Analisis Buku Mochtar Lubis Bicara Lurus Bagian 1

33
T5/ Wawancara/ KB/ 2009 Nama: Citra Ananda NPM:210111090004 I. Rangkuman dan Pembahasan I.1 Setelah keluar dari tahanan: Mochtar Lubis akan menulis novel dan beberapa buku 1.1.a Kronologis penangkapan Mochtar Lubis adalah ia ditangkap tanggal 4 febuari 1975 saat baru pulang dari bermain tenis. Namun, setelah hasil interogasi pemeriksaan ternyata tidak terdapat kesalahan pada dirinya. Dalam menghabiskan waktu selama berada di tempat tahanan Mochtar Lubis menjaga kesehatan badan dengan berolahraga. Perbedaan penahanan ketika masa soekarno dengan sekarang ini adalah dahulu ia benar- benar disekap di balik terali besi sedangkan sekarang ia mendiami sebuah bungalow. Rencana Mochtar Lubis setelah keluar dari penjara adalah menulis untuk surat kabar dan majalah apapun dan terserah pada media-media apa yang mau menerima dan memuat tulisannya 1.1.b Jika dibandingkan dengan buku Jurnalistik Indonesia, wawancara ini sudah memenuhi delapan persyaratan wawancara berita, yaitu mempunyai tujuan yang jelas, efisien, menyenangkan, mengandalkan persiapan dan riset awal, melibatkan khalayak, memunculkan spontanitas, pewawancara sebagai pengendali, dan mengembangkan berita. Hal yang paling utama terpenuhi dari kedelapan syarat tersebut adalah efisien. Wawancara ini berhasil mengungkapkan tujuan pokok

description

Analisis Buku Mochtar Lubis Bicara Lurus bab 1-20

Transcript of Analisis Buku Mochtar Lubis Bicara Lurus Bagian 1

Page 1: Analisis Buku Mochtar Lubis Bicara Lurus Bagian 1

T5/ Wawancara/ KB/ 2009 Nama: Citra Ananda

NPM:210111090004

I. Rangkuman dan Pembahasan

I.1 Setelah keluar dari tahanan: Mochtar Lubis akan menulis novel dan

beberapa buku

1.1.a Kronologis penangkapan Mochtar Lubis adalah ia ditangkap tanggal 4 febuari

1975 saat baru pulang dari bermain tenis. Namun, setelah hasil interogasi

pemeriksaan ternyata tidak terdapat kesalahan pada dirinya. Dalam

menghabiskan waktu selama berada di tempat tahanan Mochtar Lubis menjaga

kesehatan badan dengan berolahraga. Perbedaan penahanan ketika masa soekarno

dengan sekarang ini adalah dahulu ia benar-benar disekap di balik terali besi

sedangkan sekarang ia mendiami sebuah bungalow. Rencana Mochtar Lubis

setelah keluar dari penjara adalah menulis untuk surat kabar dan majalah apapun

dan terserah pada media-media apa yang mau menerima dan memuat tulisannya

1.1.b Jika dibandingkan dengan buku Jurnalistik Indonesia, wawancara ini sudah

memenuhi delapan persyaratan wawancara berita, yaitu mempunyai tujuan yang

jelas, efisien, menyenangkan, mengandalkan persiapan dan riset awal, melibatkan

khalayak, memunculkan spontanitas, pewawancara sebagai pengendali, dan

mengembangkan berita. Hal yang paling utama terpenuhi dari kedelapan syarat

tersebut adalah efisien. Wawancara ini berhasil mengungkapkan tujuan pokok

wawancara yaitu mengetahui kegiatan Mochtar Lubis setelah keluar dari penjara.

Tujuan ini berhasil dicapai dalam waktu yang ringkas, ditandai dengan

wawancara yang dilakukan tidak bertele-tele. Bila dilihat dari jenis wawancara,

menurut buku Jurnalistik Indonesia wawancara ini termasuk jenis wawancara

sosok pribadi (personal interview). Sedangkan menurut buku Penulisan Feature,

wawancara ini termasuk jenis wawancara perseorangan.

I.2 Menampilkan makna dari kehidupan dalam sastra

1.2.a Tanggal 15 Desember 1979 Yayasan Jaya Raya menyampaikan Hadiah Sastra

dengan penghargaan uang sebesar satu juta rupiah kepada Mochtar Lubis atas

novelnya yang berjudul Maut dan Cinta (1977). Menurut Mochtar Lubis bidang

berita adalah urusan wartawan, sedangkan makna kehidupan seharusnya menjadi

tugas sastrawan. Dalam menampilkan karya sastra konsep yang ditampilkan

Page 2: Analisis Buku Mochtar Lubis Bicara Lurus Bagian 1

adalah makna dari kehidupan. Semua makna dari kehidupan dan nilai-nilai

manusia mencoba mengajak pembaca untuk berfikir dan menentukan bagi

dirinya sendiri tentang makna hidupnya, dan tempatnya berdiri dalam kehidupan

ini. Menurut Mochtar Lubis, dngan membaca karya sastra akan timbul minat

pejabat di Indonesia untuk lebih memperhatikan nasib dan kehidupan rakyat

banyak. Ketika ditanyakan tentang kebebasan kreatif, Mochtar Lubis mengatakan

bahwa kebebasan kreatif masih ada di Indonesia. Namun, bisa saja terjadi

korsleting seperti penahanan Rendra. Menurut Mochtar Lubis, sebaiknya kita

jangan berputus asa untuk berjuang terus menerus agar kebebasan kreatif

terjamin dengan baik di seluruh tanah air kita.

1.2.b Menurut buku Jurnalistik Indonesia, wawancara ini termasuk jenis wawancara

sosok pribadi (personal interview). Begitu juga menurut buku Jurnalistik Praktis,

wawancara ini termasuk jenis wawancara pribadi. Dalam buku Jurnalistik

Praktis, wawancara pribadi adalah wawancara untuk memperoleh data tentang

diri pribadi dan pemikiran Interviwee. Dalam hal ini, Mochtar Lubis dimintai

pendapat tentang masalah sastra Indonesia pada saat itu. Menurut buku

Jurnalistik Indonesia, wawancara ini sudah memenuhi delapan persyaratan

wawancara berita. Hal utama yang terpenuhi dari kedelapan syarat wawancara

berita adalah wawancara ini mengandalkan persiapan dan riset awal. Wawancara

ini juga mengembangkan logika. Pewawancara menggali fakta yang terjadi

dalam kesusastraan Indonesia pada saat itu, serta menggali pendapat Mochtar

Lubis mengenai hal tersebut. Dalam wawancara ini, pewawancara sering kali

mengemukakan pertanyaan terbuka. Menurut buku Jurnalistik Indonesia,

pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang menghendaki jawaban yang luas dan

bebas. Pertanyaan pewawancara yang sebagian besar menanyakan pendapat

Mochtar Lubis mengenai suatu hal, menandakan pertanyaan tersebut merupakan

pertanyaan terbuka.

I.3 Bebaskan wanita Indonesia dari sikap feodalisme

1.3.a Mochtar Lubis berpendapat bahwa organisasi istri-istri pegawai negeri sipil

maupun militer kurang menguntungkan perjuangan emansipasi wanita. Istri

petugas Negara belum menikmati hak-hak kebebasan.

1.3.b Bila dibandingkan dengan delapan syarat yang dijelaskan dalam buku Jurnalistik

Indonesia, wawancara ini mengandalkan syarat persiapan dan riset awal. Terlihat

Page 3: Analisis Buku Mochtar Lubis Bicara Lurus Bagian 1

sekali penguasaan pewawancara terhadap topik wanita Indonesia. Pewawancara

juga sangat mengenal struktur organisasi istri-istri pegawai negeri dan angkatan

bersenjata. Wawancara ini juga mengandalkan syarat mengembangkan logika,

seperti yang ada dalam buku Jurnalistik Indonesia. Pewawancara menggali fakta

dan opini Mochtar Lubis mengenai organisasi wanita yang masih memiliki jiwa

feodalisme.Masih menurut buku Jurnalistik Indonesia, wawancara ini banyak

memakai jenis pertanyaan hipotek terbuka. Pertanyaan hipotek terbuka hampir

sama gayanya dengan pertanyaan terbuka. Namun, pada jenis pertanyaan ini

penanya dapat membuat pertanyaan lebih luas dengan memberikan beberapa

keterangan untuk menyesuaikan dengan situasi wawancara. Dilihat dari jenis

wawancara, menurut buku Jurnalistik Indonesia wawancara ini termasuk jenis

wawancara sosok pribadi (personal interview). Sedangkan bila dilihat dari segi

tujuan wawancara, menurut buku Jurnalistik Indonesia, wawancara merupakan

wawancara riset pendapat. Wawancara riset pendapat (the opinion research

interview)terutama dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apa sebenarnya

yang sedang menjadi perhatian, pemikiran, dan pendapat narasumber.

I.4 Penjara di Madiun Paling Enak

1.4.a Wawancara ini tentang kebebasan pers, kemungkinan Indonesia Raya terbit

kembali, dan seputar pengalaman Mochtar Lubis ditahan di Zaman Oede Lama.

Menurut Mochtar Lubis, pers harus bertanggung jawab kepada masyarakat dan

kebebasan pers berlaku sejauh pers tidak mengganggu ketertiban umum. Ketika

ditanyakan apakah Indonesia Raya akan terbit lagi, ia mengatakan doakan saja.

Mengenai suka duka dalam penjara, Mochtar Lubis bercerita bahwa penjara yang

paling enak adalah di Madiun. Karena disana terasa agak bebas dan dapat

bermain tenis dan berenang. Sedangkan penjara yang paling tidak enak adalah

Rumah Tahanan Militer di jalan Budi Utomo, Jakarta. Karena di sana ia

dicampur dengan tahanan kriminal yang diperlakukan jauh lebih buruk dari

dirinya.

1.4.b Menurut buku Jurnalistik Indonesia, wawancara ini mengandalkan syarat efisien.

Wawancara ini juga menimbulkan spontanitas. Hal ini terlihat dari jawaban

Mochtar Lubis yang mengatakan bahwa penjara yang paling enak adalah penjara

di Madiun. Masih menurut buku Jurnalistik Indonesia, beberapa pertanyaan

dalam wawancara ini memakai jenis pertanyaan langsung. Dilihat dari jenis

Page 4: Analisis Buku Mochtar Lubis Bicara Lurus Bagian 1

wawancara, menurut buku Jurnalistik Indonesia wawancara ini termasuk jenis

wawancara sosok pribadi (personal interview).

I.5 Masyarakat Kita sedang Sakit

1.5.a Menurut Mochtar Lubis, penyakit pemerintahan kita yang paling parah adalah

“birokratis-it is”, biroktasi yang membengkak dan tidak berhati nurani, kurang

peka, dan kurang berorientasi pada kepentingan rakyat kecil yang tidak berdaya.

Ketika ditanya factor apa yang paling dominan sebagai penyebab penyakit itu

adalah factor hipokrisis alias kemunafikan.

1.5.b Menurut buku Jurnalistik Indonesia, jenis pertanyaan yang sering digunakan

adalah pertanyaan terbuka. Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang

menghendaki jawaban yang luas dan bebas. Hal ini ditandai dengan seringnya

penanya menanyakan pendapat Mochtar Lubis mengenai berbagai permasalahan

yang ada di Indonesia. Dilihat dari jenis wawancara, menurut buku Jurnalistik

Indonesia wawancara ini termasuk jenis wawancara sosok pribadi (personal

interview). Masih menurut buku Jurnalistik Indonesia, dari segi tujuan,

wawancara ini merupakan wawancara riset pendapat. Wawancara riset pendapat

(the opinion research interview) terutama dilakukan dengan tujuan untuk

mengetahui apa sebenarnya yang sedang menjadi perhatian, pemikiran, dan

pendapat narasumber. Wawancara ini juga mengandalkan syarat

mengembangkan logika, seperti yang ada dalam buku Jurnalistik Indonesia.

Pewawancara menggali fakta dan opini Mochtar Lubis tentang masalah-masalah

yang ada di Indonesia setelah 36 tahun merdeka.

I.6 Orang Indonesia Tak Suka Lagi Berpikir yang Berat-berat

1.6.a Mochtar Lubis mengatakan jangan sekali-kali meminta adanya menteri kesenian,

nanti penguasa mau mengatur kita semua lagi. Kalau seni nanti diatur, maka kita

akan punya seni yang tidak berjiwa.

1.6.b Menurut buku Jurnalistik Indonesia wawancara ini mengandalkan syarat

mengembangkan logika. Pewawancara menggali fakta dan opini Mochtar Lubis

tentang masalah kebudayaan yang ada di tanah air. Selain itu, wawancara ini juga

memenuhi syarat mengandalkan persiapan dan riset awal. Hal ini tergambar dari

pertanyaan yang diberikan oleh pewawncara selalu dihubungkan dengan keadaan

yang berkembang di masyarakat. Dilihat dari jenis wawancara, menurut buku

Page 5: Analisis Buku Mochtar Lubis Bicara Lurus Bagian 1

Jurnalistik Indonesia wawancara ini termasuk jenis wawancara sosok pribadi

(personal interview). Sedangkan menurut buku Penulisan Feature, wawancara

ini termasuk jenis wawancara perseorangan. Wawancara perseorangan adalah

cara untuk mengeruk informasi guna penulisan biografi, profil, pandangan, sikap,

pengalaman dari seorang obyek atau narasumber. Pewawancara sering kali

mengemukakan pertanyaan terbuka dalam wawancara ini. Menurut buku

Jurnalistik Indonesia, pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang menghendaki

jawaban yang luas dan bebas. Pertanyaan ini biasanya ditandai dengan

pertanyaan yang menanyakan pendapat narasumber mengenai suatu hal.

Sedangkan, tujuan wawancara ini adalah untuk riset pendapat. Menurut buku

Jurnalistik Indonesia Wawancara riset pendapat (the opinion research interview)

terutama dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apa sebenarnya yang sedang

menjadi perhatian, pemikiran, dan pendapat narasumber.

I.7 Dapat Mempengaruhi Sikap dan Pikiran serta Menggerakkan

Masyarakat

1.7.a Wawancara ini adalah wawancara Pikiran Rakyat dengan Mochtar Lubis tentang

masalah sastra. Menurut Mochtar Lubis, sebuah karya sastra dan seorang

sastrawan bisa mengubah masyarakat. Sejarah membuktikan bahwa sastra dapat

mempengaruhi sikap, pikiran, dan menggerakkan manusia atau masyarakat untuk

berbuat sesuatu. Tapi, sastra yang dapat menggerakkan orang berpikir dan

kemudian setelah berpikir berbuat sesuatu adalah sastra yang ada kaitan langsung

dengan kondisi manusia dan kondisi masyarakat. Dengan keyakinan ini Mochtar

Lubis membuat karya sastra agar dibaca oleh orang muda. Dapat dipastikan di

masa mendatang orang muda yang akan menjadi elite menggantikan yang tua-

tua. Sehingga Mochtar Lubis berharap orang muda yang membaca karya sastra

kemudian menjadi elite politik akan membawa perubahan dan penyegaran bagi

Indonesia.

1.7.b Menurut buku Jurnalistik Indonesia jenis pertanyaan yang digunakan dalam

wawancara ini adalah pertanyaan terbuka. Pertanyaan terbuka menghendaki

jawaban yang luas dan bebas. Pertanyaan ini umumnya, menanyakan pendapat

narasumber mengenai suatu hal. Dalam wawancara ini, pendapat yang

ditanyakan kepada Mochtar Lubis menyangkut masalah sastra. Jenis wawancara

yang digunakan, menurut buku Jurnalistik Indonesia, adalah wawancara sosok

Page 6: Analisis Buku Mochtar Lubis Bicara Lurus Bagian 1

pribadi (personal interview). Masih menurut buku Jurnalistik Indonesia,

wawancara ini sudah memenuhi delapan persyaratan wawancara berita.

Persyaratan yang sangat terlihat dari wawancara ini adalah menimbulkan

spontanitas. Salah satu pertanyaan yang diajukan oleh pewawancara membuat

Mochtar Lubis tertawa. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk riset pendapat.

Menurut buku Jurnalistik Indonesia Wawancara riset pendapat (the opinion

research interview) terutama dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apa

sebenarnya yang sedang menjadi perhatian, pemikiran, dan pendapat narasumber.

I.8 Mochtar Lubis Berbicara tentang Dirinya dan Dunia Pendidikan

1.8.a Karya fiksi Mochtar Lubis tidak seratus persen merupakan imajinasi dirinya,

melainkan ada segi kehidupan nyata. Dalam menulis, Mochtar Lubis tidak

memiliki waktu khusus dalam menulis. Ketika ditanya tentang suksesi yang

tengah berlangsungn pada saat itu, Mochtar Lubis mengatakan bahwa diatur atau

tidak suksesi generasi tetap tak terelakkan. Generasi pengganti yang berkualitas

adalah yang mempunyai sikap mandiri, tidak membeo, dan mempunyai inisiatif.

Apapun bentuk pemimpin karbitan, dia tetap tak akan mampu menjawab

persoalan esensial yang dihadapi bangsa ini. Mochtar Lubis tidak merasa

memiliki hambatan ketika menulis. Ia menulis apa yang ia rasa harus ditulis.

Ketika ditanya tentang generasi muda pada masa itu, khususnya mahasiswa, ia

mengatakan kondisi mahasiswa sangat menyedihkan. Mereka tidak berperan

sebagaimana seharusnya mereka berperan. Menurut Mochtar Lubis, gejala

melempemnya mahasiswa atau pemuda ada kaitannya dengan mutu pendidikan

Indonesia yang memprihatinkan. Mochtar Lubis mengidamkan masyarakat yang

ideal, yaitu manusia baru yang siap menerima kemajuan teknologi.

1.8.b Dilihat dari segi tujuan, wawancara ini merupakan wawancara penegasan

kredibilitas narasumber. Menurut buku Jurnalistik Indonesia wawancara

penegasan kredibilitas narasumber (a well known personality interview)

dimaksudkan untuk menguji tingkat kesahihan (validitas) sebuah informasi yang

berkembang di masyarakat. Sedangkan jenis pertanyaan yang digunakan adalah

pertanyaan terbuka. Menurut buku Jurnalistik Indonesia, pertanyaan terbuka

menghendaki jawaban yang luas dan bebas. Pertanyaan ini umumnya,

menanyakan pendapat narasumber mengenai suatu hal. Jenis wawancara yang

dilakukan, menurut buku Jurnalistik Indonesia, adalah wawancara sosok pribadi

Page 7: Analisis Buku Mochtar Lubis Bicara Lurus Bagian 1

(personal interview). Masih menurut buku Jurnalistik Indonesia, wawancara ini

sudah memenuhi delapan persyaratan wawancara berita. Persyaratan yang sangat

terlihat dari wawancara ini adalah mengembangkan logika. Mochtar Lubis

banyak ditanyakan tentang pendapatnya mengenai situasi terkini.

I.9 Wanita Indonesia Masih Terbelenggu

1.9.a Mochtar Lubis mengatakan bahwa sebagai laki-laki, ia sangat terpesona pada

kepribadian wanita Indonesia. Menurut Mochtar Lubis, ciri wanita Indonesia

yang paling menonjol adalah cirri kewanitaannya, yaitu kelembutan. Seorang

wanita Indonesia dididik supaya menjadi wanita–istri–ibu yang baik. Yang

mengabdi pada suami. Yang mengabdi pada keluarga. Mochtar juga mengatakan

ciri lain manusia Indonesia adalah kasih ibu dan kasih bapak. Namun sayangnya

di kota-kota besar tradisi tersebut sudah mulai rapuh. Ketika ditanya pendapat

tentang wanita pedesaan, Mochtar Lubis mengatakan bahwa ia kasihan melihat

wanita yang disuruh mengabdi kepada suami dan keluarga secara keterlaluan.

Idealnya, menurut Mochtar Lubis wanita Indonesia harus sama hak-haknya

dengan laki-laki.

1.9.b Jenis wawancara yang digunakan, menurut buku Jurnalistik Indonesia, adalah

wawancara sosok pribadi (personal interview). Menurut buku Jurnalistik Praktis,

wawancara ini termasuk jenis wawancara pribadi. Wawancara pribadi adalah

wawancara untuk memperoleh data tentang diri pribadi dan pemikiran

Interviwee. Menurut buku Jurnalistik Indonesia jenis pertanyaan yang digunakan

dalam wawancara ini adalah pertanyaan terbuka. Pertanyaan terbuka

menghendaki jawaban yang luas dan bebas. Pertanyaan ini umumnya,

menanyakan pendapat narasumber mengenai suatu hal. Selain itu, wawancara ini

juga menggunakan jenis pertanyaan hipotek terbuka. Dalam buku Jurnalistik

Indonesia, pertanyaan hipotek terbuka hampir sama dengan pertanyaan terbuka.

Namun, pada pertanyaan hipotek terbuka, penanya dapat membuat pertanyaan

lebih luas dengan memberikan beberapa keterangan untuk menyesuaikan dengan

situasi wawancara. Masih menurut buku Jurnalistik Indonesia, wawancara ini

mnggunakan salah satu syarat berita yaitu, mengembangkan logika. Wawancara

ini memaparkan tentang fakta serta opini Mochtar Lubis mengenai wanita

Indonesia. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk riset pendapat. Menurut buku

Jurnalistik Indonesia Wawancara riset pendapat (the opinion research interview)

Page 8: Analisis Buku Mochtar Lubis Bicara Lurus Bagian 1

terutama dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apa sebenarnya yang sedang

menjadi perhatian, pemikiran, dan pendapat narasumber.

I.10 Banyak Masalah Kebudayaan yang Perlu Dibenahi

1.10.a Wawancara ini adalah wawancara Mochtar Lubis dengan wartawan Suara

Pembaruan tentang perkembangan seni dan budaya di Indonesia. Ketika ditanya

tentang tanggung jawab Akademi Jakarta terhadap Dewan Kesenian Jakarta,

Mochtar Lubis mengatakan bahwa akademi menyusun anggota Dewan Kesenian

Jakarta yang baru. Selain itu, akademi juga member nasihat pada Dewan

Kesenian Jakarta terhadap pengembangan seni dan budaya. Ketika disinggung

tentang kegiatan kesenian di Taman Ismal Marzuki ang makin lesu, Mochtar

Lubis mengatakan kondisi TIM memang sudah harus diubah. Memancing

masyarakat dengan menguguhkan acara yang kurang bervariasi merupakan hal

yang sangat riskan. Masalah lain yang ada adalah biaya yang diberikan pada TIM

sejak dulu tak ernah naik, padahal nilai rupiah makin turun. Jika kualitas kegiatan

kesenian di TIM makin berkurang bisa dimaklumi. Perihal kongres kebudayaan,

Mochtar Lubis mengatakan ia menyambut baik adanya Kongres Kebudayaan.

Sebab, banyak masalah kebudayaan yang harus diselesaikan. Sedangkan

pandangan Mochtar Lubis terhadap jalan keluar kemelut kebudayaan adalah

dengan melaksanakan Demokrasi Pancasila secara konsekuen dan konsisten.

1.10.b Menurut buku Jurnalistik Indonesia jenis pertanyaan yang digunakan dalam

wawancara ini adalah pertanyaan terbuka. Pertanyaan terbuka menghendaki

jawaban yang luas dan bebas. Pertanyaan ini umumnya, menanyakan pendapat

narasumber mengenai suatu hal. Contoh dari pertanyaan ini adalah ketika

pewawancara menanyakan tentang kongres kebudayaan yang akan diadakan

tahun mendatang. Selain itu, wawancara ini juga menggunakan jenis pertanyaan

terpimpin. Pertanyaan terpimpin merupakan pertanyaan yang diikuti dengan

arahan jawaban. Pertanyaan terpimpin merupakan pertanyaan yang sangat

membantu dalam mengetahui sampai sejauh mana penjawab setuju dengan

pendapat atau pandangan penanya yang diajukan sebelumnya. Dilihat dari segi

tujuan, menurut buku Jurnalistik Indonesia, wawancara ini merupakan

wawancara penegasan kredibilitas narasumber. wawancara ini dimaksudkan

untuk menguji tingkat kesahihan (validitas) sebuah informasi yang berkembang

di masyarakat. Masih menurut buku Jurnalistik Indonesia, syarat berita yang

Page 9: Analisis Buku Mochtar Lubis Bicara Lurus Bagian 1

sangat terlihat dari wawancara ini adalah mempunyai tujuan yang jelas, efisien,

dan mengembangkan logika. Wawancara ini dapat memberikan informasi yang

diperlukan khalayak dengan segera. Selain itu, wawancara ini menggali fakta dan

opini Mochtar Lubis mengenai masalah kebudayaan yang perlu dibenahi. Jenis

wawancara yang digunakan, menurut buku Jurnalistik Indonesia, adalah

wawancara sosok pribadi (personal interview). Sedangkan menurut buku

Penulisan Feature, wawancara ini termasuk jenis wawancara perseorangan.

Wawancara perseorangan adalah cara untuk mengeruk informasi guna penulisan

biografi, profil, pandangan, sikap, pengalaman dari seorang obyek atau

narasumber.

I.11 Harus Ada Kekuatan Bersama untuk Memberantas Korupsi

1.11.a Wawancara ini adalah wawancara Mochtar Lubis dengan Suara Muhammadiyah

tentang korupsi di Indonesia. Ia mengatakan harus ada kekuatan bersama untuk

memberantas korupsi. Kekuatan bersama itu adalah dari masyarakat sendiri

bersama dengan birokrasi yang bersih, pers yang bebas dan para ulama. Menurut

Mochtar Lubispengawasan korupsi di Indonesia lemah. Sedangkan pers, jika ingin

dijadikan alat dalam pemberantasan korupsi harus bekerja sungguh-sungguh.

Harus independen, baru bias menghadapai segala tindakan korupsi. Pers harus

lebih berani menghadapi gejala-gejala korupsi. Ketika ditanya tentang hubungan

korupsi dngan budaya Mochtar Lubis mengatakan ada nilai budaya khusus yang

dominan dalam kekuasaan politik. Sikap budaya yang tidak mau konfrontasi.

Budaya keselarasan dalam diri, keselarasan antara jagad cilik dan jagad besar.

1.11.b Jenis wawancara yang digunakan, menurut buku Jurnalistik Indonesia, adalah

wawancara sosok pribadi (personal interview). Menurut buku Jurnalistik Praktis,

wawancara ini termasuk jenis wawancara pribadi. Sedangkan menurut buku

Penulisan Feature, wawancara ini termasuk jenis wawancara perseorangan.

Menurut buku Jurnalistik Indonesia wawancara ini menggunakan jenis pertanyaan

terpimpin. Pertanyaan terpimpin merupakan pertanyaan yang sangat membantu

dalam mengetahui sampai sejauh mana penjawab setuju dengan pendapat atau

pandangan penanya yang diajukan sebelumnya. Masih menurut buku Jurnalistik

Indonesia, wawancara ini memenuhi syarat melibatkan khalayak. Khalayak tidak

merasa asing dengan topik yang sedang dibicarakan. Tujuan dari wawancara ini

adalah untuk riset pendapat. Menurut buku Jurnalistik Indonesia Wawancara riset

Page 10: Analisis Buku Mochtar Lubis Bicara Lurus Bagian 1

pendapat (the opinion research interview) terutama dilakukan dengan tujuan

untuk mengetahui apa sebenarnya yang sedang menjadi perhatian, pemikiran, dan

pendapat narasumber.

I.12 Pers yang Bebas Menguntungkan Pemerintah

1.12.a Berikut ini merupakan ringkasan wawancara Mochtar Lubis dengan Panji

Masyarakat sekitar masalah pers dalam rangka Hari Pers Nasional. Menurut

Mochtar Lubis pers Indonesia harus rasional, menjadi pengawal kepentingan

umum, harus punya idealisme, karena rakyat Indonesia masih dalam perjuangan

memperbaiki kehidupan sebagai manusia dan anggota masyarakat. Menurut

Mochtar Lubis sekarang pers Indonesia sudah tidak melihat idealismee lagi.

Tidak lagi punya kebranian untuk menegakkan idealism secara konsekuen.

Penyebabnya adalah adanya pematasan-pembatasan. Pers harus berani

mengemukakan tentang segala yang menjadi permasalahan masyarakat kita

secara mendalam. Bukan hanya gejala-gejalanya saja.

1.12.b Menurut buku Jurnalistik Indonesia jenis pertanyaan yang digunakan dalam

wawancara ini adalah pertanyaan terbuka. Pertanyaan terbuka menghendaki

jawaban yang luas dan bebas. Pertanyaan ini umumnya, menanyakan pendapat

narasumber mengenai suatu hal. Dalam wawancara ini, pendapat yang

ditanyakan kepada Mochtar Lubis menyangkut masalah pers di Indonesia. Jenis

wawancara yang digunakan, menurut buku Jurnalistik Indonesia, adalah

wawancara sosok pribadi (personal interview). Begitu juga menurut buku

Jurnalistik Praktis, wawancara ini termasuk jenis wawancara pribadi. Dalam

buku Jurnalistik Praktis, wawancara pribadi adalah wawancara untuk

memperoleh data tentang diri pribadi dan pemikiran Interviwee. Masih menurut

buku Jurnalistik Indonesia, wawancara ini sudah memenuhi delapan persyaratan

wawancara berita. Persyaratan yang sangat terlihat dari wawancara ini adalah

mengandalkan persiapan dan riset awal. Pewawancara sangat memahami topik

yang ditanyakan. Pertanyaan yang ditanyakan selalu dihubungkan dengan issue

yang berkembang. riset pendapat. Menurut buku Jurnalistik Indonesia, dilihat

dari segi tujuan wawancara ini adalah Wawancara riset pendapat (the opinion

research interview).

I.13 Sastra sebagai Kritik Bangsa

Page 11: Analisis Buku Mochtar Lubis Bicara Lurus Bagian 1

1.13.a Ketika diwawancara oleh M. Nasrudin Anshoriy Ch tentang dunia kesusastraan,

Mochtar Lubis berpendapat bahwa sastra yang baik senantiasa mampu

mencerminkan watak dan mental sebuah masyarakat. Bagi Mochtar Lubis

hakikat manusia dalam dimensi kesusastraan begitu luas dan dipenuhi dengan

nilai-nilai yang begitu banyak. Sebagai manusia yang terjun ke dunia

kesusastraan kita harus senantiasa memperjuangkan kemanusiaan kita serta hak-

hak asasinya untuk tetap konsisten dengan prinsip dan sikap manusia secara

hakiki. Sebagai sastrawan, ekspresi merupakan suatu keharusan bagi Mochtar

Lubis. Ekspresi bisa muncul dalam bentuk protes sosial, bermakna kritik politik,

bias juga berupa analisis dampak lingkungan. Namun, karya sastra Mochtar

Lubis sama sekali tidak berdasarkan pertimbangan politik. Bagi Mochtar Lubis

sastra yang baik adalah sastra yang berguna bagi manusia dan berdiri sendiri.

Mochtar Lubis menegaskan bahwa satu-satunya kriteria bagi seorang sastrawan

adalah hati nuraninya sendiri. Menurut Mochtar Lubis nilai-nilai budaya yang

musti ditegakkan adalah etika baru yang berlandaskan demokrasi Pancasila

secara murni dan konsisten. Etika baru yang luas dan membebaskan. Etika baru

yang berwawasan kesadaran lingkungan. Etika baru yang mengarah pada

pengabdian kita terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

1.13.b Menurut buku Jurnalistik Indonesia jenis pertanyaan yang digunakan dalam

wawancara ini adalah pertanyaan terbuka. Pertanyaan terbuka menghendaki

jawaban yang luas dan bebas. Pertanyaan ini umumnya, menanyakan pendapat

narasumber mengenai suatu hal. Dalam wawancara ini, pendapat yang

ditanyakan kepada Mochtar Lubis mengenai sastra yang bermutu. Jenis

wawancara yang digunakan, menurut buku Jurnalistik Indonesia, adalah

wawancara sosok pribadi (personal interview). Begitu juga menurut buku

Jurnalistik Praktis, wawancara ini termasuk jenis wawancara pribadi. Dalam

buku Jurnalistik Praktis, wawancara pribadi adalah wawancara untuk

memperoleh data tentang diri pribadi dan pemikiran Interviwee. Sedangkan

menurut buku Penulisan Feature, wawancara ini termasuk jenis wawancara

perseorangan. Wawancara perseorangan adalah cara untuk mengeruk informasi

guna penulisan biografi, profil, pandangan, sikap, pengalaman dari seorang

obyek atau narasumber. Masih menurut buku Jurnalistik Indonesia, persyaratan

yang sangat terlihat dari wawancara ini adalah mengembangkan logika.

Wawancara ini dimaksudkan untuk meggali fakta dan opini Mochtar Lubis

Page 12: Analisis Buku Mochtar Lubis Bicara Lurus Bagian 1

mengenai sastra yang bermutu. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk riset

pendapat. Menurut buku Jurnalistik Indonesia Wawancara riset pendapat (the

opinion research interview) terutama dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui

apa sebenarnya yang sedang menjadi perhatian, pemikiran, dan pendapat

narasumber.

I.14 Dari Soaal Teater, Sastra, dan Kritikus

1.14.a Berikut ini merupakan ringkasan wawancara Mochtar Lubis dengan harian

Singgalang (Padang) mengenai dunia teater, sastra, dan peranan kritikus sastra

dewasa ini. Bagi Mochtar Lubis untuk pandai mengembangkan penonton, kita

harus melakukan studi khalayak, sehingga kita dapat menyimpulkan siapa yang

merupakan potensi penonton. Ketika ditanya tentang sastra Indonesia yang masih

terpencil dan miskin, Mochtar Lubis mengatakan terpencil dalam arti bahwa

dibandingkan dengan Negara lain seperti Belanda, dan Rusia. Menurut Mochtar

Lubis pembaca sastra di Indonesia terutama generasi muda dan mahasiswa.

1.14.b Menurut buku Jurnalistik Indonesia jenis pertanyaan yang digunakan dalam

wawancara ini adalah pertanyaan terbuka. Pertanyaan terbuka menghendaki

jawaban yang luas dan bebas. Pertanyaan ini umumnya, menanyakan pendapat

narasumber mengenai suatu hal. Dalam wawancara ini, pendapat yang

ditanyakan kepada Mochtar Lubis mengenai dunia teater, sastra, dan peranan

kritikus sastra di Indonesia. Jenis wawancara yang digunakan, menurut buku

Jurnalistik Indonesia, adalah wawancara sosok pribadi (personal interview).

Sedangkan menurut buku Penulisan Feature, wawancara ini termasuk jenis

wawancara perseorangan. Wawancara perseorangan adalah cara untuk mengeruk

informasi guna penulisan biografi, profil, pandangan, sikap, pengalaman dari

seorang obyek atau narasumber. Masih menurut buku Jurnalistik Indonesia,

persyaratan yang sangat terlihat dari wawancara ini adalah mengembangkan

logika. Wawancara ini dimaksudkan untuk meggali fakta dan opini Mochtar

Lubis mengenai dunia teater, sastra, dan peranan kritikus sastra di Indonesia.

Tujuan dari wawancara ini adalah untuk riset pendapat. Menurut buku Jurnalistik

Indonesia Wawancara riset pendapat (the opinion research interview) terutama

dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apa sebenarnya yang sedang menjadi

perhatian, pemikiran, dan pendapat narasumber.

Page 13: Analisis Buku Mochtar Lubis Bicara Lurus Bagian 1

I.15 Seniman Harus Jadi Manusia Bebas

1.15.a Berikut ini ringkasan wawancara dengan Mochtar Lubis seputar situasi

perkembangan sastra dan kritik sastra Indonesia. Menanggapi pernyataan Sapardi

yang mengharapkan penulis yang dapat membawa pembaharuan do Horison,

Mochtar Lubis mengatakan pembaharuan yang dimaksud oleh Sapardi adalah

pembaharuan dari segi isi serta ide-ide yang terkandung dalam karya sastra dan

juga bentuk (struktur). Ketika ditanyakan tentang peranan kritikus sastra,

Mochtar Lubis mengatakan belum ada kritikus sastra yang baik di Indonesia. Hal

ini dilihat dari sering adannya polemik diantara mereka mengenai sastra

Indonesia. Masing-masing mau mempertahankan pandangannya sendiri yang

paling benar. Tetapi seorang kritikus yang pandai, mempunyai bakat besar,

mempunyai pengertian cukup baik mengenai masyarakat dan manusia, bias

melakukan pertimbangan buku yang jauh lebih menyeluruh dan jauh lebih

mengena daripada seorang ilmuan yang selalu berpegangan pada dalil-dalail

teori. Menurut Mochtar Lubis seorang pengarang tidak usah takut pada kritik.

Kalaupun ada kritik yang membantai tulisan kita, kita tidak boleh patah hati.

Malah, tidak perlu kita terima sepenuhnya. Seniman harus menjadi manusia

bebas. Sebagai seniman, anggaplah kritikus itu sebagai pembantu kita saja.

1.15.b Menurut buku Jurnalistik Indonesia wawancara ini menggunakan jenis

pertanyaan hipotek terbuka. Dalam buku Jurnalistik Indonesia, pertanyaan

hipotek terbuka hampir sama dengan pertanyaan terbuka. Namun, pada

pertanyaan hipotek terbuka, penanya dapat membuat pertanyaan lebih luas

dengan memberikan beberapa keterangan untuk menyesuaikan dengan situasi

wawancara. Jenis wawancara yang digunakan, menurut buku Jurnalistik

Indonesia, adalah wawancara sosok pribadi (personal interview). Begitu juga

menurut buku Jurnalistik Praktis, wawancara ini termasuk jenis wawancara

pribadi. Dalam buku Jurnalistik Praktis, wawancara pribadi adalah wawancara

untuk memperoleh data tentang diri pribadi dan pemikiran Interviwee. Masih

menurut buku Jurnalistik Indonesia, persyaratan yang sangat terlihat dari

wawancara ini adalah mengembangkan logika. Wawancara ini dimaksudkan

untuk meggali fakta dan opini Mochtar Lubis seputar perkembangan sastra.

Tujuan dari wawancara ini adalah untuk riset pendapat. Menurut buku Jurnalistik

Indonesia Wawancara riset pendapat (the opinion research interview) terutama

Page 14: Analisis Buku Mochtar Lubis Bicara Lurus Bagian 1

dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apa sebenarnya yang sedang menjadi

perhatian, pemikiran, dan pendapat narasumber.

I.16 Pers Indonesia di Mata Mochtar Lubis

1.16.a Berikut ini adalah pandangan Mochtar Lubis mengenai kehidupan pers Indonesia

saat ini, yang dikaitkan dengan hangatnya Perang Teluk. Menurut Mochtar Lubis

kecenderungan pers Indonesia dalam perang teluk sangat tidak memuaskan. Pers

Indonesia masih ada yang berpihak pada yang berperang, yaitu pro Amerika atau

Irak. Padahal seharusnya para wartawan berpihak pada kebenaran. Menurut

Mochtar Lubis selama ini kebebasan pers dirasa belum cukup. Seharusnya pers

bertanggung jawab kepada hukum dan undang-undang negara, bukan kepada

pemerintah. Jika pers Indonesia, sebagai kontrol sosial mau maju, aturan

permainannya harus diperbaiki. Yang dianggap pelanggaran pers harus

diserahkan ke pengadilan, dan hakim yang memutuskan. Dan pembaca yang arif

yang banyak membaca laporan dari berbagai media massa pasti dapat

membandingkan objektivitas berita.

1.16.b Menurut buku Jurnalistik Indonesia, wawancara ini menggunakan jenis

pertanyaan terpimpin. Pertanyaan terpimpin merupakan pertanyaan yang diikuti

dengan arahan jawaban. Pertanyaan terpimpin merupakan pertanyaan yang

sangat membantu dalam mengetahui sampai sejauh mana penjawab setuju

dengan pendapat atau pandangan penanya yang diajukan sebelumnya. Jenis

wawancara yang digunakan, menurut buku Jurnalistik Indonesia, adalah

wawancara sosok pribadi (personal interview). Begitu juga menurut buku

Jurnalistik Praktis, wawancara ini termasuk jenis wawancara pribadi. Dalam

buku Jurnalistik Praktis, wawancara pribadi adalah wawancara untuk

memperoleh data tentang diri pribadi dan pemikiran Interviwee. Sedangkan

menurut buku Penulisan Feature, wawancara ini termasuk jenis wawancara

perseorangan. Wawancara perseorangan adalah cara untuk mengeruk informasi

guna penulisan biografi, profil, pandangan, sikap, pengalaman dari seorang

obyek atau narasumber. Masih menurut buku Jurnalistik Indonesia, persyaratan

yang sangat terlihat dari wawancara ini adalah mengembangkan logika.

Wawancara ini dimaksudkan untuk menggali fakta dan opini Mochtar Lubis

seputar pers Indonesia. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk riset pendapat.

Menurut buku Jurnalistik Indonesia Wawancara riset pendapat (the opinion

Page 15: Analisis Buku Mochtar Lubis Bicara Lurus Bagian 1

research interview) terutama dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apa

sebenarnya yang sedang menjadi perhatian, pemikiran, dan pendapat narasumber.

I.17 Kepala batu

1.17.a Berikut ini sebagian dari kehidupan Mochtar Lubis yang diungkapkan

berdasarkan wawancara Mochtar Lubis dengan Antyo Rentjoko dan Este Hadi

dari Jakarta Jakarta. Saat wawancara ini berlangsung Mochtar Lubis sedang

menulis roman sejarah bangsa Indonesia dan beberapa cerpen yang memaksanya

mencari banyak literatur tentang Indonesia. Sebagian besar literature tersebut ia

temukan di Belanda. Menurut Mochtar Lubis, Sejarah Indonesia yang ditulis

objektif hanyalah yang prakolonial. Mochtar Lubis mengatakan bahwa ia

mengagumi Mahatma Gandhi. Ia kagum dengan kesederhanaan Gandhi, juga

konsistensinya dalam menjalankan apa yang pernah diucapkannya. Mochtar

Lubis juga banyak membaca buku-buku karya Gandhi. Mengenai dunia sastra

Indonesia saat ini, Mochtar Lubis mangatakan bahwa selama 16 tahun terakhir

ini belum ada satu karya yang bisa menggoncangkan kita. Menurutnya kalau

sastra tidak bisa menggambarkan situasi sosial dan kemanusiaan sekelilingnya,

hanya akan menjadi sebuah sastra fantasia. Ia berharap mereka yang menulis

selalu bersedia mendalami permasalahan yang kita hadapi sebagai manusia dan

anggota masyarakat. Karya sastra yang ia anggap ideal adalah karya Ramadhan

K.H., Achdiyat Kartamihardja juga sajak-sajak W.S Rendra, Asrul Sani, Taufiq

Ismail, dan Sutardji. Menurut Moctar Lubis, lembaga-lembaga bahasa yang ada

terlalu dikuasai dan dipimpin oleh orang-orang yang terlalu berteori bahasa. Ia

mengatakan terjadi kemunduran pada kualitas Jurnalistik. Ketika ditanya tentang

alasannya selalu menentang rencana pembangunan PLTN, ia mengatakan

menurutnya teknologi PLTN masih merupakan teknologi yang belum aman.

Selain itu, belum ada pemecahan terhadap masalah sampah nuklir. Mochtar

Lubis juga menceritakan tentang pengalamannya selama dipenjara, ia

mengatakan selama ia dipenjara ia mendapat pelajaran dari seorang tahanan

serdadu jepang untuk membunuh orang hanya dengan tangan kosong, ia juga

diajari ilmu copet oleh seorang pemuda solo. Selain itu Mochtar Lubis juga

menceritakan tentang pengalamannya sewaktu bersekolah di Kayutaman, ia

berkata bahwa disana guru-gurunya adalah orang-orang nasionalis yang

berpendidikan tinggi Belanda. Disana diajarkan sejarah yang lain dari sejarah di

Page 16: Analisis Buku Mochtar Lubis Bicara Lurus Bagian 1

sekolah-sekolah Belanda. Setiap hari Sabtu dan Minggu ia habiskan untuk hobi

menulis, melukis atau berkebun. Yang paling membuatnya marah atau kesal

adalah apabila melihat orang lain didera dan disakiti didepan matanya.

1.17.b Menurut buku Jurnalistik Indonesia jenis pertanyaan yang digunakan dalam

wawancara ini adalah pertanyaan terbuka. Pertanyaan terbuka menghendaki

jawaban yang luas dan bebas. Selain itu juga terdapat beberapa pertanyaan

tertutup. Pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang membatasi ruang gerak

penjawab. Jenis wawancara yang digunakan, menurut buku Jurnalistik

Indonesia, adalah wawancara sosok pribadi (personal interview). Begitu juga

menurut buku Jurnalistik Praktis, wawancara ini termasuk jenis wawancara

pribadi. Dalam buku Jurnalistik Praktis, wawancara pribadi adalah wawancara

untuk memperoleh data tentang diri pribadi dan pemikiran Interviwee. Sedangkan

menurut buku Penulisan Feature, wawancara ini termasuk jenis wawancara

perseorangan. Wawancara perseorangan adalah cara untuk mengeruk informasi

guna penulisan biografi, profil, pandangan, sikap, pengalaman dari seorang

obyek atau narasumber. Masih menurut buku Jurnalistik Indonesia, persyaratan

wawancara berita yang sangat terlihat dari wawancara ini adalah

menyenangakan. Proses wawancara dilakukan bebas dari tekanan yang

merupakan ciri dari interogasi. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk riset

pendapat. Menurut buku Jurnalistik Indonesia Wawancara riset pendapat (the

opinion research interview) terutama dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui

apa sebenarnya yang sedang menjadi perhatian, pemikiran, dan pendapat

narasumber.

I.18 Jangan Berambisi Jadi Presiden

1.18.a Berikut ini adalah wawancara Moctar Lubis mengenai berbagai masalah.

Mochtar Lubis saat ini sedang menulis lima seri buku roman. Ia ingin melukiskan

apa yang terjadi pada manusia Indonesia sejak sebelum perang Eropa masuk ke

Asia Tenggara kemudian disusul orang Portugis, Belanda, Jepang, perang

kemerdekaan kita, sampai sekarang. Mochtar Lubis sangat peduli dengan

masalah kemanusiaan, dan itu yang ia perjuangkan. Menurut ochtar Lubis, pers

punya kewajiban untuk membangunkan kesadaran ke arah masa depan. Sebagai

orang Indonesia, ia merasa berkewajiban berada di Indonesia dan melakukan apa

yang bias ia lakukan. Minimal ia berharap bisa sumbangkan pikiran. Mochtar

Page 17: Analisis Buku Mochtar Lubis Bicara Lurus Bagian 1

Lubis berkata bahwa ia adalah seorang yang demokratis. Setiap minggu ada rapat

redaksi. Semua wartawan boleh mengkritik dirinya. Prinsip hidup Mochtar Lubis

selama ini adalah jangan merasa dengki kepada teman-teman yang sukses. Ketika

berbicara tentang Marxisme dan Sosialisme, ia mengatakan kurang setuju dengan

paham tersebut. Satu-satunya yang ia hargai adalah bahwa ada kelas masyarakat

miskin yang harus diperbaiki. Mochtar Lubis juga menceritakan tentang

kekagumannya terhadap Mahatma Gandhi. Ia berkata bahwa tak ada yang ia

sesali dalam hidup, tetapi belum merasa puas dengan apa yang ia kerjakan,

karena belum semuanya tercapai. Masih banyak yang harus diperjuangkan di

tanah air kita. Orang Indonesia banyak yang menjadi kuli orang asing di

tanahnya sendiri. Belum menjadi tuan dirumahnya sendiri. Sering kali

kepentingan rakyat dinomorduakan demi kepentingan penanam modal. Mochtar

Lubis tidak setuju jika manusia yang dikorbankan. Ia tidak lelah dan bosan

memperjuangkan hal semacam ini dan tidak akan berhenti sampai sampai napas

terakhir. Ia menyatakan jika semua orang tidak rakus, ia yakin bisa tercapai

kesejahteraan untuk masyarakat banyak.

1.18.b Menurut buku Jurnalistik Indonesia jenis pertanyaan yang digunakan dalam

wawancara ini adalah pertanyaan terbuka. Pertanyaan terbuka menghendaki

jawaban yang luas dan bebas. Pertanyaan ini umumnya, menanyakan pendapat

narasumber mengenai suatu hal. Selain itu, wawancara ini juga menggunakan

jenis pertanyaan langsung. Pertanyaan langsung dimaksudkan untuknpertanyaan

yang menghendaki jawaban singkat. Jenis wawancara yang digunakan, menurut

buku Jurnalistik Indonesia, adalah wawancara sosok pribadi (personal

interview). Begitu juga menurut buku Jurnalistik Praktis, wawancara ini

termasuk jenis wawancara pribadi. Dalam buku Jurnalistik Praktis, wawancara

pribadi adalah wawancara untuk memperoleh data tentang diri pribadi dan

pemikiran Interviwee. Sedangkan menurut buku Penulisan Feature, wawancara

ini termasuk jenis wawancara perseorangan. Wawancara perseorangan adalah

cara untuk mengeruk informasi guna penulisan biografi, profil, pandangan,

sikap, pengalaman dari seorang obyek atau narasumber. Masih menurut buku

Jurnalistik Indonesia, persyaratan yang sangat terlihat dari wawancara ini

adalah mengembangkan logika. Wawancara ini dimaksudkan untuk meggali

fakta dan opini Mochtar Lubis mengenai berbagai masalah. Tujuan dari

wawancara ini adalah untuk riset pendapat. Menurut buku Jurnalistik Indonesia

Page 18: Analisis Buku Mochtar Lubis Bicara Lurus Bagian 1

Wawancara riset pendapat (the opinion research interview) terutama dilakukan

dengan tujuan untuk mengetahui apa sebenarnya yang sedang menjadi

perhatian, pemikiran, dan pendapat narasumber.

I.19 Ketiga Kontestan Tidaak Menarik

1.19.a Berikut ini adalah wawancara Mochtar Lubis tentang berbagai masalah yang

sedang aktual. Wawancara ini terjadi ketika Mochtar Lubis baru pulang dari luar

negeri. Menutut Mochtar Lubis, pelajaran yang paling berharga yang ia dapat

adalah tentang berhembusnya angin kebebasan manusia. Kembalinya Hak Asasi

Manusia pada posisi yang sebenarnya. Karena selama ini hak asasi manusia

menghadapi masalah. Sebuah negara yang merdeka tak berarti rakyatnya ikut

merdeka, sejak puluhan tahun lalu. Mochtar Lubis juga menceritakan pengaruh

ayah terhadap dirinya, ayahnya keras, sangat disiplin. Ia melarang Mochtar Lubis

bekerja dengan pemerintah Belanda. Ia menyuruh anak-anaknya bekerja di

bidang apa saja, asal cinta dengan pekerjaannya. Menurut Mochtar Lubis prospek

yayasan obor sebagai lembaga penerbitan sebenarnya bagus, tapi masih ada

hambatan. Salah satu hambatannya dalah pajak. Segala penerbitan buku harus

menggunakan pajak. Ketika pembicaraan beralih ke hobi, Mochtar mengatakan

ia memiliki hobi tenis, kungfu, berkebun dan melukis.

1.19.b Menurut buku Jurnalistik Indonesia, wawancara ini menggunakan jenis

pertanyaan terpimpin. Pertanyaan terpimpin merupakan pertanyaan yang diikuti

dengan arahan jawaban. Pertanyaan terpimpin merupakan pertanyaan yang

sangat membantu dalam mengetahui sampai sejauh mana penjawab setuju

dengan pendapat atau pandangan penanya yang diajukan sebelumnya. Jenis

wawancara yang digunakan, menurut buku Jurnalistik Indonesia, adalah

wawancara sosok pribadi (personal interview). Begitu juga menurut buku

Jurnalistik Praktis, wawancara ini termasuk jenis wawancara pribadi. Dalam

buku Jurnalistik Praktis, wawancara pribadi adalah wawancara untuk

memperoleh data tentang diri pribadi dan pemikiran Interviwee. Sedangkan

menurut buku Penulisan Feature, wawancara ini termasuk jenis wawancara

perseorangan. Wawancara perseorangan adalah cara untuk mengeruk informasi

guna penulisan biografi, profil, pandangan, sikap, pengalaman dari seorang

obyek atau narasumber. Masih menurut buku Jurnalistik Indonesia, persyaratan

wawancara berita yang sangat terlihat dari wawancara ini adalah

Page 19: Analisis Buku Mochtar Lubis Bicara Lurus Bagian 1

menyenangakan. Proses wawancara dilakukan bebas dari tekanan yang

merupakan ciri dari interogasi. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk riset

pendapat. Menurut buku Jurnalistik Indonesia Wawancara riset pendapat (the

opinion research interview) terutama dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui

apa sebenarnya yang sedang menjadi perhatian, pemikiran, dan pendapat

narasumber.

I.20 Ibnu Sutowo Harus Mau Jadi Saksi

1.20.a Berikut ini wawancara Mochtar Lubis berkaitan dengan kasus sengketa harta

karun pertamina dengan nyomya Kartika Thahir di pengadilan Singapura.

Mochtar Lubis berkata bahwa ia mengikuti berita-berita persidangan harta

almarhum Haji Thahir itu. Namun ia heran, mengapa tidak dari dulu kasus ini

dibawa ke pengadilan. Ia menilai apa yang dilakukan pemerintah sudah

terlambat, terlambat dua pulub tahun. Mochtar Lubis juga mengatakan bahwa

komisi adalah bagian yang diterima pegawai, baik negri maupun swasta dari

supplier. Komisi tak pantas diambil oleh pegawai, karena sudah digaji.

Seharusnya kalau ada komisi harus dikembalikan kepada negara. Jadi komisi

sama dengan korupsi, dan sepertinya korupsi sudah membudaya hal itu sama

dengan fasilitas. Menurutnya korupsi harus dihapus mulai dari yang paling atas.

Birokrasi yang paling atas yang harus memberikan contoh. Dan harus dimulai

dari pemberian gaji yang layak, disamping itu atasan harus memberi contoh yang

betul. Mochtar Lubis menyatakan kini kontrol masyarakat terhadap korupsi

sudah lesu dan ia hampir tidak pernah melihat pers kita mengkritik korupsi.

Mungkin pers menganggap sudah tidak ada lagi korupsi, atau sudah menjadi

budaya.

1.20.b Menurut buku Jurnalistik Indonesia, wawancara ini menggunakan jenis

pertanyaan terpimpin. Pertanyaan terpimpin merupakan pertanyaan yang diikuti

dengan arahan jawaban. Pertanyaan terpimpin merupakan pertanyaan yang

sangat membantu dalam mengetahui sampai sejauh mana penjawab setuju

dengan pendapat atau pandangan penanya yang diajukan sebelumnya. Jenis

wawancara yang digunakan, menurut buku Jurnalistik Indonesia, adalah

wawancara sosok pribadi (personal interview). Begitu juga menurut buku

Jurnalistik Praktis, wawancara ini termasuk jenis wawancara pribadi. Dalam

buku Jurnalistik Praktis, wawancara pribadi adalah wawancara untuk

Page 20: Analisis Buku Mochtar Lubis Bicara Lurus Bagian 1

memperoleh data tentang diri pribadi dan pemikiran Interviwee. Sedangkan

menurut buku Penulisan Feature, wawancara ini termasuk jenis wawancara

perseorangan. Wawancara perseorangan adalah cara untuk mengeruk informasi

guna penulisan biografi, profil, pandangan, sikap, pengalaman dari seorang

obyek atau narasumber. Masih menurut buku Jurnalistik Indonesia, persyaratan

yang sangat terlihat dari wawancara ini adalah mengembangkan logika.

Wawancara ini dimaksudkan untuk menggali fakta dan opini Mochtar Lubis

seputar pers Indonesia. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk riset pendapat.

Menurut buku Jurnalistik Indonesia Wawancara riset pendapat (the opinion

research interview) terutama dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apa

sebenarnya yang sedang menjadi perhatian, pemikiran, dan pendapat narasumber.

II. Pertanyaan

Apakah pada masa sekarang ini masih ada Dewan Kesenian Jakarta?

Mengapa Indonesia Raya ditutup tahun 1974?

Apakah pada masa sekarang ini sudah ada kritikus sastra yang baik menurut ukuran

Mochtar Lubis?

Apakah pers sekarang sudah dapat dikatakan pers yang bebas?

Berapa kali Mochtar Lubis dipenjara?