Analisi Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan ...

20
Analisi Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) melalui Evaluasi Diri Sekolah (EDS) di SDN Cilandak Timur 08 Pagi Jakarta Selatan Muhammad Mauluddin dan Amy Yayuk Sri Rahayu Ilmu Administrasi Negara, FISIP UI Abstrak Mutu Pendidikan masih menjadi isu yang tak kunjung menemukan titik terangnya, oleh karena itu usaha peningkatan dan pengembangan mutu pendidikan hingga saat ini terus dilakukan oleh pemerintah salah satunya dengan membangun Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP). SPMP sebagai dasar peningkatan mutu pendidikan dimanifestasikan dalam bentuk program-program peningkatan mutu yang salah satunya adalah program Evaluasi Diri Sekolah (EDS). EDS adalah program evaluasi yang bersifat internal untuk menilai kinerja sekolah berdasarkan indikator-indikator yang mebacu pada 8 Standar Nasional Pendidikan (SNP). Sehubungan dengan hal tersebut, skripsi ini bertujuan untuk menganalisis pelaksanaan SPMP melalui EDS di SDN Cilandak Timur 08 Pagi Jakarta Selatan. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah melalui wawancara mendalam dan studi dokumentasi. Hasil penelitian ini menemukan bahwa pada pelaksanaan SPMP melalui EDS di SDN Cilandak Timur 08 Pagi Jakarta Selatan belum berjalan sesuai dengan petunjuk pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan. Selain itu, pada pelaksanaannya juga mengalami beberapa hambatan yang bersifat teknis maupun substantif. Kata kunci : Pendidikan, Mutu, Penjaminan Mutu, Evaluasi Diri. Abstract The education quality still become a never ending issue, therefore there are many education quality enhancement and improvement efforts that had been doing by government until today, which one of them is developing an education quality assurance system. The education quality assurance system as the base of education quality enhancement is manifested through education quality enhancement programs and one of them is self-evaluation of school. The self-evaluation of school is an internal evaluation program to assess school performance according to the indicators of 8 eduaction national standard. This study aims to analyze the implementation of education quality assurance system through self-evaluation of school in SDN Cilandak Timur 08 Pagi, South Jakarta. This research is qualitative descriptive interpretive. The use of data collection method is qualitative, with the main instrument by in depth-interviews and documentation study. The result of the research find that the implementation of education quality assurance system thorugh self-evaluatuion of school in SDN Cilandak Timur 08 Pagi, South Jakarta did not prescribed by the rules of education quality assurance. The implementation of the program also facing some serious problem form technical to substantive problems. Keywords: Education, Quality, Quality Assurance, Self-evaluation Analisi Pelaksanaan..., Muhammad Mauluddin, FISIP UI, 2013

Transcript of Analisi Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan ...

Page 1: Analisi Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan ...

Analisi Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) melalui Evaluasi Diri Sekolah (EDS) di SDN Cilandak Timur 08 Pagi Jakarta Selatan

Muhammad Mauluddin dan Amy Yayuk Sri Rahayu

Ilmu Administrasi Negara, FISIP UI

Abstrak

Mutu Pendidikan masih menjadi isu yang tak kunjung menemukan titik terangnya, oleh karena itu usaha peningkatan dan pengembangan mutu pendidikan hingga saat ini terus dilakukan oleh pemerintah salah satunya dengan membangun Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP). SPMP sebagai dasar peningkatan mutu pendidikan dimanifestasikan dalam bentuk program-program peningkatan mutu yang salah satunya adalah program Evaluasi Diri Sekolah (EDS). EDS adalah program evaluasi yang bersifat internal untuk menilai kinerja sekolah berdasarkan indikator-indikator yang mebacu pada 8 Standar Nasional Pendidikan (SNP). Sehubungan dengan hal tersebut, skripsi ini bertujuan untuk menganalisis pelaksanaan SPMP melalui EDS di SDN Cilandak Timur 08 Pagi Jakarta Selatan. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah melalui wawancara mendalam dan studi dokumentasi. Hasil penelitian ini menemukan bahwa pada pelaksanaan SPMP melalui EDS di SDN Cilandak Timur 08 Pagi Jakarta Selatan belum berjalan sesuai dengan petunjuk pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan. Selain itu, pada pelaksanaannya juga mengalami beberapa hambatan yang bersifat teknis maupun substantif.

Kata kunci : Pendidikan, Mutu, Penjaminan Mutu, Evaluasi Diri.

Abstract

The education quality still become a never ending issue, therefore there are many education quality enhancement and improvement efforts that had been doing by government until today, which one of them is developing an education quality assurance system. The education quality assurance system as the base of education quality enhancement is manifested through education quality enhancement programs and one of them is self-evaluation of school. The self-evaluation of school is an internal evaluation program to assess school performance according to the indicators of 8 eduaction national standard. This study aims to analyze the implementation of education quality assurance system through self-evaluation of school in SDN Cilandak Timur 08 Pagi, South Jakarta. This research is qualitative descriptive interpretive. The use of data collection method is qualitative, with the main instrument by in depth-interviews and documentation study. The result of the research find that the implementation of education quality assurance system thorugh self-evaluatuion of school in SDN Cilandak Timur 08 Pagi, South Jakarta did not prescribed by the rules of education quality assurance. The implementation of the program also facing some serious problem form technical to substantive problems.

Keywords: Education, Quality, Quality Assurance, Self-evaluation

Analisi Pelaksanaan..., Muhammad Mauluddin, FISIP UI, 2013

Page 2: Analisi Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan ...

Pendahuluan

Setelah merdeka 67 tahun yang lalu hingga sekarang, mutu pendidikan di Indonesia masih

dapat dikategorikan dalam kondisi yang memprihatinkan. Bahkan sesudah amandemen UUD

1945 dan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional yang mengamantkan agar dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan

kedinasan dialokasikan minimal 20 persen dari APBN dan minimal 20 persen dari APBD, serta

mewajibkan pemerintah dan pemerintah daerah menyelenggarakan pendidikan dasar gratis,

pemerintah belum bisa memenuhi amanat konstitusi tersebut (Nandika, 8).   Nurcholis yang

memberikan gambaran rendahnya mutu pendidikan Indonesia dilihat dari fasilitas pendidikan

yang masih sangat kurang, tidak memenuhi syarat, dan ketinggalan zaman, sistem politik

cenderung mengekang kebebasan pendidikan yang sentralistik menyebabkan penyebaran fasilitas

pendidikan menumpuk di Jawa (65%) sisanya di luar Jawa, maraknya korupsi, anggaran

pendidikan yang kurang sekali dan tidak lancar, dan penyandang dana pendidikan rendah.

(Sukardjo dan Komarudin, 84).

Mutu pendidikan Indonesia diantara negara lain di dunia dapat diketahui salah satunya

melalui data yang diperoleh dari The Education for All Development Index (EDI) tahun 2011

yang meneliti tentang perkembangan pendidikan di 127 negara di dunia. Beberapa komponen

yang diteliti oleh EDI adalah rasio pendaftaran pendidikan dasar, kemampuan literasi siswa serta

kualitas pendidikan. Hasilnya adalah Indonesia berada pada peringkat 69 yang sekaligus

mengkategorikan perkembangan pendidikan Indonesia berada dalam kategori medium.

Perkembangan pendidikan negara tetangga yaitu Malaysia sedikit diatas Indonesia yaitu berada di

peringkat 65, sedangkan Brunei Darussalam berada di kategori tinggi atau high dengan berada di

peringkat 34 hampir setara dengan perkembangan pendidikan di Amerika Serikat yang berada di

peringkat 33.

Melihat berbagai permasalahan dalam hal mutu pendidikan seperti yang telah disebutkan

di atas, sudah merupakan keharusan untuk Pemerintah Indonesia menjawab berbagai

permasalahan tersebut dengan berbagai cara dan solusi agar mutu pendidikan di Indonesia tidak

semakin terpuruk dari waktu ke waktu. Salah satu solusi yang dilakukan oleh pemerintah dalam

rangka memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia adalah dengan dilakukannya Sistem

Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) yang terorganisasi dengan baik dan sistemik. Tujuan akhir

penjaminan mutu pendidikan seperti yang diamanatkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan

Analisi Pelaksanaan..., Muhammad Mauluddin, FISIP UI, 2013

Page 3: Analisi Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan ...

Nasional Nomor 63 tahun 2009 Tentang sistem Penjaminan Mutu Pendidikan adalah

meningkatkan kecerdasan kehidupan manusia dan bangsa sebagaimana dicita-citakan oleh

Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Dalam implementasinya Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) dilakukan

beberapa program salah satunya melalui Program Evaluasi Diri Sekolah (EDS). EDS sendiri

adalah program evaluasi yang bersifat internal oleh satuan pendidikan terkait yang didasarkan

pada Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan Standar Pelayanan Minimal (SPM). EDS juga

sangat penting fungsinya karena akan menjadi sumber informasi kebijakan untuk penyusunan

program pengembangan pendidikan kabupaten/kota. (Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan

(LPMP) Jawa Tengah, 6)

Proses evaluasi diri sekolah merupakan siklus, yang dimulai dari pembentukan Tim

Pengembang Sekolah (TPS), pelatihan penggunaan Instrumen, pelaksanaan EDS di sekolah dan

penggunaan hasilnya sebagai dasar penyusunan RPS/RKS dan RAPBS/RKAS. TPS

mengumpulkan informasi dari berbagai sumber untuk menilai kinerja sekolah berdasarkan

indikator-indikator yang dirumuskan dalam Instrumen. Kegiatan ini melibatkan semua warga

sekolah baik Kepala Sekolah, Pengawas, Guru, Peserta Didik, Komite Sekolah dan lain-lain.

EDS juga akan melihat visi dan misi sekolah. Apabila sekolah yang belum memiliki visi dan

misi, maka diharapkan kegiatan ini akan memacu sekolah membuat atau memperbaiki visi dan

misi dalam mencapai kinerja sekolah yang diinginkan. Hasil EDS digunakan sebagai bahan untuk

menetapkan aspek yang menjadi prioritas dalam rencana peningkatan dan pengembangan sekolah

pada RPS/RKS dan RAPBS/RKAS. (Website LPMP DKI Jakarta, para 4)

Penelitian mengenai Analisis Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP)

melalui Evaluasi Diri Sekolah (EDS) ini memilih lokasi penelitian di salah satu sekolah dasar

negeri di Kotamadya Jakarta Selatan yaitu SDN Cilandak Timur 08 Pagi. SDN Cilandak Timur

08 Pagi dipilih sebagai lokasi penelitian karena merupakan sekolah dasar negeri yang memiliki

akreditasi terendah diantara sekolah dasar negeri lain di Kotamadya Jakarta Selatan yang telah

menjadi sasaran Evaluasi Diri Sekolah (EDS) lebih dari satu kali. Perbandingan nilai akreditasi

SDN Cilandak Timur 08 Pagi dengan sekolah dasar lain di Kotamadya Jakarta Selatan yang telah

menjadi sasaran EDS lebih dari satu kali dapat dilihat pada tabel Daftar Sekolah Sasaran

Bimbingan Teknis Pemenuhan Standar Nasional Pendidikan berikut:

Analisi Pelaksanaan..., Muhammad Mauluddin, FISIP UI, 2013

Page 4: Analisi Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan ...

Tabel 1.1 Daftar Sekolah Sasaran Bimbingan Teknis Pemenuhan Standar Nasional

Pendidikan Bagi Satuan Pendidikan Tahun 2013

No. Sekolah Wilayah Akreditasi

1. SDN Cilandak Timur 08 Pagi Jakarta Selatan B (74,00)

2. SDN Srengseng Sawah 04 Pagi Jakarta Selatan B (80,00)

3. SDN Kebon Baru 10 Jakarta Selatan B (80,00) Sumber : LPMP, 2013

SDN Cilandak Timur 08 Pagi dipilih sebagai studi kasus penelitian diantara kedua

sekolah dasar negeri lainnya, karena berdasarkan tabel 1.1 diketahui bahwa akreditasi SDN

Cilandak Timur 08 Pagi merupakan akreditasi terendah diantara sekolah dasar lainnya di Jakarta

Selatan yaitu berakreditasi B dengan nilai akreditasi 74,00. Akreditasi tentunya berhubungan

dengan mutu sebuah sekolah karena akreditasi dilakukan berdasarkan atas penilaian delapan

komponen Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang dimiliki sekolah terkait.

Dijadikannya SDN Cilandak Timur 08 Pagi sebagai target atau sasaran peningkatan dan

penjaminan mutu pendidikan melalui bimbingan teknis oleh LPMP dan juga telah menjadi

sekolah sasaran Evaluasi Diri Sekolah (EDS) tiga kali berturut-turut dari tahun 2010 hingga 2012

menunjukkan bahwa SDN Cilandak Timur 08 Pagi sebagai sekolah dasar yang perlu penanganan

yang serius dan komitmen yang penuh dalam meningkatkan dan menjamin mutu pendidikannya

sehingga dapat menyediakan pendidikan yang lebih bermutu kepada peserta didiknya. Hal

tersebutlah membuat peneliti tertarik untuk lebih lanjut menganalisis pelaksanaan sistem

penjaminan mutu pendidikan di SDN Cilandak Timur 08 Pagi.

Kepekaan penulis terhadap permasalahan-permasalahan yang telah disebutkan diatas,

menjadikan penulis mengangkat topik mengenai Analisis Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu

Pendidikan (SPMP) melalui Evaluasi Diri Sekolah (EDS) di SDN Cilandak Timur 08 Pagi

Jakarta Selatan yang akan diteliti serta dibahas pada penelitian ini secara lebih mendalam.

Berdasarkan permasalahan penelitian yang telah disebutkan sebelumnya, maka tujuan dari

peneliti adalah menganalisis pelaksanaan sistem penjaminan mutu pendidikan melalui Evaluasi

Diri Sekolah (EDS) di SDN Cilandak Timur 08 Pagi

Analisi Pelaksanaan..., Muhammad Mauluddin, FISIP UI, 2013

Page 5: Analisi Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan ...

Tinjauan Teoritis

Pendidikan

Pendidikan adalah sebuah proses yang melekat pada setiap kehidupan bersama dan

berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. John Dewey (dalam Nugroho, 19) mengemukakan

bahwa pendidikan dapat difahami sebagai sebuah upaya "konservatif" dan "progresif" dalam

bentuk pendidikan sebagai pendidikan sebagai formasi, sebagai, rekapitulasi dan retrospeksi, dan

sebagai rekonstruksi. Dikatakan sebagai berikut:

1.education as formation…..all education forms character, mental, and moral, but formation consists in the selection and coordination of native activities so that they may utilize the subject matter of social environment. Moreover, the formation is not only a formation of native activities, but it takes place through them. It is a proces of reconstruction, reorganization….2. education as recapitualtion and retrospection….the individual develops, but his proper development consist in repeating orederly stages the past evolution of animal life and human history. The former recapitulations occurs physiologically; the latter should be made to occur by means of education"….3. education as reconstruction ….. It is that reconstruction or reorganization of experience which adds to the meaning of experience, and which increases ability to the direct the course of subsequent experience…

Mutu Dalam Pendidikan

Ahmad (dalam Umiarso dan Gojali, 124-125) menyatakan bahwa mutu pendidikan adalah

kemampuan sekolah dalam pengelolaan secara operasional dan efisien terhadap komponen-

komponen yang berkaitan dengan sekolah, sehingga menghasilkan nilai tambah terhadap

komponen tersebut menurut norma atau standar yang berlaku.Danim menyatakan bahwa mutu

pendidikan mengacu pada masukan, proses, iuran, dan dampaknya. Mutu masukan dapat dilihat

dari beberapa sisi. Pertama, kondisi baik atau tidaknya masukan sumber daya manusia, seperti

kepala sekolah, guru, laboran, staf tata usaha, dan siswa. Kedua, memenuhi atau tidaknya kriteria

masukan material berupa alat peraga, buku-buku, kurikulum, prasarana, sarana sekolah, dan lain-

lain. Ketiga, memenuhi atau tidaknya kriteria masukan yang berupa perangkat lunak, seperti

peraturan, struktur, organisasi, deksripsi kerja, dan struktur organisasi. Keempat, mutu masukan

yang bersifat harapan dan kebutuhan, seperti visi, motivasi, ketekunan, dan cita-cita.

Manajemen Strategis

Purnomo (15-16) menyatakan bahwa manajemen strategi diartikan sebagai sebuah proses

yang menggabungkan seni, keahlian dan ilmu sekaligus yang harus dikuasai manajemen

organisasi untuk mencermati, memahami dan menganalisis organisasi sebagai sebuah entitas atau

sistem yang integral, bukan terkotak-kotak pada ‘kerajaan kecil’ atau fungsi dan divisinya

Analisi Pelaksanaan..., Muhammad Mauluddin, FISIP UI, 2013

Page 6: Analisi Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan ...

sendiri-sendiri. Lingkup yang luas tersebut membuat manajemen strategi merupakan suatu proses

yang senantiasa berkesinambungan dan terus berulang. Sebagaimana telah disebutkan bahwa

manajemen strategi adalah sebuah proses maka tentunya tentunya terdiri atas tahapan-tahapan.

Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut :

a. Analisis lingkungan

Analisis lingkungan adalah proses awal dalam manajemen strategi yang bertujuan untuk

memantau lingkungan organisasi. Hasil dari analisis lingkungan ini setidaknya akan memberikan

gambaran tentang keadaan perusahaan yang biasanya disederhanakan dengan memotret SWOT

(Strengths, weakness, opportunities, and threats) yang dimiliki.

b. Menentukan dan menetapkan arah organisasi

Setelah melakukan analisis lingkungan, organisasi diharapkan memperoleh gambaran

yang cukup utuh mengenai kondisi eksternal dan internalnya. Dengan demikian, diharapkan

faktor-faktor yang merupakan kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman sudah mampu

terdefinisi dengan jelas. Berdasarkan keadaan tersebut organisasi kemudian dapat menentukan

dan menetapkan arah yang ingin dituju di masa depan.

c. Formulasi strategi

Formulasi strategi dalam hal ini adalah proses merancang dan menyeleksi berbagai

strategi yang pada akhirnya menuntun pada pencapaian misi dan tujuan organisasi. Fokus utama

dari strategi organisasi adalah bagaimana menyesuaikan diri agar dapat lebih baik dan cepat

bereaksi dibanding pesaing dalam persaingan yang ada.

d. Implementasi

Setelah sebuah strategi diformulasikan, strategi tersebut harus dikembangkan secara logis

dalam bentuk tindakan. Tahap inilah yang disebut dengan implementasi strategi. Masalah

implementasi ini cukup rumit, oleh karena itu agar penerapan startegi organisasi dapat berhasil

dengan baik, pimpinan harus memiliki gagasan yang jelas tentang isu-isu yang berbeda dan

bagaimana cara mengatasinya.

e. Pengendalian strategi

Tahap pengendalian strategi ini merupakan jenis khusus dari pengendalian organisasi

yang berfokus pada pemantauan dan pengevaluasian proses manajemen strategi, dengan maksud

untuk memperbaiki dan memastikan bahwa sistem tersebut berfungsi sebagaimana mestinya.

Manajemen Mutu Total

Analisi Pelaksanaan..., Muhammad Mauluddin, FISIP UI, 2013

Page 7: Analisi Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan ...

Pada dasarnya, sekolah bermutu memiliki 5 karakteristik, yang diidentifikasi seperti pilar

mutu yang digambarkan dalam ilustrasi berikut. (begitu sebuah sekolah mengembangkan filosofi

mutu, maka sekolah tersebut akan mampu mengidentifikasi 5 karakteristik lain sekolah bermutu).

Pilar-pilar tersebut didasarkan pada keyakinan sekolah seperti kepercayaan, kerjasama dan

kepemimpinan.

a. Terfokus Pada Kostumer

Umiarso dan Gojali (152) menyatakan bahwa organisasi bergantung pada kostumer. Oleh

karenanya, organisasi harus memahami kebutuhan masa kini dan masa mendatang dari

kostumernya, serta harus memenuhi dan berusaha melampaui harapan kostumer. Kemampuan

menarik perhatian, melayani, dan memelihara pelanggan adalah tujuan tertinggi dari sekolah.

Tanpa fokus dan keterlibatan ksotumer, tujuan manajemen mutu tidak berarti.

b. Keterlibatan Total

Anggota pada semua tingkatan merupakan inti suatu organisasi, dan pelibatan penuhnya

memungkinkan kemampuannya dipakai untuk manfaat organisasi. Para pegawai harus dilibatkan

pada setiap proses untuk menyusun arah dan tujuan serta peralatan yang dibutuhkan untuk

mencapai tujuan mutu, sehingga setiap individu akan terlibat dan punya tanggung jawab untuk

mencari perbaikan yang terus-menerus terhadap proses yang berada pada lingkup tugasnya.

Memperbaiki proses kerja hanya akan berhasil jika semua pihak, dari atas sampai ke bawah dan

juga persilangan antarfungsi, terlibat dalam perubahan.

c. Pengukuran

Para profesional pendidikan mesti belajar untuk mengukur mutu. Para profesional perlu

memahami pengumpulan dan analisa data yang diperlukan dalam proses yang sedang kita bahas

ini. Begitu para profesional belajar mengumpulkan dan menganalisa data, para profesional

pendidikan itu pun dapat mengukur dan menunjukkan nilai tambah pendidikan.

d. Komitmen

Para pengawas sekolah dan dewan sekolah harus memiliki komitmen pada mutu. Bila

mereka tidak memiliki komitmen, proses transformasi mutu tidak akan dapat dimulai karena

kalaupun dijalankan pasti gagal. Setiap orang perlu mendukung upaya mutu. Mutu merupakan

perubahan budaya yang menyebabkan organisasi mengubah cara kerjanya. Orang biasanya tidak

mau berubah, tapi manajemen harus mendukung proses perubahan dengan memberi pendidikan,

perangkat, sistem, dan proses untuk meningkatkan mutu.

Analisi Pelaksanaan..., Muhammad Mauluddin, FISIP UI, 2013

Page 8: Analisi Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan ...

e. Perbaikan Berkelanjutan

Perbaikan berkesinambungan atas kinerja organisasi secara menyeluruh hendaknya

dijadikan sebagai sasaran tetap dari organisasi. Proses berkesinambungan adalah prinsip dasar

dimana mutu menjadi pusatnya. Proses ini merupakan pelengkap dan yang menghidupkan prinsip

orientasi proses dan prinsip fokus pada pelanggan. (Umiarso dan Gojali 154)

Teknologi Informasi Dalam Pendidikan

Rochaety (25) menyatakan bahwa TI merupakan salah satu fasilitas lembaga pendidikan yang

lebih tepat dalam melayani pelanggan dan memuaskan pemilik lembaga pendidikan tersebut

(share holder). Hubungan antarlembaga pendidikan juga mengalami evolusi ataupun revolusi

sejalan dengan munculnya e-learning dan e-school. Jadi, proses pembelajaran yang dilaksanakan

melalui TI, hasilnya bisa dipastikan lebih unggul karena formulasi pola pembelajaran sudah

dibuat lebih fleksibel sesuai dengan kebutuhan penyedia maupun pengguna jasa pendidikan.

Evaluasi kinerja

Simanjuntak (103-106) menyatakan bahwa evaluasi kinerja adalah suatu metode dan

proses penilaian pelaksanaan tugas (performance) seseorang atau kelompok orang atau unit-unit

kerja dalam satu organisasi sesuai dengan standar kinerja atau tujuan yang ditetapkan lebih

dahulu. Kinerja individu adalah tingkat pencapaian atau hasil kerja seseorang dari sasaran yang

harus dicapai atau tugas yang harus dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu. Kinerja organisasi

adalah tingkat pencapaian sasaran atau tujuan yang harus dicapai oleh organisasi tersebut dalam

kurun waktu tertentu.

Metode Penelitian

Dalam penelitian mengenai pelaksanaan sistem penjaminan mutu pendidikan ini, peneliti

menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif dipilih karena peneliti bertujuan untuk

mendapatkan pemahaman yang holistik atau menyeluruh tentang masalah yang diteliti yaitu

mengenai pelaksanaan sistem penjaminan mutu pendidikan.

Dalam pengumpulan data sebagai kelengkapan dalam penelitan mengenai pelaksanaan

penjaminan mutu pendidikan ini, peneliti menggunakan sumber data primer dan data sekunder.

Sumber data primer merupakan data yang peneliti dapatkan langsung melalui teknik wawancara.

Teknik wawancara dipilih karena peneliti ingin mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang

partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi. Sumber data sekunder

Analisi Pelaksanaan..., Muhammad Mauluddin, FISIP UI, 2013

Page 9: Analisi Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan ...

merupakan data yang peneliti dapatkan melalui studi dokumentasi baik diperoleh melalui media

cetak seperti buku teks; karya akademis; jurnal, serta sumber cetak lainnya maupun media

elektronik melalui akses jaringan internet seperti e-book. Peneliti melakukan studi dokumentasi

untuk mendapatkan data tambahan dan sebagai pelengkap selain data yang diperoleh melalui

wawancara.

wawancara yang dalam penelitian ini dilakukan melalui rekaman, akan diformat melalui

transkrip data menjadi bentuk verbatim wawancara. Setelah data ditranskrip menjadi format

verbatim, lalu akan dilakukan pengorganisasian dan kategorisasi data, setelah itu data akan diberi

kode (Coding) untuk memudahkan peneliti terkait dengan penggunaan data. Format dari verbatim

wawancara lebih lengkapnya akan dilampirkan pada lampiran penelitian ini. Hasil dari verbatim

wawancara tersebut akan membantu peneliti dalam melakukan pembahasan dari masalah yang

diteliti karena dapat menjadi instrumen bukti dan fakta dari penelitian yang dilakukan.

Setelah analisis terhadap hasil wawancara, selanjutnya akan dilakukan analisis terhadap

hasil studi dokumentasi. Dokumen-dokumen pada penelitian ini misalnya peraturan-peraturan

terkait penjaminan mutu pendidikan dan Evaluasi Diri sekolah (EDS), dokumen petunjuk

pelaksanaan EDS, dokumen EDS yang telah jadi dan sebagainya. Analisis dilakukan dengan

membaca dengan seksama dokumen-dokumen tersebut. Setelah itu dokumen-dokumen terkait

akan dilampirkan, dicantumkan ataupun dikutip dalam bentuk asli ataupun diolah peneliti

sehingga memudahkan dalam proses pemahaman atas hasil penelitian yang diperoleh dan juga

mampu memperkuat data yang diperoleh melalui wawancara.

Analisis

Berdasarkan petunjuk umum pelaksanaan EDS yang dirancang oleh Pusat Penjaminan

Mutu Pendidikan (PPMP) dan rencana tindak lanjut implementasi EDS di satuan pendidikan

Tahun 2012 yang dibuat oleh SDN Cilandak Timur 08 Pagi diketahui langkah-langkah dalam

pelaksanaan EDS. Langkah-langkah tersebut diantaranya yang pertama adalah pembentukan dan

penetapan Tim Pengembang Sekolah (TPS), setelah TPS terbentuk maka langkah selanjutnya

adalah anggota TPS tersebut mengikuti diseminasi atau dalam hal ini pelatihan program EDS

yang dalam pelatihannya meliputi materi mengenai konsep EDS, Analisis profil mutu sekolah,

penyusunan rekomendasi program peningkatan mutu, penyusunan RKS, teknis pengisian angket,

serta materi mengenai cara downloading format rekapitulasi angket.

Analisi Pelaksanaan..., Muhammad Mauluddin, FISIP UI, 2013

Page 10: Analisi Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan ...

Setelah pelatihan tersebut, dengan anggapan bahwa TPS telah mengerti mengenai konsep

EDS, langkah selanjutnya adalah pelaksanaan EDS di sekolah masing-masing yang dimulai dari

penggandaan angket dan pengisian angket. Angket tersebut formatnya telah ditentukan dari pusat

yaitu dari PPMP, secara umum angket tersebut berisikan pertanyaan-pertanyaan yang didasarkan

pada 8 indikator Standar Nasional Pendidikan (SNP). Pengisian angket dilakukan dengan cara

menyebar angket kepada kepala sekolah, guru, komite sekolah dan juga siswa-siswi sekolah

terkait. Proporsi responden pengisi angket berdasarkan petunjuk pelaksanaan adalah kepala

sekolah satu orang, guru minimum sejumlah mata pelajaran sekolah yang ada dan maksmimum

30 orang, komite sekolah 3 orang dan siswa minimal berjumlah 30 orang, maksimal berjumlah 60

orang.

Lalu setelah angket terisi seluruhnya, maka langkah selanjutnya adalah entry data dan

uploading hasil rekapitulasi angket dengan menggunakan sistem yang telah diberi oleh pusat

dalam bentuk program Microsoft Excel. Dari hasil rekapitulasi angket tersebut akan muncul

grafik yang menampilkan skor tiap indikator dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP), dari situ

dapat dilihat kelebihan dan kelemahan serta capaian dari sekolah terkait. Berdasarkan hasil

rekapitulasi angket tersebut dan dari bersumber dokumen lain dibuatlah profil mutu sekolah,

penyusunan rekomendasi program peningkatan mutu dan penyusunan RKS. Setelah itu sekolah

akan melakukan Finalisasi RKS/RKAS, dan finalisasi laporan EDS. Setelah semua laporan

rampung, maka langkah terakhir adalah pengumpulan laporan EDS.

Seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa langkah pertama dalam pelaksanaan EDS

adalah pembentukan TPS yang ebrhubungan dengan alokasi sumber daya manusia. Alokasi

sumber daya manusia pada pelaksanaan EDS di SDN Cilandak Timur 08 Pagi dikukuhkan dalam

pembentukan Tim Pengembang Sekolah (TPS). Tim Pengembang Sekolah (TPS) terdiri dari

kepala sekolah, wakil dari guru dan wakil dari komite sekolah. Kepala sekolah adalah sebagai

pihak penanggung jawab, sedangkan anggota lainnya merupakan pelaksana utama pada

pelaksanaan EDS di sekolah terkait.

Meskipun telah TPS dibentuk yang seharusnya disertai dengan distribusi tanggung jawab,

namun berdasarkan wawancara mendalam dengan Pihak SDN Cilandak Timur 08 Pagi

menyatakan bahwa tidak semua pihak yang terlibat bekerja sebagaimana mestinya, hanya dirinya

dan kepala sekolah yang dominan dalam pelaksanaan EDS di SDN Cilandak Timur 08 Pagi.

Analisi Pelaksanaan..., Muhammad Mauluddin, FISIP UI, 2013

Page 11: Analisi Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan ...

"Tapi kalo dilaporan situ kan tim eds ini ini misalkan seakan-akan tuh mereka kerja semua padahal kan aplikasinya kita ngerjain sendiri nah itu justru yang ditutup-tutupin yang itu, sdmnya" (Wawancara dengan Pihak SDN Cilandak Timur 08 Pagi)

Bukan hanya pembagian tugas dan tanggung jawab yang harus jelas, namun setiap pihak

juga harusnya benar-benar dilibatkan dan ada transfer tanggung jawab seperti yang dikemukakan

oleh Umiarso dan Gojali (153) bahwa para pegawai harus dilibatkan pada setiap proses untuk

menyusun arah dan tujuan serta peralatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan mutu,

sehingga setiap individu akan terlibat dan punya tanggung jawab untuk mencari perbaikan yang

terus-menerus terhadap proses yang berada pada lingkup tugasnya. Memperbaiki proses kerja

hanya akan berhasil jika semua pihak, dari atas sampai ke bawah dan juga persilangan

antarfungsi, terlibat dalam perubahan.

Tahap selanjutnya dalam pelaksanaan EDS adalah kegiatan capacity building. Peserta

Kegiatan Capacity Building Program EDS dan MSPD ini adalah para pengawas satuan

pendidikan yang berasal dari kabupaten/kota sasaran EDS Tahun 2012 dan diutamakan yang

mempunyai kemampuan IT. Kemampuan penggunaan IT memang sangat penting dalam

pelaksanaan EDS dan MSPD di tahun 2012, karena mulai diterapkan sistem teknologi dan

informasi dalam pelaksanaannya, misalnya dalam proses entry data instrumen EDS yang berupa

angket menggunakan program Microsoft Excel dan dalam proses uploading hasil pengisian

instrumen EDS juga dibutuhkan kemampuan dalam penggunaan internet yang mapan. Dalam hal

kemampuan penggunaan IT tersebut cukup menjadi kendala bagi pengawas sebagaimana

disampaikan oleh salah satu pengawas yang menjadi peserta capacity building yang menyatakan

bahwa pada saat pelaksanaan capacity building satu hal yang menjadi kendala adalah penggunaan

IT, karena beberapa pengawas masih kurang friendly dalam penggunaan IT.

Menurut Rochaety (25) keahlian teknis sumber daya manusia sangat dibutuhkan dalam

dunia pendidikan, mengingat cepatnya perkembangan teknologi informasi yang terjadi.

Pengetahuan mengenai dunia pendidikan biasanya diperoleh dari hasil interaksi antar-SDM yang

terlibat dalam dunia pendidikan, dan mengetahui proses operasional lembaga pendidikan yang

menggunakan bantuan teknologi informasi serta kemungkinan untuk meningkatkan nilai tambah

bagi lembaga pendidikan tersebut. Namun, berdasarkan kutipan wawancara mendalam dengan

Bu Endah yang menyatakan bahwa para pengawas kurang friendly dengan penggunaan IT

sehingga menjadi kendala tersendiri pada pelaksanaan EDS.

Analisi Pelaksanaan..., Muhammad Mauluddin, FISIP UI, 2013

Page 12: Analisi Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan ...

Selain capacity building, pengawas juga akan melaksanakan kegiatan penguatan program

EDS. Secara umum, tujuan kegiatan Penguatan Program EDS dan MSPD bagi Pengawas ini

mempersiapkan para Fasilitator/Pendamping yang akan bertugas mendampingi dan membimbing

TPS dalam mengimplementasikan sistem penjaminan mutu di tempat masing-masing. Setelah

mengikuti pelatihan ini, secara khusus peserta diharapkan memiliki kemampuan seperti yang

telah dijelaskan pada bagian Capacity Building Program EDS dan MSPD bagi Pengawas. Secara

umum peserta, fasilitator, hasil yang diharapkan, skenario kegiatan, dan metode/teknik

pelatihannya hampir sama dengan Capacity Building Program EDS dan MSPD bagi Pengawas.

Perbedaan antara Capacity Building Program EDS dan MSPD bagi Pengawas dan penguatan

program EDS dan MSPD bagi Pengawas hanya terletak pada alokasi waktu pada pelaksanaan

pelatihan untuk masing-masing materi/topik dalam struktur programnya, jika Capacity Building

Program EDS dan MSPD bagi Pengawas estimasi waktunya 40 jam pertemuan, sedangkan

penguatan program EDS dan MSPD bagi Pengawas alokasi waktunya hanya 30 jam pertemuan.

Salah satu pegawai LPMP mengungkapkan bahwa penguatan program EDS dan MSPD

dalam pelaksanaannya oleh LPMP Provinsi DKI Jakarta sebenarnya dilaksanakan, hanya saja

disatukan dengan capacity building program EDS dan MSPD bagi pengawas. Penguatan program

EDS dan MSPD bagi pengawas ini lebih ditujukan bagi pengawas yang telah mengikuti capacity

building di tahun sebelumnya. Jadi baik pengawas yang telah mengikuti capacity building

sebelumnya kembali menjadi peserta dan bergabung dengan pengawas yang baru pertama kali

mengikuti capacity building. Intinya penguatan program EDS dan MSPD bagi pengawas hanya

masalah terminologi atau istilah saja.

Setelah pengawas mengikuti capacity building, maka giliran pengawas yang

melaksanakan capacity building (In Service Pertama) bagi TPS. Kegiatan ini merupakan in

service 1 kegiatan pendampingan EDS di satuan pendidikan sasaran, dilaksanakan di lokasi titik

binaan berbasis pengawas. Contohnya jika seorang pengawas memiliki 8 sekolah binaan, maka

CB TPS ini dilaksanakan di lokasi yang dapat menampung peserta (TPS) dari 8 sekolah tersebut,

yang jumlahnya 40 orang. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan pada

pelaksanaan capacity building bagi pengawas diikuti oleh seluruh anggota TPS sekolah terkait.

Namun, pada kenyataannya berdasarkan wawancara dengan pihak SDN Cilandak Timur 08 Pagi

sebagai salah satu peserta capacity building menyatakan bahwa tidak semua anggota TPS di

sekolahnya mengikuti capacity building oleh pengawas tersebut.

Analisi Pelaksanaan..., Muhammad Mauluddin, FISIP UI, 2013

Page 13: Analisi Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan ...

Tahap selanjutnya dalam pelaksanaan EDS adalah supervisi Implementasi EDS. Kegiatan

supervisi dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu tahap 1 dilaksanakan untuk mensupervisi kegiatan

Training EDS yang dilakukan pada saat kegiatan Training EDS berlangsung kemudian supervisi

tahap 2 dilaksanakan untuk mensupervisi kegiatan pendampingan EDS oleh pengawas terhadap

TPS dan dilakukan pada saat kegiatan pendampingan EDS. Pentingnya supervisi oleh tim LPMP

yang biasa disebut sebagai tim pendamping sangatlah penting seperti yang dinyatakan oleh salah

satu informan yaitu Pak Fery yang merupakan pegawai LPMP mengatakan bahwa LPMP sebagai

tim pendamping bertugas untuk memastikan jalannya EDS dengan baik sehingga dapat berjalan

lancar, bahkan filosofi EDS dapat dirasakan semua pihak sekolah yang terlibat. Bantuan dari

pihak LPMP tersebut juga dirasakan oleh pihak sekolah yaitu dari SDN Cilandak Timur 08 Pagi

yang menyatakan bahwa pihak sekolah cukup terbantu oleh pihak LPMP dalam pelaksanaan EDS

ini.

Langkah penting lain dalam pelaksanaan EDS adalah terkait dengan instrumen angket.

Dalam proses pengisian angket, responden yang ikut serta adalah kepala sekolah, guru, komite

sekolah, dan siswa. Di satu sekolah jumlah responden yang dibutuhkan adalah: (1) untuk kepala

sekolah, satu orang, (2) untuk guru, minimum sama dengan jumlah mata pelajaran yang ada di

sekolah itu dan maksimum 30 guru, (3) untuk siswa minimum 30 dan maksimum 60 siswa. (4)

komite sekolah, tiga orang. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti diketahui bahwa di SDN

Cilandak Timur 08 Pagi pengisian angketnya sebagai instrumen Evaluasi Diri Sekolah (EDS)

untuk kepala sekolah dan guru penyebarannya sudah sesuai dengan petunjuk, namun angket

untuk komite sekolah hanya diisi oleh satu orang saja, padahal berdasarkan peraturan sebaiknya

diisi oleh tiga orang anggota komite.

Sedangkan, angket untuk siswa di SDN Cilandak Timur 08 Pagi, seluruh siswa

disebarkan angket yang berdasarkan data berarti ada 226 siswa yang disebarkan angket, padahal

berdasarkan petunjuk yang ada, angket untuk siswa itu minimal 30 orang saja dan maksimal 60

orang. Dalam proses penyebaran angket kepada siswa-siswi, peneliti menemukan bahwa dalam

pengisian angket siswa ini guru turun tangan langsung memberikan instruksi dan pengarahan

untuk mengisi angket yang berpotensi bias karena yang dinilai adalah guru itu sendiri sehingga

bisa terjadi subyektifitas dalam pengisian angket.

Penyebaran angket kepada siswa dan siswi juga kepada anggota komite sekolah

sesungguhnya bertujuan untuk mengetahui kebutuhan siswa dan siswi serta komite sekolah yang

Analisi Pelaksanaan..., Muhammad Mauluddin, FISIP UI, 2013

Page 14: Analisi Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan ...

posisinya dalam hal ini adalah sebagai kostumer. Umiarso dan Gojali (152) menyatakan bahwa

organisasi bergantung pada kostumer. Oleh karenanya, organisasi harus memahami kebutuhan

masa kini dan masa mendatang dari kostumernya, serta harus memenuhi dan berusaha melampaui

harapan kostumer.

Setelah instrumen angket telah terisi seluruhnya sesuai dengan jumlah yang ditetapkan,

maka langkah selanjutnya adalah proses entry dan rekapitluasi data. Proses entry data

berdasarkan petunjuk pelaksanaan menjadi tanggung jawab Tim Pengembang Sekolah (TPS),

pada pelaksanaannya di SDN Cilandak Timur 08 Pagi yang melakukan entry data adalah seorang

operator. Pada proses entry data yang digunakan adalah software Microsoft Excel yang format

dan rumusannya telah terprogram oleh Pusat.

Instrumen angket yang telah terkumpul seluruhnya baik angket untuk kepala sekolah,

guru, komite dan juga siswa kemudian telah di entry atau dimasukkan ke dalam sistem otomatis,

untuk mengetahui rekapitulasinya. Maka langkah selanjutnya adalah proses penguploadan atau

pengiriman hasil rekapitulasi angket tersebut. Hasil tersebut menurut pihak dari LPMP dan juga

pendamping bagi SDN Cilandak Timur 08 Pagi langsung dikirim menggunakan fasilitas internet

ke sistem yang dimiliki Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Instrumen angket yang telah dibahas diatas sesungguhnya merupakan bentuk evaluasi

kinerja terhadap individu (misalnya: guru) dan juga evaluasi kinerja organisasi. Menurut

Simanjuntak (103-106) Evaluasi kinerja berarti memberi nilai atas pekerjaan yang dilakukan oleh

seseorang dan untuk itu diberikan imbalan, kompensasi atau penghargaan. Evaluasi kinerja

merupakan cara yang paling adil dalam memberikan imbalan atau penghargaan kepada pekerja.

Sedangkan, Evaluasi kinerja organisasi dilakukan untuk mengetahui posisi organisasi, terutama

bila terjadi kelembatan atau penyimpangan. Bila terjadi kelambatan, harus segera dicari

penyebabnya, diupayakan mengatasinya. Namun berbeda dengan pelaksanaan EDS yang

dilakukan di SDN Cilandak Timur 08 Pagi, temuan-temuan yang ada dijadikan dasar untuk

menyusun program dalam RKS dengan waktu pelaksanaan program rentangnya empat tahun,

namun menurut teori evaluasi kinerja temuan-temuan yang ada harus segera disikapi.

Masih dalam rangkaian kegiatan capacity building bagi TPS, dalam capacity building bagi

TPS peran pengawas bukan hanya pada tahap pengisian dan terkirimnya instrumen EDS saja.

Peran pengawas juga dibutuhkan sebagai fasilitator pada pertemuan ke-2 yang dilaksanakan

untuk mendampingi langsung TPS di sekolah dalam melakukan proses penyusunan profil mutu

Analisi Pelaksanaan..., Muhammad Mauluddin, FISIP UI, 2013

Page 15: Analisi Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan ...

sekolah, penyusunan draft RKS/RKAS dan penyusunan draft laporan EDS. Produk dari

pertemuan ke-2 adalah tersusunnya profil mutu sekolah, tersusunnya rencana peningkatan mutu

sekolah dalam bentuk draft RKS dan RKAS, serta tersusunnya draft laporan EDS.

Berdasarkan wawancara dengan pengawas sekolah yang menyatakan bahwa

pendampingan yang dilakukan adalah dengan mendatangi secara langsung ke sekolah binaannya

dan mengecek berkas-berkas terkait pengisian instrument EDS, RKS dan rekomendasi kegiatan.

“yah kita cek satu-satu per kelas, yah guru kelas 1 tolong adminisitranya mana, kita lihat absen per hari masuk gak, nilai-nilai udah masuk kah, mana nilai harian anak, mana nilai ulangannya, mana ulangan semesternya, nilainya sudah masuk belum, soalnya udah dibuat bener gak, iya cek langsung” (wawancara dengan pihak pengawas)

Setelah instrumen angket selesai, maka langkah selanjutnya dalam pelaksanaan EDS

adalah penyusunan profil mutu. Profil mutu satuan pendidikan sendiri dapat didefinisikan sebagai

gambaran singkat yang menjelaskan karakteristik satuan pendidikan menurut jenjang, jalur, dan

jenis satuan pendidikan yang disusun berdasarkan data kuantitatif atau kualitatif yang

dikumpulkan melalui evaluasi, sertifikasi, dan akreditasi yang mencerminkan pemenuhan dan

pencapaian standar. Dengan deksripsi mutu tersebut diharapkan secara sekilas profil mutu dapat

menarik perhatian dan mudah bagi pembaca untuk mengetahui mutu masing-­‐masing satuan

pendidikan.

Berdasarkan analisis yang dilakukan peneliti terhadap profil mutu sekolah yang telah

dibuat oleh SDN Cilandak Timur 08 Pagi, diketahui bahwa ada beberapa ketidaksesuaian dengan

aturan atau standar yang telah ditentukan. Misalnya, pada data pokok satuan pendidikan yang

dimiliki SDN Cilandak Timur 08 Pagi masih ada kekurangan informasi atau kekosongan data

yaitu pada bagian telepon, fax, website, kelurahan, kecamatan, kota, kabupaten serta yang paling

penting adalah data isian akreditasi belum diisi.

Kelengkapan informasi khususnya di bagian data pokok satuan pendidikan tentunya

sangat penting sebagai bagian dari profil mutu sekolah, karena dengan data yang lengkap juga

mudah bagi penggunan data untuk memanfaatkan data yang ada. Misalnya saja jika pengguna

memiliki keperluan untuk menghubungi pihak sekolah dengan cara mengirim surat atau

menggunakan sarana telepon akan agak sulit, karena di profil mutu sekolah tidak dicantumkan

oleh SDN Cilandak Timur 08 Pagi, sehingga kalaupun pengguna mencari pada data atau

dokumen lain tidak efesien dan terkesan menyita waktu.

Analisi Pelaksanaan..., Muhammad Mauluddin, FISIP UI, 2013

Page 16: Analisi Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan ...

Profil mutu sekolah yang telah dibuat, seperti yang disebutkan sebelumnya akan menjadi

dasar dalam penyusunan RKS. Rencana Kerja Sekolah (RKS) yang dibuat dalam kerangka empat

tahun maupun tahunan merupakan hal yang sangat penting, karena RKS dapat digunakan sebagai

pedoman kerja (kerangka acuan) dalam mengembangkan Sekolah, dasar untuk memonitor dan

mengevaluasi pelaksanaan pengembangan Sekolah, serta sebagai bahan acuan untuk

mengidentifikasi dan mengajukan sumberdaya pendidikan yang diperlukan dalam pengembangan

Sekolah. Tujuan utama penyusunan RKS adalah agar Sekolah mengetahui secara rinci

tindakan-­‐tindakan yang harus dilakukan sehingga tujuan, kewajiban, dan sasaran pengembangan

Sekolah dapat dicapai. RKS juga menjamin bahwa semua program dan kegiatan yang dilakukan

untuk mengembangkan sekolah sudah memperhitungkan harapan-­‐harapan pemangku

kepentingan dan kondisi nyata sekolah/ madrasah. Dalam proses menyusun RKS langkah awal

yang dilakukan adalah analisis lingkungan.

Menurut Purnomo (15-16) analisis lingkungan merupakan langkah awal dari manajemen

strategis. Lingkungan organisasi di sini mencakup semua faktor baik yang berada di dalam

maupun di luar organisasi yang dapat mempengaruhi pencapaian tujuan yang diinginkan.  Hasil

dari analisis lingkungan ini setidaknya akan memberikan gambaran tentang keadaan perusahaan

yang biasanya disederhanakan dengan memotret SWOT (Strengths, weakness, opportunities, and

threats) yang dimiliki. Analisis eksternal akan memberikan gambaran tentang peluang dan

ancaman sedangkan analisis lingkungan internal akan memberikan tentang keunggulan dan

kelemahan dari perusahaan. Namun, dalam pelaksanaan EDS di SDN Cilandak Timur 08 Pagi

diketahui bahwa hanya dilakukan analisis lingkungan untuk faktor-faktor internal saja, sedangkan

faktor-faktor internal tidak menjadi fokus analisis, sehingga hanya diperoleh strenghts dan

weakness saja dalam analisis SWOT nya.

Berdasarkan studi dokumentasi yang dilakukan peneliti terhadap dokumen RKS SDN

Cilandak Timur 08 Pagi dalam bentuk Skala Prioritas, diketahui bahwa ada beberapa hal yang

menarik untuk dicermati, yang pertama berdasarkan peraturan, skala prioritas dibuat dalam

jangka waktu empat tahun yang dalam hal ini berarti dari tahun 2012 hingga tahun 2015,

sehingga program-program yang ada rentang waktu pelaksanaannya dapat dilakukan antara tahun

2012 hingga 2015, namun alokasi waktu yang dibuat SDN Cilandak Timur 08 Pagi berturut-turut

hanya dua tahun yaitu dari tahun 2012 hingga 2013. Sehingga program-program yang ditetapkan

oleh SDN Cilandak Timur 08 Pagi secara berturut-turut dilaksanakan setiap semester hingga

Analisi Pelaksanaan..., Muhammad Mauluddin, FISIP UI, 2013

Page 17: Analisi Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan ...

tahun 2013, padahal pemerintah memberikan rentang waktu 4 tahun dan pelaksanaan programnya

juga tidak perlu berturut-turut sehingga dapat lebih efektif dan efisien dari segi waktu maupun

biaya.

Hal kedua yang perlu dicermati adalah ada beberapa program dan kegiatan yang

tercantum dan tertera dalam dokumen skala prioritas, namun tidak tercantum dalam Rencana

Kerja dan Anggaran Sekolah (RKAS), misalnya saja program pembinaan keterampilan mencari

informasi/pengetahuan lebih lanjut dapat dilakukan di ruang kelas, pada kegiatan ekstrakulikuler,

dan bimbingan BK secara berkelanjutan, kemudian program workshop reviw silabus dan RPP,

dan beberapa program lain yang tertera dalam dokumen skala prioritas tapi tidak tercantum dalam

RKAS. Untuk mengetahui lebih lanjut dapat dilihat pada dokumen skala prioritas dan RKAS

yang ada di bagian lampiran. Dari kedua temuan tersebut, dapat diketahui bahwa sekolah

cenderung tidak cermat dan teliti dalam proses pengisian dokumen skala prioritas dan RKAS.

Berdasarkan studi dokumentasi terhadap dokumen RKAS tahun 2012/2013 yang telah

dibuat oleh SDN Cilandak Timur 08 Pagi, peneliti menemukan beberapa hal yang perlu ditelaah

lebih lanjut, yang pertama adalah seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa terdapat

beberapa program yang tertera di dalam dokumen skala prioritas tetapi tidak tertera di dalam

RKAS, seperti program workshop review silabus dan RPP, kemudian kegiatan workshop

penyusunan instrument penilaian dan masih banyak program lain yang tercantum dalam skala

prioritas tetapi tidak tercantum dalam RKAS. Hal kedua yang menarik adalah jika diperhatikan

dengan seksama, semua penanggung jawab yang tertera dalam RKAS adalah kepala sekolah

SDN Cilandak Timur 08 Pagi, namun jika kita bandingkan dengan dokumen skala prioritas

penanggung jawabnya bukan hanya kepala sekolah tetapi ada juga guru kelas bahkan penjaga

sekolah. Kedua permasalahan tersebut cukup menarik karena terlihat bahwa ada ketidakcocokan

atau ketidaksinambungan data antara dua dokumen yang sangat penting dan harusnya terkait satu

sama lain, hal tersebut menunjukkan ketidakcermatan atau ketidaktelitian dalam membuat

dokumen yang dilakukan oleh pihak sekolah.

Masih dalam kerangka kegiatan capacity building bagi TPS, langkah terkahir dari proses

tersebut adalah capacity building in service 2. Kegiatan ini merupakan in service 2, dilaksanakan

di lokasi titik binaan pengawas sebanyak 2 kali pertemuan masing-masing dilaksanakan 1 hari.

Pertemuan ke-1 dilaksanakan untuk mendampingi langsung dalam memverifikasi draft RKS dan

RKAS yang dibuat sekolah serta finalisasi RKS dan RKAS masing-masing sekolah. Fasilitator

Analisi Pelaksanaan..., Muhammad Mauluddin, FISIP UI, 2013

Page 18: Analisi Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan ...

pada pertemuan ke-1 ini adalah pengawas sekolah sasaran EDS. Produk dari pertemuan ke-1

adalah terverifikasinya draft RKS dan RKAS dan tersusunnya RKS dan RKAS. Pertemuan ke-2

dilaksanakan untuk mendampingi langsung TPS dalam finalisasi laporan EDS untuk masing-

masing sekolah. Fasilitator pada pertemuan ke-2 ini adalah pengawas sekolah sasaran EDS.

Produk dari pertemuan ke-2 adalah Tersusunnya laporan EDS secara lengkap. Pada tahap ini

berdasarkan wawancara dengan pengawas sekolah yang memaparkan bahwa dalam melakukan

verifikasi dilakukan pemeriksaan langsung antara RKAS dengan kebutuhan yang benar-benar

perlu dipenuhi sekolah misalnya dalam hal sarana dan prasarana.

Berdasarkan penelitian di SDN cilandak Timur 08 Pagi diketahui ada beberapa faktor

yang menjadi pendukung pada pelaksanaan EDS khususnhya di tahun 2012. Yang pertama

adalah terkait dengan anggaran. Hal yang menarik disini adalah meskipun anggaran dirasakan

semakin sedikit dibanding tahun lalu dan juga dirasakan tidak cukup, namun disisi lain dirasakan

sebagai faktor yang mendukung dalam pelaksanaan EDS. Hal tersebut dinyatakan oleh pihak

SDN Cilandak Timur 08 Pagi yang menyatakan bahwa dengan adanya anggaran dirasakan

mampu menjadi motivasi dalam pelaksanaan EDS.

"Faktor yang mendukung pelaksanaan eds sih sebenernya, kita gak munafik yang pertama awalnya pas kita rapat pokoknya kalian harus semangat semua, kita dari LPMP kita akan mencairkan dana untuk sekolah masing-masing” (wawancara dengan pihak SDN Cilandak Timur 08 Pagi)

Selain dari segi anggaran, seperti yang dikutip pada kutipan wawancara, pihak SDN

Cilandak Timur 08 Pagi juga menyatakan bahwa faktor pendukung lainnya pada pelaksanaan

EDS adalah pemberian motivasi oleh pihak LPMP. Faktor pendukung lain yang menurut pihak

SDN Cilandak Timur 08 Pagi adalah diadakannya pelatihan atau pembinaan. Menurut informan

menyatakan bahwa dengan adanya pembinaan, dirinya dapat mengutarakan pertanyaan-

pertanyaan atau sesuatu yang belum diketahuinya pada pembinaan tersebut. Apalagi, sistem EDS

tahun 2012 merupakan sistem online sehingga dalam pembinaan tersebut pihak sekolah dilatih

untuk bisa melaksanakan EDS di sekolah masing-masing.

Dalam melaksanakan sebuah program tidak terlepas dari faktor-faktor selain faktor

pendukung yaitu tentunya ada pula faktor penghambatnya. Berdasarkan penelitian di SDN

Cilandak Timur 08 Pagi diketahui beberapa faktor penghambat diantaranya adalah dari segi

koordinasi antar pihak, kemudian dari segi waktu pelaksanaan EDS yang dirasa kurang,

kemudian dari segi anggaran yang dirasakan juga masih kurang, kemudian dari segi penggunaan

Analisi Pelaksanaan..., Muhammad Mauluddin, FISIP UI, 2013

Page 19: Analisi Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan ...

teknologi informasi yang belum optimal. Berikut adalah pernyataan dari pihak SDN Cilandak

Timur 08 Pagi mengenai sulitnya koordinasi dengan beberapa pihak dan juga mengenai waktu

yang begitu sempit pada pelaksanaan EDS.

"Hambatannya yaitu kita sulit koordinasi sama guru-guru, terus eeh yang kedua pelaksanaannya juga terlalu sempit dari segi waktunya” (wawancara dengan pihak SDN Cilandak Timur 08 Pagi) Selain dari segi waktu, anggaran juga dirasakan menjadi kendala. Hal tersebut seperti

yang dikemukakan oleh pihak SDN Cilandak Timur 08 Pagi yang menyatakan bahwa anggaran

Pelaksanaan EDS tahun 2012 dirasakan masih kurang sehingga sekolah harus menutupinya dari

sumber anggaran lain.

Simpulan dan Saran

Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) melalui Evaluasi Diri Sekolah

(EDS) di SDN Cilandak Timur 08 Pagi belum sepenuhnya terlaksana sesuai dengan petunjuk

pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan yang dirancang oleh Pusat Penjaminan Mutu

Pendidikan (PPMP). Pelaksanaan Evaluasi Diri Sekolah (EDS) di SDN Cilandak Timur 08 Pagi

juga mengalami beberapa kendala dan permasalahan yaitu masih lemahnya penggunaan

teknologi informasi dan komunikasi pada pelaksanaan EDS yang mulai menerapkan sistem

digital dan online; kemudian dari segi anggaran yang masih dirasakan kurang oleh beberapa

pihak khususnya pada pelaksanaan EDS tahun 2012; Durasi waktu pelaksanaan EDS yang

dirasakan pihak sekolah masih kurang dan cenderung cepat sehingga memberatkan pihak

sekolah; Koordinasi dan kerja sama antar pihak belum terjalin dengan maksimal sehingga

mengesankan adanya one man show pada pelaksanaan EDS di SDN Cilandak Timur 08 Pagi; dan

yang terakhir terkait instrumen angket/kuisioner yang masih tidak relevan penyebarannya kepada

siswa-siswi sekolah dasar.

Berdasarkan simpulan sebelumnya, maka terdapat beberapa saran yang perlu

ditindaklanjuti yaitu perlunya pelatihan yang intensif bagi pihak sekolah dan pengawas sekolah

terkait penggunaan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi mengingat Evaluasi

Diri Sekolah (EDS) yang mulai menerapkan sistem digital, lalu diperlukannya penambahan

durasi waktu pada pelaksanaan EDS, karena beberapa pihak merasa bahwa durasi waktu

pelaksanaan EDS masih kurang, sehingga terkesan memberatkan pihak pelaksana EDS, dengan

durasi waktu yang tepat diharapkan pihak sekolah bisa lebih maksimal pada pelaksanaan EDS,

selanjutnya Tim Pengembang Sekolah (TPS) lebih diperkuat perannya dalam pelaksanaan EDS,

Analisi Pelaksanaan..., Muhammad Mauluddin, FISIP UI, 2013

Page 20: Analisi Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan ...

selain itu diperlukan melakukan evaluasi kinerja TPS dan menerapkan sistem reward and

punishment terhadap kinerja anggota TPS tersebut, lalu pertanyaan dalam instrumen angket yang

disebarkan kepada siswa-siswi sebaiknya dirancang sesuai dengan kemampuan siswa-siswi

sekolah dasar, selain itu pola jawabannya juga sebaiknya tidak perlu beragam, terakhir yaitu saat

proses pengisian angket diperlukan pihak luar yang independen untuk mengawasi sehingga

netralitas dan obyektifitas dalam pengisian angket tetap terjaga terutama instrument angket untuk

siswa-siswi;

Daftar Pustaka

Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Jawa Tengah. Panduan Teknis Evaluasi Diri Sekolah (EDS). Jawa Tengah: Tim Penyusun, 2010.

Nandika, Dodi. Pendidikan di Indonesia di Tengah Gelombang Perubahan. Jakarta: Pustaka

LP3ES Indonesia, 2007. Nugroho, Riant. Kebijakan Pendidikan yang Unggul : Kasus Pembangunan Pendidikan di

Kabupaten Jembrana 2000-2006. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008. Purnomo, Setiawan Hari. Manajemen strategi: sebuah konsep pengantar. Jakarta : Lembaga

Penerbit Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, 2007. Pusat Penjaminan Mutu Pendidikan (PPMP).(2012). Petunjuk Pelaksanaan Penjaminan Mutu

Pendidikan tahun 2012. Jakarta: Tim Penulis.

Rochaety, Eti, et al. Sistem Informasi Manajemen Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006. SDN Cilandak Timur 08 Pagi. Laporan Evaluasi Diri Sekolah (EDS). Jakarta: Tim Penyusun,

2012.

Simanjuntak, Payaman. Manajemen dan Evaluasi Kinerja. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, 2005.

Sukardjo & Ukim Komarudin. Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya. Jakarta: Rajawali

Pers, 2009. Umiarso & Imam Gojali. Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi Pendidikan. Jogjakarta:

IRCiSoD, 2011. United Nation Education, Science and Cultural Organization. Education for All Report. New

York: UNESCO, 2011. http://lpmpdki.web.id Diakses Pada 24 Maret 2013 Pukul 17.50 WIB

Analisi Pelaksanaan..., Muhammad Mauluddin, FISIP UI, 2013