ANALISIS DATA FLOW DIAGRAM PENYAMPAIAN ......Analisis data flow diagram penyampaian keluhan pada...
Transcript of ANALISIS DATA FLOW DIAGRAM PENYAMPAIAN ......Analisis data flow diagram penyampaian keluhan pada...
1
ANALISIS DATA FLOW DIAGRAM PENYAMPAIAN KELUHAN PADA INDUSTRI PENERBANGAN DI INDONESIA
UNTUK PENINGKATAN KESELAMATAN PENERBANGAN
Riani Nurdin, Eko Poerwanto, dan Haruno SajatiJurusan Teknik Industri Sekolah Tinggi Teknologi AdisutjiptoEmail : [email protected]
ABSTRAK
Keluhan yang sering muncul pada Industri Penerbangan di Indonesia sebenarnya menunjukkan adanya permasalahan pada sistem penerbangan tersebut. Banyaknya keluhan berarti dapat dijadikan pendeteksi dini pada
sistem sebelum muncul menjadi kecelakaan pada penerbangan. Peningkatan pemakai jasa penerbangan di Indonesia belum didukung dengan sistem penyampaian keluhan yang memadai, baik itu keluhan internal maupun eksternal. Kondisi seperti ini akan mempengaruhi orientasi keselamatan, keamanan dan kenyamanan di industri penerbangan. Salah satu solusi untuk mendeteksi apakah seluruh komponen sistem pada Industri Penerbangan di Indonesia sudah baik dan tidak dalam meningkatkan kinerja sistem adalah dengan mengadakan analisis data flow diagram pada pe-nyampaian keluhan pada Industri Penerbangan di Indonesia untuk meningkatkan kinerja keselamatan penerbangan. Analisis ini diharapkan dapat memudahkan dalam mengontrol, mengevaluasi dan perbaikan kondisi kinerja sistem penerbangan. Penelitian ini menggunakan metode perbandingan dan deskriptif serta bersifat produk terapan, sehingga diharapkan output-nya dapat digunakan untuk menyempurnakan pelayanan keluhan yang saat ini dijalankan oleh Dirjen Perhubungan Udara yang mempunyai tugas sebagai regulator dalam Industri Penerbangan di Indonesia. Tu-juan penelitian ini adalah mengembangkan program State Safety Program (SSP) yang merupakan program yang lebih proaktif sehingga penyampaian keluhan di industri penerbangan dapat digunakan untuk analisis awal adanya masalah pada pelayanan industri penerbangan.Analisis data flow diagram penyampaian keluhan pada industri yang dilakukan adalah menjadikan nomor seluler sebagai input seluruh stakeholder pada industri penerbangan, sehingga menjadi data yang penting untuk diaktifkan dalam SMS Broadcast dengan pengiriman sms ke banyak nomor tujuan sekaligus dengan pesan yang sama. Strategi ini mengaktifkan seluruh stakeholder untuk memberikan informasi yang kondisi terkini pada seluruh sub-sistem pada sistem penerbangan di Indonesia. Hasil dari analisis data flow diagram menunjukkan bahwa adanya aliran informasi yang belum terintegrasi secara keseluruhan pada industri penerbangan.
Kata Kunci: Penyampaian Keluhan, Industri Penerbangan, Data Flow Diagram
PENDAHULUAN
Saat ini Dirjen Perhubungan Udara mempunyai
State Safety Program (SSP) yaitu sebuah program
yang bertujuan untuk mempromosikan pencegahan
kecelakaan dengan analisis data kecelakaan dan in-
siden dan didukung oleh pertukaran informasi yang
cepat. Program ini juga telah disahkan dalam Un-
dang-undang No. 1 tahun 2009 tentang Penerban-
gan. Tetapi sangat disayangkan bahwa program ini
belum berjalan optimal, karena tidak bersifat aktif
dalam penyampaian informasi, baik informasi ten-
tang keluhan (pelayanan) maupun keselamatan dan
keamanan pada industri penerbangan. Pengemban-
gan yang dilakukan pada SSP supaya bersifat aktif
dengan menjadikan nomor seluler sebagai input
seluruh stakeholder pada industri penerbangan, se-
hingga menjadi data yang penting untuk diaktifkan
dalam SMS Broadcast dengan pengiriman sms ke
2
banyak nomor tujuan sekaligus dengan pesan yang
sama. Strategi ini mengaktifkan seluruh stake-
holder untuk memberikan informasi berdasarkan
kondisi terkini pada seluruh sub-sistem di sistem
penerbangan di Indonesia.
1. Salah satu alasan kepasifan sistem SSP
adalah kurangnya integrasi data dari pemang-
ku kepentingan terdekat dengan pengguna
yaitu operator. Operator dapat bertindak seb-
agai data collector dimanapengguna layanan
penerbangan (penumpang) mengisikan nomor
telpon yang dapat dimanfaatkan sebagai SMS
broadcast untuk menyosialisasi program-pro-
gram pemerintah di bidang transportasi udara.
Akan tetapi proses integrasi data rentan terha-
dap isu interoperabilitas sistem dan keamanan
data sehingga sistem yang ditawarkan dalam
penelitian ini adalah sistem yang aktif, terinte-
grasi dan aman.
2. Proses integrasi yang dilakukan memper-
timbangkan faktor heterogenitas system. Op-
erator mengembangkan aplikasi pada platform
yang berbeda-beda dan bahasa pemrograman
yang berbeda-beda pula, sehingga sangat perlu
untuk membuat kesepakatan (standar) yang
diterima dari provider ke consumer. Standar
ini tertuang dalam sebuah protokol web service
Simple Object Access Protocol (SOAP) atau
Restfull.
3. Diagram Alir Data (Data Flow Diagram)
adalah diagram yang menjelaskan sistem se-
cara terstruktur sehingga memudahkan analisis
sebuah sistem. Diagram ini membagi sebuah
sistem dalam tugas-tugas yang lebih kecil dan
kemudian menghubungkan tugas-tugas terse-
but dalam sebuah aliran data. Aliran data direp-
resentasikan sebagai anak panah yang menun-
jukkan arah perpindahan data, misalnya dari
proses masukan pengguna masuk ke dalam
proses atau dari proses ke entitas eksternal se-
bagai keluaran (output) atau laporan (report).
4. Proses pada notasi Yourdon disimbolkan
sebagai lingkaran yang menunjukkan proses
transformasi data ke bentuk yang lain sedang-
kan penyimpanan data (data store) disimbolkan
sebagai persegi panjang yang terbuka di salah
satu sisinya adalah sebuah entitas data yang
biasanya berbentuk tabel dan record. Diagram
ini memiliki dua macam aturan simbol yaitu
aturan Gane/Sarson dan aturan Yourdon/De
Marco. Simbol yang digunakan dalam DAD
ditunjukkan pada tabel 1 sebagai berikut:
3
Tabel 1. Tabel simbol diagram alir data
Diagram Alir Data dibagi dalam beberapa level:
a. Diagram Alir Data level 0.
Diagram Alir Data level 0 disebut juga Diagram
Konteks. Diagram Konteks hanya memiliki satu
proses yang merepresentasikan sistem secara
umum yaitu masukan, proses dan keluaran.
b. Diagram Alir Data level 1, 2, dan seterusnya.
Diagram Alir Data level 1, 2 dan seterusnya meru-
pakan dekomposisi pada Diagram Alir Data pada
level di atasnya. DAD Level 1 merupakan dekom-
posisi DAD Level 0. DAD Level 2 merupakan
dekomposisi DAD Level 1 dan seterusnya.
METODE
Penelitian ini merupakan analisis pengembangan
penyampaian keluhan dengan menggunakan data
flow diagram pada industi penerbangan yang meru-
pakan pengembangan dari program yang telah di-
jalankan oleh Dirjen Perhubungan Udara yaitu SSP,
sehingga metode penelitiannya bersifat perband-
ingan dan deskriptif. State Safety Program(SSP)
yang dicanangkan ICAO memiliki sistem pelapo-
ran sukarela (voluntary reporting) dengan tujuan
menampung semua laporan dari pengguna non-
mandatory khususnya semua masyarakat pengguna
jasa layanan transportasi udara.
Program SSP memfasilitasi pengumpulan infor-
masi aktual yang berkaitan dengan potensi kes-
elamatan penerbangan. Sistem ini dapat diakses
di http://ssp.hubud.dephub.go.id yang berisi dua
sistem pelaporan.
a. Pelaporan Wajib
Pelaporan Wajib (Mandatory Occurrence Report-
ing) dituangkan dalam ketentuan ICAO Annex 13
Chapter 8. Ketentuan ini memuat aturan bahwa
anggota ICAO wajib menyediakan sebuah sistem
pelaporan insiden. Pelapor wajib ini adalah:
1. Airline (Operator Penerbangan)
2. Maintenance Repair Overhaul (MRO)
3. Air Navigation (AirNav)
4. Flight Crew
5. Pengelola Bandar Udara
b. Pelaporan Sukarela
Pelaporan sukarela (Voluntary Confidential Report)
digunakan untuk menampung informasi yang tidak
tercakup dalam sistem pelaporan wajib. Pelaporan
sukarela ini dilakukan oleh seluruh stakeholder
4
penerbangan bahkan untuk pelapor wajib jika
sistem Mandatory Reporting tidak dapat di-
lakukan.
Secara umum sistem pelaporan dalam SSP ini
digambarkan dalam diagram konteks sebagai
berikut:
Gambar 1. Diagram Konteks Sistem SSP
Permasalahan umum sistem ini tidak berjalan
optimal dikarenakan beberapa faktor:
a. Kurangnya sosialisasi program SSP ini baik un-
tuk mandatory reporter maupun voluntary reporter.
b. Pengguna yang diwajibkan melaku-
kan pendaftaran (registrasi) terlebih da-
hulu sebelum dapat melaporkan kejadian.
c. Ketakutan pengguna atas sangsi hukum dari
laporan yang diberikan karena walaupun secara
jelas dituangkan dalam Undang-undang No. 1 ta-
hun 2010 bahwa pelapor dilindungi, akan tetapi
peraturan pelindungnya belum disahkan.
Permasalahan yang timbul akibat kurangnya so-
sialisasi dan rumitnya proses registrasi dapat diatasi
jika sistem yang berjalan telah diintegrasikan men-
jadi satu antara sistem-sistem yang terlibat dalam
transportasi udara seperti sistem penjualan tiket,
sistem informasi kepegawaian dan sistem-sistem
lain yang memuat seluruh pengguna SSP ini. Se-
bagai contoh sistem penjualan tiket yang memuat
data pengguna sebagai stakeholder terbawah dari
Aviation Service Provider.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data Flow Diagram Penyampaian Keluhan
pada Industri Penerbangan
Apabila data dari penumpang (yang ter-
validasi saat proses check-in) dapat dibaca oleh
SSP, sistem yang berjalan dapat me-broadcast
menggunakan Short Message Service (SMS)
informasi adanya program SSP kepada pen-
umpang sekaligus meregistrasikan mereka se-
hingga pengguna tinggal me-replay pesan terse-
but sebagai bentuk laporan (reporting).Bentuk
integrasi data ditunjukkan pada gambar 2 berikut:
Aplikasi pemesanan
tiket
Database operator A
Database operator B
Database operator C
Database Pusat
SMS CenterModem GSM
Komunikasi 2 arah
Gambar 2. Integrasi System SSP dengan Data Op-erator Airline
5
Jika proses pada gambar 2 di atas dapat dilaku-
kan, maka diagram konteks ditunjukkan pada
gambar 3 sebagai berikut:
Gambar 3. Diagram Konteks Sistem Pelaporan Sukarela yang Ditawarkan
Untuk sistem Pelaporan wajib, program SSP
ini dapat bekerjasama dengan badan/ pihak ketiga
(third party) seperti operator perawatanpeasawat
udara, operator bandar udara, operator airline, op-
erator lalu-lintas udara dan pabrikan pesawat udara
yang menyimpan data kepegawaian khususnya
pegawai yang berkewajiban melaporkan adanya in-
siden berkaitan fasilitas industri penerbangan yang
mempengaruhi keselamatan penerbangan. Proses
integrasi ini digambarkan sebagai berikut:
Gambar 4. Integrasi dengan Berbagai Sistem
Proses integrasi dengan mandatory officer di atas
dapat menyebabkan diagram konteks komunikasi
menjadi berikut:
Gambar 4. Diagram Konteks Sistem Pelaporan Wajib yang Ditawarkan
Dari kedua diagram konteks pelaporan wajib dan
sukarela, dapat digambarkan diagram konteks (Di-
agram Alir Data Level 0) lengkap pada gambar 5
sebagai berikut:
Gambar 5 Diagram Alir Data Level 0
Keuntungan sistem ini adalah:
a. Pelapor wajib (mandatory reporter) dan
pelapor sukarela (voluntary reporter) tidak perlu
melakukan registrasi terlebih dulu untuk melaku-
kan pelaporan. Registrasi dilakukan pada backend
process dan tidak dilakukan oleh pengguna dalam
hal ini pelapor. Artinya, saat masyarakat sebagai
6
penumpang melakukan pemesanan tiket di opera-
tor, mereka sudah didaftarkan dalam sistem seb-
agai pelapor sukarela (voluntary reporter). Proses
validasi data tersebut, dilakukan saat pengguna
tersebut melakukan check-in sesaat sebelum mer-
eka boarding. Begitu juga dengan pelapor wajib
(mandatory reporter), saat mereka terdaftar sebagai
pegawai di lingkungan transportasi udara, mereka
sebenarnya sudah diregistrasikan sebagai pelapor
wajib sehingga tidak perlu lagi melakukan regis-
trasi.
b. Pelapor sukarela tidak perlu mengakses portal
web karena tidak semua pelapor memiliki akses in-
ternet maupun paham tentang teknologi web.
c. Pelapor wajib masih perlu memiliki username
dan password karena sifat pelaporan yang lebih ter-
percaya (credential) untuk pelaporan melalui portal
web. Untuk sistem pelaporan berbasis SMS, cukup
dengan password karena nomor handphonePerson
in Charge (PIC) sudah dapat digunakan sebagai
username.
d. Teknologi yang digunakan untuk mendukung
sistem ini adalah teknologi "rendah" dimana ham-
pir semua lapisan pelapor dapat mengirim dan
membaca SMS di handphone mereka.
e. Bagi pemangku kepentingan dalam hal ini regu-
lator memiliki mekanisme untuk mensosialisasi
program-program lanjutan atau peraturan perun-
dang-undangan penerbangan yang baru kepada
masyarakat.
Proses integrasi antara sistem SSP dan sistem
eksternal tidak memaksa sistem-sistem tersebut
dikembangkan pada platform yang sama. Sistem-
sistem tersebut tetap dikembangkan dan berjalan
secara mandiri dan terpisah-pisah (heterogeneous).
Untuk mendukung komunikasi antar sistem, dapat
digunakan web service yang mendukung interop-
erabilitas di level data menggunakan format eX-
tensible Markup Language (XML) atau bisa juga
menggunakan JavaScript Object Notation (JSON).
Konsep komunikasi dalam sistem yang heterogen
ini diilustrasikan pada gambar 6 sebagai berikut :
Gambar 6. Komunikasi Antar Sistem Yang Heterogen Menggunakan Web Service
Komunikasi ini diatur menggunakan protokol
Simple Object Access Protocol (SOAP) atau Rep-
resentational State Transfer (REST). Kedua proto-
kol ini memungkinkan komunikasi data menggu-
nakan Hypertext Transfer Protocol (HTTP) yang
lazim digunakan dalam dunia internet. Pertukaran
7
data ini menggunakan jaringan terbuka (public)
yang berpotensi terjadinya akses data oleh pihak
yang tidak berhak.
Proses integrasi dengan mandatory officer di
atas dapat menyebabkan diagram konteks komuni-
kasi menjadi berikut:
Gambar 7. Diagram Konteks Sistem Pelaporan Wajib yang Ditawarkan
Dari kedua diagram konteks pelaporan wajib
dan sukarela, dapat digambarkan diagram konteks
(Diagram Alir Data Level 0) lengkap pada gambar
8 sebagai berikut:
Gambar 8 Diagram Alir Data Level 0
Keuntungan sistem ini adalah:
a. Pelapor wajib (mandatory reporter) dan pelapor
sukarela (voluntary reporter) tidak perlu melaku-
kan registrasi terlebih dulu untuk melakukan pel-
aporan. Registrasi dilakukan pada backend process
dan tidak dilakukan oleh pengguna dalam hal ini
pelapor. Artinya, saat masyarakat sebagai penump-
ang melakukan pemesanan tiket di operator, mere-
ka sudah didaftarkan dalam sistem sebagai pelapor
sukarela (voluntary reporter). Proses validasi data
tersebut, dilakukan saat pengguna tersebut melaku-
kan check-in sesaat sebelum mereka boarding.
Begitu juga dengan pelapor wajib (mandatory re-
porter), saat mereka terdaftar sebagai pegawai di
lingkungan transportasi udara, mereka sebenarnya
sudah diregistrasikan sebagai pelapor wajib se-
hingga tidak perlu lagi melakukan registrasi.
b. Pelapor sukarela tidak perlu mengakses portal
web karena tidak semua pelapor memiliki akses in-
ternet maupun paham tentang teknologi web.
c. Pelapor wajib masih perlu memiliki username
dan password karena sifat pelaporan yang lebih ter-
percaya (credential) untuk pelaporan melalui portal
web. Untuk sistem pelaporan berbasis SMS, cukup
dengan password karena nomor handphonePerson
in Charge (PIC) sudah dapat digunakan sebagai
username.
d. Teknologi yang digunakan untuk mendukung
8
sistem ini adalah teknologi "rendah" dimana ham-
pir semua lapisan pelapor dapat mengirim dan
membaca SMS di handphone mereka.
e. Bagi pemangku kepentingan dalam hal ini regu-
lator memiliki mekanisme untuk mensosialisasi
program-program lanjutan atau peraturan perun-
dang-undangan penerbangan yang baru kepada
masyarakat.
Diagram Alir Data Level 1
Karena terdapat dua macam pelaporan yaitu
wajib (mandatory) dan (voluntary), diagram alir
data level 1 yang akan dijelaskan secara terpisah.
Diagram Alir Data Level 1 Voluntary Reporting.
Diagram Alir Data level 1 untuk sistem pel-
aporan sukarela dimulai dari proses masukan data
registrasi penumpang yang divalidasi oleh proses
check-in. Setelah data diverifikasi, data tersebut
dikirim ke sistem SSP dalam bentuk XML seb-
agai proses registrasi pengguna. Proses pengiriman
data ini menggunakan teknologi web service yang
telah dijelaskan sebelumnya. Jika proses registrasi
ini berhasil, sistem akan mengirim sebuah pem-
beritahuan kepada pengguna bahwa mereka telah
menjadi anggota SSP dan pengguna dapat mel-
aporkan kejadian yang berpotensi membahayakan
penerbangan sebagai voluntary reporting sekaligus
menjadi proses sosialisasi program SSP kepada
masyarakat.
Laporan dari masyarakat ini disimpan dalam
sebuah basis data yang dapat digunakan sebagai
bentuk monitoring dan analisis. Hal ini merupakan
peran aktif masyarakat dalam meningkatkan kes-
elamatan penerbangan. Diagram Alir Data level 1
sistem pelaporan sukarela ditunjukkan pada gam-
bar x.x sebagai berikut:
Gambar 9. Diagram Alir Data Level 1 Voluntary Reporting
Diagram Alir Data Level 1 Mandatory Reporting
Pada sistem Mandatory Reporting seperti telah
dijelaskan sebelumnya dimana terdapat lima badan
yang merupakan Mandatory Officer yaitu Air-
line (Operator Penerbangan), Maintenance Repair
Overhaul (MRO), Air Navigation (AirNav), Flight
Crew dan Pengelola Bandar Udara pada prinsipnya
sama. Mereka memberikan data Person In Charge
(PIC), yaitu orang yang bertanggung jawab menan-
9
gani hal tertentu ke dalam sistem SSP dari database
mereka masing-masing. Data inilah yang nantinya
menjadi Mandatory Reporter ke dalam sistem SSP.
Aliran data pada sistem Mandatory Reporting ini
ditunjukkan pada DAD Level 1 di gambar 10 seb-
agai berikut:
Gambar 10. Diagram Alir Data Level 1 Mandatory Re-porting
Diagram Alir Data Level 2
Diagram alir data level 2 merupakan dekompo-
sisi dari diagram alir data level 1. Seperti halnya
diagram alir data level 1, bagian ini akan menjelas-
kan diagram alir data level 2 secara terpisah antara
sistem pelaporan sukarela dan sistem pelaporan
wajib.
Diagram Alir Data Level 2 Sistem Pelaporan
Sukarela
Pelapor sukarela dalam hal ini adalah penum-
pang pesawat, melakukan pemesanan tiket me-
lalui agen atau portal pemesanan tiket yang secara
umum mudah diakses. Data yang diberikan berupa
identitas pribadi seperti nomor identitas (KTP, Pa-
spor, kartu ijin tinggal dsb), nama lengkap, alamat
tinggal, nomor handphone dan sebagainya. Untuk
menghindari kerumitan pendaftaran, biasanya ap-
likasi pemesanan tiket hanya meminta data primer
dari calon penumpang. Hal ini kurang bijaksana
karena semakin lengkap sebuah data, semakin
lengkap pula informasi yang dapat diperoleh akan
tetapi jika aplikasi ini juga meminta data sekunder,
calon penumpang akan meninggalkan aplikasi ini
dan beralih pada moda transportasi yang lain se-
hingga perlu regulasi yang tepat dan nyaman untuk
pengambilan data penumpang.
Karena sistem pelaporan sukarela berbasis
SMS, maka perlu ada verifikasi awal nomor hand-
phone dengan pengguna, misalnya mengirimkan
serangkaian kode yang wajib diisikan ke sistem
pemesanan tiket sebagai validasi. Cara ini dipan-
dang efektif untuk mengurangi data sampah yang
dapat masuk ke sistem SSP nantinya.
Penumpang juga dapat melakukan pembata-
lan atau perubahan tiket dikarenakan sesuatu hal.
Secara umum sistem pemesanan, perubahan dan
pembatalan tiket, sudah diakomodasi oleh aplikasi
10
pemesanan tiket. Data akhir penumpang akan di-
verifikasi oleh petugas check-in sesaat sebelum
penumpang boarding. Data inilah yang nantinya
dikemas dalam format XML dan diambil oleh ap-
likasi registrasi SSP dan dimasukkan ke dalam ta-
bel pengguna sukarela.
Diagram Alir Data Level 2 untuk proses ini
ditunjukkan pada gambar 11 sebagai berikut:
Gambar 11. DAD Level 2 Input Data Penumpang
Setelah data dimasukkan ke sistem SSP, sistem
SSP dapat mengirimkan pemberitahuan bahwa
penumpang telah teregristrasi ke program SSP dan
penumpang dapat melakukan pembatalan registrasi
terkait privasi, mengabaikan pesan tersebut atau
segera melakukan pelaporan sukarela. Hal ini ber-
fungsi sebagai proses sosialisasi kepada masyara-
kat bahwa ada program SSP yang dapat dimanfaat-
kan untuk penyampaian keluhan untuk peningkatan
kenyamanan dan keselamatan penerbangan. Proses
ini ditunjukkan dalam diagram alir data pada gam-
bar 12 sebagai berikut:
11
Gambar 12 Proses Validasi dan Penyediaan Data SSP
Laporan yang dikirimkan oleh masyarakat
dalam hal ini penumpang, nantinya disimpan ke
dalam sebuah tabel pelaporan sukarela di sistem
SSP. Tabel ini yang nantinya menjadi bahan analisa
bagi pemangku kepentingan untuk mengambil ke-
bijakan, regulasi atau keputusan demi peningkatan
faktor keselamatan.
Diagram alir data untuk sistem ini ditunjukkan
pada gambar 13 sebagai berikut:
Gambar 13 Proses Registrasi dan Pelaporan Sukarela
12
Diagram Alir Data Level 2 Sistem Pelaporan
Wajib
Sistempelaporan wajib memiliki proses yang
jauh lebih sederhana dibanding sistem pelaporan
sukarela. Hal ini disebabkan karena data Person in
Charge, sudah terdaftar dalam sistem kepegawaian
masing-masing instansi. Sebagai contoh, data flight
crew sudah ada dalam data kepegawaian operator
atau data teknisi perawatan pesawat sudah ada di
data kepegawaian Maintenance Repair Overhaul
(MRO) dan seterusnya. Data-data tersebut telah
tervalidasi di masing-masing Mandatory Officer
dan tidak perlu lagi divalidasi sehingga tinggal
disetor ke program SSP. Data ini juga cenderung
tetap, tidak berubah setiap saat seperti data penum-
pang sehingga hanya diperbaiki hanya saat terjadi
perubahan saja.
Kemudahan kedua, PIC tidak bisa melakukan
penggantian data maupun penghapusan data secara
mandiri dengan alasan privasi. Segala bentuk pe-
rubahan harus dilakukan oleh badan atau institusi
tempat PIC tersebut bertanggung jawab. Diagram
alir data penyediaan data PIC ditunjukkan pada
gambar 14 sebagai berikut:
Seperti halnya Setelah data valid PIC siap, pros-
es berikutnya adalah mengubah format datanya
dalam bentuk XML dan kemudian mengirim data
tersebut ke program SSP sebagai proses registrasi.
Gambar 14. DAD Level 2 Input Data PIC
Setelah data XML diterima oleh proses registra-
si SSP, proses berikutnya adalah membongkar data
tersebut (parsing), membangkitkan usernamedan
password untuk setiap PIC, memasukkannya ke
13
database SSP sekaligus memicu proses pengiriman
notifikasi ke PIC bahwa PIC telah terdaftar dalam
program SSP dan mengirimkan username dan pass-
word untuk mereka.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, username
dan password ini digunakan sebagai validasi lapo-
ran, mengingat laporan yang dikirim bersifat "san-
gat penting". Diagram alir data proses registrasi
pelapor wajib ini dijelaskan pada gambar 15 seb-
agai berikut:
Gambar 15 Proses Registrasi dan Pelaporan Wajib
KESIMPULAN
Berdasarkan seluruh uraian pada pembahasan,
maka pada penelitian analisis data flow diagram
pada penyampaian keluhan di industri penerbangan
ini ada beberapa kesimpulan sebagai berikut
1. State Safety Program (SSP) dapat dikembangkan
menjadi sistem yang lebih pro-aktif dengan input
nomor handphone untuk seluruh stakeholder indus-
tri penerbangan baik yang wajib maupun sukarela,
sehingga dapat dilakukan SMS broadcast.
2. SSP yang dikembangkan ini dapat digunakan se-
bagai database untuk kegiatan monitoring, analisis
dan evaluasi pada kinerja sistem industri penerban-
gan nasional, melalui pelaporan yang tersistematis.
3. Pemisahan data/informasi pada SSP akan dip-
isahkan antara layanan keluhan dan keselamatan
penerbangan, sehingga sistem informasi dapat leb-
ih praktis dalam pembuatan laporan kinerja sistem
keselamatan penerbangan secara menyeluruh ke-
pada stakeholder yang terlibat.
14
DAFTAR PUSTAKA
Budiman. Ellen, 2009, Jurnal Penerapan CRM
pada Perusahaan Unilever Indonesia Tbk., Bina
Nusantara, Jakarta.
Chaniago Muhammad Benny, Junaidi Apri, 2016,
SMS Gateway and Barcode Technology for
Presence of Students in SMK Unggulan Ter-
padu PGII Bandung: a Case Study, Cyber and
IT Service Management, International Confer-
ence on DOI: 10.1109/CITSM.2016.7577576,
September 2016.
Fahy, John. 2002. A Resource-Based Analysis of
Sustainable Competitive Advantage in a Global
Environment. International Business Review
Vol. 11.
Fikarno, D.A., 2009, Faktor-Faktor Penyebab
Rendahnya Keselamatan Penerbangan Di In-
donesia., Tesis Magister Perencanaan dan Ke-
bijakan Publik, Program Pascasarjana, Fakultas
Ekonomi, Universitas Indonesia, Depok.
Guida M. and Funaro M., 2007, “Topology of the
Italian Airport Network”, Chaos, Solitons &
Fractals, Vol. 31, p.p. 527-536.
Guimera R., Mossa S., Turtschi A. and Amaral L.
A. N., 2005, “The worldwide air transporta-
tion network, Anomalous centrality, community
structure and cities‟ global roles.” PNAS. Vol.
2 7794–7799.
Janic M., 2000, “Air Transport System Analysis
and Modelling”, Gordon and Breach Science
Publishers, Amsterdam.
Kelton W., Sadowski P. dan Sadowki A.,
2007,“Simulation With Arena, Second Edition”,
Mc Graw Hill.
Li W., Chai X., 2004, “Statistical analysis of airport
network of China”. Phys. Rev.E. 69 046106.
Malighetti G., Martini G., Paleari S. and Redondi
R., 2009,“The Impacts of Airport Centrality in
the EU Network and Inter- Airport Competition
on Airport Efficiency”, MPRA.
Matthews, Judy., 2005.” Competitive Advantage
in Public-Sector Organizations: Explaining the
Public Good / Sustainable Competitive Advan-
tage Paradox. Journal of Business Research Vol.
58.
Pujet N., Delcaire B. dan Feron E., 1990, “Input-
Output Modeling And Control Of The Depar-
ture Process Of Congested Airports”, AIAA
Guidance, Navigation and Control Conference,
Portland, Oregon. 1–18.
Qiu Decheng, Liu Junning, Zhao Guoying.,
2016,“Design and application of data integra-
tion platform based on web services and XML,
2016 6th International Conference on Electron-
ics Information and Emergency Communication
(ICEIEC) DOI 10.1109/ICEIEC.2016.7589732
15
Print ISBN New-2005_CD_978-1-5090-1995-
3, Oktober 2016.
S. C. Wagaj, Chetan Bagul, RamkrushnaChaud-
hari, 2013, "Implementation of RC4 Stream
Cipher Using FPGA" International Journal of
Advanced Computer Research (ISSN (print):
2249-7277 ISSN (online): 2277-7970) Vol-
ume-3 Number-3 Issue-11 September-2013.
Silvia, M., 2014, “PengaruhService Quality Terha-
dapCustomer Satisfaction danBehavioral Inten-
tion pada Industri PenerbanganLow Cost Carri-
ers Rute Domestik di Surabaya, : Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.3 No.2.
Stefano M P C Souza, Ricardo S Puttini, 2016,”Cli-
ent-side encryption for privacy-sensitive appli-
cations on the cloud, 2nd International Confer-
ence on Cloud Forward: From Distributed to
Complete Computing“, Volume 97, 2016, Pages
126–130, Oktober 2016.
Wardani. E.K., 2006, Pengukuran Tingkat Kepua-
san Konsumen Jasa Penerbangan (Studi Ka-
sus pada Jasa Penerbangan Garuda Indonesia
Semarang-Jakarta)., Jurnal Studi Manajemen &
Organisasi, Volume 3, Nomor 1, Januari, Tahun
2006, Halaman 40.
Wastuadhi, A.P., 2012, Penyelenggaraan Penyeli-
dikan Dalam Mencari Penyebab Kecelakaan
Pesawat Udara Sipil Yang Terjadi Di Wilayah
Indonesia, Tesis Fakultas Hukum, Program Pas-
casarjana, Kekhususan Sistem Peradilan Pidana,
Universitas Indonesia, Jakarta, Juli 2012.
Wibowo, K.A., 2009,Analisis Strategi Bersaing
dalam Persaingan Usaha Penerbangan Komer-
sial, Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi,
Jan—Apr 2009, hlm. 45-52 ISSN 0854-3844
Volume 16, Nomor 1.
ZulianYamit. 2001 . Manajemen Kualitas Produk
dan Jasa.Yogyakarta, Erlangga.