ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL...

199
ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL MUHAMMAD FAISAL NUR 1114092000023 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019 M/1440 H

Transcript of ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL...

Page 1: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI

PASAR INTERNASIONAL

MUHAMMAD FAISAL NUR

1114092000023

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019 M/1440 H

Page 2: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI

PASAR INTERNASIONAL

Muhammad Faisal Nur

11140920000023

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Pertanian pada Program Studi Agribisnis

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019 M / 1441 H

Page 3: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude
Page 4: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude
Page 5: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA DIRI

Nama : Muhammad Faisal Nur

Tempat/Tanggal Lahir: Bogor/ 12 Oktober 1995

Jenis Kelamin : Laki-laki

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Alamat : Kp. Cibitung RT 12/03, Desa Cibitung

Tengah, Kecamatan Tenjolaya, Kab. Bogor

No. Hp : 089619007276

E-mail : [email protected]

RIWAYAT PENDIDIKAN

2002 – 2008 : SDN Cibitung 2 Bogor

2008 – 2011 : SMP Negeri 4 Bogor

2011 – 2014 : SMA Negeri 5 Bogor

2014 – 2019 : Strata-I Jurusan Agribisnis, Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

PENGALAMAN ORGANISASI

2015 – 2016 : Anggota Departemen Kewirausahaan HMJ Agribisnis

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2016 – 2017 : Kepala Departemen Kewirausahaan Ikatan Senat

Mahasiswa Pertanian Indonesia (ISMPI) Wilayah II

2016 – Sekarang : Anggota Paguyuban Sayang Rakyat Remaja Kota Bogor

(PASAREBO)

Page 6: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

v

PENGALAMAN KERJA

1. 2016 : Volunteer Sosialisasi Hari Raya Idul Adha Dompet Duafa

2. 2017 : Tim Produksi Yoghurt dan Tourguide Edufarm

Sentulfresh Indonesia.

3. 2017 : Kuliah Kerja Nyata (KKN) UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, Desa Mekar Baru, Kec. Kronjo, Kab. Tangerang.

4. 2018 : Surveyor PT.Indikator Politik Indonesia

Page 7: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

vi

RINGKASAN

Muhammad Faisal Nur, Analisis Daya Saing Crude Palm Oil (CPO) Indonesia

di Pasar Internasional. Di bawah bimbingan Nunuk Adiarni dan Ujang Maman.

Penelitian ini bertujuan untuk 1) Menganalisis keunggulan komparatif

komoditas CPO Indonesia dan Malaysia di lima negara tujuan utama, 2)

Menganalisis keunggulan kompetitif komoditas CPO Indonesia dan Malaysia di

lima negara tujuan utama, 3) Mengetahui rekomendasi dalam meningkatkan daya

saing komoditas CPO Indonesia. Ruang lingkup penelitian ini mencakup

perdagangan komoditi CPO secara internasional dengan menggunakan kode

Harmonized System (HS) dengan HS 151110. Data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah data primer dan sekunder berupa data time series mulai tahun

2003 hingga tahun 2017. Data bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS),

Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian, Kementerian

Perindustrian, GAPKI dan UN Comtrade. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Revealed Comparative Advantage (RCA) untuk mengukur

keunggulan komparatif, Export Product Dynamic (EPD) untuk mengukur

keunggulan kompetitif, Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) untuk mengetahui

posisi perdagangan dan Porter’s Diamond untuk mengetahui situasi kondisi

dalam suatu industri.

Berdasarkan hasil pengujian RCA, Indonesia memiliki keunggulan

komparatif yang ditunjukan dengan nilai rata-rata RCA lebih dari satu. Nilai rata-

rata RCA Indonesia dari tahun 2003-2017 mencapai 315. Mampu melampaui nilai

RCA Malaysia sebagai pesaing utama yang hanya mencapai 39. Tingginya nilai

RCA Indonesia dikarenakan nilai ekspor CPO Indonesia lebih mendominasi

dibandingkan dengan nilai ekspor CPO dunia ke negara-negara tujuan ekspor.

Berdasarkan hasil pengujian EPD, komoditi CPO Indonesia berada posisi

Rising Star di negara India dan Itali, posisi Lost Opportunity berada di negara

Belanda, posisi Retreat berada di negara Singapura dan Spanyol, sementara posisi

Falling Star tidak dialami oleh komoditi CPO Indonesia di lima negara tujuan

ekspor.

Berdasarkan hasil pengujian ISP Indonesia memperoleh nilai positif sebesar

0,999. Hal ini menunjukkan bahwa komoditi CPO Indonesia cenderung sebagai

eksportir CPO di pasar internasional dalam tahap pematangan dengan standarisasi

teknologi yang dimiliki. Sedangkan nilai ISP Malaysia sebesar 0,62. Hal ini

menunjukkan bahwa komoditi CPO Malaysia berada pada tahap perluasan dan

pertumbuhan ekspor CPO di pasar internasional.

Berdasarkan hasil analisis Porter’s Dyamond Indonesia memiliki

keunggulan kompetitif yang dapat dilihat dari beberapa aspek diantaranya 1)

Faktor sumberdaya, 2) Industri terkait dan pendukung, 3) Kondisi permintaan, 4)

Kondisi persaingan, struktur dan strategi, 5) Peran pemerintah, dan 6) Peran

kesempatan memiliki keterkaitan yang saling mendukung antar setiap komponen

Kata Kunci: CPO, Keunggulan Komparatif, Keunggulan Kompetitif.

Page 8: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

vii

ABSTRACT

Muhammad Faisal Nur, Analysis of Indonesian Crude Palm Oil (CPO)

Competitiveness in the International Market. Under the guidance of Nunuk

Adiarni and Ujang Maman.

This study aims to 1) Analyze the comparative advantage of Indonesian and

Malaysian CPO commodities in five main destination countries, 2) Analyze the

competitive advantage of Indonesian and Malaysian CPO commodities in the five

main destination countries, 3) Find out recommendations in improving the

competitiveness of Indonesian CPO commodities. The scope of this study

includes the trading of CPO commodities internationally using the Harmonized

System (HS) code with HS 151110. The data used in this study are primary data

and secondary data in the from of time series data starting in 2003 until 2017.

Data comes from Central Statistics Agency (BPS), Directorate General of

Plantations (Ditjenbun), Ministry of Agriculture, Ministry of Industry, GAPKI,

and UN Comtrade. The method used in this study is Revealed Comparative

Advantage (RCA) to measure comparative advantages, Export Product Dynamic

(EPD) to measure competitive advantages, Trade Specialization Index (ISP)

knowing the trading position and the Porter’s Diamond to find out the situation of

conditions in an industry.

Based on the results of RCA testing, Indonesia has a comparative advantage

which is indicated by an average RCA vaue of more than one. The average value

of RCA Indonesia from 2003-2017 reached 315. Able to surpass Malaysia’s RCA

as the main competitor with only 39. The high value of RCA Indonesia is because

the value of Indonesia CPO exports dominates compared to the value of world

CPO exports to export destination countries.

Based on the results of EPD testing, Indonesian CPO commodities are in the

Rising Star position in India and Italy, the position of Lost Opportunity is in the

Netherlands, Retreat positions are in Singapore and Spain, Falling Star is not

experienced by Indonesian CPO in five export destinations.

Based on the results of testing the Indonesian ISP obtained a positive value

of 0,999. This shows that Indonesian CPO commodities tend to be CPO exporters

in the international market in the maturation stage by standardizing the technology

they have. While the value of Malaysian ISP is 0,62. This shows that Malaysian

CPO commodities are at the stage of expanding and growing CPO exports in the

international market.

Based on the results of Porter’s Dyamond Indonesia’s analysis, it has a

competitive advantage that can be seen from several aspects including 1)

Resource factors, 2) Related and supporting industries, 3) Demand conditions, 4)

Competitive conditions, structure and strategy, 5) Government role, and 6) The

role of opportunity has a mutually supportive relationship between each

component.

Keywords : CPO, Comparative advantage, Comparative advantage.

Page 9: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

viii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, karunia,

dan hidayah-Nya, shalawat beserta salam selalu tercurahkan kepada junjungan

kita Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabat-Nya.

Penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis Daya Saing Crude Palm Oil (CPO)

Indonesia di Pasar Internasional” dapat diselesaikan dengan baik.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Pertanian pada Program Studi Agribisnis, Fakultas Sains dan Teknologi,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada kesempatan ini,

penulis menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada semua pihak

yang telah ikut membantu serta menjadi motivasi penulis, yaitu kepada:

1. Orang Tua tercinta Ibunda Ela Holilah dan Ayahanda Aswandi yang telah

mencurahkan kasih sayang yang tiada henti, perhatian, dukungan moril

maupun materil, nasihat yang tak ternilai, serta doa yang tak pernah putus,

terima kasih, semoga Allah SWT selalu memberikan kesehatan untuk kalian

hingga penulis dapat meraih kesuksesan untuk membahagiakan kalian.

Aamiin.

Page 10: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

ix

2. Ibu Prof. Dr. Lily Surayya E.P, M.Env.Stud selaku Dekan Fakultas Sains dan

Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta

jajarannya.

3. Ibu Ir. Siti Rochaeni, M,Si, selaku Ketua Program Studi Agribisnis dan Ibu

Rizki Adi Puspita Sari, SP, MMA, selaku Sekretaris Program Studi

Agribisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Dr. Nunuk Adiarni, MM, dan Bapak Dr. Ujang Maman, M.Si, selaku

dosen pembimbing I dan II atas setiap bimbingan, arahan, saran, motivasi,

waktu, dan pemikiran yang telah diberikan disela-sela kesibukan Ibu dan

Bapak hingga selesainya skripsi ini. Semoga Allah SWT selalu memberikan

keberkahan untuk Ibu dan Bapak. Aamiin.

5. Seluruh dosen Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang tidak dapat

disebutkan satu per satu tanpa mengurangi rasa hormat atas ilmu dan

pelajaran yang diberikan dalam perkuliahan atau di luar perkuliahan.

6. Kakak tercinta, Tatu Rizkia yang telah memberikan nasihat, do’a, motivasi

dan dukungan kepada penulis.

7. Lulu, Elfrida, Virdiana, dan Nurul Fitriani yang selalu memberikan semangat

dan perhatiannya agar penulis tidak pernah patah semangat sehingga dapat

segera menyelesaikan penulisan penelitian ini. Terima kasih, semoga Allah

SWT membalas segala kebaikan dan semoga dalam perlindungan Allah

SWT. Aamiin.

8. Rhistiyadi Wijaya dan Lintang Habibul Karim (Anggrek Squad) sahabat

seperjuangan yang selalu mensupport dan mendoakan serta memberikan

Page 11: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

x

masukan yang positif sehingga penulis merasa beruntung dipertemukan

dalam waktu yang singkat. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan

kalian. Aamiin.

9. Dhimas Rozil Gufron, Sahrul Maulidian, Ridho Nurvani, dan Bayu Pramono

(Gubug Reborn) yang merupakan sahabat seperjuangan dalam mengerjakan

skripsi dan sebagai tempat bertukar pikiran, yang senantiasa memberikan

semangat dan motivasi dalam penelitian ini. Semoga Allah membalas segala

kebaikan kalian. Aamiin.

10. Teman teman Agribisnis 2014 yang selalu memberikan semangat dan

informasi dalam mengerjakan penelitian penulis. Semoga Allah SWT

memudahkan langkah kita menuju kebaikan. Aamiin.

11. Teman-teman KKN Berpadu 42 yang selalu mensupport penulis sehingga

penulis termotivasi untuk menyelesaikan penelitian ini. Semoga Allah SWT

mempertemukan kita dalam keadaan sukses dunia dan akhirat. Aamiin.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Penulis

berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun semua pihak

yang membutuhkan. Aamiin.

Wassalamu’alaikum Wr Wb

Jakarta, Juli 2019

Penulis

Page 12: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

xi

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................. xi

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xviii

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................... 12

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 13

1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 13

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................. 14

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 16

2.1 Agribisnis Kelapa Sawit ................................................................ 16

2.2 CPO (Crude Palm Oil) .................................................................. 21

2.3 Ekspor ............................................................................................ 24

2.4 Perdagangan Internasional ............................................................. 26

2.5 Teori Daya Saing ........................................................................... 29

2.5.1 Teori Merkantilisme ............................................................. 30

2.5.2 Teori Keunggulan Komparatif ............................................. 30

2.5.3 Teori Keunggulan Kompetitif .............................................. 32

2.5.4 Teori Keunggulan Absolut ................................................... 34

2.5.5 Teori Heckscher-Ohlin ......................................................... 35

2.6 Penelitian Terdahulu ...................................................................... 36

2.7 Kerangka Pemikiran ...................................................................... 38

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 41

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 41

3.2 Jenis dan Sumber Data .................................................................. 41

3.3 Metode Pengumpulan Data ........................................................... 43

Page 13: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

xii

3.4 Metode Analisis Data .................................................................... 44

3.4.1 Revealed Comparative Advantage (RCA) ........................... 45

3.4.2 Export Product Dynamic (EPD) .......................................... 46

3.4.3 Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) ................................ 48

3.4.4 Teori Berlian Porter (Porter’s Diamond) ............................. 50

BAB IV. GAMBARAN UMUM KELAPA SAWIT ..................................... 53

4.1 Agribisnis Minyak Kelapa Sawit ................................................... 53

4.1.1 Perkembangan Luas Areal Kelapa Sawit Indonesia ............ 55

4.1.2 Perkembangan Produksi Minyak Sawit (CPO) Indonesia ... 56

4.1.3 Perkembangan Produktivitas Kelapa Sawit Indonesia ......... 57

4.2 Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia .......................... 58

4.3 Perkembangan Harga CPO Indonesia ........................................... 59

4.4 Perkembangan Ekspor-Impor Minyak Sawit Indonesia ................ 60

4.4.1 Perkembangan Volume Ekspor Minyak Sawit (CPO)

Indonesia ............................................................................... 61

4.4.2 Perkembangan Volume Impor Minyak Sawit (CPO)

Indonesia ............................................................................... 62

4.4.3 Negara Tujuan Ekspor Minyak Sawit CPO Indonesia ......... 63

4.4.4 Neraca Perdagangan Minyak Sawit (CPO) Indonesia ......... 64

4.5 Negara Produsen Utama Crude Palm Oil (CPO) Dunia ............... 64

4.6 Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) ...................................... 66

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 68

5.1 Analisis Keunggulan Komparatif Komoditas CPO Indonesia

Di Pasar Internasional .................................................................... 68

5.2 Analisis Keunggulan Kompetitif Komoditas CPO Indonesia

Di Pasar Internasional .................................................................... 71

5.2.1 Analisis Export Product Dynamic (EPD) CPO HS 151110 . 72

5.2.2 Analisis Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) CPO

HS 151110 Indonesia Di Pasar Internasional ...................... 76

5.3 Analisis Berlian Porter (Porter’s Diamond) .................................. 79

5.3.1 Faktor Kondisi Sumber Daya ............................................... 81

5.3.2 Kondisi Permintaan .............................................................. 98

5.3.3 Industri Terkait dan Industri Pendukung .............................. 100

5.3.4 Struktur, Persaingan dan Strategi Industri CPO Nasional .... 109

5.3.5 Peran Pemerintah .................................................................. 118

5.3.6 Peran Kesempatan ................................................................ 130

5.4 Keterkaitan Antar Komponen Utama Sistem Berlian Porter ......... 133

Page 14: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

xiii

5.5 Keterkaitan Komponen Pendukung Sistem Berlian Porter ............ 136

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 142

6.1 Kesimpulan ..................................................................................... 142

6.2 Saran ............................................................................................... 145

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 146

LAMPIRAN ................................................................................................... 151

Page 15: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

1. 10 Sektor Penyumbang Devisa Terbesar Indonesia .................................... 1

2. Luas Areal Perkebunan Sawit dan Produksi CPO Indonesia

Tahun 2003-2017 ......................................................................................... 2

3. Luas Areal Perkebunan dan Produksi Kelapa Sawit Indonesia

Menurut Status Pengusahaannya Tahun 2017 ............................................. 3

4. Volume Ekspor CPO Indonesia Kelima Negara Tujuan Ekspor Tahun

2014-2017 .................................................................................................... 4

5. Nilai Ekspor CPO Indonesia Kelima Negara Tujuan Ekspor Tahun

2014-2017 .................................................................................................... 6

6. Nilai Ekspor-Impor CPO Indonesia dan Malaysia Tahun 2003-2017 ........ 8

7. Tingkat Kematangan Buah Sawit .............................................................. 23

8. Penelitian Terdahulu .................................................................................. 36

9. Jenis dan Sumber Data Penelitian ............................................................. 42

10. Keunggulan Komparatif CPO Berdasarkan Hasil Analisis Revealed

Comparative Advantage Indonesia dan Malaysia

Tahun 2003-2017 ....................................................................................... 69

11. Indikator Kondisi Industri Minyak Swait (CPO) Indonesia

Dengan Malaysia Tahun 2017 ................................................................... 70

12. Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) CPO Indonesia

Tahun 2003-2017 ....................................................................................... 77

13. Faktor dan Indikator Teori Berlian Porter ................................................. 79

14. Tingkat Produktivitas Lahan Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia

Menurut Provinsi Tahun 2017 ................................................................... 82

15. 4 (Empat) Bagian Besar Anggaran Perkebunan Kelapa Sawit .................. 85

16. Distribusi Pabrik Minyak Goreng di Indonesia ....................................... 102

Page 16: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

xv

17. Prinsip dan Kriteria Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) ............... 120

18. Keterkaitan Antar Komponen Utama Sistem Berlian Porter ................... 133

19. Keterkaitan Antar Komponen Penunjang dengan Komponen

Utama ....................................................................................................... 136

Page 17: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

1. Grafik Laju Pertumbuhan Volume Ekspor CPO Indonesia Kelima Negara

Tujuan Ekspor Tahun 2003-2017 ................................................................... 4

2. Grafik Laju Pertumbuhan Nilai Ekspor CPO Indonesia Kelima Negara

Tujuan Ekspor Tahun 2003-2017 ................................................................... 6

3. Kelapa Sawit ................................................................................................. 17

4. Pohon Industri Kelapa Sawit ........................................................................ 20

5. Crude Palm Oil (CPO) ................................................................................. 21

6. Proses Pengolahan Kelapa Sawit Menjadi CPO ........................................... 22

7. Kurva Perdagangan Internasional ................................................................. 29

8. Kerangka Pemikiran ..................................................................................... 40

9. Kuadran Posisi Daya Saing dengan Metode EPD ........................................ 47

10. The Complete System of National Advantage ............................................... 51

11. Lingkup Sistem Agribisnis Minyak Sawit .................................................... 54

12. Perkembangan Luas Areal Kelapa Sawit Menurut Status

Pengusahaan Di Indonesia Tahun 2003-2017 .............................................. 55

13. Perkembangan Produksi Minyak Sawit Menurut Status

Pengusahaan Di Indonesia Tahun 2003-2017 .............................................. 56

14. Perkembangan Produktivitas CPO Menurut Status Pengusahan

Di Indonesia Tahun 2003-2017 .................................................................... 57

15. Lima Provinsi dengan Perusahaan Kelapa Sawit Terbanyak ....................... 59

16. Perkembangan Harga Minyak Sawit (CPO) Tahun 2003-2017 ................... 60

17. Perkembangan Volume Ekspor Minyak Sawit (CPO) Indonesia

Tahun 2003-2017 .......................................................................................... 61

Page 18: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

xvii

18. Perkembangan Volume Impor Minyak Sawit (CPO) Indonesia

Tahun 2003-2017 .......................................................................................... 62

19. Negara Tujuan Ekspor CPO Indonesia Terbesar 2014-2017 ....................... 63

20. Perkembangan Neraca Perdagangan Minyak Sawit (CPO)

Indonesia Tahun 2003-2016 ......................................................................... 64

21. Negara Produsen Utama Crude Palm Oil (CPO) Dunia .............................. 65

22. Kuadran Export Product Dynamic (EPD) Indonesia.................................... 72

23. Kuadran Export Product Dynamic (EPD) Malaysia .................................... 73

24. Hasil Perhitungan Indeks Spesialisasi Perdagangan CPO

HS 151110) Tahun 2003-2017 ..................................................................... 78

25. Saluran Pemasaran Minyak Sawit Indonesia Pada

Perkebunan Negara ..................................................................................... 104

26. Saluran Pemasaran Minyak Sawit Indonesia Pada

Perkebunan Swasta ..................................................................................... 105

27. Lingkup Operasional Musim Mas di Indonesia ......................................... 108

28. Keterangan Antar Komponen Sistem Berlian Porter

(Porter’s Diamond) .................................................................................... 141

Page 19: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Hal

1. Lembar Pertanyaan Wawancara ................................................................. 151

2. Perkembangan Luas Areal Kelapa Sawit Menurut Status

Pengusahaan Di Indonesia Tahun 2003-2017 ............................................ 152

3. Perkembangan Produksi Minyak Sawit Menurut Status

Pengusahaan Di Indonesia Tahun 2003-2017 ............................................ 153

4. Perkembangan Produktivitas CPO Menurut Status Pengusahaan

Di Indonesia Tahun 2003-2017 .................................................................. 154

5. Data Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit Menurut Provinsi

Dan Pengusahaanya pada Tahun 2017 ....................................................... 155

6. Perkembangan Harga Minyak Sawit (CPO) Tahun 2003-2018 ................. 156

7. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Minyak Sawit (CPO)

Indonesia Tahun 2003-2017 ....................................................................... 157

8. Perkembangan Volume dan Nilai Impor Minyak Sawit (CPO)

Indonesia Tahun 2003-2017 ....................................................................... 158

9. Xik : Nilai Ekspor CPO Indonesia Kelima Negara Tujuan

Tahun 2003-2017 ........................................................................................ 159

10. Xim : Nilai Ekspor Indonesia Kelima Negara Tujuan

Tahun 2003-2017 ........................................................................................ 160

11. Xwk : Nilai Ekspor CPO Dunia Kelima Negara Tujuan

Tahun 2003-2017 ........................................................................................ 161

12. Xwm : Nilai Ekspor Dunia Kelima Negara Tujuan

Tahun 2003-2017 ........................................................................................ 162

13. Perhitungan Revealed Comparative Advantage (RCA) di Lima

Negara Tujuan Ekspor CPO Indonesia Tahun 2003-2017 ......................... 163

14. Rata-rata Perhitungan Revealed Comparative Advantage (RCA)

di Lima Negara Tujuan Ekspor CPO Indonesia Tahun 2003-2017. ........... 166

Page 20: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

xix

15. Perhitungan Revealed Comparative Advantage (RCA) di Lima

Negara Tujuan Ekspor CPO Malaysia Tahun 2003-2017 .......................... 167

16. Rata-rata Perhitungan Revealed Comparative Advantage (RCA)

di Lima Negara Tujuan Ekspor CPO Malaysia Tahun 2003-2017 ............ 170

17. Perhitungan Nilai Indeks Spesialisasi Perdagangan Negara

Indonesia dan Malaysia .............................................................................. 171

18. Luas Areal dan Produksi Minyak Sawit (CPO) pada Perkebunan

Rakyat (PR), Perkebunan Negara (PN), dan Perkebunan Swasta (PS)

Menurut Provinsi dan Keadaan Tanaman, 2017 ........................................ 172

19. Pertumbuhan Jumlah Petani dan Jumlah Tenaga Kerja Perkebunan

Kelapa Swit Indonesia Tahun 2017-2019 .................................................. 173

20. Daftar Anggota Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia ................... 174

21. Tarif Pungutan Dana Perkebunan Atas Ekspor Kelapa Sawit,

Crude Palm Oil (CPO), dan Produk Turunannya ....................................... 177

22. Mandatori Biodiesel Berdasarkan Peraturan Menteri ESDM

No.32/2008 dan Keputusan Menteri ESDM No.25/2013 ........................... 179

Page 21: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Crude Palm Oil (CPO) adalah minyak nabati edibel yang didapatkan

melalui beberapa proses pengolahan buah kelapa sawit. CPO merupakan salah

satu komoditas ekspor unggulan Indonesia (GAPKI, 2018). Menurut Joko

(2016:3), industri kelapa sawit Indonesia khususnya produk CPO memiliki peran

strategis dalam sejumlah aspek; (1) Berkontribusi besar bagi perekonomian

negara dan tercatat sebagai penghasil devisa negara terbesar non-migas (Tabel 1),

(2) Membuka lapangan pekerjaan kepada 5,5 juta kepala keluarga, (3) Mampu

mengentaskan kemiskinan pedesaan, dan (4) Membantu pemerataan

pembangunan daerah.

Tabel 1. 10 Sektor Penyumbang Devisa Terbesar Indonesia Tahun 2017

No Sektor/Industri Nilai (Rp) Keterangan

1 Kelapa Sawit 300 triliun Ekspor

2 Jasa Pariwisata 190 triliun Jasa

3 Migas 170 triliun Ekspor

4 Tekstil 159 triliun Ekspor

5 Batubara 150 triliun Ekspor

6 Tenaga Kerja Indonesia (TKI) 140 triliun Jasa

7 Elektronik 80 triliun Ekspor

8 Hasil Kayu Hutan 70 triliun Ekspor

9 Karet 65 triliun Ekspor

10 Alas Kaki 60 triliun Ekspor Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) (2017)

Berdasarkan data Food and Agriculture Organization (FAO) tahun 2017,

Indonesia merupakan negara produsen dan negara eksportir CPO terbesar di

ASEAN maupun dunia. Negara produsen CPO lainnya adalah Malaysia, Thailand,

Nigeria, Kolumbia, dan Papua Nugini. Produksi CPO dunia didominasi oleh

Page 22: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

2

Indonesia dan Malaysia. Kedua negara ini secara total menghasilkan sekitar 85-90

persen dari total produksi CPO dunia. Adapun perkembangan luas areal

perkebunan sawit dan produksi CPO Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2. Luas Areal Perkebunan Sawit dan Produksi CPO Indonesia Tahun 2003-

2017

Tahun

Luas

Areal

(Ha)

Pertumbuhan

(%)

Produksi

(Ton)

Pertumbuhan

(%)

2003 5.283.557 10.440.834

2004 5.284.723 0.02 10.830.389 3.4

2005 5.453.817 3.2 11.861.615 9.5

2006 6.594.914 20.9 17.350.848 46.3

2007 6.766.836 2.6 17.664.725 1.8

2008 7.363.847 8.8 17.539.788 -0.7

2009 7.873.294 6.9 19.324.293 10.2

2010 8.385.394 6.5 21.958.120 13.6

2011 8.992.824 7.2 23.096.541 5.2

2012 9.572.715 6.5 26.015.518 12.6

2013 10.465.020 9.3 27.782.004 6.8

2014 10.754.801 0.03 29.278.189 5.4

2015 11.260.277 4.7 31.070.015 6.1

2016 11.201.465 -0.5 31.730.961 2.1

2017 14.048.722 25.4 37.965.224 19.6

Rata-rata 6.8 9.5 Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan, Kementerian Pertanian (2019)

Berdasarkan Tabel 2. Luas areal perkebunan kelapa sawit dari tahun

2003-2017 selalu mengalami peningkatan, dimana pertumbuhan tertinggi dialami

pada tahun 2006 dan 2017 dengan nilai pertumbuhan sebesar 20.9 persen dan 25.4

persen. Perkembangan luas areal lahan juga diikuti dengan rata-rata pertumbuhan

produksi CPO sebesar 9.5 persen setiap tahunnya. Peningkatan luas areal dan

produksi tersebut menunjukkan bahwa permintaan terhadap produk CPO semakin

meningkat di pasar domestik maupun internasional. Data BPS tahun 2017

menyebutkan bahwa CPO yang dihasilkan oleh Indonesia, sebanyak 70 persen

diekspor ke berbagai negara, dan 30 persen lainnya digunakan untuk kebutuhan

Page 23: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

3

dalam negeri. Konsumsi domestik tersebut, mencakup untuk industri hilir seperti

oleopangan, oleokimia, detergen/sabun, dan biodiesel. Sementara, luas

perkebunan kelapa sawit Malaysia berdasarkan data Malaysian Palm Oil Board

(MPOB) pada tahun 2017 seluas 5,85 juta hektar dengan hasil produksi CPO

sebanyak 19,9 juta ton.

Menurut Dirjen Perkebunan (2019), perkebunan kelapa sawit Indonesia

pada tahun 2017 diusahakan oleh Perkebunan Besar Swasta (PBS), Perkebunan

Rakyat (PR), dan Perkebunan Besar Negara (PBN). Luas areal perkebunan dan

produksi kelapa sawit sebagaimana ditunjukkan tabel berikut:.

Tabel 3. Luas Areal Perkebunan dan Produksi Kelapa Sawit Indonesia Menurut

Status Pengusahaannya, 2017

No. Status Pengusaha Luas Areal

(Ha) Produksi (Ton)

1 Perkebunan Besar Swasta (PBS) 7.712.687 22.912.772

2 Perkebunan Besar Negara (PBN) 638.143 1.861.263

3 Perkebunan Rakyat (PR) 5.697.892 13.191.189

Jumlah 14.048.722 37.965.224 Sumber: Direktorat Jendral Perkebunan (2019)

Berdasarkan Tabel 3, Perkebunan Besar Swasta (PBS) mengusahakan 7,7

juta hektar (54,9 persen) dengan jumlah produksi 22,9 juta ton (60,3 persen),

sementara Perkebunan Rakyat (PR) mengusahakan 5,7 juta hektar (40,5 persen)

dengan jumlah produksi 13,2 juta ton (34,7 persen), dan Perusahan Besar Negara

(PBN) tercatat hanya 638,1 ribu hektar (4,5 persen) dengan jumlah produksi 1,9

juta ton (4,9 persen).

Indonesia memiliki peluang ekspor CPO karena sebagian besar komoditas

tersebut diekspor ke negara-negara tujuan yang tidak mampu memproduksi

minyak sawit mentah sendiri. Beberapa negara yang menjadi lima besar negara

Page 24: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

4

tujuan ekspor minyak sawit mentah Indonesia adalah India, Singapura, Belanda,

Itali, dan Spanyol. Kelima negara tersebut adalah negara yang paling banyak

mengimpor CPO dari Indonesia (Statistik Kelapa Sawit 2015-2017: 58). Tabel 4

dan 5 menunjukkan volume dan nilai ekspor CPO kelima negara tujuan ekspor

tahun 2014-2017.

Tabel 4. Volume Ekspor CPO Indonesia Kelima Negara Tujuan Ekspor Tahun

2014-2017

Sumber : UN Comtrade (2018)

Gambar 1. Grafik Laju Pertumbuhan Volume Ekspor CPO Indonesia Kelima

Negara Tujuan Ekspor Tahun 2014-2017. Sumber: UN Comtrade (2018), (diolah)

22

-8

4,3

-6,3

14

-10

-5

0

5

10

15

20

25

India Belanda Singapura Itali Spanyol

Laju Pertumbuhan (%) Linear (Laju Pertumbuhan (%))

Negara 2014 2015 2016 2017

Volume (ton) Volume (ton) Volume (ton) Volume (ton)

India 2.888.188 3.820.703 2.948.984 4.627.681

Belanda 866.087 1.044.091 680.073 615.548

Singapura 532.902 604.486 580.472 604.711

Itali 601.648 578.864 250.383 356.503

Spanyol 276.017 581.375 236.855 215.685

Total 5.164.842 6.629.519 4.696.767 6.420.129

14.8

Page 25: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

5

Berdasarkan Tabel 4 diperoleh grafik laju pertumbuhan sebagaimana

digambarkan pada Gambar 1 bahwa, volume ekspor CPO Indonesia kelima

negara tujuan pada tahun 2014-2017 memiliki tren laju pertumbuhan yang

cenderung mengalami penurunan dengan rata-rata nilai sebesar 14,8 persen. Hal

ini dipengaruhi oleh jumlah permintaan CPO terutama di negara Belanda dan Itali

menurun dengan tren laju pertumbuhan di negara Belanda yang negatif sebesar 8

persen dan Itali sebesar 6,3 persen. Menurunnya laju pertumbuhan volume ekspor

CPO Indonesia di negara Belanda dan Itali disebabkan adanya upaya Uni Eropa

untuk mendorong pertumbuhan minyak nabati domestik, khususnya rapeseed,

sunflower oil, dan soybean oil dengan menciptakan kampanye “Palm Oil Free”

yang melarang dan menghapuskan secara bertahap penggunaan produk berbahan

dasar CPO dari Indonesia berdasarkan kebijakan Renewable Energy Directive I

(RED I) dan Delegate Act Renewable Energy Directive II, sehingga berdampak

pada menurunnya jumlah permintaan CPO Indonesia terhadap Uni Eropa sejak

tahun 2015 ke tahun berikutnya.

Disisi lain, pada tahun pada tahun 2017 volume ekspor CPO Indonesia ke

Itali kembali menguat dari tahun sebelumnya, dimana diperoleh fakta bahwa rata-

rata pertumbuhan (growth) produksi domestik minyak nabati Uni Eropa hanya

mencapai 2,8 persen per tahun, sementara laju pertumbuhan konsumsi domestik

Uni Eropa sebesar 4,8 persen per tahun (GAPKI, 2018). Sedangkan, laju

pertumbuhan volume ekspor CPO Indonesia dengan nilai positif terbesar terjadi di

negara India dengan nilai 22 persen. Hal ini dikarenakan India merupakan negara

importir CPO terbesar dari Indonesia yang membutuhkan pasokan minyak sawit

Page 26: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

6

dalam jumlah besar untuk memenuhi kebutuhan domestiknya, dimana sekitar 50

persen impor minyak nabati India masih di supply oleh minyak sawit dari

berbagai negara produsen minyak sawit terutama Indonesia. Selain itu, harga

minyak nabati impor umumnya lebih kompetitif dibandingkan dengan produksi

domestik (GIMNI, 2019). Laju pertumbuhan dengan nilai positif lainnya terjadi di

Spanyol dengan nilai pertumbuhan sebesar 14 persen, dan Singapura sebesar 4,3

persen.

Tabel 5. Nilai Ekspor CPO Indonesia Kelima Negara Tujuan Ekspor Tahun

2014-2017

Sumber : UN Comtrade (2018)

Gambar 2. Grafik Laju Pertumbuhan Nilai Ekspor CPO Indonesia Kelima Negara

Tujuan Ekspor Tahun 2014-2017. Sumber : UN Comtrade (2018), (diolah)

18

-12,5

1

-9

1

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

India Belanda Singapura Itali Spanyol

Laju Pertumbuhan (%) Linear (Laju Pertumbuhan (%))

Negara

2014 2015 2016 2017

Nilai

(.000 US$)

Nilai

(.000 US$)

Nilai

(.000 US$)

Nilai

(.000 US$)

India 2.101.736 2.112.621 1.868.494 3.068.293

Belanda 641.516 600.082 424.593 415.656

Singapura 396.982 332.928 359.879 398.616

Itali 455.262 340.498 150.431 231.394

Spanyol 208.144 338.527 139.889 138.607

Total 3.803.640 3.724.656 2.943.286 4.252.567

-0.3

Page 27: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

7

Berdasarkan Tabel 5 diperoleh grafik laju pertumbuhan sebagaimana

digambarkan pada Gambar 2 bahwa, nilai ekspor CPO Indonesia ke-lima negara

tujuan pada tahun 2014-2017 memiliki tren laju pertumbuhan yang cenderung

mengalami penurunan dengan rata-rata laju pertumbuhan nilai ekspor yang negatif

sebesar 0,3 persen. Nilai negatif dari rata-rata laju pertumbuhan nilai ekspor CPO

Indonesia diperoleh dari besarnya angka negatif laju pertumbuhan negara Belanda

sebesar 12,5 persen dan Itali sebesar 9 persen. Menurunnya laju pertumbuhan

nilai ekspor CPO Indonesia di negara Belanda dan Itali, selain disebabkan adanya

kebijakan Uni Eropa yang melarang penggunaan produk CPO dari Indonesia, juga

dipengaruhi oleh turunnya harga CPO global dari USD 762,91 per metrik ton

menjadi USD 581,29 per metrik ton pada tahun 2015 atau turun sebesar 24 persen

dari tahun sebelumnya (Hudori, 2017). Sementara, laju pertumbuhan nilai ekspor

CPO Indonesia dengan nilai positif terjadi di negara India (18 persen), Singapura

(1 persen), dan Spanyol (1 persen).

Peranan Indonesia selain sebagai supporting kebutuhan minyak nabati

dunia, industri minyak sawit Indonesia juga berperan dalam memenuhi kebutuhan

minyak nabati Asia, salah satunya adalah dengan melakukan kegiatan ekspor

impor CPO terhadap Malaysia. Selain sebagai negara produsen minyak sawit

terbesar kedua dunia, Malaysia tetap melakukan impor CPO dari Indonesia guna

menstabilkan antara kebutuhan domestik dan pasokan ekspornya. Kegiatan ekspor

impor CPO yang dilakukan oleh Indonesia terhadap Malaysia terjadi pada saat

jumlah permintaan CPO lebih tinggi dari pada jumlah produksi CPO domestik.

Hal ini dikarenakan Malaysia memiliki kebutuhan untuk bahan baku industri

Page 28: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

8

farmasi, tekstil dan industri hilirisasi dengan lebih dari 100 macam jenis produk

turunan (Kardiman, 2011).

Kemampuan Indonesia dalam memproduksi CPO merupakan peluang besar

bagi negara untuk meningkatkan industri CPO yang berdaya saing di pasar

Malaysia. Sejalan dengan hal tersebut, menjadikan Indonesia mampu bersaing

dengan negara produsen CPO lain seperti Malaysia dalam meningkatkan nilai

ekspor dan meminimalisir nilai impor sebagaimana ditunjukkan pada tabel

berikut:

Tabel 6. Nilai Ekspor-Impor CPO Indonesia dan Malaysia Tahun 2003-2017.

Tahun

Indonesia Malaysia

Ekspor

(US$)

Impor

(US$)

Ekspor

(US$)

Impor

(US$)

2003 1.062.214.890 24.348 512.074.232 148.012.253

2004 1.444.421.828 1067.327 539.812.095 355.315.723

2005 1.593.295.437 14.058 566.651.817 152.538.757

2006 1.993.666.661 46.109 924.627.185 233.840.193

2007 3.738.651.552 10.588 1.259.850.331 207.442.146

2008 6.561.330.490 1.427 1.879.389.747 496.393.697

2009 5.702.126.189 1.332.129 1.675.850.018 682.064.401

2010 7.649.965.932 3.360.560 2.312.971.826 1.005.899.191

2011 8.777.015.600 24.506.004 3.796.528.454 1.630.867.301

2012 6.676.503.846 0 4.468.118.528 791.965.295

2013 4.978.532.881 0 2.986.345.133 260.723.872

2014 4.206.741.340 0 3.428.710.388 225.867.096

2015 4.388.094.011 0 3.076.580.116 432.796.435

2016 3.305.575.089 3.874.877 2.335.674.952 128.852.507

2017 4.698.225.492 457 1.868.891.714 208.893.128

Total 61.797.828.357 34.237.884 31.632.076.536 6.961.471.995

Selisih Nilai Ekpor CPO Indonesia dan Malaysia (US$) 30.165.751.821

Selisih Nilai Impor CPO Indonesia dan Malaysia (US$) 6.927.234.111

Sumber: UN Comtrade. (2018), (diolah)

Berdasarkan Tabel 6 dapat dijelaskan bahwa, nilai ekspor-impor CPO

Indonesia dan Malaysia tahun 2003-2017 memiliki selisih dari total nilai ekspor

Page 29: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

9

CPO sebesar 30,2 milyar USD dan selisih dari total nilai impor CPO sebesar 6,9

milyar USD. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia lebih unggul karena memiliki

nilai ekspor CPO yang lebih tinggi dengan nilai impor CPO yang rendah dari

Malaysia. Nilai ekspor-impor CPO Indonesia terbesar terjadi pada tahun 2011

dengan nilai ekspor sebesar 8,8 milyar USD dan nilai impor sebesar 24,5 juta

USD. Hal ini disebabkan pada tahun 2011 jumlah permintaan CPO global

meningkat seiring dengan keberadaan stok yang terbatas, sehingga Indonesia

perlu melakukan impor dari negara produsen CPO lain untuk menstabilkan

pasokan domestik dan permintaan pasar global, hal ini menyebabkan harga CPO

Indonesia menguat dari USD 826,73 menjadi USD 1.050,19 per metrik ton atau

naik 25,18 persen dari tahun sebelumnya. Sedangkan, nilai ekspor-impor CPO

Malaysia terbesar terjadi pada tahun 2012 dengan nilai ekspor sebesar 4,5 milyar

USD dan nilai impor sebesar 1,6 milyar USD pada tahun 2011. Hal ini disebabkan

pada tahun 2011 harga CPO Malaysia ikut menguat dari USD 900,83 menjadi

USD 1.125,42 per metrik ton (Hudori, 2017).

Indonesia sebagai negara produsen dan eksportir CPO terbesar dunia tidak

terlepas dari problematik (internal) dan tantangan (eksternal) dalam bentuk

regulasi atau kebijakan dan penggalangan opini negatif terhadap industri CPO.

Problematik industri CPO Indonesia dari sisi internal mencatat bahwa; (1)

Kebijakan sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) dalam

penerapannya masih belum merata secara menyeluruh (Komisi ISPO, 2018).

Kementerian Pertanian (2018) menyebutkan bahwa, lahan sawit Indonesia saat ini

seluas 14,3juta hektar, akan tetapi baru 2,349 juta hektar lahan sawit yang

Page 30: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

10

tersertifikasi (ISPO) dengan total produksi CPO mencapai 10,2 juta ton per tahun,

sehingga berdampak pada rendahnya keberterimaan pasar atas ISPO, (2)

Kebijakan Moratorium atau Penundaan dan Evaluasi Perizinan Perkebunan

Kelapa Sawit berdampak negatif pada kehidupan para petani kecil yang hidup dari

perkebunan sawit, (3) Adanya tumpang tindih lahan petani dengan perusahaan

yang mengarah pada konflik legalitas lahan, (4) Rendahnya kompetensi petani

dalam mengelola perkebunan sawit dan minimnya modal petani, sehingga

produktivitas sawit masih rendah lantaran benih yang digunakan tidak

tersertifikasi dan kebanyakan tanaman yang digunakan sudah mencapai umur

teknis dan umur ekonomis yang jenuh.

Dalam skala global (eksternal), ekspor CPO Indonesia mengalami perang

dagang (trade war) dalam bentuk kebijakan negara importir dan kampanye hitam

(black campaign) yang mendiskriminasi sawit Indonesia; (1) Parlemen Uni Eropa

dalam Renewable Energy Directive (RED) dan Delegated Acts RED (Renewable

Energy Directive) II yang akan membatasi dan menghapuskan secara bertahap

penggunaan minyak nabati berbahan dasar CPO sepanjang tahun 2020-2030

dengan menetapkan kelapa sawit dalam kategori tanaman pangan dengan risiko

tinggi dan risiko rendah Indirect Land Usage Change (ILUC). Hal tersebut akan

berdampak pada 5,3 juta petani sawit terancam dan Indonesia akan kehilangan

pasar ekspor CPO ke negara tujuan terbesar ke-2 dunia, (2) Hambatan tarif

barrier yang di terapkan oleh India dengan menaikan tarif bea masuk CPO asal

Indonesia dari 30 persen menjadi 44 persen dan produk turunannya dari 40 persen

menjadi 54 persen (Darmin, 2018), (3) Indonesia dan Malaysia memiliki

Page 31: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

11

keinginan dalam mengatur harga CPO dunia. Malaysia merupakan negara

produsen CPO terbesar ke-2 setelah Indonesia dengan total volume ekspor CPO

ke dunia pada tahun 2018 mencapai 3,3 juta ton. Sementara volume ekspor CPO

Indonesia ke dunia pada tahun 2018 mencapai 6,6 juta ton (UN Comtrade, 2019).

Kedua negara tersebut tidak lepas dari aktivitas perang dagang untuk memperluas

pasar ke berbagai negara di dunia. Hal ini dikarenakan masing-masing negara

memiliki hubungan bilateral yang berbeda dengan negara lain di dunia, terutama

negara-negara tujuan ekspor CPO dari Indonesia-Malaysia, (4) Adanya Perang

dagang antara negara-negara produsen minyak nabati dari komoditas selain

minyak sawit terutama negara-negara Uni Eropa yang memiliki produk minyak

nabati berbahan dasar rapeseed oil dan sunflower oil dengan menekan laju ekspor

ke Uni Eropa guna mengamankan produk domestiknya dengan tujuan mengurangi

ketergantungan yang semakin tinggi terhadap impor CPO dari Indonesia

(GAPKI, 2017).

Persaingan dagang memunculkan tantangan yang bernilai positif bagi

kemajuan industri CPO. Kemunculan daya saing dapat membuat pelaku industri

atau stakeholders meningkatkan kualitas dari berbagai sisi dan mencoba

mengatasi problematik dan tantangan yang ada. Kemampuan Indonesia sebagai

negara produsen CPO terbesar dunia dalam menghadapi tantangan dan

problematik yang dialami secara global dapat diwujudkan dengan meningkatkan

daya saing dengan memaksimalkan keunggulan pembeda dari yang lain seperti

keunggulan komparatif (comparative advantage) dan keunggulan kompetitif

(competitive advantage).

Page 32: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

12

Berdasarkan seluruh uraian di atas, maka penelitian yang dilakukan adalah

menganalisis daya saing CPO Indonesia dengan CPO Malaysia di lima negara

tujuan utama yaitu; India, Singapura, Belanda, Italia, dan Spanyol. Perbandingan

daya saing tersebut dilakukan karena secara bilateral hubungan Indonesia dan

Malaysia dalam ekspor impor CPO memiliki persaingan yang cukup kuat dalam

merebut pangsa pasar di pasar internasional terutama di lima negara tujuan utama,

sedangkan secara multilateral Indonesia dan Malaysia memiliki hubungan yang

sangat baik dalam menghadapi permasalahan-permasalahan yang terjadi pada

industri CPO dunia. Perbandingan daya saing tersebut menggunakan data yang

berkaitan dengan nilai ekspor CPO Indonesia dan Malaysia di lima negara tujuan,

nilai ekspor dunia di lima negara tujuan, dan nilai impor CPO Indonesia dan

Malaysia, sehingga diharapkan Indonesia dapat menjadi negara produsen dengan

keunggulan daya saing nomor satu di dunia. Dari latar belakang ini peneliti

melakukan riset dengan judul “Analisis Daya Saing Crude Palm Oil (CPO)

Indonesia di Pasar Internasional”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka

dirumuskan beberapa permasalahan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana keunggulan komparatif komoditas CPO Indonesia dan Malaysia

di lima negara tujuan utama?

2. Bagaimana keunggulan kompetitif komoditas CPO Indonesia dan Malaysia

di lima negara tujuan utama?

Page 33: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

13

3. Bagaimana rekomendasi dalam meningkatkan daya saing komoditas CPO

Indonesia ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian dari latar belakang dan permasalahan diatas, maka

tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis keunggulan komparatif komoditas CPO Indonesia dan

Malaysia di lima negara tujuan utama.

2. Menganalisis keunggulan kompetitif komoditas CPO Indonesia dan

Malaysia di lima negara tujuan utama.

3. Mengetahui rekomendasi dalam meningkatkan daya saing komoditas CPO

Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak,

antara lain:

1. Bagi penulis, untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta sebagai

salah satu sarana penerapan ilmu-ilmu yang telah diperoleh selama

perkuliahan.

2. Bagi akademisi, sebagai bahan referensi dan sumber data bagi kepentingan

edukasi dalam penelitian selanjutnya.

3. Bagi pengambil kebijakan, instansi serta lembaga terkait lainnya diharapkan

dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan guna

Page 34: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

14

mendukung daya saing ekspor minyak sawit Indonesia di pasar

internasional.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini fokus pada komoditas minyak sawit (CPO) berdasarkan kode

Harmonized System (HS). Untuk menganalisis daya saing CPO digunakan kode

HS 151110. Penelitian ini membahas mengenai daya saing CPO yang dimiliki

oleh Indonesia terhadap pesaing utamanya, yaitu Malaysia. Analisis dilakukan

dari tahun 2003-2017 dan data yang diolah adalah data nilai ekspor CPO dari dua

negara eksportir dunia yaitu Indonesia dan Malaysia di lima negara tujuan utama

ekspor CPO yaitu India, Singapura, Belanda, Italia, dan Spanyol, nilai ekspor

dunia ke lima negara tujuan utama, dan nilai impor CPO Indonesia dan Malaysia.

Penelitian ini diperkaya dengan fenomena terkini yang dialami oleh industri

CPO Indonesia baik secara nasional maupun internasional yang meliputi

tantangan baru dan problematika yang bergerak dinamis dalam pemenuhan

pasokan minyak nabati selain minyak kedelai, minyak bunga matahari, minyak

kelapa, dan minyak nabati lainnya.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data deret waktu

(time series), cross section, data kualitatif dan kuantitatif. Penelitian ini dilakukan

dengan menganalisis keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif

komoditas CPO Indonesia dan Malaysia dengan menggunakan alat analisis

Revealed Comparative Advantages (RCA), Export Product Dynamic (EPD),

Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP).

Page 35: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

15

Penelitian ini juga menggunakan Teori Porter’s Diamond untuk mengetahui

kondisi industri CPO Indonesia setelah ditemukan hasil analisis berdasarkan data

kulitatif untuk memperkuat hasil analisis keunggulan komparatif dan keunggulan

kompetitif yang diperoleh berdasarkan hasil perhitungan data kuantitatif.

Page 36: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Agribisnis Kelapa Sawit

Bersadasarkan ilmu taksonomi, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk

memudahkan dalam identifikasi secara ilmiah. Metode pemberian nama ilmiah ini

dikembangkan oleh Carolus Linnaeus. Klasifikasi kelapa sawit dapat dijelaskan

sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi: Angiospermae

Kelas : Liliopsida

Ordo : Arecales

Famili : Arecaceae

Genus : Elaeis

Species : 1. Elaeis guineensis Jacq

2. Elaeis oleifera (H.B.K) Cortes

3. Elaeis odora

Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah beriklim tropis pada

ketinggian 0-500 meter di atas permukaan laut dan mampu mencapai ketinggian

sekitar 25 meter. Kelapa sawit membutuhkan tanah yang subur seperti tanah

latosol, ultisol, alluvial dengan drainase yang baik serta solum yang cukup kira-

kira 1 meter, dengan kelembapan 80-90 persen serta dengan curah hujan 2000-

2500 mm/tahun dengan suhu sekitar 22-32˚C (Anonim, 2014).

Page 37: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

17

Tanaman kelapa sawit sudah mulai menghasilkan pada umur 24-30 bulan.

Bunga dan buahnya berupa tandan, bercabang banyak dengan ukuran buah kecil,

lebih masak berwarna merah kehitaman dan daging buahnya padat. Berat tandan

kelapa sawit berkisar 3-4 kg, setiap tandan dan ditumbuhi oleh buah, dengan berat

10-20 gram/butir yang duduk pada bulir. Setiap bulir terdiri dari 10-18 butir,

tergantung pada kesempurnaan penyerbukan. Beberapa bulir membentuk tandan

yang mana buah sawit dipanen dalam bentuk tandan dan disebut tandan buah

sawit. Berikut disajikan gambar tanaman kelapa sawit.

Gambar 3. Kelapa Sawit Sumber: Greenpeace (2018)

Pada era tahun 1980 hingga pertengahan 1990 kelapa sawit mengalami

pertumbuhan yang paling pesat dibandingkan subsektor perkebunan lainnya.

Perkembangan perkebunan kelapa sawit tidak lagi hanya sebatas usaha budidaya

kelapa sawit (on-farm) namun sudah berkembang dan lebih modern menjadi

sistem agribisnis. Kelapa sawit terdiri dari empat subsistem yang masing-masing

memiliki fungsi yang berbeda namun merupakan suatu orkestra ekonomi.

Pertama, subsistem hulu kelapa sawit merupakan penghasil barang-barang modal

bagi usaha perkebunan kelapa sawit yakni benih, pupuk, pestisida dan mesin

Page 38: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

18

perkebunan. Kedua, subsistem usaha kelapa sawit yang menggunakan barang

modal tersebut untuk budidaya. Ketiga, subsistem hilir kelapa sawit yang

mengolah minyak sawit atau Crude Palm Oil (CPO) dan minyak inti sawit atau

Palm Kernel Oil (PKO) menjadi produk produk setengah jadi (semi-finish)

maupun produk jadi (finish-product). Keempat, subsistem penyedia jasa bagi

subsistem hulu hingga hilir kelapa sawit (Sipayung, 2015:5).

Pusat Penelitian Kelapa Sawit (2009) menyatakan bahwa produk hulu dari

kelapa sawit yaitu minyak sawit dan minyak inti sawit merupakan komoditas

ekspor non-migas andalan dari kelompok agroindustri. Hal ini dapat dilihat dari

kondisi; (1) Secara komparatif terdapat ketersediaan lahan yang dapat digunakan

untuk perluasan produksi, berbeda halnya dengan negara pesaing terberat

Indonesia, Malaysia yang luas areal produksinya telah mencapai titik jenuh, (2)

Secara kompetitif pesaing Indonesia hanya sedikit, (3) Kelapa sawit merupakan

tanaman perkebunan yang memiliki produktivitas tertinggi dibandingkan tanaman

perkebunan lainnya. Kontribusi minyak sawit terhadap ekspor nasional adalah

tertinggi dibandingkan ekspor hasil perkebunan lainnya, (4) Minyak sawit dan

minyak inti sawit dapat digunakan sebagai bahan baku industri. Berbagai manfaat

minyak sawit dan minyak inti sawit inilah yang mendorong tingginya permintaan

akan minyak sawit dan minyak inti sawit.

Minyak sawit digunakan sebagai bahan baku minyak goreng, margarin,

sabun, kosmetika, industri baja, kawat, radio, kulit dan industri farmsi. Minyak

sawit dapat digunakan untuk beragam peruntukkan karena keunggulan sifat yang

dimilikinya yaitu tahan oksidasi dengan tekanan tinggi, mampu melarutkan bahan

Page 39: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

19

kimia yang tidak larut oleh bahan pelarut lainnya, mempunyai daya melapis yang

tinggi dan tidak menimbulkan iritasi pada tubuh dalam bidang kosmetik. Bagian

yang populer untuk diolah dari kelapa sawit adalah buah. Bagian daging buah

menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang diolah menjadi bahan baku

minyak goreng dan berbagai jenis turunannya. Minyak inti sawit menjadi bahan

baku minyak alkohol dan industri kosmetika. Berikut adalah pohon industri

kelapa sawit yang disajikan pada Gambar 4.

Page 40: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

20

Gam

bar

4.

Po

ho

n I

ndust

ri K

ela

pa

Saw

it

Su

mb

er:

Kem

ente

ria

n P

erin

du

stri

an (

20

18

)

Page 41: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

21

2.2 CPO (Crude Palm Oil)

Buah kelapa sawit merupakan buah yang kaya akan dengan minyak. Dalam

tandan buah sawit yang dipanen, terdiri dari kulit dan tandan 29 persen, biji atau

inti sawit 11 persen, dan daging buah 60 persen. Kelapa sawit mampu

menghasilkan dua jenis minyak dari buah yang sama (GAPKI, 2010:6). Hal ini

yang menjadi karakteristik unik dan unggul dari beberapa jenis tanaman penghasil

minyak lainnya.

Gambar 5. Crude Palm Oil (CPO) Sumber: Global Sources (2018)

Sejarah penggunaan minyak sawit menyebar ke berbagai negara karena

minyak sawit dikenal dan dipercaya masyarakat sebagai miyak yang aman.

Catatan arkeologi yang ditemukan di Abydos, Mesir, menunjukkan bahwa minyak

sawit telah digunakan sejak sekitar 5.000 tahun yang lalu. Proses pengolahan

daging buah sawit menghasilkan minyak sawit kasar (crude palm oil, CPO) dan

inti sawit yang berasal dari biji sawit akan menghasilkan minyak inti sawit kasar

(palm kernel oil, PKO) (GAPKI, 2009:5); sebagaimana terlihat pada Gambar 6.

Page 42: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

22

Gambar 6. Proses Pengolahan Kelapa Sawit Menjadi CPO

Proses pengolahan kelapa sawit sampai menjadi minyak kelapa sawit (CPO)

terdiri dari beberapa tahapan yang dimulai dari:

a. Jembatan Timbang

Jembatan timbang adalah salah satu tahap awal dalam proses pembuatan

kelapa sawit menjadi CPO. Jembatan timbang bertujuan untuk mengetahui berat

kelapa sawit yang diangkut oleh mobil pengangkut dengan menghitung selisih

berat truk sebelum mengangkut kelapa sawit dengan berat truk setelah

mengangkut kelapa sawit.

b. Penyortiran Kelapa Sawit

Buah kelapa sawit yang masuk ke pabrik harus melewati tahap

pemeriksaan buah atau sortir buah, jenis buah yang masuk ke pabrik sawit pada

umumnya merupakan jenis tenera atau jenis dura. Kriteria matang panen

merupakan faktor yang sangat penting dalam pemeriksaan buah sawit di stasiun

penerimaan buah. Tingkat kematangan buah sawit mempengaruhi terhadap

Page 43: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

23

rendamen minyak dan Asam Lemak Buah (ALB) atau Free Fatty Acid (FFA)

yang dapat dilihat pada Tabel 7 sebagai berikut:

Tabel 7. Tingkat Kematangan Buah Sawit

Sumber: Unknown (2018)

c. Proses Perebusan Buah Sawit (Sterilizer)

Proses perebusan minyak yang terbuang kurang lebih 0,8 persen. Dalam

melakukan proses perebusan diperlukan uap untuk memanaskan sterilizer yang

disalurkan dari boiler. Uap yang masuk ke sterilizer 2,7-3 kg/cm2, dengan suhu

140˚C dan direbus selama 90 menit. Proses perebusan bertujuan untuk

mengurangi peningkatan asam lemak bebas, mempermudah proses pelepasan

buah sawit pada threser, menurunkan kadar air buah sawit, dan melunakkan

daging buah sawit, sehingga daging buah sawit mudah lepas dari biji (nut).

d. Proses Penebah (Threser Process)

Pada proses penebah terdapat beberapa mesin yang memiliki fungsi

berbeda yaitu, (1) Hoisting Crane: untuk mengangkat lori buah dan menuangkan

isi lori buah sawit ke bunch feeder. Dimana lori yang diangkat berisi tandan buah

sawit yang sudah direbus, (2) Threser: untuk melepaskan buah sawit dari

janjangannya dengan cara mengangkat dan membantingnya serta mendorong

janjang kosong ke empty bunch conveyor, (3) Proses pengempanan: proses ini

dimulai dari pengambilan minyak dari buah kelapa sawit dengan jalan pelumatan

(di mesin digester) dan pengempanan (di mesin screw press sawit, (4) Pemurnian

Kematangan Buah Rendemen Minyak (%) Kadar ALB (%)

Mentah 13-17 1,6-2,8

Setengah Matang 18-24 1,7-3,3

Matang 25-31 1,8-4,4

Lewat Matang 27-31 3,8-6,1

Page 44: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

24

Minyak (Clarification Station): setelah melewati proses screw press maka

didapatlah minyak kasar/ Crude Palm Oil. Kemudian CPO masuk ke stasiun

klarifikasi yang melewati proses Sand Trap Tank (Tangki Pemisah Pasir),

Vibrating Screen (Ayakan Getar) untuk memisahkan serabut-serabut (fiber),

Continuous Setting Tank (CST)/ Vertical Clarifier Tank (VCT) untuk

memisahkan minyak, air dan kotoran, Oil Tank sebagai tempat sementara minyak

sebelum diolah oleh Purifier, Oil Purifier (Pemurnian Minyak) untuk mengurangi

kadar air dalam minyak produksi, Vacuum Dryer, Sludge Tank (Tangki Lumpur),

Sand Cyclone untuk menangkap pasir yang terkandung dalam lumpur, Rotary

Brush Strainer (Saringan Berputar) untuk mengurangi serabut yang terdapat pada

lumpur, Sludge Separator untuk mengambil minyak yang masih terkandung

dalam lumpur dengan prinsip gaya sentrifugal, dan Storage Tank (Tangki Timbun

CPO) untuk penyimpanan sementara minyak produksi yang dihasilkan.

2.3 Ekspor

Produk barang maupun produk jasa yang dimiliki suatu negara atau

perseorangan memiliki peluang untuk diperdagangkan di pasar internasional

dengan tujuan memperoleh keuntungan, istilah ini sering disebut kegiatan ekspor.

Ekspor merupakan kegiatan menjual produk dari satu negara ke negara lain

melewati batas terluar wilayah kapabeanan suatu negara, dengan tujuan

mendapatkan devisa yang sangat dibutuhkan negara, menciptakan lapangan kerja

bagi pasar tenaga kerja domestik, mendapatkan pemasukan bea keluar dan pajak

lainnya, serta menjaga keseimbangan antara arus barang dan arus uang beredar di

dalam negeri (Budi, 2013: xii).

Page 45: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

25

Berdasarkan Keputusan Menteri Perdagangan No. 07/M-DAG/PER/4/2005

tanggal 19 April 2005, secara definitif ekspor adalah kegiatan mengeluarkan

barang dari daerah pabean. Daerah pabean adalah wilayah Republik Indonesia

yang meliputi wilayah daratan, perairan, dan ruang udara di atasnya, serta tempat-

tempat tertentu di Zona Ekonomi Ekslusif dan Landasan Kontinen yang

didalamnya berlaku Undang-Undang No. 10 Tahun 1995 tentang Kapabeanan.

Menurut Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 145/PMK. 04/2007

tentang Ketentuan Pabean di Bidang Ekspor, maka secara definitif yang dimaksud

dengan:

a. Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean

b. Barang ekspor adalah barang yang dikeluarkan dari daerah pabean

c. Eksportir adalah orang perseorangan atau badan hukum yang melakukan

kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean

d. Bea keluar adalah pungutan negara berdasarkan undang-undang kapabeanan

yang dikenakan terhadap barang ekpor.

e. Pemberitahuan pabean ekspor adalah pernyataan yang dibuat oleh orang

dalam rangka melaksanakan kewajiban kepabeanan di bidang ekspor dalam

bentuk tulisan di atas formulir atau data elektronik.

Sedangkan menurut Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1995 tentang

Kepabeanan, dapat disampaikan beberapa contoh pemberitahuan pabean lainnya,

yang meliputi:

a. Pemberitahuan kedatangan sarana pengangkut, yakni kapal laut, pesawat

udara, dan angkutan darat seperti gerbong kereta api, truk, dan sejenisnya.

Page 46: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

26

b. Pemberitahuan impor untuk dipakai (PIB) bagi barang-barang impor.

c. Pemberitahuan impor sementara.

d. Pemberitahuan pemindahan barang dari kawasan pabean ke tempat

penimbunan berikat.

e. Pemberitahuan pemindahan barang dari suatu kantor pabean ke kantor

pabean lain dalam daerah pabean.

f. Pemberitahuan ekspor barang.

Rangkaian atau mekanisme realisasi ekspor sejak awal sampai akhir dapat

disusun secara definitif bahwa: Manajemen ekspor adalah ilmu manajemen yang

fokus mengatur realisasi ekspor agar barang ekspor bisa dikapalkan tepat waktu

dan tepat administratif, agar eksportir bisa menerima uang hasil ekspor tepat

jumlah serta guna menghindari terjadinya unpaid serta berbagai resiko kerugian

lainnya bagi pihak ketiga.

2.4 Perdagangan Internasional

Perdagangan Internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh

penduduk suatu negara atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud

dapat berupa individu dengan individu, antara individu dengan pemerintah suatu

negara, atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Teori

perdagangan internasional pertama kali dikemukakan oleh David Ricardo tahun

1817, jika suatu negara dapat memproduksi barang atau jasa lebih murah, maka

negara tersebut akan memproduksi barang dan jasa tersebut dari pada membeli

dari negara lain, tetapi jika biaya produksi relatif lebih mahal bila dibandingkan

Page 47: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

27

dengan ongkos produksi di negara-negara lainnya, maka barang atau jasa tersebut

dibeli atau mengimpor dari negara lain.

Pengertian perdagangan internasional adalah suatu proses yang timbul

sehubungan dengan pertukaran komoditas antar negara. Adam Smith dalam

Salvatore (1997:2) menyatakan bahwa perdagangan antara dua negara didasarkan

pada keuunggulan absolut (absolute advantage). Jika sebuah negara lebih efisien

dari pada (memiliki keunggulan absolut terhadap) negara lain dalam

memproduksi sebuah komoditi, namun kurang efisien dibanding (memiliki

kerugian absolut terhadap) negara lain dalam memproduksi komoditas lainnya,

maka kedua negara tersebut dapat melakukan spesialisasi dalam memproduksi

komoditas yang memiliki keunggulan absolut dan menukarnya dengan komoditas

lain yang memiliki kerugian absolut.

Teori mengenai timbulnya perdagangan internasional, Heckscher-Ohlin

dalam Salvatore (2012:118) menganggap bahwa negara dicirikan oleh faktor

bawaan yang berbeda, sedangkan fungsi produksi di semua negara adalah sama.

Penggunaan asumsi tersebut akan memperoleh kesimpulan bahwa dengan fungsi

produksi yang sama dan faktor bawaan yang berbeda antar negara, suatu negara

cenderung untuk mengekspor komoditas yang secara relatif intensif dalam

menggunakan faktor produksinya lebih banyak dan mengimpor barang-barang

yang menggunakan faktor-faktor produksi yang relatif langka dan intensif.

Menurut Nopirin (1999:7) teori perdagangan internasional menjelaskan

arah komposisi perdagangan antar beberapa negara serta efeknya terhadap struktur

perekonomian suatu negara. Perdagangan internasional adalah suatu proses

Page 48: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

28

pertukaran barang (perdagangan) yang timbul antar negara untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat di negara-negara tersebut. Hal yang dapat mendorong

terjadinya perdagangan internasional diantaranya dikarenakan perbedaan

permintaan dan penawaran antar negara. Perbedaan ini terjadi karena: (1) tidak

semua negara memiliki dan mampu menghasilkan komoditi yang diperdagangkan,

karena faktor-faktor alam negara tersebut tidak mendukung, seperti letak

geografis serta kandungan buminya dan (2) perbedaan pada kemampuan suatu

negara dalam menyerap komoditi tertentu pada tingkat yang lebih efisien.

Secara teoritis, suatu negara (negara A) akan mengekspor suatu komoditi ke

negara lain (negara B) apabila harga domestik negara A (sebelum terjadi

perdagangan internasional) relatif lebih rendah dibandingkan dengan harga

domestik negara B. Stuktur harga yang terjadi di negara A lebih rendah karena

produksi domestiknya lebih besar daripada konsumsi domestiknya sehingga di

negara A telah terjadi excess supply (kelebihan produksi). Dengan demikian,

negara A mempunyai kesempatan menjual kelebihan produksinya ke negara lain.

Di sisi lain, negara B terjadi kekurangan supply karena konsumsi domestiknya

lebih besar daripada produksi domestiknya (excess demand) sehingga harga yang

terjadi di negara B lebih tinggi. Dalam hal ini negara B berkeinginan untuk

membeli suatu produk dari negara lain yang relatif lebih murah. Jika kemudian

terjadi konsumsi antara negara A dengan negara B, maka akan terjadi

perdagangan antara keduanya dengan harga yang diterima oleh kedua negara

adalah sama (Kementerian Perdagangan, 2011: 7).

Page 49: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

29

Gambar 7. Kurva Perdagangan Internasional Sumber : Salvatore (1997)

2.5 Teori Daya Saing

Daya saing ekspor merupakan kemampuan suatu komoditi untuk memasuki

dan bertahan dalam pasar luar negeri. Suatu negara akan berusaha untuk

meningkatkan daya saing produk, barang dan jasa agar dapat masuk dan

mempertahankan produk di pasar internasional (Tambunan, 2003). Daya saing

dapat diidentikkan dengan produktivitas, yakni tingkat output yang dihasilkan

untuk setiap input yang digunakan. Peningkatan produktivitas ini dapat

disebabkan oleh peningkatan jumlah input fisik modal maupun tenaga kerja,

peningkatan kualitas input yang digunakan, dan peningkatan teknologi (total

factor productivity).

Menurut Organization for Economic Cooperation and Development (2014)

daya saing sebagai kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa

yang berskala internasional melalui mekanisme perdagangan yang adil dan bebas,

sekaligus menjaga dan meningkatkan pendapatan riil masyarakat dalam jangka

panjang.

QA Q* QB

Page 50: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

30

2.5.1 Teori Merkantilisme

Teori ini terjadi sekitar abad ke-16 sampai abad ke-18 di Inggris, Perancis,

Belanda, dan Spanyol. Penganut teori ini mengatakan bahwa satu-satunya cara

sebuah negara untuk menjadi kaya dan kuat adalah dengan memperbanyak ekspor

dan mengurangi impor. Kaum merkantilisme mengukur kekayaan dengan

cadangan logam mulia yang dimiliki. Sebaliknya, saat ini kekayaan sebuah negara

diukur dengan cadangan sumber daya manusia, hasil produksi manusia, serta

kekayaan alam yang tersedia untuk memproduksi barang dan jasa. Semakin besar

cadangan tersebut, maka semakin besar pula arus barang dan jasa untuk

memenuhi keinginan manusia dan dengan demikian akan semakin besar pula

standar hidup masyarakat negara tersebut (Salvatore, 1997: 23).

2.5.2 Teori Keunggulan Komparatif

Keunggulan komparatif yang dikemukakan oleh David Ricardo merupakan

perluasan dari teori keunggulan absolut Adam Smith, di mana keunggulan absolut

merupakan kasus khusus dari keunggulan komparatif (Griffin, 2006:76). Jika

masing-masing negara yang memiliki keunggulan komparatif dalam suatu

komoditi mengkhususkan berproduksi dalam komoditi tersebut, maka produksi

dunia akan mampu ditingkatkan sehingga akan memberikan peluang bagi setiap

negara untuk melakukan perdagangan serta memperoleh manfaat dari

perdagangan tersebut. Keunggulan komparatif itu sendiri timbul karena adanya

negara-negara yang mempunyai biaya dan kesempatan yang berbeda dalam

memproduksi barang atau komoditi tertentu.

Page 51: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

31

Konsep daya saing berpijak dari konsep keunggulan komparatif yang

pertama kali dikenal dengan model Ricardian. Konsep keunggulan komparatif

(The Law of Comparative Advantage) yang dipopulerkan oleh Ricardo (1823)

dalam Salvatore (1997:3) menyatakan bahwa meskipun negara mempunyai

kerugian absolut terhadap negara lain dalam memproduksi suatu komoditi, namun

perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak masih dapat berlangsung.

Hal ini dapat terjadi jika salah satu negara melakukan spesialisasi dalam

memproduksi dan mengekspor komoditi yang memiliki kerugian absolut lebih

kecil (komoditi yang memiliki keunggulan komparatif) dan mengimpor yang

memiliki kerugian absolut lebih besar (yang memiliki kerugian komparatif).

Menurut Heberler (1936) dalam Salvatore (1997:18) Hukum keunggulan

komparatif berdasarkan teori biaya imbangan (Opportunity Cost Theory)

menerangkan biaya sebuah komoditi adalah jumlah komoditi kedua harus

dikorbankan untuk memperoleh sumber daya yang cukup untuk memproduksi

satu unit tambahan komoditi pertama. Konsekuensi dalam teori ini adalah negara

yang memiliki biaya opportunitas lebih rendah dalam memproduksi sebuah

komoditi akan memiliki keunggulan komparatif dalam komoditi tersebut dan

memiliki kerugian komparatif dalam komoditi kedua.

Menurut Porter (1993:105) faktor-faktor yang dapat membuat suatu negara

memiliki keunggulan komparatif dapat berupa kondisi alam, yakni sesuatu yang

sudah tersedia atau dikarenakan usaha-usaha manusia. Selain itu, keunggulan

suatu negara bergantung pada perusahaan-perusahaan didalam negara tersebut

Page 52: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

32

untuk berkompetisi dalam menghasilkan produk yang dapat bersaing di pasar,

khususnya di pasar internasional.

2.5.3 Teori Keunggulan Kompetitif

Keunggulan kompetitif adalah keunggulan yang harus dimiliki suatu negara

agar mampu bersaing di pasar internasional. Menurut Porter (1996:49-50), konsep

keunggulan kompetitif yaitu suatu bangsa atau negara yang memiliki competitive

advantage of nation dapat bersaing di pasar internasional jika memiliki empat

faktor utama yaitu kondisi faktor (factor condition), kondisi permintaan (demand

condition), industri terkait dan industri pendukung yang kompetitif (related and

supporting industry) serta kondisi struktur, persaingan dan strategi industri (firm

strategy, structure and rivalry). Selain keempat faktor utama di atas, terdapat dua

faktor yang mempengaruhi interaksi antara ke empat faktor tersebut yaitu faktor

kesempatan (chance event) dan faktor pemerintah (government). Secara bersama-

sama faktor-faktor ini membentuk sistem dalam peningkatan keunggulan daya

saing yang disebut Porter’s Diamond Theory.

Berikut ini merupakan penjelasan lebih lanjut mengenai Porter’s Diamond

Theory :

1. Kondisi Faktor (Factor Condition)

Kondisi faktor merupakan suatu gambaran faktor sumberdaya yang dimiliki

suatu negara yang berkaitan dengan proses produksi suatu industri. Peran faktor

sumberdaya sangat penting dalam proses industri, karena faktor sumberdaya

merupakan modal utama dalam membangun keunggulan kompetitif suatu industri.

Page 53: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

33

Menurut Porter, 1990 dalam Cho dan Moon (2003:55), faktor sumber daya

diklasifikasikan menjadi lima kelompok yaitu : sumberdaya alam, sumberdaya

manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), modal, dan infrastruktur.

Kelima kelompok tersebut akan menggambarkan keunggulan yang dimiliki oleh

suatu negara dan segala potensi yang dapat dikembangkan oleh negara tersebut.

2. Kondisi Permintaan (Demand Condition)

Kondisi permintaan merupakan faktor penting yang mempengaruhi posisi

daya saing nasional. Faktor ini dapat dirinci menjadi komposisi pasar domestik,

ukuran dan pola pertumbuhan pasar domestik, pertumbuhan pasar domestik yang

cepat dan trend permintaan di kancah internasional. Tingkat pertumbuhan

permintaan negara asal dapat lebih penting bagi keunggulan kompetitif dari pada

ukuran absolutnya.

3. Industri Terkait dan Industri Pendukung

Keberadaan industri terkain dan pendukung yaitu keberadaan industri

pemasok atau industri pendukung yang mampu bersaing secara internasional.

Faktor ini menggambarkan hubungan dan dukungan antar industri dimana ketika

suatu perusahaan memiliki keunggulan kompetitif maka industri-industri

pendukungnya juga akan memiliki keunggulan kompetitif.

4. Persaingan, Struktur dan Strategi Perusahaan (Firm Strategy, Structure, and

Rivalry)

Persaingan dalam negeri mendorong perusahaan untuk mengembangkan

produk baru, memperbaiki produk yang telah ada, menurunkan harga dan biaya,

mengembangkan teknologi baru, dan memperbaiki mutu serta pelayanan.

Page 54: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

34

Akhirnya, persaingan di dalam negeri yang kuat akan mendorong perusahaan

untuk mencari pasar internasional.

Penentu akhir dari kemampuan bersaing sebuah negara mencerminkan

konteks dimana perusahaan diciptakan, diorganisir, dan dikelola. Faktor ini

diperlukan untuk menjaga dan memelihara keunggulan daya saing, terjadi melalui

kontak dan koordinasi yang baik dengan pemasok, dan keterkaitan produksi antar

industri, serta spesialisasi berdasarkan distribusi kerja internasional.

5. Peran Pemerintah (Government)

Peran pemerintah merupakan faktor yang menentukan posisi daya saing

industri. Melalui kebijakan fiskal dan kebijakan moneter yang dapat

mempengaruhi permintaan secara tidak langsung, sedangkan peran pemerintah

secara langsung dengan bertindak sebagai pembeli produk dan jasa.

6. Peran Kesempatan (Chance Event)

Kesempatan memainkan peranan dalam membentuk lingkungan bersaing

karena peluang merupakan peristiwa yang terjadi diluar kendali perusahaan,

industri dan pemerintah. Peran kesempatan merupakan suatu hal yang bersifat

kecelakaan (accidental), sehingga dalam kenyataan peran kesempatan bisa terjadi

atau tidak terjadi. Peran kesempatan bisa menguntungkan atau merugikan para

pelaku usaha.

2.5.4 Teori Keunggulan Absolut

Pada teori ini diungkapkan bahwa sebuah negara akan melakukan

perdagangan secara sukarela jika keduanya memperoleh keuntungan. Adam Smith

Page 55: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

35

berpendapat bahwa perdagangan antar dua negara didasarkan keunggulan absolut

yaitu keunggulan negara dalam memproduksi sebuah komoditi namun kurang

efisien dibanding negara lain dalam memproduksi komoditi lainnya, maka negara

tersebut dapat memperoleh keuntungan dengan cara masing-masing melakukan

spesialisasi dalam memproduksi komoditi yang memiliki keunggulan absolut dan

menukarkannya dengan komoditi lain yang memiliki kerugian absolut. Melalui

proses ini, sumber daya di kedua negara dapat digunakan dalam cara yang efisien.

Adam Smith percaya bahwa semua negara dapat memperoleh keuntungan

dari perdagangan dan dengan tegas menyarankan untuk menjalankan kebijakan

yang dinamakan laissez-faire, yaitu suatu kebijakan yang menyarankan sesedikit

mungkin intervensi pemerintah terhadap perekonomian. Melalui perdagangan,

sumber daya manusia dapat didayagunakan secara efisien dan dapat

memaksimumkan kesejahteraan dunia. Dalam laissez-faire terdapat pengecualian

yang paling penting adalah proteksi terhadap berbagai industri penting sebagai

pertahanan negara (Salvatore, 1997: 25).

2.5.5 Teori Heckscher-Ohlin

Teori H-O menyatakan bahwa sebuah negara akan mengekspor komoditi

yang produksinya lebih banyak menyerap faktor produksi yang relatif melimpah

dan murah di negara tersebut, dan dalam waktu bersamaan negara tersebut akan

mengimpor komoditi yang produksinya memerlukan sumber daya yang relatif

langka dan mahal di negara tersebut. Model H-O sering disebut sebagai teori

kelimpahan faktor. Teori tersebut menyatakan bahwa setiap negara akan

melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor komoditi yang tersedia di

Page 56: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

36

negara itu dalam jumlah banyak dan berharga relatif murah, serta mengimpor

komoditi yang banyak menyerap faktor produksi yang di negara tersebut relatif

langka dan mahal (Salvatore, 1997: 129).

2.6 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu digunakan oleh peneliti sebagai bahan kajian dan

referensi untuk melakukan penelitian mengenai daya saing CPO Indonesia di

pasar internasional. Sumber penelitian terdahulu yang digunakan dalam penelitian

meliputi jurnal ilmiah yang dikeluarkan oleh pemerintah dan skripsi yang sesuai

dengan penelitian daya saing CPO maupun skripsi dengan metode yang sama.

Tabel 8. Penelitian Terdahulu

No Penelitian Terdahulu

1 Nama dan

Sumber

Ai Aisha Safitri (2018), Skripsi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, Program Studi Agribisnis, FST

Judul Analisis Daya Saing Teh Indonesia di Pasar Internasional

Tujuan Menganalisis struktur pasar, keunggulan komparatif,

keunggulan kompetitif, dan mengetahui posisi perdagangan

komoditas teh Indonesia dalam perdagangan internasional.

Metode 1. Concentration Ratio (CR) dan Herfindahl Index (HI)

2. Revealed Comparative Advantage (RCA)

3. Export Product Dynamic (EPD)

4. Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)

Persamaan Metode analisis yang digunakan adalah RCA, EPD, dan ISP

untuk mengukur keunggulan komparatif dan kompetitif dan

tingkat daya saing suatu komoditas.

Perbedaan Penelitian ini menambahkan metode analisis Porter’s

Diamond untuk mengetahui kondisi industri suatu negara

pada komoditas CPO. Sedangkan, penelitian Ai (2018)

menggunakan metode Concentration Ratio (CR) dan

Herfindahl Index (HI) untuk mengukur tingkat konsentrasi

dalam sebuah industri,

Page 57: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

37

Tabel 8. Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Penelitian Terdahulu

2 Nama dan

Sumber

Dewi Susilawati (2017), Skripsi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, Program Studi Agribisnis, FST

Judul Analisis Daya Saing dan Faktor-Faktor yang mempengaruhi

Volume Ekspor Lada Indonesia di Pasar Internasional.

Tujuan Mengetahui daya saing lada Indonesia secara komparatif dan

kompetitif, serta mengidentifikasi dan menganalisis faktor-

faktor yang mempengaruhi volume lada Indonesia di pasar

internasional.

Metode 1. Revealed Comparative Advantage (RCA)

2. Export Product Dynamic (EPD)

3. Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)

4. Gravity Model

Persamaan Metode analisis yang digunakan adalah RCA, EPD, dan ISP

untuk mengukur keunggulan komparatif dan kompetitif dan

tingkat daya saing suatu komoditas.

Perbedaan Penelitian ini menambahkan metode analisis Porter’s

Diamond untuk mengetahui kondisi industri suatu negara

pada komoditas CPO. Sedangkan, penelitian Dewi (2017)

menggunakan metode Gravity Model untuk mengukur

volume ekspor yang dipengaruhi oleh variabel-variabel yang

berhubungan dengan perdagangan internasional.

3 Nama dan

Sumber

Eko Agus Nurhadi (2015), Skripsi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, Program Studi Agribisnis, FST

Judul Analisis Daya Saing Minyak Sawit (CPO) Indonesia

Tujuan Menganalisis struktur pasar, dan menganalisis keunggulan

komparatif dan keunggulan kompetitif industri CPO

Indonesia.

Metode 1. Revealed Comparative Advantage (RCA)

2. Revealed Symmetric Comparative Advantage (RSCA)

3. Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)

4. Porter’s Diamond

5. Concentration Ratio (CR)

6. Herfindahl Index (HI)

Persamaan Menganalisis daya saing minyak sawit (CPO) dengan

menggunakan metode analisis RCA, ISP, dan Porter’s

Diamond

Perbedaan Penelitian ini menambahkan metode analisis EPD untuk

mengetahui keunggulan kompetitif dengan mengukur posisi

pasar suatu negara di negara tujuan ekspornya dan mengukur

dinamis atau tidaknya suatu produk. Sedangkan penelitian

Eko (2015) menggunakan metode RSCA, HI, dan CR untuk

mengetahui keunggulan kompatarif dan konsentrasi pasar.

Page 58: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

38

2.7 Kerangka Pemikiran

Crude Palm Oil (CPO) bagi Indonesia merupakan salah satu komoditas

yang dianggap penting dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Komoditas

subsektor perkebunan ini memiliki peran strategis sehingga menjadi sektor

unggulan Indonesia. Hal tersebut dikarenakan industri CPO mampu berkontribusi

besar sebagai penghasil devisa negara terbesar non-migas dengan nilai 300 triliun

rupiah (29,5 persen) dari jumlah Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 1,016

triliun rupiah pada tahun 2017 (GAPKI, 2018), penyedia lapangan kerja, dan

membantu pemerataan pembangunan daerah. Pertambahan luas lahan guna

meningkatkan produksi dipacu oleh peningkatan kebutuhan energi terbarukan

baik secara nasional maupun dunia sehingga mendorong pemerintah untuk terus

meningkatkan persediaan CPO untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan

dunia. Adanya persaingan global serta trade war dalam bentuk kebijakan dan

black campaign yang mendiskriminasi sawit Indonesia, memicu pemerintah dan

para pelaku industri sawit nasional untuk terus berupaya mengembangkan

regulasi, memperluas hubungan bilateral dan multilateral dengan negara-negara

internasional dan meningkatkan industri minyak sawit dengan memperluas

hilirisasi produk.

Penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif yaitu Revealed Comparative

Advantage (RCA). Analisis RCA digunakan untuk menjelaskan kekuatan daya

saing komoditas CPO Indonesia secara relatif terhadap produk sejenis dari negara

lain yang juga menggunakan posisi komparatif Indonesia sebagai produsen CPO

dibandingkan dengan negara lainnya dalam pasar CPO internasional.

Page 59: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

39

Penelitian ini juga menggunakan teori Porter’s Diamond untuk

menganalisis secara deskriptif faktor-faktor yang menjadi kendala pertumbuhan

industri minyak sawit Indonesia. Analisis Export Product Dynamic (EPD) yang

digunakan untuk mengukur posisi pasar suatu negara di negara tujuan ekspornya

dan mengukur dinamis atau tidaknya suatu produk di pasar. Analisis Indeks

Spesialisasi Perdagangan (ISP) digunakan untuk menilai kecenderungan suatu

jenis produk di sebuah negara menjadi eksportir atau importir. Indeks ini dapat

menjelaskan secara kompetitif sebuah produk yang ada di suatu negara.

Page 60: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

40

Gambar 8. Kerangka Pemikiran

Masalah yang dihadapi Indonesia:

Internal

a. ISPO minim pengakuan dari dunia

internasional

b. Moratorium CPO

c. Tumpang tindih lahan petani dengan

perusahaan (legalitas lahan)

d. Rendahnya kompetensi petani dan minimnya

modal bagi petani.

Eksternal

a. Kebijakan UE dalam Renewable Energy

Directive (RED)

b. India tingkatkan tarif bea masuk CPO sebesar

44 persen

c. Malaysia sebagai pesaing utama dalam

merebut pasar internasional

d. Perang Dagang antar negara produsen minyak

nabati selain CPO

Kekuatan dan Peluang CPO

Indonesia:

1. Indonesia sebagai negara

produsen CPO terbesar di

dunia

2. Luas lahan Kelapa Sawit

meningkat dari tahun 2003-

2017 dengan rata-rata 6,8

persen

3. Produksi CPO meningkat

dari tahun 2003-2017

dengan rata-rata 9,5 persen

4. Kebutuhan minyak nabati

dunia untuk bahan bakar

terbarukan (biofuel)

meningkat

Analisis Daya Saing Crude Palm Oil (CPO)

Indonesia Di Pasar Internasional

Analisis Keunggulan

Komparatif CPO Indonesia

dan Malaysia

Hasil dan Interpretasi

Daya saing Crude Palm Oil (CPO) Indonesia di

pasar internasional

Rekomendasi

Analisis Revealed

Comparative Advantage

(RCA)

Analisis Keunggulan

Kompetitif CPO Indonesia

dan Malaysia

1. Analisis Export Product

Dynamic (EPD),

2. Analisis Indeks

Spesialisasi Perdagangan

(ISP)

3. Teori Berlian Porter

(Porter’s Diamond)

Page 61: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

41

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Indonesia berdasarkan tujuan

penelitian, yaitu menganalisis daya saing CPO Indonesia di pasar internasional.

Penelitian ini merupakan studi kasus dengan pengambilan data pada beberapa

lembaga diantaranya; Badan Pusat Statistik (BPS), Gabungan Pengusaha Kelapa

Sawit Indonesia (GAPKI), Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian

Pertanian, Kementerian Perindustrian, serta mengakses website yang berkaitan

dengan judul penelitian yang terdiri dari UN Comtrade. Penelitian ini berlangsung

pada bulan Desember 2018 – Juni 2019.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data

kualitatif dan data kuantitatif. Data primer merupakan sumber data yang langsung

memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 1999:129). Data primer

diperlukan untuk mengetahui perkembangan dan fenomena ter-update terhadap

industri minyak sawit (CPO) Indonesia.

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari pihak lain bukan

diusahakan sendiri dalam pengumpulannya (Supranto, 2012:21). Data sekunder

menggunakan bahan yang bukan dari sumber pertama sebagai sarana untuk

memperoleh data atau informasi untuk menjawab masalah yang diteliti. Jenis data

yang digunakan adalah data luas lahan, produksi, harga, produktivitas kelapa

Page 62: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

42

sawit, ekspor-impor CPO, dan gambaran umum CPO. Selain itu sumber data yang

menunjang penelitian ini diperoleh dari buku-buku literatur, jurnal, dan internet

yang di kumpulkan dari berbagai sumber website seperti UN Comtrade, Badan

Pusat Statistik (BPS), Direktorat Jendral Perkebunan Kementerian Pertanian,

Kementerian Perindustrian, Food and Agriculture Organization (FAO), dan

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI).

Tabel 9. Jenis dan Sumber Data Penelitian

No Sumber

Data

Lembaga Penyedia

Data Jenis Data

1 Primer Narasumber :

1. Yanuar (Ditjen

Perkebunan)

2. Iqbal Karana

(Industri Agro)

3. Togar Sitanggang

(GAPKI)

4. Tofan Mahdi

(ISPO)

Permasalahan industri minyak

sawit (CPO) Indonesia

Tantangan Industri minyak

sawit (CPO) Indonesia

Peluang industri minyak sawit

(CPO) Indonesia

Harga CPO Indonesia

Kebijakan, program, dan

strategi industri minyak sawit

(CPO) Indonesia

2 Sekunder BPS

Ditjend Perkebunan

Kementerian Pertanian

Kementerian

Perindustrian

Luas lahan perkebunan kelapa

sawit Indonesia (Ha)

Produksi CPO Indonesia (Ton)

Produktivitas CPO Indonesia

(%)

3 Sekunder UN Comtrade

Nilai ekspor CPO Indonesia

dan Malaysia ke negara

importir

Nilai ekspor CPO dunia ke

negara importir

Total nilai ekspor CPO

Indonesia dan Malaysia ke

negara importir

Total nilai ekspor CPO dunia

ke negara importir

Nilai impor CPO Indonesia dan

Malaysia dari negara importir

Page 63: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

43

3.3 Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan data-data kurun waktu

(time series) skala tahunan. Data sekunder yang digunakan adalah data kurun

waktu dari tahun 2003-2017. Deret waktu adalah rangkaian data yang berupa nilai

pengamatan yang diukur selama kurun waktu tertentu, berdasarkan waktu dengan

interval yang uniform sama. Analisis deret waktu merupakan metode yang

mempelajari deret waktu, baik dari segi teori yang menaunginya maupun untuk

membuat peramalan (prediksi).

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data dan informasi lainnya

yang menjadi pendukung dalam penelitian ini adalah:

1. Studi Literatur

Studi literatur adalah kegiatan yang meliputi mencari literatur, melokalisasi,

dan menganalisis dokumen yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti.

Dokumen bisa berupa teori-teori dan bisa pula hasil penelitian yang telah

dilakukan mengenai permasalahan yang akan diteliti (Sangadji, 2010). Menurut

Sarwono, Jonathan (2006) tujuan utama melakukan studi literatur ialah; (1)

Menemukan variabel-variabel yang akan diteliti, (2) Membedakan hal-hal yang

sudah dilakukan dan menentukan hal-hal yang perlu dilakukan, (3) Melakukan

sintesa dan memperoleh perspektif baru, (4) Menentukan makna dan hubungan

antar variabel.

2. Penelitian Internet (Internet Research)

Penelitian Internet (Internet Research) adalah kegiatan penggunaan internet

untuk penelitian, sebagai bahan penunjang suatu penelitian. Penelitian

Page 64: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

44

menggunakan internet bertujuan untuk memperoleh data dan informasi terkini

setiap saat.

3. Wawancara (Interview)

Menurut Supranto (2012), wawancara ialah proses tanya jawab yang telah

tersistematis untuk memperoleh data atau informasi dari narasumber. Wawancara

yang baik ialah suatu wawancara yang menghasilkan banyak informasi dalam

waktu yang relatif singkat. Berdasarkan Supranto (2012) mengenai metode

wawancara, maka penelitian ini mewawancarai empat narasumber sebagaimana

tercantum pada Tabel 9, dengan menggunakan panduan wawancara yang

terlampir pada Lampiran 1.

3.4 Metode Analisis Data

Metode analisis data pada penelitian ini dilakukan secara kuantitatif dan

kualitatif. Daya saing secara kuantitatif dianalisis menggunakan Revealed

Comparative Adventage (RCA) untuk mengetahui daya saing CPO secara

komparatif, Export Product Dynamic (EPD) dan Indeks Spesialisasi Perdagangan

(ISP), untuk mengetahui daya saing CPO secara kompetitif yang diolah dengan

menggunakan software Microsoft Excel. Sedangkan analisis secara kualitatif

dilakukan dengan menganalisis situasi dan kondisi faktor strategis dalam

menghadapi persaingan di pasar internasional. Analisis daya saing secara

kualitatif dilakukan dengan menggunakan Teori Berlian Porter (Porter’s

Diamond).

Page 65: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

45

3.4.1 Revealed Comparative Adventage (RCA)

Analisis Revealed Comparative Adventage (RCA) merupakan salah satu

metode analisis untuk mengukur kekuatan daya saing secara komparatif. Konsep

RCA pertama kali diperkenalkan oleh Balassa pada tahun 1965 yang

membandingkan kinerja ekspor relatif. Penggunaan indeks RCA bertujuan untuk

mengetahui posisi keunggulan bersaing dari komoditas CPO Indonesia di pasar

internasional dibanding dengan negara produsen lainnya. Selain itu, indeks ini

juga dapat mengukur daya saing industri suatu negara, apakah industri tersebut

cukup tangguh di pasar internasional atau tidak dapat diketahui secara kuantitatif

dengan menggunakan indeks ini. Pada metode RCA, variabel yang diukur

meliputi kinerja ekspor suatu produk pada wilayah terhadap total ekspor wilayah

tersebut yang kemudian dibandingkan dengan pangsa nilai produk dalam

perdagangan dunia. Adapun rumus RCA adalah sebagai berikut (Basri dan

Munandar, 2010:42):

𝑹𝑪𝑨 =𝐗𝐢𝐤/𝐗𝐢𝐦

𝐗𝐰𝐤/𝐗𝐰𝐦

Keterangan

RCA : Keunggulan komparatif Indonesia

Xik : Nilai ekspor CPO Indonesia ke negara tujuan tahun 2003-2017

Xim : Nilai ekspor Indonesia ke negara tujuan tahun 2003-2017

Xwk : Nilai ekspor CPO dunia ke negara tujuan tahun 2003-2017

Xwm : Nilai ekspor dunia ke negara tujuan tahun 2003-2017

Nilai daya saing dari suatu komoditi ada dua kemungkinan, yaitu:

1. Jika nilai RCA > 1, maka Indonesia memiliki keunggulan komparatif di atas

rata-rata dunia sehingga komoditi tersebut memiliki daya saing yang kuat.

Page 66: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

46

2. Jika nilai RCA < 1, maka Indonesia memiliki keunggulan komparatif di

bawah rata-rata dunia sehingga suatu komoditi memiliki daya saing yang

lemah.

Kelemahan metode ini adalah 1) campur tangan pemerintah dan berbagai

macam distorsi pasar cenderung akan membuat nisbah ekspor-impor menjadi bias

untuk mengukur tingkat keunggulan komparatif suatu komoditas, 2) pengukuran

keunggulan komparatif dengan nisbah ekspor-impor memang bisa

menggambarkan pola perdagangan yang ada, namun tidak mampu mencerminkan

apakah pola tersebut merupakan yang optimal (Basri dan Munandar, 2010:41-42).

3.4.2 Export Product Dynamic (EPD)

Export Product Dynamic (EPD) adalah salah satu metode analisis yang

digunakan untuk mengukur posisi pasar suatu negara di negara tujuan ekspornya

dan mengukur dinamis atau tidaknya suatu produk di pasar menggunakan empat

kuadran yang terdiri dari Rising Star, Falling Star, Lost Opportunity, dan Retreat.

Posisi pasar tersebut dapat diketahui dengan menggunakan share export total (X)

dan share export commodity (Y) yang dapat dilihat pada Gambar 9.

Posisi pasar ideal adalah yang mempunyai pangsa pasar tertinggi pada

ekspornya sebagai “Rising star”, yang menunjukkan bahwa negara tersebut

memperoleh tambahan pangsa pasar pada produk mereka yang bertumbuh cepat.

“Lost Opportunity”, terkait dengan penurunan pangsa pasar pada produk-produk

yang dinamis, adalah yang posisi yang paling tidak diinginkan. “Falling Star”

juga tidak disukai, meskipun masih lebih baik jika dibandingkan dengan “Lost

Page 67: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

47

Opportunity”, karena pangsa pasarnya tetap meningkat. Sementara itu, “Retreat”

biasanya tidak diinginkan, tetapi pada kasus tertentu ‘mungkin’ diinginkan jika

pergerakannya menjauhi produk-produk yang stagnan dan menuju produk-produk

yang dinamik (Bappenas, 2009).

Gambar 9. Kuadran Posisi Daya saing dengan metode EPD Sumber: Bappenas, 2009

Adapun perhitungan Export Product Dynamic (EPD) secara sistematis

dapat dilakukan dengan menggunakan rumus adalah sebagai berikut (Ningsih,

2013:14):

Pangsa Pasar Indonesia (Sumbu X)

∑ 𝟏 (𝑿𝒊𝒋

𝑾𝒊𝒋) 𝒕 × 𝟏𝟎𝟎% − ∑ 𝟏 (

𝑿𝒊𝒋

𝑾𝒊𝒋) 𝒕 − 𝟏 × 𝟏𝟎𝟎%

𝒕

𝒕

𝒕

𝒕

T

Pangsa Pasar Produk (Sumbu Y)

∑ 𝟏 (𝑿𝒕

𝑾𝒕) 𝒕 × 𝟏𝟎𝟎% − ∑ 𝟏 (

𝑿𝒕

𝑾𝒕) 𝒕 − 𝟏 × 𝟏𝟎𝟎%

𝒕

𝒕

𝒕

𝒕

T

Lost Opportunity Rising Star

Falling Star Retreat

+ +

+

+

- -

-

-

Y

X

Page 68: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

48

Keterangan :

Xij : Nilai ekspor CPO Indonesia ke negara tujuan tahun 2003-2017 (ton)

Xt : Nilai total ekspor Indonesia ke negara tujuan tahun 2003-2017 (ton)

Wij : Nilai ekspor CPO dunia ke negara tujuan tahun 2003-2017 (ton)

Wt : Nilai total ekspor dunia ke negara tujuan tahun 2003-2017 (ton)

t : Tahun analisis

t-1 : Tahun analisis sebelumnya

T : Total tahun analisis

3.4.3 Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)

Indeks Spesialisasi Perdagangan digunakan untuk menganalisis posisi atau

tahapan suatu komoditas. ISP dapat menggambarkan apakah posisi Indonesia

cenderung menjadi negara eksportir atau importir komoditas CPO. Secara umum

perhitungan ISP dapat digunakan dengan rumus sebagai berikut (Kementerian

Perdagangan, 2014):

𝑰𝑺𝑷 = 𝑿𝒊𝒂 − 𝑴𝒊𝒂

𝑿𝒊𝒂 + 𝑴𝒊𝒂

Keterangan:

Xia : Nilai ekspor komoditas CPO Indonesia (ton)

Mia : Nilai Impor komoditas CPO Indonesia (ton)

i : Komoditas CPO (ton)

a : Negara-negara atau seluruh dunia (ton)

Nilai indeks ini mempunyai kisaran antara -1 sampai dengan +1. Jika nilai

ISP positif diatas 0 sampai 1 (0<ISP≤1), maka negara yang bersangkutan

cenderung sebagai pengekspor dari komoditi tersebut (suplai domestik lebih besar

daripada permintaan domestik). Sebaliknya, jika nilai ISP negatif dibawah 0

hingga -1 (-1<ISP<0), maka negara tersebut cenderung sebagai negara importir.

Apabila nilai ISP mengalami peningkatan maka daya saing juga akan mengalami

Page 69: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

49

peningkatan, dan sebaliknya, apabila nilai ISP mengalami penurunan maka daya

saing juga akan menurun.

Selain itu, Indeks Spesialisasi Perdagangan tersebut juga dapat digunakan

untuk mengidentifikasi tingkat pertumbuhan suatu komoditi dalam perdagangan,

menurut Kementerian Perdagangan (2014), hal tersebut dibagi menjadi 5 tahap,

yaitu sebagai berikut:

1. Tahap pengenalan

Ketika suatu industri (forerunner) disuatu negara A mengekspor produk-

produk baru dan industri pendatang belakangan (latecomer) di negara B impor

produk-produk tersebut. Dalam tahap ini, nilai indeks ISP dari industri latecomer

ini adalah -1,00 sampai -0,50.

2. Tahap substitusi impor

Nilai indeks ISP naik antara -0,50 sampai 0,00. Pada tahap ini, industri di

negara B menunjukkan daya saing yang sangat rendah, dikarenakan tingkat

produksinya tidak cukup tinggi untuk mencapai skala ekonominya. Industri

tersebut mengekspor produk-produk dengan kualitas yang kurang bagus dan

produksi dalam negeri masih lebih kecil daripada permintaan dalam negeri.

3. Tahap pertumbuhan

Nilai indeks ISP naik antara 0,01 sampai 0,80 dan industri di negara B

melakukan produksi dalam skala besar dan mulai meningkatkan ekspornya. Di

pasar domestik, penawaran untuk komoditi tersebut lebih besar dari pada

permintaan.

Page 70: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

50

4. Tahap kematangan

Nilai indeks ISP berada pada kisaran 0,81 sampai 1,00. Pada tahap ini

produk yang bersangkutan sudah pada tahap standardisasi menyangkut teknologi

yang dikandungnya. Pada tahap ini negara B merupakan negara eksportir.

5. Tahap kembali mengimpor

Nilai indeks ISP kembali menurun antara 1,00 sampai 0,00. Pada tahap ini

industri di negara B kalah bersaing dipasar domestiknya dengan industri dari

negara A, dan produksi dalam negeri lebih sedikit dari permintaan dalam negeri.

3.4.4 Teori Berlian Porter (Porter’s Diamond)

Analisis Porter’s Diamond digunakan untuk mengetahui situasi dan kondisi

dari setiap atribut yang ada. Sebelum melakukan analisis, dilakukan pengumpulan

semua informasi yang berkaitan dengan industri CPO di Indonesia dengan cara

studi literatur dari berbagai sumber, wawancara khusus (elite interviewing)

dengan kelompok elit tertentu dalam dunia perkelapasawitan di Indonesia.

Menurut Porter (1990) analisis komponen Teori Berlian Porter meliputi hal-

hal berikut:

1. Kondisi Faktor Sumberdaya, berupa analisis sumberdaya fisik atau alam,

sumberdaya manusia, sumberdaya ilmu pengetahuan dan teknologi,

sumberdaya modal, dan sumberdaya infrastruktur.

2. Kondisi Permintaan, berupa analisis komposisi permintaan domestik,

jumlah permintaan dan pola pertumbuhan.

Page 71: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

51

3. Industri Terkait dan Industri Pendukung, berupa analisis industri hulu dan

industri hilir.

4. Struktur, Persaingan, Strategi Perusahaan, berupa analisis struktur pasar,

tingkat persaingan, dan strategi industri.

5. Peran Pemerintah, berupa analisis terhadap kebijakan yang dikeluarkan,

penetapan standar produk nasional, dan berbagai kebijakan terkait lainnya.

6. Peran Kesempatan, berupa analisis faktor yang berada di luar kendali

industri atau pemerintah.

Gambar 10. The Complete System of National Competitive Advantage Sumber: Porter (1990).

Keterangan: Garis menunjukkan keterkaitan antara komponen utama yang saling mendukung

Garis menunjukkan keterkaitan antara komponen penunjang yang mendukung komponen

utama

Persaingan, Struktur,

dan Strategi Perusahaan

1. Persaingan Domestik

2. Struktur dan Strategi

Perusahaan

Kondisi Permintaan

Domestik

1. Komposisi

Permintaan Domestik

2. Besar dan pola

Pertumbuhan

permintaan domestik

Kondisi Faktor

Sumberdaya

1. Sumberdaya Alam

2. Sumberdaya

Manusia

3. Sumberdaya IPTEK

4. Sumberdaya Modal

5. Sumberdaya

Infrastruktur

Industri Terkait

dan Pendukung

1. Industri pemasok

2. Industri terkait

Peran

Kesempatan

Peran

Pemerintah

Page 72: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

52

Melalui Porter’s Diamond System dapat dilihat bagaimana keterkaitan antar

komponen, sehingga akan tampak komponen-komponen yang saling mendukung

atau tidak saling mendukung. Daya saing dalam sistem Berlian Porter dikatakan

kuat apabila banyak keterkaitan antar komponen yang saling mendukung,

sementara daya saing dikatakan lemah apabila banyak keterkaitan antar komponen

yang tidak saling mendukung (Porter, 1990). Hasil keseluruhan interaksi antar

komponen yang saling mendukung sangat menentukan perkembangan yang dapat

menjadi competitive advantage dari suatu industri.

Page 73: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

53

BAB IV

GAMBARAN UMUM

4.1 Agribisnis Minyak Kelapa Sawit

Agribisnis kelapa sawit merupakan salah satu langkah yang diperlukan

sebagai kegiatan pembangunan subsektor perkebunan dalam rangka revitalisasi

sektor pertanian. Kelapa sawit bagi Indonesia mempunyai peran yang sangat

strategis dalam menggerakan roda perekonomian negara. Kondisi geografis

Indonesia yang cocok untuk tanaman kelapa sawit membuat luas lahan

perkebunan kelapa sawit Indonesia meningkat dari 133,3 Ha pada tahun 1970

menjadi 14.3 juta Ha pada tahun 2018 (Ditjen Perkebunan, 2019).

Secara umum industri minyak sawit dalam konseptualisasi agribisnis

memiliki lingkup sebagai berikut; Pertama, subsistem agribisnis hulu minyak

sawit (up-stream palm oil agribusiness) yakni seluruh industri-industri yang

menghasilkan barang-barang modal untuk perkebunan kelapa sawit (industri

perbenihan/pembibitan, industri pupuk, industri pestisida, dan industri alat dan

mesin perkebunan).

Kedua, subsistem perkebunan kelapa sawit (on-farm palm oil agribusiness)

yakni kegiatan budidaya tanaman kelapa sawit dan pengelolaan TBS menjadi

minyak sawit yang menggunakan barang-barang modal untuk menghasilkan

minyak sawit (CPO, PKO dan produk turunan lainnya) serta jasa lingkungan

seperti: penyerapan CO, serta konservasi tanah dan air.

Page 74: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

54

Ketiga, subsistem agribisnis hilir minyak sawit (down-stream palm oil

agribusiness) yakni industri-industri yang mengolah CPO, PKO dan produk lain

menjadi (sampai) produk jadi (finish product) beserta pemasarannya seperti

oleopangan, oleokimia, biodiesel/biofuel, biosurfaktan, biolubrikan/pelumas, dan

lain-lain.

Keempat, subsistem penyedia jasa untuk agribisnis minyak sawit (service

for palm oil agribusiness) yakni kegiatan industri atau lembaga yang

menghasilkan serta menyediakan jasa bagi agribisnis minyak sawit. Termasuk

dalam hal industri logistik, perbankan, transportasi, lembaga penelitian dan

pengembangan, lembaga pendidikan, kebijakan pemerintah seperti kebijakan tata

ruang, pertanahan, fiskal, moneter, infrastruktur, dan lain-lain.

Berdasarkan uraian diatas, industri minyak sawit dalam konseptualisasi

agribisnis memiliki lingkup sebagaimana disajikan pada Gambar 11.

Gambar 11. Lingkup Sistem Agribisnis Minyak Sawit Sumber: Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (2015)

Subsistem Agribisnis

Hulu Minyak Sawit:

Industri Pembibitan

Industri Pupuk

Industri Pestisida

Industri ALSINTAN

Subsistem Agribisnis

Hilir Minyak Sawit:

Industri Oleokimia

Industri Oleofood

Industri Biodiesel

Industri Surfactan

Industri Lubrican

Subsistem Jasa untuk Agribisnis (Services for Agribusiness):

Perbankan

Transportasi

Logistik dan Pelabuhan

Riset dan Pengembangan

Pendidikan SDM

Infrastruktur

Kebijakan Fiskal

Kebijakan Moneter

Kebijakan Tata Ruang

Asosiasi Komoditas

Subsistem Perkebunan

Kelapa Sawit:

Perkebunan Rakyat

Perkebunan Swasta

Perkebunan Negara

Pabrik Kelapa Sawit

Page 75: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

55

0

2.000.000

4.000.000

6.000.000

8.000.000

10.000.000

12.000.000

14.000.000

16.000.000

Hek

tar

PR PBN PBS Indonesia

4.1.1 Perkembangan Luas Areal Kelapa Sawit Indonesia

Perkembangan luas areal kelapa sawit di Indonesia pada kurun waktu 2003-

2017 cenderung meningkat. Jika pada tahun 2003 luas areal kelapa sawit

Indonesia sebesar 5,3 juta hektar, maka pada tahun 2017 telah mencapai 14.04

juta hektar (Ditjen Perkebunan, 2019). Pertumbuhan rata-rata selama periode

tersebut sebesar 6,8 persen per tahun. Berdasarkan status pengusahaannya, dapat

dilihat pada Gambar 12. Perkebunan kelapa sawit terbagi atas tiga status yaitu

perkebunan negara (government estate), perkebunan swasta (private estate), dan

perkebunan rakyat (smallholders). Berdasarkan data Ditjen Perkebunan tahun

2019 luas perkebunan swasta adalah yang terbesar yakni mencapai 7,7 juta hektar

(54,9 persen) luas perkebunan rakyat sebesar 5,7 juta hektar (40,5 persen)

sedangkan luas lahan yang dimiliki oleh perkebunan negara sebesar 638,1 ribu

hektar (4,5 persen). Perkembangan luas areal perkebunan kelapa sawit menurut

status pengusahaan di Indonesia selengkapnya disajikan pada Lampiran 2.

Gambar 12. Perkembangan Luas Areal Kelapa Sawit Menurut Status Pengusahaan

di Indonesia Tahun 2003-2017 Sumber: Kementerian Pertanian (2019)

Page 76: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

56

0

5.000.000

10.000.000

15.000.000

20.000.000

25.000.000

30.000.000

35.000.000

40.000.000

To

n

PR PBN PBS Indonesia

4.1.2 Perkembangan Produksi Minyak Sawit (CPO) Indonesia

Peningkatan luas areal perkebunan kelapa sawit Indonesia juga diikuti

dengan peningkatan produksi minyak sawit dalam wujud CPO. Pertumbuhan

produksi CPO Indonesia yang begitu cepat menjadikan Indonesia sebagai pangsa

utama produksi CPO dunia. Berdasarkan data Ditjen Perkebunan tahun 2019,

dapat dilihat pada Gambar 13. Pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2017 rata-

rata pertumbuhan produksi minyak sawit Indonesia sebesar 9.5 persen. Pada tahun

2003 produksi CPO mencapai 10.44 juta ton, meningkat menjadi 37.9 juta ton

pada tahun 2017. Salah satu provinsi yang memproduksi CPO terbesar adalah

Provinsi Riau, pada tahun 2017 menghasilkan CPO sebesar 8.1 juta ton atau

sekitar 24.7 persen dari total produksi CPO Indonesia. Perkembangan produksi

CPO Indonesia menurut status pengusahaannya dari tahun 2003-2017 disajikan

pada Lampiran 3.

Gambar 13. Perkembangan Produksi Minyak Sawit Menurut Status Pengusahaan

di Indonesia Tahun 2003-2017 Sumber: Kementerian Pertanian (2019)

Page 77: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

57

4.1.3 Perkembangan Produktivitas Kelapa Sawit Indonesia

Perkembangan produktivitas kelapa sawit di Indonesia selama tahun 2003-

2017 pada Gambar 14, menunjukkan pola yang berfluktuasi. Perkembangan

produktivitas kelapa sawit berdasarkan status pengusahaannya, secara umum (1)

produktivitas rakyat (PR) mengalami peningkatan dari 1.61 ton menjadi 2.92 ton

per hektar, (2) produktivitas perkebunan negara (PN) mengalami peningkatan dari

2.9 menjadi 3.6 ton per hektar, dan (3) produktivitas perkebunan swasta (PS)

menunjukkan peningkatan yang konsisten dari 2.65 ton menjadi 3.25 ton

perhektar. Selama periode tersebut rata-rata pertumbuhan produktivitas kelapa

sawit Indonesia mengalami sedikit peningkatan sebesar 0,72 persen per tahun,

dimana penurunan produktivitas umumnya terjadi saat krisis moneter hingga masa

pemulihan krisis. Produktivitas tertinggi dicapai pada tahun 2017 sebesar 3,6

ton/hektar dan terendah tahun 2003 sebesar 2,5 ton/hektar. Perkembangan

produktivitas kelapa sawit di Indonesia selengkapnya disajikan pada Lampiran 4.

Gambar 14. Perkembangan Produktivitas CPO Menurut Status Pengusahaan di

Indonesia Tahun 2003-2017 Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan (2019)

0

1

2

3

4

To

n/H

A

Produktivitas (Ton/Ha)

Page 78: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

58

4.2 Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia

Berdasarkan data Survei Perusahaan Perkebunan Triwulan Komoditas

Kelapa Sawit tahun 2017 (SKB17-Kelapa Sawit) menyebutkan bahwa terdapat

1.826 perusahaan perkebunan kelapa sawit dengan rincian 1.514 perusahaan

berstatus aktif, 260 perusahaan berstatus non-response, 5 perusahaan berstatus

tutup sementara, 2 perusahaan berstatus tidak ditemukan, dan 45 perusahaan

berstatus tutup. Tercatat sebanyak 1.779 perusahaan perkebunan kelapa sawit

yang berasal dari perusahaan berstatus aktif, non-response, dan tutup sementara

tersebar di 25 provinsi di Indonesia.

Dilihat dari persebaran perusahaan perkebunan kelapa sawit menurut pulau

di Indonesia, dapat dilihat pada Gambar 15. Pada tahun 2017 persentase

perusahaan perkebunan kelapa sawit yang berada di Pulau Sumatera adalah

sebesar 57 persen, yang berada di Pulau Kalimantan sebesar 38 persen, Pulau

Sulawesi sebesar 3 persen, dan sisanya sebesar 2 persen tersebar di Pulau Jawa,

Pulau Maluku, dan Pulau Papua. Provinsi Sumatera Utara merupakan provinsi

dengan jumlah perusahaan perkebunan kelapa sawit terbanyak di Indonesia yaitu

sebanyak 336 perusahaan, provinsi Kalimantan Barat sebanyak 322 perusahaan,

provinsi Riau sebanyak 200 perusahaan, provinsi Sumatera Selatan sebanyak 143

perusahaan, dan provinsi Kalimantan Tengah sebanyak 141 perusahaan.

Perusahaan perkebunan kelapa sawit yang berjumlah 1.799 perusahaan,

sebanyak 1.615 perusahaan merupakan perkebunan besar swasta, dan 164

perusahaan merupakan perkebunan besar negara. Hal ini menunjukkan bahwa

perkebunan kelapa sawit didominasi oleh perkebunan besar swasta. Adapun

Page 79: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

59

336; 29%

322; 28%

200; 18%

143; 13%

141; 12%

Sumatera Utara Kalimantan Barat Riau

Sumatera Selatan Kalimantan Tengah

jumlah perusahaan perkebunan kelapa sawit menurut Provinsi dan

pengusahaannya pada tahun 2017 dapat dilihat pada Lampiran 5.

Gambar 15. Lima Provinsi dengan Perusahaan Kelapa Sawit Terbanyak Sumber:Direktori Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit (2017)

4.3 Perkembangan Harga CPO Indonesia

Harga CPO di pasar domestik diambil pada spot sentra produsen di Medan,

Sumatera Utara sesuai pantauan yang dilaksanakan oleh Badan Pengawas

Perdagangan Berjangka Indonesia (Bappebti). Selama tahun 2012-2016, harga

domestik CPO sangat berfluktuatif dan cenderung menurun dari bulan ke bulan,

kecuali pada tahun 2013 dan 2016. Rata-rata harga domestik CPO selama periode

2012-2016 mengalami peningkatan sebesar 0,24 persen yakni dari Rp 8.887,-/kg

pada tahun 2012 menjadi Rp 9.910,-/kg pada tahun 2016.

Sementara, harga CPO di pasar global pada spot pasar lelang di Rotterdam

sesuai berdasarkan Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Indonesia

(Bappebti), dapat dilihat pada Gambar 16. Selama tahun 2003-2018, harga CPO di

pasar global juga sangat berfluktuatif dan cenderung menurun dari bulan ke bulan.

Page 80: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

60

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

US

$

Tahun (Desember)

Harga

Harga CPO dunia selama periode tersebut mengalami perubahan yang fluktuatif

yakni US$ 510,-/ton pada januari 2003 menjadi US$ 527,10,-/ton pada bulan

Oktober 2018.

Gambar 16. Perkembangan Harga Minyak Sawit (CPO) Tahun 2003-2017 Sumber: Kementerian Pertanian, (2019)

4.4 Perkembangan Ekspor-Impor Minyak Sawit Indonesia

Ekspor-impor minyak sawit Indonesia dalam beberapa tahun belakangan ini

cenderung mengalami peningkatan walaupun terdapat tahun-tahun dimana grafik

perdagangan tidak mengalami perubahan yang signifikan, ditambah lagi

problematik dan tantangan baik dari segi internal maupun eksternal yang

berdampak pada terhambatnya aktivitas perdagangan.

Minyak sawit Indonesia diminati secara global karena harganya yang lebih

murah dibanding dengan harga minyak nabati lainnya. Sebagai negara eksportir

CPO terbesar, Indonesia sudah selayaknya memegang peran dalam pasar CPO di

dunia. India dan China merupakan konsumen terbesar CPO dari negara Indonesia.

Page 81: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

61

0

2.000.000

4.000.000

6.000.000

8.000.000

10.000.000

12.000.000

Ton

Volume Ekspor (Ton)

Di samping itu, Indonesia pun mengimpor CPO dari negara lain seperti Malaysia

sebagai langkah untuk menstabilkan harga dan menjaga stok pasokan dalam

negeri.

4.4.1 Perkembangan Volume Ekspor Minyak Sawit (CPO) Indonesia

Ekspor-impor kelapa sawit Indonesia dilakukan dalam wujud minyak sawit,

minyak inti sawit dan produk turunannya. Namun demikian, proporsi terbesar

ekspor Indonesia dalam wujud CPO. Perkembangan ekspor CPO Indonesia

selama tahun 2003-2017 fluktuatif. Gambar 17 menunjukkan, bahwa volume

ekspor tertinggi terjadi pada tahun 2010 sebesar 11,16 juta ton senilai US$ 9,1

milyar. Sedangkan nilai ekspor terbesar dialami pada tahun 2011 dengan nilai

US$ 10,9 milyar. Perkembangan volume dan nilai ekspor CPO secara rinci tersaji

pada Lampiran 7.

Gambar 17. Perkembangan Volume Ekspor Minyak Sawit (CPO) Indonesia

Tahun 2003-2017 Sumber: Ditjen Perkebunan (2019)

Page 82: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

62

0

10.000

20.000

30.000

40.000

50.000

60.000

70.000

Ton

Volume Impor (Ton)

4.4.2 Perkembangan Volume Impor Minyak Sawit (CPO) Indonesia

Sebagai negara eksportir utama CPO di dunia, Indonesia masih melakukan

impor CPO dari negara luar namun dalam volume yang sangat kecil dibandingkan

ekspornya. Pada Gambar 18 terlihat bahwa, realisasi volume impor CPO tahun

2003-2017 sangat berfluktuasi. Volume impor CPO terbesar terjadi pada tahun

2013 sebesar 65,6 ribu ton dengan nilai US$ 46,9 juta. Sedangkan, volume impor

CPO terendah terjadi pada tahun 2014 sebesar 299 ton dengan nilai US$ 393 ribu.

Besarnya laju pertumbuhan volume impor kelapa sawit disebabkan oleh

peningkatan impor yang sangat signifikan. Pada tahun 2017 volume impor kelapa

sawit ke Indonesia tercatat sebesar 2,6 ribu ton dengan nilai impor mencapai US$

1,8 juta. Perkembangan volume dan nilai impor CPO secara rinci tersaji pada

Lampiran 8.

Gambar 18. Perkembangan Volume Impor Minyak Sawit (CPO) Indonesia

Tahun 2003-2016 Sumber: Ditjen Perkebunan (2019)

Page 83: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

63

0

1.000.000.000

2.000.000.000

3.000.000.000

4.000.000.000

5.000.000.000

2014 2015 2016 2017

Kil

ogra

m

India Belanda Singapura Itali Spanyol

4.4.3 Negara Tujuan Ekspor CPO Indonesia

Indonesia memiliki peluang ekspor CPO karena sebagian besar komoditas

tersebut diekspor ke negara-negara tujuan yang tidak mampu memproduksi

minyak sawit mentah sendiri. Beberapa negara yang menjadi lima besar negara

tujuan ekspor minyak sawit mentah Indonesia adalah India, Singapore, Belanda,

Italia, dan Spanyol. Kelima negara tersebut adalah negara yang paling banyak

mengimpor minyak sawit mentah dari Indonesia.

Berdasarkan data UN Comtrade (2019), pada Gambar 19 menunjukkan

bahwa ekspor CPO Indonesia ke India sepanjang 2017 mencapai 4,6 juta ton,

ekspor CPO Indonesia ke Belanda sebesar 615,5 ribu ton, Singapura sebesar 605

ribu ton, Itali sebesar 356,5 ribu ton, dan Spanyol sebesar 217 ribu ton.

Gambar 19. Negara Tujuan Ekspor CPO Indonesia Terbesar 2014-2017 Sumber : UN Comtrade (2019)

Page 84: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

64

4.4.4 Neraca Perdagangan Minyak Sawit Indonesia

Nilai ekspor dan nilai impor kelapa sawit menunjukkan perkembangan yang

sejalan dengan perkembangan volume ekspor maupun volume impornya. Neraca

perdagangan kelapa sawit dihitung berdasarkan selisih antara ekspor dengan

impornya. Selama periode 2003-2016, pada Gambar 20 memperlihatkan bahwa

neraca perdagangan kelapa sawit Indonesia berada pada posisi surplus, dan

cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 2003 surplus neraca perdagangan

kelapa sawit sebesar US$ 2,45 milyar dan tahun 2016 mencapai US$ 14,36

milyar.

Gambar 20. Perkembangan Neraca Perdagangan Minyak Sawit (CPO) Indonesia

Tahun 2003-2016 Sumber: Ditjen Perkebunan (2017)

4.5 Negara Produsen Utama Crude Palm Oil (CPO) Dunia

Kebutuhan dunia akan minyak nabati dan kemampuan industri

perkelapasawitan mampu memberikan grafik besar terhadap perekonomian negara

menyebabkan banyaknya perusahaan swasta dan negara meningkatkan luasan

0

5.000.000

10.000.000

15.000.000

20.000.000

US

$

Neraca (000 US$ )

Page 85: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

65

37.965.22420.500.000

2.700.000

1.630.000 970.000

740.000 593.000

545.000 530.000

Indonesia Malaysia ThailandColumbia Nigeria GuatemalaEcuador Honduras Papua New GuineaGhana

perkebunan atau membuka lahan perkebunan baru. Kebutuhan akan minyak

nabati yang berasal dari kelapa sawit atau CPO di produksi oleh beberapa negara,

dengan produsen terbesar yaitu Indonesia dan Malaysia.

Berdasarkan data United States Department of Agriculture tahun 2017,

Indonesia dikenal sebagai negara penghasil minyak sawit (CPO) terbesar dunia.

Sepanjang tahun 2017 Indonesia mampu memproduksi CPO sebanyak 37,96 juta

MT (metrik ton), jumlah ini lebih besar jika dibandingkan dengan negara

Malaysia yang menghasilkan minyak kelapa sawit (CPO) sebesar 20,5 juta MT

(metrik ton), sedangkan Thailand menempati peringkat ketiga dengan jumlah

produksi CPO sebesar 2,7 juta MT (metrik ton). Berikut adalah daftar 10 negara

penghasil minyak sawit (CPO) terbesar di dunia (Gambar 21).

Gambar 21. Negara Produsen Utama Crude Palm Oil (CPO) Dunia Sumber: Ditjen Perkebunan (2017)

Page 86: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

66

4.6 Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO)

Berdasarkan Komisi ISPO tahun 2018, Indonesian Sustainable Palm Oil

(ISPO) adalah suatu kebijakan yang diambil oleh Pemerintah Indonesia dalam hal

ini Kementerian Pertanian dengan tujuan untuk meningkatkan daya saing minyak

sawit Indonesia di pasar dunia dan ikut berpartisipasi dalam rangka memenuhi

komitmen Presiden Republik Indonesia untuk mengurangi gas rumah kaca serta

memberi perhatian terhadap masalah lingkungan. ISPO dibentuk pada tahun 2009

oleh pemerintah Indonesia untuk memastikan bahwa semua pihak pengusaha

kelapa sawit memenuhi standar pertanian yang diizinkan. ISPO merupakan

standar nasional minyak sawit pertama bagi suatu negara, dan negara lain kini

mencoba mempertimbangkan untuk mengimplementasikan standar serupa di

antara produsen minyak sawit. Beberapa hal yang diterapkan dalam pembukaan

lahan kelapa sawit baru sesuai prinsip ISPO yaitu:

a) Tersedia SOP/ Instruksi atau prosedur teknis pembukaan lahan baru kelapa

sawit.

b) Pembukaan lahan dilakukan tanpa bakar dan memperhatikan konservasi lahan.

c) Sebelum pembukaan lahan dilakukan, pelaku usaha wajib melakukan studi

kelayakan dan AMDAL.

d) Lahan tidak dapat ditanami dengan kemiringan < 30%, lahan gambut dengan

kedalaman < 3 meter dan hamparan lebih dari 70%; lahan adat, sumber air,

situs sejarah dan sebagainya tetap dijaga kelestariaanya.

e) Untuk pembukaan lahan gambut hanya dilakukan pada lahan kawasan

budidaya dengan ketebalan gambut 3 meter, kematangan saprik (matang)

Page 87: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

67

dan hemik (setengah matang) dan di bawah gambut bukan merupakan lapisan

pasir kuarsa atau lapisan tanah sulfat asam serta mengatur drainase untuk

mengurangi emisi gas rumah kaca.

f) Khusus untuk lahan gambut harus dibangun sistem tata air (water

management) sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

g) Pembuatan sarana jalan, terasering, rorak, penanaman tanaman penutup tanah

dalam rangka konservasi lahan.

h) Tersedianya rencana kerja tahunan (RKT) pembukaan lahan baru.

i) Kegiatan pembukaan secara terdokumentasi (dan pernyataan pelaku usaha

bahwa pembukaan lahan dilakukan tanpa bahan bakar).

Page 88: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

68

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisis Keunggulan Komparatif Komoditas CPO Indonesia Di Pasar

Internasional

Analisis keunggulan komparatif komoditas CPO Indonesia di pasar

internasional dilakukan dengan menganalisis kode HS 151110. Analisis

keunggulan komparatif dianalisis menggunakan metode Revealed Comparative

Advantage (RCA). Keunggulan komparatif merupakan analisis yang

membandingkan kemampuan daya saing pada beberapa negara produsen utama

suatu komoditi. Nilai RCA diperoleh dari perhitungan kinerja ekspor CPO

terhadap total ekspor Indonesia dan Malaysia yang kemudian dibandingkan

dengan pangsa nilai produk dalam perdagangan dunia.

Negara yang memiliki keunggulan komparatif dan berdaya saing kuat

ditunjukkan dengan semakin tingginya nilai indeks RCA atau komoditi dengan

nilai RCA diatas satu dapat dikatakan memiliki keunggulan komparatif.

Sebaliknya, jika nilai indeks RCA lebih rendah dari satu maka negara tersebut

tidak memiliki keunggulan komparatif. Suatu negara dikatakan memiliki

keunggulan komparatif apabila mampu memproduksi suatu barang secara lebih

efisien atau lebih baik dibandingkan dengan barang lainnya (Griffin, 2006:132).

Analisis keunggulan komparatif komoditas CPO Indonesia dan Malaysia

dilakukan berdasarkan kode HS 151110 selama kurun waktu 2003-2017.

Page 89: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

69

Tabel 10. Keunggulan Komparatif CPO Berdasarkan Hasil Analisis Revealed

Comparative Advantage Indonesia dan Malaysia Tahun 2003-2017

Tahun Indonesia Malaysia

2003 400 28,8

2004 459 26,5

2005 340 38,8

2006 624 29,2

2007 985 17,4

2008 303 17,6

2009 477 10

2010 88,3 30,1

2011 60,8 45,2

2012 542 61,8

2013 73,1 35

2014 84,2 64,6

2015 123 54,7

2016 86,6 68,3

2017 80,3 56,3

Rata-rata 315 39 Sumber: Lampiran 13,14,15, dan 16

Berdasarkan hasil analisis RCA pada Tabel 10 menunjukkan bahwa

Indonesia dan Malaysia memiliki nilai RCA lebih dari satu, sehingga kedua

negara tersebut dapat dikatakan memiliki keunggulan komparatif. Dari kedua

negara tersebut yang memiliki nilai RCA tertinggi adalah Indonesia dengan rataan

nilai RCA sebesar 315. Sedangkan Malaysia memiliki rataan nilai RCA sebesar

39. Nilai RCA tertinggi negara Indonesia terjadi pada tahun 2007 dengan nilai

sebesar 985, nilai RCA terendah terjadi pada tahun 2011 sebesar 60,8. Sedangkan

nilai RCA tertinggi negara Malaysia terjadi pada tahun 2016 dengan nilai sebesar

68,3, nilai RCA terendah terjadi pada tahun 2009 dengan nilai sebesar 10.

Pada tahun 2003-2009 Indonesia memiliki nilai RCA yang tinggi. Hal

tersebut disebabkan karena nilai ekspor CPO dari Indonesia lebih mendominasi

dibandingkan dengan nilai ekspor CPO dunia ke negara-negara tujuan ekspor

Page 90: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

70

tersebut. Adapun tabel indikator kondisi industri minyak sawit (CPO) Indonesia

dengan Malaysia sebagai berikut:

Tabel 11. Indikator Kondisi Industri Minyak Sawit (CPO) Indonesia dengan

Malaysia Tahun 2017.

No. Indikator

Komparatif Indonesia Malaysia

1 Luas Perkebunan 14,04 juta hektar 5,85 juta hektar

2 Produksi 37, 96 juta ton 19,9 juta ton

3 Produktivitas 3,6 ton/hektar 3,42 ton/hektar

4 Total Ekspor

(CPO)

7 juta ton

4,7 milyar US$

2,3 juta ton

1,9 milyar US$

5 Total Impor

(CPO)

2,5 ribu ton

1,8 juta US$

270 ribu ton

208 juta US$

6 Sistem Sertifikasi Indonesian Sustainable

Palm Oil (ISPO)

Malaysian Sustainable

Palm Oil (MSPO)

7 Jumlah

Perusahaan 1779 perusahaan -

8 Penetapan Pajak US$ 50 per Metrik Ton Ditangguhkan

9 Kelembagaan Forum Komunikasi

Produsen Benih Sawit

Indonesia (FKPBSI)

Gabungan Pengusaha

Kelapa Sawit

Indonesia (GAPKI)

Asosiasi Industri

Minyak Makan

Indonesia (AIMMI)

Gabungan Industri

Minyak Nabati

Indonesia (GIMNI)

Asosiasi Produsen

Oleochemical

Indonesia (APOLIN)

Asosiasi Produsen

Biodesel Indonesia

(APROBI)

Asosiasi Petani Kelapa

Sawit Indonesia

(APKASINDO)

Serikat Petani Kelapa

Sawit (SPKS)

Malaysian Palm Oil

Board (MPOB)

Malaysian Palm Oil

Association (MPOA)

Palm Oil Refiners

Association of Malaysia

(PORAM)

Malaysian Palm Oil

Council (MPOC)

Sumber: UN Comtrade, GAPKI, dan MPOB (2019)

Page 91: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

71

Tabel 11. Indikator Kondisi Industri Minyak Sawit (CPO) Indonesia dengan

Malaysia Tahun 2017 (Lanjutan)

No. Indikator

Komparatif Indonesia Malaysia

Gabungan Asosiasi

Petani Perkebunan

Republik Indonesia

(GAPPERINDO)

Masyarakat Perkelapa-

sawitan Indonesia

(MAKSI)

Dewan Minyak Sawit

Indonesia (DMSI)

Sumber: UN Comtrade, GAPKI, dan MPOB (2019)

Berdasarkan Tabel 11, dapat dijelaskan bahwa dari sembilan indikator

komparatif kondisi industri minyak sawit (CPO), industri minyak sawit (CPO)

Indonesia lebih unggul dibandingkan dengan industri minyak sawit (CPO)

Malaysia. Perbedaan keunggulan komparatif pada industri minyak sawit antara

Indonesia dan Malaysia secara mendasar disebabkan karena perbedaan kondisi

luas areal perkebunan yang mempengaruhi pada besarnya produksi dan

produktivitas minyak sawit.

5.2 Analisis Keunggulan Kompetitif Komoditas CPO Indonesia Di Pasar

Internasional

Keunggulan kompetitif atau keunggulan bersaing dinilai dari faktor yang

mempengaruhi daya saing CPO Indonesia di dalam negeri. Faktor-faktor daya

saing tersebut antara lain; volume produksi, nilai dan volume ekspor, nilai dan

volume impor. Keunggulan kompetitif CPO Indonesia dianalisis dengan

menggunakan metode Export Product Dynamic (EPD), Indeks Spesialisasi

Page 92: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

72

Perdagangan (ISP), dan Porter’s Diamond untuk menjelaskan secara deskriptif

keunggulan kompetitif yang dimiliki CPO Indonesia.

5.2.1 Analisis Export Product Dynamic (EPD) CPO HS 151110

Analisis Export Product Dynamic (EPD) digunakan untuk mengidentifikasi

suatu komoditas dalam kondisi dinamis atau tidak, atau digunakan untuk

mengetahui pertumbuhan suatu komoditas pada arus perdagangan ekspor suatu

negara. Analisis EPD yang digunakan yaitu 5 (lima) negara tujuan ekspor CPO

Indonesia di pasar internasional, diantaranya India, Belanda, Singapura, Itali, dan

Spanyol. Gambar berikut menunjukkan hasil perhitungan EPD CPO Indonesia di

negara-negara tujuan ekspornya:

Gambar 22. Kuadran Export Product Dynamic (EPD) Indonesia.

Page 93: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

73

Berdasarkan Gambar 22, kuadran perdagangan CPO Indonesia di lima

negara tujuan ekspor dalam pasar internasional berada di tiga posisi. Posisi pangsa

pasar ekspor dan pangsa pasar CPO negara Indonesia terhadap lima negara tujuan

berada pada posisi Rising Star, Lost Opportunity, dan Retreat. Dimana posisi

Rising Star terjadi di negara India dan Itali, posisi Lost Opportunity terjadi di

negara Belanda, dan posisi Retreat terjadi di negara Singapura dan Spanyol.

Hasil perhitungan EPD CPO Malaysia di negara-negara tujuan ekspornya

dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 23. Kuadran Export Product Dynamic (EPD) Malaysia

Berdasarkan Gambar 23, kuadran perdagangan CPO Malaysia di lima

negara tujuan ekspor dalam pasar internasional berada di tiga posisi. Posisi pangsa

Page 94: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

74

pasar ekspor dan pangsa pasar CPO negara Indonesia terhadap lima negara tujuan

berada pada posisi Rising Star, Retreat, dan Falling Star. Dimana posisi Rising

Star terjadi di negara Itali, posisi Retreat terjadi di negara Belanda dan

Singapura, dan posisi Falling Star terjadi di negara India dan Spanyol. Secara

keseluruhan, posisi CPO Indonesia dan Malaysia di pasar internasional adalah

sebagai berikut:

1) Posisi Rising Star (RS)

Pertumbuhan pangsa pasar ekspor dan pangsa pasar CPO Indonesia naik

sebesar 13 persen dan 0,36 persen di India. Begitu pula di Itali yang memiliki

pertumbuhan pangsa pasar ekspor dan pangsa pasar CPO Indonesia sebesar 14

persen dan 0,07 persen. Dengan demikian, hal ini menunjukkan bahwa India dan

Itali merupakan posisi pasar yang berpotensi sebagai negara tujuan ekspor dalam

mempertahankan pangsa pasar CPO Indonesia. Pangsa pasar CPO Indonesia di

India dan Itali naik disebabkan karena kebutuhan minyak nabati di negara tersebut

meningkat dan India belum mampu memproduksi CPO secara mandiri, dan

negara tersebut telah membuktikan bahwa minyak nabati yang berasal dari CPO

tidak berbahaya pada kesehatan tubuh. Sedangkan pertumbuhan pangsa pasar

ekspor dan pangsa pasar CPO Malaysia naik sebesar 17 persen dan 0,01 persen di

negara Itali.

2) Posisi Faling Star (FS)

Pangsa pasar ekspor dan pangsa pasar CPO Indonesia tidak mengalami

penurunan daya tarik atau tidak memiliki posisi falling star terhadap lima negara

tujuan ekspor, hal ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki tingkat daya saing

Page 95: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

75

yang tinggi di negara-negara tersebut. Sedangkan, posisi falling star terjadi pada

negara Malaysia di India dengan nilai pertumbuhan pangsa pasar ekspor sebesar 2

persen dan nilai penurunan pangsa pasar CPO sebesar 1 persen. Hal ini

menunjukkan bahwa CPO Malaysia mengalami perurunan daya tarik dan dapat

dikatakan pertumbuhan pangsa pasar Malaysia ke India tidak dinamis, namun

pangsa pasar ekspor masih mengalami peningkatan.

3) Posisi Lost Opportunity (LO)

Posisi lost opportunity terjadi di pangsa pasar ekspor dan pangsa pasar CPO

Indonesia di negara Belanda. Pangsa pasar ini menunjukkan bahwa terjadinya

penurunan pangsa pasar pada produk-produk yang dinamis sehingga posisinya

adalah yang paling tidak diinginkan karena Indonesia tidak dapat merebut pangsa

pasar CPO di negara tersebut meski permintaannya mengalami peningkatan.

Indonesia mengalami penurunan pangsa pasar ekspor sebesar 7 persen di saat

permintaan CPO meningkat sebesar 0,14 persen di Belanda. Menurunnya pangsa

pasar ekspor Indonesia di Belanda dikarenakan adanya pesaing utama Indonesia

lebih mampu mengusai pasar. Posisi lost opportunity menunjukkan bahwa

Indonesia kehilangan kesempatan memperluas pasar komoditas CPO di Belanda,

dikarenakan Belanda merupakan negara Uni Eropa yang mengeluarkan kebijakan

Renewable Energy Directive (RED) dan Delegate Act RED II yang menghapus

kontribusi minyak sawit (biofuel) sebagai salah satu sumber energi terbarukan

pada tahun 2030 mendatang (GAPKI, 2019). Sementara, negara Malaysia tidak

mengalami posisi lost opportunity di lima negara tujuan ekspornya. Hal tersebut

Page 96: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

76

dikarenakan negara Malaysia lebih mengutamakan ekspor produk olahan minyak

sawit ketimbang produk minyak sawitnya (CPO).

4) Posisi Retreat (R)

Posisi retreat merupakan posisi yang kurang baik karena ekspor CPO

Indonesia sudah tidak diinginkan lagi di negara tersebut. Posisi ini terjadi di

pangsa pasar ekspor dan pangsa pasar CPO Indonesia di negara Singapura dan

Spanyol. Di negara Singapura pangsa pasar ekspor dan pangsa pasar CPO

menurun sebesar 3014 persen dan 0,03 persen, sementara di negara Spanyol

pangsa pasar ekspor dan pangsa pasar CPO menurun 2 persen dan 0,04 persen.

Kondisi tersebut disebabkan adanya perang dagang antara China dan Amerika

Serikat yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi beberapa negara tertekan

selama delapan bulan terakhir di tahun 2018. Selain itu menurunnya ekspor

Indonesia ke Singapura disebabkan karena saat ini Indonesia sudah memiliki

infrastruktur bongkar muat yang memadai sehingga Indonesia tidak lagi

ketergantungan kepada Singapura atas produk ekspor yang mengharuskan transit

ke Singapura (GAPKI, 2017). Sedangkan posisi retreat dialami CPO Malaysia di

negara Belanda dan Singapura. Pangsa pasar ekspor dan pangsa pasar CPO di

negara Belanda menurun sebesar 17 persen dan 0,04 persen, sementara di negara

Singapura menurun sebesar 101 persen dan 1,2 persen.

5.2.2 Analisis Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) CPO HS 151110

Indonesia di Pasar Internasional

Analisis Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) digunakan untuk melihat

apakah suatu jenis produk di suatu negara cenderung menjadi negara eksportir

Page 97: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

77

atau menjadi negara importir. Selama kurun waktu 2003-2017, tahapan

perkembangan posisi perdagangan Indonesia dibandingkan dengan negara

Malaysia adalah sebagai berikut:

Tabel 12. Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) CPO Indonesia

Tahun 2003-2017

Tahun

Indonesia Malaysia

Ekspor

(US$)

Impor

(US$) ISP

Ekspor

(US$)

Impor

(US$) ISP

Xia Mia Xia Mia

2003 1062214890 24348 1 512074232 148012253 0,552

2004 1444421828 1067327 0,999 539812095 355315723 0,206

2005 1593295437 14058 1 566651817 152538757 0,576

2006 1993666661 46109 1 924627185 233840193 0,596

2007 3738651552 10588 1 1259850331 207442146 0,717

2008 6561330490 1427 1 1879389747 496393697 0,582

2009 5702126189 1332129 1 1675850018 682064401 0,421

2010 7649965932 3360560 0,999 2312971826 1005899191 0,394

2011 8777015600 24506004 0,994 3796528454 1630867301 0,399

2012 6676503846 0 1 4468118528 791965295 0,699

2013 4978532881 0 1 2986345133 260723872 0,839

2014 4206741340 0 1 3428710388 225867096 0,876

2015 4388094011 0 1 3076580116 432796435 0,753

2016 3305575089 3874877 0,998 2335674952 128852507 0,895

2017 4698225492 457 1 1868891714 208893128 0,799

Rata-

rata

0,999 0,62

Sumber: Lampiran 17

Berdasarkan Tabel 12, ekspor CPO Indonesia di pasar internasional selama

kurun waktu 2003-2017 secara keseluruhan memiliki nilai rata-rata ISP yang

positif sebesar 0,99. Nilai positif ini menunjukkan bahwa Indonesia cenderung

menjadi negara eksportir CPO di negara-negara tujuan ekspornya, hal ini

menunjukkan bahwa komoditas CPO Indonesia pada perdagangan internasional

telah berada pada tahap pematangan atau memiliki daya saing yang kuat sebagai

Page 98: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

78

pengekspor CPO dunia dan telah masuk pada tahap standarisasi teknologi yang

dimiliki karena nilai ISP Indonesia berada diantara 0,81 s/d 1,0. Sedangkan nilai

rata-rata ISP Malaysia dari tahun 2003-2017 sebesar 0,62. Nilai positif ini juga

menunjukkan bahwa Malaysia berada pada tahap perluasan/pertumbuhan ekspor

CPO di pasar internasional dan memiliki daya saing yang kuat. Hal tersebut

dibuktikan dengan nilai ISP Malaysia berada diantara 0,1 s/d 0,8. Nilai ISP

berdasarkan Tabel 12 yang disusun dalam bentuk grafik, terlihat perbedaan

sebagaimana gambar berikut:

Gambar 24. Hasil Perhitungan Indeks Spesialisasi Perdagangan CPO (HS151110)

Tahun 2003-2017 Sumber: Tabel 11 (diolah)

Berdasarkan Gambar 24, dapat dilihat bahwa, grafik perhitungan ISP CPO

Indonesia dari tahun 2003 sampai tahun 2017 selalu berada pada posisi yang stabil

di antara nilai 0,8 s/d 1,0. Sementara, grafik perhitungan ISP CPO Malaysia dari

tahun 2003 sampai tahun 2017 selalu mengalami posisi yang berfluktuatif pada

kisaran nilai 0,1 s/d 0,8. Selain menunjukkan posisi suatu negara, grafik tersebut

juga menunjukkan tingkat persaingan Malaysia yang hampir mendekati posisi

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1,2

Nilai

ISP

Hasil Perhitungan ISP CPO HS 1511100000 Tahun 2003-2017

Indonesia Malaysia

Page 99: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

79

Indonesia sebagai negara eksportir CPO terbesar dunia. Hal ini disebabkan karena

Malaysia melakukan produksi dalam skala besar dan mulai meningkatkan

ekspornya.

5.3 Analisis Kompetitif Berlian Porter (Porter’s Diamond)

Daya saing suatu negara ditentukan oleh kemampuan industri melakukan

inovasi dan meningkatkan kemampuannya. Analisis daya saing CPO di Indonesia

menggunakan pendekatan Teori Berlian Porter (Porter’s Dyamond Theory). Teori

Berlian Porter terdiri dari empat faktor yang menentukan ukuran daya saing CPO

yaitu; 1. faktor kondisi (factor conditions), 2. faktor permintaan (demand

conditions), 3. faktor industri terkait dan industri pendukung (related and

supporting industries), 4. faktor struktur, persaingan dan strategi perusahaan (firm

strategy, structure and rivalry). Selain keempat faktor tersebut terdapat dua faktor

lain yang mempengaruhi daya saing yaitu; 5. faktor peran pemerintah dan 6.

faktor kesempatan. Faktor dan indikator teori Berlian Porter secara rinci disajikan

pada Tabel 13.

Tabel 13. Faktor dan Indikator Teori Berlian Porter (Porter’s Diamond).

No Faktor Indikator

1 Kondisi

Sumberdaya

1. Sumber Daya Alam:

1) Kondisi dan Potensi Lahan

2) Produktivitas Lahan

3) Aksesibilitas Terhadap Input:

a) Alat dan Mesin Perkebunan

b) Alat Pengolahan Minyak Sawit

4) Biaya-biaya Terkait

2. Sumber Daya Manusia

3. Sumber Daya IPTEK

4. Sumber Daya Modal

5. Sumber Daya Infrastruktur

Page 100: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

80

Tabel 13. Faktor dan Indikator Teori Berlian Porter (Porter’s Diamond),

(Lanjutan)

No Faktor Indikator

2 Kondisi

Permintaan

1. Komposisi Permintaan Domestik

2. Permintaan dan Pola Pertumbuhan

3 Industri

Terkait dan

Industri

Pendukung

1. Industri Terkait:

a) Industri Pemasok

b) Industri Penyedia dan Pengolahan Kelapa Sawit

2. Industri Pendukung:

a) Industri Jasa Tataniaga

b) Industri Jasa Riset dan Pendidikan SDM

c) Industri Jasa Pemasaran

4 Struktur,

Persaingan,

dan Strategi

1. Struktur Pasar

2. Persaingan

3. Strategi:

a) Strategi Korporasi

b) Strategi Bisnis

c) Stretegi Fungsional

5 Peran

Pemerintah

1. Kebijakan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO)

2. Kebijakan PIR dan PBSN

3. Kebijakan Alokasi dan Harga Maksimum CPO

Domestik

4. Kebijakan Pajak Ekspor dan Bea Keluar Minyak Sawit

5. Kebijakan Mandatori Biodiesel

6. Kebijakan Hilirisasi

7. Kebijakan Pemerintah dalam Menghadapi Problematik

Internasional

6 Peran

Kesempatan

Faktor yang Berada Diluar Jangkauan stakeholders CPO

Nasional. Sumber : Porter (1994)

5.3.1 Faktor Kondisi Sumber Daya

Faktor kondisi mengacu pada input yang digunakan sebagai faktor produksi,

seperti sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya ilmu pengetahuan

dan teknologi, sumber daya modal, dan sumber daya infrastruktur. Kelima faktor

sumber daya tersebut mempengaruhi tingkat daya saing CPO Indonesia.

Page 101: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

81

1. Sumber Daya Alam

A. Kondisi dan Potensi Lahan

Kondisi perkebunan kelapa sawit di Indonesia saat ini tersebar di 25

provinsi dari 34 provinsi. Pulau Sumatera dan Kalimantan merupakan sentra

perkebunan kelapa sawit yang secara keseluruhan menyumbang 96 persen dari

total luas lahan perkebunan kelapa sawit Indonesia, selanjutnya diikuti dengan

pulau Sulawesi dengan luas sebesar 3,2 persen, pulau Maluku dan Papua sebesar

0,9 persen dan pulau Jawa sebesar 0,2 persen. Terdapat lima provinsi terbesar

sebagai sentra perkebunan kelapa sawit, antara lain Riau, Sumatera Utara,

Kalimantan Tengah, Sumatera Selatan dan Kalimantan Barat. Luas areal dan

produksi minyak sawit (CPO) pada Perkebunan Rakyat, Negara dan Swasta

menurut provinsi dan keadaan tanaman selengkapnya ditampilkan pada Lampiran

18.

B. Produktivitas Lahan

Produktivitas berkaitan dengan luas area tanam dan volume produksi yang

dihasilkan. Tingkat produktivitas lahan untuk tanaman kelapa sawit dapat dilihat

dari kemampuan lahan tersebut menghasilkan Tandan Buah Segar (TBS) tiap

hektar lahan. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2017 tingkat

produktivitas lahan kelapa sawit nasional tertinggi terdapat pada perkebunan besar

swasta, yaitu sebesar 3.990 kg/ha disusul oleh perkebunan besar negara sebesar

3.349 kg/ha, dan perkebunan rakyat sebesar 3.165 kg/ha.

Page 102: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

82

Tabel 14. Tingkat Produktivitas Lahan Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia

Menurut Provinsi Tahun 2017

No Provinsi Produktivitas (Kg/Ha)

PR PBN PBS

1 Aceh 3.151 2.874 2.641

2 Sumatera Utara 3.525 3.777 3.618

3 Sumatera Barat 2.907 4.551 4.327

4 Riau 3.755 3.983 5.526

5 Kepulauan Riau 2.160 - 1.601

6 Jambi 2.814 4.320 3.326

7 Sumatera Selatan 4.104 2.593 3.792

8 Kep. Bangka Belitung 2.971 - 4.582

9 Bengkulu 3.528 3.640 3.499

10 Lampung 2.444 2.806 2.810

11 Jawa Barat 1.814 2.918 2.917

12 Banten 956 2.532 1.747

13 Kalimantan Barat 2.186 3.518 2.381

14 Kalimantan Tengah 1.514 - 4.634

15 Kalimantan Selatan 2.129 2.200 4.582

16 Kalimantan Timur 2.850 1.474 3.581

17 Kalimantan Utara 4.293 - 5.305

18 Gorontalo 414 - 1.332

19 Sulawesi Tengah 2.026 - 4.553

20 Sulawesi Selatan 2.968 1.202 1.928

21 Sulawesi Barat 2.670 - 5.791

22 Sulawesi Tenggara 1.820 1.391 1.803

23 Maluku 985 - 1.161

24 Maluku Utara - - -

25 Papua 2.646 2.692 4.225

26 Papua Barat 3.794 159 2.964

Indonesia 3.165 3.349 3.990

Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan (2019)

C. Aksesibilitas Terhadap Input

Tingkat kemudahan dalam memperoleh input produksi merupakan hal yang

dibutuhkan perusahaan secara kontinu, tepat waktu, tepat jumlah serta tepat jenis.

Kemudahan yang dimaksud umumnya menyangkut ketersediaan input di pasar,

Page 103: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

83

serta kondisi harga ideal yang dapat dijangkau oleh produsen, serta distribusi

input dari pemasok kepada produsen. Aksesibilitas produsen minyak sawit (CPO)

terhadap input sangat mempengaruhi kinerja serta capaian hasil dalam produksi

minyak sawit tersebut.

C.1 Alat dan Mesin Perkebunan

Alat dan mesin perkebunan merupakan sarana yang penting untuk

mendukung peningkatan produksi, mutu hasil, dan pendapatan pelaku usaha

perkebunan. Alat dan mesin perkebunan berperan penting dalam meningkatkan

luas areal tanam, areal panen dan produksi perkebunan, serta tuntutan

pemanfaatan teknologi mekanisme perkebunan maka kebutuhan alat dan mesin

perkebunan terus meningkat. Kebijakan pemerintah diperlukan dalam fasilitasi

alat dan mesin perkebunan.

Pada tahun 2017 pemerintah memberikan dukungan anggaran kegiatan

pengelolaan sistem penyediaan dan pengawasan Alsintan sebesar 3.7 triliun

rupiah. anggaran tersebut digunakan untuk mendukung kegiatan belanja alat dan

mesin pertanian, fasilitasi bantuan alat dan mesin pertanian dan layanan

perkantoran.

Karakteristik komoditas perkebunan dalam hal ini Tandan Buah Segar

(TBS) umumnya mudah rusak (perishable), memakan tempat (bulky) dan

memiliki volume yang besar (voluminous) sehingga memerlukan alat transportasi

yang cepat dan efisien agar TBS dari kebun langsung dikirim ke Pabrik Kelapa

Sawit (PKS) dan Pabrik Minyak Kelapa Sawit (PMKS). Dengan transportasi yang

cepat dan efisien maka akan menjamin kelancaran pengolahan TBS menjadi CPO

Page 104: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

84

pada PKS. Umumnya alat transportasi yang digunakan pada perkebunan kelapa

sawit tergolong dalam tiga jenis, yaitu transportasi darat ( dumptruk, truk¸ wheel

tractor), transportasi railban, transportasi air (kapal kargo) serta transporter

fastrex yang dikembangkan guna memudahkan evakuasi TBS sawit dari lahan

kebun ketempat pengumpulan hasil.

C.2 Alat Pengolahan Minyak sawit

Direktorat Jenderal Perkebunan (2011) menyatakan bahwa pabrik

pengolahan CPO dapat dikatakan feasible apabila mampu memproses 30 ton TBS

per jam. TBS harus segera diproses dalam 24 jam sejak dipanen untuk menjaga

kualitasnya agar tetap memenuhi syarat. Hal tersebut mengakibatkan perusahaan

harus membangun pabrik pemrosesan CPO di sekitar areal perkebunan kelapa

sawit untuk mempermudah proses produksi. Pada perkebunan besar swasta dan

negara umumnya sudah memiliki pabrik kelapa sawit sendiri yang terintegrasi

dengan perkebunan.

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) telah mengembangkan

teknologi pabrik kelapa sawit berukuran mini guna membantu petani sawit pada

perkebunan rakyat untuk dapat memproduksi CPO secara mandiri. Pabrik Kelapa

Sawit (PKS) mini tersebut berkapasitas 5 ton dan 10 ton TBS per jam dibangun

dilahan seluas 1000 ha - 2000 ha. Investasi pada pembangunan PKS mini dengan

kapasitas 5 ton TBS/jam sekitar Rp 17,6 milyar, sedangkan investasi untuk

kapasitas 10 ton TBS/jam sebesar Rp 28,15 milyar. Besarnya biaya investasi

tersebut akan ditanggung bersama oleh pemerintah, perbankan, dan petani. BPPT

saat ini sudah mendirikan PKS mini di Kabupaten Kampar,Riau dengan kapasitas

Page 105: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

85

2 ton TBS/jam, di Kabupaten Bengkalis, Riau dengan kapasitas 5 ton TBS/jam,

dan Muaro, Jambi dengan kapasitas 5 ton TBS/jam.

D. Biaya-Biaya Terkait

Usaha perkebunan kelapa sawit terdiri dari berbagai macam kegiatan antara

lain pembibitan, pembukaan lahan, penanaman kelapa sawit, pemeliharaan kelapa

sawit TBM (Tanaman Belum Menghasilkan), pemeliharaan kelapa sawit TM

(Tanaman Menghasilkan), dan panen. Sedangkan bagian-bagian yang terkait

dengan bidang usaha perkebunan kelapa wasit antara lain bagian tanaman,

kendaraan dan alat berat, bengkel, administrasi dan keuangan, bagian umum dan

SDM, dan bagian keamanan. Anggaran di perusahaan perkebunan kelapa sawit

terdiri dari berbagai macam kegiatan yang disusun secara sistematis, teratur, dan

terperinci.

Tabel 15. 4 (Empat) Bagian Besar Anggaran Perkebunan Kelapa Sawit

Kegiatan Uraian

Anggaran

Produksi TBS

Anggaran produksi antara lain tahun tanam (menyangkut

umur dan komposisi tanaman), jenis bahan tanaman, luas

areal yang dipanen, jumlah pokok dalam satu hektar

(populasi pokok), jenis tanah, pemupukan, pemeliharaan

tanaman, pencapaian produksi tahun-tahun sebelumnya, pola

panen (secara umum produksi kelapa sawit mempunyai 3

pola panen, yaitu panen rendah, sedang, dan panen puncak),

dan tren produksi.

Anggaran Biaya

Tanaman (Biaya

Langsung)

Anggaran biaya tanaman sesuai dengan jenis kegiatannya

dapat dibagi atas:

a. Anggaran Pembibitan

Pembibitan merupakan awal kegiatan lapangan yang

harus dimulai setahun sebelum penanaman di lapangan.

b. Anggaran Tanaman Baru

Kegiatan tanaman baru terdiri dari persiapan lahan,

pembuatan prasarana, pembuatan terasan dan tapak

kuda, perawatan lahan, penanaman kacangan,

penanaman kelapa sawit, dan pembuatan prasarana. Sumber: Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI) (2010).

Page 106: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

86

Tabel 15. 4 (Empat) Bagian Besar Anggaran Perkebunan Kelapa Sawit (Lanjutan)

Kegiatan Uraian

c. Anggaran Pemeliharaan TBM

TBM adalah masa sebelum panen (dari saat tanam

sampai panen pertama), berlangsung 30-36 bulan.

d. Anggaran Pemeliharaan TM

Kegiatan pemeliharaan TM antara lain; merumput,

melalang, pemupukan, pemberantasan hama dan

penyakit, penunasan, penyisipan dan konsolidasi,

pemeliharaan teresan dan tapak kuda, dan pemeliharaan

prasarana.

e. Anggaran Panen

Kegiatan panen antara lain memotong tandan matang,

mengumpulkan, mengawasi pelaksanaan pemotongan,

menghitung jumlah TBS yang dipotong, mengangkut

TBS yang dipotong ke PKS.

Anggaran Biaya

Tak Langsung

(BTL)

Anggaran yang merencanakan secara terperinci tentang

biaya tidak langsung selama periode yang akan datang, yang

di dalamnya meliputi rencana tentang jenis biaya tak

langsung, jumlah biaya tang langsung, dan waktu (kapan)

biaya tak langsung tersebut dibebankan. Biaya tak langsung

sering juga disebut dengan istilah general chargei.

Anggaran

Capital

Expenditure

(Capex)/

Investasi Non

Tanaman

Capex adalah perolehan sumber daya/aktiva tetap yang akan

memberikan peningkatan pada nilai produksi selama lebih

dari satu tahun.

Sumber: Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI) (2010).

Dengan terlibatnya semua unsur yang mewakili semua bagian yang ada di

perusahaan dalam penyusunan anggaran, maka anggaran yang tersusun

merupakan hasil kerja besama semua bagian. Kerja sama ini sangat penting agar

pelaksanaan anggaran nantinya benar-benar didukung oleh seluruh bagian yang

ada dalam perusahaan.

Page 107: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

87

2. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang sangat penting

dalam sebuah perusahaan atau organisasi sebagai individu produktif yang perlu

dikelola dengan baik untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi perusahaan.

Industri perkebunan kelapa sawit dinilai berperan strategis dalam ekonomi

Indonesia, terutama dalam penyerapan tenaga kerja. Hal tersebut menunjukkan

bahwa industri perkebunan kelapa sawit merupakan padat karya yang mampu

menyerap tenaga kerja. Perkebunan kelapa sawit secara umum lebih akomodatif

terhadap tenaga kerja yang tersedia dikawasan pedesaan. Hal ini menunjukkan

bahwa adanya perkebunan kelapa sawit menjawab permasalahan tenaga kerja

yang bertempat tinggal disekitar perkebunan.

Semakin berkembang usaha perkebunan, manajemen semakin menyadari

bahwa ketersediaan SDM merupakan hal yang sangat mempengaruhi dalam

meningkatkan daya saing perusahaan sehingga pembangunan perkebunan kelapa

sawit membutuhkan SDM yang terampil, andal, menguasai ilmu pengatahuan dan

teknologi serta inovatif. Sehingga industri perkebunan kelapa sawit Indonesia

menjadi bagian sektor penting dalam mengurangi pengangguran atau membuka

kesempatan kerja bagi masyarakat pedesaan.

Sumberdaya manusia dalam kegiatan industri minyak sawit Indonesia

didukung oleh sumberdaya manusia ahli yang terlibat dalam proses pengolahan

hingga pemasaran. Dalam proses pabrikasi, subsistem hilir minyak sawit disokong

oleh tenaga kerja ahli mesin, quality control, dan tenaga ahli lainnya. Pada bagian

pemasaran minyak sawit, didukung oleh sumberdaya manusia yang profesional

Page 108: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

88

dalam bidang marketing, pencarian info pasar (market intelligent), agen (trader)

dan pembeli internasional yang berpengalaman dan menuntut produsen untuk

terus meningkatkan kualitasnya, serta beberapa ahli lainnya.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2017-2019

menyebutkan bahwa, Industri perkebunan kelapa sawit pada tahun 2017 tercatat

menyerap 2.6 juta petani dan 4.3 juta pekerja langsung, tahun 2018 menyerap 2.6

juta petani dan 4.4 juta pekerja langsung, sedangkan pada tahun 2019 menyerap

2.7 juta petani dan 4.5 juta pekerja langsung. Penyerapan tenaga kerja pada

perkebunan kelapa sawit di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun

seiring dengan perluasan kebun, pertumbuhan jumlah petani dan jumlah tenaga

kerja perkebunan kelapa sawit Indonesia tahun 2017-2019, selengkapnya

disajikan pada Lampiran 19.

3. Sumber Daya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan sumbangsih besar

dalam meningkatkan subsistem yang tergabung dalam alur industri kelapa sawit

nasional. Beberapa aspek yang termasuk dalam sumber daya ini adalah lembaga

penelitian, organisasi pengusaha, asosiasi petani dan lembaga pendidikan dalam

hal ini perguruan tinggi.

a) Lembaga Penelitian

Dalam upaya mencapai target pembangunan berkelanjutan, industri CPO

nasional perlu mendapat dukungan riset yang terencana, terstruktur, dan

terintegrasi lintas bidang. Penerapan proses budidaya, pengolahan sawit,

Page 109: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

89

pengembangan produk, dan pengelolaan lingkungan yang didasarkan kepada hasil

riset akan berdampak kepada efektivitas dan efisiensi penggunaan input produksi,

yang selanjutnya akan berdampak pada peningkatan produktivitas dan efisiensi

biaya.

Indonesia memiliki beberapa lembaga penelitian kelapa sawit baik itu

instansi pemerintah maupun perguruan tinggi yang berperan dalam

mengembangkan produksi CPO Indonesia seperti Pusat Penelitian Kelapa Sawit

(PPKS), Balai Besar Mekanisasi Pertanian Departemen Pertanian, Badan

Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) di Puspitek dan lembaga penelitian

yang dimiliki oleh perusahaan swasta dan organisasi yang bergerak pada industri

CPO. Hasil penelitian dan pengembangan tersebut meliputi bibit, proses budidaya

hingga produksi pasca-panen.

Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) mempunyai tugas utama yaitu

melakukan penelitian dan pengembangan dalam segala aspek industri kelapa

sawit, dan menyalurkan hasil penelitian tersebut dalam bentuk pelayanan kepada

masyarakat industri kelapa sawit.

Lingkup penelitian yang dilakukan PPKS saat ini meliputi; (1) Pemuliaan

dan bioteknologi tanaman, (2) Ilmu tanah dan agronomi, (3) Proteksi tanaman, (4)

Rekayasa teknologi dan pengelolaan lingkungan, (5) Pengolahan hasil dan mutu,

dan (6) Sosio tekno ekonomi. (http://www.iopri.org/tentang-ppks/profil).

Pada tahun 2017, BPDP Sawit telah mengeluarkan biaya untuk 110

penelitian dibidang budidaya, lahan, tanah, biomaterial, bioenergi,

pangan/kesehatan, lingkungan, pengolahan limbah, sosial ekonomi, dan

Page 110: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

90

manajemen yang melibatkan 24 lembaga penelitian dari perguruan tinggi dan 13

non perguruan tinggi, 271 peneliti senior, 146 mahasiswa dan telah menghasilkan

3 publikasi buku 11 paten yang telah didaftarkan, dan 101 publikasi ilmiah di

jurnal nasional dan internasional. (Kementerian Riset dan Teknologi, 2017).

Peranan riset dalam berbagai aspek akan semakin meningkat di masa

mendatang sejalan dengan persaingan global yang semakin ketat. Intensifikasi

riset di bidang kelapa sawit penting dilakukan secara komprehensif dan hasilnya

dipublikasikan secara internasional. Melalui penyaluran dan untuk litbang, akan

dapat digali informasi komprehensif kebutuhan perkebunan dan industri sawit dari

hulu hingga hilir. Pemanfaatan hasil litbang produk turunan sawit yang nilai

tambahnya lebih tinggi akan mendorong hilirisasi industri sawit di Indonesia

untuk semakin berkembang.

b) Asosiasi Pengusaha

Dalam agribisnis minyak sawit, berkembang asosiasi perusahaan yang

bergerak di sektor hulu hingga hilir. Pada agribisnis hulu (up-stream) terdapat

beberapa asosiasi seperti; Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia (APPI), Asosiasi

Produsen Pupuk Kecil Menengah (APPKM), Asosiasi Perusahaan Pestisida

Multinasional (APPM), dan Forum Komunikasi Produsen Benih Sawit Indonesia

(FKPBSI).

Pada usaha perkebunan kelapa sawit (on-farm) terdapat asosiasi seperti

GAPKI (Gabungan Pengusaha Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia). GAPKI

merupakan asosiasi perusahaan perkebunan kelapa sawit yang menjadi wadah

perusahaan produsen minyak sawit (CPO) dan mitra pemerintah dalam menyusun

Page 111: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

91

berbagai kebijakan tentang perkelapasawitan, termasuk menetapkan kebijakan

tataniaga minyak sawit yang memberikan harga jual yang menarik sehingga akan

merangsang untuk melakukan investasi pada perkebunan kelapa sawit. Asosiasi

ini berjumlah 704 perusahaan yang terdiri dari Perusahaan Perkebunan Nusantara,

Perusahaan Perkebunan Swasta Nasional dan Asing serta peladang kelapa sawit

yang tergabung dalam Koperasi (GAPKI Members, 2019). GAPKI telah berperan

dalam menyediakan minyak sawit sebagai bahan baku untuk kepentingan industri

dalam negeri maupun ekspor untuk memenuhi kebutuhan minyak nabati dan

produk turunan lain dari minyak sawit. (http://www.gapki.or.id).

Sedangkan pada agribisnis hilir minyak sawit (down-stream), terdapat

beberapa asosiasi seperti, Asosiasi Industri Minyak Makan Indonesia (AIMMI),

Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) dengan jumlah anggota 38

perusahaan (Lampiran 20), Asosiasi Produsen Oleochemical Indonesia

(APOLIN), Asosiasi Produsen Biodesel Indonesia (APROBI). Pada penyedia jasa

terdapat juga beberapa asosiasi seperti; Asosiasi Peneliti Perkebunan Indonesia

(APPI), Asosiasi Perbankan, Asosiasi Eksportir dan lain-lain.

c) Asosisasi Petani

Asosiasi perkebunan kelapa sawit ditingkat petani dalam rangka

pembangunan perkebunan kelapa sawit rakyat dibentuklah Asosiasi Petani Kelapa

Sawit Indonesia (APKASINDO) yang didirikan pada tanggal 28 Oktober 2000

dan merupakan organisasi profesi petani kelapa sawit yang disahkan serta dibina

oleh Kementerian Pertanian, Gabungan Asosiasi Petani Perkebunan Republik

Page 112: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

92

Indonesia (GAPPERINDO) dan Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI).

(https://www.dpp-apkasindo.com/tentang.html).

APKASINDO bertujuan untuk membentuk para petani agar lebih mandiri

dalam mengembangkan usaha tani (produksi, pengolahan dan pemasaran),

mengembangkan kemitraan antar petani dan pelaku usaha, memfasilitasi

dukungan kebijakan dari instansi pemerintah secara transparan dan menyentuh

petani kelapa sawit diberbagai wilayah Indonesia, memperkuat akses petani dalam

pasar domestik maupun internasional, dan memfasilitasi petani kepada pengusaha

perkebunan dan pemerintah. Saat ini, APKASINDO telah memiliki jumlah

anggota sebanyak 3,8 juta kepala keluarga petani dengan total luas lahan

mencapai 4,8 juta hektar, yakni 42 persen dari luas total kebun sawit di Indonesia.

Selain APKSINDO terdapat pula lembaga lain yang menghimpun para

petani kelapa sawit yaitu Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS). SPKS merupakan

organisasi petani kelapa sawit skala kecil yang didirikan pada 9 Juni 2006 dan

dideklarasikan pada 2013 untuk memperkuat skala berkelanjutan, kesejahteraan

dan kemandirian petani melalui pembangunan kapasitas, kelembagaan ekonomi

dan fasilitasi akses petani dalam berbagai sektor keuangan, kebijakan yang

berpihak, dan akses pemasaran dan keberlanjutan. (https://www.spks-

nasional.org/)

d) Dewan Minyak Sawit Indonesia

Pembangunan kelapa sawit nasional memerlukan adanya sebuah lembaga

yang mampu mengakomodasikan seluruh kepentingan bersama dari para pelaku

usaha kelapa sawit nasional. Lembaga termaksud harus berfungsi sebagai

Page 113: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

93

himpunan seluruh kekuatan nasional, baik unsur pemerintah maupun seluruh

pelaku usaha, untuk membangun industri kelapa sawit nasional yang berdaya

saing global. Sebagai pelaksanaan Pasal 19 Undang-Undang Nomor 18 Tahun

2004 tentang perkebunan, maka segenap pemangku kepentingan dalam industri

kelapa sawit nasional mulai dari perbenihan, perkebunan sampai dengan produk

turunannya memandang perlu untuk membentuk Dewan Minyak Sawit Indonesia

(DMSI) melalui deklarasi pada tanggal 7 Desember 2006 di Nusa Dua Bali yang

dihadiri oleh beberapa asosiasi/organisasi dan beberapa perwakilan pemerintah

seperti; Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Asosiasi

Produsen Oleochemical Indonesia (APOLIN), Asosiasi Petani Kelapa Sawit

Indonesia (APKASINDO), Gabungan Pengusaha Perkebunan Indonesia (GPPI),

Masyarakat Perkelapa-sawitan Indonesia (MAKSI), Direktorat Jenderal

Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, dan Direktorat Jenderal Perkebunan.

DMSI bertujuan untuk meningkatkan kerjasama dan koordinasi antar pelaku

usaha serta memfasilitasi perumusan regulasi dan kebijakan perkelapasawitan

nasional yang mampu membawa pelaku usaha untuk bersaing, tangguh dipasar

internasional dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan.

DMSI sebagai pusat koordinasi program dan kebijakan kelapa sawit

nasional bertugas memfasilitasi secara aktif antara lain: (1) Perumusan program

pembangunan industri kelapa sawit nasional, (2) Perumusan regulasi dan

kebijakan pembangunan industri kelapa sawit nasional yang berdaya saing,

tangguh di pasar internasional dan berkelanjutan untuk dilaksanakan oleh seluruh

instansi yang berwenang dan pihak-pihak terkait, (3) Perumusan pedoman jangka

Page 114: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

94

panjang program pembangunan kelapa sawit nasional, dan (4) Pemantauan dan

evaluasi implementasi regulasi dan kebijakan pembangunan industri kelapa sawit

nasional. (http://www.dmsi.or.id/index.php/public/profil/detail/1)

e) Masyarakat Perkelapa-Sawitan Indonesia (MAKSI)

MAKSI merupakan organisasi yang dibentuk pada tahun 1998 oleh tujuh

PAU Biosains (PAU Bioteknologi ITB, PAU Ilmu Hayati ITB, PAU Pangan dan

Gizi UGM, PAU Bioteknologi Ilmu Hayati IPB), Pusat studi Pembangunan IPB

dan Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan. MAKSI memiliki visi menjadi

organisasi profesional terpercaya dalam bidang perkelapasawitan di dunia untuk

membantu pencapaian industri kelapa sawit nasional yang berdaya saing tinggi

dan berkelanjutan. Misi dari MAKSI adalah menjadi mitra terbaik pemerintah,

perusahaan swasta, BUMN, petani perkebunan sawit, dan para pemangku

kepentingan industri kelapa sawit lainnya dalam kegiatan penelitian,

pengembangan, pendidikan, pelatihan serta advokasi pengembangan industri

kelapa sawit Indonesia yang berkelanjutan, terutama demi kemakmuran dan

kesejahteraan bagi rakyat Indonesia dan berdaya saing tinggi secara ekonomi,

ekologi, dan sosial budaya. (MAKSI, 2011).

f) Lembaga Statistik

Indonesia sebagai negara produsen minyak sawit di dunia dan memiliki

aktivitas rantai nilai dan rantai pasok yang panjang mulai dari subsektor hulu

sampai subsektor hilir dalam hal ini diperlukan pencatatan yang secara

komprehensif agar informasi agribisnis kelapa sawit dapat tersebar secara luas.

Lembaga statistik berperan sebagai pengolah segala informasi dan data yang

Page 115: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

95

bersifat kuantitatif untuk dipublikasikan sehingga hasilnya dapat digunakan untuk

keperluan umum seperti data statistik perkebunan kelapa sawit baik dari sektor

hulu hingga hilir yang meliputi luas areal, jumlah produksi, produktivitas

perkebunan kelapa sawit dan volume ekspor-impor hasil perkebunan kelapa sawit.

Peran dari lembaga statistik ini diwakili oleh Direktorat Jenderal Perkebunan,

Departemen Pertanian, Badan Pusat Statistik (BPS), dan Pusat Data dan Informasi

(PUSDATIN) disetiap kementerian terkait.

4. Sumber Daya Modal

Modal merupakan satu aspek penting dalam mengembangkan industri CPO

Indonesia, dengan modal yang memadai industri pengolahan CPO akan

berkembang dengan baik dan dapat bersaing di pasar internasional. Permodalan

merupakan faktor kunci dalam industri sawit karena usaha pengembangan kelapa

sawit merupakan kegiatan ekonomi yang padat modal (capital intensive).

Sektor pertanian memiliki potensi yang besar dalam memberikan kontribusi

pembangunan nasional. Potensi tersebut dapat dioptimalkan dengan adanya

dukungan aspek pembiayaan yang berasal dari beberapa sumber

permodalan/pembiayaan sehingga tercapai tujuan pembangunan pertaniaan yang

tepat sasaran dan berkelanjutan. Permasalahan utama yang dihadapi petani dalam

melaksanakan usaha tani adalah kesulitan dalam akses terhadap sumber-sumber

atau fasilitasi pembiayaan serta keterbatasan lembaga sosial ekonomi yang

mampu menyediakan modal dan mendorong pertumbuhan ekonomi petani.

Kegiatan utama yang dilaksanakan pemerintah dalam hal menangani

permasalahan antara lain: 1) Fasilitasi pembiayaan melalui program KUR dan

Page 116: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

96

penyusunan RPP mengenai Unit Khusus Pertanian; 2) Pemberdayaan dan

penguatan Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) dan koperasi; dan 3)

Pelaksanaan asuransi pertanian meliputi asuransi usaha tanaman padi dan asuransi

ternak sapi. Kegiatan fasilitasi pembiayaan pertanian lain seperti pembiayaan

pertanian inklusif, Badan Layanan Umum Pertanian dan fasilitator pembiayaan

petani swadaya sudah mulai diinisiasi pada tahun 2017.

Pada perusahaan swasta sumber modal yang dibutuhkan dalam rangka

pengembangan perkebunan maupun pabrik kelapa sawit sudah tersedia karena

didukung oleh perusahaannya sebagai investor utama dan tambahan modal dari

perusahaan asing yang tertarik dengan prospek bisnis minyak sawit (CPO). Selain

itu, dalam rangka menarik investor dalam mengembangkan sektor hilir industri

minyak sawit. Pemerintah menjanjikan tiga macam insentif kepada para pelaku

industri hilir minyak sawit (CPO). Ketiga insentif tersebut berupa subsidi bunga

pinjaman untuk program peremajaan mesin-mesin produksi, pembebasan pajak

(tax holiday), dan dukungan infrastruktur dasar. Pada insentif subsidi bunga,

Kemenperin akan mengikuti pola program restrukturisasi mesin di sektor tekstil

dan produk tekstil (TPT) yang artinya subsidi bunga kredit akan diberikan bagi

sektor hilir CPO yang melakukan peremajaan mesin.

Sebagian besar permodalan untuk perusahaan sawit besar berasal dari FSPs

yang berbasis di negara-negara Asia, seperti Jepang, Malaysia, Indonesia dan

Singapura. Dan secara keseluruhan, permodalan ini tidak menerapkan kebijakan

Lingkungan, Sosial, dan Tata kelola (ESG) yang cukup.

Page 117: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

97

5. Sumber Daya Infrastuktur

Sumber daya infrastruktur merupakan sarana dan prasarana fisik yang

menentukan daya saing CPO Indonesia. Kebutuhan prasarana industri CPO sangat

penting guna menunjang aktivitas industri lain yang menggunakan bahan baku

CPO. Adapun prasarana untuk mendukung industri CPO nasional antara lain

pembudidayaan kelapa sawit, penyimpanan dan pengangkutan, jalan, jembatan,

sarana air, listrik, transportasi, dan pelabuhan, serta prasarana pendukung lainnya.

Salah satu infrastruktur yang berperan dalam menjamin kelancaran distribusi CPO

ke luar negeri adalah pelabuhan. Fungsi pelabuhan pada industri minyak sawit

meliputi jasa bongkar muat, jasa kepabeanan, dan jasa pergudangan termasuk jasa

tangki timbun CPO.

Pemerintah sejak tahun 2011 melalui program Masterplan Percepatan dan

Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (M3PEI) merencanakan

pembangunan Kawasan Industri Hilir Sei Mangkei. Pembangunan Kawasan

Industri Hilir Sei Mangkei tahap pertama menganggarkan investasi sebesar Rp 1,8

triliun dan tahap berikutnya sebesar Rp 20 triliun. Sumber pendanaan

pembangunan kawasan tersebut berasal dari pemerintah pusat, Badan Usaha Milik

Negara (BUMN), swasta serta kolaborasi antara ketiganya. Pada tahap pertama

Kawasan Sei Mangke menempati area 64 hektar dan tahap berikutnya menjadi

104 hektar. Kawasan industri Sei Mangke akan diintegrasikan dengan

pembangunan rel kreta api dari Kawasan Industri Hilir Sei Mangke pun dibangun,

seperti Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Pesangan I dan II berkapasitas 88

megawatt (mw) di Takengon, Aceh dengan investasi Rp 3,5 triliun; pembangunan

Page 118: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

98

broadband sebanyak 2,42 juta homepage dengan investasi Rp 4,1 triliun yang

dilaksanakan PT Telkom; peningkatan jalan dari Kota Tebing Tinggi menuju

Kisaran (Kabupaten Asahan), Rantau Prapat (Labuhanbatu) hingga perbatasan

Riau sepanjang 326,71 km dengan anggaran Rp 365 miliar. Begitu juga dengan

pembangunan jalan kereta api. Proyek ini mulai dilaksanakan tahun 2012 dan

sudah terjalin kesepakatan antara PTPN III dan PT Kereta Api Indonesia (KAI).

Tahun 2013 terdapat beberapa pelabuhan CPO yang telah operasional di

Indonesia seperti Belawan, Kuala Tanjung, Teluk Bayur, Dumai, Tanjung Priok,

Tanjung Perak, Surabaya, Maloy, Tanjung Api-api, dan lain-lain. Peningkatan

ketersediaan infrastruktur pada industri perkelapasawitan akan meningkatkan

produksi CPO, hilirisasi, pertumbuhan ekonomi dan pengurangan kemiskinan.

5.3.2 Kondisi Permintaan

Kondisi permintaan mengacu pada tersedianya pasar domestik yang siap

berperan menjadi elemen penting dalam menghasilkan daya saing. Pasar seperti

ini ditandai dengan kemampuan untuk menjual produk-produk superior, hal ini

didorong dengan adanya permintaan barang dan jasa berkualitas serta adanya

kedekatan hubungan antara perusahaan dan pelanggan. kondisi permintaan akan

dijelaskan melalui dua faktor yaitu komposisi permintaan domestik, permintaan

dan pola pertumbuhan.

a) Komposisi Permintaan Domestik

Komposisi permintaan domestik untuk CPO digolongkan dalam bentuk

bahan pangan dan nonpangan. Pemanfaatan CPO untuk produk olahan

Page 119: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

99

diantaranya yaitu oleh industri pangan (minyak goreng, margarin, shortening,

cocoa butter substitutes, vegetable ghee) dan industri nonpangan seperti

oleokimia (fatty acid, fatty alcohol, gliserin) dan biodiesel. Dalam kurun waktu

lima belas tahun terakhir, total produksi CPO dalam negeri memiliki rata-rata

peningkatan sebesar 9,53 persen. Konsumsi CPO domestik cenderung mengalami

peningkaan, namun sempat mengalami penurunan pada tahun 2007-2009 dan

meningkat kembali di tahun 2010. Susanto (2011) menyebutkan bahwa

peningkatan konsumsi CPO domestik disebabkan oleh semakin meningkatnya

kebutuhan minyak goreng masyarakat. Hal ini dikarenakan CPO merupakan

bahan baku utama industri minyak goreng.

Peningkatan konsumsi CPO domestik ini ditunjang dengan adanya Rencana

Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) sebagaimana dituangkan dalam

Kebijakan Pembangunan Industri Nasional menetapkan bahwa industri berbasis

CPO sebagai prioritas yang pengembangannya dapat dilakukan dengan

pendekatan klaster.

Sejak diberlakukannya mandatori biodiesel 20 persen (B20) pada bulan

september 2018, kebijakan ini sudah memiliki hasil positif berupa meningkatnya

serapan CPO di dalam negeri untuk biodiesel. Dari bulan Januari-Agustus serapan

biodiesel hanya mampu mencapai 215-290 ribu ton per bulan, sedangkan pada

bulan September 2018 serapan biodisel meningkat menjadi 400 ribu ton dan pada

bulan Oktober 2018 mencapai 519 ribu ton per bulan.

Page 120: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

100

b) Permintaan dan Pola Pertumbuhan

Sejalan dengan peningkatan penggunaan dalam negeri, ekspor juga

mengalami peningkatan. Sepanjang Oktober 2018, volume ekspor minyak sawit

Indonesia (CPO dan turunannya, Oleochemical dan Biodiesel) tercatat naik

sebesar 5 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya atau dari 3,19 juta ton

naik menjadi 3,35 juta ton. Sementara itu, dibulan yang sama pada bulan oktober

volume ekspor CPO, PKO dan turunannya saja (tidak termasuk oleochemical dan

biodiesel) mencapai 3,14 juta ton (naik 5 persen) dibandingkan bulan sebelumnya

yang hanya mecapai 2,99 juta ton. Ekspor di bulan oktober ini terdiri dari CPO

sekitar 760,82 ribu ton atau sekitar 24 persen dari total volume ekspor dan sisanya

sebanyak 2,34 juta ton atau 76 persen merupakan produk turunan atau olahan dari

CPO. Samapai dengan Oktober 2018, Indonesia sudah mengekspor 4,9 juta ton

CPO atau 18 persen dan produk turunan sebesar 21, 17 juta ton atau 82 persen.

5.3.3 Industri Terkait dan Industri Pendukung

Faktor industri terkait dan industri pendukung mengacu pada tersedianya

serangkaian dan adanya keterkaitan kuat antara industri pendukung dan

perusahaan, hubungan dan dukungan ini akan menjadi positif jika berujung pada

peningkatan daya saing perusahaan. Kedua industri tersebut dapat memberikan

nilai lebih dan menjadi salah satu penyokong keberhasilan industri CPO

Indonesia.

Page 121: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

101

1) Industri Terkait

Industri terkait merupakan industri yang berada pada sistem komoditas

secara vertikal, seperti industri pengadaan bahan baku, bahan tambahan, bahan

kemasan sampai pemasaran.

a. Industri Pemasok

Minyak sawit (CPO) merupakan produk utama dari tanaman kelapa sawit.

Sebagai negara produsen CPO terbesar di dunia, Indonesia memiliki banyak

pemain di bisnis perkebunan kelapa sawit. Pada Perkebunan Besar Negara (PBN),

pelaku utamanya adalah PT Perkebunan Nusantara (PTPN). Saat ini terdapat 10

PTPN yang merupakan produsen CPO di Indonesia antara lain PTPN I- PTPN

VIII, PTPN XIII dan PTPN XIV. Sementara itu, pada pelaku utama pada

Perkebunan Besar Swasta (PBS) kelapa sawit diantaranya adalah Astra Agro

Lestari, Sinarmas (SMART), Indofood, Permata Hijau Group, Sampoerna Agro,

Musim Mas, Asian Agri, Wilmar Corporation, Bakrie Sumatera Plantation, dan

PP London Sumatera. Selain itu masih banyak lagi perusahaan-perusahaan

perkebunan daerah yang kecil-kecil dan jumlahnya mencapai ratusan.

b. Industri Penyediaan dan Pengolahan Kelapa Sawit

Industri minyak sawit (CPO) terdiri dari pabrik yang mengolah CPO

menjadi produk CPO turunan lainnya. Industri yang bergerak di sektor ini

memanfaatkan CPO sebagai bahan baku utama dalam pembuatan produknya.

Industri yang termasuk ke dalam sektor ini diantaranya adalah industri pangan dan

nonpangan. Dalam industri pangan, CPO digunakan sebagai bahan untuk

Page 122: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

102

membuat minyak goreng, margarin, lemak pangan, kue, pelumas, sabun, mesin

diesel, dan kosmetika.

Pada tahun 2010 Indonesia tercatat memiliki 94 pabrik minyak goreng yang

tersebar di 19 provinsi (Tabel 16).

Tabel 16. Distribusi Pabrik Minyak Goreng di Indonesia

No Provinsi Jumlah Pabrik (unit)

1 Nanggroe Aceh Darussalam 2

2 Sumatera Utara 13

3 Sumatera Barat 3

4 Riau 8

5 Jambi 2

6 Sumatera Selatan 5

7 Lampung 4

8 DKI Jakarta 8

9 Jawa Barat 8

10 Jawa Tengah 5

11 Jawa Timur 9

12 Banten 1

13 Kalimantan Barat 11

14 Kalimantan Timur 2

15 Sulawesi Utara 5

16 Sulawesi Tengah 1

17 Sulawesi Selatan 5

18 Gorontalo 1

19 Papua Barat 1

Indonesia 94 Sumber: Dewan Minyak Sawit Indonesia (2010)

Selain industri minyak goreng, Indonesia juga terus mengembangkan

industri turunan minyak sawit, salah satunya industri oleokimia. Pada tahun 2017

terdapat 18 perusahaan yang bergerak dibidang oleokimia, namun produsen

oleokimia dasar baru ada 9 perusahaan yang bergabung dengan APOLIN dimana

diantaranya PT Musim Mas dengan kapasitas 450 ribu ton per tahun, PT Ecogreen

dengan kapasitas 419 ribu ton per tahun, dan PT Wilmar Nabati Indonesia 132

ribu ton per tahun. Berdasarkan data APOLIN (2017) total kapasitas produksi

Page 123: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

103

olekimia yang dimiliki seluruh anggota APOLIN sebesar 3.7 juta ton per tahun

untuk fatty acid, 2.1 juta ton per tahun untuk fatty alcohol, 854.000 ton per tahun

untuk glyserin, 1,9 juta ton per tahun untuk methyl ester, dan 1,8 juta ton per

tahun untuk soap noodle. Fokus persebaran industri oleokimia didominasi di

Sumatera Utara.

Semakin menipisnya cadangan energi berbasis fosil mendorong dunia

mencari energi alternatif pengganti minyak fosil, salah satunya biodiesel dari

sawit (fatty acid methyl ester). Berdasarkan riset yang telah dilakukan, biodiesel

sawit memiliki emisi jauh lebih rendah dari minyak fosil. Saat ini di Indonesia

tercatat memiliki sekitar 20 produsen biodiesel sawit yang terdaftar di Asosiasi

Produsen Biofuel Indonesia (APROBI), diantaranya PT Wilmar Bioenergi

Indonesia yang berlokasi di Riau dengan kapasitas produksi 1.3 juta ton per tahun,

PT Musim Mas di Medan (235 ribu ton per tahun), PT Eterindo Whanatama

Gresik (80 ribu ton per tahun), PT Wilmar Nabati Indonesia di Gresik (1.3 juta ton

per tahun), PT Sumi Asih Oleochem di Bekasi (100 ribu ton per tahun), PT

Darmex Biofuels di Cikarang (150 ribu ton per tahun), PT Darmex Biofuels di

Dumai (410.5 ribu ton per tahun) , PT Indo Biofuels Energy di Kalimantan Barat

(100 ribu ton per tahun), PT Permata Hijau Palm Oleo di Medan (140 ribu ton per

tahun), PT Nusa Energy di Kalimantan Timur (100 ribu ton per tahun), PT Bits

Energy di Kalimantan Timur (100 ribu ton per tahun), PT Multi Biofuel Indonesia

di Sulawesi Utara (160 ribu ton per tahun), dan lainnya.

Page 124: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

104

2) Industri Pendukung

Selain industri terkait terdapat juga industri pendukung yang merupakan

industri yang memberikan kontribusi secara tidak langsung dalam sistem

komoditas secara vertikal.

a. Industri Jasa Tataniaga

Minyak sawit (CPO) yang diperdagangkan di Indonesia berasal dari dua

sumber, yaitu perkebunan negara dan perkebunan swasta. Sesuai dengan

kesepakatan diantara perkebunan negara, pemasraan CPO harus melalui PT.

Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara (PT KPBN). untuk pasar dalam negeri,

KPBN bisa langsung menjual ke industri pengolahan melalui jatah alokasi yang

telah ditetapkan. Sementara itu, untuk konsumen luar negeri, pemasaran dilakukan

bertahap, KPBN menjual CPO kepada importir luar negeri yang kemudian

memasarkannya untuk konsumen luar negeri. Hal ini seperti digambarkan pada

Gambar 25.

Gambar 25. Saluran Pemasaran Minyak Sawit Indonesia Pada Perkebunan Negara Sumber: Pahan (2011)

Pada perusahaan perkebunan swasta, penjualan produknya dilakukan secara

sendiri-sendiri tanpa melalui Kantor Pemasaran Bersama. Kesepakatan harga

Perkebunan Negara

PT. Kharisma Pemasaran

Bersama Nusantara (KPBN)

Konsumen

Luar Negeri

Importir Luar

Negeri

Konsumen

Dalam Negeri

Page 125: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

105

ditetapkan melalui mekanisme pasar yang mengacu pada harga CPO internasional

pada bursa berjangka Kuala Lumpur dan pasar fisik Rotterdam, sebagaimana

digambarkan pada Gambar 26.

Gambar 26. Saluran Pemasaran Minyak Sawit Indonesia Pada Perkebunan Swasta Sumber: Pahan (2011)

b. Industri Jasa Riset dan Pendidikan Sumber Daya Manusia

Pada era persaingan bebas, tersedianya tenaga kerja terdidik dan terampil

menjadi semakin penting, karena dengan demikian dapat diharapkan mampu

meningkatkan produktivitas tanaman dan mutu CPO yang dihasilkan. Pelatihan

tenaga kerja ini dititikberatkan pada praktek kerja nyata di kebun dan pabrik

secara langsung. Sistem seperti ini diharapkan agar materi yang disampaikan di

kebun dan pabrik dapat diterapkan secara langsung.

Indonesia memiliki beberapa tempat pendidikan dalam rangka penyediaan

SDM teknis pada industri minyak sawit nasional yaitu INSTIPER, Politeknik

Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi (CWE), dan Lembaga Pendidikan Perkebunan.

Kebun

Rakyat/PIR

Kebun Sendiri PKS Perusahaan

Lain PKS Perusahaan

Sendiri

Bagian Pemasaran

Broker Lokal

Importir

Luar Negeri

Konsumen di

Dalam Negeri

Konsumen di

Luar Negeri

Page 126: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

106

Sementara itu, dalam memenuhi kebutuhan SDM di bidang riset dan

pembangunan (R&D) industri minyak nasional, ada beberapa lembaga yang

berkecimpung di dalamnya, antara lain Pusat Penelitian Kelapa Sawit, SEAFAST

Center IPB, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi IPB, Pusat

Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan IPB, Pusat Penelitian Bioteknologi

ITB, Pusat Penelitian Ilmu Hayati ITB, Pusat Penelitian Bioteknologi UGM,

Pusat Studi Pangan dan Gizi UGM. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi,

Balai Penelitian Bioteknologi dan Perkebunan Indonesia, Forum Biodiesel

Indonesia, Universitas Lampung, dan SEAMEO Biotrop IPB.

c. Industri Jasa Pemasaran

Industri jasa pemasaran merupakan lembaga perantara pemasaran, seperti

pedagang pengumpul, pedagang besar, pedagang eceran, distributor, dan

eksportir. Industri ini diharapkan mampu meningkatkan volume penjualan, pangsa

pasar dan jumlah pelanggan. Selain itu juga beberapa perusahaan kelapa sawit

telah masuk ke pasar saham di Indonesia, Malaysia, Singapura, dan London.

3) Gambaran Operasional Industri Kelapa Sawit PT Musim Mas Group

Persebaran perusahaan perkebunan kelapa sawit di Indonesia berkembang

sangat pesat seiring pertumbuhan permintaan minyak nabati dunia dan Bahan

Bakar Nabari (BBN) terbarukan sebagai alternatif Bahan Bakar Fosil.

Perkembangan perusahaan perkebunan kelapa sawit di Indonesia tidak hanya

sebatas bertambahnya luas areal dan produksi kelapa sawit saja, akan tetapi

industri-industri pengolahan kelapa sawit (oleopangan, oleokimia, dan biofuel)

yang turut serta meningkat. saat ini jumlah perusahaan perkebunan kelapa sawit di

Page 127: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

107

Indonesia sebanyak 1779 perusahaan yang terdiri dari 164 perusahaan milik

negara, dan 1615 perusahaan milik swasta.

Salah satu perusahaan swasta kelapa sawit terbesar di Indonesia adalah PT

Musim Mas Group. Musim Mas merupakan perusahaan yang beroperasi secara

global diseluruh spektrum bisnis kelapa sawit yang berkantor pusat di Singapura.

Kegiatan usahanya meliputi keseluruhan rantai suplai minyak sawit mulai dari;

pengolahan perkebunan kelapa sawit, penyulingan minyak sawit dan manufaktur

produk bernilai tambah. Musim Mas secara global memiliki keberadaan

operasional di 13 negara (Brazil, China, Jerman, India, Indonesia, Italy, Malaysia,

Belanda, Singapura, Spanyol, Inggris, Amerika Serikat, dan Vietnam).

Keberadaan Musim Mas di Indonesia meliputi kepemilikian perkebunan, pabrik,

pabrik penghancur biji, pabrik penyulingan, industri biodiesel, industri

oleokimia/lemak khusus, dan kantor. Sedangkan di 12 negara lainnya mayoritas

tidak memiliki perkebunan, pabrik, pabrik penghancur biji, dan industri biodiesel.

Musim Mas Group memiliki lokasi produksi di Asia dan Eropa dengan

sumber bahan baku dari Indonesia dan Malaysia. Perusahaan memiliki 16

perkebunan dan 14 pabrik kelapa sawit sebagai basis produksi di Indonesia. Ada

juga 17 pabrik penyulingan yang terletak di Indonesia (Sumatera, Kalimantan,

Jawa, dan Sulawesi), Malaysia (Johor Bahru), India (Andhra Pradesh dan Tamil

Nadu), dan Spanyol (Castellon, La Coruna, dan Murcia). Perusahaan ini juga

memiliki 8 pabrik pengolahan inti yang terletak di Indonesia (Sumatera,

Kalimantan, Jawa, dan Sulawesi). Berikut adalah peta operasional PT Musim Mas

Group yang beroperasi di Indonesia:

Page 128: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

108

Gambar 27. Lingkup Operasional Musim Mas di Indonesia. Sumber: PT. Musimmas (2019)

Sebagai gambaran lingkup operasional industri kelapa sawit di Indonesia

yang diperoleh dari domain umum PT. Musim Mas, menunjukkan peta

operasional yang mencakup lokasi perkebunan kelapa sawit, pabrik kelapa sawit,

pabrik penyulingan, dan pabrik pengolahan minyak sawit. Berdasarkan gambar di

atas lingkup operasional industri kelapa sawit PT. Musim Mas di Indonesia yang

berpusat di pulau Sumatera dan Kalimantan terdiri dari;

1. Perkebunan (Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan,

Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Papua).

2. Pabrik Kelapa Sawit (PKS) (Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Riau,

Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah).

3. Pabrik Penghancur Inti Sawit (Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera

Selatan, Riau, Kalimantan Tengah, dan Sulawesi Utara).

4. Pabrik Penyulingan (Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan,

Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan).

Page 129: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

109

5. Pabrik Biodiesel (Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, dan Kalimantan

Tengah).

6. Pabrik Oleokimia (Sumatera Utara, dan Kepulauan Riau).

7. Pabrik Specialty Fats (Sumatera Utara, Jawa Timur, dan Jawa Barat).

5.3.4 Struktur, Persaingan dan Strategi Industri CPO Nasional

Struktur, Persaingan dan Strategi Industri mengacu pada strategi dan

struktur yang ada pada sebagian besar perusahaan dan intensitas persaingan pada

industri tertentu. Faktor strategi dapat terdiri dari dua aspek; pasar modal dan

pilihan karir individu. Struktur mengikuti strategi, dimana struktur dibangun guna

menjalankan strategi. Sedangkan intensitas persaingan yang tinggi akan

mendorong sebuah inovasi.

A. Struktur Pasar

a) PT Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara (PT KPBN)

PT Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara (KPBN) dibentuk sebagai

badan pemasaran terpusat PTPN yang ada di Indonesia yang memiliki tujuan

utama untuk menyelenggarakan pemasaran hasil produksi PTPN dengan

berpegang pada prinsip ekonomi dan tugas-tugas BUMN agar PTPN mendapat

manfaat yang sebesar-besarnya. Bentuk pemasaran CPO di PT KPBN adalah

tender, dimana diawali dengan penawaran jumlah CPO oleh PT KPBN

berdasarkan PTPN yang ada lalu para peserta tender yang berminat akan

melakukan penawaran harga sesuai dengan informasi yang mereka miliki hingga

tercapainya harga tertinggi. PT KPBN akan menerima penawaran harga tersebut

Page 130: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

110

bila berada di atas harga ancar-ancar yang telah ditetapkan di awal tender oleh PT

KPBN atau minimal sama dengan harga ancar-ancar tersebut. Dengan begitu

dapat dikatakan bahwa CPO telah terjual kepada pembeli tersebut.

PT KPBN sebagai sebuah lembaga pemasaran bagi PTPN menjadi acuan

bagi produsen lain dalam menetapkan standar kualitas produk dan harga minyak

sawit nasional. Selain sebagai lembaga pemasaran, PT KPBN juga menjalankan

fungsinya dalam quality control, pencarian informasi pasar, promosi, konsultasi,

jasa pergudangan, pengapalan, customer service termasuk dalam bantuan

penyelesaian klaim.

Saat ini ada 10 PTPN yang merupakan produsen CPO Indonesia antara lain

PTPN I – PTPN VIII, PTPN XIII dan PTPN XIV. Oleh sebab itu ada 10 produsen

CPO yang ada di PT KPBN. Selain itu pembeli untuk CPO lokal yang terdaftar di

PT KPBN berjumlah sekitar 50 perusahaan dengan pelanggan utama seperti:

Astra Agro Lestari, Musim Mas, Multi Nabati Asahan, PT Bukit Kapur Reksa,

Permata Hijau Sawit, SMART Tbk, Wilmar Nabati Indonesia, Nagamas Palmoil

Lestari, Bina Karya Prima, Darmex Oil & Fats, Pelita Agung Agrindustri, Inti

Benua Perkasatama, Sinar Alam Permai, Palm Mas Asri, Tunas Baru Lampung,

Pacific Palmindo Industri, Indokarya Internusa, dll. Sedangkan pelanggan utama

untuk CPO ekspor antara lain Uni Eropa (Wilmar, ISISA, Safic Alcan), India

(Protea), China (Wilmar), Malaysia, Singapura (Glade Ltd, Wilmar), dll.

Produk CPO yang dipasarkan di PT KPBN adalah jenis (homogen) yang

memiliki kualitas seragam dan telah terstandar di seluruh Indonesia (SNI). Setiap

pembeli dan penjual (PTPN) adalah penerima harga dimana pergerakan harga

Page 131: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

111

sangat bergantung pada harga CPO internasional (MDEX Malaysia dan pasar fisik

Rotterdam), kurs/nilai tukar rupiah, serta harga-harga minyak nabati dunia sebagai

substitusinya (pasar minyak kedelai USA/CBOT, Argentina/GERA,

Brazil/SYBV, India/NBTI, China/DCE, pasar minyak kelapa filipina, dll).

Disamping itu KPBN juga menerima produsen CPO lain yang ingin bergabung

untuk menjual produknya melalui tender di KPBN.

b) PT Bursa Berjangka Jakarta

Sejak tahun 2009 pemasaran CPO Indonesia juga dilakukan dalam bentuk

perdagangan fisik CPO melalui PT Bursa Berjangka Jakarta. PT Bursa Berjangka

Jakarta adalah penyelenggara pasar fisik minyak sawit mentah (CPO) terorganisir

yang melaksanakan lelang fisik CPO secara online. Lelang secara online inilah

yang memfasilitasi pihak penjual dapat melakukan penawaran jual sebagian atau

melakukan penawaran jual keseluruhan dengan menggunakan harga patokan jual

(reverse price) dan memfasilitasi pihak pembeli untuk dapat memberikan

penawaran beli kepada pihak penjual.

Informasi penjualan CPO pada lelang wajib mencantumkan informasi

seperti lokasi barang, mutu, jumlah, jenis dan tempat penyerahan serta harga

patokan jual yang akan dilelang dalam satu sesi tertentu (khusus informasi

mengenai harga patokan jual ini tidak dapat dilihat oleh pembeli sampai

berakhirnya lelang pada sesi tersebut). Peserta pada Bursa Berjangka Jakarta ini

terdiri dari pembeli dan penjual. Pembeli terbagi menjadi dua, yaitu pembeli

prosesor dan pembeli nonprosesor (pedagang). Sejak dibukanya pasar ini, tercatat

ada 12 penjual dan 9 pembeli resmi terdaftar sebagai peserta kontrak perdagangan

Page 132: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

112

fisik CPO. Para penjual terdiri dari PT Perkebunan Nusantara (PTPN) I hingga

PTPN VIII, PTPN XIII, PTPN XIV, PT Rajawali Nusantara Indonesia dan PT

Bina Karya Prima. Sedangkan pembelinya adalah PT Bina Karya Prima, PT

Musim Mas, PT Pelita Agung Agri Industri, PTPN II, PTPN XIV, PT Fath

Indonesia dan PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk.

Industri CPO di Indonesia di dominasi oleh perusahaan swasta dan

perusahaan negara. Perusahaan di Indonesia saat ini mencapai 1779 perusahaan

yang terdiri dari 164 perusahaan Perkebunan Besar Negara (PBN) dan 1615

perusahaan Perkebunan Besar Swasta (PBS). Pada Industri minyak sawit di

Indonesia struktur pasar yang terbentuk adalah struktur pasar oligopoli (oligopoly

market) karena dalam industri minyak sawit Indonesia, perkebunan kelapa sawit

sebagai pemasok minyak sawit nasional hanya usahakan oleh tiga bentuk

pengusahaan atau tiga stakeholders yaitu; (1) Perusahaan Besar Swasta, (2)

Perusahaan Besar Negara, dan (3) Perkebunan Rakyat (Kardiman, 2011).

Perkembangan tingkat konsentrasi pada industri minyak sawit Indonesia

semakin meningkat seiring dengan peningkatan pangsa pasar yang dimiliki para

perusahaan terbesar begitu juga dengan hambatan masuk yang juga meningkat

bagi pemain baru untuk memasuki industri minyak sawit. Struktur pasar

merupakan fungsi dari hambatan masuk dan tingkat konsentrasi, dimana akan

mempengaruhi perilaku perusahaan dalam membuat keputusan untuk

berkompetisi atau berkolusi.

Page 133: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

113

Dewasa ini sering terjadi persaingan usaha yang tidak sehat dalam proses

persaingan pasar, salah satunya adalah praktek kartel minyak goreng yang

dilakukan 20 pelaku usaha minyak goreng di Indonesia. Mereka terbukti

melakukan kartel harga karena melanggar ketentuan Pasal 4, Pasal 5 dan Pasal 11

UU No.5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha

Tidak Sehat yang tertuang di dalam Putusan KPPU No.24/KPPU-1/2009 tentang

kartel minyak goreng (Fatria, 2018).

Perusahaan-perusahaan yang melakukan kartel akan menjadikan

perusahaan-perusahaan dalam industri tersebut memiliki keuntungan di atas

normal. Inti dari perbuatan kartel adalah untuk menghilangkan persaingan, artinya

pelaku usaha tidak mau lagi bersaing dengan pelaku usaha dan bermaksud

menghilangkan persaingan diantara mereka, sehingga unsur pelaku usaha

pesaingnya harus terpenuhi. Sebenarnya kartel masih diperbolehkan dilakukan

oleh pelaku usaha di Indonesia asal kartel tersebut tidak menimbulkan praktek

monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. kartel masih diperbolehkan oleh

Indonesia karena berdasarkan rumusan Pasal 11 UU No.5 Tahun 1999 tentang

Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat yang mengatur

tentang kartel menyatakan bahwa pelaku usaha dilarang membuat perjanjian

dengan para pesaingnya untuk mempengaruhi harga hanya jika perjanjian itu

dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha

tidak sehat (Fatria, 2018).

Page 134: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

114

B. Persaingan

Seiring dengan permintaan CPO dunia dengan rata-rata peningkatan sebesar

persen setiap tahun dan juga meningkatnya kebutuhan industri terhadap CPO

mendorong pelaku industri minyak sawit di Indonesia memacu produksi dan

tingkat produktivitas dari perkebunan kelapa sawit. Industri pengolahan kelapa

sawit di Indonesia didominasi oleh perusahaan swasta dan perusahaan negara.

Industri pengolahan CPO di Indonesia didominasi oleh perusahaan swasta besar

seperti: Astra Agro Lestari, Sinarmas, Indofood, Permata hijau Group, Sampoerna

Agro, Musim Mas, Asian Agri, Wilmar Corporation, dan PP London Sumatera

yang mempunyai modal besar untuk pembangunan unit pengolahan CPO. Pada

umumnya perusahaan besar swasta ini merupakan perusahaan yang terintegrasi

secara keseluruhan dari hulu hingga hilir.

C. Strategi

Pengembangan industri CPO Indonesia sangat didukung oleh adanya

strategi yang diterapkan secara tepat. Dengan digunakannya prinsip strategi oleh

perusahaan, maka strategi dalam mengembangkan industri CPO dapat

mengunakan tiga level strategi, yaitu:

a) Strategi Korporasi :

Strategi korporasi menggambarkan arah kebijakan pemerintah terhadap arah

pengembangan industri minyak sawit di Indonesia. Sejak Mei 2011, pemerintah

meluncurkan program Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan

Ekonomi Indonesia (MP3EI). Program ini memiliki visi yaitu mengangkat

Indonesia menjadi negara maju dan merupakan kekuatan 12 besar dunia di tahun

Page 135: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

115

2025 dan 8 besar dunia pada tahun 2045 melalui pertumbuhan ekonomi tinggi

yang inklusif dan berkelanjutan. Salah satu komoditas yang menjadi program

utama pertanian pada MP3 EI adalah minyak sawit (CPO).

b) Strategi Bisnis

Strategi bisnis lebih menekankan pada perbaikan posisi persaingan produk.

Hal ini menuntut produsen minyak sawit di Indonesia untuk mengolah CPO yang

dihasilkan agar memiliki nilai tambah. Sesuai dengan Peraturan Presiden No. 28

tahun 2008, tentang Kebijakan Industri Nasional, industri pengolahan kelapa

sawit merupakan salah satu prioritas untuk dikembangkan dan mempunyai nilai

tambah yang lebih tingi, seperti industri olefood, oleochemical, energi dan

pharmaceutical.

c) Strategi Fungsional

i. Strategi Sumber Daya Manusia

Dalam rangka menghadapi persaingan global yang semakin ketat,

diperlukan kompetensi sumberdaya manusia unggulan, yang mampu

melaksanakan pengembangan industri minyak sawit nasional dengan cara yang

berkelanjutan yang diberikan oleh lembaga riset dan pendidikan milik pemerintah

atau swasta. Dalam pemenuhan SDM teknis, Indonesia memiliki beberapa tempat

pendidikan seperti INSTIPER, Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi, dan

Lembaga Pendidikan Perkebunan. Sementara itu, dalam memenuhi kebutuhan

SDM dibidang riset dan pengembangan (R&D) industri minyak sawit nasional,

ada beberapa lembaga yang berperan di dalamnya, seperti Pusat Penelitian Kelapa

Sawit (PPKS), SEAFAST Center IPB, Pusat Sumberdaya Hayati dan

Page 136: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

116

Bioteknologi IPB, Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan IPB, Pusat

Penelitian Bioteknologi ITB, Pusat Penelitian Ilmu Hayati ITB, Pusat Penelitian

Bioteknologi UGM, Pusat Studi Pangan dan Gizi UGM, Badan Pengkajian dan

Penerapan Teknologi, Balai Penelitian Bioteknologi dan Perkebunan Indonesia,

Forum Biodiesel Indonesia, Universitas Lampung, dan SEAMEO Biotrop IPB.

ii. Strategi Produksi dan Pemasaran

Produksi CPO Indonesia setiap tahun terus meningkat seiring dengan

pemanfaatan teknologi penunjang dan pengembangan industri hiliriasasi,

Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian telah berupaya meningkatkan

produksi CPO bermula dari sektor onfarm yakni dengan melaksanakan

peremajaan (replanting) lahan dengan menggunakan benih unggul guna

meningkatkan produktivitas.

Harga jual CPO yang dijual dipasaran dipengaruhi oleh kualitas yang

terkandung pada CPO. Pada pasar dalam negeri, CPO yang dijual harus memiliki

standar yang jelas yaitu SNI. Selain SNI, bagi produsen CPO harus memiliki

sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) dan Roundtable on

Sustainable Paml Oil (RSPO) yang menunjukkan bahwa produsen CPO

mendukung usaha berkelanjutan mempertahankan dan memperkuat posisi

Indonesia dalam perkelapasawitan dunia, sehingga harga jual CPO yang sudah

bersertifikasi ISPO dan RSPO akan memiliki harga yang lebih tinggi

dibandingkan dengan harga jual CPO yang tidak bersertifikasi.

Harga yang tingi untuk komoditi CPO di pasar internasional akan

menyebabkan produsen meningkatkan penjualannya. Pemasaran keluar negeri

Page 137: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

117

dapat dilakukan melalui pasar berjangka. Untuk mengatasi lonjakan harga luar

negeri yang sering berfluktuasi karena CPO sebagai salah satu minyak nabati

yang banyak digunakan sebagai bahan baku biodiesel, pemerintah menetapkan

harga dan biaya keluar ekspor (BKE). Kebijakan ini merupakan salah satu reglasi

agar pasokan kebutuhan CPO dalam negeri tercukupi.

Dari aspek promosi, akses informasi pasar minyak sawit sangat penting bagi

pengetahuan konsumen industri CPO. Melalui promosi yang dilakukan oleh

produsen, informasi komoditas yang ditawarkan dapat dikenal oleh para

konsumen dalam maupun luar negeri. Berbagai macam informasi dapat dilakukan

melalui promosi yang berupa jurnal ilmiah, buletin, buku, seminar, simposium,

pameran, iklan surat kabar, dan iklan elektronik.

Aspek pemasaran selanjutnya adalah aktivitas distribusi yang dilakukan

setelah produksi dan penetapan harga. Perusahaan besar yang mempunyai kebun

dan pabrik pengolahan sendiri mendistribusikan hasil produksi didalam maupun

luar negeri didistribusikan melalui kantor pemasaran yang sudah terintegerasi

kepada konsumen, sehingga saluran tataniaga yang dilakukan perusahaan dan

konsumen lebih efektif dibandingkan dengan perusahaan yang tidak mempunyai

kantor pemasaran sendiri. Berdasarkan keputusan Menteri Pertanian No.

339/Kpts/PD.300/5/2007 mengenai pasokan CPO untuk kebutuhan dalam negeri

guna stabilisasi harga minyak goreng. Dengan keputusan ini, pengusaha yang

tergabung dengan GAPKI dan Non-GAPKI wajib menyalurkan CPO kepada

Asosiasi Minyak Nabati Indonesia untuk diolah menjadi minyak goreng.

Page 138: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

118

iii. Strategi Keuangan

Pada perusahaan besar swasta, modal dalam pengembangan perkebunan

maupun pabrik kelapa sawit sudah tersedia karena didukung oleh perusahaannya

sebagai investor utama dan tambahan modal dari modal perusahaan asing yang

tertarik dengan prospek bisnis minyak sawit (CPO).

5.3.5 Peran Pemerintah

Peran pemerintah tercermin melalui kebijakan, regulasi, maupun dukungan

terhadap upaya-upaya pengembangan minyak sawit. Hingga saat ini, terdapat

beberapa kebijakan, regulasi maupun sikap pemerintah yang mempengaruhi

kelangsungan kegiatan industri minyak sawit Indonesia. Berikut adalah beberapa

bentuk kebijakan maupun sikap yang dinilai paling berpengaruh terhadap industri

minyak sawit nasional:

a. Kebijakan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO)

Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) adalah suatu sistem kebijakan yang

diambil oleh pemerintah Indonesia dalam hal ini Kementerian Pertanian dengan

tujuan untuk meningkatkan daya saing minyak sawit Indonesia di pasar dunia,

ikut berkontribusi dalam rangka memenuhi komitmen pemerintah untuk

mengurangi gas rumah kaca, meningkatkan skala ekonomi dan memberi perhatian

terhadap kualitas lingkungan hidup. ISPO dibentuk pada tahun 2009 oleh

pemerintah Indonesia untuk memastikan bahwa semua pihak pengusaha kelapa

sawit,baik perkebunan miliki negara, swasta dan petani dapat memenuhi standar

perkebunan yang diizinkan. ISPO merupakan standar nasional minyak sawit

Page 139: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

119

pertama bagi suatu negara, dan negara lain kini mencoba mempertimbangkan

untuk mengimplementasikan standar serupa di antara produsen minyak sawit.

Implementasi penerapan ISPO termuat pada peraturan Menteri Pertanian No

11/2011 tentang Pedoman Pembangunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia,

Permentan No 11/2015 tentang Sistem Sertifikasi Kelapa Sawit Berkelanjutan

Indonesia (ISPO System), dan Permentan No.21 tahun 2017 tentang Pedoman

Perizinan Usaha Perkebunan. Beberapa hal yang diterapkan dalam pembukaan

lahan kelapa sawit baru sesuai prinsip ISPO yaitu: (1) Tersedia SOP/Instruksi atau

prosedur teknis pembukaan lahan baru kelapa sawit, (2) Pembukaan lahan

dilakukan tanpa bakar dan memperhatikan konservasi lahan, (3) Sebelum

pembukaan lahan dilakukan, pelaku usaha wajib melakukan studi kelayakan

dan AMDAL, (4) Lahan tidak dapat ditanami dengan kemiringan < 30%,

lahan gambut dengan kedalaman < 3 meter dan hamparan lebih dari 70%; lahan

adat, sumber air, situs sejarah dan sebagainya tetap dijaga kelestariaanya, (5)

Untuk pembukaan lahan gambut hanya dilakukan pada lahan kawasan budidaya

dengan ketebalan gambut 3 meter, kematangan saprik (matang)

dan hemik (setengah matang) dan di bawah gambut bukan merupakan lapisan

pasir kuarsa atau lapisan tanah sulfat asam serta mengatur drainase untuk

mengurangi emisi gas rumah kaca, (6) Khusus untuk lahan gambut harus

dibangun sistem tata air (water management) sesuai dengan ketentuan yang

berlaku, (7) Pembuatan sarana jalan, terasering, rorak, penanaman tanaman

penutup tanah dalam rangka konservasi lahan, (8) Tersedianya rencana kerja

tahunan (RKT) pembukaan lahan baru, (9) Kegiatan pembukaan secara

Page 140: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

120

terdokumentasi (dan pernyataan pelaku usaha bahwa pembukaan lahan dilakukan

tanpa bahan bakar).

Terdapat prinsip dan kriteria Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) yang

diberlakukan untuk tiga kategori usaha perkebunan kelapa sawit yakni; (1)

Perusahaan perkebunan terintegrasi, (2) Usaha kebun plasma, dan (3) Usaha

kebun swadaya Tabel 17.

Tabel 17. Prinsip dan Kriteria Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) Jenis Usaha Prinsip dan Kriteria ISPO

Usaha Kebun

Swadaya

1. Legalitas usaha kebun swadaya (sertifikat tanah, STD-B, dokumen

kerjasama)

2. Manajemen usaha kebun plasma (SOP, GAP, Pencatatan) 3. Pengelolaan dan pemantauan lingkungan (izin lingkungan SPPL)

4. Tanggung jawab terhadap Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

Usaha Kebun

Plasma

1. Legalitas usaha kebun plasma (sertifikat tanah, STD-B, dok

kerjasama) 2. Manajemen usaha kebun plasma (SOP, GAP, Pencatatan)

3. Pengelolaan dan pemantauan lingkungan (izin lingkungan SPPL)

4. Tanggung jawab terhadap kesehatan dan keselamatan kerja (K3) 5. Tanggung jawab sosial dan pemberdayaan masyarakat

6. Peningkatan usaha secara berkelanjutan

Perusahaan

Perkebunan Terintegrasi

1. Legalitas usaha perkebunan

2. Manajemen perkebunan 3. Perlindungan terhadap pemanfaatan hutan alam primer dan lahan

gambut

4. Pengelolaan dan pemantauan lingkungan 5. Tanggung jawab terhadap pekerja

6. Tanggung jawab sosial dan pemberdayaan ekonomi masyarakat

7. Peningkatan usaha secara berkelanjutan Sumber : Sekretariat Komisi ISPO (2018)

Komisi Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (Indonesian

Sustainable Palm Oil /ISPO) saat ini sudah berjalan selama 8 tahun dan telah

menerbitkan 502 Sertifikat ISPO yang terdiri dari 493 perusahaan, 5 Koperasi

Swadaya, dan 4 KUD Plasma. Sertifikat yang diterbitkan oleh Komisi ISPO

meliputi luas total areal perkebunan sebesar 4,1 juta hektar, dengan tanaman

menghasilkan seluas 2,8 juta hektar, total produksi TBS 52,2 juta ton per tahun

Page 141: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

121

dan CPO 11,6 juta ton per tahun, serta produktivitas TBS 18,81 ton per hektar

dengan rendemen rata-rata 22,2 persen. Dari jumlah sertifikasi yang telah

diterbitkan, terdapat 722 pelaku usaha yang telah berpartisipasi memenuhi

Permentan No.11 Tahun 2015 tentang Sistem Sertifikasi ISPO yang terdiri dari

707 perusahaan, 11 KUD/KSU Kebun Plasma, 1 Bumdes, dan 3

Koperasi/Asosiasi Kebun. Dalam penerapan sertifikasi ISPO, pemerintah masih

menghadapi permasalahan utama yang terdiri dari; (1) Aspek legalitas atau

kepemilikan lahan yang sebagian besar berupa Surat Keterangan Tanah (SKT), (2)

Sebagian areal terindikasi masuk kawasan hutan, (3) Pengurusan Surat Tanda

Daftar Budidaya (STDB), (4) Keengganan membentuk koperasi pekebun, dan (5)

Pendanaan prakondisi dan biaya audit yang dinilai cukup tinggi.

b. Kebijakan PIR dan PBSN

Perkembangan industri minyak sawit Indonesia tidak dapat dilepaskan dari

kebijakan ekonomi yang dikeluarkan pemerintah, khususnya sejak tahun 1970.

Kebijakan ekonomi yang dimaksud adalah kebijakan Perkebunan Inti Rakyat

(PIR) dan Perkebunan Besar Swasta Nasional (PBSN), dan kebijakan

perdagangan internasional CPO dan produk turunannya.

Pola kemitraan perkebunan kelapa sawit di Indonesia yakni PIR telah

membuka akses sekaligus menjadikan petani sebagai salah satu aktor penting

dalam perkebunan kelapa sawit Indonesia. Keberhasilan Indonesia menjadi

produsen CPO terbesar dunia tahun 2006 dimana sekitar 40 persen bersumber dari

perkebunan rakyat yang datang dari hasil kebijakan ekonomi agribisnis minyak

sawit. Model pembangunan perkebunan inti rakyat merupakan bentuk sinergitas

Page 142: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

122

antara modal sosial dengan modal ekonomi. Tujuannya untuk mendorong

pertumbuhan sekaligus pemerataan kesempatan ekonomi dalam perkebunan

kelapa sawit serta mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Kelembagaan

kemitraan juga mengorganisir sinergi investasi korporasi (swasta dan BUMN),

rakyat, pemerintah menjadi suatu big-push strategy investment. Kemitraan sawit

rakyat-korporasi telah membawa revolusi sawit Indonesia yang antara lain

ditandai oleh peningkatan pangsa sawit rakyat, menghantarkan Indonesia menjadi

raja CPO dunia, dan menggeser dominasi minyak kedelai oleh minyak sawit

dalam pasar 4 minyak nabati utama dunia.

Kebijakan PIR dan PBSN dapat dikategorikan sebagai kebijakan ekonomi

yang berhasil. Kebijakan tersebut bergerak dari fase bantuan modal, kemudian

beralih menjadi fase subsidi modal dan kemudian menuju fase modal komersial

(mandiri). Pertama, kebijakan tersebut berhasil meningkatkan luas perkebunan

khususnya perkebunan rakyat sesuai dengan target. Kedua, kebijakan tersebut

berhasil secara bertahap memperbesar peran dunia usaha dan mengurangi

tanggung jawab/beban pemerintah sehingga tidak menciptakan ketergantungan

pada bantuan pemerintah. Ketiga, kebijakan tersebut berhasil menstimulus

investasi swasta dan masyarakat sehingga dengan investasi pemerintah yang tidak

terlalu besar dikeluarkan, dapat menarik investasi swasta/masyarakat yang jauh

lebih besar. Keempat, kebijakan tersebut mampu memenuhi kewajiban dalam

pembangunan.

Pola kemitraan perkebunan kelapa sawit di Indonesia yakni PIR khusus, PIR

Lokal, PIR Transmigrasi, PIR KKPA dan PIR Revitalisasi Perkebunan, telah

Page 143: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

123

membuka akses sekaligus menjadikan petani sebagai salah satu aktor penting

dalam perkebunan kelapa sawit Indonesia. Dengan kata lain, kebijakan PIR dan

PBSN merupakan kebijakan yang bersifat memberi manfaat bagi semua pihak

baik petani/perkebunan rakyat, perusahaan perkebunan swasta dan negara,

pemerintah maupun masyarakat secara keseluruhan.

c. Kebijakan Alokasi dan Harga Maksimum CPO Domestik

Pada periode tahun 1973-1990, pemerintah menempuh kebijakan

pengalokasian dan harga CPO domestik. Tujuan dari kebijakan tersebut adalah

untuk memenuhi kebutuhan bahan baku minyak goreng yang saat itu mengalami

kekurangan bahan baku dari kelapa/kopra.

Kebijakan pemerintah juga mengharuskan penggunaan produksi CPO di

Indonesia diutamakan untuk kebutuhan domestik. Kebijakan pengutamaan pasar

domestik ini bukan hanya berlaku bagi CPO tetapi juga berlaku untuk palm kernel

oil (PKO). Dampak dari kebijakan tersebut adalah pangsa untuk ekspor CPO

mengalami penurunan dan untuk konsumsi domestik meningkat, sehingga industri

minyak sawit Indonesia mengalami perubahan drastis dalam orientasi pasar, yakni

semula berorientasi ekspor (export orientation), menjadi berorientasi pada pasar

domestik (domestic market orientation).

Dalam memperbaiki kebijakan untuk memproteksi industri kelapa sawit,

pemerintah dalam Perpres No 61 Tahun 2015, soal penghimpunan dan

penggunaan dana perkebunan sawit, membentuk Badan Pengelola Dana

Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) untuk mengelola dana perkebunan kelapa

sawit agar industri sawit nasional bisa dikelola secara berkelanjutan.

Page 144: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

124

d. Kebijakan Pajak Ekspor dan Bea Keluar Minyak Sawit

Kebijakan pemerintah mengendalikan ekspor minyak sawit dengan

mengenakan pajak ekspor adalah untuk menjaga stabilitas harga minyak sawit

dipasar domestik. Kebijakan tarif bea kelar untuk hilirisasi industri sawit bersifat

eskalatif yang artinya tarif produk hulu dari minyak sawit dikenakan bea keluar

lebih tinggi dibandingkan dengan produk hilirnya. Hal ini bertujuan untuk

memberikan insentif bagi pelaku usaha dalam mengembangkan industri hilir di

dalam negeri. Kebijakan bea keluar untuk kelapa sawit, CPO, dan produk

turunannya untuk hilirisasi industri sawit dituangkan dalam Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 128/PMK.011/2011 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 67/PMK.011/2010 tentang Penetapan Barang Ekspor yang

Dikenakan Bea Keluar dan Tarif Bea Keluar.

Pada tahun 2016, BPDPKS berhasil menghimpun dana sawit sebesar Rp

11,7 triliun. Pengumpulan dana ini dari pungutan ekspor CPO dan turunannya.

Terdapat lima eksportir terbesar yang membayar pungutan periode 2015, yakni;

Wilmar Nabati Indonesia, Sumber Indah Perkasa, Maskapai Perkebunan Leidong

West Indonesia, Musim Mas dan Sari Dumai Jati. Tarif pungutan dana

perkebunan atas ekspor kelapa sawit, ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri

Keuangan No. 81 Tahun 2018. Besaran pungutan untuk CPO sebesar 50 US$/ton.

Selengkapnya telah disajikan pada Lampiran 21.

e. Kebijakan Mandatori Biodiesel

Biodiesel adalah bahan bakar nabati untuk mesin/motor diesel berupa ester

metil asam lemak (fatty acid methyl ester/FAME) yang terbuat dari minyak nabati

Page 145: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

125

atau lemak hewani melalui proses esterifikasi/transesterifikasi. Bahan baku

biodiesel di Indonesia berasal dari minyak sawit (CPO). Selain CPO, terdapat

tanaman lain yang berpotensi untuk bahan baku biediesel seperti tanaman jarak,

jarak pagar, kemiri sunan, kemiri cina, nyamplung dan lain-lain. Biodiesel

digunakan sebagai energi alternatif pengganti Bahan Bakar Minyak untuk jenis

diesel/solar. Pengembangan biodiesel disetiap negara termasuk di Indonesia,

ditujukan pada tiga hal pokok yaitu; (1) Mengurangi ketergantungan pada fosil-

fuel; (2) Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca (GHG) khususnya CO2 yang

menjadi kontributor utama dalam pemanasan global; dan (3)

Menciptakan/memperluas pasar komoditas pertanian untuk mendorong

pembangunan pedesaan. Biodiesel dapat diaplikasikan baik dalam bentuk 100

persen (B100) atau campuran dengan minyak solar pada tingkat konsentrasi

tertentu seperti B10, B15, B20, dan lain-lain.

Kebijakan pengembangan bahan bakar nabati di Indonesia telah dimulai

sejak tahun 2004. Pertama, kebijakan pramandatori dalam Permen ESDM

No.2/2004 tentang pengembangan energi terbarukan dan konservasi energi;

Perpres No.5/2006 tentang kebijakan energi nasional yang menekan pentingnya

upaya mengurangi pemakaian bahan bakar minyak dan meningkatkan pemakaian

sumber energi baru dan terbarukan dengan target bauran energi primer pada tahun

2025 dimana 17 persen sumber energi berasal dari energi terbarukan. Landasan

konstitusi untuk mengembangkan biodiesel baru terbentuk tahun 2007 dengan

disahkannya UU No.30/2007 tentang energi. Tahun 2009 melalui Perpres No

45/2009 tentang penyediaan dan pendistribusian jenis BBM tertentu, kebijakan ini

Page 146: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

126

merupakan revisi dari Perpres No.71/2005 yang mengatur pemberian subsidi pada

bahan bakar nabati.

Kedua, Kebijakan Mandatori Biodiesel. Melalui Permen ESDM N0.32/2008

tentang penyediaan, pemanfaatan dan tataniaga bahan bakar nabati sebagai bahan

bakar lain, kebijakan ini menetapkan kewajiban pemanfaatan bahan bakar nabati

secara bertahap hingga 2025 di sektor rumah tangga, transportasi dan industri.

Kemudian kebijakan mandatori tersebut dipercepat sejak september 2013 melalui

Keputusan Menteri ESDM N0.25/2013 yang mengubah target bauran menjadi 10

persen pada tahun 2013, 20 persen pada tahun 2016, dan 25 persen pada tahun

2025. Program mandatori B20 yang dicanangkan pemerintah bertujuan untuk

percepatan pemanfaatan green energy sekaligus menghemat devisa, dengan

pengurangan potensi impor solar. Langkah yang dilakukan yakni mendorong

pencampuran FAME (Fatty Acid Methyl Ester) baik untuk Bahan Bakar Diesel

baik PSO (Public Service Obligations/Subsidi) maupun non-PSO. Selengkapnya

disajikan pada Lampiran 22.

Kebijakan pemerintah untuk memperluas mandatori biodiesel B20 akan

berlaku efektif terhitung sejak 1 september 2018, ketentuan penggunaan bahan

bakar hasil pencampuran 20 persen biodiesel dengan solar berlaku untuk

penggunaan di sektor bersubsidi dan nonsubsidi. Pemerintah telah menerbitkan

empat peraturan untuk memayungi kebijakan tersebut antara lain; Perpres No 66

tahun 2018 tentang Penghimpunan dan Penggunaan Dana Perkebunan Kelapa

Sawit, Kepmen ESDM No 1935 K/10/MEM/2018 tentang Perubahan atas

Kepmen ESDM No 1803 K/10/MEM/2018 tentang Penetapan Badan Usaha

Page 147: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

127

Bahan Bakar Nabati Jenis Biodiesel pada PT Pertamina (Persero) dan PT AKR

Corporindo Tbk Periode Mei-Oktober 2018, dan Kepmen ESDM No 1936

K/10/MEM/2018 tentang Pengadaan Bahan Bakar Nabati Jenis Biodiesel untuk

Pencampuran Jenis Bahan Bakar Minyak Umum Periode September-Desember

2018. Keempat kebijakan tersebut telah secara lengkap memayungi pelaksanaan

kebijakan perluasan mandatori biodiesel B20, mulai dari aspek penghimpunan

dana sawit yang digunakan untuk membiayainya, hingga teknis pelaksanaan di

lapangan, termasuk mengenai sanksi bagi pihak terkait yang tidak

melaksanakannya.

Implementasi kebijakan mandatori biodiesel telah berhasil menciptakan

pasar Bahan Bakar Nabati (BBN) di dalam negeri yang tumbuh secara signifikan

dari tahun 2009 hingga 2014. Dengan meningkatnya porsi biodiesel pemerintah

telah berhasil melakukan penghematan devisa sebesar USD 831 juta dengan

meningkatkan pemanfaatan biodiesel untuk kebutuhan dalam negeri sebesar 1,05

juta KL (meningkat sebesar 56,6 persen dari pemanfaatan biodiesel tahun 2012).

Hal ini berhasil mengurangi ketergantungan Indonesia pada energi fosil dan

memberikan nilai tambah pada perekonomian, mengurangi emisi Gas Rumah

Kaca (GRK), serta untuk mengurangi impor BBM yang semakin meningkat. Pada

tahun 2016, produksi biodiesel Indonesia mencapai 2,5 juta ton. Pertumbuhan

biodiesel dunia rata-rata meningkat 14,1 persen per tahun. Sedangkan Asia

tumbuh lebih pesat dengan rata-rata 25 persen per tahun. Rata-rata pertumbuhan

biodiesel di negara China adalah 14,6 persen, India 12,7 persen, Indonesia 65,4

persen, Korea Selatan 45,4 persen, dan Thailand 39,9 persen.

Page 148: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

128

f. Kebijakan Hilirisasi

Industri hilirisasi minyak sawit nasional merupakan salah satu bagian

penting dalam pembangunan jangka panjang industri minyak sawit Indonesia.

Sejak tahun 2011 Indonesia telah mendorong hilirisasi minyak sawit di dalam

negeri melalui tiga jalur hilirisasi. Tujuannya selain meningkatkan nilai tambah

juga mengurangi ketergantungan Indonesia pada pasar CPO dunia. Secara garis

besar terdapat tiga jalur hilirisasi minyak sawit didalam negeri, (1) Hilirisasi

oleopangan (oleofood complex), yaitu industri-industri yang mengolah produk

industri refinery untuk menghasilkan produk antara oleopangan (intermediate

oleofood) sampai pada produk jadi oleopangan (oleofood product), (2) Hilirisasi

Oleokimia untuk menghasilkan produk produk antara oleokimia, oleokimia dasar,

hingga produk jadi seperti biosurfaktan (produk detergen, sabun, dan sampo),

biolubrikan (biopelumas), dan biomaterial (bioplastik), dan (3) Hiliriasi biofuel

dengan mengolah produk industri refinery untuk menghasilkan produk-produk

antara biofuel hingga produk jadi biofuel. Produk yang dihasilkan diantaranya

biodiesel, biogas, biopremium, bioavtur, dan lain-lain. Jalur hilirisasi biofuel

dikaitkan dengan kebijakan mandatori biodiesel dari B-5 (2010), B-10 (2012), B-

15 (2014), B-20 (2016) dan direncanakan akan menjadi B-30 (2020). Jalur ini

bertujuan untuk mengurangi ketergantungan Indonesia pada impor BBM fosil

juga mengurangi emisi dari BBM fosil.

Kebijakan hilirisasi yang ditempuh mencakup; (1) Kebijakan insentif pajak

(tax allowanceI, tax holiday, pembebasan impor atas mesin serta barang dan

bahan) yang mengacu pada PP 52 tahun 2011 dan Peraturan Menteri Keuangan

Page 149: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

129

No 130/PMK.0.11/2011, (2) Pengembangan kawasan industri hilir sawit

terintegrasi dengan fasilitas/jasa pelabuhan seperti Sei Mangkei (Sumatera Utara),

Dumai-Kuala Enok (Riau), Tanjung Api-Api (Sumatera Selatan), dan Maloy

(Kalimantan Timur), (3) Kebijakan Bea Keluar (duty) dan pungutan ekspor (levy)

mengacu pada PMK No. 136/2015 dan PMK No.114/2015, dan (4) Kebijakan

mandatori biodiesel untuk substitusi solar impor.

Kebijakan hilirisasi minyak sawit nasional telah berhasil memperbaiki

komposisi ekspor minyak sawit Indonesia dari dominasi minyak mentah menjadi

dominasi minyak sawit olahan. Jika pada tahun 2008 ekspor minyak sawit

Indonesia sekitar 55 persen masih berupa minyak sawit mentah, tahun 2016

berubah menjadi 78 persen sudah dalam bentuk minyak sawit olahan dan 22

persen dalam bentuk CPO.

g. Kebijakan Pemerintah dalam Menghadapi Problematik Internasional

Aktivitas perdagangan dan industri CPO Indonesia dipasar internasional

tidak terlepas dari permasalahan yang dinamis, baik yang merugikan secara

langsung atau secara tidak langsung, salah satu permasalahan yang dihadapi

industri CPO Indonesia adalah kebijakan Parlemen Uni Eropa dalam Renewable

Energy Directive (RED) dan tindak lanjut Delegate Acts RED II yang akan

membatasi dan menghapuskan penggunaan minyak nabati berbahan dasar CPO

yang ditetapkan secara bertahap hingga 2030 dengan menetapkan kelapa sawit

dalam kategori tanaman pangan dengan risiko tinggi dan risiko rendah Indirect

Land Usage Change (ILUC).

Page 150: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

130

Dampak dari ditetapkannya Delegate Acts RED II oleh Uni Eropa bagi

Industri CPO akan menyebabkan penggunaan biofuel yang berasal dari CPO, baik

dari Indonesia maupun dari negara lain akan mulai dikurangi penggunaannya

sampai dengan nol persen di tahun 2030, sehingga akan berdampak pada

hilangnya pasar ekspor CPO ke negara tujuan terbesar ke-2 dunia dan

merununkan kinerja ekonomi nasional serta mengancam pada 5,3 juta petani di

Indonesia.

Pemerintah dalam hal ini sangat merespon kebijakan UE yang dinilai

mendiskriminasi industri CPO tidak hanya di Indonesia akan tetapi produsen CPO

di negara lain. Indonesia bersama-sama dengan negara ASEAN atau negara

penghasil kelapa sawit lain seperti Malaysia telah melakukan upaya-upaya

diplomasi. Pemerintah melalui Kementerian Luar Negeri mengajukan RED II

beserta Delegate Act ini ke dewan pertimbangan World Trade Organization

(WTO) Dispute Settlement dengan aduan substansi RED II diskriminatif dan

menyampaikan sejumlah pertanyaan ke Uni Eropa.

5.3.6 Peran Kesempatan

Faktor kesempatan merupakan suatu faktor yang berada di luar jangkauan

stakeholder CPO nasional. Keberadaan faktor ini dapat menjadi suatu momen

yang bisa mengangkat posisi daya saing CPO Indonesia. Perkebunan kelapa sawit

di Indonesia merupakan salah satu usaha yang menjadi andalan sektor pertanian

dalam penyumbang devisa terbesar non-migas dan berkontribusi besar bagi

perekonomian nasional. Penyerapan tenaga kerja dan peluang investasi yang

Page 151: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

131

terbuka di Indonesia menyebabkan perkebunan kelapa sawit masih merupakan

primadona dari sektor pertanian. Produksi minyak sawit (CPO dan produk

turunannya) yang dihasilkan Indonesia merupakan bahan pangan (oleofood),

bahan baku industri dan bahan energi (biodiesel), yang diperlukan masyarakat

dunia.

Pertumbuhan penduduk dunia yang akan terus meningkat seiring dengan

ekonomi global yang berkembang dan teknologi yang semakin maju membuat

kebutuhan akan energi terbarukan dari CPO semakin meningkat. Dimasa depan

masyarakat dunia akan lebih banyak mengkonsumsi minyak nabati terutama yang

berasal dari CPO, hal ini dikarenakan bahwa CPO sangat kompetitif baik sebagai

subsitusi maupun komplemen dalam konsumsi komposit minyak nabati

diberbagai negara atau kawasan dunia. Secara teori ekonomi (consumer’s

behaviours) ketersediaan CPO yang lebih murah, dapat mensubstitusi minyak

nabati lain yang lebih mahal, sehingga dapat menahan laju kenaikan harga yang

lebih tinggi pada minyak nabati lain.

Ketersediaan minyak sawit yang cukup besar dan relatif murah secara

global, juga dapat membantu mengurangi fuel-food trade-off yang dihadapi

masyarakat Eropa dan USA, dalam kebijakan mandatori biodiesel. Trade-off yang

demikian dapat dikurangi jika Eropa dan USA bersedia meningkatkan konsumsi

minyak sawit yang lebih besar sehinga dapat mengurangi tekanan pada minyak

nabati produksi domestiknya.

Adanya standarisasi kualitas CPO akan mendorong produsen tanah air untuk

melengkapi produk CPOnya dengan atribut sertifikasi yang menunjukkan

Page 152: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

132

kepedulian mereka terhadap pekerja, lingkungan, serta kegiatan kelapa sawit yang

berkelanjutan. Saat ini ada dua jenis sertifikasi internasional dan nasional yang

berlaku pada CPO, yaitu RSPO, ISCC, dan ISPO.

Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) adalah lembaga internasional

yang menetapkan delapan prinsip pengelolaan sawit lestari, meliputi komitmen

terhadap transparansi, memenuhi hukum dan peraturan yang berlaku, komitmen

terhadap kelayakan ekonomi dan keuangan jangka panjang, penggunaan praktek

terbaik dan tepat oleh perkebunan dan pabrik, tanggung jawab lingkungan dan

konservasi kekayaan alam dan keanekaragaman hayati, tanggung jawab terhadap

pekerja, individu dan komunitas dari kebun dan pabrik. Keuntungan sertifikasi

RSPO adalah diakui sebagai produsen ramah lingkungan dan harga yang premium

atau lebih tinggi US$ 6 per ton dari harga pasaran internasional.

International Sustainability and Carbon Certification (ISCC) merupakan

sistem sertifikasi bertaraf internasional untuk membuktikan sustainability,

traceability dan penghematan dari efek gas rumah kaca untuk segala jenis

produksi energi yang terbarukan. Dengan sertifikasi ini berarti produsen mampu

menyediakan minyak sawit sesuai Standar Energi Terbarukan Uni Eropa. Selain

itu, CPO bersertifikasi ISCC berpotensi untuk mendapatkan premium sekitar

US$20- US$30 per ton dari harga di pasar dunia.

Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) merupakan sistem kebijakan yang

diberlakukan pemerintah melalui Kementerian Pertanian yang ditujukan pada

setiap stakeholders dengan tujuan untuk meningkatkan daya saing minyak sawit

Page 153: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

133

Indonesia dipasar dunia dan ikut berpartisipasi dalam rangka mengurangi gas

rumah kaca serta memberi perhatian terhadap lingkungan.

5.4 Keterkaitan Antar Komponen Utama Sistem Berlian Porter

Setelah menganalisis sistem industri CPO di Indonesia, maka akan terlihat

keterkaitan antara komponen utama dan komponen penunjang. Keterkaitan antar

komponen utama Sistem Berlian Porter pada komoditas CPO dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 18. Keterkaitan Antara Komponen Utama Sistem Berlian Porter.

No Komponen A Komponen

B

Keterkaitan

Antar

Komponen

Keterangan

1 Kondisi

Faktor

Sumberdaya

Industri

Terkait dan

Pendukung

Saling

Mendukung

Kondisi faktor sumberdaya telah

mampu menyokong industri

terkait dan pendukung minyak sawit nasional. Salah satunya

dalam pemenuhan bahan baku

untuk pengolahan CPO

2 Kondisi Faktor

Sumberdaya

Kondisi Permintaan

Saling Mendukung

Kondisi faktor sumberdaya telah menjadikan Indonesia sebagai

negara eksportir CPO terbesar

dunia dan masih mampu dalam memenuhi kebutuhan domestik

3 Kondisi

Permintan

Industri

Terkait dan

Pendukung

Saling

Mendukung

Industri terkait dan pendukung

sudah mampu memenuhi

permintaan domestik. Bahkan produk olahan CPO berupa

minyak goreng dan produk

hilirisasi lainnya sudah diekspor keluar negeri.

4 Struktur,

Persaingan,

dan Strategi

Kondisi

Faktor

Sumberdaya

Saling

Mendukung

Hasil-hasil penelitian yang

merupakan sumberdaya IPTEK

mendukung strategi promosi dan publikasi yang dilakukan untuk

pengembangan minyak sawit.

5 Struktur, Persaingan,

dan Strategi

Industri Terkait dan

Pendukung

Saling Mendukung

Struktur pasar CPO menyebabkan berkembangnya

industri terkait, seperti industri

pengolahan CPO dan industri

hilirisasi lain.

Page 154: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

134

Tabel 18. Keterkaitan Antara Komponen Utama Sistem Berlian Porter (Lanjutan)

No Komponen A Komponen

B

Keterkaitan

Antar

Komponen

Keterangan

6 Struktur,

Persaingan, dan Strategi

Kondisi

Permintaan

Saling

Mendukung

Peningkatan konsumsi CPO

domestik masih dapat dipenuhi oleh produksi CPO dalam

negeri. Adanya strategi produk

CPO yang menggunakan standar kualitas SNI serta penerapan

sistem sertifikasi ISPO sehingga

CPO Indonesia mampu bersaing dengan CPO negara lain.

Penjelasan dari Tabel 18 mengenai keterkaitan antar komponen utama pada

Sistem Berlian Porter (Porter’s Diamond) sebagai berikut:

1) Kondisi Faktor Sumberdaya dengan Industri Terkait dan Industri Pendukung

Kondisi faktor sumberdaya telah mampu menyokong industri terkait dan

pendukung minyak sawit nasional sehingga memiliki keterkaitan yang saling

mendukung. Salah satunya dalam pemenuhan bahan baku untuk pengolahan CPO.

Namun, industri pengolahan CPO masih mengandalkan minyak goreng, margarin,

dan olein sebagai produk olahan utamanya, sehingga dibutuhkan komitmen dari

seluruh stakeholder agar industri hiliriasi CPO dalam negeri dapat terus

dikembangkan dan memiliki daya saing yang kuat.

2) Kondisi Faktor Sumberdaya dengan Kondisi Permintaan

Kondisi faktor sumberdaya dengan kondisi permintaan memiliki keterkaitan

yang saling mendukung. Hal ini terlihat pada kondisi faktor sumberdaya minyak

sawit yang sudah mampu memenuhi kebutuhan domestik. Bahkan sejak tahun

2007, Indonesia merupakan eksportir CPO terbesar di dunia.

Page 155: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

135

3) Kondisi Permintaan dengan Industri Terkait dan Industri Pendukung

Tingginya permintaan CPO dalam bentuk olahan seperti minyak goreng,

margarin, dan sabun membuat berkembangnya industri pengolahan CPO di dalam

negeri. Sedangkan untuk industri terkait dan industri pendukung sendiri

mendukung kondisi permintaan domestik. Hal ini dikarenakan industri terkait dan

industri pendukung sudah mampu memenuhi permintaan domestik. Bahkan untuk

produk olahan CPO berupa minyak goreng sawit sudah diekspor keluar negeri.

4) Struktur, Persaingan, dan Strategi dengan Kondisi Faktor Sumberdaya

Keterkaitan antar komponen utama yang saling mendukung dapat dilihat

pada komponen struktur, persaingan, dan strategi dengan kondisi faktor

sumberdaya industri minyak sawit. Hal ini terlihat pada strategi promosi yang

banyak dilakukan sebagai upaya untuk mengembangkan industri minyak sawit di

Indonesia. Sedangkan untuk faktor sumberdaya sendiri seperti sumberdaya

IPTEK telah menghasilkan berbagai hasil penelitian yang mampu mendukung

strategi promosi dan publikasi yang dilakukan berupa jurnal ilmiah, buletin, buku,

seminar, simposium, pameran, iklan surat kabar, iklan elektronik, dan lain-lain

yang digunakan untuk membantu pengembangan minyak sawit di Indonesia.

5) Struktur, Persaingan, dan Strategi dengan Industri Terkait dan Industri

Pendukung

Struktur pasar CPO yang terbentuk di Indonesia merupakan struktur pasar

oligopoli (oligopoly market). Hal ini disebabkan karena kondisi industri CPO di

Indonesia hanya memiliki beberapa produsen atau penjual yang diusahakan oleh

tiga stakeholders, yakni; (1) Perusahaan Besar Swasta, (2) Perusahaan Besar

Page 156: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

136

Negara, dan (3) Perkebunan Rakyat, sehingga menyebabkan berkembangnya

industri terkait, seperti industri pengolahan CPO dari tiga stakeholders tersebut.

6) Struktur, Persaingan, dan Strategi dengan Kondisi Permintaan

Kondisi permintaan dengan struktur, persaingan, dan strategi memiliki

keterkaitan yang saling mendukung. Hal ini dikarenakan struktur pasar yang

terbentuk merupakan pasar oligopoli (oligopoly market) dimana hanya terdapat

beberapa produsen atau penjual dan banyak pembeli di pasar, akan tetapi

peningkatan konsumsi CPO domestik masih dapat dipenuhi oleh produksi CPO

dalam negeri. Selain itu, strategi produk CPO sudah menggunakan standar

kualitas CPO berdasarkan SNI yang dikeluarkan pada tahun 2006 sehingga CPO

Indonesia mampu bersaing dengan CPO dari negara lain. Hal inilah yang

mendukung kondisi permintaan domestik.

5.5 Keterkaitan Komponen Pendukung Sistem Berlian Porter

Keterkaitan antar komponen penunjang dengan komponen utama daya saing

CPO dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 19. Keterkaitan Antar Komponen Penunjang dengan Komponen Utama

Sistem Berlian Porter

No Komponen

Penunjang

Komponen

Utama

Keterkaitan

Antar

Komponen

Keterangan

1 Peranan

Pemerintah

Kondisi

Faktor

Sumberdaya

Mendukung Pemerintah memberikan

bantuan kredit berupa PKS

mini pada perkebunan

rakyat (PR) serta adanya

riset yang dilakukan oleh

PPKS.

Industri

Terkait dan

Pendukung

Mendukung Adanya program

pengembangan Industri

Hilir Kelapa Sawit (IHKS)

Page 157: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

137

Tabel 19. Keterkaitan Antar Komponen Penunjang dengan Komponen Utama

Sistem Berlian Porter (Lanjutan)

No Komponen

Penunjang

Komponen

Utama

Keterkaitan

Antar

Komponen

Keterangan

Kondisi

Permintaan

Mendukung Penetapan industri berbasis

CPO sebagai prioritas dalam

RPJM

Struktur,

Persaingan,

dan Strategi

Mendukung Dukungan terhadap

Program Promosi dan

Publikasi

2 Peranan

Kesempatan

Kondisi

Faktor

Sumberdaya

Mendukung Kondisi agroklimat

Indonesia yang mendukung

sebagai negara yang

memiliki lahan kelapa sawit

yang cukup luas dan

potensial

Industri

Terkait dan

Pendukung

Mendukung Peningkatan kebutuhan

CPO dunia, menyebabkan

pengembangan industri

CPO nasional

Kondisi

Permintaan

Mendukung Peningkatan konsumsi CPO

domestik akan mengalami

peningkatan seiring

bertambahnya jumlah

penduduk Indonesia dan

penerapan program biofuel

dari CPO oleh pemerintah

untuk menggantikan bahan

bakar fosil menjadi bahan

bakar terbarukan

Struktur,

Persaingan,

dan Strategi

Mendukung Adanya standarisasi kualitas

produk minyak sawit yang

berkelanjutan yang termuat

dalam kebijakan sistem

Indonesian Sustainable

Palm Oil (ISPO), baik

berupa sertifikat RSPO

maupun ISCC.

Penjelasan dari Tabel 19 mengenai keterkaitan antar komponen penunjuang

dengan komponen utama pada Sistem Berlian Porter (Porter’s Diamond) sebagai

berikut:

Page 158: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

138

1) Peran Pemerintah mendukung semua komponen utama

a) Kondisi Faktor Sumberdaya

Peran pemerintah mendukung faktor sumberdaya yang ditunjukkan dengan

adanya dukungan pemerintah dalam pemberian bantuan anggaran kegiatan sistem

penyediaan dan pengawasan Alsintan sebesar 3.7 triliun rupiah, program bantuan

peremajaan (replanting) dengan menggunakan bibit bersertifikat, pembangunan

Pabrik Kelapa Sawit (PKS) untuk membantu petani sawit, pengembangan Pusat

Penelitan Kelapa Sawit (PPKS) serta fasilitasi pembiayaan perkebunan untuk

petani kelapa sawit dengan program KUR.

b) Industri Terkait dan Industri Pendukung

Pada industri terkait dan pendukung, peran pemerintah sebagai pendukung

semua komponen utama mencanangkan beberapa program, yaitu program

pengembangan Industri Hilir Kelapa Sawit (IHKS) yang merupakan salah satu

prioritas untuk dikembangkan dan mempunyai nilai tambah yang lebih tinggi,

seperti industri oleofood, oleochemical, energi dan pharmaceutical.

c) Kondisi Permintaan

Kondisi permintaan ditunjang dengan adanya keputusan pemerintah yang

menetapkan industri berbasis CPO sebagai prioritas dalam Rencana Pembangunan

Jangka Menengah (RPJM) sebagaimana dituangkan dalam Kebijakan

Pembangunan Industri Nasional.

d) Struktur, Persaingan, dan Strategi

Dalam hal struktur, persaingan, dan strategi, pemerintah memberikan

dukungan terhadap program promosi dan publikasi. Promosi dan publikasi yang

Page 159: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

139

telah dilakukan berupa jurnal ilmiah, buku, seminar, pameran, simposium, buletin,

dan lain-lain.

2) Peran Kesempatan mendukung seluruh komponen utama

a) Kondisi Faktor Sumberdaya

Peran kesempatan mendukung komponen sumberdaya yaitu, kondisi

agroklimat Indonesia yang terletak di daerah tropis beriklim basah menjadikan

Indonesia sebagai produsen CPO terbesar dunia. Selain itu, pada tahun 2017

perkebunan kelapa sawit Indonesia sebesar 14 juta hektar dengan total produksi

37,9 juta ton dan mampu menyerap 4,3 juta tenaga kerja dan 2,6 juta petani

b) Industri Terkait dan Industri Pendukung

Peran kesempatan memiliki peran yang mendukung industri terkait dan

pendukung yang ditunjukkan dengan peningkatan kebutuhan CPO dunia serta

domestik. Dan Indonesia telah mampu menjadi negara produsen CPO terbesar

dunia, sehingga mendorong berkembangnya industri pengolahan CPO sehingga

menyebabkan negara konsumen lebih banyak menggunakan CPO dari Indonesia.

c) Kondisi Permintaan

Peran kesempatan juga mendukung kondisi permintaan yang ditunjukkan

dengan adanya peningkatan konsumsi CPO domestik. Peningkatan ini sesuai

dengan peningkatan jumlah penduduk Indonesia dan penerapan program biofuel

dari CPO berdasarkan peraturan Mandatori Biodiesel oleh pemerintah.

d) Struktur, Persaingan, dan Strategi

Peran kesempatan juga mendukung struktur, persaingan, dan strategi yang

ditunjukkan dengan adanya standarisasi kualitas produk mulai dari pengelolaan

Page 160: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

140

kebun, manajemen, serta tanggung jawab terhadap lingkungan dan kelangsungan

perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan berdasarkan sistem Indonesian

Sustainable Palm Oil (ISPO). Hal tersebut akan mendorong produsen dalam

negeri untuk melengkapi produk CPOnya dengan sertifikasi yang menunjukkan

kepedulian terhadap pekerja, lingkungan dan keberlangsungan kegiatan

perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan. Saat ini terdapat tiga jenis sertifikasi

yang berlaku pada CPO, yaitu ISPO, RSPO, dan ISCC.

Page 161: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

141

Berdasarkan Tabel 18, 19 dan uraian diatas, keterkaitan antar komponen

pada sistem Berlian Porter secara singkat dapat di simpulkan pada Gambar 28.

Gambar 28. Keterkaitan Antar Komponen Sistem Berlian Porter (Porter’s

Diamond) Keterangan: Garis menunjukkan keterkaitan antar komponen utama yang saling

mendukung.

Garis menunjukkan keterkaitan antar komponen utama dan komponen

penunjang yang saling mendukung.

Peran Kesempatan:

1. Konsumsi CPO domestik

dan dunia terus meningkat

2. Adanya standarisasi

kualitas produk CPO dalam

bentuk sertifikasi RSPO,

ISPO, dan ISCC

Peran Pemerintah:

1. Penerapan Kebijakan ISPO

2. Pengembangan IHKS

3. Program peremajaan lahan,

bantuan distribusi bibit

bersertifikasi

Persaingan, Struktur, dan Strategi:

1. Persaingan dengan minyak nabati unggulan

lainnya, seperti minyak kedelai, minyak bunga

matahari

2. Struktur pasar pada pelaksanaan tender CPO

lokal di KPBN dan perdagangan fisik CPO

melalui PT Bursa Berjangka Jakarta cenderung

mendekati bentuk pasar bersaing (competitive

market)

3. Strategi yang dilakukan berupa Strategi

Koperasi, Strategi Bisnis, dan Strategi

Fungsional yang mencakup strategi keuangan,

produksi, pemasaran (produk, harga, promosi,

dan distribusi), dan sumberdaya manusia

Industri Terkait dan Pendukung :

1. Industri Terkait

Industri Pemasok (PBN, PR, dan PBS)

Industri Kelapa Sawit Olahan (Pabrik

Minyak Goreng, Industri Oleokimia< dan

Produsen Biodiesel)

2. Industri Pendukung

Industri Jasa Tataniaga (PT KPBN dan PT

BBJ)

Industri Jasa Riset dan Pendidikan

Sumberdaya Manusia (Instiper, Citra

Widya Edukasi, LPP, dan PPKS)

Kondisi Faktor Sumberdaya :

1. Sumberdaya Alam

2. Sumberdaya Manusia

3. Sumberdaya IPTEK

4. Sumberdaya Modal

5. Sumberdaya Infrastruktur

Kondisi Permintaan Domestik:

1. Komposisi Permintaan Domestik:

Digolongkan dalam bentuk bahan

pangan dan non pangan.

Pemanfaatan CPO untuk produk

olahan diantarnya industri tri

pangan (minyak goreng, margarin,

shortening, cocoa butter

substitutes, vegetable ghee) dan

industri non pangan seperti

oleokimia (fatty acid, fatty alcohol,

gliserin) dan biodiesel.

2. Besar dan pola pertumbuhan

permintaan domestik:

Konsumsi CPO domestik

cenderung mengalami peningkatan

Page 162: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

142

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian dengan judul “Analisis

Daya Saing Crude Palm Oil (CPO) Indonesia di Pasar Internasional” selama

tahun 2003-2017 dapat disimpulkan beberapa hal berikut:

1. Keunggulan komparatif komoditas CPO HS 151110 Indonesia

Komoditas CPO HS 151110 Indonesia memiliki keunggulan komparatif. Hal

ini ditunjukkan melalui perhitungan nilai Revealed Comparative Advantage

(RCA) yang lebih dari satu. Nilai RCA Indonesia mampu melampaui nilai

RCA Malaysia yang merupakan pesaing utama ekportir CPO. Nilai RCA

tertinggi Indonesia terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 985,423 sedangkan

nilai RCA tertinggi Malaysia terjadi pada tahun 2016 dengan nilai 68,344.

Rata-rata nilai RCA Indonesia dari tahun 2003-2017 mencapai 315,232 lebih

ungul dari Malaysia yang hanya mencapai 38,962.

2. Keunggulan kompetitif komoditas CPO HS 151110 Indonesia

a. Komoditas CPO HS 151110 Indonesia memiliki keunggulan kompetitif.

Hal ini ditunjukkan melalui perhitungan Export Product Dynamic (EPD)

yang menunjukkan bahwa komoditas CPO Indonesia berada pada posisi

Rising Star di negara India dan Itali, sementara posisi Falling Star tidak

dialami oleh CPO Indonesia di lima negara tujuan, posisi Lost

Opportunity berada di negara Belanda, dan posisi Retreat berada di

negara Singapura dan Spanyol. Dengan kata lain, Indonesia sudah layak

Page 163: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

143

menjadi negara eksportir CPO dunia dengan tingkat pertumbuhan dan

kematangan.

b. Komoditas CPO HS 151110 Indonesia memiliki keunggulan kompetitif

yang ditunjukkan dengan nilai rata-rata Indeks Spesialisasi Perdagangan

(ISP) dari tahun 2003-2017 sebesar 0,999. Sedangkan negara Malaysia

memiliki nilai rata-rata ISP dari tahun 2003-2017 sebesar 0,62.dapat

diartikan bahwa kemampuan Indonesia dalam produksi CPO sangat tinggi

dan memiliki daya saing yang kuat serta telah masuk pada tahap

standarisasi teknologi yang dimiliki.

c. Berdasarkan hasil analisis Teori Berlian Porter (Porter’s Diamond),

kondisi faktor sumberdaya, industri terkait dan pendukung, kondisi

permintaan, persiangan, struktur, dan strategi, peran pemerintah, dan

peran kesempatan pada industri minyak sawit (CPO) Indonesia memiliki

keterkaitan yang saling mendukung antar setiap komponen.

3. Rekomendasi

a. Berdasarkan hasil perhitungan Revealed Comparative Advantage (RCA)

yang menunjukkan keunggulan komparatif CPO Indonesia lebih unggul

dari pada CPO Malaysia, maka rekomendasi yang diperoleh adalah

diperlukannya konsistensi pemerintah dan stakeholders lainnya dalam

menjalankan regulasi guna menjamin keberlangsungan industri kelapa

sawit baik dari subsistem hulu hinga hilir.

b. Berdasarkan hasil perhitungan Export Product Dynamic (EPD) diperoleh

beberapa rekomendasi sebagai berikut; (1) Perlu adanya pengembangan

Page 164: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

144

sistem promosi dan sosialisasi produk CPO berbasis data dan riset, (2)

Melakukan sosialisasi dalam meningkatkan penerapan sistem Indonesian

Sustainable Palm Oil (ISPO) secara menyeluruh disetiap stakeholders, dan

(3) Mengamati isu nasional dan internasional dengan mengevaluasi

kebijakan dan pola kerjasama antar stakeholders agar mampu berjalan

secara terintegerasi.

c. Berdasarkan hasil perhitungan Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) yang

menunjukkan komoditas CPO Indonesia pada perdagangan internasional

telah berada pada tahap pematangan dan standarisasi teknologi, maka

diperoleh rekomendasi sebagai berikut; (1) Meningkatkan dan

mengembangkan produksi Industri Hilirisasi Kelapa Sawit (IHKS) sebagai

produk unggulan ekspor, dan (2) Memperbaiki dan menambah

infrastruktur yang mendukung aktivitas industri kelapa sawit.

d. Berdasarkan hasil analisis teori Porter’s Diamond diperoleh beberapa

rekomendasi sebagai berikut; (1) Pengembangan dan peningkatan

sumberdaya manusia sebagai pelaku industri minyak sawit dengan

melakukan pelatihan dan peningkatan kegiatan R&D, (2) Meningkatkan

kesejahteraan petani melalui program bantuan dan kemitraan, (3)

Pengembangan industri hulu dan hilir minyak sawit (CPO) dengan

memperhatikan manajemen budidaya sampai manajemen produksi dan

pemasaran.

Page 165: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

145

6.2 Saran

Adapun saran yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan produktivitas CPO nasional. Produktivitas CPO yang tinggi

akan mampu menambah persediaan CPO nasional. Sehingga, selain untuk

memenuhi kebutuhan dalam negeri dan kebutuhan minyak nabati dunia,

produktivitas CPO yang tinggi akan meningkatkan devisa bagi negara

apabila diimbangi dengan keberlangsungan industri CPO nasional.

b. Pelaku industri kelapa sawit, baik pemerintah, swasta maupun petani harus

menjaga dan menjamin mutu minyak sawit dan turunanny agar nilai

ekspor dan keunggulan yang dimiliki dapat ditingkatkan.

c. Penanganan isu nasional dan internasional yang berpengaruh negatif pada

industri minyak sawit harus dilakukan secara masif dengan melakukan

sosialisasi, mediasi, dan promosi berdasarkan hasil penelitian kepada

negara global.

d. Diperlukan penelitian yang lebih lanjut untuk mengetahui daya saing

minyak sawit Indonesia dimasa yang akan datang seiring dengan adanya

intensifikasi dan ekstensifikasi yang bergerak secara dinamis serta

kebijakan pemerintah khsusnya dalam hal pengembangan industri hilir

minyak sawit.

Page 166: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

146

DAFTAR PUSTAKA

Amirudin, Achmad. 2017. Analisis Daya Saing dan Dinamika Ekspor Produk

Kelapa Sawit Indonesia dalam Perdagangan Internasional. [Skripsi].

Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB.

Annonim. 2014. Global Competitiveness Index 2014-2015. Diakses dari Global

Competitive Forum (GCF 2015).

http://www.weforum.org/docs/WEF_GlobalCompetitivenessReport_2014-

2015.pdf pada tanggal 12 November 2018.

Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO). 2018. Profil

APKASINDO. Jakarta: APKASINDO. Diakses melalui https://www.dpp-

apkasindo.com/tentang.html. pada tanggal 10 Februari 2019.

Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (APROBI). 2018. Indonesia Siap Gunakan

Biodiesel. Jakarta: APROBI. Diakses melalui

http://www.aprobi.or.id/indonesia-siap-gunakan-biodiesel/ pada tanggal 10

April 2019.

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS). 2009. Perdagangan

dan Investasi di Indonesia: Sebuah Catatan Tentang Daya Saing dan

Tantangan ke Depan. Jakarta: Kementerian Negara Perencanaan

Pembangunan Nasional.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2017. Direktori Perusahaan Perkebunan Kelapa

Sawit Indonesia 2017. ISSN: 2310-6817. BPS: Jakarta.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2018. Statistik Perdagangan Luar Negeri Menurut

Kelompok Komoditi Dan Negara. ISSN : 2252-8563. BPS: Jakarta.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2018. Statistik Perdagangan Luar Negeri Menurut

Harmonized System. ISSN : 2252-8563. BPS: Jakarta.

Basri, F., & Munandar, H. 2010. Dasar-dasar Ekonomi Internasional Pengenalan

dan Aplikasi Metode Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada Group.

Cho, Dong-Sung dan Hwy-Chang Moon. 2003. Evolusi Teori Daya Saing.

Jakarta: Salemba Empat.

Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI). 2013. Peluang dan Tantangan Industri

Minyak Sawit Indonesia. Jakarta: DMSI.

Direktorat Jenderal Industri Agro dan Kimia. 2009. Roadmap Industri

Pengolahan CPO. Jakarta: Departemen Perindustrian.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2017. Statistik Perkebunan Indonesia Komoditas

Kelapa Sawit 2015-2017. Jakarta: Kementerian Pertanian.

Page 167: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

147

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2019. Statistik Perkebunan Indonesia Komoditas

Kelapa Sawit 2017-2019. Jakarta: Kementerian Pertanian.

Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI). 2019. Ketergantungan

India Terhadap Minyak Sawit Makin Tinggi. Jakarta: GIMNI. Diakses

melalui http://gimni.org/ketergantungan-india-terhadap-minyak-sawit-

makin-tinggi/ pada tanggal 20 Mei 2019.

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI). 2009. Mengenal Minyak

Sawit Dengan Beberapa Karakter Unggulnya. Jakarta: GAPKI.

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI). 2010. Petani Plasma

Sawit: Berbicara Fakta. Jakarta: PT Mitra Media Nusantara.

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI). 2017. Perkembangan

Biodiesel di Indonesia dan Terbesar di Asia. Jakarta : Tim Riset PASPI.

Diakses melalui https://gapki.id/news/3250/perkembangan-biodiesel-di-

indonesia-dan-terbesar-di-asia pada tanggal 5 April 2019.

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI). 2018. Analisis Ekspor

CPO Indonesia ke Uni Eropa : Faktor Apa yang Mendorong Trend

Positif. Jakarta : GAPKI. Diakses melalui

https://gapki.id/news/4268/analisis-ekspor-cpo-indonesia-ke-uni-eropa-

faktor-apa-yang-mendorong-trend-positif pada tanggal 25 April 2019.

Griffin, Ricky dan W. Ebert, Ronald. 2006. Bisnis. Edisi Kedelapan. Jilid 1.

Jakarta: Erlangga.

Hikmatiar, Fatria. 2018. Kajian Hukum Terhadap Kasus Kartel Minyak Goreng di

Indonesia (Studi Putusan KPPU Nomor 24/KPPU-1/2009). Jurnal Hukum

Bisnis Bonum Commune Vol 1 No.1. Surabaya: Universitas Airlangga.

Hudori. 2017. Perbandingan Kinerja Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia dan

Malaysia. Jurnal Citra Widya Edukasi Vol IX No.1 ISSN. 2086-0412.

Diakses melalui http://www.academia.edu/32721980 pada tanggal 25 Juli

2019.

Kardiman. 2011. Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Kelapa Sawit di

Malaysia dan Implikasinya Bagi Pengembangan Industri Sawit Indonesia.

[Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana IPB.

Kementerian Pertanian. 2016. Laporan Tahunan Biro Perencanaan Kementerian

Pertanian Tahun 2015. Jakarta: Kementerian Pertanian.

Kementerian Pertanian. 2016. Outlook Kelapa Sawit Komoditas Pertanian

Subsektor Perkebunan. Jakarta: Pusdatin.

Kementerian Pertanian. 2017. Laporan Tahunan Biro Perencanaan Kementerian

Pertanian Tahun 2016. Jakarta: Kementerian Pertanian.

Kementerian Pertanian. 2017. Statistik Perkebunan Indonesia 2015-2017. Jakarta:

Kementerian Pertanian.

Page 168: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

148

Kementerian Pertanian. 2018. Laporan Tahunan Biro Perencanaan Kementerian

Pertanian Tahun 2017. Jakarta: Kementerian Pertanian.

Kementerian Pertanian. 2019. Statistik Perkebunan Indonesia 2017-2019. Jakarta:

Kementerian Pertanian.

Komisi ISPO. 2018. Peran ISPO dalam Meningkatkan Kredibilitas Pembangunan

Industri Kelapa Sawit Berkelanjutan di Indonesia. Yogyakarta: Komisi

ISPO.

Mangoensoekarjo, S. Haryono Semangun. 2008. Manajemen Agrobisnis Kelapa

Sawit. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nopirin, Ph. D. 1999. Ekonomi Internasional. Edisi 3. Yogyakarta: BPFE

Yogyakarta.

Nurhadi, Eko Agus. 2015. Analisis Daya Saing Minyak Sawit (CPO) Indonesia.

[Skripsi]. Jakarta: Fakultas Sains dan Teknologi UIN.

Pahan, Iyung. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Jakarta: Penebar Swadaya.

Palm Oil Agibusiness Strategic Policy Institute (PASPI). 2015. Ekonomi

Agribisnis Minyak Sawit. Bogor: PASPI

Palm Oil Agibusiness Strategic Policy Institute (PASPI). 2017. Mitos dan Fakta

Industri Minyak Sawit Indonesia dalam Isu Sosial, Ekonomi dan

Lingkungan Global. Bogor: PASPI.

Pardamean, Maruli. 2011. Cara Cerdas Mengelola Perkebunan Kelapa Sawit.

Yogyakarta: Lily Publisher.

Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Nomor 32 Tahun 2008

tentang Penyediaan, Pemanfaatan Dan Tata Niaga Bahan Bakar Nabati

(Biofuel) Sebagai Bahan Bakar Lain.

Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Daya mineral Republik Indonesia Nomor

25 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Energi Dan

Sumber Daya Mineral Nomor 32 Tahun 2008 Tentang Penyediaan,

Pemanfaatan, Dan Tata Niaga Bahan Bakar Nabati (Biofuel) Sebagai

Bahan Bakar Lain.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 81/PMK.05/2008

tentang Tarif Layanan Badan Layanan Umum Badan Pengelola Dana

Perkebunan Kelapa Sawit Pada Kementerian Keuangan.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 136/PMK.010/215

tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor

75/PMK.011/2012 Tentang Penetapan Barang Ekspor Yang Dikenakan

Bea Keluar Dan Tarif Bea Keluar.

Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor

11/Permentan/OT.140/3/215 tentang Sistem Sertifikasi Kelapa Sawit

Page 169: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

149

Berkelanjutan Indonesia (Indonesian Sustainable Palm Oil Certification

System/ISPO).

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2018 tentang Perubahan

Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2015 Tentang

Penghimpunan Dan Penggunaan Dana Perkebunan Kelapa Sawit.

Porter, Michael E. 1993. Strategi Bersaing: Teknik Menganalisis Industri dan

Pesaing. Jakarta: Erlangga.

Porter, Michael E. 1994. Keunggulan Bersaing. Jakarta: PT. Binarupa Aksara.

Safitri, Ai Aisha. 2018. Analisis Daya Saing Teh Indonesia di Pasar

Internasional. [Skripsi]. Jakarta: Fakultas Sains dan Teknologi UIN.

Salvatore, Dominick. 1997. Ekonomi Internasional. Jakarta: Erlangga.

Salvatore, Dominick. 2012. Ekonomi Internasional. Edisi Kelima, Jilid 1. Jakarta:

Erlangga.

Salvatore, Dominick. 2012. Ekonomi Manajerial dalam Perekonomian Global.

Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

Salvatore, Dominick. 2014. Ekonomi Internasional. Edisi 9 Jilid 1. Jakarta:

Salemba Empat.

Sangadji, Etta Mamang. 2010. Metode Penelitian – Pendekatan Praktis dalam

Penelitian. Yogyakarta: CV Andi Offset.

Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualititatif.

Yogyakarta: CV Andi Offset.

Sasono, Herman Budi. 2013. Manajemen Ekspor dan Perdagangan Internasional.

Yogyakarta: CV Andi Offset.

Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS). 2019. Profil SPKS. Jakarta: SPKS. Diakses

melalui https://www.spks-nasional.org/. Pada tanggal 10 Februari 2019.

Sipayung, T. Jan Horas V. Purba. 2015. Ekonomi Agribisnis Minyak Sawit.

Bogor: PASPI.

Sugiyono. 1999. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Supranto, J. M. A. 2012. Metode Riset: Aplikasinya dalam Pemasaran. Edisi 7.

Jakarta: Rineka Cipta.

Susilawati, Dewi. 2017. Analisis Daya Saing dan Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Volume Ekspor Lada Indonesia di Pasar Internasional.

[Skripsi]. Jakarta: Fakultas Sains dan Teknologi UIN.

Tambunan. T.H. 2003. Perdagangan Internasional dan Neraca Pembayaran:

Teori dan Temuan Empiris. Jakarta: PT. Pustaka LP3ES Indonesia.

Page 170: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

150

Usdiana, Ira. 2011. Analisis Daya Saing Crude Palm Oil (Minyak Sawit Mentah)

Pada PT. Cipta Usaha Sejati dengan Metode Herifindahl Indeks dan

Analisa SWOT dalam Menghadapi Perdagangan CPO Dunia. Jurnal

PASTI Volume VIII No.2, 203. Surabaya: Universitas Tujuh Belas

Agustus.

Page 171: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

151

Lampiran 1. Lembar Pertanyaan Wawancara

Lembar Pertanyaan Wawancara

Narasumber : ................................

No. Pertanyaan Instansi

1 Apa saja peluang yang dapat dicapai dalam industri CPO

Indonesia saat ini?

2 Apa saja tantangan yang dihadapi oleh industri CPO

Indonesia?

3 Apa saja permasalahan terkini yang dialami oleh industri

CPO Indonesia baik secara internal maupun eksternal?

4 Bagaimana upaya GAPKI dalam menangani

permasalahan yang muncul pada industri CPO Indonesia?

5 Apa saja keunggulan yang dimiliki oleh CPO Indonesia?

6 Negara apa saja yang menjadi tujuan ekspor terbesar CPO

Indonesia ?

7 Bagaimana hubungan dagang antara Indonesia dengan

negara tujuan ekspor tersebut?

8 Bagaimana solusi GAPKI dalam menghadapi kebijakan

negara eksportir apabila dianggap merugikan industri

CPO Indonesia?

9 Strategi apa saja yang dilakukan GAPKI dalam

meningkatkan daya saing CPO Indonesia di pasar

internasional?

10 Apa rekomendasi yang dapat dilakukan dalam upaya

meningkatkan saya saing CPO Indonesia di pasar

internasional?

Page 172: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

152

Lampiran 2. Perkembangan Luas Areal Kelapa Sawit Menurut Status

Pengusahaan di Indonesia Tahun 2003-2017.

Tahun Luas Areal (Ha)

PR

(Smallholders)

PBN

(Government) PBS (Private) Jumlah/ Total

Pertumb.

(%)

2003 1.854.394 662.803 2.766.360 5.283.557

2004 2.220.338 605.865 2.458.520 5.284.723 0,02

2005 2.356.895 529.854 2.567.068 5.453.817 3,2

2006 2.549.572 687.428 3.357.914 6.594.914 20,9

2007 2.752.172 606.248 3.408.416 6.766.836 2,6

208 2.881.898 602.963 3.878.986 7.363.847 8,8

2009 3.061.413 630.512 4.181.369 7.873.294 6,9

2010 3.387.257 631.520 4.366.617 8.385.394 6,5

2011 3.752.480 678.378 4.561.966 8.992.824 7,2

2012 4.137.620 683.227 4.751.868 9.572.715 6,5

2013 4.356.087 727.767 5.381.166 10.465.020 9,3

2014 4.422.365 729.022 5.603.414 10.754.801 0.03

2015 4.535.400 743.894 5.980.982 11.260.277 4,7

2016 4.739.318 707.428 5.754.719 11.201.465 -0.5

2017 5.697.892 638.143 7.712.687 14.048.722 25.4 Sumber: Statistik Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia, Kementerian Pertanian (2019)

Page 173: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

153

Lampiran 3. Perkembangan Produksi Minyak Sawit Menurut Status Pengusahaan

di Indonesia Tahun 2003-2017.

Sumber: Statistik Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia, Kementerian Pertanian (2019)

Tahun

Produksi (Ton) PR

(Smallholders

)

PBN

(Government) PBS (Private) Jumlah/ Total

Pertumb.

(%)

2003 3.517.324 1.750.651 5.172.859 10.440.834

2004 3.847.157 1.617.706 5.365.526 10.830.389 3,4

2005 4.500.769 1.449.254 5.911.592 11.861.615 9,5

2006 5.783.088 2.313.729 9.254.031 17.350.848 46,3

2007 6.358.389 2.117.035 9.189.301 17.664.725 1,8

208 6.923.042 1.938.134 8.678.612 17.539.788 -0,7

2009 7.517.716 2.005.880 9.800.697 19.324.293 10,2

2010 8.458.709 1.890.503 11.608.907 21.958.119 13,6

2011 8.797.924 2.045.562 12.253.055 23.096.541 5,2

2012 9.197.728 2.133.007 14.684.783 26.015.518 12,6

2013 10.010.728 2.144.651 15.626.625 27.782.004 6,8

2014 10.205.395 2.229.336 16.843.459 29.278.190 5,4

2015 10.527.791 2.346.822 18.195.402 31.070.015 6,1

2016 11.575.542 1.887.999 18.267.420 31.730.961 2,1

2017 13.191.189 1.861.263 22.912.772 37.965.224 19,6

Page 174: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

154

Lampiran 4. Perkembangan Produktivitas CPO Menurut Status Pengusahaan di

Indonesia Tahun 2003-2017.

Tahun Luas Areal (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas

(Ton/Ha)

2003 5.283.557 10.440.834 2,5

2004 5.284.723 10.830.389 2,7

2005 5.453.817 11.861.615 2,9

2006 6.594.914 17.350.848 2,8

2007 6.766.836 17.664.725 3,0

2008 7.363.847 17.539.788 2,8

2009 7.873.294 19.324.293 3,2

2010 8.385.394 21.958.120 3,1

2011 8.992.824 23.096.541 3,5

2012 9.572.715 26.015.518 3,2

2013 10.465.020 27.782.004 3,3

2014 10.754.801 29.278.189 3,4

2015 11.260.277 31.070.015 3,3

2016 11.201.465 31.730.961 3,5

2017 14.048.722 37.965.224 3,6 Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan (2019)

Page 175: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

155

Lampiran 5. Data Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit Menurut Provinsi dan

Pengusahaannya pada tahun 2017.

Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan (2019)

No. Provinsi PBN PBS Jumlah

1 Aceh 10 75 85

2 Sumatera Utara 86 250 336

3 Sumatera Barat 3 35 38

4 Riau 18 182 200

5 Jambi 7 88 95

6 Sumatera Selatan 9 134 143

7 Bengkulu 2 48 50

8 Lampung 3 25 28

9 Kep. Bangka Belitung - 41 41

10 Kep. Riau - 3 3

11 DKI Jakarta - - -

12 Jawa Barat 3 3 6

13 Jawa Tengah - - -

14 DI Yogyakarta - - -

15 Jawa Timur - - -

16 Banten 3 2 5

17 Bali - - -

18 Nusa Tenggara Barat - - -

19 Nusa Tenggara Timur - - -

20 Kalimantan Barat 7 315 322

21 Kalimantan Tengah - 141 141

22 Kalimantan Selatan 3 79 82

23 Kalimantan Timur 5 109 114

24 Kalimantan Utara - 21 21

25 Sulawesi Utara - - -

26 Sulawesi Tengah - 15 15

27 Sulawesi Selatan 2 2 4

28 Sulawesi Tenggara 1 10 11

29 Gorontalo - 2 2

30 Sulawesi Barat - 12 12

31 Maluku - 4 4

32 Maluku Utara - - -

33 Papua Barat 1 8 9

34 Papua 1 11 12

Indonesia 164 1615 1779

Page 176: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

156

Lampiran 6. Perkembangan Harga Minyak Sawit (CPO) Indonesia Tahun 2003-

2018.

Sumber: Outlook Komoditi Kelapa Sawit, Pusat Data dan Informasi Pertanian, Kementerian

Pertanian (2017)

Tahun Harga Produsen/US$ Pertumbuhan (%)

2003 510

2004 423 -17

2005 429 1,42

2006 583 35,9

2007 950 63

2008 503 -47

2009 792 57,5

2010 1228 55,1

2011 1027 -16

2012 776 -24

2013 912 17,5

2014 693 -24

2015 505 -27

2016 720 42,6

2017 589 -18

2018 499 -15,28

Rata-

rata

696,2 7,04

Page 177: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

157

Lampiran 7. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Minyak Sawit (CPO)

Indonesia Tahun 2003-2017.

Sumber: Badan Pusat Statistik dan Ditjen Perkebunan (2019)

Tahun

Ekspor

Volume

(Ton)

Pertumbuhan

(%)

Nilai

(000 US$)

Pertumbuhan

(%)

2003 2.892.130 1.062.215

2004 3.819.927 32,08 1.444.422 36

2005 4.565.788 19,53 1.592.823 10,3

2006 5.199.287 13,87 1.993.667 25,2

2007 5.701.286 9,655 3.738.652 87,5

2008 7.904.179 38,64 6.561.331 75,5

2009 11.119.997 40,69 6.709.762 2,26

2010 11.158.124 0,343 9.084.888 35,4

2011 10.428.085 -6,54 10.960.993 20,7

2012 7.262.831 -30,4 6.676.504 -39

2013 6.584.732 -9,34 4.978.533 -25

2014 5.726.820 -13 4.206.741 -16

2015 7.788.550 36 4.388.094 4,31

2016 5.283.953 -32,2 3.305.575 -25

2017 7.076.061 33,92 4.698.220 42,1

Page 178: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

158

Lampiran 8. Perkembangan Volume dan Nilai Impor Minyak Sawit (CPO)

Indonesia Tahun 2003-2017.

Sumber: Badan Pusat Statistik dan Ditjen Perkebunan (2019), (diolah)

Tahun

Impor

Volume

(Ton)

Pertumbuhan

(%)

Nilai

(000 US$)

Pertumbuhan

(%)

2003 4.014 2.201

2004 4.320 7,623 1.937 -12

2005 10.810 150,2 5.374 177,4

2006 1.645 -84,8 1.287 -76,1

2007 1.067 -35,1 1.023 -20,5

2008 8.822 726,8 5.013 390

2009 21.139 139,6 13.191 163,1

2010 46.720 121 37.801 186,6

2011 23.299 -50,1 24.939 -34

2012 616 -97,4 832 -96,7

2013 65.561 10543 46.979 5547

2014 299 -99,5 393 -99,2

2015 7.572 2432 4.623 1076

2016 2.658 -64,9 4.116 -11

2017 2.518 -5,27 1.812 -56

Page 179: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

159

Lampiran 9. Nilai Ekspor CPO Indonesia ke Lima Negara Tujuan Tahun 2003-

2017.

Tahun India Belanda Singapura Itali Spanyol

2003 523183022 129468217 95550499 12954052 21785327

2004 665726729 179287634 129873800 38560755 31149738

2005 622778700 239089062 150946672 29662869 21921663

2006 738263037 322370141 185473429 32810896 37927587

2007 1812059186 370062746 318365161 84385461 42131496

2008 3294367660 786712815 409488761 260583858 87506607

2009 2611278770 637874768 357997804 361701494 155011832

2010 3629076473 800848886 460368142 474097791 230485099

2011 4465022137 601834422 669973605 488576651 326476753

2012 3308546141 1031539048 601391773 518376593 183703180

2013 2331771685 832438706 417899758 529876776 315382330

2014 2101736375 641515557 396982438 455261516 208143675

2015 2112621224 600081722 332927715 340498425 338527185

2016 1868494354 424593186 359878747 150430692 139888710

2017 3068293254 415656273 398616492 231393992 138607280

Sumber : UN Comtrade (2019), (diolah)

Page 180: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

160

Lampiran 10. Nilai Ekspor Indonesia ke Lima Negara Tujuan Tahun 2003-2017.

Tahun India Belanda Singapura Itali Spanyol

2003 1742487661 1401474395 5399657659 843862629 1022438133

2004 2170506761 1797521202 5999058039 922552486 837474263

2005 2878347700 2233540708 7836584739 1007183208 1205484156

2006 3390790230 2518358053 8929849215 1212978776 1641122136

2007 4943905977 2749459376 10501617246 1380002074 1906222913

2008 7163336232 3926404315 12862045173 1900691792 1665335009

2009 7432892524 2909074571 10262665108 1651082911 1830457715

2010 9915038943 3722455122 13723265578 2369981370 2328695767

2011 13335706464 5132476545 18443890221 3168307186 2427861565

2012 12496314269 4664300841 171350254 2277010430 2069250741

2013 13031302738 4105967064 16686238643 2128608268 1810444480

2014 12248959579 3984581541 16752339986 2286858978 1937638786

2015 11731001096 3442165722 12632634348 1872932508 1481288142

2016 10093804356 3254915907 11246431902 1572117669 1579275490

2017 14083572994 4038084310 12767192917 1937660213 2011925568

Sumber : UN Comtrade (2019), (diolah)

Page 181: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

161

Lampiran 11. Nilai Ekspor CPO Dunia ke Lima Negara Tujuan Tahun 2003-2017.

Tahun India Belanda Singapura Itali Spanyol

2003 1295621208 320125338 1355271 66258139 63471678

2004 742955705 376314085 2014331 78804459 77979414

2005 832154945 489135170 2742159 94684666 77854785

2006 1071168371 599023154 1770977 97389000 106537446

2007 1341707907 984944300 1773887 134493513 165543804

2008 1912815763 1591741429 9642676 336538453 261217951

2009 2753276832 0 5374862 467755600 317885720

2010 3654230007 1232115278 107270845 591248883 460479788

2011 5557516992 1543480258 434114218 683274799 595276344

2012 6197199694 2443238506 548181959 701640546 514552410

2013 4884714825 2301648726 171523753 785434436 595301680

2014 5319597146 1893834476 57456100 711993508 473756112

2015 4571715458 1532275162 25659640 570596974 597008951

2016 3666906925 1379733272 43007756 437449769 373185979

2017 4576688315 1659480211 55316698 465582810 466951195

Sumber : UN Comtrade (2019), (diolah)

Page 182: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

162

Lampiran 12. Nilai Ekspor Dunia ke Lima Negara Tujuan Tahun 2003-2017.

Tahun India Belanda Singapura Itali Spanyol

2003 72430524382 2,33997E+11 1,36264E+11 2,97403E+11 2,08549E+11

2004 98981129472 2,84014E+11 1,73581E+11 3,55267E+11 2,59265E+11

2005 1,40862E+11 3,10591E+11 2,00724E+11 3,84836E+11 2,89611E+11

2006 1,78212E+11 3,5851E+11 2,3992E+11 4,42565E+11 3,29976E+11

2007 2,18645E+11 4,21368E+11 2,64766E+11 5,11823E+11 3,91237E+11

2008 3,15712E+11 4,94937E+11 3,2302E+11 5,6096E+11 4,18728E+11

2009 2,66402E+11 3,8219E+11 2,47216E+11 4,14784E+11 2,87502E+11

2010 3,50029E+11 4,39987E+11 3,10791E+11 4,86984E+11 3,15547E+11

2011 4,62403E+11 4,92838E+11 3,6577E+11 5,58832E+11 3,62835E+11

2012 4,88976E+11 5,00605E+11 3,79723E+11 4,89104E+11 3,25835E+11

2013 4,66046E+11 5,06162E+11 3,73016E+11 4,79336E+11 3,32267E+11

2014 4,59369E+11 5,08033E+11 3,66247E+11 4,74083E+11 3,50978E+11

2015 3,90745E+11 3,93728E+11 2,96745E+11 4,10933E+11 3,05266E+11

2016 3,56705E+11 3,98336E+11 2,91908E+11 4,04578E+11 3,02539E+11

2017 4,44052E+11 4,50076E+11 3,2771E+11 4,51416E+11 3,50922E+11

Sumber : UN Comtrade (2019), (diolah)

Page 183: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

163

Lampiran 13. Perhitungan Revealed Comparative Advantage (RCA) di Lima

Negara Tujuan Ekspor CPO Indonesia Tahun 2003-2017.

Sumber : UN Comtrade (2019), (diolah)

Sumber : UN Comtrade (2019), (diolah)

India Xik Xim Xwk Xwm Xik/Xim Xwk/Xwm RCA

2003 523183022 1742487661 1295621208 72430524382 0,30025 0,017887779 16,785

2004 665726729 2170506761 742955705 98981129472 0,30671 0,007506034 40,862

2005 622778700 2878347700 832154945 1,40862E+11 0,21637 0,005907604 36,625

2006 738263037 3390790230 1071168371 1,78212E+11 0,21773 0,006010626 36,224

2007 1812059186 4943905977 1341707907 2,18645E+11 0,36652 0,006136459 59,729

2008 3294367660 7163336232 1912815763 3,15712E+11 0,45989 0,006058734 75,906

2009 2611278770 7432892524 2753276832 2,66402E+11 0,35131 0,010335063 33,992

2010 3629076473 9915038943 3654230007 3,50029E+11 0,36602 0,010439781 35,06

2011 4465022137 13335706464 5557516992 4,62403E+11 0,33482 0,012018779 27,858

2012 3308546141 12496314269 6197199694 4,88976E+11 0,26476 0,012673822 20,89

2013 2331771685 13031302738 4884714825 4,66046E+11 0,17894 0,010481196 17,072

2014 2101736375 12248959579 5319597146 4,59369E+11 0,17158 0,011580215 14,817

2015 2112621224 11731001096 4571715458 3,90745E+11 0,18009 0,011700005 15,392

2016 1868494354 10093804356 3666906925 3,56705E+11 0,18511 0,010279949 18,007

2017 3068293254 14083572994 4576688315 4,44052E+11 0,21786 0,010306641 21,138

31,357

Belanda Xik Xim Xwk Xwm Xik/Xim Xwk/Xwm RCA

2003 129468217 1401474395 320125338 2,33997E+11 0,09238 0,001368076 67,525

2004 179287634 1797521202 376314085 2,84014E+11 0,09974 0,001324984 75,278

2005 239089062 2233540708 489135170 3,10591E+11 0,10704 0,001574851 67,971

2006 322370141 2518358053 599023154 3,5851E+11 0,12801 0,001670871 76,612

2007 370062746 2749459376 984944300 4,21368E+11 0,13459 0,002337494 57,581

2008 786712815 3926404315 1591741429 4,94937E+11 0,20036 0,003216051 62,301

2009 637874768 2909074571 0 3,8219E+11 0,21927 0 0

2010 800848886 3722455122 1232115278 4,39987E+11 0,21514 0,002800347 76,826

2011 601834422 5132476545 1543480258 4,92838E+11 0,11726 0,003131823 37,441

2012 1031539048 4664300841 2443238506 5,00605E+11 0,22116 0,004880568 45,314

2013 832438706 4105967064 2301648726 5,06162E+11 0,20274 0,004547254 44,585

2014 641515557 3984581541 1893834476 5,08033E+11 0,161 0,003727779 43,189

2015 600081722 3442165722 1532275162 3,93728E+11 0,17433 0,003891707 44,796

2016 424593186 3254915907 1379733272 3,98336E+11 0,13045 0,003463739 37,661

2017 415656273 4038084310 1659480211 4,50076E+11 0,10293 0,003687114 27,917

54,643

Page 184: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

164

Lampiran 13. Perhitungan Revealed Comparative Advantage (RCA) di Lima

Negara Tujuan Ekspor CPO Indonesia Tahun 2003-2017

(Lanjutan)

Sumber : UN Comtrade (2019), (diolah)

Sumber : UN Comtrade (2019), (diolah)

Singapura Xik Xim Xwk Xwm Xik/Xim Xwk/Xwm RCA

2003 95550499 5399657659 1355271 1,36264E+11 0,0177 9,94591E-06 1779,2

2004 129873800 5999058039 2014331 1,73581E+11 0,02165 1,16045E-05 1865,6

2005 150946672 7836584739 2742159 2,00724E+11 0,01926 1,36613E-05 1410

2006 185473429 8929849215 1770977 2,3992E+11 0,02077 7,38153E-06 2813,8

2007 318365161 10501617246 1773887 2,64766E+11 0,03032 6,69983E-06 4524,9

2008 409488761 12862045173 9642676 3,2302E+11 0,03184 2,98517E-05 1066,5

2009 357997804 10262665108 5374862 2,47216E+11 0,03488 2,17415E-05 1604,5

2010 460368142 13723265578 107270845 3,10791E+11 0,03355 0,000345154 97,193

2011 669973605 18443890221 434114218 3,6577E+11 0,03632 0,001186849 30,606

2012 601391773 171350254 548181959 3,79723E+11 3,50972 0,001443637 2431,2

2013 417899758 16686238643 171523753 3,73016E+11 0,02504 0,00045983 54,465

2014 396982438 16752339986 57456100 3,66247E+11 0,0237 0,000156878 151,05

2015 332927715 12632634348 25659640 2,96745E+11 0,02635 8,64705E-05 304,78

2016 359878747 11246431902 43007756 2,91908E+11 0,032 0,000147333 217,19

2017 398616492 12767192917 55316698 3,2771E+11 0,03122 0,000168798 184,97

1235,7

Itali Xik Xim Xwk Xwm Xik/Xim Xwk/Xwm RCA

2003 12954052 843862629 66258139 2,97403E+11 0,01535 0,000222789 68,903

2004 38560755 922552486 78804459 3,55267E+11 0,0418 0,000221818 188,43

2005 29662869 1007183208 94684666 3,84836E+11 0,02945 0,000246039 119,7

2006 32810896 1212978776 97389000 4,42565E+11 0,02705 0,000220056 122,92

2007 84385461 1380002074 134493513 5,11823E+11 0,06115 0,000262774 232,71

2008 260583858 1900691792 336538453 5,6096E+11 0,1371 0,000599933 228,52

2009 361701494 1651082911 467755600 4,14784E+11 0,21907 0,00112771 194,26

2010 474097791 2369981370 591248883 4,86984E+11 0,20004 0,001214102 164,77

2011 488576651 3168307186 683274799 5,58832E+11 0,15421 0,001222684 126,12

2012 518376593 2277010430 701640546 4,89104E+11 0,22766 0,001434542 158,7

2013 529876776 2128608268 785434436 4,79336E+11 0,24893 0,001638587 151,92

2014 455261516 2286858978 711993508 4,74083E+11 0,19908 0,001501834 132,56

2015 340498425 1872932508 570596974 4,10933E+11 0,1818 0,001388539 130,93

2016 150430692 1572117669 437449769 4,04578E+11 0,09569 0,00108125 88,496

2017 231393992 1937660213 465582810 4,51416E+11 0,11942 0,001031384 115,79

148,31

Page 185: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

165

Lampiran 13. Perhitungan Revealed Comparative Advantage (RCA) di Lima

Negara Tujuan Ekspor CPO Indonesia Tahun 2003-2017.

(Lanjutan)

Sumber : UN Comtrade (2019), (diolah)

Spanyol Xik Xim Xwk Xwm Xik/Xim Xwk/Xwm RCA

2003 21785327 1022438133 63471678 2,08549E+11 0,02131 0,000304349 70,009

2004 31149738 837474263 77979414 2,59265E+11 0,03719 0,000300771 123,66

2005 21921663 1205484156 77854785 2,89611E+11 0,01818 0,000268826 67,646

2006 37927587 1641122136 106537446 3,29976E+11 0,02311 0,000322864 71,58

2007 42131496 1906222913 165543804 3,91237E+11 0,0221 0,000423129 52,235

2008 87506607 1665335009 261217951 4,18728E+11 0,05255 0,000623836 84,23

2009 155011832 1830457715 317885720 2,87502E+11 0,08468 0,001105683 76,59

2010 230485099 2328695767 460479788 3,15547E+11 0,09898 0,001459306 67,824

2011 326476753 2427861565 595276344 3,62835E+11 0,13447 0,001640628 81,963

2012 183703180 2069250741 514552410 3,25835E+11 0,08878 0,00157918 56,218

2013 315382330 1810444480 595301680 3,32267E+11 0,1742 0,001791637 97,23

2014 208143675 1937638786 473756112 3,50978E+11 0,10742 0,001349818 79,582

2015 338527185 1481288142 597008951 3,05266E+11 0,22854 0,001955701 116,86

2016 139888710 1579275490 373185979 3,02539E+11 0,08858 0,001233514 71,809

2017 138607280 2011925568 466951195 3,50922E+11 0,06889 0,001330643 51,774

77,948

Page 186: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

166

Lampiran 14. Rata-rata Perhitungan Revealed Comparative Advantage (RCA) di

Lima Negara Tujuan Ekspor CPO Indonesia Tahun 2003-2017.

RCA India Belanda Singapura Itali Spanyol Rata2

2003 16,785 67,5255 1779,19 68,903 70,009 400

2004 40,862 75,2776 1865,565 188,43 123,66 459

2005 36,625 67,9714 1409,952 119,7 67,646 340

2006 36,224 76,6116 2813,785 122,92 71,58 624

2007 59,729 57,5808 4524,865 232,71 52,235 985

2008 75,906 62,3015 1066,507 228,52 84,23 303

2009 33,992 0 1604,463 194,26 76,59 477

2010 35,06 76,8262 97,19294 164,77 67,824 88,3

2011 27,858 37,4415 30,60623 126,12 81,963 60,8

2012 20,89 45,3136 2431,167 158,7 56,218 542

2013 17,072 44,5849 54,46488 151,92 97,23 73,1

2014 14,817 43,1891 151,0547 132,56 79,582 84,2

2015 15,392 44,7959 304,7813 130,93 116,86 123

2016 18,007 37,6607 217,1907 88,496 71,809 86,6

2017 21,138 27,9172 184,9664 115,79 51,774 80,3

Rata2 31,357 54,6427 1235,717 148,31 77,948 315

Sumber : UN Comtrade (2019), (diolah)

Page 187: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

167

Lampiran 15. Perhitungan Revealed Comparative Advantage (RCA) di Lima

Negara Tujuan Ekspor CPO Malaysia Tahun 2003-2017.

India Xik Xim Xwk Xwm Xik/Xim Xwk/Xwm RCA

2003 202946389 2533820928 1295621208 72430524382 0,080095 0,017888 4,5

2004 139544413 3014994826 742955705 98981129472 0,04628347 0,007506 6,2

2005 84378644 3997779998 832154945 1,40862E+11 0,02110638 0,005908 3,6

2006 110722426 5124277668 1071168371 1,78212E+11 0,02160742 0,006011 3,6

2007 164196321 5881466613 1341707907 2,18645E+11 0,02791758 0,006136 4,5

2008 311139497 7411517603 1912815763 3,15712E+11 0,04198054 0,006059 6,9

2009 368400097 4829344247 2753276832 2,66402E+11 0,07628367 0,010335 7,4

2010 475781373 6516310689 3654230007 3,50029E+11 0,07301392 0,01044 7

2011 1,154E+09 9209461687 5557516992 4,62403E+11 0,12529317 0,012019 10,4

2012 1,971E+09 9492710234 6197199694 4,88976E+11 0,20764449 0,012674 16,4

2013 1,256E+09 8161429153 4884714825 4,66046E+11 0,15391802 0,010481 14,7

2014 1,857E+09 9748022284 5319597146 4,59369E+11 0,19052859 0,01158 16,5

2015 1,802E+09 8128612215 4571715458 3,90745E+11 0,22171554 0,0117 19

2016 1,336E+09 7713560900 3666906925 3,56705E+11 0,1731888 0,01028 16,8

2017 917831613 7995228877 4576688315 4,44052E+11 0,11479742 0,010307 11,1

9,9

Sumber : UN Comtrade (2019), (diolah)

Belanda Xik Xim Xwk Xwm Xik/Xim Xwk/Xwm RCA

2003 208014571 3430599360 320125338 2,33997E+11 0,06063505 0,001368 44,3

2004 270266825 4152351047 376314085 2,84014E+11 0,06508766 0,001325 49,1

2005 322966001 4730958301 489135170 3,10591E+11 0,06826651 0,001575 43,3

2006 496584772 5846114846 599023154 3,5851E+11 0,0849427 0,001671 50,8

2007 729919406 6867039331 984944300 4,21368E+11 0,10629317 0,002337 45,5

2008 839230969 7025132969 1591741429 4,94937E+11 0,11946122 0,003216 37,1

2009 598872406 5233491198 0 3,8219E+11 0,11443077 0 0

2010 698355808 6286028046 1232115278 4,39987E+11 0,11109651 0,0028 39,7

2011 1,135E+09 6307106967 1543480258 4,92838E+11 0,17995365 0,003132 57,5

2012 1,245E+09 6007455520 2443238506 5,00605E+11 0,20730081 0,004881 42,5

2013 974253482 6569679845 2301648726 5,06162E+11 0,14829543 0,004547 32,6

2014 971481317 7162913020 1893834476 5,08033E+11 0,13562657 0,003728 36,4

2015 726212344 6005469229 1532275162 3,93728E+11 0,12092516 0,003892 31,1

2016 490262501 5285787732 1379733272 3,98336E+11 0,09275108 0,003464 26,8

2017 486027347 6224154134 1659480211 4,50076E+11 0,07808729 0,003687 21,2

39,8

Sumber : UN Comtrade (2019), (diolah)

Page 188: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

168

Lampiran 15. Perhitungan Revealed Comparative Advantage (RCA) di Lima

Negara Tujuan Ekspor CPO Malaysia Tahun 2003-2017 (Lanjutan)

Singapura Xik Xim Xwk Xwm Xik/Xim Xwk/Xwm RCA

2003 3755375 16522635091 1355271 1,36264E+11 0,00022729 9,95E-06 22,9

2004 3315680 18931037132 2014331 1,73581E+11 0,00017515 1,16E-05 15,1

2005 2625964 22078782553 2742159 2,00724E+11 0,00011894 1,37E-05 8,71

2006 2159156 24757812004 1770977 2,3992E+11 8,7211E-05 7,38E-06 11,8

2007 983183 25590474681 1773887 2,64766E+11 3,842E-05 6,7E-06 5,73

2008 252503 29064212702 9642676 3,2302E+11 8,6878E-06 2,99E-05 0,29

2009 5939149 21931898495 5374862 2,47216E+11 0,0002708 2,17E-05 12,5

2010 102031793 26552829603 107270845 3,10791E+11 0,0038426 0,000345 11,1

2011 108939765 28812576549 434114218 3,6577E+11 0,00378098 0,001187 3,19

2012 238856215 30931145663 548181959 3,79723E+11 0,00772219 0,001444 5,35

2013 120148832 31778865871 171523753 3,73016E+11 0,00378078 0,00046 8,22

2014 33024101 33262665974 57456100 3,66247E+11 0,00099283 0,000157 6,33

2015 6297544 27842989314 25659640 2,96745E+11 0,00022618 8,65E-05 2,62

2016 26873480 27581069045 43007756 2,91908E+11 0,00097435 0,000147 6,61

2017 36020351 30985647954 55316698 3,2771E+11 0,00116249 0,000169 6,89

8,49

Sumber : UN Comtrade (2019), (diolah)

Itali Xik Xim Xwk Xwm Xik/Xim Xwk/Xwm RCA

2003 0 621946437 66258139 2,97403E+11 0 0,000223 0

2004 0 768742376 78804459 3,55267E+11 0 0,000222 0

2005 13151352 704721957 94684666 3,84836E+11 0,01866176 0,000246 75,8

2006 10083458 988284213 97389000 4,42565E+11 0,01020299 0,00022 46,4

2007 0 1102027480 134493513 5,11823E+11 0 0,000263 0

2008 18707149 933716783 336538453 5,6096E+11 0,02003514 0,0006 33,4

2009 6594890 801596238 467755600 4,14784E+11 0,0082272 0,001128 7,3

2010 68658019 1072400126 591248883 4,86984E+11 0,06402276 0,001214 52,7

2011 74110094 1179107639 683274799 5,58832E+11 0,0628527 0,001223 51,4

2012 109307090 953054235 701640546 4,89104E+11 0,11469136 0,001435 79,9

2013 93803975 1016500452 785434436 4,79336E+11 0,09228129 0,001639 56,3

2014 106566674 902402977 711993508 4,74083E+11 0,11809211 0,001502 78,6

2015 182288559 933377459 570596974 4,10933E+11 0,19529994 0,001389 141

2016 185449571 965006320 437449769 4,04578E+11 0,19217446 0,001081 178

2017 166164106 1058388546 465582810 4,51416E+11 0,15699726 0,001031 152

63,5

Sumber : UN Comtrade (2019), (diolah)

Page 189: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

169

Lampiran 15. Perhitungan Revealed Comparative Advantage (RCA) di Lima

Negara Tujuan Ekspor CPO Malaysia Tahun 2003-2017 (Lanjutan)

Spanyol Xik Xim Xwk Xwm Xik/Xim Xwk/Xwm RCA

2003 9007017 408169429 63471678 2,08549E+11 0,02206686 0,000304 72,5

2004 11102238 594851018 77979414 2,59265E+11 0,0186639 0,000301 62,1

2005 9803297 584413632 77854785 2,89611E+11 0,01677459 0,000269 62,4

2006 10086963 934747604 106537446 3,29976E+11 0,01079111 0,000323 33,4

2007 11246663 854573096 165543804 3,91237E+11 0,01316056 0,000423 31,1

2008 6089644 942198858 261217951 4,18728E+11 0,00646323 0,000624 10,4

2009 6378765 446541191 317885720 2,87502E+11 0,01428483 0,001106 12,9

2010 35082379 598071880 460479788 3,15547E+11 0,05865913 0,001459 40,2

2011 107299954 632698451 595276344 3,62835E+11 0,16959099 0,001641 103

2012 132281714 507406222 514552410 3,25835E+11 0,2607018 0,001579 165

2013 52186378 460964922 595301680 3,32267E+11 0,11321117 0,001792 63,2

2014 136079473 544165713 473756112 3,50978E+11 0,25006991 0,00135 185

2015 93750977 595826356 597008951 3,05266E+11 0,15734614 0,001956 80,5

2016 78830576 561828435 373185979 3,02539E+11 0,14031076 0,001234 114

2017 74360029 621934120 466951195 3,50922E+11 0,11956255 0,001331 89,9

75,1

Sumber : UN Comtrade (2019), (diolah)

Page 190: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

170

Lampiran 16. Rata-rata Perhitungan Revealed Comparative Advantage (RCA) di

Lima Negara Tujuan Ekspor CPO Malaysia Tahun 2003-2017

RCA India Belanda Singapura Itali Spanyol Rata2

2003 4,478 44,32 22,852 0 72,51 28,8

2004 6,166 49,12 15,093 0 62,05 26,5

2005 3,573 43,35 8,7061 75,85 62,4 38,8

2006 3,595 50,84 11,815 46,37 33,42 29,2

2007 4,549 45,47 5,7345 0 31,1 17,4

2008 6,929 37,15 0,291 33,4 10,36 17,6

2009 7,381 0 12,455 7,295 12,92 10

2010 6,994 39,67 11,133 52,73 40,2 30,1

2011 10,42 57,46 3,1857 51,41 103,4 45,2

2012 16,38 42,47 5,3491 79,95 165,1 61,8

2013 14,69 32,61 8,2221 56,32 63,19 35

2014 16,45 36,38 6,3287 78,63 185,3 64,6

2015 18,95 31,07 2,6157 140,7 80,46 54,7

2016 16,85 26,78 6,6132 177,7 113,7 68,3

2017 11,14 21,18 6,8868 152,2 89,85 56,3

9,903 39,85 8,4854 63,5 75,06 39

Sumber : UN Comtrade (2019), (diolah)

Page 191: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

171

Lampiran 17. Perhitungan Nilai Indeks Spesialisasi Perdagangan Negara

Indonesia dan Malaysia.

Indonesia Xia Mia Xia-Mia Xia+Mia ISP

2003 1062214890 24348 1062190542 1062239238 1

2004 1444421828 1067327 1443354501 1445489155 0,999

2005 1593295437 14058 1593281379 1593309495 1

2006 1993666661 46109 1993620552 1993712770 1

2007 3738651552 10588 3738640964 3738662140 1

2008 6561330490 1427 6561329063 6561331917 1

2009 5702126189 1332129 5700794060 5703458318 1

2010 7649965932 3360560 7646605372 7653326492 0,999

2011 8777015600 24506004 8752509596 8801521604 0,994

2012 6676503846 0 6676503846 6676503846 1

2013 4978532881 0 4978532881 4978532881 1

2014 4206741340 0 4206741340 4206741340 1

2015 4388094011 0 4388094011 4388094011 1

2016 3305575089 3874877 3301700212 3309449966 0,998

2017 4698225492 457 4698225035 4698225949 1

Rata-Rata ISP 0,999 Sumber: UN Comtrade (2019), (diolah)

Malaysia Xia Mia Xia-Mia Xia+Mia ISP

2003 512074232 148012253 364061979 660086485 0,552

2004 539812095 355315723 184496372 895127818 0,206

2005 566651817 152538757 414113060 719190574 0,576

2006 924627185 233840193 690786992 1158467378 0,596

2007 1259850331 207442146 1052408185 1467292477 0,717

2008 1879389747 496393697 1382996050 2375783444 0,582

2009 1675850018 682064401 993785617 2357914419 0,421

2010 2312971826 1005899191 1307072635 3318871017 0,394

2011 3796528454 1630867301 2165661153 5427395755 0,399

2012 4468118528 791965295 3676153233 5260083823 0,699

2013 2986345133 260723872 2725621261 3247069005 0,839

2014 3428710388 225867096 3202843292 3654577484 0,876

2015 3076580116 432796435 2643783681 3509376551 0,753

2016 2335674952 128852507 2206822445 2464527459 0,895

2017 1868891714 208893128 1659998586 2077784842 0,799

Rata-Rata ISP 0,62 Sumber: UN Comtrade (2019), (diolah)

Page 192: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

172

Lampiran 18. Luas Areal dan Produksi Minyak Sawit (CPO) pada Perkebunan

Rakyat (PR), Perkebunan Negara (PN), dan Perkebunan Swasta

(PS) Menurut Provinsi dan Keadaan Tanaman, 2017.

No Provinsi Luas Areal Perkebunan (Ha) Produksi

(Ton) PR PN PS

1 Aceh 282.234 29.343 222.668 911.697

2 Sumatera Utara 581.747 316.508 807.880 5.119.497

3 Sumatera Barat 236.536 8.405 233.376 1.302.952

4 Riau 1.529.012 67.876 1.106.311 8.113.852

5 Kepulauan Riau 3.760 - 19.954 28.664

6 Jambi 576.142 24.041 287.612 1.849.969

7 Sumatera Selatan 566.876 31.711 566.080 3.199.481

8 Kep. Bangka B 71.402 - 191.941 853.648

9 Bengkulu 236.513 1.283 122.652 893.322

10 Lampung 141.685 13.601 104.053 486.714

P. Sumatera 4.225.908 492.768 3.662.527 22.759.795

11 DKI Jaya - - - -

12 Jawa Barat 1.094 11.843 4.483 43.660

13 Banten 7.761 9.605 2.892 32.581

14 Jawa Tengah - - - -

15 D.I Yogyakarta - - - -

16 Jawa Timur - - -

P. Jawa 8.856 21.448 7.375 76.241

17 Bali - - - -

18 NTB - - - -

19 NTT - - - -

Nusa Tenggara - - - -

20 Kalimantan B 416.071 27.407 1.061.309 2.784.180

21 Kalimantan Te 171.697 - 1.309.291 5.778.611

22 Kalimantan S 147.956 8.872 430.971 1.933.721

23 Kalimantan Ti 350.745 36.230 673.015 2.840.710

24 Kalimantan U 43.082 - 206.870 219.223

P. Kalimantan 1.129.551 72.509 3.681.456 13.556.44

25 Sulawesi Utara - - - -

26 Gorontalo 5.157 - 12.123 1.709

27 Sulawesi Tengah 90.854 - 97.680 456.608

28 Sulawesi Selatan 36.380 24.378 3.740 113.972

29 Sulawesi Barat 107.136 - 81.512 568.719

30 Sulawesi Tenggr 11.127 1.314 58.688 99.427

P. Sulawesi 250.653 25.692 253.743 1.240.435

31 Maluku 2.280 - 10.251 11.959

32 Maluku Utara - - 5.525 -

33 Papua 67.045 11.649 33.944 176.728

34 Papua Barat 13.600 14.077 57.866 143.622

Maluku+Papua 82.926 25.726 107.586 332.310

Indonesia 5.697.892 638.143 7.712.687 37.965.224 Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan (2019)

Page 193: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

173

Lampiran 19. Pertumbuhan Jumlah Petani dan Jumlah Tenaga Kerja Perkebunan

Kelapa Sawit Indonesia Tahun 2017-2019.

Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan (2019)

No Provinsi

2017 2018 2019

Jumlah

Petani

(KK)

Jumlah

Tenaga

Kerja

Jumlah

Petani

(KK)

Jumlah

Tenaga

Kerja

Jumlah

Petani

(KK)

Jumlah

Tenaga

Kerja

1 Sumatera 1.987.271 2.104.738 2.025.036 2.149.199 2.068.676 2.210.613

2 Jawa 7.199 14.412 7.602 14.413 7.870 14.568

3 Nusa Tenggara

- - - - - -

4 Kalimantan 459.870 2.006.458 470.558 2.039.721 486.514 2.072.695

5 Sulawesi 98.309 144.936 99.465 149.046 101.631 154.715

6 Maluku

Papua 65.478 70.304 71.149 69.927 76.056 74.122

Indonesia 2.618.127 4.340.848 2.673.810 4.422.226 2.740.747 4.526.713

Page 194: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

174

Lampiran 20. Daftar Anggota Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia.

Provinsi No Nama Perusahaan No Keanggotaan

(Crushing Plant)

No.

Keanggotaan

(Palm Oil

Refinery)

Sumatera

Utara

1 PT. Agro Jaya Perdana 001.01.II.G-

AJP/2017

2 PT Berlian Eka Sakti

Tangguh

002.02.II.G-

BEST/2017

3 PT Bintang Tenera 003.02.II.G-

BT/2017

4 PT Indah Pontjan 005.02.II.G-

IP/2017

5 PT Multimas Nabati

Asahan

006.02.II.G-

MNA/2017

006.01.II.G-

MNA/2017

6 PT Musim Mas 007.02.II.G-

MM/2017

007.01.II.G-

MM/2017

7 PT Permata Hijau

Palm Oleo

008.02.II.G-

PHPO/2017

008.01.II.G-

PHPO/2017

8 PT Pacific Palmindo

Industri

009.02.II.G-

PPI/2017

9 PT Permata Hijau

Sawit

010.02.II.G-

PHS/2017

10 PT Sawit Asahan

Tetap Utuh

011.02.II.G-

SATU/2017

11 PT Sintong Abadi 012.02.II.G-

SA/2017

012.01.II.G-

SA/2017

12 PT Victorindo Alam

Lestari

015.01.II.G-

VAL/2017

13 PT Inno Wangsa Oils

and Fats

042.02.II.G-

IWOF/2017

Riau 14 PT Intibenua

Perkasatama

016.02.III.G-

IBP/2017

016.01.III.G-

IBP/2017

15 PT Nagamas Palm Oil

Lestari

017.02.III.G-

NPL/2017

16 PT Pelita Agung

Agrindustri

018.01.III.G-

PAA/2017

17 PT Sari Dumai Sejati 019.02.III.G-

SDS/2017

019/012.II.G-

SDS/2017

18 PT Wilmar Nabati

Indonesia

020.02.III.G-

WINA/2017

020.01.III.G-

WINA/2017 Sumber: Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (2019)

Page 195: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

175

Lampiran 20. Daftar Anggota Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia

(Lanjutan)

Provinsi No Nama Perusahaan No Keanggotaan

(Crushing Plant)

No.

Keanggotaan

(Palm Oil

Refinery)

Sumatera

Barat

19 PT Incasi Raya 021.02.V.G-

IR/2017

20 PT Wira Inno Mas 022.01.V.G-

WIM/2017

022.02.V.G-

WIM/2017

Jambi 21 PT Kurnia Tunggal

Nugraha

023.02.VI.G-

KTN/2017

Sumatera

Selatan

22 PT Indokarya

Internusa

024.02.VIII.G-

IKI/2017

23 PT Sinar Alam

Permai

025.02.VIII.G-

SAP/2017

025.01.VII.G-

SAP/2017

Lampung 24 PT Louis Dreyfus

Commodities

Indonesia

026.02.X.G-

LDCI/2017

DKI Jaya 25 PT Multi Guna Gas

Refinery

027.02.XII.G-

MGG/2017

Jawa Barat 26 PT Mikie Oleo

Nabati Industri

028.02.XIII.G-

MONI/2017

27 PT Royal Industries

Indonesia

029.02.XIII.G-

RII/2017

28 PT Wilmar Cahaya

Indonesia

030.02.XIII.G-

WICA/2017

29 PT Megasurya Mas 031.02.XVI.G-

MSM/2017

30 PT Wilmar Nabati

Indonesia (GSK)

032.02.XVI.G-

WINA/2017

Kalimantan

Barat

31 PT Wilmar Cahaya

Indonesia (PTK)

033.02.XVIII.G-

WCI/2017

Kalimantan

Selatan

32 PT Golden Hope

Nusantara

037.02.XIX.G-

GHN/2017

Kalimantan

Tengah

33 PT Citra Borneo

Utama

034.02.XX.G-

CBU/2017

034.01.XX.G-

CBU/2017

34 PT Sinar Alam

Permai (KMI)

035.02.XX.G-

SAP/2017

35 PT Sukajadi Sawit

Mekar

036.02.XX.G-

SSM/2017

036.01.XX.G-

SSM/2017 Sumber: Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (2019)

Page 196: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

176

Lampiran 20. Daftar Anggota Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia

(Lanjutan)

Provinsi No Nama Perusahaan No Keanggotaan

(Crushing Plant)

No.

Keanggotaan

(Palm Oil

Refinery)

Sulawesi

Utara

36 PT Agro Makmur

Raya

038.02.XXIII.G-

AMR/2017

038.02.XXIII.G-

AMR/2017

37 PT Cargill

Indonesia

PT Cargill

Indonesia

38 PT Multi Nabati

Sulawesi

040.02.XXIII.G-

MNS/2017

040.01.XXIII.G-

MNS/2017 Sumber: Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (2019)

Page 197: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

177

Lampiran 21. Tarif pungutan Dana Perkebunan Atas Ekspor Kelapa Sawit, Crude

Palm Oil (CPO), dan Produk Turunannya.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia

Nomor 81/PMK.05/2018

Tentang

Tarif Layanan Badan Layanan Umum Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa

Sawit Pada Kementerian Keuangan

No Jenis Layanan

Termasuk

dalam Pos

Tarif

Satuan Tarif

(US$)

1 Tandan Buah Segar 1207.99.50 Per Ton 0

2 Biji Sawit, dan Kernel Kelapa Sawit

Buah Sawit

1207.10.10

1207.10.30

1207.10.90

ex 1207.99.90

Per Ton 20

3 Bungkil ( Oil Cake) dan residu padat

lainnya dari Buah Sawit dan Kernel

Sawit

ex 2306.60.10

ex 2306.60.90

ex 2306.90.90

Per Ton 20

4 Tandan Buah Kosong dari Kelapa

Sawit

1404.90.92 Per Ton 10

5 Cangkang Kernel Sawit dalam

bentuk serpih; dan bubuk dengan

ukuran partikel > 50 mesh

ex 1404.90.91 Per Ton 3 s.d

10

6 Crude Palm Oil (CPO) 1511.10.00 Per Ton 50

7 Crude Palm Kernel Oil (CPKO) 1513.21.10 Per Ton 50

8 Crude Palm Olein 1511.90.42

1511.90.49

Per Ton 50

9 Crude Palm Stearin 1511.90.41 Per Ton 50

10 Crude Palm Kernel Olein 1513.29.13 Per Ton 50

11 Crude Palm Kernel Stealin 1513.29.11 Per Ton 50

12 Palm Fatty Acid Distillate (PFAD) 3823.19.20 Per Ton 40

13 Palm Kernel Fatty Acid Distillate

(PKFAD)

3823.19.30 Per Ton 40

14 Split Fatty Acid dari Crude Palm

Oil, Crude Palm Kernel Oil,

dan/atau fraksi mentahny dengan

kandungan asam lemak bebas > 2%

ex 3823.19.90 Per Ton 30

Sumber: Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 81/PMK.05/2018

Page 198: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

178

Lampiran 21. Tarif pungutan Dana Perkebunan Atas Ekspor Kelapa Sawit, Crude

Palm Oil (CPO), dan Produk Turunannya (Lanjutan).

No Jenis Layanan

Termasuk

dalam Pos

Tarif

Satuan Tarif

(US$)

15 Split Palm Fatty Acid Distillate

(SPFAD) dengan kandungan asam

lemak bebas > 70%

ex 3823.19.90 Per Ton 30

16 Split Palm Kernel Fatty Acid

Distillate (SPKFAD) dengan

kandungan asam lemak bebas >70%

ex 3823.19.90 Per Ton 30

17 Refined, Bleached, and Deodorized

(RBD) Palm Olein

1511.90.36

1511.90.37

1511.90.39

Per Ton 30

18 RBD Palm Oil 1511.90.20 Per Ton 20

19 RBD Palm Stealin 1511.90.31

1511.90.32

Per Ton 20

20 RBD Palm Kernel Oil 1513.29.95 Per Ton 20

21 RBD Palm Kernel Olein 1513.29.94 Per Ton 20

22 RBD Palm Kernel Stealin 1513.29.91 Per Ton 20

23 RBD Palm Olein dalam kemasan

bermerk dan dikemas dengan berat

netto < 25kg

ex 1511.90.36 Per Ton 20

24 Biodiesel dari minyak sawit dengan

kandungan Metil Ester lebih dari

96,5% - volume

ex 3826.00.21

ex 3826.00.22

ex 3826.00.90

Per Ton 20

Sumber: Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 81/PMK.05/2018

Page 199: ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48356... · 2019-11-18 · analisis daya saing crude

179

Lampiran 22. Mandatori Biodiesel Berdasarkan Peraturan Menteri ESDM

No.32/2008 dan Keputusan Menteri ESDM No.25/2013.

Permen ESDM No. 32/2008

Jenis

Sektor

2008 2009 2010 2015 2020 2025 Keterangan

Transportasi

PSO 1 % 1% 2,5% 5% 10% 20%

Terhadap

kebutuhan total

Transportasi

Non-PSO - 1% 3% 7% 10% 20% -

Industri dan

Komersial 2,5% 2,5% 5% 10% 15% 20%

Terhadap

kebutuhan total

Pembangkit

Listrik 0,1% 0,25% 1% 10% 15% 20%

Terhadap

kebutuhan total Sumber: Peraturan Menteri dan Sumber Daya Mineral Nomor 32 Tahun 2008

Permen ESDM No. 25/2013

Jenis

Sektor

2013 2014 2015 2016 2020 2025 Keterangan

Transportasi

PSO 10% 10% 10% 20% 20% 25%

Terhadap

kebutuhan total

Transportasi

Non-PSO 3% 10% 10% 20% 20% 25%

Terhadap

kebutuhan total

Industri dan

Komersial 5% 10% 10% 20% 20% 25%

Terhadap

kebutuhan total

Pembangkit

Listrik 7,5% 20% 25% 30% 30% 30%

Terhadap

kebutuhan total Sumber: Peraturan Menteri dan Sumber Daya Mineral Nomor 25 Tahun 2013