ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN...

109
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) Skripsi Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta OLEH: QOMARUDIN NIM. F0107011 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Transcript of ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN...

Page 1: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM)

BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN

DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)

Skripsi

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

OLEH:

QOMARUDIN

NIM. F0107011

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

ABSTRAK ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA

ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)

Qomarudin F0107011

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur efisiensi teknis, efisiensi revenue,

efisiensi alokatif dan efisiensi ekonomis usaha kecil dan menengah (UKM) batik di Desa Kauman Kota Pekalongan. Kedua, untuk mengetahui variabel-variabel apakah yang menjadi sumber inefisiensi pada masing-masing pengusaha batik di Desa Kauman Kota Pekalongan dan bagaimana mencari solusi untuk mencapai efisiensi pada pengusaha yang belum efisien. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data Envelopment Analysis (DEA), yaitu metode non parametrik yang berbasis pada programasi linier. DEA mengukur rasio efisiensi relatif Unit Kegiatan Ekonomi (UKE) sebagai rasio output tertimbang dengan input tertimbang. Pada dasarnya prinsip kerja model DEA adalah membandingkan data input dan output dari suatu organisasi data (decision making unit/DMU) dengan data input dan output lainnya pada DMU yang sejenis. Perbandingan ini dilakukan untuk mendapatkan suatu nilai efisiensi.

Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa dari 35 responden menunjukkan sebanyak 12 UKM sudah efisien secara teknis sedangkan 23 UKM lainnya belum efisien . secara efisiensi revenue sebanyak 17 UKM sudah efisen dan 18 UKM belum efisien. Menurut efisiensi alokatif tidak ada yang mencapai efisiensi dan menurut efisiensi ekonomis sebanyak 12 UKM telah mencapai efisiensi dan 23 UKM lainnya belum efisien. Adapun penyebab inefisiensi adalah variabel bahan baku. Untuk menjadikan UKM yang belum efisien menjadi efisien dapat dilakukan dengan menyesuaikan nilai aktual variabel input UKM yang belum efisien sesuai dengan nilai target yang direkomendasikan DEA.

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa tingkat efisiensi UKM di Desa Kauman masih rendah. Saran yang diajukan untuk UKM yang belum efisien adalah para pengusaha diharapkan dapat memanfaatkan input yang dimiliki sehingga dapat tercapai efisiensi.

Kata kunci: DEA, Efisiensi Efisiensi Teknis, Efisiensi Revenue, Efisiensi Alokatif, Efisiensi Ekonomis, inefisiensi.

Page 3: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

ABSTRACT

Efficiency Analysis of Small and Medium Enterprises (SMEs) Batik In The Kauman Village Pekalongan City With Method Data Envelopment Analysis (DEA)

QOMARUDIN

F0107011 This study aims to measure the technical efficiency, revenue efficiency, allocative

efficiency and economic efficiency of small and medium enterprises (SMEs) in the Village Kauman batik Pekalongan. Second, to determine whether these variables are a source of inefficiency in each of batik in Pekalongan Kauman Village and how to find solutions to achieve efficiencies on the employers who have not been efficient. The method of analysis used in this study is Data Envelopment Analysis (DEA), which is non-parametric method based on linear programasi. DEA measures the relative efficiency ratio of Economic Activity Unit (UKE) as the ratio of weighted outputs to weighted inputs. Basically, the working principle of the DEA model is to compare the data input and output of an organization's data (decision making unit / DMU) with other data input and output similar to the DMU. This comparison is performed to obtain an efficiency value.

Based on the analysis results can be concluded that of 35 respondents indicated a total of 12 SMEs are technically efficient, while 23 other SMEs have not been efficient. the efficiency of revenue as much as 17 SMEs have efisen and 18 SMEs have not been efficient. According to the allocative efficiency of nothing to achieve efficiency and economical efficiency by as much as 12 SMEs have achieved an efficiency of SMEs and 23 others have not been efficient. The cause of inefficiency is a variable raw material. To make efficient SMEs that have not become efficient can be done by adjusting the actual value of the input variables of SMEs that have not been efficient in accordance with the recommended target value of the DEA.

From the results of the study concluded that the level of efficiency of SMEs in the village Kauman still low. Suggestions put forward for SMEs that have not been efficient entrepreneurs are expected to make use of owned inputs so as to achieve efficiency. Key words: DEA, Efficiency Technical Efficiency, Efficiency of Revenue, allocative efficiency, Economic efficiency, inefficiency.

Page 4: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

Page 5: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

Page 6: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

MOTTO

Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan(QS. Al-Insyiroh 6)

Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak memberi kemanfaatan untuk

orang lain (hadist)

Hakikat ilmu bukan apa yang dihafalkan, akan tetapi yang dipahami dan

ditempatkan dalam hati

(Muhammad Syakir dalam “Washoya Al-Abaa’ lil Ibna’)

Man jadda wajada

Man shobaro zhafiro

Man saroo ‘ala darbi washola

(Anwar Fuadi dalam trilogi “Negeri 5 Menara”)

Page 7: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan menyebut nama Allah

SWT

kupersembahkan karya ini untuk:

Ø Ibu dan Bapakku tercinta yang tiada

henti memberikan segala yang terbaik

untuk

putra-putrinya

Ø Kakak dan adikku tersayang

Ø Almamaterku UNS

Ø Temen-temen seperjuanganku dimana pun kalian berada

Page 8: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penuis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan banyak rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH

(UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE

DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)” untuk melengkapi tugas-tugas dan

memenuhi syarat-syarat-syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa

adanaya dorongan, bimbingan, petunjuk serta bantuan dari berbagai pihak skripsi ini

tidak dapat terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini tidak lupa penulis

mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Drs. Wisnu Untoro,MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

2. Drs. Supriyono selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas

Maret Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Dr. Yunastiti Purwaningsih, MP selaku dosen pembimbing akademik.

4. Drs. Sutomo, MS yang telah banyak memberikan motivasi dan semangat selama

untuk terus maju dan pantang menyerah dalam menggapai cita-cita.

5. Dr. AM. Soesilo, MS selaku dosen pembimbing dalam proses penyusunan skripsi

sehingga dapat berjalan dengan baik.

6. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

7. Ustadz Nur Khotib yang sabar dalam mendidik dan melatih jiwaku menuju

pribadi yang sholeh.

8. Temen-temen mahasiswa STAN dan Universitas Tokyo yang memotivasiku

untuk dapat terus berpacu dengan kalian.

9. Temen-temen EP 07. Tetap semangat dan sampai berjumpa kembali di puncak

kesuksesan.

10. Sahabat/i PMII Komisariat Kentingan.

Page 9: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

11. Temen-temen UKM Tae Kwon Do, PD, BPPI, KEI dan BEM FE. Terima kasih

atas persahabatan selama ini.

12. Santriwan-santriwati Majelis Ta’lim Raudhatut Thalibin. Semoga ukhuwah ini

tetap terjaga tak lekang oleh waktu.

13. Mas Ajie Najmuddin yang menuntunku menemukan jalan islam yang

sesungguhnya.

14. My Little Angel, kaulah sumber inspirasi dan penyemangat jiwaku.

15. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan secara keseluruhan yang telah

membantu kelancaran penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna,

untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan. Semoga skripsi ini

bermanfaat bagi semua pihak.

Surakarta, Juli 2011

Penulis

DAFTAR ISI

Page 10: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

ABSTRAK .................................................................................................. ii

HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iv

HALAMAN MOTTO ................................................................................. v

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. vi

KATA PENGANTAR ................................................................................ vii

DAFTAR ISI ............................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. Perumusan Masalah ................................................................. 8

C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 9

D. Manfaat Penelitian .................................................................. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep dan Pengertian Usaha Kecil dan Menengah ............. 11

1. Definisi UKM .................................................................... 11

2. Karakteristik Sosial dan Ekonomi Usaha Kecil

Dan Menengah .................................................................... 17

Page 11: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

3. Karakteristik Umum Usaha Kecil dan Menengah ............. 20

B. Teori Produksi ........................................................................ 23

1. Pengertian Teori Produksi ................................................. 23

2. Fungsi Produksi................................................................. 26

3. Produksi dengan Satu Input Variabel ................................ 29

4. Produksi dengan Dua Input Variabel................................. 34

5. Faktor Produksi................................................................. 36

6. Efisiensi............................................................................... 41

C. Penelitian Terdahulu .............................................................. 47

D. Kerangka Pemikiran ............................................................... 51

E. Hipotesis Penelitian ................................................................. 52

BAB III METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................... 54

B. Jenis dan Sumber Data ........................................................... 54

C. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 56

D. Definisi Operasional Variabel ................................................ 57

E. Metode Analisis Data ............................................................. 59

1. Konsep Nilai Dalam DEA ............................................... 62

2. Bentuk Formulasi Data Envelopment Analysis (DEA) .... 67

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Keadaan Wilayah .................................................................... 71

1. Letak Geografis Administratif .......................................... 71

2. Jumlah Dan Pertumbuhan Penduduk................................ 72

Page 12: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

3. Keadaan Ekonomi............................................................. 55

a. Produk Domestik Bruto (PDRB)................................ 74

b. Inflasi.......................................................................... 79

4. Kondisi Usaha Batik Pekalongan...................................... 80

5. Gambaran Umum Daerah dan Objek Penelitian............... 82

B. Analisis Deskriptif ................................................................. 83

C. Analisis Data Dengan Metode DEA........................................ 87

D. Sumber inefisiensi dan Pemecahannya................................... 92

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ............................................................................ 95

B. Saran ...................................................................................... 96

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 13: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 2.1 Karakteristik Usaha dan Perbedaan Ukuran Usaha UMKM ........... 21

Tabel 4.1 Banyaknya Penduduk Kota Pekalongan Menurut Jenis Kelamin

Tahun 2009........................................................................................ 73

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Dewasa & Anak-anak Kota Pekalongan Tahun

2009..................................................................................................... 74

Tabel 4.3 PDRB Menurut Lapangan Usaha di Kota Pekalongan Atas Dasar

Harga Berlaku (Th 2000=100) Tahun 2007-2009........................... 76

Tabel 4.4 Indeks Perkembangan PDRB Menurut Lapangan Usaha

di Kota Pekalongan Atas Dasar Harga Berlaku.............................. 78

Tabel 4.5 Persentase Perubahan IHK (Inflasi) di Kota Pekalongan

Tahun 2009..................................................................................... 80

Tabel 4.6 Banyaknya Tenaga Kerja yang Digunakan dalam Proses

Produkdi Selama Satu Bulan (orang).............................................. 85

Tabel 4.7 Banyaknya Malam yang Digunakan dalam Proses Produksi

Selama Satu Bulan (Kg) ................................................................. 85

Tabel 4.8 Banyaknya Kain yang Digunakan dalam Proses Produksi

Selama Satu Bulan (Yard) .............................................................. 86

Tabel 4.9 Banyaknya Jumlah Produksi yang Digunakan dalam Proses Produksi

Selama Satu Bulan (Buah) .............................................................. 87

Tabel 4.10 Efisiensi Teknis dan Efisiensi Revenue........................................... 89

Page 14: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR Halaman

2.1 Kurva Total Product, Marjinal Product, Average Product ....................... 30

2.2 Kurva Isoquant ........................................................................................... 36

2.3 Fungsi Produksi Input Tunggal .................................................................. 42

2.4 Efisiensi Teknik dan Alokatif .................................................................... 45

2.5Kerangka Pemikiran..................................................................................... 52

Page 15: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Hasil Olah Data Efisiensi Teknis .................................................. Lampiran 1

Hasil Olah Data Efisiensi Revenue .............................................. Lampiran 2

Efisiensi Alokatif .......................................................................... Lampiran 3

Hasil Olah Data Efisiensi Teknis, Revenue, Alokatif dan

Ekonomis ...................................................................................... Lampiran 4

Data Responden ............................................................................ Lampiran 5

Kuesioner ...................................................................................... Lampiran 6

Gambar Objek Penelitian .............................................................. Lampiran 7

Page 16: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

Qomarudin

Page 17: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

ABSTRAK

ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN

DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)

Qomarudin F0107011

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur efisiensi teknis, efisiensi revenue,

efisiensi alokatif dan efisiensi ekonomis usaha kecil dan menengah (UKM) batik di Desa Kauman Kota Pekalongan. Kedua, untuk mengetahui variabel-variabel apakah yang menjadi sumber inefisiensi pada masing-masing pengusaha batik di Desa Kauman Kota Pekalongan dan bagaimana mencari solusi untuk mencapai efisiensi pada pengusaha yang belum efisien. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data Envelopment Analysis (DEA), yaitu metode non parametrik yang berbasis pada programasi linier. DEA mengukur rasio efisiensi relatif Unit Kegiatan Ekonomi (UKE) sebagai rasio output tertimbang dengan input tertimbang. Pada dasarnya prinsip kerja model DEA adalah membandingkan data input dan output dari suatu organisasi data (decision making unit/DMU) dengan data input dan output lainnya pada DMU yang sejenis. Perbandingan ini dilakukan untuk mendapatkan suatu nilai efisiensi.

Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa dari 35 responden menunjukkan sebanyak 12 UKM sudah efisien secara teknis sedangkan 23 UKM lainnya belum efisien . secara efisiensi revenue sebanyak 17 UKM sudah efisen dan 18 UKM belum efisien. Menurut efisiensi alokatif tidak ada yang mencapai efisiensi dan menurut efisiensi ekonomis sebanyak 12 UKM telah mencapai efisiensi dan 23 UKM lainnya belum efisien. Adapun penyebab inefisiensi adalah variabel bahan baku. Untuk menjadikan UKM yang belum efisien menjadi efisien dapat dilakukan dengan menyesuaikan nilai aktual variabel input UKM yang belum efisien sesuai dengan nilai target yang direkomendasikan DEA.

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa tingkat efisiensi UKM di Desa Kauman masih rendah. Saran yang diajukan untuk UKM yang belum efisien adalah para pengusaha diharapkan dapat memanfaatkan input yang dimiliki sehingga dapat tercapai efisiensi.

Kata kunci: DEA, Efisiensi Efisiensi Teknis, Efisiensi Revenue, Efisiensi Alokatif, Efisiensi Ekonomis, inefisiensi.

Page 18: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Adanya krisis moneter yang terjadi sejak pertengahan tahun 1997

menyebabkan perekonomian Indonesia mengalami kegoncangan dan

memberikan dampak yang sangat luas serta mempengaruhi hampir seluruh

sendi-sendi perekonomian nasional. Hal ini membuktikan bahwa

pembangunan ekonomi Indonesia selama ini ternyata tidak ditopang dengan

penataan struktur ekonomi yang baik.

Menurut Achwan dalam Efi Eka Wanty (2006:1) menyebutkan bahwa

pertumbuhan ekonomi menunjukkan kontraksi yang dalam sebesar 13,7 %

dengan pertumbuhan negatif pada semua sektor ekonomi, sementara laju

kenaikan harga-harga melonjak tinggi, mencapai 77,6 %. Pada sisi lain, angka

pengangguran dan jumlah penduduk miskin meningkat tajam sebagai akibat

dari semakin banyaknya perusahaan yang mengurangi bahkan menghentikan

produksinya.

Selain itu, dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

(RPJMN) 2004 – 2009, menyebutkan bahwa sasaran Pembangunan Nasional

adalah “Terlaksananya pemberdayaan masyarakat dan seluruh kekuatan

ekonomi nasional, terutama pengusaha kecil, menengah dan koperasi dengan

mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan (Perpres RI No. 7 tahun 2005).

Page 19: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Udjijanto dalam Ahmad Purnomo (2002:4) menyebutkan bahwa dalam

penelitian yang dilakukan oleh Kementerian Koperasi dan UKM, pada tahun

2000 share UKM dalam perolehan PDB Indonesia sebesar 63,5%. Hal lain

yang menarik perhatian bahwa dalam suasana minimnya lapangan kerja,

UKM Indonesia menyerap sekitar 73,6 juta pekerja. Di samping itu, muatan

lokal produk UKM cukup tinggi, sehingga keuntungan nasional dari produk-

produk UKM juga tinggi.

Menurut Tambunan dalam Agus Setiawan (2010:1) menyebutkan

bahwa pengembangan usaha kecil sangat penting dilakukan di Indonesia

mengingat usaha kecil memiliki fungsi sosial ekonomi. Proporsi usaha skala

kecil sebesar 99% dari seluruh unit usaha dan mempunyai daya serap tenaga

kerja sangat besar.

Dengan berbagai upaya dan program pemerintah yang tercantum

dalam propenas (program pokok pembangunan nasional) tahun 2000–2004,

khususnya dalam pembinaan UKM yang disinergiskan dengan potensi dan

peran yang strategis, maka UKM akan menjadi kekuatan untuk

menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus dapat menjadi

tumpuan dalam meningkatkan kesejahteraannya. Setidaknya selama ini UKM

telah mampu memberikan kontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja

terbesar secara nasional dan meningkatkan ekspor, serta dalam pembentukan

PDB nasional. Di sisi lain, struktur ekonomi Indonesia yang dalam

kenyataannya didominasi oleh ekonomi rakyat, merupakan kekuatan ekonomi

nasional yang sesungguhnya. Di sinilah UKM merupakan faktor penting

Page 20: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing nasional, yang selama ini

terabaikan. Peran ini telah dijalankan UKM, setidaknya pada masa krisis

ekonomi 2000-2008 menjadi katup pengaman perekonomian nasional, serta

sebagai dinamisator pertumbuhan ekonomi pasca krisis.

Gerak sektor UKM sangat penting untuk menciptakan pertumbuhan

dan lapangan pekerjaan. UKM cukup fleksibel dan dapat dengan mudah

beradaptasi dengan pasang surut dan arah permintaan pasar. UKM dapat

menciptakan lapangan pekerjaan lebih cepat dibandingkan sektor usaha yang

lainnya, dan juga cukup terdiversifikasi serta memberikan kontribusi penting

dalam ekspor dan perdagangan.

Provinsi Jawa Tengah memiliki sumber alam yang beraneka ragam

dan jumlah penduduk mencapai 30 juta jiwa, dengan kondisi demikian iklim

usaha di wilayah Jawa Tengah khususnya UKM memiliki potensi yang besar

untuk dapat berkembang. Usaha UKM di wilayah Jawa Tengah tersebar pada

banyak sektor usaha, antara lain pertanian, industri, perdagangan,

pertambangan dan sebagainya. Salah satu sektor usaha unggulan Jawa Tengah

adalah sektor usaha tekstil dan garment, khususnya batik yang sebagian besar

dikelola oleh usaha UKM.

Batik adalah karya seni budaya bangsa Indonesia yang dikagumi dunia

dan patut dilestarikan keberadaannya serta dibudidayakan secara maksimal,

dan batik merupakan industri kerajinan yang merupakan usaha turun-temurun

dari generasi ke generasi, namun belum sepenuhnya ditangani secara

profesional sehingga perkembangannya relatif sangat lamban.

Page 21: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Diantara daerah penghasil batik, Kota Pekalongan adalah salah

satunya. Kota Pekalongan adalah sebuah kota di pesisir pantai utara (pantura)

pulau jawa yang mempunyai rentang kehidupan sebagaimana masyarakat

pesisir yang kental dengan kehidupan niaga. Salah satu mata pencaharian

penduduk bukan hanya pada sektor perikanan namun juga kerajinan.

Kota Pekalongan merupakan salah satu kota perdagangan dan bahari

yang terletak di daerah pantura ini menjadi ikon kota batik di Jawa Tengah.

Adanya label kota batik ini bukan sebatas ikon belaka. Tetapi lebih dari itu.

Hal ini dikarenakan kota Pekalongan menjadi kota penghasil batik yang

terkenal di Jawa Tengah.

Pasang surut perkembangan batik Pekalongan memperlihatkan

Pekalongan layak menjadi ikon bagi perkembangan batik di nusantara. Ikon

bagi karya seni yang tak pernah menyerah dengan perkembangan zaman dan

selalu dinamis. Kini batik sudah menjadi nafas kehidupan sehari-hari warga

Pekalongan dan merupakan salah satu produk unggulan. Hal itu disebabkan

banyaknya industri yang menghasilkan produk batik. Karena terkenal dengan

produk batiknya, Pekalongan dikenal sebagai Kota Batik. Julukan itu datang

dari suatu tradisi yang cukup lama berakar di Pekalongan. Selama periode

yang panjang itulah, aneka sifat, ragam kegunaan, jenis rancangan, serta mutu

batik ditentukan oleh iklim dan keberadaan serat-serat setempat, faktor

sejarah, perdagangan dan kesiapan masyarakatnya dalam menerima paham

serta pemikiran baru.

Page 22: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Gerak roda perekonomian di Kota Pekalongan, sangat dipengaruhi

industri batik, sehingga batik mempunyai peranan yang sangat penting di

dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan menggiatkan kembali sektor riil

usaha kecil menengah masyarakat (UKM) yang mempunyai daya lentur dalam

menghadapi berbagai guncangan badai krisis ekonomi. Oleh karenanya, para

pelaku usaha terus didorong serta diberi kemudahan untuk meningkatkan

produksinya. Dan yang tidak kalah pentingnya Pemkot Pekalongan

memfasilitasi mencarikan lokasi pemasaran bagi industri batik di Jakarta

dengan menggandeng berbagai jaringan instansi maupun lembaga yang terkait

sebagai penunjang. Diantaranya dengan Kementerian Koperasi dan UKM,

Kementrian Perdagangan, Pariwisata dan Kadin serta berbagai lembaga

lainnya.

Menjadi kota perdagangan batik tentu saja hal ini tak bisa dilepaskan

dari adanya peran serta keberadaan para pengusaha batik. Berbagai pengusaha

batik turut mewarnai adanya industri batik di kota ini. Desa Kauman

merupakan kampung wisata batik di kota Pekalongan. Kauman menjadi

kampung batik dikarenakan ditempat ini menjadi sentra pengusaha batik di

Kota Pekalongan. Selain letaknya yang strategis, sebagian besar masyarakat di

Desa Kauman bermata pencaharian yang berkaitan dengan usaha batik. Baik

itu sebagai pengusaha ataupun buruh.

Desa Kauman merupakan sebuah upaya masyarakat lokal dalam

merevitalisasi batik baik sebagai produk kesenian dan budaya maupun batik

Page 23: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

sebagai kekuatan ekonomi masyarakat Desa Kauman khususnya dan kota

Pekalongan pada umumnya.

Sebuah Desa dimana dapat dengan mudah melakukan belanja batik

langsung ke pengrajin dan melihat proses produksi. Hal lain yang menarik

adalah adanya tempat pembelajaran batik yang disediakan untuk pengunjung

atau wisatawan yang ingin belajar batik dan merasakan hidup di lingkungan

pengrajin batik sehingga bisa merasakan batik tidak hanya sebagai fashion,

tapi batik sebagai proses budaya dan sosial.

Berbagai macam usaha batik di Desa Kauman hampir tersebar rata

mulai dari yang berskala kecil hingga yang berskala besar. Berawal dari hal

tersebut diatas perlu diadakan penelitian di Desa Kauman Kota Pekalongan

mengenai usaha kecil dan menengah (UKM) batik. Dari hal inilah kemudian

menjadi daya tarik tersendiri untuk menjadikan sebagai bahan penelitian yang

perlu dikaji lebih dalam lagi.

Menindaklanjuti tujuan untuk ikut membantu pengusaha dalam usaha

meningkatkan produksi batik, perlu adanya penelitian tentang efisiensi

produksi batik dan Desa Kauman sebagai daerah penelitiannya. Sebagian

besar pengusaha batik di Desa Kauman masih tergolong industri rumah

tangga. Artinya usaha ini proses produksinya berada di rumah pengusaha

tersebut. Skala usaha ini pun masih skala kecil dan menengah.

Dalam pengelolaan manajemen pengusaha batik masih bersifat

sederhana. Dalam pelakasanaan produksi hanya berdasarkan pengalaman

Page 24: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

yang mereka kuasai disertai mengandalkan ilmu warisan dari para leluhurnya

yang merupakan penghasil batik. Dari hal inilah tingkat efisiensi antara

pengusaha satu dengan yang lainnya belum dapat diketahui. Adanya pola pikir

yang masih sederhana dan usaha yang relatif kecil menjadi salah satu

penyebab hal tersebut.

Penelitian yang berhubungan dengan usaha kecil dan menengah

sebenarnya telah banyak dilakukan, baik pada tenaga kerja maupun

keuntungan. Oleh karena itu penelitian ini berusaha untuk meneliti tentang

efisiensi teknis, efisiensi revenue, efisiensi alokatif dan efisiensi ekonomis

usaha kecil dan menengah (UKM) batik, sehingga diketahui keberhasilan

sistem produksi yang lebih cocok pada usaha kecil dan menengah (UKM)

batik, yang tentunya bermanfaat dan dapat menjadi masukan tersendiri bagi

peningkatan produksi batik dan selanjutnya dapat meningkatkan taraf hidup

pengusaha batik.

Berdasarkan uraian diatas penelitian ini mengambil judul “analisis

efisiensi usaha kecil dan menengah (UKM) batik di Desa Kauman Kota

Pekalongan dengan metode Data Envelopment Analysis (DEA).”

Page 25: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan

masalah-masalah:

1. Bagaimana tingkat efisiensi teknis, efisiensi revenue, efisiensi alokatif dan

efisiensi ekonomis pada masing-masing usaha kecil dan menengah (UKM)

batik di Desa Kauman ?

2. Variabel apakah yang menjadi sumber-sumber inefisiensi pada masing-

masing pengrajin dalam usaha kecil dan menengah (UKM) batik di Desa

Kauman ?

3. Bagaimanakah langkah-langkah untuk mencapai efisiensi pada usaha kecil

dan menengah (UKM) batik yang belum efisien?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui tingkat efisiensi teknis, revenue, alokatif dan ekonomis pada

masing-masing usaha kecil dan menengah (UKM) batik di Desa Kauman

Kota Pekalongan.

2. Mengetahui variabel apakah yang menjadi sumber-sumber inefisiensi pada

masing-masing pengrajin dalam usaha kecil dan menengah (UKM) batik di

Desa Kauman Kota Pekalongan.

3. Mengetahui langkah-langkah untuk mencapai efisiensi pada usaha kecil

dan menengah (UKM) batik yang belum efisien.

Page 26: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

D. Manfaat Penelitian

a. Bagi pengusaha

Diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran dalam meningkatkan

keberhasilan usaha melalui peningkatan pendapatan yang diperoleh.

Selain itu, dapat pula sebagai masukan dalam upaya peningkatan kualitas

dan kuantitas hasil produksi serta bahan pertimbangan dalam

mendapatkan efisiensi usaha.

b. Bagi pemerintah

Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya

peningkatan pendapatan pengusaha batik Desa Kauman Kota

Pekalongan. Sehingga nantinya dapat menjadi salah satu pemasukan bagi

daerah Kota Pekalongan

c. Bagi akademis

Hasil ini dapat dijadikan referensi bagi penelitian selanjutnya sehingga

hasilnya dapat lebih bagus dari penelitian yang ada sekarang.

d. Bagi peneliti

merupakan penerapan dan evaluasi terhadap teori yang diperoleh selama

ini dalam bangku kuliah pada kondisi yang nyata, khususnya masalah

ekonomi mikro dan sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana ekonomi

jurusan Ekonomi Pembangunan pada Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Page 27: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB II

TELAAH PUSTAKA

A. Konsep dan Pengertian Usaha Kecil Menengah

1. Definisi UKM

Menurut UU RI No 20 Tahun 2008 Usaha Kecil adalah usaha ekonomi

produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau

badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang

perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung

maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang

memenuhi kriteria Usaha Kecil.

Adapun kriteria usaha kecil menurut UU RI No 20 Tahun 2008 adalah

sebagai berikut:

1. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta

rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga

ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00

(dua milyar lima ratus juta rupiah).

Sedangkan World Bank tahun 2008 memberikan kriteria untuk usaha

kecil sebagai berikut:

1. Jumlah karyawan kurang dari 30 orang

Page 28: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2. Pendapatan setahun tidak melebihi $ 3 juta

3. Jumlah aset tidak melebihi $ 3 juta

Menurut UU RI No 20 Tahun 2008 usaha menengah adalah usaha

ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang

perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau

cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung

maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah

kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan.

Menurut UU No 20 Tahun 2008 Kriteria usaha menengah adalah

sebagai berikut:

1. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh

milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua

milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak

Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

Sedangkan World Bank tahun 2008 memberikan kriteria untuk usaha

menengah sebagai berikut:

1. Jumlah karyawan maksimal 300 orang

2. Pendapatan setahun hingga sejumlah $ 15 juta

3. Jumlah aset hingga sejumlah $ 15 juta

Page 29: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

UKM di negara berkembang, seperti di Indonesia, sering dikaitkan

dengan masalah-masalah ekonomi dan sosial dalam negeri seperti tingginya

tingkat kemiskinan, besarnya jumlah pengangguran, ketimpangan distribusi

pendapatan, proses pembangunan yang tidak merata antara daerah perkotaan

dan perdesaan, serta masalah urbanisasi. Perkembangan UKM diharapkan

dapat memberikan kontribusi positif yang signifikan terhadap upaya-upaya

penanggulangan masalah-masalah tersebut diatas.

Menurut Arif Rahmana (2008) menjelaskan empat hal penyebab

bertahannya UKM di Indonesia dapat terus bertahan di tengah krisis ekonomi

adalah sebagai berikut:

(1) Sebagian UKM menghasilkan barang-barang konsumsi (consumer goods),

khususnya yang tidak tahan lama,

(2) Mayoritas UKM lebih mengandalkan pada non-banking financing dalam

aspek pendanaan usaha,

(3) Pada umumnya UKM melakukan spesialisasi produk yang ketat, dalam

arti hanya memproduksi barang atau jasa tertentu saja, dan

(4) Terbentuknya UKM baru sebagai akibat dari banyaknya pemutusan

hubungan kerja di sektor formal.

Kemudian Arif Rahmana (2008) menjelaskan bahwa UKM di

Indonesia mempunyai peranan yang penting dalam menopang

pereakonomian. UKM merupakan penggerak utama dalam perekonomian

Indonesia. Berkaitan dengan hal ini, ada tiga fungsi utama dalam UKM dalam

menggerakkan ekonomi Indonesia yaitu sektor UKM sebagai penyedia

Page 30: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lapangan kerja bagi jutaan orang yang tidak tertampung di sektor formal,

Sektor UKM mempunyai kontribusi terhadap pembentukan Produk Domestik

Bruto (PDB), dan Sektor UKM sebagai sumber penghasil devisa negara

melalui ekspor berbagai jenis produk yang dihasilkan sektor ini.

Kinerja UKM di Indonesia dapat ditinjau dari beberapa asek, yaitu (1)

nilai tambah, (2) unit usaha, tenaga kerja dan produktivitas, (3) nilai ekspor.

Ketiga aspek tersebut dijelaskan sebagai berikut

1. Nilai Tambah

Nilai PDB UKM atas dasar harga berlaku mencapai Rp 1.778,7 triliun

meningkat sebesar Rp 287,7 triliun dari tahun 2005 yang nilainya sebesar

1.491,2 triliun. UKM memberikan kontribusi 53,3 persen dari total PDB

Indonesia. Bilai dirinci menurut skala usaha, pada tahun 2006 kontribusi

Usaha Kecil sebesar 37,7 persen, Usaha Menengah sebesar 15,6 persen, dan

Usaha Besar sebesar 46,7 persen. Kinerja perekonomian Indonesia yang

diciptakan oleh UKM tahun 2006 bila dibandingkan tahun sebelumnya

digambarkan dalam angka Produk Domestik Bruto (PDB) UKM

pertumbuhannya mencapai 5,4 persen.

2. Unit Usaha dan Tenaga Kerja

Pada tahun 2006 jumlah populasi UKM mencapai 48,9 juta unit usaha atau

99,98 persen terhadap total unit usaha di Indonesia. Sementara jumlah tenaga

kerjanya mencapai 85,4 juta orang.

Page 31: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3. Ekspor UKM

Hasil produksi UKM yang diekspor ke luar negeri mengalami peningkatan

dari Rp 110,3 triliun pada tahun 2005 menjadi 122,2 triliun pada tahun 2006.

Namun demikian peranannya terhadap total ekspor non migas nasional

sedikit menurun dari 20,3 persen pada tahun 2005 menjadi 20,1 persen pada

tahun 2006.

Menurut Tambunan (2002) UKM di Indonesia menghadapi dua

masalah utama dalam aspek finansial yaitu mobilisasi modal awal dan akses

modal kerja jangka panjang untuk pertumbuhan output jangka panjang.

Memang dalam kenyataan UKM kesulitan modal dalam kegiatan

ekonomi, masalah usaha kecil menengah orang sering mengidentifikasi

sebagai usaha yang memiliki modal kecil dan sangat rapuh dalam kegiatan

perekonomian, tetapi tidak demikian di Indonesia. Usaha kecil Menengah

telah membuktikan dalam mempertahankan kegiatannya meski dalam

kondisi krisis ekonomi di tahun 1997.

Tuntutan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi di

tingkat rumah tangga menjadi motivasi utama. Keterlibatan seseorang dalam

melakukan kegiatan UKM, baik sebagai pekerja atau pengusaha/ pemilik

dan biasanya mereka terbentuk karena keterpaksaan atau memang ingin

melakukan karena memberikan suatu keuntungan. (Tambunan 2002).

Page 32: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pertama kegiatan UKM ditingkat Industri rumah tangga (IRT)

terbentuk karena kekuatan untuk mempertahankan hidup yaitu memenuhi

kebutuhan pokok seperti sandang, pangan dan papan atau dalam

mengembangkan kegiatan usahanya untuk memenuhi kebutuhan hidup, hal ini

sangat kental dengan jiwa wirausaha.

UKM dalam usahanya selalu diperkuat dengan potensi pasar yang

sudah tersedia, keberadaan bahan baku yang mudah didapat serta ketersediaan

tenaga kerja yang murah termasuk merekrut pekerja-pekerja yang masih

dalam hubungan keluarga.

Dengan demikian, perkembangan usaha ini tidak lepas dari sosialitas

lingkungan yang saling melengkapi, termasuk dalam hal ini dapat

dimanfaatkan juga keberadaan UKM untuk menampung tenaga kerja tidak

terdidik, membentuk paguyuban.

Kepentingan sosial didasari atas ras kebersamaan dalam usaha untuk

saling memenuhi kebutuhaan serta keinginan untuk mempertahankan kegiatan

usahanya. Dalam hal membentuk paguyuban berfungsi untuk mempermudah

mendapatkan modal dengan kredit lunak dan meminimalkan persaingan

misalnya kebijakan paguyuban dalam menentukan harga dan menghadapi

kondisi ekonomi ke depan.

UKM juga tidak lepas dari keinginan untuk membentuk modal usaha

guna menunjang kegiatan usaha jangka panjang, dengan demikian usaha kecil

Page 33: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

menengah tidak lepas dari kepentingan untuk memaksimalkan laba.

Kepentingan pribadi adalah kebijakan pengusaha dalam mengelola usahanya,

bagaimana memaksimalkan laba, memanfaatkan kondisi ekonomi dengan

tidak merusak komitmen paguyuban

2. Karakteristik Sosial dan Ekonomi Usaha Kecil Menengah

Menurut Savio (2003) pandangan bisnis tidak hanya demi keuntungan

bagi pemiliknya tetapi juga demi pemenuhan nilai-nilai dalam masyarakat.

Meskipun ada pandangan tanggung jawab sosial akan mengurangi pencapaian

tujuan bisnis.

Tujuan utama usaha karena keinginan untuk meperoleh laba, tetapi

tidak dipungkiri dalam mencapai kegiatan tersebut berdampak pada sektor

sosial seperti pembuatan asset jalan, pembukaan lapangan pekerjaan dan

lainnya. Meskipun sebenarnya sosial tersebut merupakan akibat adanya suatu

usaha, tetapi dampak tersebut bermanfaat bagi kehidupan lingkungan

masyarakat.

Perkembangan dunia bisnis yang mengarah pada era pembangunan

yang berkelanjutan telah menciptakan tanggung jawab sosial pengusaha

terhadap sosial ke masyarakat, salah satu wujud peranan tersebut adalah

masuknya unsur masyarakat sebagai pengontrol suatu usaha agar tetap pada

jalur sosial masyarakat dan tetap menjaga manfaat bagi lingkungan mayarakat

yang disebut dengan stakeholder.

Page 34: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Savio (2003) stakeholder yaitu pihak-pihak yang memainkan pengaruh

atas sebuah bisnis dan pihak-pihak yang terkena pengaruh dari sebuah bisnis.

Stakeholder mencerminkan keragaman kelompok kepentingan dalam

masyarakat tempat perusahaan beroperasi dengan cara yang secara sosial

lingkungan dapat dipertanggungjawabkan.

Seperti yang sudah dijelaskan diatas UKM dalam usahanya tidak lepas

dari 2 motif yaitu:

a. Motif sosial yaitu etika kegiatan UKM yang pengembangan nya karena

didukung oleh potensi-potensi lingkungan atas rasa kebersamaan,

senasib dan sepenanggungan, UKM saling melengkapi satu dengan yang

lain.

1) Dalam motif ini penciptaan pemerataan pendapatan, penciptaan

kesempatan kerja dan pengentasan kemiskinan menjadi ciri sosial.

2) Termasuk perekrutan tenaga kerja tidak terdidik, tenaga kerja

dengan keterikatan sebagai saudara dan tetangga.

b. Motif ekonomi yaitu usaha ini tidak lepas dari keingginan untuk

membentuk modal dan keinginan untuk mengembangkan usaha. Dalam

kegiatan inipun tidak lepas dari sosial ekonomi seperti :

1) Kemitraan yang tidak lepas dari pola kemitraan yang didasarkan atas

prinsip saling menguntungkan.

Page 35: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2) Termasuk bantuan pemerintah, yaitu fasilitas yang didapat dari

pemerintah seperti pinjaman lunak, penyediaan bahan baku

pembentukan koperasi dan penyuluhan.

3) Operasional yang dijalankan oleh paguyuban-paguyuban juga

mencerminkan kegiatan perekonomian sosial yang didasarkan atas

usaha bersama.

Tanggung jawab sosial dan tanggung jawab ekonomi dalam Usaha

Kecil Menengah (UKM) dalam kegiatan usaha nya sangat beda tipis. Hal ini

karena adanya karakteristik dasar dari usaha itu sendiri.

3. Karakteristik Umum Usaha Kecil Menengah

Didasarkan atas pengertian usaha secara umum, dapat disimpulkan

beberapa karakteristik usaha dan perbedaan ukuran usaha:

Page 36: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 2.1

Karakteristik Usaha dan Perbedaan Ukuran Usaha UMKM

No Keterangan Usaha Mikro Kecil Kecil-Menengah Menengah

1 Jumlah Tenaga Kerja

1-4 5-9 10-29 30-49

2 Tempat Usaha Di rumah Disebelah dekat rumah

Terpisah dari rumah

Lokasi terpisah dengan gedung yang lebih baik

3 Proses Produksi

Sederhana Sederhana, sedikit maju, banyak tahapan

Lebih maju beberapa tahapan yang berbeda

Proses produksi rumit, kemungkinan lebih banyak modak insentif

4 Sistem Keuangan

Akuntansi perputaran uang tunai

Sistem dasar akuntansi

Sistem dasar akuntansi

Sistem akuntansi, keuangan terjaga terencana, laporan manajemen terbukti

5 Sumber Kredit Sumber informal dengan tingkat bunga tinggi. Tidak ada saluran kredit formal karena kurang catatan transaksi usaha dan jaminan

Sumber informal, kredit formal tapi sulit didapat

Sumber informal, kredit formal tapi sulit didapat

Memiliki beberapa kesempatan kredit formal

6 Pasar Pasar setempat Pasar setempat dengan beberapa perluasan

Pasar setempat persaingan jelas, kebutuhan bahan baku dan persediaan besar keterkaitan usaha hulu hilir terhadap ekonomi masyarakat

Pasar wilayah nasional bila perlu ekspor

7 Kekuatan Hukum

Tidak berbadan hukum, beroperasi pada ekonomi informal

Tidak terdaftar Terdaftar Terdaftar memenuhi peraturan pemerintah

Sumber : Tanwilly Sutanto, 2004 (peta Gaya manajemen bisnis usaha kecil dan menengah/UKM Surabaya)

Page 37: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dari ciri-ciri tabel 2.1 dapat dijelaskan, untuk jumlah tenaga kerja

dengan karakter usaha mikro berjumlah antara 1-4 orang, sedangkan usaha

kecil 5 sampai 9 orang, usaha kecil menengah 10 sampai 29 orang, usaha

menengah 30 sampai 49 orang.

Demikian juga untuk tempat usaha, untuk usaha mikro bertempat

dirumah, sedangkan usaha kecil disebelah dekat rumah, usaha kecil menengah

terpisah dari rumah, usaha menengah lokasi usaha terpisah dengan gedung

yang lebih baik.

Proses produksi untuk usaha mikro sederhana, untuk usaha kecil

proses produksi sedikit maju banyak tahapan, usaha kecil menengah lebih

maju dengan beberapa tahapan berbeda, usaha menengah proses produksi

rumit kemungkinan lebih banyak modal insentif.

Sistem akuntansi usaha mikro perputaran uang tunai, usaha kecil

sudah menggunakan sistem dasar akuntansi, usaha kecil menengah juga

menggunakan sistem dasar akuntansi, usaha menengah sistem akuntansi

keuangan terjaga,terencana laporan manajemen terbukti.

Sumber kredit untuk usaha mikro memiliki sumber informal dengan

tingkat bunga tinggi, tidak ada saluran kredit formal. Sumber kredit untuk

usaha kecil merupakan sumber informal dan membutuhkan modal kerja untuk

persediaan barang dan pendanaan alat. Sumber kredit usaha kecil menengah

Page 38: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

informal dan formal tapi sulit didapat. Sumber kredit usaha menengah

memiliki beberapa kesempatan kredit formal

Karakteristik pasar usaha mikro merupakan pasar setempat, untuk

usaha kecil pasar setempat dengan beberapa perluasan, dan usaha kecil

menengah pasar setempat dengan persaingan jelas, kebutuhan bahan baku dan

persediaan besar, ada keterkaitan hulu hilir terhadap perekonomian

masyarakat, untuk usaha menengah pasar wilayah nasional bila perlu

diekspor.

Kekuatan hukum usaha mikro tidak berbadan hukum, beroperasi

dengan ekonomi informal, usaha kecil tidak terdaftar dalam kekuatan hukum,

untuk usaha kecil menengah terdaftar dan memenuhi peraturan pemerintah.

B. Teori Produksi

1. Pengertian Teori Produksi

Pengertian Teori Produksi yaitu suatu teori yang mempelajari cara

seorang pengusaha dalam mengkombinasikan berbagai macam input pada

tingkat teknologi tertentu untuk menghasilkan sejumlah output tertentu

seefisien mungkin. Jadi sasaran teori produksi adalah untuk menentukan

tingkat produksi yang efisien dengan sumber daya yang ada (Ari Sudarman,

1986:51).

Produksi adalah perubahan dari dua atau lebih input (sumber daya)

menjadi satu atau lebih output (produk). Menurut Tati Suhartati dan Fathurozi

Page 39: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

(2003:77) produksi merupakan hasil akhir dari proses aktivitas ekonomi

dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan pengertian ini

dapat dipahami bahwa kegiatan produksi adalah mengombinasikan berbagai

input atau masukan untuk menghasilkan output.

Ari Sudarman (1997:119), mendefinisikan produksi sebagai

penciptaan guna. Guna berarti kemampuan barang dan jasa untuk memenuhi

kebutuhan manusia. Proses perubahan bentuk faktor-faktor produksi disebut

dengan proses produksi. Produksi tidak hanya mencakup pembuatan barang-

barang yang dapat dilihat tetapi termasuk juga didalamnya produksi jasa.

Seorang produsen dalam teori mikroekonomi merupakan wujud

ekonomis dari kombinasi berbagai faktor produksi untuk tujuan

mentransformasikannya menjadi output. Diasumsikan bahwa produsen juga

merupakan pemasok produk kepada konsumen, tampaknya logis untuk istilah

dia sebagai perusahaan. Perusahaan menggabungkan faktor-faktor produksi

untuk menghasilkan satu atau lebih produk dan kemudian menawarkan

produk itu untuk dijual ke konsumen. Ada dua teori penting dalam proses ini

(Coelli dkk, 2005:278):

a. Teori produksi

Teori produksi merupakan hubungan fisik antara input dan output.

b. Teori biaya.

Page 40: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Teori biaya merupakan hubungan antara tingkat output dan tingkat biaya

(pengeluaran yang timbul dari input yang berbeda yang digunakan dalam

memproduksi suatu output).

Sasaran dari teori produksi adalah untuk menentukan tingkat produksi

yang optimal dengan sumber daya yang ada. Gunawan dan Lanang A. Iswara

(1987:6) mengatakan bahwa produksi mencakup setiap pekerjaan yang

menciptakan atau menambah nilai dan guna suatu barang atau jasa. Agar

produksi dapat dijalankan untuk menciptakan hasil, maka diperlukan beberapa

faktor produksi (input). Faktor-faktor input perlu diproses bersama-sama

untuk menghasilkan output dalam suatu proses produksi (metode produksi).

Lebih lanjut Lipsey (1995:426) mengatakan bahwa teori produksi

meliputi: 1) Jangka pendek dimana apabila seorang produsen menggunakan

faktor produksi maka ada yang bersifat tetap dan variabel, 2) Jangka panjang

apabila semua input yang dipergunakan bersifat tetap dan belum ada

perubahan teknologi, 3) jangka sangat panjang dimana semua input yang

dipergunakan berubah disertai dengan adanya perubahan teknologi. Dalam

hal ini periode waktu tersebut tidak dapat diukur dalam bentuk kalender atau

penanggalan.

Page 41: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Teori produksi jangka pendek secara matematis dapat ditulis sebagai

berikut :

Qx = f (L, K0) (2.1)

Q = output suatu barang yang dihasilkan selama suatu periode tertentu .

K = kapital (input tetap)

L = tenaga kerja (input variabel)

Persamaan produksi diatas adalah merupakan persamaan produksi

dengan satu input variabel dan satu input tetap. Dalam teori produksi dengan

satu input variabel terdapat 3 (tiga) anggapan yang harus dipenuhi yaitu dalam

proses produksi hanya ada 1 (satu) input variabel dan hanya ada 1 (satu) input

tetap serta input-input tersebut dapat dikombinasikan dalam berbagai macam

proposi untuk menghasilkan sejumlah output tertentu.

2. Fungsi Produksi

Fungsi produksi menurut Boediono (1992:64), adalah suatu fungsi

atau persamaan yang menunjukkan hubungan teknis antara tingkat output dan

tingkat kombinasi dari penggunaan input-input. Salvatore (1996:97)

menyatakan bahwa fungsi produksi untuk setiap komoditi adalah suatu

persamaan, tabel atau grafik yang menunjukkan jumlah (maksimum) komoditi

yang dapat diproduksi per unit waktu untuk setiap kombinasi input alternatif

bila menggunakan teknik produksi terbaik yang tersedia.

Page 42: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Menurut Lipsey (1995:129) menyatakan bahwa fungsi produksi adalah

hubungan antara input yang dipergunakan dalam proses produksi dengan

kuantitas yang dihasilkan. Lebih lanjut Sadono Sukirno (2003; 194)

menyatakan bahwa fungsi produksi adalah kaitan di antara faktor-faktor

produksi dan tingkat produksi yang diciptakan. Faktor-faktor produksi dikenal

dengan istilah input dan hasil produksi disebut output.

Hubungan antara input dan output dari faktor produksi dapat

ditunjukkan secara matematis sebagai berikut:

Q = f (X1,X2,X3,.............,Xn) (2.2)

Q = Tingkat produksi (output)

X1,X2,...Xn = Berbagai input yang digunakan

Jadi jelas besar-kecilnya hasil produksi akan tergantung pada besar

kecilnya pemakaian berbagai input yang digunakan. Pada intinya, fungsi

produksi menjelaskan hubungan antara input dengan output, hal ini

digambarkan pada tingkat mana sumber-sumber produksi ditransformasikan

menjadi hasil produksi. Suatu asumsi dasar mengenai sifat dan fungsi

produksi yaitu suatu fungsi produksi dimana semua produsen tunduk pada

hukum yang disebut “Hukum Hasil Yang Semakin Berkurang” atau disebut

dengan the law of diminishing return. Hukum ini mengatakan bahwa apabila

faktor produksi yang bersifat variabel ditambah secara terus menerus maka

pada mulanya akan menambah output total yang dihasilkan, akan tetapi

Page 43: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

setelah mencapai tingkat produksi output sejumlah tertentu maka produksi

tambahan justru akan semakin berkurang dan pada akhirnya justru akan

mencapai nilai negatif (Sadono Sukirno, 2003:193).

Faktor produksi dalam suatu proses produksi dapat diklasifikasikan

menjadi dua macam, yaitu faktor produksi tetap dan faktor produksi variabel.

Faktor produksi tetap adalah jumlah faktor produksi yang digunakan dalam

proses produksi dimana faktor tersebut tidak dapat diubah secara cepat bila

keadaan pasar menghendaki perubahan output. Faktor produksi dalam

kenyataanya tidak ada yang sifatnya tetap secara mutlak. Pada umumnya

untuk menyederhanakan analisis beberapa faktor produksi dianggap tetap

misalnya tanah, gedung dan mesin. Faktor produksi tersebut tidak dapat

ditambah atau dikurangi jumlahnya dalam waktu yang relatif singkat. Faktor

produksi variabel adalah faktor produksi yang jumlahnya dapat diubah-ubah

dalam waktu yang relatif singkat sesuai dengan jumlah output yang

dihasilkan.(Ari Sudarman, 1989:121)

3. Produksi Dengan Satu Input Variabel

Ari Sudarman (1989:137) menyatakan produksi total menunjukkan

tingkat produksi yang dihasilkan pada tingkat penggunaan input variabel dan

input lain dianggap tetap. Produksi rata-rata menunjukkan perbandingan

output dan faktor produksi (output-input ratio) untuk setiap tingkat output dan

faktor produksi yang bersangkutan. Produksi rata-rata ditulis sebagai berikut:

Page 44: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xQ

ataux

PTPRx x=

(2.3)

Dimana: PRx = produksi rata-rata input x

PTx = produksi total input x

x = jumlah input x yang digunakan

Produksi marginal menunjukkan tambahan atau kenaikan output dari

produksi total yaitu PTd yang disebabkan adanya penambahan 1 input

variabel sedang input yang lainnya tetap. Bentuk rumusnya sebagai berikut:

(2.4)

δxδQ

atauδx

δPTPMx =

Page 45: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Hubungan antara total produksi, produksi rata-rata dan produksi

marginal dapat dilihat dalam gambar berikut:

Gambar 2.1 Kurva Total Product, Marginal Product, Average Product

Sumber: Ari Sudarman, 1989: 137

Gambar 2.1 dapat menjelaskan bahwa tingkat permulaan penggunaan

faktor produksi total akan bertambah secara berlahan-lahan dengan

ditambahnya penggunaan faktor produksi tersebut. Pertambahan ini semakin

lama semakin cepat dan mencapai nilai maksimum pada titik 1. Karena

kemiringan dari kurva produksi total adalah merupakan nilai marginalnya,

Page 46: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

maka pada saat mencapai titik 1 tersebut, produksi marginalnya juga mencapai

maksimum, pada titik 4.

Titik 1 menunjukkan produksi total terus naik, akan tetapi kenaikan

produksinya dengan tingkat produksi yang semakin menurun, terlihat pada

kemiringan garis singgung terhadap kurva produksi total yang semakin kecil.

Nilai kemiringan garis ini mencapai maksimum pada titik 2, yaitu pada waktu

garis tersebut menyinggung kurva produksi total, karena nilai kemiringan

garis lurus yang ditarik dari titik asal ke suatu titik pada kurva produksi total

menunjukkan produksi rata-rata di titik tersebut, ini berarti di titik 2 produksi

rata-ratanya mencapai nilai maksimum atau pada gambar bawah berada pada

titik 5, dan pada saat produksi rata-rata akan sama dengan produksi

marginalnya, pada gambar terlihat dengan berpotongannya kurva produksi

rata-rata dengan kurva produksi marginalnya.

Titik 2 menunjukkan bila jumlah faktor produksi yang digunakan

ditambah, maka produksinya naik dengan tingkat kenaikan yang semakin

menurun sampai di titik 3. Pada titik 3, produksi total mencapai maksimum.

Lewat titik 3 produksi total terus berkurang hingga mencapai titik 0 kembali.

Dan lewat titik 3 ini pula produksi marginalnya menjadi negatif.

Hubungan antara produksi marginal dengan produksi total, yaitu pada

saat produksi total mengalami perubahan peningkatan produksi dari yang

menjadi menurun, maka pada saat itu produksi total mencapai titik

Page 47: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

maksimum. Kemudian pada saat kurva produksi total mencapai titik

maksimum maka kurva produksi marginalnya memotong sumbu horizontal,

artinya produksi marginalnya sama dengan 0.

Suparmoko (1990:61) menjelaskan bahwa hubungan antara produksi

rata-rata dengan produksi marginal adalah pada saat produksi rata-rata

meningkat, produksi marginalnya lebih tinggi dari pada produksi rata-ratanya,

dan pada saat produksi rata-ratanya menurun produksi marginalnya sama

dengan produksi marginalnya.

Ari Sudarman (1989:138) menjelaskan hubungan dari ketiga kurva

pada gambar 2.1 yaitu:

a. Penggunaan input variabel (X) sampai pada tingkat tertentu dimana

produksi total cekung keatas (0 sampai 1), maka produksi marginal naik

demikian pula dengan produksi rata-rata.

b. Pada tingkat penggunaan input (X) yang menghasilkan produksi total yang

menarik dan cembung keatas (yaitu antara 1 dan 3) produksi marginal

menurun.

c. Pada tingkat penggunaan input (X) yang menghasilkan produksi total yang

menurun maka produksi marginal negatif.

d. Pada tingkat penggunaan input (X) dimana garis singgung pada produksi

total persis melalui titik origin (titik 2), maka PM=PR.

Page 48: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Gambar 2.1 juga dapat menjelaskan suatu range proses produksi yang

dapat dibagi menjadi tiga tahap:

a. Tahap dimana produksi total naik dan produksi rata-ratanya juga naik.

Pada tahap ini elastisitas produksi lebih besar (EP>1) yang berarti

tambahan penggunaan faktor produksi variabel akan menambah jumlah

produksi dengan proporsi yang lebih besar. Disini produsen masih dapat

menambah jumlah produksinya untuk mendapatkan keuntungan dengan

cara menambahkan sejumlah input.

b. Tahap yang menggambarkan keadaan bahwa tambahan sejumlah input

tidak diimbangi secara proporsional oleh output yang diperoleh. Elastisitas

produksi antara 0 dan 1 (0<Ep<1). Elastisitas produksi sama dengan 1

pada saat produksi rata-rata sama dengan produksi marginalnya sama

dengan 0 maka elastisitas produksinya sama dengan 0.

c. Tahap meliputi daerah dimana produksi marginal dari faktor produksi

variabel adalah negatif, yang berarti tambahan faktor produksi variabel

akan menghasilkan faktor produksi yang lebih sedikit. Elastisitas pada

tahap ini lebih kecil dari 0 (Ep<0). Pada kondisi ini maka setiap upaya

untuk menambah sejumlah input akan merugikan bagi produsen.

Menurut tiga tahap, tahap I dan tahap III merupakan tahap yang tidak

rasional. Hal ini disebabkan pada tahap I akan lebih menguntungkan bila

produsen menambah penggunaan faktor produksi variabel, karena

penambahan faktor produksi variabel akan menghasilkan produksi dengan

Page 49: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

proporsi yang lebih besar. Pada tahap III penambahan faktor produksi variabel

akan menghasilkan produksi dengan proporsi yang lebih sedikit. Tahap II

merupakan tahap yang rasional, karena penambahan faktor produksi akan

menghasilkan proporsi yang sama.

4. Produksi Dengan Dua Input Variabel

Analisis berikut ini dimisalkan terdapat dua jenis faktor produksi yang

dapat diubah jumlahnya. Kita misalkan yang dapat diubah adalah tenaga kerja

dan modal. Fungsi produksi jangka panjang, input-input yang digunakan dapat

diubah jumlahnya dan dalam proses produksinya input yang digunakan dapat

ditambah seluruh jumlahnya atau tidak. Konsep fungsi produksi jangka

panjang yang hanya menggunakan dua macam input biasanya digambarkan

dengan menggunakan isoquant atau isoproduct.

Kurva isoquant adalah kurva yang menunjukkan berbagai

kemungkinan kombinasi teknis antara dua input (variabel) yang terbuka bagi

produsen untuk menghasilkan suatu tingkat output tertentu.(Boediono,

1989:73)

Isoquant mempunyai sifat cembung kearah origin, menurun dari kiri

kekanan bawah, output makin tinggi bagi kurva yang terletak lebih ke kanan

atas. Kegunaan dari isoquant adalah untuk menentukan least cost combination

(LCC) yaitu kombinasi penggunaan input-input untuk menghasilkan suatu

tingkat output tertentu dengan ongkos total yang minimal. Untuk menetukan

kombinasi ini diperlukan tiga data:

Page 50: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

a. Isoquant untuk tingkat output yang dikehendaki

b. Harga input 1X

c. Harga input 2X

Syarat Least Cost Combination secara umum bisa ditulis sebagai

berikut:

(2.5)

Δ 1X /Δ 2X sering disebut dengan istilah Marginal Rate of Technical

Subtitution (MPRS), yaitu berapa input 1X harus ditambah agar tingkat output

tetap pada tingkat tertentu (Q), bila penggunaan input 2X dikurangi dengan 1

unit. Jika dihubungkan dengan kurva isoquant, MRTS tidak lain adalah slope

isoquant. Syarat LCC bisa dinyatakan sebagai berikut:

1

2

P

P= MRTS (2.6)

Nicholson (1991:203) menjelaskan sebuah isoquant menunjukkan

kombinasi K dan T yang bisa digunakan untuk memproduksi sejumlah output

yang sama besarnya (misalnya sebanyak ). Secara matematis sebuah

isoquant mencatat kombinasi K dan T yang memenuhi persyaratan.

f(K,T)=Qo ...............................................................................................................(2.7)

Kombinasi faktor produksi K dan T bisa digambarkan banyak kurva

isoquant. Setiap isoquant merepresikan tingkat output yang berbeda-beda.

2

1

1

2

2

1

1

2

dX

dX

P

Patau

ΔX

ΔX

P

P==

Page 51: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Makin tinggi kurva isoquant tersebut, makin banyak output yang dihasilkan.

Kurva isoquant dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.2 Kurva Isoquant

Sumber: Nicholson, 1991:204

5. Faktor Produksi

Menurut Sadono Sukirno (2003:192) mengatakan bahwa faktor

produksi sering disebut dengan korbanan produksi untuk menghasilkan

produksi. Faktor- faktor produksi dikenal dengan istilah input dan jumlah

produksi disebut dengan output. Faktor produksi atau input merupakan hal

yang mutlak untuk menghasilkan produksi. Dalam proses produksi ini seorang

pengusaha dituntut untuk mampu mengkombinasikan beberapa faktor

produksi sehingga dapat menghasilkan produksi yang optimal.

Lebih lanjut dikatakan bahwa untuk mempermudah analisis maka

faktor produksi dianggap tetap kecuali tenaga kerja, sehingga pengaruh faktor

Page 52: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

produksi terhadap kuantitas produksi dapat diketahui secara jelas. Ini berarti

kuantitas produksi dipengaruhi oleh banyaknya tenaga kerja yang

dipergunakan. Faktor produksi yang dianggap konstan disebut faktor produksi

tetap, dan banyaknya faktor produksi ini tidak dipengaruhi oleh banyaknya

hasil produksi. Faktor produksi yang dapat berubah kuantitasnya selama

proses produksi atau banyaknya faktor produksi yang digunakantergantung

pada hasil produksi yang disebut faktor produksi variabel. Periode produksi

jangka pendek apabila di dalam proses produksi yang bersifat variabel dan

yang bersifat tetap. Proses produksi dikatakan jangka panjang apabila semua

faktor produksi bersifat variabel.

a. Tenaga Kerja

Faktor produksi tenaga kerja merupakan faktor yang penting dan perlu

diperhitungkan dalam proses produksi, baik dalam kuantitas dan kualitas.

Jumlah tenaga kerja yang diperlukan harus disesuaikan dengan kebutuhan

sampai tingkat tertentu hingga dicapai hasil yang optimal. Menurut Undang-

Undang RI No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, tenaga kerja adalah

setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang

dan /atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk

masyarakat. Tenaga kerja adalah penduduk yang berumur 10 tahun atau lebih

yang sudah atau sedang mencari pekerjaan dan melakukan kegiatan lainnya

seperti sekolah dan mengurus rumah tangga (Simanjuntak Payaman J, 1985:

81). BPS (1997:52) menyatakan bahwa tenaga kerja terdiri dari angkatan kerja

Page 53: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dan bukan angkatan kerja. Yang masuk angkatan kerja adalah penduduk usia

kerja (10 tahun atau lebih) yang bekerja atau punya pekerjaan sementara tidak

bekerja dan yang mencari pekerjaan. Yang termasuk bukan angkatan kerja

adalah penduduk (10 tahun atau lebih) yang kegiatannya tidak bekerja

maupun mencari pekerjaan atau penduduk usia kerja dengan kegiatan sekolah,

mengurus rumah tangga maupun lainnya (pensiunan, cacat jasmani).

b. Bahan Baku

Menurut Sukanto Rekso Hadiprojo dan Indriyo Gito Sudarmo

(1998:199) mengatakan bahwa bahan baku merupakan salah satu faktor

produksi yang sangat penting. Kekurangan bahan dasar yang tersedia dapat

terhentinya proses produksi karena habisnya bahan baku untuk diproses.

Tersedianya bahan dasar yang cukup merupakan faktor penting guna

menjamin kelancaran proses produksi. Oleh karena itu perlu diadakan

perencanaan dan pengaturan terhadap bahan dasar ini baik mengenai kuantitas

maupun kualitasnya. Dalam hal ini, cara penyediaan bahan baku ada 2

alternatif, yaitu

1. Dibeli sekaligus jumlah seluruh kebutuhan tersebut kemudian disimpan di

gudang, setiap kali dibutuhkan oleh proses produksi dapat

2. Berusaha memenuhi kebutuhan bahan dasar tersebut dengan membeli

berkali-kali dalam jumlah yang kecil dalam setiap kali pembelian.

Menurut Agus Ahyari (1989:150) beberapa kelemahan apabila

perusahaan melakukan persediaan bahan baku yang terlalu kecil, antara lain:

Page 54: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1. Harga beli dari bahan baku tersebut menjadi lebih tinggi apabila

dibandingkan dengan pembelian normal dari perusahaan yang

bersangkutan.

2. Apabila kehabisan bahan baku akan mengganggu kelancaran proses

produksi.

3. Frekuensi pembelian bahan baku semakin besar mengakibatkan ongkos

semakin besar.

Lebih lanjut Agus Ahyari mengatakan bahwa beberapa kerugian yang

akan ditanggung oleh perusahaan berkaitan dengan persediaan bahan baku

yang terlalu besar, antara lain:

1. Biaya penyimpanan atau pergudangan yang akan menjadi tanggungan

perusahaan yang bersangkutan akan menjadi semakin besar.

2. Penyelenggaraan persediaan bahan baku yang terlalu besar akan berarti

perusahaan tersebut mempersiapkan dana yang cukup besar.

3. Tingginya biaya persediaan bahan baku, mengakibatkan berkurangnya dana

untuk pembiayaan dan investasi pada bidang lain.

4. Penyimpanan yang terlalu lama dapat menimbulkan kerusakan bahan

tersebut.

5. Apabila bahan dasar tersebut terjadi penurunan harga, maka perusahaan

mengalami kerugian.

c. Lilin Batik

Di samping mori (kain) sebagai bahan baku, pembuatan wastra batik

juga menggunakan malam atau “lilin batik” sebagai bahan perintang. Bahan

Page 55: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

perintang dalam proses pembatikan, malam “lilin batik” digunakan untuk

menutup hiasan sehingga membebaskannya dari bahan pewarna ketika

dilakukan proses pencelupan. Lilin batik merupakan campuran beberapa

macam bahan, antara lain paraffin, kote ‘lilin lebah”, gondorukem (getah

pohon pinus), damar “mata kucing”, lilin gladhagan “lilin bekas”, Kendal

(lemak dari tumbuhan) dan minyak kelapa atau lemak hewan. Semua bahan

ramuan tersebut dapat diperoleh di dalam negeri.

Ada tiga jenis lilin batik, yakni lilin klowong untuk nglowong dan

ngisen-iseni; lilin tembokan untuk nembok dan lilin biron untuk mbironi.

Masing-masing lilin batik digunakan sesuai dengan tahap pembatikan, yakni

nglowong dan ngisen-iseni, nembok dan mbironi. Sesuai cara penempelannya,

untuk batik tulis digunakan alat yang disebut canthing tulis, sedangkan untuk

batik cap digunakan canthing cap. Canting tulis diperkirakan diciptakan di

lingkungan kraton Mataram pada abad ke-17. Adapun canting cap logam,

kayu mulai dipergunakan kira-kira pada pertengahan abad ke-19.

d. Obat Pewarna

Proses pembuatan batik menggunakan obat pewarna, baik zat warna

nabati maupun zat warna buatan. Zat warna nabati berasal dari daun, kulit

kayu, pokok kayu, akar pohon atau umbi. Contoh pewarna nabati misalnya

daun nila untuk warna biru atau kebiru-hitam, akar pohon mengkudu untuk

warna merah, kayu tegeran atau kunyit untuk warna kuning, kulit kayu tingi

untuk merah-cokelat, dan kayu soga untuk warna cokelat. Semua obat

pewarna nabati dapat diperoleh di dalam negeri, sedangkan zat warna buatan

Page 56: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

sampai saat ini didatangkan dari luar negeri, antara lain Jerman (HOECHST),

Inggris (ICI), Swiss (CIBA) Perancis (FRANCOLOR), Amerika (DU PONT)

dan Italia (ACNA)

6. Efisiensi

Menurut kamus bahasa Indonesia efisiensi memiliki arti sebagai

ketepatan cara (usaha kerja) dalam menjalankan sesuatu (dengan tidak

membuang waktu dan biaya) dan kemampuan menjalankan tugas dengan baik

dan tepat. Dalam istilah umum efisiensi sering diartikan sebagai: dengan biaya

sekecil-kecilnya diharapkan dapat menghasilkan sesuatu yang sebesar-

besarnya. Tingkat efisiensi diukur dengan indikator yang dihitung dari rasio

antara nilai tambah (value added) dengan nilai output. Ini berarti semakin

tinggi nilai ratio tersebut semakin tinggi tingkat efisiensinya, karena semakin

rendah biaya output yang diperlukan untuk menghasilkan suatu unit output.

Cooelli (2005:14) menjelaskan fungsi produks input tunggal yang

menggambarkan efisiensi dengan satu macam input dalam produksi

.

Page 57: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Gambar 2.3 Fungsi Produksi Input Tunggal

.

Tungga;c,;c

Sumber : Coelli (2005:14).

Dapat diringkas, bahwa fungsi produksi yang dilukiskan dalam

Gambar 2.3 menunjukkan pada titik tertentu, apabila unit-unit tambahan

input variabel ditambahkan dalam input tetap, maka produk marginal akan

menurun.

Secara umum ada dua komponen pengukur efisiensi:

1. Efisiensi teknis / technical efficiency

Efisiensi ini mencoba mengukur tingkat penggunaan dari sarana ekonomi/

sejumlah input untuk menghasilkan sejumlah output tertentu.

D

E

G

0

q

x

Marginal product at G = slope of the function at G (=0)

Average product at E= slope of the ray

throught the origin and E

The production function q = f (x)

Point of the optimal scale

Concovity is violated in this

region

The economically-feasible region of

production

Monotpnicity is violated in this

region

Page 58: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2. Efisiensi alokatif / allocative efficiency

Efisiensi ini mencoba mengukur sampai sejauh mana kombinasi optimal

dari ragam input yang digunakan dalam proses produksi pada tingkat

harga relatif.

Ada dua macam efisiensi yang dapat diukur:

1. Efisiensi absolute merupakan efisiensi yang diperoleh DMU (Decision

Making Unit) apapun jika hanya dan hanya inputnya dan outputnya dapat

diperbaiki tanpa merusak atau membandingkan dengan input dan

outputnya.

2. Efisiensi relative merupakan efisiensi suatu DMU (Decision making Unit)

yang diharapkan dapat mencapai 100 % dengan dasar fakta-fakta

dibandingkan dengan DMU lainnya. Untuk mencapai efisiensi perlu

diketahui faktor yang menimbulkan inefisiensi dan langkah yang diambil

untuk mengatasinya. Ada 3 macam inefisiensi yang prakteknya saling

terkait namun secara konsepsional bisa dibedakan satu sama lainnya:

Ø Inefisiensi pada masyarakat itu sendiri

Ø Inefisiensi yang timbul karena alokasi yang salah dan sumber

daya yang tersedia

Ø Inefisiensi yang melekat pada masing-masing pelaku ekonomi

Mubyarto (1989) menjelaskan efisiensi produksi yaitu banyaknya hasil

produksi fisik yang dapat diperoleh dari satu kesatuan faktor produksi (input).

Page 59: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Apabila rasio ouput besar maka efisiensi dikatakan semakin tinggi. Efisiensi

adalah penggunaan input terbaik dalam memproduksi output (Shone dalam

Susantun, 2000). Farel (1957) mengklasifikasikan efisiensi menjadi tiga

bagian yaitu: efisiensi teknik, efisiensi alokatif (harga), dan efisiensi ekonomi.

Farel (1957) dalam Guntur Riyanto (2009:21) mengajukan bahwa efisiensi

sebuah firma terdiri dari dua komponen efisiensi teknis, yang mencerminkan

kemampuan sebuah firma untuk memperoleh output maksimal dari rangkaian

input tertentu, dan efisiensi alokatif, yang mencerminkan kemampuan sebuah

firma untuk menggunakan input dalam proporsi optimal, mengingat adanya

harga respektif dan teknologi produksi. Dua ukuran tersebut selanjutnya

digabungkan untuk memberikan sebuah ukuran total efisiensi ekonomi.

Harga faktor produksi relatif diperlukan untuk mengetahui efisiensi

harga. Garis harga faktor produksi F1 dan F2 ditunjukkan oleh garis AA’ yang

menyinggung kurva SS’ pada Q’ dan memotong garis OP pada titik R. Garis

AA’ adalah garis harga yang menunjukkan tempat kedudukan kombinasi

penggunaan input untuk memperoleh satu unit output dengan biaya yang

paling rendah yang ditunjukkan titik singgung Q’ pada kurva SS’. Efisiensi

harga bagi perusahaan yang bergerak pada titik OR/OQ. Efisiensi ekonomi

sebagai hasil dari efisiensi teknik dan harga OQ/OP. OR/OQ = OR/OP.

Page 60: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Gambar 2.4 Efisiensi Teknik dan Alokatif.

Sumber : Coelli, 2005:52

Richmont (1974), Aigner et al. (1977), Battese and Corra (1977) dan

Collie (1995) dalam Zen et. al. (2002), fungsi produksi frontier mewakili

penggunaan teknologi secara luas oleh perusahaan dalam suatu industri.

Model fungsi ini dipergunakan untuk mengukur efisiensi teknis perusahaan,

yang dapat dinyatakan sebagai berikut:

Y= f (Xi, β) exp εi (2.8)

β adalah parameter yang akan ditaksir, Xi adalah input, dan εi = v i+ ui.

Kesalahan dianggap negatif dan naik karena pemotongan distribusi normal

dengan rata-rata nol dan varians positif . Hal itu menggambarkan efisiensi

teknis produksi sebuah perusahaan. Dengan kata lain error vi diasumsikan

memiliki distribusi normal dengan rata-rata nol dan varians yang positif,

S

P

A

R

Q

Q’

S’

A’ 0

xyq

xyq

Page 61: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

yang menggambarkan kesalahan pengukuran yang berkaitan dengan faktor di

luar kendali yang berhubungan dengan produksi.

Nicholson (1995) mengatakan bahwa efisiensi harga tercapai apabila

perbandingan antara nilai produktivitas marginal masing-masing input

(NPMXi) dengan harga inputnya ( ) atau sama dengan 1. Kondisi ini

menghendaki NP sama dengan harga faktor produksi X atau dapat ditulis

sebagai berikut:

(2.9)

Px = harga faktor produksi X

Soekartawi (1990) berpendapat bahwa dalam kenyataannya NPMx

tidak selalu sama dengan Px, yang sering terjadi adalah sebagai berikut:

ü (NPMx / Px) > 1 artinya penggunaan input X belum efisien, untuk

mencapai efisiensi maka input X perlu ditambah.

ü (NPMx / Px) < 1 artinya penggunaan input X tidak efisien, untuk menjadi

efisien maka penggunaan input X perlu dikurangi.

Susantun (2000) menyatakan efisiensi ekonomi merupakan

merupakan produk dari efisiensi teknik dan efisiensi harga. Efisiensi

ekonomis dapat dicapai jika kedua efisiensi tersebut tercapai sehingga

dapat dituliskan sebagai berikut:

EE = ET.EH (2.10)

Page 62: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

C. PENELITIAN TERDAHULU

Pengukuran efisiensi telah banyak dilakukan oleh peneliti untuk

mengukur kinerja suatu unit kegiatan ekonomi (UKE). Penggunaan Data

Envelopment Analysis (DEA) digunakan untuk mengukur efisiensi teknis

suatu UKE yang menggunakan banyak variabel input dan menghasilkan

banyak variabel output. DEA digunakan pada sampel UKE yang bersifat

homogeneosus seperti rumah sakit, pusat kesehatan, lembaga pendidikan,

instansi pemerintah, perusahaan asuransi, perbankan, dan UKE lainnya.

Metode DEA juga digunakan untuk mengukur efisiensi teknis pada sektor

industri manufaktur, sub sektor industri manufaktur dan kinerja wilayah.

1. Sudarti tahun 2005 mengenai Analisis Tingkat Efisiensi Usaha Home

Industri Kendang Jimbe Di Kelurahan Tanggung Kecamatan

Kepanjen Kidul Kota Blitar. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui tingkat produksi, rata-rata pendapatan, dan tingkat

efisiensi usaha kecil pembuatan Kendang Jimbe di Kelurahan

Tanggung Kecamatan Kepanjen Kidul Kota Blitar. Data yang

dipergunakan adalah data primer dan sekunder, teknik pengumpulan

data menggunakan observasi, quisioner, dan wawancara. Alat analisis

yang digunakan yaitu analisis deskriptif kuantitatif dan rumus

menghitung pendapatan menggunakan ¶ = TR – TC dan efisiensi

usaha (income) menggunakan Rasio R/C. Hasil penelitian

disimpulkan bahwa produksi pengusaha kecil selama satu bulan

Page 63: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

berkisar antara 85 – 320 unit kendang Jimbe (Sentul) dengan rata-rata

produksi sebanyak 180 unit per bulan. Produk kendang Jimbe (Sentul)

yang diproduksi terdiri dari beberapa jenis ukuran, antara lain ukuran

diameter 15 cm - 70 cm. Masing-masing produk tersebut tidak selalu

diproduksi oleh pengusaha kecil karena tidak selalu dipesan, kecuali

pada kendang Jimbe yang berdiameter 50 cm. Pendapatan yang

diperoleh pengusaha kecil pembuatan Kendang Jimbe selama satu

bulan berkisar antara Rp. 1.400.000 hingga Rp. 5.380.000 dengan rata-

rata pendapatan (income) sebesar Rp. 2.960.660. Nilai Return Cost

Ratio usaha kecil pembuatan Kendang Jimbe pada masing-masing

pengusaha kecil yang diteliti lebih besar dari 1 (efisiensi) yaitu dari

1,17 - 1,31 dengan rata-rata rasio R/C sebesar 1,27. Hal ini

menunjukkan bahwa usaha kecil pembuatan Kendang Jimbe yang

dilakukan oleh para pengusaha kecil di Kelurahan Tanggung

Kecamatan Kepanjen Kidul Kota Blitar tergolong efisien.

2. Erniati Dyah Lusiana Dewi mengenai Analisis Efisiensi Produksi

Tekstil di Karanganyar dengan analisis Deskripsi data, prosedur

estimasi, interprestasi hasil estimasi secara ekonomi, efisiensi

ekonomis, skala produksi terhadap resiko (Return to Scale) dan

menggunakan metode Yt = AX1 tb1 X 2 tb2 X 4 t b4 U t Y t = nilai

output tiap bulan X1 = pengeluaran untuk seluruh tenaga kerja lainnya

tiap bulan X3 = nilai pemakaian bahan baku tiap bulan X4 = nilai

mesin tiap bulan, A = konstanta Ut = variabel pengganggu b1 b2 b3 b4

Page 64: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

= koefisien elastisitas masing – masing input. Hasil penelitian adalah

variabel tenaga kerja produksi, tenaga kerja lainnya, bahan baku dan

mesin mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil produksi

industri di kabupaten Karanganyar, bahwa produksi mencapai skala

hasil yang menurun atau decreasing of scale. Bahwa tingkat efisiensi

teknis pada industri kekabupaten Karanganyar adalah sebesar 1,0133%

efisiensi harga belum tercapai karena nilai berbeda dari satu.

3. Hastarani Dwi Atmanti (2002) mengukur efisiensi teknis sektor

industri manufaktur di Jawa Tengah sebelum krisis (1995-1996) dan

selama krisis (1997-2000), dalam penelitian ini yang menjadi UKE

adalah kelompok industri besar dan sedang yang dikelopokkan dalam

KLUI 2 digit. Pengukuran efisiensi teknis menggunakan metode DEA

dengan asumsi CRS dan input oriented. Variabel yang digunakan

terdiri dari variabel input (bahan baku, tenaga kerja, bahan bakar

listrik,barang lain diluar bahan baku, jasa industri untuk input, sewa

gedung, dan jasa non industri), dan variabel output (keuntungan,

penjualan barang, selisih nilai stok barang setengah jadi, penerimaan

lain dari jasa non industri, value added, dan jasa industri untuk output).

Perhitungan DEA dari tahun 1995-2000 dengan asumsi CRS

menunjukkan bahwa hampir semua kelompok industri efisien secara

teknis, hanya terdapat 2 kelompok industri tidak efisien secara teknis.

Kelompok industri yang tidak efisien adalah industri kayu, bambu,

rotan termasuk perabot rumah tangga (KLUI 33) pada tahun 1995

Page 65: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

karena masalah kelangkaan bahan baku dan kelompok industri kimia,

minyak bumi, batu bara, karet dan plastic (KLUI 33) pada tahun 1999

terjadi karena deregulasi tentang tariff impor yang relative tinggi.

4. Penelitian Agus setiawan (2010) yang mengukur tingkat efisiensi

usaha kerajinan sangkar burung di Krajan, Mojosongo, Surakarta.

Variabel yang digunakan terdiri dari variabel input (bambu, kayu, lem,

tiang, dan tenaga kerja), dan variabel output (produksi sangkar

burung). Hasil penghitungan dengan menggunakan DEA dari 32

responden menunjukkan sebanyak 4 pengrajin sangkar burung sudah

efisien secara teknis, sedangkan 28 pengrajin sangkar burung lainnya

belum efisien. Secara revenue sebanyak 7 pengrajin sangkar burung

sudah efisien, sedangkan 25 pengrajin sangkar burung lainnya belum

efisien. 1 pengrajin sangkar burung sudah efisien secara alokatif

sedangkan 31 pengrajin sangkar burung yang lainnya belum efisien.

Sebanyak 5 pengrajin sangkar burung sudah efisien secara ekonomis

sedangkan 27 pengrajin sangkar burung yang lain belum efisien.

Sumber-sumber yang menyebabkan inefisiensi pada usaha kerajinan

sangkar burung yang inefisien berasal dari variabel input dan output.

D. KERANGKA PEMIKIRAN

Peningkatan produksi yang berhubungan dengan peningkatan

pendapatan dipengaruhi oleh efisiensi faktor produksi (efisiensi teknis),

Page 66: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

efisiensi pada harga produk (efisiensi alokatif) dan pemasarannya (efisiensi

ekonomis) serta efisiensi revenue. Dari faktor-faktor tersebut dapat disusun

sebuah kerangka pemikiran. Kerangka tersebut dapat digambarkan sebagai

berikut:

Gambar 2.5 Kerangka Pemikiran

Produksi Batik

Faktor Produksi

· Tenaga Kerja · Kain · Malam

(Lilin batik) · Obat Pewarna

Efisiensi Ekonomis

Efisiensi Alokatif

Efisiensi Revenue

Efisiensi Teknis

Page 67: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

E. HIPOTESIS

Penelitian ini merupakan studi kasus pada usaha kecil menengah batik

desa Kauman Kota Pekalongan. Berdasarkan latar belakang, diskripsi teoritis

serta hasil penelitian terdahulu tersebut diatas, maka hipotesis dalam

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Diduga penggunaan faktor-faktor produksi usaha kecil menengah batik

belum memenuhi efisiensi secara teknis, efisiensi revenue, efisiensi

ekonomi dan efisiensi alokatif.

2. Diduga sumber inefisiensi masing-masing pengusaha batik berasal dari

variabel bahan baku yang digunakan.

Page 68: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Kauman Kota Pekalongan. Adapun ruang

lingkup dari penelitian ini adalah untuk mengukur sejauh mana efisiensi produksi dan

analisis pengaruh beberapa faktor tertentu terhadap efisiensi produksi UKM batik di

Desa Kauman Kota Pekalongan. Untuk dapat mengetahui analisis efisiensi ini dapat

dilihat dari perbandingan besarnya pemakaian berbagai faktor produksi dengan

jumlah produk yang dihasilkan selama kurun waktu satu bulan.

Studi yang dilakukan adalah dengan studi lapangan dengan menggunakan data

primer sebagai data utama yakni data yang diperoleh secara langsung dari responden

dengan instrumen kuesioner. Sedangkan data sekunder yang diperoleh dari beberapa

instansi terkait dan berbagai sumber kepustakaan lainnya adalah untuk mendukung

data primer tersebut. Adapun lokasi yang diambil adalah Desa Kauman Kota

Pekalongan.

B. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini merupakan studi empiris mengenai analisis efisensi usaha kecil

menengah (UKM) batik di Desa Kauman Kota Pekalongan. Jenis data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diambil

melalui wawancara secara langsung dengan responden dengan menggunakan daftar

pertanyaan.

Page 69: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Adapun data yang diperlukan mencakup :

Ø Banyaknya tenaga kerja untuk masing-masing perusahaan kecil batik selama

satu bulan, dalam satuan HOK (Hari Orang Kerja).

Ø Bahan baku kain yang dibutuhkan untuk proses produksi selama satu bulan,

dalam satuan yard.

Ø Malam (Lilin batik) yang dibutuhkan untuk proses produksi selama satu bulan

dalam satuan kilogram (Kg).

Ø Obat pewarna yang dibutuhkan untuk proses produksi selama satu bulan,

dalam satuan gram (gr).

Ø Banyaknya produksi yang dihasilkan selama satu bulan dari masing-masing

perusahaan, dalam satuan buah.

Data sekunder merupakan data-data penunjang dalam penelitian ini yang

diperoleh dari lembaga/instansi yang terkait dalam penelitian ini, antara lain BPS

Kota Pekalongan, Dinas Pelayanan Koperasi & UKM Propinsi Jawa Tengah, Dinas

Perindustrian, Perdagangan, Koperasi & UKM Kota Pekalongan, Pemda Kota

Pekalongan dan jurnal-jurnal ekonomi, surat kabar, dan makalah-makalah seminar.

C. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer yang

bersumber dari para pengusaha kecil menengah sebagai responden. Mengingat

permasalahan yang dihadapi oleh usaha kecil menengah relatif kompleks maka teknik

pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara terstruktur.

Page 70: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar inforamasi dan

ide melalui Tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik

tertentu.(Esterberg, 2002)

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dalam metode survey yang

menggunakan pertanyaan secara lisan kepada subjek penelitian. Teknik wawancara

dilakukan jika peneliti memerlukan komunikasi atau hubungan dengan responden

terutama untuk responden yang tidak dapat membaca-menulis atau jenis pertanyaan

yang memerlukan penjelasan dari pewawancara atau memerlukan penerjemahan (Nur

Indriantoro dan Bambang Supomo, 1999:152).

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin

melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti,

tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih

mendalam. (Sugiyono, 2009:411). Jadi dengan wawancara, maka peneliti akan

mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam

menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak bisa

ditemukan dalam observasi. (Susan Stainback, 1988)

Dalam penelitian ini wawancara dilakukan oleh penulis dengan cara

komunikasi secara langsung (tatap muka) terhadap responden. Agar komunikasi lebih

terarah dan diperoleh data sesuai yang diharapkan, maka penulis membuat daftar

pertanyaan/ kuesioner. Berdasarkan daftar pertanyaan/ kuesioner yang telah dibuat,

peneliti mengajukan pertanyaan secara lisan dan responden menjawab pertanyaan

Page 71: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

langsung secara lisan. Hasil wawancara selanjutnya dicatat oleh penulisan sebagai

data penelitian.

D. Definisi Operasional Variabel

Untuk menentukan pengukuran variabel, maka definisi operasional adalah

sebagai berikut :

1. Produksi (Prod)

Produksi dalam penelitian ini adalah jumlah produksi batik cap yang

dihasilkan oleh pengusaha selama 1 bulan, dalam satuan buah.

2. Tenaga kerja (TK).

Jumlah orang yang bekerja pada usaha batik yang memperoleh gaji, dalam

satuan hari/orang/kerja (HOK)

3. Kain (kain)

Barang yang diolah menjadi bentuk lain dan satuan pengukuran yang

digunakan adalah yard.

4. Lilin batik/ malam (Mlm)

Banyaknya lilin batik yang digunakan untuk proses produksi batik selama satu

bulan, dalam satuan kg.

5. Obat pewarna (OP)

Banyaknya obat pewarna yang digunakan dalam proses produksi batik selama

satu bulan, dalam satuan kilogram (kg).

Page 72: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6. Efisiensi Teknis

Efisiensi Teknis adalah kombinasi antara kemampuan dan kapasitas unit

ekonomi untuk memproduksi sampai tingkat output maksimum dari sejumlah

input dan teknologi, yang dihitung dengan cara melihat rasio input dan output.

7. Efisiensi revenue

Efisiensi Revenue adalah kombinasi antara kemampuan dan kapasitas unit

ekonomi untuk memproduksi sampai tingkat output maksimum dari sejumlah

input dan teknologi dengan memasukkan variabel harga input dan output,

yang dihitung dengan cara melihat rasio input dan output.

8. Efisiensi Alokatif

Efisiensi Alokatif adalah kemampuan dan kesediaan unit ekonomi untuk

beroperasi pada nilai produk marginal sama dengan biaya marginal.

9. Efisiensi ekonomi

efisiensi ekonomi merupakan penjumlahan efisiensi alokatif dan efisiensi

teknis.

E. Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan alat analisis yaitu Data Envelopment Analysis

(DEA). DEA digunakan untuk meneliti efisiensi teknis dan revenue pada usaha kecil

menengah (UKM) batik. Variabel-variabel yang mempengaruhi output meliputi

faktor-faktor produksi (tenaga kerja, bahan baku/kain, lilin batik/ malam, obat

pewarna) yang berpengaruh pada produksi.

Page 73: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Cara menghitung efisiensi teknis dan revenue adalah dengan cara melihat

rasio perbandingan antara input dan output, sedangkan efisiensi alokatif dan

ekonomis dapat dicari dengan rumus :

1. Efisiensi Alokatif

2. Efisiensi Ekonomis

Charnes, Cooper dan Rhodes (1978) memperkenalkan suatu alat analisis yaitu

Data Envelopment Analysis (DEA). Metode Data Envelopment Analysis (DEA)

dibuat sebagai alat bantu untuk evaluasi kinerja suatu aktifitas dalam sebuah unit

entitas (organisasi). Pada dasarnya prinsip kerja model DEA adalah membandingkan

Page 74: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

data input dan output dari suatu organisasi data (decision making unit/DMU) dengan

data input dan output lainnya pada DMU yang sejenis. Perbandingan ini dilakukan

untuk mendapatkan suatu nilai efisiensi.

Metode Data Envelopment Analysis (DEA) adalah metode non parametrik

yang berbasis pada programasi linier. DEA mengukur rasio efisiensi relatif Unit

Kegiatan Ekonomi (UKE) sebagai rasio output tertimbang dengan input tertimbang.

Secara konsep, DEA menjelaskan tentang langkah yang dirancang untuk mengukur

efisiensi relatif suatu unit ekonomi tertentu dengan beberapa unit ekonomi yang lain

dalam satu pengamatan, dimana mereka menggunakan jenis input dan output yang

sama.

DEA merupakan sebuah metode optimasi program matematika yang

mengukur efisiensi teknik suatu Unit Kegiatan Ekonomi (UKE), dan membandingkan

secara relatif terhadap UKE yang lain (Charnes et, al. 1978; Banker et, al. 1984

dalam Adrian Sutawijaya dan Etty Puji Lestari 2009).

DEA adalah pendekatan non-parametrik yang berbasis program linear (Linear

Programming) dengan dibantu paket-paket software efisiensi secara teknik, seperti

Banxia Frontier Analysis (BFA) dan Warwick for Data Envelopment Analysis

(WDEA). Penelitian ini akan menggunakan software WDEA. Pada intinya kedua

software tersebut akan mengarah pada hasil yang sama (Ahmad Syakir Kurnia, 2004).

Pada dasarnya teknik analisis DEA didesain khusus untuk mengukur efisiensi

relatif suatu UKE dalam kondisi banyak input maupun output. Kondisi tersebut

biasanya sulit disiasati secara sempurna oleh teknik analisis pengukuran efisiensi

Page 75: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lainnya (Nugroho, 1995 dalam Huri M.D dan Indah Susilowati, 2004). Efisiensi

relatif suatu UKE adalah efisiensi suatu UKE dibanding dengan UKE lain dalam

sampel yang menggunakan jenis input dan output yang sama. DEA memformulasikan

UKE sebagai program linear fraksional untuk mencari solusi, apabila model tersebut

ditransformasikan ke dalam program linear dengan nilai bobot dari input dan output

(Adrian Sutawijaya dan Etty Puji Lestari, 2009).

Penerapan metode DEA diasumsikan dapat mengatasi keterbatasan yang

dimiliki oleh regresi berganda atau analisis rasio parsial. Analisis regresi dapat

menunjukkan elastisitas penggunaan input terhadap output yang dihasilkan dalam

suatu sektor ekonomi. Sektor ekonomi dapat dinilai efisien apabila nilai output yang

dihasilkan secara riil lebih tinggi dari nilai output yang dihasilkan dalam estimasi.

Sejalan dengan analisis rasio, analisis regresi juga memiliki kelemahan yaitu tidak

mampu menganalisis kondisi pada saat terdapat banyak input dan output. Disisi lain,

analisis non parametrik (salah satunya DEA) dapat mengeliminir kendala yang

dihadapi oleh analisis parametrik untuk menganalisis efisiensi tingkat input terhadap

nilai tambah (output)

1. Konsep Nilai Dalam DEA

DEA dikembangkan pertama kali oleh Farrel (1957) yang mengukur

efisiensi teknik satu input dan satu output menjadi multi input dan multi output,

menggunakan kerangka nilai efisiensi relatif sebagai rasio input (single virtual

input) dengan output (single virtual output) (Giuffrida dan Gravelle, 2001; Lewis

Page 76: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

et, al. 1999; Post dan Spronk, 1999 dalam Adrian Sutawijaya dan Etty Puji

Lestari, 2009). Alat analisis ini dipopulerkan oleh beberapa peneliti lainnya, di

antaranya (Adrian Sutawijaya dan Etty Puji Lestari, 2009):

a. Charnes-Cooper-Rhodes (1978)

Para peneliti ini pertama kali menemukan model DEA CCR (Charnes-

Cooper-Rhodes) pada tahun 1978. Menurut Harjum Muharam dan Pusvitasari

(2007), model ini mengasumsikan adanya Constant Return to Scale (CRS). CRS

adalah perubahan proporsional yang sama pada tingkat input akan menghasilkan

perubahan proporsional yang sama pada tingkat output (misalnya: penambahan 1

persen input akan menghasilkan penambahan 1 persen output).

b. Bankers, Charnes dan Cooper (1984)

Beberapa peneliti ini mengembangkan lebih lanjut model DEA BCC

(Bankers, Charnes dan Cooper) pada tahun 1984. Harjum Muharam dan Beberapa

peneliti ini mengembangkan lebih lanjut model DEA BCC (Bankers, Charnes dan

Cooper) pada tahun 1984. Harjum Muharam dan Pusvitasari (2007) menyebutkan

bahwa model ini mengasumsikan adanya Variable Return to Scale (VRS). VRS

adalah semua unit yang diukur akan menghasilkan perubahan pada berbagai

tingkat output dan adanya anggapan bahwa skala produksi dapat mempengaruhi

efisiensi. Hal ini yang membedakan dengan asumsi CRS yang menyatakan bahwa

skala produksi tidak mempengaruhi efisiensi. Teknologi merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi VRS sehingga membuka kemungkinan skala

produksi mempengaruhi efisiensi

Page 77: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Menurut Ahmad Syakir Kurnia (2004), DEA termasuk salah satu alat analisis

non-parametrik yang digunakan untuk mengukur efisiensi secara relatif baik antar

organisasi bisnis yang berorientasi laba (profit oriented) maupun antar organisasi atau

pelaku kegiatan ekonomi yang tidak berorientasi laba (non-profit oriented) yang

dalam proses produksi atau aktivitasnya melibatkan penggunaan input-input tertentu

untuk menghasilkan output-output tertentu. Alat analisis ini juga dapat mengukur

efisiensi basis dan alat pengambil kebijakan dalam peningkatan efisiensi. Adrian

Sutawijaya dan Etty Puji Lestari (2009) menambahkan bahwa DEA dapat digunakan

di berbagai bidang, antara lain: kesehatan (health care), pendidikan (education),

transportasi (transportation), pabrik (manufacturing), maupun perbankan.

DEA lebih memfokuskan tujuannya, yaitu mengevaluasi kinerja suatu Unit

Kegiatan Ekonomi (UKE). Analisis yang dilakukan berdasarkan evaluasi terhadap

efisiensi relatif dari UKE yang sebanding, selanjutnya UKE-UKE yang efisien

tersebut akan membentuk garis frontier. Apabila UKE berada dalam garis frontier,

UKE dapat dikatakan efisien relative dibandingkan dengan UKE lainnya dalam

sampel. DEA juga menunjukkan UKE-UKE yang menjadi referensi bagi UKE-UKE

yang tidak efisien (Ascarya Diana Y dan Etty Puji Lestari, 2009) .

Ada tiga manfaat yang diperoleh dari pengukuran efisiensi DEA, yaitu

(Insukindro,dkk 2000 dalam Adrian Sutawijaya dan Etty Puji Lestari, 2009):

a. Sebagai tolak ukur untuk memperoleh efisiensi relatif yang berguna untuk

mempermudah perbandingan antara unit ekonomi yang sama.

b. Mengukur berbagai variasi efisiensi antar unit ekonomi untuk

mengindentifikasi faktor-faktor penyebabnya.

Page 78: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

c. Menentukan implikasi kebijakan, sehingga dapat meningkatkan nilai

efisiensinya.

DEA memiliki beberapa nilai manajerial. Pertama, DEA menghasilkan

efisiensi untuk setiap UKE, relatif terhadap UKE yang lain di dalam sampel. Angka

efisiensi ini memungkinkan seseorang analisis untuk mengenali UKE yang paling

membutuhkan perhatian dan merencanakan tindakan perbaikan bagi UKE yang

tidak/kurang efisien.

Kedua, jika suatu UKE kurang efisien (efisiensi<100%) DEA menunjukkan

sejumlah UKE yang memiliki efisiensi sempurna (efficient reference set,

efisiensi=100%) dan seperangkat angka pengganda (multiplier) yang dapat digunakan

oleh manajer untuk menyusun strategi perbaikan. Informasi tersebut memungkinkan

seseorang analisis membuat UKE hipotesis yang menggunakan input yang lebih

sedikit dan menghasilkan output paling tidak sama atau lebih banyak dibandingkan

UKE yang tidak efisien, sehingga UKE hipotetis tersebut akan memiliki efisiensi

yang sempurna jika menggunakan bobot input dan bobot output dari UKE yang tidak

efisien. Pendekatan tersebut memberi arah strategis bagi manajer untuk meningkatkan

efisiensi suatu UKE yang tidak efisien melalui pengenalan terhadap input yang terlalu

banyak digunakan serta output yang produksinya terlalu rendah. Sehingga seorang

manajer tidak hanya mengetahui UKE yang tidak efisien, tetapi ia juga mengetahui

seberapa tingkat input dan output harus disesuaikan agar dapat memiliki efisiensi

yang tinggi.

Ketiga, DEA menyediakan matriks efisiensi silang. Efisiensi silang UKE A

terhadap UKE B merupakan rasio dari output tertimbang dibagi input tertimbang

Page 79: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

yang dihitung dengan menggunakan tingkat input dan output UKE A dan bobot input

dan output UKE B. Analisis silang dapat membantu seseorang manajer untuk

mengenali UKE yang efisien tetapi menggunakan kombinasi input dan menghasilkan

kombinasi output yang sangat berbeda dengan UKE yang lain. Keunggulan dan

kelemahan metode DEA adalah (Purwantoro, 2004):

a. Keunggulan DEA

Ø DEA tepat untuk model yang mempunyai banyak input dan output

Ø Fungsi persamaan/ pertidaksamaan dari DEA tidak memerlukan

asumsi yang berkaitan dengan input dan outputnya.

Ø Unit yang diukur akan dibandingkan secara langsung dengan unit-unit

yang dievaluasi

Ø Input dan output dapat mempunyai satuan yang berbeda

Ø Karena kelebihan yang dimiliki DEA inilah maka pendekatan ini

menjadi alat ukur yang cukup handal dalam mengukur tingkat efisiensi

suatu unit analisis.

Ø Dapat menangani banyak input dan ouput.

Ø Tidak perlu asumsi hubungan fungsional antara variabel input dan

output.

Ø UKE (Unit Pengambil Keputusan) dibandingkan secara langsung

dengan sesamanya.

Ø Input dan output dapat memiliki satuan pengukuran yang berbeda.

Sebagai contoh X1 dapat dalam unit dan X2 dapat dalam dollar tanpa

apriori keduanya.

Page 80: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

b. Keterbatasan DEA:

Ø Bersifat simpel spesifik.

Ø Merupakan extreme point technique, kesalahan pengukuran dapat

berakibat fatal.

Ø DEA sangat bagus untuk estimasi efisiensi relatif UKE (unit kegiatan

ekonomi) tetapi sangat lambat untuk mengukur efisiensi absolut

dengan kata lain bisa membandingkan sesama UKE tetapi bukan

membandingkan maksimisasi secara teori.

Ø Uji hipotesis secara statistik atas hasil DEA sulit dilakukan.

Ø Menggunakan perumusan linier programming terpisah untuk tiap UKE

(perhitungan secara manual sulit dilakukan apalagi untuk masalah

berskala besar).

Ø Bobot dan input yang dihasilkan oleh DEA tidak dapat ditafsirkan

dalam nilai ekonomi.

2. Bentuk Formulasi Data Envelopment Analysis (DEA)

Fungsi tujuan programasi dalam model DEA akan menjadi rasio efisiensi

(total output tertimbang/total input tertimbang). Rasio efisiensi tersebut akan

dibandingkan dengan rasio efisiensi sampel lain (yang berperan sebagai

benchmark/reference set) bernilai paling efisien (100%). Dari hasil perbandingan

tersebut didapat nilai multiplier pengganda Y (shadow price). Angka shadow

price tersebut digunakan sebagai dasar penyesuaian input dan output unit

ekonomi yang kurang efisien menuju efisien.

Page 81: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Permasalahan yang terdapat pada kinerja untuk usaha kerajinan batik di

Desa Kauman Kota Pekalongan, pendekatan yang dapat digunakan adalah

kuantitatif yang meliputi efisiensi. Efisiensi dapat dinyatakan dalam rasio antara

total input tertimbang dengan total output tertimbang.

DEA untuk suatu UKE dapat diformulasikan sebagai program linier

fraksional yang solusinya dapat diperoleh jika model tersebut ditransformasikan

ke dalam program linier dengan bobot dari input dan output UKE tersebut sebagai

variabel keputusan (decision variables). Metode simpleks dapat digunakan untuk

menyelesaikan model yang sudah ditransformasikan ke dalam program linier.

DEA memerlukan penyelesaian program linier bagi setiap UKE. Hasilnya adalah

seperangkat bobot untuk suatu UKE dan angka efisiensi relatifnya (Anonim,

1999).

Efisiensi relatif UKE dalam DEA, juga didefinisikan sebagai rasio dari

total ouput tertimbang dibagi total input tertimbang (total weighted output/total

weighted input). Inti dari DEA adalah menentukan bobot (weighted) atau

timbangan untuk setiap input dan output UKE. Setiap UKE diasumsikan bebas

menentukan bobot untuk setiap variabel-variabel input maupun output yang ada,

asalkan mampu memenuhi dua kondisi yang disyaratkan (Samsubar Saleh, 2000).

Adapun kedua kondisi yang disyaratkan yaitu, (Silkman, 1986; Nugroho,

1995 dalam Huri M. D. dan Indah Susilowati, 2004):

a.Bobot tidak boleh negatif;

Page 82: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

b.Bobot harus bersifat universal. Hal ini berarti setiap UKE dalam sampel harus

dapat menggunakan seperangkat bobot yang sama untuk mengevaluasi rasionya

(total weighted output/total weighted input) dan rasio tersebut tidak lebih dari 1

(total weighted output/total weighted input ≤ 1) (Harjum Muharam dan

Pusvitasari, 2007).

DEA berasumsi bahwa setiap UKE akan memiliki bobot yang

memaksimumkan rasio efisiensinya (maximize total weighted ouput/total

weighted input) (Harjum Muharam dan Pusvitasari, 2007). Asumsi maksimisasi

rasio efisiensi ini menjadikan penelitian DEA ini menggunakan orientasi output

dalam menghitung efisiensi teknik. Orientasi lainnya adalah minimisasi input,

namun kedua asumsi tersebut akan diperoleh hasil yang sama (Adrian Sutawijaya

dan Etty Puji Lestari, 2009). Setiap UKE menggunakan kombinasi input yang

berbeda. Sehingga setiap UKE akan memilih seperangkat bobot yang

mencerminkan keragaman tersebut (Harjun Muharram dan Pusvitasari, 2007).

Silkman (1986); Nugroho (1995); dalam Huri M. D. dan Indah Susilowati

(2004) menyebutkan bahwa setiap UKE cenderung memiliki pola penggunaan input

minimum pada input yang memiliki bobot tinggi atau pola produksi output secara

maksimum pada output yang memiliki bobot tinggi untuk pencapaian tingkat efisiensi

yang maksimum. Bobot yang dipilih tersebut tidak semata-mata menggambarkan

suatu nilai ekonomis, tetapi lebih merupakan suatu kuantitatif rencana untuk

memaksimumkan efisiensi bersangkutan.

Kondisi ini dapat digambarkan, apabila suatu UKE merupakan perusahaan

yang berorientasi pada keuntungan (profit maximizing firm) dan setiap input-

Page 83: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

outputnya memiliki biaya per unit serta harga jual per unit. Hal ini menjadikan

perusahaan tersebut akan menggunakan seminimal mungkin input yang biaya per

unitnya termahal atau berusaha memproduksi sebanyak mungkin output yang harga

jualnya tertinggi (Samsubar Saleh, 2000).

Suatu UKE dikatakan efisien secara relatif apabila nilai dualnya sama dengan

1 (nilai efisiensi 100 persen), sebaliknya apabila nilai dualnya kurang dari 1 maka

UKE bersangkutan dianggap tidak efisien secara relatif (Silkman, 1986; Nugroho,

1995 dalam Huri M. D. dan Indah Susilowati, 2004).

Page 84: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Keadaan Wilayah

1. Letak Geografis Administratif

Kota Pekalongan merupakan bagian dari wilayah Provinsi Jawa

Tengah yang terletak di wilayah pembangunan (WP) II serta berada di

jalur regional utara Pulau Jawa antara Jakarta-Semarang-Surabaya. Secara

geografis, kota Pekalongan terletak pada posisi 109o37’55” -109042’19”

Bujur Timur dan 6 50’42”-6 55’44” lintang selatan. Kota Pekalongan

memiliki luas wilayah 45,25 Km2 yang terbagi ke dalam 47 kelurahan

dengan jumlah penduduk pada tahun 2009 sebesar 276.158 jiwa.

Wilayah Kota Pekalongan dibatasi oleh:

1. Sebelah utara : laut jawa

2. Sebelah barat : Kabupaten Pekalongan

3. Sebelah selatan : Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten

Batang

4. Sebelah timur : Kabupaten Batang

Sejalan dengan perkembangan wilayah Jawa Tengah, Kota

Pekalongan pun juga menunjukkan perkembangan yang cukup berarti,

yang dapat dilihat dari skala kegiatan. Ragam kegiatan tentunya masih

Page 85: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dalam batas kerangka pengendalian perkembangan Kota Pekalongan,

walaupun terkadang ada juga yang keluar dari kerangka pengendalian.

Kota Pekalongan bukan hanya menjadi pusat pelayanan bagi

internal Kota Pekalongan sendiri, akan tetapi juga menjadi pusat

pelayanan dalam skala regional atau wilayah sekitarnya yang meliputi

Kabupaten Batang, Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Pemalang.

Secara administratif kota Pekalongan dibagi menjadi 4 kecamatan dengan

luas wilayah 4,525 Ha atau sekitar 0,14 % dari luas wilayah Jawa Tengah.

2. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk

Jumlah penduduk Kota Pekalongan pada tahun 2009 adalah

276.158 jiwa, terdiri dari 134.332 laki-laki (48,64%) dan 141.826

perempuan (51,36 %). Sedangkan banyaknya rumah tangga adalah

68.432. Jumlah penduduk Kota Pekalongan dari tahun ke tahun

mengalami peningkatan. Di tahun 2008 tercatat jumlah penduduk

sebanyak 273.911 jiwa dan tahun 2009 sebesar 276.158 jiwa. Pada tabel

4.1 ditunjukkan jumlah penduduk Kota Pekalongan dari tahun 2005-2009.

Page 86: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 4.1 Banyaknya Penduduk Kota Pekalongan

Menurut Jenis Kelamin Tahun 2009

Kecamatan jenis kelamin

Jumlah Laki-laki Perempuan

Pekalongan Barat 42.649 45.256 87.905 Pekalongan Timur 30.854 33.42 64.274 Pekalongan Selatan 25.513 25.841 51.354 Pekalongan Utara 35.316 37.309 72.625

Jumlah Total 134.332 141.826 276.158 2008 133.215 140.696 273.911 2007 132.196 139.794 271.99 2006 132.557 135.913 268.47 2005 132.217 135.357 267.574

Sumber: BPS Kota Pekalongan

Kepadatan penduduk di Kota Pekalongan cenderung meningkat

seiring dengan kenaikan jumlah penduduk. Rasio ketergantungan

(dependency ratio) Kota Pekalongan cukup kecil, hal ini disebabkan

karena jumlah penduduk usia 15-64 tahun lebih besar dari penduduk usia

0-14 tahun dan 65 tahun ke atas. Pada tabel 4.2 dijelaskan jumlah

penduduk dewasa dan anak-anak Kota Pekalongan tahun 2009.

Page 87: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Dewasa dan Anak-anak

Kota Pekalongan Tahun 2009

Kecamatan Dewasa Anak-anak Jumlah Pekalongan Barat 59.837 28.068 87.905 Pekalongan Timur 43.759 20.515 64.274 Pekalongan Selatan 34.943 16.411 51.354 Pekalongan Utara 49.434 23.191 72.625

Jumlah 187.973 88.185 276.158 2008 186.445 87.466 273.911 2007 199.653 72.337 271.99 2006 187.76 80.71 268.47 2005 187.128 80.446 267.574

Sumber: BPS Kota Pekalongan tahun 2009

3. Keadaan Ekonomi

a. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Pertumbuhan ekonomi Kota Pekalongan tahun 2009 yang

dutunjukkan oleh laju pertumbuhan produk domestic bruto atas dasar harga

konstan tahun 2000 lebih tinggi dari tahun sebelumnya yaitu 4,78 %. Hal

ini terjadi karena pertumbuhan di sebagian besar sektor usaha lebih tinggi

dibandingkan tahun sebelumnya.

Pertumbuhan riil secara sektoral tahun 2009 terlihat bervariasi,

namun secara umum mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya.

Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor perdagangan yaitu sebesar 12,35

%. Pertumbuhan riil terendah dicapai oleh sektor pertanian sebesar -

3,37%.

Page 88: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Sektor perdagangan memberikan sumbangan tertinggi terhadap

ekonomi Kota Pekalongan yaitu sebesar 23,11 %, sementara industri

pengolahan yang diharapkan sebagai penunjang perekonomian

memberikan peran 19,86 %

Page 89: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 4.3

PDRB Menurut Lapangan Usaha di Kota Pekalongan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2007-2009 (Juta Rp)

Lapangan usaha 2007 2008 2009 1. Pertanian 252.329,44 257.096,79 257.482,52

- Tanaman bahan makanan 25.849,22 28.396,63 31.630,15 - Peternakan 31.883,53 37.864,46 44.752,85 - Perikanan 194.596,69 190.836,70 181.099,49

2. Pertambangan 0,00 0,00 0,00

3. Industri pengolahan 559.906,09 646.107,71 690.347,06 4. Listrik, gas dan air minum 51.096,23 54.348,26 55.903,83

- Listrik 48.524,41 51.630,62 53.104,23 - Gas 0,00 0,00 0,00 - air minum 2.571,82 2.717,64 2.799,59

5. Bangunan 432.613,39 473.671,27 527.243,49 6. Perdagangan 707.096,91 749.770,68 803.633,82

- perdagangan besar/eceran 616.488,18 645.813,75 685.929,18 - hotel/losmen/hotel 12.513,83 13.580,98 14.676,05 - restoran/rumah makan 78.094,90 90.375,96 103.028,59

7. pengangkutan & komunikasi 362.244,84 377.582,89 398.189,28 - angkutan kereta api 11.278,08 12.654,73 14.202,53 - angkutan jalan raya 281.336,16 288.692,75 299.871,38 - jasa penunjang angkutan 3.666,19 3.792,47 3.977,62 - pos dan telekomunikasi 65.964,41 72.442,94 80.137,74

8. keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 233.782,08 247.152,67 260.053,64

- perbankan 82.743,36 87.535,45 90.261,60 - lembaga keuangan non bank 38.953,48 42.762,49 45.204,69 - sewa bangunan 105.408,46 108.896,14 115.604,14 - jasa perusahaan 6.676,78 7.958,59 8.983,21

9. jasa-jasa 394.747,03 418.889,07 483.845,74 - pemerintahan dan hankam 319.792,84 345.742,90 398.871,80 - jasa sosial dan kemasyarakatan 24.315,05 24.257,32 27.172,08 - jasa hiburan dan rekreasi 1.120,02 1.231,14 1.929,94 - jasa perorangan dan RT 49.519,12 47.657,70 56.508,91

PDRB 2.933.816,00 3.224.619,35 3.476.699,37 Sumber: BPS, Pekalongan dalam angka 2009

Page 90: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Berdasarkan tabel 4.3 PDRB Kota Pekalongan dari tahun ke tahun

mengalami peningkatan. Pada tahun 2008 PDRB Kota Pekalongan sebesar

3.224.619,35 dan pada tahun 2009 meningkat menjadi sebesar

3.476.699,37. Sedangkan indeks perkembangan PDRB berdasarkan

lapangan usaha juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.4 di bawah ini:

Page 91: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 4.4 Indeks Perkembangan PDRB Menurut Lapangan Usaha di Kota Pekalongan

Atas Dasar Harga Berlaku (Th.2000=100) tahun 2007-2009

Lapangan usaha 2007 2008 2009 Pertanian 117,42 119,64 119,82 Tanaman bahan makanan 116,21 127,66 142,20 Peternakan 211,29 250,93 296,58 Perikanan 109,59 107,48 101,99 Pertambangan 0,00 0,00 0,00 Industri pengolahan 200,54 231,43 247,28 Listrik, gas dan air minum 422,56 449,45 462,31 Listrik 427,58 454,95 467,93 Gas 0,00 0,00 0,00 Air minum 345,88 365,49 376,52 Bangunan 273,55 299,51 333,38 Perdagangan 199,68 211,73 226,94 Perdagangan besar/eceran 190,41 199,47 211,86 Hotel/losmen/hotel 234,16 254,12 274,61 Restoran/rumah makan 312,38 361,51 412,12 Pengangkutan & komunikasi 235,86 245,85 259,27 Angkutan kereta api 204,31 229,25 257,29 Angkutan jalan raya 243,34 249,71 259,38 Jasa penunjang angkutan 349,32 361,35 378,99 Pos dan telekomunikasi 210,07 230,71 255,21 Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 263,67 278,74 293,30

Perbankan 271,84 287,58 296,54 Lembaga keuangan non bank 278,55 305,79 323,25 Sewa bangunan 251,88 260,21 276,24 Jasa perusahaan 278,92 332,46 375,27 Jasa-jasa 263,09 279,18 322,47 Pemerintahan dan hankam 274,74 297,03 342,68 Jasa sosial dan kemasyarakatan 187,30 186,85 209,30 Jasa hiburan dan rekreasi 142,25 156,37 164,22 Jasa perorangan dan RT 249,16 239,80 284,33

PDRB 212.222 228,58 246,45 Sumber: BPS, Kota Pekalongan dalam angka

Page 92: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

b. Inflasi

Adalah kenaikan harga barang-barang secara keseluruhan. Inflasi

menjadi indikator dalam melihat keadaan perekonomian suatu daerah

dalam jangka waktu tertentu. Inflasi juga mempunyai pengaruh terhadap

pembangunan perekonomian di suatu daerah.

Pada tahun 2009 perkembangan inflasi Kota Pekalongan mengalami

fluktuasi. Pada awal tahun 2009 angka inflasi sebesar 0,06 dan pada akhir

tahun sebesar 0,45. Untuk melihat perkembangan jalannya inflasi pada

tahun 2009 ditunjukkan oleh tabel 4.5

Page 93: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 4.5

Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen (inflasi)

di Kota Pekalongan tahun 2009

Sumber: BPS, Kota Pekalongan dalam angka 2009

4. Kondisi Usaha Batik di Pekalongan

Pekalongan dikenal dengan sebutan kota batik. Masyarakatnya

sebagian besar berkecimpung di bidang usaha pembatikan. Kota

Pekalongan sebagai sentra industri tekstil khususnya batik dan perikanan

dengan jumlah penduduk tahun 2009 sebanyak 276.158 jiwa dan 66 %

merupakan usia kerja yang mayoritas menekuni kerajinan batik.

Batik sebagai nafas ekonomi kota Pekalongan telah tumbuh sejak

puluhan hingga ratusan tahun lalu terus selalu mengalami evolusi,

meskipun kegiatan yang ada cenderung monoton. Yakni hanya terpaku

Bulan

Kelompok Pengeluaran

Umum Bahan

Makanan Makanan

Jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transportasi

Januari 0,06 1,77 0,71 1,05 4,49 4,64 0,17 4,77

Februari 0,17 0,83 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0

Maret 0,24 2,92 0,13 0,3 0 0,79 0,0 0,0

April 0,19 2,53 0,24 1,41 0,42 0,0 0,0 0,09

Mei 0,24 0,56 1,41 0,03 0,42 0,71 0,0 0,0

Juni 0,21 0,2 0,68 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0

Juli 0,31 0,46 0,0 0,0 1,35 0,0 2,32 0,0

Agustus 0,38 1,41 0,35 0,03 0,44 0,0 0,0 0,27

September 1,11 2,66 0,11 0,08 1,31 0,0 2,12 2,31

Oktober 0,23 0,51 0,36 0,83 0,09 0,3 0,02 1,06

November 0,26 0,5 0,33 0,15 0,16 0,19 0,19 0,75

Desember 0,45 0,29 1,95 0,22 0,1 0,26 0,07 0,06

Page 94: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pada proses produksi dan menjualnya ke pasar. Kegiatan semacam itu

telah berjalan rutin dalam rentang waktu yang cukup panjang.

Kegiatan batik yang berlangsung sejak 200 tahun silam dengan

produk telah diperdagangkan tersebar hampir di semua provinsi dan

manca negara masih terus tumbuh. Adapun batik ekspor Indonesia

hingga kini masih cukup bertahan meski banyak hambatan terkait dengan

masuknya produk-produk tekstil motif batik dari Cina dan Malaysia

dalam era ekonomi global.

Sekretaris Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN),

Departemen Perdagangan Dede Hidayat ketika berada di Kota

Pekalongan dalam pembinaan industri kecil dan menengah dalam

memperkuat jaringan cluster industri mengakui, jika perkembangan batik

di Indonesia meningkat sehingga tahun 2006 sudah mencapai 48,287 unit

dengan menyerap tenaga kerja 792.285 orang dan nilai produksinya

menembus angka Rp 2,9 triliun. Unit batik itu tersebar di 17 provinsi di

Indonesia. Antara lain jawa tengah yang pusatnya di Pekalongan.

(Riyanto DC: 2008). Jumlah UKM batik di Pekalongan berjumlah 621

unit. (Disperindagkop Kota Pekalongan 2010). Semuanya tersebar di

seluruh Pekalongan.

Page 95: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5. Gambaran umum daerah dan objek penelitian

Desa kauman terletak di wilayah kecamatan Pekalongan Timur

Kota Pekalongan. Keberadaan desa Kauman ini tergolong sangat

strategis. Hal ini dikarenakan letaknya di pusat kota tepatnya ± 10 meter

dari Masjid Agung Kauman. Sehingga akses untuk menjangkaunya

amatlah mudah.

Desa kauman merupakan salah satu desa wisata dan belanja batik

di Kota Pekalongan selain kelurahan Pesindon. Alasan Desa Kauman

menjadi salah satu wisata dan belanja ini dikarenakan banyaknya

pengusaha batik yang tersebar di daerah ini. Mulai dari yang berskala

kecil hingga besar. Berdasarkan data kelurahan Kauman pada tahun 2008

UKM batik sejumlah 29 buah. Kemudian berdasarkan kelompok sadar

wisata kelurahan Kauman pada tahun 2011 jumlah UKM batik sejumlah

45 buah. (Telecenter PKBK: 2011)

Selain banyaknya UKM batik yang ada di Desa Kauman, alasan

lain yang menjadi pertimbangan desa kauman menjadi desa wisata dan

belanja batik adalah adalah adanya kelompok/paguyuban para pengusaha

batik kauman yang dikenal dengan nama Pokdarwis Kampoeng Batik

Kauman (PKBK) dimana kelompok ini mempunyai pusat komunikasi

(telecenter) para pengusaha batik. Melalui telecenter yang ada di PKBK

ini informasi tentang batik kauman dapat diperoleh dan segala aspirasi

Page 96: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

para pengusaha dapat disalurkan. Setiap tahun bertepatan dengan ulang

tahun Kota Pekalongan di desa kauman diadakan kegiatan yang

bernuansakan batik. Untuk tahun 2011 ada sejumlah kunjungan berbagai

walikota dari berbagai kota dimana hal ini merupakan salah satu program

pemerintah kota untuk dapat memasyarakatkan batik pekalongan agar

dapat dikenal khalayak ramai.

Wilayah Kauman terbagi dalam 17 RT dan 3 RW. Adapun luas

wilayah ini adalah 118.025 Ha dengan jumlah jumlah penduduk 1949

orang (932 laki-laki dan 1017 perempuan) dan jumlah kepala keluarga

(KK) sebanyak 597 KK. Adapun batas wilayah desa kauman:

1. sebelah utara : kelurahan sampangan

2. sebelah selatan : kelurahan keputran

3. sebelah barat : kelurahan kergon

4. sebelah timur : kelurahan keputran

B. Analisis Dekriptif

Analisis deskriptif dimaksudkan untuk memberikan gambaran

terhadap data-data penelitian yang nantinya akan digunakan sebagai bahan

analisis data statistik. Penelitian ini mencakup data mengenai jumlah tenaga

kerja, malam, kain, obat pewarna dan produk yang dihasilkan pada suatu

usaha kecil dan menengah (UKM) batik selama satu bulan. Data-data ini

Page 97: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

diperoleh langsung dari wawancara langsung kepada para pengusaha batik

yang ada di Desa Kauman, Kota Pekalongan.

Pengambilan data dilakukan pada bulan Maret 2011 berdasarkan

pengalaman langsung para pengusaha batik dalam memproduksi produk batik.

Adapun analisis deskriptif dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Tenaga kerja

Tenaga kerja mempunyai peran penting dalam sebuah proses

produksi batik. Tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi

mempunyai fungsi masing-masing. Hal ini dikarenakan pada proses

produksi membutuhkan tahapan-tahapan yang cukup panjang sehingga

membutuhkan peranan yang berbeda-beda pula. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja yang digunakan oleh setiap

pengusaha dalam kegiatan produksi berbeda-beda. Banyaknya tenaga

kerja yang digunakan rata-rata berkisar antara 4 sampai dengan 20 orang.

Secara terperinci data sebaran dan persentase penyerapan tenaga kerja

pada pengusaha batik dapat dilihat pada tabel 4.6.

Page 98: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 4.6 Banyaknya tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi

selama satu bulan (orang)

Sumber: data primer 2011, diolah

2. Jumlah malam (lilin batik)

Para pengusaha dalam menggunakan malam selama satu bulan

bervariasi berkisar antara 20 kg sampai dengan 600 kg. banyaknya

penggunaan malam yang dipakai dalam produksi batik sangat bervariasi.

Hal ini tergantung pada motif dan jenis produk batik yang dihasilkan.

Tabel 4.7 Banyaknya malam yang digunakan dalam proses produksi

selama satu bulan (Kg)

Sumber: data primer 2011, diolah

No Jumlah Tenaga

Kerja Jumlah

Responden 1 1-10 17 2 11-20 11 3 21- 30 5 4 31- 40 0 5 41- 50 2

Total 35

No Jumlah Malam

Jumlah Responden

1 1- 100 13 2 101-200 14 3 201-300 4 4 301-400 1 5 401-500 2 6 501- 600 1

Total 35

Page 99: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3. Jumlah Kain

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah penggunaan

kain untuk kegiatan produksi, setiap pengusaha berlainan. Banyaknya

penggunaan kain berkisar antara 12 s/d 6000 yard.. Untuk lebih

jelasnya mengenai jumlah pemakaian kain dalam produksi batik

dijelaskan dalam tabel 4.8:

Tabel 4.8 Banyaknya penggunaan kain untuk proses produksi

selama satu bulan (yard)

No Jumlah

Kain Jumlah

responden 1 0-1000 29 2 1001-2000 4 3 2001-3000 1 4 3001-4000 0 5 4001-5000 0 6 5001-6000 1

Total 35 Sumber: data primer 2011, diolah

4. Jumlah produk

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah produk yang

dihasilkan setiap pengusaha bervariasi. Produksi batik yang dihasilkan

berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Ada yang berupa hem, blus,

dll. Sehingga menyebabkan adanya perbedaan barang produksi yang

dihasilkan. Banyaknya jumlah produksi yang dihasilkan berkisar

antara 240 s/d 3000 potong. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah

pemakaian kain dalam produksi batik dijelaskan dalam tabel 4.9

Page 100: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 4.9 Banyaknya jumlah produksi yang dihasilkan

selama satu bulan (potong)

Sumber: data primer 2011, diolah

C. Analisis Data Dengan Metode DEA

Penenlitian ini menggunakan data primer yang diperoleh melalui

wawancara satu per satu dengan para pemilik usaha pengusaha batik di desa

Kauman Kota Pekalongan. Adapun alasan pemilihan teknik wawancara ini

dimaksudkan agar diperoleh data yang valid karena diperoleh langsung dari

para pengusaha batik. Data yang diambil langsung dari responden sebagai

bahan penelitian sangat banyak. Adapun data-data tersebut yang digunakan

dalam pengukuran adalah:

1. Efisiensi Teknis

a. Variabel input :

1) Tenaga kerja (TK)

2) Malam (lilin batik) (Mlm)

3) Kain

4) Obat pewarna (OP)

No Jumlah

Produksi Jumlah

Responden 1 0-500 20 2 501-1000 11 3 1001-1500 2 4 1501-2000 1 5 2001-2500 0 6 2500-3000 1

Total 35

Page 101: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

b. Variabel output: Produk batik (PROD)

2. Efisiensi Revenue

a. Variabel input

1) Tenaga Kerja (TK)

2) Upah Tenaga Kerja

3) Malam (Mlm)

4) Harga Malam (H.Mlm)

5) Kain

6) Harga Kain (H.Kain)

7) Obat Pewarna (OP)

8) Harga Obat Pewarna (H.OP)

b. Variabel output

1) Produk batik (Prod)

2) Harga Jual Produk Batik (HJ. PROD)

Dari hasil analisis yang dilakukan dengan menggunakan metode DEA

(Data Envelopment Analysis), diperoleh hasil sebagai berikut ini:

Page 102: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 4.10 efisiensi teknis dan revenue

No Responden Efisiensi Teknis

Efisiensi Revenue

1 1 100 100

2 2 100 100

3 3 89,32 100

4 4 100 100

5 5 100 100

6 6 100 100

7 7 68,67 93,22

8 8 90,16 90,20

9 9 67,50 77,17

10 10 64,60 100

11 11 69,85 85,78

12 12 100 100

13 13 100 100

14 14 100 100

15 15 96,15 96,96

16 16 82,78 89,09

17 17 100 100

18 18 100 100

19 19 100 100

20 20 66,05 69,02

21 21 100 100

22 22 99,56 99,69

23 23 96,63 96,67

24 24 96,94 100

25 25 96,35 100 Bersambung ke halaman berikutnya

Page 103: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

No Responden Efisiensi Teknis

Efisiensi Revenue

21 21 100 100

22 22 99,56 99,69

23 23 96,63 96,67

24 24 96,94 100

25 25 96,35 100

26 26 71,37 72,56

27 27 95,08 96,13

28 28 59,74 64,23

29 29 61,29 75,06

30 30 60,43 87,74

31 31 56,64 78,22

32 32 61,06 80,19 33 33 41,95 59,58

34 34 53,90 100

35 35 61,88 69,87 Sumber: data primer 2011, diolah

Berdasarkan data diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat 12

pengusaha batik/ pelaku UKM yang sudah dinyatakan efisien secara teknis.

Hal ini dapat dilihat dari skor efisiensi sebesar 100 %. Artinya penggunaan

input oleh pengusaha batik untuk menghaslkan output sudah optimal. Selain

itu dalam proses produksi tidak terdapat pemborosan pemakaian input

sehingga output yang dihasilkan dapat optimal. Adapun ke-12 pengusaha

yang telah mencapai efisien tersebut adalah 1, 2, 4, 5, 6, 12, 13,14, 17, 18, 19,

21. Sedangkan pengusaha yang belum dinyatakan efisien sebanyak 23

responden. Hal ini dapat dilihat dari skor efisiensi kurang dari 100 %. Artinya

penggunaan input oleh pengusaha batik dalam menghasilkan output belum

optimal. Selain itu dalam proses produksi tidak terdapat pemborosan

Page 104: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pemakaian input sehingga output yang dihasilkan belum optimal. Adapun ke-

23 pengusaha yang belum mencapai efisien tersebut adalah 3, 7, 8, 9, 10, 11,

15, 16, 20, 22, 23, 24, 25 ,26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35. Bila

dipersentase pengusaha yang telah mencapai efisien sebanyak 35 % dan yang

belum mencapai efisien sebanyak 65 %. Berarti jumlah pengusaha yang

belum mencapai efisien lebih banyak bila dibandingkan jumlah pengusaha

yang telah mencapai efisien.

Berdasarkan data diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat 17

pengusaha batik/ pelaku UKM yang sudah dinyatakan efisien secara revenue.

Hal ini dapat dilihat dari skor efisiensi sebesar 100 %. Artinya penggunaan

input dan balas jasa (harga) input yang dikeluarkan oleh pengusaha batik

untuk menghasilkan output sudah optimal. Selain itu dalam proses produksi

tidak terdapat pemborosan pemakaian input dan balas jasa (harga) yang

dikeluarkan sehingga dapat menghasilkan output yang optimal. Adapun ke-17

pengusaha yang telah mencapai efisien tersebut adalah 1, 2, 3, 4, 5, 6, 10, 12,

13, 14, 17, 18,19, 21, 24, 25, 34. Sedangkan pengusaha yang belum

dinyatakan efisien sebanyak 18 responden. Hal ini dapat dilihat dari skor

efisiensi kurang dari 100 %.artinya penggunaan input balas jasa (harga) input

yang dikeluarkan oleh pengusaha batik dalam menghasilkan output berupa

produk batik belum optimal. Selain itu dalam proses produksi terdapat

pemborosan pemakaian input dan kelebihan balas jasa (harga) yang

dikeluarkan sehingga output yang dihasilkan belum optimal. Adapun ke-18

pengusaha yang belum mencapai efisien tersebut adalah 7, 8, 9, 11, 15, 16, 20

Page 105: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

, 22, 23, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 35. Bila dipersentase pengusaha yang

telah mencapai efisien sebanyak 48 % dan yang belum mencapai efisien

sebanyak 64 %. Berarti jumlah pengusaha yang belum mencapai efisien lebih

banyak bila dibandingkan jumlah pengusaha yang telah mencapai efisien. Bila

dipersentase pengusaha yang telah mencapai efisien sebanyak 48 % dan yang

belum mencapai efisien sebanyak 52 %. Berarti jumlah pengusaha yang

belum mencapai efisien lebih banyak bila dibandingkan jumlah pengusaha

yang telah mencapai efisien.

D. Sumber Inefisiensi dan Pemecahannya

Secara umum usaha kecil dan menengah (UKM) batik di Desa

Kauman Kota Pekalongan belum sepenuhnya efisien baik secara teknis

maupun revenue. Bila dilihat dari efisiensi teknis pengusaha yang telah

mencapai efisien sebanyak 12 responden (35 %) dan yang belum mencapai

efisien sebanyak 23 responden (65 %). Bila dilihat dari efisiensi revenue

pengusaha yang telah mencapai efisien sebanyak 17 responden (48%) dan

pengusaha yang belum mencapai efisien sebanyak 18 responden (52 %). Bila

dilihat dari efisensi alokatif tidak ada yang mencapai efisiensi dan menurut

efisiensi ekonomis sebanyak 12 responden (35%) telah mencapai efisiensi dan

23 lainnya (65%) belum efisien.

Sumber-sumber inefisiensi pada usaha kecil dan menengah (UKM)

batik Desa Kauman Kota Pekalongan dapat dilihat pada nilai efisiensi variabel

Page 106: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

input dan output. Nilai efisiensi variabel pada usaha kecil dan menengah

(UKM) batik Desa Kauman Kota Pekalongan dapat dicari dengan metode

DEA.

Berdasarkan perhitungan DEA, nilai achieved per variabel pada 35

responden belum semuanya mencapai nilai 100%. Tidak tercapainya nilai

tersebut mengindikasikan bahwa penggunaan variabel input maupun output

belum efisien. Tidak efisiennya variabel tersebut mengakibatkan produktivitas

usaha kecil dan menengah (UKM) batik juga tidak efisien. Pada variabel

yang mempunyai nilai achieved sama dengan 100% berarti variabel tersebut

telah digunakan dengan efisien.

Berdasarkan dari hasil perhitungan dengan menggunakan metode DEA

dapat terlihat sumber inefisiensi dimana antara UKM yang satu dengan yang

lainnya berbeda. Langkah berikutnya setelah diketahui sumber inefisiensi

pada suatu UKM adalah bagaimana menjadikan pengusaha batik yang belum

efisien menjadi efisien. Dengan metode DEA ini juga dapat dicari bagaimana

menjadikan UKM yang belum efisien dapat menjadi efisien. Cara yang dapat

digunakan adalah dengan menyesuaikan nilai aktual dengan nilai target.

Misalnya pada pengusaha 22, variabel yang menyebabkan inefisiensi adalah

malam (Mlm) dan kain dimana nilai aktual penggunaan malam pengusaha 22

untuk produksi batik adalah 53 sementara nilai targetnya adalah 52,8 sehingga

tingkat efisiensi dalam penggunaan variabel malam hanya sebesar 99,6 % dan

untuk menjadikan variabel ini efisien maka penggunaan variabel malam harus

dikurangi sebesar 0,4 %.

Page 107: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Sedangkan nilai aktual penggunaan kain adalah 521 dimana nilai

targetnya adalah 505 sehingga tingkat efisiensi penggunaan variabel kain oleh

pengusaha 22 hanya sebesar 96,9 %, untuk menjadikan variabel ini efisien

maka penggunaan variabel kain harus dikurangi sebesar 3,1 %. Begitu pula

untuk variabel-variabel yang belum efisien dapat dicari dengan cara yang

sama.

Page 108: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil penghitungan dengan menggunakan DEA dari 35

responden dilihat dari efisiensi teknis menunjukkan sebanyak 12 pengusaha

telah mencapai efisien dan sebanyak 23 pengusaha belum mencapai efisien.

Sedangkan dari efisiensi revenue menunjukkan bahwa sebanyak 17 pengusaha

telah mencapai efisien dan sebanyak 18 pengusaha belum mencapai efisien.

Bila ditinjau secara umum baik dari efisiensi teknis maupun revenue masih

banyak pengusaha yang belum sepenuhnya efisien. Walaupun demikian ada

beberapa pengusaha yang hampir mencapai efisien. Sehingga perlu

ditingkatkan agar mencapai efisien.

2. Sumber-sumber yang menyebabkan inefisiensi pada usaha kecil dan

menengah (UKM) batik berasal dari variabel input atau bahan baku yang

digunakan. Sehingga terjadi pemborosan dan inefisiensi dalam proses

produksi. Hal ini dikerenakan dalam proses produksi batik para pengusaha

hanya berdasarkan pengalaman dan ilmu turun temurun dari lintas generasi.

Page 109: ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) … · ANALISIS EFISIENSI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK DI DESA KAUMAN KOTA PEKALONGAN DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Saran

1. Bagi pengusaha batik yang sudah efisien disarankan agar tetap

mempertahankan tingkat efisiensinya dengan cara memanfaatkan input yang

sudah dimiliki. Sedangkan bagi pengusaha batik yang belum efisien

disarankan agar menggunakan input secara efisien, dengan cara menambah

dan mengurangi faktor produksi yang dianggap belum efisien.

2. Berdasarkan analisis dengan menggunakan DEA bagi UKM yang belum

efisien adalah dengan pengurangan input yang digunakan dalam proses

produksi. Hal ini dapat dilakukan dengan menyesuaikan nilai aktual dari

variabel input dan output usaha produksi batik yang belum efisien sesuai

dengan nilai target yang direkomendasikan DEA.

3. Bagi pengusaha batik yang belum efisien dapat mengacu dan belajar pada

pengusaha batik yang sudah mencapai efisien. Untuk pengusaha yang telah

mencapai efisiensi bersedia membagi ilmuya kepada pengusaha yang belum

efisien sehingga diantara kedua belah pihak terjadi komunikasi dan transfer

ilmu.