ANALISA SEDERHANA SIFAT FISIKA, BIOLOGI, DAN KIMIA TANAHMELALUI ANALISA LABORATORIUM

21
ANALISA SEDERHANA SIFAT FISIKA, BIOLOGI, DAN KIMIA TANAH MELALUI ANALISA LABORATORIUM Disusun Oleh : ARGHYA NARENDRA DIANASTYA (111510501105) (Mahasiswa Penerima Beasiswa Unggulan S-1 PS. Agroteknologi Fakultas Pertanian UNEJ) PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER 2011

Transcript of ANALISA SEDERHANA SIFAT FISIKA, BIOLOGI, DAN KIMIA TANAHMELALUI ANALISA LABORATORIUM

Page 1: ANALISA SEDERHANA SIFAT FISIKA, BIOLOGI, DAN KIMIA TANAHMELALUI ANALISA LABORATORIUM

ANALISA SEDERHANA SIFAT FISIKA, BIOLOGI, DAN KIMIA TANAH MELALUI ANALISA LABORATORIUM

Disusun Oleh :

ARGHYA NARENDRA DIANASTYA (111510501105)

(Mahasiswa Penerima Beasiswa Unggulan S-1 PS. Agroteknologi Fakultas

Pertanian UNEJ)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS JEMBER

2011

Page 2: ANALISA SEDERHANA SIFAT FISIKA, BIOLOGI, DAN KIMIA TANAHMELALUI ANALISA LABORATORIUM

Pemanfaatan Cairan pirolisis kayu (Wood Pyrolysis Liquids) sebagai Teknologi Tepat Guna Alternatif dalam Perlindungan Tanaman

Page 3: ANALISA SEDERHANA SIFAT FISIKA, BIOLOGI, DAN KIMIA TANAHMELALUI ANALISA LABORATORIUM

1. Latar Belakang

Penggunaan pestisida kimiawi secara umum telah memberikan suatu

dampak yang positif untuk menekan laju pertumbuhan hama dan penyakit

tanaman budidaya. Namun demikian, laporan ilmiah menunjukkan bahwa

penggunaan pestisida kiwiawi memberikan dampak buruk pada lingkungan dan

kesehatan. Pada tahun 1974, dua tahun setelah penggunaan DDT telah diketahui

munculnya strain serangga seperti lalat rumah yang resisten terhadap DDT. Saat

ini telah diketahui lebih dari 500 spesies serangga terutama serangga hama yang

telah resisten terhadap berbagai jenis atau kelompok inteksida

(http://ifoelmulk.wordpress.com).

Adanya isu lingkungan dan kesehatan membuat budaya kegiatan pertanian

kemudian bergeser kepada sebuah sistem yang bernama Pengendalian Hama

Terpadu. Pengendalian hama terpadu adalah sebuah kebijakan yang bertujuan

untuk mengurangi penggunaan pestisida yang beresiko pada kesehatan manusia

dan kesehatan lingkungan. Di Indonesia, berbagai tindak lanjut dari Instruksi

Presiden No.3/ 1986 pemerintah sejak tahun 1989 mulai menyelenggarakan

program pelatihan pengembangan dan pemasyarakatan PHT secara nasional

sebagai salah satu perwujudan dari pengembangan SDM (Sumber Daya Manusia).

Subsidi pestisida kemudian juga dicabut secara bertahap, sampai tahun 1989.

Dalam jangkauan 2 – 3 tahun pertama (1989-1992) direncanakan akan dilatih

1.000 PHP (Pengamat Hama dan Penyakit), 2.000 PPL (Penyuluh Pertanian

Lapangan) dan 100.000 petani (http://ifoelmulk.wordpress.com). Selain itu,

kesadaran politik pemerintah untuk melaksakan PHT ditegaskan dengan

dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 Tentang Budidaya

Tanaman yang menyebutkan bahwa perlindungan tanaman dilaksanakan dengan

sistem pengendalian hama terpadu. Kemudian dikeluarkan Peraturan Pemerintah

Nomor 6 Tahun 1995 Tentang Perlindungan Tanaman.

Konsep PHT yang merupakan wujud dari pembangunan berkelanjutan

yang berwawasan lingkungan (Untung, 1996). PHT adalah pengendalian hama

yang berusaha memaksimumkan keefektifan pengendalain alami dan

Page 4: ANALISA SEDERHANA SIFAT FISIKA, BIOLOGI, DAN KIMIA TANAHMELALUI ANALISA LABORATORIUM

pengendalian secara bercocok tanam, menggunakan penggendalian kimiawi hanya

bila diperlukan dengan mempertimbangkan konsekwensi ekologi, ekonomi,

teknologi dan sosial budaya (Triwidodo, 1997). Konsepsi dasar PHT adalah

peroses pengambilan keputusan (strategis, taktis, operational) agar pertanaman

yang diusahakan menghasilkan panen yang tinggi dan berkelanjutan, dengan

ongkos produksi rendah serta dengan resiko minimum terhadap produsen,

konsumen dan lingkungan pada saat budidaya berlangsung (jangka pendek)

maupun setelahnya (jangka panjang) (Rauf, 1997). Pada perinsipnya PHT adalah

kegiatan untuk meningkatkan vigor tanaman, menekan perkembangan populasi

OPT dan meningkatkan peran musuh alami dengan memadukan berbagai teknik

pengendalian secara kompetibel sehingga dapat diperoleh kuantitas dan kualitas

produksi yang obtimal secara berkelanjutan. Pengandalian secara terpadu tersebut

dapat dilakukandenggan beberapa cara seperti menggunakan pestisida organik

atau alami. Salah satu pestisida tersebut adalah pestisida yang diambil dari cairan

hasil pirolisis kayu bakar.

1.2 Gambaran Umum Wood Pyrolysis Liquid

Pestisida kimiawi yang secara konvensional digunakan perlahan diganti

dengan pestisida yang bahannya berasal dari alam dan bersifat alami. Pestisida

tersebut dikenal sebagai “teknologi alternatif dalam perlindungan tanaman”.

Permintaan teringgi akan adanya pestisida alami adalah untuk pertanian organik

yang pada beberapa tahun terakhir merupakan mode pertanian yang sedang

menjadi tren (Tiilikklala dkk, 2010).

Salah satu yang menjadi isu hangat untuk dijadikan pestisida alami adalah

pestisida yang berasal dari cairan hasil pirolisis kayu bakar. Penggunaan cairan

pirolisis sebagai pestisida telah dilakukan sejak dahulu kala. Dapat dikatakan juga

bahwa proses pirolisis kayu merupakan proses reaksi kimia yang dibuat oleh

manusia. Meskipun demikian, riset dan studi ilmiah mengenai cairan pirolisis

sebagai pestisida masih sedikit dilakukan.

Page 5: ANALISA SEDERHANA SIFAT FISIKA, BIOLOGI, DAN KIMIA TANAHMELALUI ANALISA LABORATORIUM

1.3 Proses Pembuatan Cairan Pirolisis

Pirolisis merupakan proses Pirolisis dekomposisi material organic dengan

panas tanpa mengandung oksigen dengan suhu sekitar 500 derajat Celcius. Proses

tersebut menghasilkan solid char (charcoal dan biochar), gas yang terkondensasi

dan mudah menguap, dan beberapa gas yang tidak mudah terkondensasi. Proses

pirolisis dapat berjalan dengan cepat atau lambat tergantung pengaturan yang

diinginkan. Ketika proses pirolisis itu berjalan dengan lambat, maka akan

terbentuk produk sampingan bernama Wood Vinegar, Pyroligneous Acid yang

berbentuk cair. Cairan tersebut didapat ketika gas atau vapour product

dikondensasikan (Tiilikklala dkk, Tanpa Tahun).

1.4 Senyawa Kimia yang Terkandung dalam Wood Vinegar atau Wood

Pyrolysis Liquid

Cairan hasil pirolisis memiliki beberapa karakteristik dalam hal komosisi

senyawa kimia yang dimiliki. Menurut beberapa sumber, dikatakan bahwa materi

organik yang terdapat pada Wood Vinegar / Cairan Pirolisis adalah methanol dan

acetic acid. Komponen yang lain adalah methyl acetone, acetaldehyde, allyl

alcohol, furan, furfural, formic, propionic, dan butyric acid (Tiilikklala dkk,

2010).

1.5 Manfaat Wood Vinegar atau Wood Pyrolysis Liquid di Bidang

Perlindungan Tanaman

1. Bahan Awetan Kayu

Wood Vinegar telah lama diketahui sebagai salah satu alat untuk

perlindungan tanaman dari hama dan penyakit untuk tanaman. Beberapa kajian

ilmiah menunjukkan bahwa Wood Vinegar dari bambu dan pohon berdaun lebar

teruji efektif untuk mencegah jamur parasit tanaman. Wood Vinegar juga

diketahu memiliki sifat anti-fungal dan antioksidan yang baik untuk melindungi

kayu industri dari kerusakan.

2. Fungisida

Page 6: ANALISA SEDERHANA SIFAT FISIKA, BIOLOGI, DAN KIMIA TANAHMELALUI ANALISA LABORATORIUM

Banyak publikasi yang menunjukkan bahwa Wood Vinegar dan Wood

Pyrolysis Liquid dapat digunakan sebagai fungisida. bahwa Wood Vinegar dan

Wood Pyrolysis Liquid yang terbuat dari kayu bambu dan kayu Eucalyptus efektif

dalam mengontrol jamur tergantung pada kadar phenol yang dimiliki (Tiilikklala

dkk, 2010).

Penggunaan bahwa Wood Vinegar dan Wood Pyrolysis Liquid dapat

secara efektif mengontrol pertumbuhan penyakit blight pada kentang yang

disebabkan oleh (Phytophhora infestans). Selain itu, juga diketahui bahwa

pyroligneous acid memberikan efek antifungal atau anti jamur pada beberapa

patogen tanaman (Tiilikklala dkk, 2010).

3. Repellent dan Insektisida

Penelitian dan riset menunjukkan bahwa Wood Vinegar dan Wood

Pyrolysis Liquid banyak digunakan oleh petani di Thailand sebagai pengusir

serangga dan insektisida. Sebuah penelitan yang dilakukan oleh Strong (1973)

menunjukkan bahwa pemberian minyak tar pada benih tanaman gandum dapat

memberikan efek repalan/repellent pada burung, tikus, dan serangga pemakan biji

gandum. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa pyroligneous acid juga

digunakan untuk mengontrol serangga pengganggu tanaman jagung. Beberapa

penelitan di Finlandia juga menyebutkan bahwa birch tar oil efektif untuk

mengusir siput (Arion lusitancus) dan siput (Aranta arbustorum). Di Yunani,

Wood Vinegar yang mengandung senyawa phenol mampu membunuh 95% telur

dari kutu tanaman (Myzus persicae) pada pemberian konsentrasi 1% (Tiilikklala

dkk, Tanpa Tahun).

4. Herbisida dan Pemicu Pertumbuhan Tanaman

Percobaan lapang sederhana mengindikasikan bahwa cairan pirolisis yang

dibuat dari kayu birch dapat mengontrol gulma berdaun lebar. Penelitian lain

juga mengatakan bahwa pemberian wood vinegar pada konsentrasi tinggi mampu

membunuh dan membuat mati sel-sel tanaman dan pada dosis kecil mampu

menstimulasi pertumbuhan tanaman.

Studi lapang di Cina menunjukkan bahwa wood vinegar yang terbuar dari

residu biomassa dapat digunakan sebagai pupuk yang dapat meningkatkan

Page 7: ANALISA SEDERHANA SIFAT FISIKA, BIOLOGI, DAN KIMIA TANAHMELALUI ANALISA LABORATORIUM

pertumbuhan tanaman dan meningkatkan hasil panen dari seledri. Wood vinegar

yang terbuat dari bambu juga secara umum dapat menstimulasi pertumbuhan

tanaman tergantung pada temperatur pyrolisis yang dikondisikan.Bahkan

beberapa penelitan ada yang mengklain penggunaan wood vinegar mampu

meningkatkan kesuburan tanah, memacu pertumbuhan tanaman, dan juga dapat

menghambat pertumbuhan tanaman (Tiilikklala dkk, 2010).

1.6 Toksisitas dari Cairan Pirolisis

Beberapa studi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa daya toksisitas

dari wood vinegar masih kurang diketahui karena belum banyak studi yang

meneliti. Selain itu, penelitian yang membandingakan efektifitas dari wood

vinegar dibanding dengan pestisida kimia masih belum banyak dilakukan

(Tiilikklala dkk, Tanpa Tahun).

1.7 Pasar Penjualan Wood Vinegar

Di Asia, penggunaan wood vinegar dan pasar wood vinegar sangat

beragam. Telah diketahui bahwa terdapat 128 wood vinegar produk yang dijual

on-line di Cina. Wood Vinegar juga menjamur di pasar Jepang, dan beberapa

negara Asia Tenggara sebagai pestisida alami (Tiilikklala dkk, 2010).

1.8 Analisis SWOT Pemanfaatan Vinegar Wood di Daerah Jember

Pada era ini, banyak sekali faktor yang mendukung adanya perkembangan

dari perlindungan tanaman secara alami. Salah satu perkembangan yang masih

memiliki prospek cerah di negara berkembang umumnya dan di daerah Jember

umumnya adalah mengembangkan wood vinegar sebagai pestisida. Faktor

lingkungan yang menjadi isu dan perhatian ketika menggunakan pestisida buatan

atau sintetis adalah salah satu faktor pendukungnya.

Penggunaan teknologi sederhana seperti pirolisis dapat dilihat sebagai

teknologi yang ramah lingkungan dan lebih “hijau”. Penggunaan wood vinegar

dari pirolisis kayu juga merupakan langkah yang ideal karena industri biochar

dan charcoal di dunia juga berkembang.

Page 8: ANALISA SEDERHANA SIFAT FISIKA, BIOLOGI, DAN KIMIA TANAHMELALUI ANALISA LABORATORIUM

Dalam melakukan analisis permasalahan terhadap pestisida nabati dari

bahan cairan pirolisis kayu bakar di Indonesia digunakan metode SWOT

(Strength, Weakness, Opportunity, and Treat). Secara internal akan dievaluasi

berbagai kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) yang kita miliki dan

hadapi selama ini. Secara eksternal akan dibahas berbagai peluang (opportunity)

yang terbuka dan ancaman (treath) yang sedang dihadapi pada perlindungan

tanaman menggunakan wood vinegar di daerah Jember dan Indonesia secara

umum.

No Indikator Keterangan

1 Strength Mudah Diurai dan RamahLingkungan

Harga Terjangkau

Peraturan Perundang-Undangan

Kesadaran Masyarakat

Teknologi PHT

Prasarana

2 Weakness Kondisi Sosial Budaya Petani

Minimnya Penelitian Tentang Wood Vinegar

SDM

3 Opportunity Sumber Daya Alam

Ekspor

Pasar Domestik

4 Treath Ancaman Iklim

Kelestarian Lingkungan

1. Kekuatan (Strength)

Mudah Diurai dan Ramah Lingkungan

Pestisida dari alam atau bahan nabati merupakan pestisida yang ramah

lingkungan dan bersifat biodegradable atau mudah diurai sehingga tidak merusak

lingkungan. Sehingga dapat dikatakan bahwa secara khusus wood vinegar

Page 9: ANALISA SEDERHANA SIFAT FISIKA, BIOLOGI, DAN KIMIA TANAHMELALUI ANALISA LABORATORIUM

mampu diterima di negara berkembang seperti Indonesia dan khususnya Jember

(Tiilikklala dkk, Tanpa Tahun).

Harga yang Terjangkau

Mayoritas petani di Indonesia masih berada di garis kemiskinan. Biaya

pestisida yang tidak disubsidi lagi sejak 1989 telah membuat sebagian petani tidak

mampu membeli pestisida. Adanya pestisida nabati atau alami yang bahan

dasarnya terdapat di alam dan dekat dengan kehidupan petani khusus nya vinegar

wood yang berbahan dasar kayu menjadikan pestisida nabati memiliki nilai

tambah ketimbang pestisida buatan (Tiilikklala dkk, Tanpa Tahun).

Peraturan Perundang-undangan

Legatimasi operasionalisasi untuk mengatur dan melaksanakan upaya

perlindungan tanaman menggunakan pestisida nabati semacam wood vinegar

harus didasari dengan peraturan hukum yang jelas dan mendukung. Hukum

tersebut telah tersirat pada UU No. 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya

Tanaman; Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1995 tentang Perlindungan

Tanaman.

Kesadaran Sebagian Masyarakat akan Produk Sehat dan Isu Lingkungan

Sebagian masyarakat Indonesia secara parsial telah mengerti tentang

bahaya pestisida buatan terhadap lingkungan dan kesehatan. Meningkatnya pasar

makanan organik dan bahan pangan organik menjadi salah satu indikator adanya

kesadaran masyarakat terhadap isu lingkungan dan kesehatan yang diakibatkan

oleh pestisida buatan. Kesadaran inilah yang membuat pemanfaatan pestisida

nabati semacam wood vinegar dari hasil pirolisis mampu diterima di masyarakat

tertentu sehingga memudahkan dalam pengembangan dan sosialisasi lebih lanjut.

Teknologi PHT

Sebagaian besar teknologi perlindungan tanaman saat ini sudah tersedia

baik dibiayai oleh pemerintah ataupun diprakarsai oleh perguruan tinggi swasta

dan perguruan tinggi negeri serta pada investor yang ingin menanamkan

modalnya. Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bidang perlindungan tanaman,

perguruan tinggi, lembaga penelitian, swasta maupun masyarakat lainnya telah

berjalan dan memiliki progres yang positif.

Page 10: ANALISA SEDERHANA SIFAT FISIKA, BIOLOGI, DAN KIMIA TANAHMELALUI ANALISA LABORATORIUM

Prasarana

Terdapat berbagai prasarana yang telah mendukung dan melancarkan

kegiatan perlindungan tanaman. Hal tersebut diketahui dengan bukti adanya pada

berbagai stakeholder perlindungan tanaman seperti Brigade Perlindungan

Tanaman, UPTD BPTPH, Laboratorium Agen Hayati, Koordinator PHP ditingkat

Kabupaten/Kota dan PHP di tingkat Kecamatan.

2. Kelemahan (Weakness)

Kondisi Petani (ekonomi, sosial, budaya)

Fenomena umum petani di daerah Jember dan sekitarnya yang dapat

menyebabkan kurang berhasilnya pengendalian OPT adalah kondisi sosial

ekonomi petani tanaman pangan yang rendah. Pada umumnya mempunyai skala

usaha yang kecil, masih subsistem, daya beli rendah untuk melaksanakan

pengendalian OPT secara alami dan hayati. Kebiasaan menggunakan pestisida

sintetis menjadi masalah tersendiri bagi berkembangnya tren kegiatan

perlindungan tanaman menggunakan bahan alami seperti wood vinegar

(Tiilikklala dkk, Tanpa Tahun).

Minimnya Penelitian Tentang Wood Vinegar sebagai Pestisida untuk

Perlindungan Tanaman

Beberapa studi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa daya toksisitas

dari wood vinegar masih kurang diketahui karena belum banyak studi yang

meneliti. Selain itu, penelitian yang membandingakan efektifitas dari wood

vinegar dibanding dengan pestisida kimia masih belum banyak dilakukan.

Permasalahan inilah yang menjadikan kendala sehingga preferensi masyarakat

masih tetep akan memilih pestisida kimia sintetis yang secara umum telah

terbukti keberhasilan dan keefektifannya.

Sumberdaya Manusia

Secara umum dapat dikatakan bahwa sumber daya manusia (SDM)

perlindungan tanaman dengan menggunakan wood vinegar atau pestisida alami

lain di tingkat provinsi Jawa Timur, kabupaten/kota Jember, dan kecamatan

Jember masih kurang, baik dari segi kualitasnya. Hal ini diantaranya didisebabkan

Page 11: ANALISA SEDERHANA SIFAT FISIKA, BIOLOGI, DAN KIMIA TANAHMELALUI ANALISA LABORATORIUM

oleh sistem pendidikan yang belum secara holistik mampu merubah mindset

individu untuk lebih sadar terhadap isu lingkungan dan bahaya pestisida.

Page 12: ANALISA SEDERHANA SIFAT FISIKA, BIOLOGI, DAN KIMIA TANAHMELALUI ANALISA LABORATORIUM

3. Peluang (Opportunity)

Sumberdaya Alam

Wilayah Jawa Timur umumnya dan Jember khususnya memiliki berbagai

variasi ekologi yang menyebabkan keanekaragaman hayati sangat tinggi, yang

menyimpan potensi flora maupun fauna yang dapat dimanfaatkan untuk

mendukung perlindungan tanaman secara berkelanjutan sesuai dengan konsep

PHT, salah satunya menggunakan pestisida nabati dan alami semacam wood

vinegar.

Ekpsor

Mengingat begitu diminatinya produk dari wood vinegar sebagai pestisida di

berbagai negara seperti Cina, Jepang, Thailand, Eropa dan Amerika Serikat, maka

potensi untuk industrialisasi pembuatan wood vinegar untuk ekspor sangat

memungkinkan. Hal tersebut juga dapat meningkatkan pendapatan perkapita

warga Jember khususnya.

Pasar Domestik

Kesadaran masyarakat kita akan bahan pangan yang sehat bebas pestisida

kimia saat ini juga mulai tumbuh dengan pesat. Pada berbagi supeprmarket telah

tersedia out let kuhusus yang menjuah produk-produk pertanian yang bebas

pestisida. Hal ini menjadi peluang bagi pengembangan system perlindungan

tanaman secara PHT yang menekankan pada penggunaan pestisida alami atau

nabati seperti wood vinegar.

4. Ancaman (Threath)

Fenomena (Anomali) Iklim

Posisi geografis Indonesia terletak di daerah tropis dan berada antara dua

benua dan dua samudera. Kondisi geografis inilah yang menyebabkan fenomena

(anomali) iklim, yaitu suatu penyimpangan dari keadaan normal. Salah satu gejala

anamali iklim yang berakibat fatal pada pertanian tanaman pangan adalah gejala

alam El Nino dan La Nina. Di Indonesia termasuk Jambi gejala El Nino dapat

mengakibatkan terjadinya kekeringan dan La Nina dapat mengakibatkan bencana

Page 13: ANALISA SEDERHANA SIFAT FISIKA, BIOLOGI, DAN KIMIA TANAHMELALUI ANALISA LABORATORIUM

banjir hingga menimbulkan kerugian jauh lebih besar di banding tahun normal.

Dampak fenomena iklim terhadap penurunan produksi pertanian tanaman pangan

merupakan resultante antara prubahan luas tanam dan panen dengan produktivitas.

Kekeringan dan banjir berdampak terhadap produksi melalui penurunan luas areal

panen, terjadinya serangan OPT yang kesemuanya bermuara pada terganggunya

pertumbuhan dan produktivitas tanaman.

Kelestarian Lingkungan

Kelestarian lingkungan merupakan modal beharga dalam penerapan PHT

sebagai bagian darri pembangunan pertanian berkelanjutan (sustainable

agriculture development). Namun kenyataan banyak proses pembangunan yang

mengabaikan kelestarian lingkungan. Dibidang perlindungan tanaman terlihat

bahwa penggunaan pestisida tetap tinggi bahkan ada kecendrungan meningkat.

Artinya petani masih mengandalkan pestisida dalam pengendalian OPT.

Pengunnan pestisida secara tidak bijak dapat menjadi kontra produktif dalam

pembanguan perlindungan tanaman, karena pestisida dapat merusak kelestarian

lingkungan dengan terbunuhnya musuh alami hama, terbunuhnya serangga

penyerbuk dan binatang berguna lainnya, mencemari lingkungan, menimbulkan

keracunan pada petani dan lingkungan, menimbulakan residu pada tanaman yang

dapat menurunkan kualitas produk pertanian.

1.9 Kesimpulan

Di masa depan, penggunaan pestisida sintetis akan semakin diatur secara

ketat mengingat bahaya yang ditimbulkan. Menurut analisis SWOT yang telah

dilakukan, terdapat kemungkinan akan adanya peningkatan permintaan akan

pestisida nabati dan alami. Berdasarkan bukti ilmiah bahwa pestisida alami seperti

wood vinegar tidak menimbulkan bahaya lingkungan karena sifatnya yang mudah

terdegradasi oleh alam. Pemanfaatan sumber daya alam perlu dimaksimalkan

mengingat bahan dasar untuk pembuatan vinegar wood adalah kayu yang secara

umum melimpah. Sosialisasi, riset, dan perubahan mindset harus terus menerus

dilakukan agar penggunaan pestisida nabati dapat dilakukan lebih holistik dan

mengena pada semua elemen masyarakat penggiat pertanian. Malah dapat

Page 14: ANALISA SEDERHANA SIFAT FISIKA, BIOLOGI, DAN KIMIA TANAHMELALUI ANALISA LABORATORIUM

dikatakan, prospek harga pestisida nabati atau alami yang lebih terjangkau karena

petani dapat membuatnnya sendiri menjadi faktor yang dapat menjadi nilai

tambah ketimbang pestisida buatan yang harganya lebih mahal.

Beberapa ekstraksi dari bahan alam mentah dapat digunakan sebagai

sumber molekul bioaktif. Pirolisis lambat yang menghasilkan vinegar wood

merupakan teknologi yang canggih dan lebih ramah lingkungan. Vinegar wood

dan tar sebagai produk sampingan dari pembuatan arang mebuat lebih mungkin

bagi petani untuk menggunakan dua bahan tersebut sebagai pestisida.

Page 15: ANALISA SEDERHANA SIFAT FISIKA, BIOLOGI, DAN KIMIA TANAHMELALUI ANALISA LABORATORIUM

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. http://ifoelmulk.wordpress.com/2011/12/04/pengendalian-hama-secara-terpadu/

Rauf, A. 1997. Konsepsi PHT. Makalah seminar Workshop Pemanfaatan Faktor Iklim dalam Menunjang Implementasi PHT. 26-28 Februari 1997. Direktorat Bina Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura.

(Tiilikklala, Kari dkk. 2010. History and Use of Wood Pyrolysis Liquids as Biocide and Plant Protetion Product. Journal Open Agriculture 4,111-118.

Tiilikklala, Kari dkk. (Tanpa Tahun). Use Botanical Pesticedes in Modern Plant Protection. Journal www.intechopen.com.

Triwidodo, H. & S. Wiyono. 1997. Modifikasi iklim mikro sebagai wahana pengelolaan hama tanaman. Makalah seminar Workshop Pemanfaatan Faktor Iklim dalam Menunjang Implementasi PHT. 26-28 Februari 1997. Direktorat Bina Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura.

Untung, K. 2006. Pengantar Pengendalian Hama Terpadu. Gajah Mada University Press.