Analisis Ekologi Lingkungan Kepulauan Raja Ampat
-
Upload
agrifinaamanda -
Category
Documents
-
view
69 -
download
2
Transcript of Analisis Ekologi Lingkungan Kepulauan Raja Ampat
Dosen Pembimbing : Myrza Rahmanita, Dr, M.Sc
SEKOLAH TINGGI PARIWISATA TRISAKTI
KEPULAUAN RAJA AMPAT
Pendahuluan
Pembangunan yang seimbang dan terpadu antara aspek ekonomi, sosial, dan
lingkungan hidup adalah prinsip pembangunan yang senantiasa menjadi dasar
pertimbangan utama bagi seluruh sektor dan daerah guna menjamin keberlanjutan proses
pembangunan itu sendiri. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
2004–2009, perbaikan pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan
hidup diarahkan untuk memperbaiki sistem pengelolaan sumber daya alam agar sumber
daya alam mampu memberikan manfaat ekonomi, termasuk jasa lingkungannya, dalam
jangka panjang dengan tetap menjamin kelestariannya. Dengan demikian, sumber daya
alam diharapkan dapat tetap mendukung perekonomian nasional dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat tanpa mengorbankan daya dukung dan fungsi lingkungan
hidupnya, agar tetap dapat dinikmati oleh generasi mendatang. Dalam kaitan ini,
pembangunan berkelanjutan terus diupayakan menjadi arus utama dari pembangunan
nasional di semua bidang dan daerah.
Salah satunya wilayah pesisir merupakan wilayah yang penting dan strategis dan
merupakan kesatuan ruang antara daratan dan lautan yang secara ekologis mempunyai
hubungan keterkaitan antara ekosistem darat dan laut yang saling berinteraksi.
Selain itu juga pembangunan pulau-pulau kecil telah menjadi perhatian khusus untuk
ditangani dalam beberapa tahun, mengingat kondisinya yang tertinggal dan sebagian dari
pulau-pulau tersebut sebagai titik pangkal perbatasan Indonesia dengan negara-negara
tetangga.
Pengelolaan pesisir dan pulau-pulau kecil sangat diperlukan dan dilakukan secara
terintegrasi dengan melibatkan Pemerintah, masyarakat dengan pihak lain dalam
perencanaan, pemantauan , evaluasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil disekitar.
Selain itu untuk melindungi, mengkonservasi, memanfaatkan dan merehabilitasi wilayah
pesisir serta ekologi secara berkelanjutan. Pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut akan
dapat berhasil jika dikelola secara terpadu (Integrated Coastal Zone Management, ICZM).
Unsur utama IZCM adalah integrasi (intergration) dan koordinasi. Pengelolaan atau
pemanfaatan kawasan pesisir yang dilakukan secara sektoral tidaklah efektif (Dahuri et
1 | P a g e
al., 1996). Selain itu pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut seharusnya dilakukan
dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Dalam
rangka mencapai tujuan-tujuan pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir dan laut secara
terpadu dan berkelanjutan, maka perlu dirumuskan suatu pengelolaan (strategic plan) yang
mengintegrasikan setiap kepentingan dalam keseimbangan (proporsionality) antar dimensi
ekologis, dimensi sosial, antar sektoral, disiplin ilmu dan segenap pelaku pembangunan
(stakeholders).
Saat ini, kondisi ekosistem pesisir di sebagian wilayah telah mengalami kerusakan
dan pencemaran yang tinggi, yang digambarkan dengan kerusakan rata-rata terumbu
karang sebesar 40 persen, penurunan luasan mangrove, dan pencemaran yang tinggi di
beberapa wilayah pesisir/laut. Sebagai salah satu upaya pengurangan perusakan, dilakukan
program perlindungan dan rehabilitasi sumber daya kelautan dan perikanan dengan cara
melakukan rehabilitasi terumbu karang di 7 (tujuh) propinsi, penanaman mangrove, dan
pengelolaan konservasi kawasan dan konservasi jenis. Dari tahun 2002 sampai dengan
tahun 2005, luasan kawasan konservasi laut daerah (KKLD) yang telah ditetapkan
melalui SK Bupati dan calon KKLD adalah sekitar dua juta hektar dan diperkirakan akan
bertambah sebesar 700 ribu hektar pada tahun 2006. Selain itu, persiapan juga dilakukan
dalam rangka pengusulan marine world haritage site, yaitu Taman Nasional Bunaken,
Takabonarate, Kepulauan Banda, Raja Ampat, Kepulauan Derawan, dan Wakatobi. Pada
tahun 2005 dan 2006 telah dilaksanakan kegiatan kerjasama regional dengan Malaysia dan
Filipina dalam pengelolaan kawasan konservasi laut Sulu Sulawesi (Sulu Sulawesi Marine
Eco-Region), dan telah menghasilkan rencana aksi konservasi di tingkat nasional dan
regional. Untuk kerjasama pengelolaan laut antar daerah antara lain telah dilaksanakan di
Selat Karimata dan Teluk Tomini. Sebagai upaya mitigasi bencana lingkungan laut, telah
disusun pedoman strategi nasional mitigasi di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
Salah satu dari wilayah pesisir dan pulau yang menjadi perhatian serta merupakan
salah satu tempat marine world heritage site yaitu Kepulauan Raja Ampat. Dari data dan
informasi penting yang telah berhasil diidentifikasi tentang Kepulauan Raja Ampat ini
dapat disimpulkan bahwa kekayaan alam laut dan darat Kepulauan Raja Ampat sangat
luar biasa. Apabila tidak dilindungi, maka kekayaan alam ini akan rusak oleh kegiatan-
kegiatan eksploitasi. Sehubungan dengan dengan itu Kepulauan Raja Ampat perlu
mendapatkan dukungan untuk pembangunan ekonomi masyarakat yang berkelanjutan di
2 | P a g e
kawasan kaya ini. Keanekaragaman hayati yang dimiliki serta kekayaan lautnya,
menjadikan alasan pembangunan di kawasan Raja Ampat difokuskan pada
pembangunan wisata bahari.
Kepulauan Raja Ampat
Kepulauan Raja Ampat merupakan kepulauan
yang berada di Barat pulau Papua di Provinsi Irian
Barat, tepatnya di bagian kepala burung Papua. Pada
akhir tahun 2003, Raja Ampat dideklarasikan sebagai
kabupaten baru, berdasarkan UU No. 26 tentang
Pembentukan Kabupaten Sarmi, Kabupaten Kerom,
Kabupaten Sorong Selatan, dan Kabupaten Raja
Ampat tanggal 3 Mei tahun 2002. Kabupaten Raja
Ampat merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten
Sorong dan termasuk salah satu dari 14 kabupaten baru
di tanah Papua. Kabupaten Raja Ampat terdiri dari 4
pulau besar yaitu Pulau Waigeo, Batanta, Salawati dan
Misool. Pusat pemerintahan berada di Waisai, Distrik
Waigeo Selatan, sekitar 36 mil dari Kota Sorong.
Kepemerintahan di kabupaten ini baru berlangsung
efekif pada tanggal 16 September 2005.
Secara geografis Kepulauan Raja Ampat berada pada 01o15’ LU – 2o15’ LS dan
129o10’ – 121o10’ BT dengan luas wilayahnya 46.000 km2 terdiri dari wilayah lautnya
40.000 km2 dan luas daratannya 6.000 km2. Bisa dikatakan sekitar 85% dari luasnya
tersebut merupakan lautan, sisanya merupakan daratan yang terdiri dari 610 pulau yang
tidak berpenghuni. Hanya pada 35 pulau saja keberadaan penduduk asli dari 10 suku dapat
dijumpai. Secara geoekonomis dan geopolitis, Kepulauan Raja Ampat memiliki peranan
penting sebagai wilayah yang berbatasan langsung dengan wilayah luar negeri. Pulau
Fani yang terletak di ujung paling utara dari rangkaian Kepulauan Raja Ampat,
berbatasan langsung dengan Republik Palau. Secara administratif batas wilayah
Kabupaten Raja Ampat adalah sebagai berikut:
Sebelah selatan berbatasan langsung dengan Kabupaten Seram Utara, Provinsi Maluku.
3 | P a g e
Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Halmahera Tengah, Provinsi Maluku
Utara.
Sebelah timur berbatasan dengan Kota Sorong dan Kabupaten Sorong, Provinsi Irian
Jaya Barat.
Sebelah Utara berbatasan langsung dengan Republik Federal Palau.
Dari luas wilayahnya di atas Kepulauan Raja Ampat terbagi menjadi 10 distrik, 86 kampung
dan 4 dusun. Berdasarkan undang-undang No. 26/ 2002, wilayah Kabupaten Raja Ampat
terdiri dari 7 distrik yaitu :
1. Distrik Kepulauan Ayau
2. Distrik Waigeo Utara
3. Distrik Waigeo Selatan
4. Distrik Waigeo Barat
5. Distrik Samante
6. Distrik Misool Timur Selatan
7. Distrik Misool
Kemudian terjadi pemekaran di 3 distrik baru, yaitu :
1. Distrik Kofiau
2. Distrik Waigeo Timur
3. Distrik Teluk Mayalibit
Distrik dengan luas wilayah daratan terbesar adalah Distrik Samate yaitu 1.576 km2 dan
dengan luas terkecil adalah Distrik Kepulauan Ayau yaitu 18 km2 (Analisa Citra Landsat,
2006).
Sebagai wilayah kepulauan, daerah ini memiliki sekitar 610 pulau besar dan
kecil, atol dan taka dengan panjang garis pantai 753 km, dengan 34 pulau yang
berpenghuni. Perbandingan wilayah darat dan laut adalah 1:6, dengan wilayah
perairan yang lebih dominan. Jumlah penduduk berdasarkan data Kabupaten Raja
Ampat Dalam Angka Tahun 2004 adalah 30.374 jiwa.
Pengertian Ekologi
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkungannya dan
yang lainnya. Berasal dari kata Yunani oikos (“habitat”) danlogos (“ilmu”). Ekologi diartikan
sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara
4 | P a g e
makhluk hidup dan lingkungannya. Dalam ekologi, kita mempelajari makhluk hidup sebagai
kesatuan atau sistem dengan lingkungannya.
Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen
penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor biotik antara lain suhu, air, kelembapan,
cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari
manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-
tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling
mempengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan.
Ekologi, biologi dan ilmu kehidupan lainnya saling melengkapi dengan zoologi dan botani
yang menggambarkan hal bahwa ekologi mencoba memperkirakan, dan ekonomi energi yang
menggambarkan kebanyakan rantai makanan manusia dan tingkat tropik.
Pengertian Ekosistem
Pengertian ekosistem adalah hubungan timbal balik antara unsur-unsur hayati dengan
nonhayati yang membentuk sistem ekologi. Ekosistem merupakan suatu interaksi yang
kompleks dan memiliki penyusun yang beragam. Di bumi ada bermacam-macam ekosistem.
Susunan Ekosistem :
Suatu ekosistem berdasarkan susunan dan fungsinya tersusu dari beberapa komponen sebagai
berikut :
a) Komponen autotrof
Berasal dari kata Auto yang berarti sendiri, dan trophikos yang berarti “menyediakan
makan“ pengertian dari Autotrof adalah organisme yang mampu
menyediakan/mensintesis makanan sendiri yang berupa bahan organik dari bahan
anorganik dengan bantuan energi seperti matahari dan kimia. Komponen autotrof
berfungsi sebagai produsen, contohnya tumbuh-tumbuhan hijau.
b) Komponen Heterotrof
Heterotrof berasal dari kata “Heteros” yang berarti berbeda, dan trophikos yang
berarti makanan). Pengertian dari Heterotrof merupakan organisme yang memanfaatkan
bahan-bahan organik sebagai makanannya dan bahan tersebut disediakan oleh organisme
lain. Yang tergolong heterotrof adalah manusia, hewan, jamur, dan mikroba.
5 | P a g e
c) Bahan tak hidup (abiotik)
Bahan tak hidup yaitu komponen fisik dan kimia yang terdiri dari tanah, air, udara, sinar
matahari. Bahan tak hidup merupakan medium atau substrat tempat berlangsungnya
kehidupan, atau lingkungan tempat hidup.
d) Pengurai (dekomposer)
Pengertian dari Pengurai adalah organisme heterotrof yang menguraikan bahan organik
yang berasal dari organisme mati (bahan organik kompleks). Organisme pengurai
menyerap sebagian hasil penguraian tersebut dan melepaskan bahan-bahan yang
sederhana yang dapat digunakan kembali oleh produsen. Termasuk pengurai ini adalah
bakteri dan jamur.
Macam-macam Ekosistem :
Secara garis besar ekosistem dibedakan menjadi ekosistem darat dan ekosistem perairan.
Ekosistem perairan dibedakan atas ekosistem air tawar dan ekosistem air Laut.
a. Ekosistem darat
Ekosistem darat ialah ekosistem yang lingkungan fisiknya berupa daratan. Berdasarkan
letak geografisnya (garis lintangnya), ekosistem darat dibedakan menjadi beberapa
bioma, yaitu sebagai berikut.
1. Bioma gurun
Beberapa Bioma gurun terdapat di daerah tropika (sepanjang garis balik) yang
berbatasan dengan padang rumput. Ciri-ciri bioma gurun adalah gersang dan
curah hujan rendah (25 cm/tahun). Suhu slang hari tinggi (bisa mendapai 45°C)
sehingga penguapan juga tinggi, sedangkan malam hari suhu sangat rendah (bisa
mencapai 0°C). Perbedaan suhu antara siang dan malam sangat besar. Tumbuhan
semusim yang terdapat di gurun berukuran kecil. Selain itu, di gurun dijumpai
pula tumbuhan menahun berdaun seperti duri contohnya kaktus, atau tak berdaun
dan memiliki akar panjang serta mempunyai jaringan untuk menyimpan air.
Hewan yang hidup di gurun antara lain rodentia, ular, kadal, katak, dan
kalajengking.
6 | P a g e
2. Bioma padang rumput
Bioma ini terdapat di daerah yang terbentang dari daerah tropik ke subtropik. Ciri-
cirinya adalah curah hujan kurang lebih 25-30 cm per tahun dan hujan turun tidak
teratur. Porositas (peresapan air) tinggi dan drainase (aliran air) cepat. Tumbuhan
yang ada terdiri atas tumbuhan terna (herbs) dan rumput yang keduanya
tergantung pada kelembapan. Hewannya antara lain: bison, zebra, singa, anjing
liar, serigala, gajah, jerapah, kangguru, serangga, tikus dan ular
3. Bioma Hutan Basah
Bioma Hutan Basah terdapat di daerah tropika dan subtropik.
Ciri-cirinya adalah, curah hujan 200-225 cm per tahun. Species pepohonan relatif
banyak, jenisnya berbeda antara satu dengan yang lainnya tergantung letak
geografisnya. Tinggi pohon utama antara 20-40 m, cabang-cabang pohon tinngi
dan berdaun lebat hingga membentuk tudung (kanopi). Dalam hutan basah terjadi
perubahan iklim mikro (iklim yang langsung terdapat di sekitar organisme).
Daerah tudung cukup mendapat sinar matahari. Variasi suhu dan kelembapan
tinggi/besar; suhu sepanjang hari sekitar 25°C. Dalam hutan basah tropika sering
terdapat tumbuhan khas, yaitu liana (rotan), kaktus, dan anggrek sebagai epifit.
Hewannya antara lain, kera, burung, badak, babi hutan, harimau, dan burung
hantu.
4. Bioma hutan gugur
Bioma hutan gugur terdapat di daerah beriklim sedang, Ciri-cirinya adalah curah
hujan merata sepanjang tahun. Terdapat di daerah yang mengalami empat musim
(dingin, semi, panas, dan gugur). Jenis pohon sedikit (10 s/d 20) dan tidak terlalu
rapat. Hewannya antara lain rusa, beruang, rubah, bajing, burung pelatuk, dan
rakoon (sebangsa luwak).
5. Bioma taiga
Bioma taiga terdapat di belahan bumi sebelah utara dan di pegunungan daerah
tropik. Ciri-cirinya adalah suhu di musim dingin rendah. Biasanya taiga
merupakan hutan yang tersusun atas satu spesies seperti konifer, pinus, dap
sejenisnya. Semak dan tumbuhan basah sedikit sekali. Hewannya antara lain
7 | P a g e
moose, beruang hitam, ajag, dan burung-burung yang bermigrasi ke selatan pada
musim gugur.
6. Bioma tundra
Bioma tundra terdapat di belahan bumi sebelah utara di dalam lingkaran kutub
utara dan terdapat di puncak-puncak gunung tinggi. Pertumbuhan tanaman di
daerah ini hanya 60 hari. Contoh tumbuhan yang dominan adalah Sphagnum,
liken, tumbuhan biji semusim, tumbuhan kayu yang pendek, dan rumput. Pada
umumnya, tumbuhannya mampu beradaptasi dengan keadaan yang dingin. Hewan
yang hidup di daerah ini ada yang menetap dan ada yang datang pada musim
panas, semuanya berdarah panas. Hewan yang menetap memiliki rambut atau bulu
yang tebal, contohnya muscox, rusa kutub, beruang kutub, dan insekta terutama
nyamuk dan lalat hitam.
b. Ekosistem Air Tawar
Ciri-ciri ekosistem air tawar antara lain variasi suhu tidak menyolok, penetrasi cahaya
kurang, dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca. Macam tumbuhan yang terbanyak adalah
jenis ganggang, sedangkan lainnya tumbuhan biji. Hampir semua filum hewan terdapat
dalam air tawar. Organisme yang hidup di air tawar pada umumnya telah beradaptasi.
Adaptasi organisme air tawar adalah sebagai berikut.
Adaptasi tumbuhan Tumbuhan yang hidup di air tawar biasanya bersel satu dan dinding
selnya kuat seperti beberapa alga biru dan alga hijau. Air masuk ke dalam sel hingga
maksimum dan akan berhenti sendiri. Tumbuhan tingkat tinggi, seperti teratai (Nymphaea
gigantea), mempunyai akar jangkar (akar sulur). Hewan dan tumbuhan rendah yang hidup
di habitat air, tekanan osmosisnya sama dengan tekanan osmosis lingkungan atau
isotonis.
Adaptasi hewan Ekosistem air tawar dihuni oleh nekton. Nekton merupakan hewan yang
bergerak aktif dengan menggunakan otot yang kuat. Hewan tingkat tinggi yang hidup di
ekosistem air tawar, misalnya ikan, dalam mengatasi perbedaan tekanan osmosis
8 | P a g e
melakukan osmoregulasi untuk memelihara keseimbangan air dalam tubuhnya melalui
sistem ekskresi, insang, dan pencernaan.
Habitat air tawar merupakan perantara habitat laut dan habitat darat. Penggolongan
organisme dalam air dapat berdasarkan aliran energi dan kebiasaan hidup.
1) Berdasarkan aliran energi, organisme dibagi menjadi autotrof (tumbuhan), dan
fagotrof (makrokonsumen), yaitu karnivora predator, parasit, dan saprotrof atau
organisme yang hidup pada substrat sisa-sisa organisme.
2) Berdasarkan kebiasaan hidup, organisme dibedakan sebagai berikut.
a. Plankton; terdiri alas fitoplankton dan zooplankton; biasanya melayang-layang
(bergerak pasif) mengikuti gerak aliran air.
b. Nekton; hewan yang aktif berenang dalam air, misalnya ikan.
c. Neuston; organisme yang mengapung atau berenang di permukaan air atau bertempat
pada permukaan air, misalnya serangga air.
d. Perifiton; merupakan tumbuhan atau hewan yang melekat/bergantung pada tumbuhan
atau benda lain, misalnya keong.
9 | P a g e
e. Bentos; hewan dan tumbuhan yang hidup di dasar atau hidup pada endapan. Bentos
dapat sessil (melekat) atau bergerak bebas, misalnya cacing dan remis. perhatikan
gambar di bawah ini
Ekosistem air tawar digolongkan menjadi air tenang dan air mengalir. Termasuk ekosistem
air tenang adalah danau dan rawa, termasuk ekosistem air mengalir adalah sungai.
10 | P a g e
1. Danau
Danau merupakan suatu badan air yang menggenang dan luasnya mulai dari beberapa
meter persegi hingga ratusan meter persegi. Di danau terdapat pembagian daerah
berdasarkan penetrasi cahaya matahari. Daerah yang dapat ditembus cahaya matahari
sehingga terjadi fotosintesis disebut daerah fotik. Daerah yang tidak tertembus cahaya
matahari disebut daerah afotik. Di danau juga terdapat daerah perubahan temperatur yang
drastis atau termoklin. Termoklin memisahkan daerah yang hangat di atas dengan daerah
dingin di dasar.
Komunitas tumbuhan dan hewan tersebar di danau sesuai dengan kedalaman dan jaraknya
dari tepi. Berdasarkan hal tersebut danau dibagi menjadi 4 daerah sebagai berikut.
a) Daerah litoral
Daerah ini merupakan daerah dangkal. Cahaya matahari menembus dengan optimal. Air
yang hangat berdekatan dengan tepi. Tumbuhannya merupakan tumbuhan air yang
berakar dan daunnya ada yang mencuat ke atas permukaan air.
Komunitas organisme sangat beragam termasuk jenis-jenis ganggang yang melekat
(khususnya diatom), berbagai siput dan remis, serangga, krustacea, ikan, amfibi, reptilia
air dan semi air seperti kura-kura dan ular, itik dan angsa, dan beberapa mamalia yang
sering mencari makan di danau.
b) Daerah limnetic
11 | P a g e
Daerah ini merupakan daerah air bebas yang jauh dari tepi dan masih dapat ditembus
sinar matahari. Daerah ini dihuni oleh berbagai fitoplankton, termasuk ganggang dan
sianobakteri. Ganggang berfotosintesis dan bereproduksi dengan kecepatan tinggi selama
musim panas dan musim semi.
Zooplankton yang sebagian besar termasuk Rotifera dan udang- udangan kecil memangsa
fitoplankton. Zooplankton dimakan oleh ikan-ikan kecil. Ikan kecil dimangsa oleh ikan
yang lebih besar, kemudian ikan besar dimangsa ular, kura-kura, dan burung pemakan
ikan.
c) Daerah profundal
Daerah ini merupakan daerah yang dalam, yaitu daerah afotik danau. Mikroba dan
organisme lain menggunakan oksigen untuk respirasi seluler setelah mendekomposisi
detritus yang jatuh dari daerah limnetik. Daerah ini dihuni oleh cacing dan mikroba.
d) Daerah bentik
Daerah ini merupakan daerah dasar danau tempat terdapatnya bentos dan sisa-sisa
organisme mati.
12 | P a g e
Danau juga dapat dikelompokkan berdasarkan produksi materi organik-nya, yaitu sebagai
berikut :
a. Danau Oligotropik
Oligotropik merupakan sebutan untuk danau yang dalam dan kekurangan makanan,
karena fitoplankton di daerah limnetik tidak produktif. Ciricirinya, airnya jernih sekali,
dihuni oleh sedikit organisme, dan di dasar air banyak terdapat oksigen sepanjang tahun.
b. Danau Eutropik
Eutropik merupakan sebutan untuk danau yang dangkal dan kaya akan kandungan
makanan, karena fitoplankton sangat produktif. Ciri-cirinya adalah airnya keruh, terdapat
bermacam-macam organisme, dan oksigen terdapat di daerah profundal.
Danau oligotrofik dapat berkembang menjadi danau eutrofik akibat adanya materi-materi
organik yang masuk dan endapan. Perubahan ini juga dapat dipercepat oleh aktivitas
manusia, misalnya dari sisa-sisa pupuk buatan pertanian dan timbunan sampah kota yang
memperkaya danau dengan buangan sejumlah nitrogen dan fosfor. Akibatnya terjadi
peledakan populasi ganggang atau blooming, sehingga terjadi produksi detritus yang
berlebihan yang akhirnya menghabiskan suplai oksigen di danau tersebut.
Pengkayaan danau seperti ini disebut “eutrofikasi”. Eutrofikasi membuat air tidak dapat
digunakan lagi dan mengurangi nilai keindahan danau.
2. Sungai
Sungai adalah suatu badan air yang mengalir ke satu arah. Air sungai dingin dan jernih
serta mengandung sedikit sedimen dan makanan. Aliran air dan gelombang secara
13 | P a g e
konstan memberikan oksigen pada air. Suhu air bervariasi sesuai dengan ketinggian dan
garis lintang.
Komunitas yang berada di sungai berbeda dengan danau. Air sungai yang mengalir
deras tidak mendukung keberadaan komunitas plankton untuk berdiam diri, karena akan
terbawa arus. Sebagai gantinya terjadi fotosintesis dari ganggang yang melekat dan
tanaman berakar, sehingga dapat mendukung rantai makanan.
Komposisi komunitas hewan juga berbeda antara sungai, anak sungai, dan hilir. Di
anak sungai sering dijumpai Man air tawar. Di hilir sering dijumpai ikan kucing dan
gurame. Beberapa sungai besar dihuni oleh berbagai kura-kura dan ular. Khusus sungai di
daerah tropis, dihuni oleh buaya dan lumba-lumba.
Organisme sungai dapat bertahan tidak terbawa arus karena mengalami adaptasi
evolusioner. Misalnya bertubuh tipis dorsoventral dan dapat melekat pada batu.
Beberapa jenis serangga yang hidup di sisi-sisi hilir menghuni habitat kecil yang bebas
dari pusaran air.
c. Ekosistem air laut
Ekosistem air laut dibedakan atas lautan, pantai, estuari, dan terumbu karang.
1. Laut
14 | P a g e
Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang tinggi dengan ion CI-
mencapai 55% terutama di daerah laut tropik, karena suhunya tinggi dan penguapan
besar. Di daerah tropik, suhu laut sekitar 25°C. Perbedaan suhu bagian atas dan bawah
tinggi. Batas antara lapisan air yang panas di bagian atas dengan air yang dingin di bagian
bawah disebut daerah termoklin.
Di daerah dingin, suhu air laut merata sehingga air dapat bercampur, maka daerah
permukaan laut tetap subur dan banyak plankton serta ikan. Gerakan air dari pantai ke
tengah menyebabkan air bagian atas turun ke bawah dan sebaliknya, sehingga
memungkinkan terbentuknya rantai makanan yang berlangsung balk. Habitat laut dapat
dibedakan berdasarkan kedalamannya dan wilayah permukaannya secara horizontal.
1. Menurut kedalamannya, ekosistem air laut dibagi sebagai berikut :
a. Litoral merupakan daerah yang berbatasan dengan darat.
b. Neretik merupakan daerah yang masih dapat ditembus cahaya matahari sampai bagian
dasar dalamnya ± 300 meter.
c. Batial merupakan daerah yang dalamnya berkisar antara 200-2500 m
d. Abisal merupakan daerah yang lebih jauh dan lebih dalam dari pantai (1.500-
10.000 m).
2. Menurut wilayah permukaannya secara horizontal, berturut-turut dari tepi laut semakin
ke tengah, laut dibedakan sebagai berikut.
a. Epipelagik merupakan daerah antara permukaan dengan kedalaman air sekitar 200 m.
b. Mesopelagik merupakan daerah dibawah epipelagik dengan kedalam an 200-1000 m.
Hewannya misalnya ikan hiu.
c. Batiopelagik merupakan daerah lereng benua dengan kedalaman 200-2.500 m. Hewan
yang hidup di daerah ini misalnya gurita.
d. Abisalpelagik merupakan daerah dengan kedalaman mencapai 4.000m; tidak terdapat
tumbuhan tetapi hewan masih ada. Sinar matahari tidak mampu menembus daerah ini.
e. Hadal pelagik merupakan bagian laut terdalam (dasar). Kedalaman lebih dari 6.000 m.
Di bagian ini biasanya terdapat lele laut dan ikan Taut yang dapat mengeluarkan
cahaya. Sebagai produsen di tempat ini adalah bakteri yang bersimbiosis dengan
karang tertentu.
15 | P a g e
Di laut, hewan dan tumbuhan tingkat rendah memiliki tekanan osmosis sel yang hampir sama
dengan tekanan osmosis air laut. Hewan tingkat tinggi beradaptasi dengan cara banyak
minum air, pengeluaran urin sedikit, dan pengeluaran air dengan cara osmosis melalui insang.
Garam yang berlebihan diekskresikan melalui insang secara aktif.
d. Ekosistem pantai
Ekosistem pantai letaknya berbatasan dengan ekosistem darat, laut, dan daerah pasang
surut. Ekosistem pantai dipengaruhi oleh siklus harian pasang surut laut. Organisme yang
hidup di pantai memiliki adaptasi struktural sehingga dapat melekat erat di substrat keras.
Daerah paling atas pantai hanya terendam saat pasang naik tinggi. Daerah ini dihuni oleh
beberapa jenis ganggang, moluska, dan remis yang menjadi konsumsi bagi kepiting dan
burung pantai. Daerah tengah pantai terendam saat pasang tinggi dan pasang rendah.
Daerah ini dihuni oleh ganggang, porifera, anemon laut, remis dan kerang, siput herbivora
dan karnivora, kepiting, landak laut, bintang laut, dan ikan-ikan kecil.
Daerah pantai terdalam terendam saat air pasang maupun surut. Daerah ini dihuni oleh
beragam invertebrata dan ikan serta rumput laut.Komunitas tumbuhan berturut-turut dari
daerah pasang surut ke arah darat dibedakan sebagai berikut :
1) Formasi pes caprae
Dinamakan demikian karena yang paling banyak tumbuh di gundukan pasir adalah
tumbuhan Ipomoea pes caprae yang tahan terhadap hempasan gelombang dan angin;
16 | P a g e
tumbuhan ini menjalar dan berdaun tebal. Tumbuhan lainnya adalah Spinifex littorius
(rumput angin), Vigna, Euphorbia atoto, dan Canaualia martina. Lebih ke arah darat
lagi ditumbuhi Crinum asiaticum (bakung), Pandanus tectorius (pandan), dan
Scaeuola Fruescens (babakoan).
2) Formasi baringtonia
Daerah ini didominasi tumbuhan baringtonia, termasuk di dalamnya Wedelia,
Thespesia, Terminalia, Guettarda, dan Erythrina. Bila tanah di daerah pasang surut
berlumpur, maka kawasan ini berupa hutan bakau yang memiliki akar napas. Akar
napas merupakan adaptasi tumbuhan di daerah berlumpur yang kurang oksigen.
Selain berfungsi untuk mengambil oksigen, akar ini juga dapat digunakan sebagai
penahan dari pasang surut gelombang. Yang termasuk tumbuhan di hutan bakau
antara lain Nypa, Acathus, Rhizophora, dan Cerbera. Jika tanah pasang surut tidak
terlalu basah, pohon yang sering tumbuh adalah: Heriticra, Lumnitzera, Acgicras, dan
Cylocarpus.
3) Estuari
Estuari (muara) merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut. Estuari sering
dipagari oleh lempengan lumpur intertidal yang luas atau rawa garam. Salinitas air
berubah secara bertahap mulai dari daerah air tawar ke laut. Salinitas ini juga
dipengaruhi oleh siklus harian dengan pasang surut aimya. Nutrien dari sungai
memperkaya estuari. Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari antara lain rumput
rawa garam, ganggang, dan fitoplankton. Komunitas hewannya antara lain berbagai
cacing, kerang, kepiting, dan ikan. Bahkan ada beberapa invertebrata laut dan ikan
laut yang menjadikan estuari sebagai tempat kawin atau bermigrasi untuk menuju
habitat air tawar. Estuari juga merupakan tempat mencari makan bagi vertebrata semi
air, yaitu unggas air.
4) Terumbu karang
Di laut tropis, pada daerah neritik, terdapat suatu komunitas yang khusus yang terdiri
dari karang batu dan organisme-organisme lainnya. Komunitas ini disebut terumbu
karang. Daerah komunitas ini masih dapat ditembus cahaya matahari sehingga
fotosintesis dapat berlangsung.
17 | P a g e
Terumbu karang didominasi oleh karang (koral) yang merupakan kelompok Cnidaria
yang mensekresikan kalsium karbonat. Rangka dari kalsium karbonat ini
bermacammacam bentuknya dan menyusun substrat tempat hidup karang lain dan
ganggang. Hewan-hewan yang hidup di karang memakan organisme mikroskopis dan
sisa organik lain. Berbagai invertebrata, mikro organisme, dan ikan, hidup di antara
karang dan ganggang. Herbivora seperti siput, landak laut, ikan, menjadi mangsa bagi
gurita, bintang laut, dan ikan karnivora.
Ekologi dan Ekosistem di Kepulauan Raja Ampat
Kepulauan Raja Ampat merupakan tempat yang sangat berpotensi untuk dijadikan objek
wisata, terutama wisata bahari (penyelaman). Perairan Raja Ampat menurut berbagai
sumber, merupakan salah satu dari 10 perairan terbaik untuk diving site di seluruh dunia.
Bahkan diakui sebagai nomor satu untuk kelengkapan flora dan fauna bawah air pada
saat ini. Sering disebut juga sebagai “surga para penyelam”.
Pada tahun 2002, The Nature Conservancy (TNC) dan Pusat Penelitian
Oseanografi (P2O) LIPI mengadakan suatu penelitian ilmiah untuk memperoleh data dan
informasi tentang ekosistem laut, daerah bakau dan hutan Kepulauan Raja Ampat. Survei
ini menunjukkan bahwa terdapat sejumlah 537 jenis karang, yang sungguh menakjubkan
karena mewakili sekitar 75% jenis karang yang ada di dunia. Ditemukan pula 828 jenis
ikan dan diperkirakan jumlah keseluruhan jenis ikan di daerah ini 1.074.
Di darat, penelitian ini menemukan berbagai tumbuhan hutan, tumbuhan
endemik dan jarang, tumbuhan di batuan kapur serta pantai peneluran ribuan penyu.
Selain itu ada beberapa kawasan terumbu karang yang masih sangat baik kondisinya
dengan persentasi penutupan karang hidup hingga 90% yaitu selat Dampier (Selat
antara P. Waigeo dan P. Balanta), Kepulauan Kofiau, Kepulauan Misool Timur Selatan
dan Kepulauan Wayag. Di beberapar tempat ada keunikan tersendiri seperti di Kampung
Saondarek, ketika pasang surut terendah, bisa disaksikan hamparan terumbu karang tanpa
menyelam dan dengan adaptasinya sendiri, karang tersebut masih bisa hidup walaupun di
udara terbuka dan terkena matahari langsung.
18 | P a g e
Di Kepulauan Raja Ampat juga dapat ditemukan beberapa spesies unik saat
menyelam seperti pigmy seahorse atau kuda laut mini, wobbegong dan manta ray. Juga ada
ikan endemic Raja Ampat yaitu Eviota Raja sejenis ikan gobbie. Jika menyelam di Cape
Kri atau chiken reef, kita akan di kelilingi ribuan ikan seperti kumpulan ikan Tuna,
snapper dan giant travellies. Tetapi yang paling menegangkan jika kita dikeliligi ikan
Barakuda. Kadang juga terlihat hiu karang dan apabila beruntung melihat penyu sedang
diam memakan sponge atau berenang serta ada juga dugong atau duyung. Di Kepulauan
Raja Ampat juga cocok untuk melakukan drift dive, yaitu menyelam mengikuti arus
kencang dengan air yang sangat jernih sambil menerobos kumpulan ikan. Cocok juga
untuk wreck dive karena disana kita dapat menjumpai Pesawat karam bekas
peninggalan perang dunia II seperti di P. Wai dan masih banyak lagi situs yang belum
pernah terjamah dan lebih menantang di Kepulauan Raja Ampat ini.
19 | P a g e
Sekali pun kebayakan wisatawan yang data ke Raja Ampat saat ini adalah para
penyelam, sebenarnya lokasi ini menarik juga bagi turis non-penyelam karena memiliki
pantai-pantai berpasir putih yang sangat indah dan gugusan pulau-pulau Karst nan
mempesona dan flora-fauna unik endemik seperti cendrawasih merah, cendrawasih Wilson,
maleo waigeo, beranekaragam burung kakatua, dan nuri, kuskus waigeo serta beragam jenis
anggrek.
Dilihat dari segi sosial ekonomi ada beberapa biota laut yang diketahui
mempunyai potensi tertentu dan dapat dimanfaatkan. Potensi ini berupa bahan makanan
dan sumber protein, jenis potensial untuk dibudidayakan atau objek indah untuk dilihat.
Penyu misalnya merupakan objek untuk dilihat mauapun dimanfaatkan. Biota lautnya
adalah ikan dan biota laut lainnya. Ikan-ikan ini dapat dibagi menjadi tiga kelompok,
yaitu kelompok ikan yang mempunyai arti untuk dikonsumsi(ikan target), kelompok
ikan yang memberikan indikasi tentang kondisi terumbu karang(ikan indikator) dan
kelompok ikan yang umumnya merupakan bagian dari ekosistem terumbu (ikan
utama/major fish).
Kehidupan masyarakat Kepulauan Raja Ampat pada umumnya nelayan tradisional
yang berdiam di kampung-kampung kecil yang letaknya berjauhan dan berbeda pulau.
Masyarakatnya pun terdiri dari beberapa etnis dan suku-suku, yaitu suku Maya, suku
Ondoloren dari Biak, ada pula yang datang dari luar Papua seperti Maluku Utara, Seram
dan sebagainya. Namum mereka adalah masyarakat yang ramah menerima tamu dari luar,
20 | P a g e
apalagi kalau kita membawa oleh-oleh buat mereka berua pinang ataupun permen.
Barang ini menjadi semacam “pipa perdamaian indian” di Raja Ampat. Acara ngobrol
dengan makan pinang disebut juga “para-para pinang” sering kali bergiliran satu sama
lain saling melempar mob (istilah di Papua untuk cerita-cerita lucu). Mereka adalah
pemeluk agama Islam dan Kristen dan sering kali di dalam satu keluarga atau marga
terdapat dua agama tersebut. Hal ini menjadikan masyarakat Raja Ampat tetap rukun
walaupun berbeda keyakinan.
Pengertian Sustainable Tourism Develompment
Pengertian Sustainable Tourism Development didefinisikan dalam Agenda 21, 1992 untuk
Industri Perjalanan dan Pariwisata, sebagai “kepariwisataan yang memenuhi kebutuhan
wisatawan dan destinasi tuan rumah saat ini, dengan melindungi dan mengembangkan
peluang untuk masa depan.”
Pariwisata berkelanjutan atau sustainable tourism adalah sebuah konsep turunan dari
konsep pembangunan berkelanjutan yang ada pada laporan World Commission on
Environment and Development, berjudul Our Common Future (atau lebih dikenal
dengan the Brundtland Report) yang diserahkan ke lembaga PBB pada tahun 1987
(Mowforth dan Munt 1998). Pembangunan berkelanjutan merupakan suatu proses
pembangunan yang berusaha untuk memenuhi kebutuhan sekarang dan selanjutnya
diwariskan kepada generasi mendatang. Singkat kata, dengan pembangunan berkelanjutan
generasi sekarang dan generasi yang akan datang mempunyai hak dan kesempatan yang
sama untuk menikmati alam beserta isinya.
Sedangkan pariwisata berkelanjutan sendiri adalah sebuah proses dan sistem
pembangunan pariwisata yang dapat menjamin keberlangsungan atau keberadaan sumber
daya alam, kehidupan sosial-budaya dan ekonomi hingga generasi yang akan datang.
Intinya, pariwisata berkelanjutan adalah pariwisata yang dapat memberikan manfaat
jangka panjang kepada perekonomian lokal tanpa merusak lingkungan.
Salah satu mekanisme dari pariwisata berkelanjutan adalah ekowisata yang merupakan
perpaduan antara konservasi dan pariwisata, yaitu pendapatan yang diperoleh dari
pariwisata seharusnya dikembalikan untuk kawasan yang perlu dilindungi untuk
pelestarian dan peningkatan kondisi social ekonomi masyarakat di sekitarnya. Ekowisata
21 | P a g e
menurut International Ecotourism Society adalah perjalanan yang bertanggung jawab ke
tempat-tempat yang alami dengan menjaga kelestarian lingkungan dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat setempat.
Munculnya istilah responsible tourism atau pariwisata yang bertanggung jawab seakan
ingin melengkapi konsep-konsep terdahulu. Definisi pariwisata berkelanjutan menurut
sebagian orang agak sulit dipahami maksud dan operasionalisasinya secara langsung,
sedangkan definisi ekowisata cenderung mengarah hanya kepada wisata berbasis alam
terutama kawasan yang dilindungi seperti taman nasional dan cagar alam. Tujuan yang
ingin dicapai oleh responsible tourism sesungguhnya sama dengan kedua konsep
sebelumnya yaitu pariwisata yang berusaha meminimalkan dampak negatif terhadap
lingkungan dan masyarakat. Tetapi responsible tourism lebih menekankan pilihan yang
diambil oleh konsumen dalam menentukan tujuan wisata, akomodasi, model transportasi
dan cara melakukan perjalanan, misalnya memilih mengatur sendiri perjalanannya
dibandingkan mengikuti kelompok tur (www.visitbritain.com). Responsible tourism juga
menekankan kesadaran wisatawan itu sendiri untuk meminimalkan dampak-dampak
negatif dari kunjungannya ke suatu tempat (www.eveil-tourisme-responsable.org)
Pengertian Carrying Capacity
Carrying Capacity atau Daya dukung lingkungan mengandung pengertian
kemampuan suatu tempat dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara optimum dalam
periode waktu yang panjang. Daya dukung lingkungan dapat pula diartikan kemampuan
lingkungan memberikan kehidupan organisme secara sejahtera dan lestari bagi penduduk
yang mendiami suatu kawasan.
Konsep daya dukung lingkungan berasal dari pengelolaan hewan ternak dan satwa
liar (Soemarwoto, 1997). Daya dukung itu menunjukkan besarnya kemampuan lingkungan
untuk mendukung kehidupan hewan yang dinyatakan dalam jumlah ekor per satuan luas
lahan. Jumlah hewan yang dapat didukung kehidupannya itu tergantung pada biomas (bahan
organik tumbuhan) yang tersedia untuk makanan hewan.
Daya dukung dapat dibedakan dalam beberapa tingkat, yaitu daya dukung
maksimum, daya dukung subsisten, daya dukung optimum, dan daya dukung suboptimum.
22 | P a g e
Daya dukung maksimum menunjukkan jumlah maksimum hewan yang dapat didukung per
satuan luas lahan. Dengan jumlah hewan yang maksimum, makanan sebenarnya tidak cukup.
Walaupun hewan itu masih hidup, tetapi hewan itu tidak sehat, kurus, dan lemah serta
mudah terserang oleh penyakit dan hewan pemangsa. Padang penggembalaan akan
mengalami kerusakan, karena menjadi padat terinjak-injak; rumput dan tumbuhan lain
termakan lebih cepat daripada kemampuan regenerasi. Secara umum lingkungan menjadi
rusak dan apabila berjalan terlalu lama, kerusakan itu akan bersifat takterbalikkan.
Pada daya dukung subsisten jumlah hewan agak kurang. Persediaan makanan lebih
banyak, tetapi masih pas-pasan. Hewan mash kurus dan ada dalam ambang batas antara
sehat dan lemah. Mereka masih mudah terserang oleh penyakit dan hewan pemangsa.
Lingkungan juga masih mengalami kerusakan.
Pada daya dukung optimum, jumlah hewan lebih rendah dan terdapat keseimbangan
yang baik antara jumlah hewan dan persediaan makanan. Kecepatan dimakannya rumput
atau tumbuhan lain seimbang dengan kecepatan regenerasi tumbuhan itu. Kondisi tubuh
hewan baik: gemuk, kuat dan sehat. Hewan itu tidak mudah terserang oleh penyakit dan
hewan pemangsa. Lingkungan tidak mengalami kerusakan.
Pada daya dukung suboptimum jumlah hewan lebih rendah lagi. Persediaan makanan
melebihi yang diperlukan. Karena itu kecepatan dimakannya rumput atau tumbuhan lain
lebih kecil daripada kecepatan pertumbuhan. Akibatnya batang rumput dan tumbuhan lain
mengayu dan menjadi keras. Mutu padang penggembalaan menurun. Jadi sebenarnya terjadi
pula kerusakan. Pada umumnya kerusakan itu bersifat terbalikkan.
Pengelolaan lingkungan mengusahakan untuk mendapatkan populasi hewan pada
atau dekat pada daya dukung optimum. Dilampauinya batas daya dukung akan menyebabkan
keambrukan kehidupan, karena tidak tersedianya sumber daya, hilangnya kemampuan
degradasi limbah, meningkatnya pencemaran dan timbulnya gejolak sosial yang merusak
struktur dan fungsi tatanan masyarakat.
Konsep ini diperkenalkan oleh Thomas Robert Malthus yang di dalam essaynya
berjudul the Principle of Population menyatakan bahwa pertumbuhan penduduk akan
23 | P a g e
melebihi produksi makanan sehingga akan terjadi kelaparan di
mana-mana.
Sebuah pernyataan lain yang diutarakan oleh Thomas Robert
Malthus adalah: ”The power of population is indefinitely greater
than the power in the earth to produce subsistence for man”
(Kekuatan penduduk lebih besar dibandingkan kekuatan bumi untuk
memproduksi kebutuhan/nafkah untuk manusia). Setiap individu di
dalam satu area (ekosistem) yang sama memiliki carrying
capacity yang berbeda.
Carrying capacity dipengaruhi oleh tiga faktor:
1. jumlah sumber (makanan) yang tersedia di dalam ekosistem tersebut
2. jumlah populasi
3. jumlah sumber (makanan) yang dikonsumsi oleh setiap individu
Karenanya, carrying capacity suatu ekosistem akan mempengaruhi semua yang berada
atau hidup di dalam ekosistem tersebut. Untuk tujuan memudahkan, batasan
mengenai carrying capacity atau daya dukung dapat diilustrasikan dengan daya muat atau
daya angkut pada mobil. Jika daya muat suatu mobil hanya untuk 6 orang, bagaimana jika
mobil tersebut dipenuhi oleh 10 atau bahkan 15 orang?
Dampak Pariwisata Terhadap Ekonomi di Kepulauan Raja Ampat
Anyaman daun pandan pantai kering buatan Maria Fakdawer (56) mulai membentuk
pola bintang segi enam pada bagian dasar bayai atau tempat menyimpan sagu. Nanti, jika
sudah berwujud, bayai itu akan dijual kepada wisatawan yang berkunjung ke kampungnya
sebagai suvenir khas Raja Ampat.
Dulu, produk kreatif, seperti bayai, topi, snat (tikar), kotak pinang, kabulin (koper
tradisional), dan piring anyaman, hanya dipakai sehari-hari. Tapi, tiga tahun terakhir, barang-
barang itu malah bernilai ekonomi karena diburu turis asing. Untuk bayai dijual berkisar Rp
50.000-250.000, sedangkan topi durian gelombang dijual Rp 200.000 per buah. (Pengerjaan)
Satu topi butuh waktu empat hari membuatnya. Kalau bayai dua hari saja. Sebulan, mama
bisa menjual tujuh topi, atau dapat Rp 1 juta,” ujar Maria, Jumat (21/10), di area pameran
Pantai Waisai Tercinta di Festival & Travel Mart Raja Ampat 2011.
24 | P a g e
Hampir semua ibu rumah tangga di Kampung Arborek dan Sawinggrai membuat
kerajinan anyaman. Di kampung lainnya memproduksi kerajinan tempurung kelapa, kerang,
anyaman lidi kelapa, dan ukiran kayu yang dikerjakan kaum laki-laki. Menurut Novalin
Patimuhai, Ketua PKK Distrik Meosmansar, penghasilan keluarga tak lagi bergantung pada
tangkapan ikan. Meski hasilnya tidak besar, penjualan kerajinan mampu menutupi kebutuhan
biaya sekolah anak. Usaha kreatif skala rumahan itu kian berkembang setelah Pemerintah
Kabupaten Raja Ampat menjadikan pariwisata sebagai tulang punggung perekonomian
daerah.
Pilihan itu karena besarnya potensi alam bahari, keragaman tradisi budaya, dan
perjalanan sejarah di gugusan pulau di kabupaten yang 80 persen wilayahnya adalah laut.
Mulai 2008, sebagai kabupaten yang baru terbentuk tahun 2003, Raja Ampat getol
membangkitkan industri pariwisatanya. ”Meskipun kami punya potensi pertambangan, bukan
itu yang diunggulkan. Pariwisata lebih kami kembangkan karena manfaatnya jangka panjang
dan tak pernah habis. Dampak industri pariwisata ini multisektor,” jelas Yusdi N
Lamatenggo, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Raja Ampat.
Pengembangan industri jasa pariwisata dilakukan di empat pulau besarnya, Pulau
Waigeo, Misool, Batanta, dan Salawati, serta kepulauan kecil-kecil di sekitarnya. Sederet
cara dilakukan Pemkab Raja Ampat, mulai dari pembangunan bandara yang dilakukan
bertahap sejak tahun 2008 di daerah Waewo, perbaikan jalan, penyediaan listrik, hingga
kampung wisata.
Untuk bandara, diperkirakan selesai 1-2 tahun lagi. Saat ini, baru sampai pembuatan
landasan pacu sepanjang 800 meter. Pembangunan jalan, bertambah dari 171 km (2009)
menjadi 220,5 km (2010). Adapun listrik, pemerintah daerah saat ini baru mampu menjamin
pasokan di Waisai, Pulau Waigeo, sementara listrik di tiap pulau dan resort yang tersebar,
terpaksa swadaya.
Strategi jitu lainnya, membangun kampung wisata di kampung-kampung yang punya
potensi keindahan alam laut, pantai, dan fauna di hutannya. Kini, sudah ada lima kampung
wisata, Yenwaupnor, Arborek, Yenbuba, Sawinggrai, dan Sawandarek, dan rencananya akan
terus ditambah. Keberadaan kampung wisata menjadi aktualisasi keterlibatan langsung
masyarakat sebagai operator dan penyedia jasa wisata.
25 | P a g e
Yusdi menjelaskan, pemerintah ingin masyarakat berperan dalam industri ini,
sehingga kesadaran harus dibentuk dan dimulai dari kampung. Dampak pariwisata tak dapat
langsung terlihat, tetapi bersifat ikutan. ”Memang tidak gampang mengubah pola pikir
masyarakat nelayan. Namun, sedikit demi sedikit masyarakat mulai menyadari pariwisata
adalah potensi terkuat Raja Ampat,” ujarnya.
Perlahan namun pasti, industri pariwisata kian berkembang di Raja Ampat. Dua tahun
lalu, turis asing yang datang hanya sekitar 2.000 orang, tapi tahun 2010 mencapai 3.855
orang. Untuk tahun ini, sampai Oktober, sudah mencapai 6.000 orang. Wisatawan asing
umumnya berkunjung pada akhir tahun, yakni Oktober-Desember.
Indikator lainnya, bertambahnya penginapan dari semula satu resort kini menjadi
tujuh resort dan lima home stay di kampung wisata. Demikian juga jumlah kapal pesiar,
alternatif wahana eksklusif menikmati Raja Ampat, meningkat dari 12 kapal menjadi 36
kapal dalam waktu tiga tahun. Tahun lalu, sebanyak 568 turis berwisata dengan kapal pesiar
mengitari perairan Raja Ampat.
Namun, sumbangan industri pariwisata belum signifikan terhadap pendapatan asli
daerah (PAD) Raja Ampat. Sebab, pemda belum mengoptimalkan pendapatan dari pajak
hotel, rumah makan, pajak orang asing, serta pajak investor asing yang berusaha di
wilayahnya. Tahun 2010, pendapatan yang dihitung dari penjualan PIN, yakni bukti retribusi
wisata, sekitar Rp 1,2 miliar atau 0,2 persen dari total PAD kabupaten, Rp 653 miliar.
Yusdi mengakui, pemda juga belum menghitung nilai ekonomi dampak ikutan dan
perputaran uang akibat berdenyutnya industri pariwisata Raja Ampat. Retribusi PIN masih
dijadikan andalan untuk PAD sektor pariwisata. Dari retribusi Rp 500.000 bagi turis asing,
sebesar Rp 150.000 masuk PAD, sisanya diperuntukkan kegiatan konservasi (40 persen),
pemberdayaan masyarakat kampung wisata (40 persen), dan operasional usaha pariwisata
daerah (20 persen). Bagi turis domestik, retribusinya Rp 250.000.
Sebagai Bupati, Marcus Wanma terbilang berani mengambil risiko sekaligus cerdik.
Keindahan alam bawah laut di perairan Papua sebenarnya merata, tapi Marcus lebih sigap
mempromosikan lebih awal Raja Ampat sebagai tujuan wisata bawah laut. Pemda juga berani
membuat acara promosi wisata dengan biaya Rp 3,4 miliar. Dengan komitmen menghidupi
42.508 penduduknya di 24 distrik, dia yakin pariwisata menyejahterakan daerahnya.
26 | P a g e
Untuk mewujudkan industri pariwisata bahari, pemda punya komitmen jangka
panjang. Dengan menerbitkan Peraturan Bupati Nomor 4 Tahun 2011 tentang pengembangan
wisata selam rekreasi Raja Ampat, dan Peraturan Bupati Nomor 3 Tahun 2011 tentang tata
cara pendaftaran usaha pariwisata. Kedua aturan ini jadi acuan pengelolaan usaha
kepariwisataan yang akan memberikan kontribusi PAD dan menciptakan iklim investasi
kompetitif. Dalam peraturan itu juga dibahas tata cara menyelam, syarat lokasi selam, aturan
keselamatan menyelam, peredaran kapal wisata di Raja Ampat, pelestarian lingkungan, dan
sanksi bagi operator wisata yang melanggar.
“Mungkin kami satu-satunya kabupaten yang sudah punya peraturan tentang rekreasi
selam dan wisata bahari,” ujar Yusdi. Semoga komitmen ini terus terpelihara sehingga tak
tergoda dengan pertambangan. Pengelolaan pesisir dan laut Kepulauan Raja Ampat harus
dilakukan secara bertahap masih perlu adanya banyak kajian yang dilakukan dalam
mendalami potensi-potensi yang ada. Kepulauan Raja Ampat ini sangat berpotensi untuk
pembangunan objek wisata, terutama wisata bahari. Dalam pembangunannya pun harus
lebih ke arah pembangunan berbasis lingkungan dengan memanfaatkan sumber daya
alam secara optimal dan tidak melupakan serta merusak sumber dayanya tersebut. Selain itu
yang paling penting adalah keterpaduan dari setiap sektor serta adanya koordinasi antara
pemerintah, stake holder dan masyarakat agar terciptanya pertumbuhan ekonomi untuk
mensejahterakan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Permasalahan Pengembangan Pesisir dan Laut Kepulauan Raja Ampat
27 | P a g e
Pengembangan pesisir dan laut Kepulauan Raja Ampat dihadapkan pada berbagai
isu dan permasalahan. Beberapa isu dan permasalahan tersebut adalah :
1) Kekayaan keanekaragaman hayati di Kepulauan Raja Ampat memilki tingkat
ancaman yang tinggi pula. Daerah ini juga sangat dilirik oleh kepentingan-kepentingan
sesaat yang ingin mengeksploitasi sumber daya alamnya. Hal itu bisa dilihat dari
kerusakan terumbu karang dan hutan. Kerusakan terumbu karang umumnya
dikarenakan penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan seperti bom, sianida dan
akar bore (cairan dari olahan akar sejenis pohon untuk meracun ikan).
2) Masalah yang harus diperhatikan adalah pemilikan atau masalah ulayat dan adat.
Sebenarnya ini merupakan sebuah masalah atau tantangan, tetapi sebagai modal atau
dorongan dalam pembangunan yang tentunya melibatkan masyarakat Raja Ampat
sendiri, sebagai pemilik hak ulayat dan adat yang bisa ikut berperan dalam proses
pembangunan. Budaya dan adat istiadat akan menunjukan pada proporsi
sebenarnya dan dengan bersama-sama pemerintah dan stake holder lainnya akan
membangun Kepulauan Raja Ampat sebagai wilayah yang menjanjikan.
3) Potensi obyek pariwisata pantai dan pariwisata bahari yang belum dimanfaatkan
secara optimal. Hal ini disebabkan belum tersedianya infrastruktur dasar yang
memadai dan sarana prasarana pariwisata lainnya. Selian itu juga belum dilakukan
promosi terhadap potensi pariwisata di Kepulauan Raja Ampat.
4) Belum diprioritaskannya pembangunan di wilayah tertinggal oleh pemerintah
daerah karena dianggap tidak menghasilkan pendapatan asli daerah (PAD) secara
langsung. Dengan demikian dukungan antar sektor terkait untuk pengembangan
Kepulauan Raja Ampat belum optimal.
5) Belum berkembangnya sistem informasi yang dapat memberikan akses pada
informasi produk unggulan, pasar, dan teknologi. Keterbatasan pengetahuan dan
kemampuan dalam penggunaan teknologi ini menjadi salah satu kendala dan
pemicu adanya eksploitasi sumberdaya yang merusak potensi lestari dan berdampak
negatif bagi lingkungan.
28 | P a g e
6) Belum tertatanya sistem kelembagaan dan manajemen yang belum terkelola baik
untuk pengelolaan pengembangan kawasan yang terpadu, dan berkelanjutan,
dalam memberikan dukungan kepada peningkatan daya saing produk dan kawasan yang
dikembangkannya.
7) Kurangnya informasi mengenai potensi lingkungan beserta keanekaragaman
hayatinya, menyebabkan perlu adanya penelitian karakteristi tipe ekosistem dan
keanekaragaman jenis biotanya. Melalui kajian lebih mendalam, baik tingkat ekosistem
maupun jenis yang ada di Kepulauan Raja Ampat. Data tersebut diharapkan dijadikan
bahan masukan upaya pengembangan dan pemanfaatannya secara berkelanjutan.
Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Pesisir dan Laut Kepulauan Raja Ampat
Sebagai kabupaten yang baru , pemekaran kabupaten tersebut harus ada prioritas
karena 87% luas wilayahya merupaka lautan dan 13% daratan. Selain itu Kepulauan Raja
Ampat sudah sangat terkenal dengan kekayaan alam dan biota lautnya sehingga
pembangunan wilayah yang dilakukan adalah berbasis bahari.
Kebijakan pengelolaan dan pembangunannya Kepulauan Raja Ampat harus
dilakukan dengan Co-Management melibatkan unsur-unsur pemerintah (goverment based
management) baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah yang bekerja sama
dengan masyarakat lokal (community based management) dan investor (private sector)
yang berwawasan lingkungan (Rudyanto, 2004).
Pemanfaatan wilayah pesisir dan laut harus dilakukan secara terpadu dengan
memperhatikan daya dukung lingkungan (carrying capasity) wilayah tersebut. Konsep
pengelolaan kawasan pesisir dan laut disajikan pada Gambar di bawah :
29 | P a g e
Berdasarkan pembahasan di atas, maka beberapa kebijakan dan strategi harus
berdasarkan kepada : (1) pemahaman yang baik tentang proses-proses alamiah (eko-
hidrologis) yang berlangsung di kawasan pesisir yang sedang dikelola, (2) kondisi
ekonomi, sosial, budaya dan politik masyarakat, dan (3) kebutuhan saat ini dan yang akan
datang terhadap barang dan (produk) dan jasa lingkungan pesisir (Rahmawaty, 2004).
Berikut ini diuraikan upaya pengelolaan pesisir dan laut Kepulauan Raja Ampat secara
terpadu dan berkelanjutan.
30 | P a g e
1) Pengembangan dan pemanfaatan hasil-hasil kelautan dan perikanan serta ekowisata
Kabupaten Raja Ampat ini dibangun dan didukung oleh potensi sumber daya alam
yang lestari untuk menuju masyarakat yang madani dalam konteks Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Dalam hal ini Bupati Raja Ampat mengusulkan pembangunan
kawasan ini beranjak dari hasil-hasil perikanan dan ekowisata Kawasan ini memilki
kekayaan ikan karang dan keindahan panorama yang hebat. Dalam pemanfaatan hasil
laut yang sangat melimpah program pemanfaatan dberpijak pada pengembangan
budidaya perikanan, pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir dan perlindungan
terhadap potensi su mber daya kelautan. Pembudidayaan akan difokuskan pada
pelatihan masyarakat serta membuat percontohan untuk budidaya rumput laut.
Seperti yang kita ketahui bahwa industry juga membutuhkan bahan mentah untuk
kosmetika, obat-obatan dan agar-agar tentunya meruakan potensi yang menjanjikan.
2) Pembangunan berwawasan lingkungan yang melibatkan masyarakat
Potensi yang ada di wilayah tersebut harus dikelola secara professional, dan
secara terpadu agar terangkat ekonomi daerah dan juga membantu ekonomi negara
yang semuanya bermuara pada pemberdayaan masyarakat atau meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Setelah ditetapkan sebagai kawasan wisata, maka lokasi ini
mengundang perhatian masyarakat sehingga masyarakt tersebut berperan dalam
pembangunan dan pendapatan daerah serta peningkatan ekonomi masyarakat itu
sendiri. Potensi yang sangat besar di darat maupun di laut diupayakan
pemanfaatannya sedemikian rupa dan diarahkan pada pembangunan yang berwawasan
lingkungan, artinya sumber daya alam itu dapat dieksploitasi, tetapi memperhatikan
lingkungan hidup dan pelestarian alamnya. Eksploitasi mendapatkan hasil yang
sebesar-besarnya, tetapi tidak lupa bahwa tetap mendukung keseimbangannya dan
pelestarian lingkungan.
3) Konservasi Ekosistem Pesisir dan Laut
Kelestarian ekosistem pesisir dan laut sangat penting demi keberlanjutan pengelolaan
sumberdaya. Meskipun secara umum ekosistem hutan dan terumbu karang di
kepulauan Raja Ampat masih baik, namun tetap diperlukan upaya-upaya
pengembangan program konservasi bagi ekosistem tersebut dengan melakukan
sosialisasi dan edukasi akan pentingnya ekosistem tersebut. Beberapa kawasan
Kepulauan Raja Ampat telah ditetapkan sebagai kawasan konservasi darat dengan
31 | P a g e
luas total 489.462 ha. Dua diantaranya berada di Pulau Waigeo yaitu Cagar Alam
Waigeo Barat (153.000 ha berdasarkan SK Menhut No.395/kpts/Um/1981) dan
Cagar Alam Waigeo Timur (119.500 ha berdasarkan SK Menhut No.251/kpts-
II/1992), Cagar Alam Misool (84.000 ha berdasarkan SK Menhut
No.716/kpts/Um/1982) Cagar Alam Batanta Barat (10.000 ha berdasarkan SK Menhut
No.912/kpts/Um/1981). Selain itu laut sekitar Waigeo Selatan meliputi pulau-pulau
kecil, seperti Gam, Mansuar, kelompok Yeben dan kelompok Batang Pele telah
ditetapkan sebagai Suaka Margasatwa Laut (60.000 ha berdasarkan pada SK Menhut
No.81/kpts-II/1993)
4) Peran serta aktif Pemerintah, Stake Holder dan Masyarakat
Dalam pembangunan Kepulauan Raja Ampat ini harus adanya keterkaitan dan kerja
sama antar stake holder agar tidak adanya kepentingan yang tumpang tindih dan yang
paling penting setiap stake holder maupun organisasi mempunyai ketertarikan terhadap
lingkungan. Adapun strategi yang dipakai dalam proses pembangunan Raja Ampat ini,
yaitu sains, pengembangan masyarakat, kebijakan dan pengelolaan kolaboratif serta
penyadaran publik. Diharapkan dengan sains masyarakat akan lebih memahami betapa
pentingnya membangun wilayahnya dengan potensi yang ada, di lain pihak masyarakat
juga berkembang tingkat ekonominya karena pemanfaatan potensi tadi. Namun
demikian pemerintah daerah harus tetap mempunyai kebijakan untuk pembatasan
manfaat dan pengelolaan sumber daya alam yang merupakan potensi wilayah tersebut,
yang harus dilakukan dengan cara kerjasama dengan pihak luar yang mempunyai minat
membantu pembangunan Kepulauan Raja Ampat.
5) Pengelolaan sumber daya alam berbasis masyarakat
Di Kepulauan Raja Ampat ini terdapat pengelolaan sumber daya alam
berkelanjutan secara tradisional oleh masyarakat seperti penentuan batas wilayah
Ulayat, pengakuan hak-hak (misalnya pembatasan nelayan dari luar untuk desa-desa
tertentu seperti di Desa Arborek dan Fam), pengontrolan ukuran komoditas laut yang
bisa ditangkap (pembatasa ukuran bagi Lobster di Desa Sawinggrai dan lola di Desa
Arborek) system momatorium atau musim buka tutup (sasi gereja) untuk teripang,
lobster dan lola adanya jenis-jenis tabu yang tidak boleh ditangkap di daerah
tertentu dan lain-lain. Sistem pengelolaan tradisional ini dijadikan peluang dalam
membangun strategi konservasi berbasis masyarakat.
32 | P a g e
6) Sistem informasi dan komunikasi yang memadai
Kepulauan Raja Ampat ini memiliki keindahan bawah laut yang sangat menakjubkan
dan panorama yang indah tetapi sayangnya masih banyak wisatawan domestic dan
mancanegara yang belum kenal dengan lokasi ini. Oleh sebab itu pembangunan bahari
juga harus didukung dengan system informasi dan komunikasi yang memadai.
Jaminan Hukum & Kesesuaian Secara Vertikal Kepulauan Raja Ampat
Sebagai negara hukum, segala aspek kehidupan dalam bidang kemasyarakatan,
kebangsaan, dan kenegaraan termasuk pemerintahan harus berdasarkan atas hukum yang
sesuai dengan sistem hukum nasional. Sistem hukum nasional merupakan hukum yang
berlaku di Indonesia dengan semua elemennya yang saling menunjang satu dengan
yang lain dalam rangka mengantisipasi dan mengatasi permasalahan yang timbul dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Artinya semua produk
hukum harus mempunyai keterpaduan (terintegrasi) vertikal dengan semangat yang sama
menuju pembangunan yang berkelanjutan. Namun di era desentralisasi "kaca mata" hukum
di tingkat pusat sering tidak sesuai dengan kaca mata daerah khususnya pemerintah di
tingkat kabupaten hingga melahirkan lembaga Mahkamah Konstitusi yang diberi mandat
untuk memastikan produk hukum yang bertentangan dengan UUD tahun 1945.
Jaminan hukum nasional dalam pengelolaan sektor kelautan dan perikanan
khususnya terkait dengan kawasan konservasi sudah cukup kuat mengatur melalui
keberadaan UU no.31 tahun 2004 tentang Perikanan, yang telah diperbaharui dengan UU
no.45 thun 2009, serta UU no.27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-pulau Kecil (PWP3K). Kedua UU tersebut juga telah diturunkan ke dalam
peraturan pemerintah (PP) hingga keputusan menteri kelautan dan perikanan (Permen
KP). Diawali dengan pendeklarasian KKLD Kabupaten Raja Ampat pada tanggal 15
Desember 2006, kemudian lahir kebijakan di tingkat daerah yang pertama terkait dengan
pengelolaan sektor kelautan adalah Peraturan Bupati (Perbup) Raja Ampat no. 63 tahun
2007 tentang Retribusi Ijin Masuk Wisata di Kabupaten Raja Ampat dan Perbup no. 64
tahun 2007 tentang Pengelolaan Dana Pengembangan Kepariwisataan Non-retribusi,
dengan menimbang bahwa untuk mengelola suberdaya alam di Kabupaten Raja Ampat
33 | P a g e
diperlukan pendanaan yang sangat besar, maka untuk menunjang hal tersebut pemerintah
Kabupaten Raja Ampat perlu menetapkan Restribusi Ijin Masuk Wisata di Kabupaten Raja
Ampat.
Semakin lengkap payung hukum di tingkat daerah dengan Perbub no. 66 dan 67
tahun 2007 tentang Kawasan Konservasi Laut Raja Ampat serta tentang pelaksanaan patroli
bersama, hingga kemudian lahir peraturan daerah (perda) no.27 tahun 2008 tentang KKLD
Raja Ampat dan perda no. 8 tahun 2010 tentang Pengelolaan Terumbu Karang. Dalam hal
kelembagaan pengelolaan kawasan konservasi kemudian lahir Perbup no. 16 tahun 2009
tentang Pembentukan UPT Dinas Kelautan dan Perikanan KKLD Kabupaten Raja
Ampat, yang 2 tahun kemudian dicabut dan digantikan dengan Perbup no. 7 tahun 2011
tentang Pembentukan Struktur Organisasi dan Tata Kerja UPTD KKP pada Dinas Kelautan
dan Perikanan Kabupaten Raja Ampat.
Dari sisi payung hukum dan kebijakan terjadi akselerasi yang cukup signifikan
dalam rangka membangun model pengelolaan kawasan konservasi, namun keberadaan
UPTD yang tetap dibawah DKP dengan wilayah dan beban kerja yang sangat tinggi
cenderung akan memperlemah model pengelolaan kawasan konservasi yang
diinginkan. Keberadaan UPTD secara hukum masih lemah karena menjadi sub sistem
dari SKPD DKP, padahal sebagai kabupaten bahari peran UPTD menjadi sangat penting
dan seharusnya menjadi paradigma bersama seluruh sektor yang ada di pemerintah
Kabupaten Raja Ampat. Dan juga bila dilihat dari payung hukum nasional yaitu PP no. 26
tahun 2008 tentang RTRW Nasional yang menetapkan Kabupaten Raja Ampat sebagai
kawasan lindung nasional dan kawasan strategis nasional maka sudah selayaknya UPTD
KKPD Raja Ampat menjadi UPT setingkat SKPD yang mengkoordinasikan sektor-sektor
terkait, khususnya menyangkut pengelolaan dana retribusi dan non-retribusi kepariwisataan
untuk kepentingan pengelolaan KKPD.
34 | P a g e
Daftar Pustaka
Atiyah Oemie, 2007. Jurnal Raja Ampat. Di unduh tanggal 3 Oktober 2010
Ikawati, Juni, 2010. Nasib Terumbu Karang Di Tangan Anda. Jakarta : Coremap LIPI
Peristiwady, Teguh, 2006. Ikan-ikan Laut Penting Di Indonesia: Penting diidentifikasi.
Jakarta: LIPI Press
Farid, Muhammad Anggraeni Dessy, 2005. Pengelolaan Sumber Dya Alam dan
Pilihan Konservasi Berbasis Masyarakat Di Waigeo Selatan Kepulauan Raja Ampat.
Majalah Tropika Volume 9 No 2. Jakarta : Conservation International Indonesia.
Dahuri, R., J. Rais, S.P. Ginting, dan M.J. Sitepu. 1996. Pengelolaan Sumberdaya
Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT. Pradnya Paramita, Jakarta.
Rahmawaty. 2004. Pengelolaan Kawasan Pesisir dan Kelautan secara Terpadu
dan Berkelanjutan. e-USU Repisotory Universitas Sumatera Utara.
Rudyanto, A. 2004. Kerangka Kerjasama dalam Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan
Laut.Makalah disampaikan pada Sosialisasi Nasional Program MFCDP 22 September 2004.
http://artikellama.blogspot.com diunduh tanggal
h tt p: / / r e g i o n a l . c o r e m a p . o r . i d
http://ridwanaz.com/umum/biologi/pengertian-ekosistem-susunan-dan-macam-
ekosistem/
http://io.ppijepang.org/old/article.php?id=285
https://ekodukasi.wordpress.com/content/carrying-capacity-2/
http://bumilestari.blogspot.com/2008/06/konsep-daya-dukung-lingkungan.html
35 | P a g e