ANALISIS AKAD WADIAH PADA TABUNGAN iB HASANAH DI BANK...
-
Upload
dangnguyet -
Category
Documents
-
view
220 -
download
0
Transcript of ANALISIS AKAD WADIAH PADA TABUNGAN iB HASANAH DI BANK...
ANALISIS AKAD WADIAH PADA TABUNGAN iB HASANAH
DI BANK NEGARA INDONESIA SYARIAH
KCP UNISSULA SEMARANG
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah (A.Md.E.Sy)
DISUSUN OLEH:
SOFIANA IIN AYUNI
NIM: 20112026
JURUSAN D III PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2015
i
MOTTO
“Keluargamu adalah alasan bagi kerja kerasmu, maka
janganlah sampai engkau menelantarkan mereka karena
kerja kerasmu”
“Semangat adalah sebetulnya kepingan-kepingan bara
kemauan yang kita sisipkan pada setiap celah dalam
kerja keras kita, untuk mencegah masuknya kemalasan
dan penundaan”
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Tugas Akhir ini penulis persembahkan kepada:
1. Allah SWT yang melimpahkan rahmat, karunia serta hidayahnya.
2. Ayah dan Ibu tercinta yang selalu setia menjaga dan mendampingi atas
semua doa pengorbanan dan dukungannya.
3. Keluarga besar saya yang selalu memberikan dukungan untuk
menyelsaikan pendidikan saya.
4. Sahabat-sahabatku serta teman-temanku yang senantiasa bersama dalam
suka dan duka.
5. Terima kasih kepada bapak Qi Mangku dan Bapak Mifdol yang selalu
memberikan motivasi dan bimbingan baik perkuliahan maupun
TugasAkhir.
6. Seluruh karyawan BNI Syariah Kantor Cabang Pembantu Unissula.
7. Terima kasih untuk Bapak, Ibu dosen yang setia membimbing dan
memberikan semangat untuk menyelsaikan pendidikan.
8. Teman-teman D3 PerbankanSyariah.
9. Almamaterku.
Vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah, atas puji syukur dan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, taufik serta hidayahnya, sehingga pada kesempatan ini saya
dapat menyelesaikan penyusuanan Tugas Akhir dengan judul “ANALISIS AKAD
WADIAH PADA TABUNGAN iB HASANAH DI BNI SYARIAH KCP
UNISSULA SEMARANG”.
Tugas akhir ini disusun dalam rangka sebagai syarat menyelesaikan
pendidikan Jurusan D III Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Bisnis Islam
Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa
proses penyusunan tugas akhir ini dapat selesai bukan dari penulis sendiri
melainkan berkat izin dari Allah SWT dan bantuan, bimbingan, dorongan dan
perhatian dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Dr. Anton Bawono, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam IAIN Salatiga.
3. Bapak Ahmad Mifdlol Muthohar, Lc., M.Si. selaku Ketua Jurusan D3
Perbankan Syariah IAIN Salatiga.
4. Bapak Qi Mangku Bahjatullah, Lc., M.Si. selaku pembimbing penyusunan
tugas akhir yang telah memberikan bimbingan, arahan, masukan serta kritikan
penulis dapat menyelsaikan Tugas Akhir ini.
5. Seluruh dosen pengajar Jurusan D3 Perbankan Syariah IAIN Salatiga.
vii
6. Dan teman-teman satu angkatan yang sudah melakukan pendidikan bersama-
sama.
Teriring doa semoga Allah membalas budi baik bapak ibu dan semuannya.
Amin
Akhirnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusuanan Tugas Akhir
ini masih jauh dari kesempurnaan namun penulis berharap semoga Tugas Akhir
ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca serta bagi
perekonomian syariah pada umumnya.
Salatiga, 08 Agustus2015
Penulis
Sofiana Iin Ayuni
viii
ABSTRAK
Ayuni, Sofiana Iin. 2015. Analisis Akad Wadi’ah pada Tabungan iB Hasanah
di Bank Negara Indonesia Syariah Kantor Cabang Pembantu Unissula
Semarang. TugasAkhir. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. Jurusan
Diploma III Perbankan Syariah. Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Salatiga.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui penerapan akad wadi‟ah pada
Tabungan iB Hasanah dan bagaimana tinjauan syariah dalam akad wadi‟ah pada
Tabungan iB Hasanah.
Metode penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif, dengan teknik
pengumpulan data yaitu observasi langsung di BNI Syariah KCP Unissula dan
Metode Wawancara dengan Mengumpulkan data melalui tanya jawab dengan
pihak manager dan karyawan BNI Syariah Semarang KCP Unissula dan
Dokumentasi BNI Syariah yang berupa sejarah berdirinya BNI Syariah, visi dan
misi, struktur organisasi, serta produk dan jasa yang ditawarkan BNI Syariah.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa penerapan akad wadi‟ah pada BNI
Syariah mempunyai dua skim yaitu: Wadi‟ah dan Mudharabah Mutlaqah dan
mempunyai perbandingan biaya yang mana akad wadi‟ah lebih murah
dibandingkan dengan akad mudharabah mutlaqah. Adapun akad wadi‟ah itu
mempunyai dua prinsip yaitu akad wadi‟ah yad amanah dan akad wadi‟ah yad
dhamanah maka dalam operasionalnya BNI Syariah menggunakan akad wadi‟ah
yad dhamanah yang mana pihak Nasabah datang ke bank BNI Syariah untuk
menitipkan barang atau menyetorkan uangnya ke bank. Kemudian pihak yang
dititipi bertanggung jawab atas keutuhan harta titipan sehingga ia boleh
memanfaatkan harta titipan tersebut tanpa ada imbalan apapun. Bank dapat
memberikan insentif kepada penitip dalam bentuk bonus. Tinjauan syariah akad
wadi‟ah dapat disimpulkan bahwa Bank BNI Syariah mengunakan akad Wadi‟ah
sudah sesuai prinsip syariah, yang diperjelas dengan adanya rukun dan syarat,
serta didasari dengan adanya FATWA DEWAN SYARI‟AH NASIONAL
NO:02/DSN-MUI/IV/2000 yang memutuskan tentang Tabungan, Ketentuan
umum tabungan berdasarkan Mudharabah, dan Ketentuan umun tabungan
berdasarkan Wadi‟ah.
Kata kunci : Bank Negara Indonesia Syariah, AkadWadi‟ah , Tabungan
iBHasanah.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................. ii
PENGESAHAN ............................................................................................ iii
PERNYATAAN KEASLIAN ....................................................................... iv
MOTTO ........................................................................................................ v
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................. vii
ABSTRAK .................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................. x
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiv
DAFTAR SKEMA ........................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 5
C. Tujuan dan Kegunaan .................................................................... 5
D. Metode Penelitian........................................................................... 6
E. Penegasan Istilah ............................................................................ 8
x
F. Sistematika penulisan ..................................................................... 9
BAB II LANDASAN TEORI ....................................................................... 11
A. Kajian Pustaka ................................................................................ 11
B. Kerangka Teori............................................................................... 14
1. Akad ......................................................................................... 14
2. Wadi‟ah .................................................................................... 25
3. Tabungan .................................................................................. 32
BAB III LAPORAN OBJEK PENELITIAN ................................................ 37
A. Identitas Perusahaan ....................................................................... 37
B. Sejarah BNI Syariah ....................................................................... 37
C. Visi, Misidan Tata Nilai BNI Syariah ............................................ 40
D. Keunggulan BNI Syariah ............................................................... 41
E. Struktur organisasi BNI Syariah .................................................... 42
F. Deskripsi Jabatan ........................................................................... 43
G. Produk-produk BNI Syariah .......................................................... 45
BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS ..................................................... 53
A. Penerapan akad wadi‟ah pada Tabungan iB Hasanah ................... 53
B. Tinjauan syariah dalam akad wadi‟ah pada Tabungan
iB Hasanah ..................................................................................... 63
BAB V PENUTUP ........................................................................................ 66
xi
A. Kesimpulan .................................................................................... 66
B. Saran ............................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perkembangan Perbankan Syariah ................................................ 2
Tabel 4.1 Perbandingan biaya wadi‟ah dan Mudharabah Mutlaqah ............ 53
Tabel 4.1 Tinjauan syariah dalam akad wadi‟ah .......................................... 64
Xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pengelompokan macam-macam akad ....................................... 15
Gambar 3.1 Struktur Organisasi .................................................................... 42
xiv
DAFTAR SKEMA
Skema 2.1 kerja al-wadi‟ah yad amanah ...................................................... 30
Skema 2.2 Kerja al-wadi‟ah yad dhamanah ................................................. 31
Skema 4.1 Penerapan akad wadi‟ah di BNI Syariah .................................... 54
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bank syariah berkembang secara pesat didunia sejak didirikannya
Islamic Development Bank (IDB) pada tahun 1975. Sejak saat itu diperkirakan
telah berkembang ratusan bank syariah diseluruh dunia, baik di negara Islam
maupun negara non Islam. Bank syariah dewasa ini telah mengembangkan
dananya seperti bank-bank konvensional umumnya. Bank syariah sudah jadi
penghimpun dan penyaluran dana umat Islam baik untuk kepentingan yang
berkaitan dengan ibadah seperti: dana dari zakat, infak, dan sadaqah maupun
muamalah seperti: simpanan al-wadiah dan mudharabah (Martono, 2002: 94).
Di Indonesia pembentukan bank syariah dalam sistem perbankan
nasional memiliki dasar yang kuat yaitu deregulasi sektor perbankan sejak
tahun 1983. Dalam deregulasi sektor perbankan tersebut, lembaga keuangan
bank diberikan kebebasan, termasuk dalam hal pembentukan tingkat suku
bunga hingga nol persen. Deregulasi dibidang perbankan dapat dimanfaatkan
setelah dikeluarkannya paket Oktober 1988. Dalam pakto tersebut
diperkenankan untuk mendirikan bank-bank baru. Pada tanggal 1 November
1991 didirikanlah Bank Muamalat Indonesia sebagai bank syariah pertama di
Indonesia. Perbankan syariah merupakan salah satu inovasi yang baru dalam
dunia perbankan di Indonesia. Kedudukan bank tanpa perhitungan bunga ini
menjadi lebih kuat setelah dikeluarkannya Undang-undang nomor 7 Tahun
1
1992 tentang perbankan yang kemudian diperbarui dengan UU No 10 Tahun
1998 tentang perubahan atas UU No 7 Tahun 1992 tentang perbankan.
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 dan Undang-undang Nomor 10
tahun 1998 merupakan landasan hukum untuk mengembangkan perbankan
syariah di Indonesia. Pengembangan bank syariah di Indonesia dipandang
penting untuk; pertama, memenuhi kebutuhan masyarakat yang menghendaki
layanan jasa perbankan yang sesuai dengan prinsip syariah; kedua,
meningkatkan mobilisasi dana masyarakat yang belum terserap sistem
perbankan yang ada; ketiga, meningkatkan ketahanan sistem perbankan
nasional; dan keempat, menyediakan sarana bagi investor internasional untuk
melaksanakan pembiayaan dan transaksi keuangan yang sesuai dengan prinsip
syariah (Martono, 2002: 95).
Tabel 1.1 Perkembangan Perbankan Syariah
Perkembangan Bank Syariah Indonesia
Indikasi 1998
KP/UUS
2003
KP/UUS
2004
KP/UUS
2005
KP/UUS
2006
KP/UUS
2007
KP/UUS
2008
KP/UUS
2009
KP/UUS
BUS 1 2 3 3 3 3 5 6
UUS - 8 15 19 20 25 27 25
BPRS 76 84 88 92 105 114 131 139
Sumber : BI, Statistik Perbankan Syariah, 2009
Perkembangan perbankan syariah secara kuantitas, pencapaian
perbankan syariah sungguh membanggakan dan terus mengalami peningkatan
dalam jumlah bank. Jika pada tahun 1998 hanya ada satu Bank Umum Syariah
dan 76 Bank Perkreditan Rakyat Syariah, maka pada Desember 2009
(berdasarkan data Statistik Perbankan Syariah yang dipublikasikan oleh Bank
2
Indonesia) jumlah bank syariah telah mencapai 31 unit yang terdiri atas 6
Bank Umum Syariah dan 25 Unit Usaha Syariah. Selain itu, jumlah Bank
Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) telah mencapai 139 unit pada periode
yang sama (laporan tahunan BI Desember 2009).
Bank bukanlah suatu hal yang asing bagi masyarakat di negara maju.
Masyarakat di negara maju sangat membutuhkan keberadaan bank. Bank
dianggap sebagai suatu lembaga keuangan. Aktivitas keuangan yang sering
dilakukan masyarakat di negara maju antara lain aktivitas penyimpanan dana,
investasi, pengiriman uang dari suatu tempat ke tempat lain dari suatu daerah
ke daerah lain dengan cepat dan aman, serta aktivitas keuangan lainnya. Bank
juga salah satu lembaga yang mempunyai peran sangat penting dalam
mendorong pertumbuhan perekonomian suatu negara, bahkan pertumbuhan
bank dipakai sebagai ukuran pertumbuhan perekonomian negara tersebut
(Ismail, 2010: 1).
Bank secara sederhana dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang
kegiatan utamanya adalah menghimpun dana masyarakat dan menyalurkannya
kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya
(Kasmir, 2001: 11). Bank Syariah merupakan bank yang kegiatannya mengacu
pada hukum Islam, dan dalam kegiatannya tidak membebankan bunga,
maupun tidak membayar bunga kepada nasabah. Imbalan yang diterima oleh
bank syariah, maupun yang dibayarkan kepada nasabah tersebut didasarkan
pada hukum syariah baik perjanjian yang dilakukan bank dengan nasabah
dalam penghimpun dana, maupun penyalurannya. Perjanjian (akad) yang
3
terdapat di perbankan syariah harus tunduk pada syarat dan rukun akad
tersebut (Ismail, 2010: 20).
Penghimpunan dana yang dilakukan bank syariah tidak berbeda jauh
dengan bank konvensional. Perbedaannya adalah penghimpunan dana dalam
bank syariah tidak didasarkan atas nama produk melainkan berdasarkan
prinsip yang digunakan. Prinsip dalam penghimpun dana dalam bank syariah
terdiri dari dua prinsip, yaitu akad Wadi‟ah dan akad Mudharabah. Di
Indonesia hampir semua bank syariah menerapkan prinsip Wadi‟ah untuk
menghimpun dana. Akad wadi‟ah adalah titipan yang dapat diambil sewaktu-
waktu, maka produk-produk perbankan syariah yang dapat diterapkan untuk
prinsip ini adalah giro dan tabungan dan dilaporkan dalam kewajiban. Dalam
perkembangannya akad wadi‟ah terasa kurang populer dikalangan
masyarakat. Hanya sebagian masyarakat mengetahui tentang apa yang
dimaksud wadi‟ah, bagaimana prosedur untuk menikmati akad wadi‟ah
dilingkungan perbankan syariah. Sehingga perlu dilakukan pengenalan lebih
lanjut kepada masyarakat akan produk-produk perbankan syariah dalam
perbaikan ekonomi dan kemaslahatan umat (Kasmir, 2001: 85).
BNI Syariah Semarang merupakan salah satu bank yang melaksanakan
kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah, yaitu aturan perjanjian
berdasrkan hukum islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana
dan pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatannya lainnya yang dinyatakan
sesuai dengan syariah. Dalam menjalankan usahanya BNI Syariah Semarang
menggunakan pola bagi hasil yang merupakan landasan utama dalam segala
4
operasinya, baik dalam produk pendanaan, pembiayaan maupun dalam produk
lainnya. Produk-produk BNI Syariah Semarang mempunyai kemiripan tetapi
tidak sama dengan produk bank konvensional karena adanya pelarangan riba,
gharar, dan maysir. Oleh karena itu, produk-produk pendanaan dan
pembiayaan pada BNI Syariah Semarang harus menghindari unsur-unsur
dilarang tersebut.
Berdasarkan fenomena diatas, maka dalam Penulisan tugas akhir ini
penulis mengambil judul “Analisis Akad Wadi‟ah Pada Tabungan iB Hasanah
di BNI Syariah KCP Unissula Semarang”. Penulis ingin mengetahui lebih
jauh tentang Analisis Akad Wadi‟ah pada Tabungan iB Hasanah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penerapan akad wadi‟ah pada Tabungan iB Hasanah?
2. Bagaimana tinjauan syariah dalam akad wadi‟ah pada Tabungan iB
Hasanah?
C. Tujuan dan Kegunaan
1. Tujuan :
a. Untuk mengetahui penerapan akad wadi‟ah pada tabungan iB
Hasanah.
b. Untuk mengetahui tinjauan syariah dalam akad wadi‟ah pada
Tabungan iB Hasanah.
5
2. Kegunaan:
a. Bagi penulis
Untuk menambah wawasan, pengetahuan dan informasi dari dunia
praktis yang sangat berguna untuk disinkronkan dengan pengetahuan
teori yang dapat di bangku kuliah.
b. Bagi Civitas Akademik IAIN Salatiga
1) Memperkenalkan IAIN Salatiga kepada masyarakat luar khususnya
Jurusan Perbankan Syariah.
2) Sebagai tambahan referensi bacaan serta informasi khususnya bagi
mahasiswa IAIN Salatiga jurusan Perbankan Syariah.
c. Bagi BNI Syariah
Sebagai masukan dan pedoman yang dapat dijadikan pengetahuan
untuk mengetahui alasan personality nasabah menjadi nasabah.
D. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian deskriptif
kualitatif, yaitu proses penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati
(Moleong, 2008: 3).
2. Jenis data yang dibutuhkan
Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer dan
skunder.
6
a. Data primer
Yaitu data yang dikumpulkan sendiri oleh perorangan atau organisasi
langsung melalui objeknya (Supranto, 2002: 20).
b. Data skunder
Data yang diperoleh dari dokumen, buku-buku dan arsip-arsip yang
berkaitan dengan topik data yang akan diteliti dengan metode
penulisan kualitatif ini. Sumber data skunder diperoleh dari buku-buku
yang berkaitan dengan judul, mengambil karya atau tugas akhir yang
sudah ada sebelumnya dan memiliki tema yang berkaitan, penelitian-
penelitian yang berkaitan dengan Tugas Akhir yang peneliti lakukan,
serta dokumen-dokumen yang relevan.
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi Langsung
Data yang diperoleh dengan pengamatan langsung di BNI Syariah
Semarang KCP Unissula.
b. Metode Wawancara
Mengumpulkan data melalui tanya jawab dengan pihak manager dan
karyawan BNI Syariah Semarang KCP Unissula, atau pihak lain yang
berhubungan dengan penelitian ini yang dilakukan pada hari Selasa 17
Maret 2015 pada jam 15:30 s/d 17:00.
7
c. Metode Dokumentasi
Penulis akan menggunakan teknik pengumpulan data dengan melihat
atau melengkapi data yang telah ada dengan menggunakan catatan data
arsip BNI Syariah Semarang KCP Unissula.
4. Metode Analisis Data
Dalam analisis data kualitatif, metode yang digunakan untuk membahas
sekaligus sebagai kerangka berfikir pada penelitian ini adalah deskriptif.
Pelaksanaan metode-metode deskriptif tidak terbatas hanya sampai pada
pengumpulan dan penyususnan data, tetapi meliputi analisis dan
interpretasi tentang arti data itu (Surakhmad, 1990: 139).
E. Penegasan Istilah
Agar tidak timbul salah pengertian dan penafsiran, maka penulis perlu
menjelaskan arti kata-kata dan memberikan penegasan istilah yang terdapat
dalam penelitian ini ialah:
1. Analisis adalah penyelidikan suatu peristiwa (karangan, pembuatan, dan
sebagainya) untuk mengetahui apa sebab-sebabnya, bagaimana duduk
perkaranya (Poerwadarminta, 2006: 37).
2. Akad adalah mengikat atau mengumpulkan dalam dua ujung tali dan
mengikat salah satunya dengan jalan lain sehingga tersambung, kemudian
keduanya menjadi bagian dari sepotong benda (Nawawi, 2012: 19).
3. Wadi‟ah dapat di artikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak
lain, baik individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan
8
dikembalikan kapan saja si penyimpan menghendakinya (Muhammad,
2000: 7).
4. Tabungan menurut Undang-undang tentang perbankan Nomor 7 Tahun
1992 menjelaskan bahwa Tabungan adalah simpanan yang penarikannya
hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak
dapat ditarik dengan cek, Bilyet giro, dan alat lainnya yang dipersamakan
dengan itu.
5. iB Hasanah adalah produk tabungan yang dimunculkan oleh PT. Bank
BNI Syariah sejak awal kantor berdiri.
F. Sistematika Penulisan
Pada penelitian ini terdapat 5 (lima) bab yang terdiri dari beberapa sub
bab yang dapat diuraikan kembali. Sistematika penulisan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN. Bab ini merupakan pendahuluan yang berisi
latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan, metode penelitian,
penegasan istilah dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI. Di dalam bab ini menyajikan tentang
penelitian terdahulu dan akad serta wadi‟ah dan tabungan.
BAB III LAPORAN OBJEK PENELITIAN. Pada bab ini terdiri dari
gambaran umum BNI Syariah Semarang KCP Unissula dan data-data
deskriptif.
9
BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS. Dalam bab ini akan
menguraikan hasil penelitian yang telah dirumuskan berdasarkan landasan
teori dan informasi-informasi objek penelitian Tugas Akhir.
BAB V PENUTUP. Bab ini berisi tentang informasi hasil penelitian
yang mencakup kesimpulan dan saran-saran yang mungkin bermanfaat bagi
lembaga keuangan pada umumnya dan BNI Syariah Semarang KCP Unissula
pada khususnya, termasuk pihak lain termasuk mahasiswa.
10
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
Peneliti telah berupaya melakukan penelusuran pustaka yang memiliki
relevansi dengan pokok permasalahan yang hampir memiliki kesamaan pada
peneliti ini. Hal tersebut dimaksudkan agar fokus penelitian tidak dan bukan
merupakan pengulangan atas penelitian-penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya, melainkan untuk mencari sisi lain yang signifikan untuk diteliti
lebih mendalam dan efektif. Selain itu penelusuran pustaka juga bermanfaat
untuk membangun kerangka teoritik yang mendasari kerangka penelitian ini.
Illailazatus Zakkiya (2012), dalam tugas akhirnya yang berjudul, ”Strategi
Pengelolaan Simpanan Wadi‟ah Yad Dhamanah Pada Produk SAHARA di
KJKS Bahtera”. Sahara merupakan tabungan yang menggunakan akad
wadi‟ah yad dhamanah yaitu pihak penitip memberikan izin kepada pihak
yang diberi titipan untuk mempergunakan barang yang dititipi baik berupa
uang ataupun barang untuk diambil manfaatnya. Tentu pihak BMT
mendapatkan hasil dari penggunaan dana. BMT dapat memberikan insentif
kepada penitip dalam bentuk bonus (Athaya) akan tetapi tidak diperjanjikan
sejak awal.
Syafaatul Jannah (2012), dalam tugas akhirnya yang berjudul “Mekanisme
Tabungan Wadi‟ah Salamah di BPRS Ben Salamah Abadi Purwodadi”.Hasil
penelitiannya tabungan wadi‟ah salamah merupakan tabungan dalam bentuk
simpanan yang menggunakan prinsip wadi‟ah yad dhamanah yang dapat
11
disetor dan dapat diambil kapan saja dan dengan mendapatkan hasil usaha
BPRSBen Salamah Abadi. Adapun mekanisme tabungan wadi‟ah salamah,
meliputi: pembukaan rekening wadi‟ah salamah, penyetoran rekening,
penarikan atau pengambilan dan penutupan tabungan wadi‟ah salamah.
Berdasarkan akad wadi‟ah, sebagai imbalan pemilik dana disamping jaminan
keamanan uangnya juga memperoleh bonus sebesar 4% berdasarkan
pendapatan bank tiap tahun, tarif bonus wadi‟ah merupakan besarnya tarif
yang ditentukan bank sesuai ketentuan. BPRS Ben Salamah Abadi
mempunyai asumsi bahwa BPRS Ben Salamah Abadi dapat meningkatkan
dan menurunkan prosentase bonus tabungan wadi‟ah salamah tergantung
pendapatan dan keuntungan yang didapatkan dari penyaluran dana.
Driya Primasthi (2015), dalam skripsinya yang berjudul “Studi Komparasi
Kualitas Tabungan Akad Wadi‟ah Yad Dhamanah dan Mudharabah Mutlaqah
di BRI Syariah dan BNI Syariah” Penentuan bonus tabungan Wadi‟ah Yad
Dhamanah BRI Syariah dan BNI Syariah sama-sama menerapkan kriteria
bonus berdasarkan minimal rata-rata saldo nasabah dan jangka waktu tertentu.
BNI Syariah menawarkan nisbah dan ER yang lebih besar untuk tabungan
mudharabah mutlaqah. Biaya tabungan Wadi‟ah Yad Dhamanah dan
mudharabah mutlaqah di BRI Syariah lebih rendah daripada BNI Syariah. BRI
Syariah dan BNI Syariah secara umum mempunyai implikasi resiko yang
sama. Promosi di BRI Syariah lebih menekankan strategi above the line dan
below the lineserta strategi cross selling (penjualan silang) untuk tabungan
mudharabah mutlaqah. Sedangkan BNI Syariah lebih menekan pada penjualan
12
melalui strategi dirrectselling dan personal selling serta strategi jemput. BNI
Syariah menawarkan layanan yang lebih luas karena nasabah bisa
memanfaatkan office chanelling, selain itu rekening tabungan juga dapat
dijadikan sebagai agunan pembiayaan.
Perbedaan mendasar penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan
peneliti-peneliti sebelumnya adalah peneliti melakukan penelitian dibidang
ekonomi Islam khususnya syariah. Aspek lain yang membedakan penelitian
yang dilakukan oleh penulis bisa dilihat disisi variabel yang diambil dalam
penelitian dan lokasi penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh Illailazatus
Zakkiya, penulis lebih fokus terhadap aplikasi akad wadi‟ah yad dhamanah
pada produk tabungan wisata. Adapun penelitian yang dilakukan Syafaatul
Jannah mengacu pada mekanisme tabungan salamah yang meliputi
pembukaan rekening, penyetoran, penarikan dan penutupan. Sedangkan
penelitian yang dilakukan Driya Primasthi mengacu pada dalam penentuan
bonus tabungan wadi‟ah yad dhamanah BRI Syariah dan BNI Syariah sama-
sama menerapkan kriteria bonus berdasarkan minimal rata-rata saldo nasabah
dan minimal jangka waktu. BNI Syariah menawarkan nisbah dan ER yang
lebih besar untuk tabungan mudharabah mutlaqah Biaya operasional tabungan
wadi‟ah yad dhamanah dan mudharabah mutlaqah di BRI Syariah lebih
rendah daripada BNI Syariah. BRI Syariah dan BNI Syariah secara umum
mempunyai implikasi risiko yang sama.
13
B. Kerangka Teori
1. Akad
a. Teori Akad
Perjanjian atau akad mempunyai arti penting dalam kehidupan
masyarakat. Melalui akad seorang lelaki disatukan dengan seorang
wanita dalam suatu kehidupan bersama, dan melalui akad juga
berbagai kegiatan bisnis dan usaha dapat dijalankan.
Akad memfasilitasi setiap orang dalam memenuhi kebutuhan dan
kepentingannya yang tidak dapat dipenuhinya sendiri tanpa bantuan
dan jasa orang lain. Karenanya dapat dibenarkan bila dikatakan bahwa
akad merupakan sarana sosial yang ditemukan oleh peradaban umat
manusia untuk mendukung kehidupannya sebagai mahluk sosial.
Demikian halnya dengan agama islam, yang memberikan sejumlah
prinsip dan dasar-dasar mengenai pengaturan perjanjian sebagaimana
tentang dalam Al-Qur‟an dan sunah Nabi Muhammad SAW (Anwar,
2010: 13).
Dalam kitab Fiqh terdapat banyak bentuk akad yang kemudian
dapat dikelompokkan dalam berbagai variasi jenis-jenis akad. Secara
garis besar adapun pengelompokan macam-macam akad, antara lain:
14
Gambar 2.1 Pengelompokkan macam-macam Akad.
Berdasarkan Gambar diatas maka dapat dijelaskan tentang
pengelompkkan macam-macam akad yang antara lain: (Anwar, 2012:
72).
1. Akad menurut tujuannya
a. Akad Tabarru
Akad Tabarru merupakan jenis akad yang berkaitan dengan
transakasi non-profit atau transaksi yang tidak bertujuan
mendapatkan laba atau keuntungan. Akad Tabarru lebih
Akad
Akad mengikat dan
tidak mengikat
a. Akad Mengikat
b. Akad Tidak
mengikat
Dari segi unsur
tempo dalam akad
a. Akad Bertempo
b. Akad Tidak
Bertempo
Menurut tujuannya
a. Akad Tabarru
b. Akad Tijari
Dari segi
Formalitasnya
a. Akad Konsensual
b. Akad Formalitas
c. Akad Riil
Akad dapat di
laksanakan/tidak
dilaksanakan
a. Akad Nafis
b. Akad Mauquf
Menurut namanya
a. Akad Bernama
b. Akad tidak
bernama
Akad menurut
tanggungan
a. „aqd adh-
dhaman
b. „aqd al-„amanah
Dari segi dilarang
/tidak dilarangnya
oleh syara‟
a. Akad Masyru‟
b. Akad Terlarang
Menurut
kedudukanya
a. Akad pokok
b. Akad Asesoir
15
berorientasi pada kegiatan Ta‟awun atau tolong-menolong.
Dalam akad ini pihak yang berbuat baik tidak boleh
diharapkan hanya pahala dari Allah SWT, namun menutupi
biaya yang timbul akibat kontrak tersebut kepada mitranya.
Contoh dari akad Tabarru adalah qardh, rahn, hiwalah,
wakalah, kafalah, wadi‟ah, hibah, hadiah, wakaf, shadaqoh.
b. Akad Tijari
Berbeda dengan Tabarru, akad tijari bertujuan untuk
mendapatkan imbalan keuntungan tertentu. Akad ini
menyangkut transaksi bisnis dengan motif laba.
Contoh akad ini meliputi Jual beli, sewa menyewa,
mudharabah, Musyarakah dan lain-lain.
2. Akad menurut namanya
a. Akad Bernama (al-„uqud al-musamma)
Akad Bernama (al-„uqud al-musamma) merupakan akad yang
sudah ditentukan namanya oleh pembuat hukum dan
ditentukan pula ketentuan-ketentuan khusus yang berlaku
terhadapnya dan tidak berlaku terhadap akad lain.
Contohnya meliputi Al-Ijarah, Al-Qard, Al-Bai, Al-Syirkh, Al-
Kafalah, Al-Hibah, Al-Hawalah, Al-Wadi‟ah, Al-Wakalah, Al-
Rahn, Al-Shulh, Al-Ju‟alah.
16
b. Akad tidak bernama (al-„uqud qair al-musamma)
Akad tidak bernama (al-„uqud qair al-musamma) merupakan
akad yang tidak diatur secara khusus dalam kitab-kitab fiqh
dibawah satu nama tertentu.
Contohnya meliputi perjanjian penerbitan, periklanan dan
sebagainya.
3. Akad menurut kedudukannya:
a. Akad pokok (al-aqd al-ashli)
Akad pokok (al-aqd al-ashli) merupakan akad yang berdiri
sendiri yang keberadaannya tidak tergantung kepada suatu hal.
Contohnya meliputi akad jual beli, sewa-menyewa, penitipan,
pinjam pakai, dan seterusnya.
b. Akad asesoir (al-aqd at-tabi)
Akad asesoir (al-aqd at-tabi) merupakan akad yang
keberadaanya tidak berdiri sendiri, melainkan tergantung
kepada suatu hak yang menjadi dasar ada dan tidaknya atau sah
dan tidak sahnya akad.
Contohnya meliputi penanggungan (al-kafalah), dan akad
gadai (ar-rahn).
4. Akad dari segi unsur tempo didalam akad:
a. Akad bertempo (al-aqd az-zamani)
17
Akad bertempo (al-aqd az-zamani) merupakan akad yang
didalamnya unsur waktu merupakan unsur asasi, dalam unsur
waktu merupakan bagian dari unsur perjanjian.
Contohnya meliputi sewa-menyewa, penitipan, pinjam pakai,
pemberian kuasa, berlangganan majalah dan sebagainya.
b. Akad tidak bertempo (al-aqd al-fauri)
Akad tidak bertempo (al-aqd al-fauri) merupakan akad dimana
unsur waktu tidak merupakan bagian dari isi perjanjian.
Contonya seperti akad jual beli.
5. Akad dari segi formalitasnya:
a. Akad konsensual (al-aqd ar-radha‟i)
Akad konsensual (al-aqd ar-radha‟) merupakan jenis akad
yang untuk terciptanya cukup berdasarkan kesepakatan para
pihak tanpa diperlukan formalitas-formalitas tertentu.
Contonya meliputi jual beli, sewa-menyewa, utang piutang dan
sebagainya.
b. Akad formalitas (al-aqd asy-syakli)
Akad formalitas (al-aqd asy-syakli) merupakan akad yang
tunduk pada syarat-syarat formalitas yang ditentukan oleh
pembuat hukum, dimana apabila syarat-syarat itu tidak
terpenuhi akad tidak sah.
Contohnya meliputi kehadiran dan kesaksian dua orang saksi.
18
c. Akad riil (al-aqd al-aini)
Akad riil (al-aqd al-aini) merupakan akad yang untuk
terjadinya diharuskan adanya penyerahan tunai objek akad,
dimana akad tersebut belum terjadi dan belum menimbulkan
akibat hukum apabila belum dilaksanakan.
Contohnya meliputi hibah, pinjam pakai, penitipan, kredit
(utang), dan akad gadai.
6. Di lihat dari segi dilarang atau tidak dilarangnya oleh syara‟:
a. Akad masyru‟
Akad masyru‟ merupakan akad yang dibenarkan oleh syara‟
untuk dibuat dan tidak ada larangan untuk menutupnya.
Contohnya meliputi jual beli, sewa menyewa dan mudharabah
dan sebagainya.
b. Akad terlarang
Akad terlarang merupakan akad yang dilarang oleh syara‟
untuk dibuat seperti jual beli janin, akad donasi harta anak
dibawah umur, akad yang bertentangan dengan akad islam
(kesusilaan) dan ketertiban umum seperti sewa menyewa untuk
melakukan kejahatan, akad nikah mut‟ah. Termasuk juga akad
yang dilarang dalam beberapa mazhab adalah akad jual beli
kembali asal (bai‟ al-„inah).
19
7. Akad menurut dari mengikat dan tidak mengikatnya:
a. Akad mengikat (al-aqd al-lazim)
Akad mengikat (al-aqd al-lazim) merupakan akad dimana
apabila seluruh rukun dan syaratnya telah terpenuhi, maka akad
itu mengikat secara penuh dan masing-masing pihak tidak
dapat membatalkannya tanpa persetujuan pihak lain. Akad
jenis ini dapat dibedakan menjadi dua macam lagi, yaitu:
pertama, akad mengikat kedua belah pihak seperti akad jual
beli, sewa menyewa, perdamaian dan sebagainya. Kedua, akad
mengikat satu pihak, yaitu akad dimana salah satu pihak tidak
dapat membatalkan satu perjanjian tanpa persetujuan pihak
lain, akan tetapi pihak lain dapat membatalkannya tanpa
persetujuan pihak pertama, seperti akad kafalah
(penanggungan) dan gadai (ar-rahn).
b. Akad tidak mengikat
Akad tidak mengikat merupakan akad pada masing-masing
pihak dapat membatalkan perjanjian tanpa persetujuan pihak
lain. Akad tidak mengikat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu: pertama, akad yang memang sifat aslinya tidak
mengikat, seperti akad wakalah (pemberian kuasa), syirkah
(persekutuan), akad hibah, akad wadi‟ah (penitipan), dan akad
„ariah (pinajm pakai). Kedua, akad yang tidak mengikat karena
didalamnya terdapat khiyar bagi para pihak.
20
8. Akad menurut dapat dilaksanakan atau tidak dapat dilaksanakan:
a. Akad nafis
Akad nafis merupakan akad yang bebas dari setiap faktor yang
menyebabkan tidak dapatnya akad tersebut dilaksanakan.
b. Akad mauquf
Akad mauquf merupakan akad yang tidak dapat secara
langsung dilaksanakan akibat hukumnya sekalipun telah dibuat
sah, melainkan masih tergantung (maukuf) kepada adanya
ratifikasi (ijazah) dari pihak berkepentingan.
9. Akad menurut tanggungan:
a. Akad tanggungan („Aqd adh-dhaman)
Akad tanggungan („Aqd adh-dhaman) merupakan akad yang
mengalihkan tanggungan risiko atas kerusakan barang kepada
pihak penerima pengalihan sebagai konsekuensi dari pelaksana
akad tersebut sehingga kerusakan barang yang telah
diterimanya melalui akad tersebut berada dalam tanggungannya
sekalipun sebagai akibat keadaan memaksa.
b. Akad kepercayaan („Aqd al-„amanah)
Akad kepercayaan („Aqd al-„amanah) merupakan akad dimana
barang yang dialihkan melalui akad tersebut merupakan
amanah ditangan penerima barang tersebut, sehingga ia tidak
berkewajiban menanggung risiko atas barang tersebut, kecuali
kalau ada unsur kesengajaan dan melawan hukum.
21
Contohnya meliputi akad penitipan, peminjaman, perwakilan
(pemberian kuasa).
b. Pengertian Akad
Islam merupakan ajaran Allah yang bersifat universal yang
mengatur seluruh aspek kehidupan manusia. Manusia sebagai mahluk
sosial dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, baik secara material
maupun spiritual, selalu berhubungan dan bertransaksi antara satu dan
yang lain. Dalam berhubungan dengan orang lain inilah antara yang
satu dan yang lain sering terjadi interaksi.
Istilah perjanjian dalam hukum Indonesia disebut akad dalam
hukum islam. Kata akad berasal dari bahasa arab, yaitu ar-rabtu yang
berarti menghubungkan atau mengaitkan, atau mengikat antara
beberapa ujung sesuatu (Anwar, 2010: 68).
Ada beberapa definisi akad (perjanjian) yang dikemukakan oleh
para ulama. Pertama Menurut pasal 262 Mursyid al-Harian, akad
merupakan pertemuan ijab yang diajukan oleh salah satu pihak dengan
qabul dari pihak lain yang menimbulkan akibat hukum pada objek
akad. Kedua Menurut Anwar akad adalah pertemuan ijab dan qabul
sebagai pernyataan kehendak dua pihak atau lebih untuk melahirkan
suatu akibat hukum pada objeknya (Anwar, 2010: 68).
Kedua definisi diatas memperlihatkan bahwa, pertama, akad
merupakan keterkaitan atau pertemuan ijab dan qabul yang berakibat
timbulnya akibat hukum. Ijab adalah penawaran yang diajukan oleh
22
salah satu pihak, dan qabul adalah jawaban persetujuan yang diberikan
mitra akad sebagai tanggapan terhadap penawaran pihak yang pertama.
Akad tidak terjadi apabila pernyataan kehendak masing-masing pihak
tidak terkait satu sama lain karna akad adalah keterkaitan kehendak
kedua belah pihak yang tercermin dalam ijab qabul. Kedua, akad
merupakan tindakan hukum dua pihak karna akad adalah pertemuan
ijab yang mempresentasikan kehendak dari satu pihak dan qabul yang
menyatakan kehendak pihak lain.
c. Landasan Akad
Adapun yang menjadi dasar dalam akad ini pertama adalah firman
Allah dalam al-Qur‟an Surat al-Maidah, 5: 1 yang berbunyi:
وبا و ن ا بينو ن ن ىن ا أ ا آأ أيا نلرذهأ ذيا أذي
Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu.
Adapun yang dimaksud dengan “penuhilah aqad-aqad itu” adalah
bahwa setiap mu‟min berkewajiban menunaikan apa yang telah dia
janjikan dan akadkan baik berupa perkataan maupun perbuatan, selagi
tidak bersifat menghalalkan barang haram atau mengharamkan barang
halal. Dan kalimat ini merupakan asas „Uqud (Al-Maraghi, 1993: 81).
Sedangkan dasar akad dalam kaidah fiqh berbunyi sebagai berikut:
يينا بي آأ ياإبنخأزأ ناآأ خن وأخأيوجأ أ ا اذوهب يقبدأ خأ أ يا نمن ازبضأ ا بيا ن أ ودب من ياقندبانجلا ألأصو أ
Hukum asal dalam transaksi adalah keridhaan kedua belah pihak
yang berakad, hasilnya adalah berlaku sahnya yang diakadkan
(Djazuli, 2006:130).
23
Maksud dari kaidah diatas bahwa keridhaan dalam transaksi
ekonomi dan bisnis merupakan prinsip yang utama. Oleh karena itu,
transaksi dikatakan sah apabila didasarkan kepada keridhaan kedua
belah pihak yang melakukan transaksi.
d. Pembentukan Akad
1. Rukun Akad
Rukun adalah unsur-unsur yang membentuk sesuatu, sehingga
sesuatu itu terwujud karena adanaya unsur-unsur tersebut yang
membentuknya. Dalam konsepsi hukum islam, unsur-unsur yang
membentuk sesuatu itu disebut rukun. Akad juga termasuk karena
adanya unsur-unsur atau rukun-rukun yang membentuknya.
Menurut ahli-ahli hukum kontemporer, rukun yang membentuk
akad itu ada empat, yaitu: (Anwar, 2010: 70).
a. Para pihak yang membuat akad (al-„aqidan)
b. Pernyataan kehendak para pihak (shigatul-„aqd)
c. Objek akad (mahallul-„aqd)
d. Tujuan akad (maudhu‟al-„aqd).
2. Syarat Akad
Syarat yang ada dalam akad dapat dikategorikan menjadi syarat sah
(shahih), rusak (fasid), dan syarat yang batal (bathil) dengan
penjelasan berikut ini: (Zuhaily, 1989: 305).
a. Syarat sahih adalah syarat yang sesuai dengan subtansi akad,
mendukung dan memperkuat subtansi akad dan dibenarkan
24
oleh syara‟, sesuai dengan kebiasaan masyarakat („urf).
Misalnya harga barang yang diajukan oleh penjual dalam jual
beli adanya hak pilih (khiyar) dan syarat sesuai dengan „urf
dan adanya garansi.
b. Syarat fasid adalah syarat yang tidak sesuai dengan salah satu
kriteria yang ada dalam syarat sahih. Misalnya, memberi mobil
dengan uji coba dulu selama satu tahun.
c. Syarat batil adalah syarat yang tidak mempunyai kriteria syarat
sahih dan tidak memberi nilai manfaat bagi salah satu pihak
atau lainnya, akan tetapi malah menimbulkan dampak negatif.
Misalnya, penjual mobil mensyaratkan pembeli tidak boleh
mengendarai mobil yang telah dibelinya .
2. Wadi’ah
a. Pengertian Wadi‟ah
Wadi‟ah berasal dari bahasa arab yang berakar dari kata wad‟u
berarti meninggalkan dan wadi‟ah menurut bahasa adalah sesuatu yang
ditinggalkan pada orang yang bukan pemiliknya untuk dijaga (Wiroso,
2005: 196). Wadi‟ah menurut bahasa adalah wadi‟aasyai yang berarti
meninggalkannya. Dinamai wadi‟aasyai karena sesuatu yang
ditinggalkan seseorang pada orang lain untuk dijaga dengan sebutan
qadi‟ah lantaran ia meninggalkannya pada orang yang menerima
titipan (Sabiq, 1997: 74).
25
Barang yang dititipkan disebut ida‟, orang yang menitipkan barang
disebut mudi‟ dan orang yang menerima titipan barang disebut wadi‟.
Dengan demikian maka wadi‟ah menurut istilah adalah akad antara
pemilik barang (mudi‟) dengan penerima barang titipan (wadi‟) untuk
menjaga harta atau modal (ida‟) dari kerusakan atau kerugian dan
untuk keamanan harta (Arifin, 2003: 27). Dalam tradisi fiqh Islam
prinsip titipan atau simpanan dikenal dengan prinsip al-wadi‟ah. Al-
Wadi‟ah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak
lain, baik individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan
dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki (Antonio, 1999: 121).
b. Landasan hukum
Al-Quran:
ا نىليسبا خنما أيوهأ مو كأ إبذأ احأ أ أيا وهب يوأيثباإبنأىا أ أآأ ا ألو اوي ا أناحنؤأ مو آنساكنأاذأأو ا نهـل إبنل
يسا يعا أصب مب يناسأ كأ ا نهـل بئبنل ظنكنما ب ياذأ ب مل أاوب ب ا نهـل اإبنل لب دو ا بينو أ كنمن أناحأحوSesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk menyampaikan amanat
(titipan) kepada yang berhak menerimanyadan (menyuruh kamu)
apabilamenetapkan hukum diantara manusia supaya kamu
menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran
yang sebaik-baiknya kepadamu.Sesungguhnya Allah adalah Maha
mendengar lagi Maha melihat.(QS. An nissa, 4: 58).
Al hadis
ه.اقيلا نىبياصهىاهللاا هياسهم. ها ىاسذسةاقيل يوأتأاإبنأىاآأ أآأ ا ألو ا أو
يوأ أا ا أ هو اآأ هو احأ ن أ أ ا ىأ أ ا اوخأمأAbu hurairah meriwayatkan bahwa Rasullawah SAW bersabda,
sampaikanlah amanat (titpan) amanat kepada yang berhak
menerimannya dan jangan membalas khianat kepada orang yang telah
mengkhianati” ( HRAbu Daud dan menurut Tirmidzi Hadis ini Hasan,
sedangkan Imam Hakim mengkatagorikan Sahih).
26
c. Rukun dan syarat wadi‟ah
Rukun wadi‟ah adalah hal-hal yang terkait atau yang harus ada
didalamnya yang menyebabkan terjadinya akad wadi‟ah. Adapun
Rukun wadi‟ah ada 4 macam, yaitu: (Zulkifli, 2003: 34).
1. Barang yang dititipkan (al wadi‟ah)
2. Pemilik barang/orang yang bertindak sebagai pihak yang
menitipkan (muwaddi‟).
3. Pihak yang menyimpan/memberikan jasa custodian (mustawda‟)
4. Ijab qabul (sighot).
Syarat-syarat wadi‟ah adalah sebagai berikut :
1. Baligh adalah seseorang yang sudah sampai pada usia tertentu
untuk dibebani hukum syariat (taklif) dan mampu mengetahui atau
mengerti hukum tersebut.
2. Berakal adalah orang yang sehat sempurna pikirannya, dapat
membedakan baik dan buruk , benar dan salah, mengetahui
kewajiban , diperbolehkan dan yang dilarang, serta yang
bermanfaat dan yang merusak.
3. Barang titipan : jelas (dapat diketahui jenis atau identitasnya) dapat
dipegang, dapat dikuasai untuk dipelihara.
d. Fatwa Dewan Syariah Nasional
Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
(DSN-MUI) No:02/DSN-MUI/IV/2000, menyatakan bahwa tabungan
27
yang dibenarkan secara syariah, yaitu tabungan yang berdasarkan
Wadi‟ah antara lain:
1. Bersifat simpanan
2. Simpanan bisa diambil kapan saja
3. Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk
pemberian ('athaya) yang bersifat sukarela dari pihak bank.
e. Jenis-Jenis Wadi‟ah
Al-Wadi‟ah adalah perjanjian antara pemilik barang dengan
penyimpan dimana pihak penyimpan bersedia untuk menyimpan dan
menjaga keselamatan barang yang dititipkan kepadanya (Sumitro, 1996:
31). Prinsip ini dikembangkan berdasarkan ketentuan-ketentuan sebagai
berikut:(Muhammad, 2002: 86).
1. Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana menjadi hak milik
yang ditanggung bank, sedang pemilik dana tidak dijanjikan imbalan
dan tidak menanggung kerugian. Bank dimungkinkan memberikan
bonus kepada pemilik dana sebagai suatu insentif.
2. Bank harus membuat akad pembukaan rekening yang isinya
mencakup izin penyaluran dana yang disimpan dan persyaratan lain
yang disepakati selama tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
3. Terhadap pembukaan rekening ini bank dapat mengenakan pengganti
biaya administrasi untuk sekedar menutupi biaya yang benar-benar
terjadi.
28
4. Ketentuan lain yang berkaitan dengan rekening giro dan tabungan
tetap berlaku selama tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
Wadi‟ah dalam produk perbankan syariah dapat dikembangkan menjadi
dua jenis yaitu: (Arifin, 2003: 28).
1. Wadi‟ah yad ammanah.
Wadi‟ah yad ammanah adalah akad titipan dimana penerima
titipan (custodian) adalah penerima kepercayaan (trustee), artinya ia
tidak diharuskan mengganti segala risiko kehilangan, kerusakan yang
terjadi pada titipan, kecuali bila hal itu terjadi karena‟ akibat
kelalaian atau kecerobohan yang bersangkutan atau bila status titipan
telah berubah menjadi wadi‟ah yad dhamanah (Arifin, 2003: 28)
Dengan konsep al-wadi‟ah yad amanah, pihak yang menerima
tidak boleh menggunakan dan memanfaatkan uang atau barang yang
dititipkan tetapi harus benar-benar menjaganya sesuai kelaziman.
Pihak penerima titipan dapat membebankan biaya kepada penitip
sebagai biaya penitipan (Antonio, 1999: 123).
Status penerima titipan berdasarkan wadi‟ah yad amanah akan
berubah menjadi wadi‟ah yad dhamanah apabila terjadi salah satu
dari dua hal ini:
a. Harta dalam titipan telah dicampur, dan
b. Custodian atau penerima titipan menggunakan harta titipan
29
Titipan Barang
Beban Biaya Penitipan
Skema 2.1 Kerja al-Wadi‟ah Yad Amanah
2. Wadi‟ah yad dhamanah.
Wadi‟ah yad dhamanah adalah titipan dimana penerima titipan
adalah penerima kepercayaan, yang sekaligus penjamin keamanan
barang yang dititipkan. Penerima titipan bertanggung jawab penuh atas
segala kehilangan atau kerusakan yang terjadi pada asset titipan
tesebut.
Mengacu pada pengertian wadi‟ah yad dhamanah, lembaga
keuangan sebagai penerima titipan dapat memanfaatkan al-wadi‟ah
sebagai tujuan untuk giro, dan tabungan berjangka. Sebagai
konsekuensinya semua keuntungan yang dihasilkan dari dana titipan
tersebut menjadi milik lembaga keuangan termasuk penitip mendapat
jaminan keamanan terhadap hartannya, demikian juga fasilitas-fasilitas
giro lainnya (Antonio, 1999: 123).
Bank atau
Mustawada‟
(Penyimpanan)
USER OF FUND
Dunia Usaha
30
1.Titipan Barang
4.Beri Bonus
2. Pemanfaatan
3. Bagi Hasil Dana
Skema 2.2 Kerja al-Wai‟ah yad Dhamanah
Dengan konsep al-wadi‟ah yad Dhamanah, pihak yang menerima
titipan boleh menggunakan dan memanfaatkan uang atau barang yang
dititipkan. Pihak bank dalam hal ini mendapatkan bagi hasil dari
pengguna dana. Bank dapat memberikan insentif kepada penitip dalam
bentuk bonus. Prinsip wadi‟ah yang biasa diterapkan dalam lembaga
keuangan syariah adalah menggunakan wadi‟ah yad dhamanah, yang
mana pihakyang dititipi bertanggung jawab atas keutuhan harta titipan
sehingga ia boleh memanfaatkan harta titipan tersebut (Karim, 2004:
97).
Dalam pengaplikasian produk ini harta barang yang dititipi boleh
dan dimanfaatkan oleh yang menerima titipan. Dan tidak ada
keharusan bagi penerima titipan (Bank) untuk memberikan hasil
pemanfaatan kepada si penitip (Nasabah). Pemberian bonus semacam
jasa giro tidak boleh disebutkan dalam kontrak ataupun dijanjikan
Bank atau
Mustawada‟
(Penyimpanan)
Nasabah atau
Muwaddi‟
(Penitip)
USER OF FUND
Dunia Usaha
31
dalam akad, akan tetapi benar-benar pemberian sepihak sebagai tanda
terima kasih dari pihak bank. Jumlah pemberian bonus sepenuhnya
merupakan kewenangan manajemen bank syariah karena pada
prinsipnya dalam akad ini penekanannya adalah titipan (Antonio,
1999: 149).
Pada umumnya, dana titipan (Wadi‟ah) pihak ketiga berupa giro
atau tabungan. Tujuan orang menitipkan dana pada bank adalah karena
alasan keamanan dan memperoleh keleluasaan untuk menarik kembali
dananya sewaktu-waktu.
3. Tabungan
a. Pengertian Tabungan
Tabungan adalah simpanan dari pihak ketiga yang penarikannya
hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati,
tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet, giro dan alat lainya yang
dapat dipersamakan dengan itu. Sedangkan jumlah Tabungan yang
dimaksud adalah total keseluruhan Tabungan yang dihimpun oleh bank
dalam periode tertentu (Nawawi, 2012: 208).
Menurut Undang-undang perbankan No. 10 tahun 1998 tabungan
adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut
syarat-syarat tertentu yang telah disepakati, tetapi tidak dapat ditarik
dengan cek, bilyet, giro atau alat lainnya yang dipersamakan dengan
itu (Kasmir, 2013: 69).
32
Syarat-syarat penarikan tertentu maksudnya adalah sesuai dengan
perjanjian yang dibuat antara bank dan si penabung, sebagai contoh
dalam hal frekuensi penarikan, apakah dua kali seminggu atau setiap
hari atau mungkin setiap saat, yang jelas haruslah sesuai dengan
perjanjian sebelumnya. Kemudian dalam hal sarana atau alat penarikan
juga tergantung dengan perjanjian antara keduanya yaitu bank dan
penabung.
Ada beberapa alat penarikan tabungan, hal ini tergantung bank
masing-masing, mau menggunkan sarana yang mereka inginkan. Alat
ini dapat digunakan sendiri-sendiri atau secara bersamaan. Alat-alat
yang digunakan adalah sebagai berikut: (Kasmir, 2013: 70)
1. Buku tabungan
Yaitu buku dipegang nasabah, dimana berisi catatan saldo
tabungan, penarikan, penyetoran dan pembebanan, pembebanan
yang mungkin terjadi. Buku ini digunakan pada saat penarikan
sehingga dapat langsung mengurangi saldo yang ada dibuku
tabungan tersebut.
2. Slip penarikan
Yaitu formulir penarikan dimana nasabah cukup menulis nama,
nomor rekening, jumlah uang serta tanda tangan nasabah untuk
menarik sejumlah uang, slip penarikan ini biasanya digunakan
bersamaan dengan buku tabungan.
33
3. Kwitansi
Merupakan bukti penarikan yang dikeluarkan oleh bank fungsinya
sama dengan slip penarikan, dimana tertulis nama penarik, nomor
penarik, jumlah uang, dan tanda tangan penarik. Alat ini juga dapat
digunakan secara bersamaan dengan buku tabungan.
4. Kartu yang terbuat dari plastik
Yaitu sejenis kartu kredit yang terbuat dari plastik yang dapat
digunakan untuk menarik sejumlah uang dari tabungannya, baik
bank ataupun mesin ATM. Mesin ATM ini biasanya tersebar
ditempat-tempat yang strategis.
Dalam praktik perbankan di Indonesia dewasa ini terdapat beberapa
jenis-jenis tabungan, perbedaan jenis tabungan ini hanya terletak
daripada fasilitas yang diberikan kepada si penabung. Dengan
demikian si penabung mempunyai banyak pilihan jenis-jenis yang
dimaksud adalah: (Kasmir, 2013: 71).
a. Tabanas
Merupakan tabungan pembangunan nasional.
Ada beberapa jenis bentuk tabanas seperti:
1. Tabanas umum
2. Tabanas pemuda
3. Tabanas pelajar
4. Tabanas pramuka
34
b. Taska
Tabungan yang dikaitakan dengan asuransi jiwa.
c. Tabungan lainnya
Yaitu tabungan selain tabanas dan taska tabungan ini dikeluarkan
oleh masing-masing bank dengan ketentuan-ketentuan yang diatur
oleh Bank Indonesia.
Hal-hal lainnya yang dapat diatur oleh bank penyelenggara dan sesuai
dengan ketentuan BI. Pengaturan sendiri oleh masing-masing bank
agar tabungan dibuat semenarik mungkin sehingga nasabah bank
tertarik untuk menabung di bank yang mereka inginkan (Kasmir, 2013:
72).
1. Bank penyelenggara
Setiap bank dapat menyelenggarakan tabungan, baik bank
pemerintah maupun bank swasta, dan semua bank umum serta
Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
2. Persyaratan penabung
Untuk syarat-syarat menabung, seperti prosedur-prosedur yang
harus dipenuhi seperti, jumlah setoran, umur penabung maupun
kelengkapan dokumen tergantung bank yang bersangkutan.
3. Jumlah setoran
Baik untuk setoran minimal waktu pertama sekali menabung
maupun setoran selanjutnya serta jumlah minimal yang harus
35
tersedia dibuku tabungan tersebut, juga diserahkan kepada bank
penyelenggara.
4. Pengambilan tabungan
Merupakan jumlah maksimal yang harus ditarik, yaitu tidak
melebihi saldo minimal dan frekuensi penarikan dalam setiap
harinya, apakah setiap saat atau setiap hari tergantung bank yang
bersangkutan.
5. Penutupan tabungan
Syarat-syarat untuk ditutupnya tabungan oleh bank dapat dilakukan
oleh nasabah sendiri atau ditutup oleh bank karena alasan tertentu.
Sebagai contoh nasabah sudah tidak aktif lagi melakukan transaksi
selama tiga bulan.
Dalam praktik perbankan di BNI Syariah telah menerbitkan
beberapa produk tabungan salah satunya adalah produk Tabungan iB
Hasanah. Tabungan iB Hasanah hadir untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat dalam mengelola dana dan melakukan transaksi setiap
harinya. Tabungan iB Hasanah adalah simpanan dalam mata uang
rupiah yang dikelola berdasarkan prinsip syariah dengan akad
mudharabah muthlaqah dan akad wadi‟ah. Dengan setoran awal
administrasi yang ringan (bebas biaya khusus akad wadi‟ah) nikmati
kenyamanan dan kemudahan bertransaksi bersama Tabungan iB
Hasanah.
36
BAB III
LAPORAN OBJEK PENELITIAN
A. Identitas Perusahaan
Nama perusahaan : Kantor Cabang Pembantu Unissula
Alamat perusahaan : Jl. Raya Kaligawe, Km 4, Semarang.
No Telp : (024) 65929916
B. Sejarah BNI Syariah
Tempaan krisis moneter tahun 1997 membuktikan ketangguhan
sistem perbankan syariah. Untuk merespon kebutuhan masyarakat
terhadap sistem perbankan yang lebih tahan terhadap krisis ekonomi PT
BNI (Persero) Tbk membentuk unit usaha syariah (UUS) BNI pada 29
April 2000 dengan berlandaskan pada UU No 10 Tahun 1998. Prinsip
syariah dengan tiga pilarnya yaitu adil, transparan, dan maslahat terbukti
mampu menjawab kebutuhan masyarakat akan sebuah sistem perbankan
yang lebih adil tangguh dalam menghadapi tempaan krisis moneter tahun
1997, UUS BNI bermula dari lima kantor cabang di Yogyakarta, Malang,
Pekalongan, Jepara dan Banjarmasin lalu berkembang menjadi 28 kantor
cabang dan 31 kantor cabang pembantu.
BNI akhirnya membuka Cabang Unit Syariah yang diresmikan
oleh Menteri Keuangan Repulik Indonesia Dr. Bambang Sudibyo yakni
pada tanggal 29 April 2000. Hal ini merupakan langkah awal Unit Usaha
Syariah (UUS). Dimana BNI Syariah ini akan melakukan usaha pokoknya
yaitu memberikan kredit dan jasa-jasa lain dan lalu lintas pembayaran
37
serta peredaran uang yang beroperasi sesuai dengan prinsip syariah. Dalam
perkembangannya, Bank yang bergerak dengan sistem syariah ini sudah
berdiri di Semarang sejak tahun 2000 yang awal mulanya berada di Jl.
Pandanaran, kemudian melakukan relokasi pada tahun 2008 ke Jl. Ahmad
Yani No. 152 hingga saat ini. Dengan memiliki karyawan sekitar 120
orang yang terdiri dari pegawai tetap dan tidak tetap dan seluruhnya
beragama islam. Bank BNI Syariah di Semarang memiliki 2 KCPS yaitu
KCPS Ungaran dan KCPS Unissula. Dalam operasionalnya BNI Syariah
melakukan Proses spin off yang dilakukan dengan beberapa tahapan,
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku termasuk
ketentuan Bank Indonesia. Bank Indonesia memberikan persetujuan
prinsip untuk pendirian BNI Syariah, dengan nomor 12/2/DPG/DPbs
tanggal 8 Februari 2010 perihal Izin Prinsip Pendirian PT Bank BNI
Syariah.
Pada tanggal 22 Maret 2010 telah ditanda tangani Akta Nomor:
159, Akta Pemisahan Unit Usaha Syariah PT Bank Negara Indonesia
(Persero) Tbk ke dalam PT BNI Syariah dan Akta Nomor 160, Akta
Pendirian Bank BNI Syariah, yang keduanya dibuat dihadapan Aulia
Taufani, sebagai pengganti dari Sutjipto, Notaris dari Jakarta. Selanjutnya
Akta Pendirian telah memperoleh pengesahan melalui keputusan Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor AHU-15574.
AH. 01.01, Tanggal 25 Maret 2010, melalui Keputusan Gubernur Bank
Indonesia Nomor 12/41/kep.gbi/2010 Tentang Pemberian Izin Usaha PT
38
Bank BNI Syariah. Sesuai dengan corporate plan UUS BNI Tahun 2000,
pada 19 Juni 2010 PT BNI (persero) Tbk melakukan spin off atas UUS
BNI dan meresmikan PT BANK BNI SYARIAH BNI Syariah Capem
Unissula efektif beroperasi pada tanggal 19 Juni 2010 sebagai Bank
Umum Syariah (BUS) berdasarkan surat keputusan gubernur Bank
Indonesia No. 12/41/KEP.GBR/2010.
Didalam pelaksanaannya operasional perbankan BNI Syariah
senantiasa memperhatikan kepatuhan terhadap aspek syariah dengan
memastikan bahwa semua produk BNI Syariah telah melalui pengujian
dari dewan pengawas syariah sehingga telah memenuhi aturan syariah.
Salah satu pertimbangan PT BNI memberikan layanan perbankan syariah
adalah pertama: penduduk indonesia mayoritas memeluk agama islam,
dan tentunya punya keinginan untuk bermuamalah sesuai Syariat Islam.
Kedua: Dengan menggunakan prinsip bagi hasil yang menjadi landasan
utama perbankan syariah ini diharapkan dapat meminimkan dampak
negatif yang mungkin saja dapat dialami oleh ekonomi Islam dimasa
mendatang. Ketiga: Pada tahun 1997 telah terjadi krisis yang sangat
memukul dunia perbankan yang berprinsip bunga, dan juga menurunnya
kepercayaan masyarakat terhadap Bank Konvensional, sehingga
mendorong Bank Konvensional untuk memiliki bank yang mengutamakan
transparansi dalam semua kegiatan dan juga kegiatan dan juga kegiatan
yang rasional.
39
Perusahaan yang pada tahun 2010-2012 akan difokuskan pada
bidang ritel konsumer ini memiliki beberapa produk unggulan disamping
produk yang lain, seperti yang disebutkan dalam Buku Panduan
Pemasaran BNI Syariah Edisi Pertama (2011) yaitu Tabungan iB Bisinis
Hasanah, Tabungan iB Hasanah, Wirausaha iB Hasanah, Griya iB
Hasanah, Gadai Emas iB Hasanah dan Talangan Haji iB Hasanah, di mana
masing-masing produk memiliki keunggulan dan manfaat yang sesuai
dengan kebutuhan dan harapan nasabah BNI Syariah.
C. Visi, Misi dan Tata Nilai BNI Syariah
1. Visi BNI Syariah
Menjadi bank syariah pilihan masyarakat yang unggul dalam layanan
dan kinerja.
2. Misi BNI Syariah
a. Memberikan kontribusi positif kepada masyarakat dan peduli pada
kelestarian lingkungan.
b. Memberikan solusi bagi masyarakat untuk kebutuhan jasa
perbankan syariah.
c. Memberikan nilai investasi yang optimal bagi investor.
d. Menciptakan wahana terbaik sebagai tempat kebanggaan untuk
berkarya dan berprestasi bagi pegawai sebagai perwujudan ibadah.
e. Menjadi acuan tata kelola perusahaan yang amanah.
40
Selain berdasarkan kegiatan usaha dan operasionalnya berdasarkan prinsip
syariah, hukum positif serta regulasi yang berlaku di indonesia, seluruh
insan BNI Syariah juga memiliki tata nilai yang menjadi panduan dalam
setiap prilakunya yaitu Amanah dan Jamaah. Amanah yang dimaksuud
adalah:
1. Jujur dan menempati janji
2. Bertanggung jawab
3. Bersemangat untuk mengahsilakan karya yang terbaik
4. Bekerja ikhlas dan mengutamakan niat ibadah
5. Melayani melebihi harapan
Sedangkan jamaah yang dimaksud adalah:
1. Peduli dan berani memberi maupun menerima umpan balik yang
kontruktif
2. Membangun sinergi secara profesional
3. Membagi pengetahuan yang bermanfaat
4. Memahami keterkaitan proses kerja
5. Memperkuat kepemimpinan yang efektif
D. Keunggulan BNI Syariah
1. Pembukaan rekening dan transaksi dapat dilakukan diseluruh cabang
BNI, baik BNI Syariah maupun BNI Konvensional (Syariah
Channeling Outlet) Cabang atau Capem BNI yang bisa memberikan
layanan syariah (Tabungan Deposito dan Giro) untuk dan atas nama
BNI Syariah dalam satu wilayah kerja Kantor Bank Indonesia.
41
2. Fasilitas On Line diseluruh Cabang BNI Syariah dan Cabang BNI
Konvensional.
3. BNI Syariah Card dapat digunakan disemua mesin ATM BNI, ATM
Bersama, ATM LINK, Jaringan Cirrus dan Master Card.
4. Layanan 24 jam melalui E-Banking (SMS Banking, Phone Banking dan
Internet Banking).
E. Struktur Organisasi BNI Syariah
Struktur Organisasi dan Tugas Pokok Masing-masing Bidang Kantor
Cabang Pembantu Unissula.
Gambar 3.1 Struktur Organisasi
Keterangan:
Branch Manager : Basuki Soewarno
OSH : Linda Sari Ningrum
Custemer Service : Najmi Rizki Khaerani
Branch
Manager
Costemer
Servive
Marketing Teller 1 Teller 3 Teller 2
OSH
42
Teller : 1. Hafid Ardian
: 2. Novita Maulida Istiqomah
: 3. Pandu Indah Yuliana
Marketing : Baskara Kresna Putra
F. Deskripsi Jabatan
Berikut ini akan dijelaskan secara singkat mengenai tugas setiap bagian
pada PT Bank BNI Syariah Cabang Pembantu Unissula:
1. Kepala Cabang (Branch Manager)
a. Mengelola secara optimal sumber daya cabang agar dapat
mendukung kelancaran operasi.
b. Mengkoordinir rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP)
tahunan cabang.
c. Menetapkan dan melaksanakan strategi pemasaran produk bank
guna mencapai tingkat volume atau sasaran yang telah ditetapkan
baik pendanaan maupun jasa-jasa.
d. Dan membawahi bagian OSH serta Marketing secara langsung.
2. OSH ( Operational & Service Head)
a. Menyelenggarakan pelayanan dan pengadministrasian atas
transaksi-transaksi jasa perbankan serta penumpukan dana dikantor
cabang pembantu.
b. Menyelenggarakan pembukaan accounting atas transaksi keuangan
dikantor cabang pembantu.
43
c. Menyelenggarakan pengadministrasian dan pementauan atas
transaksi pembiyaan dikantor cabang pembantu.
d. Menyelenggrakan pelaporan transaksi kegitan jasa-jasa perbankan,
penumpukan dana, posisi likuiditas dan pembiayaan dikantor
cabang pembantu sesuai pedoman atau ketentuan yang berlaku.
e. Dan membawahi pada bagian Custemer Service dan Teller.
3. Costemer Service
a. Mengerjakan dan menyelsaikan semua opersional baik berupa
tabungan, deposito, inkaso secara umum ataupun operasional
pembayaran dan pembukuannya.
b. Memberikan pelayanan kepada nasabah dengan pedoman pada
sistem operasional yang benar sehingga kedua pihak merasa puas.
c. Memberikan informasi dan penjelasan kepada nasabah mengenai
produk yang ditawarkan oleh bank atau yang ditawarkan oleh
nasabah.
4. Teller
a. Memberikan pelayanan kepada nasabah yang berhubungan dengan
penerimaan dan penarikan uang.
b. Mencatat semua transaksi yang terjadi setiap hari.
c. Membuat laporan atas transaksi-transaksi yang terjadi kemudian
dilaporkan kepada bagian pembukuan.
44
5. Marketing
a. Menyusun taktik dan strategi pemasaran produk perbankan kepada
masyarakat dan dunia usaha setempat.
b. Menyelenggrakan penelitian potensi ekonomi maupun kegiatan
usaha setempat.
c. Mencari nasabah-nasabah baru dengan memperkenalkan dan
menawarkan produk perbankan.
6. Dewan Pengawas Syariah
Dewan pengawas syariah adalah badan yang ada dilembaga keuangan
syariah yang bertugas mengawasi pelaksanaan keputusan Dewan
Syariah Nasional dilembaga keuangan syariah tersebut. Sedangkan
pada lembaga keuangan di BNI Syariah KCP Unissula dewan
pengawas syariahnya mengikuti kantor pusat yang ada di Jakarta.
G. Produk-produk pada BNI Syariah
Adapun produk di BNI Syariah mempunyai beberapa produk perbankan
syariah yaitu mulai dari produk pendanaan, produk pembiyaan serta
produk jasa dan layanan sebagai berikut:
1. Produk Pendanaan
a. Tabungan iB THI Hasanah
Adalah Tabungan untuk perencanaan perjalanan haji yang dikelola
secara syariah dengan sistem setoran bebas atau bulanan dan
toleransi dengan SISKOHAT kementrian agama sehingga proses
mendapatkan nomor porsi haji lebih mudah.
45
b. Tabungan iB Hasanah
Adalah Tabungan dengan akad mudharabah dan wadi‟ah yang
memberikan berbagai fasilitas serta kemudahan bagi nasabah
perorangan maupun non perorangan.
c. Tabungan iB Hasanah (Mahasiswa)
Adalah Tabungan dengan akad mudharabah atau wadi‟ah dari para
mahasiswa perguruan tinggi negeri atau perguruan negeri swasta
(PTN atau PTS) yang bekerja sama dengan BNI Syariah yang
berfungsi untuk menampung keperluan pembayaran atau keperluan
lainnya.
d. Tabungan iB Hasanah (Pegawai atau Anggota)
Adalah Tabungan dengan mudharabah atau wadi‟ah dari para
pegawai atau anggota atau perusahaan atau lembaga atau asosiasi
atau organisasi profesi yang bekerja sama dengan BNI Syariah.
e. Tabungan iB Hasanah (classic)
Adalah Tabungan dengan akad mudharabah untuk menampung
setoran cash collecteral atau goodwiil nasabah pada setiap
penerbitan hasanah card classic.
f. Tabungan iB Tunas Hasanah
Adalah Tabungan dengan akad wadi‟ah yang diperuntukan bagi
anak-anak dan pelajar yang berusia dibawah 17 tahun.
46
g. Tabungan iB Prima Hasanah
Adalah Tabungan dengan akad mudharabah yang memberikan
berbagai fasilitas serta kemudahan bagi nasabah segmen high net
worth individuals secara perorangan dan bagi hasil yang lebih
kompetitif.
h. Tabungan iB Tapenas Hasanah
Adalah Tabungan perencanaan berjangka waktu dengan sistem
setoran bulanan dikelola secara syariah dengan akad mudharabah
mutlaqah, membantu menyiapkan rencana masa depan anda dan
keluarga, seperti rencana liburan, pernikahan, ibadah umrah atau
pendidikan untuk sebuah hati anda. Dilengkapi dengan asuransi
jiwa, Tabunagn iB Tapenas Hasanah dapat membantu anda
mewujudkan rencana masa depan yang lebih baik.
i. Tabungan iB Bisnis Hasanah
Adalah Tabungan dengan akad mudharabah yang dilengkapi
dengan detail mutasi debet dan kredit pada buku tabungan dan bagi
hasil yang lebih kompetitif bagi nasabah perorangan maupun non
perorangan.
j. Tabunganku iB
Adalah Tabungan nasional dengan akad wadi‟ah dan setoran awal
ringan untuk meningkatkan kesadaran menabung masyarakat
47
k. Giro iB Hasanah
Adalah Titpan dana dari pihak ketiga yang dikelola dengan akad
wadi‟ah yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan
menggunakan cek, bilyet, giro, sarana perintah pembayaran lainnya
atau dengan pemindahbukuan untuk menunjang bisnis.
l. Deposito iB Hasanah
Adalah Investasi berjangka yang dikelola dengan akad mudharabah
yang ditujukan bagi nasabah perorangan dan perusahaan.
2. Produk-produk pembiayaan
a. Pembiayaan griya iB Hasanah
Adalah pembiayaan dengan prinsip murabahah (jual-beli)
merupakan fasilitas yang diberikan kepada individu atau membeli
atau membangun, merenovasi rumah, termasuk ruko, rusun, rukan,
apartemen dan sejenisnya. Dan membeli tanah kavling serta rumah
ident, dengan sistem angsuran tetap hingga akhir masa pembiayaan
sehingga memudahkan nasabah mengelola keuangnnya.
b. Pembiayaan oto iB Hasanah
Adalah pembiayaan dengan prinsip murabahah merupakan fasilitas
pembiayaan yang diberikan kepada individu untuk pembelian
kendaraan bermotor.
c. Pembiayaan Haji iB Hasanah
Adalah fasilitas pembiayaan untuk kebutuhan setoran awal untuk
mendapatkan porsi keberangkatan haji sesuai biaya penyelenggara
48
ibadah haji (BPIH) yang diatur kementrian agama dengan
menggunakan akad Qardh.
d. Pembiayaan Rahn Emas iB Hasanah
Adalah solusi bagi nasabah yang membutuhkan dana cepat dengan
sistem penjaminan berupa emas baik batangan maupun perhiasan
didukung administrasi dan proses persetujuan yang cepat dan
mudah.
e. Pembiayaan Emas iB Hasanah
Adalah fasilitas pembiayaan untuk kepemilikan emas logam mulia
secara angsuran tetap setiap bulannya dengan menggunakan akad
murabahah.
f. Pembiayaan Multijasa iB Hasanah
Adalah fasilitas pembiayaan konsumtif yang diberikan kepada
masyarakat untuk kebutuhan jasa dengan agunan berupa fix asset
atau kendaraan bermotor sesuai dengan prinsip syariah.
g. Pembiayaan Multiguna iB Hasanah
Adalah pembiayaan konsumtif yang diberikan kepada masyarakat
untuk membeli kebutuhan konsumtif kebutuhan konsumtif dengan
agunan berupa fix asset sesuai dengan prinsip syariah.
49
h. Pembiayaan Fleksi iB Hasanah
Adalah pembiayaan konsumtif bagi pegawai atau karyawan suatu
perusahaan atau instansi untuk pembelian barang dan jasa sesuai
dengan prinsip syariah.
i. Pembiayaan CCF iB Hasanah
Adalah Pembiayaan dengan jaminan dana nasabah yang disimpan
dalam bentuk deposito, tabungan dan giro yang diterbitkan oleh
BNI Syariah.
j. Pembiayaan Wirausaha iB Hasanah
Adalah fasilitas pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan pembiayaan usaha produktif (modal kerja dan investasi)
sesuai prinsip syariah.
k. Pembiayaan Tunas Usaha iB Hasanah
Adalah pembiayaan modal kerja atau investasi yang diberikan
untuk usaha produktif yang feasible namun belum bankable
dengan prinsip syariah.
l. Pembiayaan Linkage Program iB Hasanah
Adalah fasilitas pembiayaan dimana BNI Syariah sebagai pemilik
dana menyalurkan pembiayaan dengan pola executing kepada
lembaga keuangan syariah (LKS) seperti BMT, BPRS, KJKS dan
lainnya kemudian disalurkan kepada and user (pengusaha mikro
kecil, dan menengah syariah). Kerja sama dengan LKS dapat
dilakukan secara langsung ataupun melalui lembaga pendamping.
50
m. Pembiayaan Kopkar atau Kopeg iB Hasanah
Adalah fasilitas pembiayaan mudharabah dimana BNI Syariah
sebagai pemilik dana menyalurkan pembiayaan dengan pola
executing kepada koperasi karyawan atau koperasi pegawai
kemudian disalurkan dengan prinsip syariah kepada and user atau
karyawan.
n. Pembiayaan Usaha Besar iB Hasanah
Adalah pembiayaan syariah yang digunakan untuk tujuan produktif
(modal kerja maupun investasi) kepada pengusaha berbadan
hukum skala menengah dan besar dalam mata uang rupiah ataupun
valas.
o. Pembiayaan Usaha Kecil iB Hasanah
Adalah pembiayaan syariah yang digunakan untuk tujuan produktif
(modal kerja maupun investasi) kepada pengusaha kecil
berdasarkan prinsip-prinsip syariah.
3. Produk Jasa dan Layanan
a. Cash Management
adalah jasa pengelolaan seluruh rekening seperti Corporate
Internet Banking yang dapat digunakan oleh perusahaan atau
lembaga atau instansi. Produk ini dilengkapi dengan fasilitas Vitual
Account.
51
b. Payment Centre
adalah kerja sama BNI Syariah dengan perusahaan dalam hal
penerimaan pembayaran untuk kepentingan perusahaan. Jasa ini
dapat digunakan untuk pembayaran uang kuliah, tagihan listrik dan
sebagainya.
c. Payment Gaji
adalah layanan pembayaran gaji yang dilakukan oleh BNI Syariah
atas dasar perintah dari perusahaan atau lembaga atau instansi
pembayaran gaji untuk mendebet rekeningnya mengkredit rekening
karyawannya.
52
BAB IV
PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS
A. Penerapan akad wadi’ah pada tabungan iB Hasanah di BNI Syariah
BNI Syariah KCP Unissula yang diresmikan sejak tahun 2010 ini yang
mempunyai berbagai macam produk-produk perbankan yang salah satunya
adalah Tabungan iB Hasanah yang mempunyai dua skim yaitu: Wadi‟ah dan
Mudharabah Mutlaqah, secara sederhana perbedaan mendasar terletak pada
imbal hasil yang diberikan. Jika dengan prinsip Mudharabah, bank akan
memberikan bagi hasil yang besarannya sesuai dengan yang dijanjikan
diawal. Sementara akad wadi‟ah tidak punya kewajiban memberi bagi hasil.
Tabungan BNI Syariah iB Hasanah dengan dua prinsip ini memiliki ketentuan
biaya pemeliharaan rekening yang berbeda yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.1 Perbandingan biaya Wadi‟ah dan Mudharabah Mutlaqah
Jenis Biaya Wadi‟ah Mudharabah Mutlaqah
Minimal setoran
awal
Rp. 100.000,- Rp. 100.000,- sampai
Rp.10.000.000,-
Minimal setoran
selanjutnya
Rp. 100.000,- Rp. 100.000,- sampai
Rp. 5.000.000,-
Saldo mengendap Rp. 100,000,- Rp 100.000,- sampai
Rp. 5.000.000,-
Biaya dibawah saldo
minimum
Rp. 0,- Rp. 10.000,- sampai
Rp. 50.000,-
Pengelolaan
rekening
Rp. 0,- Rp. 5000,-
Pembuatan ATM Rp. 5000,- Rp. 5000,-
Biaya penutupan
rekening
Rp. 10.000,- Rp. 10.000,- sampai
Rp. 25.000,-
Penggantian buku
tabungan
Rp. 1.500,- Rp. 1.500,-
Penggantian ATM Rp. 10,000,- Rp. 10,000,-
53
Tarif Sms Banking Rp. 3.500,- Rp. 3.500,-
Tarif Internet
Banking
Transfer ke bank lain
Rp. 17.500,- bayar
tagihan PLN Rp. 3000,-
pembiayaan tagihan
Telkom, Flexi Postpaint,
Speedy Rp. 2.500,-
Transfer ke bank lain
Rp. 17.500,- bayar
tagihan PLN Rp. 3000,-
pembiayaan tagihan
Telkom, Flexi Postpaint,
Speedy Rp. 2.500,-
Transaksi di ATM
lain
Tarik tunai Cirrus dan
plus Rp. 25.000,-
informasi saldo link
Rp. 2000,- penarikan
tunai link Rp. 3.900,-
informasi saldo ATM
bersama Rp. 3000,-
penarikan tunai ATM
bersama Rp. 5000,-
Tarik tunai Cirrus dan
plus Rp. 25.000,-
informasi saldo link
Rp. 2000,- penarikan
tunai link Rp. 3.900,-
informasi saldo ATM
bersama Rp. 3000,-
penarikan tunai ATM
bersama Rp. 5000,-
Sumber : hasil wawancara dengan pihak karyawan.
Berdasarkan identifikasi diatas, beban biaya akad wadi‟ah lebih sedikit
dan biaya yang lebih rendah dibandingkan dengan akad Mudharabah
Mutlaqah.
1.menitipkan barang
2.pemanfaatan dana dan
dapat memberikan bonus
tanpa ada imbalan
Skema 4.1 Penerapan akad wadi‟ah di BNI Syariah
54
Berdasarkan identifikasi diatas dapat disimpulkan bahwasannya Nasabah
datang ke bank BNI Syariah untuk menitipkan barang atau menyetorkan
uangnya ke bank. Kemudian pihak yang dititipi bertanggung jawab atas
keutuhan harta titipan sehingga ia boleh memanfaatkan harta titipan tersebut
tanpa ada imbalan apapun. Bank dapat memberikan insentif kepada penitip
dalam bentuk bonus.
Menurut (Harun, 2007: 103) telah dijelaskan bahwasanya akad wadi‟ah
itu dibagi menjadi dua jenis akad yaitu akad wadi‟ah yad amanah dan akad
wadi‟ah yad dhamanah. Pengertian akad wadi‟ah yad amanah adalah titipan
barang atau harta yang dititipan oleh pihak pertama (penitip) kepada pihak lain
(bank) untuk memelihara (disimpan) barang atau uang tanpa mengelola barang
atau harta tersebut. Dan pihak lain (bank) tidak dibebankan terhadap
kerusakan atau kehilangan pada barang atau harta titipan tersebut.
Karakteristik wadi‟ah yad amanah adalah sebagai berikut:
1. Harta atau barang yang dititipkan tidak boleh dimanfaatkan atau
digunakan oleh penerima titipan.
2. Penerima titipan hanya berfungsi sebagai penerima amanah yang berfungsi
dan berkewajiban untuk menjaga barang yang dititipkan tanpa boleh
memanfaatkannya.
3. Sebagai komposensi, penerima titipan diperkenankan untuk membebankan
biaya kepada yang menitipakan.
55
4. Mengingat barang atau harta yang dititipkan tidak boleh dimanfaatkan
oleh penerima titipan, aplikasi perbankan yang memungkinkan untuk jenis
ini adalah jasa penitipan atau safe deposit box.
Sedangkan Akad wadi‟ah yad Dhamanah adalah titipan barang atau
harta yang dititipkan oleh pihak pertama (nasabah) kepada pihak lain (bank)
untuk memelihara barang atau harta tersebut dan pihak lain (bank) dapat
memanfaatkan dengan seizin pemiliknya dan menjamin untuk mengembalikan
titipan tersebut secara utuh setiap saat, saat si pemilik menghendaki.
Konsekuensinya jika uang itu dikelola pihak lain (bank) dan mendapat
keuntungan, maka seluruh keuntungan menjadi pihak lain (bank) dan bank
boleh memberikan bonus atau hadiah pada pihak pertama (nasabah) dengan
dasar tidak ada perjanjian sebelumnya. Aplikasinya di perbankan yaitu:
tabungan dan giro tidak berjangka.
Adapun karakteristik wadi‟ah yad Dhamanah adalah sebagai berikut:
a. Harta dan barang yang ditipakan boleh dan dapat dimanfaatkan oleh yang
menerima titipan.
b. Karena dimanfaatkan, barang dan harta yang dititpakan tersebut tentu
dapat menghasilkan manfaat. Sekalipun demikian, ada keharusan bagi
penerima titipan untuk memberikan hasil manfaat kepada si penitip.
c. Produk perbankan yang sesuai dengan dengan akad ini.
Prinsip wadi‟ah yad Dhamanah inilah yang secara luas kemudian
diaplikasikan dalam dunia perbankan syariah dalam bentuk produk-produk
pendanaan yaitu: Giro (Current Account) wadi‟ah dan Tabungan (Saving
56
Account) wadi‟ah. Sedangkan dalam kegiatan sehari-harinya BNI Syariah
menggunakan jenis akad wadi‟ah yad Dhamanah. Adapun Produk tabungan
yang berakad wadi‟ah yad dhamanah di BNI Syariah adalah Tabungan iB
Hasanah (Wadi‟ah), Tabungan iB Tunas Hasanah, TabunganKu iB. Analisa
dalam produk tabungan iB hasanah menggunakan akad wadi‟ah. Adapun
macam-macam pengelompokan akad wadi‟ah yaitu: (Anwar, 2012: 72).
1. Akad dilihat menurut tujuannya yaitu menggunakan Akad Tabarru yang
merupakan jenis akad yang berkaitan dengan transakasi non-profit atau
transaksi yang tidak bertujuan mendapatkan laba atau keuntungan. Akad
Tabarru lebih berorientasi pada kegiatan Ta‟awun atau tolong menolong.
Dalam akad ini pihak yang berbuat baik tidak boleh diharapkan hanya
pahala dari Allah SWT, namun menutupi biaya yang timbul akibat kontrak
tersebut kepada mitranya.
2. Dilihat dari Akad menurut namanya yaitu Akad Bernama (al-„uqud al-
musamma) yang merupakan akad yang sudah ditentukan namanya oleh
pembuat hukum dan ditentukan pula ketentuan-ketentuan khusus yang
berlaku terhadapnya dan tidak berlaku terhadap akad lain.
3. Akad menurut kedudukannya yaitu Akad Pokok (al-aqd al-ashli)
merupakan akad yang berdiri sendiri yang keberadaannya tidak tergantung
kepada suatu hal.
4. Akad dilihat dari segi unsur tempo akad yaitu Akad Bertempo (al-aqd az-
zamani) merupakan akad yang didalamnya unsur waktu merupakan unsur
asasi, dalam unsur waktu merupakan bagian dari unsur perjanjian.
57
5. Akad dilihat dari segi formalitasnya yaitu Akad Riil (al-aqd al-aini)
merupakan akad yang untuk terjadinya diharuskan adanya penyerahan
tunai objek akad, dimana akad tersebut belum terjadi dan belum
menimbulkan akibat hukum apabila belum dilaksanakan.
6. Akad dilihat dari segi dilarang atau tidak dillarangnya menurut syara‟
yaitu Akad Masyru‟ merupakan akad yang dibenarkan oleh syara‟ untuk
dibuat dan tidak ada larangan untuk menutupnya.
7. Akad dilihat dari mengikat dan tidak mengikatnya yaitu Akad tidak
mengikat merupakan akad pada masing-masing pihak dapat membatalkan
perjanjian tanpa persetujuan pihak lain. Akad tidak mengikat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu: pertama, akad yang memang sifat aslinya tidak
mengikat.
8. Akad dilihat dapat dilaksanakan atau tidak dilaksanakan yaitu Akad Nafis
merupakan akad yang bebas dari setiap faktor yang menyebabkan tidak
dapatnya akad tersebut dilaksanakan.
9. Akad dilihat menurut tanggungan yaitu Akad kepercayaan („Aqd al-
„amanah) merupakan akad dimana barang yang dialihkan melalui akad
tersebut merupakan amanah ditangan penerima barang tersebut, sehingga
ia tidak berkewajiban menanggung risiko atas barang tersebut, kecuali
kalau ada unsur kesengajaan dan melawan hukum
58
Adapun beberapa prosedur pembukaan tabungan iB Hasanah
a. Prosedur pembukaan tabungan iB Hasanah
Pembukaan Tabungan iB Hasanah biasanya dimulai dengan wawancara
antara calon nasabah dengan Customer Service. Customer service akan
memberikan penjelasan yang detail mengenai hal-hal yang berhubungan
dengan tabungan tersebut. Proses pembukaan Tabungan iB Hasanah tidak
berbeda dengan dengan proses pembukaan tabungan lainnya. Yaitu
sebagai berikut:
1. Ketentuan
a. Tabungan iB Hasanah menggunakan akad wadi‟ah
b. Usia penabung saat masuk adalah minimal 17 tahun dan maksimal
55 tahun.
c. Pembukaan rekening dapat dilakukan diseluruh cabang bank pada
saat buka kas.
d. penabung diberikan buku tabungan.
e. Penggantian buku tabungan berencana bila buku tabungan penuh.
f. Jika terdapat perbedaan antara saldo yang dicacat pada buku
tabungan dengan saldo yang tercatat pada pembukuan bank maka
yang digunakan adalah saldo yang tercatat pada pembukuan bank.
b. Pembukaan Tabungan iB Hasanah
Pada saat pembukaan rekening Tabungan iB Hasanah baru mengisi dan
menandatangani formulir pembukaan Tabungan iB Hasanah yang
merangkap formulir auto debet yang ada pada brosur. Ketentuan prinsip
59
mengenal nasabah sangat perlu sehingga tidak terjadi money laundering
atau pencucian uang.
Untuk nasabah umum:
1. Mengisi formulir aplikasi pembukaaan rekening
2. Melampirkan fotocopy identitas dari (KTP/SIM/Paspor).
3. Melakukan setoran awal minimal Rp 100.000,- dan tambahan Rp
5000,- untuk kartu ATM.
Untuk mahasiswa:
1. Mengisi formulir aplikasi pembukaan rekening
2. Melampirkan surat keterangan dari kampus
3. Melampirkan kartu perpustakaan
4. Melampirkan foto
5. Melakukan setoran awal minimal Rp 100.000,- dan tamabahan untuk
Rp 16.000,- untuk pembuatan ATM.
Untuk nasabah umum yang tidak berdomisili diwilayah:
1. Mengisi formulir aplikasi pembukaaan rekening
2. Melampirkan fotocopy identitas dari (KTP/SIM/Paspor).
3. Melakukan setoran awal minimal Rp 100.000,- dan tambahan Rp
5000,- untuk kartu ATM.
4. Melampirkan surat keterangan kerja jika dia bekerja disebuah
perusahaan.
Untuk mahasiswa yang tidak berdomisili diwilayah:
1. Mengisi formulir aplikasi pembukaan rekening
60
2. Melampirkan surat keterangan dari kampus
3. Melampirkan kartu perpustakaan
4. Melampirkan foto
5. Melakukan setoran awal minimal Rp 100.000,- dan tamabahan untuk
Rp 16.000,- untuk pembuatan ATM.
6. Melampirkan surat keterangan dari kampus.
c. Penyetoran Tabungan iB Hasanah
Penyetoran merupakan tindakan menyerahkan uang oleh seorang nasabah
kepada lembaga terkait. Dalam istilah perbankan penyetoran adalah
kegiatan seorang nasabah untuk menyerahkan uangnya kepada bank untuk
ditabung. Dalam Tabungan iB Hasanah.
d. Penarikan Tabungan iB Hasanah
Penabung diperbolehkan melakukan penarikan kapan saja, karena
Tabungan iB Hasanah adalah bukan tabungan berjangka. Jadi, penabung
bisa melakukan penarikan melalui ATM ataupun saat buka kas.
e. Penutupan Tabungan iB Hasanah
1. Penutupan tabungan iB Hasanah dilakukan dengan melampirkan buku
tabungan dan jika dikuasakan kepada orang lain, harus menggunakan
surat keterangan pada pemilik rekening atau surat kuasa bermatrai.
2. Penutupan tabungan hanya bisa dilakukan pada cabang penerbit atau
pengelola tabungan tersebut.
61
f. Fasilitas Tabungan iB Hasanah
1. Fasilitas dan Benefit ATM
a. Buku Tabungan
b. Kartu BNI Syariah Card Silver
c. E-Banking
g. Keunggulan Tabungan iB Hasanah
Keunggulan Tabungan iB Hasanah adalah Mendapatkan BNI Syariah
Card Silver yang dapat dimanfaatkan sebagai:
a. Kartu debit untuk belanja dimerchant berlogo Master Card diseluruh
dunia.
b. Kartu ATM melalui jaringan ATM BNI, ATM Bersama, dan Master
Card diseluruh Indonesia serta jaringan ATM Internasional Cirrus
diseluruh dunia.
c. Penarikan tunai melalui ATM hingga Rp 5.000.000,-/hari
d. Setiap pembukaan BNI Syariah Card, nasabah secara otomatis
berdonasi sebesar Rp 500,- yang akan disalurkan untuk kegiatan sosial.
e. Mendapat bagi hasil yang kompetitif (khusus akad mudharabah).
f. Pembukaan rekening dan transaksi penarikan serta penyetoran dapat
dilakukan dilebih dari 787 kantor cabang BNI dan 58 kantor cabang
BNI Syariah.
g. Dapat dijadikan sebagai anggunan pembiayaan.
h. Dana nasabah dijamin oleh LPS (Lembaga Penjamin Simpanan).
62
i. Layanan informasi 24 jam dan dapat bertransaksi melalui E-Banking
(ATM, Call center 5789 9999 dan 68888, internet banking dan sms
banking). Layanan E-Banking ini didukung oleh infrastruktur
teknologi PT Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk.
B. Tinjauan syariah dalam Akad Wadi’ah pada Tabungan iB Hasanah
Dalam praktiknya BNI Syariah mempunyai produk unggulan yaitu
produk Tabungan iB Hasanah yang didalamnya menggunakan akad wadi‟ah,
yang pada dasarnya akad wadi‟ah adalah titipan murni dari satu pihak ke
pihak lain, baik individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan
dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki. Dalam tinjauan syariah akad
Wadi‟ah pada Tabungan iB Hasanah di BNI Syariah sudah sesuai dengan
prinsip syariah yaitu didasari dengan adanya Fatwa Dewan Syariah Nasional
NO:02/DSN-MUI/IV/2000 yang memutuskan tentang Tabungan, Ketentuan
umum tabungan berdasarkan Mudharabah, Ketentuan umun tabungan
berdasarkan Wadi‟ah. Untuk mengetahui apakah BNI Syariah menggunakan akad
wadi‟ah sesuai dengan tinjauan syariah dapat dilihat dari segi rukun dan syarat
yaitu sebagai berikut.
63
Tabel 4.2 Tinjauan syariah dalam akad Wadi‟ah di BNI Syariah
Keterangan akadWadi‟ah Sesuai syariah
Rukun: Ya Tidak
a. Barang yang dititipkan
b. Pemilik barang atau orang yang bertindak sebagai
pihak yang menitipkan (Muwadd‟i)
c. Pihak yang menyimpan atau memberikan jasa
custodian (mustawada‟)
d. Ijab qabul (sighat)
Syarat:
a. Baligh
b. Berakal
c. Barang titipan
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa akad wadi‟ah di BNI Syariah
sesuai dengan tinjauan syariah dapat dilihat dari unsur rukun dan syarat akad
wadi‟ah. Adapun rukun dari akad wadi‟ah adalah:
1. Barang titipan, syaratnya adalah barang titipan itu harus jelas bisa
dipegang dan dikuasai. Maksudnya barang titipan itu bisa diketahui
jenisnya, identitasnya dan bisa dikuasai untuk dipelihara.
2. Pemilik barang, syaratnya adalah pemilik barang itu harus sudah baligh,
berakal, tidak sah penitipan jika dilakukan oleh anak kecil walaupun dia
sudah baligh hal itu disebabkan karena dalam akad wadi‟ah banyak
mengandung risiko penipuan, selain itu orang yang melakukan penitipan
tersebut juga harus dapat bertindak secara hukum.
3. Pihak yang menyimpan, syaratnya adalah bagi penerima titipan harus
menjaga barang titipan tersebut dengan baik dan memelihara barang
titipan tersebut ditempat yang aman sebagaimana kebiasaan yang lazim
berlaku pada orang banyak berupa pemeliharaan.
64
4. Ijab qabul akad ijab qabul didalam wadi‟ah yaitu ijabnya diucapkan
dengan perkataan dan qabulnya dilakukan dengan perbuatan. Akad ijab
qobul antara penitip dengan penerima titipan dapat dilakukan secara jelas
atau tersirat asalkan bisa menunjukkan kalau perbuatan tersebut akan
mengakibatkan ijab qabul. Seperti contoh “perkataan penitip kepada
seseorang (penerima titipan) saya titipkan, dan penerima tiitpan menerima
maka sempurnalah ijab qabul titipan secara jelas, atau seseorang datang
dengan membawa sebuah pakaian kepada seseorang, penitip berkata ini
titipan kepadamu, dan penerima titipan diam maka sahlah ijab qobul
titipan secara tersirat.
Dilihat dari syaratnya seseorang yang berakad itu harus:
a. Baligh adalah seseorang yang sudah sampai pada usia tertentu untuk
dibebani hukum syariat (taklif) dan mampu mengetahui atau mengerti
hukum tersebut.
b. Berakal adalah orang yang sehat sempurna pikirannya, dapat
membedakan baik dan buruk , benar dan salah, mengetahui kewajiban ,
diperbolehkan dan yang dilarang, serta yang bermanfaat dan yang
merusak.
c. Barang titipan : jelas (dapat diketahui jenis atau identitasnya) dapat
dipegang, dapat dikuasai untuk dipelihara.
65
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penelitian yang dilakukan penulis, maka diperoleh kesimpulan
bahwa Tabungan BNI Syariah dengan produk iB Hasanah mempunyai dua
skim yaitu: Wadi‟ah dan Mudharabah Mutlaqah yang mempunyai
perbedaan. Perbedaan diantara keduanya terletak pada imbal hasil yang
diberikan. Jika dengan prinsip Mudharabah, bank akan memberikan bagi
hasil yang besarannya sesuai dengan yang dijanjikan diawal. Sementara
akad wadi‟ah tidak punya kewajiban memberi bagi hasil. Sedangkan
dalam operasionalnya BNI Syariah menggunakan akad wadi‟ah yad
dhamanah.
Berdasarkan tinjauan syariah maka dapat disimpulkan bahwa Bank
BNI Syariah mengunakan akad Wadi‟ah sudah sesuai prinsip syariah,
yang diperjelas dengan adanya rukun dan syarat yang sudah terpenuhi
rukunnya yaitu: (1) Barang yang dititipkan. (2) Pemilik barang atau orang
yang betindak sebagai pihak yang menitipkan (muwadd‟i). (3) Pihak yang
menyimpan atau memberikan jasa custodian (mustawada‟). (4) Ijab qabul
(sighat). Adapun syarat akad wadi‟ah yaitu: (1) Baligh. (2) Berakal. (3)
Barang titipan
Serta didasari dengan adanya Fatwa Dewan Syariah Nasional
NO:02/DSN-MUI/IV/2000 yang memutuskan tentang Tabungan,
66
Ketentuan umum tabungan berdasarkan Mudharabah, dan Ketentuan umun
tabungan berdasarkan Wadi‟ah.
B. Saran
Peneliti dapat memberikan saran khususnya bagi lembaga keuangan BNI
Syariah serta masyarakat sebagai calon nasabah maupun nasabah di BNI
Syariah, beberapa saran yang dapat diberikan adalah:
1. Karena Produk keunggulan BNI Syariah yakni produk iB hasanah
yang terus mengalami perkembangan yang begitu pesat. Hendaknya
pihak BNI syariah selalu memberikan inovasi-inovasi baru seperti,
dengan mengembangkan produk tabungan iB Hasanah kepada
masyarakat dan promosi yang berkesinambungan terhadap setiap
produk-produknya agar masyarakat mempunyai keterkaitan untuk
menabung dan nasabah tetap mempertahankan tabungannya.
2. Masyarakat sebagai calon nasabah dan nasabah seharusnya memahami
spesifikasi akad wadi‟ah dan mudharabah mutlaqah yaitu dengan
melakukan sosialisasi secara langsung maupun tidak langsung seperti,
direct selling, presentasi dan target market. Agar produk Tabungan iB
Hasanah yang digunakan sesuai dengan kemampuan dan
kebutuhannya. Nasabah juga harus memahami dan mempertimbangkan
berbagai aspek-aspek seperti, retrun tabungan, biaya-biaya
administrasi tabungan, risiko, promosi dan iklan, serta fasilitas
tabungan yang diberikan.
67
Daftar Pustaka
Al-Maraghi, Mustafa, Ahmad, 1993,“Tafsir Al-Maraghi”,Cet. II, Semarang, PT.
Karya Toha Putra.
Antonio, Syafi‟i, Muhammad, 1999, Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum,
Yogyakarta: Dana Bakti Wakaf.
Anwar, Syamsul, 2010, Hukum Perjanjian Syariah, Jakarta: Rajawali pers.
Arifin, Zainul, 2003,Dasar-Dasar Manajemen Bank Syari‟ah, Jakarta: Alvabet.
Bank Indonesia. 1992. Undang-undang No. 7 Tahun 1992: Tentang Perbankan.
Jakarta.
Djazuli A, 2006, Kaidah-Kaidah Fikih; Kaidah-kaidah Hukum Islam dalam
Menyelesaikan Masalah-masalah yang Praktis, Jakarta, Kencana.
Hasan, Ali M, 2003, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalah)
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Ismail, 2010.Manajemn Perbankan Dari Teori Menuju Aplikasi. Jakarta:
Kencana.
Jannah, Syafaatul, 2012, Mekanisme Tabungan Wadi‟ah Salamah, di BPRS Ben
Salamah Abadi Purwodadi. Tugas Akhir.
Karim, Adiwarman, 2004, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keungan,Jakrta :PT.
Raja Grafindo Persada.
Kasmir, 2001, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Laporan tahunan, 2009, Statistik Perbankan Syariah, Bank Indonesia.
Martono, 2002, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Yogyakarta: Ekonisia.
Moleong, Lexi. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif edisi revisi. Bandung. PT
Remaja Rosdakarya Offest.
Muhammad, 2000, Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syariah, Yogyakarta,
UII Press.
Muhammad, 2002, Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syariah, Yogyakarta,
UII Press.
Nawawi, Ismail, 2012, Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer, Bogor, Ghalia
Indonesia.
Poerwadarminta, 2006, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka.
Primasthi, Driya, 2015, “Studi Komparasi Kualitas Tabungan Akad Wadi‟ah Yad
Dhamanah dan Mudharabah Mutlaqah di BRI Syariah dan BNI Syariah”,
Skripsi.
Republik Indonesia. 1992. Undang-Undang No. 10/1998 Tentang Perubahan UU.
No. 7/1992 Tentang Perbankan.
Ridwan, Muhammad, 2004, Manajemen Baitul Maal Wat Tamwil, Yogyakarta,
UII Press.
Sabiq, Sayyid, 1997, Fiqh Sunnah, Juz 13, Alih Bahasa Kamaluddin A. Marzuki,
Bandung: PT.Al-Ma‟arif.
Sumitro, Warkum, 1996, Asas-asas Perbankan Islam dan Lembaga Terkait,
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Supranto, 2003, Metode Riset Aplikasinya dalam Pemasaran, Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Surakhmad Winarno, 1990, Dasar dan Teknik Research Pengantar Metodologi
Ilmiah, Bandung: Tarsito.
Wiroso, 2005, Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Bank Syari‟ah,, Jakarta:
PT. Grasindo.
Zakkiya, Illailazatus, 2012, dalam Tugas Akhir, Strategi Pengelolaan Simpanan
Wadi‟ah Yad Dhamanah Pada Produk SAHARA, di KJKS Bahtera.
Zuhaily, Wahbah, 1989, Al-Fiqh Islami wa Adillatuhu, Darul Fikri, Beirut,
Libanon.
Zulkifli, Sunarto, 2003, Panduan Praktis Perbankan Syariah, Jakarta: Zikrul
Hakim.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap : Sofiana Iin Ayuni
Tempat, tanggal lahir : Bangun Sari, 02 Februari 1995
Jenis Kelamin : Perempuan
Warga Negara : Indonesia
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Pendidikan : 1. SD Negeri Linggang Amer, Kutai Barat, 2009.
2. SMP Negeri 5 Sendawar, Kutai Barat, 2006.
3. MA Al-manar, Bener, Tengaran, 2012.
Alamat : 1. Bangun Sari, Linggang Bigung, Kutai Barat, Kaltim
2. Cikalan, Padaan, Pabelan, Semarang
Nama Orang Tua
Ayah : H. Sulaiman
Ibu : Sofiah
Pekerjaan Orang Tua : Swasta
Daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Salatiga, 08 Agustus 2015
Yang membuat
Sofiana Iin Ayuni
LAMPIRAN