ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LAPORAN...
Transcript of ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LAPORAN...
i
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KUALITAS LAPORAN
KEUANGAN MASJID
(Studi pada Masjid di Kota Semarang)
SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
pada Universitas Negeri Semarang
Oleh
Yayuk Nur Laeli
NIM 7211413119
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
1. “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu menolong (agama) Allah,
niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”. (QS
Muhammad:7)
2. “Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik
pelindung” (QS Ali Imran: 173).
PERSEMBAHAN
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya, skripsi ini penulis persembahkan
kepada:
1. Ibu Siti Asiyah dan Bapak Mochammad
Nasrudin tercinta, terimakasih telah menjadi
orang tua yang sangat luar biasa yang selalu
memberikan dukungan di setiap langkah
penulis.
2. Adik-adikku yang selalu memberikan dukungan
dan semangat
3. Almamaterku Universitas Negeri Semarang.
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji syukur ke hadirat Alloh SWT yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyususunan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Kualitas Laporan Keuangan Masjid”. Skripsi ini dalam
rangka memenuhi salah satu syarat untuk meenyelesaikan program Sarjana (S1)
pada Program Studi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. Untaian
shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Baginda Rasulullah
Muhammad SAW, sosok seorang pemimpin yang patut dicontoh dan diteladani,
pencerah dunia dari kegelapan, beserta keluarga dan para sahabatnya. Amin
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak
lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
a. Kedua orang tua yang selalu memberikan dorongan, baik materiil, moril,
maupun spiritual yang tidak pernah putus-putusnya.
b. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M. Hum, Rektor Universitas Negeri Semarang
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar di
Universitas Negeri Semarang
c. Dr. Wahyono, M.M, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Semarang, yang telah memberikan fasilitas dan kesempatan mengikuti
program S1 di Fakultas Ekonomi.
vii
d. Drs. Fachrurrozie, M.Si, Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan fasilitas dan
pelayanan selama masa studi.
e. Agung Yulianto S.Pd. M.Si., dosen wali Akuntansi B 2013 yang telah
mendampingi penulis mulai dari awal hingga akhir studi di Universitas
Negeri Semarang
f. Prabowo Yudo Jayanto, SE., M. SA, dosen pembimbing I yang telah
memberikan bekal ilmu, arahan-arahan dan bimbingan dalam penyusunan
skripsi ini
g. Drs. Asrori, M.S , dosen pembimbing II yang telah memberikan bekal
ilmu, arahan-arahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini
h. Hasan Mukhibad, S.E., M.Si, Prabowo Yudo Jayanto, S.E., M.SA, Drs.
Asrori, MS. Dosen penguji skripsi yang telah membimbing dan
memberikan masukan, sehingga skripsi ini menjadi lebih baik
i. Segenap Dosen Universitas Negeri Semarang khususnya Dosen Fakultas
Ekonomi yang telah memberikan ilmu selama masa studi di Universitas
Negeri Semarang.
j. Seluruh karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang yang
telah memberikan kelancaran mahasiswa dalam urusan administrasi
akademik.
k. Seluruh pengurus masjid di Kota Semarang yang telah memberikan izin
dan fasilitas selama proses pelaksanaan penelitian.
viii
l. Seluruh teman-teman yang telah membantu proses penelitian: Indah
Kurniasih, Kharisma, Sinta Herawati, Dwie Andrianie, Uki Indri Puspita,
Megasari Dwi Kartika, Sri Lanjari, Elmawati, Siti Rahayu, Nisa Usadiah,
Swiratin, Novi Fitriani.
m. Teman-teman rombel Akuntansi B 2013 yang telah membantu, berbagi
rasa suka dan duka dalam perjuangan yang sama.
n. Para sahabat dan teman tercinta yang selalu hadir memberikan semangat,
motivasi, masukan, dan inspirasi kepada penulis.
o. Teman-teman UKKI dan UKM Penelitian Unnes yang turut memberikan
semangat.
p. Semua pihak yang turut berjasa dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
mungkin penulis sebutkan satu per satu.
Semoga bantuan, pengorbanan, dan amal baik yang telah diberikan
mendapat balasan yang melimpah dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa
dalam penulisan skripsi ini masih banyak mengalami kekurangan, maka dari
untuk melengkapi skripsi ini, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna penyempurnaan skripsi ini.
Penyusun juga berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat baik bagi
penulis sendiri maupun orang lain atau pihak yang membutuhkan.
Semarang, 09 September 2017
Yayuk Nur Laeli
NIM. 7211413119
ix
SARI
Laeli, Yayuk Nur. 2017. “ Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas
Laporan Keuangan Masjid (Studi pada Masjid di Kota Semarang)”. Skripsi.
Jurusan Akuntansi. Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang.
Pembimbing: Prabowo Yudo Jayanto, S.E., M.SA dan Drs. Asrori, MS.
Kata Kunci : Praktik Manajemen Keuangan, Sistem Pengendalian Internal,
Kegiatan Pengumpulan Dana, Kompertensi Sumber Daya
Manusia, Pemanfaatan Teknologi Informasi, Penerapan
PSAK 45, Penerapan PSAK 109, Kualitas Laporan
Keuangan.
Laporan keuangan yang disajikan suatu organisasi sangat penting bagi
pihak - pihak yang berkepentingan. Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas
yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Empat
karakteristik tersebut adalah dapat dipahami, relevan, andal, dan dapat
dibandingkan. Penelitian ini berdasarkan pada teori Al-wala’ dan teori
kompetensi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis kualitas
laporan keuangan yang dihasilkan oleh masjid yang direpresentasikan dengan
praktik manajemen keuangan, sistem pengendalian intern, kegiatan pengumpulan
dana, kompetensi sumber daya manusia, pemanfaatan teknologi informasi,
penerapan PSAK 45, dan penerapan PSAK 109.
Populasi penelitian adalah seluruh masjid yang ada di Kota Semarang.
Sampel yang digunakan dalam penelitin ini adalah sebanyak 48 masjid dengan
unit analisis 96 responden.Pengambilan sampel dilakukan dengan metode
proporsional random sampling. Metode analisis yang digunakan adalah Structural
Equation Modelling (SEM) dengan Partial LeastSquare (PLS) Path Modelling
dengan alat analisis SmartPLS 3.0.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktik manajemen keuangan, sistem
pengendalian intern, kegiatan pengumpulan dana, dan pemanfaatan teknologi
informasi berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan. Variabel kompetensi
sumber daya manusia, penerapan PSAK 45, dan penerapan PSAK 109 tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas laporan keuangan.
Saran bagi masjid diharapkan dapat menerapkan PSAK 45 atau PSAK 109
sehingga kualitas laporan keuangan yang dihasilkan lebih berkualitas. Saran bagi
peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambah sampel penelitian atau
menggunakan sampel masjid yang lebih besar lagi.
x
ABSTRACT
Laeli, Yayuk Nur. 2017. "The Analysis of Factors Affecting the Quality of
Mosque's Financial Report (Study on Mosques in Semarang City)". Essay.
Accounting major. Faculty of Economics, State University of Semarang.
Counselor: Prabowo Yudo Jayanto, S.E., M.SA and Drs. Asrori, MS.
Keywords: Financial Management Practice, Internal Control System,
Fundraising Activity, Competence of Human Resources,
Utilization of Information Technology, Application of PSAK 45,
Application of PSAK 109, Quality of financial statements.
The financial statements presented by an organization are very important
for the parties concerned. Qualitative characteristics are the characteristics that
make information in the financial statements useful to the user. These four
characteristics are understandable, relevant, reliable, and comparable. This study
is based on al-wala 'theory and competence theory. This study aims to examine
and analyze the quality of financial statements produced by mosques that are
represented by financial management practices, internal control systems,
fundraising activities, human resource competencies, utilization of information
technology, the application of PSAK 45, and the application of PSAK 109.
The study population is all of mosque 'which exist in Semarang City.
The samlpe used in this research is as much as 48 mosques with unit analysys 96
respondents. .Sampling is done by proporsional random sampling method. The
analytical method used is Structural Equation Modeling (SEM) with Partial
LeastSquare (PLS) Path Modeling with SmartPLS 3.0 analysis tool.
The results showed that the practice of financial management, internal
control system, fund raising activities, and utilization of information technology
affect the quality of financial statements. The human resource competency
variable, the application of PSAK 45, and the application of PSAK 109 have no
significant effect on the quality of the financial statements.
Suggestions for the mosque are expected to apply PSAK 45 or PSAK 109
so that the quality of financial statements produced better. Suggestions for further
researchers are expected to increase the sample research or use a larger sample of
mosques.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................. i
PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................. ii
PENGESAHAN KELULUSAN .................................................................. iii
PERNYATAAN ............................................................................................ iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................. vi
SARI .............................................................................................................. xi
ABSTRAK .................................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xvii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
1.2. Identifikasi Masalah ........................................................................ 12
1.3. Cakupan Masalah ............................................................................. 12
1.4. Rumusan Masalah ............................................................................ 13
1.5. Tujuan Penelitian ............................................................................ 14
1.6. Kegunaan Penelitian ....................................................................... 15
1.7. Orisinilitas Penelitian ...................................................................... 16
BAB II TINJAUAN PUSATAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN ..... 17
2.1. Landasan Teori................................................................................. 17
2.1.1. Teori Al-Wala’(Loyalitas) ...................................................... 17
2.1.2. Teori Kompetensi ................................................................... 19
2.2. Kajian Variabel Penelitian ............................................................... 23
2.2.1. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan ........................... 23
2.2.2. Praktik Manajemen Keuangan ............................................... 27
2.2.3. Sistem Pengendalin Intern ..................................................... 30
xii
2.2.4 Kegiatan Pengumpulan Dana .................................................. 31
2.2.5. Kompetensi Sumber Daya Manusia....................................... 32
2.2.6. Pemanfaatan Teknologi Informasi ......................................... 33
2.2.7. Penerapan PSAK 45 ............................................................... 34
2.2.8. Penerapan PSAK 109 ............................................................. 55
2.3. Kajian Penelitian Terdahulu ............................................................ 64
2.4. Kerangka Berpikir ............................................................................ 71
2.5. Hipotesis Penelitian ......................................................................... 74
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 82
3.1. Jenis dan Desain Penelitian ............................................................. 82
3.2. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ....................... 82
3.3. Operasionalisasi Variabel Penelitian ............................................... 85
3.4. Metode Pengumpulan Data ............................................................. 92
3.5. Analisis Deskriptif .......................................................................... 93
3.5.1. Deskripsi Responden Penelitian .......................................... 93
3.5.2. Deskripsi Variabel Penelitian .............................................. 94
3.6. Teknik Analisis Data....................................................................... 95
3.6.1. Pengukuran Model (Outer Model) ...................................... 97
3.6.2. Evaluasi Model Struktural atau Inner Model ...................... 99
3.6.3. Uji Hipotesis ........................................................................ 100
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................... 101
4.1. Deskripsi Objek Penelitian ............................................................ 101
4.2. Deskripsi Responden Penelitian .................................................... 102
4.3. Statistik Deskriptif ......................................................................... 103
4.4. Analisis Data ................................................................................. 112
4.4.1. Menilai Outer Model atau Measurement Model .................. 112
4.4.2. Outer Weight ........................................................................ 117
4.4.3. Variance Inflation Factor (VIF) .......................................... 119
4.4.4. Uji Inner Model atau Structural Model ................................ 119
4.4.5. Pengujian Hipotesis ............................................................. 123
4.5. Pembahasan...................................................................................... 127
xiii
BAB V PENUTUP ........................................................................................ 139
5.1. Simpulan ......................................................................................... 139
5.2. Saran .............................................................................................. 141
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 143
LAMPIRAN-LAMPIRAN .......................................................................... 148
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Komposisi Penduduk Menurut Agama yang Dianut .................... 1
Tabel 2.1. Ringkasan Peneliti Terdahulu ....................................................... 67
Tabel 2.2. Tabel Keterangan Indikator .......................................................... 73
Tabel 3.1. Sampel Penelitian .......................................................................... 83
Tabel 4.1. Daftar Kuesioner ........................................................................... 101
Tabel 4.2. Data Statistik Usia Responden ...................................................... 102
Tabel 4.3 Data Statistik Pendidikan Terakhir Responden ............................ 102
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Variabel Kualitas Laporan Keuangan ......... 104
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Variabel Praktik Manajemen Keuangan ...... 105
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Variabel Sistem Pengendalian Intern .......... 106
Tabel 4.7.Distribusi Frekuensi Variabel Kegiatan Pengumpulan Dana ........ 107
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Variabel Kompetensi Sumber Daya Manusia 108
Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Variabel Pemanfaatan Teknologi Informasi 109
Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Variabel Penerapan PSAK 45 ................... 110
Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Variabel Penerapan PSAK 109 ................. 111
Tabel 4.12. Outer Loadings (Measurement Model) ...................................... 113
Tabel 4.13. Discriminant Validity ................................................................. 115
Tabel 4.14. Average Variance Extraced (AVE) ........................................... 116
Tabel 4.15.Cronbachs Alphadan Composite Reliability ................................ 117
Tabel 4.16. Outer Weight ............................................................................... 118
Tabel 4.17. Collineraity Statistic (VIF) ......................................................... 119
Tabel 4.18. Nilai R Square ............................................................................. 120
Tabel 4.19. Path Coefficient (Mean, STDEV, T-Values, P-Values) .............. 123
Tabel 4.20. Hasil Rekapitulasi Pengujian Hipotesis ...................................... 127
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Contoh Format Laporan Posisi Keuangan Entitas Nirlaba ....... 36
Gambar 2.2. Contoh Format Laporan Aktivitas Bentuk A Bagian 1 ............. 39
Gambar 2.3. Contoh Format Laporan Aktivitas Bentuk A Bagian 2 ............ 40
Gambar 2.4. Contoh Format Laporan Aktivitas Bentuk B ........................... 41
Gambar 2.5. Contoh Format Laporan Aktivitas Bentuk C Bagian 1 ............ 42
Gambar 2.6. Contoh Format Laporan Aktivitas Bentuk C Bagian 2 ............ 43
Gambar 2.7.Contoh Format Laporan Aktivitas Bentuk C Bagian 2
(Alternatif) ................................................................................ 44
Gambar 2.8. Contoh Format Laporan Arus Kas Metode Langsung
( Bagian 1) ................................................................................ 45
Gambar 2.9.Contoh Format Laporan Arus Kas Metode Langsung
(Bagian 2) ................................................................................. 46
Gambar 2.10. Contoh Format Laporan Arus Kas Metode Langsung
(Bagian 3) ................................................................................. 47
Gambar 2.11.Contoh Format Laporan Arus Kas Metode Langsung Tidak
Langsung (Bagian 1) .............................................................. 48
Gambar 2.12.Contoh Format Laporan Arus Kas Metode Langsung Tidak
Langsung (Bagian2) .................................................................. 49
Gambar 2.13. Contoh Format Catatan A atas Laporan Keuangan ................. 50
Gambar 2.14. Contoh Format Catatan B dan C atas Laporan Keuangan ...... 51
Gambar 2.15. Contoh Format Catatan D dan E atas Laporan Keuangan ...... 52
Gambar 2.16. Contoh Format Catatan E atas Laporan Keuangan Bagian 2 .. 53
Gambar 2.17. Contoh Format Catatan E atas Laporan Keuangan Bagian 3 . 54
Gambar 2.18. Contoh Format Catatan F atas Laporan Keuangan ................ 55
Gambar 2.19. Contoh Format Laporan Posisi Keuangan (PSAK 109).......... 57
Gambar 2.20. Conrtoh Format Laporan Perubahan Dana (Bagian 1) ........... 60
Gambar 2.21. Contoh Format Laporan Perubahan Dana (Bagian 2) ............. 61
Gambar 2.22. Contoh Format Laporan Perubahan Aset Kelolaan................. 62
xvi
Gambar 2.23. Contoh Format Laporan Arus Kas .......................................... 63
Gambar 2.24. Kerangka Berpikir .................................................................. 72
Gambar 4.1. Diagram R Square ................................................................. 120
Gambar 4.2. Uji Full Model SEM PLS Bootstrapping .............................. 122
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian .................................................................. 149
Lampiran 2.Tabulasi Data Penelitian Variabel Kualitas Laporan Keuangan 159
Lampiran 3.Tabulasi Data Penelitian Variabel Praktik Manajemen
Keuangan ................................................................................ 161
Lampiran 4.Tabulasi Data Penelitian Variabel Sistem Pengendalian Intern 163
Lampiran 5.Tabulasi Data Penelitian Variabel Kegiatan Pengumpulan
Dana .......................................................................................... 165
Lampiran 6.Tabulasi Data Penelitian Variabel Kompetensi Sumber Daya
Manusia .................................................................................. 167
Lampiran 7.Tabulasi Data Penelitian Variabel Pemanfaatan Teknologi
Informasi ................................................................................... 169
Lampiran 8. Tabulasi Data Penelitian Variabel Penerapan PSAK 45 ........... 171
Lampiran 9. Tabulasi Data Penelitian Variabel Penerapan PSAK 109 ......... 173
Lampiran 10. Outer Loading (Measurement Model) ..................................... 175
Lampiran 11. Diagram R-Square ................................................................... 176
Lampiran 12. Diagram Path Coefficient ........................................................ 177
Lampiran 13. Diagram Cronbach Alpha dan Composite Reliabity ............... 178
Lampiran 14. Diagram rho_A dan AVE ........................................................ 179
Lampiran 15. Uji Full Model SEM PLS Algorithm ....................................... 180
Lampiran 16. Uji Full Model SEM Bootstrapping ........................................ 181
Lampiran 17. Hasil Rekapitulasi Pengujian Hipotesis ................................... 182
Lampiran 18. Surat Izin Observasi................................................................. 183
Lampiran 19. Surat Izin Penelitian................................................................. 184
Lampiran 20. Sampel Penelitian .................................................................... 185
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Berdasarkan hasil sensus penduduk di Indonesia tahun 2010, dari total
penduduk yang berjumlah 237.641.326 jiwa, sebesar 87, 18 % atau setara
207.176. 162 jiwa adalah beragama Islam (www.bps.go.id). Jumlah muslim yang
besar ini tentu berbanding lurus dengan jumlah tempat ibadah/masjid yang
dimiliki Pada tahun 2017, jumlah masjid di Indonesia adalah mencapai 800.000
bangunan. (www.tribunnews.com). Komposisi penduduk menurut agama yang
dianut dapat dilihat pada tabel 1.1.
Tabel 1.1.
Komposisi Penduduk Menurut Agama yang Dianut
Sumber:bps.go.id
2
2
Masjid tidak hanya digunakan sebagai tempat ibadah saja. Masjid merupakan
pranata keagamaan yang tidak terpisahkan dari kehidupan spiritual, sosial, dan
kultural umat Islam. Dimana ada umat Islam, maka disitu tentunya ada masjid.
Islam menempatkan masjid dalam posisi yang strategis.
Masjid memiliki peran sentral dalam sejarah peradaban Islam.
Sebagaimana sejarah mengatakan pada masa Rasulullah saw masjid merupakan
pusat peradaban dan pusat aktivitas baik ibadah mahdhah maupun ghairu
mahdhah. Selain itu, masjid juga dapat digunakan sebagai pusat aktivitas umat
Islam dalam berbagai bidang antara lain bidang sosial, pendidikan, dan pemersatu
umat.
Masjid pertama yang dimiliki umat Islam, yaitu masjid Quba, yang
memiliki bangunan sangat sederhana. Pada tahap pembangunan masjid Quba,
Rasulullah saw mengajak para sahabatnya untuk menggunakan bahan-bahan
seadanya untuk dapat dimanfaatkan. Hal ini, memungkinkan dimaksudkan bahwa
substansinya adalah agar segera terselesaikanya bagunan masjid untuk sentral
pembangunan dan pembinaan umat di sekitarnya. Artinya tidak ditekankan pada
mewah dan besarnya bangunan masjid, akan tetapi lebih kepada fungsinya. Dari
itu terlihat esensi dibangunnya masjid, yaitu sebagai pusat kegiatan umat muslim
untuk kekuatan Islam dan kesejahteraan masyarakat.
Semakin kompleks dan pelik permasalahan masyarakat, menuntut masjid
sebagai pusat peradaban dapat mengakomodir kebutuhan sosial. Dari itu
dibutuhkannya manajemen dan pengelolaan yang baik. Pengelolaan masjid secara
profesional dan berpandangan ke depan adalah salah satu cara untuk merebut
3
kembali kejayaan Islam yang sempat dirampas oleh negara barat. Tanpa ditangani
secara profesional, maka masjid hanya merupakan monumen dan kerangka
bangunan mati yang tidak dapat memancarkan perjuangan syiar dan penegakan
risalah kerasulan.
Masjid sebagai salah satu bentuk organisasi (non-profit oriented) yang
digunakan sebagai sarana ibadah dan digunakan untuk segala hal yang
berhubungan dengan kegiatan umat (Mangkona, 2015). Untuk itu Masjid
memerlukan proses akuntansi yang menghasilkan sistem pelaporan keuangan
yang efektif dan segala bentuk informasi yang mendukung sarana peribadatan,
kegiatan keagamaan, termasuk aktivitas pemeliharaan dan perawatan masjid.
Proses akuntansi atau tata keuangan telah mengalami perkembangan
seiring dengan kemajuan sistem keuangan modern (Putu dan Wayan, 2014).
Entitas profit maupun non profit (nirlaba) saat ini, harus semakin memperbaiki
kualitas kinerja keuangannya supaya mampu mengikuti perkembangan akuntansi
karena pengguna informasi terutama masyarakat umum menuntut peningkatan
akuntabilitas dan transparansi di entitas-entitas baik entitas profit maupun non
profit (nirlaba).
Masjid sebagai entitas nirlaba yang menggunakan dana dari masyarakat
sebagai sumber keuangannya baik dalam bentuk infak, sedekah, sumbangan, atau
bentuk sosial lainnya, dimana semua aktivitas tersebut harus
dipertanggungjawabkan baik secara vertikal maupun secara horisontal.
Transparansi dan akuntabilitas menjadi kata kunci yang penting bagi entitas
4
nirlaba untuk bertahan dan memaksimalkan perannya pada domain sosial budaya
dimana entitas tersebut berada.
Akuntabilitas publik adalah kewajiban penerima tanggungjawab untuk
mengelola sumber daya, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan
kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan sumber daya publik kepada pihak
pemberi mandat (prinsipal) (Danhil dan Yeni, 2011) Pertanggungjawaban
disampaikan oleh Ketua Pengurus, mengarah pada semua pengurus karena
bagaimanapun mereka adalah satu organisasi yang harus bekerja sama dalam
menjalankan semua kegiatan termasuk di dalamnya yaitu pengelolaan keuangan
masjid.
Ilmu dan praktik akuntansi di lembaga keagaaman masih sangat
membutuhkan perhatian untuk diterapkan dan dikembangkan. Berbeda halnya
dengan lingkungan bisnis (muamalah), ilmu dan praktik akuntansi telah menjadi
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan operasionalnya. Peranan
akuntansi pun semakin disadari oleh berbagai pihak tidak terkecuali untuk
pengelolaan keuangan di masjid sebagai salah satu upaya pertanggungjawaban
kepada para stakeholders.
Pola pertanggungjawaban di organisasi keagamaan dapat bersifat vertikal
maupun horizontal. Pertanggungjawaban vertikal adalah pertanggungjawaban atas
pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi, seperti kepada Pembina.
Dalam konteks yang lebih jauh lagi, pertanggungjawaban secara vertikal juga
berarti pertanggungjawaban kepada Tuhan, meskipun tidak ada dalam bentuk
materi maupun fisik. Sedangkan pertanggungjawaban horizontal adalah
5
pertanggungjawaban kepada masyarakat luas, khususnya pengguna atau penerima
layanan organisasi keagamaan yang bersangkutan. Kedua pola
pertanggungjawaban tersebut merupakan elemen penting dari proses akuntabilitas
publik.
Berdasarkan teori Al Wala’, bentuk sikap Al Wala terdapat tiga macam,
yaitu terhadap Allah SWT, terhadap entitas, dan terhadap stakeholders. Al wala
menurut terminologi syariat berarti; penyesuaian diri seorang hamba terhadap apa
yang disukai dan diridhoi Alloh berupa perkataan, perbuatan, kepercayaan, dan
orang. Penerapan akuntansi dalam sebuah entitas merupakan salah satu
menerapkan perintah Allah dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 282 yang
artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu melakukan utang piutang
untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan
hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar.
Janganlah penulis menolak untuk menuliskannya sebagaimana Allah telah
mengajarkan kepadanya, maka hendaklah dia menuliskan. Dan hendaklah
orang yang berhutang itu mendiktekan, dan hendalah dia bertakwa kepada
Allah, Tuhannya, dan janganlah dia mengurangi sedikit pun daripadanya.
Jika yang berutang itu orang yang kurang akalnya atau lemah (keadaannya),
atau tidak mampu mendiktekan sendiri, maka hendaklah walinya
mendiktekannya dengan benar. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi
laki-laki di antara kamu. Jika tidak ada (saksi) dua orang laki-laki, maka
(boleh) seorang laki-laki dengan dua orang perempuan di antara orang-
orang yang kamu sukai dari dari para saksi (yang ada), agar jika yang
seorang lupa maka yang seorang lagi mengingatkannya. Dan janganlah
saksi-saksi itu menolak apabila dipanggil. Dan janganlah kamu bosan
menuliskannya, untuk batas waktunya baik (utang itu) kecil maupun besar.
Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah, lebih dapat menguatkan kesaksian,
dan lebih mendekatkan kamu ketidakraguan, kecuali jika hal itu merupakan
perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa
bagi kamu jika kamu tidak menuliskannya. Dan ambillah saksi apabila kamu
berjual beli, dan janganlahh dipersulit dan begitu juga saksi. Jika kamu
lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya, hal itu suatu kefasikan pada
kamu. Dan bertaqwalah kepada Allah, Allah memberi pengajaran kepadamu,
dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
6
Salah satu bentuk akuntabilitas atau pertanggungjawaban yang harus
dilakukan oleh pengurus masjid adalah dengan menyajikan laporan keuangan
yang berisi mengenai aktiva, kewajiban, dan informasi lain yang dibutuhkan
dalam proses pertanggungjawaban dari pengurus kepada jamaah atau masyarakat.
Laporan keuangan merupakan suatu proses akuntansi yang meliputi pencatatan,
penggolongan, pemeriksaan, pelaporan, penganalisaan data keuangan dari suatu
entitas. Kegiatan pencatatan dan penggolongan merupakan proses yang dilakukan
secara rutin dan berulang-ulang setiap kali terjadi transaksi keuangan. Sedangkan
kegiatan pelaporan dan penganalisaan biasanya dilakukan pada waktu tertentu.
Hal tersebut dapat mempersempit kesenjangan informasi keuangan antara
organisasi masjid dengan jamaah atau masyarakat sebagai sumber dananya.
Laporan keuangan memiliki peranan yang penting dalam penyajian
informasi yang dihasilkan dari kegiatan atau operasional masjid. Pelaporan
keuangan tersebut dilakukan oleh pengurus masjid sebagai dasar pengambilan
keputusan. Untuk itu masjid memerlukan sistem pelaporan keuangan yang efektif
dan berkualitas serta segala bentuk informasi yang mendukung sarana
peribadatan, kegiatan keagamaan, termasuk aktivitas perawatan dan pemeliharaan
masjid.
Dengan adanya publikasi pertanggungjawaban pengurus masjid melalui
laporan keuangan, maka masyarakat atau jamaah akan lebih tenang dan percaya
ketika akan menyumbangkan dananya. Oleh karena itu, diperlukan usaha yang
seimbang dari para pengurus masjid untuk menghasilkan laporan keuangan masjid
yang berkualitas.
7
Laporan keuangan yang berkualitas menjadi salah satu hal yang penting
dalam organisasi masjid karena dengan laporan keuangan dapat menunjukkan
bahwa pengurus (takmir) masjid bertanggungjawab dengan baik atas wewenang
yang diberikan kepadanya sebagai bentuk amanah untuk mengelola dana atau aset
yang berasal dari jamaah atau masyarakat. Menurut Standar Akuntansi Keuangan
Syariah, kualitas laporan keuangan harus memiliki karakteristik kualitatif.
Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam
laporan keuangan berguna bagi pengguna. Dalam hal ini terdapat empat
karakteristi kualitatif pokok, yaitu: dapat dipahami, relevan, keandalan, dan dapat
dibandingkan.
Ironisnya untuk saat ini, berdasarkan hasil observasi awal beberapa masjid
masih menyajikan laporan keuangan secara sederhana, yakni berupa catatan
mengenai pemasukan dan pengeluaran serta saldo akhir. Meskipun bentuk
pelaporan keuangan masjid masih sederhana, para pemakai informasi tersebut
sudah dapat memahami apa yang dicantumkan dalam laporan tersebut. Proses
pencatatan akuntansi pada masjid lebih sederhana dibandingkan dengan
pencatatan akuntansi komerisal. Dalam pencatatan akuntansi masjid langkah yang
utama yaitu mengelompokkan sumber pendapatan, misalnya pendapatan dari ibu
pengajian, kegiatan rutin peserta TPA, sumbangan dari donatur, pendapatan zakat,
infaq, dan sedekah dan lain-lain. Pengeluaran dilakukan untuk kegiatan rutin
masjid, kebersihan dan kemanan masjid, keperluan Idul Adha dan Idul Fitri,
rekening listrik bulanan, santunan anak yatim dan lain sebagainya.
8
Pada penerapannya, akuntansi masjid lebih menggunakan metode
pencatatan cash basis yaitu mengakui pendapatan dan biaya pada saat kas
diterima dan dibayarkan. Selain itu, akuntansi masjid menggunakan metode
pembukuan tunggal (single entry method) dengan alasan lebih praktis dan mudah.
Laporan keuangannya disajikan dengan membandingkan antara anggaran yang
telah dibuat dengan realisasinya, kemudian dilaporkan dan dievaluasi dalam
periode waktu tertentu. Dalam hal ini masjid belum menyusun laporan keuangan
sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku di Indonesia, yaitu pelaporan
keuangan untuk organisasi nirlaba. Ikatan Akuntan Indonesia telah menyusun
pedoman terkait standar akuntansi untuk entitas nirlaba yaitu PSAK NO. 45.
Fenomena di atas menunjukkan pentingnya laporan keuangan masjid yang
berkualitas sebagai bentuk akuntabilitas dan transparansi keuangan masjid dari
pengurus kepada jamaah atau masyarakat. Laporan keuangan yang berkualitas
menjadi hal yang penting dalam sebuah organisasi, karena laporan keuangan
tersebut dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan, baik pengambilan
keputusan yang dilakukan oleh pihak pengurus atau manajemen masjid maupun
oleh para pemangku kepentingan yang lain. Diharapkan dengan laporan keuangan
masjid yang berkualitas mampu mendorong kerja entitas keagamaan menjadi
lebih baik ketika peran akuntansi dimaksimalkan di lembaga keuangan tersebut.
Terdapat beberapa hal yang dapat mempengaruhi kualitas laporan
keuangan. Salah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas laporan
keuangan adalah praktik manajemen keuangan. Berhasil atau gagalnya
pengelolaan suatu masjid, sangat bergantung kepada praktik manajemen yang
9
dibentuk, di antaranya adalah keuangannya. Masjid dengan manajemen keuangan
yang baik akan mendapat dukungan yang baik, baik dari segi pembangunan
maupun dana. Tingkat kepercayaan yang diberikan oleh para pemangku
kepentingan akan meningkat melalui kegiatan manajemen keuangan yang baik,
baik berupa perencanaan sumber dana dan penyaluran sumber dana tersebut.
Melihat pentingnya fungsi keuangan dalam suatu lembaga, akan sangat
baik jika kegiatan keuangannya diatur dengan manajemen keuangan yang tepat.
Meskipun awalnya manajemen keuangan tumbuh dan berkembang di kalangan
dunia bisnis dan militer, akan tetapi dalam perkembangannya sangat bermanfaat
dan dibutuhkan dalam berbagai usaha dan kegiatan termasuk di dalamnya adalah
entitas masjid.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi kualitas laporan keuangan adalah
sistem pengendalian intern. Sistem pengendalian intern dalam akuntansi memiliki
peranan penting karena sistem pengendalian intern merupakan prosedur atau
sistem yang dirancang untuk mengontrol, mengawasi, mengarahkan organisasi
agar dapat mencapai tujuan. Pengendalian intern suatu organisasi meliputi struktur
organisasi dan semua cara-cara serta alat yang digunakan dalam perusahaan
dengan tujuan untuk menjaga keamanan harta milik organisasi, memeriksa
ketelitian dan kebenaran data akuntansi, memajukan efisiensi di dalam operasi
dan membantu menjaga dipatuhinya kebijakan manajemen yang telah ditetapkan
terlebih dahulu. Penerapan sistem pengendalian intern yang diterapkan di masjid
dapat mempengaruhi kualitas laporan keuangan masjid tersebut.
10
Bentuk upaya lain untuk menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas
adalah dengan melakukan kegiatan pengumpulan dana. Kegiatan pengumpulan
dana merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh masjid untuk memperoleh dana.
Masjid memperoleh dana yang diberikan secara sukarela, tidak mengharapkan
pengembalian kembali. Kegiatan pengumpulan dana yang dilakukan berupa zakat,
infak, sedekah, wakaf dan lain lain. Pengumpulan dan pengimpunan dana secara
kolektif akan menghasilkan dana dalam jumlah besar, sehingga
pendistribusiannya dapat direncanakan dan diatur untuk program jangka panjang
yang bersifat produktif. Selain itu, tujuan dari laporan pengumpulan dana adalah
untuk mengelola secara tepat, efisien, dan efektif atas zakat, infak, sedekah, hibah,
dan wakaf yang dipercayakan kepada organisasi atau lembaga pengelola zakat.
Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, ditemukan keterbatasan
penelitian. Dalam rekomendasi peneliti sebelumnya menyarankan agar peneliti
selanjutnya adalah menambal variabel penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh
Syaifuddin (2016) baru menggunakan tiga variabel yaitu praktik manajemen
keuangan, sistem pengendalian keuangan, dan kegiatan pengumpulan dana. Oleh
karena itu peneliti untuk mengajukan sebuah hipotesis dengan menghadirkan
beberapa variabel baru yaitu kompetensi sumber daya manusia, pemanfaatan
teknologi informasi, penerapan PSAK 45, dan penerapan PSAK 109. Alasan
peneliti merujuk variabel kompetensi sumber daya manusia dan pemanfaatan
teknologi informasi adalah berdasarkan pada penelitian terdahulu yang meneliti
kualitas laporan keuangan di lembaga pemeritahan. Sedangkan alasan peneliti
merujuk PSAK 45 adalah karena masjid merupakan salah satu organisasi nirlaba.
11
Alasan peneliti merujuk PSAK 109 adalah terdapat beberapa masjid yang
memiliki badan amil zakat.
Grand theory dalam penelitian ini digunakan untuk memperkuat hubungan
antar variabel dalam model dimana dalam penelitian ini terdapat 3 teori yaitu: (1)
Teori Al-Wala untuk mendukung variabel praktik manajemen keuangan, sistem
pengendalian intern, kegiatan pengumpulan dana, pemanfaatan teknologi
informasi, penerapan PSAK 45, dan penerapan PSAK 109 terhadap kualitas
laporan keuangan, (2) Teori kompetensi digunakan untuk memperkuat variabel
kompetensi sumber daya manusia terhadap kualitas laporan keuangan.
Paparan mengenai fenomena dan dukungan teori yang dikemukakan di
atas, menjadi latar belakang pengajuan riset ini. Dengan memperhatikan faktor-
faktor yang mempengaruhi kualitas laporan keuangan masjid, riset ini akan
menguji pengaruh praktek manajemen keuangan, sistem pengendalian intern,
kegiatan pengumpulan dana, penerapan PSAK 45, kompetensi sumber daya
manusia, dan pemanfaatan teknologi informasi terhadap kualitas laporan
keuangan lembaga masjid. Oleh karena itu, judul dari penelitian ini adalah
“Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laporan Keuangan
Lembaga Masjid ”.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan, maka dapat
diidentifikasi masalah sebagai berikut:
12
1. Laporan keuangan masjid merupakan salah satu hal yang penting baik bagi
pihak manajemen masjid maupun bagi masyarakat. Laporan keuangan
memberikan gambaran mengenai kondisi keuangan masjid pada suatu
periode tertentu.
2. Terdapat beberapa faktor yang secara konseptual diperkirakan sebagai
penyebab terjadinya masalah terhadap kualitas laporan keuangan. Faktor-
faktor tersebut adalah praktik manajemen keuangan, sistem pengendalian
intern, kegiatan pengumpulan dana, kompetensi sumber daya manusia,
pemanfaatan teknologi informasi, penerapan PSAK 45, dan penerapan
PSAK 109.
1.3. Cakupan Masalah
Penelitian ini mengkaji masalah kualitas laporan keuangan yang dihasilkan
oleh masjid yang ada di Kota Semarang. Penelitian ini menguji pengaruh praktik
manajemen keuangan, sistem pengendalian intern, kegiatan pengumpulan dana,
kompetensi sumber daya manusia, pemanfaatan teknologi informasi, penerapan
PSAK 45, dan penerapan PSAK 109 terhadap kualitas laporan keuangan.
Indikator kualitas laporan keuangan ini memiliki beberapa unsur yaitu relevan,
mudah dipahami, reliabel, dan dapat dibandingkan.
Relevan yang dimaksud adalah laporan keuangan yang dihasilkan masjid
telah memenuhi kebutuhan pemakai untuk proses pengambilan keputusan.
Laporan keuangan dikatakan relevan apabila dapat mempengaruhi keputusan
ekonomi pemakai dengan mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa
depan, menegaskan, atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu.Mudah
13
dipahami yang dimaksud adalah laporan keuangan tersebut mudah dipahami oleh
pemakai. Pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang
aktivitas masjid melalui laporan keuangan tersebut. Laporan keuangan yang
dihasilkan masjid juga harus andal (reliable). Andal yang dimaksud adalah
laporan keuangan memiliki kualitas andal apabila bebas dari pengertian yang
menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai
penyajian yang tulus atau jujur (faithul representation) dari yang seharusnya
disajikan atau yang secara wajar. Laporan keuangan masjid juga harus dapat
dibandingkan. Dapat dibandingkan yang dimaksud adalah pemakai laporan
keuangan masjid harus dapat membandingkan laporan keuangan masjid antar
periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja
keuangan.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
a. Apakah praktik manajemen keuangan berpengaruh terhadap kualitas
laporan keuangan masjid?
b. Apakah sistem pengendalian intern berpengaruh terhadap kualitas laporan
keuangan masjid?
c. Apakah kegiatan pengumpulan dana berpengaruh terhadap kualitas
laporan keuangan masjid?
d. Apakah kompetensi sumber daya manusia berpengaruh terhadap kualitas
laporan keuangan masjid?
14
e. Apakah pemanfataan teknologi informasi berpengaruh terhadap kualitas
laporan keuangan masjid?
f. Apakah penerapan PSAK 45 berpengaruh terhadap kualitas laporan
keuangan masjid?
g. Apakah penerapan PSAK 109 berpengaruh terhadap kualitas laporan
keuangan masjid?
1.5. Tujuan Penelitian
Penelitian ini pembahasannya diarahkan untuk dapat menjawab rumusan
masalah yang ada, yaitu:
a. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh praktik manajemen keuangan
terhadap kualitas laporan keuangan masjid.
b. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh sistem pengendalian intern
terhadap kualitas laporan keuangan masjid.
c. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh kegiatan pengumpulan dana
terhadap kualitas laporan keuangan masjid.
d. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh kompetensi sumber daya
manusia terhadap kualitas laporan keuangan masjid.
e. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh pemanfaatan teknologi
informasi terhadap kualitas laporan keuangan masjid.
f. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh penerapan PSAK 45 terhadap
kualitas laporan keuangan masjid.
15
g. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh penerapan PSAK 109 terhadap
kualitas laporan keuangan masjid.
1.6. Kegunaan Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan ini diharapkan dapat memberikan manfaat
untuk berbagai pihak, antara lain:
1. Teoritis
Memberikan bukti empiris tentang pengaruh faktor-faktor yang
mempengaruhi kualitas laporan keuangan pada masjid sebagai organisasi
nirlaba dan untuk penelitian selanjutnya dapat digunakan sebagai referensi
yang mendukung pengembangan penelitian terkait.
2. Praktis
a. Bagi pihak pengelola
Menjadi acuan dalam melakukan proses penyusunan serta menghasilkan
kualitas laporan keuangan masjid yang berkualitas.
b. Bagi peneliti
Diharapkan penelitian ini akan memperkaya pengalaman peneliti dalam
penerapan praktik akuntansi khususnya di lembaga masjid.
1.7. Orisinalitas Penelitian
Penelitian mengenai kualitas laporan keuangan pernah dilakukan oleh
beberapa penelitian terdahulu. Namun, terdapat perbedaan dalam penelitian ini.
Perbedaan yang pertama dapat dilihat dari model penelitian yang digunakan
16
dalam penelitian ini, dimana penelitian ini menggunakan variabel independen
yang lebih banyak dan bervariasi dibandingkan dari penelitian sebelumnya
diantaranya adalah praktik manajemen keuangan, sistem pengendalian intern,
kegiatan pengumpulan dana, kompetensi sumber daya manusia, pemanfaatan
teknologi informasi, penerapan PSAK 45, dan penerapan PSAK 109. Perbedaan
yang kedua adalah bahwa penelitian mengenai kualitas laporan keuangan lebih
banyak dilakukan di lembaga pemerintah, masih jarang sekali yang melakukan
penelitian di lembaga keagamaan. Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat
konsisten dengan penelitian-penelitian sebelumnya walaupun sampel yang
digunakan berbeda, dan dapat memberikan kontribusi teori baru yang berkenaan
dengan faktor yang mempengaruhi kualitas laporan keuangan masjid.
17
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Teori Al-Wala’ ( Loyalitas)
Kata Al-wala dalam Islam berarti; mencintai, menolong, mengikuti,
mendekat kepada sesuatu. Kata al-wala menurut terminologi syariat berarti;
penyesuaian diri seorang hamba terhadap apa yang disukai dan diridhoi Alloh
berupa perkataan perbuatan kepercayaan dan orang. Wilayah al-wala; apa yang
dicintai Alloh. Ciri utama wali Alloh; mencintai apa yang dicintai Alloh dan
membenci apa yang dibenci Alloh, ia condong dan melakukan semua itu dengan
penuh komitmen (Jayanto, 2016 :163)
Al-wala’ (loyalitas) adalah masalah yang sangat penting dan ditekankan
kewajibannya dalam Islam, bahkan merupakan landasan keimanan seseorang yang
besar karena jika melalaikannya akan merusak iman seseorang. Syeikh Shalih bin
Fauzan Al Fauzan Hafidhahulloh berpendapat bahwa setelah cinta kepada Alloh
dan Rasul-Nya, wajib (bagi setiap muslim untuk) mencintai para kekasih Alloh
(orang-orang yang beriman) dan membenci musuh-Nya. Karena termasuk prinsip-
prinsip dasar akidah Islam adalah kewajiban setiap muslim yang mengimani
akidah Islam dan membenci musuh-musuh-Nya, karena termasuk prinsip-prinsip
dasar akidah Islam adalah kewajiban setiap muslim yang mengimani akidah Islam
ini untuk mencintai orang-orang yang mengimani akidah Islam dan membenci
orang-orang yang berpaling darinya. Maka seorang muslim (wajib) mencintai dan
18
bersikap loyal kepada orang-orang yang berpegang teguh kepada tauhid dan
memurnikan (ibadah kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala semata), sebagaimana
(dia wajib) membenci dan memusuhi orang-orang yang berbuat syirik
(menyekutukan Alloh Subhanahu wa Ta’ala) (Jayanto, 2016:163-164).
Bentuk sikap Al-wala ’terhadap Allah SWT adalah dengan cara senantiasa
menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala apa yang dilarang oleh
Allah SWT, misalnya tidak mencintai orang atau benda melebihi cinta kita kepada
Allah SWT, mengerjakan ibadah magdoh dengan kontinu (istiqomah) dengan
mengharap keridhoan Allah SWT serta berjihad di jalan Allah SWT (fii sabilillah)
(Jayanto,2016:165)
Bentuk sikap Al wala’ terhadap entitas adalah dengan cara senantiasa
merencanakan, mengkoordinasikan, mengimplementasikan, dan mengendalikan
segenap tenaga dan pikiran untuk meningkatkan produktifitas dari entitas Islam
sehingga aktivitas dari entitas tersebut dapat bermanfaat untuk kemaslahatan
pelanggan dan masyarakat serta lingkungan (Jayanto, 2016:165) Bentuk sikap Al-
wala’ terhadap stakeholders adalah dengan cara memilih stakeholders yang islami
untuk mencapai tujuan sesuai dengan prinsip-prinsip Islam yang bersumber dari
Al-Quran dan Al-Hadits (Jayanto, 2016:165).
Teori ini mendukung bahwa praktik manajemen keuangan, sistem
pengendalian internal, kegiatan pengumpulan dana, pemanfaatan teknologi
informasi, penerapan PSAK 45, dan penerapan PSAK 109 merupakan bentuk
penerapan sikap Al-wala terhadap entitas yaitu dengan cara merencanakan,
mengkoordinasikan, mengimplementasikan, dan mengendalikan setiap tenaga dan
19
pikiran untuk meningkatkan produktivitas dari entitas Islam sehingga bermanfaat
bagi kemaslahatan pelanggan, masyarakat, dan lingkungan.
2.1.2. Teori Kompetensi
Kompetensi didefinisikan oleh Spencer and Spencer (1993 : 9) dalam
Sudarmanto (2009 : 46) : “Karakter dasar perilaku individu yang berhubungan
dengan kriteria acuan efektif dan atau kinerja unggul di dalam pekerjaan atau
situasi.” Sedangkan menurut Boyatzis (1982 : 23) dalam Sudarmanto (2009 : 46)
“Kompetensi adalah karakteristik – karakteristik yang berhubungan dengan
kinerja unggul dan atau efektif di dalam pekerjaan.” Menurut Kamus Umum
Bahasa Indonesia (WJS. Purwadarminta) dalam Usman (2009) kompetensi berarti
(kewenangan) kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan sesuatu hal.
Pengertian dasar kompetensi (competency) yakni kemampuan atau kecakapan.
Kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang
dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. The state of legally
competent or qualified (Mc. Leod, 1989 dalam Usman, 2009). Keadaan
berwenang atau memenuhi syarat menuntut ketentuan hukum.
Menurut Spencer (1993) dalam Sudarmanto (2009 : 53) , terdapat 5 (lima)
karakteristik kompetensi, yaitu :
a. “Knowledge” adalah pengetahuan atau informasi yang dimiliki seseorang
untuk bidang tertentu.
b. “Skill” adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas tertentu baik
secara fisik maupun mental.
20
c. “Motives” adalah sesuatu yang secara konsisten dipikirkan atau dikehendaki
seseorang yang menyebabkan tindakan. Motif menggerakkan, mengarahkan,
dan menyeleksi perilaku terhadap kegiatan atau tujuan tertentu dan menjauh
dari yang lain.
d. “Traits” adalah karakteristik – karakteristik fisik dan respon – respon
konsisten terhadap berbagai situasi atau informasi.
e. “Self-Concept” adalah sikap dan nilai – nilai yang dimiliki seseorang. Sikap
dan nilai diukur melalui tes kepada responden untuk mengetahui bagaimana
value (nilai) yang dimiliki seseorang, apa yang menarik bagi seseorang
melakukan sesuatu.
Berdasarkan komponen – komponen tersebut, ketrampilan dan pengetahuan
sifatnya dapat dilihat dan mudah dikembangkan dalam program pelatihan dan
pengembangan sumber daya manusia, sedangkan citra diri, watak, dan niat
sifatnya tidak nampak dan sulit untuk dikembangkan melalui program pelatihan
dan pengembangan SDM
Agama Islam juga menuntut seseorang harus mempunyai kompetensi dalam
melakukan pekerjaan seperti yang telah dijelas dalam Al-Quran yaitu QS Al-Isra
ayat 36 dijelaskan bahwa :
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya.Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati,
semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya.”
Berdasarkan ayat tersebut Allah melarang untuk mengucapkan atau
melakukan perbuatan yang tidak diketahui kebenarannya. Allah mengingatkan
bahwa pekerjaan harus diserahkan kepada yang memiliki keahlian di bidangnya
21
dengan kata lain seseorang harus mempunyai kompetensi di bidang pekerjaannya.
Kompetensi biasanya terkait dengan etos kerja dimana etos kerja diartikan sebagai
totalitas kepribadian diri serta cara mengekspresikan, memandang, meyakini, dan
memberikan sesuatu yang bermakna yang mendorong dirinya untuk bertindak dan
meraih amal yang optimal (high performance). Ajaran islam juga menganjurkan
agar seorang muslim bekerja dengan dilandasi dengan etos kerja. Etos kerja
muslim didefinisikan sebagai sikap kepribadian yang melahirkan keyakinan yang
sangat mendalam bahwa bekerja itu bukan saja untuk memuliakan dirinya,
menampakan kemanusiaannya, melainkan juga sebagai suatu manifestasi dari
amal sholeh. Melalui motivasi ibadah, bekerja sebaiknya selalu memberikan yang
terbaik yaitu dengan ihsan dan itqon (profesional). Allah SWT menjelaskan
bahwa itqon merupakan sifat Allah yang senantiasa melazimi dalam seluruh
penciptaan-Nya. Allah berfirman dalam QS An-Naml ayat 88 sebagai berikut:
“Begitulah penciptaan Allah ang membuat dengan (itqon) kokoh tiap – tiap
sesuatu.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan.”
Kompetensi sangat dibutuhkan pengurus masjid karena dengan adanya
kompetensi maka pekerjaan yang dilakukan akan sesuai dengan kemampuan dan
kapasitasnya, sebagaimana dijelaskan dalam Al – Qur’an juga dijelaskan bahwa
dalam bekerja seharusnya dilakukan sesuai dengan kemampuan atau kapasitasnya.
Berikut ayat – ayat dalam Al – Qur’an yang menjelaskan tentang hal tersebut.
“Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu, sesungguhnya akupun
berbuat (pula), kelak kamu akan mengetahui siapakah (diantara kita) yang
akan memperoleh hasil yang baik di dunia ini.Sesungguhnya orang – orang
yang zalim itu tidak akan mendapatkan keuntungan.” (QS. Al – An’am:
135)
22
“Hai kamumku, bekerjalah sesuai dengan keadaanmu, sesungguhnya aku
akan bekerja (pula), maka kelak kamu akan mengetahui.” (QS. Az – Zumar:
39)
“Hai kaumku, berbuatlah menurut kemampuanmu, sesungguhnya akupun
berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa azab
yang menghinakannya dan siapa yang berdusta. Dan tunggulah zab
(Tuhan), sesungguhnya akupun menunggu bersama kamu.” (QS. Hud: 93)
Kompetensi selain dijelaskan dalam Al – Qur’an juga dijelaskan dalam
beberapa hadis sebagai berikut :
“ Apabila perkara diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya maka
tunggulah saat (kehancurannya).” (HR Al-Bukhari dari Abi Hurairah)
“ Sesungguhnya Allah mencintai seseorang yang apabila bekerja,
mengerjakannya secara profesional.” (HR. Thabrani, No. 891, Baihaqi, No.
334)
“Sesungguhnya Allah mencintai seseorang jika ia beramal dengan suatu
amalan atau pekerjaan maka ia kerjakan dengan itqon.” (HR. Baihaqi)
"Sesugguhnya Allah Swt. menyukai bila kalian melakukan sesuatu
pekerjaan dengan rapi.” (HR. Abu Ya'la, dan dishahihkan oleh Al Albani)
Berdasarkan hadist – hadist di atas dijelaskan bahwa dalam melakukan
pekerjaan harus dilakukan secara (itqon) profesional oleh orang yang mempunyai
kompetensi supaya hasil pekerjaannya sesuai dengan yang diinginkan serta hasil
pekerjaannya rapi dan memuaskan. Apabila suatu pekerjaan diserahkan kepada
seseorang yang tidak mempunyai kompetensi di bidangnya maka akan hancurlah,
maksudnya hancur yaitu pekerjaan yang dilakukan akan berantakan dan tidak
sesuai dengan yang diinginkan atau hasilnya tidak akan maksimal.
Relevansi teori kompetensi dengan penelitian ini menjelaskan bahwa
sebagai organ dalam sistem pengelolaan masjid, kompetensi sumber daya mansia
dari pengurus masjid menjadi sangat penting dalam menjalakan tugas dan
23
tanggungjawabnya sebagai pengelola/pengurus masjid. Kompetensi sumber daya
manusia direpresentasikan melalui latar belakang keilmuan yang dimilikinya,
pengalaman, pelatihan dalam bidang akuntansi serta sikap dan watak pengurus
masjid.
2.2. Kajian Variabel Penelitian
2.2.1. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
Menurut Standar Akuntansi Syariah (2016) karakteristik kualitatif
merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna
bagi pengguna. Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yaitu: dapat
dipahami, relevan, keandalan, dan dapat dibandingkan.
1. Dapat dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan
adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pengguna. Untuk
maksud ini, pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai
tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk
mempelajari informasi dengan ketentuan yang wajar. Namun demikian,
informasi kompleks yang seharusnya dimasukkan dalam laporan keuangan
tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi
tersebut terlalu sulit untuk dipahami oleh pemakai tertentu.
2. Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan
pengguna dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki
24
kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai
dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini,
atau masa depan, menegaskan, atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di
masa lalu.
Peran informasi dalam peramalan (predictive) dan penegasan
(confirmatory) berkaitan satu sama lain, misalnya, informasi struktur dan
aset-aset yang dimiliki bermanfaat bagi pengguna ketika mereka berusaha
meramalkan kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan peluang dan
bereaksi terhadap situasi yang merugikan. Informasi yang sama juga
berperan dalam memberikan penegasan (confirmatory role) terhadap
prediksi yang lalu, misalnya tentang bagaimana struktur keuangan
perusahaan diharapkan tersusun atau tentang hasil dari operasi yang di
rencanakan.
Informasi posisi keuangan dan kinerja di masa lalu sering kali digunakan
sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja masa depan
dan hal-hal lain yang langsung menarik perhatian pemakai, seperti
pembayaran dividen dan upah, pergerakan harga sekuritas, dan
kemampuan perusahaan untuk memenuhi komitmennya ketika jatuh
tempo. Untuk memiliki nilai prediktif, informasi tidak perlu harus dalam
bentuk ramalan eksplisit. Namun demikian, kemampuan laporan keuangan
untuk membuat prediksi dapat ditingkatkan dengan menampilkan
informasi tentang transaksi dan peristiwa masa lalu. Misalnya, nilai
prediktif laporan laba rugi dapat digunakan kalau pos-pos penghasilan atau
25
beban yang tidak biasa, abnormal, dan jarang terjadi diungkapkan secara
terpisah.
3. Keandalan
Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable). Informasi
memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan,
kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian
yang tulus atau jujur (faithul representation) dari yang seharusnya
disajikan atau yang secara wajar dihadapkan dapat disajikan.
Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikat atau penyajiannya tidak
dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara potensial
dapat menyesatkan. Misalnya, jika keabsahan dan jumlah tuntutan atas
kerugian dalam suatu tindakan hukum masih dipersengketakan, mungkin
tidak tepat bagi perusahaan untuk mengakui jumlah seluruh tuntunan
tersebut dalam neraca, meskipun mungkin tepat untuk mengungkapkan
jumlah serta keandalan dari tuntutan tersebut.
Agar dapat diandalkan, informasi harus menggambarkan dengan jujur
transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang
secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan. Jadi, misalnya, laporan
posisi keuangan harus menggambarkan dengan jujur transaksi serta
peristiwa lainnya dalam bentuk aset, liabilitas, dana syirkah temporer, dan
ekuitas entitas syariah pada tanggal pelaporan yang memenuhi kriteria
pengakuan.
26
Informasi keuangan pada umumnya tidak luput dari risiko penyajian yang
dianggap kurang jujur dari apa yang seharusnya digambarkan. Hal tersebut
bukan disebabkan karena kesengajaan untuk menyesatkan, tetapi lebih
merupakan kesulitan yang melekat dalam mengidentifikasikan transaksi
serta peristiwa lainnya yang dilaporkan, atau dalam menyusun atau
menerapkan ukuran dan teknik penyajian sesuai dengan makna transaksi
dan peristiwa tersebut. Dalam kasus tertentu, pengukuran dampak
keuangan dari suatu pos sangat tidak pasti sehingga entitas syariah pada
umumnya tidak mengakuinya dalam laporan keuangan. Misalnya,
meskipun dalam kegiatan usahanya entitas syariah dapat menghasilkan
goodwill, tetapi lazimnya sulit untuk mengidentifikasi atau mengukur
goodwill secara andal. Namun, dalam kasus lain, pengakuan suatu pos
tertentu tetap dianggap relevan dengan mengungkapkan risiko kesalahan
sehubungan dengan pengakuan dan pengukurannya.
Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pengguna, dan tidak
bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak tertentu. Tidak boleh ada
usaha untuk menyajikan informasi yang menguntungkan beberapa pihak,
sementara hal tersebut akan merugikan pihak lain yang mempunyai
kepentingan yang berlawanan.
4. Dapat dibandingkan
Pengguna harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan antar
periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja
keuangan. Pemakai juga harus dapat membandingkan laporan keuangan
27
antarperusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan secara relatif. Oleh
karena itu, pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan
peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk
perusahaan tersebut, antarperiode yang sama dan untuk perusahaan yang
lain.
Implikasi penting dari karakteristik kualitatif dapat dibandingkan adalah
bahwa pemakai harus mendapat informasi tentang kebijakan akuntansi
yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan dan perubahan
kebijakan serta pengaruh perubahan tersebut. Para pemakai harus
dimungkinkan untuk dapat mengidentifikasi perbedaan kebijakan
akuntansi yang diberlakukan untuk transaksi serta peristiwa lain yang
sama dalam sebuah perusahaan dari satu periode ke periode lain dalam
perusahaan yang berbeda. Ketaatan pada standar akuntansi keuangan,
termasuk pengungkapan kebijakan akuntansi yang digunakan oleh
perusahaan, membantu pencapaian daya banding.
2.2.2. Praktik Manajemen Keuangan
Menurut James dan John (2014:2) manajemen keuangan berkaitan dengan
perolehan aset, pendanaan, dan manajemen aset dengan didasari beberapa tujuan
umum. Fungsi keputusan dalam manajemen keuangan dapat dibagi menjadi tiga
area utama : investasi, pendanaan, dan manajemen aset.
28
1. Keputusan investasi
Keputusan investasi adalah hal yang paling penting dari ketiga keputusan
di atas ketika perusahaan ingin menciptakan nilai. Hal tersebut dimulai
dengan penerapan jumlah total aset yang perlu dimiliki oleh perusahaan.
Manajer keuangan perlu menetapkan jumlah uang yang harus muncul di
atas dua garis bawah pada sisi kiri laporan keuangan yaitu, ukuran
perusahaan. Bahkan, ketika jumlah tersebut telah diketahui, komposisi dari
aset masih harus diputuskan pula. Aset yang dinilai tidak lagi memiliki
nilai ekonomis mungkin harus dikurangi, ditiadakan, atau diganti.
2. Keputusan Pendanaan
Dalam keputusan pendanaan, manajer keuangan berhubungan dengan
komposisi bagian kanan laporan keuangan. Kebijakan dividen perusahaan
juga harus dipandang sebagai bagian integral dari keputusan pandanaan
perusahaan. Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio)
menetapkan jumlah laba saat ini yang ditahan dalam perusahaan. Semakin
banyak jumlah laba saat ini yang ditahan dalam perusahaan berarti
semakin sedikit uang yang akan tersedia bagi pembayaran dividen saat ini.
Oleh karena itu, nilai dari dividen yang dibayarkan kepada para pemegang
saham harus diseimbangkan dengan biaya peluang (opportunity cost) dari
saldo laba yang hilang karena memilih pendanaan melalui ekuitas.
3. Keputusan Manajemen Aset
Ketika aset telah diperoleh dan pendanaan yang tepat telah tersedia, aset
tersebut masih harus dikelola secara efisien. Manajer keuangan dibebani
29
berbagai tanggungjawab operasional atas berbagai aset yang ada.
Tanggung jawab ini membuat manajer keuangan menjadi lebih
memperhatikan manajemen aset lancar (current asset) daripada aset tetap
(fixed asset). Sebagian besar tanggungjawab atas manajemen aset tetap
berada di tangan manajer operasional yang menggunakan berbagai aset ini.
Manajemen keuangan yang efisien membutuhkan adanya beberapa tujuan
atau sasaran, karena untuk menilai apakah suatu keputusan keuangan
efisien atau tidak harus berdasarkan pada beberapa standar tertentu.
Secara umum beberapa kegiatan yang dilakukan dalam proses manajemen
keuangan :
1. Perencanaan atas Keuangan, manajemen keuangan menyusun rencana
pemasukan serta pengeluaraan dana dan juga aktivitas yang lain pada
periode tertentu
2. Melakukan penganggaran keuangan perusahaan, ini adalah tindak lanjut
atas perencanaan keuangan dengan menyusun lebih detail lagi semua
pengeluaran dan pemasukan perusahaan
3. Pengelolaan Keuangan perusahaan, dalam hal ini, manajemen keuangan
mempergunakan dana yang ada dalam perusahaan untuk
memaksimalkannya dengan berbagai cara yang bisa ditempuh
4. Pencarian sumber dana, manajemen keuangan berusaha mencari sumber
dana perusahaan yang akan digunakan kegiatan operasional perusahaan
5. Penyimpanan Keuangan, manajemen keuangan menyimpan untuk
mengamankan dana perusahaan yang telah dikumpulkan.
30
6. Pengendalian atas keuangan, manajemen keuangan mengevaluasi dan
memperbaiki suatu sistem keuangan yang ada dalam perusahaan yang
dirasa belum mumpuni
7. Melakukan pemeriksaan keuangan, internal audit atas laporan keuangan
perusahaan dilakukan oleh manajemen keuangan untuk memastikan tidak
adanya penyimpangan yang merugikan terjadi
8. Pelaporan keuangan perusahaan, manajemen keuangan menyediakan
informasi keuangan tentang kondisi kekinian keuangan perusahaan yang
bisa dijadikan bahan evaluasi nantinya.
2.2.3. Sistem Pengendalian Intern
Menurut West Churchman dalam Krismiaji (2002:1-2) sistem
didefinisikan sebagai serangkaian komponen yang dikoordinasikan untuk
mencapai serangkaian tujuan. Sesuai dengan definisi tersebut, sebuah sistem
memiliki tiga karakteristik yaitu : (1) komponen, atau sesuatu yang dapat dilihat,
didengar atau dirasakan; (2) proses, yaitu kegiatan untuk mengkoordinasikan
komponen yang terlibat dalam sebuah sistem, dan (3) tujuan, yaitu sasaran akhir
yang ingin dicapai dari kegiatan koordinasi komponen tersebut.
Pengendalian (control) dalam Krismiaji (2002:215) adalah proses
mempengaruhi atau mengarahkan aktivitas sebuah obyek, organisasi, atau sistem.
Tujuan dilakukannya pengendalian adalah untuk mencegah timbulnya kerugian
bagi sebuah organisasi, yang timbul antara lain karena sebab-sebab berikut : (1)
penggunaan sumber daya yang tidak efisien dan boros; (2) keputusan manajemen
yang tidak baik; (3) kesalahan yang tidak disengaja dalam pencatatan dan
31
pemrosesan data; (4) kehilangan atau kerusakan catatan secara tidak sengaja; (5)
kehilangan aktiva karena kecerobohan karyawan; (6) tidak ditaatinya kebijakan
manajemen dan peraturan lainnya oleh para karyawan.
Sistem pengendalian internal (internal control system) terdiri atas
kebijakan, praktik, dan prosedur yang digunakan oleh perusahaan untuk mencapai
empat tujuan umum: (1) mengamankan aktiva perusahaan; (2) memastikan
akurasi dan keandalan berbagai catatan dan informasi akuntansi; (3)
menyebarluaskan efisiensi dalam operasi perusahaan; (4) mengukur ketaatan
dengan berbagai kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh pihak manajemen
(James dan Singleton, 2011 :19).
Beberapa konsep dasar pengendalian intern menurut Mulyadi (2014:180),
yaitu : (1) Pengendalian intern merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan
tertentu; (2) Pengendalian intern bukan hanya terdiri dari prosedur kebijakan dan
formulir, namun dijalankan oleh orang dari setiap jenjang organisasi yang
mencakup dewan komisaris, manajemen, dan personel lain; (3) pengendalian
intern diharapkan mampu memberikan keyakinan yang memadai bukan keyakinan
mutlak, bagi manajemen dan dewan komisaris entitas; (4) pengendalian intern
ditujukan untuk mencapai tujuan yang saling berkaitan: pelaporan keuangan,
kepatuhan, dan operasi.
2.2.4. Kegiatan Pengumpulan Dana
Hal utama yang perlu diperhatikan yang mendasar dalam mengatur arus
kas adalah memahami dengan jelas fungsi dana atau uang yang dimiliki,
32
disimpan, dan diinvestasikan (Binti dalam Setyawan, 2016:19). Catatan penting
adalah penghimpunan dana secara kolektif akan menghasilkan dana dalam jumlah
besar, sehingga pendistribusiannya dapat direncanakan dan diatur untuk program
jangka panjang yang bersifat produktif.
Masjid merupakan salah satu organisasi nirlaba dimana sumber dananya
adalah dari masyarakat atau donatur. Menurut Mahmudi dalam Syaiffudin
(2016:19) tujuan dari pelaporan pengumpulan dana adalah untuk pertama
memberikan informasi yang diperlukan untuk mengelola secara tepat, efisien, dan
efektif atas zakat, infaq, shadaqah, hibah, dan wakaf yang dipercayakan kepada
organisasi atau lembaga pengelola zakat.
2.2.5. Kompetensi Sumber Daya Manusia
Manusia selalu berperan aktif dan dominan dalam setiap kegiatan
organisasi, karena manusia menjadi perencana, pelaku, dan penentu terwujudnya
tujuan organisasi. Tujuan tidak mungkin terwujud tanpa peran aktif karyawan
meskipun alat-alat yang dimiliki perusahaan begitu canggih .
Kualitas sumber daya manusia adalah kemampuan sumber daya manusia
untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya dengan
bekal pendidikan, pelatihan, dan pengalaman yang cukup memadai
(Tjiptoherijanto (2001) dalam Alimbudiono & Fidelis (2004). Menurut Wiley
(2002) dalam Zetra (2009) mendefinisikan bahwa “Sumber daya manusia
merupakan pilar penyangga utama sekaligus penggerak roda organisasi dalam
usaha mewujudkan visi dan misi serta tujuan dari organisasi tersebut”. Sumber
33
daya manusia merupakan salah satu elemen organisasi yang sangat penting, oleh
karena itu harus dipastikan bahwa pengelolaan sumber daya manusia dilakukan
sebaik mungkin agar mampu memberikan kontribusi secara optimal dalam upaya
pencapaian tujuan organisasi.
2.2.6. Pemanfaatan Teknologi Informasi
Teknologi informasi merupakan teknologi yang mempunyai kemampuan
untuk menangkap (capture), menyimpan (store), mengolah (process), mengambil
kembali (retrieve) dan menyebarkan (transmit) informasi dan sebagai sarana
dalam meningkatkan kinerja baik pemerintahan maupun perusahaan yang terkait
dengan penggunaan teknologi informasi tersebut (wansyah, dkk. 2009).
M.Suyanto (2010:10) mendefinisikan teknologi informasi sebagai berikut:
“Teknologi informasi merupakan sebuah bentuk umum yang menggambarkan
setiap teknologi yang membantu menghasilkan, memanipulasi, menyimpan,
mengkomunikasikan, dan atau menyampaikan informasi”. Menurut Soetrisna dan
Brisma (2009: 144) pengertian teknologi informasi adalah sebagai berikut:
“teknologi informasi adalah perolehan, pemrosesan, penyimpanan, dan
penyebaran informasi baik berbentuk angka, huruf, gambar, maupun suara dengan
suatu alat elektronik berdasarkan kombinasi antara perhitungan (computing) dan
komunikasi jarak jauh (telecommunications).”
Teknologi yang digunakan di sistem teknologi informasi adalah teknologi
komputer, teknologi telekomunikasi dan teknologi apapun yang memberikan nilai
tambah untuk organisasi (Jogiyanto, 2005:7).
34
Menurut Tata Sutabri (2014:3), teknologi informasi adalah “Suatu
teknologi yang digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses,
mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data 18 dalam berbgaai cara
untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan,
akurat dan tepat waktu, yang digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis dan
pemerintahan dan merupakan informasi yang strategis untuk pengambil
keputusan”.
2.2.7. Penerapan PSAK 45
Pernyataan standar akuntansi keuangan no. 45 merupakan pedoman yang
dibuat oleh Ikatan Akuntan Indonesia yang tujuannya adalah untuk mengatur
pelaporan keuangan organisasi nirlaba. Dengan adanya standar pelaporan,
diharapkan laporan keuangan organisasi nirlaba dapat lebih mudah dipahami,
memiliki relevansi, dan memiliki daya banding yang tinggi.
Menurut PSAK NO. 45 tahun 2015 Laporan keuangan organisasi nirlaba
meliputi laporan posisi keuangan pada akhir periode laporan, laporan aktivitas
serta laporan arus kas untuk suatu periode pelaporan, dan catatan atas laporan
keuangan.
Unsur-unsur dalam laporan keuangan organisasi nirlaba berdasarkan
PSAK No. 45, meliputi:
1. Laporan Posisi Keuangan
Laporan posisi keuangan merupakan nama lain dari neraca pada laporan
keuangan lembaga komersial. Laporan ini memberikan informasi
35
mengenai besarnya aset atau harta lembaga dan sumber perolehan aset tadi
(bisa dari hutang atau aktiva bersih) pada satu titik tertentu.
Tujuan dari laporan posisi keuangan adalah untuk menyediakan informasi
mengenai aset, liabilitas, dan aset neto serta informasi mengenai hubungan
di antara unsur-unsur tersebut pada waktu tertentu. Informasi dalam
laporan posisi keuangan yang digunakan bersama pengungkapan, dan
informasi dalam laporan keuangan lain dapat membantu pemberi sumber
daya yang tidak mengharapkan pembayaran kembali, anggota, kreditur,
dan pihak lain untuk menilai:
a. Kemampuan entitas nirlaba untuk memberikan jasa yang berkelanjutan,
dan
b. Likuiditas, fleksibilitas keuangan, kemampuan untuk memenuhi
kewajibannya, dan kebutuhan pendanaan eksternal.
36
ENTITAS NIRLABA
Laporan Posisi Keuangan Per 31 Desember 20X2 dan 20X1
(dalam ribuan rupiah)
20X2 20X1
ASET
Aset Lancar
Kas dan setara kas 188 1.336
Piutang Bunga 5.325 4.127
Persediaan dan beban dibayar di muka 1.525 2.560
Piutang Lain-lain 7.562 6.552
Investasi Jangka Pendek 3.500 2.500
Aset Tidak Lancar
Properti investasi 13.025 11.400
Aset tetap 154.250 158.975
Investasi jangka panjang 545.175 508.750
Jumlah Aset 730550 696.200
LIABILITAS
Liabilitas Jangka Pendek
Utang Dagang 6.425 2.625
Pendapatan diterima dimuka yang dapat dikembalikan
1.625
Utang lain-lain 2.187 3.250
Utang wesel
2.850
Liabilitas Jangka Panjang
Kewajiban Tahunan 4.213 4.250
Utang Jangka Panjang 13.750 16.250
Jumlah Liabilitas 26.575 30.850
ASET NETO
Tidak terikat 288.070 259.175
Terikat Temporer (Catatan B) 60.855 63.675
Terikat Permanen (catatan C) 355.050 342.500
Jumlah aset neto 703,975 665.350
Jumlah Liabiltas dan Aset Neto 730.550 696.200
Gambar 2.1.
Contoh Format Laporan Posisi Keuangan Entitas Nirlaba
37
2. Laporan Aktivitas
Laporan aktivitas berisi dua bagian besar yaitu besaran pendapatan dan
biaya lembaga selama satu periode anggaran. Pendapatan digolongkan
berdasarkan restriksi atau ikatan yang ada. Sedangkan beban atau biaya
disajikan dalam laporan aktivitas berdasarkan kriteria fungsional, dengan
demikian beban biaya akan terdiri dari biaya kelompok jasa utama dan
aktivitas pendukung.
Laporan aktivitas mencakup entitas nirlaba secara keseluruhan dan
menyajikan perubahan jumlah aset neto selama satu periode. Perubahan
aset neto dalam laporan aktivitas tercermin pada aset neto atau ekuitas
dalam posisi keuangan. Laporan aktivitas menyajikan jumlah perubahan
aset neto terikat permanen, terikat temporer, dan tidak terikat dalam suatu
periode.
Laporan aktivitas juga menyajikan pendapatan sebagai penambah aset neto
tidak terikat, kecuali jika penggunaannya dibatasi oleh pemberi sumber
daya yang tidak mengharapkan pembayaran kembali, dan menyajikan
beban sebagai pengurang aset neto tidak terikat. Laporan aktivitas juga
menyajikan keuntungan dan kerugian yang diakui dari investasi dan aset
lain (atau liabilitas) sebagai penambah atau pengurang aset neto tidak
terikat, kecuali jika penggunaannya dibatasi. Laporan aktivitas juga
menyajikan jumlah pendapatan dan beban secara bruto, kecuali diatur
berbeda oleh SAK lain atau SAK ETAP.
38
Tujuan utama laporan aktivitas adalah menyediakan informasi mengenai
pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah dan sifat aset
neto; hubungan antar transaksi dan peristiwa lain, dan bagaimana
penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan berbagai program atau jasa.
Informasi dalam laporan aktivitas, yang digunakan bersama dengan
pengungkapan informasi dalam laporan keuangan lainnya, dapat
membantu pemberi sumber daya yang tidak mengharapkan pembayaran
kembali, anggota, kreditur, dan pihak lain untuk mengevaluasi kinerja
dalam suatu periode; menilai upaya, kemampuan, dan kesinambungan
entitas nirlaba dan memberikan jasa; dan menilai pelaksanaan tanggung
jawab dan kinerja manajer.
39
ENTITAS NIRLABA
Laporan Aktivitas untuk Tahun berakhir pada 31 Desember 20X2
(dalam ribuan rupiah)
PERUBAHAN ASET NETO TIDAK TERIKAT
Pendapatan
Sumbangan 21.600
Jasa Layanan 13.500
Penghasilan investasi jangka panjang (Catatan E) 14.000
Penghasilan investasi lain-lain (Catatan E) 2.125
Penghasilan neto investasi jangka panjang belum direalisasi 20.570
Lain-lain 375
Jumlah 72.170
Aset Neto yang Berakhir Pembatasannya (Catatan D):
Pemenuhan program pembatasan 29.975
Pemenuhan pembatasan pemerolehan perataan 3.750
Berakhirnya pembatasan waktu 3.125
Jumlah 36.850
Jumlah Pendapatan 109.020
Beban
Program A 32.750
Program B 21.350
Program C 14.450
Manajemen dan umum 6.050
Pencairan Dana 5.375
Jumlah Beban (catatan F) 79.925
Kerugian akibat kebakaran 200
Jumlah 80.125
Kenaikan aset neto tidak terikat 28.895
Berlanjut...
Gambar 2.2.
Contoh Format Laporan Aktivitas Bentuk A Bagian 1
40
Lanjutan Gambar 2.2
Gambar 2.3.
Contoh Format Laporan Aktivitas Bentuk A Bagian 2.
PERUBAHAN ASET NETO TERIKAT TEMPORER
Sumbangan 20.275
Penghasilan Investasi Jangka Panjang (Catatan E) 6.450
Pengasilan neto terelaisasikan dan belum terealisasikan dari investasi
jangka panjang (Catatan E)
7.380
Kerugian aktuarial untuk kewajiban tahunan -73
Aset neto terbebaskan dari pembatasan (catatan D) (36.850)
Penurunan aset neto terikat temporer (2.820)
PERUBAHAN ASET NETO TERIKAT PERMANEN
Sumbangan 700
Penghasilan Investasi Jangka panjang (Catatan E) 300
Pengasilan neto terelaisasikan dan belum terealisasikan dari investasi
jangka panjang (Catatan E)
11.550
Pengasilan neto terelaisasikan dan belum terealisasikan dari investasi
jangka panjang (Catatan E)
Kenaikan aset neto terikat permanen 12.550
KENAIKAN ASET NETO 38.625
ASET NETO AWAL TAHUN 665.350
ASET NETO AKHIR TAHUN 703.975
41
ENTITAS NIRLABA
Laporan Aktivitas untuk Tahun yang berakhir pada 31 Desember 20X2
(dalam ribuan rupiah)
Tidak
Terikat
Terikat
Temporer
Terikat
Permanen
Jumlah
PENDAPATAN
Sumbangan 21.600
20.275
700
42.575
Jasa Layanan 13.500
-
-
13.500
Penghasilan Investasi Jangka
Panjang
(Catatan E) 14.000
6.450
300
20.750
Penghasilan Investasi lain
(Catatan E) 2.125
-
-
2.125
Penghasilan neto terealisasi
dan belum terealisasikan dari
investasi jangka panjang
(Catatan E)
20.570
7.380
11.550
39.500
lain-lain 375
-
-
-
ASET NETO YANG BERAKHIR PEMBATASANNYA
(Catatan D)
Pemenuhan Program Pembatasan 29.975
(29.975)
-
-
Pemenuhan Pembatasan
Pemerolehan peralatan 3.750
(3.750)
-
-
Berakhirnya pembatasan waktu 3.125
(3.125)
Jumlah Pendapatan 109.020
(2.745)
12.550
118.450
BEBAN
Program A 32.750
-
-
32.750
Program B 21.350
-
-
21.350
Program C 14.400
-
-
14.400
Manajemn dan Umum 6.050
-
-
6.050
Pencairan Dana 5.375
-
-
5.375
Jumlah beban (Catatan F) 79.925
-
-
79.925
Kerugian akibat kebakaran 200
-
-
200
Kerugian aktuarial dan kewajiban
tahunan -
75
-
75
Jumlah beban 80.125
75
-
80.200
ASET NETO AWAL TAHUN 259.175
63.675
342.500
665.350
ASET NETO AKHIR TAHUN 288.070
60.855
355.050
703.975
Gambar 2.4.
Contoh Format Laporan Aktivitas Bentuk B.
42
ENTITAS NIRLABA
Laporan Pendapatan, Beban, dan Perubahan Aset Neto tidak terikat
untuk Tahun berakhir pada 31 Desember 20X2
(dalam Ribuan Rupiah)
PENDAPATAN TIDAK TERIKAT
Sumbangan 21.600
Jasa Layanan 13.500
Penghasilan dari investasi jangka panjang (Catatan E) 14.000
Penghasilan dari investasi lain-lain (Catatan E) 2.125
Penghasilan neto dari investasi jangka panjang yang telah
terealisasi dan belum terealisasi (Catatan E) 20.570
Lain-lain 375
Jumlah 72.170
ASET NETO YANG DIBEBASKAN DARI PEMBATASAN
(Catatan D)
Penyelesaian program pembatasan 29.975
Penyelesaian pembatasan pemerolehan peralatan 3.750
Berakhirnya waktu pembatasan 3.125
Jumlah 36.850
Jumlah Pendapatan tidak Terikat 109.020
BEBAN TIDAK TERIKAT
Program A 32.750
Program B 21.350
Program C 14.400
Manajemen dan Umum 6.050
Pencarian dana 5.375
Jumlah beban (Catatan F) 79.925
Kerugian akibat kebakaran 200
Jumlah beban tidak terikat 80.125
KENAIKAN ASET NETO TIDAK TERIKAT 28.895
Gambar 2.5.
Contoh Format Laporan Aktivitas Bentuk C Bagian 1.
43
ENTITAS NIRLABA
Laporan Perubahan Aset Neto tidak terikat
untuk Tahun berakhir pada 31 Desember 20X2
(dalam Ribuan Rupiah)
ASET NETO TIDAK TERIKAT
Jumlah pendapatan tidak terikat 72.170
Aset neto yang dibebaskan dari pembatasan (Catatan D) 36.850
Jumlah beban tidak terikat
(80.125)
Kenaikan aset neto tidak terikat 28.895
ASET NETO TERIKAT TEMPORER
Sumbangan 20.275
Penghasilan dari investasi jangka panjang (Catatan E) 6.450
Penghasilan neto dari investasi jangka panjang yang telah terealisasi dan
belum terealisasi (catatan E) 7.380
Kerugian aktuarial dari kewajiban tahunan
(75)
Aset neto yang dibebaskan dari pembatasan (Catatan D)
(36.850)
Penurunan Aset Neto temporer
(2.820)
ASET NETO TERIKAT PERMANEN
Sumbangan 700
Penghasilan dari investasi jangka panjang (Catatan E) 300
Penghasilan neto dari investasi jangka panjang yang telah terealisasi dan
belum terealisasi (catatan E) 11.550
Kenaikan aset neto terikat permanen 12.550
KENAIKAN ASET NETO 38.625
ASET NETO PADA AWAL TAHUN 665.350
ASET NETO PADA AKHIR TAHUN 703.975
Gambar 2.6.
Contoh Format Laporan Aktivitas Bentuk C Bagian 2
44
ENTITAS NIRLABA
Laporan Perubahan Aset Neto tidak terikat
untuk Tahun berakhir pada 31 Desember 20X2
(dalam Ribuan Rupiah)
Tidak
Terikat Terikat
Temporer Terikat
Permanen Jumlah
PENDAPATAN
Pendapatan terikat 72.170
-
-
72.170
Pendapatan tidak terikat -
20.275
700
20.975
Penghasilan Investasi jangka
panjang (Catatan E) -
6.450
300
6.750
Penghasilan neto terealisasi
dan belum terealisasikan dari
investasi jangka panjang
(Catatan E) -
7.380
11.550
18.930
Aset neto yang dibebaskan
pembatasannya (Catatan D) 36.850
(36.850)
-
-
Jumlah Pendapatan 109.020
(2.745)
12.550
118.825
BEBAN
Beban tidak terikat 80.125
-
-
80.125
Kerugian aktuaria dari
kewajiban tahunan -
75
-
75
Jumlah beban 80.125
75
-
80.200
PERUBAHAN ASET NETO 28.895
(2.820)
12.550
38.625
ASET NETO AWAL
TAHUN 259.175
63.675
342.500
665.350
ASET NETO AKHIR
TAHUN 288.070
60.855
355.050
703.975
Gambar 2.7.
Contoh Format Laporan Aktivitas Bentuk C Bagian 2 (Alternatif)
45
3. Laporan Arus Kas.
Laporan arus kas menunjukkan arus uang kas masuk dan keluar untuk
suatu periode. Periode yang dimaksud adalah periode sama dengan yang
digunakan oleh laporan aktivitas.
Tujuan utama laporan arus kas adalah menyajikan informasi mengenai
penerimaan dan pengeluaran kas dalam suatu periode.
ENTITAS NIRLABA
Laporan Arus Kas untuk Tahun berakhir pada 31 Desember 20X2
(dalam ribuan rupiah)
AKTIVITAS OPERASI
Kas dari pendapatan jasa 13.050
Kas dari pemberi sumber daya 20.075
Kas dari piutang lain-lain 6.537
Bunga dan dividen yang diterima 21.425
Penerimaan lain-lain 375
Bunga yang dibayarkan
(955)
Kas yang dibayarkan kepada karyawan dan supplier
(59.520)
Uang lain-lain yang dilunasi
(1.062)
Kas neto yang diterima (digunakan) untuk aktivitas operasi
(75)
AKTIVITAS INVESTASI
Ganti rugi dari asuransi kebakaran 625
Pembelian peralatan
(3.750)
Penerimaan dari penjualan investasi 190.250
Pembelian investasi
(187.250)
Kas neto yang diterima (digunakan) untuk aktivitas
investasi
(125)
Berlanjut....
Gambar 2.8.
Contoh Format Laporan Arus Kas Metode Langsung ( Bagian 1)
46
AKTIVITAS PENDANAAN
Penerimaan dari kontribusi terbatas dari :
Investasi dalam endowment 500
Investasi dalam endowment berjangka 175
Investasi bangunan 3.025
Investasi perjanjian tahunan 500
4.200
Aktivitas pendanaan lain
Bunga dan dividen terbatas untuk reinvestasi 750
Pembayaran dividen tahunan
(362)
Pembayaran wesel utang
(2.850)
Pembayaran liabilitas jangka panjang
(2.500)
(4.962)
Kas neto yang diterima (digunakan) untuk aktivitas
pendanaan
(762)
KENAIKAN (PENURUNAN) NETO DALAM KAS
DAN SETARA KAS
(962)
KAS DAN SETARA KAS PADA AWAL TAHUN 1.150
KAS DAN SETARA KAS PADA AKHIR TAHUN 188
Berlanjut ...
Gambar 2.9.
Contoh Format Laporan Arus Kas Metode Langsung ( Bagian 2)
47
Rekonsiliasi perubahan dalam aset neto menjadi kas neto
yang digunakan untuk aktivitas operasi
Perubahan dalam aset neto 38.625
Penyesuaian untuk rekonsiliasi perubahan dalam aset neto
menjadi kas neto yang digunakan untuk aktivitas operasi :
Depresiasi 8.000
Kerugian akibat kebakaran 200
Kerugian aktuarial pada kewajiban tahunan 75
Kenaikan piutang bunga
(1.150)
Penurunan dalam persediaan dan biaya dibayar di muka 975
Kenaikan dalam piutang lain-lain
(813)
Kenaikan dalam piutang dagang 3.800
Penurunan dalam penerimaan di muka yang dapat
dikembalikan
(1.625)
Penurunan dalam utang lain-lain
(1.062)
Sumbangan terikat untuk investasi jangka panjang
(6.850)
Bunga dan dividen terikat untuk investasi jangka panjang
(750)
Penghasilan neto terealisasikan dan belum teralisasikan
dari investasi jangka panjang
(39.500)
Kas neto diterima (digunakan) untuk aktivitas operasi
(75)
Data tambahan untuk aktivitas investasi dan pendanaan
nonkas : Peralatan yang diteriam sebagai hibah 350
Pembebasan premi asuransi kematian, nilai kas yang
diserahkan 200
Gambar 2.10.
Contoh Format Laporan Arus Kas Metode Langsung (Bagian 3)
48
ENTITAS NIRLABA
Laporan Arus Kas untuk Tahun berakhir pada 31 Desember 20X2
(dalam ribuan rupiah)
AKTIVITAS OPERASI
Rekonsiliasi perubahan dalam aset neto menjadi kas neto yang
digunakan untuk aktivitas operasi
Perubahan dalam aset neto 38.625
Penyesuaian untuk rekonsiliasi perubahan dalam aset neto menjadi
kas neto yang digunakan untuk aktivitas operasi :
Depresiasi 8.000
Kerugian akibat kebakaran 200
Kerugian aktuarial pada kewajiban tahunan 75
Kenaikan piutang bunga (1.150)
Penurunan dalam persediaan dan biaya dibayar di muka 975
kenaikan dalam piutang lain-lain (813)
Kenaikan dalam utang dagang 3.800
Penurunan dalam penerimaan di muka yang dapat dikembalikan (1.625)
Penurunan dalam utang lain-lain (1.0620
Sumbangan terikat untuk investasi (6.850)
Bunga dan dividen terikat untuk investasi jangka panjang (750)
Penghasilan neto terealisasi dan belum terealisasi dari investasi
jangka panjang (39.500)
Kas neto diterima (digunakan) untuk aktivitas operasi (75)
AKTIVITAS INVESTASI
Ganti rugi dari asuransi kebakaran 625
Pembelian peralatan (3.750)
Penerimaan dari penjualan investasi 190.250
Pembelian Investasi (187.250)
Kas neto diterima (digunakan) untuk aktivitas investasi (125)
AKTIVITAS PENDANAAN
Penerimaan dari sumbangan terikat dari:
Investasi dalam endowment 500
Investasi dalam endowment berjangka 175
Investasi dalam bangunan 3.025
Investasi perjanjian tahunan 500
4.200
Berlanjut...
Gambar 2.11.
Contoh Format Laporan Arus Kas Metode Tidak Langsung (Bagian 1)
49
Gambar 2.12.
Contoh Format Laporan Arus Kas Metode Tidak Langsung (Bagian 2).
4. Catatan atas Laporan keuangan.
Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian yang tidak terpisah dari
laporan-laporan di atas. Tujuan pemberian catatan ini agar seluruh
informasi keuangan yang dianggap perlu untuk diketahui pembacanya
sudah diungkapkan. Catatan atas laporan keuangan dapat berupa : (a)
Perincian dari suatu perkiraan yang disajikan, misalnya aktiva tetap; (b)
kebijakan akuntansi yang dilakukan, misalnya metode penyusutan serta
tarif yang digunakan untuk aktiva tetap lembaga, metode pencatatan
Aktivitas pendanaan lain:
Bunga dan dividen terikat untuk reinvestasi 750
Pembayaran kewajiban tahunan (362)
Pembayaran utang wesel (2.850)
Pembayaran liabilitas jangka panjang (2.500)
(4.962)
Kas neto yang diterima (digunakan) untuk aktivitas pendanaan (762)
PENURUNAN NETO DALAM KAS DAN SETARA KAS (962)
KAS DAN SETARA KAS PADA AWAL TAHUN 1.150
KAS DAN SETARA KAS PADA AKHIR TAHUN 188
Data Tambahan
Aktivitas investasi dan pendanaan nonkas
Peralatan yang diterima sebagai hibah 350
Pembebasan premi asuransi kematian, nilai kas yang diserahkan 200
Bunga yang dibayarkan 955
50
piutang yang tidak dapat ditagih serta presentase yang digunakan untuk
pencadangannya.
Gambar 2.13.
Contoh Format Catatan A atas Laporan Keuangan
Ilustrasi Catatan A menguraikan kebijakan pengungkapan yang
diwajibkan yang menyebabkan Catatan B dan Catatan C wajib disajikan.
Catatan D, E, F menyediakan informasi yang dianjurkan untuk
diungkapkan oleh entitas nirlaba. Semua jumlah dalam ribuan rupiah.
Catatan A
Entitas menyajikan hadiah atau wakaf berupa kas atau aset lain sebagai
sumbangan terikat jika hibah atau wakaf tersebut diterima dengan
persyaratan yang membatasi penggunaan aset tesebut. Jika pembatasan
dari pemberi sumber daya yang tidak mengharapkan pembayaran kembali
telah kedaluwarsa, yaitu pada saat masa pembatasan telah berakhir atau
pembatasan tujuan telah dipenuhi, aset neto terikat temporer digolongkan
kembali menjadi aset neto tidak terikat dan disajikan dalam laporan
aktivitas sebagai aset neto yang dibebaskan dari pembatasan.
Entitas menyajikan hibah atau wakaf berupa tanah, bangunan, dan
peralatan sebagai sumbangan tidak terikat kecuali jika ada pembatasan
yang secara eksplisit menyatakan tujuan pemanfaatan aset tersebut dan
sumbangan berupa kas atau aset lain yang harus digunakan untuk
memperoleh aset tetap disajikan sebagai sumbangan terikat. Jika tidak
ada pembatasan secara eksplisit dari pemberi pemberi sumbangan
mengenai pembatasan jangka waktu penggunaan aset tetap tersebut,
pembebasan pembatasan dilaporkan pada saat aset tetap tersebut
dimanfaatkan.
51
Gambar 2.14.
Contoh Format Catatan B dan C atas Laporan Keuangan
Catatan B
Aset neto terikat temporer untuk periode periode keuangan adalah sebagai
berikut:
Aktivitas Program A:
Pembelian Peralatan Rp7.650
Penelitian 10.640
Seminar dan Publikasi 3.800
Aktivitas Program B
Perbaikan Kerusakan Peralatan 5.600
Seminar dan Publikasi 5.395
Aktivitas Program C
Umum 7.420
Bangunan dan Peralatan 5.375
Perjanjian perwalian tahunan 7.125
Untuk Periode setelah 31 Desember, 19X1 7.850
Rp60.855
Catatan C
Aset neto terikat permanen dibatasi untuk:
Investasi tahunan, penghasilan
dibelanjakan untuk mendukung:
Aktivitas Program A Rp68.815
Aktivitas Program B 34.155
Aktivitas Program C 34.155
Kegiatan lain Entitas 204. 930
Rp342.050
Dana yang penghasilannya untuk
ditambahkan pada jumlah sumbangan awal
hingga mencapai nilai Rp 2.500 Rp 5.300
Polis asuransi kematian yang penerimaan ganti rugi asuransi
atas kematian pihak yang diasuransikan tersedia untuk mendanai
aktivitas umum 200
Tanah yang harus digunakan untuk area rekreasi 7.500
Rp355.050
52
Gambar 2.15.
Contoh Format Catatan D dan E atas Laporan Keuangan
Catatan D
Aset neto yang dibebaskan dari pembatasan pemberi sumber daya yang
tidak mengharapkan pembayaran kembali melalui terjadinya beban tertentu
atau terjadinya beban tertentu atau terjadinya kondisi yang diisyaratkan oleh
pemberi sumber daya yang tidak mengharapkan pembayaran kembali.
Tujuan pembatasan yang dicapai
Beban Program A Rp13.500
Beban Program B 11.500
Beban Program C 3.975
Rp29.975
Peralatan untuk Program A yang dibeli dan dimanfaatkan 3.750
Pembatasan waktu yang telah terpenuhi :
Jangka waktu yang telah dipenuhi Rp2.125
Kematian pemberi sumber daya tahunan 1.000
Rp36.850
Catatan E
Investasi dicatat sebesar nilai pasar atau nilai appraisal, dan penghasilan
(atau kewajiban) yang telah terealisasikan atau belum terealisasikan dapat
dilihat dari laporan aktivitas. Entitas menginvestasikan kelebihan kas di atas
kebutuhan harian dalam investasi lancar. Pada tanggal 31 Desember 20X2,
Rp1.400 diinvestasikan pada investasi lancar dan menghasilakan Rp850 per
tahun. Sebagian besar investasi jangka panjang dibagi ke dalam dua
kelompok. Kelopok A adalah dana permanen dan tidak diwajibkan untuk
menaikkan nilai bersihnya. Kelompok B adalah jumlah yang oleh badan
perwalian ditujukan untuk investasi jangka panjang. Tabel berikut ini
menunjukkan investasi jangka panjang entitas.
Berlanjut...
53
Gambar 2.16.
Contoh Format Catatan E atas Laporan Keuangan Bagian 2
Kel A Kel B Lain-Lain Jumlah
Investasi awal tahun 410.000 82.000 116.750
508.750
Hiban tersedia untuk
investasi :
Untuk dana
permanen 500
200
700
Untuk dana
temporer
175
175
Untuk dana
perwalian tahunan
500
500
Jumlah yang ditarik
untuk pemberi
sumber daya tahunan
yang meninggal
(1.000)
(1.000)
Kembalian investasi
(neto, setelah
dikurangi beban
Rp375)
-
Dividen, bunga, dan
sewa
15.000 5.000
750
20.750
Penghasilan
terealisasi dan belum
terealisasikan
30.000 9.500
39.500
Jumlah kembalian
investasi 45.000 14.500
750
60.250
Jumlah tersedia
untuk operasi tahun
berjalan (18.750) (5.000)
(23.750)
Penghasilan dana
perwalian untuk
tahun berjalan dan
masa depan
(450)
(450)
Investasi akhir tahun 436.750 91.500
16.925
545.175
Berlanjut...
54
Gambar 2.17.
Contoh Format Catatan E atas Laporan Keuangan Bagian 3
Komponen dalam setiap kelompok investasi dan kepemilikan investasi lain-lain
pada tanggal 31 Desember 20X2 disajikan dalam tabel berikut ini.
Kel A Kel B Lain-lain Jumlah
Aset neto terikat
permanen 342.059
-
5.500
347.559
Aset neto terikat
temporer 26.880
-
11.425
38.305
Aset neto tidak terikat 67.820
91.500
-
159.320
436.750 91.500 16.925 545.184
Badan perwalian menerapkan peraturan yang mensyaratkan dana endowment
permanen yang dinilai sebesar nilai nyata atau daya beli kecuali pemberi sumber
daya yang tidak mengharapkan pembayaran kembali secara eksplisit
menyatakan penggunaan apresiasi neto yang disyaratkan. untuk memenuhi
tujuan dana manajemen menetapkan bahwa apresiasi neto dipertahankan secara
permanen sebesar jumlah yang diperlukan sesuai dengan menyesuaikan nilai
mata uang historis dana sumbangan dengan menggunakan indeks harga
konsumen. setiap kelebihan di atas dana abadi permanen dapat digunakan untuk
tujuan lain yang telah digunakan. Pada tahun 20X2, total kembalian investasi
kelompok A adalah Rp18.000 (10,6%), dan dari jumlah tersebut RP4.620
ditahan secara permanen untuk mempertahankan nilai nyata sumbangan
tersebut. sisanya sebesar RP13.380 tersedia untuk tujuan lain yang telah
ditentukan oleh dewan perwalian.
55
Gambar 2.9. Contoh Format Catatan E atas Laporan Keuangan Bagian 2
(Sumber : PSAK No. 45)
Gambar 2.18.
Contoh Format Catatan F atas Laporan Keuangan
2.2.8. Penerapan PSAK 109
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 109 tentang Akuntansi
Zakat dan Infak/Sedekah bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran,
penyajian dan pengungkapan transaksi zakat dan infaq/sedekah. Pernyataan ini
berlaku untuk amil yang menerima dan menyalurkan zakat dan infak/sedekah
(IAI, 2015). Di dalam PSAK 109 juga dijelaskan mengenai definisi-definisi istilah
yang berkaitan dengan akuntansi zakat dan infaq/sedekah, sebagai berikut:
a) Amil adalah entitas pengelola zakat yang pembentukannya dan atau
pengukuhannya diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
Catatan F
Beban yang terjadi adalah:
Program
Manajemen
& Umum
Pencairan
Dana Total A C
Gaji, upah
37.787,5
18.500,0 4.312,5 2.825,0 2.420,0
Biaya lain-lain
11.875,0 5.187,5 4.812,5
Supplies dan
perjalanan 7.887,5 2.162,5 1.225,0 600,0 1400,0
Biaya Jasa dan
Profesional 7.100,0 400,0 1.500,0 500,0 975,0
Kantor dan
Pekerjaan 6.320,0 2.900,0 1.125,0 545,0 250,0
Depresiasi 8.000,0 3.600,0 1.425,0 625,0 350,0
Bunga 955,0 955,0
Jumlah Beban
79.925,0
32.750,0
14.400,0 6.050,0 5.375,0
56
dimaksudkan untuk mengumpulkan dan menyalurkan zakat,
infaq/sedekah.
b) Dana amil adalah bagian amil atas dana zakat dan infaq/sedekah serta dana
lain yang oleh pemberi diperuntukkan bagi amil. Dana amil digunakan
untuk pengelolaan amil.
c) Dana infaq/sedekah adalah bagian nonamil atas penerimaan infaq/sedekah.
d) Dana zakat adalah bagian nonamil atas penerimaan zakat.
e) Infaq/sedekah adalah harta yang diberikan secara sukarela oleh
pemiliknya, baik yang peruntukkannya dibatasi (ditentukan) maupun tidak
dibatasi.
f) Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh muzakki sesuai dengan
ketentuan syariah untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya
(mustahiq)
Di dalam PSAK 109 menyatakan bahwa komponen laporan keuangan
yang harus dibuat oleh amil terdiri dari neraca (laporan posisi keuangan), laporan
perubahan dana, laporan perubahan aset kelolaan, laporan arus kas, dan catatan
atas laporan keuangan.
1. Laporan Posisi Keuangan
Laporan Posisi Keuangan entitas amil secara keseluruhan hampir sama
dengan laporan posisi keuangan entitas lainnya khususnya dalam bagian
aktiva dan liabilitas. Perbedaannya hanya terdapat pada bagian ekuitas
dimana dalam laporan posisi keuangan amil istilah ekuitas diganti dengan
saldo dana. Hal ini dikarenakan tidak adanya sistem kepemilikan pada
57
entitas amil seperti pada entitas bisnis. Entitas amil menyajikan pos-pos
dalam neraca dengan memperhatikan ketentuan dalam PSAK terkai yang
mencakup, tetapi tidak terbatas pada: Aset (a) kas dan setara kas (b)
instrumen keuangan (c) piutang (d) aset tetap dan akumulasi penyusutan
Kewajiban (e) biaya yang masih harus dibayar (f) kewajiban imbalan kerja
Saldo dana (g) dana zakat (h) dana infak/sedekah (i) dana amil (j) dana
nonhalal.
XYZ
LAPORAN POSISI KEUANGAN
Tanggal 31 Desember 20XX
Aset Kewajiban
Aset Lancar Kewajiban Jangka Pendek
Kas dan Setara Kas xxx
Biaya yang masih harus
dibayar xxx
Kas Dana Zakat xxx Kewajiban Jangka Panjang xxx
Kas Dana
Infaq/Sedekah xxx
Imbalan Kerja Jangka
Panjang xxx
Kas Dana Amil xxx
Kas Dana Non
Halal xxx Jumlah Kewajiban xxx
Instrument
Keuangan xxx
Piutang xxx Saldo Dana
Dana Zakat xxx
Aset Tidak Lancar Dana Infaq xxx
Aset Tetap xxx Dana Amil xxx
Akumulasi
Penyusutan (xxx) Dana Non-Halal xxx
Jumlah Dana xxx
Jumlah Aset xxx
Jumlah Kewajiban dan Saldo
Dana xxx
Gambar 2.19
Contoh Format Laporan Posisi Keuangan (PSAK 109)
58
2. Laporan Perubahan Dana
Menurut PSAK Nomor 109, pada Laporan Perubahan Dana, Amil
menyajikan laporan perubahan dana zakat, dana infak/sedekah, dana amil,
dan dana nonhalal. Penyajian laporan perubahan dana mencakup, tetapi
tidak terbatas pada pos-pos berikut:
a) Dana zakat
1) Penerimaan dana zakat
(i) Bagian dana zakat
(ii) Bagian amil
2) Penyaluran dana zakat
(i) Entitas amil lain
(ii) Mustahiq lainnya
3) Saldo awal dana zakat
4) Saldo akhir dana zakat
b) Dana infak/sedekah
5) Penerimaan dana infak/sedekah
(i) Infak/sedekah terikat (muqayyadah)
(ii) Infak/sedekah tidak terikat (mutlaqah)
6) Penyaluran dana infak/sedekah
(i) Infak/sedekah terikat (muqayyadah)
(ii) Infak/sedekah tidak terikat (mutlaqah)
7) Saldo awal dana infak/sedekah
8) Saldo akhir dana infak/sedekah
59
c) Dana amil
1) Penerimaan dana amil
(i) Bagian amil dari dana zakat
(ii) Bagian amil dari dana infak/sedekah
(iii) Penerimaan lainnya
2) Penggunaan dana amil
(i) Beban umum dan administrasi
3) Saldo awal dana amil
4) Saldo akhir dana amil
d) Dana nonhalal
(m) Penerimaan dana nonhalal
(i) Bunga bank
(ii) Jasa giro
(iii) Penerimaan nonhalal lainnya
(n) Penyaluran dana nonhalal
(o) Saldo awal dana nonhalal
(p) Saldo akhir dana nonhalal
60
XYZ
LAPORAN PERUBAHAN DANA
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 31 DESEMBER 20XX
DANA ZAKAT
Penerimaan
Penerimaan dari muzzaki-Bagi Hasil xxx
Hasil Penempatan xxx
Jumlah Penerimaan Dana Zakat xxx
Bagian amil atas penerimaan dana zakat xxx
Jumlah Penerimaan Dana Zakat setelah bagian amil xxx
Penyaluran
Penyaluran Dana Zakat A xxx
Penyaluran Dana Zakat B xxx
Penyaluran Dana Zakat C xxx
Beban Administrasi xxx
Beban Pajak xxx
Jumlah Penyaluran Dana Zakat xxx
Surplus (defisit) xxx
Saldo Awal xxx
Saldo Akhir xxx
DANA INFAK/SEDEKAH
Penerimaan xxx
Infak/Sedekah terikat atau muqayyadah xxx
Infaq/sedekah tidak terikat atau mutlaqah xxx
Bagian amil atas penerimaan dana infak/sedekah xxx
Hasil Pengelolaan xxx
Jumlah penerimaan dana infaq/sedekah xxx
Penyaluran xxx
Infaq/sedekah terikat atau muqayyadah xxx
Infaq/sedekah tidak terikat atau mutlaqah xxx
Alokasi pemanfaatan aset kelolaan xxx
(misalnya beban penyusutan dan penyisihan xxx
Jumlah penyaluran dana infak/sedekah xxx
Surplus (defisit) xxx
Saldo Awal xxx
Saldo Akhir xxx
(Berlanjut...)
Gambar 2.20.
Contoh Format Laporan Perubahan Dana (Bagian 1)
61
Lanjutan...
DANA NON HALAL
Penerimaan
Penerimaan Dana Non Halal xxx
Bunga Bank xxx
Jasa Giro xxx
Penerimaan Non Halal Lainnya. xxx
Jumlah penerimaan dana non halal xxx
Penyaluran
Jumlah penggunaan dana non halal xxx
Surplus (defisit) xxx
Saldo Awal xxx
Saldo Akhir xxx
Jumlah saldo dana zakat, dana infak/sedekah, dana amil,
dan dana non halal xxx
Gambar 2.21.
Contoh Format Laporan Perubahan Dana (Bagian 2)
3. Laporan Perubahan Aset Kelolaan
Berbeda dengan dana zakat yang peruntukannya secara syariah telah
diatur, maka untuk dana infak/sedekah lebih fleksibel penyalurannya. Tidak harus
langsung disalurkan kepada yang berhak, tetapi boleh dikelola oleh Amil agar
dana tersebut dapat memberikan multiplier manfaat secara luas dan jangka
panjang (Istutik, 2011). Dana infak/sedekah yang dikelola tersebut disebut aset
kelolaan. Di dalam PSAK Nomor 109 dijelaskan bahwa entitas amil menyajikan
laporan perubahan aset kelolaan yang mencakup tetapi tidak terbatas pada: (a)
Aset kelolaan yang termasuk aset lancar; (b) Aset kelolaan yang termasuk tidak
lancar dan akumulasi penyusutan; (c) Penambahan dan pengurangan; (d) Saldo
awal; (e) Saldo akhir.
62
XYZ
LAPORAN PERUBAHAN ASET KELOLAAN
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 31 DESEMBER 20XX
Saldo
Awal Penambahan Pengurangan
Penyisi
han
Akumulasi
Penyusutan
Saldo
Akhir
Dana
Infal/Sedekah-
Aset Kelolaan
Lancar (misal
Piutang
Bergulir) xxx Xxx (xxx) (xxx) - xxx
Dana
Infal/Sedekah-
Aset Kelolaan
Tidak Lancar
(misal rumah
sakit atau
sekolah) xxx Xxx (xxx) - (xxx) xxx
Gambar 2.22
Contoh Format Laporan Perubahan Aset Kelolaan
4. Laporan Arus Kas Entitas
Laporan arus kas merupakan laporan yang melaporkan arus kas periode
tertentu dan diklasifikasi menurut aktivitas operasi, investrasi, dan pendanaan.
a. Arus kas dari aktivitas operasi
Yaitu menggambarkan arus kas masuk dan arus kas keluar dari
aktivitas utama organisasi, merupakan indikator yang menentukan apakah
dari operasinya organisasi dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk
memelihara kemampuan operasi organisasi tanpa harus mengandalkan
sumber pendanaan dari luar.
63
b. Arus kas dari aktivitas investasi
Yaitu mencerminkan arus kasi masuk dan arus kas keluar sehubungan
dengan sumber daya organisasi yang bertjuan untuk menghasilkan
pendapatan dan arus kas masa depan.
c. Arus kas dari aktivitas pendanaan
Yaitu menggambarkan arus kas masuk dan arus kas keluar yang
merupakan sumber pendanaan jangka panjang.
XYZ
LAPORAN ARUS KAS
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 31 DESEMBER 20XX
ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI
Kas diterima dari Pendapatan Dana Zakat xxx
Kas diterima dari pendapatan Dana Non Halal xxx
Kas dibayarkan: Penyaluran Dana Zakat A xxx
Kas dibayarkan : Penyaluran Dana Zakat B xxx
Kas dibayarkan : Penyaluran Dana Zakat C xxx
Kas dibayarkan : Penyaluran Dana Zakat D xxx
Kas dibayarkan : Penyaluran Dana Zakat E xxx
Kas dibayarkan : Penyaluran Administrasi xxx
Kas dibayarkan : Pajak xxx
Arus Kas Bersih Diperoleh (Digunakan) dari Aktivitas Operasi (1)
xxx
ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI
Perolehan Aset Tetap xxx
Arus Kasi Bersih Diperoleh (Digunakan dari Aktivitas Investasi (2)
xxx
ARUS KAS BERSIH DARI AKTIVITAS PENDANAAN
Kas diterima dari refund xxx
Arus Kas Bersih Diperoleh (Digunakan) dari Aktivitas Pendanaan
(3)
xxx
Kenaikan (Penurunan) Kas dan Setara Kas (4) = (1+2+3) xxx
Kas dan Setara Kas Awal Tahun
xxx
Kas dan Setara Kas Akhir Tahun
xxx
Gambar 2.23
Contoh Format Laporan Arus Kas
64
5. Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas Laporan Keuangan merupakan catatan yang menjelaskan
mengenai gambaran umum organisasi, ikhtisar kebijakan akuntansi, serta
penjelasan pos-pos laporan keuangan dan informasi penting lainnya.
2.3. Kajian Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Syaifuddin (2016) mengenai
analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas laporan keuangan organisasi
nirlaba dengan studi pada Masjid Se-Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
menunjukkan bahwa praktik manajemen keuangan, sistem pengendalian intern,
dan kegiatan pengumpulan dana berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kualitas laporan keuangan.
Hasil analisis regresi dari penelitian yang dilakukan oleh Said,dkk (2013)
yang berjudul Financial Management Practice in Religous Organizations : An
Empirical Evidence of Mosque in Malaysia menunjukkan bahwa pengendalian
internal yang baik dan keterlibatan aktif dari komite masjid dalam kegiatan
pengumpulan dana meningkatkan kinerja keuangan masjid. Studi ini juga
menemukan bahwa kinerja keuangan yang kuat memfasilitasi masjid untuk
melakukan program yang lebih berkualitas.
Penelitian yang dilakukan oleh Husaini dan Abdullah (2013) menemukan
bahwa implementasi pengelolaan keuangan berpengaruh positif terhadap kualitas
laporan keuangan KPU se-provinsi Bengkulu. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin tinggi implementasi pengelolaan keuangan maka semakin tinggi pula
tingkat kualitas laporan keuangan.
65
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tuti (2014) mengenai
pengaruh sistem pengendalian intern terhadap kualitas laporan keuangan survei
pada organisasi perangkat daerah pemda Cianjur menunjukkan bahwa sistem
pengendalian intern berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas laporan
keuangan pemerintah sebesar 83%. Secara parsial, lingkungan pengendalian,
penilaian risiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi, dan
pemantauan berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah
daerah. Tetapi, hanya lingkungan pengendalian, penilaian risiko, dan informasi
dan komunikasi yang berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan
pemerintah daerah.
Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Febrian dan Basukianto (2015)
mengenai Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah: Faktor yang
Mempengaruhi dan Implikasi Kebijakan (Studi pada SKPD Pemerintah Provinsi
Jawa Tengah) menunjukkan bahwa kompetensi sumber daya manusia, teknologi
informasi, rekonsiliasi dan sistem pengendalian intern berpengaruh signifikan
terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Febriady ( 2013) mengenai
pengaruh kualitas sumber daya manusia, pemanfaatan teknologi informasi, dan
sistem pengendalian intern terhadap keandalan dan ketepatwaktuan pelaporan
keuangan daerah menunjukkan bahwa ketiga variabel tersebut berpengaruh
signifikan positif terhadap keandalan dan ketepatwaktuan pelaporan keuangan
pemerintah daerah.
66
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh I Putu dan I Wayan (2014)
mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas informasi pelaporan
keuangan pemerintah daerah menunjukkan bahwa kapasitas sumber daya
manusia, pemanfaatan sistem informasi keuangan daerah, sistem pengendalian
intern dan implementasi standar akuntansi pemerintahan berpengaruh positif dan
signifikan pada kualitas informasi pelaporan keuangan di SKPD Kabupaten
Gianyar.
Penelitian serupa dilakukan oleh Lilis dan Wikan (2014) mengenai analisis
faktor yang mempengaruhi kualitas laporan keuangan daerah pada pemerintah
kota Semarang menunjukkan bahwa kesemua variabel independen yang
diturunkan secara bersama-sama (stimultan) berpengaruh positif terhadap kualitas
laporan keuangan. Variabel independennya adalah pemanfaatan SIA keuangan
daerah, kompetensi sumber daya manusia, peran internal audit, dan kualitas
laporan keuangan daerah.
Penelitian yang dilakukan oleh Hikmatulyaqin (2014) mengenai Pengaruh
Penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 45 dan Kualitas Sumber
Daya Manusia Pengelola Keuangan Terhadap Kualitas Laporan Keuangan yang
dilakukan pada Yayasan Pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan sekolah
menengah pertama yang berada di wilayah Bandung Barat menunjukkan bahwa
penerapan PSAK 45 berpengaruh posistif terhadap kualitas laporan keuangan
Yayasan.
Penelitian yang dilakukan oleh Nasrullah (2014) mengenai pengaruh
kompetensi sumber daya manusia, dan penerapan standar akuntansi zakat,
67
infaq/sedekah (PSAK 109) terhadap kualitas laporan keuangan menunjukkan
bahwa secara parsial penerapan standar akuntansi zakat, infaq/sedekah (PSAK
109) berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan.
Tabel 2.1.
Ringkasan Peneliti Terdahulu
No Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
1 Setyawan
Muhammad
Syaifuddin
(2016)
Analisis faktor-
faktor yang
mempengaruhi
kualitas laporan
keuangan
organisasi nirlaba
dengan studi pada
Masjid Se-Provinsi
Daerah Istimewa
Yogyakarta
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa praktik manajemen
keuangan, sistem pengendalian
intern, dan kegiatan
pengumpulan dana berpengaruh
positif dan signifikan terhadap
kualitas laporan keuangan.
2 Jamaliah Said,
dkk (2013)
Financial
Management
Practices in
Religious
Organizatioons :
An Empirical
Evidence of
Mosque in
Malaysia
Pengendalian internal yang baik
dan keterlibatan aktif dari
komite masjid dalam kegiatan
penggalangan dana
meningkatkan kinerja keuangan
masjid. Studi ini juga
menemukan bahwa kinerja
keuangan yang kuat
memfasilitasi masjid untuk
melakukan yang lebih
berkualitas dan kuantitas
program.
3 Tuti Herawati
(2014)
Pengaruh Sistem
Pengendalian
Intern terhadap
Kualitas Laporan
Keuangan (Survei
pada Organisasi
Perangkat Daerah
Pemda Cianjur)
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sistem pengendalian
intern berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kualitas
laporan keuangan pemerintah
sebesar 83%. Secara parsial,
lingkungan pengendalian,
penilaian risiko, kegiatan
68
pengendalian, informasi dan
komunikasi, dan pemantauan
berpengaruh positif terhadap
kualitas laporan keuangan
pemerintah daerah. Tetapi,
hanya lingkungan pengendalian,
penilaian risiko, dan informasi
dan komunikasi yang
berpengaruh signifikan terhadap
kualitas laporan keuangan
pemerintah daerah.
4 Husaini dan
Abdullah
(2013)
Pengaruh
Implementasi
Pengelolaan
Keuangan Dan
Pengalaman Kerja
Terhadap Kualitas
Laporan Keuangan
Komisi Pemilihan
Umum
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa implementasi
pengelolaan keuangan
berpengaruh positif terhadap
kualitas laporan keuangan KPU
se-provinsi Bengkulu.
5 Febrian dan
Basukianto
(2015)
Kualitas Laporan
Keuangan
Pemerintah
Daerah: Faktor
yang
Mempengaruhi dan
Implikasi
Kebijakan (Studi
pada SKPD
Pemerintah
Provinsi Jawa
Tengah)
Hasil penlitian menunjukkan
bahwa kompetensi sumber daya
manusia, teknologi informasi,
rekonsiliasi dan sistem
pengendalian intern berpengaruh
signifikan terhadap kualitas
laporan keuangan pemerintah
daerah.
6 Febriady (2013) Pengaruh Kualitas
Sumber Daya
Manusia,
Pemanfaatan
Teknologi
Informasi, dan
sistem
Hasil penelitaian menunjukkan
bahwa ketiga variabel tersebut
berpengaruh signifikan positif
terhadap keandalan dan
ketepatwaktuan pelaporan
keuangan pemerintah daerah.
69
pengendalian intern
terhadap keandalan
dan
ketepatwaktuan
pelaporan
keuangan daerah
6 I Putu dan I
Wayan (2014)
Analisis faktor-
faktor yang
mempengaruhi
kualitas informasi
pelaporan
keuangan
pemerintah daerah
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kapasitas sumber daya
manusia, pemanfaatan sistem
informasi keuangan daerah,
sistem pengendalian intern dan
implementasi standar akuntansi
pemerintahan berpengaruh
positif dan signifikan pada
kualitas informasi pelaporan
keuangan di SKPD Kabupaten
Gianyar.
7 Lilis dan Wikan
(2014)
Analisis faktor
yang
mempengaruhi
kualitas laporan
keuangan daerah
pada pemerintah
kota Semarang
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kesemua variabel
independen yang diturunkan
secara bersama-sama (stimultan)
berpengaruh positif terhadap
kualitas laporan keuangan.
Variabel independennya adalah
pemanfaatan SIA keuangan
daerah, kompetensi sumber daya
manusia, peran internal audit,
dan kualitas laporan keuangan
daerah.
8 Fathia Ikmi
Hikmatulyaqin
(2014)
Pengaruh
Penerapan
Pernyataan Standar
Akuntansi
Keuangan 45 dan
Kualitas Sumber
Daya Manusia
Pengelola
Keuangan
Terhadap Kualitas
Laporan Keuangan
(Studi Kasus pada
Yayasan
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa penerapan PSAK 45
berpengaruh posistif terhadap
kualitas laporan keuangan
Yayasan.
70
Pendidikan yang
Menyelenggarakan
Pendidikan
Sekolah Menengah
Pertama yang
Berada di Wilayah
Bandung Barat)
9 Nizar Nasrullah
(2014)
Pengaruh
Kompetensi
Sumber Daya
Manusia dan
Penerapan Standar
Akuntansi Zakat,
Infaq, dan Sedekah
(PSAK 109)
terhadap Kualitas
Laporan Keuangan
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa: (1) kompetensi SDM,
penerapan standar akuntansi
zakat, infak dan sedekah (PSAK
NO 109) dan kualitas laporan
keuangan Organisasi
Pengelolaan Zakat (OPZ) yang
berada di Priangan Timur sangat
baik; (2) kompetensi SDM
berpengaruh signifikan terhadap
penerapan standar akuntansi
zakat, infak dan sedekah (PSAK
NO 109) (3) kompetensi SDM
secara parsial berpengaruh
tidak signifikan terhadap
kualitas laporan keuangan,
penerapan standar akuntansi
zakat, infak dan sedekah (PSAK
NO 109) secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap
kualitas laporan keuangan (4)
secara simultan kompetensi
SDM dan penerapan standar
akuntansi zakat, infak dan
sedekah (PSAK NO 109)
berpengaruh signifikan terhadap
kualitas laporan keuangan pada
Organisasi Pengelolaan Zakat
(OPZ) yang berada di Priangan
Timur.
71
2.4. Kerangka Berpikir
Berdasarkan landasan teori dan hasil-hasil penelitian terdahulu yang telah
dilakukan, maka hipotesis yang dirumuskan adalah sebagai berikut:
H1 : Praktik manajemen keuangan berpengaruh positif terhadap kualitas
laporan keuangan
H2 : Sistem pengendalian intern berpengaruh positif terhadap kualitas laporan
keuangan
H3 : Kegiatan pengumpulan dana berpengaruh positif terhadap kualitas
laporan keuangan
H4 : Kompetensi sumber daya manusia berpengaruh positif terhadap kualitas
laporan keuangan
H5 : Pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh positif terhadap kualitas
laporan keuangan
H6 : Penerapan PSAK 45 berpengaruh positif terhadap kualitas laporan
keuangan
H7 : Penerapan PSAK 109 berpengaruh positif terhadap kualitas laporan
keuangan
73
Tabel 2.2.
Tabel Keterangan Indikator
No Indikator Keterangan
1 PMK1 Penganggaran
2 PMK2 Pengeluaran untuk Perawatan Fisik Masjid
3 PMK3 Pembuatan Laporan Keuangan secara Berkala
4 PMK4 Pemeriksaan oleh Pimpinan
5 SP1 Struktur Organisasi
6 SP2 Penggunaan Dokumen Transaksi
7 SP3 Transaksi dicatat dalam jurnal (dibukukan)
8 SP4 Pemantauan praktik akuntansi oleh pimpinan
9 KPD1 Zakat,Infaq, dan Sedekah
10 KPD2 Pengumpulan Dana secara mingguan/bulanan
11 KPD3 Hibah atau Wakaf
12 SDM1 Pengetahuan
13 SDM2 Latar Belakang Pendidikan Akuntansi
14 SDM3 Keterampilan
15 SDM4 Pelatihan
16 TI1 Kesadaran Pentingnya TI
17 TI2 Penggunaan Komputer
18 TI3 Penggunaan Alat Hitung Modern
19 TI4 Penggunaan Papan/Media Informasi untuk Umum
20 P45-1 Jenis Laporan Keuangan Sesuai dengan PSAK 45
21 P45-2 Jenis Akun Sesuai dengan PSAK 45
22 P109-1 Jenis Laporan Keuangan Sesuai dengan PSAK 109
23 P109-2 Jenis Akun Sesuai dengan PSAK 109
24 KLK1 Relevan
25 KLK2 Mudah dipahami
26 KLK3 Reliabilitas
27 KLK4 Dapat dibandingkan
74
2.5. Hipotesis Penelitian
2.5.1. Praktik Manajemen Keuangan dan Kualitas Laporan Keuangan
Berdasarkan teori Al-Wala, bentuk sikap loyalitas terhadap entitas adalah
dengan cara senantiasa merencanakan, mengkoordinasikan,
mengimplementasikan, dan mengendalikan segenap tenaga dan pikiran untuk
meningkatkan produktivitas dari entitas Islam sehingga aktivitas dari entitas
tersebut dapat bermanfaat untuk kemaslahatan pelanggan dan masyarakat serta
lingkungan (Jayanto, 2016:165). Praktik manajemen keuangan merupakan sebuah
kegiatan yang merencanakan, mengkoordinasikan, mengimplementasikan, dan
mengendalikan segenap tenaga dan pikiran untuk meningkatkan kinerja dari
entitas masjid. Kegiatan perencanaan sampai dengan pemantauan keuangan pasti
akan memberikan dampak yang baik bagi kinerja masjid. Logikanya, semakin
baik praktik manajemen keuangan yang dilakukan oleh pihak pengelola semakin
baik kualitas laporan keuangan yang akan dihasilkan.
Penelitian Said, dkk (2013) menemukan bahwa pengurus, komite Masjid
berhak ikut serta dalam mendiskusikan strategi manajemen keuangan Masjid.
Dimana nantinya akan berdampak pada kuantitas dan kualitas laporan keuangan
serta pengelolaan keuangan yang efektif. Praktik manajemen keuangan
merupakan suatu proses dalam pengaturan aktivitas atau termasuk di dalam
kegiatan keuangan organisasi. Merujuk pada teori, logika, dan hasil penelitain
sebelumnya, maka hipotesis penelitiannya adalah:
H1 Terdapat hubungan positif antara Praktik Manajemen Keuangan dan
Kualitas Laporan Keuangan
75
2.5.2. Sistem Pengendalian Intern dan Kualitas Laporan Keuangan
Berdasarkan teori Al-Wala, bentuk sikap loyalitas terhadap entitas adalah
dengan cara senantiasa merencanakan, mengkoordinasikan,
mengimplementasikan, dan mengendalikan segenap tenaga dan pikiran untuk
meningkatkan produktivitas dari entitas Islam sehingga aktivitas dari entitas
tersebut dapat bermanfaat untuk kemaslahatan pelanggan dan masyarakat serta
lingkungan (Jayanto, 2016:165). Sistem pengendalian intern digunakan oleh
entitas masjid untuk memberikan jaminan yang memadai bahwa tujuan-tujuan
organisasi telah tercapai. Selain itu, pengendalian intern juga digunakan untuk
mencegah dan mendeteksi kesalahan atau fraud, baik dalam hal keuangan maupun
non keuangan. Pengendalian intern merupakan salah satu cara untuk
meminimalisir adanya kesalahan atau kekeliruan dalam penyusunan dan penyajian
laporan keuangan. Logikanya, semakin baik sistem pengendalian intern yang
diterapkan masjid maka akan semakin baik kualitas laporan keuangan yang akan
dihasilkan.
Penelitian yang dilakukan oleh I Putu dan I Wayan (2014) mengenai
analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas informasi pelaporan
keuangan pemerintah daerah mengungkapkan bahwa sistem pengendalian intern
berpengaruh positif dan signifikan pada kualitas informasi pelaporan keuangan
di SKPD Kabupaten Gianyar.
Pada penelitian Said,dkk (2013) mengungkapkan selain pengurus, komite
Masjid berhak ikut serta dalam pengendalian internal yang efektif untuk
76
meningkatkan kinerja keuangan Masjid yang pastinya berdampak terhadap
kualitas laporan keuangan. Hal ini disebabkan karena kelalaian dalam
pengelolaan dana akan berakibat mudahnya terjadi pencurian, penggelapan, dan
bentuk manipulasi lainnya. Maka, hipotesis penelitiannya adalah :
H2 Terdapat hubungan positif antara Sistem Pengendaliadan Kualitas
Laporan Keuangan
2.5.3. Kegiatan Pengumpulan Dana dan Kualitas Laporan Keuangan
Berdasarkan teori Al-Wala, bentuk sikap loyalitas terhadap entitas adalah
dengan cara senantiasa merencanakan, mengkoordinasikan,
mengimplementasikan, dan mengendalikan segenap tenaga dan pikiran untuk
meningkatkan produktivitas dari entitas Islam sehingga aktivitas dari entitas
tersebut dapat bermanfaat untuk kemaslahatan pelanggan dan masyarakat serta
lingkungan (Jayanto, 2016:165). Kegiatan pengumpulan dana merupakan sebuah
kegiatan yang merencanakan, mengkoordinasikan, mengimplementasikan, dan
mengendalikan segenap tenaga dan pikiran untuk memperoleh dana dari berbagai
pihak. Logikanya, semakin banyak dana yang terkumpul maka dana masjid
menjadi sehat pada akhir periode atau tidak mengalami defisit. Hal ini akan
berdampak terhadap kualitas laporan keuangan yang dihasilkan khususnya arus
kas yang sehat.
Penelitian yang dilakukan oleh Husaini dan Abdullah (2013) menemukan
bahwa implementasi Pengelolaan Keuangan berpengaruh positif terhadap kualitas
laporan keuangan KPU se-Provinsi Bengkulu. Hal ini menunjukkan bahwa
77
semakin tinggi implementasi pengelolaan keuangan maka semakin tinggi pula
tingkat kualitas laporan keuangan. Serupa dengan penelitian Said, dkk (2013)
yang menemukan hasil positif dari kegiatan pengumpulan dana. Selanjutnya,
Masjid perlu menyadari pentingnya penggalangan dana. Keterlibatan aktif
anggota komite Masjid dalam kegiatan pengumpulan dana memfasilitasi aliran
dana yang berkelanjutan ke Masjid.
H3 Terdapat hubungan positif antara Kegiatan Pengumpulan Dana
dan Kualitas Laporan Keuangan
2.5.4. Kompetensi Sumber Daya Manusia dan Kualitas Laporan Keuangan
Berdasarkan teori kompetensi yang menyebutkan bahwa suatu pekerjaan
harus dilakukan secara profesional oleh orang yang mempunyai kompetensi
supaya hasil pekerjaannya sesuai dengan yang diinginkan serta hasil pekerjannya
rapi dan memuaskan. Logikanya, kompetensi pengurus masjid khususnya pegawai
keuangan/akuntansi sebagai organ dalam sistem pengelolaan masjid, menjadi
sangat penting dalam menjalankan tugas dan amanahnya. Semakin tinggi
kompetensi sumber daya yang dimiliki para pengurus masjid, semakin tinggi pula
kualitas laporan keuangan yang dihasilkan oleh masjid tersebut. Apabila sumber
daya yang melaksanakan sistem akuntansi tidak memiliki kualitas yang
disyaratkan, maka akan menimbulkan hambatan dalam pelaksanaan fungsi
akuntansi, dan akhirnya informasi akuntansi sebagai produk dari sistem akuntansi,
kualitasnya menjadi buruk. Informasi yang dihasilkan menjadi informasi yang
kurang atau tidak memiliki nilai. Selain itu, pengurus yang memiliki pemahaman
78
yang rendah terhadap peraturan mengenai pelaporan keuangan juga berdampak
pada penyajian laporan keuangan.
Penelitian yang dilakukan oleh Febrian dan Basukianto (2015)
menunjukkan bahwa kompetensi sumber daya manusia berpengaruh signifikan
terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. Penelitian ini dilakukan di
SKPD Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Penelitian serupa juga dilakukan oleh I
Putu dan I Wayan (2014) mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
kualitas informasi pelaporan keuangan pemerintah daerah di SKPD Gianyar Bali
menunjukkan bahwa kapasitas sumber daya manusia berpengaruh dan signifikan
pada kualitas informasi pelaporan keuangan di SKPD Kabupaten Gianyar.
Berdasarkan teori, logika, dan penelitian sebelumnya, maka bentuk
hipotesisnya adalah:
H5 Terdapat hubungan positif antara Kompetensi Sumber Daya Manusia
dan Kualitas Laporan Keuangan
2.5.5. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Kualitas Laporan Keuangan
Berdasarkan teori Al-Wala, bentuk sikap loyalitas terhadap entitas adalah
dengan cara senantiasa merencanakan, mengkoordinasikan,
mengimplementasikan, dan mengendalikan segenap tenaga dan pikiran untuk
meningkatkan produktivitas dari entitas Islam sehingga aktivitas dari entitas
tersebut dapat bermanfaat untuk kemaslahatan pelanggan dan masyarakat serta
lingkungan (Jayanto, 2016:165). Pemanfaatan teknologi informasi merupakan
sebuah kegiatan yang merencanakan, mengkoordinasikan, mengimplementasikan,
79
dan mengendalikan segenap tenaga dan pikiran sebagai upaya untuk
melaksanakan kegiatan operasional masjid secara efektif dan efisiensi.
Pemanfaatan teknologi dalam sebuah entitas akan sangat membantu mempercepat
proses pengolahan data transaksi dan penyajian laporan keuangan. Logikanya,
semakin baik pengelola memanfaatkan teknologi informasi yang diterapkan di
masjid maka akan semakin baik kualitas laporan keuangan yang akan dihasilkan.
Penelitian yang dilakukan oleh Febrian dan Basukianto (2015)
menunjukkan bahwa teknologi informasi berpengaruh signifikan terhadap kualitas
laporan keuangan pemerintah daerah. Penelitian ini dilakukan di SKPD
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
Penelitian serupa juga dilakukan oleh I Putu dan I Wayan (2014) mengenai
analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas informasi pelaporan keuangan
pemerintah daerah di SKPD Gianyar Bali menunjukkan bahwa sistem informasi
keuangan daerah berpengaruh dan signifikan pada kualitas informasi pelaporan
keuangan di SKPD Kabupaten Gianyar.
Berdasarkan teori, logika, dan penelitian sebelumnya, maka bentuk
hipotesisnya adalah:
H6 Terdapat hubungan positif antara pemanfaatan Teknologi Informasi
dan Kualitas Laporan Keuangan
2.5.6. Penerapan PSAK 45 dan Kualitas Laporan Keuangan
Berdasarkan teori Al-Wala, bentuk sikap loyalitas terhadap entitas adalah
dengan cara senantiasa merencanakan, mengkoordinasikan,
80
mengimplementasikan, dan mengendalikan segenap tenaga dan pikiran untuk
meningkatkan produktivitas dari entitas Islam sehingga aktivitas dari entitas
tersebut dapat bermanfaat untuk kemaslahatan pelanggan dan masyarakat serta
lingkungan (Jayanto, 2016:165). Penerapan PSAK 45 merupakan sebuah
mengimplementasikan segenap tenaga dan pikiran untuk menerapkan pedoman
dari Ikatan Akuntan Indonesia mengenai laporan keuangan entitas nirlaba.
Logikanya, melalui penerapan PSAK 45 pada penyusunan laporan keuangan
masjid diharapkan dapat menghasilkan laporan keuangan yang baik dan sesuai
standar yang berlaku di Indonesia. Semakin baik penerapan PSAK 45 yang
dilakukan maka akan semakin baik pula kualitas laporan keuangan yang akan
dihasilkan.
Penelitian yang dilakukan oleh Hikmatulyaqin (2014) mengenai Pengaruh
Penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 45 dan Kualitas Sumber
Daya Manusia Pengelola Keuangan Terhadap Kualitas Laporan Keuangan yang
dilakukan pada Yayasan Pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan sekolah
menengah pertama yang berada di wilayah Bandung Barat menunjukkan bahwa
penerapan PSAK 45 berpengaruh posistif terhadap kualitas laporan keuangan
Yayasan.
Berdasarkan teori, logika, dan penelitian sebelumnya, maka hipotesis
penelitiannya adalah sebagai berikut:
H6 Terdapat hubungan positif antara Penerapan PSAK No. 45 dan
Kualitas Laporan Keuangan
81
2.5.7. Penerapan PSAK 109 dan Kualitas Laporan Keuangan
Berdasarkan teori Al-Wala, bentuk sikap loyalitas terhadap entitas adalah
dengan cara senantiasa merencanakan, mengkoordinasikan,
mengimplementasikan, dan mengendalikan segenap tenaga dan pikiran untuk
meningkatkan produktivitas dari entitas Islam sehingga aktivitas dari entitas
tersebut dapat bermanfaat untuk kemaslahatan pelanggan dan masyarakat serta
lingkungan (Jayanto, 2016:165). Penerapan PSAK 109 merupakan sebuah
kegiatan mengimplementasikan segenap tenaga dan pikiran untuk menerapkan
pedoman dari Ikatan Akuntan Indonesia mengenai akuntansi zakat, dan
infak/sedekah. Melalui penerapan PSAK 109 pada penyusunan laporan keuangan
masjid diharapkan dapat menghasilkan laporan keuangan yang baik dan sesuai
standar yang berlaku di Indonesia, meskipun penerapan PSAK 109 pada
umumnya diterapkan pada badan-badan amil zakat. Logikanya, semakin baik
penerapan PSAK 109 yang dilakukan maka akan semakin baik pula kualitas
laporan keuangan yang akan dihasilkan.
Penelitian yang dilakukan oleh Nasrullah (2014) mengenai pengaruh
kompetensi sumber daya manusia, dan penerapan standar akuntansi zakat,
infaq/sedekah (PSAK 109) terhadap kualitas laporan keuangan menunjukkan
bahwa secara parsial penerapan standar akuntansi zakat, infaq/sedekah (PSAK
109) berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan.
Berdasarkan teori dan logika di atas , maka bentuk hipotesisnya adalah:
H7 Terdapat hubungan positif antara Penerapan PSAK 109 dan Kualitas
Laporan Keuangan
139
BAB V
PENUTUP
5.1. Simpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menguji faktor-faktor
yang mempengaruhi kualitas laporan keuangan masjid. Variabel eksogen yang
digunakan adalah praktik manajemen keuangan, sistem pengendalian intern,
kegiatan pengumpulan dana, kompetensi sumber daya manusia, pemanfaatan
teknologi informasi, penerapan PSAK 45, dan penerapan PSAK 109.
Untuk menganalisis hubungan antar variabel tersebut, penelitian ini
menggunakan alat analisis Partial Least Square (PLS). Berdasarkan hasil
pengujian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut:
8. Hipotesis pertama (H1) yang diajukan penulis menyatakan praktik
manajemen keuangan berpengaruh positif terhadap kualitas laporan
keuangan adalah diterima. Hasil pengujian menggunakan sofware
SmartPLS 3.0 diketahui nilai t-statistic sebesar 2,972>1,684. Maka dapat
disimpulkan bahwa praktik manajemen keuangan berpengaruh positif
terhadap kualitas laporan keuangan.
9. Hipotesis kedua (H2) yang diajukan penulis menyatakan sistem
pengendalian intern berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan
adalah diterima. Hasil pengujian menggunakan sofware SmartPLS 3.0
diketahui nilai t-statistic sebesar 4,489>1,684. Maka dapat disimpulkan
140
bahwa sistem pengendalian intern berpengaruh positif terhadap kualitas
laporan keuangan.
10. Hipotesis ketiga (H3) yang diajukan penulis menyatakan kegiatan
pengumpulan dana berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan
adalah diterima. Hasil pengujian menggunakan sofware SmartPLS 3.0
diketahui nilai t-statistic sebesar 1,815>1,684. Maka dapat disimpulkan
bahwa kegiatan pengumpulan dana berpengaruh positif terhadap kualitas
laporan keuangan.
11. Hipotesis keempat (H4) yang diajukan penulis menyatakan kompetensi
sumber daya manusia berpengaruh positif terhadap kualitas laporan
keuangan adalah ditolak. Hasil pengujian menggunakan sofware SmartPLS
3.0 diketahui nilai t-statistic sebesar 0,424<1,684. Maka dapat disimpulkan
bahwa sistem pengendalian intern tidak berpengaruh terhadap kualitas
laporan keuangan.
12. Hipotesis kelima (H5) yang diajukan penulis menyatakan pemanfaatan
teknologi informasi berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan
adalah diterima. Hasil pengujian menggunakan sofware SmartPLS 3.0
diketahui nilai t-statistic sebesar 2,336>1,684. Maka dapat disimpulkan
bahwa pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh positif terhadap
kualitas laporan keuangan.
13. Hipotesis keenam (H6) yang diajukan penulis menyatakan penerapan PSAK
45 berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan adalah ditolak.
Hasil pengujian menggunakan sofware SmartPLS 3.0 diketahui nilai t-
141
statistic sebesar 0,291<1,684. Maka dapat disimpulkan bahwa penerapan
PSAK 45 tidak berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan.
14. Hipotesis ketujuh (H7) yang diajukan penulis menyatakan penerapan PSAK
109 berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan adalah ditolak.
Hasil pengujian menggunakan sofware SmartPLS 3.0 diketahui nilai t-
statistic sebesar 1,481<1,684. Maka dapat disimpulkan bahwa penerapan
PSAK 109 tidak berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, maka saran yang
diberikan antara lain:
1. Bagi pemerintah disarankan mengadakan pelatihan penerapan PSAK 45
atau PSAK 109 secara serentak supaya masjid menggunakan pedoman
yang sama dalam penyusunan laporan keuangannya.
2. Bagi masjid disarankan untuk mengadakan pelatihan secara mandiri untuk
menerapkan PSAK 45 atau PSAK 109 supaya dapat meningkatkan
kualitas sumber daya manusia.
3. Variabel pemanfaatan teknologi informasi yang digunakan dalam
penelitian ini hanya menggunakan indikator kesadaran pentingnya
teknologi informasi, penggunaan komputer, penggunaan alat hitung
(kalkulator/hp, dan tersedianya papan informasi. Untuk peneliti
selanjutnya disarankan menggunakan indikator yang sesuai dengan era
saat ini misalnya seperti penggunaan sistem jaringan dsb.
142
4. Pernyataan-pernyataan yang ada dalam kuesioner penelitian ini terlalu
sederhana, untuk peneliti selanjutnya diharapkan untuk mengembangkan
pernyataan yang ada dalam kuesioner.
5. Bagi peneliti selanjutnya, disarankan dapat memperluas penggunaan
variabel independen yang diduga menjadi faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap kualitas laporan keuangan.
6. Penelitian ini hanya menggunakan 66 sampel masjid, disarankan peneliti
selanjutnya menambah sampel penelitian atau menggunakan objek sampel
penelitian pada masjid-masjid yang lebih besar.
7. Penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian dengan
populasi penelitian di lokasi atau daerah yang berbeda.
8. Teknik pengambilan sampel penelitian ini hanya menggunakan instrumen
berupa kuesioner yang dibagikan kepada responden. Untuk penelitian
selanjutnya disarankan untuk menggunakan instrumen lain seperti
wawancara supaya mendapatkan informasi yang lebih akurat.
143
DAFTAR PUSTAKA
Abshari, A. F. (2011). Strategi Masjid dalam Pemberdayaan Ekonomi Umat
(Studi Pada Masjid Raya Pondok Indah dan Masjid Jami Bintaro Jaya).
Skripsi. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.
Aditya, S. A. (2014). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas
Informasi Akuntansi Pada Rumah Sakit Umum(Studi Pada Rumah Sakit
Umum Daerah Ungaran). Skripsi. Semarang: Universitas Dian Nuswantoro.
Alam, S., dkk(2013). Financial Management Practices of Mosques in Malaysia.
GJAT, 3(1), 23–30.
Andikawati, D. (2014). Laporan Keuangan Lembaga Masjid ( Studi Kasus Pada
Lembaga Masjid Agung Anaz Mahfudz Dan Masjid Al – Huda Lumajang)
(The Case Study At Anaz Mahfudz and Al – Huda Mosque ). Artikel Ilmiah
Mahasiswa, (Universitas Jember), 1(1), 1-12
Andriani, C. (2011). Analisis Perbedaan Kualitas Sistem Pengendalian Intern
Masjid Ditinjau dari Ukuran Masjid dan Tipe Organisasi Islam Pengelola
Masjid ( Studi Kasus pada Masjid di kota Semarang ). Skripsi. Semarang :
Universitas Diponegoro.
Andriani, W., & Ak, M. S. (2010). Pengaruh Kapasitas Sumber Daya Manusia
dan Pemanfaatan Teknologi Informasi Terhadap Keterandalan dan
Ketepatwaktuan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah ( Studi pada
Pemerintah Daerah Kab . Pesisir Selatan ). Jurnal Akuntansi Dan
Manajemen, 5(1), 69–80.
S.W.S Mangkona dan S.K Walandaow. (2015). Penerapan PSAK 45 tentang
Pelaporam Keuangan Organisasi Nirlaba pada Masjid Nurul Huda
Kawangkoan. Jurnal Emba, 3 (2), 304-244
Apriliani, E. (2017). Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia, Penerapan
Standar Akuntansi Zakat dan Infaq/Sedekah (PSAK 109), Pengendalian
Intern, Pemanfaatan Teknologi Informasi, dan Employee Engagement
terhadap Kualitas Laporan Keuangan Lembaga Amil Zakat di Kota
Semarang. Skripsi. Universitas Negeri Semarang
Badan Pusat Statistik. (2011). Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama, dan
Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik. http:
www.bps.goid. Diakses pada 22 Juli 2017
Departemen Agama RI. (2010). Al-Qur,an : Mushaf Per Kata Tajwid. Bandung:
JABAL.
144
Dewan Masjid Indonesia. 2009. Menata Kembali Masjid di Indonesia. From
www.dmi.or.id , diakses pada 20 Juli 2017.
Diyani, A. (2013). Analisis Penerapan PSAK No. 45 tentang pada Yayasan
Masjid Al-Falah Surabaya. Jurnal Riset Dan Akuntansi,(2)7.
Surabaya:STIESIA
Fatih, M., Islam, U., Maulana, N., & Ibrahim, M. (2015). IMPLEMENTASI
PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PADA LEMBAGA NIRLABA
YAYASAN BERDASARKAN PSAK 45 (Study Kasus Pada Yayasan Pesantren
Global Tarbiyyatul Arifin Kecamatan Pakis Kabupaten Malang). Malang:
UIN Maulana Maliki Ibrahim.
Febrian Cahyo Pradono dan Basukianto. (2015). Kualitas Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah : Faktor yang Mempengaruhi dan Implikasi Kebijakan.
Jurnal Bisnis Dan Ekonomi, 22(2), 188–200.
Ghazali, I. (2014). Structural Equation Modeling : Metode Alternatif Partial Least
Square. Semarang: UNDIP PRESS.
Hall, J. a dan T. S. (2011). Audit Teknologi Informasi dan Assurance. Jakarta:
Salemba Empat.
Handayani, B. D. dan S. (2015). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kualitas Informasi Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Jurnal Dinamika
Akuntansi, 7(2), 139–149.
Herawati, T. (2014). ( Survei Pada Organisasi Perangkat Daerah Pemda Cianjur ).
Studi & Accounting Research, XI(1), 1.
Home, J. G. V. dan J. M. W. J. (2014). Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan.
Jakarta: Salemba Empat.
http://accounting-media.blogspot.co.id/2014/07/akuntansi-untuk-entitas-tempat-
ibadah.html#. (2014). Akuntansi untuk Entitas Tempat Ibadah : Akuntansi
Masjid.
Ikatan Akuntan Indonesia. (2015). PSAK 45 :Laporan Keuangan Entitas Nirlaba
(Edisi Revisi). Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia.
Ikatan Akuntan Indonesia. (2016). PSAK 109 : Akuntansi Zakat, Infak/Sedekah.
Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia.
Isgiyarta, J. (2009). Teori Akuntansi dan Laporan Keuangan Islami. Semarang:
UNDIP PRESS.
145
Jannah, N. (2016). Revitalisasi Peranan Masjid di Era Modern (Studi Kasus Di
Kota Medan) Tesis. Medan: Universitas Islam Negeri Sumatra Utara
Jayanto, P. Y. (2016). Introduction Sharia Economic. (E. Adie, Ed.) (1st ed.).
Semarang: Cerdas Bersama.
Jogiyanto. (2011). Konsep dan Aplikasi Structural Equation Modeling.
Yogyakarta: UPP STIN YKPN.
Kementrian Agama Provinsi Jawa Tengah. 2015. Data Masjid di Kota Semarang.
From: www. Simas.go.id
Krismiaji. (2002). Sistem Informasi Akuntansi. Yogyakarta: AMP YKPN.
Latif, A. (2014). AKUNTABILITAS DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DI
MASJID (Studi Kasus di Masjid Nurul Huda Kecamatan Polanharjo).
Naskah Publikasi, 1(1), 1–19.
Mulyadi. (2014). Auditing. Jakarta: Salemba Empat.
Nariasih, D. Y., dkk. (2017). Laporan Keuangan Masjid Berdasarkan Kombinasi
PSAK Nomor 45 dan PSAK Nomor 109 ( Studi Kasus Pada Masjid XYZ )
(Financial Statement of Mosque Based on A Combination of PSAK Number
45 and PSAK Number 109 ( A Case Study on XYZ Mosque )), IV(45), 6–11.
Nurillah, A. S. (2014). Pengaruh Kompetensi Sumber Dayamanusia , Penerapan
Sistem Akuntansi Pemanfaatan Teknologi Informasi , ( Studi Empiris Pada
SKPD Kota Depok ). Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro.
Nurlailah, dkk. (2014). Akuntabilitas dan Keuangan Masjid Di Kecamatan Tubo
Sendana Kabupaten Majene. ASSERS, 4(2), 206–217.
Pradita, E. A. (2015). Analisis Penerapan Psak No. 45 Tentang Pelaporan
Keuangan Organisasi Nirlaba pada Rumah Sakit Berstatus Badan Layanan
Umum (Studi Kasus di RSUD Saras Husada Purworejo). Skripsi. Salatiga:
Universitas Kristen Satya Wacana
Razak, dkk (2014). Economic Significance of Mosque Institution in Perak State ,
Malaysia. Kyoto Bulletin of Islamic Area Studies, 7(3), 98–109.
S.W.S Mangkona dan S.K Walandaow. (2015). Penerapan PSAK tentang
Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba pada Masjid Nurul Huda
Kawangkoan. Jurnal Emba, 3(2), 204–244.
146
Setyowati, L. dan W. I. (2014). Analisis Faktor yang mempengaruhi kualitas
laporan keuangan daerah pada pemerintah kota semarang. Proceedings
SNEB, (5), 1–8.
Simanjuntak, Dahnil Anzar, Y. J. (2011). Akuntabilitas dan Pengelolaan
Keuangan di Masjid. Simposium Nasional , Fakultas Ekonomi Universitas
Syiah Kuala, 7.
Sitompul, dkk. (2016). Implimentasi Surat al-Baqarah Ayat 282 Dalam
Pertanggungjawaban Mesjid Di Sumatera Timur. Human Falah, 3(2), 203–
225.
Sudarmanto. 2009. Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM Teori, Dimensi
dan Implementasi dalam Organisasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantutatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
CV. ALFABETA.
Sukmaningrum, T. (2012). Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Empiris
pada Pemerintah Kabupaten dan Kota Semarang). Skripsi. Semarang:
Universitas Diponegoro
Syaifuddin, S. M. (2013). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas
Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba (Studi pada Masjid Se-Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta) Setiyawan Muhammad Syaifuddin. Naskah
Publikasi. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Tinungki, Angelia N. M dan Pusung, R. J. (2014). Penerapan Laporan Keuangan
Organisasi Nirlaba Berdasarkan Psak No. 45 pada Panti Sosial Tresna Wedha
Hana. Jurna EMBA, 2(45), 809–820.
I Putu dan I Wayan. (2014). Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Kualitas
Informasi Pelaporan Keuangan Daerah. E-Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana, 8(2), 230–244.
Wahyudin, A. (2015). Metodologi Penelitian. Semarang: FE UNNES.
Wijangsoko, L. J. (2014). Implementasi Akuntansi dalam Organisasi Keagamaan
di Masjid Istiqomah Upn“Veteran” Jawa Timur. Skripsi :Universitas
Pembangunan Nasional Veteran, Jawa Timur.
Wulandari, F. (2015). Penerapan PSAK 45 Dalam Mengkomunikasikan Aktivitas
Pelayanan Masjid Al-Falah Surabaya Terhadap Publik. Jurnal Imiah
Mahasiswa Universitas Surabaya, 4(1), 1–16.
147
Www.tribunnews.com.Raja Salman Terkejut Dengar Masjid di Indonesia Ada
800 Ribu. (2017). from
http://www.tribunnews.com/nasional/2017/03/04/raja-salman-terkejut-
dengar-masjid-di-indonesia-800-ribu diakses tanggal 22 Juli 2017
Yudianti, A. L. (2015). Optimalisasi Fungsi Masjid Dalam Meningkatkan Mutu
Pembelajaran PAI di SMA Negeri 1 Yogyakarta. Skripsi.Yogyakarta:
Universitas Sunan Kalijaga.
Yuliarti, N. C. (2014). Studi Penerapan Psak 45 Yayasan Panti Asuhan
Yabappenatim Jember. Jurnal Akuntansi Universitas Jember, 12(2), 58–73.
Zoelisty, C. dan Adityawarman. (2014). Amanah Sebagai Konsep Pengendalian
Internal Pada Pelaporan Keuangan Masjid ( Studi Kasus pada Masjid di
Lingkungan Universitas Diponegoro ). Diponegoro Journal of Accounting,
3(3), 1–12.