ANALISA TINGKAT KEMATANGAN SMART GRID DI …mmt.its.ac.id/download/SEMNAS/SEMNAS XXV/MTI/6. Dedy Dwi...

8

Click here to load reader

Transcript of ANALISA TINGKAT KEMATANGAN SMART GRID DI …mmt.its.ac.id/download/SEMNAS/SEMNAS XXV/MTI/6. Dedy Dwi...

Page 1: ANALISA TINGKAT KEMATANGAN SMART GRID DI …mmt.its.ac.id/download/SEMNAS/SEMNAS XXV/MTI/6. Dedy Dwi Kurni… · Jurusan Teknik Informatika ... Penggunaan energi di gedung Kementerian

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXV Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 30 Juli 2016

ANALISA TINGKAT KEMATANGAN SMART GRID DI KANTOR

PUSAT KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT MENGGUNAKAN

SMART GRID MATURITY MODEL DAN COBIT 5

Dedy Dwi Kurniawan1) dan Riyanarto Sarno2) Program Studi Magister Manajemen Teknologi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember1)

Jl. Cokroaminoto 12A, Surabaya, 60264, Indonesia. email: [email protected])

Jurusan Teknik Informatika, Institut Teknologi Sepuluh Nopember2) Jl. Raya ITS, Keputih, Sukolilo, Surabaya, 60111, Indonesia.

email: [email protected])

ABSTRAK

Penggunaan energi di gedung Kementerian PUPR tahun 2015 mendapatkan predikat boros, berdasarkan Intensitas Konsumsi Energi (IKE) sebesar 19,228. Penghematan yang telah dilakukan adalah pembentukan gugus penghematan energi dan air, dengan cara melakukan operasional manual terhadap lift dan AC central. Terkadang pengelola melupakan kesempatan untuk melakukan penghematan yang lebih baik, yaitu dengan mengimplementasikan smart system pada utilitas yang ada. Integrasi Information Communication and Technology dengan utilitas ini disebut juga dengan smart grid. Untuk mengukur kesiapan Kementerian PUPR dalam mengimplementasikan smart grid, dapat dilakukan dengan menggunakan Smart Grid Maturity Model (SGMM). Akan tetapi model ini hanya mengukur atribut kematangan saja bukan proses model, sehingga hasilnya belum menggambarkan apa yang organisasi benar-benar mampu lakukan. Memetakan COBIT 5 akan mengeliminasi kelemahan SGMM tersebut, dikarenakan penilaiannya telah berdasarkan pada ISO/IEC 15504 yang memiliki kriteria penilaian yang lebih akurat, konsisten, dan objektif. Pemetaan enterprise goal menghasilkan 5 tujuan enterprise, selanjutnya berdasarkan hasil pemetaan IT related goal didapatkan 13 IT related goal. Dari 13 IT related goal ini menghasilkan 4 IT proses yang frekuensi, kemunculan pada IT related goal tinggi yaitu sebanyak 4 kali diantaranya sebagai berikut: EDM02, APO01, APO04, dan APO12. Semua proses berada pada tingkat kapabilitas level 1 Performed Process, Sedangkan target level yang diharapkan adalah level 3 Established Process Kata Kunci: ICT, Utilitas, Smart Grid, Smart Grid Maturity Model, COBIT 5, Smart System. PENDAHULUAN

Penggunaan energi di Kementerian PUPR masih tergolong boros, sehingga diperlukan langkah-langkah untuk dapat melakukan penghematan energi di Kemenerian PUPR agar tetap mendapatkan predikat gedung hemat energi [6]. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 546/KPTS/M/2011 tentang pembentukan gugus tugas penghematan energi dan air, merupakan langkah awal untuk melakukan upaya penghematan energi dan air di Kementerian PUPR. Keputusan ini berisi mengenai petunjuk pelaksanaan operasional manual penggunaan lift, AC sentral dan lain lain. Sehingga masih terbuka peluang yang sangat besar untuk melakukan penghematan energi di Kementerian PUPR, dengan melibatkan smart system pada utilitas yang ada. Penggunaan smart system pada utilitas yang ada memerlukan suatu analisa untuk

ISBN :

1

Page 2: ANALISA TINGKAT KEMATANGAN SMART GRID DI …mmt.its.ac.id/download/SEMNAS/SEMNAS XXV/MTI/6. Dedy Dwi Kurni… · Jurusan Teknik Informatika ... Penggunaan energi di gedung Kementerian

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXV Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 30 Juli 2016

menentukan kondisi yang ada sekarang dan tujuan dimasa depan yang ingin dicapai. Analisa seperti ini dibutuhkan keselarasan antara tujuan Kementerian PUPR dengan tujuan teknologi informasi, dikarenakan penyelarasan ini merupakan critical success factor dalam organisasi [8]. Transformasi smart grid membutuhkan pengukuran terhadap utilitas yang ada sekarang dan tujuan yang akan dicapai di masa mendatang. Smart grid maturity model biasanya digunakan untuk mengukur tingkat kematangan smart grid, dibandingkan dengan maturity model lainnya seperti: DOE Smart Grid Development Evaluation System, EPRI Smart Grid Contruction Assesment Indicator, dan EU Smart Grid Benefit Assesment System [7]. Penggunaan COBIT 5 sebagai alat untuk melakukan analisa tersebut memiliki kemampuan yang lebih akurat, jika dibandingkan dengan smart grid maturity model. Dikarenakan COBIT 5 yang berdasarkan pada ISO / IEC 15504 [2], menggambarkan dalam setiap tingkatan nya menunjukkan apa yang organisasi benar-benar mampu lakukan dan dapat mengukur keselarasan antara smart grid dan tujuan teknologi informasi. Penelitian ini mengusulkan COBIT 5 dan smart grid maturity model untuk mengukur tingkat kematangan smart grid di KementerianPUPR. Studi Literatur Process Assesment Model

Process assessment model adalah model kemampuan proses dua dimensi. Dimensi pertama adalah dimensi proses, proses didefinisikan dan diklasifikasikan dalam kategori proses. Dimensi yang kedua adalah dimensi kemampuan, satu set atribut proses dikelompokkan ke dalam tingkat kemampuan yang ditetapkan. Indikator penilaian digunakan untuk menilai apakah atribut proses telah dicapai. Ada dua jenis indikator penilaian [4]: 1. Indikator proses kemampuan atribut, yang berlaku untuk tingkat kemampuan 1 sampai 5 2. Indikator kinerja proses, yang berlaku secara eksklusif dengan kemampuan tingkat 1.

Dimensi kemampuan memberikan ukuran kemampuan proses untuk memenuhi kebutuhan bisnis perusahaan saat ini atau proyeksi tujuan untuk proses itu. Kemampuan proses (Process Capability) dinyatakan dalam hal atribut proses, dikelompokkan menjadi tingkat kemampuan (Tabel 1). Tingkat kemampuan proses ditentukan berdasarkan pencapaian proses tertentu atribut sesuai dengan ISO / IEC 15504. Indikator kinerja proses (dasar praktik dan produk kerja) spesifik untuk setiap proses dan digunakan untuk menentukan apakah suatu proses berada pada kemampuan tingkat 1. Praktik-praktik dasar dan produk kerja untuk setiap COBIT 5, proses ditunjukkan didasarkan pada konten COBIT 5. Indikator kemampuan proses atribut generik untuk setiap atribut proses untuk tingkat kemampuan 1 sampai 5. Level 1 hanya memiliki indikator praktik generik tunggal untuk kemampuan yang sejalan langsung ke pencapaian indikator kinerja tertentu, yang digariskan dalam model referensi proses [3]. Skala rating pencapaian atribut proses (Tabel 2).

Tabel 1. Tingkatan Kapabilitas dan Atribut [3]. Level Level 0 Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 5

Proses tidak

lengkap

Proses Dilaksan

akan Proses Dikelola Proses

Didirikan Proses

Diprediksi Optimal Proses

Atribut Process PA.1.1

PA.2.1 PA 2.2

PA 3.1 PA 3.2

PA 4.1 PA 4.2

PA 5.1 PA 5.2

Tingkat Kemampuan dan Atribut Proses

Kinerja Proses

Manajemen Kinerja

Manajemen Produk Kinerja

Penetapan Proses

Penyebaran Proses

Pengukuran Proses

Pengendalian Proses

Inovasi Proses

Optimasi Proses

ISBN :

2

Page 3: ANALISA TINGKAT KEMATANGAN SMART GRID DI …mmt.its.ac.id/download/SEMNAS/SEMNAS XXV/MTI/6. Dedy Dwi Kurni… · Jurusan Teknik Informatika ... Penggunaan energi di gedung Kementerian

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXV Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 30 Juli 2016

Tabel 2. Skala Rating Pencapaian Atribut Proses [3].

Singkatan N

(Not achieved)

P (Partially Achieved)

L (Largely

Achieved)

F (Fully

Achieved)

Keterangan

Tidak dicapai Ada sedikit bukti atau sama sekali tidak ada pencapaian atribut dalam proses yang dinilai

Sebagian dicapai Ada beberapa bukti dari pencapaian atribut dalam proses yang dinilai. Beberapa aspek pencapaian atribut mungkin tidak terduga.

Sebagian besar dicapai Ada bukti dari pendekatan sistematis, pencapaian yang signifikan dari atribut dalam proses yang dinilai.

Sepenuhnya dicapai Ada bukti dari pendekatan yang lengkap dan sistematis, pencapaian penuh dari atribut dalam proses yang dinilai.

% dicapai 0 - 15%

> 15% - 50%

> 50% - 85%

> 85% - 100%

. METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini disusun secara sistematis sebagai landasan kerangka penelitian. Dalam metodologi penelitian ini, terdapat 5 tahap yang harus dilakukan, yaitu 1. Menentukan Drivers Smart Grid 2. Menentukan Enterprise Goal 3. Menentukan IT Related Goals 4. Menentukan IT Process 5. Pengukuran Tingkat Kapabilitas IT Process Terpilih

Gambar 1. Alur Pengembangan Smart Grid

Metode pelaksanaan penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1, antara lain: 1. Menentukan Drivers Smart Grid

Drivers smart grid adalah faktor yang mendorong Kementerian PUPR untuk menerapkan Smart Grid, hal ini didapat dengan melihat visi dan misi Biro Umum Kementerian PUPR dalam melakukan penghematan energi dan air. Dikolaborasikan dengan vision smart grid maturity model, sehingga diperoleh drivers smart grid yang dibutuhkan, seperti pada Tabel 3.

2. Menentukan Enterprise Goal Enterprise goal pada COBIT adalah tujuan Kementerian PUPR yang terdiri dari financial, internal, dan Learning & Growth yang akan diselaraskan dengan drivers smart grid (Tabel 3).

3. Menentukan IT Related Goals IT related goals adalah proses penyelarasan enterprise goals ke dalam IT related goal berdasarkan pemetaan COBIT 5, seperti terlihat pada Tabel 4.

4. Menentukan IT Process

Menentukan Drivers Smart Grid

Menentukan Enterprise Goal

Menentukan IT Related Goals

Menentukan IT Process

Pengukuran Tingkat Kapabilitas IT Process Terpilih

ISBN :

3

Page 4: ANALISA TINGKAT KEMATANGAN SMART GRID DI …mmt.its.ac.id/download/SEMNAS/SEMNAS XXV/MTI/6. Dedy Dwi Kurni… · Jurusan Teknik Informatika ... Penggunaan energi di gedung Kementerian

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXV Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 30 Juli 2016

Pemetaan ini dilakukan untuk mendapat proses-proses domain dalam proses COBIT . Setiap tujuan TI memiliki masing-masing proses TI yang relevan (Tabel 5).

5. Pengukuran Tingkat Kapabilitas IT Process Terpilih Untuk pengukuran dengan COBIT dilakukan dengan dua langkah, langkah pertama adalah pengukuran yang selalu dilakukan pada setiap tingkatan level 1. Dimana hasil penjumlahan dari hasil pernyataan yang terdiri dari Base Practice ditambahkan dengan Work Product dibagi 2. Hasil dari penilaian ini akan menjadi pencapaian kategori dalam level 1.

𝑷𝑨 𝑳𝒆𝒗𝒆𝒍 𝟏 = 𝑾𝒐𝒓𝒌 𝑷𝒓𝒐𝒅𝒖𝒄𝒕 + 𝑩𝒂𝒔𝒆 𝑷𝒓𝒂𝒄𝒕𝒊𝒄𝒆

𝟐

Dimana : PA Level 1 : Process Assesment (Proses Penilaian) Work Product : Mean atau Rata Rata Hitung Work Product Base Practice : Mean atau Rata Rata Hitung Base Practice

Selanjutnya untuk melakukan penilaian proses Level 2 sampai Level 5

𝑷𝑨 𝑳𝒆𝒗𝒆𝒍 𝟐 𝑺.𝒅 𝟓 = 𝑮𝒆𝒏𝒆𝒓𝒊𝒄 𝑾𝒐𝒓𝒌 𝑷𝒓𝒐𝒅𝒖𝒄𝒕 + 𝑮𝒆𝒏𝒆𝒓𝒊𝒄 𝑷𝒓𝒂𝒄𝒕𝒊𝒄𝒆

𝟐

Dimana : PA Level 2 S.d 5 : Process Assesment (Proses Penilaian) Generic Work Product : Mean atau Rata Rata Hitung Generic Work Product Generic Practice : Mean atau Rata Rata Hitung Generic Practice HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan rencana strategis Biro Umum Kementerian PUPR dan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 546/KPTS/M/2011 tentang Pembentukan Gugus Tugas Penghematan Energi dan Air di Lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum, sehingga diperoleh drivers dalam menggunakan smart grid yaitu: 1. Meningkatkan efisiensi energi. 2. Mengurangi emisi gas rumah kaca dengan memungkinkan partisipasi energi baru dan

terbarukan. 3. Integrasi Information Comunnication and Technology (ICT) dan Regulasi.

Selanjutnya adalah melakukan pemetaan terhadap drivers smart grid kedalam

enterprises goals yang dimiliki COBIT, hal ini dapat dilakukan dengan memperhatikan dimensi kartu keseimbangan (Balance Score Card) seperti terlihat pada Tabel 3, kemudian dilakukan pemetaan kembali ke tujuan terkait teknologi informasi (Tabel 4), setelah itu didapatkan IT Process yang relevan seperti terlihat pada Tabel 5.

Tabel 3. Pemetaan Drivers Smart Grid Ke Enterprises Goals COBIT [5&9]

Drivers Smart Grid Balance Score Card Enterprise Goals

Meningkatkan Efisiensi Energi Internal Optimasi Fungsionalitas Proses Bisnis Mengurangi emisi gas rumah kaca dengan memungkinkan partisipasi energi baru dan terbarukan

Financial Mengelola Resiko Bisnis (Pengamanan Aset)

Internal Mengelola Perubahan Program Bisnis Intergrasi Information Comunnication and Technology (ICT) dan Regulasi

Internal Optimasi Biaya Proses Bisnis Learning and Growth

Kemampuan dan Motivasi Pegawai

ISBN :

4

Page 5: ANALISA TINGKAT KEMATANGAN SMART GRID DI …mmt.its.ac.id/download/SEMNAS/SEMNAS XXV/MTI/6. Dedy Dwi Kurni… · Jurusan Teknik Informatika ... Penggunaan energi di gedung Kementerian

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXV Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 30 Juli 2016

Tabel 4. Pemetaan Enterprises Goals Ke Tujuan Terkait Teknologi Informasi [5]. Enterprise Goals

Men

gelo

la R

esik

o B

isni

s (Pe

ngam

anan

A

set)

Opt

imas

i Fu

ngsi

onal

itas

Pros

es B

isni

s

Opt

imas

i Bia

ya

Pros

es B

isni

s

Men

gelo

la

Peru

baha

n Pr

ogra

m

Bis

nis

Kem

ampu

an d

an

Mot

ivas

i Peg

awai

Tujuan Terkait Teknologi Informasi 3 11 12 13 16 1 Penyelarasan Strategi TI dan Bisnis S P S P S 3 Komitmen Eksekutif Manajemen Membuat Keputusan

Berdasarkan IT S S S P S

4 Mengelola Risiko Bisnis Terkait TI P S S S S 5 Menyadari Manfaat dari Investasi IT dan Servis

Portofolio S S P S S

6 Transparansi Biaya IT, manfaat dan Resiko. S S P S S 7 Penyampaian Layanan TI sejalan dengan Persyaratan

Bisnis S P S S S

8 Penggunaan Aplikasi, Informasi dan Solusi Teknologi yang Mencukupi S P S S S

9 Ketangkasan TI S P S S S 10 Keamanan Informasi, Infrastruktur Pengolahan dan

Aplikasi P S S S S

11 Optimasi Aset IT, Sumber Daya dan Kapabilitas. S S P S S 12 Memungkinkan dan Mendukung Proses Bisnis dengan

Menggabungkan Aplikasi dan Teknologi dalam Proses Bisnis

S P S S S

13 Penyampaian Program harus memberikan manfaat, tepat waktu, tepat biaya, sesuai dengan persyaratan dan standar kualitas.

S S S P S

16 Karyawan yang Kompeten dan Termotivasi Bisnis dan TI P S S S P

Tabel 5. Frekuensi Kemunculan IT Process pada IT Process yang relevan.

No IT Proses Nama Proses Frekuensi

Kemunculan IT Proses

1 EDM 02 Memastikan adanya manfaat dari optimasi IT bagi perusahaan 4

2 APO 01 Mendefinisikan Kerangka Manajemen untuk IT 4 3 APO 04 Mengelola Inovasi 4 4 APO 12 Mengelola Risiko 4

Untuk Prosiding Seminar ini dilakukan pemilihan dengan ambang batas frekuensi

kemunculan IT Proses yang paling tinggi yaitu yang frekuensi kemunculan nya sebanyak 4 kali, sehingga diperoleh kapabilitas proses seperti dibawah ini: 1. EDM02 Ensure Benefits Delivery

Layanan dan aset TI yang berasal dari investasi IT sebagian telah dirasakan manfaatnya. Pengelolaan gedung dengan memanfaatkan BAS (Building Automation System) terbukti dapat mengurangi konsumsi energi dalam gedung, tetapi hanya pada gedung baru saja

ISBN :

5

Page 6: ANALISA TINGKAT KEMATANGAN SMART GRID DI …mmt.its.ac.id/download/SEMNAS/SEMNAS XXV/MTI/6. Dedy Dwi Kurni… · Jurusan Teknik Informatika ... Penggunaan energi di gedung Kementerian

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXV Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 30 Juli 2016

yang telah menggunakan BAS [10] dengan modul yang dapat dikontrol terbatas, seperti modul Chiller dan pompa air. Dikarenakan modul yang dapat dikontrol terbatas, maka penilaian untuk proses ini masih berada di level 1 dengan tingkat ketercapaian 40%. Untuk dapat meningkatkan level maturity nya, maka dapat melakukan investasi untuk membuka modul yang lain seperti sistem metering energi [10], sehingga kontrol, monitor, dan evaluasi terhadap pengelolaan utilitas gedung dapat dilakukan dengan baik [1], serta membuat dokumentasi Standar Operasional BAS. 2. APO01 Manage the IT Management Framework

Kementerian PUPR telah memiliki organisasi internal yang memiliki fungsi melakukan penghematan energi berdasarkan keputusan menteri nomor 546/KPTS/M/2011, tetapi organisasi ini masih bersifat ad-hoc sehingga peran dan tanggung jawab didalamnya belum berjalan dengan baik. Hasil dari pengukuran terhadap penghematan energi ini belum di monitor dan di validasi kebenaran datanya, karena terlambatnya hasil pelaporan. Proses yang ada belum ada dokumentasinya, sehingga diperlukan pembuatan struktur organisasi yang yang robust untuk dapat menjamin terlaksana pelaksanaan smart grid yang handal. Terhadap struktur organisasi yang ada sekarang, masih harus dilakukan perubahan untuk menunjang pengembangan smart grid dari sisi organisasi. Pencapaian untuk proses ini masih berada pada level 1 dengan tingkat ketercapaian 46,97%. Untuk meningkatkan level maturity, maka dapat membentuk struktur organisasi baru yang dapat mengakomodir semua syarat pengembangan smart grid Kementerian PUPR (Gambar 2), selanjutnya mendokumentasikan tugas setiap bagian dengan baik dan melakukan pengklasifikasian terhadap data yang bersifat rahasia, internal atau terbuka bagi umum.

Kepala Sub

Bagian Utilitas

Perencanaan Jaringan Teknisi Administrasi

Umum

Kepala Sub Bagian Utlitas

Strategy dan Pengembangan O&M Layanan

Perencanaan Utilitas

Infrastruktur Smart Grid

Operasional

Pemeliharaan

Layanan Data dan Laporan

Service Desk

Bagian Umum

Gambar 2. Kondisi Sekarang dan yang diharapkan Unit Pengelola Jaringan Utilitas

3. APO04 Manage Innovation

Lingkungan Kementerian PUPR masih rendah terhadap gagasan atau ide yang timbul dari karyawan, sehingga terkadang ide yang potensial hanya ada dikaryawan saja. Ide karyawan terhadap penghematan energi juga belum muncul, sehingga pada saat ini masih berpusat pada manajemen yang telah mencoba melakukan analisa terhadap teknologi yang muncul mengenai penghematan energi seperti pada sistem pencahayaan. Dengan memasang sensor (cahaya) di gedung utama (Gambar 3), mengganti lampu TL dengan lampu LED di gedung Heritage [10]. Telah ada konsep yang berkaitan dengan energi terbarukan dalam skala mini dimana memasang lampu taman dengan sumber energi berasal dari panel surya (Gambar

ISBN :

6

Page 7: ANALISA TINGKAT KEMATANGAN SMART GRID DI …mmt.its.ac.id/download/SEMNAS/SEMNAS XXV/MTI/6. Dedy Dwi Kurni… · Jurusan Teknik Informatika ... Penggunaan energi di gedung Kementerian

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXV Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 30 Juli 2016

4). Dengan sedikitnya atribut proses yang tercapai dalam proses ini, maka proses ini berada pada level 1 dengan ketercapaian 40,08%, untuk meningkatkan level pada proses ini maka perlu mengaplikasikan ide yang berpotensi akan menciptakan penghematan energi di Kementerian PUPR. Selanjutnya dapat juga menggunakan Gamification untuk meningkatkan inovasi penghematan energi [1]. 4. APO12 Manage Risk

Telah melakukan pengumpulan data dan register terhadap resiko yang bisa mengakibatkan gagal sistem atau hilang data. Sebagai contoh bagaimana menjaga keamanan fisik dan lingkungan dengan mencegah akses fisik yang tidak sah, kerusakan, pencurian, pembahayaan, dan gangguan pada informasi dan fasilitas tertentu. Di lokasi-lokasi yang berisikan informasi atau aset yang sensitif atau kritis, menggunakan (security barrier) yang sesuai dan entry control guna memberikan proteksi fisik terhadap akses tidak sah, kerusakan atau gangguan. Kendali-kendali ini akan memastikan bahwa hanya personil berwenang yang mendapatkan akses. Kementerian PUPR telah membuat Virtual Private Server dengan menggunakan 2 data center yang terpisah lokasi nya, sebagai upaya untuk mengurangi resiko kehilangan data dan ketersedian data. Dikarenakan atribut proses masih banyak yang belum tercapai, maka proses ini ada pada level 1 dengan tingkat ketercapaian 47,66%, untuk meningkatkan level maturity proses ini dapat membuat SOP akses kontrol ruang data center maupun dengan menambahkan infrastruktur berupa akses pintu dengan key card dan menambahkan CCTV pada ruangan yang berisiko tinggi.

Gambar 3. Sensor Motion Lampu

Gedung Utama

Gambar 4. Contoh lampu taman yang

menggunakan Panel surya

Gambar 5. Hasil Persentase Kapabilitas

Proses Level 1 (%). Gambar 6. Hasil Kapabilitas Proses

40

46.97

40.08

47.66

36 38 40 42 44 46 48 50

EDM02 APO01 APO04 APO12

1 2 3 4

Nilai Kapabilitas Proses

Series1

0

1

2

3

4

5

Saat Ini Target Level Maximal

EDM02

APO01

APO04

APO12

ISBN :

7

Page 8: ANALISA TINGKAT KEMATANGAN SMART GRID DI …mmt.its.ac.id/download/SEMNAS/SEMNAS XXV/MTI/6. Dedy Dwi Kurni… · Jurusan Teknik Informatika ... Penggunaan energi di gedung Kementerian

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXV Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 30 Juli 2016

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Hasil penilaian tingkat kapabilitas tidak dapat mencapai target yang ingin dicapai

dikarenakan masih kurang nya pendokumentasian laporan, pedoman dan atau standar operasional prosedur (SOP) mengenai penghematan energi. Sehingga walaupun telah ada beberapa SOP penghematan energi tetapi tidak dapat mencapai nilai yang optimal. Serta masih ada kesenjangan infrastruktur jaringan utilitas pada gedung baru maupun gedung lama, sehingga belum dapat dilakukan integrasi building energy management system yang dapat memberikan input yang sangat bagus dalam rangka penghematan energi di Kementerian PUPR.

2. Skala prioritas pengembangan smart grid dilakukan dengan melakukan serangkaian kegiatan praktik dasar perbaikan proses dan menghasilkan produk kerja pada level 1, selanjutnya dilakukan rangkaian praktik generik dan produk kerja generik pada level 2. Sebagai contoh untuk meningkatkan tingkat maturity Smart Grid Kementerian PUPR dapat dilakukan dengan mengganti semua lampu dengan lampu LED, penggunaan sensor motion lampu pada gedung, Zoning atau Grouping terhadap peralatan field devices

Saran untuk penelitian selanjutnya adalah: 1. Penelitian ini masih memilih IT proses yang terpilih berdasarkan frekuensi kemunculan IT

process pada tujuan pada teknologi informasi, kedepannya dapat dilakukan dengan melakukan pemilihan IT process berdasarkan manfaat IT (peningkatan layanan, efektivitas kinerja, kemudahan adaptasi teknologi, dan lain lain) agar memperoleh proses IT yang benar-benar mencerminkan bagaimana kapabilitas Kementerian PUPR.

2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan oleh Kementerian PUPR untuk melakukan evaluasi terhadap penghematan energi dengan melakukan perbaikan pada semua proses.

DAFTAR PUSTAKA [1] Agustondo, T.S. (2016), “Kajian Kebutuhan Sistem Informasi Smart Grid Di Kantor Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahaan Rakyat”, Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXV, Surabaya. [2] ISACA, (2012), A Business Framework for the Governance and Management of Enterprise IT, Rolling Meadows, Illinois, ISACA. [3] ISACA, (2013), Self Assesment Guide:Using Cobit 5, Rolling Meadows, Illinois, ISACA. [4] ISACA, (2013), Process Assesment Model (PAM): Using Cobit 5, Rolling Meadows, Illinois, ISACA. [5] IT Governance, (2008), Understanding How Business Goals Drive IT Goals, ITGI: 19 [6] Rencana Strategis Biro Umum Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahaan Rakyat 2015-2019 [7] Sun, Q., Ge, X., Liu, L., Xu, X., Zhang, Y., Niu, R., & Zeng, Y. (2011), “Review of Smart Grid comprehensive assessment systems”, Energy Procedia, 12, 219–229. [8] Tanuwijaya, H., & Sarno, R. (2010), “Comparation of CobiT Maturity Model and Structural Equation Model for Measuring the Alignment between University Academic Regulations and Information Technology Goals”, Journal of Computer Science, 10(6), 80–92. [9] Software Engineering Institute. (2011). SGMM Model Definition (1.2 ed.). Carnegie Mellon. [10] Widiarosi, D (2016), “Rancangan Infrastruktur Smart Micro Grid di Kantor Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahaan Rakyat”, Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXV, Surabaya.

ISBN :

8