ANALISIS APLIKASI RULES OF ORIGIN UNTUK … Aplikasi Rules of... · didefinisikan dengan jelas...

38
1 ANALISIS APLIKASI RULES OF ORIGIN UNTUK MENINGKATKAN AKSES PASAR PRODUK GLOBAL VALUE CHAIN INDONESIA DI DUNIA Disusun Oleh : TIM PENULIS PUSAT Kebijakan KERJASAMA PERDAGANGAN INTERNASIONAL BADAN PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA 2014

Transcript of ANALISIS APLIKASI RULES OF ORIGIN UNTUK … Aplikasi Rules of... · didefinisikan dengan jelas...

Page 1: ANALISIS APLIKASI RULES OF ORIGIN UNTUK … Aplikasi Rules of... · didefinisikan dengan jelas produk atau komoditas ekspor yang berasal dari Indonesia. Adapun ... negara 2 akan berproduksi

1

ANALISIS APLIKASI RULES OF ORIGIN UNTUK MENINGKATKAN AKSES PASAR PRODUK GLOBAL VALUE CHAIN INDONESIA DI DUNIA

Disusun Oleh :

TIM PENULIS

PUSAT Kebijakan KERJASAMA PERDAGANGAN INTERNASIONAL

BADAN PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN

KEMENTERIAN PERDAGANGAN

JAKARTA

2014

Page 2: ANALISIS APLIKASI RULES OF ORIGIN UNTUK … Aplikasi Rules of... · didefinisikan dengan jelas produk atau komoditas ekspor yang berasal dari Indonesia. Adapun ... negara 2 akan berproduksi

2

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Undang-undang (UU) Perdagangan Nomor 7 Tahun 2014, yang disahkan pada tanggal 11

Maret 2014 merupakan salah satu tonggak sejarah penting bagi Kementerian Perdagangan.

Lahirnya UU No.7/2014 memberikan landasan hukum yang lebih baik bagi Kementerian

Perdagangan melakukan kegiatannya, terutama dalam meningkatkan kinerja perdagangan dan

stabilitas harga.

Namun sayangnya, salah satu permasalahan utama dalam UU No 7/2014 (Terlampir)

justru timbul ketika Kementerian Perdagangan berupaya untuk meningkatkan kinerja

perdagangan. Adapun salah satu permasalahan utama tersebut adalah belum diatur dan

didefinisikan dengan jelas produk atau komoditas ekspor yang berasal dari Indonesia. Adapun

konsep pendefinisian yang umumnya digunakan saat ini dan telah disepakati oleh anggota

World Trade Organization (WTO) dan World Custom Union (WCO) adalah menggunakan Surat

Keterangan Asal (SKA) atau Certificate of Origin (CoO).

SKA merupakan informasi yang diterbitkan oleh suatu negara untuk menjelaskan negara

asal barang, apakah produk ekspor berasal dari negara tersebut atau tidak. Adapun metode

yang digunakan untuk menentukan asal negara untuk produk tersebut adalah Rules of Origin

(RoO). Konsep RoO adalah nilai tambah yang menentukan berapa persen dari nilai produk yang

diproduksi oleh sebuah negara. Sebagai contoh kasus, jika suatu negara memiliki aturan RoO

40% untuk produk ekspor, hal ini berarti negara tersebut akan mengeluarkan SKA yang

Page 3: ANALISIS APLIKASI RULES OF ORIGIN UNTUK … Aplikasi Rules of... · didefinisikan dengan jelas produk atau komoditas ekspor yang berasal dari Indonesia. Adapun ... negara 2 akan berproduksi

3

memberikan keterangan bahwa produk A merupakan produk yang diproduksi negara tersebut

karena 40% dari nilai produksi yang berasal dari biaya produksi berasal dari kegiatan produksi

yang dilakukan dinegara tersebut.

Penerbitan SKA dari suatu negara akan memberikan kepastian hukum bagi pelaku usaha

bahwa negara bersangkutan akan berupaya maksimal untuk melindungi produk ekspor

tersebut. Adapun perlindungan yang dapat dilakukan antara lain kegiatan pembelaan dari

berbagai hambatan tarif dan non tarif, atau dari kegiatan lain yang menghambat akses pasar

produk tersebut yang mungkin terjadi akibat kebijakan anti dumping, safeguard, atau tuduhan

lainnya.

Permasalahan nilai RoO dan SKA akan semakin pelik jika mengikuti pola perdagangaan

saat ini. Sesuai perkembangan perdagangan saat ini, hampir seluruh produk konsumsi

diproduksi dibeberapa negara. Kegiatan ini dikenal dengan konsep Global Value Chain (GVC),

dimana perusahaan berskala internasional dapat menentukan pabrik dan tempat perakitan

produknya di berbagai belahan dunia yang memiliki biaya paling rendah dan memberikan

keuntungan terbesar.

Berdasarkan pemaparan diatas, sangat disayangkan saat ini UU No 7/2014 belum

memberikan batasan yang jelas mengenai penetapan RoO untuk produk ekspor Indonesia.

Ketiadaan batasan yang jelas tersebut akan mempersulit Indonesia dalam menyusun kebijakan

untuk melindungi produk ekspor nasional. Menyadari hal ini, perlu dilakukan kajian untuk

menyusun usulan RoO yang tepat untuk meningkatkan peran serta Indonesia dalam

perdagangan produk GVC sebagai upaya meningkatkan kinerja perdagangan.

1.2. Permasalahan

Page 4: ANALISIS APLIKASI RULES OF ORIGIN UNTUK … Aplikasi Rules of... · didefinisikan dengan jelas produk atau komoditas ekspor yang berasal dari Indonesia. Adapun ... negara 2 akan berproduksi

4

Adapun permasalahan dalam kajian ini adalah :

a. Bagaimanakah tingkat integrasi dan keterkaitan perdagangan antara produk Indonesia

dengan negara lain?

b. Bagaiamanakah usulan RoO yang tepat dan dapat diterima untuk komoditas ekspor

nasional?

1.3. Tujuan

Adapun tujuan dari kajian ini adalah :

a. Menganalisis tingkat integrasi dan keterkaitan perdagangan antara produk Indonesia

dengan negara lain

b. Mengusulkan usulan RoO yang tepat dan dapat diterima untuk komoditas ekspor

nasional.

1.4. Data dan Metodologi

Data yang digunakan dalam kajian ini adalah data primer yang diperoleh dari kegiatan

survey turun lapang ke dalam negeri (Palembang, Padang, Banjarmasin, dan Bandung), dan luar

negeri (Korea Selatan dan Filipina), serta data sekunder berupa data perdagangan yang

diperoleh dari United Nation Commerce and Trade (Comtrade) dan data industri besar dan

sedang yang diperoleh dari Biro Pusat Statistik.

Adapun metode yang digunakan dalam kajian ini terdiri dari analisis tabulasi dan

pembobotan untuk mengetahui pandangan responden dalam negeri mengenai RoO yang biasa

digunakan. Selain itu juga digunakan metode deskriptif berdasarkan hasil kegiatan turun lapang

luar negeri.

Page 5: ANALISIS APLIKASI RULES OF ORIGIN UNTUK … Aplikasi Rules of... · didefinisikan dengan jelas produk atau komoditas ekspor yang berasal dari Indonesia. Adapun ... negara 2 akan berproduksi

5

Selanjutnya data sekunder ekspor-impor yang diperoleh dari Comtrade akan dianalisis

dengan Indeks Intra-Industry Trade (IIT). Nilai Integrasi yang tinggi menunjukkan kedekatan

perdagangan di antara negara-negara di kawasan tersebut. IIT indeks yang umum digunakan

adalah Grubel-Lloyd Index dengan rumus:

( )( ) ( ) 1001atau 100 x

MXMX

x MX

MXMXIIT

∑∑

∑∑ ∑

+

−−

+

−−+=

dimana:

X = ekspor

M = impor

Nilai IIT digunakan untuk menganalisis tingkat integrasi dan keterkaitan perdagangan

antara produk Indonesia dengan negara lain. Integrasi yang tinggi menunjukkan keterkaitan

yang erat di antara negara-negara tersebut. Nilai IIT yang tinggi menunjukkan adanya

keterkaitan yang bersifat dua arah (two-way trade) dimana Indonesia melakukan ekspor dan

impor produk industri tertentu. Sementara itu, nilai IIT yang cenderung semakin menurun

menunjukkan keterkaitan perdagangan yang ada cenderung bersifat satu arah dan Indonesia

cenderung lebih menjadi importir (Lubis et.al., 2011).

1.5. Ruang Lingkup

Adapun ruang lingkup dalam kajian ini terdiri dari :

a. Data yang dianalisis dalam kajian ini terdiri dari data dalam pengelompokan ISIC Rev 3

yang sesuai dengan pembagian kelompok industri.

Page 6: ANALISIS APLIKASI RULES OF ORIGIN UNTUK … Aplikasi Rules of... · didefinisikan dengan jelas produk atau komoditas ekspor yang berasal dari Indonesia. Adapun ... negara 2 akan berproduksi

6

b. Rujukan dalam kajian ini khususnya dalam pemanfaatan SKA didasarkan pada data

Harmonized System (HS) 10 Digit, dimana data ini digunakan karena hanya data dalam

kelompok tersebut yang tersedia.

c. Pemilihan usulan RoO dalam kajian ini dibatasi pada penggunaan kriteria nilai tambah

atau value added methode, salah satu dari beberapa metode penentuan RoO.

d. Penentuan produk GVC ditentukan dari kelompok industri yang memiliki nilai Intra

Industry Trade (IIT) antara 0 sampai 1. Jika nilai IIT antara -1 sampai 0, produk tersebut

didefinisikan sebagai produk ekspor yang tidak kompepetif dan memiliki GVC rendah.

e. Lokasi survey dalam negeri ke Sumatera Selatan, sedangkan luar negeri ke Filipina,

Korea Selatan dan Singapura.

Page 7: ANALISIS APLIKASI RULES OF ORIGIN UNTUK … Aplikasi Rules of... · didefinisikan dengan jelas produk atau komoditas ekspor yang berasal dari Indonesia. Adapun ... negara 2 akan berproduksi

7

II. TINJAUAN LITERATUR

Kerjasama perdagangan bilateral seperti Free Trade Area (FTA) maupun multilateral

seperti World Trade Organization (WTO) mengisyaratkan agar seluruh mitra/anggotanya dapat

menghilangkan hambatan-hambatan perdagangan, baik dalam bentuk tarif maupun non-tarif.

Secara teoritis, hambatan-hambatan perdagangan tersebut dipercaya dapat menyebabkan

inefisiensi ekonomi secara keseluruhan.

2.1. Kebijakan Tarif

Tarif pada dasarnya merupakan pembebanan pajak atau custom duties terhadap

barang-barang yang melewati batas suatu negara. Dilihat dari aspek asal komoditi, terdapat dua

macam tarif yaitu (Salvatore,1997) :

a. Tarif impor, merupakan pajak yang dikenakan untuk setiap komoditi yang diimpor dari

negara lain,

b. Tarif ekspor, adalah pajak untuk suatu komoditi yang diekspor.

Teori keseimbangan umum dapat menjelaskan dampak pemberlakuan tarif terhadap

tingkat produksi, konsumsi, perdagangan, dan kesejahteraan di sebuah negara kecil yang

hubungan dagang atau kekuatan ekonominya terbatas. Dengan asumsi tidak mampu

mempengaruhi harga yang berlaku di pasaran internasional, ketika sebuah negara kecil

memberlakukan tarif terhadap barang-barang impornya, yang berubah hanyalah harga barang

Page 8: ANALISIS APLIKASI RULES OF ORIGIN UNTUK … Aplikasi Rules of... · didefinisikan dengan jelas produk atau komoditas ekspor yang berasal dari Indonesia. Adapun ... negara 2 akan berproduksi

8

tersebut di pasar domestiknya sendiri, sehingga pihak yang harus menghadapi segala implikasi

kenaikan harga itu adalah konsumen dan produsen di negara kecil yang bersangkutan.

Secara teoritis, dampak keseimbangan umum yang dihasilkan dari pemberlakuan tarif di

sebuah negara kecil, misalnya Indonesia, dapat dijelaskan melalui Gambar 2.1. Dalam gambar

diasumsikan terdapat dua komoditi yang diperdagangkan (komoditi X dan Y) dan dua negara

yang melakukan perdagangan (pertukaran komoditi), yaitu negara kecil (disebut negara 2) yang

menetapkan harga domestiknya dengan PF dan negara lainnya (negara dunia/world) dengan

harga Pw. Sehingga pada gambar tersebut terlihat bahwa di pasar dunia berlaku Px/Py = 1,

negara 2 akan berproduksi di titik B dan berkonsumsi di titik E.

Namun ketika pemerintah negara 2 mengenakan tarif ad valorem (sekian persen dari

nilai impor harus dibayarkan pengimpor ke kas negara sebagai pajak) sebesar 100% terhadap

komoditi X, harga komoditi tersebut bagi para konsumen dan produsen domestik langsung

melonjak menjadi Px/Py = 2, sehingga para produsen domestik di negara 2 akan terdorong untuk

berproduksi di titik F. Itu berarti negara 2 akan mengekspor 30Y, dan mengimpor 30X; separuh

diantaranya, yakni GH atau 15X, akan langsung terarah ke konsumen domestik, sedangkan

selebihnya, yakni HH’ yang juga bernilai 15X, akan menjelma sebagai pendapatan pajak bagi

pemerintah yang bersumber dari pengenaan tariff ad valorem 100% terhadap komoditi X yang

diimpor.

Karena disumsikan bahwa pemerintah negara 2 menggunakan kebijakan tarif tersebut

dalam rangka meredistribusikan pendapatan yang diperolehnya bagi warganya (agar beban

pajak mereka tidak terlalu besar), maka tingkat konsumsi setelah tarif dikenakan akan bergeser

ke kurva indiferen II’, tepatnya di titik H’ (titik berpotongan antara dua garis putus-putus). Itu

Page 9: ANALISIS APLIKASI RULES OF ORIGIN UNTUK … Aplikasi Rules of... · didefinisikan dengan jelas produk atau komoditas ekspor yang berasal dari Indonesia. Adapun ... negara 2 akan berproduksi

9

berarti, tingkat konsumsi dan kesejahteraan (titik E) dalam perdagangan bebas lebih tinggi

ketimbang tingkat konsumsi dan kesejahteraan (titik H’) yang ada setelah tarif tersebut

diberlakukan.

Gambar 2.1. Dampak-Dampak Keseimbangan Umum dari Pemberlakuan

Tarif di Sebuah Negara Kecil. Sumber: Salvatore (1997)

Dari Gambar 2.1 dapat disimpulkan bahwa dengan adanya tarif, tingkat kesejahteraan

negara yang bersangkutan (negara 2) menjadi lebih rendah dibandingkan dengan kondisinya di

masa perdagangan bebas (tanpa tarif). Hal ini terlihat dari bergesernya konsumsi dari titik E ke

titik H’ yang terletak pada kurva indiferen yang lebih rendah daripada sebelumnya.

Penurunan kesejahteraan tersebut bersumber dari dua sebab yaitu: (1) Perekonomian

tidak lagi berproduksi pada titik yang memaksimumkan nilai pendapatan dan harga dunia; dan

(2) Konsumen tidak dapat lagi berkonsumsi pada kurva indiferen tertinggi yang

memaksimumkan kesejahteraan. Keduanya diakibatkan oleh kenyataan bahwa konsumen dan

produsen domestik menghadapi harga yang berbeda dengan harga dunia. Penurunan

kesejahteraan terjadi karena kegiatan produksi yang tidak efisien. Penurunan kesejahteraan

140 -

120 -

85 -

60 - 55 -

40 -

I

I

I

I

I

Komoditi X

Komoditi Y

0

A

F

B

H’

E

II

III

PF = 2 PW = 1

G H

Page 10: ANALISIS APLIKASI RULES OF ORIGIN UNTUK … Aplikasi Rules of... · didefinisikan dengan jelas produk atau komoditas ekspor yang berasal dari Indonesia. Adapun ... negara 2 akan berproduksi

10

sebagai akibat dari konsumsi yang tidak efisien juga merupakan padanan dari kerugian akibat

konsumsi.

Selain penurunan kesejahteraan, volume perdagangan di negara kecil (negara 2) pun

mengalami kemerosotan dengan adanya tarif. Volume serta nilai-nilai ekspor dan impor sama-

sama turun segera setelah dilaksanakannya pengenaan tarif itu dibandingkan dengan

sebelumnya ketika perdagangan masih berlangsung secara bebas.

Dari penjelasan tersebut, maka semakin tinggi tarif yang dikenakan, akan semakin besar

kerugian yang timbul. Pengenaan tarif yang terlalu besar akan mendorong perekonomian yang

bersangkutan menuju kondisi autarki (semua komoditi dibuat sendiri, dan perdagangan

internasional lenyap). Tarif impor yang mematikan perdagangan internasional ini biasa disebut

dengan tarif prohibitif (prohibitive tariff). Tarif yang terlalu tinggi akan memaksa suatu

perekonomian terus-menerus berproduksi dan berkonsumsi di titik A, dan jelas merugikan

negara itu sendiri.

2.2. Hambatan Perdagangan Bukan Tarif (non-tariff barrier)

Hambatan perdagangan bukan tarif (non-tariff barrier) merupakan bentuk proteksi

perdagangan yang lebih kompleks dibandingkan dengan hambatan tarif. Praktek perdagangan

yang terjadi pada saat ini, masing-masing negara melakukan intervensi dalam perdagangan

internasional dengan menggunakan instrumen kebijakan lainnya yang lebih kompleks, yaitu

kebijakan yang menyembunyikan motif proteksi.

Secara teoritis, salah satu bentuk hambatan impor bukan tarif adalah kuota. Kuota

adalah pembatasan secara langsung jumlah fisik terhadap barang yang masuk (kuota impor)

dan keluar (kuota ekspor). Pemberlakuan kuota impor memberikan dampak-dampak terhadap

Page 11: ANALISIS APLIKASI RULES OF ORIGIN UNTUK … Aplikasi Rules of... · didefinisikan dengan jelas produk atau komoditas ekspor yang berasal dari Indonesia. Adapun ... negara 2 akan berproduksi

11

konsumsi dan produksi seperti yang ditimbulkan oleh penerapan tarif impor yang setara.

Penyesuaian terhadap setiap pergeseran dalam kurva permintaan atau kurva penawaran

sehubungan dengan adanya kuota impor akan terjadi pada harga-harga domestik. Sedangkan

jika yang diberlakukan adalah tarif impor, maka penyesuaian tersebut akan terjadi pada

kuantitas impor. Secara umum, kuota impor itu lebih menghambat daripada tarif impor yang

setara.

Hambatan kuota sering dimanfaatkan untuk memperbaiki neraca pembayaran yang

defisit dan akan meningkatkan harga produk. Pada dasarnya proteksi terhadap perdagangan

tersebut akan menguntungkan bagi produsen namun merugikan bagi konsumen. Pada akhirnya

hal ini akan merugikan perekonomian secara keseluruhan (Salvatore 1997).

Pembatasan impor (kuota) dengan menerapkan kebijakan-kebijakan perdagangan akan

mempengaruhi kesejahteraan. Dampak kuota dalam analisis keseimbangan parsial dapat

dijelaskan dengan mengilustrasikan supply dan demand suatu negara seperti terlihat dalam

Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Dampak Pembatasan Impor (Kuota) terhadap Kesejahteraan Sumber: Salvatore (1997)

PM

Kuantitas

PW

QS0

A B C D

S

D

QS1 QD1 QD0

Harga

Page 12: ANALISIS APLIKASI RULES OF ORIGIN UNTUK … Aplikasi Rules of... · didefinisikan dengan jelas produk atau komoditas ekspor yang berasal dari Indonesia. Adapun ... negara 2 akan berproduksi

12

Dari Gambar 2.2, apabila terjadi perdagangan bebas maka barang yang diimpor akan

berada pada harga dunia yaitu Pw. Negara akan mengkonsumsi sebesar QD0 dan produksi

sebesar QS0. Jumlah yang akan diimpor dari negara lain sebesar QD0-QS0. Ketika ada proteksi

impor, maka harga akan meningkat menjadi PM. Sebagai akibatnya, negara tersebut akan

berproduksi sebesar QS1 dan jumlah impor akan berkurang menjadi QD1-QS1. Konsumen akan

dirugikan karena menanggung harga yang lebih mahal dan produsen diuntungkan dengan

peningkatan produksi dengan harga tinggi. Surplus konsumen akan berkurang sebesar area

A+B+C+D. Area A merupakan surplus konsumen yang ditransfer ke produsen. Area B dan D

adalah kehilangan kesejahteraan atau Dead Weight Loss (DWL) yang merupakan kerugian

perekonomian. Area C tidak merepresentasikan penerimaan pemerintah dari tarif karena

pembatasan impor bukan berasal dari kebijakan tarif melainkan kebijakan non tarif. Area ini

secara teoritis diukur sebagai quota rent. Jika tidak ada peningkatan penerimaan pemerintah

yang berasal dari quota rent ini maka quota rent akan didapat oleh produsen negara lain.

Sehingga C direpresentasikan sebagai net welfare loss to economy. Penerimaan pemerintah

hanya dapat meningkat melalui penjualan lisensi kuota. Dengan menggunakan θ yang

mencerminkan share dari quota rent maka total net welfare loss dari pembatasan impor

sebesar B+D+(1- θ)C.

Berbagai macam restriksi atau hambatan non tarif itu telah menggantikan peranan tarif

di masa sebelumnya yang merupakan ancaman bagi kelangsungan dan perkembangan

perdagangan internasional yang bebas. Saat ini terdapat indikasi terjadinya perubahan dalam

kebijakan perdagangan dunia. Salah satu alasan negara tidak memilih tarif sebagai instrumen

Page 13: ANALISIS APLIKASI RULES OF ORIGIN UNTUK … Aplikasi Rules of... · didefinisikan dengan jelas produk atau komoditas ekspor yang berasal dari Indonesia. Adapun ... negara 2 akan berproduksi

13

kebijakan yaitu adanya kerjasama bilateral dan regional yang membatasi penggunaan kebijakan

perdagangan tradisional seperti tarif. Pada akhirnya negara lebih meningkatan pemberlakuan

kebijakan non tariff (Non Tariff Measures). Berbagai negara menggunakan alasan tertentu

seperti perlindungan kesehatan dan lingkungan untuk melegitimasi proteksi, sehingga isu

perdagangan yang semula menurunkan hambatan tarif bergeser ke arah Non Tarif Mesures

(NTMs).

Walaupun NTMs merupakan kebijakan yang memiliki efek membatasi perdagangan,

namun kebijakan ini dapat diterapkan tanpa melanggar hukum perdagangan internasional.

NTM didefinisikan sebagai langkah-langkah kebijakan selain tarif yang secara potensial memiliki

dampak ekonomi pada perdagangan barang internasional, mengubah kuantitas perdagangan,

atau harga, atau keduanya (UNCTAD 2013). Pemberlakuan NTMs diperbolehkan dalam

ketentuan WTO dengan alasan-alasan tertentu seperti ketahanan pangan, perlindungan

kesehatan dan lingkungan untuk melegitimasi proteksi. NTMs mencakup berbagai macam

kebijakan yang terkait sanitary and phytosanitary measures (SPS), technical barrier to trade

(TBT), quotas, import and export licences, export restrictions, customs surcharges, and anti-

dumping and safeguard measure.

2.3. Surat Keterangan Asal

Surat keterangan asal adalah suatu dokumen yang berdasarkan kesepakatan dalam

perjanjian bilateral, regional dan multilateral serta ketentuan sepihak dari suatu negara

tertentu wajib disertakan pada waktu barang ekspor Indonesia akan memasuki wilayah negara

tertentu yang membuktikan bahwa barang tersebut berasal, dihasilkan dan atau diolah di

Indonesia (Direktorat Fasilitasi, 2013).

Page 14: ANALISIS APLIKASI RULES OF ORIGIN UNTUK … Aplikasi Rules of... · didefinisikan dengan jelas produk atau komoditas ekspor yang berasal dari Indonesia. Adapun ... negara 2 akan berproduksi

14

Berdasarkan pengertian diatas, jelas bahwa Surat Keterangan Asal (SKA) adalah

dokumen yang disertakan pada saat ekspor barang ke suatu negara tertentu yang mana negara

penerima barang tersebut sudah menyepakati suatu perjanjian untuk memberikan suatu

kemudahan bagi barang dari Indonesia untuk memasuki negara lain, seperti contoh

kemudahan berupa keringanan tarif atau dengan kata lain fasilitas preferensi berupa

pembebasan sebagian atau seluruh bea masuk impor. Selain itu SKA juga digunakan sebagai

dokumen yang menerangkan bahwa barang eksport tersebut benar-benar berasal, dihasilkan

atau diolah di Indonesia (Direktorat Fasilitasi, 2013).

Beberapa istilah yang perlu dipahami mengenai SKA:

a. SKA Preferensi : adalah suatu fasilitas preferensi yang diberikan oleh negra atau

kelompok negara tertentu bagi produk-produk yang memenuhi syarat berasal dari suatu

negara dalam bentuk penurunan atau pembebasan tarif bea masuk. Yang tergolong

dalam jenis SKA preferensi ini adalah Form A, Form D, Form E, Form AK, Form IJEPA,

Form Handicraft Products dan Form ICC.

b. SKA Non Preferensi : adalah jenis dokumen SKA yang berfungsi sebagai dokumen

pengawasan dan atau dokumen penyerta asal barang yang diikutsertakan pada barang

ekspor untuk dapat memasuki negara atau kelompok negara lain tanpa mendapat

fasilitas penurunan atau pembebasan bea masuk negara tujuan. Yang tergolong dalam

jenis SKA Non Preferensi adalah: Form B, Form Coffee (ICO), Form K Form Textile

Product (TP) dll.

c. Formulir SKA (Form SKA) : adalah formulir yang telah baku yang berisi daftar isian SKA

yang telah ditetapkan baik dalam bentuk, ukuran kertas, warna kertas dan ketentuan

Page 15: ANALISIS APLIKASI RULES OF ORIGIN UNTUK … Aplikasi Rules of... · didefinisikan dengan jelas produk atau komoditas ekspor yang berasal dari Indonesia. Adapun ... negara 2 akan berproduksi

15

lainnya yang telah ditetapkan dalam perjanjian dengan negara atau kelompok negara

lain. Biasanya formulir ini telah dicetak dan tersedia disetiap Instansi Penerbit SKA.

d. Instansi Penertbit Surat Keterangan Asal (IPSKA) : adalah lembaga atau Instansi yang

bewenang untuk menerbitkan SKA yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal

Perdagangan Luar Negeri.

e. Ketentuan Asal Barang : adalah suatu ketentuan administrasi yang diterapkan oleh suatu

negara untuk menentukan bahwa produk yang diekspor benar-benar dari negara

asalnya atau negara tertentu. Cara perolehan produknya bisa berupa seluruhnya berasal

dari negara pengekspor (wholly obtained goods) dan atau produk telah mengalami

perubahan bentuk yang mendasar (substantial transformation)

f. Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) : adalah dokumen pabean yang digunakan untuk

memberitahukan adanya kegiatan ekspor barang ke negara tertentu atau dengan kata

lain dokumen yang digunakan untuk pencatatan kegiatan ekspor barang.

g. Bill of Ladding (B/L) : adalah bukti tanda terima barang dan atau pemilikan barang dan

sebagai bukti adanya perjanjian pengangkutan barang yang dikeluarkan oleh maskapai

pelayaran (B/L) atau penerbangan AWB).

h. Invoice :adalah dokumen yang dibuat oleh eksportir mengenai jenis, spesifikasi barang,

jumlah dan harga barang yang diekspor.

i. Sales Contract (kontrak jual beli) : adalah bukti kesepakatan eksportir dan importir

mengenai perjanjian jual beli dan syarat yang telah disepakati yang mengikat keduanya.

(Direktorat Fasilitasi, 2013).

Adapun manfaat SKA dalam kegiatan ekspor dan impor adalah :

Page 16: ANALISIS APLIKASI RULES OF ORIGIN UNTUK … Aplikasi Rules of... · didefinisikan dengan jelas produk atau komoditas ekspor yang berasal dari Indonesia. Adapun ... negara 2 akan berproduksi

16

a. Untuk mendapatkan preferensi berupa penurunan atau pembebasan tarif bea masuk ke

suatu atau kelompok negara.

b. Sebagai dokumen atau tiket masuk komoditi ekspor Indonesia ke negara tujuan ekspor.

c. Untuk menetapkan negara asal barang (country of origin) suatu barang ekspor.

d. Untuk memenuhi persyaratan pencairan Letter of Credit (L/C) terhadap pembiayaan

ekspor yang menggunakan L/C.

e. Pelacakan tuduhan dumping

f. Untuk keperluan data statistik (Direktorat Fasilitasi, 2013).

Page 17: ANALISIS APLIKASI RULES OF ORIGIN UNTUK … Aplikasi Rules of... · didefinisikan dengan jelas produk atau komoditas ekspor yang berasal dari Indonesia. Adapun ... negara 2 akan berproduksi

17

III. APLIKASI RULES OF ORIGIN DALAM PERDAGANGAN GLOBAL VALUE CHAIN

Aplikasi pelaksanaan RoO akan membahas mengenai metode penentuan dengan

menekankan pada metode nilai tambah, dan bagaimana aplikasi pelaksanaan kebijakan

tersebut terhadap produk perdagangan bernilai tambah tinggi. Pembahasan tersebut akan

dibedakan dalam dua bagian, bagian pertama membahas mengenai metode RoO dan bagian

kedua rujukan aplikasi GVC di dunia.

3.1. Metode RoO

Sebelum memahami metode penentuan RoO, akan dibahas mengenai bagaimana

penentuan RoO dalam negosiasi perdagangan. Sebagaimana terlihat dalam Gambar 3.1., pada

intinya RoO adalah penentuan klasifikasi apakah produk yang masuk ke Indonesia diproduksi

oleh negara mana, dan apakah produk tersebut dapat memperoleh kemudahan akses pasar

atau tidak.

Gambar 3.1. Struktur Perjanjian RoO (Japan Customs, 2014)

Page 18: ANALISIS APLIKASI RULES OF ORIGIN UNTUK … Aplikasi Rules of... · didefinisikan dengan jelas produk atau komoditas ekspor yang berasal dari Indonesia. Adapun ... negara 2 akan berproduksi

18

Berdasarkan Gambar 3.1. tersebut, terlihat bahwa negosiasi RoO membahas mengenai

asal barang (origin criteria), metode penentuan asal barang (consigment criteria), dan prosedur

(prosedural provision). Selanjutnya penentuan asal barang dapat ditentukan dengan

menggunakan klasifikasi wholly obtain (seluruhnya berasal dari satu negara), originating

materials (berdasarkan asal bahan baku), dan transformation criteria (proses pengolahan

barang).

Selanjutnya, sesuai dengan Gambar 3.1., RoO berdasarkan proses pengolahan dapat

dikelompokkan dalam kriteria product specific rules dan exceptional. Adapun kriteria product

specific rules yaitu change in tariff classification, value added criterion, dan processing

operation criterion. Adapun perubahan dalam change in tariff classification didasarkan pada

perbedaan kriteria produk berdasarkan klasifikasi barang, sedangkan value added criterion

didasarkan kepada persentase nilai tambah melalui proses pengolahan barang, dan specific

manufacturing yang merupakan kriteria khusus sesuai kesepakatan. Selain itu masih terdapat

penentuan kriteria lain berupa exceptional to the substantial transformation criterion, yang

terlepas dari ketiga pengelompokan product specific rules (Japan Customs, 2014).

3.2. Metode Product Specific Rule dengan Menggunakan Nilai Tambah

Metode penentuan nilai tambah merupakan salah satu kunci penting dalam penentuan

RoO khususnya dalam produk GVC. Menyadari produk GVC berasal dari bahan baku dan

setengah jadi yang akan diproses dalam negara tertentu, maka negara dengan nilai tambah

yang paling besar merupakan pemiliki produk tersebut. Adapun metode perhitungan nilai

tambah dapat dilihat selengkapnya dalam Gambar 3.2.

Page 19: ANALISIS APLIKASI RULES OF ORIGIN UNTUK … Aplikasi Rules of... · didefinisikan dengan jelas produk atau komoditas ekspor yang berasal dari Indonesia. Adapun ... negara 2 akan berproduksi

19

Gambar 3.2. Struktur Penentuan Nilai Tambah (Direktorat Fasilitasi Ekspor dan Impor, 2013)

Berdasarkan Gambar 3.2., terlihat bahwa proses penentuan nilai tambah dapat dihitung

dengan menggunakan dua metode yaitu berdasarkan perbandingan nilai Free on Board dengan

Value of Non Originating (bahan baku atau setengah jadi yang diimpor) dan menggunakan rasio

value of originating (bahan baku atau setengah jadi yang berasal dari lokal) dengan nilai jual

barang, free on board (Direktorat Fasilitasi Ekspor dan Impor, 2013). Kedua metode tersebut

umum digunakan, dan akan memberikan hasil perhitungan yang sama. Namun dalam kajian ini,

untuk data Indonesia lebih banyak menggunakan metode kedua karena sumber datanya lebih

mudah didapat dan lebih akurat.

3.3. Aplikasi Produk Specific Rule RoO Untuk Produk GVC

Perdagangan dengan pola GVC menjadi sangat dominan saat ini, dimana pola ini

mengatasi berbagai perbedaan tingkat pendapatan, tehnologi, dan tidak membedakan negara

berkembang dari negara maju. Adapun pola GVC pada intinya adalah pelaksanaan proses

Page 20: ANALISIS APLIKASI RULES OF ORIGIN UNTUK … Aplikasi Rules of... · didefinisikan dengan jelas produk atau komoditas ekspor yang berasal dari Indonesia. Adapun ... negara 2 akan berproduksi

20

produksi yang terbagi dibeberapa negara dengan berdasarkan pada biaya produksi dan

transportasi paling kompetitif (IDE-JETRO and World Trade Organization, 2011). Sebagai

ilustrasi dalam analisis tersebut dicontohkan untuk membangun sebuah pesawat Boing yang

dirakit di Amerika Serikat diperlukan berbagai komponen dari berbagai negara sebagaimana

terlihat dalam Gambar 3.3.

Gambar 3.3. Ilustrasi Global Value Chain dalam Industri Pesawat Terbang

(IDE-JETRO and World Trade Organization, 2011)

Gambar 3.3. di atas memperlihatkan dalam perakitan pesawat, Boeing membutuhkan

berbagai komponen produksi Amerika Serikat, Italia, Inggris Raya, Jepang, dan Perancis.

Page 21: ANALISIS APLIKASI RULES OF ORIGIN UNTUK … Aplikasi Rules of... · didefinisikan dengan jelas produk atau komoditas ekspor yang berasal dari Indonesia. Adapun ... negara 2 akan berproduksi

21

Meskipun komponen didatangkan dari berbagai sumber, namun perakit akhirnya dilakukan di

pabrik Boeing, Amerika Serikat (IDE-JETRO and World Trade Organization, 2011). Berdasarkan

ketentuan ini, jika menggunakan RoO berdasarkan kriteria PSR dengan ketentuan Change in

Tarif Classification maupun specific manufacturing, dapat dipastikan berdasarkan kriteria

tersebut pesawat Boeing merupakan produksi Amerika Serikat.

Namun ketentuan di atas belum tentu sama dengan perhitungan berdasarkan nilai

tambah. Jika RoO didasarkan pada perhitungan nilai tambah, dapat diambil contoh kasus

sederhana untuk produk laptop berikut. Tabel 3.1. memberikan ilustrasi untuk sebuah laptop

kelas menengah dengan total biaya produksi sebesar USD 532,5 yang terdiri dari berbagai

kompenen yang didatangkan dari China, Jepang, Malaysia, Taiwan, dan dirakit di Indonesia.

Tabel 3.1. Harga dan Negara Asal Komponen Laptop

Bagian Komputer Produksi USDTouchpad power board Taiwan 25.0Monitor Taiwan 56.9CPU cooling fan Taiwan 13.0Harddisk Malaysia 53.1DVD faceplate Malaysia 11.7RAM Japan 30.0Labor Indonesia 48.4Motherboard China/Taiwan 190.0Baterai China 45.0Kabel baterai China 40.5cover China 19.0Total 532.5

Sumber : Kalkukasi, 2014

Berdasarkan contoh dalam Tabel 3.1., ternyata Indonesia hanya merupakan perakit

laptop tersebut, dimana partisipasi pengusaha dan industri Indonesia dalam perhitungan nilai

tambah hanya untuk pengadaan tenaga kerja. Selanjutnya pengusaha perakitan laptop di

Page 22: ANALISIS APLIKASI RULES OF ORIGIN UNTUK … Aplikasi Rules of... · didefinisikan dengan jelas produk atau komoditas ekspor yang berasal dari Indonesia. Adapun ... negara 2 akan berproduksi

22

Indonesia akan menggunakan komponen dari Taiwan berupa touchpad, monitor, CPU cooling

fan, komponen dari Malaysia berupa harddisk dan dvd faceplate, komponen dari Jepang berupa

RAM, dan komponen dari China berupa baterai, kabel baterai, dan cover.

Selanjutnya, pengusaha perakitan laptop di Indonesia dapat memilih untuk

menggunakan motherboard dengan harga dan mutu yang sama, produksi China atau Taiwan.

Berdasarkan data dalam Tabel 3.1., terlihat bahwa motherboard merupakan komponen bahan

baku laptop yang paling mahal. Perbedaan penggunaan motherboard produksi China maupun

Taiwan akan menyebabkan perbedaan nilai tambah sebagaimana terlihat dalam Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Perbedaan RoO Berdasarkan Nilai Tambah

Akumulasi Motherboard

China Taiwan

Indonesia 9% 9%

China 55% 20%

Japan 6% 6%

Malaysia 12% 12%

Taiwan 18% 53% Sumber : Kalkukasi, 2014

Data dalam Tabel 3.2. memperlihatkan jika pengusaha perakitan memilih untuk

menggunakan motherboard produk China, maka persentase komponen dari total biaya

produksi laptop atau mencapai 55%. Dengan persentase komponen yang berasal dari China

mencapai 55%, dalam metode RoO berdasarkan nilai tambah dinyatakan bahwa laptop

tersebut meskipun dirakit di Indonesia namun berasal dari China.

Namun, jika pengusaha perakitan di Indonesia memilih untuk menggunakan

motherboard yang berasal dari Taiwan, maka persentase biaya produksi untuk komponen yang

Page 23: ANALISIS APLIKASI RULES OF ORIGIN UNTUK … Aplikasi Rules of... · didefinisikan dengan jelas produk atau komoditas ekspor yang berasal dari Indonesia. Adapun ... negara 2 akan berproduksi

23

berasal dari Taiwan mencapai 53% dari total biaya produksi. Berdasarkan hal tersebut, jika

pengusaha perakitan di Indonesia memilih menggunakan motherboard Taiwan, maka

berdasarkan metode nilai tambah, laptop tersebut meskipun dirakit di Indonesia namun

merupakan produk Taiwan.

Aplikasi nilai tambah dalam penentuan RoO merupakan salah satu tantangan utama

Indonesia untuk dapat aktif dalam perdagangan produk GVC. Sebagaimana telah disadari, saat

ini ketentuan RoO dengan nilai tambah minimal 40% merupakan komitmen yang telah

disepakati dalam negosiasi ASEAN dengan negara mitra. Hal ini mengindikasikan bahwa

dinegara ASEAN, termasuk Indonesia, jika gagal mencapai nilai tambah 40% pasti akan tersisih

dari kegiatan perdagangan GVC ASEAN dan mitra.

Page 24: ANALISIS APLIKASI RULES OF ORIGIN UNTUK … Aplikasi Rules of... · didefinisikan dengan jelas produk atau komoditas ekspor yang berasal dari Indonesia. Adapun ... negara 2 akan berproduksi

24

IV. USULAN ROO UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI INDONESIA

DALAM PERDAGANGAN GVC

4.1. Keterkaitan Industri Nasional dengan Dunia

Tabel 4.1. memberikan informasi mengenai perdagangan produk berdasarkan klasifikasi

industri dengan menggunakan klasifikasi ISIC Rev 3. Berdasarkan klasifikasi tersebut, ternyata

Indonesia hanya memiliki sepuluh produk yang memiliki keterkaitan industri tinggi dengan

dunia dan mencapai surplus perdagangan di tahun 2013. Adapun kesepuluh produk tersebut

dari urutan tertinggi adalah ISIC Rev 3 dengan klasifikasi 272 untuk Manufacture of basic

precious energy, 11 untuk Growing of crops; market gardening, 323 untuk Manufacture of

television and radio, 251 untuk Manufacture of rubber products, 171 untuk Spinning, weaving

and finishing, 173 untuk Manufacture of knitted and crochete, 131 untuk Mining of iron ores,

293 untuk Manufacture of domestic appliances, 020 untuk Forestry, logging and related

services, serta 155 untuk Manufacture of beverages.

Berdasarkan data dalam Tabel 4.1., terlihat bahwa ikatan industri nasional dengan dunia

hanya sebatas pemasok bahan baku energi, pemasok produk pertanian dan perkebunan, teksil,

kehutanan dan produk minuman. Hasil dari Tabel 4.1. memperlihatkan industri nasional tidak

memiliki keterikatan yang kuat dengan dunia untuk produk bernilai tambah tinggi seperti

halnya 341 untuk manufacture of motor vehicles, atau 353 untuk manufacture of aircraft and

spacecraft. Hasil perhitungan indeks IIT dalam Tabel 4.1. mengindikasikan bahwa Indonesia

sudah berpartisipasi dalam perdagangan GVC, namun sayangnya lebih berperan sebagai

pemasok bahan baku atau produk konsumsi bernilai jual rendah.

Page 25: ANALISIS APLIKASI RULES OF ORIGIN UNTUK … Aplikasi Rules of... · didefinisikan dengan jelas produk atau komoditas ekspor yang berasal dari Indonesia. Adapun ... negara 2 akan berproduksi

25

Tabel 4.1. Keterkaitan Perdagangan Industri Nasional Dengan Dunia

2011 2012 2013 2011 2012 2013 2011 2012 2013 2011 2012 2013272 10,280 7,810 7,026 3,788 3,938 3,600 6,492 3,872 3,426 -0.90 0.72 0.71011 14,781 11,066 10,068 9,077 8,013 8,328 5,704 3,053 1,741 -2.28 0.87 0.91323 4,174 3,790 3,584 2,306 2,259 2,037 1,868 1,531 1,547 -0.21 0.76 0.74251 2,543 2,568 2,437 1,348 1,654 1,433 1,195 913 1,004 -0.19 0.77 0.76171 3,488 3,363 3,411 2,888 2,643 2,744 600 720 667 0.10 0.89 0.89173 1,727 1,685 1,588 1,308 1,344 1,411 419 341 177 -1.37 0.89 0.94131 343 251 427 406 203 307 (64) 48 119 0.47 0.94 0.74293 608 699 749 594 649 651 14 50 98 0.86 0.96 0.93020 137 118 151 89 104 110 48 13 40 -0.19 0.94 0.82155 154 129 145 82 103 119 71 27 26 -1.79 0.89 0.89

Ekspor Impor Surplus Perdagangan IIT (Satuan : Index)Kriteria

Sumber : Comtrade, diolah, 2014

Page 26: ANALISIS APLIKASI RULES OF ORIGIN UNTUK … Aplikasi Rules of... · didefinisikan dengan jelas produk atau komoditas ekspor yang berasal dari Indonesia. Adapun ... negara 2 akan berproduksi

26

Ketidakmampuan industri nasional berpastisipasi maksimal dalam perdagangan GVC

dunia saat ini sungguh sangat disayangkan. Sebagai upaya untuk menyusun usulan rekomendasi

dalam peningkatan perdagangan produk GVC, dapat dijadikan rujukan kebijakan yang dilakukan

oleh negara lain.

4.2. Benchmarking Pelaksanaan Kebijakan RoO di Negara Lain

Kegiatan benchmarking mengenai pemanfaatan RoO untuk meningkatkan perdagangan

khususnya produk bernilai tambah tinggi dilakukan ke negara Filipina, Korea Selatan dan

Singapura. Pemilihan ketiga negara tersebut dengan asumsi produk mereka relatif sesuai

dengan produk yang diperdagangkan oleh Indonesia.

4.2.1. Filipina

Kunjungan kerja ke Filipina dilakukan dengan mengunjungi tiga instansi yaitu Philippine

Chamber of Commerce and Industry, Maritime Industry Authority, dan Bureau of Customs

dengan hasil sebagai berikut.

A. Philippine Chamber of Commerce and Industry

1. Philippine Chamber of Commerce and Industry (PCCI) didirikan pada 19 April 1886, yang

dimulai dari sekelompok pengusaha Filipina yang berasal dari Spanyol mendirikan

Camara de Commercio de Filipinas. Selanjutnya, setelah kemerdekaan Filipina dari

penjajahan Spanyol, Camara de Commercio de Filipinas berganti nama menjadi

Chamber of Commerce of the Philippines (CCP) di tahun 1903, dan pada 1 Juli 1978

melalui berganti nama menjadi PCCI melalui instruksi Ferdinand E. Marcos nomor

780/1978.

Page 27: ANALISIS APLIKASI RULES OF ORIGIN UNTUK … Aplikasi Rules of... · didefinisikan dengan jelas produk atau komoditas ekspor yang berasal dari Indonesia. Adapun ... negara 2 akan berproduksi

27

2. Saat ini Presiden PCCI adalah Bapak Alfredo M. Yao, dengan salah satu program PCCI

adalah meningkatkan kinerja perekonomian Filipina, melalui peningkatan relasi bisnis,

perluasan dan perbesaran skala usaha, dan meningkatkan keikutsertaan pengusaha

dalam kegiatan PCCI.

3. Menanggapi pertanyaan mengenai rendahnya pemanfaatan SKA liberalisasi di Filipina,

Bapak Alfredo M. Yao menyampaikan bahwa pengusaha di Filipina belum banyak

memanfaatkan skema liberalisasi ekspor karena masih mengandalkan pasar dalam

negeri. Namun untuk kegiatan impor khususnya produk susu dan barang konsumsi

rumah tangga, hampir seluruhnya memanfaatkan skema FTA agar harga jual menjadi

lebih murah.

4. Lebih lanjut Bapak Alfredo M. Yao menyampaikan bahwa PCCI saat ini merupakan satu-

satunya institusi yang berwenang menerbitkan SKA di Filipina, dan berupaya untuk

meningkatkan minat pengusaha melakukan kegiatan ekspor menggunakan preferensi

FTA. Adapun kegiatan yang dilakukan PCCI antara lain pelatihan, bantuan melaksanakan

verifikasi, dan berbagi setiap informasi yang dibutuhkan pengusaha untuk memenuhi

syarat verifikasi SKA.

5. Melengkapi pendapat Bapak Alfredo M. Yao, Chairman PCCI Bapak Antonio L. Sayo,

menambahkan bahwa Filipina harus meningkatkan ekspor produk bernilai tambah

untuk menciptakan lapangan pekerjaan. Salah satu kebijakan yang perlu dilakukan

adalah industrialisasi bahan tambang, meniru kebijakan larangan ekspor mineral dan

bahan tambang (Minerba) Indonesia.

Page 28: ANALISIS APLIKASI RULES OF ORIGIN UNTUK … Aplikasi Rules of... · didefinisikan dengan jelas produk atau komoditas ekspor yang berasal dari Indonesia. Adapun ... negara 2 akan berproduksi

28

B. Maritime Industry Authority

1. Maritime Industry Authority (MARINA) dibentuk pada 1 Juni 1974 melalui Dekrit

Presiden No. 474/1974. Adapun tujuan pembentuan Marina untuk meningkatkan

integrasi kegiatan pengembangan, promosi dan kebijakan industri maritim di Filipina.

Saat ini, merujuk pada amandem EO No.125/1987, Marina merupakan bagian dari

Departement of Transportation and Communication.

2. Saat ini Marina membina berbagai pengembangan, promosi dan regulasi seluruh

perusahaan yang terlibat dalam logistik laut. Adapun kegiatan usaha yang menjadi

binaan marina adalah kegiatan desain, konstruksi, manufaktur, perbaikan, perawatan

kapal dan komponen kapal, pengelolaan jalur pelayaran, administrasi dan segala

sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan dipelabuhan.

3. Dalam kunjungan ke Marina, Ibu Gloria J. Victoria-Banas (Deputy Administrator for

Operations) beserta staf menyampaikan bahwa salah satu kendala kegiatan ekspor bagi

pengusaha Filipina adalah lamanya waktu tunggu (demorage) dan biaya lain, terutama

pelabuhan Manila. Hal ini menyebabkan harga barang ekspor Filipina menjadi relatif

mahal dan kehilangan daya saing dipasar internasional.

4. Sebagai upaya mengatasi kendala dalam poin 8 di atas, Marina bersama instansi

pemerintah lain di Filipina berupaya meningkatkan kegiatan angkutan antar pulau

menggunakan kapal ferry (kapal Ro-ro). Pemilihan penggunaan kapal ferry diharapkan

akan mengurangi biaya transportasi karena menghilangkan demorage dan biaya

pelabuhan lain.

Page 29: ANALISIS APLIKASI RULES OF ORIGIN UNTUK … Aplikasi Rules of... · didefinisikan dengan jelas produk atau komoditas ekspor yang berasal dari Indonesia. Adapun ... negara 2 akan berproduksi

29

5. Lebih lanjut, Ibu Gloria J. Victoria-Banas beserta staf menyampaikan harapan

pemerintah Filipina untuk melakukan kegiatan ekspor-impor menggunakan kapal ro-ro,

antara lain kepelabuhan Bitung di Indonesia. Namun untuk melaksanakan hal tersebut

masih terdapat kendala kebijakan perizinan transportasi darat dikedua negara (antara

lain penggunaan setir dan izin mengemudi) yang harus diselesaikan.

C. Bureau of Customs

1. Bureau of Customs (BOC) merupakan bagian dari Departemen of Finance di Filipina yang

bertugas untuk menilai dan mengumpulkan penerimaan cukai, mencegah

berlangsungnya perdagangan ilegal, mencegah penipuan cukai, dan memfasilitasi

perdagangan melalui sistem menejemen cukai yang efektif dan efisien.

2. Menanggapi rendahnya penggunaan SKA liberalisasi, Bapak Agaton Teodoro O. Uvero

(Deputy Commissioner, BoC) beserta staf menyampaikan bahwa selama dua tahun

terakhir, BoC melakukan berbagai kegiatan untuk meningkatkan penggunaan skema FTA

dalam kegiatan ekspor. Kegiatan tersebut dinamakan Doing Business in Free Trade Area

(DBFTA) yang bertujuan meningkatkan pengetahuan pengusaha khususnya usaha kecil

menengah (UMKM) mengenai manfaat dan proses verifikasi FTA.

3. Selanjutnya BoC Filipina juga berupaya untuk memperbaiki skema verifikasi FTA yang

dianggap sangat menyulitkan dan mahal bagi UMKM. Adapun hasil dari kedua upaya

tersebut, dalam setahun terakhir, terjadi peningkatan pemanfaatan ekspor

menggunakan skema FTA khususnya ke ASEAN, China, dan Jepang.

Page 30: ANALISIS APLIKASI RULES OF ORIGIN UNTUK … Aplikasi Rules of... · didefinisikan dengan jelas produk atau komoditas ekspor yang berasal dari Indonesia. Adapun ... negara 2 akan berproduksi

30

4.2.2. Korea Selatan

Kunjungan kerja ke Korea Selatan dilakukan dengan mengunjungi dua instansi yaitu

Ministry of Trade, Industry and Energy, dan Korea Customs Services dengan hasil sebagai

berikut.

A. Ministry of Trade, Industry and Energy

1. Menanggapi manfaat SKA dan liberalisasi bagi Korea Selatan, wakil dari Ministry of

Trade, Industry and Energy, Bapak Kim Wan Ki (Direktur dari FTA Policy Planning

Division) menyampaikan bahwa Rep. Korea sangat merasakan manfaat penyusunan RoO

dalam pemberian preferensi sesuai kerangka skema FTA yang pertama sekali dilakukan

dengan Chile di tahun 1998.

2. Menurut Bapak Kim Wan Ki, penentuan Rule of Origin yang tepat sangat membantu

pemanfaatan preferensi dalam kerangka FTA dan pada gilirannya telah membantu Rep.

Korea menembus pasar di negara lain, khususnya produk otomotif dan elektronik, Hal

ini dirasakan sangat bermanfaat bagi Rep. Korea dalam memulihkan perekonomian

semenjak krisis ekonomi yang terjadi di tahun 1998 dan tahun 2008.

3. Bapak Kim Wan Ki menyampaikan bahwa roadmap liberalisasi Rep. Korea saat ini adalah

meningkatkan komitmen liberalisasi dengan negara ASEAN, termasuk Indonesia.

Peningkatan komitmen yang diharapkan adalah akses pasar yang lebih baik bagi produk

ekspor utama Rep. Korea yaitu produk elektronik dan komponen elektronik, serta

produk otomotif serta komponen otomotif.

4. Mengenai pemanfaatan (utilization) skema Free Trade Agreement (FTA) melalui

penurunan tarif dan penggunaan SKA, Bapak Kim Wan Ki merujuk pada temuan Institute

Page 31: ANALISIS APLIKASI RULES OF ORIGIN UNTUK … Aplikasi Rules of... · didefinisikan dengan jelas produk atau komoditas ekspor yang berasal dari Indonesia. Adapun ... negara 2 akan berproduksi

31

for International Trade (IIT) yang telah diterbitkan pada tahun 2014 dengan judul The

Decade Long Journey of Korea's FTA.

5. Hasil analisis IIT menemukan bahwa verifikasi pemanfaatan SKA FTA untuk Indonesia

selama tahun 2013 hanya mencapai 39 kasus (38%), jauh lebih rendah dibandingkan Uni

Eropa (164 kasus, setara 80.8%) dan Amerika Serikat (84 kasus, setara 76,1%). Verifikasi

pemanfaatan SKA FTA untuk Indonesia masih rendah karena sebagian besar produk

ekspor utama Rep. Korea yaitu otomotif, komponen otomotif, elektronik dan komponen

elektronik masih merupakan produk sensitif di Indonesia.

B. Korea Customs Services

1. Dalam kunjungan ke Korea Customs Services Tim Puska KPI diterima oleh Bapak Lee

Myeong Ku (Direktur Jenderal FTA Implementation Bureau) dan Ibu Gabyoung Shim

(Direktur/FTA Cooperation Division) yang menyatakan bahwa rendahnya pemanfaatan

SKA FTA ke Indonesia (hanya 38%) disebabkan: (1) liberalisasi tersebut belum mencakup

produk ekspor utama Rep. Korea (produk elektronik, komponen elektronik, produk

otomotif serta komponen otomotif) dan (2) kesulitan dan keengganan produsen,

khususnya Usaha Kecil dan Menengah (UMKM) di Korea terhadap verifikasi SKA FTA.

2. Sebagai upaya untuk meningkatkan pemanfaatan SKA FTA, Bapak Lee Myeong Ku

menyatakan harapannya agar perjanjian liberalisasi Indonesia - Korea yang masih

dinegosiasikan dapat memberikan akses pasar yang lebih baik untuk produk ekspor

utama Rep. Korea, yaitu otomotif dan elektronik beserta komponennya.

Page 32: ANALISIS APLIKASI RULES OF ORIGIN UNTUK … Aplikasi Rules of... · didefinisikan dengan jelas produk atau komoditas ekspor yang berasal dari Indonesia. Adapun ... negara 2 akan berproduksi

32

3. Lebih lanjut Bapak Lee Myeong Ku menyatakan sebagai upaya untuk meningkatkan

minat industri UMKM memanfaatkan skema FTA, pihak Korea Customs Services

berupaya untuk memperbaiki skema pengurusan SKA agar lebih sederhana.

4.2.3. Singapura

Kunjungan kerja ke Singapura dilakukan dengan mengunjungi Singapore Business

Federation, Institute of Southeast Asian Studies, dan Ministry of Trade and Industry, dengan

hasil sebagai berikut.

Singapore Business Federation (SBF)

1. Kunjungan diterima oleh Mr. Ho Meng Kit, Chief Executive Officer (CEO) dan Mr. Martin

Yuoon, Assistant Executive Director. Berdasarkan survey SBF, sekitar 49 persen

responden berpendapat bahwa Indonesia akan menjadi tujuan utama ekspansi bisnis.

Namun beberapa kendala yang dihadapi oleh investor Singapura di Indonesia adalah : a.

Pembangunan infrastruktur yang belum memadai, b. Korupsi dan ketidakpastian

dalam kebijakan pemerintah, c. Perang upah di Indonesia antara buruh dan pengusaha,

dan d. Defisit neraca perdagangan yang dipicu oleh masih kuatnya ketergantungan

terhadap komoditas primer.

2. Lebih lanjut mereka menyampaikan kunci utama ikut dalam GVC adalah daya saing,

dimana perbaikan infrastruktur, kemudahan berusaha, dan peningkatan konektivitas

sangat penting dalam menfasilitasi dunia usaha untuk bergabung dalam GVC.

Institute of Southeast Asian Studies

1. Kunjungan diterima oleh Dr. Francis Hutchinson (Ketua dan Peneliti Senior Ekonomi

Politik Asia), Dr. Cassey Lee (Peneliti Senior Usaha Kecil dan Menengah), Dr. Sanchita

Page 33: ANALISIS APLIKASI RULES OF ORIGIN UNTUK … Aplikasi Rules of... · didefinisikan dengan jelas produk atau komoditas ekspor yang berasal dari Indonesia. Adapun ... negara 2 akan berproduksi

33

Basu Das (Peneliti Senior ASEAN), Dr. Lee Poh Onn (Peneliti Ketahanan Pangan), dan Dr.

Kathleen Azali (Peneliti tentang Indonesia).

2. Dalam kunjungan tersebut, disampaikan bahwa dalam hal pencapaian Global Value

Chain (GVC), Indonesia masih sangat tertinggal. Sementara GDP Indonesia berkisar 50 %

dari GDP ASEAN. Kerja keras dalam mencapai tujuan Pasar Tunggal ASEAN dan menjadi

basis produksi masih sangat diperlukan pasca 2015. Ketergantungan Indonesia pada

impor sektor transportasi di sisi jasa dalam upaya meningkatkan perdagangan

internasional merupakan kendala umum.

3. Lebih lanjut disampaikan bahwa kunci ikut di dalam GVC adalah melihat liberalisasi lebih

pada membangun kebutuhan domestik negara tersebut. Indonesia memerlukan

pembangunan internal dan melakukan liberalisasi dengan melihat kebutuhan domestik.

4. Selanjutnya Dr. Cassey Lee menjelaskan pentingnya keterlibatan Usaha Kecil dan

Menengah (UKM) dalam AEC dan GVC. Keterlibatan UKM penting dalam menjaga

ketahanan ekonomi suatu negara dan penyerapan tenaga kerja. Beliau menjelaskan

bahwa kontribusi UKM dalam perekonomian selalu mencapai 90 persen lebih sehingga

kebijakan AEC dan GVC perlu diarahankan dalam mengakomodiasi keterlibatan UKM.

Ministry of Trade and Industry

1. Kunjungan diterima oleh Mr. Peter Govindasamy (Ketua Delegasi dan Director of

International Trade Cluster), Principal Trade Specialist), Jason Ten (Deputy Director

Foreign Economic Policy Division), Alpana Roy (Deputy Director South East Asia and

Oceania Division), dan Serena Tan (Assistant Director ASEAN Division).

Page 34: ANALISIS APLIKASI RULES OF ORIGIN UNTUK … Aplikasi Rules of... · didefinisikan dengan jelas produk atau komoditas ekspor yang berasal dari Indonesia. Adapun ... negara 2 akan berproduksi

34

2. Mereka menyampaikan bahwa proses integrasi antar negara ASEAN tidak akan berhenti

di 2015 dan akan terus bergulir pasca 2015. Integrasi dalam kerangka pembentukan AEC

akan selalu mengakomodasi kepentingan bersama ASEAN. AEC dan integrasi dengan

dunia seharusnya memang tidak saling meniadakan dan harus saling mendukung

sehingga dibentuklah pilar integrasi dengan dunia global. Global Value Chain akan

sangat terjembatani dengan AEC dan merupakan kesatuan integral terutama dalam

pembentukan pasar tunggal dan basis produksi. Pihak MTI mengakui bahwa kemajuan

dalam pembentukan basis produksi masih sangat jauh sehingga perlu diperdalam dan

diperluas. Konsesi tarif dan penghapusan hambatan non tarif perlu juga lebih digali

untuk mendapatkan pembentukan basis produksi di ASEAN.

4.3. Pilihan RoO Dalam Kegiatan Ekspor Pengusaha Lokal

Hasil kegiatan turun lapang dalam negeri memberikan informasi mengenai produk

ekspor dan pilihan pengusaha mengenai konsep RoO yang nyaman bagi mereka. Adapun

temuan turun lapang ke Sumatera Selatan tersebut selengkapnya sebagai berikut:

1. Hasil turun lapang ke perusahaan batubara dan kopi menemukan bahwa surat

keterangan asal dari kedua perusahaan tersebut diterbitkan oleh Dinas Perindag

Sumatera Selatan, dengan RoO yang dipilih untuk kedua produk tersebut adalah wholy

obtain. Pemilihan kriteria wholy obtain mengindikasikan bahwa seluruh produk ekspor

kedua perusahaan tersebut merupakan hasil kekayaan alam di Sumatera Selatan.

2. Pemilihan kriteria wholy obtain dikarenakan komoditas ekspor dari Sumatera Selatan

merupakan produk komoditas bahan baku, belum diolah menjadi produk setengah jadi

atau produk jadi. Kondisi ini sebenarnya sangat disayangkan mengingat Indonesia

Page 35: ANALISIS APLIKASI RULES OF ORIGIN UNTUK … Aplikasi Rules of... · didefinisikan dengan jelas produk atau komoditas ekspor yang berasal dari Indonesia. Adapun ... negara 2 akan berproduksi

35

sedang berupaya meningkatkan ekspor produk bernilai tambah sebagai upaya

memperbaiki neraca perdagangan.

Page 36: ANALISIS APLIKASI RULES OF ORIGIN UNTUK … Aplikasi Rules of... · didefinisikan dengan jelas produk atau komoditas ekspor yang berasal dari Indonesia. Adapun ... negara 2 akan berproduksi

36

V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan kegiatan analisis turun lapang dan data sekunder dapat disimpulkan :

a. Produk ekspor indonesia yang memiliki keterkaitan tinggi dengan industri negara lain

umumya merupakan bahan baku yang terdiri dari energi, produk pertanian, televisi dan

radio, produk karet, tekstil, tambang, produk hutan dan produk minuman. Sangat

disayangkan Indonesia tidak memiliki keterkaitan tinggi untuk produk bernilai tambah

tinggi seperti mobil atau pesawat.

b. Mengingat produk ekspor Indonesia saat ini merupakan bahan baku, pengusaha lebih

memilih konsep RoO wholly obtain yang menjamin produk bahan baku tersebut

seluruhnya berasal dari Indonesia.

5.2. Rekomendasi

Hasil kajian menemukan bahwa kemampuan industri nasional untuk memproduksi

produk bernilai tambah tinggi masih rendah. Hal tersebut dapat diatasi dengan investasi asing

yang dapat diikuti dengan pembatasan ekspor produk bahan baku sebagaimana kasus bea

keluar kakao dan larangan ekspor bahan tambang mineral.

Page 37: ANALISIS APLIKASI RULES OF ORIGIN UNTUK … Aplikasi Rules of... · didefinisikan dengan jelas produk atau komoditas ekspor yang berasal dari Indonesia. Adapun ... negara 2 akan berproduksi

37

DAFTAR PUSTAKA

Lubis, A. D., Soemarjono, B., Ningsih, R., Narindra, D., Manullang, H., Kusyatiningsih, S.,

Muhammad, F. 2011. Analisis Kepentingan Indonesia Dalam Usulan Liberalisasi Produk

Elektronik. Puska KPI, BPPKP. Jakarta.

Direktorat Fasilitasi Ekspor dan Impor, 2013. Surat Keterangan Asal (Certificate Of Origin) untuk

Barang Ekspor Indonesia, Departemen Perdagangan RI, Direktorat Jenderal Perdagangan

Luar Negeri, Jakarta.

IDE-JETRO and World Trade Organization (WTO), 2011. Trade Patterns And Global Value Chains

In East Asia: From Trade In Goods To Trade In Tasks. WTO Secretariat, Geneve.

Japan Custom, 2014. Outline of Rules of Origin for GSP Scheme in Japan. Origin Administration

and Investigation Center. Tokyo.

Salvatore, D. 1997. International Economics. Wiley, California.

Undang-undang (UU) Perdagangan Nomor 7 Tahun 2014.

Page 38: ANALISIS APLIKASI RULES OF ORIGIN UNTUK … Aplikasi Rules of... · didefinisikan dengan jelas produk atau komoditas ekspor yang berasal dari Indonesia. Adapun ... negara 2 akan berproduksi

38

LAMPIRAN : UU 7 /2014