ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA...

214
i ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM PEMBELAJARAN BIPA DI LEMBAGA BAHASA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh: F.X. Dwi Pamungkas NIM: 131224093 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2018 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA...

Page 1: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

i

ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE

DALAM PEMBELAJARAN BIPA

DI LEMBAGA BAHASA UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh:

F.X. Dwi Pamungkas

NIM: 131224093

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2018

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

iv

MOTO

Berdoa dan belajar

(Santo Benediktus)

Perkataan tanpa perbuatan sama dengan mati

(Paus Fransiskus)

Beri hati pada setiap kerja keras dan karya-karyamu

(Muhammad Tulus)

Cerdas dan humanis

(Romo Nicolaus Driyarkara, S.J)

Untuk keagungan Allah yang lebih besar

(St. Ignatius Loyola)

Proses baik tidak akan mengkhianati hasil

(Penulis)

Jangan belajar untuk menjadi sukses, tapi untuk membesarkan jiwa

(Film 3 Idiot)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan untuk:

- Allah Bapa di Surga yang telah memberikan bimbingan dan melancarkan

segala proses, saat pertama kuliah hingga lulus dari Universitas Sanata

Dharma.

- Orang tua beserta kakak dan adik serta saudara yang memberikan

dorongan semangat, dukungan, dan doa untuk kebaikan.

- Teman-teman yang selalu memberikan motivasi, memberikan hiburan, dan

memberikan nasihat.

- Kampus Universitas Sanata Dharma sebagai tempat menerima, dan

mengamalkan ilmu untuk kemanusiaan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

viii

ABSTRAK

F.X. Dwi Pamungkas. 2018. Analisis Alih Kode dan Campur Kode Dalam

Pembelajaran BIPA Di Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan teori-teori tentang fenomena

bahasa alih kode dan campur kode dengan kenyataanya di lapangan. Penelitian ini

pula bertujuan untuk mendeskripsikan fenomena bahasa alih kode dan campur

kode pada pembelajaran BIPA di Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta. Penelitian ini mendeskripsikan tentang faktor dan wujud-wujud alih

kode serta campur kode yang terjadi selama pembelajaran BIPA berlangsung di

kelas Darma Siswa tingkat pemula.

Subjek pada penelitian ini adalah pengajar dan pembelajar asing di

Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan

ketika pembelajaran BIPA berlangsung di kelas. Data penelitian ini diperoleh dari

tuturan berupa monolog maupun dialog yang terdapat fenomena bahasa alih kode

dan campur kode. Data yang diperoleh ini menggunakan metode simak dengan

teknik simak bebas cakap, rekam, dan catat. Setalah data diperoleh, peneliti

melakukan transkrip, tabulasi, triangulasi, dan analisis data. Metode analisis data

penelitian ini menggunakan metode agih dengan teknik bagi unsur langsung

(BUL) dan metode padan dengan teknik pilah unsur penentu (PUP) serta teknik

hubung banding menyamakan (HBS). Setelah analisis data, adapun tahapan

selanjutnya yaitu penyajian analisis data. Penyajian analisis data pada penelitian

ini menggunakan metode informal penyaji kaidah yaitu penyajian analisis data

dengan menggunakan kata-kata karena penelitian ini merupakan penelitian

deskriptif kualitatif.

Dari hasil penelitian, pembahasan, dan simpulan tentang analisis alih kode

dan campur kode dalam pembelajaran BIPA di Lembaga Bahasa Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta, terdapat data penelitian berupa alih kode dan campur

kode dengan jumlah total 83 data. Namun, setelah ditriangulasi terdapat 77 data

yang dianggap absah oleh ahli bahasa. Peneliti menemukan data alih kode dengan

wujud klausa sebanyak 6 data (8%) dan kalimat 23 data (30%) dan jumlah total

keseluruhan data alih kode yaitu 29 data (38%). Lalu, peneliti menemukan pula

data campur kode dengan wujud kata sebanyak 30 data (29%), frasa 8 data (10%),

serta kata dan frasa 10 data (13%) dan jumlah total keseluruhan data campur kode

yaitu 48 data (62%). Faktor-faktor penyebab alih kode dan campur kode

disebabkan oleh faktor penutur dan lawan tutur. Dari kedua subjek penelitian ini

yaitu pengajar dan pembelajar asing, pengajar lebih dominan menjadi faktor

penyebab alih kode dan campur kode daripada pembelajar asing.

Kata kunci: Alih kode, campur kode, wujud dan faktor.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

ix

ABSTRACT

F.X. Dwi Pamungkas. 2018. The Analysis of Code-Switching and Code-Mixing

in BIPA Class in Language Institute of Sanata Dharma Yogyakarta.

Undergraduate Thesis. Yogyakarta: Indonesian Language and Literature

Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education,

Sanata Dharma University.

The research aims to compare the theories about code-switching and code-

mixing phenomena and their reality in the field. The research also aims to

describe the phenomena of code-switching and code-mixing in BIPA class in

Language Institute of Sanata Dharma Yogyakarta. The research describes the

factors and types of code-switching and code-mixing that happened in BIPA class

of Darmasiswa class in beginner level.

The subject this research is the teachers and foreigner students in

Language Institute of Sanata Dharma Yogyakarta. This research was conducted

during the learning-teaching process in BIPA class. The data of this research was

gathered from utterances such as monologue or dialogue which contain the

phenomena of code-switching and code-mixing. The data gathering technique are

observation, interview, recording, and note taking. After the data was gathered,

the researcher transcribed the data, made tabulation, made triangulation, and did

data analysis. The data analysis method in this research use Agih method with

techniques for the direct elements (BUL) technique and Padan method with the

technique of determining the elements (PUP) and the technique of applying

equalize (HBS). After analyzing the data, the next step is the presentation data

analysis. The presentation of data analysis in this research uses informal method

of theorem presentation which is a data analysis that uses words because the

research is a descriptive qualitative.

The result of research, discussion, and conclusion of the analysis of code-

switching and code-mixing in Language Institute of Sanata Dharma Yogyakarta

showed that there are 83 data of code-switching and code-mixing. However, after

the triangulation process, it was found that there are 77 data considered to be valid

by the language expert. The researcher found 6 data (8%) of code-switching data

in form of clause and 23 data (30%), with the total number of 29 data (38%).

Then, the researcher also found 30 data (29%) of code-mixing in form of word, 8

data (10%) in form of phrase, and 10 data (13%) in form of combination of word

and phrase, with the total number of 48 data (62%). The factors which cause code-

switching and code-mixing are the sender and addressee. Based on both research

subjects who are a teacher and foreigner students, the teacher was the more

dominant factor who caused code-switching and code-mixing rather than

foreigner students.

Keywords: code-switching, code-mixing, forms and factor

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah Bapa yang telah melimpahkan

berkat dan rahmat-Nya kepada saya, sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi

dengan baik. Saya mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak yang telah

memberikan dukungan dan motivasi, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi

untuk memenuhi sebagian syarat menjadi sarjana pendidikan. Saya mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Bahasa Sastra Universitas Sanata Dharma sekaligus menjadi

pembimbing pertama yang dengan sabar membimbing, memberikan

arahan, dan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi.

3. Drs. P. Hariyanto, M.Pd., selaku pembimbing kedua yang dengan sabar

membimbing, memberikan arahan, dan semangat kepada penulis untuk

menyelesaikan skripsi.

4. Dr. Widharyanto, M.Pd., selaku triangulator data yang dengan sabar

membimbing, memberikan arahan, komentar dan saran kepada penulis

untuk menilai data penelitian alih kode dan campur kode.

5. Pihak Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma yang telah

memberikan kesempatan waktu dan tempat kepada penulis untuk

melakukan penelitian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii

HALAMAN MOTO ....................................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................. vi

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ................................ vii

ABSTRAK ...................................................................................................... viii

ABSTRACT ..................................................................................................... ix

KATA PENGANTAR .................................................................................... x

DAFTAR ISI ................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 5

1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5

1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 6

1.4.1 Manfaat Teoritis ............................................................................... 6

1.4.2 Manfaat Praktis ................................................................................ 7

1.5 Definisi Istilah ........................................................................................... 7

1.6 Sistematika Penyajian ............................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 11

2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan .......................................................... 11

2.2 Landasan teori .......................................................................................... 14

2.2.1 Kedwibahasaan ................................................................................ 14

2.2.2 Alih Kode ......................................................................................... 15

2.2.3 Ragam Bahasa .................................................................................. 17

2.2.3.1 Ragam Baku ............................................................................. 17

2.2.3.2 Ragam Tidak Baku ................................................................... 18

2.2.4 Wujud dan Faktor Alih Kode ........................................................... 19

2.2.4.1 Klausa ....................................................................................... 19

2.2.4.2 Kalimat ..................................................................................... 20

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

xiii

2.2.5 Campur Kode .................................................................................. 22

2.2.6 Wujud dan Faktor Campur Kode ..................................................... 24

2.2.6.1 Kata ........................................................................................... 24

2.2.6.2 Frasa ......................................................................................... 25

2.2.7 Lembaga BIPA ................................................................................. 31

2.2.8 Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma .................................. 32

2.3 Kerangka Pikir .......................................................................................... 34

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 36

3.1 Jenis Penelitian .......................................................................................... 36

3.2 Lokasi Penelitian ....................................................................................... 37

3.3 Subjek Penelitian ....................................................................................... 37

3.4 Pelaksanaan Penelitian .............................................................................. 38

3.5 Data dan Sumber Data .............................................................................. 39

3.5.1 Data .................................................................................................. 39

3.5.2 Sumber Data ..................................................................................... 40

3.6 Populasi dan Sampel Data ......................................................................... 40

3.6.1 Populasi Data ................................................................................... 40

3.6.2 Sampel Data ..................................................................................... 41

3.7 Metode dan Teknik Pengumpulan Data .................................................... 42

3.8 Metode dan Teknik Analisis Data ............................................................. 44

3.9 Teknik Penyajian Analisis Data ................................................................ 46

3.10 Triangulasi Data ...................................................................................... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 49

4.1 Hasil Penelitian ......................................................................................... 49

4.2 Wujud Alih Kode ...................................................................................... 50

4.2.1 Alih Kode Wujud Kalimat ............................................................... 51

4.2.2 Alih Kode Wujud Klausa ................................................................. 54

4.3 Faktor-faktor yang Melatarbelakangi Penggunaan Alih kode .................. 57

4.3.1 Penutur ............................................................................................. 57

4.3.1.1 Untuk Profesionalitas Karir Pengajar ....................................... 57

4.3.1.2 Kemudahan Pembelajar Memahami Bahasa Target ................. 58

4.3.1.3 Keterbatasan Kode Pembelajar ................................................. 60

4.3.2 Lawan Tutur ..................................................................................... 62

4.3.2.1 Kemudahan Lawan Tutur Menjawab Pertanyaan Penutur ....... 62

4.3.2.2 Kemudahan Lawan Tutur Memahami Penjelasan Penutur ...... 74

4.3.2.3 Kemudahan Lawan Tutur Untuk Mengerjakan Tugas ............. 79

4.3.2.4 Pembiasaan Lawan Tutur Menggunakan Bahasa Target ......... 82

4.3.2.5 Kemudahan Lawan Tutur Memahami Perintah Penutur .......... 84

4.4 Wujud Campur Kode ................................................................................ 86

4.4.1 Campur Kode Wujud Kata ............................................................... 87

4.4.2 Campur Kode Wujud Frasa .............................................................. 92

4.4.3 Campur Kode Wujud Kata dan Frasa .............................................. 94

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

xiv

4.5 Faktor-faktor yang Melatarbelakangi Penggunaan Campur kode ............ 95

4.5.1 Penutur ............................................................................................. 96

4.5.1.1 Keterbatasan Kode Pembelajar ................................................. 96

4.5.1.2 Kebiasaan Pembelajar Menggunakan Bahasa Inggris .............. 103

4.5.2 Lawan Tutur ..................................................................................... 104

4.5.2.1 Kemudahan Lawan Tutur Menjawab Pertanyaan Penutur ....... 105

4.5.2.2 Kemudahan Lawan Tutur Untuk Mengerjakan Tugas ............. 108

4.5.2.3 Kemudahan Lawan Tutur Memahami Jawaban Penutur .......... 118

4.5.2.4 Kemudahan Lawan Tutur Memahami Penjelasan Penutur ...... 134

BAB V PENUTUP ............................................................................................... 141

5.1 Simpulan ................................................................................................... 141

5.2 Saran .......................................................................................................... 143

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 145

LAMPIRAN ......................................................................................................... 147

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian ..................................................................... 147

Lampiran 2. Surat Triangulasi Data ................................................................. 148

Lampiran 3. Tabel Triangulasi Data ................................................................. 149

BIOGRAFI PENULIS ........................................................................................ 199

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Indikator Alih Kode dan Campur Kode ............................................... 28

Tabel 3.1 Agenda Penelitian ................................................................................. 38

Tabel 3.2 Contoh Transkrip Data .......................................................................... 43

Tabel 4.1 Hasil Data Penelitian Alih kode dan Campur kode .............................. 50

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk

dapat menjalin hubungan satu dengan manusia lain. Manusia dengan bahasa amat

erat hubunganya satu sama lain. Bahasa memiliki peran penting bagi manusia

demi kelangsungan hidup manusia itu sendiri. Manusia mengirim pesan atau

informasi kepada manusia lain dengan menggunakan bahasa agar dapat

memahami makna dan maksud dari pembicara ke lawan bicara. Bahasa dan

manusia memang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Ketika manusia akan

berkomunikasi tentu menggunakan bahasa dan bahasa dapat diperoleh serta

mengalami perubahan dari manusia itu sendiri.

Terdapat banyak fenomena bahasa, salah satu fenomena itu bisa terjadi

ketika bahasa terdapat dalam lingkup masyarakat yang menggunakan bahasa.

Salah satu fenomena bahasa yang sering terjadi dalam lingkup masyarakat adalah

fenomena kedwibahasaan. Fenomena bahasa ini memiliki keterkaitan antara

bahasa dan manusia yang menggunakan bahasa itu sendiri untuk

berkomunikasi.Chaer dan Agustina (2004: 84) menyatakan bahwa bilingualisme

berkenaan dengan penggunaan dua bahasa atau dua kode bahasa. Selaras dengan

pernyataan Chaer dan Agustina, Nababan (1984: 27) menyatakan bahwa orang

yang dapat menggunakan dua bahasa disebut dwibahasawan atau orang yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

2

bilingual (berdwibahasa). Jadi, kedwibahasaan adalah fenomena bahasa yang

setiap individual atau manusia bahkan sejumlah kelompok yang mampu

menggunakan dua bahasa untuk berkomunikasi. Meneliti fenomena

kedwibahasaan memberikan keuntungan bagi peneliti dan subjek yang diteliti

untuk dapat melihat kemampuan dan kebiasaan manusia menggunakan dua

bahasa. Seberapa jauh mana kemampuan dan kebiasaan manusia menggunakan

dua bahasa pada situasi tertentu.

Fenomena kedwibahasaan tentu tidak terhindar dari fenomena bahasa yang

lain. Fenomena bahasa satu ini masih berkaitan dengan kedwibahasaan, yaitu

fenomena alih kode dan campur kode yang terdapat dalam masyarakat

dwibahasawan. Alih kode dan campur kode merupakan fenomena kedwibahasaan

yang penggunaanya berdasarkan konteks tertentu pada saat berkomunikasi. Alih

kode memiliki pengertian seperti dikemukakan oleh Wardhaugh (dalam

Padmadewi, Merlyna, dan Saputra, 2014: 64) bahwa alih kode diartikan sebagai

peralihan atau mencampur kode dalam satu tuturan atau ekspresi yang singkat

sekalipun dan membentuk tuturan baru. Jendra pun mengatakan (dalam

Padmadewi, Merlyna, dan Saputra, 2014: 64) bahwa alih kode sebagai peralihan

atau pergantian dari satu varian bahasa ke bahasa yang lain. Alih kode memiliki

batasan tersendiri, batasan yang dikemukakan oleh Fasold (dalam Chaer dan

Agustina, 2004: 115) adalah apabila satu klausa jelas-jelas memiliki struktur

gramatika satu bahasa, dan klausa berikutnya disusun menurut struktur gramatika

bahasa lain, maka peristiwa yang terjadi adalah alih kode. Jadi, alih kode

merupakan fenomena kedwibahasaan yang penggunaan bahasanya dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

3

komunikasi berubah-ubah dari satu bahasa ke bahasa lain dengan batasan

perubahan klausa yang sudah berganti bahasa. Perubahan ini terjadi dengan

memerhatikan keadaan yang dialami oleh pembicara dan lawan bicara.

Batasan campur kode menurut Fasold (dalam Chaer dan Agustina, 2004:

115) yaitu jika seseorang menggunakan satu kata atau frasa dari satu bahasa dia

telah menggunakan campur kode. Jadi, untuk membedakan batasan dari alih kode

dan campur kode adalah perubahan penggunaan bahasa dari segi sintaksisnya.

Pada alih kode batasan perubahan bahasanya ialah pada tingkat perubahan klausa

dari satu bahasa, sedangkan untuk campur kode batasan perubahan bahasanya

ialah tingkat perubahan kata atau frase dari satu bahasa.

Fenomena alih kode dan campur kode dapat terjadi di berbagai

lingkungan. Salah satu lingkungan yang terdapat fenomena alih kode dan campur

kodenya yaitu di Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Lembaga Bahasa ini adalah institusi bahasa Indonesia bagi penutur asing (BIPA).

Pada awalanya Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma bernama Pusat

Pengembangan dan Pelatihan Bahasa Indonesia, pelatihan yang hanya diberikan

kepada Universitas Edith Cowan, Perth, Australia adalah pelatihan intensif budaya

dan bahasa Indonesia. Seiring berjalanya waktu, Pusat Pengembangan dan

Pelatihan Bahasa Indonesia berkembang untuk tidak hanya menawarkan

pelatihan bahasa Indonesia kepada dosen dan mahasiswa dari Australia saja, tapi

juga untuk para ekspatriat yang ingin bekerja di Indonesia maupun mahasiswa

asing dan mahasiswa Indonesia yang ingin mendalami bahasa dan budaya di

universitas. Pusat Pengembangan dan Pelatihan Bahasa Indonesia yang telah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

4

berganti nama menjadi Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma tidak hanya

memberikan pengembangan dan pelatihan bahasa Indonesia saja, melainkan

memberikan pelayanan untuk pelatihan bahasa lain juga seperti bahasa Inggris,

bahasa Korea, bahasa Mandarin, dan bahasa Jawa.

Melihat lingkup seperti di depan, sangat jelas Lingkungan Lembaga

Bahasa Universitas Sanata Dharma memiliki potensi fenomena alih kode dan

campur kode, hal ini disebabkan oleh pembelajar BIPA adalah orang asing dari

berbagai Negara. Hal ini juga disebabkan oleh pembelajar belum sepenuhnya

memahami semua tentang bahasa Indonesia. Untuk ituagar dapat memahami

bahasa Indonesia para pembelajar dan pengajar menggunakan sarana bahasa

pengantar sebagai perantara pembelajaran BIPA. Situasi seperti ini sudah

tergambar jelas bagaimana pencampuran bahasa yang terdapat dalam

pembelajaran BIPA dan sesuai untuk diteliti melihat bagaimana realitas fenomena

alih kode dan campur kode itu terjadi secara alamiah. Peneliti memilih lokasi ini

melihat juga karena belum ada penelitian alih kode dan campur kode dalam

pembelajaran BIPA.

Melihat latar belakang di atas, judul penelitian yang peneliti rumuskan

adalah “Analisis Alih Kode dan Campur Kode Dalam Pembelajaran BIPA di

Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta” dan untuk membahas

lebih dalam tentang penelitian tersebut, maka akan dibahas dalam bab selanjutnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

5

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalah yang akan

dibahas dalam penelitian, yaitu sebagai berikut.

1.2.1 Bagaimana wujud alih kode yang terdapat dalam pembelajaran BIPA

di Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta?

1.2.2 Bagaimana wujud campur kode yang terdapat dalam pembelajaran

BIPA di Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta?

1.2.3 Apakah faktor-faktor penyebab alih kode yang terdapat dalam

pembelajaran BIPA di Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta?

1.2.4 Apakah faktor-faktor penyebab campur kode yang terdapat dalam

pembelajaran BIPA di Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun beberapa tujuan penelitian

yang dipaparkan, yaitu sebagai berikut.

1.3.1 Untuk memaparkan wujud alih kode yang terdapat dalam dalam

pembelajaran BIPA di Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

1.3.2 Untuk memaparkan wujud campur kode yang terdapat dalam

pembelajaran BIPA di Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

6

1.3.3 Untuk memaparkan faktor- faktor penyebab alih kode yang terdapat

dalam pembelajaran BIPA di Lembaga Bahasa Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta

1.3.4 Untuk memaparkan faktor- faktor penyebab campur kode yang

terdapat dalam pembelajaran BIPA di Lembaga Bahasa Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian diharapkan memiliki manfaat,baik manfaat teoritis maupun

manfaat praktis. Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat untuk ilmu bahasa

khususnya di bidang sosiolinguistik.

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat teoritis dalam ilmu linguistik.

Manfaat dari penelitian dapat memberikan teori-teori atau sumbangsih penemuan

yang berkaitan dengan ilmu sosiolinguistik khususnya alih kode dan campur

kode. Manfaat penelitian ini juga memberikan bukti nyata antara teori dan praktik

dari deskripsi realita fenomena alih kode dan campur kode di dalam pembelajaran

BIPA .

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

7

1.4.2 Manfaat Praktis

1.4.2.1 Bagi Pengajar

Manfaat praktis pengajar BIPA sebagai berikut.

a. Membuktikan wawasan tentang latar belakang faktor penggunaan

alih kode dan campur kode

b. Dapat melihat perkembangan belajar pembelajar dalam

menggunakan bahasa Indonesia

c. Dapat menjadi evaluasi pembelajaran

1.4.2.2 Bagi Institusi BIPA

a. Memberikan kontribusi sebagai tolak ukur untuk uji kemahiran

pembelajar dalam menggunakan bahasa Indonesia

1.4.2.3 Bagi Peniliti

a. Memberikan bukti nyata antara teori dan fakta tentang alih kode

dan campur kode

b. Menjadikan pijakan peneliti saat menggunakan bahasa yang harus

sesuai dengan konteks

1.5 Definisi Istilah

Penelitian ini memiliki definisi istilah agar terlihat jelas hal-hal apa saja

yang akan dibahas secara garis besar sehingga pembaca memahami betul hal yang

dibahas dalam penelitian ini. Berikut adalah definisi istilah yang akan dijelaskan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

8

1.5.1 Bahasa

Thomas dan Wareing (2007: 8) menyatakan bahasa adalah gabungan unit-

unit kecil (fonem) menjadi unit-unit yang lebih besar (kata, frasa, klausa, kalimat,

dan paragraf) dengan tujuan untuk komunikasi. Komunikasi yang mengandung

makna dan maksud untuk dipahami lawan bicara.

1.5.2 Kedwibahasaan

Weinrich (dalam Padmadewi, Merlyna, dan Saputra, 2014: 52)

mengatakan kedwibahasaan adalah fenomena bahasa di mana seseorang atau

sekelompok orang memiliki kemampuan untuk menggunakan dua bahasa dalam

berkomunikasi.

1.5.3 Alih Kode

Fasold pun (dalam Chaer dan Agustina, 2004: 115) mengatakan alih kode

adalah perubahan penggunaan bahasa dari bahasa satu ke bahasa lain dengan

batasannya berupa perubahan klausa dan kalimat ke bahasa lain.

1.5.4 Campur Kode

Fasold (dalam Chaer dan Agustina, 2004: 115) mengatakan campur kode

adalah perubahan penggunaan bahasa dari bahasa satu ke bahasa lain dengan

batasanya berupa perubahan kata atau frasa ke bahasa lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

9

1.5.5 Institusi BIPA

Institusi BIPA adalah lembaga yang berkecimpung dalam bidang ilmu

bahasa Indonesia dengan memberikan pembelajaran formal untuk pembelajar

asing dari berbagai Negara dengan tujuan tertentu. Institusi ini memiliki peran

untuk memajukan bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional.

1.5.6 Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma

Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma adalah salah satu institusi

BIPA yang berada di Kota Yogyakarta. Lembaga Bahasa Universitas Sanata

Dharma memberikan pelayanan pengembangan dan pelatihan bahasa serta

budaya. Pengembangan dan pelatihan bahasa serta budaya yang diberikan

bermacam-macam seperti bahasa Indonesia, bahasa Korea, bahasa Mandarin,

bahasa Inggris, dan bahasa Jawa.

1.6 Sistematika Penyajian

Sistem penyajian penelitian adalah hal-hal garis besar yang disajikan pada

setiap bab. Berikut adalah sistematika penyajian penelitian yang disajikan setiap

bab.

Pada bab satu, peneliti menyajikan latar belakang penelitian, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika

penyajian. Lalu di bab dua, peneliti menyajikan kajian teori-teori terdahulu yang

relevan, hipotesis, kajian teori yang menguraikan pengertian kedwibahasaan, alih

kode dan campur kode. Faktor, wujud dari alih kode dan campur kode.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

10

Pada bab tiga, peneliti menyajikan jenis penelitian, lokasi penelitian, subjek

penelitian, pelaksanaan penelitian, sumber data, data, metode pengumpulan data,

teknik pengambilan data, metode analisis data, teknik analisis data, triangulasi

data, dan teknik penyajian hasil analisis data. Di bab empat, peneliti menyajikan

hasil penelitian dan pembahasan hasil analisis data terkait faktordan wujud alih

kode serta campur kode dan di bab lima, peneliti menyajikan simpulan dan saran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan

Penelitian linguistik ini tentu sudah melihat penelitian sebelumnya yang

relevan tentang alih kode dan campur kode dalam lingkup yang berbeda-beda.

Namun, penelitian ini berbeda lingkupnya dengan penelitian yang lain. Di bawah

ini peneliti akan menyajikan garis besar penelitian-penelitian yang relevan dengan

penelitian ini sendiri.

Penelitian relevan yang pertama adalah penelitian milik Sutrisini (2005)

dari Universitas Negeri Semarang dengan judul penelitiannya “Alih Kode dan

Campur Kode Dalam Wacana Interaksi Jual Beli Di Pasar Johar Semarang”. Garis

besar dari penelitian ini adalah peneliti memiliki ketertarikan untuk meneliti alih

kode dan campur kode di Pasar Johar Semarang karena pembeli dan penjual dari

berbagai kalangan serta latar belakang bahasa yang berbeda-beda. Hal-hal telah

dianalisis dalam penelitiannya berupa bentuk alih kode, campur kode, faktor

terjadinya alih kode dan campur kode serta fungsi dari alih kode dan campur kode

yang terjadi di Pasar Johar Semarang. Hasil analisis penelitian ini peneliti

menemukan bentuk alih kode dan campur kode. Bentuk tersebut berupa macam

bahasa, perubahan alih kode internal yaitu dari bahasa Jawa ke dalam bahasa

Indonesia serta tingkat tutur, dari tingkat tutur kromo ke tingkat ngukur ngoko

begitu pun sebaliknya. Adapun faktor-faktor terjadinya alih kode tersebut yaitu (1)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

12

penjual merasa kesal terhadap pembeli, (2) pembeli merasa kesal kepada penjual,

dan (3) penjual menyesuaikan bahasa yang digunakan pembeli. Selanjutnya,

bentuk campur kode berupa macam bahasa campur kode ekstern dari bahasa

Indonesia disisipkan serpihan leksikal berupa bahasa Arab dan Cina. Wujud

campur kode dalam penelitianya berupa kata, frasa, dan perulangan kata serta

faktor-faktor dari campur kodenya adalah identifikasi peranan dan identifikasi

ragam.

Adapun penelitian relevan yang kedua adalah milik Nugroho (2011) dari

Universitas Negeri Yogyakarta dengan judul skripsi “Alih Kode dan Campur

Kode Pada Komunikasi Antara Guru-Siswa Di SMA Negeri 1 Wonosari Klaten”.

Nugroho dalam skripsinya memberikan garis besar hal-hal apa saja yang

disajikan. Melihat judul milik Nugroho penelitian yang dilakukan adalah

penelitian tentang fenomena bahasa khususnya alih kode dan campur kode dalam

lingkungan sekolah. Peneliti menggunakan teknik rekam, catat, dan simak untuk

mengambil data alih kode dan campur kode serta menggunakan teknik analisis

deskritif kualitatif sebagai teknik analisis data. Penelitian yang dilakukan Nugroho

telah menganalisis data-data yang diperoleh yaitu untuk Alih kode telah

ditemukan bahwa terdapat dua bentuk alih kode yang pertama dari bahasa yaitu

terdapat bahasa formal dan informal dalam percakapan guru-siswa. Bentuk alih

kode kedua adalah hubungan antar bahasa. Terdapat hubungan antar bahasa yaitu

bahasa Perancis-bahasa Indonesia, bahasa Indonesia-bahasa Perancis.

Selanjutnya, data campur kode yang telah dianalisis terdapat dua bentuk. Bentuk

pertama adalah unsur sintaksisnya, terdapat campur kode dengan wujud kata dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

13

frasa. Bentuk kedua adalah kategorisasi kata, meliputi: nomina, adverbia,

adjektiva, numeralia, pronominal, dan preposisi. Tidak hanya itu, terdapat

analisis data tentang faktor-faktor terjadinya alih kode pada komunikasi guru-

siswa. faktor-faktor tersebut meliputi: 1) hubungan penutur dengan mitra tutur, 2)

hadirnya pihak ketiga, 3) perubahan situasi dari informal ke formal begitupun

sebaliknya, dan 4) topik pembicaraan.

Dari penelitian relevan di atas, ditemukan persamaan dan perbedaan antar-

penelitian. Penelitian di atas memiliki persamaan pada fenomena bahasa yang

diteliti yaitu alih kode dan campur kode, teknik pengumpulan data dan teknik

analisis data, hasil analisis data ada beberapa yang sama. Adapun perbedaanya

pula antar penelitian di atas, perbedaan tersebut terdapat pada lokasi penelitian,

hasil analisis data ada yang tidak sama, bahasa yang diperoleh dalam penelitianya

pun berbeda.

Melihat penelitian relevan di atas, peneliti mencoba melakukan penelitian

yang berbeda lokasi. Namun, tetap masih dalam penelitian fenomena bahasa yang

sama yaitu alih kode dan campur kode. Pemilihan lokasi yang berbeda yaitu

Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma. Lokasi ini merupakan tempat di

mana pembelajaran bahasa Indonesia untuk orang asing. Itulah kenapa, peniliti

memilih lokasi tersebut karena lokasi tersebut memiliki potensi akan adanya

fenomena bahasa alih kode dan campur kode yang berbeda dari lokasi lain nya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

14

2.2 Landasan Teori

Penelitian ini menggunakan pisau analisis untuk dapat membedah data

yang diperoleh. Adapun teori-teori yang digunakan sebagai pisau analisis dalam

penelitian ini. Teori yang akan disajikan sebagai pisau analisis dalam penelitian

ini adalah teori tentang pengertian kedwibahasaan, ragam bahasa, pengertian alih

kode dan campur kode serta wujud, faktor dari alih kode dan campur kode itu

tersendiri. Di bawah ini peneliti menyajikan teori-teori tersebut.

2.2.1 Kedwibahasaan

Sebelum memasuki fenomena alih kode dan campur kode, perlu diketahui

bahwa fenomena tersebut adalah salah satu anak dari induk fenomena

kedwibahasaan. Berbicara tentang kedwibahasaan tidak jauh dari pengertian

tentang seseorang individu atau kelompok masyarakat yang memiliki dua bahasa

dalam berkomunikasi saja. Namun, Nababan (1984: 27) telah menjelaskan lebih

dalam lagi bahwa fenomena kedwibahasaan bukan sekedar fenomena seseorang

individu atau kelompok masyarakat yang hanya memiliki dua bahasa saja, tetapi

dalam fenomena kedwibahasaan seseorang individu atau kelompok masyarakat

memiliki kemampuan dan kebiasaan menggunakan dua bahasa bukan sekedar

mampu menerima informasi dengan dua bahasa melainkan juga mampu

mengkomunikasikanya dengan dua bahasa yang dimilikinya tersebut. Sejalan

dengan Nababan, Haugan mengatakan pula bahwa kedwibahasaan merupakan

kemampuan individu untuk menghasilkan tuturan lengkap dan bermakna mampu

diterima lawan tutur dengan bahasa lain. Tidak jauh dari itu, Weinrich (dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

15

Padmadewi, Merlyna, dan Saputra, 2014: 52) mengatakan juga bahwa

kedwibahasaan adalah keadaan pemakaian dua bahasa secara bergantian dalam

berkomunikasi. Macnamara (dalam Slamet, 1995: 8) menambahkan bahwa

kedwibahasaan dapat dilihat dari berbagai segi keterampilan yaitu keterampilan

membaca, keterampilan menulis, keterampilan berbicara, keterampilan

menyimak. Fishman (dalam Slamet, 1995: 8) pun memberikan pendapatnya

seputar kedwibahasaan yang mana fenomena bahasa ini dalam memiliki dua

bahasa tidak hanya tersimpan di dalam pikiran saja (langue) tetapi harus mampu

mempratikan penggunaan dua bahasa atau lebih tersebut (parole).

Jadi, peneliti dapat memberikan simpulan tentang kedwibahasaan, bahwa

kedwibahasaan merupakan salah satu fenomena bahasa yang di mana individual

atau kelompok masyarakat memiliki kemampuan dan kebiasaan produktif serta

bahasa tidak hanya terdapat di pikiran saja tetapi mampu mempraktikkan dalam

menggunakan dua bahasa bahkan lebih saat berkomunikasi. Dalam penelitian ini,

peneliti melibatkan teori ini sebagai teori pedoman untuk mengambil data dengan

melihat percakapan seseorang individual yang memiliki kemampuan

berkomunikasi dengan dua bahasa bahkan lebih dan sebagai pisau analisis untuk

menganalisis data yang diperoleh.

2.2.2 Alih Kode

Peneliti melihat judul penelitian ini menyinggung tentang alih kode dan

beberapa teori lainya. Para ahli bahasa sudah banyak memberikan pendapatnya

tentang pengertian alih kode tersebut. Di sini, peneliti akan menyajikan pengertian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

16

alih kode dari beberapa para ahli bahasa. Jendra (dalam Padmadewi, Merlyna, dan

Saputra, 2014: 64) mengatakan bahwa alih kode sebagai peralihan atau pergantian

dari satu varian bahasa satu ke bahasa lain. Sedikit berbeda dengan pendapat

Jendra, Dell Hymes (dalam Suandi, 2014: 133) mengungkapkan bahwa pengertian

alih kode merupakan suatu istilah umum yang digunakan untuk menyatakan

pergantian (peralihan) pemakaian dua bahasa atau lebih beberapa variasi dari satu

bahasa atau bahkan beberapa ragam dari satu gaya. Hampir sama dengan pendapat

Dell Hymes, Nababan (dalam Suandi, 2014: 133) mengatakan bahwa alih kode

merupakan penggantian peralihan pemakaian bahasa atau ragam fungsiolek ke

dalam ragam yang lain. Selaras dengan pendapat Nababan, Suwito (dalam Wijana

dan Rohmandi, 2006: 171) mengatakan pula alih kode adalah peristiwa peralihan

dari kode satu ke kode lain. Apabila sorang penutur mula-mula menggunakan

bahasa kode A dan kemudian beralih menggunakan kode B.Adapun batasan dari

alih kode itu sendiri, Fasold (dalam Chaer dan Agustina, 2004: 115) menawarkan

kriteria gramatika untuk membedakan campur kode dari alih kode. Apabila satu

klausa jelas-jelas memiliki struktur gramatika satu bahasa, dan klausa berikutnya

disusun menurut gramatika bahasa lain, maka peristiwa yang terjadi adalah alih

kode.

Jadi sesuai dengan uraian di atas, dapat disimpulkan tentang pengertian

alih kode. Alih kode adalah fenomena bahasa yang terjadi dengan adanya

perubahan bahasa satu ke bahasa lain dalam percapakan penutur bahasa. Tidak

hanya perubahan bahasa satu ke bahasa lain tetapi juga perubahan ragam bahasa

satu ke ragam bahasa lain. Alih kode terjadi di dalam masyarakat yang memiliki

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

17

dua bahasa bahkan lebih dan adapun batasan alih kode yang ditegaskan oleh

Fasold yaitu perubahan bahasa yang hanya dalam wujud klausa sebagai ciri dari

identitas alih kode itu sendiri. Hubungannya teori ini dengan penelitian adalah

sebagai teori pedoman yang lebih spesifik untuk dijadikan sebagai pisau analisis

data karena peneliti akan mengambil data dan menganalisis tentang alih kode

dalam pembelajaran bahasa Indonesia di Lembaga Bahasa Universitas Sanata

Dharma.

2.2.3 Ragam Bahasa

Setiap bahasa memiliki variasi yang digunakan dalam keadaan atau tujuan

yang berbeda-beda. Setiap variasi bahasa memiliki perbedaan-perbedaan tertentu,

seperti bunyi, struktur, dan unsure lainya (Nababan, 1984: 22). Adapun beberapa

ragam bahasa yang secara garis besar lebih sering digunakan dalam percakapan

sehari-hari pada umumnya. Berikut adalah ragam bahasa Indonesia.

2.2.3.1 Ragam Baku

Ragam baku adalah salah satu varian bahasa. Namun, ragam baku inilah

yang kedudukannya paling atas dari ragam bahasa manapun. Raga m ini dianggap

paling baik dari ragam bahasa lain. Baiknya ragam ini adalah kaidah bahasanya

yang konsisten dan pasti. Konsisten strukturnya yang sesuai dengan tata bahasa

dan pasti yang tidak dapat berubah-ubah. Ragam baku biasanya digunakan pada

acara-acara formal seperti pendidikan, dinas, upacara, dsb (Sumarsono dan

Pratana, 2002: 141).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

18

Ragam baku ini akan digunakan tentunya ketika pembelajaran BIPA di

Lembaga Bahasa berlangsung. Ketika orang asing mempelajari bahasa Indonesia

tentu saja pengajar BIPA memberikan pembelajaran bahasa Indonesia yang

bersifat formal. Pemberian bahasa Indonesia yang bersifat formal tentu saja

bersifat netral artinya dapat digunakan dalam keadaan apapun sehingga dapat

membantu pembelajar asing menggunakan bahasa Indonesia dalam keadaan

apapun karena ragam baku memilki kedudukan di atas dari ragam bahasa lainya.

2.2.3.2 Ragam Tidak Baku

Ragam tidak baku tentu berbeda jauh dengan ragam baku. Ragam baku

yang bersifat konsisten dan pasti berbeda jauh dengan ragam tidak baku yang

bersifat longgar dan membuat kaidah sendiri. ragam tidak baku ini sangat lepas

dari tata bahasa yang ada. Ragam tidak baku kedudukannya di bawah ragam baku

dan digunakan dalam keadaan tidak formal seperti saat kumpul bersama teman,

keluarga, dan kegiatan lainnya yang jauh dari formal (Sumarsono dan Pratana,

2002: 141).

Peneliti tentu saja tidak menganalisis alih kode dan campur kode dari

perubahan bahasa satu ke bahasa lain melainkan juga perubahan ragam satu ke

ragam lain. Teori ragam tidak baku tentu disajikan dalam skripsi ini untuk

dijadikan acuan teori dalam menganalisis data penelitian alih kode dan campur

kode. Kemungkinan ragam tidak baku dapat saja digunakan ketika pembelajaran

BIPA di Lembaga Bahasa karena kedekatan pengajar dan pembelajar BIPA dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

19

perubahan topik di luar materi pembelajaran maupun di dalam materi

pembelajaran.

2.2.4 Wujud dan Faktor Alih Kode

Pada bagian sebelumnya, peneliti sudah menyinggung tentang pengertian

alih kode dari beberapa ahli bahasa. Namun, tidak cukup itu saja untuk

memperdalam bagaimana karakteristik tentang fenomena alih kode. Selanjutnya,

peneliti menyajikan wujud dan faktor atau hal yang melatarbelakangi alih kode itu

terjadi.

2.2.4.1 Klausa

Miftahul dan Ridwan (2014: 88) memaparkan bahwa klausa adalah satuan

sintaksis yang terdiri atas dua kata atau lebih yang mengandung unsur predikasi

atau tersusun atas predikator dan argument, belum disertai oleh intonasi akhir

pada ragam lisan atau tanda baca pada ragam tulisan. Sejalan dengan pendapat

Miftahul dan Ridwan, Keraf (dalam Suhardi 2013: 47) mendefinisakan klausa

sebagai suatu konstruksi yang di dalamnya terdapat beberapa kata yang

mengandung hubungan fungsional, yang dalam tata bahasa lama di kenal dengan

subjek, predikat, objek, dan keterangan. sebuah klausa sekurang-kurangnya harus

mengandung subjek dan predikat. Ramlan (dalam Sukini 2010: 41-42)

memberikan pengertian yang sama tentang klausa. Ramlan berpendapat bahwa

klausa adalah S P (O) (pel) (Ket). Tanda kurung tersebut menandakan bahwa

fungsi-fungsi yang terletak dalam tanda kurung bersifat manasuka.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

20

Dari ketiga para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa klausa adalah

satuan gramatikal yang memiliki subjek dan predikat dan menjadi cikal bakal

kalimat. Klausa berada di atas frasa dan berada di bawah kalimat. Klausa juga

berbeda dengan kalimat yang belum memiliki intonasi final sedangkan kalimat

tentu memiliki intonasi final.

2.2.4.2 Kalimat

Chaer (2008: 44) mengatakan bahwa kalimat merupakan satuan sintaksis

yang disusun dari konstituen dasar yang biasanya berupa klausa, dilengkapi

dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final. Berbeda

sedikit dengan pendapat Chaer, Kridalaksana (dalam Sukini 2010: 54)

mengemukakan bahwa kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri

sendiri, mempunyai pola intonasi final, baik secara aktual, maupun potensial

terdiri atas klausa. Ahmad (dalam Miftahul dan Ridwan 2014: 147) memberikan

pendapat tentang kalimat, bahwa terdapat dua hal penting berkenaan dengan

konsep kalimat, yaitu konstituen dasar dan intonasi final. Konstituen dasar kalimat

biasanya berupa klausa dan sebuah klausa diberi tanda baca atau intonasi final

maka terbentuklah kalimat.

Dari pendapat para ahli bahasa di atas, peneliti dapat menyimpulkan

bahwa kalimat merupakan satuan gramatikal yang berada di atas klausa dan di

bawah wacana. Dasar pondasi dari kallimat itu sendiri adalah klausa. Kalimat

memiliki intonasi final sebagai penanda kalimat itu sendiri. Dari pemaparan

pengertian tentang klausa dan kalimat di atas, bahwa klausa dan kalimat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

21

merupakan batasan dari penanda alih kode itu sendiri. Dengan pengertian klausa

dan kalimat di atas, peneliti dapat menganalisis data yang berupa alih kode itu

sendiri yang mana batasan alih kode sebenarnya yaitu perubahan bahasa yang

berwujud klausa dan kalimat.

Sesuai dengan teori yang telah dibahas di depan, Fasold menawarkan

kriteria gramatika untuk membedakan campur kode dari alih kode. Pembeda dasar

alih kode daripada campur kode itu sendiri adalah apabila terdapat perubahan

klausa dari bahasa satu ke bahasa lain. Berikut adalah contoh alih kode sesuai

yang ditawarkan oleh Fasold.

(1) Pengajar BIPA : “Selamat siang teman-teman, apakah sudah

makan?

(2) Pembelajar asing : “Sudah hehe”

(3) Pengajar BIPA : “Saya sudah makan juga, Apa yang Anda

makan hari ini?”

(4) Pembelajar asing : “Hah?!”

(5) Pengajar BIPA : “Apa yang Anda makan hari ini? contoh, I

have eaten fried chiken today.

(6) Pembelajar asing : “Oh ya, Saya makan Gudeg”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

22

Di atas adalah percakapan antara pengajar BIPA dan pembelajar asing saat

pembelajaran belum dimulai. Percakapan tersebut, pengajar BIPA menanyakan

kegiatan makan mereka.

Pada percakapan tersebut tepatnya pada ujaran (5), pengajar mengubah

bahasa Indonesia ke bahasa Inggris. Pada ujaran tersebut, terdapat percakapan

mengandung fenomena alih kode karena pengajar menyisipkan klausa “I have

eaten fried chiken today.” Pengajar mengubah bahasa Indonesia ke bahasa

Inggris karena memiliki alasan tertentu.

Alih kode tidak dapat terjadi begitu saja, perubahan bahasa satu ke bahasa

lain yang digunakan dalam percakapan penutur tentu ada yang melatarbelakangi.

Adapun latar belakang atau faktor alih kode itu dapat terjadi dalam masyarakat

bilingual dan multilingual. Chaer dan Agustina (2004:108) memberikan pendapat

apa saja faktor-faktor alih kode. Berikut adalah faktor-faktor tersebut: (1)

pembicara atau penutur , (2) pendengar atau lawan tutur (3) perubahan situasi

dengan hadirnya orang ketiga , (4) perubahan dari formal ke informal atau

sebaliknya, (5) perubahan topik pembicaraan.

2.2.5 Campur Kode

Berbicara seputar alih kode tentu tidak jauh juga berbicara tentang campur

kode. Kedua fenomena bahasa ini merupakan fenomena kedwibahasaan,

sebagaimana fenomena ini dapat terjadi di dalam masyarakat bilingual maupun

multilingual. Adapun persamaaan dari alih kode dan campur kode seperti yang

dikemukakan oleh Chaer dan Agustina, (2004: 114) bahwa digunakannya dua

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

23

bahasa atau lebih, atau dua varian dari sebuah bahasa dalam satu masyarakat tutur.

Selaras dengan pendapat Suwito(dalam Wijana dan Rohmadi, 2006: 171) bahwa

campur kode adalah perubahan bahasa satu ke bahasa yang lain, baik dua bahasa

bahkan lebih. Perubahan bahasa yang terjadi di dalam campur kode dengan

menyisipkan serpihan-serpihan leksikal yang sudah tidak memiliki fungsi sendiri.

Berbeda sedikit dengan Suwito, Nababan (1984: 32) mengatakan bahwa campur

kode merupakan fenomena bahasa yang mencampur satu bahasa bahkan lebih ke

dalam bahasa pokok pembicaraan. Dalam mencampur bahasa lain tersebut tidak

dipengaruhi oleh situasi lain. Campur kode lebih sering terjadi pada situasi

informal atau santai. Terkadang campur kode dapat terjadi di situasi formal tetapi

itu jarang terjadi. Kalau memang ada, hal itu disebabkan penutur bahasa tidak

memiliki ungkapan lain untuk disampaikan. Meskipun campur kode memiliki

persamaan dengan alih kode, tidak dipungkiri campur kode tidak memiliki

perbedaan dengan alih kode. Campur kode sendiri memiliki batasan tertentu

seperti dikemukakan oleh Fasold (dalam Chaer dan Agustina, 2004: 115) bahwa

seseorang yang mencampuri bahasa satu ke bahasa yang lain dalam bentuk kata

atau frasa itu merupakan fenomena campur kode.

Jadi, inti dari pengertian campur kode di atas adalah perubahan bahasa

satu ke bahasa lain, baik menggunakan dua bahasa atau lebih dalam perubahan

bahasa tersebut. Adapun batasan yang mencirikan pada campur kode itu sendiri

yaitu perubahan bahasa yang hanya dalam bentuk kata, dan frasa saja, di luar itu

sudah bukan merupakan campur kode lagi melainkan alih kode. Hubungannya

teori ini dengan penelitian adalah sebagai teori pedoman yang lebih spesifik untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

24

dijadikan sebagai pisau analisis data karena peneliti akan mengambil data dan

menganalisis tentang campur kode dalam pembelajaran bahasa Indonesia di

Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma.

2.2.6 Wujud dan Faktor Campur Kode

Beralih ke lainnya, peneliti membahas wujud-wujud campur kode untuk

mempertajam pisau analisis data. Seperti apa yang dikatakan Fasold di atas bahwa

batasan dari campur kode itu sendiri adalah kata dan frasa di luar gramatika

tersebut sudah bukan campur kode itu sendiri melainkan alih kode. Pernyataan itu

didukung dengan oleh teori dari Thelander (dalam Suandi, 2014: 139) yang

mengatakan bahwa batasan mengenai ruang lingkup campur kode pada tataran di

bawah klausa kalau di tingkat klausa atau di atasnya disebut alih kode.

2.2.6.1 Kata

Chaer (2008: 37-38) mengatakan bahwa kata secara gramatikal

mempunyai dua status. Sebagai satuan terbesar dalam tataran morfologi, dan

sebagai satuan terkecil dalam tataran sintaksis. Dalam tataran morfologi kata

sebagai satuan terbesar kata dibentuk dari bentuk dasar melalui morfologi afiksasi,

reduplikasi, atau komposisi. Sedangkan, sebagai satuan terkecil dalam sintaksis

kata, khususnya yang termasuk kelas terbuka (nomina, verba, dan adjektiva) dapat

mengisi fungsi-fungsi sintaksis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

25

2.2.6.2 Frasa

Chaer (2008: 44) mengatakan bahwa frasa dibentuk dari dua buah kata

atau lebih, dan mengisi salah satu fungsi sintaksis. Sedikit berbeda dengan Chaer,

Ramlan (dalam Suhardi 2013: 19) menambahkan bahwa frasa adalah satuan

gramatik yang terdiri dua kata atau lebih dan tidak melampui batas fungsi unsure

klausa. Maksud tidak melampui batas adalah tidak melampui batas fungsinya di

dalam kalimat. Menambahkan sedikit teori dari Rusyana dan Syamsuri (dalam

Arifin dan Junaiyah 2008: 18) yang mendefinisikan bahwa frasa adalah satuan

gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif atau satu

konstruksi ketatabahasaaan yang terdiri dari dua kata atau lebih.

Dari pendapat para ahli bahasa di atas, peneliti dapat menyimpulkan

bahwa frasa merupakan satuan gramatikal yang berada di bawah klausa. terdiri

dari dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif. Dari pemaparan pengertian

tentang kata dan frasa di atas, bahwa kata dan frasa merupakan batasan dari

penanda campur kode itu sendiri. Dengan pengertian kata dan frasa di atas,

peneliti dapat menganalisis data yang berupa campur kode itu sendiri yang mana

batasan campur kode sebenarnya yaitu perubahan bahasa yang berwujud kata dan

frasa.

Untuk memperjelas bagaimana batasan dari campur kode, peneliti

memberikan contoh peristiwa campur kode yang berwujud kata dan frasa, sebagai

berikut.Contoh bentuk campur kode dari bentuk bahasa, perubahan ke dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

26

maupun perubahan keluar. Contoh perubahan alih kode ke luar dan wujud kata

berikut ini.

Andy : “Bud, bagaimana menurutmu pemenang Pilkada DKI

sekarang dimenangkan oleh Paslon Anies-Sandi?”

Budi : “Engga percaya An, aku pikir paslon Basuki dan Djarot

yang menang, tapi kenyataanya no.”

Percakapan di atas adalah contoh fenomena campur kode keluar karena

terdapat pergantian bahasa asing yaitu bahasa Inggris. Wujud dari campur kode di

atas merupakan wujud berupa kata dengan kata “no”(tidak). Latar belakang

penutur mencampurkan bahasa lain dikarenakan penutur ingin membuktikan

bahwa dia dapat menggunakan bahasa Inggris kepada teman sebayanya dan serta

mempertegas pernyataan dengan bahasa Inggris karena gubernur Basuki dab

Djarot tidak menang.

Pengajar BIPA : “Baik teman-teman hari ini kita akan

mengerjakan latihan satu dan mendengarkan

percakapan, listening conversation”

Pembelajar asing : “Okee”

Percakapan di atas merupakan campur kode wujud frasa yaitu listening

conversation. Latar belakang faktor terjadinya campur kode di atas adalah

pengajar BIPA ingin memberikan penjelasan tentang arti frasa “Mendengarkan

percakapan” tetapi menggunakan bahasa Inggris untuk mempercepat dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

27

mempermudah pembelajar untuk memahami arti frasa “Mendengarkan

percakapan” dalam bahasa Inggris. Pengajar menggunakan bahasa Inggris karena

mengerti bahwa lawan tuturnya dapat berbahasa Inggris.

Adapun faktor-faktor yang menyebabkan campur kode itu terjadi, Redling

dan Park (dalam Padmadewi, Merlyna, dan Saputra, 2014:66)mengatakan bahwa

terdapat faktor – faktor campur kode. Faktor – faktor campur kode itu disebabkan

oleh (a) seorang individual baru memahami satu bahasa dengan baik dan belum

sepenuhnya menguasai bahasa lain, sehingga akan mencampur dengan bahasa

yang paling dikuasai ketika ingin mengucapkan bahasa yang belum sepenuhnya

dikuasai, (b) campur kode dilakukan jika bahasa yang ingin diucapkan tidak ada,

sehingga mencari bahasa lain, (c) campur kode dilakukan ketika bahasa yang

ingin disampaikan terlalu sulit sehingga mencari bahasa lain yang lebih mudah,

(d) bila anak diberikan input dalam bahasa campur maka dia cenderung akan

menjawab dengan bahasa campur.

Adapula faktor lain yang dikemukakan oleh Suandi (2014: 143-146) yaitu:

(a) keterbatasan penggunaan kode, (b) penggunaan istilah yang lebih populer,(c)

pembicara dan pribadi sementara, (d) mitra bicara, (e) tempat tinggal dan waktu

pembicaraan berlangsung, (f) modus pembicaraan, (g) topik, (h) fungsi dan

tujuan¸ (i) ragam dan tingkat tutur bahasa, (j) hadirnya penutur ketiga, (k) pokok

pembicara, (l) untuk membangkitkan rasa humor, dan (m) untuk sekedar

bergengsi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

28

Tabel 2.1 Indikator Alih Kode dan Campur Kode

Berikut adalah indikator alih kode dan campur kode yang dijadikan acuan

penelitian ini.

No Indikator Sub Indikator Deskriptor

1. Alih kode Alih kode Perubahan bahasa satu ke bahasa

lain, ragam satu ke ragam lain yang

memiliki batasan yaitu klausa dan

di atas klausa yang menjadi

identitas khas dari alih kode.

Alih kode

berwujud klausa

Alih kode pada tataran sintaksis

yang minimal memiliki subjek dan

predikat dan berpotensi menjadi

kalimat.

2. Ragam

Bahasa

Ragam baku Ragam bahasa yang kedudukannya

paling atas, bersifat konsisten dan

pasti seuai dengan tata bahasa.

Ragam tidak

baku

Ragam bahasa kedudukanya di

bawah ragam baku, bersifat longgar

dan seenaknya sendiri terlepas dari

tata bahasa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

29

3. Faktor

terjadinya

alih kode

Penutur Faktor penyebab terjadinya alih

kode adalah penutur. Penutur

seringkali melakukan alih kode

untuk mendapatkan keuntungan

dan manfaat dari tindakannya itu.

Lawan Tutur Faktor lain penyebab terjadinya alih

kode adalah lawan tutur. Penutur

harus memahami lawan tutur,

apakah lawan tutur mampu atau

tidak memahami bahasa yang akan

digunakan oleh penutur. Penutur

pun harus memahami situasi dari

lawan tuturnya tersebut.

Kehadiran orang

ketiga

Kehadiran orang ketiga atau orang

lain yang tidak berlatar belakang

bahasa yang sama dengan bahasa

yang sedang digunakan oleh

penutur dan lawan tutur dapat

menyebabkan terjadinya alih kode.

Perubahan

situasi

Perubahan situasi dari formal ke

situasi informal, maupun

sebaliknya.

Perubahan topik Perubahan topik dari satu topik ke

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

30

pembicaraan topik lainnya dapat menyebabkan

terjadinya alih kode.

4. Campur

kode

Campur kode Perubahan bahasa satu ke bahasa

lain yang memiliki batasan yaitu

kata dan frasa yang menjadi

identitas khas dari campur kode.

Campur kode

berwujud kata

Campur kode dengan menyisipkan

unsur-unsur bahasa lain berupa

penyisipan kata.

Campur kode

berwujud frasa

Campur kode dengan menyisipkan

unsur-unsur bahasa lain berupa

penyisipan frasa.

Faktor

terjadinya

alih kode

Keterbatasan

penggunaan

kode

Campur kode dilakukan jika bahasa

yang ingin diucapkan tidak ada,

sehingga mencari bahasa lain.

Penutur Faktor penyebab terjadinya alih

kode adalah penutur. Penutur

seringkali melakukan alih kode

untuk mendapatkan keuntungan

dan manfaat dari tindakannya itu.

Lawan Tutur Faktor lain penyebab terjadinya alih

kode adalah lawan tutur. Penutur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

31

harus memahami lawan tutur,

apakah lawan tutur mampu atau

tidak memahami bahasa yang akan

digunakan oleh penutur. Penutur

pun harus memahami situasi dari

lawan tuturnya tersebut.

Perubahan

situasi

Campur kode terjadi karena

perubahan situasi tertentu yang

memungkinkan seseorang untuk

melakukan campur kode

Perubahan topik

pembicaraan

Perubahan topik dari satu topik ke

topik lainnya dapat menyebabkan

terjadinya campur kode kode.

Fungsi dan

tujuan

Campur kode dilakukan memiliki

fungsi bagi penuturnya dan untuk

mendapatkan tujuan tertentu

2.2.7 Lembaga BIPA

Institusi BIPA adalah lembaga yang berkecimpung dalam bidang ilmu

bahasa Indonesia dengan memberikan pembelajaran formal untuk pembelajar

asing dari berbagai Negara dengan tujuan tertentu. Institusi ini memiliki peran

untuk memajukan bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional. Institusi BIPA

memiliki peran penting bagi pembelajar asing untuk mempelajari bahasa dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

32

budaya Indonesia. Institusi ini dapat dikatakan bisa memberikan ilmu bahasa

Indonesia sebanyak 70% dan budaya Indonesia sebanyak 30%.

Terkait dengan institusi BIPA, Penelitian ini dilaksanakan dalam dunia ke-

BIPA-an karena penelitian tentang alih kode dan campur kode cukup menarik

dalam lingkup pembelajaran BIPA. Penelitian ini juga memerlukan data tentang

fenomena kedwibahasaan yang tentunya terdapat dalam institusi BIPA itu sendiri.

Penelitian ini diharapkan memiliki kontribusi untuk bidang ke-BIPA-an yang

sekiranya membantu dalam pembelajaran BIPA dan berbagai kalangan lain.

2.2.8 Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma

Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta adalah institusi

bahasa Indonesia bagi penutur asing (BIPA). Awalnya Lembaga Bahasa

Universitas Sanata Dharma bernama Pusat Pengembangan dan Pelatihan Bahasa

Indonesia, pelatihan yang hanya diberikan kepada Universitas Edith Cowan,

Perth, Australiaadalah pelatihan intensif budaya dan bahasa Indonesia. Seiring

berjalanya waktu, Pusat Pengembangan dan Pelatihan Bahasa Indonesia

berkembang untuk tidak hanya menawarkan pelatihan bahasa Indonesia kepada

dosen dan mahasiswa dari Australia saja, tapi juga untuk para ekspatriat yang

ingin bekerja di Indonesia maupun mahasiswa asing dan mahasiswa Indonesia

yang ingin mendalami bahasa dan budaya di universitas. Pusat Pengembangan

dan Pelatihan Bahasa Indonesia yang telah berganti nama menjadi Lembaga

Bahasa Universitas Sanata Dharma tidak hanya memberikan pengembangan dan

pelatihan bahasa Indonesia saja, melainkan memberikan pelayanan untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

33

pelatihan bahasa lain juga seperti bahasa Inggris, bahasa Korea, bahasa Mandarin,

dan bahasa Jawa.

Umumnya setiap Lembaga BIPA di Indonesia menggunakan level pada

pembelajaran bahasa Indonesia sesuai dengan kemampuan berbahasa pembelajar

tersebut. Namun, pada Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma biasa

menggunakan enam level untuk menempatkan pembelajar Asing sesuai dengan

kemampuan berbahasanya. Level tersebut yaitu A1 (pemula 1) , A2 (pemula 2),

B1 (madya 1), B2 (madya 2), C1 (lanjut 1), dan C2 (lanjut 2). Cara melevelkan

untuk dapat menempatkan pembelajar masuk ke level yang sesuai, pihak Lembaga

Bahasa memiliki kriterianya sendiri. Pada level A1 dan A2 pihak Lembaga

Bahasa mengkriteriakan bahwa pembelajar memiliki kemampuan bahasa

Indonesia dan kebiasaan berkomunikasi tentang kata-kata sehari-hari yang masih

menggunakan kata dasar, kosa kata yang masih terbatas dengan topik ringan, dan

belum mengetahui afiksasi. Lalu, level B1 dan B2 pihak Lembaga Bahasa

mengkriteriakan bahwa pembelajar memiliki kemampuan bahasa Indonesia dan

kebiasaan berkomunikasi tentang kosa kata yang cukup luas tidak hanya tentang

kegiatan sehari-hari saja melainkan sudah menuju topik agak kompleks, sudah

mengetahui afiksasi yang cukup mudah. Kemudian, level C1 dan C2 pihak

Lembaga Bahasa mengkriteriakan bahwa pembelajar memiliki kemampuan

bahasa Indonesia dan kebiasaan berkomunikasi tentang kosa kata yang luas,

mengetahui topik kompleks, serta sudah mengetahui afiksasi yang kompleks.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

34

Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma merupakan tempat penelitian ini

dilaksanakan. Penelitian ini diharapkan memiliki kontribusi penting untuk

Lembaga Bahasa tersebut dan Lembaga Bahasa juga akan menjadi tempat untuk

memperoleh data penelitian tentang alih kode dan campur kode.

2.3 Kerangka Pikir

Jalan penelitian ini secara garis besar terdapat dalam kerangka berpikir

yang menjelaskan kondisi lingkungan penelitian, dan data-data apa saja yang

dianalisis pada percakapan antar pembelajar asing dan guru saat pembelajaran

bahasa Indonesia di Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma. Kondisi awal

adalah pembelajaran bahasa Indonesia di Lembaga Bahasa Universitas Sanata

Dharma. Pada saat pembelajaran, terjadilah percakapan antara pengajar dan

pembelajar asing. Di dalam percakapan tersebut, terdapat fenomena alih kode dan

campur kode yang dilatarbelakangi oleh beberapa faktor serta beberapa wujud

yang akan dianalisis oleh peneliti. Adapun wujud dari alih kode itu sendiri yaitu

wujud klausa dan kalimat. Lalu, wujud dari campur kode yaitu terdiri dari wujud

kata dan frasa,. Jika dalam satu percakapan terdapat fenomena alih kode dan

campur kode, peneliti hanya akan menganalisis fenomena alih kode dengan

batasan gramatika klausa dan kalimat. Berikut adalah kerangka berpikir dalam

bentuk penjelasan gambar tentang kondisi lingkungan penelitian dan data yang

perlu dianalisis:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

35

Pembelajaran bahasa Indonesia

di Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma

Percakapan antara pembelajar asing

dan pengajar bahasa Indonesia

Terjadi alih kode dan campur kode

Wujud alih kode:

- Klausa

- Kalimat

Ragam bahasa:

- Ragam

baku

- Ragam

tidak

baku

Wujud campur kode:

- Kata

- Frasa

Faktor terjadinya alih kode dan campur

kode

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

36

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini, peneliti menyajikan tentang metode penelitian ini. Metode

penelitian merupakan satu kesatuan penyajian dengan bab lain dalam penelitian

untuk mengetahui jalan penelitian yang akan berlangsung pada penelitian alih

kode dan campur kode pada pembelajaran BIPA di Lembaga Bahasa Universitas

Sanata Dharma. Penyajian pada metode penelitian ini memberikan penjelasan

tentang jenis penelitian, lokasi penelitian, subjek penelitian, pelaksanaan

penelitian, data dan sumber data, populasi data, sampel data, alat penelitian,

metode dan teknik pengumpulan data, metode dan teknik analisis data, triangulasi

data metode serta teknik penyajian data. Berikut adalah penyajian dari bagian

metode penelitian ini:

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Bog dan Taylor

(dalam Muhammad 2011:30) mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah

penelitian yang menyajikan data deskriptif dalam bentuk kata-kata tertulis dari

kegiatan orang-orang yang dapat diamati. Melihat pengertian itu, pada penelitian

ini peneliti mengamati percakapan antara pengajar dan pembelajar asing dalam

pembelajaran bahasa Indonesia dan menyajikan data dari analisis percakapan yang

mengandung fenomena bahasa alih kode dan campur kode.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

37

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi pada penelitian ini adalah Lembaga Bahasa Universitas Sanata

Dharma. Namun, penelitian ini lebih dispesifikasikan dalam pembelajaran bahasa

Indonesia bagi penutur asing. Alasan memilih lokasi ini karena lokasi ini memiliki

potensi adanya fenomena kedwibahasaan yang terdapat pula fenomena bahasa alih

kode dan campur kode. Potensi tersebut terlihat dari pembelajar asing yang

mengikuti pembelajaran bahasa Indonesia dan dalam pembelajaran tersebut

peneliti meyakini bahwa ada bahasa perantara dalam pembelajaran bahasa

Indonesia. Untuk lebih spesifik, penelitian ini dilakukan di kelas darmasiswa pada

level A1. Level ini adalah level dasar pada pembelajaran BIPA. Peneliti memilih

pada level ini karena pembelajar pada level ini belum sepenuhnya memahami

bahasa utama yaitu bahasa Indonesia. Oleh karena itu, melihat situasi ini akan ada

bahasa pengantar untuk mencapai bahasa utama.

3.3 Subjek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah pengajar dan pembelajar asing di

Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma. Pengajar dan pembelajar asing

menghasilkan tuturan yang mengandung fenomena alih kode dan campur kode.

Tuturan dari pengajar dan pembelajar asing tersebutlah akan dianalisis sesuai

dengan kebutuhan penelitian ini. Subjek penelitian ini yaitu pengajar dan

pembelajar asing di kelas tingkat pemula dengan jumlah 6 pembelajar, 5

pembelajar berasal dari Hungaria dan 1 pembelajar berasal dari India serta 4

pengajar berasal dari Indonesia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

38

3.4 Pelaksanaan Penelitian

Mahsun dalam bukunya mengatakan (2005:32) tahapan pelaksanaan

penelitian terdiri dari tiga pokok tahapan yaitu penyediaan data, analisis data, dan

membuat rumusan hasil analisis.

Tabel 3.1 Agenda Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti akan memaparkan tahapan pelaksanaannya,

sebagai berikut:

No Kegiatan Tujuan Bulan ke-

8 9 10 11 12 1

1. Pengumpulan data

1.1 Perekaman data

1.2 Pentrasnskripsian

rekaman

1.3 Penentuan

penyajian data

wujud, dan faktor

alih kode serta

campur kode

2. Triangulasi data

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

39

3. Analisis data

2.5 Membuat rumusan

hasil analisis data

3.5 Data dan Sumber Data

Dalam sebuah penelitian, data adalah hal yang sangat diperlukan sebagai

suatu hal yang harus diteliti. Data juga merupakan suatu objek yang harus

dianalisis di dalam sebuah penelitian. Data merupakan satu kesatuan dalam

penelitian yang diperoleh dari sumber data. Berikut adalah penyajian tentang data

dan dari mana data itu diperoleh pada penelitian ini.

3.5.1 Data

Data adalah hal penting dalam penelitian karena data merupakan objek

penelitian yang akan dianalisis lalu disajikan menjadi laporan penelitian itu

sendiri. Dalam penelitian bahasa, Sudaryanto (dalam Mahsun 2014:18)

memberikan batasan bahwa data merupakan bahan jadi untuk dianalisis, bahan

jadi tersebut diperoleh dari pemilihan macam tuturan yang kiranya benar-benar

dibutuhkan. Data penelitian tidak hanya berupa objek penelitian saja melainkan

konteks pula yang mendukung atau yang terdapat dalam objek penelitian tersebut

karena objek penelitian dan konteks memiliki hubungan yang saling berkaitan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

40

Pada penelitian ini, data yang diperoleh adalah berupa tuturan yang

mengandung fenomena bahasa alih kode dan campur kode serta konteks yang

mengiringinya pada pembelajaran bahasa Indonesia di Lembaga Bahasa

Universitas Sanata Dharma. Tuturan lisan yang dipilih sesuai dengan kebutuhan

nantinya akan ditranskripsikan untuk dianalisis data. Adapun batasan data-data

yang akan dianalisis. Batasan data-data yang akan dianalisis pada fenomena alih

kode adalah ranah sintaksis klausa dan kalimat sedangkan batasan data-data

campur kode adalah ranah sintaksis kata dan frasa.

3.5.2 Sumber Data

Sumber data adalah asal data itu diperoleh. Data pada penelitian ini berupa

tuturan yang mengandung fenomena bahasa alih kode dan campur kode serta

konteks yang mengiringinya. Jadi, jika data tersebut berupa tuturan maka sumber

data itu bisa dikatakan adalah penutur yang menghasilkan tuturan tersebut.

Penutur yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah pengajar dan

pembelajar asing dalam pembelajaran bahasa Indonesia di Lembaga Bahasa

Universitas Sanata Dharma.

3.6 Populasi dan Sampel Data

3.6.1Populasi Data

Membahas tentang populasi, Sevilla, dkk (dalam Mahsun, 2014: 28)

mengatakan bahwa populasi penelitian adalah kelompok besar yang merupakan

sasaran generalisasi. Populasi dibagi menjadi dua hal yakni masalah satuan

penutur dan masalah satuan wilayah teritorial. Hubungan masalah satuan penutur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

41

adalah populasi keseluruhan individu yang menjadi anggota masyarakat tutur

bahasa yang akan diteliti dan menjadi sasaran penarikan generalisasi tentang

seluk-beluk bahasa tersebut. Lalu,masalah satuan wilayah territorial adalah

keseluruhan wilayah yang menjadi tempat permukiman keseluruhan individu

anggota masyarakat tutur bahasa yang menjadi sasaran generalisasi.

Pada penelitian ini, populasi keseluruhan individual yang menjadi anggota

masyarakat tutur bahasa yang akan diteliti adalah seluruh tuturan pengajar dan

pembelajar asing pada pembelajaran bahasa Indonesia dan keseluruhan wilayah

yang menjadi tempat permukiman keseluruhan individu anggota masyarakat tutur

bahasa yang akan diteliti adalah Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma.

Populasi keseluruhan individual yang menjadi anggota masyarakat tutur bahasa

yang akan diteliti adalah pembelajar asing yang berasal dari luar Indonesia yaitu

Jerman, Hungaria, India, Jepang, Thailand, Amerika Serikat, dan Vietnam dengan

jumlah keseluruhan 16 pembelajar asing. Pada populasi penelitian ini, terdapat

pula 3 tingkat kelas darmasiswa yaitu tingkat pemula, madya, dan lanjut.

3.6.2 Sampel Data

Sevilla, dkk (dalam Mahsun, 2014: 29) juga mengatakan bahwa pemilihan

sebagian dari keseluruhan penutur atau wilayah pakai bahasa yang menjadi objek

penelitian sebagai wakil yang memungkinkan untuk membuat generalisasi

terhadap populasi itulah yang disebut sampel penelitian. Adapun sample

penelitian ini adalah pengajar dan pembelajar asing di kelas darmasiswa tingkat

pemula dengan jumlah 6 pembelajar, 5 pembelajar berasal dari Hungaria dan 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

42

pembelajar dari India serta 4 pengajar dari Indonesia serta sample wilayah dari

penelitian ini adalah kelas darmasiswa tingkat pemula.

3.7 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam bukunya, Sudaryanto (2015: 9) mengatakan bahwa metode adalah

cara yang harus dilakukan atau diterapkan sedangkan teknik adalah cara

melaksanakan atau menerapkan metode. Metode yang digunakan dalam penelitian

ini adalah metode simak. Seperti yang dikatakan Sudaryanto, (dalam Muhammad

2011: 207) bahwa metode simak adalah cara peneliti memperoleh data dengan

menyadap penggunaan bahasa oleh seseorang atau sumber data penelitian baik

lisan maupun tulisan. Pada penelitian ini, peneliti mengumpulkan data dengan

menggunakan metode ini, melakukan penyadapan terhadap percakapan yang ada

ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung dalam pembelajaran bahasa

Indonesia bagi orang asing.

Lalu, teknik yang digunakan dalam penelitian ini yang sesuai metode

simak di atas adalah teknik simak bebas cakap, rekam, dan catat. Pertama, teknik

simak bebas cakap yang digunakan pada penelitian ini bahwa peneliti menyimak

percakapan yang terjadi di kelas saat pembelajaran bahasa Indonesia tanpa

peneliti ikut berpartisipasi dalam percakapan tersebut. Jadi, seakan-akan data yang

diperoleh tidak benar-benar dibuat oleh peneliti melainkan data yang diperoleh

benar-benar alami apa adanya. Kedua, teknik rekam yang digunakan pada

penelitian ini membantu peneliti untuk merekam percakapan yang terjadi, peneliti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

43

tidak hanya menyimak dengan alat kosong saja tetapi ada alat bantu untuk

merekam percakapan saat pembelajaran.

Fungsi teknik rekam ini sendiri adalah mengumpulkan data secara utuh,

ketika peneliti lupa data yang akan dianalisis peneliti dapat menyimak kembali

dari hasil rekaman yang telah peniliti rekam. Ketiga, teknik catat yang digunakan

sangat membantu untuk menulis percakapan yang peneliti tidak ketahui penulisan

kalimat, frasa, ataupun kata. Teknik catat ini sangat membantu ketika peneliti

mentranskrip percakapan yang akan dianalisis datanya. Tidak hanya itu, teknik

catat ini membantu pula untuk mencatat penggunaan bahasa yang mengandung

fenomenan alih kode dan campur kode dalam bentuk tulisan. Berikut adalah

contoh format transkrip data.

Tabel 3.2 Contoh Transkrip Data

Data Teknik Waktu Tempat Kode Fenomena

Bahasa

1 Simak,

Rekam,

dan Catat.

08.00 WIB Kelas

Darmasiswa

C

Transkrip data:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

44

3.8 Metode dan Teknik Analisis Data

Sebelum ke tahap menganalisis data, ada beberapa hal yang harus

dilakukan peneliti yaitu mengumpulkan data, mengklasifikasikan data, dan

menganalisis data itu. Seperti dikatakan di atas, tahap mengumpulkan data peneliti

menggunakan metode simak dan menggunakan beberapa teknik yaitu teknik

simak bebas cakap, teknik rekam, dan teknik catat. Setelah data terkumpul, tahap

selanjutnya adalah tahap mengklasifikasikan data. Tahap ini adalah tahap untuk

memilah-memilih data yang sesuai dengan tujuan penelitian. Peneliti hanya

mengambil data yang sekiranya dibutuhkan dari percakapan yang telah peneliti

peroleh. Percakapan tersebut diambil data yang sekiranya mendukung penelitian

ini yaitu mengambil data mengandung fenomena bahasa alih kode dan campur

kode. Tahap selanjutnya adalah tahap menganalisis data. Pada tahap ini data

dianalisis sesuai dengan teori yang mendukung untuk penganalisisan data tersebut

dan sesuai dengan tujuan penelitian ini sendiri. Beberapa penganalisisan data pada

penelitian ini adalah menganalisis bentuk, macam,dan faktor alih kode dan

campur kode. Dalam menganalisis data penelitian ini, peneliti menggunakan

metode dan teknik analisis data yang sesuai.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua metode analisis data.

Metode analisis pertama adalah metode agih. Muhammad dalam bukunya (2014:

244) mengatakan bahwa metode agih adalah metode yang memilah unsur bahasa

yang terdapat dalam bahasa, bahkan di dalam datanya. Adapun teknik yang

digunakan dalam metode ini yaitu teknik bagi unsur langsung. Sudaryanto (dalam

Muhammad 2014: 244-245) mengatakan bahwa teknik bagi unsur langsung ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

45

adalah data berupa satuan bahasa dibagi-bagi menjadi beberapa unsur atau

segmen yang dianggap sebagai pembentuk satuan lingual yang dimaksud. Teknik

ini adalah teknik intuisi di mana peneliti menggunakan mental. Kemampuan

mental yang digunakan untuk menganalisis data. Penentu bagian-bagian yang

dipilah itu adalah jeda, baik yang silabik maupun sintaktik.

Dalam penelitian ini, penggunaan metode agih dan teknik bagi unsur

langsung digunakan ketika peneliti memilah lingkup sintaktis mana yang masuk

ke dalam ranah alih kode dan campur kode. Untuk memilih mana yang termasuk

ke dalam ranah alih kode dan campur kode, sudah ada batasannya masing-masing

seperti yang sudah dibahas sebelumnya. Metode dan teknik ini digunakan hanya

fokus pada analisis bahasanya saja.

Untuk melihat konteks dari luar bahasanya akan menggunakan metode

yang kedua yaitu metode padan ekstralingual, Mahsun mengatakan (2014: 260)

secara kontras dengan metode padan intralingual bahwa metode

padanekstralingual adalah metode yang tidak membahas tentang bahasa

melainkan menghubungkan-bandingkan di luar bahasa yaitu tentang referen,

konteks tuturan: konteks sosial pemakaian bahasa, penutur bahasa yang dipilah

misalnya berdasarkan gender, usia, kelas sosial, dan sebagainya. Teknik dasar

yang digunakan dalam metode ini adalah teknik PUP atau teknik pilah unsur

penentu. Sudaryanto dalam bukunya (2015: 25) mengatakan teknik PUP

merupakan teknik dasar dari metode padan. Adapun alatnya ialah daya pilah

bersifat mental yang dimiliki oleh penelitinya. Teknik lanjutan yang digunakan

adalah adalah teknik HBS atau teknik hubung banding menyamakan. Teknik ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

46

membandingkan dan memperjelas persamaan wujud alih kode dan campur kode

dengan faktor yang melatarbelakangi serta tujuan dari fenomena bahasa tersebut.

Sangat jelas bahwa metode ini digunakan untuk menganalisis di luar

bahasa pada penelitian ini. Metode ini digunakan untuk menganalisis bagaimana

faktor alih kode dan campur kode, siapa penuturnya, bagaimana konteksnya yang

terjadi di pembelajaran bahasa Indonesia di Lembaga Bahasa Universitas Sanata

Dharma.

3.9 Teknik Penyajian Analisis Data

Muhammad dalam bukunya (2014: 288) mengatakan bahwa metode

informal penyaji kaidah adalah metode yang menyajikan hasil analisis data dalam

bentuk kata-kata tentunya sesuai dengan domainya, konstrain, dan hubungan

antar kaidah. Dalam penelitian ini, peneliti menyajikan hasil analisis data dalam

bentuk kata-kata tanpa menggunakan lambing maupun tanda seperti yang terdapat

dalam metode formal. Adapun alasan mengapa peneliti menggunakan metode

informal yaitu agar dalam penyajian tidak terlalu sulit dan mudah dipahami bagi

pembaca, metode ini cukup sederhana dan jelas digunakan, dan metode ini cukup

sesuai dengan penelitian ini yang mana penelitian ini menjelaskan objek

penelitian dalam bentuk kata-kata. Berikut adalah contoh penyajian analisis data.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

47

(Data 25)

Pengajar : “Rutinitas harian atau kegiatan setiap hari itu seperti

bangun tidur, doa, mandi, makan, membaca buku, nonton tv, tidur”

Pembelajar : “Bu, doa itu adalah pray dalam bahasa Inggris?”

Pengajar : “Iya benar, pray artinya doa.”

Pada data 25, tuturan terjadi pada hari Kamis pukul 08.00 WIB tanggal 30

September 2017 di kelas Darmasiswa Lembaga Bahasa Universitas Sanata

Dharma. Fenomena campur kode terjadi ketika pembelajar memberikan

pertanyaan kepada pengajar tentang arti kata “doa” dalam bahasa Inggris.

Fenomena campur kode yang terjadi adalah campur kode wujud kata. Fenomena

perubahan bahasa campur kode wujud kata tersebut terjadi pada kata

“pray”.Pembelajar mempertanyakan kejelasan arti kata “doa” yang merupakan

kata kerja pada kegiatan sehari-hari dengan kata “pray” dalam bahasa Inggris.

Pembelajar menggunakan bahasa Inggris karena pembelajar memahami bahasa

Inggris dan mengetahui pengajar memahami bahasa Inggris pula untuk

mempermudah kejelasan arti dari kata “doa”.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

48

3.10 Triangulasi Data

Moleong mengatakan dalam bukunya (1989: 330) triangulasi adalah

teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain.

Adapun macam-macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang harus

digunakan untuk melihat keabsahan data penelitian. Denzin (Moleong, 1989: 330)

membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang

memanfaatkan sumber, metode, penyidik, dan teori.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan keempat macam triangulasi

tersebut yaitu sumber, metode, penyidik, dan teori. Peneliti memanfaatkan sumber

yaitu pengajar dan pembelajar asing sebagai sumber data penelitian yang

sekaligus menjadi pengecek keabsahan data. Peneliti memastikan keabsahan data

ketika terdapat kesalahan dan kekurangan data dari hasil pengambilan data.

Peneliti memanfaatkan metode simak dengan teknik simak, teknik catat, dan

rekam yang peneliti gunakan untuk pemeriksaan keabsahan data. Peneliti pun

memanfaatkan teori yang digunakan sebagai acuan untuk menganalisis data

peneliitian. Lalu, peneliti memanfaatkan penyidik sebagai pemeriksa keabsahan

data atau triangulator untuk memeriksa keabsahan hasil analisis data. Data

penelitian yang berupa tuturan yang mengandung campur kode dan alih kode

dalam pembelajaran BIPA di Lembaga Bahasa Universita Sanata Dharma.

Adapun data penelitian ini akan ditriangulasi oleh pakar sosiolinguistik yaitu Dr.

B. Widharyanto, M.Pd.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

49

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini, penelitian akan menyajikan hasil dan pembahasan dari data

yang telah peneliti peroleh di Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta. Peneliti membahas wujud, faktor, dan tujuan dari alih kode dan

campur kode yang telah peneliti peroleh. Adapun hal-hal tersebut yang peneliti

bahas sebagai berikut:

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian yang telah dilakukan dari bulan Agustus sampai September

2019, peneliti telah menemukan fenomena alih kode dan campur kode pada saat

pembelajaran BIPA di Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Peneliti menemukan data penelitian berupa alih kode dan campur kode eksternal

yaitu perubahan bahasa Indonesia ke bahasa asing (bahasa Inggris dan bahasa

Hungaria) sebagai bahasa perantara. Peneliti sama sekali tidak menemukan data

penelitian alih kode dan campur kode internal karena pembelajar pada tingkat

pemula di Lembaga Bahasa berasal negara dari Hungaria dan India.

Peneliti memperoleh data penelitian berupa alih kode dan campur kode

dengan jumlah total 83 data. Namun, setelah ditriangulasi terdapat 77 data yang

dianggap absah oleh ahli bahasa. Peneliti menemukan 29 data alih kode dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

50

wujud 6 klausa dan 23 kalimat. Lalu, peneliti menemukan pula 48 data campur

kode dengan wujud 30 kata, 8 frasa, dan 10 kata sekaligus frasa.

Tabel 4.1Hasil Data Penelitian Alih kode dan Campur kode

No Bentuk

Kode

Wujud Jumlah Persent

ase Klausa Kalimat Kata Frasa Kata

&

Frasa

1. Alih

kode

6 23 - - 29 38%

2. Campur

kode

- - 30 8 10 48 62%

TOTAL 77 100%

Dari hasil data penelitian di atas, peneliti tidak hanya menganalisis

wujudnya saja tetapi peneliti akan menganalisis faktor dan tujuan dari alih kode

dan campur kode yang terjadi di Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta. Berikut adalah pembahasan dari hasil data penelitian yang diperoleh.

4.2 Wujud Alih Kode

Berikut adalah wujud-wujud alih kode yang diperoleh dari penelitian di

Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma. Wujud-wujud sesuai dengan teori

yang telah ditawarkan oleh Fasold terkait batasan alih kode. Wujud-wujud alih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

51

kode yang diperoleh dari penelitian ini adalah berupa kalimat dan klausa. Berikut

ini adalah pembahasan dari data yang diperoleh.

4.2.1 Alih Kode Wujud Kalimat

Data AK/3/190917 merupakan percakapan antara pengajar dan pembelajar

asing di Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma pada pukul 10.30 WIB,

hari Selasa, tanggal 19 September 2017. Percakapan di bawah merupakan

percakapan ketika pengejar memberikan pertanyaan tentang kesiapan belajar

pembelajar pada saat pembelajaran di kelas. Berikut ini adalah percakapan

berdasarkan konteks tersebut.

Terdapat fenomena bahasa alih kode pada percakapan tersebut. Pengajar

mencampur bahasa satu ke bahasa lain. Fenomena tersebut dapat dilihat pada

percakapan di atas, pengajar mencampur bahasa Indonesia ke bahasa Inggris

dalam wujud kalimat tanya pada ujaran 1) “You ready to study?” dalam bahasa

Inggris. Perubahan kode dalam kalimat tanya tersebut artinya dalam bahasa

Indonesia adalah “Apakah kamu sudah siap untuk belajar?”. Sangat jelas,

perubahan kode di atas merupakan wujud kalimat tanya yang terdiri dari subjek

(KB) + predikat (KS) + objek (KK).

Data AK/3/190917

1) Pengajar : “Sudah siap untuk belajar? siap belajar? oh

you ready to study?” 2) Pembelajar : “Ya”

3) Pengajar : “Silakan buka halaman delapan puluh”.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

52

Adapun kasus yang sama seperti di atas, data AK/5/190917 merupakan

percakapan antara pengajar dan pembelajar asing di Lembaga Bahasa Universitas

Sanata Dharma pada pukul 10.30 WIB, hari Selasa, tanggal 19 September 2017.

Percakapan di bawah merupakan percakapan ketika pengajar memberikan

contoh materi baru dan menanyakan penggunaan media pembelajaran di kelas.

Berikut ini adalah percakapan berdasarkan konteks tersebut.

Terdapat fenomena bahasa alih kode pada percakapan tersebut. Pengajar

mencampur bahasa satu ke bahasa lain. Fenomena tersebut dapat dilihat pada

percakapan di ata. Pengajar mencampur bahasa Indonesia ke bahasa Inggris dalam

wujud kalimat tanya pada ujaran 5) “Has the teacher here give card before?””

dalam bahasa Inggris. Kalimat tanya yang diberikan guru kepada pembelajar

bertujuan untuk memperoleh informasi apakah sudah ada guru yang memberikan

kartu sebagai media pembelajaran sebelumnya. Sangat jelas perubahan kode di

atas merupakan wujud kalimat tanya yang terdiri dari subjek (KB) + predikat

(KK) + objek (KB) + keterangan waktu.

AK/5/190917

1) Pengajar : “Hallo selamat siang, nama saya Farah

saya adalah seorang koki”

2) Pembelajar : “Koki?”

3) Pengajar : “Koki, Anda sudah mendengar koki, koki,

baru ya?, oh baru”

4) Pembelajar : “Baru ya?”

5) Pengajar : “Kata baru, sebentar, aaa (mencari kartu

bergambar koki) has the teacher here give card before?” 6) Pembelajar : “Hmmm sudah”

7) Pengajar : “Sudah” (tidak menemukan gambarnya

dan mulai menggambar koki)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

53

Selanjutnya, data AK/19/260917 merupakan percakapan antara pengajar

dan pembelajar asing di Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma pada pukul

10.30 WIB, hari Selasa, tanggal 26 September 2017. Percakapan di bawah

merupakan percakapan ketika pengajar memberikan pertanyaan kepada

pembelajar pada saat pembelajaran di kelas. Berikut adalah percakapan

berdasarkan konteks tersebut.

Terdapat fenomena bahasa alih kode pada percakapan tersebut. Pengajar

mencampur bahasa satu ke bahasa lain. Fenomena tersebut dapat dilihat pada

percakapan di atas, pengajar mencampur bahasa Indonesia ke bahasa Inggris

dalam wujud kalimat tanya pada ujaran 1) “Who is the last one?” dan 3) “You the

last one right?” dalam bahasa Inggris. Kalimat tanya yang diberikan guru kepada

pembelajar bertujuan untuk memperoleh informasi tentang siapakah giliran yang

terakhir menjawab soal dari pertanyaan pengajar. Perubahan kode di atas sangat

jelas merupakan wujud kalimat tanya untuk memperoleh informasi

AK/19/260917

1) Pengajar : “Lanjut nomor tujuh, silahkan, oh

who is the last one? who is the last one? mba Fanny or

mba Edith?”

2) Pembelajar Edith : “Mba Fanny”

3) Pengajar : “You the last one right? hahaha”

4) Pembelajar Fanny : “Eheeem”

5) Pengajar : “Okee, mba Fanny memilih satu

teman ya, memilih, satu teman”

6) Pembelajar Fanny : “Aftah”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

54

4.2.2 Alih Kode Wujud Klausa

Data AK/15/250917 merupakan percakapan antara pengajar dan

pembelajar asing di Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma pada pukul

10.30 WIB, hari Senin, tanggal 25 September 2017. Percakapan di bawah

merupakan percakapan ketika pembelajar menanyakan kosa kata baru kepada

pengajar di kelas. Berikut ini adalah percakapan berdasarkan konteks tersebut.

Terdapat fenomena bahasa alih kode pada percakapan tersebut. Pengajar

mencampur bahasa satu ke bahasa lain. Fenomena tersebut dapat dilihat pada

percakapan di atas, pengajar mencampur bahasa Indonesia ke bahasa Inggris

dalam wujud klausa pada ujaran 8) “I ask” dalam bahasa Inggris. Klausa yang

diucapkan guru kepada pembelajar merupakan klausa pernyataan guru yang

sedang menjelaskan pertanyaan pembelajar. Sangat jelas, Perubahan kode di atas

merupakan wujud klausa yang terdiri dari subjek (KB) + predikat (KK) .

AK/15/250917

1) Pembelajar Bianka : (pembelajar Bianka

membaca paragraf empat tentang alat transportasi

tradisional)

2) Pengajar : “Ada kata baru?”

3) Pembelajar Fanny : “Eheeem, unik?”

4) Pengajar : “Unik, uinique”

5) Pembelajar Bianka : “Yang?”

6) Pengajar : “Yang? okee, yang, pernah

mendengar yang?”

7) Pembelajar Edith : “Yang cukup besar”

8) Pengajar : “Ya actually yang is one of

conjuction in bahasa Indonesia, to explain about

something, I mean aaa oke if I ask mana mba Fanny?

which one mba Fanny? for example and then aaa mas

Peter berkata mba Fanny yang tinggi, yang rambut

panjang.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

55

Data selanjutnya, data AK/17/260917 merupakan percakapan antara

pengajar dan pembelajar asing di Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma

pada pukul 10.30 WIB, hari Selasa, tanggal 26 September 2017. Percakapan di

bawah merupakan percakapan ketika pengajar menanyakan salah satu kebiasaan

menggunakan alat transportasi kepada pembelajar di kelas. Berikut ini adalah

percakapan berdasarkan konteks tersebut.

Terdapat fenomena bahasa alih kode pada percakapan tersebut. Pengajar

mencampur bahasa satu ke bahasa lain. Fenomena tersebut dapat dilihat pada

percakapan di atas, pengajar mencampur bahasa Indonesia ke bahasa Inggris

dalam wujud klausa pada ujaran 1) “Do you like?” dalam bahasa Inggris. Klausa

yang diucapkan guru kepada pembelajar merupakan klausa pertanyaan guru

tentang suka atau tidaknya pembelajar menggunakan alat transportasi. Klausa

tanya yang diberikan guru kepada pembelajar bertujuan untuk memperoleh

informasi dari pembelajar. Sangat jelas, Perubahan kode di atas merupakan wujud

klausa yang terdiri dari subjek (KB) + predikat (KS) .

AK/17/260917

1) Pengajar : “Kalian suka naik bis kota? Anda

suka naik bis kota di Jogja? Anda suka naik bis di Jogja?

Do you like? bis bus?”

2) Pembelajar Fanny : “Owww”

3) Pengajar : “Hahaha kita bisa berkata bis bisa

berkata bus sama ya sama”

4) Pembelajar Fanny : “Hm tidak”

5) Pengajar : “Tidak suka? mengapa?”

6) Pembelajar Fanny : “Tidak suka”

7) Pengajar : “Tidak suka? Mengapa?”

8) Pembelajar Fanny : “Terlalu banyak orang”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

56

Alih kode wujud klausa selanjutnya, data AK/18/260917 merupakan

percakapan antara pengajar dan pembelajar asing di Lembaga Bahasa Universitas

Sanata Dharma pada pukul 10.30 WIB, hari Selasa, tanggal 26 September 2017.

Percakapan di bawah merupakan percakapan ketika pembelajar menanyakan salah

satu kebiasaan menggunakan alat transportasi kepada pengajar di kelas. Berikut

ini adalah percakapan berdasarkan konteks tersebut.

Terdapat fenomena bahasa alih kode pada percakapan tersebut. Pengajar

mencampur bahasa satu ke bahasa lain. Fenomena tersebut dapat dilihat pada

percakapan di atas, pengajar mencampur bahasa Indonesia ke bahasa Inggris

dalam wujud klausa pada ujaran 1) “Are you afraid?” dalam bahasa Inggris.

Klausa yang diucapkan guru kepada pembelajar merupakan klausa pertanyaan

guru tentang apakah takut atau tidaknya pembelajar untuk mengenderai motor.

Klausa tanya yang diberikan guru kepada pembelajar bertujuan untuk memperoleh

informasi dari pembelajar. Sangat jelas perubahan kode di atas merupakan wujud

klausa yang terdiri dari subjek (KB) + predikat (KS) .

AK/18/260917

1) Pengajar : “Untuk teman-teman dari

Hungaria, Anda takut naik motor? are you afraidnaik

motor?”

2) Pembelajar Flora : “Hmm tidak”

3) Pengajar : “Tidak, okee. Di Hungaria naik

motor atau tidak?”

4) Pengajar Hungaria : “Tidak, naik mobil”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

57

4.3 Faktor – faktor yang Melatarbelakangi Penggunaan Alih Kode

Berikut adalah faktor-faktor alih kode yang diperoleh dari penelitian di

Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma. Faktor-faktor yang ditemukan

merupakan faktor alih kode yang telah dilakukan oleh pengajar dan pembelajar

asing dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Faktor-faktor alih kode yang

diperoleh dari penelitian ini adalah penutur dan lawan tutur Berikut ini adalah

hasil pembahasan dari data yang diperoleh.

4.3.1 Penutur

Faktor yang melatarbelakangi terjadinya alih kode itu sendiri adalah dari

pihak penutur. Penutur yaitu pengajar dan pembelajar mengubah dari bahasa satu

ke bahasa lain karena ada hal-hal tertentu yang mendorong penutur harus

mengubah bahasa seperti untuk kepentingan penutur itu sendiri dan keterbatasan

bahasa penutur yang belum menguasai bahasa target sepenuhnya. Berikut adalah

analisis faktor-faktor tersebut.

4.3.1.1 Untuk Profesionalitas Karir Pengajar

Data AK/13/250917 merupakan percakapan antara pengajar dan

pembelajar asing di Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma pada pukul

10.30 WIB, hari Senin, tanggal 25 September 2017. Percakapan di bawah

merupakan percakapan ketika pengajar menyarankan pembelajar untuk membaca

di kelas dan pengajar bertanya tentang alat transportasi kepada pembelajar.

Berikut adalah percakapan berdasarkan konteks tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

58

Terdapat fenomena bahasa alih kode kode pada percakapan tersebut.

Pengajar mencampur bahasa satu ke bahasa lain. Fenomena tersebut dapat dilihat

pada percakapan di atas, fenomena alih kode dimulai ketika pengajar mencampur

bahasa Inggris ke bahasa Indonesia dalam wujud klausa pada ujaran 1) “Kita

akan membaca”.

Faktor yang melatarbelakangi terjadinya alih kode pada percakapan

tersebut adalah faktor penutur. Pengajar dituntut untuk lebih banyak

menggunakan bahasa Indonesia demi profesionalitas karir pengajar sebagai BIPA.

4.3.1.2 Kemudahan Pembelajar Memahami Bahasa Target

Data AK/29/260917 merupakan percakapan antara pengajar dan

pembelajar asing di Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma pada pukul

10.30 WIB, hari Selasa, tanggal 26 September 2017. Percakapan di bawah

merupakan percakapan ketika pembelajar Flora menanyakan durasi aktivitas

mandi kepada pembelajar Edith dan pengajar membantu menjelaskan pertanyaan

pembelajar Edith. Berikut ini adalah percakapan berdasarkan konteks tersebut.

Data AK/13/250917

1) Pengajar : “How about try to read the text

first. Okee, kita akan membaca, so halaman 117, 117.

Oh, apakah di Hungaria ada transportasi tradisional?”

2) Pembelajar Edith : “aaaa tidak”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

59

Terdapat fenomena bahasa alih kode pada percakapan tersebut. Pembelajar

mencampur bahasa satu ke bahasa lain. Fenomena tersebut dapat dilihat pada

percakapan di atas, fenomena alih kode dimulai ketika pembelajar mencampur

bahasa Indonesia ke bahasa Inggris dalam wujud kalimat tanya pada ujaran 2) “Its

mean a how long or how many times? ”

Faktor yang melatarbelakangi terjadinya alih kode pada percakapan

tersebut adalah penutur itu sendiri (Pembelajar Edith) untuk kepentingan penutur.

Penutur mengubah kode dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris karena

penutur ingin mengetahui dan memastikan apakah arti kalimat “Berapa lama?”

sama dengan “How long or how many times? ” dalam bahasa Inggris. Penutur

mengubah bahasa Indonesia ke bahasa Inggris agar cepat memahami bahasa

target.

Data AK/29/260917

1) Pembelajar Flora : “Berapa lama kamu mandi?”

2) Pembelajar Edith : “Berapa lama kamu mandi? aha aaa

hmm its mean a how long or how many times? ”

3) Pengajar : “Berapa lama it is how long ya

durasi ya, berapa lama durasi ya”

4) Pembelajar Edith : “Aha, saya mandi kira-kira waktu

sepuluh menit”

5) Pengajar : “Mandi kira-kira, 10menit? kira-kira

selama sepuluh menit, menit?”

6) Pembelajar Edith : “Aha okeee”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

60

4.3.1.3 Keterbatasan Kode Pembelajar

Data AK/2/180917 merupakan percakapan antara pengajar dan pembelajar

asing di Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma pada pukul 10.30 WIB,

hari Senin, tanggal 18 September 2017. Percakapan di bawah merupakan

percakapan ketika pengajar memberikan petunjuk soal dan pembelajar

memberikan pertanyaan kepada pengajar ketika di kelas. Berikut ini adalah

percakapan berdasarkan konteks tersebut.

Terdapat fenomena bahasa alih kode pada percakapan tersebut. Pembelajar

B mencampur bahasa satu ke bahasa lain. Fenomena tersebut dapat dilihat pada

percakapan di atas, pembelajar mencampur bahasa Indonesia ke bahasa Inggris

dalam wujud kalimat pada ujaran 4) “What is the mean?”.

Faktor yang melatarbelakangi terjadinya alih kode pada percakapan

tersebut adalah keterbatasan kode penutur yaitu pembelajar. Pembelajar ingin

mengatakan sesuatu yang dimaksud yaitu kalimat tanya “Apa artinya?” tetapi

tidak mengetahui kalimat tersebut dalam bahasa Indonesia sehingga pembelajar

lebih memilih menggunakan kalimat “What is the mean?” dalam bahasa Inggris.

Data AK/2/180917

1) Pengajar : “Coba teman-teman menulis karena

ada kalimat, teman-teman pasti tau konteks”

2) Pembelajar A : “But the…….”

3) Pengajar : “Coba ya, bisa, mudah, ini mudah”

4) Pembelajar B : “ Coba, what is the mean? ”

5) Pengajar : “Try”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

61

Selanjutnya, data yang memiliki faktor yang sama dengan data di atas

adalah data AK/16/260917. Data tersebut merupakan percakapan antara pengajar

dan pembelajar asing di Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma pada pukul

10.30 WIB, hari Selasa, tanggal 26 September 2017. Percakapan di bawah

merupakan percakapan ketika pengajar menanyakan materi pembelajaran terakhir

kepada pembelajar di kelas. Berikut ini adalah percakapan berdasarkan konteks

tersebut.

Terdapat fenomena bahasa alih kode pada percakapan tersebut. Pembelajar

Edith mencampur bahasa satu ke bahasa lain. Fenomena tersebut dapat dilihat

pada percakapan di atas, pembelajar mencampur bahasa Indonesia ke bahasa

Inggris dalam wujud klausa pada ujaran 5) “I think”.

Faktor yang melatarbelakangi terjadinya alih kode pada percakapan

tersebut adalah keterbatasan kode pembelajar. Pembelajar ingin mengatakan

sesuatu yang dimaksud yaitu klausa “Aku pikir” tetapi tidak mengetahui klausa

tersebut dalam bahasa Indonesia sehingga pembelajar lebih memilih

menggunakan klausa “I think” dalam bahasa Inggris.

Data AK/16/260917

1) Pengajar : “Tadi pagi, this morning

belajar dengan siapa?”

2) Pembelajar Edith : “aaa Rosendi”

3) Pengajar : “Dengan Rosendi ya? belajar

apa?”

4) Pembelajar Fanny dan Aftah: “Alat transportasi”

5) Pembelajr Edith : “Kalimat tanya, aaaa

question? I think”

6) Pengajar : “Pertanyaan okeee”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

62

4.3.2 Lawan Tutur

Faktor lain selanjutnya adalah faktor yang disebabkan oleh lawan tutur.

Secara umum, penutur mengubah bahasa satu ke bahasa lain karena melihat lawan

tuturnya memiliki latar belakang bahasa yang berbeda dan untuk mempercepat

serta mempermudah lawan tuturnya memahami bahasa target yaitu bahasa

Indonesia. Namun, faktor secara khususnya sangat beragam. Berikut adalah

faktor-faktor khusus yang dilatarbelakangi oleh lawan tutur, mengapa peristiwa

alih kode itu dapat terjadi.

4.3.2.1 Kemudahan Lawan Tutur Menjawab Pertanyaan Penutur

Fenomena lain alih kode terjadi karena lawan tutur sebagai faktor yang

melatarbelakangi alih kode. Itu terjadi pada data AK/6/190917 yang merupakan

percakapan antara pengajar dan pembelajar asing di Lembaga Bahasa Universitas

Sanata Dharma pada pukul 10.30 WIB, hari Selasa, tanggal 19 September 2017.

Percakapan di bawah merupakan percakapan ketika pengajar memberikan

pertanyaan tentang aktivitas sehari-hari pembelajar pada saat pembelajaran di

kelas. Berikut ini adalah percakapan berdasarkan konteks tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

63

Terdapat fenomena bahasa alih kode pada percakapan tersebut. Pengajar

mencampur bahasa satu ke bahasa lain. Fenomena tersebut dapat dilihat pada

percakapan di atas, fenomena alih kode dimulai ketika pengajar mencampur

bahasa Inggris ke bahasa Indonesia dalam wujud kalimat tanya pada ujaran “7)

How many times?”dalam bahasa Inggris.

Faktor yang melatarbelakangi terjadinya alih kode pada percakapan

tersebut adalahagar lawan tutur mudah menjawab pertanyaan dari pengajar.

Pengajar menanyakan seberapa sering pembelajar bersepeda, itu terlihat pada

ujaran 4). Namun, pembelajar tidak terlalu memahami dan hanya mengulang

ucapan dari pengajar seakan-akan pembelajar merasa kebingungan apa arti dari

pertanyaan yang diberikan oleh pengajar. Lalu pada ujaran 6), pengajar beralih

kode ke dalam bahasa Inggris dengan kalimat “How many times?”. Pengajar

Data AK/6/190917

1) Pengajar : “Mba Fanny suka berolahraga? Anda

suka berolahraga”

2) Pembelajar Fanny : “Saya suka naik sepeda”

3) Pengajar : “Naik sepeda oke, aaa di Hungaria

atau di Indonesia naik sepeda?”

4) Pembelajar Fanny : “Di Hungaria, di Indonesia naik

sepeda motor”

5) Pengajar : “Naik sepeda motor karena jauh ya.

Di Hungaria, Anda seminggu berapa kali naik sepeda?”

6) Pembelajar Fanny : “Berapa, kali?”

7) Pengajar : “Berapa kali? How many times naik

sepeda?”

8) Pembelajar Fanny : “Banyak sekali, hmmm banyak”

9) Pengajar : “Ke mana saja?”

10) Pembelajar Fanny : “Ke mana saja? hmmm di kota”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

64

memahami lawan tuturnya tidak mengerti apa maksud yang ditanyakan pengajar

dengan menggunakan bahasa Indonesia sehingga pengajar beralih kode ke dalam

bahasa Inggris agar lawan tutur mudah menjawab pertanyaan dari pengajar.

Data dengan faktor yang sama pada di atas, terjadi juga pada data

AK/7/190917 yang merupakan percakapan antara pengajar dan pembelajar asing

di Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma pada pukul 10.30 WIB, hari

Selasa, tanggal 19 September 2017. Percakapan di bawah merupakan percakapan

ketika pengajar memberikan pertanyaan tentang aktivitas lari pembelajar Peter

saat pembelajaran di kelas.Berikut ini adalah percakapan berdasarkan konteks

tersebut.

Terdapat fenomena bahasa alih kode pada percakapan tersebut. Pengajar

mencampur bahasa satu ke bahasa lain. Fenomena tersebut dapat dilihat pada

percakapan di atas, pengajar mencampur bahasa Indonesia ke bahasa Inggris

dalam wujud klausa pada ujaran 1) “Why do you like?”

Data AK/7/190917

1) Pengajar : “Mengapa suka berlari? mengapa

tidak yoga? mengapa suka berlari? mengapa aaa why do

you like berlari?”

2) Pembelajar Peter : “Relax”

3) Pengajar : “Ya?”

4) Pembelajar Peter : “Relax”

5) Pengajar : “Karena relaxya, itu saja ya, wow

oke”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

65

Faktor yang melatarbelakangi terjadinya alih kode pada percakapan

tersebut adalahagar lawan tutur mudah menjawab pertanyaan dari pengajar.

Pengajar menanyakan mengapa pembelajar suka berlari. Namun, pembelajar tidak

memahami dan diam saja ketika pengajar menanyakan kenapa pembelajar suka

berlari dengan menggunakan bahasa Indonesia. Lalu pada ujaran 1), pengajar

beralih kode ke dalam bahasa Inggris dan mengatakan kalimat tanya “Why do you

like?”. Pengajar memahami lawan tuturnya tidak mengerti apa maksud yang

ditanyakan pengajar dengan menggunakan bahasa Indonesia sehingga pengajar

beralih kode ke dalam bahasa Inggris agar lawan tutur mudah menjawab

pertanyaan dari pengajar.

Tidak beda jauh dengan faktor data di atas, data AK/20/260917 adalah

data yang memiliki faktor yang sama. Data tersebut merupakan percakapan

pengajar dan pembelajar di Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma pada

pukul 10.30 WIB, hari Selasa, tanggal 26 September 2017. Percakapan di bawah

merupakan percakapan ketika pengajar menanyakan sesuatu yang terkait dengan

pembelajaran kepada pembelajar di kelas. Berikut ini adalah percakapan

berdasarkan konteks tersebut.

Data AK/20/260917

1) Pengajar : “Nomor enam siapa bisa coba,

membantu? bisa coba?”

2) Pembelajar Edith : “Ahaaaa”

3) Pengajar : “Who want to try? who want to try?

siapa mau coba? (pembelajar Aftah mengangkat tangan)

Aftah okee nomor enam”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

66

Terdapat fenomena bahasa alih kode pada percakapan tersebut. Pengajar

mencampur bahasa satu ke bahasa lain. Fenomena tersebut dapat dilihat pada

percakapan di atas, pengajar mencampur bahasa Indonesia ke bahasa Inggris

dalam wujud kalimat tanya pada ujaran 3) “Who want to try? who want to try?”.

Faktor pengajar beralih kode dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa

Inggrisagar lawan tutur mudah menjawab pertanyaan dari pengajar. Pengajar

mengerti bahwa lawan tuturnya tidak sepenuhnya memahami pertanyaan yang

diberikan ke pembelajar,terlihat dari respon tidak aktif pembelajar yang hanya

diam saja dan tidak menjawab ketika pengajar bertanya. Itu terlihat di ujaran 1),

pengajar mengatakan “Nomor enam siapa bisa coba, membantu? bisa coba?”.

Oleh karena itu, pengajar mengubah kode ke dalam bahasa Inggris dengan

mengatakan “Who want to try? who want to try?” agar pembelajar memahami

apa yang ditanyakan oleh pengajar.

Selanjutnya, data AK/21/260917 merupakan data yang memiliki wujud

alih kode dan faktor yang sama ditemukan hari yang sama. Data ini ditemukan

ketika ada percakapan antara pengajar dan pembelajar di Lembaga Bahasa

Universitas Sanata Dharma pada pukul 10.30 WIB, hari Selasa, tanggal 26

September 2017.Percakapan di bawah merupakan percakapan ketika pengajar

menanyakan sesuatu yang terkait dengan pembelajaran kepada pembelajar di

kelas.Berikut adalah percakapan berdasarkan konteks tersebut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

67

Terdapat fenomena bahasa alih kode pada percakapan tersebut. Pengajar

mencampur bahasa satu ke bahasa lain. Fenomena tersebut dapat dilihat pada

percakapan di atas, pengajar mencampur bahasa Indonesia ke bahasa Inggris

dalam wujud kalimat tanya pada ujaran 6) “Is there any answer?”.

Faktor pengajar beralih kode dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa

Inggrisagar lawan tutur mudah menjawab pertanyaan dari pengajar. Pengajar

mengubah kode ke dalam bahasa Inggris dengan mengatakan “Is there any

answer?” agar pembelajar mudah memahami apa yang ditanyakan oleh pengajar.

Data AK/21/260917

1) Pengajar : “Nomor sepuluh? siapa

coba? (pembelajar Aftah mengangkat tangan) Aftah oke ”

2) Pembelajar Edith dan Aftah : “Pesawat” (mereka berbicara

bersamaan)

3) Pengajar dan pembelajar lain : “Hahahaha”

4) Pembelajar Aftah : (pembelajar Aftah mengalah

dan menunjuk pembelajar Edith untuk berbicara)

5) Pembelajar Edith : “Pesawat adalah alat

transportasi cepat dan mahal”

6) Pengajar : “Cepat dan mahal, is there any

answer? cepat oke bagus”

7) Pembelajar Aftah : “Moderen?”

8) Pengajar :“Moderen juga okeeee. Apa

arti cepat?apa arti cepat?”

9) Pembelajar Fanny : “Fast”

10) Pengajar : “Fast, betul. Ya cepat artinya

fast”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

68

Data AK/23/260917 merupakan data yang memiliki wujud alih kode dan

faktor yang sama ditemukan hari yang sama. Data ini ditemukan ketika ada

percakapan antara pengajar dan pembelajar di Lembaga Bahasa Universitas

Sanata Dharma pada pukul 10.30 WIB, hari Selasa, tanggal 26 September 2017.

Ketika itu pengajar sedang menanyakan sesuatu kepada pembelajar terkait durasi

berapa lama pembelajar tinggal di Indonesia. Berikut ini adalah percakapan

berdasarkan konteks tersebut.

Terdapat fenomena bahasa alih kode pada percakapan tersebut. Pengajar

mencampur bahasa satu ke bahasa lain. Fenomena tersebut dapat dilihat pada

percakapan di atas, pengajar mencampur bahasa Indonesia ke bahasa Inggris

dalam wujud kalimat tanya pada ujaran 11) “How long do you stay in

Yogyakarta?”.

Data AK/23/260917

1) Pengajar : “Nomor enam, kita coba mba Bianka

ya, apa arti berapa lama? berapa lama? apa arti berapa lama?”

2) Pembelajar Aftah : “How long?”

3) Pengajar : “How long”

4) Pembelajar Bianka : “Berapa lama Anda tinggal di

Yogyakarta? saya tinggal di Yogyakarta selama empat

minggu”

5) Pengajar : “Betul, ya kalian tinggal di

Yogyakarta, how long do you stay in Yogyakarta? empat

minggu?”

6) Pembelajar Bianka : “Bukan”

7) Pengajar : “Berapa?”

8) Pembelajar Bianka : “Satu tahun”

9) Pengajar : “Okee bagus ya, satu tahun”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

69

Faktor pengajar beralih kode dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa

Inggrisagar lawan tutur mudah menjawab pertanyaan dari pengajar. Pengajar

mengerti bahwa lawan tuturnya tidak semuanya memahami apa yang diucapkan

saat pengajar memberikan pertanyaan kepada pembelajar. Itu terlihat di ujaran 1),

hanya ada satu pembelajar saja yang menjawab ketika pengajar menanyakan arti

dari kalimat tanya “Berapa lama?” yaitu pembelajar Aftah sedangkan pengajar

bertanya kepada pembelajar Bianka. Oleh karena itu, pengajar mengubah kode ke

dalam bahasa Inggris dengan memberikan penegasan dan mengatakan “How long

do you stay in Yogyakarta?” agar pembelajar memahami apa yang ditanyakan

oleh pengajar.

Selanjutnya, wujud dan faktor serta lokasi yang sama dengan di atas

adalah data AK/25/260917 . Data tersebut merupakan percakapan antara pengajar

dan pembelajar yang di dalamnya terdapat fenomena alih kode. Percakapan

berikut merupakan percakapan ketika pengajar menanyakan tentang waktu

kepulangan pembelajar kembali ke negaranya masing-masing kepada pembelajar

di kelas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

70

Terdapat fenomena bahasa alih kode pada percakapan tersebut. Pengajar

mencampur bahasa satu ke bahasa lain. Fenomena tersebut dapat dilihat pada

percakapan di atas, pengajar mencampur bahasa Indonesia ke bahasa Inggris

dalam wujud kalimat tanya pada ujaran 7) “Can you repeat?”.

Faktor pengajar beralih kode dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa

Inggrisagar lawan tuturnya cepat memahami dan menjawab pertanyaan dari

pengajar. Pengajar mengubah kode ke dalam bahasa Inggris dengan mengatakan

“Can you repeat?”agar pembelajar mudah memahami apa yang ditanyakan oleh

pengajar.

Data AK/25/260917

Pembelajar Fanny menunjuk mas Peter untuk menjawab soal

nomor sepuluh

1) Pengajar : “Mas Peter oke”

2) Pembelajar Peter : “Kapan Anda pulang ke Negara Anda?

Saya pulang ke Negara aaaa” (belum bisa menjawab)

3) Pengajar :“Negara, Negara, Hungaria, India,

Amerika, Jepang, Japan, Netherland, Poland”

4) Pembelajar Flora : “Country?”

5) Pengajar : “Iya Negara is country, kapan mas

Peter?”

6) Pembelajar Peter : “aaaaa satu tahun”

7) Pengajar : “Satu tahun, satu lagi saya akan

pulang? can you repeat? bisa kamu ulangi?”

8) Pembelajar Peter : “Saya pulang ke Hungaria, satu tahun”

9) Pengajar : “Next year or one year later?”

10) Pembelajar Peter : “One year later”

11) Pengajar : “Saya ke Hungaria satu tahun lagi”

(menulis jawaban di papan tulis)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

71

Di topik yang lain tetapi masih dengan wujud dan faktor yang sama yaitu

data AK/28/260917 merupakan salah satu fenomena bahasa alih kode yang

diperoleh dari percakapan antara pengajar dan pembelajar di Lembaga Bahasa

Sanata Dharma pada pukul 10.30 WIB, hari Selasa, tanggal 26 September 2017.

Fenomena tersebut diperoleh ketika pembelajaran bahasa Indonesia berlangsung,

pengajar dan pembelajar asing sedang bercakap-cakap tentang pelajaran bahasa

Indonesia. Pengajar meminta pembelajar untuk memberikan pertanyaan kepada

pembelajar lain. Berikut ini adalah percakapan berdasarkan konteks tersebut.

Di percakapan tersebut peneliti menemukan fenomena bahasa alih kode.

Peristiwa fenomena bahasa alih kode diperoleh karena perubahan bahasa ke

bahasa yang yang dikatakan oleh pengajar pada ujaran 5). Pengajar pertama

Data AK/28/260917

Pengajar mempersilakan pembelajar Fanny untuk memberikan

pertanyaan kepada temannya terkait tugas untuk membuat

kalimat pertanyaan)

1) Pembelajar Fanny : “Apa yang kamu lakukan dengan

teman-teman?”

2) Pembelajar Aftah : “Apa yang?” (pembelajar Aftah tidak

mendengar pertanyaan yang kurang jelas dari pembelajar

Fanny)

3) Pengajar : “Apa yang? lagi sekali lagi”

4) Pembelajar Fanny : “Apa yang kamu lakukan dengan

teman-teman?”

5) Pengajar : “Apa yang kamu lakukan dengan

teman-temanmu? What are you doing? what do you do with

your friend?”

6) Pembelajar Aftah : “Saya belajar dengan teman-teman

saya” (dengan suara lebih pelan)

7) Pengajar : “Okee lagi sekali lagi”

8) Pembelajar Aftah : “Saya belajar dengan teman-teman

saya”

9) Pengajar dan pembelajar : “Hahahaha”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

72

menggunakan bahasa Indonesia dengan kalimat tanya “Apa yang kamu lakukan

dengan teman-temanmu?” lalu, berubah menggunakan bahasa Inggris dengan

kalimat tanya “What are you doing? what do you do with your friend?”

Faktor pengajar beralih kode dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa

Inggris agar pembelajar memahami apa yang ditanyakan oleh pengajar. Pengajar

mengerti bahwa lawan tuturnya (pembelajar Aftah) tidak memahami apa yang

dikatakan saat pembelajar Fanny memberikan pertanyaan kepada pembelajar

Aftah sehingga pengajar membantu menjelaskan maksud pertanyaan dari

pembelajar Fanny dengan menggunakan bahasa Inggris. Itu terlihat di ujaran 2-5),

dan pada ujaran ke 6). Oleh karena itu, pengajar beralih kode dengan mengatakan

kalimat tanya “What are you doing? what do you do with your friend?” dalam

bahasa Inggris agar lawan tutur mudah menjawab pertanyaan dari pengajar.

Di data lain, data AK/30/260917 merupakan percakapan pengajar dan

pembelajar di Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma pada pukul 10.30

WIB, hari Selasa, tanggal 26 September 2017. Percakapan di bawah merupakan

percakapan ketika pengajar memberikan tugas kepada pembelajar asing. Berikut

ini adalah percakapan berdasarkan konteks tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

73

Terdapat fenomena bahasa alih kode pada percakapan tersebut. Pengajar

mencampur bahasa satu ke bahasa lain. Fenomena tersebut dapat dilihat pada

percakapan di atas, pengajar mencampur bahasa Indonesia ke bahasa Inggris

dalam wujud kalimat tanya pada ujaran 1) “Do you want homework? Do you

want homework??”.

Faktor pengajar beralih kode dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa

Inggris agar lawan tutur mudah menjawab pertanyaan dari pengajar. Pengajar

mengerti bahwa lawan tuturnya tidak sepenuhnya memahami apa yang diucapkan

saat pengajar memberikan tugas kepada pembelajar . Itu terlihat di ujaran 1),

pengajar mengatakan “Anda mau PR? Anda mau PR?”. Saat mengatakan itu,

pengajar memahami bahwa lawan tuturnya tidak mengerti apa maksud yang

dikatakan oleh pengajar, terlihat dari respon pembelajar yang hanya diam saja

ketika pengajar mengatakan tuturan tersebut.Oleh karena itu, pengajar mengubah

kode ke dalam bahasa Inggris dengan mengatakan “Do you want homework?Do

Data AK/30/260917

1) Pengajar : “Teman-teman waktu sudah habis, waktu

sudah habis. Anda mau PR? Anda mau PR? Do you

want homework?Do you want homework?”

2) Pembelajar : “Eheeem”

3) Pengajar : “Hahaha okee. PR satu, okee PR , PR satu

teman-teman menulis ya you write about transportation,

sudah? belum ya, menulis alat transportasi. Okee itu

satu, membuat kalimat make e a sentence dengan satu

melihat, dua banyak. Sudah? okee satu menulis tentang

alat transportasi, dua membuat kalimat dengan kata,

melihat, banyak, menawar, di dekat” (Pembelajar

menulis di papan tulis)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

74

you want homework?” agar lawan tutur mudah menjawab pertanyaan dari

pengajar.

4.3.2.2 Kemudahan Lawan Tutur Memahami Penjelasan Penutur

Lalu faktor alih kode lainya terdapat di dataAK/8/190917. Data tersebut

merupakan percakapan antara pengajar dan pembelajar asing di Lembaga Bahasa

Universitas Sanata Dharma pada pukul 10.30 WIB, hari Selasa, tanggal

19September 2017. Percakapan di bawah merupakan percakapan ketika

pembelajar menanyakan waktu kosong kepada pengajar di kelas. Berikut ini

adalah percakapan berdasarkan konteks tersebut.

Terdapat fenomena bahasa alih kode pada percakapan tersebut. Pengajar

mencampur bahasa satu ke bahasa lain. Fenomena tersebut dapat dilihat pada

percakapan di atas, pengajar mencampur bahasa Indonesia ke bahasa Inggris

dalam wujud kalimat pada ujaran 2) “Everyday is holiday for me” dalam bahasa

Inggris.

DataAK/8/190917

1) Pembelajar Edith : “Anda punya waktu kosong?”

2) Pengajar : “Oh banyak hahahaha, banyak, setiap hari waktu

kosong, setiap hari saya ada waktu kosong, everyday is holiday for me

hahahaha. Berapa kali satu minggu melakukan Yoga?”

3) Pembelajar Edit : “Waktu kosong, kadang-kadang, usually? ”

4) Pengajar : “Biasanya”

5) Pembelajar Edit : “Oh ya, biasanya aaaaa tiga aaaaa tiga atau empat,

empat kali”

6) Pengajar : “Oh tiga atau empat kali ya, oke”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

75

Faktor pengajar beralih kode dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa

Inggrisagar lawan tutur mudah menjawab pertanyaan dari pengajar. Pengajar

mengerti bahwa lawan tuturnya tidak sepenuhnya memahami apa yang diucapkan

pengajar terlihat dari respon pembelajar yang hanya diam saja ketika pengajar

mengatakan kalimat di ujaran 2), pengajar mengatakan “Setiap hari waktu kosong,

setiap hari saya ada waktu kosong”. Oleh karena itu, pengajar mengubah kode ke

dalam bahasa Inggris dengan mengatakan “Everyday is holiday for me” agar

pembelajar cepat dan mudah memahami penjelasan dikatakan oleh pengajar.

Selanjutnya, data AK/11/250917 merupakan data alih kode dengan

wujud, faktor, dan lokasi yang sama. Data tersebut adalah percakapan antara

pengajar dan pembelajar asing di Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma

pada pukul 10.30 WIB, hari Senin, tanggal 25 September 2017. Percakapan di

bawah merupakan percakapan ketikapembelajar memberikan tugas kepada

pembelajar saat pembelajaraan di kelas. Berikut ini adalah percakapan

berdasarkan konteks tersebut.

Data AK/11/250917

1) Pengajar : “Latihan satu, latihan dua, latihan tiga,

dan empat. This is oke for home work because mas Aftah

already done oke ya. Untuk mba Edith, mba Bianka, mas Peter,

dan mba Fanny latihan satu, dua, tiga, empat untuk homework,

okeee. Sekarang kita coba latihan lima, sochoosepreposisi okee”

2) Pembelajar Fanny : “Sekarang?”

3) Pengajar : “Ya sekarang ya, latihan lima”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

76

Terdapat fenomena bahasa alih kode pada percakapan tersebut. Pengajar

mencampur bahasa satu ke bahasa lain. Fenomena tersebut dapat dilihat pada

percakapan di atas, pengajar mencampur bahasa Indonesia ke bahasa Inggris

dalam wujud kalimat pada ujaran 1) “This is oke for home work because mas

Aftah already done”

Faktor yang melatarbelakangi terjadinya alih kode pada percakapan

tersebut adalah agar lawan tutur mudah memahami penjelasan penutur. Pada

ujaran 1), penutur mengubah kode dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris

karena penutur ingin pembelajar mudah memahami penjelasan tugas.

Data AK/14/250917 merupakan data alih kode dengan faktor sama. Data

tersebut adalah percakapan antara pengajar dan pembelajar asing di Lembaga

Bahasa Universitas Sanata Dharma pada pukul 10.30 WIB, hari Senin, tanggal 25

September 2017. Percakapan di bawah merupakan percakapan ketikapembelajar

menanyakan kosa kata baru pada saat pembelajaraan di kelas. Berikut ini adalah

percakapan berdasarkan konteks tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

77

Terdapat fenomena bahasa alih kode pada percakapan tersebut. Pengajar

mencampur bahasa satu ke bahasa lain. Fenomena tersebut dapat dilihat pada

percakapan di atas, pengajar mencampur bahasa Indonesia ke bahasa Inggris

dalam wujud kalimat pada ujaran 13) “This is frase”.

Faktor yang melatarbelakangi terjadinya alih kode pada percakapan

tersebut adalah agar lawan tutur mudah memahami penjelasan penutur. Pada

ujaran 13), penutur mengubah kode dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa

Inggris karena penutur ingin pembelajar mudah memahami kosa kata baru.

Sebelum ujaran 13), pengajar telah berulang kali mengubah kode agar pembelajar

mudah dan cepat memahami penjelasan penutur.

Data AK/14/250917

1) Pengajar : “Okeee, lanjut paragraf dua, siapa

mau mencoba? mba Edith?”

2) Pembelajar Edith : (pembelajar Edith membaca

paragraf dua tentang alat transportasi tradisional)

3) Pengajar : “Okee becak adalah salah satu

transportasi tradisional”

4) Pembelajar Edith : “Becak?”

5) Pengajar : “Oh becak, ini ya becak” (sambil

menunjukkan gambar becak)

6) Pembelajar Bianka : “The roda iswheel?”

7) Pengajar : “Ya is wheel roda”

8) Pembelajar Fanny : “Salah?”

9) Pengajar : “Salah, ah okee”

10) Pembelajar Fanny : “Wrong?”

11) Pengajar : “Salah is wrong, satu is one but in

here salah satu one frase,one of”

12) Pembelajar Fanny : “Ah haaaa”

13) Pengajar : “This is frase, salah satu”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

78

Sama dengan wujud dan faktor data di atas, data AK/24/260917

merupakan data alih kode. Data tersebut adalah percakapan antara pengajar dan

pembelajar asing di Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma pada pukul

10.30 WIB, hari Selasa, tanggal 26 September 2017.Percakapan di bawah

merupakan percakapan ketika pengajar menanyakan dan menjelaskan durasi

belajar pembelajar selama di kelas. Berikut ini adalah percakapan berdasarkan

konteks tersebut.

Terdapat fenomena bahasa alih kode pada percakapan tersebut. Pengajar

mencampur bahasa satu ke bahasa lain. Fenomena tersebut dapat dilihat pada

percakapan di atas, pengajar mencampur bahasa Indonesia ke bahasa Inggris

dalam wujud kalimat pada ujaran 4) “It’s show duration”.

Faktor yang melatarbelakangi terjadinya alih kode pada percakapan

tersebut adalah agar lawan tutur mudah memahami penjelasan penutur. Pada

ujaran 4), penutur mengubah kode dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris

Data AK/24/260917

1) Pembelajar Bianka : (pembelajar Bianka

menunjuk mba Fanny untuk menjawab soal selanjutnya)

2) Pengajar : “Mba Fanny okee,

mba Fanny silahkan nomor sembilan”

3) Pembelajar Fanny : “Berapa lama Anda

belajar di Lembaga Bahasa selama sehari? Saya belajar

kira-kira selama tiga jam”

4) Pengajar : “Okee, saya belajar

tiga jam di Universitas selama satu hari, berapa jam its

show duration, ya duration in hour saya belajar selama

tiga jam” (menulis jawaban di papan tulis)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

79

karena penutur ingin pembelajar mudah memahami penjelasan penutur terkait

materi yang sedang dipelajari oleh pembelajar.

4.3.2.3 Kemudahan Lawan Tutur Untuk Mengerjakan Tugas

Data AK/10/190917 merupakan monolog pengajar di Lembaga Bahasa

Universitas Sanata Dharma pada pukul 10.30 WIB, hari Selasa, tanggal 19

September 2017. Monolog di bawah merupakan monolog ketika pengajar

memberikan penjelasan tentang tugas yang diberikan kepada pembelajar asing.

Berikut ini adalah monolog berdasarkan konteks tersebut:

Terdapat fenomena bahasa alih kode pada monolog tersebut. Pengajar

mencampur bahasa satu ke bahasa lain. Fenomena tersebut dapat dilihat pada

monolog di atas, pengajar mencampur bahasa Indonesia ke bahasa Inggris dalam

wujud kalimat pada ujaran 1) “I want you write about the education sistem in

your country”

Faktor pengajar beralih kode dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa

Inggrisagar lawan tutur mudah mengerjakan tugas. Pengajar mengerti bahwa

lawan tuturnya tidak sepenuhnya memahami apa yang diucapkan saat pengajar

Data AK/10/190917

1) Pengajar : “Anda ada PR ya, ada PR menulis. Saya mau

Anda menulis tentang sistem pendidikan di Negara Anda. I

want you write about the education sistem in your country.

okee?”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

80

memberikan tugas kepada pembelajar, terlihat dari respon pembelajar yang hanya

diam saja ketika pengajar mengatakan kalimat tersebut. Itu terlihat di ujaran 1),

pengajar mengatakan “Saya mau Anda menulis tentang sistem pendidikan di

Negara Anda”. Oleh karena itu, pengajar mengubah kode ke dalam bahasa

Inggris dengan mengatakan “I want you write about the education sistem in your

country” agar pembelajar dengan mudah memahami petunjuk soal dan

mengerjakan tugas yang diberikan pengajar.

Adapun data dengan faktor yang sama yaitu pada data AK/4/190917. Data

tersebut merupakan merupakan monolog pengajar di Lembaga Bahasa Universitas

Sanata Dharma pada pukul 10.30 WIB, hari Selasa, tanggal 19 September 2017.

Monolog di bawah merupakan monolog ketika pengajar memberikan penjelasan

tentang soal dan contoh yang diberikan kepada pembelajar asing. Berikut ini

adalah monolog berdasarkan konteks tersebut.

Terdapat fenomena bahasa alih kode pada monolog tersebut. Pengajar

mencampur bahasa satu ke bahasa lain. Fenomena tersebut dapat dilihat pada

monolog di atas, pengajar mencampur bahasa Indonesia ke bahasa Inggris dalam

wujud kalimat pada ujaran 1) “Maybe sista is a teacher”.

Data AK/4/190917

1) Pengajar : “Silakan buka halaman 82 latihan 4. Di sini

ada table, ada nama,lalu ada pekerjaan. Jadi, teman-teman

menulis apa pekerjaan Mita, apa pekerjaan Raka. Maybe

sista is a teacher. Teacherguru ya, okee ya, Anda siap?”

(Latihan mendengarkan)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

81

Faktor yang melatarbelakangi terjadinya alih kode pada monolog tersebut

adalah agar pembelajar memahami betul bagaimana tugas itu harusnya dikerjakan.

Pengajar memberikan contoh menggunakan kalimat bahasa Inggris untuk

mempermudah dan mempercepat pemahaman pembelajar sehingga pembelajar

tidak merasa bingung saat mengerjakan tugas tersebut.

Adapun data dengan faktor yang sama yaitu data AK/26/260917. Data

tersebut merupakan merupakan monolog pengajar di Lembaga Bahasa Universitas

Sanata Dharma pada pukul 10.30 WIB, hari Selasa, tanggal 26 September 2017.

Monolog di bawah merupakan monolog ketika pengajar memberikan penjelasan

tentang soal yang diberikan kepada pembelajar asing. Berikut ini adalah monolog

berdasarkan konteks tersebut.

Terdapat fenomena bahasa alih kode pada monolog tersebut. Pengajar

mencampur bahasa satu ke bahasa lain. Fenomena tersebut dapat dilihat pada

monolog di atas, pengajar mencampur bahasa Indonesia ke bahasa Inggris dalam

wujud kalimat pada ujaran 1) “You can choose there are four question words,

choose only three, and make question sentence. You can ask anything to your

Data AK/26/260917

1) Pengajar : “Saya mau meminta Anda membuat,okee

latihan dua kita lihat latihan dua, latihan dua, saya mau

meminta Anda, you can choose there are four question

words, choose only three, and make question sentence.

You can ask anything to your friends in this class,

using this sentence, using the question words. You

choose only two, choose two, pilih dua saja”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

82

friends in this class, using this sentence, using the question words. You choose

only two, choose two”.

Faktor yang melatarbelakangi terjadinya alih kode pada monolog tersebut

adalah agar pembelajar mudah memahami tugas yang diberikan pengajar.

Pengajar memberikan contoh menggunakan kalimat bahasa Inggris pada ujaran 1)

“You can choose there are four question words, choose only three, and make

question sentence. You can ask anything to your friends in this class, using this

sentence, using the question words. You choose only two, choose two” untuk

mempermudah dan mempercepat pemahaman pembelajar sehingga pembelajar

tidak merasa bingung saat mengerjakan tugas tersebut. Jika, pembelajar

menggunakan banyak kalimat bahasa Indonesia pembelajar akan sangat merasa

kebingungan karena pembelajar yang berada di tingkat pemula belum banyak

memahami kosa kata bahasa target.

4.3.2.4 Pembiasaan Lawan Tutur Menggunakan Bahasa Target

Adapun faktor lain, itu terdapat pada data AK/9/190917 yang merupakan

percakapan antara pengajar dan pembelajar asing di Lembaga Bahasa Universitas

Sanata Dharma pada pukul 10.30 WIB, hari Selasa, tanggal 19September 2017.

Percakapan di bawah merupakan percakapan ketikapengajar memberikan

pertanyaan kepada pembelajar Edith tentang hobi pada saat pembelajaran di kelas.

Berikut ini adalah percakapan berdasarkan konteks tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

83

Terdapat fenomena bahasa alih kode pada percakapan tersebut. Pengajar

mencampur bahasa satu ke bahasa lain. Fenomena tersebut dapat dilihat pada

percakapan di atas, pengajar mencampur bahasa Indonesia ke bahasa Inggris

dalam wujud kalimat pada ujaran 5) “I cant speak English”

Faktor yang melatarbelakangi terjadinya alih kode pada percakapan

tersebut adalah agar lawan tutur membiasakan berbahasa Indonesia . Pada ujaran

5), penutur mengubah kode dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris karena

penutur menginginkan pembelajar sepenuhnya membiasakan menggunakan

bahasa Indonesia daripada bahasa Indonesia karena situasinya pembelajar asing

sedang belajar bahasa Indonesia dan sebelumnya pembelajar selalu menjawab

menggunakan bahasa Inggris, itu terlihat pada ujaran 2) dan 6).

Data AK/9/190917

1) Pengajar : “Sekarang Mba Flora, hobinya

apa Mba?”

2) Pembelajar Flora : “aaaaa, hobi saya diving”

3) Pengajar : “Apa?”

4) Pembelajar Flora : “Diving”

5) Pengajar : “Diving, apa bahasa

Indonesiadiving? I cant speak English. Apa bahasa

Indonesianya? Me-nye-lam (Pengajar mengeja sambil

menulis kata “menyelam”)

6) Pembelajar Flora : “Menyelam, aaaa dan biking”

7) Pengajar : “Biking, bersepedaoke”

8) Pembelajar Flora : “hmmm,hmmmm membaca”

9) Pengajar : “Membaca”

10) Pembelajar Flora : “Membaca buku, dan menonton

film series”

11) Pengajar : “okee film series, okee film

series”

12) Pembelajar Flora : “Hmmmm, hmmm”

13) Pengajar : “Sudah?”

14) Pembelajar Flora : “Sudah hahaha”

15) Pengajar : “Sudah haha oke”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

84

4.3.2.5 Kemudahan Lawan Tutur Memahami Perintah Penutur

Data AK/22/260917, data ini merupakan percakapan pengajar dan

pembelajar di Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma pada pukul 10.30

WIB, hari Selasa, tanggal 26 September 2017. Percakapan di samping merupakan

percakapan ketika pengajar meminta memeriksa pekerjaan rumah bersama

pembelajar di kelas. Berikut ini adalah percakapan berdasarkan konteks tersebut.

Terdapat fenomena bahasa alih kode pada percakapan tersebut. Pengajar

mencampur bahasa satu ke bahasa lain. Fenomena tersebut dapat dilihat pada

percakapan di atas, pengajar mencampur bahasa Indonesia ke bahasa Inggris

dalam wujud kalimat pada ujaran 11) “We will check together”.

Data AK/22/260917

1) Pengajar : “Ada PR ya halaman seratus sepuluh,

Aftah sudah ya?”

2) Pembelajar Aftah : “Sudah”

3) Pengajar : “Untuk teman- teman dari Hungaria”

4) Pembelajar Aftah : “Satu, dua, tiga” (menyebutkan

latihan-latihan yang sudah dikerjakan)

5) Pengajar : “Sudah ya”

6) Pembelajar Aftah : “satu, dua, tiga, empat sudah”

(menyebutkan latihan-latihan yang sudah dikerjakan)

7) Pengajar : “Ini sudah halaman ini? halaman,

seratus, sembilan,sudah?” (menunjukan halaman yang

ditanyakan)

8) Pembelajar Edith : “Eheem”

9) Pengajar : “Kita akan cek ya, kita akan cekPR

dulu, silakan nomor satu sudah? halaman seratus sepuluh,

halaman, seratus sepuluh, sudah?”

10) Pembelajar Bianka : “Belum hehehe”

11) Pengajar : “Okee tidak apa-apa ya, we will check

together. Okee mungkin nomor satu mba Fanny dulu”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

85

Faktor pengajar beralih kode dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa

Inggris agar lawan tuturnya mudah memahami perintah dari penutur yaitu

pengajar. Pengajar mengerti bahwa lawan tuturnya tidak semuanya memahami

apa yang diucapkan saat pengajar memberikan instruksi kepada pembelajar. Oleh

karena itu, pengajar mengubah kode ke dalam bahasa Inggris dengan tegas

mengatakan “We will check together“ agar pembelajar mudah memahami

perintah pengajar.

Begitupun pada data berikut, data AK/22/260917 merupakan percakapan

pengajar dan pembelajar di Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma pada

pukul 10.30 WIB, hari Selasa, tanggal 26 September 2017. Percakapan di

samping merupakan percakapan ketika pengajar meminta pembelajar memberikan

pertanyaan kepada temannya di kelas. Berikut ini adalah percakapan berdasarkan

konteks tersebut.

Data AK/22/260917

1) Pengajar : “Sudah membuat semua pertanyaan,

mba Fanny sudah ya, mba Bianka sudah, sudah duaya, mas

Peter sudah?”

2) Pembelajar Peter : “Dua?”

3) Pengajar : “dua saja, dua saja, sudah, sudah,

sudah? oke. Nah, sekarang mba Fanny ask your question to

your friend”

4) Pembelajar Edith : “One friend?”

5) Pengajar : “One friend, satu pertanyaan satu

orang, one question one friend”

6) Pembelajar Fanny : “Mba Edith, Anda tinggal dengan

siapa? Kamu tinggal dengan siapa?”

7) Pembelajar Edith : “Saya tinggal dengan teman-teman

saya”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

86

Terdapat fenomena bahasa alih kode pada percakapan tersebut. Pengajar

mencampur bahasa satu ke bahasa lain. Fenomena tersebut dapat dilihat pada

percakapan di atas, pengajar mencampur bahasa Indonesia ke bahasa Inggris

dalam wujud kalimat perintah pada ujaran 3) “Fanny ask your question to your

friend”.

Faktor pengajar beralih kode dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa

Inggris agar lawan tuturnya mudah memahami perintah dari penutur yaitu

pengajar. Pengajar mengerti bahwa lawan tuturnya yaitu mba Fanny tidak

memahami sepenuhnya perintah dari pengajar. jika pengajar memberikan perintah

menggunakan bahasa Indonesia karena pembelajar belum memiliki kosa kata

yang cukup banyak. Oleh karena itu, pengajar mengubah kode ke dalam bahasa

Inggris dengan mengatakan “Fanny ask your question to your friend“ agar

pembelajar dapat cepat dan mudah memahami perintah pengajar.

4.4 Wujud Campur Kode

Berikut adalah wujud-wujud alih kode yang diperoleh dari penelitian di

Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma. Wujud-wujud sesuai dengan teori

yang telah ditawarkan oleh Fasold terkait batasan campur kode. Wujud-wujud alih

kode yang diperoleh dari penelitian ini adalah berupa kata dan frasa. Berikut ini

adalah pembahasan dari data yang diperoleh.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

87

4.4.1 Campur Kode Wujud Kata

Data CK/3/180917 merupakan percakapan antara pengajar dan pembelajar

asing di Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma pada pukul 10.30 WIB,

hari Senin, tanggal 18 September 2017.Percakapan di samping merupakan

percakapan ketika pembelajar Edith memberikan pertanyaan tentang arti kata pada

saat pembelajaran di kelas kepada pengajar. Berikut ini adalah percakapan

berdasarkan konteks tersebut.

Terdapat fenomena bahasa campur kode pada percakapan tersebut.

Pengajar dan pembelajar mencampur bahasa satu ke bahasa lain. Fenomena

tersebut dapat dilihat pada percakapan di atas, pengajar dan pembelajar

mencampur bahasa Inggris ke bahasa Indonesia dalam wujud kata pada ujaran 1)

dan ujaran 2) “sejak” dalam bahasa Indonesia. Sangat jelas, perubahan kode di

atas merupakan campur kode wujud kata karena tidak ada wujud-wujud klausa

maupun kalimat.

Data selanjutnya adalah data CK/8/180917. Data CK/8/180917 merupakan

percakapan antara pengajar dan pembelajar asing di Lembaga Bahasa Universitas

Sanata Dharma pada pukul 10.30 WIB, hari Senin, tanggal 18 September 2017.

Percakapan di bawah merupakan percakapan ketika pengajar memberikan

penjelasan jawaban yang benar dan pembelajar memberikan pertanyaan kepada

Data CK/3/180917

1) Pembelajar : “What is the meansejak ?”

2) Pengajar : “Since, sejak”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

88

pengajar ketika di kelas. Berikut ini adalah percakapan berdasarkan konteks

tersebut.

.

Terdapat fenomena bahasa campur kode pada percakapan tersebut.

Pengajar dan pembelajar mencampur bahasa satu ke bahasa lain. Fenomena

tersebut dapat dilihat pada percakapan di atas, pembelajar mencampur bahasa

Inggris ke bahasa Indonesia dalam wujud kata pada ujaran 2) “mahasiswa” dan

ujaran 3) pengajar mengubah dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris dengan

mengatakan “up to date”.

Data yang sama dengan wujud data di atas selanjutnya adalah data

CK/9/180917. Data CK/9/180917 merupakan percakapan antara pengajar dan

pembelajar asing di Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma pada pukul

10.30 WIB, hari Senin, tanggal 18 September 2017.Percakapan di bawah

merupakan percakapan ketika pengajar meminta pengajar untuk menjawab

kalimat rumpang selanjutnya dan mengklarifikasikan jawaban yang sebenarnya

kepada pengajar ketika di kelas. Berikut ini adalah percakapan berdasarkan

konteks tersebut.

Data CK/8/180917

1) Pengajar : “Dia adalah murid, bisa atau bu guru bisa

karena tidak ada konteks dia belajar atau mengajar”

2) Pembelajar : “Why notmahasiswa?

3) Pengajar : “Oh bisa, oh maaf tidak bisa karena ada

SMU, SMU is senior high school. Dulu Indonesia pakai

SMU sekarang SMA, up to date SMA.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

89

Terdapat fenomena bahasa campur kode pada percakapan tersebut.

Pengajar mencampur bahasa satu ke bahasa lain. Fenomena tersebut dapat dilihat

pada percakapan di atas, pengajar mencampur bahasa Inggris ke bahasa Indonesia

dalam wujud kata pada ujaran 1) “lanjut”. Kata “lanjut” merupakan kata dasar

dan sebagai satuan gramatikal terbesar dalam lingkup morfologi.

Di topik lain terdapat wujud data yang sama dengan di atas yaitu data

CK/13/190917. Data CK/13/190917 merupakan percakapan antara pengajar dan

pembelajar asing di Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma pada pukul

10.30 WIB, hari Selasa, tanggal 19 September 2017.Percakapan di bawah

merupakan percakapan ketika pengajar memberikan pertanyaan dan menjawab

tentang arti kata pada saat pembelajaran di kelas kepadapembelajar. Berikut ini

adalah percakapan berdasarkan konteks tersebut.

Data CK/9/180917

1) Pengajar : “Next, lanjut”

2) Pembelajar A : “Dia suka menyanyi, di waktu

kosongnya dia pergi ke tempat….” (percakapan dipotong

pembelajar lain)

3) Pembelajar B : “Dia suka belajar”

4) Pengajar :“Oh iya, karena after sentence di

waktu kosongnya dia bercerita tentang karaoke”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

90

Terdapat fenomena bahasa campur kode pada percakapan tersebut.

Pengajar mencampur bahasa satu ke bahasa lain. Fenomena tersebut dapat dilihat

pada percakapan di atas, pengajar mencampur bahasa Indonesia ke bahasa Inggris

dalam wujud kata pada ujaran 3) “village”, 5) “to see”, dan ujaran 9) “plant”.

Selanjutnya, wujud data yang sama dengan di atas yaitu data

CK/16/190917. Data CK/16/180917 merupakan percakapan antara pengajar dan

pembelajar asing di Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma pada pukul

10.30 WIB, hari Selasa, tanggal 19 September 2017.Percakapan di samping

merupakan percakapan ketika pengajar memberikan petunjuk tugas dan

memberikan pertanyaan kepada pembelajar di kelas. Berikut ini adalah

percakapan berdasarkan konteks tersebut.

Data CK/13/10917

1) Pengajar : “Apa arti desa-desa?”

2) Pembelajar : “Desa-desa”

3) Pengajar : “Village, desa-desa, village. Lalu, apa arti

melihat?”

4) Pembelajar : “To see”

5) Pengajar : “Ya to see ya, melihat. Lalu, apa arti

tanaman?”

6) Pembelajar : “Apa?”

7) Pengajar : “Apa arti tanaman?”

8) Pembelajar : “Plant”

9) Pengajar : “Betul, tanaman plant. Lalu, satu lagi apa

arti waktu kosong? apa arti waktu kosong?”

10) Pembelajar : “Freetime”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

91

Terdapat fenomena bahasa campur kode pada percakapan tersebut.

Pengajar mencampur bahasa satu ke bahasa lain. Fenomena tersebut dapat dilihat

pada percakapan di atas, pengajar mencampur bahasa Indonesia ke bahasa Inggris

dalam wujud kata hubung pada ujaran 3) “and”. Kata “and” merupakan kata

hubung sebagai satuan gramatikal terkecil dalam lingkup sintaksis.

Data CK/18/190917merupakan percakapan antara pengajar dan

pembelajar asing di Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma pada pukul

10.30 WIB, hari Selasa, tanggal 19 September 2017. Percakapan di bawah

merupakan percakapan ketika pengejar memberikan pertanyaan tentang aktivitas

lari pembelajar Peter saat pembelajaran di kelas. Berikut ini adalah percakapan

berdasarkan konteks tersebut.

Data CK/16/180917

1) Pengajar : “Lanjut latihan lima, di sini ada

tabel, lalu ada hobi, dan alasan. Apa arti alasan?”

2) Pembelajar : “Reason”

3) Pengajar : “Jadi nanti mendengar,

mendengar dialogandmonolog. Hobinya apa? lalu, alasan

suka hobi itu apa? Siap ya?” (Latihan mendengarkan)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

92

Terdapat fenomena campur kode pada percakapan tersebut. Terdapat

percakapan dengan perubahan dari bahasa satu ke bahasa lain yaitu dari bahasa

Indonesia ke bahasa Inggris. Perubahan bahasa di atas berwujud kata. Itu terlihat

di ujaran 4) dan 7), pengajar dan pembelajar Peter mengatakan kata “the air”.

4.4.2 Campur Kode Wujud Frasa

Data CK/15/190917 merupakan data campur kode dengan wujud

frasa. Data tersebut diperoleh dari monolog pengajar di Lembaga Bahasa

Universitas Sanata Dharma pada pukul 10.30 WIB, hari Selasa, tanggal

19September 2017. Monolog di bawah merupakan monolog ketika pengajar

memberikan penjelasan tentang soal yang diberikan kepada pembelajar

asing.Berikut ini adalah percakapan berdasarkan konteks tersebut.

Data CK/18/190917

1) Pengajar : “Di Indonesia , Anda berlari atau

tidak?”

2) Pembelajar Peter : “Tidak”

3) Pengajar : “Mengapa?”

4) Pembelajar Peter :“Karena aaaaa banyak aaaa motor

dan mobil aaaa dan the air”

5) Pengajar : “The air?”

6) Pembelajar Peter : “Iya”

7) Pengajar : “The air adalah udara”

Data CK/15/190917

1) Pengajar : “Lanjut latihan tiga, untuk latihan tiga Anda tidak

mendengarkan, tidak mendengarkan. Anda menjawab dari sini

ya, based on the paragraph the passage. Anda menjawab

dengan kalimat lengkap, full sentence, complete sentence.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

93

Terdapat fenomena campur kode wujud frasa pada monolog. Terdapat

monolog dengan perubahan dari bahasa satu ke bahasa lain yaitu dari bahasa

Indonesia ke bahasa Inggris. Perubahan bahasa di atas berwujud frasa. Itu terlihat

di ujaran 1) pengajar mengatakan frasa “full sentence, complete sentence”.

Perubahan bahasa tersebut merupakan satuan gramatikal yang tidak bersifat

predikatif.

Selanjutnya adalah data CK/50/270917. Data ini merupakan percakapan

antara pengajar dan pembelajar asing di Lembaga Bahasa Universitas Sanata

Dharma pada pukul 10.30 WIB, hari Rabu, tanggal 27 September 2017.

Percakapan di bawah merupakan percakapan ketika pembelajar menanyakan kosa

kata baru kepada pengajar di kelas. Berikut ini adalah percakapan berdasarkan

konteks tersebut.

Terdapat fenomena bahasa campur kode wujud frasa pada percakapan

tersebut. Pengajar mencampur bahasa satu ke bahasa lain. Fenomena tersebut

dapat dilihat pada percakapan di atas, pengajar mencampur bahasa Indonesia ke

bahasa Inggris dalam wujud frasa pada ujaran 3) “this one”. Kata “this one”

merupakan frasa sebagai satuan gramatikal non predikatif.

Data CK/50/270917

1) Pengajar : “Ada kata baru?” (pertanyaan

setelah pembelajar membaca bacaan rencana wisata)

2) Pembelajar Edith : “Iyaaa, apa artinya umum?”

3) Pengajar : “Umum itu artinya seperti ini,

transportasi umum, toilet umum, tempat umum”

4) Pembelajar Edith : “Apa artinya penuh?”

5) Pengajar : “Penuh, diisi penuh, ah ini

(mengambil botol) this one ini tidak penuh tidak ada air,

ini tidak penuh lalu ada air menjadi penuh”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

94

4.4.3 Campur Kode Wujud Kata dan Frasa

Data CK/19/190917 merupakan data campur kode dengan wujud kata dan

frasa. Data tersebut merupakan percakapan antara pengajar dan pembelajar asing

di Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma pada pukul 10.30 WIB, hari

Selasa, tanggal 19 September 2017. Percakapan di bawah merupakan percakapan

ketika pengejar memberikan pertanyaan tentang aktivitas lari pembelajar Peter

saat pembelajaran di kelas. Berikut ini adalah percakapan berdasarkan konteks

tersebut.

Terdapat fenomena bahasa campur kode wujud kata dan frasa pada

percakapan tersebut. Pengajar mencampur bahasa satu ke bahasa lain. Fenomena

tersebut dapat dilihat pada percakapan di atas, pengajar mencampur bahasa

Indonesia ke bahasa Inggris dalam wujud kata pada ujaran 3) “park” dan frasa

pada ujaran 7) “twice a week”.

Data CK/19/190917

1) Pengajar : “Di Hungaria , Anda berlari di

mana?”

2) Pembelajar Peter : “aaaaaa park”

3) Pengajar : “Di taman, park, okee. Satu minggu

berapa kali berlari?”

4) Pembelajar Peter : “aaaaa Saya berlari aaaaa duaa”

5) Pengajar : “Satu minggu dua kali?”

6) Pembelajar Peter : “Dua kali”

7) Pengajar : “Twice a week, satu minggu dua

kali ya”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

95

Data selanjutnya adalah data CK/34/250917. Data ini merupakan

percakapan antara pengajar dan pembelajar asing di Lembaga Bahasa Universitas

Sanata Dharma pada pukul 10.30 WIB, hari Senin, tanggal 25 September 2017.

Percakapan di bawahmerupakan percakapan ketika pembelajar menanyakan kosa

kata dan pengajar menjelaskan tentang kosa kata baru kepada pembelajar di

kelas.. Berikut ini adalah percakapan berdasarkan konteks tersebut.

Terdapat fenomena bahasa campur kode wujud kata dan frasa pada

percakapan tersebut. Pengajar mencampur bahasa satu ke bahasa lain. Fenomena

tersebut dapat dilihat pada percakapan di atas, pengajar mencampur bahasa

Indonesia ke bahasa Inggris dalam wujud kata pada ujaran 4) “tool, so, is, typing”

dan frasa pada ujaran 4) “for example”.

4.5 Faktor-faktor yang Melatarbelakangi Penggunaan Campur Kode

Adapun faktor-faktor yang melatarbelakangi penggunaan campur kode di

Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma. Faktor-faktor yang ditemukan

merupakan faktor campur kode yang telah dilakukan oleh pengajar dan

Data CK/34/250917

1) Fanny : (Pembelajar Fanny membaca

paragraf tentang alat tranportasi tradisional di Yogyakarta.

Setelah selesai membaca, pengajar menanyakan kata-kata

baru)

2) Pengajar : “Kalimat satu, oke?”

3) Pembelajar Fanny : “Apa artinya alat”

4) Pengajar : “Alat? okeee. Alat is like tool,

hmm tool. so, for example, computer, computer isalat

untuk typing.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

96

pembelajar asing dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Faktor-faktor campur

kode yang diperoleh dari penelitian ini adalah penutur dan lawan tutur. Berikut ini

adalah hasil pembahasan dari data yang diperoleh.

4.5.1 Penutur

Salah satu faktor yang melatarbelakangi penggunaan campur kode adalah

faktor penutur. Penutur memiliki maksud tersendiri mengapa dirinya mengubah

bahasa dari bahasa satu ke bahasa lain dalam tuturannya. Berikut ini adalah

faktor-faktor yang dilatarbelakangi oleh penutur selama pembelajaran di Lembaga

Bahasa Universitas Sanata Dharma.

4.5.1.1 Keterbatasan Kode Pembelajar

Data CK/6/180917 adalah data campur kode yang dilatarbelakangi karena

keterbatasan kode penutur yaitu pembelajar. Data ini merupakan percakapan

antara pengajar dan pembelajar asing di Lembaga Bahasa Universitas Sanata

Dharma pada pukul 10.30 WIB, hari Senin, tanggal 18 September 2017.

Percakapan di bawah merupakan percakapan ketika pembelajar Fanny

memberikan pertanyaan tentang banyaknya tugas pada saat pembelajaran di kelas

kepada pengajar. Berikut ini adalah percakapan berdasarkan konteks tersebut.

Data CK/6/180917

1) Pembelajar : “Hanya satu tugas or more?”

2) Pengajar : “Ya”

3) Pembelajar : “Satu tugas?”

4) Pengajar : “Ya hanya satu tugas”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

97

Terdapat fenomena campur kode pada percakapan tersebut. Terdapat

percakapan dengan perubahan dari bahasa satu ke bahasa lain yaitu dari bahasa

Indonesia ke bahasa Inggris. Perubahan bahasa di atas berwujud frasa. Itu terlihat

di ujaran 1) “or more”.

Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode pada percakapan di

atas adalah keterbatasan kode pembelajar. Pembelajar ingin bertanya terkait tugas

yang diberikan oleh pengajar. Namun, pembelajar tidak sepenuhnya bertanya

menggunakan bahasa Indonesia dan sebenarnya pembelajar ingin mengatakan

“atau lebih” pada ujaran 2) tetapi pembelajar tidak mengetahui banyak kosa kata

bahasa target sehingga pengajar mengubah kode ke bahasa Inggris dengan

mengatakan “or more”.

Data selanjutnya adalah data CK/14/190917. Data tersebut merupakan

percakapan antara pengajar dan pembelajar asing di Lembaga Bahasa Universitas

Sanata Dharma pada pukul 10.30 WIB, hari Selasa, tanggal 19 September

2017.Percakapan di bawahmerupakan percakapan ketika pengajar meminta

pembelajar menjawab soal kalimat rumpang di kelas. Berikut ini adalah

percakapan berdasarkan konteks tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

98

Terdapat fenomena campur kode pada percakapan tersebut. Terdapat

percakapan dengan perubahan dari bahasa satu ke bahasa lain yaitu dari bahasa

Indonesia ke bahasa Inggris. Perubahan bahasa di atas berwujud frasa. Itu terlihat

di ujaran 4) “something”.

Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode pada percakapan di

atas adalah keterbatasan kode pembelajar. Pembelajar ingin menjawab soal terkait

tugas yang diberikan oleh pengajar. Namun, pembelajar tidak sepenuhnya

menjawab menggunakan bahasa Indonesia dan sebenarnya pembelajar ingin

mengatakan “sesuatu” pada ujaran 4) tetapi pembelajar tidak mengetahui kosa

kata bahasa target yang diperlukan sehingga pembelajar mengubah kode ke

bahasa Inggris dengan mengatakan “something”.

Adapun topik lain dengan wujud dan faktor yang sama seperti data di atas,

data tersebut adalah data CK/21/200917. Data ini merupakan percakapan antara

pengajar dan pembelajar asing di Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma

pada pukul 10.30 WIB, hari Rabu, tanggal 20 September 2017. Percakapan di

Data CK/14/190917

1) Pengajar : “Selanjutnya paragraf tiga silahkan

Edit memilih satu teman, mba Edit memilih satu teman.”

2) Pembelajar Edit : “Flora”

3) Pengajar : “Mba Flora silahkan paragraf tiga”

4) Pembelajar Flora : “Kakak kedua saya tidak suka

menyanyi. Dia suka sekali hmmm… something hahaha”

5) Pengajar : “Hahaha tidak apa-apa”

6) Pembejar Flora : “Masakannya selalu nomor satu.

Nama dia adaah Tina. Dia bekerja sebagai sekretaris di

Jogjakarta Plaza Hotel”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

99

bawah merupakan percakapan ketika pengajar memberikan pertanyaan tentang

pembelajaran sebelumnya kepada pembelajar di kelas. Berikut ini adalah

percakapan berdasarkan konteks tersebut.

Terdapat fenomena campur kode pada percakapan tersebut. Terdapat

percakapan dengan perubahan dari bahasa satu ke bahasa lain yaitu dari bahasa

Indonesia ke bahasa Inggris. Perubahan bahasa di atas berwujud kata. Itu terlihat

di ujaran 2) “direction”.

Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode pada percakapan di

atas adalah keterbatasan kode pembelajar. Pembelajar ingin menjawab soal terkait

tugas yang diberikan oleh pengajar. Namun, pembelajar tidak sepenuhnya

menjawab menggunakan bahasa Indonesia dan sebenarnya pembelajar ingin

mengatakan “arah” pada ujaran 2) tetapi pembelajar tidak mengetahui kosa kata

bahasa target yang diperlukan sehingga pembelajar mengubah kode ke bahasa

Inggris dengan mengatakan “direction”.

Data CK/21/200917

1) Pengajar : “Hari ini belajar apa?”

2) Pembelajar Edith : “Kami belajar tentang jalan,

hmmmm aaaaa direction?”

3) Pengajar : “Direksi”

4) Pembelajar Edith : “Direksi? okee”

5) Pengajar : “Dan ini di atas, di bawah, di

samping”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

100

Selanjutnya, Data CK/38/260917 adalah merupakan percakapan antara

pengajar dan pembelajar asing di Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma

pada pukul 10.30 WIB, hari Selasa, tanggal 26 September 2017. Percakapan di

bawah merupakan percakapan ketika pengajar menanyakan kebiasaan

menggunakan alat transportasi kepada pembelajar di kelas. Berikut ini adalah

percakapan berdasarkan konteks tersebut.

Terdapat fenomena campur kode pada percakapan tersebut. Terdapat

percakapan dengan perubahan dari bahasa satu ke bahasa lain yaitu dari bahasa

Indonesia ke bahasa Inggris. Perubahan bahasa di atas berwujud frasa. Itu terlihat

di ujaran 4) “everywhere”.

Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode pada percakapan di

atas adalah keterbatasan kode pembelajar. Pembelajar ingin menjawab pertanyaan

yang diberikan oleh pengajar. Namun, pembelajar tidak sepenuhnya menjawab

menggunakan bahasa Indonesia dan sebenarnya pembelajar ingin mengatakan “ke

mana saja” pada ujaran 4) tetapi pembelajar tidak mengetahui kosa kata bahasa

Data CK/38/260917

1) Pengajar : “Mas Peter dan mba Bianka naik

transportasi apa?”

2) Pembelajar Bianka : “Saya suka naik hmmm motor”

3) Pengajar : “Naik motor, iya okee. Mengapa suka

naik motor?”

4) Pembelajar Bianka : “Karena saya harus pergi ke aaa

everywhere”

5) Pengajar : “Ke mana saja, everywhere, kemana

saja (menulis di papan tulis) kemana saja everywhere”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

101

target yang diperlukan sehingga pembelajar mengubah kode ke bahasa Inggris

dengan mengatakan “everywhere”.

Faktor yang sama pada data lainya adalah data CK/40/260917. Data ini

merupakan percakapan antara pengajar dan pembelajar asing di Lembaga Bahasa

Universitas Sanata Dharma pada pukul 10.30 WIB, hari Selasa, tanggal 26

September 2017. Percakapan di bawah merupakan percakapan ketika pengajar

menanyakan sesuatu yang terkait dengan pembelajaran kepada pembelajar di

kelas. Berikut ini adalah percakapan berdasarkan konteks tersebut.

Terdapat fenomena campur kode pada percakapan tersebut. Terdapat

percakapan dengan perubahan dari bahasa satu ke bahasa lain yaitu dari bahasa

Indonesia ke bahasa Inggris. Perubahan bahasa di atas berwujud kata hubung. Itu

terlihat di ujaran 4) “or”.

Data CK/40/260917

1) Pengajar : “Mas Aftah silahkan memilih satu

orang”

2) Pembelajar Aftah : “Mba Edith”

3) Pengajar : “Okee mba Edith silahkan”

4) Pembelajar Edith : “aaa tujuh or delapan ?

5) Pengajar : “Oh delapan ya”

6) Pembelajar Edith :“aaam ke mana mereka pergi?

Semarang?”

7) Pengajar :“What is Semarang? apa itu

Semarang?”

8) Pembelajar Edith : “Kota”

9) Pengajar : “Kota”

10) Pembelajar Edith : “Kota”

11) Pengajar : “Ke mana mereka karena di situ ada akan,

akan pergi, okee” (menulis di papan tulis)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

102

Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode pada percakapan di

atas adalah keterbatasan kode pembelajar. Pembelajar ingin bertanya kepada

pengajar. Namun, pembelajar tidak sepenuhnya bertanya menggunakan bahasa

Indonesia dan sebenarnya pembelajar ingin mengatakan “atau” pada ujaran 4)

tetapi pembelajar tidak mengetahui kosa kata bahasa target yang diperlukan

sehingga pembelajar mengubah kode ke bahasa Inggris dengan mengatakan “or”.

Begitupun faktor yang sama seperti data di atas terdapat pula pada data

Data CK/44/270917. Data tersebut merupakan percakapan antara pengajar dan

pembelajar asing di Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma pada pukul

10.30 WIB, hari Rabu, tanggal 27 September 2017. Percakapan di bawah

merupakanpercakapan ketika pengajar menanyakan pembelajar tentang alat

transportasi di Jogja. Berikut ini adalah percakapan berdasarkan konteks tersebut.

Terdapat fenomena campur kode pada percakapan tersebut. Terdapat

percakapan dengan perubahan dari bahasa satu ke bahasa lain yaitu dari bahasa

Indonesia ke bahasa Inggris. Perubahan bahasa di atas berwujud kata hubung. Itu

terlihat di ujaran 4) “slow”.

Data CK/44/270917

1) Pengajar : “Andong sudah?”

2) Pembelajar Bianka : “Sudah”

3) Pengajar : “Bagaimana naik Andong? senang?

panas? Bagaimana Andong?”

4) Pembelajar Bianka : “Andong adalah sedikit aaaa slow”

5) Pengajar : “Haha, Andong sedikit lambat ya arena

Andong tidak mesin. Andong sedikit lambat (menulis di papan

tulis). Andong sedikit lambat”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

103

Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode pada percakapan di

atas adalah keterbatasan kode pembelajar. Pembelajar ingin menjawab

pertanyaan dari pengajar. Namun, pembelajar tidak sepenuhnya menjawab

menggunakan bahasa Indonesia dan sebenarnya pembelajar ingin mengatakan

“lambat” pada ujaran 4) tetapi pembelajar tidak mengetahui kosa kata bahasa

target yang diperlukan sehingga pembelajar mengubah kode ke bahasa Inggris

dengan mengatakan “slow”.

4.5.1.2 Kebiasaan Pembelajar Menggunakan Bahasa Inggris

Data CK/22/200917 merupakan percakapan antara pengajar dan

pembelajar asing di Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma pada pukul

10.30 WIB, hari Rabu, tanggal 20 September 2017.Percakapan di

bawahpercakapan ketika pembelajar memberikan intruksi kepada pembelajar lain

di kelas. Berikut ini adalah percakapan berdasarkan konteks tersebut.

Terdapat fenomena campur kode pada percakapan tersebut. Terdapat

percakapan dengan perubahan dari bahasa satu ke bahasa lain yaitu dari bahasa

Data CK/22/200917

1) Pembelajar Aftah : “Mba Edith, di botol hmmm di

belakang, oh sorry, di dekat hmm buku”

2) Pengajar : “Di dekat buku, hanya satu di ya”

3) Pembelajar Edith : “Oke” (Sambil mempraktikan

untuk memindahkan botol di dekat buku)”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

104

Indonesia ke bahasa Inggris. Perubahan bahasa di atas berwujud kata hubung. Itu

terlihat di ujaran 4) “sorry”.

Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode pada percakapan di

atas adalah faktor kebiasaan pembelajar menggunakan bahasa Inggris. Pembelajar

meminta maaf karena salah memberikan instruksi kepada pembelajar Edith. Lalu,

pembelajar secara spontanitas dan improv meminta maaf dengan cepat kepada

pembelajar Edith menggunakan bahasa Inggris karena kebiasaan pembelajar yang

selalu menggunakan bahasa Inggris sehari-harinya. Pembelajar Aftah merupakan

pembelajar yang berasal dari India selain terbiasa menggunakan bahasa India

pembelajar Aftah juga terbiasa menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa

Internasional.Oleh karena itu, pembelajar Aftah terbiasa menggunakan bahasa

Inggris jika lawan tuturnya bisa menggunakan bahasa Inggris pula.

4.5.2 Lawan Tutur

Faktor lain selanjutnya adalah faktor yang disebabkan oleh lawan tutur.

Secara umum, penutur mengubah bahasa satu ke bahasa lain karena melihat lawan

tuturnya memiliki latar belakang bahasa yang berbeda dan untuk mempercepat

serta mempermudah lawan tuturnya memahami bahasa target yaitu bahasa

Indonesia. Namun, faktor secara khususnya sangat beragam. Berikut adalah

faktor-faktor khusus yang dilatarbelakangi oleh lawan tutur, mengapa peristiwa

campur kode kode itu dapat terjadi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

105

4.5.2.1 Kemudahan Lawan Tutur Menjawab Pertanyaan Penutur

Data CK/1/180917 merupakan data dari percakapan antara pengajar dan

pembelajar asing di Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma pada pukul

10.30 WIB, hari Senin, tanggal 18 September 2017. Percakapan di bawah

merupakan percakapan ketika pengajar memberikan pertanyaan tentang hobi

kepada pembelajar Aftah. Berikut ini adalah percakapan berdasarkan konteks

tersebut.

Terdapat fenomena campur kode pada percakapan tersebut. Terdapat

percakapan dengan perubahan dari bahasa satu ke bahasa lain yaitu dari bahasa

Indonesia ke bahasa Inggris. Perubahan bahasa di atas berwujud kata. Itu terlihat

di ujaran 3) “football” dan “or”.

Faktor pengajar beralih kode dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa

Inggrisagar lawan tutur mudah menjawab pertanyaan penutur. Oleh karena itu,

pengajar mengubah kode ke dalam bahasa Inggris dengan mengatakan

“football?,or?” agar pembelajar memahami apa yang ditanyakan olehpenutur.

Pengajar juga mempunyai alasan mengapa dirinya mengubah bahasa Indonesia ke

bahasa Inggris agar memancing pembelajar untuk menggunakan bahasa Inggris.

Data CK/1/180917

1) Pengajar : “Mas Aftah, apa hobi Anda?”

2) Pembelajar : “Hobi saya berolahraga.”

3) Pengajar : “Olahraga apa? berolahraga? football? or….”

4) Pembelajar : “Badminton”

5) Pengajar : “Badminton. apa? sudah?”

6) Pembelajar : “Iya”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

106

Pengajar mengerti lawan tuturnya belum memilik banyak kosa kata baru dalam

bidang olahraga.

Data selanjutnya adalah data CK/30/250917. Data ini merupakan data

yang memiliki faktor yang sama seperti data di atas. Data ini ditemukan dari

percakapan antara pengajar dan pembelajar asing di Lembaga Bahasa Universitas

Sanata Dharma pada pukul 10.30 WIB, hari Senin, tanggal 25 September 2017.

Percakapan di bawah merupakan percakapan ketika pengajarmeminta contoh

kalimat dengan preposisi lokasi kepada pembelajar di kelas. Berikut ini adalah

percakapan berdasarkan konteks tersebut.

Terdapat fenomena campur kode pada percakapan tersebut. Terdapat

percakapan dengan perubahan dari bahasa satu ke bahasa lain yaitu dari bahasa

Indonesia ke bahasa Inggris. Perubahan bahasa di atas berwujud kata. Itu terlihat

di ujaran 1) “sentence”.

Data CK/30/250917

1) Pengajar : “Apakah bisa memberikan contoh

kalimat dengan preposisi lokasi, preposisi lokasi,

sentence, kalimat? Mungkin dari mba Fanny ya.”

2) Pembelajar Fanny : “Kami pergi ke Universitas Sanata

Dharma”

3) Pengajar : “Kami pergi ke Universitas Sanata

Dharma, so preposisi?”

4) Pembelajar Fanny : “Ke-“

5) Pengajar : “Oke, bagus”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

107

Faktor pengajar beralih kode dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa

Inggrisagar lawan tutur mudah menjawab pertanyaan penutur. Oleh karena itu,

pengajar mengubah kode ke dalam bahasa Inggris dengan mengatakan “sentence”

agar pembelajar memahami apa yang ditanyakan oleh pengajar.

Adapun faktor campur kode yang sama seperti data di atas yaitu data

CK/36/250917. Data tersebut merupakan percakapan antara pengajar dan

pembelajar asing di Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma pada pukul

10.30 WIB, hari Senin, tanggal 25 September 2017. Percakapan di bawah

merupakan percakapan ketika pengajar menanyakan alat tradisional kepada

pembelajar di kelas. Berikut ini adalah percakapan berdasarkan konteks tersebut.

Data CK/36/250917

1) Pengajar : “Paragraf satu berbicara tentang apa?”

2) Pembelajar Edith : “Ada banyak alat transportasi”

3) Pengajar : “Okee, alat transportasi di

Yogyakarta.Okee, apa alat transportasi tradisional di

Yogyakarta based on the paragraph?”

4) Pembelajar Aftah : “Sepeda”

5) Pengajar : “Sepeda”

6) Pembelajar Aftah : “Becak”

7) Pengajar : “Becak”

8) Pembelajar Aftah : “Andong”

9) Pengajar :“Andong, okee ya sepeda,becak, dan

andong, okee”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

108

Terdapat fenomena campur kode pada percakapan tersebut. Terdapat

percakapan dengan perubahan dari bahasa satu ke bahasa lain yaitu dari bahasa

Indonesia ke bahasa Inggris. Perubahan bahasa di atas berwujud frasa. Itu terlihat

di ujaran 3) “based on the paragraph?”.

Faktor pengajar beralih kode dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa

Inggrisagar lawan tutur mudah menjawab pertanyaan pengajar. Jika pengajar

mengatakan “based on the paragraph?” tentu saja pembelajar akan kesulitan

memahami maksud pertanyaan pengajar karena pembelajar belum mengetahui

banyak kosa kata bahasa target. Oleh karena itu, pengajar mengubah kode ke

dalam bahasa Inggris dengan mengatakan “based on the paragraph?” agar

pembelajar cepat memahami apa yang ditanyakan oleh pengajar.

4.5.2.2 Kemudahan Lawan Tutur Untuk Mengerjakan tugas

Data berikut adalah data yang memiliki faktor campur kode berbeda

dengan data di atas. Data CK/2/180917 merupakan monolog pengajar di Lembaga

Bahasa Universitas Sanata Dharma pada pukul 10.30 WIB, hari Senin, tanggal 18

September 2017. Monolog di bawah merupakanmonolog ketika pengajar

memberikan penjelasan tentang tugas yang diberikan kepada pembelajar asing.

Berikut ini adalah monolog berdasarkan konteks tersebut.

Data CK/2/180917

1) Pengajar : “Saya mau teman-teman membuka halaman

tujuh puluh satu , tujuh puluh satu ya. Okee tujuh puluh satu,

di situ ada dialog ya. Tolong teman-teman complete these

followingdialogue menulis dialog ya, dialog, oh sorry. Ya

menulis, menjawab nomor satu sampai lima, nomor satu

sampai lima. Silakan complete, melengkapi, Complete this

dialogue”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

109

Terdapat fenomena campur kode pada monolog tersebut. Terdapat

monolog dengan perubahan dari bahasa satu ke bahasa lain yaitu dari bahasa

Indonesia ke bahasa Inggris. Perubahan bahasa di atas berwujud kata “sorry”,

“complete” dan frasa “complete these followingdialogue”, “complete this

dialogue”terlihat di ujaran 1).

Faktor pengajar beralih kode dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa

Inggrisagar lawan tutur mudah mengerjakan tugas. Pengajar mengubah bahasa

Indonesia ke bahasa Inggris dengan kata kunci “complete” dan frasa

“completethis dialogue” agar pembelajar dapat langsung menangkap maksud

petunjuk soal yang diberikan pengajar. Pengajar tidak perlu bertele-tele

menjelaskan petunjuk soal yang diberikan kepada pembelajar.

Data selanjutnya adalah data CK/4/180917. Data CK/4/180917 merupakan

monolog pengajar di Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma pada pukul

10.30 WIB, hari Senin, tanggal 18 September 2017. Monolog di bawah

merupakanmonolog ketika pengajar memberikan penjelasan tentang tugas yang

diberikan kepada pembelajar asing. Berikut ini adalah monolog berdasarkan

konteks tersebut.

Data CK/4/180917

1) Pengajar : “Sekarang teman-teman akan interview. Interview is

wawancara. teman-teman akan wawancara di depan kampus. So, kita

outdoor keluar kelas dan interview dengan orang lain tentang nama,

hobi, dan alasan. Alasan is reason. contoh ya, selamat pagi Ibu,

apakah saya boleh bertanya, lalu bisa berkata nama saya mba Elin,

saya belajar bahasa Indonesia, apa hobi Anda? Apa alasan Anda suka

hobi Anda? So, kalian praktek ya di luar ya”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

110

Terdapat fenomena campur kode pada monolog tersebut. Terdapat

monolog dengan perubahan dari bahasa satu ke bahasa lain yaitu dari bahasa

Indonesia ke bahasa Inggris. Perubahan bahasa di atas berwujud kata “sorry”,

“complete”, “outdoor”, “so”, dan “interview”terlihat di ujaran 1).

Faktor pengajar beralih kode dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa

Inggrisagar lawan tutur mudah mengerjakan tugas. Pengajar merasa pembelajar

merasa kesulitan memahami ketika pengajar mengatakan “wawancara”,

“lengkapi” dan “di luar ruangan” sehingga pengajar mengubah bahasa Indonesia

ke dalam bahasa Inggris. Oleh karena itu, pengajar mengubah bahasa Indonesia ke

bahasa Inggris dengan kata kunci “interview”, “complete” dan “outdoor” agar

pembelajar dapat langsung menangkap maksud petunjuk tugas yang diberikan

pengajar.

Masih dengan data dengan faktor campur kode yang sama seperti di atas,

data CK/5/180917 merupakan monolog pengajar di Lembaga Bahasa Universitas

Sanata Dharma pada pukul 10.30 WIB, hari Senin, tanggal 18 September 2017.

Monolog di bawah merupakanmonolog ketika pengajar memberikan penjelasan

tentang tugas yang diberikan kepada pembelajar asing. Berikut ini adalah

monolog berdasarkan konteks tersebut.

Data CK/5/180917

1) Pengajar : “Sekarang kita akan coba latihan satu ya,

latihan-latihan, nomor satu picture, gambar, jurnalis ya,

tugas dia mencari berita, menulis berita. Berita isnews.

Teman-teman menjawab ya, tujuh gambar ya, tujuh picture

dan tugas dia apa, tugas is task.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

111

Terdapat fenomena campur kode pada monolog tersebut. Terdapat

monolog dengan perubahan dari bahasa satu ke bahasa lain yaitu dari bahasa

Indonesia ke bahasa Inggris. Perubahan bahasa di atas berwujud kata “picture“

terlihat di ujaran 1).

Faktor pengajar beralih kode dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa

Inggrisagar lawan tutur mudah mengerjakan tugas. Pengajar merasa pembelajar

merasa kesulitan memahami petunjuk soal ketika pengajar mengatakan “gambar”.

Oleh karena itu, pengajar mengubah bahasa Indonesia ke bahasa Inggris dengan

kata kunci “picture” agar pembelajar dapat langsung menangkap maksud

petunjuk soal yang diberikan pengajar.

Begitupun dengan data berikutnya yaitu data CK/7/180917. Data

CK/7/180917 ini merupakan monolog pengajar di Lembaga Bahasa Universitas

Sanata Dharma pada pukul 10.30 WIB, hari Senin, tanggal 18 September 2017.

Monolog di bawah merupakanmonolog ketika pengajar memberikan penjelasan

tentang tugas yang diberikan kepada pembelajar asing. Berikut ini adalah

monolog berdasarkan konteks tersebut.

Data CK/7/180917

1) Pengajar : “Teman-teman bisa tau jawaban, after sentence

or before sentence” (pengajar memberikan petunjuk soal

tentang melengkapi kalimat rumpang).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

112

Terdapat fenomena campur kode pada monolog tersebut. Terdapat

monolog dengan perubahan dari bahasa satu ke bahasa lain yaitu dari bahasa

Indonesia ke bahasa Inggris. Perubahan bahasa di atas berwujud frasa “after

sentence or before sentence”terlihat di ujaran 1).

Faktor pengajar beralih kode dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa

Inggrisagar lawan tutur mudah mengerjakan tugas. Pengajar merasa pembelajar

merasa agak akesulitan dan lama untuk memahami petunjuk soal jika pengajar

mengatakan “kalimat sesudahnya atau kalimat sebelumnya”. Oleh karena itu

pengajar mengubah bahasa Indonesia ke bahasa Inggris dengan kata kunci “after

sentence” dan “before sentence” agar pembelajar dapat langsung menangkap

maksud petunjuk soal yang diberikan pengajar.

Masih dengan data campur kode yaitu data CK/20/190917. Data ini

diperoleh dari monolog pengajar di Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma

pada pukul 10.30 WIB, hari Selasa, tanggal 19 September 2017. Monolog di

bawah merupakanmonolog ketika pengajar memberikan penjelasan tentang tugas

yang diberikan kepada pembelajar asing. Berikut ini adalah monolog berdasarkan

konteks tersebut.

Data CK/20/190917

1) Pengajar : “Silahkan buka halaman depan puluh tiga,

halaman delapan puluh tiga, oke, delapan puluh tiga. Ada

latihan kosa kata, latihan vocabulary ya. silahkan

mengerjakan nomor satu sampai lima, nomor satu sampai

lima”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

113

Terdapat fenomena campur kode pada monolog tersebut. Terdapat

monolog dengan perubahan dari bahasa satu ke bahasa lain yaitu dari bahasa

Indonesia ke bahasa Inggris. Perubahan bahasa di atas berwujud kata

“vocabulary”terlihat di ujaran 1).

Faktor pengajar beralih kode dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa

Inggrisagar lawan tutur mudah mengerjakan tugas. Pengajar merasa pembelajar

merasa agak kesulitan memahami petunjuk soal ketika pengajar mengatakan

“kosa kata”. Oleh karena itu, pengajar memberikan penegasan dengan mengubah

bahasa Indonesia ke bahasa Inggris dengan kata kunci “vocabulary” agar

pembelajar dapat langsung menangkap maksud petunjuk soal yang diberikan

pengajar.

Data CK/39/260917 adalah data dengan wujud dan faktor yang sama

seperti data di atas. Data ini merupakan monolog pengajar di Lembaga Bahasa

Universitas Sanata Dharma pada pukul 10.30 WIB, hari Selasa, tanggal 26

September 2017. Monolog di bawah merupakan monolog ketika pengajar

memberikan penjelasan tentang rencana pembelajaran yang diberikan kepada

pembelajar asing di kelas. Berikut ini adalah monolog berdasarkan konteks

tersebut.

Data CK/39/260917

1) Pengajar : “Dengan saya hari ini akan cek ini, lalu latihan

vocabulary dan yesterday kemarin ada PR ya, belum cek PR?

belum cek PR belum ya? jadi latihan ini, cek PR lalu kita akan

role play naik transportasi”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

114

Terdapat fenomena campur kode pada monolog tersebut. Terdapat

monolog dengan perubahan dari bahasa satu ke bahasa lain yaitu dari bahasa

Indonesia ke bahasa Inggris. Perubahan bahasa di atas berwujud kata

“vocabulary”, “yesterday” dan frasa “role play”terlihat di ujaran 1).

Faktor pengajar beralih kode dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa

Inggrisagar lawan tutur mudah mengerjakan tugas. Itu terlihat di ujaran 1),

penutur mengubah bahasa dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris dengan

memberikan kata kunci seperti “vocabulary”, dan “role play”. Pengajar

memberikan langsung kata kunci menggunakan bahasa Inggris agar pembelajar

dengan cepat dan mudah memahami petunjuk soal yang diberikan pengajar.

Selanjutnya, data CK/41/260917 merupakan monolog pengajar di

Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma pada pukul 10.30 WIB, hari Selasa,

tanggal 26 September 2017. Monolog di bawah merupakan monolog ketika

pengajar memberikan penjelasan tentang rencana pembelajaran yang diberikan

kepada pembelajar asing di kelas. Berikut ini adalah monolog berdasarkan

konteks tersebut.

Data CK/41/260917

1) Pengajar : “Kita akan coba latihan tujuh, latihan tujuh. Nah,

di latihan tujuh. Anda mencari kata-kata look for the words

from the text, okee. Kita coba, lets try, number one, nomor

satu sampai lima saja, number one until five, ya”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

115

Terdapat fenomena campur kode pada monolog tersebut. Terdapat

monolog dengan perubahan dari bahasa satu ke bahasa lain yaitu dari bahasa

Indonesia ke bahasa Inggris. Perubahan bahasa di atas berwujud frasa “look for

the words from the text”, “lets try”, “number one until five” dan frasa “number

one”terlihat di ujaran 1).

Faktor pengajar beralih kode dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa

Inggrisagar lawan tutur mudah mengerjakan tugas. Itu terlihat di ujaran 1),

penutur mengubah bahasa dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris dengan

memberikan penegasan-penegasan ke dalam bahasa Inggris agar pembelajar dapat

cepat dan mudah mengerjakan tugas tanpa kebingungan atau kesulitan sama sekali

memahami petunjuk soal.

Data CK/45/270917 adalah data dengan wujud dan faktor yang sama

seperti data di atas. Data ini merupakan percakapan antara pengajar dan

pembelajar di Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma pada pukul 10.30

WIB, hari Rabu, tanggal 27 September 2017. Percakapan di bawah merupakan

percakapan ketika pengajar memberikan penjelasan tentang rencana

pembelajaran yang diberikan kepada pembelajar asing di kelas. Berikut ini adalah

percakapan berdasarkan konteks tersebut.

Data CK/45/260917

1) Pengajar :“Hari ini mendengarkan, listening ya halaman

seratus dua puluh tiga, seratus dua puluh tiga, sudah? ”

2) Pembelajar : “Eheem ”

3) Pengajar : “Ada dialog, satu,dua,tiga,empat,lima, lima part

ya, ada dialog. Kita membaca, membaca ini, seratus dua puluh

tiga mencari kata baru, kata baru atau new word.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 131: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

116

Terdapat fenomena campur kode pada percakapan tersebut. Terdapat

percakapan dengan perubahan dari bahasa satu ke bahasa lain yaitu dari bahasa

Indonesia ke bahasa Inggris. Perubahan bahasa di atas berwujud kata “listening,

“part” dan frasa “new word”terlihat di ujaran 1) dan 3).

Faktor pengajar beralih kode dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa

Inggrisagar lawan tutur mudah mengerjakan tugas. Itu terlihat di ujaran 1) dan 3),

penutur mengubah bahasa dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris dengan

memberikan penegasan-penegasan ke dalam bahasa Inggris agar pembelajar dapat

cepat dan mudah mengerjakan tugas tanpa kebingungan atau kesulitan sama sekali

memahami petunjuk soal.

Data terakhir dengan faktor campur kode yang sama seperti data di atas

adalah data CK/51/270917. Data CK/51/270917 merupakan monolog pengajar di

Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma pada pukul 10.30 WIB, hari Selasa,

tanggal 27 September 2017. Monolog di bawah merupakan monolog ketika

pengajar memberikan penjelasan tentang rencana pembelajaran yang diberikan

kepada pembelajar asing di kelas. Berikut ini adalah monolog berdasarkan

konteks tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 132: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

117

Terdapat fenomena campur kode pada monolog tersebut. Terdapat

monolog dengan perubahan dari bahasa satu ke bahasa lain yaitu dari bahasa

Indonesia ke bahasa Inggris. Perubahan bahasa di atas berwujud frasa “flight

number”terlihat di ujaran 1).

Faktor pengajar beralih kode dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa

Inggrisagar lawan tutur mudah mengerjakan tugas. Itu terlihat di ujaran 1),

penutur mengubah bahasa dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris dengan

memberikan penegasan-penegasan ke dalam bahasa Inggris agar pembelajar dapat

cepat dan mudah mengerjakan tugas tanpa kebingungan atau kesulitan sama sekali

memahami petunjuk soal.

Data CK/51/270917

1) Pengajar : “Latihan empat ini ada nama pesawat, pesawat di

Indonesia, Garuda Indonesia, Air Asia, Citi link. Nomor

penerbangan, nomor penerbangan, area, tiket. Di sini ada nama

lalu alamat. Di sini ada nomor penerbangan nomor pesawat

contoh Garuda pakai BA dua dua lima flight number BA dua

dua lima flight number. Dari-tujuan destinasi sama, destinasi

tujuan. Sudah?” (Pengajar memberikan petunjuk soal nomor

pesawat untuk menjawab latihan mendengarkan, setelah

memberikan petunjuk pengejar memulai memutarkan

rekaman).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 133: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

118

4.5.2.3 Kemudahan Lawan Tutur Memahami Jawaban dari Penutur

Terdapat faktor campur kode yang berbeda di data lain yaitu pada data

CK/17/190917. Data CK/17/190917 merupakan percakapan antara pengajar dan

pembelajar di Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma pada pukul 10.30

WIB, hari Selasa, tanggal 19 September 2017. Percakapan di bawah merupakan

percakapan ketika pengajar memberikan petunjuk tugas dan memberikan

pertanyaan kepada pembelajar di kelas. Berikut ini adalah percakapan berdasarkan

konteks tersebut.

Terdapat fenomena bahasa campur kode pada percakapan tersebut.

Pengajar mencampur bahasa satu ke bahasa lain. Fenomena tersebut dapat dilihat

pada percakapan di atas, pengajar mencampur bahasa Indonesia ke bahasa Inggris

dalam wujud kata pada ujaran 4) “friend” dan ujaran 6) “feeling”, “relax” dan

“calm” .

Data CK/17/190917

1) Pengajar : “Sudah? bagaimana? bisa? tidak sulit

ya? bisa cek sekarang? untuk nomor satu silahkan mba

Bianka.”

2) Pembelajar Bianka : “Senang mendengarkan musik, alasan

membuat dia tenang”

3) Pengajar : “Membuat dia apa? teman apa teman,

apa arti teman? teman friend tapi ini tenang” (menulis jawaban

di papan tulis)

4) Pembelajar Bianka : “Apa artinya tenang?”

5) Pengajar : “Tenang itu perasaan, feeling.

Anda(meragakan perasaan tenang) relax, calm, calm ya”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 134: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

119

Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode pada percakapan

tersebut adalah agar lawan tutur mudah memahami jawaban dari penutur. Pada

ujaran 4) dan 6), ketika pengajar menanyakan beberapa arti kosa kata baru dalam

bahasa Inggris tidak ada satupun pembelajar yang menjawab sehingga pengajar

mengartikannya sendiri ke dalam bahasa Inggris. Penutur mengubah kode dari

bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris karena penutur ingin pembelajar mudah

memahami jawaban penutur dari pertanyaan pembelajar terkait materi kosa kata

baru yang sedang dipelajari oleh pembelajar.

Selanjutnya, data CK/23/200917 adalah data dengan wujud dan campur

kode yang seperti data di atas. Data CK/23/200917 merupakan percakapan antara

pengajar dan pembelajar di Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma pada

pukul 10.30 WIB, hari Rabu, tanggal 20 September 2017. Percakapan di bawah

merupakan percakapan ketika pembelajar memberikan pertanyaan tentang kosa

kata baru kepada pengajar di kelas.Berikut ini adalah percakapan berdasarkan

konteks tersebut.

Data CK/23/200917

Pembelajar Peter : (membaca cerita tentang Candi

Borobudur)

1) Pengajar : “ Iya yang ini banyak kata baru ”

2) Pembelajar Bianka : “aaaaa hal?”

3) Pengajar : “Hal, seperti ini benda dan hal,

sebentar ya (sambil menulis di kata benda dan hal di papan

tulis) benda versushal. Benda itu tidak abstrak ya, ini

benda, meja, kursi, televisi, ini kaca mata, hape benda

(sambil menunjukan benda-benda tersebut). Hal itu benda

tapi abstrak. contoh hal itu seperti goodness nah itu hal, hal

baik. Jadi selalu abstrak”.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 135: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

120

Terdapat fenomena bahasa campur kode pada percakapan tersebut.

Pengajar mencampur bahasa satu ke bahasa lain. Fenomena tersebut dapat dilihat

pada percakapan di atas, pengajar mencampur bahasa Indonesia ke bahasa Inggris

dalam wujud kata pada ujaran 3) “versus” dan “goodness” .

Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode pada percakapan

tersebut adalah agar lawan tutur mudah memahami jawaban dari penutur. Pada

ujaran 3), Penutur mengubah kode dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris

karena penutur ingin pembelajar mudah memahami penjelasan penutur terkait

materi kosa kata baru yang ditanyakan oleh pembelajar. Penutur mengatakan kata

“versus” untuk memberikan perbandingan pengertian arti kata “hal” abstrak dan

tidak abstrak. Pengajar juga mengatakan kata “goodness” untuk memberikan

contoh kongkrit dari arti kata hal tidak abstrak agar jawaban dari penutur cepat

dimengerti oleh pembelajar tentang arti kata “hal”.

Data berikutnya adalah data CK/24/200917. Data CK/24/200917

merupakan merupakan percakapan antara pengajar dan pembelajar di Lembaga

Bahasa Universitas Sanata Dharma pada pukul 10.30 WIB, hari Rabu, tanggal 20

September 2017. Percakapan di bawah merupakan percakapan ketika pembelajar

memberikan pertanyaan tentang kosa kata baru kepada pengajar di kelas.Berikut

ini adalah percakapan berdasarkan konteks tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 136: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

121

Terdapat fenomena bahasa campur kode pada percakapan tersebut.

Pengajar mencampur bahasa satu ke bahasa lain. Fenomena tersebut dapat dilihat

pada percakapan di atas, pengajar mencampur bahasa Indonesia ke bahasa Inggris

dalam wujud kata pada ujaran 4) “if”.

Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode pada percakapan

tersebut adalah agar lawan tutur mudah memahami jawaban dari penutur. Pada

ujaran 4), penutur mengubah kode dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris

karena penutur ingin pembelajar mudah memahami jawaban dari penutur terkait

pertanyaan tentang materi kosa kata baru yang sedang ditanyakan oleh

pembelajar.

Data CK/25/200917 merupakan percakapan antara pengajar dan

pembelajar di Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma pada pukul 10.30

WIB, hari Rabu, tanggal 20 September 2017. Percakapan di bawah merupakan

percakapan ketika pembelajar memberikan pertanyaan tentang kosa kata baru

kepada pengajar di kelas.Berikut ini adalah percakapan berdasarkan konteks

tersebut.

Data CK/24/200917

1) Pembelajar Edith : “ Jika, jika?”

2) Pengajar : “Jika, jika kamu lapar, silahkan

makan.

3) Pembelajar Fanny : “If” (menyela penjelasan pengajar

dengan menggunakan Bahasa Inggris)

4) Pengajar : “Jika kamu sakit, kalau, jika, sama,

kalau, kalau, jika, ya if, kalau, jika, sama.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 137: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

122

Terdapat fenomena bahasa campur kode pada percakapan tersebut.

Pengajar mencampur bahasa satu ke bahasa lain. Fenomena tersebut dapat dilihat

pada percakapan di atas, pengajar mencampur bahasa Indonesia ke bahasa Inggris

dalam wujud kata pada ujaran 2) “real”.

Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode pada percakapan

tersebut adalah agar lawan tutur mudah memahami jawaban dari penutur. Pada

ujaran 2), pengajar langsung menjelaskan arti kata “nyata’ dengan menggunakan

bahasa Inggris “real” karena pembelajar bisa menggunakan bahasa Inggris.

Penutur mengubah kode dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris karena

penutur ingin pembelajar mudah memahami jawaban dari penutur terkait

pertanyaan dari pembelajar tentang materi kosa kata baru yang sedang ditanyakan

oleh pembelajar.

Selanjutnya, data CK/28/200917 merupakan percakapan antara pengajar

dan pembelajar di Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma pada pukul 10.30

WIB, hari Rabu, tanggal 20 September 2017. Percakapan di bawah merupakan

percakapan ketika pembelajar memberikan pertanyaan tentang kosa kata baru

kepada pengajar di kelas.Berikut ini adalah percakapan berdasarkan konteks

tersebut.

Data CK/25/200917

1) Pembelajar Fanny : “Apa artinya nyata?”

2) Pengajar : “Nyata sama dengan real”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 138: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

123

Terdapat fenomena bahasa campur kode pada percakapan tersebut.

Pengajar mencampur bahasa satu ke bahasa lain. Fenomena tersebut dapat dilihat

pada percakapan di atas, pengajar mencampur bahasa Indonesia ke bahasa Inggris

dalam wujud kata pada ujaran 2) “etcetra”.

Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode pada percakapan

tersebut adalah agar lawan tutur mudah memahami penjelasan penutur. Pada

ujaran 2), pengajar langsung menjelaskan arti kata “dan lain-lain” dengan

menggunakan bahasa Inggris “etcetra”. Pengajar tidak hanya menjelaskan secara

lisan saja tetapi pengajar juga menjelaskan dengan menulis di papan tulis.

Masih dengan faktor yang sama, data CK/35/250917 adalah data yang

ditemukan ketika terjadi percakapan antara pengajar dan pembelajar di Lembaga

Bahasa Universitas Sanata Dharma pada pukul 10.30 WIB, hari Senin, tanggal 25

September 2017. Ketika itu terjadi percakapan antar pengajar dan pembelajar

yang membicarakan tentang pembelajar menanyakan kosa kata baru pada bacaan

dan pengajar menjelaskan tentang kosa kata baru kepada pembelajar di kelas.

Berikut ini adalah percakapan berdasarkan konteks tersebut.

Data CK/28/200917

1) Pembelajar Fanny : “Apa artinya dan lain-lain?”

2) Pengajar : “Dan lain-lain, ini artinya sama dengan

bahasa Inggris seperti ini (menulis tulisan etcetra di papan

tulis) d-l-l, bahasa Inggris etcetra, dan lain-lain.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 139: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

124

Terdapat fenomena bahasa campur kode pada percakapan tersebut.

Pengajar mencampur bahasa satu ke bahasa lain. Fenomena tersebut dapat dilihat

pada percakapan di atas, pengajar mencampur bahasa Indonesia ke bahasa Inggris

dalam wujud kata pada ujaran 5) “enough” dan “so”.

Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode pada percakapan

tersebut adalah agar lawan tutur mudah memahami jawaban dari penutur. Pada

ujaran 5), pengajar langsung menjelaskan arti kata “cukup” dengan menggunakan

bahasa Inggris “enough” karena pembelajar bisa menggunakan bahasa Inggris.

Penutur mengubah kode dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris karena

penutur ingin pembelajar mudah memahami jawaban dari penutur terkait

pertanyaan dari pembelajar tentang materi kosa kata baru yang sedang ditanyakan

oleh pembelajar.

Seperti faktor campur kode di atas, data CK/42/260917 merupakan

percakapan antara pengajar dan pembelajar di Lembaga Bahasa Universitas

Sanata Dharma pada pukul 10.30 WIB, hari Selasa, tanggal 26 September 2017.

Percakapan di bawahmerupakan percakapan ketika pembelajar menanyakan kosa

kata baru kepada pengajar di kelas.Berikut ini adalah percakapan berdasarkan

konteks tersebut.

Data CK/35/250917

1) Pembelajar Bianka : “Apa artinya cukup?”

2) Pengajar : “Cukup?”

3) Pembelajar Bianka : “Iya”

4) Pembelajar Fanny : “Enough”

5) Pengajar : “Cukup, enough. okee so cukup enough”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 140: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

125

Terdapat fenomena bahasa campur kode pada percakapan tersebut.

Pengajar mencampur bahasa satu ke bahasa lain. Fenomena tersebut dapat dilihat

pada percakapan di atas, pengajar mencampur bahasa Indonesia ke bahasa Inggris

dalam wujud kata pada ujaran 4) “company”

Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode pada percakapan

tersebut adalah agar lawan tutur mudah memahami jawaban dari penutur. Pada

ujaran 4), pengajar langsung menjelaskan arti kata “cukup” dengan menggunakan

bahasa Inggris “company” karena pembelajar bisa menggunakan bahasa Inggris.

Penutur mengubah kode dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris karena

penutur ingin pembelajar mudah memahami jawaban dari penutur terkait

pertanyaan dari pembelajar tentang materi kosa kata baru yang sedang ditanyakan

oleh pembelajar.

Data CK/46/270917 merupakan percakapan antara pengajar dan

pembelajar di Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma pada pukul 10.30

WIB, hari Rabu, tanggal 27 September 2017. Percakapan di bawahmerupakan

percakapan ketika pembelajar menanyakan kosa kata baru kepada pengajar di

kelas.Berikut ini adalah percakapan berdasarkan konteks tersebut.

Data CK/42/260917

1) Pembelajar Bianka : “Apa artinya perusahaan?”

2) Pengajar : “Perusahaan?”

3) Pembelajar Edith : “Company”

4) Pengajar : “Nah, company ya, perusahaan company”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 141: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

126

Terdapat fenomena bahasa campur kode pada percakapan tersebut.

Pengajar mencampur bahasa satu ke bahasa lain. Fenomena tersebut dapat dilihat

pada percakapan di atas, pengajar mencampur bahasa Indonesia ke bahasa Inggris

dalam wujud kata pada ujaran 6) dan 9) “get off” serta ujaran 11) “leszall”.

Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode pada percakapan

tersebut adalah agar lawan tutur mudah memahami jawaban dari penutur. Pada

ujaran 6) dan 9), pengajar menjelaskan arti kata “turun” dengan menggunakan

bahasa Inggris “get off” karena pembelajar bisa menggunakan bahasa Inggris.

Penutur tidak hanya mengubah kode dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa

Inggris saja, tetapi pengajar juga mengubah bahasa dari bahasa Indonesia ke

dalam bahasa Hungaria karena banyak lawan tutur yang berasal dari Hungaria.

Pengajar mengubah bahasa dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Hungaria agar

Data CK/46/270917

1) Pembelajar Bianka : “Turun?”

2) Pengajar :“Apa? ”

3) Pembelajar Bianka : “Turun”

4) Pengajar : “Oh turun, contoh mba Bianka naik

Trans Jogja, naik Trans Jogja lalu di sini tempat berhenti.

Saya turun di sini, naik sepeda motor kemudian turun, turun

dari Trans Jogja lalu sudah sampai, biasanya ada bell teeeet,

ayo turun”

5) Pembelajar Peter : “Get off?”

6) Pengajar : “Ya get off”

7) Pembelajar Bianka : “Apa?”

8) Pembelajar Peter : “Get off”

9) Pengajar : “Apa ya inbahasa Hungaria get off?”

10) Pembelajar Peter : “Leszall”

11) Pengajar : “Naik Andong juga, pak saya turun

di sini, Andong berhenti, Anda Leszall hahahaha”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 142: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

127

pembelajar dari Hungaria dengan mudah dapat memahami jawaban dari pengajar

tentang arti kata “turun”.

Berikutnya, data CK/47/270917 merupakan percakapan antara pengajar

dan pembelajar di Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma pada pukul 10.30

WIB, hari Rabu, tanggal 27 September 2017. Percakapan di bawahmerupakan

percakapan ketika pembelajar menanyakan kosa kata baru kepada pengajar di

kelas.Berikut ini adalah percakapan berdasarkan konteks tersebut.

Terdapat fenomena bahasa campur kode pada percakapan tersebut.

Pengajar dan pembelajar mencampur bahasa satu ke bahasa lain. Fenomena

tersebut dapat dilihat pada percakapan di atas, pengajar mencampur bahasa

Indonesia ke bahasa Inggris dalam wujud frasa pada ujaran 7) “one frase”, “like

fish” dan ujaran 9) “in the airport” serta kata “fly” .

Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode pada percakapan

tersebut adalah agar lawan tutur yaitu pembelajar mudah memahami jawaban dari

Data CK/47/270917

1) Pengajar : “Turun sudah”

2) Pembelajar Edith : “Jauh?”

3) Pengajar :“Jauh? rumah mas Aftah dekat

universitas, rumah mba Edith”

4) Pembelajar Edith : “Aha far?”

5) Pengajar : “Ya”

6) Pembelajar Edith : “Pesawat terbang?”

7) Pengajar : “Oh pesawat terbang itu biasanya

ini, ini one frase ya, (menggambar pesawat terbang) seperti

ini pesawat terbang hahaha seperti ikan hahaha like fishini

bukan ikan”

8) Pembelajar Fanny : “Pesawat terbang in theairport?”

9) Pengajar : “Ya aeroplane tapi terbang saja itu

fly”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 143: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

128

penutur. Pada ujaran 7) dan ujaran 9), pengajar beberapa kali mengubah bahasa

dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris agar pembelajar dengan mudah dan cepat

memahami jawaban dari penutur terkait pertanyaan dari pembelajar mengenai

kosa kata baru. Pengajar juga tidak hanya memberikan jawaban secara lisan tetapi

pengajar juga memberikan contoh kongkritnya dengan menggambarkan bentuk

pesawat terbang.

Tidak jauh beda dengan data di atas, data berikutnya adalah data yang

memiliki faktor campur kode yang sama. Data CK/48/270917 merupakan

percakapan antara pengajar dan pembelajar di Lembaga Bahasa Universitas

Sanata Dharma pada pukul 10.30 WIB, hari Rabu, tanggal 27 September 2017.

Percakapan di bawahmerupakan percakapan ketika pembelajar menanyakan kosa

kata baru kepada pengajar di kelas.Berikut ini adalah percakapan berdasarkan

konteks tersebut.

Terdapat fenomena bahasa campur kode pada percakapan tersebut.

Pengajar mencampur bahasa satu ke bahasa lain. Fenomena tersebut dapat dilihat

pada percakapan di atas, pengajar mencampur bahasa Indonesia ke bahasa Inggris

dalam wujud kata pada ujaran 3) dan ujaran 5) “plan””.

Data CK/48/270917

1) Pengajar : “Kita lanjut ke rencana wisata, bisa

lihat halaman ini, ke rencana wisata”

2) Pembelajar Fanny : “Apa artinya rencana?

3) Pengajar : “Rencana, ini seperti ini hari ini hari

Jumat, hari ini Jumat besok libur ayo diskusi rencana buat

besok kita mau pergi kemana (diam sejenak) plan”

4) Pembelajar Fanny : “Aha”

5) Pengajar : “Plan”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 144: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

129

Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode pada percakapan

tersebut adalah agar lawan tutur mudah memahami jawaban dari penutur. Pada

ujaran 5), pengajar langsung menjelaskan arti kata “rencana” dengan

menggunakan bahasa Inggris “plan” karena pembelajar bisa menggunakan bahasa

Inggris. Penutur mengubah kode dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris

karena penutur ingin pembelajar mudah memahami jawaban dari penutur terkait

pertanyaan dari pembelajar tentang materi kosa kata baru yang sedang ditanyakan

oleh pembelajar.

Data selanjutnya adalah data CK/49/270917. Data ini merupakan

percakapan antara pengajar dan pembelajar di Lembaga Bahasa Universitas

Sanata Dharma pada pukul 10.30 WIB, hari Rabu, tanggal 27 September 2017.

Percakapan di bawahmerupakan percakapan ketika pembelajar menanyakan

kosakata baru kepada pengajar di kelas.Berikut ini adalah percakapan berdasarkan

konteks tersebut.

Data CK/49/270917

1) Pengajar : “ Lima, mas Aftah”

2) Pembelajar Aftah : “Berapa jarak Candi Borobudur Candi

Mendut, kira-kira 2 kilo meter”

3) Pengajar : “ Ya kira-kira dua kilo meter”

4) Pembelajar Edith : “Berapa jarak? jarak?”

5) Pengajar : “Jarak itu seperti ini, berapa jarak dari

universitas ke Kasongan? kira-kira lima belas kilo meter”

6) Pembelajar Edith : “Ah okeee”

7) Pengajar : “ Jadi dari sini ke sini (menunjuk jarak

pensil ke penghapus) , nah ini disebut jarak seperti distance”

8) Pembelajar Edith : “ Oh distance, ya”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 145: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

130

Terdapat fenomena bahasa campur kode pada percakapan tersebut.

Pengajar mencampur bahasa satu ke bahasa lain. Fenomena tersebut dapat dilihat

pada percakapan di atas, pengajar mencampur bahasa Indonesia ke bahasa Inggris

dalam wujud kata pada ujaran 7) “distance”.

Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode pada percakapan

tersebut adalah agar lawan tutur mudah memahami jawaban dari penutur. Pada

ujaran 7), pengajar langsung menjelaskan arti kata “jarak” dengan menggunakan

bahasa Inggris “distance” karena pembelajar bisa menggunakan bahasa Inggris.

Penutur mengubah kode dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris karena

penutur ingin pembelajar mudah memahami jawaban dari penutur terkait

pertanyaan dari pembelajar tentang materi kosa kata baru yang sedang ditanyakan

oleh pembelajar.

Data CK/52/270917 merupakan percakapan antara pengajar dan

pembelajar di Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma pada pukul 10.30

WIB, hari Rabu, tanggal 27 September 2017. Percakapan di bawahmerupakan

percakapan ketika pembelajar menanyakan kosa kata baru kepada pengajar di

kelas.Berikut ini adalah percakapan berdasarkan konteks tersebut.

Data CK/52/270917

1) Pembelajar Fanny : “Kamar?”

2) Pengajar : “Kamar? kamar sama dengan ruang tapi

kamar lebih kecil ya untuk tidur kamar tidur ini ruang,

ruang,ruang (sambil menunjuk ruang-ruang) tidur, kamar tidur,

toilet ,kamar mandi, room, room for taking a bath, room for

sleeping, kamar tidur, kamar mandi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 146: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

131

Terdapat fenomena bahasa campur kode pada percakapan tersebut.

Pengajar mencampur bahasa satu ke bahasa lain. Fenomena tersebut dapat dilihat

pada percakapan di atas, pengajar mencampur bahasa Indonesia ke bahasa Inggris

dalam wujud kata pada ujaran 2) “distance” dan frasa “room for taking a bath”

serta“room for sleeping”.

Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode pada percakapan

tersebut adalah agar lawan tutur mudah memahami jawaban dari penutur. Pada

ujaran 2), pengajar langsung menjelaskan arti kata “kamar” dengan menggunakan

bahasa Inggris “room” karena pembelajar bisa menggunakan bahasa Inggris.

Penutur mengubah kode dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris karena

penutur ingin pembelajar mudah memahami jawaban dari penutur terkait

pertanyaan dari pembelajar tentang materi kosa kata baru yang sedang ditanyakan

oleh pembelajar.

Data selanjutnya dengan faktor campur kode yang sama adalah data

CK/53/270917. Data tersebut merupakan merupakan percakapan antara pengajar

dan pembelajar di Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma pada pukul 10.30

WIB, hari Rabu, tanggal 27 September 2017. Percakapan di bawahmerupakan

percakapan ketika pembelajar menanyakan kosa kata baru kepada pengajar di

kelas.Berikut ini adalah percakapan berdasarkan konteks tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 147: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

132

Terdapat fenomena bahasa campur kode pada percakapan tersebut.

Pengajar mencampur bahasa satu ke bahasa lain. Fenomena tersebut dapat dilihat

pada percakapan di atas, pengajar mencampur bahasa Indonesia ke bahasa Inggris

dalam wujud kata pada ujaran 2) “souvenir”.

Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode pada percakapan

tersebut adalah agar lawan tutur mudah memahami jawaban dari penutur. Pada

ujaran 2), pengajar langsung menjelaskan arti kata “oleh-oleh” dengan

menggunakan bahasa Inggris “souvenir” karena pembelajar bisa menggunakan

bahasa Inggris. Penutur mengubah kode dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa

Inggris karena penutur ingin pembelajar mudah memahami jawaban dari penutur

terkait pertanyaan dari pembelajar tentang materi kosa kata baru yang sedang

ditanyakan oleh pembelajar.

Data terakhir selanjutnya dengan faktor campur kode yang sama adalah

data CK/33/250917. Data tersebut merupakan merupakan percakapan antara

pengajar dan pembelajar di Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma pada

pukul 10.30 WIB, hari Rabu, tanggal 27 September 2017. Percakapan di

bawahmerupakan percakapan ketika pengajar meminta tolong pembelajar untuk

Data CK/53/270917

1) Pembelajar Flora : “Oleh-oleh?”

2) Pengajar : “Oleh-oleh? nah ini, mba Flora pulang ke

Hungaria lau membawa oleh-oleh, souvenir, oleh-oleh bisa

makanan bisa souvenir nah itu oleh-oleh”

3) Pembelajar Flora : “Ah ya”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 148: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

133

menjawab soal dari latihan di kelas dan pengajar menjelaskan kata baru dari

jawaban pembelajar.Berikut ini adalah percakapan berdasarkan konteks tersebut.

Terdapat fenomena bahasa campur kode pada percakapan tersebut.

Pengajar mencampur bahasa satu ke bahasa lain. Fenomena tersebut dapat dilihat

pada percakapan di atas, pengajar mencampur bahasa Indonesia ke bahasa Inggris

dalam wujud kata pada ujaran 8) “in front of”.

Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode pada percakapan

tersebut adalah agar lawan tutur mudah memahami jawaban dari penutur. Pada

ujaran 8), pengajar langsung menjelaskan arti kata “depan” dengan menggunakan

bahasa Inggris “in fron of” karena pembelajar bisa menggunakan bahasa Inggris.

Penutur mengubah kode dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris karena

penutur ingin pembelajar mudah memahami jawaban dari penutur terkait

pertanyaan dari pembelajar tentang materi kosa kata baru yang sedang ditanyakan

oleh pembelajar.

DataCK/33/250917

1) Pengajar : “Lanjut, mba Fanny ya”

2) Pembelajar Fanny : “Ada dua kuda di depan”

3) Pengajar : “Ada dua kuda di depan pak kusir, okee.

lanjut mas Aftah”

4) Pembelajar Aftah : “Pak kusir mengontrol kuda” (dipotong

pembelajar lain dengan pertanyaan)

5) Pembelajar Bianka : “What is the mean depan?”

6) Pengajar : “Di depan”

7) Pembelajar Bianka : “Apa artinya?”

8) Pengajar : “Depan, in front of”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 149: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

134

4.5.2.4 Kemudahan Lawan Tutur Memahami Penjelasan Penutur

Data CK/26/200917merupakan monolog pengajar di Lembaga Bahasa

Universitas Sanata Dharma pada pukul 10.30 WIB, hari Rabu, tanggal 20

September 2017. Percakapan di bawah merupakan monolog ketika pengajar

memberikan penegasan tentang aturan pakaian saat mengunjungi Candi

Borobudur di kelas. Berikut ini adalah monolog berdasarkan konteks tersebut.

Terdapat fenomena bahasa campur kode pada monolog tersebut. Pengajar

mencampur bahasa satu ke bahasa lain. Fenomena tersebut dapat dilihat pada

monolog di atas, pengajar mencampur bahasa Indonesia ke bahasa Inggris dalam

wujud kata pada ujaran 2) “polait”.

Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode pada monolog

tersebut adalah agar lawan tutur mudah memahami penjelasan penutur. Pada

ujaran 2), pengajar langsung menjelaskan arti kata “sopan” dengan menggunakan

bahasa Inggris “polait” karena pengajar memahami ada salah satu kata yaitu kata

Data CK/26/200917

Pembelajar Aftah : (membaca aturan pakaian saat

mengunjungi Candi Borobudur)

1) Pengajar : “Untuk pergi ke Candi Borobudur,

pengunjung harus memakai pakaian, pakaian, baju sama ya,

pakaian yang sopan hehehehe. Sopan itu polait. Tidak boleh

memakai celana, ini celana ya, celana pendek (sambil

menunjuk celananya sendiri) ini celana pendek (sambil

menggambar celana).”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 150: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

135

“sopan” yang tidak dimengerti oleh semua pembelajar. Kata tersebut terdapat

pada aturan berpakaian saat mengunjungi Candi Borobudur.

Data CK/30/250917 merupakan percakapan antara pengajar dan

pembelajar di Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma pada pukul 10.30

WIB, hari Senin, tanggal 25 September 2017. Percakapan di bawah

merupakanpercakapan ketika pengajar memberikan penegasan dari apa yang

dikatakan pembelajar Aftah di kelas.Berikut ini adalah percakapan berdasarkan

konteks tersebut.

Terdapat fenomena bahasa campur kode pada percakapan tersebut.

Pengajar mencampur bahasa satu ke bahasa lain. Fenomena tersebut dapat dilihat

pada percakapan di atas, pengajar mencampur bahasa Indonesia ke bahasa Inggris

dalam wujud kata pada ujaran 3) “will”.

Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode pada percakapan

tersebut adalah agar lawan tutur mudah memahami penjelasan penutur. Pada

ujaran 3), pengajar langsung menjelaskan arti kata “akan” dengan menggunakan

Data CK/30/250917

Pembelajar Aftah : (pembelajar Aftah membaca jawaban dan

pengajar mengulang apa yang dikatakan pembelajar Aftah)

1) Pengajar : “Ya sesudah pergi ke Candi Borobudur

Diani, sesudah pergi ke Candi Borobudur Diani menulis,

menulis informasi tentang Borobudur.”

2) Pembelajar Fanny : “Diani akan?”

3) Pengajar : “Ya, akan bisa hilang ya, akan will di

sini”

4) Pembelajar Fanny : “Diani akan menulis informasi?”

5) Pengajar : “Ya, Diani akan menulis informasi”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 151: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

136

bahasa Inggris “will”. Penutur mengubah kode dari bahasa Indonesia ke dalam

bahasa Inggris karena penutur ingin pembelajar mudah memahami penjelasan

penutur terkait klarifikasi jawaban soal yang dibacakan oleh pembelajar Aftah

sebelumnya.

Berikutnya adalah data CK/32/250917. Data ini merupakan data yang

diperoleh dari lokasi yang sama yaitu di Lembaga Bahasa Universitas Sanata

Dharma pada pukul 10.30 WIB, hari Senin, tanggal 25 September 2017. Ketika

itu terjadi percakapan antar pengajar dan pembelajar yang membicarakan tentang

pengajar yang meminta tolong pembelajar Bianka untuk menjawab soal dari

latihan di kelas dan pengajar menjelaskan kata baru dari jawaban pembelajar

Bianka.Berikut ini adalah percakapan berdasarkan konteks tersebut.

Terdapat fenomena bahasa campur kode pada percakapan tersebut.

Pengajar mencampur bahasa satu ke bahasa lain. Fenomena tersebut dapat dilihat

pada percakapan di atas, pengajar mencampur bahasa Indonesia ke bahasa Inggris

dalam wujud kata pada ujaran 3) “driver”.

Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode pada percakapan

tersebut adalah agar lawan tutur mudah memahami penjelasan penutur. Pada

ujaran 3), pengajar langsung menjelaskan arti kata “kusir” dengan menggunakan

Data CK/32/250917

1) Pengajar : “Lanjut mba Bianka”

2) Pembelajar Bianka : “Mereka duduk di belakang pak kusir.”

3) Pengajar : “Okee maaf, mereka duduk di belakang

pak kusir. Pak kusir tau ya? kusir apa kusir? (pengajar menulis

di papan tulis) pak kusir driver untuk andong okee.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 152: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

137

bahasa Inggris “driver” karena pengajar memahami ada salah satu kata yaitu kata

“kusir” yang tidak dimengerti oleh semua pembelajar. Kata tersebut terdapat pada

jawaban soal yang dibacakan oleh pembelajar Bianka.

Masih dengan faktor campur kode yang sama seperti data di atas, data

CK/43/260917 merupakan data yang diperoleh dari lokasi yang sama yaitu di

Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma pada pukul 10.30 WIB, hari Senin,

tanggal 25 September 2017. Percakapan di bawah merupakanpercakapan ketika

pengajar menanyakan kosa kata baru kepada pembelajar di kelas. Berikut ini

adalah percakapan berdasarkan konteks tersebut.

Terdapat fenomena bahasa campur kode pada percakapan tersebut.

Pengajar mencampur bahasa satu ke bahasa lain. Fenomena tersebut dapat dilihat

pada percakapan di atas, pengajar mencampur bahasa Indonesia ke bahasa Inggris

dalam wujud kata pada ujaran 3) “start” dan ujaran 6) “finish” .

Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode pada percakapan

tersebut adalah agar lawan tutur mudah memahami penjelasan penutur. Pada

CK/43/260917

1) Pembelajar Aftah : (pembelajar Aftah menyinggung

mulai dan selesai pembelajaran di Lembaga Bahasa)

2) Pengajar : “Mba Bianka apa arti mulai? arti

mulai? apa arti mulai”

3) Pembelajar Bianka : (pembelajar Bianka berpikir dan

diam tidak mengetahui jawaban)

4) Pengajar : “Startya mulai start, oke. selesai?”

5) Pembelajar Fanny : “Finish”

6) Pengajar : “Selesai, finish” (sembari menulis di

papan tulis)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 153: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

138

ujaran 3) dan ujaran 6), pengajar langsung menjelaskan arti kata “mulai” dan

“selesai” dengan menggunakan bahasa Inggris “start” dan “finish” karena

pengajar memahami ada beberapa kata yaitu kata “mulai” dan “selesai” yang tidak

dimengerti oleh semua pembelajar. Kata tersebut terdapat pada perkataan yang

disinggung oleh pembelajar Aftah.

Data CK/31/250917 merupakan data yang diperoleh dari lokasi yang sama

yaitu di Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma pada pukul 10.30 WIB, hari

Senin, tanggal 25 September 2017. Percakapan di bawah merupakan percakapan

ketika pengajarmeminta contoh kalimat dengan preposisi lokasi kepada

pembelajar dan menjelaskan tentang materi pelajaran kepada pembelajar yang

datang terlambat di kelas.Berikut ini adalah percakapan berdasarkan konteks

tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 154: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

139

Terdapat fenomena bahasa campur kode pada percakapan tersebut.

Pengajar mencampur bahasa satu ke bahasa lain. Fenomena tersebut dapat dilihat

pada percakapan di atas, pengajar mencampur bahasa Indonesia ke bahasa Inggris

dalam wujud kata pada ujaran 12) “review”.

Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode pada percakapan

tersebut adalah agar lawan tutur mudah memahami penjelasan penutur. Pada

ujaran 3), pengajar langsung menjelaskan arti kata “meninjau” dengan

menggunakan bahasa Inggris “review” karena jika pengajar menjelaskan dengan

kata “meninjau” tentu saja pembelajar akan merasa kesulitan untuk memahami

Data CK/31/250917

Pembelajar Bianka: (Bianka memberikan contoh kalimat

dengan preposisi tanpa ada unsur campur kode dan alih kode,

lalu pengajar bertanya kepada pembelajar Peter)

1) Pengajar : “Mas Peter?” (Meminta tolong Peter

untuk memberikan kalimat dengan preposisi”

2) Pembelajar Peter : “Hmmmm” (Suara pintu terbuka,

pembelajar Edith datang terlambat)

3) Pengajar : “Hallo, selamat datang”

4) Pembelajar Edith : “Hallo, selamat dat”

5) Pembelajar lainya :“Hahahaha” (mertawa mendengar

pembelajar Edith mengucapkan selamat datang juga)

6) Pengajar : “Welcome”

7) Pembelajar Edith : “Ya” (menuju tempat duduk)

8) Pengajar : “Selamat datang”

9) Pembelajar Peter : “Saya tinggal di dekat jalan Bantul”

10) Pengajar : “Saya tinggal di dekat jalan?”

11) Pembelajar Peter : “Bantul”

12) Pengajar : “Bantul, okee. So kami, review tentang

preposisi, lalu tadi mba Fanny, mba Bianka, dan mas Peter

membuat kalimat dengan preposisi lokasi.” (memberitahu

kepada Edith karena datang terlambat)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 155: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

140

maksud penjelasan yang dilontarkan oleh pengajar karena pembelajar sendiri

belum memahami kosa kata tersebut. Oleh karena itu, pengajar mengubahnya ke

bahasa Inggris agar pembelajar cepat memahami penjelasan pengajar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 156: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

141

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Ditinjau dari bentuk komunikasi, yaitu komunikasi monolog maupun

dialog antara pengajar dan pembelajar asing dalam pembelajaran BIPA di

Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, pengajar sudah

berusaha untuk menggunakan bahasa Indonesia lebih banyak. Selain itu, pengajar

masih pula menggunakan bahasa Inggris di situasi tertentu. Pembelajar pula tidak

begitu banyak menggunakan bahasa Inggris. Pembelajar menggunakan bahasa

Inggris ketika di situasi yang tidak mendukung, ketika pembelajar mengalami

keterbatasan kode saat menyampaikan hal-hal tertentu. Pengajar selalu berusaha

berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia karena untuk kepentingan

pengajar dan pembelajar agar komunikasi di kelas lebih dominan menggunakan

bahasa Indonesia dan pembelajar terbiasa menggunakan bahasa Indonesia.

Sejalan dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian pada bab

pendahuluan serta berdasarkan hasil penelitian maupun analisis data alih kode dan

campur kode yang diperoleh di Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta, dapat ditarik simpulan sebagai berikut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 157: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

142

Di dua rumusan masalah di atas, peneliti menemukan wujud-wujud alih

kode dan campur kode. Setelah melakukan penelitian, peneliti menemukan dua

wujud alih kode yaitu: wujud klausa sebanyak 6 data (8%) dan kalimat 23 data

(30%) dan jumlah total keseluruhan data alih kode yaitu 29 data (38%). Untuk

campur kode, peneliti menemukan dua wujud campur kode yaitu: wujud kata

sebanyak 30 data (29%), frasa 8 data (10%) serta kata dan frasa sebanyak 10 data

(13%) dan jumlah total keseluruhan data campur kode yaitu 48 data (62%).

Di dua rumusan masalah berikutnya, peneliti menemukan pula faktor-

faktor alih kode dan campur kode. Setelah melakukan penelitian, peneliti

menemukanfaktor-faktor alih kode dalam pembelajaran BIPA di Lembaga Bahasa

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang dilatarbelakangi karena faktor

penutur yaitu: (1) untuk profesionalitas karir pengajar, (2) kemudahan pembelajar

memahami bahasa target, dan (3) keterbatasan kode pembelajar. Adapun faktor

alih kode yang dilatarbelakangi oleh lawan tutur yaitu:(1) kemudahan lawan tutur

untuk menjawab pertanyaan pengajar, (2) kemudahan lawan tutur memahami

penjelasan pengajar, (3) kemudahan lawan tutur mengerjakan tugas, (4)

pembiasaan lawan tutur menggunakan bahasa target, dan (5) kemudahan lawan

tutur memahami perintah pengajar. Selain itu, peneliti menemukan faktor campur

kode yang dilatarbelakangi oleh faktor penutur yaitu: (1) keterbatasan kode

pembelajar dan (2) kebiasaan pembelajar menggunakan bahasa Inggris. Selain itu,

peneliti menemukanpula faktor campur kode yang dilatarbelakangi oleh lawan

tutur yaitu: (1) kemudahan lawan tutur untuk menjawab pertanyaan pengajar, (2)

kemudahan lawan tutur mengerjakan tugas, (3) kemudahan lawan tutur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 158: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

143

memahami jawaban pengajar, (4) kemudahan lawan tutur memahami penjelasan

pengajar, dan (5) kemudahan lawan tutur memahami perintah pengajar. Dari

kedua subjek penelitian ini yaitu pengajar dan pembelajar, pengajar lebih

dominan menjadi faktor penyebab alih kode yaitu dengan data sebanyak 25 data

dan sisanya disebabkan oleh pembelajar dengan data sebanyak 4 data. Lalu,

pengajar lebih dominan pula menjadi faktor penyebab campur kode yaitu dengan

data sebanyak 37 data dan sisanya disebabkan oleh pembelajar dengan data

sebanyak 11 data.

5.2 Saran

Terkait pembelajaran BIPA di Lembaga Bahasa Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta terutama pada tingkat pemula, pengajar disarankan untuk

sepenuhnya menggunakan bahasa Indonesia pada saat pembelajaran BIPA.

Langkah pengajar untuk terus sepenuhnya menggunakan bahasa Indonesia agar

pembelajar terbiasa menerima dan berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia

dalam bentuk lisan maupun tulisan. Penggunaan bahasa Indonesia yang

sepenuhnya baik dengan bantuan media maupun motede BIPA dalam

pembelajaran BIPA dapat menjadi tolak ukur keprofesionalitasan karir pengajar

BIPA itu sendiri. Pengajar dapat menggunakan bahasa asing ketika pembelajaran

dalam keadaan sulit, jika benar-benar tidak bisa menjelaskan bahasa target dengan

bantuan media maupun metode pembelajaran BIPA. Penggunaan bahasa asing

dimaklumkan untuk mempermudah dan mempercepat pemahaman bahasa target

demi tercapainya tujuan dan maksud dari pembelajaran BIPA.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 159: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

144

Lalu, penelitian ini merupakan penelitian tentang alih kode dan campur

kode yang terjadi di Lembaga Bahasa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penelitian ini mengacu pada teori Fasold yang melihat batasan alih kode dan

campur kode dari segi gramatika. Penelitian ini dilakukan pada situasi formal

yang mana komunikasi pada monolog dan dialog selalu menggunakan bahasa

dengan ragam baku. Peneliti menyarankan kiranya perlu dilakukan penelitian

lebih lanjut di tempat-tempat dan subjek-subjek yang berbeda sehingga dapat

menjawab semua teori-teori yang terdapat dalam kajian sosiolinguistik tentang

fenomena bahasa alih kode dan campur kode.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 160: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

145

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zaenal dan Junaiyah. (2008). Sintaksis. Jakarta: PT Grasindo.

Chaer, Abdul. (2009). Sintaksis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul dan Agustina, Leonie. (2004). Sosiolinguistik Perkenalan

Awal.Jakarta: Rineka Cipta.

Kamaruddin. (1989). Panduan Pengajar Buku Kedwibahasaan dan Pendidikan

Dwibahasa. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Khairah, Miftahul dan Ridwan, Sakura. (2014). Sintaksis Memahami Satuan

Kalimat Perspektif Fungsi. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Mahsun. (2005). Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Moleong, Lexy J. (1988). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:PT Remaja

Rosdakarya.

Muhammad. (2014). Metode Penelitian Bahasa. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Nababan, P.W.J. (1984). Sosiolinguistik: Suatu Pengantar. Jakarta: PT Gramedia.

Nugroho, Adi. (2011). Alih Kode dan Campur Kode Pada Komunikasi Guru-

Siswa Di SMA Negeri 1 Wonosari Klaten. Skripsi Sarjana pada Fakultas

Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta: Diterbitkan.

Padmadewi, Ni Nyoman, dkk. (2014). Sosiolinguistik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Rahardi, Kunjana. (2001). Sosiolinguistik, Kode dan Alih Kode. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar Offset.

Vinansis, Mundianita Rosita. (2011). Alih kode dan Campur Kode Bahasa Jawa

Dalam Rapat Ibu-ibu PKK Di Kelurahan Kepatihan Kulon, Surakarta.

Skripsi Sarjana pada Fakultas dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Surakarta: Diterbitkan.

Soewandi, A.M. Slamet. (1995). Kedwibahasaan: Pengertian, Implikasi, dan

Kenyataan Empirisnya dalam Pendidikan Bahasa. Yogyakarta: Universitas

Sanata Dharma.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 161: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

146

Suandi, I Nengah. (2014). Sosiolinguistik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sudaryanto. (1995). Linguistik: Indentitasnya, Cara Penanganan Objeknya, dan

Hasil Kajianya.Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Sudaryanto. (1998) .Metode Linguistik: Bagian Kedua, Metode dan Aneka Teknik

Pengumpulan Data. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Sudaryanto. (2015). Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta:

Sanata Dharma University Press.

Suhardi. (2013). Dasar-Dasar Ilmu Sintaksis Bahasa Indonesia. Jogjakarta: AR-

RUZZ MEDIA.

Sukini. (2010). Sintaksis Sebuah Panduan Praktis. Surakarta: Yuma Pustaka.

Sumarsono dan Partana, Paina.(2002). Sosiolinguistik. Yogyakarta: SABDA.

Sutrisini, Sri. (2005). Alih Kode dan Campur Kode Dalam Wacana Interaksi Jual

Beli Di Pasar Johar Semarang. Tesis Magister pada Pendidikan Bahasa

Indonesia Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang: Diterbitkan.

Thomas, Linda dan Wareing, Shan. (2007) .Bahasa, Masyarakat, dan Kekuasaan.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Putu Wijana, I Dewa dan Rohmandi, Muhammad. (2006). Sosiolinguistik: Kajian

Teori dan Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 162: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

147

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 163: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

148

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 164: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

149

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 165: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

150

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 166: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

151

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 167: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

152

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 168: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

153

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 169: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

154

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 170: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

155

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 171: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

156

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 172: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

157

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 173: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

158

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 174: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

159

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 175: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

160

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 176: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

161

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 177: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

162

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 178: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

163

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 179: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

164

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 180: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

165

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 181: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

166

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 182: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

167

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 183: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

168

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 184: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

169

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 185: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

170

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 186: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

171

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 187: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

172

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 188: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

173

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 189: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

174

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 190: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

175

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 191: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

176

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 192: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

177

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 193: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

178

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 194: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

179

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 195: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

180

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 196: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

181

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 197: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

182

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 198: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

183

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 199: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

184

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 200: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

185

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 201: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

186

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 202: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

187

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 203: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

188

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 204: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

189

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 205: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

190

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 206: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

191

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 207: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

192

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 208: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

193

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 209: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

194

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 210: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

195

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 211: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

196

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 212: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

197

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 213: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

198

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 214: ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM … filePROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

199

BIODATA PENULIS

Fransiskus Xaverius Dwi Pamungkas lahir pada tanggal 3

Mei 1995 di Kota Cirebon, Jawa Barat. Ia Menamatkan

studi mulai TK, SD, SMP, dan SMA di tanah kelahirannya.

Pendidikan taman kanak-kanak ditempuh pada tahun 2000

di TK Putra Nirmala. Pada tahun 2001, ia melanjutkan

pendidikan sekolah dasar di SD Putra Nirmala. lalu, ia melanjutkan sekolah

menengah pertama di SMP Negeri 4 pada tahun 2007. Ia pula melanjutkan

sekolah menengah atas di SMA Negeri 5 pada tahun 2010. Selanjutnya, ia

melanjutkan ke Program Sarjana (S-1) pada Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan,

Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia pada tahun 2013 di

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Masa pendidikan di Universitas Sanata

Dharma diakhiri dengan menulis skripsi sebagai tugas akhir dengan judul.

Analisis Alih Kode dan Campur Kode Dalam Pembelajaran BIPA di Lembaga

Bahasa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI