Analisa Persepsi Dampak Program Rehabilitasi Bencana

13
1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-undang no 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, memandatkan setiap perencanaan untuk memperhatikan aspek pengurangan risiko bencana dan pembangunan yang berkelanjutan. Pada tataran operasional yaitu perencanaan rehabilitasi dan rekonstruksi paska bencana perencana dituntut untuk dapat menangkap aspek kebutuhan kelompok sasaran secara menyeluruh baik kebutuhan fisik, ekonomi maupun sosial, serta bertujuan untuk membangun masyarakat Indonesia yang memiliki ketangguhan dan menghadapi bahaya bencana yang akan datang. Maka perencanaan rehabilitas dan rekonstruksi paska bencana harus memuat seluruh aspek tersebut dan melaksanakan secara menyeluruh dan terpadu, sehingga penyelesaian satu persoalan tidak menimbulkan satu permasalahan yang lain. Disamping itu penting untuk digarisbawahi yaitu bahwa perencanaan apapun itu tidak boleh menimbulkan efek samping yaitu munculnya marginalisasi dan pelanggaran hak asasi manusia. Sangat disayangkan pula jika perencaan pembangunan dalam rehabilitasi dan rekonstruksi itu justru terjebak sebagai alat untuk mencapai tujuan yang satu dengan mengabaikan asas pemerataan, keadilan dan hak asasi manusia. Substansi demokrasi adalah kebebasan untuk memilih. Asas itu pula yang dipakai oleh seluruh lembaga kemanusiaan dunia sebagai asas dalam operasional kemanusiaan. Dalam asas tersebut terkandung makna bahwa lembaga kemanusiaan dilarang memaksakan kehendak kepada korban bencana, namun harus tetap memperhatikan pemenuhan hak-hak sebagai korban bencana. Perencanaan penanggulangan bencana dalam Rehabilitasi dan Rekonstruksi sangat kental dengan merupakan progran untuk kemanusiaan. Tentunya hal itu jauh dari kepentingan-kepentingan

description

Efektifitas hasil pelaksanaan program dapat diukur dari persepsi penerima manfaat. Dalam artikel ini menjelaskan hasil analisa persepsi terhadap dampak program rehabiliasi dan rekonstruksi pada sub program relokasi korban bencana alam.

Transcript of Analisa Persepsi Dampak Program Rehabilitasi Bencana

  • 1

    BAB I. PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Undang-undang no 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, memandatkan setiap

    perencanaan untuk memperhatikan aspek pengurangan risiko bencana dan pembangunan yang

    berkelanjutan. Pada tataran operasional yaitu perencanaan rehabilitasi dan rekonstruksi paska

    bencana perencana dituntut untuk dapat menangkap aspek kebutuhan kelompok sasaran secara

    menyeluruh baik kebutuhan fisik, ekonomi maupun sosial, serta bertujuan untuk membangun

    masyarakat Indonesia yang memiliki ketangguhan dan menghadapi bahaya bencana yang akan

    datang. Maka perencanaan rehabilitas dan rekonstruksi paska bencana harus memuat seluruh aspek

    tersebut dan melaksanakan secara menyeluruh dan terpadu, sehingga penyelesaian satu persoalan

    tidak menimbulkan satu permasalahan yang lain. Disamping itu penting untuk digarisbawahi yaitu

    bahwa perencanaan apapun itu tidak boleh menimbulkan efek samping yaitu munculnya

    marginalisasi dan pelanggaran hak asasi manusia. Sangat disayangkan pula jika perencaan

    pembangunan dalam rehabilitasi dan rekonstruksi itu justru terjebak sebagai alat untuk mencapai

    tujuan yang satu dengan mengabaikan asas pemerataan, keadilan dan hak asasi manusia.

    Substansi demokrasi adalah kebebasan untuk memilih. Asas itu pula yang dipakai oleh

    seluruh lembaga kemanusiaan dunia sebagai asas dalam operasional kemanusiaan. Dalam asas

    tersebut terkandung makna bahwa lembaga kemanusiaan dilarang memaksakan kehendak kepada

    korban bencana, namun harus tetap memperhatikan pemenuhan hak-hak sebagai korban bencana.

    Perencanaan penanggulangan bencana dalam Rehabilitasi dan Rekonstruksi sangat kental dengan

    merupakan progran untuk kemanusiaan. Tentunya hal itu jauh dari kepentingan-kepentingan

  • 2

    individu, kelompok, lebih-lebih kepentingan politik. Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi pasa

    bencana sangat menjunjung tinggi aspek-aspek yang tercantum dalam Piagam Kemanusiaan

    (Humanitarian Charter) dan Prinsip-Prinsip Bantuan Bemanusiaan (Humanitarian Aid

    Principles), oleh karena itu Perencanaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi tidak boleh

    memarginalkan kelompok sasaran tertentu dengan alasan apapun ataupun untuk kepentingan

    tujuan program itu sendiri.

    Dalam program relokasi masyarakat Dusun Gempol, Kelurahan Jumoyo, Kabupaten

    Magelang, Jawa Tengah, ada sekelompok yang menerima relokasi dan ada kelompok masyarakat

    yang menolak direlokasi. Bagi yang menerima relokasi mendapatkan program-program

    pembinaan dan keterampilan dalam program Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Erupsi dan Banjir

    Lahar Dingin Merapi, sementara bagi masyarakat yang menolak direlokasi tidak mendapatkan

    program apapun dari pemerintah, artinya termarginalkan. Hak untuk mendapatkan perlakuan

    setara, adil dan merata dalam bantuan kemanusiaan tidak mereka peroleh, hanya karena mereka

    tidak mau direlokasi.

    Karena bencana maka hasil-hasil pembangunan rusak dan fungsi pemerintah terganggu,

    karena bencana pula pelaksanaan pembangunan menjadi terkendala, karena sumber daya baik

    manusia maupun finansial tersedot untuk mengatasi kerusakan-kerusakan yang terjadi baik

    manusia, fisik, sosial, ekonomi dan lingkungan, namun begitu dikarenakan bencana pula maka

    timbulah pembangunan. Pembangunan untuk penanggulangan bencana sifatnya darurat dalam

    rentang waktu yang sangat pendek, antara 1 sampai dengan 3 tahun. Pembangunan dalam situasi

    darurat seperti itu bertujuan untuk memulihkan kembali situasi dan kondisi baik fisik, non fisik,

    sosial, ekonomi dan lingkungan serta meningkatkan ketangguhan masyarakat dan fisik terhadap

    ancaman bencana di masa depan. Perencanaan pembangunan dengan sifat seperti itu biasa

  • 3

    dimasukkan dalam perencanaan rehabilitasi dan rekonstruksi yang dilakukan setelah masa tanggap

    darurat selesai.

    Hasil pembangunan harus bisa diukur secara jelas apakah sesuai dengan tujuan

    perencanaan atau tidak. Dampak pembangunan atau outcome apakah dapat memberi manfaat

    positif justru malah berdampak negatif pada masyarakat. Untuk melihat hasil maupun dampak

    tersebut perlu adanya langkah evaluasi. Evaluasi dilakukan untuk melihat apakah tujuan program

    pembangunan sesuai dengan perencanaan atau tidak, juga untuk melihat kekurangan dan kelebihan

    dan faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi capaian tersebut.

    Langkah evaluasi memerlukan waktu panjang dan sumberdaya yang tidak sedikit. Namun

    langkah evaluasi dapat diawali dengan mengetahui persepsi masyarakat terhadap progam yang

    dirasakan. Dalam tesis ini, penulis akan melakukan kajian persepsi masyarakat korban banjir lahar

    dingin erupsi Merapi terhadap program relokasi bagi warga Dusun Gempol, Kelurahan Jomoyo,

    Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, di area relokasi dan di area Kawasan Rawan Bencana

    III di Dusun Gempol.

    Letusan gunung Merapi Oktober 2010 telah menimbulkan dampak kerugian berupa adanya

    korban jiwa dan kerusakan fisik baik perumahan, pemukiman, sarana dan prasarana sosial dan

    umum. Kerugian dan kerusakan besar dialami di empat kabupaten yaitu Magelang, Boyolali,

    Klaten di propinsi Jawa Tengah dan Sleman di propinsi DIY.

    Berdasarkan data laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana menyatakan bahwa

    total kerugian dan kerusakan fisik akibat erupsi Merapi mencapai Rp. 7,3 Trilyun dampak terbesar

    adalah di sektor lingkungan mencapai Rp. 3,39 Trilyun, sektor ekonomi mencapai Rp. 2,63 Trilyun

    dan sektor lain mencapai 1,28 Trilyun. Untuk menangani dampak bencana tersebut pemerintah

  • 4

    mengeluarkan dana sangat besar untuk rehabilitasi dan rekonstruksi fisik yang telah rusak.

    Kebutuhan rehabilitasi dan rekonstruksi di Jateng mencapai Rp. 778 milyar.

    Erupsi Merapi 2010 menghasilkan material 140 juta meter kubik. Diproyeksikan ancaman

    banjir lahar dingin akan berlangsung selama 3-4 tahun, artinya masyarakat di sepanjang sungai

    rawan banjir lahar dingin akan tetap menghadapi ancaman banjir lahar dingin hingga tahun 2015.

    Di Jawa Tengah dampak banjir lahar dingin lebih besar. Tercatat 4 orang meninggal dunia dan

    168 orang luka. Di Magelang terdapat 3.452 orang mengungsi, tersebar di 13 lokasi di 6 kecamatan

    yaitu Kecamatan Muntilan, Salam, Mungkit, Ngluwar, Srumbung dan Sawangan. Kerusakan

    rumah mencapai 721 unit dimana 129 unit hanyut, 307 unit rusak berat, 129 rusak sedang dan 156

    rusak ringan.

    Berdasar pada berita Kompas.com (2011), banjir lahar dingin yang mengalir melewati

    Sungai Kaliputih di Kabupaten Magelang, menimbulkan kerugian besar bagi warga masyarakat

    yang terkena hempasan banjir lahar dingin Kaliputih. Diantaranya adalah warga masyarakat di

    kawasan Dusun Gempol Kelurahan Jumoyo. Ketika Belanda membelokkan aliran Kali Putih,

    sungai kecil yang berhulu ke puncak Gunung Merapi, itu dianggap tak berbahaya. Namanya

    bahkan tak muncul dalam rekam jejak erupsi Merapi tahun 1768-1969. Kini, Kali Putih menjadi

    fenomenal setelah lahar dingin yang dialirkannya berkali-kali memutus Jalan Magelang-

    Yogyakarta. Selain mengganggu urat nadi sosial ekonomi lintas Provinsi Jawa Tengah-DI

    Yogyakarta, luberan material vulkanik dari Kali Putih, di Desa Jumoyo, Kecamatan Salam,

    Kabupaten Magelang, Jawa Tengah (Jateng), tersebut juga menghancurkan rumah-rumah

    penduduk di Dusun Gempol, Desa Jumoyo.

    Hingga 26 Januari 2011, luberan lahar dingin dari Kali Putih sudah menghanyutkan 104

    rumah serta menyebabkan 149 rumah rusak berat, 98 rumah rusak sedang, dan 22 rumah terancam

  • 5

    rusak. Akibatnya, 4.993 warga terpaksa menempati 14 lokasi pengungsian. Material sisa erupsi

    Merapi berupa pasir serta batu berukuran sebesar truk meluap, mencari jalan pintas menerabas

    jalan utama Magelang-Yogyakarta. Aliran lahar dingin itu menolak tunduk menyusuri aliran

    yang dibelokkan ke utara, 200-300 meter, hingga menyatu dengan aliran Kali Druju.

    Gambar 1-1. Terjangan banjir lahar dingin Di

    Dusun Gempol, Kelurahan Jumoyo

    Januari 2011.

    Sumber: : http://store.tempo.co/foto/detail

    Gambar 1-2. Terjangan banjir lahae dingin pada sarana

    umum Pasar Gempol, Januari 2011

    Sumber: Antara/ Anis Efizudin. http://

    noenkcahyana.blogspot.com/2011/01/kedasyatan-

    lahar-dingin-merapi.html

    Guna mendukung penanganan dampak banjir lahar dingin, BNPB melakukan rehabilitasi

    dan rekonstruksi dampak erupsi dan banjir lahar dingin Merapi dengan melakukan perbaikan

    darurat normalisasi sungai, pembersihan, pengerukan intake saluran, perbaikan dam, tanggul di

    Kali Putih, Kali Krasak, Kali Batang, Selokan Mataram, Kali Bawang, Kali Kuning dan Kali

    Gendol, juga untuk bidang sumber daya air dan bina Marga.

    Dusun Gempol yang telah luluh lantak dan tidak bisa ditempati lagi dalam waktu dekat.

    Pemerintah mempertimbangkan adanya bahaya ancaman banjir lahar dingin dimasa depan,

    akhirnya menetapkan kawasan Dusun Gempol sebagai Kawasan Rawan Bencana III (KRB III).

    Kemudian merencanakan untuk melakukan relokasi bagi warga Dusun Gempol keseluruhan.

    JL. Jogja-Magelang KM 23

    Dusun Gempol

    Kios-kios

  • 6

    Relokasi telah menjadi salah satu program dalam Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi

    korban bencana di Jawa Tengah tentang relokasi warga dan telah ditetapkan berdasarkan surat

    Ketetapan Gubernur Jateng No 360/18319 tertanggal 20-9-2012 tentang relokasi warga di

    Kabupaten Klaten dan Magelang.

    Di Kabupaten Magelang dari 746 kk masyarakat di KRB III, yang menerima relokasi

    sebanyak 581 kk, sedangkan yang 165 KK menolak relokasi. Mereka yang menolak relokasi

    adalah warga yang tinggal di Dusun Gempol, Desa Jumoyo. Menurut kajian dilapangan bahwa

    masyarakat Dusun Gempol kini terpisah menjadi dua kelompok yaitu kelompok yang menolak

    relokasi dan kelompok yang menerima relokasi.

    Terpisahnya menjadi dua kelompok menimbulkan permasalahan tidak harmonisnya

    kehidupan sosial kemasyarakatan pada warga. Warga yang menerima relokasi sulit mendapat

    kesempatan bekerja di kawasan Dusun Gempol, sedangkan warga masyarakat yang menolak

    direlokasi dan memilih tinggal di kawasn Dusun Gempol. Ketidak harmonisan tersebut semakin

    tajam taktkala program-program rehabilitasi dan rekonstruksi tidak dapat dirasakan oleh warga

    yang tetap tinggal di Dusun Gempol. Hal ini menimbulkan banyak pertanyaan terhadap esensi

    perencanaan rehabilitasi dan rekonstruksi terlepas warga seputar alasan penolakan terhadap salah

    satu program dalam rehabilitasi dan rekonstruksi tersebut, baik pada tataran proses pelaksanaan,

    pendekatan program maupun monitoring dan evaluasinya.

    Untuk mengetahui sejauh mana persepsi masyarakat terhadap program relokasi yang

    terintegrasi ke dalam program rehabilitasi dan rekonstruksi menyentuh masyarakat korban

    bencana di Dusun Gempol. Oleh karena itu penulis melakukan survei terhadap persepsi kelompok-

    kelompok yang menerima maupun yang menolak relokasi terhadap program Relokasi oleh

    Pemerintah Daerah Kabupaten Magelang.

  • 7

    Survei persepsi masyarakat adalah salah satu perangkat partisipatif dalam melakukan

    evaluasi program-program pembangunan. Persepsi masyarakat merupakan perangkat efektif

    dalam proses evaluasi perencanaan dikarenakan tujuan dari pada pembagunan itu sendiri adalah

    untuk memanusiakan manusia Rustiado, dkk, (2011). Dalam konsep pembangunan tersebut

    mestinya menitik beratkan pada peran masyarakat selaku penerima manfaat pembangunan, serta

    secara konsisten mewujudkan pembangunan untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya,

    baik pada aspek fisik, lingkungan, sosial, ekonomi dan ketahanan bencana.

    Melihat bahwa masyarakat merupakan kelompok hiterogen, menyebar dalam ruang dan

    kondisi ekonomi sosial yang berbeda maka asas pemerataan dan keadilan itu sangat penting. Selain

    itu dengan melihat bahwa tujuan pembanungan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan manusia

    seutuhnya, maka pembangunan yang berhasil tidak dapat dilihat dari satu sisi secara fisik saja,

    namun juga sisi non fisik, yaitu pembangunan manusia, ekonomi, sosial dan lingkungan.

    1.2. Rumusan Masalah

    Masyarakat yang sudah tinggal di lokasi relokasi hunian tetap maupun yang masih tinggal

    di lokasi bekas terkena bencana di Dusun Gempol, menurut pandangan penulis telah mengalami

    perubahan baik kesempatan ekonomi maupun kehidupan sosial. Perubahan tersebut terjadi setelah

    masing-masing menempati hunian baik di KRB III ataupun di kawasan relokasi. Untuk

    mengetahui sejauh mana manfaat program terhadap ekonomi dan sosial yang dirasakah maka

    penulis melakukan survei persepsi masyarakat di lokasi relokasi dan di kawasan KRB III terhadap

    progam relokasi dan dampak ekonomi dan sosial yang mereka rasakan.

    Dengan demikian permasalahan yang akan menjadi fokus penelitian ini adalah:

  • 8

    1. Bagaimanakah persepsi masyarakat Dusun Gempol yang tinggal di kawasan relokasi di

    Dusun Gempol terhadap program relokasi dan dampaknya terhadap aspek ekonomi, sosial

    dan keahanan bencana yang mereka rasakan?

    2. Bagaimanakah persepsi msyarakat Dusun Gempol yang tinggal di Kawasan Rawan Bencana

    III di Dusun Gempol terhadap program relokasi dan dampaknya terhadap aspek ekonomi

    dan sosial yang mereka rasakan?

    3. Bagaimanakah perbandingan persepsi pada kedua kelompok masyarakat terhadap asepek

    ekonomi, sosial dan ketahanan bencana yang dapat mereka rasakan?

    1.3. Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian ini adalah :

    1. Mendiskripsikan persepsi masyarakat penerima relokasi.

    2. Mendiskripsikan persepsi masyarakat yang menolak di relokasi.

    3. Membandingkan persepsi masyarakat penerima relokasi dengan yang menolak direlokasi

    terhadap program relokasi.

    4. Melakukan analisis terhadap faktor pengaruh persepsi yang muncul.

    1.4. Lingkup Penelitian

    Lingkup penelitian ini meliputi wilayah Dusun Gempol dan wilayah kawasan Relokasi di Dusun

    Larangan, Kelurahan Jumoyo, Kabupaten Magelang.

    1.5. Manfaat Penelitian

  • 9

    Hasil penelitian berdasar pada pembelajaran kelemahan dan kekuatan dampak sebuah

    program sebagai hasil dari pelaskanaan perencanaan, maka penelitian ini diharapkan dapat

    bermanfaat bagi :

    1. Para perencana untuk perencanaan tingkat daerah agar memperhatikan dan menerapkan

    secara konsisten hakekat pembangunan nasional sehingga pelaksanaan pembangunan tepat

    sasaran sampai ke level bawah yaitu pembangunan bagi manusia Indonesia seutuhnya.

    2. Masyarakat di dua kawasan tersebut untuk saling mengetahui persepsi kedua belah pihak

    terhadap progam relokasi kemudian mengembangkan hal-hal positif untuk memperbaiki

    hubungan yang sempat terganggu dan yang telah berpotensi timbulnya konflik

    berkepanjangan.

    3. Pemerintah untuk mengambil inisiatif aktif mengurangi dampak negative baik langsung

    maupun tak langsung akibat pelaksanaan pembangunan.

    1.6. Metode Penelitian

    Penelitian dilakukan dengan pendekatan deduktif dengan metode diskriptif kualitatif. Secara

    umum pendekatan deduktif dilakukan dengan meninjau referensi teori-teori yang relevan yang

    telah ada dan sumber-sumber informasi yang faktual. Metodologi yang dipakai menggunakan

    diskriptif kualitatif dimana bahan analisa adalah hasil wawancara dan observasi yang kemudian

    dijelaskan secara diskriptif diperkuat dengan hasil analisa kualitatif berdasar pada informasi dan

    data yang diperoleh yang ditinjau secara diskriptif dengan menggunakan teori-teori yang relevan

    yang dipakai.

    Teknik pengumpulan data dengan menggunakan metode non-struktural interview atau

    wawancara tak terstruktur yaitu wawancara bebas, terbuka tidak menggunakan panduan

  • 10

    pertanyaan yang sistematis. Selain melakukan pengumpulan data dengan wawancara, penulis juga

    melakukan observasi langsung ke lapangan.

    1.7. Sistematika Penulisan

    Sistematika dalam penulisan ini meliputi langkah-langkah dalam bab-bab berikut ini :

    Bab I. Pendahuluan, yang memaparkan tentang keterkaitan perencanaan relokasi yang

    bersifat lebih tekni dengan perencanaan-perencaan di atasnya yang lebih bersifat kebijakan dan

    arah pelaksanaan. Perencanaan-perencanaan tersebut dikaitkan dengan tujuan dan hakekat

    pembangunan manusia Indonesia, sehingga menyiratkan bahwa pelaksanaan relokasi harus

    mengacu pada arah kebijakan dan hakekat tujuan pembagunan secara umum.

    Selain itu penulis juga memaparkan tentang situasi dan kondisi yang menjadi latar belakang

    terjadinya relokasi serta terbentuknya dua kelompok masyarakat yang secara formal adalah

    kelompok sasaran dari perencanaan program rehabilitasi dan rekonstruksi secara umum kabupaten

    Magelang. Disamping pemaparan tentang latar belakang, penulis juga merumuskan permasalahan

    dan tujuan penelitian ini. Selain ketiga hal tersebut di atas, penulis juga memaparkan tentang

    metode penelitian, lingkup penelitian, sistematika penulisan dan keaslian penulisan.

    Bab II. Kajian Pustaka, yang menuliskan tentang sumber-sumber dan teori-teori ilmu

    pengetahuan yang terkait dengan kasus di dalam penelitian ini. Di sini, penulis mencoba untuk

    meletakkan landasan-landasan teori yang nantinya akan mendukung analisis diskriptif kualitatif

    pada kasus penelitian ini. Kajian Pustaka bersumber dari buku-buku, dokumen berupa laporan,

    undang-undang dan peraturan yang terkait juga informasi yang bersumber dari internet.

    Beberapa teori terkait yang penulis paparkan adalah tentang teori persepsi, persepsi

    masyarakat, hubungan pembangunan dengan bencana, teori pembangunan, manajemen bencana,

  • 11

    perencanaan dan relokasi. Dalam bab ini penulis juga mengulas tentang perencanaan yang

    mendasari tindakan relokasi yaitu Rencana Aksi Pengurangan Risiko Bencana dan Rencana Aksi

    Rehabilitasi dan Rekonstruksi Kabupaten Magelang dan Rencana Aksi Nasional Pengurangan

    Risiko Bencana Bappenas-BNPB.

    Selain hal tersebut di atas, penulis juga memaparkan tentang Alur Proses Evaluasi, Landasan

    Teori dan Kerangka Pemikiran. Dengan demikian diharapkan pada Bab II ini, pembaca dapat

    mengkairkan antara teori-teori yang dipakai dengan kerangka pemikiran analisis dalam penelitian

    ini.

    Bab III. Metode Penelitian, yang berisi uraian tentang metode penelitian deskriptif deduktif

    kualitatif, yang berisi penjelasan tentang pendekatan, lokus, fokus, instrumen dan tahapan

    penelitian. Dalam bab tiga ini juga diulas tentang teknik pengumpulan data, populasi sampel,

    kriteria responden, jenis dan tipe skala pengukuran, teknik analisa data, wawancara, observasi, dan

    dafar kuisioner.

    Bab IV. Gambaran Umum Wilayah, yang memuat tentang diskripsi wilayah penelitian

    yang menyangkut letak dan karakter wilayah, kondisi fisik, tata letak permukiman, penggunaan

    lahan, dan prasarana desa, letak kawasan rawan bencana, demografi Dusun Gempol, dan diskripsi

    bencana Dusun Gempol. Selain itu juga memuat tentang diskripsi pelaksanaan program

    rehabilitasi dan rekonstruksi berdasarkan dari berbagai sumber.

    Bab V. Hasil Temuan dan Pembahasan, berisi tentang analisa data dari hasil pengisian

    kuisioner, wawancara, studi dokumen, dan observasi. Analisa dilakukan terhadap persepsi

    masyarakat yang menerima relokasi (masyarakat relokasi) dan yang menolak relokasi (masyarakat

    non-relokasi), dimana kedua kelommpok masyarakat tersebut merupakan masyarakat terdampak

    lahar dingin erupsi Merapi tahun 2010 dan merupakan kelompok sasaran program Aksi

  • 12

    Rehabilitasi dan Rekonstruksi Kabupaten Magelang. Dalam bab lima ini juga penulis menganalisa

    tentang perbandingan persepsi antara kelompok masyarakat non-relokasi dan relokasi dan juga

    menganalisa faktor pengaruh perbedaan dan persamaan yang ditinjau melalui landasan teori yang

    ada.

    Bab VI. Kesimpulan dan Rekomendasi, yang megulas tentang penyimpulan terhadap hasil

    temuan, yang berisi penyimpulan terhadap temuan perbedaan dan persamanaan persepsi dari

    kedua kelompok masyarakat tersebut. Selain itu penulis juga mengetengahkan rekomendasi-

    rekomendasi yang perlu dilakukan dan ditindak lanjuti oleh para pemangku kepentingan

    1.8. Keaslian Penulisan

    Tesis dengan judul yang sama tentang analisa persepi masyarakat terhadap program relokasi

    Kabupaten Magelang tidak penulis temui, namun ada banyak penulisan tesis yang mengambil

    topik yang sama tentang persepsi masyarkat namun ada satu tesis yang wilayah penelitian serupa

    yaitu di Kelurahan Jumoyo, namun tidak ada yang spesifik melakukan penelitian terhadap program

    relokasi terhadap Dusun Gempol.

    Beberapa penulisan tesis yang serupa dengan topik analisa persepsi atau kesamaan wilayah,

    atau tesis dengan analias terhadap dampak program antara lain:

    1. Proses Penetapan Ganti Rugi Pengadaan Tanah Kasus Saluran Pengelak Kali Putih

    Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, oleh Affi Kusuma Dewi (2013), MPKD-

    UGM, dengan tujuan penelitian untuk : a). Menjelaskan proses penetapan ganti rugi,

    kesepakatan bentuk dan besar ganti ruginya. b). Mengetahui faktor-faktor yang mendorong

    terjadinya kesepakatan bentuk dan bedar ganti ruginya.

  • 13

    2. Evaluasi Efektivitas Pelaksanaan Pembangunan Prasarana Dasar Lingkungan Proyek

    Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) di Kabupaten Bantul, oleh

    Syarkawi M (2002), MPKD-UGM, dengan tujuan penelitian untuk mengevaluasi kerja

    input, kinerja proses, kinerja outcome dan persepsi masyarakat.

    3. Persepsi Masyarakat terhadap Sungai dan Lingkungan Permukimannya Kasus Sungai

    Code Yogyakarta, oleh Islani S (2003), MPKD-UGM, dengan tujuan penelitian a) untuk

    mengetahui persepsi masyarakat sekitar bantaran sungai Code dan lingkungan

    permukimannya, b) mengetahui perubahan perlakuan masyarakat terhadap sungai Code dan

    lingkungan permukimannya. Metode yang digunakan adalah analisis kuantitatif dan

    kualitatif.