ANALISA PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN WILAYAH … · Pada Citra Satelit Quickbird Tahun 2003 dan 2009...
Transcript of ANALISA PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN WILAYAH … · Pada Citra Satelit Quickbird Tahun 2003 dan 2009...
TEKNIK GEOMATIKA
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
2011
ANALISA PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN WILAYAH
SURABAYA BARAT MENGGUNAKAN CITRA SATELIT
QUICKBIRD TAHUN 2003 DAN 2009
Oleh:
Prenita S. Rianelly 3507 100 024
Dosen Pembimbing:
Dr.Ing. Ir. Teguh Hariyanto, MSc.
Inggit Lolita Sari, ST.
Pengembangan Kota Surabaya
Wilayah Surabaya Barat
Merupakan Daerah Dengan
Perubahan Lahan Yang
Cepat Dari Tahun Ke Tahun
Teknologi
Penginderaan Jauh
Untuk Mengamati dan
Menganalisa
Fenomena Perubahan
Tata Guna Lahan
Citra Satelit Quickbird
Mampu Menyajikan Data
Dengan Resolusi Hingga
61 cm Memudahkan Dalam
Mengkaji Perencanaan
Tata Ruang Kota Dan
Monitoring Penggunaan
Lahan
Analisa Perubahan Tata Guna
Lahan dan Evaluasi Terhadap
Rencana Detil Tata Ruang Kota
(RDTRK)
• Informasi Terkini Mengenai Kondisi Tata
Guna Lahan Di Wilayah Surabaya Barat
• Tingkat Kesesuaian Tata Guna Lahan Di
Wilayah Surabaya Barat Dengan
RDTRK, Sebagai Bahan Masukan Dan
Pertimbangan Dalam Mengambil
Kebijakan Tata Ruang Kota.
Perumusan Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kondisi perubahan tata
guna lahan yang terjadi di wilayah Surabaya Barat dengan cara membandingkan citra
satelit Quickbird tahun 2003 dan 2009.
Batasan Masalah Dalam Penelitian
a. Citra satelit yang digunakan adalah citra satelit Quickbird tahun 2003 dan 2009.
b. Daerah penelitian mencakup wilayah Surabaya Barat (Kecamatan Pakal, Benowo,
Asemrowo, Sukomanunggal, Tandes, Sambikerep dan Lakarsantri).
c. Analisa perubahan tata guna lahan dilakukan dengan melakukan overlay citra
Quickbird tahun 2003 dan 2009 yang sudah terklasifikasi.
d. Melakukan evaluasi kesesuaian tata guna lahan wilayah Surabaya Barat tahun
2003 dan 2009 terhadap Rencana Detil Tata Ruang Kota (RDTRK) Surabaya tahun
2002 wilayah Surabaya Barat.
Wilayah Surabaya Barat Terbagi
Menjadi:
a. Kecamatan Pakal dan Benowo
dengan luas wilayah 4.579,25
ha.
b. Kecamatan Asemrowo dengan
luas wilayah 1.544,10 ha.
c. Kecamatan Tandes, dengan
luas wilayah 1.106,72 ha.
d. Kecamatan Sukomanunggal
dengan luas wilayah 922,97 ha.
e. Kecamatan Lakarsantri dan
Sambikerep dengan luas
wilayah 3.647,91 ha.
(Badan Pertanahan Nasional
(BPN), 2001).
a. Citra satelit Quickbird wilayah Surabaya Barat tanggal perekaman 1
Oktober 2003 dan 12 September 2009.
b. Peta garis Kota Surabaya hasil foto udara skala 1:5000 tahun 2002/2003
produk dari Dinas Tata Kota Surabaya.
c. Rencana Detil Tata Ruang Kota (RDTRK) Surabaya tahun 2002 wilayah
Surabaya Barat (Kecamatan Pakal, Benowo, Asemrowo, Tandes,
Sukomanunggal, Sambikerep dan Lakarsantri).
Identifikasi
Masalah
Penyusunan
Laporan
Tahap
Persiapan
Tahap
Pengolahan
dan Analisa
Tahap Akhir
Analisa
Pengolahan
Data
Studi LiteraturPengumpulan
Data
Citra Satelit
Quickbird
Tahun 2003
Citra Satelit
Quickbird
Tahun 2009
Peta Garis Kota
Surabaya Skala
1:5.000 Tahun 2002/
2003 (TM3º)
Transformasi Koordinat
TM3º ke UTM
Peta Garis Kota
Surabaya 1:5000
Tahun 2002/2003
(UTM)
Koreksi Geometrik Koreksi Geometrik
RMS Error ≤ 1
piksel RMS Error ≤ 1
piksel
Cropping Cropping
Editing
Peta Garis
Surabaya Barat
Tahun 2002/2003
skala 1:5000
(UTM)
Penajaman Citra Penajaman Citra
Interpretasi Visual Interpretasi Visual
Validasi Hasil Uji Ketelitian
≥ 80%
Ground Truth
Peta Tata
Guna Lahan
Tahun 2003
Peta Tata
Guna Lahan
Tahun 2009
Ya
Ya
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Tidak Tidak
Citra Terklasifikasi Citra Terklasifikasi
1. Pada Citra Satelit Quickbird Tahun 2003 dan 2009 Dilakukan Koreksi Geometrik.
2. Pemotongan Citra Dilakukan untuk Mendapatkan Daerah Penelitian.
3. Penajaman Citra.
4. Penginterpretasian Citra Menggunakan Metode Interpretasi Secara Visual.
Berikut Adalah Klasifikasi yang Dihasilkan dari Interpretasi Visual pada Citra
Quickbird Tahun 2003 dan 2009:
5. Validasi Hasil Dilakukan Pada Hasil Klasifikasi Citra Quickbird Tahun 2003
Menggunakan Acuan Peta Garis Kota Surabaya Tahun 2002/2003 Produk Dinas
Tata Kota Surabaya.
6. Ground truth.
7. Uji Ketelitian Interpretasi.
Overlay Overlay
Analisa Perubahan
Tata Guna Lahan
Evaluasi Kesesuaian Tata
Guna Lahan Tahun 2009
dengan RDTRK Surabaya
Tahun 2002
Peta Tata
Guna Lahan
Tahun 2003
Peta Tata
Guna Lahan
Tahun 2009
Peta RDTRK
Surabaya
Tahun 2002
Evaluasi Kesesuaian Tata Guna
Tahun 2003 dengan RDTRK
Surabaya Tahun 2002
Overlay
Kondisi Tata Guna Lahan Wilayah Surabaya Barat
Perubahan Tata Guna Lahan Wilayah Surabaya Barat
Analisa Perubahan Tata Guna Lahan
Pola Pemanfaatan Ruang RDTRK
Penggunaan Lahan Terhadap Pembagian Fungsi Lahan
Kesesuaian Tata Guna Lahan Terhadap RDTRK
Evauasi Kesesuaian Tata Guna Lahan Terhadap RDTRK
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
Lu
as (h
a)
Kondisi Tata Guna Lahan Wilayah Surabaya Barat Tahun 2003
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
Kondisi Tata Guna Lahan Wilayah Surabaya Barat Tahun 2009
Perubahan Tata Guna Lahan Wilayah Surabaya Barat
Tahun 2003-2009
0
50
100
150
200
250
300
Pakal dan Benowo
Asemrowo Tandes Sukomanunggal Sambikerep dan Lakarsantri
Luas (Ha)
Perdagangan dan Jasa
Dari keseluruhan wilayah Surabaya Barat, kecamatan yang
mengalami perubahan tata guna lahan paling signfikan
adalah kecamatan Sambikerep dan Lakarsantri seluas
610,960 ha dengan perubahan terbesar pada sektor
perdagangan dan jasa seluas 279,247 ha dari keseluruhan
luas kecamatan.
Analisa Perubahan Tata Guna Lahan
TAMBAK
RAWA KOLAM BOEZEM EMPANG
RTH, TAMAN, SEMPADAN SUNGAI, JALUR HIJAU, TANAH KOSONG, SEMAK,LADANGPEMUKIMAN
INDUSTRI DAN PERGUDANGAN
PERDAGANGAN DAN JASA
LAPANGAN GOLF
FASILITAS UMUM
KONSERVASI
DLL
12,92%
40,07%
6,30% 9,80%1,88%
2,13%1,40%
4,39%
1,11%
Pola Pemanfaatan Ruang RDTRK
Luas penggunaan lahan sebagai pemukiman masih
tergolong rendah, yaitu 8,32% pada tahun 2003 dan
10,38% pada tahun 2009, atau hanya meningkat sebesar
2,06% dalam kurun waktu 7 tahun apabila dibandingkan
dengan luas pembagian fungsi lahan pada RDTRK,
dimana luas penggunaan lahan sebagai pemukiman
seharusnya mencapai 40,07% dari keseluruhan luas
wilayah Surabaya Barat.
Penggunaan Lahan Terhadap Pembagian Fungsi Lahan RDTRK
Tingkat Kesesuaian Tata Guna Lahan Per-Kecamatan Tahun 2003-
2009 Terhadap RDTRK
0
10
20
30
40
50
60
Pakal dan Benowo
Asemrowo Sukomanunggal Tandes Sambikerep dan Lakarsantri
Tahun 2003
Tahun 2009
Luas (%)
Tingkat Ketidaksesuaian Tata Guna Lahan Per-Kecamatan Tahun
2003-2009 Terhadap RDTRK
0
10
20
30
40
50
60
Pakal dan Benowo
Asemrowo Tandes Sukomanunggal Sambikerep dan Lakarsantri
Tahun 2003
Tahun 2009
Luas (%)
Luas Lahan Belum Dimanfaatkan Per-Kecamatan Tahun 2003-2009
Terhadap RDTRK
0
10
20
30
40
50
60
Pakal dan Benowo
Asemrowo Tandes Sukomanunggal Sambikerep dan Lakarsantri
Tahun 2003
Tahun 2009
Luas (%)
Kesesuaian Tata Guna Lahan Wilayah Surabaya Barat Tahun 2003
dan 2009 Terhadap RDTRK
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Sesuai Tidak Sesuai Belum Dimanfaatkan
Tahun 2003
Tahun 2009
Luas (%)
Perubahan tata guna lahan yang
signifikan terjadi pada sektor
perdagangan dan jasa yang
bertambah seluas 589,556 Ha
(5,00%), lokasi perubahan
terbesar di Kecamatan
Sambikerep dan Lakarsantri,
seluas 279,247 ha.
Kecamatan yang mengalami
perubahan tata guna lahan paling
signfikan adalah kecamatan
Sambikerep dan Lakarsantri
seluas 610,960 ha dengan
perubahan terbesar pada sektor
perdagangan dan jasa seluas
279,247 ha .
Sebaiknya pengembangan
penggunaan lahan sebagai
pemukiman lebih ditingkatkan.
Hal ini dikarenakan luas
penggunaan lahan hanya
meningkat sebesar 2,06% dalam
kurun waktu 7 tahun.
Berdasarkan nilai kesesuaian tata guna lahan
wilayah Surabaya Barat dari tahun 2003
sampai dengan 2009 secara keseluruhan,
tingkat kesesuaian tata guna lahan dengan
RDTRK tergolong rendah, walaupun terdapat
peningkatan yaitu 31,91% pada tahun 2003
menjadi 38,59% pada tahun 2009. Namun
demikian, dapat dikatakan bahwa
pembangunan di Surabaya Barat masih
konsisten dengan RDTRK.
• Pada proses interpretasi visual, sebaiknya dilakukan persamaan persepsi terhadap penilaian suatu obyek untuk mempermudah proses klasifikasi.
• Sebaiknya menggunakan citra satelit dengan tanggal dan bulan perekaman yang sama untuk meminimalisir kesalahan interpretasi obyek, selain itu penggunaan citra satelit dengan tahun yang terbaru dapat memaksimalkan hasil analisa dan mempermudah groundtruth di lapangan.
• Lebih mengoptimalkan pembangunan, lahan pemukiman karena dalam kurun waktu 7 tahun pembangunan pemukiman belum berkembang seperti yang direncanakan dalam Rencana Detil Tata Ruang Kota (RDTRK) Surabaya.
• Perlu dibangun koordinasi setiap pihak yang terkait, dalam hal ini Dinas Tata Kota, (BAPPEKO) dan BadanPertanahan Nasional (BPN) untukmeminimalisir penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan RDTRK.