ANALISIS BEBAN KOGNITIF PADA PEMBELAJARAN KIMIA...
Transcript of ANALISIS BEBAN KOGNITIF PADA PEMBELAJARAN KIMIA...
ANALISIS BEBAN KOGNITIF PADA PEMBELAJARAN KIMIA
MATERI KESETIMBANGAN DI PONDOK PESANTREN AL-MIZAN
PUTRI PANDEGLANG
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
Yayang Nurwanda
NIM. 11140162000026
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
iv
ABSTRAK
Yayang Nurwanda (11140162000026). Analisis Beban Kognitif pada
Pembelajaran Kimia Materi Kesetimbangan Kimia di Pondok Pesantren Al-
Mizan Putri Pandeglang. Skripsi. Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Setiap siswa mempunyai kapasitas memori kerja yang berbeda. Kegiatan dan mata
pelajaran di pondok pesantren yang lebih banyak menjadi salah satu penyebab
berlebihnya kapasitas memori kerja siswa. Akibatnya, siswa merasakan beban pada
proses pembelajaran, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beban kognitif
siswa di pondok pesantren Al-Mizan khususnya pada pembelajaran kimia. Penelitian
dilakukan secara deskriptif kuantitatif. Teknik pengambilan sampel yang digunakan
yaitu purposive sampling. Dimana sampel pada penelitian ini sebanyak 35 siswa
kelas XI IPA 1. Beban kognitif siswa dalam penelitian ini adalah Intrinsic Cognitive
Load (ICL) berkaitan dengan kemampuan Menerima dan Mengolah Informasi siswa
diukur menggunakan lembar kerja siswa. Extraneous Cognitive Load (ECL)
berkaitan dengan Usaha Mental siswa diukur menggunakan angket skala likert.
Germane Cognitive Load (GCL) berkaitan dengan Hasil Belajar siswa diukur
menggunakan latihan soal pilihan ganda. Hasil penelitian mendapatkan bahwa
1) kemampuan menerima dan mengolah informasi siswa dengan nilai rata-rata
sebesar 70 dalam kategori baik, menandakan rendahnya beban kognitif instrinsik
siswa (ICL). 2) Usaha mental siswa dengan nilai rata-rata sebesar 71 dalam kategori
baik, menandakan tingginya beban kognitif extraneous siswa (ECL). 3) Hasil belajar
siswa dengan rata-rata nilai sebesar 48 dalam kategori cukup, menandakan tingginya
beban kognitif germane siswa (GCL).
Kata kunci: Cognitive Load, Pondok Pesantren, Hasil Belajar
v
ABSTRACT
Yayang Nurwanda (11140162000026). Analysis of Cognitive Load in Chemistry
Learning Chemistry Equilibrium Subject at Islamic Boarding School Al-Mizan
Putri Pandeglang. Essay. Chemistry Education Study Program, Faculty of
Tarbiyah and Teacher Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University
Jakarta.
Each student has a different working memory capacity. Activities and subjects in
Islamic boarding schools are more likely to be one of the causes of excessive student
working memory capacity. As a result, students feel the load on the learning process,
then this study aims to determine the cognitive load of students in Al-Mizan Islamic
boarding schools, especially in learning chemistry. This study was conducted in a
quantitative descriptive manner. The sampling technique used is purposive sampling.
Where the sample used in this study was 35 students in class of XI Science 1.
Cognitive load of students in this study is Intrinsic Cognitive Load (ICL) related to
the ability to receive and process information students are measured using student
worksheets. Extraneous Cognitive Load (ECL) related to students' mental effort is
measured using a Likert scale questionnaire. Germane Cognitive Load (GCL) relating
to Student Learning Outcomes is measured using multiple choice practice exercises.
The results found that 1) the ability to receive and process student information with
an average value of 70 in the good category, indicating the low intrinsic cognitive
load of students (ICL). 2) The mental effort of students with an average value of 71 in
the good category, indicates the high extraneous cognitive load of students (ECL). 3)
Student learning outcomes with an average value of 48 in the sufficient category,
indicating the high cognitive load of German students (GCL).
Keywords: Cognitive Load , Boarding School, Learning Outcomes
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdullilahi rabbil „alamin. Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada
Nabi Muhammad SAW, semoga kita mendapatkan syafa‟at beliau di hari akhir kelak.
Skripsi yang berjudul “Analisis Beban Kognitif pada Pembelajaran Kimia
Materi Kesetimbangan Kimia di Pondok Pesantren Al Mizan Putri wilayah
Pandeglang” ini ditunjukkan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana
Strata 1 (S1) pada Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Dalam kesempatan ini tak lupa penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu, mendukung dan membimbing penulis
dalam menyelesaikan skrispsi ini, diantaranya kepada:
1. Bapak Burhanudin Milama, M.Pd., selaku pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, waktu, saran dan perhatian kepada penulis selama
penyusunan skripsi ini, dan selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Semoga Allah SWT senantiasa membalas kebaikan dan
melimpahkan keberkahan kepada Bapak.
2. Ibu Luki Yunita, M.Pd., selaku pembimbing II yang telah senantiasa
memberikan waktu, masukan, saran, dukungan dan motivasi kepada penulis
dengan penuh kesabaran selama proses bimbingan penyusunan skripsi.
Semoga Allah SWT senantiasa membalas kebaikan dan melimpahkan
keberkahan kepada Ibu.
3. Ibu Nanda Saridewi M.Si., selaku penguji I yang telah senantiasa memberikan
waktu, masukan, saran kepada penulis selama proses ujian munaqosah.
vii
Semoga Allah SWT senantiasa membalas kebaikan dan melimpahkan
keberkahan kepada Ibu.
4. Bapak Buchori Muslim, M.Pd selaku penguji II yang telah senantiasa
memberikan waktu, masukan, saran kepada penulis selama proses ujian
munaqosah. Semoga Allah SWT senantiasa membalas kebaikan dan
melimpahkan keberkahan kepada Bapak.
5. Bapak Tonih Feronika, M.Pd., selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan bimbingan, waktu, perhatian, motivasi, dan semangat kepada
penulis selama perkuliahan berlangsung.
6. Ibu Dr. Hj. Siti Suryaningsih, M.Si., selaku Dosen validator instrument yang
telah memberikan kritik dan saran kepada penulis selama proses validasi.
7. Ibu Salamah Agung, S.Si., Apt., MA., Ph.D., selaku Dosen validator
instrument yang telah memberikan kritik dan saran kepada penulis selama
proses validasi.
8. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, khususnya Dosen
Pendidikan Kimia FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan segala ilmu dalam proses perkuliahan.
9. Ustadz M. Badru Dawam, S.Pd., selaku Kepala MA Al-Mizan Putri
Pandeglang yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan
penelitian.
10. Teristimewa untuk kedua orangtua saya tercinta, Ibu Ida Nursamsiah dan
Bapak Wawan Ridwan yang selalu memberikan kasih sayang, motivasi, doa,
dan dukungan baik moril maupun materil yang tak henti-hentinya dalam
penyusunan skripsi ini. Semoga Allah SWT senantiasa membalas kebaikan
dan melimpahkan keberkahan kepada kalian.
11. Adik tercinta, Nazwa Ahada dan M. Nurardyanullah yang selalu memberikan
kasih sayang, dukungan, motivasi, dan doa yang tak henti hentinya kepada
penulis.
viii
12. Sahabat tersayang Andini Novitasari, Arini Nurhidayah, Mutiah Mujahidah,
Utawati dan Ilham Mahardika yang selalu membantu, memberikan motivasi
dan doa kepada penulis.
13. Teman-teman seperjuanganku, Syarifah Mutiah, Nita, Ismi, teman
seperbimbingan Bapak Burhanudin dan Ibu Luki yang telah berbagi
kesabaran, pengalaman, dan dukungannya.
14. Teman-teman Pendidikan Kimia angkatan 2014 yang saling memberikan
dukungan dan motivasi.
15. Teman-teman kos Bunda semanggi 2, Andini, Ica, Devita, Isfi, Silvi yang
selalu memberikan semangat dan keceriaan selama penulis menjalankan
proses skripsi.
16. Sahabatku tersayang, Maulidah Hasanah, Ratu Assyarifa, Lika Tistian yang
selalu mendengarkan curhatan dan keluhan penulis dalam proses penyusunan
skripsi ini.
17. Sepupuku tercinta, Milah Marina Ayu, Elisa Novitasari, Tofan Nurcahyadi,
Jamaluddin, Isnaeni Octaviani, yang selalu memberikan dukungan, bantuan
dan motivasi sehingga penulis dapat dengan lancar menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan,
untuk itu sangat diharapkan masukan berupa kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini memberikan manfaat
bagi mahasiswa sebagai calon guru dan secara umum Aamiin.
Wassalamu‟ alaikum warohmatullahi wabarokatuh
Jakarta, 20 Agustus 2019
Penulis
Yayang Nurwanda
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ................................................. i
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI.............................................................. ii
ABSTRAK ................................................................................................................... iv
ABSTRACT .................................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ................................................................................................. vi
DAFTAR ISI ................................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xiv
BAB I ............................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ....................................................................................... 5
C. Batasan Masalah ............................................................................................. 5
D. Rumusan Masalah .......................................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 6
F. Manfaat dan Kegunaan Penelitian ..................................................................... 6
BAB II ........................................................................................................................... 8
KAJIAN TEORITIS, DAN KERANGKA BERFIKIR ................................................ 8
A. Kajian Teoritis ................................................................................................ 8
1. Beban Kognitif ............................................................................................ 8
2. Pondok Pesantren ...................................................................................... 15
4. Pembelajaran Kimia di Pondok Pesantren ................................................ 18
5. Kegiatan di Pondok Pesantren .................................................................. 19
6. Pondok Pesantren Al-Mizan Putri Pandeglang ......................................... 21
7. Peraturan Pemerintah tentang Standar Nasional Pendidikan .................... 24
8. Materi Kesetimbangan Kimia ................................................................... 25
x
B. Kerangka Berfikir ......................................................................................... 32
C. Penelitian yang Relevan ............................................................................... 32
BAB III ....................................................................................................................... 36
METODOLOGI PENELITIAN .................................................................................. 36
A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................................... 36
B. Metode Penelitian ......................................................................................... 36
C. Populasi dan Sampel .................................................................................... 36
D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 37
E. Prosedur Penelitian ....................................................................................... 38
1. Tahap Persiapan ........................................................................................ 38
2. Tahap Pelaksanaan .................................................................................... 38
3. Tahap Penyelesaian................................................................................... 38
F. Instrumen Penelitian......................................................................................... 40
1. Lembar Kerja Siswa (LKS) ...................................................................... 40
2. Angket atau kuesioner (Questionnaires) .................................................. 42
3. Soal Test ................................................................................................... 44
G. Validasi Instrumen Penelitian ...................................................................... 46
1. Uji Validitas .............................................................................................. 46
2. Uji Reliabilitas .......................................................................................... 47
H. Teknik Analisis Data .................................................................................... 48
1. Data hasil Lembar Kerja Siswa ................................................................ 48
2. Data Hasil Angket ..................................................................................... 51
3. Data Hasil Soal Tes................................................................................... 52
BAB IV ....................................................................................................................... 54
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................................................... 54
A. Hasil Penelitian ............................................................................................. 54
1. Data Hasil Kemampuan Menerima Dan Mengolah Informasi (MMI)
dalam Instrinsic Cognitive Load (ICL) ............................................................... 55
xi
2. Data Hasil Usaha Mental (UM) dalam Extraneous Cognitive Load (ECL)
57
3. Data Hasil Belajar Siswa (HB) Germane Cognitive Load (GCL) ............ 60
B. Pembahasan .................................................................................................. 61
1. Instrinsic cognitive load (ICL) .................................................................. 61
2. Extraneous cognitive load (ECL) ............................................................. 67
3. Germane cognitive load (GCL) ................................................................ 70
BAB V ......................................................................................................................... 74
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................... 74
A. Kesimpulan ................................................................................................... 74
B. Saran ............................................................................................................. 75
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 76
LAMPIRAN- LAMPIRAN ......................................................................................... 82
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Faktor-faktor Beban Kognitif dan pengelolaannya ……………….. 13
Tabel 3.1 Teknik Pengumpulan Data ……………………………………....... 37
Tabel 3.2 Kisi-kisi Lembar Kerja Siswa (LKS) ……………………………… 40
Tabel 3.3 Kisi-kisi Angket …………………………………………………… 43
Tabel 3.4 Kisi-kisi Soal Pilihan Ganda ………………………………………. 45
Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Soal Pilihan Ganda ……………………………. 47
Tabel 3.6 Kriteria Reliabilitas ………………………………………………... 48
Tabel 3.7 Rubrik Penskoran Lembar Kerja Siswa (LKS) …………………… 49
Tabel 3.8 Rubrik Penskoran Lembar Angket dengan Skala Likert …………. 52
Tabel 3.9 Tingkat Kategorisasi nilai skor rata-rata siswa ……………........... 53
Tabel 4.1 Rata-rata nilai MMI, UM dan HB Siswa Kelas XI di Pesantren
Al Mizan dan Kategorisasinya …………………………………….. 55
Tabel 4.2 Persentase (%) Jawaban Siswa pada LKS ………………………… 56
Tabel 4.3 Persentase (%) Jawaban Siswa pada Angket ……………………... 57
Tabel 4.4 Persentase (%) skor pada Hasil Belajar Siswa ……………………. 60
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Reaksi dalam bentuk kesetimbangan atau tidak …………………... 26
Gambar 2.2 Kerangka Berfikir………………………………………………...... 32
Gambar 3.1 Bagan Prosedur Penelitian ………………………………………… 39
Gambar 4.1 Faktor Pengetahuan Sebelumnya ………………………………….. 62
Gambar 4.2 Faktor Kesulitan materi: Keterkaitan dengan unsur lain yang
lebih sulit …………………………………………………………... 65
Gambar 4.3 Faktor Kesulitan materi: Banyaknya hal yang harus diproses
dalam waktu yang bersamaan ……………………………………... 66
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kisi kisi instrumen beban kognitif intrinsic (ICL) ...................... 83
Lampiran 2 Kisi kisi instrument beban kognitif extraneous (ECL) ............... 89
Lampiran 3 Kisi kisi instrument beban kognitif germane (GCL)................... 92
Lampiran 4 Lembar Validitas Instrumen Lembar Kerja Siswa Materi
Kesetimbangan Kimia oleh Validator Ahli ................................. 105
Lampiran 5 Lembar Validitas Instrumen Angket Usaha Mental Siswa
oleh Validator Ahli ...................................................................... 109
Lampiran 6 Lembar Validitas Instrument Soal Pilihan Ganda Materi
Kesetimbangan Kimia oleh Validator Ahli ................................. 111
Lampiran 7 Lembar Hasil Uji Validitas Soal Tes Pilihan Ganda Materi
Kesetimbangan Kimia ................................................................. 118
Lampiran 8 Lembar Hasil Uji Reliabilitas Soal Tes Tes Pilihan Ganda
Materi Kesetimbangan Kimia ..................................................... 126
Lampiran 9 Data Responden dan Nilai Hasil Lembar Kerja Siswa ............ .. 127
Lampiran 10 Data Responden dan Nilai Hasil Angket Usaha Mental Siswa...
..................................................................................................... 129
Lampiran 11 Data Responden dan Nilai Hasil Soal Tes Pilihan Ganda........... 131
Lampiran 12 Persentase dan Hasil Perhitungan ICL, ECL dan GCL............... 133
Lampiran 13 Soal Lembar Kerja Siswa yang Telah Diisi ................................ 135
Lampiran 14 Angket Usaha Mental Siswa yang Telah Diisi ........................... 151
Lampiran 15 Soal Tes Pilihan Ganda Hasil Belajar Siswa yang Telah Diisi ... 154
Lampiran 16 Kategorisasi Data ........................................................................ 160
Lampiran 17 Surat Permohonan Izin Validasi.................................................. 161
Lampiran 18 Surat Keterangan Sebagai Validator ........................................... 163
Lampiran 19 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ........................... 164
Lampiran 20 Dokumentasi Kegiatan Penelitian ............................................... 165
Lampiran 21 Lembar Uji Referensi .................................................................. 166
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pondok Pesantren merupakan tempat dimana santri, kiyai, ustadz dapat
belajar secara formal maupun non formal. Dimana dalam pelaksanaanya
dibimbing oleh ustadz, ustdzah dan kiyai secara langsung. Dan sistem yang
digunakan misalnya di pondok pesatren Gontor yaitu sistem Sorogan dan
Bandungan. Tidak hanya sistem intrakulikuler yang digunakan, tetapi pondok
pesantren juga melibatkan kegiatan ko-kurikuler dan ekstra kurikuler. Bahasa
komunikasi sehari-harinya pun menggunakan bahasa Arab dan Bahasa Inggris,
tidak hanya itu di pondok pesantren pula menerapkan hafalan Al-Quran/ tahfizh
Al-Quran, keterampilan hidup, studi hukum islam, dan keterampilan lainnya. Di
pondok pesantren diberlakukan pula penambahan jumlah jam pelajaran
pendidikan agama dari dua jam menjadi 6 jam perminggu. Kemudian waktu
belajar tambahan dengan membiarkan siswa dapat belajar sendiri serta untuk
menghafal ayat-ayat suci Al-Quran, begitupula dengan pelatihan berbahasa Arab
dan Inggris dengan menulis dan berpidato dalam kedua bahasa tersebut
Muhadhoroh (Abdurrahman, 2016).
Pondok pesantren berdasarkan peraturan pemerintah Republik Indonesia
Nomor 55 Tahun 2007 tentang pendidikan agama dan pendidikan keagamaan,
bahwa pendidikan keagamaan Islam berbentuk pendidikan diniyah dan
pesantren. Pesantren dapat menyelenggarakan 1 atau lebih dari satuan dan/atau
program pendidikan pada jalur formal, nonformal dan informal. Untuk
pendidikan diniyah menengah menyelenggarakan pendidikan menengah atas
sederajat dengan MA/SMA yang terdiri atas 3 (tiga) tingkat. Kurikulum
pendidikan agama yang digunakanpun dilaksanakan sesuai Standar Nasional
Pendidikan dan dapat menambahkan muatan pendidikan agama sesuai kebutuhan
2
dapat berupa materi, jam pelajaran dan kedalaman materi pada satuan
pendidikan. Kurikulum pendidikan diniyah menengah formal wajib memasukan
pendidikan bahasa Indonesia, kewarganegaraan, ilmu pengetahuan alam,
matematika, serta seni budaya. Dalam penyelanggaraannya pendidikan
keagamaan bersumber dari ajaran agama yang memadukan ilmu agama dan ilmu
umum/keterampilan (UU, No 55, 2007)
Siswa pondok pesantren lebih banyak menerima materi pelajaran bidang
keagamaan daripada mata pelajaran umum. Setiap harinya materi-materi tersebut
harus dipelajari siswa dan beberapa materi bersifat hafalan. Pada kondisi seperti
itu siswa merasakan kesulitan ketika mempelajarinya. Hal tersebut juga
disebabkan oleh strategi pembelajaran yang lebih menekankan kepada metode
ceramah dibanding metode praktikum. Banyaknya materi yang harus dipelajari
serta strategi pembelajaran yang monoton (tidak menarik) dapat menimbulkan
siswa merasakan beban kognitif (Tan, 2015).
Begitupula, berdasarkan penelitian Fauzi, Suyatno dan Raharjo (2016)
menunjukkan bahwa siswa di sekolah SMA Unggulan Amanatul Ummah belum
mampu menerapkan pemahaman mereka pada soal yang bersifat abstrak seperti
halnya materi-materi pada pelajaran kimia kemudian pembelajaran yang
dilakukan oleh guru menunjukkan bahwa guru belum secara maksimal
menerapkan pendekatan saintifik, cenderung menggunakan metode ceramah dan
tidak memberikan nuansa kontekstual pada materi yang dipelajari. Pembelajaran
dengan metode tersebut dapat membuat siswa bosan, pasif, tertekan, dan kurang
kreatif. Berdasarkan pengamatan penelitiannya, padatnya aktivitas santri di
pesantren membuat fisik mereka mudah lelah saat belajar di kelas sehingga
membuat kebanyakan santri mengantuk saat proses pembelajaran berlangsung.
Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah faktor sekolah,
yang terdiri dari pembelajaran yang dilakukan guru, sarana, dan buku ajar. Guru
pada sekolah ini seharusnya melakukan pembelajaran yang menarik dan
3
membuat materi pelajaran dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa, agar
keterbatasan sumber belajar tidak menjadi masalah bagi siswa dan membuat
mereka mudah memahami konsep-konsep abstrak yang dipelajari.
Pondok pesantren yang dipilih peneliti yaitu pondok pesantren Al-Mizan
yang kegiatan dan kurikulumnya mengacu pada sistem pondok pesantren Gontor.
Maka peneliti beranggapan bahwa dengan banyaknya pelajaran, kegiatan dan
proses pembelajaran yang dialami siswa akan menjadi faktor siswa merasakan
beban kognitif. Sejalan dengan hasil wawancara peneliti lakukan dengan ustadz
dan salah satu santri di pondok pesantren Al-Mizan Putri kelas XI MA pada
tahun 2018 bahwa kegiatan, metode pembelajaran di pondok pesantren Al-Mizan
Putri sama dengan yang dijelaskan oleh penelitian Fauzi dkk. (2016). Mata
pelajaran di kelas XI MA IPA di pondok pesantren Al-Mizan ada 24 pelajaran
diantaranya: Tafsir, Balaghah, Nahwu, Hadits, Insya Ta‟bier, Muthola‟ah,
Mustholah, Ushul Fiqh, Fiqh, Tarbiyah, Nisaiyah, Tafsir, Tarjamah, Aqidah,
Mahfudzot, Tarikh Islam, Grammar, B.Inggris, B.Indonesia, PKN, Sejarah,
Biologi, Kimia, dan Fisika. Untuk pelajaran kimia diberikan 2 jam pelajaran saja,
sama dengan pelajaran biologi dan fisika. Tetapi pada pelajaran Matematika
diberikan 4 jam pelajaran. Menurut peneliti hal ini merupakan salah satu faktor
siswa di pondok pesantren Al-Mizan memiliki beban kognitif yang besar karena
banyaknya pelajaran dan sedikitnya jam pelajaran kimia. Hal tersebut
dikarenakan terbatasnya memori kerja siswa sehingga apa yang dialami siswa
melebihi kapasitas memori kerja.
Banyaknya materi kimia di kelas XI IPA menjadi salah satu kesulitan yang
dialami siswa, dalam penelitian ini peneliti memilih materi kesetimbangan kimia.
Pada materi kesetimbangan kimia memerlukan pengetahuan sebelumnya dan
keterkaitan dengan materi lain untuk memahami materi ini. Sehingga siswa
memerlukan memori kerja yang lebih ketika proses pembelajaran. Hal tersebut
4
menyebabkan berlebihnya kapasitas memori kerja sehingga siswa merasakan
beban kognitif.
Di pondok pesantren pada pelajaran bidang keagaman siswa sudah cukup
memiliki beban kognitif yang berat yang hampir keseluruhan metodenya berupa
hafalan. Oleh karena itu, siswa secara tidak langsung diwajibkan untuk mampu
mengingat semua hal yang dipelajari dengan kemampuan kerja memori yang
terbatas. Sebagaimana dijelaskan Jong (2010) bahwa kapasitas kognitif manusia
dalam memori kerja itu terbatas, dikarenakan perbedaan memori kerja yang
dimiliki setiap orang. Banyak faktor yang mempengaruhi keterbatasan memori
kerja pada siswa ketika proses belajar salah satunya yaitu faktor internal dan
eksternal, faktor internal yaitu dari tingkat kesulitan pada materi pelajaran dan
faktor eksternal yaitu lingkungan belajar seperti waktu, tempat dan penghambat
karena banyaknya aktifitas selain belajar yang dilakukan oleh siswa.
Pembelajaran akan terhambat dan siswa pun akan mengalami kesulitan dalam
belajar jika tugas belajar melebihi kapasitas kognitif siswa.
Teori beban kognitif berkaitan dengan tugas kognitif yang kompleks dalam
pembelajaran dimana pelajar sering mengalami kesulitan oleh banyaknya
informasi interaktif yang perlu diproses dalam waktu bersamaan sebelum
pembelajaran yang utama akan dimulai. Jadi beban kognitif itu timbul karena
jumlah total proses berfikir yang diperlukan melebihi kapasitas memori kerja
yang dimiliki manusia (Paas, Gog dan Sweller, 2010). Pada memori kerja
terdapat tiga komponen beban kognitif yang terjadi dalam selama belajar, antara
lain (1) Intrinsic Cognitive Load, (2) Extraneous Cognitive Load, (3) Germane
Cognitive Load. Komponen yang pertama yaitu, Intrinsic Cognitive Load
berhubungan dengan sifat yang melekat pada isi atau materi yang dipelajari dan
kesulitan materi pelajaran. Pada beban ini terkait dengan bagaimana proses
Menerima dan Mengolah Informasi yang diterimanya pada proses pembelajaran
yang berhubungan dengan memori kerja pada setiap individu. Kedua yaitu,
5
Extraneous Cognitive Load merupakan beban kognitif yang tidak langsung
berkontribusi terhadap pembelajaran dan ditimbulkan oleh bahan instruksional.
Hal ini terkait dengan Usaha Mental yang dilakukan oleh siswa sendiri dalam
proses pembelajaran. Komponen beban kognitif yang terakhir yaitu, Germane
Cognitive Load dipengaruhi oleh beban pada Hasil Belajar siswa yang
bergantung pada hubungan antara hasil dari beban intrinsic dan extraneous (Jong,
2010).
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis memutuskan perlu untuk
melakukan penelitian dengan menganalisis beban kognitif pada pembelajaran
kimia di pondok pesantren. Oleh karena itu, penulis melakukan sebuah penelitian
berjudul “Analisis Beban Kognitif pada Pembelajaran Kimia Materi
Kesetimbangan Di Pondok Pesantren Al-Mizan Putri Pandeglang”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat
diidentifikasikan beberapa masalah seperti dibawah ini:
1. Banyaknya mata pelajaran di pondok pesantren menjadi tambahan beban
kognitif siswa terhadap pembelajaran kimia.
2. Metode pembelajaran kimia di pondok pesantren yang masih menggunakan
metode ceramah yang membuat siswa pasif.
3. Waktu belajar pelajaran kimia yang terbatas karena banyaknya pelajaran dan
kegiatan keagamaan di pondok pesantren.
4. Memori kerja yang dimiliki siswa berbeda dan terbatas sehingga ketika
melebihi kapasitas memori kerja siswa merasakan beban kognitif pada proses
pembelajaran.
C. Batasan Masalah
Berikut batasan masalah pada penelitian ini agar lebih mudah mengarah
pada tujuan dan rumusan masalah yang ditentukan:
6
1. Beban kognitif siswa pada pembelajaran kimia materi kesetimbangan kimia.
2. Siswa pada kelas XI IPA di Pondok Pesantren Al-Mizan Putri Pandeglang.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah, “Bagaimana Beban kognitif Siswa pada
Pembelajaran Kimia Materi Kesetimbangan Kimia Di Pondok Pesantren Al-
Mizan?”.
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui beban kognitif
siswa pada pembelajaran kimia materi kesetimbangan kimia di pondok pesantren
Al Mizan putri Pandeglang.
F. Manfaat dan Kegunaan Penelitian
Harapan dari penelitian ini dapat memberikan manfaat dan kegunaan:
1. Manfaat Teoritis
Sebagai bahan referensi untuk mengembangkan penelitian mengenai beban
kognitif siswa.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti-peneliti Lain
Melalui penelitian ini, para peneliti lain mendapatkan informasi
mengenai beban kognitif siswa pada pembelajaran kimia di pondok pesantren
untuk menjadi referensi agar dapat melanjutkan atau meneruskan penelitian
mengenai beban kognitif di pondok pesantren.
7
b. Bagi guru
Penelitian ini bermanfaat bagi guru untuk menjadi referensi
memperbaiki strategi pembelajaran khususnya di pondok pesantren.
c. Bagi pesantren
Bagi pesantren penelitian ini bermanfaat sebagai referensi dalam
memperbaiki sistem pembelajaran kimia di pesantren dan untuk pertimbangan
kegiatan-kegiatan pembelajaran dan aktivitas di pesantren yang dapat
mempengaruhi proses belajar siswa
8
BAB II
KAJIAN TEORITIS, DAN KERANGKA BERFIKIR
A. Kajian Teoritis
1. Beban Kognitif
Kognitif atau disebut juga “kognisi” berasal dari bahasa latin “cognescere”
yang artinya “mengetahui”, atau “sebagai pemahaman terhadap pengetahuan”
atau “kemempuan untuk memperoleh suatu pengetahuan tertentu”. Kognitif
sendiri merupakan istilah yang mengacu pada proses mental yang terlibat
dalam memperoleh pengetahuan dan pemahaman, termasuk berfikir,
mengetahui, mengingat, menilai, dan memecahkan masalah. Sedangkan
kognisi secara umum, terminologi “kognisi” mengacu pada semua aktivitas
mental yang terlibat dalam menerima informasi, memahami, menyimpan,
membuka dan menggunakan (Kuswana, 2011, hlm. 79)
Proses kognitif merupakan gabungan antara informasi yang diterima
melalui indra tubuh manusia dengan informasi yang telah ada dalam ingatan
jangka panjang. Interaksi kedua informasi terjadi dalam memori kerja.
Kemampuan pengolahan informasi dibatasi oleh kapasitas memori dan faktor
waktu. Karena adanya kapasitas memori ketika proses pembelajaran akan
menjadi beban kognitif bagi para pelajar jika pada proses pembelajarannya
melebihi memori kerja atau kapasitas memorinya. Begitupula pengetahuan,
sikap, dan kemampuan adaptasi terhadap lingkungan yang dimiliki sseorang
diperoleh melalui proses belajar. Belajar apapun yang dipelajarinya,
pendekatan, strategi, dan metodenya keberhasilannya tergantung kepada
fungsi memori pelajar tersebut. Para peneliti psikologi kognitif menemukan
salah satu beban kognitif dalam belajar disebabkan oleh masalah memori.
Bahkan pribadi yang mempunyai kapasitas memori yang normal sekalipun
9
harus mengoptimalkan sumber daya memori secara efisien untuk mencapai
hasil beljar yang optimal (Kuswana, 2011, hlm. 82).
Beban kognitif merupakan bagian dari teori pembelajaran yang berupaya
untuk memperbaiki proses pembelajaran yaitu dengan mempertimbangan 3
komponen beban kognitif. Dalam aplikasi pembelajaran beban kognitif
intrinsik harus dikelola dengan baik, beban kognitif extraneous harus ditekan
serendah mungkin, dan beban kognitif germane harus ditingkatkan (Jong,
2010). Adapun menurut Meissner dan Bogner (2013) pembelajaran yang baik
adalah pembelajaran yang memberikan materi yang dapat mencapai beban
kogntif intrinsik yang tidak berlebihan, mampu menurunkan beban kognitif
extraneous dan mampu meningkatkan beban kognitif germane sesuai yang
sudah ditentukan.
Beban kognitif merupakan arsitektur kognitif manusia yang berhubungan
dengan memori kerja untuk memproses informasi yang diterima pada selang
waktu tertentu (Kalyuga, 2011). Pemrosesan informasi dalam kognitif
manusia merupakan bagian utama dari sistem memori yang bekerja dalam
memproses informasi pada memori jangka pendek (short-term memory) dan
memori jangka panjang (long-term memory). Pada proses memori kerja
melibatkan proses mental yang bekerja dengan isi pada memori jangka pendek
dan jangka panjang. Memori jangka panjang adalah bagian sistem memori
yang menjadi tempat menyimpan informasi dalam kurun waktu yang lama.
Memori jangka pendek atau yang disebut juga memori kerja (working
memory) adalah sistem penyimpanan yang dapat memuat informasi dalam
jumlah tertabas selama beberapa detik (Kuswana, 2011, hlm. 84-85).
Hubungan antara memori jangka panjang dengan jangka pendek, ketika
informasi masuk ke memori jangka pendek, memori jangka pendek segera
mengodekan informasi untuk penyimpanan jangka panjang sekaligus
mengaktifkan memori jangka panjang yang terkait selain itu hubungan
memori jangka panjang dan jangka pendek juga dapat mempercepat atau
10
memudahkan akses untuk pengolahan memori kerja, dan dapat meningkatkan
rentang memori jangka pendek dan rentang memori kerja. Peran utama dari
memori kerja jangka pendek maupun jangka panjang dapat memainkan fungsi
kognitif dan belajar, belajar yang sukses adalah terpakainya sebagian besar
fungsi dari kapasitas memori kerja pribadi. Tetapi tinjauan hubungan antara
memori kerja dengan aspek belajar secara akademik sering kali disebabkan
oleh kapasitas yang terbatas dan sumber daya yang tidak optimal. Selain
keterbatasan kapasitas memori, penyimpanan memori secara tetap dalam
interval waktu pendek juga terbatas. Maka dari itu karena adanya kapasitas
memori yang terbatas menimbulkan beban kognitif yang terjadi pada proses
belajar (Kuswana, 2011, hlm. 86).
Menurut Sweller, Gog, dan Paas (2010) Teori Beban Kognitif mempunyai
3 komponen beban kognitif, yaitu Intrinsic Cognitive Load (ICL), Extraneous
Cognitive Load (ECL), dan Germane Cognitive Load (GCL). ICL terkait
dengan beban pada saat proses memperoleh informasi yang berhubungan
dengan karakteristik isi materi informasi yang diterima, hal ini berkaitan
dengan memori kerja kognitif. ECL terkait dengan beban yang muncul karena
desain pembelajaran atau metode cara penyampaian informasi yang diterima,
hal ini tidak mempengaruhi dengan aktivitas memori kerja. GCL terkait
dengan beban mengkontuksi skema kognitifnya, hal ini dipengaruhi oleh ICL
dan ECL yang mengacu pada hasil belajar. 3 komponen beban kognitif antara
lain:
a. Intrinsic Cognitive Load (ICL)
Intrinsic Cognitif Load adalah beban yang ditentukan oleh
interaksi antara sifat bahan yang dipelajari dan kemampuan pelajar yang
bergantung dengan memori kerja (Merrienboer & Sweller, 2005). Menurut
Jong (2010) ICL berhubungan dengan tingkat kesulitan materi pelajaran,
lebih spesifiknya yaitu materi yang mengandung sejumlah besar elemen
11
interaktif lebih sulit dari pada materi yang mengandung lebih sedikit
elemen dengan interaksi yang rendah. Materi dengan interaktivitas elemen
rendah membuat elemen individu belajar dengan referensi minimal untuk
unsur-unsur lain serta membebani beban memori kerja yang rendah.
Sweller (2010) mengatakan bahwa materi dengan interaktivitas elemen
tinggi mencakup unsur-unsur yang berinteraksi berat dan tidak dapat
dipelajari secara terpisah. Unsur-unsur tersebut yang kemudian akan
menyebabkan terjadinya interaksi yang lebih berat dan menimbulkan
terlalu banyak memori kerja.
Bagaimanapun, beban kognitif intrinsik tidak hanya berfungsi
sebagai kualitas dari materi pelajaran tetapi juga sebagai pengetahuan
sebelumnya yang dibawa oleh pelajar untuk mengerjakan tugas. Yang
terpenting bahwa beban kogntif intrinsic tidak dapat diubah oleh
perlakuan yang intraksional sehingga, Instrinsic Cognitive Load dalam
proses pembelajaran merupakan kemampuan menerima dan mengolah
informasi siswa (Jong, 2010).
b. Extraneous Cognitive Load (ECL)
Extraneous Cognitive Load adalah beban kognitif yang
ditimbulkan oleh elemen yang berinteraksi dibawah kendali intruksional
(Sweller, 2010). Beban kognitif extraneous mengacu pada desain
instruksional yang membebani siswa dalam belajar yang berkaitan dengan
desain pembelajaran atau organisasi pembelajaran (Yohanes, Subanji dan
Sisworo, 2016). Pada proses pembelajaran ECL merupakan usaha mental
siswa (Jong, 2010). Moreno dan Park (2010); Kamaruddin (2016)
menyebutkan situasi-situasi berikut yang dapat menyebabkan beban
kognitif extraneous:
a) Situasi proses pembelajaran (Advanced learners situations)
12
Keadaan ini mengenai strategi guru memberikan pengetahuan
kepada siswa yang dapat memperlancar siswa unutk mengeksploitasi
pengetahuan yang telah dipelajari dan mengambil keuntungan dari
pengetahuan tersebut. Sebagai contoh guru menyediakan langkah-
langkah penyelesaian masalah untuk siswa agar dapat berinteraksi.
b) Situasi sulit melebihi kapasitas berfikir siswa (Redudancy situations)
Bentuk umum dari redundansi adalah menyajikan informasi yang
sama di modalitas yang berbeda, misalnya, menyajikan penjelasan
tekstual baik dalam bentuk lisan dan tulisan. Keadaan dimana siswa
menerima informasi yang melebihi kapasitas memori siswa.
c) Pemberian contoh dan latihan soal (Worked-example effect)
Memberikan contoh, latihan-latihan soal dan penyampaian materi
secara mendalam dan jelas dapat mengoptimalkan pemahaman siswa
dengan.
d) Ingatan siswa tentang materi sebelumnya dan materi prasyarat
(Inadequate prior knowledge situations)
Keadaan ini terjadi ketika pengetahuan awal siswa tidak
mencukupi dalam proses pembelajaran atau siswa tidak memiliki
struktur pengetahuan yang memadai dalam memori jangka panjang
siswa untuk memproses informasi baru tanpa berlebihan kognitif.
e) Perhatian siswa terbagi saat penyampaian materi berlangsung (Split
attention situation)
Keadaan ini dapat terjadi ketika konsentrasi belajar siswa
terganggu jika suatu materi yang saling berhubungan dipisahkan pada
waktu dan tempat yang berbeda. Hal tersebut dapat menyebabkan
siswa kesulitan dalam mengingat beberapa elemen sehingga tidak
tuntas. Dimisalkan dalam materi biologi yaitu jika materi mengenai
struktur dan fungsi diberikan secara terpisah, maka siswa tidak akan
13
menerima materi secara utuh karena terdapat pengaruh perbedaan
waktu dan tempat.
c. Germane Cognitive Load (GCL)
Germane Cognitive Load terkait dengan pembelajaran tugas (berbeda
dengan ICL yang terkait dengan kinerja tugas) yang melibatkan proses
seperti menafsirkan, mencontohkan, membuat klasifikasi, menyimpulkan,
membedakan, dan mengatur (Leppink, 2017). Beban kognitif germane
merupakan beban kognitif yang diakibatkan oleh proses kognitif yang
relevan dengan pemahaman materi yang sedang dipelajari dan proses
konsturksi pengetahuan (Kamaruddin, 2016).
Beban kognitif germane berperan sebagai pengorganisasian,
pengkontruksi, pengkode, pengelaborasian, atau pengintegrasian materi
yang sedang dipelajari sebagai pengetahuan yang tersimpan di memori
jangka panjang. Sebagaimana usaha dan upaya siswa yang relevan untuk
mengerjakan latihan soal dalam pemecahan masalah dengan mengingat
kembali ingatan sebelumnya (Tejamukti, 2017). Pada proses
pembelajaran, beban kognitif germane merupakan Hasil Belajar (HB)
siswa. Dalam teori beban kognitif proses pembelajaran akan efektif jika
dapat menurunkan beban kognitif extraneous, sehingga dapat berpengaruh
pada menurunnya beban kognitif intrinsic dan dapat meningkatkan beban
kognitif germane (Kamaruddin, 2016)
Berikut ini mengenai cara pengelolaan baban kognitif dalam
pembelajaran (Kamaruddin, 2016) antara lain:
Tabel 2.1 Faktor-faktor Beban Kognitif dan pengelolaannya
Beban
Kognitif
Faktor-faktor
Beban Kognitif
Pengelolaan Beban Kognitif
14
Faktor
Intrinsic
Cognitive
Load
Kesulitan materi :
keterkaitan nya
dengan unsur lain
yang lebih sulit
Mengelola materi yang sulit menjadi
lebih sederhana, dengan mengurutkan
materi dari yang sederhana hingga sulit
Kesulitan materi:
Banyaknya
jumlah unsur
yang harus
diproses dalam
memori kerja
Mengelola jumlah materi yang harus
diproses secara bersamaan dengan
membagi materi menjadi beberapa sub
bab materi
Pengetahuan
sebelumnya
Mengetahui tingkat pengetahuan awal
siswa dengan memberikan pertanyaan
mengenai materi sebelumnya dan
mengaitkannya dengan pengetahuan
baru
Faktor
Extraneous
Cognitive
Load
Penyampaian
materi
Penyampaian materi disesuaikan dengan
kondisi siswa dan tingkat kebutuhan
siswa
Informasi yang
diberikan
melebihi
kapasitas berfikir
siswa
Kemampuan siswa disesuaikan dengan
tingkat kemampuan siswa
pemberian contoh
dan latihan soal
Mengoptimalkan pemahaman siswa
dengan memberikan contoh, latihan-
latihan soal dan penyampaian materi
secara mendalam dan jelas
Ingatan siswa Mereview pengetahuan prasyarat yang
15
tentang materi
sebelumnya dan
materi prasyarat
berhubungan dengan materi sebelumnya
di awal pembelajaran
Perhatian siswa
terbagi saat
penyampaian
materi
berlangsung
Mengkondisikan siswa untuk tidak
mengerjakan kegiatan lain seperti
mencatat atau tidak beraktifitas lainnya
ketika penyampaian materi
Faktor
Germane
Cognitive
Load
Kemampuan
siswa
Berusaha meningkatkan pembelajaran
tidak hanya dengan mempelajari materi
yang diberikan guru
2. Pondok Pesantren
Dalam bukunya Mustari (2010), Pesantren menurut estimologi berasal
dari kata, “pesantren” dengan kata dasar “santri” yang beraal dari bahasa
Tamil yang bermakna “guru mengaji”. Sumber lain menyebutkan bahwa kata
itu berasal dari bahasa India “shastri” dari kata dasar “shastra‟ yang berarti
“buku-buku suci”, “buku-buku agama”, atau “buku-buku tentang ilmu
pengetahuan”. Di luar pulau jawa institusi pendidikan ini disebut dengan
nama lain, seperti surau (di Sumatra Barat), dayah (di Aceh), dan pondok (di
daerah lain). Dalam penggunaanya di indonesia sekarang ini dua istilah
“pondok” dan “pesantren” seringkali digabung menjadi “pondok pesantren”
yang biasa pula disingkat menjadi “ponpes”. Kata pesantren berasal dari kata
“santri” dan kemudian diberi awalan “pe” dan akhiran “an” , yang berarti
tempat tinggal para santri (asrama) untuk belajar mengaji dan kegiatan lainnya
(Mustari, 2010, hlm. 3-4).
16
Dalam penelitian Latif (2016), pesantren adalah tempat dimana santri
tinggal dan belajar ilmu islam yang didirikan dan dipimpin oleh kiyai. Pondok
pesantren merupakan lembaga pendidikan agama untuk umat islam yang ingin
memperdalam dan mengeksplor ilmu-ilmu agama. Pesantren merupakan
lembaga pendidikan yang terkenal baik dengan kualitas pendidikannya dan
pendidikan bahasa asingnya bagi para santri khususnya pada bahasa Arab dan
Inggris (Nurjaman, 2013). Lembaga dapat dikatakan pesantren apabila telah
memiliki lima komponen utama yaitu, kiai, santri, mushalla/langgar/masjid,
pengajian kitab-kitab islam klasik, dan pondok/asrama dengan sistem
pengajaran sorogan, bandongan dan weton dengan pembelajaran agama.
(Soebahar, 2013, hlm. 47)
Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam di Indonesia dengan tujuan
yaitu membina individu-individu muslim agar memiliki ciri-ciri atau
karakteristik sifat islami dalam pola fikir, pola sikap dan pola tindakannya.
Pada pondok pesantren modern telah merancang konsep pendidikan dengan
manajemen modern dengan tujuan tertulis dalam dokumen biasanya termuat
dalam visi dan misi pondok pesantren agar menegaskan profesionalisme dan
sebagai data (Rizal, 2011). Dalam sejarahnya, pesantren di Indonesia berdiri
bersamaan dengan datangnya islam di kepulauan Indonesia yaitu di pulau
Sumatra bagian barat, yang dipelopori oleh Buya Hamka pada abad ke7
Hijriyah yang dibawa oleh pedagang arab dari Gujarat, India (Athoillah,
2015).
3. Pendidikan di Pondok Pesantren
Salah satu ciri khusus pesantren adalah adanya pengajaran kitab kuning,
menurut Dhofier jika tidak adanya pengajaran kitab kuning maka pondok
pesantren tersebut tidak dianggap asli. Kitab kuning di pesantren
dikategorikan kedalam 8 group, yaitu Nahwu dan Sharaf, Fiqh, Ushul Fiqh,
Hadits, Tafsir, Tauhid, Tasawuf, Balaghah. Dalam pembelajarannya kiyai
turun langsung mengajarkan kitab-kitab tersebut, tidak hanya membaca dan
17
menerjemahkan bukunya, tetapi kiyai juga memberikan kesempatan untuk
santrinya menjelaskan kembali apa yang sudah dijelaskan oleh kiyai,
kemudian kiyai dapat langsung mengoreksi kesalahan selama proses belajar
(Athoillah, 2015).
a. Kurikulum di pondok pesantren
Kurikulum yang digunakan pesantren modern saat ini yaitu
berdasarkan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007
tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan, pesantren mulai
konsisten berupaya untuk menstandarisasi sistem pendidikanya dengan
memperkenalkan pengetahuan-pengetahuan umum kepada para santri
meliputi pendidikan keterampilan, matematika, fisika, kimia, dan bahasa.
(Soebahar, 2013, hlm. 43-44)
Pada pesantren yang memisahkan pengajaran kitab Islam dengan
pengajaran umum (sistem dualism kurikulum) bentuk kurikulumnya
menjadi 2 jenis yaitu: pertama, kurikulum berdasarkan pada target
pembelajaran untuk pelajaran umum dan agama dengan bersumber dari
buku-buku agama yang bergradasi berdasarkan waktu, kedua, kurikulum
berdasarkan tingkat gradasi kesulitan kitab. Kemudian bagi pondok
pesantren yang mengintegrasikan mata pelajaran agama dengan
pendidikan umum dalam struktur kurikulumnya, pembelajaran kitab-kitab
islamnya dimasukan bersama dengan mata pelajaran umum lainnya
dengan batas waktu yang ditetapkan (Rizal, 2011).
Kurikulum pendidikan di pesantren mengintegrasikan kurikulum
intra dan esktra, mencakup semua kegiatan yang mengatur seluruh
kehidupan santri guna mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran yang
dikehendaki. Kurikulum di pondok pesantren dalam hal ini pondok
pesantren Gontor dibagi menjadi beberapa bidang studi sebagai berikut:
18
a) Bahasa Arab (semua disampaikan dalam bahasa Arab): al-Imla’, al-
Insya’, Tamrin al-Lugah, al-Muthala’ah, al-Nahwu, al-Sarf, al-
Balagah, al-Adab, al-Khat al A’rabi
b) Dirasah Ismaliyah (untuk kelas II keatas dan seluruh materi dalam
bahasa Arab): al-Quran, Tarjamah al-Quran, Tarikh al-Islam, al-
Tawhid, al-Tafsir, al-Hadist, Mustalah al-Hadits, al-Tajwid, al-Fiqh,
Usul al-Fiqh, al-Fara’id, al-Din al-Islami, Muqaranat al-Adyan, al-
Mantiq.
c) Keguruan: al-Tarbiyah wa al-Ta’lim (bahasa Arab) dan Psikologi
Pendidikan (bahasa Indonesia)
d) Bahasa Inggris (bahasa Inggris): Grammar, Reading and
Comprehension, Dictation dan Composition.
e) Ilmu Pasti: Ilmu Pengetahuan Alam, Biologi, Kimia, Fisika, dan
Matematika.
f) Ilmu Pengetahuan Sosial: Geografi, Sejarah Nasional dan Dunia,
Psikologi Umum dan Sosiologi.
g) Keindonesiaan atau Kewarganegaraan: Bahasa Indonesia dan Tata
Negara.
Pembaruan materi pelajaran dilakukan secara berkelanjutan
dengan merevisi atau mengganti yang tidak lagi relevan dengan
kebutuhan, khususnya dalam mata pelajaran umum yang cenderung
berkembang lebih cepat (Zarkasyi, 2005, hlm. 126 & 130)
4. Pembelajaran Kimia di Pondok Pesantren
Pelajaran kimia di SMA terdiri dari 38 kompetensi dasar untuk
kompetensi inti selama 6 semester, berdasarkan penelitian Fauzi (2010),
terdapat beberapa materi pelajaran kimia yang dianggap sulit untuk dipelajari
dikarenakan menurut santri-santri di pondok pesantren Amanatul Ummah
materi tersebut banyak mengandung konsep yang abstrak dan sulit untuk
19
dimengerti dan dipahami. Hal ini dibuktikan dari hasil ulangan santri-santri
yang mengalami keturunan 40% dibandingkan materi lainnya,yaitu pada
materi Larutan Penyangga. Selain dari materi kimia yang terlalu abstrak, pada
proses pembelajarannya pun menurut penelitian Fauzi (2010) bahwa guru
belum secara maksimal menerapkan pendekatan saintifik pada proses
pembelajaran kimianya, namun cenderung menggunakan metode ceramah dan
tidak memberikan nuansa konstekstual pada materi yang dipelajari.
Pada penelitiannya Gloria (2014) pada pembelajaran IPA di Pesantren As-
Sunnah di Cirebon dari hasil wawancara bahwa kegiatan praktikum IPA
sangat jarang dilakukan padahal minat siswa terhadap praktikum IPA cukup
baik. Hal ini menandakan bahwa siswa di pesantren ini memiliki keinginan
untuk melakukan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik pembelajaran
IPA, dimana pembelajaran IPA tidak hanya dengan teoritik tetapi
pembelajaran IPA perlu adanya pekerjaan ilmiyah seperti praktikum. Hal ini
dikarenakan kendala yang dialami oleh pesantren As-Sunnah yaitu tidak ada
laboratorium yang memadai, baik Biologi, Fisika dan Kimia.
5. Kegiatan di Pondok Pesantren
Dalam bukunya Zarkasyi (2005) tentang pondok pesantren Gontor,
dengan kegiatan intrakurikuler berlangsung dari jam 07.00 WIB- 12.30 WIB,
dengan istirahat 2 kali: pertama pada jam 08.30-09.00 dan istirahat yang
kedua pada jam 10.30-11.00 dengan waktu satu jam pelajaran yaitu 45 menit
sebanyak 6 jam pelajaran setiap harinya. Adapun kegiatan KMI yaitu yang
dikelola oleh santri dan ustad-ustadnya antara lain: kegiatan ibadah amaliyah
baik solat wajib,sunnah dan nawafil, kemudian adanya kegiatan ekstensif
learning seperti pembinaan dan pengembangan tiga bahasa dengan latihan
berpidato dalam 3 bahasa, kemudian adanya praktik-praktif ibadah seperti
dakwah kemasyarakat, mengurus jenazah, dan lain-lain.
20
Seluruh kegiatan ini dalam pondok pesantren Gontor diatur oleh mereka
sendiri (self government) dengan dibawah bimbingan ustad-ustad dan kiyai.
Selain banyaknya kegiatan-kegiatan pembelajaran, santri juga dilatih untuk
berorganisasi yang diberi nama Organisasi Pelajar Pondok Modern (OPPM)
dengan tugas mengurus semua kegiatan santri yang dibagi menjadi 20 bagian
antara lain pengurus harian yaitu ketua, sekretaris, keamanan, bendahara dan
kemudian 16 bagian lain yaitu bagian Kesehatan, bagian Pengajaran, bagian
Kesenian, bagian Penerangan, bagian Bahasa, bagian Perpustakaan, bagian
Olahraga, bagian Koperasi Pelajar, bagian Penerimaan Tamu, bagian
Fotografi, bagian Penatu, bagian Bersih Lingkungan, bagian Koperasi Dapur.
Selain adanya pengurus-pengurus Organisasi, adapula kegiatan Kepramukaan
yang mewajibkan santri-santrinya mengikuti aktif di kegiatan kepramukaan.
Sama halnya dalam Mustari (2010) membahas tentang kegiatan pesantren
di pondok pesantren Miftahul Huda, tidak hanya pembelajaran agamanya saja
tetapi kegiatan atau pengamalan kehidupan beribadah pun menjadi rutinitas
santrinya. Dimulai dari pukul 03.00-03.30 bangun malam untuk persiapan
sholat tahajud kemudian dilanjutkan dengan dengan solat subuh berjamaah
pada pukul 04.30-05.00, kemudian pada jam 05.00 sampai 06.00 yaitu
kegiatan sorogan dilanjutkan dengan solat duha berama-sama dan kegiatan
bersih-bersih, sampai jam 06.45. Pembelajaran di kelas dimulai dari jam 07.45
sampai 05.00 petang dipotong dengan solat duhur dan asar berjamaah dengan
istirahat siang. Kemudian dilanjutkan dengan makan sore dan persiapan solat
magrib berjamaah dan kuliah tafsir jalalain langsung menyambung ke solat
isya berjamaah. Pada jam 08.00-10.00 malam dilakukan Balagam (ibtida
Tsanawi) dan diskusi hukum („Aly & pengabdian) dengan mengulang
kembali kajian bersama-sama dan dilanjutkan dengan istirahat tidur.
21
6. Pondok Pesantren Al-Mizan Putri Pandeglang
Pondok Pesantren Modern Al-Mizan pada tanggal 1 Mei 1993 berdiri
berdasarkan Akta Notaris Nuzwar, SH Rangkasbitung Nomor 16 tanggal 15
maret 1993. Pertama membuka penerimaan siswa/i tanggal 10 juni 1993,
menerima 67 santri putra dan putri dari berbagai daerah. Drs KH Anang
Azhari Alie, M.Pd.I adalah pendiri Pondok Pesantren Modern AL-Mizan.
Awalnya pondok dibangun di jalan kapugeran dekat alun-alun Rangkasbitung
diatas tanah milik Bapak H. Kustani seluas 316 m2 yang merupakan sebuah
gudang balok yang diubah menjadi asrama putri yang serba darurat. Asrama
putra yang berjarak 100 m dari asrama putri berlokasi di kantor PT. Andi Jaya
milik Bpk H. Kustani.
Pondok Pesantren Modern AL-Mizan mengembangankan areanya sampai
+14 ha pada tahun 2009 ats dasar cita-cita teguh dan ridho Allah SWT.
Pondok Pesantren Modern AL-Mizan memiliki lokasi di jalan AMD Cikole
Pandeglang sebagai Pesantren Putri pada tahun 2010. santri putra dan santri
putri program pembelajarannya terpisah, hal tersebut dilaksanakan untuk
kenyamanan, keleluasaan beraktifitas antara mereka masing-masing mencari
rasa aman, dan ini merupakan fenomena positif dalam pandangn Syaria‟at.
Pondok Pesantren Modern Al-Mizan dalam memasuki usianya yang ke-19
selalu mengedepankan kualitas, baik pendidikan maupun pengajaran dan terus
mengembangkan sarana dan prasarana, kurikulum dan proses pembelajaran
untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas, sentuhan pengembangan
spiritual Quation (SQ), Emotional Quotion (EQ) dan Intelektual Quotion (IQ).
Adapun visi pondok pesantren Al-Mizan sebagai pesantren prospektif yang
mencetak santri ber-akhlaqul karimah, berbadan sehat, kreatif,
berpengetahuan luas, dan berfikiran terbuka, berjiwa ikhlas, kebersahajaan,
ber-ukhuwah islamiyyah, dan berdikari.
22
Pondok Pesantren Al-Mizan yaitu sebagai lembaga pendidikan islam yang
berorientasikan masyarakat (aproach social oriented) maka pondok pesantren
modern Al-Mizan menetapkan arah dan tujuan pendidikan
kepada pembentukan pribadi-pribadi yang cinta kepada islam, nusa dan
bangsa, berakhlaq mulia, berbadan sehat, berpengetahuan luas dan berpikiran
bebas, berjiwa keikhlasan, kesederhanaan, ukhuwah islamiyyah, kebebasan
dan menolong diri sendiri, mengutamakan keseimbangan antara ilmu dan
amal, Siap terjun di masyarakat meneruskan estafet perjuangan ulama
sebagai syuhada 'alannas dalam rangka menegakkan kalimat Allah.
a. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan yang dibawah naungan pondok pesantren Al-
Mizan antara lain: Program Diniyah Awaliyah (Bagi Putra/I warga
masyarakat sekitar pesantren ), Program TMI Reguler/MTs dan Aliyah
(masa tempuh 6 tahun bagi lulusan SD/MI), Program TMI Intensif/Aliyah,
program IPA & IPS (masa tempuh 3 tahun bagi lulusan SMP/MTs) dan
Pengembangan Tahfidzul Qur‟an (masa tempuh 6 tahun bagi lulusan
SD/MI).
b. Tenaga Pengajar
Pondok Pesantren Modern Al-Mizan tenaga pengajar yang
diperbantukan adalah para sarjana S1 dan S2 yang memilki latar belakang
pendidikan yang cukup professional dari berbagai perguruan tinggi dan
para alumni dari berbagai pesantren.
c. Fasilitas
Fasilitas yang disediakan oleh pondok pesantren Al-Mizan antara lain
asrama putra-putri, masjid, ruang belajar, lab.komputer, lab.bahasa,
lab.IPA, kantor sekolah, ruang perpustakaan, kantor organisasi siswa/I,
kantor administrasi keuangan, pendopo, gedung olahraga
23
(GOR), lapangan sepak bola, penginapan, lapangan badminton, lapangan
basket, tenis meja, lapangan volley, taman bermain anak, minimart, book
shop, fashion shop, kantin, warles, lapangan parkir dapur umum dan
MCK.
d. Program Pendidikan
Program pendidikan dibagi menjadi 2 yaitu pertama program.
Intrakurikuler dengan alokasi waktu belajar dimulai pkl. 07.00 – 12.15
WIB dan pkl. 14.15 – 15.00 WIB. Kedua yaitu, program ekstrakurikuler
untuk memberikan pengetahuan praktis,sehingga dapat mempraktekanya
di masyarakat dengan bantuan bimbingan guru. Aktivitas kegiatan antara
lain pengajian intensif al-Qur'an dan tajwid setelah maghrib, belajar
terpimpin dengan bimbingan wali kelas, fathul munjid, pengajian kitab-
kitab salaf dan khalaf, pendidikan bahasa melalui kursus bahasa arab dan
inggris, latihan mengajar (Teaching practice), pendidikan dan latihan
computer, studi kajian ilmiah dan diskusi-diskusi, bahtsul kutub,
pembuatan paper dan bulletin.
Selain bimbingan dari para guru atau asatidz, bimbingan organisai
siswa pun membantu terlaksananya kegiatan antara lain: disiplin
berkomunikasi bahasa arab dan inggris dalam pergaulan sehari-hari,
latihan pidato dalam 3 bahasa (Indonesia, Arab, Inggris), pendidikan seni
baca al-Qur'an melalui wadah jam'iyatul qurra, pendidikan kepramukaan,
koperasi, pembinaan olah raga: seni bela diri, sepak bola, voli, basket,
badminton, tennis meja, takraw, senam irama, pendidikan seni kaligrafi,
letter, majalah dinding, melukis, teater, pendidikan keterampilan: sablon,
janur, merangkai bunga, dll. Pendidikan seni musik seperti marching
band, kursus gitar, band, marawis, kasidah. Hari senin dan jum‟at pagi
(setelah subuh) dan untuk libur sekolah pada hari ahad/minggu merupakan
24
jadwal kegiatan santri seperti muhadatsah / convertation bahasa arab dan
inggris (http://www.al-mizan.sch.id)
7. Peraturan Pemerintah tentang Standar Nasional Pendidikan
Peraturan Mentri Agama Republik Indonesia nomor 18 tahun 2014
tentang satuan pendidikan muadalah pada pondok pesantren pasal 1
menyebutkan bahwa satuan pendidikan muadalah pada pondok pesantren
yang selanjutnya disebut satuan pendidikan muadalah adalah satuan
pendidikan keagamaan Islam yang diselenggarakan oleh dan berada di
lingkungan pesantren dengan mengembangkan kurikulum sesuai kekhasan
pesantren dengan basis kitab kuning atau dirasah islamiyah dengan pola
pendidikan muallimin secara berjenjang dan terstruktur yang dapat
disetarakan dengan jenjang pendidikan dasar dan menengah di lingkungan
Kementerian Agama.
Pondok pesantren yang selanjutnya disebut pesantren adalah lembaga
pendidikan keagamaan Islam yang diselenggarakan oleh masyarakat yang
menyelenggarakan satuan pendidikan pesantren dan/ atau secara terpadu
menyelenggarakan jenis pendidikan lainnya. Pola pendidikan mu'allimin
adalah sistem pendidikan pesantren yang bersifat integratif dengan
memadukan ilmu agama Islam dan ilmu umum dan bersifat komprehensif
dengan memadukan intra, ekstra dan kokurikuler.
Satuan pendidikan muadalah setingkat MA diselengarakan dengan
ketentuan yaitu diselengarakan selama 3 (tiga) tahun dan bukan satuan
MA/Sekolah Menengah Atas (SMA)/Paket C sederajat. Kurikulum satuan
pendidikan muadalah terdiri dari dua antara lain kurikulum keagamaan Islam
dan kurikulum pendidikan umum. Kurikulum keagamaan Islam
dikembangkan berdasarkan kekhasan masing-masing sekolah dengan berbasis
pada kitab kuning atau dirasah islamiyah dengan pola pendidikan mu 'allimin.
25
Kurikulum pendidikan umum memuat yaitu, bahasa Indonesia (al-lughah al-
indunisiyah), pendidikan kewarganegaraan (al-tarbiyah al-wathaniyah), dan
ilmu pengetahuan alam (al-ulum al-thabi'iyah) dan matematika (al-
riyadhiyat)
Peserta didik setingkat MA pada satuan pendidikan muadalah harus
memenuhi persyaratan yaitu memiliki ijazah MTs/SMP/Paket B satuan
pendidikan muadalah setingkat MTs, aktif mengikuti kegiatan pembelajaran
di pesantren dan bertempat tinggal mukim di pondok pesantren, tidak sedang
mengikuti satuan pendidikan MA/ SMA/ Paket C sederajat. Satuan
pendidikan muadalah wajib memiliki memiliki masjid, kitab keislaman
sebagai sumber belajar dan prasarana pendidikan paling sedikit meliputi ruang
kelas, ruang pendidik, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang laboratorium,
ruang perpustakaan,ruang tata usaha, prasarana lainnya yang diperlukan
dalam rangka proses pembelajaran dan wajib (PP Kemenag, No.18,
Thn.2014)
8. Materi Kesetimbangan Kimia
a. Konsep Kesetimbangan Kimia
Hanya sedikit reaksi kimia yang berlangsung satu arah. Kebanyakan
merupakan reaksi reversibel. Pada awal reversibel, reaksi berlangsung
maju ke arah pembentukan produk. Segera setelah beberapa molekul
produk terbentuk, proses balik mulai berlangsung yaitu pembentukan
molekul reaktan dari molekul produk. Bila laju reaksi maju dan reaksi
balik sama besar dan konsentrasi reaktan dan produk tidak lagi berubah
seiring berjalannya waktu, maka tercapailah kesetimangan kimia (Chang,
2005, hlm.66)
Kesetimbangan kimia merupakan proses dinamika dimana kecepatan
pembentukan produk sama dengan kecepatan pembentukan reaktan.
26
V1 V2
H2 + I2 2HI V1 = V2
Untuk menggambarkan reaksi dalam bentuk kesetimbangan atau
tidak dapat dilakukan sebagai berikut.
Gambar 2.1 Reaksi dalam bentuk kesetimbangan atau tidak
Reaksi bolak-balik merupakan reaksi dimana reaksi ke kanan dan ke
kiri dapat diukur. Bila suatu reaksi A+B C+D dimulai dengan
mereaksikan A+B, maka mula-mula hanya ada pembentukan C+D,
setelah itu menyusul C+D membentuk A+B. Kecepatan pembentukan
C+D mula-mula lebih besar daripada kecepatan pembentukan A+B, dan
dikatakan setimbang bila kecepatan kedua pembentukan itu sama. Dalam
keadaan setimbang, konsentrasi A,B,C dan D tidak berubah lagi (Franisal
dan Wardani, 2014, hlm. 65-66)
27
b. Tetapan Kesetimbangan
Besarnya tetapan kesetimbangan tergantung pada jenis reaksi. Jika
tetapan kesetimbangan kecil (k<1), berarti pembilang dari aksi massa
lebih kecil daripada penyebutnya. Ini berarti, jika tetapan kesetimbangan
kecil dari kiri ke kanan tidak berlangsung lebih jauh. Jika tetapan
kesetimbangan besar (k>1), berarti pembilang lebih besar dari penyebut
dalam aksi massa. Ini berarti, bahwa pada keadaan kesetimbangan, paling
tidak salah satu zat disebelah kiri dari persamaan kimia kecil
(Sastrohamidjojo, 2010, hlm. 181-182)
Dari studi eksperimen sistem kesetimbangan diperoleh ungkapan
matematis yang serupa, yang dapat untuk menghubngkan konsentrasi-
konsentrasi pada kesetimbangan. Bentuk umum persamaan bergantung
hanya pada persamaan berimbang untuk kesetimbangan. Jika
kesetimbangan itu dinyatakan oleh :
mA + nB yC + zD
maka tetapan kesetimbangan umum dinyatakan sebagai :
[ ] [ ]
[ ] [ ]
Dengan m, n, y, dan z adalah koefisien dalam persamaan berimbang
itu, dan kuantitas dalam tanda kurung siku menyatakan mol per liter A, B,
C, dan D. Produk pada ruas kanan persamaan muncul sebagai pembilang
dan konsentrasi tiap zat dipangkatkan dengan koefisien dalam persamaan
itu (Keenan, 1984, hlm.560)
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesetimbangan Kimia
Aturan umum yang membantu kita mempresidiksi ke arah mana reaksi
kesetimbangan akan bergeser bila terjadi perubahan tekanan, konsetrasi,
suhu atau volume. Aturan ini dikenal sebagai asa Le Chatelier diambil dari
nama kimiawan Prancis Henri Le Chatelier, menyatakan bahwa jika suatu
tekanan eksternal diberikan kepada suatu sistem yang setimbang, sistem
28
ini akan menyesuaikan diri sedemikian rupa untuk mengimbangin
sebagian tekanan ini pada saat sistem mencoba setimbang kembali.
(Chang, 2005, hlm.79-80)
Bila suatu kesetimbangan terganggu, maka sistem akan berubah untuk
menghilangkan gangguan tersebut. Gangguan tersebut dapat berupa yaitu
perubahan tekanan/volume, perubahan konsentrasi dan perubahan suhu.
Perubahan ini akan mengubah keadaan kesetimbangan, tetapi tidak
mengubah harga konstanta kesetimbangan, selain perubahan suhu, harga
Kc berubah (Franisal dan Wardani, 2014, hlm. 68). Berikut faktor-faktor
yang mempengaruhi kesetimbangan kimia:
a) Perubahan Tekanan/Volume
Perubahan tekanan/volume akan berpengaruh pada kesetimbangan
dimana n produk tidak sama dengan n reaktan.
N2(g) + 3H2(g) 2NH3(g)
Bila tekanan diperbesar kesetimbanganakan bergeser ke arah NH3,
pembentukan NH3 diperbesar, sampai tercapai kembali kesetimbangan.
Unutk reaksi dimana n produk sama dengan n reaktan perubahan,
tekanan atau volume tidak mempengaruhi keadaan kesetimbangan,
tetap sama seperti semula H2(g) + I2(g) 2HI(g) (Franisal dan Wardani,
2014, hlm. 68).
Misalkan sistem kesetimbangan
N2O4(g) 2 NO2 (g)
Volume diturunkan maka konsentrasi (n/V) NO2 dan N2O naik.
Karena konsentrasi NO2 dikuadratkan, naiknya tekanan membuat
pembilangnya lebih besar daripada penyebut, maka:
[ ]
[ ]
29
Jadi, Qc > Kc dan reaksi bersihnya akan bergeser kekiri sampai
Qc = Kc. Sebaliknya, penurunan tekanan (peningkatan volume) akan
menghasilkan Qc < Kc reaksi bersihnya akan bergeser ke kanan
sampai Qc = Kc. Pada umumnya peningkatan tekanan (penurunan
volume) menghasilkan reaksi bersih yang menurunkan jumlah total
mol gas (reaksi balik), dan penurunan tekanan (peningkatan volume)
menghasilkan reaksi bersih yang meningkatkan jumlah total mol gas
(reaksi maju). Untuk reaksi yang tidak menhasilkan perubahan jumlah
mol gas, perubahan tekanan atau volume tidak mepengaruhi posisi
kesetimbangan (Chang, 2005, hlm.82).
b) Perubahan Konsentrasi
Penambahan atau pengurangan konsentrasi reaktan akan
menggeser kesetimbangan dan akan mengubah keadaan setimbang.
H2(g) + I2(g) 2HI(g)
Penambahan H2 atau I2 akan menggeser kesetimbangan ke arah
produk (HI) dan kesetimbangan bergeser ke arah H2 dan I2 bila HI
ditambah. Perubahan tekanan ataupun konsentrasi hanya kan
mengubah keadaan setimbang, bukan konstanta kesetimbangan bila
dilakukan pada suhu tetap
c) Perubahan Suhu
Tidak seperti pada perubahan tekanan dan konsentrasi yang hanya
mengubah keadaan setimbang dan bukan konstanta kesetimbangan,
perubahan suhu akanmengubah kedua-duanya. Pergeseran arah
kesetimbangan bergantung pada apakah reaksi tersebut endoterm atau
eksoterm. Pada kenaikan suhu, kesetimbangan akan bergeser ke arah
endoterm dan bila terjadi penurunan suhu kesetimbangan bergeser kea
rah eksoterm. Misalkan pada reaksi :
N2O4(g) 2 NO2 (g) ∆H = positif maka, Kc >
2SO2(g) + O2 2SO3(g) ∆H = negatif maka, Kc <
30
(Franisal dan Wardani, 2014, hlm. 68-69).
Pada kesetimbangan, pengaruh kalor adalah nol karna tidak ada
reaksi bersih, kemudian apa yang akan terjadi jika sistem
kesetimbangannya dipanaskan dengan volume tetap?. Proses endoterm
menyerap kalor dari lingkungan maka proses pemanasan akan
menyebbkan terurainya molekul N2O4 mnjadi NO2 akibatnya konstanta
kesetimbangan, yaitu meningkat dengan meningkatnya suhu.
d) Pengaruh Katalis
Laju reaksi dapat meningkat salah satunya karena adanya Katalis.
katalis mempengaruhi laju reaksi maju sama besar dengan reaksi balik
ketka reaksi tersebut reversibel,. Jadi, katalis tidak mengubah
konstanta kesetimbanagan dan tidak mengeser posisi sistem
kesetimbangan. Penambahan katalis pada campuran reaksi yang tidak
berada pada kesetimbangan akan mepercepat laju reaksi maju dan
reaksi balik sehingga campuran kesetimbangan tercapai lebih cepat.
Campuran kesetimbangan yang sama dapat diperoleh tanpa katalis,
tetapi kita mungkin harus menunggu lebih lama agar kesetimbangan
terjadi (Chang, 2005, hlm.83-84).
Pengaruh katalis pada kesetimbangan kimia hanya dapat
mempercepat reaksi ke arah reaktan maupun produk sehingga keadaan
seimbang dapat cepat tercapai tetapi tidak dapat mempengaruhi sistem
kesetimbangan (Franisal dan Wardani, 2014, hlm. 70).
d. Penerapan Prinsip Kesetimbangan Kimia dalam Industri
a) Pembuatan Amonia (NH3) dengan Proses Haber-Bosh
Amonia (NH3) merupakan senyawa nitrogen yang sangat penting
bagi kehidupan terutama sebagai bahan pembuatan pupuk nitrogen,
obat-obatan, desinfektan, bahan peledak dan sebagainya. Amoniak
diperoleh dari reaksi antara gas nitrogen dengan gas hidrogen. Frotz
31
Haber pada tahun 1908 mengenalkan bagaimana mensintesis amoniak
dengan berpedoman pada prinsip Le Chatelier. Oleh karena itu, reaksi
pebentukan amoniak merupakan reaksi eksoterm. Jika suhu semakin
rendah, maka kesetimbangan akan bergeser kearah produk. Persamaan
reaksi kesetimbangan dapat dituliskan sebagai berikut.
N2(g) + 3H2 2NH3(g) ∆H = -92.22 kj
Pada tahun 1913 Carl Bosh menambahkan katalis dari serbuk besi
dengan adanya campuran kalium hidroksida, alumunium oksida, dan
garam lain agar reaksi semakin efektif. Karena proses pembuatan
amoniak dikenalkan oleh Frizt haber dan disempurnakan oleh Carl
Bosh, maka proses ini dinamakan proses Haber-Bosh
b) Pembuatan Asam Sulfat (H2SO4) dengan proses kontak
Asam sulfat dalam bentuk cair digunakan sebagai pengisi aki
untuk sumber energi, agar permukaan logam sebelum dilapisi menjadi
bersih dari kotoran karat keadaan pekatnya digunakan untuk pelapis
logam pada industri sebagai oksidator. Pembentukan asam sulfat
melalui beberapa tahap yaitu, pembentukan SO2 dengan mereaksikan
lelehan belerang dengan gas oksigen, pembentukan SO3 dengan
bantuan katalis V2O5, pembentukan H2SO4
c) Pembentukan asam nitrat (HNO3) dengan proses Otswald
Dalam kehidupan sehari-hari asam nitrat sering digunakan sebagai
dasar pembuatan pupuk seperti halnya amoniak,dan digunakan pula
untuk bahan peledak. Pembuatan asam nitrat dikenal dengan proses
Otswald. Proses ini berlangsung dalam 3 tahap, yaitu pertama,
pembentukan NO dengan mereaksikan amoniak dengan oksigen pada
suhu 900oC tekanan 4-10 atm dengan adanya katalis Pt-Rh, kedua
pembentukan NO2 dengan mereaksikan gas NO dengan gas oksigen
pada tekanan 7-12, ketiga pembentukan HNO3 dengan mereaksikan
32
nya dengan air membentuk HNO3 dan NO (Partana dan Wiyarsi, 2009,
hlm. 125-128)
B. Kerangka Berfikir
2
Gambar 2.2 Kerangka Berfikir
C. Penelitian yang Relevan
Penelitian mengenai Beban Kognitif ada beberapa peneliti yang telah
membahas tentang analisis beban kogntif pada siswa sehingga peneliti
mendapatkan beberapa penelitian yang relevan, diantaranya:
Intrinsic Cognitive
Load (ICL)
Menerima dan
Mengolah Informasi Usaha Mental
Sumber Belajar, Materi Pelajaran, Metode Pembelajaran,
Kegiatan Pondok Pesantren dan Lingkungan Pondok Pesantren
Hasil Belajar
Beban Kognitif
Germane
Cognitive Load
(GCL)
Extraneous
Cognitive Load
(ECL)
Pembelajaran kimia di pondok pesantren menjadi
beban kognitif bagi para siswanya
33
Hasil penelitian Dita Alawiyah Marcharis (2015) yang berjudul “Beban
Kognitif pada Pembelajaran Biologi di SMA Berbasis Pesantren” yang
menunjukan gambaran beban kognitif siswa di SMA berbasis pesantren dengan
faktor banyaknya pelajaran agama dan banyaknya kegiatan siswa di pesantren
yang menambah beban kognitif siswa pada pembelajaran biologi.
Dan begitu juga pada penelitian Akhmad Fauzi dkk (2016) yang berjudul
“Implementasi Strategi Relating, Experiencing, Applying, Cooperating,
Transferring (React) Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa Pada
Materi Pokok Larutan Penyangga di Sekolah Berbasis Pesantren” menunjukan
bahwa padatnya aktivitas santri di pesantren membuat fisik mereka mudah lelah
saat belajar di kelas sehingga pada pembelajaran kimia siswa belajar kurang
maksimal dan mempengaruhi proses pembelajaran kimia.
Pada penelitian Adi Rahmat dan Eni Nuraeni (2015) yang berjudul “Beban
Kognitif dan Kemampuan Penalaran Siswa SMA,MA, dan SMA berbasis
Pesantren pada Pembelajaran Biologi” menunjukan bahwa siswa SMA, MA,
maupun SMA berbasis Pesantren masih memiliki beban kognitif dalam
pembelajaran biologi. Beban kognitif paling besar dimiliki siswa SMA. Dan
besarnya beban kognitif ini tidak ada hubungan nya dengan kemampuan
penalaran siswa.
Selanjutnya, pada penelitian Novi Mayasari (2017) yang berjudul “Beban
Kogntif dalam Pembelajaran Persamaan Diferensial dengan Koefisien Linier di
IKIP PGRI Bojonegoro Tahun Ajaran 2016/2017” menunjukan bahwa 3
komponen dari beban kognitif diantaranya: Pertama, Intrinsic Cognitive Load
(ICL) pada materi persamaan differensial terlihat dari kesalahan mahasiswa
dalam mengenali bentuk umum dan menentukan nilai integral. Kedua,
Extraneous Cognitive Load (ECL) disebabkan oleh terlalu cepatnya cara
berbicara dan pengucapan dosen. Ketiga, Germane Cognitive Load (GCL)
tercemin dari ketertarikan mahasiswa saat dosen menjelaskan dan juga usaha
yang dicurahkan dalam mengerjakan latihan soal.
34
Selanjutnya pada penelitian Novy Indriya Suryani (2016) yang berjudul
“Analisis Beban Kognitif Siswa SMA dan MA pada Pembelajaran Materi Sistem
Reproduksi serta Keterkaitannya dengan Strategi Metagognitif Guru” yang
menerangkan bahwa sampel siswa pada empat sekolah masih memiliki beban
kognitif yang cukup besar selama proses pembelajaran. Besarnya beban kognitif
terantung guru dalam melaksanakan pemebelajaran dan hasil dari keterkaitan
strategi metakognitif dengan beban kognitif siswa. Hal tersebut menunjukan
bahwa adanya hubungan antara strategi pembelajaran dan beban kognitif siswa.
Pada penelitiannya Ton de Jong (2010) yang berjudul “Cognitive Load
Theory, Educational Research, and Intructional Design: some food for thought”
yang artinya “Teori Beban Kognitif, Penelitian Pendidikan dan Desain
Intruksional” yang menunjukan bahwa beban kognitif terdiri dari 3 elemen yaitu
“baik”(germane), “buruk”(extraneous) dan “sedang”(intrinsic) dari ketiga elemen
tersebut berhubungan yaitu jika hasil belajarnya lebih baik maka beban kognitif
yang tinggi berasal dari proses germane cognitive load, tetapi ketika hasil belajar
siswa buruk maka beban kognitif yang tinggi berasal dari extraneous cognitive
load. Kemudian beban kognitif yang berhubungan dengan desain pendidikan
yaitu ada 3 rekomendasi utama antara lain pertama, materi yang sejalan dengan
pengetahuan siswa sebelumnya (beban instrinsik) kedua, menghindari informasi
yang asing dan membingungkan (beban ektranius) ketiga, merangsang proses
yang mengarah pada pengetahuan konseptual dan mendalam (beban germanius)
Begitu pula pada penelitiannya Fred Paas dkk (2003) yang berjudul
“Cognitive Load Measurement as a Means to Advance Cognitive Load Theory”
yang berarti “Pengukuran Beban Kognitif sebagai Cara Meningkatkan Teori
Beban Kognitif” yang menunjukan bahwa keuntungan dari pengukuran beban
kognitif salah satunya memungkinkan kita untuk mengukur efisiensi mental pada
saat proses pembelajaran. Pengetahuan siswa secara individu yang dihasilkan
dari interaksi antara tugas dan karakteristik peserta didik merupakan penentu
yang penting untuk mengetahui tingkat beban kognitif, agar mencapai efisiensi
35
yang optimal maka tugas-tugas belajar siswa harus sesuai dengan kebutuhan
kemampuan belajar siswa. Beban kognitif juga dapat digunakan untuk model dan
metode pembelajaran yang tepat.
Selanjutnya pada penelitian Slava Kalyuga (2011) yang berjudul “Informing:
A Cognitive Load Perspective” yang artinya “Informasi mengenai sebuah
Perspektif Beban Kognitif” yang menunjukan bahwa teori beban kognitif
biasanya diterapkan pada situasi intruksional yang lebih luas dan kerangka kerja
yang lebih umum. Beban kogitif juga direkomendasikan untuk meningkatkan
proses pemberian informasi dengan bimbingan yang relevan dengan memori
jangka panjang, mengurangi perhatian terpecah, menggunakan modalitas,
menghilangkan redunansi, mempertimbangkan perubahan informasi komunikasi
dan untuk proses kognitif.
Kemudian pada penelitiannya Barbara Meissner dan Franz X. Bogner (2013)
yang berjudul “Toward Cognitive Load Theory as Guideline for Intructional
Design in Science Education” yang berarti “Tentang Teori Beban Kognitif
sebagai Desain Intruksional dalam Pendidikan Sains” yang menunjukan bahwa
peningkatan desain intruksional diperlukan dalam hal bimbingan untuk beberapa
siswa dengan mempertimbangkan beban kognitif yang memadai atau setidaknya
memiliki tingkat beban kognitif yang wajar untuk siswa dalam pembelajaran
sains.
36
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2018 tahun ajaran
2018/2019. Tempat penelitian ini adalah di kelas XI MA Pondok Pesantren Al
Mizan Putri Pandeglang, Banten beralamat di jalan raya AMD, Cikole, desa
Sukaratu, Majasari, Pandeglang Banten.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kuantitatif, yaitu mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena
yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiyah ataupun rekayasa manusia
gambarannya menggunakan ukuran, jumlah atau frekuensi (Sukmadinata, 2011,
hlm. 72-73). Oleh karena itu peneliti mendeskripsikan hasil pengukuran beban
kognitif pada siswa kelas XI IPA dalam pembelajaran kimia yang diperoleh dari
pondok pesantren Al Mizan Putri.
C. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian merupakan keseluruhan (universum) dari objek
penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala,
nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat
menjadi sumber data penelitian (Bungin, 2005, hlm. 99). Sedangkan sampel
merupakan sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2011 hlm. 74).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA yang yang
terdiri dari 2 kelas yaitu XI IPA 1 dan 2 (5A dan 5C) Pondok Pesantren Al Mizan
Putri Pandeglang semester 1 tahun ajaran 2018/2019. Sampel yang diambil
adalah siswa kelas 5A (kelas XI IPA 1) Pondok Pesantren Al-Mizan Putri yang
berjumlah 35 siswa. Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
37
purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel atas suatu pertimbangan
tertentu (Sugiyono, 2014, hlm. 53-54). Pertimbangan pada penelitian ini dilihat
dari jumlah siswa pada kelas XI IPA 1 lebih banyak dari kelas XI IPA 2.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari
pemberian Lembar Kerja Siswa mengenai materi kesetimbangan kimia
digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam Menerima dan Mengolah
Informasi, pemberian angket untuk mengukur Usaha Mental siswa terhadap
pembelajaran kimia di Pondok Pesantren Al Mizan Putri, kemudian soal test
harian bentuk soal pilihan ganda materi kesetimbangan kimia untuk mengukur
tingkat penalaran dan pemahaman siswa atau Hasil Belajar pada pembelajaran
kimia. Adapun rincian teknik pengumpulan data dapat dilihat pada tabel 3.1
Tabel 3.1 Teknik Pengumpulan Data
No. Data Waktu Pengambilan Data Instrumen
1. Intrinsic Cognitive
Load mengenai
Kemampuan Menerima
dan Mengolah
Informasi
Di setiap akhir
pertemuan
Lembar Kerja
Siswa
2. Extraneous Cognitive
Load mengenai Usaha
Mental
Di akhir pembelajaran
materi kesetimbangan
kimia
Angket
3. Germane Cognitive
Load mengenai Hasil
Belajar
Di akhir pembelajaran
materi kesetimbangan
kimia
Soal Test pilihan
ganda
38
E. Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdapat tiga tahap yaitu persiapan, pelaksanaan dan
penyelesaian.
1. Tahap Persiapan
a. Melakukan analisis Kompetensi Dasar (KD) dan menentukan indikator
pembelajaran pada materi kesetimbangan kimia.
b. Membuat kisi-kisi Lembar Kerja Siswa, dan soal Pilihan Ganda materi
kesetimbangan kimia sesuai indikator yang telah ditentukan.
c. Membuat kisi-kisi Angket sesuai indikator dari Extraneous Cognitive
Load.
d. Menguji validitas konstruksi (judgment expert) dan memperbaiki
instrument sesuai saran para ahli.
e. Menguji coba instrument soal tes pilihan ganda yang telah dibuat kepada
mahasiswa semester 1, dan hasil uji coba dikonsultasikan kembali dengan
ahli.
2. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian dilakukan selama 3 kali pertemuan materi
kesetimbangan kimia. Pada pertemuan pertama setelah materi disampaikan
oleh guru diakhir pertemuan guru memberikan LKS pertama, dikerjakan
secara berkelompok. Pada pertemuan kedua, dengan kelompok yang sama
diberikan LKS kedua. Pada pertemuan ketiga setelah semua materi
kesetimbangan selesai diberikan soal tes pilihan ganda sebagai ulangan harian
materi kesetimbangan kimia. Terakhir ditutup dengan memberikan nagket
sebagai tanggapan siswa setelah belajar mengenai materi kesetimbangan
kimia.
3. Tahap Penyelesaian
a. Mengolah data hasil
39
b. Menganalisis data
c. Membuat kesimpulan
Secara garis besar prosedur penelitian yang dilakukan peneliti sebagai berikut:
d.
e.
Gambar 3.1 Bagan Prosedur Penelitian
Analisis Kompetensi
Dasar (KD)
Memperbanyak
instrumen YA
Revisi
Lembar Kerja
Siswa
Validasi instrumen
Angket
Soal tes
pilihan ganda Pembuatan instrumen penelitian
Pembuatan kisi-kisi instrumen
Menentukan indikator pembelajaran
materi kesetimbangan kimia
Tah
ap P
ersi
apan
Penelitian
Pertemuan 3
(soal tes dan
angket)
Pertemuan 2
(LKS 2)
Pertemuan 1
(LKS 1)
Membuat kesimpulan
Menganalisis data
Mengolah data hasil
Menuliskan hasil dan
pembahasan
Tah
ap P
enyel
esai
an
Tah
ap P
elak
san
aan
40
F. Instrumen Penelitian
1. Lembar Kerja Siswa (LKS)
Lembar Kerja Siswa merupakan kelompok kegiatan yang mendasar harus
dilakukan oleh siswa agar pemahamannya semaksimal mungkin dan
pemecahan masalah dalam upaya pembentukan kemampuan dasar siswa
sesuai indikator pencapaian hasil belajar. LKS dapat berupa panduan untuk
latihan pengembangan aspek kognitif maupun panduan untuk pengembangan
semua aspek pembelajaran (Trianto, 2009, hlm. 222-223)
Intrinsic Cognitive Load dalam komponen Beban Kognitif diukur melalui
task complexity yang berefek terhadap proses kognitif semakin rumit tugasnya
dan semakin banyak daya kognitif yang dibuthkan (Brunken, 2010: 181).
Dalam hal ini task complexity dibuat dalam bentuk Lembar Kerja Siswa,
dalam penelitian ini dalam bentuk wacana-wacana dan soal penyelesaian
mengenai materi kesetimbangan kimia dengan menekankan pada proses
penyelesaiannya karena LKS pada penelitian ini untuk mengukur bagaimana
kemampuan siswa dalam Menerima dan Mengolah Informasi sesuai dengan
indikator pada materi kesetimbangan kimia pada setiap pertemuan
pembelajarannya. Terdapat 2 pertemuan untuk materi kesetimbangan kimia,
sehingga dari indikator pembelajaran dibagi menjadi 2 Lembar Kerja Siswa
dengan kisi-kisi pada tabel 3.2
Tabel 3.2 Kisi-kisi Lembar Kerja Siswa
N
o
Faktor ICL Item
Sumber
Asli
KD Indikator Ke-
gia-
tan
1 Pengetahuan
sebelumnya
Prior Know-
ledge
3.8
Menjelaskan
reaksi
kesetimbang
1.8.1 Menjel
askan
pengertian
kesetimbangan
1
41
an di dalam
hubungan
antara
pereaksi dan
hasil reaksi
dinamis
3.8.1 Menjel
askan reaksi
kesetimbangan
heterogen dan
homogen
2
3.8.2 Menent
ukan tetapan
kesetimbangan
dari hubungan
antara pereaksi
dan hasil
reaksi
2
2 Kesulitan
materi :
keterkaitan
dengan
unsur
lainnya yang
lebih sulit
Difficulty of
subject
matter:
element
inter-
activity
3.9
Menganali-
sis faktor-
faktor yang
mempenga-
ruhi
pergeseran
arah
kesetimbang
-an
3.9.1
Menentukan
komposisi zat
dalam
keadaan
setimbang,
derajat
disosiasi (),
tetapan
kesetimbanga
n (Kc dan Kp)
dan hubungan
Kc dengan Kp
3,4
dan
5
3.9.2
Menganalisis
6
42
pengaruh
perubahan
suhu,
konsentrasi,
tekanan, dan
volume pada
pergeseran
kesetimbang-
an
3 Kesulitan
materi :
Banyaknya
hal yang
harus
diproses
dalam waktu
bersamaan
Difficulty of
subject
matter: the
number of
element that
mustbe
simultaneou
sly
processed in
working
memory on
any learning
task
3.9.3
Menganalisis
kondisi
optimum
untuk
memproduksi
bahan-bahan
kimia di
industri yang
didasarkan
pada reaksi
kesetimbang-
an
7
dan
8
2. Angket atau kuesioner (Questionnaires)
Kuesioner adalah beberapa pertanyaan tertulis digunakan untuk
memmendapatkan informasi dari responden berupa laporan tentang
pribadinya, atau hal-hal yang diketahui (Arikunto, 2010, hlm. 194). Melalui
instrument angket ini Extraneous Cognitive Load dapat diukur yaitu dengan
43
berisi pernyataan-pernyataan subjektif yang berhubungan dengan usaha
mental siswa dalam memahami materi pelajaran (sub-jective self-reported
rating scale of percieved mental effort;) (Brünken dkk, 2010). Pertanyaan-
pertanyaan pada lembar angket mengungkapkan tanggapan terhadap kesulitan
siswa dan beban yang dirasakan dalam menerima dan mengolah informasi
pada pembelajaran kimia materi kesetimbangan.
Skala penilaian yang digunakan yaitu Skala Likert yang terdiri dari sangat
membantu 1) Sangat Setuju, 2) Setuju 3) Tidak Setuju 4) Sangat Tidak
Setuju. Metode skala digunakan didasarkan pada asumsi bahwa siswa dapat
membuat perkiraan yang realibel dan valid tentang jumlah muatan beban yang
siswa hadapi dalam situasi tertentu. Adapun kisi-kisi dari angket berdasarkan
indikator Extraneous Cognitive Load pada tabel 3.3
Tabel 3.3 Kisi-kisi Angket
Faktor ECL Item sumber
asli
Indikator + -
Situasi proses
pembelajaran
Advanced
learners
situations
Tanggapan siswa
tentang cara mengajar
guru dan cara
penyampaian informasi
pada proses
pembelajaran
1,2,
4
dan
6
3
dan
5
Situasi sulit
(melebihi
kapasitas
berfikir
siswa)
Redundancy
situasions
Tanggapan siswa
mengenai materi
pembelajaran dan
kesulitan materi yang
disampaikan oleh guru
7
dan
10
8
dan
9
44
Pemberian
contoh dan
latihan soal
Worked-
example effect
Tanggapan siswa
mengenai contoh dan
latihan soal yang
diberikan oleh guru
11
dan
12
13
dan
14
Ingatan siswa
tentang
materi
sebelumnya
dan materi
prasyarat
Inadequate prior
knowledge
situations
Tanggapan siswa
mengenai materi
prasyarat dan materi
sebelumnya untuk
memahami pelajaran
15,
16,
17,
dan
20
18
dan
19
Perhatian
siswa terbagi
saat
penyampaian
materi
berlangsung
Split attention
situation
Tanggapan siswa
mengenai upaya untuk
berkonsentrasi
24,
25
dan
26
21,
22
dan
23
3. Soal Test
Soal test yang digunakan pada penelitian ini yaitu dalam bentuk soal
pilihan ganda. Soal pilihan ganda berjumlah 20 soal mengenai materi
kesetimbangan berdasarkan kompetensi inti dan indikator yang sesuai.
Germane Cognitive Load diukur melalui soal tes disusun dalam bentuk tes
pilihan ganda materi kesetimbangan kimia. Soal test digunakan untuk
mengukur Hasil Belajar siswa (Sweller, 2010, hlm. 44) sehingga dapat
menghubungkan kemampuan menerima dan mengolah informasi siswa
dengan usaha mental siswa. Adapun kisi-kisi soal test dalam bentuk pilihan
ganda pada tabel 3.4
45
Tabel 3.4 Kisi-kisi Soal Pilihan Ganda
Indikator
Pembelajaran
Aspek Kognitif dan Nomor Butir Soal Jumlah
Meng-
ingat
(C1)
Me-
mahami
(C2)
Me-
nerap
kan
(C3)
Meng-
analisis
(C4)
3.8.1Menjelaskan
kesetimbangan
dinamis
1, 2* 3* 3
3.8.2Menjelaskan
reaksi
kesetimbangan
heterogen dan
homogeny
4*, 5, 6* 3
3.8.3 Menentukan
harga tetapan
kesetimbangan dari
hubungan antara
pereaksi dan hasil
reaksi
7, 8*,
9
3
3.9.1Menentukan
komposisi zat
dalam keadaan
setimbang, derajat
disosiasi (),
tetapan
kesetimbangan (Kc
10,11,
13,14,
15,16,
17,18,
19,20,
12,21,
22*
13
46
dan Kp) dan
hubungan Kc
dengan Kp
3.9.2Menganalisis
pengaruh perubahan
suhu, konsentrasi,
tekanan, dan
volume pada
pergeseran
kesetimbangan
23* 24*,
26
25, 27 5
3.9.3Menganalisis
kondisi optimum
untuk memproduksi
bahan-bahan kimia
di industri yang
didasarkan pada
reaksi
kesetimbangan
28 29, 30* 3
Jumlah 2 5 15 8 30
Keterangan: *soal invalid
G. Validasi Instrumen Penelitian
Instrument dalam penelitian terlebih dahulu diuji validitas untuk mengetahui
sejauh mana ketepatan suatu instrument pengukuran dalam melakukan fungsi
ukurnya (Rustam, 2018, hlm. 60)
1. Uji Validitas
Pada penelitian ini dilakukan uji validitas konstruk dan uji validitas
empiris. Uji validitas konstruk dimulai dari perumusan konstruk, penentuan
47
dimensi dan indikator, sampai pada penjabaran dan penulisan item-item
instrumen dengan melakukan proses penelaahan teoritis terhadap suatu
konsep dari variabel yang hendak diukur. Uji validasi konstruk dalam
penelitian ini yaitu LKS, angket dan soal pilihan ganda.
Adapun uji validitas empiris digunakan untuk memperbaiki perangkat
ukur yang dibuat (Rustam, 2018, hlm. 62-63). Uji validitas empiris dalam
penelitian ini yaitu soal pilihan ganda. Uji validitas pada penelitian ini
menggunakan software IBM SPSS statistics 22 hasilnya dapat dilihat pada
tabel 3.5 berikut:
Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Soal Pilihan Ganda
Statistik Butir soal pilihan ganda
Jumlah soal 30
Jumlah siswa 55
Nomor soal valid 1, 5, 7, 9, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 17, 18,
19, 20, 12, 21, 26, 25, 27, 28, 29
Jumlah soal valid 20
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana suatau hasil
pengukuran dapat dipercaya dan tidak berubah atau menghasilkan hasil tes
yang sama apabila tes tersebut dilakukan secara berulang-ulang (Rustam,
2018, hlm. 88). Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan software IBM
SPSS statistics 22
Adapun kriteria reliabilitas menurut Arifin (2011, hlm. 257) dapat dilihat
pada Tabel 3.5 sebagai berikut:
48
Tabel 3.6 Kriteria Reliabilitas
Indeks Klasifikasi Penafsiran
r11 ≤ 0.20 Sangat rendah Buruk sekali
0.20 < r11 ≤ 0.40 Rendah Buruk
0.40 < r11 ≤ 0.60 Sedang Cukup
0.40 < r11 ≤ 0.80 Tinggi Baik
r11 > 0.80 Sangat tinggi Sangat baik
Berdasarkan uji reliabilitas dengan menggunakan software IBM SPSS
statistics 22 didapatkan nilai reliabilitas adalah 0.723 termasuk dalam kategori
Baik.
H. Teknik Analisis Data
Data yang didapat dianalisis secara deskriptif kuantitatif untuk menganalisis
komponen Beban kognitif dan persentase setiap indikatornya
1. Data hasil Lembar Kerja Siswa
LKS dalam penelitian ini terbagi menjadi 2. LKS 1 pada pertemuan
pertama terdiri dari 3 kegiatan mengenai materi kestimbangan kimia sesuai
indikator yang sudah dibuat, kemudian LKS 2 pada pertemuan kedua terdiri
dari 2 kegiatan siswa.
a. Memberikan skor pada jawaban lembar kerja siswa berdasarkan penilaian
dengan nilai skala (0-3). Hal ini untuk mengetahui skor Kemampuan
Menerima dan Mengolah Informasi pada Intrinsic Cognitive Load.
Memberi skor setiap jawaban siswa dan mengkonversi nilai siswa ke skala
nilai 100
Nilai siswa =
x 100
Untuk mendapatkan nilai skor siswa dari LKS, digunakan rubrik yang
dijabarkan pada tabel 3.9
49
Tabel 3.7 Rubrik Penskoran Lembar Kerja Siswa
Kegiatan No.soal Kriteria jawaban dan skor
1 1 (3) jika jenis reaksi dan persamaan reaksinya
lengkap dan tepat sesuai kunci jawaban
(2) jika salah satu jenis reaksi tidak dilengkapi
dan persamaan reaksinya benar
(1) jika salah satu persamaan reaksi tidak
dilengkapi dan jenis reaksinya salah
(0) tidak menjawab
2 (3) menjawab pertanyaan dan alasannya benar
sesuai kunci jawaban
(2) menjawab salah satu dari pertanyaan dan
alasan nya dengan benar
(1) menjawab pertanyaan dan alasanya salah
(0) tidak menjawab
3 (3) menjawab pertanyaan dan alasannya benar
sesuai kunci jawaban
(2) menjawab salah satu dari pertanyaan dan
alasan nya dengan benar
(1) menjawab pertanyaan dan alasan salah
(0) tidak menjawab
2 1 (3) menulis 4 persamaan reaksi dan jenis reaksi
dengan benar, lengkap dan tepat sesuai kunci
jawaban
(2) menulis 2-3 persamaan reaksi dan jenis reaksi
dengan benar
(1) menulis 1 persamaan reaksi dan jenis reaksi
dengan benar
50
(0) tidak menjawab
2 (3) menulis 4 rumus tetapan kesetimbangan
dengan benar, lengkap dan tepat sesuai kunci
jawaban
(2) menulis 2-3 rumus tetapan kesetimbangan
dengan benar
(1) menulis 1 rumus tetapan kesetimbangan
dengan benar
(0) tidak menjawab
3 1 (3) menjawab dengan benar dan lengkap sesuai
kunci jawaban
(2) menjawab dengan langkah yang lengkap
tetapi jawaban akhirnya salah
(1) menjawab dengan langkah yang tidak lengkap
tetapi jawaban akhirnya benar
(0) tidak menjawab
2 (3) menjawab pertanyaan dengan alasan benar
dan hasil akhir nilai Kp nya benar sesuai kunci
jawaban
(2) menjawab pertanyaan dengan alasan benar
dan hasil akhir nilai Kp nya salah
(1) menjawab pertanyaan dengan alasan salah
dan hasil akhir nilai Kp nya benar
(0) tidak menjawab
4 1 (3) menjawab pertanyaan dengan penjelasannya
benar sesuai kunci jawaban
(2) menjawab pertanyaan salah tetapi
penjelasannya benar atau sebaliknya
51
(1) menjawab pertanyaan dan penjelasan salah
(0) tidak menjawab
2 (3) menjawab pertanyaan dengan penjelasannya
benar sesuai kunci jawaban
(2) menjawab pertanyaan salah tetapi
penjelasannya benar atau sebaliknya
(1) menjawab pertanyaan dan penjelasan salah
(0) tidak menjawab
5 1 (3) menjawab pilihan dengan alasanya benar
sesuai kunci jawaban
(2) menjawab pilihan salah tetapi alasanya benar
atau sebaliknya
(1) menjawab pilihan dan alasan dengan salah
(0) tidak menjawab
2. Data Hasil Angket
Analisis data hasil angket ini untuk mengukur Usaha Mental siswa. Skala
penilaian dimulai dari 1-4 berdasarkan tingkat kompleksitas jawaban siswa.
Jika semakin rendah usaha mental siswa maka semakin rendah pula skor yang
diperoleh siswa.
a. Memberi skor terhadap jawaban angket menurut penilaian yang telah
dibuat menggunakan skala likert (1-4). Hal ini untuk mengetahui skor
Usaha Mental pada Extraneous Cognitive Load dan mengkonsersinya ke
skala nilai 100
Nilai siswa =
x 100
Berikut rubrik penskoran untuk angket dengan skala likert:
52
Tabel 3.8 Rubrik Penskoran Lembar Angket dengan Skala Likert
Skor Kategori
Positif Negatif
4 1 Sangat Setuju
3 2 Setuju
2 3 Tidak Setuju
1 4 Sangat Tidak Setuju
3. Data Hasil Soal Tes
Analisis data hasil soal tes dalam bentuk pilihan ganda dalam penelitian
ini untuk mengukur Hasil Belajar siswa.
a. Memberi skor terhadap jawaban pilihan ganda berdasarkan penilaian yang
telah dibuat yaitu skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0 untuk jawaban
salah. Hal ini untuk mengetahui skor Hasil Belajar siswa pada Germane
Cognitive Load.
b. Memberi nilai setiap siswa dengan skala 100
Nilai siswa =
x 100
Dari ketiga komponen Beban kognitif, setelah didapatkan nilai dari masing-
masing siswa yang sudah dikonversi ke skala 100 selanjutnya dilakukan tahap
sebagai berikut:
1. Mengukur nilai rata-rata dari ketiga instrumen yaitu rata-rata nilai LKS,
Angket, dan soal pilihan ganda untuk menentukan kemampuan menerima dan
mengolah informasi siswa, usaha mental siswa dan hasil belajar siswa, dengan
perhitungan sebagai berikut:
2. Mengkategorisasikan nilai rata-rata berdasarkan kategorisasi menurut Sya‟ban
(2005) sebagai berikut:
Rata-rata = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
53
Tabel 3.9 Tingkat Kategorisasi nilai skor rata-rata siswa
Interval skor Kategori
Mi+ 1.5 SDi < Sangat baik
Mi ≤ x < Mi + 1.5 SDi Baik
Mi - 1.5 SDi ≤ x < Mi Cukup baik
< Mi - 1.5 SDi Kurang baik
Keterangan :
Mi = 0.5 (skor tertinggi + skor terendah)
SDi = 1/6 (skor tertinggi – skor terendah)
3. Mencari persentase rata-rata banyaknya siswa yang menjawab perskornya dari
indikator dan menginterprestasikan secara deskriptif, dengan perhitungan
sebagai berikut:
Skor =
x 100 %
74
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa beban kognitif
siswa muncul jika proses pembelajaran melebihi kapasitas memori kerja siswa.
Beban kognitif siswa pada pembelajaran kimia di pondok pesantren bergantung
pada tiga komponen yaitu : 1) Kemampuan menerima dan mengolah informasi
siswa dalam kategori baik yang menandakan rendahnya beban kognitif intrinsic
sehingga siswa tidak merasa terbebani dengan soal LKS. Semakin besar
kemampuan menerima dan mengolah informasi siswa, maka semakin kecil beban
kognitif intrinsic yang dialami siswa. 2) Usaha mental siswa dalam kategori baik
yang menandakan tingginya beban kognitif extraneous sehingga siswa merasa
terbebani dengan faktor diluar pembelajaran. Usaha mental yang dirasakan siswa
berhubungan dengan desain instruksional yang membuat semakin terbebani
dalam belajar. Semakin besar usaha mental siswa, maka semakin besar pula beban
kognitif germane yang dialami siswa. 3) Hasil belajar siswa dalam kategori cukup
yang menandakan cukup tingginya beban kognitif germane sehingga siswa
merasa terbebani atau kesulitan ketika mengerjakan soal. Kemampuan berfikir
dan pemahaman siswa berpengaruh pada hasil belajar, maka semakin kecil nilai
hasil belajar siswa semakin besar beban kognitif germane yang dialami siswa.
75
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat peneliti
berikan yaitu sebagai berikut:
1. Guru kimia hendaknya mengetahui kesulitan dan beban yang dirasakan
siswa pada proses pembelajaran kimia terlebih di pondok pesantren yang
lebih banyak pelajaran dan kegiatan di luar sekolah.
2. Guru kimia hendaknya dapat menurunkan beban kognitif siswa di pondok
pesantren agar siswa lebih mudah dalam proses pembelajaran kimia.
76
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Nana Herdiana. 2016. Character Education in Islamic Boarding
School Based SMA Amanah. Journal of education. 2(2).
Arifin. 2011. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
PT Rineka Cipta.
Athoillah, M. 2015. The Methods of Teaching And Learning Fiqh in Islamic
Boarding School, Islamic School and Public School. Jurnal Pendidikan Islam.
2(1).
Bannert, Maria. 2002. Managing cognitive load recent trends in cognitive load
theory. Learning and Instruction. 12.
Brunken, Roland., Seufert, Tina., & Paas, Fred. 2010. Measuring cognitive load.
Dalam Plass J.L, Moreno R, & Brunken, R. Cognitive load theory.
Cambridge: Cambridge University Press.
Bungin, M. Burhan. 2010. Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi,
dan Kebijakan Public serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Prenada media
group.
Chandler, Paul., Tindall-Ford, Sharon. 1997. Cognitive Load Theory and
Instructional Design. Cognitive Technology. 2 (1).
77
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti. Jakarta: Erlangga.
Fauzi, Akhmad., Suyatno, dan Raharjo. 2016. Implementasi Strategi Relating,
Experiencing, Applying, Cooperating, Transferring (React) Untuk
Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa Pada Materi Pokok Larutan
Penyangga Di Sekolah Berbasis Pesantren. Prosiding Seminar Nasional
Kimia dan Pembelajarannya, ISBN : 978-602-0951-12-6.
Franisal, Nur., dan Sri Wardani. 2014. Sukses Menghadapi Olimpiade Sains Kimia
Lanjutan. Jakarta: PT. Trisula Adisakti.
Giani, Zulkardi, & Cecil, Hitrimartin. 2015. Analisis Tingkat Kognitif Soal-Soal
Buku Teks Matematika Kelas VII Berdasarkan Taksonomi Bloom. Jurnal
Pendidikan Matematika. 9(2).
Gloria, Ria Yulia. 2014. Kajian Penilaian Aspek Non-Kognitif Siswa di Pesantren
As-Sunnahdalam Kegiatan Praktikum IPA Pokok Bahasan Sistem Pencernaan
pada Manusia. Jurnal PHENOMENON. 4(2).
Gunawan, Imam., & Palupi, Anggraini Retno. 2012. Taksonomi Bloom – Revisi
Ranah Kognitif: Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan
Penilaian. Jurnal Pendidikan Dasar dan Pembelajaran. 2(2).
Jong, Ton de. 2010. Cognitive Load Theory, Educational Research, And
Instructional Design: Some Food For Thought. Intructional Science. 38(2).
Kalyuga, Slava. 2011. Informing: A Cognitive Load Perspective. The International
Journal of an Emerging Transdiscipline. 14.
Kamaruddin. 2016. Penerapan Pembelajaran Statistika 2 Mengacu pada Teori Beban
Kognitif pada Mahasiswa Matematika Universitas Kaltara Tahun Ajaran
2015/2016. Seminar nasional matematika dan pendidikan matematika UNY.
ISBN. 978- 602- 73403- 1- 2.
78
Keenan, Charles W, Donald C. Kleinfelter, dan Jesse H. Wood. 1984. Ilmu Kimia
untuk Universitas. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.
Kuswana., & Sunaryo, Wowo. 2011. Taksonomi Berfikir. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Latif, Muhammad. 2016. Multicultural Education In Islamic Boarding School.
JICSA. 5(2).
Leppink, Jimmie. 2017. Cognitive Load Theory: Practical Implications and an
Important Challenge. Journal of Taibah University Medical Sciences. 12(5).
Lin, John. JR-Hung., Lin, Sunny S. J. 2013. Cognitive Load for Configuration
Comprehension in Computer-Supported Geometry Problem Solving: An Eye
Movement Perspective. International Journal of Science and Mathematics
Education. 12(3).
Mayasari, Novi. 2017. Beban Kognitif dalam Pembelajaran Persamaan Differensial
dengan Koefisien Linier di Ikip Pgri Bojonegoro Tahun Ajaran 2016/2017.
Jurnal Silogisme: Kajian Ilmu Matematika dan Pembelajarannya. 2(1).
Meissner, Barbara., Franz X. Bogner. 2013. Towards Cognitive Load Theory as
Guideline for Instructional Design in Science Education. World Journal of
Education. 3(2).
Merrienboer, Jeroen J.G. van., Sweller, John. 2005. Cognitive Load Theory and
Complex Learning: Recent Developments and Future Directions. Educational
Psychology Review. 17(2).
Moreno, Roxana., & Park, Babette. 2010. Cognitive Load Theory: Historical
Development and Relation to Other Theories. Dalam Plass J.L, Moreno R,
& Brunken, R. Cognitive load theory. Cambridge: Cambridge University
Press.
79
Mustari, Muhammad. 2010. Peran Pesantren dalam Pembangunan Pendidikan
Masyarakat Desa. Jakarta: MultiPress.
Nurjaman, Ilham. 2013. English Learning System in Islamic Boarding School.
Yayasan pendidikan Sahida. 28(3).
Nursit, Isbadar. 2015. Pembelajaran Matematika Menggunakan Metode Discovery
Berdasarkan Teori Beban Kognitif. Jurnal Pendidikan Matematika. 1(1).
(hlm. 44)
Paas, Fred., Tamara van Gog, and John Sweller. 2010. Cognitive Load Theory: New
Conceptualizations, Specifications, and Integrated Research Perspectives.
Educational Psychology Review. 2.
Partana, Crys Fajar., & Wiyarsi, Antuni. 2009. Mari Belajar Kimia untuk SMA-MA
Kelas XI IPA A. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2014. BAB I-3
ketentuan Umum tentang Satuan Pendidikan Muadalah pada Pondok
Pesantren Pasal 1, 4, 7, 10, 16, 20.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2007. BAB II
Pendidikan Agama Pasal 16 ayat 1 dan Pasal 18 ayat 1.
Pertiwi, Ni Luh Septiani Ari., Arini, Ni Wayan,. & Widiana, I Wayan. 2016.
Analisis Tes Formatif Bahasa Indonesia Kelas IV Ditinjau dari Taksonomi
Bloom Revisi. E-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha. 4(1).
Priyatna, Muhammad. 2017. Manajemen Pembelajaran Program Kulliyatul
Mu’allimin Al-Islamiyah (KMI) di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan
Baleendah Bandung. Jurnal Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam. 6(11).
80
Rahmat, Adi., & Hindriana, Fitri. 2014. Beban Kognitif Mahasiswa dalam
Pembelajaran Fungsi Terintegrasi Struktur Tumbuhan Berbasis Dimensi
Belajar. Jurnal Ilmu Pendidikan. 20(1).
Rahmat, Adi., Nuraeni, Eni., Soesilawaty, Soesy Asiah., dkk. 2015. Beban kognitif
dan kemampuan penalaran siswa SMA, MA, dan SMA berbasis pesantren
pada pembelajaran Biologi. Prosiding Semnas Sains & Enterpreneurship II.
ISBN:978-602-99975-1-4. (hlm. 243)
Rahmat, Adi., Soesilawaty, Soesy Asiah., Fachrunnisa, Rifka., dkk. 2014. Beban
Kognitif Siswa SMA pada Pembelajaran Biologi Interdisiplin Berbasis
Dimensi Belajar. Prosiding Mathematics and Sciences Forum. ISBN 978-
602-0960-00-5.
Reedy, Gabriel B. 2015. Using Cognitive Load Theory to Inform Simulation Design
and Practice. Clinical Simulation in Nursing. 11(8).
Rizal, Ahmad Syamsu. 2011. English Learning System in Islamic Boarding School.
Jurnal pendidikan agama islam-ta’lim. 9(2).
Rustam, A., Sari, E, D., & Yunita, L. 2018. Statistika dan Pengukuran Pendidikan .
Bogor: PT Ilham Sejahtera Persada.
Sastrohamidjojo, Hardjono. 2010. Kimia Dasar. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Sauri, Sopian. 2017. Profil Pondok Pesantren Al Mizan. http://www.al-mizan.sch.id.
(2 Agustus 2018)
Soebahar, Abd. Halim. 2013. Modernisasi Pesantren. Yogyakarta: LKiS Yogyakarta.
Soebahar, Abd. Halim. 2013. Modernisasi Pesantren. Yogyakarta: LKiS
Yogyakarta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
81
Sweller, John. 2010. Cognitive Load Theory: Recent Theoretical Advances. Dalam
Plass J.L, Moreno R, & Brunken, R. Cognitive load theory. Cambridge:
Cambridge University Press.
Sya‟ban, Ali. 2005. Teknik Analisis Data Penelitian: Aplikasi program SPSS dan
teknik menghitungnya. Jakarta: Pelatihan Metode Penelitian.
Tan, Charlene. 2011. Where Tradition and „Modern‟ Knowledge Meet: Exploring
Two Islamic Schools in Singapore and Britain. Intercultural Education. 22(1).
Tan, Charlene. 2015. Educative Tradition and Islamic School in Indonesia.
International Multidisciplinary Journal. 3(3).
Tejamukti, Aries. 2017. Analisis Beban Kognitif dalam Pemecahan Masalah
Matematika. Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Abdimas. ISBN:978-
602-50110-3-0.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep,
Landasanm dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Jakarta: Prenada Media Group.
Yohanes, Barep., Subanji dan Sisworo. 2016. Beban Kognitif Siswa Dalam
Pembelajaran Materi Geometri. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan
Pengembangan. 1(2).
Zarkasyi, Abdullah Syukri. 2005. Gontor & Pembaharuan Pendidikan Pesantren.
Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.