ANALISIS FAKTOR MUAT (LOAD FACTOR) DAN LOKASI...
Transcript of ANALISIS FAKTOR MUAT (LOAD FACTOR) DAN LOKASI...
ANALISIS FAKTOR MUAT (LOAD FACTOR) DAN
LOKASI NAIK TURUN PENUMPANG ANGKUTAN
KOTA SEMARANG
(STUDI KASUS TRAYEK C.10 PP KOTA SEMARANG)
Skripsi
diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana
Teknik Program Studi Teknik Sipil
Oleh
Pujo Triyono NIM.5113414021
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019
ii
iii
iv
v
MOTTO
“Tetaplah bergerak maju meski lambat
Karena dalam keadaan tetap bergerak,
Anda menciptakan kemajuan.
Adalah jauh lebih baik bergerak maju sekalipun pelan
Dari pada tidak bergerak sama sekali.”
“Kontruksi kehidupan dibangun dengan keyakinan
Diperkuat dengan gerakan
Diindahkan dengan mimpi
Demi menuju kesempurnaan.”
vi
PERSEMBAHAN
Syukur Alhamdulillah saya ucapkan kepada ALLAH SWT
Skripsi ini saya persembahkan kepada :
Ibu, Bapak, dan Kakak yang telah memberikan segalanya sehingga bisa
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Serta, saya ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah mendukung
dalam segala sesuatunya.
vii
ABSTRAK
Pujo Triyono
2018
Analisis Faktor Muat (Load Factor) dan Lokasi Naik Turun Penumpang
Angkutan Kota Semarang (Studi Kasus Trayek C.10 PP Kota Semarang)
Ir. Agung Sutarto, M.T.
Teknik Sipil S1
Penelitian ini dilatar belakangi oleh menurunnya minat masyarakat di Kota
Semarang dalam menggunakan moda transportasi angkutan kota yang ditandai
menurunnya jumlah armada Mobil Penumpang Umum (MPU). Dari total 1558
armada pada tahun 2015 menjadi 1231 unit saja pada tahun 2016. Tujuan dari
penelitian ini yaitu menganalisis load factor dan lokasi naik turun penumpang,
melihat sebaran penumpang, mencari waktu puncak, identifikasi lokasi-lokasi
pemusatan naik turun penumpang beserta guna lahannya.
Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif. Data primer bertujuan
mendapatkan jumlah penumpang naik turun, koordinat (lokasi), waktu pergerakan
Mobil Penumpang Umum (MPU) yang akan dianalisis menjadi karakteristik
pergerakan penumpang menggunakan bantuan software spreadsheet dan viking gps.
Metode survei data primer terdiri dari survei naik turun penumpang manual dan
menggunakan perangkat khusus GPS tracking. Survei data primer meliputi dua hari
kerja dan satu hari libur. Data sekunder terdiri dari data-data spasial dari google maps,
peta RTRW Kota Semarang tahun 2011-2013, dan survei lokasi tata guna lahan
aktual.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai faktor muat sebesar 52 %. Jumlah
penumpang naik terbanyak terdapat pada Kelurahan Banyumanik sebesar 58
penumpang. Jumlah penumpang turun terbanyak terdapat pada Kelurahan Srondol
Wetan sebesar 45 penumpang. Fungsi guna lahan pada lokasi-lokasi terjadinya
pemusatan naik turun penumpang, terdapat pada daerah Kelurahan Banyumanik
dengan tata guna lahan Pendidikan, Pelayanan Umum, Perumahan, Perdagangan
dan Jasa. Kemudian pada Kelurahan Srondol Wetan dengan tata guna lahan
Perdagangan dan Jasa. Waktu puncak pergerakan penumpang terjadi pada pukul
09.00-10.00 WIB dan pukul 16.00-17.00 WIB pada hari kerja, pukul 06.00-07.00
WIB dan pukul 16.00-17.00 WIB merupakan jam puncak pada hari libur. Dari hasil
perhitungan load factor/faktor muat penumpang kurang efektif karena lebih rendah
dari standar yang ditetapkan, maka dari itu perlunya dilakukan peningkatan
pelayanan agar masyarakat kembali tertarik menggunakan moda transportasi umum
khususnya Mobil Penumpang Umum C.10 Kota Semarang.
Kata kunci : Faktor Muat, Penumpang, GPS, Guna Lahan, Angkutan Kota
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT dan
mengharapkan ridho yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Faktor Muat (Load Factor) dan
Lokasi Naik Turun Penumpang Angkutan Kota Semarang (Studi Kasus Trayek
C.10 PP Kota Semarang). Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan meraih
gelar Sarjana Teknik pada Program Studi S-1 Teknik Sipil Universitas Negeri
Semarang. Shalawat dan salam semua mendapatkan safaat-Nya di yaumil akhir
nanti, Aamiin.
Penyelesaian karya tulis ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh
karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih penghargaan kepada : 1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum, Rektor Universitas Negeri Semarang atas
kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menempuh studi di Universitas Negeri Semarang.
2. Dr. Nur Qudus M.T, Dekan Fakultas Teknik, Dra. Sri Handayani M.Pd Ketua
Jurusan Teknik Sipil, dan Dr. Rini Kusumawardani S.T., M.T., M.Sc. Ketua
Program Studi S-1 Teknik Sipil yang telah memberi bimbingan dengan
menerima kehadiran penulis setiap saat disertai kesabaran, ketelitian, masukan-
masukan yang berharga untuk menyelesaikan karya ini. 3. Ir. Agung Sutarto M.T. dan Alfa Narendra S.T., M.T., pembimbing yang penuh
perhatian dan berkenan memberikan bahan, bimbingan, dan menunjukkan
sumber-sumber yang relevan sangat membantu penulisan karya ini. 4. Prof. Dr. Ir. Bambang Haryadi M.Sc. sebagai dosen Penguji 1 dan Untoro
Nugroho S.T., M.T. Penguji 2 yang telah memberi masukan yang sangat
berharga berupa saran, ralat, perbaikan, pertanyaan, komentar, tanggapan,
menambah bobot dan kualitas karya tulis ini. 5. Semua dosen Teknik Sipil FT. Unnes yang telah memberi bekal ilmu yang
berharga. 6. Para sopir mobil penumpang umum C.10 Kota Semarang yang telah memberi
kesempatan kepada penulis untuk melakukan survei penelitian. 7. Berbagai pihak yang telah memberi bantuan untuk kerya tulis ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk memicu penelitian lain yang relevan di bidang transportasi.
Semarang, Oktober 2018 Penulis
ix
DAFTAR ISI
MOTTO .................................................................................................................. v
PERSEMBAHAN .................................................................................................. vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ................................................................................. 3
1.3 Pembatasan Masalah ................................................................................ 4
1.4 Perumusan Masalah .................................................................................. 5
1.5 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5
1.6 Manfaat Penelitian .................................................................................... 6
BAB 2 KAJIAN PUSTAKANDAN LANDASAN TEORI ................................... 7
2.1 Kajian Teori .............................................................................................. 7
2.2 Penelitian Terdahulu ............................................................................... 23
BAB 3 METODE PENELITIAN.......................................................................... 27
3.1 Uraian Umum ......................................................................................... 27
3.2 Waktu dan Tempat Pelaksanaan ............................................................. 27
3.3 Desain Penelitian .................................................................................... 29
3.4 Alat Penelitian ........................................................................................ 32
3.5 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 34
3.6 Teknik Analisis Data .............................................................................. 34
BAB 4 PEMBAHASAN ....................................................................................... 38
4.1. Pelaksanaan Penelitian ........................................................................... 38
4.2. Analisis dan Pembahasan ....................................................................... 48
BAB 5 PENUTUP ................................................................................................ 71
5.1 Simpulan ................................................................................................. 71
x
5.2 Saran ....................................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 73
xi
DAFTAR GAMBAR
Interaksi tata guna lahan dengan transportasi ....................................................... 13
Peta Trayek Angkot C.10 Kota Semarang ............................................................ 29
Alur Penelitian ...................................................................................................... 34
Peta Trayek Angkutan C.10 Kota Semarang ........................................................ 40
Konfigurasi Tempat Duduk Untuk Bus Kecil ....................................................... 42
Peta Rute Perjalanan Angkutan Kota C.7 Kota Semarang ................................... 44
Grafik Kepadatan Penduduk Kelurahan Trayek C.10........................................... 47
Grafik Jumlah Naik Penumpang ........................................................................... 51
Grafik Jumlah Turun Penumpang ......................................................................... 52
Grafik Jam Puncak Penumpang ............................................................................ 53
Grafik Faktor Muat Angkutan Kota ...................................................................... 58
Grafik Naik turun –Tata Guna Lahan ................................................................... 60
Grafik Distribusi Penumpang Setiap Kelurahan ................................................... 63
Lokasi Naik dan Turun Penumpang (1) ................................................................ 64
Lokasi Naik dan Turun Penumpang (2) ................................................................ 64
Lokasi Naik dan Turun Penumpang (3) ................................................................ 65
Lokasi Naik dan Turun Penumpang (4) ................................................................ 66
Lokasi Naik dan Turun Penumpang (5) ................................................................ 67
Lokasi Naik dan Turun Penumpang (6) ................................................................ 67
Lokasi Naik dan Turun Penumpang (7) ................................................................ 68
Lokasi Naik dan Turun Penumpang (8) ................................................................ 69
Lokasi Naik dan Turun Penumpang (9) ................................................................ 70
xii
DAFTAR TABEL
Jumlah Kendaraan di Kota Seamarang…………………………………………1
Kapasitas Angkutan Umum……………………...............……………………18
Penelitian Terdahulu ……………………………...............……………..........24
Hari Survei, Rute, dan Jumlah Rit ................................................................... 41
Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km²) .................................................................... 46
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang Sepanjang Trayek C.10 ......... 48
Jumlah Penumpang Naik dan Turun ................................................................ 50
Faktor Muat Hari Minggu ................................................................................ 54
Faktor Muat Hari Senin .................................................................................... 55
Faktor Muat Hari Selasa................................................................................... 56
Jumlah Penumpang Minimun .......................................................................... 59
Penumpang Naik dan Turun Kelurahan ........................................................... 61
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kota Semarang merupakan ibu kota provinsi Jawa Tengah, dengan
pertumbuhan penduduk yang pesat tercatat pada Badan Pusat Statistik Provinsi
Jawa Tengah, jumlah penduduk Kota Semarang pada tahun 2016 terdapat
1.602.717 jiwa. Pertumbuhan ekonomi menyebabkan mobilitas seseorang meningkat
sehingga kebutuhan pergerakannya pun meningkat melebihi kapasitas prasarana
transportasi yang ada. Berdasarkan data BPS Kota Semarang 2016 dalam sepuluh
tahun terakhir jumlah kendaraan pribadi lebih banyak dibadingkan jumlah angkutan
umum.
Tabel 1.1 Jumlah Kendaraan di Kota Semarang
Tahun
Angkutan Umum
Penumpang Kendaraan Pribadi
Bus Angkutan
Kota Jumlah Mobil Motor Jumlah
2005 530 708 1238 20682 93073 113755
2006 530 719 1249 21697 93088 114785
2007 445 739 1184 34335 115051 149386
2008 467 813 1280 34625 123527 158152
2009 443 859 1302 44660 119019 163679
2010 438 859 1297 44660 216916 261576
2011 445 1355 1800 33523 151286 184809
2012 786 2112 2898 56453 247936 304389
2013 786 2112 2898 56453 247936 304389
2014 786 2112 2898 56453 247936 304389
Rata-Rata 1804,4 Rata-rata 205930,9
Sumber : Kota Semarang Dalam Angka 2016, diolah
2
Kota Semarang tingkat pertumbuhan kendaraan bermotor pribadi cukup
tinggi yaitu sebesar 12% per tahun sedangkan pertumbuhan jalan hanya 0,9% per
tahun. Hal ini menyebabkan kemacetan di jalan semakin bertambah padat
(Antaranews.com, Maret 2018). Dengan adanya pertumbuhan penduduk yang
tinggi ini disertai dengan adanya pertambahan mobilitas dan permintaan sarana
transportasi tetapi tidak diimbangi dengan pertumbuhan prasarana jaringan jalan
akan menimbulkan berbagai macam masalah transportasi perkotaan (Tamin, 2000).
Penyediaan angkutan kota di Kota Semarang merupakan salah satu usaha
pemerintah untuk mengakomodasi meningkatnya jumlah pergerakan di Kota
Semarang. Namun, semenjak menjamurnya moda transportasi berbasis online
membuat moda transportasi angkutan kota menjadi kurang diminati oleh
masyarakat. Hal ini dapat dibuktikan dengan menurunnya jumlah armada angkutan
kota di Kota Semarang yang beroperasi semenjak banyaknya moda transportasi
online pada tahun 2015. Dari total sebanyak 1558 armada yang beroperasi di Kota
Semarang pada tahun 2015, turun menjadi 1231 armada saja pada tahun 2016
(sumber data: Dinas Perhubungan Kota Semarang 2015-2016). Jumlah armada
angkutan kota rute Banyumanik sebanyak 230 unit, mengalami penurunan menjadi
175 unit yang beroperasi setiap harinya.
Belasan sopir angkutan kota jurusan Ngesrep-Undip-Tembalang Kota
Semarang, Jateng, memprotes tindakan para pengemudi ojek online yang kerap
mangkal di wilayahnya. Mereka tak terima trayeknya diserobot pengojek online
sehingga membuat pendapatannya menurun drastis. Para sopir angkot tersebut
bahkan turun ke jalanan serta menggelar aksi unjuk rasa alias demo di Gerbang
3
Kampus Undip Tembalang, tepatnya di Kawasan Patung Kuda, Tembalang, Kota
Semarang (Merdeka.com, Agustus 2017).
Keberadaan Bus Rapit Trans (BRT) juga mempengaruhi pendapatan sopir
angkutan umum. Perang dingin antara sopir angkutan kota (angkot) vs Bus Rapid
Transit (BRT) Trans Semarang masih terus menegang. Terutama di jalur BRT baru
yakni Koridor V (Meteseh-PRPP) dan Koridor VI (Undip-Unnes). Bahkan tak
jarang para sopir BRT tidak berani mengambil penumpang di shelter karena
diadang atau dihalang-halangi angkot warna orange (BeritaJateng.net, April 2017).
Dari uraian permasalahan tersebut dilakukan penelitian untuk mengkaji
jumlah penumpang untuk angkutan kota di sepanjang trayek yang ada di Kota
Semarang serta lokasi naik turun penumpang di sepanjang trayek, faktor muat
angkutan kota, waktu terjadinya jam puncak, serta mengetahui fungsi guna lahan
dari lokasi naik dan turun penumpang angkutan kota di sepanjang trayek.
1.2 Identifikasi Masalah
Permasalahan angkutan umum bisa diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Menurunnya peminat moda transportasi angkutan umum kota atau angkot di
Kota Semarang sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai kinerja angkutan
kota berupa faktor muat dan jumlah penumpang angkutan kota di Kota
Semarang.
2. Ketidakseimbangan antara transport demand (permintaan akan transportasi) dan
transport supply (ketersediaan untuk mengantasipasi kebutuhan pergerakan).
3. Menurunnya jumlah peminat penumpang angkutan kota di Kota Semarang.
4
1.3 Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dari identifikasi masalah adalah sebagai berikut :
1. Penelitian ditujukan pada angkutan kota untuk memperoleh data faktor muat
penumpang.
2. Penelitian bersifat empiris berdasarkan hasil pengamatan di lapangan tanpa
interferensi, sehingga tidak dilakukan metode wawancara penumpang.
3. Penelitian dilakukan pada rute angkutan kota pada trayek C.10 pulang pergi
dengan rincian : Sub Terminal Rejomulyo – Jl. R. Patah – Jl. MT. Haryono – Jl.
Patimura – Jl. Dr. Cipto – Jl. Kompol Maksum – Jl. MT. Haryono – Jl. Dr.
Wahidin – Jl. Teuku Umar – Jl. Setia Budi – Jl. Sukun – Perumnas Banyumanik
– Karangrejo – Jl. Perintis Kemerdekaan – Jl. Setia Budi – Jl. Teuku Umar – Jl.
Dr. Wahidin - Jl. MT. Haryono – Jl. Sendowo 1 – Jl. Sendowo 2 – Jl. Pemuda
– Jl. Dr. Jawa – Jl. Kol. Sugiono – Jl. Mpu Tantular - Jl. Tawang – Jl. Pengapon
– Sub Terminal Rejomulyo.
4. Variabel yang diteliti meliputi :
a. Jumlah penumpang naik-turun dari titik awal perjalanan ke titik akhir
perjalanan.
b. Lokasi naik turun penumpang angkutan umum yang diteliti.
c. Waktu naik dan turun penumpang.
d. Jumlah angkutan kota yang beroperasi pada rute C.10 di Kota Semarang.
e. Fungsi guna lahan sepanjang trayek angkot C.10 di Kota Semarang.
5. Metode analisis perhitungan yang digunakan adalah metode analisis dengan
program aplikasi perangkat lunak Spreadsheet.
5
6. Metode analisis model tarikan bangkitan menggunakan program aplikasi
perangkat lunak open source Viking GPS dan menggunakan perangkat keras
GPS genggam merk Garmin jenis Oregon 650.
1.4 Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah maka diambil rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Berapa jumlah faktor muat penumpang angkutan kota di sepanjang trayek C.10
di Kota Semarang?
2. Apa jenis fungsi tata guna lahan yang menjadi lokasi-lokasi terjadinya
pemusatan naik turun penumpang angkutan kota di sepanjang trayek C.10 di
Kota Semarang?
3. Berapa jumlah naik turun penumpang angkutan kota di sepanjang trayek C.10 di
Kota Semarang?
4. Di mana lokasi-lokasi terjadinya naik turun penumpang angkutan kota di
sepanjang trayek C.10 di Kota Semarang?
1.5 Tujuan Penelitian
1. Menganalisis angka faktor muat/load factor penumpang angkutan kota pada
trayek C.10 di Kota Semarang.
2. Mengetahui jumlah naik turun penumpang pada lokasi-lokasi terjadinya
pemusatan angkutan kota di sepanjang trayek C.10 di Kota Semarang
6
3. Mengetahui fungsi guna lahan pada lokasi-lokasi terjadinya pemusatan naik
turun penumpang penumpang angkutan kota di sepanjang trayek C.10 di Kota
Semarang.
4. Mengetahui waktu terjadinya puncak pergerakan penumpang angkutan kota di
sepanjang trayek C.10 di Kota Semarang.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah
1. Diharapkan mampu memberikan kontribusi yang positif dalam pengembangan
ilmu pengetahuan dalam bidang transportasi, khususnya dalam penggunaan
teknologi GPS pada proses pengukuran transportasi.
2. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi acuan bagi penelitian serupa, khususnya
mengenai faktor muat/load factor angkutan umum Kota Semarang.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih kepada
pemerintah beserta instansi terkait, guna meningkatkan kebutuhan masyarakat
dalam penentuan transportasi masal yang ideal di Kota Semarang.
7
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Sistem Transportasi
Tujuan dasar perencanaan transportasi adalah memperkirakan jumlah serta
kebutuhan akan transportasi pada masa mendatang atau pada tahun rencana yang
akan digunakan untuk berbagai kebijakan investasi perencanaan transportasi.
Untuk lebih memahami dan mendapatkan pemecahan masalah yang terbaik, perlu
dilakukan pendekatan secara sistem transportasi. Sistem transportasi secara
menyeluruh (makro) dapat dipecahkan menjadi beberapa sistem yang lebih kecil
(mikro) yang masing-masing saling terkait dan mempengaruhi. (Tamin, 2000)
Sistem transportasi tersebut terdiri dari:
1. Sistem kegiatan
2. Sistem jaringan prasarana transportasi
3. Sistem pergerakan lalu lintas
4. Sistem kelembagaan
Pergerakan lalu lintas timbul karena adanya proses pemenuhan kebutuhan.
Setiap tata guna lahan atau sistem kegiatan mempunyai jenis kegiatan tertentu yang
akan membangkitkan pergerakan dan menarik pergerakan dalam proses pemenuhan
kebutuhan. Pergerakan yang berupa manusia dan/atau barang tersebut
membutuhkan moda transportasi (sarana) dan media (prasarana) tempat moda
transportasi tersebut bergerak. Prasarana transportasi yang diperlukan merupakan
sistem jaringan yang meliputi sistem jaringan jalan raya, kereta api, terminal bus,
8
bandara, dan pelabuhan laut. Interaksi antara sistem kegiatan dan sistem jaringan
inilah yang menghasilkan pergerakan manusia dan/atau barang dalam bentuk
pergerakan kendaraan dan/atau orang (pejalan kaki), inilah yang kemudian dikenal
sebagai sistem pergerakan. Sistem kegiatan, sistem jaringan, dan sistem pergerakan
akan saling mempengaruhi dan saling dan berinteraksi dalam sistem transportasi
makro.
2.1.2 Sistem Transportasi Perkotaan
Peranan transportasi dalam masalah perkotaan turut menentukan bentuk tata
kota yang diinginkan dengan menggabungkan beberapa srategi yang menyangkut
transportasi. Salah satunya adalah membuat kota-kota lebih rapat, dengan demikian
mengurangi kebutuhan perjalanan dengan angkutan umum macam apapun; contoh
lainnya adalah membuat sistem angkutan lebih efektif; yang ketiga adalah
membatasipenggunaan mobil pribadi.
Tujuan ketiga srategi di atas yang pertama adalah memperbaiki fasilitas dan
pelayanan angkutan umum; dan kedua menyokong angkutan dengan menggunakan
strategi-strategi sebagai berikut : (Oglesby, 1993)
1. Memberikan prioritas dalam lalu lintas.
2. Menyusun kembali subsidi dan menggunakan cara lain dalam menetapkan
harga sehingga membuat penggunaan angkutan lebih menarik secara
keuangan.
3. Menetapkan ongkos parkir dan biaya mobil lainnya yang tinggi.
4. Menetapkan zona bebas mobil pada daerah yang dapat dicapai dengan
berjalan kaki atau angkutan.
9
5. Memasarkan angkutan dengan giat.
2.1.3 Pola Pergerakan
Aktifitas perjalanan yang dilakukan masyarakat untuk keperluan sosial,
ekonomi, budaya, kesehatan maupun lainnya dilakukan setiap hari. Dan ada
kecenderungan peningkatan perjalanan dari waktu ke waktu seiring dengan
peningkatan pemenuhan kebutuhan di berbagai bidang yang terus bertambah.
Pergerakan terjadi karena adanya proses pemenuhan kebutuhan tersebut. Hal
tersebut terjadi karena lokasi kegiatan tersebar secara heterogen di dalam ruang
yang ada sesuai tata guna lahannya yang akhirnya menyebabkan perlu adanya
pergerakan yang digunakan untuk proses pemenuhan kebutuhan.
Jumlah pergerakan yang tertarik ke suatu tata guna lahan atau zona disebut
tarikan pergerakan. Pergerakan lalu lintas merupakan fungsi tata guna lahan yang
menghasilkan pergerakan lalu lintas. Tarikan lalu lintas adalah lalu lintas yang
menuju atau tiba ke suatu lokasi. Hasil keluaran dari perhitungan tarikan lalu
lintas berupa jumlah kendaraan, orang, atau angkutan barang per satuan waktu,
misalnya kendaraan/jam. Kita dapat dengan mudah menghitung jumlah orang atau
kendaraan yang masuk dari suatu luas tanah tertentu dalam satu hari atau satu jam,
untuk mendapatkan tarikan pergerakan (Ofyar Z. Tamin,2000).
Keterkaitan antar wilayah ruang sangat berperan dalam menciptakan
perjalanan. Menurut Tamin (2000) pola pergerakan di bagi menjadi dua yaitu
pergerakan tidak spasial dan pergerakan spasial. Konsep mengenai ciri pola
pergerakan tidak-spasial (tanpa batas ruang) di dalam kota, misalnya yang
10
menyangkut pertanyaan mengapa orang melakukan perjalanan, kapan orang
melakukan perjalanan, dan jenis angkutan apa yang mereka pergunakan :
2.1.3.1 Waktu terjadinya pergerakan
Waktu terjadinya pergerakan sangat tergantung pada kapan seseorang
melakukan aktivitasnya sehari-harinya. Dengan demikian, waktu perjalanan sangat
tergantung pada maksud perjalanan.
2.1.3.2 Sebab terjadinya pergerakan
Sebab terjadinya pergerakan dapat dikelompokan berdasarkan maksud
perjalanan biasanya maksud perjalanan dikelompokkan sesuai dengan ciri
dasarnya yaitu berkaitan dengan ekonomi,sosial budaya, pendidikan, agama.
Kenyataan bahwa lebih dari 90 % perjalanan berbasis tempat tinggal, artinya
mereka memulai perjalanan dari tempat tinggal (rumah) dan mengakhiri perjalanan
kembali ke rumah.
2.1.3.3 Jenis sarana angkutan yang digunakan
Dalam melakukan perjalanan, orang biasanya dihadapkan pada pilihan jenis
angkutan - mobil, angkutan umum, pesawat terbang, atau kereta api. Dalam
menentukan pilihan jenis angkutan, orang mempertimbangkan berbagai faktor,
yaitu maksud perjalanan, jarak tempuh, biaya, dan tingkat kenyamanan.
2.1.4 Konsep Pergerakan Spasial
Sedangkan konsep mengenai ciri pergerakan spasial (dengan batas
ruang) di dalam kota berkaitan dengan distribusi spasial tata guna lahan yang
11
terdapat di dalam suatu wilayah. Dalam hal ini, konsep dasarnya adalah bahwa
suatu perjalanan dilakukan untuk melakukan kegiatan tertentu di lokasi yang
dituju, dan lokasi terrsebut ditentukan oleh tata guna lahan kota tersebut.
Pergerakan spasial dibedakan menjadi pola perjalanan orang dan perjalanan
barang. (Tamin, 2000)
2.1.4.1 Pola perjalanan orang
Perjalanan terbentuk karena adanya aktivitas yang dilakukan bukan di
tempat tinggal sehingga pola sebaran tata guna lahan suatu kota akan sangat
mempengaruhi pola perjalanan orang. Dalam hal ini pola penyebaran spasial yang
sangat berperan adalah sebaran spasial dari daerah industri, perkantoran, dan
permukiman.
2.1.4.2 Pola perjalanan barang
Pola perjalanan barang sangat dipengaruhi oleh aktivitas produksi dan
konsumsi, yang sangat tergantung pada sebaran pola tata guna lahan
permukiman (konsumsi), serta industri dan pertanian (produksi). Selain itu,
pola perjalanan barang sangat dipengaruhi oleh pola rantai distribusi yang
menghubungkan pusat produksi ke daerah konsumsi.
2.1.5 Interaksi Tata Guna Lahan
Pergerakan arus manusia, kendaraan, dan barang mengakibatkan berbagai
macam interaksi. Akan tetapi, hampir semua interaksi memerlukan perjalanan, dan
oleh sebab itu menghasilkan pergerakan arus lalu lintas. Pergerakan orang dan
barang di kota, menunjukkan pada arus lalu lintas, adanya hubungan konsekuensi
12
antara aktivitas lahan dan kemampuan sistem transportasi untuk menangani arus
lalu lintas ini. Secara alami, ada interaksi langsung antara tipe dan intensitas tata
guna lahan dan penyediaan fasilita transportasi yang tersedia. Satu tujuan utama
perencanaan tata guna lahan dan sistem transportasi adalah untuk memastikan
bahwa ada keseimbangan yang efisien antara tata guna lahan dan kemampuan
transportasi. (Blunden dan Black, 1984).
Secara umum hubungan antara tata guna lahan dan transportasi dapat
dilihat pada gambar 2.3, dimana pembangunan suatu areal lahan akan
menyebabkan timbulnya lalu lintas yang akan mempengaruhi prasarana
transportasi, sebaliknya adanya prasarana transportasi yang baik akan
mempengaruhi pola pemanfaatan lahan. Interaksi ketiga sub sistem tersebut akan
dipengaruhi oleh peraturan dan kebijakan perencanaan transportasi.
Gambar 2.1 Interaksi tata guna lahan dengan transportasi
(Sumber : Warpani, 1990)
Keterangan : Hubungan pengaruh
Umpan balik
2.1.6 Perencanaan Transportasi
Perencanaan transportasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang
tujuannya mengembangkan sistem transportasi yang memungkinkan manusia dan
13
barang bergerak dan berpindah tempat dengan aman dan murah. (Pignataro, 1973)
Tujuan perencanaan transportasi adalah meramalkan dan mengelola
evolusi titik keseimbangan antara kebutuhan akan pergerakan dan dengan sistem
prasarana transportasi sejalan dengan waktu sehingga kesejahteraan sosial dapat
dimaksimumkan. (Ofyar Z. Tamin, 2000)
Perencanaan transportasi perkotaan adalah proses yang mengarah pada
pengambilan keputusan pada program dan kebijakan transportasi. Tujuan proses
perencanaan transportasi adalah menyediakan informasi yang perlu untuk
membuat keputusan kapan dan dimana peningkatan sebaiknya dibuat dalam
sistem transportasi, maka memajukan perjalanan dan pengembangan pola tanah,
tetap berada dalam tujuan masyarakat. (C. Jotin. Khisty, B. Kent Lall, 2005)
Tujuan transportasi perkotaan adalah mengembangkan dan mengevaluasi
secara kontinue rencana transportasi yang memungkinkan pergerakan manusia
dan barang maksimum dan meningkatkan lingkungan perkotaan. (Louis J.
Pignataro, 1973)
Dua hal penting yang mendasari dalam Perencanaan transportasi yaitu
memecahkan persoalan yang sudah ada, mencegah timbulnya persoalan lain yang
dapat diperkirakan sebelumnya, sehingga tujuan utama dari Perencanaan
transportasi dilakukan untuk menyelesaikan persoalan tersebut dan mengantisipasi
timbulnya permasalahan baru yang sudah diperkirakan sebelumnya. (Warpani,
1995)
14
2.1.7 Faktor yang mempengaruhi pemilihan moda
Faktor yang mempengaruhi pemilihan moda dapat dikelompokan menjadi
tiga sebagai berikut:
1. Ciri Pengguna Jalan Beberapa faktor berikut ini yang diyakini akan
sangat mempengaruhi pemilihan moda :
a. Ketersediaan atau pemilikan kendaraan pribadi
b. Pemilikan Surat Izin Mengemudi (SIM)
c. Struktur rumah tangga (pasangan muda,keluarga dengan anak,
pensiun,bujangan, dan lain-lain).
d. Pendapatan; semakin tinggi pendapatan akan semakin besar peluang
menggunakan kendaraan pribadi.
e. Faktor lain misalnya keharusan menggunakan mobil ke tempat kerja
dan keperluan mengantar anak ke sekolah.
2. Ciri pergerakan Pemilihan moda juga akan sangat di pengaruhi oleh:
a. Tujuan pergerakan
b. Waktu terjadinya pergerakan
c. Jarak Perjalanan
3. Ciri fasilitas moda transportasi Hal ini di kelompokan menjadi kategori
seperti;
a. Waktu perjalanan
b. Biaya transportasi
c. Ketersedian ruang dan tarif parkir
15
4. Ciri kota atau zona Bebera ciri yang dapat mempengaruhi pemilihan moda
adalah jarak dari pusat kota dan kepadatan penduduk.
2.1.8 Permasalahan Transportasi
Hampir setiap orang menghendaki dapat bergerak dengan nyaman, aman,
cepat, dan mudah, menurut Warpani (1981). Permasalahan transportasi tidak
terlepas dari hal-hal berikut:
1. Tata Guna Lahan
Warpani (1981) menyatakan bahwa tata guna lahan sangat terkait dengan
jumlah bangkitan perjalanan, sehingga untuk mempelajari bangkitan
perjalanan kita perlu terlebih dahulu mengetahui tataguna lahan daerah
yang akan di teliti. Guna lahan menunjukan kegiatan perkotaan yang
menempati petak yang bersangkutan. Setiap petak dapat dicirikan
dengan tiga ukuran dasar, yaitu jenis kegiatan,intensitas penggunaan dan
hubungan antar guna lahan.
2. Penduduk
Penduduk termasuk segi utama dalam perencanaan transportasi. Dalam
seluruh lingkup perencanaan, penduduk tidak dapat diabaikan (Warpani,
1990). Pelaku pergerakan utama di jalan adalah manusia, karena itulah
pengetahuan akan tingkah laku dan perkembangan penduduk merupakan
bagian pokok dalam proses perencanaan transportasi.
3. Ciri sosial ekonomi
Aktivitas manusia sering kali di pengaruhi oleh keadaan sosial
ekonominya sehingga pergerakan manusiapun dipengaruhi sosial
16
ekonomi. Pekerjaan, penghasilan dan pemilikan kendaraan seseorang
akan mempengaruhi jumlah perjalanan yang dilakukan, jalur perjalanan
yang digunakan, waktu perjalanan,dan kendaraan yang digunakan.
2.1.9 Faktor Muat (Load Factor)
Faktor muat (load factor) merupakan perbandingan antara kapasitas terjual
dan kapasitas tersedia untuk satu perjalanan yang dinyatakan dalam persen
(%)(SK Dirjen Perhubungan Darat No : SK.687/AJ/DRJD/2002 tentang Pedoman
Teknis Penyelenggraan Angkutan Penumpang Umum di Wilayah Perkotaan
Dalam Trayek Tetap dan Teratur, 2002).
Untuk menentukan nilai faktor muat/load factor digunakan rumus dibawah
ini :
Faktor Muat = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑛𝑢𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑎𝑙𝑎𝑚 𝐾𝑒𝑛𝑑𝑎𝑟𝑎𝑎𝑛
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝐷𝑢𝑑𝑢𝑘 𝐷𝑎𝑙𝑎𝑚 𝐾𝑒𝑛𝑑𝑎𝑟𝑎𝑎𝑛 x 100 % ..........(2.1)
Faktor muat yang ada tergantung dari kapasitas kendaraan yang digunakan.
Kapasitas kendaraan adalah daya tampung penumpang baik yang duduk maupun
yang berdiri pada setiap kendaraan angkutan umum. Daya muat penumpang
tergantung dari susunan tempat duduk dalam kendaraan. Untuk setiap kapasitas
kendaraan dapat dilihat dalam Tabel 2.1 :
Tabel 2.1 Kapasitas Angkutan Umum
Kapasitas Kendaraan Kapasitas
Jenis Alat Angkutan
Penumpang
Duduk Berdiri Total
perhari/kendaraan
Mobil Penumpang 8 - 8 250-300
Bus Kecil 19 - 19 300-400
Bus Sedang 20 10 30 500-600
Bus Besar Lantai Tunggal 49 30 79 1000-1200
17
Bus Besar Lantai Ganda 85 35 120 1500-1800
Sumber : SK Dirjen Perhubungan Darat No : SK.687/AJ/DRJD/2002
Sedangkan standar yang ditetapkan oleh Departemen Perhubungan sesuai
dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 Tahun 1993, untuk nilai load factor
antara 70% - 110%. Jika nilai load factor lebih dari 110% maka penumpang akan
merasakan kurang nyaman dalam menggunakan angkutan umum tersebut, jika nilai
load factor kurang dari 70% menggambarkan bahwa angkutan umum tersebut
kurang optimal dalam melayani pergerakan penumpang. Sedangkan standar nilai
load factor yang ditetapkan oleh Surat Keputusan Direktorat Jenderal Perhubungan
Darat No. 687 tahun 2002 adalah sebesar 70%.
Dalam perencanaan angkutan umum terdapat dua pendekatan untuk
perhitungan faktor muat yaitu faktor muat statis dan faktor muat dinamis :
2.1.10 Faktor Muat Statis
Prosentase faktor muat statis dihitung dengan membandingkan jumlah
penumpang di atas kendaraan tersebut pada saat melewati titik survei dan kapasitas
kendaraan. Hasil yang didapat dipastikan angka load factor di bawah 100%. Faktor
muat statis didapat dengan melakukan survei jumlah penumpang di dalam
kendaraan pada saat melewati titik tertentu. Faktor muat statis dapat dihitung
dengan rumus :
LF = 𝛴 𝑃𝑛𝑝 𝑥 𝐾𝑚
(𝛴 𝐴𝑛𝑔𝑘𝑡 𝑥 𝐾𝑚 𝑥 𝐾) x 100 %
Keterangan :
𝛴 Pnp = Jumlah penumpang (orang)
𝛴 Angkt = Jumlah angkutan (unit)
18
Km = Jarak (Km)
K = Kapasitas Kendaraan (orang)
2.1.11 Faktor Muat Dinamis
Faktor muat dinamis adalah fluktuasi perbandingan jumlah penumpang yang
diangkut dengan kapasitas tempat duduk tersedia yang dihitung secara terus
menerus dari awal perjalanan hingga akhir perjalanan. Pencatatan faktor muat
dinamis dilakukan di dalam kendaraan. Faktor muat dinamis dapat dihitung dengan
rumus :
LF = 𝛴 𝑃𝑛𝑝 𝑥 𝐾𝑚
(𝛴 𝐴𝑛𝑔𝑘𝑡 𝑥 𝐾𝑚 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑥 𝐾) x 100 %
Keterangan :
𝛴 Pnp = Jumlah penumpang (orang)
𝛴 Angkt = Jumlah angkutan (unit)
Km = Jarak (Km)
K = Kapasitas Kendaraan (orang)
2.1.12 Definisi Terkait Angkutan Kota
Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam pengartian istilah terkait angkutan
kota, perlu diuraikan istilah-istilah yang digunakan terkait angkutan kota dalam
penelitian ini sebagai berikut :
2.1.12.1 Mobil Penumpang Umum (MPU)
Mobil Penumpang Umum (MPU) adalah setiap kendaraan umum yang
dilengkapi sebanyak-banyaknya delapan tempat duduk, tidak termasuk tempat
duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi.
19
2.1.12.2 Armada dan Kendaraan Umum
Armada adalah aset berupa kendaraan mobil bus/MPU yang
dipertanggungjawabkan perusahaan, baik yang dalam keadaan siap
guna maupun dalam konservasi. Sedangkan Kendaraan Umum adalah setiap
kendaraan yang disediakan untuk digunakan oleh umum dengan dipungut bayaran.
2.1.12.3 Angkutan Perkotaan
Angkutan Perkotaan adalah angkutan dari suatu kawasan ke kawasan lain
yang terletak dalam 2 (dua) atau lebih wilayah kota dan kabupaten yang berdekatan
dan merupakan satu kesatuan ekonomi dan sosial dengan menggunakan mobil bus
umum dan/atau mobil penumpang umum yang terikat dalam trayek tetap dan teratur
yang mempunyai sifat perjalanan ulang alik/komuter (Keputusan Menteri
Perhubungan No. 84, 1999).
2.1.12.4 Angkutan Kota
Angkutan Kota adalah angkutan dari satu tempat ke tempat lain
dalam wilayah kota dengan mempergunakan mobil bus umum
dan/atau mobil penumpang umum yang terikat dalam trayek tetap dan teratur
(Keputusan Menteri Perhubungan No. 84, 1999).
2.1.12.5 Trayek
Trayek adalah lintasan kendaraan umum untuk pelayanan jasa angkutan
orang dengan mobil bus, yang mempunyai asal dan tujuan perjalanan tetap, lintasan
tetap dan jadwal tetap maupun tidak berjadwal (Keputusan Menteri Perhubungan
No. 35, 2003.)
20
2.1.13 Global Positioning System (GPS) dan Model Perjalanan
Data permintaan perjalanan merupakan dasar yang diperlukan untuk
perencanaan mobilitas perkotaan, namun terutama di negara berkembang
ketersediaan data seringkali lemah atau tidak ada. Teknologi Global Positioning
System (GPS) menawarkan alternatif harga murah untuk pengumpulan data selain
metode kartu pos atau survei tradisional (Jakob Baum dan Enrico How, 2016).
Untuk pertama kalinya, teknologi GPS digunakan pada tahun 1997, dalam
konteks survei mobilitas/pergerakan untuk mengotomatisasi pengumpulan data dan
untuk meningkatkan kekuatan datanya (Battelle Divisi Transportasi 1997
sebagaimana dikutip oleh Schönau 2016, 34 dalam Jakob Baum dan Enrico How,
2016). Studi pertama ini sudah menunjukkan keunggulan utama GPS dalam
melacak catatan perjalanan (Jakob Baum dan Enrico How, 2016).
2.1.13.1 GPS Genggam id dan GPS Smartphone id
Dengan ditanamkannya fitur GPS pada smartphone, potensinya sebagai
alat pelacak pergerakan individu telah menjadi sangat bagus. Tanpa perlu
membawa perangkat tambahan yang bisa membutuhkan biaya tambahan,
pemanfaatan teknologi GPS dalam smartphone ini menjadi pilihan yang baik.
Namun pelacakan posisi bawah tanah atau di lingkungan perkotaan dengan banyak
gedung pencakar langit menjadi sulit dilakukan karena tidak akuratnya data. Selain
itu juga masyarakat yang berpartisipasi dalam penelitian ini harus bisa
dipertanggungjawabkan dalam desain penyidikan (Jakob Baum dan Enrico How,
2016).
21
Oleh karena itu pengumpulan data berbasis perangkat khusus GPS (GPS
handled) dari dalam kendaraan yang bergerak lebih menjamin akurasi data yang
tinggi. Pengambilan data lebih mudah dibandingkan survei tradisional karena hanya
dibawa oleh pelaku pergerakan tanpa perlu interaksi lebih lanjut. Gambaran jalur
yang dihasilkan biasanya sangat akurat (Jakob Baum dan Enrico How, 2016).
2.1.13.2 GPS untuk Memodelkan Perjalanan
Dalam proses mengidentifikasi pergerakan, jejak data mentah GPS terdiri
dari sejumlah titik. Gong et al. (2014) dalam literaturnya menjelaskan bahwa ada
beberapa syarat untuk menerjemahkan titik-titik itu ke dalam pergerakan dan
pemberhentian yang berbeda. Kebanyakan peneliti menentukan bahwa suatu
perjalanan berakhir dan berhenti ketika telah tercapai "diam" dalam ambang
Batasan waktu tertentu antara 120 dan 300 detik. Selanjutnya, perubahan lokasi,
titik dan kepadatan jalur jejak titik koordinat adalah kriteria umum (Shen dan
Stopher 2014, 324 dalam Jacob, 2016). Tantangan utama muncul dari kehilangan
sinyal dan ketidakakuratan data. Namun, perhitungan dengan prosedur khusus yang
ada dapat memisahkan hingga 98% data bergerak dan berhenti dengan benar (H.
Gong et al., 2012).
2.1.13.3 GPS untuk Memodelkan Tujuan Perjalanan
Untuk mendeteksi tujuan perjalanan, data GPS yang ada dikombinasikan
dengan data spasial yang mencakup penggunaan lahan (misalnya perumahan,
industri) dan tempat menarik (misalkan restoran, pertokoan). Jika perjalanan
dimulai di area perumahan dan berakhir di sekolah, kemungkinan sangat tinggi
22
bahwa itu adalah perjalanan pulang - pergi sekolah atau rumah. Namun, keakuratan
deteksi otomatis tujuan perjalanan belum setinggi ketepatan mendeteksi pilihan
mode transportasi oleh karena itu kurang diterapkan (Schönau 2016, 48 dalam
Jacob et al., 2016). Oleh karena itu perencana bisa mengedit Open Street Map basis
data dengan algoritma yang lebih canggih untuk dapat mendeteksi pergerakan lebih
dari 90% perjalanan dengan benar (Shen dan Stopher 2014, 325 dalam Jacob et al.,
2016).
23
2.2 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.2 Hasil Penelitian Terdahulu
No. JUDUL TAHUN TUJUAN YANG TERKAIT HASIL SARAN
1. Analisis Model
Tarikan
Pergerakan
Kendaraan
Pada Tempat
Wisata
(Studi Kasus
Di Kabupaten
Kubu Raya)
2017 Untuk membuat suatu model yang
digunakan untuk menghitung besar
tarikan pergerakan kendaraan pada
tempat wisata yang berada di jalan
arteri Supadio Kabupaten Kubu Raya
dan untuk mengidentifikasi dan
menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi untuk mendapatkan
model tarikan pergerakan kendaraan
dan pengunjung di zona tempat
wisata.
1. Beberapa faktor yang
mempengaruhi tarikan pergerakan
kendaraan di tempat wisata wilayah
Kabupaten Kubu Raya dan
merupakan variabel bebas yaitu luas
lahan, luas bangunan, luas area
parkir, jumlah karyawan, luas
kolam renang, jumlah fasilitas dan
jumlah wahana bermain. Semua
variabel bebas mempunyai
pengaruh baik terhadap tarikan
kendaraan maupun antara variabel
bebas.
2. Model terbaik setelah dilakukan
analisis persamaan regresi dan
1. Penelitian yang sama dapat
dilakukan pada jenis tata guna
lahan yang berada pada kawasan
seperti perkantoran, pendidikan,
bandara, hotel, departemen store
dan sebagainya.
2. Penelitian sebaiknya
menggunakan profil yang
homogen antar daerah studi dan
sebaiknya menggunakan variabel
bebas yang mempunyai pengaruh
24
pengujian terhadap masing –
masing model, seperti uji
Multikolinearitas, uji Autokorelasi,
uji Linearitas, uji Homoskedasitas
dan uji Normalitas
kuat terhadap lokasi studi dan rata
– rata variabel bebas yang
digunakan dapat digunakan di
setiap studi lain..
3. Untuk mendapat hasil yang lebih
akurat sebaiknya menggunakan
beberapa cara analisis, tidak hanya
menggunakan analisis regresi
linear. Variabel bebas dengan
bentuk tidak linear bisa menjadi
faktor yang paling berpengaruh.
2. Kajian
Karakteristik
Dan Pola
Perjalanan
Penumpang
2014 Untuk menganalisis karakteristik
pelayanan angkutan umum perkotaan,
menghitung load factor sebagai dasar
pengukuran kinerja utama angkutan
umum perkotaan, menganalisis
Dari hasil analisis demand angkutan
umum perkotaan didapatkan:
Produksi bangkitan dan tarikan
perjalanan terutama berada di daerah
25
Angkutan
Umum
Perkotaan
demand dan asal tujuan penumpang
angkutan umum perkotaan, dan
mengkaji karakteristik pengguna
angkutan umum perkotaan.
Catur Tunggal, Ngupasan, Condong
Catur, Giwangan, dan Siduadi.
3. Evaluasi
Efektivitas
Dan Efisiensi
Angkutan
Umum Di
Kawasan
Tembalang
2013 1. Mengtehaui pola pergerakan
pengguna angkutan umum di
Kawasan Tembalang.
2. Mengevaluasi tingkat efektivitas
dan efisiensi angkutan umum.
3. Memberikan suatu rekomendasi
peningkatan kinerja nagkutan
umum bila diperlukan.
1. Pola pergerakan tidak merata
akibat penyebaran pemukiman
mahasiswa di Kawasan
Tembalang tersebar dibeberapa
tempat, sehingga ada beberapa
daerah yang belum
terlayanai oleh angkutan umum.
2. Hasil analisis angkutan umum
baik segi efektivitas dan efisiensi
cukup baik, namun ada
beberapa indikator yang masih
menjadi pusat perhatian
pengguna angkutan umum yaitu
tingkat kenyaman dalam
1. Meningkatkan kedisiplinan
pengemudi
2. Meremajakan armada angkutan
umum agar pengguna lebih
nyaman
3. Mengkordinasikan pihak
paguyuban dengan pihak-pihak
terkait mengenai permasalahan
yang ada agar tercapai
kesepakatan yang baik antara
kedua belah pihak.
26
menggunakan angkutan umum
di Kawasan Tembalang.
3. Perlunya rekomendasi rute yang
baik dan ketegasan dalam
pelaksanaan penentapan rute
trayek angkutan umum agar
pengguna angkutan umum lebih
nyaman dalam beraktivitas
mengguna kan angkutan umum
di Kawasan Tembalang.
71
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Nilai load factor jasa angkutan kota Trayek C.10 Kota Semarang sebesar 52%,
nilai tersebut lebih kecil dari standar dalam SK. Dirjend. Perhubungan Darat
No. 687 tahun 2002 yaitu sebesar 70%.
2. Jumlah penumpang naik terbanyak terdapat pada Kelurahan Banyumanik
sebesar 58 penumpang. Jumlah penumpang turun terbanyak terdapat pada
Kelurahan Srondol Wetan sebesar 45 penumpang.
3. Fungsi guna lahan pada lokasi-lokasi terjadinya pemusatan naik turun
penumpang, terdapat pada daerah Kelurahan Banyumanik dengan tata guna
lahan Pendidikan, Pelayanan Umum, Perumahan, Perdagangan dan Jasa.
Kemudian pada Kelurahan Srondol Wetan dengan tata guna lahan Perdagangan
dan Jasa.
4. Dari analisis waktu naik turun penumpang didapatkan jam puncak trayek
angkutan C.10 Kota Seamarang sebagai berikut :
a. Hari kerja jam puncak terjadi pada pukul 09.00-10.00 WIB pada pagi hari,
pukul 16.00-17.00 WIB merupakan jam puncak pada sore hari.
b. Hari libur jam puncak terjadi pukul 06.00-07.00 WIB pada pagi hari, pukul
16.00-17.00 WIB merupakan jam puncak pada sore hari.
72
5.2 Saran
1. Dari hasil perhitungan load factor/faktor muat penumpang kurang efektif
karena lebih rendah dari standar yang ditetapkan, maka dari itu perlunya
dilakukan peningkatan pelayanan agar masyarakat kembali tertarik
menggunakan moda transportasi umum khususnya Mobil Penumpang Umum
trayek C.10 Kota Semarang.
2. Hasil dari penelitian berupa lokasi-lokasi yang berpotensi terjadinya naik turun
penumpang dapat dijadikan pedoman untuk menentukan lokasi berupa halte.
3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan yang sejenis untuk trayek lain yang ada di
Kota Semarang.
4. Kepada peneliti lain agar melakukan simulasi penggunaan alat secara matang
agar pengambilan data dapat berjalan lancar dan efisien.
73
DAFTAR PUSTAKA
Antaranews. 2018. Semarang Butuh Pembenahan Transportasi.
https://www.antaranews.com/berita/693566/semarang-makin-macet-
berapa-jumlah-kendaraan-beredar. 16 Maret. Diakses pada 20 Maret 2018
(19:30).
Badan Pusat Statistik Kota Semarang. 2017. Indikator Perkembangan Penduduk
Kota Semarang. https://semarangkota.bps.go.id/statictable/2016/02/04/70/
indikator-perkembangan-penduduk-kota-semarang-2010---2016.html. 17
April 2018 (17:22).
Badan Pusat Statistik Kota Semarang. 2017. Kecamatan dalam angka 2017.
Semarang
BeritaJateng. 2017. Polemik Angkot Vs BRT Memanas, Shelter Dihadang BRT
Tak Berani Ambil Penumpang. http://beritajateng.net/polemik-angkot-vs-
brt-memanas-shelter-dihadang-brt-tak-berani-ambil-penumpang/. 17
April. Diakses pada 27 Desember (11.33).
Agus Suryanto. 2012. Aplikasi Teknologi Global Positioning System (GPS) Dan
Telepon Selular (GSM) Untuk Monitoring Titik Akseskendaraan Dinas
Unnes. Jurnal. Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang Vol. 10 (1)
Juli 2012.
Black, J.A. 1981. Urban Transport Planning; Theory and Practice, London,
cromm Helm.
Blunden, W., & Black, J. (1984). The Land Use /Transport System 2nd Edition.
Australia: Pegamon Press.
Bowersox, C. 1981. Introduction toTransportation. New York:
MacmillanPublishing Co, Inc.
Brotowidjoyo, M.D.1991. Metodologi Penelitian dan Penulisan Karangan
Ilmiah, Penerbit Liberty, Yogyakarta
Departemen Perhubungan RI Dirjen Perhubungan Darat. 2002. Pedoman Teknis
Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Umum Di Wilayah Perkotaan
Dalam Trayek Tetap Dan Teratur.
74
Departemen Perhubungan, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. 2001. Panduan
Pengumpulan Data Angkutan Umum Perkotaan. Jakarta : Direktorat Bina
Sistem Lalu Lintas dan Angkutan Kota.
Garmin, 2014. Oregon® 600 Series Owner’s Manual.
Gong, Hongmian, Cynthia Chen, Evan Bialostozky, and Catherine T. Lawson.
2012. A GPS/GIS Method for Travel Mode Detection in New York City.
Dalam Computers, Environment and Urban Systems,Special Issue:
Geoinformatics 2010,36 (2):131–39.
Gong, Lei, Takayuki Morikawa, Toshiyuki Yamamoto, dan Hitomi Sato. 2014.
Deriving Personal Trip Data from GPS Data: A Literature Review on the
Existing Methodologies. Dalam Procedia - Social and Behavioral Sciences,
The 9th International Conference on Traffic and Transportation Studies
(ICTTS 2014), 557–565.
Hobbs, F.D .1995.Perencanaan dan Teknik Lalu Lintas, Gajah Mada University,
Yogyakarta.
Imam Setiyohadi. 2008. Karakteristik Dan Pola Pergerakan Penduduk Kota Batam
Dan Hubungannya Dengan Perkembangan Wilayah Hinterland. Tesis
Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang.
Jakob Baum dan Enrico How. 2016. Using GPS Technology for Demand Data
Collection. Federal Ministry for Economic Cooperation and Development.
Keputusan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Nomor
SK.687/AJ.206/DRJD/2002 (2002). Pedoman Teknis Penyelenggaraan
Angkutan Penumpang Umum di Wilayah Perkotaan Dalam Trayek Tetap
dan Teratur. Departemen Perhubungan, Jakarta.
Keputusan Menteri Perhubungan No. 35. 2003. Penyelenggaraan Angkutan Orang
di Jalan Dengan Kendaraan Umum.
Keputusan Menteri Perhubungan No. 84. 1999. Penyelenggaraan Angkutan Orang
Di Jalan Dengan Kendaraan Umum
Keputusan Menteri Perhubungan No. 98. 2013. Standar Pelayanan Minimal
Angkutan Orang Dengan Kendaraan Bermotor Umum Dalam Trayek .
Khisty, C. Jotin dan B. Kent Lall. 2005. Dasar-Dasar Rekayasa Transportasi. Edisi
Ketiga Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Merdeka. 2017. Kerap Ambil Penumpang Di Undip, Ojek Online Diprotes Sopir
Angkot. https://www.merdeka.com/peristiwa/kerap-ambil-penumpang-di-
undip-ojek-online-diprotes-sopir-angkot.html. 24 Agustus. Diakses pada
20 Maret 2018 (20:01)
75
Moreno, E.G., Romana, M.G., Martínez, Ó., 2016. A First Step to Diagnostic of
Urban Transport Operations by Means of GPS Receiver. Procedia Comput.
Sci. 83, 305–312. doi:10.1016/j.procs.2016.04.130.
Morlok, Edward K. 1991. Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi.
Erlangga : Jakarta
Narendra A., Shopa B.M., dan Malkhamah S. 2016. Pengukuran Karakteristik Bis
Trans Jogja Dengan Perangkat GPS. Simposium XIX FSTPT Universitas
Islam Indonesia. Jogjakarta.
Notoatmodjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Oglesby, C.H. dan Hick, R.g, 1993. Teknik Jalan Raya, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Peraturan Daerah Kota Semarang No. 14. 2011. Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Semarang Tahun 2011 – 2031.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. No. 8. 2013. Ketelitian Peta Rencana
Tata Ruang.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 41. 1993.
Angkutan Jalan
Pignataro, L.J. 1973. Traffic Engineering Theory and Practice, Prentice Hall, New
York.
Prentice Hall. Khisty, C. J. dan Lall, B. K. 2005. Dasar-dasar Rekayasa
Transportasi. Jakarta :Erlangga.
Qiu, F., Li, W., An, C., 2014. A Google Maps-Based Flex-Route Transit Scheduling
System, dalam: CICTP 2014: Safe, Smart, and Sustainable Multimodal 248
Transportation Systems © ASCE. 247–257.
Shen, Li, dan Peter R. Stopher. 2014. Review of GPS Travel Survey and GPS Data-
Processing Methods. Transport Reviews 34 (3): 316–34.
Sinnott, R.W., 1984. Virtues of Haversine. Sky Telesc. 68, 159.
Stopher, Peter & Fitzgerald, Camden & Zhang, Jun. 2008. Search for a global
positioning sistem device to measure person travel. Transportation
Research Part C: Emerging Technologies. 16. 350-369.
Sugiyono. 2002. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : CV Alfabeta.
Syofian Siregar. 2010. Statistika Deskriptif untuk Penelitian. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
76
Tamin, Ofyar Z. (2000) Perencanaan dan Pemodelan Transportasi, Edisi Kedua.
Bandung: Penerbit ITB.
Tamin, Ofyar Z.(1997) Perencanaan dan Pemodelan Transportasi, Edisi Pertama.
Bandung: Penerbit ITB.
Warpani, S. 1988. Rekayasa Lalu Lintas, Penerbit Bhratara, Jakarta.
Warpani,S. 1981. Perencanaan Transportasi, Institut Teknologi Bandung.
Warpani,S. 1990. Merencanakan Sistem Pengangkutan, Institut Teknologi
Bandung.
Wells, G.R. 1975. Comprehensive Transport Planning, London, Charles Griffin.