ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA ...
Transcript of ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA ...
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS 2017 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
Optimalisasi Tata Kelola Organisasi Dalam Upaya Peningkatan Daya Saing dan Iklim Investasi UNTAG SEMARANG
ISBN : 978-602-14119-2-6 173
ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI
KENTANG DI KAWASAN DIENG JAWA TENGAH
Tri Widayati
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas 17 Agustus 1945 Semarang
Email: [email protected]
Abstrak
Efisiensi usahatani kentang di Kawasan Dieng Jawa Tengah dilakukan dengan
mengambil sampel 200 petani yang tinggal di 3 wilayah kecamatan yaitu Kejajar, Dieng dan
Batur. Penggunaan input yang membentuk output berpengaruh terhadap efisiensi ekonomis
maupun teknis. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa hasil estimasi efisiensi teknis dengan
menggunakan n=200, efisiensi teknis adalah 0,886. Angka efisiensi teknis yang kurang dari
satu ini menunjukkan bahwa usahatani kentang di daerah penelitian belum efisien, artinya
penggunaan input masih bisa ditingkatkan untuk menaikkan produksi.penggunaan input
(faktor produksi) yang dapat dtingkatkan adalah luas lahan dan pemakaian bibit. Input (faktor
produksi) yang lain harus dikurangi penggunaannya karena sudah tidak ekonomis, yaitu untuk
pemakaian pupuk kimia, insektisida, pupuk kandang, tenaga kerja, dan fungisida.
Kata kunci: Efisiensi Teknis, Ekonomi dan Harga, Usahatani Kentang
Abstract
The efficiency of potato agriculture in Dieng Area of Central Java was conducted by
taking samples of 200 farmers who live in 3 districts of Kejajar, Dieng and Batur. The use of
inputs that make up the output affects economic and technical efsiensi. From result of
research got that technical efficiency estimation efficiency is 0,886. This technical efficiency
score of less than one indicates that potato agriculture in the research area is inefficient,
meaning that inputs can still be increased to increase production. Use of inputs (factors of
production) that can dtingkatkan is the area of land and the use of seeds. Other inputs should
be reduced because they are not economical, ie for the use of chemical fertilizers,
insecticides, manure, labor, and fungicides.
Keywords : Technical Efficiency, Economics and Price, Potato Agriculture
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS 2017 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
Optimalisasi Tata Kelola Organisasi Dalam Upaya Peningkatan Daya Saing dan Iklim Investasi UNTAG SEMARANG
174 ISBN : 978-602-14119-2-6
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan pertanian di Indo-
nesia saat ini diarahkan menuju
pembangunan pertanian yang ber-
kelanjutan (sustainable agriculture).
Konsep pertanian berkelanjutan merupakan
implementasi dari pembangunan ber-
kelanjutan pada sektor pertanian. Konsep
pembangunan pertanian berkelanjutan
dirumuskan pada akhir tahun 1980-an
sebagai respon terhadap strategi
pembangunan sebelumnya yang terfokus
pada tujuan pertumbuhan ekonomi tinggi
yang terbukti telah menimbulkan degradasi
kapasitas produksi maupun kualitas
lingkungan hidup. Konsep pertama
dirumuskan dalam Laporan Bruntland
(Bruntland Report) yang merupakan hasil
kongres Komisi Dunia mengenai
Lingkungan dan Pembangunan Per-
serikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 1987
yang menyatakan bahwa pembangunan
berkelanjutan ialah pembangunan yang
mewujudkan kebutuhan saat ini tanpa
mengurangi kemampuan generasi
mendatang untuk mewujudkan kebutuhan
mereka (Salikin, 2003 ).
Produksi kentang di Indonesia
mengalami peningkatan yang signifikan
selama periode tahun 2011 sampai tahun
2014. Pada tahun 2014 terjadi peningkatan
total produksi yang besar dibandingkan
dengan tahun sebelumnya, yaitu dari
1.124.282 kuintal menjadi 4.316.016
kuintal. Perbandingan total produksi Jawa
Tengah dibandingkan Indonesia dapat
dilihat dalam Gambar 1.
Kawasan Dieng merupakan
penghasil kentang terbesar di Jawa
Tengah. Kawasan ini meliputi Kabupaten
Kendal,KabupatenBatang, Kabupaten
Pekalongan, Kabupaten Banjarnegara, dan
Kabupaten Wonosobo. Dari kelima
kabupaten tersebut, wilayah yang menjadi
sentra kentang terbesar di Jawa Tengah
adalah Kabupaten Banjarnegara dan
Kabupaten Wonosobo. Produksi kentang
selama empat tahun terakhir di
JawaTengah dapat dilihat dalam Tabel 1.2.
Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa
selama empat tahun terakhir terjadi
peningkatan produksi kentang dan luas
panen.
Hasil produksi Kawasan Dieng
dibandingkan total produksi kentang
seluruh Jawa Tengah menunjukkan
persentase yang cukup besar dan
cenderung mengalami peningkatan. Pada
tahun 2011, produksi kentang di Kawasan
Dieng mencapai 69,36% dari total
produksi kentang di Jawa Tengah.
Meskipun sempat menurun menjadi
67,51% pada tahun 2012, namun
selanjutnya meningkat pada tahun 2013
dan 2014 menjadi 71,84% dan 72,83%.
Produksi kentang di Kawasan Dieng
terbesar berada di Kabupaten Banjarnegara
diikuti oleh Kabupaten Wonosobo.
Wilayah kabupaten lain yang berada di
Kawasan Dieng tidak banyak
menghasilkan produksi kentang.
Periode waktu 2011-2014
produktivitas rata-rata tertinggi di Jawa
Tengah terjadi pada tahun 2014 yaitu
sebesar 169 kuintal per hektar dan terendah
sebesar 141 kuintal per hektar yang terjadi
pada tahun 2013. Produktivitas kentang di
Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten
Wonosobo tertinggi dicapai pada tahun
2014 yaitu 152,237 kuintal per hektar dan
158,276 kuintal per hektar. Jika
dibandingkan dengan beberapa kabupaten
lain di Jawa Tengah, tingkat produktivitas
di dua wilayah tersebut lebih rendah. Pada
tahun 2014, tingkat produktivitas kentang
di Kabupaten Magelang, Kabupaten
Pekalongan, dan Kabupaten Semarang
berturut-turut adalah 189,357 kuintal per
hektar, 211,214 kuintal per hektar, dan
243,529 kuintal per hektar.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS 2017 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
Optimalisasi Tata Kelola Organisasi Dalam Upaya Peningkatan Daya Saing dan Iklim Investasi UNTAG SEMARANG
ISBN : 978-602-14119-2-6 175
Gambar 1. Produksi Kentang Jawa Tengah Dibandingkan Produksi
Kentang Seluruh Indonesia
Gambar 2. Produktivitas Kentang di Jawa Tengah Tahun 2011-2014
Penanaman kentang di Kawasan
Dieng dilakukan di lereng-lereng dengan
sistem penanaman searah kontur dan
beberapa menggunakan sistem teras
bangku. Kondisi curah hujan yang tinggi,
bentuk permukaan tanah yang cenderung
menyebabkan erosi tanah, kerusakan tanah,
dan kelangkaan sumberdaya air. Penelitian
yang dilakukan oleh Ngabekti, et al. (2007)
di Kawasan Dieng menunjukkan bahwa
tingkat erosi di Kawasan Dieng sudah
cukup tinggi disebabkan sistem terasering
yang diterapkan pada kawasan budidaya
kentang berupa terasering dengan arah
aliran tegak lurus pada garis kontur.
Akibatnya aliran air mengalir ke bawah
dengan cepat dan membawa partikel tanah.
Revolusi hijau membawa implikasi
penggunaan pupuk dan pestisida yang
relatif tinggi karena diyakini dapat
meningkatkan produksi. Penggunaan
varietas bermutu tinggi, pupuk kimia, dan
pestisida berdampak pada penurunan
kualitas lahan pertanian. Penggunaan
955.488 1.094.240 1.124.282 4.316.016
2.504 2.536 2.735 2.922
1
2.000
4.000.000
2011 2012 2013 2014
Kuintal
Tahun
Indonesia
Jawa Tengah
0,00
50,00
100,00
150,00
200,00
250,00
300,00
Pro
du
kti
vit
as
ku
/ha
2011
2012
2013
2014
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS 2017 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
Optimalisasi Tata Kelola Organisasi Dalam Upaya Peningkatan Daya Saing dan Iklim Investasi UNTAG SEMARANG
176 ISBN : 978-602-14119-2-6
pupuk dan pestisida yang berlebihan
menyebabkan input yang berlebihan,
polusi air,polusi tanah, dan timbulnya
akumulasi residu. Penggunaan pupuk dan
pestisida di Kawasan Dieng memerlukan
perhatian yang sangat penting karena
mempengaruhi keberlanjutan usahatani.
Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa peningkatan output dapat dilakukan
tanpa peningkatan input atau penggunaan
teknologi baru (Bravo-Ureta,1997).
Perbedaan variasi produksi disebabkan
oleh perbedaan kapabilitas manajerial dan
manajemen petani. Ketidaksamaan mana-
jemen ini merupakan sumber ketidak-
efisienan (Nahraeni, 2012).
Perumusan Masalah
Komoditas kentang di Kawasan
Dieng membutuhkan bahan organik tanah
yang tinggi sehingga petani kentang di
Kawasan Dieng harus menggunakan pupuk
kandang untuk setiap kali tanam. Tingkat
erosi yang tinggi yang terjadi di Kawasan
Dieng menyebabkan pemberian pupuk
kandang (CM) menjadi lebih banyak.
Penggunaan pupuk kandang (CM) di
Kawasan Dieng mencapai 15-20 ton per
hektar.
Salah satu aspek dalam ekonomi
yang dijadikan dasar untukmengetahui
bagaimana penggunaan input untuk
meningkatkan produksi (output) adalah
dengan mengukur efisiensi teknik (Sharma
dan Leung, 2000). Selain itu, indikator lain
yang digunakan untuk mengetahui
keberhasilan pembangunan pertanian
berkelanjutan dari aspek ekonomi adalah
pendapatan usahatani, return cost ratio,
dan produktivitas (Hayati, et al., 2010).
Berdasarkan hasil uraian di atas,
dapat disimpulkan bahwa sistem usaha tani
kentang menyebabkan kondisi lahan
menjadi kritis yang selanjutnya dapat
berdampak negatif pada sistem
pembangunan pertanian berkelanjutan.
Sehingga dapat dirumuskan pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi efisiensi ekonomi
pada usahatani kentang di Kawasan
Dieng?
2. Bagaimana kondisi efisiensi teknis ?
3. Bagaimana strategi untuk meningkat-
kan efisiensi usahatani kentang di
Kawasan Dieng?
Tujuan Penelitian
Secara umum, penelitian ini ber-
tujuan untuk membuat model pengelolaan
pertanian berkelanjutan di Kabupaten
Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo
yang merupakan wilayah terbesar pada
Kawasan Dieng. Sedangkan tujuan
khususnya adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui efisisensi usahatani
kentang di Kawasan Dieng
2. Menganalisis efisiensi teknis usaha tani
kentang di daerah penelitian.
3. Membuat strategi untukmeningkatkan
efisiensi usahatani kentang di Kawasan
Dieng.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat pada rekayasa
kelembagaan pengelolaan di Kawasan
Dieng baik secara teoritik maupun praktik.
Secara teoritik, penelitian ini diharapkan
dapat memberikan kontribusi antara lain
untuk:
1) Bahan kajian untuk mengetahui tingkat
efisiensi, ekonomis dan teknis pada
usahatani kentang di Kawasan Dieng
2) Bahan kajian untuk menentukan strategi
untuk meningkatkan efisiensi pada
usahatani kentang.
Secara praktis, penelitian ini
diharapkan memberi manfaat untuk:
1) Bahan pertimbangan bagi pengambil
kebijakan, baik Pemerintah Provinsi
Jawa Tengah maupun Pemerintah
Kabupaten di Kawasan Dieng,
khususnya dalam upaya peningkatan
efisiensi, baik teknis maupun ekonomi.
2) Bahan masukan bagi petani sebagai
pertimbangan untuk menentukan apa
yang sebaiknya dilakukan untuk
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS 2017 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
Optimalisasi Tata Kelola Organisasi Dalam Upaya Peningkatan Daya Saing dan Iklim Investasi UNTAG SEMARANG
ISBN : 978-602-14119-2-6 177
meningkatkan produksi, pendapatan,
dan efisiensi usahatani.
Orisinalitas Penelitian
Nahraeni (2012) meneliti tentang
keberlanjutan usahatani hortikultura di
Jawa Barat menemukan bahwa usahatani
kentang dan kobis belum efisien, dengan
rata-rata efisiensi alokatif mencapai 47%
untuk kentang dan 77% untuk kubis.
Artinya, pada tingkat harga input dan
output masih terdapat potensi yang cukup
besar untuk petani kentang dalam
mengalokasikan input pada tingkat biaya
minimal. Dari hasil penelitian ini, juga
diperoleh kesimpulan bahwa variabel luas
lahan, jumlah benih yang digunakan, dan
penggunaan pupuk kandang secara nyata
dapat meningkatkan produksi kentang dan
kubis dataran tinggi, sedangkan kemi-
ringan lereng yang semakin tinggi
menunjukkan hasil yang negatif, artinya
semakin tinggi lereng hasil produksi
semakin kecil.
Penelitian tentang usahatani kentang
dilakukan oleh Sa’diyah dan Muljawan
(2011), Agustian dan Mayrowani (2008),
Hartono dan Prihtani (2008), dan Hartati
(2007) dengan lokasi yang berbeda.
Penelitian terkait dengan usahatani
kentang di Kawasan Dieng sangat
beragam. Hartati (2007) meneliti tentang
Pengaruh Perilaku Petani terhadap Risiko
Ketidakefisienan Usahatani Kentang di
Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah yang
menunjukkan bahwa perilaku petani dalam
menghadapi risiko dipengaruhi oleh
beberapa peubah. Ada enam peubah yang
mempengaruhi, yaitu umur, pendidikan,
jumlah tanggungan keluarga, pengalaman
berusahatani, luas lahan, dan status lahan
sebagai dummy. Dari hasil penelitian
didapatkan bahwa semakin tinggi umur
petani, jumlah tanggungan keluarga,
pengalaman berusahatani, luas lahan, dan
status penguasaan lahan petani, maka
semakin tinggi pula keberanian petani
kentang di Dieng dalam menghadapi
risiko.
TINJAUAN PUSTAKA
Landasan Teori
Adapun Teori yang mendasari
penelitian ini meliputi konsep fungsi
produksi, efisiensi teknik, pendapatan
usahatani, produktivitas, kinerja, dan
konsep kelembagaan.
Teori Produksi
Rahim dan Hastuti (2002)
mengemukakan bahwa produksi pertanian
(on farm) merupakan fokus pertama yang
akan mempengaruhi proses selanjutnya
hingga menghasilkan output. Produksi
dapat dinyatakan sebagai perangkat
prosedur dan kegiatan yang terjadi dalam
penciptaan komoditas berupa kegiatan
usahatani atau kegiatan lainnya (penang-
kapan dan beternak). Produksi adalah
perubahan dari dua atau lebih input
(sumberdaya) menjadi satu atau lebih
output (produk). Produksi adalah suatu
kegiatan yang mengubah input menjadi
output (Herlambang, et al., 2002).
Dalam istilah ekonomi, faktor
produksi kadang disebut dengan input.
Macam input atau faktor produksi ini
perlu diketahui oleh produsen. Terdapat
hubungan matematik yang kuat antara
input dan faktor produksi.
Menurut Beattie dan Taylor (1996)
hubungan tersebut dapat ditulis:
Y = f (X1,X2,....Xn)
di mana :
Y = produk atau variabel yang
dipengaruhi oleh faktor produksi x
X = faktor produksi atau variabel
yang mempengaruhi Y.
Soekartawi (2003), Beattie dan
Taylor (1996) menjelaskan bahwa fungsi
produksi adalah hubungan fisik antara
masukan produksi (input) dan produksi
(output). Analisis fungsi produksi
dilakukan oleh peneliti, karena diperlukan
informasi tentang bagaimana sumberdaya
yang terbatas seperti tanah, tenaga kerja,
dan modal dapat dikelola dengan baik agat
produksi maksimum dapat diperoleh.
Fungsi produksi sangat penting dalam
teori produksi karena:
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS 2017 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
Optimalisasi Tata Kelola Organisasi Dalam Upaya Peningkatan Daya Saing dan Iklim Investasi UNTAG SEMARANG
178 ISBN : 978-602-14119-2-6
1. Dengan fungsi produksi, maka dapat
diketahui hubungan antarfaktor
produksi dan produksi (output) secara
langsung dan hubungan itu mudah
dimengerti;
2. Dengan fungsi produksi, maka dapat
diketahui hubungan antara variabel
yang dijelaskan (dependent variable)
yaitu Y, dan variabel yang
menjelaskan (independent variable)
yaitu X, sekaligus juga untuk
mengetahui hubungan antara variabel
penjelas.
Berbagai macam fungsi produksi
telah diketahui dan dipergunakan oleh
berbagai peneliti, tetapi yang umum dan
sering digunakan adalah fungsi produksi
linear, fungsi produksi kuadratik, fungsi
produksi eksponensial, dan fungsi produksi
CES (Constan Elasticity of Substitution,
Transcedental and Translog).
Berdasarkan rangkuman jenis fungsi
produksi, maka penelitian ini
menggunakan Fungsi Produksi Cobb-
Douglass dengan 3 (tiga) pertimbangan.
Pertama, memiliki fleksibilitas pada
penggunaan variabel input. Kedua,
menggunakan data kerat silang yang biasa
dipakai di bidang pertanian. Ketiga,
dengan bentuk logaritma natural akan
memiliki beberapa kelebihan yaitu: (1)
elastisitas dari produksi mengukur
kemampuan reaksi dari input meningkat-
kan output; (2) berdasarkan persamaan
fungsi Cobb-Douglas, terdapat tiga situasi
yang mungkin dalam tingkat pengembalian
terhadap skala. Returtn to Scale (tingkat
pengembalian terhadap skala) perlu
diketahui untuk mengetahui apakah
kegiatan dari suatu usaha tersebut
mengikuti kaidah increasing, constant atau
decreasing return to scale. Ada tiga
alternatif, yaitu: (Soekartawi, 2003)
a. Decreasing Return to Scale, bila (β1 +
β2) < 1
Pada kondisi demikian, dapat diartikan
bahwa proporsi penambahan faktor
produksi melebihi proporsi
penambahan produksi.
b. Constant Return to Scale , bila (β1 +
β2) = 1
Pada kondisi demikian, dapat diartikan
bahwa proporsi penambahan faktor
produksi akan proporsional dengan
penambahan produksi.
c. Increasing Return to Scale , bila (β1 +
β2) > 1
Pada kondisi demikian, dapat diartikan
bahwa proporsi penambahan faktor
produksi akan menghasilkan produksi
yang proporsinya lebih besar.
Proses produksi mempunyai
landasan teknis yang disebut fungsi
produksi, yang menggambarkan hubungan
antara faktor produksi dengan kuantitas
produksi. Untuk mempermudah analisis,
maka faktor produksi dianggap tetap,
kecuali diketahui secara jelas. Ini berarti
kuantitas produksi dipengaruhi oleh
banyaknya tenaga kerja yang digunakan.
Faktor produksi yang dianggap konstan
disebut faktor produksi tetap dan
banyaknya faktor produksi ini tidak
dipengaruhi oleh banyaknya hasil
produksi. Faktor produksi yang dapat
berubah kuantitasnya selama proses
produksi atau banyaknya faktor produksi
yang digunakan tergantung pada hasil
produksi yang disebut faktor produksi
variabel. Tahapan produksi pertanian
dengan input K dan L.
Konsep Efisiensi
Efisiensi menurut Soekartawi (1990)
adalah upaya untuk menggunakan
masukan dalam jumlah tertentu untuk
memperoleh keluaran yang sebesar-
besarnya. Efisiensi dibagi menjadi tiga
konsep, yaitu efisiensi teknis (technical
efficiency), efisiensi harga atau efisiensi
biaya (price efficiency) atau allocative
efficiency, dan efisiensi ekonomi
(economic efficiency)
Efisiensi merupakan tindakan
memaksimalkan hasil dengan mengguna-
kan modal, tenaga kerja, material, dan alat
yang minimal (Stoner, 1995). Efisiensi
merupakan rasio antara input dan output,
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS 2017 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
Optimalisasi Tata Kelola Organisasi Dalam Upaya Peningkatan Daya Saing dan Iklim Investasi UNTAG SEMARANG
ISBN : 978-602-14119-2-6 179
dan perbandingan antara masukan dan
pengeluaran.
Efisiensi produksi sesuai dengan
prinsip dasar ilmu ekonomi adalah output
produksi tertentu akan dapat dihasilkan
output semaksimal mungkin atau untuk
mendapatkan output tertentu dengan input
seminimal mungkin. Jika prinsip efisiensi
produksi itu diterapkan dalam suatu
produksi komoditas pertanian maka petani
akan berupaya untuk mencapai suatu
efisiensi dalam menggunakan input
produksi.
Farrel (1957) mengemukakan bahwa
efisiensi produksi terdiri dari komponen
teknik dan alokatif. Efisiensi teknik
merupakan kemampuan suatu unit usaha
untuk dapat berproduksi sepanjang kurva
isokuan yaitu menghasilkan output
seoptimal mungkin dengan menggunakan
kombinasi input dan teknologi tertentu.
Efisiensi alokatif merefleksikan kemam-
puan suatu unit usaha menggunakan input
dalam proporsi yang optimal, sesuai
dengan harganya masing-masing dan
teknologi produksi. Efisiensi alokatif
tercapai jika perusahaan tersebut mampu
memaksimumkan keuntungan yaitu
menyamakan produk marjinal setiap faktor
produksi dengan harganya. Jadi, efisiensi
ekonomi dapat dicapai jika efisiensi teknik
dan efisiensi harga tercapai.
Untuk mengetahui apakah
penggunaan faktor produksi mencapai
kondisi yang optimal dilakukan dengan
melihat perbandingan antara produksi fisik
marjinal faktor produksi dengan harga
faktor-faktor produksi, sehingga dapat
dituliskan:
(2.1)
Dari rumus tersebut dapat dijabarkan
bahwa kondisi optimal akan tercapai jika:
=
=
=
=
(2.2)
NPM diperoleh dari:
(2.3)
Keterangan:
: Elastisitas produksi faktor produksi i.
: Harga kentang.
Y : Harga produksi.
Dalam kenyataan, NPMx tidak selalu
sama dengan , sehingga yang sering
terjadi adalah:
a. Apabila
masing-masing faktor
produksi sama, berarti kombinasi
penggunaan faktor produksi optimal.
b. Apabila
masing-masing faktor
produksi tidak sama, berarti kombinasi
penggunaan faktor produksi belum
optimal.
Batesse dan Coelli (1991) mengemu-
kakan bahwa efisiensi teknis dari suatu
usahatani adalah rasio antara produksi
usahatani observasi dengan output
(produksi) dari fungsi produksi frontier.
Effisiensi teknis atau inefisiensi teknis
usahatani ke-i diduga dengan meng-
gunakan persamaan yang dirumuskan oleh
Bateese dan Coelli (1991) dan Kumbhakar
dan Lovell (2000) sebagai berikut:
( ) (2.4)
Efisiensi teknis ini dapat
diperkirakan dengan rumus sebagai
berikut:
( |
⌊
(
)
(
)⌋ (2.5)
di mana:
,
dan
serta representasi dari fungsi
distribusi normal.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS 2017 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
Optimalisasi Tata Kelola Organisasi Dalam Upaya Peningkatan Daya Saing dan Iklim Investasi UNTAG SEMARANG
ISBN : 978-602-14119-2-6 1
Gambar 3. Ukuran Efisiensi Menurut Cara Farrel
Sumber: Soekartawi, 2003
Garis UU’ pada Gambar 3 adalah
garis isokuan dari berbagai kombinasi
input untuk mendapatkan
sejumlah Y tertentu yang optimal. Garis ini
sekaligus menunjukkan garis frontier dari
fungsi produksi Cobb-Douglass. Titik C
dan titik lain yang posisinya di bagian luar
garis UU’ adalah tingkat teknologi dari
masing-masing individu pengamatan.
Garis PP’ adalah garis biaya yang
merupakan tempat kedudukan titik-titik
kombinasi dari berapa biaya yang dapat
dialokasikan untuk mendapatkan sejumlah
input dan sehingga mendapatkan
biaya yang optimal. Garis OC
menggambarkan jarak, dimana suatu
teknologi dari suatu usaha apakah itu usaha
pertanian maupun nonpertanian.
Pendekatan Parametrik dengan
Stochastik Frontier Analysis
Fungsi produksi frontier adalah
sebuah fungsi produksi yang memiliki
keunggulan dibandingkan dengan fungsi
fungsi produksi yang lain yaitu
kemampuannya menganalisis keefisienan
maupun ketidakefisienan teknis suatu
proses produksi. Karakteristik fungsi
produksi frontier untuk mengestimasi
efisiensi teknis adalah adanya pemisahan
dampak dari shok variabel eksogen
terhadap output dengan kontribusi variasi
dalam bentuk efisiensi teknis (Giannakas,
et al.,2003).
Model produksi frontier stokastik
didasarkan pada model yang
dikembangkan oleh Battese dan Coelli
(1991), yaitu TE effect model. Model ini
menetapkan efek inefisiensi teknik dalam
bentuk frontier stokhastik yang
diformulasikan sebagai berikut:
∑ ( ) (2.6)
∑ (2.7)
Ui adalah salah satu kesalahan baku
yang menyusun kesalahan baku (error
term) dalam menggambarkan ketidak-
efisienan teknik suatu usahatani dan
bernilai positif, sehingga semakin besar
nilai Ui maka makin besar ketidakefisienan
teknik suatu usahatani. Dengan kata lain,
suatu usahatani dikatakan secara teknik
efisien 100 persen apabila Ui=0.
Pendekatan parametrik yang
banyak digunakan dalam penelitian
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS 2017 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
Optimalisasi Tata Kelola Organisasi Dalam Upaya Peningkatan Daya Saing dan Iklim Investasi UNTAG SEMARANG
ISBN : 978-602-14119-2-6 181
efisiensi adalah Stochastik Frontier
Analysis (SFA) dengan menggunakan
fungsi produksi Cobb-Douglass dan
Translog. SFA mengacu pada pendekatan
ekonometrik frontier yang memerlukan
bentuk persamaan untuk biaya, profit, atau
hubungan antara output-input dan faktor
lingkungan yang memungkinkan adanya
error acak.
Aigner, et al. (1997) mengemuka-
kan bahwa fungsi stochastik frontier
merupakan perluasan dari model asli
deterministik untuk mengukur efek-efek
yang tidak terduga (stochastik frontier) di
dalam batas produksi. Dalam fungsi
produksi ini ditambahkan random error, vi,
ke dalam variabel acak non negatif, ui,
seperti dinyatakan dalam persamaan
berikut:
( ), dimana i = 1,2,3... n (2.8)
Random error, vi, berguna untuk
menghitung ukuran kesalahan dan faktor
acak lainnya, seperti kondisi cuaca dan
lain-lain bersama-sama dengan efek
komnbinasi dan variabel input yang tidak
terdefinisi pada fungsi produksi.
Selanjutnya Aigner, et al. (1977)
mengemukakan bahwa vi didistribusikan
secara independen dan identik
(independent and identically
distributed/iid) dengan rataan bernilai nol
dan ragam konstan independen dari ui
yang diasumsikan iid random variabel
eksponensial setengah normal.
Model persamaan 2.8 disebut
Stochastik Frontier Production Function
karena nilai output dibatasi oleh variabel
stokastik (random), exp( ).
Random error dapat bernilai positif atau
negatif demikian pula outputstochastik
frontier bervariasi sekitar bagian tertentu
dari model deterministik frontier,
exp( ). Komponen deterministik dari
model frontier, y = exp( ) menggunakan
asumsi berlaku hukum diminishing return
to scale. Jika petani menghasilkan output
aktual di bawah produksi deterministik
frontier, tetapi outputstokastik frontiernya
melampuai dari output deterministiknya,
maka aktivitas produksi petani tersebut
dipengaruhi oleh kondisi yang mengun-
tungkan dimana variabel vi bernilai positif.
Apabila petani menghasilkan output aktual
di bawah produksi deterministik frontier
dan output stokastik frontiernya juga
berada dibawah output deterministiknya.
Hal tersebut dapat terjadi karena aktivitas
produksi petani tersebut dipengaruhi oleh
kondisi yang tidak menguntungkan yaitu
nilai vi negatif. Struktur dasar model
stochastik frontier dapat dijelasakan dalam
Gambar 4.
Studi empiris terkait dengan
perhitungan efisiensi teknis dilakukan oleh
Prayoga (2010) yang meneliti tentang
produktivitas dan efisiensi teknis usahatani
padi organik lahan sawah. Efisiensi teknis
diukur dengan fungsi produksi frontier
yang diestimasi dengan metode MLE,
dengan mengasumsikan Cobb-Douglas
adalah bentuk fungsional usahatani padi
organik di daerah penelitian. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tingkat
efisiensi petani sampel bervariasi antara
0,47 – 0,96 dengan rata-rata 0,70. Dari
penelitian ini, implikasi kebijakan dari
temuan-temuan penelitian ini adalah upaya
peningkatan efisiensi teknis melalui
peningkatan kegiatan penyuluhan tentang
usahatani padi organik perlu dilakukan
secara kontinyu oleh Dinas atau instansi
terkait.
Essilfie et al. (2010) melakukan
penelitian tentang efisiensi teknik pada
produksi jagung dengan skala kecil dengan
pendekatan stochastic frontier. Penelitian
yang dilakukan di negara Ghana ini
menghasilkan tingkat efisiensi teknis rata-
rata adalah 58%. Faktor produksi yang
digunakan dalam dalam penelitan ini
adalah tenaga kerja, penggunaan bibit dan
pupuk, tingkat pendidikan, dan jumlah
anggota rumah tangga.
Pendekatan dengan fungsi produksi
frontier untuk menghitung efisiensi teknis
juga dilakukan oleh Fauziyah (2010),
Sukiyono (2005), Saptana (2011), dan
Nuhraeni (2012). Penelitian Fauziyah
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS 2017 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
Optimalisasi Tata Kelola Organisasi Dalam Upaya Peningkatan Daya Saing dan Iklim Investasi UNTAG SEMARANG
182 ISBN : 978-602-14119-2-6
(2010) tentang perilaku petani dalam
menghadapi risiko produksi terhadap
alokasi input pada usahatani tembakau
menyimpulkan bahwa secara keseluruhan
perhitungan inefisiensi alokatif > 0, artinya
petani tembakau masih bersifat under use
dalam penggunaan faktor produksi.
Tingkat efisiensi teknis dan efisiensi
alokatif usahatani tembakau berkisar antara
0,61 – 0,89 dan 0,50 -0,85. Perhitungan
efisiensi teknis pada usahatani cabe merah
yang dilakukan Sukiyono (2005)
mendapatkan kesimpulan angka efisiensi
teknis cabe merah tergolong tinggi yaitu
>0,84. Perhitungan efisiensi alokatif dan
efisiensi ekonomi masing-masing (>0,60)
dan (>0,50).
Penelitian yang dilakukan Nahreni
(2012) tentang kajian efisiensi dan
keberlanjutan usahatani sayuran dataran
tinggi yaitu kentang dan kubis di Provinsi
Jawa Barat menyimpulkan bahwa petani
kentang dan kubis dalam pengelolaan
usahataninya belum efisien, namun nilai
efisiensi teknisnya tergolong tinggi yaitu
0,84 dan 0,73. Dalam penelitiannya,
Nahreni juga menyimpulkan bahwa yang
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap produksi kentang dan kubis
dataran tinggi adalah luas lahan, jumlah
benih, jumlah pestisida dan jumlah pupuk
kandang, sedangkan kemiringan laan
berpengaruh terhadap produksi kentang
secara negatif. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin tinggi kemiringan lahan, hasil
produksi semakin kecil.
Jokolelono (2011) menggunakan
stochastik frontier untuk menghitung
tingkat efisiensi teknis pada budidaya
tambak di Kabupaten Parigi Moutong
Provinsi Sulawesi Tengah. Faktor produksi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
lahan, bibit, tenaga kerja, pakan,
pengalaman, kapur, teknologi, dan PPL.
Perhitungan efisiensi teknis untuk
budidaya tambak ini menghasilkan angka
rata-rata sebesar 0,803. Hal ini
menunjukkan bahwa hasil produksi untuk
usahatani tambak di Parigi Moutong belum
sepenuhnya melakukan kegiatan secara
efisien.
Penelitian terkait dengan usahatani
kentang di Kawasan Dieng sangat
beragam. Hartati (2007) meneliti tentang
Pengaruh Perilaku Petani terhadap Risiko
Ketidakefisienan Usahatani Kentang di
Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah
menunjukkan bahwa perilaku petani dalam
menghadapi risiko dipengaruhi oleh
beberapa peubah. Ada enam peubah yang
mempengaruhi, yaitu umur, pendidikan,
jumlah tanggungan keluarga, pengalaman
berusahatani, luas lahan, dan status lahan
sebagai dummy. Dari hasil penelitian
didapatkan bahwa semakin tinggi umur
petani, jumlah tanggungan keluarga,
pengalaman berusahatani, luas lahan, dan
status penguasaan lahan petani, maka
semakin tinggi pula keberanian petani
kentang di Kawasan Dieng dalam
menghadapi risiko.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS 2017 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
Optimalisasi Tata Kelola Organisasi Dalam Upaya Peningkatan Daya Saing dan Iklim Investasi UNTAG SEMARANG
ISBN : 978-602-14119-2-6 183
Gambar 4. Fungsi Produksi Frontier Sumber: Coelli et al., (1998)
METODE PENELITIAN
Model Fungsi Produksi Usahatani
Analisis pengaruh penggunaan
faktor-faktor produksi terhadap hasil
produksi usahatani kentang dilakukan
dengan menggunakan fungsi produksi
Cobb-Douglass dengan rumus sebagai
berikut :
Y = A Kα L
β
Dari fungsi Cobb-Douglass di atas
disusun model fungsi produksi usahatani
kentang sebagai berikut :
Y= β Xlhnβ1 Xpkimia
β2 Xfungi
β3 Xinsek
β4
Xppkcmβ5 XTK
β6 Xbibit
β7 e
π
di mana :
Y = produksi komoditas pertanian
β0 = intercept/konstanta
β1... β4 = koefisien arah regresi masing-
masing variabel bebas
Xlhn = luas lahan pertanian
Xpkimia = penggunaan pupuk kimia
Xfungi = penggunaan fungisida
Xinsek = penggunaan insektisida
Xppkcm = penggunaan pupuk CM
XTK = penggunaan tenaga kerja (hari
orang kerja)
Xbibit = penggunaan bibit
e = gangguan stokhastik
Untuk menaksir parameter-parameter
yang berpengaruh terhadap produksi
kentang dilakukan harus ditransformasikan
dalam bentuk double logaritma natural
(ln) sehingga merupakan bentuk linier
berganda. Penggunaan model ini juga
digunakan untuk mengetahui, pada tahap
berapa produksi kentang di Kawasan
Dieng saat ini.
Model yang digunakan adalah
sebagai berikut :
Ln Y = Ln β0 + β1 Ln lahan+ β2Ln pkimia+
β3Ln fungi+ β4Ln insek+ β5Ln
ppkcm+ β6Ln TK + β7Ln Xbibit + e
Selanjutnya untuk mengkaji apakah
faktor produksi yang digunakan secara
bersama-sama berpengaruh terhadap
produksi kentang digunakan uji F (F-test).
Pengaruh dari masing-masing faktor
Output Observasi Yj
Y= f(x,β)
Output batas (𝑌𝑗 )
Y=f(𝑥𝑗;𝛽) (𝑣𝑗)
Jika𝑣𝑗<
Output Observasi Yi
Yi
Yj
Yi
Output batas (𝑌𝑗 )
Y=f(𝑥𝑖;𝛽) (𝑣𝑖) Jika 𝑣𝑖<
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS 2017 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
Optimalisasi Tata Kelola Organisasi Dalam Upaya Peningkatan Daya Saing dan Iklim Investasi UNTAG SEMARANG
184 ISBN : 978-602-14119-2-6
produksi terhadap hasil produksi
digunakan uji t.
Skala Usahatani
Returtn to scale perlu diketahui
untuk mengetahui apakah kegiatan dari
suatu usaha tersebut,mengikuti kaidah
increasing, constan atau decreasing return
to scale. Ada tiga alternatif, yaitu :
(Soekartawi, 2007).
a. Decreasing Return to Scale, bila (β1 +
β2) < 1
b. Constan Return to Scale , bila (β1 + β2)
= 1
c. Increasing Return to Scale , bila (β1 +
β2) > 1
Efisiensi Ekonomi
Untuk mengetahui apakah
penggunaan faktor produksi mencapai
kondisi yang optimal dilakukan dengan
melihat perbandingan antara produk fisik
marjinal faktor produksi dengan harga
faktor produksi, sehingga dapat dituliskan
sebagai berikut:
Dari rumus tersebut dapat dijabarkan
bahwa kondisi optimal akan tercapai bila :
=
NPM diperoleh dari : bi.
. Py
di mana :
i = elastisitas produksi faktor produksi i
Py = harga kentang (Rp/kg)
Y = hasil produksi
= faktor produksi
Dalam kenyataan, NPM x tidak
selalu sama dengan Px, yang sering terjadi
adalah:
a. Apabila NPMxi/Pxi masing-masing
faktor produksi sama, berarti
kombinasi penggunaan faktor
produksi optimal.
b. Apabila nilai NPMxi/Pxi masing-
masing faktor produksi tidak sama,
berarti kombinasi penggunaan faktor
produksi belum optimal..
Efisiensi Teknis
Menurut Soekartawi (2003) tingkat
efisiensi teknis dapat diukur dengan
menggunakan rumus:
ET = /
di mana:
ET = Tingkat Efisiensi Teknis
Yi = besarnya produksi (output) ke-i
= besarnya produksi yang diduga
pada pengematan ke-i yang
diperoleh melalui fungsi
produksi frontier Cobb _
Douglass
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Kinerja Usahatani Kentang di
Kawasan Dieng
Badan Pangan Dunia (FAO) telah
mengembangkan model dan mendefinisi-
kan konsep Pembangunan Pertanian
Berkelanjutan dan Pembangunan Pedesaan
(PBPP) sebagai manajemen dan konservasi
sumber daya alam yang berorientasi pada
perubahan ekologi dan kelembagaan dalam
upaya memenuhi kebutuhan manusia, baik
generasi sekarang maupun mendatang.
Pertanian berkelanjutan pada
prinsipnya tidak melawan alam namun
bekerja sama dan mengikuti alam, menjaga
kesehatan tanah, mengurangi sumber daya
luar, diversitas dan menyesuaikan harus
menguntungkan, baik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang (Syahyuti, 2014).
Penanaman kentang yang diyakini
harus dalam hamparan terbuka menyebab-
kan petani kentang pada awalnya menolak
semua upaya konservasi yang dilakukan
pemerintah Kabupaten Banjarnegara dan
Kabupaten Wonosobo. Banyak program
yang sudah diluncurkan terkait dengan
upaya penyelamatan Kawasan Dieng,
namun tidak sedikit kendala yang dihadapi
di lapangan. Hasil wawancara di lapangan
menunjukkan hal-hal yang harus
ditindaklanjuti oleh pemerintah Kabupaten
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS 2017 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
Optimalisasi Tata Kelola Organisasi Dalam Upaya Peningkatan Daya Saing dan Iklim Investasi UNTAG SEMARANG
ISBN : 978-602-14119-2-6 185
Banjarnegara maupun Kabupaten Wono-
sobo.
Penilaian sustainable dan tidak
sustainable ini berdasarkan 3 aspek, yaitu
Aspek ekonomi, yang meliputi tingkat
pendapatan usahatani, return costratio, dan
produktivitas usahatani per hektar dan
Efisiensi Teknis. Aspek sosial meliputi
tingkat pendidikan, pelatihan yang pernah
diikuti, jenis dinding rumah tinggal dan
keikutsertaan terhadap organisasi. Aspek
lingkungan menggunakan indikator
penggunaan pupuk kandang dan pupuk
buatan, kondisi kualitas air, dan tingkat
bahaya erosi.
Fungsi Produksi Usahatani Kentang
Kondisi Usahatani Kentang
berdasarkan hasil uji regresi dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Estimasi Fungsi Produksi Frontier Stokastik pada Usahatani Kentang di
Kawasan Dieng
No Variabel Koefisien t- ratio Keterangan
1 Konstanta 3,624 14,37
2 Luas Lahan 0,779 28,47* *Signifikan pada α =1%
**Signifikan pada α=5%
*** Signifikan pada
α=10%
(satu sisi)
t-tabel α =1 % =2,347
t-tabel α =5 % =1,653
t-tabel α =10%=1,286
3 Pupuk Kimia 0,035 2,32**
4 Fungisida 0,029 2,289**
5 Insektisida 0,028 2.762*
6 Pupuk CM 0,060 4,051*
7 Tenaga Kerja 0,048 1,343***
8 Bibit 0,046 3,176*
Sumber : Data Primer, 2016 (diolah).
Fungsi produksi berdasarkan hasil
estimasi di atas adalah sebagai berikut :
ln Y = ln 3,624+ 0,779 ln lahan+ 0,035 ln ppk
kmia + 0,029 ln fungi+ 0,028 ln insek +
0,060 ln ppkcm + 0,048 ln TK +
0,046 ln bibit
Atas dasar persamaan tersebut,
dapat diketahui pula bahwa skala
pengembalian (return to scale) usahatani
kentang di daerah penelitian adalah sebagai
berikut:
∑β = 0,779 + 0,035 +0,029 + 0,028 +0,060
+ 0,048 + 0,046 =1,025
Arti dari skala pengembalian 1,025
adalah, kondisi usahatani kentang pada
tahap increasing return to scale, yaitu
masih bisa untuk dikembangkan, meskipun
tidak terlalu besar karena angkanya
mendekati 1.
Hasil Estimasi Input Produksi Usahatani
Kentang
Berdasarkan hasil estimasi fungsi
produksi frontier stokastik, maka
didapatkan koefisien regresi yang
mencerminkan koefisien elastisitas.
Adapun koefisien regresi masing-masing
input adalah:
Luas Lahan
Koefisien Regresi Luas Lahan adalah
0,779. Koefisien ini bertanda positif dan
signifikan pada α = 1%. Hal ini berarti
apabila luas lahan diperluas (ditingkatkan)
sebesar 1% akan menyebabkan kenaikan
produksi sebesar 0,779%. Luas lahan
berpengaruh positif terhadap kenaikan
produksi kentang, hal ini bisa dilihat
dengan kondisi penambahan luas lahan
kentang baik di Kecamatan Kejajar,
Garung dan Batur yang semakin meluas ke
arah bukit-bukit. Koefisien regresi ini juga
memperlihatkan elastisitas produksi kurang
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS 2017 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
Optimalisasi Tata Kelola Organisasi Dalam Upaya Peningkatan Daya Saing dan Iklim Investasi UNTAG SEMARANG
186 ISBN : 978-602-14119-2-6
dari satu atau Еp <1. Kondisi elastisitas
lebih kecil dari satu menunjukkan bahwa
proses produksi berada pada tahap dua,
artinya marginal produk masih positif, dan
rata-rata produksi menurun. Peningkatan
produksi masih dapat diharapkan untuk
menambah penghasilan dengan
meningkatkan luas lahan.
Di daerah penelitian, masalahan
perluasan lahan menuju bukit-bukit dan
dalam tahun terakhir sudah merambah ke
kawasan Telaga Sedringo di Kecamatan
Batur. Perambahan lokasi hutan dan daerah
di sekitar telaga akan menyebabkan
permasalahan pada Telaga Sedringo yang
mengalami kekeringan.
Koefisen lahan berpengaruh positif
terhadap hasil produksi merupakan hasil
yang sama seperti yang dilakukan oleh
Jokolelono (2011), Mulyawan (2011).
Koefisien regresi luas lahan bernilai
negatif ditemukan dalam penelitian yang
dilakukan Kusumanegara (2011) pada
usahatani kentang di Kecamatan Batur,
Kabupaten Banjarnegara.
Pupuk Kimia
Koefisien Regresi Penggunaan
Pupuk Kimia adalah 0,035. Koefisien ini
bertanda positif dan signifikan pada α =
5%. Hal ini berarti apabila pupuk kimia
ditambah sebesar 1% akan menyebabkan
kenaikan produksi sebesar 0,035%. Pupuk
kimia berpengaruh positif terhadap
kenaikan produksi kentang. Hal ini bisa
dilihat dengan kondisi penambahan pupuk
kimia dilakukan karena kondisi tanah
sudah sangat tidak subur lagi. Koefisien
regresi ini juga memperlihatkan elastisitas
produksi kurang dari satu atau Еp <1.
Kondisi elastisitas lebih kecil dari satu
menunjukkan bahwa proses produksi
berada pada tahap dua, artinya marginal
produk masih positif, dan rata-rata
produksi menurun. Peningkatan produksi
masih dapat diharapkan untuk menambah
penghasilan dengan meningkatkan
penggunaan pupuk kimia, meskipun
perlakukan ini akn berdampak
memperburuk kondisi tanah di Kawasan
Dieng.
Di daerah penelitian, masalahan
pemakaian pupuk kimia yang di atas
standar merupakan hal yang sudah biasa
ditemui pada usahatani kentang. Petani
hanya berpikir secara ekonomi saja dengan
harapan kentang yang ditanamnya akan
tumbuh besar dan banyak.
Koefisen penggunaan pupuk kimia
berpengaruh positif terhadap hasil produksi
merupakan hasil yang sama seperti yang
dilakukan oleh Kusumanegara (2011) pada
usahatani kentang di Kecamatan Batur,
Kabupaten Banjarnegara.
Fungisida
Koefisien Regresi Penggunaan
Fungisida adalah 0,029. Koefisien ini
bertanda positif dan signifikan pada α=5%.
Hal ini berarti apabila fungisida ditambah
sebesar 1% akan menyebabkan kenaikan
produksi sebesar 0,029%. Fungisida
berpengaruh positif terhadap kenaikan
produksi kentang. Hal ini bisa dilihat
dengan kondisi penambahan fungsisida
dilakukan karena kondisi tanaman yang
terserang penyakit. Koefisien regresi ini
juga memperlihatkan elastisitas produksi
kurang dari satu atau Еp <1. Kondisi
elastisitas lebih kecil dari satu menunjuk-
kan bahwa proses produksi berada pada
tahap dua, artinya marginal produk masih
positif, dan rata-rata produksi menurun.
Peningkatan produksi masih dapat
diharapkan untuk menambah penghasilan
dengan meningkatkan penggunaan fungi-
sida, meskipun perlakukan ini akan
berdampak pada hasil tanaman kentang. Di
daerah penelitian, masalahan pemakaian
fungisida yang di atas standard merupakan
hal yang sudah biasa ditemui pada
usahatani kentang.
Koefisen penggunaan fungsisida
berpengaruh positif terhadap hasil produksi
merupakan hasil yang sama seperti yang
dilakukan oleh Kusumanegara (2011) pada
usahatani kentang di Kecamatan Batur,
Kabupaten Banjarnegara.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS 2017 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
Optimalisasi Tata Kelola Organisasi Dalam Upaya Peningkatan Daya Saing dan Iklim Investasi UNTAG SEMARANG
ISBN : 978-602-14119-2-6 187
Insektisida
Koefisien Regresi Penggunaan
Insektisida adalah 0,028. Koefisien ini
bertanda positif dan signifikan pada α =
5%. Hal ini berarti apabila insektisida
ditambah sebesar 1% akan menyebabkan
kenaikan produksi sebesar 0, 028%.
Insektisida berpengaruh positif terhadap
kenaikan produksi kentang. Hal ini bisa
dilihat dengan kondisi penambahan
insektisida dilakukan karena kondisi
tanaman yang terserang hama. Koefisien
regresi ini juga memperlihatkan elastisitas
produksi kurang dari satu atau Еp < 1.
Kondisi elastisitas lebih kecil dari satu
menunjukkan bahwa proses produksi
berada pada tahap dua, dimana marginal
produk masih positif, dan rata-rata
produksi menurun. Peningkatan produksi
masih dapat diharapkan untuk menambah
penghasilan dengan meningkatkan peng-
gunaan insektisida, meskipun perlakukan
ini akan berdampak pada hasil tanaman
kentang. Pemakaian insektisida yang
dilakukan petani kentang di Kawasan
Dieng merupakan fenomena yang menarik,
karena masing-masing petani mempunyai
formula khusus yang berbeda antara petani
satun dengan petani yang lain. Penggunaan
insektisida yang melampaui standar
dilakukan petani dengan harapan hasil
panen lebih banyak, kentang tidak
terserang hama.
Koefisen penggunaan insektisida
berpengaruh positif terhadap hasil produksi
merupakan hasil yang sama seperti yang
dilakukan oleh Kusumanegara (2011) pada
usahatani kentang di Kecamatan Batur,
Kabupaten Banjarnegara.
Pupuk CM
Penggunaan Pupuk CM (Chicken
Manure) bagi petani kentang di Kawasan
Dieng adalah hal yang harus dilakukan
mengingat fungsi dari pupuk CM ini
adalah sebagai media untuk menanam
kentang sehingga penggunaan pupuk CM
per hektar sangat tinggi.
Koefisien Regresi penggunaan
Pupuk CM adalah 0,060. Koefisien ini
bertanda positif dan signifikan pada α =
5%. Hal ini berarti apabila pupuk CM
ditambah sebesar 1% akan menyebabkan
kenaikan produksi sebesar 0,06%. Pupuk
CM berpengaruh positif terhadap kenaikan
produksi kentang. Hal ini bisa dilihat
dengan kondisi pengunaan pupuk CM yang
tinggi di Kawasan Dieng. Koefisien regresi
ini juga memperlihatkan elastisitas
produksi kurang dari satu atau Еp < 1.
Kondisi elastisitas lebih kecil dari satu
menunjukkan bahwa proses produksi
berada pada tahap dua, artinya marginal
produk masih positif, dan rata-rata
produksi menurun. Peningkatan produksi
masih dapat diharapkan untuk menambah
penghasilan dengan meningkatkan peng-
gunaan pupuk CM. Penggunaan pupuk CM
di Kawasan Dieng yang cukup tinggi
membawa permasalahan tersendiri. Pupuk
CM yang digunakan petani kentang di
Kawasan Dieng belum terfermentasi.
Penggunaan pupuk CM yang belum
terfermentasi ini selain tidak memak-
simalkan hasil tanaman kentang juga
dalam jangka panjang merusak kondisi
tanah. Pencemaran udara karena bau yang
menyengat di Kawasan Dieng juga
merupakan permasalahan lingkungan yang
mengganggu pariwisata di Kawasan Dieng.
Koefisen penggunaan pupuk CM
berpengaruh positif terhadap hasil produksi
merupakan hasil yang sama seperti yang
dilakukan oleh Kusumanegara (2011) pada
usahatani kentang di Kecamatan Batur,
Kabupaten Banjarnegara.
Tenaga Kerja (XTK)
Koefisien Regresi penggunaan
Tenaga Kerja adalah 0,048. Koefisien ini
bertanda positif dan signifikan pada α =
10% (satu sisi). Hal ini berarti apabila
tenaga kerja ditambah sebesar 1% akan
menyebabkan kenaikan produksi sebesar 0,
048%. Tenaga kerja berpengaruh positif
terhadap kenaikan produksi kentang, hal
ini bisa dilihat dengan penambahan tenaga
kerja akan menaikkan produksi kentang.
Namun, dengan elastisitas produksi yang
di bawah satu ini, artinya secara teoritis
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS 2017 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
Optimalisasi Tata Kelola Organisasi Dalam Upaya Peningkatan Daya Saing dan Iklim Investasi UNTAG SEMARANG
188 ISBN : 978-602-14119-2-6
kondisi penggunaan input berada pada
tahap kedua.
Bibit
Koefisien Regresi penggunaan bibit
adalah 0,046. Koefisien ini bertanda positif
dan signifikan pada α = 5%. Hal ini berarti
apabila bibit ditambah sebesar 1% akan
menyebabkan kenaikan produksi sebesar
0,046%. Penggunaan bibit berpengaruh
positif terhadap kenaikan produksi
kentang. Hal ini bisa dilihat dengan kondisi
pengunaan bibit dengan menggunakan
kualitas tertentu.
Efisiensi Teknis
Efisiensi teknis adalah kemampuan
untuk memproduksi output secara
maksimum dengan menggunakan mini-
mum input dengan teknologi tertentu.
Dalam penelitian ini, fungsi produksi
kentang diestimasi dengan menggunakan
paket komputer Frontier 41. Hasil estimasi
teknik dengan menggunakan n=200,
didapatkan effisiensi teknik adalah 0,886.
Angka efisiensi teknik yang kurang dari
satu ini menunjukkan bahwa usahatani
kentang di daerah penelitin belum efisien.
Artinya, penggunaan input masih bisa
ditingkatkan untuk menaikkan produksi.
Efisiensi Harga dan Efisiensi Ekonomis
Faktor produksi yang tidak efisien
dapat dilihat secara rinci dengan
menggunakan perhitungan terhadap efi-
siensi alokatif (efisiensi harga).
Penggunaan input (faktor produksi) yang
dapat dtingkatkan adalah luas lahan dan
pemakaian bibit. Input (faktor produksi)
yang lain harus dikurangi penggunaannya
karena sudah tidak ekonomis, yaitu untuk
pemakaian pupuk kimia, insektisida, pupuk
kandang, tenaga kerja, dan fungisida.
Srategi Peningkatan Efisiensi
Peningkatan efisiensi bisa dilakukan
dengan upaya penyuluhan yang
memberikan pengetahuan dan pelatihan
kepada petani kentang untuk
memanajemen usahata taninya dengan
penggunaan input yang tepat, sesuai
dengan standart.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dalam
penelitian ini dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Kondisi usahatani kentang di Kawasan
Dieng dilihat dari kondisi fisik lahan di
daerah penelitian masih baik dan
memenuhi standar, karena berdasarkan
hasil uji pH tanah masih memenuhi
syarat, yaitu berkisar antara 5 sampai
dengan 7. yang ada, jika dilihat dari
skala usahatani kentang menunjukkan
Ep = 1,025. Hal ini menunjukkan bahwa
kondisi usahatani kentang dengan
menggunakan seluruh input tersebut
berada pada tahap I, artinya masih
memungkinkan jika penambahan faktor
produksi akan meningkatkan produksi.
Jika dilihat dari masing-masing
penggunaan faktor produksi, maka
semua pada tahap II. Pada tahap ini
menunjukkan kondisi decreasing
rate.Koefisien regresi ini juga
memperlihatkan elastisitas produksi
kurang dari satu atau Еp <1. Kondisi
elastisitas lebih kecil dari satu
menunjukkan bahwa proses produksi
berada pada tahap dua, artinya marginal
product masih positif, dan rata-rata
produksi menurun, peningkatan
produksi masih dapat diharapkan.
2. Hasil estimasi efisiensi teknis dengan
menggunakan n=200, didapatkan
efisiensi teknis adalah 0,886. Angka
efisiensi teknis yang kurang dari satu ini
menunjukkan bahwa usahatani kentang
di daerah penelitian belum efisien,
artinya penggunaan input masih bisa
ditingkatkan untuk menaikkan produksi.
3. Perhitungan efisiensi ekonomis
menunjukkan bahwa penggunaan input
(faktor produksi) yang dapat dtingkat-
kan adalah luas lahan dan pemakaian
bibit. Input (faktor produksi) yang lain
harus dikurangi penggunaannya karena
sudah tidak ekonomis, yaitu untuk
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS 2017 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
Optimalisasi Tata Kelola Organisasi Dalam Upaya Peningkatan Daya Saing dan Iklim Investasi UNTAG SEMARANG
ISBN : 978-602-14119-2-6 189
pemakaian pupuk kimia, insektisida,
pupuk kandang, tenaga kerja, dan
fungisida.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina Shinta. 2011. Ilmu Usahatani.
UB Press. Malang
Allen, P., Dusen, D. V., Lundy, J., &
Gliesmann, S.1991. Integrating
social, environmental, and economic
issues in sustainable agriculture.
American Journal of Alternative
Agriculture, Ecosystems and
Environment, 6(1), 34–39.
Arsyad, S. 2012. Food Security Indicators,
Distribution and Techniques for
Agriculture Sustainability in
Pakistan. International Journal of
Applied Science and Technology,
2(5), 137-147.
Battese, G.E., and T.J. Coelli. 1992.
Frontier Production Function,
Technical Efficiency and Panel Data:
With Application to Paddy Farmers
in India. The Jornal of Productivity
Analysis, 3, 153-169
Biere,A.W. 1988. Involment of Agri-
cultural Economics in Graduate
Agribussiness Program: An
Uncomfortable Linkage. Western
Journal of Agricultural Economics.
Vol.13,1988, page 128-133.
Burton, M.P. 1992. Agricultural
Sustainability: Definition and
Implications for Agricultural and
Trade Policy. Rome. FAO Economic
and Social Development Paper.
Dantsis, T.; Caterina Douma, Christina
Giourga, Aggeliki Loumou, Eleni A.
Polychronaki. 2010. A metho-
dological approach to asses and
compare the sustainability level of
agricultural plant production system.
Ecological Indicators. Elsevier
Dariush, H., Zahra, R., & Ezatollah, K.
2010. Measuring Agricultural
Sustainability. Sustainable
Agriculture Review 5.
Dillon, JE, Hennesy, T and Hynes, S.
2010. Assesing the sustainability of
Irish Agriculture.
Essilfie, F.L., Aslamah, M.T., Nimoh, F.
2011. Estimation of Farm llevel
Technical efficiency in small scale
maize production in the Mfantseman
Municipality in the Central Region
of Ghana: A stochastic frontier
approach. Journal of Development
and Agricultural Economcs. Vol.3
(14), pp.645-654, 26 November.
Giannakas, Konstantinos, K.C. Tran and
V. Tzouvelekas. 2003. On The
Choice of Functional From in
Stochastic Frontier Modeling.
Empirical Economic.28:75-100
Hartati, Ani. 2007. Pengaruh Perilaku
Petani terhadap Resiko Keefisienan
Usahatani Kentang di Kabupaten
Wonosobo Jawa Tengah. Agroland
14 (3): 165-171.
Hayami, Y. dan M. Kikuchi. 1987. Dilema
Ekonomi Desa;Sebuah Pendekatan
Ekonomi terhadap Perubahan
Kelembagaan di Asia. Jakarta.
Yayasan Obor Indonesia.
Hernanto, F. 1993. Ilmu Usahatani.
Penerbit Swadaya. Jakarta.
Hubbard, M. 1997. The New Institutional
Economics In Agricultural
Development Insights And
Challenges. Journal Of Agricultural
Economics 48 (2) Hal 239-249.
James, H. S. 2006. Sustainable agriculture
and free market economics: Finding
common ground in Adam Smith.
Agriculture and Human Values, 23,
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS 2017 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
Optimalisasi Tata Kelola Organisasi Dalam Upaya Peningkatan Daya Saing dan Iklim Investasi UNTAG SEMARANG
190 ISBN : 978-602-14119-2-6
427–438. doi: 10.1007/s10460-006-
9020-6.
Joesron, T.S,; Fathorazzi, M. 2012. Teori
Ekonomi Mikro. Yogyakarta. Graha
Ilmu.
Kumbhakar, S. and Lovell, C. 2000.
Stochastic Frontier Analysis.
Cambridge University Press.
Kusmantoro, Edy S. 2010. Usahatani
Kentang dengan Teknik Konservasi
Teras Bangku di Dataran Tinggi
Dieng Kabupaten Wonosobo Jawa
Tengah. Jurnal Pembangunan
Pedesaan Volume 10 Nomor 2,
Desember 2010, hal 115-127.
Leta Rafael, Levis. 2013. Metode
Penelitian Perilaku Petani.
Yogyakarta. PT. Percetakan Moya
Zam-zam Printika
Majewski, E. 2013. Measuring and
Modelling Farm Level
Sustainability. Visegrand Journal om
Bioeconomy and Sustainable
Development.
Makeham, J.P. 1991. Manajemen
Usahatani Daerah Tropis. LP3ES.
Jakarta
Manig, Winfried. 1991. Rural Social and
Economic Structures and Social
Development. In : Winfried
Manig.(ed). Stability and Change in
Rural Institution in North Pakistan.
Socio Economic Studies in Rural
Development. Vol.85.Alano.
Aachen.
Marta G. Rivera-Ferre. 2008. “The Future
of Agriculture Agricultural
Knowledge for Economically,
Sosially, and Environmentally
Sustainable
Mohammad, A. S. 2009. Agricultural
Sustainability : Implications For
Extension Systems. African Journal
Of Agricultural Research, Vol 4
((9)), PP 781-786.
Mosher, A.T. 1987. Menggerakkan dan
Membangun Pertanian. Yasaguna.
Jakarta
Naskah Materi Pengayaan Bahan Ajar
Mulok Bidang Kebudayaan. 2015.
Pelestarian Lingkungan Berbasis
Kearifan Lokal. Pusat Penelitian
Kebijakan Pendidikan dan
Kebudayaan Badan Penelitian dan
Pengembangan Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Ngabekti, Sri., Dewi Liesnoor Setyowati,
dan R. Sugiyanto. 2007. Tingkat
Kerusakan di Dataran Tinggi Dieng
sebagai Database Guna Upaya
Konservasi. Jurnal Manusia dan
Lingkungan, Vol.14, No.2, Juli:93-
102.
Nicholson,W. 2000. Mikroekonomi
Intermediate dan Aplikasinya.
Jakarta. Penerbit Erlangga.
Paul B. Thompson. Paul.B. 2007.
Agricultural Sustainability : what it
is what it is not. International
Journal of Agricultural Sustain-
ability 5 (1). Page 5-16
Prasetya, P. 1996. Ilmu Usahatani II.
Fakultas Pertanian.UNS. Surakarta.
Prayoga, Adi,. 2010. Produktivitas dan
Efisiensi Teknis Usahatani Padi
Organik Lahan Sawah. Jurnal Agro
Ekonomi. Volume 28 No.1, Mei
2010: 1-19.
Pretty, J. 2007. Agricultural Sustainability:
Concept. Principles, and Evidence.
Departement of Biological Science,
University of Essex,UK
Pujiharto. 2011. Kajian Potensi Pengem-
bangan Agribisnis Sayuran Dataran
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS 2017 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
Optimalisasi Tata Kelola Organisasi Dalam Upaya Peningkatan Daya Saing dan Iklim Investasi UNTAG SEMARANG
ISBN : 978-602-14119-2-6 191
Tinggi di Kabupaten Banjarnegara
Propinsi Jawa Tengah. Jurnal
Agritech, Vol.XIII No 2 Desember
2011: 154-175.
Romdhon, A.H.; Wahyuddin, M.; Riyardi,
A. 2015. Analisis Fungsi Produksi
Frontier Constan Elasticity
Substitution Industri Makanan
Hingga Pakaian Jadi Di Provinsi
Jawa Tengah. University Research
Collocium 2015. Universitas
Muhhammadiyah Surakarta.
Rudiarto, Iwan. 2006. Spatial Assessment
of Rural Resources and Livelihodod
Development in Mountain Areas of
Java: a case from Central Java-
Indonesia. Dissertation. Universitata
Hohenheim Fachgebeit: Sozializer
und institutioneller Wandel.
Saida, S. Sabiham dan S.H. Sutjahjo. 2011.
Analisis Keberlanjutan Usahatani
Hortikultura Sayuran pada Lahan
Berlereng di Hulu Das Jeneberang,
Sulawesi Selatan. Jurnal Mate-
matika, Sains, dan Teknologi,
Volume 12 Nomor 2, September
2011, 101-112
Salikin, K. A. 2003. Sistem Pertanian
Berkelanjutan. Yogyakarta:
Kanisius.
Salvatore, D. 2002. Mikroekonomi Edisi
Keempat. Jakarta. Penerbit Erlangga.
Samsudin. 1994. Manajemen Penyuluhan
Pertanian. Bandung. Bina Cipta
Santosa, H. 2015. Bertani Itu Berjudi:
Ketika Mekanisme Pasar Bias
Spekulasi. Disertasi. UGM
Sekaran, Uma. 2006. Metodologi
Penelitian untuk Bisnis,edisi 4, Buku
1,Jakarta. Salemba Empat.
Setyawan, A.D. 2012. Konflik Kepen-
tingan berkaitan permasalahan
ekologi, ekonomi dan sosio budaya
di Tanah Tinggi Dieng, Indonesia.
Malaysia Journal of Society and
Space, issue 4(88-104).
Soedarsono. 1983. Pengantar Ekonomi
Mikro. Jakarta: Lembaga Penelitian,
Pendidikan dan Penerangan Ekonomi
Sosial.
Soekartawi. 1990. Teori Ekonomi
Produksi, dengan pokok Bahasan
Analisis Fungsi Cobb-Douglass.
Rajawali Press. Jakarta.
Soekartawi. 2006. Analisis Usahatani.
Jakarta: UI-Press.
Soetriono dan Anik Suwandari. 2016. Ilmu
Pertanian- Agraris Agribisnis
Industri. Malang Intimesia.
Sudarmadji. 2010. Dampak perubahan
penggunaan lahan terhadap
lingkungan danau di Dataran Tinggi
Dieng Jawa Tengah. Prosiding
Seminar Nasional Limnologi V tahun
2010.
Sudiyono, Armand. 1990. Ekonomi Mikro.
Surabaya : Bina Ilmu.
Suprihati; Dina, Banjarnahor.; Yuliwati.
2016. Siwa Nandisawahanamurti,
Kearifan Lokal Petani Dieng.
Proseding Karya Ilmiah Nasional.
Volume 2 Agustus 2016.
Suradisastra, K.; Basuno,E.; Tarigan,H.
2007. Status dan Arah
Pengembangan Kelembagaan Petani.
Prosiding Kinerjda dan Prospek
Pembangunan.
DOKUMEN, LAPORAN
Badan Pusat Statistik. 2010. Kecamatan
Kejajar Dalam Angka. BPS.
Wonosobo.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS 2017 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
Optimalisasi Tata Kelola Organisasi Dalam Upaya Peningkatan Daya Saing dan Iklim Investasi UNTAG SEMARANG
192 ISBN : 978-602-14119-2-6
Badan Pusat Statistik. 2010. Kecamatan
Batur Dalam Angka. BPS.
Banjarnegara.
Badan Pusat Statistik. 2010. Kecamatan
Garung Dalam Angka. BPS.
Wonosobo.
Badan Pusat Statistik. 2014. Kabupaten
Banjarnegara Dalam Angka. BPS.
Banjarnegara.
Badan Pusat Statistik. 2014. Kabupaten
Wonosobo Dalam Angka. BPS.
Wonosobo
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS 2017 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
Optimalisasi Tata Kelola Organisasi Dalam Upaya Peningkatan Daya Saing dan Iklim Investasi UNTAG SEMARANG
ISBN : 978-602-14119-2-6 193
Tabel Lampiran
Perhitungan Effisiensi Ekonomis
No Faktor Produksi Xi bi NPM xi P xi Y PY
y dlm
kg y/X1 NPMXi/Pxi Rekomendasi
1 Luas Lahan 0,4988 0,779 78391467 40000000 77,22262 6500 7722,26 15481,68 1,95978666
Penambahan
Input
2 Pupuk Kimia 8414,401 0,0346 206,4005 1.788 0,917743 0,11546879
Pengurangan
Input
3 Bibit 86 0,046 26862,38 6.500 89,84073 4,13267361
Penambahan
Input
4 Insektisida 4,303 0,0289 337119,8 1.000.000 1794,622 0,33711981
Pengurangan
Input
5 Fungisida 19,5825 0,0294 75359,32 160.000 394,345 0,47099575
Pengurangan
Input
6 Pupuk Kandang 479,925 0,06 6275,317 1.000 16,09056 6,27531677
Penambahan
Input
7 Tenaga Kerja 810,26 0,048 2973,546 25.000 9,530595 0,11894183
Pengurangan
Input
Efisiensi Harga 1,9157576
Effisiensi Ekonomis= ETXEH 1,69736124
Sumber : Data Primer, 2017 (diolah)