ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI...

130
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERAPAN TAX PLANNING PADA PERUSAHAAN (Studi Kasus Pada Wajib Pajak Badan yang Terdaftar di KPP Pratama Jakarta Kramat Jati) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh: Fatimah Fad’aq NIM: 108082000136 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/2013 M

Transcript of ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI...

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERAPAN

TAX PLANNING PADA PERUSAHAAN

(Studi Kasus Pada Wajib Pajak Badan yang Terdaftar di KPP Pratama

Jakarta Kramat Jati)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

Fatimah Fad’aq

NIM: 108082000136

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1434 H/2013 M

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Fatimah Fad’aq

2. Jenis Kelamin : Perempuan

3. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 20 Oktober 1990

4. Agama : Islam

5. Alamat : Jalan Batu Ampar 3 Gg. Batu Kecubung 3

Rt.04/04 No.7b Condet, Kramat Jati, Jakarta

Timur 13520.

6. Telepon : 085211166484

7. Email : [email protected]

II. PENDIDIKAN FORMAL

1. TK Islam Ar-Riyadl 1995 – 1996

2. SD Negeri Makasar 01 Jakarta 1996 – 2002

3. SMP Negeri 150 Jakarta 2002 – 2005

4. SMA Negeri 62 Jakarta 2005 – 2008

5. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2008 – 2012

III. PENDIDIKAN NON FORMAL

1. LPIA English Course 2005-2007

2. LPIA Computer Course 2006

vii

3. BBC English Course 2006-2007

4. ESQ Basic Training 2008

5. Peserta Kajian Ekonomi Islam Ramadhan 2008

6. Dialog Nasional Menatap Pemilu 2009 2008

7. Peserta Seminar Reinventing Indonesia 2009

IV. PENGALAMAN ORGANISASI

1. PMR SMA Negeri 62 Jakarta 2005 – 2006

2. Paduan Suara SMA Negeri 62 Jakarta 2005 – 2006

V. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Nama Ayah : (Alm.) Abdul Kadir Ahmad Fad’aq

2. Tempat, Tanggal Lahir : Waingapu, 31 Desember 1947

3. Nama Ibu : Nurjannah Al-Attas

4. Anak Ke- : 3 dari 3 bersaudara

5. Alamat : SDA

viii

THE ANALYSIS OF FACTORS WHICH INFLUENCE TAX PLANNING

TREATMENT IN A COMPANY

(Case Study on Corporate Taxpayers of KPP Pratama Jakarta Kramat Jati)

By:

Fatimah Fad’aq

ABSTRACT

The purpose of this research is to determine whether factors that affect

treatment of tax planning in a company. The factors are: (1) tax policy, (2) tax

regulations, (3) tax administration, (4) loopholes, and (5) tax rates differentiation.

The result shows that the five variables was already meet the criteria for

MSA > 0,5. Results of factor analysis showed two factors that this spread are all

factors that affect treatment of tax planning in a company. The first factors consist

of tax policy, loopholes, and tax rates differentiation; and the second factors

consist of tax regulation and tax administration.

Keyword: tax policy, tax regulation, tax administration, loopholes, tax rates

differentiation.

ix

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERAPAN

TAX PLANNING PADA PERUSAHAAN

(Studi Kasus pada Wajib Pajak Badan yang Terdaftar di KPP Pratama

Jakarta Kramat Jati)

Oleh:

Fatimah Fad’aq

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini untuk menguji faktor-faktor apakah yang

mempengaruhi penerapan tax planning pada perusahaan. Faktor yang dimaksud

adalah: (1) kebijakan perpajakan, (2) undang-undang perpajakan, (3) administrasi

perpajakan, (4) loopholes, (5) perbedaan tarif pajak. Unit analisis penelitian ini

adalah wajib pajak badan yang terdaftar di KPP Pratama Jakarta Kramat Jati.

Penelitian ini menggunakan data primer dengan metode convenience sampling

dalam penentuan sampel. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini

adalah analisis faktor.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kelima variabel yang diajukan telah

memenuhi kriteria MSA > 0,5 yang tersebar dalam 2 faktor. Hasil analisis faktor

menunjukkan 2 faktor yang tersebar ini merupakan faktor-faktor yang

mempengaruhi penerapan tax planning pada perusahaan. Faktor pertama terdiri

dari kebijakan perpajakan, loopholes, dan perbedaan tarif pajak; dan faktor kedua

terdiri dari undang-undang perpajakan dan administrasi perpajakan.

Kata kunci: kebijakan perpajakan, undang-undang perpajakan, administrasi

perpajakan, loopholes, dan perbedaan tarif pajak.

x

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahim.

Segala Puji dan syukur, hanya ditujukan kehadirat Allah SWT, tempat

dimana penulis mengabdi sebagai hamba serta menggantungkan segala doa dan

harapan. Hanya karena rahmat, hidayah dan keridhaan – Nyalah Penulis memiliki

kemauan, kemampuan dan kesempatan dan kemudahan untuk menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tax

Planning Pada Perusahaan (Studi Kasus Pada Wajib Pajak Badan yang

Terdaftar di KPP Pratama Jakarta Kramat Jati)” sebagai tugas akhir yang

merupakan syarat untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat serta Salam semoga tercurah kepada

baginda Rasulullah SAW beserta keluarga dan para sahabatNya yang telah

menjadi jalan bagi umatNya dalam menempuh keselamatan dan kebahagiaan

dengan ilmu pengetahuan yang benar.

Penulis menyadari bahwa muatan skripsi ini masih jauh dari sempurna,

baik penyusunan, penulisan maupun isinya. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan

pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan yang penulis miliki. Meskipun

demikian, penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan

skripsi ini dengan baik dan benar. Penulis menyadari bahwa keberhasilan yang

diperoleh adalah berkat bantuan dan dukungan dari semua pihak. Oleh karena itu

penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ayahanda Alm. Abdul Kadir Ahmad Fad’aq dan Ibunda Nurjannah Al-Attas

serta kakak-kakakku Ulfat, Hamzah, Faris Haddar yang penulis sangat cintai.

Terima kasih atas cinta dan kasih sayang serta doa, dorongan ,semangat,

pengorbanan, perhatian dan dukungan baik moral dan finansial yang kalian

berikan terhadapku. Semoga karyaku ini bisa membanggakan kalian.

2. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Hamid, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... ….i

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................... …ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................. ...iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .................................................. ...iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .......................... …v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................... ...vi

ABSTRACT .......................................................................................................... .viii

ABSTRAK ........................................................................................................... ...ix

KATA PENGANTAR ......................................................................................... …x

DAFTAR ISI ........................................................................................................ .xiii

DAFTAR TABEL......................................................................... ....................... xviii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................. ............. xix

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... ............ xix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................... .............. 1

B. Perumusan Masalah .............................................................. .......... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................... .............. 5

1. Tujuan Penelitian ...................................................................... 5

2. Manfaat Penelitian .................................................................... 5

BAB II TINJUAN PUSTAKA

A. Dasar-dasar Perpajakan .......................................................... ......... 7

xiii

1. Definisi Pajak ............................................................................ 7

2. Definisi Penghasilan .................................................................. 9

3. Pajak Penghasilan ...................................................................... 10

4. Pengecualian Subjek Pajak Penghasilan ............................. ...... 13

5. Obyek Pajak Penghasilan .................................................. ........ 14

B. Manajemen Pajak .................................................................. .......... 15

1. Tujuan Manajemen Pajak ................................................. ........ 16

2. Fungsi-Fungsi Manajemen Pajak ......................................... .... 16

C. Perencanaan Pajak (Tax Planning) ................................................. 17

1. Pengertian Perencanaan Pajak (Tax Planning) ...................... .. 17

2. Manfaat Perencanaan Pajak (Tax Planning) ........................ .... 20

3. Aspek Formal dan Administratif Tax Planning ................. ...... 22

4. Aspek Material Tax Planning ............................................... .... 22

5. Penghindaran Sanksi Pajak ....................................... ............... 22

D. Strategi dalam Tax Planning .................................................... ....... 23

1. Strategi dalam Tax Planning ........................................... ......... 23

2. Pendekatan Lain dalam Tax Planning ............................... ....... 24

E. Langkah-Langkah Perencanaan Pajak (Tax Planning) ............... .... 26

1. Memaksimalkan Penghasilan yang Dikecualikan ................ .... 26

2. Memaksimalkan Biaya-Biaya Fiskal ................................ ........ 29

3. Meminimalkan Tarif Pajak ............................................ ........... 32

F. Motivasi Melakukan Perencanaan Pajak (Tax Planning)......... ....... 33

1. Kebijakan Perpajakan (Tax Policy) ................................ .......... 33

xiv

2. Undang-Undang Perpajakan (Tax Regulation) ............... ......... 37

3. Administrasi Perpajakan (Tax Administration) ................ ........ 39

4. Loopholes ..................................................................... ............ 39

5. Perbedaan Tarif Pajak ................................................. ............. 40

G. Kajian Penelitian Terdahulu .................................................... ........ 42

H. Kerangka Pemikiran .......................................... .............................. 44

I. Hipotesis ............................................................................... ........... 45

BAB III METODOLOGI PENELTIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................... 46

B. Metode Penentuan Sample .............................................................. 46

1. Populasi .......................................................................... .......... 46

2. Sampel .............................................................................. ........ 47

C. Metode Pengumpulan Data ............................................................. 48

1. Pengumpulan Data Primer ...................................... .................... 48

2. Pengumpulan Data Sekunder ............................................ .......... 49

D. Metode Analisis .............................................................................. 49

1. Uji Kualitas Data ........................................................................ 49

a. Uji Kualitas Data ........................................................... ...... 49

b. Uji Reliabilitas Data .................................................... ........ 50

2. Analisis Faktor ................................................................. ........ 50

E. Operasional Variabel ....................................................................... 53

xv

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ................................................. 57

1. Sejarah Singkat KPP Pratama Jakarta Kramat Jati.......... ......... 57

B. Analisis Data................................................................... ................. 57

1. Uji Kualitas Data...................................................... ................. 57

a. Uji Validitas Data................................................. .............. 57

b. Uji Reliabilitas Data.............................................. ............. 58

2. Uji Analisis Faktor....................................................... ............. 60

C. Pembahasan dan Interpretasi........................................... ................. 71

1. Pembahasan...................................................................... ......... 71

2. Interpretasi..................................................................... ............ 72

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................................... 74

B. Implikasi ........................................................................................... 75

C. Saran........................................................................ ......................... 75

DAFTAR PUSTAKA............................................................................ ................. 77

LAMPIRAN-LAMPIRAN

xvi

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Hal.

2.1 Penelitian Terdahulu ......................................................................... 43

3.1 Data Sampel Perusahaan............................................................ ....... 47

3.2 Skala Likert ....................................................................................... 49

3.3 Tabel Operasional Variabel............................................................... 54

4.1 Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas ........................................ 59

4.2 KMO dan Bartlett’s Test ................................................................... 62

4.3 Anti Image Matrices .......................................................................... 64

4.4 Communalities .................................................................................. 65

4.5 Total Variance Explained ................................................................. 66

4.6 Component Matrix ............................................................................ 69

4.7 Rotated Component Matrix ................................................. ............. 70

xvii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Hal.

2.1 Skema Kerangka Pemikiran .............................................................. 45

4.1 Grafik Scree Plot .................................................................... .......... 68

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Hal.

1 Kuisioner Penelitian .......................................................................... 80

2 Skor Jawaban Penelitian ................................................................... 91

3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ................................................... 97

4 Output SPSS Analisis Faktor ............................................................ 106

5 Surat Izin Penelitian................................................................... ....... 112

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada zaman sebelum masehi pajak telah dipungut oleh penguasa

suatu daerah, untuk kepentingan penguasa itu sendiri tanpa

memperhatikan kesejahteraan rakyatnya. Setiap negara atau daerah telah

mengakui betapa pentingnya penghimpunan dana dari rakyat baik itu

untuk penguasa dengan tidak memperhatikan rakyat atau juga digunakan

untuk kesejahteraan rakyatnya.

Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang

dan pemerintah memerlukan sumber penerimaan yang cukup besar untuk

dapat membiayai pengeluaran negara baik pengeluaran rutin maupun

pengeluaran pembangunan yang berada di pusat ataupun yang ada di

daerah. Salah satu penerimaan negara yang terbesar dan paling dominan

sampai saat ini adalah berasal dari sektor perpajakan.

Dalam pendekatan ekonomi, pajak-pajak akan dinilai dalam

fungsinya dan dikaji dampaknya terhadap masyarakat, penghasilan

seseorang, pola konsumsi, harga pokok, permintaan, dan penawaran

(Suandy, 2011:14). Pajak merupakan “biaya” bagi perusahaan karena

beban pajak akan mengurangi laba perusahaan, oleh sebab itu

meminimalkan beban pajak adalah salah satu fungsi manajemen keuangan

melalui fungsi perencanaannya. Dari fenomena inilah maka perusahaan,

2

dalam hal ini manajemennya, berusaha agar bagaimana caranya

melakukan penghematan atau pengurangan pajak secara lawfull dan

sensible. Agar tidak terjadi gangguan terhadap jalannya perusahaan, maka

pemenuhan kewajiban perpajakan harus dikelola dengan baik dan benar.

Dalam melakukan pengelolaan pajak, perusahaan harus melakukan upaya-

upaya agar beban yang ditimbulkan dari pajak dapat ditekan sekecil

mungkin untuk memperoleh peningkatan laba bersih setelah pajak.

Termasuk ke dalam kegiatan manajemen keuangan adalah bagaimana agar

dapat dipastikan hasil alokasi modal yang dipergunakan untuk penjualan

produk dapat selalu melebihi dari segala biaya yang telah dikeluarkan,

sebagai sebuah indikator pencapaian profit perusahaan (Tisnawati, 2009:

15).

Upaya untuk menekan beban pajak sekecil mungkin adalah dengan

menggunakan perencanaan pajak (tax planning) atau (tax sheltering).

Perencanaan pajak adalah salah satu fungsi dari manajemen pajak yang

digunakan untuk mengestimasi jumlah pajak yang akan dibayar dan hal-

hal yang dapat dilakukan untuk menghindari pajak. Perencanaan pajak

merupakan langkah awal dalam manajemen pajak. Sedangkan definisi dari

manajemen pajak adalah sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan

dengan benar tetapi jumlah pajak yang dibayar dapat ditekan serendah

mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan. Dalam

perencanaan pajak dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap

3

peraturan perpajakan agar dapat diseleksi jenis tindakan penghematan

pajak yang akan dilakukan (Suandy, 2011:7).

Perencanaan pajak (tax planning) dapat dilakukan dengan

menggunakan cara penggelapan pajak (tax evasion) dan penghindaran

pajak (tax avoidance). Sepintas kedua cara tersebut memiliki konotasi

yang sama sebagai tindakan yang melanggar hukum, tetapi ada beberapa

hal yang membedakan keduanya. Penggelapan pajak merupakan

pengurangan pajak yang dilakukan dengan jalan melanggar peraturan

perpajakan, seperti memberikan data keuangan yang palsu atau

menyembunyikan data. Sedangkan penghindaran pajak merupakan usaha

untuk mengurangi pajak yang terutang, namun tetap mematuhi

ketentuanketentuan peraturan perpajakan, seperti memanfaatkan

perkecualian-perkecualian ataupun potongan-potongan yang

diperkenankan maupun memanfaatkan hal-hal yang belum diatur dalam

Undang-undang perpajakan yang berlaku (lawfull dan sensible) (Suandy:

2011: 11).

Seperti yang diungkapkan di atas, cara yang diperkenankan untuk

melakukan penghematan pajak adalah penghindaran pajak (tax

avoidance). Oleh karena itu diperlukan manajemen pajak yang bertujuan

untuk meminimalkan beban pajak dan menunda selambat mungkin pajak

untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan.

Dengan perencanaan pajak yang baik perusahaan dapat mengelola

cashflow dengan optimal khususnya untuk pengeluaran-pengeluaran yang

4

berkaitan dengan pajak. Disamping itu, perencanaan pajak yang baik juga

akan meminimalkan resiko perpajakan jika ada pemeriksaan pajak,

mengingat batas kadaluarsa pemeriksaaan pajak cukup lama yaitu sepuluh

tahun.

Pernyataan di atas menunjukkan bahwa tax planning akan

membantu meminimalisasikan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh wajib

pajak dalam rangka pemenuhan kewajiban pajak tersebut tidak

memberatkan wajib pajak dan tidak menghambat wajib pajak dalam

melakukan pemenuhan kewajiban pajaknya, maka peneliti tertarik untuk

memprediksi faktor-faktor yang mempengaruhi tax planning pada

perusahaan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis merumuskan

masalah sebagai berikut:

“Apakah Kebijakan Perpajakan, Undang-Undang Perpajakan,

Administrasi Perpajakan, Loopholes, dan Perbedaan Tarif Pajak

berpengaruh terhadap Tax Planning?”

5

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian:

Menganalisis pengaruh kebijakan perpajakan, Undang-Undang

perpajakan, administrasi perpajakan, loopholes, dan tarif pajak

terhadap pelaksanaan tax planning.

2. Manfaat Penelitian:

a. Bagi Peneliti: Melalui penelitian ini, peneliti dapat terlibat

langsung dalam praktek perencanaan pajak dan secara langsung

mengetahui sampai sejauh mana teori tentang perencanaan

perpajakan mampu mengatasi permasalahan yang terjadi di suatu

perusahaan. Selain itu penulis dapat menambah wawasan

pengetahuan serta kemampuan berfikir dalam bidang perpajakan

khususnya mengenai perencanaan pajak.

b. Bagi Pembaca: Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan

referensi dalam pengembangan penelitian yang berkaitan dengan

perencanaan pajak.

c. Bagi perusahaan: Penelitian ini dapat membantu dalam

mengevaluasi kinerja serta menjadi pertimbangan manajemen.

d. Bagi wajib pajak: Hasil dari penelitian ini dapat menjadi acuan dan

bahan informasi bagi siapa saja yang ingin meminimalkan

pembayaran pajak.

6

e. Bagi Pihak Lain: Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai

bahan referensi yang bermanfaat dan dapat memberikan dasar-

dasar pemikiran bagi para peneliti berikutnya yang berminat atau

berkaitan dengan sektor perpajakan terutama tentang perencanaan

pajak.

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Dasar-dasar Perpajakan

Pada dasarnya, pajak dipungut oleh Pemerintah untuk membiayai

Anggaran Pembiayaan dan Belanja Negara (APBN). Pemungutan pajak

harus didasarkan pada undang-undang perpajakan yang telah ada.

Peraturan perundang-undangan perpajakan yang telah mengatur tentang

pajak Pajak Penghasilan yang berlaku sejak 1 januari 1984 adalah

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang pajak penghasilan yang

sekarang telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.

Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983, sistem

perpajakan yang dianut oleh Negara Indonesia adalah self asessment

system. Dalam sistem ini, wajib pajak diberi kepercayaan untuk

menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri kewajiban pajaknya.

1. Definisi Pajak

Pengertian pajak menurut Brotodiharjo (2003:3) adalah sebagai

berikut:

“Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang

terutang oleh orang yang wajib membayarnya menurut peraturan-

peraturan, dengan tidak mendapatkan prestasi kembali, yang langsung

dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai

pengeluran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara yang

menyelenggarakan pemerintahan.”

8

Sedangkan pengertian pajak menurut Rochmat Soemitro dalam

Suandy (2011:9) adalah sebagai berikut:

“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-

undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal

balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang

digunakan untuk membayar pengeluaran umum”.

Lebih lanjut lagi Soemitro mengoreksi definisi tersebut menjadi:

“Pajak peralihan kekayaan dari pihak rakyat ke kas negara untuk

membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public

saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public

saving”.

Suandy (2011:8) menyimpulkan bahwa ada tujuh unsur yang

melekat pada pengertian pajak, yaitu:

a. Pajak peralihan kekayaan dari orang /badan ke pemerintah.

b. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang

serta aturan pelaksaannya, sehingga dapat dipaksakan.

c. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya

kontraprestasi langsung secara individual yang diberikan oleh

pemerintah.

d. Pajak dipungut oleh negara baik oleh pemerintah pusat maupun

pemerintah daerah

e. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah,

yang bila dari pemasukannya masih terdapat surplus,

dipergunakan untuk membiayai public investment.

9

f. Pajak dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan

tertentu dari pemerintah.

g. Pajak dapat dipungut secara langsung atau tidak langsung.

2. Definisi Penghasilan

Pengertian Penghasilan tercantum Undang-undang Nomor 36

tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. Di dalam ketentuan tersebut

disebutkan:

“Yang menjadi Objek Pajak adalah penghasilan yaitu setiap tambahan

kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik

yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat

dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak

yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk:

a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa

yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan,

honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau

imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam

Undang-undang ini.

b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan

penghargaan.

c. Laba usaha

d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta

termasuk:

1) Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan,

persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau

penyertaan modal.

2) Keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan dan

badan lainnya karena pengalihan harta kepada pemegang

saham, sekutu, atau anggota.

3) Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan,

pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan usaha.

4) Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan

atau sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga

sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan badan

keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau

pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh

Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan

usaha, pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan antara pihak-

pihak yang bersangkutan.

10

5) Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah

dibebankan sebagai biaya.

6) Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena

jaminan pengembalian utang.

7) Deviden, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk

dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan

pembagian sisa hasil usaha koperasi.

8) Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan

harta.

9) Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala.

10) Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai

dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan

Pemerintah.

11) Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing.

12) Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva.

13) Premi asuransi.

14) Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari

anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan

usaha atau pekerjaan bebas, tambahan kekayaan neto yang

berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak.”

Menurut PSAK nomor 23 penghasilan didefinisikan sebagai:

“Suatu penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang

mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi

penanam modal. Dari hal ini maka dapat disimpulkan bahwa setiap

pendapatan yang diterima oleh wajib pajak baik dari dalam maupun

luar negeri akan dikenai pajak oleh negara.”

3. Pajak Pengahasilan

Menurut Suandy (2006:75) pengertian Pajak Penghasilan adalah

sebagai berikut:

“Pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang

diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak atau dapat pula

dikenakan pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak, apabila

kewajiban pajak subjektifnya dimulai atau berakhir dalam tahun

pajak. Yang dimaksud dengan dalam undang-undang ini adalah

takwim, namun Wajib Pajak dapat menggunakan tahun buku tersebut

meliputi jangka waktu 12 (dua belas) bulan.”

a. Subjek Pajak Penghasilan

11

Menurut Undang-Undang Pasal 36 Tahun 2008, pasal 2

disebutkan bahwa yang menjadi subjek pajak adalah:

1)

(a) Orang pribadi

(b) Warisan yang belum terdagi sebagi satu kesatuan,

menggantikan yang berhak. Kewajiban pajak subjektif

warisan belum terbagi dimulai pada saat timbulnya

warisan yang belum terbagi tersebut dan berakhir pada

saat warisan tersebut belum selesai dibagi.

2) Badan

Pengertian Badan adalah sekumpulan orang dan modal

yang merupkan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun

tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas,

perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik

Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun,

firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,

perkumpulan, yayasan organisasi massa, organisasi sosial

politik, atau organisasi yang sejenis, lembaga, dan bentuk

badan lainnya termasuk reksadana.

3) Bentuk Usaha Tetap (BUT)

Bentuk Usaha Tetap (BUT) adalah bentuk usaha yang

dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal

di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183

12

(seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua

belas) bulan, atau badan yang tidak didirikan dan tidak

berkedudukan di Indonesia, untuk menjalankan usaha atau

melakukan kegitan di Indonesia, yang dapat berupa:

(a) Tempat kedudukan manajemen.

(b) Cabang perusahaan.

(c) Kantor perwakilan.

4) Gedung kantor.

5) Pabrik.

6) Bengkel.

7) Pertambangan dan penggalian sumber alam, wilayah kerja

pengeboran yang digunakan untuk eksplorasi pertambangan.

8) Perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau kehutanan.

9) Proyek instalasi, konstruksi, perkebunan, atau kehutanan.

10) Pemberian jasa dalam bentuk apapun oleh pegawai atau orang

lain sepanjang dilakukan lebih dari 60 (enam puluh) hari dalam

jangka waktu 12 (dua belas) bulan.

11) Orang atau badan yang bertindak selaku agen yang

kedudukanya tidak bebas.

12) Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak

didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang

menerima premi asuransi atau menanggung resiko di

Indonesia.

13

4. Pengecualian Subjek Pajak Penghasilan

Menurut pasal 3 UU nomor 36 Tahun 2008 dikatakan bahwa yang

menjadi pengecualian dalam subjek pajak pengahasilan adalah:

a. Kantor perwakilan negara asing.

b. Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik, dan konsulat atau pejabat-

pejabat lain dari negara asing, dan orang-orang yang

diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat

tinggal bersama mereka, dengan syarat bukan warga negara

Indonesia dan di Indonesia tidak menirima penghasilan lain di

luar jabatan atau pekerjaannya tersebut serta negara yang

bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik.

c. Organisasi-organisasi internasional, dengan syarat:

1) Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut, dan

2) Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk

memperoleh penghasilan dari Indonesia selain memberikan

pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dari iuran

para anggota.

3) Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional yang

ditetapkan dengan keputusan Menteri Keuangan dengan

syarat bukan warga negara Indonesia dan tidak menjalankan

usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh

penghasilan dari Indonesia.

14

5. Obyek Pajak Penghasilan

Yang menjadi Objek Pajak adalah penghasilan yaitu setiap

tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh oleh

wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar

Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah

kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam

bentuk apapun, termasuk:

a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa

yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan,

honorium, komisi, bonus, uang pensiun, atau imbalan dalam

bentuk lainnya, kecuali ditentukan oleh lain dalam undang-

undang ini.

b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan

penghargaan.

c. Laba usaha.

d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta

termasuk.

e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan

sebagai biaya.

f. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan

pengembalian hutang. Premium terjadi apabila misalnya surat

obligasi dijual di atas nilai nominalnya sedangkan diskonto terjadi

apabila surat obligasi dibeli di bawah nilai nominalnya. Premium

15

tersebut merupakan penghasilan bagi yang menerbitkan obligasi

sedangkan diskonto merupakan penghasilan bagi yang membeli

obligasi.

g. Deviden, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk

deviden dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan

pembagian sisa hasil usaha koperasi.

h. Royalti imbalan.

i. Sewa penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta.

j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala.

k. Keuntungan karena pembebasan hutang, kecuali sampai dengan

jumlah tertentu yang ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah.

l. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing.

m. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva.

n. Premi asuransi.

o. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya

yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau

pekerjaan bebas.

p. Tambahan kekayaan netto yang berasal dari penghasilan yang

belum dikenakan pajak.

B. Manajemen Pajak

Menurut Lumbantoruan (1996) menyebutkan bahwa manajemen

pajak sebagai suatu strategi penghematan pajak. Pada dasarnya usaha

16

penghematan pajak merupakan usaha wajib pajak yang selalu berusaha

meminimalkan beban pajak dan menunda pembayaran pajak selambat

mungkin sebatas masih diperkenankan peraturan perpajakan.

Meminimalkan beban pajak sekecil mungkin dapat dilakukan

dengan menekan penghasilan-penghasilan dan/atau memperbesar biaya-

biaya yang boleh dikurangkan dari penghasilan (deductible) sehingga

Penghasilan Kena Pajak (PKP) menjadi lebih kecil atau memanfaatkan

hal-hal yang belum diatur dalam peraturan perpajakan. Sedangkan usaha

memanfaatkan peraturan perpajakan yang ada, seperti ketentuan yang

berkaitan dengan penyusutan.

1. Tujuan Manajemen Pajak

Fungsi manajemen umum, seperti perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan, dan pengendalian juga berlaku dalam manajemen pajak.

Jadi secara teoritis perencanaan pajak adalah bagian dari manajemen

pajak. Tujuan manajemen pajak oleh Suandy (2006) dapat dibagi

menjadi dua, yaitu:

a. Menerapkan peraturan perpajakan secara benar.

b. Usaha efesiensi untuk mencapai laba dan likuidatas yang

seharusnya.

2. Fungsi-Fungsi Manajemen Pajak

Untuk maksud pembahasan strategi penghematan pajak, ada

baiknya jika mendefinisikan manajemen pajak sebagai kewajiban

memenuhi perpajakan dengan benar, tetapi jumlah pajak dapat ditekan

17

serendah mungkin untuk memperoleh likuiditas dan laba yang

diharapkan. Dari uraian-uraian tersebut dikemukakan bahwa fungsi-

fungsi manajemen pajak masih menurut Lumbantoruan (1996) adalah:

a. Perencanaan pajak (tax planning).

b. Pelaksanaan kewajiban perpajakan (tax implementation).

c. Pengendalian pajak (tax control).

C. Perencanaan Pajak (Tax Planning)

1. Pengertian Perencanaan Pajak (Tax Planning)

Perencanaan pajak dilakukan oleh Wajib Pajak baik badan maupun

pribadi dalam rangka meminimalkan pajak yang terutang yang harus

dibayar kepada negara. Di dalam melakukan perencanaan pajak,

seorang Wajib Pajak harus tetap berpedoman pada peraturan pajak

yang berlaku.

Pengertian Tax Planning Hidayat (2003:11):

“Tax Planning adalah sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan

dengan benar (tidak melanggar undang-undang) tetapi jumlah pajak

yang dibayar dapat ditekan serendah mungkin untuk memperoleh laba

dan likuiditas yang diharapkan.”

Menurut Suandy (2011:6):

“Tax Planning adalah langkah awal dalam manajemen pajak. Pada

tahap ini, dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan

perpajakan agar dapat diseleksi jenis tindakan yang akan dilakukan.”

Menurut Mangoting (1999) mengatakan bahwa:

“Tax Planning adalah suatu proses mengorganisasi usaha wajib pajak

atau kelompok wajib pajak sedemikian rupa sehingga hutang pajaknya

baik pajak penghasilan maupun pajak-pajak lainnya berada dalam

18

posisi yang minimal, sepanjang hal ini dimungkinkan oleh ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.”

Tax planning tidak berarti sebagai upaya menghindari pajak,

karena bila demikian jelas bertentangan dengan undang-undang

perpajakan yang berlaku. Pada umumnya penekanan tax planning

adalah untuk meminimumkan kewajiban pajak. Hal ini dapat dilihat

dari dua definisi tax planning menurut Suandy (2011:7) di bawah ini:

a. Tax Planning is the systematic analysis of deferring tax option

aimed at the minimization of tax liability in current and future tax

periods (Crumbley,1994).

b. Tax planning is arrangements of a person’s business andlor

private affairs in order to minimize tax liability (Lyons,1996).

Tax Planning disini tidak sama dengan perencanaan yang

merugikan penerimaan negara, karena tujuannya adalah untuk

mengatur agar pajak yang harus dibayar tidak lebih dari jumlah yang

seharusnya. Untuk itu perusahaan perlu melakukan penelitian dan

pengumpulan ketentuan peraturan perpajakan.

Lima hal yang perlu diperhatikan dalam rangka melaksanakan Tax

Planning menurut Hidayat (2003) adalah:

a. Pertama, wajib pajak harus mengerti peraturan perpajakan yang

terkait. Akan sangat sulit dapat melakukan tax planning yang baik

dan tidak melanggar undang-undang bila tax planning dirancang

tidak dalam koridor undang-undang perpajakan yang berlaku.

Pelaksanaan tax planning yang melanggar undang-undang akan

berakibat fatal dan bahkan dapat mengancam keberhasilan tax

19

planning (Suandy,2011:10). Apabila suatu perencanaan pajak

ingin dipaksakan dengan melanggar ketentuan perpajakan, bagi

wajib pajak merupakan resiko yang berbahaya dan mengancam

keberhasilan perencanaan pajak. Karena itu, sebaiknya wajib pajak

menghindari hal tersebut karena dapat sangat merugikan wajib

pajak sendiri.

b. Kedua, menentukan tujuan yang ingin dicapai dalam tax planning.

Tax planning paling tidak memiliki dua tujuan utama menurut

Suandy (2011:7) yakni:

1) Menerapkan peraturan perpajakan secara benar.

2) Mengefisiensikan laba yang diharapkan.

c. Ketiga, dalam melakukan tax planning harus memahami karakter

usaha wajib pajak. Hal ini dikarenakan hampir setiap perusahaan

memiliki perbedaan-perbedaan dalam kebijakan maupun perilaku

dan kebiasaan kebiasaannya. Dengan memahami secara mendalam

seluk-beluk usaha akan sangat membantu dalam melakukan tax

planning.

d. Keempat, memahami tingkat kewajaran atas transaksi-transaksi

yang diatur dalam tax planning. Hal ini dikarenakan apabila

pelaksanaan tax planning dengan mengabaikan kewajaran sudah

tentu akan menimbulkan kesulitan-kesulitan karena adanya

kecurigaan fiskus dan ini dapat berimplikasi dengan pemeriksaan,

karena bisa diindikasikan adanya kecurangan pajak.

20

e. Kelima, tax planning harus didukung oleh kebijakan akuntansi

(accounting treatment) dan didukung dengan bukti-bukti yang

memadai, seperti adanya faktur, perjanjian, dan lain-lain.

2. Manfaat Perencanaan Pajak (Tax Planning)

Ada beberapa manfaat yang bisa diperoleh dari perencanaan pajak

yang dilakukan secara cermat. Beberapa manfaat menurut Mangoting

(1999) yang dapat disebutkan adalah:

a. Penghematan kas keluar, karena pajak yang merupakan unsur biaya

dapat dikurangi.

b. Mengatur aliran kas, karena dengan perencanaan pajak yang

matang dapat diestimasi kebutuhan kas untuk pajak dan

menentukan saat pembayaran sehingga perusahaan dapat menyusun

anggaran kas secara lebih akurat.

Untuk menghemat pajak menurut Syahdan (2001) dapat dilakukan

dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Bermanfaat secara optimal ketentuan-ketentuan perpajakan yang

berlaku.

b. Pengurangan PKP perusahaan melalui peningkatan penghasilan

karyawan.

c. Membagi perusahaan menjadi beberapa perusahaan atau

menggabungkannya.

d. Pemilihan bentuk usaha.

21

Menurut Mangoting (1999) tujuan tax planning secara lebih khusus

ditujukan untuk memenuhi hal-hal berikut:

a. Menghilangkan/menghapus pajak sama sekali

b. Menghilangkan/menghapus pajak dalam tahun berjalan

c. Menunda pengakuan penghasilan

d. Mengubah penghasilan rutin berbentuk capital gain

e. Memperluas bisnis atau melakukan ekspansi usaha dengan

membentuk badan usaha baru

f. Menghindari pengenaan pajak ganda

g. Menghindari bentuk penghasilan yang bersifat rutin atau teratur

atau membentuk, memperbanyak atau mempercepat pengurangan

pajak.

Implementasi tax planning dalam kegiatan usaha wajib pajak

adalah untuk mencapai sasaran perusahaan dalam pemenuhan

kewajiban perpajakan, dengan cara menggunakan tax planning secara

lengkap, benar, dan tepat waktu yang sesuai dengan Undang-Undang

Perpajakan, sehingga tidak terkena sanksi administratif (denda, bunga,

kenaikan pajak) dan sanksi pidana. Hal tersebut bertujuan untuk

efisiensi dan efektifitas pemanfaatan sumber daya, guna meningkatkan

kinerja perusahaan dalam memperoleh laba yang optimal.

22

3. Aspek Formal dan Administratif Tax Planning

Kewajiban perpajakan bermula dari implementasi undang-undang

perpajakan. Oleh karena itu, ketidakpatuhan terhadap undang-undang

dapat dikenakan sanksi baik administrasi maupun sanksi pidana.

Sanksi administrasi maupun sanksi pidana merupakan pemborosan

sumber daya sehingga perlu dihindari melalui suatu perencanaan pajak

yang baik. Untuk dapat menyusun perencanaan pemenuhan kewajiban

perpajakan yang baik diperlukan pemahaman terhadap peraturan

perpajakan. Selanjutnya selaras dengan pengelompokkan hukum pajak

aspek formal administratif maupun aspek material substantif perlu

untuk dimengerti dan dipahami untuk dapat menghindari sanksi

administratif maupun pidana.

4. Aspek Material dalam Tax Planning

Pajak dikenakan terhadap objek pajak yang dapat berupa keadaan,

perbuatan maupun peristiwa. Basis penghitungan pajak adalah objek

pajak, maka untuk mengoptimalkan alokasi sumber dana, manajemen

akan merencanakan pembayaran pajak yang tidak lebih dan tidak

kurang (supaya tidak membayar sanksi administrasi yang merupakan

pemborosan dana). Untuk itu objek pajak harus dilaporkan secara

benar dan lengkap.

5. Penghindaran Sanksi Pajak

Pembayaran sanksi yang tidak seharusnya terjadi merupakan

pemborosan sumber daya perusahaan. Sanksi administrasi dapat

23

berupa denda, bunga maupun kenaikan. Sanksi tersebut merupakan

financial penalty yang merupakan pemborosan dana. Sedangkan sanksi

pidana dapat berupa pidana penjara dan atau denda keuangan.

D. Strategi dalam Tax Planning

1. Strategi dalam Tax Planning

Ada beberapa cara yang biasanya dilakukan atau dipraktekkan

wajib pajak untuk meminimalkan pajak yang harus dibayar, misalnya

seperti yang dikemukakan oleh Lumbantoruan (1996:489) yaitu:

a. Pergeseran pajak (shifting), ialah pemindahan atau mentransfer

beban pajak dari subjek pajak kepada pihak lain, dengan demikian,

orang atau badan yang dikenakan pajak mungkin sekali tidak

menanggungnya.

b. Kapitalisasi, ialah pengurangan harga objek pajak sama dengan

jumlah pajak yang akan dibayarkan kemudian oleh pembeli.

c. Transformasi, ialah cara pengelakan pajak yang dilakukan oleh

pabrikan dengan cara menanggung beban pajak yang dikenakan

terhadapnya.

d. Tax Evasion, ialah penghindaran pajak dengan melanggar

ketentuan peraturan perpajakan.

e. Tax Avoidance, ialah penghindaran pajak dengan menuruti

peraturan yang ada.

24

Dapat disimpulkan, bahwa ada strategi-strategi yang bisa diambil

oleh wajib pajak terutama badan, dalam usahanya melaksanakan tax

planning dengan tujuan mengatur atau dengan kata lain meminimalkan

jumlah pajak yang harus dibayar. Diantara strategi-strategi tersebut ada

yang legal maupun ilegal. Strategi-strategi atau cara-cara yang legal

sesuai dengan aturan undang-undang yang berlaku, biasanya dilakukan

dengan memanfaatkan hal-hal yang tidak diatur dalam undang-undang

atau dalam hal ini memanfaatkan celah-celah yang ada dalam undang-

undang perpajakan (loopholes).

2. Pendekatan Lain dalam Tax Planning

Menurut Mangoting (1999) ada dua pendekatan lain yang bisa

dilakukan sebagai suatu strategi dalam usaha memperkecil laba yang

akhirnya juga mengurangi pajak yang harus dibayar yaitu:

a. Dengan memperkecil pendapatan atau penerimaan.

b. Dengan memperbesar biaya atau pengeluaran.

Seperti yang disebutkan di atas, bahwa usaha untuk mengatur

jumlah pajak yang harus dibayar dapat dilakukan dengan dua

pendekatan yaitu memperkecil pendapatan dan penerimaan dan

memperbesar jumlah beban atau pengeluaran. Alternatif atau cara yang

pertama umumnya berisiko cukup besar, karena hal ini biasanya

dilakukan dengan pemalsuan dokumen atau membukukan jumlah yang

fiktif, dimana pencatatan transaksi dilakukantidak benar.

25

Pendekatan yang kedua juga ada risikonya, dan cara yang atau

jalan yang ditempuh juga sama dengan alternatif pertama, hanya saja

peraturan pajak memberikan beban-beban yang dapat dikurangkan dari

penghasilan bruto untuk menentukan jumlah pajak yang harus dibayar.

(Undang-Undang Pajak Penghasilan No.10 tahun 1994, pasal 6).

Sebenarnya pembayaran pajak dapat dengan mudah dihindari

dengan tidak melakukan perbuatan yang memberi alasan untuk dikenai

pajak, yaitu dengan meniadakan atau tidak melakukan hal-hal yang

dapat dikenakan pajak. Perlu diketahui bahwa pembayaran jumlah

pajak yang kurang dari seharusnya, bukan hanya dapat dilakukan

dengan suatu perencanaan tax planning, tapi bisa juga karena kelalaian

wajib pajak itu sendiri, misalnya dalam hal:

a. Ignorance atau ketidaktahuan, adalah wajib pajak tidak sadar atau

tidak tahu akan adanya ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan tersebut.

b. Error atau kesalahan, adalah wajib pajak paham dan mengerti

mengenai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan,

tetapi salah dalam menghitung datanya.

c. Misunderstanding atau kesalahpahaman, adalah wajib pajak salah

menafsirkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

d. Negliance atau kealpaan, adalah wajib pajak alpa untuk

menyimpan buku beserta bukti-bukti secara lengkap.

26

Menurut Brotodihardjo (2003:13-14) lebih lanjut membedakan

perlawanan terhadap pajak menjadi dua yaitu:

a. Perlawanan pasif meliputi hambatan-hambatan yang mempersukar

pemungutan pajak yang erat hubungannya dengan struktur

ekonomi suatu negara, perkembangan intelektual dan moral

penduduk serta sistem dan cara pemungutan pajak itu sendiri.

b. Perlawanan aktif. Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan

perbuatan yang secara langsung ditujukan kepada fiskus dan

bertujuan untuk menghindari pajak. Perlawanan aktif ini meliputi

penghindaran diri dari pajak, pengelakan pajak, dan melalaikan

pajak.

Dapat disimpulkan bahwa usaha-usaha dengan menggunakan

strategi yang bertujuan untuk penghematan pajak atau meminimalkan

jumlah pajak yang harus dibayar atau mengatur jumlah pajak yang

dibayar yang dilakukan oleh wajib pajak, dikategorikan sebagai

perlawanan aktif.

E. Langkah-Langkah Perencanaan Pajak (Tax Planning)

Menurut Tjahjono (2001), perencanaan pajak yang dapat dilakukan

adalah:

1. Memaksimalkan Penghasilan yang Dikecualikan

Usaha memaksimalkan penghasilan yang dikecualikan adalah

usaha memaksimalkan penghasilan yang bukan objek pajak dengan

27

mendasarkan pada variabel penghasilan yang bukan sebagai objek

pajak. Peluang ini tercantum dalam pasal 4 (3) Undang-Undang

Pajak Penghasilan no.10 tahun 1994, yang mengatur tentang

penghasilan yang tidak termasuk objek pajak, yaitu:

a. Bantuan/sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan

amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau

disahkan oleh pemerintah dan para penerima zakat yang sah,

sepanjang tidak ada hubungannya dengan usaha, pekerjaan,

kepemilikan atau penguasaan antara pihak-pihak yang

bersangkutan.

b. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis

keturunan lurus satu derajat, dan oleh badan keagamaan atau

badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil

termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

c. Warisan.

d. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan

perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya,

BUMN dan BUMD dengan nama dan dalam bentuk apapun,

persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, koperasi, yayasan

atau organisasi yang sejenis, lembaga, dana pensiun, dan

bentuk badan usaha lainnya sebagai pengganti saham atau

sebagai penyertaan modal.

28

e. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau

jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan

kenikmatan dari wajib pajak atau pemerintah.

f. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi

sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan,

asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa.

g. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh

perseroan terbatas sebagai wajib pajak dalam negeri, koperasi,

yayasan, atau organisasi yang sejenis, BUMN, atau BUMD,

dari penyertaan modal pada badan usaha yng didirikan dan

bertempat kedudukan di Indonesia.

h. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang

pendiriannya telah disahkan oleh menteri keuangan, baik yang

dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai, dan penghasilan

dari modal yang ditanamkan dalam bidang-bidang tertentu

yang ditetapkan oleh menteri keuangan.

i. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari

perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-

saham, persekutuan, perkumpulan, firma dan kongsi.

j. Bunga laba yang diterima atau diperoleh perusahaan reksadana.

k. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal

ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang

29

didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia

dengan syarat badan pasangan tersebut:

1) Merupakan perusahaan kecil, menengah, atau yang

menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang

ditetapkan oleh menteri keuangan.

2) Sahamnya tidak diperdagangkan di BEI.

2. Memaksimalkan Biaya-Biaya Fiskal

Tindakan ini berupa tindakan yang dilakukan dengan

meningkatkan biaya-biaya yang dapat dikurangkan atau menekan

biaya yang dapat dikurangkan atau dialihkan ke biaya-biaya yang

dapat dikurangkan. Peluang ini tercantum dalam pasal 6 dan pasal

9 Undang-Undang Pajak Penghasilan no.10 tahun 1994. Pasal 6

mengatur beban-beban yang dapat dikurangkan yaitu:

a. Beban untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara

penghasilan, termasuk beban pembelian bahan, berkenaan

dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium,

bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk

uang, bunga, sewa, royalti, beban perjalanan, biaya pengolahan

limbah, piutang yang nyata tidak dapat ditagih, premi asuransi,

beban administrasi, dan pajak kecuali pajak penghasilan.

b. Penyusutan dan pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud

dan amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan

atas beban lain yang mempunyai manfaat lebih dari 1 tahun.

30

c. Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan

oleh menteri keuangan.

d. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki

dan digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk

mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan.

e. Kerugian karena selisih kurs mata uang asing.

f. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki

dan digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk

mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan.

g. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan

di Indonesia.

h. Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan.

Beban-beban yang dapat dikurangkan ini nantinya yang harus

diperbesar oleh perusahaan, sehingga pengurang terhadap

penghasilan bruto juga akan semakin besar, akibatnya pajak yang

akan dibayar semakin kecil. Sedangkan pasal 9 Undang-Undang

Pajak Penghasilan No. 10 Tahun 1994, mengatur beban-beban yang

tidak dapat dikurangkan sebagai berikut:

a. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti

dividen, termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan

asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil

usaha koperasi.

31

b. Beban yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan

pribadi pemegang saham, sekutu atau anggota.

c. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan kecuali cadangan

piutang tak tertagih untuk usaha bank dan sewa guna usaha

dengan hak opsi, cadangan untuk usaha asuransi dan cadangan

biaya reklamasi untuk usaha pertambangan yang ketentuan dan

syaratnya ditentukan oleh menteri keuangan.

d. Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa,

asuransi dwiguna dan asuransi beasiswa, yang dibayar oleh

wajib pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi

kerja dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi

wajib pajak yang bersangkutan.

e. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau

jasa penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan

kenikmatan, kecuali yang berkaitan dengan pelaksanaan

pekerjaan yang ditetapkan dengan keputusan menteri keuangan.

f. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan.

g. Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan

sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (3) huruf a dan b.

h. Pajak penghasilan.

i. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan

wajib pajak atau orang yang menjadi tanggungannya.

32

j. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma atau

perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham.

k. Sanksi administrasi berupa bunga, denda yang berkenaan

dengan pelaksanaan peraturan perundang-undangan di bidang

perpajakan.

3. Meminimalkan Tarif Pajak

Tindakan ini dapat dilakukan dengan upaya pengenaan pajak

dengan tarif seminimal mungkin. Hal ini dapat ditempuh antara

lain mengalokasikan penghasilan dalam beberapa tahun atau dalam

perusahaan yang masih dalam satu grup.

Sedangkan menurut Lumbantoruan (1996:485-486)

perencanaan pajak dapat ditempuh sebagai berikut:

a. Mengambil keuntungan sebesar-besarnya dari ketentuan

mengenai pengecualian dan potongan atau pengurangan yang

diperkenankan.

b. Mengambil keuntungan dari pemilikan bentuk-bentuk

perusahaan yang tepat.

c. Mendirikan perusahaan dalam satu jalur usaha sehingga dapat

diatur secara keseluruhan penggunaan tarif pajak, potensi

penghasilan, kerugian dan aktiva yang bisa dihapus.

d. Menyebarkan penghasilan menjadi beberapa tahun untuk

mencegah penghasilan tersebut termasuk dalam kategori

33

pendapatan yang tarifnya tinggi. Bila mungkin pembayaran

pajak bisa ditunda.

F. Motivasi Melakukan Perencanaan Pajak (Tax Planning)

Motivasi diartikan sebagai semua kondisi yang memberikan

dorongan dalam diri seseorang yang digambarkan sebagai keinginan,

kemauan, dorongan dsb (Gibson, Donnelly, Ivancevich, 1997:340) dalam

(Rini, Sartika, 2008). Motivasi dilakukannya perencanaan pajak adalah

keinginan untuk meminimalkan beban pajak yang pada akhirnya dapat

memaksimalkan laba setelah pajak karena pajak ikut mempengaruhi

pengambilan keputusan atas suatu tindakan dalam operasi perusahaan.

Dimana perencanaan pajak merupakan salah satu unsur penunjang untuk

mencapai tujuan perusahaan. Unsur penunjang lainnya yaitu unsur

pendapatan atau penghasilan yang dihasilkan oleh perusahaan, dimana

pendapatan/penghasilan merupakan objek pajak tidak final dan ada juga

yang merupakan objek pajak final.

Dalam penelitian ini, membatasi faktor-faktor yang memotivasi

manajemen perusahaan melakukan tax planning menurut Suandy

(2011:10) yaitu kebijakan perpajakan, undang-undang perpajakan,

administrasi perpajakan, loopholes dan tarif pajak (tax rates).

1. Kebijakan Perpajakan (Tax Policy)

Kebijakan perpajakan (tax policy) merupakan alternatif dari berbagai

sasaran yang hendak dituju dalam sistem perpajakan dari berbagai aspek

34

kebijaksanaan pajak, berikut akan diuraikan faktor-faktor yang mendorong

dilakukannya suatu perencanaan pajak (Suandy, 2011: 11) yaitu:

a. Pajak yang akan dipungut

Di dalam sistem perpajakan ada berbagai tipe pajak yang harus

menjadi pertimbangan utama baik berupa pajak langsung maupun

pajak tidak langsung dan cukai seperti:

1) Pajak Penghasilan Badan dan Perseorangan

2) Pajak atas capital gains

3) Witholding tax atas gaji, dividen, sewa, bunga, royalti, lain-lain.

4) Pajak atas impor, ekspor, serta bea masuk.

5) Pajak atas undian/hadiah.

6) Bea materai.

7) Capital Transfer taxes/transfer duties.

8) Business licence dan trade taxes lainnya.

Terdapat berbagai kewajiban jenis pajak yang harus dibayar di

mana masing-masing jenis pajak tersebut mempunyai sifat perlakuan

pajak sendiri-sendiri. Misalnya bea masuk dianggap sebagai biaya

yang dapat dikurangkan dari penghasilan kena pajak atau bisa

dimintakan restitusi apabila kita melakukan ekspor barang, sedangkan

pajak penghasilan adalah pajak atas laba atau penghasilan kena pajak

yang dapat mengurangi besarnya penghasilan bersih setelah pajak.

Maka agar tidak mengganggu atau tidak memberatkan arus kas

perusahaan, diperlukan perencanaan pajak yang baik untuk bisa

35

menganalisis atas transaksi apa akan terkena pajak yang mana dan

berapa dana yang diperlukan, sehingga dapat diketahui berapa

penghasilan bersih setelah pajak.

b. Subjek Pajak

Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut “the

classical system” dimana ada pemisahan antara Wajib Pajak Badan

dan Wajib Pajak Orang Pribadi. Indonesia merupakan salah satu

negara yang menganut “the classical system” dimana ada pemisahan

antara badan usaha dengan pribadi pemiliknya uang akan

menimbulkan pajak ganda. (Suandy, 2011: 11)

Adanya perbedaan perlakuan perpajakan atas pembayaran dividen

badan usaha kepada pemegang saham perorangan dan kepada

pemegang saham berbentuk badan usaha menyebabkan timbulnya

usaha untuk merencanakan pajak dengan baik agar beban pajak rendah

sehingga sumber daya perusahaan bisa dimanfaatkan untuk tujuan

yang lain. Di samping itu, ada pertimbangan untuk menunda

pembayaran dividen dengan cara meningkatkan jumlah laba yang

ditahan bagi perusahaan yang juga akan menimbulkan penundaan

pembayaran pajak.

c. Objek Pajak

Objek pajak merupakan setiap tambahan kemampuan ekonomis

yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari

Indonesia maupun luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi

36

atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan,

dengan nama dan dalam bentuk laporan. Adanya perlakuan perpajakan

yang berbeda atas objek pajak yang secara ekonomis hakikatnya sama

akan menimbulkan usaha perencanaan pajak agar beban pajaknya

rendah.

Sebagai contoh, transaksi modal perseroan atas dividen dan capital

gains, di mana atas pembayaran dividen kepada pemegang saham

perorangan diterapkan tarif progressive Pasal 17 Undang-Undang

Pajak Penghasilan sedangkan capital gains dikenakan pajak flat rate

sebesar 0,1% atau 0,6% dari jumlah bruto nilai penjualan saham.

Karena objek pajak merupakan basis perhitungan besarnya pajak,

maka untuk optimalisasi alokasi sumber dana, manajemen akan

merencanakan pajak yang tidak lebih dan tidak kurang.

d. Tarif Pajak

Adanya tarif yang diterapkan di Indonesia mengakibatkan seorang

perencana pajak akan berusaha sedapat mungkin dikenakan tarif yang

paling rendah. Menurut Barry Bracewell and Milnes, (1980), bahwa:

“The heavier the burden, the stroner the motive and the wider the

scope for tax avoidance, since the taxpayer may avoid the higher rates

of tax while still remaining liae to the lower”.

e. Prosedur Pembayaran Pajak

Adanya self assessment system dan payment system mengharuskan

seseorang perencanaan pajak untuk merencanakan pajak dengan baik.

37

(Suandy, 2011: 12). Saat ini sistem pemungutan witholding tax di

Indonesia makin ditingkatkan penerapannya. Hal ini di samping

mengganggu arus kas perusahaan juga bisa mengakibatkan kelebihan

pembayaran atas pemungutan pendahuluan tersebut, padahal untuk

memperoleh restitusi atas kelebihan tersebut diperlukan waktu dan

biaya.

2. Undang-Undang Perpajakan (Tax Regulation)

Undang-undang perpajakan adalah kumpulan peraturan-peraturan yang

mengatur masalah perpajakan. Pada kenyataannya dimanapun tidak ada

undang-undang yang mengatur setiap permasalahan secara sempurna,

maka dalam pelaksanaannya selalu diikuti oleh ketentuan-ketentuan lain

(Peraturan Pemerintah Keputusan Presiden, Keputusan Menteri Keuangan,

dan Direktur Jendral Pajak), maka tidak jarang ketentuan pelaksanaan

tersebut bertentangan dengan undang-undang itu sendiri karena

disesuaikan dengan kepentingan pembuat kebijaksanaan dalam mencapai

tujuan yang lain yang ingin dicapainya. (Suandy, 2011: 13).

Seperti diketahui, tax planning merupakan suatu proses yang

mendeteksi cacat teoritis dalam ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan tersebut. Melaksanakan tax planning dengan memanfaatkan

celah-celah dari peraturan perundang-undangan yang berlaku. Keadaan ini

menyebabkan munculnya celah bagi wajib pajak untuk menganalisis

dengan cermat atas kesempatan tersebut untuk digunakan merencanakan

38

pajak yang baik. Wajib pajak dapat mencari kelemahan dan memperbaiki

kembali rencana pajaknya.

Pada awal mendirikan usaha, wajib pajak juga dapat melakukan tax

planning dengan cara memanfaatkan undang-undang pajak yang berlaku.

Pada masa sekarang ini, Wajib Pajak harus cermat dalam memilih lokasi

usaha yang akan didirikan. Hal ini disebabkan, adanya lokasi-lokasi usaha

tertentu yang memperoleh fasilitas yang lebih dibanding dengan

lokasi/kawasan lainnya. Apabila wajib pajak ingin mendapatkan fasilitas

yang diberikan oleh pemerintah maka wajib pajak dapat memilih lokasi

usaha di daerah tertentu, misalnya di Indonesia Bagian Timur.

Dengan mendirikan usaha di daerah tersebut, maka Wajib Pajak dapat

memperoleh banyak pengurangan pajak penghasilan yang diberikan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 undang-undang Nomor 7 Tahun

1983 yang telah diubah terakhir dengan undang-undang Nomor 36 Tahun

2008. Di samping itu juga diberikan fasilitas seperti penyusutan dan

amortisasi yang dipercepat, kompensasi kerugian yang lebih lama dari

seharusnya.

Hasil suatu tax planning bisa dikatakan baik atau tidak tergantung

dengan apa yang kita lakukan dan semua itu harus sesuai dengan

kebutuhan perusahaan. Kadang-kadang suatu rencana harus diubah

mengingat adanya peraturan perundang-undangan.

Tindakan perubahan tersebut harus tetap dijalankan walaupun

diperlukan penambahan biaya/kemungkinan keberhasilannya sangat kecil.

39

Sepanjang masih besar penghematan pajak yang bisa diperoleh rencana

tersebut harus tetap dijalankan, karena bagaimanapun juga kerugian yang

ditanggung merupakan kerugian minimal. Meskipun suatu tax planning

sudah dijalankan dan proyek sudah berjalan, masih perlu

mempertimbangkan setiap perubahan yang terjadi termasuk perubahan

undang-undang.

3. Administrasi Perpajakan (Tax Administration)

Indonesia merupakan negara dengan wilayah luas dan jumlah

penduduk yang banyak. Sebagai negara berkembang, Indonesia masih

mengalami kesulitan dalam melaksanakan administrasi perpajakannya

secara memadai. Hal ini mendorong perusahaan untuk melaksanakan

perencanaan pajak dengan baik agar terhindar dari sanksi administrasi

maupun pidana karena adanya perbedaan penafsiran antara aparat

fiskus dengan wajib pajak akibat luasnya peraturan perpajakan yang

berlaku dan sistem informasi yang masih belum efektif (Suandy, 2011:

13).

4. Loopholes

Loopholes dapat dimanfaatkan untuk membayar pajak lebih kecil

dari atau bahkan tidak membayar sama sekali atas suatu income tertentu.

Dalam tax avoidance Wajib Pajak memanfaatkan peluang-peluang

(loopholes) yang ada dalam undang-undang perpajakan, sehingga dapat

membayar pajak yang lebih rendah. Tax avoidance (penghindaran pajak)

adalah suatu usaha pengurangan secara legal yang dilakukan dengan cara

40

memanfaatkan ketentuan-ketentuan di bidang perpajakan secara optimal,

seperti pengecualian dan pemotongan-pemotongan yang diperkenankan

maupun memanfaatkan hal-hal yang belum diatur dan kelemahan-

kelemahan yang ada dalam peraturan perpajakan. Seperti diketahui, tax

planning merupakan suatu proses yang mendeteksi cacat teoritis dalam

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Keadaan ini yang

memunculkan celah bagi wajib pajak untuk menganalisis dengan cermat

atas kesempatan tersebut untuk digunakan merencanakan pajak yang baik.

Wajib pajak dapat mencari kelemahan dan memperbaiki kembali

rencana pajaknya. Pada awal mendirikan usaha, wajib pajak juga dapat

melakukan tax planning dengan cara memanfaatkan undang-undang

perpajakan yang berlaku. Loopholes ini memiliki 2 makna yaitu:

a. Loopholes yang memang sengaja diberikan oleh pemerintah di dalam

suatu tax policy yang dibuat sedemikian rupa guna mendukung suatu

aktivitas atau kegiatan ekonomi tertentu.

b. Loopholes yang sebetulnya bukan maksud pembuat undang-undang di

dalam membuat peraturan perpajakan tersebut, atau dengan kata lain

tidak sejalan dengan jiwa dan semangat ketentuan perpajakan.

5. Perbedaan Tarif Pajak

Tarif pajak, dimana semakin besar tarif pajak maka semakin besar

motivasi wajib pajak untuk melakukan tax planning. Sebagai contoh

adalah pemberian natura kepada karyawan tidak dapat diperlukan sebagai

deductible expense. Sehingga bagi perusahaan hal ini tidak

41

menguntungkan, oleh karena itu perusahaan memberikannya dalam

bentuk cash dan memasukkannya ke dalam daftar gaji karyawan sehingga

perusahaan bisa diperlakukan sehingga deductible expense.

Dengan adanya perbedaan tarif pajak atas objek pajak, memotivasi

perusahaan untuk memanfaatkannya agar beban pajaknya rendah.

Perencanaan yang dapat dilakukan untuk menghemat beban pajak atau

meminimalisasi beban pajak penghasilan yaitu dengan melihat dari segi

siapa yang menanggung beban, maka PPh pasal 21 dapat dilakukan

melihat 3 bentuk:

a. PPh pasal 21 ditanggung oleh karyawan

Dalam hal ini jumlah PPh pasal 21 yang tertuang akan ditanggung

karyawan itu sendiri sehingga benar-benar mengurangi penghasilan.

Istilah yang sering digunakan adalah PPh pasal 21 yang dipotong oleh

perusahaan.

b. PPh pasal 21 ditanggung perusahaan

Dalam hal ini, jumlah PPh pasal 21 yang terutang akan ditanggung

oleh perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian, gaji yang

diterima oleh karyawan tersebut tidak dikurangi dengan PPh pasal 21

karena perusahaan yang menanggung beban PPh pasal 21.

Penghitungan PPh pasal 21 tersebut tidak dilakukan dengan cara gross

up, karena tidak menambah secara langsung penghasilan bruto

karyawan tersebut tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto

perusahaan.

42

c. PPh pasal 21 diberikan dalam bentuk tunjangan dengan menggunakan

metode gross up.

Apabila PPh pasal 21 diberikan dalam bentuk tunjangan, maka

jumlah tunjangan tersebut akan menambah penghasilan karyawan dan

kemudian baru dikenakan PPh pasal 21. Dalam hal ini perhitungan

dilakukan dengan cara gross up dimana besarnya tunjangan pajak

sama dengan jumlah PPh pasal 21 terutang untuk masing-masing

karyawan.

Selain itu ada unsur lain yang juga tidak kalah pentingnya yaitu

perencanaan atas biaya/pengeluaran yang akan ditanggung perusahaan

dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, dimana

biaya/pengeluaran ada yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto

atau sering disebut deductible expense dan ada yang tidak dapat

dikurangkan dari penghasilan bruto atau sering disebut non deductible

expense. Dari semua unsur tersebut harus dapat memerankan peran

dengan baik agar tujuan perusahaan dapat tercapai.

G. Kajian Penelitian Terdahulu

Berikut ini akan dipaparkan mengenai penelitian yang dilakukan

terkait dengan pengaruh penerapan Tax Planning dalam meminimalkan

pajak terutang wajib pajak badan.

43

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

Nama

Peneliti

Judul Penelitian Metodologi Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

Eddy

Suratno

(2008)

Strategi

Perencanaan

Pajak

Variabel

dependen

Perencanaan

Pajak (Tax

Planning)

Metode

penelitian

adalah studi

kepustakaan.

Hasil penelitiannya

menyimpulkan, dalam

penerapannya,

terdapat beberapa cara

dalam meminimalkan

jumlah pajak yang

harus dibayar, yaitu

dengan pergeseran

(shifting), kapitalisasi,

transformasi,

penghindaran

(avoidance), dan

penyelundupan

(evasion).

Nyoman

Sentosa

Hardika

(2007)

Perencanaan

Pajak Sebagai

Strategi

Penghematan

Pajak

Variabel

dependen

Perencanaan

Pajak (Tax

Planning)

Metode

penelitian

adalah studi

kepustakaan.

Hasil penelitiannya

menyimpulkan,

perencanaan pajak

merupakan tahap

pertama dalam

penghematan pajak.

Oleh karena itu,

penelitian dan

pengumpulan

ketentuan peraturan

perpajakan dilakukan

pada tahap ini dengan

maksud dapat

diseleksi jenis

tindakan

penghematan pajak

yang akan dilakukan.

Bersambung ke halaman selanjutnya

44

Tabel 2.1 (Lanjutan)

Nama

Peneliti

Judul Penelitian Metodologi Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

Nyoman

Darmayasa

(2011)

Perencanaan

Pajak dari Aspek

Rasio Total

Benchmarking,

Kebijakan

Akuntansi, dan

Administrasi

Sebagai Strategi

Penghematan

Pajak

Variabel

dependen

Perencanaan

Pajak (Tax

Planning)

Metode

penelitian

adalah studi

kepustakaan.

Hasil penelitian ini

menyimpulkan bahwa

perencanaan pajak

merupakan upaya

legal karena

penghematan pajak

hanya dapat

dilakukan dengan

memanfaatkan hal-hal

yang tidak diatur

(loopholes).

R.B

Chrisdianto

& Andrianto

(2009)

Penerapan Tax

Planning dalam

Pengambilan

Keputusan

Terhadap Pilihan

Alternatif

Pembelian Truk

Secara Tunai,

Kredit Bank, dan

Leasing dengan

Hak Opsi pada

PT. Rajawali Dwi

Putra Indonesia.

Variabel

dependen

Perencanaan

Pajak (Tax

Planning)

Metode

penelitian

studi kasus

pada PT.

Rajawali Dwi

Putra

Indonesia

Berdasarkan

kesimpulan, maka PT.

Rajawali Dwi Putra

disarankan untuk

menggunakan leasing

dengan hak opsi

sebagai alternatif

pembelian tujuh unit

truk baru agar dapat

melakukan tax saving

(penghematan pajak).

Sumber: Diolah dari Berbagai Referensi

H. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1 di bawah ini menunjukkan kerangka pemikiran mengenai

kebijakan perpajakan (KP), undang-undang perpajakan (UUP),

Administrasi Perpajakan (AP), loopholes (L), dan perbedaan Tarif Pajak

(PTP)

45

Gambar 2.1

Skema Kerangka Pemikiran

I. Hipotesis

Diduga faktor Kebijakan Perpajakan (KP), Undang-Undang

Perpajakan (UUP), Administrasi Perpajakan (AP), Loopholes (L), dan

Perbedaan Tarif Pajak (PTP) merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi

tax planning pada perusahaan.

Faktor-faktor

Yang

Mempengaruhi

Penerapan Tax

Planning Pada

Perusahaan

Analisis

Faktor

Faktor KP

Faktor UUP

Faktor AP

Faktor L

Loopholes

Faktor PTP

Faktor Ke-I

Faktor Ke-II

Faktor Ke-III

Faktor Ke-n

46

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di daerah DKI Jakarta, lebih tepatnya pada

perusahaan-perusahaan yang terdaftar sebagai WP Badan di KPP Pratama

Kramat Jati Jakarta Timur yang beralamat di Jalan Dewi Sartika no. 189A.

Lokasi tersebut peneliti pilih karena KPP Pratama Kramat Jati Jakarta

Timur merupakan KPP yang memiliki cukup banyak Wajib Pajak Badan

yang terdaftar disana yang berlokasi di Jakarta Timur. Waktu pelaksanaan

penelitian dimulai pada bulan Januari sampai Maret 2013. Penulis akan

meneliti dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tax planning

pada perusahaan yang terdaftar sebagai WP Badan di KPP tersebut.

Adapaun variabel-variabel yang akan dianalisis yaitu Kebijakan

Perpajakan, Undang-Undang Perpajakan, Administrasi Perpajakan,

Loopholes, dan Perbedaan Tarif Pajak.

B. Metode Penetuan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau

subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah wajib

47

pajak badan yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Jakarta

Kramat Jati.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2010:116). Teknik pengambilan

sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah convenience

sampling istilah umum yang mencakup variasi luasnya prosedur

pemilihan responden dimana unit sampel yang ditarik mudah

dihubungi, tidak menyusahkan, mudah untuk mengukur, dan bersifat

kooperatif (Abdul Hamid, 2007:30).

Sampel pada penelitian ini adalah Wajib Pajak Badan yang

terdaftar di KPP Pratama Jakarta Kramat Jati sebanyak 10 perusahaan.

Tabel 3.1

Data Sampel Perusahaan

No. Nama Perusahaan Alamat Perusahaan

1. PT. Massma Sikumbang Jl. Dermaga No. 57 Balekambang Jakarta

Timur 13530

2. PT. Citra Bhakti Sejahtera Cawang Kencana Building 2nd Floor,

Suite 202 Jl. Mayjen Sutoyo Kav.22

Jakarta Timur 13630

3. PT. Mitra Gema Wisesa Jl. Elang Malindo V Blok A.II/16

RT.002/08 Cipinang Melayu, Makasar-

Jakarta Timur

4. PT. Elshafah Adi Wiguna Mandiri Jl. Munggang No.48 RT.003/01 Kel.

Balekambang Kec. Kramat Jati, Jakarta

Timur 13530

5. PT. Sapta Rezeki Jl. Pucung I No. 15 Balekambang Jakarta

Timur 13530

6. PT. Production Link Indonesia Cawang Kencana Building, 2nd Floor

Suite 207 Jl. Mayjen Sutoyo Kav.22

Jakarta Timur 13630

Bersambung ke halaman selanjutnya

48

Tabel 3.1 (Lanjutan)

No. Nama Perusahaan Alamat Perusahaan

7. PT. Intekama Globalindo Gedung Sinar Kasih Lt. III Jl. Dewi

Sartika No. 136, Jakarta Timur

8. PT. Tifar Admanco Jl. Komodor No. 2 Halim Perdana

Kusuma Jakarta Timur

9. PT. Elka Indonesia Jl. Kayu Manis No. 7 Balekambang

Jakarta Timur 13530

10. PT. Adhivisi Mitra Setia Puri Niaga Agraria, Jl. Kav. Agraria

No.70, Jakarta 13440

C. Metode Pengumpulan Data

1. Pengumpulan Data Primer

Data primer merupakan data penelitian yang diperoleh secara

langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer

dapat berupa opini subjek (orang) secara individual atau kelompok,

hasil pengujian (Indriantoro dan Supomo, 2002:146-155).

Jenis skala yang digunakan untuk menjawab bagian pertanyaan

penelitian adalah skala likert yaitu metode yang digunakan untuk

mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok

orang tentang suatu fenomena sosial (Indriantoro dan Supomo,

2002:104). Skala likert yang digunakan untuk menjawab pertanyaan

penelitian memiliki lima kategori sebagaimana disajikan dalam tabel

3.1 di bawah ini:

49

Tabel 3.2

Skala Likert

Bobot Kategori

5 Sangat Setuju

4 Setuju

3 Ragu-ragu

2 Tidak Setuju

1 Sangat Tidak Setuju

Sumber: diolah

2. Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder adalah teknik pengumpulan data secara tidak

langsung tentang obyek penelitian yang dilakukan dengan cara studi

pustaka dari berbagai buku, majalah, literatur, Peraturan Perundang-

undangan, dan sebagainya.

D. Metode Analisis

1. Uji Kualitas Data

a. Uji Validitas Data

Suatu alat ukur (kuisioner) dikatakan valid jika pernyataan

pada kuisioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur

oleh kuisioner tersebut secara cermat. Pengujian validitas ini

menggunakan Pearson Correlation, yaitu dengan cara menghitung

korelasi antara skor masing-masing butir pertanyaan dengan total

skor. Jika korelasi antara skor masing-masing butir pernyataan

dengan total skor mempunyai tingkat signifikansi di bawah 0,05,

maka butir pernyataan tersebut dinyatakan valid dan sebaliknya

(Ghozali, 2006).

50

b. Uji Reliabilitas Data

Instrumen dikatakan reliabel apabila terdapat kesamaan

data dalam waktu berbeda. Suatu kuisioner dikatakan reliabel atau

handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah

konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Uji reliabilitas

digunakan untuk mengukur bahwa variabel yang digunakan benar-

benar bebas dari kesalahan sehingga menghasilkan hasil yang

konsisten meskipun diuji berkali-kali. Jika hasil dari Cronbach’s

Alpha di atas 0,60, maka data tersebut mempunyai keandalan yang

tinggi (Ghozali, 2006).

2. Analisis Faktor

Teknik analisis yang digunakan peneliti adalah analisis faktor.

Metode analisis faktor pertama kali digunakan oleh Charles Spearmen

untuk memecahkan masalah psikologi dalam tulisannya di American

Journal of Psychology pada tahun 1904, mengenai penetapan dan

pengukuran intelektual. Analisis faktor pada prinsipnya digunakan

untuk mereduksi data. Mereduksi data merupakan proses untuk

meringkas faktor menjadi lebih sedikit dan menamakannya sebagai

faktor.

Menurut Singgih Santoso, (2005:11) analisis faktor termasuk pada

interdependence techniques, yang berarti tidak ada variabel dependen

ataupun variabel independen. Proses analisis faktor mencoba

menemukan hubungan (interrelationship) antar sejumlah variabel-

51

variabel yang saling independen satu dengan yang lain, sehingga bisa

diabuat satu atau beberapa kumpulan variabel yang lebih sedikit dari

jumlah variabel awal.

Proses analisis faktor:

a. Memilih variabel yang akan dianalisis.

b. Menguji variabel-variabel dengan menggunakan metode Bartlett

Test of Sphercity serta pengukuran MSA (Measure of Sampling

Adaquacy).

1) Lihat angka Bartletts Test dan Measure of Sampling Adquency

(MSA).

2) Lihat anti-image correlation untuk melihat variabel mana yang

bernilai < 0,5.

3) Jika masih ada variabel yang bernilai < 0,5 maka harus

mengeluarkan variabel tersebut, kemudian pengujian diulangi

kembali sampai tidak ada variabel bernilai < 0,5.

c. Melakukan faktoring dari variabel-variabel yang telah lolos pada

uji variabel. Setelah sejumlah variabel terpilih, maka dilakukan

ekstraksi variabel hingga menjadi satu atau beberapa faktor.

d. Melakukan proses factor rotation atau rotasi terhadap faktor yang

telah terbentuk. Tujuan rotasi adalah untuk memperjelas variabel

yang masuk ke faktor tertentu.

Beberapa metode rotasi:

52

1) Orthogonal Rotation, yakni memutar sumbu 90 . Proses rotasi

dengan metode ini masih bisa dibedakan menjadi Quartimax,

Varimax, dan Equimax.

2) Oblique Rotation, yakni memutar sumbu ke kanan, tetapi tidak

harus 90 . Proses rotasi dengan metode ini masih bisa

dibedakan menjadi Oblimin, Promax, Orthoblique, dan lainnya.

e. Interprestasi atau faktor yang telah terbentuk yang dianggap bisa

mewakili variabel-variabel anggota tersebut.

f. Validasi atas faktor untuk mengetahui apakah faktor yang telah

terbentuk telah valid.

g. Uji KMO dan Berthen Test, memiliki beberapa hal yaitu angka

KMO (Kaiser-Meyer-otkin) haruslah berada di atas 0,5 dan

signifikan harus berada di bawah 0,05 sedangkan pada uji MSA

angkanya haruslah berada pada 0 sampai 1 dengan kriteria:

1) MSA = 1, Variabel dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh

variabel yang lain.

2) MSA > 0,5, variabel masih bisa diprediksi dan bisa dianalisis

lebih lanjut, atau dikeluarkan dari variabel lainnya.

3) MSA < 0,5, variabel tidak bisa diprediksi dan tidak bisa

dianalisis lebih lanjut, atau dikeluarkan dari variabel lainnya.

53

E. Operasional Variabel

Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah variabel

dependen dan variabel independen, dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Variabel Terikat (Dependent Variable) (Y)

Yang menjadi variabel dependen dalam penelitian ini adalah Tax

Planning.

2. Variabel Bebas (Independent Variable) (X)

Variabel independen dalam penelitian ini adalah Kebijakan

Perpajakan (X1), Undang-Undang Perpajakan (X2), Administrasi

Perpajakan (X3), Loopholes (X4), Perbedaan Tarif Pajak (X5).

54

Tabel 3.3

Tabel Operasional Variabel

Analisis Faktor-

faktor yang

Mempengaruhi

Penerapan Tax

Planning pada

Perusahaan

Variabel Dimensi Indikator Skala

Pengukuran

Kebijakan

perpajakan

(Tax Policy)

(X1)

1. Sistem

pemungutan

pajak

2. Pajak yang

akan

dipungut

3. Subjek

pajak

1. Self

assessment

system

2.Official

assessment

system

1. PPh Badan

2. PPh

Perseorangan

3. Witholding

tax atas gaji,

dividen, dan

sewa.

1. WP Badan

2. WP pribadi

Likert

Undang-

undang

perpajakan

(Tax

Regulation)

(X2)

1. PPh final

2. Penghasilan

Kena Pajak

3. Pajak

Pengghasilan

4. Faktur Pajak

5. PPN

Likert

Bersambung ke halaman selanjunya

55

Analisis Faktor-

faktor yang

Mempengaruhi

Penerapan Tax

Planning pada

Perusahaan

Variabel Dimensi Indikator Skala

Pengukuran

Administrasi

perpajakan

(Tax

Administratio

n) (X3)

1. SPT

2. Tepat

Waktu

3. Tax penalty

4.

Penghindaran

sanksi

administratif

Likert

Loopholes

(X4)

1. Peluang-

peluang

dalam UU

Pajak

2. Tax

avoidance

3. Membayar

pajak lebih

kecil

Likert

Bersambung ke halaman selanjunya

56

Analisis Faktor-

faktor yang

Mempengaruhi

Penerapan Tax

Planning pada

Perusahaan

Variabel Dimensi Indikator Skala

Pengukuran

Perbedaan

Tarif Pajak

(Tax Rates)

(X5)

1. Metode

meminimalis

asi tarif pajak

2. Bentuk

penghematan

PPh pasal 21

3. Perbedaan

perlakuan

tarif pajak

Likert

Sumber: Diolah dari Berbagai Referensi

57

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta

Kramat Jati

Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Jakarta Kramat Jati

dibentuk sesuai Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor: PMK

132/PMK.01/2006 tanggal 22 Desember 2006 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak. Sebagai KPP

Modern, struktur organisasi mengalami perubahan sesuai fungsi yang

menggabungkan fungsi pelayanan KPP, fungsi pelayanan Pajak Bumi

dan Bangunan (PBB) Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan

(KPPBB) dan fungsi pemeriksaan Kantor Pemeriksaan Pajak

(Karikpa) ke dalam satu atap pelayanan KPP Pratama.

B. Analisis Data

1. Uji Kualitas Data

a. Uji Validitas Data

Uji validitas dilakukan untuk mengukur sah atau valid tidaknya

suatu kuisioner. Kuisioner dikatakan valid jika pernyataan dalam

kuisioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh

kuisioner tersebut (Ghozali, 2006). Pengujian ini dilakukan dengan

58

menggunakan Pearson Correlation. Pedoman suatu model

dikatakan valid jika tingkat signifikan di bawah 0,05 maka butir

pernyataan itu dikatakan valid.

b. Reliabilitas Data

Suatu kuisioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban

seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari

waktu ke waktu. Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur bahwa

variabel yang digunakan benar-benar bebas dari kesalahan

sehingga menghasilkan hasil yang konsisten meskipun diuji

berkali-kali. Penghitungan reliabilitas ini dilakukan dengan metode

Cronbach’s Alpha (Ghozali, 2006). Jika hasil dari Cronbach’s

Alpha di atas 0,60, maka data tersebut mempunyai keandalan yang

tinggi (Ghozali, 2006).

59

Tabel 4.1

Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas

Variabel Butir

Pernyataan

Pearson

Correlation

Sig.

(2-tailed) Ket

Cronbach’s

Alpha Ket

Kebijakan

Perpajakan

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

0,609**

0,812**

0,826**

0,811**

0,777**

0,757**

0,712**

0,629**

0,682**

0,601**

0,000

0,000

0,000

0,000

0,000

0,000

0,000

0,000

0,000

0,000

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

0,895 Reliabel

Undang-

Undang

Perpajakan

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

0,603**

0,569**

0,653**

0,630**

0,752**

0,694**

0,781**

0,713**

0,733**

0,627**

0,590**

0,000

0,000

0,000

0,000

0,000

0,000

0,000

0,000

0,000

0,000

0,000

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

0,875 Reliabel

Administrasi

Perpajakan

22

23

24

25

26

27

28

0,676**

0,749**

0,772**

0,697**

0,696**

0,338**

0,575**

0,000

0,000

0,000

0,000

0,000

0,000

0,000

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

0,769 Reliabel

Loopholes 29

30

31

32

33

0,626**

0,605**

0,712**

0,792**

0,742**

0,000

0,000

0,000

0,000

0,000

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

0,731 Reliabel

Perbedaan

Tarif Pajak

34

35

36

37

38

0,674**

0,702**

0,729**

0,673**

0,589**

0,000

0,000

0,000

0,000

0,000

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

0,699 Reliabel

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS

60

Berdasarkan tabel di atas dari hasil pengujian validitas dan

reliabilitas kuisioner pada penelitian ini dapat dilihat bahwa semua

pernyataan pada masing-masing pernyataan setiap variabel dapat

dikatakan valid karena setiap pernyataan memiliki nilai signifikansi di

bawah 0,05 atau Sig < 0,05. Berdasarkan data pada tabel tersebut juga

semua instrumen dinyatakan reliabel karena memiliki nilai

Cronbach’s Alpha di atas 0,60.

2. Uji Analisis Faktor

Analisis faktor dalam penelitian ini menggunakan Metode Kaiser

Meiyer-Olkin (KMO) yang nilainya harus lebih dari (0,5) dan metode

pengukuran Measure of Sampling Adequacy (MSA). Adapun proses

seleksi variabel dalam penelitian ini adalah:

a. Uji Kaiser-Meiyer-Olkin (KMO) dan Bartlett’s Test

Uji KMO dilakukan untuk mengetahui apakah faktor-faktor dalam

penelitian valid atau tidak. Angka KMO dan Bartlett’s Test harus

di atas (0,5). Ketentuan tersebut didasarkan pada kriteria dengan

melihat profitabilitas (Singgih, 2005:19-20):

1) Angka Sig > 0,05, maka H0 diterima.

2) Angka Sig < 0,05, maka H0 ditolak.

b. Anti Image Matrics

Untuk melihat variabel-variabel mana yang layak untuk dibuat

analisis faktor serta untuk mengetahui faktor-faktor yang dijadikan

sebagai faktor analisis mempunyai korelasi yang kuat atau tidak

61

dengan nilai lebih besar atau sama dengan (0,5) maka semua faktor

pembentuk variabel tersebut telah valid dan tidak ada faktor yang

direduksi. Pada bagian Anti Image Correlation yang pertama kali

harus dikeluarkan adalah variabel yang memiliki nilai MSA paling

kecil dan kurang dari (0,5). Besarnya angka MSA berkisar antara 0

dan 1 dengan kriteria sebagai berikut (Singgih, 2005:20):

1) MSA = 1, variabel dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh

variabel lain.

2) MSA > 0,5, variabel masih bisa diprediksi dan bisa dianalisis

lebih lanjut.

3) MSA < 0,5, variabel tidak bisa diprediksi dan tidak bisa

dianalisis lebih lanjut, atau dikeluarkan dari variabel lainnya.

a. Eigenvalue

Eigenvalue digunakan untuk menganalisis layak suatu faktor baru.

Syarat layak menjadi suatu faktor baru adalah eigenvalue lebih

besar atau sama dengan 1. Sedangkan apabila terdapat faktor yang

memiliki eigenvalue kurang dari 1 maka faktor tersebut akan

dikeluarkan atau tidak digunakan.

b. Cumulative Varians

Nilai kumulatif varians menunjukkan besarnyatingkat keterwakilan

faktor baru yang terbentuk terhadap faktor awal atau semula.

Syaratnya apabila faktor baru yang terbentuk mampu mewakili

faktor awal atau semula maka nilai kumulatif varians > 60%.

62

c. Nilai Loading

Nilai loading bertujuan untuk mengetahui layak atau tidaknya suatu

varian masuk ke dalam faktor baru. Nilai loading ini dapat dilihat

dari eigenvalue, jika eigenvalue lebih dari 1 maka suatu varian

layak masuk ke dalam faktor baru.

Dalam penelitian ini tahap pertama pada analisis faktor adalah

menilai 38 pernyataan yang akan membentuk 6 variabel, yaitu Kebijakan

Perpajakan (X1), Undang-Undang Perpajakan (X2), Administrasi

Perpajakan (X3), Loopholes (X4), dan Perbedaan Tarif Pajak (X5). Variabel

ini terdiri dari item-item pernyataan. Data ini diolah dengan alat bantu

software SPSS 17.

Ke-5 variabel yang telah dianggap valid dan reliabel, kemudian

dimasukkan ke dalam analisis faktor untuk diuji apakah nilainya lebih

besar dari nilai KMO dan Bartlett’s Test yang di atas (0,5). Berikut ini

adalah tabel dari nilai KMO dan Bartlett’s Test.

Tabel 4.2

KMO and Bartlett’s Test

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling

Adequacy.

.614

Bartlett's Test of

Sphericity

Approx. Chi-Square 32.892

Df 10

Sig. .000

63

Pengujian untuk melihat apakah data dan variabel/item cukup

layak, dapat dilihat nilai dari statistik KMO. Tabel 4.7 di atas

menunjukkan bahwa nilai KMO adalah 0,613 dan tingkat signifikansinya

0,000. Nilai KMO yang lebih besar dari 0,5 menunjukkan bahwa variabel-

variabel yang digunakan dapat dianalisis lebih lanjut dengan analisis

faktor.

64

Pada tabel 4.8 dapat terlihat bahwa masing-masing variabel

memiliki nilai MSA sebesar 0,670 untuk Kebijakan Perpajakan (X1), 0,592

untuk Undang-Undang Perpajakan (X2), 0,559 untuk Administrasi

Perpajakan (X3), 0,633 untuk Loopholes (X4), dan 0,616 untuk Perbedaan

Tarif Pajak (X5).

Berdasarkan hasil output pada tabel 4.8 di atas, nilai Measure of

Sampling Adequacy (MSA) secara keseluruhan nilai MSA-nya sudah di

Tabel 4.3

Anti-image Matrices

Kebijakan

Perpajakan

Undang-

Undang

Perpajakan

Administrasi

Perpajakan Loopholes

Perbedaan

Tarif Pajak

Anti-image

Covariance

Kebijakan Perpajakan .920 -.053 -.035 -.108 -.171

Undang-Undang

Perpajakan

-.053 .893 -.241 -.044 -.109

Administrasi

Perpajakan

-.035 -.241 .920 -.006 -.018

Loopholes -.108 -.044 -.006 .904 -.211

Perbedaan Tarif Pajak -.171 -.109 -.018 -.211 .866

Anti-image

Correlation

Kebijakan Perpajakan .670a -.058 -.038 -.118 -.192

Undang-Undang

Perpajakan

-.058 .592a -.265 -.049 -.124

Administrasi

Perpajakan

-.038 -.265 .559a -.007 -.020

Loopholes -.118 -.049 -.007 .633a -.239

Perbedaan Tarif Pajak -.192 -.124 -.020 -.239 .616a

a. Measures of Sampling Adequacy(MSA)

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS

65

atas 0,5 dengan tingkat signifikansi jauh di bawah 0,05. Maka variabel dan

sampel yang ada secara keseluruhan sudah dapat dianalisis lebih lanjut.

Tabel 4.4

Communalities

Initial Extraction

Kebijakan Perpajakan 1.000 .413

Undang-Undang

Perpajakan

1.000 .612

Administrasi Perpajakan 1.000 .681

Loopholes 1.000 .506

Perbedaan Tarif Pajak 1.000 .554

Extraction Method: Principal Component

Analysis.

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS

Selanjutnya, berdasarkan output SPSS yang ada pada tabel 4.9 di

atas kita dapat melihat nilai komunalnya. Dimana pada dasarnya

Communalities adalah proporsi dari varian suatu item peubah asal yang

bisa dijelaskan oleh faktor utamanya. Nilai communalities menjelaskan

seberapa besar keragaman atau varians item/peubah asal yang dapat

diterangkan oleh faktor-faktor yang terbentuk. Nilai-nilai yang ada

menunjukkan kemampuan faktor-faktor yang terbentuk dalam

menerangkan varian item/peubah asal. Nilai yang terbesar dimiliki oleh

variabel Administrasi Perpajakan sebesar 0,681 yang artinya 68,1% varian

dari Administrasi Perpajakandapat diterangkan oleh faktor-faktor yang

terbentuk. Sedangkan nilai terkecil dimiliki oleh variabel Kebijakan

Perpajakan yaitu sebesar 0,413 yang artinya 41,3% varian dari Kebijakan

Perpajakan dapat diterangkan oleh faktor-faktor yang terbentuk. Semakin

66

besar nilai communalities, berarti semakin erat hubungannya dengan

faktor yang terbentuk.

Tahapan selanjutnya adalah melakukan pengujian Total Variance

Explained. Menurut Singgih Santoso (2005:43), menjelaskan bahwa tabel

Total Variance Explained menggambarkan jumlah faktor yang terbentuk.

Dalam melihat faktor yang terbentuk dapat dilihat pada eigenvalue-nya

harus berada di atas satu (1), jika sudah berada di bawah satu (1) maka

sudah tidak terdapat faktor yang terbentuk. Eigenvalue menunjukkan

kepentingan relatif masing-masing faktor dalam menghitung varians dari

total variabel yang ada. Jumlah angka eigenvalue susunannya selalu

diurutkan pada nilai yang terbesar sampai terkecil.

Tabel 4.5

Total Variance Explained

Component

Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings

Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative

%

1 1.648 32.962 32.962 1.648 32.962 32.962

2 1.119 22.373 55.335 1.119 22.373 55.335

3 .820 16.409 71.744

4 .729 14.584 86.327

5 .684 13.673 100.000

Extraction Method: Principal Component Analysis.

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS

67

Ada 5 (lima) variabel (component) yang dimasukkan dalam analisis

faktor, yakni variabel Kebijakan Perpajakan, Undang-Undang Perpajakan,

Administrasi Perpajakan, Loopholes, dan Perbedaan Tarif Pajak. Dengan

masing-masing variabel mempunyai varian 1, total varian adalah 5 x 1 = 5.

Sekarang jika kelima variabel diringkas menjadi satu faktor, varian yang

bisa dijelaskan oleh satu faktor adalah: 1,648/5 x 100% = 32,962%. Jika 5

variabel diekstrak menjadi 2 (dua) faktor, maka; varian faktor pertama

adalah 32,962%, varian faktor kedua adalah 1,119/5 x 100% = 22,373%.

Total kedua faktor akan bisa menjelaskan 32,962% + 22,373% = 55,335%

dari variabilitas kelima variabel asli.

Tabel Total Variance Explained di atas terlihat bahwa hanya

terdapat dua faktor yang terbentuk, hal ini senada dengan kriteria

pembentukan jumlah faktor dalam analisis faktor, jika eigenvalue kurang

dari 1 maka tidak dapat digunakan pembentukan faktor (Singgih Santoso,

2005:43). Karena dengan satu sampai dua faktor angka eigenvalue masih >

1. Akan tetapi untuk tiga faktor, angka eigenvalue sudah < 1, yakni 0,820

sehingga proses factoring berhenti pada 2 (dua) faktor saja.

68

Gambar 4.1

Grafik Scree Plot

Jika tabel Total Variance menjelaskan dasar jumlah faktor yang

didapat dengan perhitungan angka, Scree Plot menampakkan hal tersebut

dengan grafik. Terlihat bahwa dari satu kedua faktor (garis dari sumbu

Component Number = 1 ke 2), arah garis menurun dengan cukup tajam.

Kemudian dari angka 2 ke 3, garis masih menurun. Perhatikan juga faktor

3 sudah di bawah angka 1 dari sumbu Y (eigenvalues). Hal ini

menunjukkan bahwa 2 (dua) faktor adalah paling bagus untuk meringkas

kelima variabel tersebut.

69

Tabel 4.6

Component Matrixa

Component

1 2

Kebijakan Perpajakan .575 -.288

Undang-Undang

Perpajakan

.570 .535

Administrasi Perpajakan .438 .700

Loopholes .584 -.406

Perbedaan Tarif Pajak .678 -.308

Extraction Method: Principal Component

Analysis.

a. 2 components extracted.

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS

Setelah diketahui bahwa 2 (dua) faktor adalah jumlah yang paling

optimal, tabel Component Matrix menunjukkan distribusi kelima variabel

pada 2 (dua) faktor yang terbentuk. Sedangkan angka-angka yang ada pada

tabel adalah factor loadings, yang menunjukkan besar korelasi antara suatu

variabel dengan faktor 1 atau faktor 2. Proses penentuan variabel mana

akan masuk ke faktor yang mana dilakukan dengan melakukan

perbandingan besar korelasi pada setiap baris.

Seperti pada variabel Kebijakan Perpajakan, korelasi antara

variabel Kebijakan Perpajakan dengan faktor 1 adalah +0,575 (kuat karena

di atas 0,5), korelasi dengan faktor 2 adalah 0,288 (lemah karena dibawah

0,5). Oleh karena angka faktor loading terbesar ada pada component

nomor 1, maka variabel Kebijakan Perpajakan dimasukkan sebagai

component faktor 1.

70

Pada variabel Undang-Undang Perpajakan, korelasi antara variabel

dengan faktor 1 adalah +0,570 (cukup kuat), sedangkan korelasinya

dengan faktor 2 juga cukup kuat yaitu +0,535. Karena tidak ada korelasi

yang berbeda dengan jelas, seperti pada variabel Kebijakan Perpajakan,

sulit memutuskan akan dimasukkan ke faktor mana variabel Undang-

Undang Perpajakan. Oleh karena masih ada variabel yang belum jelas

akan dimasukkan ke dalam faktor 1 atau 2, perlu dilakukan proses rotasi

agar semakin jelas perbedaan sebuah variabel akan dimasukkan ke dalam

variabel 1 atau 2.

Component Matrix hasil dari proses rotasi (Rotated Component

Matrix) memperlihatkan distribusi variabel yang lebih jelas dan nyata.

Terlihat sekarang faktor loadings yang dulunya kecil semakin diperkecil,

dan faktor loading yang besar semakin diperbesar. Variabel Kebijakan

Tabel 4.7

Rotated Component Matrixa

Component

1 2

Kebijakan Perpajakan .638 .081

Undang-Undang Perpajakan .176 .762

Administrasi Perpajakan -.026 .825

Loopholes .711 -.011

Perbedaan Tarif Pajak .735 .122

Extraction Method: Principal Component Analysis.

Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.

a. Rotation converged in 3 iterations.

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS

71

Perpajakan, korelasi antara variabel Kebijakan Perpajakan dengan faktor 1

yang sebelum rotasi adalah 0,575 (kuat), dengan rotasi lebih diperkuat

menjadi 0,638. Sebaliknya korelasi variabel Kebijakan Perpajakan dengan

faktor 2 yang adalah 0,288 (lemah), dengan rotasi diperkecil lagi menjadi

0,081. Dengan demikian, bisa dikatakan variabel Kebijakan Perpajakan

bisa dimasukkan sebagai komponen faktor 1, namun dengan bukti yang

lebih jelas.

Variabel Undang-Undang Perpajakan, variabel ini masuk faktor 2,

karena factor loading dengan faktor 2 paling besar (0,762). Variabel

Administrasi Perpajakan, variabel ini masuk faktor 2, karena factor

loading dengan faktor 2 terbesar (0,825). Variabel Loopholes, variabel ini

masuk faktor 1, karena factor loading dengan faktor 1 terbesar (0,711),

variabel Perbedaan Tarif Pajak, variabel ini masuk faktor 1, karena factor

loading dengan faktor 1 terbesar (0,735).

Dengan demikian, kelima variabel telah direduksi menjadi hanya

terdiri dari 2 (dua) faktor, yaitu faktor pertama terdiri dari Kebijakan

Perpajakan, Loopholes, dan Perbedaan Tarif Pajak, dan faktor kedua terdiri

dari Undang-Undang Perpajakan dan Administrasi Perpajakan.

C. Pembahasan dan Interpretasi

1. Pembahasan

Dari hasil analisis faktor, pada pengujian Kaiser-Maiyer-Olkin

(KMO) dan Bartlett’s Test terdapat nilai sebesar 0,614 > 0,5, maka

72

proses analisis dapat dilanjutkan. Untuk nilai Measure of Sampling

Adequacy (MSA) pada masing-masing pernyataan/sub variabel agar

analisis dapat dilanjutkan nilai MSA > 0,5. Pada masing-masing

pernyataan/sub variabel diketahui bahwa seluruh pernyataan yang

diajukan pada penelitian ini dapat dilakukan analisis faktor karena

masing-masing variabel telah memiliki nilai MSA di atas 0,5.

Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa kelima variabel yang

diajukan pada penelitian ini memiliki pengaruh terhadap Tax Planning

pada perusahaan yang terdaftar sebagai Wajib Pajak Badan di KPP

Pratama Jakarta Kramat Jati.

Berdasarkan hasil pengujian Rotated Component Matrix diperoleh

bahwa dari lima variabel yang dianalisis terbentuk 2 (dua) faktor.

Faktor pertama terdiri dari Kebijakan Perpajakan, Loopholes, dan

Perbedaan Tarif Pajak. Sementara faktor kedua terdiri dari Undang-

Undang Perpajakan dan Administrasi Perpajakan.

2. Interpretasi

Dalam penelitian ini terbentuk dua faktor karena memiliki

eigenvalue di atas 1 (satu). Faktor-faktor tersebut adalah:

a. Faktor pertama didominasi oleh Kebijakan Perpajakan yang

memiliki nilai eigenvalue 1,648 dengan nilai loading 0,638,

Loopholes memiliki nilai eigenvalue 0,729 dengan nilai loading

0,711, dan Perbedaan Tarif Pajak yang memiliki nilai eigenvalue

0,684 dengan nilai loading 0,735.

73

b. Faktor kedua didominasi oleh Undang-Undang Perpajakan yang

memiliki nilai eigenvalue 1,119 dengan nilai loading 0,762 dan

Administrasi Perpajakan memiliki nilai eigenvalue 0,820 dengan

nilai loading 0,825.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis, dapat

disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan Tax

Planning pada perusahaan adalah Kebijakan Perpajakan, Undang-

Undang Perpajakan, Administrasi Perpajakan, Loopholes, dan

Perbedaan Tarif Pajak. Dan faktor yang paling dominan

mempengaruhi penerapan Tax Planning pada perusahaan adalah

Administrasi Perpajakan dengan nilai loading 0,825. Administrasi

pajak pada dasarnya adalah kelanjutan dari pelaksanaan tax planning.

Administrasi pajak adalah metode untuk meyakinkan bahwa apa yang

dilaksanakan telah sesuai dengan yang direncanakan. Pada intinya

administrasi adalah bentuk dari suatu sistem untuk mengendalikan

masalah pajak perusahaan. Hal yang mendorong perusahaan untuk

melaksanakan tax planning dengan baik adalah agar terhindar dari

sanksi administrasi maupun pidana karena adanya penafsiran antara

aparat fiskus dan wajib pajak akibat dari begitu luasnya peraturan

perpajakan yang berlaku dan sistem informasi yang masih belum

efektif, sehingga hal ini membuat Wajib Pajak terdorong untuk

melakukan Tax Planning.

74

BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada data berupa kuisioner yang dikumpulkan

terhadap 120 responden dan pengujian yang dilakukan terhadap

permasalahan dengan menggunakan model analisis faktor, maka dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut.

1. Berdasarkan hasil Anti Image Matrix yang terdapat pada Anti Image

Correlation menunjukkan bahwa kelima variabel yang terdiri dari

Kebijakan Perpajakan, Undang-Undang Perpajakan, Administrasi

Perpajakan, Loopholes, dan Perbedaan Tarif Pajak merupakan faktor

yang mempengaruhi penerapan Tax Planning pada perusahaan.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan Tax Planning pada

perusahaan terdiri dari dua faktor yang terbentuk dengan menggunakan

uji kelayakan dengan metode Component Matrix, faktor tersebut

adalah:

a. Faktor pertama, terdiri dari Kebijakan Perpajakan, Loopholes, dan

Perbedaan Tarif Pajak.

b. Faktor kedua, terdiri dari Undang-Undang Perpajakan dan

Administrasi Perpajakan.

75

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, implikasi

dalam penelitian ini yaitu:

1. Faktor pertama yang terdiri dari Kebijakan Perpajakan, Loopholes,

dan Perbedaan Tarif Pajak merupakan faktor-faktor yang

mempengaruhi penerapan Tax Planning pada perusahaan yang

berakibat dapat meminimalkan beban pajak yang terutang pada

perusahaan.

2. Faktor kedua yang terdiri dari Undang-Undang Perpajakan dan

Administrasi Perpajakan merupakan faktor-faktor yang

mempengaruhi penerapan Tax Planning pada perusahaan yang

berakibat dapat meminimalkan beban pajak yang terutang pada

perusahaan.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan simpulan penelitian

yang telah dilakukan, maka berikut ini disampaikan saran-saran yang

bersifat operasional dan spesifik untuk berbagai pihak yang memerlukan,

yaitu sebagai berikut:

1. Perusahaan dapat memanfaatkan kebijakan perpajakan, undang-undang

perpajakan, administrasi perpajakan, loopholes, dan perbedaan tarif

pajak sebagai upaya penghematan pembayaran pajak perusahaan yang

dapat meningkatkan laba perusahaan serta meminimalkan beban pajak.

76

Meminimalkan beban pajak sekecil mungkin dapat dilakukan dengan

menekan penghasilan-penghasilan dan/atau memperbesar biaya-biaya

yang boleh dikurangkan dari penghasilan (deductible) sehingga

Penghasilan Kena Pajak (PKP) menjadi lebih kecil atau memanfaatkan

hal-hal yang belum diatur dalam peraturan perpajakan. Sedangkan

usaha memanfaatkan peraturan perpajakan yang ada, seperti ketentuan

yang berkaitan dengan penyusutan. Salah satu contoh, perusahaan

dapat memanfaatkan loopholes (celah-celah dalam undang-undang

pajak), yaitu dengan memanfaatkan hal-hal yang belum diatur dalam

undang-undang pajak sehingga perusahaan dapat melakukan tax

planning secara lawful.

2. Dalam melakukan tax planning, perusahaan harus memahami karakter

usahanya. Hal ini dikarenakan hampir setiap perusahaan memiliki

perbedaan-perbedaan dalam kebijakan maupun perilaku dan kebiasaan

kebiasaannya. Dengan memahami secara mendalam seluk-beluk usaha

akan sangat membantu dalam melakukan tax planning.

3. Perusahaan hendaknya memahami tingkat kewajaran atas transaksi-

transaksi yang diatur dalam tax planning. Hal ini dikarenakan apabila

pelaksanaan tax planning dengan mengabaikan kewajaran sudah tentu

akan menimbulkan kesulitan-kesulitan karena adanya kecurigaan

fiskus dan ini dapat berimplikasi dengan pemeriksaan, karena bisa

diindikasikan adanya kecurangan pajak.

77

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Edisi Revisi VI. “Prosedur Penelitian (Suatu

Pendekatan Praktik)”. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Brotodihardjo, R. Santoso. 2003. “Pengantar Ilmu Hukum Pajak”. Bandung: PT.

Refika Aditama.

Chrisdianto dan Andrianto. “Penerapan Tax Planning dalam Pengambilan

Keputusan Terhadap Pilihan Alternatif Pembelian Truk Secara Tunai,

Kredit Bank, dan Leasing dengan Hak Opsi Pada PT. Rajawali Dwi Putra

Indonesia”, Jurnal Bisnis Perspektif Vol. 1 No. 1, Januari 2009.

Christopher S. Armstrong, Jennifer L. Blouin, David F. Larcker. “The Incentives

for Tax Planning”, Draft: March8, 2011

(http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract id=1416422), diakses

tanggal 7 november 2012 pukul17.33.

Darmayasa, Nyoman dan Nyoman Sentosa Hardika. “Perencanaan Pajak dari

Aspek Rasio Total Benchmarking, Kebijakan Akuntansi, dan Administrasi

Sebagai Trategi Penghematan Pajak”, Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan

Vol. 7 No. 3, November 2011.

Early Suandy.2006. “Perencanaan Pajak” .Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

___________.2011. “Hukum Pajak” . Edisi 5. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Ernie, Tisnawati Sule dan Kurniawan, Saefullah. 2009. Pengantar Manajemen.

Edisi Pertama. Jakarta : Prenada Media.

Ghozali, Imam, “Aplikasi Multivariate Dengan Program SPSS”, cetakan ke IV,

Universitas Diponegoro, Semarang, 2006.

Hamid, Abdul, “Buku Pedoman Penulisan Skripsi”, FEIS UIN Jakarta, 2007.

78

Hidayat, Nur dan Edi Jaenudin. “Penyajian Laporan Keuangan dalam Kerangka

Tax Planning (Studi Kasus Pada PT. X di Bandung)”, Jurnal Bisnis,

Manajemen, dan Ekonomi Vol. 7 No. 4, Mei 2006.

Indriatoro, Nur dan Supomo, Bambang. “Metodologi Penelitian dan Bisnis untuk

Akuntansi dan Manajemen”. BPFE. Yogyakarta: 2010.

Lumbantoruan, S. 1996. “Akuntansi Pajak”. Edisi Revisi. Jakarta: PT. Gramedia

Widiasarana.

Mahagiyani, Achmad Tjahjono. 2001. Perpajakan Indonesia Pendekatan Soal

Dan Jawab Kasus. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Mangoting, Yenni. 1999. “Tax Planning: Sebuah Pengantar Sebagai Alternatif

Meminimalkan Pajak”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 1 No. 1. 43-

53.

Mardiasmo.2011. Edisi Revisi. “Perpajakan”. Andi Offset. Yogyakarta.

Nazir, Mohammad. 2011. “Metode Penelitian”. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Riduwan, dkk. 2011 “Cara Mudah Belajar SPSS 17.0 dan Aplikasi Statistik

Penelitian”. Bandung: Alfabeta.

Rini, dan Sartika. “Pengaruh Kecerdasan Spiritual, Kinerja Pelayanan Pajak dan

Ketegasan Sanksi Perpajakan Terhadap Motivasi Wajib Pajak Dalam

Memenuhi Kewajiban Perpajakan”, Jurnal Akuntansi, Keuangan, dan

Pajak Vol. 1 No. 2. Oktober 2008.

Santoso, Singgih, “Seri Solusi Bisnis Berbasis TI Menggunakan SPSS untuk

Statistik Multivariat”, PT Elex Media Komputindo, Jakarta, 2005.

Sentosa Hardika, Nyoman. “Perencanaan Pajak Sebagai Strategi Penghematan

Pajak”, Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan Vol. 3 No. 2, Juli 2007

(http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/3207103112.pdf), diakses tanggal

7 November 2012 pukul 17.25.

Siti Kurnia Rahayu. 2010. “Perpajakan Indonesia Konsep dan Aspek Formal”.

Edisi Pertama. Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu.

Sugiyono. “Metode Penelitian Bisnis”. Penerbit Alfabeta, Bandung: 2008.

79

Supardi, “Metodologi Penelitian Ekonomi & Bisnis”, UII Press, Yogyakarta,

2005.

Suratno, Eddy. “Strategi Perencanaan Pajak”, Jurnal Media Akademik Vol. 2

No. 1, Februari 2008.

Syahdan, Syaiful Anuar. 2001. “Implementasi Tax Planning Sebagai Cara Legal

Untuk Memperkecil Pajak.” Jurnal Manajemen dan Akuntansi Vol. 2 No.

1. 14-23. STIE Indonesia, Banjarmasin.

LAMPIRAN 1

Kuisioner Penelitian

81

KUISIONER

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERAPAN

TAX PLANNING PADA PERUSAHAAN

IDENTITAS RESPONDEN

Jenis Kelamin : Laki-Laki Perempuan

Umur : < 20 20 - 30 31 - 40

41 - 50 lainnya

Pendidikan Saat Ini : SMA/SMK D1 D2

D3 S1 S2

S3 lainnya

Status : Belum Menikah Menikah

Skor penilaian

SS : Sangat Setuju = 5

S : Setuju = 4

RR : Ragu-ragu = 3

TS : Tidak Setuju = 2

STS : Sangat Tidak Setuju = 1

82

Isilah pernyataan dibawah ini dengan memberikan tanda checklist (√)

1. Kebijakan Perpajakan

No. PERNYATAAN SS S RR TS STS

1. Wajib Pajak diberikan kepercayaan

untuk dapat menghitung, melaporkan

dan membayar sendiri jumlah pajaknya.

2. Memilih menggunakan pembukuan

dibanding dengan norma perhitungan.

3. Melakukan pembukuan dengan basis

akrual dan pembebanan biaya pada saat

timbulnya kewajiban dibanding dengan

basis kas.

4. Memilih sewa guna usaha dengan hak

opsi dalam pengadaan aktiva tetap.

5. Membeli aset secara kredit, dimana

pelunasan dilakukan tahun depan tetapi

pengakuan biaya dilakukan tahun ini.

6. Memilih bentuk usaha perorangan

karena tarif pajaknya lebih kecil.

7. Memilih metode saldo menurun dalam

penyusutan aktiva tetap, bila laba yang

83

diperoleh Wajib Pajak cukup besar.

8. Memilih metode rata-rata dalam

penilaian persediaan, yang

mengakibatkan laba menjadi lebih kecil.

9. Selalu membeli dari PKP (Pengusaha

Kena Pajak) sehingga mendapat Pajak

Masukan yang dapat mengurangi Pajak

Keluaran.

10. Selalu meminta faktur pajak standar dari

penjual sehingga mendapat Pajak

Masukan yang dapat mengurangi Pajak

Keluaran.

2. Undang-undang Perpajakan

No. PERNYATAAN SS S RR TS STS

1. Menghindari penghasilan dengan PPh

final yang lebih tinggi daripada

pengahasilan dengan tarif progresif.

2. Mengurangi Penghasilan Kena Pajak

(PKP) dengan melakukan kegiatan

pemasaran & pelatihan pegawai.

84

3. Memberikan tunjangan & bonus pada

karyawan dalam bentuk uang sebagai

imbalan jasa.

4. Memberikan fasilitas pada karyawan

dalam bentuk makan siang & seragam.

5. Memilih penghasilan lain dari investasi

yang dikenakan PPh final karena pajak

yang dibayarkan lebih kecil. (Contoh:

Deposito, tabungan, dll).

6. Menghindari biaya yang tidak diakui

oleh pajak, karena tidak dapat menjadi

pengurang Penghasilan Kena Pajak.

(Contoh: Sumbangan, hibah, dll).

7. Penghasilan diusahakan rendah agar

dikenakan tarif yang rendah dengan cara

menggeser penghasilan tahun ini ke

tahun berikutnya.

8. Menambah jumlah PTKP (Penghasilan

Tidak Kena Pajak) dengan istri bekerja

& tanggungan orang tua.

9. Menunda pembuatan faktur pajak PPN

sampai akhir bulan berikutnya.

85

10. Menghindari faktur pajak PPN dari

penjual lebih dari 3 bulan karena

berakibat tidak bisa mengakui Pajak

Masukan.

11. Mengurangi pemakaian sendiri &

pemakaian cuma-cuma.

3. Administrasi Perpajakan

No. PERNYATAAN SS S RR TS STS

1. Mengisi SPT (Surat Pemberitahuan)

sesuai dengan peraturan perpajakan yang

berlaku.

2. Melaporkan SPT (Surat Pemberitahuan)

tepat waktu.

3. Membayar Pajak Penghasilan tepat

waktu

4. Menghitung Pajak Penghasilan sesuai

dengan peraturan perpajakan yang

berlaku.

5. Memotong/memungut pajak (PPh 21/

86

22/ 23/ 26) dengan benar.

6. Membayar kekurangan Pajak

Penghasilan sebelum dilakukan

pemeriksaan dari aparat pajak.

7. Melakukan evaluasi secara berkala untuk

mengantisipasi adanya pemeriksaan dari

aparat pajak.

4. Loopholes

No. PERNYATAAN SS S RR TS STS

1. Loopholes adalah celah-celah

(kelemahan-kelemahan yang dapat

dimanfaatkan) yang terdapat dalam

undang-undang perpajakan. Dengan

mempelajari dan memahami undang-

undang, keputusan dan edaran, kita dapat

melihat celah-celah menguntungkan

untuk melakukan penghematan pajak

dengan cara menetapkan Tax Planning.

2. Loopholes dapat dimanfaatkan untuk

membayar pajak lebih kecil atau bahkan

87

tidak membayar sama sekali atas suatu

income tertentu. Hal inilah yang

mendorong perusahaan untuk melakukan

Tax Planning dengan cara

memanfaatkan celah-celah yang terdapat

dalam undang-undang.

3. Tax Avoidance adalah penghindaran

pajak dengan menuruti peraturan yang

ada. Dalam tax avoidance Wajib Pajak

memanfaatkan peluang-peluang

(loopholes) yang ada dalam undang-

undang perpajakan, sehingga perusahaan

dapat membayar pajak yang lebih

rendah.

4. Penghindaran pajak (tax avoidance)

adalah suatu usaha pengurangan secara

legal dengan cara memanfaatkan

ketentuan-ketentuan di bidang

perpajakan secara optimal.

5. Dengan adanya tax avoidance Wajib

Pajak memanfaatkan hal-hal yang belum

diatur dalam undang-undang perpajakan,

88

sehingga perusahaan dapat membayar

pajak yang lebih rendah.

5. Perbedaan Tarif Pajak

No. PERNYATAAN SS S RR TS STS

1. Dengan adanya perbedaan tarif pajak

atas objek pajak, memotivasi perusahaan

untuk memanfaatkannya agar beban

pajaknya rendah. Oleh karena adanya

perbedaan tarif pajak tersebut, saya

termotivasi untuk melakukan Tax

Planning.

2. Pemberian natura kepada karyawan tidak

dapat diperlakukan sebagai deductible

expense. Sehingga bagi perusahaan hal

ini tidak menguntungkan, oleh karena itu

perusahaan memberikannya dalam

bentuk cash dan memasukkannya ke

dalam daftar gaji karyawan sehingga

bagi perusahaan bisa diperlakukan

sebagai deductible expense. Semakin

89

besar tarif pajak maka semakin besar

motivasi Wajib Pajak untuk melakukan

Tax Planning.

3. Tarif yang diterapkan di Indonesia

mengakibatkan seorang perencana pajak

berusaha sedapat mungkin agar

dikenakan tarif yang paling rendah. Oleh

karena itu, tarif pajak adalah salah satu

faktor yang memotivasi manajemen

perusahaan untuk melakukan Tax

Planning.

4. Jika perusahaan memberikan tunjangan

karyawan dalam bentuk cash dan

memasukkannya ke dalam daftar gaji

karyawan, maka tunjangan tersebut

dianggap sebagai deductible expense.

Oleh karena itu, besarnya tarif pajak

mempengaruhi perusahaan untuk

melakukan Tax Planning.

5. Dengan adanya beban pajak yang besar

bagi perusahaan, maka semakin kuat

motivasi manajemen perusahaan untuk

90

melakukan Tax Planning.

>>> Terima Kasih <<<

LAMPIRAN 2

Skor Jawaban Penelitian

k1 k2 k3 k4 k5 k6 k7 k8 k9 k10 T u1 u2 u3 u4 u5 u6 u7 u8 u9 u10 u11 T a1 a2 a3 a4 a5 a6 a7 T l1 l2 l3 l4 l5 T p1 p2 p3 p4 p5 T

1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 46 4 5 5 5 5 5 5 34 5 5 5 5 4 24 5 4 4 5 4 22

2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 4 4 5 5 5 5 5 4 4 5 5 51 4 5 5 5 4 5 4 32 5 4 5 4 4 22 4 4 4 4 5 21

3 5 5 4 5 5 5 5 5 3 3 45 3 3 3 5 4 4 3 3 4 5 4 41 4 4 4 5 4 5 4 30 5 5 4 4 3 21 4 4 4 4 4 20

4 4 4 4 4 4 3 3 5 4 4 39 3 3 3 4 3 4 3 4 4 5 5 41 4 4 4 4 4 5 5 30 5 5 5 5 5 25 5 5 5 4 4 23

5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 41 5 5 5 4 4 4 4 4 5 3 3 46 5 4 4 4 5 5 5 32 5 4 4 4 4 21 4 4 3 3 5 19

6 5 3 3 4 3 4 3 3 3 4 35 4 4 4 4 4 4 4 3 3 5 3 42 5 5 5 4 4 5 4 32 3 3 4 4 5 19 4 4 4 4 3 19

7 4 4 5 4 3 4 5 5 4 4 42 4 4 4 5 4 3 3 4 3 3 3 40 5 4 5 5 5 5 5 34 3 3 4 4 5 19 4 4 4 4 5 21

8 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 4 5 5 4 4 4 4 5 4 5 4 48 5 5 5 5 5 5 5 35 3 3 5 5 5 21 4 4 4 4 3 19

9 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 42 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 54 5 5 5 5 5 5 4 34 5 4 5 4 5 23 5 4 4 4 5 22

10 5 5 5 5 5 4 4 4 4 5 46 4 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 51 4 4 4 4 4 5 4 29 5 4 5 4 4 22 5 4 4 5 4 22

11 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 49 4 5 5 5 4 4 4 4 5 4 4 48 4 5 4 5 5 5 5 33 4 5 5 4 5 23 4 4 4 4 4 20

12 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 4 4 5 5 5 5 5 4 5 5 4 51 5 4 5 4 5 5 5 33 4 4 5 4 4 21 4 4 4 5 4 21

13 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 55 5 5 5 5 4 4 4 32 4 4 5 4 4 21 5 4 5 4 4 22

14 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 32 4 3 5 4 4 4 4 4 3 4 4 43 4 3 4 4 4 4 4 27 4 4 4 4 4 20 4 4 4 4 4 20

15 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 52 4 4 4 4 4 5 4 29 4 4 5 4 4 21 5 4 4 4 4 21

16 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 38 4 3 5 5 5 4 4 4 4 5 4 47 4 5 5 5 5 4 4 32 5 5 5 5 5 25 5 5 5 5 5 25

17 5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 32 3 3 4 5 3 4 4 4 3 3 3 39 5 5 5 5 5 5 5 35 3 4 4 4 4 19 4 4 4 5 5 22

18 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 50 4 3 4 4 4 5 5 29 5 5 5 5 5 25 5 5 4 4 5 23

19 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 42 5 4 4 3 4 4 3 4 3 5 5 44 5 5 5 5 5 5 5 35 5 3 5 4 3 20 5 4 4 4 4 21

20 5 5 5 4 4 5 4 4 4 4 44 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44 4 4 4 4 4 4 4 28 4 4 4 4 4 20 4 4 4 4 4 20

21 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50 4 4 5 4 4 5 4 5 4 5 4 48 5 4 4 4 5 5 4 31 5 4 5 4 4 22 5 4 5 5 5 24

22 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 42 5 4 5 4 4 4 4 5 5 5 4 49 5 4 5 4 4 5 5 32 4 4 4 4 4 20 5 4 5 4 4 22

23 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50 4 4 5 4 5 4 4 5 4 5 4 48 5 4 4 4 4 5 4 30 5 4 5 4 4 22 5 4 4 4 4 21

24 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 43 4 4 4 4 4 4 4 28 4 4 4 4 4 20 4 4 4 4 4 20

25 4 4 4 4 4 4 3 5 4 4 40 3 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 44 4 4 4 4 5 5 4 30 4 4 5 5 5 23 5 4 4 4 4 21

26 4 4 4 4 4 4 3 3 3 5 38 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 45 4 4 4 4 4 4 5 29 4 5 4 4 4 21 5 5 4 4 4 22

27 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 43 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 46 4 4 4 4 5 5 5 31 5 5 4 4 4 22 4 4 4 4 5 21

28 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 47 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 53 4 3 4 4 4 5 4 28 4 4 5 4 3 20 5 4 5 5 5 24

29 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 4 5 5 5 4 4 5 4 5 5 4 50 4 4 4 4 4 5 5 30 4 4 5 5 5 23 5 5 4 4 5 23

30 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 45 4 4 4 5 5 5 5 32 4 4 4 4 4 20 4 4 5 4 4 21

31 5 5 4 4 4 4 4 5 4 4 43 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 42 4 4 4 5 4 5 4 30 4 4 4 4 4 20 4 4 4 4 4 20

32 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 55 5 5 5 5 5 5 5 35 5 5 5 5 5 25 5 5 5 5 5 25

33 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 47 5 4 4 4 5 5 4 31 5 4 5 4 4 22 5 4 4 5 4 22

34 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 55 5 5 5 5 5 5 5 35 5 4 5 4 4 22 5 5 5 4 4 23

35 5 5 5 4 4 4 4 4 4 5 44 5 4 5 5 5 4 4 4 5 4 4 49 4 4 5 4 4 5 4 30 4 4 5 4 4 21 5 4 4 4 4 21

36 5 5 5 5 5 4 4 5 4 4 46 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 46 4 3 4 3 4 5 4 27 5 5 3 3 4 20 4 4 4 4 4 20

37 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 41 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 45 4 4 4 4 5 4 4 29 4 4 4 5 4 21 5 4 5 5 4 23

38 5 4 4 4 5 4 4 5 4 4 43 4 5 5 4 4 4 4 5 4 5 4 48 4 4 4 4 4 5 4 29 4 5 5 4 4 22 4 4 4 4 5 21

39 5 4 4 4 5 4 4 5 5 5 45 5 5 5 4 4 4 4 4 4 5 4 48 4 4 5 4 4 5 4 30 4 5 4 4 4 21 4 3 3 4 4 18

40 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 41 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 46 5 4 4 5 4 4 4 30 5 4 5 4 4 22 4 4 4 4 5 21

41 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 41 5 5 5 4 4 4 4 4 5 5 4 49 4 4 4 4 4 5 4 29 5 4 4 4 4 21 5 4 4 4 5 22

42 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 41 5 4 5 4 5 4 4 4 4 5 5 49 4 4 4 5 4 5 4 30 5 4 4 4 4 21 4 4 4 5 4 21

43 5 4 3 4 3 3 4 5 4 5 40 5 5 5 4 4 4 4 3 3 5 4 46 5 4 4 4 3 5 4 29 3 4 5 4 4 20 5 4 3 3 5 20

44 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 41 5 4 5 5 4 4 4 5 4 5 4 49 5 4 4 5 4 5 4 31 4 4 4 4 4 20 5 5 5 4 4 23

45 5 4 4 4 5 4 5 5 4 4 44 5 4 5 4 4 5 4 4 5 5 5 50 5 5 5 5 4 5 4 33 5 4 5 4 5 23 5 4 3 4 4 20

46 5 4 4 4 5 4 4 5 4 4 43 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 46 4 4 4 5 4 4 4 29 5 4 5 5 5 24 5 4 5 5 4 23

47 5 5 5 4 4 4 4 5 5 4 45 4 5 5 5 4 4 4 4 5 5 4 49 5 5 5 5 5 5 5 35 5 5 5 5 5 25 5 4 4 4 5 22

48 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 43 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 48 5 5 5 5 5 4 4 33 4 4 5 5 5 23 4 4 5 5 5 23

49 5 5 5 5 4 4 5 5 4 4 46 5 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 50 5 4 4 5 4 4 5 31 4 5 4 4 5 22 5 5 5 5 5 25

50 5 4 4 5 4 4 5 5 5 5 46 4 5 5 4 4 4 5 4 5 4 4 48 5 4 4 4 5 5 4 31 5 4 5 5 5 24 4 4 5 5 5 23

51 5 4 4 5 4 4 4 5 4 4 43 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 47 4 4 4 4 5 5 4 30 4 4 5 5 4 22 5 4 4 5 5 23

52 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 5 5 5 4 4 5 4 5 4 4 4 49 5 4 4 4 5 5 4 31 5 4 5 4 5 23 4 4 5 5 4 22

53 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44 4 4 4 4 4 4 4 28 4 4 4 4 4 20 5 5 4 4 4 22

54 4 4 4 4 4 4 5 5 4 3 41 4 3 5 5 5 4 4 4 4 5 5 48 5 5 5 5 5 5 5 35 5 4 4 4 4 21 4 4 4 4 4 20

55 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 43 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 55 5 5 5 5 5 5 5 35 5 5 5 5 4 24 4 4 4 4 4 20

56 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 41 5 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 47 5 5 5 5 5 4 4 33 4 4 4 4 4 20 4 4 4 4 4 20

57 5 5 4 4 4 4 5 5 4 5 45 4 4 4 4 4 5 5 5 4 5 5 49 5 4 4 4 5 5 4 31 4 5 5 4 4 22 5 5 4 5 5 24

58 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50 4 4 3 4 4 4 4 5 4 4 3 43 3 4 4 4 4 5 4 28 5 5 5 4 4 23 5 5 3 4 5 22

59 4 5 4 5 5 5 4 4 5 4 45 5 4 5 4 5 5 4 4 5 5 4 50 5 4 4 4 4 5 4 30 4 5 5 5 5 24 5 4 5 4 4 22

60 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44 5 4 5 5 5 4 4 32 5 4 5 4 3 21 4 5 5 4 4 22

61 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 55 4 4 4 4 4 5 5 30 5 5 4 4 4 22 4 4 5 5 4 22

62 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 38 3 2 3 3 4 4 4 4 4 3 3 37 3 4 4 4 4 4 4 27 5 5 4 4 4 22 5 5 4 5 5 24

63 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44 4 4 4 4 4 4 4 28 4 4 4 4 4 20 5 5 4 4 5 23

64 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 44 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 43 4 4 5 5 5 5 5 33 5 4 4 4 4 21 4 4 5 5 5 23

65 5 5 5 5 5 5 5 3 3 3 44 3 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4 47 5 5 5 5 5 5 5 35 5 5 4 4 4 22 4 5 5 5 5 24

66 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 49 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 55 5 5 5 5 5 5 5 35 5 5 5 5 5 25 5 4 5 5 4 23

67 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 46 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44 4 4 4 4 4 4 4 28 4 4 4 4 4 20 5 5 5 5 5 25

68 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 48 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 53 5 5 4 4 4 5 4 31 5 5 4 5 5 24 5 5 4 5 5 24

69 5 5 4 4 4 4 2 2 4 4 38 4 4 4 4 2 2 2 2 3 4 4 35 5 4 4 4 4 4 4 29 4 3 3 3 3 16 3 4 4 4 4 19

70 4 4 4 4 4 4 2 2 4 4 36 4 4 4 4 2 2 2 2 3 4 4 35 5 4 4 4 4 4 4 29 4 4 3 3 3 17 4 4 3 4 4 19

PTPRES

KP UUP AP L

112

71 4 2 2 4 2 4 4 4 4 4 34 2 4 4 2 4 4 2 2 2 2 4 32 4 4 4 4 4 4 4 28 4 4 4 4 4 20 4 4 4 4 4 20

72 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 36 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 4 40 4 4 4 4 4 4 4 28 4 4 4 4 4 20 4 4 4 4 4 20

73 5 4 4 4 3 4 4 2 4 4 38 4 4 4 4 4 4 2 4 2 2 4 38 4 4 4 4 4 4 4 28 4 4 4 4 4 20 4 4 4 4 4 20

74 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 44 5 5 5 4 4 5 4 5 4 4 3 48 5 5 5 5 5 3 4 32 4 5 4 5 5 23 5 5 5 5 4 24

75 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 55 5 5 4 4 4 5 4 31 4 5 4 4 4 21 4 4 4 5 5 22

76 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 47 4 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 51 4 4 4 4 5 5 5 31 5 5 5 5 5 25 5 5 5 5 5 25

77 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 45 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 55 5 5 5 5 5 5 5 35 5 5 5 5 5 25 5 5 5 5 5 25

78 5 5 4 5 5 5 5 4 4 4 46 4 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 52 5 5 5 5 5 4 4 33 5 5 5 5 5 25 5 4 5 5 5 24

79 5 5 5 4 4 4 5 5 5 4 46 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 48 5 5 5 5 5 5 5 35 5 5 5 5 5 25 5 5 5 5 5 25

80 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 48 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 53 5 5 5 4 5 5 5 34 5 4 5 5 5 24 5 5 4 5 4 23

81 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 48 5 4 5 5 5 4 4 4 4 4 5 49 5 5 4 5 4 5 4 32 5 5 5 5 5 25 5 5 5 5 4 24

82 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 47 5 4 5 5 5 5 4 5 4 5 5 52 5 4 5 4 4 5 5 32 5 5 5 5 5 25 5 5 5 5 5 25

83 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 49 5 5 5 5 5 5 5 35 5 5 4 4 4 22 5 5 5 5 5 25

84 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 48 5 5 5 4 4 4 5 4 3 3 5 47 5 5 5 5 5 5 5 35 5 4 5 5 5 24 5 4 4 5 5 23

85 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 49 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 4 51 5 4 4 5 5 5 5 33 5 5 5 5 5 25 5 5 5 5 5 25

86 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 55 4 4 5 5 4 4 5 31 5 5 5 4 4 23 5 5 5 5 5 25

87 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 49 5 4 4 5 4 5 4 5 4 4 4 48 4 4 5 5 4 5 5 32 5 5 5 5 5 25 5 5 5 5 5 25

88 4 4 4 4 5 4 3 4 4 4 40 5 5 5 5 5 4 4 4 4 5 5 51 5 5 5 5 5 5 5 35 5 5 4 4 5 23 5 5 5 4 5 24

89 5 5 5 5 5 4 4 4 4 5 46 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 53 4 4 4 5 5 5 5 32 4 4 5 5 5 23 5 5 5 5 5 25

90 5 5 4 4 4 4 4 3 3 3 39 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 42 5 5 5 5 5 4 4 33 5 5 5 5 5 25 5 5 5 5 5 25

91 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 55 5 5 5 5 5 5 5 35 4 4 4 5 4 21 4 3 3 5 5 20

92 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 46 4 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 51 4 4 4 4 4 5 5 30 5 5 5 5 5 25 4 4 4 5 5 22

93 5 4 4 4 4 4 5 5 5 5 45 4 4 5 4 4 5 4 5 5 5 5 50 5 5 5 5 5 5 5 35 5 5 5 5 5 25 5 5 5 5 5 25

94 5 4 4 4 5 4 4 5 5 4 44 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 54 4 5 4 4 4 5 5 31 5 5 5 5 5 25 5 4 5 5 5 24

95 5 5 4 4 4 5 4 5 5 5 46 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 55 5 5 5 5 5 5 5 35 5 5 5 5 5 25 5 5 5 4 4 23

96 5 5 4 4 4 5 4 5 4 5 45 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 50 5 4 5 4 5 5 5 33 5 4 5 5 5 24 5 4 4 5 5 23

97 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 48 4 4 5 5 4 4 5 4 4 5 4 48 5 4 5 5 4 5 5 33 5 5 5 4 5 24 5 4 4 5 5 23

98 5 5 4 5 4 4 5 5 4 5 46 4 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 51 5 4 5 4 4 5 5 32 4 4 5 5 5 23 5 4 5 5 4 23

99 5 4 5 4 4 4 4 5 4 5 44 5 5 5 5 5 4 4 5 4 5 4 51 5 5 4 5 4 5 5 33 5 5 5 5 5 25 4 4 4 5 4 21

100 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 46 5 5 5 4 4 5 4 32 5 4 5 4 5 23 5 4 5 4 5 23

101 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 54 4 4 4 4 4 5 5 30 5 5 4 4 4 22 5 5 5 5 4 24

102 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 43 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 55 5 5 5 5 5 4 4 33 4 4 5 5 5 23 5 5 4 4 5 23

103 5 4 4 4 4 5 4 5 5 5 45 4 4 4 5 5 5 5 5 4 5 5 51 5 5 5 5 5 5 5 35 5 5 5 5 5 25 5 5 5 5 5 25

104 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 42 5 4 5 4 4 5 4 5 4 5 4 49 4 4 4 4 4 5 5 30 5 4 5 5 5 24 3 5 5 5 4 22

105 5 5 5 4 4 5 4 5 4 4 45 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 52 5 5 4 4 5 5 4 32 5 4 5 5 5 24 5 5 5 5 4 24

106 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 43 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 53 5 5 5 5 5 5 5 35 4 4 4 4 4 20 4 4 4 4 4 20

107 5 5 5 4 4 5 4 5 5 4 46 5 4 5 5 4 4 4 5 4 5 5 50 5 5 5 5 5 4 4 33 5 4 5 4 4 22 5 5 5 4 5 24

108 5 4 5 4 5 4 5 5 4 5 46 5 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 50 5 4 5 4 4 5 5 32 5 4 5 5 5 24 5 4 5 4 5 23

109 5 5 5 5 5 4 4 5 5 4 47 4 4 5 4 5 5 4 4 5 5 5 50 5 4 5 4 5 5 5 33 5 5 5 5 5 25 5 5 5 5 5 25

110 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 49 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 46 4 5 5 5 5 4 4 32 4 5 5 5 4 23 4 4 5 4 5 22

111 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 48 4 5 5 4 4 4 4 5 5 5 5 50 5 4 5 4 5 5 5 33 5 5 4 4 5 23 5 4 5 5 5 24

112 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50 5 4 4 4 4 5 4 4 5 5 4 48 5 4 4 4 5 5 4 31 4 5 5 4 4 22 5 5 5 5 5 25

113 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 48 3 4 3 4 5 5 5 5 5 5 5 49 5 5 4 4 4 4 5 31 5 4 5 5 5 24 5 4 5 5 5 24

114 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50 5 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 49 4 4 4 4 5 5 4 30 4 5 4 5 4 22 5 4 4 5 5 23

115 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 55 5 5 5 5 5 5 5 35 5 5 5 5 5 25 5 5 5 5 5 25

116 4 5 4 4 5 4 4 5 5 5 45 4 5 4 4 5 4 5 4 5 4 4 48 5 5 4 4 5 5 4 32 5 4 5 5 4 23 5 4 4 5 5 23

117 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 43 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 48 5 5 5 5 5 4 4 33 4 4 5 5 5 23 4 4 4 5 5 22

118 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 43 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 48 5 5 5 5 5 4 4 33 4 4 5 5 5 23 4 4 4 5 5 22

119 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44 4 4 4 4 4 4 4 28 4 4 4 4 4 20 4 4 4 4 4 20

120 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 4 5 5 5 5 4 4 5 4 5 4 50 5 5 5 5 5 5 5 35 4 4 4 4 5 21 4 4 4 4 4 20

112

LAMPIRAN 3

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

97

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Kebijakan Perpajakan (X1)

Correlations

KP1 KP2 KP3 KP4 KP5 KP6 KP7 KP8 KP9 KP10 TKP

KP1 Pearson Correlation 1 .601** .517

** .523

** .423

** .449

** .382

** .192

* .236

** .242

** .609

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .036 .009 .008 .000

N 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120

KP2 Pearson Correlation .601** 1 .812

** .711

** .691

** .662

** .453

** .293

** .390

** .326

** .812

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .001 .000 .000 .000

N 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120

KP3 Pearson Correlation .517** .812

** 1 .703

** .699

** .639

** .501

** .359

** .421

** .347

** .826

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000

N 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120

KP4 Pearson Correlation .523** .711

** .703

** 1 .720

** .698

** .569

** .298

** .376

** .342

** .811

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .001 .000 .000 .000

N 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120

KP5 Pearson Correlation .423** .691

** .699

** .720

** 1 .631

** .455

** .347

** .376

** .285

** .777

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .002 .000

N 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120

KP6 Pearson Correlation .449** .662

** .639

** .698

** .631

** 1 .522

** .255

** .382

** .309

** .757

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .005 .000 .001 .000

N 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120

KP7 Pearson Correlation .382** .453

** .501

** .569

** .455

** .522

** 1 .545

** .367

** .284

** .712

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .002 .000

N 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120

KP8 Pearson Correlation .192* .293

** .359

** .298

** .347

** .255

** .545

** 1 .600

** .460

** .629

**

Sig. (2-tailed) .036 .001 .000 .001 .000 .005 .000 .000 .000 .000

N 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120

KP9 Pearson Correlation .236** .390

** .421

** .376

** .376

** .382

** .367

** .600

** 1 .687

** .682

**

Sig. (2-tailed) .009 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000

N 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120

98

KP10 Pearson Correlation .242** .326

** .347

** .342

** .285

** .309

** .284

** .460

** .687

** 1 .601

**

Sig. (2-tailed) .008 .000 .000 .000 .002 .001 .002 .000 .000 .000

N 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120

KS Pearson Correlation .609** .812

** .826

** .811

** .777

** .757

** .712

** .629

** .682

** .601

** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000

N 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

Cronbach's

Alpha Based on

Standardized

Items N of Items

.895 .898 10

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

99

2. Undang-Undang Perpajakan (X2)

Correlations

UUP1 UUP2 UUP3 UUP4 UUP5 UUP6 UUP7 UUP8 UUP9

UUP1

0 UUP11 TUUP

UUP1 Pearson

Correlatio

n

1 .559** .533

** .318

** .313

** .189

* .270

** .299

** .308

** .325

** .323

** .603

**

Sig. (2-

tailed)

.000 .000 .000 .001 .039 .003 .001 .001 .000 .000 .000

N 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120

UUP2 Pearson

Correlatio

n

.559** 1 .526

** .273

** .300

** .178 .319

** .233

* .304

** .239

** .264

** .569

**

Sig. (2-

tailed)

.000

.000 .003 .001 .051 .000 .010 .001 .009 .004 .000

N 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120

UUP3 Pearson

Correlatio

n

.533** .526

** 1 .473

** .491

** .303

** .355

** .324

** .324

** .291

** .244

** .653

**

Sig. (2-

tailed)

.000 .000

.000 .000 .001 .000 .000 .000 .001 .007 .000

N 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120

UUP4 Pearson

Correlatio

n

.318** .273

** .473

** 1 .544

** .325

** .447

** .366

** .365

** .305

** .255

** .630

**

Sig. (2-

tailed)

.000 .003 .000

.000 .000 .000 .000 .000 .001 .005 .000

N 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120

UUP5 Pearson

Correlatio

n

.313** .300

** .491

** .544

** 1 .643

** .611

** .504

** .463

** .315

** .400

** .752

**

Sig. (2-

tailed)

.001 .001 .000 .000

.000 .000 .000 .000 .000 .000 .000

N 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120

100

UUP6 Pearson

Correlatio

n

.189* .178 .303

** .325

** .643

** 1 .674

** .627

** .500

** .319

** .367

** .694

**

Sig. (2-

tailed)

.039 .051 .001 .000 .000

.000 .000 .000 .000 .000 .000

N 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120

UUP7 Pearson

Correlatio

n

.270** .319

** .355

** .447

** .611

** .674

** 1 .637

** .658

** .385

** .347

** .781

**

Sig. (2-

tailed)

.003 .000 .000 .000 .000 .000

.000 .000 .000 .000 .000

N 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120

UUP8 Pearson

Correlatio

n

.299** .233

* .324

** .366

** .504

** .627

** .637

** 1 .551

** .349

** .322

** .713

**

Sig. (2-

tailed)

.001 .010 .000 .000 .000 .000 .000

.000 .000 .000 .000

N 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120

UUP9 Pearson

Correlatio

n

.308** .304

** .324

** .365

** .463

** .500

** .658

** .551

** 1 .493

** .331

** .733

**

Sig. (2-

tailed)

.001 .001 .000 .000 .000 .000 .000 .000

.000 .000 .000

N 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120

UUP10 Pearson

Correlatio

n

.325** .239

** .291

** .305

** .315

** .319

** .385

** .349

** .493

** 1 .509

** .627

**

Sig. (2-

tailed)

.000 .009 .001 .001 .000 .000 .000 .000 .000

.000 .000

N 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120

UUP11 Pearson

Correlatio

n

.323** .264

** .244

** .255

** .400

** .367

** .347

** .322

** .331

** .509

** 1 .590

**

Sig. (2-

tailed)

.000 .004 .007 .005 .000 .000 .000 .000 .000 .000

.000

N 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120

101

3. Administrasi Perpajakan (X3)

TUUP12 Pearson

Correlatio

n

.603** .569

** .653

** .630

** .752

** .694

** .781

** .713

** .733

** .627

** .590

** 1

Sig. (2-

tailed)

.000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000

N 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

Cronbach's

Alpha Based on

Standardized

Items N of Items

.875 .876 11

Correlations

AP1 AP2 AP3 AP4 AP5 AP6 AP7 TAP

VAR00009 Pearson Correlation 1 .504** .482

** .331

** .396

** .120 .184

* .676

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .193 .044 .000

N 120 120 120 120 120 120 120 120

VAR00010 Pearson Correlation .504** 1 .580

** .603

** .458

** .001 .168 .749

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .991 .067 .000

N 120 120 120 120 120 120 120 120

VAR00011 Pearson Correlation .482** .580

** 1 .563

** .453

** .041 .348

** .772

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .657 .000 .000

N 120 120 120 120 120 120 120 120

102

VAR00012 Pearson Correlation .331** .603

** .563

** 1 .424

** -.074 .255

** .697

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .424 .005 .000

N 120 120 120 120 120 120 120 120

VAR00013 Pearson Correlation .396** .458

** .453

** .424

** 1 .113 .276

** .696

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .219 .002 .000

N 120 120 120 120 120 120 120 120

VAR00014 Pearson Correlation .120 .001 .041 -.074 .113 1 .423** .338

**

Sig. (2-tailed) .193 .991 .657 .424 .219 .000 .000

N 120 120 120 120 120 120 120 120

VAR00015 Pearson Correlation .184* .168 .348

** .255

** .276

** .423

** 1 .575

**

Sig. (2-tailed) .044 .067 .000 .005 .002 .000 .000

N 120 120 120 120 120 120 120 120

VAR00016 Pearson Correlation .676** .749

** .772

** .697

** .696

** .338

** .575

** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000

N 120 120 120 120 120 120 120 120

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

Cronbach's

Alpha Based on

Standardized

Items N of Items

.769 .764 7

103

4. Loopholes

Correlations

L1 L2 L3 L4 L5 TL

VAR00001 Pearson Correlation 1 .431** .314

** .221

* .191

* .626

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .015 .036 .000

N 120 120 120 120 120 120

VAR00002 Pearson Correlation .431** 1 .131 .279

** .247

** .605

**

Sig. (2-tailed) .000 .155 .002 .006 .000

N 120 120 120 120 120 120

VAR00003 Pearson Correlation .314** .131 1 .600

** .459

** .712

**

Sig. (2-tailed) .000 .155 .000 .000 .000

N 120 120 120 120 120 120

VAR00004 Pearson Correlation .221* .279

** .600

** 1 .674

** .792

**

Sig. (2-tailed) .015 .002 .000 .000 .000

N 120 120 120 120 120 120

VAR00005 Pearson Correlation .191* .247

** .459

** .674

** 1 .742

**

Sig. (2-tailed) .036 .006 .000 .000 .000

N 120 120 120 120 120 120

VAR00006 Pearson Correlation .626** .605

** .712

** .792

** .742

** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000

N 120 120 120 120 120 120

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

104

5. Perbedaan Tarif Pajak (X5)

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

Cronbach's

Alpha Based on

Standardized

Items N of Items

.731 .733 5

Correlations

PTP1 PTP2 PTP3 PTP4 PTP5 TPTP6

VAR00001 Pearson Correlation 1 .452** .316

** .240

** .294

** .674

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .008 .001 .000

N 120 120 120 120 120 120

VAR00002 Pearson Correlation .452** 1 .466

** .231

* .241

** .702

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .011 .008 .000

N 120 120 120 120 120 120

VAR00003 Pearson Correlation .316** .466

** 1 .460

** .150 .729

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .101 .000

N 120 120 120 120 120 120

VAR00004 Pearson Correlation .240** .231

* .460

** 1 .324

** .673

**

Sig. (2-tailed) .008 .011 .000 .000 .000

N 120 120 120 120 120 120

VAR00005 Pearson Correlation .294** .241

** .150 .324

** 1 .589

**

Sig. (2-tailed) .001 .008 .101 .000 .000

N 120 120 120 120 120 120

VAR00006 Pearson Correlation .674** .702

** .729

** .673

** .589

** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000

N 120 120 120 120 120 120

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

105

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

Cronbach's

Alpha Based on

Standardized

Items N of Items

.699 .699 5

LAMPIRAN 4

Output SPSS Analisis Faktor

106

Output SPSS Analisis Faktor 5 Variabel

KMO and Bartlett's Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .614

Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 32.892

df 10

Sig. .000

107

Anti-image Matrices

Kebijakan

Perpajakan

Undang-Undang

Perpajakan

Administrasi

Perpajakan Loopholes

Perbedaan Tarif

Pajak

Anti-image Covariance Kebijakan Perpajakan .920 -.053 -.035 -.108 -.171

Undang-Undang Perpajakan -.053 .893 -.241 -.044 -.109

Administrasi Perpajakan -.035 -.241 .920 -.006 -.018

Loopholes -.108 -.044 -.006 .904 -.211

Perbedaan Tarif Pajak -.171 -.109 -.018 -.211 .866

Anti-image Correlation Kebijakan Perpajakan .670a -.058 -.038 -.118 -.192

Undang-Undang Perpajakan -.058 .592a -.265 -.049 -.124

Administrasi Perpajakan -.038 -.265 .559a -.007 -.020

Loopholes -.118 -.049 -.007 .633a -.239

Perbedaan Tarif Pajak -.192 -.124 -.020 -.239 .616a

a. Measures of Sampling Adequacy(MSA)

Communalities

Initial Extraction

Kebijakan Perpajakan 1.000 .413

Undang-Undang Perpajakan 1.000 .612

Administrasi Perpajakan 1.000 .681

Loopholes 1.000 .506

Perbedaan Tarif Pajak 1.000 .554

Extraction Method: Principal Component Analysis.

108

Total Variance Explained

Compon

ent

Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings Rotation Sums of Squared Loadings

Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative %

1 1.648 32.962 32.962 1.648 32.962 32.962 1.484 29.674 29.674

2 1.119 22.373 55.335 1.119 22.373 55.335 1.283 25.660 55.335

3 .820 16.409 71.744

4 .729 14.584 86.327

5 .684 13.673 100.000

Extraction Method: Principal Component Analysis.

109

Component Matrixa

Component

1 2

Kebijakan Perpajakan .575 -.288

Undang-Undang Perpajakan .570 .535

Administrasi Perpajakan .438 .700

Loopholes .584 -.406

Perbedaan Tarif Pajak .678 -.308

Extraction Method: Principal Component Analysis.

a. 2 components extracted.

110

Component Transformation Matrix

Component 1 2

1 .830 .557

2 -.557 .830

Extraction Method: Principal Component

Analysis.

Rotation Method: Varimax with Kaiser

Normalization.

Rotated Component Matrixa

Component

1 2

Kebijakan Perpajakan .638 .081

Undang-Undang Perpajakan .176 .762

Administrasi Perpajakan -.026 .825

Loopholes .711 -.011

Perbedaan Tarif Pajak .735 .122

Extraction Method: Principal Component Analysis.

Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.

a. Rotation converged in 3 iterations.

111

LAMPIRAN 5

Surat Izin Penelitian

112