Analisa Persepsi Dampak Program Rehabilitasi Bencana
description
Transcript of Analisa Persepsi Dampak Program Rehabilitasi Bencana
-
1
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Undang-undang no 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, memandatkan setiap
perencanaan untuk memperhatikan aspek pengurangan risiko bencana dan pembangunan yang
berkelanjutan. Pada tataran operasional yaitu perencanaan rehabilitasi dan rekonstruksi paska
bencana perencana dituntut untuk dapat menangkap aspek kebutuhan kelompok sasaran secara
menyeluruh baik kebutuhan fisik, ekonomi maupun sosial, serta bertujuan untuk membangun
masyarakat Indonesia yang memiliki ketangguhan dan menghadapi bahaya bencana yang akan
datang. Maka perencanaan rehabilitas dan rekonstruksi paska bencana harus memuat seluruh aspek
tersebut dan melaksanakan secara menyeluruh dan terpadu, sehingga penyelesaian satu persoalan
tidak menimbulkan satu permasalahan yang lain. Disamping itu penting untuk digarisbawahi yaitu
bahwa perencanaan apapun itu tidak boleh menimbulkan efek samping yaitu munculnya
marginalisasi dan pelanggaran hak asasi manusia. Sangat disayangkan pula jika perencaan
pembangunan dalam rehabilitasi dan rekonstruksi itu justru terjebak sebagai alat untuk mencapai
tujuan yang satu dengan mengabaikan asas pemerataan, keadilan dan hak asasi manusia.
Substansi demokrasi adalah kebebasan untuk memilih. Asas itu pula yang dipakai oleh
seluruh lembaga kemanusiaan dunia sebagai asas dalam operasional kemanusiaan. Dalam asas
tersebut terkandung makna bahwa lembaga kemanusiaan dilarang memaksakan kehendak kepada
korban bencana, namun harus tetap memperhatikan pemenuhan hak-hak sebagai korban bencana.
Perencanaan penanggulangan bencana dalam Rehabilitasi dan Rekonstruksi sangat kental dengan
merupakan progran untuk kemanusiaan. Tentunya hal itu jauh dari kepentingan-kepentingan
-
2
individu, kelompok, lebih-lebih kepentingan politik. Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi pasa
bencana sangat menjunjung tinggi aspek-aspek yang tercantum dalam Piagam Kemanusiaan
(Humanitarian Charter) dan Prinsip-Prinsip Bantuan Bemanusiaan (Humanitarian Aid
Principles), oleh karena itu Perencanaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi tidak boleh
memarginalkan kelompok sasaran tertentu dengan alasan apapun ataupun untuk kepentingan
tujuan program itu sendiri.
Dalam program relokasi masyarakat Dusun Gempol, Kelurahan Jumoyo, Kabupaten
Magelang, Jawa Tengah, ada sekelompok yang menerima relokasi dan ada kelompok masyarakat
yang menolak direlokasi. Bagi yang menerima relokasi mendapatkan program-program
pembinaan dan keterampilan dalam program Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Erupsi dan Banjir
Lahar Dingin Merapi, sementara bagi masyarakat yang menolak direlokasi tidak mendapatkan
program apapun dari pemerintah, artinya termarginalkan. Hak untuk mendapatkan perlakuan
setara, adil dan merata dalam bantuan kemanusiaan tidak mereka peroleh, hanya karena mereka
tidak mau direlokasi.
Karena bencana maka hasil-hasil pembangunan rusak dan fungsi pemerintah terganggu,
karena bencana pula pelaksanaan pembangunan menjadi terkendala, karena sumber daya baik
manusia maupun finansial tersedot untuk mengatasi kerusakan-kerusakan yang terjadi baik
manusia, fisik, sosial, ekonomi dan lingkungan, namun begitu dikarenakan bencana pula maka
timbulah pembangunan. Pembangunan untuk penanggulangan bencana sifatnya darurat dalam
rentang waktu yang sangat pendek, antara 1 sampai dengan 3 tahun. Pembangunan dalam situasi
darurat seperti itu bertujuan untuk memulihkan kembali situasi dan kondisi baik fisik, non fisik,
sosial, ekonomi dan lingkungan serta meningkatkan ketangguhan masyarakat dan fisik terhadap
ancaman bencana di masa depan. Perencanaan pembangunan dengan sifat seperti itu biasa
-
3
dimasukkan dalam perencanaan rehabilitasi dan rekonstruksi yang dilakukan setelah masa tanggap
darurat selesai.
Hasil pembangunan harus bisa diukur secara jelas apakah sesuai dengan tujuan
perencanaan atau tidak. Dampak pembangunan atau outcome apakah dapat memberi manfaat
positif justru malah berdampak negatif pada masyarakat. Untuk melihat hasil maupun dampak
tersebut perlu adanya langkah evaluasi. Evaluasi dilakukan untuk melihat apakah tujuan program
pembangunan sesuai dengan perencanaan atau tidak, juga untuk melihat kekurangan dan kelebihan
dan faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi capaian tersebut.
Langkah evaluasi memerlukan waktu panjang dan sumberdaya yang tidak sedikit. Namun
langkah evaluasi dapat diawali dengan mengetahui persepsi masyarakat terhadap progam yang
dirasakan. Dalam tesis ini, penulis akan melakukan kajian persepsi masyarakat korban banjir lahar
dingin erupsi Merapi terhadap program relokasi bagi warga Dusun Gempol, Kelurahan Jomoyo,
Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, di area relokasi dan di area Kawasan Rawan Bencana
III di Dusun Gempol.
Letusan gunung Merapi Oktober 2010 telah menimbulkan dampak kerugian berupa adanya
korban jiwa dan kerusakan fisik baik perumahan, pemukiman, sarana dan prasarana sosial dan
umum. Kerugian dan kerusakan besar dialami di empat kabupaten yaitu Magelang, Boyolali,
Klaten di propinsi Jawa Tengah dan Sleman di propinsi DIY.
Berdasarkan data laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana menyatakan bahwa
total kerugian dan kerusakan fisik akibat erupsi Merapi mencapai Rp. 7,3 Trilyun dampak terbesar
adalah di sektor lingkungan mencapai Rp. 3,39 Trilyun, sektor ekonomi mencapai Rp. 2,63 Trilyun
dan sektor lain mencapai 1,28 Trilyun. Untuk menangani dampak bencana tersebut pemerintah
-
4
mengeluarkan dana sangat besar untuk rehabilitasi dan rekonstruksi fisik yang telah rusak.
Kebutuhan rehabilitasi dan rekonstruksi di Jateng mencapai Rp. 778 milyar.
Erupsi Merapi 2010 menghasilkan material 140 juta meter kubik. Diproyeksikan ancaman
banjir lahar dingin akan berlangsung selama 3-4 tahun, artinya masyarakat di sepanjang sungai
rawan banjir lahar dingin akan tetap menghadapi ancaman banjir lahar dingin hingga tahun 2015.
Di Jawa Tengah dampak banjir lahar dingin lebih besar. Tercatat 4 orang meninggal dunia dan
168 orang luka. Di Magelang terdapat 3.452 orang mengungsi, tersebar di 13 lokasi di 6 kecamatan
yaitu Kecamatan Muntilan, Salam, Mungkit, Ngluwar, Srumbung dan Sawangan. Kerusakan
rumah mencapai 721 unit dimana 129 unit hanyut, 307 unit rusak berat, 129 rusak sedang dan 156
rusak ringan.
Berdasar pada berita Kompas.com (2011), banjir lahar dingin yang mengalir melewati
Sungai Kaliputih di Kabupaten Magelang, menimbulkan kerugian besar bagi warga masyarakat
yang terkena hempasan banjir lahar dingin Kaliputih. Diantaranya adalah warga masyarakat di
kawasan Dusun Gempol Kelurahan Jumoyo. Ketika Belanda membelokkan aliran Kali Putih,
sungai kecil yang berhulu ke puncak Gunung Merapi, itu dianggap tak berbahaya. Namanya
bahkan tak muncul dalam rekam jejak erupsi Merapi tahun 1768-1969. Kini, Kali Putih menjadi
fenomenal setelah lahar dingin yang dialirkannya berkali-kali memutus Jalan Magelang-
Yogyakarta. Selain mengganggu urat nadi sosial ekonomi lintas Provinsi Jawa Tengah-DI
Yogyakarta, luberan material vulkanik dari Kali Putih, di Desa Jumoyo, Kecamatan Salam,
Kabupaten Magelang, Jawa Tengah (Jateng), tersebut juga menghancurkan rumah-rumah
penduduk di Dusun Gempol, Desa Jumoyo.
Hingga 26 Januari 2011, luberan lahar dingin dari Kali Putih sudah menghanyutkan 104
rumah serta menyebabkan 149 rumah rusak berat, 98 rumah rusak sedang, dan 22 rumah terancam
-
5
rusak. Akibatnya, 4.993 warga terpaksa menempati 14 lokasi pengungsian. Material sisa erupsi
Merapi berupa pasir serta batu berukuran sebesar truk meluap, mencari jalan pintas menerabas
jalan utama Magelang-Yogyakarta. Aliran lahar dingin itu menolak tunduk menyusuri aliran
yang dibelokkan ke utara, 200-300 meter, hingga menyatu dengan aliran Kali Druju.
Gambar 1-1. Terjangan banjir lahar dingin Di
Dusun Gempol, Kelurahan Jumoyo
Januari 2011.
Sumber: : http://store.tempo.co/foto/detail
Gambar 1-2. Terjangan banjir lahae dingin pada sarana
umum Pasar Gempol, Januari 2011
Sumber: Antara/ Anis Efizudin. http://
noenkcahyana.blogspot.com/2011/01/kedasyatan-
lahar-dingin-merapi.html
Guna mendukung penanganan dampak banjir lahar dingin, BNPB melakukan rehabilitasi
dan rekonstruksi dampak erupsi dan banjir lahar dingin Merapi dengan melakukan perbaikan
darurat normalisasi sungai, pembersihan, pengerukan intake saluran, perbaikan dam, tanggul di
Kali Putih, Kali Krasak, Kali Batang, Selokan Mataram, Kali Bawang, Kali Kuning dan Kali
Gendol, juga untuk bidang sumber daya air dan bina Marga.
Dusun Gempol yang telah luluh lantak dan tidak bisa ditempati lagi dalam waktu dekat.
Pemerintah mempertimbangkan adanya bahaya ancaman banjir lahar dingin dimasa depan,
akhirnya menetapkan kawasan Dusun Gempol sebagai Kawasan Rawan Bencana III (KRB III).
Kemudian merencanakan untuk melakukan relokasi bagi warga Dusun Gempol keseluruhan.
JL. Jogja-Magelang KM 23
Dusun Gempol
Kios-kios
-
6
Relokasi telah menjadi salah satu program dalam Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi
korban bencana di Jawa Tengah tentang relokasi warga dan telah ditetapkan berdasarkan surat
Ketetapan Gubernur Jateng No 360/18319 tertanggal 20-9-2012 tentang relokasi warga di
Kabupaten Klaten dan Magelang.
Di Kabupaten Magelang dari 746 kk masyarakat di KRB III, yang menerima relokasi
sebanyak 581 kk, sedangkan yang 165 KK menolak relokasi. Mereka yang menolak relokasi
adalah warga yang tinggal di Dusun Gempol, Desa Jumoyo. Menurut kajian dilapangan bahwa
masyarakat Dusun Gempol kini terpisah menjadi dua kelompok yaitu kelompok yang menolak
relokasi dan kelompok yang menerima relokasi.
Terpisahnya menjadi dua kelompok menimbulkan permasalahan tidak harmonisnya
kehidupan sosial kemasyarakatan pada warga. Warga yang menerima relokasi sulit mendapat
kesempatan bekerja di kawasan Dusun Gempol, sedangkan warga masyarakat yang menolak
direlokasi dan memilih tinggal di kawasn Dusun Gempol. Ketidak harmonisan tersebut semakin
tajam taktkala program-program rehabilitasi dan rekonstruksi tidak dapat dirasakan oleh warga
yang tetap tinggal di Dusun Gempol. Hal ini menimbulkan banyak pertanyaan terhadap esensi
perencanaan rehabilitasi dan rekonstruksi terlepas warga seputar alasan penolakan terhadap salah
satu program dalam rehabilitasi dan rekonstruksi tersebut, baik pada tataran proses pelaksanaan,
pendekatan program maupun monitoring dan evaluasinya.
Untuk mengetahui sejauh mana persepsi masyarakat terhadap program relokasi yang
terintegrasi ke dalam program rehabilitasi dan rekonstruksi menyentuh masyarakat korban
bencana di Dusun Gempol. Oleh karena itu penulis melakukan survei terhadap persepsi kelompok-
kelompok yang menerima maupun yang menolak relokasi terhadap program Relokasi oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten Magelang.
-
7
Survei persepsi masyarakat adalah salah satu perangkat partisipatif dalam melakukan
evaluasi program-program pembangunan. Persepsi masyarakat merupakan perangkat efektif
dalam proses evaluasi perencanaan dikarenakan tujuan dari pada pembagunan itu sendiri adalah
untuk memanusiakan manusia Rustiado, dkk, (2011). Dalam konsep pembangunan tersebut
mestinya menitik beratkan pada peran masyarakat selaku penerima manfaat pembangunan, serta
secara konsisten mewujudkan pembangunan untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya,
baik pada aspek fisik, lingkungan, sosial, ekonomi dan ketahanan bencana.
Melihat bahwa masyarakat merupakan kelompok hiterogen, menyebar dalam ruang dan
kondisi ekonomi sosial yang berbeda maka asas pemerataan dan keadilan itu sangat penting. Selain
itu dengan melihat bahwa tujuan pembanungan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan manusia
seutuhnya, maka pembangunan yang berhasil tidak dapat dilihat dari satu sisi secara fisik saja,
namun juga sisi non fisik, yaitu pembangunan manusia, ekonomi, sosial dan lingkungan.
1.2. Rumusan Masalah
Masyarakat yang sudah tinggal di lokasi relokasi hunian tetap maupun yang masih tinggal
di lokasi bekas terkena bencana di Dusun Gempol, menurut pandangan penulis telah mengalami
perubahan baik kesempatan ekonomi maupun kehidupan sosial. Perubahan tersebut terjadi setelah
masing-masing menempati hunian baik di KRB III ataupun di kawasan relokasi. Untuk
mengetahui sejauh mana manfaat program terhadap ekonomi dan sosial yang dirasakah maka
penulis melakukan survei persepsi masyarakat di lokasi relokasi dan di kawasan KRB III terhadap
progam relokasi dan dampak ekonomi dan sosial yang mereka rasakan.
Dengan demikian permasalahan yang akan menjadi fokus penelitian ini adalah:
-
8
1. Bagaimanakah persepsi masyarakat Dusun Gempol yang tinggal di kawasan relokasi di
Dusun Gempol terhadap program relokasi dan dampaknya terhadap aspek ekonomi, sosial
dan keahanan bencana yang mereka rasakan?
2. Bagaimanakah persepsi msyarakat Dusun Gempol yang tinggal di Kawasan Rawan Bencana
III di Dusun Gempol terhadap program relokasi dan dampaknya terhadap aspek ekonomi
dan sosial yang mereka rasakan?
3. Bagaimanakah perbandingan persepsi pada kedua kelompok masyarakat terhadap asepek
ekonomi, sosial dan ketahanan bencana yang dapat mereka rasakan?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Mendiskripsikan persepsi masyarakat penerima relokasi.
2. Mendiskripsikan persepsi masyarakat yang menolak di relokasi.
3. Membandingkan persepsi masyarakat penerima relokasi dengan yang menolak direlokasi
terhadap program relokasi.
4. Melakukan analisis terhadap faktor pengaruh persepsi yang muncul.
1.4. Lingkup Penelitian
Lingkup penelitian ini meliputi wilayah Dusun Gempol dan wilayah kawasan Relokasi di Dusun
Larangan, Kelurahan Jumoyo, Kabupaten Magelang.
1.5. Manfaat Penelitian
-
9
Hasil penelitian berdasar pada pembelajaran kelemahan dan kekuatan dampak sebuah
program sebagai hasil dari pelaskanaan perencanaan, maka penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat bagi :
1. Para perencana untuk perencanaan tingkat daerah agar memperhatikan dan menerapkan
secara konsisten hakekat pembangunan nasional sehingga pelaksanaan pembangunan tepat
sasaran sampai ke level bawah yaitu pembangunan bagi manusia Indonesia seutuhnya.
2. Masyarakat di dua kawasan tersebut untuk saling mengetahui persepsi kedua belah pihak
terhadap progam relokasi kemudian mengembangkan hal-hal positif untuk memperbaiki
hubungan yang sempat terganggu dan yang telah berpotensi timbulnya konflik
berkepanjangan.
3. Pemerintah untuk mengambil inisiatif aktif mengurangi dampak negative baik langsung
maupun tak langsung akibat pelaksanaan pembangunan.
1.6. Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan pendekatan deduktif dengan metode diskriptif kualitatif. Secara
umum pendekatan deduktif dilakukan dengan meninjau referensi teori-teori yang relevan yang
telah ada dan sumber-sumber informasi yang faktual. Metodologi yang dipakai menggunakan
diskriptif kualitatif dimana bahan analisa adalah hasil wawancara dan observasi yang kemudian
dijelaskan secara diskriptif diperkuat dengan hasil analisa kualitatif berdasar pada informasi dan
data yang diperoleh yang ditinjau secara diskriptif dengan menggunakan teori-teori yang relevan
yang dipakai.
Teknik pengumpulan data dengan menggunakan metode non-struktural interview atau
wawancara tak terstruktur yaitu wawancara bebas, terbuka tidak menggunakan panduan
-
10
pertanyaan yang sistematis. Selain melakukan pengumpulan data dengan wawancara, penulis juga
melakukan observasi langsung ke lapangan.
1.7. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan ini meliputi langkah-langkah dalam bab-bab berikut ini :
Bab I. Pendahuluan, yang memaparkan tentang keterkaitan perencanaan relokasi yang
bersifat lebih tekni dengan perencanaan-perencaan di atasnya yang lebih bersifat kebijakan dan
arah pelaksanaan. Perencanaan-perencanaan tersebut dikaitkan dengan tujuan dan hakekat
pembangunan manusia Indonesia, sehingga menyiratkan bahwa pelaksanaan relokasi harus
mengacu pada arah kebijakan dan hakekat tujuan pembagunan secara umum.
Selain itu penulis juga memaparkan tentang situasi dan kondisi yang menjadi latar belakang
terjadinya relokasi serta terbentuknya dua kelompok masyarakat yang secara formal adalah
kelompok sasaran dari perencanaan program rehabilitasi dan rekonstruksi secara umum kabupaten
Magelang. Disamping pemaparan tentang latar belakang, penulis juga merumuskan permasalahan
dan tujuan penelitian ini. Selain ketiga hal tersebut di atas, penulis juga memaparkan tentang
metode penelitian, lingkup penelitian, sistematika penulisan dan keaslian penulisan.
Bab II. Kajian Pustaka, yang menuliskan tentang sumber-sumber dan teori-teori ilmu
pengetahuan yang terkait dengan kasus di dalam penelitian ini. Di sini, penulis mencoba untuk
meletakkan landasan-landasan teori yang nantinya akan mendukung analisis diskriptif kualitatif
pada kasus penelitian ini. Kajian Pustaka bersumber dari buku-buku, dokumen berupa laporan,
undang-undang dan peraturan yang terkait juga informasi yang bersumber dari internet.
Beberapa teori terkait yang penulis paparkan adalah tentang teori persepsi, persepsi
masyarakat, hubungan pembangunan dengan bencana, teori pembangunan, manajemen bencana,
-
11
perencanaan dan relokasi. Dalam bab ini penulis juga mengulas tentang perencanaan yang
mendasari tindakan relokasi yaitu Rencana Aksi Pengurangan Risiko Bencana dan Rencana Aksi
Rehabilitasi dan Rekonstruksi Kabupaten Magelang dan Rencana Aksi Nasional Pengurangan
Risiko Bencana Bappenas-BNPB.
Selain hal tersebut di atas, penulis juga memaparkan tentang Alur Proses Evaluasi, Landasan
Teori dan Kerangka Pemikiran. Dengan demikian diharapkan pada Bab II ini, pembaca dapat
mengkairkan antara teori-teori yang dipakai dengan kerangka pemikiran analisis dalam penelitian
ini.
Bab III. Metode Penelitian, yang berisi uraian tentang metode penelitian deskriptif deduktif
kualitatif, yang berisi penjelasan tentang pendekatan, lokus, fokus, instrumen dan tahapan
penelitian. Dalam bab tiga ini juga diulas tentang teknik pengumpulan data, populasi sampel,
kriteria responden, jenis dan tipe skala pengukuran, teknik analisa data, wawancara, observasi, dan
dafar kuisioner.
Bab IV. Gambaran Umum Wilayah, yang memuat tentang diskripsi wilayah penelitian
yang menyangkut letak dan karakter wilayah, kondisi fisik, tata letak permukiman, penggunaan
lahan, dan prasarana desa, letak kawasan rawan bencana, demografi Dusun Gempol, dan diskripsi
bencana Dusun Gempol. Selain itu juga memuat tentang diskripsi pelaksanaan program
rehabilitasi dan rekonstruksi berdasarkan dari berbagai sumber.
Bab V. Hasil Temuan dan Pembahasan, berisi tentang analisa data dari hasil pengisian
kuisioner, wawancara, studi dokumen, dan observasi. Analisa dilakukan terhadap persepsi
masyarakat yang menerima relokasi (masyarakat relokasi) dan yang menolak relokasi (masyarakat
non-relokasi), dimana kedua kelommpok masyarakat tersebut merupakan masyarakat terdampak
lahar dingin erupsi Merapi tahun 2010 dan merupakan kelompok sasaran program Aksi
-
12
Rehabilitasi dan Rekonstruksi Kabupaten Magelang. Dalam bab lima ini juga penulis menganalisa
tentang perbandingan persepsi antara kelompok masyarakat non-relokasi dan relokasi dan juga
menganalisa faktor pengaruh perbedaan dan persamaan yang ditinjau melalui landasan teori yang
ada.
Bab VI. Kesimpulan dan Rekomendasi, yang megulas tentang penyimpulan terhadap hasil
temuan, yang berisi penyimpulan terhadap temuan perbedaan dan persamanaan persepsi dari
kedua kelompok masyarakat tersebut. Selain itu penulis juga mengetengahkan rekomendasi-
rekomendasi yang perlu dilakukan dan ditindak lanjuti oleh para pemangku kepentingan
1.8. Keaslian Penulisan
Tesis dengan judul yang sama tentang analisa persepi masyarakat terhadap program relokasi
Kabupaten Magelang tidak penulis temui, namun ada banyak penulisan tesis yang mengambil
topik yang sama tentang persepsi masyarkat namun ada satu tesis yang wilayah penelitian serupa
yaitu di Kelurahan Jumoyo, namun tidak ada yang spesifik melakukan penelitian terhadap program
relokasi terhadap Dusun Gempol.
Beberapa penulisan tesis yang serupa dengan topik analisa persepsi atau kesamaan wilayah,
atau tesis dengan analias terhadap dampak program antara lain:
1. Proses Penetapan Ganti Rugi Pengadaan Tanah Kasus Saluran Pengelak Kali Putih
Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, oleh Affi Kusuma Dewi (2013), MPKD-
UGM, dengan tujuan penelitian untuk : a). Menjelaskan proses penetapan ganti rugi,
kesepakatan bentuk dan besar ganti ruginya. b). Mengetahui faktor-faktor yang mendorong
terjadinya kesepakatan bentuk dan bedar ganti ruginya.
-
13
2. Evaluasi Efektivitas Pelaksanaan Pembangunan Prasarana Dasar Lingkungan Proyek
Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) di Kabupaten Bantul, oleh
Syarkawi M (2002), MPKD-UGM, dengan tujuan penelitian untuk mengevaluasi kerja
input, kinerja proses, kinerja outcome dan persepsi masyarakat.
3. Persepsi Masyarakat terhadap Sungai dan Lingkungan Permukimannya Kasus Sungai
Code Yogyakarta, oleh Islani S (2003), MPKD-UGM, dengan tujuan penelitian a) untuk
mengetahui persepsi masyarakat sekitar bantaran sungai Code dan lingkungan
permukimannya, b) mengetahui perubahan perlakuan masyarakat terhadap sungai Code dan
lingkungan permukimannya. Metode yang digunakan adalah analisis kuantitatif dan
kualitatif.