ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG...

115
ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI NO 8 TAHUN 1998 DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI) Oleh: Heru Awal Ludin NIM: 105043201327 KONSENTRASI PERBANDINGAN HUKUM PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADZHAB DAN HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H / 2010 M

Transcript of ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG...

Page 1: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA

PERMENDAGRI NO 8 TAHUN 1998 DALAM PERSPEKTIF HUKUM

ISLAM

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh:

Heru Awal Ludin NIM: 105043201327

K O N S E N T R A S I P E R B A N D I N G A N H U K U M PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A

1431 H / 2010 M

Page 2: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul ” ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN

RUANG PADA PERMENDAGRI NO 8 TAHUN 1998 DALAM PERSPEKTIF

HUKUM ISLAM”, telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Pada tanggal 15

Juni 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Hukum Islam (SHI) pada Program Studi Perbandingan Madzhab dan Hukum

(PMH) Konsentrasi Perbandingan Hukum.

Ciputat, 15 Juni 2010

Mengesahkan

Dekan

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, S.H., M.A., M.M.

NIP: 195505051982031012

PANITIA UJIAN 1. Ketua : Dr. H. Ahmad Mukri Aji, M.A ( .............................. )

NIP: 195703121985031003 2. Sekretaris : Dr. H. Muhammad Taufiki, M.Ag ( .............................. ) NIP: 196511191998031002 3. Pembimbing I : Dr. A. Sudirman Abbas, M.A ( .............................. ) NIP: 150.294 051 4. Pembimbing II : Dra. Afidah Wahyuni, M.Ag. ( .............................. ) NIP: 197302151999031002 5. Penguji I : Dr. H. Ahmad Mukri Aji, M.A. ( .............................. ) NIP: 195703121985031003

Page 3: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

6. Penguji II : Dr. Hasanudin, M.Ag ( .............................. ) NIP: 196103041955031001

Page 4: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh Gelar Strata Satu (S I) di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Ciputat, 17 juni 2010

Heru Awal Ludin

Page 5: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadlirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat

menyelesaikan Skripsi dengan judul “ANALISA TERHADAP

PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI NO 8

TAHUN 1998 DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM” yang merupakan

kewajiban bagi Mahasiswa Program Sarjana (S-1) Perbandingan Hukum pada

Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, untuk memenuhi dan

melengkapi sebagian persyaratan dan tugas akhir untuk mencapai Gelar Sarjana

Hukum Islam (SHI).

Dalam penulisan Skripsi ini, sudah barang tentu Penulis banyak memperoleh

bantuan dan bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak, yang sangat bermanfaat

bagi penulisan ini. Untuk itu dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan

terima kasih, yang setulus-tulusnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, S.H., M.H., M.M., selaku Dekan

Fakultas Syari’ah dan Hukum.

2. Bapak Dr. H. Ahmad Mukri Adji, MA. Dan Bapak Dr. H. Muhammad Taufiqi,

M.Ag., selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Perbandingan Madzhab dan Hukum

Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

i

Page 6: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

3. Bapak. Dr. A. Sudirman Abbas, M.A dan Ibu Dra. Afidah Wahyuni, M.Ag.,

selaku Dosen Pembimbing, yang telah membimbing dan memberikan motivasi

yang besar selama proses penulisan skripsi ini.

4. Seluruh Dosen Program Studi Perbandingan Madzhab dan Hukum Fakultas

Syari’ah dan Hukum yang dengan penuh keihlasan mencurahkan ilmu

pengetahuannya kepada penulis selama masa studi.

5. Segenap Pengelola Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidaytullah Jakarta dan

Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan fasilitas

kepada penulis dalam mencari data-data pustaka.

6. Nenek, Ayahanda dan Ibunda, Ibu Hj. Rohmanih, Bapak Ahcmad dan Ibu

Marwiyah, yang selalu penulis hormati dan sayangi, dan yang selalu

mencurahkan kasih sayangnya kepada penulis, memberikan bimbingan, arahan,

nasehat dan do’a demi kesuksesan penulis. Mudah-mudahan Allah SWT selalu

memberi limpahan rahmat dan kasih sayangnya kepada mereka. Amin.

7. Kepada adik-adiku tersayang Nur Hayani, Ani Suryani, dan Siti Laila yang

selalu memberikan senyuman, canda tawa serta doa yang tiada henti untuk

penulis. Dan khusus untuk Ani dan Laila yang sudah berada dipangkuan Allah

SWT. Tidak pernah sedikitpun rasa sayang dan cinta penulis berkurang untukmu

adik-adikku, semoga Allah SWT selalu meninggikan derajat kalian. Amin Ya

Allah SWT.

8. Rekan-rekan Mahasiswa dan Mahasiswi dari Program Studi Perbandingan

Madzhab dan Hukum angkatan 2005 / 2006 Fakultas Syariah dan Hukum UIN

ii

Page 7: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

iii

Syarif Hidayatullah yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam masa

studi dan dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.

Akhirnya atas jasa dan bantuan semua pihak, baik berupa moril maupun

materil penulis panjatkan do’a semoga Allah SWT membalas dengan imbalan pahala

yang berlipat ganda dan menjadikan sebagai amal jariah yang tidak pernah surut

mengalir pahalanya, dan mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna

bagi penulis dan semua pihak. Amin.

Ciputat, 17 Juni 2010

Heru Awal Ludin Penulis

Page 8: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah..................................................................1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah..............................................9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian......................................................10

D. Tinjauan Kajian Terdahulu (Review Study)...................................11

E. Metode Penelitian..........................................................................14

F. Sistematika Penulisan....................................................................16

BAB II RUANG LINGKUP PERMENDAGRI NO 8 TAHUN 1998

A. Pengertian dan Tujuan Penyelenggaraan Penataan Ruang di

Daerah...........................................................................................18

B. Perencanaan Tata Ruang...............................................................20

C. Pemanfaatan Tata Ruang..............................................................27

D. Pengendalian Pemanfaatan Tata Ruang.......................................35

BAB III PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DI DAERAH

PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

A. Pengertian dan Ruang Lingkup Penyelenggaraan Penataan Ruang

di Daerah Perspektif Hukum Islam...............................................50

B. Perencanaan Tata Ruang Perspektif Hukum Islam.......................57

iii

Page 9: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

iv

C. Pemanfaatan Tata Ruang Perspektif Hukum Islam......................65

D. Pengendalian Pemanfaatan Tata Ruang Perspektif Hukum

Islam..............................................................................................71

BAB IV ANALISA TERHADAP PERMENDAGRI NO 8 TAHUN 1998

PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

A. Analisis Perspektif Hukum Islam..................................................81

B. Analisis Komperatif.......................................................................90

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................100

B. Saran............................................................................................101

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................103

LAMPIRAN

Page 10: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Secara sederhana disebutkan bahwa yang dimaksud dengan lingkungan hidup

adalah sistem kehidupan di mana terdapat campur tangan manusia terhadap tatanan

ekosistem. Kemudian secara lebih rinci mengenai pengertian tentang lingkungan

hidup disebutkan bahwa “lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua

benda, daya, keadaan, dan mahluk hidup, termasuk manusia dan prilakunya, yang

mempengaruhi kelangsungan prikehidupan dan kesejahteran manusia serta makhluk

hidup lain”.1 Dari pengertian tadi dapat digambarkan bahwa manusia di bumi ini

tidak hidup sendirian akan tetapi berkaitan erat secara bersama dengan mahluk lain

seperti tumbuh-tumbuhan, hewan, mikroorganisme lain. Manusia sebagai salah satu

makhluk hidup, sekalipun memiliki kemampuan lebih dari pada mahluk yang lain,

di dalam menjalani proses kehidupan di planet bumi ini tidak dapat menganggap

dirinya lebih superior dan makhluk lain pada posisi inferior. Manusia dan mahluk

lain, termasuk yang namanya jasad renik (micro organism), sama-sama pada posisi

yang saling membutuhkan, tergantung pada derajat atau tingkat saling

membutuhkannya. Misalnya, manusia membutuhkan oksigen dan makanan, dalam

hal ini manusia tidak dapat memenuhinya melalui dirinya sendiri (heterotrfic).

Oksigen diperoleh hanya melalui tumbuh-tumbuhan dan makanan diperoleh selain

1 Widjojo Nitisastro, “Senantiasa Memiliki Rakyat Kecil “, dalam : Revolusi Berhenti Hari

Minggu, (Jakarta : PT. Kompas Media Nusantara, 2000), h 49-50.

1

Page 11: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

2

dari tumbuhan juga dari hewan. Untuk kebutuhan minuman hanya didapatkan dari

air tanpa benda-benda dari manusia tidak dapat melangsungkan kehidupan dan juga

keturunanya atau tidak akan terjadi proses survival of the fittest.2

Meminjam istilah biologi (lingkungan) bahwa kota merupakan suatu

ekosistem, karena di kota hidup berbagai masyarakat dengan struktur, kelas, dan

status sosial yang berbeda-beda. Kota juga tidak bisa diklaim sebagai milik para

arsitek yang menginginkan gedung-gedung indah dan berbagai real estate atau milik

ekonom yang menginginkan berdirinya mall, plaza, dan supermarket atau milik para

rumbawan yang menginginkan adanya green city yaitu kota yang memiliki banyak

ruang terbuka, ruang bermain, dan taman kota yang melengkapi kota sebagai paru

kota.3

Islam sebagai agama rahmatan lil alamin (rahmat bagi semesta alam ) tentunya

mempunyai aturan mengenai masalah perkotaan. Dalam untaian gagasan qurani

sekaligus indikasi kealaman dan kesejahteraan serta fenomena tingkah laku manusia

itu sendiri, pola dasar konseptual islami tetap memiliki sifat berbanding lurus dengan

setiap bentuk penyimpangan terhadap jalan cara dan pesan Allah kepada umat

manusia. Karena watak dasar islami adalah kesatuan diri dengan hukum-hukum

Allah yang manifestasinya sangat dinamik dalam keseluruhan proses kehidupan.4

2 Effendy Daud, “Manusia, Lingkungan dan Pembangunan Prorpektus Islami ”, (Jakarta ;

lembaga penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008). hal 50. 3 MT. Dyayadi, Tata Kota Menurut Islam (Jakarta; Pustataka AL-Kautsar Grup, 2008) cet.

Ke-1, h. 43. 4 Saefudin Ahmad, ‘’Ekonomi dan Masyarakat Dalam Persepektif islam’’(Jakarta Rajawali

Pers1987). hal-181

Page 12: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

3

Sesungguhnya tidak ditemukan konsep tata kota Islam, Fikih Perkotaan yang

baku apalagi yang bersifat teknis-mekanistis tentang tata kota dalam ajaran Islam.

Namun ajaran Islam mempunyai prinsip-prinsip dalam hal penataan kota yang

menjadi guidance dalam membuat kebijakan penataan sebuah kota.

Berbicara Fikih Perkotaan termasuk dalam ruang lingkup Fikih Siyasi. Yang

dimaksud dengan Fikih Siyasi adalah fikih yang membicarakan seluk beluk

pengaturan kepentingan umat manusia pada umumnya dan negara pada khususnya,

baik tentang peraturan kebijakan untuk mewujudkan kepentingan orang banyak.

Oleh karenanya, ruang lingkup Fikih Siyasi sangatlah luas termasuk pengaturan

Negara secara umum.

Sedangkan Fikih Tata Kota juga mempunyai ruang lingkup sangat luas. Sebut

saja kota sebagai sebuah ekosistem, kota sebagai media kesejahteraan umat, sistem

pengelolaan tanah dan konsolidasi (tanah), sistem penataan ruang, penghijauan kota

(Green City). 5

Tentunya kita tidak menginginkan terjadinya polusi di kota tempat kita

tinggal yang akan berdampak pada multiefek. Mengenai tata kota yang “Green City”

merupakan sebuah keniscayaan. Jauh-jauh hari Rasulullah Saw. menegaskan betapa

pentingnya menjaga lingkungan perkotaan dengan melestarikan pepohonan sebagai

salah satu sumber kehidupan.

5 MT. Dyayadi, “Tata Kota Menurut Islam”, (Jakarta; Pustataka AL-Kautsar Grup, 2008)

cet. Ke-1, hal-118

Page 13: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

4

Madinah sebagai kota percontohan yang dikelola Rasulullah Saw.

mensyaratkan kesejukan dengan menjaga pepohonan. Kota Madinah belum memiliki

transportasi yang dapat mengeluarkan polutan karbon monoksida yang dikeluarkan

oleh mobil, sepeda motor, pabrik-pabrik yang mengeluarkan asap dan sebagainya.

Pepohonan tidak hanya merupakan lambang kesejukan, namun pepohonan

merupakan bagian dari kehidupan manusia itu sendiri. Betapa tidak, pepohonan

adalah media siklus udara yang dibutuhkan manusia. Pepohonanlah yang menjadi

sumber adanya udara besih yang kita hirup. Kekurangan udara bersih berarti

mengurangi hak hidup manusia itu sendiri.

Bayangkan saja saat ini kita mulai merasakan betapa suhu udara yang

menggerahkan, curah hujan dan musim yang tidak menentu. Karenanya, tidak salah

jika dikatakan hutan adalah paru-paru dunia. Tanpa pohon-pohonan seolah dunia

kehilangan paru-parunya untuk bernafas dan selanjutnya melenyapkan kehidupan ini.

Lebih dari itu, pepohonan merupakan penangkal terjadinya malapetaka pada

sebuah kota. Sebab pada pohonlah sistem keseimbangan ketersediaan dan

penyimpanan air terjadi. Kebutuhan akan air atau kelebihan terhadap pasokan air

yang datang melalui banjir akan diseimbangkan oleh pohon-pohonan. Karenanya,

penataan kota secara teratur, tersistem rapi, green city merupakan keniscayaan dalam

kehidupan perkotaan. Islam sebagai sistem nilai melalui Al-Quran dan contoh

Page 14: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

5

tauladan Rasulullah Saw. Telah mengajarkan dan menuntun manusia untuk dapat

menata tempat tingggalnya dalam rangka kemaslahatan manusia itu sendiri.6

Permasalahan Tata Ruang bukanlah permasalahan Departemen Pekerjaan

Umum atau tanggung jawab Direktorat Penataan Ruang semata. Persoalan tata ruang

sangat erat kaitannya dengan dinamika pembangunan di suatu tempat yang terkadang

tingkat pertumbuhan dan arah pertumbuhannya tidak terkendali. Hal ini disebabkan

oleh banyak faktor, baik alamiah maupun non-alamiah karena adanya kebijakan

pemerintah, keterlibatan dan kepentingan swasta, maupun hal-hal lain seperti akibat

dari implementasi Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah

Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

Pusat dan Daerah yang membuka ruangan terhadap persaingan antar daerah otonom

untuk mendapatkan perolehan PAD sebanyak-banyaknya, yang kemudian terkadang

memberikan tekanan yang berlebihan terhadap suatu kawasan.7

Penyelenggaraan penataan ruang di Indonesia dilaksanakan berdasarkan UU

No.24/1992 tentang Penataan Ruang, di mana pengertian penataan ruang mencakup

perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.

Perencanaan tata ruang merupakan proses penyusunan rencana tata ruang (RTR),

baik untuk wilayah administratif (provinsi, kabupaten dan kota), maupun untuk

kawasan fungsional (misal kawasan perkotaan dan perdesaan). Pemanfaatan ruang

merupakan wujud operasionalisasi RTR atau pelaksanaan pembangunan oleh

6www.Waspada Online.com Diakes Pada Tanggal 20-des-2009

7 www.Waspada Online.com Diakes Pada Tanggal 20-des-2009

Page 15: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

6

berbagai sektor yang mengisi fungsi-fungsi ruang, serta pengendalian pemanfaatan

ruang terdiri atas proses pengawasan (pemantauan, pelaporan, dan evaluasi) serta

penertiban (pengenaan sanksi dan perizinan) terhadap pelaksanaan pembangunan

agar tetap sesuai dengan rencana tata ruangnya. Dan Dalam Permendagri No 8

Tahun 1998 pasal (1) huruf a, Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan,

ruang lautan, dan ruang udara sebagai tempat manusia dan tempat mahluk lainya

hidup dan melakukan kegiatan guna memelihara kelangsungan hidupnya. Huruf b,

tata ruang adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang, dan pengendalian

pemanfaatan ruang. huruf c, penataan ruang adalah proses perencanaan tata ruang,

pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Upaya pengendalian

pemanfaatan ruang akan memberikan feedback bagi proses perencanaan tata ruang

dan pemanfaatan ruang. Ketiga unsur penataan ruang saling terkait erat satu sama

lain membentuk suatu siklus yang interaktif-dinamis.

Melekat dalam setiap unsurnya (perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian

pemanfaatan ruang), karakteristik penataan ruang sangat terkait erat dengan sistem

politik, ekonomi, sosial, budaya, lingkungan, dan bahkan, pertahanan-keamanan.

Oleh karenanya penataan ruang menekankan pendekatan kesisteman yang kompleks

yang dilandasi oleh 4 (empat) prinsip utama yakni : (a) holistik dan terpadu, (b)

keseimbangan antar fungsi kawasan (misal antar kota-desa, lindung-budidaya,

pesisir-daratan, atau hulu-hilir), (c) keterpaduan penanganan secara lintas

sektor/stakeholders dan lintas wilayah administratif, serta (d) pelibatan peran serta

Page 16: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

7

masyarakat mulai tahap perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan

ruang.8

Rencana Tata Ruang Kota (RTRK) yang dapat diketahui masyarakat

memungkinkan pendayagunaan dan pemeliharaan tata ruang secara terarah.

Pemerintah hendaknya berkewajiban mengusahakan agar penataan ruang dilakukan

secara terbuka. Setiap warga masyarakat perlu memperoleh keterangan mengenai

produk perencenaan tata ruang kota dan proses yang ditempuh dalam penataan ruang

kota tersebut. Dalam menyusun peraturan daerah tentang tata ruang yang diajukan,

masyarakat harus diikut sertakan agar penataan ruang kota berorientasi kepada

kepentingan warga/masyarakat kota.9

Dalam pelaksanaan prinsip-prinsip di atas, banyak kendala dan problem yang

dialami. Salah satu contohnya adalah penggusuran sebuah pemukiman atau bagian

dari lingkungan, dilakukan sebagai pemanfaatan ruang untuk fasilitas umum menurut

pola baru. Tetapi selama ini masyarakat hampir tidak pernah tahu bahwa tanah atau

ruang yang dimanfaatkannya secara turun temurun ternyata menjadi bagian Rencana

Tata Ruang Kota (RTRK) untuk keperluan lain.

Persoalannya bukanlah masalah penggusuran tersebut. Pada mulanya adalah

rencana tata ruang kota yang menjadi landasan. Penggusuran hanyalah tindak lanjut

rencana tersebut. Namun persepsi masyarakat masih tetap sederhana, penggusuran

8Ibid

9MT. Dyayadi, “Tata Kota Menurut Islam”, (Jakarta; Pustataka AL-Kautsar Grup, 2008) cet. Ke-1, h.111.

Page 17: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

8

adalah tindakan awal untuk membangun, misalnya pelebaran jalan raya dan lain

sebagainya.

Secara keIndonesiaan, tampak negara kita sudah tidak lagi mampu

menampung dan memelihara para dhuafa, padahal fakir miskin dan anak-anak

terlantar harus dipelihara oleh negara. Kewajiban itu tertuang dalam Undang-Undang

Dasar 1945 dalam pasal 31 ayat (1) disebutkan fakir miskin dan anak-anak terlantar

diplihara oleh negara dan ayat (2) negara mengembangkan sistem jaminan sosial

bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu

sesuai dengan martabat kemanusiaan. Namun karena keuangan negara terbatas

itulah, mau tidak mau warga masyarakat seharusnya secara patungan membantu

warga masyarakat lain untuk hidup secara layak.

Allah mengajarkan solidaritas sosial (ukhuwah islamiyah) dengan cara saling

membantu terhadap sesama umat islam. Masyarakat islam telah diajarkan sebuah

solusi mencegah kecemburuan sosial, konflik dan mengurangi kemiskinan yang

berdampak pada meningkatnya kriminalitas dalam masyarakat. Dikaitkan dalam hal

ini Allah swt berfirman.

)١٨٣ السعراء ( Artinya :

‘’Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu

merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan’’(Q.S, Asy-Syura’aa : 183).

Page 18: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

9

Secara fisisk, permasalahan lain yang dihadapi kota-kota di Indonesia adalah

pemukiman kumuh, drainase yang buruk kemacetan lalu lintas, polusi udara dan

suara, kepadatan permukiman, ketiadaan ruang terbuka dan sebagainya.10

Kepincangan-kepincangan yang terjadi di perkotaan dianggap identik sebagai

problema (masalah-masalah) sosial oleh masyarakat, tergantung dari sistem dan

nilai-nilai sosial masyarakat itu tersebut. Akan tetapi ada persoalan yang sama yang

dihadapi oleh masyarakat-masyarakat perkotaan pada umumnya.

Dari uraian di atas timbulah ide untuk berusaha memberikan sumbangsih

pemikiran dalam bentuk karya ilmiah (skripsi) guna mendukung upaya

pembangunan tata ruang kota yang berdasarkan studi aplikasi pada

PERMENDAGRI No. 8 tahun 1998, agar kelak memperoleh kebijaksanaan tata

ruang kota yang lebih layak. Untuk itu penulis membuat skripsi ini dengan judul :

ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA

PERMENDAGRI NO 8 TAHUN 1998 DALAM PERSPEKTIF HUKUM

ISLAM

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dalam penulisan skripsi ini, penulis hanya membatasi masalah yang berkisar

pada tata ruang kota dalam menerapkan PERMENDAGRI NO 8 TAHUN 1998.

Adapun yang dimaksud dengan Rencana tata ruang wilayah (RTRW) kota

adalah rencana tata ruang yang bersifat umum dari wilayah kota, yang merupakan

penjabaran dari RTRW provinsi, dan yang berisi tujuan, kebijakan, strategi penataan

10 MT. Dyayadi, “Tata Kota Menurut Islam”, hal-117

Page 19: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

10

ruang wilayah kota, rencana struktur ruang wilayah kota, rencana pola ruang wilayah

kota, penetapan kawasan strategis kota, arahan pemanfaatan ruang wilayah kota, dan

ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota.

Sedangkan PERMENDAGRI No. 8 Tahun 1998 adalah peraturan menteri

dalam negeri tentang prosedur penyelenggaraan penataan ruang dalam proses

perencanaan tata ruang kota.

Berdasarkan latar belakang sebagaimana uraian di atas, terdapat pokok

masalah yang harus diteliti serta dikaji dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai

berikut :

1. Bagaimanakah penyelenggaraan penataan ruang menurut PERMENDAGRI

NO 8 TAHUN 1998 dan Hukum Islam ?

2. Apakah penyelenggaraan penataan ruang terdapat persamaan dan perbedaan

antara PERMENDAGRI NO 8 TAHUN 1998 dan Hukum Islam?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dari pembatasan dan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui penyelenggaraan penataan ruang menurut

PERMENDAGRI NO 8 TAHUN 1998 dan Hukum Islam.

2. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan penyelenggaraan penataan ruang

antara PERMENDAGRI NO 8 TAHUN 1998 dan Hukum Islam.

Penulis pun berharap, dengan adanya hasil penulisan ini, dapat berguna

memperkaya wawasan dan wacana dalam penataan ruang kota Islam pada umumnya,

Page 20: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

11

sekaligus sebagai sumbang saran dan masukan bagi para pratiksi dalam menetapkan

penataan ruang kota yang layak.

1. Manfaat Teoristis.

Penelitian ini sekiranya dapat memberikan wawasan dan pengetahuan

khususnya bagi diri penulis maupun bagi masyarakat pada umumnya

2. Manfaat Praktis.

Diharapkan berguna untuk memberikan informasi dan wawasan kepada

masyarakat dalam dalam mewujudkan proses perencanaan tata ruang kota.

D. Tinjauan Kajian Terdahulu (Review Study)

Dalam penelitian yang telah lalu yakni terdapat tiga hasil penelitian yang

ditulis yang pembahasanya berhubungan dengan judul skripsi yang telah penulis

pilih.

1. Judul Tesis ”Penataan Ruang Kota Skala Mikro Dalam Upaya

Penanggulangan Kemacetan Lalu Lintas Di Kawasan Kota”. Institute

Teknolgi Bandung (ITB). Tesis ini Ditulis Oleh Mulia Yuyus Pada Tahun

1992.

Pada penulisan tesis ini, penulis menjelaskan tentang penataan ruang kota

skala mikro dalam upaya penanggulangan kemacetan lalu lintas di kawasan

kota. Tesis ini menitik beratkan pada persoalan kemacetan yang terjadi di

kawasan kota. Sedangkan perbedaan tesis ini dengan skripsi yang penulis

angkat adalah penulis mendeskripsikan tentang penataan ruang kota telah

diatur dalam Permendagri No.8/1998 tentang Penyelenggaraan Penataan

Page 21: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

12

Ruang di Daerah, yang merupakan peraturan pelaksana dari UU No.24 Tahun

1992 tentang Tata Ruang dan PP No.69/1996. Pola pemukiman yang

dikembangkan pada masa Islam menunjukkan keteraturan tata ruang.

2. Judul Tesis “Kajian tentang kota Islam: Kasus kawasan Mesjid Besar

Kampung Kauman dan Sekitarnya pada kota-kota di Jawa”. Tesis ini Ditulis

Oleh Ekomadyo Agus pada tahun1999.

Pada penulisan tesis ini, penulis menjelaskan tentang Kajian tentang kota

Islam: Kasus kawasan Mesjid Besar Kampung Kauman dan Sekitarnya pada

kota-kota di Jawa, tesis ini menitik beratkan pada kajian kota islam yang

terjadi pada sekitar masjid besar kampung kauman di jawa. Sedangkan

perbedaan tesis ini dengan skripsi yang penulis angkat adalah penulis

mendeskripsikan tentang penataan ruang kota telah diatur dalam Permendagri

No.8/1998 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang di Daerah, yang

merupakan peraturan pelaksana dari UU No.24 Tahun 1992 tentang Tata

Ruang dan PP No.69/1996. Pola pemukiman yang dikembangkan pada masa

Islam menunjukkan keteraturan tata ruang.

3. Judul Skripsi “Pengendalian Penatagunaan Tanah dan Tata Ruang kota di

Kota Kebumen”. Skripsi ini Ditulis Oleh Shinta Mayasari, Pada Tahun 2007

Pada penulisan skripsi ini, penulis menjelaskan tentang pengendalian

penatagunaan tanah dan tata ruang kota di kota kebumen. Yang menitik

beratkan pada penatagunaan tanah dan tata ruang kota dikhususnya di kota

kebumen. Sedangkan perbedaan tesis ini dengan skripsi yang penulis angkat

Page 22: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

13

adalah penulis mendeskripsikan tentang penataan ruang kota telah diatur

dalam Permendagri No.8/1998 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang di

Daerah, yang merupakan peraturan pelaksana dari UU No.24 Tahun 1992

tentang Tata Ruang dan PP No.69/1996. Pola pemukiman yang

dikembangkan pada masa Islam menunjukkan keteraturan tata ruang.

Pada ketiga tesis dan skripsi tersebut, berbeda dengan masalah yang akan

diangkat oleh skripsi ini. Pada penelitian ini, penulis mendeskripsikan tentang

penataan ruang telah diatur dalam Permendagri No.8/1998 tentang Penyelenggaraan

Penataan Ruang di Daerah dengan perspektif hukum Islam, yang merupakan

peraturan pelaksana dari UU No.24 Tahun 1992 tentang Tata Ruang dan PP

No.69/1996. Pola pemukiman yang dikembangkan pada masa Islam menunjukkan

keteraturan tata ruang yang di buktikan dengan penempatan bangunan-bangunan

penunjang kota. Pada masa Islam istana merupakan sentral atau pusat pemerintahan.

Penempatan istana mengikuti konsep kosmologi, sebagai sentral atau pusat, maka

istana atau kraton diletakkan di tengah. Pusat ibadah yang diwujudkan melalui

masjid diletakkan di sebelah Timur, lalu diikuti dengan penempatan pasar di bagian

Barat. Namun pola sepert ini bukan menjadi suatu keharusan baku yang diterapkan

oleh kota-kota kuno Islam di Indonesia. Pada beberapa kasus, penempatan

bangunan-bangunan penunjang tidak memperlihatkan adanya konsep kosmologis,

namun unsur-unsur bangunan fisik kota tetap mengacu pada kaidah-kaidah yang

telah dikembangkan oleh penguasa pendahulu kota-kota Islam. Tata ruang yang

dikembangkan oleh penguasa Islam tempo dulu selain memberi pemandangan kota

Page 23: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

14

yang proporsional, juga terciptanya optimalisasi penggunaan ruang.

Pengoptimalisasian ruang tentunya akan berdampak pada luasnya penggunaan

lahan. Dengan penggunaan lahan yang sedikit tentunya akan melestarikan dan

menjaga keseimbangan alam.

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah metode penelitian kulitatif,

perundang-undangan dan normatif yaitu penelitian kepustakaan (library research)

berdasarkan data sekunder. Penelitian kualitatif dilakukan terhadap banyaknya studi

dokumenter yang ada, sehingga penulis mengedepankan penelitian ini terhadap

kualitas isi dari segi jenis data.

Pada perinsipnya penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan, yang

kajiannya dilaksanakan dengan menelaah dan menelusuri berbagai literatur.

Kualitatif bersifat deskriptif, yaitu data yang terkumpul berbentuk kata-kata, bukan

angka.11

Sedangkan pembahasanya akan menggunakan deskriptif analitis komparatif.

Menggambarkan secara garis besar, kemudian dilakukan secara analisis terhadap

persoalan secara umum. Komparatif, artinya mencari titik temu dan titik beda dalam

sudut pandang hukum konvensional dan hukum Islam.

Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk menganalisa dan menguraikan

mengenai penyelenggaraan penataan dalam mewujudkan proses perencanaan tata

11 Sudarman Danim, Menjadi peneliti kualitatif (Bandung : Pusaka Setia,2002), h.51

Page 24: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

15

ruang dan masalah-masalah yang timbul dari pelaksanaan tata ruang tersebut.

Dalam penelitian ini asas-asas hukum yang dipergunakan adalah Kitab Undang-

Undang Pokok Agraria, PERMENDAGRI No. 8 Tahun 1998 tentang

penyelenggaraan penataan dalam mewujudkan proses perencanaan tata ruang, dan

juga peraturan perundang-undangan lain yang berkaitan dengan tata ruang .

2. Teknik Pengolahan Data

Dalam rangka mengumpulkan, mengolah dan menyajikanbahan-bahan yang

diperlukan, maka dilakukan pengolahan data dengan cara sebagai berikut :

a) Studi Pustaka (library research)

Melalui studi pustaka ini dikumpulkan data yang berhubungan dengan

penelitian skripsi ini yaitu dari literatur-literatur, buku-buku perpustakaan,

tulisan-tulisan sebagai dasar teori dalam pembahasan masalah.

b) Pengolahan Data

Analisis dan pengolahan data, dilakukan dengan cara mengumpulkan

data-data atau literatur yang terdapat di dalam buku dan materi yang

bersangkutan dengan hal yang akan dibahas , kemudian dilakukan analisis

yang dituangkan dalam pembahasan masalah, selanjutnya dapat ditarik

kesimpulan dan diberikan saran-saran untuk perbaikan.

3. Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan skripsi ini, penulis menggunakan buku

pedoman penulisan skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Syari’ah

dan Hukum 2007, yang diterbitkan oleh Fakultas Syari’ah dan Hukum.

Page 25: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

16

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dan memberikan arah serta gambaran materi yang

terdapat dalam skripsi ini, maka penulis menyusun dengan sistematika sebagai

berikut :

BAB I Merupakan PENDAHULUAN yang terdiri dari lima sub bab

yang membahas tentang Latar Belakang Masalah, Pembatasan

dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,

Tinjauan Kajian Terdahulu, Kerangka Konseptual, Metode

Penelitian dan Sistematika P.enulisan.

BAB II RUANG LINGKUP PERMENDAGRI NO 9 TAHUN 1998,

Dalam Bab ini terdiri dari Pengertian dan Tujuan

Penyelenggaraan Penataan Ruang, Perencanaan Tata Ruang,

Pemanfaatan Tata Ruang, Pengendalian Pemanfaatan Tata Ruang.

BAB III PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DI DAERAH

PERSPEKTIF HUKUM ISLAM Dalam Bab ini terdiri dari

Pengertian dan Ruang Lingkup Penyelenggaraan Penataan Ruang

di Daerah Perspektif Hukum Islam, Perencanaan Tata Ruang

Perspektif Hukum Islam, Pemanfaatan Tata Ruang Perspektif

Hukum Islam, Pengendalian Pemanfaatan Tata Ruang Perspektif

Hukum Islam.

Page 26: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

17

BAB IV ANALISA TERHADAP PERMENDAGRI NO 8 TAHUN 1998

PERSPEKTIF HUKUM ISLAM Bab ini terdiri dari Analisis

Perspektif Hukum Islam dan Analisis Komperatif.

BAB V PENUTUP; Kesimpulan dan Saran

Page 27: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

BAB II

RUANG LINGKUP PERMENDAGRI NO 8 TAHUN 1998

A. Pengertian dan Tujuan Penyelenggaraan Penataan Ruang

Berdasarkan PERMENDAGRI No 8/1998 Ruang adalah wadah yang

meliputi ruang daratan, ruang lautan, dan ruang udara sebagai tempat manusia

dan tempat mahluk lainnya hidup dan melakukan kegiatan guna memelihara

kelangsungan hidupnya.

Tata ruang adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang, baik

direncanakan maupun tidak, penataan ruang adalah proses perencanaan tata

ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

Penyelenggaraan penataan ruang adalah rangkain kegiatan dalam proses

perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan

ruang.

Penataan ruang berdasarkan UU No 24 Tahun 1992 terdiri atas,

perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan

ruang. Selain itu juga dinyatakan ruang terbagi habis antara kawasan lindung dan

kawasan budi daya.1

1Setia Hadi, MS. “Penataan Ruang Untuk Pemantapankawasan Hutan”,(Bogor :

Departemen Kehutanan Badan Planologi Kehutanan Pusat Rencana dan Statistik Kehutanan, 2006), h 2.

18

Page 28: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

19

Seperti kita ketahui bersama bahwa tujuan utama dalam penyelenggaraan

penataan ruang berkelanjutan pada akhirnya akan bermuara kembali kepada

kesejahteraan masyarakat sehingga dalam proses pembangunan berkelanjutan

(sustainable development) peran serta masyarakat dengan kearifan lokalnya perlu

diberikan tools dan mekanisme yang jelas agar bisa berinteraksi dalam

penyelenggaraan penataan ruang. 2

Sesuai dengan Undang-Undang No 26 tahun 2007 tentang Penataan

Ruang bahwa peran serta masyarakat disebutkan pada bagian konsideran butir

(d) yang menyatakan bahwa “keberadaan ruang yang terbatas dan pemahaman

masyarakat yang berkembang terhadap pentingnya penataan ruang sehingga

diperlukan penyelenggaraan penataan ruang yang transparan, efektif, dan

partisipatif agar terwujud ruang yang aman, nyaman, produktif, dan

berkelanjutan.”

Kebutuhan akan peran serta masyarakat muncul di Indonesia dan di

berbagai negara disebabkan oleh beberapa alasan. Alasan yang paling utama

adalah keterbatasan sistem demokrasi perwakilan (representative democracy)

yang kurang mampu mewakili keragaman kepentingan masyarakat, terutama

kelompok-kelompok minoritas, miskin, atau kelompok yang memiliki

keterbatasan akses terhadap proses pengambilan keputusan politik. Kebijakan

publik menjadi arena tertutup dan menjadi ajang kepentingan pribadi dan

2 Setia Hadi, MS. “Penataan Ruang Untuk Pemantapan kawasan Hutan”, h 2.

Page 29: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

20

kelompok-kelompok yang memiliki akses terhadap proses pengambilan

keputusan politik. Sehingga untuk memperbaiki hal tersebut, maka suara

masyarakat perlu diperkuat dengan cara melibatkan secara langsung masyarakat

dalam proses penentuan kebijakan publik.3

Bila kita cermati perkembangan politik pada beberapa negara barat yang

telah mengalami sejarah panjang demokrasi, akan terlihat kematangan sistem

demokrasi perwakilan dengan partisipasi masyarakat. Semakin baik proses dan

sistem demokrasi perwakilan maka akan semakin mengurangi kebutuhan peran

serta masyarakat secara langsung dalam pengambilan keputusan publik.4

Maka berdasarkan PERMENDAGRI No 8/1998 tujuan penyelenggaraan

penataan ruang terdapat pada Pasal 2 Tujuan penyelenggaraan penataan ruang di

daerah yaitu; Terlaksananya perencanaan tata ruang secara terpadu dan

menyeluruh, Terwujudnya tertib pemanfaatan tata ruang Terselenggaranya

pengendalian pemanfaatan ruang

B. Perencanaan Tata Ruang

Berdasarkan permendagri No 8/1998 perencanaan tata ruang adalah

kegiatan menyusun dan menetapkan rencana tata ruang yang dilakukan melalui

proses dan prosedur penyusunan serta penetapan rencana tata ruang.

3Ibid , h 3. 4Sjofjan Bakar, “Peran Serta Masyarakat dalam Penyelenggaraan Penataan

Ruang”(Jakarta : Dir. Fasilitas Penataan Ruang dab Lingkungan Hidup, 2009), h 1.

Page 30: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

21

Berdasarkan Permendagri No.8/1998 Pasal 6 perencanaan tata ruang itu

berisi :

(1) Pekerjaan peyusunan rencana tata ruang merupakan kewajiban dan

tanggung jawab Kepala daerah.

(2) Peyusunan rencana tata ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat

dilakukan dengan cara :

a. Bekerjasama dengan perguruan tinggi dan atau konsultan perencanaan

yang berbentuk badan hukum.

b. Swakelola.

(3) Pemilihan pelaksana pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

dilakukan oleh instansi yang bertangung jawab menyusun rencana tata

ruang

Ruang wilayah negara yang meliputi ruang lautan, ruang udara, dan ruang

daratan merupakan sumber daya alam dan suatu subsistem. Dalam subsistem

terdapat sumber daya manusia dengan berbagai macam kegiatan pemanfaatan

sumber daya alam, dan sumber daya buatan, dengan tingkat pemanfaatan yang

Page 31: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

22

berbeda-beda yang apabila tidak ditata secara baik dapat mendorong ke arah

ketidakseimbangan penanganan serta ketidaklestarian lingkungan hidup.5

Pelaksanaan pembangunan, khususnya pembangunan fisik tidak selalu

berjalan sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan. Pelanggaran

pemanfaatan ruang ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti faktor teknis

operasional, administratif, dan perkembangan pasar. Kondisi ini mengisyaratkan

bahwa untuk mewujudkan terciptanya pembangunan yang “tertib ruang”,

diperlukan tindakan pengendalian pemanfaatan ruang yang sungguh-sungguh.6

Kecenderungan penyimpangan tersebut dapat terjadi karena produk

rencana tata ruang kurang memperhatikan aspek-aspek pelaksanaan

(pemanfaatan ruang), atau sebaliknya pemanfaatan ruang kurang memperhatikan

rencana tata ruang yang telah disusun dan ditetapkan.

Sejalan dengan perubahan dan pembaharuan sistem penyelenggaraan

pemerintahan daerah berdasarkan kebijakan Undang-undang Nomor 32 Tahun

2004 tentang Pemerintahan Daerah, maka Pemerintah Provinsi dan

Kabupaten/Kota sebagai daerah otonom telah diberikan kewenangan urusan

pemerintahan dan sekaligus menjadi kewajiban Pemerintah Provinsi dan

Kabupaten/Kota untuk mengatur dan mengurus perencanaan, pemanfaatan dan

pengawasan tata ruang di Daerah. Pemberian kewenangan dan kewajiban sesuai

dengan strata dan fungsi pemerintahan tersebut, hendaknya dipandang sebagai

5Sjofjan Bakar, “Kelembagaan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Di Daerah”(Jakarta : Direktur Fasilitasi Penataan Ruang dan Lingkungan Hidup – Depdagri, 2006), h 1.

6 Sjofjan Bakar, “Kelembagaan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Di Daerah”, h 1.

Page 32: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

23

momentum bagi Daerah untuk lebih menguatkan pengembangan kapasitas

Daerah berbasis kinerja, kerjasama antar daerah, dan koordinasi secara terpadu

dan sinergis.7

Pada prinsipnya proses penyusunan dan evaluasi rencana tata ruang

daerah harus mengacu pada peraturan perundangan yang berlaku, dalam hal ini

sebagaimana disebutkan pada Pasal 18 Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007

tentang Penataan Ruang bahwa sebelum Raperda tentang Rencana Tata Ruang

Daerah baik Provinsi dan Kabupaten/Kota ditetapkan menjadi Perda harus

dilakukan persetujuan substansi teknis dari Menteri dan khusus untuk

Kabupaten/Kota perlu mendapat rekomendasi dari Gubernur.

Berdasarkan berbagai hal di atas dan sejalan dengan PP Nomor 79 tahun

2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah

Daerah dan PP Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan

antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Kabupatan/Kota

maka disusunlah pedoman mekanisme Konsultasi dan Evaluasi dalam

Penyusunan Rencana Tata Ruang Daerah melalui Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 28 tahun 2008 tentang Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan

Daerah tentang Rencana Tata Ruang Daerah.Di dalam Permendagri tersebut

perlu dipahami pentingnya peran BKPRD (Badan Koordinasi Penataan Ruang

Daerah) Provinsi dan Kabupaten/Kota yang dibentuk berdasarkan Kepmendagri

7 Sjofjan Bakar, “Kelembagaan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Di Daerah”, h 1.

Page 33: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

24

147 tahun 2004 tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah. BKPRD

Provinsi mempunyai fungsi membantu Gubernur untuk mengkoordinasikan

penyusunan rancangan perda RTRWP dan RTR Kawasan Strategis Provinsi

dengan memperhatikan RTRWP yang berbatasan, RTR Pulau/Kepulauan, dan

RTRWN (Pasal 5 ayat 1). BKPRD Kabupaten/Kota mempunyai fungsi

membantu Bupati/Walikota untuk mengkoordinasikan penyusunan rancangan

perda RTRWKabupaten/Kota, RTR Kawasan Strategis Kabupaten/Kota, dan

RDTR Kabupaten/Kota,dengan memperhatikan RTRWKabupaten/Kota yang

berbatasan, RTRWP, RTR Pulau/Kepulauan, dan RTRWN (Pasal 5 ayat 2).

Dalam melakukan proses penyusunan rancangan peraturan daerah tentang

rencana tata ruang provinsi terdapat dua tahap yaitu tahap “Konsultasi” dan

tahap “Evaluasi” yang tergambar pada diagram berikut ini:

Page 34: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

25

Pada tahap “konsultasi” Bupati/Walikota dibantu BKPRD (Badan

Koordinasi Penataan Ruang Daerah) Kabupaten/Kota mengkonsultasikan

rancangan perda tentang RTRWK/K, RTR Kawasan Strategis Kabupaten/Kota,

dan RDTRK/K kepada instansi pusat yang membidangi urusan tata ruang yang

dikoordinasikan oleh BKTRN guna mendapatkan persetujuan substansi teknis.

Rancangan perda harus dilampiri dokumen RTR Kabupaten/Kota dan album

peta. Pengajuan permintaan persetujuan substansi teknis ke pemerintah

pusat dilakukan setelah rancangan perda dibahas di BKPRD Provinsi dan

mendapatkan rekomendasi dari Gubernur. Setelah keluar Surat Persetujuan

Substansi Teknis dari instansi pusat yang membidangi urusan tata ruang,

dilanjutkan oleh Bupati/Walikota untuk mendapat persetujuan bersama dengan

DPRD. Kedua bahan tersebut yaitu Surat Persetujuan Substansi Teknis dari

Menteri yang membidangi urusan penataan ruang dan Surat Persetujuan Bersama

dengan DPRD menjadi bahan Gubernur dalam melakukan “evaluasi” terhadap

rancangan perda tentang RTRWK/K, rancangan perda tentang RTR Kawasan

Strategis Kabupaten/Kota, dan rancangan perda tentang RDTR Kabupaten/Kota

serta klarifikasi terhadap Perda tentang RTRWK/K, Perda tentang RTR Kawasan

Strategis Kabupaten/Kota, dan Perda tentang RDTR Kabupaten/Kota yang telah

ditetapkan.8

8Ibid, h 2.

Page 35: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

26

Indikator yang digunakan oleh Gubernur dalam mengevaluasi rancangan

peraturan daerah tata ruang kabupaten/kota seperti tercantum di dalam tabel

berikut ini

provinsi pemekaran yang belum memiliki DPRD sehingga belum

dapat membentuk perda, pengaturan tata ruang daerah berdasarkan pada perda

Provinsi induk (Pasal 28 ayat 1).

Kabupaten/Kota pemekaran yang belum memiliki DPRD sehingga belum

dapat membentuk perda, pengaturan tata ruang daerah berdasarkan pada perda

Kabupaten/Kota induk (Pasal 28 ayat 2).

Tata cara evaluasi terhadap perubahan Perda tentang RTRWP, Perda

tentang RTR Kawasan Strategis Provinsi, Perda tentang RTRWKabupaten/Kota,

Page 36: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

27

Perda tentang RTR Kawasan Strategis Kabupaten/Kota, dan Perda tentang

RDTR Kabupaten/Kota mutatis mutandis berdasarkan pada Peraturan Menteri

ini (Pasal 29). 9

C. Pemanfaatan Tata Ruang

Berdasarkan Permendagri No 8/1998 pemanfaatan ruang adalah

rangkaian program dan kegiatan pelaksanaan pembangunan yang memanfaatkan

ruang menurut jangka waktu yang ditetapkan di dalam rencana tata ruang untuk

membentuk ruang.

Berdasarkan Permendagri No 8/1998 yang terdapat pada Pasal 11

(1) Dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang, kepala daerah mempersiapkan

kebijakan yang berisi pengaturan bagi wilayah atau kawasan yang akan

dimanfaatkan sesuai dengan fungsi lindung dan budi daya yang ditetapkan

dalan rencana tata ruang.

(2) Pengaturan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1), berupa penetapan

Keputusan Kepala Daerah tentang ketentuan persyaratan teknis bagi

pemanfaatan ruang untuk kawasan lindung dan kawasan budidaya.

9Gunawan,“Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2008 Tentang Tata

Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Daerah”(Jakarta : Kasubdit Perencanaan, Pemanfaatan dan Pengendalian Tata Ruang Ditjen Bina Bangda Depdagri, 2008), h 1-8.

Page 37: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

28

Dalam rangka efisiensi alokasi pemanfaatan lahan diperlukan rencana

yang merangkum kebutuhan seluruh sektor kegiatan masyarakat, baik kebutuhan

saat ini maupun kegiatan di masa mendatang. Rencana tata ruang merupakan

bentuk rencana yang telah mempertimbangkan kepentingan berbagai sektor

kegiatan masyarakat dalam mengalokasikan lahan/ruang beserta sumber daya

yang terkandung di dalamnya (bersifat komprehensif). Rencana tata ruang

merupakan pedoman pemanfaatan ruang/lahan oleh sektor sebagaimana diatur

dalam UU No. 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang.10

Perwujudan struktur dan pola pemanfaatan ruang yang telah

ditetapkan dalam rencana tata ruang dilaksanakan melalui pembangunan dalam

rangka mengembangkan kawasan lindung, kegiatan budidaya, serta sarana dan

prasarana penunjang. Agar dapat berlangsung secara efektif dan efisien hal

tersebut perlu diatur melalui peraturan perundang-undangan. Beberapa aspek

penting dalam pemanfaatan ruang beserta ketentuan peraturan perundang-

undangan yang mengaturnya dapat disampaikan sebagai berikut:

1. Penetapan Lokasi Kegiatan/Investasi.

Tujuan penataan ruang di samping terselenggaranya pemanfaatan

ruang berwawasan lingkungan yang berlandaskan Wawasan Nusantara dan

Ketahanan Nasional, juga terselenggaranya pengaturan pemanfaatan ruang

10Hermanto Dardak, “Pemanfaatan Lahan Berbasis Rencana Tata Ruang Sebagai

Upaya Perwujudan Ruang Hidup Yang Nyaman, Produktif, Dan Berkelanjutan” (Bogor ; Direktur

Jenderal Penataan Ruang, Departemen Pekerjaan Umum, 2005), h 1.

Page 38: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

29

kawasan lindung dan kawasan budi daya, dan tercapainya pemanfaatan ruang

yang berkualitas. Untuk mencapai tujuan tersebut, penataan ruang

dilaksanakan melalui proses perencanaan tata ruang yang menghasilkan

rencana tata ruang, pemanfaatan ruang berdasarkan rencana tata ruang yang

telah ditetapkan, dan pengendalian pemanfaatan ruang agar pemanfaatan

ruang sesuai dengan rencana tata ruang. Dengan perkataan lain, kualitas

pemanfaatan ruang ditentukan antara lain oleh rencana tata ruang yang

digambarkan dalam peta rencana tata ruang wilayah yang disusun dalam suatu

sistem perpetaan dan disajikan berdasarkan pada unsur-unsur serta simbol dan

atau notasinya yang dibakukan secara nasional.11

Penetapan lokasi pengembangan kawasan lindung, kegiatan budidaya,

serta sarana dan prasarana penunjangnya perlu dengan kebutuhan dan

kesesuaian lokasi.

Alokasi pemanfaatan ruang untuk kawasan lindung, kawasan budi

daya, kawasan perkotaan, kawasan perdesaan dan kawasan tertentu dalam

rencana tata ruang wilayah nasional, rencana tata ruang wilayah daerah

propinsi, rencana tata ruang wilayah daerah kabupaten, dan rencana tata ruang

wilayah daerah kota, serta rencana tata ruang kawasan, digambarkan dengan

unsur alam seperti garis pantai, sungai, danau, dan unsur buatan seperti jalan,

pelabuhan, bandar udara, permukiman, serta unsur-unsur kawasan lindung dan

11 Penjelasan Atas Peraturan pemerintah republik indonesia Nomor 10 tahun 2000 Tentang Tingkat ketelitian peta untuk penataan Ruang wilayah

Page 39: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

30

kawasan budi daya dengan batas wilayah administrasi dan nama kota, nama

sungai, dan nama laut. Penggambaran unsur-unsur tersebut disesuaikan

dengan keadaan di muka bumi dan pemanfaatan ruang yang direncanakan.12

Ruang terbuka hijau dialokasikan sebagai bagian dari kehidupan

perkotaan, Ruang terbuka hijau terdiri dari kawasan lindung/alami, hijau

buatan dan hijau fungsional. Ruang Terbuka Hijau memiliki fungsi untuk

perlindungan ekosistem, pengamanan lingkungan dari pencemaran,

penciptaan iklim mikro, perlindungan tata air, meningkatkan citra estetika

lingkungan, menciptakan kebersihan dan kesehatan, sarana rekreasi, dan

sarana produksi.13

pasal 13 UULH (undang-undang lingkungan hidup) berbunyi :

ketentuan tentang sumber daya buatan ditetapkan dengan undang-undang.

Perlindungan sumber daya buatan yang penting ditunujukan kepada

konservasi fungsi sumber daya tersebut bagi kesinambungan pembangunan.

Sumber daya buatan meliputi bendungan, waduk, instalasi energi, perumahan

dan pemukiman, dan lain-lain.

Yang perlu dilindungi oleh undang-undang adalah sumber daya buatan

yang menyangkut hajat hidup orang banyak sehingga perlu diatur

penggunaannya oleh negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

12 Penjelasan Atas Peraturan pemerintah republik indonesia Nomor 10 tahun 2000 Tentang

Tingkat ketelitian peta untuk penataan Ruang wilayah.

13 RTRW Depok - Rencana Tata Ruang Kota

Page 40: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

31

Yang dipentingkan disini adalah konservasi fungsi bagi kesinambungan

penyambung untuk kesejahteraan manusia.14

2. Penyelenggaraan Kegiatan Budidaya Dan Pengelolaan Kawasan Lindung.

Penyelenggaraan kegiatan budidaya dan pengelolaan kawasan lindung

yang ditetapkan dalam rencana tata ruang harus mengikuti kaidah-kaidah yang

ditetapkan secara sektoral. Untuk itu berbagai peraturan perundang-undangan

sektoral harus dijadikan referensi dalam mengatur kegiatan budidaya.

Termasuk dalam kawasan lindung adalah kawasan hutan lindung,

kawasan bergambut, kawasan resapan air, sempadan pantai, sempadan sungai,

kawasan sekitar danau/waduk, kawasan sekitar mata air, kawasan suaka alam,

kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya, kawasan pantai berhutan

bakau, taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam, kawasan

cagar budaya dan ilmu pengetahuan, dan kawasan rawan bencana alam.

Termasuk dalam kawasan budi daya adalah kawasan hutan produksi, kawasan

pertanian, kawasan permukiman, kawasan industri, kawasan berikat, kawasan

pariwisata, kawasan pendidikan, kawasan pertahanan keamanan.15

Pasal 12 UULH (undang-undang lingkungan hidup) berbunyi sebagai

berikut : ketentuan tentang konservasi sumber daya alam hayati dan

ekosistemnya ditetapkan dengan undang-undang. Dalam penjelasan tertera :

14Koesnadi Hardjasoemantri, “Hukum Tata Lingkungan” (Yogyakarta : Gajah Mada

University Press, 2006), h 223 15Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1992 Tentang

Penataan Ruang , h 22-23

Page 41: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

32

pengertian konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya

mengandung 3 aspek, yaitu :

a. Perlindungan sistem penyangga kehidupan.

b. Pengawetan dan pemeliharaan keanekaragaman jenis tumbuhan

dan satwa serta ekosistemnya pada matra darat, air dan udara.

c. Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan

ekosistemnya.

Dalam pengertian konservasi tersebut di atas termasuk pula

perlindungan jenis hewan yang tata cara hidupnya tidak diatur oleh manusia,

tumbuh-tumbuhan yang telah menjadi langka atau terancam punah dan hutan

lindung.16

3. Peran Serta Masyarakat Dalam Pemanfaatan Ruang.

Peran serta masyarakat yang sejalan dengan UU 26/2007 di dalamnya

mencakup empat kegiatan utama yaitu : pengaturan, pembinaan, pelaksanaan,

dan pengawasan penataan ruang. Keempat ruang lingkup tersebut lebih luas

dari ruang lingkup yang disebutkan dalam PP 69/1996 tentang Pelaksanaan

Hak dan Kewajiban, serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat

dalam Penataan Ruang yang hanya mencakup empat hal yaitu perencanaan,

pemanfaatan, dan pengendalian penataan ruang serta pembinaan masyarakat.

Mekanisme peran serta masyarakat dilakukan sesuai dengan tahapan kegiatan

16Koesnadi Hardjasoemantri, “Hukum Tata Lingkungan” (Yogyakarta : Gajah Mada

University Press, 2006), hal-219.

Page 42: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

33

penataan ruang. Secara umum mekanisme tersebut dapat berbentuk

penyampaian informasi, usul dan saran lisan maupun tulisan melalui berbagai

media informasi sesuai dengan perkembangan teknologi yang ada (media

cetak dan elektronik, seminar, workshop, konsultasi publik, brosur, kegiatan

budaya, website, kegiatan pameran, public hearing dengan masyarakat)

kepada lembaga-lembaga yang berwenang; dan keterlibatan secara langsung

dalam kegiatan penataan ruang, misalnya sebagai salah satu wakil masyarakat

yang terlibat dalam penyusunan rencana tata ruang. Selain upaya-upaya yang

bersifat individual, mekanisme peran serta dapat dilakukan oleh kelompok

dan organisasi masyarakat serta organisasi profesi yang melakukan advocacy

planning kepada lembaga-lembaga yang berwenang.17

Pelaksanaan peran serta masyarakat dilakukan bisa melalui lokakarya

atau konsultasi publik untuk menjaring aspirasi masyarakat yang dilakukan

secara bertahap. Tahap pertama lokakarya bisa dilakukan lebih dari satu kali

untuk setiap daerah Kabupaten/Kota. Pada tahap ini setiap warga

Kabupaten/Kota dapat menghadiri acara lokakarya/konsultasi tersebut yang

diselenggarakan oleh Pemda. Output workshop pertama adalah serangkaian

isu-isu yang terkait pengaturan penataan ruang. Pada tahap ini juga ditentukan

wakil-wakil masyarakat yang dapat mengikuti tahap kedua.18

17 Koesnadi Hardjasoemantri, “Hukum Tata Lingkungan”. hal- 223. 18Sjofjan Bakar, “Peran Serta Masyarakat dalam Penyelenggaraan Penataan

Ruang”(Jakarta : Dir. Fasilitas Penataan Ruang dab Lingkungan Hidup, 2009), h 1.

Page 43: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

34

Tahap kedua merupakan lokakarya atau konsultasi publik pada skala

propinsi yang akan mendiskusikan lebih lanjut hasil-hasil diskusi pada tahap

pertama. Bila pada tahap pertama, masyarakat mengemukakan masalah

pengaturan penataan ruang pada skala yang lebih kecil, maka pada tahap

kedua, isu yang akan dibicarakan akan meliputi masalah-masalah pada skala

yang lebih luas (propinsi). Pada tahap kedua ini , peserta dapat dibagi dalam

beberapa kelompok berdasarkan isu-isu spesifik yang telah dihasilkan pada

tahap pertama untuk mempertajam isu dan memperoleh informasi dan

tanggapan dari pihak eskekutif dan legislatif. Lokakarya bisa dilakukan lebih

dari satu kali tergantung kebutuhan.

Bahan yang telah dihasilkan pada kedua tahap lokakarya ini menjadi

masukan penting bagi pihak eksekutif dan legislatif dalam penyusunan perda

pengaturan penataan ruang. Selain melalui workshop, aspirasi dapat dilakukan

secara tertulis, lisan, dan perantara teknologi yang ada (short message service,

email, website, dan lain-lain) kepada pihak eksekutif dan legislatif yang

memiliki kewenangan dalam menyusun dan menetapkan keputusan.19

Di samping itu pemerintah telah mempersiapkan Peraturan Menteri

Dalam Negeri No. 9 Tahun 1998 tentang Tata Cara Peran Serta Masyarakat

Dalam Proses Perencanaan Tata Ruang di Daerah. Dalam perundangan

19Sjofjan Bakar, “Peran Serta Masyarakat dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang”, hal

1.

Page 44: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

35

tersebut diamanatkan bahwa untuk penyelenggaraan penataan ruang

dilaksanakan oleh Pemerintah dengan mengikutsertakan peran serta

masyarakat. Peran dan keikutsertaan masyarakat dalam melaksanakan dan

mengamankan aturan tersebut amat sangat penting artinya karena hasilnya

akan dinikmati kembali oleh masyarakat di wilayahnya. 20

Sebagaimana telah disampaikan, masyarakat mempunyai hak untuk

berperan dalam setiap tahap penataan ruang termasuk dalam pemanfaatan

ruang. Ketentuan ini diatur dalam UU 24/1992 yang menyatakan bahwa setiap

orang berhak untuk berperan serta dalam penyusunan rencana tata ruang,

pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan. Berbagai ketentuan

pelaksanaan peran serta masyarakat dalam penataan ruang telah diatur secara

lebih terinci dalam PP 69/1996.21

D. Pengendalian Pemanfaatan Tata Ruang

Berdasarkan Permendagri No 8/1998 pengendalian pemanfaatan tata

ruang adalah kegiatan pengawasan dan penertiban pemanfaatan ruang sebagai

usaha untuk menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang dengan fungsi ruang

20 Handiman Rico, ”Merealisasikan Hak Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Tata

Ruang” Kebijakan Nasional Dalam Perencanaan Tata Ruang Kebijakan Nasional Dalam Perencanaan Tata Ruang (Bogor : Divisi Riset JKPP, ) h 1

21http://pertamanan.jakarta.go.id/download/kebijakan2/Tinjauan%20aspek%20Pemanfaatan%20Pengendalian%20Penat.Ruang.pdf. Diakes pada tanggal 3 januari 2010.

Page 45: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

36

yang ditetapkan dalam rencana tata ruang dan untuk mengambil tindakan agar

pemanfaatan ruang yang direncanakan dapat terwujud.

(1) Pengendalian pemanfaatan ruang diselengarakan dengan cara :

a. Melaporkan pelaksaan pemanfaatan ruang

b. Memantau perubahan pemanfaatan ruang

c. Mengevaluasi konsitensi pelaksanaan rencana tata ruang

d. Pemberian sanksi hukum atas pelanggaran terhadap pemanfaatan

ruang

(2) Pengendalian pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan melalui kegiatan pengawasan dan penertiban pemanfaatan

ruang.

Ruang wilayah negara yang meliputi ruang lautan, ruang udara, dan

ruang daratan merupakan sumber daya alam dan suatu subsistem. Dalam

subsistem terdapat sumber daya manusia dengan berbagai macam kegiatan

pemanfaatan sumber daya alam, dan sumber daya buatan, dengan tingkat

pemanfaatan yang berbeda-beda yang apabila tidak ditata secara baik dapat

Page 46: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

37

mendorong ke arah ketidakseimbangan penanganan serta ketidaklestarian

lingkungan hidup.22

Pengendalian pemanfaatan ruang menurut Pasal 1 angka 15 UU No.

26/2007 adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang. Pasal 35 UU No.

26/2007 menyatakan bahwa pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan

melalui penetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan

disinsentif, serta pengenaan sanksi. Dari ketentuan ini terlihat adanya dua cara

pengendalian pemanfaatan ruang. Pertama, memprioritaskan terlebih dahulu

cara-cara preventif dengan menetapkan ruang secara zonasi (membagi

peruntukkan ruang dengan pendekatan kawasan) yang dapat menunjukkan

kegiatan apa yang boleh dan tidak boleh dalam suatu kawasan, sistem dan

proses perizinan yang sesuai dengan peruntukkan kawasan dan kaídah-kaidah

lingkungan, pemberian insentif dan disinsentif seperti keringanan pajak dan

pengenaan pajak yang tinggi. Kedua, pengendalian pemanfaatan ruang

dilakukan secara represif melalui pengenaan sanksi.23

Dalam UU 24/1992 tidak terdapat ketentuan yang secara spesifik

mengatur kewenangan di bidang pengendalian pemanfaatan ruang. Namun

22Sjofjan Bakar, “Kelembagaan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Di Daerah”(Jakarta

: Direktur Fasilitasi Penataan Ruang dan Lingkungan Hidup – Depdagri, 2006), h 1. 23 Sjofjan Bakar, “Kelembagaan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Di Daerah” (Jakarta :

direktur fasilitasi penataan ruang dan lingkungan hidup – depdagri, 2006),h 1

Page 47: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

38

dengan mempertimbangkan bahwa pengendalian pemanfaatan ruang

merupakan bagian dari penyelenggaraan penataan ruang, maka

Kewenangannya disesuaikan dengan kewenangan penyelenggaraan penataan

ruang. Mengingat pengendalian pemanfaatan ruang senantiasa dikaitkan

dengan rencana tata ruang, berdasarkan ketentuan UU 24/1992 kewenangan

pengendalian pemanfaatan ruang dapat disimpulkan sebagai berikut:

• Pengendalian pemanfaatan ruang yang didasarkan pada RTRWN,

pemanfaatan ruang lintas propinsi, dan pemanfaatan ruang pada

kawasan-kawasan yang memiliki nilai strategis nasional

diselenggarakan di bawah koordinasi Menteri yang bertugas

mengkoordinasikan penyelenggaraan penataan ruang.

• Pengendalian pemanfaatan ruang yang didasarkan pada RTRWP dan

pemanfaatan ruang lintas Kabupaten/Kota diselenggarakan di bawah

koordinasi Gubernur.

• Pengendalian pemanfaatan ruang yang didasarkan pada RTRWK

diselenggarakan oleh Bupati/Walikota.

• Penyesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang.

Sebagai sebuah produk hukum yang mengikat, ketentuan-ketentuan

dalam rencana tata ruang harus diikuti oleh masyarakat. Mengingat rencana

tata ruang adalah gambaran kondisi spasial yang hendak dicapai dalam jangka

Page 48: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

39

waktu perencanaan, sudah tentu terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan

kondisi eksisting, termasuk dalam pemanfaatan ruang.24

Kondisi ini mengisyaratkan bahwa untuk mewujudkan terciptanya

pembangunan yang tertib ruang diperlukan tindakan pengendalian

pemanfaatan ruang. Kecenderungan penyimpangan tersebut dapat terjadi

karena produk rencana tata ruang kurang memperhatikan aspek pelaksanaan

atau sebaliknya bahwa pemanfaatan ruang kurang memperhatikan rencana

tata ruang.

Pengendalian pemanfaatan tata ruang dilakukan agar pemanfaatan tata

ruang dapat berjalan sesuai dengan rencana tata ruang. Salah satu perangkat

pengendalian pemanfaatan ruang adalah perizinan. Izin yang berlaku pada

sebagian besar daerah di Indonesia hanya sampai pada Izin Mendirikan

Bangunan (IMB), tidak sampai pada izin memanfaatkan bangunan, di mana

pelanggaran pemanfaatan ruang berawal. Di samping itu, izin yang

dikeluarkan oleh masing-masing instansi tidak mengacu kepada rujukan yang

sama, yaitu rencana rinci tata ruang, sehingga sering terjadi kurang

koordinasi. Untuk itu, masing-masing daerah harus memiliki rencana rinci

dalam perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian ruang.25

24http://pertamanan.jakarta.go.id/download/kebijakan2/Tinjauan%20aspek%20Pemanfaatan%

20Pengendalian%20Penat.Ruang.pdf. Di akes pada tanggal 3 januari 2010. 25 Buletin Tata Ruang, “Penataan Ruang Dalam Meminimalisasi Dampak Bencana” (Jakarta

: BKRTN, 2007), h 1.

Page 49: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

40

Terkait pengendalian, terdapat 3 (tiga) perangkat utama yang harus

disiapkan yakni:

a. Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)

Sebagaimana kita ketahui bersama, permis penataan ruang adalah

keseimbangan lingkungan hidup. Pemanfaatan suatu kawasan untuk berbagai

kegiatan disesuaikan dengan kemampuan daya dukung lingkungannya. Pola

pengembangan kegiatanya pun pada umumnya memiliki pertimbangan tidak

hanya fisik melainkan juga sosial budaya. Kearifan lokal pun senantiasa

menjadi salah satu referensi pokok dalam merumuskan langkah-langkah

pembangunan untuk menjawab tantangan kemajuan.26

Dalam konteks ini, terbitnya UU No. 26 Tahun 2007 tentang penataan

ruang jelas perlu disambut secara positif. Dengan sejumlah perbaikan yang

cukup signifikan dari UU terkait sebelumnya (UU No.24/1992), terbitnya

payung hukum tersebut merupakan gambaran kuat dari komitmen seluruh

elemen masyarakat yang menginginkan agar penataan ruang berjalan lebih

baik lagi ke depan. Selama ini, dalam 15 tahun perjalanannya penataan ruang

dinilai kurang begitu berhasil menjaga konsistensi perencanaannya sampai ke

tahap pelaksanaan.27

Fungsi utama dari RDTR adalah sebagai dokumen operasionalisasi

rencana tata ruang wilayah. Dengan kedalaman pengaturan yang rinci dan

26 Buletin Tata Ruang, “Penataan Ruang Dalam Meminimalisasi Dampak Bencana”, h 2. 27 Ibid, 3.

Page 50: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

41

skala peta yang besar, rencana detail dapat dijadikan dasar dalam pemberian

izin dan mengevaluasi kesesuaian pemanfaatan lahan dengan rencana tata

ruang yang telah ditetapkan.

Penyiapan RDTR dilaksanakan dengan memperhatikan beberapa prinsip

dasar. Pertama, rencana detail tata ruang harus dapat langsung diterapkan,

sehingga ke dalaman rencana dan skala petanya harus benar-benar memadai.

Kedua, rencana detail tata ruang harus memiliki kekuatan hukum yang

mengikat, untuk itu harus diamanatkan dalam Peraturan Daerah dan secara

tegas dinyatakan sebagai bagian tak terpisahkan dari rencana tata ruang

wilayah. Ketiga, rencana detail tata ruang harus memiliki legitimasi yang kuat

dari seluruh pemangku kepentingan, sehingga harus disusun dengan

pendekatan partisipatif.

b. Peraturan Zonasi (Zoning Regulation)

pembangunan kota memerlukan dua instrumen penting, yang pertama

development plan dan kedua development regulation. Development plan

adalah rencana tata ruang kota yang umumnya di semua negara terdiri dari 3

jenjang rencana yang baku, meliputi rencana umum, rencana intermediate

dan rencana rinci. Rencana umum dikenal dengan berbagai istilah antara lain

strategic plan, structure plan, master plan, schematic plan, general plan,

concept plan. Rencana intermediate juga dikenal dengan berbagai istilah

antara lain functional plan, zoning plan, district plan, local plan. Sedangkan

Page 51: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

42

rencana rinci dikenal dengan istilah antara lain subdivision plan, land use

plan.28.

Development regulation dikenal dengan berbagai macam istilah,

antara lain zoning regulation, zoning code, land management and

development code, town planning act and zoning code, planning act dan

planning rule dan lain sebagainya. Istilah yang paling populer digunakan

adalah zoning regulation.zoning regulation adalah suatu perangkat peraturan

yang dipakai sebagai landasan dalam menyusun rencana tata ruang mulai

dari jenjang yang paling tinggi sampai kepada rencana yang sifatnya

operasional dan juga sebagai alat kendali dalam pelaksanaan pembangunan

kota.29

Dalam penataan ruang, zoning regulation lebih penting kedudukannya

dan harus ditetapkan sebagai prioritas dalam penyusunannya ketimbang

perencanaan. Bahkan ada pendapat yang mengatakan better regulation

without planning rather than planning without regulation. Konsepsi

increamental planning yang diterapkan di Houston dan floating zone

sebagaimana yang diberlakukan di Prancis, dapat dikatakan mencerminkan

hal tersebut. Houston tidak memiliki zoning plan, sedangkan Prancis

menyusun konsepsi zoning plan atas dasar kondisi existing. Tetapi mereka

memiliki zoning regulation yang kuat sebagai alat untuk bernegosiasi.

28 Ibid, 3. 29 Ibid, 3.

Page 52: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

43

Langkah pertama dalam penentuan zoning adalah menetapkan zona-

zona dasar, selanjutnya pada setiap zona dasar ditentukan zona-zona utama

dan pada setiap zona utama ditentukan paket penggunaan atau jenis-jenis

perpetakan. Untuk menentukan seberapa jauh perpetakan tersebut dapat

dikembangkan bagi kegiatan lain, maka perlu diinventarisasi seluruh jenis-

jenis penggunaan rinci yang dikenal. Untuk menghindari penafsiran yang

keliru maka perlu dirumuskan tujuan pengembangan setiap zona dasar, zona

utama dan paket penggunaannya.30

Menurut undang-undang No 26/2007 pasal 35 dan 36 ayat (1),

peraturan zonasi merupakan ketentuan yang mengatur pemanfaatan ruang

dan unsur-unsur pengendalian yang disusun untuk setiap zona peruntukan

sesuai dengan rencana rinci tata ruang. Peraturan zonasi berisi ketentuan

yang harus, boleh, dan tidak boleh dilaksanakan pada zona pemanfaatan

ruang yang dapat terdiri atas ketentuan tentang koefisien dasar ruang hijau,

koefisien dasar bangunan, koefisien lantai bangunan, dan garis sepadan

bangunan, penyediaan sarana dan prasarana, serta ketentuan lain yang

dibutuhkan untuk mewujudkan ruang yang aman, nyaman, produktif, dan

berkelanjutan. Peraturan zonasi sangat penting dalam proses pemanfaatan

ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Peraturan zonasi adalah

peraturan yang menjadi rujukan perizinan, pengawasan dan penertiban dalam

pengendalian pemanfaatan ruang, yang merujuk pada rencana tata ruang

30 Ibid, 3.

Page 53: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

44

wilayah yang pada umumnya telah menetapkan fungsi, intensitas, ketentuan

masa bangunan, sarana dan prasarana, serta indikasi program

pembangunan.31

Peraturan zonasi merupakan dokumen turunan dari RDTR yang

berisi ketentuan yang harus diterapkan pada setiap zona peruntukan. Dalam

peraturan zonasi dimuat hal-hal yang harus dilakukan dan yang tidak boleh

dilakukan oleh pihak yang memanfaatkan ruang, termasuk pengaturan

koefisien dasar bangunan, koefisien lantai bangunan, penyediaan ruang

terbuka hijau publik, dan hal-hal lain yang dipandang perlu untuk

mewujudkan ruang yang nyaman, produktif, dan berkelanjutan. Peraturan

zonasi tersebut bersama dengan RDTR menjadi bagian ketentuan perizinan

pemanfaatan ruang yang harus dipatuhi oleh pemanfaat ruang. 32

c. Mekanisme Insentif-Disinsentif

Pemberian insentif kepada pemanfaat ruang dimaksudkan untuk

mendorong pemanfaatan ruang yang sesuai dengan rencana tata ruang.

Sebaliknya, penerapan perangkat disinsentif dimaksudkan untuk mencegah

pemanfaatan ruang yang menyimpang dari ketentuan rencana tata ruang.

Contoh bentuk insentif adalah penyediaan prasarana dan sarana lingkungan

yang sesuai dengan karakteristik kegiatan yang diarahkan untuk berkembang

di suatu lokasi. Sedangkan disinsentif untuk mengurangi pertumbuhan

31 Ismail Zubir, “Zoning Regulation Sebagai Instrumen Dalam Penataan Ruang” (Jakarta :

Buletin Tata Ruang, 2007), h 18 32 Ismail Zubir, “Zoning Regulation Sebagai Instrumen Dalam Penataan Ruang” , h 7

Page 54: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

45

kegiatan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dapat berupa

pengenaan pajak yang tinggi atau ketidak-tersediaan prasarana dan sarana.

Sesuai dengan Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan

Ruang, mekanisme insentif dan disinsentif merupakan bagian dari

pengendalian pemanfaatan ruang. Mekanisme insentif dan disinsentif

dianggap mampu untuk mendorong perkembangan kota dan dapat

menimbulkan dampak positif yang menunjang pembangunan kota atau

upaya pengarahan pada perkembangan yang berdampak negatif untuk

mengefektifkan pembangunan/rencana tata ruang yang telah ditetapkan.33

Mekanisme insentif dan disinsentif mengandung suatu pengaturan dan

pengendalian pembangunan yang akomodatif terhadap setiap perubahan

yang menunjang pembangunan/perkembangan kota. Insentif dan disinsentif

diharapkan disusun oleh masing-masing daerah sebagai perangkat

pengendaliannya.

Pengendalian pemanfaatan ruang bukan hanya kewajiban pemerintah,

tetapi juga merupakan hak dan kewajiban masyarakat. Ketentuan mengenai

bentuk dan tata cara pelaksanaan peran masyarakat dalam pengendalian

pemanfaatan ruang telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 69

33Sjofjan Bakar, “Kelembagaan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Di Daerah” (Jakarta :

direktur fasilitasi penataan ruang dan lingkungan hidup – depdagri, 2006),h 4-5

Page 55: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

46

Tahun 1996. Hal ini dipertegas dalam rumusan naskah RUU Penataan Ruang

yang disusun untuk menggantikan UU No.24 Tahun.34

Kegiatan pengawasan pemanfaatan ruang adalah usaha untuk menjaga

kesesuaian pemanfaatan ruang dengan fungsi ruang yang ditetapkan dengan

rencana tata ruang. Kegiatan pengawasan dimaksud untuk mengikuti dan

mendata perkembangan pelaksanaan pemanfaatan ruang yang dilakukan oleh

semua pihak sehingga apabila terjadi penyimpangan pelaksanaan pemanfaatan

ruang dari rencana yang telah ditetapkan dapat diketahui dan dilakukan upaya

penyelesaiannya.

Kegiatan penertiban pemanfaatan ruang adalah usaha untuk

mengambil tindakan agar pemanfaatan ruang yang direncanakan dapat

terwujud. Tindakan penertiban ini dilakukan melalui pemeriksaan dan

penyidikan atas semua pelanggaran yang dilakukan terhadap pemanfaatan

ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.35

Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 tahun 1998

tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang di Daerah, kegiatan penertiban

terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang yang

telah ditetapkan dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS). Selain

34Hermanto Dardak, “Pemanfaatan Lahan Berbasis Rencana Tata Ruang Sebagai Upaya

Perwujudan Ruang Hidup Yang Nyaman, Produktif, Dan Berkelanjutan” (Bogor ; Direktur Jenderal

Penataan Ruang, Departemen Pekerjaan Umum, 2005), h 7-8 35Hermanto Dardak, “Pemanfaatan Lahan Berbasis Rencana Tata Ruang Sebagai Upaya

Perwujudan Ruang Hidup Yang Nyaman, Produktif, Dan Berkelanjutan”. h 8.

Page 56: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

47

PPNS, ada beberapa Instansi/lembaga yang dapat melaksanakan penertiban

terhadap pelanggaran pemanfaatan ruang yaitu:

• Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD);

• Instansi penerbit izin;

• Instansi/lembaga lain yang bertugas dalam penertiban.

Adapun instansi atau lembaga yang bertugas dalam menjatuhkan

sanksi terhadap pelanggaran adalah lembaga peradilan yang membentuk

berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku. Selanjutnya, guna

mengefektifkan daya penertiban, Bupati/Walikota membentuk Tim Khusus

yang bertugas menangani pembongkaran bangunan-bangunan yang melanggar

tata ruang. Tim ini terdiri dari unsur Bappeda, Bawasda, Penyidik PNS,

kejaksaan, dinas teknis terkait, camat, dan sebagainya.36

Pengawasan adalah usaha untuk menjaga kesesuaian pemanfaatan

ruang dengan fungsi ruang yang ditetapkan dalam rencana tata ruang berupa

pengumpulan data dengan melalui proses visualisasi, pengawasan dan

monitoring untuk keudian dievaluasi dari setiap pemanfaatan ruang/lahan

yang terjadi. Tahapan proses pengawasan meliputi pelaporan, pemantauan dan

evaluasi.

a. Pelaporan

36Sjofjan Bakar, “Kelembagaan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Di Daerah” (Jakarta : direktur fasilitasi penataan ruang dan lingkungan hidup – depdagri, 2006),h 6-7.

Page 57: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

48

Berdasarkan tugas dan fungsinya, kelembagaan yang terlibat dalam

proses ini adalah instansi-instansi teknis di tingkat Kabupaten / Kota dan

Propinsi, aparat pemerintahan di tingkat yang lebih kecil (Kecamatan,

Kelurahan/Desa). Lembaga Swadaya Masyarakat, Masyarakat dan lembaga

swasta lain yang mempunyai kepentingan terhadap pemanfaatan ruang.

Semua mempunyai wewenang yang yang sama dalam melaporkan setiap

tindakan penyimpangan pemanfaatan ruang ruang, yang dilakukan secara

berjenjang dari lingkup terkecil hingga lingkup terbesar.

b. Pemantauan

Pemantauan dilakukan untuk mendapatkan tambahan informasi dari

dinas-dinas lain yang ada di TKPRD maupun masyarakat berkaitan dengan

kegiatan yang ditenggarai ada penyimpangan dengan rencana tata ruang. Hasil

pemantauan masing-masing kelembagaan tersebut dikoordinasikan dalam

rapat koordinasi TKPRD Propinsi. Tugas penilaian atas informasi yang ada

menjadi tanggung jawab instansi teknis (Diskimtaru).

Berdasarkan penilaian tersebut, secara umum hasil penilaian akan

menghasilkan pengelompokkan pemanfaatan ruang yaitu :

Pemanfaatan yang sesuai dengan Rencana Tata Ruang

Pemanfaatan yang tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang

c. Evaluasi

Page 58: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

49

Dalam proses evaluasi, hasil penilain dari permasalahan dipilah

menjadi 2 (dua) aspek yaitu pemanfaatan tidak bermasalah dan pemanfaatan

bermasalah. Dari hasil evaluasi tersebut maka penyimpangan bermasalah

dapat dibagi menjadi dua yaitu pemanfaatan yang sesuai dan pemanfaatan

yang tidak sesuai. Pemanfaatan yang sesuai dengan rencana tata ruang dipilah

menjadi 3 (tiga) yaitu yang tidak menimbulkan masalah, yang menimbulkan

masalah kecil, dan yang menimbulkan masalah besar. Dari ketiga kriteria

tersebut, akan dijadikan masukan sebagai peninjauan kembali RUTRK Kota.

Kemudian dari pemanfaatan yang tidak sesuai dengan RUTRK dipilah

menjadi 2 (dua), berdampak kecil dan besar, dan nantinya akan ditarik

kesimpulannya sebagai rekomendasi Gubernur dan Kabupaten untuk

dilakukan penertiban dari penyimpangan yang ada.37

37 Rencana umum tata ruang kabupaten pekalongan 2005-2014 h 3-4.

Page 59: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

BAB III

PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DI DAERAH PERSPEKTIF

HUKUM ISLAM

A. Pengertian dan Ruang Lingkup Penyelenggaraan Penataan Ruang di

Daerah Perspektif Hukum Islam

Agama Islam sebagai agama yang mengklaim sebagai agama yang

rahmatan lil alamin (rahmat bagi semesta alam), tentunya mempunyai aturan

mengenai masalah perkotaan. Dalam hal-hal tersebut, tampak jelas hubungan

kontekstual ilmu fiqih itu diolah dengan metode ijtihad yang mengembangkan

ijma, qiyas, dan istiqara. Selanjutnya dalam periode tahzib disempurnakan

sistematikanya dan mengalami beberapa reformulasi sampai pada pembakuan

formatnya. Sejak periode taqlid yang cukup lama bertahan, hingga dapat

diwariskan periode taqnim yang kini telah berkembang pesat.1

Menurut K.H. Ali Yafie mengatakan bahwa fiqih itu pada dasarnya

bukanlah suatu ilmu teoristis (ulum nazhariyah) tetapi garapannya berupa

ketentuan-ketentuan positif (ahkam ahmaliyah). Oleh karena itu, menurutnya,

definisi yang baku untuk fiqih ialah : “al-fiqih huwa al-ilmu bi al-ahkam asy-

syar’iyyah al-amaliyyah al-mutasabu min adillatiha at-tafshiliiyah.” Kalau

definisi ini diuraikan, maka isinya dapat dipertajam yakni :

1 MT. Dyayadi, Tata Kota Menurut Islam (Jakarta; Pustataka AL-Kautsar Grup, 2008)cet.

Ke-1, h. 9

50

Page 60: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

51

1. Fikih itu adalah garapan manusia (ilmu al-muktasab) karena fiqih

itu merupakan ilmu muktasab, maka peran akal, (ra’yi) mendapat

tempat dan diakui dalam batas-batas tertentu.

2. Fikih itu objek garapannya adalah al-ahkam al-amaliyah. Dengan

kata lain, ia terkait dengan pengaturan dan penataan perbuatan/

kegiatan manusia yang bersifat positif dan nyata seta tidak bersifat

teoristis(nazha-riyyah) seperti halnya garapan ilmu kalam (aqaid).

3. Sumber pokok fikih itu adalah wahyu (syar’i) dalam bentuknya

yang rinci (adillah tafsiliyyah) baik dalam Al-Qur’an maupun

dalam As-Sunnah.

Sedangkan fikih perkotaan, termasuk dalam ruang lingkup fikih siyasi

(al-fiqh as-siyasi). Dijelaskan yang dimaksud dengan fikih siyasi adalah ilmu

tentang seluk beluk pengaturan kepentingan umat manusia pada umumnya dan

negara pada khususnya, berupa hukum, peraturan, dan kebijkasanaan yang dibuat

oleh pemegang kekuasaan yang bernafaskan ajaran islam untuk mewujudkan

kepentingan orang banyak.2

Jelaslah dari uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa fikih perkotaan

dapat didefinisikan : ilmu tentang seluk beluk pengaturan kepentingan umat

manusia pada umumnya dan bermukim di kota pada khususnya, berupa hukum,

peraturan, dan kebijaksanaan yang dibuat oleh pemegang kekuasaan (pemerintah

2 MT. Dyayadi, “Tata Kota Menurut Islam”, h. 10.

Page 61: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

52

kota) yang bernafaskan ajaran islam untuk mewujudkan kepentingan orang

banyak yang bermukim diperkotaan.3

Nabi, yang merupakan penunjuk pertama dan yang paling pasti dalam

memahami Al-Quran, yang perkataannya (hadits) dan tindakan dan perbuatannya

(sunnah) melengakapi ajaran Al-Qur’an mengenai alam, senantiasa melakukan

perbuatan yang mencerminkan ajaran Al-Qur’an untuk menjaga, merawat, dan

memelihara alam dalam kehidupannya sehari-hari. Dia menanam pepohonan,

tidak merusak berbagai vegetasi meskipun saat perang, mencintai hewan dan

menunjukan kebaikan kepada mereka, dan senantiasa mendorong kepada umat

muslim untuk melakukan hal serupa. Dia bahkan mendirikan kawasan yang

dilindungi untuk kehidupan alam, yang dianggap sebagai prototipe taman alam

islam kontemporer dan konservasi alam.4

Nabi Muhammad saw melaksanakan politik kenegaraan, mengirim dan

menerima duta, memutuskan perang dan membuat perjanjian serta

bermusyawarah. Akan tetapi dalam kekuasaan tertinggi menempatkan Allah

sebagai raja, yang maha suci, yang maha sejahtera, yang maha mengaruniakan

keamanan, yang memelihara, yang maha perkasa, yang maha kuasa, yang maha

memiliki keagunggan atau seperti dikatakan oleh Dr. Rahan Zainudin M.A.

3 Ibid, h. 11. 4 Fachruddin M Manggunjaya, “Menanam Sebelum Kiamat Islam, Ekologi, Dan Gerakan

Lingkungan Hidup (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2007),h 57

Page 62: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

53

bahwa dalam pandangan islam,5 tuhan menempatkan posisi yang amat sentral

dalam setiap bentuk dan manifestasi pemikiran. Tuhan adalah pencipta langit dan

bumi6 atas kehendak-Nya sendiri. Demikian pula alam semesta7 dan juga

menciptakan manusia8. Dalam pemikran islam, Tuhan itu juga merupakan

sumber dari kebenaran.9

Sejak pertama kali Nabi Muhammad saw memulai dakwahnya sampai

beliau wafat, disebut masa kenabian, yaitu masa keagungan islam. untuk melihat

pemerintahan beliau adalah setelah hijrah dari mekah ke madinah, karena setelah

terbentuknya pemerintahan islam di Madinah, jamaah islamiyah memperoleh

kedaulatan yang sempurna, kemerdekaan yang penuh dan konsep islam mulai

diterapkan.10

Apabila kita berfikir untuk memulai pembuatan semacam islamic village,

maka pertimbangan berikut perlu mendapatkan porsi perhatian yang cukup dalam

menata perumahan yang islami, yaitu :

1. Lokasi masjid mudah dijangkau

5 Rahan Zainudin, pokok-pokok pemiiran islam dan masalah kekuasaan politik dalam

Bertram Ravendan JRP dalam bukunya the basic and of socail power mengatakan bahwa dasar kekuasaan adalah coercive power (dengan kekerasan), legimate power (dengan pengangkatan), expert power (dengan keahlian), reward power (dengan pemberanian), rever ent power (dengan daya tarik). Sedangkan strauss menggerakan orang-orang adalah dengan paksaan (be strong approach), persaingan (competition), pemanjaan (be good approach), perjanjian (implicit bargaining), dan kesadaran kerja (internalized motivation.)

6 Surah Al-An’am (6) ayat I dan lain-lain banyak sekali yang mengatur tentang ini

7 Surah Al-Mu’min (40) ayat 62 8 Surah An-Nahl (16) ayat 4 dan surah Al-Furqan (25) ayat 54 9 Surah Al-Baqarah (02) ayat 147 dan surah Ali Imran (03) ayat 60 10 Inu Kencana Syafi’ie, “ Ilmu Pemerintahan Dan Al-Quran” (Jakarta ; PT Bumi Aksara,

2004), h, 129

Page 63: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

54

Hendaknya masjid diletakan di tengah-tengah komplek perumahan

tersebut sebagai sentral aktifitas masyarakat. Lokasi masjid seperti itu

menjadikan jarak setiap warga menuju masjid dekat dari semua arah. Secara

psikologis, masjid yang berada di tengah masyarakat mengisyaratkan simbol

ruhaniyah. Warga masyarakat akan memiliki kedekatan dan keterikatan

dengan nilai-nilai kebaikan karena terkondisi oleh masjid.

Apabila kita melihat aktivitas Rasulullah sesaat beliau dan sahabat

Muhajirin diterima sahabat Anshar di Madinah, yang beliau lakukan adalah

membangun masjid sebagai sebuah markas pergerakan dakwah islam waktu

itu, masjid mempunyai pengaruh yang besar dalam mengikat persaudaraan

dan menguatkan ikatan diantara mereka.11

2. Lokasi Komplek Pendidikan dan Sarana Kesehatan Umum yang Dekat

dengan Masjid

Setelah masjid terbangun ditengah kompleks perumahan, bangunan

berikutnya yang harus diperhatikan adalah sarana pendidikan dan pelayanan

kesehatan umum. Kedua sarana ini amat vital bagi kehidupan masyarakat.

Dengan demikian yang dituntut adalah sebuah lembaga pendidikan islami

mulai dari kurikulum yang tidak terjadi pengungkungan atasnya, sistem

interaksi belajar mengajar yang islami, guru yang memberikan keteladanan

11 MT. Dyayadi, Tata Kota Menurut Islam (Jakarta; Pustataka AL-Kautsar Grup, 2008)cet.

Ke-1, h. 271- 272

Page 64: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

55

dan kebaikan, serta akifitas tambahan yang menunjang terbentuknya pribadi

anak didik yang beriman, berilmu, bertakwa dan mampu mengamalkan.12

3. Ada Batas-Batas Kepemilikan yang Jelas

Betapa sering dalam kehidupan sehari-hari kita mendengar berita

tentang sengketa mengenai tanah. Sejak dari masalah ketidakjelasan sertifikat

hak milik tanah, masalah batas, sampai sengketa-sengketa lain dengan

beraneka ragam dan bentuk motifnya.

Perumahan yang islami sudah tentu harus terhindar dari permasalahan

semacam itu, seluruh masalah yang berkenaan dengan kejelasan akad harus

telah diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Hal ini untuk menjaga kebaikan

bersama, dan juga menjaga ketenangan serta keamanan setiap warga penghuni

perumahan tersebut.13

4. Keamanan, Keindahan, dan Kesehatan

Kompleks perumahan islami hendaknya ditata sedemikian rupa

sehingga tampak indah dipandang sekaligus aman. Penataan jalan-jalan atau

gang-gang yang rapi, teratur, penanaman pohon-pohonan yang rindang dan

sejuk, pengaturan pembuangan limbah air ataupun limbah padat yang

mengutamakan aspek kesehatan perlu diusahakan seoptimal mungkin.

12 MT. Dyayadi, Tata Kota Menurut Islam h. 272- 273 13 ibid, h. 277.

Page 65: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

56

Penjagaan kebersihan senantiasa diperhatikan baik secara individu

maupun secara kolektif dalam bentuk kerja bakti pembersihan fasilitas umum,

kabel-kabel listrik ditata dengan mempertimbangkan aspek keindahan

pandangan serta keamanan masyarakat. Penerangan jalan-jalan atau gang-

gang umum dimalam hari juga harus tertata rapi.14

5. Tersedia Bebagai Fasilitas Umum

Banyak pihak membuat kompleks perumahan tanpa menyediakan

berbagai fasilitas umum yang menunjang kenyamanan warganya. Taman mini

untuk rekreasi, tanah untuk pemakaman, serat berbagai fasilitas lainnya yang

diperlukan seperti telepon umum, sarana kesehatan, kompleks pertokoan, dan

lain-lain.

Dalam kondisi rumah tangga islami yang tidak mampu memiliki rumah

cukup luas karena keterbatasn kemampuan ekonomi, berbagai fasilitas umum

tersebut akan sangat bermanfaat. akan lebih baik apabila lokasi tempat olah

raga dipisahkan khusus untuk laki-laki dan wanita. Tempat olah raga yang

dilengkapi dengan bebagai fasilitas, sepeti kolam renang, ruang senam,

peralatan kebugaran, dan sebagainya hanya bernilai islami apabila ada

pemisahan antara laki-laki dengan perempuan. Diupayakan tidak ada ikhtilat

dalam suasana olah raga yang lebih membutuhkan kebebasan bergerak

tersebut.

14ibid, h. 277- 278

Page 66: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

57

Kompleks pemakaman sering luput dari perhatian pihak dari yang

membuat perumahan , mereka tidak mau rugi barang sejengkal tanah pun

untuk makam padahal pada akhirnya seluruh warga juga akan mati, untuk itu

diperlukan sebidang tanah yang dikelola secara profesional untuk dijadikan

makam. Agar makam tersebut tidak memerlukan tanah yang terlalu luas, maka

setiap warga tidak berhak memiliki kavling sendiri-sendiri semua dikelola

oleh petugas yang ditunjuk sehingga tanah makam bisa efektif tanpa ada

pemborosan yang disebabkan oleh keinginan warga untuk mengabadikan

setiap kavling makam keluarganya.15

Allah swt berfirman, dalam surat Qaf: 11;

⌧ )١١ق ( ⌧ Artinya :

“ Untuk menjadi rezki bagi hamba-hamba (Kami), dan kami hidupkan dengan air itu tanah yang mati (kering). seperti Itulah terjadinya kebangkitan.”(Qaf: 11).

B. Perencanaan Tata Ruang Perspektif Hukum Islam

Islam adalah agama rahmatan lil al-alamin telah memberikan isyarat dan

pesan-pesan yang berhubungan dengan pembangunan dan lingkungan hidup serta

kehidupan terutama melalui ayat-ayat kauniah dalam Al-Qur’an, yang menurut

Thanthawi Jauhari sebagimana yang dikemukakan M. Quraish Shihab : “tidak

kurang dari 750 ayat yang secara tegas menguraikan hal-hal (lingkungan hidup

15Ibid, h. 278- 279

Page 67: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

58

dan kehidupan)”16 ayat-ayat tersebut tentunya dijadikan sebagai rujukan dasar

atau sebagai prinsip karena merupakan petunjuk-petunjuk dasar atau prinsip-

prinsip yang pertama dan utama dalam berbagai hal termasuk mengenai

pembangunan dan lingkungan hidup sebagai suatu ekosistem. Bahkan melalui

ayat-ayat tersebut juga merupakan jalan keluar yang lebih tepat atas peristiwa-

peristiwa yang berhubungan dengan persoalan-persoalan yang dihadapi manusia

ketika terjadi tragedi-tragedi akibat dari dampak pembangunan yang seperti

masalah kerusakan alam sekalipun Allah mengingatkan kepada manusia untuk

tidak merusaknya.17 Allah swt berfirman, dalam surat Al-A’raf 56;

☺ )۵٦األعراف ( ☺

Artinya : “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (Tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS : Al-A’raf 56).

Islam sebagai ajaran ilahiyah yang syarat dengan tata nilai kehidupan

yang sempurna hanya akan menjadi ajaran yang melangit jika tidak diapliaksikan

dalam kehidupan nyata.18 Dalam perencanaan menata dan membangun kota Nabi

Muhammad saw mengutamakan membangun masjid, masjid merupakan suatu

16 Quraish, Shihab, membunikan Al-Qur’an, (Bandung : Mizan, 1997), h 131 17 Daud Effendy, “manusia, lingkungan dan pembangunan prospektus islam” (Jakarta :

Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah), h 70-71 18 Fachruddin M Manggunjaya, “Menanam Sebelum Kiamat Islam, Ekologi, Dan Gerakan

Lingkungan Hidup (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2007),h 257

Page 68: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

59

wadah atau institusi yang paling penting untuk membina masyarakat islam. Di

masjid pulalah rasa kesatuan dan persatuan umat islam ditumbuh kembangkan.

Sebagai rumah Allah (baitullah), masjid adalah tempat turunnya rahmat

Allah SWT dan malaikat. Oleh karena itu, masjid dalam pandangan islam

merupakan tempat yang paling baik dan mulia di muka bumi ini. Di masjid pula

kaum muslimin menemukan ketenangan dan ketentraman hidup serta kesucian

jiwa, karena di tempat ini dilaksanakan forum-forum terhormat.19 Maka di bawah

ini akan dijelaskan beberapa masjid yang dibuat langsung oleh Nabi Muhammad

SAW, yaitu :

1. Membangun Masjid Quba.

Ketika pertama kali mendengar Nabi Muhammad SAW hijrah dari

Makkah ke Yastrib, orang-orang madinah yang sudah masuk islam dari suku Aus

dah Khazraj telah menunggu dengan perasaan gembira dan harap-harap cemas,

karena itulah ketika mendengar informasi bahwa Rasulullah saw bersama Abu

Bakar sudah mendekati Quba (kurang lebih 5 Km dari arah Madinah), kedua

kabilah itu menyongsong Rasulullah saw di Quba. Setibanya di Quba unta

Rasulullah SAW berhenti dan duduk di tanah lapang milik Kultsum bin Hadm,

biasanya tanah lapang itu oleh pemiliknya dipakai menambatkan unta dan

menjemur kurma.

19 MT. Dyayadi, Tata Kota Menurut Islam (Jakarta; Pustataka AL-Kautsar Grup, 2008)cet.

Ke-1, h 59

Page 69: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

60

Nabi Muhammad saw menghabiskan waktu empat hari untuk istirahat di

Quba. Pada malam hari Nabi Muhammad SAW menginap di rumah Kultsum dan

pada siang hari duduk-duduk di rumah Sa’ad bin Khaitsamah Al-Ausi sambil

menerima orang-orang Anshar yang mengundangnya pindah ke Yastrib. Dalam

waktu empat hari, selama menetap di Quba itulah Nabi Muhammad SAW

mendirikan masjid Quba pada tahun 622 M (tahun ke 13 kenabian). Masjid ini

dibangun langsung di tanah lapang milik Kultsum bin Hadm yang diwakafkan

untuk masjid. Masjid Quba dibangun langsung oleh Rasulullah SAW dengan

bantuan kaum muslimin. Bangunan masjid ini terbuat dari batu bata merah dan

beratapkan daun kurma.20

2. Membangun Masjid Nabawi.

Ketika Nabi Muhammad SAW pertama kali memasuki kota Yastrib unta

yang ditunggangi Nabi Muahammad SAW berlutut pula ditempat penjemuran

kurma milik Sahl dan Suhail bin Amr. Kemudian tempat itu dibelinya guna

membangun Masjid. Pembanguan Masjid yang kemudian dinamakan Masjid

Nabawi ini dilakukan oleh Nabi Muhammad saw bersama kaum muslimin di

tengah kota Madinah pada tahun 622 M.

Sementara tempat itu dibangun, beliau tinggal pada keluarga Abu

Ayyub Khalid bin Zaid Al-Anshari. Dalam membangun Masjid itu Nabi

Muhammad SAW juga turut bekerja dengan tanggannya sendiri. Kaum Muslimin

20 MT. Dyayadi, Tata Kota Menurut Islam (Jakarta; Pustataka AL-Kautsar Grup, 2008)cet.

Ke-1, h60-61

Page 70: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

61

dari kalangan Muhajirin dan Anshar ikut pula bersama-sama membangun.

Selesai Masjid itu dibangun, disekitarnya dibangun pula tempat tinggal

Rasulullah SAW.

Masjid mempunyai peranan yang sangat besar dalam masyarakat Islam,

dengan masjid selain dapat dipergunakan untuk shalat berjamaah, maka masjid

juga dipakai untuk bermusyawarah, belajar ilmu agama, beri’tikaf, membaca dan

mengkaji Al-Qur’an, dan sebagainya.

Dengan demikian secara garis besarnya pada Zaman Rasuluallah SAW

paling tidak fungsi masjid dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Sebagai pusat peribadatan, yaitu termasuk shalat, membaca Al-

Qur’an, bertadarus, mengutip zakat, beritikaf, berzikir, dan aneka

kegiatan ibadah lainnya.

2. Sebagai pusat pendidikan dan pengajaran serta perpustakaan,

pengadilan, tempat prajurit latihan militer sebelum memulai

perjuangan (tempat mengatur strategi perang), tempat membuat

pengumuman. Masjid juga merupakan tempat kegitan ekonomi,

baitul mal, menghimpun dana dari orang-orang kaya yang

didistribusikan kepada fakir dan miskin.21

21 MT. Dyayadi, Tata Kota Menurut Islam, h 64-65

Page 71: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

62

Pembangunan Kota di Zaman Khalifah Umar bin Al-Khatab

Pembanguanan kota merupakan sarana dan prasarana mendasar yang

menjadi tuntutan dalam proses pengembangan ekonomi, karena di dalamnya

dilakukan banyak kegiatan ekonomi, dan di atasnya didirikan berbagai

fasilitas dan pelayanan umum.

Sesungguhnya hal ini mendapat perhatian yang besar dari Khalifah

Umar bin Al-Khatab, di antara contoh yang paling menonjol adalah

pembangunan kawasan perumahan bagi kaum muslimin di daerah-daerah

yang ditaklukan. Di antara kota terpenting yang dibangun pada masa Umar

adalah Kufah, dan Basrah. Ketika membangun kota tersebut Umar

memperhatikan beberapa hal, yakni :

1. Memilih tempat yang sesuai.

Pemilihan tempat pembangunan kota mendapat perhatian yang besar

dari Umar, beliau berupaya keras untuk memilih tempat yang sesuai bagi para

penghuninya, seperti sesuai tabiat mereka dan tidak berdampak buruk kepada

kesehatan mereka. Umar menetapkan beberapa kreteria tempat yang sesuai

adalah dekat dengan fasilitas umum.

Ketika Irak telah dikuasai umat muslim, maka perlu adanya

pemukiman unuk orang-orang Arab, untuk itulah Umar lalu menulis surat

Page 72: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

63

kepada Sa’ad seorang panglima perang irak. Maksud Umar dengan menulis

surat itu adalah:

1. Daerah yang dipilih untuk pemukiman harus kering seperti

pedalaman, tetapi ada sumber air yang bagus.

2. Tidak terhalang oleh lautan atau jembatan untuk pengiriman bala

bantuan kepada pasukan yang tinggal di daerah itu jika sewaktu-

waktu diperlukan.

Kewaspadaan Umar bin Al-Khattab ini mengangap laut itu seperti

kapal yang berbahaya, dan untuk itu ia berpendapat antara dia dengan

angkatan bersenjata jangan sampai dipisahkan oleh apa pun yang akan

membahayakan pengiriman bala bantuan kepada mereka.22

2. Membangun Fasilitas Umum yang Lain

a. Jalan.

Jalan merupakan sarana yang urgen karena memudahkan mobilisasi

dan penyebrangan barang, kendaraan, dan orang serta unsur-unsur produksi

dan sebagai sarana yang menghubungkan antara pasar dan menjadi tempat

peredaran hasil produksi.

Umar sangat memperhatikan urgensi jalan, baik jalan darat maupun

jalan sungai, di mana Umar menunjuk orang yang bertanggung jawab dalam

22ibid , h 88

Page 73: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

64

urusan ini. Sebagaimana Umar juga mensyaratkan kepada Ahli Dzimah agar

ikut andil dalam perbaikan jalan dan pembnagunan jembatan. Beberapa

referensi tentang perhatian Umar dalam mempermudah transportasi laut

antara Hizaz dan Mesir. Di antara ucapannya dalam hal terssebut, “sungguh

jika masih hidup, niscaya aku akan membawakan kepada penduduk madinah

makanan dari mesir hingga aku meletekannya di Al-jar”.23

Untuk melaksanakan keinginan ini Umar memerintahkan kepada

gubernur di Mesir, Amr bin Al-Ash untuk menggali terusan yang

menghubungkan Laut Merah dan Sungai Nil, yang pelaksanaanya selesai

dalam satu tahun, sehingga kapal dapat berlabuh di Al-Jar, dan Umar

malakukan kunjungan kepelabuhan tersebut. Bahkan Umar memerintahkan

membangun gudang di sana yang disebut Dar Ar-Rizqi untuk meyimpan

makanan dan hal-hal lain yang datang dari mesir, dan menunjuk Sa’ad Al-Jari

sebagai penangung jawab pelabuhan Al-Jar yang terdapat disana.

b. Fasilitas Umum.

Dalam buku fiqih ekonomi Umar bin Al-Khattab yang ditulis Dr.

Jaribah bin Ahmad Al-Harits (2006) dijelaskan bahwa fasilitas umum yang

dibangun pada zaman Umar adalah:

23 Al-jar, sebuah pelabuhan , dan orang yang dipercaya oleh Umar adalah Sa’d Al-Jari

sebagai penanggung jawab pelabuhan tersebut, dan dibuat gudang yang disebut Dar Ar-Rizqi untuk menyimpan makanan dan hal-hal lain yang datang dari mesir.

Page 74: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

65

1. Rumah tamu atau (dar adh-dhiyafah) untuk para tamu dari berbagai daerah

yang datang ke madinah, bahkan Umar memerintahkan para gubernurnya

untuk membangun rumah seperti itu di kota mereka masing-masing.

2. Gudang logistik (dar ar-rizqi) yang dibangun diberbagai daerah yang di

dalamnya disimpan bahan-bahan makanan dan dibagikan kepada kaum

muslimin.

3. Pembangunan bendungan untuk mencegah bahaya banjir terhadap

kemaslahatan umum seperti ini merupakan sumbangan terpenting terhadap

modal sosial.

4. Di anatara pelayanan penting yang dilakukan Umar adalah memberikan

penerangan (lampu) terhadap Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Dan

lampu-lampu tersebut merupakan sarana penerangan terbaik dari apa yang

dicapai manusia pada masa itu.

5. Di antara fasilitas umum yang didirikan Umar adalah beranda yang

dibangun di sisi Masji Nabawi, yang disebut Al-Buthaiha.24

C. Pemanfaatan Tata Ruang Perspektif Hukum Islam

1. Pemafaatan Pada Darat.

Hutan dan segala ekosistemnya yang berada di dalamnya merupakan

bagian dari komponen penentu kestabilan alam. Keanekaragaman hayati

menjadi luar biasa yang sanggup memberikan inspirasi bagi pencinta alam,

tentunya bukan sebagai sarana hiburan namun demi memahami makna

24Ibid , h 96-97

Page 75: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

66

kekuasaan agung sang pencipta. Pepohonan di hutan menjadi tumpuan sekaligus

penahan resapan air dalam tanah, sehingga air tidak mudah terlepas meluncur

menjadi bencana banjir yang menyengsarakan manusia. Hewan-hewan

melengkapi kekayaan hutan menjadi bermakna lebih. Suasana ini seolah

mengatakan kepada kita, bahwa di dunia ini bukan hanya manusia saja yang

menjadi mahluk Allah, tapi masih ada hewan dan tumnbuhan yang senantiasa

hidup dan tumbuh serasi dengan sunnatullah yang telah digariskan.25

Islam menempatkan ekosistem hutan sebagai wilayah bebas (al-

mubahaat) dengan status bumi mati (al-mawaat) dalam hutan-hutan liar, secara

berstatus bumi pinggiran (marafiq al-balad) dalam hutan yang secara geografis

berada di sekitar wilayah pemukiman kedua jenis hutan ini memiliki nilai

persamaan dalam prinsip-prinsip pengaturannya, di mana semuanya masih

menjadi bidang garapan pemerintah. Dan pemerintah juga berhak memberikan

izin penebangan hutan selama tidak berdampak negatif pada lingkungan

sekitar.26

Hanya saja dalam jenis hutan bebas (liar), secara prinsip asal, legal untuk

dimanfaatakan oleh siapa pun, baik untuk dijadikan untuk kepemilikan (ihya’ li

al-tamaluk) maupun untuk diambil kekayaan alam yang ada di dalamnya.

Sehingga wajar sampai saat ini masih kita kenal model pembukaan lahan hutan

25 Fachruddin M Manggunjaya, “Menanam Sebelum Kiamat Islam, Ekologi, Dan Gerakan

Lingkungan Hidup (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2007),h 18 26 Fiqh Al-islamy juz V hal. 542-543 dan hawasyi al-syarwani juz VIII hal. 43-44 dar el-

kutub el- alamiyah

Page 76: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

67

sebagai pemukiman atau persawahan. Hal ini tidak bisa dimaknai sebagai

perusakan lingkungan, karena secara alami pertambahan jiwa akan selalu

menuntut pertambahan lokasi pemukiman.27

Untuk jenis hutan yang termasuk marafiq al-balad, karena secara lazim

penduduk sekitar selalu memanfaatkannya untuk keperluan pengembalaan

binatang, sebagai sumber kayu bakar serta untuk keperluan lain, maka bagi

pemerintah tidak diperkenankan mengalihkan pemanfaatan kawasan itu untuk

kepentingan personal maupun kelompok tertentu. Dalam arti, hak dari rakyat

yang berada di sekitar maupun yang berada jauh dari kawasan itu adalah sama.

Dan mengenai intervensi pemerintah dalam melarang penebangan pohon dalam

kawasan ini mutlak diperbolehkan, seperti dalam hutan liar.28

Dari uraian di atas, terlihat bahwa pemerintah memegang peranan

penting dalam setiap kebijakannya tentang pengaturan hutan. Sehingga syariat

menganggap pencurian kayu di hutan merupakan tindakan yang ilegal dan harus

ditindak tegas. Bahkan kayu-kayu tersebut haram untuk diperdagangkan.29

Pada bagian lain islam juga sangat menganjurakan pelestarian sumber

daya alam hewani. Dan hal ini dapat kita pahami dari beberapa konsep syariat

sebagai berikut :

27 Fiqh Al-islamy juz V hal. 542-543 dan hawasyi al-syarwani juz VIII hal. 43-44 dar el-

kutub el-alamiyah 28 Fiqh Al-islamy juz V hal. 517-519 29 Is’ad Al-Rafiq Juz. II hlm 97 dan Qulyuby Juz. II hlm. 162 Dar Ihya’

Page 77: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

68

1. Islam tidak memperkenankan pembunuhan hewan selain untuk kebutuhan

konsumsi. Padahal hewan yang diperbolehkan untuk dikonsumsi dalam islam

rata-rata termasuk hewan yang mempunyai populasi cukup banyak, bukan

termasuk hewan-hewan langka yang populasinya semakin sedikit.30

2. Syariat juga tidak memperbolehkan penyiksaan hewan, baik dengan cara

memperlakukan tidak semestinya maupun dalam bentuk penyiksaan lainya.31

3. Islam menganjurkan untuk merawat binatang dengan memberikan kebebasan

hidup atau memberikan kebutuhan hidup hewan, andai saja binatang itu ada

pada milik kita. Bahkan hal itu merupakan perbuatan terpuji dan berpahala.

4. Dalam aturan pembunuhan hewan, islam hanya memprioritaskan atas hewan

yang termasuk jenis hewan yang berbahaya (al-fawasiiq al-khams) serta

hewan sejenis, yakni hewan-hewan yang menggangu ataupun menyerang

manusia. Sehingga hewan-hewan lain tidak memenuhi ketentuan tersebut

tetap wajib dilestarikan hidupnya, baik yang halal dikonsumsi maupun yang

tidak.32

Dari beberapa keterangan di atas dapat kita pahami bahwa ketika

pemerintah membuat aturan perlindungan hewan-hewan langka karna

mempertimbangkan kestabilan ekosistem, maka bagi individu rakyat tidak

30 Al-Mughni Syarkh Al-Kabir Juz. IX hlm. 232 dan ahkam Al-Quran Ibn Araby Juz. II Hlm.

26 31Al-Zawajir Juz. I hlm. 349 32 Al-Bahr Al-Zakhar Juz. VI hlm. 227

Page 78: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

69

diperbolehkan untuk melanggarnya. Sehingga praktek perburuan ilegal secara

syariat tidak di benarkan dengan alasan apapun.33

2. Pemanfaatan Pada Air.

Secara alamiah air bersih dapat diambil dari sumber-sumber ; air hujan,

air permukaan yang mencangkup air mata air, air sungai, air salju, air danau, air

rawa, dan air laut serta air tanah yang mencangkup air tanah dangkal (sumur

dangkal) dan air tanah dalam (sumur dalam).

Memang secara alamiah sumber-sumber air-air merupakan kekayaan

alam yang dapat diperbaharui dan mempunyai daya regenerasi, yaitu yang selalu

dalam sirkulasi dan lahir kembali mengikuti suatu daur yang disebut daur

hidrologi, sehingga relatif jumlahnya tetap. Air dari sumber mengalir ke laut,

dan menguap menjadi awan. Air hujan turun ke bumi, sebagian meresap ke

tanah, ada yang diisap akar-akaran dan ada pula yang melaui tanah bergabung

menjadi satu dengan air tanah.

Dalam pada itu Rasulullah SAW melarang membuang kotoran ke

tempat-tempat yang mengakibatkan tercemarnya air. Dipahami bahwa kotoran

manusia baik yang berasl dari buang air kecil maupun buang air besar menjadi

penyebab utama tercemarnya air. Oleh karena iu, betapa penting pengaturan

pembuangan air, yang semestinya buang air di tempat yang tertutup, dalam arti

33 Fachruddin M Manggunjaya, “Menanam Sebelum Kiamat Islam, Ekologi, Dan Gerakan

Lingkungan Hidup (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2007),h 20

Page 79: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

70

tertutup tempat membuang air dan tertutup pula tempat penampungan

kotorannya.34

3. Pemanfaatan Pada Udara.

Secara prinsip, pemanfaatan udara dalam syariat telah diatur dengan

begitu longgar, selama tidak berhubungan dengan udara di sekitar wilayah

kepemilikan pribadi. Membuat fasilitas melawati wilayah udara diatas rumah-

rumah penduduk, harus melalui izin mereka. Karena menurut syariat, wilayah

udara yang berbeda di atas sebuah kepemilikan secara hukum mengikuti status

kepemilikan tempat yang berada di bawahnya.35 Bahkan pemanfaatan wilayah

udara dari tempat-tempat umum juga diperkenankan selama tidak menimbulkan

ekses negatif.36

Asap kendaraan, asap pabrik maupun pencemar udara lain sebenarnya

tidak secara langsung timbul dari pemanfaatan udara. Hanya saja, ketika

gangguan itu dihasilkan melawati udara, secara tidak langsung hal itu

merupakan penyalahgunaan wilayah udara yang seharusnya bersifat netral.

Dalam hal ini syariat menggarisbawahi, bahwa pemanfaatan udara yang

diperkenankan adalah penggunaan secara wajar dan tidak sampai menggangu

atau bahkan menimbulkan ekses negatif pada orang lain. Selain menetapkan

sanksi, syariat juga memperkenankan pemerintah menindak pelaku pencemaran

34 Majelis Ulama Indonesia “Air, Kebersihan Dan Kesehatan Lingkunan Menurut Ajaran Islam”(Jakarta : Majelis Ulama Indonesia, 1992) h 31-33

35 Al-furuuq Juz. IV hlm. 15-16 36 Bujairimy ‘ ala Al-Khtatib Juz. III hlm. 100

Page 80: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

71

ketika mengakibatkan dampak negatif pada tingkat tertentu, selama terbukti

bahwa kesalahan itu memang diakibatkan prosedur yang tidak benar.37

D. Pengendalian Pemanfaatan Tata Ruang Perspektif Hukum Islam

Dalam proses penciptaan manusia Allah telah memberikan kelengkapan

hidup berupa akal pikiran, hati dan perasaan serta kelengkapan fisik biologis

dimaksudkan dapat menjalankan fungsi dan tugasnya sebagai khalifah di muka

bumi. Fungsi dan tugas yang harus dijalankan manusia antara lain berupa

menjalankan tugas pembangunan, memelihara dan mengelola lingkungan hidup

dan menjaga keseimbangan lingkungan hidup hal ini akan diuraikan sebagai

berikut.38

1. Manusia Dan Tugas Pembangunan.

Dalam Al-Quran maupun Al-Hadits telah banyak disebut mengenai

manusia menyangkut proses terjadinya, statusnya, hak dan kewajibannya, serta

sifat-sifat dan kecenderungan-kecenderungannya. Di dalam Al-Quran dikatakan

bahwa Allah menciptakan manusia dengan kesempurnaannya sehingga

diberikan kemampuan yang lebih dibanding dengan mahluk lainnya, bahkan

dengan malaikat sekalipun. Kesempurnaan manusia itu ditandai dari posisinya di

hadapan Allah, yaitu pada satu sisi manusia adalah kecil dan sangat lemah

karena ia sebagai hamba atau abdi, tetapi dalam posisi lain dalam hubunganya

37 Fatawi Al-Ramli Juz. III hlm 13 38Daud Effendy , “manusia, lingkungan dan pembangunan prospektus islam” (Jakarta :

Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah), h 106-107

Page 81: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

72

dengan sesama ciptaan Allah manusia mempunyai kedudukan yang tinggi dan

mulia yakni sebagai Khalifah-Nya.

Untuk menunjukan bahwa manusia adalah hanya sebagai hamba atau abdi-

Nya yang lemah tak berdaya serta diciptakannya manusia dan jin adalah hanya

untuk menyembah kepada Allah. Maka manusia diberi peran besar sebagai

khlifah di muka bumi, sebagaimana disebutkan di dalam surat Al-Baqarah ayat

30 yang berbunyi ;

☺ ⌧

⌧ ⌧ ☺

☺ )٣٠البقرة (

Artinya :

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."(QS:Al-Baqarah, 30).

Sehubungan dengan ditunjuknya manusia sebagai khalifah Allah, dengan

argumentasi sebagaimana oleh M. Quraish Shihab: “bahwa mahluk ini, memiliki

keistimewaan dibandingkan dengan para pemrotes yaitu kemampuan

Page 82: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

73

mengetahui fungsi benda-benda alam.”39 Masih dalam hal keunggulan manusia

dari pada mahluk lain, Murtadha Muthahhari juga mengatakan sebagai berikut :

“manusia berbeda dengan mahluk hidup lainnya. Bedanya adalah manusia lebih

tahu, lebih mengerti, dan lebih tinggi keinginannya. Kekhasan ini yang dimiliki

manusia membedakan manusia dan binatang, dan membuat manusia lebih

unggul dari pada binatang lainnya.40

Karena keunggulan itu, Allah memberi peran kepada manusia sebagai

wakil-Nya di mana ia diberi tanggung jawab untuk atas nama Allah menegakkan

hukum-hukumNya di muka bumi sebagai imbalannya seluruh alam dan isinya

diserahkan pengelolaaannya dan pemanfaatanya serta pemeliharaannya kepada

manusia. Namun demikian pengelolaan alam yang dimaksudkan bukanlah dalam

arti sebagai penakluk (superiority) atas yang di taklukan (inferiority). Dalam

persoalan demikian M. Quraish Shihab mengemukakan bahwa: “hubungan

manusia dengan alam atau hubungan manusia dengan sesamanya bukan

merupakan hubungan antara penakluk dan yang ditaklukan atau antara tuan

dengan hamba, tetapi hubungan kebersamaan dalam ketundukan kepada Allah

SWT. Karena, kemampuan manusia dalam mengelola bukanlah akibat kekuatan

39Quraish Shihab, “Peranan Dakwah Terhadap Pembangunan Berwawasan Lingkungan,

Dalam : Lingkungan Hidup Berkeadilan”, (Jakarta : CV, Puspita Sari Indah Bekerjasama Dengan LPPM-UNAS, 1993), h. 5

40 Murthadlo Muthahhari, Manusia dan Alam Semesta, Terj : Ilyas Hasan, (Jakarta:PT Lentera Basritama, 2002 ). H 1

Page 83: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

74

yang dimilikinya, tetapi akibat anugrah Allah SWT.”41 Manusia itu pada

dasarnya lemah dan yang memiliki kekuatan bukanlah siapa-siapa, melainkan

hanya Allah sehingga disebutkan dalam Al-Quran “La Haula Wa La Quawwata

Illa Bi Illah” tiada daya dan kekutan kecuali atas izin Allah.

Manusia mengembangkan tugas membangun dunia ini dan memeliharanya

sesuai dengan hukum-hukumnya yang berlaku dalam keseluruhannya secara

utuh (tidak hanya dalam bagiannya secara parsial semata) demi usaha mencapai

kualitas hidup yang lebih tinggi tersebut. Di sini letak relevansi keimanan untuk

wawasan lingkungan, environmentalism.42 Oleh sebab itu menurut M. Qurasih

Shihab : “Al-Quran tidak memandang manusia sebagai mahluk yang tercipta

secara kebetulan, atau terciptanya dari kumpulan atom, tetapi ia diciptakan

setelah sebelumnya direncanakan untuk mengemban satu tugas menjadikan

seorang khalifah di bumi.”43

Menurut Yusuf Al Qaradhawi tentang peranan manusia tadi dikategorikan

sebagai tujuan-tujuan yang sangat mulia di tengah-tengah kehidupan manusia,

hal itu merupakan hikmah Allah kepada para mukallafin yang akhirnya dibagi

menjadi tiga tujuan yaitu :

41 Quraish Shihab, “Peranan Dakwah Terhadap Pembangunan Berwawasan Lingkungan,

Dalam : Lingkungan Hidup Berkeadilan”, (Jakarta : CV, Puspita Sari Indah Bekerjasama Dengan LPPM-UNAS, 1993), h.295

42 Nurcholis Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban, (Jakarta; Yayasan Wakaf Paramadina, 1992), h 479

43 M. Quraish Shihab, “Peranan Dakwah Terhadap Pembangunan Berwawasan Lingkungan, Dalam : Lingkungan Hidup Berkeadilan”, (Jakarta : CV, Puspita Sari Indah Bekerjasama Dengan LPPM-UNAS, 1993), h. 70

Page 84: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

75

1. Untuk mengabdi pada Allah (surat Al-Dzariat: 56). Ibadah ini meliputi

segala sesuatu yang disenangi Allah dan diridhoinya, baik berupa

perkataan dan perbuatan. Maka dalam konteks ini, sebenarnya bentuk

ibadah itu mencakup semua aspek kehidupan.

2. Sebagai wakil (Khalifah Allah) di atas bumi (Al-Baqarah: 30). Supaya

praktik kekhilafahan ini terwujud, mereka dituntut untuk menegakkan

kebenaran dan keadilan, serta meyiarkan kebaikan dan kemaslahatan

(surat Shad:26).

3. Membangun peradaban di muka bumi (surat Hud:61). Dalam arti

mengandung pesan pada manusia untuk membangun kehidupan.44

Kemampuan manusia melaksanakan tugas-tugas kekhalifahan untuk

membangun kehidupan di muka bumi ini, merupakan pengejawantahan atau

refleksi dari keberimanan seseorang sebagai hamba Allah. Dari sini lah

tergambar dengan jelas tentang berlangsungnya hubungan dua dimensional

yakni secara vertikal dan horizontal yang dijalankan oleh manusia. Hubungan

vertikal yang dimaksud adalah kemampuan manusia dalam menjalankan

perintah Allah, dan hubungan horizontal adalah kemampuan manusia melakukan

hubungan dengan alam lingkungan termasuk sesama manusia.45

44 Yusuf Al-Qaradhawi, Islam Agama Ramah Lingkungan, Terj : Abdullah Hakam Shah,

Dkk, (Jakarta : Pustaka Al-kauthsar, 2002)h 24-25 45Daud Effendy, “manusia, lingkungan dan pembangunan prospektus islam” (Jakarta :

Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah), h 111

Page 85: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

76

Di dalam proses membangun ini, manusia tidak dapat berjalan sendiri

atau melepas keterkaitanya dengan alam di luar dirinya baik yang bersifat biotic

maupun abiotic atau benda hidup atau benda tak hidup. Faktor-faktor alam ini

sebagai sesama mahluk ciptaannya ikut andil di dalam menentukan keberhasilan

pembangunan dimana manusia sebagai yang ditugasi untuk mengelolanya.

disinilah perlu terjadi interaksi positif antara manusia dengan manusia, antara

manusia dengan alam dan antara manusia dengan Allah SWT. Bila kondisi

demikian ini terwujud, maka tidak mustahil semua akan saling membantu serta

bekerja sama dan tentunya Tuhan meridhainya. Perwujudan hubungan interaktif

yang meliputi semua unsur kehidupan dalam melakukan pembangunan yang

berlangsung secara utuh itulah, kemudian disebut pembangunan yang holistik.

2. Manusia Sebagai Pemelihara dan Pengelola Lingkungan.

Suatu pandangan yang menyatakan bahwa : “segala wujud di dunia ini

harmonis, dan evolusinya menuju ke pusat yang sama. Segala yang diciptakan

tidak ada sia-sia, dan bukan tanpa tujuan. Dunia ini di kelola dengan serangkaian

sistem yang pasti dikenal sebagai hukum (sunnah Allah). Di antara mahluk yang

ada, manusia memiliki martabat yang khusus, dan misi khusus.46

Dengan menyimak pernyataan tersebut diperoleh suatu pemahaman :

pertama, kehidupan ini adalah suatu yang harmonis, artinya antara sesama

46 Murthadlo Muthahhari, Manusia dan Alam Semesta, Terj : Ilyas Hasan, (Jakarta:PT

Lentera Basritama, 2002 ). H 57

Page 86: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

77

mahluk terjadi hubungan yang berpadan dan berkeseimbangan (equilibrium).

Kedua, keseluruhan proses kehidupan ini semuanya bergerak menuju dan

bertemu ke pusat yang sama yaitu liqo illah (menuju Allah). Ketiga, kehidupan

dan alam semesta ini sengaja diciptakan Allah dengan kesemuanya memiliki

nilai guna dan manfaat serta bertujuan (teologis). Keempat, alam semesta ini

merupakan suatu sistem bergerak sesuai dengan hukum-hukum Allah

(sunnahtullah). Kelima, mengenai manusia sebagai mahluk yang paling

bermanfaat (mewah). Pada dirinya diberikan tanggung jawab yakni berupa tugas

dan misi khusus. Dari kelima hal yang disebutkan tadi, tergambar bahwa dengan

mengingat fungsi manusia sebagai khalifah di muka bumi maka disitulah

manusia memiliki peran sentral di dalam memelihara dan mengelola alam. Di

dalam memelihara dan mengelola alam beserta seluruh isinya, manusia tidak

dapat berbuat sekehendaknya sendiri, melaikan harus bersandar pada pesan-

pesan ilahi, atau di dalam bertindak memelihara dan mengelola lingkungan alam

itu adalah atas nama Allah SWT.

Fungsi kekhalifahan yang harus diperankan manusia terhadap lingkungan

alam semestinya harus dipahami sebagai hubungan kebersamaan dalam

ketundukan kepada Allah SWT. Petunjuk-petunjuk Allah itu dengan sengaja

diberikan kepada manusia karena pada diri manusia terdapat sifat-sifat dan

kecenderungan ganda yakni manusia memiliki sifat baik dan buruk atau shaleh

dan dzalim ataupun terpuji dan tercela. Perbuatan shaleh memperoleh pahala

Page 87: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

78

atau kenikmatan, dan perbuatan buruk berakibat pada penderitaan. Itulah

sebabnya hubungan antara manusia dengan alam lingkungan adakalanya

manusia sebagai perusak dan pada saat yang lain manusia sebagai pemelihara

dan pengelola alam (pemakmur bumi). Walaupun mengelola dan membangun

kehidupan di bumi tidak mungkin dihindari terjadinya dampak-dampak negatif

yang merupakan suatu konsekuensi logis dalam pembangunan. Akan tetapi

dengan keistimewaan dan keunggulan yang dimiliki manusia yaitu berupa ilmu

pengetahuan dan ketrampilan, diharapkan dapat mengurangi atau meminimalisir

berbagai dampak negatif akbat pembangunan tersebut.47

Sifat-sifat dan kecenderungan-kecenderungan manusia sebagai perusak

dan larangan-larangan Allah untuk tidak melakukan perusakan di muka bumi

terdapat pada surat Ar-Rum ayat 41.

☺ ⌧

)٤١ الروم( Artinya :

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS : Ar-Rum 41)

47 Daud Effendy, “manusia, lingkungan dan pembangunan prospektus islam” (Jakarta :

Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah), h 114

Page 88: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

79

Ayat tersebut menunjukan sifat buruk manusia yang tidak bersahabat

dengan lingkungan alam, di mana sebenarnya perlakuan manusia berbuat

kerusakan alam pada dasarnya adalah juga berakibat merusak diri sendiri. Itulah

yang dikatakan oleh Seyyed Hosein Nasr dengan melansir pendapat Faust bahwa

manusia : “setelah menjual jiwanya untuk memperoleh kekuasaan terhadap

lingkungan alam manusia, ia menciptakan situasi di mana kontrol terhadap

lingkungan berubah menjadi pencekikan terhadap lingkungan, tetapi juga

perbuatan bunuh diri.48 Keadaan dan kejadian ini disebut oleh Nasr karena

manusia sudah tidak lagi memiliki horizon spiritual dan yang dimaksudkan di

sini ialah bahwa manusia hanya dapat menyaksikan segala sesuatu dari sudur

pandang sendiri dan lupa dengan sumbu maupun pusat lingkaran eksistensinya.

Namun demikian, manusia yang ditakdirkan Tuhan sebagai mahluk yang

memiliki kelebihan dari yang lainya, akibat dari kekeliruan yang telah dirasakan

tadi menjadi manusia sadar dan melakukan perbaikan, pemeliharaan terhadap

lingkungan alam dan kembali pada jalan dan tujuan yang benar. Untuk mencapai

kepada jalan yang benar kepada Allah, manusia harus berusaha secara

bersungguh-sungguh dengan tetap mnejaga iman dan beramal shaleh. Dalam

hubunga ini Nurkholis Madjid mengemukakan : “bahwa tujuan hidup manusia

ialah bertemu (liqo) dengan Allah, Tuhan Yang Maha Esa, dalam ridha-Nya.

Sedangkan makna hidup manusi didapatkan dalam usaha penuh kesungguhan

48 Seyyed Hossein Nasr, Islam dan Nistapa Manusia Modern, terj. Anas Mahyuddin,

(Bandung :Penerbit Pustaka-Perpustakaan Salman ITB, 1983), h 4

Page 89: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

80

(mujahadah) untuk mencapai tujuan itu, melalui iman kepada Allah dan beramal

kebajikan.”49

Allah menyerukan kepada manusia untuk melakukan pemeliharaan dan

pelestarian alam. Allah menyerukan kepada manusia untuk memanfaatkan alam

bagi kepentingan umat dan memakmurkanya. Hal ini sebagaimana terdapat

dalam surat Hud ayat 61 yang berbunyi :

☺ ☯

)٦١ود ه( Artinya :

“Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. dia Telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, Karena itu mohonlah ampunan-Nya, Kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)."( QS : Hud, 61).

Dalam konteks nikmat dari Allah atas segala sesuatu yang diberikan

kepada manusia, maka menjaga dan memelihara kelestarian alam adalah

merupakan upaya untuk mensyukuri limpahan nikmat dan karunia Allah

tersebut. Mencermati tentang tumbuhnya kesadaran manusia untuk memelihara,

49 Nurcholis Madjid, Islam Doktrin Dan Peradaban, (Jakarta; Yayasan Wakaf Paramadina,

1992), h 18

Page 90: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

81

mengelola dan memakmurkan bumi ini dapat disimpulkan bahwa setidaknya

terdapat tiga hal yaitu : pertama, al-intifa ‘ (mengambil manfaat dan mendaya

gunakan dengan sebaik-baiknya). Kedua, al-I’tibar (mengambil pelajaran,

memikirkan, mensyukuri seraya menggali rahasia-rahasia di balik alam ciptaan

Allah). Ketiga, al-islah (memelihara dan menjaga kelestarian alam sesuai dengan

kehendak pencipta, yakni untuk kemaslahatan dan kemakmuran manusia serta

tetap terjaganya hubungan yang harmonis kehidupan alam ciptaan Allah SWT).

Page 91: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

BAB IV

ANALISA TERHADAP PERMENDAGRI NO 8 TAHUN 1998

PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

A. Analisis Perspektif Hukum Islam

Ajaran Islam adalah merupakan wahyu terakhir dari Allah SWT yang

disampaikan Nabi Muhammad SAW, yang kemudian diteruskan kepada seluruh umat

manusia untuk dijadikan pedoman hidup dalam mencapai keselamatan dunia akhirat.

Disebut sebagai pedoman hidup karena agama Islam mengandung ketentuan-

ketentuan yang mengatur hubungan antara manusia dengan Allah, manusia dengan

manusia, manusia dengan mahkluk hidup, manusia dengan lingkungan alam

sekitarnya.

Islam sebagai agama yang rahmatal li al-alamin telah memberikan isyarat dan

pesan-pesan yang berhubungan pembangunan dan lingkunan hidup serta tata ruang

melalui ayat-ayat kauniyah dalam al-Qur’an.1

Bertauhid sebagai epistimologi merupakan tolak ukur di dalam menilai

berbagai aktifitas manusia, termasuk dalam hal hubungan manusia dengan

lingkungan dalam menata ruang kota, apakah sebagai pemelihara, penjaga, penata,

atau perusak lingkungan.2

Berbicara tentang bagaimana menciptakan hubungan antara manusia dengan

lingkungan dalam menata ruang kota terjadi relasi yang positif, manusia tidak

1 Daud Efendy, Manusia Lingkungan dan Pembangunan, (Jakarta Lembaga Penelitian UIN

SYAHID 2008) h. 70 2 Daud Efendy, Manusia Lingkungan dan Pembangunan . h 72

81

Page 92: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

82

bertauhidpun bisa saja melalui rasionya yang terbatas dengan pendekatan hitungan

matematikanya, apabila hasilnya tidak sesuai dengan wahyu Allah (al-Qur’an) maka

hal itu harus ditolak, akan tetapi jika hasil pemikirannya tidak bertentangan dengan

wahyu Allah maka tidak haram untuk diadopsi.

Masalah penataan ruang di lingkungan manusia yang sesuai dengan ajaran

Islam memang perlu diatur dengan cermat agar negara yang makmur dan kaya akan

sumber daya alam ini bisa menjadi lingkungan yang indah, nyaman, damai, dan

religius. Karena penataan ruang yang hanya mengutamakan kepentingan pribadi

manusia tanpa mempertimbangkan kelestarian alam dan kesejahteraan mahkluk hidup

lainnya maka hal itu akan mendatangkan kerugian saja bagi semua pihak.

Masalah penataan lingkungan atau tata ruang telah diatur dalam

PERMENDAGRI no 8 tahun 1998, isi dari peraturan ini cukup sempurna jika

disesuaikaan dengan kondisi lingkunan dan masyarakat Indonesia, tetapi dalam

pandangan agama Islam tentu ada perbedaan.

Menurut Islam tata ruang dalam suatu lingkungan seharusnya meningkatkan

kesejahteraan umat, menjaga kelestarian serta keserasian lingkungan, dan bernuansa

nilai-nilai keislaman yang sangat terasa. Penataan ruang harus berupa pendayagunaan

dan penigkatan kualitas hidup, karena tugas manusia adalah memakmurkan bumi

(tanah) Allah SWT, bukan merusaknya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam kitab

al-Qur’an :

Page 93: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

83

Artinya :

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar. (QS : Ar-Rum 41)”.3

Selama ini masalah tata ruang seringkali, menjadi teka-teki masyarakat. Jika

dikaitkan dengan PERMENDAGRI No. 8 Tahun 1998, penataan ruang bukan bagian

dari hak masyarakat untuk mengetahuinya. Sehingga akibat ketidaktahuan itu

masyarakat menjadi ragu-ragu memanfaatkan ruang kota. Terlebih masyarakat hanya

menjadi korban kegiatan pembangunan, akibat ruang yang semula mereka anggap

aman ternyata dimanfaatkan untuk proyek pemerintah kota.4

Rencana tata ruang kota yang dapat diketahui masyarakat luas akan

memungkinkan pendayagunaan pemeliharaan kualitas tata ruang kota secara terarah.

Pemerintah hendaknya berkewajiban mengusahakan agar penataan ruang dilakukan

secara terbuka.

Setiap masyarakat perlu memperoleh keterangan mengenai produk

perencanaan tata ruang kota dan proses yang ditempuh dalam perencanaan tata ruang

kota tersebut. Dalam menyusun peraturan daerah tentang tata ruang kota yang

3 Daud Efendy, Manusia Lingkungan dan Pembangunan (Jakarta Lembaga Penelitian UIN

SYAHID 2008) h, 115 4 Dyayadi , Tata Kota Menurut Islam (Jakarta; Pustataka AL-Kautsar Grup, 2008) cet. Ke-1

h, 109

Page 94: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

84

diajukan, masyarakat harus diikut sertakan agar penataan ruang kota berorientasi

kepada kepentingan warga atau masyarakat kota.

Penataan ruang yang dibuat seharusnya memperhatikan penataan ruang

bersumber dari rencana induk (master plan) kota, di mana masih belum ada

kelengkapan. Banyak kota besar yang rencana induknya dibuat puluhan tahun lalu,

tetapi tanpa ada perubahan sama sekali. Selain itu pembangunan yang berkaitan

dengan penataan ruang kota terkesan tanpa rencana yang baik. Pemanfaatan ruang

kota sering mengejutkan.

Dengan kenyataan seperti itu, terdapat hubungan timbal balik antara tuntutan

kepada masyarakat dan kemauan pemerintah kota secara positif. Pemerintah kota

seharusnya teliti menyusun rencana penataan ruang kota secara konkret dan

berkesinambungan, tidak berubah-ubah sesuai dengan situasi dan kondisi. Sementara

masyarakat juga menyadari bahwa rencana tata ruang kota tersebut adalah program

pembangunan kota yang harus ditaati bersama karena masyarakat sendiri tahu atau

dilibatkan dalam rencana tersebut.

Dengan dimengertinya rencana penataan ruang kota, maka hak-hak

masyarakat untuk memanfaatkan potensi yang dimilikinya bisa diakomodasi secara

optimal tanpa ganjalan. Hal yang terakhir ini menjadi demikian penting, mengingat

masih banyaknya kesan betapa pembangunan kota “mengorbankan masyarakat.”

Alangkah bagusnya bila rencana tata ruang itu dibuat dengan mendengar kehendak

masyarakat dan hasil akhirnya juga diberitahukan kepada masyarakat.

Page 95: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

85

Penataan ruang berasaskan keterbukaan, persamaan, keadilan, dan

perlindungan hukum yang bertujuan:

1. Terselenggaranya pemanfaatan ruang berwawasan lingkungan dengan

dilandasi wawasan nusantara dan ketahanan nasional.

2. Terselenggaranya pengaturan pemanfaatan ruang kawasan budi daya.

3. Tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas.5

Untuk memenuhi harapan tersebut diperlukan kebijakan dan kearifan

pemerintah, karena sebuah rencana tata ruang wilayah kabupaten / kota sangat

dipengaruhi oleh kebijakan yang diambil pemerintah. Kebijakan ini haruslah

berdasarkan pada pertimbangan dan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan,

antara lain dengan mempertimbangkan aspek ekonomi, sosial budaya, daya dukung

dan daya tampung lingkungan, fungsi pertahanan dan keamanan, serta aspek

keagamaan.

Pemerintah juga perlu melakukan pembinaan masyarakat, karena pemahaman

masyarakat perencanaan, pemanfaatan dan perlindungan atas tata ruang tidaklah sama

dan beragam. Ketidaksamaan ini dapat dipengaruhi oleh faktor pendidikan maupun

latar belakang ekonomi yang berbeda.

Ibarat menata rumah, bukan isi atau perabotnya yang dikeluarkan, akan tetapi

bagaimana perabot ini kelihatan rapi, bersih, dan yang terpenting adalah bagaimana

5 Dyayadi , Tata Kota Menurut Islam h, 113

Page 96: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

86

perabot ini berada pada tempat yang sesuai dengan peran dan fungsinya masing-

masing.6

Penataan ruang kota seharusnya dapat menciptakan kota yang ramah

lingkungan. Kita tentu tidak menginginkan polusi melanda kota kita, walaupun telah

dibuat perencanaan penataan ruang yang begitu sempurna tetap saja kota kita penuh

dengan polusi, kemiskinan, dan penyakit sekaligus. Semua bersumber dari perilaku

yang tidak ramah lingkungan.

Kota yang ramah lingkungan memang masih menjadi harapan kita, namun hal

itu bukan berarti tidak dapat terwujud dengan cepat, apabila seluruh nasyarakat,

pelaku usaha, dan terutama sekali pemerintah memberi dukungan penuh.

Dalam PERMENDAGRI NO. 8 tahun 1998, tidak begitu terasa perencanaan

penataan ruang kota yang dapat menciptakan kota yang ramah lingkungan, maka

itulah masyarakat harus memiliki kesadaran diri untuk menjaga lingkungan

menciptakan kota yang ramah lingkungan, penuh keasrian, dan terasa nyaman.

Dalam sunah Rasulullah SAW jauh-jauh hari sudah menegaskan pentingnya

menjaga lingkungan perkotaan. Rasulullah memberikan contoh kota madinah, dimana

beliau mempertahankan pepohonan dan melarang penebangan atau merusak /

mengganggu lingkungan kota tersebut.

Dengan indahnya Islam telah memberikan pengajaran bahwa menebang

pohon yang terdapat dalam kota (kota Madinah) dalam kasus di atas adalah perbuatan

dosa / terlarang. Artinya Rasulullah yang merupakan manusia pilihan Allah telah

6 Ibid, h 115

Page 97: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

87

mengajarkan kaum muslimin agar tidak menebang pohon yang ada di dalam kota.

Justru sebaliknya kita harus gemar menanam pepohonan yang dampaknya akan

menciptakan lingkungan kota yang hijau, sejuk, asri, dan mengurangi polusi udara.

Pemerintah seharusnya lebih mengutamakan penataan ruang yang dapat

menciptakan kota yang hijau serta ramah lingkungan, karena lingkungan harus dilihat

sebagai sebuah ekosistem. Semua aspek, baik ekonomi, sosial, dan ekologi terkait

satu sama lain, sehingga perubahan disatu aspek mempengaruhi aspek yang lain.

Kita sebagai umat islam hendaknya menjadi pelopor dalam menjaga

kelestarian dan keserasian lingkungan, sebab dalam berbagai ayat al-Qur’an Allah

telah melarang umat manusia merusak ekosistemnya atau lingkungan hidupnya.

Sebagaimana firman Allah swt dalam surat Al-A’raf 56 ;

)۵٦عراف األ( ☺Artinya :

“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (Tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik (QS : Al-A’raf 56)”.7

Agama Islam dalam mengatur tata ruang mengacu pada ayat-ayat al-Qur’an

dan hadits Rasulullah SAW. Karena kedua sumber tersebut merupakan pedoman

agama Islam dalam menentukan berbagai syariat amaliah.

7 Daud Efendy, Manusia Lingkungan dan Pembangunan (Jakarta Lembaga Penelitian UIN SYAHID 2008) h, 123

Page 98: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

88

Jika dianalisis menurut perspektif hukum Islam PERMENDAGRI NO. 8

Tahun 1998 tentang tata ruang cukup , tetapi dalam PERMENDAGRI NO. 8 Tahun

1998 ini tidak diatur sama sekali tentang penataan atau perencanaan sarana ibadah,

hal ini bertentangan dengan hukum Islam. Seharusnya PERMENDAGRI lebih

mengutamakan penataan sarana ibadah, karena sarana ibadah seperti masjid

merupakan hal yang urgen dalam kegiatan sehari-hari.

Menurut hukum Islam penataan kota harus mengutamakan hal-hal sebagai

berikut :

1. Lokasi masjid mudah dijangkau

Hendaknya masjid diletakan di tengah-tengah komplek perumahan tersebut

sebagai sentral aktifitas masyarakat. Lokasi masjid seperti itu menjadikan jarak setiap

warga menuju masjid dekat dari semua arah. Secara psikologis, masjid yang berada di

tengah masyarakat mengisyaratkan simbol ruhaniyah. Warga masyarakat akan

memiliki kedekatan dan keterikatan dengan nilai-nilai kebaikan karena terkondisi

oleh masjid. Sebaliknya, bila masjid terletak dipinggiran. Terisolir dari penduduk,

dan sulit dijangkau akan menimbulkan kesan ruhaniyah yang berbeda pula.

Apabila kita melihat aktivitas Rasulullah sesaat beliau dan sahabat Muhajirin

diterima sahabat Anshar di Madinah, yang beliau lakukan adalah membangun masjid

sebagai sebuah markas pergerakan dakwah islam waktu itu, masjid mempunyai

pengaruh yang besar dalam mengikat persaudaraan dan menguatkan ikatan diantara

mereka.

Page 99: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

89

2. Kota ramah lingkungan

Cobalah sekali-kali kita membayangkan sebuah kota, dengan gedung-gedung

yang menggunakan sel surya (sollar cel) sebagai pembangkit energi memakai lampu

hemat listrik, dan adanya skema daur ulang limbah. Sebuah kota dengan sarana

transportasi massa yang efisien dan kendaraan-kendaraan yang berlalu lalang

digerakkan dengan listrik atau hidrogen sehingga tidak memuntahkan polusi udara.

Kota ramah lingkungan seperti diilustrasikan di atas memang masih sulit

menjadi mimpi, tetapi hal tersebut bisa dicapai dengan adanya kerjasama dari semua

pihak yang bertanggung jawab dalam memelihara lingkungan.

3. Memperbaiki lingkungan

Menurut Prof. Emil Salim bahwa mengurus lingkungan bersifa jangka

panjang. “Kita menanam pohon, apa hasilnya untuk sekarang?” tanya dia. Tak heran,

lingkungan menjadi sektor yang rentan terhadap konflik jangka pendek dan

cenderung dikalahkan oleh kepentingan lain (terutama ekonomi).

Lingkungan merupakan sebuah ekosistem, semua aspek kehidupan, baik

ekonomi, sosial, politik, ekologi terkait satu sama lain, sehingga perubahan disatu

aspek mempengaruhi perubahan pada aspek yang lain. Maka dari itu perlu saling

mendukung dan kerjasama dari berbagai aspek. Sebab tujuan semua aspek pada

hakikatnya sama yaitu menuju kehidupan yang lebih baik lagi.

Sebagai umat Islam sudah seharusnya menjadi pelopor dalam menjaga

kelestarian dan keserasian lingkungan hidup, serta menata ruang dengan sebaik-

baiknya yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam al-Qur’an dan hadits

Page 100: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

90

Rasulullah. Sebab dalam al-Qur’an Allah telah melarang umat manusia merusak

ekosistemnya atau lingkungan hidupnya. Jika ini kita langgar kita tidak hanya

melakukan dosa besar, tetapi juga akan menyengsarakan masyarakat banyak.

B. Analisa komparatif

Berkenaan dengan permasalahan penyelenggaraan penataan ruang secara jelas

tertuang pada Undang-undang No. 24 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah No.69

Tahun 1996 dan peraturan penyelenggaraan penataan ruang Permendagri No. 8

Tahun 1998 yang bertujuan untuk penyelenggaraan penataan ruang. Dari peraturan di

atas penulis tertarik untuk mewancarain staf dinas tata ruang dan pemukiman, yang

bernama, Ari panujo, S.T, M.Si dengan Nip : 19790232003121006. Bahwa beliau

mengatakan dalam menyelenggarakan penataan ruang, pengurusan sarana ibadah

disesuaikan kepada kondisi ke agamaan pada masyarakat disuatu daerahnya. Artinya

peraturan serana ibadah mengikuti kondisi mayoritas agama masyarakat yang tinggal

didaerahnya. Dengan contoh Kota Depok yang mayoritas masyarakatnya beragama

muslim dan ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

No Sarana Ibadah Jumlah 1 Musholla 7.551 2 Masjid 686 3 Gereja 76 4 Pure 3 5 Bihara 2 Jumlah 8318

Suber laporan dinas pemukiman dan tata ruang kota Depok tahun 2009

Page 101: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

91

Dari data di atas menunjukkan bahwa masyarakat di kota Depok sangat peduli

terhadap sarana ibadah.8 Adapun persamaan dan perbedaan terkait masalah

penyelenggraan penataan ruang, sebagai berikut penuturannya:

Persamaan

Terdapat persamaan antara penyelenggaran penataan ruang menurut

Permendagri No 8 Tahun 1998, dengan penyelenggaraan penataan ruang menurut

hukum Islam dalam beberapa pokok, sebagai berikut :

Pertama, penyelenggaraan penataan ruang dalam arti luas, mengatur seluk

beluk umat manusia pada umumnya, dan yang bermukim pada khususnya, berupa

hukum peraturan dan kebijaksanaan yang dibuat oleh pemegang kekuasaan

(pemerintah) untuk mewujudkan kepentingan orang banyak yang bermukim guna

memelihara kelangsungan hidupnya.

Kedua, penyelenggaraan penataan ruang dalam arti sempit, untuk mengatur,

memelihara dan menjaga penyelenggaraan penataan ruangyang efektif dengan tanpa

melanggar hak-hak seorangpun.

Dalam penyelenggaraan penataan ruang terdapat tiga hal untuk mewujudkan

penataan ruang yang ideal, yaitu : perencanaan tata ruang, pemanfaatan tata ruang

dan pengendalian pemanfaatan tata ruang. Sebagaimana yang akan diuraikan dibawah

ini :

1. Perencanaan tata ruang.

8 Ari, Panujo, staf dinas tata ruang dan pemukiman, wawancara pribadi, depok 17 Juni 2010.

Page 102: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

92

Dalam hal perencanaan tata ruang baik ajaran hukum islam maupun hukum

konvensional sama-sama menitik beratkan kepada pembangunan kawasan yang

strategis, seperti yang dilakukan oleh Khalifah Umar bin Al-Khatab, di antara contoh

yang paling menonjol adalah pembangunan kawasan startegis bagi kaum muslimin di

daerah-daerah yang ditaklukan. Misalnya ; Umar membangun sebuah pelabuhan yang

bernama Al-Jar, dan membangun gudang yang disebut Dar Ar-Rizqi untuk meyimpan

makanan dan hal-hal lain yang datang dari mesir.

2. Pemanfaatan tata ruang.

Mengenai pemanfaatan tata ruang akan terdapat beberapa persamaan antara

hukum islam dan hukum konvensional yang bersamaan menyoroti kepada konservasi

sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Menyangkut hajat hidup orang banyak

dan penggunaannya sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Yang dipentingkan

disini adalah konservasi fungsi bagi kesinambungan penyambung untuk

kesejahteraan manusia. Yang mengandung beberapa aspek, di antaranya :

perlindungan sistem penyangga kehidupan, pemeliharaan keanekaragaman tumbuhan

dan satwa, dan pemanfaatan secara lestari sumber daya alam.

3. Pengendalian pemanfaatan tata ruang.

Sehubungan dengan ditunjuknya manusia sebagai khalifah Allah, manusia

berbeda dengan mahluk hidup lainnya. Bedanya adalah manusia lebih tahu, lebih

mengerti, dan lebih tinggi keinginannya. Maka dalam pengendalian pemanfaatan

ruang terdapat beberapa kesamaan antara hukum islam dan hukum konvesional

seperti dalam hal : Membagun kehidupan di muka bumi yang dilakukan oleh manusia

Page 103: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

93

adalah suatu pesan ekstologis yang merupakan konsekuensi dari peran pentingnya

manusia sebagai khalifah Allah. Dalam memaknai pembangunan adalah juga dalam

arti mengelola lingkungan hidup secara baik dan benar bukan justru berakibat pada

kerusakan alam dan ekosistem.

Kemampuan manusia melaksanakan tugas-tugas kekhalifahan untuk

membangun kehidupan di muka bumi ini, merupakan pengejawantahan atau refleksi

dari keberimanan seseorang sebagai hamba Allah. Dari sini lah tergambar dengan

jelas tentang berlangsungnya hubungan dua dimensional yakni secara vertikal dan

horizontal yang dijalankan oleh manusia. Hubungan vertikal yang dimaksud adalah

kemampuan manusia dalam menjalankan perintah Allah, dan hubungan horizontal

adalah kemampuan manusia melakukan hubungan dengan alam lingkungan termasuk

sesama manusia, hal ini sesuai dengan Mekanisme Insentif-Disinsentif Pemberian

insentif kepada pemanfaat ruang dimaksudkan untuk mendorong pemanfaatan ruang

yang sesuai dengan rencana tata ruang. Sebaliknya, penerapan perangkat disinsentif

dimaksudkan untuk mencegah pemanfaatan ruang yang menyimpang dari ketentuan

rencana tata ruang. Contoh bentuk insentif adalah penyediaan prasarana dan sarana

lingkungan yang sesuai dengan karakteristik kegiatan yang diarahkan untuk

berkembang di suatu lokasi. Sedangkan disinsentif untuk mengurangi pertumbuhan

kegiatan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dapat berupa pengenaan pajak

yang tinggi atau ketidak-tersediaan prasarana dan sarana

Perbedaan

Page 104: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

94

Di mana ada persamaan tentu ada perbedaan kendati pada hakekatnya makna

penyelenggaraan pentaan ruang yang didefiniskan menurut hukum konvensional dan

hukum Islam adalah sama, yaitu untuk menyangkut hajat hidup orang banyak dan

penggunaannya sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat, serta perlindungan

sistem penyangga kehidupan, pemeliharaan keanekaragaman tumbuhan dan satwa,

dan pemanfaatan secara lestari sumber daya alam.

Dalam penyelenggaraan penataan ruang terdapat tiga hal untuk mewujudkan

penataan ruang yang ideal dalam pembahasan ini akan dijelaskan tentang

perbedaannya, yaitu : perencanaan tata ruang, pemanfaatan tata ruang dan

pengendalian pemanfaatan tata ruang. Sebagaimana yang akan diuraikan di bawah

ini;

1. perencanaan tata ruang.

Dalam hal perencanaan tata ruang, ajaran hukum islam dan hukum

konvensional terdapat perbedaan, yakni perbedaannya adalah :

Islam adalah agama rahmatan lil al-alamin telah memberikan isyarat dan

pesan-pesan yang berhubungan dengan pembangunan dan lingkungan hidup serta

kehidupan terutama melalui ayat-ayat kauniah, dalam perencanaan, menata dan

membangun kota Nabi Muhammad saw mengutamakan membangun masjid, masjid

merupakan suatu wadah atau institusi yang paling penting untuk membina

masyarakat islam. Di masjid pulalah rasa kesatuan dan persatuan umat islam

ditumbuh kembangkan.

Page 105: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

95

Sebagai rumah Allah (baitullah), masjid adalah tempat turunya rahmat Allah

SWT dan malaikat. Oleh karena itu, masjid dalam pandangan islam merupakan

tempat yang paling baik dan mulia di muka bumi ini. Dimasjid pula kaum muslimin

menemukan ketenangan dan ketentraman hidup serta kesucian jiwa, karena ditempat

ini dilaksanakan forum-forum terhormat.

Sedangkan hukum konvensional memakai tahap “Konsultasi” dan

tahap “Evaluasi”. Pada tahap “konsultasi” Bupati/Walikota dibantu BKPRD (Badan

Koordinasi Penataan Ruang Daerah) Kabupaten/Kota mengkonsultasikan rancangan

perda tentang RTRWK/K, RTR Kawasan Strategis Kabupaten/Kota, dan RDTRK/K

kepada instansi pusat yang membidangi urusan tata ruang yang dikoordinasikan oleh

BKTRN guna mendapatkan persetujuan substansi teknis. Rancangan perda harus

dilampiri dokumen RTR Kabupaten/Kota dan album peta. Pengajuan permintaan

persetujuan substansi teknis ke pemerintah pusat dilakukan setelah rancangan perda

dibahas di BKPRD Provinsi dan mendapatkan rekomendasi dari Gubernur. Setelah

keluar Surat Persetujuan Substansi Teknis dari instansi pusat yang membidangi

urusan tata ruang, dilanjutkan oleh Bupati/Walikota untuk mendapat persetujuan

bersama dengan DPRD. Kedua bahan tersebut yaitu Surat Persetujuan Substansi

Teknis dari Menteri yang membidangi urusan penataan ruang dan Surat Persetujuan

Bersama dengan DPRD menjadi bahan Gubernur dalam

melakukan “evaluasi” terhadap rancangan perda tentang RTRWK/K, rancangan

perda tentang RTR Kawasan Strategis Kabupaten/Kota, dan rancangan perda tentang

RDTR Kabupaten/Kota serta klarifikasi terhadap Perda tentang RTRWK/K, Perda

Page 106: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

96

tentang RTR Kawasan Strategis Kabupaten/Kota, dan Perda tentang RDTR

Kabupaten/Kota yang telah ditetapkan.

Maka dapat disimpulkan bahwa dalam perencanaan penataan ruang hukum

islam tidak melalui birokrasi yang terlalu rumit, seperti yang dilakukan oleh hukum

konvensional bahkan dalam Permendagri No 8 tahun 1998 tidak terdapat satu pasal

pun yang menyinggung tentang tempat untuk sarana ibadah, hukum Islam hanya

mengikuti apa yang dilakukan Nabi Muhammad SAW pada saat baru tiba Di

Madinah yaitu langsung membuat sarana tempat ibadah yaitu masjid.

2. Pemanfaatan tata ruang

Dalam hal pemanfaatan tata ruang, ajaran hukum islam dan hukum

konvensional terdapat perbedaan, yakni perbedaannya adalah :

Islam menempatkan ekosistem hutan sebagai wilayah bebas (al-mubahaat)

dengan status bumi mati (al-mawaat) dalam hutan-hutan liar, secara berstatus bumi

pinggiran (marafiq al-balad) dalam hutan yang secara geografis berada di sekitar

wilayah pemukiman kedua jenis hutan ini memiliki nilai persamaan dalam prinsip-

prinsip pengaturannya, di mana semuanya masih menjadi bidang garapan

pemerintah. Dan pemerintah juga berhak memberikan ijin penebangan hutan selama

tidak berdampak negatif pada lingkungan sekitar.

Hanya saja dalam jenis hutan bebas (liar), secara prinsip asal, legal untuk

dimanfaatakan oleh siapa pun, baik untuk dijadikan untuk kepemilikan (ihya’ li al-

tamaluk) maupun untuk diambil kekayaan alam yang ada di dalamnya. Sehingga

wajar sampai saat ini masih kita kenal model pembukaan lahan hutan sebagai

Page 107: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

97

pemukiman atau persawahan. Hal ini tidak bisa dimaknai sebagai perusakan

lingkungan, karena secara alami pertambahan jiwa akan selalu menuntut

pertambahan lokasi pemukiman.

Ulama berbeda pendapat dalam mendefiniskan tanah mawat ini.

Sebagaian ulama mengatakan, bahwa yang dimaksud adalah tanah ynga tidak ada

pemiliknya. Karna itu, tanah yang sudah lama tinggal oleh pemiliknya, masih

digolongkan tanah mawat. Sebagaian ulama juga mengatakan dengan tanah yang

tidak pernah dikelola oleh seorangpun. Tanah yang sudah pernah dimanfaatkan, lalu

ditinggalkan oleh pemiliknya tidak disebut tanah mawat. Ibn Rif’ah membagi dua

bentuk tanah mawat. Pertama, tanah yang tidak pernah dikelola oleh seseorang. Ini

adalah bentuk asal dan tanah mawat. Kedua, tanah yang pernah dimanfaatkan oleh

oarang kafir, kemudian ditinggalkan Al-Zarkasyi membagi lahan itu menjadi empat

macam. Pertama, tanah yang dimiliki dengan cara pembelian, hibah, dan

semacamnya. Kedua, tanah yang digunakan untuk kepentingan umum. Seperti lahan

ynag diwakafkan untuk masjid, madrasah; dan juga lahan yang digunakan untuk

kepentingan umum seperti pasar, jalan, dan semacamnya. Ketiga, tanah milik orang

atau kelompok tertentu. Misalnya waqaf khaissah (waqaf untuk komunitas tertentu),

tanah desa dan semacamnya. Keempat, tanah ynag tidak dimiliki baik oleh

perorangan, kelompok, ataupun umum. Inilah yang disebut tanah mawat. Beberapa

definisi ini sebenarnya memiliki maksud yang hampir sama, bahwa ynag dimaksud

adalah tanah yang tidak dikelola seseorang.

Page 108: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

98

Sedangkan hukum konvensional tidak mengenal istilah ihya’ li al-

tamaluk, karena hutan bebas (liar) memang bisa dimanfaatkan oleh siapa pun, tetapi

tidak bisa dijadikan untuk kepemilikikan, hanya dapat dimanfaatkan saja tanpa bisa

dimiliki secara pribadi sesuai dengan UU No 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan

Dasar Pokok-Pokok Agraria pasal II yaitu, bumi, air dan luar angkasa, termasuk

kekayaan alam yang terkandung didalamnya itu pada tingkatan tertinggi dikuasai

oleh negara, sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat.

3. Pengendalian pemanfaatan tata ruang

Dalam hal pengendalian pemanfaatan tata ruang, ajaran hukum Islam dan

hukum konvensional terdapat perbedaan, yakni perbedaannya adalah :

Islam menyerukan kepada manusia untuk melakukan pemeliharaan dan

pelestarian alam. Allah menyerukan kepada manusia untuk memanfaatkan alam bagi

kepentingan umat dan memakmurkanya. Hal ini sebagaimana terdapat dalam surat

Hud ayat 61 yang berbunyi :

☺ ☯

)٦١ود ه( Artinya: “ Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. dia Telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, Karena

Page 109: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

99

itu mohonlah ampunan-Nya, Kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)."( QS : Hud, 61)

Dalam konteks nikmat dari Allah atas segala sesuatu yang diberikan kepada

mausia, maka menjaga dan memelihara kelestarian alam adalah merupakan upaya

untuk menysukuri limpahan nikmat dan karunia Allah tersebut. Mencermati tentang

tumbuhnya kesadaran manusia untuk memelihara, mengelola dan memakmurkan

bumi ini dapat disimpulkan bahwa setidaknya terdapat tiga hal yaitu : pertama, al-

intifa ‘ (mengambil manfaat dan mendaya gunakan dengan sebaik-baiknya). Kedua,

al-I’tibar (mengambil pelajaran, memikirkan, mensyukuri seraya menggali rahasia-

rahasia di balik alam ciptaan Allah). Ketiga, al-islah (memelihara dan menjaga

kelestarian alam sesuai dengan kehendaki pencipta, yakni untuk kemaslahatan dan

kemakmuran manusia serta tetap terjaganya hubungan yang harmonis kehidupan

alam ciptaan Allah SWT).

Sedangkan hukum konvensional hanya mementingkan memelihara dan

menjaga kelestarian alam tanpa ada unsur keTuhanan sedikit pun, serta adanya

birokrasi yang cukup panjang yang telah diceritakan pada bab-bab sebelumnya. Serta

adanya Tahapan proses pengawasan meliputi pelaporan, pemantauan dan evaluasi.

Page 110: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dengan bertawakal kepada Allah SWT penulis mengambil kesimpulan

sebagai berikut.

1. Berdasarkan Permendagri No 8/1998 Tujuan penyelenggaraan penataan ruang di

daerah yaitu; Terlaksananya perencanaan tata ruang secara terpadu dan

menyeluruh, Terwujudnya tertib pemanfaatan tata ruang Terselenggaranya

pengendalian pemanfaatan ruang, Berdasarkan Permendagri No.8/1998 Pasal 6

perencanaan tata ruang itu berisi; Pekerjaan peyusunan rencana tata ruang

merupakan kewajiban dan tanggung jawab Kepala daerah, Peyusunan rencana

tata ruang dapat dilakukan dengan cara; Bekerjasama dengan perguruan tinggi

dan atau konsultan perencanaan yang berbentuk badan hukum dan swakelola.

Dan Penyelenggaraan Penataan Ruang menurut hukum Islam Perencanaan Tata

Ruang Perspektif Hukum Islam, Pemanfaatan Tata Ruang Perspektif Hukum

Islam, Pengendalian Pemanfaatan Tata Ruang Perspektif Hukum hukum Islam.

Agama Islam memberikan tuntunan dan petunjuk yang jelas dengan tata cara

hidup tanpa merusak ekosistem, tidak kurang dari 750 ayat yang secara tegas

menguraikan hal-hal (lingkungan hidup dan kehidupan) ayat-ayat tersebut

tentunya dijadikan sebagai rujukan dasar atau sebagai prinsip karena merupakan

petunjuk-petunjuk dasar atau prinsip-prinsip yang pertama dan utama dalam

100

Page 111: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

101

berbagai hal termasuk mengenai pembangunan dan lingkungan hidup sebagai

suatu ekosistem.

2. Terdapat persamaan antara penyelenggaran penataan ruang menurut

Permendagri No 8 Tahun 1998, dengan penyelenggaraan penataan ruang

menurut hukum islam, yakni; untuk mengatur, memelihara dan menjaga

penyelenggaraan penataan ruangyang efektif dengan tanpa melanggar hak-hak

seorangpun.Terdapat perbedaan antara penyelenggaran penataan ruang menurut

Permendagri No 8 Tahun 1998, dengan penyelenggaraan penataan ruang

menurut hukum islam, yakni; perencanaan penataan ruang hukum islam tidak

melalui birokrasi yang terlalu rumit, seperti yang dilakukan oleh hukum

konvensional bahkan dalam Permendagri No 8 Tahun 1998 tidak terdapat satu

pasal pun yang menyinggung tentang tempat untuk sarana ibadah, hukum Islam

hanya mengikuti apa yang dilakukan Nabi Muhammad SAW pada saat baru tiba

Di Madinah yaitu langsung membuat sarana tempat ibadah yaitu masjid.

B. Saran

1. Mendukung kebijaksanaan pemerintah dalam Penyelenggaraan Penataan

Ruang dengan memprioritaskan daerah-daerah yang tertinggal.

2. Menghimbau kepada pemerintah untuk membuat peraturan tentang

Penyelenggaraan Penataan Ruang yang tidak hanya mengatur tentang

pembangunan lingkungan tetapi juga memperhatikan sarana tempat ibadah

Page 112: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

102

karena negara kita adalah negara ketuhanan yang maha esa, sesuai dengan

sila pertama.

3. Mengharapkan kepada segenap masyarakat serta tokoh masyarkat untuk ikut

berperan serta dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang, agar tidak terjadi lagi

kesimpangan dalam penataan ruang.

4. Mengharapkan kepada para akademisi untuk bersifat aktif pada setiap

kebijakan baru tentang penataan ruang, yang di buat oleh pemerintah agar

dapat meminimalisir kesalahan dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang.

Page 113: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

103

Daftar Pustaka

Dr. Ahmad Sudirman Abbas, M,A Bergaul Bersama Alam Di Bawah Naungan Syari’at, Depok : Intisab, 2007.

Dr. Daud Effendy AM, “manusia, lingkungan dan pembangunan prospektus islam”

Jakarta : Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah. Daud Silalahi, Hukum Lingkungan dalam Sistem Penegakkan Hukum Lingkungan di

Indonesia, Yogyakarta: Alumni, 2007. Dyayadi, Tata Kota Menurut Islam; Konsep Pembangunan Kota yang Ramah

Lingkungan, Estetik & Berbasis Sosial, Jakarta: Khalifa, 2008. Facruddin MM, Ahmad Sudirman Abbas, khazanah Alam Menggali Tradisi Islam

untuk Konservasi, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2009. Fachruddin M Manggunjaya, “Menanam Sebelum Kiamat Islam, Ekologi, Dan

Gerakan Lingkungan Hidup (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2007. Ir. H. Gunawan, MA, “Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2008

Tentang Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Daerah”, Jakarta : Kasubdit Perencanaan, Pemanfaatan dan Pengendalian Tata Ruang Ditjen Bina Bangda Depdagri, 2008

Hadi Sabari Yunus, Struktur Tata Ruang Kota, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000. Handiman Rico, ”Merealisasikan Hak Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan

Tata Ruang” Kebijakan Nasional Dalam Perencanaan Tata Ruang Kebijakan Nasional Dalam Perencanaan Tata Ruang, Bogor : Divisi Riset JKPP,

Dr. Ir. H. Hermanto Dardak, M.Sc. “Pemanfaatan Lahan Berbasis Rencana Tata

Ruang Sebagai Upaya Perwujudan Ruang Hidup Yang Nyaman, Produktif, Dan Berkelanjutan” Bogor ; Direktur Jenderal Penataan Ruang, Departemen Pekerjaan Umum, 2005.

Drs. H. Inu Kencana Syafi’ie, “ Ilmu Pemerintahan Dan Al-Quran”, Jakarta ; PT

Bumi Aksara, 2004. Ismail Zubir, “Zoning Regulation Sebagai Instrumen Dalam Penataan Ruang”,

Jakarta : Buletin Tata Ruang, 2007

Page 114: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

104

Johny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang: Bayumedia Publishing, 2008.

Majelis Ulama Indonesia “Air, Kebersihan Dan Kesehatan Lingkunan Menurut

Ajaran Islam”, Jakarta : Majelis Ulama Indonesia, 1992. Mujiyono Abdillah, Agama Ramah Lingkungan Perspektif Al-Qur’an, Jakarta:

Paramadina, 2001. Murthadlo Muthahhari, Manusia dan Alam Semesta, Terj : Ilyas Hasan, Jakarta:PT

Lentera Basritama, 2002. M.R. Khairul Muluk, Menggugat Partisipasi Publik dalam Pemerintahan Daerah;

Sebuah Kajian dengan Pendekatan Berpikir Sistem, Malang: Bayumedia Publishing, 2007.

M.R. Khairul Muluk, Desentralisasi dan Pemerintahan Daerah, Malang: Bayumedia

Publishing, 2007, Cet. Ke-2. Nurcholis Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban, Jakarta; Yayasan Wakaf

Paramadina, 1992. Dr. Rahan Zainudin, pokok-pokok pemiiran islam dan masalah kekuasaan politik

dalam Bertram Ravendan JRP Dr. Ir Setia Hadi, MS. “Penataan Ruang Untuk Pemantapankawasan Hutan”, Bogor

: Departemen Kehutanan Badan Planologi Kehutanan Pusat Rencana Dan Statistik Kehutanan, 2006.

Seyyed Hossein Nasr, Islam dan Nistapa Manusia Modern, terj. Anas Mahyuddin,

Bandung :Penerbit Pustaka-Perpustakaan Salman ITB, 1983 Drs. Sjofjan Bakar, M.Sc, “Peran Serta Masyarakat dalam Penyelenggaraan

Penataan Ruang” Jakarta : Dir. Fasilitas Penataan Ruang dab Lingkungan Hidup, 2009

Drs. Sjofjan Bakar, M.Sc, “Kelembagaan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Di

Daerah”, Jakarta : Direktur Fasilitasi Penataan Ruang dan Lingkungan Hidup – Depdagri, 2006

Koesnadi Hardjasoemantri, “Hukum Tata Lingkungan”, Yogyakarta : Gajah Mada

University Press, 2006

Page 115: ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18814/1/HERU... · ANALISA TERHADAP PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG PADA PERMENDAGRI

105

Widjojo Nitisastro, “Senantiasa Memiliki Rakyat Kecil “, dalam : Revolusi Berhenti Hari Minggu, Jakarta : PT. Kompas media nusantara, 2000.

Quraish, Shihab, membunikan Al-Qur’an, Bandung : Mizan, 1997. Quraish Shihab, “Peranan Dakwah Terhadap Pembangunan Berwawasan

Lingkungan, Dalam : Lingkungan Hidup Berkeadilan”, Jakarta : CV, Puspita Sari Indah Bekerjasama Dengan LPPM-UNAS, 1993.

Yusuf Al-Qaradhawi, Islam Agama Ramah Lingkungan, Terj : Abdullah Hakam

Shah, Dkk, Jakarta : Pustaka Al-kauthsar, 2002 Peraturan Perundang-undangan Undang-undang No 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang Undang-undang No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Peraturan Pemerintah No 26/2008 Tentang Rencana Tata Ruang Nasional Peraturan Pemerintah Nomor 79 tahun 2005 Tentang Pedoman Pembinaan dan

Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah. Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan antara Pemerintah Peraturan Pemerintah No.69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban,

serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 9 Tahun 1998 Tentang Peran Masyarakat

Dalam Rencana Tata Ruang. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 8 Tahun 1998 Tentang penyelenggaraan

penataan ruang Di Daerah. Penjelasan Atas Peraturan pemerintah republik indonesia Nomor 10 tahun 2000

Tentang Tingkat ketelitian peta untuk penataan Ruang wilayah. Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1992 Tentang

Penataan Ruang.