Analisa - · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang...

157

Transcript of Analisa - · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang...

Page 1: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,
Page 2: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

�Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

I S S N : 1 4 1 0 - 4 3 5 0

AnalisaJurnal Pengkajian Masalah Sosial Keagamaan

Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Page 3: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,
Page 4: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

���Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Jurnal Analisa terbit enam bulan sekali. Redaksi menerima artikel dari

hasil penelitian dan pemikiran mengenai kehidupan keagamaan, pendidikan agama

dan keagamaan, serta lektur keagamaan. Panjang tulisan untuk artikel hasil penelitian

antara 15 – 20 halaman ( 30.000 – 40.000 karakter) dan artikel pemikiran antara 10

– 15 halaman (20.000 – 30.000 karakter). Diketik dengan kertas ukuran kuarto (A4), 1,5

spasi dan font huruf Times New Roman ukuran 12 pt. Artikel dilengkapi dengan abstrak

maksimal 200 kata dan kata kunci. Transliterasi bahasa Arab menggunakan pedoman

yang ditetapkan oleh Departemen Agama dan Departemen P dan K. Naskah diserahkan

dalam bentuk print out dan softcopy kepada redaksi Jurnal Analisa Balai Penelitian

dan Pengembangan Agama Semarang. Redaksi berhak menyunting naskah artikel tanpa

mengubah maksud isi artikel. Isi artikel menjadi tanggungjawab penulis sepenuhnya.

I S S N : 1 4 1 0 - 4 3 5 0

AnalisaJurnal Pengkajian Masalah Sosial Keagamaan

Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Penanggung JawabProf. Dr. H. Muslich Shabir, M.A.

RedaktuR ahli/ MitRa bestaRiProf. Dr. H. Mudjahirin Thohir, M.A.

(Universitas Diponegoro),Prof. Dr. H. Muhtarom HM.

(IAIN Walisongo), Prof. Dr. Iwan Junaedi

(Universitas Negeri Semarang)

PeMiMPin RedaksiDrs. H. Ahmad Sodli, M. Ag.

anggota RedaksiDrs. Mulyani Mudis Taruna, M. Pd.,

Drs. R. Aris Hidayat, M. Pd.

adMinistRasiJoko Tri Haryanto, S. Ag., M.S.I.,

Moh Hasim, S. Ag., M.Pd., Umi Muzayanah, S.Si.

diteRbitkan olehBalai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang

alaMat RedaksiBalai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang

Jl. Untung Suropati Kav. 70 Bambankerep, Ngaliyan Semarang. Telp. (024) 7601327.

Page 5: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,
Page 6: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

�Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Kata Pengantar — vii-viii

PeneLItIan

SamidiTarekat Naqsyabandiyyah di Pontianak (Studi Naskah Nukilan Tarekat Naqsyabandiyah) — 139-152

Umi maSrifahMakna Salat dalam Naskah Suluk Saking Kitab Markun Karangan Kiai Tumenggung Arungbinang — 153-169

mUkhtarUddinWatak Manusia dalam Naskah Geguritan Joharsa — 171-183

Joko tri haryantoStruktur dan Stratifikasi Sosial Umat Khonghucu di Kabupaten Tuban Jawa Timur — 185-200

a. m. WiboWoAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di Kota Pekalongan Jawa Tengah — 201-214

marmiati maWardiCorak Kerukunan Umat Kristen dan Umat Islam di Kelurahan Naikolan Provinsi NTT — 215-227

WahabPelaksanaan KTSP Pada MTsN Malang III Kabupaten Malang— 229-242

mUlyani mUdiS tarUna Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Pada MTs Negeri 1 Provinsi Jawa Timur — 143-255

yUStiani S.Pendidikan Agama Pada Sekolah Luar Biasa — 257-270

PeMIKIran

mUStolehUdinPengelolaan Perpustakaan Masjid di Era Globalisasi Informasi — 271-282

BIOData PenULIS — 283-285

Page 7: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,
Page 8: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

���Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Pembaca Budiman

Jurnal Analisa edisi ini menampilkan sepuluh artikel yang terfikir atas sembilan artikel hasil penelitian dan satu artikel hasil pemikiran. Sembilan artikel hasil penelitian tersebut secara berurutan merupakan penelitian pada bidang Lektur Keagamaan, bidang Kehidupan Keagamaan, serta bidang Pendidikan Agama dan Keagamaan masing-masing tiga artikel.

Artikel Lektur Keagamaan di antaranya mengungkap ajaran Tarekat Naqsyabandiyah mengenai ajaran taubat, zikir, dan makrifat dalam naskah Nukilan Tarekat Naqsyabandiyah. Artikel ini ditulis oleh Samidi. Artikel berikutnya mengungkapkan makna salat dan simbolisasi salat, seperti niat, surat al-Fatihah, ruku’ dan i’tidal sebagaimana dalam naskah Suluk Saking Kitab Markum karya Kyai Temenggung Arungbinang. Artikel ini ditulis oleh Umi Masfiah. Artikel lainnya mengungkapkan watak-watak manusia yang baik dan yang buruk, sesuai penggambaran pada pribadi yang disebutkan dalam naskah Geguritan Joharsa. Artikel ini ditulis oleh Mukhtaruddin.

Tulisan berikutnya dari bidang Kehidupan Keagamaan, di antaranya mengulas tentang struktur dan stratifikasi sosial umat Konghucu. Umat Konghucu ternyata tidak hanya terdiri atas struktur umat dan rohaniawan saja, tetapi juga ada struktur pengurus klenteng yang juga memiliki peran bear dalam umat Konghucu. Artikel tersebut ditulis oleh Joko Tri Haryanto. Artikel selanjutnya mengenai ajaran puasa dari Syekh Khusaeri di Pekalongan, yang dalam pelaksanaannya berbeda dari umat Islam pada umumnya. Puasa yang diajarkan Syekh Khusaeri dilaksanakan mengikuti bulan Masehi, yaitu bulan Juni, bukan bulan Ramadan. Artikel ini ditulis oleh A.M, Wibowo, Sedangkan tulisan lainnya mengenai corak kerukunan antara umat Kristen dan umat Islam di Kelurahan Naikolan di provinsi Nusa Tenggara Timur yang ditulis oleh Marmiati Mawardi.

Artikel bidang Pendidikan Agama dan Keagamaan mengungkapkan pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada MTsN Malang III Kabupaten Malang yang ditulis oleh Wahab. Tulisan lain juga tentang penerapan KTSP yang dilaksanakan di MTsN Malang I Jawa Timur oleh Mulyani Mudis Taruna. Tulisan artikel lainnya mengenai pendidikan agama pada Sekolah Dasar LUar Biasa (SDLB) Dharma Asih Kota Pontianak.

PENGANTAR REDAKSI

Page 9: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

���� Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Pendidikan Agama di SDLB ini cukup lancar, tetapi masih terkendala belum tersedianya buku pelajaran Agama khusu untuk anak-anak di sekolah luar biasa. Artikel ini hasil peneltian Yustiani.

Sementara artikel hasil pemikiran adalah tulisan Mustolehuddin tentang perpustakaan masjid. Tulisan ini lebih dalam menyoroti pengelolaan literatur masjid pada era globalisasi informasi. Perpustakaan masjid sebagai wadah literatur agama harus dikelola dengan baik dan profesional sesuai dengan standar pengelolaan perpustakaan nasional. Salah satu upayanya adalah dengan memanfaatkan teknologi informasi.

Demikian artikel-artikel dalam Jurnal Analisa Vol.XVI no.02 Juli-Desember 2009 ini kami haturkan bagi Pembaca yang budiman. Kritik dan saran demi perbaikan jurnal Analisa ini senantiasa kami nnntikan. Selamat membaca.

Redaksi

Page 10: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

139Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

AbstrAct :This manuscript studies using historical approach and hermeneutic

analysis. As for who becomes the object of study is the script tariqat Naqsyabandiyah (NTN), one script that provides information about teaching in Naqsyabandiyah tariqat in Pontianak. Tariqat Naqsyabandiyah, becoming known by the people of West Kalimantan, Pontianak, especially since the Dutch colonial period (ca. 1919), after the return of Ismail Jabal from Mecca. Manuscript NTN is a private collection H. Zahry Abang Abdullah Al Ambawwi, one of the Indigenous Cultural Council board Melayu (MABM) West Kalimantan. Manuscript provides clues about the teaching of the doctrine Naqsyabandiyah tariqat Repentance, Remembrance and Makrifat Concept.

Keywords: Tariqat Naqsyabandiyah, Manuscript, Dhikr, Repentance

PendAhuluAn Tarekat tidak membicarakan filsafat tasawuf, tetapi lebih cenderung pada

pengamalan atau prakarsanya dalam kehidupan sehari-hari. Pengamalan tarekat merupakan suatu kepatuhan secara ketat kepada peraturan-peraturan syariat Islam dan mengamalkannya dengan sebaik-baiknya, baik yang bersifat ritual maupun sosial. Pengamalan tersebut dilakukan dengan menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah, baik itu sebelum atau sesudah mengerjakan shalat wajib. Hal demikian dikerjakan berdasarkan sabda Nabi Muhammad saw: “syariat itu adalah perkataanku, tarekat itu perbuatanku, dan hakikat itu adalah kelakuanku”. Dengan demikian muncul suatu keyakinan di kalangan ahli tasawuf bahwa “syariat” itu hanyalah peraturan-peraturan belaka, sedangkan “tarekat” merupakan perbuatan untuk melaksanakan syariat itu. Apabila syariat dan tarekat dikerjakan sesuai dengan aturan, maka akan lahirlah “hakikat” yang tidak lain adalah perbaikan hal dan ahwal, sedangkan tujuannya adalah “Ma’rifat” yaitu mengenal Tuhan dan mencintainya dengan benar dan sebaik-baiknya. (Zahri, 1995:57).

TAREKAT NAQSYABANDIYAHDI PONTIANAK

(Studi Naskah Nukilan Tarekat Naqsyabandiyah)

Oleh SamIDI

PENELITIAN

Page 11: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

140 Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Tarekat Naqsyabandiyah di Pontianak(Study Naskah Nukilan Tarekat Naqsyabandiyah)

Tarekat merupakan salah satu ajaran pokok dalam tasawuf, karena ilmu tarekat sama sekali tak dapat dipisahkan dengan tasawuf. Tarekat adalah tingkat ajaran pokok dalam tasawuf, sedangkan ajaran tasawuf adalah ajaran yang diamalkan oleh para sufi (pengamal tasawuf) untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. (Khalili, 1990 : 10)

Pada masa kemunculannya, hanya terdapat dua macam tarekat, yaitu tarekat Nabawiyah dan tarekat Salafiyah. Namun, setelah abad ke-2 Hijriyah tarekat Salafiyah mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal ini sebagai imbas dari berkembangnya alam pikir filsafat dan berbagai macam alirannya yang mengalir memasuki negara-negara Arab. Pengaruh filasat Yunani dan praktek-praktek aliran kebatinan telah memberikan warna baru dalam dunia tasawuf salafiyah.

Perkembangan lebih lanjut adalah lahirnya berbagai macam metode atau teknik tertentu untuk mendekatkan diri kepada Sang Khaliq. Maka muncullah tarekat sufiah yang diamalkan oleh kaum sufi, yang bertujuan untuk mensucikan diri melalui empat tingkatan yaitu syariat, tarekat, hakikat dan ma’rifat. Dari tarekat sufiyah inilah bermunculan para sufi yang mengajarkan tarekat yang berbeda-beda. Gerakan tarekat menonjol dalam dunia Islam yaitu pada abad ke-12 Masehi. Kemudian disusul oleh tarekat-tarekat yang lainnya, (Sihab, 2001:172) seperti tarekat Syaziliyah, Tijaniyah, Sanusiyah, Rifa’iyah, Syuhrawardiyah, Ahmadiyah, Mulawiyah, Naqsyabandiyah, Qadiriyah, Hadadiyah dan lain sebagainya. (Fuad, 1999 : 13-21)

Demikian juga halnya dengan Indonesia, sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, memiliki banyak bentuk dan aliran tarekat di berbagai daerah. Ada yang bersifat lokal seperti tarekat Wahidiyah dan Siddiqiyah di Jawa Timur, tarekat Syahadatain di Jawa Tengah dan sebagainya. Ada yang diterima sesuai syariat (berdasarkan Al-Qur’an dan as-Sunnah), tetapi ada juga yang keluar dari rel Islam, karena prinsip-prinsip dan praktek yang diajarkan syeikhnya sebagian bertentangan dengan Islam. (Sihab, 2001 : 174) mungkin kesan tersebut yang menyebabkan para kiyai di Indonesia mendirikan organisasi Ahlul Tarekat Mu’tabaroh yang menentukan bentuk-bentuk tarekat di Indonesia.

Tarekat yang terdapat di Indonesia yang terbesar adalah tarekat Naqsyabandiyah, dengan tiga cabangnya (Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur). Tarekat Naqsyabandiyah ini kemudian terpecah-pecah setelah Syeikh Abdul Karim al-Banten yang merupakan mursyid terakhirnya wafat. Pengarahan Syeh Abdul Karim semasa hidupnya dahulu senantiasa dipatuhi oleh sesama khalifahnya, tetapi setelah beliau meninggal cabang-cabang satu dengan yang lainnya tidak lagi saling bergantung. (Bruinessen,1992 : 93)

Perkembangan Tarekat Naqsyabandiyah mengalami peningkatan yang cukup signifikan, bahkan hampir ke seluruh Indonesia. Pontianak merupakan salah satu kota persebaran Tarekat Naqsyabandiyah yang sampai saat ini masih

Page 12: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

141Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Samidi

banyak memiliki pengikut atau murid. Oleh sebab itu, penelitian ini berupaya mengungkap ajaran tarekat Naqsyabandiyah di Pontianak Kalimantan Barat. Kajian mengenai tarekat telah banyak dilakukan oleh para peneliti, namun sepengetahuan penulis tidak banyak kajian yang berdasarkan Naskah atau manuskrip. Manuskrip sebagai salah satu jenis peninggalan atau warisan para ulama (intelektual muslim) Nusantara, merupakan simbol jati diri Bangsa Indonesia.

Secara historis, kebanyakan para penulis naskah (manuskrip) pada zamannya memiliki tujuan untuk mengajarkan ilmu pengetahuan kepada orang lain atau masyarakat. Naskah atau manuskrip mempunyai otoritas dan otentisitas kesejarahan yang tinggi dalam merekam dan menceritakan suatu peristiwa pada zamannya (masa lampau). Seorang peneliti naskah harus mampu membuka segala aspek di dalam naskah tersebut, karena di dalamnya terdapat teks yang memuat berbagai informasi tentang peristiwa-peristiwa pada masanya. Teks dalam naskah memuat berbagai informasi secara jujur dan objektif, tanpa adanya tendensi apapun, kecuali untuk caatan dan sumber informasi bagi masa sesudahnya. (Nasarudin dalam Adiwidjajanto, 2008:63)

Penelitian ini adalah tentang naskah Nukilan Tarekat Naqsyabandiyah (NTN) yang penulis dapatkan dari H. Abang Zahry Abdullah Al Ambawwi, salah seorang pengurus Majelis Adat Budaya Melayu (MABM) Kalimantan Barat. Naskah tersebut memberikan petunjuk tentang ajaran Tarekat Naqsyabandiyah yang ada di Kalimantan Barat. Sebagai salah seorang pengurus MABM, beliau juga masih termasuk keluarga Kerajaan Al Kadriyah Pontianak. Naskah tersebut banyak memberikan informasi tentang ajaran, ritual, dan tata cara pengamalan Tarekat Naqsyabandiyah di Pontianak.

Di Kalimantan Barat khususnya Pontianak, Tarekat Naqsyabandiyah mulai dikenal oleh masyarakat kalimantan Barat pada masa penjajahan Belanda (sekitar tahun 1919) setelah kembalinya Ismail Jabal dari Mekah. (Rahimi, 2007:3) ajaran Tarekat Naqsyabandiyah di Pontianak memiliki ciri khas yang berbeda dengan ajaran Tarekat Naqsyabandiyah di daerah lain. Jika dikaji dari sumbernya langsung, yakni naskah atau manuskrip yang ditulis oleh para guru-guru Tarekat. Naskah Nukilan Tarekat Naqsyabandiyah, memberikan petunjuk tentang bagaimana seorang salik sebelum mengamalkan ajaran tarekat, amalan apa saja yang harus dibaca, bagaimana akhlak yang harus dimiliki, dan masih bayak lagi informasi yang terkandung di dalamnya. Oleh sebab itu, naskah Nukilan Tarekat Naqsyabandiyah ini sangat menarik untuk dikaji dari sisi ajaran yang terkandung di dalamnya, atau dari sosio-historis penulisan naskahnya.

Berdasarkan paparan permasalahan tersebut, maka penelitian ini berupaya mengungkap ajaran Tarekat Naqsyabandiyah berdasarkan naskah Nukilan Tarekat Naqsyabaniyah.

Page 13: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

142 Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Tarekat Naqsyabandiyah di Pontianak(Study Naskah Nukilan Tarekat Naqsyabandiyah)

Metode

Penelitian ini adalah penelitian literer, dengan mengungkapkan berbagai aspek dalam naskah (manuskrip). Isi atau teks yang terkandung di dalam naskah Nukilan Tarekat Naqsyabaniyah akan dikaji dengan pendekatan Hermeneutika. Dalam analisis ini, peneliti bertindak sebagai penafsir, artinya teks dalam naskah tersebut diterjemahkan, diartikan, dan ditafsirkan.

PembAhAsAn

Ajaran Tarekat Naqsyabandiyah dalam Naskah NTN 1. Ajaran Taubat

Sebagai seorang salik memiliki kesadaran dan mengakui, sekalipun hanya dalam hati, pernah melakukan dosa, melanggar aturan Allah SWT. Pelanggaran atas aturan atau syariat Allah Swt ini yang kemudian dikenal dengan dosa. Segala dosa yang telah diperbuat, baik itu secara sengaja atau tidak, dapat menjadikan malas beribadah. Dosa sekecil apapun akan tetap mengotori hati, jiwa, dan juga akal pikiran, pada ujungnya adalah menjadi penghalang melakukan ibadah. Jika hati telah kotor, jiwa menjadi malas, akal pikiran tidak lagi jernih, tidak segera dibersihkan, maka akan menjadi hijab (benteng ghaib) yang menghalangi hubungan manusia (sebagai hamba) dengan Allah SWT sebagai Khaliqnya. Hati yang ternoda, jiwa yang kotor, akal pikiran menjadi liar, sehingga hidup tidak tenang, jauh dari cinta (mahabah) dan kasih (rahim) Allah SWT.

Langkah awal yang harus ditempuh dalam melakukan perjalanan ruhaniah, menuju cinta dan kasih sayang Allah Swt, adalah dengan cara membuka pintu ampunan-Nya. Membuka pintu ampunan atau yang kita kenal dengan istilah taubat, adalah memohon ampun kepada Allah dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatan dosa yang pernah dilakukan. Namun bagi kalangan sufi, taubat tidak hanya menyesal karena telah berbuat dosa, tetapi lalai atau lupa tidak mengingat Allah (zikir) dalam waktu tertentu saja harus melakukan taubat.

Ajaran taubat itu disebutkan dalam naskah NTN pada bagian awal, bahwa ajaran atau ritual pertama yang harus dilakukan oleh seorang salik adalah taubat. Ajaran ini memiliki peran yang cukup besar dalam dunia tasawuf, khususnya bagi mereka yang masuk dalam dunia tarekat.

Taubat secara lughat (bahasa) berarti kembali, yaitu kembali ke ajaran Allah Swt yang berdasarkan al Qur’an dan al Hadits. Untuk membuka pintu ampunan Allah ini tidaklah mudah, harus memenuhi beberapa syarat sebagai berikut :

Pertama, seseorang harus menyesali akan segala dosa dan kesalahan yang pernah diperbuat. Bahkan jika perlu, dihitung satu persatu, selalu diingat segala dosa dan kesalahan tersebut. Dengan cara ini akan membuat semangat

Page 14: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

143Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Samidi

dengan sungguh-sungguh mohon ampun kepada-Nya, dengan meneteskan air mata setiap kali berdoa, mohon ampun pada-Nya.

Kedua, berikrar sepenuh hati untuk berhenti selama-lamanya dari kebiasaan jelek yang menimbulkan dosa, atau dari segala perbuatan yang menyebabkan penyesalan. Berjanji dengan kesaksian atas nama Allah Swt, untuk tidak mengulangi semua perbuatan tersebut.

Ketiga, apabila melakukan dosa yang berkaitan dengan sesama manusia (haqul adam), maka harus meminta maaf kepada orang yang bersangkutan.

Bagi para salik, taubat menjadi suatu kewajiban, sekalipun di mata orang biasa (awam) mereka tidak pernah melakukan kesalahan. Ada beberapa pendapat para sufi, tentang apa itu maksud taubat yang sebenarnya.

Dosa-dosa yang dilakukan oleh manusia itu laksana debu dan hati ibarat kaca. Kaca yang belum terkena debu tentunya bersih dan tembus pandang. Kaca yang bersih akan mampu dipakai untuk melihat cahaya di balik sana, dan apa-apa yang ada di balik sana. Namun sedikit demi sedikit ada debu yang menempel. Jika dibiarkan kaca itu semakin lama semakin buram dari pada akhirnya gelap sama sekali. Kalau sudah dalam keadaan demikian, debu tadi menempel dengan keras dan untuk membersihkannya memerlukan jerih dan usaha yang keras. Kalau kaca sudah tertempeli debu, maka tak akan mampu menembuskan sinar atau tak akan mampu dipakai melihat apa-apa yang ada di baliknya. Itulah ibarat hati yang jika terkena noda dosa dibiarkan selalu. Pada akhirnya permukaan mata hati tertutup sama sekali, kita tak bisa berhubungan dengan Tuhan. Bahkan untuk menerima ilmu saja sulit rasanya. Cara membersihkannya ialah dengan bertaubat. Sebagaimana dijelaskan dalam naskah NTN bahwa seorang salik sebelum memasuki suluk harus melakukan salat taubat dan membaca zikir taubat, yaitu doa sayidul istigfar.

Salat taubat ini dikerjakan boleh kapan saja, tanpa dibatasi oleh waktu kecuali waktu-waktu yang diharamkan salat. Salat taubat dapat dikerjakan setiap hari, minimal setiap bulan sekali, atau setahun sekali. Hal ini dijelaskan dalam teks :

”Ini sembahyang Taubat dimana suka boleh, kita mengerjakannya tiap-tiap bulan tahun” (NTN, h.3).

Salat taubat lebih afdal dikerjakan pada malam hari, dalam suasana yang hening, sehingga menambah kekhusyukan. Salat taubat dikerjakan dua rakaat, seperti salat-salat sunnah lainnya. Adapun tata cara salat taubat dijelaskan dalam teks :

• Niat salat Taubat :

“Ini Usallinya “Uṣalli sunatan taubati rak’ataini lillāhi ta’ ālā Allāhu Akbar” . Artinya : Ku sembahyang sunnah taubat dua raka’at karena Allah. (NTN, h.3)

• Rakaat Pertama setelah membaca Surat al-Fatihah kemudian membaca ayat berikut :

Page 15: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

144 Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Tarekat Naqsyabandiyah di Pontianak(Study Naskah Nukilan Tarekat Naqsyabandiyah)

“Iżā Fa’alū fākhisyatan aw ẓalamū anfusahum żakarallāha fastagfirū Lizunū(bi) Waman yagfiru aż-żunuba Illallāh. Walam yusyrik ‘alā mā fa’alū wahum ya’lamūn ulāika jazā uhum min rabbihim wajannā tun tajrī min tahti(h)al anhāru khālidī na fīhā wani’ma ajru al’āmil ī na “ ( NTN, h.3-4).

• Rakaat kedua setelah membaca surat al-Fatihah membaca ayat : “Wa Man ya’mal sū an ya(ẓ)lim nafsahu ṡumma yastagfirullāha yajidillā

ha Gafūrrahīm” (NTN, h.4).

• Setelah selesai melakukan salat sunah taubat, kemudian membaca :

1. Astagfirullāh al aẓīm 7 kali

2. Tasbih 100 kali.

3. Membaca :“Subḥānallā hil aẓīm lā ilāha (illa) Allāhu Waḥdahulā syarī kalahu lahul mulku

walahul ḥamdu yuhyi wayumītu Wahuwa ‘alā kulli syai’in qadīr” 10 kali.

• Kemudian membaca sayidul istigfar sebagai berikut :“Allahumma anta rabbī lā ilāha illa anta khalaqtanī, Wa ana ‘alā abduka wa ana ‘alā

‘ahdika, Wawa’dika masta(ṭ)a’tu, a’ūżubika min syarri mā ṣana’tu abū’u laka bini’matika ‘alayya, wa abū’u biżanbī, (fagfirlī) fainnahu lā yagfirużżunūba illa anta”.

Artinya : Ya Allah, Engkau Tuhanku, tidak ada Tuhan selain Engkau, Telah Kau ciptakan aku dan

karena itu aku hamba-Mu. Aku senantiasa berada dalam kekuasaan-Mu, aku tidak memiliki kemampuan dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukan perbuatanku, aku mengakui nikmat yang Kau berikan padaku, dan kuakui pula dosaku, maka ampunilah aku, karena

sesungguhnya tak ada yang dapat menghapuskan segala dosa kecuali Engkau.

2. Konsep Zikir Tarekat NaqsyabandiyahAmalan pokok paling mendasar bagi penganut Tarekat Naqsyabandiyah

adalah dzikrullah (mengingat Allah). Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Mir Valiuddin (1996 : 20), bagi para pengamal tarekat naqsyabandiyah meyakini bahwa waktu luang seseorang itu sangatlah berharga dan bernilai, serta tidak boleh dibiarkan berlalu sia-sia begitu saja. Waktu luang itu mestilah digunakan untuk melantunkan zikir kepada Allah SWT. Tarekat Naqsyabndiyah tidak memerlukan banyak berjaga malam dan lapar, tetapi hendaklah mengambil jalan tengah dalam segala perkara beserta hari yang selalu hadir mengingat Allah, baik menyendiri maupun ketika sedang berkumpul dengan orang banyak.

Hadits-Hadits yang menerangkan kelebihan zikir itu cukup banyak. Adapun zikir bagi kalangan pengamal (salik) Tarekat Naqsyabandiyah, khususnya Naqsyabandiyah Mazhariyah di Pontianak berdasarkan naskah NTN yaitu :

1. Zikir Lisan (lidah)

Zikir dengan lisan ialah menyebut “Allah” dengan berhuruf dan bersuara, dilakukan seribu kali dalam sehari semalam. Adapun tata cara sebelum melakukan zikir ismu zat (Allah...Allah) itu diterangkan dalam naskah NTN

Page 16: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

145Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Samidi

pada halaman 7 sebagai berikut :

a. Membaca Istigfar (astagfirullāha rabbī min kulli żanbin wa atūbu ilaihi) 5 X.

b. Membaca Salawat (Allahhumma Ṣalli ‘ala sayyidina muḥammadin wa ‘alā āli sayyidina Muḥammad) 5 X.

c. Membaca Surat Al Fatiḥah untuk guru 1 X.

d. Membaca Surat Al Ikhlas (Qul Huwallahu Aḥad) 3 X.

e. Membaca ismu zat (Allah) 1000 X.

f. Membaca doa “Ilāhī anta maqṢudī wariḍāka maṭlubī a’tinī Maḥabbataka wa ma’rifataka” di dalam hati.

Zikir lisan ini sukar untuk dilakukan secara kontinyu (terus menerus), karena banyak kesibukan yang mengganggu, dari mencari nafkah, berusaha menutupi keperluan hidup, dan berbagai urusan duniawi lainnya. Meskipun zikir lisan ini sangat sulit, tetapi bagi para salik tetap berusaha semaksimal mungkin untuk tetap mengamalkannya, karena mereka sudah terikat dengan baiat. Oleh sebab itu untuk menjaga amaliah agar tetap dawam atau istiqomah, sang mursyid menganjurkan agar salik untuk mengimbanginya dengan zikir qalbi. Dengan maksud zikir qalbi ini dapat menutupi kekurangan zikir lisan sang salik.

2. Zikir Qalbi (hati)

Zikir qalbi atau zikir dengan hati bagi para pengamal tarekat Naqsyabandiyah itu menjadi amaliah sir (rahasia) yang dipandang memiliki banyak fadilah (keistimewaan). Zikir qalbi yang dimaksud ialah mengingat atau menyebut “Allah” dalam hati, tidak berhuruf dan tidak bersuara. Zikir dalam hati itu tidak mudah diganggu oleh kesibukan-kesibukan duniawiah, sehingga relatif lebih mudah dilakukan dimana saja dan kapan saja. Keistimewaan lainnya adalah amal ibadah yang tidak terlihat oleh orang lain, sehingga terbebas dari sifat riya atau pamer.

Oleh karena itu penganut Tarekat Naqsyabandiah memilih zikir qalbi, karena peranan hati dalam kehidupan sangat menentukan. Hati adalah tempat iman, sumber pancaran cahaya dan penuh dengan rahasia. Jika hati baik, niscaya anggota tubuh yang lain akan menjadi baik, dan apabila ia kotor atau tidak baik, melekat didalamnya sifat-sifat tercela (mazmumah), maka seluruh anggota menjadi kotor dan tidak baik.

Titik berat amalan penganut tarekat itu adalah zikrullah secara berkesinambungan, pada waktu pagi, sore, siang, malam, duduk, berdiri, di waktu sibuk dan di waktu senggang.

Zikir hati ialah tafakkur mengingat Allah, merenungi rahasia ciptaan-Nya secara mendalam dan merenungi tentang zat dan sifat Allah Yang Maha Mulia. Adapun tafakur dalam tarekat Naqsyabandiyah itu ada 3 (tiga) macam,

Page 17: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

146 Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Tarekat Naqsyabandiyah di Pontianak(Study Naskah Nukilan Tarekat Naqsyabandiyah)

yaitu :

1. Tafakur Murat, yaitu dengan memperhatikan atau merenungkan segala seuatu ciptaan Allah swt yang ada alam semesta ini yang dapat menghantarkan seorang salik kepada kecintaan Allah swt.

2. Tafakur ‘Aini, artinya senantiasa mengingat Allah swt dalam segala hal dan ahwal.

3. Tafakur Nafas, yaitu menjaga keluar masuknya nafas untuk senantias mengingat Allah swt. Tafkur ini caranya yaitu, keluarnya nafas ‘Huw’ dan masuknya nafas ‘Allah’ (Nukilan Tarekat Naqsyabandiyah, hal. 8-9).

Demikian ajaran zikir Tarekat Naqsyabandiyah di dalam naskah NTN, hanya mengulas tentang sedikit metode zikir yang harus diamalkan oleh pengikutnya. Masih banyak ajaran zikir yang belum dimuat, mungkin ini sesuai dengan judul naskah “Nukilan Tarekat Naqsyabandiyah”. Sebatas nukilan-nukilan yang tidak memberikan penjelasan atau keterangan secara lengkap tentang metode, adab, kaifiat, atau tingkatan zikir dalam tarekat Naqsyabandiyah.

3. Konsep Makrifat Tarekat Naqsyabandiyah.

Maqamat atau tingkatan ruhaniah bagi para salik Tarekat Naqsyabandiyah dalam berjalan menuju Allah swt itu dibagi menjadi 4 (empat), yaitu : Syariat, Tarekat, Hakikat, dan Makrifat. Konsep mendekatkan diri pada Tuhan melalui 4 tingkatan atau maqamat tersebut dapat dilihat dalam naskah NTN pada halaman 8-9, sebagai berikut :

(Ini pasal Syariat dan Tarekat dan Makrifat)Mengetahui pekerjaan satu-satu yang empat serta mengetahui yang dinamakan yang empat itu : Adapun artinya Syariat itu perbuatan, Adapun artinya Tarekat itu jalan perbuatan, Adapun Haqiqat itu menetapkan perbuatan akan sesuatunya,Adapun Makrifat itu tetap tiada lagi bergerak.Adapun Ma’rifat sebenar-benarnya menetapkan barang yang diputuskan oleh haqiqat,Adapun haqiqat memutuskan sesuatu,Adapun Tarekat menjalankan yang diputuskan oleh Haqiqat,Adapun Syariat tempat zahir perbuatan yang tiga itu,Adapun yang tersebut diatas ini terhimpun semuanya kepada Makrifat,Jadi itu semua itu Makrifat.” (h.8)

Ini Suatu FasalApa nama jalan yang empat pada tubuh kita manusia, Pertama “Syari’at dan kedua Tarekat dan ketiga Haqiqat dan keempat Ma’rifat itulah itulah jalan yang empat.Pada tubuh kita manusia maka ma’rifat itu dimana istananya, dan Tarekat

Page 18: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

147Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Samidi

itu dimana istananya, dan Haqiqat itu dimana istananya, dan Syari’at itu dimana istananya. Maka jawabnya : maka Syari’at itu pada lidah istananya, dan Tarekat pada hati istananya, dan Haqiqat itu pada jantung istananya, dan makrifat itu pada ruh istananya” (h.9).

Berdasarkan teks tersebut, ”adapun artinya syariat itu perbuatan” dapat diartikan bahwa syariat itu merupakan tahap awal salik dalam menyembah Tuhan dengan mengutamakan gerak laku badaniah, atau amal perbuatan yang bersifat lahiriah. Dalam tahap atau maqamat ini, seorang salik diharuskan untuk suci secara lahiriah, yaitu dengan cara berwudlu (mengggunakan air) ketika hendak melaksanakan salat pada umumnya.

Pada maqam syariat, seorang salik wajib menegerjakan salat lima waktu, yang diikuti dengan zikir lisan setelahnya, dengan berpedoman pada aturan yang telah ditetapkan. Pada tahap ini, seseorang diharuskan melaksanakan salat dan berbagai macam kewajiban agama lainnya, secara terus menerus, tepat dan tekun. Zikir lisan merupakan laku pertama yang harus dikerjakan oleh seorang salik, karena pada maqam ini mengutamakan pada aspek zahiriyah, dan pusat amaliah zikir secara syariat ini adalah pada “lisan”. Dengan demikian, maqam syariat ini dapat disebut sebagai “Sembah Lisan” bagi salik Tarekat Naqsyabandiyah yang sedang menuju Allah swt. Sebagaimana diungkapkan dalam teks sebagai berikut:

“Dan Syariat itu dimana istananya. Maka jawabnya maka Syari’at itu pada lidah istananya”(h.9).

Maqam syariat merupakan rangkaian jalan hidup seorang salik, meskipun menekankan gerak laku jasmani tetapi juga tetap harus berpedoman pada aspek-aspek batiniah (tarekat, hakikat dan makrifat). Laku spiritual salik harus tetap berpedoman pada al-Quran dan as-Sunnah, karena dengan landasan tersebut, maka akan terkumpul semua aspek, dengan kata lain syariat adalah cermin sempurnanya laku spiritual. Dengan demikian pada maqam syariat ini sebenarnya terdapat semua aspek atau maqam tersebut, sebagaimana diungkapkan dalam teks :

“Adapun Syariat tempat dzahir perbuatan yang tiga itu” (h.8).

Maqam Tarekat dalam ajaran Tarekat Naqsyabandiyah adalah maqam dimana seorang salik dalam beribadah, mendekatkan diri kepada Tuhan lebih mengutamakan hati atau batin, sebagaimana dalam teks, “Adapun artinya Tarekat itu jalan perbuatan”. Tarekat yang dalam bahasa Arab berarti jalan, dalam teks diartikan dengan “jalan perbuatan”. Dengan demikian tarekat lebih merupakan aspek esoteric (batin) dari syariat itu sendiri. Sebagaimana diungkapkan dalam teks, bahwa tarekat itu merupakan laku atau apa-apa yang telah diputuskan oleh hakikat :

“Adapun Tarekat menjalankan yang diputuskan oleh Haqiqat” (h.8).

Page 19: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

148 Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Tarekat Naqsyabandiyah di Pontianak(Study Naskah Nukilan Tarekat Naqsyabandiyah)

Tarekat sebagai laku batin, didasarkan pada aspek zikir yang diajarkan dalam Tarekat Naqsyabandiyah, yaitu zikir lisan dan zikir qalbi. Para salik lebih banyak mengambil zikir qalbi daripada zikir lisan, yang tidak terikat oleh waktu dan keadaan. Dengan zikir qalbi ini, dapat memberikan dampak pada kebersihan batin atau hati dari sifat-sifat tercela. Zikir Qalbi ini yang akan memberikan atsar atau efek yang lebih besar bagi para salik pada kesadaran untuk mengendalikan hawa nafsu dari keinginan-keinginan duniawiyah. Qalbi atau hati merupakan pusat dari zikir tarekat, sebagaimana diungkapkan dalam teks : “dan Tarekat pada hati istananya” (h.9).

Dengan demikian, maqam tarekat bagi para pengamal Tarekat Naqsyabandiyah yang mengutamakan qalbi (hati) dalam beribadah mendekatkan diri kepada Allah swt, dapat disebut dengan maqam “Sembah Hati”.

Maqam Hakikat, dalam istilah naskah NTN ini disebut dengan “Sembah Jantung”, karena pusat ibadah atau zikir maqam ini adalah pada jantung. Sebagaimana disebutkan dalam teks : “dan Haqiqat itu pada jantung istananya “ (h.9). Pada maqam (tingkatan) ini seorang salik sudah pada saatnya menetapkan perbuatan akan sesuatunya. “Adapun Haqiqat itu menetapkan perbuatan akan sesuatunya”, artinya adalah bahwa seorang salik jika telah sampai pada maqam hakikat ini berarti dia mengetahui rahasia di balik suatu perbuatan atau kejadian. Maqam hakikat ini adalah laku spiritual sang salik dalam mendekatkan diri kepada Allah swt dengan mengutamakan detak jantung. Di dalam jantung terdapat ruh, yang sifatnya sangat halus dan lebih dalam dari kalbu. Dalam setiap detak jantung seorang salik harus selalu ingat kepada Allah, jangan sampai gaflah (lupa), dan lebih meresapi semua aspek ibadah, secara menyeluruh tanpa henti setiap harinya.

Dengan demikian seorang salik tidak ragu lagi dalam mengambil keputusan, tidak memiliki rasa takut dan khawatir dalam mengatasi perubahan hidup dan kehidupan. Sebagaimana diungkapkan dalam teks : “Adapun haqiqat memutuskan sesuatu”, artinya memutuskan segala sesuatu selain Allah swt.

Berbeda dengan maqam syariat dan tarekat, karena pada tahap hakikat (Sembah Jantung) ini merupakan akhir perjalanan (suluk) menuju Allah swt. Pada tahap syariat mengutamakan laku perbuatan zahir, pada tahap tarekat mengutamakan kesucian kalbu dari kejahatan hawa nafsu, dan menggantinya dengan akhlak al-karimah. Maka pada tahap hakikat ini lebih mengutamakan pada pengisian seluruh aspek jiwa, “memutuskan segala sesuatu” dari selain Allah swt. Pada maqam ini seorang salik hati dan jiwanya senantiasa penuh dengan kesadaran, zikir kepada Allah Swt, dan mengosongkan dari apa saja selain Dia. Setiap detak jantungnya adalah zikrullah, ingat kepada Allah, tidak pernah kosong dari Dia.

Pada maqam Makrifat ini, seseorang sudah benar-benar tenggelam dalam alam ruh. Menggunakan segala daya hidup yang dimiliki oleh “ruh”

Page 20: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

149Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Samidi

untuk menghayati segala intisari kehidupan makhluk di alam semesta, dalam mendekatkan diri pada Allah swt. Pusat atau istana ibadah ahl al-Makrifat ini pada “ruh”, sehingga dapat dikatakan bahwa maqam makrifat ini adalah maqam “Sembah Ruh”. Sebagaimana disebutkan dalam naskah : “dan makrifat itu pada ruh istananya” (h.9). Ruh adalah media yang mampu menangkap segala gambaran Tuhan, karena ruh itulah yang merupakan percikan dari zat Tuhan itu sendiri yang diberikan kepada manusia.

Ketika seorang salik sudah menguasai “Sembah Ruh”, mencapai maqam Makrifat, maka tidak lagi membutuhkan bimbingan guru. Sang salik harus menggunakan kekuatan batinnya sendiri, karena sudah tidak ada lagi tabir penutup antara dirinya dengan Tuhan. Sehingga seluruh kesadaran salik berada dalam “genggaman kekuasaan” Allah SWT, tiada gerak dan diam bagi salik melainkan Allah yang menggerakkan, sebagaimana disebutkan dalam teks: “Adapun Makrifat itu tetap tiada lagi bergerak” (h.8).

Jika pada tahap syariat seorang salik melakukan Sembah Lisan, pada maqam tarekat seorang salik mendekatkan diri pada Tuhan dengan qalbunya, pada tahap hakikat berarti seorang salik mendekatkan diri pada Tuhan dengan menggunakan jantungnya, maka pada tahap makrifat ini berarti seorang salik telah mampu menggunakan “ruh” itu sendiri untuk menatap “Wajah Tuhan”. Jadi, makrifat yang dimaksud disini adalah keadaan setelah sang salik mampu memutuskan segala sesuatu selain Allah SWT (alam dan seisinya), kemudian memutuskan untuk bersama Allah SWT itu sendiri. Sebagaimana diungkapkan dalam teks: “Adapun Makrifat sebenar-benarnya menetapkan barang yang diputuskan oleh haqiqat” (h.8).

Konsep makrifat merupakan tahap terbukanya hijab antara manusia dengan Tuhan. Bagi orang yang telah mencapai kematangan ruhani pada maqam makrifat ini, tidak lagi memiliki rasa was-was atau takut, karena sudah manunggal (bersatu) antara kehendak dirinya dengan kehendak Tuhan. Kematangan rohani tersebut tidak hanya nampak dalam aspek perilaku jasmani dan jiwanya saja, tetapi juga dalam mengenal Tuhan dengan lubuk hati sanubarinya (rasa).

Melalui zikir dan tafakur bagi para pengamal Tarekat Naqsyabandiyah, maka seorang salik akan terbuka hijabnya dan mencapai derajat makrifat. Makrifat merupakan keadaan dimana sang salik sudah benar-benar seluruh “kesadaran tubuhnya” dikendalikan oleh Ruh. Ruh yang merupakan pancaran Ilahi, tiada lagi gerak dan diamnya hamba melainkan diam dan geraknya Allah swt itu sendiri. Inilah kondisi ruhaniah seseorang yang telah mampu menguasai “Sembah Ruh”, merasakan kehadiran Ilahi dalam setiap ucapan (lisan), apa yang dibatin (qalbi), dan setiap hembusan nafasnya (detak jantung), hanyalah Allah semata. Keempat perangkat sembah tersebut (lisan, qalbi, jantung, dan ruh) benar-benar telah berfungsi sesuai dengan fungsinya, yaitu untuk memutuskan apa-apa selain Dia, dan menyemayamkan Dia di dalamnya.

Page 21: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

150 Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Tarekat Naqsyabandiyah di Pontianak(Study Naskah Nukilan Tarekat Naqsyabandiyah)

PenutuP

Naskah Nukilan Tarekat Naqsyabandiyah yang penulis singkat dengan NTN adalah naskah dan teks tunggal yang tidak ada pembanding dan tidak ada teks yang dapat dibandingkan. Naskah tersebut merupakan salah satu koleksi pribadi dari Drs. Haji Abang Zahry Abdullah Al-Ambawwi, yang tinggal di Jalan Surya No.12 RT 05 / VII Kelurahan Akcaya, Pontianak Kalimantan Barat. Beliau merupakan salah satu pengurus Masyarakat Adat dan Budaya Melayu (MABM) yang berada di Jl. Sutan Syahrir, Kota Baru Pontianak.

Naskah NTN tergolong muda, karena ditulis pada awal abad ke-20. pada halaman sampul terdapat tulisan dari pemilik naskah, yang memberi nama naskah tersebut “Nukilan Tarekat Naqsyabandiyah”, sedangkan judul di dalam teksnya adalah Tarekat Naqsyabandiyah. Dengan demikian, judul dalam sampul atau naskah sesuai dengan teks, antara judul dalam dan luar teks sama. Naskah tersebut ditulis oleh Kyai Bijaksana dari Negeri Piasak, dengan bahasa Melayu dan ditulis dengan aksara Jawi. Adapun ukuran teksnya tidak beraturan, tidak memiliki kesamaan jumlah baris pada tiap halaman dalam bentuk prosa

Ajaran Tarekat Naqsyabandiyah di dalam naskah NTN, hanya mengulas tentang sedikit metode zikir yang harus diamalkan oleh pengikutnya. Masih banyak ajaran zikir yang belum dimuat, mungkin ini sesuai dengan judul naskah “Nukilan Tarekat Naqsyabandiyah”. Sebatas nukilan-nukilan yang tidak memberikan penjelasan atau keterangan secara lengkap tentang metode, adab, kaifiat, atau tingkatan zikir dalam Tarekat Naqsyabandiyah.

Sekalipun berupa nukilan, naskah NTN cukup memberikan pengetahuan tentang ajaran-ajaran Tarekat Naqsyabandiyah tentang pengetahuan dan jalan bagi para salik atau murid untuk mencapai wushul atau ma’rifat. Oleh sebab itu, secara ringkas naskah NTN memberikan pengetahuan tentang ajaran taubat, zikir, konsep makrifat, dan cara mencapai tingkat keyakinan tersebut.

Page 22: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

151Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Samidi

Adiwidjajanto, Koes (ed). 2008. Filologi Teks dan Manuskrip. Surabaya : IAIN Sunan Ampel

Al-Taftazami, Abu al-Wafa’ al-Ghanimi. 1985. Madkhal ila al-Tashawwuf al-Islam. terj. Ahmad Rofi’ Utsmani, Bandung: Pustaka

Amin, Syekh Najmudin, tt. Tanwirul Qulub. Beirut: Darul Fikri

Atjeh, Abu Bakar. 1996. Pengantar Ilmu Tasawuf. Surabaya: Bina Ilmu

Atjeh, Abu Bakar. 1988. Pengantar Ilmu Tarekat. Solo: Ramadani

Baried, Siti Baroroh. 1985. Pengantar Teori Filologi. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa

Bruinessen, Martin Van. 1995. Kitab Kuning. Bandung: Mizan

.................. 1992. Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia : Survey Historis, Geografis, dan Sosiologis. Bandung : Mizan

Burhanuddin, Mamat S. 2006. Hermeneutika Al Qur’an Ala Pesantren (Analisis Terhadap Tafsir Marah Labid Karya KH. Nawawi Banten). Yogyakarta: UII Press

Depag RI, Tim Penerjemah al-Qur’an. 1975. Al Qur’an Dan Terjemahnya. Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penerjemah/ Penafsir Al Qur’an, Depag

Ensiklopedi Indonesia. 1984. Jakarta : Ichtiar Baru-Van Hoeve

Gadamer, Hans, 1977, Philosophical Hermeneutics, diterjemahkan oleh David E. Linge, London-Englan: University of California Press

H. A. R Gibb, 1911, Mohammedanism, London

Idaroh Aliyah. t.t. Thariqah Mu’tabaroh Nahdliyah. Semarang. Toha Putera

Khaeri, Syekh Fadhlullah. The Elements of Sufism, terj. Muhammad Hasyim Assegaf. Jakarta: Lentera Baristama

Khalili, Al Bamar & Hanafi, R. 1990. Ajaran Tarekat. Surabaya: Bintang Remaja

Makluf, Louis. 1973. al-Munjid. Beirut: Darul Masyriq

Naqsyabandi, Syekh Muhamad bin Abdullah. 1977. Al Bahjatus Sunniah. Turki : Fatih Istambul

Nasution, Harun,dkk. 1992. Ensiklopedi Islam Lengkap Indonesia. Jakarta : Djambatan

DAFTAR PUSTAKA

Page 23: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

152 Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Tarekat Naqsyabandiyah di Pontianak(Study Naskah Nukilan Tarekat Naqsyabandiyah)

Rahimi, Muhamad. 2007. Asbal dalam Tarekat Naqsyabandiyah, dalam Khatulistiwa Journal of Islamic Studies. Pontianak : STAIN Pontianak Press

Said, Fuad. 2003. Hakikat Tarikat Naqsyabandiyah. Jakarta : Pustaka al-Husna Baru

Saputra, Karsono H. 2008. Pengantar Filologi Jawa. Jakarta: Wedatama Widya Sastra

Sihab, Alwi. 2001. Islam Sufistik : Islam Pertama dan Pengaruhnya Hingga Kini di Indonesia. Bandung : Mizan

Simuh. 1996. Tasawuf dan Perkembangannya dalam Islam. Jakarta: Raja Grafindo

Sumaryono, 1999, Hermeneutik Sebuah Metode Filsafat, Yogyakarta : Kanisius

Trimingham, J. Spencer. 1999. The Sufi Orders in Islam, terj. Lukman Hakim. Bandung: Pustaka

Valiuddin, Mir. 1996. Zikir dan Kontemplasi dalam Tasawuf. Bandung : Pustaka Hidayah

Zahri, Mustafa. 1995. Kunci Memahami Ilmu Tasawuf. Surabaya: Bina Ilmu

Page 24: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

153Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

AbstrAct :Conduct to Markun book a Kyai Tumenggung Arungbinang essay

explaining the problem of prayers. Prayer is an act that begins with takbiratul ikhram, ushalli intend to read, read the letter al-Fatikhah, bow, i’tidal, prostrate and tahiyat and ends with a greeting. Conduct of Book Markun gives specific meaning to the “members” in the prayer. Takbiratul Ikhram (standing) meant as a reminder that everything comes from nothing into existence. When lafad Allahu Akbar read is to strengthen your heart (those who perform their prayers) to Allah who has created the Great from nothing into existence.

Intention is the lust of the prayers, because if the intention was not due to glorify God Almighty could make you disbelievers. The Spell of ushalli is not the intention, because the main intention is an intention where there is no difference between the position and Kawulo Gusti. If God has loved a servant, then all requests will be granted.

Surat al-Fatihah is a spirit of prayer, because the letter al-Fatihah is heart of Al-Quran and Al-Fatihah heart is in his heart of Bismillah and the heart of Bismillah is the letter Alif. Bow down to the bone prayer. Bow is not just bow, but humbles them before God Almighty that the actual bow. I’tidal a body prayer, while prayer tahiyyat be hand foot and will be praying. Tahiyyat real meaning is not worship besides Him, have no desire other than to Him.

Keywords: Prayer, Book of Conduct of Markun, Kyai Tumenggung Arungbinang.

PendAhuluAn

Runtuhnya kerajaan Majapahit sekitar tahun 1478 M, menjadikan pusat kekuasaan pemerintahan pindah ke pesisir utara yaitu ke Demak Bintara dengan pemerintahan bercorak Islam. Pengaruh Islam semakin bertambah dengan masuknya Brawijaya V, raja terakhir Majapahit yang menjadikan rakyat berbondong-bondong memeluk agama Islam. Dalam istilah orang Jawa dikenal prinsip agama ageming aji dalam arti agama rakyat mengikuti agama rajanya, apalagi setelah disusul berdirinya kerajaan Demak sebagai kerajaan yang menggunakan kitab suci al-Qur‘an sebagai

mAKnA sAlAt dAlAm nAsKAh SULUK SAKING KITAB MARKUN KArAnGAn

KIAI tumenGGunG ArunGbInAnG

Oleh UmI maSfIah

PENELITIAN

Page 25: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

154 Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Makna Salat dalam Suluk Saking Kitab Markun Karangankyai Tumenggung Arungbinang

undang-undang.(Hariwijaya, 2004: vii)

Bidang karya sastra juga mengalami perubahan. Pada jaman Hindu-Budha sastra Jawa kebanjiran kata-kata bahasa Sansekerta, cerita-cerita Hindu dan pustaka-pustaka agama Hindu dan Budha, pada jaman Islam Demak Bintara bahasa Jawa menjadi bertambah kaya lagi dengan masuknya istilah-istilah bahasa Arab dan cerita-cerita yang pernah terjadi di tanah suci Ngarbi dan panutan-panutan agama Rasul.(Djojosantoso, 1989: 13)

Karya sastra-karya sastra yang kebanyakan ditulis oleh para pemuka agama ini pada awalnya masih berbau Hindu-Budha dan berbentuk çloka, disamping yang menggunakan bentuk prosa atau gancaran.(Djojosantoso, 1989: 13) Kemudian dengan masuknya unsur-unsur pengetahuan agama Islam pada karya sastra, maka muncullah suluk. Kata suluk dimungkinkan berasal dari pergeseran kata çloka (Djojosantoso, 1989: 14) dan bentuk karangan suluk juga dimungkinkan merupakan pengembangan dari bentuk çloka karena pada masa tersebut belum terdapat bentuk karya sastra baru.(Djojosantoso, 1989: 13)

Proses Islamisasi yang terjadi pada masyarakat Jawa waktu itu ternyata tidak mudah karena masyarakat Jawa telah mengenal dan menganut ajaran agama Hindu terlebih dahulu. Faktor ini menjadi salah satu penyebab corak ke-Islaman masyarakat Jawa bernuansa sinkretik sebagaimana dikemukakan oleh M. Hariwijaya bahwa Islam Jawa yang dianut sebagian masyarakat adalah Islam sinkretik, penuh khurafat dan sebagainya. (Musahadi, dkk., 2004: xi)

Pandangan sinkretis dan mistis berperan memberi sumbangan yang besar bagi pertumbuhan kepustakaan Jawa khususnya kepustakaan Islam yang berpusat di keraton Surakarta dan keraton Yogyakarta. (Suhandjati, 2004: 6) Karya sastra-karya sastra yang dihasilkan para pujangga-pujangganya memiliki corak beragam, salah satunya berupa serat suluk. Sebagaimana digambarkan dalam bagan sebagai berikut:(Sudardi, 2003: 78)

Lelampahan : kisah-kisah petualangan

Carios Babad : sejarah

Serat Suluk : ajaran mistik Islam

Piwulang Etika : ajaran / tata krama

Mistik : ajaran mistik & lakunya

Naskah serat suluk yang berisi ajaran-ajaran mistik Islam memiliki ciri khas bercorak tasawuf. Sebagaimana diketahui, daya resepsi keraton

Page 26: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

155Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Umi masf iah

untuk masalah persentuhan budaya, terutama budaya spiritual keagamaan masih terbatas pada format tasawuf.(YKII, 2006: 5) Pada masa tersebut, kebanyakan karya sastra yang ditulis berupa kitab-kitab jenis Suluk, misalnya Suluk Burung, Suluk Bonang, dsb.

Naskah serat suluk termasuk dalam kepustakaan Islam Kejawen. Kepustakaan Islam Kejawen adalah salah satu kepustakaan Jawa yang memuat perpaduan antara tradisi Jawa dengan unsur ajaran Islam, baik yang berkaitan dengan syari’at, tasawuf dan budi luhur.(Simuh, 1998: 2) Ciri khusus kepustakaan Islam Kejawen antara lain ditulis dengan menggunakan bahasa Jawa dan bentuk tulisan yang digunakan bervariasi, sebagian menggunakan tulisan huruf latin, huruf Arab pegon dan tulisan huruf Jawa. (Simuh, 1998: 2)

Kepustakaan Islam Kejawen mencakup di dalamnya naskah-naskah yang disusun pada masa kerajaan Kartasura. Kerajaan Kartasura setelah dipecah menjadi tiga, yaitu Surakarta, Yogyakarta dan Mangkunegaran semua kekuasaan dirampas oleh Belanda sehingga konsentrasi istana terfokus pada bidang kesusastraan dan seni.

Pada masa ini, perkembangan kesusastraan dan seni sangat pesat. Begitu pesatnya perkembangan kesusatraan dan seni hingga G.W.J. Drewes menilai sebagai masa renaissance of modern javanesse letters, yaitu masa kebangkitan kepustakaan baru yang berlangsung selama 125 tahun sekitar tahun 1757 hingga tahun 1873 (dengan wafatnya pujangga Ranggawarsita), atau bahkan sampai tahun 1881 (dengan wafatnya pujangga Ranggawarsita dan raja Mangkunagara IV). (Simuh, 1998: 25)

Naskah serat suluk Saking Kitab Markun sebagai bagian dari naskah yang disusun pada masa renaissance of modern javanesse letters tentunya memiliki nilai penting berkaitan dengan perkembangan pemikiran Islam Kejawen dan sinkretisasi yang muncul di dalam naskah-naskah Islam Kejawen. Selain itu, belum banyak ditemukan penelitian terhadap naskah suluk di masyarakat serta yang lebih penting lagi isi yang terkandung di dalam naskah serat suluk Saking Kitab Markun menarik untuk dikaji lebih lanjut.

Berdasarkan alasan-alasan tersebut diatas, penelitian kepustakaan Islam Kejawen memfokuskan pada kajian isi naskah Serat Suluk Saking Kitab Markun karangan kiai Tumenggung Arungbinang.

KerAnGKA KonsePtuAl

Kerangka konseptual kajian naskah serat suluk Saking Kitab Markun akan menguraikan pengertian naskah dan pengertian semiotika poststruktural yang dikemukakan oleh Roland Barthes. Kerangka konseptual ini diuraikan untuk memberikan pemahaman lebih mendalam mengenai naskah dan metode analisis semiotika poststruktural.

Page 27: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

156 Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Makna Salat dalam Suluk Saking Kitab Markun Karangankyai Tumenggung Arungbinang

1. Naskah

Naskah (manuscript/hanscrift) menurut Siti Baroroh Baried pada hakekatnya adalah semua bahan tulisan tangan yang berisi tentang ungkapan pikiran dan perasaan penulis sebaga hasil budaya bangsa di masa lampau. Jadi, naskah merupakan benda konkret yang dapat dilihat atau dipegang. Di dalam naskah tersimpan berbagai ungkapan pikiran dan perasaan seseorang, sebagai hasil budaya di masa lampau. (baried, 1985: 55)

Naskah suluk Saking Kitab Markun berupa naskah berbahasa Jawa yang ditulis dengan huruf Jawa dan berisi tentang perpaduan antara tradisi Jawa dengan unsur-unsur ajaran Islam. Sehingga suluk Saking Kitab Markun termasuk naskah Islam Kejawen. Naskah Islam Kejawen lainnya di antaranya primbon, wirid, dan suluk.

Kandungan isi naskah secara umum disebut teks, yakni sesuatu yang abstrak dan hanya dapat dibayangkan saja. Teks terdiri atas isi dan bentuk. Isi berupa ide-ide atau amanat yang hendak disampaikan pengarang kepada pembaca, sedangkan bentuk adalah cerita / paparan dalam teks yang dapat dibaca dan dipelajari melalui berbagai pendekatan mengenai alur, perwatakan, gaya bahasa, dan lainnya. Naskah suluk Saking Kitab Markun berbentuk prosa dan tembang.

2. Semiotika poststruktural

Semiotika poststruktural meliputi konsep tentang tanda, kode, dan lambang. Tanda adalah bagian dari ilmu semiotika yang menandai sesuatu hal atau keadaan untuk menerangkan atau memberitahukan objek kepada subjek. Tanda selalu menunjukkan pada sesuatu hal yang nyata, misalnya tulisan, bahasa, benda, kejadian, tindakan, dan lainnya. Tanda adalah arti yang statis, umum, lugas, dan objektif. Kode adalah tanda yang digunakan oleh pembaca untuk memperoleh modus transaksi amanat dari suatu karya sastra. Kode bisa berbentuk lambang atau lainnya. Lambang adalah bagian dari tanda yang berupa sesuatu hal atau keadaan, yang dapat menuntun pembaca sebagai subjek kepada makna karya sastra sebagai objek. Lambang dapat dikatakan sebagai tanda yang bermakna dinamis, khusus, dan subjektif.

Di dalam filologi dikemukakan bahwa naskah memiliki unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur yang berkenaan dengan karakteristik naskah, termasuk isi naskah. Penelaahan unsur intrinsik dapat dilakukan dengan pendekatan intrinsik. Unsur ekstrinsik adalah unsur yang berkenaan dengan faktor-faktor lain di luar karakteristik naskah, misalnya latar belakang sosial pengarang, keadaan lingkungan pengarang, dan sebagainya. Penelaahan unsur ekstrinsik dapat dilakukan dengan pendekatan ekstrinsik. Pendekatan intrinsik dan ekstrinsik ini merupakan pendekatan dalam studi filologi. Penelitian ini hanya akan mengkaji unsur-unsur intrinsik dari naskah suluk Saking Markun bernuansa keagamaan Islam. Berdasarkan pendekatan intrinsik, unsur-unsur yang akan ditelaah meliputi unsur kodeks dan teks yang ada dalam naskah itu.

Page 28: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

157Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Umi masf iah

Pada penelitian ini, isi dan makna yang terkandung di dalam teks naskah suluk Saking Kitab Markun bernuansa keagamaan Islam akan ditelaah dengan teori semiotika post structural dari Roland Barthes. Teori ini menyatakan bahwa isi dan makna suatu teks pada dasarnya merupakan pesan atau amanat dari penulis/pengarangnya. Pesan atau amanat itu berupa tanda (sign/ semion) yang dapat ditangkap oleh pembaca. Tanda yang berupa pesan atau amanat itu merupakan kode, yang di dalamnya terkandung lambang-lambang. Untuk memperoleh modus transaksi amanat dari suatu teks, dia menawarkan lima kode yang dapat digunakan oleh pembaca untuk mengenali tanda dalam naskah suluk Saking Kitab Markun. Lima kode itu adalah kode teka-teki (the hermeneutic code), kode konotatif (the code of semes or signifier), kode simbolis (the symbolic code), kode aksian (the proairetic code), dan kode budaya (the cultural code or reperence code).(Santoso, 1993: 31)

Kode teka-teki (the hermeunetic code) adalah pertanyaan dalam batin pembaca yang dapat membangkitkan hasrat dan kemauan untuk menemukan jawaban dari sebuah pertanyaan inti yang dikandung dalam karya satra. Kode ini dipakai bilamana pembaca berhadapan dengan sesuatu yang tidak segera dapat dipahami dan untuk memahaminya perlu adanya usaha interpretasi, misalnya puisi. Kode konotatif (the code of semes and signifiers) atau kode semantis adalah kode tentang dunia yang ditransformasikan ke dalam deretan tanda tulis yang bersifat lihatan. Pada kode ini, fakta dalam kehidupan sehari-hari telah mengalami modifikasi (rekayasa), artifisial (penyimpangan dengan aslinya), dan interpretatif (penafsiran) sesuai dengan konteks action (tindakan) yang diinginkan pengarangnya. Makna tambahan atau arti sertaan yang mengikuti arti leksikalnya menyebabkan terjadinya poly interpretable (banyak tafsir).

Kode simbolis (the symbolic code) adalah kode tentang perlambang, yakni personifikasi manusia dalam menghayati arti hidup dan kehidupannya. Perlambang dapat dikenali melalui kelompok-kelompok konvensi atau berbagai bentuk yang teratur, mengulangi bermacam-macam mode atau bermacam-macam maksud dalam sebuah teks susastra yang pada akhirnya menghasilkan sebuah pengertian tentang makna kode tersebut. Kode aksian (the proairetic code) adalah kode tentang perbuatan, yakni bahwa pada prinsipnya di dalam suatu tuangan bahasa secara tertulis itu, perbuatan-perbuatan itu harus disusun secara linier. Hal itu bukan berarti bahwa perbuatan-perbuatan dalam suatu peristiwa harus disusun secara berurutan secara kronologis.

Kode budaya atau kode acuan (the cultural code atau the reference code) adalah kode tentang budaya masyarakat yang melingkupinya. Kode ini menyatakan bahwa latar sosial budaya yang terdapat dalam sebuah cerita rekaan memungkinkan adanya suatu kesinambungan dari budaya sebelumnya. Selain itu, dapat juga sebagai penyimpangan dari budaya sebelumnya, entah sebagian atau seluruhnya terhadap budaya yang telah mapan.

Page 29: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

158 Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Makna Salat dalam Suluk Saking Kitab Markun Karangankyai Tumenggung Arungbinang

metode PenelItIAn

1. Sasaran Penelitian

Sasaran penelitian ini adalah naskah Serat Suluk Saking Kitab Markun yang merupakan bagian dari Serat Suluk Zaman Keraton Dalem Ing Surakarta urutan nomor 20 dari keseluruhan isi naskah yang berjumlah 27 naskah. Naskah tersebut tersimpan di museum Sasono Pustaka keraton Surakarta.

2. Data penelitian

Data penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primernya berupa naskah lengkap, yang terdiri atas kodeks dan teks. Sedang data sekundernya adalah naskah lain yang diduga ada hubungannya dengan data primer. Di samping itu data sekunder lainnya adalah data berupa informasi atau keterangan yang diperoleh dari petugas museum maupun petugas perpustakaan yang ada kaitannya dengan naskah.

3. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Pengumpulan data menggunakan tekhnik pencatatan dan pengumpulan naskah dan kritik teks. Teknik pencatatan dan pengumpulan naskah menggunakan teknik snow ball, yakni menelusuri atau mencari keberadaan naskah ke tempat-tempat penyimpanan naskah, baik yang berada pada museum keraton Solo maupun pada museum atau perpustakaan lainnya yang ada di Jawa Tengah dengan cara bertanya-tanya secara berangkai.

Sedang analisis data menggunakan metode semiotika post-struktural Roland Barthers. Ada lima kode yang ditawarkan Roland Barthers, yaitu kode teka-teki (the hermeneutic code), kode konotatif (the code of semes or signifier), kode simbolis (the symbolic code), kode aksian (the proairetic code), dan kode budaya (the cultural code or reference code).

Lima kode yang ditawarkan oleh Roland Barthes tidak semuanya dikaji dalam penelitian ini. Penelitian ini pada bab analisis dibatasi pada analisis kode simbolis (the symbolic code) dan analisis kode budaya (the cultural code or reference code). Analisis kode simbolis dan analisis kode budaya dipilih dengan alasan kedua kode tersebut dianggap paling sesuai untuk menganalisis isi teks Naskah Jawa Klasik bernuansa keagamaan Islam dengan fokus sinkretisme.

hAsIl PenelItIAn

1. Deskripsi Naskah

Naskah yang diteliti adalah Serat Suluk Saking Kitab Markun karangan Kyai Tumenggung Arungbinang. Naskah tersebut merupakan bagian dari kumpulan naskah yang berjudul Serat Suluk Jaman Keraton Dalem ing Surakarta dan telah ditransliterasi oleh Nancy K. Florida. Secara lengkap keterangan yang terdapat pada sampul naskah disebutkan:

Page 30: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

159Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Umi masf iah

Judul : Serat Suluk jaman Keraton Dalem ing Surakarta

Naskah Asli Saking

Sasono Poestoko

Keraton Surakarta

No. 244 Na

SMP. K 5 # = 481

Reel = 151 / 8

Kasalin Aksara Dening

Nancy K. Florida

Desember 1984

Keterangan lain: Pada bagian sisi kanan terdapat cap stempel dari museum Sasono Poestoko Surakarta dengan keterangan tahun 1920.

2. Corak Sastra Jaman Surakarta Awal

Jaman kerajaan Surakarta Awal sekitar tahun 1744, dengan raja-raja yang memerintah diantaranya Sri Sasuhunan Pakubuwana III, Sri Sasuhunan Pakubuwana IV, Sri Sasuhunan Pakubuwana V menjadi masa renaisance terutama dalam bidang sastra. Mereka memberikan dukungan dan pengayoman kepada tokoh-tokoh sastra yang terkenal dengan sebutan pujangga, seperti R. Ng. Yasadipura I dan diteruskan oleh anak cucunya R. Ng. Yasadipura II dan R. Ng. Ranggawarsita. Termasuk Kyai Tumenggung Arungbinang, salah seorang bupati kerajaan yang ternyata juga menulis naskah.

Sesudah kerajaan Kartasura ( 1680 – 1744 ) dipecah menjadi tiga, yaitu Surakarta, Yogyakarta dan Mangkunegaran, semua kekuasaan dirampas oleh Belanda sehingga konsentrasi istana terfokus pada bidang kesusastraan dan seni. Begitu pesat perkembangan tersebut hingga G.W.J. Drewes menilai sebagai masa renaissance of modern javanesse letters, yaitu masa kebangkitan kepustakaan baru yang berlangsung selama 125 tahun sekitar tahun 1757 hingga tahun 1873 (dengan wafatnya pujangga Ranggawarsita), atau bahkan sampai tahun 1881 (dengan wafatnya pujangga Ranggawarsita dan raja Mangkunagara IV).(Simuh, 1988: 25)

Menurut Poerbatjaraka dan Tarjan Hadikusuma (1952: 152) yang dikutip oleh Simuh (1988: 25), perkembangan kesusatraan tersebut di atas didapat dengan jalan mengubah kitab-kitab Jawa kuno ke dalam bahasa Jawa Baru. Kemudian diikuti dengan kegiatan penyusunan karya-karya baru, memanfaatkan perbendaharaan yang terdapat dalam kepustakaan Islam.

Sehingga jika dilihat dari isi kandungan karya sastra jaman Surakarta Awal ini, maka sinkretisasi Jawa-Hindu-Budha-Islam seolah-olah menyatu dan nampak seimbang sehingga semakin sulit untuk membedakan unsur-unsur yang ada di dalamnya.

Page 31: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

160 Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Makna Salat dalam Suluk Saking Kitab Markun Karangankyai Tumenggung Arungbinang

Ajaran sinkretik dalam naskah suluk tidak bisa lepas dari pengaruh telah dianutnya agama Budha dan Hindu semenjak lama sebelum agama Islam masuk ke Indonesia. Hal lainnya bahwa masyarakat Jawa memiliki daya resepsi (penerimaan) yang sangat lentur terhadap ajaran-ajaran yang masuk dan mempengaruhinya. Kalimat yang populer disebutkan bahwa : terbuka oleh pengaruh kebudayaan asing tetapi tetap tidak kehilangan jati-diri kebudayaan Jawa.(Damami, 2002: 102)

Kemudian jika dilihat dari sejarah perkembangan Islam di nusantara akan diketahui bahwa kekuasaan kerajaan Islam Demak Bintara tidak bertahan lama sehingga pengetahuan Islam baru dimiliki oleh sebagian kecil para kesatriya penguasa pemerintah dan belum sempat menembus ke sanubari masyarakat Jawa seluruhnya.(Dojosantoso, 1989: 14) Jadi pada kenyataannya banyak faktor yang menyebabkan pandangan sinkretis berkembang dalam masyarakat dan berpengaruh terhadap karya sastra-karya sastra terutama karya sastra Jawa.

Meskipun sinkretisasi terdapat pada naskah-naskah suluk, bukan berarti ajaran Islam tidak dapat diterima oleh masyarakat Jawa dan agama Islam dinomorduakan akan tetapi sinkretisasi yang berkembang terutama pada masa jaman Surakarta Awal sangat berkaitan dengan pengaruh kepercayaan lama yang sudah sangat melekat masih sulit untuk dihilangkan. Menurut kesimpulan Mohamad Rasjidi bahwa masyarakat Jawa, sejak dahulu masih tetap meyakini Islam sebagai agama, sebagaimana raja-raja mereka sebelumnya.(Shihab, 2001: 159-160)

Jika dilihat lebih spesifik, sinkretisasi yang terdapat pada naskah-naskah suluk biasanya berkaitan dengan konsep-konsep ke-Tuhanan. Dalam sejarah perkembangan pernaskahan Nusantara, keterpengaruhan konsep-konsep ajaran diawali dengan karya-karya Hamzah al-Fansuri dan para pengikutnya yang condong terhadap paham wahdat al-wujûd yang menurut masyarakat Jawa lebih dekat dengan kepercayaan-kepercayaan mereka dibandingkan dengan ajaran-ajaran tasawuf Sunni al-Ghazali, seperti tercermin dalam ajaran-ajaran Walisongo dan para pengikutnya.(Shihab, 2001: 160)

Ajaran-ajaran tentang keTuhanan tersebut memang sudah menjadi pandangan hidup masyarakat Jawa yang senantiasa mengarahkan semua aspek kehidupan pada keterikatan yang erat dengan sang Pencipta. Sehingga isi naskah-naskah suluk juga merupakan pengejawantahan dari konsep keTuhanan masyarakat Jawa yang telah dimasuki dengan ajaran Islam dan diungkapkan dengan bahasa sastra dan bahasa simbol yang cukup rumit.

3. Kandungan Isi Suluk Saking Kitab Markun Karangan Tumenggung Arung Binang

a. Simbol dan Makna Gerakan-Gerakan Shalat

Suluk Saking Kitab Markun berisi tentang ajaran salat dan makna dari

Page 32: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

161Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Umi masf iah

gerakan-gerakan salat. Ibadah salat yang diawali dengan takbiratul ikram dan diakhiri dengan salam dalam Suluk Saking Kitab Markun disimbolkan sebagaimana anggota-anggota tubuh manusia, seperti niat digambarkan sebagai nafsu, bacaan surat al-Fatihah sebagai roh, rukuk menjadi tulangnya dan jasadnya adalah i’tidal serta tangan dan kakinya adalah tahiyyat dan salam.

Secara rinci simbol dan makna dari gerakan-gerakan salat tersebut dipaparkan pada makna dan lambang gerakan-gerakan salat.

1). Makna Takbiratul Ikram

Ikram artinya berdiri, maknanya bahwa ketika seseorang berdiri maka ia berasal dari tidak ada kemudian menjadi ada. Berdiri dengan kaku dengan maksud agar ia lupa dalam ingatan artinya seseorang yang memulai shalat ia melupakan semua hal lainnya dan hanya ingat akan satu hal, yaitu Allah Yang Maha Besar. Ikram maksudnya penghayatan nyata akan lafadz Allahu Akbar.

Disebutkan pada bait ke 4 pupuh Asmarandhana, sebagai berikut :4. Ekram maksudnya nyata / lupa mengenal pada Tuhan / ketahuilah artinya / di dalam

Tuhan tidak ada / kemantapan hatimu / terhadap nama Allah Yang Maha Besar //

2). Nafsunya Salat : Niat

Niat yang dimaksud bukanlah bahasa suara, bukan lafadz nawaitu-nya akan tetapi niat sejatinya adalah suksma, bukan akal pikiran dan bukan angan-angan. Niat berasal dari Nur Johar yang tidak hanya berorientasi dunia tetapi juga menggapai akhirat.

Niat menghubungkan antara seorang hamba yang beribadah dengan Tuhan. Seluruh indera, jiwa dan raga serta rasa terkumpul dalam niat. Oleh karenanya niat dapat mengantarkan seseorang menjadi mukmin sejati atau menjadi kafir.

Disebutkan pada bait 11 dan 12, pupuh Asmarandhana, sebagai berikut :11. Ketahuilah sebenarnya anakku / Nafsunya shalat adalah niat / bukan niat nawaitunya /

Yang berniat itu / kufur kafir jadinya / Adapun sebaliknya, keinginan itu / niat bukan bahasa suara //

12. Sebenarnya bukan akal pikiran / dan bukan angan-angan pikiran / Nur Johar awal sejatinya / yang berada di dunia akhirat / Hidupnya Johar / abadi sejatinya / Niat sejatinya Suksma //

3). Rohnya Salat : Surat al-Fatihah

Surat al-Fatihah menjadi rohnya salat, seperti disebutkan pada bait ke 14, pupuh Asmarandhana yaitu :

14. Roh dari salat yang sebenarnya / Fatekhah bukan Fatekhah / yang dibaca alhamdunya / bukan roh ilafi itu / kenyataannya satu / yang berbunyi alhamdu itu / adalah kenyataan zat Allah //

Hati dari salat adalah alhamdu (sembah dan puji) yang terdapat pada surat al-Fatihah. Surat al-Fatihah menjadi hatinya al-Qur’an, sedangkan hatinya surat al-Fatihah ada pada lafadz Bismillah dan hatinya lafadz

Page 33: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

162 Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Makna Salat dalam Suluk Saking Kitab Markun Karangankyai Tumenggung Arungbinang

Bismillah terdapat pada huruf Alif. Dan huruf Alif melambangkan hal yang bersifat ghaib, itulah Tuhan.

Disebutkan pada bait 25 dan 26, pupuh Asmarandhana yaitu :25. Sembah dan pujimu itu / sebenarnya hati rohani / Qur’an tiga puluh juznya / sudah habis

oleh Fatekah / Fatekah itu juga / habis oleh Bismillah itu / Bismillah oleh Alif itu //

26. Alif sudah diberi gaib / atau yang disebut shalat / pakailah fatekahnya / karena itu tidak lain / ketika belum ada dunia / Bumi dan langit belum Takyun / hanya dirinya yang

berniat //

4). Tulangnya Salat : Rukuk

Rukuklah yang menjadi tulangnya salat, akan tetapi yang dimaksud rukuk yang sebenarnya bukanlah sekedar gerakan membungkukkan badan, tetapi merendahkan diri itulah sebenarnya makna rukuk. Merendahkan diri bagi seorang hamba dihadapan Tuhan, merendahkan diri untuk mengakui Kekuasaan, Keagungan dan Maha Besarnya Sang Pencipta, itulah yang disebut Sadrah Rohani.

Disebutkan dalam bait ke 16, pupuh Asmarandhana yaitu :16. Tulangnya Shalat yang sebenarnya / rukuk bukan rukuk / rukuk bukan rukuk itu / yang

membungkukkan badannya / merendahkan diri / itulah sebenarnya sadrah / sadrah rohani itu / sebenarnya rasanya Tuhan //

5). Jasadnya Salat : I’tidal

I’tidal menjadi jasadnya salat. Maksud i’tidal yang sebenarnya bukanlah sekedar bangun dari rukuk akan tetapi kesadaran seseorang akan keberadaannya dari suatu żat yang menciptakan keberadaannya.

Disebutkan dalam bait ke 17, pupuh Asmarandhana yaitu ;17. Jasad dari shalat yang sebenarnya / iktidal bukan iktidal yang / bangun dari rukuk /

ingatlah jika bukan dari / sesungguhnya dari ada / ketahuilah artinya / sebenarnya

iktidal itu //

6). Tangannya Salat : Tahiyyat

Makna tahiyyat yang sebenarnya adalah tidak menyembah selain kepada Allah Yang Maha Besar dan Maha Kuasa. Sifat dan perbuatan Tuhan disebutkan kalau Dia Maha Melihat tapi tidak dengan mata, dan memiliki wujud meski wujudnya bukanlah wujud. Tahiyyat menjadi tanda sempurnanya salat, karena hanya salat yang sampai pada tahiyyat yang dapat disebut sebagai shalat yang sempurna.

Disebutkan pada bait ke 27 dan bait ke 28, pupuh Asmarandhana :27. Makna dari Tahiyyat sesungguhnya / adalah tidak menyembah / tidak ada yang lainnya

/ itulah sebenarnya tahiyyat / yang besar adalah Yang Kuasa / ketika insan kamil itu / adanya dari tidak ada //

28. Tidak mempunyai keinginan sebenarnya / tidak mendengar adanya Tuhan / mempunyai mata sesungguhnya / melihat tidak dengan mata / mempunyai wujud tidak berkata /

sempurnanya shalat itu / yaitu yang sampai pada tahiyyat //

7). Kakinya Salat : Salam

Salam dalam salat itu bukan sekedar gerakan kepala saat menengok ke

Page 34: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

163Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Umi masf iah

kanan ataupun ke kiri, akan tetapi berharap akan keselamatan selamanya itulah makna salam. Keselamatan baik di dunia maupun diakhirat kelak, sehingga saat menoleh baik ke kanan maupun ke kiri yang tampak hanyalah dzat Allah.

Disebutkan pada bait ke 21 dan bait ke 22, pupuh Asmarandhana sebagai berikut :

21. Kaki dari shalat yang sesungguhnya / itu salam bukan salam / roh dan jasad perlambangnya / yang sebenarnya dari menoleh / Roh dan jasad sejatinya / adanya dzat Alloh itu / adalah sebanarnya salam //

22. ke kiri da ke kanan itu / jasad latif sebenarnya / yang dijelaskan sebenarnya / keelokan dari dzat Alloh / itu makna dari salam / selamat selamanya / ke kiri dan ke kanan itu //

AnAlIsIs

a). Makna lambang gerakan salat

Rincian dari lambang-lambang gerakan salat yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya membawa satu pengertian bahwa nilai salat sesungguhnya bukan pada wujud gerakan-gerakan yang dilakukan oleh jasad tubuh manusia, akan tetapi nilai dan bobotnya tersembunyi di balik gerakan-gerakan yang dipraktekkan dalam salat, yang biasa disebut dengan nilai yang bersifat batiniyah atau dalam bahasa tasawuf biasa disebut dengan nilai esoterik.

Nilai batiniyah yang ada pada salat disebutkan bahwa takbiratul ikram memiliki nilai agar tumbuh kesadaran dalam diri seseorang akan adanya Allah Yang Maha Besar, sehingga selain Allah adalah makhluk yang kecil. Niat yang terutama bukan pada lafadz nawaitu, akan tetapi niat adalah sesuatu yang disebut dengan suksma yang hanya tertuju pada Tuhan. Ketika membaca surat al-Fatihah, hal terpenting ada pada penghayatan makna alhamdu, bahwa hanya Allahlah yang pantas mendapatkan penyembahan dan pemujaan. Demikian pula ketika rukuk, i’tidal, sujud, tahiyyat hingga salam, semuanya bermuara pada satu tujuan yaitu Allah.

Selain tentang makna batiniyah salat, maka pemakaian simbol penamaan yang digunakan untuk menggambarkan gerakan-gerakan salat yang telah disebutkan dalam suluk Saking Kitab Markun di samping fungsinya sebagai media untuk menyampaikan pesan secara halus (Hariwijaya, 2006: 89) juga memiliki maksud dan tujuan sebagaimana dikatakan oleh Michael Landman bahwa setiap karya manusia niscaya mempunyai tujuan.(Herusatoto, 2001: 9)

Setiap maksud dan tujuan suatu lambang atau simbol sebagaimana lambang gerakan-gerakan salat dalam suluk Saking Kitab Markun senantiasa berkaitan dengan budaya masyarakat yang melingkupinya. Dalam kebudayaan Jawa terdapat tiga metodologi kebudayaan Jawa yaitu : pertama, kemahiran dalam menerapkan othak-athik gathuk (kreatif dalam menemukan titik-titik penyesuaian sehingga kelihatan pas), kedua, peka dalam pemahaman

Page 35: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

164 Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Makna Salat dalam Suluk Saking Kitab Markun Karangankyai Tumenggung Arungbinang

simbolik, sebagaimana disebutkan dalam ungkapan, wong Jowo iku nggoning semu, sinamun ing samudane, sesadone ingadu manis maksudnya orang Jawa itu tempatnya segala simbol, segala sesuatunya disamarkan berupa simbol, dengan maksud agar tampak indah dan manis. (Hariwijaya, 2006: 77) Sedangkan ketiga, bahwa orang Jawa cenderung menerima fakta secara mitos, yaitu cenderung melebih-lebihkan realitas yang sesungguhnya. (Hariwijaya, 2006: 41)

Konsep budaya orang Jawa yang telah disebutkan di atas, ketika dikaitkan dengan simbol nama gerakan-gerakan salat yang berasal dari bahasa Arab kemudian disimbolkan dengan anggota tubuh manusia, cenderung mengarah kepada tujuan agar ajaran-ajaran salat beserta gerakan-gerakannya lebih mudah dipahami. Sebagaimana disebutkan oleh Budiono Herusatoto bahwa benda-benda bentuk atau atau hal-hal simbolis diciptakan manusia semata untuk mempermudah ingatan, sehingga energi otak manusia dapat dihemat untuk mengingat simbol-simbol pengetahuan lainnya. (Herusatoto, 2001: 28) Di samping bahwa penamaan simbol nama gerakan-gerakan salat dalam Suluk Saking Kitab Markun telah diothak-athik gathuk dan disesuaikan dengan pemahaman orang Jawa.

Yang menarik dalam karangan ini terletak pada bagaimana pengarang membedah spiritualitas salat melalui simbol dari nama-nama jasad manusia itu sendiri. Terdapat dua arah makna yang bisa diambil dari konsep ini. Pertama, mengartikan gerakan salat dan kedua mengartikan anggota tubuh manusia.

Gerakan salat dibedah untuk mengurai rahasia ajaran shalat dalam Islam dalam rangka mencapai penghayatan akan tujuan diperintahkannya salat bagi manusia. Gerakan jasad diharapkan melahirkan aura atau cahaya yang memancar melalui pancarana penghayatan. Penghayatan yang terbentu dalam aura ini yang akan menjadi sarana seorang hamba menuju Tuhan-Nya. Jasad manusia terbang melalui aura penghayatan tersebut menuju hadirat Ilahi. Bukan bentuk jasad yang datang menemui Tuhan-Nya, akan tetapi aura penghayatan gerakan shalat itulah yang bertemu.

Sedangkan mengumpamakan jasad menjadi nama-nama gerakan salat, menjadikan jasad manusia begitu berarti dalam konsep tumenggung Arungbinang. Tumenggung Arungbinang adalah salah seorang bupati yang memiliki peran sebagai utusan raja dalam perjanjian Giyanti. Dikarenakan minimnya informasi tentang biografi pengarang, maka dalam analisis difokuskan pada teks terutama pada makna simbol yang ada.

Dalam pemahaman penulis, makna dari nafsu sebagai simbol niat karena baik nafsu maupun niat dapat mengantarkan seseorang menuju kebaikan maupun keburukan. Dalam salat jika niatnya bukan dalam rangka mengabdi pada-Nya maka dapat menjadikan seseorang kafir, sedang jika niatnya utuh dalam rangka ibadah kepada-Nya maka ia dapat menjadi mukmin sejati.

Page 36: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

165Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Umi masf iah

Makna dari roh sebagai simbol bacaan surat al-Fatihah karena tanpa bacaan surat al-Fatihah, shalat seseorang tidak akan sah. Demikian juga bagi manusia, tanpa roh jasad seorang manusiapun tidak dapat hidup. Makna dari tulang sebagai simbol rukuk karena tulanglah yang menegakkan jasad, sebagaimana rukuk yang menjadikan sesudahnya i’tidal dalam posisi tegak berdiri.

Makna dari jasad sebagai simbol i’tidal dikarenakan i’tidal dilakukan dengan berdiri tegak, bagaikan sebuah jasad. Makna dari tangan sebagai simbol tahiyyat bahwa tahiyyat-lah yang menjadi penyempurna shalat, tanpa tahiyyat shalat seseorang tidak sempurna sebagaimana jasad manusia tanpa tangan maka ia adalah jasad yang cacat.

Makna dari kaki sebagai simbol salam bahwa saat salam seseorang akan menoleh ke sekitar dirinya dan yang dijumpai disemua arah adalah Tuhan, sebagaimana kaki ia dapat melangkah kemanapun dan kemanapun ia melangkah di situlah Tuhan.

b). Makna Salat

Makna salat dalam Suluk Saking Kitab Markun adalah orang yang beragama sebenarnya, dialah orang yang telah sempurna makrifatnya. Di antara tanda telah mencapai makrifat bahwa ia telah mencapai penghayatan pada makna lafadz Allahu Akbar, bukan sekedar mengucapkannya. Ia telah mendapatkan anugerah pengetahuan akan dzat Allah, bahwa Allah telah dilambangkan dalam Alif yang bersifat gaib, Allah ada ketika bumi dan langit belum ada, yang ada hanya Dia, Dialah Yang Maha memiliki Kehendak. Dalam konsepnya, Simuh yang diambil dari pemikiran Ranggawarsita dikatakan bahwa, Tuhan diibaratkan sebagai halnya huruf Alif, yang disifati dengan wajib al-wujud. Istilah wajib al-wujud dalam ilmu kalam berarti ada dari Dzat-Nya sendiri, tanpa sebab dari luar. Dan adanya adalah wajib, artinya pasti adanya, mustahil bila tidak ada.(Simuh, 1988: 54)

Allahlah Yang Maha Mendengar, Maha Melihat tetapi tidak dengan mata dan memiliki wujud yang tidak bisa diserupakan dengan apapun, sehingga sempurnanya shalat adalah yang sampai pada tahiyyat, pada bentuk penyembahan hanya kepada Allah Yang Maha Besar.

Disebutkan pada bait 23, 24, 25 dan 26, pupuh Sinom yang berbunyi :23. Ada yang diceritakan lagi / makna dari shalat / yaitu orang yang beragama sebenarnya

/ Agama itu dzat Allah / sempurnanya makrifat / tunggal kasih sayang dengan kawula / itu tidak lama kemudian //

24. Jika berapa lama kemudian / kawula Gusti itu / menjadi batal anugerahnya / yang mengucap Allahu Akbar / itu bukan anugerah / sebenarnya anugerah luhur / adalah roh dzat Allah //

25. Sembah dan pujimu itu / sebenarnya hati rohani / Qur’an tiga puluh juznya / sudah habis oleh Fatekah / Fatekah itu juga / habis oleh Bismillah itu / Bismillah oleh Alif itu //

26. Alif sudah diberi gaib / atau yang disebut shalat / pakelah Fatekahnya / karena itu tidak lain / ketika belum ada dunia / Bumi dan langit belum takyun / hanya dirinya yang berniat.

Page 37: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

166 Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Makna Salat dalam Suluk Saking Kitab Markun Karangankyai Tumenggung Arungbinang

Ibadah shalat pula yang membedakan siapa yang disebut mukmin sejati dan siapa yang kafir. Orang kafirlah yang yang meninggalkan perintah Tuhan, menertawakan orang-orang yang taat menyembah kepada Allah. Orang kafir juga tidak mau percaya kepada Rasul utusan Tuhan, seperti perilaku orang Yahudi yang diakhirat nanti akan pasti abadi menjadi dasarnya neraka.

Disebutkan pada bait 1, pupuh Sinom :1. Seperti apa datanglah / penglihatannya kepada Tuhan / meninggalkan perintah dan

hanya menggertak / menertawakan orang yang menyembah / agak membantah / seperti tidak percaya kepada rasul / kafirnya sudah jelas / seperti perilaku orang Yahudi / pasti abadi menjadi dasarnya neraka //

Sedangkan mukmin sejati, merekalah yang senantiasa menjalankan perintah Tuhan dan tidak pernah membantah meskipun sehari semalam selama 50 waktu hanya mengerjakan perintah shalat seperti telah dicontohkan oleh umatnya nabi Musa. Disebutkan pada bait ke 4, pupuh Sinom :

4. Nabi Musa diceritakan / diperintahkan Tuhan / lima puluh waktu perlunya / sehari semalam / semua umat menjalankan /perintah Tuhan / tidak ada yang membantah /

itu mukmin yang hakiki / iya itu mukmin yang sudah datang //

c). Hubungan antara Kawula dan Gusti dalam salat

Istilah kawula-Gusti yang terdapat pada Suluk Saking Kitab Markun menunjukkan hubungan kawula-Gusti yang tidak lagi sekedar hubungan antara seorang hamba dengan tuannya, akan tetapi merupakan bentuk hubungan antara yang di kasihi dan yang mengasihi. Disebutkan dalam bait 13, pupuh Sinom sebagai berikut :

13. Mana yang disebut kawula / yang dinamakan kawula sebenarnya / yaitu yang menerima / cintanya pada Tuhan / tidak ada dua / yang memberi jalan yang luhur / sungguh-sungguhlah ikhlas menerima / kasih sayangnya Tuhan / akan menjadi kawula terpilih //

14. Jika mantap yang ikhlas menerima / pada siang maupun malam / itu yang diterima / mengabdilah kepada Tuhan / apabila Gusti sudah datang / semua yang diminta dikabulkan / Bagaimana puji dan sembah / penglihatannya belum sempurna / yang dibicarakan hanya wali Allah yang datang //

Antara kawula-Gusti sudah terjalin hubungan saling mengasihi antara seorang hamba yang telah diciptakan dengan Tuhan yang telah menciptakan. Jika seorang hamba sungguh-sungguh mengabdi kepada Tuhan dengan penuh rasa cinta maka ibadah yang dilakukannya bukan sekedar memenuhi perintah Tuhan, akan tetapi dikarenakan cinta yang melimpah dalam sanubarinya. Sehingga Tuhanpun menyambut cinta seorang hamba dengan cinta pula. Kemudian, karena cinta Tuhan telah tercurah pada hamba-Nya tersebut, maka semua yang diinginkan dan diminta hamba-Nya akan dikabulkan. Merekalah yang telah mendapatkan derajat orang-orang yang dekat dengan Tuhan dan mendapat gelar Wali Allah Swt. atau orang-orang yang dekat dengan Allah Swt.

Dalam salat yang sempurna sudah tidak ada lagi kawula-Gusti, lebur sirna tak berbekas, sudah menyatu, wujud hamba hilang diganti oleh Tuhan,

Page 38: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

167Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Umi masf iah

bagaikan bintang kesiangan terbenam oleh cahaya matahari, hilanglah cahaya bintang itu, yang ada hanyalah sinar matahari. Merekalah yang menjalankan salat kasdu, takrul dan takyin bersamaan dengan niat.

Kasdu itu keluarnya niat, akan tetapi ia bukan suara. Kasdu berwujud kemauan usholli berupa pernyataan yang dikerjakan dan takyin yaitu penyebutan akan jumlah raka’at dan waktu salat. Kasdu, takrul dan takyin lebur dengan lafad Allahu Akbar. Pada kondisi pengakuan akan lafad Allahu Akbar inilah yang kemudian menyatukan hamba dan Gusti.

Disebutkan pada bait ke 7 dan ke 8, pupuh Sinom yang berbunyi :7. Yang dinamakan kawula / lebur sirna tidak berbekas / akan hilang wujudmu / diganti

oleh Tuhan / hilangnya wujud ini / yaitu perlambangnya / bagaikan bintang kesiangan / terkena cahaya matahari / bintang hilang terkena cahaya matahari //

8. Yang menjalankan shalat /tangak kasdu takrul takyin / yaitu sudah terbayang / di mata dalam hati / dengan hati jernih / Hati jernih maknanya / akan membolehkan / tangak kasdu takrul dan takyin / lafal Allah bersamaan ketiga niat //

Seseorang sah salatnya jika kemauannya dalam takbir awal sampai akhir tetap. Lafadz Allah Swt. menjadi tujuan dari perbuatan niat, Allahlah żat itu yang disembah dan dipuji dan lafadz Akbar menjadi penyempurna niat.

Sedang yang disebut niat utama adalah menghilangkan dua perbedaan Gusti dan Kawula, jika masih kawula Gusti itu belum utama, belum meninggalkan salatnya, artinya menyatu, menyatunya tetap dua, tidak hilang, keduanya tetap adanya. Disebutkan pada bait ke 10, pupuh Sinom bahwa :

10. Sejatinya niat utama / hendak menghilangkan dua / tidak ada Gusti-kawula / jika masih kawula-Gusti/ itu belum utama / belum meninggalkan salatnya / artinya sudah menyatu / menyatunya masih dua / tidak hilang keduanya tetap adanya //

Siapa yang disebut kawula terpilih, dialah yang menerima cintanya Tuhan (Allah), sungguh-sungguh ikhlas menerima kasih sayangnya Tuhan. Jika ikhlas menerima kasih dan sayangnya Tuhan ia selalu mengabdi kepada Tuhan baik siang maupun malam.

Meskipun sudah menjadi kekasih Tuhan tetapi sembahnya masih kurang tepat, arahnya salah duga, ia dapat menjadi kafir yang makin tersesat, sehingga matinya menjadi babi hutan.

PenutuP

1. Kesimpulan

Suluk Saking Kitab Markun berisi tentang ajaran salat yang dilambangkan dalam wujud anggota tubuh manusia. Suluk Saking Kitab Markun juga berisi ajaran tentang aspek-aspek hubungan antara makhluk dan Tuhan (Allah Swt.) terutama ketika melaksanakan salat.

a). Simbol-simbol gerakan salat yaitu niat dilambangkan sebagai nafsu salat, bacaan surat al-Fatihah dilambangkan sebagai rohnya salat, rukuk

Page 39: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

168 Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Makna Salat dalam Suluk Saking Kitab Markun Karangankyai Tumenggung Arungbinang

sebagai tulang salat, i’tidal ibarat jasad, tangan dan kaki salat disimbolkan dengan tahiyyat dan salam.

b). Hubungan antara makhluk dan Tuhan (Allah Swt.) dalam salat, memiliki makna sebagai berikut, pertama kedudukan seseorang menjadi kafir atau mukmin sejati tergantung dari ibadah salat yang dikerjakannya. Jika selama melaksanakan salat niatnya sejak awal hingga akhir salat utuh hanya beribadah kepada Allah Swt, maka ia menjadi mukmin sejati sedang jika niatnya melenceng bukan dalam rangka hanya menyembah padaNya ia dapat menjadi kafir. Kedua, makna salat bagi seseorang sesungguhnya adalah beragama yang benar-benar dengan melaksanakan semua perintah agama dan menjauhi larangannya. Ketiga, ibadah salat dapat menunjukkan kedudukan seorang hamba dengan Tuhan, jika salatnya sempurna maka seorang hamba dapat menjadi kekasih Tuhan sebagaimana para wali Allah.

2. Rekomendasi

Naskah-naskah Jawa terutama yang bernuansa Islam, termasuk naskah-naskah suluk yang masih ada di museum-museum, perpustakaan atau dimiliki oleh masyarakat isinya dapat mengungkap aspek-aspek perkembangan Islam di Jawa baik dari segi ajaran maupun sejarah yang tercakup di dalam naskah. Oleh karenanya kegiatan penelitian naskah-naskah terutama naskah Jawa yang bernuansa Islam masih sangat perlu dilakukan.

Page 40: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

169Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Umi masf iah

DAFTAR PUSTAKA

Bar�ed, S�t� Baroroh.1985. Pengantar Teori Filologi. Jakarta: Pusat Pemb�naan dan Pengembangan Bahasa

Dojosantoso. 1989. Unsur Religius dalam Sastra Jawa. Semarang: Aneka Ilmu Damam�, Muhammad. 2002. Makna Agama Dalam Masyarakat jawa.Yogyakarta:

LESFIHerusatoto, Bud�ono. 2001. Simbolisme Dalam Budaya Jawa. Yogyakarta: PT. Ha-

n�nd�ta Graha W�d�aHar�w�jaya, M. 2006. Islam Kejawen. Yogyakarta: Gelombang Pasang Musahad� dkk., 2004. Membangun Negara Bermoral, Etika Bernegara dalam Naskah

Klasik Jawa Islam. Semarang: Pusat Pengkaj�an Islam dan Budaya Jawa (PP-IBJ) dan Pustaka R�zk� Putera

Sudard�, Ban�. 2003. Sastra Sufistik, Internalisasi Ajaran-Ajaran Sufi dalam Sastra Indonesia. Solo: T�ga Serangka�

S�muh. 1998 Mistik Islam Kejawen Raden Ngabehi Ronggowarsito, Suatu Studi Terhadap Serat Wirid Hidayat Jati. Jakarta: Un��ers�tas Indones�a (UI-Press)

Santosa, Puj�. 1993. Ancangan Semiotika dan Pengkajian Susastra. Bandung: Angkasa

Sukr�, Sr� Suhandjat�. 2004. Ijtihad Progresif Yasadipura II, dalam Akulturasi Islam dengan Budaya Jawa. Yogyakarta

Sh�hab, Alw�. 2001. Islam Sufistik, Islam Pertama dan Pengaruhnya Hingga Kini Di Indonesia. Bandung: M�zan

YKII. 2006. Aspek-Aspek Ajaran Islam dalam Manuskrip Keraton. Yogyakarta. YKII.

Page 41: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,
Page 42: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

171Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

AbstrAct :The study of Balinese manuscripts Classical Islamic religious nuance

is done using philological approach and method of content analysis based on the framework of semio tic analysis of Roland Barthes post-structural. Stages of this research include the transfer of language or transliteration of the manuscript into Indonesian. After that, then the manuscript was translated into Indonesian. Indonesian-language translation is being analyzed. Geguritan Joharsa analyzed in this report only 4 Canto, namely Canto 19 to Canto 22. Geguritan Joharsa Canto 19 to Canto 22 describes the character of each actor in this geguritan. Those cantos describe good human nature and human nature is not good.

Human nature is well reflected by Joharsa, Narawulan and Nahoda as perpetrators. Joharsa has noble character exemplary human beings. Character is very important in family life and in public life. Character in accordance with Joharsa is Narawulan. She has devoted to her husband’s character. She faced a difficult life very hard, but she remained faithful to her husband until met. Nahoda character is like to distance them from the world and like to help with no strings attached. Which is not good character played by King Lokantara. King has a character Lokantara arrogant and angry.

Key Words: Geguritan Joharsa, Human Character

PendAhuluAn

Agama Islam dalam sejarahnya di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup unik. Di lihat dari segi agama, suku-suku di Indonesia sebelum menerima pengaruh agama Islam telah memiliki kepercayaan sendiri dan juga telah menerima pengaruh agama Hindu dan Budha. Kepercayaan asli masyarakat Indonesia berupa Animisme dan Dinamisme. Kepercayaan asli itu secara berangsur-angsur mengalami penyusutan dan penyesuaian-penyesuaian semenjak masuknya agama-agama Hindu, Budha, dan Islam. Proses perubahan kepercayaan itu berlangsung secara perlahan tetapi terus-menerus sehingga mampu merubah dan menggeser kepercayaan asli bangsa Indonesia menjadi kepercayaan baru yang dipengaruhi oleh agama-agama tersebut.(Simuh, 1988: 1; Djojosantoso, 1986: 5-10)

WATAK MANUSIA DALAM NASKAH GEGURITAN JOHARSA

Oleh mUkhtarUDDIN

PENELITIAN

Page 43: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

172 Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Watak Manusia Dalam Naskah Geguritan Joharsa

Hinduisme dan Budhaisme di Indonesia umumnya diperkenalkan oleh golongan bangsawan dan para cendekiawan. Dari pemahaman dan pengolahan para bangsawan dan kaum cendekiawan inilah orang-orang awam di Indonesia menerima pengaruh Hindu dan Budha. Sedangkan agama Islam umumnya diperkenalkan oleh pedagang dari Arab dan India yang berkolaborasi dengan golongan cendekiawan dari masyarakat setempat. Islam yang sudah diolah dan dipahami oleh para pedagang dan cendekiawan itu diperkenalkan kepada para bangsawan dan masyarakat awam secara santun dan damai.(Koentjaraningrat, 1990: 21-26)

Sesudah kerajaan Majapahit yang mayoritas penganut Hindu runtuh, maka penganut agama Hindu mulai berkurang di Jawa pada khususnya dan di Indonesia pada umumnya. Bersamaan dengan itu, berdirilah kerajaan Demak yang bercirikan Islam. Penganut setia agama Hindu yang tidak mau menerima Islam melarikan diri dari Jawa ke pulau-pulau di sebelah timur pulau Jawa, termasuk pulau Bali dan Lombok. Pelarian itu dimaksudkan untuk menghindari tekanan dari kerajaan Islam yang mulai menyebar di seluruh pulau Jawa.

Pergantian pemerintahan tersebut ternyata berpengaruh terhadap pandangan sebagian masyarakat Jawa, yakni dari pandangan bercorak Hindu menjadi pandangan bercorak Islam. Namun demikian, proses pergantian pandangan itu tidak terjadi secara utuh dan menyeluruh. Pada saat itu muncul pandangan yang bersifat sinkretisme yang berpengaruh terhadap watak dari kebudayaan dan kepustakaan masyarakat Jawa.

Sinkretisme ditinjau dari segi agama adalah suatu sikap atau pandangan yang tidak mempersoalkan benar salahnya suatu agama atau sikap yang tidak mempersoalkan murni tidak murninya suatu agama. Orang yang berpandangan sinkretis menganggap bahwa semua agama adalah baik dan benar. Panganut paham sinkretisme suka memadukan unsur-unsur dari berbagai agama, yang pada dasarnya berbeda atau bahkan berlawanan. Sebagaimana dikutip oleh Simuh (1988: 2) dari dictionary of Phylosophy dan Dictionary of Christian Theology: “Sincretisme A Movement to Bring About a Harmony of Positions or Theology Wich are somewhat opposed or different.”

Pandangan sinkretis itu sangat menunjang pertumbuhan kepustakaan Islam di Jawa, khususnya pertumbuhan kepustakaan kejawen. Seiring dengan semakin kuatnya pengaruh Islam di Jawa, maka dalam sejarah penyebaran Islam di Jawa diketahui bahwa di dalam masyarakat Jawa berkembang dua jenis kepustakaan Islam, yakni kepustakaan Islam santri dan kepustakaan Islam kejawen. (Simuh, 1988: 1-3)

Berbeda halnya di Bali, yang secara historis masyarakatnya adalah pengikut setia ajaran Animisme Dinamisme dan ajaran Hindu. Perpaduan antara ajaran Hindu dengan ajaran kepercayaan asli masyarakat Bali memunculkan agama baru yang disebut agama Hindu Bali. Ajaran Hindu Bali tidak sama dengan ajaran Hindu yang berkembang pada zaman Majapahit (Hindu Majapahit). Perbedaan pengaruh dari kebudayaan Jawa-Hindu di

Page 44: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

173Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

mukhtaruddin

berbagai daerah di Bali pada zaman Majapahit menyebabkan adanya dua bentuk masyarakat di Bali, yakni Masyarakat Bali-Aga dan Bali-Majapahit (wong Majapahit). Masyarakat Bali-Aga kurang sekali mendapat pengaruh kebudayaan Jawa-Hindu dari Majapahit dan mempunyai struktur sendiri. Orang Bali-Aga pada umumnya mendiami desa-desa di daerah pegunungan seperti Sembiran, Cempaga, Sidatapa, Padawa, Tigawasa, di kabupaten Buleleng dan desa Tenganan/Pegringsingan di kabupaten Karangasem. Sedangkan wong Majapahit merupakan bagian paling besar masyarakat Bali.(Bagus, 1990: 286)

Agama Islam juga mulai masuk di pulau Bali yang dibawa oleh para pedagang dari Makasar (Bugis dan Mandar), Melayu, dan Jawa (Banyuwangi dan Madura).(Gunawan, 1998: 27) Masuknya Islam ke Bali telah mewarnai kehidupan masyarakat Bali, termasuk kepustakaan keagamaannya. Kepustakaan Bali, meskipun secara keseluruhan masih didominasi oleh ajaran Hindu, namun diantara kepustakaan itu ada yang diwarnai oleh ajaran Islam, ditandai oleh penggunaan simbol-simbol Islam, misalnya penggunaan kata bismillah, Allah, serta berbagai ajaran syariat Islam.

Kepustakaan Bali Klasik Bernuansa Keagamaan Islam adalah salah satu jenis kepustakaan Bali pada masa lalu yang memuat unsur-unsur ajaran Islam, terutama aspek-aspek ajaran tasawuf dan budi luhur yang terdapat dalam perbendaharaan kitab-kitab tasawuf. Ciri kepustakaan Bali klasik bernuansa keagamaan Islam antara lain adalah ditulis menggunakan bahasa Bali dan sangat sedikit mengungkapkan aspek syari’at bahkan sebagian ada yang kurang menghargai syari’at Islam. Berdasarkan alasan bahwa isi naskah-naskah klasik bernuansa keagamaan Islam yang ada dalam kepustakaan Bali itu cukup menarik dan penting untuk diketahui masyarakat luas, maka perlu dilakukan penelitian terhadap naskah-naskah itu secara lebih mendalam.

Penelitian ini akan mengkaji naskah-naskah kepustakaan Bali yang bernuansa Islam. Penelitian ini ingin mengetahui sejauh mana ajaran Islam telah mewarnai kepustakaan Bali pada masa lalu. Hal ini penting untuk dilakukan karena kajian dan penelitian terhadap kepustakaan Bali Klasik yang bernuansa keagamaan Islam sampai saat ini dirasa masih sangat kurang. Padahal, isinya diduga sangat sarat dengan nilai-nilai keagamaan dan kemasyarakatan yang penting bagi pembinaan kehidupan beragama di daerah itu khususnya dan di Indonesia pada umumnya.

Masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana isi yang terkandung dalam naskah Bali Klasik bernuansa keagamaan Islam yang ada di Bali. Naskah Bali Klasik itu disimpan diberbagai perpustakaan, museum, yayasan, dan masyarakat. Oleh karena itu, penelusuran terhadap naskah-naskah tersebut dilakukan secara hati-hati dan selektif di berbagai perpustakaan, museum, yayasan, atau masyarakat yang menyimpan naskah tersebut agar diperoleh naskah yang sesuai dengan yang diharapkan.

Keterbatasan pemahaman penulis tentang naskah, apalagi naskah Bali,

Page 45: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

174 Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Watak Manusia Dalam Naskah Geguritan Joharsa

maka penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan isi naskah Bali klasik yang bernuansa keagamaan Islam. Hal inipun berdasar pada naskah yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia walaupun tetap melihat pada transliterasi atau pengalihbahasaan. Penelitian terhadap isi naskah Bali Klasik ini secara khusus akan mengurai dan menjelaskan apa isi naskah tersebut. Naskah yang diteliti adalah bagian dari Geguritan Juharsa, yakni pupuh 19 sampai pupuh 22.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh Menteri Agama cq. Direktorat Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama, sebagai bahan masukan untuk merumuskan kebijakan berkenaan dengan penyediaan koleksi buku-buku bahan ajar tentang kepustakaan Islam di sekolah-sekolah baik negeri maupun swasta serta perguruan tinggi di Indonesia. Di samping itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh masyarakat sebagai sumber pengetahuan keagamaan, pengembangan wawasan keagamaan, dan meningkatkan pengamalan keagamaan, khususnya yang berkenaan dengan ajaran agama Islam pada kepustakaan Bali.

KerAnGKA KonsePtuAl

1. Pengertian Naskah

Naskah (manuscript/handscrift) menurut Baried (1985:55) pada hakikatnya adalah semua bahan tulisan tangan yang berisi tentang ungkapan pikiran dan perasaan penulis sebagai hasil budaya bangsa di masa lampau. Jadi, naskah merupakan benda konkret yang dapat dilihat atau dipegang. Di dalam naskah tersimpan berbagai ungkapan pikiran dan perasaan seseorang, sebagai hasil budaya masa lampau.

Naskah dapat dikenali dari ciri-ciri yang dimilikinya, diantaranya media tulisan, bentuk tulisan, keterangan penulis, tahun penulisan, jumlah naskah asli dan turunannya, serta usia naskah itu. Media tulisan naskah pada umumnya adalah papan, lontar atau dluwang dan kertas. Bentuk tulisan dalam naskah pada umumnya relatif panjang, lebih panjang dibandingkan dengan prasasti. Penulis naskah pada umumnya tidak disebutkan secara jelas atau bahkan tidak ada (anonim). Demikian pula tahun penulisannya tidak disebutkan secara jelas, bahkan ada yang tidak berangka tahun penulisan. Jumlah naskah pada umumnya cukup banyak, karena ada tradisi penyalinan naskah. Usia naskah relatif lebih mudah dibandingkan dengan prasasti.(Baried, 1985: 55)

Bahan naskah untuk karya Jawa Kuno di Indonesia termasuk di Bali disebut katas, yakni semacam papan yang dapat ditulisi dengan alat tulis tradisional.(Baried, 1985: 55) Pada perkembangannya naskah ditulis dalam lontar atau rontal (daun tal/siwalan), dan dluwang (kertas Jawa dari kulit kayu). Selanjutnya, dluwang diganti dengan kertas dari Eropa yang kualitasnya lebih baik. Pada abad ke-18 dan ke-19. di dalam The New Oxford Dictionary

Page 46: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

175Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

mukhtaruddin

sebagaimana dikutip oleh Siti Baroroh Baried bahan tulisan tangan atau manuscript itu disebut kodeks.(Baried, 1985: 56) Ilmu yang mempelajari seluk-beluk atau semua aspek tentang kodeks disebut kodikologi, mencakup bahan, umur, tempat penulisan, perkiraan penulisan naskah, dan lainnya. Setelah ditemukan mesin cetak, maka kodeks berubah arti menjadi buku tertulis. Dengan demikian, kodeks pada hakikatnya berbeda dengan naskah karena kodeks hanya mempelajari hal-hal tentang naskah di luar kandungan isinya.

Isi naskah-naskah klasik Nusantara termasuk naskah Bali yang bernuansa keagamaan Islam cukup bervariasi. Naskah tersebut pada umumnya berisi ajaran agama, pendidikan, hukum, moral, etika, budi pekerti/akhlak, estetika dan budaya, sejarah dan peradaban, intelektualitas dan ilmu pengetahuan serta sosial kemasyarakatan.

2. Pengertian Transliterasi Naskah, Penerjemahan Isi Naskah, dan Analisis Isi Naskah

Konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini meliputi konsep transliterasi naskah, penerjemahan isi naskah, dan analisis isi naskah. Transliterasi atau alih huruf, yakni upaya penggantian jenis huruf/tulisan, huruf demi huruf dari abjad satu ke abjad lainnya. Yang dimaksud penerjemahan menurut Alexander Fraser Tyler yang dikutip oleh Mukti Ali adalah upaya mengalihbahasakan dari satu bahasa ke bahasa lain, agar dapat dipahami isinya. Ada tiga jenis penerjemahan, yakni penerjemahan harfiah, penerjemahan konotatif, dan penerjemahan bebas.(Baried, 1994: 64) Analisis isi naskah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah cara menganalisis isi naskah berdasarkan kerangka konsep semiotika poststruktural sebagaimana dikemukakan oleh Roland Barthes, yang menganalisis kode sebagai wujud amanat atau pesan yang disampaikan pengarang dalam karya sastra itu.

Kode dalam semiotika poststruktural yang digunakan dalam penelitian ini adalah kode budaya. Kode adalah tanda yang digunakan oleh pembaca untuk memperoleh modus transaksi amanat dari suatu karya sastra. Kode bisa berbentuk lambang atau lainnya. Lambang adalah bagian dari tanda yang berupa sesuatu hal atau keadaan yang dapat menuntun pembaca sebagai subjek kepada makna karya sastra sebagai objek. Lambang dapat dikatakan sebagai tanda yang bermakna dinamis, khusus, dan subjektif.

Kode budaya atau kode acuan (the cultural code or reference code) adalah kode tentang budaya masyarakat yang melingkupi lahirnya suatu karya sastra. Kode ini menyatakan bahwa latar sosial budaya yang terdapat dalam sebuah cerita karya sastra memungkinkan adanya suatu kesinambungan dengan budaya yang melingkupinya. Selain itu dapat juga merupakan penyimpangan dari budaya yang melingkupinya, entah sebagian atau seluruhnya terhadap budaya yang telah mapan.

Page 47: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

176 Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Watak Manusia Dalam Naskah Geguritan Joharsa

KAjIAn PustAKA

Naskah Bali Klasik bernuansa Islam merupakan perbendaharaan kepustakaan Bali yang memiliki kandungan isi tentang ajaran agama Islam yang bernilai luhur. Kandungan nilai-nilai luhur yang terdapat dalam naskah Bali Klasik bernuansa keagamaan Islam itulah yang akan digali melalui penelitian ini. Kajian terhadap naskah Bali relatif sudah cukup banyak dilakukan orang, baik dilakukan oleh peneliti lokal maupun asing. Namun, meskipun naskah Bali Klasik bernuansa Islam cukup banyak di berbagai perpustakaan, museum, maupun perseorangan di Bali, kajian yang khusus meneliti tentang naskah Bali Klasik bernuansa keagamaan Islam sejauh pengamatan penulis belum pernah dilakukan.

Hasil kajian peneliti asing tentang naskah Bali di antaranya kajian terhadap naskah Ramayana Kakawin oleh Kern (1900), Negarakertagama oleh Brandes (1902), Wangbang Widoya oleh Robson (1971), dan Babad Buleleng oleh Worsley (1972). Sedangkan hasil kajian peneliti lokal (Indonesia) diantaranya penelitian tentang Arjunawijaya oleh Supomo (1977) dan kajian serat Sri Rama oleh Achadiati Ikram (1978). Selain itu ada tulisan dari I Gusti Ngurah Bagus tentang Kebudayaan Bali (1990) yang mengungkap tentang budaya masyarakat Bali, termasuk kehidupan keagamaannya.

Kajian naskah yang dilakukan oleh Kern tentang Ramawijaya Kakawin (1900) dilakukan dengan membandingkan antara naskah Ramawijaya Kakawin yang ada di Jawa dengan naskah Ramawijaya Kakawin yang ada di Bali. Kajian itu menghasilkan temuan bahwa ada perbedaan yang cukup jelas diantara keduanya khususnya dalam hal ejaan dan pilihan kata-katanya. Diduga perbedaan itu terjadi akibat perubahan yang dimasukkan kemudian atau karena bacaan dari teks lain. Naskah Bali dianggap lebih baik dibandingkan dengan naskah yang ditemukan di Jawa.

Brandes (1902) mengkaji masalah Negarakertagama yang berhuruf Bali dengan tujuan hanya untuk memperkenalkan naskah yang ditemukannya di Lombok pada tahun 1894. Pada kajian itu tidak ditempuh metode penentuan teks dasar suntingan naskah. Pada kajian itu Brandes hanya melakukan penyalinan terhadap naskah aslinya dan tidak melakukan pembetulan atas kesalahan yang dilakukan penyalin sebelumnya.

Robson (1971) dalam kajiannya terhadap naskah Wangbang Widoya memperoleh temuan bahwa naskah-naskah yang ditemukan itu penulisannya sangat ceroboh dan penulisnya tidak mengerti urut-urutan lembaran lontar yang harus dibaca sehingga terjadi kekacauan teks. Isi teks naskah hanya berupa fragmen yang tidak berkolofon (berketerangan). Kajian ini juga mengungkapkan bahwa hubungan langsung antarnaskah tidak dapat ditemukan sehingga diduga telah terjadi kesalahan dalam tradisi penyalinan dan terjadi kontaminasi horisontal dalam menangani perurutan naskah.

Page 48: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

177Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

mukhtaruddin

Worsley (1972) juga pernah mengkaji naskah Bali berjudul Babad Buleleng. Ia mengkaji empat naskah Babad Buleleng dengan menerapkan analisis struktur dan melakukan deskripsi serta editing terhadap masing-masing naskah. Dalam kajian itu ditemukan bahwa isi naskah itu adalah silsilah dari dinasti Klen Den Bukit yang berkuasa sejak dari nenek moyang pertama sampai zaman penulis babad itu. Garis keturunan inilah yang menurut Worsley, oleh pengarang dengan sadar dijadikan kerangka struktural karangannya. Motif yang menonjol adalah unsur cerita yang membangkitkan gambaran raja dan kerajaan yang ideal. Temuannya tentang naskah diantaranya bahwa dalam hal tertentu, masing-masing naskah saling berbeda, pemenggalan kata tidak percaya, dan pungutasi meskipun jelas menunjukkan persamaan bahwa pungutuasinya tidak disalin secara ajeg.

Hasil kajian peneliti lokal (Indonesia) tentang naskah Bali diantaranya kajian Supomo tentang Arjunawijaya (1977) dan Achadiati Ikram tentang Hikayat Sri Rama (1978). Dalam kajiannya terhadap 20 buah naskah yang ada di Bali, Lombok, dan Jawa, tentang Arjunawijaya, Supomo ingin meneliti otentitas naskah, kelengkapan naskah, kondisi ejaan dan bacaan, dan perwakilan dari dua tradisi naskah (Jawa-Bali) untuk menyusun sebuah stema (garis keturunan naskah).

Achadiati Ikram mengkaji tentang Hikayat Sri Rama (1978) mengamati tiga unsur struktural naskah itu yaitu amanat, alur, dan perwatakan. Hasil penelitiannya membuktikan bahwa amanat sebagai kode etik raja menunjukkan sifat-sifat raja yang menjadi teladan bagi setiap penguasa sepanjang zaman. Alur dan perwatakan menunjukkan bahwa amanat terutama ditujukan kepada penguasa. Temuan itu sangat berguna dalam penelitian ini sebagai masukan dalam penentuan pola kajian struktur naskah yang mencakup pengungkapan amanat, alur, dan perwatakan.

Berdasarkan kajian di atas dapat disimpulkan bahwa kajian terhadap naskah Bali sudah pernah dilakukan oleh peneliti asing maupun peneliti lokal (Indonesia). Meskipun demikian, kajian itu belum ada yang mengungkap tentang isi naskah Bali yang bernuansa keagamaan Islam secara memadai. Oleh karena itu, temuan dari penenlitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap upaya pengungkapan nilai-nilai luhur budaya bangsa, khususnya budaya Islam yang ada pada naskah Bali Klasik dalam rangka memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa.

metode PenelItIAn

Penelitian terhadap naskah-naskah Bali Klasik bernuansa keagamaan Islam tentang Geguritan Joharsa dilakukan menggunakan pendekatan filologi dan metode analisis isi (content analysis) berdasarkan kerangka analisis semiotika poststruktural Roland Barthes. Tahapan penelitian ini meliputi pengalihan bahasa atau transliterasi naskah ke dalam bahasa Indonesia.

Page 49: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

178 Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Watak Manusia Dalam Naskah Geguritan Joharsa

Setelah dialih bahasakan, kemudian naskah tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Terjemahan yang berbahasa Indonesia tersebut yang dianalisa. Yang dianalisis dalam laporan ini hanya 4 pupuh, yakni pupuh 19 sampai pupuh 22.

Objek penelitian ini berupa naskah Bali Klasik yang bernuansa keagamaan Islam. Naskah yang dimaksud adalah Geguritan Juharsa. Naskah tersebut ditulis menggunakan huruf Bali dan menggunakan bahasa Bali dengan terjemahan menggunakan bahasa Indonesia. Naskah tersebut diperoleh di Perpustakaan Fakultas Sastra Universitas Udayana Denpasar Bali. Kode naskah tersebut adalah Lontar No.404, Kropak No. 190 dengan jumlah lampiran 71 lembar.

AnAlIsIs nAsKAh

Sebelum menerangkan ringkasan atau analisis pupuh 19 sampai pupuh 22, maka akan diuraikan cerita singkat tentang Geguritan Juharsa. Ringkasan yang dimaksud adalah sebagai berikut.

Ada sebuah kerajaan di negara Arab yang bernama Sahalsah. Raja Sahalsah mempunyai dua orang putra yang salah satunya bernama Joharsa. Ketika raja tersebut meninggal dunia, maka kedudukan raja digantikan oleh kedua putranya. Penggantian tersebut dengan cara kerajaan dibagi menjadi dua.

Kedua raja tersebut pada mulanya hidup rukun dan damai, sehingga rakyat kedua kerajaan tersebut hidup dengan kemakmuran. Hanya karena ulah patih tua dan sebagian punggawa yang menyebarkan fitnah bahwa Joharsa akan menyerang, maka Juharsah menghadap saudaranya dengan tujuan menyerahkan kerajaannya.

Setelah kejadian itu, Juharsa pergi mengembara. Dalam pengembaraannya, Juharsa bertemu dengan Ni Rangda yang akhirnya mengangkat Juharsah menjadi anak dan juga mengawinkannya dengan anaknya yang bernama Narawulan.

Setelah perkawinan, Joharsa menengok saudaranya di Sahalsah. Sepulang dari Sahalsah isterinya sudah diboyong oleh raja Burgam. Yang memboyong Narawulan adalah saudara raja Burgam untuk dijadikan istri raja Burgam oleh dua orang adiknya. Hal ini dikarenakan raja Burgam belum memiliki istri. Namun demikian, kedua saudaranya tersebut dapat dibunuh oleh Joharsah dan istrinya.

Setelah Narawulan dapat memperdayai Brahmana yang notabene saudara raja Burgam, maka Narawulan menyamar menjadi seorang laki-laki agar tidak memdapat hambatan dalam mencari suaminya. Penyamarannya sampai di negeri Batalsah yang pada saat itu raja menggelar sayembara dalam rangka menyembuhkan putrinya yang sakit. Narawulan dapat menyembuhkan putri

Page 50: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

179Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

mukhtaruddin

raja dan tentu saja mendapat hadiah berupa putri raja dan kerajaan.

Sewaktu Narawulan menjadi raja di Batalsah, Joharsa juga sampai di negara tersebut. Ringkas cerita, keduanya Joharsah dan Narawulan hidup bahagia.

Pada puh 19 sampai 22 geguritan tersebut dapat diceritakan sebagai berikut. Pada suatu saat, Joharsah mendengar khabar kalau saudaranya sakit lantaran memikirkan Juharsa. Oleh karena itu, Joharsa dan Narawulan menengok ke kerajaan Sahalsah. Sesampainya di kerajaan Sahalsah, saudaranya menyerahkan kerajaannya karena dia mau mengundurkan diri.

Kerajaan Sahalsah di bawah pimpinan Joharsa tumbuh menjadi sebuah kerajaan yang makmur. Raja Burgam yang dipimpin oleh Raja Maldewa sangat mendendam kepada Juharsa. Hal tersebut dikarenakan Raja Maldewa mengetahui bahwa yang membunuh saudaranya adalah Juharsa dan Narawulan.

Oleh karena itu, Raja Maldewa menyerang kerajaan Sahalsah yang dipimpin oleh Joharsa. Pada awal peperangan, pihak Juharsa mengalami kemenangan; tetapi kemudian Joharsa mengalami kekalahan.

Raja Maldewa dengan kemenangannya tersebut menjadi sombong dan menantang kepada Joharsa. Dengan kesombongan tersebut, maka Antaboga membantu Juharsa. Berkat kesaktian Antaboga, Raja Maldewa mengalami kekalahan dan memohon ampun serta akhirnya dijadikan pasukan Juharsa.

Narawulan melahirkan putri yang cantik jelita. Pada suatu saat, putri Joharsa tersebut jatuh sakit keras. Setelah sekian lama menderita sakit dan tidak ada yang dapat menyembuhkan, akhirnya putri Juharsah dapat disembuhkan oleh Nahoda yang notabene dari kasta Sudra. Oleh karena itu, Nahoda diserahi putri dan kerajaan, tetapi Nahoda tidak mau dan pergi bertapa.

Ada seorang raja yang bernama raja Lokantara. Dia bermimpi bertemu dengan putri Juharsa. Dia kemudian melamar sang putri, tetapi lamarannya ditolak. Akibat penolakannya tersebut, raja Lokantara sangat marah dan menyerang kerajaan Sahalsah. Akhirnya terjadilah peperangan antara raja Lokantara dengan raja Maldewa yang merupakan pasukan kerajaan Sahalsah.

Cerita tersebut antara lain menggambarkan bagaimana watak-watak tokoh dalam cerita Geguritan Joharsa. Tokoh Joharsa, Narawulan, Nahoda, dan Lokantara. Watak-watak tokoh tersebut ada yang baik dan ada yang tidak baik. Tokoh yang memiliki watak baik antara lain Juharsa, Narawulan dan Nahoda. Tokoh yang memiliki watak yang kurang baik antara lain adalah Lokantara.

Tokoh Juharsa dilukiskan sebagai orang yang memiliki sifat-sifat yang luhur yang patut diteladani. Sifat tersebut sangat penting dalam kehidupan

Page 51: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

180 Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Watak Manusia Dalam Naskah Geguritan Joharsa

keluarga maupun masyarakat. Hal tersebut antara lain tertuang dalam Pupuh Smarandana 56a.16. sampai 56b.18. Pupuh tersebut menggambarkan tentang kasih sayang orang tua terhadap anaknya. Bunyi pupuh tersebut adalah :

56a. 16. Langkung sihe sri bupati, muah ibu kalih ika, 56b. tan sinungan adoh mangko, tan sah sinandingi sira, ya ta alami sira, bisa ameng amengan

niku, para emban atut untat.17. Muah Inyo sadayeki, tan sinungan adoh sira, sang nata ngandika alon, ni emban Inya

sadaya, yen nanak ingsun ika, adodolan adoh iku, den angati-ati sira.18. Den enggal sira ka buri, manawa naya tur lawan, cebur pana dingin reko, saban dina pan

mangkana, ajalir wani sira, sampun ing mangkanaiku, .........

Artinya :56a.16. Sang raja sangat sayang, juga kedua ibunya itu,56b.sekarang tidak diberikan pergi jauh, selalu didekati, lamalah beliau demikian, menjadi

bersenang-senang itu, para emban mengikuti di belakang.17. Juga semua pelayan, tidak diberkan jauh-jauh, sang raja bersabda pelan, hai emban dan

pelayan semua, ”Jika putriku itu, bermain-main jauh, hendaklah dijaga baik-baik.18. Hendaklah cepat dikejar, ”Kiranya dan siasat musuh konon kena panas dingin karena

tiap hari demikian, yang berbuat jahat berani, sudah demikian keadaannya, ....

Sifat tokoh yang sesuai dengan Juharsah adalah Narawulan. Dia memiliki sifat setia. Sifat tersebut tercermin pada Pupuh Smarandana 54b.1 sampai 55a.2. Bunyi pupuh tersebut adalah :

54b. 1 Prabu Anom kang kawarni, sapraptane delem pura, garwa kalih nembah mangko, ing wijil sarwa karuna, sama nungkeming pada, sasambate amelas ayun,

55a. nora nyana panggya.2. Kalawan andika singgih, sun sidep sampun palatra, arsa gela karsan ingong, yen tan

hamba papanggya, lawan andika tuan, sang kakung ngandika akus, duh mas mirang

ingsun nyawa.

Artinya: 54b.1. Raja Anom yang diceritakan, setibanya di istana, kedua isterinya sekarang menyembah,

nampak semuanya sedih, sama-sama merangkul kaki, katanya memelas hati,55a. ” Tidak disangka akan berjumpa.2. Dengan paduka tuanku, hamba hampir sudah mati, ingin membela keinginanku, jika hamba

tidak bertemu kembali, dengan paduka tuanku,”

Sifat tokoh Nahoda adalah ingin menjauhkan diri dari keduniawian dan suka menolong. Sifat terebut tercermin pada Pupuh Smarandana 59b.9 dan 10 serta Pupuh Sinom 61a.11 sampai 12.

Nahoda tergolong wong Jaba atau biasa tetapi dia sangat kaya. Dia juga mendengar Raden Galuh sedang sakit dan tidak ada yang dapat menyembuhkan. Harta benda dan lain sebagainya tidak ada yang mampu menyembuhkan sakit Raden Galuh. Oleh karena itu, dia pergi mengembara ke hutan. Di dalam hutan, dia mengalami beberapa kejadian yang luar biasa, sehingga dia merasa takut yang luar biasa.

Kejadian pertama adalah dia melihat orang yang dengan sengaja menggantung leher sendiri. Setelah dia bertanya, maka orang tersebut menjawab bahwa leher inilah yang memakan isi dunia ini.

Kejadian kedua adalah dia melihat orang yang dengan sengaja menusuk-nusuk perut sendiri. Setelah dia bertanya, maka orang tersebut menjawab bahwa perut inilah yang selalu memakan dunia.

Page 52: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

181Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

mukhtaruddin

Kejadian yang ketiga adalah dia melihat orang yang dengan sengaja membelenggu kaki sendiri. Setelah dia bertanya, maka orang tersebut menjawab bahwa kaki inilah yang menyebabkan ia berbuat kejahatan.

Kejadian yang keempat adalah dia melihat orang yang sedang membakar diri sendiri. Setelah dia bertanya, maka orang tersebut menjawab bahwa ini hukuman dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Hal ini dikarenakan badan ini kotor, berbuat yang tidak benar serta selalu membuat bencana.

Kejadian-kejadian tersebut, mengingatkan dia akan perbuatannya yang telah lalu. Dia memikirkan akan bagaimanakah dirinya apabila tidak dikasihi oleh tuhan. Dia berlari untuk menjumpai Pendeta yang bertapa di hutan. Hal tersebut dalam Pupuh Smarandana 59b. 9 dan 10. Pupuh tersebut berbunyi sebagai berikut :

59b.9. Nahoda melayu malih, mandahe ta awak ingwang, alawas daraka reko, anusuping ayam alas, kalintang ajerih ira, dadi apa awak ingsun, yen tan kawan asihing hyang.

10. Malayu nulia amanggih, pandita atapeng wana, Nahoda amarek alon, sang pandita aris mojar, bageya Ki Nahoda, paran gawe nireku, sinom prapta maring alas.

Artinya : 59b.9. Nahoda berlari lagi, pikirannya dirinya sendiri, dulu lama berbuat bencana, memasuki

hutan lebat, sangat takutlah ia, apa jadinya diriku, jika tidak dikasihi Tuhan.10. Berlari kemudian menjumpai, pendeta bertapa di hutan, Nahoda mendekat dengan

pelan, sang pendeta kemudia berkata, bahagialah Nahoda, tahu dengan pekerjaanku, senang tiba di hutan.

61a.11. ......, lah ki tuan manireki, sun serah putri lan nagara, tur tur sira jumeneng aji, ing Sahalsah nagari, ki tuan nika umatur, tan arsa eca dunia, tan hana karya nireki, hamba neda, amit nuhun ring sang nata.

12. Pinaksa de ra sang nata, ki tuan nika umijil, tan cidra ing samaya, lan ki tapa uni, wus metu tuan jati, tinateng dinia mangkeku, kalangena ing wana, pandita pinaran gelis, mapan ika, jenenging wali utama.

Artinya : 61a.11. ...... Ki tuan itu berkata pada raja, ”Tidak senang diberikan dunia, tidak ada keinginan

hamba ini, hamba menolak mohon pamit dan maaf pada raja.”12. Dipaksa oleh baginda raja, Ki tuan itu keluar, tidak melanggar janji dengan pertapa yang

dulu. Setelah betul-betul keluar, sekarang dunianya dibatasi, asyik di tengah hutan,

pendeta cepat dituju karena ia, menjadi wali yang utama.

Sifat tokoh Raja Lokantara adalah sangat sombong dan pemarah. Sifat tersebut tercermin pada Pupuh Sinom 64a.31 dan 65a.39. Bunyi pupuh tersebut adalah :

64a.31. .........., setelah menyampaikan semua pembicaraan, sang raja menjadi sangat marah,

patih disuruh menyiapkan, semua senjata, tujuh juta banyaknya, lurah punggawa

mantri, sri raja cepat kembali dari pertemuan.

65a.39. Tandingilah aku ini, jika engkau bosan hidup, ........

KesImPulAn

Geguritan Juharsa tersebut menggambarkan watak masing-masing pelaku dalam geguritan ini. Khusus pada Pupuh 19 sampai Pupuh 22, geguritan ini menggambarkan watak manusia yang baik dan watak manusia yang tidak baik.

Page 53: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

182 Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Watak Manusia Dalam Naskah Geguritan Joharsa

Watak manusia yang baik dicerminkan oleh Juharsa, Narawulan dan Nahoda sebagai pelaku. Juharsa memiliki watak yang luhur yang patut diteladani oleh manusia. Watak tersebut sangat penting dalam kehidupan keluarga maupun dalam kehidupan masyarakat. Hal tersebut antara lain tertuang dalam Pupuh Smarandana 56a.16 sampai 56b.18.

Watak tokoh yang sesuai dengan watak Juharsa adalah Narawulan. Dia memiliki sifat setia terhadap suaminya. Dia menghadapi cobaan hidup yang sangat berat, tetapi dia tetap setia terhadap suaminya hingga dipertemukannya. Hal tersebut tertuang dalam Pupuh Smarandana 54b.1 sampai 55a.2.

Watak Nahoda adalah ingin menjauhkan diri dari keduniawian dan suka menolong tanpa pamrih. Watak tersebut tertuang dalam Pupuh Smarandana 59b.9 dan 10 dan Pupuh Sinom 61a.11 dan 12.

Watak yang tidak baik diperankan oleh Raja Lokantara. Raja Lokantara memiliki watak yang sombong dan pemarah. Watak tersebut tertuang dalam Pupuh Sinom 64a.31 dan 65a.39.

Uraian dan kesimpulan di atas dapat memberikan saran kepada Pimpinan Departemen Agama untuk mempublikasikan naskah-naskah klasik khususnya yang bernuansa keislaman. Publikasi tersebut dapat dilakukan dengan mengadakan kerjasama dengan pihak-pihak yang memahami naskah tersebut baik yang bersifat lembaga maupun perorangan. Hal itu sangat penting karena naskah tersebut mengandung pelajaran yang sangat berharga bagi masyarakat. Dengan publikasi tersebut diharapkan masyarakat akan meneladani watak yang baik dan menjauhi watak yang tidak baik.

Page 54: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

183Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

mukhtaruddin

Baried, Siti Baroroh. 1985. Pengantar Filologi. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa

------------------------, dkk. 1994. Pengantar Teori Filologi. Yogyakarta: Badan Penelitian dan Publikasi Fakultas Seksi Filologi Fakultas Sastra Universitas Gajah Mada

Bagus, I Gusti Ngurah. 1990. “Kebudayaan Bali”. dalam Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan

Djojosantoso. 1986. Unsur Religius dalam Sastra Jawa. Semarang: Aneka Ilmu

Gunawan. 1998. “Masuknya Islam di Bali”. dalam Senang Bermuhammadiyah. Denpasar: Media Guru

Koentjaraningrat. 1990. Pengaruh Corak-Corak Kebudayaan dalam Abad-Abad Histori, dalam Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan

Richardson, Alan. 1969. Dictionary of Christian Theology. London.Simuh. 1988. Mistik Islam Kejawen Raden Ngabehi Rangga Warsito Suatu

Studi Terhadap Serat Wirid Hidayat Jati. Jakarta: UI PressSwastika, Made dan Sukersa, Wayan (Terj). Tt. Geguritan Joharsa. Denpasar,

Bali: Pustaka Lontar Fakultas Sastra, Universitas Udayana

DAFTAR PUSTAKA

Page 55: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,
Page 56: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

185Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

AbstrAct:People of Confucianism as subunsur in the wider community also have

a social structure and social stratification that support the development and sustainability of Confucius’s own people. Research on the structure and social stratification is taking Confucian people in Tuban district of East Java as target people with the method of observation and interviews with a qualitative approach. Confucian social structure people in Tuban in East Java were not only distinguished in spiritual groups and groups of people, but there are other structures of the pagoda board even have a social role in a very large religious community Confucian Tionghoa in Tuban in East Java.

Keywords: Social structure, social stratification, Tionghoa, Confucian, Tuban in East Java

PendAhuluAn Latar Belakang

Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa, di antaranya adalah etnis Tionghoa. Kehadiran etnis Tionghoa di Nusantara ini telah berlangsung lama, bahkan semenjak era kerajaan-kerajaan Nusantra seperti Mataram Kuno, Kalingga, Sriwijaya, Majapahit, hingga kerajaan Demak telah terjalin hubungan dengan etnis Tionghoa. Bahkan di kota-kota besar pada kerajaan-kerajaan tersebut, telah terdapat perkampungan-perkampungan khusus Tionghoa.

Abdurrahman Wahid (dalam Lasiyo, dkk., 1995 : xxxi), mengungkapkan bahwa generasi awal Tionghoa yang menjalin hubungan secara intensif dengan Nusantara adalah generasi Tionghoa muslim. Pasca berpindahnya kekuasaan Demak ke Mataram di daerah pedalaman, hubungan dengan

struKtur dAn strAtIFIKAsI sosIAl umAt KhonGhucu

dI KAbuPAten tubAn jAWA tImur

Oleh JOkO trI haryaNtO

PENELITIAN

Page 57: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

186 Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Struktur dan Stratifikasi Sosial Umat Khonghucu di Kabupaten Tuban Jawa Timur

kelompok Tionghoa ini semakin renggang. Baru pada generasi berikutnya yaitu Tionghoa yang datang bersamaan dengan kehadiran bangsa Eropa di Nusantara, yang dibawa oleh pemerintah Inggris dan Belanda. Generasi kedua inilah kelompok Tionghoa yang kebanyakan beragama Khonghucu.

Pada umumnya, orang-orang etnis Tionghoa ini berkelompok dan saling mengikat diri dalam hubungan-hubungan yang teratur dan intens antarmereka sebagai suatu kelompok sosial. Hal tersebut tercermin pada adanya kongsi-kongsi dan jaringan perdagangan di antara mereka; kantong-kantong masyarakat Tionghoa dalam bentuk perkampungan Pecinan; bahkan ikatan keagamaan yang bersifat komunal seperti agama Khonghucu.(Suryadinata. 1986) Mereka selain memiliki memiliki struktur sosial tertentu, yakni setiap orang atau setiap bagian kelompok memperoleh kedudukan tertentu dalam kelompok tersebut, juga mempunyai norma-norma sesama Khonghucu yang mengatur bagaimana peranan-peranan dalam kelompok tersebut harus dilakukan.(Hendropuspito. 1989 : 41-42)

Agama Khonghucu sendiri di Indonesia hampir tidak bisa dilepaskan dari masyarakat Tionghoa. Perjalanan sejarah agama Khonghucu dan etnis Tionghoa di Indonesia, termasuk “nasib” yang dialami agama dan etnis ini hampir selalu beriringan. Pada masa Orde Baru, yakni pascaperistiwa September 1965 (yang menurut versi pemerintah Orde Baru disebut peristiwa G-30-S/PKI) yang melibatkan partai Komunis Indonesia (PKI), situasi sosial politik masyarakat Tionghoa di Indonesia mengalami perubahan drastis. Hal ini karena PKI memiliki hubungan secara ideologis dan politik dengan Republik Rakyat Cina (RRC) dan Rusia (Uni Soviet) yang berideologi Sosialis Komunis. Akibatnya, muncul kecurigaan dan antipati terhadap kelompok etnis Tionghoa ini. Situasi ini berdampak terhadap agama Khonghucu, di mana kebijakan politik selanjutnya tidak memberi ruang yang leluasa bagi agama Khonghucu untuk berkembang. (Madjid, dkk., 1998 : 429- 430 dan Tanggok, 2005 : 208)

Terlepas dari persoalan politik tersebut, senyatanya bahwa etnis Tionghoa termasuk di dalamnya umat Khonghucu tetap mampu eksis hingga saat sekarang ini, apalagi setelah ada pengakuan terhadap agama Khonghucu sudah dipulihkan sejak tahun 2000 oleh presiden Abdurrahman wahid.(Zahid, dkk., 2006 : 35) Berangkat dari hal-hal tersebut, dipandang penting untuk dikaji mengenai struktur dan stratifikasi sosial dalam masyarakat Tionghoa yang beragama Khonghucu.

Permasalah, Tujuan dan ManfaatDalam perspektif fungsionalisme struktural, umat Khonghucu memiliki

struktur dan stratifikasi sosial yang menopang kelangsungan komunitas ini. Pertanyaannya, bagaimana stratifikasi keagamaan dan stratifikasi sosial dalam komunitas umat Khonghucu di Tuban Jawa Timur? Tulisan ini

Page 58: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

187Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Joko tr i haryanto

bertujuan untuk mendeskripsikan stratifikasi umat Khonghu berdasarkan agama maupun sosial lainnya dalam umat Khonghucu di Tuban Jawa Timur. Deskripsi mengenai persoalan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang stratifikasi sosial Umat Khonghucu. Hasil dari kajian ini secara praktis dapat dijadikan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan terkait komunitas atau umat Khonghucu.

Landasan TeoriAda beberapa teori yang cukup penting dalam mengkaji struktur dan

statifikasi sosial dalam masyarakat Khonghucu ini, di antaranya adalah teori fungsionalisme struktural, struktur sosial dan stratifikasi sosial.

Ide dasar fungsionalisme sruktural adalah bahwa setiap sistem sosial apakah keseluruhan atau subsistem saja, terdiri dari satu struktur unsur yang saling berhubungan dan setiap unsur berfungsi menyumbang pada kesesuaian dan kelangsungan hidup struktur sosial yang bersangkutan.(Hoselitz. 1988 : 36) Berdasarkan pada teori ini, maka masyarakat Khonghucu harus dianalisis sebagai satu kesatuan yang utuh di mana bagian-perbagiannya saling berinteraksi dan berhubungan secara searah maupun timbal balik. Sistem sosial yang terbangun, bersifat dinamis, di mana penyesuaian yang ada tidak banyak mengubah sistem sebagai kesatuan yang utuh. Integrasi yang sempurna di masyarakat, tidak pernah ada, karena di masyarakat senantiasa terjadi ketegangan-ketegangan dan penyimpangan yang kemudian dinetralisasi melalui proses pelembagaan; perubahan-perubahan akan terjadi secara gradual sebagai proses adaptasi dan penyesuaian karena adanya differensiasi dan inovasi; serta sistem diintegrasikan lewat nilai-nilai yang sama. (Zamroni. 1992 : 25)

Struktur sosial adalah skema penempatan nilai-nilai sosio-budaya dan organ-organ masyarakat pada posisi yang dianggap sesuai, demi berfungsinya organisme masyarakat sebagai suatu keseluruhan, dan demi kepentingan masing-masing bagian untuk jangka waktu yang relatif lama.(Hendropuspito. 1989 : 89) Skema ini menggambarkan beranekaragamnya corak bagian-bagian masyarakat dalam mengemban fungsi sesuai dengan nilainya masing-masing dalam masyarakat tersebut. Struktur sosial masyarakat yang satu dan lainnya berbeda.

Kalau struktur sosial merupakan skema umum, mengatur nilai-nilai sosial budaya dan organ-organ sosial yang mendukungnya dalam keseluruhan masyarakatnya, maka stratifikasi sosial merupakan bagian dari struktur sosial. Stratifikasi sosial adalah tatanan vertikal berbagai lapisan sosial (strata sosial) berdasarkan tinggi rendahnya kedudukan atau status sosial. Masyarakat secara spontan menyusun lapisan-lapisan sosial yang berbeda-beda sesuai dengan tinggi rendahnya kedudukan, berdasarkan kriteria tertentu yang dianutnya.(Hendropuspito. 1989 : 109-110)

Page 59: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

188 Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Struktur dan Stratifikasi Sosial Umat Khonghucu di Kabupaten Tuban Jawa Timur

Teori stratifikasi sosial ini selain bersumber pada teori fungsionalisme juga mendapatkan landasannya pada teori konflik. Dalam pandangan fungsionalisme, stratifikasi sosial merupakan suatu keperluan, yakni kebutuhan masyarakat untuk menempatkan orang-orang ke dalam posisi-posisi yang membentuk struktur sosial dan mendorong mereka menjalankan tugas-tugas yang berhubungan dengan posisi-posisi tersebut. Namun dalam pandangan teori konflik, stratifikasi sosial merupakan akibat ketidaksamaan sosial yang muncul dari perjuangan untuk memperoleh barang atau jasa berharga yang persediaannya terbatas. Teori ini memusatkan perhatian pada kepentingan-kepentingan yang memisah-misahkan orang-orang dalam masyarakat yang menjurus ke arah dominasi dan eksploitasi di dalam hubungan antarmanusia.(Sunarto. 1985 : 231-238)

metode PenelItIAn

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Tuban Provinsi Jawa Timur pada bulan Februari 2008. Pemilihan Kabupaten Tuban Jawa Timur berdasarkan pertimbangan bahwa kehidupan beragama Khonghucu di Tuban relatif cukup maju. Pusat kegiatan umat Khonghucu di Kabupaten Tuban berada di Klenteng Kwan Sing Bio yang telah ada sejak tahun 1700-an, dan sekarang merupakan klenteng terbesar di Asia Tenggara.

Penelitian terhadap stratifikasi sosial umat Khonghucu itu sendiri merupakan penelitian kualitatif untuk menghasilkan data deskriptif, gambaran sistematis, faktual dan akurat mengenai fenomena yang diamati. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah pengamatan atau observasi yang dilakukan terhadap pola interaksi umat Khonghucu yang menunjukkan pelapisan sosial di lingkungan mereka. Metode wawancara yakni indepth interview juga dilakukan untuk memperdalam pemahaman tentang interaksi dan hubungan antarumat Khonghucu. Wawancara dilakukan secara tidak terstruktur dan purposif (Purposive or Judgmental Sampling) berdasarkan kriteria tertentu yang diharapkan memiliki informasi yang akurat,(Endraswara. 2006 : 115) yaitu meliputi rohaniawan, pengurus Klenteng dan umat khonghucu. Validasi data dilakukan melalui crosscheck atau triangulasi terhadap sumber-sumber data tersebut. Selain data-data dari lapangan tersebut. Untuk memperoleh pemahaman yang lebih jelas, juga dipergunakan data-data sekunder berupa literatur tentang masyarakat Tionghoa ataupun umat Khonghucu.

Data-data yang diperoleh ini dianalisis dengan pendekatan kualitatif yakni analisis deskriptif. Analisis penelitian ini tidak hanya dijelaskan dengan kalimat-kalimat yang dideskripsikan, tetapi sedapat mungkin memberi kejelasan obyek penelitian. (Moleong. 2000 : 36)

Page 60: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

189Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Joko tr i haryanto

hAsIl dAn PembAhAsAn

Setting Sosioreligius Umat Khonghucu Kabupaten Tuban terdiri dari 20 Kecamatan dengan jumlah desa/

kelurahan sebanyak 328 desa/kecamatan. Pusat pemerintahan sebagai ibukota kabupaten terdapat di kecamatan Tuban. Penduduk Tuban pada tahun 2006 berjumlah 1.124.508 orang yang terdiri dari 557.115 orang laki-laki dan 567.393 orang perempuan. (BPS Tuban. 2007 : 26, 45-46) Situasi kehidupan beragama masyarakat Tuban dapat dilihat dari jumlah pemeluk agama dan jumlah tempat ibadah. Dari data tahun 2006, pemeluk agama Islam berjumlah 1.085.450 orang, Kristen berjumlah 6.668 orang, Katolik 3.089 orang, Hindu 153 orang, Budha 731 orang, dan lain-lain 93 orang. Agama Khonghucu secara khusus belum memiliki data jumlah pengikutnya. (Bappeda Tuban. 2007 : 18) Data terbaru dari kantor Departemen Agama Tuban tahun 2007, jumlah umat Islam 1.115.123 orang, Kristen 6.499 orang, Katolik 1.954 orang, Hindu 678 orang, dan Budha 147 orang. Data mengenai pemeluk agama selain 5 agama tersebut tidak tersedia, termasuk data pemeluk agama Khonghucu.

Sulit untuk diketahui berapa jumlah pastinya penduduk Tionghoa maupun penganut agama Khonghucu dan data-data lainnya, karena data-data pemerintah kabupaten Tuban tidak menyebutkan tentang komposisi penduduk berdasarkan suku bangsa dan kewarganegaraan. Demikian juga pendataan penduduk berdasarkan agama, tidak ada data yang khusus tentang jumlah penganut agama Khonghucu. Dalam data di Bappeda Tuban yang bersumber dari Depag Tuban tahun 2006, ada penganut agama “lain-lain” sebanyak 93 orang, tetapi tidak ada kepastian apakah yang dimaksud ini adalah agama Khonghucu atau bukan. Perkawinan umat Khonghucu yang mencatatkan diri di Kantor Catatan Sipil Kabupaten Tuban selama tahun 2007 hanya tercatat 3 perkawinan saja. Demikian juga data kelahiran dari keluarga Khonghucu, tidak tersedia. Sedangkan data dari sekretariat agama Khonghucu Klenteng Kwan Sing Bio, hanya mencatat kegiatan pelayanan kematian secara Khonghucu, yakni tahun 2006 mulai bulan Mei terdapat 9 kali upacara. Selama tahun 2000, dilaksanakan upacara kematian 14 kali, dan tahun 2008 sampai bulan Pebruari, dilaksanakan 5 kali upacara kematian.

Informasi dari Handjono Tanzah, pengurus Klenteng, bahwa anggota klenteng Kwan Sing Bio memiliki kartu anggota sebanyak 554 orang. Dari anggota klenteng yang terdaftar ikut di kegiatan kebaktian Khonghucu, sebanyak 105 orang Tetapi yang aktif dalam setiap kegiatan kebaktian Khonghucu, hanya sekitar 70 orang. Sedangkan data dari Sekretariat agama Khonghucu TITD Kwan Sing Bio, peserta kebaktian yang terdaftar orang tua berjumlah 84 orang dan anak-anak-remaja berjumlah 44 orang. Perbedaan angka ini dapat dipahami, karena data dari Tanzah adalah umat yang terdaftar

Page 61: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

190 Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Struktur dan Stratifikasi Sosial Umat Khonghucu di Kabupaten Tuban Jawa Timur

sebagai anggota Klenteng,1 sedangkan dari umat Khonghucu sendiri ada yang tidak ikut terdaftar sebagai anggota klenteng tetapi menjadi anggota keluarga dari anggota klenteng.

Agama Khonghucu dalam pandangan sosiologis termasuk agama yang memiliki aspek komunal dalam pengertian ikatan dengan komunitas tertentu yang kuat, yaitu tidak dapat dipisahkan dari masyarakat Tionghoa. Namun agama Khonghucu tidak bersifat komunal sempit yang biasanya erat kaitannya dengan sistem politik tertentu. Karena itu agama ini juga mempengaruhi dan kemudian dianut oleh orang-orang dari masyarakat lain atau wilayah lain. (Scharf. 1995 : 50) Itu sebabnya, menurut Bunsu Titis, seorang rohaniawan di Tuban, meskipun jumlahnya kecil tetapi ada penganut agama Khonghucu di Tuban ini adalah dari etnis Jawa. Bahkan Bunsu Titis sendiri adalah rohaniawan perempuan yang asli etnis Jawa.

Umat Konghucu lebih banyak terkonsentrasi di kecamatan Tuban kota. Kegiatan umat Khonghucu dipusatkan di Klenteng Kwan Sing Bio, berada di Jl. Martadinata no.1 Tuban Jawa Timur. Klenteng Kwan Sing Bio merupakan salah satu klenteng terbesar di Asia Tenggara dengan luas tanah lebih dari 4 hektar, dan terdapat gedung 4 lantai yang dapat dipergunakan untuk kegiatan dan menginap para pengunjung (bisa muat sampai 4.000 orang). Klenteng ini tidak hanya dipergunakan oleh umat agama Khonghucu saja, tetapi juga agama Budha dan Taoisme karena pada era Orde Baru, klenteng difungsikan sebagai Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD).

Masyarakat Tionghoa sangat toleran dengan tradisi dan agama-agama yang berbeda. Hal ini ditengarai dengan diterimanya konsep tentang Sam Kau (Tiga agama) yang mengakomodasi agama Khonghucu, Budhisme dan Taoisme. Klenteng pun dalam hal ini turut menunjukkan sikap penerimaan terhadap berbagai tradisi kuno masyarakat Tionghoa dan sekaligus tradisi-tradisi agama Konghucu, Budha dan Taoisme.2

Kegiatan kebaktian khusus untuk agama Khonghucu ini dilaksanakan di Lithang yang merupakan salah satu ruangan dalam kompleks klenteng Kwan Sing Bio tersebut. Kebaktian agama Khonghucu yang pertama kali dilaksanakan di klenteng Kwan Sing Bio adalah pada tanggal 22 Desember 1989, dengan mendatangkan rohaniawan dari Dewan Rohaniawan MATAKIN

1. Anggota Klenteng dimaksud adalah umat dari agama Khonghucu, Budha dan Tao-isme yang terdaftar secara resmi sebagai anggota Klenteng Kwan Sing Bio, sehingga memiliki kartu tanda anggota. Dalam pemilihan pengurus Klenteng, tanda keanggotaan ini menjadi pent-ing karena dipergunakan sebagai syarat untuk memilih pengurus. Di Klenteng Kwan Sing Bio ini pengurus Klenteng dipilih melalui pemilihan langsung dari anggota klenteng setiap 3 tahun sekali. 2. Menurut Hanjono Tanzah, Pengurus klenteng, biasanya klenteng dengan nama yang akhirannya Bio menunjukkan pemiliknya beragama Khonghucu, Sie kalau pemiliknya Budha dan Koan kalau pemiliknya beragama Tao. Hal ini karena dulu klenteng adalah milik keluarga, tetapi pada saat sekarang ini tidak lagi seperti itu karena klenteng umumnya menjadi milik komunitas Tionghoa dengan ketiga agama tersebut.

Page 62: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

191Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Joko tr i haryanto

Solo maupun dari MAKIN daerah lainnya. Baru tahun 1990, klenteng ini mengangkat rohaniawan tetap untuk melayani dan memimpin kegiatan keagamaan Khonghucu di klenteng Kwan Sing Bio. Rohaniawan yang pertama diangkat adalah Bunsu Tik Giyanto yang sebelum bertugas di sini, yang bersangkutan rohaniawan di Cilacap Jawa Tengah. Tahun 1991, Bunsu Tik Giyanto berhenti dan digantikan oleh Bunsu Titis sampai tahun 2005. Setelah Bunsu Titis mengundurkan diri tahun 2005 tersebut, Bunsu Antonius diangkat oleh Klenteng untuk menjadi rohaniawan tetap.

Struktur Sosial Umat Khonghucu

Struktur sosial dalam agama ini, ada yang diterapkan dalam strata sosial dan ada pula yang hanya berlaku dalam lingkup keagamaan saja. Agama Khonghucu mengenal pembagian antara umat dan tokoh agama atau tokoh spiritual. Demikian juga dalam masyarakat Tionghoa yang memeluk agama Khonghucu terdapat strata sosial yang tersusun atas dasar pendangan keagamaan mereka.

Adapun struktur dan stratifikasi sosial umat Khonghucu memiliki keterkaitan terhadap dua hal, yaitu agama Khonghucu dan masyarakat Tionghoa sebagai basis komunal umat Khonghucu.3 Struktur sosial dalam agama Konghucu di Tuban Jawa Timur secara makro terdiri atas dua kelompok yaitu kelompok umat dan kelompok rohaniawan. Sedangkan stratifikasi terhadap umat Khonghucu berdasarkan keagamaan menggunakan landasan yang telah disusun oleh MATAKIN sebagai lembaga keagamaan Khonghucu. Sementara struktur sosial masyarakat Tioanghoa yang beragama Khonghucu di Tuban Jawa Timur terdiri dari umat, pengurus klenteng dan rohaniawan.

Struktur sosial umat Khonghucu di Tuban dapat digambarkan sebagai berikut :

Dari gambar tersebut dapat dijelaskan bahwa struktur sosial dalam umat Khonghucu terdiri atas umat, rohaniawan, dan pengurus klenteng. Bagian-bagian dalam struktur tersebut dilihat dari keaktivan dalam kegiatan kebaktian

3. Meskipun agama Khonghucu ini bukan agama kounal sempit, tetapi sebagian besar umat adalah warga tionghoa sehingga struktur sosial sangat terpengaruhi oleh sistem budaya etnis ini.

Page 63: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

192 Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Struktur dan Stratifikasi Sosial Umat Khonghucu di Kabupaten Tuban Jawa Timur

atau ritual Khonghucu dan keaktivan dalam kegiatan umat dan sosial lainnya, maka dari umat Khonghucu terdapat umat yang aktif dalam kebaktian, umat yang aktif dalam kegiatan umat dan sosial lainnya, umat yang aktif dalam kebaktian sekaligus dalam kegiatan umat dan sosial lainnya, dan umat yang pasif dalam kebaktian dan kegiatan umat/sosial lainnya. Sedangkan rohaniwan aktif dalam kebaktian dan kegiatan umat/sosial lainnya sebagai tuntutan atas jabatannya tersebut. Posisi pengurus klenteng menjadi paling sentral dalam struktur sosial umat Khonghucu. , karena pengurus memiliki kekuasaan untuk mengatur kegiatan klenteng dan kegiatan umat khonghucu, bahkan termasuk mengangkat dan memberhentikan rohaniawan.

Dalam struktur sosial keagamaan, masyarakat umum dan pengurus termasuk kategori umat yang dibedakan dengan rohaniawan dalam hal perannya dalam kegiatan ritual keagamaan atau kebaktian. Struktur tersebut akan berbeda stratifikasinya dalam peranan politik umat Khonghucu secara umum, khususnya di lingkungan Klenteng Kwan Sing Bio. Sekalipun secara agama, strata rohaniawan lebih tinggi kedudukannya dibandingkan pengurus klenteng yang termasuk dalam kategori umat, tetapi dalam peranan politik, pengelolaan umat dan Klenteng Kwan Sing Bio, pengurus klentenglah yang berada di strata paling tinggi.

Stratifikasi Berdasarkan Keagamaan

MATAKIN sebagai lembaga keagamaan tertinggi dalam agama Khonghucu membagi umat Khonghucu ke dalam beberapa jenis strata, yakni strata berdasarkan rohaniah, berdasarkan tingkat kesucian, dan secara lahiriah. (MATAKIN. tt.:39) Secara rohaniah, umat Khonghucu dibagi dalam tiga kelompok, pertama, kelompok yang mulai terhimpun di pintu gerbang kebajikan, yakni yang telah mengakui dirinya sebagai umat. Kedua, kelompok yang telah memasuki gerbang kebajikan, yaitu yang bukan saja telah mengakui melainkan juga benar-benar berusaha membina diri berdasarkan ajaran agama. Ketiga, kelompok yang telah memasuki pintu gerbang kebajikan dengan benar-benar mengikuti dan mengembangkan watak sejatinya yang tercermin dalam pengabdiannya. Mereka inilah yang disebut sebagai orang-orang yang berusaha menempuh jalan suci seorang Kuncu atau susilawan.

Strata Umat Khonghucu berdasarkan kondisi rohaniah dapat digambarkan sebagai berikut :

Page 64: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

193Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Joko tr i haryanto

Sedangkan strata dilihat dari kondisi kesucian, ada lima tingkat yang menjadi tujuan pencapaian umat, yaitu, pertama, Sian atau baik yaitu yang keinginan-keinginannya memang layak dan baik. Kedua, Sien atau dapat dipercaya yaitu yang dirinya telah benar-benar mempunyai kemampuan merealisasi keinginan baik tersebut. Ketiga, Bi atau indah yaitu yang mampu merealisasi baik itu dengan sepenuhnya. Keempat Tai atau besar yaitu yang kemampuan merealisir baik itu sedemikian besar sehingga memancarkan cahaya atau pengaruh kemuliaan itu pada masyarakat luas. Kelima Sing atau sifat nabi yaitu jiwa besar yang sedemikian agung sehingga mampu membawa perubahan dan peleburan kepada orang-orang yang mendengar atau melihat. Sifat nabi yang selaras dengan Sing atau sifat Tuhan/roh yang Mahasuci tidak bisa diperkirakan lagi menjadi maha Kebajikan.

Strata berdasarkan kondisi kesucian diri dapat digambarkan sebagai berikut :

Namun secara lahiriah, umat Khonghucu dibedakan lagi. Pertama, umat tradisional yaitu mereka yang masih melakukan sembahyang kepada Thian YME, kepada leluhur dan upacara-upacara tradisi yang bersumber ajaran agama Khonghucu. Kedua, umat yang sudah aktif sebagai pendengar yaitu yang sudah memperhatikan dan mengikuti kebaktian di Lithang. Ketiga, umat yang telah melaksanakan Liep-Gwan atau sidi pengakuan iman pada suatu kebaktian. Keempat, umat yang aktif memangku jabatan yaitu mereka yang menjadi pengasuh kebaktian, menjadi pengurus dalam majelis atau menjadi rohaniawan.

Strata umat Khonghucu secara lahiriah dapat digambarkan sebagai berikut :

Page 65: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

194 Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Struktur dan Stratifikasi Sosial Umat Khonghucu di Kabupaten Tuban Jawa Timur

Adapun tingkatan dalam bidang kerohaniawanan atau jabatan keagamaan adalah Kausing atau penebar agama, Bunsu atau guru agama dan Haksu atau pendeta. Seorang Kausing minimal berusia 18 tahun dan kelakuan hidupnya tidak tercela. Bunsu minimal sudah berusia 21 tahun atau sudah menikah dan pengetahuan agamanya sudah mendalam atau sudah mengikuti pendidikan agama yang ditentukan, serta kelakuan hidupnya tidak tercela. Sedangkan Haksu diangkat minimal berusia 30 tahun atau sudah beristri dengan pengetahuan agamanya sudah mendalam atau sudah berpegalaman menjabat Kausing / Bunsu atau melalui pendidikan yang telah ditentukan, dan kelakuan hidupnya tidak tercela. Untuk rohaniawan wanita harus dengan persetujuan dari suaminya. (MATAKIN. tt. : 41)

Tugas para rohaniawan ini berhubungan dengan kegiatan ritual, pembinaan mental keagamaan/spiritual umat, seperti membawakan firman-firman Thian (Tuhan), memberi pengajaran agama, memimpin upacara-upacara agama, pembinaan atau pelayanan mental spiritual umat dan tugas-tugas lain yang berhubungan dengan agama Khonghucu. Pengangkatan rohaniawan ini dilakukan oleh MATAKIN melalui MAKIN dalam suatu upacara Liep Gwan yang dipimpin oleh Haksu atau rohaniawan yang lebih tinggi tingkatannya. Jabatan rohaniawan ini berlaku seumur hidup kecuali jika berhalangan penuh untuk menjalankan tugas-tugas kerohaniawanannya. Jabatan rohaniawan ini pun juga dapat dicabut oleh MAKIN disebabkan ingkar dari jalan suci. Posisi Kausing dan Bunsu tidak mendapatkan kesejahteraan dari kebaktian, oleh karenanya diperbolehkan bekerja dalam bidang lain yang tidak bertentangan dengan jabatnnya sebagai rohaniawan. Sedangkan Haksu mengabdikan hidupnya kepada agama atau kebaktian, sehingga majelis agama atau kebaktian berkewajiban menanggung kebutuhan-kebutuhan hidupnya secara layak.

Selain jabatan rohaniawan di atas, ada jabatan lagi dalam agama Khonghucu yaitu Tiangloo atau sesepuh. Jabatan ini diberikan sebagai penghormatan karenanya tidak dilakukan upacara Liep Gwan dengan pembacaan sumpah, hanya dengan upacara sembahyang di depan altar Nabi Khongcu. Jabatan Tiangloo ini dapat diberikan kepada Kausing, Bunsu, Haksu atau tokoh yang ahli dan mendalami agama Khonghucu tetapi sudah tidak dapat lagi aktif sepenuhnya dalam penebaran agama karena berusia lanjut atau lebih dari 55 tahun. Dalam bidang keagamaan, posisi Tiangloo juga cukup penting, yaitu dalam keadaan darurat ia dapat melakukan tindakan penyelamatan atas nama lembaga agama dan berfungsi sebagai rohaniawan. (MATAKIN. tt. : 42-43)

Page 66: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

195Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Joko tr i haryanto

Strata Rohaniawan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Agama Khonghucu pada awalnya berkembang di daratan Cina saat Dinasti Han (abad II SM- II M) termasuk agama yang komunal, di mana keikutsertaan dalam peribadatan di keluarga, di kota dan di dalam negara merupakan bagian dari kewajiban warga negara, dan merupakan tanda pengakuan atas otoritas paternal maupun kerajaan. Sistem penunjukkan para pengelola kegiatan keagamaan merupakan sistem tentang peranan-peranan kependetaan pada masa itu merupakan peranan yang bisa diupayakan. Para pengelola keagamaan mencapai jabatan tersebut melalui proses pembelajaran dan akhirnya ditunjuk oleh pemegang otoritas politik untuk mengurus masalah keagamaan dan peribadatan. Dengan demikian para pengelola itu adalah pembantu-pembantu raja untuk melaksanakan berbagai peribadatan Khonghucu, di mana jabatan tertinggi dipegang oleh pemilik otoritas tertinggi paternal yaitu raja. (Scharf. 1995 : 45, 56)

Pada masa sekarang ini pun para rohaniawan Khonghucu mendapatkan jabatannya tersebut sebagai suatu usaha, yakni diupayakan melalui proses pembelajaran dan pengabdian. Para rohaniawan Khonghucu dipandang menguasi pengetahuan yang cukup mengenai agama Khonghucu dan memiliki kemampuan untuk menebarkan ajaran-ajaran Khonghucu kepada umatnya. Namun ketentuan dari MATAKIN menunjukkan bahwa tidak setiap umat Khonghucu dapat memerankan sebagai rohaniawan, melainkan setelah mendapatkan pengabsahan oleh Dewan Rohani MATAKIN. Selain itu untuk menjadi rohaniawan juga memerlukan rekomendasi atau pengusulan secara resmi oleh tempat ibadah atau klenteng untuk pengangkatan seseorang sebagai rohaniawan kepada Dewan Rohani MATAKIN, khususnya bagi rohaniawan atau calon rohaniawan yang akan diangkat sebagai rohaniawan tetap di tempat ibadah tersebut.

Stratifikasi Sosial Umat Khonghucu

Aktivitas keagamaan umat Khonghucu di Tuban berpusat di klenteng Kwan Sing Bio yang berada dalam pengelolaan kepengurusan Klenteng. Pengurus Klenteng merupakan pemilik otoritas pengelolaan Klenteng sebagai

Page 67: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

196 Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Struktur dan Stratifikasi Sosial Umat Khonghucu di Kabupaten Tuban Jawa Timur

pusat sistem sosial keagamaan Khonghucu. Mereka yang menentukan arah perjalanan dan kegiatan klenteng bagi umat Tri Dharma, termasuk umat Khonghucu di dalamnya. Mereka adalah “raja” yang memiliki kewenangan dan tanggungjawab terhadap perikehidupan umat sebagai “rakyat” yang tergabung dalam klenteng dalam menjalankan kegiatan keagamaan mereka. Maka meskipun secara praktis dalam ritual mereka tidak berkiprah secara langsung, namun kelangsungan dan kelancaran kegiatan ritual bagi umat di dalam dan di luar klenteng masuk dalam kewenangan mereka. Kekuasaan mereka lebih besar dibandingkan rohaniawan, oleh karena mereka yang mengangkat rohaniawan itu sebagai rohaniawan tetap di Klenteng ini, termasuk mereka mungkin saja mengganti dengan rohaniawan yang lain.4 Maka strata pengurus klenteng ini menduduki posisi paling atas dalam stratifikasi sosial masyarakat Tionghoa yang beragama Khonghucu.

Kepengurusan Klenteng Kwan Sing Bio merupakan posisi politis dalam pengertian sempit, yakni status kepengurusan melimpahkan kewenangan dan kekuasaan untuk pengelolaan aset dan sember daya dalam klenteng terbesar di Asia Tenggara ini. Pada akhirnya posisi kepengurusan ini dapat menimbulkan proses integrasi maupun konflik sekaligus dalam sistem sosial umat Khonghucu yang berpusat pada klenteng. Umat Khonghucu yang merasa memiliki peluang dan kepentingan akan berupaya meraih kedudukan tersebut. Status kepengurusan selain melahirkan hak kekuasaan, yang pasti juga menumbuhkan prestise di lingkungan Klenteng maupun masyarakat luas, di mana “wibawa sosial” ini menjadi aset dalam membangun jaringan terutama jaringan ekonomi dengan sesama pengusaha Tionghoa di kota-kota lain bahkan luar negeri untuk kepentingan pribadi.5

Lapisan selanjutnya barulah para rohaniawan. Posisi rohaniawan merupakan peranan pembantu dari pengurus klenteng dalam mengelola, mengasuh, membina dan memimpin peribadatan bagi umat klenteng yang beragama Khonghucu tanpa memiliki otoritas yang lebih tinggi dari pengurus Klenteng kecuali dalam bidang ritual peribadatan. Baru kemudian lapis berikutnya adalah para aktivis atau umat Khonghucu yang aktif dalam berbagai kegiatan keagamaan Khonghucu,6 disusul umat Khonghucu yang hanya biasa datang dalam kebaktian, dan di lapis terakhir adalah umat

4. Rohaniawan tetap yang pertama di Klenteng Kwan Sing Bio adalah Bunsu Tik Gi-yanto yang menjalankan tugasnya hanya beberapa bulan. Menurut Bunsu Titis dan Bunsu Anto-nius karena perbedaan persepsi Bunsu Tik Giyanto dengan Pengurus Klenteng. Termasuk juga pengunduran diri Bunsu Titis dikarenakan konflik dengan pengurus klenteng. 5. Klenteng Kwan Sing Bio sebagai klenteng terbesar dan dianggap paling keramat di Asia Tenggara menjadikan klenteng ini banyak didatangi oleh orang-orang Tionghoa untuk memperoleh keberkahan terutama dalam bidang usaha. Donatur dari para penguasa yag melalui jaringan “berkah” ini cukup besar untuk memelihara, bahkan terus membangun dan mengem-bangkan klenteng. Penghasilan dana klenteng yang sangat besar ini dan proyek-proyek pemban-gunan klenteng dapat menjadi motif mendapatkan posisi kepengurusan. 6. Pada umumnya mereka ini adalah umat Khonghucu yang pernah menjadi pengurus Klenteng, tetap aktif dalam kegiatan di klenteng, dan aktif pula dalam kegiatan yang berhubungan dengan agama Khonghucu di luar kebaktian seperti dalam upacara kematian dan sebagainya.

Page 68: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

197Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Joko tr i haryanto

Khonghucu yang tidak terlalu bahkan tidak aktif dalam kegiatan kebaktian di klenteng.

Strata sosial dalam masyarakat Tionghoa yang beragama Khonghucu dapat digambarkan sebagai berikut :

Di luar hubungan keagamaan, strata yang nampak dalam masyarakat Tionghoa adalah berdasarkan pada status ekonomi mereka. Pada umumnya dalam interaksi sosial terjadi pemisahan strata ekonomi atas menengah dan bawah. Kebanyakan pengurus Klenteng termasuk strata ekonomi atas dengan profesi pengusaha. Posisi sebagai pengurus klenteng yang besar dan terpandang tidak hanya di Indonesia tetapi juga sampai keluar negeri menjadikan posisi ini sangat prestise dan memudahkan untuk menjain hubungan bisnis dengan pegusaha di kota-kota lain. Rohaniawan seperti Bunsu Antonius dan Bunsu Titis dilihat dari segi perekonomiannya mapan, tetapi tergolong menengah. Sementara kelompok yang aktivis sebagiannya merupakan kelompok ekonomi atas-menengah. Kelompok aktivis ini memungkinkan akses interaksi yang baik kepada pengurus dan rohaniawan. Sedangkan umat Khonghucu kebanyakan yang aktif di kebaktian maupun yang tidak aktif meliputi strata ekonomi atas sampai bawah.

Sebagaimana dalam masyarakat yang lainnya, strata sosial dan keagamaan ini berpengaruh terhadap pola hubungan interaksi di antara anggota masyarakat. Dalam masyarakat Khonghucu di Tuban, hubungan dalam satu strata biasanya lebih baik dan akrab dibandingkan dengan strata sosial yang lebih jauh. Pengurus Klenteng dari strata ekonomi atas pada umumnya jarang berhubungan langsung dengan umat yang berasal dari kalangan ekonomi bawah. Namun hubungan baik terjalin antara pengurus dengan umat yang strata ekonominya mapan, atau karena hubungan keluarga. Posisi rohaniawan dan aktivis pada umumnya mampu beradaptasi dan berinteraksi dengan baik terhadap kalangan atas maupun bawah.

Strata sosial dari segi pendidikan dan jabatan birokrasi dalam masyarakat Tionghoa kurang menonjol. Meskipun sudah banyak generasi muda Tionghoa yang melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dibandingkan

Page 69: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

198 Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Struktur dan Stratifikasi Sosial Umat Khonghucu di Kabupaten Tuban Jawa Timur

dengan generasi orang tua mereka, tetapi status kependidikan ini nampaknya tidak dipandang sebagai suatu keistimewaan dibandingkan dengan status ekonomi yang dapat mereka raih. Sedangkan dalam bidang birokrasi, semenjak kebijakan Orde Baru menutup peluang masyarakat Tionghoa untuk berkiprah di bidang pemerintahan, birokrasi dan militer, masyarakat Tionghoa lebih memilih bidang swasta untuk aktivitas sosial dan ekonomi mereka.

Namun demikian pada masa kebebasan politik era reformasi pasca jatuhnya razim presiden Suharto, banyak masyarakat Tionghoa yang berkiprah dalam partai politik. Pada umumnya mereka memilih Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan (PDIP), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Damai Sejahtera (PDS) dan partai lainnya. Namun kebanyakan pilihan politik umat Khonghucu lebih cenderung ke PDIP dan PKB, hal ini karena PDIP yang dipimpin oleh Megawati sejak awal telah menempatkan diri sebagai oposisi terhadap rezim Orde Baru sebagai bentuk ikatan solidaritas dengan umat Khonghucu yang tertindas selama masa pemerintahan presiden Suharto tersebut. Sedangkan pilihan PKB terutama didorong oleh sikap dan keterpihakan motor PKB, yaitu KH. Abdurrahman Wahid yang sejak masa Orde Baru hingga beliau menjadi Presiden RI tetap komitmen membela kepentingan umat Khonghucu, di antaranya adalah kebijakannya mencabut Inpres no.14/1967 dan SE Mendagri tahun 1978 yang isinya membelenggu dan memarginalkan bahkan tidak mengakui keberadaan agama Khonghucu di Indonesia. Dengan pencabutan dokumen negara tersebut, umat Khoghucu dapat dan masyarakat Tionghoa pada umumnya mendapatkan kebebasan penuh untuk menjalankan agama dan tradisinya. Kepentingan dan interes politik tersebut juga sedikit banyak berpengaruh terhadap perikehidupan masyarakat Tionghoa di Tuban. Terlebih lagi dalam kepengurusan klenteng terdapat beberapa orang yang aktif dalam partai yang berbeda, yang dapat menimbulkan konflik internal klenteng.7

KesImPulAn

Struktur sosial umat Khonghucu di Tuban Jawa Timur dapat dilihat dari perspektif keagamaan, yaitu agama Khonghucu maupun persepektif sosial. Struktur Sosial dalam masyarakat beragama Khonghucu terdiri dari kelompok Rohaniawan dan kelompok Umat. Sementara struktur sosial masyarakat Tioanghoa yang beragama Khonghucu di Tuban Jawa Timur di Kabupaten Tuban dan berpusat di Klenteng Kwan Sing bio terdiri dari umat, pengurus klenteng dan rohaniawan.

7. Ketua umum Pengurus Klenteng Kwan Sing Bio, Co Tjong Ping (Teguh Prabawa Gu-nawan) aktif di PDIP Tuban dan menjadi ketua DPRD Tuban periode 2004-2009, bahkan pada Pilkada Kabupaten Tuban yang lalu turut mencalonkan diri, tetapi gagal dan pilkada tersebut diwarnai kerusuhan. Pada saat penelitian dilaksanakan kasus kerusuhan tersebut masih disidan-gkan di pengadilan.

Page 70: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

199Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Joko tr i haryanto

Stratifikasi sosial secara keagamaan dalam masyarakat Tionghoa yang beragama Khonghucu didasarkan pada ketentuan MATAKIN sebagai lembaga keagamaan tertinggi agama Khonghucu. Diantaranya stratifikasi berdasarkan rohaniah dibagi dalam 3 kelompok, yakni pertama, kelompok yang telah berada di pintu gerbang kebajikan; kedua, kelompok yang telah memasuki gerbang kebajikan; dan ketiga, kelompok yang menempuh jalan suci seorang Kuncu atau susilawan. Stratifikasi berdasarkan kondisi kesucian ada lima tingkat yaitu pertama, Sian atau baik; kedua, Sien atau dapat dipercaya; ketiga, Bi atau indah; keempat, Tai atau besar; dan kelima Sing atau sifat nabi. Stratifikasi secara lahiriah umat Khonghucu dibedakan antara : pertama, umat tradisional; kedua, umat aktif; ketiga, umat yang telah melaksanakan Liep-Gwan; dan keempat, umat yang aktif memangku jabatan sebagai pengasuh kebaktian, pengurus dalam majelis atau menjadi rohaniawan. Sedangkan tingkatan dalam bidang kerohaniawanan atau jabatan keagamaan adalah Kausing atau penebar agama, Bunsu atau guru agama dan Haksu atau pendeta, serta jabatan sesepuh atau tiangloo.

Adapun stratifikasi sosial umat Khonghucu di Kota Tuban yang beraktivitas di Klenteng Kwan Sing Bio terlihat dari peran sosial yang dimainkan oleh elemen-elemen dalam umat Khonghucu tersebut. Strata tersebut terdiri dari Pengurus Klenteng yang berada di puncak strata sosial. Dilanjutkan lapisan rohaniawan yang berperan sebagai pembantu dari pengurus klenteng dalam bidang keagamaan. Lapis sosial berikutnya adalah para aktivis atau umat Khonghucu yang aktif dalam berbagai kegiatan keagamaan Khonghucu, disusul umat Khonghucu yang hanya biasa datang dalam kebaktian, dan di lapis terakhir adalah umat Khonghucu yang tidak terlalu bahkan tidak aktif dalam kegiatan kebaktian di klenteng.

sArAn Deskripsi struktur sosial dan stratifikasi sosial umat Khonghucu

khususnya di Kabupaten Tuban Jawa Timur ini perlu menjadi pertimbangan bagi pemerintah terutama Departemen Agama khususnya dalam kebijakan yang menyangkut keagamaan khususnya bagi umat Khonghucu. Kegiatan pemerintah maupun Departemen Agama terkait dengan umat Khonghucu maupun masyarakat Tionghoa khususnya di Tuban Jawa Timur perlu melibatkan dan memberdayakan pengurus klenteng dan rohaniawan Khonghucu mengingat pada lapisan ini peran sosial politik umat Khonghucu banyak ditentukan.

Page 71: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

200 Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Struktur dan Stratifikasi Sosial Umat Khonghucu di Kabupaten Tuban Jawa Timur

Bappeda Tuban. 2007. Hasil Pelaksanaan Pembangunan Kabupaten Tuban tahun 2005-2006. Tuban : Bappeda Pemkab Tuban

BPS Tuban. 2007. Kabupaten Tuban dalam Angka. Tuban, BPS

Endraswara, Suwardi. 2006. Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan: Ideologi, Epistemologi dan Aplikasi. Yogyakarta : Pustaka Widyatama

Hoselitz, Bert F. (ed). 1988. Panduan Dasar Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta. Rajawali Press

Kantor Departemen Agama Kabupaten Tuban. 2007. “Laporan Pemeluk Agama di Kabupaten Tuban tahun 2007”. Kandepag Kabupaten Tuban.

Lasiyo, dkk. 1995. Konfusionisme di Indonesia: Pergulatan Mencari Jatidiri. Dian Interfidei, Yogyakarta.

Madjid, Nurcholis, dkk. 1998. Passing Over: Melintasi Batas Agama. Jakarta : Gramedia Pustaka dan Yayasan Paramadina

MATAKIN. tt. Tata Agama dan Tata Laksana Upacara Agama Khonghucu. MATAKIN, Solo.

Moleong, Lexy J. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Rosda Karya

Ritzer, George– Douglas J. Goodman. 2004. Teori Sosiologi Modern. Jakarta : Penerbit Kencana

Scharf, Betty R. 1995. The Sociological Study of Religion, Terj. Machnun Husein, Kajian Sosiologi Agama. Yogyakarta : Tiara Wacana

Sunarto, Kamanto (ed). 1985. Pengantar Sosiologi : Sebuah Bunga Rampai. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia

Suryadinata, Leo. 1986. Dilema Minoritas Tionghoa. Jakarta : Grafisi Press

Tanggok, M. Ikhsan. 2005. Mengenal Lebih Dekat Agama Khonghucu di Indonesia. Jakarta : Penerbit Pelita Kebajikan

Zahid, Moh. dkk. 2006. Adaptasi dan Resistensi Kelompok-Kelompok Sosial Keagamaan. Jakarta : Balai Litbang Agama Jakarta dan Penerbit Penamadani

Zamroni. 1992. Pengantar Pengembangan Teori Sosial. Yogyakarta : Tiara Wacana

DAFTAR PUSTAKA

Page 72: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

201Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

PENELITIANAjArAn SyAikh khuSAeri hikmAtullAh

“Si WAli kutub” tentAng PuASA di kotA PekAlongAn jAWA tengAh

Oleh a.m WIBOWO

AbstrAct

Sect Khusaeri Hikmatullah is one of sect that use Islam as their symbol. He claims his self as “walikutub” (leader of wali). There is different in this sect with Islam that publicy known. The difference is in Ramadhan determi-nation. In determining compulsory fasting for its follower this sect utilizes calendar syamsiah (Masehi) not qamariah as as conducted by muslim in general.

This is qualitative research by using case study approach. Data Source in this research this is famili’s Khusaeri in Pekalongan city, followers, religious figure especially chief of branch NU of Kelurahan Duwet, and society around Kelurahan Duwet. This study used interview and information documenter. Qualitative descriptive analysis finding of this research depicts that to de-termine the compulsory fasting every year this sect decided june 1 st as the first day for compulsory fasting and july 1 st as idul fitri (lebaran day) each year.

Key Words : Sect, Fasting, Ramadhan, June, July, Idul Fitri

PendAhuluAn

Agama sering kali dipahami sebagai bentuk keyakinan pada adanya kekuatan Tuhan sebagai sesuatu yang supranatural di luar kekuatan manusia. Oleh karena itu agama cenderung memiliki sifat sakral dan suci yang menyentuh dimensi individual dan sosial. Agama dipadang tidak hanya persolan pribadi hubungan manusia dengan Tuhannya, akan tetapi agama juga memiliki tanggung jawab moral untuk membebaskan umat dari problematika hidup. Dalam konteks sosial inilah agama memiliki peran dalam ikut mewarnai kebudayaan manusia dalam bentuk simbol-simbol keagamaan atau ritual-ritual keagamaan.

Kekudusan setiap agama terletak pada ajarannya yang dipandang sakral oleh para pemeluknya. Sebagai panutan hidup, setiap pemeluk agama akan berusaha sedapat mungkin—sesuai dengan kadar pengetahuannya masing-masing mewujudkan ajaran agama tersebut dalam tingkah laku sosialnya sehari-hari. Dalam keadaan seperti ini, maka agama kemudian menyatakan dirinya dalam bentuk tingkah laku keagamaan, baik format individu maupun kelompok.

Page 73: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

202 Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Ajaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang PuasaDi Kota Jawa Tengah

Masing-masing agama mempunyai kepercayaan kepada sesuatu yang dianggap paling berkuasa oleh karena itu manusia akan tunduk kepadanya dan bahkan mempunyai rasa takut. Dari kepercayaan itulah timbul untuk memberikan perlakuan-perlakuan khusus semacam ritual keagamaan untuk menghindari bala bencana atau memohon keselamatan dan kemakmuran.

Di Kota Pekalongan Propinsi Jawa Tengah, terdapat sebuah aliran yang diajarkan oleh Khusaeri yang mengaku sebagai Wali Qutub dengan gelar Syaikh Khusaeri Hikmatullah. Ajaran sufisme dalam Islam meyakini adanya Abdal (wali badal), Aqthab (wali kutub) dan wali-wali lain yang diserahi oleh Allah mengatur segala urusan dan perkara di alam ini.

Secara sekilas ritual aliran ini tidak ada bedanya dengan rukun islam berupa Syahadat, Salat, Zakat, Puasa dan Haji. Namun ketika dikaji lebih lanjut ada perbedaan yang mencolok dalam penentuan kapan tepatnya bulan puasa bagi umat Islam. Ajaran Khusaeri ini dalam menentukan bulan puasa ditetapkan setiap bulan Juni dan Juli sebaga hari raya Idul Fitri atau dengan kata lain menggunakan penanggalan Masehi.

Penelitian ini mengulas ajaran yang dibawa Khusaeri “Si wali Qutub” khususnya tentang masalah penentuan awal puasa di Kota Pekalongan Jawa Tengah. Dalam penelitian ini juga megungkapkan riwayat hidup Khusaeri “Si Wali Qutub”, ajaran-ajarannya yang lain, dan jumlah pengikut aliran ini.

KerAnGKA teorItIK

Menjadikan agama sebagai obyek kajian empirik dan menelitinya sebagai realitas manusiawi, bukan hanya memerlukan usaha keras, melainkan juga keberanian yang cukup.( Waadenburg dalam Permata, 2000: 13) Hal tersebut dikarenakan; pertama, dalam kajian agama obyektifitas bukan hanya pada pihak lain tetapi juga pada diri sendiri. Setiap manusia akan memiliki keterlibatan kepada aspek agama, dalam kontinum positif hingga negatif, dengan mengambil komitment terhadap agama tertentu sampai dengan menolaknya sama sekali.

Kedua, secara tradisional, agama dipahami sebagai sesuatu yang suci, sakral dan agung. Menempatkan hal-hal yang memiliki nilai semacam itu sebagai obyek netral, akan dianggap mereduksi, melecehkan atau merusak nilai tradisional agama. Setiap usaha menjadikan agama sebagai obyek kajian selalu memiliki resiko berhadapan dengan reaksi para penganutnya, yang tidak jarang cukup fatal.

Di dalam kajian tentang Islam, kata-kata wali telah digunakan secara luas, baik di kalangan para teolog maupun ilmuwan sosial. Orang yang menyandang gelar wali mendapatkan kedudukan yang penting dalam sistem kemasyarakatan Islam, baik karena kualitas spiritual mereka maupun karena peran sosial yang mereka mainkan. (Syafiq : 2007)

Namun demikian, wali tetap menjadi bahan studi yang menarik, karena para ahli Islam menggunakan pendekatan yang berbeda, yang kemudian

Page 74: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

203Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

a. m. Wibowo

menghasilkan pengertian yang berbeda pula. Dalam konteks ini, tampaknya perlu disadari adanya dua pendekatan yang berbeda. Pertama, pendekatan antropologis, yang melihat wali sebagai realitas sosial, yang bisa diamati dalam kehidupan nyata. Sebagai contoh, di Jawa dikenal Walisanga, yakni mereka yang telah memiliki jasa besar dalam islamisasi Jawa. Demikian juga dalam masyarakat tradisional kontemporer, beberapa orang telah dikenal sebagai wali karena sifat-sifat dan perilaku yang tampak dalam kehidupan mereka. Dalam kajian antropologis khususnya, mereka disebut wali karena masyarakat telah menyebut mereka “wali.” Mereka identik dengan orang suci (the sacred men).

Kedua, teologis, yang menggunakan beberapa indikator seperti yang ditunjukkan oleh ajaran Islam. Dalam hal ini, indikator yang digunakan adalah kualitas spiritual yang tidak mungkin dideteksi secara empiris, sehingga tidak mungkin kita bisa mengetahui secara pasti apakah sesorang tertentu termasuk dalam kategori wali. Dengan kata lain, wali berada pada posisi sedemikian spiritual sehingga peluang kekeliruan dalam penilaian lahiriyah menjadi sangat besar.

Di dalam al-Qur’an kata-kata waliy (jamak: awliya’; diterjemahkan menjadi wali) muncul di beberapa tempat dan dengan demikian memiliki beberapa arti yang berbeda. Kata tersebut digunakan bukan saja dalam hubungannya dengan Allah, tetapi juga dengan beberapa hal lain, bahkan setan, jenis makhluk yang memiliki sifat-sifat yang bertentangan dengan sifat-sifat Allah. Secara etimologis, wali dapat berarti penjaga, pelindung, penyumbang, teman, pengurus, dan juga digunakan dengan arti keluarga dekat.

Ajaran sufisme meyakini adanya Abdal (wali badal), Aqthab (wali kutub) dan wali-wali lain yang diserahi oleh Allah mengatur segala urusan dan perkara di alam ini. Berbicara soal tugas para wali kutub tertinggi itu, kita dapat melihat peran-peran para imam mazhab yang empat dalam membimbing umat dalam hal syari’at. Oleh karena islam terdiri dari tiga martabat; Islam, Iman dan Ihsan, maka para imam mazhab bertugas untuk memperbaharui dan mempermudah urusan syari’at umat (Islam) yang kemudian para wali kutub bertugas untuk memperbaharui dan mempermudah perjalanan spiritual/tarekat umat (iman), yang akhirnya dengan kemantapan dua martabat itu hamba dengan mudah mencapai hakikat (ihsan) (Syafiq : 2007).

Syari’at dan tarekat tidaklah berbeda atau saling bertentangan, melainkan ia merupakan tangga-tangga yang harus dilalui oleh setiap hamba secara bertahap demi meraih derajat yang mulia di sisi Allah dan demi sebuah kesempurnaan dalam pengabdian kepada-Nya (kamalul-iman). Keislaman seseorang tentu menjadi tidak sempurna bila dijalani tanpa dua asas tersebut. Bermazhab untuk kesempurnaan zahir dan bertarekat untuk kesempurnaan batin. (Wordpress : 2007)

Sebagaimana seorang hamba layaknya bermazhab (bermazhabkan salah satu dari mazhab fiqh yang empat), maka di sisi lain ia juga mesti bertarekat,

Page 75: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

204 Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Ajaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang PuasaDi Kota Jawa Tengah

dengan mengikuti / menganut salah satu tarekat dari empat tarekat sufi di atas. Atau mengikuti tarekat lain yang menjadi cabang dari salah satu tarekat induk tersebut. Bila keluar dari mazhab yang empat dalam bersyari’at, dan keluar dari tarekat induk yang empat dalam bertarekat, maka tidak akan diterima oleh-Nya. Pintu ijtihad mutlak sudah tertutup, dan izin untuk mendirikan tarekat (induk) sudah berakhir.

metode PenelItIAn

Penelitian ini adalah penelitian Kualitatif dengan menggunakan pendekatan studi kasus. Studi kasus merupakan penelitian tentang subyek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas. (Maxfield dalam Nazir:1986:66) Subyek penelitian dalam pendekatan studi kasus ini adalah ajaran Syaikh Khusaeri Khikmatullah “Si Wali Qutub”. Peneliti ingin mempelajari secara intesif latar belakang serta interaksi lingkungan dari unit-unit sosial yang menjadi subyek. Sumber data dalam penelitian ini adalah keluarga Khusaeri di Kota Pekalongan, pengikut, tokoh agama terutama ketua Ranting NU Kelurahan Duwet, dan masyarakat sekitar Kelurahan Duwet.

Metode penelitian yang digunakan meliputi interviu dan informasi dokumenter. Interviu digunakan untuk mencari keterangan-keterangan secara lisan tentang kondisi geografi, demografi, sosial ekonomi, keanekaragaman budaya, dan adat istiadat dengan pihak-pihak yang kompeten. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif kualitatif. Teknik analisis ini dilakukan untuk memaparkan pelbagai data yang diperoleh melalui interviu dan informasi dokumenter.

Kendala-kendala yang ditemui selama penggalian data adalah kendala waktu. Hal ini cukup beralasan mengingat untuk mengungkap sebuah aliran kepercayaan dalam masyarakat dibutuhkan waktu yang cukup lama dalam menjalin trust atau kepercayaan antara pengamat dan dengan peneliti. Apalagi pada saat penelitian ini berlangsung, di media massa tengah marak di tayangkan tentang berbagai macam aliran yang dikatakan sesat oleh Fatwa Majelis Ulama Indonesia. Akibatnya sulit untuk melacak guru Khusaeri “Si Wali Kutub” atau di mana sajakah Khuzaeri pernah menuntut ilmu. Hal ini dikarenakan orang-orang yang dekat dengan Khuzairi, terlebih keluarga cenderung menutup diri.

hAsIl PenelItIAn

1. Konteks Sosial KeagamaanKelurahan Duwet merupakan salah satu Kelurahan yang terletak di

Kecamatan Pekalongan Selatan Kota Pekalongan. Daerah ini terletak di dataran rendah pantai Utara Pulau Jawa. Arah menuju Kelurahan Duwet bisa dilalui dari berbagai jalan, yang termudah adalah melalui jalan menuju desa Warung Asem yang terletak di sebelah Timur terminal baru Pekalongan. Dari

Page 76: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

205Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

a. m. Wibowo

jalan tersebut, Kelurahan Duwet terletak kira-kira 3 Km ke arah selatan. Kelurahan Duwet dibatasi oleh empat desa dimana sebelah Utara

berbatasan dengan Desa Soko, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Kalibeluk, sebelah Barat berbatasan dengan Desa Kuripan Kidul, dan sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sijono. Duwet terbagi menjadi 7 perdukuhan yang kemudian terbagi lagi menjadi 7 RW. Ke tujuh perdukuhan tersebut adalah Grungsang, Rejo Sari, Duwet Tengah, Krajan, Kawidoro, Kanyaran dan Rowo.

Kelurahan Duwet berdasarkan laporan rutin pemerintahan Desa pada bulan Maret 2007, berpenduduk kurang lebih 3.260 jiwa. Yang terdiri dari 1.619 jiwa berkelamin laki-laki dan 1641 berkelamin perempuan. Seluruh jiwa dalam catatan demografi tergabung menjadi 773 KK. Dari 773 keluarga yang ada di kelurahan tersebut 228 di antaranya termasuk dalam kriteria keluarga pra sejahtera, 266 KK termasuk dalam kriteria keluarga Sejahtera 1, 239 KK masuk dalam sejahtera 2, dan 28 masuk dalam kriteria keluarga sejahtera 3, serta 12 keluarga masuk dalam kriteria keluarga Plus. Perekonomian yang mendukung kehidupan sehari-hari bagi warga Duwet adalah dari sektor pertanian. Selain itu juga dari sektor perkebunan, peternakan, perdagangan, jasa dan industri rumah tangga. Namun yang paling dominan adalah sektor pertanian, perdagangan dan industri rumah tangga.

Tingkat pengangguran di kelurahan Duwet terbilang cukup besar karena hampir separuh usia angkatan kerja tidak bekerja. Yang dimaksud tidak bekerja disini adalah tidak bekerja pada sektor riil misalkan buruh pabrik atau di perkantoran. Dilihat dari sisi pendidikan Duwet termasuk daerah yang kurang. Hal ini dapat dilihat dari jumlah lembaga pendidikan yang ada di kelurahan tersebut. yang pertama adalah dikelurahan tersebut tidak terdapat SLTA atau sederajat, hanya satu buah SLTP atau yang sederajat dan 2 buah MI atau yang sederajat. sedangkan untuk lembaga pendidikan agama kelurahan ini cukup banyak yakni memiliki 5 buah lembaga pendidikan agama.

Dilihat dari banyaknya lulusan sekolah, Duwet juga termasuk daerah yang miskin akan intelektual. Data yang diperoleh menyebutkan bahwa ada sebanyak 155 orang yang masih buta huruf di desa tersebut. Selain itu jumlah penduduk yang tidak tamat SD ada sebanyak 124 orang, 280 tamat SD, 263 tamat SMP, 99 tamat SLTA. Jumlah anak yang putus sekolah di Duwet juga termasuk tinggi. hal tersebut dapat dilihat dari anak usia sekolah yang berumur 7 hingga 15 tahun yang berjumlah 506 orang 124 diantaranya sudah putus sekolah sedangkan sisanya 382 orang anak masih terus bersekolah. Rata-rata anak-anak yang putus sekolah tersebut dikarenakan karena kekurang mampuan secara ekonomi juga memang orang tua tidak menganjurkan sekolah tinggi-tinggi kepada anak-anak mereka khsusunya anak-anak perempuan.

Adapun karakteristik masyarakat kelurahan Duwet dapat dideskripsikan sebagaimana kebanyakan warga desa pada umumnya yaitu sederhana. Hal ini terlihat pada sebagian besar masyarakat desa yang hidup dalam

Page 77: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

206 Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Ajaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang PuasaDi Kota Jawa Tengah

kesederhanaan. Kesederhanaan ini terjadi karena dua faktor yaitu karena secara ekonomi memang tidak mampu dan secara adat budaya ketimuran tidak senang menyombongkan diri.

Karakter lain masyarakat Duwet juga terlihat pada sifat penuh curiga pada setiap orang baru yang datang ke desa tersebut. Hal ini peneliti rasakan ketika pertama kali menyampaikan niat kedatangan untuk belajar dan meneliti tentang ajaran Syaikh Khusairi Hikmatullah “ Si Wali Kutub”. Dari pihak desa merasa keberatan dan mengaku bahwa aliran tersebut tidak ada. Intinya mereka menutup-nutupi tentang keberadaan aliran tersebut. Setelah ditelusuri, sikap menutup-nutupi itu terjadi lantaran banyaknya tayangan media massa yang menyiarkan fatwa Majelis Ulama Indonesia tentang banyaknya aliran sesat.

Menurut pengakuan Mr X selaku Lebai (Kaur Kesra) kelurahan Duwet bahwa pihak kepolisian tidak bisa menembus hingga ke sana dikarenakan akses masyarakat yang sulit atau cenderung menutupi. Terlebih lagi si Wali Kutub tersebut masih berhubungan saudara sepupu dengan salah satu tokoh NU Ranting setempat. (Wawancara dengan kaur kesra kelurahan setempat tanggal 21 November 2007)

Namun demikian, masyarakat Duwet sangat menjunjung tinggi “unggah-ungguh” atau sopan santun, terutama apabila bertemu dengan tetangga, berhadapan dengan pejabat, berhadapan dengan orang yang lebih tua/dituakan, berhadapan dengan orang yang lebih mampu secara ekonomi, berhadapan dengan orang yang tinggi tingkat pendidikannya.

Masyarakat Kelurahan Duwet apabila sudah mengenal atau percaya dengan seseorang adalah berbicara apa adanya. Mereka tidak peduli apakah ucapannya menyakitkan atau tidak bagi orang lain karena memang mereka tidak berencana untuk menyakiti orang lain. Ciri umum lainnya adalah menghargai (“ngajeni”) orang lain. masyarakat Duwet benar-benar memperhitungkan kebaikan orang lain yang pernah diterimanya sebagai “patokan” untuk membalas budi sebesar-besarnya. Balas budi ini tidak selalu dalam wujud material tetapi juga dalam bentuk penghargaan sosial atau dalam bahasa Jawa biasa disebut dengan “ngajeni”.

Kehidupan beragama masyarakat Duwet dilihat dari ajaran kemazhabatan banyak didominasi oleh madzhab Syafii. Hal ini terlihat dari mayoritas warga yang menjadi anggota atau jamaah Nahdlatul Ulama atau NU. Ciri-ciri penganut mazhab ini dalam pelaksanaan salat subuh memakai doa qunut, pada salat Jumat ada dua adzan, serta ketika melaksanakan shalat tarawih ada 23 rakaat. Ciri lain yang menonjol mereka juga melakukan tahlilan seperti yang dilakukan oleh Masyrakat NU pada umumnya.

2. Riwayat Syaikh KhusaeriKhusaeri yang mengaku sebagai Wali Kutub lahir pada tanggal 29 Oktober

1969 dan meningal pada usia 37 tahun yaitu pada tanggal 29 September 2006.

Page 78: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

207Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

a. m. Wibowo

Khusaeri adalah anak ke delapan dari sepuluh bersaudara. Ia merupakan keturunan dari pasangan Amatsari dan Waryuni. Dari sepuluh orang anak pasangan tersebut adalah Warsono, Baidah, Towadi, Rodhiah, Tambari, Saroni, Saekhu, Khusaeri, Khatijah, Muhlisin. Lima dari mereka sudah meninggal yaitu Baidah, Towadi, Rodhiah, Saroni.

Menurut informasi dari keluarga, pendidikan formal Khusaeri hanya sampai pada tingkat Madrasah Tsanawiyah saja. Ia bersekolah di MTs. Ribatullah Duwet. Setelah itu ia banyak menuntut ilmu di pendidikan non formal seperti mondok di Limpung untuk belajar ilmu pengobatan, dan di pesantren-pesantren di wilayah Kota Pekalongan maupun di Kabupaten Pekalongan.

Setelah merasa puas dalam menuntut ilmu agama, Khusaeri kembali ke Duwet dan mencoba mengamalkan ilmu pertabiban dan ilmu agamanya di daerahnya. Ia dipercaya oleh masyarakat Duwet terutama oleh warga Dukuh Grungsang untuk mengelola musola Nurul Huda untuk menjadi guru. Tidak hanya itu saja, warga Duwet juga mempercayakan Khusaeri untuk menjadi jurukunci sebuah makam wali yang dikenal dengan nama makam wali santri. Lama-kelamaan nama makam walisantri berubah namanya menjadi makam Abdurrahman Kafi yang menurut Khusaeri berdasarkan dialog Khusaeri dengan makam tersebut. Abdurrahman Kafi adalah seorang santri sekaligus tokoh perjuangan kemerdekaan pada zaman penjajahan Belanda yang lari dikejar-kejar oleh Belanda untuk dibunuh. Abdurrahman Kafi kemudian melarikan diri bersama murid-muridnya sampai di hutan yang kemudian pada saatnya diberi nama Duwet. Abdurrahman Kafi kemudian bertapa hingga akhirnya meninggal dan dimakamkan di hutan bambu di dukuh Duwet oleh murid-muridnya.

Selama menjadi juru sembuh dan juru kunci makam wali santri. Khusaeri banyak dikunjungi oleh “pasien” sekedar untuk membantu pengobatan atau menjadi guru mengaji. Kebanyakan mereka datang dari luar Duwet bahkan sampai luar kota. Ada sebagian dari semarang, Demak, Tegal dan masih banyak lagi. Dari dalam Duwet sendiri banyak juga yang menuntut ilmu agama kepada Khusaeri. (Wawancara dengan Subhkhi salah satu mantan santri Khusaeri)

Setelah mengubah nama makam wali santri menjadi makam Syaikh Abdurrahman Kafi kemudian Khusaeri mengadakan Khaul (peringatan untuk orang yang meninggal) untuk makam tersebut. Adapun jatuhnya Khaul makam Abdurrahman Kafi adalah setiap tanggal 18 Desember. Setiap tanggal itu, mulai pukul 06.00. ritual khaul pada makam Abdurrahman Kafi dilakukan pembacaan Yasin dan Tahlil dan berdoa dengan bertawasul kepada makam tersebut setelah itu kemudian dibacakan cerita tentang sejarah Abdurrahman Kafi.

Pada awalnya Khaul Abdurrahman Kafi ini disambut baik oleh masyarakat Duwet. Maklum saja masyarakat Duwet yang berbasis NU sangat menyukai

Page 79: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

208 Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Ajaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang PuasaDi Kota Jawa Tengah

adanya khaul karena dengan adanya khaul maka daerah tersebut menjadi ramai. Namun pada Khaul keempat, ada perubahan yang cukup mendasar dari tingkah laku Khusaeri. Perubahan tersebut terutama atas pengakuannya bahwa ia pernah bermimpi bertemu dengan nabi Muhammad. Dalam mimpinya, Rasul berkata kepadanya bahwa di kehidupan sebelumnya ia pernah hidup bersama Rasulullah selama 35 tahun.

Rasul, melalui mimpinya tersebut, memberikan anugerah kepadanya berupa gelar wali Qutub dengan sebutan Khikmatullah. Pada awalnya pemberian gelar wali Qutub oleh rasul ini tidak disampaikan kepada khalayak karena menurutnya belum saatnya. tetapi kemudian pada saat acara Khaul ke 4 yaitu pada tanggal 18 Desember Tahun 2003 inilah secara resmi ia mengumumkan dirinya sebagai wali Kutub dengan gelar Syaikh Khusaeri Hikmatullah. (wawancara dengan Tambari, Taufik, Subhi, Mustofa dan Muhsin: penuturan mereka semuanya sama-sama menyatakan tentang cerita tersebut namun Mustofa, Muhsin dan Subhi cenderung tidak mengakui kewalian Khusaeri)

Semenjak menobatkan dirinya sebagai seorang wali Qutub, kehidupan Khusaeri banyak berubah. Profesinya sebagai ustadz yang mengajarkan pengajian di musalanya berhenti total. Sekarang, musala itu cenderung tidak difungsikan lagi olehnya. ia lebih banyak menyepi di dalam rumah dan menghentikan aktifitas pertabibannya. Bukan hanya itu saja, kegiatan keagamaan di musala tempat ia kelola juga dihapuskan.

Setelah aktifitas pertabibannya dihentikan, ia tidak lagi menerima pela-yanan penyembuhan, kecuali menerima warga baik, dari dalam maupun luar dukuh di rumahnya yang membutuhkan bantuan doa dan bimbingan spiritual. Di samping itu, ia juga sering melakukan “laku” puasa dan “laku-laku” yang lain. Di rumahnya, ia mengadakan pengajian sendiri bagi para pengikutnya. Pengajian tersebut menurut Tambari hanya sekitar Yasin Tahlil dan mauidloh hasanah.

Bahkan pada saat bulan Ramadhan, Musala Nurul Huda yang dikelola oleh Khusaeri tidak boleh dijadikan sebagai kegiatan Ramadhan. Hal ini sebagaimana diceritakan Subhi bahwa pada Bulan Ramadhan tahun 2005 yang lalu, ia dan ikatan Remaja Masjid se-Kelurahan Duwet biasa mengadakan Tarawih Keliling di desanya. Pada saat giliran mengadakan tarwih di Musala Nurul Huda, oleh Khusaeri lampunya dimatikan. Di musala tersebut remaja tidak diizinkan melakukan salat Tarawih di musala tersebut, alasannya bulan puasa sudah lewat.

Pada bulan Juli 2005, sekitar pukul 06.00 pagi, warga Duwet khususnya dukuh Grungsang dikejutkan oleh dikumandangkannya Takbiran dari musala Nurul Huda melalui pengeras suara layaknya saat itu sedang ada kegiatan salat Id. Warga yang terkejut lalu bergegas ke musala tersebut dan melihat aktifitas persiapan melaksanakan salat Id. Ada sekitar 50 orang yang sebagian besar adalah keluarga besar ibu Waryuni sampai dengan cucu beberapa tetangga dan jamaah dari luar desa.

Page 80: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

209Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

a. m. Wibowo

Acara salat Id dilaksanakan dengan imam Syaikh Khusaeri sendiri. Setelah mereka melakukan salat Id, warga dukuh Grungsang kemudian melakukan protes kepada Khusaeri. Oleh Khusaeri dijawab bahwa saat ini bulan puasa tidak jatuh lagi pada bulan Ramadhan tetapi pada bulan Juni.

Beberapa tokoh NU seperti Ketua NU ranting Duwet yang juga kebetulan masih saudara sepupu dengan Khusaeri mencoba menasihati agar Khusaeri kembali kejalan yang benar (Benar di sini adalah menurut Mr Y yang kebetulan Ketua Ranting NU dan kalangan umat Islam pada umumnya) Namun Khusaeri bersikeras bahwa apa yang dilakukannya adalah benar dan mendapat petunjuk dari Yang Maha Kuasa. (Wawancara dengan Ketua NU ranting Duwet)

Pada Bulan Juni tahun 2006 yang lalu, hal yang sama terulang lagi di mana para pengikut Khusaeri melakukan puasa wajib pada bulan tersebut dan selesai pada tanggal 1 Juli 2006. Namun untuk menghindari bentrokan dengan warga Duwet, salat Id tetap dilakukan di Musala tersebut tetapi tidak dengan menggunakan pengeras suara. Ritual puasa dan salat id tersebut setiap tahun hingga sekarang masih terus dilaksanakan.(wawancara dengan Taufik salah seorang pengikut Khusaeri)

Tokoh-tokoh agama di Duwet tampaknya tidak tinggal diam. Mereka mengadakan rapat dan didapat beberapa buah keputusannya yang di antaranya adalah Khusaeri dan keluarganya yang ikut ajarannya tidak boleh lagi menjadi imam di manapun. Tidak boleh memotongkan hewan dan tidak boleh menjadi panitia zakat. (Wawancara dengan Lebai Kelurahan Duwet)

Pada tanggal 29 September 2006, Khusaeri yang bergelar Syaikh Khusaeri Hikmatullah meninggal dunia pada sekitar pukul 20.00 Wib. Menurut beberapa sumber informasi, meninggalnya Khusaeri disebabkan karena tirakat dalam bentuk “laku puasa” yang dijalani. Ada yang mengatakan bahwa Khusaeri melakukan puasa hanya makan asap dari makanan yang masih panas saja, tetapi sebagian orang tidak mempercayai tirakat puasa yang dijalani oleh Khusaeri.

Meninggalnya Khusaeri ini tidak banyak diketahui orang karena dalam wasiatnya ia tidak ingin kematiannya disebarluaskan kepada khalayak. Yang kedua, Khusaeri ingin dimakamkan di dalam rumahnya yaitu di dapur rumah. Dan yang terakhir adalah ia tidak ingin dikuburkan dengan mengenakan kain kafan yang terbuat dari mori akan tetapi ia ingin dikuburkan dengan mengenakan kain sarung.

3. Ajaran dan Penentuan Puasa menurut KusaeriPengertian puasa wajib antara umat Islam pada umumnya dan ajaran

Khusaeri khsususnya adalah sama yaitu selama satu bulan. Puasa tidak makan dan minum, termasuk tidak berhubungan seks di siang hari dan tidak melakukan hal-hal yang dapat membatalkan puasa termasuk merusak nilai puasa itu sendiri.

Page 81: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

210 Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Ajaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang PuasaDi Kota Jawa Tengah

Penentuan awal puasa merupakan hal yang paling kontroversial di antara semua ajaran Khusaeri. Kontroversi karena penentuan waktu puasa itu berbeda dengan masyarakat Islam pada umumnya. Jika ada perbedaan tentang penentuan kapan tanggal satu Ramadhan di Indonesia merupakan hal yang biasa karena ada perbedaan antara Hisab dan Rukyat yang perbedaannya hanya satu hari.

Khusaeri dan pengikutnya menggunakan penanggalan solar atau matahari sebagai patokan puasa. Apabila diperhitungkan dengan penanggalan Matahari maka puasa wajib yang dilakukan oleh Khusaeri dan kelompoknya, jatuh pada tanggal 1 Juni dan lebaran jatuh pada tanggal 1 Juli. Ketentuan tersebut berbeda sekali dari penanggalan Ramadhan yang dikalenderkan dengan penanggalan Matahari jatuh pada pertengahan September tahun 2007 yang lalu dan Syawal atau lebaran jatuh pada pertengahan Oktober.

Pengikut Khusaeri menampik adanya anggapan bahwa ajaran tersebut hanya sebatas omongan saja. Apabila ingin tahu tentang semua ajaran Khusaeri, maka kita harus belajar secara keseluruhan yakni harus masuk dan mengaji bersama. Menurut ajaran ini, jika kita ingin paham tentang masalah syariat maka secara keimanan kita harus masuk dan mantap dulu baru semuanya bisa terkuak.

Salah satu ayat al-Qur’an tentang puasa yaitu surat al-Baqarah ayat 183 yang artinya “ wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan tasa orang-orang sebelum kamu supaya kamu bertakwa”, disebutkan kata min qoblikum yang artinya orang orang sebelum kamu, inilah yang menjadi sumber permasalahan. Mangapa? Karena apakah orang-orang sebelum kamu itu memakai bulan Ramadhan sebagai kalender untuk berpuasa wajib. Selain itu kata kutiba alaa ladziina min qoblikum adalah merupakan “Dawuh” Muhammad kepada umatnya sekarang. Ada anggapan dari aliran ini yang dinyatakan bahwa umat sekarang hanya paham jika puasa itu sejak zaman nabi Muhammad saja, tapi bagaimana dengan puasa sebelum nabi Muhammad, apakah juga memakai Ramadhan. Oleh karena itu, Syaikh Khusaeri menafsirkan ayat tersebut agar manusia berpuasa dengan menirukan seperti nabi-nabi terdahulu, sebab al-Qur’an sendiri sebenarnya adalah meniru ayat-ayat Allah sebelumnya, hanya saja al-Qur’an lebih disempurnakan.

Argumentasi lain yang diutarakan oleh pengikut Khusaeri adalah tentang segala ibadah yang wajib menggunakan matahari sebagai patokannya. Contoh Salat Subuh, Dzuhur, Asar dan Magrib. Selain itu, masalah waktu berpuasa dan berbuka juga menggunakan matahari sebagai patokannya. Seharusnya penentuan bulan puasa juga menggunakan matahari sebagai patokannya, bukan dengan perhitungan bulan.

Argumen lain adalah posisi bulan sebenarnya mengikuti bumi, dan bumi mengikuti matahari. Jadi, sudah sangat wajar jika penentuan satu bulan puasa ditentukan oleh penghitungan peredaran bumi terhadap matahari.

Page 82: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

211Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

a. m. Wibowo

Syaikh Khusaeri, menurut pengikut aliran ini, melakukan perenungan dan kontemplasi hingga akhirnya ia merasa melihat terkuaknya hakikat alam. Dari hasil kontemplasi tersebut, jatuhlah bulan Juni sebagai awal bulan puasa wajib bagi umat Islam. Ketentuan tersebut sudah dimulai sejak tahun 2005 yang lalu. Salah satu pengikut masih mengingat perkataan Khusaeri bahwa besok, alam sendiri yang akan membuka tabirnya. Alam itu sendiri akan memberikan jawaban kepada umat manusia.

Terkuaknya jawaban alam yang telah diberikan Khusaeri berasal dari peristiwa bencana Tsunami tahun 2005 dan bencana tersebut akan terus terjadi hingga akhirnya bulan tidak terlihat lagi alias hancur. Khusaeri maklum jika ia menceritkan ini kepada khalayak umum maka ia akan dianggap orang yang tidak benar, akhirnya ia menyerahkan segala sesuatunya ke alam agar alam memberikan jawabannya, langsung kepada umat manusia.

4.Pokok-Pokok Ajaran KhusaeriIlmu yang digunakan dan diterapkan oleh Khusaeri menurut pengakuan

pengikutnya adalah syariat hakikat yang merupakan tarikat tertinggi di atas tasawuf. Menurut aliran ini, ibadah yang digunakan oleh para nabi sebenarnya ibadah lahir dan batin. Namun masyarakat awam atau umum, biasanya hanya melihat dalam batas lahiriah saja seperti salat dan lain sebagainya. Tasawuf sendiri menurut pengikut aliran ini adalah masih bersifat dasar. Jika diumpamakan dalam sekolah formal, taswuf masuk dalam tingkatan sekolah dasar. Dalam ilmu tasawuf, para murid akan selamanya hanya akan menjadi murid yang hanya manut (ikut) pada imam atau gurunya. Orang yang mengikuti tasawuf selamanya tidak akan menjadi pintar manakala belum beralih atau menemukan hakikat yang sebenarnya.

Ajaran Khusaeri melihat bahwa para nabi dan wali itu beribadah kepada Tuhan secara menyeluruh. Akan tetapi ketika disampaikan kepada masyarakat, hanya dalam bentuk lahiriahnya saja. Bagi orang yang mengerti tentu tidak akan terjadi kesalahpahaman terhadap adanya ibadah yang berbeda. Tetapi bagi orang yang tidak mengetahui, maka akan terjadi kesalahpahaman karena orang tersebut tidak berfikir.

a. Pandangan tentang Wali QutubPandangan kewalian menurut aliran ini sudah tidak bisa dijangkau

oleh pandangan masyarakat umum, sehingga jarang ada yang mengetahui tentang kewalian terutama wali badal, qutub, dan abdal. Padahal menurut Taufik, setiap masa selalu muncul sosok Wali Qutub.

Wali menurut pengertian pengikut Khusaeri ibarat sebuah pemerintahan dalam sebuah negara yang terdiri dari presiden, menteri sampai dengan ketua RT. Maka posisi wali qutub ini adalah menempati posisi tertinggi yaitu presiden atau pemimpin para wali.

Perjalanan wali apabila dilihat dari sisi kekhalifahan zaman dahulu

Page 83: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

212 Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Ajaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang PuasaDi Kota Jawa Tengah

adalah para nabi yang memegangnya. Dari mulai Nabi Adam hingga Muhammad saw, di mana dalam setiap periode, Allah tidak hanya menurunkan satu nabi saja, tetapi bisa juga menurunkan banyak nabi seperti halnya Musa dan Harun a.s. Jumlah para nabi hingga Muhammad saw semuanya berjumlah 124.000 nabi, namun yang wajib diketahui hanya 25 orang saja. (Wawancara dengan Taufik)

Setelah Nabi Muhammad saw wafat, Allah tidak mengutus nabi lagi melainkan beberapa orang yang derajatnya hampir sama dengan nabi yaitu awliya atau wali. Dalam setiap masa, sebagaimana disebutkan di atas banyak terdapat wali namun yang memegang posisi tertinggi adalah wali qutub tadi. Dicontohkan oleh Taufik, yang termasuk wali qutub di sini adalah Sunan Kalijaga.

b. Pandangan terhadap al-Qur’an dan SunnahAl-Qur’an dan sunnah secara umum adalah dasar hukum pertama

yang harus dipegang teguh oleh umat Islam. Alquran merupakan firman Allah yang isinya berupa perintah larangan dan reward and punishment dari Tuhan kepada manusia melalui perantara malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad saw untuk kemudian disampaikan kepada umat manusia. Sedangkan Sunnah atau hadits nabi adalah segala sesuatu yang datangnya dari nabi yang dijadikan istimbath atau sandaran hukum ketika penyandaran hukum tidak ditemukan dalam al Quran.

Sunnah bagi pengikut Khusaeri, satu-satunya yang wajib dipegang dalam hidup-sehari-hari adalah apa yang dituangkan dalam al-Qur’an, sedangkan hadits hanya sebagai pengetahuan saja dan tidak wajib untuk diikuti.

c. Ajaran tentang WudluWudlu atau bersuci menurut pandangan ajaran Khusaeri pada

hakikatnya adalah sebagai alat untuk mendeteksi adanya hadats. Ajaran ini melihat bahwa selama ini umat Islam baru pada tataran lahiriah saja dalam berwudlu yaitu berniat, berkumur hingga membasuh kaki dengan satu atau tiga kali basuhan. Dengan kata lain, yang penting sah secara lahir. Tetapi mereka (orang awam tersebut) sebenarnya belum bisa mendeteksi apakah benar hadats tersebut telah hilang. Wudlu yang benar secara hakikat yang terpenting adalah kemantapan dan krenteging batin (krenteg di hati). Orang sudah mempunyai batin yang kuat tentu akan mengetahui apakah hadats sudah hilang atau belum meskipun hanya dibasuh satu kali atau tidak.

d. Ajaran tentang SyahadatTidak ada perbedaan tentang bacaan syahadat antara umat Islam

pada umumnya dan syahadat menurut Ajaran Khusaeri. Bunyi bacaan tersebut adalah “Asyhadu an laa ilaa ha illallah wa asyhadu anna muhammadarasulullah” (saya bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan saya bersaksi bahwa Muhammad utusan Allah)

Page 84: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

213Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

a. m. Wibowo

e. Ajaran tentang SalatPandangan salat menurut ajaran Khusaeri dan para pengikutnya

adalah bahwa dengan salat menghadap Ka’bah, maka sama saja kita ngalap berkah dari Ka’bah itu sendiri. Dengan menghadap Ka’bah sebagai kiblat maka manusia bisa menghadap Tuhan dan mengharap ridla-Nya. Adapun ibadah ritual dari salat sendiri menurut pengakuan pengikut ajaran ini adalah sama dengan salat 5 waktu tetapi yang ditekankan di sini adalah keikhlasan dan kemantapan hati dan percaya pada Tuhan yang akan memberikan berkah kepada manusia.

5. Jumlah Pengikut KhusaeriJumlah pengikut dari jaran Khusaeri ini ada sekitar 50 orang. Data ini

diperoleh dari pertanyaan tentang berapa jumlah jamaah Syaikh Khusaeri. Pernyataan ini diperoleh dari Tambari yang kebetulan pemilik tempat untuk melakukan Khaul Khusaeri. Menurut Tambari, jamaah yang datang ke acara tersebut ada sekitar 50 orang lebih. Jamaah Khaul tersebut sebagian besar adalah dari keluarga besar orang tua Khusaeri. Selebihnya adalah dari luar yang ia sendiri mengaku kurang begitu paham tentang tempat tinggal mereka.

Pengikut Khusaeri dari keluarga adalah: Waryuni (ibu), Keluarga Warsono (saudara tertua) Isteri dan 3 orang anak termasuk Taufik, Tambari (anak ke lima) beserta istri dan 2 anak yang masih balita, Saekhu (anak ke 7) beserta isteri, Khatijah beserta suami, Muhlisin. Masing masing kecuali Saekhu, bekerja sebagai wiraswasta sedangkan Saekhu berkerja sebagai PNS guru SD Negeri di daerah Paninggaran Kabupaten Pekalongan.

sImPulAn dAn reKomendAsI Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa aliran Wali

Kutub yang dibawa oleh Khusaeri (Syaikh Husaeri Khimatullah) melakukan puasa wajib dengan menggunakan penanggalan Masehi yang jatuh setiap tanggal 1 Juni dan tanggal 1 Juli merayakan lebaran setiap tahunnya.

Adapun rekomendasi dari hasil studi kasus ini ditujukan kepada:1. Pemerintah, dalam hal ini Depatemen Agama, agar mengadakan

penelitian lanjutan mengenai aliran yang dibawa oleh Syaikh Khusairi yang bergelar Khikmatullah.

2. Para ulama, agar mengkaji kembali apakah ajaran yang dibawa oleh Syaikh Khusaeri Khikmatullah sudah sesuai dengan kaidah Islam atau tidak.

3. Kandepag Kota Pekalongan, agar melakukan fasilitasi dialog antara ulama dengan pengikut aliran ini agar argumen dari masing-masing dapat diterima atau tidak.

Page 85: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

214 Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Ajaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang PuasaDi Kota Jawa Tengah

Biro Pusat Statistik. 2006. Kota Pekalongan dalam Angka 2006. Pekalongan: ZBPS

http://artikelislam.wordpress.com/kirim-artikel-tarbiyah-2/ diakses tanggal 15 November 2007

http://fauzynm.tripod.com/Nasihat/Nasihat193/nasihat193.html

Nazir, Moh. 1988. Metodologi Penelitian. Jakarta: Ghalia Persada

Permata, Ahmad Norma (ed.) 2000. Metodologi Studi Agama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Shihab, Quraisy. 2000. Wawasan Al-Quran. Jakarta: Paramadina

Syafiq, Mughni, A. 2007. Konsep Wali dalam Islam. http://www.geocities.com/HotSprings/6774/j-8.html, diakses tanggal 15 November 2007

DAFTAR PUSTAKA

Page 86: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

215Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

CorAk kerukunAn umAt kriSten dAn umAt iSlAm

di kelurAhAn nAikolAn ProvinSi ntt

Oleh marmIatI maWarDI

PENELITIAN

AbstrAct Naikolan is name of one village in the city of Kupang, East Nusa Tenggara

region. In the area stood a mosque and a tomb where Muslims are located side by side with people of non-Muslim graves. Places of worship and the tomb became a symbol of harmony between faiths, because both places are giving religious Kupang King Christian to it Muslim relatives. The mosque was the embryo of the Muslim community in Kupang that the mosque neighborhood known as the Muslim village. Adhesives of Nailokan harmony is kinship and the Love motto of Kupang.

Keywords: Harmony, Kinship, Motto Kupang.

PendAhuluAn

Kerukunan merupakan modal dasar dalam menciptakan situasi aman, tentram, dan kondusif. Dalam rangka menggalang persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku dan agama, pemerintah dalam hal ini Departemen Agama membentuk Forum Komunikasi Antarumat Beragama (FKUB) di berbagai daerah dan untuk Kupang dinamakan Sekretaris Bersama (SEKBER).

Pembentukan forum tersebut dimaksudkan untuk menanggulangi beberapa kasus pertikaian dan isu-isu yang meniupkan kegerahan yang pada akhirnya memicu terjadinya konflik yang muncul pada akhir-akhir ini. Di daerah tertentu di Indonesia keberadaan forum tersebut sangat berperan dan memungkinkan timbulnya ide-ide baru untuk mencari corak kebersamaan antar pemeluk agama. Kegiatan forum tersebut antara lain menyelenggarakan kegiatan do’a bersama antarumat beragama, dialog agama, dan pawai bersama dalam rangka memeriahkan hari ulang tahun kemerdekaan RI dan seterusnya.

Kakanwil Departemen Agama Kupang menyatakan, masyarakat Nusa Tenggara Timur menyadari bahwa kerukunan hidup antarumat beragama

Page 87: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

216 Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Corak Kerukunan Umat Kristen dan Umat Islam di Kelurahan Naikolan

adalah unsur hakiki dari umat beragama yang telah menyadarinya sebagai masyarakat yang majemuk, multi etnis, budaya, dan agama. Oleh karena itu, setiap pemuka agama bersama masyarakat berusaha menjaga kerukunan baik intern maupun antarkelompok agama. Keharmonisan di NTT antara lain sangat ditopang oleh kultur masyarakat dalam pola kekerabatan yang telah berhasil menjalin relasi antarindividu secara intens melampaui batas-batas SARA. Kawin mawinpun tak terhindarkan sehingga terjadi dalam satu marga atau suku yang sama dapat ditemukan penganut Islam dan Kristen. Lebih lanjut diakui derasnya arus globalisasi, pelan tapi pasti akan mempengaruhi pola budaya dan kekerabatan mereka.(Berchmans, 2007 : 4)

Era global memudahkan masyarakat untuk mengakses berbagai informasi perkembangan di dunia yang berada di luar jangkauannya. Peristiwa yang terjadi di daerah lain dengan cepat dapat diketahui, hal ini dapat berpengaruh terhadap perubahan perilaku seseorang. Oleh karena itu, keragaman etnis dan budaya serta agama di Indonesia perlu dicermati, karena kasus-kasus pertikaian yang terjadi banyak dipicu karena sentimen etnis maupun sentimen agama.

Beberapa kasus yang terjadi akhir-akhir ini, hampir semuanya dipicu melalui sentimen seperti menghina ajaran agama, dan pembakaran tempat ibadah. Berbagai hubungan negatif antara penganut agama satu dengan yang lain juga muncul di mana-mana, seperti perasaan saling mencurigai dan saling membenci. Untuk itu, diperlukan kesadaran umat beragama dalam menumbuhkan sikap toleran dalam kehidupan beragama. Sikap toleran ini dapat menumbuhkan rasa saling menghargai dan saling menghormati antara satu dengan yang lain untuk mewujudkan ketentraman dan perdamaian.

Berbagai upaya untuk tetap terjalin hubungan yang harmonis antarumat beragama telah dilakukan oleh pemerintah Hal ini terlihat pada kegiatan pemerintah tentang musyawarah antarumat beragama. Musyawarah intern umat beragama, doa bersama, dialog antarumat beragama dan mengeluarkan sejumlah peraturan yang menyangkut penyiaran agama, pendirian tempat ibadah serta bantuan luar negeri. Namun dalam kenyataannya masih sering dijumpai ketegangan-ketegangan sosial yang dapat mengganggu terciptanya kerukunan beragama di masyarakat.

Pengertian kerukunan umat beragama adalah terciptanya suatu hubungan yang harmonis dan dinamis serta rukun dan damai di antara sesama umat beragama di Indonesia, yakni hubungan harmonis antarumat beragama, antarumat yang berlainan agama, dan antara umat beragama dengan pemerintah dalam usaha memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa serta meningkatkan amal untuk bersama-sama membangun masyarakat sejahtera lahir dan batin.(Depag, 1989: 90)

Contoh kerukunan yang terjadi adalah para pemuda kedua agama yang berbeda mengadakan perayaan agama secara bersama. Namun demikian, masih saja di antara mereka sendiri yang masih mudah terpancing provokasi

Page 88: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

217Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

marmiat i mawardi

untuk melakukan tindakan anarki, seperti yang terjadi pada peristiwa 30 November 1998 di Kupang, yaitu perusakan tempat-tempat ibadah dan fasilitas lainnya milik umat Islam.(Muchtar, 2003: 233-236) Peristiwa ini menurut salah satu tokoh agama setempat adalah imbas dari peristiwa yang terjadi di pasuruan Jawa Timur. Sekalipun peristiwa tersebut dapat segera diatasi dengan damai, namun peristiwa tersebut telah menimbulkan kerugian moril dan materiil. Kerugian moril berupa trauma bagi umat beragama, dan kerugian material bagi umat Islam berupa banyaknya bangunan seperti tempat ibadah, sekolah, perkantoran maupun tempat usaha yang rusak. Masjid Naikolah termasuk terkena sasaran yang mengakibatkan beberapa kaca jendela pecah.

Bertolak dari kenyataan di atas, penelitian ini mengkaji mengenai hubungan antarumat beragama pasca terjadinya kerusuhan tahun 1998, dengan mengfokuskan pada masalah bagaimana bentuk hubungan antara penganut agama Islam dengan penganut-penganut agama Kristen di Kalurahan Naikolan, Kota Kupang, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Apa yang menjadi faktor-faktor mendukung hubungan tersebut di kalangan penganut agama Islam dengan penganut agama Kristen di daerah tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang hubungan antara penganut Islam dengan penganut Kristen di Kelurahan Naikolan Kota Kupang. Deskripsi mengenai bentuk-bentuk kerjasama (integrasi), bentuk-bentuk persaingan (kompetisi) dan penyelesainya serta mengidentifikasikan faktor-faktor yang mendorong yang menimbulkan terjadinya bentuk-bentuk hubungan kerjasama dan oposisi dalam bentuk persaingan.

Dari hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi Departemen Agama sebagai bahan informasi bagaimana menciptakan pola-pola kerukunan antarumat beragama dan sebagai bahan pertimbangan bagi pengambil keputusan atau kebijakan bagi para pemangku kepentingan.

KAjIAn teorItIs

Agama dalam satu sisi mempunyai peranan besar sebagai kekuatan pemecah belah, tetapi pada sisi yang lain agama berperan sebagai kekuatan dalam mewujutkan integrasi sosial dalam kehidupan bermasyarakat.(Geertz, 1981: 475) Manakala agama difahami secara sempit dan para pemeluknya bersifat eklusif maka agama menjadi sumber konflik. Sebaliknya, apabila pemeluk agama bisa menerima perbedaan sebagai ketentuaan Tuhan dan karena itu bisa saling menghargai sesama pemeluk agama satu dengan lainnya, maka agama bisa menciptakan kedamaian.

Dalam penelitian ini, pengertian agama ini tidak dilihat sebagai sistem normatif yang bersumber dari kitab-kitab suci yang datang dari Tuhan, tetapi agama dilihat sebagai sistem budaya masyarakat pemeluk agama yang bersangkutan. Dengan kata lain, agama tidak dilihat secara teologis, tetapi dilihat secara antropologis.

Page 89: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

218 Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Corak Kerukunan Umat Kristen dan Umat Islam di Kelurahan Naikolan

Secara antropologis, agama sebagaimana yang didefinisikan oleh Cliford Geertz, adalah suatu sistem simbol yang bertindak untuk menetapkan perasaan-perasaan (moods) dan motivasi-motivasi secara kuat, menyeluruh, dan bertahan lama pada diri manusia, dengan cara memformulasikan konsepsi-konsepsi mengenai aturan-aturan (orders) yang berlaku umum berkenaan dengan eksistensi manusia dan melingkupi konsepsi-konsepsi ini dengan suatu aturan tertentu yang mencerminkan kenyataan sehingga perasaan-perasaan dan motivasi-motivasi tersebut secara tersendiri adalah ada.(Geetrz, 1981:90) Di sini agama adalah sebagai pendukung nilai-nilai dan aturan-aturan sosial, meredam berbagai sikap permusuhan yang muncul dalam kelompok agama dan merupakan benteng pertahanan untuk menghadapi kericuhan.(Scharf, 1995:94-99)

Di Indonesia, terdapat pemeluk agama yang beraneka ragam. Apabila para pemeluk agama tersebut terikat oleh suatu ajaran agama tertentu, maka akan terbentuklah kelompok-kelompok keagamaan tertentu. Apabila dalam kehidupan masyarakat terdapat beberapa pemeluk agama yang berlainan, maka akan terbentuklah pula kelompok-kelompok keagamaan yang berbeda-beda. Terbentuknya kelompok-kelompok keagamaan ini, adakalanya timbul dan berkembang secara alamiah, dan adakalanya karena sengaja dibentuk. Masing-masing kelompok keagamaan ini mempunyai kegiatan yang tidak hanya dalam aspek peribadatan saja, melainkan juga dalam aspek sosial, pendidikan, ekonomi, dan politik.

Kelompok-kelompok keagamaan itu saling berhubungan antara yang satu dengan yang lain. Hubungan itu, merupakan suatu proses sosial di antara individu dengan individu, antara individu dengan kelompok, dan antara kelompok dengan kelompok untuk mencapai tujuan tertentu. Proses sosial ini merupakan aspek dinamis dari kehidupan masyarakat. Hubungan timbal balik tersebut dapat terjadi dalam berbagai bentuk, yaitu ”kerjasama, persaingan, pertentangan atau pertikaian, dan akomodasi”.(Young, 1964: 190)

Kerjasama merupakan suatu bentuk proses sosial yang di dalamnya terdapat persekutuan antara orang perorang atau kelompok manusia untuk mencapai tujuan bersama. Kerjasama dapat terjadi karena adanya kesamaan orientasi di antara individu terhadap kelompoknya sendiri atau kelompok lain.(Young, 1964: 206) Kerjasama ini akan timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan itu.(Young, 1964: 207) Salah satu bentuk kerjasama yang bersifat tradisional dan sudah terlembaga dalam kehidupan masyarakat adalah gotong royong. Aktifitas gotong royong dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni gotong royong menolong dan gotong royong kerja bakti, yang keduanya dapat diamati dalam kehidupan masyarakat.(Taneko, tt :116)

Page 90: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

219Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

marmiat i mawardi

Kerjasama ini akan menimbulkan asimilasi yaitu suatu proses sosial yang ditandai dengan adanya usaha mengurangi perbedaan yang terdapat pada perorangan atau kelompok-kelompok manusia dan juga berusaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap, dan proses mental dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan dan tujuan bersama. Proses asimilasi akan timbul bila ada: 1) kelompok manusia yang berbeda kebudayaan; 2) orang perorang sebagai warga kelompok-kelompok itu saling bergaul secara langsung dan intensif untuk waktu yang lama; 3) kebudayaan dari kelompok-kelompok manusia tersebut masing-masing berubah dan saling menyesuaikan diri.(Young, 1964: 216) Persaingan merupakan suatu perjuangan sosial yang dilakukan oleh individu (orang perorang) atau kelompok untuk mencapai tujuan tertentu dengan cara damai atau tidak dengan kekerasan.(Young, 1964: 192) Persaingan mempunyai tendensi ke arah pertikaian atau pertentangan, namun dapat pula mendorong untuk saling bekerja sama. Persaingan dapat dibedakan menjadi dua macam yakni persaingan antarindividu dan persaingan antarkelompok. Persaingan dapat terjadi dalam segala bidang kehidupan antara lain persaingan di bidang ekonomi, bidang kebudayaan, dan di bidang politik.(Taneko, tt:21)

Pertentangan merupakan suatu perjuangan sosial yang dilakukan oleh individu (orang perorang) atau kelompok untuk mencapai tujuan tertentu dengan jalan melukai atau menghancurkan pihak lawan.(Young, 1964: 193) Menurut Lewis A. Coser, pertentangan atau konflik didefinisikan sebagai perjuangan yang bersifat langsung dan disadari antara individu atau kelompok untuk memperoleh pengakuan status, kekuasaan, dan pengaruh.(Coser, tt: 7)

Faktor-faktor yang dapat mempertajam terjadinya konflik adalah adanya perbedaan ideologi yang mendasar karena tidak senang terhadap nilai-nilai kelompok lain, adanya perbedaan kelas, makin meningkatnya mobilitas status yang cenderung memaksakan kontak di antara individu-individu dan kelompok-kelompok, dan makin intensifnya perjuangan politik yang cenderung menguburkan keadaan agama dengan kepentingan politik. Adapun faktor-faktor yang meredakannya adalah adanya perasaan memiliki satu kebudayaan dan adanya toleransi umum yang didasarkan atas suatu relativisme kontekstual yang menganggap nilai-nilai tertentu sesuai dengan konteksnya. (Geetrz, 1981: 207)

Suatu pertentangan atau pertikaian tidak mungkin berlangsung selama-lamanya sehingga pertentangan itu akan mendapatkan penyelesaian. Suatu keadaan setelah pertentangan atau pertikaian selesai, disebut akomodasi. Pengertian akomodasi menunjuk pada suatu kondisi selesainya pertikaian, sedangkan sebagai suatu proses, akomodasi menunjuk pada usaha-usaha untuk mencapai penyelesaian, sehingga terjalin kerjasama yang lebih baik. Dalam hal ini akomodasi mempunyai beberapa bentuk, antara lain kompromi, mediasi, toleransi, dan kursif. Kompromi merupakan suatu penyelesaian konflik di mana masing-masing pihak yang terlibat saling mengurangi

Page 91: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

220 Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Corak Kerukunan Umat Kristen dan Umat Islam di Kelurahan Naikolan

tuntutan-tuntutannya. Mediasi merupakan suatu penyelesaian konflik dengan cara mengundang pihak ketiga yang netral yang berusaha membawa penyelesaian secara damai. Toleransi merupakan suatu bentuk akomodasi tanpa menggunakan persetujuan yang formal. Kursif merupakan suatu bentuk akomodasi yang prosesnya ditentukan dengan cara memaksa yang biasanya salah satu pihak berada dalam posisi yang lemah.(Young, 1964:210-213)

metode PenelItIAn Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yakni suatu pendekatan

yang memusatkan perhatian kepada prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan satuan-satuan gejala yang ada dalam kehidupan manusia. Dalam pendekatan ini, yang dianalisis adalah gejala-gejala sosial dan budaya dengan menggunakan kebudayaan masyarakat yang bersangkutan untuk memperoleh pola-pola yang berlaku. Pola-pola hubungan antara umat Kristen dan umat Islam dalam kehidupan mereka sehari-hari sebagai komunitas sosial dalam wadah masyarakat yang saling berinteraksi satu dengan yang lainnya.

Daerah Penelitian dipilih Kelurahan Naikolan, Kecamatan Maulava, Kota Kupang. Alasan pemilihan lokasi ini karena di daerah tersebut terdapat komunitas Kristen dan komunitas Islam, di mana umat Islam sebagai pendatang pertama dan membuat komunitas muslim dan membangun Masjid yang berdiri di atas tanah wakaf dari Raja di Kupang (Nasrani) sehingga lingkungan tersebut dikenal dengan sebutan kampung muslim. Di samping itu, masing-masing dari kedua kelompok penganut agama tersebut memiliki tempat ibadat; memiliki tempat pemakaman yang letaknya berdampingan; dan penganut memiliki tokoh agama yang cukup berperan dalam membina umat mereka.

Dalam penelitian ini, tehnik pengumpulan data yang dipergunakan adalah wawancara mendalam, pengamatan, dan telaah dokumen. Wawancara mendalam dipergunakan untuk menggali data yang berkenaan dengan kegiatan-kegiatan keagamaan, kegiatan pendidikan, kegiatan ekonomi, bentuk-bentuk hubungan, dan faktor pendukung kerukunan dan ketidakrukunan (konflik). Pengamatan dipergunakan untuk menggali data berkenaan dengan kegiatan keagamaan serta gejala-gejala sosial dalam kehidupan masyarakat. Telaah dokumen dimaksudkan untuk mengetahui dan memahami bahan-bahan atau dokumen-dokumen yang dipakai sebagai pedoman maupun rujukan.

Analisa data dilakukan melalui dua tahap. Tahap pertama, analisa data dilakukan bersamaan dengan pencatatan data lapangan. Sedangkan tahap kedua dilakukan setelah pengumpulan data berakhir. Data-data ini diorganisir sesuai dengan tipologinya kemudian dilakukan penafsiran data dan selanjutnya dilakukan penulisan laporan awal/sementara sebagai bahan diskusi. Diskusi tersebut dimaksudkan untuk mendapat masukan untuk penyempurnaan penulisan final yang siap untuk diperbanyak.

Page 92: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

221Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

marmiat i mawardi

temuAn PenelItIAn dAn PembAhAsAn Keadaan Daerah Penelitian

Kelurahan Naikolan merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan Maulava. Luas wilayah Kelurahan Naikolan 1.115 Ha. Komposisi penduduk Kelurahan Naikolan pada bulan April 2007, secara keseluruhan berjumlah 6910 jiwa. Penduduk tersebut terdiri dari penduduk laki-laki 3.154 orang dan penduduk perempuan 3.756 orang, terhimpun dalam 1.411 KK. Dilihat dari usianya, penduduk Naikolan tergolong penduduk berusia tua karena penduduk yang berusia 15 tahun ke atas mencapai 5.681 jiwa (82,2%). Sedangkan penduduk yang berusia di bawah 15 tahun, 1.229 jiwa (17,8%). Di bidang pendidikan jika dilihat dari tipe pendidikan yang dibakukan Dirjen PMD Dep Dagri maka penduduk Naikolan tergolong pada tingkat pendidikan tinggi karena 80,35% penduduknya tamat sekolah dasar ke atas. Penduduk Naikolan sebagian besar bekerja sebagai pegawai, baik pegawai negeri maupun swasta. Selain banyaknya karyawan yang masih aktif di sini termasuk banyak pula pensiunan dan purnawirawan. Wilayah Naikolan berada di dalam kota sehingga lahan pertanian terbatas pada pekarangan rumah dan kondisinya termasuk tanah tidak produktif. Selain bekerja sebagian pegawai, banyak dinatara mereka berusaha di bidang perdagangan dan jasa. Dilihat dari aspek agama penduduk Naikolan sebagian besar beragama Kristen Protestan yakni sebanyak 4.020 orang, pemeluk agama Katolik 2.521 orang, Islam 301 orang, Hindu 64 orang dan Budha 9 orang.

Kerjasama Dalam kehidupan masyarakat, setiap individu tidak mungkin dapat

memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa bantuan orang lain. Sebagai makhluk sosial akan terikat dengan norma-norma yang dibangun dalam masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya. Tuntutan tersebut terkait dengan terciptanya suasana aman dan nyaman di mana untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan kebersamaan dan saling pengertian antar individu, saling menghomati, dan menghargai dengan sesamanya. Hubungan kerjasama yang dibangun oleh masing-masing individu banyak disebabkan oleh beberapa hal antara lain dari ajaran agama.

Setiap agama mengajarkan kedamaian, sejumlah tokoh Islam di Naikolan, dalam setiap ceramahnya selalu mengingatkan kepada jamaahnya agar menjalin hubungan baik dengan Allah maupun dengan sesamanya, tanpa membedakan suku dan agama. Para tokoh agama mengupas ayat Al-Qur’an tentang habluminallah dan habluminannas, di samping itu menjalin ukhuwah wathoniyah bukan hanya ukhuwah Islamiyah. Ukhuwah wathoniyah dalam rangka merangkai hubungan yang harmonis antarumat beragama, karena umat Islam menyadari keberadaannya di Naikolan minoritas, sehingga kebersamaan merupakan modal dasar dalam berinteraksi baik sesama muslim

Page 93: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

222 Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Corak Kerukunan Umat Kristen dan Umat Islam di Kelurahan Naikolan

maupun dengan sesama nonmuslim. Hubungan ini juga menimbulkan gagasan untuk membuat suatu wadah kerukunan di Naikolan, sebagai tempat berkomunikasi antarumat dan merancang kerjasama dalam aktifitas sosial keagamaan maupun kemasyarakatan.

Nabi SAW dalam sebuah hadits, menyatakan, bahwa siapa yang membunuh (kafir) Mu’ahid – kafir yang terikat pejanjian dengan kaum muslim – maka ia tidak akan mencium bau surga. (Man qatala mu’aahadan lam yaraf raaifah al- jannah, wa inna riifahaa yuujadu min masiirati arba’iina ‘aaman). Jelaslah di antara umat yang berbeda agama tidak boleh saling membunuh, hal ini mengisyaratkan bahwa Nabi melarang pembunuhan dan menganjurkan untuk berbuat baik terhadap sesamanya sekalipun terhadap orang kafir. Al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 256, Allah berfirman, tidak ada paksaan dalam (memeluk) agama Islam.

Modal kerukunan juga ditengarai adanya persepsi di antara tokoh Islam yang menyatakan tidak ada agama yang paling hebat. Cara pandang ini, cenderung ke arah penyamaan terhadap semua agama yang kini populer dengan istilah pluralisme agama. Gagasan penyamaan agama oleh sebagian kalangan dengan istilah pluralisme agama yang dikembangkan sampai ke level operasional kehidupan sosial, seperti penghalalan perkawinan antar agama dan sebagainya. Maka tidak mengherankan jika dengan mudahnya masyarakat Naikolan pindah agama dari Islam ke Kristen disebabkan karena terjadinya perkawinan. Pandangan tersebut sejalan dengan apa yang diungkapkan Nathan. J. Verkuil telah menulis buku berjudul Samakah Semua Agama? yang memuat hikayat Nathan der Waise (Nathan yang bijaksana). Nathan adalah seorang Yahudi yang ditanya oleh Sultan Saladin tentang agama manakah yang terbaik, apakah Islam, Yahudi, atau Nasrani. Ujungnya dikatakan bahwa semua agama itu intinya sama. Hikayat Nathan ini ditulis oleh Lessing, seorang Kristen yang mempercayai bahwa intisari ajaran Kristen adalah Tuhan, kebajikan dan kehidupan kekal. Intisari ini menurutnya ada pada ajaran Islam, Yahudi, dan lainnya.(Coser, tt:7)

Ajaran agama Kristen selalu menyampaikan pesan dari firman Tuhan, seperti: jangan membunuh, kasihi sesamamu (manusia) seperti mengasihi dirimu sendiri, dan sebagainya. Tentang kerukunan ini, seorang tokoh Kristen, mengutip ajaran tentang hukum kasih kepada Tuhan dan kepada sesama yang dijelaskan dalam Injil dan perjanjian lama. Setiap kebaktian komunal umat Kristen, mereka menyanyi bersama untuk memanjatkan puji syukur kepada Tuhan dan memohon do’a untuk diri sendiri, untuk keluarga, untuk bangsanya, dan sebagainya. Kitab suci tersebut memerintahkan kepada semua manusia agar saling mengasihi, hidup rukun, dan saling-tolong menolong. Intinya, pada umumnya umat beragama menginginkan kedamaian dunia, mencapai kesejahteraan di dunia dan di alam akhir nanti. Hal inilah yang mendorong terwujudnya keharmonisan hubungan antarumat beragama.

Kultur yang berkembang sejak dulu di kalangan masyarakat Naikolan adalah

Page 94: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

223Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

marmiat i mawardi

tidak mengumpulkan harta, tapi mengumpulkan saudara tanpa membeda-bedakan ras dan agama. Karena itu, dalam kekerabatan masyarakat daerah ini, banyak terdapat dalam satu keluarga, anggotanya memiliki keyakinan yang berbeda. Kekerabatan ini menjadi pengikat terjadinya keharmonisan antarumat beragama. Perhatian Raja Kupang yang nonmuslim terhadap keluarganya (saudaranya) yang beragama Islam, menjadi simbol kerukunan yang mengkristal dalam hati sanubari masyarakat Naikolan. Ketika masih hidup, mereka selalu bersama dan ketika meninggalpun mereka dikuburkan berdampingan, itulah masyarakat muslim dan nonmuslim di Naikolan. Raja yang bijak tersebut memberikan tanah untuk masjid dan sekaligus memberi tanah untuk makam orang Islam satu lokasi dengan makam orang Nasrani. Sampai sekarang, tempat tersebut menjadi simbol kerukanan dan sikap Raja terhadap umat Islam tersebut memberi ketauladanan kepada umat Kristen yang tetap segan kepada tokoh-tokoh Islam sebagai pendahulu dan mau menerima aspirasi dari para tokoh tersebut.

Seorang tokoh Islam yang sangat disegani oleh komunitas muslim maupun nonmuslim menuturkan, tidak ada masalah kerukunan di sini. Masyarakat mudah diredam jika ada gejala kurang baik antarumat, karena diantara mereka merasa bersaudara. Beliau mencontohkan istrinya yang dinikahi 22 tahun yang lalu, semula beragama Katolik, tetapi setelah menikah dengan beliau, maka masuk Islam dan kini menjadi muslimah yang taat. Keluarga sang istri beragama Katolik, ibunda istrinya beragama Kristen dan ayahnya Katolik, saudara dari istrinya semua 5 orang, 3 orang laki-laki menjadi Pastur dan 2 orang perempuan menjadi suster. Keragaman agama dalam keluarga ini tidak menjadikan persaudaraan mereka menjadi renggang, mereka tetap berkomunikasi walupun saudara-saudaranya tersebut bertugas di luar negeri, ada yang di Argentina, Italia, Taiwan, dan Roma.

Pernyataan ini diperkuat oleh kenyataan dalam keluarga lainnya. Seba-gaimana dituturkan oleh kaur kesra di Naikolan, beliau juga tokoh masyarakat dan tokoh Islam dari kalangan generasi muda, ayah ibunya juga Islam bahkan sudah menunaikan ibadah Haji. Sebelum menikah ibunya beragama Katolik, kemudian masuk Islam karena menikah dengan orang Islam. Keluarga ibunya yaitu opa (kakek) dan oma (nenek) beragama Islam karena berasal dari Padang. Setelah menetap di NTT, omanya pindah agama masuk Katolik, opanya tidak setuju sehingga kembali ke Padang, sedangkan omanya tetap di NTT, sehingga ibu dan adik-adiknya beragama Katolik. Menjelang Natal, semua keluarga berkumpul di tempat yang merayakan Natal. Bahkan ada keluarga muslim yang ikut ke gereja. Pada hari raya Idul Fitri, semua berkumpul di tempat saudaranya yang muslim dan ada juga saudaranya yang nonmuslim ikut ke masjid. Tipisnya batas-batas agama karena hubungan kekerabatan ini menjadikan faktor yang cukup berpengaruh terhadap keharmonisan hubungan antarumat beragama. Kasus-kasus perpindahan agama yang disebabkan karena perkawinan ini bukan hanya dilakukan umat

Page 95: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

224 Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Corak Kerukunan Umat Kristen dan Umat Islam di Kelurahan Naikolan

Kristen berpindah agama menjadi muslim tetapi ada juga perpindahan agama dari Islam menjadi Kristen.

Selain faktor kekerabatan, motto Kota Kupang yaitu ”KASIH” menjadi falsafah hidup masyarakat untuk mewujudkan cita-cita bersama. KASIH kepanjagan dari Karya, Aman, Sehat, Indah, dan Harmonis. Harapannya masyarakat Kupang harus berhasil dalam berkarya. Dengan keberhasilan tersebut niscaya tercipta suasana aman dan terpenuhi semua kebutuhan sandang, pangan maupun papan sehingga masyarakatnya menjadi sehat jasmani dan rohaninya. Dengan kondisi sehat masyarakat bisa bersama-sama membangun dan memperindah Kota Kupang sehingga terjadi keseimbangan dalam hidup yang mendukung terciptanya suasana tenteram dan damai sehingga terwujud keharmonisan dalam masyarakat plural baik dalam etnis maupun agama.

Tokoh agama cukup banyak peranannya dalam membina umat untuk hidup rukun dengan sesama umat lain. Baik tokoh Islam maupun Kristen saling bekerja sama dalam aktifitas kehidupan beragama maupun dalam kehidupan bermasyarakat, bahkan kerja sama dalam mensukseskan program pemerintah dan saling mendukung dalam menyampaikan aspirasi masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan.

Menerima perbedaan adalah sikap yang bijak dan sangat mendasar untuk membangun kebersamaan namun bukan berarti setiap aktivitas keagamaan bisa dilaksanakan bersama dengan umat yang berbeda. Ada batas-batas tertentu yang harus dihindari bila menyangkut ritual keagamaan. Mendirikan tempat ibadah maupun membersihkan tempat ibadah misalnya, dilakukan oleh jemaat masing-masing. Demikian pula ibadat di hari-hari besar agama, seperti ibadah di hari raya Idul Fitri, Idul Adha, dan Natal.

Ketika umat Islam merayakan hari raya, umat Kristen juga ikut meraya-kan namun sebatas pada kunjungan dan mengucapkan selamat. Bagi keluarga batih maupun keluarga luas sengaja berkumpul untuk merayakan bersama. Jika ada keluarga nonmuslim yang ikut ke masjid itu hanya beberapa orang saja, biasanya anak-anak dan tentunya tidak mengikuti salat Id. Apalagi jika salad Id dilakukan di lapangan sehingga tak masalah jika ikut datang ke lapangan.

Hari raya Idul Fitri, halal bihalal diselenggarakan di Kelurahan Naikolan. Panitia adalah umat Islam dan non Islam. Kegiatan ini merupakan wujud kebersamaan dalam rangka merajut kerukunan antarumat. Keikutsertaan umat Kristen dalam kegiatan halal bilhalal karena acara tersebut sudah membudaya.

Ketika Umat Islam merayakan Idul Adha dan menyembelih hewan qurban ada sebagian umat Kristen yang ikut membantu dalam proses penyembelian seperti membantu memegangi hewan qurban yang akan disembelih. Pendistribusian hewan qurban bukan hanya untuk umat Islam saja, ada beberapa umat Kristen yang mendapat bagian dari hewan qurban tersebut, di antaranya mereka yang bertempat tinggal disekitar masjid.

Page 96: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

225Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

marmiat i mawardi

Demikian halnya ketika Natal tiba, umat Kristen merayakan di gereja, di rumah mengadakan pesta bersama masyarakat pada umumnya. Umat Islam, terutama umat Islam yang kerabatnya nonmuslim. Mereka datang ke tempat saudaranya, ikut merayakan Natal bersama. Natalan kelurahan kepanitiaannya juga dari penganut agama.

Umat Kristen dan umat Islam melaksanakan kerja bakti, bersama-sama membersihkan lingkungan adalah hal yang biasa. Pada hari-hari tertentu, seperti pada hari ulang tahun Kota Kupang, dan peringatan hari kemerdekaan RI, mereka bersama-sama menyelenggarakan pesta dan menampilkan kesenian dari masing-masing agama. Pemuda Kristen dan pemuda Islam bergabung dalam olah raga bola kaki (sepak bola) dan bersama-sama mengikuti turnamen bola kaki mewakili desa.

Kerjasama antarumat juga sampai pada masalah politik. Ketika pesta demokrasi pemilihan wali kota Kupang, ada konsensus bersama antara sebagian umat Kristen dan umat Islam. Kedua komunitas yang berbeda keyakinan tersebut mengusung calon wali kota dari PKB (Daniel Adoe). Di daerah Kupang, nonIslam bisa masuk PKB. Karena kekompakan tersebut calon wali kota yang diusung berhasil mendapat suara terbanyak, dan sekarang Daniel Adoe menduduki kursi wali kota. Sebagai ungkapan kegembiraan atas kemenangan yang diraih bersama, mereka merayakannya dengan menyelenggarakan syukuran bersama. Ungkapan rasa syukur tersebut diisi dengan do’a bersama secara bergantian oleh masing-masing tokoh agama dari 3 (tiga) komunitas yaitu penganut protestan, Katholik, Islam. Remaja masjid dalam acara tersebut tampil menghibur dengan grup rebananya. Pesta demokrasi tersebut telah berlangsung lama hampir tiga bulan berlalu namun kegembiraan warga atas kemenangannya itu masih terlihat. Ketika peneliti sedang jalan bersama tokoh muda Islam kebetulan berjumpa dengan seorang ibu (nonIslam) yang sama-sama mendukung calon wali kota terpilih, dengan gembira ia mengacungkan empat jari (nomor calon wali kota yang dipilih), lalu dibalas lambaian tangan dan tegur sapa keakraban dari tokoh Islam. Dari situ tergambar nuansa kerukunan antarumat beragama di Naikolan yang dibangun oleh para tokoh agama dan tokoh masyarakat.

Dari temuan-temuan tersebut di atas, hubungan antarumat beragama di Naikolan berlangsung baik. Menurut mereka menghargai, menghormati, dan bertenggang rasa terhadap lingkungannya. Antarumat saling mengunjungi dan memberi bantuan jika terkena musibah, bila ada yang sakit, ditengok. Mereka segera datang setelah mendengar kabar misalnya ada yang meninggal. Jika ada perta daur hidup seperti kelahiran, khitanan, upacara menjelang remaja, perkawinan merekasedapat mungkin berusaha datang ke tempat yang punya kerja.

Kultur yang melekat pada masyarakat Naikolan adalah kekerabatan. Kekerabatan menjadi tali pengikat eratnya hubungan antarumat Kristen dengan umat Islam. Masing-masing, menyadari adanya hubugan darah dan

Page 97: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

226 Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Corak Kerukunan Umat Kristen dan Umat Islam di Kelurahan Naikolan

itu harus dipertahankan. Perkawinan antara umat Kristen dengan umat Islam dari suku yang berbeda dan perpindahan agama. Asimilasi budaya karena masing-masing akan menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. Menurut Kimbal Young, asimilasi disebabkan adanya kerjasama antarindividu maupun kelompok yang berbeda untuk mencapai tujuan bersama dengan berusaha mengurangi perbedaan antara kedua pihak dan memperhatikan kepentingan bersama.

Gambaran diatas menjelaskan bahwa norma-norma yang berlaku dalam masyarakat berpegang pada falsafah leluhurnya, bahwa mencari saudara tanpa melihat perbedaan suku dan agama lebih penting dari pada mencari harta.

PenutuP

Hubungan antara umat Kristen dan umat Islam menurut tokoh masing-masing agama berlan gsung dengan baik. Mereka bisa bekerja sama. Kegiatan keagamaan bisa dilaksanakan di tempat ibadah, maupun di kediaman para anggotanya. Keharmonisan antara umat Kristen dan Umat Islam ini disebabkan beberapa faktor sebagai berikut:1. Pola kekerabatan di mana dalam satu keluarga terdapat pemeluk agama

yang berbeda ”Kultur” yang berkembang di kalangan masyarakat Naikolan masih memegang teguh prinsip nenek moyangnya. Nenek moyang mereka tidak mengumpulkan harta, tetapi mengumpulkan saudara tanpa membedakan suku dan agama.

2. Adanya toleransi yang tinggi yang dicontohkan para tokoh agama dan adanya tokoh dari umat Islam yang disegani masyarakat, dapat meredam jika akan terjadi hal-hal yang dapat merusak kebersamaan. Umat Islam tidak fanatik dalam menjalankan agama, bahkan ada pendapat dari seorang tokoh agama tidak ada agama yang paling baik di dunia.

3. Umat Islam sebagai umat yang minoritas dapat berlaku santun. Mereka melakukan kerjasama dalam kehidupan bermasyarakat. Demkian pula umat Kristen, mereka dapat penghargai terhadap umat Islam dan bisa bekerjasama dengan baik.

4. Motto KASIH yaitu Karya, Aman, Sehat, Indah, dan Harmonis menjadi falsafah hidup masyarakat Kota Kupang dan menjadi perekat dalam kerjasamanya mewujudkan tujuan dari falsafah tersebut.

Page 98: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

227Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

marmiat i mawardi

DAFTAR PUSTAKA

Berchmans, J. 2007. Makalah workshop “Relevansi Topik Penelitian Keagamaan di wilayah Propinsi NTT”. Semarang: Balai Litbang Agama

Coser, L. A. The Function of Social Conflict. Terj. AF.Saifuddin, MA. Konflik dan Integrasi. Jakarta: Rajawali Press

Departemen Agama RI. 1989. Pedoman Dasar Kerukunan Umat Beragama. Jakarta: Sekjen Departemen Agama RI.

Sayogya dan Pujiwati Sayogya. 1982. Sosiologi Pedesaan II. Yogyakarta: Dirjen PMD Dep Dagri

Geertz, C. 1981. Religions of Java. Terj. Aswab Mahosim. Agama, Santri, dan Priyayi dalam Masyarakat Jawa. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Hikam, M. 2000. Islam Demokratisasi dan Pemberdayaan Civil Society. Jakarta: Irlangga.

Muhtar, I. H. 2003. Peta Kerukunan Umat Beragama Propinsi Nusa Tenggara Timur dalam Peta Kerukunan Umat Beragama di Indonesia. Jakarta: Kapus Litbang Kehidupan Beragama.

Scharf, B. 1995. Kajian Sosiologi Agama. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana.

Taneko, B. S. Struktur dan Proses Sosial. Jakarta: Rajawali Press.

Young, K. 1964. Social Cultural Proses. Dalam Setangkai Bunga Sosiologi, oleh Selo Sumarjan dan Sulaiman Sumardi. Jakarta: Fakultas Ekonomi UI.

Yinger, J. M. 1957. Relegion, Society, and The Individual. New York: Macmillan.

Page 99: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,
Page 100: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

229Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

PelAkSAnAAn ktSP PAdA mtsn mAlAng iii kAbuPAten mAlAng

Oleh WahaB

PENELITIAN

AbstrAct

This study aims to identify - and analyze the implementation KTSP-inhibiting factor in supporting MTsN III Malang Regency. Before implementing MTsN KTSP make preparations mature enough and stable. Implementation of KTSP in MTsN III Malang running smoothly, procedural, and in accordance with the laws, regulations and guidance from BSNP. As an indicator of KTSP implementation can be ascertained from student achievement in the UN in 2008 the average value of 7.18 and in 2009 the average value of 8.75. Some of non-academic and academic achievements of the various competitions from local, regional, national and even ASEAN succeed achieved by MTsN III Malang. Factors supporting the implementation of KTPS MTsN III Malang can be known from the ethos, dedication, loyalty, and professionalism of each school functionary (Head, Deputy Head, teachers, staff of the General Affair, and student input). While blocking factor has not fully have ideal classrooms (20-30 students per class).

Keywords: KTSP, Madrasah, Implementation KTSP.

PendAhuluAn

Kurikulum dalam pengertian yang sederhana merupakan seperangkat rencana pembelajaran yang akan dicapai oleh peserta didik dalam waktu yang telah ditentukan. Sebenarnya pengertian kurikulum yang lebih luas juga meliputi keadaan gedung, suasana sekolah, keinginan, keyakinan, pengetahuan, dan sikap orang-orang yang melayani dan dilayani di sekolah, yaitu anak didik, masyarakat, para pendidik, dan personalia.(Alice Mile, dalam Nasution, 2001: 6) Menurut Djohar, kurikulum itu pada dasarnya adalah pedoman pendidikan agar anak memperoleh kompetensi tertentu. Sebelum menentukan kurikulum, seharusnya ditetapkan dahulu kompetensi apa yang diharapkan dapat dimiliki oleh siswa apabila ia menyelesaikan suatu jenjang pendidikan.(Djohar, 2003: 45)

Page 101: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

230 Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Pelaksanaan KTSP Pada MTsN Malang III Kabupaten Malang

Mencermati sistem pendidikan di Indonesia sejak era awal kemerdekaan hingga sekarang masih mencari bentuk yang tepat atau ideal. Realitas semacam itu terlihat masih berganti-gantinya kebijakan dari penentu kebijakan pada depertemen yang menangani pendidikan, khususnya terkait dengan “kurikulum”. Kurikulum dikembangkan dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia yang sesuai dengan tuntutan zaman. Tetapi jika dikaji secara mendalam, kurikulum yang digunakan selama ini seakan berfungsi membelenggu peserta didik, sebab peserta didik hanya sebagai obyek dari kurikulum. Kurikulum dalam sistem pendidikan Indonesia dipandang sebagai pedoman yang senantiasa harus ditaati tanpa memperhatikan apakah muatan materi kurikulum itu dapat dan/atau tidak dapat dipahami oleh peserta didik. Bahkan muatan materi kurikulum kurang pula mengakomodasi bagaimana kondisi nyata kehidupan dalam masyarakat.

Kurikulum yang diterapkan dalam dunia pendidikan di Indonesia sebelum tahun 2005 belum terfokus pada upaya memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah/madrasah itu berada. Kurikulum yang diterapkan bersifat sentralistik dari pusat. Kemudian pada tahun 2006 Departemen Pendidikan Nasional sebagai pemegang amanat sistem pendidikan nasional menetapkan KTSP.

KTSP merupakan kurikulum yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan dan silabus. Adapun perihal yang harus mendapatkan perhatian dalam mengimplementasikan KTSP adalah: (1) berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik, (2) beragam dan terpadu, (3) tanggap terhadap ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, (4) relevan dengan kebutuhan kehidupan, (5) menyeluruh dan berkeseimbangan, (6) belajar sepanjang hayat, dan (7) seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.( Muslih, 2007: 11)

Dengan telah dilaksanakannya KTSP untuk semua jenjang pendidikan dasar hingga menengah atas selama tiga tahun ini, maka tidak tertutup kemungkinan terdapat keragaman permasalahan di masing-masing lembaga pendidikan sekolah/madrasah, termasuk lembaga pendidikan Madrasah Tsanawiyah Negeri. Permasalahan tersebut bisa berupa kesiapan SDM, sarana prasarana, pendanaan, maupun lingkungan. Berdasarkan latar belakang penelitian ini peneliti berusaha mengkaji bagaimana pelaksanaan KTSP pada Madrasah Tsanawiyah Negeri Malang III.

Rumusan masalah dalam penerlitian ini adalah bagaimana pelaksanaan KTSP pada MTsN Malang III dan faktor-faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan KTSP. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan, manganalisis, dan menyimpulkan tentang pelaksanaan KTSP pada MTsN Malang III dan faktor-faktor pendukung dan penghambatnya.

Page 102: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

231Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Wahab

metode PenelItIAn

Sasaran penelitian ini adalah Madrasah Tsanawiyan Negeri Malang III Kabupaten Malang Propinsi Jawa Timur. Dasar pemilihan MTsN tersebut sebagai sasaran penelitian ini adalah: (1) MTsN Malang III merupakan madrasah percontohan di daerah Kabupaten Malang, (2) MTsN Malang III sudah mempunyai prestasi akademik maupun non akademik dari tingkat lokal, regional, nasional dan bahkan tingkat ASEAN.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan pertimbangan bahwa pendekatan ini dapat mengungkap hakikat yang sebenarnya tentang pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada Madrasah Tsanawiyah Negeri Malang III. Model yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini berupa studi kasus.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa wawancara mendalam, pengamatan, dan telaah dokumen. Teknik wawancara digunakan untuk mengumpulkan data tentang kurikulum, manajemen pembelajaran, dan persepsi siswa, faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan KTSP yang bersumber dari beberapa sumber (Kepala Madrasah, WakaMad, guru, komite, dan orang tua wali siswa). Teknik pengamatan digunakan untuk mengumpulkan data yang terkait dengan kondisi lingkungan madrasah, pelaksanaan pembelajaran, dan data yang relevansi dengan data yang telah diperoleh melalui wawancara, seperti kegiatan pembelajaran, remedial, kesenian, dan sebagainya. Teknik telaah dokumen digunakan untuk menggali data yang tersimpan dalam dokumen-dokumen MTsN Malng III, seperti keadministrasian madarasah, agenda kegiatan pembelajaran, kesejarahan, dan sebagainya.

KAjIAn teorItIs Keberhasilan dalam dunia pendidikan tidak terlepas dari beberapa

unsur yang mempengaruhi, yaitu kurikulum, guru, siswa, bahan pelajaran, metode belajar mengajar, sistem evaluasi, sarana penunjang dan sistem administrasi.(Arikunto, 1999: 5) Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, kompetenasi dasar, materi standar dan hasil belajar serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar dan tujuan pendidikan.(Mulyasa, 2007: 46)

Kurikulum merupakan inti dari sebuah proses pembelajaran yang harus dirumuskan sesuai dengan perkembangnan zaman. KTSP ternyata lebih akomodatif dengan memberikan peluang lebih luas kepada lembaga pendidikan untuk menyusun program pembelajaran sebagai karakterisrik sekolah/madrasah. Oleh karena itu ada beberapa hal yang harus menjadi perhatian, yaitu kurikulum itu sendiri, manajemen, pengelolaan, metode

Page 103: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

232 Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Pelaksanaan KTSP Pada MTsN Malang III Kabupaten Malang

pengembangan pembelajaran, fasilitas pembelajaran, dan sistem evaluasi pembelajaran.

Beberapa hal yang diperhatikan dalam penerapan KTSP sesuai dengan BNSP, yaitu peningkatan iman dan takwa, peningkatan akhlak mulia, peningkatan potensi, kecerdasan dan minat peserta didik, keragaman potensi daerah dan lingkungan, tuntutan pembangunan daerah dan nasional, tuntutan dunia kerja, perkembangnan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, agama, dinamika perkembangan global dan persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan. Adapun mata pelajaran wajib adalah pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa, matematika, IPA, IPS, seni dan budaya, Penjaskes, keterampilan/kejujuran, dan muatan lokal.(Muslih, 2007: 2-3)

Proses belajar mengajar harus memperhatikan faktor manajemen. Manajemen merupakan ilmu atau seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efesien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.(Hasibuan, 2005:1) Maksud manajemen dalam hal ini adalah menyangkut tentang perencanaan pembelajaran (jangka pendek, menengah, dan panjang) dari madrasah, pengorganisasian komponen civitas akademika madrasah, penggerakan sumbeer daya yang ada pada madrasaha, dan pengawasan baik internal maupun eksternal. Tujuan pendidikan dalam operasionalnya harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut: (1) adanya kerjasama di antara kelompok orang dalam ikatan formal, (2) adanya tujuan bersama serta kepentingan yang sama yang akan dicapai, (3) adanya pembagian kerja, (4) tugas dan tanggung jawab yang teratur, adanya hubungan formal dan ikatan tata tertib yang baik, (5) adanya sekelompok orang dan pekerjaan yang akan dikerjakan, (6) adanya human organization.(Hasibuan, 2005: 1)

Dalam rangka mencapai mutu pendidikan, menuntut strategi metode pembelajaran, yaitu (1) strategi pengorganisasian, (2) strategi penyampaian, dan (3) strategi pengelolaan. Strategi pengorganisasian adalah strategi untuk mengorganisasi isi bidang studi yang telah dipilih untuk pembelajaran dengan suatu tindakan, seperti pemilihan isi, penataan isi, pembuatan diagram, format, dll. Strategi penyampaian adalah metode untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa dan/atau untuk menerima dan merespon masukan yang berasal dari siswa, dan media pembelajaran merupakan bidang kajian utama dari strategi ini. Strategi manajemen adalah metode untuk menata antara si pelajar dan variabel metode pembelajaran lainnya yaitu variabel strategi pengorganisasian dan penyampaian isi pembelajaran.(Hamzah, 2004: 17)

Pelaksanaan KTSP memiliki model pengembangan atau metode pembelajaran yang spesifik, yaitu Contextual Teaching and Learning (CTL). Model pembelajaran ini menghubungkan antara materi pembelajaran dengan kondisi dunia nyata yang berkembang dan terjadi di lingkungan sekitar peserta didik/siswa. Selain model pembelajaran, fasilitas pembelajaran

Page 104: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

233Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Wahab

dalam proses belajar mengajar merupakan suatu keharusan agar tujuan pembelajaran mengalami keberhasilan. Fasilitas ini merupakan peralatan pendidikan yang digunakan oleh guru dan anak didik, baik perangkat keras seperti gedung sekolah, laboratorium, dll maupun perangkat lunak seperti kurikulum, metode, administrasi, dan lain-lain.(Tafsir,1994: 90)

Untuk mengetahui tingkat kualitas lulusan dalam proses belajar mengajar adalah dengan evaluasi. Stufflebeam (dalam Daryanto, 1992: 2) menjelaskan bahwa evaluasi itu merupakan proses menggambarkan, memperoleh dan menyajikan informasi yang berguna untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan instruksional oleh peserta didik sehingga dapat diupayakan tindak lanjutnya. Evaluasi ini sangat terkait dengan in put, proses, dan produk. Input di dasarkan pada kemampuan peserta didik, proses terkait dengan guru, kurikulum dan perangkat pembelajaran lainnya, produk terkait dengan hasil dari proses pembelajaran yang telah dilakukan dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan target kurikulum.

Dalam KTSP, penilain dapat dilakukan dengan penilaian kelas melalui ulangan harian, umum, dan akhir. Tes kemapuan dasar yang digunakan untuk mengetahui kemampuan membaca, menulis, dan berhitung yang diperlukan dalam rangka memperbaiki program pembelajaran (program remidial). Penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi yang dilakukan setiap akhir tahun untuk mendapatkan gambaran secara utuh dan menyeluruh mengenai ketuntasan belajar peserta didik dalam satuan waktu tertntu.

Selain evaluasi atau penilaian di atas ada pula yang disebut dengan evaluasi benchmarking, yaitu evaluasi atau penilaian yang dilakukan untuk mengukur kinerja yang sedang berjalan, proses dan hasil untuk mencapai suatu keunggulan yang memuaskan, penliaian program yang dilakukan oleh Depdiknas untuk mengetahui kesesuaian KTSP dengan dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan. Evaluasi tindak lanjut dengan peningkatan aktifitas dan kreatifitas pserta didik serta peningkatan motivasi belajar. Dengnan demkikian selama proses pembelajaran yang sedang berlangsung dapat dilakukan penilaian secara langsung agar peserta didik mengetahui kekurangan dalam belajar sekaligus dapat mengtahui solusi utnuk menentukan langkah selanjutnya agar proses pembelajaran menjadi lebih baik. (Mulyasa, 2007: 258)

Salah satu unsur yang menentukan pencapaian tujuan dalam proses belajar mengajar adalah guru. Bagi seorang guru dituntut memiliki dua modal dasar, yaitu (1) kemampuan mendesain program, (2) keterampilan mengkomuniksikan program itu kepada peserta didik.(Sardiman, 1992: 161) Oleh karena itu bagi seorang guru seharusnya memenuhi beberapa persyaratan (1) mengetahui karakter murid/siswa, (2) selalau berusaha meningkatkan keahliannya, (3) harus mengamalkan ilmunya, (4) jangan berbuat berlawanan dengan ilmu yang diajarkannya. (Abrasyi, 1974: 133-134)

Page 105: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

234 Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Pelaksanaan KTSP Pada MTsN Malang III Kabupaten Malang

temuAn PenelItIAn

1. Persiapan Pelaksanaan KTSP

Madrasah Tsanawiyah Negeri Malang III Kabupaten Malang sebelum melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) telah menempuh beberapa langkah persiapan. Maksud dari persiapan-persiapan itu adalah dalam rangka untuk lebih mematangkan dan memantapkan pelaksanaan KTSP pada lembaga tersebut. Adapun langkah-langkah persiapan yang dilakukan adalah koordinasi-koordinasi baik secara internal maupun eksternal.

a. Koordinsi Internal

Langkah awal yang ditempuh sebelum pelaksanaan KTSP pada MTsN Malang III adalah Kepala Madrasah melakukan koordinasi dengan para Wakamad, para guru, dana pegawai/karyawan. Kemudian dalam koordinasi itu mereka secara bersama-sama mengkaji dan mendiskusikannya seacara sungguh-sungguh untuk mendapatkan kesamaan pemahaman dan permufakatan dalam melaksanakan KTSP. Dengan demikian dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran dapat benar-benar sesuai dengan pedoman, petunjuk, maupun praturan yang dibakukan oleh KTSP.

Kepala Madrasah bersama para Wakamad, para guru, dan pegawai menyiapkan dasar pemikiran, landasan hukum, dan panduan yang digunakan sebagai landasan pelaksanaan KTSP. Di samping itu madrasah juga menempuh langkah menata dan melengkapi prasarana, sarana, dan perangkat-perangkat yang menunjang bagi pelaksanaan KTSP.

b. Koordinasi Eksternal

Dalam pelaksanaan program kerja madrasah dan memudahkan terhadap pencapaian tujuan pendidikan pembelajaran, maka MTsN Malang III telah melakukan koordinasi dan kerjasama dengan pihak luar, antara lain sebagai berikut (1) Pondok Pesantren Shirotul Fuqaha, (2). Universitas Negeri Malang (UM), (3) Universitas Negeri Islam Malang (UIN Malang), (4) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), (5). Telkom-Speedy, (6) Magistra Utama, (7). Radio RRI Malang dan Radio Andalus, (8) dan sebagainya.

2. Dasar Pemikiran dan Landasan Hukum

Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standat Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acaun utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum.

Page 106: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

235Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Wahab

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 (UU 20/2003) tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 (PP 19/2005) tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan kurikulum pada KTSP jenjang pendidikan dasar dan menengah disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu kepada SI dan SKL serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Selain dari itu, penyusunan KTSP juga harus mengikuti ketentuan lain yang menyangkut kurikulum dalam UU 20/2003 dan PP 19/2005.

Panduan yang disusun BSNP terdiri atas dua bagian Pertama, Panduan Umum yang memuat ketentuan umum pengembangan kurikulum yang dapat diterapkan pada satuan pendidikan dengan mengacu pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang terdapat dalam SI dan SKL. Termasuk dalam ketentuan umum adalah penjabaran amanat dalam UU 20/2003 dan ketentuan PP 19/2005 serta prinsip dan langkah yang harus diacu dalam pengembangan KTSP. Kedua, model KTSP sebagai salah satu contoh hasil akhir pengembangan KTSP dengan mengacu pada SI dan SKL dengan berpedoman pada Panduan Umum yang dikembangkan BSNP.

Adapun landasan hukum yang mendasari KTSP ini antara lain:

1). Undang-Undang Republik Indonesia No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional

2). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

3). Standar isi (Permen Diknas Nomor 22 Tahun 2006)

4). Standar Kompetensi Lulusan (Permen Diknas Nomor 23 Tahun 2006)

5). Surat Edaran Dirjen Pendidikan Islam No. DJ11-1/pp.00/ED/681/2006 tentang Pelaksanaan Standar Isi.

Dalam mengembangkan KTSP, MTsN Malang juga melakukan analisis lingkungan strategis, yakni analisis terhadap: (1) kondisi nyata MTsN Malang III, (2) kondisi sosial masyarakat, (3) kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan, (4) kondisi ekonnomi masyarakat, (5) kondisi politik, (6) kondisi keamanan, (7) kemajuan IPTEK masyarakat, (8) kondisi budaya, dan (9) kondisi geografi.

3. Pelaksanaan KTSP

Setelah menempuh langkah-langkah persiapan sebagaimana dipaparkan, MTsN Malang III menindaklanjutinya dengan membuat beberapa program/perencanaan yang relatif simpel namun cukup berat untuk merealisasikannya. Adapun perencanaan itu untuk jangka panjang (5 tahunan), jangka menengah (2 tahunan) dan jangka pendek (1 tahunan).

Page 107: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

236 Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Pelaksanaan KTSP Pada MTsN Malang III Kabupaten Malang

Program/perencanaan jangka panjang MTsN Malang III secara substansial ada 3 macam, yaitu (1) pelengkapan sarana dan prasarana pembelajaran, seperti penambahan ruang kelas, ruang pertemuan/aula, lapangan olahraga, sarana multimedia, sarana labotatorium, (2) bidang akademik peningkatan prosentase kelulusan setiap tahun, dengan peningkatan standar nilai sekolah dan/atau kelulusan dari nilai 6,8 sampai dengan 8, (3) MTsN Malang III menyelenggarakan kelas-kelas khusus, yaitu kelas unggulan, akselarasi, dan bilingual (bahasa).

Program/perencanaan jangka menengah MTsN Malang III adalah dari out put (lulusan) 80% memiliki kemampuan internet dan komputer. Sedangkan program jangka pendeknya adalah semua siswa kelas III (100%) lulus Ujian Nasional dan minimal 80 % dari lulusan dapat melanjutkan (diterima) di sekolah/madrasah negeri.

Dari program/perencanaan yang telah disepakati di atas kemudian disosi-alisasikan pula tentang KTSP itu kepada Komite Madrasah dan orang tua/wali siswa. Adapun bentuk sosialisasi itu adalah dengan mengadakan pertemuan di madrasah antara pihak madrasah, Komite , dan orang tua /wali siswa.

Apabila memahami dan mencermati persiapan dan perencanaan yang telah dilakukan oleh Kepala Madrasah, para guru, dan tenaga Tata Usaha MTsN Malang III dalam rangka melaksanakan sistem pendidikan dengan pedoman Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) diatas, maka bukan merupakan hal yang mustahil jika realitas pelaksanaan KTSP di madrasah tersebut dapat berjalan dengan kondusif. Sebab dari koordinasi-koordinasi yang dilakukan, dasar pemikiran, landasan hukum, dan analisis lingkungan strategis itu menjadikan pelaksanaan KTSP senantiasa terarah, prosedural, dan relevan dengan kondisi lingkungan dimana madrasah itu berada.

Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan KTSP sesuai dengan persiapan dan program yang telah dibuat oleh MTsN Malang III itu dapat dipahami usaha-usaha yang dilakukan oleh 4 (empat) komponen inti dalam suatu lembaga pendidikan/madrasah, yaitu Kepala Madrasah, guru, siswa, dan tenaga TU. Keempat komponen tersebut yang menjadi pelaksana dari kurikulum yang diberlakukan, sehingga sukses dan / atau tidaknya kurikulum itu dalam suatu kegiatan pembelajaran tergantung kepada keempat komponen itu pula.

a. Kepala Madrasah

Manajemen kepemimpinan yang diterapkan oleh Kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri Malang III tampak memegang kunci penting dalam merealisasikan pelaksanaan KTSP secara baik, kondusif, dan inovatif. Adapun manajemen kepemimpinan Kepala Madarasah itu adalah kepemimpinan demokratis yang persuasif dan akomodatif. Sehinga setiap kebijakan yang dibuatnya senantiasa mendapatkan dukungan dari seluruh civitas akademika maupun Komite Madrasah dan para orang tua/wali siswa.

Page 108: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

237Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Wahab

Untuk merealisasikan setiap Rencana strategis (Renstra), Kepala Madrasah menyelenggarakan Rapat Kerja (Raker) untuk satu tahun berjalan. Rapat tersebut dalam rangka mengevaluasi pelaksanaan program tahun sebelumnya. Dari hasil evaluasi itu dimaksudkan untuk melakukan perbaikan-perbaikan dan pengembangnan lebih lanjut. Di samping itu, Kepala Madrasah juga menyelenggarakan rapat rutin setiap hari libur pertama untuk perencanaan program dalam bentuk kelompok-kelompok kecil yang kemudian hasilnya diplenokan. Kepala Madrasah edukator, motivator, administrator, supervisor, inovator, dan manajer (EMASIM) , dapat berjalan dengan baik.

Dalam pembinaan personel, Kepala Madrasah mempunyai kebijakan dengan pertemuan rutin 2 kali dalam sebulan, yaitu setiap awal dan tengah bulan. Pada pertemuan tersebut Kepala Madrasah memberikan pengarahan-pengarahan dan evaluasi terhadap kinerja guru dan tenaga Tata Usaha. Dalam kegiatan pembinaan personel itu, Kepala Madrasah membuka diskusi, sehingga dari hasil diskusi itu dapat memberi manfaat bagi setiap personel untuk melakukan perbaikan dan peningkatan diri.

Berkaitan dengan pelaksanaan KTSP pada MTsN Malang III, Kepala Madrasah memberikan deskripsi bahwa semua guru sudah mengikuti pelatihan-pelatihan, workshop-workshop tentang KTSP yang diselenggarakan oleh MTsN itu sendiri maupun pihak lain, baik di tingkat lokal, regional maupun nasional. Bahkan Kepala Madrasah maupun para guru sudah sering pula menjadi instruktur pelatihan tentang KTSP sesuai dengan bidang studi yang diampunya. Adapun peserta kegiatan pelatihan itu adalah para guru MTs yang berada dilingkup KKM (Kelompok Kerja Madrasah) MTsN Malang III, yaitu sebanyak 33 Madrasah Tsanawiyah swasta.

Para guru pada MTsN Malang III sejak diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sudah secara sungguh-sungguh dan konsekuen mengikuti model pembelajaran sesuai dengan Undang-Undang, landasan hukum, dan ketentuan yang berlaku untuk pelaksanaan KTSP itu. Sehingga dalam pelaksanaan KTSP pada madrasah tersebut benar-benar telah menjadi hal yang membangkitkan semangat Kepala Madrasah, guru, dan tenaga Tata Usaha untuk senantiasa berupaya mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan di lembaga tersebut.

Dengan pelaksanaan KTSP pada MTsN Malang III terbukti prestasi siswa mengalami perbedaan yang cukup signifikan, khususnya capaian nilai UN pada dua tahun terakhir ini. Pada tahun 2008 pencapaian nilai rata-rata semua mata pelajaran yang di UN kan adalah 7,18. Kemudian pada tahun 2009 ini capaian nilai rata-rata untuk semua mata pelajaran yang di UN kan adalah 8,75. Dengan demikian prestasi nilai UN siswa yang dicapai tahun ini telah melampaui standar yang diprogramkan untuk jangka panjang nilai yang hendak dicapai oleh MTsN Malang III , yaitu 8. Selain prestasi akademik melalui UN tersebut, MTsN Malang III juga telah banyak mencapai prestasi

Page 109: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

238 Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Pelaksanaan KTSP Pada MTsN Malang III Kabupaten Malang

akademik maupun non-akademik dari tingkat lokal, regional, nasional dan bahkan tingkat ASEAN.

b. Guru Bidang Studi

Bagi para guru bidang studi pada MTsN Malang III secara teoritis maupun praktis sudah benar-benar siap untuk melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Hal itu dapat dipahami dari persiapan-persiapan yang mereka lakukan sebelumnya, seperti mengkaji dan mendiskusikan tentang KTSP sesuai dengan bidang studi yang diampunya.

Untuk lebih memahami tentang model pembelajaran menurut KTSP itu para guru bidang studi aktif pula mengikuti kegiatan-kegiatan pelatihan, workshop yang diselenggarakan oleh madrasah itu sendiri, LPMP, MGMP, Diklat DEPAG Jatim maupun tingkat nasional. Sesuai dengan prosedur kegiatan pembelajaran model KTSP para guru bidang studi semuanya sudah membuat program pembelajaran, baik program tahunan, program semesteran, silabus, Rencana Program Pembelajaran (RPP) sampai dengan sistim evaluasinya.

Kemudian untuk mengasah dan mengembangkan mutu pembelajaran dengan pedoman KTSP pada MTsN Malang III itu, setiap tanggal 20 masing-masing guru dalam rumpun bidang studi diharuskan mempresentasikan inovasi-inovasi model pembelajaran dihadapan dewan guru dan Kepala Madrasah. Bahkan atas kebijakan Kepala Madrasah setiap guru bidang studi harus melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dengan intensitas para guru mengikuti pelatihan-pelatihan, workshop-workshop, dan presentasi inovasi modal pembelajaran itu menjadikan para guru lebih mendalam tentang KTSP. Dari pengetahuan dan pemahaman para guru bidang studi tentang model pembelajaran dengan KTSP itu, mereka sudah melakukan kegiagtan sebagai instruktur pada pelatihan-pelatihan maupun nara sumber pada workshop-workshop bidang studi baik yang diselanggarakan oleh madrasah itu sendiri yang harus membina 33 buah Madrasah Tsanawiayah swasta maupun yang diselenggarakan pihak lain.

Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, para guru pada MTsN Malang III telah menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan KTSP, seperti Contextual Teaching and Learning, inovasi metode dengan menyesuaikan kebutuhan materi pembelajaran, area teaching, dan sebagainya.

Sebagaimana telah dipaparkan di muka bahwa MTsN Malang III dalam melaksanakan KTSP landasan hukum yang berlaku dan pedoman-pedoman yang berlaku pula seperti BSNP. Para guru madarasah tersebut dalam menyusun sistem evaluasi juga sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan oleh BSNP.

Penilaian pencapaian kompetensi dasar siswa dilakukan berdasarkan indikator. Dengan menggunakan tes dan non-tes dalam bentuk tertulis maupun

Page 110: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

239Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Wahab

lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek atau produk, menggunakan portofolio dan penilaian diri.

Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam mengambil keputusan.

Penilaian di MTs Negeri Malang III terdiri atas ; (1) Penilaian hasil belajar oleh guru, yang meliputi ulangan harian, penilaian dalam proses belajar, penugasan dan lain sebagainya (2) Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan meliputi ulangan Tengah Semester dan Ulangan Semester dan Ujian Akhir Madrasah, (3) Penilaian hasil belajar oleh pemerintah berbentuk Ujian Nasional.Tugas guru dalam kegiatan penilaian adalah sebagai berikut (1). menetapkan KKM,(2) menetapkan model penilaian,(3) menyiapkan perangkat penilaian,(4) melaksanakan penilaian,(5) menganalisis hasilelaksanakan penilaian,(5) menganalisis hasil penilaian, dan (6) menetapkan hasil penilaian.

Untuk mempermudah guru dalam merekap dan menetapkan seluruh jenis penilaian , maka digunakan Sistem Penilaian Berbasis Komputer. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian (1) penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi,(2) penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran dan bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya, (3) sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah memiliki dan yang belum serta untuk mengetahui kesulitan belajar siswa, (4) hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya. Program remidi bagi peserta didik yang mencapai kompetensinya di bawah kriteria ketuntasan dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi kriteria ketuntasan, (5) sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan maka evaluasi harus diberikan baik pada proses (ketrampilan proses) misalnya teknik wawancara maupun hasil melakukan observasi lapangan yang berupa informasi yagn dibutuhkan.

pembelajaran dan atau pada waktu UAS, (3) nilai Rapor (NRp) diperoleh berdasarkan :NRp aspek penguasaan konsep = �(3x Rt. UH)�(Rt.Uas)�� : 4,NRp aspek penguasaan konsep = �(3x Rt. UH)�(Rt.Uas)�� : 4, NRp aspek yang lain di ambil dari Nilai rata-rata dalam proses pembelajaran dan atau UAS, (4) bila tidak memungkinkan dengan rumus no. 3 akan di aturila tidak memungkinkan dengan rumus no. 3 akan di atur atur kemudian, dan (5) rentang nilai dari 0 sampai dengan 100.

c. Tenaga Tata Usaha

Dalam rangka mewujudkan kegiatan pembelajaran pada suatu sekolah/madrasah eksistensi tenaga Tata Usaha mempunyai andil yang penting pula.

Page 111: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

240 Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Pelaksanaan KTSP Pada MTsN Malang III Kabupaten Malang

Oleh karena tenaga Tata Usahalah yang memberikan pelayanan adminstrasi, keuangan, dan sarana/fasilitas pembelajaran yang dibutuhkan, baik oleh Kepala Madrasah, guru, maupun siswa. Menurut penjelasan Kepala Tata Usaha bahwa Kepala Madrasah, guru, dan siswa dalam memanfaatkan sarana/fasilitas adalah menyesuaikan yang sudah ada secara maksimal. Pihak Tata Usaha selalu berusaha memenuhi sarana/fasilitas kebutuhan kegitan pembelajaran dengan menyesuaikan kondisi dana dan persetujuan Kepala Madrasah.

Realitas empirik yang ada pada MTsN Malang III selama ini kinerja tenaga Tata Usaha dapat diajak berpacu dengan upaya-upaya peningkatan kualitas pendidikan pada madrasah tersebut. Maksudnya tenaga Tata Usaha telah memahami betul tentang apa dan bagaimana kebutuhan-kebutuhan sarana/fasilitas yang mempunyai relevansi dengan pelaksanaan pembelajaran dengan model KTSP itu. Bahkan pihak Tata Usaha selalu berusaha mengikuti perkembangan sarana/fasilitas yang dibutuhkan oleh para guru bidang studi.

d. Persepsi siswa terhadap KTSP

Setiap guru bidang studi pada saat hendak dimulainya pembelajaran selalu memebrikan penjelasan terkait dengan kompetensi yang akan dicapai oleh siswa dan sekaligus sistem penilaian yang digunakan. Oleh karena itu guru juga menjelaskan dan membimbing strategi yang harus dilakukan oleh siswa. Selain itu para guru tampak telah menyiapkan bahan ajar yang hendak disampaikan, hal itu tampak selama guru dalam kegiatan pembelajaran mampu menjelaskan dengan lancar dan ketika ada siswa yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan guru menjawabnya dengan baik dan bijak.

Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran para guru menggunakan beberapa metode pembelajaran, seperti ceramah, diskusi/tanya jawab, penugasan, dinamika kelompok, area teaching, praktek di luar kelas, yang kesemuanya menurut persepasi siswa bahwa guru menggunakannya sesuai dengan kebutuhan materi pembelajaran yang sedang disampaikan. Di samping itu guru juga memberikan motivasi kepada para siswa agar memanfaatkan teknologi informatika (komputer dan internet) yang telah disediakan oleh madrasah.

Para siswa mempunyai persepsi bahwa para guru dalam kegiatan pembelajaran tidak hanya berpegang pada buku panduan wajib saja, tetapi terbukti juga sering menunjukkan buku penunjang sebagai pegangan dalam mengajar. Bahkan para guru selalu mengingatkan kepada siswa untuk mempelajari buku-buku penunjang yang telah disediakan di perpustakaan.

Para guru MTsN Malang III setiap kegiatan pembelajaran senantiasa melakukan evaluasi setelah menyampaikan satu kompetensi dasar. Bahkan para guru setiap memberikan tugas Pekerjaan Rumah (PR) pun memberinya nilai dan dikembalikan lagi kepada siswa.

Page 112: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

241Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Wahab

Untuk siswa yang belum tuntas suatu bidang studi, maka guru mengadakan kegiatan remidial. Menurut siswa bahwa remedial yang dilaksanakn oleh guru ada dua macam, yaitu mengulang materi yang belum tuntas dan pemberian tugas. Adapun remedial itu sendiri dilaksanakan atas permintaan guru dan siswa yang belum tuntas. Sepengetahuan para siswa yang menjadi responden penelitian ini bahwa bagi siswa yang sudah tuntas dan/atau bahkan memiliki kemampuan lebih pada materi tertentu, maka guru yang berkaitan dengan materi itu memberikan pengayaan.

PenutuP

Kesimpulan

Pelaksanaan KTSP pada MTsN Malang III sudah berjalan dengan baik dan kondusif dan sesuai dengan prosedur dan pedoman-pedoman yang telah ditentukan menurut sistem pembelajaran KTSP. Hal itu sebagai hasil kerja keras dan sungguh-sungguh, terutama Kepala Madrasah, para guru, tenaga Tata Usaha maupun siswa, dan ketersediaan sarana prasarana yang relatif cukup. Sebagai bukti telah dapat dilaksanaknnya KTSP pada MTsN Malang III itu adalah keberhasilannya meraih berbagai prestasi, baik dari aspek akademik maupun non-akdemik dari tingkat lokal, regional, nasional, dan internasional. Untuk pelaksanaan kegiatan pembelajaran, MTsN Malang III telah menetapkan Standar Kompetensi Lulusan, Standar kompetensi Kelompok Mata Pelajaran, Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran, dan Standar Kompetnsi Lulusan Muatan Lokal. Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, MTsN Malang III telah pula menyusun struktur kurikulum, muatan kurikulum, pengembangan diri, dan pengaturan beban belajar. Sesuai dengan panduan KTSP, maka MTsN tersebut secara konstruktif telah pula menetapkan standar ketuntasan belajar, remedial, pengayaan, pengolahan nilai, kenaikan kelas dan/atau kelulusan, dan sistem penilain.

Faktor pendukung keterlaksanaan KTSP pada MTsN Malang III adalah etos kerja, dedikasi, loyalitas, dan profesionalitas Kepala Madrasah, Wakamad, para guru, karyawan TU. Di samping itu input siswa yang termasuk dalam kategori baik dilihat dari aspek akademis maupun non akademis.

Saran-saran

Dalam rangka mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan pada Madrasah Tsanawiyah terutama dengan model KTSP, seyogyanya Badan Litbang dan Diklat Keagamaan Departemen Agama selalu mengikuti perkembangan dan mengkaji secara periodik pelaksanaan KTSP pada Madrasah Tsanawiyah se-Indonesia. Hal itu dimaksudkan guna memberikan masukan kepada Pimpinan Departemen Agama untuk membuat kebijakan terkait dengan pengembangan mutu pendidikan agama berstandar KTSP.

Page 113: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

242 Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Pelaksanaan KTSP Pada MTsN Malang III Kabupaten Malang

DAFTAR PUSTAKA

Abrasyi, Muhammad Athiyah Al-. 1974. Dasar-Dasar Pendidikan Islam, terjemahan Bustami A. Gani & Johar Bahry. Jakarta: Bulan Bintang

Daryanto. 1999. Evaluasi pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Djohar. 2003. Pendidikan Strategik. Yogyakarta: Lesfi

Hasibuan, Malayu P. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara

Muslih, Masnur. 2007. KTSP, Dasar Pemahaman dan Pengembangan. Jakarta: Bumi Akasara

Tafsir, Ahmad .1994. Ilmu Pendidikan Dalam erspektif Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya

Uno, Hamzah B. 2007. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta. PT. Bumi Aksara

Permendiknas, UU RI No. 20 Tahun 2003.

Page 114: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

243Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

PelAkSAnAAn kurikulum tingkAt SAtuAn PendidikAn PAdA mts negeri 1 ProvinSi jAWA timur

Oleh mUlyaNI mUDIS tarUNa

PENELITIAN

AbstrAct:The focus of this research is the implementation KTSP and factors that

support and hinder the implementation of the MTs KTSP Malang I. This re-search uses a qualitative approach with case studies. The results showed, that in general the implementation KTSP accordance with the standards provided by BSNP. Success in the implementation of KTSP is heavily influ-enced by human resources professionals and teachers who are committed to the progress of the madrasah. Some constraint factors inhibiting the com-munication are the less fluent in the management of KTSP.

Keywords: Curriculum, KTSP, Implementation KTSP

PendAhuluAn Perubahan kurikulum dalam kurun waktu tertentu merupakan kelaziman

sesuai dengan perkembangan pendidikan secara global. Kurikulum tidak lagi difahami secara sempit yaitu hanya sebatas bahan atau materi pelajaran yang telah tersusun dalam sebuah buku paket, akan tetapi kurikulum difahami secara lebih luas. Menurut Khaerudin (2007: 25), bahwa kurikulum dapat berubah atau mengalami penyempurnaan sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman, sehingga kurikulum bisa lebih mengacu pada kemajuan teknologi dan pengetahuan. Kurikulum adalah semua yang secara nyata terjadi dalam proses pembelajaran di madrasah.(Tafsir, 1994:53)

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan program pembaharuan kurikulum yang mencoba memberi “ruang” lebih luas bagi otonomi madrasah atau pada tingkat satuan pendidikan. Penegasan ini tertuang dalam SNP (Standar Nasional Pendidikan) pasal 1 ayat 15, bahwa KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Dalam penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar

Page 115: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

244 Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan Pada MTs Negeri 1 Provinsi Jawa Timur

kompetensi serta kompetensi dasar yang dikembangkan oleh BSNP (Mulyasa, 2007:20). Begitu juga dalam pelaksanaan KTSP yang berada pada tingkat satuan pendidikan tetap mengacu pada standar isi yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan.

Penerapan KTSP di MTs dapat dilakukan dengan menyesuaikan lembaga pendidikan tingkat SLTP secara nasional. MTs memiliki nilai plus dikarenakan dalam menyusun KTSP memasukan ciri khas sekolah berbasis agama. Keberadaan MTs sebagai lembaga pendidikan yang memiliki nuansa keagamaan, memiliki keraguan dalam melaksanakan KTSP sesuai dengan rambu-rambu dalam SNP maupun BSNP. Bahkan kemampuan MTs bersaing dengan lembaga pendidikan setingkat ketika dihadapkan pada ujian nasional yang hanya menekankan pada mata pelajaran yang bersifat umum juga masih dipertanyakan.

Persoalan lain adalah MTs merupakan lembaga pendidikan yang berada pada wilayah wajib belajar 9 tahun di mana pada level ini pihak manajemen madrasah tidak boleh membebankan anggaran pendidikan pada orang tua peserta didik karena dana operasional pendidikan atau Biaya Operasional Madrasah (BOM) telah disiapkan oleh pemerintah. Di samping munculnya BOM yang memagari madrasah untuk memperoleh dana orang tua peserta didik juga pada wilayah Kabupaten/Kota tertentu telah mengeluarkan peraturan untuk membebaskan semua pembiayaan pembelajaran pada orang tua peserta didik.

Permasalahan penelitian yang menjadi fokus penelitian adalah bagaimana pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada MTs Negeri Malang 1 dan faktor–faktor apa sajakah yang mendukung dan menghambat pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada MTs Negeri Malang 1.

KerAnGKA KonsePtuAl

Penelitian tentang pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ini akan mengungkap berbagai persoalan pelaksaan KTSP pada tataran aplikatif pada MTs Negeri. Oleh karena itu, secara konseptual perlu dijelaskan bagaimana penjelasan operasional aspek-aspek yang terkait dengan KTSP secara utuh.

Terdapat 8 pokok hal yang berkaitan dengan pelaksanaan KTSP dan beberapa indikator yang sangat mendukung terlaksananya pelaksanaan KTSP. Secara lebih jelas 8 pokok yang terkait dengan pelaksanaan KTSP adalah sebagai berikut.

a. Kurikulum sebagai inti dari proses pembelajaran di madrasah bukanlah sekedar rencana pembelajaran yang tersusun dalam sejumlah mata pelajaran, melainkan kurikulum yang dimaksud adalah semua yang secara nyata terjadi dalam proses pembelajaran di madrasah. Kurikulum ini

Page 116: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

245Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

mulyani mudis taruna

memiliki komponen tujuan, isi, metode atau proses belajar mengajar dan evaluasi yang satu sama yang lainnya saling berkaitan.

b. Manajemen sistem pembelajaran sebagai suatu rangkaian proses kegiatan secara sistematis yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Proses ini berangkat dari persiapan untuk memulai kegiatan, mengidentifikasi dan mengkaji permasalahan dalam perencanaan pembelajaran, mengembangkan dan menilai rencana pembelajaran, menguraikan dan melaksanakan perencanaan pembelajaran dan balikan pelaksanaan rencana pembelajaran.

c. Administrasi pengelolaan yang dikembangkan dalam pelaksanaan KTSP adalah berbasis madrasah., sehingga madrasah dapat menunjukan kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan dan akuntabilitas.

d. Metode pengembangan pembelajaran dalam KTSP pada prinsipnya dipengaruhi oleh 3 hal, yaitu Karakteristik KTSP, Strategi pembelajaran yang digunakan, dan karakteristik pengguna kurikulum.

e. Fasilitas pembelajaran yang diperlukan untuk menunjang terlaksananya proses pembelajaran dengan KTSP.

f. Evaluasi sistem pembelajaran merupakan akhir dari proses pembelajaran.

g. Persepsi peserta didik terhadap pelaksanaan KTSP, dan

h. Kompetensi Guru dalam pelaksanaan KTSP berkaitan dengan kemampuan standar yang diperlukan untuk menjalankan tugas pokok dan fungsinya secara maksimal.

KAjIAn teorItIs

Perkembangan sains dan teknologi di era global dewasa ini semakin menuntut adanya dinamika dalam dunia pendidikan secara umum, hal ini menjadikan iklim kompetitif yang berkembang dapat dirasakan oleh lembaga pendidikan pada level apapun. Dukungan dinamika dalam dunia pendidikan ini telah direspon positif oleh pemerintah, yaitu dengan mengupayakan untuk merealisasikan biaya pendidikan mencapai 20 % dari seluruh anggaran pemerintah. Dengan anggaran biaya tersebut sangat memungkinkan lembaga pendidikan menyusun strategi pembelajaran yang dapat menjawab semua tantangan zaman yang semakin kompetitif.

Menurut Setiawan,(2006:23) pendidikan adalah jawaban yang dinantikan kehadirannya guna menyelesaikan seluruh “kerusakan” yang diakibatkan oleh sistem pendidikan (sebelumnya). Karena itu pendidikan harus mampu menyesuaikan dengan perkembangan zaman atau dalam bahasa Max Rafferty (dalam Naomi, 2006:67) pendidikan bersifat progresif di mana sasaran-sasaran program belajar mengajar adalah penyesuaian diri

Page 117: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

246 Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan Pada MTs Negeri 1 Provinsi Jawa Timur

dengan kehidupan. Penyesuaian ini dengan sendirinya sangat terkait dengan bagaimana mendesain sebuah kurikulum yang tidak tergantung pada hasil rumusan sebelumnya dan bagaimana memformulasikan kurikulum yang akan membawa lembaga pendidikan menjadi sebuah idaman masyarakat dan negara.

Kurikulum merupakan inti dari sebuah proses pembelajaran yang harus dirumuskan sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Menurut Mulyasa (2007:46) kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan , kompetensi dasar, materi standar dan hasil belajar serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar dan tujuan pendidikan. Pengertian ini tidak hanya menekankan pada seperangkat mata pelajaran, melainkan seluruh komponen dalam proses pembelajaran.

Pada tataran praktis, kurikulum menjadi sesuatu yang sangat penting sehingga konsep yang dikembangkan harus operasional dan mudah untuk dilaksanakan. Oleh karena itu, paling tidak ada alasan mengapa kurikulum yang dikembangkan sekarang ini adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan atau lebih dikenal dengan KTSP. Salah satu alasannya adalah KTSP dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta didik, meskipun tetap memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

Acuan dalam KTSP yang ditetapkan sesuai dengan UU Sisdiknas (2007:28-29) adalah harus memperhatikan peningkatan iman dan taqwa, peningkatan akhlak mulia, peningkatan potensi, kecerdasan dan minat peserta didik, keragaman potensi daerah dan lingkungan, tuntutan pembangunan daerah dan nasional, tuntutan dunia kerja, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, agama, dinamika perkembangan global dan persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan. Adapun kurikulum wajib memuat pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa, matematika, IPA, IPS, Seni dan budaya, Penjaskes, keterampilan / kejujuran dan muatan lokal.

Dalam manajemen pelaksanaan KTSP pada sebuah lembaga pendidikan paling tidak terdiri atas kepala madrasah, tenaga adminsitrasi, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium, dan tenaga kebersihan madrasah (UU Sisdiknas, 2007:146-147). Dalam pengelolaan proses pembelajaran dimulai dari kegiatan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan atau kontroling. Perencanaan ini dilakukan untuk memproyeksikan tindakan apa yang harus dilakukan dalam proses pembelajaran dengan KTSP dengan melakukan penyusunan kurikulum dari mulai tujuan instruksional, materi pelajaran, kegiatan pembelajaran, metode atau alat bantu yang dipakai dalam pembelajaran sampai kepada evaluasi atau penilaian. Perencanaan yang disusun dalam KTSP ini tidak terlepas dari komponen yang ada dalam

Page 118: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

247Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

mulyani mudis taruna

KTSP, yaitu Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, Struktur dan muatan KTSP, Kalender pendidikan dan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pengajaran (RPP).

Selain kurikulum dan manajemen, juga terdapat faktor yang cukup penting dalam mempengaruhi keberhasilan suatu proses pembelajaran, yaitu tenaga pengajar yang menyampaikan materi pelajaran. Menurut Sardiman, (1992:161) guru paling tidak memiliki dua modal dasar, yaitu kemampuan mendesain program dan keterampilan mengkomunikasikan program itu kepada anak didik. Oleh karena itu, guru harus memenuhi beberapa syarat, yaitu mengetahui karakter murid, selalu berusaha meningkatkan keahliannya, baik dalam bidang yang diajarkan maupun dalam cara mengajarkannya, dan guru harus mengamalkan ilmunya, jangan berbuat berlawanan dengan ilmu yang diajarkannya.(Abrasy, 1974:133-144)

Dewasa ini guru harus memiliki kompetensi sebagai guru. Kompetensi tersebut meliputi (a) Kompetensi pedagogik, (b) Kompetensi professional, dan (c) kompetensi kepribadian. Dan untuk menjadi yang professional guru dituntut harus memiliki tiga kompetensi tersebut.

Kompetensi pedagogik berkaitan dengan kesungguhan dalam mempersiapkan pembelajaran, keteraturan dan ketertiban penyelenggaraan pembelajaran, kemampuan mengelola kelas, kedisiplinan dan kepatuhan terhadap aturan madrasah, penguasaan media dan teknologi pembelajaran, kemampuan melaksanakan penilaian prestasi belajar peserta didik, objektivitas dalam penilaian terhadap peserta didik, kemampuan membimbing peserta didik, dan berpersepsi positif terhadap kemampuan peserta didik.

Kompetensi profesional yang berkaitan dengan penguasaan bidang keahlian yang menjadi tugas pokok, keluasan wawasan keilmuan, kemampuan menunjukan keterkaitan antara bidang keahlian yang diajarkan dengan konteks kehidupan, penguasaan akan isu-isu mutakhir dalam bidang yang diajarkan, kesediaan melakukan refleksi dan diskusi (sharing) permasalahan pembelajaran yang dihadapi dengan teman guru, pelibatan peserta didik dalam kajian dan atau pengembangan yang dilakukan guru, kemampuan mengikuti perkembangan ipteks untuk pemutakhiran pembelajaran, dan keterlibatan dalam kegiatan ilmiahorganisasi profesi.

Kompetensi kepribadian yang berkaitan dengan kewibawaan sebagai pribadi guru, kearifan dalam mengambil keputusan, menjadi contoh dalam bersikap dan berperilaku, satunya kata dan tindakan, kemampuan mengendalikan diri dalam berbagai situasi dan kondisi, dan adil dalam memperlakukan sejawat. Keempat, kompetensi sosial, yaitu berkaitan dengan kemampuan menyampaikan pendapat, kemampuan menerima kritik, saran dan pendapat orang lain, mudah bergaul di kalangan sejawat, karyawan dan peserta didik, mudah bergaul di kalangan masyarakat, dan toleransi terhadap keberagamaan di masyarakat.(Hadjar, 2007:Lampiran)

Page 119: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

248 Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan Pada MTs Negeri 1 Provinsi Jawa Timur

hAsIl PenelItIAn

MTs Negeri Malang 1 memiliki visi dan misi yang dikembangkan, yaitu terwujudnya sumber daya insani yang berkualitas, unggul pada bidang Imtaq dan Iptek dengan berwawasan lingkungan hidup. Visi tersebut dioperasionalkan dalam misi, yaitu menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas pada bidang Imtaq dan Iptek berwawasan lingkungan hidup dengan kegiatan pokok strategis adalah pembentukan budaya kerja, sikap dan amaliah Islam, pengembangan kualitas pembelajaran dan bimbingan, pengembangan pola hidup sehat dan ramah lingkungan, dan penjaminan mutu.

Kurikulum yang diprogramkan MTs Negeri Malang 1 dikembangkan dengan beberapa program kurikulum yang dirumuskan khusus pada tingkat satuan pendidikan. MTs Negeri Malang 1 memiliki kurikulum tersendiri yang disusun berdasarkan pada kebutuhan dalam pembelajaran dan berorientasi pada kebutuhan peserta didik. Penyusunan KTSP dilakukan secara berkelanjutan seiring dengan terbitnya standar-standar lainnya yang mengikuti, seperti standar proses sampai pada standar sarana dan prasarana.

Penyusunan struktur kurikulum terbagi dalam lima kelompok mata pelajaran, yaitu 1) kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, 2) kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, 3) kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi, 4) Kelompok mata pelajaran estetika, dan 5) Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan. Adapun untuk muatan lokal meliputi sejumlah mata pelajaran yang keluasan dan kedalamannya sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ditetapkan oleh BSNP, Depag, dan muatan lokal yang dikembangkan oleh sekolah serta kegiatan pengembangan diri.

Pada dasarnya, muatan lokal yang dikembangkan bertujuan untuk menyiapkan peserta didik terampil dalam melakukan penelitian sederhana/karya ilmiah dan menjadikan bekal pada jenjang selanjutnya. Program yang menekankan pada kreatifitas peserta didik dalam pengembangan karya ilmiah.

Selain karya ilmiah yang dijadikan muatan lokal kebanggaan, MTs Negeri 1 Kota Malang juga menyiapkan program pengembangan diri. Program ini diarahkan untuk pengembangan karakter peserta didik yang ditujukan untuk mengatasi persoalan dirinya, persoalan masyarakat di lingkungan sekitarnya, dan persoalan kebangsaan. Pengembangan diri adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran akan tetapi merupakan bagian integral dari kurikulum madrasah. Kegiatan ini juga merupakan upaya dalam kerangka pembentukan watak dan kepribadian peserta didik yang dilakukan melalui konseling berkaitan dengan permasalahan pribadi dan kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan pengembangan karir, pengembangan kreatifitas serta kegiatan

Page 120: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

249Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

mulyani mudis taruna

ekstrakurikuler.

Tujuan pengembangan diri adalah memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, kondisi dan perkembangan peserta didik. Pengembangan diri ini bersifat kontekstual dan diharapkan menunjang pendidikan dalam mengembangkan bakat, minat, kreativitas, kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan, kemampuan kehidupan keagamaan, kemampuan sosial, kemampuan belajar, wawasan dan perencanaan karir, kemampuan pemecahan masalah dan kemandirian. Adapun untuk mencapai tujuan ini, MTs Negeri 1 Kota Malang mempersiapkan kegiatan yang bersifat terprogram dan tidak terprogram.

Kegiatan terprogram adalah kegiatan yang direncanakan secara khusus yang diikuti oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pribadinya. Kegiatan terprogram ini terdiri atas dua komponen, yaitu 1). pelayanan konseling meliputi kehidupan pribadi, kemampuan sosial, kemampuan belajar, dan wawasan dan perencanaan karir, pembentukan social group dan peningkatan profesionalitas melalui kegiatan Robotic, KIR dan Jurnalistik, dan Language Development Centre (LDC).

Pengembangan diri yang terkait dengan seni budaya dilakukan dengan kegiatan qiro’ah, qasidah Al Banjari, kaligrafi, teater, bina vokalia, melukis dan musik. 2). Ekstrakurikuler meliputi pramuka, Paskibraka, PKS, PMR, Smart Group, sepak bola, basket, catur, tenis meja, Tae Kwondo dan Tapak Suci, dan bola volly. Sedangkan kegiatan tidak terprogram dilaksanakan secara langsung oleh pendidik dan tenaga kependidikan di madrasah yang diikuti oleh semua peserta didik.

Manajemen madrasah dalam pelaksanaan KTSP di MTs Negeri Malang 1 ini terlebih dahulu menyusun tahapan-tahapan, yaitu (1) sosialisasi KTSP, dan (2) pelaksanaan KTSP. Secara lebih jelas tahapan-tahapan tersebut adalah berikut ini.

1. Sosialisasi KTSP

Sosialisasi KTSP sesuai dengan yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu sejak awal ditetapkan berlakunya KTSP. Adapun sosialisasi yang dilakukan adalah mempercepat informasi kepada seluruh civitas academica sekaligus melakukan langkah-langkah yang strategis untuk mencapai keberhasilan dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Sosialisasi KTSP di MTs Negeri Malang 1bukan sesuatu yang sulit, meskipun disadari masih ada guru yang belum ideal ketika KTSP tersebut harus dilaksanakan dan dalam kerangka itulah pengembangan SDM guru selalu ditingkatkan dan diberi peluang untuk melanjutkan sekolah bahkan telah ditetapkan adanya kontrak prestasi bagi guru.

Page 121: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

250 Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan Pada MTs Negeri 1 Provinsi Jawa Timur

Proses sosialisasi KTSP semakin menguat ketika pemahaman KTSP bagi semua guru melalui workshop yang dilaksanakan pada level madrasah maupun level propinsi dan nasional sering dilakukan. Di samping itu, fasilitas pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan pelaksanaan KTSP semakin dilengkapi, hal ini dilakukan agar tidak terjadi kepincangan antara pemahaman yang telah diperoleh dengan praktek ketika berhadapan langsung dengan peserta didik. Menurut beberapa guru, bahwa harus diakui masih terdapat kekurangan fasilitas pembelajaran untuk mencapai pembelajaran yang secara keseluruhan memenuhi standar dari KTSP.

Sosialisasi KTSP di MTs Negeri Malang 1 dengan pelaksanaan dalam pembelajaran masih berjalan secara parsial, hal ini nampak dari persepsi guru mata pelajaran dalam menangkap substansi KTSP hasil dari sosialisasi masih belum satu pandangan. Padahal hampir semua guru telah mengikuti seminar, workshop KTSP tingkat madrasah maupun tingkat propinsi dan nasional dan telah menggunakan buku pegangan yang didalamnya telah mengikuti standar kurikulum baru sesuai dengan KTSP.

Sosialisasi KTSP juga dilakukan tidak hanya kepada guru sebagai penyampai materi pembelajaran, akan tetapi juga disampaikan kepada peserta didik yang menerima materi pembelajaran melalui seluruh program kurikulum yang dipersiapkan oleh madrasah. Menurut Jawwad (Mantan Ketua OSIS), bahwa penjelasan tentang KTSP telah disampaikan oleh pihak madrasah. Bahkan Ia dapat menyimpulkan bahwa, dalam pelaksanaan sebenarnya tidak jauh berbeda dengan KBK, hanya saja KTSP lebih memperjelas materi yang disampaikan karena dalam KTSP setiap materi dijelaskan indikator-indikator yang akan dan harus dipelajari. Peserta didik lebih tahu terlebih dahulu secara rinci tentang tujuan materi yang akan disampaikan.

2. Pelaksanaan KTSP

Secara substansial pelaksanaan KTSP masih terdapat perbedaan pandangan, meskipun langkah-langkah untuk menyatukan persepsi tentang KTSP telah diupayakan. Perbedaan ini sangat tergantung pada kemampuan guru dalam menangkap pesan atau informasi tentang KTSP yang sebenarnya. Hal ini karena tidak menjamin bagi guru untuk menguasai materi yang disampaikan dalam kerangka pendalaman KTSP, baik melalui workshop maupun seminar. Adanya pemahaman yang diperoleh guru mata pelajaran dalam menangkap substansi KTSP ini memunculkan persepsi yang berbeda.

Perbedaan persepsi tentang KTSP sebenarnya bukan pada tataran internal madrasah dan lebih dikarenakan pada level pusat yang diterjemahkan oleh masing-masing tingkat satuan pendidikan mengalami perbedaan bahkan masih mempertanyakan beberapa peraturan yang membingungkan akan kesiapan dan fasilitas pembelajaran yang harus dipersiapkan. Salah satu contoh adalah ketika KTSP harus dilaksanakan akan tetapi ujian nasional

Page 122: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

251Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

mulyani mudis taruna

masih terpusat, padahal desain pembelajaran setiap mata pelajaran adalah satuan pendidikan sehingga yang mengetahui persis persoalan pembelajaran adalah pada tingkat satuan pendidikan.

KTSP di MTs Negeri Malang 1adalah sebuah kurikulum khas pada tingkat satuan pendidikan untuk membangun peserta didik memiliki karakteristik sesuai dengan visi dan misi satuan pendidikan tersebut, maka apabila ujian nasional tetap dierlakukan, tidak menutup kemungkinan setiap satuan pendidikan mengarahkan pembelajaran hanya menuju pada mata pelajaran yang diujikan pada tingkat nasional. Penerapan KTSP di MTs Negeri Malang 1ini bukan merupakan kurikulum yang susah untuk diimplementasikan pada tingkat satuan pendidikan. Hal ini karena pada MTs Negeri Malang 1 yang sudah cukup dalam fasilitas pembelajaran yang sesuai dengan standar.

Berkaitan dengan pelaksanaan KTSP di MTs Negeri Malang 1 menekankan pada aspek perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan kontroling. Dalam perencanaan, manajemen madrasah, baik kepala madrasah dan jajaran di bawahnya maupun para guru telah menyusun perencanaan sebelum proses pembelajaran berlangsung. Secara umum penyusunan perencanaan disusun dalam bentuk program kegiatan selama satu tahun, sedangkan bagi guru perencanaan disusun dari mulai menyusun materi pembelajaran (RPP) dengan tujuan instruksional, metode dan media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran sampai pada jenis evaluasi dan SKL yang ditetapkan.

Pada tahapan pelaksanaan KTSP ini, manajemen madrasah merumuskan teknik operasional pembelajaran secara seksama. Manajemen pengelolaan pembelajaran MTs Negeri Malang 1 disesuaikan dengan standar KTSP, yaitu manajemen yang diterapkan berbasis madrasah, dalam menjalankan tugas kepala madrasah paling tidak dibantu oleh wakil kepala madrasah (Wakamad) kurikulum, kesiswaan, sarana dan prasarana, antara madrasah dengan komite madrasah melakukan koordinasi dalam kerangka peningkatan kualitas, dan memiliki rencana kerja tahunan.

Agar manajemen pengelolaan pembelajaran dengan menerapkan KTSP secara penuh dapat konsisten dan mengalami dinamika, maka dilakukan proses prencanaan, pengorganisasi, pelaksanaan dan evaluasi sebagai langkah kontrol. Lebih jelasnya dalam penerapan tersebut di bawah ini.

a. Perencanaan

Untuk perencanaan, pihak manajemen madrasah terlebih dahulu menyusun program renstra (rencana strategis) yang akan dilaksanakan dalam satu tahun. Program tersebut diawali dengan rapat persiapan penerimaan peserta didik baru (PSB) dilanjutkan dengan penerimaan PSB.

Dalam perencanaan terkait dengan pelaksanaan KTSP di MTs Negeri Malang 1 ini lebih terfokus pada tujuan pembelajaran yang dikembangkan pada tingkat satuan pendidikan, perumusan struktur dan muatan kurikulum

Page 123: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

252 Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan Pada MTs Negeri 1 Provinsi Jawa Timur

baik yang berkaitan dengan mata pelajaran maupun berkaitan dengan muatan lokal dan pengembangan diri yang menjadi kurikulum favorit. Perencanaan selanjutnya adalah terkait dengan kalender pendidikan, silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Semua yang termasuk dalam aspek perencanaan tersebut diformulasikan manajemen madrasah dan diorganisir serta dipersiapkan untuk dilakukan langkah-langkah pelaksanaan.

b. Pengorganisasian

Dalam pengorganisasian ini menurut Sutirjo selalu ada koordinasi antara Kepala madrasah dengan seluruh elemen yang terkait, hanya saja untuk mempertahankan komitmen agar pelaksanaan KTSP di MTs Negeri Malang 1sesuai dengan perencanaan terutama terkait dengan peningkatan kualitas, pihak kepala madrasah membentuk tim peningkatan kualitas dan melakukan inspeksi mendadak di luar yang terjadwal. Meskipun demikian, menurut Sutrisno, bahwa dalam pelaksanaan KTSP ini masih kurang memperhatikan aspirasi dari bawah sehingga respon dari bawah juga kurang maksimal.

c. Pelaksanaan

Prinsip dalam pengembangan dan pelaksanaan KTSP dari aspek kurikulum yang telah direncanakan secara matang adalah adanya langkah-langkah yang dinamis dalam pelaksanaan, sehingga aspek-aspek yang telah direncanakan melalaui penyusunan KTSP dapat berjalan dengan optimal. Hal seperti ini menurut Binti Maqsudah telah berjalan sebagaimana yang telah direncanakan. Meskipun demikian, pihak manajemen madrasah selalu mengadakan evaluasi rutin melalui rapat resmi maupun maupun non formal dan apabila terdapat masukan dari berbagai pihak selalu dijadikan bahan untuk memperbaiki program yang sedang berjalan sekaligus bahan evaluasi untuk perencanaan program tahun berikutnya.

Langkah konstruktif yang dilakukan oleh manajemen madrasah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan mengikuti perkembangan atau tuntutan pendidikan di era kompetitif adalah melalui perubahan/revisi kurikulum. Upaya untuk selalu mengembangkan dan meningkatkan pelayanan kualitas pendidikan adalah sebuah keniscayaan. Kurikulum adalah salah satu aspek yang terkai dengan pembelajaran. Untuk itu menjaga dan mengernbangkan kurikulum dalam sebuah pendidikan adalah hal yang memang mesti dilakukan. Untuk menjaga, mengantisipasi keberlanjutan dan reliabilitas kurikulum yang digunakan sehingga tetap dinamis serta adaptif maka perlu diatur ketentuan terkait dengan revisi dan atau perubahan.

Secara detail ketentuan perubahan tersebut adalah apabila ada perubahan kebijakan pemerintah dalam kurikulurn pndidikan rnenengah,mempertimbangkan masukan dari tim penyusun KTSP yang dibentuk madrasah dengan melibatkan semua elemen yang dibutuhkan. Namun demikian apabila

Page 124: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

253Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

mulyani mudis taruna

tidak ada perubahan Kurikulum pendidikan menengah secara nasional oleh pemerintah, maka Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ini setidak-tidaknya direvisi dan diubah, serta dikaji pada setiap awal tahun pelajaran baru.

d. Evaluasi

Dari aspek manajemen, pelaksanaan KTSP di MTs Negeri Malang 1 cukup baik. Keberhasilan ini sangat didukung oleh SDM guru yang profesional dan memiliki komitmen untuk mengembangkan dan menjadikan MTs Negeri Malang 1 memiliki standar internasional, SDM peserta didik yang baik, iklim atau suasana akademis yang kondusif, fasilitas pembelajaran yang cukup lengkap, dan kemampuan melibatkan komite maupun masyarakat untuk mengembangkan pendidikan.

3. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan KTSP

Ada beberapa faktor yang sangat mendukung ketika KTSP harus di aplikasikan secara penuh dan selalu diadakan evaluasi untuk pembenahan selanjutnya. Faktor-faktor tersebut sekaligus merupakan langkah kontroling agar pelaksanaan KTSP di MTs Negeri Malang 1 ini terus berjalan secara konsisten dan mengalami pengembangan, sehingga diketehui faktor pendukungnya tetap dikembangkan, sedangkan apabila diketahui faktor penghambat diperlukan perbaikan-perbaikan. Langkah-langkah yang telah teridentifikasi sebagai faktor pendukung dan penghambat adalah sebagai berikut.

a. Faktor Pendukung

Faktor pendukung dari keberhasilan pelaksanaan KTSP di MTs Negeri Malang 1 adalah sebagai berikut.

1). Faktor SDM guru yang memiliki komitmen untuk menggoalkan seluruh program pembelajaran sehingga tidak ada lagi guru yang mengajar diluar bidang studi yang dikuasai, studi lanjut yang terus dikembangkan oleh guru untuk meningkatkan kompetensinya dengan selalu mempersiapkan konsep pembelajaran dari materi pembelajaran, media sampai pada evaluasi, mengadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) oleh setiap guru bidang studi, dan komunikasi guru dengan peserta didik, orang tua peserta didik yang cukup intensif.

2). Faktor peserta didik yang terlebih dahulu dilakukan seleksi penerimaan peserta didik baru dengan kualifikasi yang ketat, sehingga input yang diperoleh merupakan peserta didik yang handal dan siap untuk mengikuti pembelajaran sesuai dengan yang diprogramkan. Setelah seleksi awal juga terdapat seleksi berikutnya, yaitu untuk menentukan peserta didik memasuki kelas akselerasi yang hanya ditempuh dalam waktu dua tahun atau kelas unggulan dan kelas reguler billingual atau reguler biasa.

Page 125: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

254 Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan Pada MTs Negeri 1 Provinsi Jawa Timur

3). Faktor fasilitas pembelajaran yang cukup lengkap, baik berkaitan dengan pembelajaran langsung dikelas, yaitu tersedianya Laptop, TV, laboratorium sesuai dengan mata pelajaran, dan media lain yang diperlukan maupun pembelajaran yang bersifat untuk meningkatkan potensi peserta didik, seperti tersedianya fasilitas olah raga, seperti lapangan volly, bola basket, meja pingkong, tenis lapangan, dan lain-lain; maupun untuk meningkatkan berkaitan dengan entertainment, seperti tersedianya stasiun radio Fara TV, studio musik, dan sebagainya.

4). Faktor penyusunan kurikulum yang didasarkan pada hasil rumusan pihak manajemen yang merujuk pada standar nasional.

5). Faktor metode pengembangan pembelajaran yang telah dijadikan prinsip untuk memiliki karakteristik sendiri pada tingkat satuan pendidikan, memiliki strategi pembelajaran yang menyenangkan dan tidak membosankan, dan pengembangan dalam bentuk kegiatan yang menunjang potenis peserta didik, baik potensi akademik maupun potensi pengembangan diri.

6). Faktor adanya Komite madrasah dan anggota masyarakat yang merespon setiap aktifitas pembelajaran, sehingga berbagai kegiatan selalu melibatkan komite maupun anggota masyarakat

b. Faktor Penghambat

Faktor penghambat dalam pelaksanaan KTSP di MTs Negeri Malang 1 tidak terlalu signifikan dengan target-target yang dilaksanakan sesuai dengan KTSP. Sebagai salah satu contoh adalah ketika terdapat guru yang mengajar kurang sesuai dengan latarbelakang pendidikan langsung diadakan penyesuian meskipun sebenarnya guru tersebut memiliki keahlian dalam menyampaikan materi tersebut.

KesImPulAn

Secara rinci pelaksanaan KTSP pada MTs Negeri Malang 1 dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Pelaksanaan KTSP MTs Negeri Malang1 telah sesuai dengan standar yang diberikan oleh BSNP, baik dilihat dari standar isi, standar kompetensi lulusan maupun yang terkait dengan model-model pembelajaran atau penggunaan metode pembelajaran.

2. Faktor yang mendukung keberhasilan dalam pelaksanaan KTSP adalah adaanya SDM guru dan tenaga administrasi yang profesional dan memiliki komitmen terhadap kemajuan madrasah, sarana dan prasarana yang memadai dan in put peserta didik yang baik. Faktor yang menjadi kendala dalam pelaksanaan KTSP adalah adanya komunikasi yang kurang harmonis antara pihak manajemen madrasah dengan dewan guru dan sivitas akademik yang lain.

Page 126: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

255Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

mulyani mudis taruna

DAFTAR PUSTAKA

Abrasy, Al Muhammad Atiyah. 1974. Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, terj. Bustami A. Gani & Johar Bahry. Jakarta: Bulan Bintang

Hasibuan, Malayu S.P. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara

Mulyasa. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Naomi, Omi Intan (ed.). 2006. Menggugat Pendidikan Fundamentalis, Konservatif, Liberal, Anarkis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Sardiman, A.M. 1992. Interaksidan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers

Setiawan, Beni. 2006. Manifesto Pendidikan di Indonesia. Yogjakarta: Ar-ruzz

Tafsir, Ahmad. 1994. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosda Karya

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional. 2007. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Page 127: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,
Page 128: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

257Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

AbstrAct :Islamic religious education has been implemented in a special school.

But until now there are constraints that hinder implementation of suspected Islamic religious education in exceptional schools. Obstacles include the Ministry of Religious Affairs had prepared a special religious teachers who are ready to teach in exceptional schools. Ministry of Religious Affairs has not provided guide books for religious education exceptional schools. This research was carried out in SDLB Dharma Asih in Pontianak, using a qualitative approach. Data collection techniques used includes interviewing techniques, observation, and documents. SDLB Dharma Asih in Pontianak basically has to do three main activities of the implementation of religious education curriculum, which is making the program, learning implementation, and evaluation. In the process of learning at this school there are several factors supporting and threatening. Supporting factors include teachers, principals, foundations, government agencies and the community. While the factors that still need to be developed to facilitate the learning process is a means among others of special books for religion in SDLB.

Keywords: Implementation, KTSP, Islamic religious education

PendAhuluAn Latar belakang

Dalam UDD 1945 pasal 31 ayat 1 ditegaskan, bahwa tiap-tiap warga negara berhak mendapat pendidikan. Hak mendapatkan pendidikan ini tanpa terkecuali, yaitu tidak melihat kondisi calon peserta didik, baik dalam kondisi normal secara fisik maupun dalam kondisi memiliki kelainan, seperti menyandang cacat dalam penglihatan atau tuna netra, tuna rungu, tuna grahita, tuna daksa maupun tuna laras. Penegasan tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan tanpa terkecuali tertuang dalam Undang-undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab II pasal 5 ayat I yang menyatakan “Warga negara yang memiliki kelainan

PENDIDIKAN AGAMA PADA SEKOLAH LUAR BIASA (Studi Kasus SDLB Dharma Asih Kota Pontianak,

Kalimantan Barat)

Oleh yUStIaNI S.

PENELITIAN

Page 129: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

258 Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Pendidikan Agama Pada Sekolah Luar Biasa (Studi Kasus SDLB Dharma Asih Kota Pontianak, Kalimantan Barat)

fisik emosional, mental, intelektual dan atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. Penjelasan berikutnya adalah pada Bab IV pasal 32 ayat 1 yang menegaskan “Pendidikan khusus (luar biasa) merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional dan mental.”.

Pengembangan pendidikan yang diatur dalam Undang-Undang tidak terdapat perlakuan diskriminatif. Hal ini ditegaskan dalam UU Rl No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab V pasal l2 ayat (1) a. bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama. Pendidikan agama ini menjadi begitu penting dalam kerangka lebih memperkuat iman dan ketakwaan peserta didik, sehingga antara pendidikan umum yang diperoleh dengan pendidikan agama yang didapatkan menjadi lebih sempurna sebagaimana dalam GBHN 2004 dijelaskan bahwa meningkatkan kualitas pendidikan agama melalui penyempurnaan sistem pendidikan agama sehingga lebih terpadu, integral dengan sistem pendidikan nasional yang didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai.

Pendidikan agama atau mata pelajaran agama dan akhlak mulia pada pendidikan khusus atau Sekolah Luar Biasa bertujuan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Tujuan pendidikan agama Islam di SLB adalah sebagai berikut.

1. Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang ketakwaannya kepada Allah SWT.

2. Mewujudkan manusia Indonesia berakhlak mulia yaitu manusia yang berpendidikan, jujur, adil, etis berdisiplin, bertoleransi (tasamuh) serta menjaga harmoni secara personal dan sosial.

Sekolah Luar Biasa Dharma Asih yang berdiri pada tahun 1976, merupakan satu-satunya sekolah luar biasa terbesar di Kota Pontianak. SLB Dharma Asih terdiri atas empat jenjang pendidikan yaitu tingkat TKLB, SDLB, SMPLB, dan SMALB. SLB Dharma Asih di kelola oleh yayasan Dharma Asih yang terdiri atas beberapa gabungan organisasi-organisasi wanita di kota Pontianak dengan tujuan membantu pemerintah dalam mengusahakan peningkatan kecerdasan dan kesejahteraan masyarakat khususnya bagi anak-anak yang dilahirkan memiliki kekurangan atau penyandang cacat.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan (1) pelaksanaan pendidikan agama pada SDLB Dharma Asih, Kota Pontianak, dan (2) faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pendidikan agama pada SDLB Dharma Asih Kota Pontianak

Page 130: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

259Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Yustiani S.

Kajian Teoritis

Anak berkebutuhan khusus merupakan istilah untuk menggantikan kata Anak Luar Biasa (ALB), yang menandakan adanya kelainan khusus. Anak berkebutuhan khusus mempunyai karakteristik yang berbeda antara satu dan lainnya. Di Indonesia anak berkebutuhan khusus yang mempunyai gangguan perkembangan telah diberikan layanan khusus.(Delphie, 2006 : 1)

Layanan khusus bagi anak berkebutuhan khusus berbentuk sekolah-sekolah Luar Biasa atau lembaga-lembaga pendidikan khusus. Terdapat empat jenjang pendidikan yaitu TKLB, SDLB, SMPLB dan SMALB. Adapun program khusus sesuai dengan jenis kelainan peserta didik, dikategorikan 6 kelompok yaitu 1) SLB bagian A untuk anak-¬anak tuna netra, 2) SLB bagian B untuk anak tuna rungu, 3) SLB bagian C untuk anak tunagrahita, 4) SLB bagian D untuk anak tunadaksa, 5) SLB bagian E untuk anak tunalaras, dan 6) SLB bagian F untuk anak cacat ganda.(Rahardja, 2008 : 4)

Anak tunarungu adalah anak yang mengalami gangguan pendengaran dan percakapan dengan derajat pendengaran yang bervariasi antara 27-40 db dikategorikan sangat ringan, 41 db-55 db dikategorikan ringan, 56 db-70 db dikategorikan sedang, 71 db-90 db dikategorikan berat, dan 91 ke atas dikategorikan ekstrim atau tuli.(www.Ditp.or.id.2009)

Tunagrahita berasal dari kata tuna berarti merugi dan grahita berarti pikiran. Tunagrahita merupakan kata lain dari retardasi mental, berarti terbelakang mental. Tunagrahita sering disepadankan dengan istilah-istilah seperti lemah pikiran (feeble¬minded), terbelakang mental (mentally retarded), pandir (embisil) dan dungu (idiot). Kemampuan peserta didik sub normal (tunagrahita) terdiri atas 4 tingkatan jenis meliputi Berdoline IQ 70-90, Debil IQ 50-70, embisil IQ 25-50 dan Idiot IQ 20-25.(Muslich, 2007: 198)

Fakta menunjukkan bahwa: 1) anak tuna grahita mempunyai fungsi intelektual yang tidak statis, khususnya bagi anak dengan perkembangan kemampuan yang ringan dan sedang. Perintah atau tugas yang terus menerus dapat membuat perubahan yang besar untuk di kemudian hari, 2) belajar dan berkembang dapat terjadi seumur hidup bagi semua pihak, 3) kelompok tertentu termasuk beberapa dari down syndrom memiliki kelainan fisik dibanding teman-temannya, tetapi mayoritas dari anak tuna terutama yang tergolong ringan terlihat sarna seperti anak lainnya. 4) dari kebanyakan kasus banyak anak tunagrahita terdeteksi setelah masuk sekalab. 5) siswa dengan masalah intelektual selalu belajar lebih keras dan belajar lebih baik jika mereka berintegrasi dengan siswa reguler) 6) anak tunagrahita berkembang pada jenjang yang sama, tetapi tidak jarang lebih lambat.

Kemampuan adaptif seseorang tidak selamanya tercermin pada hasil tes IQ. Berbagai latihan, pengalaman, motivasi dan lingkungan sosial sangat besar pengaruhnya pada kemampuan adaptif seseorang. Banyak penyandang

Page 131: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

260 Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Pendidikan Agama Pada Sekolah Luar Biasa (Studi Kasus SDLB Dharma Asih Kota Pontianak, Kalimantan Barat)

down syndrom menyenangkan dan penurut, tetapi seperti orang kebanyakan baik dengan kelainan ataupun tanpa kelainan, maka ia juga mengalami stres dan bereaksi karena sebab atau penyebab. Seorang anak tunagrahita yang telah terdiagnosa tunagrahita tingkat tertentu, tingkat fungsi mentalnya dapat berubah terutama pada anak tunagrahita yang tergolong ringan.

Sebagaimana sekolah umum, proses pembelajaran pada SLB merupakan interaksi edukatif antara peserta didik dengan lingkungan sekolah. Dalam hal ini sekolah diberi kebebasan untuk memilih strategi, metode dan teknik-teknik pembelajaran yang paling efektif sesuai dengan karakteristik mata pelajaran. karakteristik siswa. karakteristik guru dan sumber daya yang tersedia di sekolah.(Mulyasa, 2005a: 183)

Dalam garis besarnya pelaksanaan atau implementasi kurikulum berbasis kompetensi pada SLB, pembelajaran pendidikan agama mencakup tiga kegiatan pokok yaitu meliputi pengembangan program, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi. Pengembangan program dalam kurikulum berbasis kompetensi mencakup aspek pengembangan program tahunan, semester, mingguan, program modul dan remedial.(Mulyasa, 2004b: 79) Persiapan mengajar atau disebut pula dengan perencanaan jangka pendek, berisi tentang kompetensi yang akan dimiliki oleh peserta didik, apa yang harus dipelajari, bagaimana mempelajarinya serta bagaimana guru mengetahui bahwa peserta didik telah menguasai kompetensi tertentu. (Mulyasa, 2005a: 95)

Aplikasi atau pelaksanaan pembelajaran di SLB adalah kegiatan pembelajaran seperti pada sekolah umum. Adapun bentuk kegiatan pembelajaran ini mencakup kegiatan awal, kegiatan inti atau pembentukan kompetensi dan kegiatan akhir. Kegiatan awal atau pembukaan diawali dengan keakraban. Hal ini untuk mengkondisikan peserta didik siap melakukan kegiatan pembelajaran, sedangkan pre test untuk mengetahui kemampuan awal yang dimiliki peserta didik. (Mulyasa, 2005a: 126-127)

Kegiatan inti atau pembentukan kompetensi mencakup penyampaian tentang bahan ajar dan melakukan tukar pengalaman dan pendapat dalam membahas materi standar atau memecahkan masalah yang dihadapi bersama. Adapun prosedur yang harus ditempuh adalah guru harus menjelaskan kompetensi minimal yang harus dicapai peserta didik untuk bertanya sampai materi standar benar-benar dikuasai. Guru membagikan materi standar berupa hand out atau foto copy bahan yang akan dipelajari, membagikan lembaran kegiatan, memantau dan memeriksa kegiatan peserta didik selanjutnya menjelaskan jawabannya dan kesalahan-kesalahan diperbaiki oleh peserta didik. (Mulyasa, 2005a: 127-128)

Kegiatan akhir atau penutup dilakukan dengan memberikan tugas-tugas diberikan sebagai tindak lanjut dari pembelajaran inti atau pembentukan kompetensi. Tugas ini berkaitan dengan materi standar yang telah dipelajari maupun yang akan dipelajari. Adapun bagi siswa yang kurang dapat

Page 132: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

261Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Yustiani S.

menguasai materi, guru memberikan perlakuan khusus dengan kegiatan remediasi. Adapun post test sebagai kegiatan akhir pembelajaran untuk melihat keberhasilan pembelajaran, terutama untuk mengetahui tingkat penguasaan, kompetensi dan tujuan yang dapat dan belum dikuasai, untuk mengetahui peserta didik yang harus ikut remediasi dan sebagai acuan untuk melakukan perbaikan. Aspek ketiga dalam pelaksanaan atau implementasi kurikulum adalah evaluasi hasil belajar. Evaluasi hasil belajar antara lain dilakukan dengan cara penilaian kelas. Penilaian berbasis kelas dilakukan dengan ulangan harian, ulangan umum dan ujian akhir.(Mulyasa, 2005a: 129-130) Melalui penilaian ini, perkembangan fisik dan mental peserta didik SLB dapat dipantau.

Metode pembelajaran merupakan bagian dari strategi instruksional, metode pembelajaran berfungsi sebagai cara untuk menyajikan, menguraikan, memberi contoh dan memberi latihan kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat dipergunakan dalam menyajikan pelajaran kepada siswa, seperti metode ceramah, tanya jawab, demonstrasi, simulasi, bermain peran dan sebagainya.(Martinis, 2007: 132)

Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 pada pasal 39 ayat 1 dikemukakan bahwa tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan dan pendayaan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan. Pada ayat 2 dikemukakan bahwa pendidikan merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Profesi yang disandang oleh seorang guru adalah sesuatu pelayanan yang membutuhkan pengetahuan, ketrampilan, kemampuan, keahlian dan ketelatenan untuk menciptakan anak memiliki perilaku sesuai yang diharapkan. Demikian pula dengan guru atau pendidik pada Sekolah Luar Biasa. Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang tenaga pendidik mencakup empat aspek yaitu: 1) Kemampuan pedagogik, 2) kemampuan profesional, 3) kemampuan sosial, dan 4) kemampuan personal (pribadi). (Martinis, 2007: 4-5)

metode PenelItIAn

Sasaran dari penelitian ini adalah Sekolah Luar Biasa pada jenjang Sekolah Dasar atau SDLB Dharma Asih di kota Pontianak Propinsi Kalimantan Barat. SDLB sasaran penelitian meliputi 2 jenis yaitu SDLB Tunarungu dan SDLB Tunagrahita. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang diterapkan meliputi wawancara, pengamatan dan telaah dokumen.

Page 133: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

262 Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Pendidikan Agama Pada Sekolah Luar Biasa (Studi Kasus SDLB Dharma Asih Kota Pontianak, Kalimantan Barat)

Analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif. Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas kriteria tertentu. Dalam hal ini terdapat kriteria yang digunakan yakni derajat kepercayaan (credibility). Penerapan kriteria ini berfungsi: pertama melaksanakan inkurdin sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai, kedua mempertunjukan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataannya gaude yang sedang diteliti. Keabsahan data dilakukan dengan teknik pemeriksaan perpanjangan keikutsertaan dan trianggulasi.

Perpanjangan keikutsertaan peneliti di lokasi berguna mendeteksi dan memperhitungkan distorsi yang mungkin mengotori data. Distorsi dapat berasal dari pribadi dan dapat berasal dari responden atau informan tersebut mungkin tidak disengaja dan mungkin disengaja dengan dimungkinkan pula terdapat distorsi yang bersumber dari kesengajaan misalnya berdusta, berpura-pura. Dalam menghadapi ini peneliti menentukan apakah benar-benar ada distorsi, apakah distorsi itu tidak disengaja atau disengaja, dari mana sumbernya, semua dapat diatasi dengan adanya perpanjangan keikutsertaan ini oleh peneliti.

Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang diterapkan oleh peneliti. Trianggulasi yang diterapkan meliputi trianggulasi yang memanfaatkan penggunaan sumber. Trianggulasi dengan sumber membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian ini. Hal ini dilakukan dengan jalan (1) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara (2) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

hAsIl PenelItIAn

Pelaksanaan Pendidikan Agama di SDLB Dharma Asih

Implementasi kurikulum secara garis besar mencakup tiga kegiatan pokok, yaitu penyusunan atau pengembangan program, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi. Berikut dikemukakan implementasi kurikulum pada pelaksanaan pendidikan agama di SDLB Dharma Asih.

1. Penyusunan program

Penyusunan program telah dilaksanakan oleh guru pendidikan agama Islam pada SDLB. Program yang telah disusun meliputi program tahunan, program semester. RPP dan silabus pelajaran pendidikan agama. Sedangkan guru kelas yang memberikan pelajaran pendidikan agama, mereka tidak menyusun program tersebut. Dalam penyusunan program tersebut guru pendidikan agama Islam berpedoman pada buku panduan standar kompetensi

Page 134: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

263Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Yustiani S.

dan kompetensi dasar, sekolah luar biasa tunarungu, penerbit Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan dasar dan Menengah Direktorat pembinaan sekolah Luar Biasa.

2. Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama di SDLB B dan C mencakup tiga kegiatan pokok yaitu pre-test, proses dan post-test. Pada saat peneliti melakukan pengamatan di kelas dasar 1 tunarungu, guru melakukan pre test didahului dengan mengadakan pembinaan keakraban dengan cara seluruh siswa secara bergiliran bersalaman dengan guru, kemudian guru menyampaikan salam selamat pagi serta menanyakan keadaan para siswa, selanjutnya para siswa bersama guru membaca doa. Selanjutnya dilakukan pre test karena dalam kegiatan pembinaan kompetensi guru akan membahas materi tentang rukun Islam maka dalam pre test guru menyampaikan pertanyaan kepada siswa dengan pertanyaan “siapa yang telah mengetahui rukun Islam ? Siapa yang telah mengerjakan salat ? dan sebagainya. Ada beberapa siswa yang menjawab “sudah” dan ada beberapa siswa yang menjawab “belum tahu rukun Islam”. Pre-test mempunyai kegunaan, antara lain untuk mengetahui kemampuan awal yang telah dimiliki peserta didik terhadap materi pelajaran yang kan diberikan.

Setelah kegiatan pre test dilakukan beberapa menit, maka dilanjutkan pada kegiatan inti atau proses pembentukan kompetensi. Kegiatan inti meliputi penyampaian materi standar, membahas materi standar atau bahan pelajaran untuk membentuk kompetensi siswa. Pembelajaran pendidikan agama Islam disesuaikan dengan kondisi peserta didik yang berkebutuhan khusus tunarungu disekolah ini. Ruang lingkup pendidikan agama Islam antara lain adalah Fiqh, sedangkan standar kompetensi dasar adalah menirukan ucapan rukun Islam dan menghafal rukun Islam. Sebelum menyampaikan materi rukun Islam, guru menuliskan materi tersebut dipapan tulis sebagai berikut: rukun Islam ada 5 yaitu 1) membaca syahadat 2) melaksanakan salat 3) membayar zakat 4) berpuasa ramadhan dan 5) haji. Guru menyebutkan satu persatu rukun Islam dan para siswa bersama-sama menirukan. Selanjutnya guru menerangkan tentang materi rukun Islam kepada siswa dengan bahasa lisan dan bahasa isyarat dengan sabar, telaten diulang-ulang hingga para siswa dapat memahami. Bahasa isyarat yang digunakan adalah bahasa baku dengan nama sistem isyarat bahasa Indonesia atau SIBI. Guru kelas pada kelas tersebut adalah sebagai penyandang tunarungu pula. Adapun metode pembelajaran yang diterapkan meliputi metode ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas. Dalam menyampaikan materi pelajaran guru, sering menyampaikan dengan humor agar para siswa tidak merasa jenuh. Dalam pembelajaran pendidikan agama Islam, guru kelas menggunakan buku berjudul senang belajar agama Islam, KTSP 2006, oleh Moh Nasrun dkk Penerbit Erlangga sebagai acuannya. Hal ini dikarenakan Diknas maupun

Page 135: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

264 Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Pendidikan Agama Pada Sekolah Luar Biasa (Studi Kasus SDLB Dharma Asih Kota Pontianak, Kalimantan Barat)

Depag belum menerbitkan buku pendidikan agama Islam bagi sekolah luar biasa, khususnya SDLB.

Tahapan akhir dalam kegiatan pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama adalah postest. Kegiatan akhir pembelajaran ini dilakukan dengan cara memberikan tugas kepada siswa. Tugas yang diberikan merupakan tindak lanjut dari kegiatan inti yang berkenaan dengan materi standar yang dipelajari yaitu tentang rukun Islam. Pada saat itu post-test dilakukan secara tertulis. Guru menuliskan lima buah soal di papan tulis, para siswa menyalin soal-soal tersebut dan menuliskan jawabannya. Guru selalu membantu dengan sabar dan penuh kasih sayang menerangkan agar mereka memahami soal-soal tersebut. Terdapat beberapa siswa yang serius mengerjakan soal-soal, namun terdapat beberapa siswa yang santai-santai saja. Kepada mereka guru dengan sabar membimbingnya. Setelah jam pelajaran hampir selesai, guru memberikan penilaian. Pemberian tugas ini berguna bagi guru untuk mengetahui kompetensi dan tujuan yang telah dikuasai siswa. Apabila sebagian besar siswa belum menguasai maka guru melakukan pembelajaran kembali atau remedial teaching.

Sebagaimana dilaksanakan dalam pembelajaran pendidikan agama pada SDLB tunarungu, maka pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam pada SDLB tunagrahita kelas dasar 4 menerapkan pula tiga tahapan kegiatan yaitu pre test, proses dan post test. Dikelas ini penulis mengamati pembelajaran pendidikan agama Islam dalam bentuk praktek wudhu dan praktek salat. Sebelum melaksanakan praktek tersebut, diruang kelas guru melakukan kegiatan pre test dengan cara memberikan penjelasan tentang wudhu dan salat.

Setelah kegiatan pre test, dilanjutkan dengan proses pembentukan kompetensi wudhu dan salat. Di tempat praktek wudhu, guru memerintahkan siswa satu persatu melaksanakan wudhu. Guru dan siswa yang lain mengamati siswa yang sedang melakukan wudhu. Bila ada siswa yang lupa dalam membasuh salah satu anggota badan, maka guru membimbingnya dengan sabar. Guru membimbing pula para siswa untuk membaca doa dengan menghadap kiblat. Dalam melaksanakan praktek wudhu, para siswa dapat melakukan wudhu dengan tertib, mereka terlihat patuh dan menunjukkan sikap yang baik, antusias dalam mengikuti pembelajaran walaupun mereka memiliki keterbelakangan mental. Setelah selesai melakukan praktek wudhu, para siswa bersama guru menuju ruang praktek salat. Praktek salat dilakukan di suatu ruangan yang luas, sehingga mereka dapat melakukan praktek salat dengan nyaman. Guru memerintahkan salah satu siswa untuk menjadi imam dan lainnya berperan sebagai makmum dalam praktek salat subuh.

Dalam mengajar pendidikan agama Islam, guru berpedoman dengan buku standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk SDLB Tunagrahita, penerbit Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa Departemen Pendidikan

Page 136: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

265Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Yustiani S.

Nasional tahun 2006. disamping itu guru menggunakan buku “senang belajar agama Islam, KTSP 2006, oleh Moh Hasrun, dkk, penerbit Erlangga. sebagai pegangan dalam mengajar.

3. Evaluasi

Evaluasi terhadap hasil belajar bertujuan untuk mengetahui hasil belajar atau pembentukan kompetensi peserta didik. Evaluasi hasil belajar yang diterapkan di sekolah ini adalah penilaian berbasis kelas. Penilaian berbasis kelas tersebut berbentuk ulangan harian, ulangan umum atau ulangan semester dan ujian. Ulangan harian terdiri atas seperangkat soal-soal yang dibuat oleh. guru berkaitan dengan kompetensi dasar yang dibahas. Ulangan umum dilaksanakan setiap akhir semester yaitu semester pertama dan semester kedua. Adapun ujian sekolah dilakukan pada akhir program pendidikan bagi siswa kelas 6. Ujian akhir sekolah pada SDLB tunanetra dilaksanakan dua kali yaitu ujian USBN dan ujian UAS atau ujian sekolah. Para siswa SDLB tunagrahita tidak diikutkan dalam ujian USBN.

Faktor Pendukung dan Kendala

Sekolah sebagai pelaksanaan pendidikan, baik para guru, kepala sekolah maupun yayasan selalu berupaya untuk mengadakan perbaikan-perbaikan dan peningkatan mutu secara berkesinambungan. Walaupun telah diupayakan sedemikian rupa dalam pengelolaan pendidikan, namun masih terdapat pula kendala-kendala yang perlu mendapat perhatian. Adapun faktor pendukung yang memperlancar keberhasilan proses pembelajaran di SDLB Dharma Asih meliputi para guru, kepala sekolah, dana, yayasan, partisipasi masyarakat dan partisipasi intsansi pemerintah.

1. Kepala Sekolah

Kepala Sekolah merupakan seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah yang di dalamnya diselenggarakan proses belajar mengajar. Kepala sekolah di sekolah ini memiliki persyaratan sebagai seorang yang menduduki jabatan dalam lembaga pendidikan antara lain beliau memiliki keahlian atau kemampuan dasar, kualifikasi pribadi, memiliki pengetahuan dan ketrampilan profesional, serta pengalaman profesional.

Kepala Sekolah di sekolah ini mampu dengan baik menggerakkan semangat para guru, dan siswa dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan, sesuai dengan misi yang ditetapkan, kepala sekolah mampu membawa perubahan sikap, perilaku dan intelektual anak didik atau siswa sesuai dengan tujuan pendidikan lembaga.

2. Guru

Hubungan interpersonal sesama guru di sekolah ini mempengaruhi kualitas kinerja guru, karena motivasi kerja dapat terbentuk dari interaksi

Page 137: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

266 Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Pendidikan Agama Pada Sekolah Luar Biasa (Studi Kasus SDLB Dharma Asih Kota Pontianak, Kalimantan Barat)

dengan lingkungan sosial sekitarnya. Hampir seluruh pendidik atau guru di sekolah ini merupakan guru profesional yang telah berpengalaman dan mereka merupakan guru alumni pendidikan khusus Sekolah Luar Biasa atau SLB, baik dari jurusan tunagrahita dan tunarungu. Dalam kesehariannya mereka dihadapkan pada tantangan sekaligus ibadah, di mana mereka harus melayani peserta didik dengan penuh tanggung jawab, kasih sayang, kesabaran, keramahan dan selalu berusaha memberikan rasa aman dan perlindungan kepada peserta didik yang mengalami ketunaan.

3. Dana

Dana merupakan salah satu unsur pendukung yang turut menentukan keberhasilan suatu lembaga pendidikan dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran di sekolah. Dana untuk pengelolaan pendidikan di sekolah ini diperoleh dari beberapa sumber, antara lain adalah dana dari SPP siswa, dana dari instansi-instansi seperti Dinas Pendidikan Kota Pontianak, Dinas Pendidikan Provinsi dan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat. Dana dari instansi tersebut berupa antara lain dana BOS, dana beasiswa dan sebagainya. Sumber dana lainnya adalah donatur dari perusahaan¬-perusahaan dan masyarakat yang simpati dan peduli terhadap lembaga pendidikan ini.

4. Yayasan

Yayasan Dharma Asih sebagai pendiri lembaga pendidikan ini tentu banyak berperan dalam keterlaksanaan pendidikan sekolah luar biasa Dharma Asih. Peran yayasan di samping mendirikan sekolah ini adalah selalu berupaya menggalang dana untuk kepentingan sekolah, antara lain untuk pengadaan sarana prasarana, honor tenaga kependidikan dan sebagainya. Pengurus yayasan selalu memonitor perkembangan lembaga pendidikan ini, dengan menyelenggarakan rapat rutin setiap minggu.

5. Sarana Prasarana Pembelajaran

Sarana pembelajaran secara maksimal memungkinkan peserta didik menggali berbagai konsep yang sesuai dengan mata pelajaran yang sedang dipelajari, sehingga dapat menambah wawasan dan pemahaman siswa yang senantiasa aktual. Prasarana sarana pendidikan di sekolah ini dapat dikategorikan cukup memadai, seperti ketersediaan ruang kelas, ruang ketrampilan, ruang UKS, ruang perpustakaan, sarana olah raga, ruang guru dan sebagai. Namun ruang-ruang yang cukup penting bagi siswa SDLB tunarungu. seperti ruang latihan mendengar, ruang audiometri serta speeck trainer belum tersedia di sekolah ini. Sarana pelajaran pendidikan agama Islam sampai saat ini dianggap kurang memadai berkaitan dengan buku-buku pelajaran bagi siswa maupun guru khusus bagi pembelajaran di SDLB.

PembAhAsAn Menurut Mulyasa (2005a), implementasi kurikulum mencakup tiga

Page 138: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

267Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Yustiani S.

kegiatan pokok yaitu pengembangan program, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi. Berkenaan dengan pembuatan program pembelajaran pendidikan agama hampir seluruh guru kelas tidak menyusunnya, hanya seorang guru bidang studi pendidikan agama saja yang menyusunnya. Guru profesional harus mampu mengembangkan persiapan mengajar dengan baik, logis dan sistematis, karena disamping untuk melaksanakan pembelajaran, persiapan tersebut mengemban “profesional accuntabilty” sehingga guru dapat mempertanggungjawabkan apa yang dilakukannya.

Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru-guru pendidikan agama Islam meliputi kegiatan awal kegiatan inti dan kegiatan akhir. Hal ini telah sesuai sebagaimana dikemukakan oleh Mulyasa (2005b). Dalam melaksanakan pembelajaran pendidikan agama para guru berpedoman kepada buku standar kompetensi dan kompetensi dasar. Dalam buku tersebut dikemukakan tentang standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk kelas I s/d III semester I dan semester II bagi SDLB-B dan C. Dalam realisasinya materi yang telah ditetapkan dalam program yang disusun oleh Diknas tersebut tidak dapat tercapai secara penuh dalam arti tepat waktu. Sebagai contoh untuk SDLB-B kelas I semester I dalam standar kompetensi fiqih adalah mengenal rukun Islam, kompetensi dasar meliputi: 1. menirukan ucapan rukun Islam, 2. menghafal rukun Islam. Namun dalam realisasinya pembelajaran berdasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar tersebut dilaksanakan pula pada semester II. Namun demikian, kondisi tersebut tidak menjadi permasalahan, karena dalam buku tersebut telah dikemukakan bahwa pembelajaran pendidikan agama Islam disesuaikan dengan peserta didik yang berkebutuhan khusus tunarungu. Adapun ketidaktepatan dalam pelaksanaan pembelajaran dengan program yang telah disusun oleh Diknas tersebut disebabkan oleh kondisi para peserta didik.

Menurut pengamatan penulis, walaupun materi pembelajaran menirukan, memahami dan menghafal rukun Islam telah disampaikan pada jam pelajaran sebelumnya dan diulangi kembali padajam pelajaran berikutnya dalam evaluasi atau post test masih terdapat beberapa siswa yang belum dapat mengerjakan. Permasalahan selanjutnya, selain membutuhkan pelayanan khusus dari guru dalam menginformasikan pelajaran kepada siswa, untuk membaca dan menghafal mereka memerlukan waktu relatif tidak sedikit, karena anak yang memiliki gangguan pendengaran atau tunarungu biasanya mereka mengalami kondisi gangguan berbicara atau tunawicara. Sehingga untuk mengekspresikan kemampuan bicaranya pun mengalami hambatan. Hal tersebut dikarenakan kemampuan verbal tunarungu lebih rendah dibandingkan kemampuan verbal anak mendengar, dan daya ingat jangka pendek anak tunarungu lebih pendek dari pada anak mendengar terutama pada informasi yang bersifat berurutan. Daya ingat jangka panjang hampir tidak ada perbedaan, walaupun prestasi akhir anak tunarungubiasanya tetap lebih rendah daripada anak mendengar.

Page 139: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

268 Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Pendidikan Agama Pada Sekolah Luar Biasa (Studi Kasus SDLB Dharma Asih Kota Pontianak, Kalimantan Barat)

Untuk kelas I Semester II, standar kompetensi adalah mengenal dua kalimat syahadat, dan dijabarkan dalam kompetensi dasar yaitu: 1) melafalkan syahadat tauhid dan syahadat Rasul, 2) menghafal dua kalimat syahadat, 3) mengartikan dua kalimat syahadat. Adapun realisasi pelaksanaan dalam pembelajaran aqidah di kelas ini telah sesuai dengan pedoman dari Diknas sebagaimana dikemukakan di atas. Guru agama pada kelas bersangkutan mampu menyampaikan materi dengan menghubungkan antara pelajaran fiqih yakni tentang mengenal rukun Islam yaitu menirukan ucapan rukun Islam dan menghafal rukun Islam dengan pelajaran aqidah yakni mengartikan dan melafalkan syahadat tauhid dan syahadat rasul.

Untuk kelas IV semester II pada SDLB-C, standar kompetensi fiqih adalah melaksanakan dzikir dan doa. dan kompetensi dasar meliputi: 1) melakukan dzikir seteJah sholat dan 2) membaca doa setelah sholat. Dalam realisasi pembelajaran fiqih pada kelas IV semester II adalah praktek melaksanakan salat dengan melaksanakan wudhu yang seharusnya diberikan pada semester sebelumnya. Hal ini tidak menjadi permasalahan karena pembelajaran pendidikan agama Islam disesuaikan dengan kondisi peserta didik yang berkebutuhan khusus tunagrahita.

Dalam pelaksanaan pembelajaran praktek, siswa tanpa diberi contoh oleh guru, saat praktek mereka telah dapat melakukan wudhu serta melakukan salat subuh berjamaah. Hal tersebut merupakan prestasi bagi anak yang berkebutuhan khusus tunagrahita. Mereka semua dengan taat mematuhi perintah guru untuk melakukan wudhu dan sholat, suasananyapun tertib, dalam arti siswa tidak ada yang berbuat gaduh atau berperilaku negatif.

Berkenaan dengan kemampuan anak tunagrahita, dalam literatur yang diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa dikemukakan bahwa: fungsi intelektual anak tunagrahita tidak statis. Khusus bagi anak dengan perkembangan. kemampuan ringan dan sedang, perintah atau tugas yang terus menerus dapat membuat perubahan yang besar di kemudian hari. Selanjutnya dalam literatur tersebut dikemukakan bahwa tes IQ mungkin dapat dijadikan indikator bagi kemampuan mental seseorang, namun kemampuan adaptif seseorang tidak selamanya tercermin pada hasil tes IQ. Berbagai latihan, pengalaman, motivasi dan lingkungan sosial sangat besar pengaruhnya pada kemampuan adaptif seseorang. Begitu pula dikemukakan bahwa tingkat fungsi mental anak tunagrahita mungkin saja dapat berubah pada anak tunagrahita yang tergolong ringan.

Pembahasan tentang evaluasi merupakan pembahasan pada tahap ketiga dari implementasi kurikulum. Dalam pembahasan evaluasi difokuskan pada evaluasi terhadap proses dan evaluasi terhadap hasil belajar. Evaluasi terhadap hasil belajar yang diterapkan di SDLB B dan C adalah penilaian berbasis kelas (PBK). Penilaian berbasis kelas dapat dilakukan dengan ulangan harian, ulangan umum semester dan ujian akhir.

Page 140: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

269Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Yustiani S.

Penilaian dalam KBK dan KTSP menganut prinsip penilaian berkelanjutan dan komprehensif guna mendukung upaya memandirikan siswa untuk belajar, bekerjasama dan menilai diri sendiri. Karena itu penilaian dilaksanakan dalam kerangka penilaian berbasis kelas (PBK). Dikatakan PBK karena kegiatan penilaian dilaksanakan secara terpadu dalam kegiatan pembelajaran. Dalam KTSP pembelajaran berbasis kompetensi dan terstruktur, bahwa PBK merupakan suatu kegiatan pengumpulan informasi tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan oleh guru bersangkutan sehingga penilaian tersebut akan “mengukur apa yang hendak diukur” dari siswa. Salah satu prinsip penilaian berbasis kelas adalah penilaian dilakukan oleh guru dan siswa. Hal ini perlu dilakukan bersama, karena hanya guru yang bersangkutan yang paling mengetahui tingkat pencapaian belajar siswa yang diajarnya. Selain itu siswa yang telah diberitahu oleh guru bentuk atau cara penilaiannya siswa akan berusaha meningkatkan prestasinya sesuai dengan kemampuannya.

Namun, karena sekolah ini merupakan sekolah yang diperuntukkan bagi anak yang berkebutuhan khusus sehingga mungkin harapan atau pembelajaran tidak dapat tercapai sepenuhnya. Karena perkembangan anak tunagrahita lebih lambat pada tingkat pemahamannya dibanding dengan anak normal. Demikian pula dengan kondisi anak tunarungu. Daya ingat jangka pendek anak tunagrungu lebih rendah daripada anak mendengar walaupun daya ingat jangka panjang hampir tidak ada perbedaan atau hanya ada sedikit perbedaan dengan anak mendengar, namun hasil prestasi akhir biasanya tetap lebih rendah. Oleh sebab itu para guru telah berusaha membuat soal-soal untuk evaluasi secara sederhana, relatif mudah dipahami dan dikerjakan oleh siswa sesuai dengan kondisinya.

sImPulAn SDLB Dharma Asih telah mengimplementasikan kurikulum Pendidikan

Agama Islam sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Implementasi kurikulum tersebut meliputi pengembangan program, pelaksanaan pendidikan dan evaluasi. Ketiga aspek tersebut telah dilakukan oleh para guru pendidikan agama di sekolah ini.

Pendidikan Agama Islam pada SSDLB tertuang dalam buku pedoman standar kompetensi dan kompetensi dasar yang disusun oleh Diknas. Adapun ruang lingkupnya meliputi empat jenis yakni 1) Al-Qur’an dan Hadits, 2)Aqidah, 3)Akhlaq, dan 4) fiqh.

Prasarana dan sarana yang terdapat di SDLB Dharma Asih telah memenuhi ketentuan prasarana sarana yang ditetapkan Menteri Pendidikan Nasional No. 24. Tahun 2007 tentang standar sarana dan prasarana untuk sekolah dasar.

Page 141: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

270 Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Pendidikan Agama Pada Sekolah Luar Biasa (Studi Kasus SDLB Dharma Asih Kota Pontianak, Kalimantan Barat)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1985. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Bina Aksara.

--------- 1999. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara.

Delphie, Bandi. 2006. Pembelajaran Anak Tunagrahita. Bandung: PT. Refika Aditama.

GBHN. 2004. Surakarta : AI-Hikmah

Martinis, Yamin. 2007. Profesionalisasi Guru dan implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Press

Mulyasa, E. 2004. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

-------- 2005a. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT. Rosdakarya

-------- 2005b. Implementasi Kurikulum, 2004, Panduan Pembelajaran KBK. Bandung: Rosdakarya

Muslich, Masmur. 2007. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Konstektual. Jakarta: Bumi Aksara

Rahardja, Djaja. 2008. Pendidikan Luar Biasa Dulu dan Sekarang, dalam Djaja Rahardja-blogspot.com, 2008.09 html.

Rahim, Husni. 2001. Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Logos

Sudjana, Nana. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Sinar Baru, Bandung.

Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2007. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Page 142: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

271Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN MASJID DI ERA GLOBALISASI

INFORMASI

Oleh mUStOlehUDIN

PEMIKIRAN

AbstrAct:Historical fact proves that the Islamic civilization has experienced the

height of glory to the progress of the Muslim intellectual in the era of the Abbasid Caliphate. It was marked by respect and attention to the work of Deputies scholars celebrated by establishing and developing the Islamic library. One example is the Caliph al Ma’mun (813-833) who founded the library is very grand and famous is “Bayt al Hikmah”.

The majority of Indonesian population is followers of Islam, and Indonesia is a country with the largest number of Muslims in the world. That the religious activities and religious Muslims in Indonesia central mosque. In Indonesia there are hundreds of thousands of mosques that spread throughout the archipelago.

Library mosque as a place of religious literature must be managed properly and professionally in accordance with the standard management of the National Library of Indonesia in all things both management and the things that are technical. One way is to use information technology.

Keywords: Mosque Library, Information Technology

PendAhuluAn

Masjid adalah merupakan pusat ibadah dan pusat kebudayaan peradaban Islam. Masjid mempunyai peran strategis dalam mencerdaskan kehidupan masyarakat, dalam hal ini adalah sebagai sarana tempat beribadah dan tempat berbagai kegiatan bagi umat Islam.

Pada zaman ketika Nabi Muhammad Hijrah dari Mekkah ke Madinah pertama kali yang beliau bangun adalah masjid. Masjid pada waktu itu digunakan sebagai markas besar tentara dan pusat gerakan pembebasan umat dari penghambaan kepada manusia, berhala atau taghut. Masjid pun digunakan sebagai pusat pendidikan yang mengajak manusia pada keutamaan, kecintaan pada pengetahuan, kesadaran sosial dan lain sebagainya (Nahlawi, 1995 : 137)

Page 143: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

272 Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Pengelolaan Perpustakaan Masjid di Era Globlasisasi Imformasi

Masjid dalam penyebaran dakwah Islam di Indonesia, mempunyai peran dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satu peran tersebut adalah dengan adanya literatur masjid atau perpustakaan masjid. Hal ini sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945, yaitu bahwa salah satu tugas Pemerintah Republik Indonesia adalah untuk meningkatkan kecerdasan bangsa.

Pembinaan bangsa Indonesia mengacu kepada terbentuknya manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rokhani, serta memiliki rasa tanggung jawab kepada masyarakat, demi tercapainya Negara dan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur, berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 tahun 2007 Tentang Perpustakaan menyebutkan bahwa, tujuan perpustakaan adalah memberikan layanan kepada masyarakat, meningkatkan kegemaran membaca, serta memperluas wawasan dan pengetahuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.(Perpustakaan Nasional RI, 2007 : 5)

Sebagaimana anjuran mantan Presiden Indonesia yaitu Bapak Soeharto pada pembukaan MTQ ke XVI tanggal 4 Februari 1991 di Yogyakarta, kehadiran masjid di tengah-tengah masyarakat mempunyai fungsi sebagai sarana beribadat, fungsi pendidikan, fungsi sosial dan budaya, serta sarana silaturahmi umat Islam. Salah satu pendekatan yang tepat untuk dapat mewujudkan fungsi tersebut adalah dengan membangun pusat literatur atau perpustakaan di lingkungan masjid, yang selanjutnya disebut Perpustakaan Masjid. (Djadjuliyanto,1992 : 987)

Demikian pula yang disampaikan oleh Dirjen Bimas Islam Departemen Agama Republik Indonesia, Prof. DR. H. Nazaruddin Umar, MA pada Workshop Perpustakaan Masjid di Yogyakarta pada tanggal 21 s/d 24 Juli 2009, menyatakan bahwa perpustakaan masjid mempunyai peran strategis dalam khazanah penyelamatan dan pelestarian naskah-naskah Islam Nusantara yang berada di masjid.

Perpustakaan masjid pada era teknologi informasi saat ini, perlu dikelola dan di bina dengan baik dan profesional. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan adalah kedudukan dan tatakelola organisasi, gedung, tenaga pengelola (SDM), koleksi, system layanan, sarana prasarana komputer, dan pembiayaan. Dengan demikian perpustakaan masjid akan menjadi pusat pendidikan dan pusat informasi bagi umat Islam.

Berpijak dari pemikiran tersebut di atas, terdapat dua permasalahan penting dalam mengelola perpustakaan masjid; Pertama, bagaimana mengelola perpustakaan masjid yang baik dan profesional ? Kedua, bagaimana upaya perpustakaan masjid untuk memanfaatkan teknologi informasi.

Page 144: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

273Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

mustolehudin

sejArAh PerPustAKAAn IslAm

Sejarah peradaban dalam dunia Islam mencatat, bahwa perkembangan perpustakaan pernah mengalami masa kejayaan. Ada beberapa fase masa kejayaan perpustakaan Islam adalah sebagaimana keterangan berikut ini;1. Perpustakaan pada masa khalifah al-Makmun (tahun 813-833 Masehi).

Pada saat itu didirikan Bait al-Hikmah. Lembaga ini menggabungkan perpustakaan, sanggar sastra, lembaga studi dan pusat observasi. Sebelum masa khalifah al-Makmun, Bait al-Hikmah telah dirintis oleh khalifah Harun al-Rasyid dan mencapai masa kejayaan intelektual pada masa khalifah al-Makmun.

2. Perpustakaan di Marv, Persia Timur. Pada masa ini sebagaimana ditulis oleh Yaqut dalam kamus geografinya menjelaskan bahwa di kota itu memiliki perpustakaan besar, dua di antaranya perpustakaan masjid dan lainnya adalah perpustakaan madrasah. Tidak kurang dari 100.000 eksemplar buku menjadi koleksi perpustakaan tersebut.

3. Perpustakaan Madrasah Nizamiyah Baghdad. Pada perpustakaan ini memiliki koleksi sekitar 6.000 eksemplar buku. Pada waktu itu perpustakaan Madrasah Nizamiyah sudah menggunakan manajemen untuk mengelola perpustakaan, sehingga koleksi perpustakaan telah tertata sesuai dengan klasifikasi dan memudahkan pengguna untuk mencari koleksi buku atau manuskrip.

4. Perpustakaan Dār al-Hikmah di Kairo. Perpustakaan ini didirikan pada masa Dinasti Fathimiyah tahun 1004. Perpustakaan Dār al-Hikmah merupakan pusat utama pendidikan tinggi di Mesir yang digunakan oleh para pelajar dan para ilmuwan hampir selama satu abad lamanya.

5. Perpustakaan Universitas Cordova di Spanyol. Perpustakaan ini didirikan oleh Abdurrahman al-Nasyir, dan memiliki koleksi ratusan ribu buku serta menyaingi perpustakaan-perpustakaan yang berada di Daulat Abbasiyah.

6. Perpustakaan Khalifah Dinasti Fathimiyah kedua, yaitu dibawah kepemimpinan al-Aziz (975-996). Pada perpustakaan ini telah berkembang sangat pesat. Koleksi pada perpustakaan ini sangat komplit dan beragam. Di antara koleksi tersebut yang sangat terkenal adalah kitab al-’Ayn, leksiografi (Jamhara) karya Ibn Durayd, koleksi ilmu alam dan filsafat hellenistik berjumlah 18.000 eksemplar.(Suwito & Fauzan, 2005 : 41)Selain perpustakaan-perpustakaan tersebut di atas masih terdapat

perpustakaan yang mencapai masa keemasan Islam. Di antaranya adalah perpustakaan Al Mutawakkil, Al Fath Ibn Khaqan (w.861), perpustakaan milik Ali bin Yahya yang diberi nama “Khizanatul Hikmah”, perpustakaan pribadi Jamaluddin al-Qifthi (w.64 H), perpustakaan pribadi Muwaffaq bin Muthran Dimasyqi yang memiliki koleksi sekitar 10.000 eksemplar, perpustakaan pribadi Adhud Al-Daula (w. 983) yang di beri nama “Khizanatul Kutub”. Perpustakaan ini berdiri dan dikelilingi oleh taman dan danau. Terdapat 360

Page 145: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

274 Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Pengelolaan Perpustakaan Masjid di Era Globlasisasi Imformasi

ruangan untuk koleksi buku dan terdapat katalog untuk penelusuran koleksi perpustakaan. Selanjutnya perpustakaan pribadi Ibn Sawwar, ia memiliki perpustakaan yang bernama Dar al-Ilm di Basroh dan di Ramhurmuz (sekitar Persia), perpustakaan pribadi Pangeran Dinasti Samaniyyah/Nuh (976-977), ia memiliki koleksi perpustakaan yang sangat langka diantara koleksinya adalah filologi bahasa Arab, Puisi, etika dan sebagainya. Terakhir adalah perpustakaan pribadi Khazain al-Qusu di Kairo. Koleksi yang dimiliki mencapai 1,6 juta naskah dan terdapat 40 ruangan untuk menampung koleksi tersebut.(Suwito & Fauzan, 2005 : 43)

PerPustAKAAn mAsjId Mayoritas penduduk Indonesia adalah pemeluk agama Islam, dan

Indonesia merupakan negara dengan jumlah muslim terbesar di dunia. Dari jumlah penduduk yang mayoritas memeluk agama Islam tersebut, dalam beribadah membutuhkan tempat ibadah. Di Indonesia terdapat ratusan ribu masjid yang tersebar di seluruh nusantara.

Masjid di Indonesia jumlahnya kurang lebih 400.000 yang tersebar di 33 Propinsi, dan kondisi yang ada belum semua masjid memiliki perpustakaan, kemungkinan besar hanya masjid yang ada di kota-kota saja yang memiliki perpustakaan masjid. Perpustakaan masjid yang berada di kota propinsi pun masih perlu mendapat perhatian dan pembinaan dari Pemerintah.

Perpustakaan merupakan salah satu sarana pelestarian hasil budaya umat manusia dan mempunyai fungsi sebagai sumber informasi, sumber belajar ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional.

Perpustakaan dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu Perpustakaan Nasional, Perpustakaan Daerah, Perpustakaan Umum, Perpustakaan Keliling, Perpustakaan Sekolah, Perpustakaan Perguruan Tinggi, dan Perpustakaan Khusus.

Perpustakaan masjid menurut Djadjuliyanto, (1992 : 986) adalah tergolong perpustakaan umum yang berada di lingkungan masjid, dikelola oleh suatu badan di bawah pengawasan takmir masjid dan merupakan salah satu sarana dan upaya untuk meningkatkan pengetahuan serta kegemaran membaca guna mencerdaskan kehidupan bangsa dan merupakan bagian integral dari kegiatan pembangunan umat Islam.

Sidi Gazalba, (1994 : 128-129) menjelaskan eksistensi masjid sebagai tempat penyediaan sumber-sumber informasi semakin menguat setelah Nabi Muhammad SAW wafat dan pada saat yang sama, persoalan-persoalan kehidupan terus berjalan. Ketika masalah-masalah baru terus bermunculan sementara Al-Qur’an dan hadits tidak memberikan solusi pemecahannya, maka ahli-ahli Islam atau para ulama menjawabnya dengan ijtihad. Dalam situasi demikian hasil ijtihad dan seluruh literatur mengenai agama Islam, secara langsung atau tidak langsung membentuk kepustakaan Islam. Lebih

Page 146: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

275Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

mustolehudin

jauh dia menjelaskan bahwa kepustakaan atau literatur Islam merupakan sumber ajaran, pendidikan, pengajaran dan dakwah Islam yang ditempatkan di masjid.

FunGsI mAsjId

Selain sebagai tempat ibadah masjid mempunyai fungsi-fungsi lain yang berguna bagi masyarakat. Karena kedudukannya yang sentral dalam masyarakat Islam, perkembangan masjid selalu berkaitan dengan perubahan setiap saat dalam masyarakat.(Asrohah, 1999 : 56).

Fungsi masjid menurut Harun,(2009: 1) yang berkembang di masyarakat muslim adalah sebagai berikut :

1. Sebagai pusat ibadahMasjid merupakan pusat ibadah bagi umat Islam. Ibadah yang dilakukan

umat Islam di masjid meliputi salat harian, mingguan dan salat tahunan. Salat harian terdiri dari salat Subuh, salat Dhuhur, salat Asyar, salat Maghrib dan salat Isya. Salat mingguan yaitu ibadah yang dilakukan satu minggu sekali atau salat Jum’at. Adapun salat tahunan yaitu salat Iedul Fitri dan salat Iedul Adha.

2. Sebagai pusat dakwahDakwah yang dilakukan di masjid yaitu adanya peringatan hari besar Islam

dengan mengadakan pengajian akbar dengan mengundang dai atau da’iyah. Adapun peringatan hari besar Islam yang sering diperingati adalah peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad, dan peringatan tahun baru Islam. Di samping itu pula masjid sering digunakan untuk kajian terhadap kitab karya ulama besar dengan kajian kitab tafsir Al Qur’an dan kitab hadits maupun kitab fiqih.

3. Sebagai pusat pendidikanPendidikan yang diadakan di masjid atau dilingkungan masjid adalah

pendidikan Taman Pendidikan Al Qura’an, Madrasah Diniyah, SD Islam dan SMP Islam. Biasanya pendidikan tersebut berada naungan yayasan takmir masjid.

4. Sebagai pusat bacaan/pustakaUntuk mendukung kegiatan dakwah Islam dan pendidikan bagi masyarakat

muslim, di masjid perlu didirikan perpustakaan masjid. Perpustakaan masjid merupakan tempat pembelajaran sepanjang masa bagi umat. Karya-karya ulama atau literatur ke-Islaman dan koleksi lainnya akan memberikan kekayaan khanazah keilmuan bagi umat lslam.

5. Sebagai pusat kegiatan sosialMasjid merupakan pusat kegiatan sosial. Hal ini dapat dilihat ketika

terjadi bencana alam yang menimpa masyarakat dan umat Islam, masjid dapat digunakan sebagai tempat berlindung.(Nahlawi, 1995 : 137) Suatu contoh ketika terjadi Tsunami di Aceh. Maka masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh menjadi tempat pengungsian dan tempat berlindung bagi masyarakat di sana.

Page 147: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

276 Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Pengelolaan Perpustakaan Masjid di Era Globlasisasi Imformasi

mAnAjemen PerPustAKAAn mAsjId

Literatur masjid atau kepustakaan masjid perlu dikelola dengan sistem manajemen perpustakaan agar semua komponen yang berhubungan dengan perpustakaan masjid dapat berjalan dengan baik dan dapat melayani jamaah atau pengguna perpustakaan.

Pengelolaan perpustakaan masjid sama dengan pengelolaan perpustakaan pada umumnya. Adapun aspek-aspek manajemen perpustakaan masjid adalah sebagai berikut : 1) Perencanaa, 2) Pengorganisasian, 3) Penganggaran, 4) Kepemimpinan, dan 5) Pengawasan. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagaimana uraian dibawah ini.1. Perencanaan

Perencanaan merupakan titik awal berbagai aktivitas organisasi yang sangat menentukan keberhasilan organisasi. Perencanaan menurut Lasa (2005 : 57) menjelaskan bahwa, perpustakaan sebagai lembaga yang selalu berkembang (library is the growing organism) memerlukan perencanaan dalam pengelolaan, meliputi bahan informasi, sumber daya manusia, dana, gedung/ruang, sistem, dan perlengkapan.

Demikian pula halnya dengan perpustakaan masjid. Perencanaan merupakan hal mutlak agar perpustakaan dapat berjalan dengan optimal. Penyusunan perencanaan perpustakaan masjid harus sesuai dengan visi misi dan tujuan dibentuknya perpustakaan masjid.

Berikut ini akan dijelaskan mengenai komponen-komponen penting yang harus tersedia dalam perencanaan perpustakaan masjid. Adapun komponen-komponen tersebut adalah sebagai berikut : gedung/ruang perpustakaan, SDM (pengelola perpustakaan, koleksi, layanan, dan pengembangan.

a. Gedung/ruang perpustakaanBagi perpustakaan masjid tingkat pemula, ruang perpustakaan dapat

menempati salah satu ruangan yang ada di masjid, jika seandainya belum tersedia bangunan ruang khusus di luar tempat ibadah di dalam masjid. Perpustakaan masjid ditempatkan pada salah satu sudut di dalam masjid atau ditempatkan pada sudut ruang serambi masjid. Bagi perpustakaan masjid tingkat madya dan utama sebaiknya menempati gedung tersendiri yang berada dalam satu komplek dengan masjid. Apabila seluruh kegiatan dilakukan di dalam masjid, sedikitnya perlu disediakan almari-almari kaca dengan kunci untuk penyimpanan koleksi dan bahan administrasi. Pencatatan dan pengolahan bahan pustaka serta ruang baca dapat menggunakan ruangan masjid itu sendiri. Jika terdapat gedung atau ruang tersendiri dalam pembagiannya perlu diperhatikan keperluan kegiatan perpustakaan dalam mengatur tata ruang dan di antaranya yang terpenting adalah : ruang staff, ruang koleksi, ruang layanan, dan ruang baca.(Djadjuliyanto, 1992 : 991)

Page 148: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

277Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

mustolehudin

b. Sumber Daya Manusia (SDM Pengelola Perpustakaan)Untuk mengelola sebuah perpustakaan dibutuhkan pengelola yang

memiliki dasar pendidikan tentang perpustakaan (D3 Perpustakaan atau setidak-tidaknya berpendidikan Sekolah Menengah Atas. Pembagian kerja perpustakaan dapat dibagi sesuai dengan tingkat perpustakaan tersebut. Bagi perpustakaan masjid pemula, tugas katalogisasi yang meliputi menentukan tajuk subyek dan klasifikasi dilakukan oleh kepala perpustakaan. Sedangkan tugas administrasi dan layanan perpustakaan dilakukan oleh staf bagian layanan. Bagi perpustakaan masjid tingkat madya dan utama, minimal ada kepala perpustakaan sebagai pimpinan yang bertanggung jawab kepada takmir, petugas teknis, tata usaha dan petugas layanan (Lasa, 2005:62)

c. KoleksiKoleksi perpustakaan masjid terdiri dari kitab, buku, majalah, surat kabar

dan sebagainya. Bagi perpustakaan yang mampu dapat menambah koleksi pandang dengar atau audio visual seperti film, video, kaset, sepanjang tersedia tempat, tenaga pengelola dan dana operasional.(Djadjuliyanto, 1992: 992)

Bahwasanya tujuan perpustakaan masjid adalah menyediakan bahan informasi guna meningkatkan keimanan dan ketaqwaan jamaah serta membekali jamaah dengan berbagai informasi yang dapat meningkatkan ilmu dan ketrampilan bagi pembangunan diri pribadi dan masyarakat. Oleh karena itu, dalam pengadaan koleksi yang harus memperhatikan kebutuhan jamaah atau masyarakat, dan harus memperhatikan otoritas pengarang, penerbit dan isi buku (Ibrahim, 2009 : 2)

Untuk memudahkan dalam pencarian bahan pustaka, koleksi dikelola menurut kaidah dan aturan yang berlaku. Adapun petunjuk pengolahan bahan pustaka menggunakan pedoman DDC atau Dewey Decimal Clasification (Tairas & Hamakonda, 1992 : 57) untuk klasifikasi ilmu umum, dan sistem klasifikasi Islam untuk ilmu agama Islam. Sistem klasifikasi ilmu umum dan klasifikasi seksi Islam pembagian notasi klasifikasinya adalah sebagai berikut:

Ringkasan Klasifikasi DDC:000 Karya Umum100 Filsafat dan Psikologi200 Agama300 Ilmu-ilmu Sosial400 Bahasa500 Ilmu-ilmu murni (pasti/alam)600 Ilmu-ilmu terapan (teknologi)700 Kesenian, hiburan, olahraga800 Kesussateraan900 Geografi dan Sejarah umum

Page 149: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

278 Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Pengelolaan Perpustakaan Masjid di Era Globlasisasi Imformasi

Bagan Klasifikasi Seksi Islam

2X0 Islam (umum)2X1 Al Qur’an dan ilmu yang berkaitan2X2 Hadits dan ilmu yang berkaitan2X3 Aqaid dan Ilmu Kalam2X4 Fikih2X5 Akhlak dan Tasawuf2X6 Sosial dan Budaya2X7 Filsafat dan Perkembangan2X8 Aliran dan Sekte2X9 Sejarah Islam dan Biografi

d. PelayananPelayanan yang digunakan untuk melayani pengguna perpustakaan

masjid dapat menggunakan pelayanan terbuka (open acces) atau pelayanan tertutup (close acces). Pelayanan terbuka adalah pengguna atau pengunjung perpustakaan mencari atau menelusur sendiri bahan pustaka yang diinginkan. Sedangkan layanan tertutup adalah pengguna dalam mencari buku dilayani oleh petugas perpustakaan.

e. PengembanganPengembangan yang perlu dilakukan untuk mengembangkan

perpustakaan masjid adalah pengembangan gedung, sumber daya manusia/pengelola perpustakaan, koleksi, sistem layanan, sistem automasi, dan pengembangan perpustakaan digital.

2. PengorganisasianGuna menunjang kegiatan perpustakaan masjid perlu dibentuk susunan

organisasi. Perpustakaan masjid adalah perpustakaan yang ditujukan untuk masyarakat sekitar masjid dalam rangka peningkatan kualitas hidup, baik dunia maupun akhirat. Perpustakaan masjid kedudukkannya berada di bawah tanggung jawab takmir masjid setempat. Perpustakaan masjid dapat dibagi menjadi perpustakaan masjid pemula, perpustakaan masjid madya, dan perpustakaan masjid utama.(Lasa, 2005:288–289) Adapun susunan organisasi masing-masing perpustakaan adalah sebagai berikut :

a. Perpustakaan Masjid PemulaPerpustakaan ini berkedudukan di desa atau kelurahan dengan batas

minimal memiliki koleksi sebanyak 1.000 judul. Adapun struktur organisasinya adalah sebagai berikut :

Page 150: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

279Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

mustolehudin

Struktur Organisasi Perpustakaan Masjid Pemula

b. Perpustakaan Masjid MadyaPerpustakaan jenis ini berkedudukan di ibu kota kecamatan dan atau

kabupaten/kotamadya dengan memiliki koleksi minimal 2.000 judul. Struktur organisasinya adalah sebagai berikut :

Struktur Organisasi Perpustakaan Masjid Madya

Page 151: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

280 Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Pengelolaan Perpustakaan Masjid di Era Globlasisasi Imformasi

c. Perpustakaan Masjid UtamaPerpustakaan masjid jenis ini berkedudukan di ibu kota propinsi dengan

memiliki jumlah koleksi minimal 3.000 judul pustaka. Adapun struktur organisasinya adalah sebagai berikut :

Struktur Organisasi Perpustakaan Masjid Utama

3. PenganggaranBahwasanya untuk menunjang kemajuan perpustakaan masjid, takmir

perlu menganggarkan dana untuk perpustakaan masjid. Pada saat ini banyak masjid yang memiliki dana cukup besar akan tetapi belum dioptimalkan dalam penggunaannya. Pada saat ini orientasi penggunaan dana banyak digunakan untuk pengembangan fisik masjid, dan belum berorientasi pada pembiayaan pendidikan maupun untuk perpustakaan masjid. 4. Kepemimpinan

Suatu lembaga akan dapat berkembang dengan baik apabila dipimpin oleh orang yang memiliki sifat dan sikap manajerial. Menurut Lasa, (2005:297) pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mau mengikuti bakat, keahlian, dan spesialisasi pengikutnya (anak buah, pustakawan, bawahan dan lainnya) untuk berinisiatif dan bekerja sama secara kooperatif.5. Pengawasan

Pengawasan adalah suatu proses untuk mengetahui apakah hasil pelaksanaan tugas dalam suatu pekerjaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Pengawasan berfungsi untuk mengetahui apakah seluruh sumber daya yang ada dalam perpustakaan masjid telah digunakan dengan efektif untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Pengawasan juga berfungsi untuk mengetahui kelemahan atau kesalahan yang ada dalam pelaksanaan tugas pekerjaan sehingga dapat diajukan suatu tindakan perbaikan. Pengawasan perpustakaan masjid dilakukan oleh takmir kepada kepala perpustakaan.

Page 152: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

281Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

mustolehudin

teKnoloGI InFormAsI bAGI PerPustAKAAn mAsjId

Teknologi informasi, pada saat ini bukan merupakan hal yang baru. Pemanfaatan teknologi informasi telah menjamur dalam kehidupan masyarakat. Hand phone, internet telah banyak dipakai oleh masyarakat untuk mengakses informasi.

Secara definisi teknologi informasi adalah sebuah hasil rekayasa manusia terhadap proses penyampaian informasi dari pengirim ke penerima sehingga lebih cepat, lebih akurat, lebih luas penyebarannya, lebih lama penyimpanannya dan lain sebagainya. (Ibrahim, 2009 : 1)

Demikian pula pemanfaatan teknologi informasi untuk perpustakaan masjid. Pengelola perpustakaan masjid tidak perlu khawatir dengan biaya dalam pemanfaatan teknologi informasi. Dengan biaya yang minim pun hal ini telah dapat dilakukan. Syarat utamanya adalah tersedianya satu perangkat komputer yang dapat digunakan untuk melakukan pencatatan-pencatatan.

Saat ini untuk menjalankan perpustakaan secara on line melalui katalog OPAC (Online public acces catalog), telah banyak tersedia software yang dapat diperoleh secara gratis. Di antara jenis software yang sering dipakai untuk operasional perpustakaan di antaranya CDS/ISIS, Dynix, Inmagic, WINISIS, INSIS, SIMPUS, SIPUS, NCI Bookman, VTLS, Green Ston dan lainya sebagainya. (Lasa, 2005 : 182).

Sofware-software tersebut di atas dapat digunakan untuk perpustakaan masjid secara on line, sehingga pengunjung atau pengguna dapat dengan mudah mencari informasi yang diinginkan dengan cepat, tepat dan akurat. Demikian pula dengan katalog on line perpustakaan dapat menjalin kerja sama dengan perpustakaan masjid lainnya.

Saat ini banyak ditawarkan paket murah untuk berlangganan internet. Internet pada saat sekarang ini telah merambah bidang keagamaan yang digunakan sebagai media dakwah, maupun diskusi-diskusi keagamaan. (Febrian, 2008 : 38)

sImPulAn

Berdasarkan urian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut ;1. Pengelolaan perpustakaan masjid yang baik dan profesional adalah dengan

mengacu kepada standar pengelolaan perpustakaan. Standar pengelolaan perpustakaan masjid yang tergolong sebagai perpustakaan umum adalah mengacu kepada Perpustakaan Nasional sebagai perpustakaan pembina, baik dalam hal manajemen perpustakaan maupun dalam teknis pengolahan bahan pustaka.

2. Pemanfaatan teknologi informasi untuk pengelolaan perpustakaan masjid berupa penyediaan sarana prasarana komputer dan sumber daya manusia pengelola perpustakaan masjid yang memiliki kemampuan di bidang teknologi informasi.

Page 153: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

282 Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Pengelolaan Perpustakaan Masjid di Era Globlasisasi Imformasi

DAFTAR PUSTAKA

An Nahlawi, Abdurrahman. 1995. Pendidikan Islam Di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat. Jakarta : Gema Insani Press

Arianto, M Sholihin. 2009. “Perpustakaan Masjid Sebagai Pusat Literatur Agama, Masalah dan Tantangannya”. Makalah pada Workshop Pengelolaan Literatur Masjid. Tanggal 21 – 24 Juli 2009 di Yogyakarta

Asrohah, Hanun. 1999. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta : LogosDjadjuliyanto. 1991. Pedoman Penyelenggaraan dan Penyusunan Tajuk

Subyek Untuk Perpustakaan. Jakarta : Muara AgungEryono, Muh Kaelani. 1999. Daftar Tajuk Subyek Islam dan Sistem Klasifikasi

Islam Adaptasi dan Perluasan DDC Seksi Islam. Jakarta : Puslitbang Lektur Agama Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama RI

Eryono, Muhammad Kaelani. 2009. “Beberapa Permasalahan Dalam Pengelolaan Literatur Masjid”. Makalah pada Workshop Pengelolaan Literatur Masjid. Tanggal 21 – 24 Juli 2009 di Yogyakarta

Febrian, Jack. 2008. Menggunakan Internet. Bandung : Informatika Galazba, Sidi. 1989. Mesjid Pusat Ibadah dan Kebudayaan Islam. Jakarta :

Pustaka Al HusnaHamakonda, Towa P dan Tairas, J.N.B. 1992. Pengantar Klasifikasi

Persepuluhan Dewey. Jakarta : PT BPK Gunung Mulia Harun, Maidir. 2009. “Keberadaan Literatur Masjid dan Permasalahannya”.

Makalah pada Workshop Pengelolaan Literatur Masjid. Tanggal 21 – 24 Juli 2009 di Yogyakarta

Ibrahim, Irma Irawati. 2009. “Manajemen Perpustakaan Pada Era Informatika”. Makalah pada Workshop Pengelolaan Literatur Masjid. Tanggal 21 – 24 Juli 2009 di Yogyakarta

Lasa, 2005. Manajemen Perpustakaan. Yogyakarta : Gama MediaSuwito dan Fauzan. 2005. Sejarah Sosial Pendidikan Islam. Jakarta : Penada

MediaTantowi, Ahmad. 2008. Pendidikan Islam di Era Transformasi Global.

Semarang : Pustaka Rizki PutraUmar, Nazaruddin. 2009. “Kebijakan Pemerintah Tentang Pengelolaan

Literatur Masjid”. Sambutan Dirjen Bimas Islam Departemen Agama pada Workshop Pengelolaan Literatur Masjid. Tanggal 21 – 24 Juli 2009 di Yogyakarta

________,Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan, Jakarta : Perpustakaan Nasional RI

Page 154: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

283Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Samidi Khalim, S.Ag., M.S.I., lahir di Semarang, 22 Agustus 1974. Ia menamatkan pendidikan S.1 di Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang tahun 1999 dan S.2 di Program Pascasarjana kampus yang sama lulus tahun 2008. Selain pendidikan formal ia juga pernah menjadi santri di Pondok Pesantren Miftahus Sa’adah Mijen Semarang dan Pon-dok Pesantren Padang Ati Tugu Semarang. Diklat yang pernah diikuti di antaranya Diklat Peneliti LIPI tahun 2007 dan Diklat Penelitian Naskah Keagamaan di Jakarta tahun 2008. Sekarang ia bekerja di Balai peneli-tian dan Pengembangan Agama Semarang. Bukunya yang berjudul Islam dan Spiritulitas Jawa diterbitkan oleh Penerbit Rasail tahun 2008.

Umi Masfiah, lahir di Banyumas, 18 Oktober 1975. Menyelesaikan pendi-dikan S1 pada fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang jurusan Tafsir Hadis lulus pada tahun 1999. Melanjutkan pendidikan pascasar-jana di institusi yang sama dengan mengambil jurusan Etika Islam/Ta-sawuf lulus tahun 2003. Sekarang menjabat sebagai Peneliti Pertama di Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang. Alamat tinggal di Perum Koveri Jl. Mega Raya 236, Beringin, Ngaliyan.

Drs. Mukhtaruddin lahir di Brebes, 6 Oktober 1954. Ia menyelesaikan pen-didikan S.1 di Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang tahun 1981. Ia pernah menimba ilmu pesantren Mabakan Tegal dari tahun 1970-1974. Sekarang ia menjadi Peneliti Madia di Balai Penelitian dan Pengemban-gan Agama Semarang.

JokoTri Haryanto, M.S.I. Lahir di kendal, 15 Juni 1975 menyelesaikan S.1 di Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang tahun 2001 dan S.2 di Program Pascasarjana IAIN Walisongo dengan konsentrasi Tasawuf/Etika Islam tahun 2008. Aktif di Lembaga Studi Etika Media dan Ma-syarakat (eLSEMM) Indonesia dan Lembaga Bimbingan dan Konsultasi Tasawuf (LEMBKOTA) Semarang. Sekarang bekerja di Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang Depag.

A.M. Wibowo, M.S.I adalah seorang peneliti pada Balai Litbang Agama Semarang. Laki-laki kelahiran Lampung Tengah 32 tahun silam ini telah menyelesaikan study S-2nya di IAIN Walisongo Semarang pada tahun 2009. Sebelum bekerja sebagai peneliti, ia pernah menjadi wartawan

BIODATA PENULIS

Page 155: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

284 Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

pada surat kabar Jawa Pos, Radar Kudus. Ketertarikan pada dunia pene-litian bermula saat ia bergabung pada organisasi pers kampus MISSI Fakultas Dakwah IAIN Walisongo. Hasil-hasil penelitiannya adalah yang telah diterbitkan antara lain: Realitas Pendidikan Agama di SLB, dan Transformasi Kehidupan Beragama Pemuda Pedesaan.

Dra. Marmiati Mawardi, dilahirkan di Boyolali tanggal 11 Juli 1956. Ia me-nyelesaikan studi S.1 di Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang tahun 1982, dan sekarang tengah menempuh S.2 di Jurusan Psikologi Universitas Katolik (UNIKA) Soegrijapranata Semarang. Kini ia sebagai Peneliti Madya di Balai Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Agama Semarang.

Drs. Wahab, lahir di Semarang, 13 Oktober 1958. Ia meraih gelar sarjana di Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang tahun 1985. Sekarang seb-agai Peneliti di Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang.

Drs. Mulyani Mudis Taruna, M.Pd., lahir di Brebes, 31 Januari 1967. Ia meraih gelar sarjana di Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, dan pendidikan S.2 diselesaikan di Jurusan PEP Universitas Negeri Yo-gyakarta. Di antara Diklat yang pernah diikuti adalah Program Latihan Peneliti Agama (PLPA) tahun 1997, 1999, dan 2002. Sekarang ia menjadi Peneliti Muda di Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang. Beberapa karya ilmiah yang telah dipublikasikan adalah: Pendidikan Multikultural: Sebuah Dialog dalam Pembelajaran Agama (Studi Kasus di SMA N 1 Jepara) dimuat dalam Jurnal Empirik Vol.1/2007 yang diter-bitkan oleh STAIN Kudus, dan Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada Madrasah Aliyah Negeri 1 Pontianak, dimuat di Jurnal Analisa Vol.XV/2008 oleh Balai Litbang Agama Semarang.

Dra. Yustiani S. lahir tanggal 23 Februari 1954. Pendidikan S.1 disele-saikannya di Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga tahun 1979. Di anta-ra diklat yang pernah diikutinya adalah Diklat Peningkatan Kemampuan Pendidikan Keagamaan (PKPK). Sekarang ini ia sebagai peneliti di Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang. Beberapa hasil pene-liannya adalah: Implementasi Manajemen Kurikulum pada Madrasah Diniyah Sirojut Thalibin Tamansari Madura; Tarekat Jalan Menuju Wushul kepada Allah; Pengandalian Muru Pendidikan dan Kinerja Ke-pala Madrasah Tsanawiyah Negeri, dan lain-lain.

Page 156: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

285Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009

Mustolehudin, S.Ag., S.P., dilahirkan di Kebumen 25 Mei 1974. Pendi-dikan yang pernah ditempuh adalah SDN Balingasal lulus tahun 1987, MTs GUPPI At Taqwa Pituruh Purworejo lulus tahun 1989 , MA Ter-sobo Kebumen lulus tahun 1992 , selanjutnya meneruskan pendidikan S 1 di IAIN Walisongo Fakultas Ushuluddin Jurusan Akidah Filsafat lulus tahun 1998. Mulai bekerja di Balai Litbang Agama Semarang pada ta-hun 2003, dan mendapat kesempatan Tugas Belajar S 1 Ganda Ilmu Per-pustakaan di Universitas Yarsi Jakarta dari Badan Litbang dan lulus pada tahun 2007. Saat ini mendapat tugas sebagai pengelola perpustakaan Ba-lai Litbang Agama Semarang.

Page 157: Analisa -   · PDF fileAjaran Syaikh Khusaeri Hikmatullah “Si Wali Kutub” Tentang Puasa di ... zikir, dan makrifat dalam ... menjalankan amalan-amalan yang bersifat sunah,

286 Jurnal “Analisa” Volume XVI, No. 02, Juli - Desember 2009