analisa penilaian pri darfi

44
Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009. USU Repository © 2009 ANALISA PERBANDINGAN NILAI PRI DARFI PRODUK SIR 20 DAN SIR 3 UNTUK TEMPERATUR YANG BERBEDA-BEDA KARYA ILMIAH REZEKIKA HARAHAP 062401043 PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA ANALIS DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

description

analisa penilaian pri darfianalisa penilaian pri darfianalisa penilaian pri darfianalisa penilaian pri darfi

Transcript of analisa penilaian pri darfi

  • Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009. USU Repository 2009

    ANALISA PERBANDINGAN NILAI PRI DARFI PRODUK SIR 20 DAN SIR 3 UNTUK

    TEMPERATUR YANG BERBEDA-BEDA

    KARYA ILMIAH

    REZEKIKA HARAHAP 062401043

    PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA ANALIS DEPARTEMEN KIMIA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    MEDAN 2009

  • Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009. USU Repository 2009

    ANALISA PERBANDINGAN NILAI PRI DARFI PRODUK SIR 20 DAN SIR 3 UNTUK

    TEMPERATUR YANG BERBEDA-BEDA

    KARYA ILMIAH

    Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli Madya

    REZEKIKA HARAHAP 062401043

    PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA ANALIS DEPARTEMEN KIMIA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    MEDAN 2009

  • Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009. USU Repository 2009

    PERSETUJUAN

    Judul : ANALISA PERBANDINGAN NILAI PRI DARI PRODUK SIR 20 DAN SIR 3 UNTUK TEMPERATRUR YANG BERBEDA-BEDA

    Kategori : KARYA ILMIAH Nama : REZEKIKA HARAHAP Nomor Induk Mahasiswa : 062401043 Program Studi : DIPLOMA-3 KIMIA ANALIS Departemen : KIMIA Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    Disetejui di Medan, Juni 2009

    Diketahui/Disetujui Oleh Departemen Kimia FMIPA USU Komisi Pembimbing: Ketua, Pembimbing Dr.Rumondang Bulan,MS Dra.Yugia Muis,M.Si NIP 131 459 466 NIP 130 872 289

  • Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009. USU Repository 2009

    PERNYATAAN

    ANALISA PERBANDINGAN NILAI PRI DARI PRODUK SIR 20 DAN SIR 3 UNTUK TEMPERATUR YANG BERBEDA-BEDA

    Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya. Medan, Juli 2009 REZEKIKA HARAHAP

    062401043

  • Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009. USU Repository 2009

    PENGHARGAAN

    Segala puji dan syukur penulis panjatkan kahadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Karya ilmiah yang penulis sajikan berjudul ANALISA PERBANDINGAN NILAI PRI DARI PRODUK SIR 20 DAN SIR 3 UNTUK TEMPERATUR BERBEDA Karya ilmiah ini disusun untuk melengkapi dan menyelesaikan program diploma-3 Kimia Analis Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Dengan selesainya karya ilmiah ini juga tidak lepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

    1. Ayahanda Syamsul Bahri Harahap dan Ibunda Cut Harnani Arsyad yang telah memberikan doa dan dukungan baik moril maupun materil.

    2. Ibu Dra. Yugia Muis,MSi selaku pembimbing pada penyelesaian karya ilmiah ini yang telah memberikan panduan dan kepercayaan penuh kepada penulis untuk menyempurnakan karya ilmiah ini.

    3. Ibu Dr.Rumondang Bulan,MS selaku Ketua Departemen Kimia FMIPA USU. 4. Kakak penulis yang tersayang Ilham Harahap, Taufik Turahman, dan adik penulis

    yang sangat disayangi Zikrillah Harahap, Rezeki Tarida Harahap yang selalu memberikan dukungannya.

    5. Kakanda Danny Araby,ST yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.

    6. Sahabat penulis Amelia yang selalu memotifasi dan khususnya buat Erna suryani dan Ryzka H. Pane Dan Evi sulistiani yang sangat penulis sayangi.Terima kasih banyak atas dukungan, bantuan, pengertian, dan kerja samanya. Serta terima kasih atas semua canda tawa dan kebersamaannya selama ini, sampai kita bisa menyelesaikan PKL dan laporannya.

    7. Pangeran hati penulis yang selalu membuat penulis tegar dan selalu mengajarkan penulis untuk selalu bersemangat dan pantang menyerah.

    8. Untuk ibu Sutikah, bu Megawati,terima kasih karena telah menjadi pengantim orang tua kandung penulis selama penulis merantau untuk menuntut ilmu.

    9. Kakak dan adik kost yang selalu membuat gembira dan membantu disaat penulis kesulitan.Kak Iin, kak wik, Astri.Sefin dan Tina makasih ya semua !!!

    10. Rekan rekan seperjuangan Kimia Analis khususnya angkatan 2006 yang tidak bias disebutkan satu per satu.

    11. Dan terima kasih juga untuk teman-teman lainnya yang sangat menyayangi penulis

    Penulis menyadari, bahwa masih banyak kekurangan di dalam penyususnan dan penulisan karya ilmiah ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran pembaca yang sifatnya membangun kesempurnaan karya ilmiah ini, yang akhirnya dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dan memperbaiki segala kekurangan yang ada. Penulis mohon maaf jika ada kesalahan dan terdapat kekurangan dalam laporan karya ilmiah ini. Akhir kata penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan khususnya penulis.

  • Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009. USU Repository 2009

    Medan, Juli 2009

    penulis

  • Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009. USU Repository 2009

    ABSTRAK

    Plastisity Retention Index ( PRI ) merupakan ukuran ketahan karet terhadap pengusangan (

    oksidasi ) pada suhu tinggi. Nilai PRI diukur dari besarnya kelenturan karet mentah yang masih

    tertinggal apabila sampel karet tersebut dipanaskan selama 30 menit pada suhu 1400C. Plastisitas

    merupakan perbandingan antara nilai plastisitas setelah pemanasan terhadap nilai plastisitas awal

    sebelum pemanasan.

    Pengukuran ini dilakukan dengan alat wallace plastimeter dimana digunakan variasi temperatur

    yang berbeda-beda yaitu pada temperatur 1350C, 1400C dan 1450C.Variasi temperatur ini

    dilakukan untuk mengetahui ketahan karet terhadap suhu tinggi sehingga dapat diketahui

    temperatur mana yang sesuai digunakan.Dari hasil percobaan yang dilakukan didapat bahwa

    temperatur yang sesuai digunakan adalah pada temperatur 1400C yaitu 78 % dan sesuai dengan

    standar SNI ( Standar nasional Indonesia )

  • Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009. USU Repository 2009

    THE ANALYSIS OF PRI RATE OF EXCHANGE FROM THE PRODUCT SIR 20 AND SIR 3

    FOR THE DIFFERENT TEMPERATURE

    ABSTRACT Plastisity Retention Index ( PRI ) was the measurement of rubber endurance of the heating (oxidation) in the high temperature. The PRI value was measured from the pliancy size of still backward raw rubber if the sample of this rubber was heated while 30 minutes in the temperature of 1400C. Plastisitas were the comparison between the value of the plasticity after the heating towards the value of the plasticity of early before the heating. This grating was done with the implement wallace plastimeter where being used by the temperature variation that differed that is in the temperature 1350C, 140 0C and 1450 C.Variasi this temperature was carried out to know rubber endurance of the high temperature so as to be able to be known by what temperature that was appropriate to use.from results of the trial that was carried out were received that temperature that was appropriate was used was in the temperature 1400C that is 78 % and in accordance with the SNI standard.

  • Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009. USU Repository 2009

    DAFTAR ISI

    Halaman

    Persetujuan ii Pernyataan iii Penghargaan iv Abstrak vi Abstract vii Daftar Isi viii BAB 1 Pendahuluan

    1.1. Latar Belakang 1 1.2. Permasalahan 2 1.3. Tujuan 2 1.4. Manfaat 3

    BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1. Lateks 4 2.2. Susunan dan sifat-sifat karet alam 5 2.2.1. Pengaruh struktur kimia karet 8 2.2.2 . Pengaruh komponen bukan karet ( Non-Rubber ) 9 2.3. Proses pengolahan karet ( Crumb Rubber ) 10 2.4. Nilai Plastisity Retention Indek ( PRI ) 18 2.4.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai PRI 20 2.4.2. Penanganan nilai PRI 23 2.5. Nilai Plastisitas awal ( Po ) 24 2.5.1. Penanganan Nilai Po 24

    2.6. Pengolahan Standard Indonesia Rubber ( SIR ) 25 BAB 3 Metodologi Percobaan

    3.1 Alat-Alat 27 3.2 Bahan-Bahan 28 3.3 Prosedur 28

    BAB 4 Hasil dan Pembahasan

    4.1 Hasil 29 4.2. Pembahasan 30

    BAB 5 Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan 31 5.2 Saran 31

  • Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009. USU Repository 2009

    Daftar Pustaka 32 Lampiran 33 Tabel 1. Standard Spesifikasi Mutu Lateks Pekat Menurut PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate Tabel 2. Standard Spesifikasi Mutu Lateks Pekat Menurut SNI

  • Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009. USU Repository 2009

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar belakang

    Salah satu tahap pengolahan karet alam dari lateks kebun adalah tahap pengeringan. Tahap

    pengeringan ini dilakukan didalam dryer (pengeringan) dengan temperatur pemanasan yang

    sesuai. Dalam hal ini perlu diperhatikan temperatur pemanasan yang digunakan di dalam

    pengeringan karena hal ini akan sangat mempengaruhi mutu karet remah (crumb rubber) yang

    dihasilkan. Salah satu standar mutu dari karet remah yang terdapat dalam Standard Indonesia

    Rubber (SIR) adalah Plasticity Retention Index (PRI). Penentuan PRI dilakukan untuk

    memberikan gambaran mengenai keliatan karet pada waktu dipanaskan dan tahan tidaknya karet

    terhadap oksidasi.

    Karet yang mempunyai PRI tinggi mempunyai rantai molekul yang tahan terhadap

    oksidasi, sedangkan yang mempunyai PRI rendah mudah teroksidasi menjadi karet lunak. PRI

    dapat dipakai sebagai petunjuk mudah tidaknya karet dilunakkan dalam gilingan pelunak.

    Penggilingan berulang-ulang harus dihindarkan karena gesekan-gesekan yang terjadi dapat

    menurunkan nilai PRI dan tidak memenuhi standar mutu dari crumb rubber.Semakin tinggi nilai

    PRI maka semakin tinggi pula kualitas karet tersebut.

    Berdasarkan analisa diatas, Penulis tertarik untuk membahas bagaimana ketahanan karet

    terhadap temperatur yang berbeda, sehingga penulis memilih judulANALISA

    PERBANDINGAN NILAI PRI DARI PRODUK SIR 20 DAN SIR 3 UNTUK TEMPERATUR

    YANG BERBEDA-BEDA

  • Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009. USU Repository 2009

    1.2. Permasalahan

    Penelitian menyatakan bahwa nilai PRI dari karet yang diproduksi dari perkoagulasi

    asam ataupun auto-koagulasi ( koagulasi alami ) lateks kebun menurun karena lamanya waktu

    koagulasi dan penggilingan yang berlebihan. Adanya tembaga dalam jumlah yang sangat kecil

    juga dapat menurunkan nilai PRI.

    Penentuan besarnya plastisitas suatu sampel bahan tertentu dapat dilakukan dengan

    menggunakan nilai-nilai mutlak ( absolute ) dan nilai-nilai nisbi ( relative ). Skala pada

    pengujian dengan Wallace plastimeter menunjukkan nilai plastistas.

    Wallace plastimeter adalah alat yang dipakai untuk penentuan parameter Plasticity

    Retention Index ( PRI ) dari sampel-sampel karet alam spesifikasi teknis. PRI atau petunjuk

    mengenai plastisitas adalah nilai tengan dari perbandingan antara platisitas setelah sampel

    melalui pemanasan terhadap nilai plastisitas awal sebelum pemanasan dikali 100 %.

    1.3. Tujuan percobaan

    1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi nilai PRI

    2. Untuk mengetahui pengaruh temperatur pemanasan terhadap nilai PRI dari karet remah

    SIR 20 dan SIR 3

    3. Untuk mengetahui temperatur yang cocok digunakan untuk pematangan karakteristik

    karet alam

    4. Di ajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memeperoleh Ahli Madya

    1.4. Manfaat percobaan

  • Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009. USU Repository 2009

    1. Dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi nilai Platisity Retention Index ( PRI

    )

    2. Dapat mengetahui hubungan PRI dengan kualitas karet alam

    3. Dapat mengetahui temperatur yang cocok digunakan untuk pematangan karakteristik

    karet alam

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

  • Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009. USU Repository 2009

    2.1. Lateks

    Lateks yang berasal dari pohon Havea brasiliensis terdiri dari dua bahan utama yaitu

    partikel-partikel karet ( rubber partikel ) dan bahan bukan karet ( non rubber ). Sebelum

    tercampur atau terkontaminasi dengan bahan-bahan lain itu, mempunyai pH 6,9-7,0, cair, dan

    bersifat koloid yang stabil. Kestabilan koloid lateks tersebut akan dapat terganggu oleh berbagai

    faktor segera setelah lateks keluar dari pohon ( setelah disadap ) misalnya terganggu oleh bakteri

    atau enzim yang berasal dari udara luar atau dari peralatan pekerja, akibat perubahan suhu dan

    sebagainya. Pengaruh faktor luar itu dapat mengakibatkan menurunnya mutu lateks yang akan

    diolah menjadi berbagai jenis produk seperti RRS, SIR, dan lateks pekat/pusingan.

    Berdasarkan alasan seperti diuraikan diatas maka diperlukan beberapa perlakuan agar

    mutu lateks yang diolah tetap terjamin. Tindakan yang perlu dilakukan antara lain :

    manambahkan bahan pengawet dan menjaga kebersihan peralatan penderes. Jadi untuk

    menghasilkan karet bermutu baik, pengawasan yang cermat perlu dilakukan mulai dari

    penderesan sampai proses akhir dipabrik sampai dengan transaksi pengapalannya. Oleh karena

    itu sifat-sifat lateks perlu mendapat perhatian agar dapat memproduksi karet bermutu ekspor.

    Komposisi lateks :

    1. Susunan kimia

  • Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009. USU Repository 2009

    Pada uraian diatas telah disebutkan bahwa lateks havea brasiliensis terdiri dari dua

    bahan pokok yaitu partikel-partikel hidrokarbon ( karet ) dan bahan bukan karet. Bahan bukan

    karet dalam lateks terdiri dari air, protein, lipida, inositol, dan quenrachital (Karbohidrat ) dan

    beberapa logam.

    Menurut berbagai peneliti, bahwa bagian-bagian bukan karet terutama protein, lipida dan

    karbohodrat sangat berpengaruh terhadap mutu produksi akhir seperti sheet, crumb rubber, dan

    lateks pusingan

    2. Susunan fraksi lateks Apabila lateks segar dipusing dengan suatu alat pemusing berkecepatan tinggi (18000-

    20000 rpm ), maka lateks tersebut akan terpisah menjadi 4 fraksi yaitu : fraksi karet, frey

    wisling, serum jernih, dan fraksi bawah terutama lutoid.

    ( Tampubolon, M,1980 )

    2.2. Susunan dan sifat-sifat karet alam

    Karet alam selain mempunyai susunan juga mempunyai sifat.Adapun susunan dan sifat-sifat

    dari karet alam adalah sebagai berikut:

    1. 25-40 % bahan karet mentah dan 2. 60-75 % serum ( Air dengan zat-zat yang melarut didalamnya ).

    Bahan karet mentah antara lain mengandung:

    1. 90-95 % karet murni 2. 2,0-3,0% protein ( zat putih telur )

  • Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009. USU Repository 2009

    3. 1,0-2,0 % asam-asam lemak ( fatty acids )

    4. kira-kira 0,2 % gula-gula

    5. kira-kira 0,5 % garam-garam mineral

    Selain ini didalam lateks havea juga ditemukan bagian-bagian yang berwarna kuning,

    yakni biasanya disebut dengan fraksi kuning. Zat-zat bukan karet yang berada dalam lateks

    sering dapat menyebabkan perbedaan-perbedaan yang agak besar antara sifat-sifat dari barang

    karet yang berasal dari klon-klon pohon karet yang berlainan. Untuk memperoleh hasil yang

    seragam, lateks dari berbagai perkebunan dicampur dahulu dalam tangki-tangki besar sebelum

    dilakukan pengolahan lebih lanjut, kemudian dicampur dengan air bersih sehingga diperoleh

    kadar karet kering( KKK ) yang dikehendaki.

    Karet murni terdiri dari senyawaan kimia yang disebut hidrokarbon. Hidrokarbon dari

    karet alam murni tersusun oleh rantai-rantai panjang dari suatu zat kimia yang disebut

    isoprene.Rantai-rantai panjang dari isoprene disebut polimer dari isoprene.

    Lateks adalah cairan yang berupa susu, yang mana didalamnya terdapat dalam bagian-

    bagian karet yang kecil, garis tengah antara 0,0001 dan 0,001 mm ). Bagian-bagian karet ini

    tidak melekat satu dengan yang lainnya, karena masing-masing dikelilingi oleh satu lapisan tipis

    dari protein dan lemak, dan bagian-bagian karet ini mempunyai muatan negatif dipermukaannya,

    maka mereka saling menolak. Muatan negatif ini dapat diperkuat dengan penambahan dengan

    zat-zat bereaksi basa, misalnya amoniak. Penambahan dari 7 sampai 8 gram larutan amoniak

    dalam air pada lateks mempunyai kegunaan sebagai pengawet sehingga lateks ini dapat disimpan

    beberapa tahun lamanya tanpa membeku ( tanpa berkoagulasi ). Penambahan dari suatu zat yang

    bereaksi asam pada lateks menyingkirkan muatan negatif yang melindungi bagian-bagian karet

  • Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009. USU Repository 2009

    sehingga lateksnya membeku ( berkoagulasi ). Zat pembeku ( koagulan ) yang banyak digunakan

    untuk membekukan karet dalam lateks adalah asam format ( asam semut ).

    Susunan karet tidak tetap ( tidak konstan ),tetapi bergantung dari :

    1 Jenis pohon karet ( klon ) dari mana lateksnya berasal 2. Intensitas ( kehebatan ) dari cara penyadapan 3. pengaruh musim Mengingat bahwa pada setiap perkebunan karet lateks yang berasal dari ratusan pohon

    terlebih dahulu dicampur, maka dapat dikatakan lateks tadi yang dipakai sebagai bahan mentah

    mempunyai sifat-sifat yang agak konstan. Hanya perbedaan-perbedaan sifat yang disebabkan

    oleh iklim dan musim tidak dapat dihindarkan.

    Karet alam selain terdiri dari hidrokarbon murni, juga mengandung beberapa zat lainnya dan

    ini penting benar untuk penentuan sifat-sifat dari hasilnya. Waktu mengolah lateks menjadi karet,

    sebagian lainnya tetap berada dalam karet yang dibekukan dan melindunginya terhadap pengaruh

    cahaya dan terhadap oksigen dari hawa udara. Perlu ditambahkan disini bahwa bahan karet yang

    diperdagangkan hanya mengandung sebagian kecil dari jumlah zat yang bukan zat karet

    seluruhnya.( Rubber, S. 1983 )

    2.2.1 Pengaruh struktur kimia karet

    Karet alam adalah suatu polimer dari isoprene dengan nama kimia Cis 1,4

    poliisopren.Rumus umum monomer karet alam adalah ( C5H8 )n dengan rumus bangun seperti

    pada gambar 1

  • Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009. USU Repository 2009

    Gambar 1. Rumus bangun Cis 1,4 poliisopren ( karet alam ) CH3 H

    C = C

    -CH2 CH2 - n

    Karet Alam N adalah derajat polimerasi yaitu bilangan menunjukkan jumlah monomer didalam rantai

    polimer. Nilai n dalam karet alam berkisar antara 3000-15000.

    Viskositas karet berkorelasi dengan nilai n. Semakkin besar nilai n akan semakin panjang

    rantai molekul karet menyebabkan sifat viskositas karet semakin tinggi. Karet yang terlalu kental

    (viscous ) kurang disukai konsumen, karena akan mengkonsumsi energi yang besar sewaku

    proses vulkanisasi pada pembuatan barang jadi. Tetapi sebaliknya karet yang viskositasnya

    terlalu rendah juga kurang disukai karena sifat barang jadinya seperti tegangan putus dan

    perpanjangan putus menjadi rendah.

    Molekul-molekul polimer karet alam tidak lurus, tetapi melingkar seperti spiral dan

    ikatan -C-C-C- didalam rantai berputar pada sumbunya sehingga memberikan sifat karet yang

    fleksibel yaitu dapat ditarik, ditekan dan kentur.

    Adanya ikatan rangkap -C=C- pada molekul karet, memungkinkan dapat terjadi reaksi

    oksidasi. Oksidasi karet oleh udara ( O2 ) terjadi pada ikatan rangkap yang berakhir pada

    pemutusan ikatan rangkap molekul, sehingga panjang rantai polimer akan semakin pendak.

    Terjadinya pemutusan rantai polimer mengakibatkan sifat viskositas, dan PRI serta Po karet

    menjadi menurun.Oksidasi karet oleh udara akan lebih lambat terjadi bila kadar antioksidan alam

    ( protein dan lipida ) tinggi serta kadar ion-ion logam karet rendah. Untuk itu didalam penaganan

  • Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009. USU Repository 2009

    bahan olahan berupa lateks atau koagulum harus dilakukan sebaik mungkin, agar sifat karet

    dapat terjaga tetap baik mulai dari kebun,pengolahan dipabrik hingga sampai luar negeri. (

    Omposunggu, M,1987 )

    2.2.2. Pengaruh komponen bukan karet ( non-rubber )

    Kandungan bukan karet lateks yang terdiri dari air dan senyawa-senyawa protein, lipida,

    karbohidrat serta ion-ion organik serta pengaruh sifat karet.

    Komponen senyawa-senyawa protein dan lipida selain berguna menyelubungi partikel

    karet ( kemantapan karet ), juga berfungsi sebagai antioksidan alamiah dan bahan pencepat (

    accelerator ) dalam proses pembuatan barang jadi. Oleh karena itu dalam penanganan bahan

    olah ( lateks kebun atau koagulum ) dan pengolahan karet ekspor ( lateks pekat, RRS atau SIR )

    komponen non karet protein dan lipida harus dijaga sebaik mungkin. Hilangnya protein dan

    lipida dapat terjadi akibat pencucian yang terlalu berat atau akibat terjadinya pembusukan yang

    terlalu lama, sehingga habis dimakan mikroba. Menjaga kandungan protein dan lipida dapat

    dilakukan dengan peralatan dan pengawetan serta mencegah terjadinya proses pencucian yang

    terlalu berat sewaktu pengolahan. Karet yang telah habis kandungan protein dan lipidanya akan

    mudah dioksidasi oleh udara mengakibatkan sifat elastisitas dan PRI nya menjadi rendah.

    Kandungan ion-ion anorganik ( Ca, Mg, Fe, Mn, Cu dll ) berkorelasi dengan kadar abu

    didalam analisa karet. Semakin tinggi konsentarsi ion logam semakin tinggi kadar abu. Kadar

    abu karet diharapkan rendah, karena umumnya sifat logam dapat mempercepat terjadinya proses

    oksidasi karet.

    Dalam penanganan bahan olahan karet kotoran dari luar seperti, tanah dan lain-lain harus

    dihindarkan. ( Ompusunggu , M , 1987 )

  • Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009. USU Repository 2009

    2.3. Proses pengolahan karet ( crumb rubber )

    Cara pembuatan SIR 3

    Cara pembuatan SIR 3 melalui beberapa langkah sebagai berikut:

    1. Penerimaan bahan baku

    Langkah penerimaan bahan baku meliputi:

    a. Lateks kebun yang diterima di pabrik dengan menggunakan jembatan timbang

    yang telah dikalibrasi. Dalam hal kebun dekat ke pabrik maka penimbangan

    lateks tiap penyadap dapat dilakukan dengan timbangan gantung yang telah

    dikalibrasi ukuran 50 kg.

    b. Mutu lateks diperiksa secara visual untuk melihat kontaminan dan lateks yang

    mengalami perkoagulasi. Kontaminan yang terdapar dalam lateks harus

    disingkirkan.Lateks yang telah mengalami perkoagulasi diolah menjadi SIR 3

    WF, SIR 10 dan/atau SIR 20

    2. Penyaringan

    Langkah penyaringan meliputi:

    a. Lateks dengan mutu baik dikumpulkan dalam tangki penerimaan (bulking tank )

    setelah dilakukan penyaringan dengan ukuran saringan 20 mesh. Kontaminan

    yang tidak lolos saringan harus dibuang dalam tempat sampah.

  • Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009. USU Repository 2009

    b. Pada saat menyalurkan lateks ke tangki penerimaan, tidak dibenarkan mengalir

    terlampau deras karena sebahagian lateks tidak melalui penyaringan.

    3. Penentuan KKK ( Kadar Karet Kering )

    Kadar karet kering lateks dari tangki penerimaan ( bulking tank ) ditentukan menurut

    standar sesuai dengan prosedur pada SNI 06-2047 revisi terakhir atau dengan metrolax

    yang telah dikalibrasi.

    4. Pengenceran lateks

    Langkah pengenceran lateks meliputi:

    a. Lateks diencerkan menjadi 25-28 % karet kering. Jumlah pengenceran lateks

    dapat dihitung dengan rumus:

    Va =

    pK

    kKV3

    131

    Dimana:

    Va = Volume air pengencer yang ditambahkan.

    V1 = Volume lateks yang diencerkan.

    K3k = Kadar karet lateks kebun.

    K3p = Kadar karet kering setelah pengenceran ( berkisar antara 25 hingga 28 %

    ).

    Hendaknya setiap pabrik menetapkan kadar karet kering pada angka yang tetap 25 hingga 28 %

    agar mutu yang dihasilkan konsisten

    5. Pembubuhan bahan kimia.

    Langkah pembubuhan kimia meliputi:

  • Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009. USU Repository 2009

    a. Pada pengolahan SIR 3 WF ditambahkan larutan SMBS 10 % dengan dosis 0,4-

    0,6 kg/ton karet kering.

    b. Lateks yang telah ditambahkan zat kimia atau yang telah diencerkan diaduk

    selama 10 menit hingga merata.

    6. Kebersihan peralatan

    Langkah kebersihan peralatan meliputi:

    a. Saringan lateks, bulking tank dan sarana lainnya untuk penerimaan bahan baku

    harus dalam keadaan selalu bersih dengan frekuensi pembersihan setiap hari

    terutama setelah selesai mengolah.

    b. Timbangan untuk penentuan kadar karet kering lateks dijaga selalu bersih

    terpelihara dengan baik.

    7. Penggumpalan

    Langkah penggumpalan meliputi:

    a. Pada pabrik SIR dengan cara penggumpalan menggunakan bak penggumpal

    lateks (coagulating trough ), lateks dari tangki pencampur dapat dialirkan ke bak

    penggumpal lateks. Bersamaan dengan mengalirnya leteks dialirkan juga larutan

    asam semut ( HCOOH ) kepekatan 2 % (matched flow process ).

    b. Setelah bak penggumpal terisi penuh dengan leteks,kemudian pada permukaan

    lateks disemprotkan larutan SMBS 10 %. Selanjutnya gumpalan lateks ditutup

    dengan plastik hitam untuk menghindari oksidasi yang dapat menyebabkan warna

    SIR menjadi gelap.

    c. Lateks dibiarkan selama 3,5-4 jam sehingga diperoleh gumpalan lateks yang

    sempurna.

  • Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009. USU Repository 2009

    d. Bak penggumpal,talang,pengaduk,dan saringan lateks harus dalam keadaan bersih

    sebelum dipakai.

    8. Penggilingan

    Langkah penggilingan meliputi:

    a. Gumpalan lateks dalam bak penggumpal akan cukup keras setelah dibiarkan 4

    jam jika koagulum akan digiling, perlu dialirkan air sehingga koagulum

    mengapung yang akan memudahkan penggilingan pada crusher.

    b. Koagulum digiling dengan crusher dan diupayakan agar krep hasil gilingan tidak

    terputus sehingga tidak terjadi penurunan kapasitas pengolahan.

    c. Lembaran krep selanjutnya digiling dengan kreper ( creper ) hingga matang giling

    agar terhindar dari white spot/virgin rubber. Ketebalan krep terakhir tidak lebih

    dari 5 mm.

    d. Air pencuci pada setiap creper dan hammermill harus benar-benar cukup dan

    bersih agar sisa asam dan serum benar-benar tercuci.

    9. Pengeringan

    Langkah pengeringan meliputi:

    a Remahan yang keluar dari creper-hammermill/shredder diisikan kedalam boks

    atau troli pengering. Isi harus rata baik kepadatan maupun banyaknya, diupayakan

    tidak terlampau padat agar udara panas dapat masuk secara merata.

    b Remahan dalam troli perlu disemprot dengan air hingga basah dan sisa asam

    tercuci sempurna. Remahan dalam bos tidak boleh dibiarkan menunggu didepan

    dryer lebih dari 30 menit, sebab jika lebih akan mengakibatkan white spot/virgin

    rubber atau warna karet menjadi gelap.

  • Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009. USU Repository 2009

    c Pengatur waktu ( setting time ) dan pengatur suhu ( setting of temperature) dryer

    sama sekali tidak diperbolehkan berubah-ubah ketika dryer sedang beroperasi,

    kecuali jika keadaan memaksa misalnya diketahui terjadi white spot/virgin rubber

    sebanyak dua bok berturut-turut. Suhu pengeringan 110-1150C dengan waktu

    pengeringan 3-3,5 jam.

    Cara pembuatan SIR 20

    Adapun cara pembuatan SIR 20 ini melalui langkah sebagai berikut:

    1 Penerimaan bahan baku

    Langkah penerimaan bahan baku meliputi:

    a Bahan olahan karet berupa lump/slab/sit angina yang tiba dipabrik ditentukan

    beratnya dengan menggunakan jembatan timbang atau timbangan duduk yang

    dikalibrasi.

    b Tempat penampungan bahan olahan karet yang berlantai semen dan terlindung

    dari panas matahari dan harus dalam keadaan bersih.

    2 Sortasi

    Langkah sortasi meliputi:

    a. Bahan olahan karet dari kebun ditempatkan terpisah menurut sumber dan jenis

    mutunya apabila bahan baku ( lump ), slab atau sit angina saja maka dapat

    langsung diolah tanpa melalui sortasi yang ketat. Apabila jenis bahan baku

    bervariasi (lump, slap dan sit angina ), maka komposisinya diatur sesuai dengan

    kebutuhan agar mutu produk yang dihasilkan memenuhi spesifikasi teknis.

    b. Mutu bahan olahan diperiksa secara visual. Apabila ada kont aminan harus

    dipisahkan dan dimasukkan dalam tempat sampah. Dalam keadaan tertentu , mutu

  • Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009. USU Repository 2009

    teknis bahan baku seperti Po, PRI, kadar kotoran dan kadar abu diperiksa secara

    laboratorium.

    3. Pencacahan dan blending karet

    Langkah pencacahan dan blending karet meliputi:

    a. Sebelum digiling bahan olahan karet terutama slab yang tebal harus lebih dahulu

    dibelah dengan slab cutter/breaker untuk pemeriksaan kontaminan dan

    memudahkan pengolahan selanjutnya. Kotoran permukaan bahan baku hendaknya

    dicuci pada bak cuci pendahuluan atau disemprot dengan air

    b. Bahan olahan karet dipecah didalam prebeaker-1/extruder-1 menjadi ukuran

    diameter 3-5 cm.

    c. Keluar dari prebeaker-1/extruder-1, cacahan karet dicampur pada bak

    makroblending -1 atau drum berputar yang dilengkapi dengan saringan ( rotary

    screen ).

    d. Cacahan dipecah lagi menjadi ukuran lebih kecil ( diameter rata-rata 1-4 cm )

    menggunakan salah satu alat atau lebih :turbomill, prebeaker II, hamermill-1,

    extruder II, granulator 18 inci. Cacahan yang diperoleh kemudian dicampur lagi

    pada bak makroblending II atau drum berputar yang dilengkapi dengan saringan (

    rotary screen ).

    e. Cacahan dipecah lagi menjadi ukuran lebih kecil ( diameter rata-rata 0,5-2

    macerator hammermill atau hammermill II. Cacahan yang keluar dicampur lagi

    pada bak makroblending III.

    f. Dalam setipa langkah proses diatas, kontaminan yang dijumpai haru dipisahkan

    dan dimasukkan dalam tempat sampah.

  • Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009. USU Repository 2009

    4. Pembuatan krep

    Langkah pembuatan krep meliputi:

    a. Cacahan dijadikan lembaran dengan menggunakan macerator. Apabila tidak

    mempunyai macerator, cacahan langsung digiling dengan creper.

    b. Lembaran yang keluar dari macerator digiling dengan creper ( 6- 12 kali)

    tergantung pada kualitas bahan baku dan pengolahan pendahuluan. Apabila

    melakukan penggilingan secara manual dilakukan pelipatan lembatan krep untuk

    homogenasi. Krep yang dihasilkan harus matang digiling dengan ketebalan

    berkisar 5-10 mm. Selama penggilingan selalu dibarengi dengan pencucian yang

    baik. Diantara creper bisa juga ditambah atau creper hammermill.

    5. Proses basah dan kering

    Langkah proses basah dan kering meliputi:

    a. Pada proses basah, krep diremahkan langsung dengan alat shredder/cutter atau

    creper hammermill.

    b. Pada proses kering, krep hasil gilingan ditimbang kemudian digulung dan atau

    dikeringkan pada suhu ruangan ( pre drying ) selama 3-12 hari, khusus untuk

    bahan baku tunggal ( lump ) atau lump yang tecampur sebahagian dengan slab.

    Apabila tersedia ruangan penggantung, krep tersebut dikeringkan dala ruangan

    penggantung selama 1-7 hari, khusus untuk bahan baku tunggal ( lump ) atau

    lump yang tercampur sebahagian dengan slab. Apabila bahan baku terdiri dari

    campuran lump/slab/sit angina/skrep maka lama penggantungan sekitar 2-3

    minggu tergantung kepada nilai Po/PRI yang diinginkan.

    6. Peremahan

  • Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009. USU Repository 2009

    Langkah peremahan meliputi:

    a. Peremahan sistem basah

    Krep yang dihasilkan dari proses basah langsung diremahkan dengan alat

    shredder, creper hammermill, granulator, pelletizer/extruder.

    b. Peremahan sistem kering

    Krep yang dihasilkan dari proses kering ( Pre drying ) digiling atau tanpa digiling

    lalu diremahkan denga menggunakan alat shredder,creper hammermill,

    granulator, pelletizer/extruder.

    7. Pengeringan

    Langkah pengeringan meliputi:

    a. Hasil remahan dimasukkan kedalam troli/boks pengering. Pengisian troli tidak

    boleh terlampau padat, dan ketingginannya cukup merata pada setiap troli dan

    tidak boleh terjadi penyatuan remah berbentuk gumpalan.

    b. Setting time dan setting or temperature dreyer ( 115- 1200C ) sama sekali tidak

    diperbolehkan untuk diubah-ubah ketika dreyer sedang beropersi, kecuali apabila

    keadaan memaksa misalnya terjadi white spot/virgin rubber pada dua boks

    berturut-turut. Lama pengeringan setelah melalui pengeringan gantung ( 2-3

    minggu ) adalah 1,5-3,5 jam sedangkan lama pengeringan dan pengeringan

    gulung ( 3-12 hari ) adalah 3-4 jam. Pengeringan sengan sistem langsung 3,5-5

    jam.

    ( tim standar pengolahan karet, 1997)

    2.4. Nilai Plasticity Retention Index ( PRI )

  • Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009. USU Repository 2009

    Nilai PRI dari karet mentah dapat menunjukkan tingkat ketahanan karet terhadap

    oksidasi. Karet yang mempunyai nilai PRI tinggi berarti lebih tahan terhadap oksidasi

    dibandingkan dengan karet yang mempunyai PRI rendah. Nilai PRI sangat dipengaruhi oleh cara

    penanganan bahan olah dan pengolahan di pabrik. Karet yang dihasilkan dari bahan olah lateks

    kebun akan mempunyai nilai PRI lebih tinggi dibandingkan dengan karet yang dihasilkan dari

    bahan olah koagulum lapangan ( lump dan slab ).

    Nilai PRI yang merupakan gambaran mengenai ketahanan oksidasi dari karet yang

    bersangkutan dalam proses pengerjaan selanjutnya. Untuk SIR 20 yang umumnya diolah dari

    koagulum kebun ( field kebun ) maka tingginya nilai PRI ditentukan oleh bahan penggunpal

    yang digunakan, tingkat perendaman ( maturation ) dan kondisi pengeringannya. Secara umum

    dapat dikatakan bahwa bahan olahan karet yang kandungan air kecil dan penggumpalannya

    dilakukan dengan asam formiat ( asam semut ) seperti Sit angina memberikan produk dengan

    nilai PRI yang tinggi dan lebih konsisten. Sedangkan bahan olah karet yang memiliki kandungan

    air yang tinggi dan penggumpalannya dikerjakan dengan tawas, atau secara alamiah seperti slab

    dan skrep biasanya memberikan nilai PRI yang rendah dan bervariasi besar.

    Rendahnya nilai PRI karet yang berasal dari bahan koagulum akibat sebagian besar bahan

    bukan karet terutama protein dan fosfolida yang dapat bertindak sebagai antioksidan telah hilang.

    Bahan bukan karet yang masih tertinggal adalah berupa logam-logam, sehingga kadar abu karet

    tersebut tinggi dan karet mudah teroksidasi. Akibatnya nilai PRI rendah. Selain itu juga dapat

    disebabkan penangana bahan olah koagulum ini tidak terbaik, terutama yang berasal dari rakyat

    yang berupa bokar ( bahan olah karet rakyat ).

    Diketahui bahwa perendaman bokar yang terlalu lama dalam air atau penjemuran

    langsung dibawah sinar matahari akan menurunkan nilai PRI. Penurunan nilai PRI ini dapat

  • Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009. USU Repository 2009

    disebabkan hilangnya senyawa-senyawa antioksidan yang berasal dari protein dan fosfolida

    karena sebagian besar senyawa karet terlarut atau terurai. Turunnya nilai PRI dapat pula

    disebabkan oleh prose pengolahan di pabrik seperti penggilingan yang berlebihan atau

    pengeringan yang terlalu tinggi temperaturnya.Nilai PRI yang berasal dari bahan olah lateks dari

    setiap klon dapat diklasifikasikan mennjadi tiga kelompok yaitu rendah ( 85 ), sedang ( 86-94

    ), dan tinggi ( 95 ). (Azwar, Rasidin dkk, 1998 ).

    2.4.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai PRI:

    a. Ion-ion logam

    Ion-ion logam seperti Cu,Mn, dan Fe akan merangsang atau mempercepat degradasi

    karet pada waktu pemanasan. Karena itu bahan olahan yang berkontaminasi dengan logam-

    logam tersebut diatas akan menyebabkan rendahnya PRI

    Sebagai gambaran pengaruh kontaminasi logam-logam tersebut diatas terhadap

    penurunan PRI dapat dilihat sebgai berikut :

    % garam PRI

    0 94 0,05 CuSO4 teroksidasi 0,20 MnSO4 72

    0,05 ( Fe )2 ( SO4)3 58

    Dari data diatas terlihat bahwa prooksidan terkuat adalah Cu,,kemudian menyusul Fe dan

    Mn.

    Kontaminasi Cu, dan Fe dapat berasal dari peralatan yang dipergunakan di kebun atau di

    pabrik sehingga perlu dihindarkan pemakaian alat-alat yang terbuat dari Cu atau Fe. Sedangkan

    kontaminasi Mn diduga berasal dari tanah. Disampiping itu perlu diperhatikan bahwa ketiga

  • Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009. USU Repository 2009

    logam tersebut dapat juga berasal dari air pengolahan, sehingga air pengolahan haruslah

    memenuhi syarat.

    Skrep pohon yang terlalu lama baru diambil dari pohonnya biasanya menaikkan kadar Cu

    dan Mn, sehingga skrep pohon harus segera diamibil dan sebaiknya jangan lebih 2 hari tertahan

    di pohon.

    b. Pencampuran dengan karet skim

    Bila lump dicampur dengan karet skim maka SIR yang dihasilkan akan mempunyai nilai

    PRI yang rendah, karena karena karet skim mempunyai kadar Cu yang relatif tinggi. Oleh karena

    itu pencampuran bahan olahan SIR dengan karet skim tidak diperbolehkan. Adanya

    pencampuran karet skim ini biasanya dapat di duga jika kadar N dalam SIR 0,7%.

    c. Jumlah ammonia

    Untuk mempertahankakn kesetabilan, biasanya latek diawetkan dengan amonia. Bila

    latek tersebut akan diolah menjadi SIR harus dijaga agar kadar amonia tidak terlalu tinggi karena

    hal ini akan mengakibatkan turunnya nilai PRI. Disamping itu juga akan menambah kebutuhan

    asam untuk koagulasi.

    Pengaruh jumlah ammonia terhadap PRI dapat dilukiskan sebagai berikut:

    Kadar NH3 PRI 0,01 92 0,05 94 0,10 87 0,50 86 1,00 61

    Jadi penurunan PRI itu di duga karena destruksi anti oksidant alamiah oleh peningkatan kadar

    NH3.

  • Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009. USU Repository 2009

    d. Sinar matahari

    Bahan mentah yang terkena sinar matahari langsung akan mengalami penurunan PRI

    secara drastis, karena sinar ultra violet yang terkandung dalam sinar matahari akan meningkakan

    oksidasi. Penurunan PRI akan lebih besar jika lump yang disinari sudah kering.

    Penyinaran lump mangkok kering selama 6 jam dapat menyebabkan penurunan PRI

    45 %. Dengan alasan tersebut diatas, sedapat mungkin haruslah diusahakan agar bahan yang

    akan diolah menjadi SIR tidak terkena sinar matahari langsung.

    e. Suhu pengeringan

    Temperatur pengeringan yang tinggi bukanlah faktor utama untuk mengakibatkan

    penurunan PRI. Tetapi penguraian karet karena oksidasi dapat pula terjadi jika pengeringan

    suhu tinggi yang terlalu lama harus selalu dihindarkan dengan menjaga secara cermat keadaan

    drier termasuk pengatur suhu dan rekorder.

    f. Perendaman dan penggilingan

    Lump mangkok dan skrep biasnya direndam untuk membersihkan kotoran pada

    perendaman itu ternyata bukan hanya kotoran yang terbuang tetapi anti oksidannya juga turut

    tercuci. Oleh karena itu sangat perlu dijaga agar perendaman lump atau skrep tidak lebih dari 3

    hari agar PRI tidak terlalu rendah.

    Untuk menurunkan kadar kotoran lump atau skrep biasannya dilakukan peggilingan misal

    dengan pelletizer.Gesekan-gesekan yang timbul pada penggilingan itu mengakibatkan

    menurunnya nilai PRI Biasanya penurunan itu tergantung dari kondisis bahan mentah dan

    peralatannya.Jadi untuk menentukan jumlah pengilingan perlu dilakukan pengamatan

  • Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009. USU Repository 2009

    pendahuluan dimasing-masing pabrik karena kondisi bahan mentah dan alat sering berbeda-beda

    antara satu pabrik dengan pabrik lainnya.

    g. Perlakuan dengan bahan kimia

    Jika dianngap perlu PRI dapat diperbaiki dengan cara merenda karet yang telah

    dibutirkan dalam suatu larutan bahan kimia.Bahan kimia yang dapat digunakan untuk

    menaikkan PRI antara lain asam fosfat, asam oksalat, dan thiourea

    Pengaruh perendaman dalam bahan kimia terhadap PRI

    Remahan direndam dalam PRI Air 45

    H3PO4 0,5 % 70 ( COOH )2 0,5 % 82 Thiourea 0,5 % 72

    Sebelum pengeringan, remahan direndam didalam larutan-larutan tersebut diatas selam

    3 jam. Ternyata perendaman dengan asam oksalat menghasilkan PRI yang tinggi

    2.4.2 Penanganan nilai PRI

    Nilai PRI yang rendah akan mengakibatkan rendahnya mutu suatu karet. Untuk itu maka

    perlu dilakukan usaha pencegahan.

    Adapun cara penanganan nilai PRI yang rendah sebagai berikut:

    1. periksa kondisi dryer dan normalkan temperature pengeringan.

    2. koagulum atau remahan harus segera diproses. Dalam keadaan yang ekstrim dapat

    dipertimbangkan perlakuan dengan asam fosfat.

    3. cek pH koagulasi yang terbaik biasanya 4,7.

  • Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009. USU Repository 2009

    2.5. Nilai plastisitas awal ( Po )

    Plastisitas awal adalah ukuran plastisitas karet yang secara tidak langsung

    memperkirakan panjangnya rantai polimer molekul ( BM ) karet. Biasanya karet dengan nilai Po

    menunjukkan BM nya tinggi.Syarat uji minimum Po = 30 untuk semua jenis SIR menunjukkan

    bahwa karet harus memiliki BM minimum 1.300.000. SIR dengan Po kurang dari 30 biasanya

    disebabkan karet telah mengalami degradasi atau pemotongan rantai molekulnya, yang berakibat

    sifat fisik merosot.

    2.5.1. Penanganan nilai Po

    Seperti halnya dengan PRI, Po juga dapat bernilai rendah. Jika nilai Po rendah maka akan

    mengakibatkan nila PRI yang diperoleh juga rendah.Untuk itu perlu dilakukan cara penanganan

    agar nilai Po yang diperoleh tidak rendah.

    Adapun cara penanganan nilai Po yang rendah sebagai berikut:

    1. Usahakan menormalkan pengeringan dengan memberbaiki creping, crumb size, dan

    pengoperasian dryer.

    2. Turunkan temperature pengeringan atau kurangi/persingkat waktu pengeringan

    3. Usahakan penyimpanan lump ditempat kering dan hindari penyimpanan pada rumah asap

    atau pada sinar matahari.

    4. Up grade mutu bahan mentah.

    5. ganti formalin dengan NH4OH.

  • Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009. USU Repository 2009

    2.6. Pengolahan Standar Indonesia Rubber ( SIR )

    Standar Indonesia rubber ( SIR ) yaitu produk karet alam yang baik prosesing ataupun

    penentuan kualitasnya dilakukan secara spesifikasi teknis.

    Berdasarkan bahan bakunya kualitas SIR yang dihasilkan dibagi dalam dua bagian:

    1. Bahan baku lateks diproduksi menjadi SIR 5,SIR 5L,SIR 5 CV, dan SIR 5 LV.

    2. bahan baku grade/cup lump diolah menjadi SIR sebagai mutu SIR 10, SIR 20, dan SIR

    50.

    Kemampuan suatu jenis pabrik untuk menghasilkan SIR dari bahan mentah tertentu terletak pada

    kemampuannya untuk menghasilkan produk yang memenuhi syarat spesifikasi, yang dewasa ini

    terdiri dari :

    a. Kadar zat menguap : tergantung dari pengeringan

    b. Kadar nitrogen

    c. Kadar abu

    d. Kadar kotoran

    e. PRI atau plasticity retention index

    Menurut kenyataan sekarang, dengan tanpa mempertimbangkan sifat-sifat fisika maka hanya

    dua spesifikasi yang perlu mendapat perhatian serius dan harus dipertimbangkan masa-masak

    bila melakukan pengolahan yaitu kadar kotoran dan PRI. Dengan demekian, untuk mendapatkan

    fabrikasi yang baik persyaratan yang diperlukan adalah :

    1. Cukup bersih

    2. Nilai PRI cukup tinggi

    3. Produk yang seragam dan spesifikasi semantap mungkin.

  • Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009. USU Repository 2009

    Dalam keadaan normal,dengan bahan mentah tertentu ( hasil perkebunan besar misalnya),

    cara pengolahan yang lazim adalah mengolah setiap jenis bahan mentah secara terpisah untuk

    memperoleh jenis mutu yang berbeda dan paling baik untuk masing-masing. Dengan bahan

    mentah rakyat cara kerja semacam ini kiranya hanya angan-angan belaka karena bahan mentah

    ini sukar disortasi dengan baik.Sortasi masih mungkin dilaklukan menurut jumlah kotoran yang

    terkandung, tetapi tidak mungkin untuk PRI. Justru keseragaman ini yang sangat penting bagi

    Indonesia, sedangkan keseragaman kadar kotoran lebih mudah dicapai dengan melakukan

    pembersihan yang cukup. Karena itu berdasrkan macamnya bahan mentah perlu diterapkan cara

    pengolahan yang berbeda. Langkah pengolahan yang berlaku mutlak dan umum adalah usaha

    untuk mendapatkan pengeringan dan pembungkusan yang mudah. Langkah pengolahan lainnya

    adalah sedikit banyak berkisar pada :

    1. Pembersihan secara mekanik untuk menurunkan kadar kotoran

    2. blending untuk menghasilkan produk yang lebih seragam 3. peningkatan nilai PRI ( pencampuran koagulum dengan PRI tinggi atau perlakuan

    kimiawi )

    Dengan demikian ada banyak jalan untuk mencapai pembersihan mekanis dan semua cara

    pembersihan mekanis yang memperbaiki kadar kotoran sedikit banyak menyebabkan penurunan

    nilai PRI. Karena itu yang penting adalah mencari cara pembersihan mekanis yang mampu

    melakukan penurunan kadar kotoran secukupnya tanpa terlalu banyak mengorbankan nilai PRI.

    BAB 3

    METODE PERCOBAAN

  • Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009. USU Repository 2009

    3.1 Alat-Alat

    a. Blending mill b. Wallace punch c. Wallace Rapid Plastimeter

    d. Alat pengukur waktu

    e. Oven

    f. Wadah plastimeter

    g. Kertas sigaret

    h. Neraca Analitik

    3.2 Bahan-Bahan

    a. SIR 3

    b. SIR 20

    3.3 Prosedur Percobaan

    a. Ditimbang 25 gram SIR 3 dan SIR 20 yang sudah dikeringkan

    b. Digiling dengan blending mill sebanyak tiga kali dengan ketebalan 1,6-1,8 mm

    c. Dilipat dua lembaran karet SIR 3 dan SIR 20 , kemudian diletakkan perlahan-lahan

    dengan telapak tangan sehingga mempunyai ketebalan 3,2-3,6 mm

    d. Dipotong lembaran karet SIR dan SIR 20 dengan alat Wallace punch sebanyak 6 buah

    potongan uji dengan diameter 13 mm

    e. Untuk pengukuran pastimeter awal (Po) diambil 3 potongan uji, sedangkan untuk

    pengukuran plastisitas setelah pengusangan diambil 3 potongan uji.

  • Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009. USU Repository 2009

    f. Diletakkan potongan uji untuk pengukuran plastisitas setelah pengusangan diatas

    g. Baki dan dimasukkan kedala oven pada suhu 1350C selama 30 menit, lalu dikeluarkan

    kemudian didinginkan sampai suhu kamar.

    h. Untuk potongan uji plastisitas sebanyal 3 buah, kemudian diletakkan satu-persatu

    diantara dua lembar kertas sigaret dengan ukuran 40 mm x 35 mm, kemudian diletakkan

    diatas piringan plastimeter lalu piringan plastimeter tersebut ditutup.

    i. Setelah ketukan pertama piringan bawah plastimeter akan bergerak keatas selam a 15

    detik dan menekan piringan atas.

    j. Kemudian dilanjutkan sampai ketukan kedua berakhir yang ditandai dengan jarum

    micrometer pada waktu berhenti bergerak sebagai nilai plastimeter karet.

    k. Untuk potongan uji setelah pengusangan yang telah didinginkan pada suhu kamar diukur

    dengan cara yang sama.

    l. Dilakukan perlakuan yang sama untuk suhu 140oC dan suhu 145oC

    m. Nilai PRI dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :

    PRI = 00100PoPa

    Dimana :

    Pa = Plastimeter setelah pengusangan

    Po = Plastimeter sebelum pengusangan(Plastimeter awal)

    BAB IV

  • Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009. USU Repository 2009

    HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. HASIL

    Sampel Temperatur Sebelum Pemanasan

    (Po)

    Sesudah Pemanasan

    (Pa)

    Plastisitas Retensi Indeks

    (PRI) SIR 3

    I 135 25 18 72 26 18 69 25 18 72

    II 140 25 15 60 24 15 63 25 15 60

    III 145 25 9 36 24 9 38 24 8 33

    SIR 20 I 135 28 24 86 28 23 82 28 23 82

    II 140 29 22 76 28 22 79 28 22 79

    III 145 28 14 50 28 14 50 28 15 54

    4.2. Pembahasan

  • Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009. USU Repository 2009

    Pengujian nilai PRI ini merupakan salah satu parameter untuk menentukan kualitas dari

    suatu karet. Penentuan PRI adalah cara pengujian yang sederhana dan cepat untuk mengukur

    ketahanan karet mentah terhadap degredasi oleh oksidasi pada suhu tinggi. Pengujian ini

    meliputi pengujian plastisitas dari potongan uji sebelum dan susudah pengusangan didalam oven.

    Suhu dan waktu pengusangan diatur sedemikian rupa,sehingga dapat memberikan

    perbedaan yang nyata dari berbagai jenis karet mentah.Pada suhu pemanasan yang tinggi,

    molekul-molekul karet akan teroksidasi membentuk senyawa-senyawa yang rentai molekulnya

    lebih pendek sehingga keelastisitasannya akan semakin rendah. Nilai PRI yang tinggi

    menunjukkan ketahanan yang tinggi terhadap degredasi oleh oksidasi suhu yang tinggi.

    Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa untuk sampel SIR 3 pada suhu 135 0C Nilai

    PRI maksimum yaitu 72 % dan minimum 69 %. Suhu 1400C nilai PRI maksimum 63 % dan

    minimum 60%. Suhu 1450C nilai PRI maksimum 38 % dan minimum 33 %. Sedangkan untuk

    sampel SIR 20 diperoleh pada suhu 1350C nilai PRI maksimum yaitu 86 % dan minimum 82 %.

    Suhu 1400C nilai PRI maksimum 79 % dan minimum 76 %. Suhu 1450C nilai PRI maksimum 54

    % dan minimumnya 50 %.

    Standar nilai Po dan PRI telah ditetapkan sebagai Standar Nasional Indonesia ( SNI )

    nilai PRI minimum untuk SIR 20 adalah 50 % dan SIR 3 adalah 75 %. Sedangkan untuk nilai Po

    minimum pada SIR 20 adalah 30 % dan SIR 3 adalah 30 %. Jadi dapat disimpulkan bahw nilai

    PRI yang sesuai dengan standar yang ditetapkan adalah pada suhu 1450C yaitu 76% yang paling

    mendekati dengan SNI.

    BAB 5

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1. Kesimpulan

  • Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009. USU Repository 2009

    Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai

    berikut :

    Bila nilai PRI semakin tinggi, maka kualitas karet semakin bagus( tahan terhadap oksidasi suhu

    tinggi ). Sebaliknya bila nilai PRI rendah maka karet semakin peka terhadap oksidasi suhu tinggi.

    Dari hasil yang diperoleh dengan menggunakan temperatur yang berbeda yaitu pada temperatur

    1350C, 1400C dan temperatur 1450C didapatkan temperatur yang paling cocok digunakan adalah

    temperatur 1400C yaitu 78%, dikarenakan perubahan nilai PRI yang diperoleh konstan dan

    sesuai dengan SNI ( Standar nasional Indonesia ).

    5.2. Saran

    Sebaiknya pada waktu pemanasan, temperatur dan waktu pemanasan diatur sedemikian

    rupa, dimana temperatur yang paling baik digunakan adalah 1400C agar plastisitas karet tidak

    rusak sehingga nilai PRI nya menjadi tinggi dan kualitas karet menjadi baik.

    DAFTAR PUSTAKA

    Azwar Rasidin, dkk. 1988. Prosiding Loka Karya Nasional Pemulian Karet 1988 dan Diskusi

    Nasional Prospek Karet Alam Abad 21. Medan. Pusat Penelitian Karet Penelitian

    Perkebunan Indonesia.

  • Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009. USU Repository 2009

    Omposunggu, M. 1987. Pengolahan Lateks Pekat. Sungei Putih. Lembaga Penilitian Perkebunan.

    Rubber, S. 1983. Karet Alam. Ceatakan Pertama. Jakarta. Penerbit Kinta.

    Tampubolon,M. 1980. Komposisi Dan Sifat Latek. Tanjung Morawa. Pusat Penelitian

    Pengembangan Perkebunan.

    Tim Standar Pengolahan Karet. 1997.Kumpulan Pedoman Pengolahan Karet.Direktorat Jendral

    Perkebunan.

  • Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009. USU Repository 2009

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Standar Spesifikasi Mutu Lateks Pekat Munurut PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate

    No Parameter Mutu SIR 3

    SIR 20

  • Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009. USU Repository 2009

    1 Kadar kotoran

    (%max)

    0,030 0,2

    2 Kadar abu (%max) 0,50 1,00

    3 VM (%max) 0,80 0,80

    4 PO (min) - 30

    5 PRI (min) - 50

    6 ASHT (max) - -

    7 ML1+4 (range) 43-57 -

    8 Nitrogen (%max) 0,10-0,30 0,60

    Sumber: Data PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate 22 Februari 2008

    Tabel 2. Standar Spesifikasi Mutu Lateks Pekat Menurut SNI

    No Parameter Mutu SIR 3

    SIR 20

    1 Kadar kotoran

    (%max)

    0,030 0,200

  • Rezekika Harahap : Analisa Perbandingan Nilai Pri Darfi Produk Sir 20 Dan Sir 3 Untuk Temperatur Yang Berbeda-Beda, 2009. USU Repository 2009

    2 Kadar abu (%max) 0,50 1,00

    3 VM (%max) 0,80 0,80

    4 PO (min) 30 30

    5 PRI (min) 75 50

    6 ASHT (max) - -

    7 ML1+4 (range) - -

    8 Nitrogen (%max) 0,60 0-,60

    Keterangan:

    VM = Volatile matter

    PO = Original Plasticity

    PRI = Plasticity Retention Index

    ASHT = Accelerated Storage Hardening Test

    ML1+4= Mooney Viscometer

    penulisTHE ANALYSIS OF PRI RATE OF EXCHANGE FROM THE PRODUCT SIR 20 AND SIR 3 FOR THE DIFFERENT TEMPERATUREABSTRACTPlastisity Retention Index ( PRI ) was the measurement of rubber endurance of the heating (oxidation) in the high temperature. The PRI value was measured from the pliancy size of still backward raw rubber if the sample of this rubber was heated while ...BAB 2TINJAUAN PUSTAKA2.1. Lateks2.2. Susunan dan sifat-sifat karet alam2.2.1 Pengaruh struktur kimia karetGambar 1. Rumus bangun Cis 1,4 poliisopren ( karet alam )2.2.2. Pengaruh komponen bukan karet ( non-rubber )2.3. Proses pengolahan karet ( crumb rubber )Cara pembuatan SIR 3Va =Cara pembuatan SIR 202.4. Nilai Plasticity Retention Index ( PRI )2.4.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai PRI:Pengaruh perendaman dalam bahan kimia terhadap PRI2.4.2 Penanganan nilai PRI2.5. Nilai plastisitas awal ( Po )2.5.1. Penanganan nilai PoSeperti halnya dengan PRI, Po juga dapat bernilai rendah. Jika nilai Po rendah maka akan mengakibatkan nila PRI yang diperoleh juga rendah.Untuk itu perlu dilakukan cara penanganan agar nilai Po yang diperoleh tidak rendah.