ANALISIS DEBIT DRAINASE PRIMER DI KOTA SABANG...

9
Jurnal Teknik Sipil ISSN 2302-0253 Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 9 Pages pp. 21- 29 21 - Volume 4, No. 1, Februari 2015 ANALISIS DEBIT DRAINASE PRIMER DI KOTA SABANG TERHADAP PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN Amir Hamzah Isa 1 , Eldina Fatimah 2 , Azmeri 3 1) Magister Teknik Sipil Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 2,3) Prodi Magister Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh 23111, Indonesia Email : [email protected] Abstract: Sabang City is an area a tourist destination, so it needs a representative drainage treatment. Sabang city population growth is increasing and the number of conversion of land use that is not followed by proper drainage handling feared to cause various problems, in addition to the unavailability of data systems both macro and micro drainage in the city of Sabang. The aim of the study was to analyze the condition of all 73 primary channels and the amount of discharge runoff to changes in land use in the year 2032, this research using quantitative approach by conducting a survey of spaciousness and rational method. With a rational method can be calculated discharge runoff in the City of Sabang, From the calculation that not all sub-basins were able to accommodate discharge runoff due to changes in land use in the City of Sabang Year 2032. To minimize runoff discharge the need for conservation efforts with the creation of retention ponds, especially in the region industrial and residential areas so that it can be accommodated and not directly in the waste into the sea or river. Keywords: City of Sabang, land use, discharge runoff, the primary channel, sub-basin, retention pond Abstrak : Kota Sabang merupakan wilayah tujuan wisata, sehingga perlu penanganan drainase yang representatif. Pertumbuhan penduduk kota Sabang yang terus meningkat dan banyaknya konversi penggunaan lahan yang tidak diikuti dengan penanganan drainase yang tepat dikhawatirkan akan menimbulkan berbagai masalah, disamping belum tersedianya data sistem drainase baik makro maupun mikro di Kota Sabang. Tujuan dari penelitian adalah untuk menganalisis kondisi ke-73 saluran primer dan besarnya debit limpasan terhadap perubahan tata guna lahan di Tahun 2032, Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kuantitatif dengan melakukan survey kelapangan dan metode rasional. Dengan metode rasional dapat dihitung debit limpasan di Kota Sabang, Dari hasil perhitungan bahwa tidak semua sub DAS mampu untuk menampung debit limpasan akibat perubahan tata guna lahan di Kota Sabang Tahun 2032. Untuk memperkecil debit limpasan perlu adanya upaya konservasi dengan pembuatan kolam retensi terutama di kawasan industri dan kawasan permukiman sehingga dapat ditampung dan tidak langsung di buang ke laut atau sungai. Kata kunci: Kota Sabang, tata guna lahan, debit limpasan, saluran primer, Sub DAS, kolam retensi PENDAHULUAN Kota Sabang terletak di pesisir pulau Sumatera dan berada di koordinat 5°46’28” hingga 5°54’28” Lintang Utara dan 95°13’12” hingga 95°22’36” Bujur Timur. Wilayahnya terdiri dari lima pulau, yaitu pulau Weh (Sabang), Pulau Rondo, Pulau Rubiah, Pulau Ceulako, dan Pulau Klah dengan luas sebesar 122,14 Km 2 (BPS Kota Sabang, 2013). Kota Sabang yang merupakan kota tujuan wisata tentu berkepentingan untuk menjaga kenyamanan wilayahnya terhadap banjir

Transcript of ANALISIS DEBIT DRAINASE PRIMER DI KOTA SABANG...

Page 1: ANALISIS DEBIT DRAINASE PRIMER DI KOTA SABANG …prodipps.unsyiah.ac.id/Jurnalmts/images/Jurnal/volume/vol4/4.1.mts... · Waktu konsentrasi untuk drainase perkotaan terdiri dari waktu

Jurnal Teknik Sipil ISSN 2302-0253

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 9 Pages pp. 21- 29

21 - Volume 4, No. 1, Februari 2015

ANALISIS DEBIT DRAINASE PRIMER DI KOTA SABANG

TERHADAP PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN

Amir Hamzah Isa1, Eldina Fatimah2, Azmeri3 1) Magister Teknik Sipil Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

2,3) Prodi Magister Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh 23111, Indonesia

Email : [email protected]

Abstract: Sabang City is an area a tourist destination, so it needs a representative drainage

treatment. Sabang city population growth is increasing and the number of conversion of

land use that is not followed by proper drainage handling feared to cause various

problems, in addition to the unavailability of data systems both macro and micro drainage

in the city of Sabang. The aim of the study was to analyze the condition of all 73 primary

channels and the amount of discharge runoff to changes in land use in the year 2032, this

research using quantitative approach by conducting a survey of spaciousness and rational

method. With a rational method can be calculated discharge runoff in the City of Sabang,

From the calculation that not all sub-basins were able to accommodate discharge runoff

due to changes in land use in the City of Sabang Year 2032. To minimize runoff discharge

the need for conservation efforts with the creation of retention ponds, especially in the

region industrial and residential areas so that it can be accommodated and not directly in

the waste into the sea or river.

Keywords: City of Sabang, land use, discharge runoff, the primary channel, sub-basin,

retention pond

Abstrak : Kota Sabang merupakan wilayah tujuan wisata, sehingga perlu penanganan

drainase yang representatif. Pertumbuhan penduduk kota Sabang yang terus meningkat dan

banyaknya konversi penggunaan lahan yang tidak diikuti dengan penanganan drainase yang

tepat dikhawatirkan akan menimbulkan berbagai masalah, disamping belum tersedianya

data sistem drainase baik makro maupun mikro di Kota Sabang. Tujuan dari penelitian

adalah untuk menganalisis kondisi ke-73 saluran primer dan besarnya debit limpasan

terhadap perubahan tata guna lahan di Tahun 2032, Penelitian ini menggunakan metode

pendekatan kuantitatif dengan melakukan survey kelapangan dan metode rasional. Dengan

metode rasional dapat dihitung debit limpasan di Kota Sabang, Dari hasil perhitungan

bahwa tidak semua sub DAS mampu untuk menampung debit limpasan akibat perubahan

tata guna lahan di Kota Sabang Tahun 2032. Untuk memperkecil debit limpasan perlu

adanya upaya konservasi dengan pembuatan kolam retensi terutama di kawasan industri

dan kawasan permukiman sehingga dapat ditampung dan tidak langsung di buang ke laut

atau sungai.

Kata kunci: Kota Sabang, tata guna lahan, debit limpasan, saluran primer, Sub DAS,

kolam retensi

PENDAHULUAN

Kota Sabang terletak di pesisir pulau

Sumatera dan berada di koordinat 5°46’28”

hingga 5°54’28” Lintang Utara dan 95°13’12”

hingga 95°22’36” Bujur Timur. Wilayahnya

terdiri dari lima pulau, yaitu pulau Weh

(Sabang), Pulau Rondo, Pulau Rubiah, Pulau

Ceulako, dan Pulau Klah dengan luas sebesar

122,14 Km2 (BPS Kota Sabang, 2013).

Kota Sabang yang merupakan kota tujuan

wisata tentu berkepentingan untuk menjaga

kenyamanan wilayahnya terhadap banjir

Page 2: ANALISIS DEBIT DRAINASE PRIMER DI KOTA SABANG …prodipps.unsyiah.ac.id/Jurnalmts/images/Jurnal/volume/vol4/4.1.mts... · Waktu konsentrasi untuk drainase perkotaan terdiri dari waktu

Jurnal Teknik Sipil

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Volume 4, No.1 , Februari 2015 - 22

genangan, ditambah dengan peningkatan sarana

dan prasarana yang berakibat terhadap

perubahan tata guna dan tutupan lahan. Data

yang diperoleh pada tahun 2011 banjir pernah

melanda Gampong Cot Ba’u, Ie Meulee,

Ujoeng Kareung, Kuta Ateuh, Kuta Timu, Kuta

Barat, dan Aneuk Laot. Terakhir di penghujung

tahun 2014 banjir melanda1kembali1yang

menyebabkan warga Gampong Balohan, Ie

Meulee, Jurong Keuramat, Batee Shok, dan

Paya Keunekai terpaksa mengungsi ke tempat

yang lebih aman (Serambi Indonesia, 2014)

Banyaknya konversi penggunaan lahan

yang tidak diikuti dengan penanganan drainase

yang tepat dikhawatirkan akan tergangunya

keseimbangan pemanfaatan ruang terhadap

siklus hidrologi yang tidak mampu meresapkan

air kedalam tanah. Sebagai contoh Gampong

Cot Ba’u, Cot Abeuk, dan Ujoeng Kareung,

yang berada di zona perbukitan yang juga

terdapat cekungan dan rencana kota baru

KAJIAN KEPUSTAKAAN

Metode Rasional

Debit banjir rencana adalah debit

maksimum yang akan dialirkan oleh

sungai/saluran1untuk menjelaskan bahwa

penilaian terhadap kondisi perkerasan cegah

terjadinya genangan. Besar debit dapat

ditentukan dengan metode rasional yang

didasarkan pada hubungan rasional antara air

hujan limpasan, (Suripin 2004) yang di

formulasikan sebagai berikut :

Q1 =110.278.C.Cs.I.A (1)

Dimana :

Q1 =11Debit rencana (m3/det);

C1 =11Koefisien aliran;

Cs1=11Koefisien tampungan.

I1 =11Intensitas hujan selama waktu

konsentrasi (mm/jam)

A1=11Luas daerah aliran (Km2)

Koefisien Tampungan

Yulianur (2003:15), menyatakan daerah

yang memiliki lekukan untuk menampung air

hujan relatif mengalirkan lebih sedikit air hujan

dibandingkan dengan daerah yang yang tidak

memiliki lekukan sama sekali. Efek tampungan

oleh lekukan ini terhadap debit rencana

diperkirakan dengan koefisien tampungan yang

diperoleh dengan rumus berikut ini :

Cs1111= TdTc

Tc

2

2 (2)

Dimana:

Tc11=1 Waktu konsentrasi (jam);

Td1=1conduit time, waktu yang diperlukan air

hujan mengalir didalam saluran sampai

ke tempat pengukuran (jam).

Waktu Konsentrasi

Waktu konsentrasi untuk drainase

perkotaan terdiri dari waktu ke waktu yang

diperlukan air untuk mengalir untuk mengalir

melalui permukaan tanah dari tempat terjauh ke

saluran terdekat (inlet time) ditambah waktu

untuk mengalir di dalam saluran ke tempat

pengukuran (conduilt time) sebagaimana

diuraikan (Chow 1989).

Tc11111=11To + Td (3)

Dimana :

Tc =1Waktu konsentrasi (jam);

To1111 = Inlet time (jam);

Page 3: ANALISIS DEBIT DRAINASE PRIMER DI KOTA SABANG …prodipps.unsyiah.ac.id/Jurnalmts/images/Jurnal/volume/vol4/4.1.mts... · Waktu konsentrasi untuk drainase perkotaan terdiri dari waktu

Jurnal Teknik Sipil

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

23 - Volume 4, No. 1, Februari 2015

Td11 = conduit time, waktu yang diperlukan air

hujan mengalir didalam saluran sampai ke

empat pengukuran (jam).

Intensitas Hujan

Menurut Suripin (2004), sifat umum

hujan adalah makin singkat hujan berlangsung

intensitas cenderung makin tinggi dan makin

besar periode ulangnya makin besar pula

intensitasnya. Hubungan antara intensitas, lama

hujan, dan frekuensi hujan biasanya

diinterpretasikan dalam lengkung Intensitas

Durasi Frequency (IDF). Untuk mendapatkan

intensitas hujan selama waktu konsentrasi

digunakan rumus Mononobe (Sosrodarsono,

1983:145) :

32

24 24

24

Tc

RI (4)

Dengan:

R24111= curah hujan maksimum harian dalam 24

jam1(mm);

I1111=1intensitas hujan (mm/jam).

Dimensi Saluran

Menurut Suripin (2004:145), dimensi

saluran harus mampu mengalirkan debit

rencana atau dengan kata lain debit yang

dialirkan oleh saluran (Qs) sama atau lebih

besar dari debit rencana (QT). Debit suatu

penampang saluran (Qs) dapat dihitung dengan

persamaan berikut ini:

Qs = V . A (5)

V1 = 1/n . R2/3 . S1/2 (6)

Dimana :

Q1 = kapasitas saluran (m3/dt);

A1 = luas penampang basah (m2);

N1 = koefisien kekasaran Manning;

R1 = jari-jari hidrolis (m).

Distribusi Gumbel

Yulianur (2003:21), dari beberapa tipe

sebaran nilai ekstrim yang ada, tipe sebaran

Gumbel merupakan tipe sebaran yang sering

digunakan di Indonesia untuk menyelesaikan

analisis statistik nilai-nilai ekstrim komponen

hidrologi. Faktor frekuensi (K) tipe sebaran

Gumbel ini untuk periode ulang1T tahun dapat

diperoleh dengan rumus berikut ini.

11 )1T

Tlnln (0,5772

π

6K

(7)

Dimana :

K1 = faktor frekuensi sebaran Gumbel;

T11= periode ulang T tahun.

METODE PENELITIAN

Proses Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dengan

melakukan observasi ke lapangan untuk

mendapatkan kondisi dan dimensi eksisting

saluran primer. Tahapan survey pendahuluan

dengan melakukan pengumpulan data sekunder

melalui studi pustaka, literature buku-buku,

jurnal, hasil penelitian, media elektronik, dan

standar/pedoman pemerintah. Survey ke

instansi terkait dilakukan untuk mendapatkan

data seperti shapefile Rencana Tata Ruang

Wilayah Tahun 2012-2032 Kota Sabang, yang

didalamnya berisi data1peta citra satelit, peta

administrasi, peta topografi, peta jaringan jalan,

peta Sub-DAS, peta jenis tanah, dan data curah

hujan.

Page 4: ANALISIS DEBIT DRAINASE PRIMER DI KOTA SABANG …prodipps.unsyiah.ac.id/Jurnalmts/images/Jurnal/volume/vol4/4.1.mts... · Waktu konsentrasi untuk drainase perkotaan terdiri dari waktu

Jurnal Teknik Sipil

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Volume 4, No.1 , Februari 2015 - 24

Proses Pengolahan Data

Penentuan segmen saluran pada setiap

Sub-DAS dilakukan pengukuran di lapangan

untuk mengetahui dimensi saluran eksisting,

mendapatkan perhitungan luas penampang

basah saluran (A), menghitung keliling basah

(P), perhitungan jari-jari hidrolis (R),

menetapkan koefisien manning (n) untuk

dataran banjir berumput pendek-tinggi (normal)

adalah 0,03, slope (S), dan kecepatan rata-rata

aliran didalam saluran (V), sehingga diketahui

berapa debit setiap penampang saluran1(Qs)

tersebut.

Perhitungan koefisien aliran dilakukan

pada setiap zona aliran menurut masing-masing

zona layanan. Perhitungan koefisien aliran

berdasarkan Peta Sebaran Pola Ruang Tahun

2012-2032 di Kota Sabang. Dari peta tersebut

di analisis menggunakan program Arc-GIS

untuk mengetahui luas penggunaan lahan pada

setiap cathment area pada masing-masing

saluran primer, yaitu kawasan permukiman,

industri, perdagangan, jalan aspal, dan daerah

tak terbangun. Dimensi saluran harus mampu

menampung atau mengalirkan debit hujan

rencana atau (Qs) sama atau lebih besar dari

debir rencana (Qt). Apabila dalam perhitungan

didapatkan hasil (Qs) lebih kecil dari debit

rencana (Qt) maka akan di evaluasi kembali

dimensi saluran eksistingnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sistem jaringan utama (major urban

drainage) kota Sabang adalah sistem jaringan

drainase yang mengikuti pola radial, seluruh

salurannya berpencar menuju ke laut. Hal ini

disebabkan kondisi topografi kota Sabang yang

berpegunungan, berbukit, dan sedikit yang

dataran rendah. Kondisi ini di satu sisi

menguntungkan, karena semua aliran mengalir

secara gravitasi. Namun disisi lain perlu

pertimbangan disain yang khusus, karena

hampir semua saluran memiliki dasar saluran

yang terjal, sehingga perlu kehati-hatian dalam

menentukan kecepatan aliran.1

Dari hasil survey telah diidentifikasi

jumlah saluran primer yang ada di kota Sabang,

yaitu sebanyak 73 (tujuh puluh tiga) buah.

Seluruh saluran tersebut berorde tunggal dan

hampir seluruh saluran tidak memiliki anak-

anak sungai atau alur yang berhubungan

langsung dengan saluran primer. Saluran-

saluran tersebut adalah sungai-sungai alam

maupun alur-alur yang terbentuk secara alamiah

mengikuti perubahan topografi dan merupakan

outlet-outlet dari subdas yang ada.

Gambar 1. Pembagian Sub-DAS Kota Sabang

Kota Sabang dibagi atas 12 (dua belas)

subdas, setiap subdas memiliki alur atau saluran

alam yang langsung bermuara ke laut. Dalam

peta terlihat bahwa aliran permukaan dari setiap

sub-DAS mengalir ke langsung ke laut melalui

Page 5: ANALISIS DEBIT DRAINASE PRIMER DI KOTA SABANG …prodipps.unsyiah.ac.id/Jurnalmts/images/Jurnal/volume/vol4/4.1.mts... · Waktu konsentrasi untuk drainase perkotaan terdiri dari waktu

Jurnal Teknik Sipil

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

25 - Volume 4, No. 1, Februari 2015

alur-alur alam yang ada. Berikut hasil analisis

setiap saluran primer untuk setiap sub DAS

yang ditinjau.

Sub DAS Aneuk Laot

No Segmen

Saluran

Kapasitas

eksisiting

Qk, m3/d

Kapasitas

2032, m3/d Keterangan

1

Primer 01

Aneuk

Laot

1 25,29 67,13 Tidak

mampu

Berdasarkan hasil analisis kapasitas

eksisting dengan kapasitas rencana, terlihat

bahwa Primer 01 Aneuk Laot yang berada di

Sub DAS Aneuk Laot tidak mampu

menampung kapasitas di Tahun 2032.

Sub DAS Ceuhum

No Segmen

Saluran

Kapasitas

eksisiting

Qk, m3/d

Kapasita

s 2032,

m3/d

Keterangan

2 Primer 01

Ceuhum 38,93 32,25 Mampu

3 Primer 02

Ceuhum 36,39 31,11 Mampu

4 Primer 03

Ceuhum 33,24 27,04 Mampu

5 Primer 04

Ceuhum 15,55 10,15 Mampu

6 Primer 05

Ceuhum 15,53 7,59 Mampu

7 Primer 06

Ceuhum 20,34 17,28 Mampu

8 Primer 07

Ceuhum 16,85 1,28 Mampu

9 Primer 08

Ceuhum 10,66 9,82 Mampu

10 Primer 09

Ceuhum 12,65 7,65 Mampu

11 Primer 10

Ceuhum 17,43 4,98

Mam

p

Berdasarkan hasil analisis kapasitas

eksisting dengan kapasitas rencana, terlihat

bahwa semua saluran primer yang berada di

Sub DAS Ceuhum mampu menampung

kapasitas di Tahun 2032.

Sub DAS Anoi Itam

No Segmen

Saluran

Kapasitas

eksisiting

Qk, m3/d

Kapasitas

2032,

m3/d

Keterangan

12

Primer

Tapak

Gajah

56,96 17,8

3 Mampu

13 Primer Ie

Meule Hilir 6,17

118,

47 Tidak mampu

14 Primer

Kuta Timu 13,07

16,9

0 Tidak mampu

15 Primer Ie

Meule 10,59

15,3

2 Tidak mampu

16 Primer

Kuta Ateuh 10,00

15,3

5 Tidak mampu

17 Primer B-

Anoi Itam 29,37

11,3

5 Mampu

18 Primer A-

Anoi Itam 20,38

31,4

4 Tidak mampu

19 Primer 01

Anoi Itam 51,22

19,5

4 Mampu

20 Primer 02

Anoi Itam 23,68

38,7

9 Tidak mampu

21 Primer 03

Anoi Itam 14,42

23,8

5 Tidak mampu

22 Primer 04

Anoi Itam 13,83

40,9

0 Tidak mampu

23 Primer 05

Anoi Itam 34,99

79,3

2 Tidak mampu

24 Primer 06

Anoi Itam 22,09 59,17 Tidak mampu

25 Primer 07

Anoi Itam 10,44 16,67 Tidak mampu

26 Primer 08

Anoi Itam 43,24 73,06 Tidak mampu

27

Primer 01

Ujong

Kareung

17,60 29,70

Tidak mampu

Berdasarkan hasil analisis kapasitas

eksisting dengan kapasitas rencana, terlihat

bahwa saluran primer Ie Meulee Hilir, Kuta

Timu, Kuta Ateuh, Anoi Itam 02, Anoi Itam, 03

Anoi Itam, 04 Anoi Itam, 05 Anoi Itam, 06

Anoi Itam, Anoi Itam 07, Anoi Itam 08, dan

primer 01 Ujong Kareung yang berada di Sub

DAS Anoi Itam tidak mampu menampung

Page 6: ANALISIS DEBIT DRAINASE PRIMER DI KOTA SABANG …prodipps.unsyiah.ac.id/Jurnalmts/images/Jurnal/volume/vol4/4.1.mts... · Waktu konsentrasi untuk drainase perkotaan terdiri dari waktu

Jurnal Teknik Sipil

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Volume 4, No.1 , Februari 2015 - 26

kapasitas di Tahun 2032, sedangkan yang

lainnya masih aman.

Sub DAS Gua Sarang

No Segmen

Saluran

Kapasit

as

eksisitin

g Qk,

m3/d

Kapasitas

2032, m3/d Keterangan

28

Prime r 01

Gua

Sarang

31,40 25,38 Mampu

29

Primer 02

Gua

Sarang

36,44 15,26 Mampu

30

Primer 03

Gua

Sarang

35,18 14,95 Mampu

31

Primer11

041 Gua

Sarang

111

48,52 26,98 Mampu

32

Primer11

05Gua

Sarang

111

30,87 18,09 Mampu

33

Primer11

06Gua

Sarang

111

37,74 6,11 Mampu

34

Primer11

07Gua

Sarang

111

49,82 19,81 Mampu

Berdasarkan hasil analisis kapasitas

eksisting dengan kapasitas rencana, terlihat

bahwa semua saluran primer yang berada di

Sub DAS Gua Sarang mampu menampung

kapasitas di Tahun 2032.

Sub DAS Iboih

No Segmen

Saluran

Kapasitas

eksisiting

Qk, m3/d

Kapasi

tas

2032,

m3/d

11 Keterangan

35 Primer 01

Iboih

23,71 Tidak mampu

36 Primer 02

Iboih

20,86 Tidak mampu

37 Primer 03

Iboih

11,15 Mampu

38 Primer 04

Iboih

17,55 11Mampu

No Segmen

Saluran

Kapasitas

eksisiting

Qk, m3/d

Kapasi

tas

2032,

m3/d

11 Keterangan

39 Primer 05

Iboih

16,51 Tidak mampu

40 Primer 06

Iboih

11,19 Mampu

41 Primer 07 Iboih

5,17 Mampu

42 Primer 08 Iboih

5,11 Tidak mampu

43 Primer 09 Iboih

9,65 Tidak mampu

44 Primer 10 Iboih 65,53 44,12 Mampu

45 Primer 11 Iboih 169,17 319,27 Tidak mampu

46 Primer 12 Iboih 31,85 35,93 Tidak mampu

47 Primer 13 Iboih 27,79 27,60 Mampu

48 Primer 14 Iboih 2,55 1,78 Mampu

49 Primer 15 Iboih 7,66 9,05 Tidak mampu

Berdasarkan hasil analisis kapasitas

eksisting dengan kapasitas rencana, terlihat

bahwa saluran Primer 05 Iboih, Primer 08 Iboih,

Primer 09 Iboih, Primer 11 Iboih Primer 12

Iboih, dan Primer 15 Iboih, yang berada di Sub

DAS Iboih yang tidak mampu menampung

kapasitas di Tahun 2032, sedangkan yang

lainnya masih mampu menampungnya.

Sub DAS Keunekai

No Segmen

Saluran

Kapasitas

eksisiting

Qk, m3/d

Kapasita

s 2032,

m3/d

Keterangan

50 Primer

Beurawang

1 1116,26 26,28

Tidak

mampu

51 Primer

Beurawang

2 13,35 6,21

Mampu

52 Primer

Keunekai 4 16,41 25,58

Tidak

mampu

53 Primer

Keunekai 3 24,80 8,68 Mampu

54 Primer

Keunekai 2 7,92 5,15 Mampu

55 Primer

Keunekai 1 67,78 78,46

Tidak

mampu

56 Primer A –

Keunekai 69,53 179,51

Tidak

mampu

Page 7: ANALISIS DEBIT DRAINASE PRIMER DI KOTA SABANG …prodipps.unsyiah.ac.id/Jurnalmts/images/Jurnal/volume/vol4/4.1.mts... · Waktu konsentrasi untuk drainase perkotaan terdiri dari waktu

Jurnal Teknik Sipil

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

27 - Volume 4, No. 1, Februari 2015

Berdasarkan hasil analisis kapasitas

eksisting dengan kapasitas rencana, terlihat

bahwa saluran primer Beurawang 1, Beurawang

4, Primer Keunekai 1, dan primer A-Keunekai

yang berada di Sub DAS Keunekai tidak

mampu menampung kapasitas di Tahun 2032,

sedangkan primer Beurawang 2, Keunekai 3,

dan Keunekai 2 masih mampu.

Sub DAS Balohan

No Segmen

Saluran

Kapasitas

eksisiting

Qk, m3/d

Kapasita

s 2032,

m3/d

Keterangan

57 Primer

Balohan 41,51 111,40

Tidak

mampu

58

Primer

Cot

Abeuk

69,57 73,27

Tidak

mampu

Berdasarkan hasil analisis kapasitas

eksisting dengan kapasitas rencana, terlihat

bahwa saluran Primer Balohan dan Primer Cot

Abeuk yang berada di Sub DAS Balohan tidak

mampu menampung kapasitas di Tahun 2032.

Sub DAS Krueng Ceunohot

N

o

Segmen

Saluran

Kapasitas

eksisiting

Qk, m3/d

Kapasita

s 2032,

m3/d

Keteranga

n

59 Primer

Jaboi 2 1193,08 344,57

Tidak

mampu

60 Primer

Jaboi 1 56,99 19,45 Mampu

61

Primer

Lamkut

a

71,79 138,62 Tidak

mampu

62 Primer

Rubiah 27,80 38,91

Tidak

mampu

Berdasarkan hasil analisis kapasitas

eksisting dengan kapasitas rencana, terlihat

bahwa hanya saluran primer Jaboi 1 yang

berada di Sub DAS Ceunohot yang mampu

menampung kapasitas di Tahun 2032,

sedangkan ketiga lainnya tidak mampu.

Sub DAS Paya Seunara

No Segmen

Saluran

Kapasitas

eksisiting

Qk, m3/d

Kapasitas

2032,

m3/d

Keterangan

63

Primer

Paya

Seunara

45,36 100,40

Tidak

mampu

Berdasarkan hasil analisis kapasitas

eksisting dengan kapasitas rencana, terlihat

bahwa semua saluran primer yang berada di

Sub DAS Paya Seunara tidak mampu

menampung kapasitas di Tahun 2032. Sub DAS

Paya Seunara hanya mempunyai satu alur

sungai.

Sub DAS Pria Laot

No Segmen

Saluran

Kapasitas

eksisiting

Qk, m3/d

Kapasitas

2032,

m3/d

Keterangan

64

Primer

Pria

Laot

11 25,92 64,851

1

Tidak

mamp

u

65

Primer

01 Pria

Laot

11,15 14,70

Tidak

mamp

u

66

Primer

02 Pria

Laot

11,71 18,49

Tidak

mamp

u

Berdasarkan hasil analisis kapasitas

eksisting dengan kapasitas rencana, terlihat

bahwa semua saluran primer yang berada di

Sub DAS Pria Laot tidak mampu menampung

kapasitas di Tahun 2032.

Page 8: ANALISIS DEBIT DRAINASE PRIMER DI KOTA SABANG …prodipps.unsyiah.ac.id/Jurnalmts/images/Jurnal/volume/vol4/4.1.mts... · Waktu konsentrasi untuk drainase perkotaan terdiri dari waktu

Jurnal Teknik Sipil

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Volume 4, No.1 , Februari 2015 - 28

Sub DAS Teupin Kareung

No Segmen

Saluran

Kapasitas

eksisiting

Qk, m3/d

Kapasitas

2032,

m3/d

Ketera

ngan

67

Primer101

Teupin

Kareung

11

41,02 18,73 Mampu

68

Primer102

Teupin

Kareung

74,8

9 60,08 Mampu

69

Primer103

Teupin

Kareung

78,3

6 66,55 Mampu

70

Primer104

Teupin

Kareung

43,6

2 61,33

Tidak

mampu

71

Primer105

Teupin

Kareung

34,6

7 29,99 Mampu

Gambar 2. Identifikasi saluran Primer Kota

Sabang

Berdasarkan hasil analisis kapasitas

eksisting dengan kapasitas rencana, terlihat

bahwa satu saluran primer yang berada di Sub

DAS Teupin Kareung yang tidak mampu

menampung kapasitas saluran yaitu Primer 04

Teupin Kareung sedangkan yang lainnya masih

mampu .

Sub DAS Ujung Bau

No Segmen

Saluran

Kapasitas

eksisiting

Qk, m3/d

Kapasita

s 2032,

m3/d

1 Keterangan

72 Primer

01

Ujung

Bau 120,31 12,55

Mampu

73 Primer

02

Ujung

Bau 74,77 32,82

Mampu

Berdasarkan hasil analisis kapasitas

eksisting dengan kapasitas rencana, terlihat

bahwa semua saluran primer yang berada di

Sub DAS Ujung Bau mampu menampung

kapasitas di Tahun 2032.

Untuk mempermudah verifikasi tersebut

kesemua analisis diatas maka dibuat peta

tematik sebagai berikut :

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Debit limpasan akibat Perubahan tataguna

lahan1pada Sub-Daerah Aliran Sungai

(DAS) pada Rencana Tata Ruang Wilayah

(RTRW) Kota Sabang pada tahun 2032

sebagiannya tidak mampu menampung

limpasan yang terjadi seiring bertambahnya

tata guna lahan kawasan permukiman

13,94%, kawasan industri 5,90%, kawasan

khusus bandara (0,89%), dan kawasan

perdagangan/jasa (0,66%), terutama Sub

DAS Anoi Itam, Balohan, Pria Laot,

Keunekai, Paya Seunara, Aneuk Laot, dan

Krueng Ceunohot.

2. Hanya Sub-DAS Ceuhum, Ujung Bau, Gua

Sarang, Teupin Kareung, dan Iboih yang

masih mampu menampung debit limpasan

pada saluran primer eksisting.

Page 9: ANALISIS DEBIT DRAINASE PRIMER DI KOTA SABANG …prodipps.unsyiah.ac.id/Jurnalmts/images/Jurnal/volume/vol4/4.1.mts... · Waktu konsentrasi untuk drainase perkotaan terdiri dari waktu

Jurnal Teknik Sipil

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

29 - Volume 4, No. 1, Februari 2015

3. Adanya penyempitan saluran primer di

bahagian hilir saluran primer di kawasan

pertokoan dan permukiman.

Saran

1. Drainase kota Sabang sebaiknya di tata

dengan prinsip eco-drainase sebagaimana

yang telah direncanakan dalam Materi

Teknis RTRW Kota Sabang Tahun 2012-

2032.

2. Peruntukan atau pemanfaatan lahan

sebaiknya harus memperhatikan aspek

lingkungan, ekonomi dan sosial.

3 Untuk menghindari konflik sosial perlu

mempertimbangkan normalisasi dengan

adanya perbaikan saluran primer dan tetap

mempertahankan dimensi eksistingnya.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Azmeri, Masimin, Rizalihadi M, Fauzi A, 2011,

Model Indeks Banjir Dan Probabilitas

Resiko Pada Daerah Bantaran Banjir

Krueng Meureudu Di Pidie Jaya Provinsi

Aceh, Jurnal Dinamika Teknik Sipil, Volume II, No.2, pp.112-117.

Isa , H. A, 2015, Analisis Drainase Kota

Sabang Terhadap Perubahan Tata Guna

Lahan, Tesis, Universitas Syiah Kuala,

Banda Aceh.

Kodoatie, Robert J, 2013, Rekayasa dan

Manajemen Banjir Kota, Penerbit Andi,

Yogjakarta.

Suripin, 2004, Sistem Drainase Perkotaan Yang

Berkelanjutan, Penerbit Andi,

Yogyakarta.

Yulianur, A, 2003, Drainase Perkotaan,

Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.

Yelza, M, Nugroho, J, & Natasaputra, S, 2010,

Pengaruh Perubahan Tataguna Lahan

Terhadap Debit Limpasan Drainase di

Kota Bukit Tinggi, Jurnal Institut

Teknologi Bandung, hal.1-18.