Pasifik. Kebijakan ini diambil sebagai

respon atas menguatnya ketegangan di kawasan Asia Timur, khususnya terkait uji

coba nuklir Korea Utara. Selain itu Amerika Serikat juga membentuk Anti

Access/Area Denial (A2/AD) yang dapat membatasi aktivitas Korea Utara di

wilayah perairan Internasional.109

Korea Utara kembali melakukan uji coba nuklirnya yang kedua pada 25

Mei 2009. Dalam draf resolusi yang diajukan oleh delegasi Amerika Serikat

meminta agar semua negara anggota PBB wajib memeriksa kargo yang berasal

dari Korea Utara maupun yang bertujuan ke Korea Utara. Bahkan dalam draf

resolusi ini juga Amerika Serikat mengusulkan agar diperbolehkan menggunakan

opsi militer. Meskipun akhirnya Rusia dan Tiongkok menolak adanya opsi militer

yang diajukan oleh Amerika Serikat. Selain itu juga klausul wajib memeriksa

kargo juga diganti dengan klausul opsional saja, yakni dilakukan pemeriksaan jika

108

Ministry of Foreign Affairs of Japan, 2009. Statement by Mr. Fumio Kishida, Minister

For Foreign Affairs, on the Adoption of a Resolution by the United Nation Security Council

Concerning the nuclear test and the ballistic missile launch conducted by North Korea. [internet]

tersedia di http://www.mofa.go.jp/press/release/press4e_001060.html diaksees pada Rabu 19 Juli

2017 pukul 23:27 WIB 109

US Military Defense, 2012. Sustaning US Global Leadership : Priorities For 21st

Century Defense.

Page 68: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

54

kapal tersebut dicurigai membawa barang yang berkaitan dengan nuklir Korea

Utara.110

Pasca uji coba nuklir Korea Utara yang ketiga, Amerika Serikat sangat

mengutuk tindakan yang dianggap provokatif tersebut. Amerika Serikat juga

meminta kepada DK PBB untuk bertindak lebih tegas terhadap Korea Utara.

Amerika Serikat juga secara nyata merespon dengan menerbangkan pesawat

tempur B-52 yang melintas diwilayah Korea Selatan. Hal ini dilakukan untuk

menunjukan kekuatan Amerika Serikat sebagai negara yang melindungi

aliansinya di kawasan Asia Timur.111

Korea Utara kembali melakukan uji coba nuklirnya yang keempat tahun

2016. Amerika Serikat dan Korea Selatan merespon hal ini dengan melakukan

latihan militer bersama. Jika melihat konteks latihan militer yang diselenggarakan,

dapat dikatakan bahwa Amerika Serikat dan Korea Selatan cukup khawatir

dengan ancaman dari kapabilitas nuklir Korea Utara. Sepanjang sejarah latihan

gabungan miiliter tahunan Amerika Serikat dan Korea Selatan ini merupakan

yang terbesar.112

4. Respon Tiongkok

Korea Utara dan Tiongkok sebetulnya memiliki hubungan diplomatik

yang baik. Kedua negara ini banyak memiliki kerjasama bilateral khusunya di

bidang ekonomi. Pada awal-awal masa pemerintahan Kim Jong Un, Tiongkok

110

Staff Center For Nonproliferation Studies, 2009.North Korea’s Nuclear Test and its

Aftermath: coping with the fallout. [internet] tersedia di http://www.nti.org/analysis/articles/north-

koreas-nuclear-test-aftermath/ diakses pada Senin 10 Juli 2017 pukul 20:38 WIB. 111

Tony Munroe and Jack Kim, “U.S. flies B-52 over South Korea after North's nuclear

test”, Reuters, January 10, 2016. 112

Ivan Watson and K.J. Kwon,” South Korea, U.S. deter North Korea with 'largest ever'

military drill”, CNN, March 12, 2016.

Page 69: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

55

memberikan bantuan pangan sebanyak 500.000 ton dan juga minyak mentah

sebanyak 250.000 ton. Pada masa Hu Jintao menjadi presiden Tiongkok,

kebijakannya dalam merespon uji coba nuklir Korea Utara lebih mendorong

kepada upaya-upaya diplomatis bukan melalui upaya militer. Tiongkok

memainkan peran yang sangat vital terhadap penyelesaian krisis nuklir di Korea

Utara.113

Sebagaimana negara-negara lainnya, Tiongkok juga memberikan respon

yang berbeda-beda pada tiap uji coba nuklir Korea Utara. Hal ini juga dipengaruhi

oleh kebijkan dari rezim pemerintahan yang berbeda-beda. Pada uji coba nuklir

Korea Utara yang pertama, Tiongkok menyatakan dukungan pada Resolusi DK

PBB 1718. Selain itu Tiongkok merespon dengan memberikan pernyataan sikap

menggunakan bahasa yang keras dan belum pernah diucapkan sebelumnya.

Sebagai respon atas uji coba nuklir Korea Utara pada 2006, Tiongkok mengutuk

uji coba tersebut sebagai tindakan yang keji (flagrantly). Sejauh ini Tiongkok

hanya menggunakan term “flagrantly” hanya kepada musuhnya saja.114

Pada uji coba nuklir Korea Utara yang kedua, Tiongkok juga merespon

dengan mendukung sanksi DK PBB pada Resolusi 1874. Pada prinsipnya

Tiongkok berupaya untuk menjaga stabilitas dikawasan Asia Timur, sehingga

Tiongkok mendukung setiap resolusi yang diberikan kepada Korea Utara sejauh

hal tersebut diselesaikan secara berdialog dan damai. Duta Besar Tiongkok untuk

PBB, Zhang Yesui memandang bahwa perihal pemeriksaan kargo merupakan

113

Nicholas Eberstadt and Joseph P. Ferguson, “The Korean Nuclear Crisis: On to the

Next Level,” in Strategic Asia 2003-2004: Fragility and Crisis, Seattle: National Bureau of Asian

Research, 2003, Hal. 148. 114

Anthony H. Cordesmen, North Korean Nuclear Forces, 29.

Page 70: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

56

suatu hal yang rumit dan sensitif. Sehingga, setiap negara yang ingin menerapkan

sanksi ini harus berhati-hati dan memiliki bukti yang cukup. Sehingga, tidak

memperumit konflik yang ada. Delegasi Tiongkok ini juga memandang bahwa

cara-cara politik dan diplomatik merupakan satu-satunya cara yang relevan terkait

denuklirisasi Korea Utara.115

Respon Tiongkok terhadap uji coba nuklir Korea Utara yang ketiga adalah

tetap mendukung adanya resolusi dari DK PBB, namun Tiongkok tetap tidak akan

meninggalkan Korea Utara begitu saja. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh

Menteri Luar Negeri Tiongkok, Yang Jiechi pada saat konferensi pers setelah

menghadiri kongres nasional. Mr. Yang meyakini bahwa pemberian sanksi

bukanlah merupakan tujuan akhir daripada aksi DK PBB, sejauh ini Tiongkok

juga percaya bahwa jalur dialog merupakan opsi terbaik untuk menyelesaikan

krisis nuklir Korea Utara.116

Korea Utara kembali melakukan uji coba nuklirnya yang keempat pada 6

Januari 2016. Douglas Paal, wakil presiden for studies at the Carnegie

Endowment for International Peace in Washington menyebutkan bahwa uji coba

nuklir keempat ini terjadi disaat Beijing sedang ingin memperbaiki hubungan

dengan Pyongyang.117

115

Permanent Mission of the People‟s Republic of China to the UN, 2009. Explanation

of Vote on Security Council Resolution 1874 on DPRK Nuclear Test, by H.E. Ambassador ZHANG

Yesui, Permanent Representative of the People's Republic of China to the United Nations.

[internet] tersedia di http://www.china-un.org/eng/gdxw/t567537.htm diakses pada 25 Juli 2017. 116

Jane Perlez, “China Says it Won‟t Forsake North Korea, Despite Support for U.N.

Sanctions,” New York Times, March 9, 2013. 117

Ham Jiha, 2016. View Mixed on China’s Response to North Korea Nuclear Test.

[internet] tersedia di https://www.voanews.com/a/views-mxed-china-response-north-korea-

nuclear-test/3137905.html diakses pada 24 Juli 2017 pukul 12:09 WIB.

Page 71: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

57

Pada uji coba nuklir Korea Utara yang keempat ini, Tiongkok menyatakan

bahwa mereka sangat menentang tindakan ini dan akan mengupayakan

denuklirisasi Korea Utara. Hal ini mengingat uji coba ini berlangsung hanya

berjarak 50 mil dari daerah perbatasan Tiongkok.118

Presiden Amerika Serikat,

Donald Trump menyatakan bahwa Tiongkok memiliki kontrol yang penuh

terhadap Korea Utara. Hal ini semakin menguatkan argumentasi bahwa China

memiliki peran yang sangat penting bagi penyelesaian krisis nuklir Korea

Utara.119

5. Respon Rusia

Pada uji coba nuklir Korea Utara yang pertama Rusia ikut sepakat dengan

Resolusi DK PBB 1718. Pada prinsipnya Rusia juga menentang adanya uji coba

nuklir oleh Korea Utara. Namun, Rusia tetap mendorong agar persoalan nuklir ini

diselesaikan melalui jalan dialog. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh

Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Ivanov yang mengatakan bahwa sanksi terhadap

Korea Utara pada resolusi DK PBB 1718 ini tidaklah terbatas, artinya jika Korea

Utara kembali ke perundingan six party talks dan perundingan ini mencapai

kemajuan maka sanksi terhadap Korea Utara ini harus dicabut.120

Pada uji coba nuklir Korea Utara yang kedua ledakannya terletak sekitar

100 mil dari perbatasan Rusia tepatnya di wilayah timur laut Kilju. Tentu hal ini

118

Stephen Noerper, 2016. US-Korea Relations: Summitry, Strength, and a Fourth

Nuclear Test. Comparative Connections, Vol. 17, No. 3, hal. 44 119

Caroline Mortimer, 2017. China Bans All Coal Imports From North Korea, Severing

Major Financial Lifeline For Regime. [internet] tersedia di http://www.independent.co.uk/news/

world/asia/china-north-korea-sanctions-coal-economics-nuclear-tests-kim-jong-nam-donald-

trump-a7587931.html diakses pada 26 Juli 2017. 120

Steve White, 2006. UN Slaps Sanctions on North Korea. [internet] tersedia di

http://www.rantburg.com/?HC=2&D=2006-10-14 diakses pada Rabu 19 Juli 2017.

Page 72: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

58

merupakan sebuah ancaman bagi Rusia. Juru bicara Presiden Rusia, Dmitry

Medvedev mengungkapkan bahwa Pemerintah Rusia sangat prihatin dengan

adanya uji coba nuklir ini. Rusia ikut mendukung adanya Resolusi DK PBB 1784

sebagai upaya penyelesaian krisis nuklir Korea Utara. Namun, sikap pemerintah

Rusia yang utama adalah tetap mengupayakan agar krisis nuklir Korea Utara ini

diselesaikan melalui jalur politik dan diplomatik.121

Sikap resmi Rusia pada uji coba nuklir Korea Utara yang ketiga adalah

memilih untuk tidak terlalu menekan. Rusia meyakini bahwa uji coba nuklir

Korea Utara tidak akan diarahkan untuk menyerang Rusia, sehingga Rusia tetap

berusaha menjaga stabilitas hubungan dengan Korea Utara. Selain itu Rusia tidak

melihat adanya ancaman dari uji coba nuklir Korea Utara meskipun secara

geografis kedua negara ini berdekatan. Pihak Rusia beranggapan bahwa dampak

radiasi yang dihasilkan masih pada kadar yang normal.122

Uji coba nuklir Korea Utara yang keempat menuai kecaman yang sangat

keras dari masyarakat internasional. Duta Besar Rusia untuk PBB, Vladimir

Voronkov menyatakan bahwa uji coba nuklir Korea Utara ini merupakan ancaman

yang jelas bagi keamanan nasional Rusia. Terkait uji coba nuklir ini juga,

diplomat Rusia telah menjalin komunikasi dengan Amerika Serikat, Korea Selatan

dan Jepang.

121

Anton Khlopkov, 2009. The North Korean Nuclear Test:The Russian Reaction.

Bulletin of The Atomic Scientists. [internet] tersedia di http://thebulletin.org/north-korean-nuclear-

test-russian-reaction diakses pada Rabu 27 Juli 2017. 122

Artyom Lukin, 2013. Russia shows little concern of North Korean nukes (for now).

East Asia Forum. [internet] tersedia di http://www.eastasiaforum.org/2013/03/03/russia-shows-

little-concern-over-north-korean-nukes-for-now/ diakses pada Kamis 27 Juli 2017.

Page 73: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

59

Pada prinsipnya Rusia sangat mendukung adanya sanksi internasional

yang lebih tegas terhadap rezim Kim Jong Un sebagaimana yang diadopsi dalam

Resolusi DK PBB 2270. Uji coba nuklir kali ini juga berdampak pada hubungan

antara Rusia dan Korea Utara, yakni Presiden Vladimir Putin menunda rencana

kunjungan perdananya ke Korea Utara. Selain itu latihan militer bersama kedua

negara juga dihentikan sementara.123

123

Samuel Ramani, 2016. Russia, Japan and North Korea’s Nuclear Test. [internet]

tersedia di http://thediplomat.com/2016/01/russia-japan-and-north-koreas-nuclear-test/ diakses

pada Jumat 28 Juli 2017.

Page 74: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

60

BAB IV

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KOREA UTARA MENOLAK

RESOLUSI DK PBB 2270

Pada bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa Korea Utara menolak resolusi

DK PBB terkait pelarangan segala aktivitas apapun yang berhubungan dengan

program nuklirnya. Pada resolusi-resolusi yang sebelumnya telah dilakukan

berbagai upaya untuk menghentikan program nuklir Korea Utara. Mulai dari

upaya soft diplomacy yakni, melalui serangkaian pertemuan bilateral dan

multilateral. Selain itu juga dilakukan upaya hard diplomacy dengan pemberian

sanksi internasional yang menjadikan Korea Utara terisolasi. Namun, meskipun

begitu Korea Utara tetap menolak sanksi-sanksi tersebut dan tetap melanjutkan

program pengembangan nuklirnya.

Bab ini akan menjelaskan faktor-faktor yang melatarbelakangi Korea Utara

menolak Resolusi DK PBB 2270 terkait uji coba nuklirnya yang keempat tahun

2016. Dalam resolusi tersebut Korea Utara dilarang untuk melakukan aktivitas

apapun yang berkaitan dengan nuklirnya. Bab ini akan menggunakan konsep

balance of threat dan paradigma neoclassical realisme. Merujuk pada bab II dan

bab III ada beberapa faktor yang menjadi penyebab Korea Utara menolak resolusi

DK PBB dan tetap melakukan pengembangan nuklirnya. Faktor-faktor tersebut

secara sistematis akan dianalisis dengan melihat dari sudut pandang faktor internal

dan eksternal Korea Utara.

Page 75: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

61

A. Upaya Balance of Threat Terhadap Ancaman Amerika Serikat

Selama periode Perang Dingin berlangsung, sistem dunia internasional

dipengaruhi oleh dua kekuatan besar (bipolar) yakni, Amerika Serikat dan Uni

Soviet. Kemudian pasca runtuhnya Uni Soviet sekaligus berakhirnya perang

dingin, tatanan dunia internasional berubah menjadi unipolar dengan Amerika

Serikat sebagai satu-satunya kekuatan di dunia. Selanjutnya seiring dengan

perkembangan zaman, sistem internasional kembali mengalami perubahan

bergerak menuju sistem multipolar. Hanya ada beberapa negara saja yang

memiliki kekuatan dominan di dunia internasional seperti Amerika Serikat, Rusia

dan Tiongkok.

Amerika Serikat merupakan negara yang paling keras menentang program

nuklir Korea Utara. Bahkan Amerika Serikat juga merupakan negara utama yang

mengajukan draft resolusi kepada DK PBB terkait program pengembangan nuklir

Korea Utara. Sementara di satu sisi Korea Utara mempersepsikan Amerika

Serikat sebagai ancaman bagi keamanan negaranya. Hal ini tidak lepas dari sikap

Amerika Serikat yang seringkali mengeluarkan kebijakan yang bermusuhan

terhadap Korea Utara. Sehingga, dalam konteks penolakan Korea Utara terhadap

Resolusi DK PBB 2270 lebih disebabkan oleh persepsi Korea Utara yang melihat

Amerika Serikat sebagai ancaman bagi negaranya.

Salah satu faktor utama yang menyebabkan Korea Utara tetap melakukan

aktivitas pengembangan nuklirnya dan menolak Resolusi DK PBB 2270 adalah

karena adanya persepsi ancaman dari Amerika Serikat. Dalam hal ini penulis

menggunakan konsep balance of threat sebagai salah satu pisau analisa untuk

Page 76: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

62

menjelaskan alasan Korea Utara menganggap Amerika Serikat sebagai ancaman

utama. Meskipun dalam keanggotaan DK PBB yang mendukung sanksi terhadap

Korea Utara juga terdapat negara great powers lainnya.

Kosep balance of threat merupakan modifikasi dari konsep balance of power.

Jika konsep balance of power memprediksi bahwa suatu negara akan cenderung

melawan negara yang terkuat pada sistem internasional, sementara konsep

balance of threat tidak hanya melihat kepada kekuatan yang dimiliki oleh suatu

negara saja, tetapi konsep ini mencoba mengkombinasikan antara kekuatan

(power) dengan motif dan persepsi (intent). Sehingga, konsep balance of threat

dapat menjelaskan bahwa suatu negara tidak selalu berusaha melawan negara

terkuat (the strongest power) melainkan melihat kepada negara mana yang lebih

mengancam.124

Konsep perimbangan terhadap ancaman merupakan strategi suatu

negara untuk melawan ancaman dari pihak eksternal yang dirasakan baik melalui

sarana militer maupun non-militer.125

Jika dilihat dari negara-negara anggota DK PBB, Amerika Serikat bukanlah

satu-satunya negara great power, masih ada negara seperti Tiongkok dan Rusia

yang bahkan secara letak geografis lebih dekat dengan Korea Utara. Selain itu

juga Tiongkok dan Rusia merupakan negara yang memiliki kekuatan militer

hampir setara dengan Amerika Serikat. Namun, dalam kasus ini Korea Utara

hanya mempersepsikan Amerika Serikat dan sekutunya saja yang merupakan

124

Walt, M. Stephen 1988. “Testing Theories of Alliance Formation: The Case of

Southwest Asia.” International Organization, Vol.42, No.2. (Spring, 1988), pp.275 125

Bock, Andreas. "Balancing for (in)security: an analysis of the Iranian nuclear crisis in

the light of the Cuban missile crisis." Perceptions, Center for Strategic Research, vol. 19, no. 2,

2014, p. 113

Page 77: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

63

ancaman bagi keamanannya. Hal inilah yang dimaksud oleh Walt bahwa setiap

negara memiliki persepsi ancaman yang berbeda terhadap negara yang lain.126

Gambar. IV.1. Peta Geografis Asia Timur

Sumber: https://www.mapsofworld.com/asia/regions/eastern-asia-map.html, 2016.

Perihal ancaman dari Amerika Serikat ini juga ditegaskan oleh pernyataan

Rusia yang menganggap bahwa Amerika Serikat dan sekutunya tidak akan

mengurangi pertahanan nuklirnya, meskipun Korea Utara pada akhirnya

menghentikan program nuklirnya. Rusia menganggap bahwa Korea Utara tidak

akan menyerang Rusia dengan nuklirnya karena kedua negara ini memiliki

hubungan yang relatif stabil. Bagi Rusia, justru program nuklir Amerika Serikat

dan sekutunya ini lebih mengancam keamanan Rusia. Pemerintah Rusia menilai

126

Walt, M. Stephen 1988. Testing Theories of Alliance Formation, hal. 316

Page 78: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

64

bahwa meningkatnya tekanan geopolitik pada Rusia merupakan kepentingan

Amerika Serikat dan sekutunya. Menurut pernyataan dari Kepala Pusat Keamanan

Rusia, Alexander Bortnikov bahwa pada akhirnya yang harus lebih diperhatikan

adalah potensi adanya konfrontasi langsung dengan Amerika Serikat.127

Ketakutan akan ancaman dari Amerika Serikat ini bukanlah tanpa alasan.

Hubungan kedua negara ini memang sudah lama tidak bersahabat. Perasaan saling

tidak percaya ini bahkan terjadi sejak pecahnya Perang Korea pada 1950 sampai

sekarang. Hal ini juga diperkuat dengan aktivitas latihan militer bersama antara

Amerika Serikat dan sekutunya Korea Selatan. Sementara Korea Utara dan Korea

Selatan memang belum pernah menandatangani perjanjian damai, yang ada

hanyalah perjanjian gencatan senjata saja (Korean Armistice Agreement) yang

ditandatangani pada 27 Juli 1953. Sehingga,potensi terjadinya perang dapat terjadi

kapan saja.128

Alasan lain Korea Utara yang menganggap Amerika Serikat sebagai ancaman

karena faktor track record Amerika Serikat yang banyak mengancam bahkan

menyerang negara berdaulat lainnya. Seperti misalnya pada dekade 1950-an

Amerika Serikat pernah memberikan ancaman nuklir kepada Tiongkok sebanyak

tiga kali.129

Selain itu Amerika Serikat juga memiliki rekam jejak sebagai negara

127

Artyom Lukin, 2013. Russia shows little concern of North Korean nukes (for now).

East Asia Forum. [internet] tersedia di http://www.eastasiaforum.org/2013/03/03/russia-shows-

little-concern-over-north-korean-nukes-for-now/ diakses pada Kamis 27 Juli 2017 pukul 20:15

WIB 128

Dikutip dari Hasil Wawancara dengan Ir. Ristiyanto, Ketua Perhimpunan Persahabatan

Indonesia-Korea Utara 129

Pertama, ancaman serangan nuklir disebabkan oleh sikap Tiongkok yang membantu

Korea Utara dalam Perang Korea 1950. Ancaman serangan nuklir yang kedua dan ketiga terkait

konflik Tiongkok-Taiwan pada 1955 dan 1958.

Page 79: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

65

yang melakukan invasi terhadap negara berdaulat lainnya, seperti invasi ke

Afghanistan pada 2001 dan Invasi Irak pada 2003.130

Dalam forum DK PBB, Amerika Serikat selalu menjadi inisiator untuk

pemberian sanksi terhadap Korea Utara. Amerika Serikat juga berupaya untuk

mempengaruhi negara-negara lain untuk ikut menyetujui sanksi bagi Korea Utara.

Sikap Korea Utara yang menolak Resolusi DK PBB 2270 dengan tetap

melakukan pengembangan dan uji coba nuklirnya merupakan bentuk respon

Korea Utara terhadap ancaman dari Amerika Serikat.

B. Systemic Pressure (Faktor Eksternal)

1. Latihan Militer Gabungan Amerika Serikat dan Korea Selatan

Dalam konteks uji coba nuklir Korea Utara keempat tahun 2016. Salah

satu faktor yang cukup signifikan adalah terkait rutinitas latihan militer gabungan

Amerika Serikat dan Korea Selatan. Kerjasama latihan militer Amerika Serikat-

Korea Selatan ini tentu menjadi faktor penting yang menjadikan Korea Utara

untuk tetap mengembangkan senjata nuklirnya. Adanya latihan militer antara

Amerika Serikat dengan Korea Selatan semakin menegaskan bahwa ada juga

ancaman terhadap Korea Utara.

Amerika Serikat dan Korea Selatan melakukan latihan militer gabungan pada

2 Maret sampai 24 April 2015 yang diberi nama Key Resolve and Foal Eagle.

Latihan militer gabungan ini diikuti oleh sekitar 12.500 tentara Amerika dan

200.000 tentara Korea Selatan. Sebetulnya ini bukan kali pertama Amerika

Serikat dan Korea Selatan melakukan latihan militer gabungan. Namun, dalam

130

Dikutip dari Hasil Wawancara dengan Ir. Ristiyanto, Ketua Perhimpunan Persahabatan

Indonesia-Korea Utara dilaksanakan pada Jum‟at, 24 November 2017 Pukul 14.15 WIB bertempat

di Universitas Bung Karno.

Page 80: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

66

konteks ini Korea Utara menganggap bahwa latihan militer gabungan kali ini

merupakan strategi dari Amerika Serikat dan Korea Selatan untuk merusak

tatanan pemerintahan Korea Utara selama ini.131

Pada 17 Agustus 2015, Amerika Serikat dan Korea Selatan melakukan

latihan militer gabungan yang diberi nama Ulchi Freedom Guardian. Berdasarkan

rilis dari KCNA, Korea Utara menganggap bahwa latihan militer gabungan ini

merupakan upaya pengaktifan kembali pasukan militer sebagai upaya agresi dan

okupasi terhadap Pyongyang. Selain itu juga latihan militer gabungan ini

dianggap sebagai upaya untuk melakukan serangan mendadak terhadap Korea

Utara.132

Sebagaimana yang dirilis oleh media Korea Central News Agency

(KCNA) pada 10 Januari 2015 pemerintah Korea Utara pernah mengajukan suatu

upaya untuk mencegah terjadinya peperangan. Proposal yang diajukan oleh Korea

Utara adalah meminta agar Amerika Serikat dan Korea Selatan menunda latihan

militer bersamanya. Sebagai gantinya Korea Utara bersedia untuk menunda

program pengembangan nuklirnya. Menurut laporan KCNA tersebut, Korea Utara

sudah bersedia untuk berdialog dengan Amerika Serikat dalam upaya

penyelesaian permasalahan nuklir ini. Padahal seminggu sebelumnya Amerika

Serikat baru saja mengumumkan sanksi tambahan bagi Korea Utara. Proposal

yang diajukan oleh Korea Utara ini akhirnya ditolak oleh Amerika Serikat melalui

juru bicara luar negerinya, Jen Psaki yang mengatakan bahwa tidak ada

131

Katrin Katz, key resolve and foal eagle: past as prologue on the peninsula? [internet]

tersedia di https://amti.csis.org/key-resolve-and-foal-eagle/ diakses pada 29 Oktober 2017 132

Yongsan Garrison, CFC to begin Ulchi Freedom Guardian 2015 [internet] tersedia di

http://www.usfk.mil/Media/News/Article/613688/cfc-to-begin-ulchi-freedom-guardian-2015/

diakses pada 2 November 2017

Page 81: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

67

hubungannya latihan militer bersama Washington dan Seoul dengan uji coba

nuklir yang dilakukan oleh Korea Utara.133

Latihan militer gabungan Amerika Serikat dan Korea Selatan

menyebabkan kekhawatiran bagi keamanan nasional Korea Utara. Hal ini juga

yang menjadi kepentingan nasional Korea Utara untuk memperkuat pertahanan

dan keamanan nasionalnya dengan melakukan pengembangan senjata nuklirnya.

Sebagaimana dijelaskan oleh George F. Kennan bahwa kepentingan nasional

bukanlah upaya untuk mencapai suatu tujuan yang abstrak seperti perdamaian

yang adil atau definisi hukum lainnya. Melainkan, ia mengacu pada upaya-upaya

perlindungan negara dari segenap potensi ancaman dari luar.134

2. Ancaman Kerjasama Militer Amerika Serikat dengan Jepang

Amerika Serikat telah menjalin aliansi militer dengan Jepang dari sejak

lama. Sebetulnya konstitusi Jepang melarang negara ini untuk menggunakan

kekuatan militer untuk menyelesaikan sengketa internasional, melarang Jepang

untuk memiliki angkatan bersenjata yang dipersiapkan untuk berperang, namun

dalam hal ini Amerika Serikat meyakinkan Jepang bahwa hal ini ditujukan untuk

membela keamanan nasionalnya. Terlebih ancaman nuklir Korea Utara sudah

sangat nyata dan potensi perang di sekitar kawasan Semenanjung Korea bisa

terjadi kapan saja.135

133

Choe, Sang hun, “North Korea Offers U.S. Deal to Halt Nuclear Test,”The New York

Times, January 10, 2015. 134

Kennan, George F, 1951. American diplomacy 1900-1950, Chicago University Press,

hal. 73. 135

Avery Emma & Rinehart Ian E, 2013. U.S-Japan Alliance. Congressional Research

Service.

Page 82: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

68

Salah satu kerangka kerjasama yang menjadi landasan hubungan militer

Amerika Serikat dengan Jepang adalah San Francisco Peace Treaty yang

ditandatangani pada 8 September 1951 di San Francisco, Amerika Serikat. Salah

satu poin penting dalam perjanjian San Francisco, yakni Amerika Serikat

menyatakan kepentingannya dalam menjaga perdamaian dan keamanan di

kawasan Asia Timur. Konsekuensi dalam kebijakan ini adalah Amerika Serikat

akan mempertahankan militernya di wilayah Jepang. Selain itu juga Amerika

Serikat berperan sebagai pelindung keamanan Jepang.136

Penegasan bahwa Amerika Serikat akan melindungi Jepang juga tertera dalam

Pasal 6 Treaty of Mutual Cooperation and Security sebagai berikut:137

“For the purpose of contributing to the security of Japan and the maintenance of

international peace and security in the Far East, the United State of America is granted the use by

its land, air and naval forces of facilities and areas in Japan”

(Sebagai bentuk kontribusi terhadap keamanan Jepang dan pemeliharaan perdamaian dan

keamanan internasional di kawasan Timur Jauh, Amerika Serikat diizinkan untuk memanfaatkan

fasilitas angkatan darat, udara dan lautnya di wilayah Jepang).

Berdasarkan perjanjian ini, terlihat jelas bahwa Amerika Serikat memiliki

akses untuk menempatkan pasukan militernya di wilayah Jepang. Bahkan

Amerika Serikat menyebut Jepang sebagai “rare base” karena dapat

mempermudah pergerakan tentara Amerika Serikat di kawasan Asia Timur.138

Adapun pangkalan militer Amerika Serikat di Jepang tersebar di berbagai

wilayah yaitu Okinawa, Kanagawa, Nagasaki dan Tokyo. Jumlah personil militer

Amerika Serikat di Jepang ini tidak sedikit yakni mencapai 47.050 personil yang

136

Bruce A. W. A. M. O. Hague, 2007. The US-Japan Alliance: Sustaining the

Transformation. “Joint Force Quarterly I. Hal. 61 137

Institute of Oriental Culture, University of Tokyo 1960. 138

Derek McDougall, 1997. The International Politics of the New Asia Pacific. Singapore

: Institute of Southeast Asian Studies. Hal. 36

Page 83: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

69

terdiri dari 2.900 angkatan darat, 32.700 angkatan laut dan 11.450 angkatan udara.

Jumlah ini tersebar di daratan Jepang maupun di wilayah pangkalan lautnya.139

Gambar IV.2. Personil Militer Amerika Serikat di Sekitar Korea Utara

Sumber: BBC NEWS, 2017

Jika mengacu pada data di atas maka dilema keamanan yang dialami oleh

Korea Utara sangatlah beralasan. Kehadiran Amerika Serikat terasa lebih dekat

dibandingkan dengan jarak geografis yang sesungguhnya. Militer Amerika Serikat

sangat nyata keberadaanya di kawasan Asia Timur, khususnya yang berada di

Jepang. Sehingga bagi Korea Utara, keberadaan militer Amerika Serikat di Jepang

ini merupakan sebuah ancaman tersendiri bagi keamanan negaranya.

139

BBC, 2017. American Forces in South Korea and the Wider Region. [internet]

tersedia di http://www.bbc.com/news/world-asia-41174689 diakses pada Senin 23 Oktober 2017.

Page 84: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

70

Adanya systemic pressure yang berupa ancaman dari kerjasama militer

Amerika Serikat dengan Korea Selatan dan Jepang merupakan faktor eksternal

yang menyebabkan Korea Utara menolak Resolusi DK PBB 2270 yang meminta

untuk menghentikan semua aktifitas pengembangan nuklirnya. Korea Utara

menganggap bahwa adanya kerjasama militer Amerika Serikat dengan negara

sekutunya merupakan ancaman keamanan bagi Korea Utara. Sehingga, Korea

Utara tetap melakukan uji coba dan pengembangan nuklirnya serta menolak

sanksi dari DK PBB.

Bagi paradigma neoclassical realisme dalam melihat faktor eksternal yang

menjadi alasan Korea Utara menolak Resolusi DK PBB ini bukanlah satu-satunya

faktor bagi intervening variable mengeluarkan kebijakan luar negeri. Dalam

neoclassical realisme adanya systemic pressure ini harus diterjemahkan oleh

intervening variable yang mempersepsikan ancaman sehingga membentuk

kebijakan luar negeri. Adapun hal-hal apa saja yang mempengaruhi intervening

variable dalam mengambil kebijakan luar negeri akan dibahas pada pembahasan

berikutnya.

C. Faktor Internal

Systemic pressure bukanlah satu-satunya penyebab suatu negara langsung

mengeluarkan kebijakan luar negeri. Menurut paradigma neoclassical realism

harus dilihat juga faktor internalnya yakni persepsi intervening variable yang

mentranslasikan relative material power yang dimilikinya. Intervening variable

ini merupakan penghubung antara variable independen (systemic pressure)

dengan variabel dependen (foreign policy). Dalam kasus ini yang menjadi

Page 85: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

71

intervening variable-nya adalah Kim Jong Un yang merupakan pemimpin

tertinggi Korea Utara.

Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan systemic pressure yang

merupakan variabel independen-nya berupa ancaman kerjasama latihan militer

gabungan antara Amerika Serikat dan Korea Selatan. Selain itu juga ada juga

ancaman kerjasama militer Amerika Serikat dengan Jepang. Adanya systemic

pressure tersebut tidak langsung mempengaruhi variabel dependen, namun

sebelum itu harus diterjemahkan terlebih dahulu oleh intervening variable yang

melihat relative material power yang dimiliki Korea Utara.

1. Kim Jong Un (Intervening Variable)

Kim Jong Un mulai menjabat sebagai pemimpin Korea Utara setelah

menggantikan posisi ayahnya Kim Jong Il yang wafat pada 17 Desember 2011.

Kim Jong Un merupakan putera ketiga dan termuda dari Kim Jong Il dengan Ko

Young Hee. Dia penah mengikuti pendidikan di Sekolah Internasional Berne,

Swiss. Meski mengenyam pendidikan di Barat, namun Kim Jong Un sangat

menghindari sekali budaya Barat.140

Kim Jong Un sebetulnya belum memiliki pengalaman yang cukup dalam

memimpin Korea Utara. Hal ini disebabkan pengangkatannya sebagai pemimpin

Korea Utara dilakukan secara mendadak dan ketika di usia yang relatif masih

muda. Situasi ini berbeda dengan Kim Jong Il yang sudah menjabat sebagai

pemimpin Korea Utara ketika ayahnya Kim Il Sung masih hidup. Sehingga,

banyak kemudian pihak yang meremehkan Kim Jong Un dalam memimpin Korea

140

BBC News, Profile : North Korean Leader Kim Jong Un. [internet] tersedia di

http://www.bbc.com/news/world-asia-pacific-11388628 diakses pada 24 November 2017.

Page 86: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

72

Utara. Namun, Korea Utara menganut sistem politik dominan atau dikenal dengan

istilah suryong. Sistem politik ini menempatkan otoritas tertinggi pada setiap

sektor pemerintahan berada di tangan pemimpinnya.141

Saat ini Kim Jong Un merupakan pemimpin tertinggi Korea Utara. Dia

menjabat beberapa posisi yang sangat penting di Korea Utara yakni Komandan

Tertinggi Rakyat Korea (Korean People’s Army), Ketua Umum Partai Pekerja

Korea (Worker’s Party of Korea), Ketua Komisi Urusan Negara yang sebelumnya

lembaga ini bernama Komisi Pertahanan Nasional (National Defense Commision)

yang mana merupakan lembaga tertinggi dalam pemerintahan dan pembuatan

kebijakan. Selain itu juga Kim Jong Un telah menduduki pangkat tertinggi dalam

angkatan perang, yakni Marshal.142

Dalam hal pengambilan keputusan terkait program pengembangan nuklir

Korea Utara ini, jabatan-jabatan yang diduduki oleh Kim Jong Un sangat

berpengaruh. Seperti misalnya Ketua Umum Partai Pekerja Korea yang

merupakan satu-satunya partai berkuasa di Korea Utara. Selanjutnya Komandan

Tertinggi Tentara Rakyat Korea, komisi ini bertugas mengatur dan memperkuat

militer, milisi rakyat dan semua angkatan bersenjata serta mengarahkan

pembentukan militer negara. Selanjutnya ada Komisi Pertahanan Nasional yang

sekarang berganti nama menjadi Komisi Urusan Negara, komisi ini bertanggung

jawab untuk menetapkan kebijakan penting negara untuk mengedepankan militer,

141

Takashi Sakai, 2016. North Korea’s Political System. International Circumstances

in the Asia-Pacific Series. [jurnal online] tersedia di https://www2.jiia.or.jp/en/pdf/digital_library/

korean_peninsula/160331_Takashi_Sakai.pdf diakses pada 26 November 2017 142

Ardyan, Mohamad, Kim Jong Un dapat jabatan baru, rangkap 4 posisi di

pemerintahan. [internet] tersedia di https://www.merdeka.com/dunia/kim-jong-un-dapat-jabatan-

baru-rangkap-4-posisi-di-pemerintahan.html diakses pada 22 November 2017

Page 87: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

73

memberikan panduan terhadap seluruh angkatan bersenjata korea, menetapkan

atau menghapus bagian dari sektor pertahanan negara, serta membangun lembaga

militer dan menganugerahkan gelar militer.143

Jika mengacu pada bagan lembaga pemerintahan Korea Utara ini,

pengambilan kebijakan di Korea Utara merupakan kewenangan mutlak pemimpin

tertinggi yakni Kim Jong Un. Sementara Partai Pekerja Korea, Komisi Pertahanan

Nasional dan Majelis Tertinggi Rakyat hanya memberikan pertimbangan

keputusan saja.

Gambar IV.3. Struktur Kekuasaan di Korea Utara

Sumber: Andrew L. Peek, The Fiscal Times, 2014.144

143

Country Studies, Organization of the Government. [internet] tersedia di

http://countrystudies.us/north-korea/59.htm diakses pada 24 November 2017.

Page 88: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

74

Paradigma neoclassical realisme berpendapat bahwa sistem internasional

yang diterjemahkan oleh intervening variable merupakan salah satu faktor

penentu dalam mewujudkan kebijakan luar negeri. Kebijakan luar negeri Korea

Utara tidaklah melalui kesepakatan antara pemerintah eksekutif dan legislatifnya,

tetapi kebijakan politik luar negerinya cenderung monolitik. Sehingga, faktor

persepsi elit pemimpinnya yang melihat sistem internasional menjadi salah satu

faktor dominan dalam mempengaruhi kebijkan luar negeri Korea Utara.145

Sebelum intervening variable mengambil suatu kebijakan, hal yang paling

penting untuk dipertimbangkan adalah berkaitan dengan material power yang

dimiliki negara tersebut. Pada pembahasan selanjutnya ini akan dibahas mengenai

material power yang dimiliki Korea Utara sehingga menjadi pertimbangan bagi

Kim Jong Un dalam mengambil suatu kebijakan.

2. Relative Material Power Korea Utara

a. Kekuatan Militer Korea Utara

Tentara aktif Korea Utara berjumlah sekitar 1.300.000 orang sedangkan

jumlah tentara cadangannya sekitar 4.700.000 orang. Jumlah tank yang dimiliki

Korea Utara sebanyak 3500 tank. Selanjutnya jumlah artileri yang dimiliki

sebanyak 17.900, sedangkan senjata lainnya berjumlah sekitar 3.060. Jumlah

helikopter yang dimiliki Korea Utara berkisar antara 500 sampai 800 unit. Kapal

selam yang dimiliki oleh Angkatan Laut Korea Utara berjumlah 63 unit, serta

144

Andrew L. Peek, China Knows Why Kim Jong Un Will Never Die. [internet] tersedia

di https://www.thefiscaltimes.com/Columns/2014/10/22/China-Knows-Why-Kim-Jong-Un-Will-

Never-Die diakses pada 03 November 2017 145

Kongdan, Oh and Ralph C, Hassing, 2000. North Korea: Through the Looking Glass.

The Bookings Institution.

Page 89: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

75

kapal amphibi sejumlah 261 unit. Korea Utara juga memiliki pesawat pembom

sekitar 80 unit, jet tempur 440 unit, dan pesawat transportasi sebanyak 215 unit.146

b. Senjata Pemusnah Massal dan Nuklir Korea Utara

Senjata pemusnah massal meliputi senjata kimia, biologi, radiologi dan

nuklir.147

Korea Utara hanya meratifikasi konvensi terkait larangan senjata biologi

pada 1987 (Convention on the Prohibition of the Development, Production and

Stockpiling of Biological and Toxin Weapons and on Their Destruction), namun

negara ini belum meratifikasi konvensi terkait larangan senjata kimia (Convention

on the Prohibition of the Development, Production and Stockpiling and Use of

Chemical Weapons and on Their Destruction).148

.

146

North Korea Military Stats. Nation Master. 2007. [internet] Tersedia di

http://www.nationmaster.com/country-info/profiles/North-Korea/Military diakses pada Sabtu, 15

Juli 2017. 147

Anthony H. Cordesmen, 2016. North Korean Nuclear Forces and the Threat of

Weapons of Mass Destruction in Northeast Asia. Center For Strategic & International Studies, hal.

4 148

UN Security Council, “Report S/2010/571,” May 12, 2010), [internet] tersedia di

http://www.securitycouncilreport.org. Diakses pada Sabtu, 15 Juli 2017.

Page 90: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

76

Gambar IV.4. Lokasi Fasilitas Senjata Kimia Korea Utara

Sumber : International Crisis Group, North Korea’s Chemical and Biological

Weapons Programs, Asia Report No. 167, 23

Selain senjata kimia, Korea Utara juga memiliki senjata biologi yang juga

tersebar di sejumlah wilayahnya. Meskipun jumlahnya tidak sebanyak senjata

kimia, namun senjata biologi ini juga terus dikembangkan oleh Korea Utara.

Adapun perkiraan lokasi persebaran senjata biologi Korea Utara adalah sebagai

berikut:

Page 91: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

77

Gambar IV.5. Lokasi Fasilitas Senjata Biologi Korea Utara

Sumber : Chipman, “North Korea‟s Chemical and Biological Weapons (CBW)

Programs, 2016.149

Selain mengembangkan senjata kimia dan biologi, Korea Utara juga

mengembangkan senjata pemusnah massal lainnya seperti nuklir. Jenis nuklir

dibagi menjadi dua macam yakni bom atom dan bom hidrogen. Aspek teknis bom

hidrogen sangat canggih melebihi bom atom, sehingga untuk dapat

memproduksinya harus melakukan uji coba nuklir beberapa kali. Sehingga,

awalnya tidak ada yang menduga bahwa teknologi Korea Utara mampu membuat

bom hidrogen.150

149

Chipman, “North Korea‟s Chemical and Biological Weapons (CBW) Programs,”

North Korea’s Weapons Programs, 57. 150

Hu Side, Sun Xiangli, Wu Jun, 2003. On the Nuclear Issue of North Korea. The XV

International Amaldi Conference in Helsinki, hal 2.

Page 92: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

78

Terdapat beberapa macam instalasi-instalasi nuklir berbahan dasar

plutonium yang dioperasikan oleh Korea Utara, diantaranya adalah sebuah reaktor

Scud-B. Jenis nuklir ini dikembangkan sekitar tahun 1950 dengan kapasitas

sekitar 5 Mega Watt. Instalasi ini mampu menghasilkan bahan bakar uranium

yang cukup untuk memproduksi sekitar 7 kilogram plutonium setiap tahun. Pada

bulan Mei 1994, Korea Utara menghentikan reaktor tersebut dan memindahkan

8000 balok bahan bakar yang dapat diproses menjadi plutonium yang bisa

dijadikan 4-6 senjata nuklir.151

Selanjutnya pada 1984 bertempat di Yongbyon dan Taechon dibangun dua

reaktor lebih besar yaitu Hwasong-5 dan Hwasong-6. Reaktor ini diperkirakan

memiliki kapasitas sebesar 50 MW dan 200 MW. Korea Utara kembali berhasil

mengembangkan nuklirnya yang diberi nama Nodong-1 pada 1993. Misil ini

memiliki jangkauan sekitar 1350-1500 KM. Pada 1998 Korea Utara mencoba

menambah jangkauan misil ini menjadi 3000 KM yang mana hal ini dapat

menjangkau seluruh wilayah Korea Selatan dan Jepang.152

Korea Utara terus mengembangkan program nuklirnya dengan menambah

jangkauannya menjadi sekitar 2500 KM. Nuklir ini diberi nama Taepodong-1

yang merupakan pengembangan dari rudal Nodong yang dikembangkan pada

awal tahun 2000. Selain itu Korea Utara juga mengembangkan nuklirnya yang

memiliki daya jangkauan sejauh 3000-3200 KM yang diberi nama Taepodong-2.

151

ROK Ministry of National Defense (MND), The Defense White Paper 2008. Seoul:

Ministry of National Defense, hal 38 152

ROK Ministry of National Defense (MND), The Defense White Paper 2008, hal. .30

Page 93: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

79

Nuklir ini diperkirakan mampu menjangkau wilayah Amerika Serikat bagian

Barat.153

Gambar IV. 6. Lokasi Fasilitas Nuklir Korea Utara

Sumber : Chipman, North Korea’s Weapons Programs, hal. 45, 2016.

Dalam konflik yang terjadi di Semenanjung Korea, hampir semua pihak

merasa bahwa negaranya berada dalam posisi yang terancam. Sehingga, penting

untuk melihat persepsi ancaman pada data kekuatan militer dunia baik dari sisi

besaran anggaran militer, jumlah personil maupun jumlah peralatan perang yang

153

ROK Ministry of National Defense (MND), The Defense White Paper 2010. Seoul:

Ministry of National Defense, hal. 35

Page 94: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

80

dimilki. The Center for Arms Control and Non-proliferation merilis data sebagai

berikut:154

Gambar. IV.7. 25 Negara dengan Militer Terkuat di Dunia

Sumber: Global Firepower, The Center for Arms Control and Non-Proliferation,

2016

Jika mengacu pada data diatas maka dapat dilihat bahwa Amerika Serikat

dan sekutunya di Asia Timur masih lebih dominan dibandingkan Korea Utara.

Amerika Serikat masih menempati posisi pertama sebagai negara dengan militer

terkuat, Jepang berada pada peringkat 7, Korea Selatan menempati peringkat 11,

154

Skye Gould dan Paul Szoldra, 2017. The 25 Most Powerful Militaries in the World.

[internet] tersedia di http://www.businessinsider.com/the-worlds-most-powerful-militaries-2017-

3/?IR=T diakses pada Selasa, 24 Oktober 2017.

Page 95: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

81

sedangkan Korea Utara menempati posisi ke 25. Sehingga, potensi ancaman

sebetulnya lebih besar datangnya dari Amerika Serikat dan sekutunya

dibandingkan Korea Utara. Hal inilah yang juga mendorong Korea Utara harus

meningkatkan kapabilitas militernya.

3. Persepsi Intervening Variable Terhadap Larangan Uji Coba dan

Pengembangan Nuklir Korea Utara

Gideon Rose menjelaskan bahwa respon suatu negara terhadap lingkungan

eksternalnya tergantung pada bagaimana persepsi seorang pembuat kebijakan

dalam melihat fenomena internasional yang terjadi. Dalam istilah paradigma

neoclassical realisme pembuat kebijakan ini disebut sebagai intervening variable.

Sehingga, dapat disimpulkan alur terbentuknya kebijakan suatu negara

berdasarkan paradigma neoclassical realisme berawal dari adanya pressure pada

level sistem yang kemudian dipersepsikan oleh intervening variable pada unit

level domestik. Sehingga, systemic pressure tidak langsung membentuk kebijakan

luar negeri, melainkan diterjemahkan terlebih dahulu oleh intervening variable

yang juga dipengaruhi oleh adanya perception, identities, dan state structure.155

Alur terbentuknya kebijakan luar negeri berdasarkan paradigma neoclassical

realism dapat dilihat pada gambar IV.8 berikut ini:

155

Gideon Rose, Oktober 1998. Neoclassical Realism and Theories of Foreign Policy.

World Politics, hal. 156.

Page 96: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

82

Gambar IV.8. Neoclassical Realism Foreign Policy Analysis

Sumber: Gideon Rose, Neoclassical Realims and Theories, 1998.

Berdasarkan paradigma neoclassical realism yang dikutip oleh Lindemann

bahwa ada dua persepsi yang mempengaruhi intervening variable dalam

mengambil kebijakan yakni threat perception dan perception of power

distribution.156

Dalam konteks uji coba nuklir Korea Utara, Kim Jong Un sebagai

intervening variable mempersepsikan Amerika Serikat dan sekutunya sebagai

ancaman.

Dalam teori hubungan internasional terdapat beberapa cara bagi suatu negara

dalam mengatasi ancaman dari negara lain. Salah satu cara yang digunakan aktor

negara adalah dengan melakukan balancing terhadap negara yang mengancam

tersebut. Ada dua tipe balancing, yakni internal dan eksternal. Balancing internal

yakni suatu negara akan berusaha meningkatkan kapabilitas militer dan

kemampuan ekonomi demi mengurangi kesenjangan kekuatan dengan negara

yang berpotensi menjadi ancaman. Sedangkan balancing eksternal adalah suatu

156

Alexander, Lindemann. Cross-Strait Relations and international organizations

“Taiwan’s Participations in IGOs in the Context of its Relationship with China. Springer Sciences

& Business Media, 2014. Hal. 39

Systemic Pressure Foreign Policy

Intervening Variable

Perception Identities State Structure

Perception of Threat Perception of Power

Elite Belief System Nationalism

Ideology

Organizational Structure

Decision – Making Process

Page 97: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

83

negara bergabung dengan beberapa negara yang lain untuk membentuk kekuatan

penyeimbang bagi negara yang mengancam tersebut.157

Selanjutnya faktor yang juga sangat mempengaruhi intervening variable

dalam mengambil keputusan adalah faktor identitas yang berupa elite belief

systems, ideas, nationalism dan ideology. Ideologi yang dipegang teguh oleh

Korea Utara dinamakan Juche. Ideologi ini juga yang membentuk rasa

nasionalisme bagi warga Korea Utara. Ideologi ini pertama kali disampaikan oleh

Kim Il Sung yang memiliki makna bahwa revolusi dan pembangunan ada

ditangan rakyat, dan rakyat berhak untuk menentukan nasibnya sendiri. Isi pokok

dari ideologi Juche ini adalah independen di bidang politik, self reliance di bidang

ekonomi dan self defence di bidang pertahanan dan keamanan.158

Selain itu doktrin ideologi yang diterapkan adalah songun yang diterapkan

pada masa Kim Jong Il. Songun merupakan doktrin kebijakan yang

mengedepankan kekuatan militer (military first)159

. Selanjutnya pada masa Kim

Jong Un juga mengeluarkan suatu doktrin kebijakan yang dinamakan Byungjin.

Doktrin Byungjin ini merupakan suatu kebijakan yang mencoba untuk

memperkuat ekonomi namun juga disatu sisi mengembangkan kekuatan

militernya.

Pada 31 Maret 2013, Pemimpin tertinggi Korea Utara, Kim Jong Un

mengeluarkan kebijakan Byungjin Policy. Kebijakan ini memfokuskan Korea

157

Kenneth N. Waltz, 1979. Theory of International Politics. Boston, Massachusetts :

Mass Addision –Wesley Pub . Co, p.p 118 158

Kedutaan Besar Republik Indonesia di Pyongyang. Profil Korea Utara. [internet]

tersedia di https://www.kemlu.go.id/pyongyang/id/Pages/Korea-Utara.aspx diakses pada 3

November 2017. 159

Korean Friendship Association, Songun Politics. [internet] tersedia di

http://www.korea-dpr.com/songun.html diakses pada 22 Oktober 2017

Page 98: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

84

Utara untuk mengembangkan ekonomi dan diiringi peningkatan kapasitas

nuklirnya. Karena adanya kebijakan peningkatan kapabilitas nuklirnya ini, Korea

Utara terus melakukan uji coba nuklirnya dan mengabaikan sanksi DK PBB

terhadap negaranya. Sebagaimana poin-poin dalam Resolusi DK PBB meminta

untuk Korea Utara menghentikan segala kebijakannya yang berkaitan dengan

pengembangan nuklir.160

Penolakan Korea Utara terhadap sanksi DK PBB 2270 secara umum tidak

terlepas dari sikap independen Korea Utara untuk menerapkan kebijakan Byungjin

Policy pada masa pemerintahan Kim Jong Un.161

Kebijkan luar negeri Korea

Utara terkait pengembangan nuklirnya sudah sangat jelas yakni untuk kepentingan

damai bukan untuk melakukan penyerangan terlebih dahulu. Oleh karena itulah

Korea Utara menunjukan sikap tegasnya dengan melakukan penolakan terhadap

Resolusi DK PBB 2270.162

Jika melihat gagasan utama dari doktrin ideologi juche, songun dan juga

byungjin, ketiganya memiliki kesamaan yakni dalam hal meningkatkan

kapabilitas militernya. Sehingga dorongan dari faktor ideologi yang

mempengaruhi intervening variable ini semakin menegaskan bahwa Korea Utara

tidak akan menghentikan pengembangan dan uji coba nuklirnya. Hal ini juga

160

North Korean Economy Watch, North Korea assesses three years of Byungjin Policy.

[internet] tersedia di http://www.nkeconwatch.com/2016/04/14/north-korea-assesses-three-years-

of-byungjin-policy/ diaksespada 29 Oktober 2017. 161

Bintoro, Agung, Kim Jong Un sebut senjata nuklir jamin kedaulatan. [internet] tersedia

di https://www.cnnindonesia.com/internasional/20171008144459-113-246924/kim-jong-un-sebut-

senjata-nuklir-jamin-kedaulatan/ diakses pada 22 November 2017 162

Benjamin, Katzeff Silberstein, North Korea’s ICBM Test, Byungjin and the Economic

Logic. [internet] tersedia di https://thediplomat.com/2017/07/north-koreas-icbm-test-byungjin-and-

the-economic-logic/ diakses pada 20 November 2017.

Page 99: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

85

menjadi bukti bahwa Korea Utara mampu mandiri tanpa ada intervensi dari

negara lain maupun rezim internasional manapun.

Menurut Deuyon Kim, seorang peneliti dari Nuclear Policy Program and

Asia Program at the Carnegie Endowment for International Peace menyatakan

bahwa sampai kapanpun Korea Utara akan tetap mengembangkan program

nuklirnya.163

Hal ini juga dipertegas dengan pernyataan Kim Jong Un yang dikutip dari

media resmi miliki pemerintah Korea Utara Korean Central News Agency (KCNA)

terkait keinginan Korea Utara mengimbangi kekuatan militer Amerika Serikat dan

sekutunya :164

"...Our final goal is to establish the equilibrium of real force with the US and make the

US rulers dare not talk about military option for the DPRK. We should clearly show the big power

chauvinists how our state attain the goal of completing its nuclear force despite their limitless

sanctions and blockade”

“...Tujuan akhir kita adalah untuk membentuk kekuatan yang setara dengan Amerika

Serikat dan membuat para petinggi Amerika Serikat tidak berani untuk membicarakan tentang opsi

militer bagi Korea Utara. Kita harus tunjukan secara tegas pada negara Chauvinists (Amerika

Serikat) betapa negara kita mencapai tujuan untuk melengkapi kekuatan nuklir meskipun adanya

pembatasan berupa sanksi dan blokade.”

Pada pembahasan sebelumnya telah dipaparkan peta kekuatan militer dan

senjata yang dimiliki Korea Utara. Jika dibandingkan dengan kekuatan militer

negara-negara yang menjadi rivalnya di kawasan Asia Timur seperti Amerika

Serikat, Korea Selatan dan Jepang, kapasitas militer Korea Utara menduduki

peringkat yang paling bawah. Meskipun material power dari negara lain lebih

kuat secara kuantitas, namun menurut paradigma neoclassical realisme persepsi

dari intervening variable sangatlah berpengaruh dalam menentukan kebijakan luar

163

Jack Moore, 2016. The Response to North Korea’s H-Bomb Test Rest on China.

[internet] tersedia di http://www.newsweek.com/world-responds-north-korea-hydrogen-bomb-

china-412181 diakses pada 164

Kim Jong Un Vows Complete Nuclear Program. [internet] tersedia di

http://www.sbs.com.au/news/article/2017/09/16/kim-jong-un-vows-complete-nuclear-program

diakses pada 26 November 2017

Page 100: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

86

negeri suatu negara. Hal ini juga ditegaskan oleh pernyataan dari pidato Kim Jong

Un terkait adanya kemungkinan ancaman dari luar:165

“...If invasive outsiders and provocateurs touch us even slightly, we will not be forgiving

in the least and sternly answer with a merciless, holy war of justice”

“...Jika para provokator dan gerakan invasif dari luar menyentuh kita meskipun sedikit

saja, tidak akan kita maafkan dan akan kita jawab dengan tanpa ampun, dengan peperangan suci

untuk sebuah keadilan.”

Dalam kasus Korea Utara ini, Kim Jong Un sebagai intervening variable

telah mempersepsikan bahwa dengan material power yang dimiliki oleh

negaranya, Korea Utara akan mampu menghadapi ancaman ataupun tekanan dari

Amerika Serikat dan sekutunya. Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya

bahwa Korea Utara memiliki material power berupa tentara, fasilitas senjata

kimia, biologi dan nuklir. Bahkan Korea Utara juga sudah siap dengan

kemungkinan terburuk apapun, termasuk menghadapi sanksi dari dunia

internasional. Sehingga, Korea Utara dalam hal ini tetap menolak Resolusi DK

PBB 2270 terkait uji coba dan program pengembangan nuklir yang diinisiasi oleh

Amerika Serikat dan sekutunya.

165

Levi Winchester, we are ready for war: Kim Jong Un’s New Year message to the

world. [internet] tersedia di https://www.express.co.uk/news/world/630746/North-Korea-New-

Year-message-Kim-Jong-un diakses pada 26 November 2017

Page 101: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

87

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Konflik yang terjadi di Semenanjung Korea memiliki akar sejarah yang

panjang. Karena letak geografisnya yang strategis menyebabkan berbagai

pertarungan ideologi dan kepentingan terjadi di kawasan ini. Gesekan kepentingan

yang terjadi di kawasan Semenanjung Korea tidak hanya melibatkan negara-

negara besar yang ada disekitarnya saja seperti Tiongkok, Rusia dan Jepang.

Tetapi dalam hal ini Amerika Serikat juga ikut mencampuri konflik yang terjadi di

Semenanjung Korea ini.

Salah satu faktor utama penyebab ketegangan yang terjadi di kawasan

Asia Timur ini adalah terkait uji coba nuklir yang dilakukan oleh Korea Utara.

Dalam kurun waktu antara tahun 2006-2016 Korea Utara telah melakukan lima

kali uji coba nuklir. Bagi Amerika Serikat dan negara sekutunya, perkembangan

nuklir Korea Utara ini merupakan ancaman yang serius bagi keamanan mereka.

Sehingga segala aktivitas Korea Utara yang berkaitan dengan uji coba dan

program pengembangan nuklir harus dihentikan.

Berbagai upaya untuk menghentikan program nuklir Korea Utara ini telah

dilakukan. Mulai dari upaya yang bersifat soft diplomacy, yakni melalui forum

dialog seperti three party talks, six party talks. Selain itu juga dilakukan hard

diplomacy seperti ancaman serangan militer dan pemberian sanksi-sanksi

pelarangan perdagangan serta pembekuan aset-aset milik Korea Utara di luar

Page 102: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

88

negeri melalui organisasi internasional seperti DK PBB. Namun Korea Utara tetap

saja melanjutkan program nuklirnya.

Sikap Korea Utara tersebut memunculkan pertanyaan terkait faktor-faktor

yang menyebabkan Korea Utara tetap menolak untuk menghentikan program

nuklirnya, meskipun Korea Utara telah mendapat sanksi yang sangat berat. Dilihat

dari konsep balance of threat ditemukan jawaban bahwa uji coba nuklir dan

program pengembangan nuklir Korea Utara adalah dalam rangka mengimbangi

ancaman dari Amerika Serikat.

Di kawasan Asia Timur dan sekitarnya, Korea Utara hanya menganggap

Amerika Serikat saja yang merupakan ancaman bagi kedaulatan negaranya.

Sementara great powers lainnya seperti Rusia dan Tiongkok bukanlah ancaman

bagi Korea Utara. Karena Amerika Serikat belum memenuhi keinginan Korea

Utara untuk diadakannya perjanjian damai yang bersifat permanen, maka Korea

Utara masih terus menggap Amerika Serikat sebagai ancaman. Sehingga,

meskipun pasca uji coba nuklirnya yang keempat Tiongkok ikut memberikan

sanksi ekonomi yang berdampak signifikan bagi Korea Utara, namun Korea Utara

tetap saja melanjutkan program nuklirnya.

Dalam menganalisa sikap penolakan Korea Utara terhadap Resolusi DK

PBB 2270 ini harus dilihat dari faktor eksternal dan internalnya. Pertama, faktor

eksternalnya adalah systemic pressure berupa latihan militer gabungan (joint

military exercise) antara Amerika Serikat dengan Korea Selatan. Selain itu juga

ada kerjasama militer antara Amerika Serikat dengan Jepang. Bagi Korea Utara

kerjasama militer antara Amerika Serikat dengan sekutunya ini jelas merupakan

Page 103: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

89

sebuah ancaman yang menyebabkan negaranya harus memperkuat militernya juga

dengan terus melakukan pengembangan nuklirnya.

Kedua, faktor internalnya adalah pengaruh dari intervening variable di

Koea Utara. Sebagai intervening variable, keputusan Kim Jong Un juga

dipengaruhi oleh faktor sejarah yang konfliktual dengan Amerika Serikat.

Sehingga Kim Jong Un mempersepsikan Amerika Serikat dan sekutunya sebagai

ancaman. Selain itu ada juga pengaruh faktor ideologi yang diwarisi dari

kakeknya Kim Il Sung yang menggagas ideologi Juche, dilanjutkan oleh ayahnya

Kim Jong Il yang mengeluarkan gagasan songun policy, serta Kim Jong Un

sendiri yang membawa gagasan Byungjin policy. Ketiga gagasan tersebut

memiliki pandangan yang sama terkait pentingnya memperkuat militer negaranya.

Selain persepsi ancaman yang dirasakan Kim Jong Un dan faktor ideologinya,

juga didukung oleh posisi Kim Jong Un yang menjadi pemimpin tertinggi dan

memiliki kewenangan yang sangat dominan di Korea Utara.

Berdasarkan analisis menggunakan paradigma neoclassical realism bahwa

sikap Korea Utara yang menolak Resolusi DK PBB 2270 merupakan hasil dari

kebijakan Kim Jong Un sebagai intervening variable yang mentranslasikan

relative material power Korea Utara. Kim Jong Un merasa bahwa dengan

kapabilitas militer yang dimilkinya, Korea Utara tidak perlu tunduk terhadap

siapapun. Termasuk sanksi dari DK PBB yang diinisiasi oleh Amerika Serikat.

Jika melihat kasus uji coba nuklir Korea Utara ini dapatlah disimpulkan

bahwa upaya yang dilakukan oleh Korea Utara adalah untuk menjamin keamanan

dan kedaulatan nasionalnya. Persepsi ancaman bagi kemananan internasional

Page 104: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

90

sebagaimana yang dikampanyekan oleh Amerika Serikat dan sekutunya belum

terbukti. Hingga hari ini faktanya uji coba nuklir Korea Utara belum menelan

korban. Selain itu juga pemerintah Korea Utara selalu menegaskan bahwa

serangan nuklir akan dilakukan hanya jika negaranya diserang terlebih dahulu.

B. Saran

Penelitian ini membahas faktor-faktor penolakan Korea Utara atas

Resolusi DK PBB 2270 pasca uji coba nuklirnya yang keempat tahun 2016.

Penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan referensi bagi peneliti

selanjutnya yang ingin membahas mengenai program nuklir Korea Utara dan

pembahasan dengan tema yang terkait. Untuk menyempurnakan penelitian ini

diharapkan peneliti selanjutnya dapat melengkapi kekurangan data primer maupun

sekunder dari sumber yang berimbang.

Page 105: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

Lampiran I

Hasil Wawancara dengan Bapak Ir. Ristiyanto

(Ketua Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Korea Utara)

Wawancara dilakukan melalui tatap muka, dilaksanakan pada Jum‟at,

24 November 2017 Pukul 14.15 WIB bertempat di Universitas Bung

Karno.

1. HS: Korea Utara menolak Resolusi DK PBB 2270 terkait uji coba

nuklirnya yang keempat tahun 2016, yang mana sanksi pada resolusi

tersebut melarang Korea Utara untuk melakukan segala aktivitasnya yang

berkaitan dengan program pengembangan dan uji coba nuklirnya. Padahal

sanksi pada resolusi tersebut sangat kompleks, bahkan Tiongkok sebagai

mitra dagang utama Korea Utara sudah ikut memberikan sanksi ekonomi.

Apa yang menyebabkan Korea Utara menolak untuk patuh pada resolusi

DK PBB tersebut?

2. BR: Pertama-tama kita harus melihat terlebih dahulu sejarah Koreea

Utara. Mulai dari Akar Perang Korea, Proses Perang Korea ketika

berlangsung dan sampai sekarang. Tidak ada perjanjian damai antara pihak

yang berperang, khususnya antara Korea Utara dengan Amerika Serikat.

Kesepakatan yang ada hanyalah perjanjian gencatan senjata, yang mana

hal tersebut bersifat sementara. Sebetulnya akar persoalanya adalah

Amerika Serikat selalu menolak permintaan dari pihak Korea Utara untuk

Page 106: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

membuat suatu kesepakatan damai yang sifatnya permanen dan abadi

menggantikan kesepakatan yang sifatnya sementara itu, yang disepakati

pasca Perang Korea 1953.

3. HS: Menurut bapak, sebetulnya apakah Amerika Serikat yang terancam

oleh Korea Utara ataukah sebaliknya Amerika Serikat yang mengancam

Korea Utara?

4. BR: Jadi begini, kekuatan-kekuatan imprealis atau kekuatan negara besar

yang ingin mempertahankan hegemoninya itu selalu melakukan tindakan

bar-bar. Kita bisa lihat bagaimana rezim Sadam Hussein di Irak

dihancurkan dengan alasan mempunyai senjata kimia. Juga bagaimana

rezim Moammar Qadafi di Libya, karena dianggap pembangkang oleh

Barat. Bagaimana Iran diancam. Bagaimana Afghanistan diduduki.

Bagaimana juga Somalia kemudian juga seperti itu. Ini memberikan suatu

gambaran dan kesan kepada kita semua bahwa sesungguhnya apa yang

sering didengung-dengungkan negara besar yang ingin membangun suatu

perdamaian itu sebetulnya omong kosong. Yang ada hanyalah

kepentingan-kepentingan negara besar untuk mempertahankan

hegemoninya dan juga terutama kepentingan ekonomi dan politiknya.

Kemudian ini memberikan suatu landasan berfikir bagi kita, bahwa karena

sifat-sifat negara besar yang seperti itulah membuat Korea Utara perlu

mempersiapkan dirinya untuk menghadapi ancaman-ancaman yang tidak

Page 107: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

terduga. Jadi saya sebagai Ketua Perhimpunan Persahabatan Indonesia-

Korea Utara mendukung sepenuhnya Korea Utara untuk mengembangkan

fasilitas nuklirnya. Kita harus lihat ini dalam rangka mempertahankan diri.

Saudara harus lihat tadi bahwa perdamaian antara Korea Utara dan

Amerika hanya bersifat sementara, selanjutnya juga kecenderungan

negara-negara Barat untuk menginvasi kapan saja. Tidak ada artinya itu

PBB, Itu kan ternyata kemudian terbukti Sadam Husein terjungkal mati

dibunuh baru terbukti bahwa Irak tidak punya senjata Kimia, tetapi semua

sudah terlambat. Bagi saya Korea Utara hebat, dia mempersiapkan dirinya

sebelum hal seperti itu menimpa mereka. Jadi menurut saya sebetulnya

Amerika Serikat atau Barat lah yang mengancam Korea Utara.

5. HS: Apakah penempatan pasukan Amerika Serikat di Korea Selatan dan

di Jepang merupakan suatu ancaman bagi Korea Utara?

6. BR: Jika kita lihat memang pasukan Amerika Serikat disana sudah ada

sejak puluhan tahun yang lalu. Pertanyaanya adalah untuk apa? Jadi

jawabannya adalah “iya” , bahwa pasukan Amerika Serikat disana

merupakan suatu ancaman. Dan sekali lagi program pengembangan nuklir

adalah upaya untuk mempertahankan diri.

7. HS: Apakah uji coba nuklir Korea Utara hanyalah bentuk gertakan untuk

mendapatkan incentive ekonomi dari pihak lain?

Page 108: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

8. BR: Menurut saya tidak seperti itu, program nuklir ini bukanlah upaya

untuk mendapatkan bargaining ataupun pasokan energi, pangan dan

sebagainya dari negara sekitarnya. Tetapi sebetulnya saya berpendapat

bahwa hal ini adalah suatu upaya untuk mempertahankan diri terhadap

ancaman dari luar. Sekarang kalau memang negara lain sepakat untuk

tidak memberikan incentive, logikanya Korea Utara akan mati. Tetapi kan

faktanya tidak, dan Korea Utara tetap melakukan uji coba nuklirnya.

9. HS: Apakah Korea Utara dalam hal ini terikat dengan Tiongkok atau

Rusia atau negara disekitarnya?

10. BR: Tidak terikat. Tetapi pengertian tidak terikat bukan dalam artian

murni tidak terikat. Tetapi kan secara geopolitik dia ada dikawasan

tersebut, sehingga memungkinkan untuk menjalin relasi dengan China,

Rusia juga Pakistan. Dan itu adalah hal yang wajar, tetapi program nuklir

Korea Utara ini tidak dapat dihentikan oleh apapun, karena memang ini

merupakan suatu kebutuhan yang mendasar dalam rangka memperkuat

pertahanan negaranya.

Page 109: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

Lampiran II

Daftar Kapal Korea Utara yang diberi Sanksi

NO NAMA KAPAL NOMOR IMO KAPAL

1 Chol Ryong (Ryong Gun Bong) 8606173

2 Chong Bong (Greenlight/Blue Nouvelle) 8909575

3 Chong Rim 2 8916293

4 Dawnlight 9110236

5 Ever Bright 88 (J Star) 8914934

6 Gold Star 3 (Benevolence 2) 8405402

7 Hoe Ryong 9041552

8 Hu Chang (O Un Chong Nyon) 8330815

9 Hui Chon (Hwang Gum San 2) 8405270

10 JH 86 8602531

11 Ji Hye San ((Hyok Sin 2) 8018900

12 Jin Tal 9163154

13 Jin Teng 9163166

14 Kang Gye (Pi Ryu Gang) 8829593

15 Mi Rim 8713471

16 Mi Rim 2 9361407

17 O Rang (Po Thong Gang) 8829555

18 Orion Star (Richoecean) 9333589

19 Ranam 2 8625545

Page 110: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

20 Ranam 3 9314650

21 Ryo Myong 8987333

22 Ryong Rim (Jong Jin 2) 8018912

23 Se Pho (Rak Won 2) 8819017

24 Songjin (Jang Ja San Chong Nyon Ho) 8133530

25 South Hill 2 8412467

26 South Hill 5 9138680

27 Tan Chon (Ryong Gang 2) 7640378

28 Thae Pyong San (Petrel 1) 9009085

29 Tong Hung San (Chong Chon Gang) 7937317

30 Grand Karo 8511823

31 Tong Hung 1 8661575

Sumber : United Nation Security Council, Resolution 2270, 2016.

Page 111: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Baalke, Caitlin. A Political and Historic Analysis of the Relationship between the

United States and Saudi Arabia, 2014.

Bridges, Brian. Japan and Korea in the 1990s From Antagonism to Adjusment.

Great Britain at the University Press. Cambridge: Edward Elgar Publishing

Company, 1993.

Chipman, “North Korea‟s Chemical and Biological Weapons (CBW) Programs,”

North Korea’s Weapons Programs.

Creswell, JW. Research Design: Qualitative and Quantitative Approaches, SAGE

Publications Inc, Thousand Oaks. (1994).

Daejung, Kim. Regional Denuclearization: The NPT, Nuclear Weapon Free Zone,

and North Korea. Washington, D.C, 2011.

Hu Side, Sun Xiangli, Wu Jun. On the Nuclear Issue of North Korea. The XV

International Amaldi Conference in Helsinki, 2003.

Kennan, George F. American diplomacy 1900-1950, Chicago University Press,

1951.

Keohane, Robert O. Neorealism and Its Critics. New York: Columbia University

Press, 1986.

Lindemann, Alexander. Cross-Strait Relations and international organizations

“Taiwan’s Participations in IGOs in the Context of its Relationship with

China. Springer Sciences & Business Media, 2014.

Kongdan, Oh and Ralph C, Hassing. North Korea: Through the Looking Glass.

The Bookings Institution, 2000.

Lee, Ik-Sang. Recent Development in North Korea. Republic of Korea: Naewoe

Press, 1991.

Lobell, Steven E, Norrin M. Ripsman, and Jeffrey W. Taliaferro,. Neoclassical

realisme, the state and Foreign Policy. New York : Cambridge University

Press, 2009.

LV, Neuman. Basic of Social Research: Quantitative and Qualitative Approaches,

Pearson: University of Wisconsin-White Water, (2012).

Page 112: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

ROK Ministry of National Defense (MND), The Defense White Paper 2008.

Seoul: Ministry of National Defense, 2008.

Rose, Gideon. Neoclassical Realism and Theories of Foreign Policy. World

Politics, Oktober 1998.

Sukmadinata. Metode Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung,

2006.

T.V. Paul, J.J. Wirtz & M. Fortman. balance of power, Theory and Practice in the

21st Century. Stanford: Stanford University Press, 2004.

Walt, M. Stephen. “Testing Theories of Alliance Formation: The Case of

Southwest Asia.” International Organization, Vol.42, No.2. (Spring, 1988).

Waltz, Kenneth N. Theory of International Politics. Boston, Massachusetts : Mass

Addision –Wesley Pub . Co, 1979.

Wanandi, Jusuf. “Relationship of the Great Powers in the Asia Pasific:

Indonesia‟s Future Strategic Environment,” (Jakarta: CSIS, 1996).

Webster, Merriam. Nuclear Nonproliferation Treaty in Merriam Webster’s

Colligiate Encyclopedia. USA: Merriam Webster Inc, 2000.

Zakaria, Fareed. From Wealth to Power: The Unusual Origins of America's

World Role. Princeton, N.J: Princeton University Press, 1998.

B. Artikel, Jurnal, Skripsi

Berger, Andrea. From Paper to Practice: The Significance of New UN Sanctions

on North Korea, Arms Control Association, (2016).

Bock, Andreas. "Balancing for (in)security: an analysis of the Iranian nuclear

crisis in the light of the Cuban missile crisis." Perceptions, Center for

Strategic Research, (vol. 19, no. 2, 2014), p. 113

Cha, Victor and Ellen Kim. “North Korea’s Third Nuclear Test,” Center For

Strategic & International Studies, (2013).

Cordesman, H Anthony. North Korean Nuclear Force and TheThreat of Weapons

of Mass Destruction in Northeast Asia, Center for Strategic and

International Studies (CSIS). (2016). hal; 28.

Eberstadt, Nicholas and Joseph P. Ferguson, “The Korean Nuclear Crisis: On to

the Next Level,” in Strategic Asia 2003-2004: Fragility and Crisis, Seattle:

National Bureau of Asian Research, (2003), Hal. 148.

Page 113: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

Emma, Avery & Rinehart Ian E. U.S-Japan Alliance. Congressional Research

Service. (2013)

Federovsky, A. North Korea After Third Nuclear Test. Institute of World

Economy and International Relation (IMEMO), (2013) hal 113.

Foster-Carter, Aidan.“South Korea-North Korea Relations: Pyongyang’s Bang

Explodes Hope” Comparative Connections, (Vol. 17, No. 3 2016), hal. 89

Gray, Colin. The Arm Race Phenomenon. Dalam Bilveer Singh, The Chalenge of

Conventional arms Proliferation in East Asia, CSIS, Jakarta. 1995.

Hague, Bruce A. W. A. M. O. The US-Japan Alliance: Sustaining the

Transformation. “Joint Force Quarterly I. Hal. 61 Institute of Oriental

Culture, University of Tokyo (2007).

Hildreth, Steven A. North Korean Ballistic Missile Threat to the United States,

Congressional Research Service 7-5700.

Kim S, Samuel. The Changing Role of China on the Korean Peninsula.

International Journal of Korean Studies. (Vol. IIX, No. 1, 2004). hal. 18.

Larry A. Niksch, North Korea’s Nuclear Weapons Development and Diplomacy,

Congressional Research Service, (2009) hal. 1

McDougall, Derek. The International Politics of the New Asia Pacific. Singapore :

Institute of Southeast Asian Studies, (1997) Hal. 36

Milo Minnich, James. The Denuclirization of North Korea : The 1994 Agreed

Framework From Penning to Present and Alternative Options. [Thesis]

Kansas, (2002) hal. 30

Moore, J. Gregory. How North Korea Threatens China’s Interest: Understanding

Chinese Duplicity on The North Korean Nuclear Issu. International Relation

of the Asia Pacific, Volume 8 (2008).

Nabil, Muhammad. Diplomasi Multilateral Six Party Talks Dalam Proses

Denuklirisasi Korea Utara Periode 2003-2009.Program Studi Hubungan

Internasional. FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. (2014).

Nikitin, Mary Beth. North Korea’s Nuclear Weapons: Technical Issues, hal. 14.

Noerper, Stephen. US-Korea Relations: Summitry, Strength, and a Fourth

Nuclear Test. Comparative Connections, Vol. 17, No. 3. 2016, hal.

Pinkston, Daniel A. “The North Korean Balistic Missile Program”, Strategic

Studies Institute (2008):hal. 47.

Pollack, Jonathan D. The United States, North Korea, and The End of The Agreed

Framework. Naval War College Review, Summer Vol. LVI (2003) No.3

Page 114: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

Revere, Evans J.R. North Korea's Latest Challenges: What is to be done?, Issues

& Insights, vol. 9, No. 5, Pacific Forum CSIS, Honolulu, (2009).

U.S Delegation to the 2010 Nuclear Nonproliferation Treaty Review Conference.

Treaty on the Nonproliferation of Nuclear Weapons, (2010) hal. 4

US Military Defense. Sustaning US Global Leadership : Priorities For 21st

Century Defense. (2012).

Utari, Siska Tri. Resolusi Dewan Keamanan (DK PBB) nomor 2087 Tahun 2013

Terkait Peluncuran Rudal Korea Utara. Program Studi Hubungan

Internasional, FISIP Universitas Jember. (2015).

Ying, Fu. The Korean Nuclear Issue: Past, Present and Future A Chinese

Perspective, Jhon.L Thornton China Center at Brookings, Strategy Paper,

(2017). hal. 9

Yoong, Eric and Joong Lee. The Six Party Talks and The North Korean Nuclear

Dispute Resolution Under The IAEA Safeguards Regime. Asian-Pacific Law

& Policy Jurnal, (Vol.5 2004) hal. 107

Zhang, Hui. North Korea’s Third Nuclear Test: Plutonium or Highly Enriched

Uranium? Harvard Kennedy School , Belfer Center for Science and

International Affairs, (2013).

C. Internet

Ardyan, Mohamad. “Kim Jong Un dapat jabatan baru, rangkap 4 posisi di

pemerintahan.” [internet] tersedia di https://www.merdeka.com/dunia/kim-

jong-un-dapat-jabatan-baru-rangkap-4-posisi-di-pemerintahan.html diakses

pada 22 November 2017

BBC News. “Profile : North Korean Leader Kim Jong Un.” [internet] tersedia di

http://www.bbc.com/news/world-asia-pacific-11388628 diakses pada 24

November 2017.

BBC. “American Forces in South Korea and the Wider Region.” [internet]

tersedia di http://www.bbc.com/news/world-asia-41174689 diakses pada

Senin 23 Oktober 2017.

BBC. “North Korea nuclear tests: what did they achieve?”. [internet] tersedia di;

http://www.bbc.com/news/world-asia-17823706 diakses pada 04 Oktober

2016.

Benjamin, Katzeff Silberstein. “North Korea‟s ICBM Test, Byungjin and the

Economic Logic.” [internet] tersedia di

https://thediplomat.com/2017/07/north-koreas-icbm-test-byungjin-and-the-

economic-logic/ diakses pada 20 November 2017.

Page 115: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

Beth Nikitin, Mary. Implementation of U.N. Security Council Resolution 1874,

NAPSNet Special Reports. [internet] tersedia di

http://nautilus.org/napsnet/napsnet-special reports/implementation-of-u-n-

security-council-resolution-1874/ diakses pada Sabtu 15 Juli 2017

Bintoro, Agung. “Kim Jong Un sebut senjata nuklir jamin kedaulatan.” [internet]

tersedia di https://www.cnnindonesia.com/internasional/20171008144459-

113-246924/kim-jong-un-sebut-senjata-nuklir-jamin-kedaulatan/ diakses

pada 22 November 2017

Broad, William J. 2013. A secretive Country Gives Experts Few Clues to Judge Its

Nuclear Program, New York Times. [internet] tersedia di

http://www.nytimes.com/2013/02/13/world/asia/ despite-claims-of-third-

blast-north-korean-nuclear-program-remains-a-mystery.html diakses pada

Selasa, 4 Juli 2017.

Bunkall, Alistair. 2016. North Korea H-Bomb Test : China‟s Response Key.

[internet] tersedia di http://news.sky.com/story/north-korea-h-bomb-test-

chinas-response-key-10128798 diakses pada Senin, 24 Juli 2017.

Bunn, George. 2003. The Nuclear Nonproliferation Treaty : History and Current

Problems. dalam http://www.armscontrol.org/ act/2003_12/bunn diakses

pada Jum‟at 14 Juli 2017

CFR. ”The China-North Korea Relationship”. [internet] tersedia di;

http://www.cfr.org/china/china-north-korea-relationship/p11097 diakses

pada 08 Oktober 2016.

Chosunilbo, Sanctions Slash Chinese Import of N.Korean Products. [internet]

tersedia di http://eng lish.chosun.com/site/da

ta/html_dir/2016/05/25/2016052501146.html diakses pada 08 Oktober

2016.

CNN. “Fact Sheet : Bush‟s Axis of Evil, 2002.” [internet] Tersedia di

http://edition.cnn.com/2002/US/01/30/ret.axis.facts/index.html diakses pada

Minggu, 16 Juli 2017

Country Studies, Organization of the Government. [internet] tersedia di

http://countrystudies.us/north-korea/59.htm diakses pada 24 November

2017.

CTBTO. “Comprehensive Nuclear –Test Ban Treaty Organization, 2006. 9

October 2006-First DPRK Nuclear Test.” [internet] tersedia di

https://www.ctbto.org/specials/testing-times/9-october-2006-first-dprk-

nuclear-test diakses pada Jum‟at 7 Juli 2017

Davenport, Kelsey. “Nuclear Weapons: Who Has What at a Glance”. [Internet]

tersedia di https://www.armscontrol.org/factsheets/Nuclearweaponswhoha

swhat . diakses pada 04 Januari 2017.

Page 116: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

East Asia Forum. “Russia shows little concern of North Korean nukes (for now).”

[internet] tersedia di http://www.eastasiaforum.org/2013/03/03/russia-

shows-little-concern-over-north-korean-nukes-for-now/ diakses pada Kamis

27 Juli 2017 pukul 20:15 WIB

FAS. North Korea Second Nuclear Test: Implications of U.N Security Council

Resolution 1874. Tersedia di https://www.fas.org/sgp/crs/nuke/R40684.pdf;

[internet]; diakses pada 03 Oktober 2016.

FMPRC. “Ministry of Foreign Affairs of The People‟s Republik of China, 2007.

The Fifth Round of Six-Party Talks in Beijing; Initial Action for the

Implementation of the Joint Statement.” [internet] tersedia di

http://www.fmprc.gov.cn/mfa_eng/

topics_665678/fifth_665830/t297463.shtml diakses pada Kamis, 20 Juli

2017

FMPRC. “Ministry of Foreign Affairs of The People‟s Republik of China, 2005.

The Fourth Round of Six-Party Talks in Beijing Concludes with the

Adoption of a Joint Statement.” [internet] tersedia di

http://www.fmprc.gov.cn/mfa_eng/topics_665678/

dslbj_665832/t213355.shtml diakses pada Kamis 20 Juli 2017

Garrison, Yongsan. “CFC to begin Ulchi Freedom Guardian 2015” [internet]

tersedia di http://www.usfk.mil/Media/ News/Article/613688/cfc-to-begin-

ulchi-freedom-guardian- 2015/ diakses pada 2 November 2017.

Gould, Skye dan Paul Szoldra. “The 25 Most Powerful Militaries in the World.”

[internet] tersedia di http://www.businessinsider.com/the-worlds-most-

powerful-militaries-2017-3/?IR=T diakses pada Selasa, 24 Oktober 2017.

Harnden, Toby. 2009. President Barack Obama Calls for a Nuclear Free World

in Prague Speech. [internet] tersedia di

http://www.telegraph.co.uk/news/worldnews/barackobama/5109810/Preside

nt-Barack-Obama-calls-for-a-nuclear-free-world-in-Prague-speech.html

diakses pada Sabtu, 1 Juli 2017

Jie-Ae, Sohn. “North Korea Pledges to Test Nuclear Bomb.” [internet] tersedia di

http://edition.cnn.com/2006/WORLD/asiapcf/10/03/nkorea.nuclear/index.ht

ml diakses pada kamis 15 Juli 2017.

Jiha, Ham. “View Mixed on China‟s Response to North Korea Nuclear Test.”

[internet] tersedia di https://www.voanews.com/a/ views-mxed-china-

response-north-korea-nuclear-test/3137905. html diakses pada 24 Juli 2017

pukul 12:09 WIB.

Ju-min, Park and Mark Hosenball, 2016. North Korea test draws threat of

sanctions despite H-bomb doubts.[internet] tersedia di

http://www.reuters.com/article/us-northkorea-nuclear-

idUSKBN0UK0G420160106 diakses pada Selasa 25 Juli 2017

Page 117: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

Katz, Katrin. “key resolve and foal eagle: past as prologue on the peninsula?”

[internet] tersedia di https://amti.csis.org/key-resolve-and-foal-eagle/

diakses pada 29 Oktober 2017

Kedutaan Besar Republik Indonesia di Pyongyang. Profil Korea Utara. [internet]

tersedia di https://www.kemlu.go.id/pyongyang/ id/Pages/Korea-Utara.aspx

diakses pada 3 November 2017.

Khlopkov, Anton. “The North Korean Nuclear Test:The Russian Reaction.”

Bulletin of The Atomic Scientists. [internet] tersedia di

http://thebulletin.org/north-korean-nuclear-test-russian-reaction diakses

pada Rabu 27 Juli

Klingner, Bruce. 2007. Banco Delta Asia Ruling Complicates North Korean

Nuclear Deal. The Heritage Foundation. [internet] tersedia di

http://www.heritage.org/asia/report/banco-delta-asia-ruling-complicates-

north-korean-nuclear-deal diakses pada Kamis 20 Juli 2017

Korean Friendship Association, Songun Politics. [internet] tersedia di

http://www.korea-dpr.com/songun.html diakses pada 22 Oktober 2017.

L Peek, Andrew. “China Knows Why Kim Jong Un Will Never Die.” [internet]

tersedia di https://www.thefiscaltimes.com/ Columns/2014/10/22/China-

Knows-Why-Kim-Jong-Un-Will-Never-Die diakses pada 03 November

2017

Liang, Xiaodon. 2012. “The Six-Party Talks at Glance. Arms Control

Association.” [internet] tersedia di https://www.armscontrol.org/

factsheets/6partytalks diakses pada Senin, 17 Juli 2017

Lukin, Artyom. “Kim Jong Un Vows Complete Nuclear Program.” [internet]

tersedia di http://www.sbs.com.au/news/ article/2017/09/16/kim-jong-un-

vows-complete-nuclear-program diakses pada 26 November 2017

Lukin, Artyom. “Russia shows little concern of North Korean nukes (for now).”

East Asia Forum. [internet] tersedia di

http://www.eastasiaforum.org/2013/03/03/russia-shows-little-concern-over-

north-korean-nukes-for-now/ diakses pada Kamis 27 Juli 2017

Lyn Pesce, Nicole. 2016. H-Bombs Versus A-Bombs: What You Need to Know.

Daily News. [internet] tersedia di

http://www.nydailynews.com/news/world/h-bombs-a-bombs-article-

1.2487112 diakses pada Rabu, 12 Juli 2017

McKirdy, Euan. “North Korea announces it conducted nuclear test”. [internet]

tersedia di;http://edition.cnn.com/2016/01/05/asia/north-korea-seismic-

event/ Diakses pada 07 Oktober 2016.

Page 118: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

Miller, Steve. “World Condemns North Korea Accelerating nuclear Program".

[internet] tersedia di http://www.voanews.com/a/world-condemns-north-

korea-accelerating-nuclear-program/3522028.html diakses pada 03 April

2017.

Ministry of Foreign Affairs of Japan. “Statement by H.E. Ambassador Yukio

Takasu Permanent Representative of Japan to the United Nationat the

Meeting of The Security Council on nonproliferation/DPRK.” [internet]

tersedia di http://www.mofa.go.jp/announce/speech/un2009/un0906.html

diaksees pada Rabu 19 Juli 2017 pukul 21:07 WIB

Ministry of Foreign Affairs of Japan. “Statement by Mr. Fumio Kishida, Minister

For Foreign Affairs, on the Adoption of a Resolution by the United Nation

Security Council Concerning the nuclear test and the ballistic missile launch

conducted by North Korea.” [internet] tersedia di

http://www.mofa.go.jp/press/release/press4e_001060.html diaksees pada

Rabu 19 Juli 2017

Moore, Jack. “The Response to North Korea‟s H-Bomb Test Rest on China.”

[internet] tersedia di http://www.newsweek.com/world-responds-north-

korea-hydrogen-bomb-china-412181diakses pada 22 Agustus 2017

Mortimer, Caroline. “China Bans All Coal Imports From North Korea, Severing

Major Financial Lifeline For Regime.” [internet] tersedia di

http://www.independent.co.uk/news/world/asia/china-north-korea-

sanctions-coal-economics-nuclear-tests-kim-jong-nam-donald-trump-

a7587931.html diakses pada

Mustafaga,Nathan Beauchamp. China and UN Security Council Resolution 2094:

Is the Third Time the Charm? [internet] tersedia di

http://sinonk.com/2013/03/11/china-and-un-security-council-resolution-

2094-is-the-third-time-the-charm/ diakses pada Senin 16 Juli 2017

NCNK. “The National Committee on North Korea, 2004. Chairman's Statement

for The Second Round of Six-Party Talks February 2004.” [internet]

tersedia di http://www.ncnk.org/resources/

publications/ChairmanStatement_2ndRound_Sixparty.doc diakses pada

Senin, 17 Juli 2017

NCNK. “The National Committee on North Korea, 2009. DPRK's foreign

ministry vehemently refutes UNSC's 'Presidential Statement.” [internet]

tersedia di http://www.ncnk.org/

resources/publications/KCNA_DPRK_Response_UNSC_April_13_09_Stat

ement.doc diakses pada Kamis, 6 Juli 2017

North Korea Military States. Nation Master. 2007. [internet] Tersedia di

http://www.nationmaster.com/country-info/profiles/North-Korea/Military

diakses pada Sabtu, 15 Juli 2017.

Page 119: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

North Korean Economy Watch, 2016. DPRK-China Trade in 2016 (updated).

[internet] tersedia di http://www.nkeconwatch.co m/2016/08/15/dprk-china-

trade-2016/ diakses pada 08 Oktober 2016.

North Korean Economy Watch. “North Korea assesses three years of Byungjin

Policy.” [internet] tersedia di

http://www.nkeconwatch.com/2016/04/14/north-korea-assesses-three-years-

of-byungjin-policy/ diakses pada 29 Oktober 2017.

OEC, Where Does North Korea Export to? (2006-2013). [Internet] tersedia di

http://atlas.media.mit.edu/en/visualize/tree_map/

hs92/export/prk/show/all/2006/ diakses pada 08 Oktober 2016.

Permanent Mission of the People‟s Republic of China to the UN, 2009.

Explanation of Vote on Security Council Resolution 1874 on DPRK Nuclear

Test, by H.E. Ambassador ZHANG Yesui, Permanent Representative of the

People's Republic of China to the United Nations. [internet] tersedia di

http://www.china-un.org/eng/gdxw/t567537.htm diakses pada 25 Juli 2017

Prime Minister of Japan. “Statement by Prime Minister Shinzo Abe on the

Nuclear Test By North Korea.” [internet] tersedia di

http://japan.kantei.go.jp/97_abe/statement/201601/statement.html diakses

pada 20 Juli 2017

Ramani, Samuel. “Russia, Japan and North Korea‟s Nuclear Test.” [internet]

tersedia di http://thediplomat.com/2016/01/russia-japan-and-north-koreas-

nuclear-test/ diakses pada Jumat 28 Juli 2017.

Ross, Eleanor. 2016. The Nine Countries That Have Nuclear Weapons. [internet]

tersedia di http://www.independent.co.uk/news/world/ politics/the-nine-

countries-that-have-nuclear-weapons-a6798756.html diakses pada Selasa,

11 Juli 2017

Sakai, Takashi. “North Korea’s Political System. International Circumstances

in the Asia-Pacific Series.” [jurnal online] tersedia di

https://www2.jiia.or.jp/en/pdf/digital_library/

korean_peninsula/160331_Takashi_Sakai.pdf diakses pada 26 November

2017

Sang-Hun, Choe. North Korea Tests a Mightier Nuclear Bomb, Raising Tension.

Internet; tersedia di; http://www.nytimes.com/2016/09/09/world/asia/north-

korea-nuclear-test.html diakses pada 10 Oktober 2016.

Staff Center For Nonproliferation Studies. “North Korea‟s Nuclear Test and its

Aftermath: coping with the fallout.” [internet] tersedia di

http://www.nti.org/analysis/articles/north-koreas-nuclear-test-aftermath/

diakses pada Senin 10 Juli 2017

Page 120: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

Taylor, Guy. China joins U.S., allies in sanctions on North Korea. Internet;

tersedia di; http://www.washingtontimes.com/ news/2016/nov/30/china-

joins-us-allies-in-sanctions-on-north-korea/ diakses pada 10 Oktober 2016.

The Guardian. “Text Of George Bush‟s Speech, 2001”. [internet] Tersedia di

https://www.theguardian.com/world/2001/sep/21/ september11.usa13

diakses pada Sabtu, 15 Juli 2017

U.S Department of State, 2007. “Six Party Talks Second Phase Action for The

Implementation of the september 2005 Joint Statement.” [internet] tersedia

di https://2001-2009.state.gov/r/pa/prs/ps/ 2007/oct/93217.htm diakses pada

Jum‟at 21 Juli 2017

UN Documents for DPRK (North Korea): “Security Council Resolutions”.

[internet] tersedia di http://www.securitycouncilreport.org/un-documents/dprk-

north-korea/ diakses pada 03 April 2017.

UN Security Council, “Report S/2010/571,” May 12, 2010), [internet] tersedia di

http://www.securitycouncilreport.org. Diakses pada 15 Juli 2017.

UN. “Security Council Condemns Nuclear Test By Democratic People‟s Republic

Of Korea, Unanimously Adopting Resolution 1718 (2006)”. [internet]

tersedia di http://www.un.org/press/en/2 006/sc8853.doc.htm; diakses pada

01 Oktober 2016.

UN. “Security Council, Acting Unanimously, Condemns in Strongest Terms

Democratic People‟s Republic of Korea Nuclear Test, Toughens

Sanctions”. [internet] tersedia di; http://www.un.org/pre

ss/en/2009/sc9679.doc.htm diakses pada 04 Oktober 2016.

UN. “Security Council: Resolution 2276 (2016).” [internet] tersedia di

http://www.securitycouncilreport.org/un-documents/dprk-north-korea/

diakses pada 07 Oktober 2016.

UN.“Security Council Condemns Use of Ballistic Missile Technology in Launch

by Democratic People‟s Republic of Korea, in Resolution 2087 (2013)”.

[internet] tersedia di; http://www.un.org/press/en/ 2013/sc10891.doc.htm

diakses pada 05 Oktober 2016.

UN.“Security Council Strengthens Sanctions on Democratic People‟s Republic of

Korea, in Response to 12 February Nuclear Test”. [internet] tersedia di;

http://www.un.org/pre ss/en/2013/sc109 34.doc.htm diakses pada 05

Oktober 2016.

UNSC. “Resolution 1718 (2006).” Hal,2. [internet] tersedia di

http://www.un.org/en/ga/search/view_doc.asp?symbol=S/RES/1718(2006)

diakses pada Kamis, 13 Juli 2017 pukul 15:20 WIB

Page 121: ANALISIS FAKTOR PENOLAKAN KOREA UTARA TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42181/2/HENDRI... · threat dari Stephan M. Walt dan paradigma neoclassical realism

UNSC. “Resolution 1874 (2009).” hal, 1. [internet] tersedia di

http://www.un.org/ga/search/view_doc.asp?symbol=S/RES/ 1874(2009)

diakses pada Minggu, 15 Juli 2017

UNSC. “Security Council Condemns Nuclear Test By Democratic People‟s

Republic of Korea,Unanimously Adopting Resolution 1718 (2006).”

[internet] tersedia di https://www.un.org/press/en/ 2006/sc8853.doc.htm

diakses pada Kamis, 13 Juli 2017

UNSC. “Security Council Imposes Fresh Sanctions on Democratic People‟s

Republic of Korea, Unanimously Adopting Resolution 2270” [internet]

tersedia di https://www.un.org/press/en/2016/ sc12267.doc.htm diakses

pada Minggu, 23 Juli 2017

UNSC. “Security Council Strengthens Sanctions on Democratic People’s

Republic of Korea, in Response to 12 February Nuclear Test.” [internet]

tersedia di https://www.un.org/press/en/ 2013/sc10934.doc.htm diakses pada

Minggu, 15 Juli 2017

White, Steve. “UN Slaps Sanctions on North Korea.” [internet] tersedia di

http://www.rantburg.com/?HC=2&D=2006-10-14 diakses pada Rabu 19 Juli

2017

Zhao, Lian-Feng and Xiao-Bi Xie, Wei-Min Wang, and Zhen-Xing Yao, 2008.

Regional Seismic Characteristics of the 9 October 2006 North Korean

Nuclear Test, Bulletin of the Seismological Society of America. [internet]

tersedia di http://www.bssaonline.org/content/98/6/2571.short diakses pada

Minggu, 16 Juli 2017