ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI...
Transcript of ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI...
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERAPAN
TAX PLANNING PADA PERUSAHAAN
(Studi Kasus Pada Wajib Pajak Badan yang Terdaftar di KPP Pratama
Jakarta Kramat Jati)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Fatimah Fad’aq
NIM: 108082000136
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013 M
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Fatimah Fad’aq
2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 20 Oktober 1990
4. Agama : Islam
5. Alamat : Jalan Batu Ampar 3 Gg. Batu Kecubung 3
Rt.04/04 No.7b Condet, Kramat Jati, Jakarta
Timur 13520.
6. Telepon : 085211166484
7. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN FORMAL
1. TK Islam Ar-Riyadl 1995 – 1996
2. SD Negeri Makasar 01 Jakarta 1996 – 2002
3. SMP Negeri 150 Jakarta 2002 – 2005
4. SMA Negeri 62 Jakarta 2005 – 2008
5. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2008 – 2012
III. PENDIDIKAN NON FORMAL
1. LPIA English Course 2005-2007
2. LPIA Computer Course 2006
vii
3. BBC English Course 2006-2007
4. ESQ Basic Training 2008
5. Peserta Kajian Ekonomi Islam Ramadhan 2008
6. Dialog Nasional Menatap Pemilu 2009 2008
7. Peserta Seminar Reinventing Indonesia 2009
IV. PENGALAMAN ORGANISASI
1. PMR SMA Negeri 62 Jakarta 2005 – 2006
2. Paduan Suara SMA Negeri 62 Jakarta 2005 – 2006
V. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Nama Ayah : (Alm.) Abdul Kadir Ahmad Fad’aq
2. Tempat, Tanggal Lahir : Waingapu, 31 Desember 1947
3. Nama Ibu : Nurjannah Al-Attas
4. Anak Ke- : 3 dari 3 bersaudara
5. Alamat : SDA
viii
THE ANALYSIS OF FACTORS WHICH INFLUENCE TAX PLANNING
TREATMENT IN A COMPANY
(Case Study on Corporate Taxpayers of KPP Pratama Jakarta Kramat Jati)
By:
Fatimah Fad’aq
ABSTRACT
The purpose of this research is to determine whether factors that affect
treatment of tax planning in a company. The factors are: (1) tax policy, (2) tax
regulations, (3) tax administration, (4) loopholes, and (5) tax rates differentiation.
The result shows that the five variables was already meet the criteria for
MSA > 0,5. Results of factor analysis showed two factors that this spread are all
factors that affect treatment of tax planning in a company. The first factors consist
of tax policy, loopholes, and tax rates differentiation; and the second factors
consist of tax regulation and tax administration.
Keyword: tax policy, tax regulation, tax administration, loopholes, tax rates
differentiation.
ix
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERAPAN
TAX PLANNING PADA PERUSAHAAN
(Studi Kasus pada Wajib Pajak Badan yang Terdaftar di KPP Pratama
Jakarta Kramat Jati)
Oleh:
Fatimah Fad’aq
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk menguji faktor-faktor apakah yang
mempengaruhi penerapan tax planning pada perusahaan. Faktor yang dimaksud
adalah: (1) kebijakan perpajakan, (2) undang-undang perpajakan, (3) administrasi
perpajakan, (4) loopholes, (5) perbedaan tarif pajak. Unit analisis penelitian ini
adalah wajib pajak badan yang terdaftar di KPP Pratama Jakarta Kramat Jati.
Penelitian ini menggunakan data primer dengan metode convenience sampling
dalam penentuan sampel. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis faktor.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kelima variabel yang diajukan telah
memenuhi kriteria MSA > 0,5 yang tersebar dalam 2 faktor. Hasil analisis faktor
menunjukkan 2 faktor yang tersebar ini merupakan faktor-faktor yang
mempengaruhi penerapan tax planning pada perusahaan. Faktor pertama terdiri
dari kebijakan perpajakan, loopholes, dan perbedaan tarif pajak; dan faktor kedua
terdiri dari undang-undang perpajakan dan administrasi perpajakan.
Kata kunci: kebijakan perpajakan, undang-undang perpajakan, administrasi
perpajakan, loopholes, dan perbedaan tarif pajak.
x
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahim.
Segala Puji dan syukur, hanya ditujukan kehadirat Allah SWT, tempat
dimana penulis mengabdi sebagai hamba serta menggantungkan segala doa dan
harapan. Hanya karena rahmat, hidayah dan keridhaan – Nyalah Penulis memiliki
kemauan, kemampuan dan kesempatan dan kemudahan untuk menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tax
Planning Pada Perusahaan (Studi Kasus Pada Wajib Pajak Badan yang
Terdaftar di KPP Pratama Jakarta Kramat Jati)” sebagai tugas akhir yang
merupakan syarat untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat serta Salam semoga tercurah kepada
baginda Rasulullah SAW beserta keluarga dan para sahabatNya yang telah
menjadi jalan bagi umatNya dalam menempuh keselamatan dan kebahagiaan
dengan ilmu pengetahuan yang benar.
Penulis menyadari bahwa muatan skripsi ini masih jauh dari sempurna,
baik penyusunan, penulisan maupun isinya. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan
pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan yang penulis miliki. Meskipun
demikian, penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan
skripsi ini dengan baik dan benar. Penulis menyadari bahwa keberhasilan yang
diperoleh adalah berkat bantuan dan dukungan dari semua pihak. Oleh karena itu
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ayahanda Alm. Abdul Kadir Ahmad Fad’aq dan Ibunda Nurjannah Al-Attas
serta kakak-kakakku Ulfat, Hamzah, Faris Haddar yang penulis sangat cintai.
Terima kasih atas cinta dan kasih sayang serta doa, dorongan ,semangat,
pengorbanan, perhatian dan dukungan baik moral dan finansial yang kalian
berikan terhadapku. Semoga karyaku ini bisa membanggakan kalian.
2. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Hamid, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... ….i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................... …ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................. ...iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .................................................. ...iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .......................... …v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................... ...vi
ABSTRACT .......................................................................................................... .viii
ABSTRAK ........................................................................................................... ...ix
KATA PENGANTAR ......................................................................................... …x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ .xiii
DAFTAR TABEL......................................................................... ....................... xviii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. ............. xix
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... ............ xix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................... .............. 1
B. Perumusan Masalah .............................................................. .......... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................... .............. 5
1. Tujuan Penelitian ...................................................................... 5
2. Manfaat Penelitian .................................................................... 5
BAB II TINJUAN PUSTAKA
A. Dasar-dasar Perpajakan .......................................................... ......... 7
xiii
1. Definisi Pajak ............................................................................ 7
2. Definisi Penghasilan .................................................................. 9
3. Pajak Penghasilan ...................................................................... 10
4. Pengecualian Subjek Pajak Penghasilan ............................. ...... 13
5. Obyek Pajak Penghasilan .................................................. ........ 14
B. Manajemen Pajak .................................................................. .......... 15
1. Tujuan Manajemen Pajak ................................................. ........ 16
2. Fungsi-Fungsi Manajemen Pajak ......................................... .... 16
C. Perencanaan Pajak (Tax Planning) ................................................. 17
1. Pengertian Perencanaan Pajak (Tax Planning) ...................... .. 17
2. Manfaat Perencanaan Pajak (Tax Planning) ........................ .... 20
3. Aspek Formal dan Administratif Tax Planning ................. ...... 22
4. Aspek Material Tax Planning ............................................... .... 22
5. Penghindaran Sanksi Pajak ....................................... ............... 22
D. Strategi dalam Tax Planning .................................................... ....... 23
1. Strategi dalam Tax Planning ........................................... ......... 23
2. Pendekatan Lain dalam Tax Planning ............................... ....... 24
E. Langkah-Langkah Perencanaan Pajak (Tax Planning) ............... .... 26
1. Memaksimalkan Penghasilan yang Dikecualikan ................ .... 26
2. Memaksimalkan Biaya-Biaya Fiskal ................................ ........ 29
3. Meminimalkan Tarif Pajak ............................................ ........... 32
F. Motivasi Melakukan Perencanaan Pajak (Tax Planning)......... ....... 33
1. Kebijakan Perpajakan (Tax Policy) ................................ .......... 33
xiv
2. Undang-Undang Perpajakan (Tax Regulation) ............... ......... 37
3. Administrasi Perpajakan (Tax Administration) ................ ........ 39
4. Loopholes ..................................................................... ............ 39
5. Perbedaan Tarif Pajak ................................................. ............. 40
G. Kajian Penelitian Terdahulu .................................................... ........ 42
H. Kerangka Pemikiran .......................................... .............................. 44
I. Hipotesis ............................................................................... ........... 45
BAB III METODOLOGI PENELTIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................... 46
B. Metode Penentuan Sample .............................................................. 46
1. Populasi .......................................................................... .......... 46
2. Sampel .............................................................................. ........ 47
C. Metode Pengumpulan Data ............................................................. 48
1. Pengumpulan Data Primer ...................................... .................... 48
2. Pengumpulan Data Sekunder ............................................ .......... 49
D. Metode Analisis .............................................................................. 49
1. Uji Kualitas Data ........................................................................ 49
a. Uji Kualitas Data ........................................................... ...... 49
b. Uji Reliabilitas Data .................................................... ........ 50
2. Analisis Faktor ................................................................. ........ 50
E. Operasional Variabel ....................................................................... 53
xv
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ................................................. 57
1. Sejarah Singkat KPP Pratama Jakarta Kramat Jati.......... ......... 57
B. Analisis Data................................................................... ................. 57
1. Uji Kualitas Data...................................................... ................. 57
a. Uji Validitas Data................................................. .............. 57
b. Uji Reliabilitas Data.............................................. ............. 58
2. Uji Analisis Faktor....................................................... ............. 60
C. Pembahasan dan Interpretasi........................................... ................. 71
1. Pembahasan...................................................................... ......... 71
2. Interpretasi..................................................................... ............ 72
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 74
B. Implikasi ........................................................................................... 75
C. Saran........................................................................ ......................... 75
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ ................. 77
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xvi
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Hal.
2.1 Penelitian Terdahulu ......................................................................... 43
3.1 Data Sampel Perusahaan............................................................ ....... 47
3.2 Skala Likert ....................................................................................... 49
3.3 Tabel Operasional Variabel............................................................... 54
4.1 Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas ........................................ 59
4.2 KMO dan Bartlett’s Test ................................................................... 62
4.3 Anti Image Matrices .......................................................................... 64
4.4 Communalities .................................................................................. 65
4.5 Total Variance Explained ................................................................. 66
4.6 Component Matrix ............................................................................ 69
4.7 Rotated Component Matrix ................................................. ............. 70
xvii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Hal.
2.1 Skema Kerangka Pemikiran .............................................................. 45
4.1 Grafik Scree Plot .................................................................... .......... 68
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Hal.
1 Kuisioner Penelitian .......................................................................... 80
2 Skor Jawaban Penelitian ................................................................... 91
3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ................................................... 97
4 Output SPSS Analisis Faktor ............................................................ 106
5 Surat Izin Penelitian................................................................... ....... 112
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada zaman sebelum masehi pajak telah dipungut oleh penguasa
suatu daerah, untuk kepentingan penguasa itu sendiri tanpa
memperhatikan kesejahteraan rakyatnya. Setiap negara atau daerah telah
mengakui betapa pentingnya penghimpunan dana dari rakyat baik itu
untuk penguasa dengan tidak memperhatikan rakyat atau juga digunakan
untuk kesejahteraan rakyatnya.
Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang
dan pemerintah memerlukan sumber penerimaan yang cukup besar untuk
dapat membiayai pengeluaran negara baik pengeluaran rutin maupun
pengeluaran pembangunan yang berada di pusat ataupun yang ada di
daerah. Salah satu penerimaan negara yang terbesar dan paling dominan
sampai saat ini adalah berasal dari sektor perpajakan.
Dalam pendekatan ekonomi, pajak-pajak akan dinilai dalam
fungsinya dan dikaji dampaknya terhadap masyarakat, penghasilan
seseorang, pola konsumsi, harga pokok, permintaan, dan penawaran
(Suandy, 2011:14). Pajak merupakan “biaya” bagi perusahaan karena
beban pajak akan mengurangi laba perusahaan, oleh sebab itu
meminimalkan beban pajak adalah salah satu fungsi manajemen keuangan
melalui fungsi perencanaannya. Dari fenomena inilah maka perusahaan,
2
dalam hal ini manajemennya, berusaha agar bagaimana caranya
melakukan penghematan atau pengurangan pajak secara lawfull dan
sensible. Agar tidak terjadi gangguan terhadap jalannya perusahaan, maka
pemenuhan kewajiban perpajakan harus dikelola dengan baik dan benar.
Dalam melakukan pengelolaan pajak, perusahaan harus melakukan upaya-
upaya agar beban yang ditimbulkan dari pajak dapat ditekan sekecil
mungkin untuk memperoleh peningkatan laba bersih setelah pajak.
Termasuk ke dalam kegiatan manajemen keuangan adalah bagaimana agar
dapat dipastikan hasil alokasi modal yang dipergunakan untuk penjualan
produk dapat selalu melebihi dari segala biaya yang telah dikeluarkan,
sebagai sebuah indikator pencapaian profit perusahaan (Tisnawati, 2009:
15).
Upaya untuk menekan beban pajak sekecil mungkin adalah dengan
menggunakan perencanaan pajak (tax planning) atau (tax sheltering).
Perencanaan pajak adalah salah satu fungsi dari manajemen pajak yang
digunakan untuk mengestimasi jumlah pajak yang akan dibayar dan hal-
hal yang dapat dilakukan untuk menghindari pajak. Perencanaan pajak
merupakan langkah awal dalam manajemen pajak. Sedangkan definisi dari
manajemen pajak adalah sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan
dengan benar tetapi jumlah pajak yang dibayar dapat ditekan serendah
mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan. Dalam
perencanaan pajak dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap
3
peraturan perpajakan agar dapat diseleksi jenis tindakan penghematan
pajak yang akan dilakukan (Suandy, 2011:7).
Perencanaan pajak (tax planning) dapat dilakukan dengan
menggunakan cara penggelapan pajak (tax evasion) dan penghindaran
pajak (tax avoidance). Sepintas kedua cara tersebut memiliki konotasi
yang sama sebagai tindakan yang melanggar hukum, tetapi ada beberapa
hal yang membedakan keduanya. Penggelapan pajak merupakan
pengurangan pajak yang dilakukan dengan jalan melanggar peraturan
perpajakan, seperti memberikan data keuangan yang palsu atau
menyembunyikan data. Sedangkan penghindaran pajak merupakan usaha
untuk mengurangi pajak yang terutang, namun tetap mematuhi
ketentuanketentuan peraturan perpajakan, seperti memanfaatkan
perkecualian-perkecualian ataupun potongan-potongan yang
diperkenankan maupun memanfaatkan hal-hal yang belum diatur dalam
Undang-undang perpajakan yang berlaku (lawfull dan sensible) (Suandy:
2011: 11).
Seperti yang diungkapkan di atas, cara yang diperkenankan untuk
melakukan penghematan pajak adalah penghindaran pajak (tax
avoidance). Oleh karena itu diperlukan manajemen pajak yang bertujuan
untuk meminimalkan beban pajak dan menunda selambat mungkin pajak
untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan.
Dengan perencanaan pajak yang baik perusahaan dapat mengelola
cashflow dengan optimal khususnya untuk pengeluaran-pengeluaran yang
4
berkaitan dengan pajak. Disamping itu, perencanaan pajak yang baik juga
akan meminimalkan resiko perpajakan jika ada pemeriksaan pajak,
mengingat batas kadaluarsa pemeriksaaan pajak cukup lama yaitu sepuluh
tahun.
Pernyataan di atas menunjukkan bahwa tax planning akan
membantu meminimalisasikan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh wajib
pajak dalam rangka pemenuhan kewajiban pajak tersebut tidak
memberatkan wajib pajak dan tidak menghambat wajib pajak dalam
melakukan pemenuhan kewajiban pajaknya, maka peneliti tertarik untuk
memprediksi faktor-faktor yang mempengaruhi tax planning pada
perusahaan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis merumuskan
masalah sebagai berikut:
“Apakah Kebijakan Perpajakan, Undang-Undang Perpajakan,
Administrasi Perpajakan, Loopholes, dan Perbedaan Tarif Pajak
berpengaruh terhadap Tax Planning?”
5
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian:
Menganalisis pengaruh kebijakan perpajakan, Undang-Undang
perpajakan, administrasi perpajakan, loopholes, dan tarif pajak
terhadap pelaksanaan tax planning.
2. Manfaat Penelitian:
a. Bagi Peneliti: Melalui penelitian ini, peneliti dapat terlibat
langsung dalam praktek perencanaan pajak dan secara langsung
mengetahui sampai sejauh mana teori tentang perencanaan
perpajakan mampu mengatasi permasalahan yang terjadi di suatu
perusahaan. Selain itu penulis dapat menambah wawasan
pengetahuan serta kemampuan berfikir dalam bidang perpajakan
khususnya mengenai perencanaan pajak.
b. Bagi Pembaca: Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
referensi dalam pengembangan penelitian yang berkaitan dengan
perencanaan pajak.
c. Bagi perusahaan: Penelitian ini dapat membantu dalam
mengevaluasi kinerja serta menjadi pertimbangan manajemen.
d. Bagi wajib pajak: Hasil dari penelitian ini dapat menjadi acuan dan
bahan informasi bagi siapa saja yang ingin meminimalkan
pembayaran pajak.
6
e. Bagi Pihak Lain: Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai
bahan referensi yang bermanfaat dan dapat memberikan dasar-
dasar pemikiran bagi para peneliti berikutnya yang berminat atau
berkaitan dengan sektor perpajakan terutama tentang perencanaan
pajak.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dasar-dasar Perpajakan
Pada dasarnya, pajak dipungut oleh Pemerintah untuk membiayai
Anggaran Pembiayaan dan Belanja Negara (APBN). Pemungutan pajak
harus didasarkan pada undang-undang perpajakan yang telah ada.
Peraturan perundang-undangan perpajakan yang telah mengatur tentang
pajak Pajak Penghasilan yang berlaku sejak 1 januari 1984 adalah
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang pajak penghasilan yang
sekarang telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.
Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983, sistem
perpajakan yang dianut oleh Negara Indonesia adalah self asessment
system. Dalam sistem ini, wajib pajak diberi kepercayaan untuk
menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri kewajiban pajaknya.
1. Definisi Pajak
Pengertian pajak menurut Brotodiharjo (2003:3) adalah sebagai
berikut:
“Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang
terutang oleh orang yang wajib membayarnya menurut peraturan-
peraturan, dengan tidak mendapatkan prestasi kembali, yang langsung
dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai
pengeluran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara yang
menyelenggarakan pemerintahan.”
8
Sedangkan pengertian pajak menurut Rochmat Soemitro dalam
Suandy (2011:9) adalah sebagai berikut:
“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-
undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal
balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang
digunakan untuk membayar pengeluaran umum”.
Lebih lanjut lagi Soemitro mengoreksi definisi tersebut menjadi:
“Pajak peralihan kekayaan dari pihak rakyat ke kas negara untuk
membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public
saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public
saving”.
Suandy (2011:8) menyimpulkan bahwa ada tujuh unsur yang
melekat pada pengertian pajak, yaitu:
a. Pajak peralihan kekayaan dari orang /badan ke pemerintah.
b. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang
serta aturan pelaksaannya, sehingga dapat dipaksakan.
c. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya
kontraprestasi langsung secara individual yang diberikan oleh
pemerintah.
d. Pajak dipungut oleh negara baik oleh pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah
e. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah,
yang bila dari pemasukannya masih terdapat surplus,
dipergunakan untuk membiayai public investment.
9
f. Pajak dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan
tertentu dari pemerintah.
g. Pajak dapat dipungut secara langsung atau tidak langsung.
2. Definisi Penghasilan
Pengertian Penghasilan tercantum Undang-undang Nomor 36
tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. Di dalam ketentuan tersebut
disebutkan:
“Yang menjadi Objek Pajak adalah penghasilan yaitu setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik
yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat
dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak
yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk:
a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa
yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan,
honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau
imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam
Undang-undang ini.
b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan
penghargaan.
c. Laba usaha
d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta
termasuk:
1) Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan,
persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau
penyertaan modal.
2) Keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan dan
badan lainnya karena pengalihan harta kepada pemegang
saham, sekutu, atau anggota.
3) Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan,
pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan usaha.
4) Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan
atau sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga
sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan badan
keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau
pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan
usaha, pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan antara pihak-
pihak yang bersangkutan.
10
5) Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah
dibebankan sebagai biaya.
6) Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena
jaminan pengembalian utang.
7) Deviden, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk
dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan
pembagian sisa hasil usaha koperasi.
8) Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan
harta.
9) Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala.
10) Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai
dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah.
11) Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing.
12) Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva.
13) Premi asuransi.
14) Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari
anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan
usaha atau pekerjaan bebas, tambahan kekayaan neto yang
berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak.”
Menurut PSAK nomor 23 penghasilan didefinisikan sebagai:
“Suatu penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang
mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi
penanam modal. Dari hal ini maka dapat disimpulkan bahwa setiap
pendapatan yang diterima oleh wajib pajak baik dari dalam maupun
luar negeri akan dikenai pajak oleh negara.”
3. Pajak Pengahasilan
Menurut Suandy (2006:75) pengertian Pajak Penghasilan adalah
sebagai berikut:
“Pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang
diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak atau dapat pula
dikenakan pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak, apabila
kewajiban pajak subjektifnya dimulai atau berakhir dalam tahun
pajak. Yang dimaksud dengan dalam undang-undang ini adalah
takwim, namun Wajib Pajak dapat menggunakan tahun buku tersebut
meliputi jangka waktu 12 (dua belas) bulan.”
a. Subjek Pajak Penghasilan
11
Menurut Undang-Undang Pasal 36 Tahun 2008, pasal 2
disebutkan bahwa yang menjadi subjek pajak adalah:
1)
(a) Orang pribadi
(b) Warisan yang belum terdagi sebagi satu kesatuan,
menggantikan yang berhak. Kewajiban pajak subjektif
warisan belum terbagi dimulai pada saat timbulnya
warisan yang belum terbagi tersebut dan berakhir pada
saat warisan tersebut belum selesai dibagi.
2) Badan
Pengertian Badan adalah sekumpulan orang dan modal
yang merupkan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun
tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas,
perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik
Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun,
firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,
perkumpulan, yayasan organisasi massa, organisasi sosial
politik, atau organisasi yang sejenis, lembaga, dan bentuk
badan lainnya termasuk reksadana.
3) Bentuk Usaha Tetap (BUT)
Bentuk Usaha Tetap (BUT) adalah bentuk usaha yang
dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal
di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183
12
(seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua
belas) bulan, atau badan yang tidak didirikan dan tidak
berkedudukan di Indonesia, untuk menjalankan usaha atau
melakukan kegitan di Indonesia, yang dapat berupa:
(a) Tempat kedudukan manajemen.
(b) Cabang perusahaan.
(c) Kantor perwakilan.
4) Gedung kantor.
5) Pabrik.
6) Bengkel.
7) Pertambangan dan penggalian sumber alam, wilayah kerja
pengeboran yang digunakan untuk eksplorasi pertambangan.
8) Perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau kehutanan.
9) Proyek instalasi, konstruksi, perkebunan, atau kehutanan.
10) Pemberian jasa dalam bentuk apapun oleh pegawai atau orang
lain sepanjang dilakukan lebih dari 60 (enam puluh) hari dalam
jangka waktu 12 (dua belas) bulan.
11) Orang atau badan yang bertindak selaku agen yang
kedudukanya tidak bebas.
12) Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak
didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang
menerima premi asuransi atau menanggung resiko di
Indonesia.
13
4. Pengecualian Subjek Pajak Penghasilan
Menurut pasal 3 UU nomor 36 Tahun 2008 dikatakan bahwa yang
menjadi pengecualian dalam subjek pajak pengahasilan adalah:
a. Kantor perwakilan negara asing.
b. Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik, dan konsulat atau pejabat-
pejabat lain dari negara asing, dan orang-orang yang
diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat
tinggal bersama mereka, dengan syarat bukan warga negara
Indonesia dan di Indonesia tidak menirima penghasilan lain di
luar jabatan atau pekerjaannya tersebut serta negara yang
bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik.
c. Organisasi-organisasi internasional, dengan syarat:
1) Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut, dan
2) Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk
memperoleh penghasilan dari Indonesia selain memberikan
pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dari iuran
para anggota.
3) Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional yang
ditetapkan dengan keputusan Menteri Keuangan dengan
syarat bukan warga negara Indonesia dan tidak menjalankan
usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh
penghasilan dari Indonesia.
14
5. Obyek Pajak Penghasilan
Yang menjadi Objek Pajak adalah penghasilan yaitu setiap
tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh oleh
wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah
kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam
bentuk apapun, termasuk:
a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa
yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan,
honorium, komisi, bonus, uang pensiun, atau imbalan dalam
bentuk lainnya, kecuali ditentukan oleh lain dalam undang-
undang ini.
b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan
penghargaan.
c. Laba usaha.
d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta
termasuk.
e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan
sebagai biaya.
f. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian hutang. Premium terjadi apabila misalnya surat
obligasi dijual di atas nilai nominalnya sedangkan diskonto terjadi
apabila surat obligasi dibeli di bawah nilai nominalnya. Premium
15
tersebut merupakan penghasilan bagi yang menerbitkan obligasi
sedangkan diskonto merupakan penghasilan bagi yang membeli
obligasi.
g. Deviden, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk
deviden dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan
pembagian sisa hasil usaha koperasi.
h. Royalti imbalan.
i. Sewa penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta.
j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala.
k. Keuntungan karena pembebasan hutang, kecuali sampai dengan
jumlah tertentu yang ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah.
l. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing.
m. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva.
n. Premi asuransi.
o. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya
yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau
pekerjaan bebas.
p. Tambahan kekayaan netto yang berasal dari penghasilan yang
belum dikenakan pajak.
B. Manajemen Pajak
Menurut Lumbantoruan (1996) menyebutkan bahwa manajemen
pajak sebagai suatu strategi penghematan pajak. Pada dasarnya usaha
16
penghematan pajak merupakan usaha wajib pajak yang selalu berusaha
meminimalkan beban pajak dan menunda pembayaran pajak selambat
mungkin sebatas masih diperkenankan peraturan perpajakan.
Meminimalkan beban pajak sekecil mungkin dapat dilakukan
dengan menekan penghasilan-penghasilan dan/atau memperbesar biaya-
biaya yang boleh dikurangkan dari penghasilan (deductible) sehingga
Penghasilan Kena Pajak (PKP) menjadi lebih kecil atau memanfaatkan
hal-hal yang belum diatur dalam peraturan perpajakan. Sedangkan usaha
memanfaatkan peraturan perpajakan yang ada, seperti ketentuan yang
berkaitan dengan penyusutan.
1. Tujuan Manajemen Pajak
Fungsi manajemen umum, seperti perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengendalian juga berlaku dalam manajemen pajak.
Jadi secara teoritis perencanaan pajak adalah bagian dari manajemen
pajak. Tujuan manajemen pajak oleh Suandy (2006) dapat dibagi
menjadi dua, yaitu:
a. Menerapkan peraturan perpajakan secara benar.
b. Usaha efesiensi untuk mencapai laba dan likuidatas yang
seharusnya.
2. Fungsi-Fungsi Manajemen Pajak
Untuk maksud pembahasan strategi penghematan pajak, ada
baiknya jika mendefinisikan manajemen pajak sebagai kewajiban
memenuhi perpajakan dengan benar, tetapi jumlah pajak dapat ditekan
17
serendah mungkin untuk memperoleh likuiditas dan laba yang
diharapkan. Dari uraian-uraian tersebut dikemukakan bahwa fungsi-
fungsi manajemen pajak masih menurut Lumbantoruan (1996) adalah:
a. Perencanaan pajak (tax planning).
b. Pelaksanaan kewajiban perpajakan (tax implementation).
c. Pengendalian pajak (tax control).
C. Perencanaan Pajak (Tax Planning)
1. Pengertian Perencanaan Pajak (Tax Planning)
Perencanaan pajak dilakukan oleh Wajib Pajak baik badan maupun
pribadi dalam rangka meminimalkan pajak yang terutang yang harus
dibayar kepada negara. Di dalam melakukan perencanaan pajak,
seorang Wajib Pajak harus tetap berpedoman pada peraturan pajak
yang berlaku.
Pengertian Tax Planning Hidayat (2003:11):
“Tax Planning adalah sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan
dengan benar (tidak melanggar undang-undang) tetapi jumlah pajak
yang dibayar dapat ditekan serendah mungkin untuk memperoleh laba
dan likuiditas yang diharapkan.”
Menurut Suandy (2011:6):
“Tax Planning adalah langkah awal dalam manajemen pajak. Pada
tahap ini, dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan
perpajakan agar dapat diseleksi jenis tindakan yang akan dilakukan.”
Menurut Mangoting (1999) mengatakan bahwa:
“Tax Planning adalah suatu proses mengorganisasi usaha wajib pajak
atau kelompok wajib pajak sedemikian rupa sehingga hutang pajaknya
baik pajak penghasilan maupun pajak-pajak lainnya berada dalam
18
posisi yang minimal, sepanjang hal ini dimungkinkan oleh ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.”
Tax planning tidak berarti sebagai upaya menghindari pajak,
karena bila demikian jelas bertentangan dengan undang-undang
perpajakan yang berlaku. Pada umumnya penekanan tax planning
adalah untuk meminimumkan kewajiban pajak. Hal ini dapat dilihat
dari dua definisi tax planning menurut Suandy (2011:7) di bawah ini:
a. Tax Planning is the systematic analysis of deferring tax option
aimed at the minimization of tax liability in current and future tax
periods (Crumbley,1994).
b. Tax planning is arrangements of a person’s business andlor
private affairs in order to minimize tax liability (Lyons,1996).
Tax Planning disini tidak sama dengan perencanaan yang
merugikan penerimaan negara, karena tujuannya adalah untuk
mengatur agar pajak yang harus dibayar tidak lebih dari jumlah yang
seharusnya. Untuk itu perusahaan perlu melakukan penelitian dan
pengumpulan ketentuan peraturan perpajakan.
Lima hal yang perlu diperhatikan dalam rangka melaksanakan Tax
Planning menurut Hidayat (2003) adalah:
a. Pertama, wajib pajak harus mengerti peraturan perpajakan yang
terkait. Akan sangat sulit dapat melakukan tax planning yang baik
dan tidak melanggar undang-undang bila tax planning dirancang
tidak dalam koridor undang-undang perpajakan yang berlaku.
Pelaksanaan tax planning yang melanggar undang-undang akan
berakibat fatal dan bahkan dapat mengancam keberhasilan tax
19
planning (Suandy,2011:10). Apabila suatu perencanaan pajak
ingin dipaksakan dengan melanggar ketentuan perpajakan, bagi
wajib pajak merupakan resiko yang berbahaya dan mengancam
keberhasilan perencanaan pajak. Karena itu, sebaiknya wajib pajak
menghindari hal tersebut karena dapat sangat merugikan wajib
pajak sendiri.
b. Kedua, menentukan tujuan yang ingin dicapai dalam tax planning.
Tax planning paling tidak memiliki dua tujuan utama menurut
Suandy (2011:7) yakni:
1) Menerapkan peraturan perpajakan secara benar.
2) Mengefisiensikan laba yang diharapkan.
c. Ketiga, dalam melakukan tax planning harus memahami karakter
usaha wajib pajak. Hal ini dikarenakan hampir setiap perusahaan
memiliki perbedaan-perbedaan dalam kebijakan maupun perilaku
dan kebiasaan kebiasaannya. Dengan memahami secara mendalam
seluk-beluk usaha akan sangat membantu dalam melakukan tax
planning.
d. Keempat, memahami tingkat kewajaran atas transaksi-transaksi
yang diatur dalam tax planning. Hal ini dikarenakan apabila
pelaksanaan tax planning dengan mengabaikan kewajaran sudah
tentu akan menimbulkan kesulitan-kesulitan karena adanya
kecurigaan fiskus dan ini dapat berimplikasi dengan pemeriksaan,
karena bisa diindikasikan adanya kecurangan pajak.
20
e. Kelima, tax planning harus didukung oleh kebijakan akuntansi
(accounting treatment) dan didukung dengan bukti-bukti yang
memadai, seperti adanya faktur, perjanjian, dan lain-lain.
2. Manfaat Perencanaan Pajak (Tax Planning)
Ada beberapa manfaat yang bisa diperoleh dari perencanaan pajak
yang dilakukan secara cermat. Beberapa manfaat menurut Mangoting
(1999) yang dapat disebutkan adalah:
a. Penghematan kas keluar, karena pajak yang merupakan unsur biaya
dapat dikurangi.
b. Mengatur aliran kas, karena dengan perencanaan pajak yang
matang dapat diestimasi kebutuhan kas untuk pajak dan
menentukan saat pembayaran sehingga perusahaan dapat menyusun
anggaran kas secara lebih akurat.
Untuk menghemat pajak menurut Syahdan (2001) dapat dilakukan
dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Bermanfaat secara optimal ketentuan-ketentuan perpajakan yang
berlaku.
b. Pengurangan PKP perusahaan melalui peningkatan penghasilan
karyawan.
c. Membagi perusahaan menjadi beberapa perusahaan atau
menggabungkannya.
d. Pemilihan bentuk usaha.
21
Menurut Mangoting (1999) tujuan tax planning secara lebih khusus
ditujukan untuk memenuhi hal-hal berikut:
a. Menghilangkan/menghapus pajak sama sekali
b. Menghilangkan/menghapus pajak dalam tahun berjalan
c. Menunda pengakuan penghasilan
d. Mengubah penghasilan rutin berbentuk capital gain
e. Memperluas bisnis atau melakukan ekspansi usaha dengan
membentuk badan usaha baru
f. Menghindari pengenaan pajak ganda
g. Menghindari bentuk penghasilan yang bersifat rutin atau teratur
atau membentuk, memperbanyak atau mempercepat pengurangan
pajak.
Implementasi tax planning dalam kegiatan usaha wajib pajak
adalah untuk mencapai sasaran perusahaan dalam pemenuhan
kewajiban perpajakan, dengan cara menggunakan tax planning secara
lengkap, benar, dan tepat waktu yang sesuai dengan Undang-Undang
Perpajakan, sehingga tidak terkena sanksi administratif (denda, bunga,
kenaikan pajak) dan sanksi pidana. Hal tersebut bertujuan untuk
efisiensi dan efektifitas pemanfaatan sumber daya, guna meningkatkan
kinerja perusahaan dalam memperoleh laba yang optimal.
22
3. Aspek Formal dan Administratif Tax Planning
Kewajiban perpajakan bermula dari implementasi undang-undang
perpajakan. Oleh karena itu, ketidakpatuhan terhadap undang-undang
dapat dikenakan sanksi baik administrasi maupun sanksi pidana.
Sanksi administrasi maupun sanksi pidana merupakan pemborosan
sumber daya sehingga perlu dihindari melalui suatu perencanaan pajak
yang baik. Untuk dapat menyusun perencanaan pemenuhan kewajiban
perpajakan yang baik diperlukan pemahaman terhadap peraturan
perpajakan. Selanjutnya selaras dengan pengelompokkan hukum pajak
aspek formal administratif maupun aspek material substantif perlu
untuk dimengerti dan dipahami untuk dapat menghindari sanksi
administratif maupun pidana.
4. Aspek Material dalam Tax Planning
Pajak dikenakan terhadap objek pajak yang dapat berupa keadaan,
perbuatan maupun peristiwa. Basis penghitungan pajak adalah objek
pajak, maka untuk mengoptimalkan alokasi sumber dana, manajemen
akan merencanakan pembayaran pajak yang tidak lebih dan tidak
kurang (supaya tidak membayar sanksi administrasi yang merupakan
pemborosan dana). Untuk itu objek pajak harus dilaporkan secara
benar dan lengkap.
5. Penghindaran Sanksi Pajak
Pembayaran sanksi yang tidak seharusnya terjadi merupakan
pemborosan sumber daya perusahaan. Sanksi administrasi dapat
23
berupa denda, bunga maupun kenaikan. Sanksi tersebut merupakan
financial penalty yang merupakan pemborosan dana. Sedangkan sanksi
pidana dapat berupa pidana penjara dan atau denda keuangan.
D. Strategi dalam Tax Planning
1. Strategi dalam Tax Planning
Ada beberapa cara yang biasanya dilakukan atau dipraktekkan
wajib pajak untuk meminimalkan pajak yang harus dibayar, misalnya
seperti yang dikemukakan oleh Lumbantoruan (1996:489) yaitu:
a. Pergeseran pajak (shifting), ialah pemindahan atau mentransfer
beban pajak dari subjek pajak kepada pihak lain, dengan demikian,
orang atau badan yang dikenakan pajak mungkin sekali tidak
menanggungnya.
b. Kapitalisasi, ialah pengurangan harga objek pajak sama dengan
jumlah pajak yang akan dibayarkan kemudian oleh pembeli.
c. Transformasi, ialah cara pengelakan pajak yang dilakukan oleh
pabrikan dengan cara menanggung beban pajak yang dikenakan
terhadapnya.
d. Tax Evasion, ialah penghindaran pajak dengan melanggar
ketentuan peraturan perpajakan.
e. Tax Avoidance, ialah penghindaran pajak dengan menuruti
peraturan yang ada.
24
Dapat disimpulkan, bahwa ada strategi-strategi yang bisa diambil
oleh wajib pajak terutama badan, dalam usahanya melaksanakan tax
planning dengan tujuan mengatur atau dengan kata lain meminimalkan
jumlah pajak yang harus dibayar. Diantara strategi-strategi tersebut ada
yang legal maupun ilegal. Strategi-strategi atau cara-cara yang legal
sesuai dengan aturan undang-undang yang berlaku, biasanya dilakukan
dengan memanfaatkan hal-hal yang tidak diatur dalam undang-undang
atau dalam hal ini memanfaatkan celah-celah yang ada dalam undang-
undang perpajakan (loopholes).
2. Pendekatan Lain dalam Tax Planning
Menurut Mangoting (1999) ada dua pendekatan lain yang bisa
dilakukan sebagai suatu strategi dalam usaha memperkecil laba yang
akhirnya juga mengurangi pajak yang harus dibayar yaitu:
a. Dengan memperkecil pendapatan atau penerimaan.
b. Dengan memperbesar biaya atau pengeluaran.
Seperti yang disebutkan di atas, bahwa usaha untuk mengatur
jumlah pajak yang harus dibayar dapat dilakukan dengan dua
pendekatan yaitu memperkecil pendapatan dan penerimaan dan
memperbesar jumlah beban atau pengeluaran. Alternatif atau cara yang
pertama umumnya berisiko cukup besar, karena hal ini biasanya
dilakukan dengan pemalsuan dokumen atau membukukan jumlah yang
fiktif, dimana pencatatan transaksi dilakukantidak benar.
25
Pendekatan yang kedua juga ada risikonya, dan cara yang atau
jalan yang ditempuh juga sama dengan alternatif pertama, hanya saja
peraturan pajak memberikan beban-beban yang dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto untuk menentukan jumlah pajak yang harus dibayar.
(Undang-Undang Pajak Penghasilan No.10 tahun 1994, pasal 6).
Sebenarnya pembayaran pajak dapat dengan mudah dihindari
dengan tidak melakukan perbuatan yang memberi alasan untuk dikenai
pajak, yaitu dengan meniadakan atau tidak melakukan hal-hal yang
dapat dikenakan pajak. Perlu diketahui bahwa pembayaran jumlah
pajak yang kurang dari seharusnya, bukan hanya dapat dilakukan
dengan suatu perencanaan tax planning, tapi bisa juga karena kelalaian
wajib pajak itu sendiri, misalnya dalam hal:
a. Ignorance atau ketidaktahuan, adalah wajib pajak tidak sadar atau
tidak tahu akan adanya ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan tersebut.
b. Error atau kesalahan, adalah wajib pajak paham dan mengerti
mengenai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan,
tetapi salah dalam menghitung datanya.
c. Misunderstanding atau kesalahpahaman, adalah wajib pajak salah
menafsirkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
d. Negliance atau kealpaan, adalah wajib pajak alpa untuk
menyimpan buku beserta bukti-bukti secara lengkap.
26
Menurut Brotodihardjo (2003:13-14) lebih lanjut membedakan
perlawanan terhadap pajak menjadi dua yaitu:
a. Perlawanan pasif meliputi hambatan-hambatan yang mempersukar
pemungutan pajak yang erat hubungannya dengan struktur
ekonomi suatu negara, perkembangan intelektual dan moral
penduduk serta sistem dan cara pemungutan pajak itu sendiri.
b. Perlawanan aktif. Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan
perbuatan yang secara langsung ditujukan kepada fiskus dan
bertujuan untuk menghindari pajak. Perlawanan aktif ini meliputi
penghindaran diri dari pajak, pengelakan pajak, dan melalaikan
pajak.
Dapat disimpulkan bahwa usaha-usaha dengan menggunakan
strategi yang bertujuan untuk penghematan pajak atau meminimalkan
jumlah pajak yang harus dibayar atau mengatur jumlah pajak yang
dibayar yang dilakukan oleh wajib pajak, dikategorikan sebagai
perlawanan aktif.
E. Langkah-Langkah Perencanaan Pajak (Tax Planning)
Menurut Tjahjono (2001), perencanaan pajak yang dapat dilakukan
adalah:
1. Memaksimalkan Penghasilan yang Dikecualikan
Usaha memaksimalkan penghasilan yang dikecualikan adalah
usaha memaksimalkan penghasilan yang bukan objek pajak dengan
27
mendasarkan pada variabel penghasilan yang bukan sebagai objek
pajak. Peluang ini tercantum dalam pasal 4 (3) Undang-Undang
Pajak Penghasilan no.10 tahun 1994, yang mengatur tentang
penghasilan yang tidak termasuk objek pajak, yaitu:
a. Bantuan/sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan
amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau
disahkan oleh pemerintah dan para penerima zakat yang sah,
sepanjang tidak ada hubungannya dengan usaha, pekerjaan,
kepemilikan atau penguasaan antara pihak-pihak yang
bersangkutan.
b. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus satu derajat, dan oleh badan keagamaan atau
badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil
termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
c. Warisan.
d. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan
perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya,
BUMN dan BUMD dengan nama dan dalam bentuk apapun,
persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, koperasi, yayasan
atau organisasi yang sejenis, lembaga, dana pensiun, dan
bentuk badan usaha lainnya sebagai pengganti saham atau
sebagai penyertaan modal.
28
e. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau
jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan
kenikmatan dari wajib pajak atau pemerintah.
f. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi
sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan,
asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa.
g. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh
perseroan terbatas sebagai wajib pajak dalam negeri, koperasi,
yayasan, atau organisasi yang sejenis, BUMN, atau BUMD,
dari penyertaan modal pada badan usaha yng didirikan dan
bertempat kedudukan di Indonesia.
h. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang
pendiriannya telah disahkan oleh menteri keuangan, baik yang
dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai, dan penghasilan
dari modal yang ditanamkan dalam bidang-bidang tertentu
yang ditetapkan oleh menteri keuangan.
i. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari
perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-
saham, persekutuan, perkumpulan, firma dan kongsi.
j. Bunga laba yang diterima atau diperoleh perusahaan reksadana.
k. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal
ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang
29
didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia
dengan syarat badan pasangan tersebut:
1) Merupakan perusahaan kecil, menengah, atau yang
menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang
ditetapkan oleh menteri keuangan.
2) Sahamnya tidak diperdagangkan di BEI.
2. Memaksimalkan Biaya-Biaya Fiskal
Tindakan ini berupa tindakan yang dilakukan dengan
meningkatkan biaya-biaya yang dapat dikurangkan atau menekan
biaya yang dapat dikurangkan atau dialihkan ke biaya-biaya yang
dapat dikurangkan. Peluang ini tercantum dalam pasal 6 dan pasal
9 Undang-Undang Pajak Penghasilan no.10 tahun 1994. Pasal 6
mengatur beban-beban yang dapat dikurangkan yaitu:
a. Beban untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan, termasuk beban pembelian bahan, berkenaan
dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium,
bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk
uang, bunga, sewa, royalti, beban perjalanan, biaya pengolahan
limbah, piutang yang nyata tidak dapat ditagih, premi asuransi,
beban administrasi, dan pajak kecuali pajak penghasilan.
b. Penyusutan dan pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud
dan amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan
atas beban lain yang mempunyai manfaat lebih dari 1 tahun.
30
c. Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan
oleh menteri keuangan.
d. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki
dan digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan.
e. Kerugian karena selisih kurs mata uang asing.
f. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki
dan digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan.
g. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan
di Indonesia.
h. Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan.
Beban-beban yang dapat dikurangkan ini nantinya yang harus
diperbesar oleh perusahaan, sehingga pengurang terhadap
penghasilan bruto juga akan semakin besar, akibatnya pajak yang
akan dibayar semakin kecil. Sedangkan pasal 9 Undang-Undang
Pajak Penghasilan No. 10 Tahun 1994, mengatur beban-beban yang
tidak dapat dikurangkan sebagai berikut:
a. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti
dividen, termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan
asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil
usaha koperasi.
31
b. Beban yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan
pribadi pemegang saham, sekutu atau anggota.
c. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan kecuali cadangan
piutang tak tertagih untuk usaha bank dan sewa guna usaha
dengan hak opsi, cadangan untuk usaha asuransi dan cadangan
biaya reklamasi untuk usaha pertambangan yang ketentuan dan
syaratnya ditentukan oleh menteri keuangan.
d. Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa,
asuransi dwiguna dan asuransi beasiswa, yang dibayar oleh
wajib pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi
kerja dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi
wajib pajak yang bersangkutan.
e. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau
jasa penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan
kenikmatan, kecuali yang berkaitan dengan pelaksanaan
pekerjaan yang ditetapkan dengan keputusan menteri keuangan.
f. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan.
g. Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (3) huruf a dan b.
h. Pajak penghasilan.
i. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan
wajib pajak atau orang yang menjadi tanggungannya.
32
j. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma atau
perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham.
k. Sanksi administrasi berupa bunga, denda yang berkenaan
dengan pelaksanaan peraturan perundang-undangan di bidang
perpajakan.
3. Meminimalkan Tarif Pajak
Tindakan ini dapat dilakukan dengan upaya pengenaan pajak
dengan tarif seminimal mungkin. Hal ini dapat ditempuh antara
lain mengalokasikan penghasilan dalam beberapa tahun atau dalam
perusahaan yang masih dalam satu grup.
Sedangkan menurut Lumbantoruan (1996:485-486)
perencanaan pajak dapat ditempuh sebagai berikut:
a. Mengambil keuntungan sebesar-besarnya dari ketentuan
mengenai pengecualian dan potongan atau pengurangan yang
diperkenankan.
b. Mengambil keuntungan dari pemilikan bentuk-bentuk
perusahaan yang tepat.
c. Mendirikan perusahaan dalam satu jalur usaha sehingga dapat
diatur secara keseluruhan penggunaan tarif pajak, potensi
penghasilan, kerugian dan aktiva yang bisa dihapus.
d. Menyebarkan penghasilan menjadi beberapa tahun untuk
mencegah penghasilan tersebut termasuk dalam kategori
33
pendapatan yang tarifnya tinggi. Bila mungkin pembayaran
pajak bisa ditunda.
F. Motivasi Melakukan Perencanaan Pajak (Tax Planning)
Motivasi diartikan sebagai semua kondisi yang memberikan
dorongan dalam diri seseorang yang digambarkan sebagai keinginan,
kemauan, dorongan dsb (Gibson, Donnelly, Ivancevich, 1997:340) dalam
(Rini, Sartika, 2008). Motivasi dilakukannya perencanaan pajak adalah
keinginan untuk meminimalkan beban pajak yang pada akhirnya dapat
memaksimalkan laba setelah pajak karena pajak ikut mempengaruhi
pengambilan keputusan atas suatu tindakan dalam operasi perusahaan.
Dimana perencanaan pajak merupakan salah satu unsur penunjang untuk
mencapai tujuan perusahaan. Unsur penunjang lainnya yaitu unsur
pendapatan atau penghasilan yang dihasilkan oleh perusahaan, dimana
pendapatan/penghasilan merupakan objek pajak tidak final dan ada juga
yang merupakan objek pajak final.
Dalam penelitian ini, membatasi faktor-faktor yang memotivasi
manajemen perusahaan melakukan tax planning menurut Suandy
(2011:10) yaitu kebijakan perpajakan, undang-undang perpajakan,
administrasi perpajakan, loopholes dan tarif pajak (tax rates).
1. Kebijakan Perpajakan (Tax Policy)
Kebijakan perpajakan (tax policy) merupakan alternatif dari berbagai
sasaran yang hendak dituju dalam sistem perpajakan dari berbagai aspek
34
kebijaksanaan pajak, berikut akan diuraikan faktor-faktor yang mendorong
dilakukannya suatu perencanaan pajak (Suandy, 2011: 11) yaitu:
a. Pajak yang akan dipungut
Di dalam sistem perpajakan ada berbagai tipe pajak yang harus
menjadi pertimbangan utama baik berupa pajak langsung maupun
pajak tidak langsung dan cukai seperti:
1) Pajak Penghasilan Badan dan Perseorangan
2) Pajak atas capital gains
3) Witholding tax atas gaji, dividen, sewa, bunga, royalti, lain-lain.
4) Pajak atas impor, ekspor, serta bea masuk.
5) Pajak atas undian/hadiah.
6) Bea materai.
7) Capital Transfer taxes/transfer duties.
8) Business licence dan trade taxes lainnya.
Terdapat berbagai kewajiban jenis pajak yang harus dibayar di
mana masing-masing jenis pajak tersebut mempunyai sifat perlakuan
pajak sendiri-sendiri. Misalnya bea masuk dianggap sebagai biaya
yang dapat dikurangkan dari penghasilan kena pajak atau bisa
dimintakan restitusi apabila kita melakukan ekspor barang, sedangkan
pajak penghasilan adalah pajak atas laba atau penghasilan kena pajak
yang dapat mengurangi besarnya penghasilan bersih setelah pajak.
Maka agar tidak mengganggu atau tidak memberatkan arus kas
perusahaan, diperlukan perencanaan pajak yang baik untuk bisa
35
menganalisis atas transaksi apa akan terkena pajak yang mana dan
berapa dana yang diperlukan, sehingga dapat diketahui berapa
penghasilan bersih setelah pajak.
b. Subjek Pajak
Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut “the
classical system” dimana ada pemisahan antara Wajib Pajak Badan
dan Wajib Pajak Orang Pribadi. Indonesia merupakan salah satu
negara yang menganut “the classical system” dimana ada pemisahan
antara badan usaha dengan pribadi pemiliknya uang akan
menimbulkan pajak ganda. (Suandy, 2011: 11)
Adanya perbedaan perlakuan perpajakan atas pembayaran dividen
badan usaha kepada pemegang saham perorangan dan kepada
pemegang saham berbentuk badan usaha menyebabkan timbulnya
usaha untuk merencanakan pajak dengan baik agar beban pajak rendah
sehingga sumber daya perusahaan bisa dimanfaatkan untuk tujuan
yang lain. Di samping itu, ada pertimbangan untuk menunda
pembayaran dividen dengan cara meningkatkan jumlah laba yang
ditahan bagi perusahaan yang juga akan menimbulkan penundaan
pembayaran pajak.
c. Objek Pajak
Objek pajak merupakan setiap tambahan kemampuan ekonomis
yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari
Indonesia maupun luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi
36
atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan,
dengan nama dan dalam bentuk laporan. Adanya perlakuan perpajakan
yang berbeda atas objek pajak yang secara ekonomis hakikatnya sama
akan menimbulkan usaha perencanaan pajak agar beban pajaknya
rendah.
Sebagai contoh, transaksi modal perseroan atas dividen dan capital
gains, di mana atas pembayaran dividen kepada pemegang saham
perorangan diterapkan tarif progressive Pasal 17 Undang-Undang
Pajak Penghasilan sedangkan capital gains dikenakan pajak flat rate
sebesar 0,1% atau 0,6% dari jumlah bruto nilai penjualan saham.
Karena objek pajak merupakan basis perhitungan besarnya pajak,
maka untuk optimalisasi alokasi sumber dana, manajemen akan
merencanakan pajak yang tidak lebih dan tidak kurang.
d. Tarif Pajak
Adanya tarif yang diterapkan di Indonesia mengakibatkan seorang
perencana pajak akan berusaha sedapat mungkin dikenakan tarif yang
paling rendah. Menurut Barry Bracewell and Milnes, (1980), bahwa:
“The heavier the burden, the stroner the motive and the wider the
scope for tax avoidance, since the taxpayer may avoid the higher rates
of tax while still remaining liae to the lower”.
e. Prosedur Pembayaran Pajak
Adanya self assessment system dan payment system mengharuskan
seseorang perencanaan pajak untuk merencanakan pajak dengan baik.
37
(Suandy, 2011: 12). Saat ini sistem pemungutan witholding tax di
Indonesia makin ditingkatkan penerapannya. Hal ini di samping
mengganggu arus kas perusahaan juga bisa mengakibatkan kelebihan
pembayaran atas pemungutan pendahuluan tersebut, padahal untuk
memperoleh restitusi atas kelebihan tersebut diperlukan waktu dan
biaya.
2. Undang-Undang Perpajakan (Tax Regulation)
Undang-undang perpajakan adalah kumpulan peraturan-peraturan yang
mengatur masalah perpajakan. Pada kenyataannya dimanapun tidak ada
undang-undang yang mengatur setiap permasalahan secara sempurna,
maka dalam pelaksanaannya selalu diikuti oleh ketentuan-ketentuan lain
(Peraturan Pemerintah Keputusan Presiden, Keputusan Menteri Keuangan,
dan Direktur Jendral Pajak), maka tidak jarang ketentuan pelaksanaan
tersebut bertentangan dengan undang-undang itu sendiri karena
disesuaikan dengan kepentingan pembuat kebijaksanaan dalam mencapai
tujuan yang lain yang ingin dicapainya. (Suandy, 2011: 13).
Seperti diketahui, tax planning merupakan suatu proses yang
mendeteksi cacat teoritis dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan tersebut. Melaksanakan tax planning dengan memanfaatkan
celah-celah dari peraturan perundang-undangan yang berlaku. Keadaan ini
menyebabkan munculnya celah bagi wajib pajak untuk menganalisis
dengan cermat atas kesempatan tersebut untuk digunakan merencanakan
38
pajak yang baik. Wajib pajak dapat mencari kelemahan dan memperbaiki
kembali rencana pajaknya.
Pada awal mendirikan usaha, wajib pajak juga dapat melakukan tax
planning dengan cara memanfaatkan undang-undang pajak yang berlaku.
Pada masa sekarang ini, Wajib Pajak harus cermat dalam memilih lokasi
usaha yang akan didirikan. Hal ini disebabkan, adanya lokasi-lokasi usaha
tertentu yang memperoleh fasilitas yang lebih dibanding dengan
lokasi/kawasan lainnya. Apabila wajib pajak ingin mendapatkan fasilitas
yang diberikan oleh pemerintah maka wajib pajak dapat memilih lokasi
usaha di daerah tertentu, misalnya di Indonesia Bagian Timur.
Dengan mendirikan usaha di daerah tersebut, maka Wajib Pajak dapat
memperoleh banyak pengurangan pajak penghasilan yang diberikan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 undang-undang Nomor 7 Tahun
1983 yang telah diubah terakhir dengan undang-undang Nomor 36 Tahun
2008. Di samping itu juga diberikan fasilitas seperti penyusutan dan
amortisasi yang dipercepat, kompensasi kerugian yang lebih lama dari
seharusnya.
Hasil suatu tax planning bisa dikatakan baik atau tidak tergantung
dengan apa yang kita lakukan dan semua itu harus sesuai dengan
kebutuhan perusahaan. Kadang-kadang suatu rencana harus diubah
mengingat adanya peraturan perundang-undangan.
Tindakan perubahan tersebut harus tetap dijalankan walaupun
diperlukan penambahan biaya/kemungkinan keberhasilannya sangat kecil.
39
Sepanjang masih besar penghematan pajak yang bisa diperoleh rencana
tersebut harus tetap dijalankan, karena bagaimanapun juga kerugian yang
ditanggung merupakan kerugian minimal. Meskipun suatu tax planning
sudah dijalankan dan proyek sudah berjalan, masih perlu
mempertimbangkan setiap perubahan yang terjadi termasuk perubahan
undang-undang.
3. Administrasi Perpajakan (Tax Administration)
Indonesia merupakan negara dengan wilayah luas dan jumlah
penduduk yang banyak. Sebagai negara berkembang, Indonesia masih
mengalami kesulitan dalam melaksanakan administrasi perpajakannya
secara memadai. Hal ini mendorong perusahaan untuk melaksanakan
perencanaan pajak dengan baik agar terhindar dari sanksi administrasi
maupun pidana karena adanya perbedaan penafsiran antara aparat
fiskus dengan wajib pajak akibat luasnya peraturan perpajakan yang
berlaku dan sistem informasi yang masih belum efektif (Suandy, 2011:
13).
4. Loopholes
Loopholes dapat dimanfaatkan untuk membayar pajak lebih kecil
dari atau bahkan tidak membayar sama sekali atas suatu income tertentu.
Dalam tax avoidance Wajib Pajak memanfaatkan peluang-peluang
(loopholes) yang ada dalam undang-undang perpajakan, sehingga dapat
membayar pajak yang lebih rendah. Tax avoidance (penghindaran pajak)
adalah suatu usaha pengurangan secara legal yang dilakukan dengan cara
40
memanfaatkan ketentuan-ketentuan di bidang perpajakan secara optimal,
seperti pengecualian dan pemotongan-pemotongan yang diperkenankan
maupun memanfaatkan hal-hal yang belum diatur dan kelemahan-
kelemahan yang ada dalam peraturan perpajakan. Seperti diketahui, tax
planning merupakan suatu proses yang mendeteksi cacat teoritis dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Keadaan ini yang
memunculkan celah bagi wajib pajak untuk menganalisis dengan cermat
atas kesempatan tersebut untuk digunakan merencanakan pajak yang baik.
Wajib pajak dapat mencari kelemahan dan memperbaiki kembali
rencana pajaknya. Pada awal mendirikan usaha, wajib pajak juga dapat
melakukan tax planning dengan cara memanfaatkan undang-undang
perpajakan yang berlaku. Loopholes ini memiliki 2 makna yaitu:
a. Loopholes yang memang sengaja diberikan oleh pemerintah di dalam
suatu tax policy yang dibuat sedemikian rupa guna mendukung suatu
aktivitas atau kegiatan ekonomi tertentu.
b. Loopholes yang sebetulnya bukan maksud pembuat undang-undang di
dalam membuat peraturan perpajakan tersebut, atau dengan kata lain
tidak sejalan dengan jiwa dan semangat ketentuan perpajakan.
5. Perbedaan Tarif Pajak
Tarif pajak, dimana semakin besar tarif pajak maka semakin besar
motivasi wajib pajak untuk melakukan tax planning. Sebagai contoh
adalah pemberian natura kepada karyawan tidak dapat diperlukan sebagai
deductible expense. Sehingga bagi perusahaan hal ini tidak
41
menguntungkan, oleh karena itu perusahaan memberikannya dalam
bentuk cash dan memasukkannya ke dalam daftar gaji karyawan sehingga
perusahaan bisa diperlakukan sehingga deductible expense.
Dengan adanya perbedaan tarif pajak atas objek pajak, memotivasi
perusahaan untuk memanfaatkannya agar beban pajaknya rendah.
Perencanaan yang dapat dilakukan untuk menghemat beban pajak atau
meminimalisasi beban pajak penghasilan yaitu dengan melihat dari segi
siapa yang menanggung beban, maka PPh pasal 21 dapat dilakukan
melihat 3 bentuk:
a. PPh pasal 21 ditanggung oleh karyawan
Dalam hal ini jumlah PPh pasal 21 yang tertuang akan ditanggung
karyawan itu sendiri sehingga benar-benar mengurangi penghasilan.
Istilah yang sering digunakan adalah PPh pasal 21 yang dipotong oleh
perusahaan.
b. PPh pasal 21 ditanggung perusahaan
Dalam hal ini, jumlah PPh pasal 21 yang terutang akan ditanggung
oleh perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian, gaji yang
diterima oleh karyawan tersebut tidak dikurangi dengan PPh pasal 21
karena perusahaan yang menanggung beban PPh pasal 21.
Penghitungan PPh pasal 21 tersebut tidak dilakukan dengan cara gross
up, karena tidak menambah secara langsung penghasilan bruto
karyawan tersebut tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto
perusahaan.
42
c. PPh pasal 21 diberikan dalam bentuk tunjangan dengan menggunakan
metode gross up.
Apabila PPh pasal 21 diberikan dalam bentuk tunjangan, maka
jumlah tunjangan tersebut akan menambah penghasilan karyawan dan
kemudian baru dikenakan PPh pasal 21. Dalam hal ini perhitungan
dilakukan dengan cara gross up dimana besarnya tunjangan pajak
sama dengan jumlah PPh pasal 21 terutang untuk masing-masing
karyawan.
Selain itu ada unsur lain yang juga tidak kalah pentingnya yaitu
perencanaan atas biaya/pengeluaran yang akan ditanggung perusahaan
dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, dimana
biaya/pengeluaran ada yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
atau sering disebut deductible expense dan ada yang tidak dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto atau sering disebut non deductible
expense. Dari semua unsur tersebut harus dapat memerankan peran
dengan baik agar tujuan perusahaan dapat tercapai.
G. Kajian Penelitian Terdahulu
Berikut ini akan dipaparkan mengenai penelitian yang dilakukan
terkait dengan pengaruh penerapan Tax Planning dalam meminimalkan
pajak terutang wajib pajak badan.
43
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Nama
Peneliti
Judul Penelitian Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
Eddy
Suratno
(2008)
Strategi
Perencanaan
Pajak
Variabel
dependen
Perencanaan
Pajak (Tax
Planning)
Metode
penelitian
adalah studi
kepustakaan.
Hasil penelitiannya
menyimpulkan, dalam
penerapannya,
terdapat beberapa cara
dalam meminimalkan
jumlah pajak yang
harus dibayar, yaitu
dengan pergeseran
(shifting), kapitalisasi,
transformasi,
penghindaran
(avoidance), dan
penyelundupan
(evasion).
Nyoman
Sentosa
Hardika
(2007)
Perencanaan
Pajak Sebagai
Strategi
Penghematan
Pajak
Variabel
dependen
Perencanaan
Pajak (Tax
Planning)
Metode
penelitian
adalah studi
kepustakaan.
Hasil penelitiannya
menyimpulkan,
perencanaan pajak
merupakan tahap
pertama dalam
penghematan pajak.
Oleh karena itu,
penelitian dan
pengumpulan
ketentuan peraturan
perpajakan dilakukan
pada tahap ini dengan
maksud dapat
diseleksi jenis
tindakan
penghematan pajak
yang akan dilakukan.
Bersambung ke halaman selanjutnya
44
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Nama
Peneliti
Judul Penelitian Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
Nyoman
Darmayasa
(2011)
Perencanaan
Pajak dari Aspek
Rasio Total
Benchmarking,
Kebijakan
Akuntansi, dan
Administrasi
Sebagai Strategi
Penghematan
Pajak
Variabel
dependen
Perencanaan
Pajak (Tax
Planning)
Metode
penelitian
adalah studi
kepustakaan.
Hasil penelitian ini
menyimpulkan bahwa
perencanaan pajak
merupakan upaya
legal karena
penghematan pajak
hanya dapat
dilakukan dengan
memanfaatkan hal-hal
yang tidak diatur
(loopholes).
R.B
Chrisdianto
& Andrianto
(2009)
Penerapan Tax
Planning dalam
Pengambilan
Keputusan
Terhadap Pilihan
Alternatif
Pembelian Truk
Secara Tunai,
Kredit Bank, dan
Leasing dengan
Hak Opsi pada
PT. Rajawali Dwi
Putra Indonesia.
Variabel
dependen
Perencanaan
Pajak (Tax
Planning)
Metode
penelitian
studi kasus
pada PT.
Rajawali Dwi
Putra
Indonesia
Berdasarkan
kesimpulan, maka PT.
Rajawali Dwi Putra
disarankan untuk
menggunakan leasing
dengan hak opsi
sebagai alternatif
pembelian tujuh unit
truk baru agar dapat
melakukan tax saving
(penghematan pajak).
Sumber: Diolah dari Berbagai Referensi
H. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1 di bawah ini menunjukkan kerangka pemikiran mengenai
kebijakan perpajakan (KP), undang-undang perpajakan (UUP),
Administrasi Perpajakan (AP), loopholes (L), dan perbedaan Tarif Pajak
(PTP)
45
Gambar 2.1
Skema Kerangka Pemikiran
I. Hipotesis
Diduga faktor Kebijakan Perpajakan (KP), Undang-Undang
Perpajakan (UUP), Administrasi Perpajakan (AP), Loopholes (L), dan
Perbedaan Tarif Pajak (PTP) merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi
tax planning pada perusahaan.
Faktor-faktor
Yang
Mempengaruhi
Penerapan Tax
Planning Pada
Perusahaan
Analisis
Faktor
Faktor KP
Faktor UUP
Faktor AP
Faktor L
Loopholes
Faktor PTP
Faktor Ke-I
Faktor Ke-II
Faktor Ke-III
Faktor Ke-n
46
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di daerah DKI Jakarta, lebih tepatnya pada
perusahaan-perusahaan yang terdaftar sebagai WP Badan di KPP Pratama
Kramat Jati Jakarta Timur yang beralamat di Jalan Dewi Sartika no. 189A.
Lokasi tersebut peneliti pilih karena KPP Pratama Kramat Jati Jakarta
Timur merupakan KPP yang memiliki cukup banyak Wajib Pajak Badan
yang terdaftar disana yang berlokasi di Jakarta Timur. Waktu pelaksanaan
penelitian dimulai pada bulan Januari sampai Maret 2013. Penulis akan
meneliti dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tax planning
pada perusahaan yang terdaftar sebagai WP Badan di KPP tersebut.
Adapaun variabel-variabel yang akan dianalisis yaitu Kebijakan
Perpajakan, Undang-Undang Perpajakan, Administrasi Perpajakan,
Loopholes, dan Perbedaan Tarif Pajak.
B. Metode Penetuan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau
subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah wajib
47
pajak badan yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Jakarta
Kramat Jati.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2010:116). Teknik pengambilan
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah convenience
sampling istilah umum yang mencakup variasi luasnya prosedur
pemilihan responden dimana unit sampel yang ditarik mudah
dihubungi, tidak menyusahkan, mudah untuk mengukur, dan bersifat
kooperatif (Abdul Hamid, 2007:30).
Sampel pada penelitian ini adalah Wajib Pajak Badan yang
terdaftar di KPP Pratama Jakarta Kramat Jati sebanyak 10 perusahaan.
Tabel 3.1
Data Sampel Perusahaan
No. Nama Perusahaan Alamat Perusahaan
1. PT. Massma Sikumbang Jl. Dermaga No. 57 Balekambang Jakarta
Timur 13530
2. PT. Citra Bhakti Sejahtera Cawang Kencana Building 2nd Floor,
Suite 202 Jl. Mayjen Sutoyo Kav.22
Jakarta Timur 13630
3. PT. Mitra Gema Wisesa Jl. Elang Malindo V Blok A.II/16
RT.002/08 Cipinang Melayu, Makasar-
Jakarta Timur
4. PT. Elshafah Adi Wiguna Mandiri Jl. Munggang No.48 RT.003/01 Kel.
Balekambang Kec. Kramat Jati, Jakarta
Timur 13530
5. PT. Sapta Rezeki Jl. Pucung I No. 15 Balekambang Jakarta
Timur 13530
6. PT. Production Link Indonesia Cawang Kencana Building, 2nd Floor
Suite 207 Jl. Mayjen Sutoyo Kav.22
Jakarta Timur 13630
Bersambung ke halaman selanjutnya
48
Tabel 3.1 (Lanjutan)
No. Nama Perusahaan Alamat Perusahaan
7. PT. Intekama Globalindo Gedung Sinar Kasih Lt. III Jl. Dewi
Sartika No. 136, Jakarta Timur
8. PT. Tifar Admanco Jl. Komodor No. 2 Halim Perdana
Kusuma Jakarta Timur
9. PT. Elka Indonesia Jl. Kayu Manis No. 7 Balekambang
Jakarta Timur 13530
10. PT. Adhivisi Mitra Setia Puri Niaga Agraria, Jl. Kav. Agraria
No.70, Jakarta 13440
C. Metode Pengumpulan Data
1. Pengumpulan Data Primer
Data primer merupakan data penelitian yang diperoleh secara
langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer
dapat berupa opini subjek (orang) secara individual atau kelompok,
hasil pengujian (Indriantoro dan Supomo, 2002:146-155).
Jenis skala yang digunakan untuk menjawab bagian pertanyaan
penelitian adalah skala likert yaitu metode yang digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok
orang tentang suatu fenomena sosial (Indriantoro dan Supomo,
2002:104). Skala likert yang digunakan untuk menjawab pertanyaan
penelitian memiliki lima kategori sebagaimana disajikan dalam tabel
3.1 di bawah ini:
49
Tabel 3.2
Skala Likert
Bobot Kategori
5 Sangat Setuju
4 Setuju
3 Ragu-ragu
2 Tidak Setuju
1 Sangat Tidak Setuju
Sumber: diolah
2. Pengumpulan Data Sekunder
Data sekunder adalah teknik pengumpulan data secara tidak
langsung tentang obyek penelitian yang dilakukan dengan cara studi
pustaka dari berbagai buku, majalah, literatur, Peraturan Perundang-
undangan, dan sebagainya.
D. Metode Analisis
1. Uji Kualitas Data
a. Uji Validitas Data
Suatu alat ukur (kuisioner) dikatakan valid jika pernyataan
pada kuisioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur
oleh kuisioner tersebut secara cermat. Pengujian validitas ini
menggunakan Pearson Correlation, yaitu dengan cara menghitung
korelasi antara skor masing-masing butir pertanyaan dengan total
skor. Jika korelasi antara skor masing-masing butir pernyataan
dengan total skor mempunyai tingkat signifikansi di bawah 0,05,
maka butir pernyataan tersebut dinyatakan valid dan sebaliknya
(Ghozali, 2006).
50
b. Uji Reliabilitas Data
Instrumen dikatakan reliabel apabila terdapat kesamaan
data dalam waktu berbeda. Suatu kuisioner dikatakan reliabel atau
handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah
konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Uji reliabilitas
digunakan untuk mengukur bahwa variabel yang digunakan benar-
benar bebas dari kesalahan sehingga menghasilkan hasil yang
konsisten meskipun diuji berkali-kali. Jika hasil dari Cronbach’s
Alpha di atas 0,60, maka data tersebut mempunyai keandalan yang
tinggi (Ghozali, 2006).
2. Analisis Faktor
Teknik analisis yang digunakan peneliti adalah analisis faktor.
Metode analisis faktor pertama kali digunakan oleh Charles Spearmen
untuk memecahkan masalah psikologi dalam tulisannya di American
Journal of Psychology pada tahun 1904, mengenai penetapan dan
pengukuran intelektual. Analisis faktor pada prinsipnya digunakan
untuk mereduksi data. Mereduksi data merupakan proses untuk
meringkas faktor menjadi lebih sedikit dan menamakannya sebagai
faktor.
Menurut Singgih Santoso, (2005:11) analisis faktor termasuk pada
interdependence techniques, yang berarti tidak ada variabel dependen
ataupun variabel independen. Proses analisis faktor mencoba
menemukan hubungan (interrelationship) antar sejumlah variabel-
51
variabel yang saling independen satu dengan yang lain, sehingga bisa
diabuat satu atau beberapa kumpulan variabel yang lebih sedikit dari
jumlah variabel awal.
Proses analisis faktor:
a. Memilih variabel yang akan dianalisis.
b. Menguji variabel-variabel dengan menggunakan metode Bartlett
Test of Sphercity serta pengukuran MSA (Measure of Sampling
Adaquacy).
1) Lihat angka Bartletts Test dan Measure of Sampling Adquency
(MSA).
2) Lihat anti-image correlation untuk melihat variabel mana yang
bernilai < 0,5.
3) Jika masih ada variabel yang bernilai < 0,5 maka harus
mengeluarkan variabel tersebut, kemudian pengujian diulangi
kembali sampai tidak ada variabel bernilai < 0,5.
c. Melakukan faktoring dari variabel-variabel yang telah lolos pada
uji variabel. Setelah sejumlah variabel terpilih, maka dilakukan
ekstraksi variabel hingga menjadi satu atau beberapa faktor.
d. Melakukan proses factor rotation atau rotasi terhadap faktor yang
telah terbentuk. Tujuan rotasi adalah untuk memperjelas variabel
yang masuk ke faktor tertentu.
Beberapa metode rotasi:
52
1) Orthogonal Rotation, yakni memutar sumbu 90 . Proses rotasi
dengan metode ini masih bisa dibedakan menjadi Quartimax,
Varimax, dan Equimax.
2) Oblique Rotation, yakni memutar sumbu ke kanan, tetapi tidak
harus 90 . Proses rotasi dengan metode ini masih bisa
dibedakan menjadi Oblimin, Promax, Orthoblique, dan lainnya.
e. Interprestasi atau faktor yang telah terbentuk yang dianggap bisa
mewakili variabel-variabel anggota tersebut.
f. Validasi atas faktor untuk mengetahui apakah faktor yang telah
terbentuk telah valid.
g. Uji KMO dan Berthen Test, memiliki beberapa hal yaitu angka
KMO (Kaiser-Meyer-otkin) haruslah berada di atas 0,5 dan
signifikan harus berada di bawah 0,05 sedangkan pada uji MSA
angkanya haruslah berada pada 0 sampai 1 dengan kriteria:
1) MSA = 1, Variabel dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh
variabel yang lain.
2) MSA > 0,5, variabel masih bisa diprediksi dan bisa dianalisis
lebih lanjut, atau dikeluarkan dari variabel lainnya.
3) MSA < 0,5, variabel tidak bisa diprediksi dan tidak bisa
dianalisis lebih lanjut, atau dikeluarkan dari variabel lainnya.
53
E. Operasional Variabel
Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah variabel
dependen dan variabel independen, dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Variabel Terikat (Dependent Variable) (Y)
Yang menjadi variabel dependen dalam penelitian ini adalah Tax
Planning.
2. Variabel Bebas (Independent Variable) (X)
Variabel independen dalam penelitian ini adalah Kebijakan
Perpajakan (X1), Undang-Undang Perpajakan (X2), Administrasi
Perpajakan (X3), Loopholes (X4), Perbedaan Tarif Pajak (X5).
54
Tabel 3.3
Tabel Operasional Variabel
Analisis Faktor-
faktor yang
Mempengaruhi
Penerapan Tax
Planning pada
Perusahaan
Variabel Dimensi Indikator Skala
Pengukuran
Kebijakan
perpajakan
(Tax Policy)
(X1)
1. Sistem
pemungutan
pajak
2. Pajak yang
akan
dipungut
3. Subjek
pajak
1. Self
assessment
system
2.Official
assessment
system
1. PPh Badan
2. PPh
Perseorangan
3. Witholding
tax atas gaji,
dividen, dan
sewa.
1. WP Badan
2. WP pribadi
Likert
Undang-
undang
perpajakan
(Tax
Regulation)
(X2)
1. PPh final
2. Penghasilan
Kena Pajak
3. Pajak
Pengghasilan
4. Faktur Pajak
5. PPN
Likert
Bersambung ke halaman selanjunya
55
Analisis Faktor-
faktor yang
Mempengaruhi
Penerapan Tax
Planning pada
Perusahaan
Variabel Dimensi Indikator Skala
Pengukuran
Administrasi
perpajakan
(Tax
Administratio
n) (X3)
1. SPT
2. Tepat
Waktu
3. Tax penalty
4.
Penghindaran
sanksi
administratif
Likert
Loopholes
(X4)
1. Peluang-
peluang
dalam UU
Pajak
2. Tax
avoidance
3. Membayar
pajak lebih
kecil
Likert
Bersambung ke halaman selanjunya
56
Analisis Faktor-
faktor yang
Mempengaruhi
Penerapan Tax
Planning pada
Perusahaan
Variabel Dimensi Indikator Skala
Pengukuran
Perbedaan
Tarif Pajak
(Tax Rates)
(X5)
1. Metode
meminimalis
asi tarif pajak
2. Bentuk
penghematan
PPh pasal 21
3. Perbedaan
perlakuan
tarif pajak
Likert
Sumber: Diolah dari Berbagai Referensi
57
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta
Kramat Jati
Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Jakarta Kramat Jati
dibentuk sesuai Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor: PMK
132/PMK.01/2006 tanggal 22 Desember 2006 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak. Sebagai KPP
Modern, struktur organisasi mengalami perubahan sesuai fungsi yang
menggabungkan fungsi pelayanan KPP, fungsi pelayanan Pajak Bumi
dan Bangunan (PBB) Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan
(KPPBB) dan fungsi pemeriksaan Kantor Pemeriksaan Pajak
(Karikpa) ke dalam satu atap pelayanan KPP Pratama.
B. Analisis Data
1. Uji Kualitas Data
a. Uji Validitas Data
Uji validitas dilakukan untuk mengukur sah atau valid tidaknya
suatu kuisioner. Kuisioner dikatakan valid jika pernyataan dalam
kuisioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh
kuisioner tersebut (Ghozali, 2006). Pengujian ini dilakukan dengan
58
menggunakan Pearson Correlation. Pedoman suatu model
dikatakan valid jika tingkat signifikan di bawah 0,05 maka butir
pernyataan itu dikatakan valid.
b. Reliabilitas Data
Suatu kuisioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban
seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari
waktu ke waktu. Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur bahwa
variabel yang digunakan benar-benar bebas dari kesalahan
sehingga menghasilkan hasil yang konsisten meskipun diuji
berkali-kali. Penghitungan reliabilitas ini dilakukan dengan metode
Cronbach’s Alpha (Ghozali, 2006). Jika hasil dari Cronbach’s
Alpha di atas 0,60, maka data tersebut mempunyai keandalan yang
tinggi (Ghozali, 2006).
59
Tabel 4.1
Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas
Variabel Butir
Pernyataan
Pearson
Correlation
Sig.
(2-tailed) Ket
Cronbach’s
Alpha Ket
Kebijakan
Perpajakan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
0,609**
0,812**
0,826**
0,811**
0,777**
0,757**
0,712**
0,629**
0,682**
0,601**
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
0,895 Reliabel
Undang-
Undang
Perpajakan
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
0,603**
0,569**
0,653**
0,630**
0,752**
0,694**
0,781**
0,713**
0,733**
0,627**
0,590**
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
0,875 Reliabel
Administrasi
Perpajakan
22
23
24
25
26
27
28
0,676**
0,749**
0,772**
0,697**
0,696**
0,338**
0,575**
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
0,769 Reliabel
Loopholes 29
30
31
32
33
0,626**
0,605**
0,712**
0,792**
0,742**
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
0,731 Reliabel
Perbedaan
Tarif Pajak
34
35
36
37
38
0,674**
0,702**
0,729**
0,673**
0,589**
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
0,699 Reliabel
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS
60
Berdasarkan tabel di atas dari hasil pengujian validitas dan
reliabilitas kuisioner pada penelitian ini dapat dilihat bahwa semua
pernyataan pada masing-masing pernyataan setiap variabel dapat
dikatakan valid karena setiap pernyataan memiliki nilai signifikansi di
bawah 0,05 atau Sig < 0,05. Berdasarkan data pada tabel tersebut juga
semua instrumen dinyatakan reliabel karena memiliki nilai
Cronbach’s Alpha di atas 0,60.
2. Uji Analisis Faktor
Analisis faktor dalam penelitian ini menggunakan Metode Kaiser
Meiyer-Olkin (KMO) yang nilainya harus lebih dari (0,5) dan metode
pengukuran Measure of Sampling Adequacy (MSA). Adapun proses
seleksi variabel dalam penelitian ini adalah:
a. Uji Kaiser-Meiyer-Olkin (KMO) dan Bartlett’s Test
Uji KMO dilakukan untuk mengetahui apakah faktor-faktor dalam
penelitian valid atau tidak. Angka KMO dan Bartlett’s Test harus
di atas (0,5). Ketentuan tersebut didasarkan pada kriteria dengan
melihat profitabilitas (Singgih, 2005:19-20):
1) Angka Sig > 0,05, maka H0 diterima.
2) Angka Sig < 0,05, maka H0 ditolak.
b. Anti Image Matrics
Untuk melihat variabel-variabel mana yang layak untuk dibuat
analisis faktor serta untuk mengetahui faktor-faktor yang dijadikan
sebagai faktor analisis mempunyai korelasi yang kuat atau tidak
61
dengan nilai lebih besar atau sama dengan (0,5) maka semua faktor
pembentuk variabel tersebut telah valid dan tidak ada faktor yang
direduksi. Pada bagian Anti Image Correlation yang pertama kali
harus dikeluarkan adalah variabel yang memiliki nilai MSA paling
kecil dan kurang dari (0,5). Besarnya angka MSA berkisar antara 0
dan 1 dengan kriteria sebagai berikut (Singgih, 2005:20):
1) MSA = 1, variabel dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh
variabel lain.
2) MSA > 0,5, variabel masih bisa diprediksi dan bisa dianalisis
lebih lanjut.
3) MSA < 0,5, variabel tidak bisa diprediksi dan tidak bisa
dianalisis lebih lanjut, atau dikeluarkan dari variabel lainnya.
a. Eigenvalue
Eigenvalue digunakan untuk menganalisis layak suatu faktor baru.
Syarat layak menjadi suatu faktor baru adalah eigenvalue lebih
besar atau sama dengan 1. Sedangkan apabila terdapat faktor yang
memiliki eigenvalue kurang dari 1 maka faktor tersebut akan
dikeluarkan atau tidak digunakan.
b. Cumulative Varians
Nilai kumulatif varians menunjukkan besarnyatingkat keterwakilan
faktor baru yang terbentuk terhadap faktor awal atau semula.
Syaratnya apabila faktor baru yang terbentuk mampu mewakili
faktor awal atau semula maka nilai kumulatif varians > 60%.
62
c. Nilai Loading
Nilai loading bertujuan untuk mengetahui layak atau tidaknya suatu
varian masuk ke dalam faktor baru. Nilai loading ini dapat dilihat
dari eigenvalue, jika eigenvalue lebih dari 1 maka suatu varian
layak masuk ke dalam faktor baru.
Dalam penelitian ini tahap pertama pada analisis faktor adalah
menilai 38 pernyataan yang akan membentuk 6 variabel, yaitu Kebijakan
Perpajakan (X1), Undang-Undang Perpajakan (X2), Administrasi
Perpajakan (X3), Loopholes (X4), dan Perbedaan Tarif Pajak (X5). Variabel
ini terdiri dari item-item pernyataan. Data ini diolah dengan alat bantu
software SPSS 17.
Ke-5 variabel yang telah dianggap valid dan reliabel, kemudian
dimasukkan ke dalam analisis faktor untuk diuji apakah nilainya lebih
besar dari nilai KMO dan Bartlett’s Test yang di atas (0,5). Berikut ini
adalah tabel dari nilai KMO dan Bartlett’s Test.
Tabel 4.2
KMO and Bartlett’s Test
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling
Adequacy.
.614
Bartlett's Test of
Sphericity
Approx. Chi-Square 32.892
Df 10
Sig. .000
63
Pengujian untuk melihat apakah data dan variabel/item cukup
layak, dapat dilihat nilai dari statistik KMO. Tabel 4.7 di atas
menunjukkan bahwa nilai KMO adalah 0,613 dan tingkat signifikansinya
0,000. Nilai KMO yang lebih besar dari 0,5 menunjukkan bahwa variabel-
variabel yang digunakan dapat dianalisis lebih lanjut dengan analisis
faktor.
64
Pada tabel 4.8 dapat terlihat bahwa masing-masing variabel
memiliki nilai MSA sebesar 0,670 untuk Kebijakan Perpajakan (X1), 0,592
untuk Undang-Undang Perpajakan (X2), 0,559 untuk Administrasi
Perpajakan (X3), 0,633 untuk Loopholes (X4), dan 0,616 untuk Perbedaan
Tarif Pajak (X5).
Berdasarkan hasil output pada tabel 4.8 di atas, nilai Measure of
Sampling Adequacy (MSA) secara keseluruhan nilai MSA-nya sudah di
Tabel 4.3
Anti-image Matrices
Kebijakan
Perpajakan
Undang-
Undang
Perpajakan
Administrasi
Perpajakan Loopholes
Perbedaan
Tarif Pajak
Anti-image
Covariance
Kebijakan Perpajakan .920 -.053 -.035 -.108 -.171
Undang-Undang
Perpajakan
-.053 .893 -.241 -.044 -.109
Administrasi
Perpajakan
-.035 -.241 .920 -.006 -.018
Loopholes -.108 -.044 -.006 .904 -.211
Perbedaan Tarif Pajak -.171 -.109 -.018 -.211 .866
Anti-image
Correlation
Kebijakan Perpajakan .670a -.058 -.038 -.118 -.192
Undang-Undang
Perpajakan
-.058 .592a -.265 -.049 -.124
Administrasi
Perpajakan
-.038 -.265 .559a -.007 -.020
Loopholes -.118 -.049 -.007 .633a -.239
Perbedaan Tarif Pajak -.192 -.124 -.020 -.239 .616a
a. Measures of Sampling Adequacy(MSA)
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS
65
atas 0,5 dengan tingkat signifikansi jauh di bawah 0,05. Maka variabel dan
sampel yang ada secara keseluruhan sudah dapat dianalisis lebih lanjut.
Tabel 4.4
Communalities
Initial Extraction
Kebijakan Perpajakan 1.000 .413
Undang-Undang
Perpajakan
1.000 .612
Administrasi Perpajakan 1.000 .681
Loopholes 1.000 .506
Perbedaan Tarif Pajak 1.000 .554
Extraction Method: Principal Component
Analysis.
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS
Selanjutnya, berdasarkan output SPSS yang ada pada tabel 4.9 di
atas kita dapat melihat nilai komunalnya. Dimana pada dasarnya
Communalities adalah proporsi dari varian suatu item peubah asal yang
bisa dijelaskan oleh faktor utamanya. Nilai communalities menjelaskan
seberapa besar keragaman atau varians item/peubah asal yang dapat
diterangkan oleh faktor-faktor yang terbentuk. Nilai-nilai yang ada
menunjukkan kemampuan faktor-faktor yang terbentuk dalam
menerangkan varian item/peubah asal. Nilai yang terbesar dimiliki oleh
variabel Administrasi Perpajakan sebesar 0,681 yang artinya 68,1% varian
dari Administrasi Perpajakandapat diterangkan oleh faktor-faktor yang
terbentuk. Sedangkan nilai terkecil dimiliki oleh variabel Kebijakan
Perpajakan yaitu sebesar 0,413 yang artinya 41,3% varian dari Kebijakan
Perpajakan dapat diterangkan oleh faktor-faktor yang terbentuk. Semakin
66
besar nilai communalities, berarti semakin erat hubungannya dengan
faktor yang terbentuk.
Tahapan selanjutnya adalah melakukan pengujian Total Variance
Explained. Menurut Singgih Santoso (2005:43), menjelaskan bahwa tabel
Total Variance Explained menggambarkan jumlah faktor yang terbentuk.
Dalam melihat faktor yang terbentuk dapat dilihat pada eigenvalue-nya
harus berada di atas satu (1), jika sudah berada di bawah satu (1) maka
sudah tidak terdapat faktor yang terbentuk. Eigenvalue menunjukkan
kepentingan relatif masing-masing faktor dalam menghitung varians dari
total variabel yang ada. Jumlah angka eigenvalue susunannya selalu
diurutkan pada nilai yang terbesar sampai terkecil.
Tabel 4.5
Total Variance Explained
Component
Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings
Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative
%
1 1.648 32.962 32.962 1.648 32.962 32.962
2 1.119 22.373 55.335 1.119 22.373 55.335
3 .820 16.409 71.744
4 .729 14.584 86.327
5 .684 13.673 100.000
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS
67
Ada 5 (lima) variabel (component) yang dimasukkan dalam analisis
faktor, yakni variabel Kebijakan Perpajakan, Undang-Undang Perpajakan,
Administrasi Perpajakan, Loopholes, dan Perbedaan Tarif Pajak. Dengan
masing-masing variabel mempunyai varian 1, total varian adalah 5 x 1 = 5.
Sekarang jika kelima variabel diringkas menjadi satu faktor, varian yang
bisa dijelaskan oleh satu faktor adalah: 1,648/5 x 100% = 32,962%. Jika 5
variabel diekstrak menjadi 2 (dua) faktor, maka; varian faktor pertama
adalah 32,962%, varian faktor kedua adalah 1,119/5 x 100% = 22,373%.
Total kedua faktor akan bisa menjelaskan 32,962% + 22,373% = 55,335%
dari variabilitas kelima variabel asli.
Tabel Total Variance Explained di atas terlihat bahwa hanya
terdapat dua faktor yang terbentuk, hal ini senada dengan kriteria
pembentukan jumlah faktor dalam analisis faktor, jika eigenvalue kurang
dari 1 maka tidak dapat digunakan pembentukan faktor (Singgih Santoso,
2005:43). Karena dengan satu sampai dua faktor angka eigenvalue masih >
1. Akan tetapi untuk tiga faktor, angka eigenvalue sudah < 1, yakni 0,820
sehingga proses factoring berhenti pada 2 (dua) faktor saja.
68
Gambar 4.1
Grafik Scree Plot
Jika tabel Total Variance menjelaskan dasar jumlah faktor yang
didapat dengan perhitungan angka, Scree Plot menampakkan hal tersebut
dengan grafik. Terlihat bahwa dari satu kedua faktor (garis dari sumbu
Component Number = 1 ke 2), arah garis menurun dengan cukup tajam.
Kemudian dari angka 2 ke 3, garis masih menurun. Perhatikan juga faktor
3 sudah di bawah angka 1 dari sumbu Y (eigenvalues). Hal ini
menunjukkan bahwa 2 (dua) faktor adalah paling bagus untuk meringkas
kelima variabel tersebut.
69
Tabel 4.6
Component Matrixa
Component
1 2
Kebijakan Perpajakan .575 -.288
Undang-Undang
Perpajakan
.570 .535
Administrasi Perpajakan .438 .700
Loopholes .584 -.406
Perbedaan Tarif Pajak .678 -.308
Extraction Method: Principal Component
Analysis.
a. 2 components extracted.
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS
Setelah diketahui bahwa 2 (dua) faktor adalah jumlah yang paling
optimal, tabel Component Matrix menunjukkan distribusi kelima variabel
pada 2 (dua) faktor yang terbentuk. Sedangkan angka-angka yang ada pada
tabel adalah factor loadings, yang menunjukkan besar korelasi antara suatu
variabel dengan faktor 1 atau faktor 2. Proses penentuan variabel mana
akan masuk ke faktor yang mana dilakukan dengan melakukan
perbandingan besar korelasi pada setiap baris.
Seperti pada variabel Kebijakan Perpajakan, korelasi antara
variabel Kebijakan Perpajakan dengan faktor 1 adalah +0,575 (kuat karena
di atas 0,5), korelasi dengan faktor 2 adalah 0,288 (lemah karena dibawah
0,5). Oleh karena angka faktor loading terbesar ada pada component
nomor 1, maka variabel Kebijakan Perpajakan dimasukkan sebagai
component faktor 1.
70
Pada variabel Undang-Undang Perpajakan, korelasi antara variabel
dengan faktor 1 adalah +0,570 (cukup kuat), sedangkan korelasinya
dengan faktor 2 juga cukup kuat yaitu +0,535. Karena tidak ada korelasi
yang berbeda dengan jelas, seperti pada variabel Kebijakan Perpajakan,
sulit memutuskan akan dimasukkan ke faktor mana variabel Undang-
Undang Perpajakan. Oleh karena masih ada variabel yang belum jelas
akan dimasukkan ke dalam faktor 1 atau 2, perlu dilakukan proses rotasi
agar semakin jelas perbedaan sebuah variabel akan dimasukkan ke dalam
variabel 1 atau 2.
Component Matrix hasil dari proses rotasi (Rotated Component
Matrix) memperlihatkan distribusi variabel yang lebih jelas dan nyata.
Terlihat sekarang faktor loadings yang dulunya kecil semakin diperkecil,
dan faktor loading yang besar semakin diperbesar. Variabel Kebijakan
Tabel 4.7
Rotated Component Matrixa
Component
1 2
Kebijakan Perpajakan .638 .081
Undang-Undang Perpajakan .176 .762
Administrasi Perpajakan -.026 .825
Loopholes .711 -.011
Perbedaan Tarif Pajak .735 .122
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.
a. Rotation converged in 3 iterations.
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS
71
Perpajakan, korelasi antara variabel Kebijakan Perpajakan dengan faktor 1
yang sebelum rotasi adalah 0,575 (kuat), dengan rotasi lebih diperkuat
menjadi 0,638. Sebaliknya korelasi variabel Kebijakan Perpajakan dengan
faktor 2 yang adalah 0,288 (lemah), dengan rotasi diperkecil lagi menjadi
0,081. Dengan demikian, bisa dikatakan variabel Kebijakan Perpajakan
bisa dimasukkan sebagai komponen faktor 1, namun dengan bukti yang
lebih jelas.
Variabel Undang-Undang Perpajakan, variabel ini masuk faktor 2,
karena factor loading dengan faktor 2 paling besar (0,762). Variabel
Administrasi Perpajakan, variabel ini masuk faktor 2, karena factor
loading dengan faktor 2 terbesar (0,825). Variabel Loopholes, variabel ini
masuk faktor 1, karena factor loading dengan faktor 1 terbesar (0,711),
variabel Perbedaan Tarif Pajak, variabel ini masuk faktor 1, karena factor
loading dengan faktor 1 terbesar (0,735).
Dengan demikian, kelima variabel telah direduksi menjadi hanya
terdiri dari 2 (dua) faktor, yaitu faktor pertama terdiri dari Kebijakan
Perpajakan, Loopholes, dan Perbedaan Tarif Pajak, dan faktor kedua terdiri
dari Undang-Undang Perpajakan dan Administrasi Perpajakan.
C. Pembahasan dan Interpretasi
1. Pembahasan
Dari hasil analisis faktor, pada pengujian Kaiser-Maiyer-Olkin
(KMO) dan Bartlett’s Test terdapat nilai sebesar 0,614 > 0,5, maka
72
proses analisis dapat dilanjutkan. Untuk nilai Measure of Sampling
Adequacy (MSA) pada masing-masing pernyataan/sub variabel agar
analisis dapat dilanjutkan nilai MSA > 0,5. Pada masing-masing
pernyataan/sub variabel diketahui bahwa seluruh pernyataan yang
diajukan pada penelitian ini dapat dilakukan analisis faktor karena
masing-masing variabel telah memiliki nilai MSA di atas 0,5.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa kelima variabel yang
diajukan pada penelitian ini memiliki pengaruh terhadap Tax Planning
pada perusahaan yang terdaftar sebagai Wajib Pajak Badan di KPP
Pratama Jakarta Kramat Jati.
Berdasarkan hasil pengujian Rotated Component Matrix diperoleh
bahwa dari lima variabel yang dianalisis terbentuk 2 (dua) faktor.
Faktor pertama terdiri dari Kebijakan Perpajakan, Loopholes, dan
Perbedaan Tarif Pajak. Sementara faktor kedua terdiri dari Undang-
Undang Perpajakan dan Administrasi Perpajakan.
2. Interpretasi
Dalam penelitian ini terbentuk dua faktor karena memiliki
eigenvalue di atas 1 (satu). Faktor-faktor tersebut adalah:
a. Faktor pertama didominasi oleh Kebijakan Perpajakan yang
memiliki nilai eigenvalue 1,648 dengan nilai loading 0,638,
Loopholes memiliki nilai eigenvalue 0,729 dengan nilai loading
0,711, dan Perbedaan Tarif Pajak yang memiliki nilai eigenvalue
0,684 dengan nilai loading 0,735.
73
b. Faktor kedua didominasi oleh Undang-Undang Perpajakan yang
memiliki nilai eigenvalue 1,119 dengan nilai loading 0,762 dan
Administrasi Perpajakan memiliki nilai eigenvalue 0,820 dengan
nilai loading 0,825.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis, dapat
disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan Tax
Planning pada perusahaan adalah Kebijakan Perpajakan, Undang-
Undang Perpajakan, Administrasi Perpajakan, Loopholes, dan
Perbedaan Tarif Pajak. Dan faktor yang paling dominan
mempengaruhi penerapan Tax Planning pada perusahaan adalah
Administrasi Perpajakan dengan nilai loading 0,825. Administrasi
pajak pada dasarnya adalah kelanjutan dari pelaksanaan tax planning.
Administrasi pajak adalah metode untuk meyakinkan bahwa apa yang
dilaksanakan telah sesuai dengan yang direncanakan. Pada intinya
administrasi adalah bentuk dari suatu sistem untuk mengendalikan
masalah pajak perusahaan. Hal yang mendorong perusahaan untuk
melaksanakan tax planning dengan baik adalah agar terhindar dari
sanksi administrasi maupun pidana karena adanya penafsiran antara
aparat fiskus dan wajib pajak akibat dari begitu luasnya peraturan
perpajakan yang berlaku dan sistem informasi yang masih belum
efektif, sehingga hal ini membuat Wajib Pajak terdorong untuk
melakukan Tax Planning.
74
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada data berupa kuisioner yang dikumpulkan
terhadap 120 responden dan pengujian yang dilakukan terhadap
permasalahan dengan menggunakan model analisis faktor, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut.
1. Berdasarkan hasil Anti Image Matrix yang terdapat pada Anti Image
Correlation menunjukkan bahwa kelima variabel yang terdiri dari
Kebijakan Perpajakan, Undang-Undang Perpajakan, Administrasi
Perpajakan, Loopholes, dan Perbedaan Tarif Pajak merupakan faktor
yang mempengaruhi penerapan Tax Planning pada perusahaan.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan Tax Planning pada
perusahaan terdiri dari dua faktor yang terbentuk dengan menggunakan
uji kelayakan dengan metode Component Matrix, faktor tersebut
adalah:
a. Faktor pertama, terdiri dari Kebijakan Perpajakan, Loopholes, dan
Perbedaan Tarif Pajak.
b. Faktor kedua, terdiri dari Undang-Undang Perpajakan dan
Administrasi Perpajakan.
75
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, implikasi
dalam penelitian ini yaitu:
1. Faktor pertama yang terdiri dari Kebijakan Perpajakan, Loopholes,
dan Perbedaan Tarif Pajak merupakan faktor-faktor yang
mempengaruhi penerapan Tax Planning pada perusahaan yang
berakibat dapat meminimalkan beban pajak yang terutang pada
perusahaan.
2. Faktor kedua yang terdiri dari Undang-Undang Perpajakan dan
Administrasi Perpajakan merupakan faktor-faktor yang
mempengaruhi penerapan Tax Planning pada perusahaan yang
berakibat dapat meminimalkan beban pajak yang terutang pada
perusahaan.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan simpulan penelitian
yang telah dilakukan, maka berikut ini disampaikan saran-saran yang
bersifat operasional dan spesifik untuk berbagai pihak yang memerlukan,
yaitu sebagai berikut:
1. Perusahaan dapat memanfaatkan kebijakan perpajakan, undang-undang
perpajakan, administrasi perpajakan, loopholes, dan perbedaan tarif
pajak sebagai upaya penghematan pembayaran pajak perusahaan yang
dapat meningkatkan laba perusahaan serta meminimalkan beban pajak.
76
Meminimalkan beban pajak sekecil mungkin dapat dilakukan dengan
menekan penghasilan-penghasilan dan/atau memperbesar biaya-biaya
yang boleh dikurangkan dari penghasilan (deductible) sehingga
Penghasilan Kena Pajak (PKP) menjadi lebih kecil atau memanfaatkan
hal-hal yang belum diatur dalam peraturan perpajakan. Sedangkan
usaha memanfaatkan peraturan perpajakan yang ada, seperti ketentuan
yang berkaitan dengan penyusutan. Salah satu contoh, perusahaan
dapat memanfaatkan loopholes (celah-celah dalam undang-undang
pajak), yaitu dengan memanfaatkan hal-hal yang belum diatur dalam
undang-undang pajak sehingga perusahaan dapat melakukan tax
planning secara lawful.
2. Dalam melakukan tax planning, perusahaan harus memahami karakter
usahanya. Hal ini dikarenakan hampir setiap perusahaan memiliki
perbedaan-perbedaan dalam kebijakan maupun perilaku dan kebiasaan
kebiasaannya. Dengan memahami secara mendalam seluk-beluk usaha
akan sangat membantu dalam melakukan tax planning.
3. Perusahaan hendaknya memahami tingkat kewajaran atas transaksi-
transaksi yang diatur dalam tax planning. Hal ini dikarenakan apabila
pelaksanaan tax planning dengan mengabaikan kewajaran sudah tentu
akan menimbulkan kesulitan-kesulitan karena adanya kecurigaan
fiskus dan ini dapat berimplikasi dengan pemeriksaan, karena bisa
diindikasikan adanya kecurangan pajak.
77
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Edisi Revisi VI. “Prosedur Penelitian (Suatu
Pendekatan Praktik)”. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Brotodihardjo, R. Santoso. 2003. “Pengantar Ilmu Hukum Pajak”. Bandung: PT.
Refika Aditama.
Chrisdianto dan Andrianto. “Penerapan Tax Planning dalam Pengambilan
Keputusan Terhadap Pilihan Alternatif Pembelian Truk Secara Tunai,
Kredit Bank, dan Leasing dengan Hak Opsi Pada PT. Rajawali Dwi Putra
Indonesia”, Jurnal Bisnis Perspektif Vol. 1 No. 1, Januari 2009.
Christopher S. Armstrong, Jennifer L. Blouin, David F. Larcker. “The Incentives
for Tax Planning”, Draft: March8, 2011
(http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract id=1416422), diakses
tanggal 7 november 2012 pukul17.33.
Darmayasa, Nyoman dan Nyoman Sentosa Hardika. “Perencanaan Pajak dari
Aspek Rasio Total Benchmarking, Kebijakan Akuntansi, dan Administrasi
Sebagai Trategi Penghematan Pajak”, Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan
Vol. 7 No. 3, November 2011.
Early Suandy.2006. “Perencanaan Pajak” .Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
___________.2011. “Hukum Pajak” . Edisi 5. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Ernie, Tisnawati Sule dan Kurniawan, Saefullah. 2009. Pengantar Manajemen.
Edisi Pertama. Jakarta : Prenada Media.
Ghozali, Imam, “Aplikasi Multivariate Dengan Program SPSS”, cetakan ke IV,
Universitas Diponegoro, Semarang, 2006.
Hamid, Abdul, “Buku Pedoman Penulisan Skripsi”, FEIS UIN Jakarta, 2007.
78
Hidayat, Nur dan Edi Jaenudin. “Penyajian Laporan Keuangan dalam Kerangka
Tax Planning (Studi Kasus Pada PT. X di Bandung)”, Jurnal Bisnis,
Manajemen, dan Ekonomi Vol. 7 No. 4, Mei 2006.
Indriatoro, Nur dan Supomo, Bambang. “Metodologi Penelitian dan Bisnis untuk
Akuntansi dan Manajemen”. BPFE. Yogyakarta: 2010.
Lumbantoruan, S. 1996. “Akuntansi Pajak”. Edisi Revisi. Jakarta: PT. Gramedia
Widiasarana.
Mahagiyani, Achmad Tjahjono. 2001. Perpajakan Indonesia Pendekatan Soal
Dan Jawab Kasus. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Mangoting, Yenni. 1999. “Tax Planning: Sebuah Pengantar Sebagai Alternatif
Meminimalkan Pajak”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 1 No. 1. 43-
53.
Mardiasmo.2011. Edisi Revisi. “Perpajakan”. Andi Offset. Yogyakarta.
Nazir, Mohammad. 2011. “Metode Penelitian”. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Riduwan, dkk. 2011 “Cara Mudah Belajar SPSS 17.0 dan Aplikasi Statistik
Penelitian”. Bandung: Alfabeta.
Rini, dan Sartika. “Pengaruh Kecerdasan Spiritual, Kinerja Pelayanan Pajak dan
Ketegasan Sanksi Perpajakan Terhadap Motivasi Wajib Pajak Dalam
Memenuhi Kewajiban Perpajakan”, Jurnal Akuntansi, Keuangan, dan
Pajak Vol. 1 No. 2. Oktober 2008.
Santoso, Singgih, “Seri Solusi Bisnis Berbasis TI Menggunakan SPSS untuk
Statistik Multivariat”, PT Elex Media Komputindo, Jakarta, 2005.
Sentosa Hardika, Nyoman. “Perencanaan Pajak Sebagai Strategi Penghematan
Pajak”, Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan Vol. 3 No. 2, Juli 2007
(http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/3207103112.pdf), diakses tanggal
7 November 2012 pukul 17.25.
Siti Kurnia Rahayu. 2010. “Perpajakan Indonesia Konsep dan Aspek Formal”.
Edisi Pertama. Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu.
Sugiyono. “Metode Penelitian Bisnis”. Penerbit Alfabeta, Bandung: 2008.
79
Supardi, “Metodologi Penelitian Ekonomi & Bisnis”, UII Press, Yogyakarta,
2005.
Suratno, Eddy. “Strategi Perencanaan Pajak”, Jurnal Media Akademik Vol. 2
No. 1, Februari 2008.
Syahdan, Syaiful Anuar. 2001. “Implementasi Tax Planning Sebagai Cara Legal
Untuk Memperkecil Pajak.” Jurnal Manajemen dan Akuntansi Vol. 2 No.
1. 14-23. STIE Indonesia, Banjarmasin.
81
KUISIONER
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERAPAN
TAX PLANNING PADA PERUSAHAAN
IDENTITAS RESPONDEN
Jenis Kelamin : Laki-Laki Perempuan
Umur : < 20 20 - 30 31 - 40
41 - 50 lainnya
Pendidikan Saat Ini : SMA/SMK D1 D2
D3 S1 S2
S3 lainnya
Status : Belum Menikah Menikah
Skor penilaian
SS : Sangat Setuju = 5
S : Setuju = 4
RR : Ragu-ragu = 3
TS : Tidak Setuju = 2
STS : Sangat Tidak Setuju = 1
82
Isilah pernyataan dibawah ini dengan memberikan tanda checklist (√)
1. Kebijakan Perpajakan
No. PERNYATAAN SS S RR TS STS
1. Wajib Pajak diberikan kepercayaan
untuk dapat menghitung, melaporkan
dan membayar sendiri jumlah pajaknya.
2. Memilih menggunakan pembukuan
dibanding dengan norma perhitungan.
3. Melakukan pembukuan dengan basis
akrual dan pembebanan biaya pada saat
timbulnya kewajiban dibanding dengan
basis kas.
4. Memilih sewa guna usaha dengan hak
opsi dalam pengadaan aktiva tetap.
5. Membeli aset secara kredit, dimana
pelunasan dilakukan tahun depan tetapi
pengakuan biaya dilakukan tahun ini.
6. Memilih bentuk usaha perorangan
karena tarif pajaknya lebih kecil.
7. Memilih metode saldo menurun dalam
penyusutan aktiva tetap, bila laba yang
83
diperoleh Wajib Pajak cukup besar.
8. Memilih metode rata-rata dalam
penilaian persediaan, yang
mengakibatkan laba menjadi lebih kecil.
9. Selalu membeli dari PKP (Pengusaha
Kena Pajak) sehingga mendapat Pajak
Masukan yang dapat mengurangi Pajak
Keluaran.
10. Selalu meminta faktur pajak standar dari
penjual sehingga mendapat Pajak
Masukan yang dapat mengurangi Pajak
Keluaran.
2. Undang-undang Perpajakan
No. PERNYATAAN SS S RR TS STS
1. Menghindari penghasilan dengan PPh
final yang lebih tinggi daripada
pengahasilan dengan tarif progresif.
2. Mengurangi Penghasilan Kena Pajak
(PKP) dengan melakukan kegiatan
pemasaran & pelatihan pegawai.
84
3. Memberikan tunjangan & bonus pada
karyawan dalam bentuk uang sebagai
imbalan jasa.
4. Memberikan fasilitas pada karyawan
dalam bentuk makan siang & seragam.
5. Memilih penghasilan lain dari investasi
yang dikenakan PPh final karena pajak
yang dibayarkan lebih kecil. (Contoh:
Deposito, tabungan, dll).
6. Menghindari biaya yang tidak diakui
oleh pajak, karena tidak dapat menjadi
pengurang Penghasilan Kena Pajak.
(Contoh: Sumbangan, hibah, dll).
7. Penghasilan diusahakan rendah agar
dikenakan tarif yang rendah dengan cara
menggeser penghasilan tahun ini ke
tahun berikutnya.
8. Menambah jumlah PTKP (Penghasilan
Tidak Kena Pajak) dengan istri bekerja
& tanggungan orang tua.
9. Menunda pembuatan faktur pajak PPN
sampai akhir bulan berikutnya.
85
10. Menghindari faktur pajak PPN dari
penjual lebih dari 3 bulan karena
berakibat tidak bisa mengakui Pajak
Masukan.
11. Mengurangi pemakaian sendiri &
pemakaian cuma-cuma.
3. Administrasi Perpajakan
No. PERNYATAAN SS S RR TS STS
1. Mengisi SPT (Surat Pemberitahuan)
sesuai dengan peraturan perpajakan yang
berlaku.
2. Melaporkan SPT (Surat Pemberitahuan)
tepat waktu.
3. Membayar Pajak Penghasilan tepat
waktu
4. Menghitung Pajak Penghasilan sesuai
dengan peraturan perpajakan yang
berlaku.
5. Memotong/memungut pajak (PPh 21/
86
22/ 23/ 26) dengan benar.
6. Membayar kekurangan Pajak
Penghasilan sebelum dilakukan
pemeriksaan dari aparat pajak.
7. Melakukan evaluasi secara berkala untuk
mengantisipasi adanya pemeriksaan dari
aparat pajak.
4. Loopholes
No. PERNYATAAN SS S RR TS STS
1. Loopholes adalah celah-celah
(kelemahan-kelemahan yang dapat
dimanfaatkan) yang terdapat dalam
undang-undang perpajakan. Dengan
mempelajari dan memahami undang-
undang, keputusan dan edaran, kita dapat
melihat celah-celah menguntungkan
untuk melakukan penghematan pajak
dengan cara menetapkan Tax Planning.
2. Loopholes dapat dimanfaatkan untuk
membayar pajak lebih kecil atau bahkan
87
tidak membayar sama sekali atas suatu
income tertentu. Hal inilah yang
mendorong perusahaan untuk melakukan
Tax Planning dengan cara
memanfaatkan celah-celah yang terdapat
dalam undang-undang.
3. Tax Avoidance adalah penghindaran
pajak dengan menuruti peraturan yang
ada. Dalam tax avoidance Wajib Pajak
memanfaatkan peluang-peluang
(loopholes) yang ada dalam undang-
undang perpajakan, sehingga perusahaan
dapat membayar pajak yang lebih
rendah.
4. Penghindaran pajak (tax avoidance)
adalah suatu usaha pengurangan secara
legal dengan cara memanfaatkan
ketentuan-ketentuan di bidang
perpajakan secara optimal.
5. Dengan adanya tax avoidance Wajib
Pajak memanfaatkan hal-hal yang belum
diatur dalam undang-undang perpajakan,
88
sehingga perusahaan dapat membayar
pajak yang lebih rendah.
5. Perbedaan Tarif Pajak
No. PERNYATAAN SS S RR TS STS
1. Dengan adanya perbedaan tarif pajak
atas objek pajak, memotivasi perusahaan
untuk memanfaatkannya agar beban
pajaknya rendah. Oleh karena adanya
perbedaan tarif pajak tersebut, saya
termotivasi untuk melakukan Tax
Planning.
2. Pemberian natura kepada karyawan tidak
dapat diperlakukan sebagai deductible
expense. Sehingga bagi perusahaan hal
ini tidak menguntungkan, oleh karena itu
perusahaan memberikannya dalam
bentuk cash dan memasukkannya ke
dalam daftar gaji karyawan sehingga
bagi perusahaan bisa diperlakukan
sebagai deductible expense. Semakin
89
besar tarif pajak maka semakin besar
motivasi Wajib Pajak untuk melakukan
Tax Planning.
3. Tarif yang diterapkan di Indonesia
mengakibatkan seorang perencana pajak
berusaha sedapat mungkin agar
dikenakan tarif yang paling rendah. Oleh
karena itu, tarif pajak adalah salah satu
faktor yang memotivasi manajemen
perusahaan untuk melakukan Tax
Planning.
4. Jika perusahaan memberikan tunjangan
karyawan dalam bentuk cash dan
memasukkannya ke dalam daftar gaji
karyawan, maka tunjangan tersebut
dianggap sebagai deductible expense.
Oleh karena itu, besarnya tarif pajak
mempengaruhi perusahaan untuk
melakukan Tax Planning.
5. Dengan adanya beban pajak yang besar
bagi perusahaan, maka semakin kuat
motivasi manajemen perusahaan untuk
k1 k2 k3 k4 k5 k6 k7 k8 k9 k10 T u1 u2 u3 u4 u5 u6 u7 u8 u9 u10 u11 T a1 a2 a3 a4 a5 a6 a7 T l1 l2 l3 l4 l5 T p1 p2 p3 p4 p5 T
1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 46 4 5 5 5 5 5 5 34 5 5 5 5 4 24 5 4 4 5 4 22
2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 4 4 5 5 5 5 5 4 4 5 5 51 4 5 5 5 4 5 4 32 5 4 5 4 4 22 4 4 4 4 5 21
3 5 5 4 5 5 5 5 5 3 3 45 3 3 3 5 4 4 3 3 4 5 4 41 4 4 4 5 4 5 4 30 5 5 4 4 3 21 4 4 4 4 4 20
4 4 4 4 4 4 3 3 5 4 4 39 3 3 3 4 3 4 3 4 4 5 5 41 4 4 4 4 4 5 5 30 5 5 5 5 5 25 5 5 5 4 4 23
5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 41 5 5 5 4 4 4 4 4 5 3 3 46 5 4 4 4 5 5 5 32 5 4 4 4 4 21 4 4 3 3 5 19
6 5 3 3 4 3 4 3 3 3 4 35 4 4 4 4 4 4 4 3 3 5 3 42 5 5 5 4 4 5 4 32 3 3 4 4 5 19 4 4 4 4 3 19
7 4 4 5 4 3 4 5 5 4 4 42 4 4 4 5 4 3 3 4 3 3 3 40 5 4 5 5 5 5 5 34 3 3 4 4 5 19 4 4 4 4 5 21
8 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 4 5 5 4 4 4 4 5 4 5 4 48 5 5 5 5 5 5 5 35 3 3 5 5 5 21 4 4 4 4 3 19
9 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 42 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 54 5 5 5 5 5 5 4 34 5 4 5 4 5 23 5 4 4 4 5 22
10 5 5 5 5 5 4 4 4 4 5 46 4 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 51 4 4 4 4 4 5 4 29 5 4 5 4 4 22 5 4 4 5 4 22
11 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 49 4 5 5 5 4 4 4 4 5 4 4 48 4 5 4 5 5 5 5 33 4 5 5 4 5 23 4 4 4 4 4 20
12 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 4 4 5 5 5 5 5 4 5 5 4 51 5 4 5 4 5 5 5 33 4 4 5 4 4 21 4 4 4 5 4 21
13 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 55 5 5 5 5 4 4 4 32 4 4 5 4 4 21 5 4 5 4 4 22
14 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 32 4 3 5 4 4 4 4 4 3 4 4 43 4 3 4 4 4 4 4 27 4 4 4 4 4 20 4 4 4 4 4 20
15 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 52 4 4 4 4 4 5 4 29 4 4 5 4 4 21 5 4 4 4 4 21
16 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 38 4 3 5 5 5 4 4 4 4 5 4 47 4 5 5 5 5 4 4 32 5 5 5 5 5 25 5 5 5 5 5 25
17 5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 32 3 3 4 5 3 4 4 4 3 3 3 39 5 5 5 5 5 5 5 35 3 4 4 4 4 19 4 4 4 5 5 22
18 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 50 4 3 4 4 4 5 5 29 5 5 5 5 5 25 5 5 4 4 5 23
19 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 42 5 4 4 3 4 4 3 4 3 5 5 44 5 5 5 5 5 5 5 35 5 3 5 4 3 20 5 4 4 4 4 21
20 5 5 5 4 4 5 4 4 4 4 44 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44 4 4 4 4 4 4 4 28 4 4 4 4 4 20 4 4 4 4 4 20
21 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50 4 4 5 4 4 5 4 5 4 5 4 48 5 4 4 4 5 5 4 31 5 4 5 4 4 22 5 4 5 5 5 24
22 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 42 5 4 5 4 4 4 4 5 5 5 4 49 5 4 5 4 4 5 5 32 4 4 4 4 4 20 5 4 5 4 4 22
23 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50 4 4 5 4 5 4 4 5 4 5 4 48 5 4 4 4 4 5 4 30 5 4 5 4 4 22 5 4 4 4 4 21
24 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 43 4 4 4 4 4 4 4 28 4 4 4 4 4 20 4 4 4 4 4 20
25 4 4 4 4 4 4 3 5 4 4 40 3 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 44 4 4 4 4 5 5 4 30 4 4 5 5 5 23 5 4 4 4 4 21
26 4 4 4 4 4 4 3 3 3 5 38 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 45 4 4 4 4 4 4 5 29 4 5 4 4 4 21 5 5 4 4 4 22
27 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 43 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 46 4 4 4 4 5 5 5 31 5 5 4 4 4 22 4 4 4 4 5 21
28 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 47 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 53 4 3 4 4 4 5 4 28 4 4 5 4 3 20 5 4 5 5 5 24
29 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 4 5 5 5 4 4 5 4 5 5 4 50 4 4 4 4 4 5 5 30 4 4 5 5 5 23 5 5 4 4 5 23
30 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 45 4 4 4 5 5 5 5 32 4 4 4 4 4 20 4 4 5 4 4 21
31 5 5 4 4 4 4 4 5 4 4 43 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 42 4 4 4 5 4 5 4 30 4 4 4 4 4 20 4 4 4 4 4 20
32 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 55 5 5 5 5 5 5 5 35 5 5 5 5 5 25 5 5 5 5 5 25
33 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 47 5 4 4 4 5 5 4 31 5 4 5 4 4 22 5 4 4 5 4 22
34 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 55 5 5 5 5 5 5 5 35 5 4 5 4 4 22 5 5 5 4 4 23
35 5 5 5 4 4 4 4 4 4 5 44 5 4 5 5 5 4 4 4 5 4 4 49 4 4 5 4 4 5 4 30 4 4 5 4 4 21 5 4 4 4 4 21
36 5 5 5 5 5 4 4 5 4 4 46 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 46 4 3 4 3 4 5 4 27 5 5 3 3 4 20 4 4 4 4 4 20
37 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 41 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 45 4 4 4 4 5 4 4 29 4 4 4 5 4 21 5 4 5 5 4 23
38 5 4 4 4 5 4 4 5 4 4 43 4 5 5 4 4 4 4 5 4 5 4 48 4 4 4 4 4 5 4 29 4 5 5 4 4 22 4 4 4 4 5 21
39 5 4 4 4 5 4 4 5 5 5 45 5 5 5 4 4 4 4 4 4 5 4 48 4 4 5 4 4 5 4 30 4 5 4 4 4 21 4 3 3 4 4 18
40 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 41 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 46 5 4 4 5 4 4 4 30 5 4 5 4 4 22 4 4 4 4 5 21
41 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 41 5 5 5 4 4 4 4 4 5 5 4 49 4 4 4 4 4 5 4 29 5 4 4 4 4 21 5 4 4 4 5 22
42 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 41 5 4 5 4 5 4 4 4 4 5 5 49 4 4 4 5 4 5 4 30 5 4 4 4 4 21 4 4 4 5 4 21
43 5 4 3 4 3 3 4 5 4 5 40 5 5 5 4 4 4 4 3 3 5 4 46 5 4 4 4 3 5 4 29 3 4 5 4 4 20 5 4 3 3 5 20
44 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 41 5 4 5 5 4 4 4 5 4 5 4 49 5 4 4 5 4 5 4 31 4 4 4 4 4 20 5 5 5 4 4 23
45 5 4 4 4 5 4 5 5 4 4 44 5 4 5 4 4 5 4 4 5 5 5 50 5 5 5 5 4 5 4 33 5 4 5 4 5 23 5 4 3 4 4 20
46 5 4 4 4 5 4 4 5 4 4 43 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 46 4 4 4 5 4 4 4 29 5 4 5 5 5 24 5 4 5 5 4 23
47 5 5 5 4 4 4 4 5 5 4 45 4 5 5 5 4 4 4 4 5 5 4 49 5 5 5 5 5 5 5 35 5 5 5 5 5 25 5 4 4 4 5 22
48 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 43 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 48 5 5 5 5 5 4 4 33 4 4 5 5 5 23 4 4 5 5 5 23
49 5 5 5 5 4 4 5 5 4 4 46 5 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 50 5 4 4 5 4 4 5 31 4 5 4 4 5 22 5 5 5 5 5 25
50 5 4 4 5 4 4 5 5 5 5 46 4 5 5 4 4 4 5 4 5 4 4 48 5 4 4 4 5 5 4 31 5 4 5 5 5 24 4 4 5 5 5 23
51 5 4 4 5 4 4 4 5 4 4 43 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 47 4 4 4 4 5 5 4 30 4 4 5 5 4 22 5 4 4 5 5 23
52 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 5 5 5 4 4 5 4 5 4 4 4 49 5 4 4 4 5 5 4 31 5 4 5 4 5 23 4 4 5 5 4 22
53 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44 4 4 4 4 4 4 4 28 4 4 4 4 4 20 5 5 4 4 4 22
54 4 4 4 4 4 4 5 5 4 3 41 4 3 5 5 5 4 4 4 4 5 5 48 5 5 5 5 5 5 5 35 5 4 4 4 4 21 4 4 4 4 4 20
55 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 43 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 55 5 5 5 5 5 5 5 35 5 5 5 5 4 24 4 4 4 4 4 20
56 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 41 5 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 47 5 5 5 5 5 4 4 33 4 4 4 4 4 20 4 4 4 4 4 20
57 5 5 4 4 4 4 5 5 4 5 45 4 4 4 4 4 5 5 5 4 5 5 49 5 4 4 4 5 5 4 31 4 5 5 4 4 22 5 5 4 5 5 24
58 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50 4 4 3 4 4 4 4 5 4 4 3 43 3 4 4 4 4 5 4 28 5 5 5 4 4 23 5 5 3 4 5 22
59 4 5 4 5 5 5 4 4 5 4 45 5 4 5 4 5 5 4 4 5 5 4 50 5 4 4 4 4 5 4 30 4 5 5 5 5 24 5 4 5 4 4 22
60 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44 5 4 5 5 5 4 4 32 5 4 5 4 3 21 4 5 5 4 4 22
61 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 55 4 4 4 4 4 5 5 30 5 5 4 4 4 22 4 4 5 5 4 22
62 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 38 3 2 3 3 4 4 4 4 4 3 3 37 3 4 4 4 4 4 4 27 5 5 4 4 4 22 5 5 4 5 5 24
63 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44 4 4 4 4 4 4 4 28 4 4 4 4 4 20 5 5 4 4 5 23
64 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 44 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 43 4 4 5 5 5 5 5 33 5 4 4 4 4 21 4 4 5 5 5 23
65 5 5 5 5 5 5 5 3 3 3 44 3 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4 47 5 5 5 5 5 5 5 35 5 5 4 4 4 22 4 5 5 5 5 24
66 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 49 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 55 5 5 5 5 5 5 5 35 5 5 5 5 5 25 5 4 5 5 4 23
67 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 46 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44 4 4 4 4 4 4 4 28 4 4 4 4 4 20 5 5 5 5 5 25
68 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 48 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 53 5 5 4 4 4 5 4 31 5 5 4 5 5 24 5 5 4 5 5 24
69 5 5 4 4 4 4 2 2 4 4 38 4 4 4 4 2 2 2 2 3 4 4 35 5 4 4 4 4 4 4 29 4 3 3 3 3 16 3 4 4 4 4 19
70 4 4 4 4 4 4 2 2 4 4 36 4 4 4 4 2 2 2 2 3 4 4 35 5 4 4 4 4 4 4 29 4 4 3 3 3 17 4 4 3 4 4 19
PTPRES
KP UUP AP L
112
71 4 2 2 4 2 4 4 4 4 4 34 2 4 4 2 4 4 2 2 2 2 4 32 4 4 4 4 4 4 4 28 4 4 4 4 4 20 4 4 4 4 4 20
72 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 36 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 4 40 4 4 4 4 4 4 4 28 4 4 4 4 4 20 4 4 4 4 4 20
73 5 4 4 4 3 4 4 2 4 4 38 4 4 4 4 4 4 2 4 2 2 4 38 4 4 4 4 4 4 4 28 4 4 4 4 4 20 4 4 4 4 4 20
74 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 44 5 5 5 4 4 5 4 5 4 4 3 48 5 5 5 5 5 3 4 32 4 5 4 5 5 23 5 5 5 5 4 24
75 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 55 5 5 4 4 4 5 4 31 4 5 4 4 4 21 4 4 4 5 5 22
76 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 47 4 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 51 4 4 4 4 5 5 5 31 5 5 5 5 5 25 5 5 5 5 5 25
77 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 45 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 55 5 5 5 5 5 5 5 35 5 5 5 5 5 25 5 5 5 5 5 25
78 5 5 4 5 5 5 5 4 4 4 46 4 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 52 5 5 5 5 5 4 4 33 5 5 5 5 5 25 5 4 5 5 5 24
79 5 5 5 4 4 4 5 5 5 4 46 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 48 5 5 5 5 5 5 5 35 5 5 5 5 5 25 5 5 5 5 5 25
80 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 48 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 53 5 5 5 4 5 5 5 34 5 4 5 5 5 24 5 5 4 5 4 23
81 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 48 5 4 5 5 5 4 4 4 4 4 5 49 5 5 4 5 4 5 4 32 5 5 5 5 5 25 5 5 5 5 4 24
82 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 47 5 4 5 5 5 5 4 5 4 5 5 52 5 4 5 4 4 5 5 32 5 5 5 5 5 25 5 5 5 5 5 25
83 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 49 5 5 5 5 5 5 5 35 5 5 4 4 4 22 5 5 5 5 5 25
84 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 48 5 5 5 4 4 4 5 4 3 3 5 47 5 5 5 5 5 5 5 35 5 4 5 5 5 24 5 4 4 5 5 23
85 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 49 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 4 51 5 4 4 5 5 5 5 33 5 5 5 5 5 25 5 5 5 5 5 25
86 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 55 4 4 5 5 4 4 5 31 5 5 5 4 4 23 5 5 5 5 5 25
87 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 49 5 4 4 5 4 5 4 5 4 4 4 48 4 4 5 5 4 5 5 32 5 5 5 5 5 25 5 5 5 5 5 25
88 4 4 4 4 5 4 3 4 4 4 40 5 5 5 5 5 4 4 4 4 5 5 51 5 5 5 5 5 5 5 35 5 5 4 4 5 23 5 5 5 4 5 24
89 5 5 5 5 5 4 4 4 4 5 46 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 53 4 4 4 5 5 5 5 32 4 4 5 5 5 23 5 5 5 5 5 25
90 5 5 4 4 4 4 4 3 3 3 39 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 42 5 5 5 5 5 4 4 33 5 5 5 5 5 25 5 5 5 5 5 25
91 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 55 5 5 5 5 5 5 5 35 4 4 4 5 4 21 4 3 3 5 5 20
92 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 46 4 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 51 4 4 4 4 4 5 5 30 5 5 5 5 5 25 4 4 4 5 5 22
93 5 4 4 4 4 4 5 5 5 5 45 4 4 5 4 4 5 4 5 5 5 5 50 5 5 5 5 5 5 5 35 5 5 5 5 5 25 5 5 5 5 5 25
94 5 4 4 4 5 4 4 5 5 4 44 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 54 4 5 4 4 4 5 5 31 5 5 5 5 5 25 5 4 5 5 5 24
95 5 5 4 4 4 5 4 5 5 5 46 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 55 5 5 5 5 5 5 5 35 5 5 5 5 5 25 5 5 5 4 4 23
96 5 5 4 4 4 5 4 5 4 5 45 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 50 5 4 5 4 5 5 5 33 5 4 5 5 5 24 5 4 4 5 5 23
97 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 48 4 4 5 5 4 4 5 4 4 5 4 48 5 4 5 5 4 5 5 33 5 5 5 4 5 24 5 4 4 5 5 23
98 5 5 4 5 4 4 5 5 4 5 46 4 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 51 5 4 5 4 4 5 5 32 4 4 5 5 5 23 5 4 5 5 4 23
99 5 4 5 4 4 4 4 5 4 5 44 5 5 5 5 5 4 4 5 4 5 4 51 5 5 4 5 4 5 5 33 5 5 5 5 5 25 4 4 4 5 4 21
100 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 46 5 5 5 4 4 5 4 32 5 4 5 4 5 23 5 4 5 4 5 23
101 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 54 4 4 4 4 4 5 5 30 5 5 4 4 4 22 5 5 5 5 4 24
102 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 43 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 55 5 5 5 5 5 4 4 33 4 4 5 5 5 23 5 5 4 4 5 23
103 5 4 4 4 4 5 4 5 5 5 45 4 4 4 5 5 5 5 5 4 5 5 51 5 5 5 5 5 5 5 35 5 5 5 5 5 25 5 5 5 5 5 25
104 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 42 5 4 5 4 4 5 4 5 4 5 4 49 4 4 4 4 4 5 5 30 5 4 5 5 5 24 3 5 5 5 4 22
105 5 5 5 4 4 5 4 5 4 4 45 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 52 5 5 4 4 5 5 4 32 5 4 5 5 5 24 5 5 5 5 4 24
106 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 43 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 53 5 5 5 5 5 5 5 35 4 4 4 4 4 20 4 4 4 4 4 20
107 5 5 5 4 4 5 4 5 5 4 46 5 4 5 5 4 4 4 5 4 5 5 50 5 5 5 5 5 4 4 33 5 4 5 4 4 22 5 5 5 4 5 24
108 5 4 5 4 5 4 5 5 4 5 46 5 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 50 5 4 5 4 4 5 5 32 5 4 5 5 5 24 5 4 5 4 5 23
109 5 5 5 5 5 4 4 5 5 4 47 4 4 5 4 5 5 4 4 5 5 5 50 5 4 5 4 5 5 5 33 5 5 5 5 5 25 5 5 5 5 5 25
110 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 49 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 46 4 5 5 5 5 4 4 32 4 5 5 5 4 23 4 4 5 4 5 22
111 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 48 4 5 5 4 4 4 4 5 5 5 5 50 5 4 5 4 5 5 5 33 5 5 4 4 5 23 5 4 5 5 5 24
112 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50 5 4 4 4 4 5 4 4 5 5 4 48 5 4 4 4 5 5 4 31 4 5 5 4 4 22 5 5 5 5 5 25
113 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 48 3 4 3 4 5 5 5 5 5 5 5 49 5 5 4 4 4 4 5 31 5 4 5 5 5 24 5 4 5 5 5 24
114 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50 5 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 49 4 4 4 4 5 5 4 30 4 5 4 5 4 22 5 4 4 5 5 23
115 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 55 5 5 5 5 5 5 5 35 5 5 5 5 5 25 5 5 5 5 5 25
116 4 5 4 4 5 4 4 5 5 5 45 4 5 4 4 5 4 5 4 5 4 4 48 5 5 4 4 5 5 4 32 5 4 5 5 4 23 5 4 4 5 5 23
117 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 43 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 48 5 5 5 5 5 4 4 33 4 4 5 5 5 23 4 4 4 5 5 22
118 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 43 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 48 5 5 5 5 5 4 4 33 4 4 5 5 5 23 4 4 4 5 5 22
119 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44 4 4 4 4 4 4 4 28 4 4 4 4 4 20 4 4 4 4 4 20
120 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 4 5 5 5 5 4 4 5 4 5 4 50 5 5 5 5 5 5 5 35 4 4 4 4 5 21 4 4 4 4 4 20
112
97
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
1. Kebijakan Perpajakan (X1)
Correlations
KP1 KP2 KP3 KP4 KP5 KP6 KP7 KP8 KP9 KP10 TKP
KP1 Pearson Correlation 1 .601** .517
** .523
** .423
** .449
** .382
** .192
* .236
** .242
** .609
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .036 .009 .008 .000
N 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120
KP2 Pearson Correlation .601** 1 .812
** .711
** .691
** .662
** .453
** .293
** .390
** .326
** .812
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .001 .000 .000 .000
N 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120
KP3 Pearson Correlation .517** .812
** 1 .703
** .699
** .639
** .501
** .359
** .421
** .347
** .826
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120
KP4 Pearson Correlation .523** .711
** .703
** 1 .720
** .698
** .569
** .298
** .376
** .342
** .811
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .001 .000 .000 .000
N 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120
KP5 Pearson Correlation .423** .691
** .699
** .720
** 1 .631
** .455
** .347
** .376
** .285
** .777
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .002 .000
N 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120
KP6 Pearson Correlation .449** .662
** .639
** .698
** .631
** 1 .522
** .255
** .382
** .309
** .757
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .005 .000 .001 .000
N 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120
KP7 Pearson Correlation .382** .453
** .501
** .569
** .455
** .522
** 1 .545
** .367
** .284
** .712
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .002 .000
N 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120
KP8 Pearson Correlation .192* .293
** .359
** .298
** .347
** .255
** .545
** 1 .600
** .460
** .629
**
Sig. (2-tailed) .036 .001 .000 .001 .000 .005 .000 .000 .000 .000
N 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120
KP9 Pearson Correlation .236** .390
** .421
** .376
** .376
** .382
** .367
** .600
** 1 .687
** .682
**
Sig. (2-tailed) .009 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120
98
KP10 Pearson Correlation .242** .326
** .347
** .342
** .285
** .309
** .284
** .460
** .687
** 1 .601
**
Sig. (2-tailed) .008 .000 .000 .000 .002 .001 .002 .000 .000 .000
N 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120
KS Pearson Correlation .609** .812
** .826
** .811
** .777
** .757
** .712
** .629
** .682
** .601
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.895 .898 10
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
99
2. Undang-Undang Perpajakan (X2)
Correlations
UUP1 UUP2 UUP3 UUP4 UUP5 UUP6 UUP7 UUP8 UUP9
UUP1
0 UUP11 TUUP
UUP1 Pearson
Correlatio
n
1 .559** .533
** .318
** .313
** .189
* .270
** .299
** .308
** .325
** .323
** .603
**
Sig. (2-
tailed)
.000 .000 .000 .001 .039 .003 .001 .001 .000 .000 .000
N 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120
UUP2 Pearson
Correlatio
n
.559** 1 .526
** .273
** .300
** .178 .319
** .233
* .304
** .239
** .264
** .569
**
Sig. (2-
tailed)
.000
.000 .003 .001 .051 .000 .010 .001 .009 .004 .000
N 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120
UUP3 Pearson
Correlatio
n
.533** .526
** 1 .473
** .491
** .303
** .355
** .324
** .324
** .291
** .244
** .653
**
Sig. (2-
tailed)
.000 .000
.000 .000 .001 .000 .000 .000 .001 .007 .000
N 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120
UUP4 Pearson
Correlatio
n
.318** .273
** .473
** 1 .544
** .325
** .447
** .366
** .365
** .305
** .255
** .630
**
Sig. (2-
tailed)
.000 .003 .000
.000 .000 .000 .000 .000 .001 .005 .000
N 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120
UUP5 Pearson
Correlatio
n
.313** .300
** .491
** .544
** 1 .643
** .611
** .504
** .463
** .315
** .400
** .752
**
Sig. (2-
tailed)
.001 .001 .000 .000
.000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120
100
UUP6 Pearson
Correlatio
n
.189* .178 .303
** .325
** .643
** 1 .674
** .627
** .500
** .319
** .367
** .694
**
Sig. (2-
tailed)
.039 .051 .001 .000 .000
.000 .000 .000 .000 .000 .000
N 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120
UUP7 Pearson
Correlatio
n
.270** .319
** .355
** .447
** .611
** .674
** 1 .637
** .658
** .385
** .347
** .781
**
Sig. (2-
tailed)
.003 .000 .000 .000 .000 .000
.000 .000 .000 .000 .000
N 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120
UUP8 Pearson
Correlatio
n
.299** .233
* .324
** .366
** .504
** .627
** .637
** 1 .551
** .349
** .322
** .713
**
Sig. (2-
tailed)
.001 .010 .000 .000 .000 .000 .000
.000 .000 .000 .000
N 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120
UUP9 Pearson
Correlatio
n
.308** .304
** .324
** .365
** .463
** .500
** .658
** .551
** 1 .493
** .331
** .733
**
Sig. (2-
tailed)
.001 .001 .000 .000 .000 .000 .000 .000
.000 .000 .000
N 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120
UUP10 Pearson
Correlatio
n
.325** .239
** .291
** .305
** .315
** .319
** .385
** .349
** .493
** 1 .509
** .627
**
Sig. (2-
tailed)
.000 .009 .001 .001 .000 .000 .000 .000 .000
.000 .000
N 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120
UUP11 Pearson
Correlatio
n
.323** .264
** .244
** .255
** .400
** .367
** .347
** .322
** .331
** .509
** 1 .590
**
Sig. (2-
tailed)
.000 .004 .007 .005 .000 .000 .000 .000 .000 .000
.000
N 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120
101
3. Administrasi Perpajakan (X3)
TUUP12 Pearson
Correlatio
n
.603** .569
** .653
** .630
** .752
** .694
** .781
** .713
** .733
** .627
** .590
** 1
Sig. (2-
tailed)
.000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.875 .876 11
Correlations
AP1 AP2 AP3 AP4 AP5 AP6 AP7 TAP
VAR00009 Pearson Correlation 1 .504** .482
** .331
** .396
** .120 .184
* .676
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .193 .044 .000
N 120 120 120 120 120 120 120 120
VAR00010 Pearson Correlation .504** 1 .580
** .603
** .458
** .001 .168 .749
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .991 .067 .000
N 120 120 120 120 120 120 120 120
VAR00011 Pearson Correlation .482** .580
** 1 .563
** .453
** .041 .348
** .772
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .657 .000 .000
N 120 120 120 120 120 120 120 120
102
VAR00012 Pearson Correlation .331** .603
** .563
** 1 .424
** -.074 .255
** .697
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .424 .005 .000
N 120 120 120 120 120 120 120 120
VAR00013 Pearson Correlation .396** .458
** .453
** .424
** 1 .113 .276
** .696
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .219 .002 .000
N 120 120 120 120 120 120 120 120
VAR00014 Pearson Correlation .120 .001 .041 -.074 .113 1 .423** .338
**
Sig. (2-tailed) .193 .991 .657 .424 .219 .000 .000
N 120 120 120 120 120 120 120 120
VAR00015 Pearson Correlation .184* .168 .348
** .255
** .276
** .423
** 1 .575
**
Sig. (2-tailed) .044 .067 .000 .005 .002 .000 .000
N 120 120 120 120 120 120 120 120
VAR00016 Pearson Correlation .676** .749
** .772
** .697
** .696
** .338
** .575
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 120 120 120 120 120 120 120 120
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.769 .764 7
103
4. Loopholes
Correlations
L1 L2 L3 L4 L5 TL
VAR00001 Pearson Correlation 1 .431** .314
** .221
* .191
* .626
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .015 .036 .000
N 120 120 120 120 120 120
VAR00002 Pearson Correlation .431** 1 .131 .279
** .247
** .605
**
Sig. (2-tailed) .000 .155 .002 .006 .000
N 120 120 120 120 120 120
VAR00003 Pearson Correlation .314** .131 1 .600
** .459
** .712
**
Sig. (2-tailed) .000 .155 .000 .000 .000
N 120 120 120 120 120 120
VAR00004 Pearson Correlation .221* .279
** .600
** 1 .674
** .792
**
Sig. (2-tailed) .015 .002 .000 .000 .000
N 120 120 120 120 120 120
VAR00005 Pearson Correlation .191* .247
** .459
** .674
** 1 .742
**
Sig. (2-tailed) .036 .006 .000 .000 .000
N 120 120 120 120 120 120
VAR00006 Pearson Correlation .626** .605
** .712
** .792
** .742
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 120 120 120 120 120 120
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
104
5. Perbedaan Tarif Pajak (X5)
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.731 .733 5
Correlations
PTP1 PTP2 PTP3 PTP4 PTP5 TPTP6
VAR00001 Pearson Correlation 1 .452** .316
** .240
** .294
** .674
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .008 .001 .000
N 120 120 120 120 120 120
VAR00002 Pearson Correlation .452** 1 .466
** .231
* .241
** .702
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .011 .008 .000
N 120 120 120 120 120 120
VAR00003 Pearson Correlation .316** .466
** 1 .460
** .150 .729
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .101 .000
N 120 120 120 120 120 120
VAR00004 Pearson Correlation .240** .231
* .460
** 1 .324
** .673
**
Sig. (2-tailed) .008 .011 .000 .000 .000
N 120 120 120 120 120 120
VAR00005 Pearson Correlation .294** .241
** .150 .324
** 1 .589
**
Sig. (2-tailed) .001 .008 .101 .000 .000
N 120 120 120 120 120 120
VAR00006 Pearson Correlation .674** .702
** .729
** .673
** .589
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 120 120 120 120 120 120
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
105
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.699 .699 5
106
Output SPSS Analisis Faktor 5 Variabel
KMO and Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .614
Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 32.892
df 10
Sig. .000
107
Anti-image Matrices
Kebijakan
Perpajakan
Undang-Undang
Perpajakan
Administrasi
Perpajakan Loopholes
Perbedaan Tarif
Pajak
Anti-image Covariance Kebijakan Perpajakan .920 -.053 -.035 -.108 -.171
Undang-Undang Perpajakan -.053 .893 -.241 -.044 -.109
Administrasi Perpajakan -.035 -.241 .920 -.006 -.018
Loopholes -.108 -.044 -.006 .904 -.211
Perbedaan Tarif Pajak -.171 -.109 -.018 -.211 .866
Anti-image Correlation Kebijakan Perpajakan .670a -.058 -.038 -.118 -.192
Undang-Undang Perpajakan -.058 .592a -.265 -.049 -.124
Administrasi Perpajakan -.038 -.265 .559a -.007 -.020
Loopholes -.118 -.049 -.007 .633a -.239
Perbedaan Tarif Pajak -.192 -.124 -.020 -.239 .616a
a. Measures of Sampling Adequacy(MSA)
Communalities
Initial Extraction
Kebijakan Perpajakan 1.000 .413
Undang-Undang Perpajakan 1.000 .612
Administrasi Perpajakan 1.000 .681
Loopholes 1.000 .506
Perbedaan Tarif Pajak 1.000 .554
Extraction Method: Principal Component Analysis.
108
Total Variance Explained
Compon
ent
Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings Rotation Sums of Squared Loadings
Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative %
1 1.648 32.962 32.962 1.648 32.962 32.962 1.484 29.674 29.674
2 1.119 22.373 55.335 1.119 22.373 55.335 1.283 25.660 55.335
3 .820 16.409 71.744
4 .729 14.584 86.327
5 .684 13.673 100.000
Extraction Method: Principal Component Analysis.
109
Component Matrixa
Component
1 2
Kebijakan Perpajakan .575 -.288
Undang-Undang Perpajakan .570 .535
Administrasi Perpajakan .438 .700
Loopholes .584 -.406
Perbedaan Tarif Pajak .678 -.308
Extraction Method: Principal Component Analysis.
a. 2 components extracted.
110
Component Transformation Matrix
Component 1 2
1 .830 .557
2 -.557 .830
Extraction Method: Principal Component
Analysis.
Rotation Method: Varimax with Kaiser
Normalization.
Rotated Component Matrixa
Component
1 2
Kebijakan Perpajakan .638 .081
Undang-Undang Perpajakan .176 .762
Administrasi Perpajakan -.026 .825
Loopholes .711 -.011
Perbedaan Tarif Pajak .735 .122
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.
a. Rotation converged in 3 iterations.