ANALISIS EKONOMI PENGGUNAAN MESIN PEMANEN PADI …digilib.unila.ac.id/55216/3/SKRIPSI TANPA BAB...

61
ANALISIS EKONOMI PENGGUNAAN MESIN PEMANEN PADI COMBINE HARVESTER DI KECAMATAN SRAGI, LAMPUNG SELATAN (Skripsi) Oleh ALLAN SEPTIAWAN JURUSAN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2018

Transcript of ANALISIS EKONOMI PENGGUNAAN MESIN PEMANEN PADI …digilib.unila.ac.id/55216/3/SKRIPSI TANPA BAB...

Page 1: ANALISIS EKONOMI PENGGUNAAN MESIN PEMANEN PADI …digilib.unila.ac.id/55216/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfANALISIS EKONOMI PENGUNAAN MESIN PEMANEN PADI COMBINE HARVESTER DI KECAMATAN

ANALISIS EKONOMI PENGGUNAAN MESIN PEMANEN PADI

COMBINE HARVESTER DI KECAMATAN SRAGI, LAMPUNG

SELATAN

(Skripsi)

Oleh

ALLAN SEPTIAWAN

JURUSAN TEKNIK PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2018

Page 2: ANALISIS EKONOMI PENGGUNAAN MESIN PEMANEN PADI …digilib.unila.ac.id/55216/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfANALISIS EKONOMI PENGUNAAN MESIN PEMANEN PADI COMBINE HARVESTER DI KECAMATAN

ABSTRAK

ANALISIS EKONOMI PENGUNAAN MESIN PEMANEN PADI

COMBINE HARVESTER DI KECAMATAN SRAGI, LAMPUNG

SELATAN

Oleh

ALLAN SEPTIAWAN

Kecamatan Sragi memiliki lahan sawah dengan jumlah total luas panen 5.249

hektar dengan jumlah produksi padi sawah 28.728 ton. Saat ini proses pemanenan

padi di kecamatan Sragi sudah beralih menggunakan mesin Combine harvester,

karena memiliki luas lahan sawah datar yang luas. Selain meningkatkan efisiensi

panen dengan pengurangan waktu panen bila di bandingkan dengan tenaga kerja

manusia (pemanenan tradisional). Penelitan ini bertujuan untuk melihat kelayakan

ekonomi penggunaan mesin combine harvester tipe crown (CCH-2000).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan

menggunakan metode survei yang didapat dari wawancara menggunakan borang

kuesioner kepada responden yang dianggap dapat mewakili. Penelitian dilakukan

pada bulan mei, parameter yang diukur adalah kapasitas lapang efektif dengan

ukuran lahan penelitian 26 x 48 meter menggunakan mesin Combine Harvester.

Hasil penelitian menunjukan bahwa usaha penyewaan mesin pemanen padi

combine harvester di Kecamatan Seragi, Lampung Selatan layak secara finansial

Page 3: ANALISIS EKONOMI PENGGUNAAN MESIN PEMANEN PADI …digilib.unila.ac.id/55216/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfANALISIS EKONOMI PENGUNAAN MESIN PEMANEN PADI COMBINE HARVESTER DI KECAMATAN

yang ditunjukan oleh nilai biaya pokok Rp 1.172.731/ha. Pada harga sewa Rp

2.400.000 dengan NVP sebesar Rp 539.201.257/tahun; B/C Ratio sebesar 1,47;

IRR sebesar 63%; dan Payback Periode 1,45 tahun

Kata kunci: Combine havester, Analisis kelayakan, BEP, Biaya tetap, Biaya tidak

tetap.

Page 4: ANALISIS EKONOMI PENGGUNAAN MESIN PEMANEN PADI …digilib.unila.ac.id/55216/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfANALISIS EKONOMI PENGUNAAN MESIN PEMANEN PADI COMBINE HARVESTER DI KECAMATAN

ABSTRACT

ECONOMIC ANALYSIS OF USE OF PADI COMBINE HARVESTER

HARVESTING MACHINES IN KECAMATAN SRAGI, SOUTH LAMPUNG

By

ALLAN SEPTIAWAN

Sragi Subdistrict has paddy fields with a total harvested area of 5,249 hectares

with 28,728 tons of paddy rice production. Currently the rice harvesting process in

Sragi sub-district has switched to using a Combine Harvester machine, because it

has a large flat rice field area. In addition to increasing crop efficiency by

reducing harvest time when compared to human labor (traditional harvesting).

This study aims to look at the economic feasibility of using crown type combine

harvester machines (CCH-2000).

The method used in this study is a quantitative method using a survey method

obtained from interviews using questionnaires to respondents who are considered

able to represent. The study was conducted in May, the parameters measured were

effective field capacity with a size of 26 x 48 meter research land using the

Combine Harvester machine.

The results showed that the leasing of combine harvester rice harvesting machines

in Seragi District, South Lampung was financially feasible as indicated by the

Page 5: ANALISIS EKONOMI PENGGUNAAN MESIN PEMANEN PADI …digilib.unila.ac.id/55216/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfANALISIS EKONOMI PENGUNAAN MESIN PEMANEN PADI COMBINE HARVESTER DI KECAMATAN

value of the principal cost of Rp. 1,172,731 / ha. At the rental price of Rp.

2,400,000 with NVP of Rp. 539,201,257 / year; B / C ratio of 1.47; IRR of 63%;

and Payback for 1.45 years

Keywords: Combine havester, Feasibility Analysis, BEP, Fixed costs, Non-fixed

costs.

Page 6: ANALISIS EKONOMI PENGGUNAAN MESIN PEMANEN PADI …digilib.unila.ac.id/55216/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfANALISIS EKONOMI PENGUNAAN MESIN PEMANEN PADI COMBINE HARVESTER DI KECAMATAN

ANALISIS EKONOMI PENGGUNAAN MESIN PEMANEN PADI

COMBINE HARVESTER DI KECAMATAN SRAGI, LAMPUNG

SELATAN

Oleh

Allan Septiawan

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada

Jurusan Teknik Pertanian

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Page 7: ANALISIS EKONOMI PENGGUNAAN MESIN PEMANEN PADI …digilib.unila.ac.id/55216/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfANALISIS EKONOMI PENGUNAAN MESIN PEMANEN PADI COMBINE HARVESTER DI KECAMATAN
Page 8: ANALISIS EKONOMI PENGGUNAAN MESIN PEMANEN PADI …digilib.unila.ac.id/55216/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfANALISIS EKONOMI PENGUNAAN MESIN PEMANEN PADI COMBINE HARVESTER DI KECAMATAN
Page 9: ANALISIS EKONOMI PENGGUNAAN MESIN PEMANEN PADI …digilib.unila.ac.id/55216/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfANALISIS EKONOMI PENGUNAAN MESIN PEMANEN PADI COMBINE HARVESTER DI KECAMATAN
Page 10: ANALISIS EKONOMI PENGGUNAAN MESIN PEMANEN PADI …digilib.unila.ac.id/55216/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfANALISIS EKONOMI PENGUNAAN MESIN PEMANEN PADI COMBINE HARVESTER DI KECAMATAN

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Batukeramat, Tanggamus pada

tanggal 12 September 1996, sebagai anak pertama dxari

tiga bersaudara pasangan Bapak Suwadanto dan Ibu

Jumiati. Penulis menempuh pendidikan di SDN 03

Gisting Atas yang diselesaikan pada tahun 2008, lalu

melanjutkan ke SMP Muhammadiyah 1 Gisting yang

diselesaikan pada tahun 2011, dan kemudian melanjutkan sekolah SMA

Muhammadiyah Gisting yang di selesaikan pada tahun 2014.

Pada tahun 2014 penulis terdaftar sebagai mahsiswa Jurusan Teknik Pertanian,

Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur UML Mandiri. Selama

menjadi mahasiswa aktif di organisasi UKM KSR PMI Unit UNILA Universitas

Lampung sebagai anggota divisi DIKLAT (Pendidikan dan Latihan) pada tahun

2016 dan sebagai anggota biasa pada organisasi PERMATEP pada tahun 2016.

Pada bulan agustus 2017 penulis melaksanakan Praktik Umum di BBP MEKTAN

yang berjudul “Desain dan Analisis Jarak Tanam Mesin Penanam Bawang Merah

di Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanianan, Serpong” dan pada januari

2018 melaksanakan kegiatan KKN di Desa Catur Swako, Kecamatan Bumi

Agung, Kabupatan Lampung Timur.

Page 11: ANALISIS EKONOMI PENGGUNAAN MESIN PEMANEN PADI …digilib.unila.ac.id/55216/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfANALISIS EKONOMI PENGUNAAN MESIN PEMANEN PADI COMBINE HARVESTER DI KECAMATAN

Ku persembahkan karyaku ini kepada Ibu, Bapak, dan

adik-adikku yang sesalu tidak kurang-kurang

memberikan semangat dan dukungan

Teman-teman seperjuangan Teknik Pertanian

2014

Serta

Almamater Unila

Page 12: ANALISIS EKONOMI PENGGUNAAN MESIN PEMANEN PADI …digilib.unila.ac.id/55216/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfANALISIS EKONOMI PENGUNAAN MESIN PEMANEN PADI COMBINE HARVESTER DI KECAMATAN

Hidup jangan hanya fokus mendapatkan GOOL,

namun harus di imbangi dengan ASSIST (Allan Septiawan)

“Tidak ada gunanya IQ tinggi namun malas, tidak memiliki

disiplin. Yang penting adalah Anda sehat dan mau berkorban

untuk masa depan yang cerah,”

(Prof. Dr. Ing. H. Bacharuddin Jusuf Habibie, FREng)

Sesungguhnya Allah besama orang-orang yang beriman”

(Q.S Al-Anfal: 19)

Page 13: ANALISIS EKONOMI PENGGUNAAN MESIN PEMANEN PADI …digilib.unila.ac.id/55216/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfANALISIS EKONOMI PENGUNAAN MESIN PEMANEN PADI COMBINE HARVESTER DI KECAMATAN

i

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis

dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “ANALISIS EKONOMI

PENGUNAAN MESIN PEMANEN PADI COMBINE HARVESTER DI

KECAMATAN SRAGI, LAMPUNG SELATAN” sebagai salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian. Penulis menyadari bahwa

terselesaikannya kuliah dan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan,

dukungan, dan bimbingan dari pihak.

1. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih Bapak Prof. Dr.

Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas

Lampung;

2. Bapak Dr. Ir. Agus Haryanto, M.P., selaku Ketua Jurusan Teknik Pertanian,

Pembimbing Akademik, dan Pembimbing Kedua yang telah memberikan

pengarahan, saran , masukan, bimbingan serta motivasi dalam penyelesaian

skripsi ini dan juga studi di Universitas

3. Bapak Dr. Ir. Sandi Asmara, M.Si., selaku Pembimbing Utama yang telah

memberikan pengarahan, masukan, bimbingan serta saran dalam penyelesaian

skripsi ini;

4. Ibu Dr. Siti Suharyatun , S.TP., M.Si., selaku Pembahas yang telah

memberikan pengarahan, meluangkan waktu dan pikiran sehingga skripsi ini

menjadi lebih baik.

Page 14: ANALISIS EKONOMI PENGGUNAAN MESIN PEMANEN PADI …digilib.unila.ac.id/55216/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfANALISIS EKONOMI PENGUNAAN MESIN PEMANEN PADI COMBINE HARVESTER DI KECAMATAN

ii

5. Bapak Suwadanto dan Ibu Jumiati selaku orang tua yang selalu memberikan

dorongan semangat, nasihat, doa dan dukungannya selama pelaksanaan

penelitian dan penyusunan skripsi ini;

6. Bapak Marso selaku pemilik mesin combine harvester yang telah membantu

pada saat proses pengambilan data penelitian;

7. Keluarga Besar Teknik Pertanian angkatan 2014;

8. Keluarga besar The Kont. Akatsuki.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

maka saran dan masukan yang konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan

demi penyempurnaan selanjutnya dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak.

Bandar Lampung, 19 Desember 2018

Penulis

Allan Septiawan

Page 15: ANALISIS EKONOMI PENGGUNAAN MESIN PEMANEN PADI …digilib.unila.ac.id/55216/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfANALISIS EKONOMI PENGUNAAN MESIN PEMANEN PADI COMBINE HARVESTER DI KECAMATAN

iii

DAFTAR ISI

Halaman

SANWACANA ........................................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. v

DAFTAR TABEL .................................................................................................. vi

I. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1

1.2. Tujuan Penelitian.................................................................................. 3

1.3. Manfaat Penelitian................................................................................ 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 5

2.1 Padi ....................................................................................................... 5

2.2 Combine Harvester .............................................................................. 7

2.2.1 Tipe-tipe Combine Harvester ................................................. 9

2.2.2 Mekanisme kerja .................................................................. 12

2.2.3 Fungsi dan bagian bagian ..................................................... 13

2.3 Analisis Biaya .................................................................................... 15

2.3.1 Analisis Biaya Alat dan Mesin Pertanian ............................ 16

2.3.2 Analisis Kelayakan .............................................................. 25

2.4 Penelitian Terdahulu .......................................................................... 29

Page 16: ANALISIS EKONOMI PENGGUNAAN MESIN PEMANEN PADI …digilib.unila.ac.id/55216/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfANALISIS EKONOMI PENGUNAAN MESIN PEMANEN PADI COMBINE HARVESTER DI KECAMATAN

iv

III. METODOLOGI PENELITIAN .................................................................. 35

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................ 35

3.2 Kondisi / profil lokasi penelitian ........................................................ 35

3.3 Alat dan Bahan ................................................................................... 37

3.4 Metode Penelitian ............................................................................... 37

3.5 Pengumpulan Data ............................................................................. 37

3.6 Analisis Data ...................................................................................... 39

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 40

4.1 Deskripsi Kondisi operasi .................................................................. 40

4.2 Kinerja Mesin ..................................................................................... 41

4.2.1 biaya tetap (Fixed Cost) ....................................................... 43

4.2.2 biaya tidak tetap (Variable Cost) ......................................... 44

4.1.3 Biaya Total (Total Cost) ...................................................... 46

4.2.3 Biaya Pokok ......................................................................... 47

4.3 Pembahasan ........................................................................................ 47

4.3.1 Pendapatan Usaha Penyewaan Combine Harvester ............. 47

4.3.2 Break Event Point (BEP) ..................................................... 48

4.3.3 Analisis Kelayakan .............................................................. 49

4.2.4 Analisis Sensitivitas ............................................................. 51

V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 53

5.1 Kesimpulan......................................................................................... 53

5.2 Saran ................................................................................................... 54

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 55

LAMPIRAN .......................................................................................................... 57

Page 17: ANALISIS EKONOMI PENGGUNAAN MESIN PEMANEN PADI …digilib.unila.ac.id/55216/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfANALISIS EKONOMI PENGUNAAN MESIN PEMANEN PADI COMBINE HARVESTER DI KECAMATAN

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Combine harvester tipe head feed ..................................................................... 11

2. Combine Harvester Tipe Standard .................................................................... 12

3. Bagian Bagian Mesin Combine Harvester ........................................................ 13

4. Mesin Combine Harvester. ............................................................................... 97

5. Proses Pemanenan Menggunakan Mesin Combine Harvester.......................... 97

Page 18: ANALISIS EKONOMI PENGGUNAAN MESIN PEMANEN PADI …digilib.unila.ac.id/55216/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfANALISIS EKONOMI PENGUNAAN MESIN PEMANEN PADI COMBINE HARVESTER DI KECAMATAN

vi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Spesifikasi Mesin Combine Harvester .............................................................. 41

2. Nilai-nilai dan asumsi data primer biaya mesin pemanen padi Combine

Harvester .......................................................................................................... 42

3. Nilai-nilai dan asumsi data sekunder biaya mesin pemanen padi Combine

Harvester .......................................................................................................... 43

4. Analisis biaya tetap mesin pemanen padi Combine Harvester ......................... 44

5. Analisis biaya tidak tetap mesin pemanen padi Combine Harvester ................ 46

6. Analisis biaya total mesin Combine Harvester ................................................. 46

7. Analisis pendapatan mesin Combine Harvester .............................................. 48

8. Arus kas pada pengujian mesin Combine Harvester ........................................ 50

9. Analisis NPV dan B/C Ratio, dan IRR dan bayback periode pengujian mesin

Combine Harvester ........................................................................................... 50

10. Analisis sensitivitas pada mesin Combine Harvester dengan parameter

perubahan harga sewa. ..................................................................................... 52

11. Arus kas pengujian mesin Combine Harvester ............................................... 62

12. Analisis sensitivitas pada mesin Combine Harvester dengan parameter

perubahan harga sewa. ..................................................................................... 64

13. BEP pada mesin Combine Harvester .............................................................. 96

Page 19: ANALISIS EKONOMI PENGGUNAAN MESIN PEMANEN PADI …digilib.unila.ac.id/55216/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfANALISIS EKONOMI PENGUNAAN MESIN PEMANEN PADI COMBINE HARVESTER DI KECAMATAN

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sejarah dunia pertanian mengalami peningkatan yang sangat berarti, dari

pertanian tradisional menuju pertanian modern yang diiringi pekembangan

teknologi yang digunakan dalam kegiatan pertanian. Penerapan teknologi

pertanian baik dalam kegiatan panen maupun pasca panen, menjadi penentu

dalam mencapai kecukupan pangan baik kuantitas maupun kualitas produksi.

Teknologi pertanian telah berperan untuk meningkatkan efisiensi dan

produktivitas usaha tani komoditas pangan khususnya dalam kegiatan panen padi.

Padi merupakan salah satu komoditas tanaman pangan terbesar di Indonesia

karena sebagian besar masyarakat Indonesia mengkonsumsinya. Menurut Badan

Pusat Statistik Provinsi Lampung (2015), Provinsi Lampung berada diurutan ke-7

terbanyak nasional dengan produksi sebanyak 3,64 juta ton lebih atau sekitar 4,85

persen produksi nasional. Karenanya Provinsi Lampung menjadi salah satu sentra

produksi padi nasional dan juga sebagai penunjang kebutuhan beras nasional.

Kabupaten Lampung Selatan merupakan salah satu kabupaten yang ada di

Provinsi Lampung dengan luas lahan dan jumlah produksi tanaman padi terbesar

ke-5 di Lampung. Kabupaten Lampung Selatan menjadi lumbung padi bagi

Page 20: ANALISIS EKONOMI PENGGUNAAN MESIN PEMANEN PADI …digilib.unila.ac.id/55216/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfANALISIS EKONOMI PENGUNAAN MESIN PEMANEN PADI COMBINE HARVESTER DI KECAMATAN

2

pemenuhan kebutuhan pangan beras di Provinsi Lampung maupun Indonesia.

Menurut BPS (2015) , Kecamatan Sragi merupakan wilayah di Kabupaten

Lampung Selatan yang mempunyai lahan sawah dengan jumlah total luas panen

5249 hektar dengan jumlah produksi padi sawah 28.728 ton. Keadaan ini sangat

potensial dalam upaya pengembangan produksi padi di Provinsi Lampung,

khususnya di Kabupaten Lampung Selatan.

Pada saat ini proses panen padi di kecamatan seragi sudah beralih menggunakan

mesin pemanen padi modern combine harvester, karena wilayah ini memiliki luas

lahan sawah datar yang luas. Selain meningkatkan efisiensi panen dengan

pengurangan waktu panen bila dibandinngkan tenaga manusia dan penggunaan

alat panen tradisional juga menggurangi tingkat kehilangan hasil (loses).

Disamping itu alat panen padi ini juga bisa menjadi wadah untuk

mengembangkan usaha khususnya pada sektor pertanian dengan menyediakan

jasa pemanenan. Salah satu mesin combine harvester yang digunakan di

masyarakat Lampung Selatan adalah merek CROWN tipe CCH-2000 STAR.

Penggunaan combine harvester umumnya digunakan sebagai mesin yang

disewakan untuk kegiatan panen padi diseluruh wilayah kecamatan seragi.

Permasalahan yang timbul dalam penggunaan mesin combine harvester dirasakan

oleh pengelola jasa combine hevester maupun petani padi sebagai konsumen.bagi

pengelola jasa penyewaan combine harvester masalah penentuan harga sewa

hanya didasarkan pada perkiraan kelayakan saja tanpa analisa yang baik. Biaya

operasional yang sudah dikeluarkan sering tidak dilakukan dengan baik oleh

pengelola jasa combine hevester, dan petani tidak memahami tentang ketentuan

Page 21: ANALISIS EKONOMI PENGGUNAAN MESIN PEMANEN PADI …digilib.unila.ac.id/55216/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfANALISIS EKONOMI PENGUNAAN MESIN PEMANEN PADI COMBINE HARVESTER DI KECAMATAN

3

harga sewa yang diterapkan. Terjadinya kerusakan lahan setelah dioperasikan

combine hevester dengan terbentuknya guludan tanah akibat amblasnya tanah

roda combine hevester kedalam tanah mengakibatkan sulitnya petani saat

mengolah tanah, sehingga petani harus mengeluarkan biaya lagi untuk hal itu

dengan menyewa traktor untuk mengolah tanah.

Sedangkan bagi petani permasalahan juga dihadapi adalah ketidak pahaman

dengan ketentuan harga sewa yang diterapkan,disamping itu terjadinya kerusakan

lahan setelah dioperasikannya combine harvester yang berupa terbentuknya

guludan tanah akibat amblasnya roda belt combine harvester kedalam tanah. hal

ini mengakibatkan sulitnya petani saat mengolah tanah dan petani harus menyewa

traktor untuk mengolah tanah.

Analisis biaya dilakukan dengan tujuan untuk membantu menyelesaikan masalah-

masalah aspek teknik yang berkenaan dengan unsur-unsur ekonomi. Analisis

ekonomi ini dilakukan dengan cara menghitung jumlah biaya yang di keluarkan

untuk proses pemanenan padi. Analisis dilakukan terhadap biaya tetap, biaya

tidak tetap, dan biaya pokok. Data tersebut untuk mendapatkan nilai ekonomi

performa mesin. Dari hasil perhitungan tersebut akan ditentukan break even point

(BEP), bnefit-cost ratio (BC Ratio), net present value (NPV), internal rate return

(IRR), dan payback period.

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah untuk menilai kelayakan ekonomi

penggunaan combine harvester tipe crown (CCH-2000 STAR) di Kecamatan

Sragi, Lampung Selatan.

Page 22: ANALISIS EKONOMI PENGGUNAAN MESIN PEMANEN PADI …digilib.unila.ac.id/55216/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfANALISIS EKONOMI PENGUNAAN MESIN PEMANEN PADI COMBINE HARVESTER DI KECAMATAN

4

1.3. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat yaitu :

1. Untuk menyediakan informasi tentang analisis biaya penggunaan Combine

Harvester.

2. Untuk mengetahui upaya penanganan dan pengelolaan alat dan mesin pertanian

terkait pemanfaatan Combine Harvester.

Page 23: ANALISIS EKONOMI PENGGUNAAN MESIN PEMANEN PADI …digilib.unila.ac.id/55216/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfANALISIS EKONOMI PENGUNAAN MESIN PEMANEN PADI COMBINE HARVESTER DI KECAMATAN

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Padi

Padi (Orizae sativa L.) merupakan tanaman yang membutuhkan air yang cukup

dalam hidupnya. Tanaman ini tergolong semi-aquatis yang cocok ditanam di

lokasi tergenang. Biasanya padi ditanam di sawah yang menyediakan kebutuhan

air cukup untuk pertumbuhannya. Meskipun demikian padi juga dapat

diusahakan di lahan kering atau ladang, istilahnya padi ladang. Namun demikian

kebutuhan airnya tetap harus terpenuhi (Baskoro, 2009).

Padi adalah satu bahan makanan yang mengandung gizi dan penguat yang cukup

bagi tubuh manusia. Di dalam padi terkandung bahan-bahan yang mudah diubah

menjadi energi. Oleh karena itu padi disebut juga sebagai makanan energi. Padi

memiliki jenis yang berbeda satu sama lainnya, baik umur, cara pemeliharaan dan

mutu berasnya.

Padi termasuk golongan tanaman semusim atau tanaman muda yaitu tanaman

yang biasanya berumur pendek, kurang dari satu tahun dan hanya satu kali

berproduksi, dan setelah berproduksi akan mati atau dimatikan. Tanaman Padi

Page 24: ANALISIS EKONOMI PENGGUNAAN MESIN PEMANEN PADI …digilib.unila.ac.id/55216/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfANALISIS EKONOMI PENGUNAAN MESIN PEMANEN PADI COMBINE HARVESTER DI KECAMATAN

6

merupakan salah satu komoditas pertanian yang menghasilkan limbah berupa

jerami 3,0-3,7 ton/ha. (Wahyuni, 2010)

Padi adalah satu bahan makanan yang mengandung gizi dan penguat yang cukup

bagi tubuh manusia. Di dalam padi terkandung bahan-bahan yang mudah diubah

menjadi energi, oleh karena itu padi disebut juga sebagai makanan energi. Padi

sebagai makanan pokok dapat memenuhi 56 – 80% kebutuhan kalori penduduk di

Indonesia (Syahri dan Somantri, 2016).

Menurut Adiratma (2004), beras atau gabah memiliki beberapa arti yang penting

bagi negara Indonesia antara lain :

1. Sebagai makanan pokok penduduk karena mempunyai nilai gizi yang relatif

lebih baik

2. Sebagai suatu komoditi yang dapat dijadikan standar harga atau nilai

kebutuhan lainnya

3. Dapat merupakan ukuran prestise individu, keluarga, budaya seseorang atau

bangsa

4. Bagi suatu pemerintah merupakan ukuran kekuatannya sebagai alat tawar

menawar politik untuk mempertahankan kekuasaannya

5. Mempunyai nilai Pertahanan dan Keamanan (HANKAM)

Proses budidaya tanaman padi meliputi: 1) Pengolahan tanah, lahan becocok

tanam diolah untuk meningkatkan kesuburan tanah sebagai media tumbuh yang

baik sehingga tanaman padi dapat menghasilkan padi yang berkualitas baik.

Tahapan pengolahan tanah terdiri dari pembajakan, garu, dan perataan. Lapisan

olah memiliki kedalaman antara 15 – 20 cm (Purwono dan Purnamawati, 2007).

Pengolahan tanah dapat dilakukan menggunakan alat-alat seperti bajak singkal

Page 25: ANALISIS EKONOMI PENGGUNAAN MESIN PEMANEN PADI …digilib.unila.ac.id/55216/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfANALISIS EKONOMI PENGUNAAN MESIN PEMANEN PADI COMBINE HARVESTER DI KECAMATAN

7

(moldboard plow), bajak piring (standard dan vertikal discplow), subsoiler, garu

piring, dan rotary tiller. 2) Budidaya yaitu meliputi proses persiapan benih yang

sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pembudiyaan tanaman, proses

persemaian, dan proses penanaman dengan pencabutan bibit dipersemaian. Bibit

yang siap ditanam adalah bibit yang sudah berumur 21-25 hari setelah sebar dan

berdaun 5-7 helai (Herawati, 2012). 3) Pemungutan hasil dari budidaya atau

panen, dilakukan pada fase masak kuning yaitu pada waktu optimum dimana saat

butir padi 95% telah menguning atau sekitar 33-36 hari setelah berbunga dan

bagian bawah malai masih terdapat sedikit gabah hijau (Maslaita dkk, 2017).

Panen padi dimulai dengan menentukan waktu panen yang optimum, sehingga

didapatkan mutu gabah yang baik, nilai jual yang tinggi dan memuaskan

konsumen. Proses pemanenan dapat dilakukan dengan 2 macam yaitu secara

manual yang menggunakan ani-ani dan mekanis dengan menggunakan mesin

pemotong padi tipe gunting (reaper), mesin pemotong padi binder, dan mesin

panen padi combine harvester (Iswari, 2012).

2.2 Combine Harvester

Combine harvester adalah alat pemanen padi yang dapat memotong bulir tanaman

yang berdiri, merontokkan dan membersihkan gabah sambil berjalan dilapangan.

Dengan demikian waktu pemanen lebih singkat dibandingkan dengan

menggunakan tenaga manusia (manual) serta tidak membutuhkan jumlah tenaga

kerja manusia yang besar seperti pada pemanenan tradisional. Penggunaan alat

ini memerlukan investasi yang besar dan tenaga terlatih yang dapat

mengoprasikan alat ini ( Barokah, 2001).

Page 26: ANALISIS EKONOMI PENGGUNAAN MESIN PEMANEN PADI …digilib.unila.ac.id/55216/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfANALISIS EKONOMI PENGUNAAN MESIN PEMANEN PADI COMBINE HARVESTER DI KECAMATAN

8

Mesin-mesin pertanian telah banyak digunakan pada masa sekarang ini.tetapi

walaupun demikian masih banyak masyarakat petani kita yang mesin bercocok

tanan secara tradisional. Padahal apabila mereka menggunakan alat-alat pertanian

tersebut tentunya akan lebih mudah dan cepat, dan demikian juga

pengoperasiannya pun mudah, baik itu traktor, combine, dan masih banyak alat

pertanian lainnya yang tentunya dapat mendukung petani untuk lebih mudah

dalam pekerjaannya tetapihasil panennya dapat maksimal

Dengan demikian waktu pemanen lebih singkat dibandingkan dengan

menggunakan tenaga manusia (manual) serta tidak membutuhkan jumlah tenaga

kerja manusia yang besar seperti pada pemanenan tradisional. Penggunaan alat

ini memerlukan investasi yang besar dan tenaga terlatih yang dapat

mengoprasikan alat ini (Barokah, 2001)

Combine harvester atau hanya menggabungkan, adalah mesin yang panen

tanaman biji-bijian. Nama ini berasal dari yang menggabungkan tiga operasi

terpisah yang terdiri dari pemanenan-menuai, perontokan, dan menampil dalam

suatu proses tunggal. Di antara hasil panen dengan menggabungkan adalah

gandum, oat, rye, barley, jagung, kedelai dan rami (biji rami). Jerami limbah

ditinggalkan di lapangan adalah sisanya kering batang dan daun tanamandengan

nutrisi terbatas yang baik cincang dan tersebar di lapangan atau diterjunkan untuk

pakan dan tempat tidur untuk ternak.

Pada dasarnya proses panen padi dapat dilakukan melalui dua macam cara,yaitu

melalui cara tradisional dan menggunakan mesin perontok padi tipe stasioner.

Mengingat adanya beberapa jenis lahan, maka kedua cara tersebutdirasa belum

Page 27: ANALISIS EKONOMI PENGGUNAAN MESIN PEMANEN PADI …digilib.unila.ac.id/55216/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfANALISIS EKONOMI PENGUNAAN MESIN PEMANEN PADI COMBINE HARVESTER DI KECAMATAN

9

maksimal, sehingga perlu dilakukan perancangan dan pengembangan produk

mesin pemanen padi (combine) portable. Mesin ini mempunyai kemampuan kerja

merontokkan bulir padi dari batangnya dan sekaligus dapat menebang batang padi

tersebut (DepartemenPertanian, 1993).

Combine harvester merupakan suatu alat yang praktis untuk digunakan dimana

alat ini mempunyai tiga fungsi yakni memotong ,merontokkan dan pengemasan

padi.

Secara umum fungsi operasional dasar combine harvester adalah sebagai berikut :

1. Memotong tanaman yang masih berdiri

2. Menyalurkan tanaman yang terpotong ke selinder

3. Merontokkan gabah dari tangkai atau batang

4. Memisahkan gabah dari jerami

5. Membersihkan gabah dengan cara membuang gabah kosong dan benda

Asing

2.2.1 Tipe-tipe Combine Harvester

Terdapat dua macam tipe combine harvester yaitu tipe pull atau tractor drawn

dan tipe self-propelled.

1. Tipe pull atau tractor drawn

Combine harvester tipe pull ditarik oleh sebuah traktor, tipe combine ini dengan

ukuran yang lebih kecil digerakkan oleh pengambil daya yang digerakkan oleh

traktor, sedangkan yang berukuran lebih besar mempunyai mesin tambahan yang

Page 28: ANALISIS EKONOMI PENGGUNAAN MESIN PEMANEN PADI …digilib.unila.ac.id/55216/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfANALISIS EKONOMI PENGUNAAN MESIN PEMANEN PADI COMBINE HARVESTER DI KECAMATAN

10

dipasang pada pemanen untuk menggerakkannya. Combine tipe ini mempunyai

lebar potong 1,2 – 2,4 m yang berukuran kecil dan 3 – 6,1 m untuk yang

berukuran lebih besar.

2. Tipe self-propelled

Tipe ini mempunyai lebar pemotong 1,8 -6,7 m dengan kecepatan dilapangan

berkisar antara 2- 6,4 km/jam. Tipe self-propelled terdiri dari dua jenis yaitu :

a. Head feed type combine harvester

Mesin panen combine jenis ini dikembangkan di Jepang. Mesin ini hanya

mengumpankan bagian malainya saja dari padi yang dipotong ke bagian perontok

mesin. Gabah hasil perontokan dapat ditampung pada karung atau tangki

penampung gabah sementara. Bagian pemotong dari mesin ini adalah hampir

sama dengan bagian pemotong dari binder, bagian pengikatnya digantikan dengan

bagain perontokan. Jerami, setelah perontokan, bisa dicacah kecil-kecil sepanjang

5 cm dan ditebar di atas lahan, atau tidak dicacah, tetapi diikat dan dilemparkan ke

satu sisi, untuk kemudian dikumpulkan untuk kemudian dapat dimanfaatkan untuk

hal lain.

Combine jenis ini tersedia dalam tipe dorong maupun tipe kemudi. Lebar

pemotongan bervariasi dari 60 cm hingga 1,5 meter. Engine yang digunakan

bervarias dari 7 hingga 30 hp. Karena jauh lebih berat dari pada binder bagian

penggerak majunya dibuat dalam bentuk trak karet (full trackrubber belt).

Kecepatan maju berkisar antara 0,5 hingga 1 m/detik. Dengan memperhitungkan

waktu belok dan waktu pemotongan dengan manual di bagian pojok lahan,

Page 29: ANALISIS EKONOMI PENGGUNAAN MESIN PEMANEN PADI …digilib.unila.ac.id/55216/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfANALISIS EKONOMI PENGUNAAN MESIN PEMANEN PADI COMBINE HARVESTER DI KECAMATAN

11

biasanya waktu yang dibutuhkan untuk pemanenan berkisar 30 hingga 70 menit

per 10 are, jika lebar pemotongan 1 m.

Gambar 1. Combine harvester tipe head feed

b. Standard type combine harvester

Mesin panen padi jenis ini adalah mesin yang dikembangkan di Amerika dan

Eropa, yang dipergunakan juga untuk memanen gandum. Padi yang dipotong

termasuk jeraminya, semuanya dimasukkan ke bagian perontokan. Gabah hasil

perontokan ditampung dalam tangki, dan jeraminya di tebarkan secara acak di atas

permukaan tanah. Semua jenis combine ini dioperasikan dengan cara dikendarai

(riding type). Lebar pemotongan berkisar antara1,5 hingga 6 meter. Namun yang

populer adalah 4 meter. Engine sebagai sumber tenaga gerak adalah sekitar 25 hp

per 1 meter lebar pemotongan. Bagian penggerak majunya adalah menggunakan

roda, atau half-track type atau full-track type.

Page 30: ANALISIS EKONOMI PENGGUNAAN MESIN PEMANEN PADI …digilib.unila.ac.id/55216/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfANALISIS EKONOMI PENGUNAAN MESIN PEMANEN PADI COMBINE HARVESTER DI KECAMATAN

12

Gambar 2. Combine Harvester Tipe Standard

2.2.2 Mekanisme kerja

Combine harvester merupakan suatu alat yang praktis untuk digunakan dimana

alat ini mempunyai tiga fungsi yakni memotong ,merontokkan dan mengemaskan

padi. Secara umum fungsi operasional dasar combine harvester adalah sebagai

berikut :

1. Memotong tanaman yang masih berdiri.

2. Menyalurkan tanaman yang terpotong ke selinder.

3. Merontokkan gabah dari tangkai atau batang.

4. Memisahkan gabah dari jerami.

5. Membersihkan gabah dengan cara membuang gabah kosong dan benda

asing

Prinsip kerja dari combine harvester adalah sebagai berikut:

1. Padi yang dipotong termasuk jeraminya,

Page 31: ANALISIS EKONOMI PENGGUNAAN MESIN PEMANEN PADI …digilib.unila.ac.id/55216/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfANALISIS EKONOMI PENGUNAAN MESIN PEMANEN PADI COMBINE HARVESTER DI KECAMATAN

13

2. Jerami akan di hantarkan menggunakan konveyor ke treser.

3. semuanya dimasukkan ke bagian perontokan.

4. Gabah hasil perontokan akan turun ke penampungan dengan di hembuskan

oleh bower, sehingga gabah yang kosong akan tertiup oleh hembusan

angin.

5. Gabah yang berisi padi akan langsung keluar dari tong pengeluaran.

Namun pada gabah yang tertiup angina akan di ayak ulang.

6. Semua jenis combine ini dioperasikan dengan cara dikendarai (riding

type). Lebar pemotongan 2 meter.

7. Kemudian jerami sisa akan terbuang ke atas tanah.

2.2.3 Fungsi dan bagian bagian

Gambar 3. Bagian Bagian Mesin Combine Harvester

Page 32: ANALISIS EKONOMI PENGGUNAAN MESIN PEMANEN PADI …digilib.unila.ac.id/55216/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfANALISIS EKONOMI PENGUNAAN MESIN PEMANEN PADI COMBINE HARVESTER DI KECAMATAN

14

Keterangan;

1. Reel 8. Centrifugal blower

2. Cutter bars 9. Concave sieve

3. Stripping header auger 10. Threshing cylinder

4. Control cab 11. Cylinder cap

5. Chassis assembly 12. Vibrating sieves

6. Chute 13. Re-threshing device

7. Grain tank 14. Grain auger

Adapun bagian-bagian utama dari mesin Combine harvester adalah sebagai

berikut:

1. Reel

Fungsinya menarik/mengait batang tanaman padi dari posisi tegak kearah pisau

pemotong.

2. Pisau pemotong

Fungsi dari pisau pemotong ini ialah sebagai pemotong rumpun padi yang

masih utuh.

3. Silinder perontok

Bagian ini berfungsi merontokkan (melepaskan) butiran gabah dari malainya

gabah dari batang yang baru masuk. Gabah yang masih belum terpisah dari

malainya yang masih terkumpul dari hasil penyaringan dibawa kembali oleh

konveyor mangkok kebagian perontok untuk dirontokkan kembali.

4. Unit pembersih/pemisah

Bagian ini berfungsi untuk membersihkan padi yang telah rontok dari potongan

batang, daun, malai dan benda asing lainnya. Proses pemisahan dan

pembersihan ini berlangsung beberapa tahap penayaringan dan penampian.

Page 33: ANALISIS EKONOMI PENGGUNAAN MESIN PEMANEN PADI …digilib.unila.ac.id/55216/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfANALISIS EKONOMI PENGUNAAN MESIN PEMANEN PADI COMBINE HARVESTER DI KECAMATAN

15

5. Konveyor mangkuk

Konveyor mangkuk berfungsi membawa bahan (butiran gabah) ke bagian atas.

6. Kipas penghembus kotoran

Berfungsi meniup kotoran atau sisa-sisa gabah yang tidak terpakai.

7. Tangki gabah

Berfungsi sebagai tempat penampungan gabah yang telah dipotong.

8. Konveyor screw

Konveyor screw membawa bahan (butiran gabah) dalam arah horizontal.

9. Roda

Roda berfungsi untuk menggerakan mesin.

10. Station pemotongan

Station pemotongan adalah tempat pemotongan padi yang berfungsi untuk

menempatkan padi yang sudah dipotong.

11. Station perontok

Station perontok adalah tempat perontok padi yang berfungsi untuk

menempatkan padi yang sudah dirontokkan.

12. Station pengemasan

Station pengemasan adalah tempat pengemasan yang berfungsi untuk

menempatkan padi yang dilakukan penggarungan.

2.3 Analisis Biaya

Analisis Biaya adalah suatu analisa yang menggambarkan bagaimana perubahan

biaya variabel, biaya tetap, harga jual, volume penjualan dan bauran penjualan

Page 34: ANALISIS EKONOMI PENGGUNAAN MESIN PEMANEN PADI …digilib.unila.ac.id/55216/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfANALISIS EKONOMI PENGUNAAN MESIN PEMANEN PADI COMBINE HARVESTER DI KECAMATAN

16

akan mempengaruhi laba perusahaan. Analisis ini merupakan instrumen yang

lazim dipakai untuk menyediakan informasi yang bermanfaat bagi manajemen

untuk pengambilan keputusan, misal dalam menetapkan harga jual produk dan

proses informasi biaya yang akan direncanakan.

Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap adalah

banyaknya biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi yang jumlah totalnya

tetap pada volume kegiatan tertentu. Komponen biaya tetap meliputi biaya

penyusutan, biaya pajak alat dan mesin pertanian, biaya bunga modal, d an biaya

garasi. Biaya jenis ini selamanya sama atau tidak berubah dalam hubungannya

dengan jumlah satuan yang diproduksi. Biaya tidak tetap adalah biaya yang

dikeluarkan pada saat alat/mesin beroperasi yang besarnya tergantung dari jumlah

jam kerjanya. Komponen biaya tidak tetap meliputi biaya bahan bakar, biaya

pelumas, biaya perbaikan dan pemeliharaan, dan biaya operator (Iqbal, 2012).

2.3.1 Analisis Biaya Alat dan Mesin Pertanian

Didalam perhitungan untuk mengetahui biaya mesin dan alat di bidang pertanian

dan bidang industri dikenal 2 komponen biaya, yaitu biaya tetap (fixed cost) dan

biaya tidak tetap (variable cost

2.3.1.1 Biaya Tetap (Fixed Cost)

Biaya tetap (Fixed Cost) adalah jenis biaya yang selama kisaran waktu operasi

tertentu atau tingkat kapasitas produksi tertentu selalu tetap jumlahnya atau tidak

berubah walaupun volume produksi berubah.

Page 35: ANALISIS EKONOMI PENGGUNAAN MESIN PEMANEN PADI …digilib.unila.ac.id/55216/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfANALISIS EKONOMI PENGUNAAN MESIN PEMANEN PADI COMBINE HARVESTER DI KECAMATAN

17

Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan baik pada saat mesin digunakan

maupun dalam keadaan tidak digunakan. Biaya ini tidak tergantung pada

pemakaian alat atau mesin. Biaya penggunaan per jam tidak berubah dengan

penggunaan jam kerja tiap tahun dari pemakaian alat mesin tersebut. Biaya-biaya

yang termasuk dalam biaya tetap adalah biaya penyusutan, bunga modal dan

asuransi, biaya pajak, dan biaya gudang (Prabawa, 2008).

1. Biaya Penyusutan

Suatu mesin hanya dapat dipakai selama selang waktu tertentu. Biaya investasi

akan habis (tersisa sedikit) setelah selang waktu tersebut. Oleh sebab itu, kalau

dilihat dari waktu ke waktu selama selang waktu tersebut, nilai mesin telah

berkurang/menyusut. Biaya penyusuta terdiri dari desain dan perkiraan mur

pemakaian pada mesin atau alat. Biaya penyusutan merpakan biaya yang terbesar

tiap jamnya dan juga merupakan ukuran penurunan nilai suatu alat/mesin selama

waktu yang terus berjalan tidak peduli apakah alat/mesin tersebut dipakai atau

tidak.

Beberapa metoda diperhitungkan biaya penyusutan :

1. Mengamati penurunan harga aktual suatu mesin di pasaran

2. Metode garis lurus (stright line method)

3. Metode penjumlahan angka tahun (sum of the year digits method)

4. Metode keseimbangan menurun berganda (double declining balance method)

5. Metode Sinking Fund.

Page 36: ANALISIS EKONOMI PENGGUNAAN MESIN PEMANEN PADI …digilib.unila.ac.id/55216/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfANALISIS EKONOMI PENGUNAAN MESIN PEMANEN PADI COMBINE HARVESTER DI KECAMATAN

18

Perhitungan biaya penyusutan menggunakan metode menggunakan metode garis

lurus yang juga memperhatikan bunga modal awal. Dalam metode penyusutan

garis lurus, jumlah penyusutan untuk setiap tahun tidak dipengaruhi dengan hasil

maupun output yang diproduksi dan nilainya akan sama besar (Setiawan, 2001).

Menurut Baridwan (2008) Metode garis lurus adalah metode depresiasi yang

paling sederhana dan banyak digunakan. Dengan menggunakan cara ini, beban

depresiasi tiap periode jumlahnya sama. Kecuali jika terdapat penyusutan-

penyesuaian. depresiasi dihitung tiap tahun dengan menggunakan rumus sebagai

berikut:

HP =

………………………(1)

Keterangan :

HP : Biaya penyusutan, Rp/tahun

P : Harga pembelian, Rp

S : Nilai residu (nilai sisa dipakai 10% dari harga pembelian)

N : Taksiran umur ekonomis, tahun

2. Biaya Bunga Modal

Biaya bunga modal bagi suatu alat mesin pertanian merupakan biaya yang masuk

akal karena uang yang dibelanjakan guna membeli sebuah mesin tidak dapat lagi

digunakan untuk usaha produktif lainnya. Suku bunga yang dipergunakan

hendaklah mencerminkan suku bunga yang berlaku saat itu. Menurut Zainuddin

dkk (2006), persamaan yang digunakan perhitungan biaua bunga modal adalah:

Page 37: ANALISIS EKONOMI PENGGUNAAN MESIN PEMANEN PADI …digilib.unila.ac.id/55216/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfANALISIS EKONOMI PENGUNAAN MESIN PEMANEN PADI COMBINE HARVESTER DI KECAMATAN

19

Ai =

………………………(2)

Keterangan :

Ai : annual interest / bunga modal (Rp/tahun)

P : Harga Pembelian, Rp

i : interst rate / tingkat Bungaan pinjaman bank ( %/tahun )

N : Taksiran umur ekonomis, tahun

3. Biaya Pajak

Biaya ini merupakan bagian kecil dari keseluruhan biaya tetap, namun hendaklah

diikutkan dalam perhitungan. Pajak pemilikan diperhitungkan terhadap nilai sisa

(nilai terdepresiasi) alat pertanian pada tingkat yang sama seperti harta milik

pertanian lainnya. Terdapat keragaman yang cukup besar di antara berbagai

negara berkenaan dengan pajak. Banyak negara memberlakukan pajak penjualan.

Sekalipun pajak penjualan dibayarkan pada awal pemilikan, pembayaran tersebut

dapat dibagi ke sepanjang umur pakai mesin. Menurut Yeni dan Dewi (2014),

biaya pajak yang dikenakan adalah sebesar 2% dari harga awal alat mesin (pajak

ini selalu berubah sesuai dengan peraturan dari pemerintah). Persamaan yang

digunakan untuk menghitung biaya ini adalah :

BPA = 2% x P ……………………………………..…. (3)

Keterangan :

BPA = biaya pajak alsintan (Rp)

P = harga Pembelian (Rp)

Page 38: ANALISIS EKONOMI PENGGUNAAN MESIN PEMANEN PADI …digilib.unila.ac.id/55216/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfANALISIS EKONOMI PENGUNAAN MESIN PEMANEN PADI COMBINE HARVESTER DI KECAMATAN

20

4. Biaya Gudang

Biaya gudang dihitung sebagai akibat adanya gudang/garasi pada alat/mesin.

Dengan adanya gudang maka akan mengakibatkan perbaikan yang mudah dan

aman, pemeliharaan yang teratur dan baik serta dapat mengurangi kerusakan

mesin/alat yang dapat mencegah berkurangnya umur ekonomis mesin. Menurut

Pramudya (2001), besarnya biaya gudang diperkirakan sebesar 1% dari harga

awal per tahun.

2.3.1.2 Biaya Tidak Tetap (Variable cost)

Menurut Giatman (2006), biaya tidak tetap (variable cost) adalah biaya-biaya

yang dikeluarkan pada saat alat atau alat bekerja dan jumlahnya tergantung pada

jumlah jam kerja pemakaian pada saat digunakan. Perhitungan biaya tetap

dilakukan dalam satuan Rp/tahun. Biaya tetap terdiri dari biaya bahan bakar, biaya

pelumas, biaya grease, biaya perbaikan dan pemeliharaan, biaya suku cadang,

biaya operator dan biaya ban.

1. Biaya bahan bakar

Biaya bahan bakar adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan bakar

(solar atau bensin) yang dibutuhkan sebagai sumber penggerak motor bakar pada

kondisi kerja per jam. Harga yang digunakan disesuaikan dengan harga di daerah

setempat. Menurut Zainuddin dkk (2016), persamaan yang digunakan untuk

mengetahui besarnya biaya bahan bakar adalah sebagai berikut :

Page 39: ANALISIS EKONOMI PENGGUNAAN MESIN PEMANEN PADI …digilib.unila.ac.id/55216/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfANALISIS EKONOMI PENGUNAAN MESIN PEMANEN PADI COMBINE HARVESTER DI KECAMATAN

21

Bbb = vp x Hbb x k ………………………(4)

Keterangan :

Bbb : Biaya bahan bakar (Rp/jam)

Hbb : harga bahan bakar (Rp/liter)

Dm : Daya alat mesin (HP)

vp : Konsumsi bahan bakar (liter)

2. Biaya pelumas

Pelumasan dilakukan untuk memberikan kondisi kerja yang lebih baik lagi bagi

alsintan. Minyak pelumas untuk combine harvester meliputi oli mesin, oli

transmisi, oli garden, dan oli hidrolik. Biaya pelumasan ditentukan berdasarkan

banyaknya penggantian oli pada suatu mesin pada setiap periode tertentu dan

harga satuan oli yang digunakan, untuk pelumasan dihitung per 100 jam kerja.

Menurut Zainuddin dkk (2016), persamaan yang digunakan adalah :

BP =

………………………(5)

Keterangan :

BP : Biaya pelumas (Rp/jam)

Ktp : Kapasitas tangki pelumas (liter)

jam : Umur penggantian oli (jam)

Hp : Harga pelumas (Rp/liter)

Page 40: ANALISIS EKONOMI PENGGUNAAN MESIN PEMANEN PADI …digilib.unila.ac.id/55216/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfANALISIS EKONOMI PENGUNAAN MESIN PEMANEN PADI COMBINE HARVESTER DI KECAMATAN

22

3. Biaya perbaikan dan pemeliharaan

Biaya yang dikeluarkan untuk perawatan dan perbaikan mesin combine havester.

Besarnya biaya ini tergantung pada tingkat pemakaian serta kerusakan yang

terjadi atau dengan kata lain besarnya biaya pemeliharaan bervariasi setiap

bulannya.

4. Biaya operator

biaya operator adalah biaya yang digunakan untuk mengupah seseorang untuk

mengoperasikan combine harvester. Dasar penentuan biaya operator besarnya

tergantung pada kondisi setempat biasanya dinyatakan dalam Rp/hari, Rp/ha atau

Rp/jam. Operator yang digaji bulanan dapat dikonversikan dalam upah Rp/jam

dengan menghitung jumlah jam kerjanya selama setahun. Menurut Zainuddin dkk

(2016), persamaan yang digunakan adalah :

Btk =

………………………(6)

Keterangan :

Btk : Biaya operator, Rp/jam

Wt : jam kerja, jam/hari

Uop : upah kerja orang per hari, Rp/hari

Jo : Jumlah operator, orang

5. Biaya ban

Page 41: ANALISIS EKONOMI PENGGUNAAN MESIN PEMANEN PADI …digilib.unila.ac.id/55216/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfANALISIS EKONOMI PENGUNAAN MESIN PEMANEN PADI COMBINE HARVESTER DI KECAMATAN

23

Biaya ban merupakan besarnya pengeluaran yang dikeluarkan untuk membeli ban

selama setahun. Harga yang digunakan berdasarkan harga di daerah setempat.

Menurut Assa dkk (2014), rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

………………………(7)

Keterangan :

n = jumlah ban (buah)

H ban = harga ban (Rp/ban)

UP Ban = umur pakai ban (jam)

2.3.1.3 Biaya Total

Biaya total pada pengoperasiaan alat yaitu keselurahan aspek penggabungan

biaya, baik biaya tetap maupun biaya tidak tetap, biaya ini merupakan

penjumlahan biaya tetap dan biaya tidak tetap yang dihitung dalam satuan

(Rp/jam), biaya total mesin pertanian dapat dihitung dengan menggunakan rumus

(Iqbal, 2012).

B = BT + BTT ………………………(8)

Keterangan ;

B : biaya total (Rp/jam)

BT : biaya tetap (Rp/tahun)

BTT : biaya tidak tetap (Rp/jam)

Page 42: ANALISIS EKONOMI PENGGUNAAN MESIN PEMANEN PADI …digilib.unila.ac.id/55216/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfANALISIS EKONOMI PENGUNAAN MESIN PEMANEN PADI COMBINE HARVESTER DI KECAMATAN

24

2.3.1.4 Biaya Pokok

Biaya pokok adalah total biaya yang dikeluarkan dalam pengoperasian alat mesin

pertanian per hektar lahan yang dikerjakan. Biaya pokok dapat dihitung setelah

seluruh komponen biaya tetap dan tak tetap diketahui. Menurut Butar (2015),

rumus yang digunakan untuk mengetahui besarnya biaya pokok adalah sebagai

berikut :

[

] ……………….…(9)

Dimana:

BP = Biaya pokok (Rp/ha)

BT = fix cost / biaya tetap (Rp/tahun)

BTT = Variabel cost / Biaya tidak tetap (Rp/jam)

Wk = Jam kerja per tahun (jam/tahun)

K = Kapasitas kerja (ha/jam)

2.3.1.5 Analisis Titik Impas (break even point)

Break Even Point adalah salah satu teknik analisis untuk mempelajari hubungan

antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume penjualan dan

merupakan teknik untuk menggabungkan, mengkoordinasikan, menafsirkan data

dan distribusi untuk membantu manajemen dalam pengambilan keputusan.

Analisis titik impas digunakan untuk mengetahui pada tingkat produksi berapakah

suatu mesin yang digunakan dapat menghasilkan keuntungan. Selain itu, analisa

Page 43: ANALISIS EKONOMI PENGGUNAAN MESIN PEMANEN PADI …digilib.unila.ac.id/55216/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfANALISIS EKONOMI PENGUNAAN MESIN PEMANEN PADI COMBINE HARVESTER DI KECAMATAN

25

ini juga dapat dimanfaatkan untuk mengetahui kaitan antara volume produksi,

harga jual, biaya produksi serta keuntungan dan kerugian yang akan diperoleh

pada suatu tingkatan produksi tertentu.

Pada penentuan atau analisa titik impas alat mesin panen Combine, dapat dihitung

dengan menggunakan persamaan (Wardhana, 1998).

BEP =

……………………(10)

Keterangan :

BEP : Titik impas (ha/tahun)

BP : Biaya pokok operasi (Rp/ha)

REV : Pendapatan (Rp/ha)

BT : Biaya tetap(Rp/tahun)

BTT : Biaya Tidak Tetap(Rp/tahun)

2.3.2 Analisis Kelayakan

Kelayakan penggunaan alat dapat ditentukan dengan metode NPV (Net Present

Value), Benefit Cost ratio, IRR (Internal Rate of Return), dan Payback Periode

2.3.2.1 Net present value (NPV)

Menurut Pramudya (2001), Net Present Value (NPV) adalah jumlah selisih antara

nilai terkini dari pemasukan (Benefit) dan nilai terkini dari pengeluaran (Cost).

Analisis NPV digunakan untuk mengetahui apakah penggunaan mesin pemanen

Page 44: ANALISIS EKONOMI PENGGUNAAN MESIN PEMANEN PADI …digilib.unila.ac.id/55216/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfANALISIS EKONOMI PENGUNAAN MESIN PEMANEN PADI COMBINE HARVESTER DI KECAMATAN

26

padi tersebut layak atau tidak. Jika NPV ≥ 0, maka mesin pemanen padi tersebut

layak digunakan. Sedangkan jika NPV ≤ 0, maka mesin pemanen padi tidak layak

digunakan. Artinya jika NPV = 0, maka penggunaan mesin pemanen akan

mendapat modal kembali setelah diperhitungkan Discount Rate yang berlaku.

Untuk NPV ≥ 0 usaha dapat dilaksanakan dengan memperoleh keuntungan

sebesar nilai NPV. Sedangkan apabila NPV ≤ 0, maka sebaiknya usaha tersebut

tidak dilaksanakan, dan dipertimbangkan untuk mencari alternative usaha yang

lain yang lebih menguntungkan. Menurut Murti (2017), NPV dihitung

berdasarkan selisih antara benefit dengan biaya (cost) ditambah dengan investasi,

yang dihitung melalui rumus:

……………………(11)

Keterangan :

NPV : Net Present Value

Bt : Benefit (penerimaan) bersih tahun t

Ct : Cost (biaya) pada tahun t

i : Tingkat suku bunga (%)

n : Umur ekonomis mesin combine harvester (tahun)

t : Tahun (1, 2, 3 dst)

2.3.2.2 Benefit/ Cost Ratio (B/C Ratio)

Benefit/Cost Ratio (B/C Ratio) adalah perbandingan antara nilai terkini dari

pemasukan (Benefit) dan nilai terkini dari pengeluaran (Cost) yang digunakan

untuk mengetahui apakah penggunaan mesin pemanen layak atau tidak.

Page 45: ANALISIS EKONOMI PENGGUNAAN MESIN PEMANEN PADI …digilib.unila.ac.id/55216/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfANALISIS EKONOMI PENGUNAAN MESIN PEMANEN PADI COMBINE HARVESTER DI KECAMATAN

27

Menurut Murti (2017), Gross Benefit Cost Ratio digunakan untuk melihat

perbandingan antara nilai penerimaan kotor dengan nilai biaya tunai, yang

dihitung dengan berdasarkan rumus :

Gross B/C = ∑

……………………(12)

Keterangan :

Gross B/C : Gross Benefit Cost Ratio

Bt : Benefit (penerimaan)

Ct : Cost (biaya) pada

i : Tingkat suku bunga (%)

n : Umur ekonomis mesin combine harvester (tahun)

t : Tahun (1, 2, 3 dst)

Menurut Pramudya (2001), Jika Gross B/C ≥ 1, maka usaha persewaan mesin

combine harvester layak diusahakan.

Jika Gross B/C < 1, maka usaha persewaan mesin combine harvester tidak layak

diusahakan.

2.3.2.3 Internal Rate of Return (IRR)

Menurut Pramudya (2001) , untuk memperoleh nilai Internal Rate Of Return

(IRR) merupakan tingkat pengembalian modal yang digunakan salam sutu usaha,

yang nilainya dinyatakan dalam persen per tahun. Suatu usaha yang layak

Page 46: ANALISIS EKONOMI PENGGUNAAN MESIN PEMANEN PADI …digilib.unila.ac.id/55216/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfANALISIS EKONOMI PENGUNAAN MESIN PEMANEN PADI COMBINE HARVESTER DI KECAMATAN

28

dilaksanakan akan mempunyai nilai IRR yang lebih besar dari nilai Discount

Rate.

IRR = + [

] ) ....................................... (13)

Keterangan :

IRR = internal rate of return

NPV+

= NPV positif

NPV-

= NPV negatif

i+

= tingkat suku bunga pada NPV positif

i-

= tingkat suku bunga pada NPV negatif

Kriteria pengambilan keputusan:

1. Jika IRR > tingkat suku bunga, maka usaha persewaan mesin combine

harvester layak untuk diusahakan.

2. Jika IRR = tingkat suku bunga, maka usaha persewaan mesin combine

harvester dalam keadaan impas.

3. Jika IRR < tingkat suku bunga, maka usaha persewaan mesin combine

harvester tidak layak untuk diusahakan.

4.2.4.2 Pay Back Periode

Payback period digunakan untuk mengukur seberapa cepat waktu yang diperlukan

agar dana yang tertanam dalam suatu investasi dapat kembali seluruhnya. Satuan

Page 47: ANALISIS EKONOMI PENGGUNAAN MESIN PEMANEN PADI …digilib.unila.ac.id/55216/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfANALISIS EKONOMI PENGUNAAN MESIN PEMANEN PADI COMBINE HARVESTER DI KECAMATAN

29

yang digunakan adalah satuan waktu yaitu tahun. Suatu proyek dikatakan layak bila

masa pengembalian (PP) lebih pendek dari umur ekonomis proyek dan proyek

tidak layak bila masa pengembalian (PP) lebih lama dari umur ekonomis proyek

(Murti, 2017). Payback period dari suatu investasi dapat dihitung dengan cara

membagi jumlah investasi dengan benefit tiap tahunnya. Persamaan Payback period

dapat dilihat sebagai berikut :

PP =

…………………………………………………………(14)

Keterangan :

P = Payback periode

P = harga pembelian alat (Rp)

π = Pendapatan per tahun (Rp/tahun)

2.4 Penelitian Terdahulu

Kajian penelitian terdahulu yang berkaitan dan relevan dengan analisis ekonomi

mesin Combine Harvester antara lain: Uji Kinerja Dan Analisis Biaya.

Analisis Ekonomi Pemotong Pelepah Sawit (Elaeis Guineensis Jacq) Merek Etani

oleh Aprilliana (2018), Analisis Operasional Traktor Tangan pada Usaha

Pelayanan Jasa Alsintan Pola Kerjasama Operasional di Kab.Gersik oleh Hamidah

(2006), Trencher Bertenaga Traktor Roda Empat Untuk Pembuatan Parit pada

Tanah Padas di PT. PerkebunanNusantara X Jember yang ditulis oleh Septia dkk

(2016), Uji Kinerja dan Analisis Biaya Traktor Roda 4 Model AT 6504 dengan

Bajak Piring (Disk Plow) pada Pengolahan Tanah ditulis oleh Murti dkk (2016),

Analisis Ekonomi Penggunaan Combine Harvester Tipe Crown CCH 2000 Star

Page 48: ANALISIS EKONOMI PENGGUNAAN MESIN PEMANEN PADI …digilib.unila.ac.id/55216/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfANALISIS EKONOMI PENGUNAAN MESIN PEMANEN PADI COMBINE HARVESTER DI KECAMATAN

30

ditulis oleh Zainuddin dkk (2016), Analisis Keberlanjutan Pemanfaatan Mesin

Pemanen Padi (Combine Harvester) di Kabupaten Lamongan Jawa Timur ditulis

oleh Sumarlan dkk (2017), Analisis Kelayakan Finansial Unit Usaha Mesin

Pemanen Padi (Combine Harvester) di Kecamatan Seputih Raman Kabupaten

Lampung Tengah ditulis oleh Murti dkk (2017), Uji Kinerja dan Analisis

Penggunaan Head Feed Combine Harvester (YANMAR CA 85M) pada Sawah

Tradisional ditulis oleh Wardhana (1998), dan Unjuk Kerja Alat Pemotong

Pelepah Sawit Tipe Dodos Manual dan Mekanis ditulis oleh Christian dkk

(2018)..

Penelitian ini menarik untuk dilakukan karena masih sedikit peneliti yang meneliti

mengenai analisis ekonomi mesin pemanen padi Combine Harvester. Selain itu,

jika dibandingkan dengan penelitian-penelitian terdahulu yang relevan maka

penelitian ini memiliki beberapa persamaan dan perbedaan. Secara mendasar,

perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu adanya perbedaan

antara analisis yang dilakukan, latar belakang, mesin, lokasi penelitian, dan tujuan

penelitian. Berikut ini merupakan beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan

rujukan oleh penulis untuk menyelesaikan tulisan ini:

1. Peneliti Aprilliana (2018) dalam jurnal mengenai Analisis Ekonomi

Pemotong Pelepah Sawit (Elaeis Guineensis Jacq) Merek Etani, bertujuan

untuk mengetahui nilai kelayakan ekonomi dari kinerja mesin dodos merek

etani. Berdasarkan hasil analisis ekonomis diperoleh biaya pokok

pemotongan pelepah per tahun adalah Rp18,20/pelepah, NPV mesin

pemotongan kelapa sawit merek etani sebesar Rp57.590.435,54/tahun, dan

Page 49: ANALISIS EKONOMI PENGGUNAAN MESIN PEMANEN PADI …digilib.unila.ac.id/55216/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfANALISIS EKONOMI PENGUNAAN MESIN PEMANEN PADI COMBINE HARVESTER DI KECAMATAN

31

B/C Ratio mesin pemotongan pelepah kelapa sawit merek etani sebesar

2,49.

2. Peneliti Hamidah (2006) dalam jurnal Analisis Operasional Traktor Tangan

pada Usaha Pelayanan Jasa Alsintan Pola Kerjasama Operasional di

Kab.Gersik, tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-

faktor yang mempengaruhi besarnya Sisa Hasil Usaha Operasional Traktor

Tangan pada KSO pada Usaha Pelayanan Jasa Alat Mesin Pertanian (UPJA)

di Kab. Gresik dan mengevaluasi kelayakan operasional traktor tangan pada

KSO pada Usaha Pelayanan Jasa Alat Mesin Pertanian (UPJA) di Kab.

Gresik. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil olahan lahan

dipengaruhi oleh, tersedianya jaringan irigasi, pola tanam, kualitas

pelayanan, kemitraan antara UPJA dengan kelompok tani dan kemampuan

manajer. Secara finansial operasional traktor tangan UPJA pola KSO hanya

terdapat empat kecamatan yang dapat dikategorikan layak, yaitu: a).

Kecamatan Cerme ; BCR = 1,158; NPV = 3.649.196,377 ; IRR = 25,620, b).

Kecamatan Dukun ; BCR = 1,079 ; NPV = 1.822.780,828 ; IRR = 19,620, c)

Kecamatan Sidayu; BCR = 1,078 ; NPV = 1.777.389,728 ; IRR=19,500,

d).Kec. Balongpanggang; BCR= 1,060; NPV= 1.343.907,749; IRR = 18,030

3. Penelitian Septia dkk (2016) dalam jurnal mengenai Uji Kinerja Dan

Analisis Biaya Trencher Bertenaga Traktor Roda Empat Untuk Pembuatan

Parit pada Tanah Padas di PT. Perkebunan Nusantara X Jember, Pada

penelitian ini dilakukan analisis biaya pembuatan parit dengan cara manual

(menggunakan cangkul) yang akan dibandingkan dengan pembuatan parit

menggunakan trencher. Pembuatan parit secara manual dilakukan oleh 20

Page 50: ANALISIS EKONOMI PENGGUNAAN MESIN PEMANEN PADI …digilib.unila.ac.id/55216/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfANALISIS EKONOMI PENGUNAAN MESIN PEMANEN PADI COMBINE HARVESTER DI KECAMATAN

32

pekerja dengan lahan 35 Ha memerlukan upah Rp. 245.000.000 selama satu

musim tanam, sedangkan biaya untuk pembuat parit menggunakan trencher

dengan luas lahan 35 Ha adalah Rp. 98.734.800. Sehingga pembuatan parit

menggunakan trencher dianggap lebih murah dibandingkan dengan manual.

4. Penelitian Murti dkk (2016) dalam prosiding mengenai Uji Kinerja dan

Analisis Biaya Traktor Roda 4 Model AT 6504 dengan Bajak Piring (Disk

Plow) pada Pengolahan Tanah bertujuan untuk mengetahui efisiensi kerja

dan biaya operasional traktor roda 4 dalam mengolah tanah dengan

menggunakan bajak piring (disk plow) pada lahan perkebunan (lahan

kering). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan kerja traktor roda

4 menggunakan bajak piring (disk plow) dapat mengolah lahan kering seluas

0,02 ha dengan waktu 0,15 jam dengan kecepatan rata-rata 0,53 m/s atau

0,191 km/jam. Pada pengujian kinerja traktor juga diperoleh Kapasitas

Lapang Efektif (KLE) 0,138 ha/jam dan Kapasitas lapang Teoritis (KLT)

0,191 km/jam deng an efisiensi kerja adalah 68%. Analisis biaya yang

dikeluarkan adalah Rp 31.458.125,-/tahun untuk biaya tetap dan Rp

5.493.450,-/ha untuk biaya tidak tetap.

5. Penelitian Zainuddin dkk (2016) dalam jurnal mengenai Analisis Ekonomi

Penggunaan Combine Harvester Tipe Crown CCH 2000 Star, Tujuan

peneletian ini yaitu, dapat mengetehui kapasitas panen dan upah pendapatan

pada mesin panen combine harvester serta analisis dari aspek ekonomi alat

untuk mengetahui kelayakan usaha serta aspek-aspek biaya pengoperasian

alat pada lahan. Hasil penelitian menujukkan potensi upah panen alat dalam

setiap hektar sebesar Rp 2.231.526, dengan biaya pengoperasian sebesar Rp

Page 51: ANALISIS EKONOMI PENGGUNAAN MESIN PEMANEN PADI …digilib.unila.ac.id/55216/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfANALISIS EKONOMI PENGUNAAN MESIN PEMANEN PADI COMBINE HARVESTER DI KECAMATAN

33

519.897/ha. Hasil analisis ekonomi untuk kelayakan yang dilakukan pada

mesin didapatkan nilai BEP sebesar 71,6 ha/tahun, nilai NPV sebesar Rp

352.750.407, Nilai B/C ratio sebesar 1,77, dan nilai IRR sebesar 35,44%.

6. Penelitian Sumarlan dkk (2017) dalam prosiding mengenai Analisis

Keberlanjutan Pemanfaatan Mesin Pemanen Padi (Combine Harvester) di

Kabupaten Lamongan Jawa Timur dilakukan pada lima Kelompok Tani,

yaitu kelompok tani Trubus Subur; Mekar Jaya; Kepodang; Karya Raharja

dan Sekarsari II. Hasil pengamatan yang didapatkan adalah pada Kelompok

Tani Trubus Subur, untuk biaya operasi mesin pemanen tersebut adalah Rp

253.385/jam, R/C 1.184 dan PP 3,9 tahun, untuk Kelompok Tani Karya

Raharja berturut – turut Rp 363.409/jam, R/C 1.100, PP 5 tahun, untuk

Kelompok Tani Mekar Jaya Rp 256.147/jam, R/C 1.171, PP 4,2 tahun.

Kelompok Tani Sekar Sari II Rp 364.783/jam, R/C 1.097, PP 5,25 tahun dan

untuk Kelompok Tani Kepondang Rp 326.090/jam, R/C 1.227, PP 2,5

tahun. Dari sisi kelayakan ekonomi bisnis dan usaha, penggunaan mesin

pemanen padi berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa 3

kelompok tani tersebut masih layak dan dapat berkelanjutan usahanya.

7. Penelitian Murti dkk (2017) dalam jurnal mengenai Analisis Kelayakan

Finansial Unit Usaha Mesin Pemanen Padi (Combine Harvester) di

Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah. Berdasarkan

penelitian, mesin combine harvester yang ada di Kecamatan Seputih Raman

merupakan mesin dengan tahun investasi 2013, 2014 dan 2015. Hasil yang

didapat untuk nilai NPV secara urut adalah sebesar Rp.779.027.757,73; Rp.

638.765.707,48; dan Rp. 417.306.800,57. Nilai IRR secara urut sebesar

Page 52: ANALISIS EKONOMI PENGGUNAAN MESIN PEMANEN PADI …digilib.unila.ac.id/55216/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfANALISIS EKONOMI PENGUNAAN MESIN PEMANEN PADI COMBINE HARVESTER DI KECAMATAN

34

77,40%; 70,55%; dan 67,29%. Nilai Gross B/C secara urut sebesar 1,39;

1,35; dan 1,30. Nilai PP yang didapat secara urut sebesar 2,18; 2,24; dan

2,33. Sehingga dapat disimpulkan bahwa analisis unit usaha mesin combine

harvester layak diusahakan karena semua nilai kriteria investasi (Net

Present Value, Internal Rate of Return, Gross B/C , dan Payback Period)

layak secara finansial.

8. Penelitian Wardhana (1998) mengenai Uji Kinerja dan Analisis Penggunaan

Head-feed Combine Harvester ( YANMAR CA 85M) pada sawah

tradisional didapatkan bahwa susut panen dengan mesin ini adalah sebesar

6,69% , lebih kecil dibandingkan panen dengan sabit yaitu sebesar 11,61%.

Berdasarkan titik impas yaitu 54,70 ha/tahun pada kapasitas panen 22,9

jam/ha, mesin panen sesuai digunakan pada areal persawahan yang luas.

Pada perhitungan analisis kelayakan dengan jumlah jam kerja 540

hari/tahun didapatkan nilai NPV -38.698.423,00 dan B/C ratio 0,41. Hal ini

menunjukkan pemakaian mesin panen belum layak digunakan untuk sawah

tradisional.

Page 53: ANALISIS EKONOMI PENGGUNAAN MESIN PEMANEN PADI …digilib.unila.ac.id/55216/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfANALISIS EKONOMI PENGUNAAN MESIN PEMANEN PADI COMBINE HARVESTER DI KECAMATAN

35

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2018 sampai dengan bulan Juni

2018. Pada tahap awal dilakukan survai lokasi di Kecamatan Sragi, Lampung

Selatan.

3.2 Kondisi / profil lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

Secara geografi, Kecamatan Sragi merupakan daerah tropis seperti daerah lain di

Indonesia. Dan sebagian besar Penduduk Kecamatan Sragi berpenghasilan dari

pertanian tanaman padi sawah. Pusat pemerintahan (ibukota) Kecamatan Sragi

terletak di Desa Kuala Sekampung dengan batas-batas wilayah adalah sebagai

berikut :

Sebelah Utara : berbatasan dengan Kec. Pasir Sakti Kab. Lampung Timur

Sebelah Selatan : berbatasan dengan Laut Jawa

Sebelah Timur : berbatasan dengan Kec. Ketapang

Sebelah Barat : berbatasan dengan Kec. Palas

Page 54: ANALISIS EKONOMI PENGGUNAAN MESIN PEMANEN PADI …digilib.unila.ac.id/55216/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfANALISIS EKONOMI PENGUNAAN MESIN PEMANEN PADI COMBINE HARVESTER DI KECAMATAN

36

Pada tahun 2016, Kecamatan Sragi merupakan wilayah di Kabupaten Lampung

Selatan yang mempunyai luas areal tanaman padi dengan total 5249 hektar dengan

jumlah produksi padi sawah 28.728 ton ( BPS Lampung Selatan, 2017). Sekitar

52,93% penduduk di Kecamatan Sragi bermata pencaharian di bidang pertanian.

Hal ini menunjukkan bahwa pertanian merupakan mata pencaharian utama

penduduk Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

Gambar 4. Lokasi penelitian mesin Combine Harvester

Kecamatan Sragi merupakan wilayah di Kabupatan Lampung Selatan yang

sebagian besar wilayahnya adalah persawahan mempunyai lahan sawah dengan

jumlah total luas lahan 5249 hektar dengan rata-rata jumlah produksi padi

mencapai 28.728 ton per tahun (BPS 2015). Kecamatan Sragi merupakan daerah

dataran rendah rawa-rawa dan merupakan daerah pasang surut yang subur.

Secara umum Kecamatan Sragi memiliki suhu berkisar antara 22-33O

Page 55: ANALISIS EKONOMI PENGGUNAAN MESIN PEMANEN PADI …digilib.unila.ac.id/55216/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfANALISIS EKONOMI PENGUNAAN MESIN PEMANEN PADI COMBINE HARVESTER DI KECAMATAN

37

3.3 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Combine Harvester merek

CROWN tipe (CCH-2000 STAR) meteran, stopwatch, gelas ukur, dan laptop

untuk mengolah data dengan menggunakan Microsoft excel 2010. Bahan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah bahan bakar, borang kuesioner yang berisi

spesifikasi alat, rincian data dan biaya yang dikeluarkan selama proses pemanenan

padi.

3.4 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan

menggunakan metode survei. Menurut Sugiyono (2016), metode survei adalah

metode yang digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang

alamiah, namun peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data

(kuesioner, test, wawancara terstruktur, dan sebagainya). Penelitian survei

merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan pernyataan yang sama

pada setiap orang yang di anggap dapat mewakili dari bidang tertentu kemudian

jawaban yang diperoleh peneliti dicatat, diolah, dan kemudian dianalisis.

3.5 Pengumpulan Data

Data-data yang diperlukan dalam melakukan analisis ekonomi ini diperoleh

dengan mewawancarai secara langsung petani pemilik mesin menggunakan daftar

pertanyaan (kuesioner) sebagai alat bantu pengumpulan data. Petani dan operator

combiner harvester di desa tempat pelaksanaan penelitian menjadi responden

Page 56: ANALISIS EKONOMI PENGGUNAAN MESIN PEMANEN PADI …digilib.unila.ac.id/55216/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfANALISIS EKONOMI PENGUNAAN MESIN PEMANEN PADI COMBINE HARVESTER DI KECAMATAN

38

dalam proses penelitian ini, dan juga melakukan pengukuran biaya bahan bakar

dan kapasitas lapang terlampir pada lampiran 1.

Data yang digunakan adalah data yang diukur secara langsung dan menggunakan

wawancara yang di pandu dengan menggunakan quisioner.

Data primer diperoleh melalui pengukuran langsung dan menggunakan daftar

pertanyaan (kuisioner), wawancara secara langsung dengan pemilik mesin,

operator, teknisi dan petani pengguna combine harvester.

Data sekunder merupakan data yang sudah tetap nilai dan jumlahnya yang

diperoleh dari studi literature, laporan-laporan, publikasi, artikel dan pustaka yang

berhubungan serta lembaga atau instansi yang terkait sepeti Badan Pusat Statistik

(BPS), katalog alsintan, dan lain-lain.

Data-data yang diperlukan adalah sebagai berikut :

1. Identitas pemilik combine harvester.

2. Kedudukan dalam kepemilikan combine harvester.

3. Spesifikasi teknis combine harvester serta harga pembeliannya.

4. Komponen biaya tetap (biaya penyusutan, biaya bunga modal dan asuransi,

biaya pajak, dan biaya gudang/garasi).

5. Komponen biaya tidak tetap (biaya bahan bakar, biaya pelumas, biaya grease,

biaya perbaikan dan pemeliharaan, biaya suku cadang, biaya operator dan

biaya ban).

6. Jumlah jam kerja

7. Jumlah harga sewa dan upah operator.

Page 57: ANALISIS EKONOMI PENGGUNAAN MESIN PEMANEN PADI …digilib.unila.ac.id/55216/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfANALISIS EKONOMI PENGUNAAN MESIN PEMANEN PADI COMBINE HARVESTER DI KECAMATAN

39

Selain data di atas, diperlukan data pendukung yaitu : suku bunga bank, harga

suku cadang dan umur ekonomis. Data yang diperlukan diisi ke dalam borang

isian yang telah disediakan pada lembar kuesioner.

3.6 Analisis Data

Data yang diperoleh dari kuesioner dan data pendukung digunakan untuk

menentukan :

1. Perhitungan biaya tetap

2. Perhitungan biaya tiak tetap

3. Perhitungan biaya pokok.

4. Break event point (BEP)

5. Benefit-cost ratio

6. Net present value (NPV)

7. Internal rate return (IRR)

8. Payback Period

Didalam menentukan suku bunga bank usaha penyewaan mesin combine

harvester dengan UMKM (usaha mikro, kecil, menegah) yaitu 9% menurut bank

BRI. Keseluruhan 8 variabel tersebut dihitung dengan cara manual, namun pada

IRR, NVP, dan PP dapat dihitung dengan menggunakan fungsi yang terdapat pada

ms.excel.

Page 58: ANALISIS EKONOMI PENGGUNAAN MESIN PEMANEN PADI …digilib.unila.ac.id/55216/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfANALISIS EKONOMI PENGUNAAN MESIN PEMANEN PADI COMBINE HARVESTER DI KECAMATAN

53

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian mesin pemanen padi combine harvester tipe crown

yaitu :

1. Mesin pemanen padi combine harvester tipe crown dengan jam kerja 540

jam/tahun, harga sewa Rp 2.400.000 mencapai BEP 45,25 ha/tahun dan biaya

pokok sebesar Rp 1.172.731/ha.

2. Mesin pemanen padi combine harvester tipe crown layak digunakan, karena

nilai Net Present Value (NPV) sebesar Rp. 539.201.257/tahun, nilai

Benefit/Cost Ratio (B/C Ratio) sebesar 1,47, nilai IRR sebesar 63 %, dan

Payback periode sebesar 1,45 tahun

3. Dari analisis sensitifitas penurunan harga sewa hingga Rp 2.000.000 masih

layak dengan nilai IRR yang masih tinggi sebesar 37%, dan waktu payback

periode yang masih singkat 2,15.

4. Pada tingkat harga sewa untuk mencapai kondisi BEP adalah Rp

1.635.000/ha.

Page 59: ANALISIS EKONOMI PENGGUNAAN MESIN PEMANEN PADI …digilib.unila.ac.id/55216/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfANALISIS EKONOMI PENGUNAAN MESIN PEMANEN PADI COMBINE HARVESTER DI KECAMATAN

54

5.2 Saran

Saran yang diberikan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi parental jasa penyewaan combine harvester, hasil penelitian ini

menunjukan bahwa usaha mesin combine harvester layak diusahakan karena

semua nilai kriteria investasi (Net Present Value, Internal Rate of Return,

Gross B/C , dan Payback Period) layak secara finansial.

2. Bagi pemilik pabrik maupun pemerintah harus diadakanya penjualan spare

part atau saku cadang untuk combine harvester yang mudah di cari dan

murah, karena para petani pemilik mesin combine harvester masih kesulitan

mencari spare part yang susah di dapatkan dan barang yang inden sehingga

para pemilik harus menunggu lama, hal tersebut akan berdampak pada proses

pengoperasian dan pendapatan bagi pemilik combine harvester maupun

petani.

Page 60: ANALISIS EKONOMI PENGGUNAAN MESIN PEMANEN PADI …digilib.unila.ac.id/55216/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfANALISIS EKONOMI PENGUNAAN MESIN PEMANEN PADI COMBINE HARVESTER DI KECAMATAN

55

DAFTAR PUSTAKA

Adiratma, R. E. 2004. Stop Tanaman Padi. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.

Assa, G.A., R. Rantung., R. Molenaar, dan D. Ludong. 2014. Uji Teknis Traktor

Kubota Tipe M9540 pada Pengolahan Lahan Kering di Kelurahan Wailan,

Kota Tomohon. Jurnal Ilmiah Fakultas Pertanian. 5(2).

Badan Pusat Statistik. 2015. Produksi, Luas Lahan Panen dan Produktivitas

Padi Berdasarkan Provinsi di Indonesia Tahun 2015. Badan Pusat

Statistik Pusat. Jakarta.

Baridwan, Zaki. 2008. Sistem Akuntansi Penyusunan Prosedur dan Metode. Edisi

Kelima. Yogyakarta: BPPE.

Barokah, N. I. 2001. Uji Kinerja dan Losses Combine Harvester Type CA 85 ML.

Skripsi. Jurusan Mekanisasi Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB.

Bogor.

Baskoro, Y. 2009. Analisis Ekonomi Alat Pengering Gabah Tipe Silinder Vertikal.

Skripsi. Fakultas Pertanian. Unila. Lampung.

Butar, I.Y.B., L. A. Harahap, S.B. Daulay. 2015. Efisiensi Lapang dan Biaya

Produksi Beberapa Alat Pengolahan Tanah Sawah di Kecamatan Pangkalan

Susu Kabupaten Langkat. J.Rekayasa Pangan dan Pertanian. 3(3): 382-

388.

Christian, A. Asmara, S. Sugianti, C. Telaumbanua, M. 1018. Unjuk Kerja Alat

Pemotong Pelepah Sawit Tipe Dodos Manual Dan Mekanis. Jurnal Teknik

Pertanian. 7(1) :15-24

Giatman, M. 2006. Ekonomi Teknik. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Hamidah, H. Soedarto, T. 2006. Analisis Operasional Traktor Tangan Pada Usaha

Pelayanan Jasa Alsintan Pola Kerjasama Operasional Di Kab. Gresik.

Jurnal Ilmu-Ilmu Ekonomi. 6(2) :76-85

Iqbal. 2012. Kajian Alat dan Mesin Dalam Pengelolaan Serasa Tebu Pada

Perkebunan Tebu Lahan PG Takalar [Disertasi]. Bogor: Sekolah

Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Page 61: ANALISIS EKONOMI PENGGUNAAN MESIN PEMANEN PADI …digilib.unila.ac.id/55216/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfANALISIS EKONOMI PENGUNAAN MESIN PEMANEN PADI COMBINE HARVESTER DI KECAMATAN

56

Mangunwidjaja, D dan I. Sailah. 2005. Pengantar Teknologi Pertanian. Jakarta:

Penebar Swadaya.

Murti dkk, H. Zakaria, W. A. Lestari, D. A. H. 2017. Analisis Kelayakan

Finansial Unit Usaha Mesin Pemanen Padi (Combine Harvester) Di

Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah. JIIA. 5(3) :219-

227.

Murti dkk, U. Y. Iqbal. Daniel. 2016. Uji Kinerja dan Analisis Biaya Traktor

Roda 4 Model AT 6504 dengan Bajak Piring (Disk Plow) pada Pengolahan

Tanah. J. ISSN. :63-69

Pramudya. B. 2001. Ekonomi Teknik. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Septia, Y. Soekarno, S. Suryaningrat, I. B. 2006. Uji Kinerja Dan Analisis Biaya

Trencher Bertenaga Traktor Roda Empat Untuk Pembuatan Parit Pada

Tanah Padas Di Pt. Perkebunan Nusantara X Jember. Prosiding Seminar

Nasional APTA. : 301-305

Setiawan, J.S. 2001. Kajian Terhadap Beberapa Metode Penyusutan Dan

Pengaruhnya Terhadap Perhitungan Beban Pokok Penjualan (Cost of Good

Sold). Jurnal Akuntansi & Keuangan. 3(2): 157-173.

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

PT Alfabet.

Sumarlan, S. H. Achmad, A. M. Hariyanto, F. 2017. Analisis Keberlanjutan

Pemanfaatan Mesin Pemanen Padi (Combine Harvester) Di Kabupaten

Lamongan Jawa Timur. Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI 2017. :328-

336

Wardhana, L.N. 1998. Uji Kinerja dan Analisis Penggunaan Head Feed Combine

Harvester (YANMAR CA 85M) pada Sawah Tradisional. Skripsi. Fakultas

Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Zainuddin, Mursalin, dan A. Waris. 2016. Analisis Ekonomi Penggunaan

Combine Harvester Tipe Crown CCH 2000 Star. Jurnal AgriTechno. 9(1):

36-43.