ANALISIS BUTIR SOAL USBN MATA PELAJARAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/12264/1/Analisis Butir...
Transcript of ANALISIS BUTIR SOAL USBN MATA PELAJARAN …repositori.uin-alauddin.ac.id/12264/1/Analisis Butir...
ANALISIS BUTIR SOAL USBN MATA PELAJARAN MATEMATIKA
DI MTS MADANI ALAUDDIN PAO-PAO KABUPATEN GOWA
TAHUN AJARAN 2017/2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar
Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Matematika
pada Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan
UIN Alauddin Makassar
Oleh:
TARMIZI RAMLI
NIM.20700114048
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR
2018
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil’Alamin penulis panjatkan kehadirat Allah swt. Rab
yang Maha pengasih dan penyayang atas segala limpahan rahmat dan petunjuk-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam senantiasa
tercurah kepada Rasulullah Muhammad saw Sang Murabbi segala zaman, dan para
sahabatnya, tabi’ tabiin serta orang-orang yang senantiasa ikhlas berjuang di
jalanNya.
Ayahanda Muh Ramli dan Ibunda Sahriah yang sangat kusayangi yang telah
membesarkan penulis dengan berlimpah kasih dan sayang dan membiayai penulis
tanpa rasa lelah sehingga penulis bisa menyelesaikan pendidikan sampai perguruan
tinggi. Serta semua keluarga besar. Terima kasih atas semua yang kalian berikan
selama ini.
Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
• Prof. Dr. H. Musafir Pababbari, M.Si.. selaku rektor UIN Alauddin Makassar
• Dr. H. Muhammad Amri. Lc.,M.Ag. selaku dekan Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan beserta seluruh stafnya atas segala pelayanan yang diberikan kepada
penulis.
• Ibunda Dra. Andi Halimah, M.Pd. dan Sri Sulasteri, S.Si.,M.Si. selaku ketua
dan sekretaris Jurusan Pendidikan matematika, karena izin, pelayanan,
kesempatan dan fasilitas yang diberikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
vi
• Ibunda Dr. Sitti Mania, M.Ag., selaku pembimbing I dan Ibunda Andi Ika
Prasasti Akbar, S.Si.,M.Pd., sebagai pembimbing II yang dengan sabar
membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
• Dosen-dosen fakultas Tarbiyah dan Keguruan, khususnya dosen-dosen jurusan
Pendidikan Matematika.
• Teman-teman Seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika UIN Alauddin
Makassar angkatan 2014 (ORD1N4T) terkhusus Keluarga Besar SOSMED 3,4.
• Keluarga besar MATRIX SC UIN ALAUDDIN MAKASSAR Serta Seluruh
mahasiswa jurusan pendidikan matematika UIN Alauddin Makassar.
Penulis berharap semoga amal baik semua pihak yang ikhlas memberikan
bantuan dalam penyusunan skripsi ini mendapatkan pahala dari Allah swt. Penulis
menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan karya
selanjutnya. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi kita semua,
Penulis
Tarmizi Ramli
NIM.20700114048
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .......................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................................... iii
PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................... v
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL.............................................................................................. ix
ABSTRAK ......................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1-6
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian............................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian............................................................................. 6
BAB II TINJAUAN TEORITIK .................................................................. 7-29
A. Kajian Teori....................................................................................... 7
B. Kajian Penelitian yang Relevan ........................................................ 26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 30-40
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ........................................................ 30
B. Lokasi Penelitian ............................................................................... 30
C. Subjek Penelitian ............................................................................... 30
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 30
E. Teknik Analisis Data ......................................................................... 31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 41-58
A. Deskripsi Hasil Penelitian ................................................................. 41
viii
B. Pembahasan ....................................................................................... 48
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 59-61
A. Kesimpulan........................................................................................ 59
B. Implikasi Penelitian ........................................................................... 60
C. Saran .................................................................................................. 60
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 62
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tingkat Reliabilitas ............................................................................ 12
Tabel 2.2 Contoh Format untuk Memudahkan Mencari Indeks Kesukaran
Kelompok Kemungkinan Jawaban Tidak Menjawab......................... 15
Tabel 2.3 Kriteria Tingkat Kesulitan Butir Soal ................................................ 17
Tabel 2.4 Proporsi Tingkat Kesulitan Butir Soal ............................................... 18
Tabel 2.5 Kriteria Daya Pembeda Butir Soal ..................................................... 22
Tabel 2.6 Kriteria Indeks Pengecoh Butir Soal .................................................. 25
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Kesulitan Soal USBN
mata pelajaran matematika di MTs Madani Alauddin Pao-pao
Kabupaten Gowa tahun ajaran 2017/2018 ......................................... 43
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Daya Pembeda Kesukaran Soal
USBN mata pelajaran matematika di MTs Madani Alauddin Pao-pao
Kabupaten Gowa tahun ajaran 2017/2018 ......................................... 44
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase efektifitas pengecoh Soal Soal
USBN mata pelajaran matematika di MTs Madani Alauddin Pao-pao
Kabupaten Gowa tahun ajaran 2017/2018 ......................................... 45
Tabel 4.4 Hasil Analisis Butir Soal USBN Mata Pelajaran Matematika di MTs
Madani Alauddin Pao-pao Kabupaten Gowa Tahun Ajaran
2017/2018 ........................................................................................... 46
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi dan Persentase Kualitas Butir Soal USBN mata
pelajaran matematika di MTs Madani Alauddin Pao-pao Kabupaten
Gowa tahun ajaran 2017/2018............................................................ 49
x
ABSTRAK
Nama Penyusun : Tarmizi Ramli
NIM : 20700114048
Judul Skripsi : Analisis Butir Soal USBN Mata Pelajaran Matematika
di MTs Madani Alauddin Pao-pao Kabupaten Gowa
Tahun Ajaran 2017/2018.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas butir soal USBN mata
pelajaran matematika di MTs Madani Alauddin Pao-pao Kabupaten Gowa tahun
ajaran 2017/2018 dilihat dari segi tingkat kesulitan, daya pembeda dan efektivitas
pengecoh soal.
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat evaluasi dengan
pendekatan deskriptif kuantitatif. Penelitian dilakukan di MTs Madani Alauddin
Pao-pao dengan 113 lembar jawaban siswa. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah teknik dokumentasi. Data yang diperoleh dianalisis dengan
bantuan aplikasi AnatesV4.
Hasil penelitian menggunakan aplikasi Anates versi 4.09 menunjukkan
bahwa: (1) Berdasarkan kriteria tingkat kesulitan soal diperoleh soal sulit
16 butir (45,71%), sedang 19 butir (54,29%) dan tidak ada soal yang mudah. (2)
Berdasarkan kriteria daya beda soal diperoleh soal dengan daya beda buruk 12 butir
(34,29%), sedang 7 butir (20%), cukup baik 6 butir (17,14%), dan sangat baik 10
butir (28,57%). (3) Berdasarkan keefektifan pengecoh diperoleh 10 butir (33,33%)
dalam kategori sangat baik, 9 butir (30%) dalam kategori baik, 3 butir (7,5%) dalam
kategori kurang baik, 8 butir (26,67%) dalam kategori buruk dan tidak ada dalam
kategori sangat buruk
Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa sebanyak 9 butir
(25,71%) soal berkualitas baik, 11 butir (31,43%) soal berkualitas kurang baik, dan
15 butir (42,86%) soal berkulitas jelek. Butir soal yang berkualitas baik dapat
dimaksukkan ke bank soal, butir soal yang kurang baik dapat direvisi, dan butir soal
yang jelek diganti dengan membuat soal yang baru.
Kata Kunci : Analisis Butir Soal, Tingkat Kesulitan, Daya Pembeda, Efektivitas
Pengecoh, AnatesV4
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan sebuah proses kegiatan yang disengaja atas input
peserta didik untuk menimbulkan suatu hasil yang diinginkan sesuai tujuan yang
ditetapkan.1 Sebagai sebuah proses yang disengaja maka pendidikan harus
dievaluasi untuk mengetahui hasil belajar peserta didik disamping mengetahui mutu
proses pendidikan secara umum dan mutu proses balajar-mengajar secara khusus.2
Evaluasi pendidikan yang komprehensif harus dilakukan terhadap seluruh
komponen dan sistem kerjanya. Evaluasi pendidikan adalah kegiatan atau proses
penentuan nilai pendidikan, sehingga dapat diketahui mutu atau hasil-hasilnya.3
Pendidikan melibatkan peserta didik, guru, metode, tujuan, kurikulum, media,
sarana, kepala sekolah, pemerintah, masyarakat, pengguna lulusan, lingkungan
fisik, manusia dan sebagainya. Oleh karenanya evaluasi pendidikan dilakukan atas
komponen-komponen pendidikan tersebut. Evaluasi yang komprehensif
menghasilkan informasi yang lengkap sebagai dasar perbaikan dalam pendidikan.
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 57 (ayat 1),
evaluasi dalam pendidikan sangatlah penting sebagai pengendalian mutu
pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan
kepada pihak pihak yang berkepentingan.4 Hasil yang diperoleh dari evaluasi dapat
1Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), h. 18. 2Baego Ishak dan Syamsuduha, Evaluasi Pendidikan (Makassar: Aluddin Press, 2010), h.
8. 3Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 2. 4www.pendis.kemenag.go.id/file/dokumen/uuno20th2003ttgsisdiknas.pdf (3 oktober 2017)
2
dijadikan umpan balik bagi guru dalam memperbaiki dan menyempurnakan
program dan kegiatan pembelajaran. Di dalam Al-Qur’an terdapat ayat yang
menyebutkan tentang perlunya mengadakan evaluasi, di antaranya dalam Q.S. Al-
Ankabut/29: 2-3,
حسب تن ون ٱنلاس أ مر ل ي فر ول وا ءامنا وه ن يق
وا أ ك ن ي تر
ين فتنا ولقدر ٢أ ٱل من قبرلهمر
لمن ين ٱلل فليعر لمن ٱل ذبي صدق وا ولعر ٣ ٱلرك
Terjemahannya:
“2.Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja)
mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi, 3.
Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum
mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar
dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta”.5
Berdasarkan ayat di atas Allah swt. mengadakan ujian atau evaluasi kepada
setiap makhluk-Nya untuk mengetahui sejauh mana kadar keimanan mereka.
Dalam dunia pendidikan, diadakannya evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh
mana mutu dari komponen-komponen pendidikan tersebut. Misalnya, seorang guru
mengadakan evaluasi terhadap peserta didik, tujuannya adalah untuk mengetahui
sejauh mana kemampuan peserta didik tersebut.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 57 (ayat 2) menyatakan
bahwa evaluasi dilakukan terhadap peserta didik, lembaga dan program pendidikan
jalur formal dan nonformal untuk semua jenjang, satuan dan jenis pendidikan.6
Penilaian hasil belajar peserta didik dilakukan secara berkesinambungan untuk
5Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya (Bandung: CV.Penerbit J-Art,
2005), h. 543. 6www.pendis.kemenag.go.id/file/dokumen/uuno20th2003ttgsisdiknas.pdf (3 oktober 2017)
3
memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian,
ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ulangan kenaikan kelas, ujian
sekolah maupun ujian sekolah berstandar nasional
Ujian sekolah berstandar nasional yang selanjutnya disebut USBN adalah
kegiatan pengukuran capaian kompetensi peserta didik yang dilakukan satuan
pendidikan untuk mata pelajaran tertentu dengan mengacu pada standar kompetensi
lulusan untuk memperoleh pengakuan atas prestasi belajar. USBN pada penelitian
ini khusus mata pelajaran matematika. Pada mata pelajaran matematika, USBN
dilakukan dengan teknik tes. Suatu tes atau soal merupakan alat pengukur
keberhasilan belajar. Soal sebagai alat ukur dikatakan baik apabila mampu
memenuhi beberapa persyaratan yang dapat diuji dengan melakukan analisis butir
soal, baik kualitatif maupun kuantitatif.
Analisis butir soal secara kualitatif merupakan suatu tahap yang harus
ditempuh untuk mengetahui derajat kualitas suatu tes, baik tes secara keseluruhan
maupun butir soal yang menjadi bagian dari tes tersebut. Dalam penilaian hasil
belajar, tes diharapkan dapat menggambarkan sampel perilaku dan menghasilkan
nilai yang objektif serta akurat. Jika tes yang digunakan guru kurang baik, maka
hasil yang diperoleh pun tentunya kurang baik. Hal ini dapat merugikan peserta
didik itu sendiri. Artinya, hasil yang diperoleh peserta didik menjadi tidak objektif
dan tidak adil. Oleh sebab itu, tes yang digunakan guru harus memiliki kualitas
yang lebih baik dilihat dari berbagai segi. Tes hendaknya disusun sesuai dengan
prinsip dan prosedur penyusunan tes. Setelah digunakan perlu diketahui apakah tes
tersebut berkualitas baik atau kurang baik. Untuk mengetahui apakah suatu tes yang
4
digunakan termasuk baik atau kurang baik, maka perlu dilakukan analisis kualitas
tes.
Sedangkan analisis soal secara kuantitatif menekankan pada analisis
karakteristik internal tes melalui data yang diperoleh secara empiris. Karakteristik
internal secara kuantitatif dimaksudkan meliputi parameter soal tingkat kesulitan,
daya pembeda dan efektivitas pengecoh.7 Penelaahan soal secara kuantitatif
maksudnya adalah penelaahan butir soal didasarkan pada data empirik dari butir
soal yang bersangkutan. Data empirik ini diperoleh dari soal yang telah diujikan.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan salah satu guru bagian
kurikulum di MTs Madani Alauddin Pao-pao Kabupaten Gowa bahwa soal USBN
mata pelajaran matematika yang telah diujikan kepada peserta didik tersebut dibuat
oleh gabungan guru-guru matematika (KEMENAG Kabupaten Gowa) dan soal
tersebut belum dianalisis. Selain itu, peneliti juga menemukan informasi bahwa
hasil USBN yang diperoleh siswa, banyak yang tidak memenuhi KKM yaitu hanya
10 dari 113 peserta didik yag memenuhi KKM atau hanya sekitar 9% padahal di
sekolah tersebut telah diadakan les tiap sorenya. Dari sinilah timbul pertanyaan
apakah soal-soal USBN tersebut dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur
keberhasilan belajar. Fokus permasalahan yang akan dibahas adalah soal-soal
USBN di MTs Madani Alauddin Pao-pao Tahun Ajaran 2017/2018.
Dari latar belakang tersebut, maka kiranya perlu adanya pembuktian dengan
diadakan sebuah penelitian. Dengan tujuan untuk mengetahui apakah soal-soal
7Sumarna Surapranata, Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes
Implementasi Kurikulum 2004 (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 10.
5
USBN di MTs Madani Alauddin Pao-pao tersebut dapat dikatakan baik sebagai alat
pengukur keberhasilan belajar, maka peneliti akan mengadakan penelitian dengan
judul “Analisis Butir Soal USBN Mata Pelajaran Matematika di MTs Madani
Alauddin Pao-pao Kabupaten Gowa Tahun Ajaran 2017/2018”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah
untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah tingkat kesulitan soal USBN mata pelajaran matematika di
MTs Madani Alauddin Pao-pao tahun ajaran 2017/2018?
2. Bagaimanakah daya pembeda soal USBN mata pelajaran matematika di MTs
Madani Alauddin Pao-pao tahun ajaran 2017/2018?
3. Bagaimanakah efektivitas pengecoh soal USBN mata pelajaran matematika
di MTs Madani Alauddin Pao-pao tahun ajaran 2017/2018?
C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah diatas maka tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui tingkat kesulitan soal USBN mata pelajaran matematika di MTs
Madani Alauddin Pao-pao tahun ajaran 2017/2018?
2. Mengetahui daya pembeda soal USBN mata pelajaran matematika di MTs
Madani Alauddin Pao-pao tahun ajaran 2017/2018?
3. Mengetahui efektivitas pengecoh soal USBN mata pelajaran matematika di
MTs Madani Alauddin Pao-pao tahun ajaran 2017/2018
6
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini antara lain sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya
b. Sebagai gambaran dan bahan pengembangan untuk menentukan langkah-
langkah yang perlu dilakukan dalam bidang evaluasi yang meliputi analisis
butir soal.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan menambah wawasan dan pengetahuan peneliti
sehingga peneliti dapat mengaplikasikan pengetahuan yang didapatkan saat
masuk dunia kerja.
b. Bagi guru
Penelitian ini memberikan masukan kepada guru mata pelajaran Matematika
khususnya, mengenai analisis butir soal pada mata pelajaran matematika untuk
meningkatkan kualitas tes yang akan datang.
c. Bagi siswa
Agar siswa mendapatkan penilaian yang lebih adil dan objektif dari guru
7
BAB II
TINJAUAN TEORITIK
A. Kajian Teori
Guru menyusun sebuah tes untuk melihat sejauh mana kemampuan peserta
didik dalam menguasai dan memahami materi pelajaran. Di dalam penyusunan
tes, guru masih sulit untuk menyadari bahwa tesnya belum sempurna. Agar tes
yang disusun memiliki kualitas yang baik, maka sebaiknya setiap butir soal pada
tes dianalisis untuk mengetahui tingkat kualitas tes tersebut. Nana Sudjana
mengemukakan bahwa analisis butir soal adalah pengkajian pertanyaan dalam tes
agar diperoleh pertanyaan-pertanyaan yang berkualitas baik. Analisis butir soal
juga digunakan untuk mengetahui kesalahan ataupun kekeliruan dalam penyusunan
tes.1 Daryanto menjelaskan bahwa analisis butir soal digunakan untuk mengetahui
kekurangan dalam butir tes sehingga dapat dilakukan upaya untuk memperbaiki
sebelum digunakan pada tes berikutnya.2 Jadi, dari kedua pendapat di atas dapat
ditarik kesimpulan bahwa analisis butir soal pada tes merupakan suatu metode atau
cara yang digunakan untuk mengetahui kesalahan atau kekeliruan dalam
penyusunan butir soal pada suatu tes, sehingga diperoleh tes yang berkualitas baik.
Analisis pada umumnya dilakukan melalui dua cara, yaitu analisis kualitatif
(quelitative control) dan analisis kuantitatif (quantitative control). Analisis
kualitatif sering pula dinamakan sebagai validitas logis (logical validity) yang
1Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2009), h. 135. 2Daryanto, Evaluasi Pendidikan: Komponen MKDK (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), h. 179.
8
dilakukan sebelum soal digunakan. Gunanya untuk melihat berfungsi tidaknya
sebuah soal. Analisis soal secara kuantitatif sering pula dinamakan sebagai validitas
empiris (empirical validity) yang dilakukan untuk melihat lebih berfungsi tidaknya
sebuah soal setelah soal itu diujicobakan kepada sampel yang representatif.3
1. Analisis soal secara kualitatif
Analisis kualitatif soal berkaitan dengan pertanyaan apakah tes sebagai
suatu alat ukur benar-benar mengukur apa yang hendak dan seharusnya diukur?,
sampai mana tes tersebut dapat diandalkan dan berguna?. Kedua pertanyaan ini
menunjuk kepada dua hal pokok, yaitu validitas dan reliabilitas.4
a. Validitas
Validitas berkaitan dengan “ketepatan” dengan alat ukur. Dengan instrumen
yang valid akan menghasilkan data yang valid pula. Atau dapat dikatakan bahwa
jika data yang dihasilkan dari sebuah instrumen valid, maka instrumen itu juga
valid.5
Istilah “valid” sangat sukar dicari penggantinya. Ada yang mengganti istilah
valid dengan “sahih”, sehingga validitas diganti dengan kesahihan. Ada juga yang
menerjemahkan istilah valid dengan kata “tepat”, walaupun istilah “tepat “ belum
3Hijriah Enang, “Analisis Kualitas Soal Matematika Seleksi Penerimaan Peserta Didik
Baru di SMPN 32 Makassar Tahun Pelajaran 2013/2014”, Tesis (Makassar: Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar, 2014), h. 27.
4Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur (Cet 5; Bandug: PT
Remaja Rosdakarya Offset, 2013), h. 246.
5SEP Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran (Cet, VI, Yogyakarta : Pustaka Pelajar,
2014), h. 128.
9
dapat mencangkup semua arti yang tersirat dalam kata “valid” sehingga istilah
validitas diganti dengan ketepatan.
Secara garis besar ada dua macam validitas, yaitu validitas logis dan
validitas empiris.6
1) Validitas Logis
Istilah “validitas logis” mengandung kata “logis” yang berasal dari kata
“logika”, yang berarti penalaran. Dengan makna demikian maka validitas logis
untuk sebuah instrumen evaluasi menunjuk pada kondisi bagi sebuah instrumen
yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran. Kondisi valid
tersebut dipandang terpenuhi karena instrumen yang bersangkutan sudah dirancang
secara baik, mengikuti teori dan ketentuan yang ada. Sebagaimana pelaksanaan
tugas lain misalnya membuat sebuah karangan, jika penulis sudah mengikuti aturan
mengarang, tentu secara logis karangannya sudah baik. Berdasarkan penjelasan
tersebut maka instrumen yang sudah disusun berdasarkan teori penyusunan
instrumen, secara logis sudah valid. Dari penjelasan tersebut kita dapat memahami
bahwa validitas logis dapat dicapai apabila instrumen disusun mengikuti ketentuan
yang ada. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa validitas logis tidak perlu
diuji kondisinya, tetapi langsung diperoleh sesudah instrumen tersebut selesai
disusun.
Ada dua macam validitas logis yang dapat dicapai oleh sebuah instrumen,
yaitu validitas isi dan validitas konstrak (construct validity). Validitas isi bagi
6Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Cet. IV, Jakarta : Bumi Aksara,
2015), h. 80-84.
10
sebuah instrumen menunjuk suatu kondisi sebuah instrumen yang disusun
berdasarkan isi materi pelajaran yang dievaluasi. Selanjutnya validitas konstrak
sebuah instrumen menunjuk suatu kondisi sebuah instrumen yang disusun
berdasarkan konstrak aspek-aspek kejiwaan yang seharusnya dievaluasi.
2) Validitas Empiris
Istilah “validitas empiris” memuat kata “nasional” yang artinya
“pengalaman”. Sebuah instrumen dapat dikatakan memiliki validitas empiris
apabila sudah diuji dari pengalaman. Sebagai contoh sehari-hari, seseorang dapat
diakui jujur oleh masyarakat apabila dalam pengalaman dibuktikan bahwa orang
tersebut memang jujur. Contoh lain, seseorang dapat dikatakan kreatif apabila dari
pengalaman dibuktikan bahwa orang tersebut sudah banyak menghasilkan ide-ide
baru yang diakui berbeda dari hal-hal yang sudah ada. Dari penjelasan dan contoh-
contoh tersebut diketahui bahwa validitas empiris tidak dapat diperoleh hanya
dengan menyusun instrumen berdasarkan ketentuan seperti halnya validitas logis,
tetapi harus dibuktikan melalui pengalaman.
Ada dua macam validitas empiris, yakni ada dua cara yang dapat dilakukan
untuk menguji bahwa instrumen memang valid. Pengujian tersebut dilakukan
dengan membandingkan kondisi instrumen yang bersangkutan dengan kriterium
atau sebuah ukuran. Kriterium yang digunakan sebagai pembanding kondisi
instrumen dimaksud ada dua, yaitu : yang sudah tersedia dan yang belum ada tetapi
akan terjadi di waktu yang akan datang. Bagi instrumen yang kondisinya sesuai
dengan kriterium yang sudah tersedia, yang sudah ada, disebut memiliki validitas
“ada sekarang”, yang dalam istilah bahasa inggris disebut memiliki concurrent
11
validity. Selanjutnya instrumen yang kondisinya sesuai dengan kriterium yang
diramalkan akan terjadi, disebut memiliki validitas ramalan atau validitas prediksi,
yang dalam bahasa inggris disebut memiliki predictive validity.
Dari uraian adanya dua jenis validitas, yakni validitas logis yang ada dua
macam, dan validitas empiris juga ada dua macam, maka secara keseluruhan kita
mengenal adanya empat validitas, yaitu : (1) validitas isi, (2) validitas konstruk, (3)
validitas “ada sekarang”, dan (4) validitas predictive.
b. Reliabilitas
Data yang disajikan secara ajeg dan dapat dipercaya merupakan salah satu
ciri data yang baik. Data yang ajeg dan dapat dipercaya berarti memiliki tingkat
reliabilitas yang tinggi. Sukardi mengemukakan bahwa sebuah tes dikatakan
memiliki nilai reliabilitas yang tinggi apabila mempunyai hasil yang konsisten
dalam mengukur yang hendak diukur.7 Pendapat senada dikemukakan oleh
Suharsimi Arikunto yang menjelaskan bahwa reliabilitas tes berhubungan
dengan masalah ketetapan hasil pengukuran tes.8 Kedua pendapat tersebut
menekankan bahwa reliabilitas tes menunjukkan ketetapan atau kekonsistenan
hasil pengukuran tes.
Reliabilitas menunjukkan kekonsistenan alat ukur apabila diujikan berkali-
kali. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Widoyoko yang mengatakan bahwa
instrumen tes dikatakan dapat dipercaya (reliabel) jika memberikan hasil yang tetap
7Sukardi, Evaluasi Pendidikan: Prinsip Dan Operasionalnya (Jakarta: Bumi aksara, 2008),
h. 43. 8Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h.
100
12
atau ajeg (konsisten) apabila diteskan berkali-kali.9 Dari ketiga pendapat di atas
dapat disimpulkan bahwa reliabilitas menunjukkan bahwa alat ukur dikatakan dapat
dipercaya apabila menyajikan hasil pengukuran yang ajeg atau konsisten dan
apabila diujikan berkali-kali tetap menunjukkan kekonsistenan atau ketetapan.
Basuki dan Hariyanto mengemukakan mengenai tingkat reliabilitas butir
soal. Tingkat reliabilitas butir soal tersebut disajikan pada tabel 2.1 sebagai
berikut. 10
Tabel 2.1 Tingkat Reliabilitas
Koefisien Reliabilitas Tingkat Reliabilitas
0,00 - 0,19 Korelasi Sangat Rendah
0,20 - 0,39 Korelasi Rendah
0,40 - 0,69 Korelasi Cukup
0,70 - 0,89 Korelasi Tinggi
0,90 - 1,00 Korelasi Sangat Tinggi
Tabel 2.1 mengenai tingkat reliabilitas di atas terdiri dari dua kolom,
yaitu kolom koefisien reliabilitas dan kolom tingkat reliabilitas. Kolom pertama
adalah kolom koefisien reliabilitas. Pada kolom ini berisi angka kisaran atau range
untuk mengukur tingkatan koefisien reliabilitas. Kolom kedua adalah kolom
tingkat reliabilitas. Pada kolom kedua ini berisi tingkatan reliabilitas yang
dinyatakan ke dalam 5 kategori.
9SEP Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan Praktis Bagi Pendidik Dan
Calon Pendidik (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 144. 10Ismet Basuki dan Hariyanto, Asesmen Pembelajaran (Bandung: PT Remaja Rosdakarya
offiset, 2014), h. 119.
13
Dari tabel 2.1 dapat dilihat, bahwa apabila hasil perhitungan reliabilitas
berada di antara koefisien 0,00 – 0,19 maka termasuk ke dalam tingkat reliabilitas
korelasi sangat rendah. Hasil perhitungan reliabilitas berada di antara koefisien
0,20 – 0,39 maka termasuk ke dalam tingkat reliabilitas korelasi rendah. Hasil
perhitungan reliabilitas berada di antara koefisien 0,40 – 0,69 maka termasuk ke
dalam tingkat reliabilitas korelasi cukup. Hasil perhitungan reliabilitas berada di
antara koefisien 0,70 - 0,89 maka termasuk ke dalam tingkat reliabilitas korelasi
tinggi. Sedangkan, apabila hasil perhitungan reliabilitas berada di antara koefisien
0,90 - 1,09 maka dapat dinyatakan ke dalam tingkat reliabilitas korelasi sangat
tinggi. Dari pedoman tersebut, maka peneliti dapat mengetahui tingkat reliabilitas
berdasarkan koefisiennya.
2. Analisis soal secara kuantitatif
Analisis kuantitatif dilakukan untuk mengetahui apakah sebuah soal dapat
membedakan siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dan kemampuan rendah,
dan untuk mengetahui tingkat kesulitan soal. Khusus untuk pilihan ganda, analisis
dilakukan untuk mengetahui penyebaran pilihan jawaban dengan melihat berfungsi
tidaknya pengecoh. Berdasarkan hasil analisis kuantitatif inilah kemudian akan
diperoleh informasi mengenai soal baik, soal yang perlu diperbaiki, dan soal yang
gugur.11
a. Tingkat Kesulitan
Dalam penyusunan tes, guru juga harus memperhatikan aspek penyusunan
tes, sehingga tes yang disusun memiliki kualitas yang baik. Salah satu ciri atau
11Nursalam, Evaluasi Pembelajaran Matematika (Gowa: Pustaka Almaida, 2017), h. 151.
14
kriteria agar tes dapat dikatakan memiliki kualitas yang baik adalah yang tidak
terlalu mudah atau tidak terlalu sulit. Suharsimi Arikunto mengatakan bahwa soal
yang berkualitas baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sulit.12
Pendapat tersebut diperkuat oleh Nana Sudjana yang mengemukakan bahwa tingkat
kesulitan soal adalah penentuan kriteria soal yang termasuk ke dalam kategori
mudah, sedang, atau sulit. Soal yang terlalu mudah tidak membuat peserta didik
untuk mempertinggi usahanya dalam memecahkan suatu soal dalam tes. Soal yang
terlalu sulit juga akan membuat peserta didik putus asa untuk mencoba lagi
menyelesaikan soalnya.13 Kedua pendapat di atas menekankan bahwa soal yang
memiliki kualitas baik adalah yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sulit.
Cara yang dapat digunakan oleh guru untuk mengetahui tes yang diujikan
memiliki sifat mudah atau sulit untuk dikerjakan adalah dengan melakukan analisis
tingkat kesulitan butir soal. Melalui analisis tingkat kesulitan butir soal maka dapat
diketahui kategori soal termasuk ke dalam kriteria mudah, sedang, atau sulit. Sitti
Mania menjelaskan bahwa asumsi yang digunakan untuk memperoleh kualitas soal
yang baik, salah satu diantaranya adanya keseimbangan dari tingkat kesulitan soal
tersebut. Keseimbangan yang dimaksudkan adalah adanya soal-soal yang termasuk
mudah, sedang, dan sukar secara proporsional.14 Jadi, dari keempat pendapat di atas
dapat ditarik kesimpulan bahwa analisis tingkat kesulitan butir soal adalah suatu
cara yang digunakan untuk mengetahui seberapa mudah atau sulit soal yang
diujikan, serta dapat digunakan untuk mengetahui kualitas soal tersebut baik atau
tidak untuk diberikan kepada peserta didik.
12Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h.
222. 13Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2009), h. 135. 14Sitti Mania, Pengantar Evaluasi Pengaajaran (Makassar: Alauddin University Press,
2012), h.186-187.
15
Tingkat kesulitan disebut juga indeks kesulitan. Indeks kesulitan ini diberi
simbol P (P besar), singkatan dari kata “Proporsi”. Untuk menghitung tingkat
kesulitan soal dapat digunakan dengan beberapa cara, yaitu :
1) Menggunakan rumus tingkat kesulitan (TK)
Prosedur mencari indeks kesulitan dimulai setelah pekerjaan siswa
diperiksa dan diberi skor. Langkah-langkahnya sebagai berikut:15
a) Susunlah lembar jawaban berurutan mulai yang mendapat skor paling tinggi
sampai dengan paling rendah.
b) Membuat dua kelompok dari lembar jawaban itu yakni satu kelompok mulai
dari skor tertinggi dan satu kelompok mulai dari skor terendah. Ini dilakukan
bila jumlah lembar jawaban tidak lebih dari 100 buah. Kalau jumlah lembar
jawaban lebih dari 100 buah maka diambil 27% kelompok atas dan 27%
kelompok bawah.
c) Untuk setiap soal hitunglah jumlah siswa yang memilih tiap alternatif jawaban
yang ada. Dengan demikian, untuk soal bentuk benar salah atau soal bentuk
melengkapi (jawaban singkat) cukuplah menghitung jumlah siswa yang
menjawab benar soal tersebut.
d) Buatlah catatan dalam format seperti dibawah ini.
Tabel 2.2 Contoh Format untuk Memudahkan Mencari Indeks Kesulitan
Kelompok Kemungkinan Jawaban Tidak Menjawab
Kelompok Kemungkinan Jawaban Tidak
Menjawab A B C D
Atas 20 6 4 2 0
Bawah 4 21 5 1 1
15Ali Hamzah, Evaluasi Pembelajaran Matematika, h. 244-245.
39
16
Sepintas terdapat kesan bahwa pengisian format ini tidak perlu untuk
menghitung tingkat kesulitan soal. Namun, data dalam format ini akan sangat
diperlukan pada waktu meneliti pola jawaban soal untuk menemukan kualitas
tiap option.
e) Untuk setiap soal hitunglah jumlah siswa dalam tiap kelompok yang menjawab
betul soal tersebut. Caranya ialah menjumlahkan kedua angka di bawah kunci
jawaban yaitu kemungkinan jawaban yang diberi tanda bintang.
f) Hitunglah indeks kesulitan soal dengan menggunakan rumus berikut.
Keterangan :
D : Indeks kesulitan soal
Ba : Jumlah yang menjawab betul soal tersebut dari kelompok atas
Bb : Jumlah yang menjawab betul soal tersebut dari kelompok bawah
Ja : Jumlah lembar jawaban kelompok atas
Jb : Jumlah lembar jawaban kelompok bawah
2) Proporsi menjawab benar (proportion correct)
Persamaan yang digunakan untuk menentukan proportion correct adalah:16
Keterangan:
P = indeks kesulitan
B = banyaknya peserta didik yang menjawab soal itu dengan benar
JS = jumlah seluruh peserta tes
16Asrul, Rusydi Ananda, dan Rosnita, Evaluasi Pembelajaran (Bandung: Citapustaka
Media, 2014), h. 149
P = 𝐵
𝐽𝑆
D = 𝐵𝑎 + 𝐵𝑏
𝐽𝑎+𝐽𝑏
17
Difficulty index can range between 0.0 and 1.0. The higher value indicates
thata greater proportion of examinees responded to the quetion correctly,
or in the other words the higher the value the easier the question is.17
Suharsimi Arikunto mengemukakan bahwa klasifikasi tingkat kesulitan
butir soal dapat menggunakan kriteria sebagai berikut. 18
Tabel 2.3 Kriteria Tingkat Kesulitan Butir Soal
No Range Tingkat Kesulitan Kategori Keputusan
1 0,71-1,00 Mudah Ditolak/direvisi
2 0,31-0,70 Sedang Diterima
3 0,00-0,30 Sulit Ditolak/direvisi
Tabel 2.3 mengenai kriteria tingkat kesulitan butir soal ini terdiri dari empat
kolom. Kolom pertama adalah nomor urut. Kolom kedua adalah range tingkat
kesulitan. Pada kolom kedua ini berisi ukuran tingkat kesulitan butir soal yang
dinyatakan ke dalam angka kisaran atau range. Kolom ketiga adalah kategori.
Pada kolom ini berisi kategori tingkat kesulitan butir soal yang dinyatakan ke
dalam tiga kategori, yaitu mudah, sedang, dan sulit. Kolom keempat adalah
keputusan. Pada kolom ini berisi keputusan mengenai hasil analisis butir soal
yang dinyatakan ke dalam tiga keputusan.
Dari tabel 2.3 dapat dilihat, bahwa apabila hasil perhitungan terhadap
tingkat kesulitan menunjukkan range 0,00 sampai 0,30 maka butir soal yang
17Helena Borozova dan Jan Rydval, “Analysis Of Exam Result Of The Subject ‘Applied
Mathematics For IT’”, Journal on Efficiency and Responsibility in Education and Science 7, no. 3-
4 (2014): h. 60 18Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h.
225.
18
diujikan termasuk ke dalam kategori sulit, sehingga akan ditolak atau harus
direvisi. Selanjutnya, apabila hasil perhitungan terhadap tingkat kesulitan
menunjukkan range 0,31 sampai 0,70 maka butir soal yang diujikan termasuk ke
dalam kategori sedang, sehingga akan diterima. Apabila hasil perhitungan terhadap
tingkat kesulitan menunjukkan range 0,71 sampai 1,00 maka butir soal yang
diujikan termasuk ke dalam kategori mudah, sehingga akan ditolak atau harus
direvisi. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa, kriteria tingkat kesulitan
yang baik adalah apabila butir soal yang diujikan termasuk ke dalam kategori
sedang, yaitu berada pada range 0,31 sampai 0,70. Apabila butir soal memiliki
kategori mudah atau sulit, maka butir soal tersebut akan ditolak atau harus direvisi.
Perbaikan pada butir soal dengan kategori tingkat kesulitan mudah,
sedang, dan sulit dilakukan apabila proporsi tingkat kesulitan pada butir soal
suatu tes belum sesuai dengan pembagian kategori tingkat kesulitan. Kunandar
menjelaskan proporsi tingkat kesulitan butir soal suatu tes yang dipaparkan
pada tabel 2.4 berikut ini.19
Tabel 2.4 Proporsi Tingkat Kesulitan Butir Soal
Kategori Tingkat Kesulitan Butir Soal Persentase (%)
Mudah 30%
Sedang 50%
Sulit 20%
Dari tabel 2.4 mengenai proporsi tingkat kesulitan butir soal dapat
diketahui bahwa tingkat kesulitan butir soal suatu tes dapat dikatakan baik
19Kunandar, Penilaian Autentik ( Jakarta : Rajawali press, 2014), h. 201.
19
apabila memiliki proporsi kategori mudah sebesar 30%, kategori sedang sebesar
50%, dan kategori sulit sebesar 20%. Oleh karena itu, perbaikan pada butir
soal suatu tes dapat dilakukan apabila proporsi tingkat kesulitan dengan kategori
mudah, sedang, dan sulit belum sesuai dengan proporsi tingkat kesulitan butir soal
seperti yang telah diuraikan sebelumnya.
b. Daya Pembeda
Kriteria atau ciri lainnya agar tes dapat dikatakan memiliki kualitas
yang baik adalah yang dapat membedakan antara peserta didik yang mampu
dan yang kurang mampu dalam menyelesaikan tes tersebut. Daryanto menjelaskan
bahwa daya pembeda adalah kemampuan soal untuk membedakan peserta
didik yang memiliki kemampuan tinggi dan yang memiliki kemampuan
rendah.20 Pendapat senada dikemukakan oleh Anas Sudijono yang mengemukakan
bahwa daya pembeda merupakan kemampuan butir soal untuk membedakan
peserta didik yang berkemampuan tinggi dan yang berkemampuan rendah.21
Pendapat lainnya yang senada dikemukakan oleh Zainal Arifin yang mengatakan
bahwa daya pembeda adalah pengukuran sejauh mana butir soal mampu
membedakan peserta didik yang sudah menguasai kompetensi dengan peserta didik
yang belum menguasai kompetensi.22 Ketiga pendapat di atas menekankan
bahwa daya pembeda merupakan kemampuan butir soal dalam membedakan
20Daryanto, Evaluasi Pendidikan: Komponen MKDK (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), h. 183. 21Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 385-
386 22Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur (Cet 5; Bandug: PT
Remaja Rosdakarya Offset, 2013), h. 273.
20
peserta didik yang berkemampuan tinggi dan yang berkemampuan rendah dalam
menyelesaikan butir soal.
Analisis terhadap butir soal untuk membedakan peserta didik yang mampu
dan yang kurang mampu dalam mengerjakan suatu tes adalah dengan menggunakan
analisis daya pembeda. Analisis daya pembeda bertujuan untuk mengetahui
kemampuan soal dalam membedakan peserta didik yang tergolong memiliki
prestasi yang tinggi dan peserta didik yang memiliki prestasi yang rendah.23 Jadi,
dari keempat pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa analisis daya
pembeda digunakan untuk mengetahui kemampuan butir soal dalam
membedakan antara peserta didik yang memiliki kemampuan atau prestasi yang
tinggi dan yang memiliki kemampuan atau prestasi yang rendah, serta digunakan
untuk mengetahui peserta didik yang telah atau belum menguasai kompetensi
pembelajaran.
Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi,
disingkat D. 24
The term “discriminating index” is used to indicate the extent to which
response to an item could distinguish between the strong and the weak
students like difficulty index, most items are found to have discriminating
indices varying between zero to 1.00.25
Langkah-langkah yang dilakukan untuk menguji daya pembeda adalah
sebagai berikut.26
1) Menghitung jumlah skor total tiap peserta didik.
23Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2009), h. 141. 24Asrul, Rusydi Ananda, dan Rosnita, Evaluasi Pembelajaran (Bandung: Citapustaka
Media, 2014), h. 152 25Evroro and Edhereveno Sylvanus, “Item Analysis of Test of Number Operations”, Asian
Journal of Educational Research 3, no. 1 (2015): h. 19 26Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran (Prinsip, Teknik, Prosedur), h. 133.
21
2) Mengurutkan skor total mulai dari skor terbesar sampai dengan skor terkecil.
3) Menetapkan kelompok atas dan kelompok bawah.
4) Menghitung rata-rata skor untuk masing-masing kelompok (kelompok atas
maupun kelompok bawah)
5) Menghitung daya pembeda soal
6) Membandingkan daya pembeda dengan kriteria indeks diskriminasi
Suharsimi Arikunto mengemukakan bahwa untuk menentukan daya
pembeda digunakan rumus sebagai berikut: 27
di mana:
D = daya pembeda
JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu
dengan benar
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu
dengan benar
PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Basuki dan Hariyanto mengemukakan bahwa kriteria daya pembeda
dapat diklarifikasikan sebagai berikut. 28
27Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h.
228. 28Ismet Basuki dan Hariyanto, Asesmen Pembelajaran (Bandung: PT Remaja Rosdakarya
offiset, 2014), h. 141.
D = 𝐵𝐴
𝐽𝐴−
𝐵𝐵
𝐽𝐵= PA – PB
22
Tabel 2.5 Kriteria Daya Pembeda Butir Soal
Indeks Diskriminasi
(Daya Pembeda)
Kriteria
0,40 atau lebih Sangat Baik (Butir soal dapat diterima)
0,30 – 0,39
Cukup Baik (Butir soal dapat diterima dengan
perbaikan)
0,20 – 0,29
Sedang (Butir soal perlu pembahasan dan perlu
diperbaiki)
0,19 ke bawah
Buruk (Butir soal ditolak atau dibuang dan
digantikan oleh butir soal yang lain)
Tabel 2.5 terdiri dari dua kolom, yaitu kolom indeks diskriminasi (daya
pembeda) dan kolom kriteria. Kolom pertama adalah kolom indeks diskriminasi
(daya pembeda). Pada kolom pertama ini berisi ukuran daya pembeda butir soal
yang dinyatakan ke dalam angka kisaran atau range. Kolom kedua adalah kolom
kriteria. Pada kolom kedua ini berisi kriteria daya pembeda butir soal.
Dari tabel 2.5 tersebut dapat dilihat, bahwa apabila hasil perhitungan
terhadap daya pembeda menunjukkan nilai 0,40 atau lebih maka butir soal dapat
dikategorikan ke dalam kriteria yang sangat baik sehingga, butir soal dapat
diterima. Apabila hasil perhitungan terhadap daya pembeda menunjukkan nilai
0,30 sampai 0,39 maka soal yang diujikan dapat dikategorikan ke dalam kriteria
yang cukup baik sehingga butir soal dapat diterima dengan perbaikan. Apabila hasil
perhitungan terhadap daya pembeda menunjukkan nilai 0,20 sampai 0,29 maka
soal dapat dikategorikan ke dalam kriteria sedang, sehingga butir soal perlu
pembahasan dan perlu diperbaiki. Selanjutnya, apabila hasil perhitungan terhadap
daya pembeda menunjukkan nilai di bawah 0,19 maka dapat dikategorikan ke
dalam kriteria buruk, sehingga butir soal ditolak atau dibuang dan digantikan oleh
butir yang lain.
23
c. Efektivitas Pengecoh
Analisis efektivitas pengecoh dilakukan khusus untuk soal bentuk objektif
model pilihan ganda (multiple choice item). Di dalam soal pilihan ganda dilengkapi
dengan beberapa alternatif jawaban yang disebut dengan option (opsi). Opsi biasa
berkisar antara 3 sampai dengan 5 buah. Dari opsi tersebut terdapat salah satu
jawaban yang benar dan itu yang disebut dengan kunci jawaban, sedangkan sisanya
merupakan jawaban salah yang disebut dengan distraktor (pengecoh).29 Anas
Sudijono mengatakan bahwa pengecoh adalah jawaban-jawaban yang salah,
kecuali kunci jawaban soal tersebut. Pengecoh digunakan untuk mengecoh peserta
didik dalam memilih jawaban soal. Pengecoh yang baik adalah yang mampu
membuat peserta didik harus melakukan pemahaman terhadap pertanyaan dan
jawaban yang benar.30 Hal ini sesuai dengan pendapat Djiwandono yang
mengemukakan bahwa kemiripan pengecoh dengan kunci jawaban harus
diusahakan sedemikian rupa sehingga hanya dapat dikenali kekurangtepatannya
melalui pemahaman dan telaah yang mendalam.31 Ketiga pendapat di atas
menekankan bahwa pengecoh merupakan pilihan jawaban selain kunci jawaban
yang dapat mengecoh peserta didik dalam memilih atau menentukan pilihan
jawabannya, sehingga diperlukan pemahaman terhadap soal maupun pilihan
jawabannya.
29Elis Ratnawulan dan Rusdiana, Evaluasi Pembelajaran, dengan pengantar Sutaryat
Trisnamansyah (Bandung: Pustaka Setia, 2014), h. 218 30Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 409. 31Soenardi Djiwandono, Tes Bahasa: Pegangan Bagi Pengajar Bahasa (Jakarta: PT
Macanan Cermelang, 2008), h. 225.
24
Suatu tes dapat dikatakan memiliki kualitas yang baik, apabila melalui tahap
analisis efektivitas pengecoh. Uno dan Koni mengemukakan bahwa analisis
efektivitas pengecoh digunakan untuk menentukan apakah pengecoh sudah
berfungsi sebagai pengecoh yang baik atau tidak.32 Jadi, dari keempat pendapat di
atas dapat ditarik kesimpulan bahwa analisis efektivitas pengecoh adalah suatu
metode atau cara yang dapat digunakan untuk mengetahui apakah pengecoh
dapat berfungsi dengan baik atau tidak dalam mempengaruhi peserta didik dalam
menjawab soal.
Daryanto mengatakan bahwa pengecoh dapat dikatakan berfungsi baik
jika paling sedikit dipilih oleh 5% peserta tes.33 Hal senada diungkapkan
oleh Sudijono yang menjelaskan bahwa pengecoh dapat berfungsi dengan baik
apabila pengecoh tersebut sekurang-kurangnya telah dipilih oleh 5% dari
seluruh peserta tes.34 Pendapat tersebut diperkuat oleh Basuki dan Hariyanto
yang mengemukakan bahwa pengecoh dapat dikatakan berfungsi dengan baik
apabila pengecoh tersebut minimal dipilih oleh 5% peserta tes, pengecoh yang
tidak berfungsi dengan baik direkomendasikan untuk direvisi.35 Dari ketiga
pendapat di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengecoh dapat
dikatakan berfungsi dengan baik apabila pengecoh tersebut telah dipilih oleh
peserta tes sekurang-kurangnya 5% dari keseluruhan peserta tes dan apabila
32Hamzah B. Uno dan Satria Koni, Assessment Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara,
2012), h. 157. 33Daryanto, Evaluasi Pendidikan: Komponen MKDK (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), h. 193. 34Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 411. 35Ismet Basuki dan Hariyanto, Asesmen Pembelajaran (Bandung: PT Remaja Rosdakarya
offiset, 2014), h. 144.
25
pengecoh tidak berfungsi dengan baik maka pengecoh harus diganti atau
direvisi.
Indeks pengecoh dihitung dengan rumus:36
di mana:
IP = indeks pengecoh
P = jumlah peserta didik yang memilih pengecoh
N = jumlah peserta didik yang ikut tes
B = jumlah peserta didik yang menjawab benar pada setiap soal
n = jumlah alternative jawaban (opsi)
1 = bilangan tetap
Tolok ukur untuk menginterpretasikan kualitas pengecoh tiap butir soal
adalah sebagai berikut:37
Tabel 2.6 Kriteria Indeks Pengecoh Butir Soal
Nilai P Interpretasi
Lebih dari 200% Sangat Jelek
0% - 25% atau 176% - 200% Jelek
26% - 50% atau 151% - 175% Kurang Baik
51% - 75% atau 126% - 150% Baik
76% - 125% Sangat Baik
Berdasarkan kriteria di atas, peneliti dapat menginterpretasikan indeks
pengecoh yang diperolah.
36Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur (Cet 5; Bandug: PT
Remaja Rosdakarya Offset, 2013), h. 279. 37Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur, h. 280
IP = 𝐏
(𝐍−𝐁)/(𝐧−𝟏) x 100%
26
Adapun kriteria penentuan kualitas pengecoh pada setiap butir soal
didasarkan pada beberapa pertimbangan berikut:
1) Butir soal dikatakan memiliki pengecoh yang sangat baik, apabila semua
pengecoh pada butir soal berfungsi.
2) Butir soal dikatakan memiliki pengecoh yang baik, apabila pada butir soal
terdapat 1 pengecoh yang tidak berfungsi.
3) Butir soal dikatakan memiliki pengecoh yang kurang baik, apabila pada butir
soal terdapat 2 pengecoh yang tidak berfungsi.
4) Butir soal dikatakan memiliki pengecoh yang buruk, apabila pada butir soal
terdapat 3 pengecoh yang tidak berfungsi.
5) Butir soal dikatakan memiliki pengecoh yang sangat buruk, apabila pada butir
soal terdapat 4 atau lebih pengecoh yang tidak berfungsi.
Berdasarkan beberapa uraian di atas terdapat lima hal yang harus
diperhatikan dalam menganalisis butir soal yaitu validitas, reliabilitas, tingkat
kesulitan, daya pembeda, dan efektivitas pengecoh pada setiap butir soal dalam
suatu tes. Namun peneliti hanya melakukan analisis kuantitatif yaitu analisis tingkat
kesulitan, daya pembeda dan efektivitas pengecoh.
B. Kajian Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Hodiyanto pada tahun 2017 yang berjudul
“Analisis Butir Soal Pilihan Ganda Matematika Sekolah Menengah Pertama”.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui baik atau tidaknya instrumen ditinjau
dari reabilitas soal, baik atau tidaknya butir-butir soal ditinjau dari daya pembeda
dan indeks kesulitan, serta befungsi dan tidaknya pengecoh dalam soal tersebut.
Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Adapun hasil penelitian
27
sebagai berikut: (1) realibilitas instrumen yang dibuat oleh guru tergolong kurang
baik. (2) jika dilihat dari daya pembeda butir soal, butir soal yang memiliki kriteria
baik hanya 8 soal dari 20 butir soal. (3) pengecoh tidak berfungsi dengan baik dari
20 butir soal.38
Penelitian yang dilakukan oleh Abdul Karim pada tahun 2018 yang berjudul
“Analisis Kualitas Soal Perlombaan Matematika Tingkat SMA”. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menganalisis kualitas soal perlombaan matematika
tingkat SMA sederajat berdasarkan analisis butir soal secara kuantitatif dan sebagai
bahan masukan untuk perbaikan soal perlombaan matematika yang akan datang
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Dalam penelitian
ini teknik menggumpulkan data adalah dokumen soal yang digunakan pada saat
kompetisi matematika yang diadakan oleh program studi pendidikan matematika
Universitas Indraprasta PGRI. Objek penelitian ini adalah soal (termasuk
kunci jawaban) dan lembar jawaban soal yang dikerjakan peserta. Populasi dan
sampel penelitian adalah seluruh soal dan jawaban pada kompetisi matematika yang
berjumlah 109 peserta. Hasil analisis butir soal secara kuantitatif terbagi menjadi
empat yaitu a) Ditinjau dari validitas, b) Ditinjau dari reliabilitas, c) Ditinjau dari
daya beda dan d) Ditinjau dari tingkat kesulitan. Hasil penelitian sebagai berikut
dari 50 soal yang diberikan kepada peserta lomba matematika terdapat 12% atau 6
soal yang tidak valid. Analisis butir soal kunatitatif ditinjau dari daya beda, dari 50
soal kompetisi matematika tingkat daya beda soal dapat dilihat cukup baik. Analisis
butir soal ditinjau dari tingkat kesulitan, dari 50 soal kompetisi matematika yang
38Hodiyanto, “Analisis Butir Soal Pilihan Ganda Matematika Sekolah Menengah Pertama”,
Jurnal Buana Matematika 7, no. 2 (2017): h. 53
28
diberikan memiliki tingkat kesulitan memiliki tingkat sedang dan sukar. Analisis
butir soal ditinjau dari reliabilitas, dari 50 soal kompetisi matematika memiliki
reliabilitas yang sangat baik. Dengan demikian, soal lomba matematika yang
diadakan oleh program studi pendidikan matematika Universitas Indraprasta PGRI
sudah baik walau pun ada beberapa soal yang perlu diperbaiki.39
Penelitian yang dilakukan oleh Aziz pada tahun 2016 yang berjudul
“Analisis Tes Buatan Guru Bidang Studi Matematika Kelas V SD 1 Katobengke”.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kesulitan, daya pembeda,
keberfungsian pengecoh soal ulangan semester genap bidang studi matematika
kelas V SD Negeri 1 Katobengke. Adapun jenis penelitian yang dilaksanakan
adalah jenis penelitian Terapan. Penelitian ini dilaksanakan pada Ulangan Semester
II kelas V tahun ajaran 2013/2014 di SD Negeri 1 Katobengke. Populasi dalam
penelitian ini adalah semua siswa yang mengikuti ulangan semester II kelas Va
bidang studi matematika tahun ajaran 2013/2014. Sedangkan jumlah sampel yang
diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 siswa. Analisis data yang diajukan
analisis kuantitatif yang digunakan untuk mengolah data hasil penelitian, dalam hal
ini menganalisis data, meliputi tingkat kesulitan soal, daya pembeda soal, dan
pengecoh soal. Dari hasil penelitian analisis butir soal bidang studi matematika
siswa kelas V semester II tahun ajaran 2013/2014 di SD Negeri 1 Katobengke dapat
dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1) tingkat kesulitan soal terdiri
dari 15% soal mudah, 85% soal sedang, dan tidak ada soal yang sukar, hal ini
menunjukkan bahwa tingkat kesulitan soal tes yang diselidiki ini termasuk kurang
39Abdul Karim, “Analisis Kualitas Soal Perlombaan Matematika Tingkat SMA”, Jurnal
Ilmiah Multi Sciences 10, no. 1 (2018): h. 1
29
baik; 2) daya pembeda soal terdiri dari 10% soal dengan daya pembeda sangat
rendah, 20% soal dengan daya pembeda rendah, 55% soal dengan daya pembeda
cukup, 15% soal dengan daya pembeda tinggi, dan tidak ada soal yang mempunyai
daya pembeda tinggi; dan 3) pengecoh soal terdiri dari 60% memiliki pengecoh
yang baik dan 30% tidak memilikih pengecoh yang baik.40
40Aziz, “Analisis Tes Buatan Guru Bidang Studi Matematika Kelas V SD 1 Katobengke”,
Jurnal Edumaticai 6, no. 1 (2016): h. 15
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian evaluatif. Evaluasi adalah kegiatan
mengumpulkan data atau informasi, untuk dibandingkan dengan kriteria tertentu,
kemudian diambil kesimpulan.1 Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
kuantitatif.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MTs Madani Alauddin Pao-pao Kabupaten Gowa.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitiannya adalah semua butir soal dan lembar jawaban siswa
peserta USBN di MTs Madani Alauddin Pao-pao Kabupaten Gowa tahun ajaran
2017/2018, adapun jumlah butir soal tersebut sebanyak 35 dengan 30 butir bentuk
soal pilihan ganda dengan 4 opsi pilihan jawaban dan 5 butir bentuk soal uraian.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data ialah cara-cara yang dapat digunakan oleh
peneliti untuk mengumpulkan data.2 Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah teknik dokumentasi. Metode ini digunakan untuk mendapatkan data
penelitian yang berupa soal-soal beserta hasil USBN mata pelajaran matematika di
MTs Madani Alauddin Pao-pao Kabupaten Gowa tahun ajaran 2017/2018.
1Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), h.36
31
E. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan cara yang digunakan untuk menyusun dan
mengolah data yang telah terkumpul, sehingga peneliti dapat mengambil
kesimpulan yang bersifat ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan. Analisis data
dilakukan terhadap butir soal USBN mata pelajaran matematika MTs Madani
Alauddin Pao-pao Kabupaten Gowa tahun ajaran 2017/2018 dengan teknik analisis
data kuantitatif. Peneliti menganalisis data untuk mencari tingkat kesulitan, daya
pembeda, dan efektivitas pengecoh dengan bantuan software Anates.
1. Tingkat Kesulitan
Tingkat kesulitan disebut juga sebagai indeks kesulitan. Soal yang memiliki
kualitas baik adalah yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sulit. Daryanto
menjelaskan mengenai rumus untuk mencari tingkat kesulitan sebagai berikut.
di mana:
P = indeks kesulitan
B = banyaknya peserta didik yang menjawab soal itu dengan benar
JS = jumlah seluruh peserta tes
2. Daya Pembeda
Daya pembeda merupakan kemampuan butir soal dalam membedakan
peserta didik yang berkemampuan tinggi dan yang berkemampuan rendah dalam
P = 𝐵
𝐽𝑆
32
menyelesaikan butir soal. Suharsimi Arikunto mengemukakan bahwa untuk
menentukan daya pembeda digunakan rumus sebagai berikut: 3
di mana:
D = daya pembeda
JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu
dengan benar
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu
dengan benar
PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
3. Efektivitas Pengecoh
Pengecoh merupakan pilihan jawaban selain kunci jawaban yang dapat
mengecoh peserta didik dalam memilih atau menentukan pilihan jawabannya,
sehingga diperlukan pemahaman terhadap soal maupun pilihan jawabannya.
Pengecoh dapat dikatakan berfungsi dengan baik apabila pengecoh tersebut
telah dipilih oleh peserta tes sekurang-kurangnya 5% dari keseluruhan peserta
tes.
3Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, h. 228.
D = 𝐵𝐴
𝐽𝐴−
𝐵𝐵
𝐽𝐵= PA – PB
33
Indeks pengecoh dihitung dengan rumus:4
di mana:
IP = indeks pengecoh
P = jumlah peserta didik yang memilih pengecoh
N = jumlah peserta didik yang ikut tes
B = jumlah peserta didik yang menjawab benar pada setiap soal
n = jumlah alternative jawaban (opsi)
1 = bilangan tetap
Adapun kriteria penentuan kualitas pengecoh pada setiap butir soal
didasarkan pada beberapa pertimbangan berikut:
a. Butir soal dikatakan memiliki pengecoh yang sangat baik, apabila semua
pengecoh pada butir soal berfungsi.
b. Butir soal dikatakan memiliki pengecoh yang baik, apabila pada butir soal
terdapat 1 pengecoh yang tidak berfungsi.
c. Butir soal dikatakan memiliki pengecoh yang kurang baik, apabila pada butir
soal terdapat 2 pengecoh yang tidak berfungsi.
d. Butir soal dikatakan memiliki pengecoh yang buruk, apabila pada butir soal
terdapat 3 pengecoh yang tidak berfungsi.
e. Butir soal dikatakan memiliki pengecoh yang sangat buruk, apabila pada butir
soal terdapat 4 atau lebih pengecoh yang tidak berfungsi.
4Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur (Cet 5; Bandug: PT
Remaja Rosdakarya Offset, 2013), h. 279.
IP = 𝑷
(𝑵−𝑩)/(𝒏−𝟏) x 100%
34
4. Analisis butir soal dengan program AnatesV4
a. Analsis butir soal pilihan ganda dengan Anates
Langkah-langkah analisis butir soal pilihan ganda dengan Anates sebagai
berikut:5
1) Klik “Jalankan Anates Pilihan Ganda” akan muncul tampilan berikut :
2) Pada kolom FILE, klik “Buat File Baru” untuk analisis baru, “Baca File yg
Ada” untuk membuka file tersimpan, “Keluar dari Anates” untuk keluar
program.
3) Klik “Buat File Baru”, akan tampil dialog box :
5Panji Priatna, “Analisis Pilihan Ganda Menggunakan Program Anates”.
http://asyikbelajar-komputer.blogspot.com/2011/04/analisis-soal-pilihan-gandamenggunakan.html.
(2 juni 2018)
35
4) Pada Jumlah Subyek tuliskan jumlah peserta tes, jumlah soal dan jumlah
option, kemudian klik OK,
5) Masukkan kunci jawaban masing-masing nomor soal, tuliskan masing-
masing nama peserta tes dan jawaban peserta tes untuk masing-masing soal,
untuk semua peserta. Setelah selesai akan tampak seperti berikut :
6) Entri data selesai. Kemudian pilih dan klik “Kembali Ke Menu Utama”,
36
7) Pada kolom PENYEKORAN pilih “Olah Semua Otomatis”
8) Proses analisis selesai, pilih “ Cetak ke printer” jika mau langsung diprint,
pilih “Cetak ke file” jika mau disimpan dalam Notepad.
9) Klik “Kembali Ke Menu Sebelumnya”, pada kolom FILE pilih “Simpan”
10) Klik “ Keluar dari Anates” pada dialog box klik “Yes”
b. Analsis butir soal urain dengan Anates
Langkah-langkah analisis butir uraian dengan Anates sebagau berikut:
1) Klik “Jalankan Anates Urain” akan muncul tampilan berikut :
37
2) Pada kolom FILE, klik “Buat File Baru” untuk analisis baru, “Baca File yg
Ada” untuk membuka file tersimpan, “Keluar dari Anates” untuk keluar
program.
3) Klik “Buat File Baru”, akan tampil dialog box :
4) Pada Jumlah Subyek tuliskan jumlah peserta tes dan isi jumlah soal,
kemudian klik OK,
38
5) Masukkan skor ideal (skor maksimal tiap butirnya), tuliskan masing-masing
nama peserta tes dan skor yang didapatkan peserta tes tiap butirnya. Setelah
selesai akan tampak seperti berikut :
6) Entri data selesai. Kemudian pilih dan klik “Kembali Ke Menu Utama”,
39
7) Pada kolom PENYEKORAN pilih “Olah Semua Otomatis”
8) Proses analisis selesai, pilih “ Cetak ke printer” jika mau langsung diprint,
pilih “Cetak ke file” jika mau disimpan dalam Notepad.
9) Klik “Kembali Ke Menu Sebelumnya”, pada kolom FILE pilih “Simpan”
10) Klik “ Keluar dari Anates” pada dialog box klik “Yes”
Setelah hasil analisis data menggunakan AnatesV4 diperoleh,
penentuan kualitas soal antara soal yang berkualitas baik, cukup baik, dan
tidak baik didasarkan pada beberapa pertimbangan berikut:
40
1) Apabila butir soal memenuhi tiga kriteria soal yang baik yaitu tingkat
kesulitan, daya pembeda, dan efektivitas pengecoh, maka soal tersebut dapat
dikatakan soal yang baik dan dapat disimpan dalam bank soal.
2) Apabila butir soal memenuhi dua dari tiga kriteria soal yang baik yaitu tingkat
kesulitan, daya pembeda, dan efektivitas pengecoh, maka soal tersebut dapat
dikatakan soal yang cukup baik dan belum bisa disimpan dalam bank soal.
Soal tersebut harus direvisi sampai memenuhi tiga kriteria.
3) Apabila butir soal memenuhi satu atau bahkan tidak ada dari tiga kriteria soal
yang baik yaitu tingkat kesulitan, daya pembeda, dan efektivitas pengecoh,
maka soal tersebut dapat dikatakan soal yang tidak baik (jelek) dan tidak bisa
disimpan dalam bank soal. Soal tersebut harus direvisi sampai memenuhi tiga
kriteria atau soal tersebut dibuang dan diganti dengan soal yang baru.
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
Data pada penelitian ini diperoleh melalui penelitian yang dilakukan pada
tanggal 9 s.d. 16 Mei 2018 di MTs Madani Alauddin Pao-pao Kabupaten Gowa.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik dokumentasi. Berdasarkan
teknik dokumentasi tersebut, diperoleh dokumen-dokumen berupa soal USBN,
kunci jawaban soal, serta lembar jawaban siswa yang mengikuti USBN. Soal yang
digunakan adalah soal pilihan ganda berjumlah 30 butir dan 5 butir soal uraian.
Hasil yang diperoleh dari analisis butir soal USBN mata pelajaran
matematika di MTs Madani Alauddin Pao-pao Kabupaten Gowa tahun ajaran
2017/2018 menggunakan aplikasi AnatesV4 sebagai berikut:
1. Tingkat Kesulitan
Tingkat kesulitan disebut juga sebagai indeks kesulitan. Soal yang memiliki
kualitas baik adalah yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sulit. Adapun
kriteria interpretasi hasil perhitungan tingkat kesulitan soal yaitu 0,71 ≤ P ≤ 1,00
termasuk kategori mudah; 0,31 ≤ P ≤ 0,70 termasuk kategori sedang; 0,00 ≤ P ≤
0,30 termasuk kategori sulit.
Distribusi dari 35 soal USBN mata pelajaran matematika di MTs Madani
Alauddin Pao-pao Kabupaten Gowa tahun ajaran 2017/2018 berdasarkan kriteria
tingkat kesulitan soal digambarkan pada tabel 4.1 berikut..
42
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Kesulitan Soal USBN
mata pelajaran matematika di MTs Madani Alauddin Pao-pao Kabupaten
Gowa tahun ajaran 2017/2018
No Kriteria Nomor Soal Jumlah Presentase
1 Mudah - 0 0%
2 Sedang 1,4,5,7,8,9,10,11,12,14,19,
20,21,22,26,27,28,31,35
19 54,29%
3 Sulit 2,3,6,13,15,16,17,18,
23,24,25,29,32,33,34
16 45,71%
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 35 butir soal, sebagian besar berada
pada kategori sedang karena dapat dilihat bahwa sebanyak 19 butir soal (54,29%)
dengan tingkat kesulitan soal dalam kategori sedang, 16 butir soal (45,71%) dalam
kategori sulit, dan tidak ada soal (0%) dalam kategori mudah.
2. Daya Pembeda
Daya pembeda merupakan kemampuan butir soal dalam membedakan
peserta didik yang berkemampuan tinggi dan yang berkemampuan rendah dalam
menyelesaikan butir soal. Kategori interpretasi hasil perhitungan berdasarkan daya
pembeda yaitu 0,40 ≤ D termasuk kategori sangat baik; 0,30 ≤ D ≤ 0,39 termasuk
kategori cukup baik; 0,20 ≤ D ≤ 0,29 termasuk kategori sedang; D ≤ 0,19 termasuk
kategori buruk.
Distribusi dari 35 soal USBN mata pelajaran matematika di MTs Madani
Alauddin Pao-pao Kabupaten Gowa tahun ajaran 2017/2018 berdasarkan kriteria
daya pembeda soal digambarkan pada tabel 4.2 berikut..
43
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Daya Pembeda Soal USBN
mata pelajaran matematika di MTs Madani Alauddin Pao-pao Kabupaten
Gowa tahun ajaran 2017/2018
No Kriteria Nomor Soal Jumlah Presentase
1 Sangat baik 1,8,19,21,22,27,31,32,33,34 10 28,57%
2 Cukup baik 2,10,11,14,20,35 6 17,14%
3 Sedang 4,5,7,9,12,13,24 7 20%
4 Buruk 3,6,15,16,17,18,23,25,26,
28,29,30
12 34,29%
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa daya pembeda butir soal USBN mata
pelajaran matematika di MTs Madani Alauddin Pao-pao Kabupaten Gowa tahun
ajaran 2017/2018 yakni sebanyak 10 butir soal (28,57%) dengan daya pembeda soal
dalam kategori sangat baik, 6 butir soal (17,14%) dalam kategori cukup baik, 7 butir
soal (20%) dalam kategori sedang, dan 12 butir soal (34,29%) dalam kategori buruk
3.Efektivitas pengecoh
Pengecoh dapat dikatakan berfungsi dengan baik apabila pengecoh
tersebut telah dipilih oleh peserta tes sekurang-kurangnya 5% dari keseluruhan
peserta tes.
Berdasarkan hasil analisis soal USBN mata pelajaran matematika di MTs
Madani Alauddin Pao-pao Kabupaten Gowa tahun ajaran 2017/2018 menggunakan
AnatesV4 diketahui bahwa dari 90 pengecoh sebanyak 44 pengecoh (48,89%)
dengan efektivitas pengecoh dalam kategori sangat baik, sebanyak 27 pengecoh
(30%) kategori baik, sebanyak 15 pengecoh (16,67%) kategori kurang baik,
44
sebanyak 4 opsi (4,44%) kategori buruk, dan tidak ada opsi dalam kategori sangat
buruk.
Distribusi dari 35 soal USBN mata pelajaran matematika di MTs Madani
Alauddin Pao-pao Kabupaten Gowa tahun ajaran 2017/2018 berdasarkan kriteria
efektivitas pengecoh soal digambarkan pada tabel 4.3 berikut..
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi dan Persentase efektivitas pengecoh Soal Soal
USBN mata pelajaran matematika di MTs Madani Alauddin Pao-pao
Kabupaten Gowa tahun ajaran 2017/2018.
No Kriteria Nomor Soal Jumlah Presentase
1 Sangat baik 4,6,9,10,15,16,20,21,24,28 10 33,33%
2 Baik 1,3,11,13,14,22,23,25,26 9 30%
3 Kurang baik 5,12,27 3 10%
4 Buruk 2,7,8,17,18,19,29,30 8 26,67%
5 Sangat buruk - 0 0%
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari 30 butir soal terdapat sebanyak 10 butir
(33,33%) memiliki kualitas pengecoh yang sangat baik dan tidak ada butir (0%)
yang memiliki kualitas opsi sangat buruk meskipun terdapat 9 butir (30%) soal
memiliki kualitas pengecoh yang baik, 3 butir (10%) memiliki kualitas pengecoh
yang kurang baik dan 8 butir (26,67%) yang berkualitas buruk.
Hasil analisis tingkat kesulitan, daya pembeda, dan efektivitas pengecoh
yang telah diperoleh selanjutnya dianalisis untuk menentukan kualitas soal antara
soal yang berkualitas baik, cukup baik, dan tidak baik didasarkan pada beberapa
pertimbangan berikut:
45
a. Butir soal dikatakan baik jika memenuhi tiga kriteria yaitu tingkat kesulitan,
daya pembeda, dan efektivitas pengecoh, maka soal tersebut dapat dikatakan
soal yang baik dan dapat disimpan dalam bank soal.
b. Butir soal dikatakan cukup baik jika memenuhi dua dari tiga kriteria yaitu
tingkat kesulitan, daya pembeda, dan efektivitas pengecoh, maka soal tersebut
dapat dikatakan dan belum bisa disimpan dalam bank soal. Soal tersebut harus
direvisi sampai memenuhi tiga kriteria.
c. Butir soal yang tidak baik (jelek) jika hanya memenuhi satu atau bahkan tidak
ada dari tiga kriteria yaitu tingkat kesulitan, daya pembeda, dan efektivitas
pengecoh, maka soal tersebut tidak bisa disimpan dalam bank soal atau
diganti dengan soal yang baru. Soal tersebut sebaiknya dibuang atau diganti
dengan yang baru.
Deskripsi hasil analisis butir soal USBN mata pelajaran matematika di MTs
Madani Alauddin Pao-pao Kabupaten Gowa tahun ajaran 2017/2018 dirangkum
sebagai pada tabel 4.4 berikut :
Tabel 4.4 Hasil Analisis Butir Soal USBN Mata Pelajaran Matematika di
MTs Madani Alauddin Pao-pao Kabupaten Gowa Tahun Ajaran 2017/2018
Nomor
Soal
Tingkat
Kesulitan
Daya
Pembeda
Efektivitas
pengecoh
Kualitas soal
1 Sedang Sangat Baik Baik Baik
2 Sulit Cukup Baik Buruk Tidak Baik
3 Sulit Buruk Baik Tidak Baik
4 Sedang Sedang Sangat Baik Baik
46
5 Sedang Sedang Kurang Baik Cukup Baik
6 Sulit Buruk Sangat Baik Tidak Baik
7 Sedang Sedang Buruk Cukup Baik
8 Sedang Sangat Baik Buruk Cukup Baik
9 Sedang Sedang Sangat Baik Baik
10 Sedang Cukup Baik Sangat Baik Baik
11 Sedang Cukup Baik Baik Baik
12 Sedang Sedang Kurang Baik Cukup Baik
13 Sulit Sedang Baik Cukup Baik
14 Sedang Cukup Baik Baik Baik
15 Sulit Buruk Sangat Baik Tidak Baik
16 Sulit Buruk Sangat Baik Tidak Baik
17 Sulit Buruk Buruk Tidak Baik
18 Sulit Buruk Buruk Tidak Baik
19 Sedang Sangat Baik Buruk Cukup Baik
20 Sedang Cukup Baik Sangat Baik Baik
21 Sedang Sangat Baik Sangat Baik Baik
22 Sedang Sangat Baik Baik Baik
23 Sulit Buruk Baik Tidak Baik
24 Sulit Sedang Sangat Baik Cukup Baik
25 Sulit Buruk Baik Tidak Baik
26 Sedang Buruk Baik Cukup Baik
47
27 Sedang Sangat Baik Kurang Baik Cukup Baik
28 Sedang Buruk Sangat Baik Cukup Baik
29 Sulit Buruk Buruk Tidak Baik
30 Sulit Buruk Buruk Tidak Baik
31 Sedang Buruk - Cukup Baik
32 Sulit Buruk - Tidak Baik
33 Sulit Buruk - Tidak Baik
34 Sulit Buruk - Tidak Baik
35 Sedang Buruk - Tidak Baik
Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat diketahui bahwa terdapat 9 butir
(25,71%) soal berkualitas baik yaitu soal nomor 1, 4, 9, 10, 14, 20, 21 dan 22 yang
berarti soal tersebut dapat dimasukkan ke bank soal untuk digunakan kembali.
Tabel di atas juga menunjukkan bahwa terdapat 11 butir (31,43%) soal berkualitas
cukup baik yaitu soal nomor 5, 7, 8, 12, 13, 19, 24, 26, 27, 28 dan 31 yang berarti
soal tersebut harus direvisi terlebih dahulu sampai memenuhi tiga kriteria kualitas
soal secara kuantitatif agar dapat digunakan kembali. Soal yang tidak baik sebanyak
15 butir (42,86%) yaitu soal nomor 2, 3, 6, 15, 16, 17, 18, 23, 25, 29, 30, 32, 33, 34
dan 35 yang berarti soal tersebut sebaiknya diganti dengan soal baru yang lebih
baik.
Distribusi dari 35 soal USBN mata pelajaran matematika di MTs Madani
Alauddin Pao-pao Kabupaten Gowa tahun ajaran 2017/2018 tersebut berdasarkan
kualitas butir soal digambarkan pada tabel 4.5 berikut
48
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi dan Persentase Kualitas Butir Soal USBN
mata pelajaran matematika di MTs Madani Alauddin Pao-pao Kabupaten
Gowa tahun ajaran 2017/2018
No Kategori Nomor Soal Jumlah Persentase
1 Baik 1, 4, 9, 10, 11, 14, 20, 21,22 9 25,71%
2 Cukup baik 5, 7, 8, 12, 13, 19, 24, 26, 27,
28, 31
11 31,43%
3 Tidak baik
(jelek)
2, 3, 6, 15, 16, 17, 18, 23, 25,
29, 30, 32, 33, 34, 35
15 42,86%
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis kuantitatif butir soal USBN mata pelajaran
matematika di MTs Madani Alauddin Pao-pao Kabupaten Gowa tahun ajaran
2017/2018 dalam penelitian ini dengan jumlah lembar jawaban sebanyak 113
lembar dan jumlah butir soal sebanyak 35 butir soal dengan 30 butir bentuk soal
pilihan ganda dan 5 butir bentuk soal uraian memperoleh karakteristik butir soal
yang meliputi : tingkat kesulitan, daya pembeda, dan efektivitas pengecoh.
Mean P atau rata-rata tingkat kesulitan soal pada analisis butir soal dalam
penelitian ini adalah 36,39% atau 0,3639 yang berarti rata-rata tingkat kesulitan
soal berada pada kategori sedang. Berdasarkan pada penentuan tingkat kesulitan
soal jika 0,71 ≤ P ≤ 1,00 termasuk kategori mudah; 0,31 ≤ P ≤ 0,70 termasuk
kategori sedang; 0,00 ≤ P ≤ 0,30 termasuk kategori sulit.1
Mean D atau rata-rata daya pembeda soal pada analisis butir soal dalam
penelitian ini adalah 30,38% atau 0,3038 yang berarti rata-rata daya pembeda soal
berada pada kategori cukup baik, artinya soal cukup mampu membedakan peserta
1Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h.
225.
49
dengan kemampuan tinggi dan peserta dengan kemampuan rendah. Berdasarkan
pada penentuan daya pembeda jika 0,40 ≤ D termasuk kategori sangat baik; 0,30 ≤
D ≤ 0,39 termasuk kategori cukup baik; 0,20 ≤ D ≤ 0,29 termasuk kategori sedang;
D ≤ 0,19 termasuk kategori buruk.2
Efektivitas pengecoh pada butir soal USBN mata pelajaran matematika di
MTs Madani Alauddin Pao-pao Kabupaten Gowa tahun ajaran 2017/2018 sebanyak
44 opsi (48,89%) dengan efektivitas pengecoh dalam kategori sangat baik,
sebanyak 27 opsi (30%) kategori baik, sebanyak 15 opsi (16,67%) kategori kurang
baik, sebanyak 4 opsi (4,44%) kategori buruk, dan tidak ada opsi dalam kategori
sangat buruk. Suatu pilihan jawaban (pengecoh) dapat dikatakan berfungsi/baik
apabila pengecoh paling tidak dipilih oleh 5% peserta tes, pengecoh yang tidak
berfungsi dengan baik direkomendasikan untuk direvisi.3 Berdasarkan kriteria
efektivitas pengecoh terdapat sebanyak 10 butir (33,33%) dalam kategori sangat
baik, 9 butir (30%) dalam kategori baik, dan 3 butir (10%) dalam kategori kurang
baik dan 8 butir (26,67%) kategori buruk.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh :
1. Tingkat Kesulitan
Berdasarkan hasil analisis tingkat kesulitan butir soal USBN mata pelajaran
matematika di MTs Madani Alauddin Pao-pao Kabupaten Gowa tahun ajaran
2017/2018 menggunakan aplikasi AnatesV4 menunjukkan bahwa dari 35 butir soal
terdapat sebanyak 19 butir soal (54,29%) dengan tingkat kesulitan soal dalam
kategori sedang dan 16 butir soal (45,71%) dalam kategori sulit. Penelitian yang
2Ismet Basuki dan Hariyanto, Asesmen Pembelajaran (Bandung: PT Remaja Rosdakarya
offiset, 2014), h. 141 3Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 411.
50
dilakukan oleh Aziz pada tahun 2016 yang berjudul “Analisis Tes Buatan Guru
Bidang Studi Matematika Kelas V SD 1 Katobengke” menunjukkan bahwa
berdasarkan tingkat kesulitan soal terdapat 15% soal mudah, 85% soal sedang, dan
tidak ada soal yang sukar. Jika dibandingkan, kedua hasil analisis tingkat kesulitan
soal lebih banyak dalam kategori sedang.
Salah satu analisis yang dilakukan untuk mengetahui kualitas soal adalah
analisis tingkat kesulitan soal. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu sukar
dan tidak terlalu mudah.4 Selain itu, asumsi yang digunakan untuk memperoleh
kualitas soal yang baik adalah adanya keseimbangan (proporsional) tingkat
kesulitan soal dapat dikatakan baik apabila memiliki proporsi kategori mudah
sebesar 30%, kategori sedang sebesar 50%, dan kategori sulit sebesar 20%.5
Ditinjau dari indeks tingkat kesulitan, soal yang baik adalah soal yang berkategori
sedang dan memiliki tingkat kesulitan yang seimbang (proporsional).
Kriteria kesimpulan kualitas butir soal yang baik berdasarkan tingkat
kesulitan adalah soal yang tingkat kesulitannya sedang. Butir soal yang baik
berjumlah 19 butir yaitu nomor 1, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 14, 19, 20, 21, 22, 26, 27,
28, 31 dan 35. Soal tersebut dapat dikatakan soal yang baik karena secara
keseluruhan soal-soal tersebut dijawab benar oleh 32% - 66% peserta didik dan
berada pada range tingkat kesulitan 0,31 ≤ P ≤ 0,70 yang artinya berkategori sedang.
Hal ini sesuai dengan teori bahwa soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu
4Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h.
222. 5Kunandar, Penilaian Autentik ( Jakarta : Rajawali press, 2014), h. 201.
51
mudah atau tidak terlalu sulit. Soal yang termasuk dalam kategori baik dapat
dimasukkan ke bank soal.
Kriteria kesimpulan kualitas butir soal yang tidak baik berdasarkan tingkat
kesulitan adalah soal yang tingkat kesulitannya berkategori sulit dan mudah. Butir
soal yang cukup baik berjumlah 16 butir (16 kategori sulit dan tidak ada kategori
mudah) yaitu nomor 2, 3, 6, 13, 15, 16, 17, 18, 23, 24, 25, 29, 32, 33 dan 34. Soal
tersebut dapat dikatakan soal yang tidak baik karena secara keseluruhan soal-soal
tersebut hanya dijawab benar oleh 11% - 28% peserta didik dan berada pada range
tingkat kesulitan 0,00 ≤ P ≤ 0,30 yang artinya berkategori sulit. Soal yang termasuk
dalam kategori tidak baik dapat dimasukkan ke bank soal dengan syarat soal
tersebut sudah direvisi.
Berdasarkan beberapa uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
kualitas butir soal USBN mata pelajaran matematika di MTs Madani Alauddin Pao-
pao Kabupaten Gowa tahun ajaran 2017/2018 berdasarkan tingkat kesulitannya
termasuk soal yang kurang baik karena dari 35 butir soal sebanyak 16 butir
(45,29%) sulit, 19 butir (54,29%) kategori sedang dan tidak ada kategori mudah.
Hal ini tidak sesuai dengan proporsi tingkat kesulitan soal.
2. Daya Pembeda
Berdasarkan hasil analisis daya pembeda butir soal USBN mata pelajaran
matematika di MTs Madani Alauddin Pao-pao Kabupaten Gowa tahun ajaran
2017/2018 menggunakan aplikasi AnatesV4 menunjukkan bahwa dari 35 butir soal
terdapat sebanyak 10 butir soal (28,57%) dengan daya pembeda soal dalam kategori
sangat baik, 6 butir soal (17,14%) dalam kategori cukup baik, 7 butir soal (20%)
52
dalam kategori sedang, dan 12 butir soal (34,29%) dalam kategori buruk. Penelitian
yang dilakukan oleh Abdul Karim pada tahun 2018 yang berjudul “Analisis
Kualitas Soal Perlombaan Matematika Tingkat SMA” menunjukkan bahwa dari 50
soal kompetisi matematika tingkat daya beda soal dapat dilihat cukup baik. Jika
dibandingkan, kedua hasil analisis daya pembeda menunjukkan bahwa daya
pembeda soal dalam kategori cukup baik..
Analisis terhadap butir soal untuk membedakan peserta didik yang mampu
dan yang kurang mampu dalam mengerjakan suatu tes adalah dengan menggunakan
analisis daya pembeda. Analisis daya pembeda bertujuan untuk mengetahui
kemampuan soal dalam membedakan peserta didik yang tergolong memiliki
prestasi yang tinggi dan peserta didik yang memiliki prestasi yang rendah.6 Jadi
dapat dikatakan bahwa soal yang memiliki daya pembeda cukup sebaiknya direvisi,
dan soal yang daya pembedanya buruk haruslah diganti agar dapat membedakan
tingkat kemampuan siswa.
Kriteria kesimpulan kualitas soal yang baik berdasarkan daya pembeda
adalah soal dengan daya pembeda baik atau sangat baik. Butir soal yang baik
berjumlah 10 butir yaitu nomor 1, 8, 19, 21, 22, 27, 31, 32, 33 dan 34. Soal tersebut
dikatakan berkategori baik karena berada pada indeks diskriminan D ≥ 0,40 yang
artinya memiliki daya pembeda baik. Soal tersebut dapat membedakan peserta didik
yang memilik kemampuan rendah dan yang memiliki kemampuan tinggi. Soal yang
termasuk dalam kategori baik dapat dimasukkan ke bank soal.
6Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2009), h. 141.
53
Kriteria kesimpulan kualitas soal yang cukup baik berdasarkan daya
pembeda adalah soal dengan daya pembeda cukup baik atau sedang. Butir soal yang
cukup baik berjumlah 13 butir ( 6 butir kategori cukup baik dan 7 butir kategori
sedang) yaitu nomor 2, 4, 5, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 20, 24 dan 35. Soal tersebut
dikatakan berkategori baik karena berada pada indeks diskriminan 0,20 ≤ D ≤ 0,39
yang artinya memiliki daya pembeda cukup baik. Soal yang termasuk kategori
cukup baik dapat dimasukkan ke bank soal dengan syarat soal tersebut sudah
direvisi.
Kriteria kesimpulan kualitas soal yang tidak baik (jelek) berdasarkan daya
pembeda adalah soal dengan daya pembeda buruk. Butir soal yang tidak baik (jelek)
berjumlah 12 butir yaitu nomor 3, 6, 15, 16, 17, 18, 23, 25, 26, 28, 29 dan 30. Soal
tersebut dikatakan berkategori baik karena berada pada indeks diskriminan D ≤ 0,19
yang artinya memiliki daya pembeda buruk. Soal tersebut tidak dapat membedakan
peserta didik yang memilik kemampuan rendah dan yang memiliki kemampuan
tinggi. Soal yang termasuk dalam kategori jelek sebaiknya dibuang dan diganti
dengan soal yang baru.
Berdasarkan beberapa uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
kualitas butir soal USBN mata pelajaran matematika di MTs Madani Alauddin Pao-
pao Kabupaten Gowa tahun ajaran 2017/2018 berdasarkan daya pembedanya
termasuk soal yang cukup baik karena dari 35 butir soal sebanyak 10 butir (25,57%)
berkategori baik, 13 butir (37,14%) berkategori cukup baik dan 12 butir (34,29)
berkategori tidak baik (jelek).
54
3. Efektivitas Pengecoh
Berdasarkan hasil analisis efektivitas pengecoh butir soal soal USBN mata
pelajaran matematika di MTs Madani Alauddin Pao-pao Kabupaten Gowa tahun
ajaran 2017/2018 menggunakan aplikasi AnatesV4 menunjukkan bahwa dari 30
butir soal terdapat sebanyak 10 butir (33,33%) dalam kategori sangat baik, 9 butir
(30%) dalam kategori baik, dan 3 butir (10%) dalam kategori kurang baik dan 8
butir (26,67%) kategori buruk. Penelitian yang dilakukan oleh Aziz pada tahun
2016 yang berjudul “Analisis Tes Buatan Guru Bidang Studi Matematika Kelas V
SD 1 Katobengke” menunjukkan bahwa berdasarkan efektivitas pengecoh terdapat
60% memiliki pengecoh yang baik dan 30% tidak memilikih pengecoh yang baik.
Jika dibandingkan, kedua hasil analisis efektivitas pengecoh menunjukkan bahwa
soal yang memiliki pengecoh baik lebih banyak daripada soal yang memiliki
pengecoh buruk.
Suatu tes dapat dikatakan memiliki kualitas yang baik, apabila melalui tahap
analisis efektivitas pengecoh. Uno dan Koni mengemukakan bahwa analisis
efektivitas pengecoh digunakan untuk menentukan apakah pengecoh sudah
berfungsi sebagai pengecoh yang baik atau tidak.7
Kriteria kesimpulan kualitas soal yang baik berdasarkan efektivitas
pengecoh adalah soal yang dalam kategori baik atau sangat baik. Butir soal yang
baik berjumlah 19 butir (10 butir sangat baik dan 9 butir baik) yaitu nomor 1, 3, 4,
7Hamzah B. Uno dan Satria Koni, Assessment Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara,
2012), h. 157.
55
6, 9, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26 dan 28. Soal tersebut dapat
dikatakan baik karena semua pengecohnya berfungsi dengan baik. Soal yang
termasuk dalam kategori baik dapat dimasukkan ke bank soal.
Kriteria kesimpulan kualitas soal yang cukup baik berdasarkan efektivitas
pengecoh adalah soal yang dalam kategori kurang baik. Butir soal yang cukup baik
berjumlah 3 butir yaitu nomor 5, 12, dan 27. Soal tersebut dapat dikatakan cukup
baik karena memiliki dua pengecohnya yang berfungsi. Soal yang termasuk dalam
kategori cukup baik dapat dimasukkan ke bank soal dengan syarat soal tersebut
sudah direvisi.
Kriteria kesimpulan kualitas soal yang tidak baik (jelek) berdasarkan
efektivitas pengecoh adalah soal dengan efektivitas pengecoh buruk atau sangat
buruk. Butir soal yang tidak baik berjumlah 8 butir yaitu nomor 2, 7, 8, 17, 18, 19,
29 dan 30. Soal tersebut dapat dikatakan tidak baik karena semua pengecohnya
tidak berfungsi. Soal yang termasuk dalam kategori jelek sebaiknya dibuang dan
diganti dengan soal yang baru.
Berdasarkan beberapa uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kualitas
butir soal USBN mata pelajaran matematika di MTs Madani Alauddin Pao-pao
Kabupaten Gowa tahun ajaran 2017/2018 berdasarkan efektivitas pengecohnya
termasuk soal yang baik karena dari 30 butir soal sebanyak 19 butir (63.33%)
berkategori baik, 3 butir (10%) berkategori cukup baik dan 8 butir (26,67%)
berkategori tidak baik (jelek).
56
4. Kualitas Soal
Berdasarkan hasil analisis butir soal USBN mata pelajaran matematika di
MTs Madani Alauddin Pao-pao Kabupaten Gowa tahun ajaran 2017/2018
menggunakan aplikasi AnatesV4 yang meliputi tingkat kesulitan soal, daya
pembeda, dan efektivitas pengecoh, maka penarikan kesimpulan kualitas soal
dibagi menjadi 3 sebagai berikut :
a. Kualitas baik
Soal USBN mata pelajaran matematika di MTs Madani Alauddin Pao-pao
Kabupaten Gowa tahun ajaran 2017/2018 yang berkualitas baik sebanyak 9 soal
yaitu soal nomor 1, 4, 9, 10, 11, 14, 20, 21 dan 22. Sebagai sampel, peneliti
mengambil contoh soal nomor 1 di bawah ini:
Soal ini memiliki tingkat kesulitan 0,6637 dan daya pembeda 0,5806.
Dimana 0,6637 termasuk dalam kategori kesulitan soal sedang yaitu berada pada
0,31 ≤ P ≤ 0,70 dan 0,5806 termasuk dalam kategori daya pembeda sangat baik
yaitu berada pada D ≥ 40. Berdasarkan teori bahwa soal yang berkualitas baik
adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sulit. Berarti, soal ini
memiliki tingkat kesulitan yang baik. Soal ini juga memiliki pengecoh yang
berfungsi dengan baik. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa soal
nomor 1 berkualitas baik karena telah memenuhi tiga kriteria yaitu tingkat kesulitan
sedang, daya pembeda sangat baik dan pengecoh yang berfungsi dengan baik.
Sehingga soal nomor 1 dapat disimpan di bank soal.
Hasil dari (-17 x (-20)) – (90 : 15) adalah….
A. 346 C. -334
B. 334 D. -346
57
b. Kualitas cukup baik
Soal USBN mata pelajaran matematika di MTs Madani Alauddin Pao-pao
Kabupaten Gowa tahun ajaran 2017/2018 yang berkualitas cukup baik sebanyak 11
soal yaitu soal nomor 5, 7, 8, 12, 13, 19, 24, 26, 27, 28 dan 31. Sebagai sampel,
peneliti mengambil contoh soal nomor 8 di bawah ini:
Soal ini memiliki tingkat kesulitan 0,3628 dan daya pembeda 0,6774.
Dimana 0,3628 termasuk dalam kategori kesulitan soal sedang yaitu berada pada
0,31 ≤ P ≤ 0,70 dan 0,6774 termasuk dalam kategori daya pembeda sangat baik
yaitu berada pada D ≥ 40. Berdasarkan teori bahwa soal yang berkualitas baik
adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sulit. Berarti, soal ini
memiliki tingkat kesulitan yang baik. Namun soal nomor 8 ini memiliki dua
pengecoh yang tidak berfungsi. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa soal nomor 8 berkualitas cukup baik karena telah memenuhi dua kriteria
yaitu tingkat kesulitan sedang, daya pembeda sangat baik. Sehingga soal nomor 8
belum bisa disimpan di bank soal. Soal tersebut harus direvisi sampai memenuhi
kriteria soal baik.
c. Kualitas tidak baik (jelek)
Soal USBN mata pelajaran matematika di MTs Madani Alauddin Pao-pao
Kabupaten Gowa tahun ajaran 2017/2018 yang berkualitas tidak baik sebanyak 15
Pemfaktoran dari x2 – 5x – 14 adalah….
A. (x -5) (x – 7) C. (x – 7) (x + 2)
B. (x -5) (x – 2) D. (x + 7) (x – 2)
58
soal yaitu soal nomor 2, 3, 6, 15, 16, 17, 18, 23, 25, 29, 30, 32, 33, 34 dan 35.
Sebagai sampel, peneliti mengambil contoh soal nomor 18 di bawah ini:
d.
e.
f.
g.
Soal ini memiliki tingkat kesulitan 0,22 dan daya pembeda 0,19. Dimana
0,22 termasuk dalam kategori kesulitan soal sulit yaitu berada pada 0,00 ≤ P ≤ 0,30
dan 0,19 termasuk dalam kategori daya pembeda buruk yaitu berada pada 0,19 ≥ D.
Berdasarkan teori bahwa soal yang berkualitas baik adalah soal yang tidak terlalu
mudah atau tidak terlalu sulit. Berarti, soal tersebut termasuk soal yang kurang baik.
Soal nomor 18 ini juga memiliki dua pengecoh yang tidak berfungsi. Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa soal tersebut berkualitas tidak baik karena
tidak memenuhi kriteria soal baik. Sehingga harus direvisi sampai memenuhi
kriteria soal baik atau diganti dengan soal yang baru.
Sebuah benda berbentuk belahan bola, dengan panjang diameter 18
cm. Volume benda tersebut adalah….
A. 162 π cm3 C. 486 π cm3
B. 324 π cm3 D. 972 π cm3
59
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diutarakan pada bab
sebelumnya maka kesimpulan yang diperoleh setelah melakukan penelitian ini
adalah:
1. Tingkat kesulitan soal USBN mata pelajaran matematika di MTs Madani
Alauddin Pao-pao Kabupaten Gowa tahun ajaran 2017/2018 termasuk soal
yang kurang baik karena dari 35 butir soal sebanyak 16 butir (45,29%)
kategori sulit, 19 butir (54,29%) kategori sedang dan tidak ada kategori
mudah. Hal ini tidak sesuai dengan proporsi tingkat kesulitan soal.
2. Daya pembeda soal USBN mata pelajaran matematika di MTs Madani
Alauddin Pao-pao Kabupaten Gowa tahun ajaran 2017/2018 termasuk soal
yang cukup baik karena dari 35 butir soal sebanyak 10 butir (25,57%)
berkategori baik, 13 butir (37,14%) berkategori cukup baik dan 12 butir
(34,29) berkategori tidak baik (jelek).
3. Efektivitas pengecoh soal USBN mata pelajaran matematika di MTs Madani
Alauddin Pao-pao Kabupaten Gowa tahun ajaran 2017/2018 termasuk soal
yang baik karena dari 30 butir soal sebanyak 19 butir (63.33%) berkategori
baik, 3 butir (10%) berkategori cukup baik dan 8 butir (26,67%) berkategori
tidak baik (jelek).
60
B. Implikasi Penelitian
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh setelah melakukan penelitian ini,
maka implikasi dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai bahan rujukan kepada pihak sekolah maupun guru (tim pembuat soal
KEMENAG Kabupaten Gowa) untuk memilih soal yang dapat digunakan
kembali untuk mengevaluasi kemampuan peserta didik.
2. Sebagai gambaran kepada pihak sekolah maupun guru bahwa sangat penting
melakukan evaluasi terhadap soal yang akan atau yang sudah digunakan
untuk mengukur kemampuan siswa.
3. Sebagai motivasi kepada peserta didik untuk mengetahui tingkat kemampuan
belajarnya.
4. Sebagai bahan pertimbangan dan perbandingan apabila ada peneliti yang
akan melakukan penelitian yang sama.
C. Saran
Berdasarkan beberapa kesimpulan dan implikasi penelitian yang diperoleh
melalui pelaksanaan penelitian ini, maka terdapat beberapa saran yang dapat
penulis sampaikan adalah sebagai berikut:
1. Bagi Guru (Tim pembuat soal)
a. Butir soal yang berkualitas baik dapat dimasukkan ke bank soal untuk dapat
digunakan kembali, butir soal yang kurang baik sebaiknya direvisi dan
diperbaiki terlebih dahulu sampai memenuhi kriteria kualitas soal secara
kuantitatif maupun kualitatif. Sedangkan soal yang tidak baik sebaiknya diganti
dengan membuat soal baru yang lebih baik.
61
b. Sebaiknya guru lebih memperhatikan kaidah-kaidah pembuatan soal yang baik
seperti melakukan uji coba dan analisis soal baik sebelum maupun sesudah
melakukan tes, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
2. Bagi kepala sekolah
a. Agar dapat memberikan dorongan kepada guru-guru untuk senantiasa belajar
membuat soal dengan benar, belajar menganalisis soal sesuai dengan prosedur
pembuatan soal agar di masa yang akan datang kualitas soal yang dibuat lebih
baik lagi.
b. Agar dapat mengadakan pelatihan-pelatihan berkaitan dengan evaluasi, yang
akan meningkatkan kemampuan guru dalam evaluasi pembelajaran khususnya
dalam membuat soal ujian akhir sekolah, sehingga soal yang dihasilkan akan
lebih baik.
3. Bagi KEMENAG Kabupaten Gowa, agar memediasi serta memfasilitasi
guru-guru
dengan menyelenggarakan pelatihan pembuatan dan pengembangan soal
serta pelatihan analisis butir soal dengan benar agar guru-guru dalam
mengembangkan soal di masa yang akan datang dapat lebih mudah lagi.
4. Bagi peneliti di bidang evaluasi pendidikan, agar senantiasa melakukan
penelitian yang berkaitan dengan evaluasi butir soal agar tinjauan teoritis
terkait dengan evaluasi butir soal semakin banyak.
62
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur. Cet 5; Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2013.
Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2012.
-------. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 2013.
Asrul, Rusydi Ananda, dan Rosnita. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Citapustaka Media, 2014.
Aziz. “Analisis Tes Buatan Guru Bidang Studi Matematika Kelas V SD 1 Katobengke”, Jurnal Edumaticai Volume 6, no. 1. 2016.
B. Uno, Hamzah dan Satria Koni. Assessment Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 2012.
Basuki, Ismet dan Hariyanto. Asesmen Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya offiset, 2014.
Borozova, Helena dan Jan Rydval, “Analysis Of Exam Result Of The Subject ‘Applied Mathematics For IT’”, Journal on Efficiency and Responsibility in Education and Science 7, no. 3-4. 2014.
Daryanto. Evaluasi Pendidikan: Komponen MKDK. Jakarta: Rineka Cipta, 2012.
Departemen Agama RI. Al-Quran dan Terjemahannya. Bandung: CV.Penerbit J-Art, 2005.
Djiwandono, Soenardi. Tes Bahasa: Pegangan Bagi Pengajar Bahasa. Jakarta: PT Macanan Cermelang, 2008.
Enang, Hijriah “Analisis Kualitas Soal Matematika Seleksi Penerimaan Peserta Didik Baru di SMPN 32 Makassar Tahun Pelajaran 2013/2014”, Tesis (Makassar: Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar, 2014), h. 27.
Evroro and Edhereveno Sylvanus, “Item Analysis of Test of Number Operations”, Asian Journal of Educational Research 3, no. 1. 2015.
Hodiyanto. “Analisis Butir Soal Pilihan Ganda Matematika Sekolah Menengah Pertama”, Jurnal Buana Matematika. Volume 7, no. 2. 2017.
Ishak, Baego dan Syamsuduha. Evaluasi Pendidikan. Makassar: Aluddin Press, 2010.
Karim, Abdul. “Analisis Kualitas Soal Perlombaan Matematika Tingkat SMA”, Jurnal Ilmiah Multi Sciences. Volume 10, no. 1. 2018.
Kunandar. Penilaian Autentik. Jakarta : Rajawali press, 2014.
Mania, Sitti. Pengantar Evaluasi Pengajaran. Makassar: Alauddin University Press, 2012.
Nursalam. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Gowa: Pustaka Almaida, 2017.
63
Priatna, Panji “Analisis Pilihan Ganda Menggunakan Program Anates”, Blog Panji Priatna. http://asyikbelajar-komputer.blogspot.com/2011/04/analisissoal-pilihanganda menggu nakan.html.(2 juni 2018)
Purwanto. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.
Ratnawulan, Elis dan Rusdiana. Evaluasi Pembelajaran, dengan pengantar Sutaryat Trisnamansyah. Bandung: Pustaka Setia, 2014.
Sudijono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers, 2009.
Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009.
Surapranata, Sumarna. Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006.
Widoyoko, SEP. Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan Praktis Bagi Pendidik Dan Calon Pendidik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.
www.pendis.kemenag.go.id/file/dokumen/uuno20th2003ttgsisdiknas.pdf (3 oktober 2017)
64
LAMPIRAN
65
ANALISIS TINGKAT KESUKRAN SOAL USBN MATA PELAJARAN MATEMATIKA
DI MTS MADANI ALAUDDIN PAO-PAO KAB. GOWA TAHUN AJARAN 2017/2018
MENGGUNAKAN ANATESV4
TINGKAT KESUKARAN
Jumlah Subyek= 113
Butir Soal= 30
No Btir Baru No Btir Asli Jml Betul Tkt. Kesukaran(%) Tafsiran
1 1 75 66.37 Sedang
2 2 22 19.47 Sukar
3 3 33 29.20 Sukar
4 4 62 54.87 Sedang
5 5 38 33.63 Sedang
6 6 13 11.50 Sangat Sukar
7 7 43 38.05 Sedang
8 8 41 36.28 Sedang
9 9 36 31.86 Sedang
10 10 39 34.51 Sedang
11 11 42 37.17 Sedang
12 12 39 34.51 Sedang
13 13 32 28.32 Sukar
14 14 50 44.25 Sedang
15 15 27 23.89 Sukar
16 16 14 12.39 Sangat Sukar
17 17 26 23.01 Sukar
18 18 25 22.12 Sukar
19 19 63 55.75 Sedang
20 20 63 55.75 Sedang
21 21 47 41.59 Sedang
22 22 44 38.94 Sedang
23 23 22 19.47 Sukar
24 24 25 22.12 Sukar
25 25 25 22.12 Sukar
26 26 70 61.95 Sedang
27 27 72 63.72 Sedang
28 28 36 31.86 Sedang
29 29 27 23.89 Sukar
30 30 18 15.93 Sukar
TINGKAT KESUKARAN URAIAN
Jumlah Subyek= 113
Butir Soal= 5
No Butir Baru No Butir Asli Tkt. Kesukaran(%) Tafsiran
1 31 44.44 Sedang
2 32 28.95 Sukar
3 33 28.71 Sukar
4 34 27.02 Sukar
5 35 35.65 Sedang
66
ANALISIS DAYA PEMBEDA SOAL USBN MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI
MTS MADANI ALAUDDIN PAO-PAO KAB. GOWA TAHUN AJARAN 2017/2018
MENGGUNAKAN ANATESV4
DAYA PEMBEDA PILIHAN GANDA
Jumlah Subyek= 113
Klp atas/bawah(n)= 31
Butir Soal= 30
No Btir Baru No Btir Asli Kel. Atas Kel.Bawah Beda Indeks DP (%)
1 1 28 10 18 58.06
2 2 12 1 11 35.48
3 3 7 9 -2 -6.45
4 4 22 13 9 29.03
5 5 16 7 9 29.03
6 6 2 3 -1 -3.23
7 7 14 6 8 25.81
8 8 23 2 21 67.74
9 9 14 5 9 29.03
10 10 18 8 10 32.26
11 11 19 7 12 38.71
12 12 14 6 8 25.81
13 13 15 6 9 29.03
14 14 24 12 12 38.71
15 15 6 6 0 0.00
16 16 4 0 4 12.90
17 17 5 5 0 0.00
18 18 10 4 6 19.35
19 19 25 10 15 48.39
20 20 24 13 11 35.48
21 21 24 6 18 58.06
22 22 24 5 19 61.29
23 23 7 2 5 16.13
24 24 11 4 7 22.58
25 25 9 4 5 16.13
26 26 22 18 4 12.90
27 27 30 15 15 48.39
28 28 10 5 5 16.13
29 29 10 6 4 12.90
30 30 5 3 2 6.45
DAYA PEMBEDA URAIAN
Jumlah Subyek= 113
Klp atas/bawah(n)= 31
Butir Soal= 5
Un: Unggul; AS: Asor; SB: Simpang Baku
No No Btr Asli Rata2Un Rata2As Beda SBUn SBAs SBGab t DP(%)
1 31 15.32 2.45 1... 4.64 3.80 1.08 1... 64.35
2 32 10.39 1.19 9.19 4.33 2.50 0.90 1... 45.97
3 33 10.71 0.77 9.94 1.79 2.25 0.52 1... 49.68
4 34 10.32 0.48 9.84 5.05 1.88 0.97 1... 49.19
5 35 10.94 3.32 7.61 3.98 4.71 1.11 6.87 38.06
67
ANALISIS EFEKTIFITAS PENGECOH SOAL USBN MATA PELAJARAN
MATEMATIKA DI MTS MADANI ALAUDDIN PAO-PAO KAB. GOWA TAHUN
AJARAN 2017/2018 MENGGUNAKAN ANATESV4
Jumlah Subyek= 113
Butir Soal= 30
No Butir Baru No Butir Asli a b c d *
1 1 18+ 75** 13++ 7+ 0
2 2 49- 14- 27++ 22** 0
3 3 33** 23++ 35+ 19+ 0
4 4 10+ 62** 20++ 21++ 0
5 5 8- 38** 28++ 37+ 0
6 6 13** 34++ 26++ 40++ 0
7 7 43** 15+ 9- 45-- 0
8 8 46-- 11- 41** 15+ 0
9 9 36** 20++ 33+ 22++ 0
10 10 22++ 19++ 29++ 39** 0
11 11 12+ 27++ 42** 32+ 0
12 12 39** 37+ 27++ 10- 0
13 13 30++ 14+ 36+ 32** 0
14 14 29+ 20++ 50** 14+ 0
15 15 29++ 30++ 27** 26++ 0
16 16 26++ 31++ 40++ 14** 0
17 17 45- 26** 8- 33++ 0
18 18 30++ 48- 25** 7-- 0
19 19 26- 18++ 63** 6- 0
20 20 14++ 18++ 18++ 63** 0
21 21 47** 18++ 27++ 19++ 0
22 22 29+ 44** 25++ 15+ 0
23 23 22** 30++ 38+ 21+ 0
24 24 18+ 35++ 33++ 25** 0
25 25 20+ 25** 25++ 43+ 0
26 26 70** 18+ 15++ 9+ 0
27 27 7+ 72** 22- 12++ 0
28 28 23++ 36** 20++ 34+ 0
29 29 12- 27** 49- 22++ 0
30 30 56-- 15- 23+ 18** 0
Keterangan:
** : Kunci Jawaban
++ : Sangat Baik
+ : Baik
- : Kurang Baik
-- : Buruk
---: Sangat Buruk
68
RIWAYAT HIDUP
Tarmizi Ramli lahir di Sinjai tanggal 19
September 1996. Anak dari Muh. Ramli dan Sahriah.
Pendidikan dimulai di SD Negeri 32 Buakang lulus
pada tahun 2008, selanjutnya di SMP Negeri 2 Sinjai
Timur lulus tahun 2011 dan di SMA Negeri 3 Sinjai
lulus pada tahun 2014. Saat ini masih berstatus
Mahasiswa jurusan Pendidikan Matematika Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar yang InsyaaAllah kan
menyandang gelar Sarjana Pendidikan. Selama kuliah pernah menjadi bagian dari
Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Pendidikan Matematika periode 2014/2015,
2015/2016, dan 2016/2017. Selain itu, pernah bergabung di salah satu Lembaga
Dakwah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan LDF Al Uswah dan bergabung juga di
MATRIX SC UIN Alauddin Makassar..