ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi...

105
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME EKSPOR TEH DI PROVINSI JAWA TENGAH Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Transcript of ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi...

Page 1: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

VOLUME EKSPOR TEH

DI PROVINSI JAWA TENGAH

Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan

guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis

Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas

H 1307030

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

VOLUME EKSPOR TEH

DI PROVINSI JAWA TENGAH

yang dipersiapkan dan disusun oleh:

Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas

H 1307030

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

pada tanggal : November 2011

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji :

Ketua,

Prof. Dr. Ir. Suprapti Supardi, MP

NIP. 19480808 197612 2 001

Anggota I,

Setyowati, SP., MP.

NIP. 19710322 199601 2 001

Anggota II,

Erlyna Wida Riptanti, SP., MP.

NIP. 19780708 200312 2 002

Surakarta, November 2011

Mengetahui:

Universitas Sebelas Maret

Fakultas Pertanian

Dekan,

Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, M.S.

NIP 195602251986011001

Page 3: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

1 003KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat

dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Volume Ekspor Teh Di Provinsi Jawa

Tengah”.

Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas setiap kerja

menjadikan akhir dari pelaksanaan penelitian terwujud dalam bentuk penulisan

skripsi dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Volume

Ekspor Teh Di Provinsi Jawa Tengah”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi

sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas

Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penyusunan skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih

yang setulusnya kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan baik

moril maupun materiil kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. Ucapan

terima kasih ini penulis tujukan terutama kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, M.S. selaku Dekan Fakultas

Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Ibu Dr. Ir. Sri Marwanti, M.S. selaku Ketua Jurusan Program Studi Sosial

Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya Handayani, M.P. selaku Ketua Komisi Sarjana

Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Ibu Prof. Dr. Ir. Suprapti Supardi, MP. selaku Pembimbing Utama, yang

selalu memberikan bimbingan, arahan, dukungan, nasehat, semangat, kritik

dan masukan selama proses belajar dan penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Setyowati, SP., MP. selaku Pembimbing Akademik dan selaku

Pembimbing Pendamping yang selalu memberikan bimbingan, arahan,

Page 4: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

dukungan, nasehat, semangat, kritik dan masukan selama proses belajar dan

penyusunan skripsi ini.

6. Ibu Erlyna Wida Riptanti, SP., MP. selaku Penguji Tamu, yang telah

memberikan masukan, arahan dan bimbingan yang berharga bagi penulis

sehingga terselesaikannya skripsi ini.

7. Seluruh Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang

telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis.

8. Kepala Kantor Kesbangpollinmas Provinsi Jawa Tengah, Kepala Kantor Dinas

Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, dan Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi

Jawa Tengah, yang telah memberi izin Penulis melakukan penelitian dan

memberikan bantuannya dalam penelitian.

9. Kedua orang tuaku Bapak Risamto dan Ibuku Tercinta Sri Hastuti terima

kasih atas segala dukungan, semangat, nasehat dan doa yang tiada pernah

putus, serta cinta dan kasih sayang yang diberikan, sehingga Penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

10. Kakakku tercinta Mbak Sonia, Mas Aris, Mas Wahyu, dan Mbak Nanik.

Adikku tersayang Singgih, Eyang Kakung, Almarhum Eyang Putri, Om dan

Tante serta sepupuku. Keponakan-keponakanku Princes dan Arinta yang lucu-

lucu. Terimakasih atas doa dan dukungan yang telah kalian berikan.

11. Teman-temanku Agrobisnis Ekstensi angkatan 2007 Yunita, Monika, Willly,

Rosita, Hesti, Erna, Catur, Helda, Novi, Willy, Suprek, Gondrong, Manda,

Hanny, Anindita, Nunu, Ikhsan, Adia, Baku, Aryo, Raden, Bima dan

semuanya teman-teman Agrobisnis dan Agronomi Ekstensi angkatan 2007

yang tak bisa disebutkan satu persatu terimakasih atas kebersamaan kita

selama ini.

12. Kakak tingkat ekstensi Agrobisnis angkatan 2006 yang selama ini telah

memberi dukungan, Agrobisnis Reguler angkatan 2007 terimakasih atas

kebersamaan kita selama ini.

13. Semua pihak yang telah membantu kelancaran penulis dalam penelitian

maupun penyusunan skripsi yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.

Page 5: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

Penulis menyadari bahwa sesungguhnya karya ini hanya sedikit

memberikan kontribusi bagi pihak pemerintah Provinsi Jawa Tengah maupun bagi

almamater. Namun, begitu besar memberikan kemanfaatan bagi penulis. Dengan

segala kerendahan hati penulis berharap di balik kekurangsempurnaan karya ini

masih ada manfaat yang bisa diberikan baik bagi penulis sendiri, bagi pihak

almamater dapat menjadi tambahan referensi, dan bagi pembaca semoga bisa

dijadikan tambahan pengetahuan.

Surakarta, November 2011

Penulis

Page 6: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... ii KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii DAFTAR ISI ...................................................................................................... vi DAFTAR TABEL ............................................................................................. viii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xi RINGKASAN .................................................................................................... xii SUMMARY ...................................................................................................... xiii

I. PENDAHULUAN........................................................................................ 1 A. Latar Belakang ........................................................................................ 1 B. Perumusan Masalah ................................................................................ 7 C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 7 D. Kegunaan Penelitian ............................................................................... 8

II. LANDASAN TEORI .................................................................................. 9 A. Penelitian Terdahulu ............................................................................... 9 B. Tinjauan Pustaka .................................................................................... 11

1. Tanaman Teh (Camellia Sinensis) .................................................... 11 2. Standar Mutu Teh.............................................................................. 16 3. Teori Perdagangan Internasional ...................................................... 18 4. Ekspor ............................................................................................... 20 5. Devisa................................................................................................ 23 6. Harga ................................................................................................. 24 7. Kurs Mata Uang Asing ..................................................................... 25 8. Elastisitas .......................................................................................... 26

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah ..................................................... 27 D. Hipotesis ................................................................................................. 30 E. Asumsi-asumsi ....................................................................................... 31 F. Pembatasan Masalah .............................................................................. 31 G. Definisi Operasional ............................................................................... 31

III. METODE PENELITIAN ........................................................................... 34 A. Metode Dasar Penelitian ......................................................................... 34 B. Metode Pengambilan Daerah Sampel ..................................................... 34 C. Jenis dan Sumber Data ............................................................................ 34 D. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 35

1. Pencatatan ......................................................................................... 35 2. Wawancara ........................................................................................ 35

E. Metode Analisis Data .............................................................................. 35

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN ........................................... 42 A. Keadaan Alam ......................................................................................... 42

1. Lokasi Daerah Penelitian ................................................................. 42

Page 7: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

2. Topografi Daerah ............................................................................. 42 3. Jenis Tanah ....................................................................................... 43 4. Iklim .................................................................................................. 44 5. Keadaan Lahan dan Tataguna Lahan ................................................ 44

B. Keadaan Penduduk .................................................................................. 46 1. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin ..................................... 46 2. Keadaan Penduduk Menurut Umur .................................................. 46 3. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian ............................... 47 4. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ............................ 49

C. Keadaan Perekonomian ........................................................................... 50 1. Struktur Perekonomian ..................................................................... 50 2. Pendapatan Per Kapita ...................................................................... 51 3. Sarana dan Prasarana Ekonomi ......................................................... 52 4. Ekspor dan Impor .............................................................................. 55

D. Kondisi Umum Sub Sektor Perkebunan Provinsi Jawa Tengah ............. 55 1. Pembangunan Sub Sektor Perkebunan ............................................. 55 2. Kelembagaan .................................................................................... 57 3. Luas dan Jenis Komoditas ................................................................ 58 4. PDRB Sub Sektor Perkebunan ......................................................... 60

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................................... 61 A. Hasil Penelitian ....................................................................................... 61

1. Volume Ekspor Teh di Provinsi Jawa Tengah .................................. 61 2. Produksi Teh di Provinsi Jawa Tengah ............................................. 64 3. Harga Domestik Teh di Provinsi Jawa Tengah ................................. 66 4. Harga Ekspor Teh di Provinsi Jawa Tengah ..................................... 69 5. Nilai Tukar Dollar Amerika Serikat (USD) Terhadap Rupiah ......... 72 6. Volume Ekspor Teh Provinsi Jawa Tengah Tahun Sebelumnya ...... 74

B. Hasil Analisis Penelitian ......................................................................... 76 1. Pengujian Model ............................................................................... 78

a. Uji Adjusted R2 ............................................................................ 78 b. Uji F ............................................................................................ 79 c. Uji t .............................................................................................. 80 d. Variabel Bebas Yang Paling Berpengaruh .................................. 81

2. Pengujian Asumsi Klasik .................................................................. 82 a. Multikolinearitas ......................................................................... 82 b. Autokorelasi ................................................................................ 82 c. Heteroskedastisitas ...................................................................... 83

3. Elastisitas Volume Ekspor Teh di Provinsi Jawa Tengah................. 83 C. Pembahasan ............................................................................................. 85

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 90 A. Kesimpulan ............................................................................................. 90 B. Saran ..................................................................................................... 91

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 8: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman Tabel 1. Jumlah Ekspor dan Nilai Ekspor Teh di Indonesia tahun 2005-

2009 ................................................................................................ 4

Tabel 2. Luas Panen, Produksi, Produktifitas, dan Volume Ekspor Teh di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2009 ................................... 5

Tabel 3. Tata Guna Lahan di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 ............... 45

Tabel 4. Komposisi Penduduk Provinsi Jawa Tengah Menurut Jenis Kelamin Tahun 2009 ...................................................................... 46

Tabel 5. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Provinsi Jawa Tengah tahun 2009 ........................................................................ 47

Tabel 6. Komposisi Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Menurut Mata Pencaharian di Provinsi Jawa Tengah tahun 2009 ......................... 48

Tabel 7. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 .............................................................. 49

Tabel 8. Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2009 .................................................. 50

Tabel 9. Pendapatan Regional Per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 ............................................ 51

Tabel 10. Sarana Perekonomian di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 ....... 53

Tabel 11. Sarana Perhubungan Kendaraan Bermotor di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 ....................................................................... 54

Tabel 12. Panjang Jalan dan Kondisi Jalan di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 ................................................................................................ 54

Tabel 13. Perkembangan Volume Ekspor Teh di Provinsi Jawa Tengah Tahun 1994-2009 ........................................................................... 62

Tabel 14. Perkembangan Produksi Teh di Provinsi Jawa Tengah Tahun 1994-2009 ...................................................................................... 64

Tabel 15. Perkembangan Harga Domestik Teh di Provinsi Jawa Tengah Tahun 1994-2009 ........................................................................... 67

Tabel 16. Perkembangan Harga Ekspor Teh di Provinsi Jawa Tengah Tahun 1994-2009 ........................................................................... 70

Tabel 17. Perkembangan Nilai Tukar Dollar Amerika Serikat (USD) Terhadap Rupiah Tahun 1994-2009 .............................................. 72

Tabel 18. Perkembangan Volume Ekspor Teh Provinsi Jawa Tengah Tahun Sebelumnya Tahun 1993-2008 ...................................................... 74

Page 9: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

Tabel 19. Variabel-variabel Yang Diduga Dalam Penelitian Tahun 1994-2009 ...................................................................................... 77

Tabel 20. Model Summary Regresi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Volume Ekspor Teh di Provinsi Jawa Tengah ............................... 78

Tabel 21. Analisis Varian Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Volume Ekspor Teh di Provinsi Jawa Tengah ............................................. 79

Tabel 22. Pengaruh Masing-Masing Variabel Bebas terhadap Volume ekspor Teh di Provinsi Jawa Tengah ............................................. 80

Tabel 23. Nilai Standar Koefisien Regresi Parsial Tiap Variabel Yang Mempengaruhi Volume Ekspor Teh di Provinsi Jawa Tengah ..... 81

Tabel 24. Nilai koefisien Elastisitas Variabel-Variabel Bebas Yang Berpengaruh Terhadap Volume Ekspor Teh di Provinsi Jawa Tengah ............................................................................................ 84

Page 10: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman Gambar 1. Skema Teori Pendekatan Masalah ................................................. 30

Gambar 2. Perkembangan Volume Ekspor Teh di Provinsi Jawa Tengah Tahun 1994-2009 ........................................................................... 63

Gambar 3. Perkembangan Produksi Teh di Provinsi Jawa Tengah Tahun 1994-2009 ...................................................................................... 66

Gambar 4. Perkembangan Harga Domestik Teh di Provinsi Jawa Tengah Tahun 1994-2009 ........................................................................... 68

Gambar 5. Perkembangan Harga Ekspor Teh di Provinsi Jawa Tengah Tahun 1994-2009 ........................................................................... 71

Gambar 6. Perkembangan Nilai Tukar Dollar Amerika Serikat terhadap Rupiah Tahun 1994-2009............................................................... 73

Gambar 7. Perkembangan Volume Ekspor Teh di Provinsi Jawa Tengah Pada Tahun Sebelumnya Tahun 1993-2008 .................................. 76

Page 11: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Judul Halaman

1 Volume Ekspor Teh, Produksi Teh, Harga Domestik Teh, Harga Ekspor Teh, Volume Ekspor Teh tahun Sebelumnya di Provinsi Jawa Tengah Tahun 1994-2009 ..................................................... 95

2. Hasil Analisis Regresi, Multikolinearitas, Autokorelasi, Heteroskedastisitas, Uji adjusted R2, Uji t, Uji F........................... 97

3. Standar Koefisien Regresi .............................................................. 104

4 Peta Provinsi Jawa Tengah ............................................................ 105

5 Surat Ijin Penelitian ........................................................................ 106

Page 12: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

RINGKASAN

Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas, H 1307030. 2011. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Volume Ekspor Teh Di Provinsi Jawa Tengah. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta, dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Suprapti Supardi, MP., dan Setyowati, SP., MP.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah dan mengetahui elastisitas ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah akibat perubahan faktor-faktor yang mempengaruhi itu.

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Pengambilan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Di Provinsi Jawa Tengah dengan pertimbangan bahwa Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang mengusahakan teh sebagai komoditas perkebunan utama dan melakukan ekspor teh. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square) dalam bentuk regresi non linier berganda. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah produksi teh, harga domestik teh, harga ekspor teh, nilai tukar Dollar AS terhadap Rupiah, dan volume ekspor the pada tahun sebelumnya. Berdasarkan hasil analisis diperoleh persamaan: Y= 4,14 . 10-2 X1

0,163 X20,642 X3

1,097 X4-0,526 X5

1,007

Model tersebut memiliki nilai adjusted R2 sebesar 89,2%, yang berarti bahwa besarnya sumbangan variabel produksi teh, harga domestik teh, harga ekspor teh, nilai tukar Dollar AS terhadap rupiah, dan volume ekspor teh pada tahun sebelumnya terhadap variasi volume ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah sebesar 89,2% sedangkan sisanya 10,8% dipengaruhi oleh variabel lain diluar model yang diteliti. Hasil uji F diketahui bahwa variabel produksi teh, harga domestik teh, harga ekspor teh, nilai tukar Dollar AS terhadap rupiah, dan volume ekspor teh pada tahun sebelumnya secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap volume ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah pada tingkat kepercayaan 95%.

Berdasarkan hasil analisis uji t diketahui bahwa variabel harga domestik teh berpengaruh nyata terhadap volume ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah pada tingkat kepercayaan 95%, dengan elastisitas 0,642. Hal ini dapat diartikan bahwa volume ekspor teh bersifat inelastis terhadap harga domestik teh. Variabel nilai tukar Dollar AS terhadap rupiah berpengaruh nyata terhadap volume ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah pada tingkat kepercayaan 95%, dengan elastisitas -0,526. Hal ini dapat diartikan bahwa volume ekspor teh bersifat inelastis terhadap nilai tukar Dollar AS terhadap rupiah. Variabel volume ekspor teh tahun sebelumnya berpengaruh nyata terhadap volume ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah pada tingkat kepercayaan 95%, dengan elastisitas 1,007. Variabel harga ekspor teh berpengaruh nyata terhadap volume ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah pada tingkat kepercayaan 95%, dengan elastisitas 1,097 dan memiliki standart koefisien regresi terbesar sehingga harga ekspor teh merupakan variabel yang mempunyai pengaruh terbesar terhadap volume ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah.

Page 13: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

SUMMARY

Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas, H 1307030. 2011. The Analysis Of The Factors Which Influence Tea Export Volume In Central Java Province. Agriculture Faculty Sebelas Maret University, with the guidance of Prof. Dr. Ir. Suprapti Supardi, MP., and Setyowati, SP., MP.

This research has an aim to identify the factors which influence tea export volume in Central Java Province and to identify the elasticity of tea export in Central Java Province caused by the changes of those influence factors.

Basic method used in this research is analytical descriptive method. Location of the research is taken purposively in Central Java because Central Java Province is considered as one of the province which try to make tea as the major farming commodity and has successfully export tea. The collected data is analysis using OLS method (Ordinary Least Square) in the form of multiple non linier regression. Variables in this research are tea production, tea domestic price, tea export price, the value of us dollar toward rupiah, and tea export volume in the previous year. Based on the result of analysis, it shows that Y= 4,14 . 10-2 X1

0,163 X2

0,642 X31,097 X4

-0,526 X51,007.

This model has adjusted value R2 is 89,2% which means the amount of contribution of the variables tea production, tea domestic price, tea export price, the value of us dollar toward rupiah and the previous tea export volume toward the variation of tea export volume in Central Java Province is 89,2% mean while the rest of 10,8% is influence by other variables outside the model being analysed. The result of F test shows that variables of tea production, tea domestic price, tea export price, the price of us dollar toward rupiah, and tea export volume in the previous year all together give real influences toward tea export volume in Central Java at the level of 95% reliability.

Based on t test analysis known that variable of tea domestic price gives real influence to tea export volume in Central Java Province at the level of 95% realibility and 0,642 elasticity. It means that tea export volume is inelastic toward tea domestic price. Variable value of US dollar toward rupiah gives real influence to tea export volume in Central Java Province at the level of 95% reliablity and -0,526 elasticity. It means that tea export volume is inelastic toward value of US dollar to rupiah. Variabel the previous tea export volume gives real influence to tea export volume in Central Java at the level of 95% with 1,007 elasticity. Variable tea export price give real influence toward tea export volume in Central Java at the level of 95% with 1,097 elasticity and has the biggest standard of coefficien regression so tea export price is the variable which has biggest influence toward tea export volume in Central Java Province.

Page 14: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

VOLUME EKSPOR TEH

DI PROVINSI JAWA TENGAH

SKRIPSI

Oleh:

RICKI SANJAYA ARDIYAN PAMUNGKAS

H 1307030

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 15: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perdagangan memegang peranan penting dalam perekonomian suatu

negara. Kegiatan perdagangannya sangat berarti dalam upaya pemeliharaan

dan kestabilan harga bahan pokok, penyediaan kesempatan kerja bagi

masyarakat, penggerak kegiatan ekonomi, peningkatan penerimaan negara dan

pendapatan negara. Kebijakan perdagangan Indonesia diarahkan pada

penciptaan dan pemantapan kerangka landasan perdagangan. Kebijakan

tersebut meliputi usaha meningkatkan efisiensi perdagangan dalam negeri dan

perdagangan luar negeri dengan tujuan lebih memperlancar arus barang dan

jasa, mendorong pembentukan harga yang layak dalam iklim persaingan yang

sehat, menunjang usaha peningkatan efisiensi produksi, dan mengembangkan

ekspor (Halwani, 2002: 372).

Perdagangan luar negeri terutama ekspor, sangat penting peranannya

dalam perekonomian Indonesia. Devisa yang diperoleh dari ekspor merupakan

sumber pembiayaan pembangunan. Peningkatan penerimaan devisa dari

ekspor akan ikut meringankan beban neraca perdagangan yang terdiri dari

transaksi ekspor dan impor barang (Halwani, 2002: 373).

Perkembangan ekspor non-migas memiliki makna strategis bagi

perekonomian nasional. Makna strategis pengembangan ekspor non-migas

bertolak dari kenyataan kondisi makro perekonomian Indonesia yang masih

selalu dibayang-bayangi oleh rentannya kinerja di sektor eksternal, khususnya

defisit transaksi neraca perdagangan. Upaya meningkatkan ekspor non-migas

pun sangat strategis dilihat dari penyerapan tenaga kerja, tak dapat disangkal

bahwa puluhan juta pekerja menggantungkan pendapatannya pada sektor

ekspor. Ekspor non-migas menghasilkan devisa yang dibutuhkan untuk

pembiayaan kegiatan pembangunan. Keberhasilan meningkatkan ekspor

non-migas juga mencerminkan peningkatan daya saing nasional sekaligus

merupakan salah satu indikasi timbulnya dinamika positif dalam

kewirausahaan di tanah air. Demi kepentingan pembangunan nasional maka

1

Page 16: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

peranan ekspor perlu ditingkatkan terutama melalui ekspor non-migas

(Basri, 1995: 50).

Perkebunan merupakan salah satu sub sektor potensial yang

menghasilkan komoditi ekspor non-migas. Perkebunan sebagai bagian dari

sektor pertanian yang mempunyai peranan penting dan strategis dalam

pembangunan nasional. Peranannya terlihat nyata dalam penerimaan devisa

negara melalui ekspor, penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan

konsumsi dalam negeri, bahan baku berbagai industri dalam negeri, perolehan

nilai tambah dan daya saing serta optimalisasi pengelolaan sumberdaya alam

secara berkelanjutan. Berdasarkan hal inilah, sehingga tidak berlebihan bila

dikatakan bahwa hasil perkebunan merupakan mata dagang ekspor andalan di

sektor non-migas (Departemen Pertanian, 2009: 1).

Salah satu komoditas perkebunan penghasil devisa cukup besar adalah

teh. Komoditas teh memiliki arti penting dalam perekonomian Indonesia. Teh

merupakan sumber kehidupan bagi banyak orang dan pemerintah

(Tim Penulis PS, 1993: 1). Sejak awal pengusahaan, tanaman teh Indonesia

lebih berorientasi ekspor. Rencananya, 80% dari seluruh produksi ditujukan

untuk ekspor sedangkan yang 20% dipasarkan di dalam negeri.

Ekspor teh Indonesia di dunia menempati urutan kelima dengan pangsa

pasar sebesar 7,5 persen setelah Srilangka yang menempati urutan pertama

sebesar 22,2 %. Kemudian disusul Kenya (20,6%), Cina (16,0%) dan India

(15,4%). Kenya dengan persentase sebesar 20,6 %. (Anonim, 2002).

Munculnya kesadaran baru terhadap pentingnya gaya hidup yang sehat

terutama di negara maju, harus disikapi sebagai peluang untuk memperluas

pemasaran teh. Berdasarkan hasil penelitian, teh mengandung bahan-bahan

alami yang dapat menstimulasi kesehatan, yaitu kafein untuk merangsang

kerja sistem syaraf; polyphenol yang dapat meningkatkan daya tahan terhadap

virus serta bakteri; vitamin B-kompleks untuk kesehatan mulut, lidah, dan

bibir; serta flouride yang baik untuk gigi. Sejalan dengan kesadaran tersebut,

konsumsi terutama teh terus meningkat. Menghadapi tantangan ke depan yang

semakin kompetitif maka perlu upaya pengkajian untuk mempertahankan teh

Page 17: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

sebagai komoditas perdagangan. Hal ini juga merupakan peluang bagi

Indonesia untuk meningkatkan penawaran ekspor teh ke pasar dunia

(Ghani, 2002: 5).

Upaya untuk meningkatkan ekspor teh Indonesia mengalami kendala

baik dari faktor internal maupun eksternal. Dilihat dari faktor internal,

produksi teh Indonesia merupakan kendala utama baik dari segi kuantitas

maupun kualitas atau mutu. Kualitas teh Indonesia di pasar dunia cenderung

merosot karena negara-negara pesaing menawarkan teh dengan kualitas yang

lebih baik dan harga yang relatif murah sehingga di pasar dunia terjadi

persaingan mutu dan harga yang menyebabkan harga teh Indonesia cenderung

menurun, hal ini dapat berimplikasi kepada berkurangnya minat produsen teh

dalam negeri untuk meningkatkan volume ekspor (Junaidi, 2005: 4).

Dilihat dari faktor eksternal, pengambilalihan pasar ekspor teh

Indonesia oleh negara-negara pesaing menyebabkan turunnya pangsa pasar

ekspor teh Indonesia. Pada tahun 2002, pangsa pasar ekspor teh Indonesia di

negara Maroko sebagian telah diambil alih oleh Cina karena volume ekspor

teh Cina ditingkatkan menjadi 37000 ton/tahun sedangkan Indonesia

mengekspor teh sebesar 4500 ton/tahun (Junaidi, 2005: 4).

Di Indonesia, ada dua jenis teh utama yang diperdagangkan di dalam

negeri maupun untuk ekspor, yaitu teh hitam dan teh hijau. Keduanya

dihasilkan dari bagian tanaman yang sama namun dengan proses pengolahan

yang berbeda. Teh hitam diolah dengan proses fermentasi yang cukup rumit

sehingga jenis teh ini dihasilkan oleh perkebunan besar negara dan swasta,

sedangkan teh hijau diolah tanpa proses fermentasi dan dihasilkan oleh

perkebunan besar swasta dan perkebunan rakyat. Teh hitam merupakan jenis

teh yang diproduksi Indonesia yang paling besar volume ekspornya dengan

rata-rata peranannya sebesar 97,67 persen pertahun (Junaidi, 2005: 4).

Page 18: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Tabel 1. Jumlah Ekspor dan Nilai Ekspor Teh di Indonesia, 2005-2009

No. Negara Jumlah Ekspor Teh (Ton)

2005 2006 2007 2008 2009 1. Malaysia 5.171,7 5.160,4 6.148,2 7.340,4 6.907,3 2. Pakistan 5.177,7 5.259,8 8.169,9 11.400,4 10.440,3 3. Uni

Emirat Arab

2.040,0 1.744,3 1.960,0 4.779,4 4.754,8

4. Amerika Serikat

2.498,8 2.732,3 4.589,0 6.316,0 7.069,1

5. Inggris 5.721,7 5.685,4 7.505,9 8.607,9 9.843,3 6. Belanda 2.470,0 2.115,7 2.339,4 4.098,8 2.830,1 7. Jerman 4.738,8 5.677,5 5.512,1 7.771,9 6.961,4 8. Polandia 1.844,8 1.012,7 1.834,0 3.390,2 2.676,7 9. Ukraina 1.045,2 910,6 1.100,2 902,7 1.816,2 10. Rusia 9.569,9 7.051,6 8.388,4 15.080,8 17.895,8 11. Lainnya 5.432,2 5.187,1 8.152,7 14.054,4 11.842,7

Jumlah 45.710,8 42.537,4 55.699,8 83.742,9 83.037,7 Nilai Ekspor Teh (1000 US$)

1. Malaysia 4.456,6 5.184,3 7.425,2 10.272,8 9.989,0 2. Pakistan 6.544,2 7.904,7 13.436,7 20.210,0 20.604,3 3. Uni

Emirat Arab

2.087,0 1.452,5 2.214,9 6.711,8 7.988,3

4. Amerika Serikat

3.416,7 3.651,5 6.495,3 9.596,0 11.735,1

5. Inggris 6.072,7 7.620,7 9.529,9 12.652,3 17.879,6 6. Belanda 2.344,9 2.397,5 2.914,7 6.187,5 4.940,7 7. Jerman 4.534,4 5.095,6 6.313,6 9.767,3 9.458,1 8. Polandia 1.428,5 1.064,3 2.332,5 5.972,0 4.976,8 9. Ukraina 1.095,8 1.049,2 1.383,0 1.306,5 2.900,6

10. Rusia 10.133,8 8.321,3 11.099,3 22.099,1 33.176,0 11. Lainnya 5.757,8 6.528,4 10.198,5 20.278,2 20.774,7

Jumlah 47.872,4 51.050,0 73.343,6 125.053,5 144.423,2

Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia, 2010

Berdasarkan Tabel 1, menunjukkan negara-negara yang menjadi

konsumen produk teh Indonesia adalah Malaysia, Pakistan, Uni Emirat Arab,

Amerika Serikat, Inggris, Belanda, Jerman, Polandia, Ukraina, dan Rusia.

Ekspor teh Indonesia tahun 2005-2009 mengalami fluktuasi namun cenderung

mengalami peningkatan. Volume ekspor teh Indonesia pada tahun 2008

mencapai 83.742,9 ton dengan nilai ekspor sebesar US$ 125.053,5 ribu.

Volume ekspor teh secara nasional cenderung mengalami peningkatan. Hal ini

Page 19: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

disebabkan harga ekspor teh di Indonesia tinggi. Sehingga mendorong para

eksportir untuk melakukan ekspor teh. Berbeda dengan volume ekspor

nasional yang mengalami peningkatan, volume ekspor teh di Provinsi Jawa

Tengah mengalami penurunan.

Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu wilayah penghasil dan

pengekspor teh di Indonesia. Menurut data yang diperoleh dari Dinas

Perkebunan Provinsi Jawa Tengah (2010), teh merupakan komoditi yang

penting dalam ekspor perkebunan Provinsi Jawa Tengah. Total ekspor teh

Provinsi Jawa Tengah tahun 2005-2009 adalah 6.270.406 kg. Jenis teh yang

diekspor Provinsi Jawa Tengah adalah teh hitam. Teh hijau juga diekspor

namun jumlahnya lebih kecil bila dibandingkan dengan jumlah ekspor teh

hitam. Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat ekspor teh Provinsi Jawa Tengah

menunjukkan terjadi penurunan volume ekspor teh tahun 2005-2009.

Tabel 2. Luas Lahan, Produksi, Produktivitas, dan Volume Ekspor Teh di Provinsi Jawa Tengah, 2005-2009

Tahun Luas Lahan (Ha)

Produksi (kg)

Produktivitas (kg/Ha)

Volume Ekspor (kg)

2005 5.389,43 4.655.330 863,79 1.758.525 2006 5.211,67 4.400.040 844,27 1.718.127 2007 5.209,08 5.009.890 961,76 1.137.590 2008 5.156,43 5.579.950 1.082,13 934.816 2009 5.095,03 5.512.060 1.081,85 721.348

Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, 2010

Perubahan yang terjadi pada volume ekspor teh di Provinsi Jawa tengah

disebabkan oleh banyak faktor. Beberapa faktor yang diduga berpengaruh

terhadap volume ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah diantaranya luas lahan,

yang mempengaruhi jumlah produksi teh, sehingga berpengaruh pada volume

teh yang di ekspor ke luar negeri. Nilai tukar rupiah terhadap dollar juga

pemicu kegiatan ekspor. Diduga faktor lain yang juga ikut mempengaruhi

volume ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah adalah harga. Berdasarkan Tabel

2 diketahui bahwa jumlah teh yang diekspor Provinsi Jawa Tengah lebih kecil

bila dibandingkan dengan jumlah produksi teh di Provinsi Jawa Tengah. Hal

ini dikarenakan kegiatan ekspor dapat dilakukan apabila terjadi kelebihan

Page 20: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

produksi didalam negeri. Selain itu juga karena tidak semua hasil produksi teh

dapat diekspor keluar negeri, ada sebagian produksi teh yang digunakan untuk

memenuhi kebutuhan permintaan teh dalam negeri. Sebagaimana diketahui

bahwa teh mempunyai standar mutu yang ketat diberlakukan dalam

perdagangan antar negara. Apabila mutu teh yang dihasilkan tidak sesuai

standar yang telah ditentukan, maka teh tersebut tidak bisa diekspor keluar

negeri. Luas lahan perkebunan teh semakin berkurang karena tanaman yang

sudah tua diganti dengan tanaman yang baru (ada program replanting).

Produktivitas teh Provinsi Jawa Tengah semakin meningkat. Hal ini

dikarenakan adanya upaya produsen untuk meningkatkan jumlah produksi teh

dengan mengakombinasikan faktor produksi secara tepat.

Volume ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah yang ditampilkan pada

Tabel 2, menunjukkan adanya fluktuasi dari tahun ke tahun yang cenderung

menurun. Berdasarkan keadaan tersebut, maka perlu dilakukan suatu kajian

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan volume ekspor teh di

Provinsi Jawa Tengah. Hal ini mengingat pasar teh di luar negeri yang

potensial, sehingga masih memungkinkan bagi Provinsi Jawa Tengah untuk

mempertahankan dan meningkatkan kegiatan ekspornya. Selain itu, komoditi

teh merupakan sumber pendapatan negara melalui pemasukan devisa dari nilai

ekspor yang dihasilkannya.

B. Perumusan Masalah

Prospek ekspor teh Indonesia dipasaran dunia cukup bagus, akan tetapi

Indonesia belum mampu menempati posisi teratas pengekspor teh dunia.

Sejalan dengan produksi teh di Indonesia, tentu saja harus diperhitungkan

besarnya produksi teh dunia. Jumlah produksi teh di Indonesia harus bisa

menyaingi produksi negara penghasil teh lainnya. Selain bersaing dalam

jumlah produksi teh, Indonesia dan negara penghasil teh lainnya juga bersaing

dalam hal peningkatan mutu teh untuk merebut pangsa pasar internasional.

Page 21: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

Volume ekspor teh dalam skala nasional cenderung meningkat. Hal ini

sebenarnya tidak terlepas dari sumbangan ekspor provinsi-provinsi di

Indonesia, salah satu daerah penghasil komoditi teh adalah Provinsi Jawa

Tengah. Besarnya volume ekspor teh yang berhasil disumbangkan Provinsi

Jawa Tengah dalam porsi ekspor teh secara nasional, telah menempatkan

Provinsi Jawa Tengah sebagai wilayah berpotensi tinggi dan memegang peran

penting dalam memenuhi permintaan konsumen luar negeri akan kebutuhan

teh.

Ekspor teh Provinsi Jawa Tengah yang cenderung mengalami

penurunan, tentunya akan memberikan dampak bagi perkembangan ekspor di

tingkat nasional. Perubahan yang terjadi pada volume ekspor teh di Provinsi

Jawa tengah disebabkan oleh banyak faktor. Beberapa faktor yang diduga

berpengaruh terhadap volume ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah diantaranya

luas lahan, yang mempengaruhi jumlah produksi teh, sehingga berpengaruh

pada volume teh yang di ekspor ke luar negeri. Nilai tukar rupiah terhadap

dollar juga pemicu kegiatan ekspor. Diduga faktor lain yang juga ikut

mempengaruhi volume ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah adalah harga.

Berdasarkan uraian tersebut, permasalahan yang dapat dirumuskan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi volume ekspor teh di

Provinsi Jawa Tengah?

2. Bagaimana elastisitas ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah akibat

perubahan faktor-faktor yang mempengaruhi itu?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor teh di

Provinsi Jawa Tengah.

2. Mengetahui elastisitas ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah akibat

perubahan faktor-faktor yang mempengaruhi itu.

Page 22: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan

wawasan yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor

teh dan merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di

Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.

2. Bagi pemerintah, khususnya pemerintah daerah Provinsi Jawa Tengah,

hasil penelitian ini dapat menjadi sumbangan pemikiran dan bahan

pertimbangan dalam menyusun kebijakan yang lebih baik di masa datang,

terutama dalam upaya peningkatan ekspor non-migas komoditas

perkebunan khususnya teh di Provinsi Jawa Tengah.

3. Bagi perusahaan eksportir, penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu

bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan manajerial yang

berhubungan dengan kegiatan ekspor teh.

4. Bagi pihak lain, diharapkan dapat menjadi bahan perbandingan dalam

kajian yang sama dan tambahan informasi serta pengetahuan.

Page 23: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

II. LANDASAN TEORI

A. Peneliti Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian mengenai analisis faktor-faktor yang

mempengaruhi ekspor komoditi perkebunan yang telah lebih dahulu

dilakukan. Pada umumnya penelitian tersebut memaparkan tentang pengaruh

dari berbagai faktor terhadap ekspor komoditi perkebunan khususnya di

Provinsi Jawa Tengah.

Penelitian yang dilakukan oleh Sugianingsih (2004: 100) yang berjudul

Analisis Perkembangan Ekspor Kakao Jawa Tengah diketahui bahwa produksi

kakao, harga domestik kakao, harga ekspor kakao dan harga ekspor kopi

secara individual berpengaruh nyata terhadap volume ekspor. Produksi kakao,

harga domestik kakao, dan harga ekspor kopi masing-masing berpengaruh

pada taraf nyata sampai dengan 20%, sedangkan harga ekspor kakao

berpengaruh pada taraf nyata sampai dengan 5%. Nilai tukar Dollar Amerika

Serikat, jumlah negara tujuan ekspor dan volume ekspor tahun sebelumnya

tidak berpengaruh nyata secara individu. Berdasarkan nilai koefisien regresi

yang dihasilkan menunjukkan bahwa ekspor kakao di Provinsi Jawa Tengah

bersifat inelastis terhadap produksi kakao di Provinsi Jawa Tengah, harga

domestik kakao di Provinsi Jawa Tengah, harga ekspor kakao di Provinsi Jawa

Tengah, serta harga kopi di Provinsi Jawa Tengah.

Selain itu hasil penelitian yang dilakukan Kurniati (2005: 63) dengan

judul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Volume Ekspor dan

Proyeksi Volume Ekspor Tembakau Vorstenlanden Jawa Tengah,

menjelaskan bahwa dari hasil analisis dengan taraf kepercayaan 95%

menunjukkan bahwa variabel bebas volume ekspor tembakau vorstenlanden

tahun sebelumnya, jumlah produksi tembakau vorstenlanden, jumlah produksi

tembakau vorstenlanden tahun sebelumnya, harga ekspor tembakau

vorstenlanden, luas lahan dan nilai kurs Dollar Amerika Serikat (AS) terhadap

rupiah secara bersama-sama berpengaruh terhadap volume ekspor tembakau

vorstenlanden di Provinsi Jawa Tengah. Ketepatan model regresi dalam

9

Page 24: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

menjelaskan perubahan yang terjadi pada volume ekspor tembakau

vorstenlanden di Provinsi Jawa Tengah sebesar 75,2%. Sedangkan sisanya

sebesar 24,8% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti.

Hasil penelitian Laily (2009: 85) dengan judul Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Volume Ekspor Tembakau Asepan di Provinsi Jawa Tengah,

menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor

tembakau asepan di Provinsi Jawa Tengah adalah produksi tembakau asepan

tahun sebelumnya, harga domestik tembakau asepan tahun sebelumnya, harga

ekspor tembakau asepan tahun sebelumnya, kurs Dollar Amerika Serikat

terhadap rupiah tahun sebelumnya, dan volume ekspor tembakau asepan tahun

sebelumnya. Faktor-faktor yang berpengaruh secara parsial terhadap volume

ekspor tembakau asepan di Provinsi Jawa Tengah meliputi harga domestik

tembakau tahun sebelumnya, harga ekspor tembakau asepan tahun

sebelumnya, kurs dollar Amerika Serikat terhadap rupiah tahun sebelumnya.

Sedangkan faktor volume ekspor tembakau asepan tahun sebelumnya tidak

berpengaruh secara parsial terhadap volume ekspor tembakau asepan di

Provinsi Jawa Tengah. Faktor yang memberikan pengaruh paling dominan

terhadap perubahan volume ekspor tembakau asepan di Provinsi Jawa Tengah

adalah kurs dollar Amerika Serikat terhadap rupiah tahun sebelumnya dengan

nilai koefisien regresi parsial terbesar yaitu sebesar 8,1321 dengan hubungan

yang positif.

Volume ekspor tembakau asepan bersifat inelastis terhadap produksi

tembakau tahun sebelumnya dan harga ekspor tembakau asepan tahun

sebelumnya dengan koefisien elastisitas masing-masing sebesar 0,830 dan

-0,917; bersifat elastis terhadap variabel harga domestik tembakau tahun

sebelumnya dan kurs dollar Amerika Serikat terhadap rupiah tahun

sebelumnya dengan koefisien elastisitas masing-masing sebesar 1,478 dan

1,900.

Page 25: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Berdasarkan penelitian diatas, dapat diketahui bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi volume ekspor komoditi pertanian pada sub sektor perkebunan

di Provinsi Jawa Tengah yaitu produksi, harga domestik, ekspor tahun

sebelumnya, harga ekspor, dan nilai kurs dollar Amerika Serikat terhadap

rupiah. Volume ekspor komoditi pertanian pada sub sektor perkebunan di

Provinsi Jawa Tengah bersifat inelastis.

B. Tinjauan Pustaka

1. Tanaman Teh (Camellia Sinensis)

Tanaman teh berbentuk pohon. Tingginya bisa mencapai belasan

meter. Namun, tanaman teh diperkebunan selalu dipangkas untuk

memudahkan pemetikan, sehingga tingginya 90-120 meter. Menurut

silsilah kekerabatan dalam dunia tumbuh-tumbuhan, tanaman teh

termasuk ke dalam:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Sub division : Angiospermae

Class : Dicotyledoneae

Ordo : Guttiferales

Famili : Theaceae

Genus : Camellia

Species : Camellia sinensis

(Tim Penulis PS, 1993: 17).

Tanaman teh (Camellia Sinensis) diduga berasal dari Asia

Tenggara. Pada tahun 2737 SM teh sudah dikenal di China. Bahkan sejak

abad ke-4 M, teh telah dimanfaatkan sebagai salah satu komponen

ramuan obat. Teh diperkenalkan pertama kali oleh pedagang Belanda

sebagai komoditas perdagangan di Eropa pada tahun 1610 M dan menjadi

minuman populer di Inggris sejak 1664 M (Ghani, 2002: 1).

Page 26: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

Tanaman teh dapat tumbuh mulai dari pantai sampai pegunungan.

Di Pegunungan Assam, teh ditanam pada ketinggian lebih dari

2000 m dpl. Namun, perkebunan teh umumnya dikembangkan di daerah

pegunungan yang beriklim sejuk. Meskipun dapat tumbuh subur di

dataran rendah, tanaman teh tidak akan memberikan hasil dengan mutu

baik. Semakin tinggi daerah penanaman teh semakin tinggi mutunya

(Ghani, 2002: 1).

Jenis teh yang pertama kali masuk di Indonesia adalah jenis

Sinensis. Lalu setengah abad kemudian dimasukkan pula jenis teh

Assamica. Dua macam jenis teh ini di Indonesia sering terjadi hibridasi,

dikarenakan sifat dari Assamica ini lebih menguntungkan, maka lambat

laun Sinensis terdesak dengan jenis Assamica. Dengan demikian, hampir

setiap perkebunan-perkebunan teh di Indonesia ini menanam jenis

Assamica. Akan tetapi Assamica yang ditanam berasal dari bermacam-

macam variasi. Perbedaan antara Assamica dan Sinensis adalah:

a. Jenis Assamica ini dapat berbatang setinggi 12 meter, tumbuhnya

cepat mulainya bercabang agak tinggi, ukuran daunnya lebih besar

kalau dibandingkan dengan jenis Sinensis dan ujung-ujungnya

runcing panjang. Assamica ini dapat menghasilkan daun banyak

sekali tapi kualitas produksinya rendah.

b. Kalau jenis Sinensis, pohonnya rendah hanya sekitar 3 meter,

bercabang banyak dan mulai bercabang didekat permukaan tanah.

Daunnya berukuran kecil bila dibandingkan dengan jenis Assamica,

panjangnya kurang lebih 9 cm. Ujung daunnya runcing pendek.

Tumbuhnya lambat dengan produksi sedikit akan tetapi mempunyai

kualitas produksi yang baik (Mulyana, 1983: 8-9).

Teh diperoleh dari pengolahan daun teh (Camellia Sinensis L.) dari

familia Theceae. Tanaman ini diperkirakan berasal dari daerah

pegunungan Himalaya dan daerah-daerah pegunungan yang berbatasan

dengan Republik Rakyat Cina, India, dan Birma. Tanaman ini dapat

Page 27: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

tumbuh subur di daerah tropis dan subtropis dengan menuntut cukup sinar

matahari dan hujan sepanjang tahun (Siswoputranto, 1978: 3).

Tanaman teh umumnya mulai dapat dipetik daunnya secara terus-

menerus setelah berumur 5 tahun. Dengan pemeliharaan yang baik

tanaman teh dapat memberi hasil daun yang cukup besar selama 40 tahun.

Kebun-kebun teh karenanya perlu senantiasa memperoleh pemupukan

secara teratur, bebas serangan hama penyakit tanaman, memperoleh

pemangkasan secara baik, mendapat curah hujan yang cukup. Kebun-

kebun teh perlu diremajakan setelah tanaman-tanaman tehnya berumur 40

tahun ke atas (Siswoputranto, 1978: 3).

Hasil teh diperoleh dari daun-daun pucuk tanaman teh yang dipetik

sekali dengan selang 7 sampai 14 hari, tergantung dari keadaan tanaman

di masing-masing daerah. Di Indonesia, Sri Lanka, di beberapa daerah di

Indonesia dan di negara-negara lainnya pemetikan teh dapat dilakukan

sepanjang tahun. Akan tetapi di India Utara, Kongo, Jepang, Cina, dan

lain-lain. Pemetikan teh hanya dapat dipetik pada musim-musim tertentu.

Hal ini mempengaruhi jumlah hasil teh yang diperoleh perkebunan-

perkebunan (Siswoputranto, 1978: 4).

Cara pemetikan daun teh selain mempengaruhi jumlah hasil teh,

juga sangat menentukan mutu teh yang dihasilkannya. Cara pemetikan

daun teh ada dua macam yaitu cara pemetikan halus (fine plucking) dan

cara pemetikan kasar (coarse plucking). Pemetikan daun hingga kini

banyak dilakukan oleh tenaga manusia, bahkan sebagian besar oleh

tenaga-tenaga wanita. Umumnya pemetikan daun teh dilakukan secara

teliti. Untuk menghasilkan teh dengan mutu yang baik, perlu dilakukan

pemetikan halus, yaitu hanya memetik daun pucuk dan dua daun

dibawahnya. Ada pula yang melakukan pemetikan medium, dengan

memetik bagian halus dari daun ketiga dibawah daun pucuk. Pemetikan

kasar sering juga dilakukan beberapa perkebunan rakyat, yaitu pemetikan

daun pucuk dengan tiga atau lebih banyak daun dibawahnya, termasuk

batangnya (Siswoputranto, 1978: 4).

Page 28: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

Berdasarkan sistem pengolahan, teh dapat dikelompokkan menjadi

dua jenis sebagai berikut:

a. Teh hitam

Teh hitam diolah melalui fermentasi. Teh ini dibagi menjadi

dua, yaitu sebagai berikut:

1) Teh orthodox adalah teh yang diolah melalui proses pelayuan

sekitar 16 jam, penggulungan, fermentasi, pengeringan, sortasi,

hingga terbentuk teh jadi.

2) Teh CTC (Cutting, Tearing, dan Curling) adalah teh yang diolah

melalui perajangan, penyobekan, dan penggulungan daun basah

menjadi bubuk kemudian dilanjutkan dengan fermentasi,

pengeringan, sortasi, hingga terbentuk teh jadi.

b. Teh hijau

Teh ini diolah tanpa melalui fermentasi. Teh hijau

dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut:

1) Teh hijau (murni) adalah teh yang diolah melalui pelayuan sekitar

3 menit, selanjutnya dilakukan penggulungan, pengeringan, sortasi,

dan berbentuk teh jadi.

2) Teh oolong adalah teh yang diolah melalui semi pelayuan selama

6-9 jam, selanjutnya diproses seperti teh hijau.

3) Teh gunga adalah teh oolong yang diberi aroma tertentu, seperti

bunga melati.

(Ghani, 2002: 2)

Produk teh yang dijual di pasar internasional umumnya bukan

berasal dari satu kebun atau pabrik, melainkan ramuan (blend) dari

beberapa pabrik bahkan negara. Hal itu terjadi karena setiap perkebunan

memiliki ciri mutu yang khas, sedangkan ciri mutu yang dijual ke

konsumen Eropa, misalnya mensyaratkan kombinasi mutu yang harus

dipenuhi oleh ramuan beberapa sifat khas. Atas dasar itu, dalam

perdagangan teh dikenal pedagang perantara atau blender (peramu) dan

packer (pembungkus: yang memasarkan langsung ke konsumen). Kondisi

Page 29: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

pemasaran demikian, menempatkan produsen pada posisi tawar yang

kurang menguntungkan. Kelebihan pasokan serta kuatnya dominasi

blender dan packer mengakibatkan penentuan harga dikendalikan oleh

pembeli (Ghani, 2002: 3-4).

Jalur tata niaga komoditi teh untuk sampai ke tangan konsumen ada

dua macam, yaitu sebagai berikut:

a. Jalur tata niaga dalam negeri

Jenis teh hijau dan teh hitam yang beredar didalam negeri

mempunyai mata rantai tata niaga tersendiri. Sebenarnya jalur tata

niaga teh hijau lebih pendek daripada jalur tata niaga teh hitam. Hal

ini dikarenakan teh hijau yang banyak beredar diolah menjadi teh

wangi, maka jalur tata niaga teh hijau menjadi bertambah.

Petani teh menjual pucuk-pucuk teh segarnya ke para pedagang

pengumpul. Pedagang pengumpul menjualnya lagi ke pabrik teh

wangi. Teh wangi produksi pabrik kemudian dipasarkan dengan

menggunakan jasa para pedagang besar yang membeli teh dalam

jumlah banyak. Pedagang besar meneruskan teh wangi ke para

pedagang pengecer. Teh wangi selanjutnya dijual di warung-warung,

toko, atau pasar sehingga sampai ke tangan konsumen.

b. Jalur tata niaga luar negeri

Teh produksi Indonesia yang akan diekspor ke luar negeri

pemasarannya dikoordinir oleh Kantor Pemasaran Bersama (KPB).

Kantor Pemasaran Bersama (KPB) setiap seminggu sekali

menyelenggarakan penjualan teh lewat sistem lelang di Jakarta.

Lelang biasanya diadakan di Hotel Indonesia setiap hari rabu. Pihak

penjual yang berniat menjual hasil produksi tehnya ke luar negeri

adalah beberapa PNP/PTP dan perusahaan-perusahaan swasta. Pihak

pembeli adalah wakil dari importir (biasa disebut buying agent).

Peranan swasta dalam penjualan teh lewat Kantor Pemasaran

Bersama (KPB) masih relatif kecil. Ekspor teh tidak hanya disalurkan

lewat Kantor Pemasaran Bersama (KPB), tetapi ada juga ekspor teh

Page 30: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

yang dijual secara langsung lewat beberapa kota besar seperti

Semarang, Medan, dan Belawan.

Hal yang menjadi penghambat dalam tata niaga ekspor teh

Indonesia ke luar negeri adalah mahalnya biaya freight ke Timur

Tengah. Hal ini dikarenakan biaya transhipment (pemindahan kapal)

di Singapura. Mutu teh Indonesia yang dikirim ke luar negeri juga

harus yang baik serta memenuhi kualitas yang ditentukan, agar dapat

menguasai pasar dunia (Tim Penulis PS, 1993: 169-174).

Menurut (Ghani, 2002: 4), pemasaran teh terutama dengan

sistem pelelangan (auction). Pembeli memilih dan menawar teh

berdasarkan contoh dari produsen. Penawar tertinggi berhak membeli

teh tersebut. Di dunia, ada beberapa tempat pelelangan teh yaitu di

London (mulai tahun 1831 tetapi sekarang sudah ditutup), Calcutta,

India (1861), Colombo, Sri Lanka (1883), Cochin, India (1947),

Chittagong, Bangladesh (1949), Nairobi, Kenya (1956), Coonoor,

India (1963), Amritsar, India (1964), Mombasa, Zimbabwe (1969),

Guwahati, India (1970), Jakarta (1973), Siliguri, India (1976),

Coimbatore, India (1980), dan Singapura (1981).

2. Standar Mutu Teh

Menurut Tim Penulis PS (1993: 141-142), mengatakan bahwa mutu

teh hitam yang ditujukan untuk ekspor dibedakan menjadi 3 jenis yaitu:

mutu khusus, mutu I, dan mutu II. Penggolongan tersebut berdasarkan

pada kenampakan teh, warna, aroma dan rasa dari seduhan teh. Masing-

masing jenis mutu teh yang diekspor akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Mutu Khusus

Mutu khusus merupakan teh dengan penampakan bentuk besar,

kurang besar atau kecil menurut jenisnya dan mengandung top (pucuk

daun), serta warna daun kehitam–hitaman. Air seduhan berwarna

merah kekuning-kuningan, aromanya harum dan rasanya kuat. Jenis-

jenis teh bermutu khusus adalah orange pecco superior (OP Sup),

flowery orange pecco (FOP), orange pecco (OP), broken souchon

Page 31: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

(BS), souchon (S), broken orange pecco superior (BOP Sup), broken

orange pecco fannings superior (BOPF Sup), broken orange pecco I

(BOP I), broken orange pecco grof (BOP G), broken orange pecco

middle east (BOP Me), broken orange pecco IA (BOP IA), broken

orange pecco A (BOP A), dan broken orange pecco fannings A

(BOP FA).

b. Mutu I

Mutu I merupakan teh yang mempunyai kenampakan bentuk

besar, kurang besar, kecil menurut jenisnya dengan persentase daun

lebih banyak, warna merah kekuning-kuningan, aroma harum dan rasa

kuat. Jenis-jenis teh yang termasuk teh mutu I adalah broken orange

pecco (BOP), broken orange pecco fannings (BPOF), broken pecco

(BP), broken tea (BT), pecco fannings/ graining pecco fannings

(PF/GPF), fannings (F), dan dust I.

c. Mutu II

Mutu II merupakan teh yang mempunyai kenampakan bentuk

besar, kurang besar, kecil tergantung dari jenisnya dengan persentase

daun lebih sedikit, warna kemerah-merahan dan kurang rata. Air

seduhan teh berwarna kuning merah, aroma kurang harum, dan rasa

kurang kuat. Jenis-jenis teh mutu II adalah broken orange pecco II

(BOP II), broken orange pecco fannings II (BOPF II), broken pecco II

(BP II), broken tea II (BT II), pecco fannings II/ graining pecco

fannings II (PF II/ GPF II), fannings II (F II), dan dust II.

Standardisasi kualitas teh hijau untuk ekspor belum ada karena

sebagian besar teh yang diekspor adalah teh hitam. Kualitas teh hijau yang

ada adalah kualitas berdasarkan SP-60-1977. Kualitas teh hijau tersebut

digolongkan sebagai berikut:

a. Mutu I (pecco) adalah teh yang mempunyai bentuk daun tergulung

kecil, warna hijau sampai kehitam-hitaman, aroma wangi teh hijau,

dan tidak apek. Banyaknya tangkai daun maksimum 5% dan kadar air

maksimum 10%.

Page 32: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

b. Mutu II (jikeng) adalah teh yang mempunyai bentuk daun tidak

tergulung melebar, warna hijau kekuning-kuningan sampai hijau

kehitam-hitaman, aroma kurang wangi, tidak apek, dan tidak ada

benda-benda asing. Banyaknya daun maksimum 7% dan kadar air

maksimum 10%.

c. Mutu III (bubuk) adalah teh yang mempunyai bentuk daun seperti

bubuk, potongan-potongan datar, warna hijau kehitam-hitaman, aroma

kurang wangi, tidak apek, tidak ada benda asing. Banyaknya daun

maksimum 0% dan kadar air maksimum 10%.

d. Mutu IV (tulang) adalah teh yang berupa tulang daun, warna hijau

kehitaman, aroma kurang wangi, tidak apek, dan tidak mengandung

benda-benda asing didalamnya, serta kadar air maksimum 10%

(Tim Penulis PS, 1993: 145-146).

3. Teori Perdagangan Internasional

Perdagangan antar negara atau lebih dikenal dengan perdagangan

internasional sebenarnya sudah ada sejak zaman dahulu, namun dalam

ruang lingkup dan jumlah yang terbatas, dimana pemenuhan kebutuhan

setempat (dalam negeri) yang tidak dapat diproduksi, dipenuhi dengan

cara barter (pertukaran barang dengan barang lainnya yang dibutuhkan

oleh kedua belah pihak, dimana masing-masing negara tidak dapat

memproduksi barang tersebut untuk kebutuhannya sendiri). Hal ini terjadi

karena setiap negara dengan negara mitra dagangnya mempunyai beberapa

perbedaan, diantaranya perbedaan kandungan sumber daya alam, iklim,

penduduk, sumberdaya manusia, spesifikasi tenaga kerja, konfigurasi

geografis, teknologi, tingkat harga, struktur ekonomi, sosial dan politik,

dan sebagainya. Dari perbedaan tersebut di atas, maka atas dasar

kebutuhan yang saling menguntungkan maka terjadilah proses pertukaran

yang dalam skala luas dikenal sebagai perdagangan internasional

(Halwani, 2002: 17).

Page 33: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Pada proses awalnya perdagangan internasional merupakan

pertukaran dalam arti perdagangan tenaga kerja dengan barang dan jasa

lainnya, yang selanjutnya diikuti dengan perdagangan barang dan jasa

sekarang (saat terjadinya transaksi) dengan kompensasi barang dan jasa di

kemudian hari. Akhirnya berkembang hingga pertukaran antar negara/

internasional dengan aset-aset yang mengandung risiko seperti saham,

valuta asing dan obligasi yang saling menguntungkan kedua belah pihak

bahkan semua negara yang terkait didalamnya sehingga memungkinkan

setiap negara melakukan diversifikasi atau penganekaragaman kegiatan

perdagangan yang dapat meningkatkan pendapatan mereka masing-masing

(Halwani, 2002: 17).

Menurut Soelistyo dalam Soekartawi (2001: 124), konsepsi dasar dari

teori perdagangan internasional antar negara adalah tidak banyak berbeda

dengan perdagangan didalam negeri, karena perdagangan internasional

merupakan kelanjutan dari perdagangan antardaerah. Barang yang

diperdagangkan antarnegara tidaklah atas keuntungan alamiah saja akan

tetapi juga atas dasar proporsi dan intensitas faktor – faktor produksi yang

digunakan untuk menghasilkan.

Berdagang dengan negara lain kemungkinan dapat memperoleh

keuntungan, yakni dapat membeli barang yang harganya lebih rendah dan

mungkin dapat menjual keluar negeri dengan harga yang relatif lebih

tinggi. Perdagangan luar negeri sering timbul karena adanya perbedaan

harga barang di berbagai negara (Nopirin, 1999: 2).

Menurut para ekonom perdagangan internasional memberikan

keuntungan-keuntungan positif yang berguna bagi pembangunan ekonomi

negara berkembang, antara lain:

1. Dapat meningkatkan pendayagunaan sumber-sumber daya domestik.

2. Dapat menciptakan pembagian kerja dan skala ekonomis yang lebih

tinggi.

Page 34: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

3. Sebagai wahana transmisi gagasan-gagasan baru, teknologi yang lebih

baik serta kecakapan-kecakapan manajerial dan bidang-bidang

keahlian lainnya.

4. Dapat merangsang dan memudahkan mengalirnya arus modal

internasional dari negara maju ke negara berkembang.

5. Dapat merangsang bisnis baru yang menguntungkan bagi para

produsen setempat.

6. Merupakan instrumen yang efektif untuk mencegah monopoli karena

adanya rangsangan peningkatan efisiensi agar bisa bersaing dengan

produsen dari negara lain

(Salvatore, 1997: 427).

4. Ekspor

Ekspor adalah upaya melakukan penjualan komoditi yang telah

dihasilkan oleh suatu negara kepada bangsa lain atau negara asing, dengan

mengharapkan pembayaran dalam valuta asing, serta melakukan

komunikasi dengan memakai bahasa asing (Amir, 2004: 61). Menurut

Nazaruddin (1993: 23), penjualan luar negeri atau ekspor pada hakikatnya

merupakan fungsi-fungsi marketing pada tingkat internasional. Marketing

sendiri merupakan pelaksanaan kegiatan yang diarahkan pada pengaliran

barang atau jasa dari produsen ke konsumen.

Menurut Hutabarat (1996: 2-3), dalam transaksi perdagangan ekspor,

seorang eksportir banyak berhubungan dengan berbagai instansi atau

lembaga yang menunjang terlaksananya transaksi ekspor tersebut,

diantaranya adalah lembaga-lembaga seperti : bank, maskapai pelayaran,

asuransi, bea cukai, dan kedutaan/konsulat.

Kegiatan ekspor impor didasarkan oleh kondisi bahwa tidak ada

suatu negara manapun yang benar-benar mandiri karena satu sama lain

saling membutuhkan dan saling mengisi. Setiap negara memiliki

karakteristik yang berbeda, baik sumber daya alam, iklim serta struktur

ekonomi dan sosial. Perbedaan tersebut menyebabkan perbedaan

komoditas yang dihasilkan, komposisi biaya yang diperlukan, kualitas dan

Page 35: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

kuantitas produk (Widjaja dan Ahmad, 2003: 1). Kebanyakan perusahaan

memulai keterlibatannya dalam bisnis luar negeri dengan mengekspor,

yaitu menjual beberapa produksi regular mereka di luar negeri.

Mengekspor merupakan alat yang paling bagus untuk memperoleh rasa

berbinis internasional tanpa mengikatkan suatu sumber daya manusia atau

keuangan dalam jumlah besar (Ball dan Wendell, 2000: 91-92).

Suatu negara dikatakan memiliki keunggulan mutlak bilamana

didukung oleh faktor alam yang spesifik yang tidak dimiliki oleh negara

lain. Bagi negara lain yang tidak dapat menghasilkan produk tersebut

Karena tidak didukung oleh faktor alam yang memberikan keunggulan

mutlak mau tidak mau harus mengimport barang tersebut.

Teori keunggulan absolut dari Adam Smith memiliki kelemahan

yang akhirnya disempurnakan oleh David Ricardo dengan teori

comparative advantage atau keunggulan komparatif. Keunggulan

komparatif (comparative advantage) adalah keunggulan yang dimiliki oleh

suatu negara bila dapat memproduksi suatu komoditi lebih murah dan

lebih baik yang disebabkan kombinasi faktor produksi yang ideal sehingga

produktivitasnya lebih tinggi (Widjaja dan Yani, 2003: 2).

Ekspor adalah menjual produk-produk yang dibuat di negara sendiri

untuk digunakan dan dijual kembali ke negara-negara lain. Impor adalah

membeli produk-produk yang dibuat dinegara-negara lain untuk digunakan

atau dijual kembali di negara sendiri. Aktivitas ekspor dan impor sering

dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama ialah perdagangan

barang atau produk-produk yang berwujud (tangible) seperti pakaian,

komputer, dan bahan baku. Kelompok aktivitas lainnya ialah perdagangan

jasa atau produk-produk tidak berwujud (intangible) seperti kegiatan

perbankan, perjalanan, dan akuntansi (Griffin, 2005: 7).

Ekspor sebagai bagian dari perdagangan internasional bisa

dimungkinkan oleh beberapa kondisi, antara lain:

a. Adanya kelebihan produksi dalam negeri, sehingga kelebihan tersebut

dapat dijual ke luar negeri melalui kebijaksanaan ekspor.

Page 36: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

b. Adanya permintaan luar negeri untuk suatu produk walaupun produk

tersebut karena adanya kekurangan produk dalam negeri.

c. Adanya keuntungan yang lebih besar dari penjualan ke luar negeri

daripada penjualan di dalam negeri. Karena harga di pasar dunia yang

lebih menguntungkan.

d. Adanya kebijaksanaan ekspor yang bersifat politik.

e. Adanya barter antarproduk tertentu dengan produk lain yang

diperlukan dan tidak dapat diproduksi didalam negeri

(Soekartawi, 2001: 126).

Dalam pengembangan ekspor komoditi pertanian kita masih

terhadang oleh berbagai masalah. Secara garis besar permasalahan ini

dapat dikategorikan menjadi dua. Pertama, permasalahan yang

berhubungan langsung dengan komoditi pertanian itu sendiri, yakni

sifat-sifatnya dan konsekuensi dari kebijaksanaan yang diberlakukan

pemerintah. Kedua, berkaitan dengan ruang lingkup dunia ekspor impor

sebagai perdagangan internasional (Nazaruddin, 1993: 7). Pengembangan

ekspor barang khususnya ekspor bukan minyak dan gas bumi, dapat

dimanfaatkan berbagai sarana fasilitas tersendiri seperti pemesanan,

penetapan harga, dan mutu barang, serta bantuan teknis (Hutabarat, 1996).

Suatu komoditi yang hendak dijual memiliki sifat dan karakteristik

sendiri. Penampilannya bisa berbeda-beda. Daya tahannya juga

berbeda-beda. Tidak semua komoditi ekspor tahan lama. Bahkan, komoditi

ekspor pertanian merupakan yang paling tidak tahan lama dibandingkan

komoditi ekspor lainnya. Bicara soal daya tahan inilah maka komoditi

ekspor pertanian memiliki tingkat risiko yang tinggi, karena risiko rusak

dan merugi. Komoditi pertanian memang menuntut kesegaran untuk jenis-

jenis tertentu (Nazaruddin, 1993: 12).

Page 37: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Dari sekian banyaknya komoditi pertanian yang sudah diekspor

Indonesia, ada sebagian yang menjadi andalan atau primadona. Adapun

komoditi-komoditi ekspor pertanian utama dari Indonesia adalah sebagai

berikut:

a. Komoditi berupa bahan mentah: kopi, udang, rempah-rempah, teh,

ikan dan produk perikanan, serta biji kakao.

b. Komoditi olahan dan hasil pertanian: karet olahan, kayu lapis, minyak

sawit, makanan olahan, dan makanan ternak

(Nazaruddin, 1993: 17-18).

5. Devisa

Devisa atau valuta asing atau juga lazim disebut dengan alat-alat

pembayaran luar negeri atau dalam bahasa asing disebut Foreign

Exchange Currency, sesungguhnya merupakan tagihan kita terhadap luar

negeri yang dapat dipergunakan untuk melunasi segala hutang kita

terhadap luar negeri (Amir, 2005: 14). Sumber devisa suatu negara pada

umumnya dapat berasal dari beberapa sumber sebagai berikut:

a. Hasil penjualan ekspor barang maupun jasa, seperti hasil ekspor karet,

kopi, minyak tanah, timah, tekstil, kayu-lapis, ikan, udang, rotan,

anyaman rotan, topi pandan, dan lain sebagainya. Begitu pula hasil

sektor jasa, seperti uang tambang, angkutan, provisi dan komisi jasa

perbankan, premi asuransi, hasil perhotelan, dan industri pariwisata

lainnya.

b. Pinjaman yang diperoleh dari negara asing, badan-badan internasional,

serta swasta asing, seperti pinjaman dari IGGI (Inter Governmental

Group on Indonesia), kredit dari World Bank dan Asia Development

Bank dan Supplier’s Credit dari perusahaan swasta asing.

c. Hadiah atau grant dan bantuan dari badan-badan PBB seperti UNDP,

UNESCO, dan pemerintah asing, seperti pemerintah Saudi Arabia,

Jepang, dan lain-lain.

d. Laba dari penanam modal di luar negeri, seperti laba yang ditranfer

dari perusahaan milik pemerintah dan warga Indonesia yang

Page 38: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

berdomisili di luar negeri, termasuk transfer dari warga negara

Indonesia yang bekerja di luar negeri seperti di Malaysia, Brunei

Darussalam, dan Timur Tengah.

e. Hasil dari kegiatan pariwisata internasional, seperti uang tambang,

angkutan, sewa hotel, penjualan souvenir dan novelties, uang pandu

wisata dan lain-lain (Amir, 2005: 14).

6. Harga

Perdagangan luar negeri timbul karena adanya perbedaan harga

barang di berbagai negara. Harga sangat ditentukan oleh biaya produksi,

yang terdiri dari upah, biaya modal, sewa tanah, biaya bahan mentah, serta

efisiensi dalam proses produksi. Untuk menghasilkan jenis barang tertentu

terdapat perbedaan antara satu negara dengan negara lainnya. Hal ini

disebabkan karena perbedaan dalam jumlah, jenis, kualitas serta cara-cara

mengkombinasikan faktor-faktor produksi dalam proses produksi. Selain

itu, harga juga ditimbulkan oleh adanya perbedaan pendapatan serta selera

(Nopirin, 1999: 2).

Makin besar selisih antar harga di pasar internasional dengan harga

domestik akan menyebabkan jumlah komoditi yang akan diekspor menjadi

bertambah banyak. Naik turunnya harga tersebut disebabkan oleh:

a. Keadaan perekonomian negara pengekspor, dimana dengan tingginya

inflasi di pasaran domestik akan menyebabkan harga di pasaran

domestik menjadi naik, sehingga secara riil harga komoditi tersebut

jika ditinjau dari pasaran internasional akan terlihat semakin menurun.

b. Harga di pasaran internasional semakin meningkat, di mana harga

internasional merupakan keseimbangan antara penawaran ekspor dan

permintaan impor dunia suatu komoditas di pasaran dunia meningkat

sehingga jika harga komoditas di pasaran domestik tersebut stabil,

maka selisih harga internasional dan harga domestik semakin besar.

Akibat dari kedua hal diatas akan mendorong ekspor komoditi tersebut

(Soekartawi, 2001: 128-129).

Page 39: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Produsen akan menawarkan lebih banyak jika harganya lebih tinggi

sehingga kurva penawaran berlereng positif. Ada dua alasan yang

menyebabkan produsen menawarkan lebih banyak pada tingkat harga yang

lebih tinggi. Pertama, jika harga naik dan faktor yang lain konstan, maka

harga merupakan imbalan potensial atas produksi suatu barang. Kedua,

harga yang lebih tinggi akan meningkatkan kemampuan produsen

menghasilkan barang (McEachern, 2000: 47).

7. Kurs Mata Uang Asing

Apabila suatu barang ditukar dengan barang lain, tentu didalamnya

terdapat perbandingan nilai tukar antara keduanya. Nilai tukar ini

sebenarnya merupakan semacam harga di dalam pertukaran tersebut.

Demikian pula pertukaran antara dua mata uang yang berbeda, maka akan

terdapat perbandingan nilai/harga antara kedua mata uang tersebut.

Perbandingan nilai inilah yang disebut dengan kurs (exchange rate).

Dalam kenyataanya, sering terdapat berbagai tingkat kurs untuk satu

valuta asing. Perbedaan tingkat kurs ini timbul karena beberapa hal:

a. Perbedaan antara kurs beli dan jual oleh pedagang valuta asing/bank.

Kurs beli adalah kurs yang dipakai apabila para pedagang valuta

asing/bank membeli valuta asing, dan kurs jual apabila mereka

menjual. Selisih kurs tersebut merupakan keuntungan bagi para

pedagang.

b. Perbedaan kurs yang diakibatkan oleh perbedaan dalam waktu

pembayarannya.

c. Perbedaan dalam tingkat keamanan dalam penerimaan hak

pembayaran. Sering terjadi bahwa penerimaan hak pembayaran yang

berasal dari bank asing yang sudah terkenal kursnya lebih tinggi

daripada yang belum terkenal (Nopirin, 1999: 137-138).

Harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya disebut kurs atau

nilai tukar (exchange rate). Kurs merupakan salah satu harga yang

terpenting dalam perekonomian terbuka mengingat pengaruhnya yang

besar bagi neraca transaksi berjalan maupun variabel-variabel

Page 40: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

makroekonomi lainnya. Kurs memainkan peranan sentral dalam

perdagangan internasional, karena kurs memungkinkan para pedagang

untuk membandingkan harga-harga segenap barang dan jasa yang

dihasilkan oleh berbagai negara. Sama halnya dengan harga-harga lainnya

dalam perekonomian yang ditentukan oleh interaksi pembeli dan penjual,

kurs juga ditentukan oleh interaksi berbagai rumah tangga, perusahaan dan

lembaga-lembaga keuangan yang membeli dan menjual valuta asing guna

keperluan pembayaran internasional. Pasar yang memperdagangkan mata

uang internasional disebut pasar valuta asing (foreign-exchange market)

(Krugman dan Maurice, 1994: 40-45).

8. Elastisitas

Banyaknya komoditi yang akan dijual oleh perusahaan disebut

jumlah yang ditawarkan untuk komoditi itu. Jumlah yang ditawarkan

dipengaruhi oleh beberapa variabel yang penting yaitu harga komoditi itu

sendiri, harga-harga masukannya, tujuan perusahaan dan tahap

perkembangan teknologi (Lipsey et al., 1990: 68). Sukirno (2003: 86)

menambahkan harga barang-barang lain juga ikut menentukan jumlah

barang yang akan ditawarkan. Ekspor merupakan kegiatan penawaran

yaitu merupakan kelebihan penawaran (excess suplly) atas permintaan di

dalam negeri.

Dalam teori penawaran, elastisitas penawaran mengukur respon

jumlah yang ditawarkan akibat perubahan harga. Elastisitas penawaran

dirumuskan:

hBerpengaru YangFaktor Masing-Masing DariJumlah Perubahan %Ekspor Di Yang BarangJumlah Perubahan %

Es =

(Sukirno, 2003: 117).

Besarnya elastisitas dapat bervariasi antara nol sampai tak terhingga,

bila:

1. Es = 0, penawaran bersifat inelastis mutlak, terjadi bila jumlah yang

ditawarkan tidak berubah dengan adanya perubahan harga.

Page 41: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

2. 0 < Es < 1, penawaran bersifat inelastis yang terjadi bila jumlah yang

ditawarkan berubah dengan persentase lebih kecil dari perubahan

harga.

3. Es = 1, penawaran bersifat elastis satu, terjadi bila jumlah yang

ditawarkan berubah dengan persentase sama dengan perubahan harga.

4. 1 < Es < ~, penawaran bersifat elastis, terjadi bila jumlah yang

ditawarkan berubah dengan persentase lebih besar dari pada perubahan

harga.

5. Es = ~, penawaran bersifat elastis mutlak, sempurna atau tak terhingga,

terjadi bila penjual siap menjual dengan segala kemampuan mereka

pada beberapa tingkat harga dan tidak sama sekali walaupun dengan

harga yang sedikit lebih rendah.

(Lipsey et al., 1990: 84-85).

Adanya tanda positif dan negatif menunjukkan hubungan barang

tersebut dengan barang lain. Barang-barang komplementer mempunyai

koefisien elastisitas positif sedangkan untuk barang-barang substitusi

mempunyai koefisien elastisitas yang negatif (Sukirno, 2003: 116).

Barang-barang hasil pertanian mempunyai sifat penawaran yang inelastis.

Beberapa faktor penyebabnya adalah karena barang-barang tersebut

dihasilkan secara semusim, karena kapasitas memproduksi sektor

pertanian cenderung untuk mencapai tingkat yang tinggi dan tidak

terpengaruh oleh perubahan permintaan, dan karena beberapa jenis

tanaman memerlukan waktu bertahun-tahun sebelum dapat menghasilkan

(Sukirno, 2003: 129).

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah/ Kerangka Berpikir

Banyak faktor yang mempengaruhi penampilan ekspor. Volume ekspor

teh yang berfluktuasi menunjukkan bahwa terdapat faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap volume ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah. Produksi

merupakan pembatas bagi ekspor bila terjadi kelangkaan di pasar, dan

merupakan pendorong bila terjadi kelebihan di pasar. Soekartawi (2001: 126)

Page 42: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

menyatakan bahwa adanya surplus produksi yang dihasilkan oleh negara dapat

mendorong terjadinya ekspor.

Besar kecilnya produk yang hendak dijual ke pasaran internasional

banyak dipengaruhi oleh perubahan-perubahan musim atau perkembangan

produksi di negara lain. Perkembangan ekonomi negara-negara pengimpor

yang membutuhkan komoditi tersebut baik untuk industri atau keperluan

lainnya menentukan jumlah permintaan. Akan tetapi, yang paling berpengaruh

pada komoditi ekspor adalah fluktuasi harga komoditi tersebut di pasaran. Ini

menentukan naik turunnya gairah produsen atau penyedia komoditi tersebut

untuk berproduksi (Nazaruddin, 1993: 13).

Tholib cit Sugianingsih (2004: 29) menyatakan bahwa ekspor

dipengaruhi oleh perbedaan harga potensial antar harga ekspor terhadap harga

dalam negeri, semakin tinggi perbedaan harga ekspor diatas harga dalam

negeri, semakin besar jumlah yang akan diekspor. Sehingga jika harga

komoditas di pasaran domestik stabil, sedangkan harga yang berlaku di pasar

internasional meningkat maka selisih yang terjadi akan semakin besar.

Keadaan yang demikian akan menyebabkan jumlah yang diekspor menjadi

bertambah banyak.

Meningkatnya nilai kurs dollar Amerika Serikat terhadap rupiah dapat

menguntungkan bagi jenis usaha ekspor yang banyak menggunakan

kandungan lokal, seperti usaha bidang pertanian. Sehingga adanya

peningkatan nilai kurs dollar Amerika Serikat terhadap rupiah dapat dijadikan

pemicu peningkatan ekspor. Selain itu faktor yang juga turut berpengaruh

adalah ekpor tahun lalu.

Berdasarkan dari teori-teori yang ada dan penelitian yang pernah

dilakukan, diduga faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor teh Jawa

Tengah antara lain produksi teh Jawa Tengah, harga teh Jawa Tengah di pasar

domestik, harga ekspor teh di pasar internasional, nilai tukar dollar Amerika

Serikat terhadap rupiah, serta volume ekspor teh Jawa Tengah di tahun

sebelumnya.

Page 43: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Pendekatan hubungan antara ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah dengan

faktor-faktor yang diduga mempengaruhinya dapat ditanyakan dalam bentuk

persamaan regresi non linear berganda berbentuk perpengkatan sebagai

berikut:

Y = βo X1β1 X2

β2 X3β3 X4

β4 X5β5 e

Keterangan:

Y = volume ekspor Teh di Provinsi Jawa Tengah (kg)

X1 = produksi Teh (kg)

X2 = harga domestik Teh di Provinsi Jawa Tengah (Rp/kg)

X3 = harga ekspor Teh di Provinsi Jawa Tengah (FOB) (USD/kg)

X4 = nilai tukar Dollar Amerika Serikat terhadap Rupiah (Rp/USD)

X5 = volume ekspor tahun sebelumnya (kg)

βo = intersept

β1-β5 = nilai koefisien regresi dari masing-masing variabel

e = kesalahan pengganggu

Untuk mengetahui besar kecilnya volume ekspor teh Jawa Tengah sebagai

akibat perubahan faktor-faktor yang mempengaruhi digunakan konsep

elastisitas. Elastisitas volume ekspor teh dapat diketahui melalui besarnya nilai

koefisien dari masing-masing variabel penjelasnya. Bila nilai elastisitas >1,

ekspor disebut elastis, bila nilai elastisitas = 1 disebut elastis unit dan bila nilai

elastisitas < 1 disebut inelastis. Barang-barang komplemeter mempunyai

koefisien elastisitas ekspor positif sedangkan untuk barang-barang subtitusi

mempunyai koefisien elastisitas ekspor yang negatif (Sukirno, 2003: 116).

Page 44: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Gambar 1. Skema Kerangka Teori Pendekatan Masalah

D. Hipotesis

1. Diduga produksi teh Provinsi Jawa Tengah, harga ekspor teh Provinsi Jawa

Tengah, harga domestik teh Provinsi Jawa Tengah, nilai tukar Dollar

Amerika Serikat terhadap Rupiah dan volume ekspor teh Provinsi Jawa

Tengah tahun sebelumnya berpengaruh terhadap volume ekspor teh

Provinsi Jawa Tengah

2. Diduga elastisitas volume ekspor teh Provinsi Jawa Tengah akibat

perubahan faktor–faktor yang mempengaruhinya bersifat inelastis.

Produk Teh

Konsumsi wilayah sendiri

Konsumsi luar wilayah

Luar wilayah provinsi

Luar wilayah negara

Nilai Tukar Dollar

Volume produksi teh

Volume ekspor tahun sebelumnya

Harga domestik teh

Harga ekspor teh

Volume Ekspor Teh

Elastisitas Ekspor Teh

Page 45: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

E. Asumsi-Asumsi Dasar

1. Model analisis yang digunakan didasarkan pada pasar dalam bentuk

persaingan sempurna, dimana produsen (eksportir) dan konsumen

(importir) bertindak rasional dan mempunyai pengetahuan yang lengkap

tentang harga.

2. Variabel-variabel lain yang tidak diteliti dianggap tetap.

F. Pembatasan Masalah

1. Data yang dianalisis terbatas pada data dalam rentang waktu 16 tahun yaitu

antara tahun 1994 – 2009.

2. Data volume dan nilai ekspor terbatas berdasarkan Pemberitahuan Ekspor

Barang (PEB) yang kegiatan ekspornya dilakukan melalui pelabuhan di

seluruh wilayah Provinsi Jawa Tengah.

G. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Ekspor teh Provinsi Jawa Tengah yaitu kegiatan menjual teh hasil produksi

Provinsi Jawa Tengah ke luar negeri. Ekspor merupakan kelebihan

penawaran teh Provinsi Jawa Tengah atas permintaaan teh Provinsi Jawa

Tengah di pasar domestik.

2. Volume ekspor teh Provinsi Jawa Tengah adalah jumlah teh yang diekspor

dari Provinsi Jawa Tengah ke luar negeri per tahun, diukur dalam satuan

kilogram (kg).

3. Produksi teh Provinsi Jawa Tengah adalah jumlah teh yang dihasilkan di

wilayah Provinsi Jawa Tengah per tahun, diukur dalam satuan kilogram

(kg).

4. Harga domestik teh Provinsi Jawa Tengah adalah harga teh rata-rata relatif

per tahun yang berlaku di Provinsi Jawa Tengah, diukur dalam satuan

rupiah per kilogram (Rp/kg).

Harga relatif adalah harga terdeflasi dengan indeks harga tahun dasar

sebagai deflator. Harga terdeflasi menunjukkan harga konstan. Cara

menghitungnya yaitu dengan mendeflasikan harga tahun yang bersangkutan

dengan indeks harga konsumen (IHK) tahun dasar sehingga didapatkan

Page 46: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

harga terdeflasi. IHK yang digunakan adalah IHK kelompok umum. Indeks

Harga Konsumen (IHK) adalah indeks yang memberikan informasi

mengenai perkembangan rata-rata perubahan harga sekelompok tetap

barang atau jasa yang pada umumnya dikonsumsi oleh rumah tangga dalam

suatu kurun waktu tertentu. Perubahan IHK dari waktu ke waktu

menggambarkan tingkat kenaikan (inflasi) atau tingkat penurunan (deflasi)

harga barang atau jasa kebutuhan rumah tangga sehari-hari. Sedangkan

tahun yang digunakan adalah tahun 2002 dengan pertimbangan bahwa

tahun 2002 merupakan tahun dimana perekonomian dalam keadaan relatif

stabil. Selain itu perekonomian tahun 2002 dipandang dapat mewakili

kondisi perekonomian tahun sebelum dan sesudahnya. Rumus perhitungan

harga relatif adalah sebagai berikut :

HtxIHKtIHKd

Ht ='

Keterangan :

Ht’ = Harga relatif tahun t (harga terdeflasi)

IHKd = IHK tahun dasar (2002 = 100)

IHKt = IHK tahun t

Ht = Harga absolute tahun t (harga sebelum terdeflasi)

(Widodo, 1990: 23).

5. Harga ekspor teh Provinsi Jawa Tengah adalah harga rata-rata relatif teh

yang diekspor per tahun, dihitung dengan membagi total nilai ekspor teh

dengan total volume ekspor teh pada tahun yang sama, dimana total nilai

ekspor teh adalah harga sampai di pelabuhan ekspor (FOB), diukur dalam

satuan Dollar Amerika Serikat per kilogram (USD/kg). Harga ekspor relatif

dihitung dengan mendeflasikan harga ekspor tahun yang bersangkutan

dengan indeks harga konsumen kelompok umum negara Amerika Serikat

dimana tahun dasar yang digunakan adalah tahun 2002 (2002 = 100).

Page 47: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

6. Nilai kurs Dollar Amerika Serikat (USD) terhadap Rupiah adalah nilai kurs

jual rata-rata Dollar Amerika Serikat terhadap Rupiah per tahun yang

berlaku di Bank Indonesia, diukur dalam satuan Rupiah per USD

(Rp/USD). Dollar Amerika Serikat dijadikan patokan karena dalam

perdagangan teh dunia, mata uang yang digunakan adalah Dollar Amerika

Serikat.

7. Volume ekspor teh Provinsi Jawa Tengah tahun sebelumnya yaitu volume

ekspor teh Provinsi Jawa Tengah pada satu tahun sebelum tahun yang

bersangkutan, diukur dalam satuan kilogram (kg).

Page 48: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

deskriptif analitis. Maksudnya adalah bahwa metode tersebut memusatkan diri

pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang yang aktual,

kemudian data-data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan

dianalisis (Surakhmad, 1998: 140).

B. Metode Pengambilan Daerah Sampel

Metode penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive atau

sengaja, yaitu cara pengambilan daerah penelitian dengan mempertimbangkan

alasan yang telah diketahui sebelumnya dari daerah penelitian tersebut

(Singarimbun dan Sofian, 1995: 169). Daerah penelitian adalah Provinsi Jawa

Tengah, dengan pertimbangan bahwa Provinsi Jawa Tengah merupakan salah

satu provinsi yang mengusahakan teh sebagai komoditas perkebunan utama

dan melakukan ekspor teh.

C. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi atau lembaga yang ada

hubungannya dengan masalah penelitian, dalam hal ini data diperoleh dari

Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, Dinas Perdagangan dan

Perindustrian Provinsi Jawa Tengah, Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah,

Bank Indonesia cabang Semarang serta instansi – instansi lain yang terkait.

Data sekunder yang digunakan dalam suatu penelitian dapat berupa data

bulanan, tiga bulanan, maupun data tahunan. Di lokasi penelitian, dalam hal

ini adalah Provinsi Jawa Tengah, data sekunder yang dibutuhkan tersedia

dalam bentuk data tahunan, sehingga dalam penelitian ini digunakan data

tahunan selama 16 tahun, yaitu dari tahun 1994-2009.

34

Page 49: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Pencatatan

Pengumpulan data dilakukan dengan teknik pencatatan karena data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Pencatatan

adalah menyalin data sekunder yang relevan dengan penelitian yang

diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, Dinas

Perdagangan dan Perindustrian Provinsi Jawa Tengah, Dinas Perkebunan

Provinsi Jawa Tengah, Bank Indonesia cabang Semarang serta instansi–

instansi lain yang terkait.

2. Wawancara

Teknik pengumpulan data dengan wawancara dilakukan untuk

mendapatkan informasi yang jelas, akurat dan dipercaya baik berupa

pernyataan-pernyataan atau keterangan yang dapat membantu dalam

memahami persoalan atau pemasalahan penelitian ini. Dalam penelitian

ini, informasi diperoleh dari narasumber yaitu petugas instansi atau

lembaga serta sumber lain yang terkait dengan penelitian.

E. Metode Analisis Data

Adapun metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

meliputi:

1. Analisis Volume Ekspor Teh

Pendekatan hubungan antara ekspor teh Provinsi Jawa Tengah

dengan faktor-faktor yang diduga mempengaruhinya dapat dinyatakan

dalam bentuk persamaan regresi non linear berganda berbentuk

perpangkatan sebagai berikut:

Y = βo X1β1 X2

β2 X3β3 X4

β4 X5β5 e

Keterangan:

Y = volume ekspor Teh Provinsi Jawa Tengah (kg)

X1 = produksi Teh (kg)

X2 = harga domestik Teh Provinsi Jawa Tengah (Rp/kg)

X3 = harga ekspor Teh Provinsi Jawa Tengah (FOB) (USD/kg)

X4 = nilai tukar Dollar Amerika Serikat terhadap Rupiah (Rp/USD)

Page 50: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

X5 = volume ekspor tahun sebelumnya (kg)

βo = intersept

β1-β5 = nilai koefisien regresi dari masing-masing variabel

e = kesalahan pengganggu

Fungsi tersebut adalah fungsi menurut fungsi regresi populasi.

Fungsi tersebut dapat ditaksir atas dasar fungsi regresi sampel. Parameter

βo, β1, β2, β3, β4, β5 merupakan karakteristik dari suatu populasi.

Estimasi parameter tersebut dilakukan dengan metode OLS (Ordinary

Least Square Method). Menurut Gujarati (2002: 44) model regresi dalam

metode OLS berdasar pada asumsi klasik yang menghasilkan pemerkira

linear terbaik tak bias (BLUE = Best Linear Unbiased Estimator).

Menurut Supranto (2004: 10), asumsi-asumsi yang sering disebut asumsi

klasik, yaitu sebagai berikut:

a. Nilai rata-rata kesalahan pengganggu nol.

b. Varian σ2 sama untuk semua kesalahan pengganggu (homoskedastis).

c. Tidak ada otokorelasi antara kesalahan pengganggu.

d. Variabel bebas konstan dalam sampling yang terulang (repeated

sampling) dan bebas terhadap kesalahan pengganggu.

e. Tidak ada kolinearitas ganda (multikolinearitas) diantara variabel

bebas.

f. Kesalahan pengganggu mengikuti distribusi normal dengan rata-rata

nol dan varian σ2.

Oleh karena itu, model tersebut ditransformasikan dalam OLS

linear/model regresi non linear berganda berbentuk perpangkatan dengan

me log-kan persamaan tersebut.

ln Y = ln βo+ β1 ln X1 + β2 ln X2 + β3 ln X3 + β4 ln X4 + β5 ln X5

log Y = log natural volume ekspor teh Provinsi Jawa Tengah (kg)

ln X1 = log natural produksi teh (kg)

ln X2 = log natural harga domestik teh Provinsi Jawa Tengah (Rp/kg)

ln X3 = log natural harga ekspor teh Provinsi Jawa tengah (FOB)

(USD/kg)

Page 51: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

(1 -R2) / (N -k)

ln X4 = log natural nilai tukar Dollar Amerika Serikat terhadap Rupiah

(Rp/USD)

ln X5 = log natural volume ekspor teh tahun sebelumnya (kg)

ln βo = log natural intercept

ln β1-β5 = log natural nilai koefisien dari masing-masing variabel

Setelah ditransformasikan, hasilnya dikembalikan kedalam

persamaan asal yaitu model regresi non linear berganda berbentuk

perpangkatan.

Y = βo X1β1 X2

β2 X3β3 X4

β4 X5β5

Y = anti ln Y

βo = anti ln βo

2. Pengujian Model

a. Uji adjusted R2

Menurut Arief (1993: 8), besarnya proporsi variasi variabel tak

bebas yang dapat dijelaskan oleh variabel – variabel bebasnya dihitung

dengan koefisien determinasi yang telah disesuaikan atau adjusted R2

yang disimbolkan 2

R dan dirumuskan:

kNN--

=1

)R-(1-1 R 22

Keterangan: 2

R : Adjusted R2

R2 : Koefisien determinasi

N : Jumlah observasi (Jumlah data)

k : Jumlah variabel bebas

b. Uji F

Untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel bebas terhadap

variabel tak bebas secara bersama-sama dilakukan uji F dengan

signifikan α sebesar 95%. Nilai F hitung dirumuskan:

F =

R2 / (k – 1)

Page 52: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Keterangan:

R2 : Koefisien determinasi

k : Jumlah variabel bebas

N : Jumlah observasi

Hipotesis yang diuji adalah:

Ho : β1 = β2 = β3 = β4 = β5 = 0

Ha : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ β4 ≠ β5 ≠ 0 (minimal salah satu β1 ≠ 0)

Kriteria pengujian yang digunakan:

1) Fhitung > dari Ftable: Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya, variabel

bebas secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel tak

bebas.

2) Fhitung < dari Ftable: Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya, variabel

bebas secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel

tak bebas.

c. Uji t

Untuk mengetahui apakah koefisien regresi masing-masing

variabel bebas secara statistik signifikan atau tidak, digunakan nilai

t-statistik, dengan tingkat kepercayaan 95%. Nilai thitung dirumuskan:

t hitung = )(biSe

bi

se (bi) = )(var biian

Keterangan :

t hitung : Nilai t statistik

bi : Koefisien regresi variabel bebas ke-i

se (bi) : Standar error koefisien regresi variabel bebas ke-i

Hipotesis yang hendak diuji adalah :

Ho : βi =0

Ha : βi ≠ 0

Page 53: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Kriteria pengujian :

1) Jika thitung > ttabel berarti H0 ditolak dan H1 diterima, maka variabel

bebas secara individu berpengaruh nyata terhadap variabel tak

bebas.

2) Jika thitung < ttabel berarti H0 diterima dan H1 ditolak, maka variabel

bebas secara individu tidak berpengaruh nyata terhadap variabel

tak bebas.

d. Koefisien Beta

Untuk mengetahui variabel bebas yang paling berpengaruh

digunakan koefisien beta (beta coefficient) atau yang disebut

standardized regression coefficient atau standart koefisien regresi.

Nilai koefisien beta dirumuskan:

iy

bibiss

='

Keterangan:

bi’ : Standar koefisien regresi variabel bebas ke-i

bi : Koefisien regresi variabel bebas ke-i

σy : Standar deviasi variabel tak bebas

σi : Standar deviasi variabel bebas ke-i

Nilai bi’ yang paling besar menunjukkan variabel bebas yang

bersangkutan adalah yang paling dominan dalam penentuan nilai

variabel tak bebas (Arief, 1993: 11)

3. Pengujian Asumsi Klasik

Agar koefisien–koefisien regresi yang dihasilkan dengan metode

OLS bersifat BLUE maka asumsi – asumsi persamaan regresi linier klasik

harus dipenuhi oleh model. Model dikatakan BLUE bila memenuhi syarat

sebagai berikut:

a. Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah situasi adanya korelasi variabel–variabel

bebas diantara satu dengan lainnya. Dalam hal ini variabel-variabel

bebas ini tidak orthogonal. Variabel-variabel bebas yang bersifat

Page 54: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

orthogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi diantara

sesamanya sama dengan nol (Arief, 1993: 23). Menurut

(Alhusin, 2003: 221), multikolinearitas digunakan untuk menunjukkan

adanya hubungan linier diantara variabel-variabel bebas dalam model

regresi. Biasanya korelasinya mendekati sempurna (korelasinya tinggi

atau bahkan satu). Untuk menguji suatu model regresi yang bebas

multikolinieritas yaitu dengan dilakukan uji matrik pearson

correlation. Bila nilai pearson correlation dalam matrix correlation

tidak ada satupun yang lebih dari 0,8 maka dapat disimpulkan bahwa

antara variabel bebas tidak terjadi multikolinearitas.

b. Autokorelasi

Autokorelasi ialah korelasi (hubungan) yang terjadi diantara

anggota-anggota dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam

rangkaian waktu (seperti pada data runtun waktu atau time series).

Autokorelasi bisa disebabkan oleh bias spesifik, misalnya karena

dikeluarkannya variabel-variabel yang benar dari persamaan regresi

(Alhusin, 2003:200). Autokorelasi menunjukkan hubungan antara

nilai–nilai yang berurutan dari variabel yang sama

(Sumodiningrat, 1993: 232). Model regresi yang baik seharusnya tidak

menunjukkan autokorelasi. Pengujian untuk mengetahui ada atau

tidaknya korelasi antar variabel bebas (autokorelasi), dapat dilakukan

dengan menggunakan uji Durbin Watson (DW) dengan ketentuan

sebagai berikut:

1) 1,65 < DW < 2,35 yang artinya tidak terjadi autokorelasi.

2) 1,21 < DW < 1,65 atau 2,35 < DW < 2,79 yang artinya tidak dapat

disimpulkan.

3) DW < 1,21 atau DW > 2,79 yang artinya terjadi autokorelasi.

(Sulaiman, 2002:139).

Page 55: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

c. Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas adalah kasus dimana seluruh faktor gangguan

tidak memiliki varian yang sama atau variannya tidak konstan

(Sumodiningrat, 1993: 261). Dalam penelitian ini digunakan metode

grafik dengan melihat diagram pencar (scatterplot) untuk mendeteksi

ada tidaknya heteroskedastisitas. Pada pengujian heteroskedastisitas

dengan metode grafik, jika dari diagram pencar terlihat titik-titik

menyebar secara acak dan tidak membentuk pola yag teratur maka hal

tersebut menunjukkan bahwa kesalahan pengganggu memiliki varian

yang sama (homoskedastisitas) dan dapat disimpulkan dari model yang

diestimasi tidak terjadi heteroskedastisitas.

4. Elastisitas Ekspor Teh Jawa Tengah

Nilai elastisitas volume ekspor teh Jawa tengah dapat diketahui

melalui besarnya nilai koefisien regresi dari variabel bebas yang

mempengaruhinya. Nilai elastisitas tersebut dipertimbangkan berdasarkan

nilai mutlak yang dihasilkan dari nilai koefisien regresi. Kriteria elastisitas

yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Bila nilai elastisitas > 1, penawaran ekspor elastis, artinya persentase

perubahan jumlah volume ekspor teh Jawa Tengah lebih besar

daripada persentase perubahan variabel bebas yang bersangkutan.

b. Bila nilai elastisitas = 1, penawaran ekspor teh elastis uniter, artinya

persentase perubahan jumlah volume ekspor teh Jawa Tengah sama

dengan persentase perubahan variabel bebas yang bersangkutan.

c. Bila nilai elastisitas < 1, penawaran ekspor inelastis, artinya persentase

perubahan jumlah volume ekspor teh Jawa Tengah lebih kecil daripada

persentase perubahan variabel bebas yang bersangkutan.

Page 56: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Keadaan Alam

1. Lokasi Daerah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Provinsi Jawa Tengah. Provinsi Jawa

Tengah adalah salah satu provinsi di Pulau Jawa, berada diantara Provinsi

Jawa Barat dan Jawa Timur serta berada diantara Laut Jawa dan Samudera

Indonesia. Provinsi Jawa Tengah terletak antara lintang 5o40’ dan 8o30’

Lintang Selatan (LS) dan antara 108o30’dan111o30’ Bujur Timur (BT).

Jarak terjauh dari barat ke timur adalah 263 km dan dari utara ke selatan

226 km (tidak termasuk Pulau Karimunjawa). Batas-batas wilayah

Provinsi Jawa Tengah meliputi :

Sebelah Utara : Laut Jawa

Sebelah Timur : Provinsi Jawa timur

Sebelah Selatan : DI Yogyakarta dan Samudera Indonesia

Sebelah Barat : Provinsi Jawa Barat

Provinsi Jawa Tengah secara administratif terbagi menjadi 29

kabupaten, 6 kota, 573 kecamatan, 767 kelurahan, dan 7.809 desa. Luas

Wilayah Provinsi Jawa tengah pada tahun 2009 tercatat sebesar 3,25 juta

hektar atau sekitar 25,04 persen dari luas Pulau Jawa (1,70 persen dari luas

Indonesia). Luas wilayah Provinsi Jawa Tengah cukup luas sehingga

diharapkan tanaman perkebunan khususnya teh dapat dikembangkan lagi.

Hal ini dikarenakan tanaman teh adalah tanaman komoditas ekspor yang

dapat menyumbangkan devisa bagi negara.

2. Topografi

Keadaan topografi Provinsi Jawa Tengah terdiri dari daerah pantai,

dataran rendah, dataran tinggi, dan daerah perbukitan dengan pegunungan

yang landai dan curam. Berdasarkan keadaan topografinya wilayah

Provinsi Jawa Tengah dapat dibagi dalam tiga bagian yaitu bagian utara

dan bagian selatan yang berupa dataran rendah, serta bagian tengah yang

42

Page 57: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

berupa dataran tinggi dan pegunungan. Daerah dengan topografi

pegunungan ini sangat cocok untuk ditanami tanaman teh.

Wilayah daratan di Provinsi Jawa Tengah memiliki ketinggian yang

bervariasi, yakni dari puluhan mdpl (meter dari permukaan laut) hingga

ketinggian diatas 1000 mdpl. Adapun penggolongan wilayah di Provinsi

Jawa Tengah menurut ketinggian tempat dari permukaan laut adalah

sebagai berikut:

a. Ketinggian 0-100 mdpl, memanjang disepanjang pantai utara dan

selatan wilayah Provinsi Jawa Tengah seluas 53,30% dari luas total

wilayah Provinsi Jawa Tengah.

b. Ketinggian 100-500 mdpl, memanjang dari bagian tengah wilayah

Provinsi Jawa Tengah seluas 27,4% dari luas total wilayah Provinsi

Jawa Tengah.

c. Ketinggian 500-1000 mdpl dengan luas 14,7% dari luas total wilayah

Provinsi Jawa Tengah.

d. Ketinggian diatas 1000 mdpl dengan luas 4,6% dari luas total wilayah

Provinsi Jawa Tengah.

3. Jenis Tanah

Jenis tanah mempunyai pengaruh terhadap kesuburan tanah. Secara

umum jenis tanah yang terdapat di Provinsi Jawa Tengah yaitu tanah

aluvial, tanah latosol, tanah grumosol, tanah regosol, tanah organosol,

tanah litosol, tanah mediteran, dan andosol yang keberadaannya tersebar di

wilayah bagian utara, tengah, dan selatan. Jenis tanah yang paling sesuai

untuk ditanami teh adalah tanah andosol. Tanaman teh lebih menyukai

tanah yang banyak mengandung humus (banyak mengandung bahan

organik), subur, gembur, serta berdrainase dan airase baik. Tanah

demikian mudah menyerap air dan mudah pula mengeluarkan air,

sehingga pada saat hujan terus-menerus tanah tidak terlalu becek dan cepat

kering.

Page 58: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

4. Iklim

Iklim merupakan komponen ekosistem dan faktor produksi yang

dinamik dan sulit dikendalikan. Iklim atau cuaca sering menjadi faktor

pembatas bagi produksi pertanian, sehingga iklim merupakan faktor yang

penting dalam pengelolaan usahatani. Keadaan iklim di suatu wilayah

dipengaruhi oleh besarnya curah hujan, suhu, ketinggian tempat, sinar

matahari, angin dan musim.

Tanaman teh membutuhkan lingkungan tumbuh yang bertemperatur

ideal yaitu lingkungan dengan kondisi udara yang sejuk. Pertumbuhan dan

produksi teh yang optimal membutuhkan suhu udara antara 14o-25o C.

Curah hujan minimum bagi tanaman teh adalah 1.150-1.400 mm

per tahun. Tanaman teh ini tidak tahan terhadap daerah yang panas dan

kering.

Menurut Stasiun klimatologi Klas I Semarang, suhu udara rata-rata

di Provinsi Jawa Tengah tahun 2009 berkisar antara 24,5oC sampai dengan

28,2oC. Tempat-tempat yang letaknya berdekatan dengan pantai

mempunyai suhu udara rata-rata relatif tinggi. Kelembaban udara rata-rata

bervariasi dari 75 persen sampai dengan 83 persen. Rata-rata curah hujan

di Provinsi Jawa Tengah sebesar 2.121 mm per tahun dan mempunyai hari

hujan dengan rata-rata di bawah 125 hari per tahun. Kondisi iklim seperti

ini cocok untuk membudidayakan perkebunan, misalnya seperti teh.

5. Keadaan Lahan dan Tataguna Lahan

Penggunaan lahan di Provinsi Jawa Tengah dibagi menjadi dua yaitu

lahan sawah dan bukan lahan sawah. Lahan sawah terdiri dari pengairan

teknis, pengiran ½ teknis, pengairan sederhana, pengairan desa, tadah

hujan, pasang surut, lebak dan lainnya. Sedangkan bukan lahan sawah

terdiri dari lahan kering dan lahan lainnya. Tata guna lahan di Provinsi

Jawa Tengah dapat dilihat pada tabel berikut :

Page 59: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Tabel 3. Tata Guna Lahan di Provinsi Jawa Tengah, 2009

No. Jenis Kelamin Luas (Ha) Persentase (%)

1. Lahan Sawah 991.652 30,47 a. Pengairan teknis 383.262 38,65 b. Pengairan ½ teknis 133.769 13,49 c. Pengairan sederhana 136.635 13,78 d. Pengairan desa 52.596 5,30 e. Tadah hujan 282.521 28,49 f. Pasang surut 1.613 0,16 g. Lebak dan lainnya 1.256 0,13

2. Bukan Lahan Sawah 2.262.760 69,53 a. Lahan kering 1) Bangunan/pekarangan 503.923 22,27 2) Tegal/kebun 730.370 32,28 3) Ladang/huma 13.413 0,59 4) Padang rumput 1.184 0,05 5) Sementara tidak

diusahakan 1.628 0,07

6) Hutan rakyat 103.402 4,57 7) Hutan negara 578.107 25,55 8) Perkebunan negara 69.345 3,06 9) Lain-lain 204.284 9,02 b. Lahan lainnya 1) Rawa-rawa 9.035 0,40 2) Tambak 39.810 1,77 3) Kolam/empang 8.259 0,37 Jumlah 3.254.412 100,00

Sumber: Provinsi Jawa Tengah, 2010

Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa di Provinsi Jawa Tengah

luas lahan sawah lebih kecil daripada lahan bukan sawah. Luas lahan

bukan sawah adalah 2.262.760 hektar atau 69,53% dan sebagian besar

lahan bukan sawah digunakan untuk tegalan/kebun yaitu sebesar

730.370 hektar atau sebesar 32,28%. Lahan sawah di Provinsi Jawa

Tengah sebagian besar adalah lahan sawah pengiran teknis yaitu seluas

383.262 hektar atau 10,02%.

Page 60: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

B. Keadaan Penduduk

1. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah

Dalam Angka Tahun 2010, jumlah penduduk di Provinsi Jawa Tengah

mencapai 32.864.563 jiwa. Komposisi penduduk menurut jenis kelamin

dapat digunakan untuk mengetahui jumlah penduduk serta besarnya sex

ratio di suatu daerah, yaitu angka yang menunjukkan perbandingan jumlah

penduduk laki-laki dan perempuan. Komposisi penduduk di Provinsi Jawa

Tengah menurut jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4. Komposisi Penduduk Provinsi Jawa Tengah Menurut Jenis Kelamin, 2009

No. Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%) Sex Ratio 1. Laki-laki 16.123.190 49,06 2. Perempuan 16.741.373 50,94 Jumlah 32.864.563 100,00 96,31

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2010

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa penduduk Provinsi Jawa

Tengah pada tahun 2009 berjumlah 32.864.563 jiwa, terdiri dari

penduduk laki-laki berjumlah 16.123.190 jiwa (49,06%) dan penduduk

perempuan berjumlah 16.741.373 jiwa (50,94%). Sex Ratio di Provinsi

Jawa Tengah pada tahun 2009 adalah sebesar 96,31 yang berarti bahwa

untuk setiap 100 penduduk perempuan terdapat 96 penduduk laki-laki.

Jumlah penduduk perempuan yang lebih besar dari laki-laki, dapat

membantu pemenuhan tenaga kerja pemetik teh. Biasanya tenaga kerja

pemetik teh menggunakan tenaga kerja wanita. Hal ini dikarenakan tenaga

kerja pemetik teh wanita lebih teliti dalam melakukan panen teh.

2. Komposisi Penduduk Menurut Umur

Komposisi penduduk menurut umur bagi suatu daerah dapat

digunakan untuk mengetahui besarnya penduduk yang produktif dan non

produktif. Komposisi penduduk Provinsi Jawa Tengah menurut jenis umur

dapat dilihat sebagai berikut:

Page 61: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Tabel 5. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Provinsi Jawa Tengah, 2009

No. Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) 1. 0 – 14 8.784.425 2. 15 – 64 21.598.118 3. ≥ 65 2.482.020

Angka Beban Tanggungan 52,16

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2010

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk di

Provinsi Jawa Tengah menurut kelompok umur, yang paling banyak

adalah penduduk dengan kelompok umur produktif atau penduduk yang

berusia antara 15-64 tahun. Besarnya jumlah penduduk yang berusia

produktif ini dapat mendukung sub sektor perkebunan khususnya tanaman

teh dalam pemenuhan tenaga kerja. Dari Tabel 5 juga dapat dihitung

Angka Beban Tanggungan (ABT) di Provinsi Jawa Tengah. Angka Beban

Tanggungan (ABT) adalah rasio antara jumlah penduduk usia non

produktif dengan jumlah penduduk usia produktif. Hasil perhitungan

menunjukkan Angka Beban Tanggungan di Provinsi Jawa Tengah sebesar

52,16%. Artinya setiap 100 orang usia produktif menanggung 42 orang

usia tidak produktif (penduduk yang berusia 0-14 tahun dan penduduk

yang berusia lebih dari 65 tahun).

3. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Komposisi penduduk menurut mata pencaharian digunakan untuk

mengetahui tingkat sosial ekonomi dan karakteristik daerah dengan

melihat mata pencahariaannya yang dipilih untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya. Komposisi penduduk di Provinsi Jawa Tengah menurut mata

pencahariannya dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 62: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Tabel 6. Komposisi Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Menurut Mata Pencaharian di Provinsi Jawa Tengah, 2009

No. Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. Pertanian 5.864.827 37,04 2. Pertambangan dan Galian,

Listrik, Gas dan Air Bersih 147.997 0,93

3. Industri 2.656.673 16,78 4. Konstruksi 1.028.429 6,49 5. Perdagangan 3.462.071 21,86 6. Komunikasi 683.675 4,32 7. Keuangan 154.739 0,98 8. Jasa 1.836.971 11,60

Total 15.835.382 100,00

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2010

Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa penduduk di Provinsi

Jawa Tengah sebagian besar bekerja di sektor pertanian, ditunjukkan

dengan jumlah penduduk yang bekerja di sektor ini sebesar 5.864.827 jiwa

atau sebesar 37,04% dari total penduduk yang telah bekerja. Penduduk di

Provinsi Jawa Tengah sebagian besar bekerja di sektor pertanian yang

mencakup sub sektor perkebunan khususnya teh, karena sektor ini tidak

menuntut tenaga kerja yang memiliki keterampilan khusus dan pendidikan

yang tinggi. Sektor lain yang dimasuki penduduk dalam jumlah yang

cukup besar adalah sektor perdagangan sebanyak 3.462.071 jiwa

(21,86%), sektor industri sebanyak 2.656.673 jiwa (16,78%), dan sektor

jasa 1.836.971 jiwa (11,60%). Sektor ekonomi lain yang dimasuki oleh

penduduk dalam jumlah yang kecil kurang dari 10% dimana yang terkecil

adalah sektor pertambangan dan galian, listrik, gas dan air bersih yaitu

sebanyak 147,997 jiwa atau sebesar 0,93% dari total penduduk yang telah

bekerja.

Page 63: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

4. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan dapat digunakan

untuk mengetahui kualitas sumber daya manusia di suatu wilayah tersebut.

Tingkat pendidikan penduduk akan mempengaruhi kemampuan penduduk

dalam menerima teknologi baru dan mengembangkan usaha di daerahnya.

Tingkat pendidikan di suatu daerah dipengaruhi antara lain oleh kesadaran

akan pentingnya pendidikan dan keadaan sosial ekonomi serta

ketersediaan sarana pendidikan yang ada. Keadaan penduduk menurut

tingkat pendidikan di Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 7. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Provinsi Jawa tengah, 2009

No Pendidikan Jumlah Persentase (%)

1. Tamat SD 13.829.015 56,05 2. Tamat SLTP 5.443.466 22,07 3. Tamat SLTA, D1, D2, D3,

D4, S1, S2, dan S3 5.397.044 22,88

Jumlah 24.669.525 100,00

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2010

Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa penduduk di Provinsi

Jawa Tengah paling banyak adalah tamatan SD yaitu sebanyak

13.829.015 orang atau 56,05% dan yang paling sedikit adalah tamatan

SLTP yaitu sebesar 5.443.466 orang atau sebanyak 22,07%. Adapun

jumlah penduduk yang berhasil menyelesaikan tingkat pendidikannya

hingga tingkat SLTA, D1, D2, D3, D4, S1, S2, dan S3 sebanyak 5.397.044

orang atau sebesar 22,88%. Penduduk Provinsi Jawa Tengah sebagian

besar berpendidikan SD sehingga hal ini akan mempengaruhi kemampuan

dalam menerima teknologi baru dan usaha untuk mengembangkan sub

sektor perkebunan khususnya tanaman teh.

Page 64: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

C. Keadaan Perekonomian

1. Struktur Perekonomian

Menurut perhitungan atas dasar harga berlaku (ADHB), Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jawa Tengah tahun 2009

adalah sebesar Rp 392,983,859.75 juta atau meningkat 8,28 % dari PDRB

tahun sebelumnya yang mencapai angka Rp 362,938,708.25 juta. PDRB

yang terbesar berasal dari sektor industri pengolahan. Sektor pertanian

menempati posisi ketiga di bawah sektor perdagangan, hotel, dan restoran

yang berada di posisi kedua. Hal ini menunjukkan adanya pergeseran peran

sektor pertanian sebagai sektor ekonomi utama digantikan oleh sektor

ekonomi non pertanian. Adapun peran sektor-sektor ekonomi yang lain

dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 8. Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku, 2009

No. Lapangan Usaha Atas Dasar Harga berlaku (ADHB)

PDRB Tahun 2008 (Jutaan Rupiah)

Persentase (%)

PDRB Tahun 2009 (Jutaan Rupiah)

Persentase (%)

1. Pertanian 71.130.288,73 19,60 77.495.016,46 19,72

2. Pertambangan dan Galian 3.514.457,82 0,97 3.856.796,77 0,98

3. Industri Pengolahan 120.067.745,13 33,08 123.595.643,43 31,45

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 3.738.360,22 1,03 4.094.862,84 1,04

5. Bangunan 21.196.201,77 5,84 24.448.721,40 6,22

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran

71.617.054,69 19,73 78.082.543,48 19,87

7. Pengangkutan dan Komunikasi

21.870.962,98 6,03 24.341.233,51 6,19

8.

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

12.617.097,04 3,48 14.447.437,07 3,68

9. Jasa - Jasa 37.186.539,86 10,25 42.621.604,79 10,85

Total PDRB 362.938.708,25 100,00 392.983.859,75 100,00

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2010

Berdasarkan Tabel 8 diketahui bahwa sektor industri pengolahan

memberikan sumbangan yang tertinggi terhadap ekonomi Provinsi Jawa

Tengah yaitu sebesar 31,45% atau Rp 123,595,643.43 juta. Sektor

perdagangan, hotel, dan restoran yang juga merupakan sektor yang

Page 65: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

dominan, memberikan sumbangan pada perekonomian Provinsi Jawa

tengah sebesar 19,87 % atau Rp 78,082,543.48 juta. Laju pertumbuhan

sektor pertanian pada tahun 2009 yaitu sebesar 6,01 % masih mempunyai

peranan yang cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa

Tengah, karena mampu memberikan andil sebesar 19,72% atau

Rp 77.495.016,46 juta.

2. Pendapatan Per Kapita

Pendapatan regional per kapita merupakan salah satu tolak ukur

tingkat kesejahteraan masyarakat suatu wilayah. Semakin tinggi tingkat

pendapatan regional per kapita, semakin tinggi tingkat kesejahteraan

masyarakat di wilayah tersebut. Dalam waktu lima tahun terakhir

pendapatan regional per kapita Provinsi Jawa Tengah cenderung meningkat

dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukan bahwa sub sektor perkebunan

khususnya teh dapat menyerap tenaga kerja yang besar, dengan banyaknya

penduduk Provinsi Jawa Tengah yang bekerja dapat meningkatkan

pendapatan regional per kapita di Provinsi Jawa Tengah. Perkembangan

pendapatan regional per kapita di Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat pada

tabel berikut ini.

Tabel 9. Pendapatan Regional Per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku di Provinsi Jawa Tengah, 2005-2009.

Tahun Pendapatan Per Kapita (Rp) ADH Berlaku

(ADHB)) ADH Konstan

(ADHK 2000=100) 2005 6.275.651,39 3.855.751,69 2006 7.538.997,91 4.036.539,69 2007 8.281.309,54 4.223.197,03 2008 9.522.019,88 4.412.328,27 2009 10.228.762,63 4.572.706,07

Jumlah 41.846.741,35 21.100.522,75 Rata-rata 8.369.348,27 4.220.104,55

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2010

Page 66: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa dalam lima tahun terakhir

pendapatan regional perkapita Provinsi Jawa Tengah mempunyai angka

pertumbuhan yang positif yang berarti bahwa tingkat kesejahteraan

masyarakat Provinsi Jawa Tengah mengalami peningkatan. Pendapatan

regional perkapita riil rata-rata adalah Rp 4.220.104,55 per tahun.

Sedangkan menurut harga berlaku pendapatan regional per kapita rata-rata

adalah Rp 8.369.348,27 per tahun.

3. Sarana dan Prasarana Ekonomi

Sarana dan prasarana perekonomian merupakan faktor penting dalam

kegiatan ekonomi masyarakat. Dalam perekonomian yang semakin

berkembang diperlukan sarana dan prasarana yang semakin berkembang

pula. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menyadari hal ini dan

merealisasikannya dengan pembangunan fasilitas-fasilitas antara lain

fasilitas transportasi dan komunikasi. Panjang jalan di seluruh wilayah

Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2009 menurut Badan Pusat Statistik

dalam angka 2010 adalah 1.390,57 km panjang jalan nasional,

2.539,70 km jalan provinsi, dan 22.458,95 km panjang jalan

kabupaten/kota. Jembatan yang sudah dibangun berjumlah 3.633 buah,

terdiri dari 1.605 jembatan negara dan 2.028 jembatan provinsi. Pelabuhan

yang ada yaitu Pelabuhan Tanjung Emas, Pelabuhan Tanjung Intan, dan

Pelabuhan Tegal. Pembangunan fasilitas-fasilitas transportasi dan

komunikasi akan membantu ekspor teh Provinsi Jawa Tengah berjalan

dengan baik.

Dalam bidang komunikasi terdapat PT. Pos Indonesia yang melayani

kebutuhan surat menyurat, wesel, dan paket pos. PT. Pos Indonesia

keberadaannya semakin diperlukan dalam era informasi sebagai sarana

penghubung dan komunikasi. Pada tahun 2009 di Provinsi Jawa Tengah

sudah terdapat sebanyak 494 buah kantor pos yang terdiri dari 29 buah

kantor pemeriksa dan 511 buah kantor cabang. PT. Telkom juga terdapat di

Provinsi Jawa Tengah yang melayani hubungan komunikasi lewat telepon.

Page 67: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Keadaan perekonomian di Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat dari

ketersediaan sarana perekonomian untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Sarana tersebut, digunakan untuk menyalurkan hasil produksi sub sektor

perkebunan terutama teh dari produsen ke konsumen. Guna menunjang laju

perekonomiannya tersebut maka di Provinsi Jawa Tengah mempunyai

beberapa sarana perekonomian seperti pasar, bank, pasar tradisional, pusat

perbelanjaan dan koperasi. Jumlah masing-masing dapat dilihat sebagai

berikut:

Tabel 10. Sarana Perekonomian di Provinsi Jawa Tengah, 2009 No Jenis Sarana Perekonomian Jumlah (unit) 1 Koperasi non KUD 25.077 2 Koperasi KUD 2931 3 Pasar tradisional 884 4 Pusat perbelanjaan 31 5 Bank 56 6 BPR 301

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2010

Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui bahwa sarana perekonomian

yang terdapat di Provinsi Jawa Tengah sudah memadai. Koperasi KUD

maupun koperasi non KUD merupakan sarana perekonomian masyarakat

yang jumlahnya terbesar dibandingkan sarana perekonomian lainnya. Hal

ini menunjukkan cukup tingginya kesadaran masyarakat untuk berkoperasi.

Jumlah pasar yang ada di Provinsi Jawa Tengah juga cukup besar yaitu

884 unit pasar tradisional dan 31 unit pusat perbelanjaan. Untuk lembaga

keuangan yang terdapat di Provinsi Jawa Tengah adalah bank sebanyak

56 unit dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) sebanyak 301 unit.

Page 68: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Selain sarana perekonomian, terdapat juga sarana perhubungan

sebagai penunjang dalam kegiatan perekonomian. Berikut ini tabel yang

menunjukan jumlah sarana perhubungan di Provinsi Jawa Tengah pada

tahun 2009.

Tabel 11. Sarana Perhubungan Kendaraan Bermotor di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009

No Jenis Sarana Perhubungan Jumlah (unit) 1 Mobil Pribadi 583.361 2 Bus 72.186 3 Truk 148.523 4 Pick Up 374.728 5 Sepeda Motor 8.076.324

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2010

Banyaknya sarana perhubungan yang terdapat di Provinsi Jawa

Tengah membuat masyarakat tidak akan mengalami kesulitan dalam

melakukan mobilitas untuk melakukan kegiatan perekonomian. Dalam

kegiatan ekspor teh, sarana perhubungan mempunyai peranan penting

dalam melakukan pemasaran teh, dimana membutuhkan pengangkutan yang

seefektif dan seefisien mungkin sehingga teh masih dalam keadaan bagus

ketika sampai ke konsumen. Adanya mobilitas yang baik maka akan

semakin menambah jumlah konsumen yang berada di luar kota maupun

luar negeri untuk membeli teh.

Tabel 12. Panjang Jalan dan Kondisi Jalan di Provinsi Jawa Tengah, 2009 No Jenis Sarana Perhubungan Jalan Kabupaten (Km) 1 Jenis Permukaan a. Aspal 21.551,43 b. Kerikil 1.222,46 c. Tanah 800,14 d. Tidak dirinci 2.195,88 2 Kondisi Jalan a. Baik 12.740,81 b. Sedang 6.563,56 c. Rusak 4.211,82 d. Rusak berat 2.253,71

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2010

Page 69: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Berdasarkan Tabel 12 dapat diketahui bahwa dari jenis permukaan

jalan, sebagian besar jalan di Provinsi Jawa Tengah sudah berupa aspal,

begitu pula dengan kondisi jalan yang sebagian besar sudah dapat

dikatakan baik, walaupun juga ada kondisi jalan yang rusak berat. Kondisi

jalan yang baik dan lancar akan semakin memudahkan dalam melakukan

pemasaran teh ke luar kota maupun ke luar negara sehingga risiko

kerusakan produk teh dapat diperkecil.

4. Ekspor dan impor

Investasi yang ditanamkan di berbagai sektor ekonomi berhasil

meningkatkan produksi. Meningkatnya produksi akan lebih mendorong

ekspor. Nilai ekspor yang dicapai Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2008

mencapai 180.530,30 milyar rupiah, turun menjadi 177.121,7 milyar rupiah

pada tahun 2009. Kegiatan ekspor ke luar negeri sebesar 19,08% dari total

nilai ekspor. Ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2009 adalah

721.348 kg dengan nilai ekspor 937.752 US$.

Nilai impor barang dan jasa masih di bawah kegiatan ekspor. Pada

tahun 2009, nilai impor atas dasar harga berlaku mencapai 170.338,30

milyar rupiah, naik 5,51% dari tahun sebelumnya. Namun untuk nilai

impor atas dasar harga konstan 2000 mengalami penurunan sebesar minus

0,64 % atau tercatat sebesar 78,131,40 milyar rupiah.

D. Kondisi Umum Sub Sektor Perkebunan Provinsi Jawa tengah

1. Pembangunan Sub Sektor Perkebunan

Pembangunan perkebunan di Provinsi Jawa Tengah memiliki peran

yang strategis, ditinjau dari aspek ekonomi, sosial maupun ekologi. Untuk

itu arah pembangunan perkebunan dalam jangka pendek adalah

mendukung terwujudnya pemulihan ekonomi nasional, dan berjalannya

otonomi daerah, dengan mengupayakan peningkatan ekspor dan

penyediaan bahan baku industri, penciptaan sebesar-besarnya lapangan

kerja produktif, kualitas sumberdaya perkebunan, tersedia sarana dan

prasarana pendukung, peningkatan mutu dan pelestarian lingkungan hidup,

Page 70: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

serta pengembangan diversifikasi usaha, bagian integral dari pembangunan

pertanian, serta sesuai dengan kewenangan provinsi.

Program prioritas pembangunan perkebunan di Provinsi Jawa tengah

diselaraskan dengan program pertanian secara luas yang tertuang dalam

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Jawa Tengah

tahun 2008-2013 dan arah kebijakan pembangunan pertanian Departemen

Pertanian Republik Indonesia, meliputi:

a. Program Pendidikan Non Formal dan Informal (Pendidikan Luar

Sekolah)

Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya

manusia petani sehingga alih teknologi, penyerapan dan penyebarannya

lebih cepat dan merata untuk menghasilkan produk komoditas yang

berdaya saing serta meningkatkan ketersediaan dan eksesibilitas petani

pada barang-barang modal dan teknologi melalui pendidikan

kemasyarakatan.

b. Program Peningkatan Ketahanan Pangan

Program ini bertujuan untuk memfasilitasi terjaminnya

masyarakat untuk memperoleh pangan yang cukup setiap saat, sehat

dan halal, melalui penyediaan input, peningkatan keanekaragaman

produksi, menjamin ketersediaan dan distribusi pangan berbasis

perkebunan, pengembangan produksi budaya pangan lokal, dan

pengembangan kelembagaan usaha yang terintegritas alam kesatuan

sistem ketahanan yang mampu mengatasi kerawanan pangan.

c. Program Pengembangan Agribisnis

Program ini bertujuan untuk memfasilitasi berkembangnya usaha

agribisnis yang produktif dan efisien, menghasilkan berbagai produk

perkebunan, terjalin secara sinergi, sesuai keunggulan masing-masing

daerah dengan penerapan teknologi budidaya dan sistem PHT

(Pengendalian Hama Terpadu) yang berwawasan ramah lingkungan.

Diharapkan kualitas produk yang dihasilkan dapat memenuhi SNI

(Standar Nasional Indonesia) sehingga mempunyai nilai tambah dan

Page 71: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

daya saing yang tinggi baik dipasar lokal, nasional maupun

internasional, serta mampu meningkatkan kontribusi sub sektor

perkebunan dalam perekonomian nasional, terutama melalui

penerimaan devisa.

d. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani

Program ini bertujuan untuk memfasilitasi peningkatan

pendapatan petani melalui pemberdayaan, peningkatan akses terhadap

sumberdaya pertanian, pengembangan kelembagaan dan perlindungan

terhadap petani, dengan sasaran meningkatnya kapasitas dan posisi

tawar petani, semakin kokohnya kelembagaan petani dan meningkatnya

pendapatan petani sebagai tolak ukur peningkatan kesejahteraan.

Sub sektor perkebunan merupakan sektor yang sampai saat ini masih

mampu memberikan sumbangan pada perekonomian wilayah Provinsi

Jawa Tengah. Sub sektor perkebunan juga mampu menyerap tenaga kerja

yang cukup besar. Penyerapan tenaga kerja pengembangan pembangunan

perkebunan pada tahun 2009 sejumlah 2.089.555 petani. Petani ini

ditugaskan untuk pengembangan usahatani perkebunan melalui

diversifikasi, intensifikasi, rehabilitasi, peremajaan komoditas perkebunan

di Provinsi Jawa Tengah seluas 588.634,32 Ha.

2. Kelembagaan

Peningkatan kelembagaan diarahkan agar kelembagaan petani

tumbuh dari bawah dari, dan, untuk petani pekebun, sehingga kelembagaan

tersebut dapat berkembang dan mampu memenuhi kepentingan

pengembangan usaha para anggotanya. Dengan demikian diharapkan

kelembagaan petani pekebun teh di Provinsi Jawa Tengah dapat

berkembang dengan baik. Fasilitas yang dilaksanakan untuk penumbuhan

dan peningkatan kelembagaan meliputi:

a. Assosiasi petani komoditas perkebunan. Di Provinsi Jawa Tengah telah

terbentuk 6 assosiasi meliputi: Assosiasi Petani Cengkeh Indonesia

(APCI), Assosiasi Petani Tanaman Obat (APTO), Assosiasi Petani

Tembakau Indonesia (APTI), Assosiasi Petani Kelapa Indonesia

Page 72: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

(APKI), DPD Assosiasi Petani Tebu (DPD APTRI), dan Assosiasi

Pengusaha Agro Perkebunan.

b. Assosiasi komoditas perkebunan tingkat kabupaten, telah terbentuk 11

assosiasi meliputi: Assosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI),

Assosiasi Petani Jahe dan Kencur, Assosiasi Petani Teh Indonesia

(APTI), DPC BK APTRI Wilker PG Pangka, Assosiasi Petani Gula

Kelapa kebumen/Masyarakat Perkelapaan Indonesia (MAPI), Assosiasi

Petani komoditi Kopi (ASKOP), Assosiasi Petani Penyuling dan

Pengusaha Nilam, Assosiasi Petani Tanaman Mete (APTM), Assosiasi

Petani Kopi Indonesia, Assosiasi Tembakau Indonesia, dan Assosiasi

Petani Rami.

c. Penumbuhan Kelembagaan Pedagang Kecil Tembakau (P3KT).

d. Penumbuhan koperasi berbadan hukum yang bergerak dibidang

komoditas perkebunan di Provinsi Jawa Tengah.

3. Luas dan Jenis Komoditas

Berdasarkan data statistik perkebunan Provinsi Jawa Tengah tahun

2009. Luas total areal Perkebunan Rakyat, PTP Nusantara IX, dan

Perkebunan Besar Swasta (PBS) tahun 2009 seluas 588.634,32 Ha, dengan

produksi sebesar 835.815,15 ton. Adapun rincian luas areal dan produksi

komoditas perkebunan sebagai berikut:

a. Perkebunan Rakyat

Luas areal perkebunan rakyat di Provinsi Jawa Tengah sebesar

534.881,23 Ha atau 90,87% dari seluruh luas areal perkebunan yang

ada di Provinsi Jawa Tengah, serta produksi sebesar 796.491,99 ton,

dengan jumlah komoditas yang diusahakan sebanyak 48 komoditas,

diantaranya terdapat 23 komoditas utama yaitu tanaman tahunan.

Tanaman tahunan yang menjadi komoditas utama di Provinsi Jawa

Tengah adalah aren, cassiavera, cengkeh, jambu mete, kakao, kapok,

karet, kelapa dalam, kelapa deres, kemukus, kopi, lada, pala, panili,

teh, glagah arjuna, dan siwalan. Sedangkan tanaman semusim yang

menjadi komoditas utama di Provinsi Jawa Tengah adalah kapas, tebu,

Page 73: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

tembakau rakyat, tembakau virginia, tembakau asepan, dan tembakau

vorstenland.

Luas areal komoditas di Provinsi Jawa Tengah dari tahun 2008

ke tahun 2009 mengalami kenaikan luas areal sebesar 6.728,58 Ha

(1,27%). Komoditas yang mengalami kenaikan atau penambahan luas

sebanyak 22 komoditas (14.342,22 Ha) antara lain: cengkeh

1.732,77 Ha, karet 843,52 Ha, kelapa dalam 814,42 Ha,

kelapa deres 845,49 Ha, kelapa hibrida 35,85 Ha, kakao 150,62 Ha,

jenitri 24 Ha, kemiri 43,86 Ha, cabe jamu 6,10 ha, kopi arabika

165,66 Ha, kopi robusta 189,13 Ha, mendong 5,59 Ha, sereh wangi

1,50 Ha, tebu gula merah 3.227,7 Ha, kapas 482,79 Ha, adas 7,95 Ha,

klembak 58 Ha, tembakau rajang 4.716,70 Ha, tembakau vorstenland

56,7 Ha, tembakau Virginia 40 Ha, tembakau asepan 566,59 Ha, dan

wijen 326,90 Ha.

Rincian tanaman di Provinsi Jawa Tengah yang mengalami

penurunan areal dari tahun 2008 ke tahun 2009 terdiri dari 23

komoditas (7.613,64 Ha) meliputi: asam jawa 1,44 Ha, asam manis

2 Ha, jambu mete 56,15 Ha, kapok 868,40 ha, nipah 2 Ha, pala

5,04 ha, lada 0,57 ha, kemukus 8,63 Ha, panili 26,33 ha, jarak pagar

234,05 Ha, glagah arjuna 65 Ha, kenanga 2,26 ha, cassiavera

56,38 Ha, siwalan 4,30 Ha, akar wangi 20 Ha, jarak kepyar 93,92 Ha,

tebu 5.933,88 Ha, dan nilam 151,34 Ha.

b. Perkebunan Negara (PTP Nusantara IX)

Areal konsesi Perkebunan Besar Negara IX di Provinsi Jawa

Tengah seluas 39.298,69 Ha atau 6,67 % dari luas perkebunan yang

ada di Provinsi Jawa Tengah. Sedangkan dalam pelaksanaanya

mengelola 8 komoditas utama yang meliputi: karet 26.441,73 Ha, teh

1.432,68 Ha, kopi 1.441,74 Ha, kakao 529,14 Ha, pala 216,95 Ha,

kapok 449,90 Ha, dan kelapa 1.020,05 ha. Produksi total sebanyak

28.125,71 ton terdiri dari; karet 24.283 ton, teh 1.960,76 ton, kopi

Page 74: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

1.232,89 ton, kakao 151,05 ton, minyak pala 7,42 ton, kapok

130,37 ton, dan kelapa 360,71 ton.

c. Perkebunan Besar Swasta

Areal konsesi Perkebunan Besar Swasta (PBS) di Provinsi Jawa

Tengah tahun 2009 seluas 14.454,40 Ha atau sebesar 2,45 % dari

seluruh luas areal perkebunan di Provinsi Jawa Tengah dengan

mengusahakan 7 komoditas yang meliputi: karet 5.208,72 ha, teh

2.451,01 Ha, kopi 675,49 Ha, cengkeh 1.121,81 Ha, kapok 523,51 Ha,

kelapa 302,02 Ha, dan kakao 1.242,07 Ha. Adapun produksi

Perkebunan Besar Swasta sebagai berikut : karet 4.420,39 ton, teh

4.395,03 ton, kopi 172,80 ton, cengkeh 402,16 ton, kapok 197,38 ton,

kelapa 386,82 ton, dan kakao 1.232,87 ton.

4. PDRB Sub Sektor Perkebunan

Pembangunan perkebunan bertujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan petani/kelompok tani melalui peningkatan pendapatan yang

merupakan salah satu indikator guna mendekati tingkat pertumbuhan

ekonomi secara kuantitatif sebagai tolak ukur keberhasilan pembangunan.

Salah satu data statistik yang diperlukan unntuk evaluasi dan perencanaan

adalah produk domestik regional bruto (PDRB). PDRB didefinisikan

sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam

suatu wilayah atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir

yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. PDRB

perkebunan merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh

unit usaha perkebunan.

Dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 PDRB bidang

perkebunan yang dihitung dengan harga berlaku mengalami kenaikan

pertumbuhan rata-rata 16,68 % (dalam juta rupiah) sebagai berikut: tahun

2005 sebesar Rp 4.434.061,35; tahun 2006 sebesar Rp 4.316.832,36; tahun

2007 sebesar Rp 7.199.947,68; tahun 2008 sebesar Rp 7.767.780,92; dan

tahun 2009 sebesar Rp 8.248.278,47.

Page 75: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian yang berjudul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Volume Ekspor Teh di Provinsi Jawa Tengah ini menggunakan data sekunder

berupa data time series selama 16 tahun, yaitu tahun 1994-2009. Volume

ekspor teh dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan model non

linier berganda sehingga volume ekspor teh sebagai variabel tak bebas

(dependent). Sebagai variabel bebas (independent) yaitu produksi teh (X1),

harga domestik teh Provinsi Jawa Tengah (X2), harga ekspor Provinsi Jawa

Tengah (X3), nilai tukar Dollar Amerika Serikat terhadap Rupiah (X4), dan

volume ekspor tahun sebelumnya (X5). Adapun data dan analisis hasil dari

masing-masing variabel yang diteliti adalah sebagai berikut :

1. Volume Ekspor Teh di Provinsi Jawa Tengah

Volume ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah dalam kurun waktu 16

tahun, yaitu selama tahun 1994 hingga tahun 2009. Volume ekspor

rata-rata teh yang dihasilkan oleh Provinsi Jawa Tengah tiap tahunnya

mencapai 1.695.530 kg dengan nilai ekspor rata-rata per tahun sebesar

US$ 1.947.384. Volume ekspor teh mulai menurun pada tahun 1995 yaitu

sebesar 206.446 kg dan terus menurun hingga tahun 1998. Setelah itu

volume ekspor meningkat tajam pada tahun 1999 yaitu sebesar

1.709.702 kg. Peningkatan ini termasuk peningkatan terbesar selama kurun

waktu 16 tahun. Peningkatan terjadi karena mutu teh yang dihasilkan

sangat bagus. Hal ini membuat harga jual teh di Provinsi Jawa tengah

keluar negeri menjadi tinggi, sehingga mendorong eksportir untuk

meningkatkan volume ekspor dengan harapan dapat memperoleh

keuntungan yang berlipat. Hal tersebut juga turut mempengaruhi volume

ekspor teh di Provinsi Jawa tengah. Sedangkan penurunan volume ekspor

terbesar terjadi pada tahun 2001 dari tahun 2000 yaitu sebesar 1.279.708

kg, dan terus menurun dari tahun 2004 hingga tahun 2009. Hal ini

dikarenakan jumlah produksi teh yang semakin menurun menyebabkan

61

Page 76: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

jumlah volume ekspor teh menurun. Penurunan produksi teh disebabkan

karena banyak tanaman teh yang kurang dirawat dengan baik. Volume

ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah mengalami fluktuasi dari tahun ke

tahun seperti terlihat dalam tabel berikut:

Tabel 13. Perkembangan Volume Ekspor Teh di Provinsi Jawa Tengah, 1994-2009

Tahun Volume ekspor (Kg)

Nilai Ekspor (US$)

Laju Perkembangan Ekspor

(Kg) (%) 1994 1.853.270 1.464.083 0 0 1995 1.646.824 1.498.610 -206.446 -11,14 1996 1.594.319 1.578.376 -52.505 -3,19 1997 1.240.830 1.216.013 -353.489 -22,17 1998 1.026.678 1.006.144 -214.152 -17,26 1999 2.736.380 5.636.943 1.709.702 166,53 2000 2.779.460 3.057.406 43.080 1,57 2001 1.499.752 1.049.826 -1.279.708 -46,04 2002 1.540.130 1.463.124 40.378 2.69 2003 3.040.831 5.351.863 1.500.701 97,44 2004 1.899.600 1.101.768 -1.141.231 -37,53 2005 1.758.525 1.688.184 -141.075 -7,43 2006 1.718.127 1.975.846 -40.398 -2,30 2007 1.137.590 1.001.079 -580.537 -33,79 2008 934.816 1.131.127 -202.774 -17,82 2009 721.348 937.752 -213.468 -22,84 Total 27.128.480 31.158.144 -1.131.922 46,73

Rata-rata 1.695.530 1.947.384 -70.745,13 2,92

Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, 1994-2009

Perkembangan volume ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah tahun

1994-2009 secara keseluruhan sangat fluktuatif dan mempunyai

kecenderungan menurun. Hal ini ditunjukkan oleh laju perkembangan

volume ekspor rata-rata sebesar -70.745,13 kg per tahun. Kecenderungan

perkembangan menurun ini menunjukkan bahwa selama kurun waktu

16 tahun penawaran ekspor teh mengalami penurunan. Hal tersebut

diakibatkan oleh adanya penurunan permintaan teh di pasar dunia.

Penurunan permintaan ini disebabkan oleh makin menurunnya mutu teh

yang dihasilkan oleh Provinsi Jawa Tengah, sehingga teh yang dihasilkan

oleh Provinsi Jawa Tengah kalah bersaing dengan teh dari negara lain,

Page 77: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

seperti teh dari Srilangka, Kenya, Cina, dan India. Selain itu penurunan

ekspor tersebut diakibatkan adanya penurunan produksi teh oleh petani.

Produksi teh mengalami penurunan dikarenakan perawatan tanaman

kurang diperhatikan, misalnya tanaman yang sudah tua (sudah berumur

lebih dari 40 tahun) tidak diganti dengan tanaman yang baru, adanya

tanaman yang rusak, serta luas areal tanaman teh yang semakin menurun.

Hal-hal lain yang menjadi penghambat dalam pengembangan produksi teh

adalah semakin mahalnya pupuk dan tuntutan kenaikan upah buruh.

Perubahan volume ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat pada

Gambar 2 berikut.

Perkembangan Volume Ekspor Teh Tahun 1994 - 2009

0

5000001000000

1500000

2000000

2500000

3000000

3500000

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

Tahun

Vol

ume

Eks

por

Volume Ekspor (kg)

Gambar 2. Perkembangan Volume Ekspor Teh di Provinsi Jawa Tengah

Tahun 1994-2009

Berdasarkan Gambar 2 diketahui bahwa volume ekspor teh di

Provinsi Jawa Tengah mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun dan

cenderung mengalami penurunan. Volume ekspor teh Provinsi Jawa

Tengah tertinggi terjadi pada tahun 2003. Sedangkan volume ekspor teh

Provinsi Jawa Tengah terkecil terjadi pada tahun 2009. Hal ini disebabkan

karena adanya pengaruh dari variabel-variabel seperti produksi teh Provinsi

Jawa Tengah, harga domestik teh Provinsi Jawa Tengah, harga ekspor teh

Provinsi Jawa Tengah, nilai tukar Dollar Amerika Serikat terhadap Rupiah,

dan volume ekspor teh Provinsi Jawa Tengah pada tahun sebelumnya.

Page 78: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

2. Produksi Teh di Provinsi Jawa Tengah

Provinsi Jawa tengah sebagai salah satu penghasil teh di Indonesia,

mempunyai 13 wilayah penghasil teh. Diantaranya adalah

Kabupaten Banyumas, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banjarnegara,

Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali,

Kabupaten Temanggung, Kabupaten Kendal, Kabupaten Pekalongan,

Kabupaten Pemalang, Kota Tegal, Kabupaten Brebes dan Kabupaten

Batang sebagai produsen terbesar. Selain dari perkebunan rakyat produksi

teh juga berasal dari PTPN IX dan Perkebunan Besar Swasta (PBS).

Selama rentang waktu penelitian produksi teh di Provinsi Jawa Tengah

menunjukkan perkembangan sebagai berikut :

Tabel 14. Perkembangan Produksi Teh di Provinsi Jawa Tengah, 1994-2009

Tahun Produksi (Kg) Perkembangan (Kg)

Laju Pertumbuhan

(%) 1994 7.970.910 0 0 1995 7.438.620 -532.290 -6,68 1996 8.894.090 1.455.470 19,57 1997 9.000.820 106.730 1,20 1998 9.506.030 505.210 5,61 1999 15.929.460 6.423.430 67,57 2000 17.077.050 1.147.590 7,20 2001 13.075.260 -4.001.790 -23,43 2002 13.774.280 699.020 5,35 2003 13.609.180 -165.100 -1,20 2004 15.000.240 1.391.060 10,22 2005 4.655.330 -10.344.910 -68,96 2006 4.400.140 -255.190 -5,48 2007 5.009.890 609.750 13,86 2008 5.579.950 570.060 11,38 2009 5.512.060 -67.890 -1,22 Total 156.433.310 -2.458.850 34,99

Rata-rata 9.777.081,88 -153.678,13 2,19

Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, 1994-2009

Page 79: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Berdasarkan Tabel 14 dapat diketahui bahwa produksi teh di Provinsi

Jawa Tengah pada tahun 1994-2009 mengalami fluktuasi dengan

kecenderungan menurun. fluktuasi harga di luar negeri, memberikan

dampak terhadap produksi didalam negeri. Pada saat harga teh turun,

diduga karena kelebihan suplai dipasar. Hal inilah yang menyebabkan

petani teh perkebunan rakyat biasanya kurang antusias untuk merawat

tehnya dengan baik, sehingga produksi turun. Selain itu juga dapat

disebabkan karena luas areal perkebunan teh terus mengalami penurunan,

musim yang kurang baik (misal musim kemarau yang panjang), dan

serangan hama. Produksi teh lebih tinggi pada waktu musim hujan daripada

musim kemarau.

Total produksi teh Provinsi Jawa Tengah selama 16 tahun adalah

sebanyak 156.433.310 kg dengan produksi rata-rata pertahunnya adalah

sebanyak 9.777.081,88 kg. Adapun produksi tertinggi mampu dicapai pada

tahun 2000 yaitu sebanyak 17.077.050 kg. Hal ini dikarenakan terdorong

oleh harga ekspor tahun sebelumnya yang cukup tinggi, sehingga

mendorong eksportir untuk meningkatkan produksinya pada tahun

selanjutnya. Sedangkan produksi terendah adalah sebanyak 4.400.140 kg

yang terjadi pada tahun 2006. Hal ini dikarenakan luas lahan perkebunan

teh di Provinsi Jawa Tengah semakin berkurang. Perkembangan produksi

teh yang berfluktuasi tersebut dapat dilihat pada gambar berikut :

Page 80: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

Perkembangan Produksi Teh Provinsi Jawa Tengah Tahun 1994 - 2009

02000000400000060000008000000

1000000012000000140000001600000018000000

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

Tahun

Pro

duks

i Teh

Produksi Teh (kg)

Gambar 3. Perkembangan Produksi Teh di Provinsi Jawa Tengah Tahun

1994-2009

Berdasarkan Tabel 13 dan Gambar 3 dapat diketahui bahwa produksi

teh di Provinsi Jawa Tengah mengalami perkembangan yang fluktuatif

dengan kecenderungan menurun rata-rata sebesar 153.678,13 kg per tahun.

Penurunan produksi teh mengindikasikan banyak tanaman teh yang kurang

dirawat dengan baik. Hal ini dipengaruhi oleh biaya perawatan tanaman

yang terus meningkat tiap tahunnya. Penurunan produksi teh Provinsi Jawa

Tengah terjadi dari tahun 2004 ke tahun 2005. Hal ini dapat disebabkan

karena luas areal perkebunan teh terus mengalami penurunan, musim yang

kurang baik, dan serangan hama.

3. Harga Domestik Teh di Provinsi Jawa Tengah

Harga domestik teh Provinsi Jawa Tengah adalah harga teh dipasaran

dalam negeri. Perkembangan harga domestik teh di Provinsi Jawa Tengah

baik menurut harga berlaku (harga sebelum terdeflasi) maupun harga

konstan (harga terdeflasi) selama periode penelitian mengalami fluktuasi

dengan kecenderungan meningkat. Hal ini dapat disebabkan karena

meningkatnya permintaan teh dalam negeri dan menurunnya harga ekspor

teh. Perkembangan harga domestik Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat

pada Tabel 15 berikut ini.

Page 81: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Tabel 15. Perkembangan Harga Domestik Teh di Provinsi Jawa Tengah, 1994-2009

Tahun IHK (2002=100)

Harga Berlaku (Rp/Kg)

Harga Terdeflasi (Rp/Kg)

Laju Perkembangan Ekspor

Berlaku (%)

Terdeflasi (%)

1994 54,73 880 1.607,89 0,00 0,00 1995 58,59 885 1.510,50 0,57 -6,06 1996 67,18 910 1.354,57 2,82 -10,32 1997 78,09 1.025 1.312,59 12,64 -3,10 1998 85,46 2.050 2.398,78 100,00 82,75 1999 86,33 2.500 2.895,86 21,95 20,72 2000 91,88 2.500 2.720,94 0,00 -6,04 2001 95,90 3.165 3.300,31 26,60 21,29 2002 100 4.000 4.000,00 26,38 21,20 2003 106,31 4.000 3.762,58 0,00 -5,94 2004 107,19 3.665 3.419,16 -8,38 -9,13 2005 114,65 4.085 3.563,02 11,46 4,21 2006 132,89 4.125 3.104,07 0,98 -12,88 2007 139,38 4.295 3.081,50 4,12 -0,73 2008 148,83 3.480 2.338,24 -18,98 -24,12 2009 151,38 3.600 2.378,12 3,45 1,71 Total - 45.165 42.748,14 183,62 73,57 Rata-rata - 2.822,81 2.671,76 11,48 4,60

Sumber: Dinas Perkebunan di Provinsi Jawa Tengah, 1994-2009

Tabel 15 menunjukkan harga domestik teh Provinsi Jawa Tengah

menurut harga berlaku tertinggi terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar Rp

4.295 per kg dan harga terendah terjadi pada tahun 1994 yaitu sebesar Rp

880 per kg. Sedangkan harga domestik teh Provinsi Jawa tengah menurut

harga konstan tertinggi yaitu sebesar Rp 4.000 per kg terjadi pada tahun

2002, dan harga terendah terjadi pada tahun 1997 yaitu sebesar Rp1.312,59

per kg. Rata-rata harga domestik teh Provinsi Jawa Tengah menurut harga

berlaku selama penelitian adalah sebesar Rp 2.822,81 per kg, lebih besar

dibandingkan harga konstan yaitu sebesar Rp 2.671,76 per kg. Sedangkan

perubahan rata-rata harga berlaku yaitu sebesar 11,48%, lebih tinggi

dibandingkan dengan perubahan harga konstan yang hanya sebesar 4,60%.

Hal ini terjadi karena nilai mata uang rupiah yang cenderung mengalami

peningkatan inflasi terutama setelah tahun 2002.

Page 82: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

Terdapat dua macam harga domestik, yaitu harga berlaku (harga

sebelum terdeflasi) dan harga konstan (harga setelah terdeflasi). Indeks

harga konsumen yang dipergunakan dalam penelitian ini (2002=100).

Adapun dalam penelitian ini, harga yang digunakan adalah harga konstan

dengan pertimbangan untuk menghilangkan pengaruh kenaikan harga

barang dan jasa (inflasi) selama penelitian. Perkembangan harga domestik

teh yang berfluktuasi tersebut dapat dilihat pada gambar berikut :

Perkembangan Harga Domestik Teh Provinsi Jawa Tengah Tahun 1994 - 2009

0

1000

2000

3000

4000

5000

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

Tahun

Har

ga D

omes

tik

Teh

Harga Berlaku (Rp/Kg) Harga Terdeflasi (Rp/Kg)

Gambar 4. Perkembangan Harga Domestik Teh di Provinsi Jawa Tengah,

1994-2009

Gambar 4 menunjukkan bahwa perkembangan harga domestik teh

Provinsi Jawa Tengah selama kurun waktu 16 tahun berfluktuatif dengan

kecenderungan mengalami peningkatan. Dapat dilihat nilai rata-rata harga

domestik teh Provinsi Jawa Tengah menurut harga berlaku selama

penelitian adalah sebesar Rp 2.822,81 per kg. Peningkatan harga berlaku

lebih cepat dibandingkan harga terdeflasi. Hal ini dikarenakan harga

berlaku merupakan nilai barang atau jasa yang mencerminkan harga yang

masih terpengaruh oleh kenaikan harga yang terjadi pada tahun tertentu

(inflasi yang terjadi) ataupun adanya perubahan nilai tukar uang yang

Page 83: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

terjadi pada saat tertentu. Sedangkan harga yang telah terdeflasi merupakan

harga yang telah mengalami penyesuaian berdasarkan IHK tahun dasar

tertentu (tahun 2002) dengan kondisi perekonomian saat itu yang tergolong

stabil. Kondisi perekonomian yang stabil yaitu kondisi perekonomian suatu

negara pada saat tidak terjadi krisis ekonomi dan tidak terjadi krisis

ekonomi global. Harga yang telah terdeflasi menunjukkan harga atau nilai

sebenarnya (nilai riil) dimana pengaruh kenaikan harga barang dan jasa

yang terjadi selama periode penelitian telah dihilangkan. Dengan metode

pendeflasian harga maka akan terlihat kenaikan harga berlaku yang lebih

cepat dibandingkan dengan harga sebenarnya.

4. Harga Ekspor Teh di Provinsi Jawa Tengah

Harga ekspor merupakan harga komoditas saat diperdagangkan di

pasar internasional. Dengan memperhatikan perkembangan harga ekspor

suatu komoditas yang diekspor, dapat diketahui seberapa besar potensi

komoditas tersebut dalam memberikan sumbangan terhadap perolehan

devisa negara. Begitu pula dengan komoditas teh, dengan mengamati

perkembangan harga ekspor komoditas ini, dapat diketahui seberapa besar

potensi komoditas ini dalam menyumbangkan devisa bagi negara. Hal ini

dapat dilihat dari nilai ekspor teh Provinsi Jawa Tengah dari tahun 2004

hingga tahun 2006 terus mengalami peningkatan sebesar 1.101.768 US$,

1.688.184 US$, menjadi 1.975.846 US$. Perkembangan harga ekspor teh

di Provinsi Jawa Tengah selama kurun waktu tahun 1994-2009 akan

ditunjukkan pada Tabel 16 berikut.

Page 84: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

Tabel 16. Perkembangan Harga Ekspor Teh di Provinsi Jawa Tengah, 1994-2009 Tahun Volume

ekspor (Kg) Nilai FOB

(US$) Harga ekspor teh Laju

pertumbuhan(%)

(US$/kg) Berlaku (Rp/kg)

konstan (Rp/kg)

(Rp/kg) berlaku

(Rp/kg) konstan

1994 1.853.270 1.464.083 0,79 1.738,00 3.175,59 0 0 1995 1.646.824 1.498.610 0,91 2.100,28 3.584,71 20,84 12,88 1996 1.594.319 1.578.376 0,99 2.359,17 3.511,72 12,33 -2,04 1997 1.240.830 1.216.013 0,68 3.165,42 4.053,56 34,18 15,43 1998 1.026.678 1.006.144 0,98 8.354,50 9.775,91 163,93 141,17 1999 2.736.380 5.636.943 2,06 14.626,00 16.941,97 75,07 73,30 2000 2.779.460 3.057.406 1,10 10.554,50 11.487,27 -27,84 -32,20 2001 1.499.752 1.049.826 0,70 7.280,00 7.591,24 -31,02 -33,92 2002 1.540.130 1.463.124 0,95 8.493,00 8.493,00 16,66 11,88 2003 3.040.831 5.351.863 1,76 14.898,40 14.014,11 75,42 65,01 2004 1.899.600 1.101.768 0,58 5.388,20 5.026,77 -63,83 -64,13 2005 1.758.525 1.688.184 0,96 9.436,80 8.230,96 75,14 63,74 2006 1.718.127 1.975.846 1,15 10.373,00 7.805,70 9,92 -5,17 2007 1.137.590 1.001.079 0,88 8.288,72 5.946,85 -20,09 -23,81 2008 934.816 1.131.127 1,21 13.249,50 8.902,44 59,85 49.70 2009 721.348 937.752 1.30 12.219,99 8.072,40 -7,77 -9,32 Total 27.128.480 31.158.144 17,00 132.525,48 126.614,19 392,77 262,53 Rata-rata

1.695.530 1.947.384 1,06 8.282,84 7.913,39 24,55 16,41

Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, 1994-2009

Tabel 16 menunjukkan perkembangan harga ekspor teh di Provinsi

Jawa Tengah selama penelitian. Berdasarkan harga berlaku pada tahun

penelitian, harga teh rata-rata pertahun sebesar Rp 8.282,84. Sedangkan

berdasarkan harga konstan (harga setelah terdeflasi) harga ekspor rata-rata

pertahun lebih rendah, yaitu sebesar Rp 7.913,39 per tahun. Harga ekspor

tertinggi mampu dicapai pada tahun 1999 yaitu sebesar 2,06 US$/kg atau

sebesar Rp14.626 per kg menurut harga berlaku, dan Rp16.941,97 menurut

harga konstan (harga setelah terdeflasi). Harga ekspor terendah terjadi pada

tahun 2004 yaitu sebesar 0,58 US$/kg atau sebesar Rp 5.388,20 per kg

menurut harga berlaku, dan Rp 5.026,77 menurut harga konstan (harga

setelah terdeflasi). Perkembangan harga ekspor teh berdasarkan harga

berlaku dan harga konstan dapat dilihat lebih jelas pada gambar berikut ini.

Page 85: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Perkembangan Harga Ekspor Teh Provinsi Jawa Tengah Tahun 1994 - 2009

0

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

14.000

16.000

18.000

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

Tahun

Har

ga E

kspo

r T

eh

Harga Berlaku (Rp/Kg) Harga Terdeflasi (Rp/Kg)

Gambar 5. Perkembangan Harga Ekspor Teh di Provinsi Jawa Tengah,

1994-2009

Berdasarkan Tabel 16 dan Gambar 5 dapat diketahui bahwa fluktuasi

harga ekspor berlaku tergolong tinggi, dengan rata-rata peningkatan yang

cukup tinggi yaitu mencapai 24,55% per tahun. Tingginya laju rata-rata

harga konstan ini disebabkan oleh tingginya fluktuasi nilai tukar Dollar

Amerika Serikat terhadap rupiah, serta tingginya angka inflasi terutama

setelah tahun 2002. Sedangkan laju perubahan rata-rata harga ekspor

konstan (harga setelah terdeflasi) memiliki laju perubahan yang lebih

rendah yaitu sebesar 16,41% per tahun. Hal ini disebabkan karena harga

konstan adalah harga yang telah mengalami pendeflasian, yaitu

perhitungan tahun dasar dengan mendasarkan harga pada Indeks Harga

Konsumen (IHK) tahun tertentu (tahun 2002) dengan pertimbangan kondisi

perekonomian pada tahun tersebut dianggap stabil dengan tujuan untuk

menghilangkan pengaruh inflasi selama tahun penelitian. Adapun harga

berlaku sendiri merupakan harga yang masih mendapatkan pengaruh inflasi

selama penelitian, sehingga laju perubahan rata-rata per tahunnya terlihat

lebih cepat.

Page 86: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

5. Nilai Tukar Dollar Amerika Serikat (USD) Terhadap Rupiah

Mata uang Dollar Amerika Serikat (Dollar AS) merupakan jenis

valuta asing yang paling umum dipakai dalam kegiatan ekspor impor di

Indonesia termasuk di Provinsi Jawa Tengah. Hal ini dikarenakan mata

uang Dollar Amerika Serikat adalah mata uang yang paling umum

digunakan sebagai alat pembayaran internasional. Perkembangan nilai

tukar Dollar Amerika Serikat terhadap rupiah adalah sebagai berikut:

Tabel 17. Perkembangan Nilai Tukar dollar Amerika Serikat terhadap Rupiah, 1994-2009

Tahun Kurs USD Terhadap Rupiah Laju Pertumbuhan (%)

Harga berlaku Harga Terdeflasi Harga berlaku

Harga Terdeflasi

1994 2.200 4.019,73 0 0,00 1995 2.308 3.939,24 4,91 -2,00 1996 2.383 3.547,19 3,25 -9,95 1997 4.650 5.954,67 95,13 67,87 1998 8.525 9.975,43 83,33 67,52 1999 7.100 8.224,26 -16,72 -17,55 2000 9.595 10.442,97 35,14 26,98 2001 10.400 10.844,63 8,39 3,85 2002 8.940 8.940,00 -14,04 -17,56 2003 8.465 7.962,56 -5,31 -10,93 2004 9.290 8.666,85 9,75 8,85 2005 9.830 8.573,92 5,81 -1,07 2006 9.020 6.787,57 -8,24 -20,83 2007 9.419 6.757,78 4,42 -0,44 2008 10.950 7.357,39 16,25 8,87 2009 9.400 6.209,54 -14,16 -15,60 Total 122.475.00 118.203,72 207,93 87,98

Rata-rata 7.654,69 7.387,73 13,00 5,50

Sumber: Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah, 1994-2009

Tabel 17 menunjukkan perkembangan nilai tukar Dollar Amerika

Serikat terhadap rupiah pada tahun 1994-2009, terbagi dalam harga berlaku

dan harga terdeflasi. Jika dilihat dari harga berlaku, nilai tukar Dollar

Amerika Serikat terhadap rupiah mempunyai kecenderungan meningkat

selama tahun 1994-2009 dengan peningkatan drastis terjadi di tahun 1997

yaitu sebesar 95,13 persen dari nilai tahun sebelumnya, fluktuasi nilai tukar

Dollar Amerika Serikat terhadap rupiah yang tinggi juga ditunjukkan

setelah tahun 2000 hingga tahun 2001.

Page 87: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Perkembangan nilai tukar Dollar Amerika Serikat terhadap rupiah

yang telah dideflasi menunjukkan keadaan yang sebaliknya yaitu terjadi

cenderung mengalami penurunan selama tahun 2002-2003, sedangkan

fluktuasi nilai tukar Dollar Amerika Serikat terhadap rupiah mulai

berlangsung pada tahun 1997 dengan laju yang lebih tinggi bila

dibandingkan dengan perhitungan sebelumnya. Perkembangan nilai tukar

Dollar Amerika Serikat terhadap rupiah selama kurun waktu 1994-2009

secara jelas akan tampak pada gambar berikut ini.

Perkembangan Nilai Tukar Dollar AS terhadap Rupiah Tahun 1994-2009

0100020003000400050006000700080009000

100001100012000

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

Tahun

Nila

i Tuk

ar R

upia

h te

rhad

ap D

olar

A

S

Kurs Berlaku Kurs Terdeflasi

Gambar 6. Perkembangan Nilai Tukar Dollar Amerika Serikat terhadap

Rupiah, 1994-2009

Gambar 6 menunjukkan bahwa nilai tukar Dollar Amerika Serikat

terhadap rupiah cenderung mengalami fluktuasi terutama pada periode

setelah 1997. Peningkatan nilai tukar Dollar Amerika Serikat terhadap

rupiah, pada dasarnya merupakan dampak yang terjadi akibat adanya

perubahan dalam cita rasa masyarakat yang membentuk permintaan atas

barang-barang impor, terjadi peningkatan inflasi serta perkembangan

ekonomi yang berlangsung dalam suatu negara. Keadaan yang demikian

mampu menyebabkan penurunan nilai tukar mata uang domestik terhadap

Page 88: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

mata uang asing. Hal ini dikarenakan semakin tinggi permintaan pada suatu

mata uang asing, maka nilai mata uang tersebut semakin tinggi.

6. Volume Ekspor Teh Provinsi Jawa Tengah Tahun Sebelumnya

Besarnya volume ekspor yang mampu dihasilkan pada tahun

sebelumnya, merupakan suatu pertimbangan yang dapat membantu

eksportir dalam menentukan volume ekspor pada tahun-tahun berikutnya.

Perkembangan volume ekspor teh pada tahun sebelumnya yaitu volume

ekspor pada tahun 1993-2008 dapat diamati pada Tabel 18 berikut ini.

Tabel 18. Perkembangan Volume Ekspor Teh Pada Tahun Sebelumnya di Provinsi Jawa Tengah, 1993-2008

Tahun Volume ekspor (Kg)

Nilai Ekspor (US$)

Laju Perkembangan Ekspor

(Kg) (%) 1993 1.663.950 2.137.795 0 0 1994 1.853.270 1.464.083 189.320 11,38 1995 1.646.824 1.498.610 -206.446 -11,14 1996 1.594.319 1.578.376 -52.505 -3,19 1997 1.240.830 1.216.013 -353.489 -22,17 1998 1.026.678 1.006.144 -214.152 -17,26 1999 2.736.380 5.636.943 1709.702 166,53 2000 2.779.460 3.057.406 43.080 1,57 2001 1.499.752 1.049.826 -1.279.708 -46,04 2002 1.540.130 1.463.124 40.378 2,69 2003 3.040.831 5.351.863 1.500.701 97,44 2004 1.899.600 1.101.768 -1.141.231 -37,53 2005 1.758.525 1.688.184 -141.075 -7,43 2006 1.718.127 1.975.846 -40.398 -2,30 2007 1.137.590 1.001.079 -580.537 -33,79 2008 934.816 1.131.127 -202.774 -17,82

Total 28.071.082 32.358.187 -729.134 80,94 Rata-rata 1.754.442,63 2.022.386,69 -45.570,88 5,06

Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, 1993-2008

Tabel 18 menunjukkan volume ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah

pada tahun sebelumnya yaitu data ekspor selang satu tahun dari rentang

waktu penelitian yang digunakan. Volume ekspor rata-rata yang dihasilkan

Provinsi Jawa Tengah dalam memenuhi permintaan pasar luar negeri

mencapai 1.754.442,63 kg per tahunnya, tetapi laju pertumbuhannya

cenderung menurun sebesar -45.570,88 kg tiap tahunnya.

Page 89: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

Volume ekspor teh Provinsi Jawa tengah mulai menunjukkan

keadaan yang semakin menurun pada tahun 2001 yaitu mencapai

-46,04%. hal ini terjadi karena pada tahun 2001 mutu teh yang di hasilkan

oleh Provinsi Jawa Tengah mengalami penurunan. Penurunan mutu teh

tersebut dikarenakan proses penanganan panen dan pasca panen yang

tidak tepat. Seharusnya dalam proses panen teh dilakukan jenis petikan

halus. Penanganan panen dan pasca panen yang tidak tepat dikarenakan

para petani memiliki keterampilan yang rendah, teknologi yang digunakan

masih kalah bila dibandingkan dengan negara pengekspor teh lainnya,

serta melakukan petikan kasar sehingga menghasilkan teh yang

berkualitas rendah. Selain itu juga disebabkan karena perawatan terhadap

tanaman teh masih kurang, misalnya banyak tanaman teh yang sudah tua

tidak diganti dengan yang baru serta banyak tanaman yang rusak.

Menurunnya mutu teh di Provinsi Jawa Tengah memberikan dampak pada

penurunan permintaan ekspornya oleh negara-negara importir teh. Standar

mutu teh hitam yang diinginkan oleh negara pengimpor teh adalah bentuk

teh besar, sedang, atau kecil menurut jenisnya, warna kehitam-hitaman.

Air seduhannya berwarna merah kekuning-kuningan, aroma harum dan

keras.

Teh hijau yang biasa diekspor adalah teh dengan mutu I (peko), yaitu

bentuk daun tergulung kecil dengan warna hijau sampai kehitaman,

aromanya wangi dan tidak apek, tidak ada benda asing (kotoran), tangkai

daun maksimum 5%, dan kadar air maksimum 10%. Sedangkan mutu teh

hijau yang dipasarkan di dalam negeri adalah mutu II (Jikeng), mutu III

(Bubuk), dan mutu IV (Tulang). Perkembangan ekspor teh Provinsi Jawa

tengah tahun 1993-2009 mempunyai kecenderungan menurun, namun

keadaan sebaliknya terjadi setelah tahun 2000 hingga tahun 2001, keadaan

ini dapat terlihat jelas pada gambar dibawah ini.

Page 90: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

Perkembangan Volume Ekspor Teh Provinsi Jawa Tengah Tahun Sebelumnya

0300000600000900000

12000001500000180000021000002400000270000030000003300000

1993

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

Tahun

Vol

ume

Eks

por

Teh

Tah

un S

ebel

um

Volume Ekspor (Kg)

Gambar 7. Perkembangan Volume Ekspor Teh di Provinsi Jawa Tengah

pada Tahun Sebelumnya, 1993-2008

B. Hasil Analisis Penelitian

Penelitian tentang Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Volume

Ekspor Teh di Provinsi Jawa Tengah menggunakan metode regresi linier

berganda dalam bentuk log ganda. Agar dapat memperoleh hasil regresi yang

terbaik penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data time series selama

kurun waktu 16 tahun. Dalam penelitian ini variabel berpengaruh terhadap

volume ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah adalah produksi teh Provinsi Jawa

tengah, harga domestik teh Provinsi Jawa Tengah, harga ekspor teh Provinsi

Jawa Tengah, nilai tukar Dollar Amerika Serikat terhadap Rupiah Provinsi

Jawa Tengah, dan volume ekspor teh tahun sebelumnya. Variabel-variabel

yang diduga dalam penelitian ini dapat dilihat di Tabel 19.

Page 91: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

Tabel 19. Variabel-Variabel Yang Diduga Dalam Penelitian

Tahun Y X1 X2 X3 X4 X5

1993 - - - - - 1.663.950 1994 1.853.270 7.970.910 1.607,89 0,79 2.200 1.853.270 1995 1.646.824 7.438.620 1.510,50 0,91 2.308 1.646.824 1996 1.594.319 8.894.090 1.354,57 0,99 2.383 1.594.319 1997 1.240.830 9.000.820 1.312,59 0,68 4.650 1.240.830 1998 1.026.678 9.506.030 2.398,78 0,98 8.525 1.026.678 1999 2.736.380 15.929.460 2.895,86 2,06 7.100 2.736.380 2000 2.779.460 17.077.050 2.720,94 1,10 9.595 2.779.460 2001 1.499.752 13.075.260 3.300,31 0,70 10.400 1.499.752 2002 1.540.130 13.774.280 4.000,00 0,95 8.940 1.540.130 2003 3.040.831 13.609.180 3.762,58 1,76 8.465 3.040.831 2004 1.899.600 15.000.240 3.419,16 0,58 9.290 1.899.600 2005 1.758.525 4.655.330 3.563,02 0,96 9.830 1.758.525 2006 1.718.127 4.400.140 3.104,07 1,15 9.020 1.718.127 2007 1.137.590 5.009.890 3.081,50 0,88 9.419 1.137.590 2008 934.816 5.579.950 2.338,24 1,21 10.950 934.816 2009 721.348 5.512.060 2.378,12 1,30 9.400 -

Sumber :Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa tengah dan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, 1994-2009

Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan program SPSS

diperoleh persamaan regresi volume ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah

sebagai berikut:

Ln = – 3,185 + 0,163 Ln X1 + 0,642 Ln X2 + 1,097 Ln X3 – 0,526 Ln X4

+ 1,007 Ln X5

Keterangan:

Y = volume ekspor Teh Provinsi Jawa Tengah (kg)

X1 = produksi Teh (kg)

X2 = harga domestik Teh Provinsi Jawa Tengah (Rp/kg)

X3 = harga ekspor Teh Provinsi Jawa Tengah (FOB) (USD/kg)

X4 = nilai tukar Dollar Amerika Serikat terhadap Rupiah (Rp/USD)

X5 = volume ekspor tahun sebelumnya (kg)

Page 92: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

Persamaan regresi diatas dalam bentuk aslinya, dapat ditulis kembali

menjadi persamaan non linier berganda berbentuk perpangkatan sebagai

berikut:

Y= 4,14 . 10-2 X10,163 X2

0,642 X31,097 X4

-0,526 X51,007

1. Pengujian model

Hasil analisis persamaan regresi volume ekspor teh di Provinsi Jawa

Tengah, yaitu sebagai berikut:

a. Uji Adjusted R2

Untuk mengetahui besarnya peengaruh variabel bebas terhadap

variabel tidak bebasnya, dapat dilihat dari besarnya nilai adjusted R2

(koefisien determinasi yang telah disesuaikan). Nilai adjusted R2

(koefisien determinasi yang telah disesuaikan) dapat dilihat pada tabel

berikut ini.

Tabel 20. Model Summary Regresi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Volume Ekspor Teh di Provinsi Jawa Tengah

Model R R2 Adjusted R2

Std. eror

Durbin-watson

1 0,963a 0,928 0,892 0,13078 1,650

Sumber: Hasil Analisis Data Sekunder

Berdasarkan Tabel 20 merupakan hasil analisis data dengan

menggunakan program SPSS, diperoleh nilai koefisien determinasi

yang disesuaikan (Adjusted R2 ) sebesar 0,892 atau 89,2%. Berdasarkan

nilai tersebut maka dapat diartikan bahwa seluruh variabel bebas yang

digunakan yaitu variabel bebas yang digunakan yaitu variabel produksi

teh Provinsi Jawa Tengah (X1), harga domestik teh Provinsi Jawa

Tengah (X2), harga ekspor teh Provinsi Jawa Tengah (X3), nilai tukar

Dollar Amerika Serikat terhadap rupiah (X4), dan volume ekspor teh

Provinsi Jawa Tengah tahun sebelumnya (X5) secara bersama-sama

mampu menjelaskan variasi atau perubahan yang terjadi pada varibel

volume ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah sebesar 89,2%. Sedangkan

sisanya sebesar 10,8% dipengaruhi atau disebabkan oleh variabel lain

yang tidak dimasukkan ke dalam model penelitian seperti iklim yang

Page 93: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

terjadi di negara produsen teh, tingkat kualitas produk ekspor teh,

permintaan negara importir teh, dan kebijakan pemerintah negara

importir teh yang sewaktu-waktu dapat berubah tentang syarat lulus

penerimaan produk teh bagi negaranya. Tidak dimasukkan faktor-faktor

tersebut dalam model penelitian karena akan menemui kesulitan dalam

pengumpulan data di lapang dan data tersebut bersifat kualitatif.

b. Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh secara keseluruhan

dari variabel bebas (X) terhadap variabel tidak bebas (Y), dengan

kriteria penerimaan jika F hitung mempunyai nilai yang lebih besar dari

F tabel maka variabel bebas (X) secara keseluruhan atau bersama-sama

berpengaruh terhadap variabel tidak bebas (Y) dan sebaliknya jika F

hitung mempunyai nilai yang lebih kecil dari F tabel maka variabel

bebas (X) secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel

tidak bebas (Y).

Tabel 21. Analisis Varian Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Volume Ekspor Teh di Provinsi Jawa tengah

Sumber variasi

Jumlah kuadrat

Derajat bebas

Rata-rata jumlah kuadrat

F hitung F tabel

Regresi 2,204 5 0,441 25,769 2,40 Residu 0,171 10 0,017 Total 2,375 15

Sumber: Hasil Analisis Data Sekunder

Berdasarkan Tabel 21, dapat diketahui bahwa nilai F hitung

sebesar 25,769. Nilai F hitung tersebut lebih besar daripada F tabel

yaitu sebesar 2,40. Hal ini menunjukkan bahwa variabel-variabel yang

diamati yaitu produksi teh Provinsi Jawa Tengah (X1), harga domestik

teh Provinsi Jawa Tengah (X2), harga ekspor Provinsi Jawa Tengah

(X3), nilai tukar Dollar Amerika Serikat terhadap rupiah (X4), dan

ekspor teh Provinsi Jawa Tengah tahun sebelumnya (X5) secara

bersama-sama berpengaruh nyata terhadap volume ekspor teh di

Provinsi Jawa tengah.

Page 94: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

c. Uji - t

Uji t adalah uji hipotesis untuk mengetahui pengaruh masing-

masing variabel bebas terhadap volume ekspor teh di Provinsi Jawa

Tengah. Kriteria yang digunakan adalah jika nilai t hitung lebih besar

dari t tabel pada tingkat signifikansi yang ditentukan (5%) maka

variabel bebas tersebut berpengaruh secara parsial atau individu

terhadap variabel tidak bebas. Sebaliknya jika nilai t hitung lebih kecil

dari t tabel pada tingkat signifikansi yang telah ditentukan maka

variabel bebas tersebut tidak berpengaruh secara parsial atau individu

terhadap variabel tidak bebas. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel

berikut ini.

Tabel 22. Pengaruh Masing-Masing variabel bebas terhadap Volume Ekspor Teh di Provinsi Jawa Tengah

Variabel Koefisien regresi

t hitung t tabel (5%)

Keterangan

Produksi teh(X1) 0,163 1,975 ±2,131 Tidak Signifikan

Harga domestik teh (X2) 0,642 3,737 ±2,131 Signifikan Harga ekspor teh(X3) 1,097 6,645 ±2,131 Signifikan Nilai tukar Dollar Amerika serikat terhadap rupiah (X4)

-0,526 -4,923 ±2,131 Signifikan

Volume ekspor teh tahun sebelumnya (X5)

1,007 6,199 ±2,131 Signifikan

Sumber: Hasil Analisis Data Sekunder

Berdasarkan Tabel 22 dapat diketahui nilai t hitung masing-

masing variabel bebas hasil dari perhitungan regresi. Variabel yang

mempunyai nilai t hitung lebih besar dari t tabel adalah variabel yang

secara individu berpengaruh terhadap volume ekspor teh di Provinsi

Jawa Tengah. Variabel-variabel tersebut yaitu harga domestik teh

Provinsi Jawa Tengah , harga ekspor teh Provinsi Jawa Tengah, nilai

tukar Dollar Amerika Serikat terhadap Rupiah, dan volume ekspor teh

Provinsi Jawa Tengah tahun sebelumnya. Sedangkan variabel produksi

teh Provinsi Jawa Tengah mempunyai nilai t hitung yang lebih kecil

dari t tabel, sehingga dapat diartikan bahwa variabel tersebut secara

Page 95: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

individu tidak berpengaruh terhadap volume ekspor teh di Provinsi

Jawa Tengah.

Nilai t hitung variabel yaitu harga domestik teh Provinsi Jawa

Tengah, harga ekspor teh Provinsi Jawa Tengah, nilai tukar Dollar

Amerika Serikat terhadap Rupiah dan volume ekspor teh Provinsi Jawa

Tengah tahun sebelumnya masing-masing sebesar 3,737; 6,645;

-4,923; dan 6,199; lebih besar dari nilai t tabel α = 5% sebesar 2,131.

Produksi teh di Provinsi Jawa Tengah mempunyai nilai t hitung sebesar

1,975 yang lebih kecil dari nilai t tabel sebesar 2,131. Artinya keempat

variabel tersebut berpengaruh secara individu terhadap volume ekspor

teh di Provinsi Jawa tengah.

d. Variabel Bebas Yang Paling Berpengaruh

Variabel bebas yang paling berpengaruh dilakukan perhitungan

nilai standar koefisien regresi atau beta coefficients. Perhitungan

standar koefisien regresi dilakukan untuk variabel-variabel bebas yang

secara individual berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas. Hasil

perhitungannya adalah sebagai berikut:

Tabel 23. Nilai Standar Koefisien Regresi Parsial Tiap Variabel Yang Mempengaruhi Volume Ekspor Teh di Provinsi Jawa Tengah.

Variabel Standar Koefisien

Regresi Parsial

Keterangan

Harga domestik teh (X2) 0,6901 - Harga ekspor teh (X3) 1,3872 Paling

berpengaruh Nilai tukar Dollar AS terhadap Rupiah (X4)

-0,3658 -

Volume Ekspor teh tahun sebelumnya (X5)

1,1824 -

Sumber: Hasil Analisis Data sekunder

Berdasarkan Tabel 23 dapat diketahui bahwa variabel yang

memiliki nilai koefisien regresi parsial terbesar adalah harga ekspor teh

yaitu sebesar 1,3872 dengan hubungan ynag positif. Hal ini berarti

variabel bebas harga ekspor teh Provinsi Jawa Tengah memberikan

Page 96: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

pengaruh terbesar dibandingkan variabel lain yang digunakan dalam

model. Hubungan yang positif ini menjelaskan bahwa bila terjadi

kenaikan harga ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah, maka volume

ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah akan turut meningkat, begitu pula

sebaliknya.

2. Pengujian Asumsi Klasik

Dalam penelitian ini digunakan metode OLS (Ordinary Least

Square), maka perlu dilakukan uji terhadap model yang digunakan apakah

terjadi penyimpangan terhadap Asumsi Model Klasik. Adapun uji yang

dilakukan meliputi uji multikolinearitas, uji outokorelasi, dan uji

heteroskedastisitas.

a. Multikolinearitas

Multikolinieritas adalah suatu keadaan dimana terdapatnya

hubungan yang linier atau mendekati linier diantara variabel-variabel

penjelas. Terjadi atau tidaknya multikolinearitas dapat dideteksi

dengan melihat nilai dari matriks Pearson Correlation (PC).

Berdasarkan hasil analisis nilai Pearson Correlation diketahui bahwa

korelasi antar variabel bebas tidak ada yang bernilai lebih besar dari

0,8. Sehingga dapat disimpulkan bahwa antar variabel bebas tidak

terjadi multikolinearitas.

b. Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

penyimpangan asumsi klasik autokorelasi, yaitu korelasi yang terjadi

antara residual pada suatu pengamatan dengan pengamatan lain pada

model regresi. Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk

menguji ada atau tidaknya outokorelasi dalam model regresi adalah

dengan uji Durbin-Watson ( uji DW ) dengan ketentuan sebagai

berikut:

1) 1,65< DW< 2,35 yang artinya tidak terjadi autokorelasi

2) 1,21<DW<1,65 atau 2,35 <DW< 2,79 yang artinya tidak dapat

disimpulkan

Page 97: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

3) DW <1,21 atau DW > 2,79 yang artinya terjadi autokorelasi

Diketahui bahwa nilai DW sebesar 1,650 yaitu diantara 1,65 dan 2,35

sehingga dalam model disimpulkan tidak terjadi autokorelasi.

c. Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu

pengamatan kepengamatan lain. Dalam penelitian ini Uji

heteroskedastisitas dilakukan dengan diagram scatterplot. Diketahui

bahwa grafik terlihat titik-titik menyebar secara acak dan tidak

membentuk pola yang teratur maka hal tersebut menunjukkan bahwa

kesalahan pengganggu memiliki varian yang sama (homoskedastisitas)

dan dapat disimpulkan dari model yang diestimasi tidak terjadi

heteroskedastisitas, sehingga model regresi layak untuk digunakan

dalam memprediksi volume ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah

berdasarkan masukan variabel independennya.

3. Elastisitas Volume Ekspor Teh di Provinsi Jawa Tengah

Pengukuran elastisitas ekspor bertujuan untuk mengetahui seberapa

besar perubahan yang terjadi pada volume ekspor teh di Provinsi Jawa

Tengah apabila terjadi perubahan pada variabel-variabel bebas yang

mempengaruhinya. Karena salah satu ciri menarik dari model logaritma

berganda ini adalah bahwa nilai koefisien regresi bi merupakan nilai

elastisitasnya. Jadi dengan model ini, nilai elastisitasnya merupakan nilai

koefisien regresi dari masing-masing variabel bebasnya. Koefisien

elastisitas diperhitungkan hanya pada variabel-variabel bebas yang secara

individual berpengaruh nyata terhadap volume ekspor teh di Provinsi Jawa

Tengah. Adapun koefisien elastisitas masing-masing variabel tersebut

adalah sebagai berikut.

Page 98: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

Tabel 24. Nilai Koefisien Elastisitas Variabel-Variabel Bebas Yang Berpengaruh Terhadap Volume Ekspor Teh di Provinsi Jawa Tengah

Variabel Koefisien elastisitas

Keterangan

Harga domestik teh (X2) 0,642 inelastis Harga ekspor teh (X3) 1,097 elastis Nilai tukar Dollar AS terhadap Rupiah (X4)

-0,526 inelastis

Volume ekspor teh tahun sebelumnya (X5)

1,007 elastis

Sumber: Hasil analisis data sekunder

Berdasarkan Tabel 24 dapat diketahui bahwa nilai koefisien

elastisitas dari harga ekspor teh dan volume ekspor teh tahun sebelumnya

memiliki nilai elastisitas yang lebih besar dari satu (Es>1) dengan arah

hubungan yang positif. Hal ini berarti penawaran ekspor teh di Provinsi

Jawa tengah bersifat elastis terhadap perubahan yang terjadi pada harga

ekspor dan volume ekspor teh tahun sebelumnya. Dengan kata lain volume

ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah akan mengalami perubahan ketika

harga ekspor teh Provinsi Jawa Tengah dan volume ekspor teh Provinsi

Jawa Tengah pada tahun sebelumnya, dengan persentase perubahan jumlah

volume ekspor teh Provinsi Jawa Tengah lebih besar daripada persentase

perubahan variabel-variabel bebasnya tersebut. Sehingga adanya perubahan

kecil pada variabel bebas tersebut akan menyebabkan perubahan volume

ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah.

Nilai elastisitas harga ekspor teh Provinsi Jawa Tengah sebesar 1,097.

Artinya apabila terjadi peningkatan harga ekspor teh Provinsi Jawa Tengah

sebesar 1% maka akan meningkatkan volume ekspor teh Provinsi Jawa

Tengah sebesar 1,097%, dalam keadaan ceteris paribus, dan begitu pula

sebaliknya. Nilai elastisitas volume ekspor teh Provinsi Jawa Tengah pada

tahun sebelumnya sebesar 1,007. Artinya apabila terjadi peningkatan

volume ekspor teh Provinsi Jawa Tengah tahun sebelumnya sebesar 1%

Page 99: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

maka akan meningkatkan volume ekspor teh Provinsi Jawa Tengah sebesar

1,007%, dalam keadaan ceteris paribus, dan begitu pula sebaliknya.

Variabel harga domestik teh Provinsi Jawa Tengah dan nilai tukar

Dollar Amerika Serikat terhadap Rupiah tidak demikian. Kedua variabel

ini memiliki nilai koefisien elastisitas yang lebih kecil dari satu (Es<1),

yaitu sebesar 0,642 dan - 0,526. Hal ini berarti penawaran ekspor teh

Provinsi Jawa Tengah bersifat inelastis terhadap perubahan yang terjadi

pada harga domestik teh Provinsi Jawa Tengah dan nilai tukar Dollar

Amerika Serikat terhadap Rupiah atau bila terjadi peningkatan harga

domestik Provinsi Jawa Tengah sebesar 1% maka akan meningkatkan

volume ekspor teh Provinsi Jawa Tengah sebesar 0,642%, dan apabila

terjadi peningkatan nilai tukar Dollar Amerika Serikat terhadap Rupiah

sebesar 1% maka akan menurunkan volume ekspor teh Provinsi Jawa

Tengah sebesar -0,526 % dalam kondisi ceteris paribus, dan begitu pula

sebaliknya.

C. Pembahasan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap faktor-faktor

yang mempengaruhi volume ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah selama

kurun waktu 16 tahun, yaitu periode tahun 1994-2009 dengan menggunakan

regresi non linier berganda dapat diperoleh hasil bahwa variabel produksi teh

Provinsi Jawa Tengah (X1), harga domestik teh Provinsi Jawa Tengah (X2),

harga ekspor teh Provinsi Jawa Tengah (X3), nilai tukar Dollar Amerika

Serikat terhadap Rupiah (X4), dan volume ekspor teh Provinsi Jawa Tengah

tahun sebelumnya (X5) secara bersama-sama mampu menjelaskan perubahan

yang terjadi pada volume ekspor teh Provinsi Jawa Tengah sebesar 89,2%.

Variabel-variabel bebas yang mempengaruhi volume ekspor teh Provinsi

Jawa Tengah secara individu meliputi produksi teh Provinsi Jawa Tengah,

harga domestik teh Provinsi Jawa Tengah, harga ekspor teh Provinsi Jawa

Tengah, dan volume ekspor teh Provinsi Jawa Tengah tahun sebelumnya.

Page 100: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

Selanjutnya faktor-faktor yang diteliti tersebut dapat dijelaskan sebagai

berikut:

a. Produksi Teh Provinsi Jawa Tengah

Hasil uji t menunjukkan bahwa nilai t hitung yang diperoleh yakni

1,975 lebih kecil dari t tabel (α = 5%) yaitu sebesar 2,131. Hal ini

menunjukkan bahwa variabel produksi teh Provinsi Jawa Tengah tidak

berpengaruh secara parsial atau individual terhadap volume ekspor teh di

Provinsi Jawa Tengah. Hal ini dikarenakan tidak semua produksi

memenuhi standar mutu ekspor. Sebagaimana diketahui bahwa teh

mempunyai standar mutu internasional yang ketat diberlakukan dalam

perdagangan antar negara. Standar mutu teh hitam yang diinginkan oleh

negara pengimpor teh adalah bentuk teh besar, sedang, atau kecil menurut

jenisnya, warna kehitam-hitaman. Air seduhannya berwarna merah

kekuning-kuningan, aroma harum dan keras.

Teh hijau yang biasa diekspor adalah teh dengan mutu I (peko),

yaitu bentuk daun tergulung kecil dengan warna hijau sampai kehitaman,

aromanya wangi dan tidak apek, tidak ada benda asing (kotoran), tangkai

daun maksimum 5%, dan kadar air maksimum 10%. Sedangkan mutu teh

hijau yang dipasarkan di dalam negeri adalah mutu II (Jikeng), mutu III

(Bubuk), dan mutu IV (Tulang).

Apabila mutu teh yang diekspor tidak sesuai dengan standar mutu

teh yang diinginkan oleh negara pengimpor teh akan menyebabkan

menurunnya harga ekspor teh. Sedangkan teh Provinsi Jawa Tengah

terutama yang berasal dari perkebunan rakyat pada umumnya memiliki

mutu yang rendah karena proses penanganan panen dan pasca panen yang

tidak tepat. Penanganan panen dan pasca panen yang tidak tepat

dikarenakan para petani memiliki keterampilan yang rendah, teknologi

yang digunakan masih kalah bila dibandingkan dengan negara pengekspor

teh lainnya, serta melakukan petikan kasar sehingga menghasilkan teh

Page 101: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

yang berkualitas rendah. Selain itu juga disebabkan karena perawatan

terhadap tanaman teh masih kurang, misalnya banyak tanaman teh yang

sudah tua tidak diganti dengan yang baru serta banyak tanaman yang

rusak.

b. Harga Domestik Teh Provinsi Jawa Tengah

Hasil uji t menunjukkan bahwa harga domestik teh Provinsi Jawa

Tengah berpengaruh secara individu terhadap volume ekspor teh di

Provinsi Jawa Tengah pada tingkat kepercayaan 95%. Hal tersebut

ditunjukkan oleh nilai t hitung yang didapatkan sebesar 3,737 lebih besar

dari nilai t tabel pada α = 5% sebesar 2,131. Nilai koefisien regresi

sebesar 0,642 yang artinya bila harga domestik mengalami peningkatan

1% maka akan meningkatkan volume ekspor teh Provinsi Jawa Tengah

sebesar 0,642% dan begitu pula sebaliknya. Dengan kata lain, penawaran

volume ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah bersifat inelastis terhadap

perubahan yang terjadi pada harga domestik. Hal ini dikarenakan

peningkatan harga teh dalam negeri yang cenderung mengalami

peningkatan menyebabkan teh yang dihasilkan oleh Provinsi Jawa Tengah

dijual ke pasar dalam negeri. Peningkatan penjualan teh kedalam negeri

akan menyebabkan jumlah teh yang diekspor keluar negeri menurun.

Selain itu jumlah penduduk Provinsi Jawa Tengah yang terus meningkat

dan kesadaran mengenai pentingnya tanaman teh bagi kesehatan

menyebabkan permintaan teh dalam negeri meningkat. Sehingga akan

mengurangi jumlah teh yang diekspor keluar negeri.

c. Harga Ekspor Teh Provinsi Jawa Tengah

Hasil uji t menunjukkan bahwa nilai t hitung yang diperoleh yakni

6,645 lebih besar dari t tabel pada tingkat signifikansi 5% yaitu sebesar

2,131. Hal ini berarti harga ekspor teh berpengaruh secara individual

terhadap volume ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah. Dengan kata lain

adanya perubahan dalam harga ekspor teh berpengaruh secara individu

terhadap perubahan volume ekspor teh. Selain itu nilai koefisien regresi

yang diperoleh yaitu sebesar 1,097 menunjukkan bahwa volume ekspor

Page 102: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

teh Provinsi Jawa Tengah bersifat elastis terhadap perubahan yang terjadi

pada harga ekspor teh, sehingga bila harga ekspor teh mengalami

peningkatan sebesar 1% maka akan meningkatkan volume ekspor teh

sebesar 1,097%. Hal yang sebaliknya akan terjadi bila harga ekspor teh

mengalami penurunan.

Peningkatan harga ekspor Provinsi Jawa Tengah akan meningkatkan

jumlah ekspor teh Provinsi Jawa Tengah karena pada kondisi seperti ini

keuntungan yang akan diperoleh eksportir tentunya juga akan meningkat.

Berdasarkan itulah para eksportir akan berusaha meningkatkan volume

ekspor teh untuk meningkatkan keuntungan. Kondisi harga ekspor teh

tersebut menunjukkan bahwa harga ekspor sebagai bagian dari

perdagangan internasional bisa dimungkinkan oleh kondisi keuntungan

yang lebih besar dari penjualan keluar negeri daripada penjualan di dalam

negeri karena harga di pasar dunia yang lebih menguntungkan, sehingga

para eksportir akan berusaha meningkatkan volume ekspor teh untuk

peningkatan keuntungan.

d. Nilai Tukar Dollar Amerika Serikat terhadap Rupiah

Hasil uji t menunjukkan bahwa nilai tukar Dollar Amerika Serikat

terhadap Rupiah berpengaruh secara parsial atau individual terhadap

volume ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah. Ditunjukkan oleh nilai

t hitung sebesar -0,526 lebih kecil daripada nilai t tabel negatif pada

tingkat kepercayaan 95%. Nilai tukar berpengaruh terhadap volume

ekspor teh Provinsi Jawa Tengah, disebabkan dalam kegiatan kontrak

dagang ekspor terdapat prosedur transaksi yang cukup panjang sehingga

membutuhkan tenggang waktu lebih lama bila dibandingkan kegiatan

perdagangan didalam negeri, termasuk didalamnya adalah jangka waktu

yang dibutuhkan mulai dari kegiatan persetujuan kontrak dagang ekspor

antara eksportir dan importir, hingga proses pemenuhan volume ekspor

dan proses penyampaian barang ke importir.

Page 103: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

Selama jangka waktu yang dibutuhkan tersebut tentunya akan sering

terjadi perubahan nilai tukar Dollar Amerika Serikat terhadap rupiah yang

berlaku di Indonesia. Sehingga adanya perubahan (naik-turun) yang

terjadi terhadap nilai tukar Dollar Amerika Serikat terhadap rupiah selama

jangka waktu penyelesaian kontrak dagang akan mempengaruhi seberapa

besar volume ekspor teh yang dihasilkan Provinsi Jawa Tengah.

e. Volume Ekspor Teh Provinsi Jawa Tengah Tahun Sebelumnya

Hasil uji t menunjukkan bahwa volume ekspor teh Provinsi Jawa

Tengah tahun sebelumnya berpengaruh secara individu terhadap volume

ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah pada tingkat kepercayaan 95%. Hal

tersebut ditunjukkan oleh nilai t hitung yang didapatkan sebesar 6,199

lebih besar dari nilai t tabel pada α = 5%. Pengaruh yang diberikan positif

yang ditunjukkan oleh koefisien regresi sebesar 1,007 yang artinya bila

volume ekspor teh tahun sebelumnya mengalami peningkatan 1% maka

akan meningkatkan volume ekspor teh hanya sebesar 1,007% dan begitu

pula sebaliknya. Dengan kata lain, penawaran volume ekspor teh di

Provinsi jawa Tengah bersifat elastis terhadap perubahan yang terjadi

pada volume ekspor teh tahun sebelumnya.

Hal ini menunjukkan bahwa keberhasilan ekspor teh di Provinsi

Jawa Tengah tahun ini juga ditentukan pula oleh keberhasilan ekspor teh

tahun sebelumnya, dengan persentase yang lebih besar dari perubahan

yang terjadi pada volume ekspor tahun sebelumnya. Keadaan ini dapat

diartikan bahwa eksportir teh Provinsi Jawa Tengah akan melihat

keberhasilan ekspor tahun lalu sebagai tolak ukur dalam peningkatan

ekspor pada tahun berjalan. Berdasarkan hal inilah, eksportir dapat

memperkirakan jumlah ekspor yang akan dilakukan pada tahun berjalan

apakah akan mengurangi atau meningkatkan jumlah ekspor dengan

melihat ekspor yang sudah dilakukan pada tahun sebelumnya.

Page 104: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Analisis Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Volume Ekspor Teh di Provinsi Jawa Tengah, maka dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Faktor-faktor (variabel) yang secara bersama-sama berpengaruh nyata

terhadap volume ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah adalah produksi teh

Provinsi Jawa Tengah, harga domestik teh Provinsi Jawa Tengah, harga

ekspor teh Provinsi Jawa Tengah, nilai tukar Dollar Amerika Serikat

terhadap rupiah, dan volume ekspor teh Provinsi Jawa Tengah tahun

sebelumnya. Faktor-faktor (variabel) yang secara individu berpengaruh

nyata terhadap volume ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah adalah harga

domestik teh Provinsi Jawa Tengah, harga ekspor teh Provinsi Jawa

Tengah, nilai tukar Dollar Amerika Serikat terhadap rupiah dan volume

ekspor teh Provinsi Jawa Tengah tahun sebelumnya. Variabel yang paling

berpengaruh terhadap volume ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah adalah

harga ekspor teh Provinsi Jawa Tengah.

2. Ekspor teh Provinsi Jawa Tengah bersifat inelastis terhadap harga

domestik teh Provinsi Jawa Tengah dan nilai tukar Dollar Amerika Serikat

terhadap rupiah. Ekspor teh Provinsi Jawa Tengah bersifat elastis terhadap

harga ekspor teh Provinsi Jawa Tengah dan volume ekspor teh tahun

sebelumnya.

90

Page 105: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas H 1307030 ... dan Kepala Badan Pusat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka saran yang dapat diberikan

diantaranya adalah:

1. Produsen teh terutama petani Perkebunan Rakyat, Perkebunan Besar

Swasta (PBS), dan Perkebunan Negara hendaknya memahami arti penting

mutu hasil produk teh. Hal ini dikarenakan semakin baik mutu teh akan

semakin mempertinggi harga teh yang dijual keluar negeri sehingga akan

dapat meningkatkan pendapatan. Untuk itu petani perlu menerapkan

usaha-usaha peningkatan mutu teh dengan memanfaatkan pengetahuan dan

teknologi pengolahan pasca panen yang lebih maju baik secara swadaya

maupun melalui kerjasama dengan pemerintah atau perusahaan swasta.

2. Bagi pemerintah di Provinsi Jawa Tengah dalam usaha untuk

meningkatkan ekspor komoditas perkebunan khususnya teh maka

pemerintah diharapkan untuk secara intensif turut campur dalam upaya

peningkatan produksi yang memenuhi standar mutu ekspor, antara lain

dengan pengelolaan lahan perkebunan teh secara intensif, dengan

pengelolaan lahan perkebunan teh secara intensif diharapkan dapat

meningkatkan hasil produksi teh dengan mutu yang baik.