ANALISIS-FACIES-DAN-SEJARAH-DIAGENESA-BATUAN-KARBONAT-FORMASI.pdf

14
Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014 Geologi Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat ANALISIS FACIES DAN SEJARAH DIAGENESA BATUAN KARBONAT FORMASI RAJAMANDALA, PADALARANG, JAWA BARAT Oleh : Moehammad Ali Jambak Teknik Geologi FTKE - Universitas Trisakti e-mail: [email protected], hp. +628129165959 ABSTRAK Tulisan ini membahas tentang fasies litologi dan sejarah diagenesa yang terekam pada batuan karbonat Formasi Rajamandala di daerah Padalarang dan sekitarnya, lokasi pengamatan di daerah Togogapu, Gunung Hawu, Gunung Pabiasan, Lampegan, Gunung Pawon dan Gunung Masigit, Gunung Manik dan Sanghiyangtikoro. Pembelajaran batuan karbonat yang menyangkut facies, sistem pengendapan, proses dan sejarah diagenesa yang terjadi bersamaan atau setelah pengendapan batuan sangat penting karena berpengaruh dalam membangun karakter reservoir batuan. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah berdasarkan studi pustaka, analisis data observasi singkapan dan hasil deskripsi petrografi dari sampel batuan. Di lapangan dilakukan observasi singkapan, deskripsi megaskopik, indikasi diagenesa dan foto serta pengambilan sampel batuan. Sampel batuan yang telah diambil dibuatkan sayatan tipisnya untuk diamati secara mikroskopik seperti fosil, tekstur, porositas dan mineral mineral yang terbentuk selama proses diagenesa. Interpretasi didasarkan data observasi lapangan atau singkapan dan analisis petrografi batuan. Batuan karbonat Formasi Raja Mandala dapat dikelompokan dalam. beberapa facies batuan adalah a) Facies batuan karbonat berlapis, b) Facies rudstone, c) Lepidocyclina packstone, d) Foraminifera wackstone, e) Foraminifera wackstone-packstone, f) Facies coral - algae boundstone, g) Facies platy coral. Batuan karbonat secara umum diendapkan pada daerah komplek Reef, yaitu mulai dari Backreef/Lagoon, Core reef, Fore reef atau Basinal/Slope. Beragam indikasi diagenesa berupa kompaksi, sementasi, penggantian, pelarutan, stilolit, rekahan dan karstifikasi, indikasi tersebut dijumpai diseluruh facies batuan yang ada. Lingkungan diagenesa ditafsirkan mulai dari zona marine burial, marine phreatic hingga vadose , sedangkan tahapan diagenesa dapat dibagi tiga (3) fase yaitu fase 1 (satu) Kala Oligosen akhir – Miosen awal pada masa pengendapan, fase 2 (dua) Kala Miosen awal – Pliosen yaitu masa penindihan sedimen di atas formasi Rajamandala dan fase tiga (3) Kala Pliestosen - Resent yaitu pada masa pengangkatan, perlipatan dan ekspos diikuti denudasi atau erosi. Kata kunci : Facies, Reef, Diagenesa, Marine Phreatic, Formasi Rajamandala 3

Transcript of ANALISIS-FACIES-DAN-SEJARAH-DIAGENESA-BATUAN-KARBONAT-FORMASI.pdf

Page 1: ANALISIS-FACIES-DAN-SEJARAH-DIAGENESA-BATUAN-KARBONAT-FORMASI.pdf

Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014

Geologi Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat

ANALISIS FACIES DAN SEJARAH DIAGENESA BATUAN KARBONAT FORMASI RAJAMANDALA, PADALARANG, JAWA BARAT

Oleh : Moehammad Ali Jambak

Teknik Geologi FTKE - Universitas Trisakti e-mail: [email protected], hp. +628129165959

ABSTRAK

Tulisan ini membahas tentang fasies litologi dan sejarah diagenesa yang terekam pada batuan karbonat Formasi Rajamandala di daerah Padalarang dan sekitarnya, lokasi pengamatan di daerah Togogapu, Gunung Hawu, Gunung Pabiasan, Lampegan, Gunung Pawon dan Gunung Masigit, Gunung Manik dan Sanghiyangtikoro. Pembelajaran batuan karbonat yang menyangkut facies, sistem pengendapan, proses dan sejarah diagenesa yang terjadi bersamaan atau setelah pengendapan batuan sangat penting karena berpengaruh dalam membangun karakter reservoir batuan. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah berdasarkan studi pustaka, analisis data observasi singkapan dan hasil deskripsi petrografi dari sampel batuan. Di lapangan dilakukan observasi singkapan, deskripsi megaskopik, indikasi diagenesa dan foto serta pengambilan sampel batuan. Sampel batuan yang telah diambil dibuatkan sayatan tipisnya untuk diamati secara mikroskopik seperti fosil, tekstur, porositas dan mineral mineral yang terbentuk selama proses diagenesa. Interpretasi didasarkan data observasi lapangan atau singkapan dan analisis petrografi batuan. Batuan karbonat Formasi Raja Mandala dapat dikelompokan dalam. beberapa facies batuan adalah a) Facies batuan karbonat berlapis, b) Facies rudstone, c) Lepidocyclina packstone, d) Foraminifera wackstone, e) Foraminifera wackstone-packstone, f) Facies coral - algae boundstone, g) Facies platy coral. Batuan karbonat secara umum diendapkan pada daerah komplek Reef, yaitu mulai dari Backreef/Lagoon, Core reef, Fore reef atau Basinal/Slope. Beragam indikasi diagenesa berupa kompaksi, sementasi, penggantian, pelarutan, stilolit, rekahan dan karstifikasi, indikasi tersebut dijumpai diseluruh facies batuan yang ada. Lingkungan diagenesa ditafsirkan mulai dari zona marine burial, marine phreatic hingga vadose , sedangkan tahapan diagenesa dapat dibagi tiga (3) fase yaitu fase 1 (satu) Kala Oligosen akhir – Miosen awal pada masa pengendapan, fase 2 (dua) Kala Miosen awal – Pliosen yaitu masa penindihan sedimen di atas formasi Rajamandala dan fase tiga (3) Kala Pliestosen - Resent yaitu pada masa pengangkatan, perlipatan dan ekspos diikuti denudasi atau erosi. Kata kunci : Facies, Reef, Diagenesa, Marine Phreatic, Formasi Rajamandala

3

Page 2: ANALISIS-FACIES-DAN-SEJARAH-DIAGENESA-BATUAN-KARBONAT-FORMASI.pdf

Geologi Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dan Permasalahan

Pemelajaran batuan karbonat sangat menarik dan penting karena kepentingannya dalam industri perminyakan dan pertambangan pada batuan karbonat sangat besar.

Batuan karbonat memiliki jumlah yang cukup signifikan sebagai penghasil hidrokarbon, contohnya lapangan besar seperti, Arun, Natuna dan Cepu yang menghasilkan dari batuan karbonat yang berumur Oligocene hingga Miocene. Keterdapatan ini terjadi dalam beragam reservoir batugamping dan dolomite berupa reef, shoals, platform. Banyak faktor dari reservoir batuan karbonat yang berhubungan langsung dengan kemas ditentukan oleh diagenesa dan sistem pengendapan serta hasil dari interaksi biologi dan fisika terlihat nyata pada karakterisasi batuan karbonat.

Permasalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan antara facies batuan dengan proses dan tahapan diagenesa yang terjadi sejak pengendapan hingga saat ini. Selain itu pertanyaan atau permasalah yang juga perlu dijawab adalah bagaimana kualitas batuan karbonat Formasi Rajamandal sebagai reservoir.

Batuan karbonat sebagai reservoir sangat bergantung dengan facies litologi, tahapan dan proses diagenesa yang dilalui, dimulai sejak pengendapan, sesaat setelah pengendapan hingga setelah pengendapan yaitu berupa penindihan dan

pengangkatan. Sejarah atau tahapan diagenesa dan lingkungan diagenesa sangat mempengaruhi kualitas reservoir batuan karbonat.

Formasi Rajamandala telah mengalami beberapa fase diagenesa yang masing masing fase mempengaruhi karakter reservoir karbonat. 1.2. Maksud dan Tujuan

Penelitian ini dimaksudkan mempelajari facies litologi dan sejarah diagenesa batuan karbonat untuk mendapatkan gambaran permodelan dan karakter reservoir karbonat. Sedangkan tujuannya meneliti hubungan facies litologi dan proses diagenesa serta karakterisasi reservoir. 1.3. Lokasi Daerah Penelitian

Lokasi di daerah Padalarang dan sekitarnya Jawa Barat dengan lokasi pengamatan di daerah Togogapu, Pabiasan, Lampegan, Gn. Manik, Gn. Pawon, Gn. Masigit dan Sanghiangtikoro. (gambar 1.1). lokasi singkapan lebih kurang 20 km dari Kota Bandung, Jawabarat. Pemilihan lokasi penelitian karena sangat menarik untuk pemelajaran reservoir batuan karbonat bila kaitannya sebagai pembanding studi reservoir pada sumuran / bawah permukaan, disamping itu lokasi dapat dicapai dengan mudah karena berada di tepi jalan raya Bandung – Jakarta, di setiap lokasi pengamatan, tersingkap secara alamiah dan juga karena penambangan.

4

Page 3: ANALISIS-FACIES-DAN-SEJARAH-DIAGENESA-BATUAN-KARBONAT-FORMASI.pdf

Geologi Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat

Gambar 1.1. Peta lokasi daerah penelitian dan nomer lokasi pengamatan 1.5. Metode dan Tahapan Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah berdasarkan observasi data lapangan atau singkapan dan analisis petrografi batuan yang diambil dari lokasi singkapan. Di lapangan dilakukan observasi singkapan, deskripsi megaskopik dan pengambilan sampel batuan serta pengambilan data seperti morfologi dan struktur yang teramati. Sampel batuan yang diambil dibuatkan sayatan tipisnya untuk diamati secara mikroskopik seperti tekstur, komposisi dan kandungan fosilnya sebagai penciri biofacies. Dari hasil analisis diatas dapat dilakukan interpretasi facies batuan karbonat dan sejarah diagenesanya

Klasifikasi yang digunakan adalah klasifikasi Dunham (1962) yang dikombinasikan dengan Klasifikasi Emrie and Klovan (1972), model pengendapan digunakan model umum dari James (1979), demikian juga zonasi lingkungan hidup serta besaran energi (James, 1979). Untuk

model ideal diagenesa digunakan klasifikasi Dunham, 1971; Longman,1980; James dan Choquette, 1994.

2.3. Penelitian Terdahulu

Penelitian batuan karbonat Formasi Rajamandala sudah banyak dilakukan oleh ahli, diantaranya adalah sebagai berikut : Maryanto, 2009 meneliti karakter rekaman proses diagenesis yang berpengaruh terhadap batugamping penyusun Formasi Rajamandala, termasuk proses pendolomitan dalam kaitannya dengan proses pembentukan Gua Pawon, dalam kesimpulannya Maryanto, 2009 menyatakan ada dua fase pembentukan dolomite di Formasi Rajamandala.

Koesoemadinata & Siregar, 1984. Melakukan studi facies dan menampilkan peta Reef Facies Model of the Rajamandala Formation, dan melakukan korelasi distribusi facies batuan karbonat.

5

Page 4: ANALISIS-FACIES-DAN-SEJARAH-DIAGENESA-BATUAN-KARBONAT-FORMASI.pdf

Geologi Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat

Gambar 2.2. Peta Geologi Daerah Togogapo dan Sekitarnya (Koesoemadinata dan Siregar.

1984)

2.2. Geologi Daerah Togogapu dan Sekitarnya

Morfologi daerah penelitian merupakan punggungan bukit yang dibentuk oleh batuan karbonat yang berelevasi antara 400 hingga 800 meter dpl. Kelerengan dari bukit berkisar antara 20 hingga 120 persen, daerah ini sering terdapat gua-gua dan banyak diantaranya yang sudah runtuh.

Pada “Geologic Map of Rajamandala - Togogapu Area West Jawa” (gambar 2.2), terlihat penyebaran batuan dari beberapa formasi yang terdapat disekitar daerah Rajamandala – Togogapu. Urutan stratigrafi menurut Martrodjojo 1983 seperti ditunjukkan oleh gambar 2.2. Pada kolom stratigrafi disebutkan umur dari Formasi Rajamandala adalah Oligosen Akhir - Miosen Awal dengan ketebalan formasi sekitar 300 - 700m, litologi terdiri atas batuan karbonat koral dan batuan karbonat foraminifera – algae, ada yang berlapis maupun yang massiv. Secara lateral kontak batuan ini saling menjemari

dengan satuan lanau dan batupasir kuarsa. Punggungan komplek batuan karbonat Formasi Rajamandala mempunyai arah umum strike Timurlaut - Baratdaya yang mendekati ke arah Timur - Barat, kemiringan lapisan ke arah Selatan dangan besar kemiringan antara 30 - 60 derajat. Sesar - sesar yang terdapat di daerah ini berupa sesar geser yang hampir secara umum mengarah utara - selatan. Pada daerah zona sesar sering terjadi strike/dip yang kacau, bahkan terdapat kemiringan lapisan yang hampir paralel dengan bidang sesar. (Koesoemadinata dan Siregar 1992)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Facies dan Paleoekologi

Facies utama yang tersingkap di Rajamandala adalah reef, back barrier, fore reef talus, foraminifera/algal shelf, open marine, facies basinal/ slope, pada tabel.1 menunjukan hasil dari analisis biofacies secara mikroskopik dan interpretasi lingkungan batuan karbonat,

6

Page 5: ANALISIS-FACIES-DAN-SEJARAH-DIAGENESA-BATUAN-KARBONAT-FORMASI.pdf

Geologi Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat

secara umum deskripsi masing masing adalah sebagai berikut :

a. Reef Facies – facies ini banyak dijumpai

disemua lokasi singkapan, ditipikal masiv warnanya loreng abu-abu - abu-abu kecoklatan mengandung fragmen large coral, red algal yang melimpah dalam masadasar dari algal halus dan debris foram, moluska, bryozoa. echinoder dan matriks mikrit. Kecenderungan loreng berasosiasi dengan rekristalisasi dari coral dan dengan burrowing.

b. Back Reef Facies – pengamatan facies ini di singkapan Gn. Hawu, Pabeasan, dan Lampegan, berupa batugamping mikritik berwarna abu-abu ke abu-abu kecoklatan, klastik coral berukuran kerikil adalah umum. Ini terkumpul dalam masadasar yang didominasi oleh mikrit tapi juga termasuk algae, bentuk bercabang atau encrusting, bryozoa, gastropod, foram besar, echinoderm, moluska dan milliolid. Kehadiran mikrit dan coral memberi kesan energi rendah tapi pada air bersih hangat dan dangkal.

c. Fore Reef Facies – facies ini yang paling dominan dijumpai disemua singkapan dan sayatan tipis berupa packstone dan wackestone padat keras, berwarna abu-abu terang. Rekristalisasi hebat sering menutupi kemas tapi tetap tampak, bisa dikenali foram besar, coral debris, algal dan echinoderm. Penyesuaian kemas dan lapisan palsu ditegaskan oleh perpanjangan fragmen platy coral. Wackestone berbutir halus hingga sedang dan packstone tampak menonjol dari kelimpahan mikrit

dan meratanya foraminifera discoidal dan ketidakhadiran platy coral adalah indikasi dari kondisi air kurang bergerak pada fore reef shelf.

d. Open Shelf Facies – di daerah Togogapu facies ini dicirikan berwarna abu-abu terang ke abu-abu kecoklatan, bermacam argilaceous dan dolomitik berlapis cukup baik. Glauconite mengisi rongga adalah kenampakan umum dan secara lokal ditemukan nodul. Mudstone dan wackestone merupakan batuan yang dominan dimana foraminifera plangton kadangkala muncul. Secara umum ketidakhadiran dari fauna berukuran besar seperti coral memberi kesan keadaan air yang lebih dalam dan kehadiran dari kumpulan bentonik yang lebih dangkal bisa dihubungkan dengan longsoran.

3.2. Diagenesa dan Lingkungan Diagenesis secara umum bertanggungjawab pada pembesaran porositas yang ditemukan pada banyak reservoir karbonat, tapi juga bisa memperkecil porositas maupun perubahan pada kemas. Pada batuan karbonat Rajamandala ini telah mempunyai pengaruh yang kuat untuk merusak porositas secara umum, dengan pengecualian sedikit sekali pada beberapa porositas interkristalin yang ditemukan dalam beberapa kemas dolomitik (Table.2). Mikritisasi dari batas butiran ditemukan pada beberapa tempat tapi tidak umum. Peluruhan dari coral kebanyakan tersebar luas tapi hampir tanpa terkecuali pada cetakan yang kemudian terisi oleh semen kalsit. Kelimpahan mikrit telah menghalangi pembentukan porositas

7

Page 6: ANALISIS-FACIES-DAN-SEJARAH-DIAGENESA-BATUAN-KARBONAT-FORMASI.pdf

Geologi Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat

intergranular. Neomorfisme yang terjadi bersamaan dengan peluruhan dan sementasi menghasilkan kemas rekristalisasi yang ketat. Dolomite yang utama berasosiasi dengan batuan argilaceous dimana ini terjadi sebagai hypidiotropic euhedral rhombs kecil, secara lokal yang menggantikan matriks. Bentuk lain dari dolomit termasuk bagian yang menggantikan kemas oleh dolomite kristalin halus terdapat hanya pada kemas primer yang diawetkan. Penimbunan atau pembebanan telah mempengaruhi pembentukan lapisan pada kekerasan dan kekompakan, pergantian, pelarutan dan

stilolit bersamaan dengan tektonisme yang juga bertanggungjawab untuk perluasan rekahan mikro dan makro, semua gejala diatas ditemukan pada batuan karbonat Formasi Rajamandala. Dengan catatan, rekahan secara umum tersementasi oleh kalsit meskipun akhirnya oleh saddle dolomite, ferroan dolomite dan runtuhan kataklastik yang mungkin ditemui secara lokal. Pengisian rekahan pada perioda terakhir diagenesa menghasilkan endapan travertine mineral kalsit toothdog pada rekahan buka dan juga adanya stalaktit- stalakmit.

Tabel 1. Analisis Facies dan Paleoekologi Batugamping Formasi Rajamandala

Daerah Padalarang - Jawabarat.

LOKASI FACIES FAUNA/FOSIL PALEOEKOLOGI

Togogapu Large foraminifera packstone Wackstone-packstone Rudstone Coral boundstone

Lepidocyclina sp; Miogypsinoides sp ; Spiroclypeus sp, Heterostegina sp; Nummulites sp; Cycloclypeus sp; Operculina sp; Austrotrillina sp; Borelis pygnaeus.

Fragment Coral; Coralline Algae,; Jania sp; Lithothamnion sp.

Globigerinids; Textularia sp; Rotalia sp;

Bryozoa; Ostracod; Echinoids spine.

Fore reef, Open Shelf Facies - slope / basinal gelombang laut aktif

Gn. Hawu Packstone

Coral boundstone

Alga dan coral framework (koral batu, koral cabang)

Coral dan Algae :Fragment Coral; Coralline Algae; Jania sp; Lithothamnion sp.

Back reef dan Core reef, lagon

Pabiasan Coral boundstone Lepidocyclina sp; Miogypsinoids ; Spiroclypeus sp, Heterostegina sp; Nummulites sp ; Cycloclypeus sp; Operculina sp; Austrotrillina sp ; Borelis pygnaeus.

Fragment Coral; Coralline Algae; Jania sp; Lithothamnion sp.

Back reef dan Core reef, lagon

8

Page 7: ANALISIS-FACIES-DAN-SEJARAH-DIAGENESA-BATUAN-KARBONAT-FORMASI.pdf

Geologi Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat

Amphistegina sp ; Textularia sp; Cibicides sp; Elphidium sp ; Miliolid ; Haplophragmoides sp; Nonion sp;

Bryozoa; Ostracod; Pelecypoda; Brachiopoda; Echinoids

Lampegan Wackstone-Packstone

Alga

Milliolid

Lepidocyclina, Miogypsina

Coral

Back reef dan Core reef, lagon

Pr. Masigit Large foraminifera packstone

Platy coral boundstone

Foraminifera besar :

Large foram indet

Fragment Coral; Coralline Algae; Coralline sp.

Core reef, fore reef, Lager Foram Facies air tenang

Pr. Manik Large foraminifera packstone

Lepidocyclina sp; Miogypsinoids ; Cycloclypeus

Fragment Coral.

Amphistegina sp ; Bigenerina sp.

Echinoids spine.

Core reef, fore reef, Lager Foram Facies air tenang

Pr. Pawon Large foraminifera packstone

Platy coral boundstone

Lepidocyclina sp; Miogypsinoides ; Spiroclypeus sp, Heterostegina sp; Cycloclypeus sp; Operculina sp,; Austrotrillina sp; Borelis pygnaeus.

Fragment Coral; Coralline Algae; Red algae; Lithothamnion sp.

Amphistegina sp; Globigerinids.

Bryozoa; Ostracod; Echinoids spine.

Core reef, fore reef, Lager Foram Facies air tenang

Pr. Sangiangtikoro

Large foraminifera packstone Coral boundstone

Lepidocyclina sp; Miogypsinoides ; Miogysina sp; Spiroclypeus sp; Cycloclypeus sp; Operculina sp.

Fragment Coral; Coralline Algae,; Jania sp; Lithothamnionsp; Lithoporella sp; Halimeda.

Peneroplis sp ; Amphistegina sp ; Elphidium; Miliolid; Globigerinids

Bryozoa; Pelecypoda; Echinoid dan Ostracoda.

Core reef, Back reef

Tabel 2. Analisis Diagenesa Batugamping Formasi Rajamandala

Daerah Padalarang - Jawabarat.

LOKASI FACIES INDIKASI DIAGENESA LINGKUNGAN DIAGENESA

9

Page 8: ANALISIS-FACIES-DAN-SEJARAH-DIAGENESA-BATUAN-KARBONAT-FORMASI.pdf

Geologi Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat

Fase 1-2 Fase 3 Fase 1-2 Fase 3

Togogapu

Wackstone-packstone Rudstone

Coral boundstone

Kompaksi

Rekahan isi

Dolomitik

Semen kalsit

Patahan

Rekahan isi

Stalakmit stalaktit,

Travertin

Dolomitik

Cave

Marine Burial

Phreatic

Vad

ose

, Fre

shw

ate

r -

Ph

reat

ic

Gn. Hawu Packstone

Kompaksi

Rekahan isi

Stilolit

Semen kalsit

Patahan

Rekahan isi

Stalakmit Stalaktit,

Stilolit

Travertin

Dolomitik

Cave

Pabiasan Coral

boundstone

Kompaksi

Rekahan isi

Stilolit

Semen kalsit

Patahan

Rekahan isi

Stalakmit Stalaktit,

Travertin

Dolomitik

Cave

Lampegan Wackstone-Packstone

Kompaksi

Rekahan isi

Stilolit

Semen kalsit

Patahan

Stalakmit Stalaktit,

Travertin

Dolomitik

Cave

Gn. Manik Packstone

Kompaksi

Rekahan isi

Stilolit

Dolomitik

Semen kalsit

Patahan

Stalakmit Stalaktit,

Travertin

Dolomitik

Cave

Marine

Deep Burial

Gn.

Masigit Platy coral

boundstone

Kompaksi

Rekahan isi

Stilolit

Dolomitik

Semen kalsit

Patahan

Stalakmit Stalaktit,

Travertin

Dolomitik

Cave

10

Page 9: ANALISIS-FACIES-DAN-SEJARAH-DIAGENESA-BATUAN-KARBONAT-FORMASI.pdf

Geologi Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat

Gn. Pawon

Platy coral boundstone

Kompaksi

Rekahan isi

Stilolit

Dolomitik

Semen kalsit

Patahan

Stalakmit Stalaktit,

Travertin

Dolomitik

Cave

Sangiangtikoro

Coral boundstone Wackstone-packstone Rudstone

Kompaksi

Rekahan isi

Stilolit

Dolomitik

Semen kalsit

Patahan

Travertin

Dolomitik

Marine Burial

Phreatic

3.3. Pembahasan

Hasil analisis facies, komponen penyusun batuan berupa fosil dan butiran cukup mudah untuk diamati bahkan dibeberapa lokasi singkapan juga sayatan tipis, hal ini sangat baik untuk mengenali sistem pembentukan awal dan lingkungan pengendapan, sedangkan dari perubahan tekstur dan mineralogi akan dapat memberikan gambaran proses diagenasa yang sudah terjadi pada batuan.

Sejarah diagenesa batuan karbonat Formasi Rajamandala dapat dibagi kedalam tiga fase (Table 2.), fase pertama yang dimulai pada kala Oligosen akhi hingga Miosen awal adalah fase pembentukan batuan karbonat pada lingkungan pengendapan komplek reef yang tentunya tercerminkan dari facies batuan (Tabel 1.), jejak facies primer masih terekam baik pada batuan, diagenesa yang terjadi bersamaan dengan pengendapan dan sesaat setelah pengendapan diindikasi oleh sementasi kalsit dan pelarutan dari cangkang dan butiran primer serta kehadiran dolomit, pada fase pertama ini diperkirakan tidak terjadi pemunculan terumbu diatas permukaan air laut (zona vadose). Kehadiran dolomit juga mengindikasikan formasi yang terbentuk tetap berada di bawah muka air laut

sehingga fase ini diagenesa yang dilingkungan zona marine – burial yang dipengaruhi zona phreatic.

Berakhirnya pengendapan Formasi Rajamandala diikuti pengendapan batuan sedimen dari Formasi Citarum dan Formasi Saguling yang cukup tebal berumur Miosen awal hingga Miosen akhir yang diendapkan di lingkungan laut dalam dan system turbidit (Soejono martodjojo, 1983), tahapan tersebut merupakan fase kedua terjadinya diagenesa berupa penindihan, kompaksi, sementasi kalsit yang umum dijumpai (gambar 2.6 sd gambar 2.8) dan neomorfisme yang menjadikan Formasi Rajamandala semakin keras dan kompak bahkan pada lokasi tertentu menjadi metasedimen yang sering di tambang sebagai marmer.

Fase kedua ini adalah diagenesa pada zona deep burial indikasi yang nyata adalah kehadiran stilolit dan rekahan yang terisi mineral insitu dalam skala makro (singkapan) (gambar 2.3, 2.4 dan 2.5) maupun mikro (sayatan tipis).

Fase ketiga tahapan diagenesa yang terjadi adalah sejak kala Plio-Plistosen hingga saat ini (resent), fase ini adalah waktu pengangkatan dan perlipatan hingga tereksposnya Formasi Rajamandala, gejala diagenesa tahap ini jelas berupa karstifikasi

11

Page 10: ANALISIS-FACIES-DAN-SEJARAH-DIAGENESA-BATUAN-KARBONAT-FORMASI.pdf

Geologi Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat

yang sangat baik terlihat berupa gua hasil pelarutan, patahan membuka yang terisi dengan endapan kalsit, travertine, stalaktit dan stalakmit, fase terakhir ini merupakan zona vadose yang sebagian proses diagenesanya merusak proses sebelumnya.

Dari pembahasan diatas dapat dikatakan tahapan diagenesa dari Formasi Rajamandala mulai dari kala Oligasen akhir hingga Miosen awal merupakan tahapan Eogenetic yaitu pada waktu pengendapan dan sesaat setelah pengendapan, selanjutnya kala Miosen awal hingga Miosen akhir adalah tahapan Mesogenetic

dan fase akhir adalah kala Plio-Plistosen hingga resent adalah tahapan Telogenetic.

Implikasi karakter reservoir dari proses diagenesa yang terjadi pada Formasi Rajamandala dapat disimpulkan secara umum batuan karbonat ini "tight" dan memiliki porositas yang kecil adapun porositas tidak terbentuk karena langsung terisi oleh mikrit dan kalsit artinya diagenesa fase satu dan dua tidak membawa kontribusi signifikan terbentuknya reservoir yang baik pada Formasi Rajamandala, implikasi fase akhir diagenesa tentu tidak berdampak karena sudah pada tahap Telogenetic.

Gambar 2.3. Foto (1,2 dan3) singkapan di Pabeasan coral reef facies, masiv, kekar isi, Foto (4,5 dan 6) singkapan di Cikamuning Togogapu, masiv coral reef dan Lagre foram facies, patahan dan gua gua kecil, stalaktit dan stalakmit, Foto (7,8 dan 9) singkapan di Gn. Manik, large foram facies, patahan, kekar isi, oksidasi dan stalaktit dan stalakmit.

1 2 3

4 5 6

7 8 9

12

Page 11: ANALISIS-FACIES-DAN-SEJARAH-DIAGENESA-BATUAN-KARBONAT-FORMASI.pdf

Geologi Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat

Gambar 2.4. Foto (1,2 dan3) singkapan di Gn. Pawon, coral reef facies, karstifikasi, gua dengan stalaktit stalakmit, Foto (4,5 dan 6) singkapan di Gn. Masigit, Platy coral facie dan foram facies, bidang patahan dan kekar terisis kalsit struktur ”gigi anjing”.

Gambar 2.5. Foto (1,2 dan3) singkapan di daerah Bende, coral reef facies, masiv coral, terkekarkan dan terisis urat kalsit, keras dan kompak. Foto (4,5 dan 6) singkapan di Gn. Manik, Coral reef facies dan large foram facies, keras dan kompak, stilolit terlihat baik.

1 2 3

4 5 6

1 2 3

4 5 6

13

Page 12: ANALISIS-FACIES-DAN-SEJARAH-DIAGENESA-BATUAN-KARBONAT-FORMASI.pdf

Geologi Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat

Gambar 2.6. Foto mikroskopik batugamping dari sampel Togogapu, memperlihatkan facies Large foram berassosiasi dengan foram plankton secara keseluruhan memperlihatkan effek sementasi kalsit deep burial – phreatic, kalsit semen mengisi interpartikel (K, L, M, N, O dan P) maupun intrapartikel semen (A-J dan Q-T).

Gambar 2.7. Foto mikroskopik batugamping dari sampel Gn. Pabeasan, memperlihatkan facies Large foram berassosiasi dengan foram plankton dan ostracoda secara keseluruhan memperlihatkan effek sementasi kalsit deep burial – phreatic, semen kalsit mengisi interpartikel dan meniscus semen (G, H, I, J, K dan L) maupun intrapartikel semen (A-F).

A B

C D

E F

G H

I J

K L

M N

O P

Q R

S T

A B

C D

E F

G H

I J

K L

14

Page 13: ANALISIS-FACIES-DAN-SEJARAH-DIAGENESA-BATUAN-KARBONAT-FORMASI.pdf

Geologi Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat

Gambar 2.8. Foto mikroskopik batugamping dari sampel Gn. Masigit, memperlihatkan Dolomit facies berassosiasi dengan algae secara keseluruhan merupakan effek marine burial terjadi pergantian kalsit menjadi dolomit (A-D), semen kalsit blocky mengisi interpartikel (G, H, dan I). V. SIMPULAN

1. Facies litologi yang terdapat dalam batuan karbonat Formasi Raja Mandala dapat dikelompokan dalam a. Core Reef Facies – ditipikal masiv, large coral, red algal yang melimpah, b. Back Reef Facies – tipikal klastik coral umum, algae, encrusting dan milliolid. c. Fore Reef Facies – tipikal foram besar dominan, coral platy, algal dan echinoderm. c. Open Shelf Facies –tipikal argilaceous dan dolomitik berlapis cukup baik dan kehadiran foraminifera plangton.

2. Sejarah diagenesa batuan karbonat Formasi Rajamandala dapat dibagi kedalam tiga fase,

a. Fase pertama kala Oligosen akhir hingga Miosen awal adalah diagenesa yang terjadi bersamaan dengan pengendapan dan sesaat setelah pengendapan pada lingkungan diagenesa zona marine – burial yang dipengaruhi zona phreatic.

b. Fase kedua berakhirnya pengendapan Formasi

Rajamandala diikuti pengendapan batuan sedimen dari Formasi Citarum dan Formasi Saguling pada kala Miosen Awal hingga Miosen Akhir, fase kedua terjadinya diagenesa berupa penindihan , kompaksi, proses diagenesa pada zona deep burial.

c. Fase ketiga tahapan diagenesa yang terjadi adalah sejak kala Plio-Plistosen hingga saat ini (recent), fase pengangkatan dan perlipatan hingga tereksposnya Formasi Rajamandala, gejala diagenesa karstifikasi.

d. Tahapan diagenesa dari Formasi Rajamandala mulai dari kala Oligasen akhir hingga Miosen awal merupakan tahapan Eogenetic, selanjutnya kala Miosen Awal hingga Miosen Akhir adalah tahapan Mesogenetic dan Kala Plio-

A B

C D

G H

I

15

Page 14: ANALISIS-FACIES-DAN-SEJARAH-DIAGENESA-BATUAN-KARBONAT-FORMASI.pdf

Geologi Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat

Plistosen hingga Recent adalah tahapan Telogenetic.

3. Implikasi proses diagenesa terhadap karakter reservoir pada Formasi Rajamandala secara umum batuan karbonat ini tight dan memiliki porositas yang kecil artinya diagenesa Fase satu dan dua tidak membawa kontribusi signifikan terbentknya reservoir yang baik pada Formasi Rajamandala.

4. Implikasi pada bidang pertambangan cukup baik karena kekompakan dan kekerasan batuan ini bias dibuat menjadi batu pualam.

DAFTAR PUSTAKA

Dunham, R.J., 1962. Classification of Carbonate Rocks According to Depositional Texture. In: W.E. Ham (ed.), Classification of Carbonate Rocks. American Association of Petroleum Geologist Memoir, 1, h. 108-121.

Embry, A.F. dan Klovan, J.E., 1971. A Late Devonian Reef Tract on North-Eastern Banks Island, North West Territory. Bulletin of Canadian Petroleum Geology, 19, h. 730-781.

James, N.P., 1983, Reef environment in Scholle, Peter A, Don G. Bebout and Clyde H. Moore (Editors), Carbonate depositional environments: Memoir 33, AAPG, Tulsa, Oklahoma 74101 USA, p.345-350.

James, N.P., 1991. Diagenesis of Carbonate Sediments. Notes to Accompany a Short Course. Geological Society of Australia.

Jeffrey, B.M., 2008. Facies Characterization and Mechanism of Termination of a Tertiary Carbonate Platform: Rajamandala Formation, West Java (Abstract). Joint Annual Meeting of Celebrating the International Year of Planet Earth. 5-9 October 2008, Houston, Texas

Koesoemadinata, R.P., & Siregar, S,. 1984. Reef Facies Model of the Rajamandala Formation, West Java. Proceeding IPA ke 13.

Martodjojo. Soejono,. 1984, Evolusi Cekungan Bogor, Jawa barat. Thesis Doktor, ITB Bandung

Maryanto, S., 2009., Pendolomitan Batugamping Formasi Rajamandala di Lintasan Gua Pawon, Bandung Barat, Pusat Survei Geologi, Badan Geologi, Jln. Diponegoro No. 57, Bandung – 40122

Siregar, M.S., 2005. Sedimentasi dan Model Terumbu Formasi Rajamandala di Daerah Padalarang, Jawa Barat. Jurnal Riset Geologi dan Pertambangan, 16, (1), h. 61-80

16