analisa stabilitas tubuh bendungan seulimeum kabupaten aceh ...
ANALISA STABILITAS TUBUH BENDUNGAN SEULIMEUM...
Transcript of ANALISA STABILITAS TUBUH BENDUNGAN SEULIMEUM...
ANALISA STABILITAS TUBUH BENDUNGAN SEULIMEUM
KABUPATEN ACEH BESAR NANGGROE ACEH DARUSSALAM
JURNAL ILMIAH
PERENCANAAN TEKNIK BANGUNAN AIR
Diajukan untuk memenuhi persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Teknik
Disusun Oleh:
NUGROHO KETHUT ANDRIANTOK
NIM. 115060400111061
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
MALANG
2016
ANALISA STABILITAS TUBUH BENDUNGAN SEULIMEUM KABUPATEN ACEH
BESAR NANGGROE ACEH DARUSSALAM
Nugroho Kethut Andriantok, Heri Suprijanto, Andre Primantyo H.
Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan Mayjen Haryono 167 Malang 65145 – Telp (0341)567886
e-mail: [email protected]
ABSTRAK Bendungan Seulimeum merupakan bendungan tipe urugan zonal inti tegak di tengah
yang akan dibangun di Krueng Seulimeum, Desa Gampong Jawe, Kecamatan Seulimeum,
Kabupaten Aceh Besar, dengan tujuan utama sebagai penyedia air irigasi, air baku, PLTMH,
dan pariwisata. Lokasi bendungan merupakan daerah yang termasuk dalam wilayah bahaya
gempa cukup tinggi.
Studi ini menganalisa kondisi geologi pondasi bendungan, distribusi tegangan vertikal
yang terjadi di pondasi, debit rembesan dan kemungkinan terangkutnya tanah oleh rembesan,
pemilihan material timbunan, penurunan pada zona inti bendungan, dan stabilitas lereng
bendungan. Hasil analisa menunjukkan kondisi batuan bersifat sedang sampai sangat lulus air,
sehingga perlu dilakukan perbaikan pondasi dengan cara sementasi, distribusi tegangan
vertikal yang terjadi pada pondasi pada kedalaman 2,50 m sebesar 506,490 kN/m2, debit
rembesan total yang lewat melalui tubuh dan pondasi bendungan sebesar 0,0005862 m3/dt,
faktor keamanan terhadap gejala didih atau sembulan pada pondasi dan tubuh bendungan
lebih besar dari 4 dengan pemasangan geomembrane, pemilihan material tubuh bendungan
meliputi sifat fisik dan mekanis berdasarkan kriteria, penurunan pada zona inti bendungan
sebesar 1,695 m ≈ 1,70 m atau sekitar 5,667% selama 33,658 tahun, stabilitas lereng berbagai
kondisi dengan beban gempa metode koefisien gempa termodifikasi dan koefisien gempa
terkoreksi, dalam kondisi aman.
Kata kunci: pondasi, rembesan, stabilitas lereng, bendungan urugan
ABSTRACT
Seulimeum Dam is a embankment dam with central core fill type dam which will be built
in Krueng Seulimeum, Gampong Jawe Village, Seulimeum Sub-District, Aceh Besar District,
with the main purpose as a provider of irrigation water, raw water, Micro Hydro Power, and
tourism. The dam location is an area that is included in quite high earthquake hazard.
This study also analyze geological condition of the dam foundation, the distribution of
vertical stress occurred in foundation, the seepage reed and transport of soil particles by
seepage, selection of material embankment, settlement on the core zone of dam, stability of
dam slope. The results of analysis shows condition of the rock is moderate to very permeable,
so it is important to repair the foundation with grouting, the distribution of vertical stress
occurred in the foundation at a depth 2,50 m at 506,490 kN/m2, total seepage passed through
the body and dam foundation at 0,0005862 m3/dt, the factor of safety against boiling or heave
in building foundation and on dam body is larger than 4 with installation geomembrane, the
selection of dam material included physically and mechanically according to criteria, the
decrease on center dam zone at 1,695 m ≈ 1,70 m or about 5,667% for 33,658 years, slope
stability against various condition with the earthquake load using modified and corrected
seismic coefficient method, in a safe condition.
Keywords: foundation, seepage, slope stability, embankment dam
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Salah satu bagian terpenting di dalam
kehidupan manusia adalah air. Seiring
dengan berjalannya waktu, penggunaan
air dalam memenuhi kebutuhan manusia
semakin bervariasi misalnya untuk air
domestik, irigasi, pembangkit listrik,
perikanan, industri, dan lain-lain.
Sehingga semakin lama, kebutuhan akan
air semakin meningkat sedangkan
persediaan air di bumi adalah tetap. Air di
bumi dalam siklus hidrologi hanya
mengalami perubahan wujud saja, tidak
bertambah dan tidak berkurang. Kondisi
iklim juga berpengaruh terhadap sirkulasi
air di bumi, seperti negara kita terletak di
garis khatulistiwa yang memiliki iklim
tropis dengan dua musim yaitu musim
kemarau dan musim hujan. Kondisi
tersebut menyebabkan jumlah air yang
tersedia ketika musim hujan lebih besar
dan berlimpah dibandingkan saat musim
kering atau kemarau tiba. Oleh karena itu,
perlu dilakukan usaha-usaha untuk
menampung air saat musim hujan dalam
sebuah tampungan raksasa.
1.2 Identifikasi Masalah Konstruksi bendungan direncanakan
mampu menahan gaya-gaya yang bekerja
dalam segala kondisi. Lokasi Bendungan
Seulimeum merupakan daerah yang
termasuk bahaya gempa cukup tinggi,
terbukti dengan kejadian bencana Gempa
dan Tsunami Aceh pada 24 Desember
2004 silam, maka untuk analisa
kesetabilan terhadap beban gempa
disesuaikan dengan standar perencanaan
infrastruktur tahan gempa.
Melihat banyaknya tujuan dan
kondisi daerah studi, maka perencanaan
teknis yang mendetail perlu dilakukan.
Antara lain mengenai kapasitas rembesan
pada pondasi dan tubuh bendungan,
kemungkinan terjadinya piping, serta
kesetabilan tubuh bendungan dalam
berbagai kondisi tinggi muka air dan
beban gempa.
1.3 Batasan Masalah
Terdapat beberapa batasan – batasan
dalam penelitian ini, yaitu :
1. Membahas kondisi geologi pondasi
bendungan.
2. Membahas tegangan yang terjadi
pada pondasi bendungan.
3. Membahas analisa rembesan dan
kemungkinan bahaya piping pada
tubuh bendungan.
4. Membahas pemilihan material tubuh
bendungan.
5. Membahas waktu dan besarnya
penurunan pada tubuh bendungan.
6. Membahas analisa stabilitas lereng
tubuh bendungan tanpa beban gempa
dan beban gempa secara manual.
7. Tidak membahas tentang masalah
hidrologi dan pola operasi waduk.
8. Tidak membahas manajemen
konstruksi.
9. Tidak membahas analisa kelayakan
ekonomi.
10. Tidak membahas AMDAL.
1.4 Rumusan Masalah Penelitian ini didasarkan pada
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi geologi pada
pondasi dan perlukah perbaikan
(treatment) pada pondasi Bendungan
Seulimeum?
2. Berapakah tegangan vertikal yang
terjadi pada pondasi Bendungan
Seulimeum?
3. Berapakah debit rembesan pada
tubuh dan pondasi Bendungan
Seulimeum?
4. Bagaimana potensi kemungkinan
piping pada Bendungan Seulimeum?
5. Bagaimana pemilihan material
timbunan tubuh bendungan?
6. Berapa lama waktu dan besarnya
penurunan yang terjadi pada zona
inti tubuh bendungan?
7. Berapa angka keamanan stabilitas
lereng pada Bendungan Seulimeum
saat kondisi tanpa beban gempa dan
dengan beban gempa menggunakan
cara koefisien gempa termodifikasi
dan terkoreksi?
1.5 Tujuan dan Manfaat Adapun tujuan dari studi ini adalah
untuk menganalisa stabilitas tubuh
Bendungan Seulimeum terhadap
tegangan vertikal yang terjadi di pondasi,
rembesan, potensi terjadinya piping,
penurunan (settlement) pada zona inti,
dan stabilitas lereng tubuh bendungan
dengan berbagai kondisi.
Sedangkan manfaat yang akan
didapat dari studi ini yaitu sebagai
masukan atau pembanding untuk
mengetahui tingkat keamanan dari tubuh
bendungan dalam berbagai macam
kondisi. Sehingga, didapatkan
perencanaan bendungan tipe urugan zonal
inti tegak yang aman.
II. TINJAUAN PUSTAKA Pondasi suatu bendungan harus
memenuhi beberapa syarat penting,
seperti mampu menahan beban tubuh
bendungan, menghambat aliran filtrasi,
dan mempunyai ketahanan terhadap
gejala piping. Menurut Soedibyo
(2003:305) untuk menentukan perlu
tidaknya sementasi pada pondasi
digunakan angka Lugeon.
Untuk mengetahui kemampuan
pondasi bendungan menahan beban dari
tubuh bendungan maka harus dihitung
tambahan tegangan vertikal akibat beban
menurut M. Das (1997:66) adalah :
z q
({
a b
a} 1 2 -
b
a 2) (1)
Atau
z q (2)
q h (3)
Dimana :
q = beban terbagi rata akibat timbunan
(kN/m2)
berat vo ume basah timbunan
(kN/m3)
h = tinggi timbunan (m)
z = tegangan vertikal yang terjadi pada
kedalaman z (kN/m2)
a = panjang lengan pada bidang miring
timbunan (m)
b = panjang lengan pada bidang datar
timbunan (m)
z = kedalaman tegangan vertikal pada
pondasi (m)
1 = sudut pengaruh kedalaman
berdasarkan panjang a (o)
2 = sudut pengaruh kedalaman
berdasarkan panjang b (o)
Secara umum bendungan urugan
biasanya membutuhkan bahan material
yang akan dipergunakan untuk zone-zone
peralihan dan zone-zone lulus air.
Material timbunan tubuh bendungan
urugan dibagi menjadi 4 (empat) yaitu :
zona kedap air, zona filter, zona transisi,
zona lulus air, dan rip-rap.
Analisa rembesan pada tubuh dan
pondasi bendungan dihitung
menggunakan kapasitas aliran filtrasi
dengan harga k yang telah dimodifisir
k’ menurut Craig (1989:55) :
k √kx kz (4)
Menurut Sosrodarsono dan Takeda
(1981:165) untuk memperkirakan
besarnya kapasitas filtrasi yang mengalir
melalui tubuh dan pondasi bendungan
yang didasarkan pada jaringan trayektori
aliran filtrasi, dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut :
f
d k (5)
Dimana :
Q = kapasitas rembesan total (m3/dt)
Nf = angka pembagi dari garis trayektori
aliran filtrasi
Nd = angka pembagi dari garis
equipotensial
k = koefisien filtrasi (m/dt)
H = tinggi muka air (m)
L = panjang profil memanjang
bendungan (m)
Menurut penelitian Harza (1935)
memberikan faktor keamanan bangunan
air terhadap bahaya piping, sebagai
berikut :
(6)
ic
w
s - 1
1 e (7)
ie h
(8)
Penimbunan ekstra diperlukan
sehubungan dengan terjadinya gejala
konsolidasi pada tubuh bendungan,
besarnya penurunan (settlement) tubuh
bendungan Δ segera sesudah
bendungan selesai dibangun dapat di
hitung dengan rumus :
1
2 x x 2x (9)
Dan waktu yang diperlukan untuk
konsolidasi 90%, adalah :
t90 90
2
v (10)
Perhitungan stabilitas lereng dengan
metode metode irisan (method of slice)
Fellenius, Menurut Sosrodarsono dan
Takeda (1981:141) Faktor keamanan dari
kemungkinan terjadinya longsoran dapat
diperoleh dengan menggunakan rumus
keseimbangan sebagai berikut :
Untuk faktor keamanan pada kondisi
normal (tanpa beban gempa)
∑ - tan
∑ (11)
Untuk faktor keamanan pada kondisi
gempa (dengan beban gempa)
∑ e tan
∑ e 12
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi Studi Waduk Krueng Seulimeum adalah
waduk yang direncanakan dibangun di
Krueng Seulimeum, lokasi bendungan
terletak diantara Desa Gampong Jawe
dengan Alue Gintung, Kecamatan
Seulimeum di Kabupaten Aceh Besar.
Ditinjau dari posisi geografis, lokasi studi
adalah termasuk dalam wilayah
Kabupaten Aceh Besar. Terletak pada
posisi antara 50 21’ 57’’ - 95
0 29’ 16”
BT dan 050 22’ 38’’ - 95
0 32’ 43’’
BT. Untuk menuju ke lokasi dapat
ditempuh dengan menggunakan
kendaraan roda empat ke lokasi pekerjaan
sejauh lebih kurang 60 km dari kota
Banda Aceh.
LOKASI
Gambar 1. Daerah Lokasi Studi Sumber : Google earth dan google maps
©2015
Struktur Geologi Berdasarkan Peta
Geologi Regional lembar Banda Aceh
yang dikeluarkan oleh P3G, Direktorat
Geologi di Bandung 198, adalah sebagai
berikut :
Gambar 2. Peta geologi regional
Diagram Alir Pengerjaan
Langkah – langkah pengerjaan dapat
dilihaat pada diagram alir berikut ini :
Gambar 3. Diagram Alir Pengerjaan Studi
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Geologi Daerah
Bendungan Seulimeum
Kondisi geologi dan sifat-sifat teknis
batuan pondasi calon bendungan utama
dapat diketahui dari hasil pemboran inti
dan pengujian in-situ (SPT dan Uji
Permeabilitas). Investigasi geologi pada
Bendungan Seulimeum secara khusus
dibagi menjadi 3 bagian, yaitu : up
stream dam, as dam, downstream dam.
Dengan kedalaman bor log pada as
bendungan 0 – 70,00 m maka diketahui :
Nilai RQD (Rock Quality Designation)
berdasarkan kedalaman :
Kedalaman 0 – 14 m, RQD = 0 %
Kedalaman 14 – 70 m, RQD = 100%
Nilai permeabilitas (k) berdasarkan
kedalaman 0,00 – 17,00 m merupakan
batuan Aluvial mempunyai nilai Lu =
31,24 – 13,90 atau nilai k > 1 x 10-4
sampai dengan 1 x 10-3
cm/det memiliki
sifat batuan agak lulus sampai sangat
lulus air.
a. Perbaikan Pondasi Bendungan
Seulimeum
Dari hasil investigasi geologi
tersebut maka pada pondasi bendungan
perlu dilakukan perbaikan dengan cara :
Sementasi tirai (curtain grouting)
tepat di As bendungan sebanyak tiga
baris untuk menambah kekedapan
dan daya dukung pondasi.
Sementasi konsolidasi (consolidation
grouting) di samping hulu dan hilir
sementasi tirai masing-masing dua
baris.
(concrete slab grouting, core trench
grouting) di bagian dasar pondasi.
4.2 Tegangan pada Pondasi
Bendungan Seulimeum
Jadi, penyelesaian dari perhitungan
tegangan vertikal adalah sebagai berikut :
Beban timbunan (q)
q h
dimana,
q = beban terbagi rata akibat timbunan
(kN/m2)
berat vo ume timbunan k /m3)
h = tinggi timbunan main dam = 30 m
sehingga dapat dihitung :
q h
= 30 . 17,210
= 516,300 kN/m2
Tegangan vertikal pada pondasi as
main dam dititik A pada kedalaman z
= 2,50 m
z q ( )
dimana,
z = tegangan vertikal yang terjadi pada
kedalaman z (kN/m2)
q = beban terbagi rata akibat timbunan
(kN/m2)
l1 = Nilai faktor pengaruh bagian kiri
l2 = Nilai faktor pengaruh bagian kanan
sehingga dapat dihitung :
n 1
({a b
a} 1 2
b
a 2)
- Pengaruh bagian kiri
1 = 15o = 15 x
2 3,14
360 = 0,261
2 = 72o = 72 x
2 3,14
360 = 1,256
z = 2,5 m
a = 94,00 m (bagian kiri)
b = 7,00 m (bagian kiri)
1 1
3,14({94,00 7,00
94,00} 0,261 1,256
7
94 1,256)
l1 = 0,489
- Pengaruh bagian kanan
1 = 18o = 18 x
2 3,14
360 = 0,314
2 = 69o = 69 x
2 3,14
360 = 1,203
z = 2,5 m
a = 75,00 m (bagian kanan)
b = 7,00 m (bagian kanan)
2 1
3,14({75,00 7,00
75,00} 0,314 1,203
7
75 1,203)
l2 = 0,492
- Jadi, tegangan vertikal yang terjadi
pada pondasi as main dam pada
kedalaman 2,50 m adalah sebagai
berikut :
z q ( )
= 516,300 (0,489 + 0,492)
= 506,490 kN/m2
4.3 Perhitungan garis Depresi dan
Kapasitas rembesan
a. Perhitungan pada kondisi NWL
Elevasi puncak bendungan = + 73,00 m
Elevasi muka air normal = + 67,00 m
Elevasi puncak bendungan = + 72,00 m
Elevasi dasar bendungan = + 43,00 m
Lebar dasar inti = 21,90 m
Untuk zona kedap air
h = 67,00 – 43,00 = 24,00 m
l1 = 7,70 m
l2 = 14,20 m
d = 0,3 l1 + l2
= 0,3 . 7,70 + 14,20
= 16,51 m
Maka didapatkan :
yo = √ – d
= √242 16,512 – 16,51
= 12,62 m
Parabola bentuk dasar didapatkan
dengan persamaan sebagai berikut :
y = √2yox yo2
= √2 12,62x 12,622
y = √25,24x 159,264
Dari persamaan tersebut diatas
didapatkan koordinat parabola sebagai
berikut :
Tabel 1. Koordinat parabola pada zona
kedap air kondisi NWL
x y
-6,310 0,000
0,000 12,620
5,000 16,890
10,000 20,290
Sumber : Hasil perhitungan
Bentuk dari parabola yang didapat
melalui perhitungan di atas bukanlah
garis depresi yang sesungguhnya. Masih
diperlukan penyesuaian, sehingga
menjadi bentuk garis depresi yang
sesungguhnya. Penyesuaian titik-titik
perpotongan dari parabola dasar ke garis
aliran sesungguhnya menurut Casagrande
adalah sebagai berikut :
= 116o
Δ = yo
1 - cos
Δ = 12,62
1 - cos 116
Δ = 12,62
1 - -0,438
Δ = 8,776 m
Dengan = 116o dari grafik
Casagrande didapatkan nilai C = 0,18
Δ = 0,18 . 8,776
= 1,579
= 8,776 – 1,579
= 7,197
Untuk zona lulus air
- k1 (koefisien permeabilitas inti kedap
air) = 5,610x10-10
m/det, nilai
tersebut merupakan koefisien
permeabilitas rata-rata dari hasil
sample yang ada pada borrow area.
- k2 (koefisien permeabilitas zona lulus
air) = 8,000x10-4
m/det.
- Dengan anggapan debit aliran
filtrasi konstan, maka :
Q = k1.yo.L = k2 . h2 . L, dan
dengan demikian harga h2 =
(k1/k2)y0 = (5,610x10-10
/8,000x10-
4).12,62 = 8,849x10
-6 m.
- Maka diperoleh koordinat
parabola bentuk dasar sebagai
berikut :
y = √2h2x h22
= √1,769x10-5x 7,830x10-11
Tabel 2. Koordinat parabola pada zona
lulus air kondisi NWL
x y
-4,426 x10-6
0,000
0,000 8,849x10-6
10,000 0,013
20,000 0,019
30,000 0,023
40,000 0,027
50,000 0,029
60,000 0,033
70,550 0,035
Sumber : Hasil perhitungan
b. Rembesan pada Bendungan
Maka, rembesan pada tubuh bendungan
dihitung :
Qf = f
p . k . h . L
= 8
11 . 5,610x10
-10 . 22 . 305,44
= 2,742x10-6
m3/dt
Jadi kapasitas rembesan yang terjadi pada
tubuh bendungan adalah sebesar
2,742x10-6
m3/dt
Maka, rembesan pada pondasi bendungan
dihitung :
k √kx kz
k √ 1,062x10 7
k = 2,481x10-7
Kapasitas rembesan pada pondasi
bendungan :
Qf = f
p . k . h . L
= 10,5
30 . 2,481x10
-7. 22 . 305,44
= 5,835x10-4
Jadi kapasitas rembesan yang terjadi pada
pondasi bendungan adalah sebesar
5,835x10-4
m3/dt
Debit rembesan total yang terjadi
pada bendungan adalah 2,742x10-6
m3/dt + 5,835x10
-4 m
3/dt = 5,862x10
-
4 m
3/dt = 0,0005862 m
3/dt
Dari perhitungan diatas dapat
disimpulkan bahwa debit rembesan
yang lewat melalui bendungan masih
aman yaitu 0,0005862 m3/dt <
0,0415 m3/dt (1 % dari debit rata-rata
Sungai Seulimeum).
4.4 Analisa Kemungkinan Gejala
Buluh (Piping)
a. Analisa Kemungkinan Gejala
Buluh (Piping) pada Tubuh
Bendungan
Persamaan yang digunakan untuk
mengetahui faktor aman terhadap piping
dengan menggunakan metode Harza,
karena pada analisa kondisi desain asli
tidak aman, maka perlu dilakukan
penanganan yaitu dengan menggunakan
geomembrane sebagai berikut :
ic
w
s 1
1 e
ic
w
2,640 1
1 0,860 0,882
h h
d
h 0,90
6 0,150
ie h
ie 0,150
2,001 0,075
0,882
0,075
SF = 11,760
SF lebih dari 4, kemungkinan tidak
terjadi bahaya piping dengan pemasangan
geomembrane.
b. Analisa Kemungkinan Gejala
Buluh (Piping) pada Pondasi
Bendungan
Perhitungan piping dapat dihitung dengan
persamaan :
h h
d
h 22,00
30 0,733
ie h
ie 0,733
1,610 0,455
Faktor aman didefinisikan sebagai gaya
ke bawah efektif dibagi dengan gaya
keatas efektif.
Gaya ke bawah efektif persatuan luas
(arah ke bawah)
Misal analisa piping ditinjau dititik A,
jadi z = 0,810 m
A’ = 0,810 ( sat – w) + 28,00 x n)
= 0,810 (17,09 – 9,81) + (28,00 x
20,00) = 5,897 + 560,000 = 565,897
kN/m2
Gaya ke atas efektif persatuan luas
(arah ke atas) = ie z w = 0,455 x 0,810
x 9,81 = 3,615 kN/m2
aktor aman aya ke bawah efektif
aya ke atas efektif
565,897
3,615
156,541
SF lebih dari 4, maka pondasi aman
terhadap bahaya piping.
4.5 Pemilihan Bahan dan Metode
Pemadatan Timbunan Tubuh
Bendungan
Dari hasil pemilihan material, maka
diperoleh spesifikasi :
a. Zona Inti
Jenis tanah timbunan inti adalah
lempung anorganik dengan
plastisitas tinggi (CH), Merupakan
campuran dari pasir (32,60%), lanau
(43,97%), dan lempung (23,43%).
b. Zona filter dan Transisi
Merupakan campuran dari kerikil
(10,45%), pasir (76,51%) dan
lanau+lempung (13,04%).
c. Zona Random
Merupakan batuan keras ukuran
bongkah, kerakal, kerikil, dan kadar
butiran halus harus sekecil mungkin.
d. Rip-rap
Diameter rata-rata batu 52,00 cm,
mampu menahan ombak dengan
tinggi antara 2,41 – 3,00 m.
Pemadatan tanah dilakukan
peralatan static roller, sedangkan tanah
pasir dan isian batuan dilakukan dengan
vibratory roller. Untuk standar
pemadatan dengan Proctor.
4.6 Penurunan (Settlement) pada Zona
Inti Tubuh Bendungan Seulimeum
Besarnya penurunan (settlement)
tubuh bendungan Δ segera sesudah
bendungan selesai dibangun dapat di
hitung dengan rumus :
1
2 182,715 x 1,721 x 302x 0,4
1,695 ≈ 1,70 m
Waktu yang diperlukan untuk konsolidasi
90% adalah sebagai berikut :
t90 90
2
v
0,848 3000
2
7,290x10 3
1046913580
360x24x3600 33,658 tahun
4.7 Analisa Stabilitas Lereng
Bendungan
a. Analisa stabilitas lereng metode
Fellenius kondisi tanpa gempa
Tabel 3. Fs lereng tanpa gempa
b. Analisis Stabilitas Bendungan
Urugan Akibat Beban Gempa
Cara Koefisien Gempa
Termodifikasi.
Ad = Z . Ac . v
= 1,20 . 330 . 1
= 396
perhitungan koefisien gempa
termodifikasi sebagai berikut :
396
981
= 0,404
= 0,404 . 0,5
= 0,202
Dalam analisis stabilitas ini
koefisien gempa pada kedalaman Y
dari puncak bendungan berbeda-
beda. Peninjauan dilakukan pada Y =
0,25H; 0,50H; 0,75H dan H.
Untuk Y/H = 0,25; K = Ko . (2,5 – 1,85 .
(Y/H)) = 0,202.(2,5 – 1,85 . 0,25) = 0,410
Untuk Y/H = 0,50; K = Ko . (2,0 – 0,60 .
(Y/H)) = 0,202.(2,0 – 0,60 . 0,50) = 0,340
Untuk Y/H = 0,75; K = Ko . (2,0 – 0,60 .
(Y/H)) = 0,202.(2,0 – 0,60 . 0,75) = 0,310
Untuk Y/H = 1,0 ; K = Ko . (2,0 – 0,60 .
(Y/H)) = 0,202.(2,0 – 0,60 . 1,0) = 0,280
1. Setelah Kontruksi (Empty ) 1,300 5,208 3,533 Aman
2. FWL (Flood Water Level ) 1,300 6,255 3,437 Aman
3. NWL (Normal Water Level ) 1,500 5,824 3,454 Aman
4. LWL (Low Water Level ) 1,300 5,027 3,461 Aman
5. Surut Cepat (Rapid drawdown ) 1,300 4,999 3,454 Aman
Sumber : Hasil Perhitungan
Tanpa Beban Gempa
KondisiNo.HilirHulu
Status
FS Hitung
FS Ijin
Tabel 4. Fs lereng hulu dengan beban
gempa termodifikasi
Tabel 5. Fs lereng hilir dengan beban
gempa termodifikasi
c. Analisis Stabilitas Bendungan
Urugan Akibat Beban Gempa
Cara Koefisien Gempa Terkoreksi.
Tabel 6. Fs lereng dengan beban gempa
terkoreksi
Ad = Z . Ac . v
= 1,20 . 330 . 1
= 396
396
981
= 0,404 . 0,7 = 0,283
d. Analisis Dengan Pertimbangan
Operating Basis Earthquake (OBE)
Menggunakan Peta Gempa 2010
dan 2004.
Dari fondasi batuan (SB) didapatkan
nilai FPGA = 1,0. Jadi besarnya
percepatan puncak di permukaan tanah
adalah :
K = K0 x 0,40 x 0,70 0,200
Tabel 7. Fs lereng dengan beban gempa
OBE peta 2010
Tabel 8. Fs lereng dengan beban gempa
OBE peta 2004
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa
perhitungan maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil investigasi kondisi geologi
dengan data boring log, dapat
diketahui bahwa kondisi pondasi
Bendungan Seulimeum adalah
sebagai berikut :
Dari hasil bor log, kedalaman
0,00 – 17,00 m merupakan batuan
Aluvial mempunyai nilai Lu =
31,24 – 13,90 atau nilai k > 1 x
10-4
sampai dengan 1 x 10-3
cm/det memiliki sifat batuan agak
lulus sampai sangat lulus air.
Dari data tersebut, maka perlu
dilakukan perbaikan pondasi
bendungan, yaitu dengan cara :
Sementasi tirai (curtain grouting)
tepat di As bendungan sebanyak
tiga baris.
Sementasi konsolidasi
(consolidation grouting) di
Dengan Beban Gempa Cara Koefisien Termodifikasi T = 5000 Tahun
Y/H =
0,25
Y/H =
0,50
Y/H =
0,75
Y/H =
1,00
K =
0,410
K =
0,340
K =
0,310
K =
0,280
1. Setelah Kontruksi (Empty ) 1,200 1,422 1,633 1,742 1,869 Aman
2. FWL (Flood Water Level ) 1,200 1,306 1,522 1,637 1,768 Aman
3. NWL (Normal Water Level ) 1,200 1,311 1,523 1,634 1,762 Aman
4. LWL (Low Water Level ) 1,200 1,310 1,509 1,613 1,731 Aman
5. Surut Cepat (Rapid drawdown ) 1,200 1,247 1,437 1,536 1,648 Aman
Sumber : Hasil Perhitungan
StatusNo. Kondisi FS Ijin
FS Hitung
Hulu
Dengan Beban Gempa Cara Koefisien Termodifikasi T = 5000 Tahun
Y/H =
0,25
Y/H =
0,50
Y/H =
0,75
Y/H =
1,00
K =
0,410
K =
0,340
K =
0,310
K =
0,280
1. Setelah Kontruksi (Empty ) 1,200 1,261 1,431 1,517 1,612 Aman
2. FWL (Flood Water Level ) 1,200 1,222 1,388 1,472 1,566 Aman
3. NWL (Normal Water Level ) 1,200 1,225 1,392 1,476 1,570 Aman
4. LWL (Low Water Level ) 1,200 1,226 1,394 1,478 1,572 Aman
5. Surut Cepat (Rapid drawdown ) 1,200 1,225 1,392 1,476 1,570 Aman
Sumber : Hasil Perhitungan
No. Kondisi FS Ijin
FS Hitung
Status
Hulu
Hulu Hilir
1. Setelah Kontruksi (Empty ) 1,200 1,853 1,602 Aman
2. FWL (Flood Water Level ) 1,200 1,755 1,556 Aman
3. NWL (Normal Water Level ) 1,200 1,748 1,560 Aman
4. LWL (Low Water Level ) 1,200 1,718 1,562 Aman
5. Surut Cepat (Rapid drawdown ) 1,200 1,636 1,560 Aman
Sumber : Hasil Perhitungan
Dengan Beban Gempa Cara Koefisien Gempa Terkoreksi T = 5000 Tahun
FS Hitung K = 0,283No. Kondisi FS Ijin Status
1. Setelah Kontruksi (Empty ) 1,200 2,297 1,930 Aman
2. FWL (Flood Water Level ) 1,200 2,242 1,876 Aman
3. NWL (Normal Water Level ) 1,200 2,216 1,882 Aman
4. LWL (Low Water Level ) 1,200 2,143 1,884 Aman
5. Surut Cepat (Rapid drawdown ) 1,200 2,041 1,882 Aman
Sumber : Hasil Perhitungan
Dengan Beban Gempa Cara Koefisien Gempa Terkoreksi T = 100 Tahun
No. Kondisi FS Ijin
FS Hitung K = 0,200
StatusHulu Hilir
1. Setelah Kontruksi (Empty ) 1,200 2,576 2,124 Aman
2. FWL (Flood Water Level ) 1,200 2,562 2,066 Aman
3. NWL (Normal Water Level ) 1,200 2,519 2,073 Aman
4. LWL (Low Water Level ) 1,200 2,411 2,075 Aman
5. Surut Cepat (Rapid drawdown ) 1,200 2,297 2,073 Aman
Sumber : Hasil Perhitungan
Dengan Beban Gempa Cara Koefisien Gempa Terkoreksi T = 100 Tahun
No. Kondisi FS Ijin
FS Hitung K = 0,162
StatusHulu Hilir
samping hulu dan hilir sementasi
tirai masing-masing dua baris.
Plat beton sementasi (concrete
slab grouting, core trench
grouting) di bagian dasar pondasi.
2. Distribusi tegangan vertikal yang
terjadi pada As Bendungan
Seulimeum, diketahui bahwa
tegangan vertikal yang terjadi pada
kedalaman 2,5 m adalah sebesar
506,490 kN/m2.
3. Analisa rembesan total pada tubuh
dan pondasi bendungan, diperoleh
debit rembesan yang lewat melalui
bendungan masih aman yaitu
0,0005862 m3/dt < 0,0415 m
3/dt (1
% dari debit rata-rata Sungai
Seulimeum).
4. Analisa bahaya piping dapat
diketahui bahwa :
Analisa piping pada tubuh
bendungan, Angka keamanan
11,760 > 4, kemungkinan tidak
terjadi bahaya piping dengan
pemasangan geomembrane pada
zona inti tubuh bendungan.
Analisa piping pada pondasi
bendungan, Angka keamanan
dengan perbaikan pondasi
156,541 > 4, maka pondasi
bendungan kemungkinan tidak
terjadi piping.
5. Pemilihan material tubuh bendungan
meliputi sifat fisik dan mekanis
berdasarkan kriteria yang ada.
6. Penurunan (settlement) pada bagian
zona inti Bendungan Seulimeum
ada ah sebesar 1,695 ≈ 1,70 m atau
sekitar 5,667% selama 33,658 tahun.
7. Analisa stabilitas lereng kondisi
tanpa beban gempa dalam kondisi
aman. Sedangkan analisa stabilitas
lereng dengan beban gempa metode
koefisien gempa termodifikasi dan
koefisien gempa terkoreksi, dalam
kondisi aman. Namun, nilai koefisien
gempa dengan metode termodifikasi
lebih besar dari pada metode
terkoreksi. Sehingga, untuk metode
koefisien gempa termodifikasi
menghasilkan angka keamanan yang
lebih kritis. analisa dengan
pertimbangan Operating Basis
Earthquake (OBE) menggunakan
peta gempa 2010 menghasilkan FS
lebih kecil dari pada peta gempa
2004.
5.2 Saran Saran yang dapat diberikan dalam
penelitian kali ini adalah :
- Dari hasil analisa bahaya piping pada
tubuh bendungan, kemungkinan
tidak ada potensi piping pada zona
inti tubuh bendungan dengan
pemasangan geomembrane. Jadi
direkomendasikan untuk dilakukan
pemasangan geomembrane pada
zona inti bagian hulu.
- Penelitian ini lebih menitikberatkan
pada analisis data sekunder, sehingga
perlu adanya data yang aktual untuk
menghasilkan analisis yang lebih
akurat dan optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2014. Laporan Geologi dan
Mekanika Tanah Bendungan
Seulimeum Kabupaten Aceh
Besar, Malang : PT. Wahana
Adya Konsultan.
Anonim. 2010. Peta Hazard Gempa
Indonesia 2010 sebagai Acuan
Dasar Perencanaan dan
Perancangan Infrastruktur,
Jakarta : Kementerian Pekerjaan
Umum.
Craig, R.F. 1989. Mekanika Tanah Edisi
Keempat, Jakarta : Erlangga.
Das, Braja M. 1997. Advanced Soil
Mechanics Second Edition,
Washington DC : Taylor and
Francis.
Hardiyatmo, Christady. 2003. Mekanika
Tanah II Edisi Ketiga,
Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Hardiyatmo, Christady. 2012. Mekanika
Tanah I Edisi Keenam,
Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Hardiyatmo, Christady. 2014. Mekanika
Tanah II Edisi Kelima,
Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Kirkaldie, Louis. 1988. Rock
Classification Systems for
Engineering Purposes,
Philadelphia : American Society
for Testing and Materials
(ASTM).
Najoan, Theo F. dan Carlina Soetjiono.
Pd T-14-2004-A. Analisis
Stabilitas Bendungan Tipe
Urugan Akibat Beban Gempa.
Badan Standarisasi Nasional.
Najoan, Theo F. dan Carlina Soetjiono.
RSNI T-01-2002. Tata Cara
Desain Tubuh Bendungan Tipe
Urugan. Badan Standarisasi
Nasional.
Najoan, Theo F. dan Carlina Soetjiono.
RSNI M-03-2002. Metode
Analisa Stabilitas Lereng Statik
Bendungan Tipe Urugan. Badan
Standarisasi Nasional.
Prawoto, Agus Pudji. RSNI T-10-2004.
Tata Cara Penentuan Gradasi
Bahan Filter Pelindung pada
Bendungan Tipe Urugan. Badan
Standarisasi Nasional.
Soedibyo. 2003. Teknik Bendungan
Cetakan Kedua, Jakarta : Pradya
Paramita.
Sosrodarsono, Suyono dan Takeda
Kensaku. 1981. Bendungan Type
Urugan Cetakan Ketiga, Jakarta :
Pradnya Paramita.