analisa-usahatani he

31
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Krisis ekonomi di Indonesia yang berkepanjangan menyebabkan terhambatnya upaya peningkatan produksi padi. Penyediaan sarana produksi terutama pupuk yang sangat dibutuhkan petani mulai terganggu akibat naiknya harga pupuk, sehingga penggunaan pupuk oleh petani tidak sesuai dengan rekomendasi. Benih padi terutama varietas hibrida juga belum tersedia secara kontinu dan harganya mahal sehingga tidak terjangkau petani. Hal ini menyebabkan sebagian besar usaha tani padi menggunakan benih kurang bermutu atau benih hasil seleksi petani dari musim tanam sebelum-nya atau menggunakan benih generasi lanjut (Inpara 1 – 6), dan seterusnya) yang awalnya adalah benih hibrida. penggunaan sumber daya yang terbatas yang meliputi lahan, tenaga kerja, modal, dan waktu. Pemilihan usaha tani secara efisien memerlukan berbagai informasi untuk dijadikan pedoman, baik informasi hasil-hasil penelitian, maupun informasi sesaat/insidentil dari pemerintah dan swasta yang bergerak dalam bidang pertanian (Soekartawi et al., 1984). Usaha tani padi yang dilakukan petani merupakan pengelolaan usaha yang mempertimbangkan kemampuan sumber daya yang dikuasainya (resources endowment) yang meliputi lahan, tenaga kerja, modal, dan waktu. Tujuannya adalah menghasilkan produksi untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga dan memperoleh pendapatan tunai untuk membiayai keperluan sehari-hari lainnya. Kemampuan sumber daya yang Menganalisis Usahatani padi 1

description

deskripsi analisis

Transcript of analisa-usahatani he

I. PENDAHULUANA. Latar BelakangKrisis ekonomi di Indonesia yang berkepanjangan menyebabkan terhambatnya upaya peningkatan produksi padi. Penyediaan sarana produksi terutama pupuk yang sangat dibutuhkan petani mulai terganggu akibat naiknya harga pupuk, sehingga penggunaan pupuk oleh petani tidak sesuai dengan rekomendasi. Benih padi terutama varietas hibrida juga belum tersedia secara kontinu dan harganya mahal sehingga tidak terjangkau petani. Hal ini menyebabkan sebagian besar usaha tani padi menggunakan benih kurang bermutu atau benih hasil seleksi petani dari musim tanam sebelum-nya atau menggunakan benih generasi lanjut (Inpara 1 6), dan seterusnya) yang awalnya adalah benih hibrida. penggunaan sumber daya yang terbatas yang meliputi lahan, tenaga kerja, modal, dan waktu. Pemilihan usaha tani secara efisien memerlukan berbagai informasi untuk dijadikan pedoman, baik informasi hasil-hasil penelitian, maupun informasi sesaat/insidentil dari pemerintah dan swasta yang bergerak dalam bidang pertanian (Soekartawi et al., 1984). Usaha tani padi yang dilakukan petani merupakan pengelolaan usaha yang mempertimbangkan kemampuan sumber daya yang dikuasainya (resources endowment) yang meliputi lahan, tenaga kerja, modal, dan waktu. Tujuannya adalah menghasilkan produksi untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga dan memperoleh pendapatan tunai untuk membiayai keperluan sehari-hari lainnya. Kemampuan sumber daya yang dikuasai ini sangat menentukan jenis usaha tani yang akan dilaksanakan. Jenis usaha tani pada dasarnya ditentukan oleh tujuan usaha tani yang dapat digolongkan menjadi lima tingkatan yaitu: 1) subsisten penuh, 2) subsisten fakultatif, 3) pra-komersial, 4) semikomersial, dan 5) komersial (Sumarno dan Suwasik, 1995). Fenomena lemahnya posisi rebut tawar petani ("bargaining position") dalam pemasaran hasil menyebabkan harga yang diterima petani berfluktuasi sesuai ketentuan pedagang. Ini menyebabkan motivasi petani untuk mengusahakan padi berubah-ubah sehingga terjadi fluktuasi luas panen setiap musim tanam, terutama pada sentra-sentra produksi padi di Indonesia. Masalah lain yang sering terjadi pada pengusahaan padi di lahan sawah tadah hujan adalah terjadinya kepentingan yang saling mengalahkan ("trade-off") pada penggunaan tenaga kerja keluarga. Hal ini terjadi karena selama ini padi dianggap sebagai komoditas inferior, sehingga sebagian besar petani masih enggan mengorbankan biayanya dalam upaya meningkatkan produksi. Pengelolaan usaha tani merupakan pemilihan usaha antara berbagai alternatif perubahan tersebut dipengaruhi oleh perubahan ekonomi, sosial, dan ling-kungan politik. Oleh karena itu, dalam kenyataannya tidak akan ada usaha tani yang berkelanjutan ("sustainable agriculture") pada tiap lokasi. Usaha tani yang berkelanjutan harus memiliki kriteria layak secara ekonomi ("economically viable"), ramah lingkungan ("environ-mentally sound"), diterima petani dan masyarakat ("socially acceptable"), dan didukung secara politis ("politically supportable"). B. Deskripsi Singkat

Bahan ajar ini berisikan unit-unit kompetensi yang berkaitan dengan analisis usahatani padi yang harus dimiliki oleh Penyuluh pertanian dalam melakukan tugas penyuluhan kepada petani padi. Bahan ajar ini memuat serangkaian kegiatan belajar, yang disusun sedemikian rupa sehingga dapat melayani kegiatan belajar secara individu dan memudahkan setiap peserta untuk menguasai unit pembelajaran secara sistematis dan bertahap, guna mencapai tujuan pembelajaran. Bahan ini digunakan dengan bimbingan pelatih kepada peserta secara bertahap sesuai urutan atau langkah kegiatan dalam pencapaian tujuan pembelajaran, sehingga modul ini dilengkapi dengan petunjuk pengajaran bagi pelatih yang memuat rencana pengajaran modul serta perincian dari kegiatan belajar yang harus dilakukan oleh peserta dan pelatih. Pada setiap sub pokok bahasan agar diproses dalam periode waktu yang berurutan, karena setiap sub pokok bahasan saling mengkait dan merupakan satu satuan utuh. Terkait dengan program, proses, hasil, dan umpan balik dalam pelatihan baik yang berkenaan dengan merumuskan tujuan, merancang kegiatan belajar dalam pelaksanaan pelatihan, maka pada bahan ajar ini dilengkapi contoh kasus yang dapat meningkatkan pemahaman peserta mengenai analisis usahatani padiC. Tujuan Pembelajaram1. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)

Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan mampu menganalisa usahatani padi dengan baik dan benar.2. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)Setelah selesai mempelajari modul ini peserta mampu :

a. memahami karakteristik dan jenis tenaga kerja serta mampu menghitung efisisensi tenaga kerja, efisisensi teknis dan efisiensi usahatani padi

b. memahami konsep modal an peralatan dalam usahatani padi serta mampu menghitung biaya penyusutan dengan baik dan benar

c. mampu menganalisis biaya,pendaatan dan kelayakan usahatani padi.D. Pokok dan Sub Pokok BahasanI. Tenaga Kerja dan efisiensiA. Karakteristik tenaga kerja daam usahataniB. Jenis tenaga kerjaC. Efisiensi tenaga kerja

D. Efisiensi teknis dan efisiensi usahaE. RangkumanII. Modal dan Peralatan Usahatani PadiA. Pengertian modalB. Konsekuensi modal dan peralatanC. Rangkuman III. Analisis biaya, pendapatan dan kelayakan Usahatani PadiA. Fungsi BiayaB. Pendekatan analisis biaya dan pendapatanC. Kelayakan UsahaD. Rangkuman E. Peserta : Penyuluh pertanianF. Pelatih : Widyaiswara G. Metode1. Ceramah;2. Curah pendapat;

3. Diskusi;4. Ungkapan pengalaman;5. Tanya Jawab;6. Studi KasusH. Alat dan BahanAlat :

1. Alat tulis;

2. LCD;

3. Komputer;

4. Disket/CD/Flashdish.Bahan : Kertas A4 dan Kertas Koran.I. Waktu : 4 JP x 45 menitII. TENAGA KERJA DAN EFISIENSI USAHATANITenaga Kerja adalah salah satu unsur penentu, terutama bagi usahatani yang tergantung pada musim seperti halnya padi. Kelangkaan tenaga kerja berakibat mundurnya penanaman sehingga berpengaruh pada pertumbuhan tanaman,produktivitas dan kualitas produk. A. Karakteristik Tenaga Kerja Dalam UsahataniTenaga kerja dalam usahatani memiliki karakteristik yang sangat berbeda dengan tenaga kerja dalam bidang usaha lain. Karakteristik tenaga kerja usahatani menurut Tohir (1983) adalah sebagai berikut:

1. Keperluan tenaga kerja dalam usahatani tidak kontinyu dan merata

2. Penyerapan tenaga kerja dalam usahatani tidak merata

3. Tidak mudah distandarakan, dirasionalkan dan dispesialisasikan

4. Beranekaragam coraknya dan kadangkala tidak dapat dipisahkan satu sama lain

Karakteristi seperti yang diungkapkan Tohir (1983) akan memerlukan system sistem manajerialtertentu yang harus dipahami sebagai usaha peningkatan usahatani itu sendiri. selama ini, di Indonesia system manajerial usahatani masih sangat sederhana.B. Jenis Tenaga Kerja

Secara umum tenaga kerja dalam usahatani dapat digolongkan menjadi 2 (dua) yaitu :

1. Tenaga Kerja Keluarga Petani

2. Tenaga kerja Luar

Banyak sediktnya tenaga kerja kelurga petani yang diperlukan sangat bervariasi tergantung jenis tanaman yang diusahakan. Sedangkan banyak sedikitnya tenaga kerja luar yang diperlukan tergantung pada dana yang tersedia untuk membayar upah tenaga kerja tersebut. Kegiatan tenaga kerja luar sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :1. Sistem Upah

Sistem upah dibedakan atas 3 (tiga) yaitu upah borongan, upah waktu dan uoah premi. Masing- masing sistem tersebut memepengaruhi prestasi kerja tenaga luar.

a. Upah borongan

Upah borongan adalah upah yang diberikan sesuai dengan perjanjian antara pemeberi upah dengan tenaga kerja tanpa memperhatikan lamanya waktu kerja. Sistem upah borongan ini cenderung memebuat para pekerja untuk secepatnya menyelesaikan pekerjaan.b. Upah Waktu

Upah waktu adalah upah yang diberikan berdasarkan lamanya waktu kerja. Sistem upah waktu ini cenderung membuat para pekerja untuk memperlama waktu kerja dengan harapan memperoleh lebih banyak upah.c. Upah Premi

Upah premi adalah upah yang diberian berdasarkan produktivitas dng prestasi kerja. Sistem upah premi ini mendorong pekerja lebih produktif dalam bekerja, karena akan memperoleh upah tambahan2. Lamanya waktu kerja

Lamanya waktu kerja seorang tenaga kerja dipengaruhi oleh kondisi fisik tenaga kerja tersebut, misalnya tidak dalam keadaan cacat atau sakit. Selain itu, juga dipengaruhi oleh kondisi iklim tempat bekerja. 3. Kecakapan

Kecakapan seseorang menentukan kinerjanya. Seorang tenaga kerja yang lebih cakap tentunya memiliki prestasi kerja tingggi njika dibandingkan dengan tenaga kerja yang kurang cakap. Kecakapan tenaga kerja sangat ditentukan oleh umur, tingkat pendidikan, pengetahuan dan pengalaman kerjanya.4. Umur tenaga Kerja

Umur seseorang tenaga kerja menentukan prestasi kerjanya. Semakin berat pekerjaan secara fisik maka semakin memerlukan tenaga. Dengan demikian, semakin tua tenaga kerja , semakin turun pula prestasi kerjanya.C. Efisiensi Tenaga Kerja

Efisisensi tengaga kerja atau sering disebut produktivitas tenaga kerja dapat diukur dengan memperhatikan jumlah produksi, penerimaan, luas lahan atau luas usaha.

1. Jumlah produksi

Produktivitas berdasarkan jumlah poduksi dapat dihitung dengan rumus sebgai berikut :

Contoh :

Jumlah produksi padi 5 ton/Ha, Jumlah Jam Kerja Orang (JKO) 500 jam , tanpa bantuan mesin.

2. Penerimaan

Penerimaan hari kerja dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Contoh :

Jumlah produksi padi 5 ton/Ha, harga per kg = Rp. 1500, Jumlah Jam Kerja 750 HOK/ha.

3. Luas lahan atau luas usaha.

Produktifitas tenaga kerja apat juga dihitung dengan formula sebagai berikut :

Contoh :

Luas lahan Usahatani Padi 1 (satu) hektar, Dalam setahun dicurahkan 720 HOK .

D. Efesiensi Teknis dan Efisiensi Usaha

Selain efesiensi tenaga kerja, efisisensi teknis dan efisiensi usaha juga dapat diperhitungkan dengan cara membandingkan tambahan produksi yang akan diperoleh akibat dari tambahan factor produksi yang diberikan.1. Efiensi Teknis

Efisisensi teknis adalah mengukur besarnya produksi yang dapat dicapai atas tingkat faktor produksi tertentu. Efisiensi teknis

2. Efisiensi Usaha

Efisiensi usaha adalah mengukur besarnya nilai produksi yang dapat dicapai atas nilai faktor produksi tertentu.

Contoh :

Jika untuk membrikan tambahan produksi padi sebanyak I ton diperlukan unsur N sebanyak 60 kg/ha. Kandungan unsur N pada pupuk urea sebesar 46 % dan pada pupuk ZA sebesar 20 %. Harga pupuk urea = Rp 1000/Kg dan Harga pupuk ZA Rp 800/Kg. Harga padi Rp. 1500/kg.

Koefisien Urea = 60/46% = 130,43 kg

Koefisisen pupuk ZA = 60/20 % = 300 kg

Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan urea untuk menambah produksi sebesar 1 ton lebih efisien dibandingkan dengan penggunaan ZA. Karena setiap tambahan Rp 1 akan menghasilkan tambahan produksi senilai Rp.11,5 sedangkan ZA hanya meberikan tambahan senilai Rp.6,25.E. Rangkuman

1. Tenaga Kerja adalah salah satu unsur penentu, terutama bagi usahatani yang tergantung pada musim seperti halnya padi2. Karakteristik tenaga kerja usahatani menurut Tohir (1983) yaitu : 1) keperluan tenaga kerja dalam usahatani tidak kontinyu dan merata , 2) Penyerapan tenaga kerja dalam usahatani tidak merata,3) Tidak mudah distandarakan, dirasionalkan dan dispesialisasikan,4) beranekaragam coraknya dan kadangkala tidak dapat dipisahkan satu sama lain

3. Banyak sedikitnya tenaga kerja kelurga petani yang diperlukan sangat bervariasi tergantung jenis tanaman yang diusahakan. Sedangkan banyak sedikitnya tenaga kerja luar yang diperlukan tergantung pada dana yang tersedia untuk membayar upah tenaga kerja tersebut4. Efisisensi tengaga kerja atau sering disebut produktivitas tenaga kerja dapat diukur dengan memperhatikan jumlah produksi, penerimaan, luas lahan atau luas usaha5. Selain efesiensi tenaga kerja, efisisensi teknis dan efisiensi usaha juga dapat diperhitungkan dengan cara membandingkan tambahan produksi yang akan diperoleh akibat dari tambahan factor produksi yang diberikan.

III. MODAL DAN PERALATAN USAHATANI PADIModal adalah syarat mutlak berlangsungnya suatu usaha, demikian pula dengan usahatani padi. Menurut Vink, benda (termasuk tanah) yang dapat mendatangkan pendapatan dianggap sebagai modal. Dalam usahatani keluarga cenderung memisahkan faktor tanah dari alat-alat produksi yang lain. Hal ini dikarenakan beluam ada pemisahan yang jelas antara modal usaha dan modal pribadi.

A. Pengertian ModalTanah serta alam sekitarnya dan tenaga kerja adalah faktor produksi asli, sedangkan modal dan peralatan merupakan subtitusi faktor produksi. Dengan modal dan peralatan faktor produksi tanah dan tenaga kerja dapat memberikan manfaat yang jauh lebih baik bagi manusia. Dengan modal dan peralatan maka penggunaan tanah dan tenaga kerja dapat dihemat. Oleh karena itu modal dapat dibagi menjadi dua yaitu Land saving Capital dan Labour saving capital.Modal dikatakan Land saving Capital jika degan modal tersebut dapat menghemat penggunaan lahan, tetapi produksi dapat dilipatgandakan tanpa memperluas areal.Contohnya pemakaian benih unggul, pupuk, pestisida, intensifikasi. Modal dikatakan Labour saving capital jika degan modal tersebut dapat menghemat penggunaan tenaga kerja. Contohnya penggunaan traktor untuk mengolah lahan, mesin perontok padi untuk merontok, dan lain sebagainya.Dalam ekonomi perusahaan, modal adalah barang ekonomi yang dapat dipergunakan untuk memproduksi kembali atau modal adalah barang ekonomi yang dapat dipergunakan untuk mempertahankan atau meningkatkan ekonomi. Berdasarkan pengertian tersebut, Tohir (1983) berpendapat bahwa tanah bukan termasuk faktor modal , tetapi masuk faktor alam yang memiliki nilai modal dengan pertimbangan sebagai berikut :1. Tanah adalah karunia alam, bukan benda yang diproduksi manusia

2. Tanah tidak dapa diperbanyak

3. Tanah tidak dapat musnah atau dimusnahkan sehingga tidak ada penyusutan atas tanah

4. Tanah tidak dapat dipindah-pindahkan

5. Tanah selalu terikat dengan iklim

6. Tanah adalah sumber untuk memproduksi barang-barang ekonomi

Pengertian tanah bukan modal atau modal sebenarnya lebih difokuskan pada perhitungan biaya usahatani. Jika tanah dihitung sebagai modal, maka bunga atas tanah dimasukkan dalam perhitungan biaya usahatani. Namun demikian dalam usahatani keluarga, pengeluaran bunga atas tanah tidak dimasukkan dalam pendapatan usahatani. Bunga atas tanah baru kelihatan jika diperhitungkan secara ekonomis yaitu sebesar sewa tanah pada umumnya.

B. Konsekuensi Modal dan Peralatan

1. Jenis Konsekunsi

Pembagian modal atas dasar fungsinya sangat penting sehubungan dengan pembebanan modal dalam memperhitungkan biaya usahatani. Modal berdasarkan fungsinya dibagi menjadi dua yaitu modal tetap dan modal tidak tetap. Modal tidak tetap dipakai dalam satu kali proses produksi. Sedangkan modal tetap perlu diperhitungkan terlebih dahulu, karena tidak semua modal tetap dibebankan pada produksi.

Penggunaan modal tetap pada umumnya menyangkut empat konsekuensi biaya yaitu : biaya bunga modal, penyusutan, biaya pemeliharaan dan biaya komplementer. Contoh : Jenis dan bentuk konsekuensi penggunaan modal tetap berupa traktor dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini:

Tabel 1. Jenis dan Bentuk Konsekuensi Penggunaan Traktor untuk mengolah lahan

JenisBentuk

Bunga ModalSewa Traktor/bunga bank

PenyusutanPenyusutan

PemeliharaanServis dan beli onderdil

KomplementerBBM, Oli, Upah operator

2. Perhitungan Penyusutan Untuk memperhitungkan penyusutan pada dasarnya bertitik tolak pada harga perolehan/pembelian (Cost) sampai dengan modal tersebut dapat memberikan manfaat. Ada empat cara untuk menghitung nilai penyusutan yaitu sebagai berikut :

a. Garis Lurus (straight line method)

Rumus untuk menghitung penyusutan dengan metode garis lurus menggunakan rumus :

Contoh :

Harga Traktor=Rp. 10.000.000,-

Umur ekonomis=5 Tahun

Nilai sisa=Rp. 1.000.000,-

b. Unit ferformance

Rumus untuk menghitung penyusutan dengan metode Unit ferformance menggunakan rumus :

Contoh :

Harga TraktorRp. 10.000.000,-

Jm kerja 10.000 Jam

Nilai sisaRp. 1.000.000,-

c. Penyusutan Menurun (decreasing)

Contoh :

Harga Traktor=Rp. 10.000.000,-

Umur ekonomis=5 Tahun

Nilai sisa=Rp. 1.000.000,-

Jumlah digit tahun=5+4+3+2+1 = 15

Penyusutan

Tahun 1=

Tahun 2=

Tahun 3=

Tahun 4 =

Tahun 5=

Jumlah = Rp. 9.000.000,-

d. Penyusutan Menaik (increasing)

Contoh :

Harga Traktor=Rp. 10.000.000,-

Umur ekonomis=5 Tahun

Nilai sisa=Rp. 1.000.000,-

Jumlah digit tahun=1+2+3+4+5 = 15

Penyusutan

Tahun 1=

Tahun 2=

Tahun 3=

Tahun 4=

Tahun 5=

Jumlah = Rp. 9.000.000,-

3. Alat Pertanian Sebagai Modal Tetap

Berbagai alat alat pertanian yang biasa digunakan dalam usahatani merupakan modal tetap. Alat alat tersebut antara lain adalah traktor, bajak , cangkul, sabit dan lain sebagainya. Traktor sebagai modal tetap harus memperhitungkan konsekunsi penggunaan sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya. Untuk cangkul, sabit dan lain sebagainya hanya diperhitungkan penyusutannya saja.

C. Rangkuman

1. Modal adalah syarat mutlak berlangsungnya suatu usaha, demikian pula dengan usahatani

2. Modal dapat dibagi menjadi dua yaitu Land saving Capital dan Labour saving capital. Modal dikatakan Land saving Capital jika degan modal tersebut dapat menghemat penggunaan lahan, tetapi produksi dapat dilipatgandakan . Modal dikatakan Labour saving capital jika degan modal tersebut dapat menghemat penggunaan tenaga kerja.

3. Penggunaan modal tetap pada umumnya menyangkut empat konsekuensi biaya yaitu : biaya bunga modal, penyusutan, biaya pemeliharaan dan biaya komplementerIV. ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN KELAYAKAN

USAHATANI PADIPetani sebagai pelaksana mengharap produksi yang lebih besar agar memperoleh pendapatan yang lebih besar. Untuk itu petani menggunakan tenaga, modal dan sarana produksinya untuk memperoleh produksi yang diharapkan.

A. Fungsi BiayaFungsi biaya menggambarkan hubungan antara biaya usahatani dengan tingkat produksi yang digambarkan dengan garis TC (total cost).pada gambar 1 dibawah ini.

Gambar 1. Kurva hubungan biaya dengan tingkat produksi

Biaya (cost) dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu :biaya tetap (fix cost) yaitu biaya yang besarnya tidak dipengaruhi oleh besarnya produksi, sedangkan biaya variable (Variable cost) adalah biaya yang besarnya dipengaruhi oleh besarnya produksi. Pada kurva diatas terlihat bahwa semakin besar produksi maka semakin besar pula biaya variabelnya. Sementara Total Biaya (TC) merupakan jumlah dari biaya tetap (FC) dan biaya variable (VC).

B. Pendekatan Anaisis Biaya dan Pendapatan

Untuk menghitung biaya dan pendapatan usahatani dapat digunakan 2 (dua) macam cara yaitu :

1. Pendekatan nominal

Pendekatan nominal adalah pendekatan yang tidak memperhitungkan nilai waktu uang ( time velue of money). Tetapi yang dipakai adalah harga yang berlaku, sehingga dapat dihitung jumlah pengeluaran dan jumlah penerimaan dalam satu proses produksi. Formula untuk menghitung pendapatan dengan pendekatan nominal adalah sebagai berikut :

Pendapatan = penerimaan total biaya

Penerimaan = Py x Y

Dimana :

Py = Harga produksi ( rp/Kg)

Y = Jumlah produksi (kg)

Total Biaya = Biaya tetap + biaya Variabel.

(TC) = (FC) + (VC)

Contoh perhitungan biaya dan pendapatan usahatani padi dengan pendekatan nominal dapat dilihat pada tabel 2 dan 3 berikut ini :Tabel 2. Analisa biaya dan pendapatan usahatani padi dengan

pendekatan nominal

NoUraianSatBanyakHarga Satuan (Rp)Jumlah

(Rp)

IPengeluaran

1Biaya tetap

Sewa lahanMusim18.500.0008.500.000

PajakMusim1 50.000 50.000

Urunan DesaMusim1 200.000 200.000

PengairanMusim1 66.000 66.000

Jumlah8.816.000

2Biaya Variabel

a.Sarana Produksi

TraktorUnit1 630.000 630.000

BenihKg20 7.000 140.000

Pupuk ureaKg100 1.600 160.000

Pupuk TSKg100 2.100 210.000

Pupuk NPKKg300 2.400 720.000

PestisidaKg11.000.0001.000.000

Jumlah2.860.000

b.Upah tenaga kerja

Namping mopokKali1 420.000 420.000

Peralatan lahanOrang3 50.000 150.000

Pembabadan galenganOrang2 50.000 100.000

Pembuatan persemaianOrang2 50.000 100.000

Penebaran benihOrang1 50.000 50.000

PenanamanOrang1 630.000 630.000

PenyianganOrang2 50.000 100.000

PemupukanOrang3 50.000 150.000

PenyemprotanKali4 50.000 200.000

PenyulamanOrang1 50.000 50.000

PanenKali13.500.000

Jumlah5.450.000

C.Zakat 10 %1.933.140

Jumlah Total Pengeluaran19.159.140

IIPemasukan

Hasil PanenKg 6.561 3.30021.651.300

IIIAnalisisRp( % )

Pengeluaran19.159.14088.03

Pemasukan21.651.300

Keuntungan 2.592.16011.97

Tabel 3. Analisa biaya dan pendapatan usahatani padi dengan

pendekatan nominal

I. InputSatuanBiaya (RP)

A. Tenaga Kerja

1. Pengo Tanah 1 ha x 900.000 900.000,-

2. Penanaman & Pemupukan 1 hari x 20 org x 20.000 = 400.000,-

3. Menyiang 10 hari x 1 org x 30.000 300.000,-

4. Pengairan 1 ha 300.000,-

5. Panen 1 ha 400.000,-

6. Pengangkutan 9 ton 350.000,-

7. Menebar benih 20 kg500.000,-

8. Penjemuran 9 ton 500.000,-

Jumlah (A) 3.650.000,-

I. InputSatuanBiaya (RP)

B. Saprodi

1. Benih 20 kg x 1 ha xRp.25.000500.000,-

2. Pupuk

-urea350 kg x 1 ha x Rp.1500525.000,-

-SP.36100 kg x 1ha x Rp. 2000200.000,-

-KCL100 kg x 1 ha x Rp. 1500150.000,-

Jumlah (B) 1.375.000,-

C. LAIN-LAIN

1. Penyusutansiklus100.000

2. Biaya Pajak/retribusi sikus400.000,-

Jumlah (C)500.000,-

Total Biaya = A + B + C 3.650.000 + 1.375.000 + 500.000 = 5.525.000

II. Keluaran (Output)

1. Total Produksi 9.000 kg

2. Harga padi tk petani 1. 300 / kg

3. Nilai Total Produksi (NTP) = 1 x 2 Rp. 11.700.000

Pendapatan = NTP- total Biaya= Rp. 11.700.000 Rp 5.525.000

= Rp. 6.175.000,-

Dari contoh tersebut diatas dapat dilihat bahwa pendapatan petani untuk satu musim tanam padi adalah sebesar Rp. 6. 175.000,-

2. Pendekatan nilai uang waktu (time value of money)

Pendekatan nominal sangat sederhana dan mudah, tetapi mengandung kelemahan. Jika pada kenyataannya petani memanfaatkan modal luar berupa kredit atau pinjaman yang atas pinjaman tersebut pasti dikenakan bunga. Untuk mengatasi masalah tersebut, dapat digunakan pendekatan yang memperhatikan nilai waktu uang (time value of money ). Untuk menghitung nilai waktu uang digunakan rumus sebegai berikut :

FV = PV (1+i)nDimana :

FV = Nilai uang di masa datang (future value)

PV = nilai uang sekarang (present value)

i = Tingkat bunga

n = Jangka waktu pengembalian

Contoh:

Jika dalam usahatani padi tersebut diatas (tabel 2) , petani menggunkan pinjaman modal kerja sebesar Rp. 5.525.000,- dengan bunga pinjaman sebesar 2 % per bulan. Siklus tanaman 4 bulan, maka nilai modal yang harus dikembalikan pada bulan keempat adalah sebesar :

FV = PV (1+i)n = Rp. 5.525.000 (1+0.02)4 = Rp. 5.525.000 ( 1.02 )4 = Rp. 5.525.000 x 1.0284

= Rp 5.980.000,-

Maka keuntungan petani = Rp 11.700.000 Rp 5.980.000

= Rp 5.720.000

C. Kelayakan Usaha

Dalam melakukan evalusi kelayakan usaha, semua faktor produksi diperhitungkan sebagai biaya, demikian pula dengan pendapan. Terdapat beberapa indicator kelayakan usahatani padi antara lain adalah :

1. Analisis Benefit Cost Rasio (B/C ratio)

Benefit Cost Ratio (B/C) adalah perbandingan antara benefit atau keuntungan usahatani dengan keseluruhan biaya yang dikeluakan untuk menghasilkan produk. Usahatani dikatakan layak jika B/C > 1. contoh : Berdasarkan perhitungan pada tabel 2 diatas diperoleh data sebagai berikut : Pendapatan = Rp 6.175.000,- , Total biaya = Rp.5.525.000,-

Berdasarkan hasil peritungan tersebut diatas,maka usahatani padi layak untuk dikembangkan2. Analisis Tititk Pulang Pokok ( Break Event Point)

Analisis BEP meliputi BEP produksi dan BEP harga .

a. BEP Produksi

Untuk menghitung BEP penerimaan digunakan rumus sebagai berikut :

Contoh : Anaisis usahatani padi pada tabel 2 diperoleh data sebagai berikut :

Biaya Tetap = Rp.500.000,-

Biaya Variabel = Rp. 5.025.000,-

Harga = Rp.1300/kg

Rata-rata biaya variabel = Biaya variabel/produksi

= Rp 5.025.00/9000 = Rp. 558,33/kg

b. BEP Harga

Untuk menghitung BEP harga digunakan rumus sebagai berikut :

Contoh : Anaisis usahatani padi pada tabel 2 diperoleh data sebagai berikut :

Total Biaya = Rp.5.525.000,-

Produksi = 9000 kg

D. Rangkuman

1. Fungsi biaya menggambarkan hubungan antara biaya usahatani dengan tingkat produksi

2. Untuk menghitung biaya dan pendapatan usahatani dapat digunakan 2 (dua) macam cara yaitu : 1) pendekatan nominal dan 2) pendkatan nilai waktu uang.

3. Dalam melakukan evalusi kelayakan usaha, semua faktor produksi diperhitungkan sebagai biaya, demikian pula dengan pendapan. Terdapat beberapa indickator kelayakan usahatani padi antara lain adalah : B/C ratio dan BEPV. PENUTUPUsaha tani padi yang dilakukan petani merupakan pengelolaan usaha yang mempertimbangkan kemampuan sumber daya yang dikuasainya (resources endowment) yang meliputi lahan, tenaga kerja, modal, dan waktu. Tujuannya adalah menghasilkan produksi untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga dan memperoleh pendapatan tunai untuk membiayai keperluan sehari-hari lainnyaAgar tujuan usahatini dapat tercapai maka perlu dilakukan analisis usahatani dengan memperhitungkan keseluruhan biaya yang dikeluarkan (biaya tetap dan biaya variable) untuk melakukan kegiatan usahatani dan pendapatan yang diperoleh.

DAFTAR PUSTAKA

Radiks..P. 1997. Analisis Biaya dan Manfaat. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Tohir,K.A. 1983. Seutai pengetahuan tentang usahatani Indonesia. Bagian satu. Erlangga, Jakarta.

Vink G.J. . 1984. Seutai Dasar-dasar usahatani di Indonesia. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.

Soekartawi, A. Soeharjo, J.L. Dillon, dan J.B. Hardaker. 1984. Ilmu Usaha tani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. DGHE-AUIDP. UI-Press. Jakarta.

Sumarno dan Suwasik. 1995. Pengembangan usaha tani berdasarkan sosio-ekonomi dan agroklimat. Edisi khusus Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (2): 142-154.

Sarashuta.IG.P. 2002. Kinerja Usahatani dan Pemasaran Padi di Sentra Produksi. Jurnal Litbang Pertanian 21(2) 2002

Balai Besar Pengkajian dan Penerapan Teknologi Pertanian, 2008. Teknologi Budidaya Padi. Seri Buku Inovasi Tanaman Pangan. Badan Litbang. Jakarta

Biaya(cost)

Produksi

FC

VC

TC

PAGE Menganalisis Usahatani padi17