Analisis berita pelemahan rupiah terhadap mata uang asing

16
LAPORAN 19 Desember 2013 Analisis Berita “Tiga Bulan ke Rp 12.000” Oleh : Afifah Nurul Hidayah 0131131367 Anthony 0131131233 Erica Gomulya 0131131374 Kevin Jayadi 0131131185 Michael Stefanus 0131131102 Stefan Wan 0131131118 Business J m.k. Introductory Economics S1 Prasetiya Mulya Business School 2013

description

Makalah untuk menyelesaikan tugas ekonomi mengenai analisa berita ekonomi.

Transcript of Analisis berita pelemahan rupiah terhadap mata uang asing

Page 1: Analisis berita pelemahan rupiah terhadap mata uang asing

LAPORAN 19 Desember 2013

Analisis Berita

“Tiga Bulan ke Rp 12.000”

Oleh :

Afifah Nurul Hidayah 0131131367

Anthony 0131131233

Erica Gomulya 0131131374

Kevin Jayadi 0131131185

Michael Stefanus 0131131102

Stefan Wan 0131131118

Business J

m.k. Introductory Economics

S1 Prasetiya Mulya Business School

2013

Page 2: Analisis berita pelemahan rupiah terhadap mata uang asing

1

BAB I

PENDAHULUAN

Nilai tukar yang tidak stabil dan cenderung berada dalam tingkat yang terdepresiasi

akan membawa dampak negatif dalam suatu perekonomian. Tidak stabilnya nilai tukar akan

dapat mendorong terciptanya ketidakstabilan harga, khususnya ketidakstabilan harga barang-

barang yang berasal dari impor.

Depresiasi nilai tukar yang terlalu besar akan mengakibatkan harga barang impor menjadi lebih

mahal dan secara keseluruhan dapat meningkatkan laju inflasi selanjutnya, inflasi yang terlalu

tinggi dapat menurunkan daya beli masyarakat dan menurunkan kegiatan ekonomi. Selain itu,

depresiasi nilai tukar dapat memberatkan neraca perusahaan yang sumber pembiayaannya

berasal dari hutang luar negeri. Depresiasi akan mengakibatkan beban bunga dan pokok hutang

luar negeri dalam mata uang domestik menjadi semakin besar.

Nilai tukar merupakan variabel penting dari kondisi perekonomian suatu negara, sehingga

memerlukan perhatian agar variabel ini bergerak dalam keadaan stabil dan

dapat menunjang kegiatan perekonomian lainnya.

Analisis mengenai pergerakan nilai tukar Rupiah diperlukan karena nilai tukar mencerminkan kondisi

perekonomian suatu negara. Fluktuasi nilai tukar yang terlalu tinggi akan mengganggu kegiatan

perekonomian baik di sektor riil maupun moneter. Mengingat besarnya pengaruh dari fluktuasi nilai

tukar terhadap perekonomian, maka jelas diperlukan manajemen nilai tukar yang baik sehingga

pergerakan nilai tukar menjadi stabil, fluktuasinya dapat diprediksi dan perekonomian dapat tetap

berjalan dengan baik.

Page 3: Analisis berita pelemahan rupiah terhadap mata uang asing

2

1. 1. STUDI KASUS

Kompas, 6 Desember 2013

Pada analisis kali ini, kami mengambil berita dari koran Kompas, 6 Desember 2013 mengenai

melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar. Pada berita ini dijabarkan mengenai nilai tukar

rupiah yang menyentuh posisi terlemah baru sepanjang tahun 2013 pada kamis (5/12), yakni Rp

12.018 per dollar. Menurut data pada Bank Indonesia, perlu waktu 3 bulan sejak rupiah menembus

Rp 11.093 pada 4 September 2013 hingga melewati Rp 12.000. Sebelumnya, nilai tukar terlemah

adalah pada 10 Maret 2009 dengan nilai tukar rupiah mencapai Rp 12.040 per dollar AS.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Difi Ahmad Johansyah mengaku tingginya

permintaan dollar AS, terutama oleh korporasi. Namun, BI sudah mengantisipasi hal ini secara

langsung untuk menjamin ketersediaan dollar AS di pasaran.

Page 4: Analisis berita pelemahan rupiah terhadap mata uang asing

3

Namun, BI yakin pelemahan ini hanya bersifat sementara. Hal ini dikarenakan para eksportir

yang menyimpan dollar AS mulai melepas dollar AS ke pasar, sehingga persediaan atau supply

meningkat.

Walaupun merupakan nilai tukar rupiah menyentuh posisi terlemah, pada akhir pecan lalu

sempat menguat dari Rp 11.900-an menjadi Rp 11.830 per dollar AS pada Selasa (3/12). Penguatan

terjadi setelah BPS (Badan Pusat Statistik) mengumumkan neraca perdagangan yang surplus 42,4

juta dollar AS, dan inflasi November yang hanya sebesar 0,12 persen (tergolong rendah).

Selain itu, keyakinan BI bahwa pelemahan ini hanya bersifat sementara didukung dengan

utang luar negeri pemerintah, bank sentral, dan swasta yang per September 2013 mencapai 259,867

miliar dollar masih dapat dikelola. Hal ini ditunjukkan bahwa untuk pembayaran hutang, hanya

sebagian kecil yang memerlukan dollar AS saat ini. Sebagian sudah menyiapkan kebutuhan dollar AS

itu jauh-jauh hari.

Likuiditas di pasar valas juga hanya sekitar 500 juta dollar AS per hari, yang angka ini cukup

kecil dibandingkan dengan permintaan pasar. Misalnya jika dibandingkan dengan ekspor yang

sekitar 15 miliar dollar AS per bulan. Begitu juga dengan impor yang rata-rata 15 miliar dollar AS per

bulan.

Ditambah lagi, ekonom Standard Chartered Indonesia, Eric Alexander menyatakan

pelemahan rupiah kali ini sifatnya psikologis. Investor pasar keuangan, terutama lokal, sedikit panik.

Ditambah lagi, masih ada eksportir yang menahan dollar AS.

Industri

Menurut direktur utama PT ADhi Karya (Persero) Tbk Kiswodarmawan, pengaruh pelemahan

rupiah ada terhadap industry ada, tetapi kecil. Pengaruh kenaikan dollar ada untuk proyek yang

carry over atau berkelanjutan. Sedangkan, proyek-proyek baru pada bidang industri telah

disesuaikan dengan nilai tukar yang baru.

Masyarakat

Bagi masyarakat, pelemahan nilai tukar rupiah berdampak terhadap harga yang lebih mahal.

Hal ini didukung dengan masih banyaknya barang modal dan bahan baku yang di impor.

Page 5: Analisis berita pelemahan rupiah terhadap mata uang asing

4

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. KEBIJAKAN MONETER

Kebijakan moneter adalah upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi

secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan harga. Untuk mencapai tujuan

tersebut Bank Sentral atau Otoritas Moneter berusaha mengatur keseimbangan antara persediaan

uang dengan persediaan barang agar inflasi dapat terkendali, tercapai kesempatan kerja penuh dan

kelancaran dalam pasokan/distribusi barang. Kebijakan moneter dilakukan antara lain dengan salah

satu namun tidak terbatas pada instrumen sebagai berikut yaitu suku bunga, giro wajib minimum,

intervensi dipasar valuta asing dan sebagai tempat terakhir bagi bank-bank untuk meminjam uang

apabila mengalami kesulitan likuiditas.

2.1. 1. Jenis-jenis Kebijakan Moneter

Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara menambah

atau mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter dapat digolongkan

menjadi dua, yaitu:

1. Kebijakan moneter ekspansif (Monetary expansive policy)

Adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang beredar.

Kebijakan ini dilakukan untuk mengatasi pengangguran dan meningkatkan daya beli

masyarakat (permintaan masyarakat) pada saat perekonomian mengalami resesi

atau depresi. Kebijakan ini disebut juga kebijakan moneter longgar (easy money

policy)

2. Kebijakan Moneter Kontraktif (Monetary contractive policy)

Adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang beredar.

Kebijakan ini dilakukan pada saat perekonomian mengalami inflasi. Disebut juga

dengan kebijakan uang ketat (tight money policy)

2.1. 2. Instrumen Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen kebijakan moneter,

yaitu antara lain:

Page 6: Analisis berita pelemahan rupiah terhadap mata uang asing

5

1. Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)

Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan

menjual atau membeli surat berharga pemerintah (government securities). Jika

ingin menambah jumlah uang beredar, pemerintah akan membeli surat berharga

pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang yang beredar berkurang, maka

pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah kepada masyarakat. Surat

berharga pemerintah antara lain diantaranya adalah SBI atau singkatan dari

Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau singkatan atas Surat Berharga Pasar Uang.

2. Fasilitas Diskonto (Discount Rate)

Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah uang yang beredar dengan memainkan

tingkat bunga bank sentral pada bank umum. Bank umum kadang-kadang

mengalami kekurangan uang sehingga harus meminjam ke bank sentral. Untuk

membuat jumlah uang bertambah, pemerintah menurunkan tingkat bunga bank

sentral, serta sebaliknya menaikkan tingkat bunga demi membuat uang yang

beredar berkurang.

3. Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)

Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan

memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada

pemerintah. Untuk menambah jumlah uang, pemerintah menurunkan rasio

cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang beredar, pemerintah menaikkan

rasio.

4. Imbauan Moral (Moral Persuasion)

Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar

dengan jalan memberi imbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya seperti

menghimbau perbankan pemberi kredit untuk berhati-hati dalam mengeluarkan

kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar dan menghimbau agar bank

meminjam uang lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah uang beredar

pada perekonomian.

Page 7: Analisis berita pelemahan rupiah terhadap mata uang asing

6

2.1. 3. Tujuan Kebijakan Moneter

Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.

Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun 2004 pasal 7 tentang Bank

Indonesia.

Hal yang dimaksud dengan kestabilan nilai rupiah antara lain adalah kestabilan terhadap

harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi. Untuk mencapai tujuan

tersebut, sejak tahun 2005 Bank Indonesia menerapkan kerangka kebijakan moneter

dengan inflasi sebagai sasaran utama kebijakan moneter (Inflation Targeting

Framework) dengan menganut sistem nilai tukar yang mengambang (free floating).

Peran kestabilan nilai tukar sangat penting dalam mencapai stabilitas harga dan sistem

keuangan. Oleh karenanya, Bank Indonesia juga menjalankan kebijakan nilai tukar untuk

mengurangi volatilitas nilai tukar yang berlebihan, bukan untuk mengarahkan nilai tukar

pada level tertentu.

Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk melakukan

kebijakan moneter melalui penetapan sasaran-sasaran moneter (seperti uang beredar

atau suku bunga) dengan tujuan utama menjaga sasaran laju inflasi yang ditetapkan oleh

Pemerintah. Secara operasional, pengendalian sasaran-sasaran moneter tersebut

menggunakan instrumen-instrumen, antara lain operasi pasar terbuka di pasar uang baik

rupiah maupun valuta asing, penetapan tingkat diskonto, penetapan cadangan wajib

minimum, dan pengaturan kredit atau pembiayaan. Bank Indonesia juga dapat

melakukan cara-cara pengendalian moneter berdasarkan Prinsip Syariah.

2.2. PERMINTAAN DAN PENAWARAN UANG

2. 2. 1. Permintaan Uang

Permintaan uang adalah jumlah unit moneter yang ingin dipegang sebagai harta

tunai. Permintaan uang dipengaruhi oleh tiga hal. Ketiga hal ini pada prinsipnya

sejalan dengan teori pendapatan yang dikemukakan oleh J.M Keynes.

1. Kebutuhan bertransaksi

Terkait dengan fungsi uang sebagai alat tukar, kita menggunakan uang untuk

membeli barang atau jasa atau untuk membayar tagihan. Jika pendapatan naik, nilai

barang yang kita beli akan naik sehingga kita membutuhkan lebih banyak uang

untuk bertransaksi.

Page 8: Analisis berita pelemahan rupiah terhadap mata uang asing

7

2. Kebutuhan berjaga-jaga

Kebutuhan ini dipengaruhi oleh biaya menyimpan uang, yang ditentukan oleh

tingkat bunga. Dalam hal ini fungsi uang adalah sebagai penyimpan kekayaan.

3. Kebutuhan berspekulasi

Spekulasi berarti melakukan sesuatu atas dasar ramalan perubahan nilai harta di

masa depan. Jika seseorang melakukan spekulasi terhadap asetnya, tentu dengan

sendirinya mengurangi permintaan uang. Sebaliknya, jika orang tersebut kurang

berani berspekulasi, dia akan memilih menyimpan uang, yang merupakan aset

paling aman untuk disimpan sebagai harta.

2. 2. 2. Kurva Permintaan Uang

Salah satu hal yang memengaruhi permintaan uang adalah biaya penyimpanan uang,

yang ditentukan oleh tingkat bunga. Orang akan menyimpan uangnya jika tingkat

bunganya lebih tinggi daripada keuntungan menggunakan uang dalam kegiatan

ekonomi atau membeli aset lain. Jadi, jika tingkat bunga meningkat, permintaan atas

uang akan turun dan sebaliknya. Permintaan uang turun ketika tingkat bunga

meningkat karena orang tertarik menyimpan uang yang dimilikinya. Uang menjadi

produktif karena digunakan untuk kegiatan ekonomi riil. Jumlah uang yang diminta

sebagai penyimpan nilai kekayaan tergantung pada tingkat bunga.

2. 2. 3. Pergeseran Kurva Permintaan Uang

Faktor-faktor yang dapat menggeser kurva permintaan uang ke kiri atau ke kanan

adalah tingkat bunga riil, nilai kekayaan masyarakat, dan perubahan pendapatan

nasional.

Jika ada perubahan dalam kekayaan, permintaan uang akan meningkat. Begitu pula

jika kekayaan menurun, permintaan uang akan menurun. Perubahan kekayaan

masyarakat dapat merubah kebutuhan bertransaksi, kebutuhan berjaga-jaga, dan

kebutuhan spekulasi.

Jika pendapatan nasional dan produk nasional meningkat, kurva permintaan akan

bergeser ke kanan. Sebaliknya, jika pendapatan dan produk nasional menurun, kurva

akan bergerak ke kiri.

Page 9: Analisis berita pelemahan rupiah terhadap mata uang asing

8

2. 2. 4. Penawaran Uang

Penawaran uang adalah jumlah uang yang tersedia dalam suatu perekonomian.

Kebijakan moneter bertujuan untuk mengatur penawaran uang atau mengatur uang

yang beredar. Oleh karena itu, penawaran uang merupakan tugas pemerintah

melalui Bank Indonesia.

2. 2. 5. Kurva Penawaran Uang

Kurva penawaran uang umumnya mempunyai slope positif. Seperti halnya kurva

permintaan uang, jumlah uang yang beredar dipengaruhi oleh tingkat bunga. Jadi,

semakin tinggi tingkat bunganya, semakin banyak jumlah uang yang beredar. Dan

begitu pula sebaliknya.

Kurva penawaran uang digambarkan dengan slope positif karena, sebagai contoh,

bank akan lebih terpacu untuk memberikan kredit kepada dunia usaha jika tingkat

bunga lebih tinggi, dibandingkan jika tingkat bunga rendah. Hal ini karena

keuntungan meminjamkan uang akan lebih besar ketika tingkat bunga tinggi.

Dengan demikian, perubahan tingkat bunga akan menyebabkan pergerakan jumlah

uang beredar di sepanjang kurva MS.

2.3. NERACA PERDAGANGAN

Menurut IMF dalam Hadi (2002) neraca pembayaran adalah suatu catatan yang

disusun secara sistematis tentang seluruh transaksi ekonomi yang meliputi perdagangan barang

atau jasa, transfer keuangan dan moneter antara penduduk (resident) suatu Negara

dan penduduk luar negeri (rest of the world) untuk suatu periode waktu tertentu.

Batiz dan Batiz (1994) menyatakan neraca pembayaran merupakan suatu catatan atas

semua transaksi antara penduduk domestik dan warga negara asing untuk periode

tertentu, biasanya satu tahun. Pencatatan dilakukan dengan sistem double entry book

keeping yaitu dengan menggunakan debit dan kredit. Dengan total debit dan kredit yang

telah diestimasi oleh suatu negara maka akan dapat diketahui apakah sebuah Negara berada

dalam posisi surplus ataupun defisit.

Neraca pembayaran dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Neraca berjalan, merupakan taksiran internasional terhadap pertukaran barang dan jasa

sebuah negara. Saldo pertukaran tersebut (balance of trade) merupakan

Page 10: Analisis berita pelemahan rupiah terhadap mata uang asing

9

perbedaaan antara jumlah ekspor dan jumlah impor barang dan jasa. Saldo barang danjasa juga

termasuk jumlah bersih dari pembayaran bunga dan deviden yang

dibayarkan oleh investor asing dari investasi asing, demikian juga dengan transaksi yang

dilakukan oleh turis asing dan transaksitransaksi lainnya. Unsur dari current account juga

termasuk unilateral transfer yang ada kaitannya dengan hadiah dari

pemerintah (private gift) dan donasi (grant).

2. Neraca Modal, mencatat semua transaksi international yang melibatkan berbagai

macam instrumen keuangan. Transaksi tersebut dapat terdiri dari investasi

international, baik untuk jangka pendekdan jangka panjang seperti Foreign Direct

Investment dan pembelian surat berharga, saham yang dibeli oleh investor asing (financial

account), aset keuangan dan liabilitas.

Page 11: Analisis berita pelemahan rupiah terhadap mata uang asing

10

BAB III

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

3.1. PERMINTAAN DAN PENAWARAN UANG

Nilai tukar sebuah mata uang ditentukan oleh relasi penawaran-permintaan (supply-

demand) atas mata uang tersebut. Ketika demand dari sebuah mata uang meningkat, sementara

supply dari mata uang tersebut tetap atau menurun, maka nilai tukar mata uang itu akan naik. Kalau

penawaran sebuah mata uang meningkat, sementara permintaannya tetap atau menurun, maka

nilai tukar mata uang itu akan melemah. Dengan demikian, Rupiah melemah karena penawaran

atasnya tinggi, sementara permintaan atasnya rendah.

Faktor yang menyebabkan penawaran atas Rupiah tinggi, sementara permintaan atasnya

rendah.

1) Investasi perusahaan asing keluar

Kenapa investasi portofolio asing ini keluar dari Indonesia? Alasan yang sering disebut

adalah karena rencana the Fed (bank sentral AS) untuk mengurangi Quantitative

Easing (QE). Rencana ini dinyatakan oleh Ketua the Fed, Ben Bernanke, di depan Kongres AS

pada 22 Mei 2013. Tidak lama setelah itu, mata uang di beberapa negara emerging

markets pun anjlok (lihat Grafik 1). Yang dimaksud dengan QE di sini adalah program the Fed

untuk mencetak uang dan membeli obligasi atau aset-aset finansial lainnya dari bank-bank di

AS. Program ini dilakukan untuk menyuntik uang ke bank-bank di AS demi pemulihan diri

pasca-krisis finansial 2008.

Rencana pengurangan QE memberikan pesan bahwa ekonomi AS menyehat. Karenanya,

nilai tukar obligasi dan aset-aset finansial lain di AS akan naik. Inilah ekspektasi para investor

portofolio yang mengeluarkan modalnya dari negara-negara emerging markets. Mereka

melihat bahwa di depan, investasi portofolio di AS akan lebih menguntungkan daripada di

negara-negara emerging markets. Dalam tiga bulan terakhir, yield obligasi jangka panjang

pemerintah AS sendiri telah naik. Sebagai contoh, yield obligasi 10-tahun pemerintah AS

yang menjadi benchmark, naik sekitar 125 bps dalam tiga bulan terakhir.

Page 12: Analisis berita pelemahan rupiah terhadap mata uang asing

11

Keluarnya sejumlah besar investasi portofolio asing dari Indonesia. Keluarnya investasi

portofolio asing ini menurunkan nilai tukar Rupiah, karena dalam proses ini, investor

menukar Rupiah dengan mata uang negara lain untuk diinvestasikan di negara lain. Artinya,

terjadi peningkatan penawaran atas Rupiah. Adapun indikasi dari keluarnya investasi

portofolio asing ini bisa dilihat dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang cenderung

menurun seiring dengan kecenderungan menurun dari Rupiah.

2) Neraca nilai perdagangan Indonesia yang deficit

Yang menyebabkan penawaran tinggi dan permintaan rendah atas Rupiah adalah neraca

nilai perdagangan Indonesia yang defisit. Artinya, ekspor lebih kecil daripada impor. Seperti

di dalam tabel dibawah ini, defisit neraca nilai perdagangan Indonesia selama Januari-Juli

2013 adalah -5,65 miliar Dollar AS. Sektor nonmigas sebenarnya mengalami surplus 1,99

miliar Dollar AS. Namun, surplus di sektor nonmigas tidak bisa mengimbangi defisit yang

sangat besar di sektor migas, yakni sebesar -7,64 miliar Dollar AS.

3) Ekspor-impor

Dinamika ekspor-impor memang bisa berdampak pada nilai tukar mata uang. Ekspor

meningkatkan permintaan atas mata uang negara eksportir, karena dalam ekspor, biasanya

terjadi pertukaran mata uang negara tujuan dengan mata uang negara eksportir. Pertukaran

ini terjadi karena si eksportir membutuhkan hasil akhir ekspor dalam bentuk mata uang

negerinya agar bisa ia pakai dalam usahanya. Sebaliknya, impor meningkatkan penawaran

atas mata uang negara importir, karena dalam impor, biasanya terjadi pertukaran mata uang

negara importir dengan mata uang negara asal. Karena selama Januari-Juli 2013, impor

Indonesia lebih kecil daripada ekspornya, maka situasi ini telah melemahkan nilai tukar

Rupiah.

Page 13: Analisis berita pelemahan rupiah terhadap mata uang asing

12

3.2. Apa Dampak Melemahnya Rupiah?

Apa dampak pelemahan Rupiah? Ketika nilai tukar sebuah mata uang melemah, maka yang

biasanya terkena dampaknya adalah harga komoditi impor, baik yang menjadi obyek konsumsi

maupun alat produksi (bahan baku dan barang modal). Karena harga komoditi impor dipatok dengan

mata uang negara asal, maka jika nilai mata uang negara tujuan jatuh, harga komoditi impor akan

naik. Misalnya, jika di Indonesia, nilai tukar Rupiah jatuh sebesar 10% dari 1 Dollar AS = 9.000 Rupiah

menjadi 1 Dollar AS = 9.900 Rupiah, maka harga komoditi impor pun akan naik sebesar 10%.

Komoditi yang harganya Rp1,5 juta akan naik Rp150 ribu menjadi Rp1,65 juta.

Dari data BPS, kita bisa lihat inflasi di bulan Juni adalah 1,03 persen, lalu meningkat menjadi

3,29 persen pada Juli. Sementara, pada bulan Agustus, inflasi menurun menjadi 1,12 persen. Inflasi

tahun kalender (Januari-Agustus) 2013 adalah 7,94 persen dan ini merupakan inflasi tahunan

tertinggi sejak 2009. Untuk barang konsumsi, yang harganya akan naik bukan hanya barang-barang

konsumsi impor, namun juga barang-barang konsumsi yang diproduksi di dalam negeri, tetapi

(sebagian besar) alat-alat produksinya, terutama bahan bakunya, impor. Harga tahu tempe,

misalnya, naik 20-25 persen, karena bahan bakunya berupa kedelai diimpor.

Banyak yang terkena dampak dari kenaikan harga komoditi impor ini. Pertama adalah

konsumen, terutama konsumen kelas bawah, sejauh pendapatan mereka tidak bisa mengimbangi

kenaikan harga barang. Kedua, pihak-pihak dalam rantai distribusi komoditi impor mulai dari

importir sampai pengecer, karena mereka menghadapi pasar dalam negeri yang menyusut.

Misalnya, belakangan ini, para importir bahan kebutuhan pokok di Batam sudah menghentikan

aktivitas usahanya. Ketiga, para usahawan yang berorientasi pasar dalam negeri, namun alat-alat

produksinya, terutama bahan bakunya, impor, seperti pengusaha tekstil, alas kaki, kemasan, dan

sebagainya. Keempat, rakyat pekerja yang sudah terpukul dari sisi konsumsi akibat kenaikan harga

barang, juga akan dijepit dari sisi upah oleh pengusaha yang terjepit oleh kenaikan harga alat-alat

produksi impor, kenaikan nilai utang luar negeri (dibahas di bawah), dan penyusutan pasar dalam

negeri.

Namun turunnya nilai Rupiah bukan hanya berdampak pada kenaikan harga komoditi impor

saja. Dampak lainnya yang juga penting adalah kenaikan nominal Rupiah dari utang luar negeri,

karena utang luar negeri dipatok dengan mata uang asing. Logikanya sama dengan dampak

elemahan Rupiah pada komoditi impor. Jika di Indonesia, nilai tukar Rupiah berbanding Dollar AS

jatuh sebesar 30%, maka nominal Rupiah dari utang yang dipatok dalam Dollar AS akan naik sebesar

30%. Sampai dengan Maret 2013, total utang luar negeri Indonesia adalah 254,295 miliar Dollar AS,

Page 14: Analisis berita pelemahan rupiah terhadap mata uang asing

13

dengan utang pemerintah dan bank sentral sebesar 124,151 miliar Dollar AS serta utang swasta

sebesar 130,144 miliar Dollar AS.

Walaupun demikian, ada beberapa sector yang mengalami keuntungan. Jika mata uang

suatu negara melemah, maka yang diuntungkan adalah sektor ekspor yang bahan bakunya (sebagian

besar) berasal dari dalam negeri. Misalnya, PT Energizer Indonesia yang memproduksi baterai

Eveready yang sebagian besarnya diekspor, eksportir udang, dan eksportir kakao di Sulawesi Selatan.

Namun, ini tidak berarti seluruh sektor ekspor Indonesia untung, karena banyak komoditi ekspor kita

yang ditopang oleh bahan baku impor, sehingga keuntungan yang didapat dari kenaikan harga

barang ekspor itu “dibatalkan” oleh harga bahan baku impornya yang mahal

Page 15: Analisis berita pelemahan rupiah terhadap mata uang asing

14

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. KESIMPULAN

Dengan semua data dan hasil analisis yang dilakukan, maka kami dapat mengambil beberapa

kesimpulan, yaitu:

Kenaikan dari harga Dollar AS dikarenakan beberapa faktor:

1. Keluarnya investor-investor asing di Indonesia

2. Neraca nilai perdagangan Indonesia yang defisit

3. Impor lebih besar daripada ekspor di Indonesia

Dampak yang disebabkan oleh kenaikan harga Dollar AS adalah:

- Dampak negatif:

1. Harga komoditi impor naik

Konsumen kelas bawah tidak bisa mengimbangi kenaikan harga barang

Pihak-pihak dalam rantai distribusi komoditi impor (importir sampai pengecer)

akan menghentikan aktivitas usahanya

Para usahawan yang mengimpor bahan baku atau alat produksi keuntungannya

menipis bahkan rugi

Rakyat pekerja terkena dampak dari sisi harga barang dan gaji

Inflasi tahunan yang meningkat -> harga barang naik

2. Kenaikan utang luar negeri Indonesia, karena utang luar negeri dipatok dengan mata

uang asing

- Dampak positif:

1. Sektor ekspor yang bahan bakunya (sebagian besar) berasal dari dalam negeri akan

mengalami keuntungan

2. Bagi TKI yang bekerja di luar negeri dapat mengirim uang dalam jumlah yang lebih

besar kepada keluarganya di Indonesia

3. Bagi sektor pariwisata, turis mancanegara akan terlihat lebih murah dan dapat

menarik minat para turis

Page 16: Analisis berita pelemahan rupiah terhadap mata uang asing

15

4.2. SARAN

Beberapa saran yang dapat diberikan untuk menstabilkan atau minimal mengurangi dampak

dari kenaikan nilai tukar rupiah adalah:

1. Untuk pemerintah

Dengan mengurangi jumlah uang beredar yang ada di masyarakat dengan menggunakan

kebijakan moneter yang dilakukan oleh pemerintah, yaitu menaikkan suku bunga bank

oleh Bank Indonesia, menaikkan cadangan wajib, dan menjual surat-surat berharga

seperti SBI, ORI, dan lainnya.

2. Untuk pengusaha

Dengan mengurangi jumlah impor seperti membeli bahan baku, barang modal, dan alat

produksi dan menambah jumlah ekspor.

3. Untuk masyarakat

Masyarakat harus mengutamakan konsumsi produk-produk dalam negeri, dan tidak menjadi penghianat bangsa dengan memanfaatkan pelemahan nilai tukar rupiah sebagai ajang memperkaya diri sendiri.