ANALISIS EFISIENSI POLA DISTRIBUSI HASIL PENANGKAPAN IKAN ... · Pengertian Pemasaran Berbagai...

14
JSM (Jurnal Sains Manajemen) ISSN : 2302-1411 Program Magister Sains Manajemen UNPAR Volume I, Nomor 1, April 2013 Analisis Efisiensi Pola Distribusi Hasil Penangkapan Ikan Nelayan Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau 96 Analisis Efisiensi Pola Distribusi Hasil Penangkapan Ikan Nelayan Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Denny Johanson, MSM UNPAR Penelitian ini adalah upaya mengungkapkan efisiensi pola distribusi hasil penangkapak ikan nelayan Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei lapangan untuk menemukan populasi nelayan, dan pengumpul diberbagai tingkat pasar, serta perubahan atau peningkatan pada setiap tingkatan pasar (pengumpul) dan besarnya tingkat keuntungan (mark-up) yang diterima pengumpul. Hasil investigasi dilapangan menemukan data jumlah nelayan laut di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau sebanyak 674 nelayan, ada 3 (tiga) tingkatan jalur distribusi pemasaran perikanan hasil tangkapan nelayan Kecamatan Kahayan Kuala yang disebut pengumpul I sebanyak 44 unit, pengumpul II sebanyak 31 unit dan PPI/TPI 2 perusahaan pembeli atau penampung besar untuk kepentingan ekspor. Hasil analisis menyimpulkan sebagai berikut : 1. Nelayan sesungguhnya mempunyai berbagai alternatif untuk memilih jalur distribusi pemasaran yang menguntungkan atas dasar tingkatan harga yang ditawarkan pengumpul. Kenyataannya dari jumlah 674 nelayan, 100,00 % menjual hasil tangkapannya dilaut kepada pengumpul I. 2. Nelayan mempunyai tambahan keuntungan sebesar jika menjual kepada pengumpul II atau ke PPI/TPI di Banjarmasin. 3. Ketidakmampuan nelayan untuk mengakses (mencapai) jalur distribusi yang menguntungkan karena secara teknis tidak efisien dengan kapasitas muatan kapal motor dibawah 0,50 ton. Akibatnya secara ekonomis lebih menguntungkan menjual kepada pengumpul I. 4. Dengan semakin panjangnya jalur distribusi pemasaran maka harga semakin tinggi mencapai 76,06 %. 5. Besarnya marjin nelayan 58,33 %, besarnya mark-up pengumpul I 47,37 % lebih besar dari pengumpul II yang hanya 11,94 % dengan total 59,31 %. 6. Hasil uji statistik menyimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan besarnya mark-up yang diterima pedagang perantara atas dasar tingkat pasar. Kata Kunci : Nelayan, Pengumpul, Harga, dan Mark-up. PENDAHULUAN Fenomena yang dihadapi oleh masyarakat nelayan dan petani sekarang ini bukan saja masalah produksi melainkan sampai pada masalah pemasaran dan distribusi. Masalah pemasaran dan distribusi tidak saja berhubungan dengan sarana fisik (jalan dan angkutan) untuk mencapai pasar yang lebih luas, melainkan juga keterlibatan pihak ke tiga (pedagang perantara) yang turut memperumit pola distribusi yang efisien. Seharusnya pihak ketiga (pedagang perantara) adalah mitra bisnis yang dapat diandalkan untuk dapat mensejahterakan masyarakat nelayan dan petani. Oleh karena itu, masalah efisiensi merupakan masalah yang terpenting tidak saja dalam kegiatan produksi melainkan juga dalam kegiatan pemasaran dan distribusi. Sesuai dengan pernyataan Rentra Bappeda Kabupaten Pulang Pisau (2007), bahwa salah satu fenomena ketidakefisienan yang dihadapi nelayan/petani dalam masalah pemasaran dan distribusi adalah pola-pola distribusi yang rumit dan panjang yang menyebabkan beberapa konsekuensi yang

Transcript of ANALISIS EFISIENSI POLA DISTRIBUSI HASIL PENANGKAPAN IKAN ... · Pengertian Pemasaran Berbagai...

Page 1: ANALISIS EFISIENSI POLA DISTRIBUSI HASIL PENANGKAPAN IKAN ... · Pengertian Pemasaran Berbagai macam definisi pemasaran yang diungkapkan oleh para ahlinya, ada yang menekankan pada

JSM (Jurnal Sains Manajemen) ISSN : 2302-1411

Program Magister Sains Manajemen UNPAR Volume I, Nomor 1, April 2013

Analisis Efisiensi Pola Distribusi Hasil Penangkapan Ikan Nelayan Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau 96

Analisis Efisiensi Pola Distribusi Hasil Penangkapan Ikan Nelayan Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau

Denny Johanson, MSM UNPAR

Penelitian ini adalah upaya mengungkapkan efisiensi pola distribusi hasil penangkapak

ikan nelayan Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei lapangan untuk menemukan populasi nelayan, dan pengumpul diberbagai tingkat pasar, serta perubahan atau peningkatan pada setiap tingkatan pasar (pengumpul) dan besarnya tingkat keuntungan (mark-up) yang diterima pengumpul. Hasil investigasi dilapangan menemukan data jumlah nelayan laut di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau sebanyak 674 nelayan, ada 3 (tiga) tingkatan jalur distribusi pemasaran perikanan hasil tangkapan nelayan Kecamatan Kahayan Kuala yang disebut pengumpul I sebanyak 44 unit, pengumpul II sebanyak 31 unit dan PPI/TPI 2 perusahaan pembeli atau penampung besar untuk kepentingan ekspor. Hasil analisis menyimpulkan sebagai berikut : 1. Nelayan sesungguhnya mempunyai berbagai alternatif untuk memilih jalur distribusi

pemasaran yang menguntungkan atas dasar tingkatan harga yang ditawarkan pengumpul. Kenyataannya dari jumlah 674 nelayan, 100,00 % menjual hasil tangkapannya dilaut kepada pengumpul I.

2. Nelayan mempunyai tambahan keuntungan sebesar jika menjual kepada pengumpul II atau ke PPI/TPI di Banjarmasin.

3. Ketidakmampuan nelayan untuk mengakses (mencapai) jalur distribusi yang menguntungkan karena secara teknis tidak efisien dengan kapasitas muatan kapal motor dibawah 0,50 ton. Akibatnya secara ekonomis lebih menguntungkan menjual kepada pengumpul I.

4. Dengan semakin panjangnya jalur distribusi pemasaran maka harga semakin tinggi mencapai 76,06 %.

5. Besarnya marjin nelayan 58,33 %, besarnya mark-up pengumpul I 47,37 % lebih besar dari pengumpul II yang hanya 11,94 % dengan total 59,31 %.

6. Hasil uji statistik menyimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan besarnya mark-up yang diterima pedagang perantara atas dasar tingkat pasar.

Kata Kunci : Nelayan, Pengumpul, Harga, dan Mark-up.

PENDAHULUAN

Fenomena yang dihadapi oleh masyarakat nelayan dan petani sekarang ini bukan saja

masalah produksi melainkan sampai pada masalah pemasaran dan distribusi. Masalah pemasaran dan distribusi tidak saja berhubungan dengan sarana fisik (jalan dan angkutan) untuk mencapai pasar yang lebih luas, melainkan juga keterlibatan pihak ke tiga (pedagang perantara) yang turut memperumit pola distribusi yang efisien. Seharusnya pihak ketiga (pedagang perantara) adalah mitra bisnis yang dapat diandalkan untuk dapat mensejahterakan masyarakat nelayan dan petani. Oleh karena itu, masalah efisiensi merupakan masalah yang terpenting tidak saja dalam kegiatan produksi melainkan juga dalam kegiatan pemasaran dan distribusi. Sesuai dengan pernyataan Rentra Bappeda Kabupaten Pulang Pisau (2007), bahwa salah satu fenomena ketidakefisienan yang dihadapi nelayan/petani dalam masalah pemasaran dan distribusi adalah pola-pola distribusi yang rumit dan panjang yang menyebabkan beberapa konsekuensi yang

Page 2: ANALISIS EFISIENSI POLA DISTRIBUSI HASIL PENANGKAPAN IKAN ... · Pengertian Pemasaran Berbagai macam definisi pemasaran yang diungkapkan oleh para ahlinya, ada yang menekankan pada

JSM (Jurnal Sains Manajemen) ISSN : 2302-1411

Program Magister Sains Manajemen UNPAR Volume I, Nomor 1, April 2013

Analisis Efisiensi Pola Distribusi Hasil Penangkapan Ikan Nelayan Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau 97

dihadapi nelayan dan petani, diantaranya ; 1) Tekanan harga dari para pedagang perantara (pengumpul, makelar atau tengkolak), 2). Waktu penyampaian produk kekonsumen menjadi lambat dengan risiko kebusukan dan kerusakan, 3) Turunnya permintaan konsumen akibat perubahan kondisi produk, dan 4) Turunnya permintaan akibat harga yang semakin tinggi dimana konsumen cenderung akan mengganti produk lain sebagai produk pengganti (substitusi) misalnya dari ikan ke ayam atau daging sapi dan sebagainya. Banyak dan panjangnya saluran distribusi (keterlibatan pedagang perantara), tentunya mendorong harga semakin tinggi ditingkat pasar akibat dari banyak pedagang perantara yang mengambil keuntungan (mark-up) atas kegiatannya ditambah biaya oprasional yang dikeluarkan oleh pedagang perantara yang dibebankan pada harga konsumen, sementara penghasilan dari para nelayan tidak meningkat.

Dalam hukum permintaan, semakin tinggi harga maka semakin kecil jumlah yang diminta. Keadaan demikian maka pada akhirnya nelayan lah yang dirugikan, apa yang diharap nelayan jika permintaan kecil ? Memperbesar produksi agar harga turun ? Tentunya sangat tidak memungkinkan, ini karena kegiatan ekonomi para nelayan hanya dalam batas substansi yaitu sebatas membiaya kehidupan keluarga sehari-hari, dan produksi sangat tergantung pada alam. Oleh karena itu, jika keadaan demikian maka diperlukan T3 (Tindakan Turun Tangan) dari pihak pemerintah melalui instansi terkait, terutama Dinas Kelautan dan Perikanan Pulang Pisau dalam fungsinya sebagai fasilisator agar dapat tercapai visi dan misi yang telah dicanangkan yaitu “Terwujudnya masyarakat tani/nelayan sejahtera melalui pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan dengan menjaga kelestarian lingkungan pada periode 2003-2008”.

Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa indikasi pola saluran distribusi yang efisien, diantaranya; 1) Relatif sedikitnya keterlibatan pedagang perantara, 2) Jalur distribusi relatif pendek, 3) Secara spesifik pedagang perantara besar lebih berperan aktif, karena pedagang perantara besar dalam skala besar lebih efisien baik dalam hal pengangkutan maupun biaya lainnya, 4) Harga konsumen tidak begitu tinggi (dibawah 100 %) dari harga pasar tingkat desa (harga nelayan), dan 5) Kumulatif mark-up relatif kecil tidak lebih dari 50 %.

KAJIAN TEORITIS Pengertian Pemasaran

Berbagai macam definisi pemasaran yang diungkapkan oleh para ahlinya, ada yang menekankan pada penyampaiannya (distribusi), ada yang menekankan pada informasi, dan ada pula yang menekankan pada kepuasan konsumen. Untuk lebih jelasnya menurut Kotler (2000), pemasaran adalah kegiatan yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia melalui proses pertukaran. Sedangkan menurut Swatha, dan Irawan (1995), pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan manusia yang diarahkan untuk memperlancar arus barang dan jasa dari produsen ke konsumen secara efisiensi dengan maksud menciptakan permintaan yang efektif. Menurut Asseal (1997); Pemasaran adalah menceritakan daya tarik melalui suatu proses informasi. Menurut Stanton (dalam Swastha, 1998), bahwa pemasaran adalah merupakan suatu sistem keseluruhan dari pada merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.

Dari beberapa pendapat diatas maka dapat diambil kesimpulan secara umum, bahwa pemasaran adalah kegiatan yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan konsumen dengan memuaskan dengan cara menginformasikannya terlebih dahulu kemudian menyampaikannya (mendistribusikannya). Pengertian manajemen pemasaran lebih menekankan pada aspek manajemen kegiatannya, karena itu menurut Kotler (1997), Manajemen pemasaran adalah proses perencanaan dan

Page 3: ANALISIS EFISIENSI POLA DISTRIBUSI HASIL PENANGKAPAN IKAN ... · Pengertian Pemasaran Berbagai macam definisi pemasaran yang diungkapkan oleh para ahlinya, ada yang menekankan pada

JSM (Jurnal Sains Manajemen) ISSN : 2302-1411

Program Magister Sains Manajemen UNPAR Volume I, Nomor 1, April 2013

Analisis Efisiensi Pola Distribusi Hasil Penangkapan Ikan Nelayan Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau 98

pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi, serta penyaluran gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan tujuan-tujuan individu dan organisasi. Menurut Assauri (1997), Manajemen pemasaran merupakan kegiatan penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian program-program yang dibuat untuk membentuk, membangun, dan memelihara, keuntungan dari pertukaran melalui sasaran pasar yang dicapai tujuan organisasi (perusahaan) dalam jangka panjang. Dari unsur-unsur yang terkandung dari apa yang diungkapkan diatas, nampaknya masalah keuntungan harus diperhitungkan dalam kegiatan pemasaran termasuk kegiatan pola pendistribusiannya, serta keterlibatan lembaga perantara. Saluran Distribusi

Saluran distribusi adalah lembaga ekonomi yang berperan sebagai perantara antara produsen dan konsumen. Untuk produk ikan hasil penangkapan, saluran distribusi merupakan hal yang penting karena mereka berfungsi mendekatkan produk (ikan) kepada konsumen, tanpa mereka (saluran distribusi = perantara) maka ikan akan tidak ada nilainya. Saluran distribusi suatu barang adalah saluran yang digunakan oleh produsen untuk menyalurkan barang tersebut dari produsen sampai ke konsumen atau pemakai industri (Swastha, 1998). Para perantara pemasaran adalah perusahaan-perusahaan yang membantu perusahaan itu dalam promosi, penjualan dan distribusi barang-barangnya kepada pembeli terakhir. Mereka meliputi para perantara, perusahaan distribusi fisik, lembaga-lembaga jasa pemasaran, dan perantara bidang keuangan (Kotler, 1995). Pola Saluran Distribusi

Bagi produsen dan konsumen, keberadaan saluran distribusi ini penting, sebab tanpa perantara maka produsen sangat sulit untuk mencapai konsumen dan sebaliknya konsumen sangat sulit mencapai produsen. Jenis saluran distribusi yang dapat digunakan sangat tergantung : 1) Jenis barang, 2) Berat-ringan barang, 3) Mudah pecah atau keras, 4) Besar atau kecil, 5) Sasaran konsumen yang dituju, 6) Pasar yang dituju secara geografis, dan 7) Perantara Alasan-alasan yang dapat dipahami terhadap penggunaan saluran distribusi bagi produsen dalam menyalurkan produk ke konsumen, antara lain : 1) Pasar atau konsumen tersebar luas, 2) Produsen tidak mampu melayani semua konsumen dengan tepat dan cepat, 3) Produsen tidak mampu melaksanakan kegiatan kontak langsung kepada konsumen akhir. 1. Saluran langsung,

Produsen – Konsumen

2. Saluran tidak langsung,

Produsen - perantara – konsumen

Secara spesifik, macam-macam pola saluran distribusi yang dapat digunakan oleh produsen untuk menyalurkan produknya ke konsumen, antara lain : a. Produsen - Konsumen b. Produsen - Pengecer - Konsumen c. Produsen - Pedagang besar - Pengecer - Konsumen d. Produsen - Agen - Pedagang besar - Pengecer – Konsumen Peran Saluran Distribusi

Peran saluran distribusi bagi produsen bermacam-macam tergantung jenis produk yang disalurkan dan jenis saluran yang digunakan. a. Peran Agen (Middleman)

Page 4: ANALISIS EFISIENSI POLA DISTRIBUSI HASIL PENANGKAPAN IKAN ... · Pengertian Pemasaran Berbagai macam definisi pemasaran yang diungkapkan oleh para ahlinya, ada yang menekankan pada

JSM (Jurnal Sains Manajemen) ISSN : 2302-1411

Program Magister Sains Manajemen UNPAR Volume I, Nomor 1, April 2013

Analisis Efisiensi Pola Distribusi Hasil Penangkapan Ikan Nelayan Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau 99

Perantara agen (agent middleman) ini tidak mempunyai hak milik atas semua barang yang mereka tangani. Mereka dapat digolongkan kedalam dua golongan, yaitu : 1) Agen penunjang dan 2) Agen pelengkap

Agen penunjang, secara aktif ikut dalam pemindahan barang-barang dari produsen ke konsumen, seperti : agen pengangkutan, makelar, dan sebagainya.

Sedangkan agen pelengkap tidak secara aktif ikut dalam pemindahan barang-barang tetapi mereka ikut memberikan bantuan serta memperlancar pemindahan tersebut, misalnya : perusahaan asuransi, bank, dan sebagainya.

b. Peran Pedagang Perantara pedagang (merchant middleman) ini bertanggung jawab terhadap pemilikan

semua barang yang dipasarkannya. Ikut membantu proses pemasaran tetapi tidak secara aktif terlibat dalam perjanjian pembelian dan penjualan. Ada dua kelompok yang termasuk dalam perantara pedagang, yaitu : 1) Pedagang besar (wholesaler), dan 2) Pengecer (retailer)

Tidak menutup kemungkinan bahwa produsen juga dapat bertindak sekaligus sebagai pedagang karena selain membuat barang juga memperdagangkannya. 1) Pedagang Besar; a) Berkaitan dengan pembelian dalam jumlah besar untuk dijual lagi, b) Tidak semua

perusahaan dalam perdagangan besar selalu digolongkan sebagai pedagang besar. Kadang-kadang satu pengecer menjual kepada pengecer lain, produsen juga sering melayani secara langsung kepada para pengecer, c) Bagi perusahaan yang memiliki kantor cabang penjualan (yang mempunyai fungsi pokok menjual, bukannya memproduksi), perusahaan tersebut juga harus menentukan penyalur atau pedagang besar (Swatha, 1998).

Pedagang besar adalah sebuah unit usaha yang membeli dan menjual kembali barang-barang kepada pengecer dan pedagang lain dan/atau kepada pemakai industri, pemakai lembaga, dan pemakai komersial yang tidak menjual dalam volume yang sama kepada konsumen akhir.

2) Pedagang Eceran Penjualan eceran meliputi semua kegiatan yang melibatkan penjualan barang atau jasa

secara langsung pada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan bisnis. Pengecer atau Toko Pengecer adalah sebuah lembaga yang melakukan kegiatan usaha menjual barang kepada konsumen akhir untuk keperluan pribadi (Swastha, dan Irawan, 1995). Pengecer atau toko pengecer merupakan perusahaan apapun yang volume penjualannya terutama berasal dari penjualan eceran (Kotler, 1995). Swastha, (1998), Pendeknya, pengecer menunjukkan faedah waktu, tempat dan pemilikan kepada konsumen.

KERANGKA KONSEPTUAL Nelayan Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau sebagai produsen komoditi

ikan dengan adanya berbagai faktor kendala maka sangat tidak memungkinkan mendistribusikan sendiri kepada konsumen, untuk itu mau tidak mau harus menggunakan jasa pedagang perantara (PP). Masalahnya, semakin jauh daerah pendistribusian hasil penangkapan ikan nelayan di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau maka semakin besar peluang dan potensi pemasaran yang menguntungkan, tetapi semakin banyak dan panjang lembaga saluran distribusi yang terlibat, maka semakin tidak efisien dan akhirnya berpengaruh terhadap harga yang diterima konsumen, sebab masing-masing lembaga perantara tersebut tentunya berupaya untuk mengambil keuntungan dari hasil kegiatan usahanya. Dalam keadaan demikian yang dirugikan adalah nelayan dan konsumen. Ada beberapa hal kerugian nelayan/petani sebagai produsen, yaitu; 1) Tekanan harga dari para pedagang perantara (pengumpul), 2). Waktu penyampaian

Page 5: ANALISIS EFISIENSI POLA DISTRIBUSI HASIL PENANGKAPAN IKAN ... · Pengertian Pemasaran Berbagai macam definisi pemasaran yang diungkapkan oleh para ahlinya, ada yang menekankan pada

JSM (Jurnal Sains Manajemen) ISSN : 2302-1411

Program Magister Sains Manajemen UNPAR Volume I, Nomor 1, April 2013

Analisis Efisiensi Pola Distribusi Hasil Penangkapan Ikan Nelayan Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau 100

produk kekonsumen dengan risiko busuk dan rusak, 3) Turunnya permintaan konsumen akibat perubahan kondisi produk, dan turunnya permintaan akibat harga yang semakin tinggi dimana konsumen cenderung akan mengganti produk lain sebagai produk pengganti (substitusi), misalnya dari ikan ke ayam atau daging, sesuai dengan hukum permintaan bahwa semakin tinggi harga maka semakin kecil jumlah yang diminta. Pola saluran distribusi yang efisien dapat dilihat dari beberapa indikasi, antara lain ; 1) Relatif sedikitnya keterlibatan pedagang perantara, 2) Jalur distribusi relatif pendek, 3) Secara spesifik pedagang perantara besar lebih berperan aktif, karena pedagang perantara besar dalam skala besar lebih efisien baik dalam hal pengangkutan maupun biaya lainnya, 4) Harga tidak begitu tinggi ditingkat pasar yang lebih tinggi dari harga ditingkat desa, 5) Total mark-up relatif kecil, dimana selisih harga dari produsen ke konsumen relatif kecil.

METODE PENELITIAN Objek dan Lokasi Penelitian

Objek penelitian ini adalah lembaga-lembaga pemasaran (pedagang perantara) yang terlibat dalam kegiatan pemasaran hasil perikanan laut di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau.

Unit Analisis

Karena penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu menggambarkan fenomena dilapangan tentang pola distribusi pemasaran hasil perikanan laut, maka yang menjadi unit analisis adalah lembaga pemasaran (pedagang perantara) yang berperan dan membentuk pola jalur distribusi pemasaran hasil perikanan nelayan di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau. Jenis Data 1. Data Primer, yaitu data yang dikumpulkan dan diolah sendiri dilapangan oleh peneliti. Untuk

tujuan pemecahan masalah, maka data ini meliputi jumlah atau populasi produsen (nelayan), populasi pedagang perantara disetiap tingkatan pasar, panjang jalur distribusi, harga pada disetiap tingkat pasar, biaya angkutan dan lainnya yang dikeluarkan para pedagang perantara, desa, kecamatan, kabupaten atau kota provinsi yang dituju, serta besarnya mark-up (tingkat keuntungan) yang ditetapkan para pedagang perantara.

2. Data sekunder, yaitu data yang sudah diolah oleh pihak lain dalam bentuk publikasi. Data ini sebagai pendukung dan pelengkap dalam laporan penelitian nantinya, misalnya gambaran desa-desa di Kecamatan Kahayan Kuala di Kabupaten Pulang Pisau.

Teknik Pengumpulan data 1. Wawancara (Interview), yaitu pengumpulan data dengan cara bertatap muka melalui tanya

jawab secara langsung kepada responden terutama para pengumpul yang berperan sebagai pedagang perantara (saluran distribusi).

2. Observasi, yaitu pengumpulan data dengan cara mengamati secara langsung dilapangan terutama teknis transaksi, sarana dan fasilitas yang digunakan dalam kegiatan pemasaran terutama pada fungsi distribusi.

3. Studi Dokumentasi, yaitu meneliti data-data dalam dokumen lembaga terkait, misalnya kelurahan dan kecamatan serta Dinas Kelautan dan Perikanan di Kabupaten Pulang Pisau.

Populasi dan Teknik Sampling Populasi dalam penelitian ini adalah lembaga-lembaga perantara yang disebut pedagang perantara atau pengumpul (makelar) baik pedagang besar, pedagang kecil dan pengecer. Karena

Page 6: ANALISIS EFISIENSI POLA DISTRIBUSI HASIL PENANGKAPAN IKAN ... · Pengertian Pemasaran Berbagai macam definisi pemasaran yang diungkapkan oleh para ahlinya, ada yang menekankan pada

JSM (Jurnal Sains Manajemen) ISSN : 2302-1411

Program Magister Sains Manajemen UNPAR Volume I, Nomor 1, April 2013

Analisis Efisiensi Pola Distribusi Hasil Penangkapan Ikan Nelayan Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau 101

jumlah tidak diketahui untuk setiap tingkatan pasar maka teknik sampling yang digunakan adalah porpusive sampling (Amirin, 2003), yaitu penentuan jumlah sampel atas dasar kondisi dilapangan dengan menggunakan sistem bola salju (snowball). Dimana setiap pedagang perantara akan dijadikan sumber informasi tentang jumlah dan keberadaan pedagang perantara lainnya. Teknik Analisis 1. Teknik analisis dalam penelitian ini adalah teknik tabulasi, yaitu memasukan data-data dalam

sebuah tabel atau format tertentu baik berbentuk angka-angka maupun keterangan-keterangan, kemudian memprosesnya dalam bentuk yang lebih sederhana agar dapat lebih dipahami termasuk perhitungan-perhitungan tertentu misalnya persentase bahkan digambarkan dalam bentuk visual (desain gambar).

Rumus perhitungan mark-up :

Mark-up adalah persentase keuntungan yang diterima pedagang perantara dari selisih harga beli dan harga jual atau selisih antara dua pasar, mark-up bersih adalah persentase keuntungan setelah dikurangi biaya operasional (biaya pengangkutan untuk menuju pasar yang dituju).

%100X

XX

1-i

1-ii xupMark

Dimana : Xi = Harga ditingkat pasar tertentu yang lebih tinggi Xi-1 = Harga ditingkat pasar sebelumnya yang lebih rendah 1 tingkat.

2. Model analisis statistik One Way Anova

Ho : Tidak ada perbedaan besarnya marjin/mark-up yang diterima nelayan dan pedagang perantara atas dasar tingkatan pasar.

Ha : Ada perbedaan besarnya marjin/ mark-up yang diterima nelayan dan pedagang perantara atas dasar tingkatan pasar.

Tabel. 1.

Analysis Of Variance

Sumber Variasi Jumlah Kuadrat

Derajat Bebas Rata-rata Kuadrat

F rasio

Antar sampel SSA k–1 MSA

MSA/MSE Dalam sampel SSE (n-1) k MSE

Total SST k (n)-1

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Keadaan Penduduk Kecamatan Kahayan Kuala Kecamatan Kahayan Kuala merupakan wilayah pesisir dari Kabupaten Pulang Pisau dengan luas wilayah Kecamatan mencapai 1.155 Km2 atau 12,84 % dari luas Kabupaten pulang pisau, dan luas laut mencapai 120,422,4 Ha. Adapun batas administrasi sebagai berikut : - Sebelah Utara Berbatasan dengan Kecamatan Pandih Batu - Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Kapuas - Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Sebangau Kuala - Sebelah selatan berbatasan dengan Laut Jawa.

Page 7: ANALISIS EFISIENSI POLA DISTRIBUSI HASIL PENANGKAPAN IKAN ... · Pengertian Pemasaran Berbagai macam definisi pemasaran yang diungkapkan oleh para ahlinya, ada yang menekankan pada

JSM (Jurnal Sains Manajemen) ISSN : 2302-1411

Program Magister Sains Manajemen UNPAR Volume I, Nomor 1, April 2013

Analisis Efisiensi Pola Distribusi Hasil Penangkapan Ikan Nelayan Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau 102

Kecamatan Kahayan Kuala adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Pulang Pisau, dengan jumlah 10 desa/kelurahan, dan jumlah penduduk mencapai 20311 jiwa dengan rata-rata per desa/kelurahan 3021 jiwa dan menduduki urutan ke 4 dari 8 desa/kelurahan. Adapun jumlah penduduk menurut kecamatan pada tahun 2008 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel. 2. Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga Menurut Desa/Kelurahan

di Kecamatan Kahayan Kuala, 2008.

No Nama Desa Jumlah

RT Jumlah

KK Jumlah

Penduduk Luas Desa

(Ha)

1 Bahaur Hulu 308 1.067 4.042 11.800

2 Bahaur Tengah 502 684 2.886 17.800

3 Bahaur Hilir 206 797 2.805 10.000

4 Tanjung Perawan 230 366 1.461 200

5 Sei Rungun 399 320 1.330 12.700

6 Sei Pasanan 279 578 2.115 3.400

7 Sei Barunai 684 252 979 3.600

8 Sei Pudak 552 602 2.496 12.400

9 Kiapak 992 247 889 8.400

10 Cemantan 216 360 1.268 35.200

Jumlah 4.368 5.273 20.311 115.500

Sumber : Kantor Kecamatan Kahayan Kuala.. Mata Pencaharian Kecamatan Kahayan Kuala dengan luas perairan umum mencapai 78.222 Ha dan luas laut 120.422,4 Ha. Dari 10 desa yang ada di Kecamatan Kahayan Kuala, Desa Sei Pasanan, Sei Barunai, Sei Pudak, Kipak dan Cematan adalah desa yang ± 70 % - 90 % Kepala keluarganya bermata pencaharian atau berpenghasilan dari hasil perikanan, baik sebagai nelayan maupun pengumpul, dan pengolahan ikan olahan (ikan kering) yang mayoritas berpenghasilan dari hasil perikanan laut, mencapai ± 2.717 RT atau 2.012 KK. Adapun jumlah Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI), Tempat Pelelangan Ikan (TPI), nelayan, pengumpul dan sarana fasilitas lainnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Adapun hasil produksi perikanan di Kecamatan Kahayan Kuala pada tahun 2008 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel. 3. Produksi Perikanan

Di Kecamatan Kahayan Kuala, 2008

No Jenis Perairan Produksi

Ton %

1 2 3 4

Sungai Rawa Danau Laut

713,56 2.121,78

0 4.976,89

9,13 27,16

0 63,71

7.812,23 100,00

Sumber : Kantor Kecamatan Kahayan Kuala. Dari jumlah produksi hasil perikanan dalam ton tersebut ternyata Kecamatan Kahayan Kuala adalah daerah penghasil perikanan laut mencapai 4.976,89 ton (63,71 %) ditahun 2008,

Page 8: ANALISIS EFISIENSI POLA DISTRIBUSI HASIL PENANGKAPAN IKAN ... · Pengertian Pemasaran Berbagai macam definisi pemasaran yang diungkapkan oleh para ahlinya, ada yang menekankan pada

JSM (Jurnal Sains Manajemen) ISSN : 2302-1411

Program Magister Sains Manajemen UNPAR Volume I, Nomor 1, April 2013

Analisis Efisiensi Pola Distribusi Hasil Penangkapan Ikan Nelayan Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau 103

jauh lebih besar dari hasil perikanan darat. Adapun jenis ikan laut yang sering tertangkap dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Pola Distribusi Perdagangan Perikanan Laut Kecamatan Kahayan Kuala

Jenis ikan perikanan laut yang ditangkap nelayan Kecamatan Kahayan Kuala dapat digolongkan menjadi 4 jenis, yaitu : a. Kakap b. Peda/Kembung c. Udang Brown d. Lain-lain, terdiri dari berbagai jenis ikan yang tertangkap bersamaan dengan kuantitas yang

relatif kecil. Penggolongan ke 4 jenis tersebut karena hasil tangkapan yang dominan terdiri dari ikan kakap, peda/kembung, dan udang brown, sedangkan lain-lain adalah jenis ikan lainnya yang ikut tertangkap dengan jumlah yang kecil. Pola distribusi perdagangan perikanan hasil tangkapan laut nelayan di Kecamatan Kahayan Kuala dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Nelayan laut Kecamatan Kahayan Kuala, sesungguhnya mempunyai berbagai alternatif untuk

memilih jalur distribusi pemasaran untuk mencapai pasar dengan tingkatan harga yang berbeda-beda yang ditawarkan pengumpul.

2. Pengumpul I, adalah pembeli pertama disini pengumpul yang mendatangi para nelayan dan transaksi dilakukan di laut.

3. Pengumpul II, adalah pembeli ke dua disini nelayan atau pengumpul I yang mendatangi pengumpul II dan transaksi dilakukan di pinggiran sungai Barito dekat dengan Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) dan Tempat Pelangan Ikan (TPI) di Banjar Raya Banjarmasin, yang kemudian menjualnya di PPI/TPI.

4. Pembeli industri, adalah pembeli besar untuk kepentingan ekspor dan pengolahan ikan kalengan (seperti PT. Calfish dan PT. Samudra Biru) di Banjarmasin, dan transaksi dilakukan di PPI/TPI.

Gambar. 1. Pola Distribusi Perikanan Laut Hasil Tangkapan Nelayan

Kecamatan Kahayan Kuala

Sumber : Hasil survei.

Pengump

ul Darat

Nelayan

Pengumpul I

Pengumpul II

PPI/TPI

Pembeli

Industri

Page 9: ANALISIS EFISIENSI POLA DISTRIBUSI HASIL PENANGKAPAN IKAN ... · Pengertian Pemasaran Berbagai macam definisi pemasaran yang diungkapkan oleh para ahlinya, ada yang menekankan pada

JSM (Jurnal Sains Manajemen) ISSN : 2302-1411

Program Magister Sains Manajemen UNPAR Volume I, Nomor 1, April 2013

Analisis Efisiensi Pola Distribusi Hasil Penangkapan Ikan Nelayan Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau 104

Dari hasil investigasi dapat dipaparkan pola distribusi perdagangan perikanan laut hasil tangkapan nelayan Kecamatan Kahayan Kuala, sebagai berikut : 1. Dari jumlah 674 nelayan, dimana 100,00 % menjual hasil tangkapannya dilaut kepada

pengumpul I sebesar 90 % dari total tangkapan, dan sisanya 10 % merupakan jenis ikan lain-lain dijual didarat.

2. Jumlah pengumpul I yang bertransaksi di laut dengan nelayan sebanyak 44 pengumpul, dan jumlah pengumpul II yang bertransaksi dipinggiran sungai Barito Banjarmasin sebanyak 31 pengumpul, serta pembeli besar 2 buah perusahaan yang bertransaksi di PPI/TPI di Banjarmasin.

3. Dari 44 pengumpul I menjual kembali pada : - Pengumpul II, sebanyak 21 pengumpul (sebanyak 47,73 %) - Pembeli industri, sebanyak 23 pengumpul (sebanyak 52,27 %) Sebanyak 31 pengumpul II yang menunggu pengumpul I di penggiran sungai Barito pinggiran PPI/TPI Banjar Raya Banjarmasin.

Tingkat Harga dan Biaya Berdasarkan Tingkatan Jalur Distribusi

Harga yang ditawarkan oleh pengumpul kepada nelayan berbeda-beda sesuai dengan tingkatan pengumpul atau daerah pemasaran. Harga yang berlaku adalah hasil kesepakatan antara nelayan dan pengumpul yang masing-masing pihak telah mempertimbangkan waktu, tenaga, biaya dan keuntungan. Tabel. 4. Rata-rata Perubahan Harga Ikan Berdasarkan Tingkatan Pengumpul

Tingkat Distribusi

Perubahan Harga (Rp/Kg)

1. Pengumpul I 2. Pengumpul II 3. PPI/TPI

- 6.000,- 2.000,-

Total 8.000,-

Jika nelayan menjual kepada pengumpul II maka akan mendapatkan selisih harga sebesar Rp. 6.000,- (merupakan tambahan keuntungan per kg bagi nelayan). Kemudian jika nelayan menjual ke PPI/TPI di Banjarmasin maka tambahan keuntungan per kg sebesar Rp. 8.000,-. Namun keuntungan tersebut belum memperhitungkan pengorbanan seperti biaya bahan bakar, dan waktu yang hilang karena meninggalkan kegiatan produksi untuk mengejar pasar yang menawarkan harga lebih tinggi.

Hasil wawancara bahwa ketidakmampuan nelayan Kecamatan Kahayan Kuala dalam mengakses (mencapai) jalur distribusi yang lebih jauh dengan harga yang lebih tinggi, disebabkan alasan teknis dan ekonomis yaitu biaya operasional dan keuntungan, sebagai berikut : 1. Alasan teknis, adalah rata-rata kapasitas muatan kapal motor nelayan dibawah 0,50 ton,

sehingga tidak sesuai (tidak efisien) untuk mencapai pengumpul II dan PPI/TPI yang menunggu di Banjarmasin dengan rata-rata waktu tempuh 12 jam melewati pulang pergi menyisir pantai.

2. Dengan kapasitas muatan kapal motor dibawah 0,50 ton tersebut maka biaya bahan bakar jika dibebankan kepada per kg ikan mencapai Rp. 3.500,- Sepintas memang masih menguntungkan karena keuntungan (selisih harga) antara Rp. 6.000,- sampai Rp. 8.000,-.

3. Namun jika dikonversi dengan waktu yang hilang untuk pulang pergi sebanyak 12 jam, dan 12 jam ini jika digunakan untuk menagkap ikan maka akan menghasilkan ± sebanyak 150 kg.

Page 10: ANALISIS EFISIENSI POLA DISTRIBUSI HASIL PENANGKAPAN IKAN ... · Pengertian Pemasaran Berbagai macam definisi pemasaran yang diungkapkan oleh para ahlinya, ada yang menekankan pada

JSM (Jurnal Sains Manajemen) ISSN : 2302-1411

Program Magister Sains Manajemen UNPAR Volume I, Nomor 1, April 2013

Analisis Efisiensi Pola Distribusi Hasil Penangkapan Ikan Nelayan Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau 105

Dari perhitungan hipotetik ternyata jika nelayan menjual hasil tangkapannya pada pengumpul I maka akan menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 8.000.000,- Jika menjual ke PPI/TPI maka nelayan hanya mendapatkan penerimaan penjualan hanya sebesar Rp. 7.850.000,-. Dengan demikian nelayan masih menguntungkan jika menjual pada pengumpul I. Perhitungan Marjin dan Mark-Up Pola Distribusi

Harga pokok produksi nelayan per kg adalah Rp. 6.000,- tanpa memperhitungkan biaya kesempatan (opportunity cost) tenaga kerja jika berkerja disektor lain, juga tanpa memperhitungkan biaya penyusutan aktiva yang digunakan, dijual ke pengumpul I sebesar Rp. 9.500,- berarti kenaikan harga (laba bersih) yang diterima nelayan adalah Rp. 3.500,- (maka marjin nelayan adalah 58,33 %). Kenaikan harga dari pengumpul I dari Rp. 9.500,- dijual ke pengumpul II dengan harga Rp. 15.500,- maka selisih harga Rp. 6.000,- (mark-up = 63,16 %). Kenaikan harga dari pengumpul II dari Rp. 15.500,- dijual ke PPI/TPI dengan harga Rp. 17.500,- maka selisih harga Rp. 2.000,- (mark-up 12,90 %). Jadi besarnya peningkatan harga dari nelayan ke pengumpul I sebesar 58,33 %. Dengan keterlibatan pedagang perantara (pengumpul) mencapai 76,06 %. Dari pengumpul I ke pengumpul II meningkat sebesar 63,16 %, dan dari pengumpul II ke PPI/TPI meningkat sebesar 12,90 %. Dengan memperhitungkan harga rata-rata maka akan dapat dihitung selisih harga, biaya, laba dan mark-up atas dasar jalur distribusi pemasaran. 1. Besarnya marjin yang diterima para nelayan laut Kecamatan Kahayan Kuala secara rata-rata

58,33 %. 2. Besarnya mark-up yang diperoleh pengumpul I dengan menjual kembali kepada pengumpul

II sebesar 47,37 %. 3. Besarnya mark-up yang diperoleh pengumpul II dengan menjual kembali pada PPI/TPI hanya

sebesar 11,94 %, lebih kecil dari pengumpul I. 4. Besarnya mark-up (tingkat keuntungan) yang diperoleh pengumpul I dengan menjual

kembali pada PPI/TPI sebesar 66,84 %, menjadi lebih besar.

Page 11: ANALISIS EFISIENSI POLA DISTRIBUSI HASIL PENANGKAPAN IKAN ... · Pengertian Pemasaran Berbagai macam definisi pemasaran yang diungkapkan oleh para ahlinya, ada yang menekankan pada

JSM (Jurnal Sains Manajemen) ISSN : 2302-1411

Program Magister Sains Manajemen UNPAR Volume I, Nomor 1, April 2013

Analisis Efisiensi Pola Distribusi Hasil Penangkapan Ikan Nelayan Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau 106

Pengumpul

Darat

Nelayan

(674)

Pengumpul I

(44)

Pengumpul II

(31)

PPI/TPI

Peningkatan

harga (63,16 %)

Pembeli

Industri

Peningkatan

harga

(12,90 %)

Total

Peningkatan harga

(76,06 %)

Peningkatan

harga

(58,33 %)

Pengumpul

Darat

Nelayan

(674)

Pengum

pul I

(44)

Pengum

pul II

(31)

PPI/TPI

Mark-up

(47,37 %) 21

pengumpul

Mark-up

(66,84 %)

23

pengumpul

Pembeli

Industri

Mark-up

(11,94 %)

31 pengumpul

Marjin

nelayan

(58,33 %)

Gambar. 2. Peningkatan Harga Pola Distribusi Perikanan Laut Hasil Tangkapan Nelayan Kecamatan Kahayan

Kuala

Gambar. 2. Makr-Up Pola Distribusi Perikanan Laut Hasil Tangkapan Nelayan Kecamatan Kahayan Kuala

Implementasi Hasil Penelitian

Page 12: ANALISIS EFISIENSI POLA DISTRIBUSI HASIL PENANGKAPAN IKAN ... · Pengertian Pemasaran Berbagai macam definisi pemasaran yang diungkapkan oleh para ahlinya, ada yang menekankan pada

JSM (Jurnal Sains Manajemen) ISSN : 2302-1411

Program Magister Sains Manajemen UNPAR Volume I, Nomor 1, April 2013

Analisis Efisiensi Pola Distribusi Hasil Penangkapan Ikan Nelayan Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau 107

Nelayan Koperasi Pengumpul

PPI/TPI

Agar kesejahteraan nelayan Kecamatan Kahayan Kuala meningkat lebih baik lagi maka diperlukan campur tangan pemerintan melalui program T3 (Tindakan Turan Tangan) melalui pembentukan lembaga ekonomis seperti koperasi, guna menghambat akses pengumpul ke nelayan secara langsung, seperti pada gambar dibawah ini. Sumber : Hasil perhitungan

Gambar. 4.

Peranan Lembaga Ekonomi Koperasi Dalam Distribusi Pemasaran Perikanan Laut Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau.

Sumber : Hasil pemikiran peneliti.

Dengan adanya lembaga ekonomis (koperasi) maka kekuatan pengumpul dalam

mempengaruhi harga menjadi berkurang, karena nelayan memprioritaskan penawarannya kepada koperasi, sedangkan koperasi bisa langsung mengakases pasar yang lebih tinggi terutama PPI/TPI dengan kapasitas penjualan akumulatif dari seluruh nelayan. Dengan demikian diharapkan kesejahteraan nelayan dapat diangkat.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang pola distribusi pemasaran perikanan laut hasil tangkapan nelayan Kecamatan Kahayan Kuala, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Nelayan sesungguhnya mempunyai berbagai alternatif untuk memilih jalur distribusi

pemasaran yang menguntungkan atas dasar tingkatan pasar dan harga yang lebih tinggi yang ditawarkan pengumpul. Kenyataannya dari jumlah 674 nelayan, 100,00 % menjual hasil tangkapannya dilaut kepada pengumpul I.

2. Nelayan mempunyai tambahan keuntungan besar jika menjual kepada pengumpul II atau ke PPI/TPI di Banjarmasin.

3. Ketidakmampuan nelayan Kecamatan Kahayan Kuala dalam mengakses (mencapai) jalur distribusi dikarenakan secara teknis tidak efisien dengan kapasitas muatan kapal motor dibawah 5 GT. Akibatnya secara ekonomis lebih menguntungkan menjual kepada pengumpul I.

4. Dengan semakin panjangnya jalur distribusi pemasaran perikanan laut hasil tangkapan nelayan Kecamatan Kahayan Kuala maka harga semakin tinggi mencapai 76,06 %.

5. Besarnya marjin (tingkat keuntungan) nelayan 58,33 % masih relatif lebih besar dari mark-up (tingkat keuntungan) yang diperoleh pengumpul I sebesar 47,37 % dan pengumpul II yang hanya 11,94 %. Namun mark-up pengumpul I jauh lebih besar dari marjin nelayan jika menjual kembali ke PPI/TPI, yaitu sebesar 66,04 %.

6. Namun hasil uji statistik menyimpulkan bahwa ada perbedaan besarnya mark-up yang diterima pedagang perantara atas dasar tingkatan pasar.

Page 13: ANALISIS EFISIENSI POLA DISTRIBUSI HASIL PENANGKAPAN IKAN ... · Pengertian Pemasaran Berbagai macam definisi pemasaran yang diungkapkan oleh para ahlinya, ada yang menekankan pada

JSM (Jurnal Sains Manajemen) ISSN : 2302-1411

Program Magister Sains Manajemen UNPAR Volume I, Nomor 1, April 2013

Analisis Efisiensi Pola Distribusi Hasil Penangkapan Ikan Nelayan Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau 108

7. Dengan demikian hipotesis yang berbunyi “Diduga Pola Distribusi Hasil Perikanan Laut Di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau, Belum Efisien”, bisa diterima. Ini ditunjukan besarnya mark-up yang diterima pengumpul I dengan mengakses pasar PPI/TPI sebesar 66,04 % dibanding marjin nelayan hanya 58,33 %.

Saran

Memahami kondisi nelayan laut di Kecamatan Kahayan Kuala diatas berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diberikan kepada pihak terkait terutama kepada nelayan dan instansi pemerintah yang terkait, antara lain : 1. Bagi nelayan perikanan laut Kecamatan Kahayan Kuala : a. Sebaiknya membentuk lembaga ekonomi koperasi, sebagai lembaga yang

mengakomodasi seluruh tangkapan nelayan guna mengendalikan dan menyamakan harga agar jangan sampai ditekan pengumpul.

b. Sebaiknya jangan melakukan transaksi dilaut, tetapi diupayakan penjualan melalui koperasi yang dimaksud.

2. Bagi pemerintah melalui instansi terkait : a. Sebaiknya diperlukan T3 (Tindakan Turun Tangan) dalam mengatur dan mengendalikan

harga jika memang koperasi belum terbentuk. b. Berikan bantuan modal fisik berupa kapal motor dengan kapasitas yang lebih besar agar

dalam operasional lebih efisien.

DAFTAR PUSTAKA Ahyari, Agus, 1994. Manajemen Produksi, Perencanaan Sistem Produksi, BPFE-UGM, Yogyakarta. Amirin, Tatang M.,2003. Menyusun Rencana Penelitian, Edisi Kedua, CV. Rajawali Jakarta. Assauri, Sofjan; Manajemen Pemasaran Dasar, Konsep dan Strategi, Penerbit Rajawali Pres, Jakarta, 1997. Assauri, Sofjan, 1990; Management Produksi, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas

Indonesia, Jakarta. Asseal, Hendri; Komunikasi Dalam Pemasaran, Edisi Pertama-Terjemahan, Erlangga, Jakarta, (1997). Effendi, Rustam; Marketing Management, Edisi Ke dua, Penerbit Widya Gama Malang, 1995. Iqbal, Muttakim, 2007. Analisis Distribusi Pemasaran Hasil Perikanan Desa Tambakboyo Tuban Jawa Timur. Tesis, STIE Artha Dodhi Iswara, Surabaya. Kotler, Philip, 2000. Manajemen Pemasaran, (Marketing Management 9e), Analisa,

Perencanaan, Implementasi dan Kontrol, Prenhallindo, Jakarta. Kotler, Philip, 1997. Analisa, Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian, Adi Zakaria Afiff,

Penerbit FEUI, Jakarta. Kotler, Philip, 1995. Manajemen Pemasaran, Marketing Management, Analisa Perencanaan dan

Pengawasan, Erlangga, Jakarta. Nazir, Moh., 1993. Metode Penelitian, Cetakan Kesepuluh, Penerbit Ghalia Indonesia. Nitisemito, Alex S., 1990. Marketing, Edisi ke lima, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta. Sanusi, Irwandi, 2007. Pola Mata Rantai Perdagangan Komoditi Hasil Pertanian Desa Kecamatan

Batakan Kabupaten Tanah Bumbu Kalimantan Selatan, Tesis, Universitas Lambung Mangkuran, Banjarmasin.

Prasetio, Didik, 2006. Sistem Distribusi Pemasaran Komoditi Pertanian Desa Transmigrasi Upaya Baru Kecamatan Rantau Pandan Kabupaten Bungo Provinsi Jambi, Tesis, Unbraw, Malang.

Page 14: ANALISIS EFISIENSI POLA DISTRIBUSI HASIL PENANGKAPAN IKAN ... · Pengertian Pemasaran Berbagai macam definisi pemasaran yang diungkapkan oleh para ahlinya, ada yang menekankan pada

JSM (Jurnal Sains Manajemen) ISSN : 2302-1411

Program Magister Sains Manajemen UNPAR Volume I, Nomor 1, April 2013

Analisis Efisiensi Pola Distribusi Hasil Penangkapan Ikan Nelayan Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau 109

Purnomosidi Hadjisarosa, 1997. Butir-butir Untuk Memahami Pengertian Fungsi, Analisa Tingkat Kesiapan Input Manajemen, Program Magester Manajemen STIE Mitra Indonesia, Yogyakarta.

Sigit, Soehardi, 1998. Azas-azas Accounting, Elementer, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Swastha DH., Basu, 1998. Azsa-azas Marketing, Edisi Revisi, Cetakan ke tujuh, Liberty, Yogyakarta. Swastha DH., Basu dan Handoko, T. Hani, 1992. Analisa Perilaku Konsumen, Edisi Pertama,

Liberty, Yogyakarta. Swastha DH., Basu dan Irawan, 1995. Manajemen Pemasaran Modern, Edisi kedua, Liberty, Yogyakarta. Winardi, 1993. Strategi Pemasaran, Edisi Kedua, Cetakan ke lima, Penerbit Mandar Maju, Bandung. Winardi, 1996. Pengantar Ilmu Ekonomi, Penerbit Tarsito, Edisi kedua, Cetakan Ke tiga, Bandung. Yamin, Sofyan dan Kurniawan, Heri. SPSS Complete (Teknik Analisis Statistik Terlengkap dengan

Software SPSS, Salemba Infotek, Jakarta, 2009.

_______