ANALISIS DESKRIPTIF PRODUKSI SIARAN BERITA...
Transcript of ANALISIS DESKRIPTIF PRODUKSI SIARAN BERITA...
ANALISIS DESKRIPTIF
PRODUKSI SIARAN BERITA DOKUMENTER
LENTERA INDONESIA DI NET
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Oleh:
Dewi Apriani
NIM: 1111051100059
KONSENTRASI JURNALISTIK
KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1436 H/2015 M
ANALISIS DESKRIPTIF
PRODUKSI SIARAN BERITA DOKUMENTER
LENTERA INDONESIA DI NET
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Oleh:
Dewi Apriani
1111051100059
Pembimbing:
Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA
NIP: 19710412 200003 2 001
KONSENTRASI JURNALISTIK
KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1436 H/2015 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 (S1) di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 29 Juni 2015
Dewi Apriani
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul ANALISIS DESKRIPTIF PRODUKSI SIARAN BERITA DOKUMENTER LENTERA INDONESIA DI NET, telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 7 Juli 2015. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Program Studi Jurnalistik.
Jakarta, 7 Juli 2015
Sidang Munaqasah
Ketua Sekretaris
Dr. Roudhonah, M. Ag Dra. Musfirah Nurlaily, MA NIP. 19710412 200003 2 001 NIP. 19580910 198703 2 001
Anggota
Penguji I Penguji II
Kholis Ridho, M. Si Umi Musyarrofah, MA NIP. 19780114 200912 1 002 NIP. 19710816 199703 2 002
Pembimbing
Dra. Musfirah Nurlaily, MA NIP. 19710412 200003 2 001
i
ABSTRAK
Dewi Apriani (1111051100059)
Analisis Deskriptif Produksi Siaran Berita Dokumenter Lentera Indonesia di NET
Dewasa ini, televisi menjadi media yang kerap diakses masyarakat. Tiap stasiun televisi berlomba menyajikan acara yang segar dan menarik. Program yang pasti disajikan tiap televisi ialah berita. Program berita menjadi ciri khas sebuah stasiun televisi, termasuk NET dalam menyajikan berita dokumenter Lentera Indonesia.
Berdasarkan hal tersebut, pertanyaan mayornya adalah apakah ciri khas dari program berita dokumenter Lentera Indonesia? Kemudian pertanyaan minornya adalah, bagaimana proses produksi Lentera Indonesia yang terdiri dari pra produksi, produksi, dan pasca produksi serta apa saja kendala dan tantangan yang dihadapi tim produksi Lentera Indonesia?
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Menurut Milles dan Huberman, analisis yang digunakan untuk mengolah hasil data lapangan berupa analisis kualitatif yang berbentuk kata-kata dan digambarkan dengan perluasan teks. Data-data tersebut dilaporkan dengan metode deskriptif yang berarti peneliti akan melaporkan hasil penelitiannya dalam bentuk penggambaran atau deskripsi yang lebih luas dan jelas tanpa menghilangkan hal utama yang didapat pada penelitian tersebut.
Program acara televisi merupakan “ujung panah” bagi sebuah stasiun televisi, termasuk program berita. Selain menghadirkan berita langsung, NET juga menghadirkan berita features dan dokumenter. Berita dokumenter Lentera Indonesia menyajikan konsep pengabdian anak bangsa terhadap Indonesia, di mana seorang atau sekelompok warga menjadi ‘lentera’ bagi kaum yang membutuhkan. Lentera Indonesia berupaya mengajak Indonesia untuk membuka mata dan mengulurkan tangan terhadap mereka yang membutuhkan. Produksi program tersebut terdiri dari tahap pra produksi, produksi, dan pasca produksi. tahap pra produksi dimulai dari penentuan tema, riset issue, dan rapat ide. Tahap produksi dilakukan di luar daerah maupun di Jakarta. Pasca produksi terdiri dari logging oleh video journalist, pembuatan naskah, editing, pemotongan durasi, dan siap siar. Dalam proses produksi terdapat kendala dan tantangan yang dihadapi oleh tim produksi, di antaranya yaitu kota terpencil yang jauh, proses editing yang mengalami gangguan, dan lain sebagainya.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah Lentera Indonesia memiliki keunikan tersendiri dibanding program dokumenter lainnya, yaitu mengangkat kondisi rakyat yang jauh dari kemakmuran dan produksi program berita dokumenter Lentera Indonesia memiliki tiga tahap utama, yaitu pra produksi, produksi, dan pasca produksi serta memiliki kendala dan tatangan tersendiri.
Kata Kunci: Analisis, Pra Produksi, Produksi, Pasca Produksi, Lentera Indonesia
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah penulis mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, Dialah Allah Yang Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang yang telah memberikan segala nikmat, karunia, dan
anugerah yang tak terhingga bagi seluruh umat manusia di bumi. Tiada cinta yang
melebihi cinta-Nya kepada seluruh makhluk cipataan-Nya.
Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada kekasih Allah SWT yang
telah memperjuangkan Islam sebagai penerang dan petunjuk pengikutnya di
seluruh muka bumi untuk kehidupan di dunia maupun di akhirat, Nabi
Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat-sahabat, serta seluruh pengikutnya
yang tetap istiqomah di jalan Allah SWT.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini
banyak mengalami kesulitan, hambatan, tantangan, dan rintangan. Namun, cinta,
motivasi, semangat, bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak
membuat penulis tetap bersiaga menyelesaikan skripsi ini. Selanjutnya penulis
mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Oleh karena hal tersebut, perkenankanlah penulis untuk menyampaikan
rasa terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Bapak Suprapto, M. Ed, Ph. D, selaku Wakil Dekan I Bidang
Akademik, Ibu Dra. Hj. Roudhonah, M. Ag, selaku Wakil Dekan II Bidang
iii
Administrasi Umum, dan Ibu Dr. Suhaimi, M. Si, selaku Wakil Dekan III
Bidang Kemahasiswaan.
2. Ketua Konsentrasi Jurnalistik, Bapak Kholis Ridho, M. Si, beserta Sekretaris
Konsentrasi Jurnalistik, Ibu Dra. Musfirah Nurlaily, MA, sekaligus dosen
pembimbing yang selalu siap memberikan bantuan dan saran kepada penulis.
3. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi
penulis.
4. Segenap karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, karyawan
Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan karyawan
Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberi
kemudahan penulis untuk memperoleh referensi selama kuliah dan
penyelesaian skripsi ini.
5. Pihak NET, Kak Farabi, Mas Bayu, Mbak Decil, Mas Hanan, Mas Ryan, Mas
Satria, Mas Erwin, Mbak Anis, serta seluruh tim Lentera Indonesia yang
selalu membantu penulis dalam penelitian.
6. Special thanks to Arieza Nanda Aulia Muzaki, lelaki istimewa, suami yang
selalu siap dalam apa pun, terutama bantuan, doa, semangat, dan dukungannya
dalam menyelesaikan studi dan skripsi ini.
7. Kepada Ibuku tercinta, Mama Annisa, yang selalu berdoa, memotivasi dan
mendukung tanpa henti, dan Bapakku tersayang, Alm. Bapak Alwi, terima
kasih untuk seluruh doamu. Juga untuk orangtuaku, Ayah Zain dan Mama
Niniek yang selalu menyayangiku. Almh. Nenek, Mbak Tuti & Mas Heri,
iv
Pakde & Bude Tarsan, Kak Adi & Kak Dita, dan Adzmi. Keluarga Bintaro,
Eyang Kakung & Uti Soehito, Ayah & Ibun, Pak Yanto & Bu Oemi, Ayah &
Ibu Udin, Keluarga Bapak Subur, Keluarga Pipit, dan Ibu Ika.
8. Sahabat-sahabatku, Fitriyah, Dita Amelia, Fitri Wahyuningsih, Hizkia, Andre,
Yosua, Alm. Devitho, Ferdina, Vierca, Hana, dan Dina yang menyayangiku.
Juga sahabat kecilku, Lina Aminah dan Asri Legani.
9. Keluarga Besar Jurnalistik A dan B 2011. Kalian begitu istimewa untukku.
Semangat dan terus berjuang demi meraih masa depan dan impian.
10. Keluarga besar HMK Jurnalistik, Jurnalistik 2010, 2012, dan 2013. Kalian
sungguh rekan yang luar biasa. Teruslah berjuang untuk masa depan.
11. Teman-temanku, Maulana, Umamah, Keluarga DnK TV, Keluarga CorCom
Dompet Dhuafa 2014, Kawan-kawan Daarul Qur’an Media 2015, kawan-
kawan HMI Komfakda, Keluarga Besar KKN Valensi 2014, dan kawan-
kawan Litbang Harian Kompas Jakarta.
Akhir kata, semoga segala bantuan, doa, dan motivasi yang telah diberikan
kepada penulis mendapat balasan dari Allah SWT. Aamiin yaa rabbal’alamin.
Jakarta, 29 Juni 2015
Dewi Apriani
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... v
DAFTAR TABEL ....................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah .............................................. 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 8
D. Metodologi Penelitian ............................................................. 9
E. Tinjauan Pustaka……. ............................................................ 12
F. Sistematika Penulisan… .......................................................... 14
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Analisis Deskriptif…………………………………………… . 16
1. Pengertian Analisis ............................................................ 16
2. Pengertian Deskriptif ........................................................ 16
3. Analisis Data Model Matthew B. Miles dan Huberman ...... 19
4. Produksi Siaran ................................................................. 24
1. Pengertian Produksi ....................................................... 24
vi
2. Proses Produksi .............................................................. 25
a. Pra Produksi ............................................................... 26
b. Produksi ....................................................................... 29
c. Pasca Produksi ............................................................. 31
B. Siaran Berita…………………………………………………. . 33
1. Pengertian Siaran ............................................................... 33
2. Pengertian Berita................................................................ 34
3. Berita Dokumenter ............................................................. 36
a. Pengertian Dokumenter .................................................. 36
b. Tingkatan Dokumenter ................................................... 38
4. Jenis Berita Televisi ........................................................... 40
a. Berita Keras (Hard News) .............................................. 41
b. Berita Lunak (Soft News) ............................................... 42
C. Nilai Berita……………………………………………………. 44
BAB III GAMBARAN UMUM NET. DAN LENTERA INDONESIA
A. NET.. .. ................................................................................... 47
1. Sejarah Berdirinya NET ..................................................... 47
2. Profil NET ......................................................................... 48
3. Logo NET. TV ................................................................... 55
4. Struktur Organisasi NET ................................................... 57
5. Program Acara NET .......................................................... 57
vii
B. LENTERA INDONESIA ........................................................ 60
1. Profil Lentera Indonesia ..................................................... 60
2. Logo Lentera Indonesia...................................................... 63
3. Redaksi Lentera Indonesia ................................................. 63
4. Tagline “Perjuangan, Dedikasi, dan Semangat” .................. 64
BAB IV TEMUAN DATA DAN ANALISIS PRODUKSI
A. Pelaksanaan Produksi .............................................................. 66
1. Pra Produksi ..................................................................... 66
2. Produksi…………………………………………………… 69
3. Pasca Produksi ................................................................... 73
B. Analisis Produksi Program Lentera Indonesia dalam Analisis
Data Model Miles dan Huberman ......................................... 81
C. Kendala dan Tantangan Produksi Program
Lentera Indonesia.................................................................. 99
Bab V PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………….. . 104
B. Saran………………………………………………………… . 108
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………. .... 110
LAMPIRAN-LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Perbedaan Sifat-sifat Berita Hard News dan Soft News .................... 44
Tabel 2. Struktur Perusahaan PT. NET Mediatama Indonesia ........................ 57
Tabel 3. Redaksi Lentera Indonesia ............................................................... 63
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Komponen-komponen Analisis Data: Model Alir ........................ 19
Gambar 2. Komponen-komponen Analisis Data: Model Interaktif ................ 24
Gambar 3. Visi Misi NET ............................................................................. 51
Gambar 4. Founder NET .............................................................................. 51
Gambar 5. Co-Founder NET……………………………………………….... 53
Gambar 6. Logo NET ….................................................................................. 55
Gambar 7. Logo Lentera Indonesia ............................................................... 63
Gambar 8. Alur Pra Produksi Lentera Indonesia ............................................ 68
Gambar 9. Alur Produksi Lentera Indonesia .................................................. 73
Gambar 10. Alur Pasca Produksi Lentera Indonesia ...................................... 81
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini, dunia semakin dikuasai oleh kecanggihan teknologi dan
informasi. Manusia dituntut untuk mengikuti perkembangan teknologi yang
berkembang pesat. Teknologi-teknologi yang berkembang tersebut pun
berlomba menghadirkan fitur-fitur mewah dan lengkap agar dapat bertahan di
tengah masyarakat. Kecanggihan teknologi juga dimanfaatkan untuk
penyebaran informasi-informasi yang dengan mudah dapat diakses oleh
masyarakat.
Media massa, baik cetak maupun elektronik, berlomba menyajikan
informasi-informasi kepada masyarakat dengan medianya masing-masing.
Setiap hari, tak terhitung berapa banyak informasi yang dapat diakses
masyarakat dengan mudah melalui media-media tersebut. Selama itu pula,
media-media mencoba memberikan informasi-informasi atau pun sajian
tayangan yang menarik dan informatif bagi publik.
Media-media, baik yang cakupannya lokal maupun nasional, mengikuti
perkembangan zaman yang semakin pesat. Jika tidak demikian maka
eksistensi media tersebut harus bersiap digerus zaman. Media juga menjadi
2
acuan utama publik dalam mendefinisikan sebuah perkara ataupun realitas1.
Menurut Denis McQuail (2000) seperti dikutip Morissan, media massa
memiliki sifat dan karakteristik yang luas sehingga dapat menjangkau massa
dalam jumlah besar, serta bersifat publik dan mampu memberikan popularitas
kepada siapa saja yang muncul dalam media tersebut2. Media berperan besar
bagi masyarakat. Sejak pertama kemunculannya, media telah menarik
perhatian masyarakat atas kegunaan dan manfaatnya. Sudut pandang
masyarakat terhadap segala sesuatu pun dibentuk oleh media. Terlebih hingga
saat ini, media-media semakin menarik untuk dikonsumsi lebih jauh oleh
masyarakat. Media merupakan sumber informasi bagi masyarakat.
Membicarakan media, tentu tak lepas dari bentuk-bentuk yang hadir di
tengah masyarakat, seperti surat kabar, majalah, film, televisi, radio, internet,
dan lain sebagainya. Masyarakat tentu telah merasakan manfaat-manfaat dari
media-media tersebut karena begitu dekat dengan kehidupan sehari-hari. Tak
hanya itu, kehadiran media-media tersebut juga dengan mudah dapat diakses
oleh masyarakat. Media-media tersebut seolah menjadi hal yang wajib
dimiliki oleh masyarakat, tentu fenomena tersebut timbul karena kecanggihan
teknologi.
Banyaknya media massa yang berkembang tersebut, televisi sebagai salah
satu yang digemari oleh masyarakat. Sifatnya yang audio visual dapat dijamah
oleh semua kalangan. Bagi mereka yang tuna netra dapat mengaksesnya
1 Morissan, dkk. Teori Komunikasi Massa. (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2010). Cet. 1.
Hal. 1 2 Morissan, dkk. Teori Komunikasi Massa. (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2010). Cet. 1.
Hal. 1
3
melalui audio dan sebaliknya bagi yang tuna aksara dapat mengaksesnya
melalui gambar dan audio. Kelebihan tersebutlah yang menjadikan televisi
sebagai primadona bagi masyarakat. Hampir setiap rumah, rumah makan, dan
tempat lainnya, dapat dipastikan memiliki televisi, setidaknya satu buah.
Siaran televisi merupakan pemancaran sinyal listrik yang mengalirkan
muatan proyeksi gambar yang terbentuk dengan pendekatan sistem lensa dan
suara. Pancaran sinyal tersebut diterima oleh antena televisi yang kemudian
diubah kembali menjadi gambar dan suara. Penyelenggaraan siaran televisi
tersebut harus didukung tiga komponen yang disebut trilogi televisi, yaitu
studio dengan sarana-sarana yang menunjang, pemancar atau transmisi, dan
pesawat penerima, yaitu televisi3.
Televisi memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan media massa
lainnya. Pakar komunikasi, John N. Bailey dalam artikelnya “Internal
Communication Media” (1983), seperti yang dikutip Purnama Suwardi,
mengatakan beberapa keunggulan televisi dalam kehidupan modern, di
antaranya4:
1. Media audio-visual mampu mempersembahkan pemikiran maupun gagasan yang melibatkan gerakan yang tidak digambarkan secara fisik oleh media cetak; 2. Media audio-visual mengombinasikan pengaruh dari visual, suara, drama, gerakan, warna, dan musik; 3. Mampu menarik secara terus menerus perhatian khalayak yang captive terhadap pesan-pesan yang disampaikan meskipun waktunya panjang; 4. Mampu mengetengahkan peristiwa maupun catatan yang lebih dipercaya; 5. Mampu mempertunjukkan proses kejadian yang dalam kenyataannya tidak bisa dilihat dengan mata telanjang;
3 Morrisan. Jurnalistik Televisi Mutakhir. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010).Cet. 2. Hal. 2
4 Purnama Suwardi. Seputar Bisnis dan Produksi Siaran Televisi. (Sumatera Barat: TVRI Sumbar, 2006). Cet. 1. Hal. 10
4
6. Mampu mempersingkat jarak dan waktu; 7. Mampu memperbesar, memperkecil, atau memnyederhanakan objek melaluiilustrasi penggunaan teknik fotografi, kartun, dan grafik; 8. Mampu mempersilahkan khalayak untuk melihat dengan mata kepalanya sendiri dalam arti “seeing is believing”.
Televisi yang berperan sebagai penyampai informasi dan cakupannya luas
tentunya menjadi andalan bagi masyarakat untuk memperoleh segudang
informasi yang terbaru atau pun ulasan-ulasan lama yang dikemas dengan
konsep baru.
Perusahaan media televisi kini telah banyak berkembang sehingga
sekarang timbul sebuah istilah konglomerasi media, di mana penguasaha
media membentuk kerajaan media. Pembaharuan dunia media televisi telah
memberikan warna baru bagi dunia pertelevisian Indonesia. Kini telah muncul
stasiun-stasiun televisi baru yang lebih segar dan menarik untuk ditonton.
Setiap televisi memiliki program berita sebagai sebuah identifikasi stasiun
televisi tersebut. Program berita tersebut sebagai bentuk paket informasi yang
dianggap penting untuk disuguhkan kepada khalayak atau masyarakat luas.
Semakin baik berita yang disajikan oleh sebuah stasiun televisi maka
penonton pun akan tetap bertahan menyimak berita di stasiun televisi tersebut.
Berita pun memiliki jenis yang berbeda. Secara garis besar, berita
dikelompokkan menjadi dua, yaitu berita keras (hard news) dan berita lunak
(soft news). Berita keras (hard news) terdiri dari straight news, feature, dan
infotainment. Sedangkan berita lunak (soft news) dibagi atas current affair,
magazine, dokumenter, dan talk show5.
5 Morrisan. Jurnalistik Televisi Mutakhir. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010).Cet.
2. Hal. 25-28
5
Semua stasiun televisi, baik lokal maupun nasional, memiliki program
berita hard news atau pun soft news. Namun, tiap stasiun televisi memiliki ciri
yang berbeda dalam menyajikan suguhan informasi bagi khalayak. Ciri
tersebut sebagai sebuah identitas atau identifikasi stasiun televisi tersebut.
Mereka berupaya untuk memberikan sajian informasi yang menarik dan
berbeda agar penonton betah berlama-lama menonton stasiun televisi tersebut.
Salah satu stasiun televisi yang memiliki sajian menarik dan segar adalah
News and Entertainment Television (NET). Televisi berbasis high definition
television (HD TV) yang mengudara sejak 26 Mei 2013 ini menyajikan
program-program yang dikemas menarik dan rapi. Berdasar pengamatan
sehari-hari, program-program NET dikemas dengan konsep yang menarik dan
segar serta lebih dinamis.
Salah satu program yang menarik bagi penulis untuk diteliti yaitu program
Lentera Indonesia. Program yang ditayangkan tiap akhir pekan pukul 14.30
WIB ini merupakan salah satu program berita berjenis soft news dengan
kategori dokumenter. Sejauh pengamatan penulis selama ini, belum ada
program dokumenter yang disajikan dengan konsep yang dimiliki oleh Lentera
Indonesia.
Lentera Indonesia adalah program dokumenter di NET yang diangkat dari
kisah-kisah pengalaman nyata para anak muda yang rela melepaskan peluang
karier dan kemapanan kehidupan kota besar untuk menjadi guru dan mengajar
di desa-desa terpencil di seluruh pelosok negeri selama satu tahun6.
6 http://id.wikipedia.org/wiki/Lentera_Indonesia_%28acara_televisi%29
6
Lentera Indonesia menyajikan sebuah berita dalam bentuk dokumenter
mengenai anak bangsa yang mengabdi kepada bangsa Indonesia. Sebagai
upaya pencerahan bangsa Indonesia, bahkan hingga ke daerah perbatasan yang
terpencil. Penyampaiannya yang menyejukkan mata karena menyuguhkan
pemandangan yang asri dan elok di daerah tersebut sehingga menarik untuk
disimak lebih lanjut7.
Lentera Indonesia hadir dengan konsep yang segar dan mendidik.
Memberikan informasi kepada khalayak bahwa masih ada anak bangsa yang
patut dibanggakan. Selain itu, Lentera Indonesia tiap tayang memiliki judul
yang berbeda, sesuai dengan apa yang akan disajikan dalam episode tersebut.
Beberapa episode dengan judul yang menarik, di antaranya Paradoks Negeri
Bahari, Surat dari Tapal Batas-Tentara di Perbatasan, Tentara Wanita-Melati
Pagar Bangsa, dan lain sebagainya8.
Lentera Indonesia memiliki tagline “Perjuangan, Dedikasi, dan Semangat”
berusaha memberikan tayangan yang bermutu dan mendidik untuk dapat
dikonsumsi seluruh lapisan masyarakat dan segala jenis usia. Penyampaiannya
yang santai namun mendalam, memberikan inspirasi bagi khalayak untuk turut
serta menyimak perjuangan-perjuangan dan dedikasi serta semangat yang
tinggi dari para pegiat sosial tersebut.
Program televisi, terlebih berita dokumenter, pastinya memiliki
perencanaan dan proses produksi. Tiap stasiun televisi, pasti memiliki
7 http://id.wikipedia.org/wiki/Lentera_Indonesia_%28acara_televisi%29 8 http://id.wikipedia.org/wiki/Lentera_Indonesia_%28acara_televisi%29
7
standard operational procedur (SOP) masing-masing. Namun, tentunya
secara garis besar diperlukan langkah mendalam untuk menciptakan sebuah
program berita yang menarik, mendalam, dan berkualitas. Hal tersebut bisa
mencakup sarana produksi (equipment), materi produksi, hingga biaya
produksi.
Berdasarkan hal tersebut, pentingnya mengetahui tahapan dan upaya-
upaya produksi suatu program berita dokumenter yang sangat jarang disajikan
televisi lain, maka penulis melakukan penelitian proses produksi dengan judul
“Analisis Deskriptif Produksi Siaran Berita Dokumenter Lentera
Indonesia di NET”.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Penelitian ini membutuhkan batasan masalah agar lebih terarah dan
mempermudah proses. Maka, batasan masalahnya berada pada bagaimana
proses produksi berita dokumenter, mulai dari pra produksi, produksi,
hingga pasca produksi atau siap siar.
2. Rumusan Masalah
Proses produksi siaran berita dokumenter tentu memiliki tahapan yang
diterapkan di dalam kinerja tim, di mana tahapan tersebut merupakan
langkah sistematis yang dilakukan oleh tim produksi untuk menghasilkan
tayangan berita, yaitu tahap pra-produksi, produksi, dan pasca-produksi
8
hingga penayanangannya. Berdasarkan pemaparan tersebut maka rumusan
masalah penelitiannya adalah sebagai berikut:
1. Apakah ciri khas dari program berita dokumenter Lentera Indonesia?
2. Bagaimana proses produksi Lentera Indonesia yang terdiri dari pra
produksi, produksi, dan pasca produksi serta apa saja kendala dan
tantangan yang dihadapi tim produksi Lentera Indonesia?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Bertolak dari permasalahan tersebut, maka penulis melakukan
penelitian ini dengan tujuan:
1. Mendapatkan ilmu secara aplikatif bagaimana proses produksi,
dimulai dari pra-produksi, produksi, dan pascaproduksi hingga siap
tayang, sebuah berita dokumenter yang menggunakan konsep
pengabdian pemuda-pemudi Indonesia di desa-desa yang belum
merata kesejahteraannya;
2. Mengkaji proses produksi siaran berita dokumenter Lentera
Indonesia di NET secara aplikatif.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
penulis dan pembaca dalam memahami tahapan produksi berita
9
televisi, khususnya berita dokumenter. Maka dari itu, pemaparan
dalam penelitian ini dapat memperkaya kajian dalam bidang jurnalistik
televisi, terutama mengenai proses produksi berita dokumenter.
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk
menambah wawasan dan menginformasikan bagaimana produksi
berita dokumenter dibuat. Selain itu, bagi praktisi jurnalistik untuk
dapat memahami bagaiman prosedur yang baik dalam melakukan kerja
jurnalistik, terutama dalam bidang televisi, agar dapat menciptakan
berita yang berkualitas dan mendidik penonton.
D. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah positivis yang
menganggap bahwa media adalah saluran pertukaran pesan dan berita
adalah cerminan dan refleksi dari kenyataan. Karena itu berita haruslah
sama dan sebangun dengan fakta yang dipilihnya, opini dan pandangan
subjektif dari pembuat berita harus disingkirkan9.
2. Metode dan Jenis Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan
jenis deskriptif. Metode deskriptif merupakan eksplorasi dan klarifikasi
9 http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37526/3/Chapter%20II.pdf
10
atas sebuah fenomena atau gejala sosial dengan cara menggambarkan atau
mendeskripsikan beberapa variabel yang berkaitan dengan masalah yang
diteliti10. Penulis memaparkan sebuah fenomena yang terjadi secara
alamiah atau apa adanya. Metode ini dilakukan melalui pengamatan,
wawancara, dan dokumentasi terkait subjek dan objek penelitian.
Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang hendak menjelaskan
proses terjadinya suatu gejala termasuk sebab dan akibatnya11.
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Penelitian ini menggunkan teknik pengumpulan data dengan
observasi. Observasi yang dilakukan penulis adalah dengan
mendatangi kantor stasiun televisi NET. TV guna mendapatkan
gambaran yang jelas melalui pengamatan langsung mengenai proses
produksi yang dilakukan oleh tim Lentera Indonesia.
b. Wawancara
Melengkapi pengamatan penulis, maka dilakukan wawancara
untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam dari pihak yang
bersangkutan. Penulis akan mewawancarai tim produksi Lentera
Indonesia, mulai dari kepala produksi, editor, hingga camera person.
10Ardial. Paradigma dan Model Penelitian Komunikasi. (Jakarta: Bumi Aksara, 2014). Cet. 1.
Hal. 262 11 Ardial. Paradigma dan Model Penelitian Komunikasi. (Jakarta: Bumi Aksara, 2014). Cet. 1.
Hal. 262
11
Teknik yang digunakan adalah wawancara terstruktur dan tidak
terstrukur, namun tetap mengacu kepada permasalahan utama dari
penelitian ini.
c. Dokumentasi
Peneliti akan mengumpulkan dokumentasi yang berkaitan dengan
permasalahan dalam penelitian, berupa catatan, buku, naskah, foto,
teks wawancara atau pun arsip-arsip lain yang mendukung penelitian.
Dokumentasi tersebuta kan diolah sebagai bahan analisis dan
pemaparan hasil penelitian.
4. Teknik Analisis Data
Teknik analasis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
data kualitatif dengan metode deskriptif, yaitu cara melaporkan data
dengan menggambarkan atau menjabarkan mengenai proses produksi
program siaran berita dokumter Lentera Indonesia yang ditayangkan di
NET. Penelitian dilakukan dengan menganalisis data lapangan melalui
pemilihan data “mentah” yang diperoleh dari hasil observasi dan
wawancara penulis dengan narasumber yang kemudian ditransformasi
menjadi “sari” bahan analisis pertama. Kemudian mengumpulkan data-
data yang telah ditelaah dan dianggap penting untuk mendukung penelitian
penulis. Dari data-data yang telah dikumpulkan tersebut, penulis
mengambil kesimpulan terhadap penelitian.
12
5. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian yang dilakukan dimulai dari 11 Mei 2015 hingga 04 Juni
2015 dan tempat penelitian dilaksanakan di Gedung NET, The East
Tower, Jalan Lingkar Mega Kuningan, Kav. E No. 1, Lantai 27-30,
Kuningan Timur, Jakarta Selatan 12950.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam menentukan penelitian ini, penulis melakukan tinjauan pustaka
guna mendapatkan pemetaan kepustakaan (literatur) yang berkaitan dengan
topik yang penulis angkat di Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, dan
Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Beberapa skripsi yang penulis temui dengan topik tentang analisis proses
produksi, antara lain:
1. Analisis Produksi Program Dialog TVRI Pada Tema “Penanganan
Terorisme”. Skripsi oleh Abdul Aziz (109051100061), Mahasiswa
konsentrasi Jurnalistik, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2014.
Penelitian tersebut hampir sama dengan penelitian peneliti, yaitu mengenai
proses produksi yang terdiri dari tahap pra-produksi, produksi, dan pasca-
produksi. Namun, berbeda dalam penggunaan teori. Jika skripsi Abdul
Aziz tersebut menggunakan teori Fred Wibowo dan mengetahui peran
program tersebut dalam menangani masalah terorisme, sedangkan penulis
menggunakan analisis data model Miles dan Huberman dan meneliti
13
tentang peran program Lentera Indonesia atas media sebagai fungsi
jurnalistik.
2. Analisis Produksi Program Teras Tina Talisa di Indosiar. Skripsi oleh
Rini Pertiwi (18051100024), Mahasiswi Konsentrasi Jurnalistik, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2012. Skripsi tersebut mengenai proses
produksi program talkshow yang membahas isu-isu para tokoh di
Indonesia dengan format acara bincang-bincang, sedangkan penulis lebih
menitikberatkan pada karya jurnalistik dokumenter yang menayangkan
dedikasi pemuda-pemudi Indonesia untuk negaranya.
3. Analisis Produksi Siaran Berita Televisi (Proses Produksi Siaran
Program Berita Reportase Minggu di Trans TV). Skripsi oleh
Nurhasanah (107051102311), Mahasiswi Konsentrasi Jurnalistik, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2011. Penelitian yang dilakukan oleh
Nurhasanah tersebut menggunakan teori model komunikasi Bass (Arus
Berita) yang menjelaskan tentang proses pencarian dan pengumpulan
bahan berita dan proses produksi yang terdiri dari dua tahap, yaitu tahap
pencarian berita dan pengolahan berita, sedangkan penulis menggunakan
teori model Miles dan Huberman yang menjelaskan tentang tahapan
analisis data dengan tiga alur, yaitu reduksi data, display data, dan
penarikan kesimpulan.
Sejauh pengamatan tersebut, belum ada yang meneliti program siaran
berita dokumenter sehingga penulis melakukan penelitian dengan judul
14
“Analisis Deskriptif Produksi Siaran Berita Dokumenter Lentera
Indonesia NET”.
F. Sistematika Penulisan
Penulis membagi pembahasan ke dalam lima bab dengan urutan sebagai
berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan
sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN TEORITIS
Penulis menjelaskan teori-teori yang digunakan dalam penelitian
ini. Teori yang digunakan adalah teori produksi yang terdiri dari
pra produksi, produksi, dan pasca produksi. Sedangkan penelitian
penulis dalam menyusun karya ilmiah berlandasakn teori analisis
data Matthew B. Miles dan Michael A. Huberman. Selain itu
terdapat pemaparan tentangsiaran berita, berita dokumenter, jenis
berita televisi, dan nilai berita.
BAB III GAMBARAN UMUM NET DAN LENTERA INDONESIA
Bab ini mengenai sejarah berdirinya stasiun televisi NET, visi-misi
NET, dan struktur organisasi hingga program acara yang ada di
15
NET. Selain itu, akan dijabarkan pula tentang profil program
Lentera Indonesia.
BAB IV TEMUAN DATA DAN ANALISIS PRODUKSI
Penulis memaparkan pelaksanaan produksi program Lentera
Indonesia yang dibagi menjadi tiga bagian, yaitu tahap pra-
produksi, produksi, dan pasca-produksi dan analisis produksi
program Lentera Indonesia dengan menggunakan analisis data
model Miles dan Huberman.
BAB V PENUTUP
Penulis menarik kesimpulan atas temuan dan analisis penelitian
yang didapatkan dan memberikan saran-saran sebagai masukan
dari penulis.
16
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Analisis Deskriptif
1. Pengertian Analisis
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), analisis adalah
penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb) untuk
mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya,
dsb); 2Man penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan
penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk
memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan1.
2. Pengertian Deskriptif
Deskriptif secara bahasa berarti menggambarkan.Penelitian deskriptif
(descriptive research) merupakan kegiatan penelitian yang bertujuan
menjelajah dan menglarifikasi sebuah fenomena sosial kemudian
menggambarkan melalui tulisan beberapa variabel yang berkaitan dengan
masalah yang diteliti tersebut.
Ardial (2014:262) mengutip penuturan Nawawi (2003:63) tentang
penelitian deskriptif, sebagai berikut:
Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah,yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat,
1 Data diunduh pada Kamis, 5 Maret 2015 melalui situs http://kbbi.web.id/analisis
17
dan lain-lain) pada saat ini berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya2.
Penelitian deskriptif dilakukan untuk mengembangkan teori dengan
cara mendeskrispsikan fakta-fakta dan gejala yang terjadi agar
memperoleh data-data yang jelas mengenai hal tersebut.
Penelitian dengan metode deskriptif, mengutip dari Nawawi, Ardial
menyebutkan bahwa metode deskriptif dapat dikatakan sebagai prosedur
pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau
melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian yang dapat berupa
seseorang, lembaga, ataupun masyarakat dalam cakupan yang luas, pada
saat ini berdasarkan fakta-fakta yang terjadi di tengah masyarakat.
Deskripsi fakta-fakta merupakan kegiatan permulaan dalam usaha
mengemukakan gejala-gejala sosial secara lengkap di dalam aspek yang
diteliti agar jelas kedaan yang terjadi di dalamnya. Penemuan gejala-gejala
tersebut tak hanya menunjukkan distribusinya, tetapi juga usaha
menemukan hubungan antara satu gejala dengan gejala lainnya.
Metode ini dilakukan untuk mengembangkan dan memberikan
penafsiran yang kuat dan sesuai terhadap fakta-fakta yang ditemukan
dalam penelitian. Metode deskriptif ini tak semata berbatas pada
pengumpulan dan penyusunan data saja, melainkan juga menganalisis dan
menginterpretasi makna yang ada di dalam data penelitian tersebut.
2 Ardial. Paradigma dan Model Penelitian Komunikasi. (Jakarta: Bumi Aksara, 2014).
Cet. 1. Hal. 262
18
Penelitian dengan analisis deskriptif ini dapat diwujudkan sebagai
usaha pemecahan masalah dengan membandingkan persamaan dan
perbedaan gejala yang ditemukan, mengukur dimensi suatu gejala,
mengadakan klarifikasi gejala, menilai gejala, menetapkan standar,
menetapkan hubungan antar gejala-gejala yang ditemukan, dan lain
sebagainya.
Jadi, secara singkat, analisis dengan metode deskriptif merupakan
kegiatan yang memiliki langkah-langkah dalam melakukan representasi
objektif mengenai gejala-gejala yang terdapat di dalam masalah yang
diteliti3.
Ciri metode deskriptif menurut Nawawi (2003) yang dikutip Ardial
adalah sebagai berikut:
a. Memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang ada pada saat
penelitian atau masalah-masalah yang bersifat aktual;
b. Menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diteliti
sebagaimana adanya, diiringi interpretasi dan pencarian makna
yang rasional4.
Ada tiga bentuk pokok dari metode deskriptif, yaitu:
a. Survei
3 Ardial. Paradigma dan Model Penelitian Komunikasi. (Jakarta: Bumi Aksara, 2014).
Cet. 1.Hal. 262-263 4 Ardial. Paradigma dan Model Penelitian Komunikasi. (Jakarta: Bumi Aksara, 2014).
Cet. 1.Hal. 262-263
19
Penelitian yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta tentang gejala-
gejala yang timbul di dalam sebuah permasalahan.
b. Studi hubungan
Menemukan hubungan fakta-fakta secara objektif.
c. Studi perkembangan5
3. Analisis Data Model Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman
Sumber : https://insanajisubekti.files.wordpress.com/2013/03/reduksi.jpg
Gambar 1.Komponen-komponen Analisis Data: Model Alir
Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman memiliki pandangan
bahwa analisis kualitatif memiliki data-data yang yang berwujud kata-kata
dan bukan rangkaian angka. Data-data yang diperoleh dari lapangan
dikumpulkan dengan banyak macam cara, di antaranya melalui
wawancara, observasi, rekaman, dokumen, dan lain sebagainya, kemudian
diproses dengan pencatatan, penyuntingan, atau alih-tulis.
5 Ardial. Paradigma dan Model Penelitian Komunikasi. (Jakarta: Bumi Aksara, 2014).
Cet. 1.Hal. 262-263
20
Analisis yang digunakan untuk mengolah hasil data lapangan berupa
analisis kualitatif yang berbentuk kata-kata dan digambarkan dengan
perluasan teks. Data-data tersebut dilaporkan dengan metode deskriptif
yang berarti peneliti akan melaporkan hasil penelitiannya dalam bentuk
penggambaran atau deskripsi yang lebih luas dan jelas tanpa
menghilangkan hal utama yang didapat pada penelitian tersebut.
Analisis Miles dan Huberman menggunakan model alir, yaitu analisis
dengan melalui tiga kegiatan yang terdiri dari reduksi data, penyajian data,
dan penarikan kesimpulan atau verifikasi6.
Alur pertama adalah reduksi data yang dapat diartikan sebagai proses
pemilihan, penyederhanaan, dan transformasi data “mentah” yang muncul
dari catatan-catatan lapangan ketika penelitian. Data mentah di sini
merupakan data yang sama persis dengan yang ada di lapangan dan belum
mengalami proses pengolahan data. Selama pengumpulan data
berlangsung, terjadi tahapan reduksiselanjutnya yang berupa membuat
ringkasan, pengodean data, menelusuri tema-tema, dan membuat
kelompok-kelompok data7.
Reduksi data merupakan bagian dari kegiatan analisis. Dalam alur
reduksi data, terjadi proses pemilihan-pemilihan atas data yang didapat
dari lapangan.Kegiatan pemilahan data tersebut adalah tentang bagian data
6Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman.Analisis Data Kualitatif: Buku
SumberTentang Metode-Metode Baru. Hal. 16 7Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman.Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber
Tentang Metode-Metode Baru. Hal. 16
21
mana yang dikode, mana yang harus dibuang, bagaimana meringkas
sejumlah data yang tersebar, membuat pola-pola data, dan memilih cerita-
cerita yang sesuai dan mendukung penelitian.Reduksi data merupakan
bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, dan
mengorganisasi data agar dapat menghasilkan kesimpulan yang utuh dan
kuat.Reduksi data dapat ditransformasikan dengan banyak cara, di
antaranya melalui seleksi halus, rangkuman atau parafrase, menjadikannya
pola yang besar, dan lain sebagainya8.
Reduksi data yang diartikan oleh Miles dan Huberman tentang data
kualitatif dalam penelitian sebagai berikut:
Secara sederhana dapat dijelaskan: Dengan “reduksi data” kita tidak perlu mengartikannya sebagai kuantifikasi. Data kualitatif dapat disederhanakandan ditransformasikan dalam aneka macam cara: melalui seleksi yang ketat,melalui ringkasan atau uraian singkat, menggolongkannya dalam satu polayang lebih luas, dan sebagainya. Kadangkala dapat juga mengubah data kedalam angka-angka atau peringkat-peringkat (misalnya, seorangpenganalisis memutuskan untuk memandang kondisi wilayah penelitian ke dalam suatu kategori “tinggi” atau “menengah” dalam pemusatanadministrasinya), tetapi tindakan seperti itu tidak selalu bijaksana9.
Alur kedua adalah penyajian data atau model data.Kegiatan penyajian
data ini sebagai sebagai sekumpulan informasi yang telah tersusun dan
8Emzir.Analisis Data: Metodologi Penelitian Kualitatif. (Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada, 2012). Cet. 3.Hal. 129-130 9 Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber
Tentang Metode-Metode Baru. Hal. 16
22
memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan10.
Penyajian data yang paling banyak digunakan pada penelitian kualitatif
adalah teks naratif. Ketika seorang peneliti melakukan penelitian maka ia
akan memperoleh data teks dalam jumlah yang banyak. Manusia
cenderung memiliki ketidakmampuan dalam memroses data dengan
jumlah besar dan berpencar-pencar, maka peneliti harus membuat data
lapangan tersebut menjadi praktis karena kecenderungan kognitif manusia
adalah menyederhanakan informasi yang kompleks ke dalam suatu bentuk
data yang mudah dipahami. Data-data yang berpencar dan tidak teratur
harus disusun dengan baik agar memudahkan peneliti dalam meng-coding
data.Menurut Faust (1982) dalam Miles dan Huberman (1992), teks naratif
dalam hal ini, melebihi beban kemampuan manusia dalam memroses
informasi dan mengurangi kecenderungan dalam menemukan pola-pola
yang sederhana.
Penyajian data (display data) hasil penelitian dipaparkan ke dalam
pembagian-pembagian data hasil reduksi dengan bentuk matriks, grafik,
jaringan, dan bagan. Rancangan dan pembagian tersebut dilakukan guna
memudahkan peneliti dalam melihat apa yang terjadi dan dapat
menentukan kesimpulan segera atau harus melakukan analisis lanjutan
yang berguna dalam penelitian yang tengah dilakukan.
10Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman.Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber
Tentang Metode-Metode Baru. Hal. 16
23
Kegiatan analisis ketiga adalah penarikan kesimpulan/verifikasi.
Kegiatan ini merupakan konfigurasi utuh dari rangkaian kegiatan
penelitian, di mana peneliti akan menganalisis secara keseluruhan dengan
menemukan arti-arti sebuah keteraturan, pola-pola, penjelasan, sebab-
akibat, dan proposisi data lapangan yang telah diperoleh11.
Penarikan kesimpulan merupakan bagian dari suatu kegiatan
konfigurasi yang utuh.Kesimpulan-kesimpulan dapat ditemukan selama
penelitian tersebut berlangsung. Kegiatan penelitian tentu akan
menimbulkan persepsi bagi peneliti atas data temuannya di lapangan. Hal
tersebut yang membuat peneliti dapat melihat kesimpulan seperti apa yang
akan ditarik nanti. Penemuan kesimpulan di tengah penelitian terjadi
ketika peneliti mulai dapat memaknai data-data yang diperoleh, namun
makna-makna tersebut harus diteliti kebenarannya melalui uji validitas.
Jika tidak dilakukan maka peneliti hanya akan mendapatkan makna-makna
kosong yang tidak jelas kebenaran dan kegunaannya.
Analisis data model Miles dan Huberman ini merupakan sebuah proses
yang memiliki siklus yang interaktif dan saling berkaitan. Tiga hal utama,
reduksi data, penyajian data (display data), dan verifikasi, sebagai sumbu
dalam melakukan penelitian. Ketiga tahapan tersebut harus saling
memiliki korelasi antar data yang diperoleh. Misal, ketika melakukan
pengkodean data dalam tahap reduksi data, peneliti harus menjuruskan
11Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman.Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber
Tentang Metode-Metode Baru. Hal. 19.
24
data yang direduksi tersebut sebagai gagasan baru guna dimasukkan ke
dalam suatu matriks atau bagan dalam penyajian data (display data).
Kemudian setelah matriks dan bagan tersebut terisi maka kesimpulan awal
dapat ditarik, tetapi hal tersebut harus menggiring pada pengambilan
keputusan, apakah akan menambah kolom pada matriks untuk menguji
kesimpulan tersebut atau melanjutkan melakukan analisis kembali.
Gambar 2. Komponen-komponen Analisis Data: Model Interaktif
4. Produksi Siaran
1. Pengertian Produksi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), produksi adalah
proses mengeluarkan hasil. Demikian maka produksi berarti sebuah
runtutan atau rangkaian kegiatan yang menghasilkan sebuah produk.
Sama halnya dalam produksi berita televisi, di dalam kegiatan tersebut
memiliki tujuan, yaitu menghasilkan suatu informasi yang dikemas dengan
baik dan sesuai dengan standar operasional produksi (SOP).
25
2. Proses Produksi
Proses produksi merupakan suatu tahap dalam tindakan yang runtut
dan selaras dalam menghasilkan atau membuat sebuah produk. Pembuatan
sebuah program televisi harus mengikuti prosedur yang biasa dilakukan
untuk menghasilkan sebuah produk jurnalistik yang berkualitas. Proses
produksi program televisi melibatkan banyak orang dan seluruh jabatan
dalam tim produksi, dari produser hingga juru kamera (camera person).
Membuat program televisi pasti melalui tahapan yang panjang dan rumit,
karena hal tersebutlah perlu adanya tim produksi dan standar operasional
prosedur (SOP).
Departemen produksi berita pada umumnya memiliki desain produksi
sesuai dengan target yang ingin dicapai. Rancangan produksi program
televisi didesain oleh tim kreatif berdasarkan dengan konsep yang dituju
dan visi misi stasiun televisi tersebut.
Strategi pengembangan desain program yang dilakukan tim kreatif
merupakan salah satu kegiatan Departemen Programming. Setelah tim
keratif mendesain program, kemudian didistribusikan kepada tim
programming untuk menjadi panduan produksi.
Tahapan-tahapan produksi berita televisi harus dilakukan secara
berurutan.Tahapan pertama harus diselesaikan sebelum berlanjut ke tahap
berikutnya. Hal demikian dilakukan agar proses produksi berjalan efektif
26
dan efisien serta menghasilkan produk yang matang dan berkualitas untuk
disajikan kepada audience.
Secara garis besar produksi program televisi memiliki tiga tahap, yaitu
pra produksi, produksi, dan pasca produksi :
a. Pra Produksi
Perencanaan dan detail petunjuk pelaksanaan produksi konten
audio visual harus dibuat terlebih dahulu. Perencanaan pengambilan
gambar, story board, sehingga memiliki panduan dalam mengambil
shot. Pada program berita televisi, cukup membuat riset dan daftar
harapan (wishlist) yang berisi urutan visual dalam pengambilan
gambar.
Ide peliputan dibahas dalam rapat redaksi yang terdiri dari produser
program, koordinator liputan, koordinator daerah, koordinator juru
kamera, penyiar, dan produser eksekutif membicarakan setiap ide
liputan dan mempertimbangkan dari banyak sisi12.
Secara garis besar, pra produksi program televisi memiliki tiga
bagian, yaitu13:
1. Penemuan Ide
12 Andi Fachrudin. Dasar-dasar Produksi Televisi: Produksi Berita, Feature, Laporan
Investgasi, Dokumenter, dan Teknik Editing. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012). Cet. 1.Hal. 18.
13 Data diunduh pada 6 Maret 2015 dari situs https://library.binus.ac.id/Collections/Download/
27
Tahap ini dimulai ketika seorang produser menemukan ide
atau gagasan, membuat riset dan menuliskan naskah atau
meminta penulis naskah mengembangkan gagasan menjadi
naskah sesudah riset.
Setiap jenis program televisi yang disajikan harus diawali
dengan ide atau konsep. Mengolah sebuah idea tau konsep
bukanlah perkara mudah. Produser harus kreatif dan cerdas
dalam berpikir dan mengembangkan ide. Ide harus dicari karena
jika hanya menunggu ide itu muncul, maka stasiun televisi
tersebut akan tertinggal oleh stasiun televisi lain. Ide yang dibuat
pun harus unik, menarik, dan baru sehingga dapat memberikan
nuansa baru dalam pertelevisian Indonesia dan tentunya dapat
menarik minat pemirsa14.
Dalam produksi dokumenter di tahap persiapan memiliki
tiga teknis yang disebut sinopsis, treatment, dan skenario.
Sinopsis adalah cerita ringkas. Dalam dokumenter, orang
tidak menggunakan istilah tersebut melainkan menyebutnya
sebagai kerangka gagasan atau pemikiran. Program dokumenter
bukan sebuah cerita melainkan susunan kejadian. Langkah
pertama yang dilakukan produser adalah menyusun bagaimana
14 Herbert Zettl. Television Production Handbook, Eleventh Edition. (USA: Wadsworth
Cengage Learning, 2012). Ed. 11th.P. 4 dalam situs www.cengagebrain.com
28
kejadian-kejadian tersebut yang selanjutnya menjadi ringkasan
cerita atau sinopsis.
Treatment merupakan istilah yang dipakai dalam program
dokumenter ataupun program produksi televisi lainnya.
Treatment berarti implementasi dari kerangka pemikiran atau
sinopsis. Jika dalam kerangka pemikiran atau sinopsis belum ada
susunan adegan secara rinci, maka di dalam treatment sudah ada
perincian adegan (sequence) meskipun belum ada dialog-dialog.
Indikasi lokasi (tempat adegan), tokoh-tokoh yang terlibat, dan
perlengkapan khusus yang diperlukan sudah tertulis di dalam
treatment15.
Skenario merupakan naskah lengkap dan rinci dari sebuah
produksi cerita. Program dokumenter tidak selalu perlu skenario
untuk memulai syuting di lapangan, cukup menggunakan
treatment untuk syuting di lapangan. Berbeda dengan program
cerita yang mutlak menggunakan skenario ketika syuting di
lapangan16.
Tata laksana produksi dokumenter adalah sebagai berikut:
a. Langkah pertama adalah menentukan tema; b. Kedua adalah melakukan riset, baik riset kepustakaan maupun lapangan berdasarkan tema yang dipilih; c. Ketiga, menetapkan tesis atau menyusun bahan dan membuat kerangka. Dalam sinetron disebut pembuatan
15 Fred Wibowo. Dasar-dasar Produksi Program Televisi. (Jakarta: Grasindo, 1997).Hal.
98 16 Fred Wibowo. Dasar-dasar Produksi Program Televisi. (Jakarta: Grasindo, 1997).Hal.
98
29
sinopsis, namun dalam dokumenter berbentuk kerangka pemikiran; d. Keempat, kerangka pemikiran selanjutnya dibuat treatment. Treatment terdiri dari seluruh perencanaan dan rincian setiap sekuen dan dipakai untuk panduan pengambilan gambar17. 2. Perencanaan
Tahap ini meliputi penepatan jangka waktu kerja (time
schedule), penyempurnaan naskah, pemilihan artis, lokasi, dan
crew. Selain estimasi biaya, penyediaan biaya dan rencana
alokasi merupakan bagian dari perencanaan yang perlu dibuat
secara hati-hati dan teliti.
3. Persiapan
Tahap ini meliputi pemberesan semua kontrak, perijinan
dan surat-menyurat. Semua persiapan ini paling baik
diselesaikan menurut jangka waktu kerja (time schedule) yang
sudah ditetapkan. Kunci keberhasilan produksi program
televisi sangat ditentukan oleh keberesan tahap perencanaan
dan persiapan.
b. Produksi
Ide yang dibuat dalam wishlist yang telah disepakati bersama
dalam redaksi bisa jadi berbeda dengan kondisi lapangan. Redaksi dan
jurnalis akan terus memantau perkembangan isu yang terjadi di
lapangan. Realitas narasumber yang tidak sesuai bayangan,
17 Fred Wibowo. Dasar-dasar Produksi Program Televisi. (Jakarta: Grasindo, 1997) Hal.
99
30
perkembangan di lapangan yang jauh lebih menarik, atau hambatan tak
terduga, harus dapat diatasi oleh tim produksi, terutama jurnalis.
Jurnalis harus cerdas dalam melihat isu di lapangan agar proses
produksi tetap berjalan sesuai rencana.
Pada tahapan produksi ada tiga elemen yang paling mendasar dan
menjadi sebuah perangkat sistem yang tidak bisa ditinggalkan, yaitu18:
1. Tata Kamera
Beragam angle kamera yang digunakan dalam shooting, di antaranya19:
a. Extreme Long Shot (ELS) digunakan untuk mengambil gambar dengan jarak sangat jauh, panjang, dan luas serta menghasilkan objek sangat kecil;
b. Very Long Shot (VLS) untuk mengambil gambar dari jarak jauh dan ukurannya lebih pendek dari ELS;
c. Long Shot merupakan ukuran pengambilan gambar manusia dari ujung kepala hingga ujung kaki;
d. Medium Shot, mengambil gambar objek orang dari perut hingga kepala.
2. Tata Cahaya
Hal dasar yang harus diketahui dari penataan cahaya, yaitu key
light (sinar utama pada subyek), fill light (untuk mengurangi
bayangan), back light (terarah, menghasilkan latar yang gelap),
base light (penyinaran yang menyebar dan rata), dan over exposure
18 Data diunduh pada Kamis, 6 Maret 2015 dalam situs http://ejournal.ilkom.fisip-
unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2013/12/JURNAL%20DINA%20%2812-05-13-02-55-40%29.pdf
19 A. Nawir Hamzah. Sutradara Drama Panggung dan Televisi. (Jakarta: WIN COMMUNICATION, 2007). Hal. 98-100.
31
(pencahayaan yang berlebih intensitas dan waktu pencahayaan
yang lama.
3. Tata Suara
Tata suara (audio) merupakan elemen yang penting juga dalam
produksi televisi karena tata suara mampu mengekspresikan situasi
secara jelas dan sebagai pendukung elemen yang lain, seperti tata
artistik.
c. Pasca Produksi
Saat produksi berita televisi memasuki tahap pasca produksi,
menjelang on air berita, diadakan rapat redaksi guna mengevaluasi
hasil produksi sebelum ditayangkan. Rapat evaluasi ini membahas
urgensi berita dalam rundown (akan ditayangkan), kesesuaian dengan
rapat redaksi awal ketika pada tahap pra produksi.
Tahap ini mempertimbangkan gambar yang akan ditayangkan
kepada pemirsa, apakah memenuhi standar kelayakan atau tidak.
Proses editing naskah dan editing gambar dilakukan secara bersamaan
oleh editor.
Beberapa pekerjaan yang dilakukan oleh kru prduksi dalam tahap
pasca produksi adalah sebagai berikut20:
a. Camera person dan reporter menyerahkan kaset/card hasil shooting kepada news editor dengan data shooting (shooting list);
b. Proses editing;
20 Andi Fachrudin. Dasar-dasar Produksi Televisi: Produksi Berita, Feature, Laporan Investigasi, Dokumenter, dan Teknik Editing. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012). Cet. 1.Hal. 64
32
c. Membuat grafik untuk mendukung materi berita; d. Reporter membuat naskah berita yang disesuaikan dengan
gambar atau suara yang ada pada berita; e. Proses dubbing; f. Naskah diserahkan kepada pimpinan redaksi (editor in chief); g. Naskah yang sudah dicek oleh pimpinan redaksi selanjutnya
diserahkan kepada editor atau penata gambar (editor berita). Dalam pelaksanaan editing, reporter dan juru kamera sebaiknya mendampingi editor untuk keteraturan gambar dan statement yang akan ditampilkan.
1. Capturing
Proses capture gambar terjadi pada editing nonlinier, yaitu
mentransfer hasil rekaman (audio-visual) dari kaset digital ke
dalam harddisk komputer, sehingga materi editing sudah dalam
bentuk file dan memudahkan dalam proses editing. Apabila
menggunakan model editing linier, maka langsung pada proses
logging gambar;
2. Logging
Logging gambar adalah membuat susunan daftar gambar dari
kaset hasil shooting secara detail disertai dengan pencatatan time
code serta di kaset berapa atau nama file apa gambar hasil shooting
itu berada.
3. Editing Pictures
Penyuntingan adalah kata kunci dalam tahap ini.Seluruh
footage telah dikumpulkan selama produksi berlangsung untuk
kemudian disusun dan dirangkai menjadi produk akhir.
33
4. Editing Sound
Penyuntingan suara disesuaikan dengan gambar serta
menghidupkan suasana melalui ilustrasi musik latar.
5. Final Cut
Penggunaan perlatan dan kompleksitas ilustrasi musik
(soundtrack) menentukan bahwa materi program sudah dapat
membaur (mix) pada tahap online.Dibutuhkan studio untuk
membaurkan suara akhir (final mixing).Program yang sudah
lengkap disebut master21.
B. Siaran Berita
1. Pengertian Siaran
Penyiaran merupakan kegiatan menyampaikan pesan berupa berita dan
informasi kepada khalayak menggunakan fasilitas frekuensi yang
dikerjakan oleh sekelompok orang yang terbentuk dalam team.Team
produksi dituntut untuk dapat menyajikan program yang kreatif dan
menarik22.
Jadi, siaran berarti produk yang ditayangkan dari hasil penyiaran yang
dilakukan oleh sekelompok orang yang tergabung menjadi sekelompok
21 Andi Fachrudin. Dasar-dasar Produksi Televisi: Produksi Berita, Feature, Laporan
Investigasi, Dokumenter, dan Teknik Editing. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012). Cet. 1.Hal. 3
22 Eva Arifin. Broadcasting: to be broadcaster. (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010). Hal. 9-10.
34
tim produksi. Hasil produk tersebut berupa program acara yang disiarkan
lewat televisi untuk diketahui khalayak luas.
2. Pengertian Berita
Sebuah peristiwa baru dianggap berita jika memiliki keunikan, jarang
terjadi, dan menarik perhatian khalayak. Ungkapan dari Charles A. Dana
(1996), “when a dog bites a man is not news, but when a man bites a dog
that is news”, merupakan kata-kata yang populer di dunia jurnalistik ketika
menggambarkan pengertian berita23.
Berita adalah apa yang ditulis surat kabar, apa yang disiarkan radio,
dan apa yang ditayangkan televisi. Berita menampilkan fakta, tetapi tidak
setiap fakta merupakan berita.Berita biasanya menyangkut orang-orang,
tetapi tidak setiap orang dapat dijadikan berita.Berita merupakan sejumlah
peristiwa yang terjadi di dunia, tetapi hanya sebagian kecil saja yang
dilaporkan.24Sedangkan definisi berita menurut situs Wikipedia.com,
berita adalah informasi baru atau informasi mengenai sesuatu yang sedang
terjadi, disajikan melalui media cetak, elektronik, atau bahkan mulut ke
mulut kepada orang ke tiga atau banyak orang.
23Andi Fachrudin. Dasar-dasar Produksi Televisi: Produksi Berita, Feature, Laporan
Investigasi, Dokumenter, dan Teknik Editing. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012). Cet. 1.Hal. 46.
24 Diunduh pada Kamis, 5 Maret 2011 dalam situs http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20229/4/Chapter%20II.pdf
35
Berita adalah informasi yang penting dan menarik bagi khalayak atau
audiens25.Informasi yang penting dan menarik bagi khalayak harus
memenuhi beberapa kriteria yang menjadikan berita tersebut penting untuk
disiarkan kepada khalayak. Ada dua aspek yang memengaruhi suatu
informasi untuk menjadi berita yang baik, yaitu:
a. Aspek Penting
Suatu berita dapat dikatakan penting jika memiliki nilai berita dan
memberikan dampak bagi masyarakat.Semakin besar dampak yang
dirasakan masyarakat, maka semakin penting berita tersebut untuk
disiarkan. Beberapa hal yang memiliki dampak besar bagi masyarakat
dalam sebuh pemberitaan di antaranya:
1. Nyawa manusia. Nyawa adalah harta berharga yang pernah
dimiliki manusia, maka pemberitaan mengenai sebuah peristiwa
yang dapat merenggut nyawa seseorang atau sekelompok manusia
akan memberikan dampak yang besar bagi masyarakat yang
menyaksikan, terlebih ancaman peristiwa itu berada di kota tempat
penonton tinggal.
2. Uang. Berita yang berpengaruh terhadap keuangan masyarakat
merupakan berita yang penting. Berita kenaikan bahan bakar
minyak (BBM) atau kenaikan harga barang dapat membuat
masyarakat memberikan perhatian lebih kepada berita tersebut.
25Morrisan. Jurnalistik Televisi Mutakhir. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2008). Cet. 1.Hal 8.
36
3. Gangguan. Penonton dapat terpengaruh dengan berita yang
mengganggu pikiran dan kenyamanan mereka. Misalnya, berita
tentang pembegalan motor. Pemberitaan tersebut tentu akan
mengusik pikiran dan kenyamanan masyarakat yang pulang tengah
malam.
b. Aspek Menarik
Berita dikatakan menarik jika dapat menyedot perhatian
masyarakat.Berita yang menarik adalah jika informasi yang
disampaikan mampu membangkitkan rasa kagum dan bersifat aneh
atau unik serta merupakan peristiwa yang tidak biasa.
Menurut Arifin S. Harahap, berita televisi adalah laporan tentang
fakta dari sebuah peristiwa atau pendapat manusia atau keduanya yang
disertai dengan gambar (visual) actual, menarik, berguna, dan
disiarkan melalui media massa televisi secara periodik26.
3. Berita Dokumenter
A. Pengertian Dokumenter
Dokumenter adalah program informasi yang memiliki tujuan untuk
memberikan pembelajaran dan pendidikan kepada penonton dengan
sajian yang menarik27.
26 Arifin S. Harahap. Jurnalistik Televisi: Teknik Memburu dan Menulis Berita. (Jakarta:
PT Indeks, 2007). Hal. 4. 27Morrisan.Jurnalistik Televisi Mutakhir. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008).
Cet. 1.Hal 28.
37
Program dokumenter adalah program yang menyajikan suatu
kenyataan berdasarkan pada fakta objektif yang memiliki nilai esensial
dan eksistensial, menyangkut kehidupan, lingkungan hidup, dan situasi
nyata28. Objektivitas dokumenter tidak sepenuhnya sesuai realitas, ada
kebijakan dari tim produksi.
Istilah dokumenter pertama kali diperkenalkan oleh John Grierson di
Koran NewYork Sun pada 8 Februari 1926 dengan kutipan penggalan
kalimat “A Creative Treatment of Actuality” yang berarti perlakuan
kreatif terhadap kejadian-kejadian aktual yang ada29.
Produksi dokumenter memiliki dua unsur pokok yang dipadukan,
yaitu unsur gambar atau visual dan unsur suara atau sound. Unsur
gambar atau visual terdiri dari beberapa materi, yaitu30:
1. Rangkaian kejadian : suatu peristiwa atau kegiatan dari suatu lembaga; 2. Kepustakaan : potongan arsip, majalah atau mikrofilm; 3. Pernyataan : individu yang berbicara secara sadar di depan kamera; 4. Wawancara : pewawancara boleh kelihatan, boleh tidak; 5. Foto still : foto-foto bersejarah; 6. Dokumen : gambar, grafik, kartun; 7. Pembicaraan : suatu diskusi atau pembicaraan segerombolan orang; 8. Layar kosong / silhouette : memberi perhatian pada sound atau silhouette karena pribadi yang
28 Fred Wibowo. Dasar-Dasar Produksi Program Televisi. (Jakarta: PT Gramedia
Widiasarana Indonesia, Anggota Ikapi, 1997). Hal. 96. 29A. Asrul Sani Fauzan. Modul Perkuliahan Universitas Mercu Buana: Penulisan Naskah
Non Berita: Dokumenter. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id. 30 Fred Wibowo. Dasar-Dasar Produksi Program Televisi.(Jakarta: PT Gramedia
Widiasarana Indonesia, Anggota Ikapi, 1997). Hal. 97.
38
berbicara dibahayakan keselamatan- nya jika wajahnya kelihatan.
Sedangkan materi untuk suara atau sound, ialah31:
1. Narasi / reporter : dengan narrator atau suara reporter / suara voice over; 2. Synchronous sound : dengan suara sebagaimana adanya dalam gambar yang di-relay secara tersendiri, kemudian dipersatukan; 3. Sound effect : suara latar belakang; 4. Musik lagu : suara musik pengiring; 5. Kosong-sepi : memberikan kesempatan penonton memperhatikan detil.
B. Tingkatan Dokumenter
Tingkatan dokumenter, secara umum, dapat dikatakan bahwa
dokumenter di televisi Inggris mendeskripsikan berdasarkan
seragkaian kategori yang diidentifikasi berdasarkan isi dan bentuk.
Berikut ini beberapa kategori dokumenter32:
1. Current Affairs Program-program dengan kategori ini merupakan program
yang dibuat berdasarkan isu-isu yang berhubungan dengan topik sosial, politik, ekonomi, dan lingkungan.Realisme dalam bentuk kombinasi antara wawancara, opini pakar, narator yang kompeten, footage aktualitas, serta pengabsahan terhadap isu-isu melalui kemunculannya dalam agenda berita. Program ini dapat dideskripsikan sebagai dokumenter investigatif, selama program tersebut menginvestigasi latar belakang peristiwa berita dan bukti-bukti yang ada di sekitar persoalan yang memicu debat publik.
2. Alam Kategori ini mengungkapkan fakta-fakta tak terduga perihal
alam dan lingkungan.Program dalam kategori ini menawarkan tontonan yang menjelaskan tentang fenomena-fenomena alam seperti kelangsungan dalam kondisi yang terasa mustahil.Realisme membawa penonton masuk ke dalam realitas yang berisi penjelajah
31 Fred Wibowo. Dasar-Dasar Produksi Program Televisi.(Jakarta: PT Gramedia
Widiasarana Indonesia, Anggota Ikapi, 1997). Hal. 97. 32 Graeme Burton. Membincangkan Televisi: Sebuah Pengantar Kajian Televisi.
(Yogyakarta: Jalasutra, 2011). Hal. 211-221.
39
alam yang mengombinasikan rekaman narator dan suara alam yang merdu.
3. Ilmu Pengetahuan Program dokumenter tentang ilmu pengetahuan cederung
mengombinasikan antara perkembangan ilmiah dengan analisis konsekuensi sosial ekonomi dari perkembangan tersebut.Program ini juga membentuk asumsi masyarakat tentang kebenaran dan validitas perkembangan sebuah teknologi terhadap kehidupan manusia.
4. Historis Program dokumenter tentang sejarah banyak diproduksi oleh
masyarakat, baik secara kelompok maupun personal.Sejarah adalah sebuah pandangan tentang fakta dan merupakan makna dari informasi tersebut berdasarkan bukti-bukti yang ada.Dokumenter tentang sejarah menjadi menarik untuk dipertontonkan kepada masyarakat karena memiliki nilai historis terkait fakta dan bukti yang ada di sekitar masyarakat.
5. Mainstream Dokumenter yang menggunakan perangkat realisme
mainstream. Perangkat tersebut berupa natural sound, shot kamera long held (kamera yang diletakkan pada satu tempat dan dibiarkan bekerja dalam waktu lama), lokasi kerja, dan shot presenter sekaligus narator yang menghadap lurus ke kamera menyajikan fakta-fakta di tempat tersebut.
6. Fly-on-the-wall / Vérité Dokumenter dalam kategori ini mengusung realisme yang lebih
natural dan ‘apa adanya’ terhadap sebuah peristiwa. Kamera seolah mengintai secara detil setiap peristiwa yang terjadi. Dokumenter ini mirip dengan investigasi, mengintai pelaku di tempat sesungguhnya. Penonton dibawa masuk ke dalam realitas yang dekat dengan peristiwa dan mereka pun melupakan bahwa program tersebut tidak lepas dari proses seleksi dan editing, bentukan dari tim produksi.
7. Dramadoc Realisme dalam dokumenter jenis ini adalah menonjolkan sisi dramatis. Graeme Burton mengatakan bahwa dramadoc berbeda dengan docudrama, sebagaimana pernyataannya sebagai berikut: Dramadoc berbeda dengan docudrama, di mana praktiknya saling berkebalikan: pencangkokan perangkat dokumenter dalam basis fiksi..bagaimanapun realisme secara keseluruhan merupakan ilusi, ada kalanya sulit untuk meyakini mana yang merupakan basis awal dan rangkaian kovensi mana yang menonjol. Menurut Burton dramadoc memiliki beberapa kaitan berikut: a. Memahami hakikat hubungan atara teks dan audiens;
40
b. Mengakui pentingnya realisme sebagai sebuah penilaian subjektif terhadap audiens; c. Mengakui pembedaan antara realisme sebagai bentuk, serta sebagai realitas sebagai isi dan kondisi keyakinan; d. Mengakui pengaruh modus realisme yang berbeda pada makna makna yang dikonstruksi diluar dokumenter, terutama ketika makna-makna tersebut membawa kepada ideologi.
8. Docusoap Program docusoap merupakan cabang dari docudrama yang diambil dari opera sabun. Karakteristik docusoap yang lazim pada dokumenter dan opera sabun adalah sebagai berikut: a. Lokasi yang autentik dan pelaku sejati sebagai pemain; b. Kamera hand held (kamera yang pengoperasiannya
menggunakan tangan); c. Orang yang berbicara pada kamera; d. Sekelompok orang yang bekerja pada satu lokasi dan
berhubungan dengan publik; e. Orang-orang (atau para pemain) yang dipilih atau difilmkan
untuk menunjukkan perbedaan mereka; f. Narasi multi-alur yang diciptakan di luar materi dokumen; g. Ambivalensi pengakhiran narasi; h. Tekanan-tekanan dramatis dan antisipasi (narasi) yang
diciptakan di luar materi dan persoalan-persoalan yang dihadapi para pemain dalam bekerja;
i. Para pemain yang muncul sebagai tokoh atau karakter alami lebih banyak disorot kamera.
Docusoap melukiskan hubungan cinta televisi dengan eksplorasi terhadap realisme sebagai seperangkat alat. Docusoap mempresentasikan dengan cara lain, yaitu mengungkap realitas dari peristiwa apa adanya kemudian merestrukturasi ke dalam bentuk hiburan33.
4. Jenis Berita Televisi
Program berita televisi bertujuan memberikan informasi dan
memenuhi rasa keingintahuan masyarakat terhadap sebuah
peristiwa.Berita yang disiarkan televisi memiliki jenis yang berbeda dalam
penyajiannya sesuai dengan peristiwa yang diliput.
33 Graeme Burton. Membincangkan Televisi: Sebuah Pengantar Kajian Televisi.
(Yogyakarta: Jalasutra, 2011). Hal. 211-221.
41
Menurut penyajian berita, secara garis besar, berita memiliki dua jenis,
yaitu:
a. Berita Keras (Hard News)
Berita keras atau hard news merupakan berita yang harus segera
disiarkan karena sifatnya yang penting untuk segera diketahui
secepatnya oleh masyarakat.Hard news menurut Jamieson & Campbell
(1988) dalam Bryant dan Thompson (2002), mengatakan bahwa berita
keras adalah:
Hard news has been defined as “the report of an event that happened or was disclosed within the previous twenty-four hours and treats an issue of ongoing concern”.
Berdasarkan pernyataan tersebut, sebuah peristiwa akan memiliki
nilai jika memiliki beberapa kriteria, di antaranya adalah (1) bersifat
personal atau terjadi kepada seseorang, (2) dramatis atau berisi konflik
dan kontroversional, (3) aktual dan konkrit, bukan teori atau abstrak,
(4) menceritakan sebuah kisah, dan (5) menghubungkan isu yang
sedang terjadi kepada media34.
Berita keras yang disajikan dalam suatu program berita memiliki
beragam durasi, mulai dari yang hanya berkisar lima menit, 30 menit,
34Jennings Bryant and Susan Thompson.Fundamentals of Media Effects. (New York: Mc
Graw Hill, 2002). P. 234.
42
hingga satu jam. Berita keras dapat dibagi menjadi beberapa bentuk,
yaitu35:
a. Straight News
Straight news berarti berita langsung, yaitu berita singkat yang hanya menyajikan informasi terpenting mencakup 5W+1H (what, where, why, when, who, dan how) atas sebuah peristiwa yang diberitakan.Straight news sangat terkait waktu sehingga jika tidak cepat diberitakan akan mengurangi nilai berita yang disiarkan. Contoh: berita mengenai kecelakaan lalu lintas atau peledakan bom di sebuah tempat umum.
b. Feature
Feature merupakan berita ringan yang menarik. Menarik di sini berarti suatu penyajian yang unik, aneh, dan menggugah kekaguman penonton atas sisi berita yang berbeda.Feature tidak terikat waktu dalam penayangannya namun dikategorikan sebagai hard news karena hanya berdurasi sekitar lima menit. Contoh: ulasan berita kuliner atau tempat-tempat wisata yang menarik untuk dikunjungi pemirsa ketika liburan.
c. Infotainment
Infotainment berasal dari kata information yang berarti informasidan entertainment yang artinya hiburan.Namun, infotainment bukan informasi hiburan.Infotainment merupakan jenis berita yang menyajikan informasi orang-orang yag dikenal oleh masyarakat (celebrity) yang bekerja di dunia hiburan, seperti pemain sinetron, pemain film, atau musisi. Infotainment termasuk berita hard news karena sifatnya yang harus segera ditayangkan, jika ditunda penayangannya, khawatir akan tidak memiliki nilai jual.
B. Berita Lunak (Soft News)
Berita lunak atau soft news adalah berita mendalam (in depth) yang
berisi sajian informasi penting dan menarik namun tidak bersifat harus
segera ditayangkan serta tidak terikat waktu penyajiannya.Program soft
35Morrisan. Jurnalistik Televisi Mutakhir. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2008). Cet. 1. Hal 26-27.
43
news biasanya memiliki waktu penyiaran sendiri, tidak masuk ke
dalam program berita hard news karena durasinya pun bisa sampai
satu jam.
Bentuk-bentuk berita yang masuk ke dalam kategori soft news
ialah36:
a. Current Affair
Current affair berarti persoalan kekinian atau permasalahan yang tengah terjadi dalam waktu dekat ini.Current affair adalah program yang menyajikan informasi yang terkait dengan suatuberita penting yang muncul sebelumnya tentang peristiwa yang pernah terjadi sebelumnya, namun current affair dibuat secara mendalam dan lebih lengkap.Penayangan berita jenis ini memang terikat waktu namun tidak seperti hard news.Berita current affair dapat disajikan selama mendapat perhatian dari penonton. Contoh: program yang menayangkan kehidupan masyarakat setelah tertimpa bencana alam.
b. Magazine
Dikatakan program magazine karena topik atau tema yang disajikan sama dengan tema-tema yang berada di majalah. Magazine merupakan program yang menyajikan infromasi ringan dan mendalam mengenai sebuah isu menarik yang memberikan hiburan dan informasi bagi penonton. Contoh: program yang menayangkan ulasan tentang padu padan busana terbaru.
c. Talkshow
Talkshow merupakan program bincang-bincang yang menampilkan satu atau banyak orang atau tokoh dengan topik atau tema tertentu yang dipandu oleh satau atau dua pembawa acara. Contoh: talkshow tentang sistem politik di Indonesia yang menampilkan tokoh-tokoh politik.
Program berita hard news dan soft news dapat dibedakan
berdasarkan sifatnya dalam tabel berikut:
36Morrisan.Jurnalistik Televisi Mutakhir. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008).
Cet. 1. Hal 27-28.
44
Hard News Soft News
Harus ada peristiwa terlebih dahulu Tidak mesti ada peristiwa
terlebih dahulu
Peristiwa harus aktual (baru terjadi) Tidak mesti aktual
Harus segera disiarkan Tidak bersifat segera (timeless)
Mengutamakan informasi
terpenting saja
Menekankan pada detail
Tidak menekankan sisi human
interest
Menekankan sisi human
interest
Laporan tidak mendalam (singkat) Laporan bersifat mendalam
Teknik penulisan piramida tegak Teknik penulisan piramida
terbalik
Ditayangkan dalam program berita Ditayangkan dalam program
lainnya
Tabel 1: Perbedaan sifat-sifat berita hard news dan soft news
C. Nilai Berita
Menurut Downie JR dan Kaiser, nilai berita (news values) merupakan
sebuah istilah yang tidak mudah didefinisikan. Kriteria nilai berita bukan hal
yang konkret namun dapat menjadi acuan bagi reporter ataupun editor untuk
memutuskan fakta mana yang pantas untuk dijadikan berita37.
Berikut ini beberapa nilai berita, yaitu:
37 Suryawati, Indah. Jurnalistik Suatu Pengantar: Teori dan Praktik. (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2011). Hal. 76.
45
a. Aktual (Timeliness). Berita yang baru saja terjadi38;
b. Keluarbiasaan (Unusualness). Berita tersebut merupakan peristiwa yang
luar biasa39;
c. Akibat (Impact). Berita tersebut memiliki dampak yang besar bagi
masyarakat40;
d. Kedekatan (Proximity). Berita berasal dari sesuatu yang dekat dengan
masyarakat, baik secara psikologis maupun geografis41;
e. Konflik (Conflict). Peristiwa yang terjadi di lingkungan masyarakat
merupakan sebuah konflik. Jika konflik mampu menimbulkan emosi,
maka dapat dijadikan berita42;
f. Kemajuan dan Bencana. Peristiwatsunami dan banjir bandang
merupakan bencana alam yang besar dan memiliki nilai berita, begitu pula
dengan kemajuan sebuah negara dalam bidang teknologi, akan
memberikan antusiasme masyarakat43;
g. Informasi. Berita merupakan sebuah informasi. Menurut Wilbur
Schramm, informasi adalah hal yang bisa menghilangkan ketidakpastian44;
38 Suryawati, Indah. Jurnalistik Suatu Pengantar: Teori dan Praktik. (Bogor: Penerbit Ghalia
Indonesia, 2011). Hal. 76. 39 Suryawati, Indah. Jurnalistik Suatu Pengantar: Teori dan Praktik. (Bogor: Penerbit Ghalia
Indonesia, 2011). Hal. 76. 40 Suryawati, Indah. Jurnalistik Suatu Pengantar: Teori dan Praktik. (Bogor: Penerbit Ghalia
Indonesia, 2011). Hal. 76. 41 Suryawati, Indah. Jurnalistik Suatu Pengantar: Teori dan Praktik. (Bogor: Penerbit Ghalia
Indonesia, 2011). Hal. 76. 42 Luwi Ishwara. Catatan-catatan Jurnalisme Dasar. (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2005).
Hal. 53. 43 Luwi Ishwara. Catatan-catatan Jurnalisme Dasar. (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2005).
Hal. 54. 44 Suryawati, Indah. Jurnalistik Suatu Pengantar: Teori dan Praktik. (Bogor: Penerbit Ghalia
Indonesia, 2011). Hal. 78.
46
h. Orang Penting (Public Figure/ News Maker). Berita adalah informasi
tentang orang-orang penting yang menjadi figur publik dan menarik
perhatian publik45;
i. Kejutan. Berita memberikan informasi yang mengejutkan dan tak diduga
sebelumnya46;
j. Human Interest. Berita yang menggugah hati penonton, menggetarkan
hati, dan mengusik jiwa47;
k. Keganjilan. Berita merupakan peristiwa-peristiwa yang tidak biasa dan
tidak umum48;
l. Seks. Berita informasi seputar seks yang terkait dengan perempuan atau
kehidupan rumah tangga seorang tokoh49.
45 Suryawati, Indah. Jurnalistik Suatu Pengantar: Teori dan Praktik. (Bogor: Penerbit Ghalia
Indonesia, 2011). Hal. 79. 46 Suryawati, Indah. Jurnalistik Suatu Pengantar: Teori dan Praktik. (Bogor: Penerbit Ghalia
Indonesia, 2011). Hal. 79. 47 Suryawati, Indah. Jurnalistik Suatu Pengantar: Teori dan Praktik. (Bogor: Penerbit Ghalia
Indonesia, 2011). Hal. 79. 48 Luwi Ishwara. Catatan-catatan Jurnalisme Dasar. (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2005).
Hal. 55. 49 Suryawati, Indah. Jurnalistik Suatu Pengantar: Teori dan Praktik. (Bogor: Penerbit Ghalia
Indonesia, 2011). Hal. 80.
47
BAB III
GAMBARAN UMUM
NET. DAN LENTERA INDONESIA
A. NET.
1. Sejarah Berdirinya NET.
Pada tahun 2012 Founder NET. Agus Lasmono dan Co-Founder
Wishnutama Kusubandio bersepakat untuk membangun sebuah stasiun
televisi baru di Indonesia, dengan konsep dan format yang berbeda dengan
televisi yang ada saat itu di tanah air. Visinya, menyajikan konten program
yang kreatif, inspiratif, informatif, sekaligus menghibur.
NET. Televisi Masa Kini resmi mengudara pada tanggal 26 Mei
2013, setelah sebelumnya menjalani siaran percobaan sejak tanggal 18
Mei 2013. Grand launching NET. diselenggarakan di Jakarta Convention
Center, lewat sebuah pagelaran megah yang menghadirkan sederet nama
pengisi acara terkenal dari tanah air dan mancanegara, termasuk Carly Rae
Jepsen dan Taio Cruz. Beberapa program NET. langsung mendapat
respons positif dari pemirsa, seperti “The Comment” dan “Sarah Sechan”.
Bahkan di usia yang belum genap setahun saat itu, NET. telah dipercaya
mengerjakan event sebesar APEC CEO Summit 2013. Dari lini digital,
NET. membuat terobosan dengan melakukan engagement langsung ke
48
pemirsa, melalui beberapa alat pengukur yang terarah. Akun-akun sosial
media NET. pun diberdayakan optimal untuk mengurangi jarak antara
program dengan pemirsa.
NET. menghentak semester awal 2014 melalui konser Iwan Fals
“Suara untuk Negeri” di kota Medan, Bandung, Jakarta, dan Surabaya,
yang mendapat apresiasi penuh dari masyarakat. Tanggal 18 Mei 2014,
NET. merayakan ulang tahun pertama bertajuk "NET ONE", dengan
pertunjukan musik dan ajang penghargaan. Hadir di panggung sejumlah
musisi dan performer berkelas, termasuk Far East Movement dan NE-YO.
Tak hanya dalam program hiburan, NET. bahkan mengolah secara
khusus program Citizen Journalists, yang menjadi wadah bagi masyarakat
dan perekam video amatir dari dalam dan luar negeri untuk berkarya1.
2. Profil NET.
NET. Televisi Masa Kini merupakan salah satu alternatif tontonan
hiburan layar kaca. NET. hadir dengan format dan konten program yang
berbeda dengan stasiun TV lain. Sesuai perkembangan teknologi
informasi, NET. didirikan dengan semangat bahwa konten hiburan dan
informasi di masa mendatang akan semakin terhubung, lebih
memasyarakat, lebih mendalam, lebih pribadi, dan lebih mudah diakses.
Karena itulah, sejak awal, NET. muncul dengan konsep multiplatform,
1 Data diunduh pada 8 Mei 2015 melalui website www.netmedia.co.id.
49
sehingga pemirsanya bisa mengakses tayangan NET. secara tidak terbatas,
kapan pun, dan di mana pun.
Secara konten, tayangan NET. berbeda dengan tayangan televisi yang
sudah ada. Sesuai semangatnya, tayangan berita NET. wajib menghibur,
dan sebaliknya, tayangan hiburan NET. harus mengandung fakta, bukan
rumor atau gosip. Secara tampilan, NET. muncul dengan gambar yang
lebih tajam dan warna yang lebih cerah. NET. telah menggunakan sistem
full high definition (Full-HD) dari hulu hingga ke hilir2.
NET. adalah bagian dari kelompok usaha INDIKA GROUP. Meskipun
bergerak di bidang usaha Energi & Sumberdaya di bawah bendera Indika
Energy Tbk. (www.indikaenergy.com), berdirinya INDIKA dimulai dari
sebuah visi untuk membangun usaha di bidang Media Hiburan dan
Teknologi Informasi. Nama INDIKA sendiri merupakan singkatan dari
Industri Multimedia dan Informatika. Saat ini, melalui PT. Indika
Multimedia, INDIKA GROUP bergerak di bidang usaha Promotor,
Broadcast Equipment, Production House dan Radio3.
Sesuai perkembangan teknologi informasi, PT. NET MEDIATAMA
INDONESIA didirikan dengan semangat bahwa konten hiburan dan
informasi di masa mendatang akan semakin terhubung, lebih
2 Data diunduh pada 8 Mei 2015 melalui website www.netmedia.co.id. 3 Data diunduh pada 8 Mei 2015 melalui website www.netmedia.co.id.
50
memasyarakat, lebih mendalam, lebih pribadi, dan lebih mudah diakses di
manapun4.
Sejak 2012, NET. membangun mimpi itu dengan menghasilkan konten
media yang kreatif, inspiratif, informatif sekaligus menghibur. Program-
program tersebut kami sajikan agar dapat ditampilkan dalam berbagai
platform sehingga para pengguna dapat menikmati informasi dan hiburan
secara tidak terbatas. Pada 2013, NET. akan meluncurkan sekaligus
mengembangkan sebuah media yang berfokus pada tayangan hiburan dan
berita dengan harapan bisa menjadi inspirasi bagi bangsa Indonesia
menuju Indonesia yang lebih maju5.
Kini, NET dapat disaksikan melalui siaran terrestrial tidak berbayar,
atau free to air. NET. juga dapat disaksikan dengan berlangganan televisi
berbayar, di antaranya: First Media (channel 371), BIG TV (channel 232),
dan Orange TV. Sementara para pelanggan internet, dapat mengakses live
streaming melalui youtube.com/netmediatama, web www.netmedia.co.id,
serta melalui aplikasi di iOS dan Android dengan memasukkan search
keyword : Netmediatama Indonesia6.
4 Data diunduh pada 8 Mei 2015 melalui website www.netmedia.co.id. 5 Data diunduh pada 8 Mei 2015 melalui website www.netmedia.co.id. 6 Data diunduh pada 8 Mei 2015 melalui website www.netmedia.co.id.
51
Gambar 3. Visi Misi NET.
a. Agus Lasmono
Gambar 4. Founder NET, Agus Lasmono
Agus Lasmono adalah pendiri INDIKA GROUP. Sebagai Wakil
Komisaris Utama PT Indika Energy Tbk, ia telah membangun dan
mendirikan sebuah perusahaan energi terkemuka di Indonesia, yang
tetap fokus pada strategi intinya, yaitu "integrasi sepanjang rantai nilai
52
energi". Indika Energy saat ini mempekerjakan mendekati 10.000
karyawan secara nasional7.
Meskipun keterlibatannya dalam industri energi, gairah sejati dan
visinya selalu berada di sektor media. Dimulai pada tahun 1996 ketika
ia mendirikan Indika Multi Media, perusahaan yang terlibat dalam
layanan nilai tambah untuk konten telekomunikasi. Sebagai pelopor,
bisnis tersebut menjadi sukses besar. Dia kemudian mengembangkan
bisnis rumah produksi yang menghasilkan 62 serial TV yang terdiri
lebih dari 1000 episode dan 18 film nasional yang 3 di antaranya
mendapat penghargaan. Sekarang Indika Multi Media telah
mengembangkan anak perusahaannya di bidang Event Organizer,
Promotor, Broadcast Equipment Solutions, dan Radio8.
Agus juga pernah memegang sejumlah posisi kunci di perusahaan
media lain seperti Direktur Program PT Multi Media Nusantara (1997-
2003), Komisaris Utama PT Surya Citra Televisi Indonesia (1999 -
2002). Sekarang ia masih menjabat sebagai Komisaris Independen PT
Surya Citra Media Tbk dan PT. Surya Citra Televisi. Ia lulus dengan
gelar Bachelor of Arts di bidang Ekonomi dan minor degree in arts dari
Pepperdine University, Malibu, California, Amerika Serikat pada tahun
1993 dan memperoleh gelar Master dalam Bisnis Internasional dari
7 Data diunduh pada 8 Mei 2015 melalui website www.netmedia.co.id. 8 Data diunduh pada 8 Mei 2015 melalui website www.netmedia.co.id.
53
West Coast University, Los Angeles, California, Amerika Serikat, pada
tahun 19959.
b. Wishnutama
Gambar 5. Co-Founder NET, Wishnutama
Wishnutama Kusubandio adalah salah satu pendiri PT. NET
MEDIATAMA INDONESIA. Ia adalah seorang profesional di bidang
media. Menyelesaikan kuliah komunikasi di Mount Ida College Boston
Amerika Serikat, namun lebih banyak mendapatkan ilmu pertelevisian
dari Emerson College. Ia memulai karier dari bawah sebagai Production
Assistant di New England Cable News Amerika dan menjadi Assistant
Director On Air Promotion di WHDH-TV, Boston. Kedisiplinan dan
semangat esprit de corps diperolehnya ketika kuliah di The Military
College of Vermont, Norwich University10.
9 Data diunduh pada 8 Mei 2015 melalui website www.netmedia.co.id 10 Data diunduh pada 8 Mei 2015 melalui website www.netmedia.co.id
54
Tahun 1994 pulang ke Indonesia dan bekerja di Indosiar sebagai
Supervisor On Air Promotion. Setahun kemudian pindah ke divisi
produksi sebagai Producer Director. Karirnya berkembang menjadi
Executive Producer News and Production Division, dan tak berapa lama
kemudian meningkat menjadi Production Manager. Program-program
yang dilahirkan selama di Indosiar antara lain PESTA, GEBYAR BCA,
PATROLI dan SAKSI11.
Tahun 2001, Ia pindah ke Trans TV menjadi Kepala Divisi
Produksi. Tiga tahun kemudian, karirnya menanjak menjadi Direktur
Operasional, dan setahun berikutnya menjadi Wakil Direktur Utama.
Pada saat pengambilan saham mayoritas TV7 oleh kelompok usaha Para
Group di tahun 2006, ia ditunjuk menjadi Direktur Utama TV7 yang
kemudian berubah nama menjadi Trans7. Dua tahun kemudian,
Wishnutama ditunjuk menjadi Direktur Utama Trans TV12.
Program-program yang diproduksi di bawah kepemimpinan
Wishnutama selama di Transcorp antara lain EXTRAVAGANZA,
DUNIA LAIN, TERMEHEK-MEHEK, OPERA VAN JAVA, EMPAT
MATA dan INDONESIA MENCARI BAKAT. Selama hampir 20
tahun berkarya, banyak penghargaan yang ia raih baik skala nasional
11 Data diunduh pada 8 Mei 2015 melalui website www.netmedia.co.id 12 Data diunduh pada 8 Mei 2015 melalui website www.netmedia.co.id
55
maupun Asia, antara lain dari Asian Television Award dan Panasonic
Awards13.
3. Logo NET. TV
Sumber: twitter.com/netmediatama
Gambar 6. Logo NET. TV
Logo diatas merupakan logo yang digunakan oleh NET TV dengan tiga
warna, yaitu warna biru tua, biru muda, dan kuning. Pemilihan warna dan
bentuk huruf dimaksudkan untuk membuat logo yang simple dan elegant.
Pemilihan warna bermaksud untuk menggambarkan variasi program di NET.
Sedangkan penggunaan simbol titik di akhir kata menunjukan bahwa NET.
ingin menjadi televisi yang terintegrasi dengan sosial media. Sedangkan
slogan NET TV "televisi masa kini" diambil karena NET ingin menjadi
televisi yang mengedepankan kualitas dan teknologi dalam penayangannya,
13Data diunduh pada 8 Mei 2015 melalui website www.netmedia.co.id.
56
selain itu dengan bekerja sama dengan berbagai media sosial semakin
menunjukan bahwa NET TV adalah televisi masa kini14.
Beberapa logo NET lainnya, ialah15:
Logo NET. digunakan sebagai logo perusahaan (18 Mei 2013-sekarang)
Logo NET. digunakan sebagai on-air
Logo NET. versi hiburan
Logo NET. versi olahraga
Logo NET. HD digunakan sebagai logo siaran HD dan live streaming (18 Mei 2013-sekarang)
14 Data diunduh pada 21 Mei 2015melalui website
https://prezi.com/_bldrz8dkaze/laporan-praktik-kerja-nyata/ 15 Data diunduh pada 21 Mei 2015melalui website http://id.wikipedia.org/wiki/NET.
57
Logo NET. Movement
4. Struktur Organisasi NET. TV
Chairman Agus Lasmono
Chief Executive Officer Wishnutama
Deputy CEO Deddy Sudarijanto
Chief Sales & Marketing Officer Kurnia
Chief Finance Officer Leo Nagasaputra
Chief Operating Officer Azuan Syahril
Tabel 2. Struktur Perusahaan PT. NET Mediatama Indonesia
5. Program Acara NET.
A. Informasi
1. Entertainment News
2. Indonesia Morning Show
3. NET 5
4. NET 10
58
5. NET 12
6. NET 16
7. NET 24
8. Satu Indonesia
9. NET Update (Breaking News)
10. NET. Citizen Journalist (Dalam segmen NET 10)16
B. Berita lokal
1. NET. Jatim (NET. Jawa Timur)
2. NET. Jabar (NET. Jawa Barat)
3. NET. Sumut (NET. Medan)
4. NET. Bali (NET. Denpasar)
5. NET. Priangan Timur (NET. Priangan Timur)
6. NET. Cirebon (NET. Cirebon)
7. NET. Sumbar (NET. Padang)17
C. Dokumenter
1. Indonesia Bagus
2. Lentera Indonesia18
D. Majalah TV
1. d’SIGN
2. Chef's Table
16 Data diunduh pada 8 Mei 2015 melalui website www.netmedia.co.id 17 Data diunduh pada 8 Mei 2015 melalui website www.netmedia.co.id 18 Data diunduh pada 8 Mei 2015 melalui website www.netmedia.co.id
59
3. iLook
4. Weekend List
5. Nippon Keren Deh19
E. Hiburan
1. Ini Talkshow
2. Bukan Sekedar Wayang
3. Comedy Night Live
4. Sarah Sechan
5. The Comment
6. Tonight Show
7. 86
8. Berpacu Dalam Melodi (sebelumnya disiarkan di TVRI)
9. Lintas Imaji
10. Celebrity Lipsync Combat
11. Pagi Pagi20
F. Musik
1. Breakout
2. NET. SHOWTIME
3. Music Everywhere
4. Gebyar BCA (sebelumnya disiarkan di Indosiar)21
19 Data diunduh pada 8 Mei 2015 melalui website www.netmedia.co.id 20 Data diunduh pada 8 Mei 2015 melalui website www.netmedia.co.id
60
G. Film dan Serial
1. Tetangga Masa Gitu?
2. Saya Terima Nikahnya
3. Patriot
4. Stereo
5. The East
6. Masalembo22
H. Olahraga
1. X Games
2. NET Sport
3. ESPN FC23
B. LENTERA INDONESIA
1. Profil Lentera Indonesia
Lentera Indonesia adalah program dokumenter yang diangkat dari
kisah-kisah pengalaman nyata para anak muda yang rela melepaskan
peluang karir dan kemapanan kehidupan kota besar untuk menjadi guru
dan mengajar di desa-desa terpencil di seluruh pelosok negeri selama satu
tahun24. Serial dokumenter tentang pejuang muda bagi keadilan sosial
21 Data diunduh pada 8 Mei 2015 melalui website www.netmedia.co.id 22 Data diunduh pada 8 Mei 2015 melalui website www.netmedia.co.id 23 Data diunduh pada 8 Mei 2015 melalui website www.netmedia.co.id 24 Data diunduh pada 24 Februari 2015 melalui
http://www.netmedia.co.id/program/84/Lentera-Indonesia
61
yang ditayangkan pada Sabtu dan Minggu, pukul 14.30 WIB di NET.
TV25.
Lentera Indonesia merupakan suatu program yang berangkat dari cerita
tentang anak-anak muda yang berbuat sesuatu bagi bangsanya dengan
mengajar. Namun, pada akhirnya konsep itu dikembangkan, tidak hanya
fokus pada bidang pendidikan saja tetapi lebih menekankan pada cerita
tentang warga Indonesia yang mau membuat hidupnya lebih berarti
dengan membantu sesama di bidang pendidikan, kesehatan, dan lain
sebagainya26.
Program ini tidak hanya mengangkat kisah anak muda yang memiliki
integritas bagi bangsanya, tetapi bagi siapa saja yang telah memiliki
dedikasi untuk membantu sesama. Suatu kisah tentang seorang mantan
karyawan badan usaha milik negara (BUMN) di Bandung yang kini
tinggal di Tasikmalaya dengan membangun Yayasan Mentari Hati yang ia
dedikasikan bagi orang-orang dengan gangguan kejiwaan, seorang itu
ialah Dadang Heryadi yang berusia sekitar 30 tahun. Tentu umur tersebut
bukanlah umur yang masuk kategori remaja. Hal itu merupakan sebuah
pengembangan konsep awal Lentera Indonesia.
Program dokumenter ini dibuat untuk mengangkat orang-orang yang
telah menjadi lentera bagi Indonesia, yang telah menjadi penerang bagi
kaum yang sesungguhnya membutuhkan ‘cahaya’ untuk kesejahteraan
hidup mereka dan ingin memberitakan bahwa masih ada orang-orang
25 Data diunduh dari https://twitter.com/lentera_net pada 21 Mei 201. 26 Dewi Rachmayani, Produser Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta,
11 Mei 2015.
62
Indonesia yang mempunyai dedikasi bagi bangsanya, yang berjuang untuk
membantu kesejahteraan Indonesia dengan semangat yang mereka
miliki27.
Selain itu, Lentera Indonesia ingin memberikan program yang bermutu
bagi Indonesia, sesuai dengan tujuan NET. yang ingin membuat program
berita dengan harapan bisa menjadi inspirasi bagi bangsa Indonesia
menuju Indonesia yang lebih maju. Lentera Indonesia juga menjadi angin
segar dalam industri pertelevisian Indonesia di tengah maraknya program-
program yang lebih banyak mengangkat hedonisme di stasiun televisi
lainnya.
Awalnya, Lentera Indonesia membangun program ini bekerjasama
dengan Indonesia Mengajar. Hal itulah yang menjadi salah satu alasan
mengapa Lentera Indonesia mengangkat tema pendidikan bagi orang-
orang di desa terpencil. Selain dengan Indonesia Mengajar, Lentera
Indoesia juga bekerjasama dengan Sekolah Guru Indonesai Dompet
Dhuafa. Setelah habis kontrak dengan Indonesia Mengajar dan Dompet
Dhuafa, Lentera Indonesia mencoba melebarkan sayap ke bidang
kesehatan melalui kerjasama dengan suatu organisasi milik pemerintah
bernama Pencerah Nusantara yang mengirimkan tenaga medis ke daerah-
daerah terpencil di Indonesia28.
27 Dewi Rachmayani, Produser Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta,
11 Mei 2015. 28 Satria Purnatama, Produser Madya Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi,
Jakarta, 14 Mei 2015.
63
2. Logo Lentera Indonesia
Sumber: https://twitter.com/lentera_net
Gambar 7. Logo Lentera Indonesia
3. Redaksi Lentera Indonesia
Ketua Dewan Redaksi Wishnutama
Pemimpin Redaksi Dede Apriadi
Wakil Pemimpin Redaksi Kemal Ramdan
Produser Eksekutif Elisa Oktaviana
Produser 1. Febry Arifmawan
2. Dewi Rachmayani
Produser Madya 1. Ranti Nuraeni
2. Satria Purnatama
Reporter 1. Cahaya Ramadhani
64
2. Khairil Hanan Lubis
3. Leni Tri Hastuti
4. Fransiska Wuri
Video Journalist 1. Erwin Widyastama
2. Shandy Prasetya Utama
3. Franciska Anis
Asisten Produksi Halimah Tusadiah
Narator Eka Prasetya
Editor 1. Enny Susilowati (Spv.)
2. Rianjana Putra
3. Yaqinah Rahmah
Tabel 3. Redaksi Lentera Indonesia
4. Tagline “Perjuangan, Dedikasi, dan Semangat”
Lentera Indonesia memiliki tagline Perjuangan, Dedikasi, dan Semangat
yang merupakan dasar dari pembuatan program dokumenter ini. Tiga
komponen ini menjadi pilar program yang tayang setiap Sabtu dan Minggu ini
pada pukul 14.30-15.00 WIB.
Makna perjuangan adalah usaha-usaha yang dilakukan oleh narasumber di
setiap episode program ini. Usaha yang tidak mudah dan banyak pengorbanan
menjadi nilai yang ingin ditampilkan dalam Lentera Indonesia. Perjuangan di
sini mengartikan hebatnya usaha yang dilakukan oleh tokoh-tokoh dalam
65
menyejahrterakan masyarakat di sebuah daerah yang diliput tim Lentera
Indonesia, baik di bidang pengajaran, kesehatan, maupun bidang lainnya29.
Dedikasi dalam Lentera Indonesia bermakna bagaimana seorang
narasumber memiliki kesetiaan dalam mengajar atau mengurus suatu
komunitas atau yayasan demi kesejahteraan orang-orang yang membutuhkan
“lentera”. Narasumber harus berdedikasi, misalnya dalam bidang pengajaran,
seorang pengajar untuk menjadi narasumber Lentera Indonesia harus memiliki
kesetiaan yang tinggi dan kualitas yang bagus, sudah berapa lama ia mengajar
dan pernah mengajar di mana saja30.
Semangat berarti setiap tokoh sebagai narasumber Lentera Indonesia harus
memiliki semangat yang tinggi dan kemauan keras dalam dedikasinya sebagai
“lentera” bagi suatu komunitas atau desa-desa. Semangat menjadi dasar
pengabdian karena sebagai roda penggerak sebuah perjuangan dan dedikasi.
Semangat itu bersifat menular sehingga semangat yang tinggi akan
menjadikan masyarakat yang membutuhkan ikut bersemangat menjadikan
dirinya lebih baik. Semangat pengabdian yang tinggi dapat memicu dedikasi
yang kuat terhadap apa yang dilakukan, termasuk menjadi “lentera” bagi kaum
yang membutuhkan. Tak banyak manusia yang memiliki kesetiaan tinggi
terhadap sesuatu hal, namun mereka yang memiliki kesetiaan tersebut dapat
menjadi penerang bagi orang-orang di sekitarnya melalui perjuangan,
dedikasi, dan semangat yang tinggi.
29 Dewi Rachmayani, Produser Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta,
11 Mei 2015. 30 Dewi Rachmayani, Produser Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta,
11 Mei 2015.
66
BAB IV
TEMUAN DATA DAN ANALISIS PRODUKSI
A. Pelaksanaan Produksi Lentera Indonesia di NET. TV
Bagian produksi program televisi merupakan dapur dari sebuah stasiun
televisi karena dari bagian tersebut akan menghasilkan acara-acara yang
menarik dan berkualitas dan dapat mengangkat citra sebuah stasiun televisi.
Program acara televisi sebelum ditayangkan akan melalui tahapan-tahapan,
secara garis besar hampir setiap program televisi akan melalui tiga tahap
besar, yaitu pra produksi (pre production), produksi (production), dan pasca
produksi (post production)1.
1. Pra Produksi Program Lentera Indonesia
Seluruh program televisi memiliki tahapan produksi, seperti halnya
dengan program dokumenter. Tahap pra produksi program dokumenter
menurut Fred Wibowo (1997:99) memiliki empat tahap, yaitu:
a. Menentukan tema;
b. Melakukan riset;
c. Menetapkan tesis atau menyusun kerangka;
d. Membuat treatment atau rincian sekuen untuk keperluan shooting.
Program dokumenter Lentera Indonesia di NET. TV memiliki alur
dalam produksinya. Sesuai dengan yang telah dipaparkan pada Bab II
1 Ciptono Setyobudi. Teknologi Broadcasting TV. (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012). Cet.
1. Hal 54.
67
bahwa proses produksi berita dibagi tiga bagian, yaitu pra produksi,
produksi, dan pasca produksi, Lentera Indonesia pun melewati ketiga alur
tersebut dalam menghasilkan sebuah acara dokumenter.
Lentera Indonesia memiliki tema pengabdian anak bangsa terhadap
Indonesia. Pada tahap ini, tim produksi Lentera Indonesia
mengembangkan tema tersebut dengan langkah pertama yaitu melakukan
riset. Tahap riset merupakan penentuan akan ke mana dan siapa yang akan
diangkat menjadi tokoh pada episode yang akan ditayangkan selanjutnya.
Riset tersebut dilakukan oleh reporter dan video journalist (VJ) yang akan
melakukan peliputan. Reporter dan VJ memperoleh informasi via telepon,
Google dan data-data yang pernah ada. Data yang telah diperoleh
kemudian dikemukakan kepada produser, jika disetujui, maka riset pun
dilanjutkan2.
Setelah melakukan riset, reporter dan VJ akan membuat tesis atau
menyusun kerangka. Susunan tersebut kemudian dikembangkan menjadi
treatment atau rincian sekuen yang berisi segmentasi, jalan cerita secara
detail, dibuka dengan adegan apa, scene-scene, dan gambar . Selanjutnya,
treatment tersebut dibawa ketika rapat penyatuan ide atau pitching untuk
dipresentasikan. Rapat pitching dihadiri oleh produser, produser madya,
serta reporter dan VJ yang akan berangkat liputan3.
2Khairil Hanan Lubis, Reporter Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta,
14 Mei 2015. 3 Khairil Hanan Lubis, Reporter Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta,
14 Mei 2015.
68
Rapat tersebut membahas tokoh utama yang akan diangkat, apakah
cukup untuk masuk kriteria sebagai ‘lentera’ bangsa Indonesia atau tidak.
Apakah tokoh utama memiliki dedikasi dan perjuangan yang tinggi atau
tidak karena untuk menjadi tokoh utama dalam Lentera Indonesia harus
sesuai dengan tagline, yaitu perjuangan, dedikasi, dan semangat. Selain
itu, dalam rapat ini juga menyatukan atau mengembangkan ide yang telah
didapat dari hasil riset dan koreksi segmentasi agar ketika liputan nanti
dapat memperoleh gambar dan cerita yang hidup dan lebih menarik.
Jika ide dan segmentasi dalam treatment telah bulat dan disetujui
bersama, maka hal terakhir yang dilakukan dalam tahap pra produksi
adalah menentukan tanggal dan waktu keberangkatan serta
mempersiapkan perlengkapan yang dibutuhkan selama proses produksi di
lapangan, seperti peralatan shooting, logistik, dan biaya produksi.
Alur pra produksi Lentera Indonesia dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 8. Alur Pra Produksi Lentera Indonesia
Riset issueMencari data
lengkap narasumber
Membuat treatment atau
segmentasi
Rapat ide (Pitching)
Menyusun jadwal keberangkatan dan
melengkapi kebutuhan produksi
di lapangan
69
2. Produksi Program Lentera Indonesia
Memroduksi sebuah acara harus memiliki persiapan yang matang dan
mendalam agar program yang dihasilkan pun memiliki kualitas yang
bagus, bukan hanya dari segi jenis tayangan tetapi juga gambar yang
memberikan keindahan yang selaras bagi penonton.
Tahap produksi dalam Lentera Indonesia dilakukan di luar studio, baik
di dalam kota Jakarta maupun di luar kota Jakarta. Lentera Indonesia
merupakan program dokumenter yang mengangkat perjuangan anak
bangsa di daerah-daerah terpencil. Awalnya, Lentera Indonesia
bekerjasama dengan Indonesia Mengajar sehingga lokasi pengambilan
gambar pun dilakukan sesuai dengan lokasi pengajaran dari Indonesia
Mengajar sehingga tema pun tentang metode-metode belajar4.
Kemudian tema tersebut dikembangkan, meski bentuknya tetap sama,
yaitu anak muda yang mengajar, namun kerjasamanya yang melebar ke
institusi lain tetapi masih di lingkup pendidikan pula seperti Stasiun 3T,
Sekolah Guru Indonesia (SGI) Dompet Dhuafa. Melihat bahwa sudah
terlalu banyak tema tentang pendidikan di episode-episode sebelumnya,
maka tim pun mencoba topik lain selain pendidikan, yaitu kesehatan,
4 Khairil Hanan Lubis, Reporter Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta,
14 Mei 2015
70
bekerjasama dengan sebuah organisasi di bawah naungan pemerintah
bernama Pencerah Nusantara5.
Setelah kontrak dengan lembaga-lembaga non profit tersebut, Lentera
Indonesia kemudian mengubah konsep yang semula hanya fokus pada
anak muda pengabdi bangsa, beralih ke warga Indonesia yang memiliki
dedikasi bagi bangsanya, tak hanya pada bidang pendidikan atau
kesehatan, tetapi hingga semua sektor pengabdian yang mulia bagi
masyarakat Indonesia yang membtuhkan uluran tangan, misalnya seorang
pria berusia sekitar 40 tahun yang berhenti dari pekerjaannya sebagai
pegawai negeri dan membangun yayasan untuk menampung orang-orang
yang memiliki kelainan jiwa.
Perluasan konsep tersebut membuat tim mencari narasumber-
narasumber baru yang lebih luas dan di luar kelembagaan. Seperti yang
telah di bahas dalam tahap pra produksi, riset yang dilakukan reporter dan
video journalist (VJ) lebih luas karena tim mencari sendiri narasumber
yang memiliki dedikasi dan perjuangan yang patut diliput dan memberi
inspirasi.
Pada tahap produksi, kegiatan liputan dilakukan oleh seorang reporter
dan VJ. Liputan dilakukan selama dua minggu di lapangan untuk dua
episode sekaligus. Menurut Kahiril Hanan Lubis selaku reporter Lentera
Indonesia, waktu dua minggu tersebut harus dimanfaatkan semaksimal
5 Satria Purnatama, Produser Madya Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi,
Jakarta, 14 Mei 2015
71
mungkin karena terbatas lokasi dan biaya. Repoter dan VJ dapat meliput
dua kegiatan dalam satu daerah sekaligus untuk mengatasi keterbatasan
waktu6.
Ketika meliput di lapangan, reporter dan VJ harus kembali melakukan
riset di lokasi pengambilan gambar, guna menyamakan persepsi dengan
narasumber dan warga di sekitar lokasi tersebut, serta melakukan perizinan
kepada petinggi daerah setempat.
Hari pertama kedatangan reporter dan VJ di lokasi tidak digunakan
untuk pengambilan gambar, melainkan melakukan pendekatan dengan
narasumbernya. Tak hanya itu, reporter dan VJ melakukan cross check
treatment yang telah di susun pada tahap pra produksi.
Beberapa kesempatan dalam melakukan peliputan, hal yang ditemui di
lapangan tidak sama dengan wishlist. Wishlist merupakan daftar harapan
atau susunan rencana yang digunakan oleh reporter dalam melakukan
liputan. Proses pendekatan yang dilakukan reporter seringnya tidak sama
persis dengan harapan ketika di tahap pra produksi dan mengharuskan
mencari narasumber pengganti dan tak jarang menemukan narasumber
yang jauh lebih menarik dari yang telah direncanakan semula7.
Secara umum, peliputan yang dilakukan tidak mengubah tema, hanya
mengubah hal-hal tertentu yang tidak dapat dipaksakan untuk diliput.
6 Khairil Hanan Lubis, Reporter Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015.
7 Khairil Hanan Lubis, Reporter Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015.
72
Ketika sampai di lapangan, menurut Khairil Hanan Lubis, tim akan
membuat kembali segmentasi sesuai dengan keadaan di lokasi
pengambilan gambar, setelah segmentasi sesuai, maka kegiatan liputan
pun dapat dikerjakan. Tidak menutup kemungkinan untuk reporter dan VJ
meliput dua orang sekaligus sebagai tokoh utama yang nantinya akan
dilakukan pemilihan pada tahap pasca produksi8.
Proses liputan di lapangan selama satu minggu untuk satu episode tak
hanya meliput narasumber utama saja, melainkan juga meliput tokoh
pendamping yang berkaitan dengan narasumber utama, seperti local
champion, murid-murid narasumber utama, bahkan penduduk sekitar9.
Selama proses produksi berita di lapangan, tak menutup kemungkinan
dalam satu lokasi meliput untuk dua episode sekaligus. Waktu 12 hari
yang ditentukan oleh kantor harus dimanfaatkan sebaik mungkin oleh tim
liputan, meski pun lokasi syuting sulit dijangkau kendaraan10.
Hal tersebut seperti diungkapkan Khairil Hanan Lubis, reporter
Lentera Indonesia dalam wawancara dengan penulis,
“Kita sih sebisa mungkin nggak terlalu jauh karena mikir waktu, kan. Dikasih waktu 12 hari untuk liputan, kalau bisa perpindahannya nggak jauh. Bahkan pernah terakhir syuting di Asmat itu dua episode tapi di satu tempat yang sama, ceritanya sama, cuma orangnya berbeda. Nah, karena memang akses ke sananya susah dan butuh waktu 12 hari, nggak mungkin
8 Khairil Hanan Lubis, Reporter Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta,
14 Mei 2015 9 Khairil Hanan Lubis, Reporter Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta,
14 Mei 2015 10 Khairil Hanan Lubis, Reporter Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta,
14 Mei 2015
73
dong dalam 12 hari jadi satu episode, kita juga mikir budget. Tuntutan dari kantor tetap harus dua,11”
Tuntutan dan situasi tersebut membuat reporter dan VJ harus
menyusun strategi sebaik mungkin agar produksi di lapangan berjalan
lancar dan tidak banyak kekurangan.
Alur produksi Lentera Indonesia dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 9. Alur Produksi Lentera Indonesia
3. Pasca Produksi Program Lentera Indonesia
Pasca produksi program merupakan tahap akhir dari rangkaian proses
produksi program, di dalamnya terdapat pemilihan gambar hasil shooting
di lapangan dan editing, seperti yang diungkapkan Fred Wibowo, yaitu12:
11 Khairil Hanan Lubis, Reporter Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta,
14 Mei 2015. 12 Fred Wibowo. Dasar-Dasar Produksi Program Televisi. (Jakarta: PT Gramedia
Widiasarana Indonesia, Anggota Ikapi, 1997). Hal. 100.
Riset lokasi dan melakukan perizinan
terhadap petinggi setempat
Cross check treatment atau
segmentasi
Melaksanakan liputan
74
a. Pemilihan gambar hasil shooting (logging), kemudian melakukan
editing off line;
b. Hasil editing off line dibuat naskah, apabila dibutuhkan narasi, harus
ditulis dalam naskah. Naskah lengkap yang berisi susunan gambar dan
narasi disebut editing script;
c. Berdasarkan editing script kemudian dibuat editing on line. Dalam
editing on line semua harus sudah pasti. Jadi, editing on line
merupakan editing final;
d. Proses selanjutnya adalah mixing. Dalam mixing, narasi dan music
ilustrasi dimasukkan dan dicampur di tempat yang sudah direncanakan
dalam editing script.
Tahap pasca produksi Lentera Indonesia dikerjakan oleh reporter, VJ,
editor, dan produser madya. Editor memiliki peran besar dalam tahap
akhir ini, namun tak lepas dari kru Lentera Indonesia lainnya karena
masing-masing memiliki tugas yang dilakukan dalam menyelesaikan
setiap episode sebelum siap tayang.
Tugas editor di sini adalah menggabungkan gambar hasil liputan dan
menambahkan sound, animasi, grafik, dan lain sebagainya agar tayangan
menjadi lebih menarik untuk ditonton. Sedangkan tugas VJ pada tahap ini
adalah memilih gambar hasil liputan (logging) atau dalam produksi
75
Lentera Indonesia disebut rough cut. Reporter kemudian membuat naskah
untuk acuan editor menggabungkan video liputan dan membuat dubbing13.
Pasca produksi dimulai setelah reporter dan VJ kembali dari liputan.
Erwin Widyastama selaku VJ Lentera Indonesia, mengungkapkan, hasil
liputan berupa file mentah yang berada di hard disk. Data tersebut
kemudian diserahkan ke library yang berada di lantai 29 kantor NET. TV
untuk diinjescts atau dimasukkan ke dalam sebuah database yang
memiliki kapasitas ribuan gigabyte yang disebut server dengan kode
tertentu14.
Data yang telah diinjects ke server tersebut sudah berbentuk low rest
kemudian disalurkan ke komputer rough cut yang berada di lantai 28
untuk diolah tim Lentera Indonesia15. Data yang masih terdiri dari gambar-
gambar hasil liputan tersebut dipilah oleh VJ untuk keperluan editing,
menyeimbangkan gambar dengan naskah. Pemilahan gambar dimaksudkan
untuk menyaring gambar-gambar yang tidak mendukung, seperti gambar
blur atau kurang pas hasilnya.
Reporter selanjutnya membuat naskah dan rincian penggunaan biaya
selama proses produksi di lapangan. Naskah yang dibuat reporter tidak
lepas dari segmentasi yang telah dibuat saat pra produksi karena
13 Rianjana Putra, Editor Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei
2015 14 Erwin Widyastama, Video Journalist Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi,
Jakarta, 14 Mei 2015 15 Erwin Widyastama, Video Journalist Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi,
Jakarta, 14 Mei 2015
76
segmentasi tersebut yang menjadi acuan produksi. Pembuatan naskah
tersebut, mengutip dari Khairil Hanan Lubis, berlangsung selama kurang
lebih tiga hari namun jika deadline penyerahan naskah terlalu berhimpit
dengan tanggal produksi, maka pengerjaannya bisa berlangsung selama
satu hari penuh16.
Naskah yang dibuat reporter tidak serta-merta langsung digunakan
dalam proses editing. Naskah terlebih dahulu diserahkan ke produser
Lentera Indonesia untuk diteliti dan diperbaiki17. Jika naskah telah diedit
oleh produser, maka naskah sudah dapat digunakan untuk keperluan edit.
Editor baru bisa melaksanakan proses edit jika naskah dan gambar
telah sesuai, namun tidak ada ketentuan dalam mengedit harus sesuai
dengan yang dibuat oleh reporter dan VJ. Editor memiliki kewenangan
memilih gambar atau video yang lebih baik dari pilihan VJ jika dirasa
gambar pilihan VJ kurang pas disatukan ketika diedit.
Proses editing di dalam program Lentera Indonesia tidak memiliki
ketentuan khusus. Sebagaimana yang diungkapkan Rianjana Putra, Editor
Lentera Indonesia,
“Kadang-kadang kalau memang aku ngerasa gambarnya nggak pas terus aku ganti, aku bongkar. Jadi nggak ada patokan bahwa ngedit harus begini,
16 Khairil Hanan Lubis, Reporter Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta,
14 Mei 2015 17 Khairil Hanan Lubis, Reporter Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta,
14 Mei 2015
77
harus begitu, yang penting ceritanya ngalir, gambarnya ngalir, emosinya ngalir..”18.
Namun hal tersebut tidak menjadikan proses editing Lentera
Indonesia tidak memiliki alur. Keterampilan dan pengalaman editor dalam
melakukan edit menjadi faktor pendukung kekuatan proses tersebut.
Jika naskah sudah fixed untuk dijadikan panduan editing, maka proses
selanjutnya adalah melakukan dubbing, yaitu memasukkan suara narasi ke
dalam hasil liputan. Rianjana Putra mengungkapkan bahwa audio terdiri
dari tiga hal, yaitu 19:
a. Natural Sound : athmosphere seperti suara angin;
b. Chit Chat : suara percakapan orang atau sekumpulan orang;
c. Sound Bite : suara wawancara narasumber atau narator.
Ketiga komponen audio tersebut saling mendukung dan memberikan
kelengkapan untuk video liputan. Terlebih dari itu, program televisi
merupakan program yang menghadirkan video dan audio sehingga harus
saling mendukung dan berhubungan.
Dubbing atau suara narator disesuaikan dengan naskah yang telah
diedit oleh produser. Ketika proses dubbing dikerjakan, editor ikut andil
dan mempunyai wewenang dalam menentukan jeda per kata. Proses
18 Rianjana Putra, Editor Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei
2015 19 Rianjana Putra, Editor Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei
2015
78
dubbing tersebut dikerjakan sebelum editor melaksanakan editing secara
keseluruhan.
Ketika naskah, gambar atau video, dan dubbing telah siap, selanjutnya
dapat dikerjakan oleh editor. Editor menggunakan software editing video
bernama Velocity20. Lentera Indonesia memiliki ketentuan dari perusahaan
untuk menggunakan software tersebut dalam melakukan editing.
Software editing video Velocity digunakan karena mampu mengolah
video untuk kualitas Full High Definition (HD) yang memang menjadi
kualitas tayangan untuk seluruh program-program di NET. TV. Masing-
masing program NET memiliki software tersendiri dalam melakukan
editing. Software yang mampu digunakan untuk mengolah HD adalah
Velocity, Adobe Premiere, dan Edius21.
Editing room yang digunakan oleh Lentera Indonesia terletak di lantai
28 dan ruang tersebut memiliki jadwal untuk tiap program karena editing
room digunakan bersama-sama oleh seluruh editor program. Rianjana
Putra mengungkapkan bahwa setiap hari Lentera Indonesia mendapatkan
jadwal satu shift, yaitu shift tiga. Satu shift berlangsung selama delapan
jam22.
20 Rianjana Putra, Editor Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei
2015 21 Rianjana Putra, Editor Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei
2015 22 Rianjana Putra, Editor Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei
2015
79
Seluruh hasil liputan yang telah mengalami proses edit menjadi
serangkaian video yang utuh menjadi sebuah tayangan, namun prosesnya
tak berhenti sampai di situ. Rangkaian video liputan tersebut kemudian
memasuki tahap preview, yaitu tahap peninjauan editing.
Preview tersebut kewenangannya dimiliki oleh produser. Dalam
Lentera Indonesia, wewenang tersebut dilakoni oleh produser madya,
Satria Purnatama. Produser madya bertugas melakukan pemotongan durasi
karena durasi yang terlalu panjang, misalkan durasi hingga 30 menit lebih.
Sebelumnya, durasi utuh siap tayang yaitu 26 menit, namun
diperpendek menjadi 24 menit. Waktu tayangan di televisi yang
disediakan untuk Lentera Indonesia adalah 30 menit, mulai pukul 14.30
WIB hingga 15.00 WIB, tiap Sabtu dan Minggu23.
Seperti yang dituturkan oleh Produser Madya Lentera Indonesia, Satria
Purnatama, bahwa pengurangan durasi tayang tersebut dikarenakan iklan
yang sudah mulai masuk.
“Sudah kebanyakan iklan jadi durasi harus dikurangi. Kalau dokumenter murni kan nggak mau ngalah sama iklan. Nah, karena kita industri, ya kita harus banyak kompromi,”24.
Hal tersebut menjadi salah satu alasan mengapa Lentera Indonesia
dikatakan sebagai program semi-dokumenter25. Sebuah program
23 Satria Purnatama, Produser Madya Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi,
Jakarta, 14 Mei 2015 24 Satria Purnatama, Produser Madya Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi,
Jakarta, 14 Mei 2015
80
dokumenter yang berada di bawah naungan industri akan mengalami
pergeseran durasi karena sebuah perusahaan media pasti memiliki relasi
terhadap iklan.
Proses editing secara keseluruhan berlangsung selama empat hari. Tiga
hari digunakan untuk editing, sehari selanjutnya digunakan untuk preview
dan finishing. Setelah project editing selesai dikerjakan seluruhnya,
project editing hingga master on air disimpan di master control room
(MCR), atau ruang kendali utama tayangan di sebuah stasiun televisi26.
Data-data yang dikerjakan selama proses editing kemudian didelete
atau dibuang dari komputer yang digunakan di editing room. Data-data
tersebut tersimpan di dalam server dalam bentuk timeline27.
Ketika editing, editor beberapa kali pernah mengalami kekurangan
gambar dalam mengedit liputan. Misalnya dalam sutau liputan, seharusnya
ada gambar orang berjalan namun yang ditekankan dalam shoot tersebut
adalah kaki yang tengah berjalan agar lebih bermakna, tetapi gambar
tersebut tak ada, maka editor akan menyiasatinya dengan menggunakan
stock shot. Editor selalu menyimpan gambar-gambar yang bagus agar
25 Satria Purnatama, Produser Madya Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi,
Jakarta, 14 Mei 2015 26 Erwin Widyastama, Video Journalist Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi,
Jakarta, 14 Mei 2015 27 Erwin Widyastama, Video Journalist Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi,
Jakarta, 14 Mei 2015
81
VJ memilah video-video hasil liputan
(logging)
Reporter membuat naskah
Produser mengedit naskah
Membuat dubbing
Editor melaksanakan editing video
Produser madya melakukan preview dan pemotongan
durasi
Editor membuat finishing sebelum menyerahkan ke
master control room (MCR)
Lentera Indonesia siap ditayangkan pada Sabtu dan
Minggu
kelak jika hal tersebut terjadi, maka dapat diatasi dengan stock shot
tersebut untuk melengkapinya28.
Alur pasca produksi Lentera Indonesia digambarkan sebagai berikut:
Gambar 10. Alur Pasca Produksi Lentera Indonesia
B. Analisis Produksi Program Lentera Indonesia dalam Analisis Data Model
Miles dan Huberman
Proses produksi Lentera Indonesia memiliki berbagai macam tahapan dan
langkahnya telah dipaparkan sebelumnya. Data yang diperoleh dari penelitian
produksi Lentera Indonesia tersebut dianalisis menggunakan Analisis Data
Model Miles dan Huberman. Analisis data tersebut terdiri dari atas tiga
28 Rianjana Putra, Editor Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei
2015
82
kegiatan utama, yaitu pertama, reduksi data yang berarti pemilihan data
‘mentah’ dari penelitian yang diurutkan dengan poin-poin penting, kedua
penyajian data, yaitu data yang telah dipilih dalam reduksi data untuk
ditampilkan dalam laporan penelitian, dan terakhir adalah verifikasi atau
penarikan kesimpulan, yaitu kesimpulan atas penelitian yang diperoleh29.
a. Data lapangan yang diperoleh mengenai konsep Lentera Indonesia
adalah Lentera Indonesia berangkat dari cerita tentang anak bangsa
yang berbuat sesuatu bagi bangsanya melalui kerja sama dengan
Indonesia Mengajar. Data tersebut mengalami reduksi data dan
menjadi beberapa bagian penting, yaitu :
1. Lentera Indonesia bekerjasama dengan Indonesia Mengajar;
2. Menginspirasi masyarakat Indonesia;
3. Kepedulian terhadap masyarakat di desa terpencil.
Penyajian datanya adalah Lentera Indonesia merupakan program
dokumenter yang menayangkan kegiatan sekelompok anak muda yang
mendedikasikan diri untuk bangsa Indonesia. Kemudian kesimpulan
yang diperoleh ialah program Lentera Indonesia dibuat dengan tujuan
menginspirasi orang Indonesia untuk sadar dan peduli terhadap mereka
yang masih membutuhkan uluran tangan.
b. Data lapangan mengenai target narasumber ialah perubahan target
narasumber Lentera Indonesia yang semula berada di lingkup institusi
29 Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman. Analisis Data Kualitatif: Buku
SumberTentang Metode-Metode Baru. Hal. 16
83
tertentu menjadi seluruh warga Indonesia yang memiliki dedikasi bagi
rakyat Indonesia yang membutuhkan. Reduksi data lapangan tersebut
ialah Lentera Indonesia habis kontrak dengan institusi Indonesia
Mengajar, Lentera Indonesia, Dompet Dhuafa, Stasiun 3T, dan
Pencerah Nusantara. Penyajian datanya adalah narasumber Lentera
Indonesia merupakan orang Indonesia yang memiliki dedikasi,
semangat, dan perjuangan untuk bangsa Indonesia. Kemudian ditarik
kesimpulan bahwa Lentera Indonesia membuka peluang bagi orang-
orang yang telah berbuat sesuatu bagi bangsa Indonesia.
c. Data lapangan yang diperoleh mengenai proses produksi diawai
dengan tahap pra produksi Lentera Indonesia yang dimulai dengan
riset issue. Hal apa yang menarik untuk diangkat di episode
selanjutnya. Apakah narasumber cukup memiliki dedikasi dan
semangat perjuangan atau tidak. Data tersebut mengalami reduksi data
menjadi beberapa poin, yaitu:
1. Tahapan pra produksi;
2. Riset issue;
3. Target memenuhi syarat untuk menjadi narasumber Lentera
Indonesia;
4. Riset dilakukan oleh reporter dan VJ.
Penyajian datanya ialah tahap riset merupakan penentuan akan ke
mana dan siapa yang akan diangkat menjadi tokoh pada episode yang
akan ditayangkan selanjutnya. Riset tersebut dilakukan oleh reporter
84
dan video journalist (VJ) yang akan melakukan peliputan.
Kesimpulannya adalah Lentera Indonesia bertolak dari tema utama,
yaitu tentang anak bangsa yang berdedikasi untuk bangsa Indonesia.
Tahap pra produksi, langkah dimulai dari riset issue yang dilakukan
reporter dan VJ.
d. Setelah riset issue, reporter dan VJ mencari informasi via telepon, via
googling, via data-data yang pernah ada. Dibicarakan dengan produser.
Setelah itu dibicarakan di kantor, seberapa kuat, seberapa penting dia
untuk diangkat. Data lapangan tersebut direduksi menjadi :
1. Mencari info melalui teknologi dan data yang sudah dimiliki;
2. Sounding dengan produser.
Penyajian datanya adalah reporter dan VJ memperoleh informasi via
telepon, Google dan data-data yang pernah ada. Data yang telah
diperoleh kemudian dikemukakan kepada produser, jika disetujui,
maka riset pun dilanjutkan. Kesimpulan yang diperoleh ialah reporter
mendapatkan kemudahan riset melalui teknologi. Proses riset pun
harus selalu dibicarakan dengan produser.
e. Data lapangan selanjutnya ialah reporter dan VJ menyusun
segmentasinya, jalan ceritanya per detil, dibuka dengan apa.
Selanjutnya, tim ingin membangun juga drama di dalam cerita, seperti
apa, scene-scenenya bagaimana, gambarnya apa saja. Reduksi datanya
ialah :
85
1. Reporter membuat treatment atau segmentasi;
2. Reporter mengerjakan bersama VJ.
Penyajian datanya ialah setelah melakukan riset, reporter dan VJ akan
membuat tesis atau menyusun kerangka. Susunan tersebut kemudian
dikembangkan menjadi treatment atau rincian sekuen yang berisi
segmentasi, jalan cerita secara detail, dibuka dengan adegan apa,
scene-scene, dan gambar. Maka kesimpulannya ialah segmentasi
dibuat secara detil guna acuan dalam tahap produksi sehingga
meminimalisir kekurangan angle dalam pembuatan video ketika
liputan dan dapat dikembangkan dalam pembuatan naskah.
f. “Selanjutnya, kita mau membangun juga drama di dalam cerita, seperti
apa, scene-scenenya bagaimana, gambarnya apa aja. Itu langsung
dibicarakan. Setelah oke, tentukan tanggal dan waktu, tinggal
berangkat,” merupakan data lapangan yang diperoleh berdasarkan
wawancara dengan Khairil Hanan Lubis, reporter Lentera Indonesia30.
Reduksi data yang diperoleh ialah :
1. Pitching dihadiri oleh produser, produser madya, reporter, dan VJ;
2. Pitching membahas treatment yang telah dibuat;
3. Rapat sekaligus menentukan waktu keberangkatan liputan.
Penyajian datanya ialah treatment tersebut dibawa ketika rapat
penyatuan idea tau pitching untuk dipresentasikan. Rapat pitching
30 Khairil Hanan Lubis, Reporter Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta,
14 Mei 2015
86
dihadiri oleh produser, produser madya, serta reporter dan VJ yang
akan berangkat liputan. Rapat tersebut membahas tokoh utama yang
akan diangkat. Kesimpulan yang ditarik ialah rapat ide (pitching)
digunakan untuk menyamakan persepsi, pemikiran, dan peneguhan
treatment agar tidak terjadi ketimpangan saat liputan atau pada hasil
liputan mendatang.
g. Tahap produksi Lentera Indonesia dilakukan di beberapa daerah, mulai
dari pinggir Jakarta, hingga luar kota, sesuai konsep awal. Data
tersebut direduksi menjadi lokasi produksi di daerah terpencil, baik
tepi Jakarta maupun luar kota. Penyajian datanya ialah tahap produksi
dalam Lentera Indonesia dilakukan di luar studio, baik di dalam kota
Jakarta maupun di luar kota Jakarta. Lentera Indonesia merupakan
program dokumenter yang mengangkat perjuangan anak bangsa di
daerah-daerah terpencil. Kesimpulannya adalah Lentera Indonesia
berkomitmen mengangkat perjuangan seseorang melipur kesenjangan
sosial di daerah marginal.
h. “Dikasih waktu 12 hari untuk liputan, kalau bisa perpindahannya
nggak jauh. Bahkan pernah terakhir syuting di Asmat itu dua episode
tapi di satu tempat yang sama, ceritanya sama, cuma orangnya
berbeda,” ujar Khairil Hanan Lubis selaku reporter Lentera
Indonesia31. Reduksi data yang diperoleh ialah :
1. Waktu liputan berlangsung selama 12 hari;
31 Khairil Hanan Lubis, Reporter Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015
87
2. Satu daerah yang menjadi lokasi syuting untuk dua episode.
Penyajian datanya ialah pada tahap produksi, kegiatan liputan
dilakukan oleh seorang reporter dan VJ. Liputan dilakukan selama dua
minggu di lapangan untuk dua episode sekaligus. Maka kesimpulan
yang ditarik ialah sekali perjalanan liputan, dilkaukan untuk dua
episode. Minimalisir budget menjadi pertimbangan dan diupayakan di
satu daerah tersebut bisa menghasilkan dua episode selama tenggat
waktu 12 hari.
i. “Begitu sampai reporter dan VJ langsung menemui narasumber,
mengajak ngobrol. Segmentasi yang sudah disusun, dicross-check
kembali, ini bagaimana, begini-begini,” ungkap Khairil Hanan Lubis,
reporter Lentera Indonesia32. Reduksi datanya terdiri atas:
1. Hari pertama digunakan untuk riset lapangan;
2. Melakukan perizinan terhadap tetua setempat;
3. Cross check segmentasi.
Penyajian datanya ialah hari pertama kedatangan reporter dan VJ di
lokasi tidak digunakan untuk pengambilan gambar, melainkan
melakukan pendekatan dengan narasumbernya. Tak hanya itu, reporter
dan VJ melakukan cross check treatment yang telah di susun pada
tahap pra produksi. Kemudian ditarik kesimpulan bahwa pendekatan
terhadap narasumber dan warga setempat dilakukan agar proses liputan
32 Khairil Hanan Lubis, Reporter Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta,
14 Mei 2015
88
berjalan lancar. Cross check segmentasi dilakukan untuk penyesuaian
dengan kondisi lapangan.
j. “Si aku ini tetap jalan sebagai tokoh utama tapi di dalam itu kan ada
yang ibaratnya jadi tokoh pendamping, mungkin bisa local champion,
murid-murid, bisa siapa yang menarik yang penting masih berkaitan
dengan dia dan tetap kemunculan harus tokoh utama,”33. Data tersebut
direduksi menjadi :
1. Proses liputan dikerjakan selama dua minggu;
2. Liputan tidak hanya berisi narasumber utama, tetapi juga tokoh
pendamping yang berkaitan.
Data tersebut disajikan dengan proses liputan di lapangan selama satu
minggu untuk satu episode tak hanya meliput narasumber utama saja,
melainkan juga meliput tokoh pendamping yang berkaitan dengan
narasumber utama, seperti local champion, murid-murid narasumber
utama, bahkan penduduk sekitar. Maka kesimpulan yang ditarik adalah
liputan dilakukan sebaik mungkin dengan meliput tokoh pendamping
narasumber utama agar cerita berjalan selaras dan memperkaya
informasi.
k. “Kita sih sebisa mungkin nggak terlalu jauh karena mikir waktu, kan.
Dikasih waktu 12 hari untuk liputan, kalau bisa perpindahannya nggak
jauh,” ujar Khairil Hanan Lubis. Reduksi datanya ialah:
33 Khairil Hanan Lubis, Reporter Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta,
14 Mei 2015
89
1. Waktu liputan selama 12 hari;
2. Satu daerah untuk dua lokasi yang berdekatan.
Display datanya ialah selama proses produksi berita di lapangan, tak
menutup kemungkinan dalam satu lokasi meliput untuk dua episode
sekaligus. Waktu 12 hari yang ditentukan oleh kantor harus
dimanfaatkan sebaik mungkin oleh tim liputan, meski pun lokasi
syuting sulit dijangkau kendaraan. Kemudian ditarik kesimpulan
bahwa proses produksi juga harus mempertimbangkan waktu, biaya,
dan lokasi.
l. “File yang ada di hard disk yang diserahkan ke library di lantai 29.
Nah, dia yang masukkin ke server dengan kode tertentu. Library ini
yang melakukan injecst. Injecst di sini maksudnya memasukkan data
ke server. Kemudian ditarik ke komputer rough cut. Itu sudah bentuk
low rest,”34. Data tersebut direduksi menjadi:
1. Data hasil liputan diserahkan ke library;
2. Library melakukan injects data ke server;
3. Library mengirimkan data ke komputer rough cut dalam bentuk
low rest.
Penyajian datanya ialah pasca produksi dimulai setelah reporter dan VJ
kembali dari liputan. Erwin Widyastama selaku VJ Lentera Indonesia,
mengungkapkan, hasil liputan berupa file mentah yang berada di hard
34 Erwin Widyastama, Video Journalist Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi,
Jakarta, 14 Mei 2015
90
disk. Data tersebut kemudian diserahkan ke library yang berada di
lantai 29 kantor NET. TV untuk diinjescts ke server. Kesimpulan yang
ditarik ialah PT. Netmediatama Indonesia memiliki sebuah database
berukuran ribuan gigabyte untuk menyimpan data semua program di
NET, maka dari itu NET memiliki alur tersendiri dalam menerima dan
menyalurkan data untuk keperluan editing produksi program.
m. Selesai liputan, VJ akan memilih gambar hasil liputan di komputer
rough cut dan reporter membuat naskah. Editingnya dimulai dari tim
liputan memberikan naskah dan materi ke editor, baru kemudian diedit.
Reduksi datanya ialah :
1. VJ memilah video hasil liputan di komputer rough cut;
2. Reporter membuat naskah;
3. Editor menerima materi dan naskah sebelum kemudian melakukan
editing secara keseluruhan.
Penyajian datanya ialah Tugas editor di sini adalah menggabungkan
gambar hasil liputan dan menambahkan sound, animasi, grafik, dan
lain sebagainya agar tayangan menjadi lebih menarik untuk ditonton.
Sedangkan tugas VJ pada tahap ini adalah memilih gambar hasil
liputan atau dalam produksi Lentera Indonesia disebut rough/raws cut
yang artinya editing kasar. Reporter kemudian membuat naskah untuk
acuan editor menggabungkan video liputan dan membuat dubbing.
Kesimpulan yang ditarik ialah VJ dan reporter memiliki peran di
produksi program dari pra produksi hingga pasca produksi. Pada tahap
91
pasca produksi, reporter bertugas membuat naskah dan VJ memilah
video hasil liputan untuk kemudian materi-materi tersebut diserahkan
ke editor untuk diselaraskan dan diisi dengan suara, grafik, dan
gambar.
n. Reporter membuat naskah setelah kembali dari tugas liputan. Naskah
tersebut dibuat selama tiga hari kemudian diserahkan ke produser
untuk ditinjau dan diteguhkan. Data tersebut direduksi menjadi:
1. Naskah yang dibuat reporter diserahkan ke produser;
2. Produser melakukan pratinjau dan mengubah yang belum sesuai.
Penyajian datanya ialah naskah yang dibuat reporter tidak serta-merta
langsung digunakan dalam proses editing. Naskah terlebih dahulu
diserahkan ke produser Lentera Indonesia untuk diteliti dan diperbaiki.
Jika naskah telah diedit oleh produser, maka naskah sudah dapat
digunakan untuk keperluan edit. Kesimpulan yang dapat ditarik ialah
dalam melakukan proses editing, naskah digunakan sebagai acuan.
Namun sebelum itu, naskah harus terlebih dahulu ditinjau produser
guna memperbaiki kesalahan dan menambah kekurangan, agar
menghasilkan naskah yang baik dan berkualitas.
o. “Begitu masuk editing, kalau di sini kan sistemnya rough cut, sama
VJnya dibikin kasar dulu, kan sesuai naskahnya. Kemudian editor akan
mengedit, dalam proses mengedit nggak murni seratus persen harus
patokan dengan yang sudah dibikin sama VJ itu. Jadi, kadang-kadang
92
kalau memang gambarnya nggak pas akan diganti,”35. Data tersebut
direduksi menjadi :
1. Editor memulai kegiatan editing jika naskah dan materi sudah fixed
dan diterima;
2. Tidak ada ketentuan khusus dalam mengedit;
3. Editor dapat mengganti gambar atau video yang kurang sesuai dan
kurang selaras.
Penyajian datanya adalah editor baru bisa melaksanakan proses edit
jika naskah dan gambar telah sesuai, namun tidak ada ketentuan dalam
mengedit harus sesuai dengan yang dibuat oleh reporter dan VJ. Editor
memiliki kewenangan memilih gambar atau video yang lebih baik dari
pilihan VJ jika dirasa gambar pilihan VJ kurang pas disatukan ketika
diedit. Kseimpulan yang ditarik ialah editor memasuki ruang editing
jika materi telah sia, mulai dari naskah yang telah tetap, dubbing, video
hasil liputan yang sudah dipilih VJ. Selanjutnya editor akan
melaksankan tugasnya dan dapat mengganti gambar atau video yang
kurang pas dengan cerita.
p. Data lapangan berupa dubbing dilakukan sebelum edit. Jadi ketika
masuk ke ruang editing itu semua sudah masuk, gambar, dubbing, dan
naskah. Selanjutnya editor yang mengolah. Maka hasil reduksi datanya
berupa:
35 Rianjana Putra, Editor Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei
2015
93
1. Dubbing direkam setelah naskah siap dipakai;
2. Hasil dubbing masuk ke ruang editing bersamaan dengan naskah
dan video liputan.
Penyajian datanya ialah jika naskah sudah fixed untuk dijadikan
panduan editing, maka proses selanjutnya adalah melakukan dubbing,
yaitu memasukkan suara narasi ke dalam hasil liputan. Kesimpulan
yang diambil ialah ketika memasuki ruang editing, semua materi sudah
harus siap.
q. “Kalau audio, natural sound kan ada tiga, natural sound yang benar-
benar ambience, atmosphere, yang kedua adalah chit chat, dan yang
ketiga sound bite, itu wawancara. Kalau yang natural sound,
athmosphere yang kayak suara angin,36” ungkap Rianjana Putra dalam
wawancara dengan penulis. Reduksi data yang dilakukan
menghasilkan data:
1. Jenis audio terdiri dari tiga komponen;
2. Natural sound, chit chat, dan sound bite.
Peyajian datanya ialah audio terdiri dari tiga hal, yaitu:
1. Natural sound : athmosphere seperti suara angin;
2. Chit chat : suara percakapan orang atau sekumpulan orang;
3. Sound bite : suara wawancara narasumber atau narator.
36 Rianjana Putra, Editor Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei
2015
94
Maka kesimpulan yang dapat ditarik ialah tiga komponen suara yang
utama dalam sebuah tayangan, yaitu natural sound, chit chat, dan
sound bite.
r. “dubbingnya itu sesuai naskah. Naskah kan per paragfraf, dubbingnya
ya semua itu dibaca. Nanti yang menentukan jeda per kata itu
editor,”37. Data hasil reduksi yang diperoleh ialah:
1. Dubbing dikerjakan sesuai naskah;
2. Editor menentukan jeda per kata.
Penyajian datanya ialah ketika proses dubbing dikerjakan, editor ikut
andil dan mempunyai wewenang dalam menentukan jeda per kata.
Proses dubbing tersebut dikerjakan sebelum editor melaksanakan
editing secara keseluruhan. Kesimpulan data yang dapat ditarik ialah
proses dubbing dapat didampingi oleh editor atau editor dapat
menentukan jeda paragraph pada lembar naskah.
s. “..yang mampu mengolah Full HD itu hanya Velocity, Premiere,
Edius. Kita pakai Premiere dan Edius tapi kebetulan yang dipakai
untuk Lentera Indonesia itu Velocity. Kalau yang pakai Premiere itu
program Weekend List, ILook, kalau Edius itu Ini Talkshow,”38.
Reduksi datanya ialah :
1. Software yang digunakan editor Lentera Indonesia adalah Velocity;
37 Rianjana Putra, Editor Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei
2015 38 Rianjana Putra, Editor Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei
2015
95
2. Velocity mampu mengolah full high definition (HD);
3. Perusahaan menentukan software Velocity untuk editing program
Lentera Indonesia.
Penyajian datanya adalah editor menggunakan software editing video
bernama Velocity. Lentera Indonesia memiliki ketentuan dari
perusahaan untuk menggunakan software tersebut dalam melakukan
editing. Software editing video Velocity digunakan karena mampu
mengolah video untuk kualitas full high definition (HD) yang memang
menjadi kualitas tayangan untuk seluruh program-program di NET.
Kesimpulannya adalah kualitas tayangan NET adalah high definition
(HD) sehingga perusahaa menentukan software tersendiri yang mampu
mengolah kualitas HD. Masing-masing program di NET telah
ditetapkan software apa yang digunakan untuk editing video.
t. “Satu episode dengan preview potong durasi, finishing empat hari
empat shift. Satu shift delapan jam. Sistemnya kita by shift. Tiap hari
itu Lentera Indonesia dapat satu shift, shift tiga, satu shift delapan jam,
jadi empat hari,”39. Data hasil reduksi ialah:
1. Waktu yang dihabiskan dalam mengedit adalah empat hari;
2. Editing room yang digunakan memiliki jadwal per shift;
3. Lentera Indonesia mendapat jadwal di shift tiga;
4. Satu shift berlangsung selama delapan jam.
39 Rianjana Putra, Editor Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei
2015
96
Penyajian datanya ialah editing room yang digunakan oleh Lentera
Indonesia terletak di lantai 28 dan ruang tersebut memiliki jadwal
untuk tiap program karena editing room digunakan bersama-sama oleh
seluruh editor program. Rianjana Putra mengungkapkan bahwa setiap
hari Lentera Indonesia mendapatkan jadwal satu shift, yaitu shift tiga.
Satu shift berlangsung selama delapan jam. Kesimpulannya adalah
pembuatan jadwal di ruang editing dibuat agar tiap program memiliki
waktu untuk melakukan editing. Setiap shift dijatuhkan waktu delapan
jam dan Lentera Indonesia memiliki jadwal di shift tiga.
u. “Setelah diedit semua, nah Mas Satria ini yang melanjutkan. Jadi,
diedit kan sesuai naskah, durasi bisa sampai 35 menit, padahal yang
kita butuhkan buat tayangan sekitar 24 menit. Karena kita punya waktu
setengah jam, terpotong iklan, jadi totalnya buat jadi satu cerita itu 24
menit. Itu sudah durasi bersih termasuk dengan bumper,”40. Hasil
reduksi datanya ialah:
1. Setelah selesai edit kemudian rangkain video dipreview oleh
produser madya;
2. Produser memotong durasi yang terlalu panjang;
3. Waktu tayang hanya 30 menit termasuk iklan;
4. Waktu yang dibutuhkan untuk tayangan Lentera Indonesia adalah
24 menit.
40 Erwin Widyastama, Video Journalist Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi,
Jakarta, 14 Mei 2015
97
Penyajian datanya adalah rangkaian video liputan tersebut kemudian
memasuki tahap preview, yaitu tahap peninjauan editing. Preview
tersebut kewenangannya dimiliki oleh produser. Dalam Lentera
Indonesia, wewenang tersebut dilakoni oleh produser madya, Satria
Purnatama. Produser madya bertugas melakukan pemotongan durasi
karena durasi yang terlalu panjang, misalkan durasi hingga 30 menit.
Kesimpulan yang ditarik adalah di tengah tahap editing, terdapat
preview atau pratinjau video yang telah diedit. Pratinjau tersebut untuk
memotong durasi dan melihat apakah masih ada kekurangan dalam
video tersebut. Pratinjau tersebut dilakukan oleh produser madya
Lentera Indonesia.
v. “Iklannya sudah mulai masuk. Sudah kebanyakan (iklan-red), jadi
durasi tayangan dikurangi. Kalau dokumenter murni kan nggak mau
ngalah sama iklan. Nah, karena kita industri, ya kita harus banyak
kompromi, lah, 41” ungkap Satria Purnatama, Produser Madya Lentera
Indonesia kepada penulis. Hasil wawancara tersebut direduksi
menjadi:
1. Iklan mulai masuk selama penayangan Lentera Indonesia tiap akhir
pekan;
2. Pemotongan durasi karena waktu tayang selama 30 menit harus
dibagi dengan iklan;
3. Lentera Indonesia dikatakan sebagai tayangan semi-dokumenter.
41 Satria Purnatama, Produser Madya Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015
98
Penyajian datanya adalah pengurangan durasi tayang tersebut
dikarenakan iklan yang sudah mulai masuk.
“Sudah kebanyakan iklan jadi durasi harus dikurangi. Kalau dokumenter murni kan nggak mau ngalah sama iklan. Nah, karena kita industri, ya kita harus banyak kompromi,”42.
Hal tersebut menjadi salah satu alasan mengapa Lentera Indonesia
dikatakan sebagai program semi-dokumenter. Kesimpulannya adalah
bahwa Lentera Indonesia merupakan berita dokumenter yang berjenis
semi-dokumenter karena telah disisipi iklan pada masa
penayangannya. Sehingga durasi 30 menit pun diperpendek menjadi
26 menit.
w. “File editing setelah selesai diedit disimpan di MCR sebelum
ditayangkan di hari Sabtu dan Minggu. Project editing sampai master
on-air semuanya di master control room, sampai nanti ada ARC, ARC
itu archive,”43. Hasil wawancara dengan Satria Purnatama tersebut
direduksi menjadi file editing disimpan di master control room (MCR)
sebelum ditayangkan. Sedangkan penyajian datanya adalah setelah
project editing selesai dikerjakan seluruhnya, project editing hingga
master on air disimpan di master control room (MCR), atau ruang
kendali utama tayangan di sebuah stasiun televisi. Maka kesimpulanya
ialah file editing tidak ada yang disimpan di dalam komputer edit. Data
42 Satria Purnatama, Produser Madya Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi,
Jakarta, 14 Mei 2015 43 Satria Purnatama, Produser Madya Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi,
Jakarta, 14 Mei 2015
99
yang sudah diedit akan dikirim ke ruang MCR sampai penayangan di
akhir pekan.
C. Kendala dan Tantangan Produksi Program Lentera Indonesia
Setiap kegiatan pasti ada kendala dan tantangan yang dihadapi. Tak
terkecuali dalam proses produksi sebuah program acara televisi. Kendala dan
tantangan selalu datang seiring berjalannya proses produksi. Namun kendala
dan tantangan dapat dihadapi jika tim produksi tetap kompak dan terorganisir.
Hal itu juga dialami oleh tim produksi Lentera Indonesia. Tak sedikit
kendala yang dihadapi oleh tim selama proses produksi. Terlebih tahap
produksi Lentera Indonesia banyak dilakukan di luar daerah, terutama daerah
terpencil yang jauh dari kota besar seperti di Desa Lembuak, Lombok Barat.
Beberapa kendala penulis ketahui melalui wawancara pribadi dengan tim
Lentera Indonesia berupa kendala lokasi liputan dan perbedaan budaya di
daerah terpencil di luar kota. Selebihnya mengenai kendala secara sistem.
Kendala bagi video journalist (VJ), menurut Erwin Widyastama, biasanya
dari segi logistik. Kendala yang dialami oleh masing-masing VJ tentu berbeda,
mengingat VJ di dalam tim Lentera Indonesia terdiri dari tiga orang, yaitu
Erwin Widyastama, Franciska Anis, dan Shandy Prasetya Utama.
Tak hanya itu, kendala yang juga dialami VJ di lapangan adalah ketika
kondisi di lapangan tidak sesuai dengan wishlist atau segmentasi. Seperti yang
dituturkan oleh Erwin Widyastama ketika meliput di Aceh,
100
“Sering beda tapi kita harus menyesuaikan langsung. Kita kan ada yang namanya pitching untuk bikin rundown dan konsep. Saya pernah liputan ke Aceh, tanpa diduga di Aceh terjadi banjir, sekolahnya nggak dipakai untuk sekolah tapi buat pengungsian. Ya, akhirnya mengubah semua. Cerita yang apa adanya di sana ya diambil. Ceritanya diubah total tapi kita tetap sounding ke produser,”44.
Mengatasi kendala tersebut, tim yang melakukan liputan, VJ dan reporter,
ditantang untuk segera mengatasi dan menyesuaikan langsung jika keadaan di
lapangan tidak sesuai dengan segmentasi atau konsep yang telah disusun
sebelumnya di tahap pra produksi.
Hal itu juga dirasakan oleh salah satu reporter Lentera Indonesia, Kahiril
Hanan Lubis, ketika liputan banyak yang hal yang terjadi di lapangan berbeda
dengan segmentasi yang sudah dibuat. Jika demikian maka ia dan VJ akan
melakukan segmentasi ulang guna menyesuaikan dengan kondisi di lapangan.
Seperti yang diungkapkan dalam wawancara,
“Kebanyakan beda. Kalau secara umum tema sih nggak berubah tapi detail-detailnya banyakan beda. Jadi ketika sampai di lapangan kita bikin segmentasi lagi, kita susun ulang, “oh ternyata seperti ini”. Misalnya yang dia ceritakan kita lihat kondisinya, oh nggak sesuai seperti itu. Dia ceritakan lagi yag lebih menarik, kita ketemu dengan orang yamg lebih menarik, berubah. Nah, dari situ biasanya di hari pertama kita sudah menentukan bentuknya kayak gimana, hari kedua kita sudah mulai jalan,”45.
Kendala demikian menjadi sebuah tantangan bagi seorang reporter untuk
sigap dan cekatan dalam menyesuaikan kondisi di lokasi liputan, mengingat
44Erwin Widyastama, Video Journalist Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi,
Jakarta, 14 Mei 2015. 45 Khairil Hanan Lubis, Reporter Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14
Mei 2015.
101
waktu dan biaya yang digunakan untuk liputan terbatas, yaitu 12 hari meliput
untuk dua episode sekaligus. Lokasi yang sulit dijangkau kendaraan juga
menjadi kendala bagi tim selama proses liputan. Keadaan di lapangan harus
sesegera mungkin diatasi dan menggunakan waktu seefisien mungkin.
Lain cerita lagi bagi editor. Rianjana Putra selaku editor Lentera
Indonesia, dalam wawancara dengan penulis mengungkapkan bahwa selama
proses produksi, ia menggunakan sistem edit non linier sehingga mengalami
sedikit kendala, sebagaimana yang dituturkan,
“So far sih kekurangan non linier itu karena pakai software pakai komputer, kemungkinan nge-hang banyak, kemungkinan tiba-tiba komputer berhenti itu banyak,”46.
Namun sejauh itu, kendala tersebut dapat diatasi. Sebagaimana
menurutnya bahwa keterampilan seorang editor bukan pada alat yang
digunakan melainkan bagaimana seorang editor dapat mengoperasikan
pekerjaan sebaik mungkin dan kekayaan pengalaman dapat menjadi nilai
tambahan.
Selain itu, menurut Rianjana Putra, di NET. untuk masalah kekurangan
audio tidak menggunakan aplikasi pengolah audio yang rusak seperti halnya
film. Jika di NET, tidak menggunakan audio post pro, yaitu aplikasi pengolah
audio yang rusak atau mengalaim noise. Tidak menggunakan aplikasi tersebut
bukan berarti televisi tidak mampu, tetapi lebih karena tidak ada waktu lebih.
46 Rianjana Putra, Editor Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei
2015.
102
Sedangkan untuk mengolah audio dalam aplikasi tersebut membutuhkan
waktu yang lama. Jadi, jika audionya rusak, maka Rianjana Putra tetap akan
menggunakannya, namun ia akan mengatakan kepada penanggungjawab jika
audio di bagian tersebut rusak47.
Hal yang memengaruhi pekerjaan seorang editor adalah ketika gambar
yang didapat dari hasil liputan tidak sesuai atau kualitasnya tidak bagus.
Namun, untuk mengatasi hal tersebut, editor menggunakan stock shot.
Menurutnya, jika ada gambar yang bagus, ia akan menyimpan untuk cadangan
jika suatu ketika terdapat kekurangan gambar dalam proses editing.
Kendala bagi produser, sebagaimana yang diungkapkan oleh Satria
Purnatama, Produser Madya Lentera Indonesia, mengenai perpendekan durasi
tayangan. Waktu yang disediakan untuk Lentera Indonesia tayang adalah 30
menit namun sehubungan dengan masuknya iklan ke dalam waktu tayangan,
maka diperpendek menjadi 26 menit sampai akhirnya terakhir dipotong
menjadi 24 menit. Seperti yang diungkapkan Erwin Widyastama, VJ Lentera
Indonesia,
“Durasi bisa sampai 35 menit, padahal yang kita butuhkan buat tayangan sekitar 24 menit. Karena kita punya waktu setengah jam, terpotong iklan, jadi totalnya buat jadi satu cerita itu 24 menit. Itu sudah durasi bersih termasuk dengan bumper,”48.
47 Rianjana Putra, Editor Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei
2015. 48 Erwin Widyastama, Reporter Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14
Mei 2015.
103
Hal itu ditambahkan oleh ungkapan Satria Purnatama, Produser Madya
Lentera Indonesia,
“Iklannya sudah mulai masuk. Sudah kebanyakan (iklan-red), jadi durasi tayangan dikurangi. Kalau dokumenter murni kan nggak mau ngalah sama iklan. Nah, karena kita industri, ya kita harus banyak kompromi, lah,”49.
Tantangan bagi Produser Lentera Indonesia, Dewi Rachmayani, adalah
bagaimana Lentera Indonesia tidak hanya mampu menginspirasi masyarakat
Indonesia tapi juga dapat membuat seseorang melakukan sesuatu yang
berguna bagi bangsa Indonesia. Hal tersebut juga dirasakan oleh Dewi
Rachmayani pribadi. Seperti penuturannya kepada penulis saat wawancara,
“Aku sendiri sebagai Produser Lentera Indonesia, gue malu melihat narasumber-narasumber yang sudah berbuat sesuatu tapi gue belum berbuat apa-apa, kerjaan gue cuma numpuk duit, sibuk kerja. Tapi apa yang sudah gue kasih buat orang lain? Sering banget kesentil sama liputan sendiri,”50.
Hal seperti itu yang menantang Dewi Rachmayani untuk dapat
memberikan tayangan yang berkualitas untuk ditonton. Ia juga ingin membuat
penghargaan bagi narasumber yang pernah diliput Lentera Indonesia, untuk
memberikan penghargaan atas perjuangan, dedikasi, dan semangatnya bagi
bangsa Indonesia51.
49Satria Purnatama, Produser Madya Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta,
14 Mei 2015. 50Dewi Rachmayani, Produser Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 11
Mei 2015. 51 Dewi Rachmayani, Produser Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 11
Mei 2015.
104
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang penulis paparkan dari bab I hingga bab IV
dalam skripsi ini, terdapat beberapa kesimpulan yang dapat ditarik untuk
menerangkan kesatuan dari isi yang diangkat oleh penulis dalam karya ilmiah
tentang produksi program berita dokumenter Lentera Indonesia di NET.
1. Ciri Khas Berita Dokumenter Lentera Indonesia
Program berita dokumenter Lentera Indonesia yang tayang tiap Sabtu
dan Minggu pukul 14.30 WIB di NET memiliki ciri khas tersendiri yang
membuatnya berbeda dibandingkan program sejenis lainnya di stasiun
televisi lainnya.
Lentera Indonesia memberi warna baru bagi dokumenter pertelevisian
Indonesia. Konsep yang diusung mengenai kepedulian muda-mudi yang
peduli terhadap orang-orang di desa terpencil. Namun, seiring berjalannya
waktu, konsep tersebut berkembang dan tak hanya menampilkan sosok
narasumber yang muda dan peduli tetapi juga mereka yang telah berusia
matang namun tetap memiliki kepedulian terhadap sekitar.
Ketika program dokumenter lain lebih banyak mengungkapkan tentang
keindahan alam atau pemandu acara yang berasal dari kalangan selebritis,
Lentera Indonesia muncul dengan konsep baru yang lebih segar. Lentera
Indonesia menampilkan tak hanya soal keindahan alam, tetapi juga
105
seorang warga Indonesia yang tidak terkenal dan bahkan mungkin tak
banyak yang mengetahuinya namun giat kepeduliannya terasa mendalam
untuk dikulik lebih jauh.
Lentera Indonesia tidak menjual kepopuleran seseorang untuk menjadi
modal ketertarikan penonton. Namun, sisi lain yang diungkap dalam
program inilah yang membuat Lentera Indonesia memiliki ciri khas dan
terasa berbeda. Lentera Indonesia mengungkapkan bagaimana seseorang
memiliki kepedulian terhadap sekelompok orang, mulai dari bidang
pengajaran hingga kesehatan. Tetapi tak hanya itu pula, Lentera Indonesia
juga mengungkap sisi lain sosok yang dianggap ‘kaku’ seperti tentara,
misalnya tentang sisi kemanusiaan seorang tentara yang gemar berkirim
surat kepada keluarganya dan kepeduliannya terhadap warga sekitar di luar
tugasnya sebagai tentara.
Tagline yang dimiliki Lentera Indonesia adalah dedikasi, semangat,
dan perjuangan menjadi acuan dalam membuat episode-epidose serta
sosok-sosok inspiratif sebagai narasumber utama. Lentera Indonesia
berupaya memberi inspirasi bagi penonton untuk ikut peduli terhadap
masyarakat sekitar yang membutuhkan uluran tangan, yang masih jauh
dari kata cukup dalam pendidikan maupun kehidupan sehari-hari lainnya.
Manusia tak seluruhnya terlahir dengan keberuntungan untuk dapat
menikmati kehidupan yang sejahtera dan kesempatan untuk mengenyam
pendidikan yang baik. Maka dari hal tersebut, Lentera Indonesia hadir
sebagai media inspiratif yang mengungkap perihal tersebut. Bahwa
106
perjuangan, dedikasi, dan semangat seharusnya bisa disalurkan untuk
kegiatan berbagi dalam kepedulian terhadap sesama.
2. Proses Produksi serta Kendala dan Tantangan Produksi Lentera Indonesia
a. Pra produksi.
Tahap pra produksi merupakan tahap persiapan produksi di mana tim
melakukan beberapa hal berikut:
1. Riset issue
2. Mencari data lengkap narasumber
3. Membuat treatment atau segmentasi
4. Rapat ide (pitching)
5. Menyusun jadwal keberangkatan dan melengkapi kebutuhan
produksi di lapangan
b. Produksi
Tahap ini merupakan kegiatan utama dari serangkaian proses
produksi Lentera Indonesia. Kegiatan produksi dilaksanakan di tepi
Jakarta dan luar kota Jakarta. Pada tahap ini, ada tiga hal yang dilakukan
reporter dan VJ ketika di lokasi, yaitu:
a. Riset lokasi dan melakukan perizinan terhadap petinggi setempat
b. Cross check treatment atau segmentasi
c. Melaksanakan liputan
107
c. Pascaproduksi
Tahap ini merupakan tahap akhir dari serangkaian proses produksi, di
mana di dalamnya terdapat beberapa proses untuk menyelesaikan
liputan menjadi sebuah tayangan, sebagai berikut:
a. VJ memilah video-video hasil liputan (logging)
b. Reporter membuat naskah
c. Produser mengedit naskah
d. Membuat dubbing
e. Editor melaksanakan editing video
f. Produser madya melakukan preview dan pemotongan durasi
g. Editor membuat finishing sebelum menyerahkan ke master
contol room (MCR)
h. Lentera Indonesia siap ditayangkan pada Sabtu dan Minggu
2. Kendala dan Tantangan Produksi Lentera Indonesia
Ketika melakukan penelitian ini, penulis menemukan kendala dan
tantangan yang dihadapi masing-masing orang daritimproduksiLentera
Indonesia dalamjabatannya.
Kendala bagi video journalist (VJ), menurut Erwin Widyastama,
biasanya dari segi logistik. Tak hanya itu, kendala yang juga dialami VJ
di lapangan adalah ketika kondisi di lapangan tidak sesuai dengan
wishlist atau segmentasi.
108
Kendala bagi reporter Lentera Indonesia, Kahiril Hanan Lubis,
adalah ketika liputan banyak yang hal yang terjadi di lapangan berbeda
dengan segmentasi yang sudah dibuat. Jika demikian maka ia dan VJ
akan melakukan segmentasi ulang guna menyesuaikan dengan kondisi
di lapangan.
Rianjana Putra selaku editor Lentera Indonesia, dalam wawancara
dengan penulis mengungkapkan bahwa selama proses produksi, ia
menggunakan sistem edit non linier sehingga mengalami sedikit
kendala, yaitu ketika sedang melakukan editing, komputer yang
digunakan hang sehingga proses editing menjadi terhambat.
Lain cerita dengan Produser Madya Lentera Indonesia, Satria
Purnatama, ia memaparkan waktu yang disediakan untuk Lentera
Indonesia tayang adalah 30 menit namun sehubungan dengan masuknya
iklan ke dalam waktu tayangan, maka diperpendek menjadi 26 menit
sampai akhirnya terakhir dipotong menjadi 24 menit.
Sedangkan tantangan bagi Produser Lentera Indonesia, Dewi
Rachmayani, adalah bagaimana Lentera Indonesia tidak hanya mampu
menginspirasi masyarakat Indonesia tapi juga dapat membuat seseorang
melakukan sesuatu yang berguna bagi bangsa Indonesia.
B. Saran
Selama melakukan penelitian ini, penulis mendapatkan pengalaman dan
bahan pelajaran. Beberapa hal yang didapatkan dari penelitian ini, penulis
109
memiliki saran terhadap instansi terkait yang mungkin dapat menjadi bahan
masukan untuk perbaikan selanjutnya, yaitu:
1. Sebaiknya Lentera Indonesia mengangkat juga kaum marginal di Jakarta
yang memiliki dedikasi untuk masa depan mereka.
2. Lentera Indonesia dapat mengangkat cerita dalam bidang lain, tak hanya
soal pendidikan dan kesehatan, tetapi misalnya juga dari bidang
kebudayaan. Banyak masyarakat yang menjadi agen budaya Indonesia
hingga ke luar negeri.
3. Jika mengangkat cerita tentang seorang guru muda, mungkin bisa juga
mengangkat kegiatan selain mengajar atau kuliahnya, tetapi juga
bagaimana ia dekat dengan warga sekitar dan keseharian narasumber
utama, seperti prestasi apa saja yang telah diperolehnya.
110
DAFTAR PUSTAKA
Ardial. Paradigma dan Model Penelitian Komunikasi. Jakarta: Bumi Aksara.
2014.
Arifin, Eva. Broadcasting: to be broadcaster. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2010.
Burton, Graeme. Membincangkan Televisi: Sebuah Pengantar Kajian Televisi.
Yogyakarta: Jalasutra. 2011.
Bryant, Jennings and Susan Thompson. Fundamentals of Media Effects. New
York: Mc Graw Hill. 2002.
Emzir. Analisis Data: Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada. 2012.
Fachrudin, Andi. Dasar-dasar Produksi Televisi: Produksi Berita, Feature,
Laporan Investigasi, Dokumenter, dan Teknik Editing. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group. 2012.
Hamzah, A. Nawir. Sutradara Drama Panggung dan Televisi. Jakarta: WIN
COMMUNICATION. 2007.
Harahap, Arifin S. Jurnalistik Televisi: Teknik Memburu dan Menulis Berita.
Jakarta: PT Indeks. 2007.
Ishwara, Luwi. Catatan-catatan Jurnalisme Dasar. Jakarta: Penerbit Buku
Kompas. 2005.
111
Miles, Matthew B. dan A. Michael Huberman. Analisis Data Kualitatif: Buku
Sumber Tentang Metode-Metode Baru. Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia (UI-Press). 1992.
Morissan, dkk. Teori Komunikasi Massa. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.
2010.
Morrisan. Jurnalistik Televisi Mutakhir. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group. 2010.
Setyobudi, Ciptono. Teknologi Broadcasting TV. Yogyakarta: Graha Ilmu.
2012.
Suryawati, Indah. Jurnalistik Suatu Pengantar: Teori dan Praktik. Bogor:
Penerbit Ghalia Indonesia. 2011.
Suwardi, Purnama. Seputar Bisnis dan Produksi Siaran Televisi. Sumatera
Barat: TVRI Sumbar. 2006.
Tebba, Sudirman. Jurnalistik Baru. Ciputat: Penerbit Kalam Indonesia. 2005.
Wibowo, Fred. Dasar-Dasar Produksi Program Televisi. Jakarta: PT
Gramedia Widiasarana Indonesia, Anggota Ikapi. 1997.
Zettl, Herbert. Television Production Handbook, Eleventh Edition. USA:
Wadsworth Cengage Learning. 2012.
112
Sumber Lain:
Fauzan, A. Asrul Sani. Modul Perkuliahan Universitas Mercu Buana:
Penulisan Naskah Non Berita: Dokumenter. Pusat Bahan Ajar dan
eLearning http://www.mercubuana.ac.id
http://id.wikipedia.org/wiki/Lentera_Indonesia_%28acara_televisi%29
http://id.wikipedia.org/wiki/NET
http://kbbi.web.id/analisis
https://library.binus.ac.id/Collections/Download/GFFsuNTtBYsMHaJywrzdX
d/GXr9RycbwP6Eb7ENRyu+qB4AyHiB8GbiCXy0skZyqV2Pn45kz1+aZvS
WZtLSMn5myXE509oKCGnTvIJhS2vuHFJr/4beG5nKEKlegLun45wi8Fxz
WDGUIpIrC9lXOBnqyjrz/cZXh/4DrF/xxao4FTsb8d2EJQjm+Afj03wgM3M
oVk/het/Apf7M2WHwzRA==
https://prezi.com/_bldrz8dkaze/laporan-praktik-kerja-nyata/
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20229/4/Chapter%20II.pdf
http://www.netmedia.co.id/program/84/Lentera-Indonesia
https://twitter.com/lentera_net
www.netmedia.co.id
www.twitter.com/netmediatama
Wawancara dengan Dewi Rachmayani, Produser Lentera Indonesia, Jakarta,
Wawancara Pribadi, Jakarta, 11 Mei 2015
113
Wawancara dengan Erwin Widyastama, Video Journalist Lentera Indonesia,
Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015
Wawancara dengan Khairil Hanan Lubis, Reporter Lentera Indonesia, Jakarta,
Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015
Wawancara dengan Rianjana Putra, Editor Lentera Indonesia, Jakarta,
Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015
Wawancara dengan Satria Purnatama, Produser Madya Lentera Indonesia,
Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015
DOKUMENTASI
Ruang Kru Berita NET. TV Lantai 28
Ruang Komputer Rough Cut
Pro Proses Pemilihan Video Liputan oleh VJ
Pemotongan Durasi
Tayangan oleh Produser
Madya
Reporter dan VJ Saat Liputan di Lombok
VJ Melakukan Liputan Menggunakan
Camera Canon 5D Mark III
Wawancara Penulis dengan Dewi Rachmayani, Produser Lentera Indonesia
Wawancara Penulis dengan Erwin Widyastama, Video Journalist Lentera Indonesia
Transkrip Wawancara
Hari / Tanggal : Senin, 11 Mei 2015
Waktu : 18. 05 WIB
Lokasi : Ruang Redaksi Lentera Indonesia, NET. TV, The East Tower
Narasumber : Dewi Rachmayani
Jabatan : Produser Lentera Indonesia
Dewi Apriani : Mengapa Lentera Indonesia mengusung konsep anak muda yang
peduli terhadap kemajuan desa-desa terpencil?
Dewi Rachmayani : Awalnya kita berangkat dari cerita tentang anak-anak muda
yang berbuat sesuatu bagi bangsanya dengan mengajar, tapi pada akhirnya kita
melihat bahwa di luar sana banyak sekali orang yang memiliki niat baik. Bukan
cuma sekadar niat, ya, tapi orang yang mau berbuat sesuatu untuk negeri kita dan
itu nggak cuma dalam bidang pendidikan, dalam bidang kesehatan. Pada akhirnya,
lama-lama Lentera Indonesia dikembangin nih, nggak cuma pendidikan doang,
tapi relnya adalah kita cerita tentang warga Indonesia yang mau membuat
hidupnya berarti dengan membantu sesama. Membantunya itu dalam bidang
pendidikan, kesehatan.
Dewi Apriani : Lentera Indonesia kan mengusungnya anak muda. Apakah anak
muda itu memang bentukan dari NET. TV atau mencari di luar sana ada tidaknya
mahasiswa atau anak muda yang sedang membantu kemajuan suatu desa?
Dewi Rachmayani : Kita nyari. Kita memang relnya anak muda tapi kita nggak
baku anak muda. Pernah di daerah NTT ada orang umur 40-an, laki-laki, dia supir
tapi dia membuka panti asuhan. Jadi, ketika story-nya kuat banget, kita membuka
peluang untuk orang-orang yang umurnya cukup tua untuk jadi narasumber.
Jangan sampai kita fokus ke anak muda saja, kita tutup mata kalau di luar sana
banyak cerita-cerita bagus yang layak untuk masuk karena kan yang penting
ceritanya menginspirasi.
Dewi Apriani : Kira-kira berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk proses
produksi, dari tahap awal ketika pra-produksi sampai pasca-produksi?
Dewi Rachmayani : Teman-teman riset selama seminggu. Mereka seminggu
riset, di lapangan dua minggu. Dua minggu itu untuk dua liputan. Balik ke kantor
edit naskah sekitar satu bulan. Mulai untuk per dua liputan, ya, itu dari riset
sampai digodok di editing sekitar sebulan.
Dewi Apriani : Mengapa mengambil nama Lentera Indonesia? Apa sih
filosofinya?
Dewi Rachmayani : Lentera itu kan cahaya, ya. Jadi, pastinya kita ingin memberi
layar untuk orang-orang yang selama ini bekerja dalam diam. Untuk orang yang
selama ini telah menjadi lentera buat orang lain tapi mereka nggak pamer. Kenapa
kita ngasih layarke orang-orang seperti itu untuk menginspirasi yang lain bahwa
banyak loh orang-orang “lentera” di sekitar kita, dengan harapan, aku sendiri
sebagai Produser Lentera Indonesia, gue malu melihat narasumber-narasumber
yang sudah berbuat sesuatu tapi gue belum berbuat apa-apa, kerjaan gue cuma
numpuk duit, sibuk kerja. Tapi apa yang sudah gue kasih buat orang lain? Sering
banget kesentil sama liputan sendiri.
Dewi Apriani : Tim Produksi sendiri mengetahui bahwa di luar sana ada orang
yang menginspirasi dari mana?
Dewi Rachmayani : Seorang reporter untuk mendapatkan story yang bagus,
kalau di dokumenter riset itu merupakan jantungnya. Ketika kita sudah mendapat
topik A, proses selanjutnya adalah bagaimana mengolah A menjadi sebuah produk
dokumenter yang menarik. Tapi, problem pertama adalah bagaimana
mendapatkan A. Wartawan sekarang enak ada Google, tinggal browsing.
Misalkan loe mau cerita soal wanita inspiratif dari Papua. Tinggal klik maka akan
keluar banyak datanya. Tapi, jangan jadikan Google untuk patokan, cuma sebagai
entry point. Itu gunanya teman-teman reporter untuk punya banyak link di mana-
mana. Gunanya reporter punya networking yang luas memudahkan untuk riset.
Dewi Apriani : Bagaimana awalnya berdiri program Lentera Indonesia?
Dewi Rachmayani : Kalau untuk itu aku mesti tanya dulu sama temenku karena
aku nggak dari awal di Lentera Indonesia. Aku dengar, Lentera Indonesia ini
berawal dari kegelisahan teman-teman. Cuma, pastinya kayak apa, aku mesti
make sure ke teman yang pertama kali di Lentera Indonesia. Yang pasti, kita di
NET. ini pengin bikin program tv yang bermutu. Kuncinya itu dulu. Nah, program
bermutu itu kan banyak tinggal kita jabarin, kita mau bermutunya yang apa dan
dalam bidang apa. Lentera (Indonesia- red) itu awalnya kerjasamanya dengan
Indonesia Mengajar kan. Makanya, orang kalau dengar Lentera Indonesia pasti
mikirnya Indonesia Mengajar. Waktu itu karena link-nya dari situ. Setelah lama-
lama kan bosen juga ya, kalau loe liputan pemuda mengajar di sini, besoknya
pemuda mengajar di sana. Selama 30 episode jadi mengulang, cuma beda lokasi
doang. Akhirnya, kita buka keran, jangan cuma pendidikan doang dan jangna
cuma Indonesia Mengajar doang. Yang pasti kenapa Lentera Indonesia ada karena
kita mau ngasih program yang berkualitas dan perwujudannya lewat Lentera
Indonesia, seperti yang aku bilang tadi, untuk ngasih layar orang-orang yang
doing something buat komunitas.
Dewi Apriani : Target untuk Lentera Indonesia sendiri untuk penonton, apakah
hanya untuk memberi inspirasi atau bagaimana?
Dewi Rachmayani : Fungsi tv itu kan banyak, fungsi media massa, to inform, to
educate, to entertaint, dampak jauhnya lagi menginspirasi, kan dan ketika sudah
menginspirasi penginnya nggak cuma sekadar orang-orang “oh, iya ya”, “oh, iya
ya”, “hebatnya orang ini” tapi penginnya dampak ke depannya adalah
menggerakkan karena kalau bukan kita, siapa lagi. Kalau cuma ngandelin. Karena
begini, dalam dunia pendidikan banyak banget ‘bolongnya’ di daerah. Iya sih,
dibilang pendidikan itu haknya seluruh warga negara dan pemerintah musti
memberikan pendidikan yang bla bla bla, itu kan teori ya tapi pada prakteknya tuh
banyak banget yang ‘bolong’. Nggak usah jauh-jauh, di Bandung ada satu desa
yang padahal nggak jauh dari kota tapi nggak diurus. Tahun 2008 angka putus
sekolahnya sampai 80%, untuk ukuran Kabupaten Bandung, 2008 kan baru. Kita
kan nggak bisa terus-terusan menyalahkan pemerintah. Hebatnya, di situ
rakyatnya yang bergerak, mahasiswa sih yang bergerak, namanya Ahmad,
umurnya sekarang 22, berarti waktu 2008 dia masih SMA. Dia sudah bergerak
untuk meng-encourage orang-orang situ untuk peduli terhadap pendidikan. Itulah
tujuan akhir Lentera Indonesia adalah membuat orang lain tergerak untuk
membantu dengan kemampuan mereka, kalau bisa ngajar ya ngajar, yang bisa
ngelatih nari ya ngelatih nari. Itu dalam fungsi ngajar, kalo bidang lain ya sesuai
kapasitasnya masing-masing.
Dewi Apriani : Apakah ada dampak bagi kru Lentera Indonesia secara
keseluruhan atas program ini?
Dewi Rachmayani : Dampak singkatnya, pernah ada bapak-bapak dari
Tasikmalaya, dia berhenti dari pekerjaannya untuk mendirikan yayasan karena
terpanggil melihat orang-orang gila di pinggir jalan. Jarang loh ada orang
ngurusin orang gila. Dampak singkatnya adalah ketika kita tayangin ada beberapa
penonton yang nelfon, nyumbang, begitu. Tapi, so far-nya kita pengin bikin
sesuatu yang ngasih dampak buat orang lain. Kita mau bikin Lentera Awards,
kalau di luar negeri ada CNN Heroes, kita juga mau bikin Lentera Awards. Nanti
kita kumpulin narasumber-narasumber yang pernah kita liput, kita ‘lempar’ ke
audience untuk dipilih. Satu pemenangnya nanti akan kita carikan company.
Perusahaan kan punya CSR, ya untuk kita alihkan ke situ.
Dewi Apriani : Apa sih makna dari tagline Lentera Indonesia “Perjuangan,
Dedikasi, dan Semangat”?
Dewi Rachmayani : Perjuangan. Tagline itu dibuat ketika kita masih sama
Indonesia Mengajar, ya. Cuma maksud aku, apapun bidang pengabdian
narasumber Lentera Indonesia, mau pengajaran, kesehatan, itu terlihat banget di
setiap episode ada perjuangan. Bukan perjuangan tim, ya. Kita sih nggak ada apa-
apanya, yang hebat itu perjuangan tokoh-tokoh yang kita liput. Ada dedikasi.
Maksudnya begini, kalau cuma, “ah, gue mau bantu anak Bantar Gebang”, cuma
sebulan terus bosen, itu nggak ada dedikasinya. Itu cuma sekadar simpati sesaat.
Tapi, untuk diliput Lentera Indonesia itu syaratnya banyak. Seorang narasumber
untuk diliput Lentera Indonesia itu nggak sembarangan narasumber, kita mesti
lihat. Berapa lama ia mengajar, pernah mengajar di mana aja. Artinya orang ini
berdedikasi, kan. Itu loh maksudnya dedikasi. Perjuangan, maksudnya perjuangan
adalah, kita pernah meliput yang namanya Habibi, dia mengajar di pedalaman
Asmat selama satu tahun. Orang Papua aja banyak yang nggak betah ngajar
karena pedalaman banget dan karakter orang Papua yang keras banget. Di
pedalaman itu ada sekolah tapi nggak ada yang ngajar. Habibi ini orang Bugis,
sama, dia juga dibawain panah sama orangtua muridnya tapi karena dia
berdedikasi ya dia pantang menyerah. Sampai pada akhirnya ketika dia berhenti
mengajar karena programnya hanya setahun, orangtua muridnya pada nangis. Dia
pernah mengajar di pedalaman Halmahera dan banyak pedalaman lainnya.
Dewi Apriani : Kenapa mengambil format dokumenter dalam program ini? Kan
ada format straight news dan feature. Apakah agar masyarakat melihat
kenyataannya seperti ini dan tidak mau mengurangi atau bagaimana?
Dewi Rachmayani : Karena untuk tipe seperti ini, kami melihatnya yang paling
cocok ya dokumenter sih. Karena dokumenter itu kan benar-benar menghadirkan
apa yang ada di lapangan, real ke layar. Dan untuk program setengah jam sangat
bisa untuk dijadikan dokumenter.
Dewi Apriani : Aku baca di website kalau acara ini sudah dapat pengahrgaan dua
kali dari Dompet Dhuafa, ya?
Dewi Rachmayani : Iya. Karena narasumber kita kebanyakan dari Dompet
Dhuafa. Maksudnya, mereka banyak ngasih talent ke kita. Selain itu juga ada dari
Doctor Chef, Dompet Dhuafa, dan intinya Lentera Indonesia itu membuka
kesempatan kepada lembaga manapun yang dia memang doing something untuk
community.
Jakarta, 11 Mei 2015
Produser Lentera Indonesia
( Dewi Rachmayani )
Transkrip Wawancara
Hari / Tanggal : Kamis, 14 Mei 2015
Waktu : 19. 40 WIB
Lokasi : Editing Room, Lantai 28, NET. TV, The East Tower
Narasumber : 1. Satria Purnatama
2. Erwin Widyastama
Jabatan : 1. Produser Madya
2. Video Jurnalist
Dewi Apriani : Bagaimana alur editing Lentera Indonesia, Mas?
Erwin Widyastama : Alur sistemnya, ya. Kita liputan, bawa file mentah, nih.
NET. ini dibangun dengan memiliki satu database yang kita sebut server.
Selanjutnya kita injecst ke server terus kita tarik ke komputer rough cut yang ada
di situ.
Dewi Apriani : Itu dari kamera langsung atau bagaimana?
Erwin Widyastama : Nggak. Sudah file yang ada di hard disk yang diserahkan ke
library di lantai 29. Nah, dia yang masukkin ke server dengan kode tertentu.
Library ini yang melakukan injecst. Injecst di sini maksudnya memasukkan data
ke server. Kemudian ditarik ke komputer rough cut. Itu sudah bentuk low rest.
Nah, yang melakukan rough cut itu tim liputan, kameramennya.
Dewi Apriani : Berarti di sini (editing room) sudah final editing, ya?
Erwin Widyastama : Final. Kan di komputer rough cut sudah dipilih dulu karena
editor kan nggak ikut di lapangan, dia nggak tahu. Jadi, sekalian milihin gambar
sama bikin naskah.
Dewi Apriani : Jadi yang melakukan itu reporter sama penulis naskah?
Erwin Widyastama : Jadi yang berangkat ke lapangan itu hanya dua orang,
reporter dama kameramen. Nah, reporter itu sekaligus penulis naskah.
Satria Purnatama : Merangkap semua itu. Kameramennya jadi lighting man,
reporternya sekaligus penulis naskah.
Dewi Apriani : Setelah semua selesai kemudian dikerjakan oleh Mas Satria,
begitu?
Erwin Widyastama : Mas Satria ini Produser. Jadi alurnya begini, setelah pulang
liputan, kameramen ini ngurusin gambar, injecst ke server, kita rough cut, reporter
ini yang bikin naskah. Naskah juga belum tentu langsung fixed diedit. Dikasih ke
produser dulu kemudian diedit naskahnya, kameramen rough cut untuk sync
antara naskah dengan gambar, kemudian dipush dan masuklah editor online.
Kalau masuknya ke editing room, kita sudah beda divisi. Namanya facilities,
kalau kita kan news, jadi beda divisi.
Dewi Apriani : Beda divisi ini sudah termasuk Lentera Indonesia atau untuk
Indonesia Bagus juga?
Satria Purnatama : Bisa siapa saja pakai (editing room-red) . Dari awal memang
di Lentera Indonesia ini, kita sudah punya editor yang dedicated. Jadi, satu orang
sih dari zaman pertama Lentera Indonesia sampai sekarang yang bertahan, ya satu
orang ini jadi kuncian, lah. Kita minta ke koordinator editornya juga, kita mau dia
terus sampai sekarang sih masih orang ini.
Dewi Apriani : Lalu untuk proses editingnya sendiri setelah ini bagaimana?
Erwin Widyastama : Setelah diedit semua, nah Mas Satria ini yang melanjutkan.
Jadi, diedit kan sesuai naskah, durasi bisa sampai 35 menit, padahal yang kita
butuhkan buat tayangan sekitar 24 menit. Karena kita punya waktu setengah jam,
terpotong iklan, jadi totalnya buat jadi satu cerita itu 24 menit. Itu sudah durasi
bersih termasuk dengan bumper.
Satria Purnatama : Kemarin sebenarnya 26 menit, baru sekarang jadi 24 menit.
Dewi Apriani : Kenapa bisa seperti itu, Mas?
Satria Purnatama : Iklannya sudah mulai masuk. Sudah kebanyakan (iklan-red),
jadi durasi tayangan dikurangi. Kalau dokumenter murni kan nggak mau ngalah
sama iklan. Nah, karena kita industri, ya kita harus banyak kompromi, lah.
Dewi Apriani : Jadi itu bisa dikatakan sebagai alasan kenapa disebut semi-
dokumenter, ya?
Erwin Widyastama : Salah satu alasan.
Dewi Apriani : Kalau alasan yang lainnya, Mas?
Erwin Widyastama : Tahu KPI, nggak? Nah, itu. Karena kita tetap menjaga
aturan, nggak bisa seenaknya sendiri.
Satria Purnatama : Kayak gambarnya. Kalau orang merokok, gambar rokok.
Asapnya pun sudah nggak boleh masuk ke tv. Nah, terus kalau ada orang lagi,
misalnya ke pedalaman ada orang-orang yang masih telanjang, kita ambil
gambarnya, itu nggak boleh. Walaupun mereka masih primitif dan memang cara
hidup mereka seperti itu. Ya, apapun alasannya nggak bisa karena nggak boleh.
Masih banyaklah batasan-batasan yang kita kompromikan.
Dewi Apriani : Kemudian setelah editing ini selesai akan menjadi file yang siap
ditayangkan atau ada proses lain selanjutnya setelah itu?
Erwin Widyastama : Nggak. Finishing ini yang kendalikan produser. Kalau
editing dan durasi udah fixed, jadi kalau sudah diedit oleh sang editor biasanya
durasinya kepanjangan, tuh sampai 30 menit sekian. Kan, jadi nggak bisa tayang
kalau durasi terlalu panjang. Nah, produserlah yang berkuasa memotong.
Dewi Apriani : Jadi, di sini juga kru nya banyak yang double job, ya Mas?
Erwin Widyastama : Iya semua. Kecuali editor ya, dia hanya mengedit.
Dewi Apriani : Mas Satria ini hanya sebagai produser Lentera Indonesia atau
Indonesia Bagus juga?
Erwin Widyastama : Iya tapi itupun baru beberapa lama, tadinya berbeda.
Karena sistem di news ini ada rolling per enam bulan sekali. Saya tadinya di IMS
(Indonesia Morning Show), Mas Satria di NET 12.
Dewi Apriani : Kemudian file editing ini setelah selesai diedit disimpan di mana,
Mas sebelum ditayangkan di hari Sabtu dan Minggu?
Satria Purnatama : Project editing sampai master on-air semuanya di master
control room, sampai nanti ada ARC, ARC itu archive. Jadi bahan mentahnya,
lah.
Erwin Widyastama : Kan kalau gambar ini sudah selesia dibuang, didelete. Jadi,
tinggal bahan mentah materinya aja.
Dewi Apriani : jadi masih cut to cut, ya?
Satria Purnatama : Ya. Yang sudah ada di timeline ini yang kita simpan nanti.
Dewi Apriani : Disimpannya setelah dirender atau masih file potongan?
Erwin Widyastama : Di sini nggak ada render. Langsung dipush langsung ke
server. Kalau local disk baru ada render.
Dewi Apriani : Mas Erwin sebagai VJ nih, bagaimana sih pengalaman selama
liputan di luar daerah?
Erwin Widyastama : Seringnya sih soal perbedaan makanan, saya jadi nggak
bisa makan.
Dewi Apriani : Lalu untuk mengatasi hal itu bagaimana?
Erwin Widyastama : Ya, ada. Kita punya logistik sendiri.
Dewi Apriani : Biasanya Mas Erwin sekali liputan untuk dua episode ya,nah itu
butuh waktu berapa lama?
Erwin Widyastama : 10-12 hari.
Dewi Apriani : Pernah nggak mengalami perbedaan dengan ada yang ada di
wishlist? Misalnya ternyata lokasinya tidak terjangkau atau kondisinya berubah
Erwin Widyastama : Sering beda tapi kita harus menyesuaikan langsung. Kita
kan ada yang namanya pitching untuk bikin rundown dan konsep. Saya pernah
liputan ke Aceh, tanpa diduga di Aceh terjadi banjir, sekolahnya nggak dipakai
untuk sekolah tapi buat pengungsian. Ya, akhirnya mengubah semua. Cerita yang
apa adanya di sana ya diambil. Ceritanya diubah total tapi kita tetap sounding ke
produser.
Dewi Apriani : Tapi apakah perubahan itu tidak mengubah konsep yang sudah
direncanakan?
Erwin Widyastama : Konsepnya tetap dapat untuk pendidikan yang diceritakan
ya pengajarnya itu.
Dewi Apriani : Lalu untuk video dia mengajar kan tidak ada karena sekolahnya
dipakai mengungsi?
Erwin Widyastama : Dia tidak hanya mengajar di sekolah, tapi mengajar les dan
ekskul juga. Jadi itu yang ditonjolkan.
Dewi Apriani : Kamera yang biasa dipakai untuk liputan apa, Mas?
Erwin Widyastama : Kalau boleh menyebutkan merk, kami menggunakan
Canon 5D Mark III.
Dewi Apriani : Selain itu, apakah membawa flash external atau lighting tidak?
Satria Purnatama : Karena kita nggak tahu ada listrik atau kita tidur di mana,
tempatnya kayak apa. Jadi kita meminimalisir jumlah alat karena untuk
kenyamanan bekerja. Kalau kami harus jalan jauh dan terlalu banyak orang untuk
membawa kan nggak nyaman juga buat si narasumber. Kita pengin lebih intim aja
sama subyek kita, jadi seminimal mungkin alat yang dibawa. Kita manfaatkan apa
yang sudah ada disana aja.
Dewi Apriani : Liputannya juga kebanyakan siang, ya Mas jadi kurang perlu
bawa lampu tambahan?
Satria Purnatama : Kebanyakan iya karena memang subjeknya biasanya
aktivitasnya siang, jarang ada yang nokturnal.
Dewi Apriani : Saya pernah menonton episode yang menceritakan tentara di
perbatasan. Nah, perizinannya bagaimana, Mas? Kan ini terkait instansi negara
Satria Purnatama : Harus ada koordinasi ke Puspen (Pusat Penerangan) TNI
yang ada di dekat Gambir. Pokoknya kalau dengan instansi terkait, kita urus
semuanya. Kita izin dari sini, lalu sampai di sana kita menemui penguasa
setempat untuk konfirmasi perizinan.
Dewi Apriani : Lentera Indonesia ini kan tentang anak muda yang rela
melepaskan peluang karir untuk mengajar di daerah terpencil, sedangkan sekarang
banyak episode yang tidak mengangkat soal pendidikan. apakah hal itu dpat
mengurangi esensi dari Lentera Indonesia sendiri atau tidak?
Satria Purnatama : Nggak. Tulisan itu dibuat dua tahun lalu ketika kami masih
terikat dengan institusi Indonesia Mengajar. Ya memang awalnya yang kita liput
hanya Indonesia Mengajar saja. Tapi, perkembangannya setelah Indonesia
Mengajar, kita ada institusi lain tapi masih pendidikan juga, ada Sekolah Guru
Indonesia Dompet Dhuafa, setelah itu kita mencoba topik lain selain pendidikan.
Kita nyoba kesehatan, kerjasama dengan satu organisasi dibawah pemerintah juga
namanya Pencerah Nusantara. Itu yang mengirimkan tenaga medis ke daerah-
daerah terpencil, hampir sama kayak IM tapi ini di bidang kesehatan. Setelah itu,
karena kami juga ada kontrak dengan Indonesia Mengajar dan Dompet Dhuafa
dan sudah habis, kami mulai kehabisan bahan dari mereka dan ketika itu sudah
mulai habis, kita coba ke topik-topik lainyang alternatif, seperti misalnya tentara
yang mengajar. Tetap kita cari tentara yang bukan sekadar tentara, tapi sisi lain
dari tentara yang merangkul masyarakat yang bisa dikatakan bukan sebagai tugas
utama dia. Kalau tugas utama tentara, semua orang sudah tahu, tapi yang banyak
orang nggak tahu kan bahwa tentara juga manusia, bagaimana dia hidup, dia
punya rasa kangen nggak sih, dia punya rasa peduli nggak sih sama orang-orang
di tempat dia tugas, dan segala macamnya. Salah satu kepedulian mereka kan ada
yang mengajar di luar tugas. Baru akhir-akhir ini mulai banyak episode-episode
yang alternatif, ada LSM-LSM. Ada yang secara inklusif, mereka bukan siapa-
siapa, amsih anak muda, tapi dia sudah jadi kepala sekolah, diangkat oleh warga
setempat, mengajarnya jauh dari rumah, siangnya dia harus ke kampus untuk
kuliah. Setelah itu dia harus kembali ke rumahnya yang pesantren, malamnya dia
harus mengajar ngaji.
Dewi Apriani : Lalu syarat untuk menjadi narasumber Lentera Indonesia kan
banyak ya Mas, apa saja syaratnya?
Satria Purnatama : Ya dia harus punya integritas di bidangnya, selain itu dia
juga harus menyebarkan ilmunya.
Jakarta, 14 Mei 2015
Produser Madya Lentera Indonesia Video Journalist
( Satria Purnatama ) ( Erwin Widyastama )
Transkrip Wawancara
Hari / Tanggal : Kamis, 14 Mei 2015
Waktu : 20. 15 WIB
Lokasi : Ruang Redaksi Lentera Indonesia, Lantai 28, NET. TV,
The East Tower
Narasumber : Khairil Hanan Lubis
Jabatan : Reporter Lentera Indonesia
Dewi Apriani : Bagaimana proses liputan untuk Lentera Indonesia, Mas?
Mulai dari pra-produksi
Khairil Hanan : Dari pra-produksi, kita biasanya pasti riset, menentukan
akan ke mana. Jadi, kalau di Lentera Indonesia, kita memang fokus pada
konten, pada sosok orang, dan temanya. Pasti itu dulu. Ada story apa nih,
yang menarik untuk dibawa. Setelah itu, kita hubungin via telepon, via
googling, via data-data yang pernah ada. Kita ngobrol ke produser, pitching.
Kalau oke, kuat, jalan. Setelah itu kita obrolin di kantor, seberapa kuat,
seberapa penting dia untuk kita angkat. Jadi nanti kita susun segmentasinya,
jalan ceritanya per detil, dibuka dengan apa. Selanjutnya, kita mau
membangun juga drama di dalam cerita, seperti apa, scene-scenenya
bagaimana, gambarnya apa aja. Itu langsung dibicarakan. Setelah oke,
tentukan tanggal dan waktu, tinggal berangkat.
Dewi Apriani : Ada penentuan tema nggak sih, misalnya minggu ini
temanya apa, minggu besok temanya apa?
Khairil Hanan : Di Lentera sih kita nggak ada. Bebas. Jadi, yang nggak
ada. Jadi, ada beberapa kali sih kita coba bermain dengan isu yang lagi
actual. Pernah soal bencana di Banjarnegara, terus kita kepikiran untuk
angkat relawan bencana, itu kebetulan terjadi dan tanpa perencanaan. Selain
itu, nggak ada. Paling kita mencari apa nih yang belum pernah kita kerjakan,
apa yang belum pernah kita angkat.
Dewi Apriani : Ada tidak pengulangan tema dalam suatu episode, Mas?
Khairil Hanan : Lentera Indonesia kan awalnya sebenarnya dari Indonesia
Mengajar, ya. Temanya hampir sama kan tentang metode-metode belajar.
Lalu pelan-pelan kita mulai ke yang lain meskipun bentuknya tetap sama
tentang anak muda yang datang mengajar, Stasiun 3T, SGI Dompet Dhuafa.
Belakangan dari kita mencoba, penonton juga jangan bosan dan kita yang
mengerjakan juga pasti bosan. Kita mencari dan selama ini nggak ada
ketentuan kayak gimana. Nggak harus anak muda lagi tapi juga penuturnya.
Pernah kita bawain juga dari sini di episode selanjutnya. Sudut pandang dari
kacamata orang ketiga, dia datang ke tempat penelitian juga dan diceritakan
apa yang di liat, apa yang dia saksikan. Kita justru jadi tidak terpatok pada
satu pakem. Jadi gimana orang juga bisa dapat cerita ini dengan cara yang
beragam.
Dewi Apriani : Tadi kan ada SGI, Indonesia Mengajar, itu memang selalu
dengan relasi atau ada yang tidak berhubungan dengan mereka?
Khairil Hanan : Nah, untuk kelembagaan dengan mereka ini memang dari
awal kita diajakin kerjasama tapi selanjutnya nyari sendiri.
Dewi Apriani : Sekarang masih nyari sendiri atau tidak?
Khairil Hanan : Sekarang justru di beberapa episode terakhir itu itu sudah
nyari sendiri dari tahun lalu. Pokoknya yang diluar kelembagaan itu kita
sudah nyari sendiri. Pernah ada supir bis yang bikin sekolah atau soal
difabel, atau yang deket di sini di Bantar Gebang, tentang salah satu anak
pemulung, yang penting semangatnya. Kalau Lentera kan tiga, perjuangan,
semangat, dan dedikasi.
Dewi Apriani : Kalau untuk produksinya sendiri di lapangan seperti apa,
Mas? Kan Mas Hanan reporternya yang liputan ke lapangan, bagaimana
prosedurnya dari mulai turun pesawat, bagaimana langkah-langkahnya di
sana?
Khairil Hanan : Begitu sampai kita langsung menemui narasumber, obrolin
lah, dari yang sudah kita susun, kita cross-check lagi, ini bagaimana, begini-
begini. Misalnya ada satu orang kita usahakan untuk ketemu dengan dia,
ajak ngobrol. Jadi hari pertama biasanya nggak akan langsung ambil
gambar. Proses pendekatan dan seringkali nggak sama persis dengan yang
kita bayangkan, beberapa kali bahkan narasumbernya ganti. Jadi nggak
sesuai yang kita rencanakan. Di sini kita ketemu narasumber yang lebih
menarik.
Dewi Apriani : Jadi lebih sering beda dengan wishlist atau sama?
Khairil Hanan : Kebanyakan beda. Kalau secara umum tema sih nggak
berubah tapi detail-detailnya banyakan beda. Jadi ketika sampai di lapangan
kita bikin segmentasi lagi, kita susun ulang, “oh ternyata seperti ini”.
Misalnya yang dia ceritakan kita lihat kondisinya, oh nggak sesuai seperti
itu. Dia ceritakan lagi yag lebih menarik, kita ketemu dengan orang yamg
lebih menarik, berubah. Nah, dari situ biasanya di hari pertama kita sudah
menentukan bentuknya kayak gimana, hari kedua kita sudah mulai jalan.
Tapi juga di beberapa kali kita masih belum fixed juga, yaudah kita jalan
dan kadang masih ragu antara dua narasumber. Kalau aku sih biasanya
yaudah besok ada scene pertama, aku wawancara aja dua-duanya dengan
pertanyaan yang sama. Dari situ kan kita bisa menilai ya dari cara dia
menjawab, oke nih kayaknya si B lebih pas sebagai tokoh utamanya.
Dewi Apriani : Jadi kemungkinan ada yang nggak ditayangin ya?
Khairil Hanan : kebanyakan iya. Karena ya cuma 25 menit kan, sementara
liputan kita bisa sampai satu minggu. Kita juga bilang sama orangnya, ini
belum tentu bisa tayang, wawancara juga seperti itu.
Dewi Apriani : Jadi sekali liputan itu dua narasumber ya, Mas?
Khairil Hanan : Dua episode. Jadi, tokoh utama tetap satu karena Lentera
pakai tokoh aku, kan. Si aku ini tetap jalan sebagai tokoh utama tapi di
dalam itu kan ada yang ibaratnya jadi tokoh pendamping, mungkin bisa
local champion, murid-murid, bisa siapa yang menarik yang penting masih
berkaitan dengan dia dan tetap kemunculan harus tokoh utama.
Dewi Apriani : Itu satu episode selalu di tempat yang berbeda atau bisa
berdekatan, Mas?
Khairil Hanan : Bisa. Kita sih sebisa mungkin nggak terlalu jauh karena
mikir waktu, kan. Dikasih waktu 12 hari untuk liputan, kalau bisa
perpindahannya nggak jauh. Bahkan pernah terakhir syuting di Asmat itu
dua episode tapi di satu tempat yang sama, ceritanya sama, cuma orangnya
berbeda. Nah, karena memang akses ke sananya susah dan butuh waktu 12
hari, nggak mungkin dong dalam 12 hari jadi satu episode, kita juga mikir
budget. Tuntutan dari kantor tetap harus dua. Akhirnya kita cari orang, di
mana kita bikin jadi dua, maksudnya bersambung. Jadi yang satu dari sisi
awalnya dulu nih, si A yang cerita yang duluan, episode keduanya si B.
Dewi Apriani : Selesai liputan, kegiatan pemilihan gambar dilakukan
reporter sama camera person, kan. Lalu bagaimana, apakah Mas sendiri
yang menulis naskah atau bagaimana?
Khairil Hanan : Nah itu selama di sana kan kita selalu komunikasi,
termasuk saat syuting, pengambilan gambar juga. Kameramen pasti akan
nanya “ini loe mau cerita apa”, jadi dia tahu gambarnya akan seperti apa.
Setelah itu, kita ngelist gambar apa yang kurang. Reporter harus bilang apa
yang akan diceritakan. Gue mau cerita masak air nih, jadi loe harus dapat
gambarnya ya, itu di sana. Jadi, ketika selesai, sudah balik, gambar lengkap.
Artinya apa yang mau kita ceritakan ada gambarnya. Yaudah tinggal bikin
aja ceritanya sesuai itu. Kalau misalnya cerita nggak ada gambar, itu
kelihatan nggak ada komunikasi di lapangan.
Dewi Apriani : Terus ada tantangan atau kendala tersendiri sebagai reporter
dalam meliput untuk Lentera Indonesia?
Khairil Hanan : Banyak. Tiap episode pasti beda tapi yang paling utama ya
nggak sesuai dengan apa yang kita pengin. Jadi kita harus siap dengan
segala kemungkinan yang bakal terjadi. Siap untuk tiba-tiba berubah
rencana, kita menyusun trick kita sendiri di sana. Karena pernah waktu di
Banjarnegara, karena dadakan pas ada bencana, sampai hari ketiga tokoh
utama belum ketemu. Nah, akhirnya kita cari satu orang ini, kita ngobrol
terus kegiatannya apa, kita ikut dulu deh. Coba ikut. Roll gambar,
wawancara, kemudian kita melihat cukup kuat kok ternyata orang ini,
yaudah. Jadi terus mencari. Tantangan keduadari segi lokasi. Rata-rata kan
daerah terpencil, kita harus pendekatan dengan masyarakat yang berbeda-
beda. Jujur pasti tantangan. Mandi di kali, di sungai, bahkan buang air di
kali. Adaptasi juga. Sebenarnya kita kan harus cepat nge-blend juga.
Jakarta, 14 Mei 2015
Reporter Lentera Indonesia
( Khairil Hanan Lubis )
Transkrip Wawancara
Hari / Tanggal : Kamis, 14 Mei 2015
Waktu : 20. 45 WIB
Lokasi : Ruang Redaksi Lentera Indonesia, Lantai 28, NET. TV,
The East Tower
Narasumber : Rianjana Putra
Jabatan : Editor Lentera Indonesia
Dewi Apriani : Mas Rian, ada tidak sih ketentuan editing di Lentera Indonesia?
Raianjana Putra : Kan reporter nyari data, kameramen ngambil gambar biasanya
bareng reporter. Kamu mau nulis apa, aku tanya gambarnya. Nah, begitu masuk
editing, kalau di sini kan sistemnya rough cut, sama VJnya dibikin kasar dulu, kan
sesuai naskahnya, nanti aku sebagai editor ngedit, nggak murni seratus persen
harus patokan dengan yang sudah dibikin sama VJ itu. Jadi, kadang-kadang kalau
memang aku ngerasa gambarnya nggak pas terus aku ganti, aku bongkar jadi
nggak ada patokan bahwa ngedit harus begini, harus begitu, yang penting
ceritanya ngalir, gambarnya ngalir, emosinya ngalir, yaudah gitu aja sih. Tapi
memang otomatis kalau itu menceritakan scene sebuah adegan masak atau apa itu
harus sesuai dengan naskahnya, yang penting sih kalau ngedit gambar harus
sesuai dengan naskah. Panduan saya naskah aja. Umpamanya VJ ngambil gambar
matahari dua angle, VJ milih yang A kemudian ketika aku ngedit kok kayaknya
lebih cocok yang B, ya ganti.
Dewi Apriani : Kalau untuk naskahnya yang bikin reporternya ya, Mas?
Rianjana Putra : Reporter lalu diedit sama produser.
Dewi Apriani : Lalu untuk dubbingnya sendiri direkamnya sebelum diedit atau
barengan pas edit?
Rianjana Putra : Sebelum edit. Jadi ketika masuk ke ruang editing itu semua
sudah masuk, gambar, dubbing, naskah, masuk ke aku. Nah, nanti aku yang
mengolah.
Dewi Apriani : Itu berarti dubbingnya per frame ya Mas?
Rianjana Putra : Nggak. Dubbingnya itu sesuai naskah. Naskah kan per paragraf,
dubbingnya ya semua itu dibaca. Nanti yang menentukan jeda per kata itu aku.
Dewi Apriani : Mas Rian pernah menemukan nggak audio dari narasumber yang
terlalu kecil atau ada noisenya?
Rianjana Putra : Banyak. Itu kondisi di lapangan, ya sudah mau gimana lagi.
Dewi Apriani : Cara mengatasinya bagaimana, Mas?
Rianjana Putra : Jadi begini, kalau audio, natural sound kan ada tiga, natural
sound yang benar-benar ambience, atmosphere, yang kedua adalah chit chat, dan
yang ketiga sound bite, itu wawancara. Kalau yang natural sound, athmosphere
yang kayak suara angin, kalau itu rusak aku ganti. Kan aku punya stock, sekian
lama ngedit yang bagus-bagus aku simpan. Kalau audio yang liputan noise, jelek,
ya sudah aku ganti pakai stockku. Tapi kalau chit chat, sound bite, rusak dan itu
diperlukan ya mau nggak mau aku pasang. Tapi kalau ini mutlak harus ada
nggak, kalau nggak ya aku hilangkan seluruhnya, jadi kalau chit chatnya hilang ya
otomatis aku hilangkan. Jadi, kebetulan di NET. itu untuk audio kita nggak ada
audio post pro, maksudnya kalau di film audio rusak diolah biar jadi bagus, di sini
nggak ada. Kita nggak ada. Kalau di tv itu nggak ada, bukan nggak ad
kemampuan tapi nggak ada waktu. Audio post pro kan butuh waktu lama, kalau di
tv waktunya nggak banyak. Jadi kalau dibutuhkan terus audionya rusak ya sudah
tempel saja. Tinggal nanti bilang ke penanggungjawab kalau audionya rusak di
bagian ini.
Dewi Apriani : Kalau misalnya lagi ngedit terus kekurangan yang seharusnya ada
gambar tertentu biar lebih nyambung, itu bagaimana, Mas?
Rianjana Putra : Sekali lagi stock shot. Dari sekian banyak, itu yang bagus aku
simpan, jadi bisa stock shot. Kalau nggak ada pilihannya, kalau mau maksa pakai
gambar itu atau dipotong. Tapi kalau aku sih, misalnya untuk scene orang jalan,
harusnya ada gambar kaki, tapi kalau aku melihat itu nggak mutlak kok, ya sudah
nggak usah pakai gambar itu, pakai gambar yang lain saja.
Dewi Apriani : Di sini editor ikut rapat pra produksi atau bagian pasca saja?
Rianjana Putra : Kalau sekarang karena flownya sudah kepegang jadi pasca
produksi sudah hampir nggak pernah. Jadi tim liputan jalan, bawa pulang, ngobrol
begini maunya begini, ada kekurangan di bagian ini, itu saja. Tapi dulu ketika
pertama kali NET. berdiri, maksudnya program itu pertama kali ada, produsernya
kebetulan ngajak aku ngobrol, aku pengin bikin kayak gini, itu gimana. Ketika
flownya sudah jalan, ya sudah kita lebih ke pascanya doang, nggak ikut pra.
Dewi Apriani : Di sini kan editnya pakai software Velocity, dari awal Mas Rian
memang sudah pakai Velocity atau semenjak di sini saja?
Rianjana Putra : Sebelum di sini, aku megang kakaknya Velocity, News Flash.
Begitu pindah ke sini dapat Velocity, jadi nggak masalah. Kalau buat editor bukan
di alat sih.
Dewi Apriani : Kenapa tidak menggunakan Final Cut Pro atau Adobe Premiere?
Rianjana Putra : Final Cut tidak mampu mengolah Full HD. Yang mampu
mengolah Full HD itu hanya Velocity, Premiere, Edius. Kita pakai Premiere dan
Edius tapi kebetulan yang dipakai untuk Lentera Indonesia itu Velocity. Kalau
yang pakai Premiere itu program Weekend List, ILook, kalau Edius itu Ini
Talkshow.
Dewi Apriani : Waktu yang dibutuhkan untuk mengedit itu berapa lama?
Rianjana Putra : Satu episode dengan preview potong durasi, finishing empat
hari empat shift. Satu shift delapan jam. Sistemnya kita by shift. Tiap hari itu
Lentera Indonesia dapat satu shift, shift tiga, satu shift delapan jam, jadi empat
hari.
Dewi Apriani : Mas Rian di sini editornya hanya sendiri atau berapa orang?
Rianjana Putra : Kalau di Lentera Indonesia sendiri.
Dewi Apriani : Kalau untuk alur editingnya sendiri bagaimana, Mas?
Rianjana Putra : Jadi editingnya tuh dari tim liputan ngasih naskah, ngasih
materi ke aku. Aku edit. Selesai edit akan dipreview sekaligus potong durasi,
setelah itu kita revisi kemudian finishing. Dan proses edit itu tiga hari, preview
dan finishing itu hanya sehari saja.
Dewi Apriani : Berarti ini masuknya non linier ya, Mas?
Rianjana Putra : Iya non linier. Disebut non linier editing itu kita ngeditnya
pakai software. Kalau linier, kita ngeditnya dari kaset ke kaset pakai VTR. Intinya
di sini sudah non linier semua. Jadi, sebutan linier dan non linier itu bukan kita
pakai kamera apa tapi kita ngeditnya pakai apa.
Dewi Apriani : Kalau kekurangan dari editing non linier apa, Mas?
Rianjana Putra : So far sih kekurangan non linier itu karena pakai software pakai
komputer, kemungkinan nge-hang banyak, kemungkinan tiba-tiba komputer
berhenti itu banyak. Kalau kelebihannya, ngeditnya enak, kalau ada kekurangan
tinggal tambahin.
Jakarta, 14 Mei 2015
Editor Lentera Indonesia
( Rianjana Putra )
REVOLUSI TUAN GURU Narmada, Lombok Barat
TOKOH Nama : Hasanain Juaini Pendidikan : S2 Hukum Univ. Mataram Pekerjaan : Pemimpin pesantren Nurul Haramain
Peraih Ramon Magsaysay Award 2011 TEMPAT
1. Geografis: Perkampungan. 2. Lokasi desa: Desa Lembuak, Kec. Narmada, Lombok Barat. 3. Lokasi shooting: pesantren, area kampung, ladang, kampus.
CERITA HASANAIN Lahir dan besar di lingkungan pondok pesantren, tidak menjadikan tuan guru bernama Hasanain Juaini ter-kooptasi dengan lingkungan sekitarnya. Ayahnya almarhum adalah pendiri Pondok Pesantren Nurul Haramain, pada tahun 1952 di Desa Lembuak, Kecamatan Narmada, Lombok. Presantren yang pada awalnya dibangun dengan cara tradisional, oleh Hasanain kemudian dikembangkan dengan cara yang lebih modern. Hasanain mampu merubah paradigma nilai ke-agamaan yang kental dari balik tembok pondok pesantren, menjadi lembaga pendidikan yang berbasis lingkungan dan teknologi. TENTANG PESANTREN Nurul Haramain mengusung konsep utama Islam yang rahmatan lil alamin. Islam yang bermanfaat bagi semesta dan seluruh umat manusia. Dengan tiga nilai dasar; anti korupsi, pelestarian lingkungan, dan pengelolaan sampah. Serta dua prinsip utama; kesetaraan gender dan pluralisme. Terkait sampah, mereka mengelola 1 ton per hari. Bentuk nyata dari “kebersihan bagian dari iman”. Dengan konsep reduce, reuse, recycle (3R) ia bisa menjual kembali sampah botol, kertas, atau bahan logam. Mereka menggunakan pembakaran dengan teknik plasma. SEGMENTASI KATEGORI IDE LOKASI VISUAL KONTEN SEGMEN 1 Masalah Area Anak2 mengangkuti “Kami malu. Agama saya
pesan-tren
sampah dari berbagai area pesantren menggunakan truk, memisah-misahkannya, dan diolah ke tungku pembakaran.
mengajarkan bahwa kebersihan bagian dari iman, tapi mengurus sampah saja tak bisa.” Ia berusaha selesaikan dgn konsep, sampah tak boleh keluar dari satu lokasi dan menimbulkan masalah di lokasi lain. Konsep yg jauh lebih efektif dari pengelolaan sampah di Jakarta.
Perkenal-an
Set-up pesantren Set-up wilayah. Hasan berhitung konsepnya dengan kalkulator.
Produksi 1 ton sampah per hari, dihasilkan dari 1.600 orang santri. Kegundahan Hasan tentang sampah. Kita tak bisa hanya menghasilkan sampah.
Tantangan Aktivitas Michael membaur dan mengajar bahasa Inggris
Nurul Haramain meninggikan nilai kesetaraan gender dan menghargai perbedaan. Kehadiran Michael salah satu wujudnya. Interaksi dan tinggal bersama masyarakat berbeda keyakinan bukan sesuatu yang baru di sini. Sesuai visinya; berdiri untuk semua golongan.
SEGMEN 2 Usaha Area pembibit-an
Bertanam dan belajar di hutan buatan
Kearifan terhadap lingkungan sudah diatur dalam Islam. Maka ia mengembalikan fungsi alam. Tahun 2003 ia membeli lahan tandus
seluas 36 hektar dan disulapnya menjadi kawasan konservasi hutan yang ia namai Desa Madani. Hutan ini kini menjadi laboraorium bagi santri.
Usaha Per-kampung-an
Interaksi dengan masyarakat Membagikan bibit tanaman
Pembibitan yang dilakukan santri memberikan hasil yang fantastis setiap tahunnya, yakni sekitar 1 juta hingga 1,5 juta bibit pohon. Seluruh bibit ini dibagikan secara gratis kepada siapapun yang ingin menanam. Cerita pelibatan warga untuk konservasi lingkungan. “Kita sudah mendapatkan begitu banyak dari alam ini, maka kita harus tanya pada diri seberapa banyak yang kita berikan kepada alam.”
Personal-isasi
Tentative Aktivitas bersama keluarga
Suka duka hidup dalam lingkungan pesantren. Dia juga pernah putus asa, ketika dihadapkan situasi sulit. Tapi ia terus bangkit melawannya.
SEGMEN 3 Usaha Kampus Memberi ceramah di IAIN
Medium dakwah menjadi kesempatannya menyampaikan pesan2 lingkungan dan toleransi.
Hasil Area pesan-
Santri wanita merakit laptop dan
Tiang negara itu adalah wanita. Tak boleh ada
tren komputer Santri laki-laki main band
beda pendidikan antara laki-laki dan perempuan. Kreativitas mereka harus berkembang. Nurul Haramain menjadi lembaga pendidikan yang berbasis lingkungan dan teknologi.
Hasil Tentative Aktivitas bersama santri Reflektif.
Kini setelah lebih dari 15 tahun ia menegakkan prinsip man jadda wa jadda, melalui pendidikan untuk para santri dan santriwatinya, beberapa apresiasi pun ia dapatkan. Seperti Ashika International dan Ramon Magsaysay pada tahun 2011. “Energi saya dari ajaran agama.”
1
LENTERA INDONESIA GERAK LAKU TUAN GURU -EDITED
TIM LIPUTAN : KHAIRIL HANAN LUBIS, FRANCISKA ANISTIYATI TOKOH UTAMA : HASANAIN JUAINI LOKASI : NARMADA, LOMBOK BARAT WAKTU SHOOTING : 19 – 23 MEI 2015
SEGMEN 1 TEXT (BACKGROUND HITAM) BACKSOUND LENTERA INDONESIA
NEWS ENTERTAINMENT TELEVISION
VIDEO AUDIO
[OPENING]
DETAIL KAKI JALAN, SUARA KRESEK2 ILALANG, HASANAIN JALAN MEMBAWA BIBIT TANAMAN. MENGGALI TANAH, MENANAM BIBIT, TANGAN MENUTUPI DENGAN TANAH, DISAMBUNG DRONE; MENANAM DI PINGGIR TEBING DIANTARA RIMBUNAN PEPOHONAN
TRANSISI BUMPER – LENTERA INDONESIA SAMPAH DINAIKKAN KE PICK-UP, PERJALANAN KE TEMPAT PEMBAKARAN SAMPAH DITURUNKAN, SANTRIWATI MEMILAH2 YANG BISA DIJUAL HASANAIN MEMEGANG KARUNG UNTUK DIMASUKKAN SAMPAH AKTIVITAS MEMILAH SAMPAH
ADA AKTIVITAS RUTIN YANG SUDAH KAMI JALANKAN TIGA TAHUN TERAKHIR// TIGA KALI DALAM SEHARI/ DIKERJAKAN PARA SANTRI/ MENGELOLA SAMPAH KAMI SENDIRI// BERASAL DARI BERBAGAI SUDUT PESANTREN PUTRI/ KUMPULAN SAMPAH INI DIBAWA MENUJU KOMPLEKS PESANTREN PUTRA/ TEMPAT TUNGKU PEMBAKARAN BERADA// LOGAM/ KERTAS/ BOTOL/ DAN SAMPAH PLASTIK/ MULAI DIPISAHKAN DARI TUMPUKAN BESAR// KAMI MEMBAGINYA ATAS EMPAT JENIS TERSEBUT// SB. HASANAIN JUAINI (PEMIMPIN PONPES NURUL HARAMAIN) ANS_3414 (01:23-01:35) “Nanti ada lagi di unit berikutnya, di situ jadi 16, sesuai dengan jenis yg bisa diproses di pabrik daur ulangnya.” MEREKA ADALAH TIM KEBERSIHAN/ YANG TERBENTUK DI PESANTREN PUTRI MAUPUN PUTRA// TANPA RAGU MEREKA MENGADUK SAMPAH-SAMPAH INI TIAP HARI/ TAK ADA LAGI RASA TAKUT KOTOR// SB. RINI WAHYUNINGSIH (SANTRIWATI NURUL HARAMAIN) ANS_3421 (00:19-00:28)
2
SET-UP BAKAR SAMPAH BIASA DI BELAKANG DETAIL TUNGKU PEMBAKARAN, TUMPUKAN TANAH, PASIR ANAK2 MENYAPU DAN MENGERUK SISA SAMPAH
“Ini kan jadi kewajiban kita sebaga muslim kan karena kebersihan itu sebagian dari iman. Allah juga menyukai keindahan.” –cut- (00:39-00:41) “karena kan ini sampah dari kita gitu.” –cut- (00:46-00:47) “jadi ya gak ada rasa jijik.” PERKARA SAMPAH INI SUDAH BERLANGSUNG LAMA/ SEIRING DENGAN MENINGKATNYA JUMLAH PENGHUNI ASRAMA// AKU MALU// AGAMAKU MENGAJARKAN KEBERSIHAN SEBAGIAN DARI IMAN/ TAPI MENGURUS SAMPAH SAJA TAK BISA// TUNGKU BERSUHU 600 DERAJAT CELCIUS (dibaca: selsius) INI DIPILIH UNTUK MENGHADAPI PRODUKSI SATU TON SAMPAH PER HARI// ABU HASIL PEMBAKARAN/ BISA DIGUNAKAN MEMBUAT ASPAL SINTETIS// CARA INI SEBENARNYA BELUM IDEAL/ DENGAN BANYAKNYA ASAP YANG KELUAR// TUNGKU BARU SEDANG KAMI BANGUN/ MENGGUNAKAN TEKNOLOGI PLASMA YANG BISA MENGURANGI ASAP// PROSES INI JAUH LEBIH HEMAT DAN EFEKTIF/ APALAGI SEBAGIAN BIAYA OPERASIONAL TERTUTUPI DARI HASIL DAUR ULANG// PRINSIPNYA/ SAMPAH TAK BOLEH KELUAR DARI SATU LOKASI DAN MENIMBULKAN MASALAH DI LOKASI LAIN// SB. HASANAIN JUAINI (PEMIMPIN PONPES NURUL HARAMAIN) ANS_3442 (08:55-09:42) “Ibu kita ini bumi ini, maka setiap orang yang membuang sampah harus bertanggung jawab terhadap sampah yang dibuangnya. Ndak bisa memanggulkan tanggung jawab itu kepada orang lain. Ini yg kita beritahu kepada orang tua, anak2 sehingga mau laki mau perempuan anak2 ini biasa saja menghadapi sampah. Paling inti adalah saya sendiri tidak hanya meyuruh, saya juga melakukan saya bergelut dgn sampah. Saya tau ada 1300 item jenis sampah yg ada di sini yg kita lakukan pencatatannya. Jd org tua tidak complain thd saya karena saya tdk menyuruh apa yg tdk saya lakukan tapi saya menyuruh mereka apa yg memang saya sendiri lakukan.”
SET-UP PONPES (PUTRA & PUTRI) UJIAN LISAN DAN LATIHAN PRAMUKA
MENDIDIK DENGAN KETELADANAN MEMANG MENJADI DASAR PESANTREN INI// AKU DISEBUT TUAN GURU ATAU SEMACAM KIAI DI SINI// PARA SANTRI SENDIRI BIASA MEMANGGILKU MAMIK// BERADA DI DESA LEMBUAK/ KABUPATEN LOMBOK BARAT/ NUSA TENGGARA BARAT/ HARAMAIN PERTAMA KALI DIDIRIKAN AYAHKU TAHUN 1952// KETIKA ITU MASIH BERBENTUK SEKOLAH AGAMA//
3
BARU TAHUN 1990/ BENTUKNYA BERUBAH MENJADI PONDOK PESANTREN PUTRA// DAN SEUSAI MENYELESAIKAN PENDIDIKAN SARJANA DI JAKARTA TAHUN 1996/ AKU MENDIRIKAN NURUL HARAMAIN PUTRI// PESAN IBU YANG SELALU MENGINGATKANKU UNTUK MEWUJUDKANNYA// SB. HASANAIN JUAINI (PEMIMPIN PONPES NURUL HARAMAIN) ANS_3741 (00:32-00:45) “Bahwa sesungguhnya laki dan perempuan itu seperti seekor burung, jd satu sayap kanannya laki satu sayapnya perempuan. Jd burung ini tidak akan pernah terbang kalo kedua sayapnya gak seimbang.” PESANTREN SEBAGAI SALAH SATU LEMBAGA PENDIDIKAN TERTUA DI INDONESIA/ TAK BISA LAGI BERSIKAP EKSKLUSIF/ MENJADI MENARA GADING YANG TERISOLASI DARI MASYARAKAT//
AKTIVITAS DISKUSI TOLERASI ROLL DIKIT SAAT HASANAIN BICARA INSERT FOTO2 MICHAEL
KAMI MENYIAPKAN MEREKA UNTUK TERBIASA HIDUP DI TENGAH PERBEDAAN// SUDAH BEBERAPA KALI WARGA DARI BERBAGAI NEGARA IKUT TINGGAL DI SINI//MEREKA DATANG DARI LATAR BELAKANG KEYAKINAN YANG BERAGAM// SB: DWI YUSRIKA TAUTIN (SANTRIWATI PONPES NURUL HARAMAIN) ANS_3167 (01:01-01:26) “Kalo kita di sini tu kalo masalah keyakinan kita gak pernah masalahkan, kalo ada tamu kita gak pernah nanya ini orang agama apa, yg penting kita tu have fun aja nanya2 ih gimana kalo di negaranya kayak gimana, gimana kesan pertamanya di indonesia, atau gak simak dong bahasa inggris saya udah bener atau gak sih, gitu.” BARU BEBERAPA HARI LALU/ MICHAEL HARRIS SEORANG AUSTRALIA/ MENINGGALKAN KAMI SETELAH DUA MINGGU TINGGAL DI SINI// PESANTREN INI BERDIRI UNTUK SEMUA GOLONGAN// SB. HASANAIN JUAINI (PEMIMPIN PONPES NURUL HARAMAIN) ANS_3164 (05:08-05:20) “Toleransi tidak pernah bisa diajarkan, didikkan dengan sempurna tanpa pengalaman empiris. Kami mendapat keuntungan ada org yg percaya mau merasakan perbedaan itu langsung di sini.”
AKTIVITAS PEMBIBITAN
TAK HANYA PADA SESAMA MANUSIA/ HIDUP SELARAS
4
DENGAN ALAM PUN KAMI JALANI// KAMI MEMILIKI BEBERAPA AREA PEMBIBITAN YANG DIKERJAKAN PARA SANTRI// AKTIVITAS YANG TERUS KAMI LAKUKAN SEJAK 13 TAHUN LALU// SB. IIN HARYANINGSIH (SANTRIWATI PONPES NURUL HARAMAIN) ANS_3663 (00:30-00:51) “Kita di sini dididik sama tuan guru kita, mamiq, utk minimal kita punya 1 pohon yg bisa kita banggain utk kasi ke daerah kita itu. Apalagi kalo kita sampe menanam beberapa pohon, terus disebar ke beberapa daerah, jadinya udah berapa manfaat yg kita tumbuhin di daerah kita itu sendiri.” SELURUH BIBIT INI KAMI BAGIKAN GRATIS BAGI SIAPAPUN YANG INGIN MENANAM/ MENUMBUHKAN JUTAAN POHON DI BERBAGAI PULAU// KAMI PUN IKUT MENANAM LANGSUNG// ADA SEKITAR 360 HEKTAR TELAH TERHIJAUKAN DI SEPUTARAN LOMBOK// SALAH SATUNYA DI KAWASAN BANDARA INTERNASIONAL// SB. DWI YUSRIKA TAUTIN (SANTRIWATI PONPES NURUL HARAMAIN) ANS_3653 (02:41-02:48) “Sekarang banyak sekali pohon yg ditebang sembarangan, ya biarkanlah mereka yg gak sadar itu yg menebang, kita yg sadar yg menanam.” KITA SUDAH MENDAPAT BEGITU BANYAK DARI ALAM INI// MAKA KITA HARUS TANYA PADA DIRI SENDIRI/ SEBERAPA BANYAK YANG KITA BERIKAN PADA ALAM//
TAUSYIAH KEPADA SANTRI USAI SOLAT MAGHRIB
ROLL. ANS_3885 (00:01-00:30) Hasnain tausyiah setelah maghrib “Mereka akan berdoa dan tentu saja tidak lupa mendoakan orang yg dulu pertama kali membuat bibitnya, mendoakan yg menanamnya, yg menyiramnya, yg memeliharanya. Anak2ku sekalian, mungkin kita sehat, mungkin kita mendapat kesenangan, kebahagiaan, diantaranya karena didoakan oleh pohon2 yg kita sedekahkan dulu.”
SEGMEN 2 TRANSISI SEMBURAT PAGI AKTIVITAS DI HUTAN BUATAN, HASANAIN JALAN
SB. HASANAIN JUAINI (PEMIMPIN PONPES NURUL HARAMAIN) ANS_4062 (02:18-03:00) “Di sini ini mereka itu punya filosofi ya, namanya itu ‘pelisak bangun batu; kalo aku tak liat, aku tak percaya.’ Jadi kita percuma bicara di podium, pake buku, khotbah, ndak ada artinya kalo ndak ada contoh nyata yg mereka lihat. Jadi sekali meluncurkan
5
JALAN DI PINGGIR LAPANGAN MENYUSURI HUTAN MENUJU SUNGAI SALAH SATU MATA AIR MENYICIP AIR SUNGAI
program ini harus berhasil. Maka kita cari berbagai cara dan selamat. Baru setelah ini sekarang, masyarakat sekeliling kawasan hutan ini sekarang sudah menanam lahan2 mereka sendiri2.” MENINGKATKAN KESADARAN MASYARAKAT UNTUK MELESTARIKAN ALAM/ TAK MUNGKIN BERHASIL JIKA MEREKA TAK MERASAKAN KEUNTUNGAN DARI TINDAKAN TERSEBUT// BAGIKU MENANAM BUKAN SEBUAH PROGRAM/ TAPI UPAYA MENDIDIK DENGAN CONTOH NYATA// LIMA BELAS TAHUN LALU LAHAN SELUAS 56 HEKTAR DI DESA SEDAU INI MERUPAKAN TANAH TANDUS// SEBERSIT RAGU SEMPAT MUNCUL/ MASIH ADAKAH HARAPAN DARI TEMPAT SEGERSANG ITU?// ROLL. ANS_4080 (00:41-00:52) Hasanain berkeliling hutan “Dulu ini pakis sejenis ini udah ndak ada. Hilang. Ketika hilang air, dia ikut hilang ini. Sekarang datang air, dia muncul lagi. Ini perdu2 hutan.” ROLL. ANS_4080 (04:26-04:40) Hasanain menunjukkan dan meminum sumber air “Ini air hutan yg langsung tidak ada kontaminasinya. PESANTREN LALU MEMBELINYA TAHUN 2003// SULIT PASTI/ BUTUH LIMA TAHUN AGAR TANAMAN BISA TUMBUH DI SINI// DI HABITAT SEGERSANG INI/ OPTIMISME HARUS LEBIH BESAR DARI KUCURAN MATA AIR// SB. HASANAIN JUAINI (PEMIMPIN PONPES NURUL HARAMAIN) ANS_4082 (00:03-00:23) “Jumlah yang rusak itu sekitar 580 ribu hektar hutan kita rusak di lombok ini, sehingga sungai2 andalan seperti ini kering. Maka kita mulai terus. Karena susah menanam itu kan karena memang ndak ada airnya.” ALIRAN SUNGAI INI SEKARANG MENJADI SALAH SATU SUMBER AIR PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM// SELAMA KITA SALING MEMBERI PADA ALAM/ PINTU KEMAKMURAN SEHARUSNYA ADA DI DEPAN MATA// ROLL. ANS_4105 (00:37-00:50) Hasanain sambil jalan “Seharusnya kalo masy pinggiran hutan itu ndak boleh miskin. Semua bisa dijadikan uang. Tinggal sekarang harus ada pionir.” HUBUNGAN SALING PERCAYA/ YANG DIBUTUHKAN KINI ANTARA PEMERINTAH DAN MASYARAKAT// BUKAN LAGI SEKADAR PENDEKATAN PROYEK PENANAMAN// SB. HASANAIN JUAINI (PEMIMPIN PONPES NURUL
6
JALAN MASUK HUTAN GAMBAR2 GENERAL MADANI ESATBLISH PAKAI DRONE SET-UP KADES
HARAMAIN) ANS_4105 (02:35-03:25) “Tebang pohon penjara, tebang pohon tangkap. Muncul stigma di masy bahwa pemerintah ini spt lebih menghargai pohon ketimbang menghargai manusianya. Pemerintah hanya mau mengembalikan kelestarian alam tapi tdk memikirkan kehidupan org yg tinggal di situ. Pola itu yg kita ganti dgn cara kita menanam bersama masy, kita beri contoh, kemudian kita bantu bibitnya, kita bantu teknologinya, dan yg paling utama kita dgn tangan kita sendiri menunjukkan kepada mereka bahwa menanam kita anjurkan tdk hanya dgn mulut kita tapi dgn perbuatan kita.” (04:16-04:39) “Setelah masy percaya bahwa pohon ini jg menopang kehidupan mereka maka mereka mulai menyayangi pohon itu. Jd kita tidak melarang mereka menebang pohon, memang pohon itu ada utk mereka manfaatkan, tapi kita menekankan betul tebang 1 tanam 1000, tebang 1 tanam 1000.” LAHAN GUNDUL ITU KINI BERUBAH MENJADI KAWASAN HIJAU BERPOHON LEBAT// KAMPUNG MADANI KAMI MENYEBUTNYA// PERJUANGAN 13 TAHUN/ YANG MELIBATKAN SANTRI DAN MASYARAKAT// 403 KEPALA KELUARGA DI DUSUN LEMBAH SUREN INI MULAI MERASAKAN MASLAHATNYA// SB. MURNAH (KEPALA DUSUN LEBAH SUREN) ANS_4112 (03:49-03:59) “Kalo tanam kayu yg jual sampe puluhan2 jutalah semenjak mamik ada di sini karena mencontoh kan.” –cut- (04:09-04:26) “Kalo dari dulu tanam kayu sudah berapa besar gitu kan tapi ndak pernah ada contoh bahwa ini bisa. Jd tanah2 gersang sekarang banyak ditanami pohon2”
AKTIVITAS ENGLISH DEBATE & BEDAH BUKU
BERMANFAAT BAGI ORANG BANYAK ADALAH SEBAIK-BAIKNYA MANUSIA// SEBAGAI BEKALNYA/ PARA SANTRI TERUS BERGELUT DENGAN BERBAGAI RUANG DISKUSI/ MELUASKAN CAKRAWALA BERPIKIR MEREKA// SB. DWI YUSRIKA TAUTIN (SANTRIWATI PONPES NURUL HARAMAIN) ANS_3128 (03:33-04:01) “Kita sebagai perempuan bukan hanya bisa di belakang laki2, ketika ada sebuah kepemimpinan, pemimpinnya pasti laki2, kita pengen generasi selanjutnya tdk ada lg perbedaan seperti itu. Siapa yang bisa silahkan, bukan ‘ooh dia perempuan, jgn dong ada masih banyak laki2’ jadinya kesetaraan gender itu yang kita inginkan, jadinya ketika nanti kita di luar kita bisa memimpin di masyarakat.” KESETARAAN GENDER MENJADI MISI YANG KAMI USUNG TINGGI// TAK ADA BEDA PERLAKUAN LAKI DAN PEREMPUAN/ MEREKA PUN DIBERI KEBEBASAN UNTUK BELAJAR BAHASA
7
INGGRIS HINGGA KE PARE/ JAWA TIMUR// WANITA ADALAH TIANG NEGARA// ROLL DIKIT PAS DIALOG TENTANG MOVE ON SB. HASANAIN JUAINI (PEMIMPIN PONPES NURUL HARAMAIN) ANS_3166 (02:07-02:25) “Pendekatan kita pendekatan demokratis. Jadi ada panca jiwa di dalam pondok ponpes ini namanya berpikiran bebas. Sekalipun posisinya terakhir setelah mereka dapat ilmu pengetahuan. Tapi dalam ponpes ini juga harus ditanamkan berpikir bebas itu bagaimana caranya.”
AKTIVITAS KESEHARIAN SANTRI SILVI NYUCI BAJU INSERT GAMBAR LAGI BERSIH2 SILVI MENJEMUR PAKAIAN SILVI MASUK KE KAMAR BERTEMU RIKA INSERT GAMBAR RIKA DUDUK DI LANTAI ATAS SUASANA DI KAMAR
MENJADI SANTRI PASTI DIPENUHI SUKA DUKA// SEPERTI YANG KULALUI DULU DI PESANTREN GONTOR JAWA TIMUR// MANDIRI DAN MANAJEMEN WAKTU/ JADI PELAJARAN DASAR SETIAP HARI// SB. SILVIA EKA SAVITRI (SANTRIWATI PONPES NURUL HARAMAIN) ANS_3776 (00:09-00:16) “Biasanya kita nyuci waktu sore, soalnya cuman di sana tempat ada waktu. Selain sore pasti banyak kegiatan.” JADWAL KETAT/ BANYAK ATURAN/ HINGGA USTADZ DAN USTADZAH YANG GALAK MENJADI SELENTINGAN YANG SERING KITA DENGAR// APAPUN ITU/ TAK SEBANDING DENGAN PENGALAMAN BERHARGA YANG DIDAPAT SELAMA TINGGAL DI PONDOK// SB. SILVIA EKA SAVITRI (SANTRIWATI PONPES NURUL HARAMAIN) ANS_3790 (00:49-00:56) “Kita kan hidup dengan banyak orang, jadinya pasti ada konflik dan pastilah ada pertengkaran antara satu dgn yg lain.” –cut- (01:04-01:18) “Kita pecahin bersama. Biasanya kita kumpul satu kamar itu ntr disana kita ngomong apa kritikan utk yg ini utk yg itu, jadinya kita bisa pecahin masalah itu sendiri.” ADA 1.600 SANTRI PUTRA DAN PUTRI DI PESANTREN INI// MEREKA TAK LAGI SEKADAR TEMAN/ MEREKA ADALAH KELUARGA// PENGGANTI AYAH/ IBU/ SAUDARA/ YANG BEGITU JAUH DI RUMAH SANA// SB. DWI YUSRIKA TAUTIN (SANTRIWATI PONPES NURUL HARAMAIN) ANS_3805 (01:50-02:02) “Kalo udah lama belajar pasti jenuh, pengen minta pulang, tapi kalo dilayanin terus kapan kita berhasil. Palingan kalo jenuh ke lantai 4, cari pemandangan baru, suasana baru.”
8
SHALAT MAGHRIB BERJAMAAH DI LAPANGAN
PARA SANTRI DATANG DARI BERBAGAI DAERAH// TAK ADA LAGI BATAS GEOGRAFIS// MEMOTIVASI MEREKA UNTUK MENGEJAR MIMPI KEMANA SAJA// SB. SILVIA EKA SAVITRI (SANTRIWATI PONPES NURUL HARAMAIN) ANS_3807 (00:50-00:54) “Saya ingin menjadi pengacara.” SB. DWI YUSRIKA TAUTIN (SANTRIWATI PONPES NURUL HARAMAIN) ANS_3808 (00:01-00:03) “Pengen jadi duta besar Indonesia.” –cut- (00:13-00:28) “Nanti kalo saya ditempatkan di negara lain jadinya kan sering tidak adil tu kalo ada TKW di sana, pembelaan dari Indonesia tu kurang, jadinya pengen memperbaiki aja hubungan antar negara.” SETELAH SEKIAN TAHUN DITEMPA/ KAU TAK HANYA MENJADI PRIBADI YANG DEWASA/ PUN LEBIH MENGHARGAI MAKNA KEBERSAMAAN// DAN SATU LAGI../ SIAP UNTUK BERKARYA DI MANA SAJA//
SEGMEN 3 AKTIVITAS LATIHAN BAND DI STUDIO AKTIVITAS RUANG MULTIMEDIA DAN UJIAN
ADA LIMA NILAI ATAU PANCA JIWA YANG MENDASARI KEHIDUPAN DI PONDOK// KEBEBASAN SALAH SATUNYA// BEBAS BERKREASI/ DENGAN TANGGUNG JAWAB MENGIRINGI// GRUP BAND INI SALAH SATU WADAHNYA// SB. ZAINAL ABIDIN (SANTRI PONPES NURUL HARAMAIN) ANS_4157 (00:42-01:04) “Ketua yayasan kami juga bilang, jika kalian dilepas dan dijatuhkan dari helikopter kalian harus siap jatuh dimana dan bisa bertahan hidup. Jadi artinya santri2nya gak cuman bisa di satu, dia taruh di sini bisa di sana bisa.” MEREKA MENAMAINYA RUB’UL QORNI/ YANG BERARTI SEPEREMPAT ABAD// ANAK-ANAK INI ADALAH GENERASI KE-25 NURUL HARAMAIN// KAMI FASILITASI MEREKA DENGAN PEREKAM SUARA// SB. NURKHOLIS SUHAIMI (GURU PONPES NURUL HARAMAIN) ANS_4158 (00:39-00:49) “Supaya ada dari santri2 yg mempunyai bakat seni, musik, juga bisa menyalurkan supaya kita bisa rekam supaya bisa didengarkan sama teman2 yang lain.” DI SINI/ KAMI BERUSAHA MENDIDIK BERBASISKAN LINGKUNGAN DAN TEKNOLOGI//
9
ONLINE AKTIVITAS MINI BANK
/ UJIAN PUN DILAKUKAN SECARA ONLINE SEDARI TUJUH TAHUN TERAKHIR// PUN DI BIDANG EKONOMI// ADA BANK MINI YANG MULAI BEROPERASI SEJAK AKHIR TAHUN LALU// BISA MENABUNG TIAP HARI/ ATAU INVESTASI LEWAT TABUNGAN JANGKA PANJANG// SB. MAULANA MALIK MADANI (SANTRI PONPES NURUL HARAMAIN) ANS_4186 (00:36-00:43) “Terasa lebih mudah mengatur keuangan. Tinggal narik, setor lagi.” –cut- (01:24-01:37) “Harus nulis keperluannya supaya ustad ustadzahnya ngertilah mau dipake apa uangnya.” SELURUH SANTRI BISA MENDAPAT KESEMPATAN MENJADI DIREKSI// PETUGASNYA BERGILIR TIAP SEBULAN SEKALI// MELATIH MEREKA/ JIKA HENDAK MENDIRIKAN LEMBAGA KEUANGAN DI KAMPUNG MASING-MASING KELAK//
AKTIVITAS DI RUMAH HASANAIN MEMOTONGLEMBARAN2 BUKU, MELAKUKAN SCAN UNTUK DIGITALISASI INSERT GAMBAR2 AKTIVITAS DENGAN BUKU MENGAMBIL BIBIT, MENANAM
INILAH YANG MENJADI ALASANKU MENGAPA DULU NURUL HARAMAIN BERDIRI MENJADI PESANTREN// SB. HASANAIN JUAINI (PEMIMPIN PONPES NURUL HARAMAIN) ANS_3500 (00:05-00:35) “Pendidikan adalah cara paling pintas dan paling memungkinkan utk melakukan perubahan atau untuk membangun peradaban. Kemudian mengapa ponpes, karena ponpes adalah prototype atau bentuk asli pendidikan kita ala Indonesia. Sehingga gabungan antara pendidikan dan kulturalitas itulah yg saya kira punya harapan untuk bisa berhasil.” SETELAH IMAN DAN AMAL SALEH/ ILMULAH YANG AKAN MENGANGKAT DERAJAT KITA// SEJAK 2001/ AKU MULAI MENDIGITALKAN BERBAGAI BUKU// SB. HASANAIN JUAINI (PEMIMPIN PONPES NURUL HARAMAIN) ANS_3480 (00:44-01:08) “Siapa yg mau pandai, bahannya sudah ada. Jadi silahkan, jgn karena gak mampu beli buku kemudian gak baca. Semua sudah ada. Dari buku2 terakhir kita dikirimkan oleh penerbit, ya kita beli, digitalisasi di sini, kemudian dishare.” TIAP HARI AKU MELAKUKANNYA/ PAGI MAUPUN DI SISA KEKOSONGAN HARI// KINI TERKUMPUL HAMPIR 60 RIBU JUDUL BUKU DALAM PERPUSTAKAAN DIGITAL/ YANG BISA DIAKSES SELURUH SANTRI MAUPUN MASYARAKAT UMUM// JIKA PENAT MENDERA/ TANAMAN DI HALAMAN MENANTI
10
DI HALAMAN INSERT GAMBAR POTONG PEPAYA FOTO2 ANAK GAMBAR ISTRI DI TK
DIPELIHARA// INI LINGKUP KECIL PEMBIBITAN YANG BISA DILAKUKAN/ DARI HALAMAN RUMAH SENDIRI// SB. HASANAIN JUAINI (PEMIMPIN PONPES NURUL HARAMAIN) ANS_3487 (01:30-01:58) “Wajib tiap tahun itu 1 juta bibit, setiap tahun. Gampang kan kalo pepaya kayak tadi itu bisa 500, yg jadi itu 1 pepaya. Jd saya biasanya kalo pergi ke kota lewat pasar saya beli pepaya yg rusak yg ndak terjual tapi bagus. Itu utk diambil bijinya.” KELUARGA LAH ENERGIKU SELAMA INI// DARI EMPAT ANAKKU/ HANYA SI BUNGSU YANG MASIH MENEMANI// ANAK KEDUA DAN KETIGA KINI MONDOK DI PESANTREN GONTOR// SEMENTARA SI SULUNG/ SEDANG MELANJUTKAN S-2 DI MAINZ UNIVERSITY/ JERMAN// ISTRIKU KINI MENGELOLA PAUD DI SISI TIMUR PONDOK// SARANA YANG MEMPERTEMUKAN KAMI DULU OKTOBER 1988/ SAAT IA MENGIKUTI PENATARAN GURU TK/ DAN AKU PANITIANYA// SB. RUNIATI (ISTRI HASANAIN JUAINI) ANS_3562 (07:27-07:45) “Selama dia berkarya itu terus saja ndak apa2, yg penting itu bermanfaat utk masyarakat, utk lingkungan, utk pondok, utk keluarga, itu aja.”
FOOTAGE: DOC. PRIBADI INSCRIBER 1: MANILA, 31 AGUSTUS 2011 INSCRIBER 2: HASANAIN JUAINI MENDAPAT PENGHARGAAN INTERNASIONAL “RAMON MAGSAYSAY AWARD”, KARENA MENGEMBANGKAN PESANTREN YANG PEDULI LINGKUNGAN, KESETARAAN GENDER, DAN MEMBANGUN KERUKUNAN BERAGAMA. INSERT FOTO2 PENGHARGAAN JEJERAN PIALA PENGHARGAAN
ROLL. PENGUMUMAN MAGSAYSAY (00:00-00:11) SOUND: 04:51-05:15 GAMBAR: 05:18-05:32 ROLL. HASANAIN ACCEPTANCE SPEECH (03:01-03:25) This award has strengthened and energized me to reach my goals. Together let us unite and mutually extend our help to the people of the world so that in this era of globalization, we will live in a spirit of brotherhood. (Penghargaan ini telah memperkuat dan menambah energi saya untuk mencapai tujuan. Bersama mari kita bersatu dan saling memberikan bantuan untuk orang-orang di seluruh dunia sehingga dalam era globalisasi ini, kita akan hidup dalam semangat persaudaraan). SEBELUMNYA TAHUN 2003 AKU MENERIMA ASHOKA FELLOWSHIP/ MAARIF AWARD TAHUN 2008/ DAN BERBAGAI APRESIASI LAIN// TUHAN RUPANYA INGIN AKU BEKERJA LEBIH KERAS LAGI//
AKTIVITAS KEGIATAN OUTDOOR DI MADANI
SB. DWI YUSRIKA TAUTIN (SANTRIWATI PONPES NURUL HARAMAIN) ANS_5815 (00:46-01:09)
11
DIBUKA DENGAN DRUM BAND, LALU TAEKWOND O DAN PRAMUKA CLOSING: MEMBENTUK HURUF NH FOR THE WORLD, GAMBAR UDARA DENGAN DRONE
“Segala sesuatu yg kita tanam pasti kita juga yg akan memetiknya. Walaupun bersakit2 dahulu, akan bersenang2 kemudiannya. Walaupun dulu malas, capek, ‘ih ntarlah mau nunda2 aja gitu’ tapi tetap aja semangat dari tuan guru mamiq harus pokoknya jgn pernah kita kerja setengah2, itu aja yg mamiq selalu bilang ke kita.” TANTANGAN PASTI ADA SAJA// TAPI SELAMA KITA MENGETAHUI FILOSOFI DARI APA YANG KITA LAKUKAN/ TINGGAL FUNGSI LIDAH MENJELASKAN// ANAK-ANAK INI MAKIN SIAP UNTUK MENERUSKAN// SB. HASANAIN JUAINI (PEMIMPIN PONPES NURUL HARAMAIN) ANS_5823 (06:49-07:17) “Islam itu rahmatan lil alamin. Maka kita menyiapkan Nurul Haramain ini adalah salah satu center of excellent, kita mengupayakan di sini mendidik anak2 agar siap menjadi penduduk dunia yg baik, yg benar, mencintai keindahan, hidup bermanfaat, dan kalo bisa dibuktikan dgn dirinya sendiri bisa makmur.” MANUSIA DICIPTAKAN DENGAN MEMEGANG DUA AMANAH/ MEMELIHARA ALAM/ DAN BERIBADAH DI ATASNYA// SUDAH SAATNYA PERINTAH ITU KITA TINGGIKAN/ AGAR KATA-KATA TAK MAKIN KEHILANGAN MAKNA//
TERIMA KASIH: PARA SANTRI DAN PENGAJAR PONDOK PONPES NURUL HARAMAIN, DESA LEMBUAK, KECAMATAN NARMADA, KABUPATEN LOMBOK BARAT, NUSA TENGGARA BARAT. WARGA DESA LEMBUAK, KECAMATAN NARMADA, KABUPATEN LOMBOK BARAT, NUSA TENGGARA BARAT.