Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

122
24 BAB II ANALISA TEORITIK TENTANG PEMBIASAAN MEMBACA ASMA’UL HUSNA TERHADAP AKHLAK SISWA. A. Pembiasaan dan Permasalahannya Secara etimologis kata “pembiasaan” berasal dari kata “biasa”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata biasa berati lazim, biasa dan umum, seperti sediakala sebagaimana yang sudah-sudah, sudah merupakan hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, sudah menjadi adat, sudah seringkali. Jadi, kata pembiasaan berasal dari kata dasar “biasa” yang memperoleh imbuhan prefiks “pe” dan sufiks “an”, yang berarti proses membiasakan, yang pada akhirnya akan menghasilkan suatu kebiasaan atau adat. Pembiasaan adalah sebuah upaya sehingga terjadinya sebuah kebiasaan. Kebiasaan adalah sesuatu yang biasa dikerjakan, pola untuk melakukan tanggapan terhadap situasi tertentu yang dipelajari oleh seorang individu dan yang dilakukannya secara berulang untuk hal yang sama (http://www.pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php)

Transcript of Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

Page 1: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

24

BAB II

ANALISA TEORITIK TENTANG PEMBIASAAN MEMBACA

ASMA’UL HUSNA TERHADAP AKHLAK SISWA.

A. Pembiasaan dan Permasalahannya

Secara etimologis kata “pembiasaan” berasal dari kata “biasa”. Dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia kata biasa berati lazim, biasa dan umum, seperti

sediakala sebagaimana yang sudah-sudah, sudah merupakan hal yang tidak

terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, sudah menjadi adat, sudah seringkali. Jadi,

kata pembiasaan berasal dari kata dasar “biasa” yang memperoleh imbuhan

prefiks “pe” dan sufiks “an”, yang berarti proses membiasakan, yang pada

akhirnya akan menghasilkan suatu kebiasaan atau adat. Pembiasaan adalah sebuah

upaya sehingga terjadinya sebuah kebiasaan. Kebiasaan adalah sesuatu yang biasa

dikerjakan, pola untuk melakukan tanggapan terhadap situasi tertentu yang

dipelajari oleh seorang individu dan yang dilakukannya secara berulang untuk hal

yang sama (http://www.pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php)

Pada konteks pembiasaan sebagai upaya menjadikan kebiasaan, maka

kebiasaan itu adalah suatu tingkah laku tertentu yang sifatnya otomatis, tanpa

direncanakan dulu, serta berlaku begitu saja tanpa dipikir lagi” ( Edi Suardi,

tt.123).

Kata “kebiasaan” berarti sesuatu yang telah biasa dilakukan, atau adat

(Poerwadarminta, 2007: 153).

Adapun istilah pembiasaan dilihat dari dimensi Pendidikan memiliki

beberapa indikator. Adapun indikator tersebut adalah:

Page 2: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

25

1. Pembiasaan mengandung unsur Tuntutan Kebiasaan

Dalam proses pembiasaan, unsur tuntutan kebiasaan berperan penting

dalam hal pendidikan Akhlak. Dalam kajian pendidikan akhlaq bentuk tuntutan

ini lebih dikenal dengan dressur /pendidikan bersifat paksaan. (Fadil Yani; 2007 :

17).

Dalam proses pendidikan perlu adanya sebuah latihan dan pembiasaaan

dengan konsisten dan disiplin. Hal ini berdasar pada sebuah kutipan:

“ berdisiplin selain akan membuat seorang memiliki kecakapan mengenai

cara belajar yang baik, juga merupakan suatu proses ke arah

pembentukan watak yang baik.watak yang baik dalam diri seseorang akan

mencipatakan suatu kepribadian yang luhur.” (The Liang Gie, 1985 : 59)

Seperti dari layaknya seorang prajurit yang terampil (professional) dalam

menggunakan senjata berat, ternyata sebelumnya mereka dilatih dengan metode

drill dan penuh disiplin. Sehingga ketika menghadapi musuh di medan tempur

mereka sangat mudah dan tanpa pemikiran yang lambat bahkan terjadi karena

spontanitas (http://www.kodam-jaya.mil.id/arsif-artikel-kontribusi/967).

Dengan alasan tersebut, begitu pentingnya disiplin hingga Allah

berfirman pada Surah Ash-Shaaf:4 yang di tuturkan pula oleh seorang panglima

besar yakni imam Ali bin Abi Thalib r.a mengingatkan bahwa

"Kebenaran yang tidak terorganisasi dengan rapi, dapat dikalahkan oleh

kebatilan yang diorganisasi dengan baik". (Muhammad Syakir Sula:610)

Dengan demikian tampaklah bahwa tuntutan akan nilai kedisiplinan,

sangat penting dalam proses pendidikan.

Page 3: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

26

Hal lebih lanjut tentang kedisiplinan dijelaskan Merriam pada Webster’s

New Dictionary (1984:248) sebagai berikut:

1) Latihan yang mengembangkan pengendalian diri, karakter atau

keadaan serba teratur dan efisiensi.

2) Hasil latihan serupa itu mengembangkan diri, perilaku tertib

3) Penerimaan atau ketundukan kepada kekuasaan dan kontrol

4) Suatu cabang ilmu pengetahuan.

2. Bersifat Lazim.

Sebuah pembiasaan berarti pula sebagai pelaziman. lazim berarti sedia

kala dan umum adanya (KBBI:2010). Konsep pembiasaan berarti pula

membiasakan kembali atau melanjutkan sesuatu yang menjadi kelaziman bagi

komunitas tertentu. Bagi seluruh ummat muslim membaca asma’ul husna adalah

hal yang lazim, sedangkan pembiasaan membaca asma’ul husna juga lazim

dilakukan di kalangan ummat muslim (ESQ 165 Magazine : 2010). Perintah Allah

mengenai Pengamalan Asma’ul husna dapat ditemukan pada Al-Quran:

�ه� �ل م�اء و�ل �س� ن�ى األ �ح�س� �ه�ا ف�اد�ع�وه� ال � ب وا �ح�د�ون� ال ذ�ين� و�ذ�ر� �ل ف�ي ي

�ه� م�آئ �س� و�ن� أ �ج�ز� ي � م�ا س� �وا �ان �ون� ك �ع�م�ل (180: األعراف) ي

Hanya milik Allah asmaulhusna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan

menyebut asmaaulhusna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang

menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti

mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.

(Departemen Agama Republik Indonesia,1987:252)

Page 4: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

27

Lebih lanjut tentang pembiasaan dalam membaca asma’ul husna

berdasarkan hadits rasulullah SAW :

“ : وتسعون تسعة الله أسماء إن دخل أحصاها من اسما

”الجنة

“Sesungguhnya nama-nama Allah ada 99 nama, barangsiapa yang membaca

menghafalkannya akan masuk surga.”(.Sa'id Qahthani, 2005)

Dalam penafsiran hadits di atas Syaikh Al‘Alaamah Muhammad bin

Sholeh Al ‘Utsaimin rahimahullah menegaskan pendapatnya pada kitab Al

Qowa’idul fi Shifatillahi wa Asmail Husna bahwasanya

“Makna yang terkandung dalam hadist tersebut adalah barangsiapa yang

menjaga (menghafalkan dan memahami) 99 nama tersebut maka Allah

akan memasukkannya ke dalam surga.” (Syaikh Al‘Alaamah Muhammad

bin Sholeh Al ‘Utsaimin)

Pengamalan Asma’ul husna sebagai bagian yang telah digariskan dalam

Al-Quran dan As-Sunnah adalah sebuah kelaziman mengingat pembiasaan

membaca asma’ul husna adalah bagian ibadah bagi setiap muslim dan memiliki

dasar hukumnya jelas dari Al-Quran dan Sunah nabi. Sedangkan Al-Quran dan

As-Sunnah adalah hal yang lazim adanya di kalangan ummat muslim. Hal ini

berdasar pada hadits nabi yang ditemukan pada kitab Muwattha Malik Juz 5

halaman 381 yang berbunyi:

�ي و �ن ن ه� م�ال�ك ع�ن� ح�د ث� �غ�ه� أ �ل �ن ب ول� أ س� الل ه� ص�ل ى الل ه� ر�

�ه� �ي ل م� ع�ل �ت�ت ق�ال� و�س� ك �م� �ر� �ن� ف�يك ي م�ر�� �ن أ Jوا �ل �ض�ل م�ا ت

Page 5: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

28

�م� �ت ك �م�س �ه�م�ا ت �اب� ب �ت ن ة� الل ه� ك Nه� و�س� �ي �ب وذار الحاكم )رواه ن

القطن(

“Telah ku tinggalkan bagi kalian dua perkara sehingga kalian tak akan

sesat selagi kalian berpegang teguh kepada keduanya yakni kitab Allah

dan sunnah nabi-Nya.”

(Syekh M. Hisyam Kabbani, 2008:182)

Dengan demikian Pembiasaan membaca asma’ul husna adalah hal yang

lazim, mengingat ia bersumber dari Al-Quran dan sunnah rasul, adanya perintah

untuk membiasakannya dan pembiasaan ini telah dilakukan oleh ummat muslim.

3. Pembiasaan Terjadi Berulang-ulang

Pengulangan ini telah digariskan oleh Allah secara tersirat diantaranya di

dalam Al Quran ayat pertama surah Al-Alaq. Secara implisit metode ini

menggambarkan dari cara turunnya wahyu pertama (ayat 1-5). Malaikat Jibril

menyuruh Muhammad Rasulullah SAW dengan mengucapkan ا“ �ق�ر� ”إ

(“bacalah!”) dan Nabi menjawab: ‘ �ق�ار�ئ ب �ا �ن ا ,(“saya tidak bisa membaca“ ) ”م�ا

lalu malaikat Jibril mengulanginya lagi dan Nabi menjawab dengan perkataan

yang sama. Hal ini terulang sampai 3 kali. Kemudian Jibril membacakan ayat 1-5

dan mengulanginya sampai beliau hafal dan tidak lupa lagi tentang apa yang

disampaikan Jibril tersebut ( Erwita Aziz, 2003: 81).

Mengenai pentingnya pengulangan dan kesinambungan dalam pembiasaan

sebagai mana Dikutip dari buku Ajengan Cipasung (K.H Moh. Ilyas Ruhiyat)

mengenai hadits rasul yang berbunyi

Page 6: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

29

قل وان ادوامها الله الى االعمال احب

“Amal yang paling dicintai oleh Allah adalah yang dilakukan secara rutin

walaupun sedikit.” (Iip Yahya, 2006:12)

Ungkapan hadits yang sederhana namun syarat makna ungkapan

sederhana ini bila dikaitkan dengan konsep tiga tujuan pembaelajaran yaitu

knowing (mengetahui), doing (keterampilan melaksanakan yang diketahui) dan

being (pengetahuan yang menjadi satu dengan kepribadiannya) (Iip D. Yahya,

2006: 12)

Adapun kaidah pengulangan dalam ibadah lebih menekankan hitungan

ganjil. Hal ini seperti telah digariskan oleh Allah pada hitungan satu rakaat pada

shalat witir, tiga kali pada wudlu, lima waktu pada shalat fardu, tujuh keliling

pada thawaf dan sebelas pada shalat witir. adalah perumpamaan keutamaan pada

wudlu (www..rwa2an.net./vb/showthread.php?t=10098).

Berkaitandengan pengulangan dengan bilangan ganjil Nabi Muhamad

SAW. pun bersabda:

: وتوضأ مرتين، أجره الله أتاه مرتين مرتين توضأ من ثالثا

: ووضوء قبلي من األنبياء ووضوء وضوئي وقال: هذا ثالثا

الســــــالم عليه إبراهيم الرحمن خليل

“Barang siapa yang berwudlu dua kali dua kali, maka Allah memberikan

pahal abaginya dua kali dan berwudlunya seseorang dengan tiga kali-tiga

kali inilah wudlu ku dan wudlunya para nabi sebelumku dan wudlunya

kekasih Alllah yang maha pengasih yakni nabi Ibrahim a.s.”

Page 7: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

30

(Imam Al-Ghazali, tt: 1/145)

Kajian lebih lanjut Allah mengisyaratkan bahwa Sebuah amal yang baik

selalu dianjurkan untuk diulang dengan hitungan ganjil. Sebagai mana sabda

rasulullah SAW dalam sebuah hadits :

عليه( )متفق الوتر يحب وتر الله أن

“sesungguhnya allah itu esa dan menyukai yang ganjil.”  

(Muslim ibn al-Hajjaj al-Qushayri: 1994)

4. Pembiasaan Bersifat Praktis

Dalam hal pembiasaan sebagai hal yang bersifat praktis maka rasulullah

Syeikh Ibrahim ibn Ismail menegaskan pada kitab Syarh Ta'lim al-Muta'allim:

الحال حفظ العمل وافضل الحال علم العلم افضل

“Ilmu yang paling utama adalah ilmu perbuatan dan sebaik-baiknya

perbuatan adalah menjaga tingkah laku.” (Syeikh Ibrahim ibn Ismail:tt:4)

Penanaman kebiasaan yang baik , sebagaimana sabda Rasulullah SAW di

atas, sangat penting dilakukan sejak awal kehidupan anak. Agama Islam sangat

mementingkan pendidikan kebiasaan, dengan pembiasaan itulah diharapkan

peserta didik mengamalkan ajaran agamanya secara berkelanjutan. Bahkan nabi

sendiri yang memerintahkan kepada para orang tua, dalam hal ini para pendidik

agar mereka menyuruh anak-anak mengerjakan sholatsejak dini ( Ramayulis,

2005 : 129 ). Hal tersebut berdasarkan hadits di bawah ini:

Page 8: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

31

و�ا �م� م�ر� �د�ك و�ال� �ة� أ �االص ال �اء� و�ه�م� ب �ن �ب �ع� أ ب �ن� س� �ي ن �و�ه�م� س� و�اض�ر�ب

�ه�ا �ي �اء� و�ه�م� ع�ل �ن �ب ر� أ ، ع�ش� �ن� �ي ن ق�و�ا س� Nو�ف�ر �ه�م� �ن �ي �الم�ض�اج�ع� يف ب

(أبوداوود )رواه

“Suruhlah anak-anak kalian untuk melaksanakan sholat ketika mereka

berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka apabila meninggalkannya

ketika mereka berumur sepuluh tahun, dan pisahkanlah tempat tidur

mereka.”( Maktabah Syamillah)

5. Pembiasaan dalam upaya pendidikan dan pembinaan

Pendidikan Islam adalah proses pengubahan sikap dan tata laku

seseorang atau kelompok orang dl usaha mendewasakan manusia melalui upaya

pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik berdasarkan aturan

islam (http://www.pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php).

Pendidikan islam merupakan kebutuhan mutlak untuk dapat

melaksanakan islam sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah, berasarkan makna

ini, maka pendidikan yang diterapakan islam yaitu mempersiapkan diri manusia

guna melaksanakan amanat yang dipikulkan kepadanya, ini berarti sumber-

sumber islam dan pendidikan islam itu sama yakni yang terpenting, Al-qur’an dan

sunnah rasulullah (Abdurrahman An-Nahlawi, 1992: 41 )

Berkaiatan dengan pendidikan, D. Marimba mengatakan: “ Pendidikan

Agama Islam pada prinsipnya adalah untuk membentuk kepribadian muslim

(1980: 46)

Page 9: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

32

Pendapat senada dikatakan oleh arief Ichwani adalah: “Tujuan Pendidikan

Islam adalah untuk membina mental spritual dalam rangka mengabdi kepada

Allah sesuai dengan ajaran islam” (1986: 4).

Pendidikan Agama Islam merupakan pendidikan nilai. Karena lebih

banyak menonjolkan aspek nilai, baik nilai ketuhanan maupun nilai kemanusiaan,

yang hendak ditanamkan atau ditumbuhkembangkan ke dalam diri peserta didik

sehingga dapat melekat pada dirinya dan menjadi kepribadiannya (Muhaimin:

159).

Proses Internalisasi nilai ajaran Islam menjadi sangat penting bagi peserta

didik untuk dapat mengamalkan dan mentaati ajaran dan nilai-nilai agama dalam

kehidupannya, sehingga tujuan Pendidikan Agama Islam tercapai.

Upaya dari pihak sekolah untuk dapat menginternalisasikan nilai ajaran

Islam kepada diri peserta didik menjadi sangat penting, dan salah satu upaya

tersebut adalah dengan metode pembiasaan di lingkungan sekolah. Metode

pembiasaan tersebut adalah dengan menciptakan suasana religius di sekolah,

karena kegiatan–kegiatan keagamaan dan praktik-praktik keagamaan yang

dilaksanakan secara terprogram dan rutin (pembiasaan) diharapkan dapat

mentransformasikan dan menginternalisasikan nilai-nilai ajaran Islam secara baik

kepada peserta didik.

Nilai adalah suatu penetapan atau kualitas obyek yang menyangkut suatu

jenis aspirasi atau minat (Nur Syam: 133). Pendidikan agama Islam merupakan

pendidikan nilai di mana peserta didik diharapkan dapat bertindak, bergerak dan

berkreasi dengan nilai-nilai tersebut.

Page 10: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

33

Nilai ajaran Islam merupakan sistem yang diwujudkan dalam amal

perilaku para pemeluknya, termasuk dalam hal ini anak, peserta didik maupun

masyarakat pada umumnya. Sistem nilai agama Islam adalah suatu keseluruhan

tatanan yang terdiri dari beberapa komponen yang saling mempengaruhi dan

mempunyai keterpaduan yang bulat yang berorientasi pada nilai Islam. Jadi

bersifat menyeluruh, bulat dan terpadu

Pendidikan agama menyangkut manusia seutuhnya, ia tidak hanya

membekali anak dengan pengetahuan agama, atau mengembangkan intelek anak

saja dan tidak pula mengisi dan menyuburkan perasaan (sentimen ) agama saja,

akan tetapi ia menyangkut keseluruhan diri pribadi anak, mulai dari latihan-latihan

(amaliah) sehari-hari, yang sesuai dengan ajaran agama, baik yang menyangkut

hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, manusia dengan

alam, serta manusia dengan dirinya sendiri (Darajat: 107).

Pendidikan Agama Islam merupakan pendidikan nilai. Karena lebih

banyak menonjolkan aspek nilai, baik nilai ketuhanan maupun nilai kemanusiaan,

yang hendak ditanamkan atau ditumbuhkembangkan ke dalam diri peserta didik

sehingga dapat melekat pada dirinya dan menjadi kepribadiannya (Muhaimin:

159).

Proses Internalisasi nilai ajaran Islam menjadi sangat penting bagi peserta

didik untuk dapat mengamalkan dan mentaati ajaran dan nilai-nilai agama dalam

kehidupannya, sehingga tujuan Pendidikan Agama Islam tercapai. Upaya dari

pihak sekolah untuk dapat menginternalisasikan nilai ajaran Islam kepada diri

peserta didik menjadi sangat penting, dan salah satu upaya tersebut adalah dengan

metode pembiasaan di lingkungan sekolah.

Page 11: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

34

Metode pembiasaan tersebut adalah dengan menciptakan suasana religius

di sekolah, karena kegiatan–kegiatan keagamaan dan praktik-praktik keagamaan

yang dilaksanakan secara terprogram dan rutin (pembiasaan) diharapkan dapat

mentransformasikan dan menginternalisasikan nilai-nilai ajaran Islam secara baik

kepada peserta didik.

Pendidikan Iislam berorientasi pada pendidikan nilai sehingga perlu

adanya proses internalisasi tersebut. Jadi internalisasi merupakan ke arah

pertumbuhan batiniah atau rohaniah peserta didik. Pertumbuhan itu terjadi ketika

siswa menyadari sesuatu “nilai” yang terkandung dalam pengajaran agama dan

kemudian nilai-nilai itu dijadikan suatu “ sistem nilai diri” sehingga menuntun

segenap pernyataan sikap, tingkah laku, dan perbuatan moralnya dalam menjalani

kehidupan ini.

Menurut Muhaimin, tahap-tahap dalam internalisasi nilai adalah:

a. Tahap transformasi nilai, pada tahap ini guru sekedar

menginformasikan nilai-nilai yang baik dan yang kurang baik

kepada siswa, yang semata-mata merupakan komunikasi verbal.

b. Tahap transaksi nilai, yaitu suatu tahap pendidikan nilai dengan jalan

melakukan komunikasi dua arah, atau interaksi antara siswa dan

guru bersifat timbal balik. Dalam tahap ini tidak hanya menyajikan

informasi tentang nilai yang baik dan yang buruk, tetapi juga terlibat

untuk melaksanakan dan memberikan contoh amalan yang nyata,

dan siswa diminta memberikan respons yang sama, yakni menerima

dan mengamalkan nilai itu.

Page 12: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

35

c. Tahap transinternalisasi, yakni bahwa tahap ini lebih dalam daripada

sekedar transaksi. Dalam tahap ini penampilan guru di hadapan

siswa bukan lagi sosok fisiknya, melainkan sikap mentalnya

(kepribadiannya). Demikian juga siswa merespons kepada guru

bukan hanya gerakan/penampilan fisiknya, melainkan sikap mental

dan kepribadiannya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa dalam

transinternalisasi ini adalah komunikasi dua kepribadian yang

masing-masing terlibat secara aktif.

Jadi, internalisasi nilai sangatlah penting dalam pendidikan agama Islam

karena pendidikan agama Islam merupakan pendidikan nilai sehingga nilai-nilai

tersebut dapat tertanam pada diri peserta didik, dengan pengembangan yang

mengarah pada internalisasi nilai-nilai ajaran Islam merupakan tahap pada

manifestasi manusia religius. Sebab tantangan untuk arus globalisasi dan

transformasi budaya bagi peserta didik dan bagi manusia pada umumnya adalah

difungsikannya nilai-nilai moral agama.

Pada tahap-tahap internalisasi ini diupayakan dengan langkah-langkah

sebagai berikut (Thoha: 94):

a. Menyimak, yakni pendidik memberi stimulus kepada peserta didik dan

peserta didik menangkap stimulus yang diberikan.

b. Responding, peserta didik mulai ditanamkan pengertian dan kecintaan

terhadap tata nilai tertentu, sehingga memiliki latar belakang

teoritik tentang sistem nilai, mampu memberikan argumentasi

Page 13: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

36

rasional dan selanjutnya peserta didik dapat memiliki komitmen

tinggi terhadap nilai tersebut.

c. Organization, peserta didik mulai dilatih mengatur sistem

kepribadiannya disesuaikan dengan nilai yang ada.

d. Characterization, apabila kepribadian sudah diatur disesuaikan dengan

sistem nilai tertentu dan dilaksanakan berturut –turut, maka akan

terbentuk kepribadian yang bersifat satunya hati, kata dan

perbuatan. Teknik internalisasi sesuai dengan tujuan pendidikan

agama, khususnya pendidikan yang berkaitan dengan masalah

aqidah, ibadah, dan akhlak.

Metode Pembiasaan sebagai Upaya Internalisasi Nilai Ajaran Islam

Kebiasaan terbentuk karena sesuatu yang dibiasakan, sehingga kebiasaan dapat

diartikan sebagai perbuatan atau ketrampilan secara terus-menerus, secara

konsisten untuk waktu yang lama, sehingga perbuatan dan ketrampilan itu benar-

benar bisa diketahui dan akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang sulit

ditinggalkan, atau bisa juga kebiasaan diartikan sebagai gerak perbuatan yang

berjalan dengan lancar dan seolah-olah berjalan dengan sendirinya.

Perbuatan ini terjadi awalnya dikarenakan pikiran yang melakukan

pertimbangan dan perencanaan, sehingga nantinya menimbulkan perbuatan dan

apabila perbuatan ini diulang-ulang maka akan menjadi kebiasaan.

Jadi kebiasaan di sini merupakan hal-hal yang sering dilakukan secara berulang-

ulang dan merupakan puncak perwujudan dari tingkah laku yang sesungguhnya,

di mana ketika seseorang telah memiliki kemampuan untuk mewujudkan lewat

Page 14: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

37

tindakan dan apabila tindakan ini dilakukan secara terus-menerus, maka ia akan

menjadi kebiasaan, dan kebiasaan tersebut akan mewujudkan karakter.

Pendidikan agama Islam sebagai pendidikan nilai maka perlu adanya

pembiasaan-pembiasaan dalam menjalankan ajaran Islam, sehingga nilai-nilai

ajaran Islam dapat terinternalisasi dalam diri peserta didik, yang akhirnya akan

dapat membentuk karakter yang Islami. Nilai-nilai ajaran Islam yang menjadi

karakter merupakan perpaduan yang bagus (sinergis) dalam membentuk peserta

didik yang berkualitas, di mana individu bukan hanya mengetahui kebajikan,

tetapi juga merasakan kebajikan dan mengerjakannya dengan didukung oleh rasa

cinta untuk melakukannya.

Pembentukan karakter seseorang (terutama peserta didik) bersifat tidak

alamiyah, sehingga dapat berubah dan dibentuk sesuai dengan tujuan yang

diharapkan. Kaidah umum dalam pembentukan karakter seperti diutarakan oleh

Anis Matta adalah sebagai berikut :

a.Kaidah kebertahapan, proses perubahan, perbaikan, dan pengembangan

harus dilakukan secara bertahap.

b.Kaidah kesinambungan, anda harus tetap berlatih seberapapun kecilnya

porsi latihan tersebut, nilainya bukan pada besar kecilnya, tetapi

pada kesinambungannya.

c.Kaidah momentum, pergunakan berbagai momentum peristiwa untuk

fungsi pendidikan dan latihan. Misalnya menggunakan bulan

Ramadhan untuk mengembangkan sifat sabar, kemauan yang kuat,

kedermawanan dan seterusnya.

Page 15: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

38

d.Kaidah motivasi intrinsik, jangan pernah berfikir untuk memiliki

karakter yang kuat dan sempurna, jika dorongan itu benar-benar

lahir dalam diri anda sendiri, atau dari kesadaran anda akan hal itu.

e.Kaidah pembimbing, pembiasaan mungkin bisa dilakukan seorang diri,

tetapi itu tidak akan sempurna. Jadi, pembiasaan membutuhkan

kawan yang berfungsi sebagai guru/ pembimbing.

Dari kaidah di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa selain kebiasaan

diberikan juga pengertian secara kontinyu, sedikit demi sedikit dengan tidak

melupakan perkembangan jiwanya, dengan melihat faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap pembentukan karakter dengan melihat nilai-nilai apa yang

diajarkan serta bersikap tegas dengan memberikan kejelasan sikap, mana yang

harus dikerjakan dan mana yang tidak. Memperkuatnya dengan memberikan

sangsi dengan kesalahannya dan juga tidak kalah pentingnya dengan adanya

teladan atau contoh yang diberikan

Pendidikan merupakan usaha sadar manusia dalam mencapai tujuan

tertentu. Banyak para tokoh yang mengemukakan definisi pendidikan, tetapi pada

intinya pendidikan mempunyai beberapa unsur utama, yaitu:

a.Usaha (kegiatan) yang bersifat bimbingan, pimpinan, atau pertolongan

yang dilakukan secara sadar

b.Ada pendidik, pembimbing atau penolong

c.Ada yang dididik atau si terdidik

d.Adanya dasar atau tujuan dalam bimbingan tersebut

Page 16: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

39

Dari unsur pendidikan di atas dapat diketahui bahwa fungsi metode sangat

penting dalam proses belajar mengajar. Karenanya terdapat suatu prinsip yang

umum dalam memfungsikan metode, yaitu prinsip agar pengajaran dapat

disampaikan dalam suasana menyenangkan, menggembirakan, penuh dorongan,

dan motivasi, sehingga pelajaran atau materi pendidikan yang akan disampaikan

itu dapat dengan mudah diberikan.

Beberapa metode dapat diaplikasikan dalam pembiasaan ini seperti kata

Ramayulis.

”Metode mengajar yang perlu dipertimbangkan untuk dipilih dan

digunakan dalam pendekatan pembiasaan antara lain ialah metode

Latihan (Drill) ”( Ramayulis, 2005 : 129 )

Alasan penggunaan metode drill yang dikutip dari pendapat Zuhairini,

dkk, (1983: 107) menguraikan hal tersebut sebagai berikut:

1. Dalam waktu relatif singkat, cepat dapat diperoleh penguasaan dan

keterampilan yang diharapkan

2. Para murid akan memiliki pengetahuan siap.

3. Akan menanamkan pada anak-anak kebiasaan belajar secara rutin

dan disiplin.

Dari uraian diatas maka dengan mempertimbangkan tujuan pendidikan

tahapan proses, unsur utama kegiatan pendidikan, serta metotode yang digunakan

maka pembiasaan adalah hal yang sangat efektif dalam pendidikan agama, nilai

dan akhlak pada dimensi pendidikan Islam.

B. Membaca dan Permasalahannya

Page 17: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

40

Kata “membaca” artinya mengenali kata, (Chambers dan Lowry: 1984),

berdoa, (Kamus Besar Bahasa indonesia : 2010) menghafal, menyelami makna

(Burns, dkk., 1996: 6), Meneladani (Petty & Jensen, 1980). Maka membaca

asma’ul husna dipandang berpengaruh terhadap akhlak siswa.

Perintah Allah untuk membaca dalam konteks membaca adalah

berdasarkan ayat Allah dalam Al-Quran berikut ini:

� أ � اق�ر� م �اس� Nك� ب ب �ق� ال ذ�ي ر� ل ان� خ�ل�ق�(1)خ� �س� �قe م�ن� اإلن �(2)ع�ل أ اق�ر�

Jك� ب م� و�ر� �ر� (1:3( )العلق3) األك  

"Bacalah dengan menyebut nama tuhanmu yang telah menciptakan (1)

Allah menciptakan manusia dari segumpal darah (2) bacalah dan

tuhamnu yang maha pemurah."

(Departemen Agama Republik Indonesia, 1987:1079)

Dari devinisi yang diungkapkan diatas maka pada penelitian ini kegiatan

membaca memliki indikator sebagai berikut:

1. Mengenali kata-kata

Pengetian membaca yang dikutip dari pendapat Burn, Roe dan Ross

(1984) adalah membaca dengan arti mengenali kata-kata. Mengenali berasal dari

kata kenal yang berarti tahu dan teringat kembali. Sedangkan mengenali berarti

mengetahui tanda-tanda atau ciri-ciri. Adapun pengertian “kata-kata” adalah

bentuk jama dari “kata” yang berarti unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan

yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan

dalam berbahasa (http://www.pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php).

Dari uraian diatas maka mengenali kata dapat diartikan sebagai usaha

untuk mengetahui dan mengingat kembali berbagai tanda atau ciri yang menjadi

Page 18: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

41

unsur bahasa yang diucapkan atau yang dituliskan yang merupakan perwujudan

kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat di gunakan dalam berbahasa.

Maka dari pengertian mengenali kata dapat kita simpulkan beberapa point

penting yang harus ada dalam mengenali kata ketika membaca asma’ul husna

adalah:

a. Upaya mengetahui dan mengingat (menghfal)

Mengetahui dan mengingat Asmaulhusna sebagai kajian utama berarti

mengetahui asma’ul husna dan mengingat kembali. Pada tingkatan ini membaca

asma’ul husna berati pula sekaligus memahami arti yang dibacanya.

Farris (1993: 304) Mengemukakan bahwa membaca sebagai pemrosesan

kata-kata, konsep, informasi, dan gagasan-gagasan yang dikemukakan oleh

pengarang yang berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman awal

pembaca. Dengan demikian, pemahaman diperoleh bila pembaca mempunyai

pengetahuan atau pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya dengan apa yang

terdapat di dalam bacaan

b. Identifikasi Simbol dan ciri sebagai unsur bahasa

Simbol dan ciri sebagai unsur bahasa dalam membaca asma’ul husna

adalah asma-asma Allah yang terdapat dalam asma’ul husna yang menggunakan

hufuf hjaiyah berbahasa arab baik secara langsung ataupun secara tidak langsung.

Damarjati Supadjar menjelaskan bahwa pada hakekatnya membaca adalah

suatu aktivitas membatin dari suatu hal yang lahir. . Maksud dari lahir disini

adalah benda dalam artian fisik, kongkrit maupun abstrak yang dapat diindera

oleh panca indra manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Langsung

dalam pengertian melalui penglihatan, perabaan, penciuman, pengecapan, maupun

Page 19: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

42

pendengaran. Sedangkan tidak langsung dapat diartikan melalui ciri-ciri suatu

benda atau keadaaan, ataupun dengan peralatan bantu tertentu.

Sebagai Contoh adalah membaca tulisan. Tulisan adalah suatu bentuk fisik

kongkrit yang melalui indra penglihatan, atau bisa juga melalui perabaan bagi

saudara kita yang tuna netra, kita jadikan sebagai input untuk diolah oleh otak

berdasarkan referensi pengetahuan yang pernah diajarkan (pelajaran mengenai

abjad) untuk kemudian disimpan dalam memori.

Dari memori tersebut kemudian tersusunlah kata dan kalimat yang dapat

kita keluarkan melalui ucapan, atau bisa jadi kita hentikan sampai tahapan

penyimpanan makna dalam memori jika kita membaca secara batin.

c. Unsur bahasa yang dibaca dapat diucapkan atau dituliskan

Asma’ul husna yang berbahasa arab sebagai bahasa Al-quran dapat

diucapkan atau dituliskan. Untuk itu tentu kemampuan membaca tulis berbahasa

arab ini merupakan syarat pokok bagi seseorang dalam membaca asma’ul husna,

mengingat kegiatan membaca adalah suatu proses komunikasi antara pembaca

dan penulis dengan bahasa tulis, hal tersebut dikemukakan oleh Kolker (1983: 3).

Unsur tulisan ini secara tersirat

ان� ع�ل م�( 4ؤ) �س� �م� م�ا اإلن �م� ل �ع�ل (5) يYang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam(4) Dia mengajarkan

kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (5). (Departemen Agama

Republik Indonesia:1989: 1079)

Page 20: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

43

Baik membaca secara langsung atau tidak langsung atau membaca secara

lahir atau batin seperti diungkapkan Damarjati Supadjar, tetap pada prosesnya

membaca berasal dari sesuatu yang dapat dibaca dan di ucapkan.

d. Membaca Merupakan Perwujudan Kesatuan Perasaan dan Pikiran

Dari pendapat para ahli tentang membaca maka bagi orang yang membaca

asma’ul husna, maka perwujudan kesatuan, perasaan dan fikiran adalah hal yang

urgen karena tanpa itu ia hanyalah sebuah pelafalan dan tidak mencapai arti

membaca yang sempurna.

Fredick Mc Donald (dalam Burns, 1996: 8) mengatakan bahwa membaca

merupakan rangkaian respon yang kompleks, di antaranya mencakup respon

kognitif, sikap dan manipulatif. Membaca tersebut dapat dibagi menjadi beberapa

sub keterampilan, yang meliputi: sensori, persepsi, sekuensi, pengalaman,

berpikir, belajar, asosiasi, afektif, dan konstruktif. Menurutnya, aktiivitas

membaca dapat terjadi jika beberapa sub keterampilam tersebut dilakukan secara

bersama-sama dalam suatu keseluruhan yang terpadu

Membaca Menurut Klein, dkk. (dalam Farida Rahim, 2005: 3), Pertama,

membaca merupakan suatu proses. Maksudnya adalah informasi dari teks dan

pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan yang utama dalam

membentuk makna. Kedua, membaca adalah strategis. Pembaca yang efektif

menggunakan berbagai strategi membaca yang sesuai dengan teks dan konteks

dalam rangka meng-kontruksi makna ketika membaca. Strategi ini bervariasi

sesuai dengan jenis teks dan tujuan membaca. Ketiga, membaca merupakan

interaktif. Keterlibatan pembaca dengan teks tergantung pada konteks. Orang

yang senang membaca suatu teks yang bermanfaat, akan menemui beberapa

Page 21: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

44

tujuan yang ingin dicapainya, teks yang dibaca seseorang harus mudah dipahami

(readable) sehingga terjadi interaksi antara pembaca dan teks

Dengan uraian diatas mengenai membaca, baik dipandang sebagai respon

yang kompleks (melibatkan emosional) atau membaca dipandang sebagai proses,

strategis dan interaktif (bentuknya logis) semuanya adalah perwujudan Kesatuan

Perasaan dan Pikiran karena tanpa perwujudan perasaan dan fikiran maka

membaca dipandang tidak sempurna.

2. Berdoa

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berdoa adalah sub makna dari

melafalkan sebagai makna dari membaca. Dengan kata lain berdoa adalah

membaca kalimat doa berbentuk pemintaan dan permohonan kepada tuhan (Allah)

Pengertian Membaca yang diungkapkan Damarjati Supadjar adalah suatu

aktivitas batin dari suatu hal yang lahir. Dimensi lahir (yang di indera) kita

jadikan sebagai input untuk diolah oleh otak berdasarkan referensi pengetahuan

yang pernah diajarkan (pelajaran mengenai abjad) untuk kemudian disimpan

dalam memori. Dari memori tersebut kemudian tersusunlah kata dan kalimat yang

dapat kita keluarkan melalui ucapan, atau bisa jadi kita hentikan sampai tahapan

penyimpanan makna dalam memori jika kita membaca secara batin.

Dalam konteks membaca adalah doa maka asma’ul husna adalah isi dari

doa tersebut. Seperti firman Allah dalam Al-Quran :

و� الل ه� اد�ع�وا ق�ل�� ح�م�ن� اد�ع�وا أ kا الر �ي �د�ع�وا م�ا أ �ه� ت م�اء�الا ف�ل �س�

�ى ن �ح�س� ه�ر� و�ال� ال �ج� �ك� ت ت �ص�ال� �خ�اف�ت� الو� ب �ه�ا ت �غ� ب �ت �ن� و�اب �ي �ك� ب ذ�ل

�ي ب {110:}اإلسراالس�

Page 22: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

45

Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama

yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaa'ul husna (nama-

nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam

salatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah

di antara kedua itu." (Departemen Agama Republik Indonesia, 1987:440)

Dalam konteks asma’ul husna sebagai doa, berikut adalah fadhilah dari

pembacaan doa dengan asma’ul husna yang dipetik dari tajuk buku Khasiat

Asmaul-Husna & Himpunan Ayat-Ayat Al-Quran, susunan Abu Nur Husnina,

terbitan Pustaka Ilmi :

1. “Ya Allah!” apabila dizikirkan 500 x setiap malam, lebih-lebih lagi selepas solat tahajjud atau solat sunat 2 rakaat mempunyai pengaruh yang besar di dalam mencapai segala yang dihajati.

2. “Ya Rahman!” apabila dizikirkan sesudah solat 5 waktu sebanyak 500x, maka hati kita akan menjadi terang, tenang & sifat-sifat pelupa & gugup akan hilang dengan izin Allah.

3. “Ya Rahim!” apabila dizikirkan sebanyak 100 x setiap hari, InsyaAllah kita akan mempunyai daya penarik yang besar sekali hingga manusia merasa cinta & kasih serta sayang terhadap kita.

4. “Ya Malik!” apabila dizikirkan sebanyak 121 x setiap pagi atau setelah tergelincirnya matahari, segala perkerjaan yang dilakukan setiap hari akan mendatangkan berkat & kekayaan yang diredhai Allah.

5. “Ya Quddus!” apabila dizikirkan sebanyak 100 x setiap pagi setelah tergelincir matahari, maka hati kita akan terjaga dari semua penyakit hati seperti sombong, iri hari, dengki dll.

6. “Ya Salam!” apabila dizikirkan sebanyak 136 x, InsyaAllah jasmani & rohani kita akan terhindar dari segala penyakit sehingga badan menjadi segar sihat & sejahtera.

7. “Ya Mukmin!” apabila dizikirkan sebanyak 236 x, InsyaAllah diri kita, keluarga & segala kekayaan yang dimiliki akan terpelihara & aman dari segala macam gangguan yang merosakkan.

Page 23: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

46

8. “Ya Muhaimin!” apabila dizikirkan sebanyak 145 x sesudah solat fardhu

Isyak, Insyaallah fikiran & hati kita akan menjadi terang & bersih.

9. “Ya ‘Aziz!” apabila dizikirkan sebanyak 40 x sesudah solat subuh, InsyaAllah, kita akan menjadi orang yang mulia, disegani orang kerana penuh kewibawaan.

10.”Ya Jabbar!” apabila dizikirkan sebanyak 226 x pagi & petang, semua musuh akan menjadi tunduk & patuh dengan izin Allah.

11. “Ya Mutakabbir!” apabila dizikirkan sebanyak 662 x, maka dengan kebijaksanaan bertindak, kita akan dapat menundukkan semua musuh, bahkan mereka akan menjadi pembantu yang setia.

12.”Ya Khaliq!” dibaca mengikut kemampuan atau sebanyak 731x, InsyaAllah yang ingin otak cerdas, cepat menerima sesuatu pelajaran , amalan ini akan memberikan otak kita cerdas dan cepat tangkap (faham).

13.”Ya Baarii’!” sekiranya kita berada didalam kesukaran atau sedang sakit, dibaca sebanyak 100 x selama 7 hari berturut-turut, InsyaAllah kita akan terlepas dari kesukaran & sembuh dari penyakit tersebut.

14.”Ya Musawwir!” sekiranya seorang isteri yang sudah lama belum mempunyai anak, maka cubalah ikhtiar ini dengan berpuasa selama 7 hari dari hari Ahad hingga Sabtu. Di waktu hendak berbuka puasa, ambil segelas air & dibacakan “Ya Musawwir” sebanyak 21 x, kemudian diminum air tersebut untuk berbuka puasa. Bagi sang suami, hendaklah berbuat perkara yang sama tetapi hanya dengan berpuasa selama 3 hari. Kemudian pada waktu hendak berjimak, bacalah zikir ini sebanyak 10 x, InsyaAllah akan dikurniakan anak yang soleh.

15.”Ya Ghaffaar!” sambil beri’tikaf (diam dalam masjid dalam keadaan suci) bacalah zikir ini sebanyak 100 x sambil menunggu masuknya waktu solat Jumaat, InsyaAllah akan diampunkan dosa-dosa kita.

16.”Ya Qahhaar!” dizikir menurut kemampuan atau sebanyak 306 x, maka hati kita akan dijaga dari ketamakkan & kemewahan dunia & InsyaAllah orang-orang yang selalu memusuhi kita akan sedar & tunduk akhirnya.

17. “Ya Wahhaab!” dizikir sebanyak 100 x sesudah solat fardhu, barang siapa yang selalu didalam kesempitan, Insya Allah segala kesulitan atau kesempitan dalam soal apa pun akan hilang.

18. “Ya Razzaq!” dizikir mengikut kemampuan sesudah solat fardhu khususnya solat subuh, Insya Allah akan dipermudahkan rezeki yang halal

Page 24: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

47

& membawa berkat. Rezeki akan datang tanpa diduga!! tetapi perlulah dilakukan dengan ikhtiar yang zahir.

19. “Ya Fattah!” dizikir sebanyak 71 x sesudah selesai solat subuh, InsyAllah hati kita akan dibuka oleh Allah, sehingga mudah menerima nasihat agama.

20. “Ya ‘Aalim!” dizikir sebanyak 100 x setiap kali selesai solat Maktubah, Insya Allah akan mendapat kemakrifatan yang sempurna.

21. “Ya Qaabidhu!” dizikirkan 100 x setiap hari, maka dirinya akan semakin dekat dengan Allah & terlepas dari segala bentuk ancaman.

22. “Ya Baasithu!” Bagi mereka yang berniaga atau mempunyai usaha2 lain, kuatkanlah usaha & berniaga itu dengan memperbanyakkan membaca zikir ini setiap hari, InsyaAllah rezeki akan menjadi murah.

23. “Ya Khaa’fidh!” dizikirkan sebanyak 500 x setiap hari, dalam keadaan suci, khusyuk & tawaduk, InsyaAllah segala maksud akan ditunaikan Allah. Juga apabila mempunyai musuh, musuh itu akan jatuh martabatnya.

24. “Ya Raafi!” dizikirkan setiap hari, baik siang atau malam sebanyak 70 x, InsyaAllah keselamatan harta benda di rumah, di kedai atau di tempat-tempat lain akan selamat & terhindar dari kecurian.

25. “Ya Mu’izz!” dizikirkan sebanyak 140 x setiap hari, Insya Allah akan memperolehi kewibawaan yang besar terutama ketua-ketua jabatan atau perniagaan.

26. “Ya Muzill!” Perbanyakkanlah zikir ini setiap hari, sekiranya ada orang berhutang kepada kita & sukar untuk memintanya, InsyaAllah si penghutang akan sedar & membayar hutangnya kembali.

27. “Ya Samii’!” Sekiranya inginkan doa kita makbul & pendengaran telinga kita tajam, biasakanlah zikir ini setiap hari menurut kemampuan, lebih-lebih lagi sesudah solah Dhuha, InsyaAllah doa akan mustajab.

28. “Ya Bashiir!” Dizikirkan sebanyak 100 x sebelum solat Jumaat, InsyaAllah akan menjadikan kita terang hati, cerdas otak & selalu diberikan taufik & hidayah dari Allah.

29. “Ya Hakam!” dizikirkan sebanyak 68 x pada tengah malam dalam keadaan suci, InsyaAllah dapat membuka hati seseorang itu mudah menerima ilmu-ilmu agama & membantu kecepatan mempelajari ilmu-ilmu agama.

Page 25: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

48

30. “Ya Adllu!” dizikirkan sebanyak 104 x setiap hari sesudah selesai solat 5 waktu, InsyaAllah diri kita selalu dapat berlaku adil.

31. “Ya Lathiif!” Dengan memperbanyakkan zikir ini mengikut kemampuan, InsyaAllah bagi para peniaga, ikhtiar ini akan menjadikan barangan jualannya menjadi laris & maju.

32. “Ya Khabiir!” Dengan memperbanyakkan zikir ini setiap hari, terkandung faedah yang teramat banyak sekali sesuai dengan maksud zikir ini antara lain faedahnya ialah dapat bertemu dengan teman atau anak yang telah terpisah sekian lama.

33. “Ya Haliim!” Dizikirkan sebanyak 88 x selepas solat lima waktu, bagi mereka yang mempunyai kedudukan di dalam pemerintahan, syarikat atau apa saja, InsyaAllah dipastikan kedudukannya tidak akan dicabar atau diungkit-ungkit atau tergugat.

34. “Ya ‘Aziim!” dizikirkan sebanyak 12 x setiap hari untuk orang yang sekian lama menderitai sakit, InsyaAllah akan sembuh. Juga apabila dibaca 12 x kemudian ditiupkan pada tangan lalu diusap-usap pada seluruh badan, maka dengan izin Allah akan terhindar dari gangguan jin, jin syaitan & sebagainya.

35. “Ya Ghafuur!” bagi orang yang bertaubat, hendaklah memperbanyakkan zikir ini dengan mengakui dosa-dosa & beriktikad untuk tidak mengulanginya, InsyaAllah akan diterima taubatnya oleh Allah.

36. “Ya Syakuur!” dizikirkan sebanyak 40 x sehabis solat hajat, sebagai pengucapan terima kasih kepada Allah, InsyaAllah semua hajat kita akan dimakbulkan Allah. Lakukanlah setiap kali kita mempunyai hajat yang penting & terdesak.

37. “Ya ‘Aliy!” Untuk mencerdaskan otak anak kita yang bebal, tulislah zikir ini sebanyak 110 x (** di dalam bahasa Arab bukan Bahasa Malaysia!!) lalu direndam pada air yang dingin & diberikan si anak meminumnya, InsyaAllah lama kelamaan otak si anak itu akan berubah cemerlang & tidak dungu lagi. InsyaAllah mujarab.

38. “Ya Kabiir!” Bagi seseorang yang kedudukannya telah dirampas atau dilucut gara-gara sesuatu fitnah, maka bacalah zikir ini sebanyak 1,000 x selama 7 hari berturut-turut dalam keadaan suci sebagai pengaduan kepada Allah. Lakukanlah sesudah solat malam (tahajud atau hajat).

39. “Ya Hafiiz!” dizikir sebanyak 99 x, InsyaAllah diri kita akan terlindung dari gangguan binatang buas terutamanya apabila kita berada di dalam hutan.

Page 26: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

49

40. “Ya Muqiit!” Sekiranya kita berada di dalam kelaparan seperti ketika sesat di dalam hutan atau di mana sahaja sehingga sukar untuk mendapatkan bekalan maknan, maka perbanyakkan zikir ini. InsyaAllah badan kita akan menjadi kuat & segar kerana rasa lapar akan hilang.

41. “Ya Hasiib!” Untuk memperteguhkan kedudukan yang telah kita jawat, amalkan zikir ini sebanyak 777 x sebelum matahari terbit & selepas solat Maghrib, InsyaAllah akan meneguhkan kedudukan kita tanpa sebarang gangguan.

42. “Ya Jaliil!” Barangsiapa mengamalkan zikir ini pada sepertiga malam yang terakhir, InsyaAllah kita akan mendapati perubahaan yang mengkagumkan – perniagaan akan bertambah maju. Andai seorang pegawai, maka tanpa

disedari kedudukan kita akan lebih tinggi dan terhormat & begitulah seterusnya dengan izin Allah.

43. “Ya Kariim!” Untuk mencapai darjat yang tinggi & mulia di dunia mahupun di akhirat kelak, maka amalkan zikir ini sebanyak 280 x ketika hendak masuk tidur. Nescaya Allah akan mengangkat darjat mereka yang mengamalkan zikir ini.

44. “Ya Raqiib!” Bagi meminta pertolongan kepada Allah terhadap penjagaan barang yang dikhuatirkan, maka zikirkan sebanyak 50 x setiap hari dengan niat agar barang-barang yang dikhuatirkan yang berada di tempat yang jauh & sukar dijaga terhindar dari sebarang kecurian mahupun gangguan lainnya. Bertawakkal & yakinlah kepada Allah. InsyaAllah….

45. “Ya Mujiib!” Sesungguhnya Allah adalah Zat yang menerima doa hambaNya & agar doa kita mustajab & selalu diterima Allah, hendaklah mengamalkan zikir ini sebanyak 55 x sesudah solat subuh. Insyaallah Tuhan akan mengabulkan doa kita.

46. “Ya Waasi!” Apabila di dalam kesulitan maka amalkan zikir ini sebanyak 128 x setiap pagi & petang, InsyaAllah segala kesulitan akan hilang berkat pertolongan Allah. Andai zikir ini sentiasa diamalkan, InsyaAllah Tuhan akan menjaga kita dari hasad dengki sesama makhluk.

47. “Ya Hakiim!” Bagi pelajar atau sesiapa sahaja yang memperbanyakkan zikir ini setiap hari, InsyaAllah akalnya akan menjadi cerdas & lancar didalam menghafal & mengikuti pelajaran. Amalkanlah sekurang-kurangnya 300x setiap hari.

48. “Ya Waduud!” Amalkan zikir ini sebanyak 11,000 x pada setiap malam. InsyaAllah kita akan menjadi insan yang sentiasa bernasib baik,

Page 27: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

50

disayangi & rumahtangga kita akan sentiasa berada didalam keadaan harmoni.

49. “Ya Majiid!” Untuk ketenteraman keluarga di mana setiap anggota keluarga sentiasa menyayangi & menghormati & khasnya kita sebagai ketua keluarga, maka amalkan zikir ini sebanyak 99 x, sesudah itu hembuskan kedua belah tapak tangan & usap ke seluruh muka. InsyaAllah semua anggota keluarga kita akan menyayangi & menghormati kita sebagai ketua keluarga.

50. “Ya Baa’its!” Zikirkan sebanyak 100 x dengan meletakkan kedua tangan ke dada, InsyaAllah akan memberi kelapangan dada dengan ilmu & hikmah.

51. “Ya Syahiid!” Apabila ada di kalangan anggota keluarga kita yang suka membangkang dan sebagainya, maka zikirkan sebanyak 319 x secara berterusan setiap malam sehingga si pembangkang akan sedar & berubah perangainya.

52. “Ya Haq”! Perbanyakkan zikir ini, InsyaAllah ianya sangat berfaedah sekali untuk menebalkan iman & taat di dalam menjalankan perintah Allah.

53. “Ya Wakiil” Sekiranya terjadi hujan yang disertai ribut yang kuat, atau terjadi gempa, maka ketika itu perbanyakkan zikir ini, InsyaAllah bencana tersebut akan menjadi reda & kembali seperti sediakala.

54. “Ya Qawiy!” Amalkan zikir ini sebanyak mungkin agar kita tidak gentar apabila berdepan dengan sebarang keadaan mahupun berdepan dengan si zalim.

55. “Ya Matiin!” Amalkanlah zikir ini sebanyak mungkin kerana ianya mempunyai fadhilat yang besar sekali, antaranya untuk mengembalikan kekuatan sehingga musuh merasa gentar untuk mengganggu.

56. “Ya Waliy!” Barangsiapa yang menjawat sebarang jawatan atau kedudukan, maka amatlah elok sekali mengamalkan zikir ini sebanyak mungkin kerana dengan izinNya,kedudukan kita akan kukuh & terhindar dari sebarang gangguan oleh orang-orang yang bersifat dengki.

57. “Ya Hamiid!” Perbanyakkan zikir ini sebagai pengakuan bahawa hanya Allah sahaja yang paling berhak menerima segala pujian.

58. “Ya Muhshiy!” Sekiranya kita inginkan diri kita digolongkan didalam pertolongan yang selalu dekat dengan Allah (muraqabah), maka amalkan zikir ini sebanyak mungkin sesudah solat 5 waktu.

Page 28: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

51

59. “Ya Mubdiu!” Agar segala apa yang kita rancangkan akan berhasil, maka zikirkan sebanyak 470 x setiap hari. InsyaAllah….

60. “Ya Mu’id!” Andai ada anggota keluarga yang menghilangkan diri dan sebagainya, amalkan zikir ini sebanyak 124 x setiap hari sesudah solat. InsyaAllah dipertunjukkan akan hasilnya.

61. “Ya Muhyiy!” amalkan zikir ini sebanyak 58 x setiap hari, InsyaAllah kita akan diberikan kemuliaan darjat dunia & akhirat kelak.

62. “Ya Mumiit!” Barangsiapa memperbanyakkan zikir ini, InsyaAllah akan dipermudahkan didalam perniagaan, berpolitik dan sebagainya.

63. “Ya Hayyu!” Untuk mencapai kekuatan mental/batiniah didalam menjalani kehidupan, perbanyakkanlah zikir ini.

64. “Ya Qayyuum!” Telah berkata Imam Ghazali bahawa barangsiapa yang ingin memperolehi harta yang banyak lagi berkat, ingin dikasihi oleh setiap manusia, ingin berwibawa, ditakuti musuh & ingin menjadi insan yang terhormat, maka berzikirlah dgn “Ya Hayyu Ya Qayyuum…” sebanyak 1,000 x setiap malam atau siang hari. Hendaklah melakukannya secara berterusan, Insya Allah akan tercapai segala hajat.

65. “Ya Waajid!” Andai berkeinginan keperibadian yang kukuh, tidak mudah terpengaruh & teguh pendirian, maka perbanyakkan zikir ini.

66. “Ya Maajid!” Demi kecerdasan otak dan agar dipermudahkan hati untuk menerima pelajaran, maka hendaklah pelajar tersebut memperbanyakkan zikir ini setiap hari.

67. “Ya Waahid!” Bagi pasangan yang belum mempunyai cahayamata & tersangat ingin untuk menimangnya, amalkanlah zikir ini sebanyak 190 x setiap kali selesai menunaikan solat 5 waktu selama satu bulan & selama itu juga hendaklah berpuasa sunat Isnin & Khamis, Insya Allah…

68. “Ya Somad! Ketika dalam kelaparan akibat sesat atau kesempitan hidup, maka pohonlah kepada Allah dengan zikir ini sebanyak mungkin. InsyaAllah, diri akan berasa segar & sentiasa.

69. “Ya Qaadir!” Apabila kita berhajatkan sesuatu namun ianya selalu gagal, maka amalkan zikir ini sebanyak 305 x setiap hari, Insya Allah segala hajat akan berhasil.

70. “Ya Muqtadir!” Agar tercapai tujuan yang dikehendaki, selain dari berikhtiar secara lahariah, maka berzikirlah dengan zikir ini seberapa mampu sehingga ikhtiar kita itu berhasil kerana zikir ini akan mempercepatkan keberhasilan hajat kita.

Page 29: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

52

71. “Ya Muqaddim!” Menurut Imam Ahmad bin Ali Al-Buuniy, beliau berkata “Barangsiapa yang berzikir dengan zikir ini sebanyak 184 x setiap hari, InsyaAllah, nescaya segala usahanya akan berhasil.”

72. “Ya Muahkhir”! Bagi meninggikan lagi ketaatan kita kepada Allah, perbanyakkanlah zikir ini.

73. “Ya Awwal!!” Barangsiapa yang mengamalkan zikir ini sebanyak 37 x setiap hari, InsyaAllah segala apa yang dihajati akan diperkenankan Allah.

74. “Ya Aakhir!” Amalkan berzikir sebanyak 200 x sesudah solat 5 waktu selama satu bulan, InsyaAllah Tuhan akan membuka pintu rezeki yang halal.

75. “Ya Dhaahir!” Amalkanlah zikir ini sebanyak 1,106 x selesai solat waktu di tempat yang sunyi (khalwat), nescaya Allah akan membuka hijab padanya dari segala rahsia yang pelik & sukar serta diberi kefahaman ilmu.

76. “Ya Baathinu!” Seperti no. 75 jugak, tetapi amalkan sebanyak 30 x sesudah solat fardhu.

77. “Ya Waaliy!” Memperbanyakkan zikir ini setiap pagi & petang boleh menyebabkan seseorang itu menjadi orang yang ma’rifat, iaitu hatinya dibuka oleh Allah. Difahamkan para wali Allah selalu memperbanyakkan zikir ini

78. “Ya Muta’aAliy!” Sekiranya kita akan berjumpa dengan mereka yang berkedudukan tinggi atau mereka yang sukar untuk ditemui, maka bacalah zikir ini sebanyak mungkin sewaktu mengadap. InsyaAllah dengan mudah kita akan berjumpa dengannya & segala hajat yang penting-penting akan berhasil.

79. “Ya Bar!” Amalkanlah zikir ini sebanyak mungkin setiap hari, InsyaAllah segala apa yang kita hajati akan terlaksana dengan mudah.

80. “Ya Tawwaab!” Bagi orang yang selalu membuat dosa & ingin bertaubat maka hendaklah memperbanyakkan zikir ini supaya dengan mudah diberikan petunjuk kembali ke jalan yang lurus.

81. “Ya Muntaqim!” Jika kita berhadapan dengan orang yang zalim, supaya dia tidak melakukan kezalimannya terhadap kita, maka hendaklah kita memperbanyakkan zikir ini setiap kali sesudah solat fardhu. Insyaallah, kita akan mendpt pertolongan Allah.

82. “Ya ‘Afuww!” Barangsiapa memperbanyakkan zikir ini, nescaya dia akan diampuni segala dosanya oleh Allah.

Page 30: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

53

83. “Ya Rauuf!” Bagi sesiapa yang inginkan dirinya disenangi oleh teman atau sesiapa sahaja yang memandangnya, amalkan zikir ini seberapa mampu samada pada waktu siang mahupun malam.

84. “Ya Maalikul Mulki!” Seseorang pengarah atau ketua yang ingin kedudukan yang kekal & tetap tanpa diganggu gugat, hendaklah selalu mengamalkan zikir ini sebanyak 212 x sesudah solat fardhu & 212 pada setiap malam selama sebulan. InsyaAllah akan mendapat pertolongan Allah.

85. “Ya Zul Jalaali wal Ikraam!” Amalkanlah zikir ini sebanyak 65 x setiap hari selama sebulan, InsyaAllah segala hajat kita akan tercapai dengan pertolongan Allah.

86. “Ya Muqsith!” Berzikirlah dengan zikir ini mengikut kemampuan, InsyaAllah Tuhan akan menganugerahkan sifat adil kepada mereka yang mengamalkannya.

87. “Ya Jaami’!” Sekiranya ada dikalangan keluarga kita atau isteri kita yang lari dari rumah, maka amalkanlah zikir ini sebanyak mungkin pada setiap hari dengan niat semoga Allah menyedarkan orang tersebut. Dengan izin Allah orang yang lari itu akan pulang dalam jangka waktu yang singkat.

88. “Ya Ghaniy!” Amalkanlah zikir ini pada setiap hari sebanyak mungkin, InsyaAllah apa yang kita usahakan akan cepat berhasil & kekayaan yang kita perolehi itu akan mendapat berkat.

89. “Ya Mughniy!” Mintalah kekayaan yang bermanfaat untuk kehidupan dunia & akhirat kepada Allah dengan memperbanyakkan zikir ini, InsyaAllah segala hajat kita akan tercapai.

90. “Ya Maani’!” Andai kita selalu mengamalkan zikir ini sebanyak 161 x pada waktu menjelang solat subuh setiap hari, InsyaAllah kita akan terhindar dari orang-orang yang zalim & suka membuat angkara.

91. “Ya Dhaarr!” Asma ini sangat berguna didalam ikhtiar kita untuk menyembuhkan sesuatu penyakit yang mana sudah lama dihidapi & telah puas dihidapi & telah puas diubati. Amalkanlah zikir ini sebanyak 1001 x pada setiap hari, InsyaAllah dengan ikhtiar ini penyaki itu akan cepat sembuh.

92. “Ya Naafi’ “! Menurut Imam Ahmad Al-Buuniy, barangsiapa mengamalkan zikir ini setiap hari, maka bagi orang yang sakit, sakitnya akan sembuh, & bagi orang yang susah akan dihilangkan kesusahannya dengan izin Allah.

Page 31: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

54

93. “Ya Nuur!” Menurut Sheikh Ahmad bin Muhammad As Shawi, barangsiapa yang menghendaki kemuliaan yang agung & memperolehi apa yang dimaksudkan baik kebaikan dunia mahupun kebaikandi akhirat kelak, maka hendaklah selalu berzikir dengan zikir ini setiap pagi & petang.

94. “Ya Haadiy!” Bagi sesiapa yang dalam perjalanan ke suatu tempat tertentu, kemudian ia tersesat, hendaklah ia memohon petunjuk Allah dengan memperbanyakkan zikir ini, Insya Allah akan diberikan pertolongan Allah akan cepat lepas dari kesesatan tersebut.

95. “Ya Baadii!” Andai kita mempunyai rancangan yang sangat penting & bagi memastikan rancangan kita itu berjaya & berjalan lancar, maka berzikirlah dengan zikir ini sebanyak 500 x selepas solat fardhu. InsyaAllah Tuhan akan memberikan pertolongan hingga rancangan kita berjaya & berjalan lancar.

96. “Ya Baaqy!” Amalkanlah zikir ini sebanyak mungkin tanpa mengira batas waktu, InsyaAllah dengan ikhtiar ini semua perkerjaan yang telah menjadi punca rezeki tidak akan mudah terlepas, perniagaan tidak akan rugi atau bankrap dengan berkat zikir ini.

97. “Ya Waarits!” Sekiranya kita berzikir sebanyak 500 x selepas solat fardhu atau sebagainya, supaya segala urusan kita itu berjalan lancar, maka hendaklah pada setiap malam berzikir dengan zikir ini sebanyak 707 x. InsyaAllah berkat zikir ini Allah akan memberi petunjuk sehingga usaha kita akan berhasil dengan baik & memberangsangkan.

98. “Ya Rasyiid!” Walaupun kita tergolong didalam golongan yang cerdas otak, namun biasakanlah zikir ini sebanyak mungkin, nescaya otak kita akan menjadi bertambah cerdas.

99. “Ya Shabuur!” Agar kita diberi kesabaran oleh Allah dalam segala hal, maka perbanyakkanlah zikir ini menurut kemampuan. Dengan sifat sabar & penuh pengharapan kepada Allah, maka segala usaha & upaya akan mencapai kejayaan.

Fadhilah membaca asma’ul husna lebih lanjut diungkapkan oleh Yusuf Ibn

Ismail An-Nahani pada kitab Sa’adah Ad-Daroin pada bab “khowashil Asma’il

Ilahiyah yang terdapat di lembar lampiran.

Berdoa dengan asma’ul husna juga dianjurkan rasulullah SAW. dalam

hadist yang terkenal dengan hadist syafa’at yang diriwayatkan imam Bukhari,

Page 32: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

55

dalam shahihnya, “Kitabut Tauhid”, Bab “Kalamurrabi ‘Azza Wa Jalla Yaumal

Qiyamati Ma’al Anbiyai Wa Ghairihim.” (hadist no. 7510), yang berbunyi:

اآلن, فأحمــدهبتلك تحضــرني ال بها أحمده محامد ويلهمني ساجدا له المحامد, أخر� ...….

( البخارى رواه )

“ ….Akan diilhamkan kepadaku (pada hari kaimat), pujian-pujian (kepada Allah), yang pada saat ini aku tidak memuji dengan pujian tersebut. Aku akan memuji Allah dengan pujian-pujian tersebut, dalam keadaan aku bersungkur sujud kepada Allah,….”(Imam Al-Bukhari)

3. Membaca Mengandung Unsur Menghafal

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “menghafal” berasal dari

kata “hafal” yang berarti telah masuk di ingatan (tentang pelajaran), dapat

mengucapkan di luar kepala (tanpa melihat buku atau catatan lain).

Menghafal adalah devinisi membaca tanpa symbol-sismbol atau lambing

materil akan tetapi menggunakan symbol non materil.

Membaca seperti ini adalah bagian dari produk membaca (Burns, dkk.

(1996: 6) lebih lanjut ia mengatakan membaca adalah mengingat apa yang

dipelajari sebelumnya dan memasukkan gagasan-gagasan dan fakta-fakta baru,

membangun asosiasi, menyikapi secara personal kegiatan/tugas membaca sesuai

dengan interesnya, mengumpulkan serta menata semua tanggapan indera untuk

memahami materi yang dibaca.

Sebuah penegasan tentang adanya hubungan kausal antara membaca

dengan menghafal adalah melalui firman Allah SWT yang berbunyi:

�ك� �ق�ر�ئ ن � س� �ن�سي ف�ال (6)االعلى: ت

Page 33: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

56

“ Kami akan membacakan (Al Quran) kepadamu (Muhammad) maka

kamu tidak akan lupa.” (Departeman Agama Republik Indonesia, 1987:1051)

Secara implisit pengertian membaca dengan makna menghafal juga terjadi

saat wahyu pertama diturunkan Allah lewat malaikat jibril kepada nabi

Muhammad di Goa Hira yang persisnya nabi membaca tanpa tulisan dan ia

membaca setelah di ulang sebanyak 3 kali. Singkat ceritanya adalah ketika

Malaikat Jibril menyuruh Muhammad Rasulullah SAW dengan mengucapkan

ا �ق�ر� �ق�ار�ئ :dan Nabi menjawab (!baca) إ ب �ا �ن ا lalu ,( saya tidak bisa membaca ) م�ا

malaikat Jibril mengulanginya lagi dan Nabi menjawab dengan perkataan yang

sama. Hal ini terulang sampai 3 kali. Kemudian Jibril membacakan ayat 1-5 dan

mengulanginya sampai beliau hafal dan tidak lupa lagi apa yang disampaikan

Jibril tersebut ( Erwita Aziz, 2003: 81)

Membaca asma’ul husna berarti pula mengafal hal ini diperkuat oleh

kutipan tentang penafsiaran ulama ahlussunah waljamaah mengenai asma’ul

husna yakni:

مالها وحفظ األسماء تلك معاني احترام " "

“memulyakan makna dari asma’ul husna dan menghafal apa yang ada

di pada asma’ul husna”(Muhammad bin Khalifah bin Ali:1999)

4. Menyelami makna

Penjabaran arti membaca lebih lanjut oleh Burns, dkk. (1996: 6) bahwa

aktifitas membaca terdiri atas dua bagian, yaitu proses membaca dan produk

membaca. Dalam proses membaca ada sembilan aspek yang jika berpadu dan

berinteraksi secara harmonis akan menghasilkan komunikasi yang baik antara

Page 34: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

57

pembaca dan penulis. Komunikasi antara pembaca dan penulis itu berasal dari

pengkonstruksian makna yang dituangkan dalam teks dengan pengetahuan yang

dimiliki sebelumnya.

Maka pengertian membaca dalam kontes menyelami makna asma’ul husna

berarti membaca adalah memberi arti kepada asma’ul husna itu sendiri sedangkan

Makna asma’ul husna lebih lengkap dalam tafsir-tafsir para ulama seperti pada

kitab Sa’adah Ad-Daroin karangan Yusuf Ismail An-Nahani pada bab As-Saadah

fi Khoasi Al-asmail Ilahiyah hal: 519, namun secara sederhana daftar makna

terjemah dari asma’ul husna dengan menggunakan dua bahasa sebagai bahan

komparasi konteks makna akan di bahas pada Bab II sub bahasan asma’ul husna

sebagai sifat Allah.

5. Meneladan

Kata “meneladan” berasal dari kata “teladan” yang berarti sesuatu yang

patut ditiru atau baik untuk dicontoh (tentang perbuatan, kelakuan, sifat, dan

sebagainya) meneladan berarti meniru atau mencontoh.

(http://www.pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php).

Hakekat meneladan memlalui membaca pun diungkapkan oleh Adib

Susila Siraj bahwa, ada tiga hal yang akan terjadi ketika seseorang sebagai

produk membaca yakni afektif, kognitif, dan bahasa. Perilaku afektif mengacu

pada perasaan, perilaku kognitif mengacu pada pikiran, dan perilaku bahasa

mengacu pada bahasa pembaca.

Membaca diartikan didevinisikan oleh Chambers dan Lowry (Burn, Roe

dan Ross, 1984) bahwa membaca lebih dari sekedar mengenali kata-kata tetapi

Page 35: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

58

juga membawa ingatan yang tepat, merasakan dan mendefinisikan beberapa

keinginan, mengidentifikasi sebuah solusi untuk memunuhi keinginan, memilih

cara alternatif, percobaan dengan memilih, menolak atau menguasai jalan atau

cara yang dipilih, dan memikirkan beberapa cara dari hasil yang evaluasi. hal

tersebut secara keseluruhan termasuk respon dari berpikir.

Stauffer (Petty & Jensen, 1980) menganggap bahwa membaca, merupakan

transmisi pikiran dalam kaitannya untuk menyalurkan ide atau gagasan. Selain itu,

membaca dapat digunakan untuk membangun konsep, mengembangkan

perbendaharaan kata, memberi pengetahuan, menambahkan proses pengayaan

pribadi, mengembangkan intelektualitas, membantu mengerti dan memahami

problem orang lain, mengembangkan konsep diri dan sebagai suatu kesenangan.

Dari uraian diatas maka membaca asamul husna (asma dan sifat Allah)

adalah kegiatan meneladan karena yang di baca adalah perbuatan, kelakuan, sifat,

Allah yang patut diteladani oleh makhluknya seperti yang di ungkapkan imam

Al-Ghazali dengan istilah “tahkolluq”. Meneladani ini melalui proses afektif,

kognitif, dan bahasa sehingga mampu membangun konsep dalam dirinya sehingga

perbuatannya telah menjadi konsep dan watak pada dirinya.

3. Asma’ul husna dan Kandungan maknanya

Secara etimologis asma'ul husna berasal dari bahasa arab yakni االسماء

dalam bentuk jamak dari kata اسم artinya nama-nama dan الحسنى artinya baik

(Al-Marbawi,1927:21). Secara terminology kata ini dapat ditemukan pada

beberapa tafsir surat Al-A’raf ayat 180, Asma’ul husna berasal dari kata االسماء

artinya nama-nama dan -artinya baik berjumlah 99 nama (Tafsir Al الحسنى

Page 36: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

59

Jalalein), yang merupakan lafadz bahkan sifat (Tafsir Al-Baidhawi) yang

sebagiannya wajib di implementasikan dalam akhlak (Tafsir Nasfi).

Secara lugas asma’ul husna diartikan sebagai seluruh asma Allah yang

maha indah, berbentuk asma dan sifat, menunjukan pelbagai sifat, memiliki

dilalah dalam dzat dan sifat-Nya yang ditetapkan berdasarkan wahyu yang bukan

menjadi ranah akal, yang tidak terbatas pada jumlah tertentu dan tidak boleh

diselewengkan dan diingkari kebenarannya

(M. Syafei Antonio, 2008: 22).

Dari uraian di atas dapat kita fahami bahwa asma’ul husna diindikasikan

pada beberapa indikator:

a. Asma’ul husna adalah Seluruh Asma Allah Yang Maha Indah

Dalam Hal ini Antonio Syafei (2008:23) mengungkapkan:

Makna “husna” adalah puncak kebaikan dan keindahan . Asma-Nya

maha indah dan sempurna, karena di dalamnya tidak terknadung

kekurangan sedikit pun, baik secara eksplisit maupun secara implisit.

Sebagai contoh kata hayy (yang maha hidup) merupakan dalah satu nama

Allah yang mengandung pengertian kehidupan sempurna, yang tidak

sidahului dengan ketiadaan, dan tidak diikuti dengan sirnanya.”

(2008:23)

b. Asma’ul husna Terdiri dari Asma dan Sifat,

Dalam kajian nama Allah maka nama diandang dari indikasinya (dalalah)

kepada dzat dan sifat dipandang dari indikasinya kepada makna. Berdasarka

pengertian pertama maka seluruh asma adalah mutharodif (sinonim) karena

Page 37: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

60

indikasinya hanya kepda satu dzat, Allah. Sedangkan dari pengertian kedua,

semua asma Allah adalah mutabayinah (diferensial), karena setiap asma

mempunyai indikasi (dalalah) makna tersendiri.

Sebagai contoh : Al-Hayy, Ar-Rahim, Ar-Rahman , Al-Bashir, As-Sami’

semuanya adalah asma untuk yang satu, Allah. Akan tetapi makna Al-Hayy tidak

sama dengan makna Al-A’lim, dan Al-Alim tidak sama dengan Al-Qodir,

demikianlah seterusnya, demikianlah seterusnya. Asma Allah disebut sebagai

nama dan sifat-Nya merupakan petunjuk dari Al-Quran.

Berikut ini adalah pendapat ulama tentang pembagian asma’ul husna yang

berdasarkan pendapat Al-Sa'id Al-Sayyid Ibadah (1983) pada kitab yang

dicetakan asli dari University Of California berikut ini:

باعتبار تنقسم الحسنى األسماء: الحسنى األسماء أقسام ثالثةأقسام إلى الله على إطالقها

عليه يطلق أن يسوغ وضابطها: ما, المفردة ماءـــاألس .1 مثالهــا: اءـــــــــــاألسم غــالب في يقــع مفــردا. وهـــذا

القدير،الملك الرحيم، السميع، الرحمن،2. �طلــق وضابطها: ما, المقترنة اءـــاألسم مقترنــا عليــه ي

اء.ـــاألسم غــالب في يقــع أيضــا األسماء. وهــذا من بغيره الـرحيم، الـرحمن الـرحيم، الغفـور الحكيم، مثالها: العزيز

الحسنى الله اءـــأسم جاءت القرآن البصير. وفي السميع ــا ــة. غالب ــأسم)مقترن ــه اءـــ في جــاءت كمــا الحســنى الل

دعى أن يسوغ والثاني األول القسم من لـــ وك(القرآن ــ� ي م،ــــحكي يــا أو عزيــز، فتقول: يــا بغيره، ومقترنا مفردا، به

أو عليه اءـــالثن حال في ذاـعم. وهكـــرحي أويا غفور، أويا الجم أو األفراد لك يسوغ اــبم عنه الخبر

3. �طلــق ال وضــابطها: مــا, المزدوجــة اءـــــاألسم عليــه ي كــل اقــتران في الـــالكم ألن بمقابله؛ مقرونا بل بمفرده

المعــز, النافع الضار, المانع المعطي: يقابله بما منها سما المذلاعتبار إلى العلم أهل من جمع ذهب, المضافة األسماء .4

قال الحسنى، األسماء ضمن من وعدNها المضافة األسماء مثل المضافة أسماؤه تيمية: "وكذلك ابن اإلسالم شيخ يوم مالك, العالمين رب, الغافرين خير, الراحمين أرحم فيه ريب ال ليوم الن اس جامع, الخالقين أحسن, الدNين والسن ة، الكتاب في ثبت مم ا ذلك وغير القلوب مقلNب المسلمين بإجماع بها الدJعاء في وثبت

Page 38: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

61

c. menunjukan pelbagai sifat,

Jika asma Allah menunjukan keberbagaian sifat (transitif atau muta’addi),

maka asma-Nya mengandung tiga hal :

1. ketetapan asma terebut untuk Allah

2. ketetapa sifat yang terkadung oleh asma ini untuk Allah.

3. ketetapan hukum-Nya dan tuntunan-Nya dari sifat tersebut

Mengacu pada kaidah ini para ahli ilmu menetapkan gugurnya hudud pada

perampok, misalnya yang telah mengungkapkan pertaubatan secara sungguh-

sungguh (Q. S. Almaidah : 34) pemahaman untuk contoh tersebut dapat difahami

dari makna As-Sami’ (maha mendengar), yang mengandung ketetapan bahwa

nama ini hanya untuk Allah (mendengar kesungguhan orang yang bertaubat)

sekaligus menetapkan bahwa Allah juga memiliki sifat sama’ (mendengar).

“Dan Allah mendengar antara percakapanmu berdua. Sesungguhnya

Allah maha mendengar dan maha melihat .”(Ary Ginanjar,2009)

Jika nama Allah menunjukan makna intransitif (lazim), maka nama-nama-

Nya hanya mengandung dua hal, Pertama: ketetapan makna tersebut untuk Allah

Kedua, ketetapan sifat yang terkandung oleh makna ini untuk Allah .

Sebagai contoh nama Al-Hayy (yang maha hidup) menandung ketetapan

bahwa nama tersebut untuk Allah, sekaligus ketetapan adanya sifat “Hayyah”

(hidup) bagi Allah. Yang paling penting dalam memahami sifat Allah adalah

berpatokan pada kaidah :

1. Semua sifat Allah sempurna tanpa kekurangan (Q.S.An-Nahl : 60)

Page 39: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

62

2. Pembahasan sifat Allah lebih luas dari pada maknanya.(Q.S.

Lukman : 26, Al-Fajr : 22, Al Baqarah: 210, Ali-Imran : 11, Al-

Hajj: 65, Al Buruj : 22, Al-Baqarah : 185)

3. Sifat Allah terbagi dalam Tsubutiyah dan Salbiyah. (Syeik Ibrahim

Al-Bajuri : 1)

4. Sifat Tsubutiyah adalah sifat terpuji dan sempurna

5. Sifat Tsubutiyah terbagi kepada dzatiyah dan Fi’liyah

6. Penetapan sifat Allah harus terlepas dari tamtsil dan takyif

(Q.S.Al-Ikhlash : 4 dan Thaha : 110)

7. Sifat sifat Allah adalah tauqifi dan tidak dapat diperdebatkan.

d. Asma’ul husna Memiliki Dilalah dalam Dzat dan Sifat-Nya

Para ulama berpendapat bahwa kebenaran adalah konsistensi dengan

kebenaran yang lain. Dengan cara ini, umat Muslim tidak akan mudah menulis

"Allah adalah ...", karena tidak ada satu hal pun yang dapat disetarakan dengan

Allah, akan tetapi harus dapat mengerti dengan hati dan keteranga Al-Qur'an

tentang Allah ta'ala. Pembahasan berikut hanyalah pendekatan yang disesuaikan

dengan konsep akal kita yang sangat terbatas ini. Semua kata yang ditujukan pada

Allah harus dipahami keberbedaannya dengan penggunaan wajar kata-kata itu.

Allah itu tidak dapat dimisalkan atau dimiripkan dengan segala sesuatu, seperti

tercantum dalam surat Al-Ikhlas berikut ini :

�ح�د الل ه� ه�و� ق�ل� �م�( 2) الص م�د� الل ه�( 1) أ �د� ل �ل �م� ي �د� و�ل �ول (3) ي

�م� �ن� و�ل �ك �ه� ي �ف�و:ا ل د ك �ح� (4-1: )االخالص( 4) أ

Page 40: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

63

"Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang

bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula

diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia".

(Departemen Agama Republik Indonesia, 1987:1118)

Adapun dzilalah sifat dari asma’ul husna yang diterjemahkan ke bahasa

Indonesia dan bahasa Inggris adalah sebagia berikut :

Tabel 2. Dilalah Sifat Allah pada Asma’ul Husna

No. Nama Arab Indonesia Inggris

1 Ar Rahmanــرحم ال

نYang Memiliki Mutlak sifat Pemurah

The All Beneficent

2 Ar Rahiim الرحيم Yang Memiliki Mutlak sifat Penyayang

The Most Merciful

3 Al Malik الملكYang Memiliki Mutlak sifat Merajai/Memerintah

The King, The Sovereign

No. Nama Arab Indonesia Inggris

4 Al Quddusــدو القـ

سYang Memiliki Mutlak sifat Suci

The Most Holy

5 As Salaam السالمYang Memiliki Mutlak sifat Memberi Kesejahteraan

Peace and Blessing

Page 41: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

64

6 Al Mu`minالمـــؤم

ن

Yang Memiliki Mutlak sifat Memberi Keamanan

The Guarantor

7Al

Muhaiminالمهيم

نYang Memiliki Mutlak sifat Pemelihara

The Guardian, the Preserver

8 Al `Aziiz العزيز Yang Memiliki Mutlak Kegagahan

The Almighty, the Self Sufficient

9 Al Jabbar الجبار Yang Memiliki Mutlak sifat Perkasa

The Powerful, the Irresistible

10Al

Mutakabbirــب المتك

ر

Yang Memiliki Mutlak sifat Megah, Yang Memiliki Kebesaran

The Tremendous

11 Al Khaliq الخالق Yang Memiliki Mutlak sifat Pencipta

The Creator

12 Al Baari` البارئ

Yang Memiliki Mutlak sifat Yang Melepaskan (Membuat, Membentuk, Menyeimbangkan)

The Maker

No. Nama Arab Indonesia Inggris

13Al

Mushawwirالمصو

ر

Yang Memiliki Mutlak sifat Yang Membentuk Rupa (makhluknya)

The Fashioner of Forms

Page 42: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

65

14 Al Ghaffaar الغفار Yang Memiliki Mutlak sifat Pengampun

The Ever Forgiving

15 Al Qahhaar القهار Yang Memiliki Mutlak sifat Memaksa

The All Compelling Subduer

16 Al Wahhaabالوهـــا

بYang Memiliki Mutlak sifat Pemberi Karunia

The Bestower

17 Ar Razzaaq الرزاق Yang Memiliki Mutlak sifat Pemberi Rejeki

The Ever Providing

18 Al Fattaah الفتاح Yang Memiliki Mutlak sifat Pembuka Rahmat

The Opener, the Victory Giver

19 Al `Aliim العليمYang Memiliki Mutlak sifat Mengetahui (Memiliki Ilmu)

The All Knowing, the Omniscient

20 Al Qaabidhالقــــاب

ض

Yang Memiliki Mutlak sifat Yang Menyempitkan (makhluknya)

The Restrainer, the Straightener

21 Al Baasithــ الباسـ

ط

Yang Memiliki Mutlak sifat Yang Melapangkan (makhluknya)

The Expander, the Munificent

No. Nama Arab Indonesia Inggris

22Al Khaafidh

الخـــاف Yang Memiliki Mutlak The Abaser

Page 43: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

66

ضsifat Yang Merendahkan (makhluknya)

23 Ar Raafi` الرافعYang Memiliki Mutlak sifat Yang Meninggikan (makhluknya)

The Exalter

24 Al Mu`izz المعزYang Memiliki Mutlak sifat Yang Memuliakan (makhluknya)

The Giver of Honor

25 Al Mudzil المذلYang Memiliki Mutlak sifat Yang Menghinakan (makhluknya)

The Giver of Dishonor

26 Al Samii`ــمي الس

عYang Memiliki Mutlak sifat Maha Mendengar

The All Hearing

27 Al Bashiir البصير Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Melihat

The All Seeing

28 Al Hakam الحكم Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Menetapkan

The Judge, the Arbitrator

29 Al `Adl العدل Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Adil

The Utterly Just

No. Nama Arab Indonesia Inggris

Page 44: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

67

30 Al Lathiifــ اللطيـ

فYang Memiliki Mutlak sifat Maha Lembut

The Subtly Kind

31 Al Khabiir الخبيرYang Memiliki Mutlak sifat Maha Mengetahui Rahasia

The All Aware

32 Al Haliim الحليم Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Penyantun

The Forbearing, the Indulgent

33 Al `Azhiimالعظي

مYang Memiliki Mutlak sifat Maha Agung

The Magnificent, the Infinite

34 Al Ghafuur الغفور Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pengampun

The All Forgiving

35 As Syakuurالشكو

ر

Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pembalas Budi (Menghargai)

The Grateful

36 Al `Aliy العلى Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Tinggi

The Sublimely Exalted

37 Al Kabiir الكبير Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Besar

The Great

38 Al Hafizhــ الحفيـ

ظ

Yang Memiliki Mutlak

sifat Maha MenjagaThe Preserver

No.Nama

Arab Indonesia Inggris

Page 45: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

68

39 Al Muqiitالمقي

ت

Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pemberi Kecukupan

The Nourisher

40 Al Hasiibالحســي

ب

Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Membuat Perhitungan

The Reckoner

41 Al Jaliil الجليل Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mulia

The Majestic

42 Al Kariim الكريم Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pemurah

The Bountiful, the Generous

43 Ar Raqiibــرقي ــ ال

بYang Memiliki Mutlak sifat Maha Mengawasi

The Watchful

44 Al Mujiibالمجي

ب

Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mengabulkan

The Responsive, the Answerer

45 Al Waasi` الواسع Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Luas

The Vast, the All Encompassing

46 Al Hakiim الحكيم Yang Memiliki Mutlak sifat Maka Bijaksana

The Wise

47 Al Waduud الودود Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pencinta

The Loving, the Kind One

Page 46: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

69

No. Nama Arab Indonesia Inggris

48 Al Majiid المجيد Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mulia

The All Glorious

49 Al Baa`its الباعثYang Memiliki Mutlak sifat Maha Membangkitkan

The Raiser of the Dead

50 As Syahiid الشهيدYang Memiliki Mutlak sifat Maha Menyaksikan

The Witness

51 Al Haqq الحق Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Benar

The Truth, the Real

52 Al Wakiil الوكيل Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Memelihara

The Trustee, the Dependable

53 Al Qawiyyu القوى Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Kuat

The Strong

54 Al Matiin المتين Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Kokoh

The Firm, the Steadfast

55 Al Waliyy الولى Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Melindungi

The Protecting Friend, Patron, and Helper

56 Al Hamiid الحميد Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Terpuji

The All Praiseworthy

Page 47: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

70

No. Nama Arab Indonesia Inggris

57 Al Mushiiالمحص

ى

Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mengkalkulasi

The Accounter, the Numberer of All

58 Al Mubdi` المبدئ Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Memulai

The Producer, Originator, and Initiator of all

59 Al Mu`iid المعيدYang Memiliki Mutlak sifat Maha Mengembalikan Kehidupan

The Reinstater Who Brings Back All

60 Al Muhyiiــي المحـ

ى

Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Menghidupkan

The Giver of Life

61 Al Mumiituالممي

تYang Memiliki Mutlak sifat Maha Mematikan

The Bringer of Death, the Destroyer

62 Al Hayyu الحي Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Hidup

The Ever Living

63 Al Qayyuum القيوم Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mandiri

The Self Subsisting Sustainer of All

64 Al Waajid الواجد Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Penemu

The Perceiver, the Finder, the Unfailing

Page 48: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

71

No. Nama Arab Indonesia Inggris

65 Al Maajid الماجد Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mulia

The Illustrious, the Magnificent

66 Al Wahiid الواحد Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Tunggal

The One, The Unique, Manifestation of Unity

67 Al `Ahad االحد Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Esa

The One, the All Inclusive, the Indivisible

68 As Shamad الصمدYang Memiliki Mutlak sifat Maha Dibutuhkan, Tempat Meminta

The Self Sufficient, the Impregnable, the Eternally Besought of All, the Everlasting

69 Al Qaadir القادرYang Memiliki Mutlak sifat Maha Menentukan, Maha Menyeimbangkan

The All Able

70 Al Muqtadirالمقتــد

رYang Memiliki Mutlak sifat Maha Berkuasa

The All Determiner, the Dominant

71Al

Muqaddim المقدمYang Memiliki Mutlak sifat Maha Mendahulukan

The Expediter, He who brings forward

72Al

Mu`akkhir ــؤخ الم Yang Memiliki Mutlak sifat Maha

The Delayer, He

Page 49: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

72

ر Mengakhirkan who puts far away

No. Nama Arab Indonesia Inggris

73 Al Awwal األول Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Awal

The First

74 Al Aakhir األخر Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Akhir

The Last

75 Az Zhaahir الظاهر Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Nyata

The Manifest; the All Victorious

76 Al Baathin الباطن Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Ghaib

The Hidden; the All Encompassing

77 Al Waali الوالي Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Memerintah

The Patron

78Al

Muta`aaliiالمتعال

يYang Memiliki Mutlak sifat Maha Tinggi

The Self Exalted

79 Al Barri البر Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Penderma

The Most Kind and Righteous

80 At Tawwaab التوابYang Memiliki Mutlak sifat Maha Penerima Tobat

The Ever Returning, Ever Relenting

81Al

Muntaqim المنتق Yang Memiliki Mutlak The Avenger

Page 50: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

73

م sifat Maha Penyiksa

82 Al Afuww العفو Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pemaaf

The Pardoner, the Effacer of Sins

No. Nama Arab Indonesia Inggris

83 Ar Ra`uufــرؤو الـ

فYang Memiliki Mutlak sifat Maha Pengasih

The Compassionate, the All Pitying

84Malikul

Mulk مالـــــكالملك

Yang Memiliki Mutlak sifat Penguasa Kerajaan (Semesta)

The Owner of All Sovereignty

85Dzul Jalaali

Wal Ikraam

ذو الجالل

واإلكرام

Yang Memiliki Mutlak sifat Pemilik Kebesaran dan Kemuliaan

The Lord of Majesty and Generosity

86 Al Muqsithالمقس

طYang Memiliki Mutlak sifat Maha Adil

The Equitable, the Requiter

87 Al Jamii` الجامعYang Memiliki Mutlak sifat Maha Mengumpulkan

The Gatherer, the Unifier

88 Al Ghaniyy الغنىYang Memiliki Mutlak sifat Maha Berkecukupan

The All Rich, the Independent

Page 51: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

74

89 Al Mughnii المغنىYang Memiliki Mutlak sifat Maha Memberi Kekayaan

The Enricher, the Emancipator

90 Al Maani المانع Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mencegah

The Withholder, the Shielder, the Defender

No. Nama Arab Indonesia Inggris

91 Ad Dhaar الضارYang Memiliki Mutlak sifat Maha Memberi Derita

The Distressor, the Harmer

92 An Nafii` النافعYang Memiliki Mutlak sifat Maha Memberi Manfaat

The Propitious, the Benefactor

93 An Nuur النورYang Memiliki Mutlak sifat Maha Bercahaya (Menerangi, Memberi Cahaya)

The Light

94 Al Haadii الهادئYang Memiliki Mutlak sifat Maha Pemberi Petunjuk

The Guide

95 Al Baadii البديع Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pencipta

Incomparable, the Originator

96 Al Baaqii الباقي Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Kekal

The Ever Enduring and Immutable

Page 52: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

75

97 Al Waarits الوارث Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pewaris

The Heir, the Inheritor of All

98 Ar Rasyiid الرشيد Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pandai

The Guide, Infallible Teacher, and Knower

99 As Shabuur الصبور Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Sabar

The Patient, the Timeless

Sumber penerjemahan Asma’ul husna pada tabel diatas diambil dari

sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/asmaul_husna Sebagian referensi tentang

pengalihan bahasa ke bahasa Indonesia dan bahasa Inggris mengenai asma’ul

husna diatas adalah berasal dari Muhammad Syafiie Antonio (2008 37-454)

pendiri Lembaga Pendidikan Ekonomi Islam TAZKIA dan Ary Ginanjar

Agustian (2001: 69-71) Pendiri ESQ leadership Center.

e. Ditetapkan berdasarkan wahyu.

Permasalahan mengenai nama dan sifat Allah merupakan perkara

tauqifiyah, artinya tidak ada tempat bagi akal seseorang untuk berijtihad

menentukan nama dan sifat Allah. Tidaklah kita menetapkan nama dan sifat bagi

Allah, melainkan dengan apa yang telah Allah tetapkan bagi diri-Nya, baik

berdasarkan Al Quran Al Kariim maupun berdasarkan dengan apa yang

dikabarkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam.

Nama dan sifat Allah adalah termasuk dalam perkara ghaibiyah, sehingga

seseorang tidak akan bisa mengetahui dan menerka-nerka dengan akal dan pikiran

semata. Allah menegaskan melalui firmannya :

Page 53: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

76

�ق�ف� و�ال� �س� م�ا ت �ي �ك� ل �ه� ل �م ب ل �ن ع� م�ع� إ �ص�ر� الس �ب �ف�ؤ�اد� و�ال �لJ و�ال ك

�ك� �ئ �ول �ان� أ �ه� ك �ول: ع�ن ئ (36)االسراء: م�س�

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai

pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan

hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.”

( Q.S Al Isra : 36)

Adapun referensi Asma’ul husna dari wahyu Allah (Al-Quran Al-Karim)

adalah sebagai berikut :

Tabel 3

Referensi Asma’ul husna dalam Al-Qur’an

No Nama

Antara lain

terdapat

dalam

No Nama

Antara lain

terdapat

dalam

No Nama

Antara lain

terdapat

dalam

1الرحم

ن

Al-Faatihah:

334 الغفور Aali ‘Imran: 89 67 االحد

Al-Ikhlaas:

1

2 الرحيمAl-Faatihah:

335

الشكو

رFaathir: 30 68 الصمد

Al-Ikhlaas:

2

3 الملكAl-

Mu’minuun:

11

36 العلى An-Nisaa’: 34 69 القادرAl-Baqarah:

20

4القدو

س

Al-Jumu’ah:

137 الكبير Ar-Ra’d: 9 70 المقتدر

Al-Qamar:

42

5 السالم Al-Hasyr: 23 38 الحفيظ Huud: 57 71 المقدم Qaaf: 28

Page 54: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

77

6المؤم

نAl-Hasyr: 23 39 المقيت An-Nisaa’: 85 72 المؤخر

Ibraahiim:

42

7المهيم

نAl-Hasyr: 23 40

الحسي

بAn-Nisaa’: 6 73 األول Al-Hadiid: 3

8 العزيزAali ‘Imran:

6241 الجليل

Ar-Rahmaan:

2774 األخر Al-Hadiid: 3

9 الجبار Al-Hasyr: 23 42 الكريم An-Naml: 40 75 الظاهر Al-Hadiid: 3

10المتكب

رAl-Hasyr: 23 43 الرقيب Al-Ahzaab: 52 76 الباطن Al-Hadiid: 3

11 الخالق Ar-Ra’d: 16 44المجي

بHuud: 61 77 الوالي Ar-Ra’d: 11

12 البارئ Al-Hasyr: 24 45 الواسعAl-Baqarah:

26878 المتعالي Ar-Ra’d: 9

No Nama

Antara lain

terdapat

dalam

No Nama

Antara lain

terdapat

dalam

No Nama

Antara lain

terdapat

dalam

13المصو

رAl-Hasyr: 24 46 الحكيم Al-An’aam: 18 79 البر

Ath-Thuur:

28

14 الغفارAl-Baqarah:

23547 الودود Al-Buruuj: 14 80 التواب

An-Nisaa’:

16

15 القهار Ar-Ra’d: 16 48 المجيد Al-Buruuj: 15 81 المنتقمAs-Sajdah:

22

16الوها

ب

Aali ‘Imran:

849 الباعث Yaasiin: 52 82 العفو

An-Nisaa’:

99

17 الرزاق Adz- 50 الشهيد Al-Maaidah: 83 الرؤوف Al-Baqarah:

Page 55: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

78

Dzaariyaat: 58 117 207

18 الفتاح Sabaa’: 26 51 الحق Thaahaa: 114 84 مالك

الملك

Aali ‘Imran:

26

19 العليمAl-Baqarah:

2952 الوكيل

Al-An’aam:

10285

الجالل ذو

اإلكرام و

Ar-

Rahmaan: 27

20القاب

ض

Al-Baqarah:

24553 القوى Al-Anfaal: 52 86

المقس

ط

An-Nuur:

47

21الباس

طAr-Ra’d: 26 54 المتين

Adz-

Dzaariyaat: 5887 الجامع Sabaa’: 26

22الخاف

ض

Hadits at-

Tirmizi55 الولى An-Nisaa’: 45 88 الغنى

Al-Baqarah:

267

23 الرافعAl-An’aam:

8356 الحميد An-Nisaa’: 131 89 المغنى

An-Najm:

48

24 المعزAali ‘Imran:

2657

المحص

ىMaryam: 94 90 المانع

Hadits at-

Tirmizi

25 المذلAali ‘Imran:

2658 المبدئ Al-Buruuj: 13 91 الضار

Al-An’aam:

17

No Nama

Antara lain

terdapat

dalam

No Nama

Antara lain

terdapat

dalam

No Nama

Antara lain

terdapat

dalam

26

السمي

عAl-Israa’: 1 59 المعيد Ar-Ruum: 27 92 النافع Al-Fath: 11

27 البصير Al-Hadiid: 4 60 المحيى Ar-Ruum: 50 93 النورAn-Nuur:

35

Page 56: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

79

28 الحكمAl-Mu’min:

4861

الممي

تAl-Mu’min: 68 94 الهادئ Al-Hajj: 54

29 العدلAl-An’aam:

11562 الحي Thaahaa: 111 95 البديع

Al-Baqarah:

117

30

اللطي

فAl-Mulk: 14 63 القيوم Thaahaa: 11 96 الباقي Thaahaa: 73

31 الخبيرAl-An’aam:

1864 الواجد

Adh-Dhuhaa:

6-897 الوارث Al-Hijr: 23

32 الحليمAl-Baqarah:

23565 الماجد Huud: 73 98 الرشيد Al-Jin: 10

33

العظي

م

Asy-Syuura:

466 الواحد

Al-Baqarah:

13399 الصبور

Al-Fathir :

45

Keterangan: tabel referensi asma’ul husna diatas diambil dari sumber :

http://www.artislam.com/esma/ayetler

Referensi lebih lanjut pada penelitian ini akan dilampirkan pada lembar

lampiran

f. Asma’ul husna Tidak Terbatas Pada Jumlah Tertentu

dikutip dari pendapa seorang ulama masyhur dari madzhab hambali yang

bernama Ibnul Qayim rahimahullah dari kitabnya “Faidatun Jaliilatun fi

Qowa’idil Asmail Husnaa, Ibnu Qayim Al Jauziyah.” yakni:

Page 57: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

80

فإن بعدد، تحد وال حصر تحت تدخل ال الحسنى الله أسماء

ال عنده الغيب علم في بها استأثر وصفات ماءــأس لله

مرسل نبي وال مقرب ملك يعلمها

“Sesungguhnya nama-nama yang baik bagi Allah tidaklah dibatasi oleh

batasan dan bilangan tertentu, karena sesungguhnya Allah subhanahu wa

ta’ala masih merahasiakan nama-nama-Nya yang ada dalam ilmu ghaib

di sisi-Nya. Nama-nama tersebut tidak diketahui oleh malaikat yang

terdekat dengan Allah sekalipun dan tidak diketahui oleh nabi yang

diutus-Nya.”

Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam Hadist

ini merupakan hadist shohih, merupakan penggalan dari hadits panjang dari

shahabat Ibnu Mas’ud r.a:

…. كتابه، في أنزلته أو نفسك، به سميت اسم بكل أسألك

�مته الغيب علم في به استأثرت أو خلقك من أحدا أوعل

.… عندك

“…Aku memohon kepada-Mu dengan perantara seluruh Nama yang

dengannya Engkau namai Diri-Mu, Nama yang Engkau turunkan di dalam

Kitab-Mu, Nama yang Engkau ajarkan kepada salah satu diantara

makhluk-Mu dan juga Nama yang Engkau sembunyikan pengetahuannya

dalam ilmu ghaib di sisi-Mu…..”

(HR. Imam Ahmad, dalam musnadnya dan yang lainnya.)

Berdasarkan hadist tersebut, Ibn Al-Qayim rahimahullah menjelaskan

dalam kitab Faidatun Jaliilatun fi Qowa’idil Asmail Husnaa, Ibnu Qayim Al

Page 58: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

81

Jauziyah mengatakan bahwa Allah subhanahu wa ta’ala menjadikan nama-nama-

Nya menjadi tiga jenis.

1.Nama-nama yang Allah menamakan dirinya dengan nama tersebut dan

Allah memberitahukan nama-nama tersebut kepada para malaikat

yang dikehendaki-Nya. Nama jenis pertama ini tidak Allah kabarkan

dalam Kitab-Nya.

2.Nama-nama yang dikabarkan oleh Allah kepada hamba-Nya dalam

Kitab-Nya yang mulia. Nama-nama ini diketahui oleh para hamba-

hamba-Nya. Dan yang

3.Nama yang Allah bersendirian (dalam pengetahuan-Nya) tentang nama

tersebut dalam ilmu ghaib di sisi-Nya, dan tidak ada satu pun dari

hamba-Nya yang mengetahui nama-nama tersebut”

Hal senada juga diutarakan oleh Imam An-Nawawi pada pada Kitab Syarh

Shahih Muslim yang memberikan komentar tentang hadits nabi berikut ini :

" ا، وتسعين تسعة لله إن من واح��د�ا، إال مائة� اسم�

الجنة دخل أحصاها "

عليه متفق )).

: النووي اإلمام قال تســعة للــه إن النــبي قــول على تعليقــا

: وتسعين : إال مائة اسما واحدا ،

حصر فيه ليس الحديث هذا أن على العلماء قال: " واتفق

أســماء لــه ليس معناه: أنــه فليس والله، سبحانه ألسمائه

هذه أن الحديث مقصود وإنما والتسعين، التسعة هذه غير

اإلخبــار فالمراد الجنة، دخل أحصاها من والتسعين التسعة

ــذا األسماء، بحصر اإلخبار ال بإحصائها الجنة دخول عن وله

Page 59: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

82

بــه ســميت اســم بكــل اآلخــر: " أســألك الحــديث في جاء

ذكـر وقـد عنـدك"، الغيب علم في بـه اسـتأثرت أو نفسك

قــال: أنــه بعضــهم عن المالكي العربي بن بكر أبو الحافظ

فيها. والله قليل العربي: وهذا ابن قال اسم، ألف الله لله

.أعلم

في وغــيره الترمــذي في جاء فقد األسماء هذه تعيين وأما

كاالســم التعــيين مخفيــة وقيــل: إنهــا خالف، أسمائه بعض

صــحيح شــرح ونظائرهــا. " أهـ. من القــدر وليلــة األعظم،

مسلم

الحزن: دعاء في الرسول قول النووي اإلمام كالم أيد وقد

أنزلته أو نفسك، به سميت لك، هو اسم بكل "... أسألك

في به استاثرت أو خلقك، من احدا علمته أو كتابك، في

صحيح. فهذا حديث وهو أحمد عندك". رواه الغيب علم

وتسعين تسعة من أكثر أسماء لله أن على يدل الحديث

Kutipan dari Penafsiaran Hadist di atas adalah hadist yang shahih dengan

kesepakatan para ulama ahli hadist. Akan tetapi menjadikan hadist tersebut

sebagai dalil untuk membatasi nama-nama Allah hanya berjumlah 99 nama,

adalah suatu kekeliruan.

Walau pun demikian ada sebagian ulama yang berpendapat berbeda

mengenai jumlah asma’ul husna diantaranya diungkapkan dalam Al Is’aad fi

Syarhi Lum’atil I’tiqod, Syaikh Abu Musa ‘Abdur Rozaaq bin Musa Al Jazaairi

bahwa Ibnu Hazm rahimahullah wa ghofarallahu pun berbeda pendapat dalam

memahami hadist ini. Beliau berpendapat bahwa adanya batasan bilangan untuk

nama-nama Allah subhanahu wa ta’ala. Beliau berkata, ”Seandainya Allah

Page 60: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

83

subhanaahu wa ta’ala memiliki nama selain 99 nama tersebut, maka perkataan

Rasulullah “seratus kurang satu” menjadi perkataan yang sia-sia (tidak ada

bermakna).

Pendapat Ibnu Hazm ini disangkal oleh pendapat jumhur ‘ulama. Jumhur

‘ulama berpendapat bahwa tidak adanya batasan bagi nama-nama Allah

subhanaahu wa ta’ala. Mereka memahami bahwa pembatasan yang disebutkan

dalam hadist Abu Hurairah adalah berkaitan dengan janji yang diberikan bagi

orang yang menjaga nama-nama tersebut. Sehingga kalimat “jika seseorang

menjaganya”, menjadi penyempurna yang memiliki kaitan makna dengan kalimat

sebelumnya.”

Wacana tentang penafisiran hadits tentang jumlah asma’ul husna yang

diungkapkan Ibnu Hazm R.A ternyata memiliki perbedaan dengan Syaikh

Al‘Alaamah Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin rahimahullah menjelaskan

bahwa hadist tersebut tidaklah menunjukkan pembatasan bagi nama-nama Allah

dengan bilangan 99. Seandainya yang dimaksudkan dari hadist tersebut adalah

pembatasan bagi nama-nama Allah tentu lafadz hadist tersebut berbunyi:

“ : وتسعون تسعة الله أسماء إن دخــل أحصــاها من اســما

”الجنة

“Sesungguhnya nama-nama Allah ada 99 nama, barangsiapa yang

membacalmenghafalkannya akan masuk surga.”

Dalam penafsiran hadits di atas Syaikh Al‘Alaamah Muhammad bin

Sholeh Al ‘Utsaimin rahimahullah menegaskan pendapatnya pada kitab Al

Qowa’idul Mutslaa fi Shifatillahi wa Asmail Husna bahwasanya “Makna yang

benar yang terkandung dalam hadist tersebut adalah barangsiapa yang menjaga

Page 61: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

84

(menghafalkan dan memahami) 99 nama tersebut maka Allah akan

memasukkannya ke dalam surga. Sehingga bilangan 99 bukanlah menunjukkan

adanya pembatasan bagi nama-nama Allah.

Untuk melengkapi uraian diatas maka Syaikh Abdur Rozaaq bin ‘Abdil

Muhsin Al Badr hafidhohullahu menjelaskan dalam rekaman salah satu

muhadhoroh beliau Syaikh Abdur Rozaaq bin ‘Abdil Muhsin Al Badr

hafidhohullahu ketika beliau men-syarah kitab Faidatun Jaliilatun fi Qowa’idil

Asmail Husnaa karya Ibnu Qayim Al Jauziyah hadist tersebut dengan

memberikan penjelasan dan alnalogi yang sangat bagus. Beliau menjelaskan

bahwa hadist Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam tersebut adalah berupa satu

kalimat utuh. Penggalan kalimat yang pertama ( sesungguhnya Allah memiliki 99

Nama -seratus kurang satu) disempurnakan maknanya oleh penggalan kalimat

yang kedua ( apabila seseorang menjaganya niscaya dia masuk surga). Artinya

barangsiapa yang menghafalkan 99 nama tersebut maka orang tersebut akan

masuk surga. Hadist tersebut bukanlah terdiri dari dua kalimat terpisah, yang

masing-masing penggalan kalimat memiliki makna sendiri-sendiri. Kesalahan

seseorang dalam memahami hadist ini adalah seseorang memahami, bahwa hadist

tersebut terdiri dari dua kalimat terpisah. Penggalan kalimat yang pertama

menunjukkan pembatasan nama-nama Allah, kemudian penggalan kalimat yang

kedua adalah perintah untuk menjaga (menghafalkan) nama-nama tersebut.

Pemahaman seperti ini adalah pemahaman yang keliru”

Kemudian beliau Syaikh Abdur Rozaaq bin ‘Abdil Muhsin Al Badr

hafidhohullahu mengungkapkan pendapat senada dengan Al-Khatabi dalam

Page 62: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

85

memberikan contoh untuk memudahkan pemahaman terhadap hadist ini. Beliau

menggambarkan:

“Sesungguhnya saya memiliki 100 kitab yang akan saya hadiahkan

kepada Anda”. Apakah dengan pernyataan ini menunujukkan bahwa

“saya hanya memiliki 100 kitab…?” Tentu jawabanya adalah “tidak”.

Pemahaman yang benar adalah “hanya ada 100 kitab yang akan saya

hadiahkan kepada Anda”. Hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa

masih tersimpan lebih dari 100 kitab di maktabah saya. Begitu juga

dengan hadits Rasulullah shalallhu ‘alaihi wa salam, “Sesungguhnya

Allah memiliki 99 Nama -seratus kurang satu- yang apabila seseorang

menjaganya niscaya dia masuk Surga, hal ini juga bukan menunjukkan

adanya batasan nama Allah hanya 99 nama saja.”

Khusus mengenai pengenalan terhadap satu per satu asama Allah yang

berjumlah 99, sebenarnya ditepuh melalui proses ijtihad. Pada akhir abad II

hingga awal abad III Hijriyah, tiga perawi hadits yaitu Al-Walid bin Muslim,

Abdul Malik As-shanani dan Abdul Aziz bin Hashin ber-ijtihad dalam

mengungkap 99 ama’ul husna ini.(Mahmud Abdul Raziq Ar Ridhwani, 2008).

Dari ketiga perawi diatas, Al-Walid bim muslim (wafat tahun 195 H)

merupakan yang paling terkenal dengan susunan 99 asma seperti yang banyak

dihadapi saat ini.(berawal dengan Ar-Rahman dan berakhir dengan As-Shabur)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah kembali mengingatkan “ nama-nama Allah

yang telah dikenal di kalangan umat islam adalah riwayat At-Tirmidzi yang

diriwayatkan dari Al-Walid bin Muslim As-Syuaib dari abu hamzah. Lam Hadits

Page 63: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

86

berkata, “Penentuan (nama-nama Allah – pen) tersebut adalah hasil ijtihad Al-

Walid bin Muslim.” (Ibnu Fatimiyah Al-Fatawa Al-Kubra, 1/127)

Kemudian sebagai khalshoh mengenai asma’ul husna berikut ini adalah

point-poin penting Aqidah Ahlussunah mengenai asma’ul husna pada kitab Al-

Asna fi Syarh Asma' Allah Alhusna wa shifatihi yang juga bisa ditemui pada

jejaring (http://forum.kku.edu.sa/archive/index.php/t-51.html) sebagai berikut:

وصفاته الحسنى الله أسماء شرح في : ألسنى

في إجماله يمكن واعتقادهم والجماعة، السنة أهل قول

التالية النقاط

(1) القرآن في الواردة الحسنى األسماء بثبوت اإليمان

الله بأن اإليمان( 2.)1نقصان وال زيادة غير من والسنة

فالله خلقه، من أحد يسميه وال نفسه، يسمي الذي هو

وليست منه، وأسماؤه ألسماء, ابهذه تكلم الذي هو

مخلوقة محدثة

غاية في معاني على دالة األسماء هذه بأن اإليمان (3)

الجامدة كاألعالم وليست وأوصاف، أعالم فهي الكمال،

احترام. المعتزلة يزعم كما معناها، باعتبار توضع لم التي

هذا في حرمة من مالها وحفظ األسماء تلك معاني

والتعطيل بالتحريف المعاني لتلك التعرض وعدم الجانب

الكالم أهل شأن هو كما

Page 64: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

87

ترتب وما اآلثار من األسماء تلك تقتضيه بما اإليمان (4)

األحكام من عليها .

إيمانا الله بأسماء يؤمنون السنة أهل فإن وبالجملة

ووفق والسنة القرآن نصوص به أمرت ما وفق صحيحا

الذين الباطل أهل بخالف األمة، سلف فهم عليه كان ما

كليا إلحادا الله أسماء في فألحدوا وعطلوه، ذلك أنكروا

جزئيا أو .

a) Iman terhadap ketetapan jumlah nama-nama ilahi yang terkandung

dalam Al-Quran dan Sunnah dengan tidak menambah dan tidak

mengurangi..Keyakinan bahwa Allah yang menyebut dirinya, dan

tidaklah boleh menamainya dengan nama makhluknya, Allah lah

yang berbicara dengan namanya tetapi tidak boleh membuat nama

baru baginya.

b) Keyakinan bahwa nama-nama ini menunjukan pada maha

kesempurnaan , dia yang maha tahu dan maha suci dan maha tahu

dan bukan lah secara wujud dan tak ada perumpamaannya.

c) Memuliakan terhadap makna nama-nama dan kesucian aspek ini

menjaga segala dan non-paparan, dari penyimpangan arti dan arti

berlawanan.

d) beriman sebagaimana yang yang ditentukan dalam hadits dan

hukum. Singkatnya, kaum Sunni percaya pada iman yang benar

Page 65: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

88

dari nama-nama Allah seperti diperintahkan oleh Al-Qur'an dan

Sunnah, dan menurut kaum salafi (pendahulu)

(Muhammad ibn Ahmad Qurtub, 2001)

g. Tidak ada penyelewengan dan pengingkaran kebenarannya

Pemahaman asma’ul husna dengan benar tentu akan melahirkan

keimanan yang benar pula. Maka dalam memahami asmal husna senantiasa

menghidari ilhad (pengingkaran) dan setiap pengingkaran terhadap asama Allah

tentu merupakan sebuah penyelewengan.

Berikut ini adalah berbagai macam pengingkaran terhadap Asma Allah

yang telah dirangkum oleh Syafie Antonio (2008:27):

1. mengingingkari sesuatu dari asma Allah, hokum dan sifat yang

terkandung di dalamnya. Kaum Jahmiyah dan golongan ahli ta’thil,

misalnya menyebut lafadz Allah dengan lafadz yang kosong, tidak

mengandung sifat dan makna. Mereka memberi nama kepada-Nya: As-

Sami’, Al-Bashir, Al-Hayy. Tetapi mereka mengatakan; “tiada kehidupan

bagi-Nya”, “Tida Pendengaran”, “Tiada Penglihatan”. Ini adalah ilhad

paling besar pada asma Allah, baik secara akal, syara’, bahasa, dan

fithrah.

2. Menjadikan Asma Allah memiliki indikasi (dalalah) yang serupa dengan

sifa makhluk. Hal ini seperti pendapat Ahlu Tasybih (antrophomisme),

yang mengingkari sifat Allah dan menolak sifat kesempurnaan-Nya.

3. Menamai Allah dengan nama-nama yang tidak di sebutkan oleh-Nya, dan

tidak pula dijelaskan oleh rasu-Nya dalam hadits yang shahih. Seperti

Page 66: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

89

halnya kaum Nasrani yang menamai Allah dengan “Bapak” dengan

anggapan sebagai filosof yang menyebutnya ‘Al-Illah Al-

Faai’lah’(efficient Cause). Karena Asma allah adalah tauqifiyah maka

menamai-Nya tetapi tidak bersumber dari-Nya atau dari rasul-Nya

merupakan penyelewenganterhadap kebenaran Asma Allah

4. memberikan nama berhala dari Asma Allah . di jaman jahiliyah, kaum

musyrikin menamai berhala mereka yang mereka sembah dengan nama

‘Uzza’. Padahal perkataan tersebut berasal dari kata Al-Aziz.

5. Menyifati Allah dengan sifat yang bertentangan. Hal ini seperti

diungkapakan oleh orang yahudi: “Innahu Faqir “(bahwasanya dia fakir),

atau perkataan mereka yang menegaskan bahwa “Dia berisirahat

Demikianlah ilhad dengan segala macamnya adalah haram. Hal ni

berdasar kepada Al-Quran yang menyatakan:

�ه� �ل م�اء و�ل �س� ن�ى األ �ح�س� �ه�ا ف�اد�ع�وه� ال � ب وا �ح�د�ون� ال ذ�ين� و�ذ�ر� �ل ف�ي ي

�ه� م�آئ �س� و�ن� أ �ج�ز� ي � م�ا س� �وا �ان �ون� ك �ع�م�ل (180: األعراف) ي

“Hanya milik Allah asmaulhusna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan

menyebut asmaaulhusna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang

menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti

mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.

(Departemen Agama Republik Indonesia, 1987:252)

C. Akhlak

Kata “akhlak” secara etimologis berasal dari bahasa arab yaitu betuk

jama dari kata “khuluq”. kata khuluq sering diartikan dengan moral, budi

pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat . Kalimat tersebut mengandung segi-

Page 67: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

90

segi persesuaian dengan perkataan khalakun yang berarti kejadian, serta erat

hubungan dengan Khaliq yang berarti pencipta dan makhluk yang berarti

diciptakan. (M. Yunus, 1989 :120).

Perumusan devinisi akhlak timbul sebagai media yang memungkinkan

adanya hubungan baik antara Khaliq dengan makhluk dan antara makhluk dengan

makhluk seperti pada Risalah, 40/38. Seperti halnya ditemui dalam al-Quran,

�ن ك� �ع�ل�ى و�إ �قe ل ل e خ� (4)القلم: ع�ظ�يم

“Sesungguhnya engkau (muhammad) benar-benar memiliki akhlak yang

mulia.” (Departemen Agama Republik Indonesia, 1987:960)

Salah satu komponen penting yang harus dibangun pada diri seorang

muslim adalah akhlak. Allah SWT. mengutus Rasulullah SAW. salah satu tujuan

utamanya adalah menyempurnakan akhlak manusia menjadi akhlak yang mulia.

الله رسول الـــ ق:قال عنه الله رضى هريرة أبى عن

االخالق مكارم التمم بعثت اـــانم وسلم عليه الله صلى

البيهقي( )رواه

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak

(Sokhi Huda, 2008:282)

Ibnu Maskawih mengatakan bahwa yang disebut dengan akhlak adalah

keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-

perbuatan tanpa berfikir dan melalui pertimbangan terlebih dahulu (Humaidi,

1979:8). Sedangkan Arif Ali bin Muhammad Al-Jarjani memberkan definisi

akhlak adalah sebagai berikut:

عنها تسدر راسخة لنفس هيئة عن : عبارة االخالق

وروية الفكر الى حاجة غير من ويسر بسهولة االفعال

Page 68: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

91

“Akhlak yaitu adalah suatu ibarat perilaku yang bersemi dalam jiwa

seseorang hingga dapat menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan

mudah tanpa pikiran dan renungan.” (Al-Jarjani, 101)

Pengertian akhlak lebih lanjut dikemukakan oleh Imam Al-Ghazali tentang

pengertian akhlak yakni sebagai berikut:

“bahwa akhlak adalah suatu kemantapan (jiwa) yang meghasilkan

perbuatan atau pengalaman dengan mudah dan tanpa harus direnungkan

dan disengaja.jika ia menghasilkan amal-amal yang baik yaitu akhlak

terpuji menurut akal dan syariah maka ini disebut akhlak yang baik, jika

amal-amal yang tercelalah yang muncul dari keadaan (kemantapan) itu,

maka dinamakan akhlak yang buruk.” (M. Abdul quasam: 1988:2)

Mengaitkan arti kebahasaan dengan apa yang didefenisikan, Imam Al-

Ghazali memberikan makna substantif yang saling melengkapi, yang di dalamnya

kita akan menemukan setidaknya lima ciri perbuatan akhlak, yaitu:

Pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam dalam jiwa

seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya. Kedua, bahwa perbuatan

akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya,

tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. Perbuatan akhlak adalah perbutan yang

dilakukan atas dasar kemauan, pilihan dan keputusan yang bersangkutan. Ketiga,

bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya,

bukan main-main atau karena bersandiwara

Keempat, sejalan dengan ciri yang keempat, perbuatan akhlak (khususnya akhlak

yang baik) adalah perbuatan yang dilakukan karena keikhlasan semata-mata

Page 69: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

92

karena Allah, bukan karena dipuji orang atau karena ingin mendapatkan suatu

pujian. Kelima, akhlak memiliki sandaran yang jelas yaitu al-Quran dan sunnah.

Sehingga ukuran baik tidaknya sebuah akhlak berdasarkan ketersesuiannya

dengan al-quran dan sunnah.

Meskipun akhlak memiliki kedekatan makna dengan moral, budi pekerti,

tetapi pada dasarnya memiliki perbedaan dan ketidaksamaan. Antara lain

1. Akhlak dalam Islam senantiasa berdasarkan nilai-nilai al-Quran dan

sunnah. Sebab itu, ia bersifat universal. Misalnya akhlak orang Islam

Amerika sama dengan akhlaknya orang Islam di Arab, Afrika, maupun

di Indonesia. Berbeda dengan moral, etika atau budi pekerti adalah

kebaikan yang lahir dari kesepakatan budaya sekelompok manusia

tertentu. Sebab itu, kadangkala ada perbuatan menurut orang Amerika

adalah baik dan beretika, tetapi tidak bagi orang Asia.

2. Akhlak dilaksanakan dengan keikhlasan diri yang tujuannya semata

mengharapkan ridha Allah swt. Sedangkan budi pekerti, etika tidak

selamanya demikian.

3. Yang baik menurut akhlak adalah segala sesuatu yang berguna sesuai

dengan nilai dan norma agama Islam dan memberikan kebaikan bagi

diri dan orang lain. sedangkan yang menentukan baik buruknya suatu

perbuatan menurut etika dan moral adalah adat istiadat dan kebiasaan

sekelompok orang tertentu di waktu tertentu

4. Akhlak bersifat mutlak dan berlaku selamanya, sedangkan etika, moral

dan budi pekerti bersifat nisbi atau relatif

Page 70: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

93

Dari penafisran Ibnu Maskawih dan Imam Ghazali mengenai akhlak maka

tampak lah beberapa indikasi seseorang yang berakhlak:

1. Perbuatan Semata Mata Karena Allah

Pada tatanan psikologis manusia pada umumnya akan bertindak sesuai

dengan sesuatu yang dianggap benar dan diakuinya.

Fenomena ini bersifat universal dan menembus sekat-sekat agama, bangsa,

ras, da golongan. Inilah yang disebut dengan “universal agreement”: seluruh

manusia mngakui dan menyukai sifat-sifat tersebut. Pengakuan tersebut berasal

dari suara hati manusia yang pada dasarnya juga bersifat universal . dengan

catatan manusia tersebut telah mencapai titik Zero dan terbebas dar belenggu

fikiran (Ary Ginanjar Agustian : 2007: 86).

Perbuatan yang semata-mata karena adalah devinsi akhlak makhluk yang

erat kaitan dengan penciptanya yaitu Allah. (Halim Mahmud :456). Berikut ini

adalah kutipannya :

رســما كــان لو ألنه خلق، ولكنه علما، وال رسما التصوف ليس

تخلــق ولكنه بالتعليم، لحصل علما كان ولو بالمجاهدة، لحصل

أو بعلم اإللهية األخالق على تقبل أن تستطيع ولن الله، بأخالق

المدرســة التصــوف، وقضــية محمــود الحليم عبــد)رســم"

(426ص محمود، الحليم عبد الشاذلية، )

“Tashauf bukanlah gambaran (bentuk) dan keilmuan, tetapi ciptaan

(tercipta) karena apabila ia adalah gambaran maka bisa diraih dengan

mujahadah (usaha) dan apabila ia adalah keilmuan maka ia dapat

diperoleh dengan belajar akan tetapi tashawuf hanya dengan

berakhlakhlak ilahi, yang tidak kompromi dengan (ijtihad keilmuan ) dan

gambaran .”

Page 71: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

94

Hubungan yang erat antara makhluk dan khalik (Allah) juga ditemui pada

Al-Quran mengenai penegasan Allah dalam firmanya:

�ن ك� �ع�ل�ى و�إ �قe ل ل (4)القلم: ع�ظ�يم خ�

“Sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar memiliki akhlak yang

mulia.” (Departemen Agama Republik Indonesia, 1987:960):

Atas dasar kedekatan hubungan makhluq dengan sang khalik (Allah) maka

Imam Ghazali menjelaskan :

فيهــا أمــر الــتي الصــفات في وجل عز ربه من العبد قرب

قيــل: تخلقــوا حــتى الربوبيــة، بــأخالق والتخلــق باالقتــداء

(.4/324 الغزالي،) الله بأخالق

“Adanya kedekatan hamba dari segi sifat-sifat rububiyah yang telah

diperintahkan untuk menirunya dan berakhlak dengan akhlak rab (Allah).

Sehingga ia berkata berkahlaklah dengan Akhlak Allah.”(Imam al-

Ghazali,tt:4230)

Dari kesimpulan Imam Ghazali tentang konsep berakhlak dengan akhlak

Allah adalah bertolak dari penafsirannya.

ــق إدراك مع الحسنى األسماء أحصى فمن معانيها, والتخل

الـــدنيا في يعيش المـــؤمن اإلنســـان تجعـــل بأخالقهـــا

فهم مــع حفظهــا "يعــني114 ص قــال وكــذا برضاه"ا.هـــ

Page 72: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

95

آخــر موضــع في كالمــه وقيــد بآدابهــا"ا.هـــ والتخلJق معناها

(114:الغزالي) بها التخلق لإلنسان يصح التي بالصفات .

“ Siapa saja yang memelihara serta menyelami maknanya dan berakhlak

dengan akhlaknya maka niscaya kehidupan manusia tersebut berada pada

ridha-Nya” Begitu pula di ungkapkn pada halaman 114 “yakni

menghafalnya disertai pemahaman maknanya dan beakhlak dengan adab-

Nya.” dan “siapa saja menghafal serta memahami maknanya dan

berakhlak (bertata cara hidup) sesuai dengan asma’ul husna.” kemudian

beliau memberikan qiyad tentang sifat sifat yang sah untuk di tiru oleh

manusia”(Al-Gahazali, tt:114)

Adapun dimensi lain dari berakhlaq dengan akhlaq Allah adalah untuk

mengekspresikan potensi pada diri manusia dengan mengasah nilai keagungan

tuhan dan nilai-nilai kasih sayang. Hal ini dikutip oleh Al-Jilli :

الهياكــل في المودعــة أســراره لتبرز الله؛ بأخالق تخلقوا

حــق ويعلم الربانيــة، العــزة علــو بــذلك فيظهــر اإلنسانية،

(2/19 الجيلي، الكامل، الرحمانية"]اإلنسان المرتبة

Berakhlaklah dengan akhlak Allah, untuk menampakan rahasia Allah

yang terpendam pada diri manusi hingga muncul dengan cara mengasah,

nilai keagungan tuhan dan nilai-nilai kasih sayang.”

(Al Jilli, Insan Kamil : 2/19)

Page 73: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

96

Sedangkan proses internalisasi nilai-nilai diatas terjadi karena adanya

proses mencintainya seorang makhluk (manusia) kepada yang di cintainya (Allah)

hal ini di ungkapkan Imam Al-Qusyairi :

ــوب صــفات فقال: دخول المحبة، عن الجنيد سئل على المحب

(615: 2) المحب صفات من البدل

“Ditanya Imam Al-Jundi tentang cinta maka ia menjawab :Internalisasi

sifat yang dicintai atas duplikasi sifat yang mencintai.”(Imam Al-Jundi

2/615)

وطلبا الناس: مدحا، بين عليه متفق "الخلق" أمر

“Konteks akhlak merupakan hal telah menjadi kesepakatan tentangnya

yakni memuji atau meminta”

Dalam pemaparan lebih lanjut mengenai kesepakatan di kalangan umat

Islam pada analisa teoritik yang digunakan dalam penelitian ini dalam kontek

memahami istilah “berakhlak dengan akhlak Allah”, maka berkut ini adalah

tukilan yang di sajikan dengan teks asli dari Badai'i al-fawa'id., Muhammad ibn

Abi Bakr Ibn Qayyim al-Jawziyah :

المسلمين: بين عليه والمتفق

والربوبيــة. لــه األلوهيــة، وله والرب، وهو: اإلله، تعالى، الله أن-

المخلوقين. كأوصاف ليست به، تليق أوصاف

Page 74: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

97

اللـــه كأوصـــاف ليســـت بـــه، الئقـــة أوصـــاف لـــه واإلنســـان-

ــه ــالى.لقول ــالى: تع ــه ليس(تع ــيء كمثل ــو ش ــميع وه الس

[11 . ]الشورى)البصير

األقوال: هذه في يلحظ والذي

)= أخالق. بتعبــيرهم( صــفات اإلنســان تقرر: اكتساب أنها     -

تعالى. الله

التصوف. هي: موضوع التخلقية االكتسابية العملية هذه وأن   -

اسـتثناء، دون من األئمـة، هـؤالء كالم في واضـحة النتيجـة هـذه

اســتعملها الــتي غــير كلمات استعمل وإن الجنيد، كالم في حتى

البقية.

تعالى. لله إال ليست الربيوبية. والربوبية قالوا: أخالق فتارة-

له. شريك ال وحده، له قالوا: اإللهية. واإللهية وتارة-

الخاص. باالسم تعالى. مصرحين الله قالوا: أخالق ثالثة وفي-

ــة العملية: أنها هذه لمحتوى الجنيد: وصف تعريف وفي- عملي

، eالمحبــوب صــفات يســتبدل فــالمحب تبــادل، وليســت بــدل

ــفاته؛ ــنى بص ــه بمع ــترك أن ــفاته ي ــا، ويتخلص ص ليتلبس منه

ــه، بصــفات ــا بهــا. والمحب ويتخلــق محبوب اإلنســان، هــو هن

ــا اللــه هــو والمحبــوب هــذه احتوتهمــا أمــران، تعــالى.فهاهن

التعريفات:

Page 75: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

98

)= أخالقــه. تعــالى اللــه صــفات اإلنســان : اكتســاباألول

تعالى. الله صفات واكتسابه صفاته، تركه بتعبيرهم(. أو

االســتبدالية: التخلقيــة، االكتســابية، العمليــة هــذه : أنالث��اني

جزئية. ناقصة ليست كلية، كاملة عملية

أنــه تقدم ولذا التفسير؛ هذا في المالحظ الجديد هو المعنى هذا

ــألوف، أمر والخلق التخلق فمجرد خلق. أو تخلق، مجرد ليس م

وحــتى الغرابــة، من ففيهــا الزائــدة، المعــاني هــذه معروف. أما

يلي: فيما نلخصه االعتراض يخفى. وهذا ال ما النزاع

إلى منســوب جديــد، مصــطلح اللــه"، : قــولهم: "أخالق أوال

ــه، انفــردوا الــذين المتصــوفة، قبــل يعــرف لم الشــريعة، ب

اللـه، قبيـل: أسـماء من مصـطلحات اسـتعمال فــالمعروف

معــاني والمصــدر. تتضــمن المورد قرآنية الله. وهي صفات

ــو بل بذلك، يمتاز فال هذا تعالى. أما بالله الئقة ــتزع ه من من

انظــر:)الطاقــة. قــدر على باإللــه بالتشــبه الفالســفة، قول

(1/164 الفوائد بدائع ،73ص التعريفات

ــو: محذور، فيه باألخالق اإللهية األوصاف عن التعبير : أنثانيا ه

لألخالق، مكتســب فــالمتخلق مكتســبة؛ أحــوال األخالق، أن

إلى ينسـب أن يليــق فال وعليــه عليه، الغالب المعنى هو هذا

مكتسبة. غير ذاتية، أوصافه ألن تعالى؛ الله

ــع تحصــيل اإلنسان بقدرة يفيد: أن المصطلح هذا : أنثالثا جمي

فيه ليس تعبيرهم، بحسب تخلقا، أو اتصافا، اإللهية األوصاف

Page 76: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

99

وتعميم. والمحــذور إطالق بــل تحديــد، وال تخصــيص، وال قيد،

من أنواع ثالثة على تعالى الله أوصاف فإن يخفى؛ ال هذا في

العبد: اتصاف جهة

مماثلة، دون بمعناها، االتصاف اإلنسان قدرة في نوع  -1

الرحمة. مثل عليه، ويحمد

مماثلــة، دون بمعناها، االتصاف اإلنسان قدرة في نوع -2

كالتكبر. عليه، ويذم

كــالخلق، بمعناها، االتصاف اإلنسان على يستحيل نوع  -3

عـــدة ،11/226 البـــاري فتح )والتصـــوير. والـــبرء،

هــذا يفيــد ال المصــطلح وهــذا (283ص الصــابرين

بــه، االتصــاف يمكن ما إلى إشارة فيه فليس التفصيل،

شامل، عام فهو يذم، وما عليه، يحمد وما يمكن، ال وما

في المماثلــة إلى يفضي ألنه منحرف؛ المعنى بهذا وهو

؛ تعــالى: محــال. قــال وهــو صــفاته، عــدد في أي الكم�

الصمد[ أحد{. ]سورة كفوا له يكن }ولم

اإلنســان قــدرة في كــذلك: أن يفيــد المصــطلح هــذا : أن رابعا

ــه فيكــون كيفها، في نفسها، اإللهية الصفات تحصيل نفس ل

كرحمتــه، رحمته فتكون تعالى، لله هي كما صفة، كل حدود

المع��نى وه��ذا كقدرتــه..إلخ، وقدرتــه كوجــوده، ووجــوده

ــة لبطالن ،فاس��د ــة في أي الكيــف؛ في المماثل ــه كيفي وكن

ســميا{. ]مــريم لــه تعلم يقــول: }هــل تعــالى والله صفاته،

65]

Page 77: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

100

2. Akhlak selalu bersandar kepada Al-Quran dan As-Sunnah

Pemahaman Islam mengenai criteria Akhlak adalah selalu bersandar dari

Al-Quran yang didemontrasikan dengan sempurna oleh nabi Muhammad SAW,

hingga Siti Aisyah r.a berkata:

عائشة( )رواه القران خلقه كان

“ sungguh akhlak rasulullah adalah Al-Quran”

(Jalaluddin Rakhmat, 2007:143)

3. Perbuatan yang sesungguhnya, bukan main-main

Akhlak muhsinin sebagai cerminan asma’ul husna bukan hanya dilakukan

tanpa motivasi dan keinginan, akan tetapi bersama ruhul jihad dan motivasi yang

tinggi.

Dalam konteks berakhlak dengan asma’ul husna ini maka ruhul jihad

sebagai power sekaligus solusi untuk meraih petunjuk Allah. sehingga dalam hal

ini Allah berfirman :

�ا ج�اه�د�وا �ال ذ�ين�و �ن ه�م� ف�ين د�ي �هــ� �ن �ا ل �ن �ل ب �ن ســ� ه� و�إ ــ ع� الل �مــ� �ين� ل ن �م�ح�ســ� ال

( 69)العنكبوت:

" Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, benar-

benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan

sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik"

(Departemen Agama RepublikIndonesia, 1987:636)

4. Akhlak ialah sesuatu yang telah tertanam dalam jiwa sehingga telah

menjadi kepribadiannya.

Dalam dunia pendidikan akhlak merupakan sesuatu yang berusaha untuk

di tanamkan dalam hati sehingga benar-benar memberi keyakinan yang mantap

Page 78: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

101

(Nafsul Muthma’innah) hingga Allah berfirman dalam Al-Quran Surah Al-Fajr

ayat 25-30) yang berbunyi :

eذ� �و�م�ئ �ع�ذNب� ال ف�ي �ه� ي �ح�د ع�ذ�اب �ق� و�ال (25)أ �وث �اق�ه� ي د و�ث �ح� �ا(26) أ ي

�ه�ا ي ت� �ن ة� الن ف�س� أ �م�ط�م�ئ ج�ع�ي (27) ال �ل�ى ار� Nك� إ ب �ة: ر� اض�ي ض�ي ة: ر� م�ر�

�اد�ي ف�ي ف�اد�خ�ل�ي(28) ب ن ت�ي و�اد�خ�ل�ي(29) ع� ( )الفجر30)ج�

25-29)

“ Maka pada hari itu tiada seorang pun yang menyiksa seperti siksa-Nya

(25) dan tiada seorang pun yang mengikat seperti ikatan-Nya (26) Hai

jiwa yang tenang (27) Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang

puas lagi diridai-Nya (28) Maka masuklah ke dalam jemaah hamba-

hamba-Ku (29) dan masuklah ke dalam surga-Ku (30). “

(Departemen Agama Republik Indonesia, 1987:1059)

Pembiasaan membaca asma’ul husna adalah sebuah proses sedangkan

hasil yang kebiasaan yang di harapkan adalah terbentuknya manusia yang

memiliki kepribadian rabbani.

Seperti yang di ungkapkan Fadil Yani (2007, 18) bahwa untuk mengatasi

masalah kepribadian manusia dibutuhkan kepribadian rabbani. Istilah “rabbani”

berasal dari kata “rabb” yang berarti tuhan yaitu tuhan yang memiliki,

memperbaiki, mengatur, menambah, menunaikan menumbuhkan,

mengembangkan memelihara dan mematangkan sikap mental.

Lebih lanjut ia mengungkapkan bahwa Istilah rabbani dalam konteks ini

memiliki ekuivalensi dengan istilah Illahi yang berarti ketuhanan. Kepribadian ini

adalah kepribadan individu yang didapat setelah setelah mentransformasikan asma

Page 79: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

102

(nama-nama) dan sifat tuhan kedalam dirinya untuk kemudian dinternalisasi dan

ditranformasikan dalam dunia nyata.

Pengertian akhlak rabbani secara sederhana di ungkapkan oleh al-Razi

dalam Mujib (2006: 188:-189) adalah kepribadian individu yang mencerminkan

sifat-sifat ketuhanan.

5. Akhlak berasal keinginan sendiri

Manusia sebagai makhluk psikologis senantiasa bertindak sesuai dengan

motifasi baik motif internal maupun motif eksternal (Muhammad Asrori,

2008:183). Sedangkan akhlaq adalah berada pada dimensi internal.

Menurut pendapat para ahli tentang akhlak maka dalam penelitian ini

motifasi di indikasikan kepada mahabbah atau kecintaan (Al-Jundi), tadzhir as-

shifatil Ilahiyah atau penampakan (Al-Jilli), thalban wa madahan atau meminta

dan mengidolakan (ittifaq muslimin)

Allah menjanjikan ketenangan secara psikologis bagi manusia yang

konsisten dalam kebaikan sehingga dalam Al-Quran Allah berfirman :

�ن �وا ال ذ�ين� إ �ا ق�ال Jن ب �م الل ه� ر� �ق�ام�وا ث ت ل� اس� �ز �ن �ت �ه�م� ت �ي �ة� ع�ل �ك �م�الئ �ال ال أ

اف�وا �خ� �وا و�ال ت ن �ح�ز� وا ت ر� �ش� �ب ن ة� و�أ �ج� �ال �م� ال ت�ي ب �ت �ن �وع�د�ون ك (30)ت

�ح�ن� �م ن �اؤ�ك �ي و�ل� �اة� ف�ي أ ي �ح� �ا ال �ي ة� و�ف�ي الدJن �م� اآلخ�ر� �ك م�ا ف�يه�ا و�ل

�ه�ي ت �ش� �م� ت ك �ف�س� �ن �م� أ �ك �د ع�ون� ف�يه�ا و�ل (31-30)الفصلت: م�ات

“ Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah"

kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun

kepada mereka (dengan mengatakan): "Janganlah kamu merasa takut dan

janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan

(memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu". (30) Kami lah

Page 80: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

103

Pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalamnya

kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di

dalamnya apa yang kamu minta. (31)”

(Departemen Agama Republik Indonesia, 1987:777)

6. Akhlaq adalah semata-mata karena Allah

Akhlak seseorang tidak terpaku pada ibadah mahdhah saja akan tetapi

akhlak meluas kepada hal, tindakan dan ibadah ghair mahdoh yang tidak lepas

dari tujuan untuk semata-mata mencari ridha Allah. Dalam hal ini Allah

berfirman:

�ن م�ا ق�ل� �ا إ �ن ر أ �ش� �م� ب �ك �ل �وح�ى م�ث �ي ي �ل ن م�ا إ� �م� أ �ه�ك �ل �ه إ �ل د إ ف�م�ن� و�اح�

�ان� ج�و ك �ر� �ق�اء� ي Nه� ل ب �ع�م�ل� ر� �ي ا ع�م�ال ف�ل �ح: ر�ك� و�ال ص�ال �ش� �اد�ة� ي �ع�ب Nه� ب ب ر�

�ح�د:ا (110)الكهف: أ

Katakanlah: "Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu,

yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu

adalah Tuhan Yang Esa". Barang siapa mengharap perjumpaan dengan

Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan

janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada

Tuhannya". (Departemen Agama Republik Indonesia, 1987:460)

Akhlak yang menjadi salah satu misi untuk mencari ridha Allah harus

bertujuan mencari keridhan Allah semata. Allah berfiman dalam Al-Quran:

وا و�م�ا �م�ر� �ال أ �د�وا إ �ع�ب �ي ل�ص�ين� الل ه� ل �ه� م�خ� (5: )البينة الدNين� ل

Page 81: Analisa Teoritik Pembiasaan Membaca Asma'ul Husna Dan Akhlak Siswa

104

“Padahal mereka tidak diperintahkan kecuali supaya menyembah Allah

dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama

dengan lurus”. (Departemen Agama Republik Indonesia, 1987:1084)

Kemudian Allah tegaskan salah satu perintahnya adalah berindak dengan

penuh permohonan dan ratapan melalui keagungan nama-Nya yakni asmaulhusna.

Allah tegaskan kembali pada kitab suci Al-Quran :

�ه� �ل م�اء و�ل �س� ن�ى األ �ح�س� �ه�ا ف�اد�ع�وه� ال � ب وا �ح�د�ون� ال ذ�ين� و�ذ�ر� �ل ف�ي ي

�ه� م�آئ �س� و�ن� أ �ج�ز� ي � م�ا س� �وا �ان �ون� ك �ع�م�ل (180: األعراف) ي

Hanya milik Allah asmaulhusna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan

menyebut asmaaulhusna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang

menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti

mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.

(Departemen Agama Republik Indonesia, 1987:252)