Analisa UU No 10 2014

5
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF ACTS OF NUCLEAR TERRORISM (KONVENSI INTERNASIONAL PENANGGULANGAN TINDAKAN TERORISME NUKLIR) A. Latar Belakang disusunnya UU No 10 tahun 2014 Tindak pidana terorisme yang terjadi selama beberapa tahun terakhir memunculkan keprihatinan global baik dari pemerintahan nasional, organisasi regional maupun internasional, tentang pentingnya tugas pencegahan terorisme, termasuk di dalamnya penciptaan aturan hukum dan kebijakan dalam rangka pencegahan dan pemberantasan terorisme. Berikut Beberapa alasan disusunnya UU No 10 tahun 2014: 1) Memperkuat fondasi hukum Indonesia utamanya dalam upaya mencegah dan menanggulangi terorisme nuklir. 2) merupakan bentuk nyata komitmen Indonesia dalam mewujudkan keamanan dunia serta bagian dari upaya Indonesia untuk melindungi masyarakat dari penyalahgunaan bahan-bahan dan teknologi nuklir serta zat radioaktif oleh pihak yang tidak bertanggungjawab. 3) memperkuat pengaturan terhadap keamanan nuklir agar tidak disalahgunakan, mengingat perizinan kepemilikan bahan nuklir dan zat radioaktif serta limbah zat radioaktif yang semakin bertambah. B. Pengertian dari istilah-istilah dalam UU No 10 tahun 2014 dan lampirannya 1) Zat Radioaktif adalah bahan nuklir yang mengandumg nuklida yang secara spontan mengalami peluruhan dan karena sifat fisil atau radiologiknya dapat menyebabkan kematian, luka tubuh,serius, atau kerusakan parah pada harta benda atau lingkungan hidup. 2) "Bahan nuklir" adalah plutonium (unsur kimia yang memiliki lambang Pu dan nomor atom 94. Ia merupakan unsur radioaktif transuranium yang langka dan merupakan logam aktinida dengan penampilan berwarna putih keperakan. Ketika

description

tugas pancasila penjabaran dan analisa dari Undang-Undang no 10 tahun 2014 tentang TENTANGPENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF ACTS OF NUCLEAR TERRORISM(KONVENSI INTERNASIONAL PENANGGULANGAN TINDAKANTERORISME NUKLIR)

Transcript of Analisa UU No 10 2014

  • UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

    NOMOR 10 TAHUN 2014

    TENTANG

    PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF

    ACTS OF NUCLEAR TERRORISM

    (KONVENSI INTERNASIONAL PENANGGULANGAN TINDAKAN

    TERORISME NUKLIR)

    A. Latar Belakang disusunnya UU No 10 tahun 2014

    Tindak pidana terorisme yang terjadi selama beberapa tahun terakhir

    memunculkan keprihatinan global baik dari pemerintahan nasional, organisasi

    regional maupun internasional, tentang pentingnya tugas pencegahan terorisme,

    termasuk di dalamnya penciptaan aturan hukum dan kebijakan dalam rangka

    pencegahan dan pemberantasan terorisme. Berikut Beberapa alasan disusunnya UU

    No 10 tahun 2014:

    1) Memperkuat fondasi hukum Indonesia utamanya dalam upaya mencegah dan

    menanggulangi terorisme nuklir.

    2) merupakan bentuk nyata komitmen Indonesia dalam mewujudkan keamanan dunia

    serta bagian dari upaya Indonesia untuk melindungi masyarakat dari

    penyalahgunaan bahan-bahan dan teknologi nuklir serta zat radioaktif oleh pihak

    yang tidak bertanggungjawab.

    3) memperkuat pengaturan terhadap keamanan nuklir agar tidak disalahgunakan,

    mengingat perizinan kepemilikan bahan nuklir dan zat radioaktif serta limbah zat

    radioaktif yang semakin bertambah.

    B. Pengertian dari istilah-istilah dalam UU No 10 tahun 2014 dan lampirannya

    1) Zat Radioaktif adalah bahan nuklir yang mengandumg nuklida yang secara

    spontan mengalami peluruhan dan karena sifat fisil atau radiologiknya dapat

    menyebabkan kematian, luka tubuh,serius, atau kerusakan parah pada harta benda atau

    lingkungan hidup.

    2) "Bahan nuklir" adalah plutonium (unsur kimia yang memiliki lambang Pu dan

    nomor atom 94. Ia merupakan unsur radioaktif transuranium yang langka dan

    merupakan logam aktinida dengan penampilan berwarna putih keperakan. Ketika

  • terpapar dengan kelembaban udara, ia akan membentuk oksida dan hidrida dengan

    volume 70% lebih besar dan menjadi bubuk yang dapat menyala secara spontan.

    Ia juga merupakan racun radiologis yang dapat berakumulasi dalam sumsum

    tulang.

    3) "Fasilitas nuklir" adalah

    - setiap reaktor nuklir, termasuk reaktor yang dipasang pada kapal laut,

    kendaraan, pesawat udara, atau benda luar angkasa untuk digunakan sebagai

    sumber energi agar dapat menggerakkan kapal laut, kendaraan, pesawat udara,

    atau benda luar angkasa atau untuk maksud lainnya.

    - setiap instalasi atau alat angkut yang digunakan untuk produksi, penyimpanan,

    pemrosesan, atau pengangkutan zat radioaktif.

    4) "Alat" adalah: setiap alat yang dapat menyebabkan ledakan nuklir; atau setiap alat

    pemancar radiasi atau sebaran zat radioaktif, yang karena sifat radiologiknya

    dapat menyebabkan kematian, luka tubuh serius, atau kerusakan parah pada harta

    benda atau lingkungan hidup.

    5) "fasilitas pemerintah atau negara" mencakup setiap fasilitas permanen atau

    sementara, alat angkut yang digunakan atau dihuni oleh perwakilan negara,

    aparatur pemerintah, pembuat undang-undang, peradilan, pejabat atau pegawai

    pemerintah, otoritas atau entitas publik lain, pejabat atau pegawai organisasi

    antarpemerintah dalam hubungannya dengan tugas negara.

    6) "Kekuatan militer suatu negara" adalah angkatan bersenjata suatu negara yang

    terorganisasi, terlatih, dan dilengkapi dengan perangkat hukum militemya untuk

    pertahanan atau keamanan nasional dan orang yang mendukung angkatan

    bersenjata dibawah perintah, kendali, dan tanggung jawab resmi.

    C. Penjelasan perpasal

    Pasal 1

    Ayat Analisa

    1

    International Convention for the Suppression of Acts of Nuclear Terrorism (Konvensi

    Internasional Penanggulangan Tindakan Terorisme Nuklir)disahkan dalam Sidang

    Paripurna DPR RI taanggal 19 Maret 2014. Melalui pengesahan ini, Indonesia menjadi

    negara pihak ke-92 dan negara ASEAN pertama yang menjadi pihak pada Konvensi ini

    serta merupakan konvensi kedelapan dari enam belas konvensi internasional terkait

    penanggulangan terorisme yang telah diratifikasi Indonesia.

  • 2

    Salinan naskah asli International Convention for the Suppression of Acts of Nuclear

    Terrorism (Konvensi Internasional Penanggulangan Tindakan Terorisme Nuklir)

    terlampir dalam bahasa Inggris dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia.

    Apabila terjadi perbedaan penafsiran terhadap terjemahan dalam bahasa Indonesia

    maka yang berlaku adalah naskah asli Konvensi dalam bahasa Inggris.

    Pasal 2

    Ayat Analisa

    1 Undang-undang No 10 tahun 2014 mulai berlaku pada tanggal pada Tanggal 19

    Maret 2014. Isi dari hasil konvensi ditempatkan pada lampiran Undang-undang.

    D. Penjelasan Dari Lampiran

    1) Tindakan yang melanggar UU No 10 tahun 2014

    a) Setiap orang yang memliki ataupun membuat zat radioaktif untuk melawan

    hukum dengan sengaja sehingga menyebabkan luka, kematian atau kerusakan.

    b) menggunakan zat radioaktif atau alat dalam berbagai cara, atau menggunakan

    atau merusak fasilitas nuklir yang dapat menyebabkan pelepasan atau resiko

    pelepasan zat radioaktif dengan maksud menimbulkan luka, kematian atau

    kerusakan

    c) orang yang mengancam dan meminta zat radioaktif, alat, atau fasilitas nuklir

    secara melawan hukum.

    d) Setiap yang berupaya, ikut serta, mengorganisasi atau mengarahkan orang lain

    untuk melakukan kejahatan untuk melakukan kejahatan tersebut.

    2) Sanksi yang diberikan

    Sanksi yang diberikan kepada pelanggar disesuaikan dengan sifat kejahatan

    tersebut berdasarkan hukum nasional yang berlaku baik untuk warga negara

    indonesia maupun warga negara asing. Sanksi yang diberikan bisa berupa

    penjara, denda, atau hukuman pidana yang paling berat yaitu hukuman mati.

    Mengenai tindak pidana yang lebih komperehensif telah diatur dalam Resolusi MU

    PBB No. 29/290 tanggal 13 April 2005 dan mulai berlaku pada tanggal 7 Juli 2007.

  • 3) Solusi sebagai upaya mencegah dan mengatasi

    a) Pemerintah harus memastikan proteksi zatzat radioaktif dengan

    memperhitungkan fungsi dan rekomendasi yang relevan dari Badan Tenaga

    Atom Internasional.

    b) Menjalin hubungan dengan negara lain melakukan konsultasi antara satu

    sama lain secara langsung atau melalui Seketaris Jenderal Perserikatan

    Bangsa-Bangsa, dengan bantuan organisasi inteirasional yang diperlukan,

    untuk memastikan penerapan konvensi ini secara efektif.

    c) Melarang kegiatan tidak sah di wilayah Negara seperti kelompok dan

    organisasi yang mengajak, menghasut, mengorganisasi, diketahui mendanai

    terkait dalam perbuatan kejahatan tersebut.

    d) Menyelenggarakan proses hukum terhadap orang yang dituduh maupun

    tertuduh melakukan perbuatan kriminal dimaksud sesuai dengan sifat

    kejahatan berdasarkan Undang-Undang dan peratura yang berlaku..

  • MAKALAH

    PENDIDIKAN PANCASILA

    UNDANG-UNDANG NO 10 TAHUN 2014

    TENTANG

    PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF

    ACTS OF NUCLEAR TERRORISM (KONVENSI INTERNASIONAL

    PENANGGULANGAN TINDAKAN TERORISME NUKLIR)

    Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Pancasila

    Oleh :

    Fiqi Amalia/10

    1331130038

    TT 2A

    JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

    PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI

    POLITEKNIK NEGERI MALANG

    2015