Analisis Faktor Risiko dalam Aspek Manajemen Proyek yang ...
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RISIKO PENTING PADA PROYEK · PDF file3 Manajemen risiko dalam konteks...
Transcript of ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RISIKO PENTING PADA PROYEK · PDF file3 Manajemen risiko dalam konteks...
139
ISBN 978-979-18342-1-6
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RISIKO PENTING
PADA PROYEK GEDUNG DI KOTA BLITAR
Siska Yovina
1, I Putu Artama
2, Supani
3
1Mahasiswa Pascasarjana Bidang Manajemen Proyek Jurusan Teknik Sipil FTSP-ITS, Telp. 081331482460
Email : [email protected] 2Jurusan Teknik Sipil FTSP-ITS, Telp. 031-5939925, Email : [email protected] 3Jurusan Teknik Sipil FTSP-ITS, Telp. 031-5946094, Email : [email protected]
ABSTRAK Banyaknya risiko yang mungkin terjadi pada proyek konstruksi dalam hal ini proyek gedung, maka yang perlu
mendapat perhatian khusus adalah risiko-risiko penting yang akan memberikan pengaruh terhadap cost over run
kontraktor. Risiko kegagalan konstruksi gedung menunjukkan indikasi dari kurang efektif dan efisiennya kinerja
kontraktor selama tahap pelaksanaan. Hal ini diakibatkan karena persaingan kontraktor yang ada, sehingga
kontraktor dalam menerima pekerjaan kurang mempertimbangkan risiko-risiko penting yang mungkin terjadi yang
dapat menyebabkan kerugian. Sehingga perlu adanya diskripsi tentang risiko-risiko penting apa saja yang terjadi
pada proyek gedung di Kota Blitar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi risiko-risiko penting yang terjadi pada proyek gedung dari sudut
pandang kontraktor di Kota Blitar. Variabel risiko didapat dari studi pustaka dan survey pendahuluan yang
selanjutnya akan di validasi oleh responden melalui wawancara dan kuesioner. Metode analisis yang digunakan
adalah analisa faktor yaitu untuk mengetahui faktor-faktor penting dalam risiko proyek gedung.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, didapatkan Faktor risiko penting yang dipertimbangkan oleh kontraktor.
Faktor-faktor tersebut adalah faktor 1 teknis dan managerial yang meliputi kualitas kerja, staf dan tenaga kerja,
metode konstruksi, serta pengawasan; faktor 2 lokasi proyek dan peraturan kontrak antara lain kondisi cuaca (hujan,
angin topan, badai), dampak terhadap lingkungan, proses hukum, serta dokumen kontrak; faktor 3 procurement dan
eksternal antara lain syarat-syarat kerja (RKS), pembayaran pajak, peralatan dan material, kriminalitas, masyarakat,
perang, industry, serta kebijakan pemerintah; faktor 4 ekonomi antara lain kecelakaan kerja, inflasi, krisis ekonomi,
suku bunga bank, proses pabrikasi; faktor 5 keuangan antara lain perubahan desain, dan arus kas; faktor 6
keberadaan lokasi proyek antara lain akses dan kondisi lokasi proyek, serta proses pengawasan dokumen
pengadaan.
Kata kunci : kontraktor, risiko, proyek, analisa faktor
PENDAHULUAN
Industri konstruksi memiliki sifat yang sangat dinamis
dengan risiko (threats) yang harus di hadapi. Setiap
proyek konstruksi, risiko pasti ada dan merupakan hal
yang biasa terjadi kecuali kalau pemilik dapat
mentransfernya ke pihak lain dengan membayar
kompensasi. Risiko dapat memberikan pengaruh
terhadap produktifitas, kinerja, kualitas dan batasan
biaya dari proyek konstruksi.
Jika risiko itu terjadi maka pekerjaan konstruksi
akan terganggu, dimana hal tersebut akan
mempengaruhi kinerja proyek konstruksi secara
keseluruhan sehingga menimbulkan kerugian terhadap
biaya, waktu dan mutu. Agar risiko atau
ketidakpastian itu dapat dikendalikan dan diantisipasi
sedini mungkin, maka risiko-risiko yang ada dan
berpotensi menimbulkan kerugian harus dikelola
dengan sebaik mungkin.
Dari uraian di atas penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi risiko penting yang terjadi pada
proyek gedung yang mempunyai pengaruh bagi
kontraktor dan menganalisa faktor risiko penting yang
terjadi pada proyek gedung di Kota Blitar. Tujuan ini
bermanfaat sebagai salah satu sumber informasi
tentang risiko-risiko penting yang terjadi pada proyek
gedung yang mempunyai dampak terhadap kontraktor
serta mengetahui bagaimana analisa faktor dari risiko-
risiko penting yang terjadi pada proyek gedung di
Kota Blitar.
KAJIAN PUSTAKA
Risiko
Risiko mengacu pada kegiatan-kegiatan atau faktor-
faktor, yang apabila terjadi akan meningkatkan
kemungkinan tidak tercapainya tujuan proyek yang
berupa waktu, biaya, dan mutu. (Risk refers to those
dangerous activities or factors that, if they occur, will
increase the probability that the project’s goals of
time, cost, and performance will not be met) [1].
Menurut [2], terdapat tiga definisi manajemen
risiko, yaitu :
1 Manajemen risiko merupakan suatu proses formal
dimana faktor-faktor risiko diidentifikasi, secara
sistematis.
2 Manajemen risiko merupakan suatu metode formal
dan sistematis dalam manajemen yang
mengkonsentrasikan pada identifikasi dan
pengendalian daerah atau kegiatan yang memiliki
potensi perubahan yang tidak diinginkan.
3 Manajemen risiko dalam konteks proyek adalah
suatu seni dan ilmu mengidentifikasi,
menganalisis, dan merespon terhadap faktor-faktor
risiko selama umur proyek.
A-140
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2009
Identifikasi risiko adalah suatu kegiatan untuk
menentukan risiko mana yang mungkin berdampak
pada proyek dan mendokumentasikan karakteristiknya
[3].
Manajemen risiko
Manajemen risiko adalah semua rangkaian kegiatan
yang berhubungan dengan risiko yaitu perencanaan
(planning), penilaian (assessment), penanganan
(handling) dan pemantauan (monitoring) risiko [1].
Tujuan manajemen risiko adalah untuk mengenali
risiko pada sebuah proyek dan mengembangkan
strategi untuk mengurangi atau bahkan
menghindarinya, tetapi juga harus dicari cara untuk
memaksimalkan peluang yang ada [4] Atau dengan
kata lain tujuan dari manajemen risiko adalah untuk
membuang ketidakpastian dari risiko dan meraih
oportunitas [5].
Proyek
Kegiatan proyek merupakan suatu kegiatan sementara
yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas,
dengan alokasi sumber daya tertentu dan
dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang
sasarannya telah digariskan dengan jelas [6].
Kontraktor
Kontraktor merupakan organisasi milik pemerintah,
swasta maupun kelompok pekerja borongan yang
secara nyata mendirikan gedung dan pekerjaan sejenis
lainnya. Kontraktor secara langsung mengendalikan
kerja konstruksi, menata dan mengorganisir sumber
daya tenaga kerja, bahan, peralatan dan uang.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan untuk
memberikan deskripsi mengenai faktor-faktor risiko
penting yang dianggap mempunyai pengaruh bagi
kontraktor di Kota Blitar. Data diolah dengan
menggunakan analisa faktor yang dipergunakan untuk
mereduksi data atau meringkas, dari variabel yang
banyak menjadi sedikit variabel yang paling dominan.
Tahapan dalam penelitian yang akan dilakukan adalah
tahap pendahuluan, tahap pengumpulan dan
pengolahan data, tahap analisa dan pembahasan, serta
tahap kesimpulan dan saran.
Sampel/populasi dari penelitian ini adalah proyek-
proyek gedung yang sedang atau sudah dibangun di
Kota Blitar. Obyek dalam penelitian ini adalah
perusahaan (kontraktor) yang terkait dalam
pelaksanaan proyek gedung di Kota Blitar. Sedangkan
respondennya adalah Project Manager dan atau
Pelaksana yang terlibat dalam pelaksanaan proyek
gedung, baik yang tergabung dalam asosiasi jasa
konstruksi maupun tidak, yang telah mempunyai
pengalaman lebih dari 5 tahun dan merupakan
pengambil keputusan dalam organisasinya masing-
masing. Setelah penetapan sampel/populasi, dilakukan
penyebaran kuesioner kepada responden untuk
mendapatkan data pokok. Kemudian diuji validitas
dan reliabilitas serta analisa faktor dengan
menggunkan metode statistik, yaitu dengan program
bantuan statistik software SPSS 12.0 for windows.
Terdapat 61 variabel pada penelitian ini, yang
diperoleh dari studi literatur dan survei pendahuluan.
Variabel tersebut dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1: Variabel Penelitian
No. Variabel
1 Akses menuju lokasi proyek yang sulit
2 Cuaca (hujan, angin topan, badai) yang buruk
3 Adanya bencana alam/nature
4 Dampak terhadap lingkungan area proyek
5 Kondisi lokasi yang berbeda
6 Amdal tidak jelas
7 Fasilitas sementara (Direksi keet) kurang memadai
/tidak ada
8 Biaya proses hukum tidak jelas
9 Keterlambatan menangani kontrak
10 Ketidakpastian hukum
11 Kegagalan sub kontraktor menangani pelaksanaan
pekerjaan
12 Ketentuan kontrak kurang jelas
13 Definisi lingkup pekerjaan tidak jelas
14 Standar dan kode yang berbeda
15 Syarat-syarat kerja (RKS) kurang jelas
16 Standar dokumen kontrak tidak jelas
17 Kekeliruan dalam pembuatan dokumen
18 Safety pada lokasi tidak dilaksanakan dengan baik
19 Evaluasi perubahan order dan negosiasi tidak
berjalan lancar
20 Kemampuan kontraktor kurang
21 Kualitas pekerjaan yang kurang
22 Kurangnya kemampuan manajemen dalam
mengerjakan proyek
23 Metode konstruksi tidak sesuai
24 Masalah perburuhan dan perselisihan yang tidak
terkoordinasi
25 Tenaga kerja dan produktivitas peralatan kurang
26 Keterlambatan penanganan oleh pihak ketiga
27 Manajemen sumber daya manusia kurang
28 Kurangnya koordinasi dengan sub kontraktor
29 Ketelitian program proyek kurang
30 Pengalaman manajemen kurang
31 Proses pengawasan proyek tidak berjalan dengan
baik
32 Desain yang cacat
33 Perubahan desain
34 Kesalahan desain
35 Kesalahan mengestimasi biaya
36 Kecelakaan kerja dilokasi proyek
37 Informasi desain salah atau tidak memenuhi
38 Kekurangan skill/techniques
39 Proses pengawasan gambar teknik tidak sesuai
40 Teknologi kurang
41 Kriteria desain tidak sesuai
42 Terjadinya inflasi
43 Krisis ekonomi
44 Keterlambatan pembayaran kontrak
45 Suku bunga bank meningkat/turun
46 Arus kas tidak stabil
47 Bursa saham tidak menentu/naik-turun
48 Masalah pembayaran pajak
49 Tenaga kerja, material dan ketersediaan peralatan
kurang
50 Peralatan dari owner tidak sesuai
51 Material cacat
52 Petunjuk penggunaan peralatan dan material tidak
141
ISBN 978-979-18342-1-6
ada/kurang lengkap
…….. lanjutan tabel 1
No. Variabel
53 Kegagalan dalam proses pengawasan dokumen
pengadaan
54 Proses pabrikasi tidak di awasi
55 Kekacauan yang di akibatkan oleh masyarakat
56 Kejahatan/kriminalitas
57 Kesalahan warga
58 Penyalahgunaan wewenang
59 Perang
60 Hubungan dengan industri tidak seimbang
61 Tindakan pemerintah yang kurang tegas
Sumber : Hasil Olahan 2008
ANALISA DAN PEMBAHASAN
Karakteristik responden
Berikut ini adalah ringkasan dari profil responden
yang mengisi kuesioner, diuraikan berdasarkan
pengalaman dalam mengerjakan proyek gedung,
tingkat pendidikan, dan jenis bangunan yang pernah
dikerjakan, yaitu :
Tabel 2: Profil responden
Pengalaman dalam mengerjakan proyek gedung
Kriteria waktu (tahun) Frekuensi Persentase (%)
0 – 5 9 35 %
6 – 10 15 57 %
11 – 15 0 0
> 15 2 8 %
Total 26 100 %
Tingkat pendidikan
Kriteria pendidikan Frekuensi Persentase (%)
SMU 7 29 %
STM 9 33 %
S1 10 38 %
Total 26 100 %
Jenis bangunan yang pernah dikerjakan
Jenis bangunan Frekuensi Persentase (%)
Perkantoran 16 23 %
Hotel 0 0
Apartemen 0 0
Sekolah 24 34 %
Pusat perbelanjaan 0 0
Perumahan 18 26 %
Lainnya 12 17 %
Total 70 100 %
Sumber : Hasil Olahan 2008
Pengalaman kontraktor dalam mengerjakan proyek
gedung di kota Blitar rata-rata berkisar selama 6-10
tahun atau sebesar 57%. Dimana tingkat pendidikan
yang dimiliki kontraktor lebih dominan dari S1 yaitu
38%. Sedangkan jenis bangunan yang pernah
dikerjakan kontraktor cenderung pada proyek gedung
sekolah sebesar 34%.
Analisa faktor
Analisa faktor merupakan suatu cara yang digunakan
untuk mengidentifikasi variabel dasar atau faktor yang
menjelaskan pola hubungan dalam suatu himpunan
variabel penelitian dan mereduksi data untuk
mengidentifikasi suatu jumlah kecil faktor yang
menjelaskan beberapa faktor yang memiliki kemiripan
karakter.
Nilai Kaiser-Meyer-Olkin (KMO)
Nilai KMO pada faktor risiko kondisi-kondisi di
lokasi proyek, yang terdiri dari 6 variabel sebesar
0.753 (middling). Nilai KMO selanjutnya dapat dilihat
pada tabel 4 berikut ini.
Tabel 3: Nilai KMO dan Uji Bartlett
No Faktor Risiko Jumlah
Variabel
Nilai
KMO Klasifikasi
1 Kondisi-kondisi
di lokasi proyek 6 0.753
Cukup
(middling)
2 Kontrak dan
peraturan 7 0.714
Cukup
(middling)
3 Managerial 9 0.828
Bermanfaat
(meritorious
)
4 Teknik 7 0.800 Cukup
(middling)
5 Ekonomi dan
Keuangan 7 0.658
Sedang
(mediocre)
6 Procurement 6 0.685 Sedang
(mediocre)
7 Eksternal 7 0.713 Cukup
(middling)
Sumber : Hasil Olahan 2009
Karena nilai KMO sudah lebih besar dari 0.5 maka
jumlah data cukup untuk dianalisis (menunjukkan
adanya ukuran kecukupdekatan sampel).
Ekstraksi Jumlah Faktor
Analisa komponen utama (Principle Component
Analysis/PCA) digunakan untuk mereduksi dimensi
data yang lebih sederhana. Dari hasil analisis faktor
diketahui bahwa berdasarkan kriteria nilai eigen,
komponen yang memiliki nilai eigen lebih besar dari
1 ada 6 komponen. Sehingga nantinya akan terbentuk
6 komponen faktor. Sedangkan hasil kumulatif
proporsi keragaman yang mampu dijelaskan sebesar
85.887 %. Selanjutnya hasil ekstraksi faktor dapat
dilihat pada tabel 4.
Tabel 4: Hasil ekstraksi faktor
No. Nilai
Eigen
Keragaman
Total (%)
Keragaman
Kumulatif
(%)
Keterangan
1 13.759 43.936 43.936 Digunakan
2 4.4 14.051 57.987 Digunakan
3 3.148 10.053 68.04 Digunakan
4 2.481 7.924 75.964 Digunakan
5 1.829 5.841 81.804 Digunakan
6 1.278 4.082 85.887 Digunakan
Sumber : hasil analisis 2009
Hasil bentukan faktor
Dengan merotasi matrik loading maka setiap peubah
asal akan mempunyai korelasi yang tinggi dengan
faktor tertentu lainnya, sehingga tiap faktor lebih
mudah diinterpretasi. Tabel 5 menunjukan hasil
A-142
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2009
ringkasan 6 faktor yang terbentuk dari 49 variabel
risiko penting pada proyek gedung di kota Blitar.
Tabel 5. Pola matriks
Faktor No Kode Variabel
Total
Keraga
man (%)
Loading
1
Faktor
managerial dan
teknik
1 C25 Kemampuan kontraktor
kurang
43.936
0.825
2 C26 Kualitas pekerjaan yang
kurang
0.887
3 C27
Kurangnya kemampuan
manajemen
dalam mengerjakan
proyek
0.632
4 C28
Metode
konstruksi tidak sesuai
0.688
5 C29
Masalah
perburuhan dan perselisihan
yang tidak
terkoordinasi
0.823
6 C30
Tenaga kerja dan
produktivitas
peralatan kurang
0.867
7 C32
Manajemen
sumber daya manusia kurang
0.739
8 C36
Pengalaman
manajemen kurang
0.843
9 C37
Proses
pengawasan
proyek tidak berjalan dengan
baik
0.572
10 D46 Kekurangan skill/techniques
0.601
11 D47
Proses
pengawasan
gambar teknik tidak sesuai
0.56
12 D48 Teknologi
kurang 0.644
13 F57
Tenaga kerja, material dan
ketersediaan
peralatan kurang
0.853
2
Faktor lokasi
proyek
dan peratur
an
kontrak
14 A2
Cuaca (hujan,
angin topan, badai) yang
buruk
14.051
0.827
15 A3 Adanya bencana alam/nature
0.936
16 A4
Dampak
terhadap
lingkungan area proyek
0.9
17 A6 Amdal tidak
jelas 0.661
18 B10 Biaya proses hukum tidak
jelas
0.936
19 B11 Keterlambatan menangani
kontrak
0.9
20 B15
Ketentuan
kontrak kurang jelas
0.725
21 B20
Standar
dokumen kontrak tidak
jelas
0.727
22 B9
Kekeliruan
dalam pembuatan
dokumen
0.827
3
Faktor
procure
ment dan
eksternal
23 B16 Definisi lingkup pekerjaan tidak
jelas
10.053
0.741
24 B19
Syarat-syarat
kerja (RKS) kurang jelas
0.616
25 E56
Masalah
pembayaran pajak
0.587
26 F59
Peralatan dari
owner tidak sesuai
0.828
27 F62 Material cacat 0.669
28 F63
Petunjuk
penggunaan peralatan dan
material tidak
ada/kurang lengkap
0.789
29 G67 Kejahatan/krimi
nalitas 0.61
30 G68 Kesalahan warga
0.525
31 G69 Penyalahgunaan
wewenang 0.902
32 G70 Perang 0.607
33 G71 Hubungan dengan industri
kurang baik
0.831
34 G72
Kebijakan pemerintah
yang kurang
mendukung
0.68
4
Faktor
ekono
mi
35 D44
Kecelakaan
kerja dilokasi
proyek
7.924
0.78
36 E50 Terjadinya inflasi
0.776
37 E51 Krisis ekonomi 0.685
38 E53
Suku bunga
bank
meningkat/turun
0.72
39 F65 Proses pabrikasi
tidak di awasi 0.769
5
Faktor keuang
an
40 D38 Desain yang
cacat
5.841
0.766
41 D40 Perubahan
desain 0.779
42 E54 Arus kas tidak
stabil 0.853
6
Faktor
keberadaan
lokasi proyek
43 A1
Akses menuju
lokasi proyek
yang sulit
4.082
0.636
44 A5 Kondisi lokasi yang berbeda
0.791
45 F64
Kegagalan
dalam proses pengawasan
dokumen
pengadaan
0.628
Sumber : hasil olahan 2009
Pembahasan
Berdasarkan hasil analisa faktor, diperoleh 6 faktor
risiko penting yang harus diperhatikan kontraktor
pada proyek gedung di kota Blitar menurut pendapat
para responden, antara lain :
143
ISBN 978-979-18342-1-6
A. Faktor teknis dan managerial
Faktor ini memiliki nilai pembentuk faktor sebesar
43.936%. Pada faktor ini terdapat beberapa hal penting
yang mempengaruhi perusahaan kontraktor di kota
Blitar, yaitu :
1. Kualitas pekerjaan, yang memiliki nilai tertinggi
sebesar 0.887.
Sebuah perusahaan kontraktor akan diakui
keberadaannya jika hasil pekerjaan atau proyek
yang mereka kerjakan memiliki kualitas baik
atau minimal mendekati mutu yang diharapkan
owner. Karena kualitas pekerjaan yang
kurang/buruk akan mempengaruhi pemenangan
tender dan melemahkan manajemen perusahaan.
Sehingga diharapkan setiap kontraktor
memperhatikan kualitas pekerjaan dari proyek
yang sedang dilaksanakan.
2. Tenaga kerja dan produktivitas peralatan kurang
serta material.
Kondisi ini akan mempengaruhi waktu
penyelesaian proyek. Bila produktivitas alat
adalah tanggung jawab kontraktor, maka
peralatan perlu mendapat perhatian dari
perusahaan. Sehingga tidak menghambat dan
memperlambat jalannya pelaksanaan proyek.
Apalagi penyediaan tenaga kerja dan material
proyek. Dimana kedua hal ini juga sangat
mendukung lancarnya penyelesaian proyek.
3. Pengalaman manajemen SDM kurang dan
Kemampuan kontraktor yang kurang.
Pengalaman manajemen kontraktor sangat
penting bagi keberlangsungan hidup perusahaan.
Jika kemampuan dan pengalaman kontraktor
dalam mengerjakan proyek kurang, perusahaan
tidak bisa mendapatkan kepercayaan dalam
mengerjakan proyek. Sehingga perlu adanya
peningkatan pengalaman dan kemampuan
kontraktor dengan mengadakan sertifikasi bagi
tenaga ahli dan manejemen kontraktor,
melakukan studi banding dengan kontraktor
besar, dan kontraktor menyewa tenaga ahli untuk
melaksanakan pengelolaan proyek tersebut.
4. Masalah perburuhan dan perselisihan yang tidak
terkoordinasi.
Kurangnya koordinasi antar personal perusahaan
menyebabkan perpecahan dalam manajemen.
Untuk itu perlu diadakan rapat koordinasi yang
lebih intens antara kontraktor, buruh, dan semua
partisipan dalam proyek yang dikerjakan.
5. Metode konstruksi yang tidak sesuai.
Sebelum mengerjakan proyek, ada baiknya
dilakukan survey terhadap kondisi proyek yang
akan dikerjakan. sehingga kontraktor bisa
menentukan metode konstruksi yang sesuai.
Risiko ini bisa mengakibatkan bengkaknya biaya
dan waktu yang terbuang.
6. Proses pengawasan proyek tidak berjalan dengan
baik.
Ada beberapa kendala yang mungkin akan terjadi
dalam pengawasan proyek antara lain :
keterbatasan alat transportasi menuju proyek,
terhambatnya mobilitas pengawasan karena
masalah yang terjadi pada lokasi setempat
(seperti pilwali, dll). Sehingga perlu antisipasi
dengan menyediakan transportasi cadangan atau
menempatkan mandor sebagai pengawas
sementara.
7. Proses pengawasan gambar teknik.
Hal ini perlu dilakukan mengingat bahwa proses
gambar adalah awal proyek dilaksanakan. Jika
tidak sesuai dengan ketentuan, maka berpengaruh
terhadap pelaksanaan dilapangan. Dan
menyebabkan terlambatnya penyelesaian proyek.
B. Faktor lokasi proyek dan peraturan kontrak
Faktor ini mempunyai nilai pembentuk faktor sebesar
14.051%. Pada faktor ini terdapat beberapa risiko
penting yang perlu dipertimbangkan oleh kontraktor,
antara lain :
1. Adanya bencana alam/nature dan cuaca yang
buruk, yang memiliki nilai tertinggi sebesar
0.936.
Keadaan ini tidak bisa dihindari oleh perusahaan
kontraktor dimanapun. Kontraktor hanya bisa
mengurangi kerusakan akibat cuaca buruk.
Sedangkan bencana besar yang melanda
kontraktor tidak bisa menghentikannya. Untuk
itu kontraktor bisa menyelamatkan tenaga kerja
dan sedikit material yang masih layak dipakai.
2. Biaya proses hukum tidak jelas juga memiliki
nilai yang sama dengan bencana alam yaitu
sebsar 0.936.
Ketidakjelasan biaya dalam proses hukum bisa
menyebabkan pembengkakkan biaya proyek. Hal
ini bisa diatasi dengan mengurangi risiko ini
dengan negosiasi atau jalan damai.
3. Dampak terhadap lingkungan area proyek.
Bila terjadi kerusakan atau polusi pada sekitar
proyek, maka akan terjadi masalah baru yang
mengakibatkan pelaksanaan proyek molor.
Sehingga perlu antisipasi agar tidak terjadi polusi
atau mengganggu lingkungan sekitar dengan cara
selalu mengawasi tiap item pekerjaan yang
sekiranya mengganggu ketenangan sekitar dan
meminimalkan polusi-polusi (polusi suara, polusi
udara, dll) dari peralatan yang menimbulkan
kebisingan dsb.
4. Keterlambatan menangani kontrak.
Setiap perusahaan kontraktor memiliki tanggung
jawab untuk menyelesaikan kontrak. Sehingga
perlu mengatur siapa saja orang yang terlibat
dalam penanganan kontrak tersebut. Untuk itu
diperlukan tenaga administrasi professional
dalam membuat kontrak dan mampu melakukan
negosiasi kontrak dengan owner.
5. Kekeliruan dalam pembuatan dokumen.
Agar tidak terjadi kekeliruan dalam pembuatan
dokumen diperlukan tenaga administrasi
professional dan disertai keterangan sertifikasi
keahlian dalam membuat dokumen. Sehingga
kesalahan bisa diminimalkan.
6. Standar dokumen kontrak & ketentuan kontrak
tidak jelas.
Sebelum melakukan rapat pertemuan dengan
owner dan partisipan proyek, sebaiknya
kontraktor perlu menanyakan kejelasan standar
A-144
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2009
dokumen kontrak yang akan dipakai. Apakah
mengacu pada standar SNI atau international
(Fidic). Sehingga tidak terjadi kebimbangan
dalam memutuskan klausul-klausul dokumen
kontrak.
7. Amdal tidak jelas.
Jika kontraktor tidak melakukan proses amdal,
biasanya masalah akan datang dikemudian hari.
Bila ternyata pada lokasi proyek tersebut ada
pipa-pipa milik perusahaan lain yang tertanam,
jenis tanah yang ternyata sifatnya berubah-ubah
(lanau, lempung, tanah rawa, dll), dan kadar
keasaman tanah yang tinggi akibat limbah
sehingga mengakibatkan besi-besi mudah
berkarat, dsb. Sehingga analisa dampak
lingkungan perlu dilakukan agar biaya proyek
tidak membengkak di kemudian hari.
C. Faktor procurement dan eksternal
Faktor ini mempunyai nilai pembentuk faktor sebesar
10.053%. Pada faktor ini terdapat beberapa variable
risiko penting, antara lain :
1. Penyalahgunaan wewenang, yang memiliki nilai
tertinggi sebesar 0.902.
Pengambil keputusan hendaknya dilakukan oleh
orang yang berada dalam koridor organisasi
proyek. Melalui rapat dan evaluasi kegiatan.
Sehingga tidak terjadi tumpang tindih keputusan
dan penyalahgunaan wewenang.
2. Hubungan dengan industri tidak seimbang.
Hendaknya kontraktor menjalin hubungan baik
dengan dunia industri. Baik industri konstruksi
maupun industri manufaktur. Sehingga
memudahkan perusahaan untuk melakukan
transaksi pemesanan barang dll.
3. Peralatan dari owner tidak sesuai
Apabila pihak owner menyediakan peralatan
yang dibutuhkan proyek, maka perlu dilihat dulu
fungsi dan metode yang akan dipakai dengan
kesesuaian peralatan tersebut. Sehingga tidak
menambah kerusakan atau perubahan aktivitas
pekerjaan dari proyek.
4. Petunjuk penggunaan peralatan dan material
tidak ada/kurang lengkap.
Petunjuk ini diperlukan oleh tenaga kerja
kasar/tukang, karena kemampuan menggunakan
alat tidak dimiliki. Untuk itu bisa diatasi dengan
menggunakan tenaga kerja yang ahli (memiliki
pengalaman dalam menggunakan peralatan
konstruksi) dalam menggunakan peralatan
tersebut, sehingga tidak perlu memakai petunjuk
penggunaan alat.
5. Definisi lingkup pekerjaan tidak jelas
Bisa menyebabkan perubahan desain dan
membengkaknya biaya proyek. Maka pihak
kontraktor harus menanyakan kejelasan dari
definisi lingkup pekerjaan kepada owner
sehingga tidak terjadi kesalahpahaman pada saat
pelaksanaan proyek.
6. Kebijakan pemerintah yang kurang mendukung.
Dalam melaksanakan pekerjaan, kontraktor
mengacu pada peraturan dan lingkup pekerjaan
yang dibuat pemerintah. Sehingga dibutuhkan
kebijakan harga pasar sesuai ketentuan yang
berlaku agar tidak terlalu memberatkan proses
pelaksanaan proyek tersebut.
7. Material cacat
Distribusi material dan pemilihan material
dengan pengawasan yang ketat akan mengurangi
kerusakan material sehingga pada saat material
pesanan sampai di lokasi tidak akan cacat dan
siap dipakai. Semua itu memerlukan koordinasi
yang baik antara kontraktor dan suplier.
8. Syarat-syarat kerja (RKS) kurang jelas
Risiko ini akan mempengaruhi estimasi biaya
proyek. Maka harus diperjelas pada dokumen
kontrak.
9. Kejahatan/kriminalitas
Kejadian ini sering terjadi pada proyek yang
sedang berlangsung. Pencurian material dan
peralatan kerja sering menjadi sasaran oleh
pelaku kejahatan. Untuk itu antisipasinya adalah
bisa membangun pagar pembatas sekeliling
lokasi proyek dengan menerapkan satu pintu
untuk keluar masuk kendaraan proyek.
Mendirikan pos pengamanan dan penjagaan bagi
siapa saja yang akan meninjau atau memasuki
lokasi proyek.
10. Perang
Kemungkinan ini sangat kecil terjadi. Tapi tidak
menutup kemungkinan terjadi perang. Sehingga
kontraktor tidak bisa menghindari risiko akibat
perang.
11. Masalah pembayaran pajak.
Pembayaran pajak sering tidak dilakukan sesuai
ketentuan yang berlaku. Padahal pajak tersebut
untuk meningkatkan kelancaran pelaksanaan
proyek. Bila pajak bangunan belum terbayar,
maka masalah akan datang dikemudian hari.
Sehingga perlu kesepakatan antara kontraktor
dan owner mengenai pembayaran pajak.
12. Kesalahan warga.
Adanya provokator dari masyarakat yang tidak
setuju dilaksanakannya proyek, akan merugikan
banyak pihak. Proyek tidak akan terlaksana,
rencana pembangunan daerah menjadi tertunda
dan menyebabkan pertumbuhan daerah menjadi
terlambat. Untuk itu perlu dilakukan pendekatan
kepada masyarakat sekitar dan menjelaskan akan
pentingnya pembangunan proyek tersebut. Atau
dengan mengajak masyarakat sekitar untuk
membantu pelaksanaan proyek sebagai tenaga
kerja.
D. Faktor ekonomi
Faktor ini mempunyai nilai pembentuk faktor sebesar
7.924%. Pada faktor ini terdapat beberapa hal penting,
yaitu :
1. Kecelakaan kerja dilokasi proyek, yang memiliki
nilai tertinggi sebesar 0.780.
Menggunakan safety pada saat mengerjakan
proyek bisa mengurangi angka kecelakaan kerja.
Pada kontraktor kelas atas biasanya sudah
menggunakan perlengkapan tersebut. Tetapi
tidak menutup kemungkinan bagi kontraktor
kecil untuk menerapkan system K3 agar biaya
145
ISBN 978-979-18342-1-6
proyek tidak tersedot untuk membayar rumah
sakit atau memberikan santunan apabila terjadi
kecelakaan.
2. Terjadinya inflasi.
Dalam pembuatan dokumen kontrak pekerjaan
konstruksi harus dicantumkan klausul yang
menyatakan apabila kondisi ekonomi mengalami
inflasi yang tinggi (diatas normal) maka dapat
dibuat suatu addendum atas permintaan dari
pihak kontraktor. Atau pihak kontraktor mencari
sumber-sumber pembiayaan lain.
3. Proses pabrikasi tidak di awasi.
Untuk beberapa material proyek terkadang ada
yang menggunakan proses pabrikasi. Bila tidak
ada pengawasan yang ketat dari pihak kontraktor,
hal ini bisa menjadi masalah bagi manajemen
perusahaan. Akibat dari tidak sesuainya
spesifikasi yang dipakai pada saat proses
pabrikasi, akan menambah biaya proses ulang
prabrikasi material. Akhirnya yang dirugikan
adalah pihak kontraktor juga.
4. Suku bunga bank meningkat/turun.
Bunga bank yang membengkak apabila risiko ini
terjadi, seharusnya dapat menjadi beban owner,
karena bagaimanapun keterlambatan
penyelesaian proyek bukan hanya kesalahan
kontraktor melainkan pihak owner juga.
Sehingga pada saat suku bunga bank
meningkat/turun perlu diadakan rapat koordinasi
antara kontraktor dan penyelenggara proyek,
guna memutuskan tindakan apa yang akan
dilakukan selanjutnya.
5. Krisis ekonomi.
Terjadinya krisis ekonomi bisa menyebabkan
mundurnya proyek-proyek yang sudah
dikerjakan. Harga bahan bangunan dan material
proyek meningkat. Untuk mengatasi hal tersebut
perlu adanya kebijakan owner. Jika owner
mampu memberikan bantuan dana sementara
untuk melanjutkan pekerjaan maka proyek masih
bisa berjalan. Kemudian owner melakukan
evaluasi terhadap harga pasaran yang berlaku dan
melakukan penyesuaian harga melalui eskalasi
harga sesuai Kepres No. 80/ 2003 dan peraturan
lainnya.
E. Faktor keuangan
Faktor ini mempunyai nilai pembentuk faktor sebesar
5.841%. Pada faktor ini terdapat beberapa risiko
penting, antara lain :
1. Arus kas tidak stabil, yang memiliki nilai
tertinggi sebesar 0.853.
Kontraktor tidak akan mampu menyelesaikan
proyek apabila kas dalam perusahaan kurang
stabil. Karena mengerjakan proyek sangat
membutuhkan dana sehingga kontraktor perlu
menjaga kestabilan arus keuangan melalui
pinjaman bank atau mencari sumber dana lain.
2. Perubahan desain
Harus dimuat dalam kontrak apabila terjadi
perubahan-perubahan desain, yaitu apabila
pemrakarsa timbulnya perubahan desain adalah
investor maka harus dilihat kesesuaian desain
baru terhadap master plan yang ada dan aturan-
aturan lainnya dengan diadakan negosiasi ulang
mengenai besarnya setoran yang harus
dibayarkan kepada owner; apabila pemrakarsa
timbulnya perubahan desain adalah pemerintah,
maka dibuat addendum mengenai hal-hal yang
diperlukan (waktu perjanjian, Change of
Contract Order /CCO)
3. Desain yang cacat
Salah satu kegagalan proyek adalah desain yang
seharusnya sudah bisa dilaksanakan ternyata
cacat. Sehingga harus merubah atau bahkan
membongkar item pekerjaan yang desainnya
cacat. Hal ini akan menyebabkan kemunduran
waktu penyelesaian proyek dan membengkaknya
dana proyek. Maka perlu dilakukan tindakan
pengawasan dan mereview ulang desain yang
akan dikerjakan.
F. Faktor keberadaan lokasi proyek
Faktor ini mempunyai nilai pembentuk faktor sebesar
4.082%. Pada faktor ini terdapat beberapa risiko
penting, antara lain :
1. Kondisi lokasi yang berbeda, yang memiliki nilai
tertinggi sebesar 0.791.
Keadaan seperti ini bisa diatasi dengan
melakukan survey lapangan, tentang bagaimana
kondisi lokasi yang akan dibangun proyek. Hal
ini sangat penting dan mempengaruhi kelancaran
pelaksanaan proyek.
2. Akses menuju lokasi proyek yang sulit.
Mobilitas suatu proyek sangat erat kaitannya
dengan akses menuju lokasi. Bila lokasi sulit
dijangkau dengan kendaraan besar, maka akan
memerlukan tambahan waktu untuk mencapai
lokasi tersebut atau mengganti dengan muatan-
muatan kendaraan truk kecil yang bisa
menjangkau lokasi. Sedangkan bila kontraktor
mendatangkan peralatan atau material dari luar
daerah proyek, maka kontraktor harus
memperhatikan waktu tempuh yang efektif dan
berkoordinasi dengan pemerintah setempat untuk
kelancaran proyek.
3. Kegagalan dalam proses pengawasan dokumen
pengadaan.
Masing-masing partisipan akan menugaskan
wakilnya untuk mengawasi proses dokumen
pengadaan. Sehingga memperkecil kemungkinan
terjadinya kesalahan pada saat proses pengadaan
berlangsung.
KESIMPULAN
Hasil penelitian dengan menggunakan alat uji analisa
faktor berdasarkan persepsi kontraktor dari 26
responden, maka diperoleh 6 faktor risiko penting
yang akan mempengaruhi produktifitas, kinerja,
kualitas dan batasan biaya dari proyek konstruksi
yang dikerjakan, yaitu teknis dan managerial antara
lain kualitas kerja, staf dan tenaga kerja, metode
konstruksi, serta pengawasan; lokasi proyek dan
peraturan kontrak antara lain kondisi cuaca (hujan,
angin topan, badai), dampak terhadap lingkungan,
A-146
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2009
proses hukum, serta dokumen kontrak; procurement
dan eksternal antara lain syarat-syarat kerja (RKS),
pembayaran pajak, peralatan dan material,
kriminalitas, masyarakat, perang, industri, serta
kebijakan pemerintah; ekonomi antara lain
kecelakaan kerja, inflasi, krisis ekonomi, suku bunga
bank, proses pabrikasi; keuangan antara lain
perubahan desain, dan arus kas; dan keberadaan
lokasi proyek antara lain akses dan kondisi lokasi
proyek, serta proses pengawasan dokumen pengadaan.
Hasil ini menunjukkan bahwa risiko manajemen
dan teknik merupakan faktor risiko penting dalam
perusahaan kontraktor pada proyek gedung di kota
Blitar.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Kerzner, H. 2001. Project Management, 7th
edition, John Wiley & Sons, Inc., New
York.
[2] Anonim. 2004. A Guide To The Project
Management Body Of Knowledge
(PMBOK), 3rd
edition, Project Management
Institute, Inc., Newtown Square,
Pennsylvania, USA.
[3] Hillson, David. 2002. “Extending The Risk
Process to Manage Opportunities”,
International Journal of Project
Management, 20, hal. 235-240.
[4] Wideman, Max. R., 1992. Project And Program
Risk Management : A Guide To Managing
Project Risk Opportunities, Project
Management Institute, Amerika Serikat.
[5] Flanagan, R & Norman, G. 1993. Risk
Management and Construction, Blackwell
Science, London. [6] Soeharto, I, (1995), Manajemen Proyek Dari
Konseptual Sampai Operasional, Erlangga,
Jakarta.