ANALISA MAKROEKONOMI DAN IKLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51312... · 2020....
Transcript of ANALISA MAKROEKONOMI DAN IKLIMrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51312... · 2020....
ANALISA MAKROEKONOMI DAN IKLIM
INVESTASI TERHADAP PASAR MODAL
SYARIAH DI INDONESIA
Achyar Riyanda Halim, M.A.
Analisa Makroekonomi Dan Iklim Investasi
Terhadap Pasar Modal Syariah Di Indonesia
©2020, Achyar Riyanda Halim
Hak cipta dilindungi undang-undang
Penulis : Achyar Riyanda Halim
Tata Letak &
Desain Cover : Fadil Fadhilla
ISBN : 978-602-5576-56-0
Cetakan ke-I, Maret 2020
Diterbitkan oleh:
YPM (Young progressive Muslim)Press
Website :http://www.ypm-publishing.com/
Email: y [email protected]
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara
apapun tanpa izin tertulis dari Penulis
i
KATA PENGANTAR
Alh{amdulilla>hirabbil ‘alami>n, segala puji penulis
haturkan kepada Dzat yang Maha Rahman dan Maha Rahi>m,
Allah SWT atas karunia, kasih sayang dan nikmat-Nya yang
diberikan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan Tesis
ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada
mahkhluk paling mulia, Pemberi Sh{afa’at, penutup para Nabi
dan Rasul, Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga, para
sahabat, dan para pengikutnya yang selalu berharap sh{afa’atnya
di hari akhirat kelak.
Penulisan Tesis yang berjudul ‚Analisa Makroekonomi dan Iklim Investasi Terhadap Pasar modal Syariah di Indonesia ‚ ini telah melalui proses panjang yang penuh perjuangan dan
kerja keras yang di dalamnya masih banyak kekurangan dan
keterbatasan baik dalam pemahaman, pengetahuan, serta analisa.
Oleh karena itu, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya
dan mengharapkan kritik dan masukan yang membangun dari
para pembaca, akademisi, praktisi dan lainnya agar Tesis ini
semakin baik, sehingga harapannya dapat memberikan manfaat
dan memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu
pengetahuan ekonomi syariah, khususnya tentang wakaf.
Penyelesain Tesis ini telah melibatkan banyak pihak,
baik yang secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena
itu, Penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang tidak
terhingga kepada banyak pihak yang telah mendukung dan
membantu dalam menyelesaikan penyusunan Tesis ini.
Terimakasih itu penulis sampaikan dengan penuh keikhlasan dan
ketulusan hati kepada:
1. Keluarga penulis, Ayahanda Bapak Osli Mardinal dan
Ibunda Hamidah, dan Adinda-Adinda tercinta, Ahmad
Gunawan Halim. Dan kepada keluarga di Jakarta Kakek
Junaidi Nyaman, Nenek Susilawati, Om Ferry, Tante Vina,
Om Rifki dan Tante Sinta serta Kak Shinta dan Bang Rizal
yang tidak pernah berhenti memberikan nasihat, kasih
sayang, semangat dan doa dalam setiap sujudnya kepada
ii
penulis. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan
kesehatan, kasih sayang dan rahmat-Nya.
2. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ibu Prof. Dr. Hj.
Amany Burhanuddin Lubis, MA.
3. Jajaran pimpinan Sekolah Pascasarjana UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Bapak Prof. Dr. Jamhari, MA selaku
Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Bapak Dr. Hamka Hasan, Lc., MA selaku Wakil
Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Bapak Prof. Dr. Didin Saepudin, MA selaku Ketua
Program Studi Doktor Pengkajian Islam Sekolah
Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Dr.
Asmawi, M.Ag selaku Sekretaris Program Studi Doktor
Pengkajian Islam Sekolah Pascasarjana UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Bapak Arif Zamhari, M.Ag., Ph.D
selaku Ketua Program Studi Magister Pengkajian Islam
Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan
Bapak Dr. Imam Sujoko, MA selaku Sekretaris Program
Studi Magister Pengkajian Islam Sekolah Pascasarjana UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Promotor sekaligus pembimbing dalam penulisan tesis ini,
Bapak Prof. Dr. Muhammad Bin Said yang tidak pernah
kenal lelah untuk membimbing, memberikan arahan,
masukan, motivasi, dan kritik kepada penulis. Semoga Allah
SWT memberikan balasan yang terbaik dan menjadi bekal
kebaikan di akhirat kelak.
5. Para verifikator dan penguji dalam ujian-ujian penyelesaian
tesis ini, Bapak Prof. Dr. Iik Arifin Mansurnoor, MA., Bapak
Arif Zamhari, M.Ag., Ph.D, Bapak Dr. JM. Muslimin, MA.,
Bapak Dr. Kusmana, MA., Bapak Dr. Dr. M. Nur Rianto Al
Arif, SE., M.Si, Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag., dan Bapak Dr.
Imam Sujoko, MA.
6. Para dosen pengampu mata kuliah, Bapak Prof. Dr. Atho
Mudzhar, MA., Bapak Dr. Fathurrahman Jamil, MA., Bapak
Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA., Bapak Prof. Dr. Ahmad
Rodoni, MM., Bapak Prof. Dr. Abdul Aziz Dahlan, Bapak
iii
Prof. Dr. Salman Harun, MA., Bapak Prof. Dr. Amin Suma,
MA., Bapak Prof. Dr. Suwito, MA., Bapak Prof. Dr. Zainun
Kamaluddin Fakih, MA., Bapak Prof. Dr. Abdul Mujib,
MA., Bapak Prof. Dr. Mundzir Suparta, MA., Bapak Dr. M.
Nur Rianto Al Arif, M.Si., Bapak Dr. Trisiladi, M.Si., Ibu
Dr. Euis Amalia, M.Ag., Bapak Dr. Anwar Abbas, MA.,
Bapak Dr. Nadratuzzaman Husen, MA., Bapak Dr. Yusuf
Rahman, MA., Bapak Dr. Khamami Zada, Arif Zamhari,
MA., Ph.D., dan lainnya yang belum disebutkan dalam
kesempatan ini.
7. Jajaran staf sekretariat dan perpustakaan Sekolah
Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Mas Adam,
Mas Arif, Mas Farid, Mba Vemmy, Mas Rofiq dan lain-lain
yang belum sempat disebutkan.
8. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada lembaga-
lembaga tempat penulis berdiskusi, berorganisasi dan ngopi.
LTTQ Fathullah, IRMAFA (Ikatan Remaja Masjid
Fathullah), Katadata, Masyarakat Ekonomi Syariah (MES)
dan Himpunan Mahasiswa MAN/MAPK Kotobaru se-
jabodetabek (HIMAPOKUS), IKMM (Ikatan Mahasiswa
Minang) se-Jabodetabek, PSQ (Pusat Studi Qur’an) dan
Ikatan Keluarga Mahasiswa Dharmasyara (IKMD).
Katadata, FPCI (Foreign Policy Community of Indonesia)
dan OJK (Otoritas Jasa Keuangan) Devisi Pasar Modal
Syariah yang telah banyak mmberikan penulis insprirasi
dalam tesis ini
9. Teman-teman mahasiswa Sekolah Pascasarjana UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, antara lain M. Arif, Wildan Munawar
M. Rizki, Ahmad Musabiq Habibie, Ahsana Fitria, Devi
Mustika Sari, Wiji Lestari, Nila, Navida, Eryz Suci, Sirojul
Arifin Sofa, M. Reza, Amir, Rizal, dan lainnya yang belum
sempat disebutkan.
10. Teman seperjuangan Kosan 69: Ikfil Hasan, Musabiq, Pak
dos Syarif Hidayatullah, Buya Rais el-Hadi, Ivan
Habibullah, Pak Tabi’in, Rahmatullah, Mas Hafidz, Rijal
Fikri, Ibrahim. Semoga kita selalu diberikan Allah
iv
keberkahan dan kemudahan atas segala yang kita lakukan
dan kita cita-citakan. Amin.
11. Teman Konjo arek lawan barek minang di Jakarta Anggi,
Hanif, Faif, Dhea, Renita, Ririn. Dan seluruh teman-teman
penulis selama berada di Ciputat ini. Semoga kita selalu
diberikan Allah keberkahan dan kemudahan atas segala yang
kita lakukan dan kita cita-citakan. Amin.
12. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian Tesis ini,
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, semoga
Allah membalasnya dengan balasan yang terbaik.
Akhir kata penulis berharap dan memohon kepada Allah
SWT agar ikhtiar dan langkah yang dilakukan menjadi amal
ibadah serta selalu memberikan limpahan rahmat-Nya kepada
penulis dan seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam
penyelesaian tesis ini.
Jakarta, 07 November 2019
Penulis,
Achyar Riyanda Halim
v
ABSTRAK
Iklim investasi menjadi salah satu kunci penting untuk
berinvestasi di indonesia, terutama menyangkut kenyamanan
investasi. Penelitian ini mendiskripsi tentang menganilisa
makroekonomi dan iklim investasi terhadap pasar modal syariah
Desain penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif deskriptif
dengan menguji bentuk peristiwa dalam penelitian dengan
beberapa variabel makroekonomi dan indeks korupsi terhadap
pasar modal. Analisa penelitian dengan menggunakan regresi
linear berganda untuk memperhatikan pengaruh antara variabel
independen dan dependen. Variabel iklim investasi yang diuji
dengan indikator indeks korupsi, sedangkan pada variabel
makroekonomi terdiri dari tingkat inflasi, tingkat suku bunga,
GDP dan untuk pasar modal syariah diambil dari kapitalisasi
saham-saham Jakarta Islamic Index dari tahun 2002-2017.
Tujuan dalam penelitian ini menguji aktivitas investasi sangat
rentan terhadap indek korupsi dan makroekonomi yang
mempengaruhi volatilitas saham syariah di indonesia, karena
indeks korupsi memberikan efek negatif yang mana negara itu
memiliki tingkat korupsi yang tinggi.
Temuan penelitian ini mengivestigasi bahwa variabel stabilitas
makroekonomi yang secara signifikan tidak mempengaruhi pasar
modal syariah yaitu BI rate, Inflasi, GDP dan Kurs. Sedangkan
iklim investasi yaitu indeks korupsi memiliki pengaruh terhadap
saham-saham syariah. dikarenakan indikator yang terpengaruh
sangat dekat dengan birokrasi pemerintahan dan memberikan
rentan terhadap indikator iklim investasi yaitu indeks korupsi di
Indonesia.
Keterbatasan penelitian ini yaitu melihat dampak kebijakan
makroekonomi masih dirasakan di seluruh sektor pasar modal
termasuk iklim investasi syariah dan implikasi terhadap iklim
investasi belum sepenuhnya dapat dipahami disebabkan, tidak
tersedianya data yang relevan, studi empiris diperlukan untuk
menunjukkan efek nyata kebijakan makroekonomi Islam sebagai
perbandingan. Pembelajaran dari penelitian yang diambil dalam
vi
pembahasan ini untuk meningkatkan kesadaran di antara
akademisi dan praktisi tentang kelemahan inheren dari praktik
keuangan saat ini. Selanjutnya, juga menyoroti bidang utama
yang perlu ditingkatkan untuk pengembangan masa depan dan
keberhasilan ekonomi islam di indonesia.
Keyword: Investasi Syariah, Iklim Investasi dan Stabilitas
Makroekonomi
vii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Keputusan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Nomor: 507 Tahun 2017
1. Konsonan
No. Arab Latin No. Arab Latin
t ط Tidak dilambangkan 16 ا 1
z ظ b 17 ب 2
‘ ع t 18 ت 3
gh غ ts 19 ث 4
f ؼ j 20 ج 5
q ؽ h 21 ح 6
k ؾ kh 22 خ 7
l ؿ d 23 د 8
m ـ dz 24 ذ 9
n ف r 25 ر 10
w ك z 26 ز 11
h ق s 27 س 12
` ء sy 28 ش 13
y ي s 29 ص 41
d ض 15
viii
2. Vokal pendek
Vocal dalam Bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal
tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal,
ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
-- - a Fathah
-- - i Kasrah
-- - u Dammah
Adapun untuk rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
ي-- ai a dan i
ك-- au a dan u
3. Vokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal panjang (mad), yang dalam bahasa Arab
dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
ى ا-- â a dengan topi di atas
ى ي -- î i dengan topi di atas
ىػ و -- û u dengan topi di atas
4. Kata Sandang (ال)
Kata sandang, yang dalam system aksara Arab dilambangkan dengan huruf,
yaitu dialihskasarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf syamsiyah maupun huruf
kamariah. Contoh: al-rijâl, al-dîwân dan bukan ad-diwân.
5. Syaddah (Tasydid)
Syaddah atau tasydîd yang dalam system tulisan Arab dilambangkan dengan
sebuah tanda - - dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan
menggandakan huruf diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika
huruf yang menerima tanda syaddah itu terleak setelah kata sandang yang diikuti oleh
huruf-huruf syamsiah. Misalnya, kata (الضرورة) tidak ditulis ad-darûrah melainkan al-
darûrah, demikian seterusnya.
ix
6. Tā’ Marbūṭah
Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûtah terdapat pada kata yang
berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat contoh 1 di
bawah). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbûtah tersebut diikuti oleh kata sifat
(na‘t) (lihat contoh 2). Namun, jika huruf ta marbûtah tersebut diikuti kata benda (ism),
maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3).
No. Kata Arab Alih Aksara
tarîqah طريقة 1
al-jamî‘ah al-islamiyyâh الجامعة الاسلامية 2
wahdat al-wujûd كحدة الوجود 3
7. Huruf Kapital
Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam alih
aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti ketentuan yang
berlaku dalam Ejaan Bahasa Indonesia (EBI), antara lain untuk menuliskan permulaan
kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-lain. Jika nama diri
didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal
nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya. Contoh: Abû Hâmid al-
Ghazâlî bukan Abû Hâmid Al-Ghazâlî, al-Kindi bukan Al-Kindi.
Beberapa ketentuan lain dalam EBI sebetulnya juga dapat diterapkan dalam alih
aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring (italic) atau cetak tebal
(bold). Jika menurut EBI, judul buku itu ditulis dengan cetak miring, maka demikian
halnya dalam alih aksaranya, demikian seterusnya.
Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal dari
dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meskipun akar katanya
berasal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis Abdussamad al-Palimbani, tidak ‘Abd al-
Samad al-Palimbânî; Nuruddin al-Raniri, tidak Nûr al-Dîn al-Rânîrî.
8. Cara penulisan kata
Setiap kata, baik kata kerja (fi‘l), kata benda (ism), maupun huruf (harf) ditulis
secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara atas kalimat-kalimat dalam
bahasa Arab, dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan di atas:
Kata arab Alih Aksara
ت اذ dzahaba al-ustâdzu ذ ه ب الأ س
ر tsabata al-ajru ثػ ب ت الا ج
al-harakah al-‘asriyyah الحر ركة الع ص ر ية
x
ه د أ ف لا إله إلا الله asyhadu an lâ ilâha illâ Allâh أ ش
ن ا م ل ك الصال ح Maulânâ Malik al-Sâlih م و لا
yu’atstsirukum Allâh يػ ؤ ث ر ك م الله
ل ية al-mazâhir al-‘aqliyyah المظ اه ر الع ق
Penulisan nama orang harus sesuai dengan tulisan nama diri mereka. Nama
orang berbahasa Arab tetapi bukan asli orang Arab tidak perlu dialihaksarakan.
Contoh: Nurcholish Madjid, bukan Nûr Khâlis Majîd; Mohamad Roem, bukan
Muhammad Rûm; Fazlur Rahman, bukan Fadl al-Rahmân.
xi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................ i
ABSTRAK ............................................................................... v
PEDOMAN TRANSLITETASI ARAB LATIN .................. vii
DAFTAR ISI ........................................................................... xi
DAFTAR DIAGRAM TABEL .............................................. xv
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian. ......................................................... 1
B. Permasalahan Penelitian. ........................................................... 22
1. Identifikasi Permasalahan. ................................................. 22
2. Rumusan Masalah. ............................................................. 24
3. Pembatasan Masalah .......................................................... 24
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian. ................................................. 25
1. Tujuan Penelitian. .............................................................. 25
2. Manfaat Penelitian. ............................................................ 26
a. Akademisi .................................................................... 26
b. Praktisi ......................................................................... 26
D. Metodologi Penelitian. ............................................................... 27
1. Jenis Penelitian. .................................................................. 27
2. Variabel Penelitian. ............................................................ 28
3. Teknik Pengumpulan Data Penelitian. ............................... 29
4. Teknik Analisa Data dan Hipotesis Penelitian. .................. 29
E. Kerangka Pemikiran. ................................................................... 31
5. Indikator Penelitian ........................................................... 32
F. Kajian Dahulu yang Relevan. ..................................................... 33
G. Sistematika Penulisan Penelitian. .............................................. 41
BAB II : Diskursus Ekonomi Makro, Pasar Modal Syariah
dan Iklim Investasi Dari Sudut Pandang Keuangan
Islam…………………………………………………... 43
xii
A. Diskursus Konsep Ekonomi Makro dalam Perspektif
Ekonomi Islam ........................................................................... 46
a. Definisi Makroekonomi Dalam Konteks Ekonomi Islam ... 46
b. Prosepek Makroekonomi Dalam Ekonomi Islam................ 52
c. Prinsip-Prinsip Makroekonomi Dalam Tinjauan
Ekonomi Islam .................................................................... 56
d. Arah Kebijakan Makroekonomi Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Dalam Perspektif Ekonomi Islam ....................... 64
B. Diskursus Investasi di Pasar Modal Syariah Indonesia ............. 76
a. Investasi Dalam Perspektif Ekonomi Islam ...................... 76
b. Risiko-Risiko Dalam Investasi Dari Persepktif
Ekonomi Islam ................................................................... 86
c. Dinamika Investasi Di Pasar Modal Syariah Perspektif
Makroekonomi ................................................................... 90
1. Faktor-Faktor Pengaruh Makro Ekonomi Terhadap
Iklim Investasi di Pasar Modal Syariah Indonesia. .... 96
a. Inflasi .................................................................. 96
b. Kurs Mata Uang. ................................................. 99
c. Tingkat Suku Bunga (Interest rate) .................... 103
d. Pertumbuhan GDP (Gross Domestic Bruto) ....... 106
C. Diskursus Iklim Investasi Pasar Modal Syariah Di
Indonesia dan Faktor Penentu .................................................... 107
Korupsi dan Dampak terhadap Iklim Investasi ......... 110
BAB III: Analisa Variabel Makroekonomi dan Iklim
Investasi Terhadap Indeks Saham Syariah Di
Indonesia .......................................................................... 115
A. Potret Sejarah Singkat Perkembangan Investasi Di Pasar
Modal Syariah dan Iklim Investasi di Indonesia ........................ 116
B. Analisis Pengaruh Makroekonomi dan Iklim Investasi
Terhadap Indeks Saham Syariah di Indonesia. .......................... 118
a. Analisis Deskripsi Pengaruh Variabel Makroekonomi
dan Iklim Investasi Terhadap Indeks Saham Syariah di
Indonesia ............................................................................ 118
xiii
b. Estimasi Uji Regresi Berganda (Multiple Linier
Regresion) dengan Eviews ................................................. 121
a. Uji Normalitas, ........................................................... 121
b. Uji Linieritas ............................................................... 123
c. Uji Asumsi Klasik Regresi Berganda dengan Eviews ....... 124
1. Uji Autokorelasi, ....................................................... 124
2. Uji Heteroskedastisitas ............................................... 125
3. Uji Multikolinieritas .................................................. 126
4. Uji Estimasi Regresi Liner Berganda ......................... 127
a. Uji t (Parsial) ........................................................ 130
b. Uji F dan R Square (Simultan) ............................. 132
C. Interprestasi Determinasi Faktor Makroekoknomi dan Iklim
Investasi Terhadap Indeks saham Syariahi ................................ 134
Bab IV: Implementasi dan Peran Kebijakan Pemerintah
DalamPengembangan Arah Iklim Investasi di Pasar
Modal Syariah Indonesia Dalam Tinjauan Konsep
Makro Ekonomi ................................................................ 143
A. Risiko dan Peluang Iklim Investasi Syariah Perspektif
Makroekonomi Islam. ................................................................ 143
B. Peran Pemerintah pada Iklim Investasi Syariah Di Pasar
Modal Indonesia Dalam Tinjauan Makroekonomi Islam. ......... 167
1. Stabilitas Ekonomi dalam tinjauan Makroekonomi
Islam. .............................................................................. 175
2. Kualitas Infrastruktur Terhadap Meningkatkan
Investasi Dalam Tinjauan Makroekonomi Islam .......... 179
3. Kepastian Hukum dan Keamanan Investor Dalam
Perspektif Kebijakan Makroekonomi Islam................... 185
C. Implementasi Kebijakan Pengembangan Iklim Investasi
Syariah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia Dari
Sudut Perspektif Ekonomi Islam ............................................... 189
Bab V: PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................ 201
B. Implikasi .................................................................................... 203
xiv
C. Saran dan Rekomendasi ............................................................. 204
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 207
GLOSARIUM ................................................................................... 239
INDEKS ............................................................................................ 249
BIODATA PENULIS
xv
DAFTAR DIAGRAM DAN TABEL
TABEL:
TABEL 1.2: INDIKATOR PENELITIAN .................................... 32
TABEL 3.1: HASIL ANALISIS DESKRIPTIF ............................ 119
TABEL 3.2: UJI NORMALITAS .................................................. 122
TABEL 3.3: UJI LINIERITAS ...................................................... 123
TABEL 3.4: UJI AUTOKORELASI ............................................. 124
TABEL 3.5: UJI HETEROSKEDASITAS.................................... 125
TABEL 3.7: UJI MULTIKOLINEARITAS .................................. 126
TABEL 3.8: UJI ESTIMASI REGRESI LINEAR BERGANDA ... 127
TABEL 4.1: PENDANAAN INFRASTRUKTUR INDONESIA ... 183
GRAFIK:
GRAFIK 1.1: PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA ...... 7
GRAFIK 1.2: PERKEMBANGAN SAHAM SYARIAH
DI INDONESIA ....................................................... 13
GRAFIK 1.3: KAPITALISASI PASAR SAHAM SYARIAH
INDONESIA ............................................................. 15
GRAFIK 1.4: INDEKS KORUPSI INDONESIA ......................... 17
GRAFIK 2.4: PENGARUH ZAKAT TERHDAP EKONOMI ... 84
xvi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Siklus pertumbuhan ekonomi Islam di Indonesia dewasa
ini tumbuh sangat signifikan dengan munculnya berbagai
institusi keuangan yang berorientasikan pada keuntungan
(Tija>rah)1 maupun yang bertujuan untuk sosial (Tabarru’)2
.
Beberapa industri keuangan di negara berkembang maupun
1 Berdagang (Tija>rah) adalah suatu kegiatan yang bertujuan
mencari keuntungan atau laba, Imam al-Ghazali mengungkapakan
bahwa kegiatan berniaga untuk mencari keuntungan yang dicapai
seorang muslim, namun Imam al-Ghazali disini menekankan bahwa
berniaga adalah untuk mencari keuntungan dunia akhirat. Berniaga
dalam pandangan tersebut adalah bagian dari ta’awun (tolong
menolong), maka perdagangan tidak hanya mendapatkan
keuntungan akan tetapi juga dapat membantu memenuhi kebutuhan
konsumen. Yusuf Qardawi dalam buku fatwa kontemporer bahwa
Tijarah (berdagang) adalah membeli sil'ah (barang dagangan) dan
menjualnya kembali dengan maksud untuk mendapatkan
keuntungan. Yusuf Al Qaradhawi, Fatwa-Fatwa Kontemporer 2
(Jakarta: Gema Insani, 1995) h 588. 2 Basis dasar ekonomi yaitu respon terhadap kebutuhan
manusia dan mendapatkan keuntungan, menurut Siddiqi basis
ekonomi manusia yaitu altruisme dan memaksimalkan keuntungan.
Di sisi lain tujuan ekonomi tidak hanya untuk mendapatkan
keuntungan, akan tetapi tujuan ekonomi juga untuk tujuan social
khusus ekonomi Islam. Dalam Kurshid Ahmad pembangunan
ekonomi Islam yaitu bertujuan mencapai al-Falah yaitu
menghilangkan ketidakadilan dari masyarakat. Menurut Abu A’la
al-Maududi tujuan social dalam ekonomi yaitu mencapai
kesejahteraan dan keadilan dalam kontek masyarakat. al-Quran
menyetujui hal tersebut sebagaiamana disebutkan dalam surah al-
Hasyr: 7. Lihat di: Nurul Huda dkk., Ekonomi Pembangunan Islam
(Jakarta: Kecana, 2015) h73
2
negara maju telah menyediakan instrumen keuangan berbasis
ekonomi Islam yang telah berkembang menjadi suatu aliran
ekonomi di dunia termasuk salah satunya adalah pasar modal.
Pasar modal berperan besar dalam meningkatkan
perekonomian dan pembangunan dengan memberikan modal
(Capital) yang menjadi komponen yang tidak dapat
dipisahkan dalam proses perekonomian. Terpenuhinya akan
kebutuhan modal dalam pembangunan dapat mengoptimalkan
pembangunan itu sendiri dengan basis yang adil, produktif,
dan efisien. oleh karenanya, kemudian munculnya konsep
pasar modal yang di dalamnya mengakomodir kebutuhan
emiten untuk mendapatkan modal dan kebutuhan investor
untuk berinvestasi.
Pengakomodasian keuangan dengan prinsip Islam
adalah wujud andil pemerintah dan masyarakat dalam
membangun kegiatan perekonomian melalui investasi syariah
di pasar modal untuk berkontribusi dalam pembangunan
nasional.3 Oleh karena itu, ahli ekonomi Islam (praktisi dan
akademisi) terus berupaya melahirkan konsep-konsep serta
berbagai instrumen yang produktif, aplikatif dan efisientif
dalam menghadapi tren pertumbuhan ekonomi pada era
globalisasi.
Aktivitas di pasar modal merupakan salah satu
lokomotif perekonomian suatu negara yang berfungsi sebagai
perangsang perekonomian dengan kapitalisasi dana yang
besar, fungsinya yang menyediakan prasarana dan sarana
untuk beberapa perusahaan atau masyarakat yang memiliki
kelebihan dana dan perusahaan sebagai penerima modal untuk
menjalankan operasional perusahaannya. Bagi masyarakat
tujuan investasi adalah menahan keinginan membeli sesuatu
3 Zulfikar, Pengantar Pasar Modal Dengan Pendekatan
Statiska (Yogyakarta: Deepublish, 2016), h 4. Iskandar Budiman,
“Mengenal Lebih Dekat Analisis Pasar Modal Perspektif Syari`'ah,”
Jurnal Investasi Syariah 1, No. 01 (July 2017): h 33.
3
saat ini untuk mendapat keuntungan di masa yang akan
datang, sedangkan perusahaan sebagai penerima dana tersebut
menggunakan dananya yang berfungsi sebagai penggerak
ekonomi bagi perusahaan dalam kegiatan operasinya hal ini
disebut sebagai fungsi ekonomi. Sedangkan dalam aktivitas
yang lain, pasar modal akan menghasilkan keuntungan bagi
investor maupun perusahaan sesuai dengan jalannya investasi
yang dipilih, ini disebut sebagai fungsi keuangan. Fungsi
pasar modal dapat dijalani oleh perusahaan jika dana yang
dikumpulkan dari investor di pasar modal digunakan untuk
pembiayaan pada sektor-sektor rill (real asset) dan non-rill
(financial asset) yang mengarahkan pada perencanaan
pembangunan ekonomi nasional serta membantu
meningkatkan eksploitasi perusahaan terhadap aset-aset yang
dimiliki seperti investasi yang diarahkan untuk memfasilitasi
sektor publik yang akan memberikan banyak manfaat bagi
masyarakat umum.4
Keluasan investasi di pasar modal, selain mendapatkan
keutungan, investor perlu waspada terhadap risiko yang ada di
dalam aktivitas pasar modal yang diakibatkan dari perubahan
mekanisme pasar dan ekonomi lokal serta siklus ekonomi
internasional. Pola dari risiko sama dengan ketidakpastian
(uncertainty) akan terjadinya suatu kejadian yang
menimbulkan masalah, dan peluang bagi organisasi
perusahaan, pemerintah, dan perorangan dalam kehidupan
sehari-hari, sehingga mempengaruhi tingkat pengembalian
(expected rate of return) sebagai harapan investor dari aktiva
investasi di pasar modal. Munculnya gejolak pasar dan
stabilitas ekonomi membuat ganjalan perusahaan untuk
mendapatkan dana yang dibutuhkan dalam menjalankan
4 Abdul Mannan, Aspek Hukum Dalam Penyelenggaran
Investasi di Pasar Modal Syariah (Jakarta: Kencana 2017), h 24.
Iyah Faniyah, Investasi Syariah Dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia (Yogyakarta: Deepublish, 2017) h 42.
4
perusahaan.5 Secara umum tingkat risiko pada investasi di
pasar modal dipengaruhi oleh kondisi perekonomian negara
tersebut khususnya di bidang politik, arah kebijakan ekonomi
dan kebudayaan sosial setempat dan juga kondisi dalam
perusahaan yang berdampak pada keuntungan (capital gain)
atau risiko kerugian (capital lost) harga saham perusahaan
tersebut, karena itu investasi yang baik akan dapat
memberikan dampak terhadap pertumbuhan ekonomi dan
meningkatkan pendapatan perusahaannya.6
Terlepas pengaruh dari karakteristik risiko internal
yang terjadi pada perdagangan di pasar saham, di sisi lain,
perlu bagi investor untuk memperhatikan kondisi
perekonomian negara tersebut dengan melihat parameter-
parameter dari variable makroekonomi yang memiliki
pengaruh yang kuat untuk mempengaruhi risiko investasi di
pasar modal, dengan melihat profil negara tersebut investor
dapat memperkirakan perusahaan atau indeks saham mana
yang memiliki risiko besar akibat dari perubahan variabel
makroekonomi pada investasi di bursa saham. Jika arah
perekonomian membaik maka pasar modal terpengaruh
dengan arah yang sama, begitu pula sebaliknya.
Kondisi ekonomi memiliki pengaruh yang kuat
terhadap kinerja indeks pasar modal di negara berkembang,
sehingga ada sejumlah prediksi bagi perusahaan itu sendiri
dan investor yang mengerti secara fundamental negara
5 Ali Abdullah dan Belhamri Khair, dkk., Tathir al-
Mutaqiara>t al-Iqtishad al- Kulliat ala A>da’ as-Su>li al-Mali> al-
Urduniat, Majalat al-iqtishad wa at-Tanmiat al-Bashariat Vol. 06,
No. 01, 2010, h 290. E-Journal:
http://www.asjp.cerist.dz/en/article/19404. 6 La Rahmad Hidayat, Djoko Setyadi, and Musdalifah Azis,
“Pengaruh Inflasi dan Suku Bunga dan Nilai Tukar Rupiah serta
Jumlah Uang Beredar terhadap Return Saham,” Forum Ekonomi 19,
no. 2 (January 10, 2018): h 149,
https://doi.org/10.29264/jfor.v19i2.2121.
5
tersebut dapat memprediksi gejolak dari indikator
makroekonomi yang ditemukan bisa mempengaruhi kekuatan
investasi pada pasar modal di negara berkembang.7 Sebab,
karakteristik risiko dan pertumbuhan ekonomi terhadap
indeks saham di beberapa negara berkembang termasuk
Indonesia berbeda-beda, serta adanya keterbukaan arus
globalisasi yang muncul justru akan juga memberikan efek
yang kurang baik bagi negara ketika ada ketidakseimbangan
dalam transaksi berjalan.8
Di mana peristiwa ketidakstabilan ekonomi dan
ancaman pengaruh buruk keuangan akan mempengaruhi
secara langsung terhadap aktivitas saham di pasar keuangan
sehingga investor akan mengestimasi risko dan keuntungan
(Risk and Profit) ketika akan membeli saham-saham di negara
berkembang.9 Hal ini dapat dibuktikan dengan
memperhatikan faktor-faktor ekonomi yang memiliki level
risiko yang tinggi terhadap prosepek pasar modal ke depan
diantaranya pengaruh mata uang asing (kurs) terhadap mata
uang domestik, inflasi yang tinggi, naiknya suku bunga acuan
Bank Indonesia yang mendorong rendahnya ekspansi swasta
dan pemerintah terhadap aset-aset yang di miliki perusahaan,
7 Fakir Tajul Islam, Md. Shahnawaz Mostofa, and Afrida
Akhter Tithi, “Macroeconomic and Institutional Determinants of
Capital Market Performance in Bangladesh: A Case of Dhaka Stock
Exchange,” International Journal of Academic Research in
Accounting, Finance and Management Sciences 7, no. 1 (March 25,
2017): h 307, https://doi.org/10.6007/IJARAFMS/v7-i1/2705. 8 Arintoko And Insukindro, “Effect Of Exchange Rate,
Foreign Direct Investment And Portfolio Investment On The
Indonesian Economy- A Structural Cointegrating Vector
Autoregression.Pdf,” International Journal Of Economics And Financial Issues 07, No. 2 (2017): h 682–91.
9 Anthony Chambet and Rajna Gibson, “Financial
Integration, Economic Instability and Trade Structure in Emerging
Markets,” Journal of International Money and Finance, 2008, 657.
6
meningkatnya tensi perang dagangan internasional yang
mendatangkan sentiment negatif pada fundamental
perusahaan dan negara berkembang yang menggunakan bahan
baku impor dan menurunkan tingkat ekspor, dan defisit
anggaran negara. Dari beberapa penyebab makroekonomi
terhadap pasar keuangan akan membatasi kemampuan daya
saing pada pasar modal dapat menarik perhatian investor, oleh
karena itu, diperlukan penyesuaian kebijakan makroekonomi
dan aturan dalam undang-undang terkait pasar modal dalam
membantu untuk meningkatkan kinerja perusahaan serta
dapat meningkatkan daya dorong investasi yang stabil untuk
mencapai tingkat perekonomian yang tinggi.10
Selain itu perlu
insentif informasi dari situasi mendasar ekonomi yang terjadi
saat ini seperti kondisi politik, kebudayaan dan arah kebijakan
pemerintah yang akan terjadi dan mengubah arah iklim
investasi di pasar modal untuk mengambil keputusan dengan
langkah yang tepat dalam menghadapi situasi perubahan iklim
investasi negara tersebut.11
Dalam teori pembangunan ekonomi diketahui
pertumbuhan ekonomi dan investasi mempunyai hubungan
timbal balik yang positif karena semakin tinggi pertumbuhan
ekonomi dengan pasar modal berarti semakin besar bagian
pendapatan yang bisa di tabung dan menciptakan ruang bagi
investasi yang besar pula, dan begitu pula sebaliknya. Oleh
karena itu investasi yang fungsi sebagai pionir dalam
pertumbuhan ekonomi itu sendiri dapat diaplikasikan.12
Maka
10
Chantal Dupasquier and Patrick N. Osakwe, “Foreign
Direct Investment in Africa: Performance, Challenges, and
Responsibilities,” Journal of Asian Economics 17, no. 2 (April
2006): 241-50, https://doi.org/10.1016/j.asieco.2005.07.002. 11
Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi (Yogyakarta:
PT Kanisius, 2010) h 344 12
Muhammad Zaenuddin, Isu, Problematika, dan Dinamika Perekonomian, dan Kebijakan Publik (Yogyakarta: Deepublish,
2018) h 152-153.
7
demikian untuk mengetahui hubungan timbal balik tersebut
pakar ekonomi dan investor akan melakukan ramalan dari
peristiwa kondisi fundamental ekonomi terhadap pasar modal
dari goncangan (shock) yang dihasilkan dari variabel tersebut,
akankah hal ini mempengaruhi ekspektasi iklim investasi
dengan memperhatikan dari pertumbuhan ekonomi, tingkat
inflasi, tingkat suku bunga acuan yang memberikan informasi
positif. Oleh karena itu, dari indicator di atas dapat diartikan
analisa makroekonomi merupakan suatu analisa hasil
perekonomian secara keseluruhan.13
Untuk mengamati
indikator yang mempengaruhi kinerja pasar modal dari
pertumbuhan ekonomi dilihat dari tabel di bawah ini akan
dapat memberikan prediski dengan mendeskripsikan
pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada masa periode 2010-
2017 yang dapat kita amati untuk prosek kedepan
perkembangan iklim investasi di Indonesia diamati dari rasio
perumbuhan ekonomi PDB riil sebagaimana grafik dibawah
ini:
GRAFIK 1.1
13
Sampat Mukherjee, Modern Economic Theory 4th Edision
(New Delhi: New Age International, 2008) h 34.
6.81 6.44 6.19 5.56 5.02 4.79 5.02 5.07
0
2
4
6
8
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Pertumbuhan Ekonomi indonesia
Sumber: Badan Pusat Statistik
8
Sebagai negara terbesar di asia tenggara indonesia
memiliki prospek pertumbuhan yang jauh lebih baik dari
negara-negara tentangganya, dari masa pengamatan tahun
2010-2017 pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada tabel di
atas menggambarkan sedang mengalami kondisi penurunan
yang signifikan khususnya terjadi penurunan pada tahun 2015
sebesar 4,79%. Penurunan ini di akibatkan terjadi reduksi
ekonomi indonesia yang disebabkan adanya rekonstruksi dari
ekonomi global yang berjalan lebih lambat dari prediksi
sebelumnya. Perlambatan pertumbuhan ekonomi ini dipicu
melemahnya perekonomian dunia yang mengakibatkan
pelemahan investasi dan ekspor Indonesia. Namun demikian
di tahun 2015, Indonesia juga dihadapkan dengan beberapa
risiko antara lain melambannya perbaikan ekonomi,
penurunan harga komoditas ekspor, dan risiko terkait
kemampuan pemerintah pusat maupun daerah untuk
membangun infrastruktur.14
Tak heran Indonesia menempati
peringkat yang rendah dalam daya saing ekonomi karena
belum mampu mencapai efisiensi kegiatan ekonomi. Selain
itu juga, dinamika ekonomi global yang ditandai dengan
berlanjutnya pelemahan ekonomi dunia dan berkurangnya
aliran modal ke emerging markets memberikan tekanan
terhadap pertumbuhan ekonomi domestik pada tahun 2015.15
14
Perekonomian Indonesia Tahun 2016: Prospek Dan
Kebijakan Oleh Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional
Januari 2016 h I-23 15
kendati posisi pertumbuhan tahun 2015 menurun namun
pertumbuhan investasi tetap dalam koridor yang baik, pernyataan
ini diperkuat oleh Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal
(BKPM) dalam siaran pers menyampaikan hasil realisasi investasi
January -December tahun 2015 “Kinerja investasi tetap
menunjukkan geliat ditandai dengan pertumbuhan yang memberikan
dampak berganda, antara lain peningkatan penyerapan lapangan
kerja, memperlihatkan kepercayaan investor terhadap kondisi
fundamental ekonomi dan politik Indonesia, serta prospek
9
Namun demikian, pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang
diharapkan masih belum tercapai akibat lambatnya
implementasi reformasi struktural dan terbatasnya dukungan
kebijakan-kebijakan negara berkembang terutama di
Indonesia.16
Selanjutnya, gejolak perubahan yang dihasilkan dari
fundamental ekonomi di atas berkorelasi dalam
mempengaruhi pasar modal jika diamati dari kerentanan
variabel terjadi dari tingkat inflasi yang masih tidakstabil
akan memberikan pengaruh sinyal negatif pada investasi di
pasar modal sedangkan permasalahan yang muncul ketika
tingkat inflasi terjadi karena hal tesebut dapat merusak
spekulasi keuntungan masa depan di pasar modal.17
Namun
yang memberikan gairah para investor untuk berinvestasi
dalam jangka pendek dan jangka panjang adalah dengan
adanya suku bunga sebagai spekulasi keuntungan yang
didapatkan oleh investor. Dalam teori klasik menyatakan
bahwa tingkat bunga mempengaruhi investasi jika tingkat
suku bunga menurun investor memperluas ekspansi dalam
investasi dan juga sebaliknya akan melemahkan kegiatan
investasi mereka.18
Situasi makroekonomi secara empiris
pertumbuhan ekonomi ke depan dapat terjaga dengan baik" catatan
walaupun beberapa laporan pertumbuhan ekonomi di tahun 2015
oleh beberapa institusi pemerintahan memandang ada beberapa
perombakan kebijakan yang mulai di terapkan sehingga memakan
waktu untuk perubahan dalam jangka panjang. Lihat: Badan
Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Siaran Pers Lampaui Target,
Realisasi Investasi 2015 Rp 545,4 T h 2. 16
Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2015 oleh Bank
Indonesia, h 8. Laporan Perekonomian Indonesia 2015 oleh Badan
Pusat Statistik, h 32-35, diakses 02-08-2018: 13.53pm 17
Prathama Rahardja dkk., Teori Ekonomi Makro (Jakarta:
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 2014) h 190. 18
Ada beberapa sektor di pasar modal yang dapat
keuntungan dengan adanya penurunan tingkat suku bunga di
10
telah mempengaruhi iklim investasi, risiko melambatnya
pertumbuhan ekonomi menjadi penyebab menurunya tingkat
investasi (investment drought) di beberapa kawasan ekonomi
berkembang. Sehingga negara-negara tersebut berupaya keras
meningkatkan guna mendorong investasi terutama perhatian
pada perbaikan iklim investasi agar menciptakan iklim
investasi yang kondusif.19
Menciptakan iklim investasi yang baik, dapat
dimanifestasikan dengan mengharmonisasi kebijakan
pemerintah dalam menangani masalah-masalah di pasar modal
diantaranya penyederhanaan prosedur perizinan investasi,
peningkatan fasilitas dalam investasi dan stabilitas keamanan,
politik dan keseimbangan ekonomi makro, karena bagi
investor perlu ada keamanan untuk menjamin kegiatan
investasi di negara tersebut.20
Hal ini diperkuat oleh pendapat
Ciarlone dan Miceli, dalam Akyol dan Çiçen, menyatakan
negara-negara yang memiliki: tingkat perkembangan ekonomi
yang tinggi, likuid, hak milik yang dilindungi dan stabilitas
ekonomi makro, memainkan peran penting dalam penentuan
strategi investasi.21
Oleh karena itu kebijakan yang tepat
antaranya adalah perbankan dan properti. ini diperkuat pendapat
Hendro utomo analis Petindo, sektor yang paling terdampak sektor
jasa keuangan sangat terpangaruh oleh makro ekonomi yaitu suku
bunga. lihat di: Sinyal kuat penurunan suku bunga, simak strategi
untuk saham bank dan property. https://investasi.kontan.co.id/news
di akses 23 July 2019 20.06 19
Sjamsul Arifin, Bangkitnya Perekonomian Asia Timur: Satu Dekade Setelah Krisis (Jakarta: IKAPI, 2008) h 172.
20 Iyah Faniyah, Investasi Syariah Dalam Pembangunan
Ekonomi Indonesia, h 24. 21
Mehmet AKYOL and Yıldırım Beyazıt ÇİÇEN, “The Role
of Institutional Factors When Determining Investment Strategies of
Sovereign Wealth Funds in Stock Market.Pdf,” Journal Turkish
Economic Review 04, no. 03 (2017): h 336,
http://dx.doi.org/10.1453/ter.v4i3.1453.
11
untuk diterapkan di mana kebijakan tersebut akan membantu
membangun menciptakan kredibilitas untuk proyeksi iklim
investasi jangka pendek maupun jangka panjang.22
Ruang lingkup iklim investasi terhadap tingkat
pertumbuhan ekonomi menjadi suatu polemik politik-
ekonomi yang menimbulkan pertanyaan empiris apakah
perkembangan pasar modal berpengaruh terhadap aktivitas
ekonomi? Ryrie dalam Madhu dan Giri menjawab bahwa
pasar modal berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi
melalui pertama, menjadi awal sumber dana dan fasilitator
dari keuangan; kedua, menjadi mekanisme yang efisien untuk
mengembangkan kepemilikan secara luas dalam sebuah
populasi; ketiga, menjadi mekanisme yang efisien untuk
mengalokasikan modal untuk produktivitas; dan keempat,
hubungan antara pasar modal suatu negara (khusus) dengan
pasar modal dunia industri.23
22
Dalam Web S&P 500 Rating Invesment internasional pernah menilai kondisi investasi di Indonesia dengan memberi nilai
BBB-, dalam pemberian afirmasi atas Sovereign Credit Rating Republik Indonesia pada level tersebut, ada beberapa faktor penting
yang mendukung keputusan tersebut, yaitu beban utang pemerintah
yang relatif rendah serta kinerja fiskal dan tingkat utang luar negeri
yang moderat. Rasio utang pemerintah terhadap PDB dalam
beberapa tahun ke depan diproyeksikan akan tetap stabil. Hal ini
mencerminkan proyeksi keseimbangan fiskal yang juga relatif stabil.
Lebih lanjut, meningkatnya tax collection sebagai dampak dari tax
amnesty dan meningkatnya harga minyak dunia diproyeksikan
memperbaiki penerimaan negara. Lihat: Kurniasih Miftakhul, S&P
Pertahankan Rating Investment Grade untuk Indonesia,
https://economy.okezone.com/. Diakses: 01 March 2019: 09.24pm. 23
Ryrie, W. (1991), Stock Market and Role in Economic
Development. The stock Exchange Review. Schumpeter, J.A.
(1991). The Theory of Economic Development; An Inquiry Into
Profit, Capital, Credit, Interest, And The Business Cycle (R. Opie,
Trans) Cambrige, MA: Harvard University Press. Madhu Sehrawat
and A.K. Giri, “A Sectoral Analysis of the Role of Stock Market
12
Kendati demikian yang mempengaruhi kecenderungan
posisi dan negatif pada iklim investasi adalah
ketidakseimbangan pada posisi stabilitas makroekonomi dan
tingkat korupsi di administrasi, maka fokus pemerintah untuk
menjaga kestabilan dengan inisiatif berupa debirokratisasi dan
deregulasi UU, salah satunya perubahan pada kebijakan
berupa pelayanan cepat izin untuk mempermudah investasi,
seperti yang diketahui sejak lama bahwa ada permasalahan
beberapa negara karena terlalu lama perizinan yang
dibutuhkan untuk berinvestasi sehingga menjadi hambatan
besar bagi terlaksananya kegiatan investasi,24
risiko pada
kondisi tersebut membuat investor was-was ketika
berinvestasi di negara tersebut.25
Pemerintah mulai mencari upaya solusi dalam
meningkatkan kapasitas pertumbuhan ekonomi dengan
mengembangkan inovasi investasi baru di pasar modal agar
dapat memperoleh dana segar bagi perusahaan berupa
investasi dengan prinsip syariah seperti saham syariah, reksa
dana syariah, sukuk dan EBAS, untuk menarik perhatian
orang kaya muslim Indonesia agar mau berpartisipasi dalam
Development on Economic Growth: Empirical Evidence from Indian
Economy,” Global Business Review 18, no. 4 (August 2017): h 3,
https://doi.org/10.1177/0972150917692242. 24
Pertumbuhan ekonomi pada pasar modal memerlukan
lingkungan politik yang dapat menciptakan insentif untuk
perkembangan kondisi investasi di pasar modal terutama pada
industri keuangan syariah, kemudian sistem hukum dalam
perlindungan hak milik, serta perlindungan masyarakat umum
terhadap korupsi, dan pengambilan alihan keputusan dari investasi
mereka harus jadi bahan pertimbangan kebijakan pemerintah. Lihat:
Adiwarman A Karim, Makro Ekonomi Islam (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2013) h 287 25
Enny Sri Hartati dkk, Investasi Mudah? Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014-2016 (Jakarta: IDEF, 2016) h
77-78.
13
pasar modal. Industri keuangan syariah di pasar modal
berperan penting dalam meningkatkan pangsa pasar industri
keuangan di Indonesia. Eksistensi saham syariah sebagai
alternatif permodalan dalam rentan waktu beberapa tahun
berdampak dalam peningkatan investasi syariah di pasar
modal, dengan meningkatnya volume saham syariah di bursa
efek terus mengalami peningkatan per-periode dari tahun ke
tahun. Tabel dibawah akan menggambarkan perkembangan
saham-saham syariah dari tahun 2007-2018 perperiode
sebagai berikut:
GRAFIK 1.2
PERKEMBANGAN SAHAM SYARIAH INDONSIA
Sejak diregulasinya pasar modal syariah di Indonesia,
perkembangan saham syariah (berdasarkan pada tabel di atas)
menggambarkan tren peningkatan yang baik per-periode 1 dan
2 tahun 2007-2018, menurut Kepala Divisi Komunikasi
Perusahaan PT BEI Yulinto Aji Santos mengungkapkan untuk
transaksi saham di BEI banyak di dominasi oleh saham-saham
berbasis syariah yang terdiri dari 62% dan 55% kapitalisasi
17
4
19
1
19
8
21
0
23
4
30
4
31
0
32
2
33
1
32
1
36
8
40
7
18
3
19
5
19
9
22
8
25
2
31
8
36
6
33
4
33
1
34
5
39
3
41
3
2 0 0 7 2 0 0 8 2 0 0 9 2 0 1 0 2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3 2 0 1 4 2 0 1 5 2 0 1 6 2 0 1 7 2 0 1 8
PERKEMBANGAN SAHAM SYARIAH INDONESIA
periode 1 periode 2
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan
14
pasar di BEI merupakan saham-saham syariah, atau juga 56%
nilai transaksi saham di BEI dilakukan di saham berbasis
syariah. Untuk rata-rata progres dari sisi nilai, volume dan
frekuensi transaksi saham-saham berbasis syariah dalam 5
tahun terakhir (2011 hingga Agustus 2016) jauh lebih tinggi
jika dibandingkan dengan saham-saham non syariah. dan rata-
rata perkembangan volume transaksi saham syariah 167,2 %
berbanding 130% non-syariah.26
Kendati perkembangan
saham syariah memiliki potensi yang besar namun nyatanya
memang belum optimal karena masih kurangnya minat
investor lokal (muslim) terhadap investasi saham syariah,
disamping itu juga investor masih ragu-ragu karena masih ada
anggapan bahwa prinsip syariah masih sama dengan prinsip
pada konvensional.
Sejalan dengan perkembangan saham-saham syariah di
Indonesia juga dilanjutkan dengan meningkat kapitalisasi
pasar modal syariah yang ada di Jakarta Islamic Index dan
Indeks Saham Syariah Indonesia pada tahun 2014-2017, dapat
di lihat dari kapitalisasi pasar modal JII dan ISSI mengalami
peningkatan sebagaimana tabel dibawah ini:
26
Eko Supriyad dan Winda Destiana Putri, Investor Saham Syariah Meningkatkan Signifikan diakses 27 February 2019:
02.34pm. lihat: https://www.republika.co.id
15
GRAFIK 1.3
KAPITALISASI PASAR SAHAM SYARIAH INDONESIA
Berdasarkan paparan 2 tabel atas menunjukan bahwa
pasar modal syariah di Indonesia mengalami tren yang baik
sehingga investor mulai menilik kepada produk investasi
syariah di pasar modal. Meskipun pada tahun 2015 mengalami
tren penurunan dikarenakan iklim ekonomi dunia yang masih
belum sepenuhnya stabil, akibat belum membaiknya harga-
harga komoditas dan moderasi perekonomian Cina serta
beberapa negara di Eropa, telah membawa dampak bagi
berbagai negara berupa terjadinya perlambatan ekonomi
seperti halnya yang di alami oleh Indonesia. Namun masih
mencatatkan pertumbuhan positif sekitar 4,79% pada tahun
2015 walaupun pertumbuhan ekonomi masih lebih rendah
dibandingkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun
sebelumnya. Dan mulai mengalami peningkatan pertumbuhan
ekonomi juga sama dengan meningkatnya pasar modal syariah
pada Jakarta Islamic Indeks dan Index Saham Syariah
Indonesia. sampai akhir tahun 2015, Indeks Saham Syariah
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
JII Rp1,134 Rp1,414 Rp1,671 Rp1,672 Rp1,944 Rp1,737 Rp2,035 Rp2,288 Rp2,239
ISSI Rp1,968 Rp2,451 Rp2,557 Rp2,946 Rp2,600 Rp3,170 Rp3,704 Rp3,666
0
500000
1000000
1500000
2000000
2500000
3000000
3500000
4000000
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (Diolah)
16
Indonesia (ISSI) mengalami pelemahan sebesar 13,9% ke
level 145,06 dari tahun sebelumnya sebesar 168,64 dan nilai
kapitalisasi pasar sahamnya menurun 11,7% menjadi sebesar
Rp2.600,85 triliun atau sekitar 53,38% dari total kapitalisasi
pasar saham nasional. Pada periode yang sama, Jakarta
Islamic Index (JII) mengalami penurunan sebesar 12,7% ke
level 603,35. Nilai kapitalisasi pasar saham JII juga menurun
10,66% menjadi sebesar Rp1.737,3 triliun atau sekitar 35,65%
dari total kapitalisasi pasar saham nasional.27
Kepercayaan para investor adalah kunci, mengubah
persepsi negatif dan akhirnya positif adalah masalah yang
kompleks, untuk mengembangkan iklim investasi terhadap
pasar modal maka pemerintah mengambil langkah konsolidasi
secara hati-hati dan bertahap dengan mempertimbangkan
dampak terhadap kepercayaan pelaku ekonomi dan investor
baik dalam negeri maupun investor asing.28
Di sisi lain, jika
kita memperhatikan dari respon makroekonomi terhadap
investasi syariah di pasar modal, terdapat gejolak yang
menarik terhadap saham syariah di bursa efek pada jangka
pendek dan jangka panjang, sehingga secara umum
menunjukan pengaruh variabel makro yang diproxykan
terhadap beberapa variabel makro memberikan respon yang
bervariatif terhadap pemilik saham syariah di Indonesia.29
Akibatnya perlu dikoreksi pada kinerja pasar modal syariah
terhadap faktor-faktor makroekonomi dan iklim investasi di
Indonesia yang mempengaruhi indeks saham-saham syariah.
27
Menurut Laporan Otoritas Jasa Keuangan Syariah Devisi
Pasar Modal Syariah Tahun 2015. 28
Boediono, Ekonomi Indonesia, Mau Ke Mana? (Jakarta,
KPG, 2009) h 112. 29
Praphan Wongbangpo and Subhash C. Sharma, “Stock
Market and Macroeconomic Fundamental Dynamic Interactions:
ASEAN-5 Countries,” Journal of Asian Economics 13, no. 1
(January 2002): 27–51, https://doi.org/10.1016/S1049-
0078(01)00111-7.
17
Menciptakan iklim investasi yang kondusif adalah
tujuan pemerintah dalam mempermudah mendorong
pembangunan. Sedangakan indikator iklim investasi yang
berpengaruh terhadap kinerja ekonomi salah satunya yaitu
tingkat korupsi. Korupsi diartikan sebagai penyalahgunaan
kekuasaan untuk keuntungan pribadi. Korupsi menjadi sebuah
fenomena global yang mempengaruhi hampir semua aspek
kehidupan sosial dan ekonomi serta memberikan yang buruk
sehingga menyebabkan lesunya investasi dan pertumbuhan
ekonomi, dampak korupsi mempersulit pembangunan
ekonomi membuat distorsi dan ketidakefiseinan yang tinggi.
Dalam sektor swasta, korupsi meningkatkan ongkos karena
illegal, ongkos manajeman dalam negosiasi dengan penjabat
yang korup dan risiko pembatalan perjanjian.30
Grafik dalam
table dibawah ini memperlihatkan perspesi indeks korupsi
Indonesia untuk investor menilai iklim investasi:
GRAFIK 1.3
INDEKS KORUPSI INDONESIA
Sumber data: diolah
30
Syahroni, dkk, Korupsi, Bukan Budaya tetapi Penyakit (Jakarta: IKAPI, 2018) h 81-82
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
Indonesia CorruptionIndex
19 19 20 22 24 23 26 28 28 30 32 32 34 36 37 37 38
19 19 20 22 24 23 26 28 28 30 32 32 34 36 37 37 38
010203040
IKLIM INVESTASI (INDONESIA CORRUPTION INDEX)
18
Jika tingkat korupsi tinggi negara miskin yang
terperangkap dalam jebakan korupsi akan mengakibatkan
melemahnya daya investasi di mana perilaku korupsi
mendorong menurunkan kepercayan kepada publik dan
menimbulkan lebih banyak korupsi dan mengurangi investasi
bisnis serta menurunkan kepercayaan investor (foregin direct investment (FDI)).
31 Berdasarkan pada tabel di atas tingkat
korupsi yang terjadi indonesia menunjukan skor CPI indonesia
untuk tahun 2018 (sebesar) 38 dari (skala) 0 sampai 100
dengan ranking 89. Skor ini naik 1 poin dari CPI 2017 yang
lalu dan naik 7 peringkat dari tahun 2017 lalu melihat tingkat
iklim investasi oleh Bank World menjadikan tingkat korupsi
sebagai indeks yang sangat mempengaruhi perubahan iklim
investasi bagi investor yang ingin berivestasi di negara
tersebut. Menurut Mauro (1999) dalam kajian korupsi
terhadap pertumbuhan investasi bahwa korupsi bisa
menimbulkan dampak yang besar dan merugikan pada
pertumbuhan ekonomi termasuk investasi yang mungkin
memiliki implikasi penting, Mauro menyimpulkan dalam hasil
penelitiannya bahwa banyak dampak korupsi pada
pertumbuhan ekonomi terjadi melalui investasi, meskipun
tetap membuka kemungkinan bahwa beberapa dari pengaruh
itu teradi secara langsung.32
Selanjutnya, Mauro telah
memberikan bukti empiris sementara bahwa korupsi dapat
merendahkan investasi dan pertumbuhan ekonomi.
dampaknya sangat dapat diamati dalam sebuah analisis,
perbaikan deviasi standar satu indeks korupsi menyebabkan
31
Mansur Kartayasa, Korupsi & Pembuktian Terbalik: Dari Perspektif Kebijakan Legilasi dan Hak Asasi Manusia (Jakarta:
Kencana, 2017) h 37. 32
Paolo Mauro, Dampak Korupsi pada Pertumbuhan
Investasi dan Belanja Pemerintah: Sebuah Analisis Lintas-Negara,
dalam Kimberly Ann Elliott, Korupsi dan Ekonomi Dunia,
Terjemahan A. Rahmad Zainuddin (Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 1999) h 148.
19
investasi naik sebanyak 5% dari PDB dan laju pertumbuhan
tahunan dari PDB per kapita naik setengah nilai persentase.
bukti ini memperlihatkan banyak dari dampak pada
pertumbuhan ekonomi terjadi dari jalur investasi.33
Kim, Haksoon (2010) mengungkapkan bahwa faktor-
faktor politik penting dalam menjelaskan aliran penanaman
modal bahwa kinerja dalam penanaman modal memiliki
secara konsisten hubungan positif dengan tingkat korupsi
pemerintah, sementara hubungan negatif dengan hak politik,
ketika variabel kunci dari analisis faktor dimasukkan.34
Penelitian juga menunjukkan bahwa korupsi berkembang
pesat di negara-negara di mana peraturan pemerintah
menciptakan distorsi antara hasil ekonomi yang akan ada
dengan pasar bebas dan hasil aktual. Meskipun Korupsi sangat
mengurangi secara langsung pertumbuhan ekonomi melalui
investasi pemerintah dalam proyek-proyek dengan
menghasilkan produktivitas yang rendah. Bukti tersebut
menunjukkan bahwa pemerintah yang korupsi akan
mengeluarkan lebih banyak untuk barang modal, daripada
pemerintah yang kurang korup, tetapi proyek investasi
pemerintah yang korup mungkin mengurangi produktivitas
negara.35
Beberapa negara dituduh amat korup telah
mengalami tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi seperti
negara Indonesia, Thailand dan Korea, korupsi dan
pertumbuhan terjadi bersamaan. Negara yang tingkat korup
terhadap tingkat pertumbuhan yang tinggi kemungkinan
menerima penyelewengan uang sebagai suatu yang normal.
33
Paolo Mauro, Dampak Korupsi pada Pertumbuhan Investasi
dan Belanja Pemerintah: Sebuah Analisis Lintas-Negara h 149. 34
Kim and Haksoon, “Political Stability and Foreign Direct
Investment,” International Journal of Economics and Finance 02,
no. 3 (Agustus 2010): 59–71. 35
William Boyes, Michael Melvin, Economics 10th (USA:
Cangage Learning, 2016) h 376.
20
Hal tersebut didasari oleh oleh dua argument: pertama, suatu
negara yang secara sistematis korup telah mengalami
peningkatan pertumbuhan ekonomi yang memuaskan; kedua,
korupsi cenderung merusak alokasi keuntungan ekonomi
dengan menguntungkan pihak tertentu.36
Permaslahan pokok dalam kegiatan ekonomi bernegara
secara esensial dari kajian ekonomi Islam terhadap kebijakan
pemerintah pada ekonomi makro mempunyai sisi yang
berbeda dari sistem ekonomi yang lain baik dari tujuan,
format, dan hasil. Sistem keuangan Islam yang merupakan
ikhtiar pencarian sistem ekonomi yang lebih baik setelah
gagalnya ekonomi kapitalis sebagai konsep kesejahteraan
(walfare state).37
Perkembangan keuangan Islam telah menjadi
kekuatan baru dalam perekonomian global saat ini. Keuangan
Islam telah membuat terobosan baru bagi lingkungan
keuangan dunia dengan diversifikasi risiko dan berkontribusi
dalam kestabilan keuangan global ini, sehingga sistem
keuangan Islam telah menjadi bagian integral dalam keuangan
global yang diharapkan mampu mengatasi permasalah secara
makro ekonomi.38
Ketika masyarakat dalam sistem ekonomi yang lebih
responsif terhadap pedoman dalam ajaran agama (al-Quran
dan Sunnah), sistem ekonomi yang lebih Islamisasi akan
muncul. Pada dasarnya ekonomi Islam memberikan kontribusi
kepada kepentingan individu dan publik karena tidak
mengabaikan kepentingan masyarakat seperti halnya sistem
ekonomi kapitalis dan tidak mengabaikan kepentingan
36
Susan Rose-Ackerman, Ekonomi Politik Korupsi, dalam
Kimberly Ann Elliott, Korupsi dan Ekonomi Dunia,Terjemahan A.
Rahman Zainuddin (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1999) h 48. 37
Nurul Huda, Mustafa Edwin Nasution dkk, Ekonomi Makro Islam Pendekatan Teoritis (Jakarta: Kencana, 2008) h 3
38 Ridwan Zachrie, Wijayanto, Korupsi Mengorupsi di
Indonesia: Sebab, Akibat, dan Prospek Pemberantasan (Jakarta:
Gramedia, 2010) h 338.
21
individu pada sistem sosialis. Kebijakan ekonomi Islam
berkaitan dengan kedua kepentingan yaitu berusaha untuk
menyeimbangkan antar keduanya. Dengan begitu, ekonomi
Islam berfungsi untuk menguntungkan dalam kesejahteraan
material dan kesejahteraan spiritual. Dalam Islami itu sendiri
menganggap bagi individu dalam kegiatan ekonomi sebagai
“saleh” dan berbakti selama kegiatan mereka direncanakan
dan berorientasi pada tujuan-tujuan Allah.39
Akan tetapi,
tidak pernah ada kesepakatan yang struktural ideal dari sistem
keuangan Islam yang diperlukan untuk mencapai tujuan
semua itu. tujuan dari sistem keuangan Islam dapat
disimpulkan sebagai berikut:40
1. Penghapus bunga dari semua
transaksi keuangan dan pembaharuan semua aktivitas
keuangan 2. Distribusi kekayaan dan pendapatan yang wajar;
3.Kemajuan pembangunan ekonomi.
Ketika ada keterbatasan yang meluas terhadap negara
Islam tersebut menghasilkan persoalan moneter,
markentalisme, urbanisasi dan sosia ekonomi. Ekonom
Muslim mencoba mengembangkan sistem dan teoritis untuk
mengatasi persoalan-persoalan yang muncul pada kaum
muslim modern, sehingga terciptalah prinsip-prinsip Islam
dalam keuangan yang menyediakan instrumen untuk
mengendalikan semua faktor tersebut. Semua prinsip itu
mengfokuskan pada kejelasan dan ketiadaan ambiguitas
keadilan dan memiliki etika sehingga menjadi budaya yang
baik untuk dapat diadopsi agar mencapai tujuan sistem
ekonomi Islam,41
maka dari itu orientasi makroekonomi
39
Abdulrasheed A Hameed, “Islam And Economic
Independence Towards Self- Employment And Productivity,”
Knowledge Review 26, No. 02 (Desember 2012): h 4-5. 40
Mervyn K. Lewis, Perbankan Syariah (Jakarta: Serambi
Ilmu Semesta, 2001) h 123. 41
Muhammad Ayub, Understanding Islamic Finance
(Jakarta: Gramedia, 2007) h 17-18
22
adalah mengintegrasikan masalah kesejahteraan sosial dalam
variabel sosial-ekonomi kritis, seperti tenaga kerja, harga dan
pendapatan, tingkat pertumbuhan ekonomi dan distribusi
pendapatan.42
Selain itu, faktanya bahwa ekonomi Islam yang
terhubung dengan religiusitas dapat memfasilitasi untuk
mencapai kepada sebuah perubahan dalam sosial dan ekonomi
(pada sistem dan mekanisme yang luas) yang mengarah pada
perbaikan kemanusiaan. Hal ini juga terkait dengan
redistribusi yang adil, individu akan merasa puas dan dihargai
sejauh kegiatan mereka bermanfaat bagi kemanusiaan.
B. Permasalahan Penelitian
Dari gambaran pada pendahuluan dari substansi latar
belakang bahwa penelitian ini hendak meneliti pada konsep
makroekonomi dalam keuangan Islam dan implementasi
konsepnya, dilihat dari salah satu instrument keuangan yaitu
investasi syariah di pasar modal di Indonesia. Untuk itu perlu
memperhatikan persoalan-persoalan di atas dengan
identifikasi masalah pada judul penelitian sebagaimana
berikut ini:
1. Identifikasi Masalah
Dari kasus pada pendahuluan di atas dapat
disimpulkan beberapa persoalan ikwal yang terdapat
pada judul penelitian ini berdasarkan kepada
peristiwa-peristiwa yang terjadi pada tema penelitian
ini di antaranya sebagai berikut:
a) Pengaruh perdagangan global memiliki dampak
komplikasi terhadap iklim investasi syariah di
Indonesia.
42
Masudul Alam Choudhury, The Principles of Islamic Political Economy: A Methodological Enquiry (UK: St. Martin’s
Press, 1992) h 157.
23
b) Efek negatif dari variabel makroekonomi yang
tidak stabil berdampak terhadap iklim investasi
syariah di pasar modal namun seberapa kuat
mempengaruh investasi di pasar modal.
c) Semakin tingginya pengaruh korupsi terhadap
pasar modal maka pengaruh penurunan daya
investasi semakin menurun karena banyaknya
penyelewangan birokrasi yang terjadi.
d) Efek Korupsi terhadap pengembangan pasar
modal dan pengaruh variabel makroekonomi
masih dirasakan oleh investor, maka perlu jadi
pertimbangan otoritas untuk mengentasi efek
korupsi terhadap iklim investasi
e) Kendati kekuatan investasi syariah masih
terbilang meningkat namun belum cukup banyak
memberikan efek kepada pertumbuhan ekonomi
Indonesia, di lain hal memberikan efek yang
cukup baik pada perkembangan keuangan Islam.
f) Penerapan sistem ekonomi di Indonesia belum
cukup memberikan ruang bagi sistem keuangan
Islam yang masih di anggap sebagai pihak kedua
namun hal ini tidak menurunkan pertimbangan
dalam mengambil teori-teori keuangan Islam
dalam berpartisipasi terhadap Iklim investasi
oleh ekonom Muslim.
g) Kekuatan investasi syariah di bursa efek masih
kecil dibandingkan dengan investasi yang lain
namun hal tersebut tidak mengurangi intensitas
investasi syariah masih cukup diminati oleh
beberapa investor sebagai alternatif.
h) Penerapan teoritis makroekonomi Islam masih
belum dapat terealisasi dalam penerapan
pertumbuhan ekonomi Indonesia, hanya saja
masih belum mampu menebus kebijakan makro
24
di pemerintahan tapi hanya sebatas pada ranah
tertentu saja.
2. Rumusan Masalah
Untuk menganalisa persoalan dari pendahuluan di
atas, ada beberapa permasalahan yang menarik untuk
di dalami secara intensif melalui penelitian
komprehensif pada tesis untuk memberikan
penjelasan yang lebih utuh dan lengkap dengan
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh makroekonomi dan
iklim investasi terhadap indeks saham
syariah di Indonesia?
2. Apakah terjadi pengaruh iklim investasi
(indeks Korupsi) terhadap indeks saham-
saham syariah pada pasar modal di Indonesia?
3. Apakah ekonomi Islam memberikan
kontribusinya terhadap perkembangan iklim
investasi yang kondusif di pasar modal
syariah?
3. Batasan Masalah
Penelitian terkait dengan Analisa variabel
makroekonomi dan iklim investasi terhadap pasar
modal syariah mempunyai permasalahan yang
menarik untuk dikaji kembali lebih mendalam bagi
peneliti. Oleh karena itu, penelitian mencakup dengan
dibatasi pada: pengukuran iklim investasi dapat
dilihat dari Indonesia Corruption Index, konsep
pengukuran perekonomian secara makroekonomi
dapat dilihat pada variabel-variabel yang mendasari
pengaruh seperti inflasi, kurs rupiah/USD, PDB, suku
bunga acuan Bank Indonesia, jumlah uang bereda
(M2) dan harga emas kemudian pada pasar modal
syariah dengan objek penelitian pada saham-saham
25
syariah Jakarta Islamic Indeks yang diambil dari
kapitalisasi saham-saham syariah di Jakarta Islamic
Index, kapitalisasi laporan tahunan bursa efek
Indonesia pada periode 2002 -2017.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Dari penjelasan sebelumnya di latar belakang dapat
disimpulkan beberapa tujuan dan manfaat dalam penelitian
yang sesuai dengan tema penelitian ini diantaranya sebagai
berikut:
1. Tujuan Penelitian
Setelah menguraikan latar belakang mengenai tema
dalam penelitian ini dapat disimpulkan beberapa tujuan
dalam penelitian ini di antaranya sebagai berikut:
a) Menganalisa pengaruh iklim dan makroekonomi
yang mempengaruhinya terhadap investasi
kinerja indeks saham-saham syariah di Indonesia,
sehingga hasil analisis tersebut akan melihat
kekuatan dan ketahanan pasar modal syariah di
Indonesia.
b) Membuktikan indikator iklim investasi (indeks
korupsi) terhadap mengembangkan pasar modal
syariah (indeks saham syariah) di indonesia
dengan melihat pengaruh yang dapat
mempengaruhi kinerja pasar modal di Indonesia.
c) Mengamati perilaku pasar modal terkhususnya
saham-saham syariah apabila dipengaruhi oleh
indeks korupsi indonesia akan mengakibatkan
akan bergejolak sama dengan saham-saham di
Indonesia.
d) mendeskripsikan respons terhadap penerapan
implementasi pada kebijakan pemerintah dalam
mengembangkan investasi syariah di Indonesia
26
dilihat dari gejolak indikator makroekonomi di
Indonesia
2. Manfaat Penelitian
Setelah mengetahui tujuan dalam latar belakang di
atas terdapat beberapa yang dihasilkan berupa manfaat
dalam penelitian in baik secara akademisi maupun
praktisi dan pemerintah yang diharapkan memberikan
kontribusi terhadap khazanah penelitian ekonomi Islam
di antaranya sebagai berikut:
A. Akademisi
Pada penelitian ini diharapkan mampu
menambahkan keilmuan pada kajian ekonomi
Islam terutama dalam khazanah keilmuan Islam
kontemporer tentang pasar modal dan makro
ekonomi Islam. Kajian tentang investasi syariah
di pasar modal dan makro ekonomi silam
memang cukup beragam, namun baru sedikit riset
yang secara spesifik fokus pada investasi syariah
dalam sudut pandangan makro ekonomi Islam.
Oleh karena itu, riset ini diharapkan mampu
menyediakan referensi baru tentang hubungan
antara teori makro ekonomi Islam dan iklim
investasi syariah di bursa efek.
B. Praktisi
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat
melalui analisa yang dipaparkan pada pihak-
pihak yang bergelut di dunia ekonomi Islam
terutama bagi lembaga yang mendalami industri
keuangan Islam, tidak hanya untuk para ekonom
dan pembuat kebijakan, namun juga masyarakat
sebagai investor pada umumnya. Investasi
syariah di pasar modal telah menjadi ikon bagi
27
investor muslim sebagai wadah dalam menjalani
peraturan syariat yang ditetapkan oleh agam
Islam. Melalui kajian ini diharapkan pembuat
kebijakan dan masyarakat (investor) memiliki
bahan bacaan dan diskusi yang bisa menambah
wawasan tentang pengembangan investasi
syariah dalam kajian teoritik makro ekonomi
Islam di Indoensia. Bagi para pembuat kebijakan,
temuan penelitian dapat membantu mereka
dalam mengevaluasi kesesuaian kebijakan
ekonomi yang ada, apakah mereka berkontribusi
positif atau negatif terhadap perkembangan
keuangan Islam.
D. Metode Penelitian
Pada penelitian ini untuk lebih mendalam mengkaji tema
di atas setelah mengetahui rumusan masalah maka model
penelitian yang akan diolah untuk menjawab penelitian ini
akan dijelaskan pada metode penelitian di bawah ini sebagai
berikut:
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini dikaji dalam tipe kuantitatif deskriptif
yang merupakan salah satu tipe penelitian dalam
penelitian yang bertujuan mendeskripsikan secara
sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta dan sifat
populasi tertentu atau mencoba menggambarkan
fenomena secara detail untuk menjawab persoalan-
persoalan tentang tema di atas atau mendapatkan
informasi yang lebih detail dan luas terhadap suatu gejala
fenomena dengan menggunakan tahapan-tahapan
penelitian dengan pendekatan kuantitatif deskriptif.43
43
Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan (Jakarta: Kencana, 2013) h 60. C.R Kothari,
28
Penelitian kuantitatif deskriptif dengan sifat penelitian
studi kasus yaitu menyelidiki dengan rinci dari satu atau
lebih kelompok atau lembaga dengan maksud untuk
menganalisa konteks dan proses yang terlibat dalam
fenomena penelitian.44
Statisitik deskpritif pada
umumnya hanya memberikan gambaran (deskripsi)
mengenai keadaan data sebenarnya tanpa bermaksud
membuat generalisasi data tersebut.45
2. Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan gejala variabel yang
bervariasi yaitu suatu faktor yang dapat berubah-ubah
atau dapat diubah sesuai tujuan penelitian. Variabel
penelitian perlu ditentukan dan dijelaskan agar alur
hubungan dua atau lebih dapat dicari dan di analisis.46
Dalam penelitian ini variabel yang digunakan terdiri dari
dua variabel yaitu variabel dependen yang terdiri dari
kapitalisasi dan volume Jakarta Islamic Indeks yaitu
saham yang likuid yang tercatat di bursa efek Indonesia
yang terdiri dari 30 emiten yang terambil berdasarkan
rata-rata nilai transaksi harian di pasar reguler tertinggi.
Dan juga terdaftar di Daftar Efek Syariah (DES)
sehingga BEI tidak melakukan seleksi saham syariah
(Screening Shariah). Pengambilan data dalam bentuk
laporan bulanan yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa
Research Methodology Methode & Techiques, (New Dehli: New
Age Internasional Publisher, 2004) h 130-132. 44
Christine Benedichte Meyer, “A Case in Case Study
Methodology,” Journal Indexing and Metrics 13, no. 04 (November
1, 2001): h 329-331, https://doi.org/10.1177/1525822X0101300402. 45
Suryani, Hendriyadi, Metode Riset Kuantitatif: Teori Dan Aplikasi Pada Penelitian Bidang Manajemen Dan Ekonomi Islam
(Jakarta: Kencana, 2015) h 210. 46
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Kencana, 2005) h 103
29
Keuangan (OJK) Indonesia. dari variabel makro ekonomi
yang berpengaruh terhadap kinerja saham-saham syariah
terdiri dari inflasi, kurs rupiah/USD, PDB, suku bunga,
jumlah uang bereda (M2) dan harga emas tahunan yang
diterbitkan oleh lembaga atau institusi pemerintah pada
tahun 2002-2018. Sedangkan variabel independen yaitu
iklim investasi terdiri dari indeks yang akan di
representasikan oleh Indonesia Corruption Index.
3. Teknik Pengumpulan Data
Sumber data sebagai bahan keterangan tentang suatu
obyek penelitian untuk menunjang terlaksananya suatu
penelitian. Sumber data yang digunakan dalam penelitian
ini menggunakan 2 sumber data yaitu data primer yang
terdiri dari dokumentasi, buku-buku, jurnal dan website
yang terkait dengan penelitian tersebut, sedangkan
sumber sekunder yaitu data yang tidak didapatkan
langsung oleh peneliti akan tetapi didapatkan oleh pihak
lain yaitu di antaranya terdiri dari badan pusat statistik
(BPS), Bank Indonesia (BI) yang diambil dari laporan
tahunan untuk menganalisis makro ekonomi Indonesia,
sedangkan untuk menganalisa pasar modal syariah
sumber data diambil dari data Bursa Efek Indonesia
(BEI), world bank, theglobaleconomy dan otoritas jasa
keuangan (OJK) yang diambil dari laporan tahunan pada
periode 2002-2018. Dalam pengujian data dengan tes
regresi berganda menggunakan bantuan program Eviews
10.
4. Teknik Analisa Data dan Hipotesis
Pada penelitian ini data yang diperoleh baik data
primer maupun data sekunder akan di analisa dengan
menguji antara variabel dependen dan variabel
independen dengan menggunakan metode kuantitatif
analisis regresi berganda (multiple regression) yang akan
30
analisis mempelajari hubungan/keterkaitan antar variabel
atau hubungan kausalitas antar variabel, metode analisis
regresi berganda merupakan analisa suatu fenomena yang
menunjukkan suatu hubungan sebab akibat di mana
variabel independen (terikat) ditentukan oleh lebih dari
satu variabel dependen (bebas) dan sekaligus menentukan
nilai ramalan atau dugaan dari penelitian tersebut.47
Guna
mengetahui seberapa besar pengaruh dari variabel
independen (Y) terhadap variabel dependen (X), maka uji
regresi berganda terlebih dahulu menganalisa dengan uji
asumsi klasik, uji ini terdiri dari uji normalitas, uji
autokorelas, uji multikolinieritas dan uji
heteroskedastisitas untuk melihat kausalitas pada setiap
variabel yang akan diteliti. Dengan model Regresi linear
berganda sebagai berikut:
Model 1:
Di mana:
Y= Indeks saham-saham Syariah (JII)
a = Konstan
b1, b2, b3…. = Koefisien Determinasi
X1 = inflasi
X2 = Kurs
X3 = PDB
X4 = Suku bunga
X5 = Iklim Investasi (Indeks Korupsi Indonesia)
e = Error
47
Purbayo Budi Santosa dkk., Statistika Deskriptif Dalam Bidang Ekonomi Dan Niaga (Jakarta: Erlangga, 2007) h 286.
Suharyadi dkk., Statistika: Untuk Ekonomi Dan Keuangan Modern
(Jakarta: Salemba Empat, 2013) h 168-169.
31
Uji Hipotesis Penelitian
Pengujian hipotesis adalah analisa data yang paling
penting karena berperan penting untuk menjawab
rumusan masalah penelitian dan membuktikan hipotesis
penelitian.48
Metode dalam menguji hipotesis dalam uji
regresi berganda menggunakan Uji signifikan simultasn
(uji F) digunakan untuk menguji variabel bebas secara
bersama-sama terhadap variabel terikat. dan
menggunakan uji signifikansi pengaruh Parsial (uji T)
untuk menguji apakah suatu variabel bebas berpengaruh
atau tidak terhadap variabel terikat. dengan perumusan
Hipotesis:
H0 = hubungan variabel makroekonomi dan iklim
investasi tidak memiliki nilai yang
mempengaruhi terhadap Indeks saham-saham
syariah di Pasar Modal.
H1 = hubungan variabel makroekonomi dan iklim
investasi memiliki nilai yang mempengaruhi
terhadap Indeks saham-saham syariah di Pasar
Modal.
E. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan proses memilih aspek-
aspek dalam tinjauan teori yang berhubungan dengan masalah
penelitian. Dibuat dengan bagan merupakan suatu konsep
dasar secara sistematis dan sebagai gambaran logik dari
penelitian akan disusun menjadi hipotesis penelitian
sebagaimana yang terlihat pada gambar di bawah ini:49
48
Azuar Juliandi dkk., Metodologi Penelitian Bisnis, Konsep dan Aplikasi (Medan: UMSU Press, 2014) h 122.
49 Firdaus dan Fakhry Zamzam, Aplikasi Metodologi
Penelitian (Yogyakarta: Deepublish, 2018) h 76.
32
GRAFIK 1.5
KERANGKA PEMIKIRAN
5. Indikator Penelitian
Indikator penelitian merupakan kumpulan variabel
yang akan membantu mengukur beragam perubahan,
dengan adanya indikator yaitu bagaimana menentukan
parameter untuk mengukur variabel. Maka untuk
penelitian ini variabel dan indikator sebagaimana pada
tabel di bawah ini:
TABEL 1.2
INDIKATOR PENELITIAN
Nama Data Indikator
Periode
Runtun
Waktu
Satuan
Pengukura
n
Sumber Data
Inflasi IHK Tahunan Indeks BI
PDB investasi,
konsumsi total,
pengeluaran
pemerintah, dan
ekspor (impor)
netto
Tahunan Miliaran BPS
Makroekonomi
Iklim Investasi
Indeks Saham
Syariah
33
Kurs
Rupiah/USD
Kurs Tengah Tahunan Rupiah BI
Suku Bunga BI Sertifikat bank
indonesia
Tahunan Persentase BI
Corruption Index
Indonesia
Transparency
International
Indonesia merilis
Corruption
Perceptions Index
(CPI) atau Indeks
Persepsi Korupsi (
IPK) Indonesia
pada 2018
Tahunan Score IIT
Jakarta Islamic
Indeks
Volume
perdagangan
saham syariah
yng terdiri dari 30
saham yang likuid
Sesuai dengan
syarat-syarat
Fatwa saham-
saham syariah
review saham
syariah yang
menjadi
konstituen JII
dilakukan
sebanyak dua kali
dalam setahun,
Mei dan
November,
Tahunan Kapitalisa
si
www.OJK.com
F. Kajian Terdahulu yang Relevan
Untuk mendukung penelitian ini yang lebih rinci, peneliti
melakukan kajian terhadap beberapa literatur dan hasil
penelitian yang memiliki relevansi dengan tema penelitian
tesis ini dan untuk membedakan penelitian ini dengan
34
sebelumnya. Berdasarkan penelusuran peneliti terkait dengan
tema di atas di antaranya sebagai berikut:
1. Penelitian Praphan Wongbangpoa, Subhash C.
Sharmab dalam penelitian ini mengungkapkan:50
pertumbuhan bersamaan di beberapa pasar modal
ASEAN dan ekonomi dalam dua dekade terakhir,
penelitian ini menyelidiki pengaruh variabel makro
ekonomi (GNP, IHK, JUB, Tingkat bunga dan nilai
tukar pada harga saham di lima negara ASEAN
(Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan
Thailand). Penelitian ini mengobservasi pada rentan
periode jangka panjang dan jangka pendek antara
harga saham dan variabel makro ekonomi, selain itu,
variabel makro ekonomi di negara-negara ini
fluktuatif yang menyebabkan dan disebabkan oleh
harga saham dalam arti granger karena harga saham
berinteraksi dengan variabel makro ekonomi pada
jangka pendek dan jangka panjang, kebijakan
ekonomi atau keuangan pemerintah yang layak dapat
menghasilkan keuntungan yang besar di kedua sektor
tersebut. Dalam pengamatan mereka dalam jangka
panjang harga secara positif terkait dengn
pertumbuhan output dan secara negatif ke tingkat
agregat harga, hubungan jangka panjang yang negatif
antara harga saham dan suku bunga diamati di
filipina, singapura dan thailand, namun hubungan
positif diamati di Indonesia dan malaysia.
50
Praphan Wongbangpo and Subhash C. Sharma, “Stock
Market and Macroeconomic Fundamental Dynamic Interactions:
ASEAN-5 Countries,” Journal of Asian Economics 13, no. 1
(January 2002): 27–51, https://doi.org/10.1016/S1049-
0078(01)00111-7
35
2. Penelitian Fakir Tajul Islam, Shahnawaz Mostofa
dan Afrida Akhter Tithi,51
penelitian mereka
mengambil sampel di bangladesh adalah negara
berkembang di Asia pertumbuhan PDB meningkat
selama bertahun-tahun bahkan krisis keuangan dunia
pada tahun 2008 yang mengarahkan pada
peningkatan indeks harga konsumsi (CPI) dan PDB
memiliki kontribusi paling signifikan terhadap
perkembangan pasar modal di negara ini, seperti yang
ditunjukkan dalam temuan penelitian ini, baik
variabel kelembagaan dan makro ekonomi secara
signifikan mempengaruhi kinerja pasar modal. Secara
kategoris, CPI dan PDB sebagai penentu makro
ekonomi, dan kapitalisasi pasar total sebagai faktor
penentu kelembagaan ditemukan signifikan
berdasarkan nilai koefisien untuk mempertahankan
pembangunan berkelanjutan, pembuat kebijakan
harus fokus pada implementasi kebijakan dan
mendapatkan kepercayaan dari investor. Orang-orang
di dunia hidup dengan risiko dan berbahaya tetapi
mereka tidak ingin memilih untuk menjalani
kehidupan yang diatur oleh rasa takut, penentu
makro ekonomi bersama dengan determinan
kelembagaan akan memberikan gambaran yang jelas
tentang pasar modal di Bangladesh sehingga investor
mengambil keputusan investasi jauh lebih baik.
51
Fakir Tajul Islam, Md. Shahnawaz Mostofa, and Afrida
Akhter Tithi, “Macroeconomic and Institutional Determinants of
Capital Market Performance in Bangladesh: A Case of Dhaka Stock
Exchange,” International Journal of Academic Research in Accounting, Finance and Management Sciences 7, no. 1 (March 25,
2017): h 307, https://doi.org/10.6007/IJARAFMS/v7-i1/2705.
36
3. Yogi Citra Pratama,52
dalam penelitiannya
menganalisa respon stok capital market karena
dipengaruhi oleh M2, kurs dolar dan tingkat SBI
dengan obyek penelitian di Jakarta Islamic Indeks.
Penelitian ini menunjukkan bahwa pasar modal
syariah yang di proxy oleh JII lebih stabil oleh
pengaruh guncangan variabel makro. Kemampuan
pasar modal syariah terhadap krisis seharusnya
semakin meyakinkan pemerintah dan pelaku pasar
untuk ikut terlibat mengembangkan investasi
syariah, hasil pengujian dekomposisi varian
menunjukkan efek yang paling besar dari JII yang
dipengaruhi JII itu sendiri.
4. Yudhistira Ardana53
meneliti tentang variabel makro
ekonomi terhadap indeks saham syariah Indonesia:
model ECM. Dalam penelitian ini diungkapkan
bahwa tidak ada pada jangka pendek antara variabel
suku bunga BI pada ISSI, namun dikoreksi pada
hubungan jika dilihat pada jangka panjang sehingga
hubungan antara suku bunga BI pada ISSI adalah
negatif. Hubungan jangka pendek antar variabel
tukar rupiah dan ISSI adalah positif, namun dikoreksi
hubungan jangka panjang antara nilai tukar rupiah
dan ISSI adalah negatif. Sedangkan hubungan jangka
pendek dan jangka panjang antara variabel inflasi dan
ISSI tidak adanya pengaruh. Namun teridentifikasi
hubungan jangka pendek dan jangka panjang antara
52
Yoghi Citra Pratama, “Analisis Responsivitas Bursa
Syariah Oleh Variabel Makro Ekonomi,” Al-Iqtishad: Journal Of Islamic Economics 4, No. 2 (February 11, 2016),
Https://Doi.Org/10.15408/Aiq.V4i2.2548. 53
Yudhistira Ardana, “Pengaruh Variabel Makroekonomi
terhadap Indeks Saham Syariah di Indonesia: Model ECM,” ESENSI
6, no. 1 (May 17, 2016), https://doi.org/10.15408/ess.v6i1.3118.
37
SBIS dan ISSI. Dan tidak ada pengaruh antara
minyak dunia dan ISSI baik itu jangka pendek
sedangkan pada jangka panjang memiliki pengaruh
minyak dunia dan ISSI adalah positif.
5. Mamunur Rashid dkk.,54
mengobservasi apakah ada
sentimen terhadap investor untuk penentu signifikan
indeks saham Islam atau tidak dalam konteks negara
Malaysia. Penelitian ini menguji tingkat indeks harga
saham konvensional dan Islam di Malaysia terhadap
indeks sentimen investor dan faktor ekonomi makro.
Studi ini menguji dua model secara terpisah: satu
menggunakan variabel makro ekonomi dalam
kerangka waktu seri triwulanan; model lainnya
menggunakan faktor makro ekonomi dan sentimen
data dalam kerangka waktu seri triwulanan. Mereka
menyelidiki harga aset di pasar saham Islam di
Malaysia menggunakan indeks hijrah sebagai
variabel dependen dan sejumlah faktor dari dominan
konvensional, perilaku dan makro ekonomi, dalam
studi mereka melaporkan suku bunga, indeks mata
uang dan FTSE bursa Malaysia compsite indeks
memiliki pengaruh yang lebih besar pada indeks
harga dibandingkan dengan produksi industri, indeks
harga konsumen, jumlah uang beredar dan indeks
sentimen investor. Studi sebelumnya menunjukkan
bahwa sistem keuangan Islam terhubung sangat
lemah atau bahkan terpisahkan dari pasar
konvensional, oleh karena dapat digunakan untuk
melindungi dari pontensi kerugiaan.
54
Rashid Mamunur, Hassan M. Kabir, and Yein Ng Yuen,
“Macroeconomics, Investor Sentiment, and Islamic Stock Price
Index in Malaysia.Pdf,” Journal of Economic Cooperation and Development 35, no. 04 (2017): h 221–36.
38
6. Ali Abdullah dan Belhamri Khair,55
dalam penelitian
mereka mengungkapkan dampak variabel makro
ekonomi terhadap kinerja pasar keuangan di
Yordania terkait pada nilai perdagangan dan volume
perdagangan, tingkat rotasi saham pada bursa efek di
Yordania, dalam penelitian menggunakan metode
regresi berganda di mana ada hubungan independen
dan dependen. Penelitian ini menghasilkan
kesimpulan bahwa hubungan kausal antara variabel
makro ekonomi dan indikator bursa efek di Yordania
terdapat dampak variabel terhadap harga saham pada
bursa efek Yordania tidak efisien ketika formula
semi-kuat karena ada perubahan makro ekonomi
dapat berkontribusi pada ekspektasi pada harga
saham, sehingga investor dapat nirlaba atau
keuntungan lebih besar dengan menggunakan
informasi tenteng keadaan makro ekonomi. Jika
dilihat dampak GNP terhadap indikator kinerja pasar
modal di Yordania adalah positif begitu juga dengan
tingkat inflasi sedangkan perubahan suku bunga
deposito berjangka memiliki dampak negatif pada
indeks harga saham, nilai pasar dan volume
perdagangan. Oleh karena itu penelitian
menyarankan agar investor di bursa efek yordania
dapat memperhitungkan perubahan dalam dampak
makro ekonomi sebagai faktor terpenting dan
berpengaruh saat dalam mengambil keputusan untuk
berinvestasi.
7. Ghulam Shabbir, Mumtaz Anwar, and Shahid Adil di
dalam penelitian ini memberikan wawasan tentang
55
Ali Abdullah dan Belhamri Khair, Tathir al-Mutaqiara>t al-
Iqtisadiat al-Kulliat Ala a>da’ as-Ku>Ii al-Mali> al-Urduniat, Majalat
al-Iqtishadiat wa at-tanmiat al-Bashariat Vol:6 No. 1 2010. h 287-
300
39
peran stabilitas politik dalam menyelidiki dua
hipotesis yang bersaing di negara-negara Muslim
Berkembang Delapan, dan juga menyelidiki apakah
hubungan kondisional antara korupsi dan stabilitas
politik penting atau tidak. Temuan empiris
menunjukkan bahwa investasi, populasi dan stabilitas
politik memainkan peran positif dalam mendorong
pertumbuhan ekonomi. Korupsi tidak hanya
berdampak pada pertumbuhan tetapi juga
dipengaruhi oleh kualitas kelembagaan yang dialami
suatu bangsa. Korupsi bertindak sebagai pasir di roda
di negara-negara yang memiliki tingkat stabilitas
politik yang lebih tinggi, dan meminyaki roda di
negara-negara yang kurang stabil secara politik
seperti Nigeria dan Pakistan. Dengan demikian,
stabilitas politik kondusif untuk pertumbuhan,
karena mengurangi kerusuhan sosial, gejolak politik,
dan mendorong investasi, dan di sana oleh
pertumbuhan ekonomi.56
8. Penelitian David Hillier, Tiago Loncan57
melihat efek
ketidakpastian politik pada pengembalian saham,
mengeksploitasi kejutan eksogen terhadap stabilitas
politik di Brasil. Ketidakstabilan politik yang tiba-
tiba dan keterpurukan di pasar modal. Kami
menguraikan variasi cross-sectional pengembalian
abnormal di sekitar peristiwa ini dan menyelidiki
apakah koneksi politik perusahaan dan paparan
56
Ghulam Shabbir, Mumtaz Anwar, and Shahid Adil,
“Corruption, Political Stability and Economic Growth,” The Pakistan Development Review 55, no. 4I-II (December 1, 2016):
689–702, https://doi.org/10.30541/v55i4I-IIpp.689-702. 57
David Hillier and Tiago Loncan, “Political Uncertaininty
and Stock Return Evidence,” Pacific-Basin Finance Journal 54
(April 2019): 1–12, https://doi.org/10.1016/j.pacfin.2019.01.004.
40
terhadap modal asing merupakan faktor dalam
penurunan harga. Hasil kami menunjukkan bahwa
perusahaan yang terhubung dengan bank
pembangunan milik negara Brasil, BNDES, dan
perusahaan yang dicantumkan secara silang melalui
ADR (American Depositary Receipts) paling
terpengaruh oleh guncangan ini. Bukti menunjukkan
bahwa koneksi politik dan eksposur modal asing
adalah faktor dalam menyalurkan risiko politik ke
harga aset, meningkatkan biaya modal ekuitas selama
periode ketidakstabilan politik.
9. Takuma Kunieda dkk,58
mengobservasi polemik
antara tingkat korupsi pasar modal dan pertumbuhan
ekonomi, mereka menemukan negara-negara yang
sangat korup cenderung mengenakan tarif pajak yang
lebih tinggi (termasuk tarif pajak yang diamati dan
suap yang tidak diobservasi) daripada negara-negara
yang kurang korup. Ini memperbesar dampak negatif
korupsi pemerintah pada pertumbuhan ekonomi
negara-negara yang sangat korup jika negara-negara
meliberalisasi rekening modalnya. Akibatnya, yang
paling tidak korup, negara-negara yang secara
finansial terbuka mengalami tingkat pertumbuhan
tertinggi; paling tidak korup, secara finansial negara-
negara tertutup mengalami tingkat pertumbuhan
tertinggi kedua; sangat korup, tertutup secara
finansial negara mengalami tingkat pertumbuhan
tertinggi ketiga; dan sangat korup, terbuka secara
58
Takuma Kunieda, Keisuke Okada, and Akihisa Shibata,
“Corruption, Capital Account Liberalization, and Economic
Growth: Theory and Evidence,” International Economics 139
(October 2014): 80–108,
https://doi.org/10.1016/j.inteco.2014.03.001.
41
finansial negara mengalami tingkat pertumbuhan
terendah.
10. Kim, Haksoon59
dalam penelitian mereka
menginvestigasi hubungan antara investasi langsung
asing (FDI) dan stabilitas politik dengan menyelidiki
aliran FDI di tingkat negara, kinerja dalam FDI dan
langkah-langkah stabilitas politik. Negara-negara
dengan hak politik tinggi memiliki arus keluar FDI
yang lebih tinggi. Juga, negara-negara dengan tingkat
korupsi pemerintah yang tinggi dan tingkat
demokrasi yang rendah memiliki arus masuk FDI
yang lebih tinggi. Hasilnya konsisten dengan
argumen bahwa faktor-faktor politik penting dalam
menjelaskan aliran FDI. Kami juga menemukan
bahwa kinerja dalam FDI memiliki secara konsisten
hubungan positif dengan tingkat korupsi pemerintah,
sementara hubungan negatif dengan hak politik,
ketika variabel kunci dari analisis faktor dimasukkan.
G. Sistematika Penelitian
Sistematika penelitian merupakan perencanaan susunan
dari penulisan tesis sebagai bagian dari rangkuman outline
yang akan disusun untuk rancangan penulisan untuk
mempermudah dalam penyusunan tesis, penelitian ini akan
disusun dalam 5 Bab dengan sistematika sebagai berikut:
Bab I terdiri dari pendahuluan yaitu latar belakang
masalah, perumusan masalah, yang memuat identifikasi
masalah, batasan masalah dan rumusan: tujuan dan manfaat
penelitian, bagan pemikiran, kajian terdahulu yang relevan,
serta metodologi penelitian.
Bab II merupakan pembahasan teori yang membahas
mengenai perdebatan akademik tentang menciptakan iklim
59
Kim and Haksoon, “Political Stability and Foreign Direct
Investment.”
42
investasi di indonesia yang dilihat dari dimensi yang diteliti
oleh peneliti, dalam hal ini terdiri beberapa pembahasan pada
Makroekonomi, Investasi Syariah di Pasar Modal dan iklim
investasi di antaranya: Diskursus Konsep Investasi Syariah
dalam Perspektif Ekonomi Islam terdiri dari pembahasan:
Definisi Investasi dalam Konteks Ekonomi Islam; Prospek
Investasi dalam Ekonomi Islam; Prinsip-prinsip investasi
pasar modal syariah dalam Tinjauan Ekonomi Islam;
Kemudian Dinamika Iklim Investasi syariah di pasar Modal
Indonesia yang akan di bahas: Faktor-faktor pengaruh iklim
investasi di pasar modal syariah Indonesia yang dilihat dari:,
Indonesia Corruption Index, Indeks kebebasan investasi dan
indeks kualitas regulasi. Selanjutnya, determinasi faktor
makroekonomi Di Pasar Modal Indonesia terdiri: dari inflasi,
kurs rupiah/USD, PDB, suku bunga, jumlah uang bereda (M2)
dan harga emas. Dan yang terakhir adalah Islamic Finance
Development and Economic Growth.
Bab III merupakan Analisa data yang peneliti peroleh
dari diskusi bab sebelumnya untuk melihat pengaruh
kontribusi pasar modal syariah diwakili oleh Jakarta Islamic
Indeks terhadap makro ekonomi Indonesia yang memiliki
pengaruh terhadap iklim investasi dilihat dari fundamental
ekonomi dan pasar modal syariah di Indonesia dengan
menggunakan alat analisis Regresi berganda (Multivariate
Regression Analysis) serta interprestasi data yang diperoleh
dalam bentuk deskripsi.
Bab IV Analisa Peluang dan tantangan perkembangan
investasi di pasar modal syariah Indonesia terhadap iklim
investasi syariah di Indonesia di antaranya: interpretasi
fundamental makroekonomi dalam pandangan ekonomi Islam,
implementasi kebijakan pemerintah dalam iklim investasi
terhadap gejolak investasi syariah di pasar modal dan tinjauan
dalam implementasi dalam penerapan kebijakan investasi
konvensional dan syariah.
Bab V Kesimpulan dan Saran Pustaka
43
BAB II
Diskursus Ekonomi Makro, Investasi Syariah di Pasar
Modal dan Iklim Investasi Dari Sudut Pandang
Keuangan Islam
Studi dari literatur keilmuan ekonomi telah banyak
berkontribusi bagi perkembangan khazanah keilmuan (teori
dan praktik) yang banyak di adopsi oleh manusia saat ini
untuk membantu mereka bagaimana cara bekerja
memperbaiki kondisi ekonomi (kehidupan) dan bagaimana
mengambil keputusan dalam kebijakan perekonomian serta
menjelaskan sisi-sisi yang dapat mempengaruhi pola konsumsi
masyarakat, perusahaan dan pasar serta aspek-aspek lain yang
saling berhubungan dengan cara menilai sejauhmana dapat
diukur suatu perekonomian untuk menghasilkan barang dan
jasa atau mencapai pada tingkat kesejahteraan.1 Secara umum,
ilmu ekonomi digunakan ekonom untuk membantu
menganalisa dari fluktuasi aktivitas perekonomian
keseluruhan dengan mengestimasi dari angka pertumbuhan,
angka pengangguran-lapangan kerja, tingkat produksi, tingkat
konsumsi, inflasi, suku bunga dan keseimbangan neraca
perdagangan.2
Kajian tentang ekonomi tersebut membantu pemerintah
untuk mengatasi kesulitan akibat dari persoalan ekonomi yang
muncul di tengah-tengah masyarakat dengan konsep-teori
yang telah ditemukan oleh peneliti ekonomi terdahulu. Akan
1 Sugianto dkk., Ekonomi Mikro, Sebuah Kajian
Komprehensif (Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 2007) h 3-6 2 Antoim E.Murphy, The Genesis of Macroeconomic
Pemikiran Baru, Terjam: Tri Wibowo Budi Santoso (Jakarta:
Rajawali Press, 2011) h 3. Mark Skousen, The Making of Modern Economic The Lives and Ideas of The Great Thinkers, Terjam: Tri
Wibowo Budi Santoso (Jakarta: Kencana, 2009) h 8-9.
44
tetapi tidak semua konsep itu cocok terhadap persoalan
tersebut sehingga memunculkan sebuah paradigma ekonomi
yang berusaha mendobrak preposisi dalam sistem ekonomi
yang dianut dunia saat ini baik secara pandangan, keyakinan
atau ideologi tertentu. Terutama untuk mengelola alokasi
sumber daya ekonomi yang menyangkut pandangan kepada
hak kepemilikan, pemanfaatan, dan distribusi sumber daya
ekonomi.3 Artinya bahwa sistem dari ekonomi tersebut
memasukkan prinsip selain dimensi umumnya yang dianut
oleh konsep ekonomi lama yaitu meletakkan agama
(religiusitas/ad-Di<n) sebagai indikator dalam sebuah hukum
ekonomi yang direpresentasikan sebagai rumusan
permasalahan sosial-ekonomi untuk membantu menyelesaikan
batasan dari konsep ekonomi lama,4 karakteristik sistem
ekonomi ini bersumberkan dari falsafah agama, sehingga
konsep ekonomi ini memisahkan dirinya dari dimensi sistem
ekonomi pada umumnya.
Oleh karena itu, dogma agama memiliki potensi untuk
memperkaya dan memperluas batasan-batasan dari sistem
ekonomi dengan merumuskan dalil ekonomi berdasarkan pada
pemahaman, interpretasi dari ayat-ayat dan implementasi dari
substansi nilai-nilai yang terkandung dalam ekonomi melalui
perintah ajaran agama Islam.5
Dari pemahaman di atas, ekonomi dalam agama Islam
meletakkan akidah dan syari’at yang bermuara pada al-Quran
dan Sunnah sebagai pijakan utama dari ilmu dan kegiatan
3 Ed. Evra Willya dkk., Senarai Penelitian: Islam
Kontemporer Tinjauan Multikultural (Yogyakarta: Deepublish,
2018) h 143. Dwi Condro Trino, Ekonomi Islam Mazhab
(Yogyakarta: Irtikaz, 2014) h 19-20. 4 Mohammad Aslam Haneef, Contemporary Islamic
Economic Thought: A Selected Comparative Analysis (KL: Ikraq,
1995) h 14 5 Muhammad Akram Khan, What is Wrong With Islamic
Economic? (UK: Edward Elgar Publishing Inc., 2013) h 60.
45
ekonomi.6 Oleh karena itu, dalam praktiknya konsep ekonomi
pertama-tama harus disesuaikan dengan dogma yang telah
disediakan dalam ajaran Islam, sehingga mempermudah
manusia untuk mencari jalan keluar atas kebutuhan, keinginan
dan kelangkaan yang menjadi problematika ekonomi
manusia.7 Dan untuk membantu ekonom dalam memahami
konsep ajaran Islam ekonomi, pertama, untuk memperbaiki
anggapan kesalahan dari pandangan ekonomi kapitalis dan
sosialis bahwa tidak ada bertentangan dengan metode
ekonomi Islam;8 kedua, mengakomodasi bagi ekonom muslim
yang telah mendalami teori ekonomi konvensional untuk
dapat kembali memahami ekonomi Islam; ketiga,
mengakomodasi masyarakat yang berminat dalam studi fikih
muamalat untuk melakukan kajian perbandingan antara
ekonomi Islam dan ekonomi konvensional.9
6 Pesatnya perkembangan kajian dan praktik sistem ekonomi
Islam di atas, telah membawa angin perubahan positif bagi para
ekonomi dunia dalam mempelajari ajaran sebagai sumber ilmu
normatif dalam disiplin ilmu. Upaya tersebut melahir banyak
pemikir-pemikir ekonomi yang telah berkontribusi dalam ekonomi
Islam dan menghasilkan teori-teori baru untuk membangun negara
Islam di antaranya: Zayd Ibn Ali (80-120 H), al-Awza’i (80-150H),
Abu Yusuf (113-182 H), as-Shaibani (132-189 H), sampai ke zaman
Kontemporer seperti Umar Chapra, Nejatullah Shiddiqi, Muhammad
Uzier, Fahmi Khan, Muhammad Syafi’i antonio dan Adiwarman A
Karim. lihat: Ahmed El-Ashker adan Rodney Wilson, Islamic Economics: A Short History (Leiden: Brill, 2006) h 171-214.
7 Mohammad Atho Mudzhar dan Muhammad Maksum, Fikih
Responsif: Dinamika Integrasi Ilmu Hukum, Hukum Ekonomi dan Hukum Keluarga Islam, h 55.
8 Ma>lik Ibn Nubai, al-Muslim fi ‘A<lam al-Iqtisha>d (Bairut: al-
Fikr al-Mu’a>shirah, 2012) h 16 9 IKIT, Akuntansi Penghimpunan Dana Bank Syariah
(Yogyakarta: Deepublish, 2015) h 15. Nurul Huda dkk., Ekonomi Makro Islam Pendekatan Teoritis (Jakarta: Kencana, 2008) h 6
46
Dalam konsepnya, ekonomi Islam memberikan keluasan
dalam mengukur kadar dari kebebasan individu dan intervensi
negara, sehingga tercipta fleksibilitas ekonomi yang membuat
ekonomi Islam terbuka untuk memilih alternatif dalam
membentuk kerangka ekonomi.10
Dengan begitu, konsep
Islam menawarkan solusi hampir semua permasalahan
batasan-batasan ekonomi dan sosial pada peradaban modern
saat ini, tanpa menghilangkan etika dan spiritual; sehingga
adanya keseimbangan antara aspek materi dan spiritualitas;
duniawi dan ukhrawi; individu dan sosial di bawah ajaran
Islam yang menginginkan keseimbangan materi melengkapi
spiritual.11
1. Diskursus Konsep Ekonomi Makro dalam Perspektif
Ekonomi Islam
a. Definisi Makroekonomi dalam Konteks Ekonomi
Islam
Ekonomi makro bagian dari ilmu pengetahuan dalam
ekonomi yang meninjau integritas seluruh aktivitas
perekonomian. Ruang lingkup ekonomi makro meliputi hasil
produksi barang dan jasa, keuntungan atau depresi dalam
neraca perdagangan dalam periode satuan perekonomian
dalam pemerintahan, pertumbuhan PDB, sirkulasi tren
inflasi, jumlah peredaran uang dalam tahunan dan lapangan
kerja-pengangguran. Dalam menelaah dan mengkaji
ekonomi makro mengarahkan pada penekanan kepada
pemangku kebijakan dan masyarakat dengan apa yang dapat
10
Frederic L.Pryor, ‚The Islamic Economic System,‛ Journal of Comparative Economics 09, no. 02 (Juni 1985): h 198-199,
https://doi.org/10.1016/0147-5967(85)90039-3. 11
Muhammad Umar Chapra, Islam dan Tantangan Ekonomi (Jakarta: Gema Insani, 2000) h 7-9. Albeena Mirza and Dr Najma
Shaikh, ‚Comparison Between Economic Welfare And The Islamic
Welfare Norms,‛ Journal of Grassroot, 2017, h 141.
47
mempengaruhi orientasi terhadap berbagai kondisi pada
negara seperti perilaku konsumsi dan investasi, upah dan
harga, kebijakan fiskal dan moneter, suplai uang beredar,
anggaran belanja pemerintah, tingkat suku bunga, utang
negara dan faktor-faktor penentu perubahan kondisi
ekonomi secara keseluruhan.12
Makroekonomi (Macroeconomic) tidak mencoba
menekankan pada apa yang menentukan hasil dari/oleh
proses industri tunggal atau satu motif konsumsi dari rumah
tangga (dalam kajian ekonomi mikro). Sebaliknya,
makroekonomi mengkaji tentang faktor-faktor output
nasional atau hasil produksi keseluruhan, karena dalam
kegiatan utama ekonomi makro berupaya mengidentifikasi
keseimbangan pola kegiatan produksi naik atau turun yang
dihasilkan pada suatu negara. Oleh karena itu, pemerintah
perlu untuk memperhatikan dan mengidentifikasikan pokok
penting dalam pertumbuhan ekonomi seperti nilai total
semua produksi dan jasa yang dihasilkan negara, total
pendapatan pekerjaan dan jumlah orang yang dipekerjakan
atau mengidentifikasi jumlah pengangguran dalam beberapa
tahun. Selain itu untuk melihat pengaruh terhadap laju
pertumbuhan ekonomi perlu juga memperhatikan variabel
lain yang mempengaruhinya seperti tingkat suku bunga
acuan, nilai pasar saham, iklim inflasi dan jumlah uang
beredar dll.13
Untuk menganalisa makro ekonomi di atas
dapat dibedakan dalam 3 aspek utama:14
pertama, penentuan
keseimbangan pendapatan nasional; kedua, problematika
12
Ali Ibrahim Hasyim, Ekonomi Makro (Jakarta: Kencana,
2016) h 1. Kevin D. Hoover Causality Macroeconomics ed. 3 (UK:
Cambrige University Press, 2001) h 109. David C. Colander,
Macroeconomic ed. 5 (New York: Megraw-Hill, 2004), h 14. 13
De Long J Bradford, Macroeconomic (New York:
MecGraw-Hill, 2002) h 4. 14
Sadono Sukirno, Makroekonomi Modern (Jakarta: Raja
Grafindo, 2005) h 23
48
laju pertumbuhan; ketiga, peran lembaga dan pemerintah
dalam menstabilkan proses jalannya perekonomian.
Dari pokok dasar pembahasan makroekonomi,
ekonomi Islam membuat sebuah system yang mempunyai
persamaan dan perbedaan dari sistematik ekonomi yang
telah ada saat ini, bahwa konsep ekonomi Islam telah ada
dengan konsep dan fondasi yang berbeda dari konsep
ekonomi konvensional. Untuk itu tantangan yang dihadapi
oleh makroekonomi dalam kerangka ekonomiIslam adalah
untuk merancang yang memenuhi persyaratan kebijakan
moneter dan fiskal yang efektif tanpa menggunakan
mekanisme suku bunga serta menyediakan alternatif untuk
mengandalkan instrumen berbasis suku bunga adalah dengan
merancang alat kebijakan yang mengandalkan fitur
pembagian risiko keuangan ekuitas.15
Menurut
Hasanuzzaman bahwa ekonomi Islam sebagai kajian studi
dan penerapan syariah (al-Quran dan Sunnah) yang menolak
penyimpangan dalam menghasilkan dan mengendalikan
alokasi dari sumber daya ekonomi, sehingga dapat
didistribusikan kepada manusia dan dengan itu
memungkinkan mereka dapat melaksanakan kewajibannya
kepada Allah dan masyarakat16
Hal yang sama adebayo dan
fagge memberikan keterangan mengenai konsep ekonomi
bahwa dibutuhkan tatanan usaha sumber daya alam yang
langka.dan memasukkan konsep etika Islam dalam
masyarkat.17
15
Azura Othman dkk., Macroeconomic Policy and Islamic Finance in Malaysia (NY: Plagrave Macmillim, 2017) h 10.
16 Karim Ginea dkk., Foundations of Shari’ah Governance of
Islamic Banks (UK: Wiley, 2015) h 37. S. M. Hasanuz Zaman,
Definition of Islamic Economics, J. Res. Islamic Econ., Vol. 1., No.
02 (1984) h 50. 17
Asmak Ab Rahman, New Developments in Islamic Economics: Examples from Southeast Asia (Malaysia: Emerland,
2019) h 8.
49
Oleh karena itu, struktural dalam ekonomi Islam
memiliki peran yang mengarahkan pada dimensi
pembangunan ekonomi berbasis nasional dengan fondasi
ajaran Islam terhadap tujuan-tujuan yang terkandung dalam
ekonomi Islam, menurut chapra bahwa ekonomi Islam
merupakan cabang ilmu yang mengakomodasi manusia
dalam kesejahteraan melalui alokasi dan distribusi berbagai
kelangkaan sumber daya alam yang sesuai dengan keinginan
dalam visi dan misi yang ditetapkan berdasarkan syari’at
Islam tanpa membatasi diri manusia dalam kebebasan
individu secara berlebihan untuk menciptakan kestabilan
makroekonomi dan ekologi dengan menguatkan solidaritas
yang terjalin di masyarakat.18
Abdul Mannan berpandangan
yang sama bahwa ekonomi Islam merupakan studi yang
mengkaji sosial dengan mempelajari masalah-masalah
ekonomi rakyat yang diilhami oleh nilai-nilai Islam.19
Mengkaji ekonomi Islam dalam proses pembangunan
memiliki manfaat dalam penerapannya di antaranya:
pertama, mengidentifikasi struktur dalam ekonomi yang
berperan pada pembentukan sistem yang berbasis kepada
menyatukan stuktural antara negara-negara muslim untuk
membentuk pengembangan manhaj Islam secara independen
dari sistem yang diletakkan oleh sistem-sistem ekonomi
yang lain; kedua, mengidentifikasi struktural ekonomi guna
di dalam mengetahui klasifikasi umum dari tatanan ekonomi
dalam masyarakat muslim, dalam hal ini untuk
meningkatkan produksi nasional dalam sektor-sektor
ekonomi yang mendukung. sistem ekonomi Islam membantu
untuk mengetahui peran dari sektor-sektor penting dalam
investasi dengan meningkatkan volume ekspor dan impor,
18
Yoyok Prasetyo, Ekonomi Syariah (Bandung, Aria Mandiri
Grup, 2018) h 3 19
Abul Hassan, M.A. Choudhury, Islamic Economics: Theory and Practice (London: Routledge, 2019) h 17.
50
artinya ekonomi Islam dapat menggerakkan kinerja
keseluruhan kegiatan ekonomi; ketiga, kemungkinan dalam
memproses kebijakan pengembangan yang berbasis dasarnya
ialah menentukan sektor dengan memilih sektor yang sesuai
dalam ekonomi Islam kemudian menggabungkan sektor itu
ke dalam satu sistem yang terstruktur untuk membingkai
hubungan setiap sektor agar saling melengkapi dalam
konteks pembangunan; keempat, untuk mengidentifikasi
struktural ekonomi dengan berkontribusi pada tingkat
integritas yang tinggi antar sektor berbeda dalam hal
pembagian tenaga kerja dan partisipasi perekonomian dari
setiap sektor untuk mencapai tujuan visi dan misi dalam
ekonomi Islam dengan seimbang dan integrasi produksi
antar sektor; kelima, struktur ekonomi Islam harus mencapai
tujuan pembangunan keseimbangan yang komprehensif
antara material dan spiritual untuk menyeimbangkan itu
bermaksud untuk menggabungkan semua aspek dalam setiap
sektor secara keseluruhan.20
Menurut Asad Zaman bahwa
ekonomi Islam berusaha mengimplementasikan tatanan dari
Allah yang berhubungan dengan urusan kegiatan ekonomi
dalam kehidupan pribadi manusia (micro), di komoditas
(meso) maupun tingkat masyarakat luas (makro).21
Bentuk dasar dari ekonomi Islam yang memiliki
karakteristik dari ajaran Islam berupa aspek ketauhidan
(Ilahi>ah) menjadi dasar dalam pengembangan sistem
ekonomi Islam, selain itu juga aspek moral yang tidak hanya
bertitik pada aktivitas individu akan tetapi juga pada
20
Muhammad Ibrahim Miqda>d dan Ahmad Kha>lid Ikasah,
Hai>kal al-Iqtishad al-Islami>ah wa Asharuhu fi al-Inti>jaj wa at-
Tauziq, Majalat al-Ja>miah al-Iqtishad al-Islamiah li Dirast al-
Iqtishadiah wa al-Idari>ah al-Majalah 12, No.02 Juni 2014, h 43-48.
http://www.iugaza.edu.ps/ar/periodical. 21
Taha Egri, Necmettin Kizilkaya, Islamic Economics: Basic Concepts, New Thinking and Future Directions (Cambridge
Scholars Publishing, 2015) h 232.
51
interaksi secara keseluruhan, dengan nilai-nilai ajaran Islam
yang jelas dalam perilaku ekonomi akan muncul tidaklah
sama dengan sistem ekonomi lain, Muhammad ibnu
Abdullah al-Arabi> menyatakan bahwa ekonomi Islam
merupakan cakupan dari fondasi umum pada konsep
ekonomi yang didasari dari al-Quran dan Sunnah dalam
membangun dengan pembaharuan ekonomi yang bernilai
pada asas-asas fondasinya yang sesuai dengan lingkungan
dan setiap zaman.22
Meskipun tolak ukur tidak lagi sama
bersifat individual dan keduniawian sebagaimana yang
dilarang oleh ajaran Islam, dengan begitu tolak ukur akan
digantikan dengan mekanisme dalam setiap aktivitas
ekonomi, sehingga ekonomi menjadi maksimal dengan
aktivitas produktif yang dapat mendekati full employment, pasar yang tidak selalu diancam oleh gangguan sistem
monopoli, inflasi, pengangguran dll., yang diakibatkan oleh
sistem yang salah dan perilaku moral ekonom. Dalam hal ini
Akram Khan memberi pandangan bahwa ekonomi Islam
akan mengarahkan kepada tujuan falah (kesejahteraan)
dalam hidup manusia yang dicapai dengan
mengonstruksikan segala esensial dari alam dengan
komponen kerja sama dan partisipasi antara manusia.23
Kurangnya respon terhadap ajaran Islam dalam menopang
kegiatan ekonomi ini mengakibatkan usaha dalam teori dan
praktik ekonomi Islam menjadi tidak relevan dan berlebihan
yang tidak hanya bagi para ekonom Islam yang bekerja di
bidang ekonomi konvensional akan tetapi juga bagi umat
22
Muhammad Ibnu Abdullah al-‘Arabi>, al-Iqtisha>d al-Islami> fi Tatbi>qihi ala al-Mujtama’ al-Mua>sirat (Kuwait: Maktabah al-
Manar, t.t) h 38. 23
Abdurrahman Haithman dkk., The Foundation of Islamic Economics and Banking (Singapure: Partridge, 2014) h 34. Graeme
Newell dkk., Global Trends in Real Estate Finance (UK: Willy
Blackwell, 2010) h 159.
52
Islam yang seharusnya menjadi penerima manfaat dari
disiplin ilmu ekonomi Islam.24
b. Prospek Makroekonomi dalam Ekonomi Islam
Prospek makroekonomi Islam dalam model ekonomi
Islam menawarkan prospek yang signifikan bagi
pertumbuhan ekonomi dan stabilitas ekonomi yang tahan
lama dan kebal terhadap cacat dari model ekonomi.
Kebijakan dari makroekonomi yang mendorong
pertumbuhan ekonomi terdiri dari bermacam-macam ukuran
dan fasilitas pendukung tambahan untuk mengurangi
problematika ekonomi secara keseluruhan. Tindakan
tersebut mencakup kebijakan insentif, kebijakan peraturan
dan kebijakan moneter dan fiskal yang sesuai. Redistribusi
kekayaan yang sama meskipun dalam kebijakan publik harus
mengategorikan masyarakat miskin untuk memberikan
peluang yang sama.25
Jika dilihat pada arah dan tujuan yang ingin dicapai
oleh mekanisme ekonomi makro dalam ekonomi Islam
berbeda dengan sistem ekonomi yang lain, berdasarkan pada
kebijakan dari ekonomi Islam yang diambil dalam buku
Ahami>ah Wu>jud al-Mu’asasa>t al-Iqtisha>d wa al-Mali>at al-Islami>ah al-Muaziat lil Muasasa>t ad-Duwaliat, secara umum
memberikan gambaran prospek ekonomi Islam dalam
lingkup makro ekonomi di antaranya sebagai berikut:26
24
Taha Egri, Necmettin Kizilkaya, Islamic Economics: Basic Concepts, New Thinking and Future Directions, h 13.
25 Raja M. Almarzoq, Islamic Macroeconomics: A Model for
Efficient Government, Stability and Full Employment (NY:
Routladge, 2018) h 69. 26
Ahmad Said Labad, Ahami>ah Wu>jud al-Mu’asasa>t al-Iqtisha>d wa al-Mali>at al-Islami>ah al-Muaziat lil Muasasa>t ad-Duwaliat penelitian disajikan ke konferensi ‚Islam dan tantangan
kontemporer‛ yang diadakan di fakultas ushuludin di universitas
Islam, April 2007
53
1. Memenuhi kebutuhan dasar setiap individu muslim
maupun masyarakat
Dalam kaitannya secara khusus perekonomian Islam
berpandangan tidak mengakui apa yang kutub ekonomi
positi sebut dengan kelangkaan sumber daya alam
(scarcity of resources). Kegiatan ekonomi Islam
menyadarkannya pada teks pada al-Quran dan Hadits,
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam sistem
ekonomi Islam menjamin individu dan kelompok bahwa
setiap orang tidak kelaparan dikarenakan kelangkaan
sumber daya alam. Siddiqi menganggap jaminan
kebutuhan dasar untuk semua sebagai institusi atau fitur
lain dari sistem ekonomi Islam. Individu biasanya
diharapkan untuk memenuhi kebutuhan mereka melalui
upaya mereka sendiri.27
dengan memanfaatkan
intermediasi keuangan sosial ini membantu
menyelesaikan masalah kemiskinan dan memenuhi
dasarnya. Prinsip distribusi ekonomi Islam adalah
kebutuhan pertama dan diikuti oleh kecukupan untuk
setiap manusia tanpa memandang kebangsaan dan
agamanya.28
2. Eksploitasi sumber daya ekonomi dengan
pengoperasian secara penuh dan optimal.
Ketersediaan kapasitas dari alam yang Allah bentuk
untuk merespon kepada kebutuhan pokok maupun
sekunder manusia. Kedudukan manusia di dalam Islam
sebagai khalifah dimuka bumi yang di amanahkan untuk
memanfaatkan secara penuh sumber daya yang banyak
27
Mohamed Aslam Haneef, Contemporary Islamic Economic Thought: A Selected Comparative Analysis (KL: Ikraq, 1995) h 37.
28 Toseef Azid, Lutfi Sunar, Social Justice and Islamic
Economics: Theory, Issues and Practice (NY: Routladge, 2018) h
87.
54
itu sebagai konsekuensinya dari kebutuhan manusia.
Eksploitasi sumber daya ekonomi dengan produktif akan
menyediakan manusia pekerjaan, konsumsi yang
diinginkan dan kekayaan. Dalam ekonomi Islam asumsi
tentang keinginan ekonomi manusia dan kebutuhan
untuk memuaskan keinginan dengan barang dan jasa
dalam ekonomi akan tetap sama. Akan tetapi secara
sumber daya alam asumsinya berbeda yang akan muncul
cukup signifikan dengan cara berikut ini:29
1. Jumlah sumber daya ekonomi yang diinginkan
sangat terbatas.
2. Dalam batasan konsep standar hidup Islam,
produksi dan konsumsi barang dan jasa ekonomi
ini akan tunduk pada batasan halal dan haram
seperti yang ditetapkan oleh syariah.
Baru-baru ini, perhatian telah bergeser ke arah
pembangunan manusia, mengatur sistem distribusi
kekayaan berdasarkan kemauan dan kapasitas masing-
masing individu dalam masyarakat termasuk penekanan
pada nilai dan tujuan seperti peningkatan harapan hidup,
kesejahteraan dan kebaikan manfaat bersama.30
Pada
dasarnya, ada keterkaitan antara manusia, Tuhan dan
lingkungan yang diilhami oleh tiga prinsip dasar
(mengapa) Islam terhadap sumber daya alam: pertama,
kesatuan semua makhluk di bawah satu Tuhan (Tauhid);
kedua, peran manusia sebagai wakil (khalif>ah); dan
29
M. Raihan Sharif, Guidelines to Islamic Economics: Nature, Concepts, and Principles (Bangladesh: BIIT, 1996) h 101.
30 Kates W. Robert, Thomas M. Parris, dan Anthony A.
Leiserowitz, ‚What Is Sustainable Development? Goals, Indicators,
Values, and Practice,‛ Environment: Science and Policy for Sustainable Development 47, no. 3 (April 2005): h 10-11,
https://doi.org/10.1080/00139157.2005.10524444.
55
ketiga, pencarian manusia untuk kebaikan publik
(masla>hah).31
3. Mencapai kemandirian, kestabilan ekonomi dan
menghapus ketergantungan
Ekonomi Islam tidak tergantung pada sebuah sistem,
undang-undang, perundangan-perundangan, maupun ide
publik ataupun pribadi pada setiap sistem ekonomi
kontemporer atau sebelumnya yang dibuat oleh manusia,
sehingga tidak dapat melihat makna luhur bahwa Islam
memutuskan perkara dalam bidang ekonomi, kriminal
dan sosialnya kecuali penerapan penuh dari imam Islam
dan hukum syariah. Abdulrasheed berpendapat bahwa
mengemis atau ketergantungan ekonomi sangat dilarang
dalam Islam. Profesionalisme sangat didorong dalam
Islam karena melalui inilah dapat mencapai kemandirian
ekonomi seperti yang pernah dilakukan oleh para nabi.32
Mengaplikasikan manusia sebagai khalifah dalam
kehidupan diumpakan satu tubuh. Jika masalah
masyarakat muslim adalah kemiskinan akan menjadi
masalah sosial bagi masyarakat muslim yang lain. Islam
mengajarkan untuk saling menolong sesama manusia
agar dapat membantu kaum muslim yang lain. Menurut
syariat Islam semua manusia sama. Tidak ada kelebihan
seorang dengan yang lain. Sebagaimana khutbah Nabi di
haji wada’: tidak ada perbedaan antara orang-orang arab
dengan orang ‘ajam.33
31
Dina M. Abdelzaher, Amr Kotb, dan Akrum Helfaya, “Eco-
Islam: Beyond the Principles of Why and What, and Into the
Principles of How,” Journal of Business Ethics, 29 Maret 2017, h 4-
6, https://doi.org/10.1007/s10551-017-3518-2. 32
Abdulrasheed A Hameed, ‚Islam And Economic
Independence Towards Self- Employment And Productivity,‛
Knowledge Review 26, No. 02 (Desember 2012): h 6. 33
Fathurrahaman Djamil, Hukum Ekonomi Islam Sejarah, Teori dan Konsep (Jakarta: Sinar Grafika, 2015) h 55.
56
4. Berkontribusi pada pembangunan perekonomian
global yang berkeadilan
Tujuan keseluruhan dari pengembangan ekonomi
Islam adalah untuk meningkatkan kesejahteraan yang
berkeadilan yang merupakan prinsip pembangunan makro
ekonomi dalam ekonomi Islam yang berlandaskan pada
syariat Islamiah. Kontribusi keadilan dalam
pembangunan perekonomian harus diaplikasikan dalam
pemenuhan kebutuhan individu setiap masyarakat,
sumber pendapatan yang terhormat, distribusi
pendapatan, dan kekayaan secara merata serta
pertumbuhan dan stabilisasi ekonomi yang baik.34
Salah satu karakteristik interistik masyarakat di
negara adalah masyarakat elit dan masyarakat miskin
yang berbeda secara fundamental. Dalam ekonomi Islam
keadilan pendistribusian di dalam tatanan masyarakat
harus menjadi prioritas utama. Menurut navqi
pendistribusian kekayaan (sumber alam) harus ditafsirkan
dalam konteks yang dinamis agar tercapai kontribusi
pembangunan perekonomian global yang berkeadilan.35
c. Prinsip-prinsip Makroekonomi dalam Tinjauan
Ekonomi Islam
Prinsip ekonomi Islam didirikan berlandaskan pada
prinsip yang telah ditetapkan oleh syariat dengan
berpedoman pada al-Quran, Hadits, kesepakatan para
sahabat dalam perlakuan hukum dan al-Qiyas (studi analogi
kasus-kasus yang tidak secara implisit didefinisikan dalam
al-Quran dan sunnah oleh sarjana muslim). Dengan demikian
nilai dari agama perlu membantu umatnya dalam mengatasi
34
Amran Suadi, Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah: Penemuan dan Kaidah Hukum (Jakarta: Kencana, 2018) h 10
35 Havis Aravik, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam
Kontemporer Edisi Pertama (Jakarta: Kencana, 2017) h 135
57
problematika ekonomi dan mengatasi problematika
masyarakat yang sangat sulit guna membangun teori
ekonomi untuk memecahkan masalah perekonomian umat
itu sehingga agamawan perlu membangun filsafat ekonomi
yang dapat membuat ilm ekonomi dengan bernafaskan pada
agama itu sendiri.36
Pada prinsip-prinsip makro ekonomi dalam ekonomi
Islam diderivasikan dalam mencapai peluang kesejahteraan
umat muslim khususnya untuk mencapai hakikat
kebahagiaan dunia dan akhirat. Proses kegiatan ekonomi
yang bertujuan untuk menghasilkan pencapaian kinerja
ekonomi dalam hal prinsip-prinsip agama diarahkan untuk
berkontribusi dalam keadilan sosial, dapat dipahami sebagai
kekayaan yang adil dalam masyarakat dan menjaga
kepentingan hak dalam lembaga keuangan beroperasi
(kinerja sosial-lingkungan).37
Pada prinsip inilah ia tidak
dapat diposisikan sebagai teori yang tunduk pada kajian dan
penelitian karena prinsip syariat berasal dari apa yang telah
ditetapkan oleh Allah. 38
Namun disisi lain prinsip-prinsip makro ekonomi
dalam sudut pandang ekonomi konvensional memiliki
pandangan yang berbeda, motifnya ekonomi ini diarahkan
pada tren untuk menambah income perkapita, konsumsi fisik
yang hedonisme dan redistribusi produksi ke pasaran tanpa
mengevaluasi dampak negatif dari kondisi pasar karena
alasan-alasan bisnis dan peningkatan ekonomi dengan
36
Oesman Arif, Dasar-dasar Ilmu Filsafat Timur dan Barat (t.t: Gentanusantara, 2018) h 43
37 Simona Franzoni dan Asma Ait Allali, ‚Principles of
Islamic Finance and Principles of Corporate Social Responsibility:
What Convergence?,‛ Sustainability 10, no. 3 (28 Februari 2018): h
637, https://doi.org/10.3390/su10030637. 38
Hasbi Hasan, Pemikiran dan perkembangan Ekonomi Syariah di Dunia Islam Kontemporer (Depok: Gramata Publishing,
2011) h 55.
58
memproduksi ke pasar terus menerus diproduksi tanpa harus
melihat kondisi.39
Hal ini dijelaskan oleh para ekonom
prinsip-prinsip kegiatan ekonomi yang mencakup hal-hal
terkait pemenuhan kebutuhan, kebijakan pemerintah dan
peran pasar dalam kegiatan perekonomian. Prinsip tersebut
diderivasikan menjadi 10 prinsip dalam ekonomi yang
dianut oleh beberapa yang terafiliasi pada rasionalitas dalam
kegiatan ekonomi mereka di antaranya:40
pertama, setiap
orang melakukan tarik ulur pilihan (people face trade-off) manusia setiap memutuskan dalam keputusan ekonomi akan
dihadapi pada berbagai rasionalitas pilihan-pilihan, di mana
terdapat pengorbanan dalam memilih sesuatu. Trade-off yang dihadapi masyarakat adalah bentuk efisiensi dari nilai
ekonomi artinya masyarakat berupaya untuk mendapat hasil
yang optimal dari kapasitas yang tersedia.
Kedua, sasaran biaya untuk mendapatkan sesuatu (the cost of something is what you give up to get it) biaya
sesuatu hal selalu dihadapi oleh pilihan untuk mendapatkan
barang dan jasa membutuhkan bandingan antara biaya dan
keuntungan dari semua alternatif, biaya ini disebut biaya
peluang (opportunity cost) ketika ada keputusan barang dan
jasa tersebut.
Ketiga, orang rasional berpikir untuk margin (rational people think at the margin) ekonomi yang normal akan
berasumsi dengan rasional. Keputusan yang rasional untuk
mendapat respons ekonomi jika margin benefit dari
keputusan itu lebih besar dari margin costnya. Beberapa
kasus, orang akan merencanakan secara rasional untuk
39
Abdul Mujib, ‚Realitas Sistem Perbankan Syariah Dan
Ekonomi Islam,‛ Jurnal Masharif al-Syariah: Jurnal Ekonomi dan Bisnis 2, no. 1 (2017): h 17.
40 N. Mankiw, Principles of Macroeconomics h 3-19. dan
Principles of Microekonomics h 3-19. dan Principles of Economics h
3-20
59
mendapatkan benefit, prinsip ini dapat dijelaskan kenapa
maskapai bersedia menjual tiket pesawat lebih murah dan
kenapa orang bersedia membayar mahal pada berlian dari air
minum.
Keempat, orang tanggap terhadap insentif (people respond to incentives) insentif sesuatu yang membuat
seorang mau mengerjakan sesuatu, karena secara rasional
membuat keputusan dengan membandingkan harga dan
keuntungan karena mereka merespon dengan insentif, oleh
karena itu insentif dapat memainkan peran penting dalam
ekonomi.
Kelima, perdagangan menguntungkan semua pihak
(trade can make everyone better off) adanya kerjasama
dalam perdagangan dapat memberikan banyaknya manfaat
dan saling membantu antara negara lain.
Keenam, pasar biasanya sarana terbaik untuk
mengatur kegiatan ekonomi (market up usually a good way to organize economic activity) proses ekonomi menjadi
lebih baik jika diatur langsung oleh pasar, bukan pemerintah,
sebab pemerintah gagal karena mencoba menjalankan
perekonomian karena pasar adalah sekelompok aturan sosial
yang orang akan membeli atau menjual barang dan jasa
tertentu pada titik waktu tertentu.
Ketujuh, pemerintah kadang mampu meningkatkan
faktor produksi (government can sometimes improve market outcomes) investasi biasanya dilakukan oleh pemerintah hal
ini membantu pedagang-pedagang di pasar sehingga dapat
menguntungkan kedua pihak yaitu penjual dengan pembeli.
Kedelapan, standar hidup negara bergantung pada
kapabilitas barang dan jasa (country’s standard of living depends on its ability to produce goods and services) untuk
meningkatkan standar hidup, pemerintah harus perlu
meningkatkan produktivitas seperti pekerja yang terdidik,
mempunyai instrumen untuk mereproduksi barang dan jasa
serta teknologi yang tinggi untuk membantu pekerjaan.
60
Kesembilan, harga akan naik ketika pemerintah
mencetak lebih banyak uang (prices rise when the government prints too much money) terjadinya inflasi
terjadi karena mencetak uang dalam jumlah yang banyak
menyebabkan ketidakstabilan, ketika otoritas menciptakan
uang lebih banyak sehingga nilai pada uang akan menurun.
Kesepuluh, orang-orang menghadapi pilihan-pilihan
jangka pendek antara inflasi dan pengangguran (society faces a short-run trade-off between inflation and unemployment) menaikkan jumlah uang dapat merangsang
tingkat pengeluaran barang dan jasa. Permintaan yang tinggi
pada waktu yang terus menerus sehingga perusahaan
menaikkan produksi serta membutuhkan tenaga kerja yang
banyak artinya juga semakin banyak pekerjaan makin
mengurangi pengangguran.
Sementara itu, pada prinsip ekonomi Islam dalam
penerapan secara makro ekonomi berbeda dalam sudut
pandang di dalam memenuhi kebutuhan masyarakat,
kebijakan pemerintah dan peran pasar dalam kegiatan
perekonomian. Sebagaimana yang dipaparkan oleh ekonomi
arus utama mengarahkan tujuannya kepada pola individu
dalam negara. Kebebasan individu dalam arti luas bermakna
dari kebebasan itu sebagai nilai inti. Ketika ada bentrok
antara kebebasan individu dan kepentingan sosial,
kekhawatiran individu membawa beban, tentu saja selama
dalam hal materi tidak ada efek buruk pada yang lain.
Sebaliknya, Islam memandang individu sebagai bagian dari
entitas yang kompleks. Rangkaian pola ini dalam ajaran
Islam berjalan dari individu ke keluarga lalu ke komunitas
sampai kemasyarakatan. Ekonomi Islam menemukan
ekspresi dalam individu dengan bertanggung jawab secara
61
bernegara. Dengan begitu, secara otomatis mempersempit
kesenjangan antara kepentingan individu dan publik.41
Sedangkan pada prinsip ekonomi Islam dapat
diterapkan dalam konsep makro ekonomi yang didasarkan
atas lima komponen dasar syariah universal dalam ekonomi
Islam yakni tauhid (keimanan), nubuwwah (kenabian),
khalifah (pemerintahan), ‘adl (keadilan) dan ma’ad (hasil)
dalam lima aspek dasar tersebut maka dibangunlah menjadi
tiga prinsip derivatif yang menjadi pedoman sistem ekonomi
Islam khas dalam mengorganisasikan perekonomian
masyarakat muslim dengan unsur ma’tabar dari zaman ke
zaman diantaranya:42
a. Multi-Type Ownership (al-Milkiah al-Muzdawi>jah)
merupakan interprestasi dari nilai tauhid dan ‘adl, dalam
kepemikilikan bersama dan individu diakui oleh ekonomi
Islam, namun perlu garansi untuk keadilan dalam
kepemilikan barang dan jasa, untuk itu bagian produksi yang
vital boleh dikuasai oleh pemerintah (negara). Berbeda
halnya dengan penerapan kepemilikan dalam prinsip
ekonomi yang lain; prinsip kapitalis percaya pada properti
pribadi sebagai aturan umum untuk berbagai jenis kekayaan
negara dan mengakui kepemilikan publik hanya ketika
dipaksakan oleh kepemilikan sosial, sedangkan konsep
sosialisme sebaliknya menganggap kepemilikan sosial atau
kepemilikan negara sebagai prinsip umum yang diterapkan
pada semua jenis kekayaan negara ini.43
Prinsip ini
menetapkan bahwa adanya keseimbangan pada
41
Sayyid Tahir, ‚Islamic Economics and Prospects for
Theoretical and Empirical Research,‛ Journal of King Abdulaziz University: Islamic Economics 30, no. 1 (2017): h 7.
42 Yasardin, Asas Kebebasan Berkontrak Syariah (Jakarta:
Rajagrafindo, 2018) h 164. 43
Ali ibn an-Nayif al-Shahud, al-Hadarat al-Islamiah Bayn ‘Asalat al-madi wa Mal al-Mustaqbal. Bab 7, h 233
62
kemaslahatan pribadi dan umum serta mengakui
kepemilikan sebagai kemaslahatan selama ini dan menolak
adanya perselisihan antara kepemilikan tersebut, walaupun
di antara kepemilikan tersebut terjadi bertentangan dan
tidak menemukan jalan keluar dari perselisihan tersebut,
maka ekonomi Islam akan mendahului kepentingan umum
dari kepentingan pribadi.44
b. Freedom to act (al-Hurri>ah al-Muqayya>dah) adalah
terjemahan dari nubuwwah, adil dan khalifah yang menjadi
kesimpulan yakni kebebasan dalam ekonomi Islam45
yang
akan menciptakan mekanisme pasar dalam perekonomian
karena setiap individu bebas melakukan transaksi muamalat,
sedangkan pemerintah bertindak sebagai regulator yang adil
dan mengawasi pelaku-pelaku ekonomi serta memastikan
bahwa tidak terjadi bias perdagangan dan menjaga apa yang
dilanggarnya dari prinsip syariah, sebab itu, hak individu
maupun masyarakat terhadap kebebasan dalam berekonomi.
Namun perekonomian pasar bebas setidaknya dibolehkan
dalam ekonomi Islam dengan syarat pengalokasian harus
adil dalam redistribusi tempat yang memiliki sumber daya
ekonomi, dengan begitu tidak dengan sendirinya kekuatan
44
Abdullah ibn Abdu al-Muhsin al-Tariq’il, al-Iqtisha>d al-Islamiah Asasu wa Mabadi wa Ahdaf (t.t: Mu’asasat al-Jarisi lil
Tawazi, 2009) h 29. 45
Islam tidak memberikan kebebasan tak terbatas dalam
lapangan ekonomi, karena kegiatan ekonomi dalam Islam yan
membedakan hanya antara halal dan haram dengan senatiasa
memperhatikan aturan syarai’, seseorang mendapatkan kebebasan
penuh untuk mencari dan membelanjakan hartanya. Disamping
aturan halal dan haram, amat jarang ada pembatasan lain bagi
kegiatan ekonomi, penetapan harga barang, kepemilikan maupun
monopoli kecuali kalau ada hal-hal tersebut memang amat
diperlukan untuk memenuhi kepentingan bersama masyarakat
muslim. Muhammad Sharif Chaundry, Sistem Ekonomi Islam Prinsip Dasar (Jakarta: Pranadamedia, 2016) h 45.
63
pasar terwujud maka diperlukan sebuah lembaga sebagai
yang berhak mengawasi dalam pasar tersebut. Dengan
demikian kebebasan dalam ekonomi Islam diartikan
tindakan manusia bukan atas kebebasan (pilihan manusia
sendiri), namun didasari oleh asa ketuhanan.46
Oleh karena
itu kebebasan ini mengandung aturan berkontribusi yang di
dalamnya ada: pertama, tidak ada secara mutlak hak milik
dalam Islam dan dapat berubah hak kepemilikan itu sesuai
dengan ketentuan Islam; kedua, dalam Islam ada hak maka
ada kewajiban yang harus dijalankan, bahkan terkadang
datangnya kewajiban ini mendahului datangnya hak yang
harus dipenuhi oleh manusia atas manusia lain.47
c. Sosial Justice48 (al-Adl al-Ijtima>iah) merupakan
makna yang terambil dari tauhid, ‘adil dan khalifah karena
komitmen Islam yang besar terkandung dalam persaudaraan
dan keadilan, oleh karena itu, bahwa keadilan dalam
ekonomi Islam bersifat menyeluruh (universalitas) dan tidak
membatasi dengan yang lai dari status dalam sosial yang
berlaku pada tatanan masyarakat dan Agama, seperti adanya
distribusi kekayaan yang berkeadilan sebab kekayaan tidak
boleh beredar di kalangan tertentu. Syariat mewajibkan
zakat sebagai solusi dari pemberantasan kemiskinan dan
ketimpangan sosial serta menganjurkan zakat dan sodakah
46
Veirhzal Riva, Islamic Risk Management for Islam Bank
(Jakarta: Gramedia, 2013) h 197. 47
Ambok Pangiuk, ‚Kepemilikan Ekonomi Kapitalis Dan
Sosialis (Konsep Tauhid Dalam Sistem Islam)‛ 4 (2011): h 19. 48
Keadilan sosial (Sosial Justice) merupakan tujuan akhir
dari sistem ekonomi Islam, yang penting tidak berlebih-lebihan
(sesuai dengan ajaran Islam). Penyimpangan apapun dari
pengetahuan disebut zulm (Injustice). Menanamkan nilai keadilan
dalam inti sistem tidaklah seperti kebanyakan dari teori-teosri
ekonomi pada umunya. Iraj Toutounchain, Islamic Money and Banking: Integrating Money in Capital Theory (Singapure: Willey,
2011) h 39.
64
untuk distribusi kekayaan.49
Sementara itu Islam dengan
konsep keadilan dalam keseimbangan sosial telah menolak
golongan dari tatanan masyarakat dan melarang tindakan
mendestruktif sumber daya ekonomi yang dapat
mendiskriminasikan kelompok yang berbeda. 50
Dengan demikian prinsip-prinsip Islam dalam
menjalani ekonomi mestinya dapat membela lingkungan di
mana perilaku diciptakan untuk mendukung tujuan dalam
prinsip ekonomi yang ada pada masyarakat muslim yaitu
kesejahteraan sosial dan keadilan ekonomi, dalam upaya
menjadikan manusia sebagai satu dan mendukung ajaran
Islam dalam ekonomi. Secara umum dapat memaksimalkan
kapasitas intelektual mereka, melestarikan dan
meningkatkan kesehatan serta secara aktif berkontribusi
pada ekonomi dan perkembangan masyarakat. Untuk itu
tujuannya pada pembangunan ekonomi dan pertumbuhan
dan keadilan ekonomi sosial adalah elemen dasar dari sistem
ekonomi Islam dan Islam memberikan panduan ekonomi
rinci untuk menciptakan komunitas sejahtera dan adil.51
d. Arah Kebijakan Makroekonomi Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi dalam Perspektif Ekonomi
Islam.
Kebijakan ekonomi merupakan aspek yang penting
dalam mewujudkan salah satu tujuan dari perjalanan
ekonomi suatu negara, yaitu menciptakan kesejahteraan dan
kemakmuran bagi seluruh masyarakat. Oleh karena itu,
kebijakan ekonomi harus mengaju dan tidak boleh
49
Iyah Faniyah, Investasi Syariah dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia, h 28.
50 Veithzal, Islam Economicd and Finance, h 176.
51 Zamir Iqbal dan Abbas Mirakor, Economic Development
and Islamic Finance (NY: Internasional Bank of Reconstruction and
Development, 2013) h 300
65
bertentangan dengan konstitusi, mengenai ekonomi
konstitusi berarti berbicara perekonomian yang dilandaskan
atas norma hukum konstitusional yang bersifat mutlak dan
tidak boleh oleh penentu kebijakan ekonomi yang bersifat
operasional, sehingga menghasilkan peraturan-peraturan
untuk digunakan sebaik-baik oleh pemerintah.52
Melalui analisis dalam makroekonomi dapat
menunjukkan tingkat keseimbangan antara permintaan
agregat dan penawaran pada neraca perdagangan, kondisi
makroekonomi dalam arah kebijakan pemerintah merupakan
indikator utama untuk merumuskan kebijakan dan menjadi
tolak ukur keberhasilan pemerintah. Tujuan dalam
pengambilan kebijakan antara lain untuk mencapai tingkat
perekonomian negara sehingga dapat dipastikan indikator
ekonomi makro merupakan permasalahan keseluruhan
ekonomi yang mencakup seluruh aspek ekonomi nasional.53
Pada pandangan ekonomi Islam untuk melihat arah
kebijakan ekonomi harus berdasarkan pada esensi dari ajaran
Islam itu sendiri. Kemudian disaripatikan pada konsep al-
Maqa>sid as-Syari>ah yang merupakan bentuk wasilah atau
hubungan bagi umat manusia untuk mencari jalan menuju
kemaslahatan. Pandangan ini sejalan dengan Imam Syatibi
yang menyatakan bahwa dalam konsep maqa>sid syari>ah
tidak hanya melindungi manfaat dan kepentingan hidup,
tetapi juga bertujuan untuk melestarikan kepentingan umat
manusia. Oleh karena itu, manfaat yang diperintahkan oleh
52
Jimly Asshiddiqie, Konstitusi Ekonomi (Jakarta: Kompas
Media, 2010) h 69-70. 53
Tri Widodo dkk., Menuju Negara Maju: Apakah Indonesia Bergerak Ke Arah yang benar? (Yogyakarta: Gadjah Mada
University, 2018) h 34.
66
Allah terkait dengan kehidupan, ini menunjukkan bahwa
Islam melimpahkan berkata bagi seluruh umat manusia.54
Norashikin dan Hanapi (2018) berpandangan bahwa
konsep maqa>sid syari>ah yang tercermin ketika konsep itu
diaplikasikan untuk kemaslahatan umum seperti pajak harus
dibebani oleh rakyat agar terwujud kemaslahatan umum.
Dalam bidang kebutuhan konsumsi, produksi dan distribusi
mereka berkesimpulan bahwa itu dapat memenuhi
kebutuhan menjadi tanggung jawab dan kewajiban bagi
masyarakat dari doktrin agama untuk memenuhinya, baik
yang bersifat primer (daruri>ah), sekunder (hajji>yah), maupun
tersier (tahsini>yyah). Konsep tersebut mendapatkan banyak
tempat di berbagai kajian-kajian ekonomi Islam, baik itu
dalam hukum, sosial, politik dan terutama ekonomi.55
Tujuan dari kebijakan ekonomi di antaranya: pertama,
memaksimalisasikan tingkat pemanfaatan sumber daya
ekonomi; kedua, meminimalisir kesenjangan distribusi;
ketiga, pelaksanaan aturan oleh lembaga-lembaga
ekonomi.56
Lalu bagaimanakah bentuk arah kebijakan ekonomi
Islam dapat memberikan kontribusi terhadap tujuan
pembangunan ekonomi umat dan menytabilisasikan
perekonomian? Tugas utama pengambilan kebijakan
ekonomi yang dapat dilakukan pemerintah untuk mencapai
tujuan atau sasaran yang kemudian dapat digunakan untuk
mempengaruhi arah perekonomian yang dapat dibedakan
54
Norashikin Ahmad dan Mohd Shukri Hanapi, ‚Maqasid Al-
Syariah Thought in Mainstream Islamic Economics: A Review,‛
International Journal of Academic Research in Business and Social Sciences 8, no. 4 (2018): h 289.
55 Moh. Mufid Ushul Fiqh Ekonomi dan Keuangan
Kontemporer: Dari Teori ke Aplikasi (Jakarta: Prenadamedia, 2016)
h 165. 56
Havis Aravik, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Kontemporer, h 78
67
menjadi 2 hal: pertama, kebijakan fiskal; kedua, kebijakan
moneter. Dari dua kebijakan tersebut pemerintah setidaknya
berupaya mewujudkan dalam:57
1. Keseimbangan anggaran dengan menyesuaikan
penerimaan dan pengeluaran agar mencapai tingkat
keseimbangan penuh terhadap perekonomian.
2. Dengan mempengaruhi tingkat pengeluaran
masyarakat agar sesuai atau terjamin terciptanya
kesempatan kerja penuh.
Maka dengan demikian kontribusi ekonomi islam terhadap
arah kebijakan dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Kebijakan Fiskal dalam Islam
Kebijakan fiskal (Policy Fiscal) adalah kebijakan
ekonomi yang berorientasi dalam perekonomian yang
seimbang atau diinginkan dengan cara mengubah-ubah
penerimaan dan pengeluaran negara pada satu periode.
Dalam perekonomian kebijakan fiskal berfungsi sebagai
pengontrol penerimaan dan pengeluaran pemerintah atau
alokasi, distribusi dan stabilisasi perekonomian, kebijakan
fiskal mempunyai fungsi yang akan dicapai yaitu
mempengaruhi jalannya perekonomian dengan belanja
pemerintah.58
Dengan cara memperkecil pengeluaran dari
anggaran konsumsi pemerintah, jumlah belanja
pemerintah, dan jumlah anggaran defisit pemerintah dapat
mempengaruhi pada tingkat pendapatan nasional (y) dan
laju kesempatan kerja pada periode pemerintahan.59
Oleh
karena itu, kebijakan merupakan proses partisipasi seluruh
komponen pemangku kepentingan, baik itu eksekutif,
57
Sadono Sukrino, Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah dan Dasar Kebijakan (Jakarta: Kencana, 2011) h 223.
58 Prathama Radharja dkk., Pengantar Teori Ekonomi Makro,
h 269 59
Amiruddin Idris, Ekonomi Publik (Yogyakarta:
Deepublish, 2018) h 152.
68
legislatif, pelaku usaha, ataupun masyarakat. Setiap
kebijakan yang dirumuskan oleh kebijakan fiskal
mengalami dua tantangan: pertama, keterampilan dalam
mengarahkan dinamika perekonomian dalam upaya
pencapaian pembangunan. Kedua, mendapat kepercayaan
publik.60
Menurut Zhang et al. (2016), dan Benos (2009);
Bleaney et al. (2001) dalam Coccia bahwa struktur pajak
dan komposisi belanja publik negara mungkin merupakan
faktor yang lebih penting bagi pertumbuhan ekonomi
daripada total pajak atau total pengeluaran level
dan
setara dengan komposisi belanja publik .61
Kebijakan fiskal memiliki tujuan dalam sarana
pembangunan ekonomi yang mengarahkan pada pertama,
untuk meningkatkan laju pasar modal; kedua,
mengoptimalisasikan para pembisnis untuk investasi
modal usaha (star up); ketiga meningkatkan kesempatan
kerja; keempat, meningkatkan stabilitas ekonomi di
tengah ketidakpastian ekonomi global; kelima
menanggulangi inflasi; keenam, meningkatkan dan
mendistribusi pendapatan nasional untuk sektor
pembangunan, pemberdayaan dan pemerataan.62
Upaya
pemerintah untuk mendapatkan hasil pendapatan perlu
merealisasikan kebijakan fiskal dari pemerintah untuk
masyarakat untuk merangsang pajak pendapatan rumah
tangga yang tinggi berakibat menurunnya pendapatan
60
Fithra Faisal dkk., Dinamika Kebijakan Fiskal Merespons Ketidakpastian Global (Jakarta: Gramedia, 2016) h XXI
61 Mario Coccia, ‚Optimization in R&D Intensity and Tax on
Corporate Profits for Supporting Labor Productivity of Nations,‛
The Journal of Technology Transfer 43, no. 3 (Juni 2018): 792–814,
https://doi.org/10.1007/s10961-017-9572-1. 62
Achmad Sani Alhusain dkk., Kebijakan dan Strategi Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Dalam Pembangunan (Jakarta:
Yayasan Pustaka Obor, 2018) h 17. Amiruddin Idris, Ekonomi Publik, 153.
69
yang dibelanjakan masyarakat serta menurunkan tingkat
konsumsi masyarakat, mengurangi pengeluaran
pemerintah sendiri sehingga dapat menciptakan kelebihan
dana dalam (pendapatan lebih besar daripada
pengeluaran).63
Instrumen kebijakan fiskal yang digunakan dalam
ekonomi adalah pajak yang mengalokasikan pada sektor
privat ke bagian publik. Penerapan pajak bagi pemerintah
tersebut akan mengontrol daya beli (purchasing power) atau kemampuan belanja (spending power) dari sektro
privat. Oleh karena itu pajak menjadi sumber penerimaan
strategis anggaran berimbang bagi negara.64
Hal ini
karena pembelanjaan pemerintah pada sektor tertentu
akan mendapatkan menerima penanaman modal yang
lebih besar di sektor tersebut, sedangkan pajak yang
tinggi akan mengatasi gairah pada perusahaan untuk
menjalankan kegiatan pada sektor, sehingga
kesinambungan kebijakan fiskal dalam penerimaan pajak
digunakan untuk menilai bagaimana kebijakan tersebut
berangkat dari keberlanjutan untuk penerimaan yang
digunakan dalam menggerakkan ekonomi dan mengukur
penyesuaian fiskal yang diperlukan untuk mengembalikan
fungsi publik kembali ke jalur yang berkelanjutan.65
Para sarjana dan pembuat kebijakan (untuk tingkatan
penekanan fiskal) tertarik pada apakah percampuran pajak
yaitu distribusi pendapatan pajak keseluruhan di berbagai
sumber pajak memiliki pengaruh terpisah pada kinerja
63
Sadono Sukrino, Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah dan Dasar Kebijakan, h 234.
64 Early Suandi, Perencanaan Pajak (Jakarta: Salemba Empat,
2006) h 1. 65
Heru Susetyo, Contestation Between State and Non-State Actor in Zakah Management in Indonesia, in Macroeconomic Policy and Islam Finance in Malaysia (2015), h 126.
70
pertumbuhan ekonomi. Menurut Donatella Baiardi et.al
(2018) bahwa tekanan pajak secara keseluruhan adalah
negatif dan ini masih berlaku antara beban pajak dan
pertumbuhan ekonomi, sehingga mengurangi pajak akan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan
meningkatkan pasokan dan permintaan tenaga kerja, serta
dapat merangsang investasi. 66
Pandangan sistem ekonomi Islam pada dominasi
kebijakan fiskal pemerintah terletak pada sektor riil
ekonomi dengan cara menggunakan mekanisme fiskal
zakat yang menjadi syarat utama dalam perekonomian
riil.67
Ada beberapa instrumen fiskal dalam ekonomi
seperti kharaj, jizyah, ushurs dll. salah satu yang memiliki
potensi besar terhadap sistem fiskal yang memiliki
potensi besar untuk menjadi sumber utama pendapatan
negara, sehingga menjadi akhirnya akan meningkatkan
ekonomi secara nasional.68
Sebagai perwujudan kebijakan
fiskal zakat berfungsi baik sebagai alat untuk
menghasilkan pendapatan dan alat pengeluaran yang kuat.
Ia mampu menanamkan stabilitas ekonomi secara
seluruhan dalam sistem ekonomi Islam. Zakat mengatur
konsumsi di antara orang kaya tanpa meniadakan
tabungan, mendorong permintaan agregat, selalu
berinvestasi dan membuka jalan bagi pertumbuhan non-
inflasi dalam pertumbuhan ekonomi. Zakat pada dasarnya
adalah penstabilan bawaan otomatis dalam ekonomi Islam
66
Donatella Baiardi dkk., ‚Tax Policy and Economic
Growth: Does It Really Matter?,‛ International Tax and Public Finance, 11 Mei 2018, h 1-35, https://doi.org/10.1007/s10797-018-
9494-3. 67
Nurul Huda dkk., Keuangan Publik Islam Pendekatan Teoritis dan Sejarah (Jakarta: Kencana, 2012) h 213-217.
68 Ira Eka Pratiwi, (A Non-Muslim Region in Indonesia),
Qijis: Qudus Internasiona; Journal of Islamic Studies 6, No.1 (2018):
h 70
71
dan sebagai poros kebijakan fiskal Islam, zakat
mendorong pemanfaatan sumber daya produktif melalui
pemberdayaan permintaan efektif fakta bahwa zakat
merupakan transfer kekayaan dari orang kaya ke orang
miskin, yang selalu memiliki kecenderungan
mengonsumsi marginal yang lebih tinggi daripada orang
kaya, maka kenaikan tingkat permintaan agregat bahwa di
dalam pembayar zakat akan meningkatkan rasio tabungan
mereka setelah alokasi intersektoral dari pemanfaatan
sumber daya karena ekspansi dalam permintaan agregat.69
Kebijakan fiskal dalam sistem ekonomi Islam
diderivasikan pada ajaran Islam itu sendiri yang
dieksposisikan dalam kebijakan Islam; pertama, Islam
mengontrol pengeluaran yang tidak terkendali dalam
negara, termasuk pengeluaran berlebih-lebihan (israf) negara yang dilarang secara keras baik dalam al-Quran
dan sunah, larang ini berlaku baik individu maupun
negara; kedua, kebijakan fiskal dalam sistem ekonomi
Islam harus mampu menyerap anggaran dalam konstelasi
sosio-ekonomi masyarakat.70
Menurut Faridi kendala
kegiatan yang penting lainnya terhadap arah kebijakan
perpajakan berasal dari sifat khas dari ekonomi dalam
Islam. Kebijakan fiskal dalam sistem ekonomi Islam yang
dikandung dalam terminologi dan prinsip-prinsip Islam
yang saat ini sedang populer di kalang ekonom dengan
mengacu pada teori fiskal modern akan menjadi sia-sia
dan merugikan diri-sendiri dan yang terpenting ialah
memiliki visi yang jelas tentang tidak hanya basis nilai
dari ekonomi Islam tetapi juga untuk menguraikan modus
69
Yusuf Wibisono, Mengelola Zakat Indonesia Diskusi Pengelolaan Zakat Nasional dari Rezim UU No. 38 Tahun 1999 ke Rezim UU No.23 Tahun 2011 (Jakarta: Kencana, 2015) h 14-21.
70Mustafa Edwin Nasution dkk., Pengenalan Eksklusif
Ekonomi Islam, h 236-237.
72
operandinya71
. Tanpa upaya seperti itu kita bahkan sama
dengan ekonomi lain dan menggambarkan ekonomi
masyarakat Islam yang sebagai besar mirip dengan
masyarakat yang tidak memiliki nilai dan keuntungan.72
Farid menuturkan pengumpulan zakat dan pengeluaran
dapat dijadikan agen stabilisasi yang efektif dengan kurs
tetap dan juga berfungsi penstabilan fiskal yang bebas
dengan pemerintah sebagai pengelola karena sebagai
pentransfer dan pengeluaran pemerintah yang lengkap.73
2. Kebijakan Moneter dalam Ekonomi Islam
Kebijakan moneter (monetery policy) adalah suatu
entitas yang dipegang oleh wewenang moneter (bank
sentral) untuk mengendalikan kuantitas uang,
mengendalikan suku bunga, daya beli uang dan parameter
lainnya pada suatu negara.74
Secara umum ada 2 isu
fundamental ekonomi yang berkaitan dengan kebijakan
moneter: pertama, teori keynes menyerang pemisahan
tradisional dari teori moneter dan teori nilai; kedua dia
juga menekankan untuk permintaan dari uang sebagai aset
untuk tujuan spekulasi sebagai alternatif dari aset yang
lain untuk menghasilkan keuntungan.75
Otoritas moneter juga mengontrol arah perekonomian
dengan mengontrol volume uang beredar terhadap
peningkatan keseimbangan harga (kontrol inflasi),
71
Modus operandi adalah cara operasi orang perorang atau
kelompok penjahat dalam menjalankan rencana kejahatannya. 72
F R Faridi, ‚Theory of Fiscal Policy in an Islamic State,‛
Journal of King Abdulaziz University: Islamic Economics., 1, no. 2
(1984): h 19. 73
Faridi, h 30. 74
Patta Rapanna dkk., Ekonomi Pembangunan (Makassar:
CV Sah Media, 2017) h 120. 75
Iraj Touctounchin, Islamic Money and Banking: Integrating Money in Capital Theory (NY: John Wiley & Sons,
2013) h 120.
73
pemerintah bekerja sama dengan otoritas moneter untuk
mengarahkan dengan kebijakan moneter setidaknya dapat
mempertahankan harga, bahkan memberikan aturan
tambahan atau mengurangi volume uang beredar untuk
mempertahankan perekonomian, sekaligus mengendalikan
harga-harga (inflasi), deflasi dan stagflasi.76
Arah mengambil kebijakan moneter konvensional
dalam mengawasi dan mengendalikan beredar uang
(monetary) di negara tersebut dibagi menjadi 2 jenis:
pertama, kebijakan moneter ekspansif (Monetary Expansive Policy) yaitu kebijakan dengan mendorong
meningkatkan peredaran uang untuk kegiatan ekonomi.
Kedua, kebijakan monenter kontraktif (Monetary Contractive Policy) yaitu ditujukan untuk memperlambat
jumlah uang yang beredar. kebijakan moneter yang aktif
selalu memodifikasi efek dari guncangan variabel makro
pada pertumbuhan output. Misalnya, dengan inflasi dan
suku bunga pada tren positif, kebijakan moneter akan
ekspansi yang terfokus pada stabilisasi ekonomi
(Equilibrium Quantity), agar dapat menjaga tingkat bunga
nominal jangka pendek di bawah tingkat inflasi yang
diharapkan.77
Efektivitas kebijakan moneter tergantung
pada hubungan antara yang beredar jumlah uang dengan
variabel-variabel ekonomi utama.78
Sebagaimana motif
uang terhadap perekonomian; pertama sebagai money demand for transaction. Kedua, money demand for precoutionary dan ketiga money for demand for
76
Prathama Rahardja dkk., Pengantar Teori Ekonomi Makro,
h 269. 77
Muhammad Khan, ‘The Effects of Inflation on Economic Growth and on its Macroeconomic Determinants (Universite
D’orleans, 2015) h 22. 78
Perry Warjiyo dkk., Kebijakan Moneter di Indonesia
(Jakarta:PPSK, 2017) h 4.
74
speculation. Dengan kata lain, hubungan dari kebijakan
moneter yang berhasil dalam menytabilisasikan kebijakan
moneter adalah dengan menentukan target-target
ekonomi, dan memilih instrumen untuk mencapainya
serta mengendalikan variasi abnormal dalam
perekonomian pada negara berkembang.
Dalam ekonomi Islam pola anggaran aktual negara
sama dengan kebijakan ekonomi pada umumnya, akan
tetapi otoritas wewenang dalam menjalankan didasarkan
pada prinsip syariah, Umar chapra berpendapat stabilitas
dalam nilai uang harus diberikan prioritas tinggi dalam
kerangka acuan Islam menekankan ketegasan pada
kejujuran dan keadilan dalam semua urusan manusia dan
karena dampak negatif dari inflasi pada keadilan sosial-
ekonomi dan kesejahteraan umum.79
Mat Sari, Mirakhor
dan Khairul Hafidzi dalam paradigma kebijakan moneter
dalam ekonomi Islam berhubungan pada pembangunan
kebijakan moneter yang berfungsi tanpa bunga dan
didasarkan pada pengaturan bagi hasil. termasuk di dalam
pengembangan standarisasi yang berdasarkan tingkat
pengembalian riil yang bergerak menjauh dari tolok ukur
berbasis bunga yang saat ini berlaku.80
Pandangan Hifzur Rab bahwa perekonomian yang
membolehkan bunga (interest) tidak dapat
mempertahankan kestabilan harga karena harus dapat
menciptakan uang pada tingkat perekonomian untuk
memungkinkan peminjam (debitor) menghapus pinjaman,
79
Umar Chapra, Monetery Policy in An Islamic Economy
(Jeddah: Internasional Center for Reearch in Islamic Economics,
1983) h 10. 80
Norhanim Mat Sari, Abbas Mirakhor, and Khairul Hafidzi
Mohd Subky, ‘Replacing the Interest Rate Mechanism in Monetary
Policy: Case of Malaysia’, 2017, h 82, at:
https://www.researchgate.net/publication/314121036.
75
oleh karena itu, mata uang akan terus terdepresi, sehingga
kestabilitasan moneter dengan menggunakan sistem
bunga tidak mungkin stabli. Uang riil yang terdepresiasi
secara konsisten tidak dapat menguatkan karena
masyarakat akan menolak untuk menerima jumlah
(quantity) yang lebih kecil dari apa pun sebagai pengganti
yang jumlah (quantity) lebih besar dari barang yang sama.
Karena itu, sistem bunga dapat dipertahankan hanya
dengan menegakkan mata uang seperti pada uang kertas.81
Stabilitas nilai mata uang dalam kebijakan moneter
sangat penting dalam negara Islam. Inflasi menunjukan
bahwa uang tidak dapat dijadikan tolak ukur keadilan. Hal
tersebut realisasi uang sebagai standar yang kehilangan
keadilan baik secara alat pembayaran dan sebagai nilai,
justru membuat risiko daya beli pada uang akan merusak
efisiensi sistem moneter dan membebankan biaya
kesejahteraan pada masyarakat.82
Keseimbangan dalam ekonomi Islam senantiasa
terjaga dengan grafik jumlah uang dan ekonomi riil yang
stabil. Formulasi kebijakan ini dalam perekonomian Islam
menggunakan sumber daya (emas) bukan sistem bunga,
menurut Ariff dalam asyari bahwa ketidakadaan
instrumen suku bunga tidak akan melumpuhkan kebijakan
moneter dalam sistem ekonomi, karena suku bunga tidak
lagi mampu menciptakan kestabilan. Kebijakan moneter
ekonomi Islam diaktifkan dengan cara mengatur jumlah
uang beredar, meskipun wilayah kebijakan moneter dalam
Islam sedikit terbatas, bukan menggunakan instrumen
sistem bunga tetapi netralisasi kecepatan perubahan-
81
Hifzur Rab, Economic Justice In Islam : Monetary Justice And The Way Out Of Interest (Riba), (Kuala Lumpur : A.S.
Noordeen, 2006), h 163 82
Asyari Hasan, Penyederhanaan Mata Uang Dalam Axioma Ekonomi Islam (Stain Batu Sangka, 2014) h 149.
76
perubahan peredar uang.83
Kebijakan yang digunakan
bank sentral mesti menghasilkan kerangka pertumbuhan
dalam sirkulasi output sepanjang kurun menengah dan
panjang dengan harga-harga yang stabil, agar dalam
ekspansi otoritas sesuai dengan arah keinginan
pemerintah untuk menghasilkan keseimbangan
perekonomian negara. Untuk mengejawantahkan ajaran
dalam sistem ekonomi Islam dilakukan dengan reformasi
perekonomian sejalan dengan tipe-tipe syariah, sehingga
praktik-praktik yang tidak berkesesuaian seperti
memonopolistiskan dan menghapuskan kekakuan
struktural dan menggalakkan semua faktor yang mampu
meningkatkan kestabilan perekonomian suatu negara.84
1. Diskursus Investasi Di Pasar Modal Syariah Indonesia
a. Investasi Dalam Perspektif Ekonomi Islam
Investasi syariah di sektor keuangan global telah
tumbuh secara signifikan lewat penawaran dan pengembangan
invonasi produk yang tidak terbatas pada produksi berbasis
syariah, dengan akad jual beli, akad penyertaan modal atau
akad sewa tetapi juga dikembangkan replika produk
konvensional yang memenuhi kriteria Islam. 85
Investment berakar dari kata invest bermakna menanam, dalam kamus
Cambridge Dictionary kata invest (investasi/invesment) atau
dalam bahasa arab Ististma>r86
didefinisikan sebagai; to (اش تمار)
83
Asyari Hasan, Penyederhanaan Mata Uang Dalam Axioma Ekonomi Islam, h 118.
84 Nurul Huda dkk, Ekonomi Makro Islam Pendekatan
Teoritis, h 170 85
Andri Soemitra, Masa Depan Pasar Modal Syariah Di Indonesia, Cet. 1 (Jakarta: Prenadamedia Group, 2014), h 81.
86 Al-Qamus Al Arabi, Ististmar diartikan Sebagai حق , انتفاع
,yang Bermakna Hampir Sama Dengan Makna Usufruct الانتفاع
Benefit Etc.
77
put money, effort, time, etc. into something to make a profit or get an advantage87
: dalam kamus Webster’s New
Collegiate kata tersebut diartikan sebagai to make use of for future benefits or advantages. Selanjutnya diartikan sebagai
the outplay of money use for income, benefit or profit selanjutnya dapat disimpulkan bahwa Investasi adalah
menanamkan atau menempatkan aset berupa benda atau dana,
pada suatu yang diharapkan hasil pendapatan atau
meningkatnya nilainya di masa yang akan datang.88
atau
berarti menyimpan, mengelola dan mengembangkannya,89
atau investasi juga bisa berarti menunda pemanfaatan harta
yang kita miliki pada saat ini.
Dalam dunai ekonomi kegiatan investasi dibagi menjadi
2: pertama, investasi pada financial asset dan investasi pada
real asset. Untuk financial asset dilakukan dipasar keuangan
seperti pembelian Surat Utang Negara (SUN), Deposito,
saham, obligasi dll. Sedangkan pada investasi real aset
dilakukan dengan membeli aset-aset produktif berupa
perdagangan tekstil, pendirian pabrik dll. Dalam memperoleh
sumber dana untuk investasi ekonomi konvensional dapat
diperoleh di antara aset-aset yang dimiliki, pinjaman dari
pihak lain, dan tabungan. Jika diinvestasikan dana tersebut
akan memberi harapan peningkatan konsumsi investor di
masa depan, yang diperoleh dari peningkatan kesejahteraan
investor.90
Menurut Tandelilin keuntungan dari investasi
87
https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/invest,
Diakses Selasa 18 Des. 18, 23.00pm. 88
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah: Life And General : Konsep Dan Sistem Operasional, 356. Iwan P.
Pontjowinoto, Prinsip Syariah Di Pasar Modal (Jakarta, Modal
Publication, 2003), h 45. 89
Dede Rodin, ‚ Tafsir Ayat Ekonomi (Semarang :Karya
Abadi Jaya, 2015), h 175 90
Eduardus Tandelilin, Portofolio Dan Investasi: Teori dan Aplikasi (Yogyakarta: Kanisius, 2010), h 8
78
berupa kesejahteraan yang bersifat moneter bukan
kesejahteraan rohaniah, karena ditunjukkan oleh penjumlahan
pendapatan yang dimiliki saat ini dan nilainya saat ini pada
masa yang akan datang.91
Sedangkan investasi dalam konteks ekonomi Islam
merupakan kegiatan yang sangat dianjurkan dalam Islam
bahkan benih dasarnya sudah ada di dalam al-Qur’an: (QS. al-
Baqarah [2]: 261; QS. al-Nisa [4]: 9; QS. Yusuf [12]: 46-49;
QS. Luqman [31]: 34 dan QS. al-Hasyr [59]: 18), oleh karena
itu, investasi disebut sebagai penanaman dana atau
penyertaan modal untuk suatu bidang usaha tertentu yang
kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip
syariah, baik objeknya maupun prosesnya92
disebut investasi
dalam ekonomi Islam karena prinsip kegiatannya berupa
penanaman dana atau penyertaan, yang keuntungannya
diperoleh bergantung pada kinerja usaha yang menjadi obyek
pendanaan sesuai dengan nisbah bagi hasil (profit sharing)
yang telah disepakati sebelumnya.93
konsep investasi dalam
ekonomi Islam yang diwujudkan dalam bentuk non-financial yang berimplikasi terhadap bentuk kehidupan ekonomi yang
kuat. Hal ini tercantum dalam al-Quran surah an-Nisa ayat 9:
ية فهم خل من تسكىا لى لرين ٱ ش يخ ول هم ي عل خافىا فاضع ذز
ٱ يتقىا فل ٩ سديدا لا قى يقىلىا ول لل
91
Eduardus Tandelilin, Portofolio Dan Investasi: Teori dan Aplikasi, h 3
92 Elif Pardiansyah, ‘Investasi Dalam Perspektif Ekonomi
Islam: Pendekatan Teoritis Dan Empiris’, Economica: Jurnal Ekonomi Islam 8, No. 2 (31 Oktober 2017): h 337,
Https://Doi.Org/10.21580/Economica.2017.8.2.1920. 93
Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Ed.
Revisi (Jakarta: Azkia Publisher, 2009), h 233
79
‚Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang
seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang
lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)
mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada
Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang
benar‛ (Q.S an-Nisa [4]: 9)
Aktivitas Investasi memiliki dampak yang luas bagi
perekonomian, secara prinsip Islam memberikan panduan dan
batasan yang jelas dalam melakukan kegiatan investasi
tersebut. Oleh karena itu agar prinsip ajaran Islam tertuang
dalam investasi perlu memperhatikan dan memperhitungkan
segala aspek sehingga hasil yang didapatkan sesuai dengan
ajaran ekonomi dalam Islam. Prinsip-prinsip umum yang harus
ada sebagai rambu-rambu berinvestasi dalam Islam seperti
pelarangan perusahan yang produksi hal-hal yang dilarang
seperti Riba94
, Gharar95
, Maisir (Gambling)96
dll. Keuangan
94
Riba sebuah keuntungan yang tidak habis atau keuntungan
yang meningkatkan jumlah pokok tanpa ada usaha apa pun. Alam,
Gupta, Bala menegaskan pandangan mereka bahwa batasan agama
melarang riba cukup eksplisit dan tegas. Semua bentuk transaksi
riba telah dilarang oleh al-quran (QS. Al-Baqarah : 275-276. QS. Ar-
rum: 39. QS. An-nisa: 160-161. dan QS. Ali Imran: 130). Sistem
ekonomi ajaran Islam berusaha mendorong pengusaha untuk
menambah modal melalui perdagangan; hal itu secara eksplesit
melarang bentuk perluasan modal melalui pinjaman (lending or borrowing). Ukuran tingkat riba tidak dibebankan dalam bentuk
tidak material (immetarial), hal itu riba sangat dilarang. Sebab
dalam Islam tidak ada biaya dalam pinjaman. Pelarangan riba dalam
Islam sangat ketat adalah hasil interprestasi ajaran Islam dari
kepedulian yang mendalam terhadap kesejahteraan moral, sosial dan
ekonomi. Noripah Kamso, Investing In Islamic Funds A Practitioners Perspective, (Willy, 2013), h 36
95 Mustafa Al-Zarqa (1904-1998): memberi penafsiran bahwa
gharar adalah penjualan barang yang mungkin keberadaan atau
karakteristiknya tidak pasti, oleh karena itu sifat berisiko yang
membuat transaksi perdagangan seperti perjudian.95
Mansuri
80
Islam mendorong kegiatan bisnis dan perdagangan untuk
menghasilkan pendapatan yang adil dan sah, oleh karena itu
selalu ada kedekatan hubungan antara aliran keuangan dan
produktivitas. Esensial kepemilikan dari keuangan Islam
tersebut berkontribusi terhadap arah yang memisahkan dari
pontensial resiko yang dihasilkan kemampuan (Laverage Risk) dan kegiatan keuangan yang bersifat spekulasi. Tujuan
larangan maisir ini untuk menjaga dan memelihara harta
seorang muslim. Prinsip fundamental lain dari keuangan Islam
adalah corak resiko dan pembagian hasil dari transaksi
keuangan Islam, maka ciri khas pembagian hasil dan resiko
mengklasifikasi transaksi gharar sebagai pola yang tidak teratur
(irregular) mungkin valid atau batal (dapat merusak keabsahan). Ia
menggambarkan transaksi yang tidak teratur ini (irregular) sebagai
satu elemen (penawaran dan penerimaan) yang lengkap telah
dilarang. Pendekatan mansuri didesain semua kontroversional
tercemar gharar sebagai pola yang tidak teratur sampai ditetapkan
valid atau batal. Maha-Hanaan Balala, Islamic Finance And Law: Theory And Practice In A Globalized World (London: I.B.Tauris &
Co. Ltd., 2010), h 39 96
Maisir merupakan bentuk objek yang diartikan sebagai
tempat untuk memudahkan sesuatu. Peter Collins berpendapat
bahwa definisi standar yang memaknai perjudian (gambling) ada 3
bentuk: pertama, dua atau lebih partisipan yang mempertaruhkan
sesuatu yang bernilai (taruhan); kedua, adanya harapan yang besar
dalam memenangkan nilai yang lebih besar (hadiah); dan ketiga,
dimana yang menang dan kalah tergantung pada hasil pertandingan
yang tidak diketahui oleh pihak (player) pada saat taruhan (hasil).
Hussin, Ebrahimi dan Yusoff menambahkan elemen yang ada pada
perjudian. (maisir/gambling) yang terdapat dalamnya yaitu elemen
perusahaan yang memiliki kekuatan dalam penentuan keuntungan
dengan spekulasi. Hussin Bin Salamon, Mansoureh Ebrahimi, And
Kamaruzaman Yusoff, ‘Speculation: The Islamic Perspective; A
Study On Al-Maisir (Gambling)’, Mediterranean Journal Of Social Sciences, 1 January 2015, h 374–78,
Https://Doi.Org/10.5901/Mjss.2015.V6n1s1p371.
81
dalam Islam itu membutuhkan keterbukaan dan transparansi
yang tinggi dari sistem keuangan lainnya.97
Pada umumnya tujuan investasi yaitu mendapatkan
kapital gain tujuan dari investasi menurut Iyah hasil pada
tujuan investasi bagi pembangunan ekonomi yang dapat
memberikan manfaat:98
a. Investasi menjadi salah satu alternatif untuk
memecahkan kesulitan modal untuk membangun
pertumbuhan ekonomi.
b. Industri yang dibangun dengan investasi akan
berkontribusi memperbaiki sarana dan prasarana
yang akan membantu pertumbuhan ekonomi
c. Investasi membatu pemerintah dalam menciptakan
lapangan kerja serta menciptakan teknologi dan
pengetahuan baru dalam industri
d. Investasi akan membantu memperoleh devisa
negara yang diperoleh dari hasil produksi industri.
Sedangkan tujuan investasi menurut Kamaruddin Ahmad
tujuan investasi:99
a. Untuk mendapatkan kehidupan yang layak dimasa
yang akan datang.
b. Mengurangi inflasi: dalam melakukan investasi
dalam memilih perusahaan atau obyek lainnya,
seseorang dapat menghindari diri agar kekayaan
yang dimilikinya tidak merosot nilainya.
97
Adel Ahmed, ‚Global Financial Crisis: An Islamic Finance
Perspective,‛ International Journal of Islamic and Middle Eastern Finance and Management 3, no. 4 (November 23, 2010): h 306–20,
https://doi.org/10.1108/17538391011093252. 98
Iyah Faniyah, Investasi Syariah Dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia, h 67
99 Abdul Manan, Peranan Hukum dalam Pembangunan
Ekonomi, h 97. dan Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan Investasi di Pasar Modal Syariah, h 134
82
c. Dorongan untuk menghemat pajak. Beberapa
negara banyak melakukan kebijakan yang sifatnya
mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat
melalui fasilitas perpajakan yang diberikan kepada
masyarakat yang mau berinvestasi pada bidang
investasi di pasar modal.
Adapun fungsi permintaan investasi dalam Islam yaitu
tidak mengaktivasikan riba (bunga) di dalam mekanisme
investasi, sebagai gantinya maka keuangan dan investasi
dilakukan dengan mekanisme bagi hasil karena fungsi
permintaan investasi yaitu untuk meningkatkan atau
mendorong pendapatan investor. Menurut Yosuf dan Majid
(2007) membuktikan bahwa suku bunga tidak terhubung
dengan baik pada pasar modal dengan saham-saham syariah.
hal ini sejalan dengan prinsip ekonomi Islam bahwa riba (suku
bunga) tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap
volatilitas saham-saham dalam investasi syariah.100
Dengan mengeliminasikan tingkat bunga akan
mendorong perusahaan meningkatkan investasi sampai pada
tingkat di mana marginal product of investment menjadi
sama.101
Ada beberapa penulis menggambarkan model yang
menggantikan bunga dengan bagi hasil dalam level makro,
menurut M. Fahmi Khan dalam tulisan A Simple Model of Income Determination Growth And Economic Development In The Perspective of an Interest-Free Economy menyatakan
permintaan investasi (Investment Demand) ditentukan oleh
tingkat keuntungan (expected profits) khan dalam asumsinya
bahwa tingkat keuntungan yang diharapkan tergantung pada:
100
M. Shabri Abd. Majid dan Rosylin Mohd. Yusof,
“Long‐run Relationship between Islamic Stock Returns and
Macroeconomic Variables: An Application of the Autoregressive
Distributed Lag Model,” Humanomics 25, no. 2 (22 Mei 2009): 127–
41, https://doi.org/10.1108/08288660910964193. 101
Muhammad Manajemen Keuangan Syariah Analisis Fiqh & Keuangan (Yogyakarta: UPP STIM YKPN) h 446-447
83
total laba yang diharapkan oleh perusahaan (enterprenuer) dan
share in profit yang diklaim oleh pemiliki dana (investment fund). Pada tingkat ini, mungkin tidak ada perbedaan antara
pengusaha dan perusahaan, sebab dihadapkan pada stok
sumber daya manusia, dia menganggap bahwa setiap
perusahaan mewakili sebuah perusahaan tunggal. oleh kerena
itu tidak ada beda antara keuntungan dari perusahaan dan
produktivitas dari pengusaha. karena kondisi persaingan dapat
diasumsikan untuk memastikan bahwa probabilitas
perusahaan disamakan atas semua perusahaan dalam
perekonomian.102
Studi-studi melaporkan hubungan positif yang kuat
antara permintaan investasi, penyediaan dana untuk investasi,
dan rasio bagi hasil dapat ditentukan secara simultan. karena
penyediaan modal tidak akan menjadi sebagai permintaan
yang tidak terhingga atas modal (infinitely elastic) terhadap
rasio bagi hasil yang konstan. Melebihi tingkat investasi
tertentu, pemilik modal dapat meningkatkan rasio bagi hasil
untuk menambah supply modal. Farooq (2007) menyatakan
ekonomi Islam menganjurkan nilai-nilai kewirausahaan,
produksi melalui integritas dan kerja keras pengusaha.103
Sebagaimana penjelasan di atas, investasi dalam
perekonomian Islam ditentukan oleh dua faktor yaitu tingkat
harapan keuntungan meningkat dan besar iuran ada aset-aset
yang tidak termanfaatkan. Faktor utama lain yang ikut
memengaruhi tingkah laku investasi dalam ekonomi Islam
adalah ketidakberadaan dari suku bunga, tingkat bunga tidak
102
M. Fahmi Khan, A Simple Model of Income Determination Growth and Economic Development in The Perspective of An Interest-Free Economy, dalam M.A Mannan
Financing Deveplment in Islam (Jeddah: Islamic Research and
Training and Islamic Development Bank) h 88-90 103
Mohammad Omar Farooq, ‚Partnership, Equity-Financing
and Islamic Finance: Whither Profit-Loss Sharing?,‛ Review of Islamic Economics (Special Issue), 11 (2007): 22.
84
masuk dalam perhitungan investasi, maka biaya kesempatan
(opportinity cost) dari meminjamkan dana yang digunakan
untuk kepentingan investasi adalah zakat yang dibayarkan
pada dana-dana ini. Dengan kata lain, dana atau tabungan
yang tidak dimanfaatkan pada investasi riil akan dikenakan
zakat pada tingkat tertentu.104
Jika dilihat pada kurva
investasi syariah di bawah ini:
GRAFIK 2.4
PENGARUH ZAKAT TERHADAP INVESTASI DI
DALAM EKONOMI ISLAM
Pada gambar a dan gambar b di atas menunjukkan
perbedaan antara investasi yang digunakan dalam konsep
ekonomi Islam dan ekonomi yang berlaku, konsep ekonomi
tanpa bunga dalam investasi di mana x pada gambar b tingkat
bunga dapat mengurangi/mengerem keinginan investasi.
Dengan tingkat bunga yang tinggi, maka biaya ekonomi
(opportunity cost) dari kegiatan investasi akan semakin
tinggi. Elastisitas pada investasi terhadap tingkat bunga
memiliki pengaruh perubahan terhadap tingkat investasi.
104
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islam, h 297.
Gambar a Gambar b
85
elastis pengeluaran investasi terhadap tingkat bunga, maka
kebijakan-kebijakan dalam moneter makin efektif, sebab
turunnya tingkat bunga akan menambah investasi yang cukup
besar saat moneter. Sehingga hubungan antara tingkat bunga
dengan tingkat investasi dapat dikatakan berbanding terbalik,
maksudnya makin rendah tingkat bunga, akan semakin besar
tingkat investasinya dan makin tinggi tingkat bunga, akan
semakin kecil tingkat investasinya.105
Menurut Adiwarman
keberadaan tingkat suku bunga (i) menyebabkan
ketidakpastian dalam semua skema, dalam fungsi investasi di
atas Y mempunyai sifat acak dalam keberadaan i karena
ketidakpastian yang disebabkan oleh harapan investor.106
Suatu pertambahan pada pendapatan mendorong investasi
lebih besar, di mana tingkat bunga (i) yang lebih akan
menurunkan minat investasi karena bunga dalam pandangan
investor sebagai biaya.107
Sedangkan pada gambar a pengganti dari biaya
pengeluaran atau tingkat bunga dalam kajian ekonomi Islam
terhadap tujuan investasi yaitu tingkat zakat yang dibayarkan
atas dana tersebut, Zakat merupakan instrumen yang
berfungsi untuk mendorong masyarakat atau investor untuk
melakukan investasi, karena investasi merupakan variabel
yang dibutuhkan dalam mendorong tingkat pertumbuhan
ekonomi.108
Karena dalam investasi pada perekonomian Islam
ditentukan oleh dua faktor yaitu tingkat harapan akan tingkat
keuntungan dan besar iuran pada aset-aset yang tidak
105
N. Gregory Mankiw, Makroekonomi, Edisi 6 Terjem: Fitri
Lizia dan Imam Numawan (Jakarta: Gelora Aksara Prathama, 2007)
h 63-64. 106
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islam, h 298. 107
Heru Susanto, Cerdas Memilih Investasi (Jakarta:
Gramedia, 2012) h 6-7. 108
Abdul Aziz, Manajemen Investasi Syariah, h 224-225.
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islam, h 298.
86
termanfaatkan.109
Oleh karena itu tingkat keuntungan yang
diharapkan bukan sebagai variabel kontrol, maka variabel
yang dapat dipakai sebagai instrumen oleh otoritas muslim
untuk mendorong investasi adalah tingkat biaya aset yang
kurang atau tidak produktif. Variabel ini merupakan alternatif
tingkat bunga biasa berlaku dalam negara non muslim
penganut pasar bebas.110
b. Risiko-Risiko Dalam Investasi Dari Persepktif
Ekonomi Islam
Risiko investasi timbul karena adanya ketidakpastian
atau rumor pada waktu dan besarnya hasil (return) yang akan
diterima oleh investor. Dimana setiap investasi yang
menghasilkan pengembalian yang tinggi juga disertai berbagai
risiko. Suatu investasi memiliki risiko, berarti investasi
tersebut tidak memberikan keuntungan yang pasti. Dengan
kata lain, tingkat keuntungan yang akan diperoleh bersifat
tidak pasti. Oleh karena itu, risiko dapat diartikan sebagai
kemungkinan tingkat keuntungan yang diperoleh menyimpang
dari tingkat keuntungan yang diharapkan. Tetapi dalam toeri
portofolio, risiko dinyatakan sebagai kemungkinan
keuntungan menyimpang dari diharapakan. Seperti praktik
day trading di pasar konvensional membuat kekhawatiran
bagi ekonom Islam karena dalam perdagangan pasar saham
bagi sentiment investor memungkinkan spekulatif yang
mungkin mengandung transaksi-transaksi dilarang oleh ajaran
Islam. Karena itu harus ada perencanaan untuk mengeliminasi
unsur-unsur yang dilarang tersebut atau menekan perilaku
yang tidak sesuai pada konsep bisnis dalam Islam. Sebab itu
segala bentuk spekulasi baik itu sengaja maupun yang diambil
dinyatakan Hara>m (tidak diizinkan) dalam fiqh muamalat.
Konsep umum lain dari sentiment investor (kecenderungan
109
Abdul Aziz, Manajemen Investasi Syariah, h 224. 110
Ahmad Rodoni, Invetasi Syariah (Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Jakarta, 2009) h 232.
87
spekulasi) bahwa investor sentimental lebih menghargai
rumor dari pada fundamental.111
Ketika terjadi spekulasi
sentiment investor pasar saham local mengalami penurunan.
Mamuur et.al secara teoritis, investasi saham yang sesuai
dengan Syariah tidak dapat memiliki koneksi signifikan
jangka panjang dengan sentimen investor. Keuangan Islam
harus bergantung pada fundamental, bukan pada rumor.
Namun, jika sentimen investor memiliki pengaruh signifikan
terhadap indeks saham Syariah Islam, itu mungkin akan
menutup gerbang untuk pasar modal Islam.112
Beberapa rencana telah disarankan ekonomi
konvensional untuk mengurangi unsur spekulasi, perjudian dll.
rencana ini seperti struktur pajak regulasi inventori
institusional yang mempengaruhi pasar dan restriksi
perubahan harga, sehingga tidak ada dealier yang
diperkenankan atau menurunkan harga dengan cepat pada
saham.113
pengembangan pasar modal berisiko sangat
tergantung pada ketersediaan mekanisme keluar yang efektif
karena perusahaan akan menghadapi risiko besar kehilangan
investasi mereka. Ada pun secara emprik risiko investasi
digolongkan di antara risiko dalam investasi sebagai
berikut:114
111
Malcolm Baker, Jeffrey Wurgler, dan Yu Yuan, ‚Global,
Local, and Contagious Investor Sentiment,‛ Journal of Financial Economics 104, no. 2 (Mei 2012): 272–87,
https://doi.org/10.1016/j.jfineco.2011.11.002. 112
Mamunur, M. Kabir, dan Ng Yuen, ‚Macroeconomics,
Investor Sentiment, and Islamic Stock Price Index in Malaysia.Pdf.‛ 113
Zamir Iqbal dan Abbas Mirakhor, Pengantar Keuangan Islam (Jakarta: Kencana, 2010), h 222-223
114 Abdul Halim, Analisis Investasi di Aset Keuangan
(Jakarta: Mitra Wacana Media, 2015) Cet.1, h 57. Eduardus
Tandelilin, Portofolio dan Investasi: Teori dan Aplikasi, 102-103.
Andri Soemitra, Bank & Lembaga Keuangan Syariah, h 180-183
88
a. Interest risk Merupakan risiko terhadap akibat dari
perubahan tingkat bunga ketika sensitivitas
tingkat bunga akan berpengaruh terhadap aset dan
liabiliti perusahaan, hal ini berdampak 2 hal
reflektif aliran (gap informasi) dan saham
(berpengaruh terhadap nilai saham).115
oleh
karena itu Islam tidak memberikan ruang bagi
perekonomian dengan system bunga, umar chapra
berpendapat bahwa bunga tidak akan tersedia
dalam sebuah perekonomian Islam, sehingga
perusahaan atau orang hanya memeegang dana
likuid mengadapi pilihan tidak mau terlibat dengan
risiko atau tetap memegang uangnya dalam bentuk
cas tanpa memdapatkan keuntungan atau turut
berbagi risiko.116
b. Market risk merupakan risiko yang didapatkan
karena kondisi fundamental makroekonomi negara
yang berubah-rubah yang dipengaruhi oleh resesi
perdagangan dan kondisi perekonomian negara-
negara lain. menurut pandji dan Pakarti risiko
pasar diakibat menurunya harga pasar subtansial
hampir keseluruhan saham maupun saham-saham
tertentu, akibat dari perubahan tingkat
makroekonomi (inflasi, kurs, JUB dll), keuangan
Negara, perubahan manajemen perusahaan atau
atas dasar kebijakan pemerintah.117
c. Inflation risk merupakan yang akan ditimbulkan
menyebabkan menurunnya total return investasi.
115
H. Kent Baker, Greg Filbeck, Investment Risk Management (Oxford University Press, 2015), h 311
116 Muhammad Umer Chapra, Sistem Moneter Islam h 135.
117 Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah: Dalam
Perspektif Kewenangan Peradilan Agama h 178. Pandji Anoraga dan
Piji Pakarti, Pengantar Pasar Modal (Jakarta: Rineka, 2006) h 78.
89
Hasil yang diterima dari investasi tidak dapat
menutupi kehilangan karena menurunnya daya
beli. Hal ini memperhitungkan kemampuan uang,
menurut Ismath dan Abbas berpendapat risiko
inflasi mengacu pada risiko yang timbul dari daya
beli yang diakibatkan oleh inflasi.
d. Business risk merupakan risiko yang timbul akibat
menurunnya profitablitas perusahaan. Brian
Kettell menuturkan bahwa dalam risiko bisnis
keuangan Isalm didasarkan pada keyakinan bahwa
penyediaan modal dan penggunaan modal harus
sama-sama menanggung atau berbagi risiko usaha
bisnis.118
e. Liquidity risk, risiko ini terkait pada kemampuan
saham yang bersangkutan untuk dapat segera
diperjualbelikan tanpa mengalami kerugian yang
berarti.
f. Currency risk merupakan risiko yang ditimbulkan
akibat pengaruh perubahan nilai mata uang antar
negara lain. Pada umumnya, melakukan
Perdagangan melalui transaksi bisnis denga mata
uang asing biasanya akan menghadapi masalah
gejolak perubahan mata uang tersebut.
Karena investasi merupakan pemilihan terhadap
perimbangan antara risk and return yang terkait pada
sebuah ojek, maka investor perlu memperhatikan hal yang
tersebut dengan baik, oleh karenanya besar kecil expeted
return investment sangat dipengaruhi oleh perubahan-
perubahan yang sumbernya diluar investasi. Kendati
ekonomi Islam memandang positif tentang risiko, namun
ekonomi Islam atau aplikasi turunnya belum memiliki
konsepsi risiko yang komprehensif. Risiko usaha
118
Brian Kettell, Frequently Asked Questions in Islamic Finance (UK: John Wiley and Sons Ltd, 2010)
90
dikaitkan dengan konsep keadilan di mana setiap hasil
keuntungan usaha harus dihasilkan dari keterlibatan
dalam menghadapi risiko usaha.119
Pentingnya memehami
berbagai risiko dalam investasi adalah untuk menghindari
atau mengantisipasi serta meminimalisir terjadinya
kerugian dalam investasi.
2. Dinamika Investasi Di Pasar Modal Syariah Perspektif
Makroekonomi
Klaim bahwa variabel makroekonomi mempengaruhi
perilaku pasar saham dalam berinvestasi adalah teori yang
mapan dalam literatur ekonomi keuangan. lebih dari beberapa
dekade terakhir, interaksi antara pasar modal dan variabel
makroekonomi telah menjadi perhatian khusus bagi kebijakan
pemerintah dan akademisi. Othman, Chu, Ghauri dkk,
literatur keuangan menunjukkan bahwa fluktuasi harga unit
pasar tidak dapat disangkal konsekuensinya dari perubahan-
perubahan yang terjadi dalam variabel makroekonomi.120
Menurut Miskhin (2013) bahwa harga saham dan aset
keuangan lainnya merupakan aspek penting dari dinamika
kegiatan ekonomi yang memainkan peran vital dalam
ekonomi nasional dari suasana sosial dan digunakan sebagai
indikator utama kegiatan ekonomi riil. Naiknya harga saham,
misalnya, cenderung dikaitkan dengan peningkatan investasi
bisnis dan sebaliknya. Pasar saham juga merupakan faktor
penting dalam keputusan bisnis karena harga saham
mempengaruhi jumlah dana yang dapat dinaikkan dengan
119
Veithzal Rivai, Islamic Risk Management for Islamic
Bank h 105 120
Anwar Hasan Abdullah Othman, Hasanuddeen Abdul
Aziz, dan Salina Kassim, ‚Identification of Macroeconomic
Determinants for Diversification and Investment Strategy for
Islamic Unit Trust Funds in Malaysia,‛ International Journal of Emerging Markets 13, no. 4 (17 September 2018): 653–75,
https://doi.org/10.1108/IJoEM-03-2017-0074.
91
menjual saham yang baru dikeluarkan untuk membiayai
pengeluaran investasi.121
Berdasarkan pada teori ekonomi, investasi berarti
pembelian (produksi) dari capital (modal barang-barang yang
tidak dikonsumsi tetapi digunakan untuk produksi yang akan
datang). Untuk lebih jelasnya, investasi juga adalah suatu
komponen dari PDB = C + I + G + (X-M).122
Teori ekonomi
mengatakan bahwa investasi (I) merupakan fungsi dari
pendapatan (Y). Peristiwa di mana investasi tidak sejalan
dengan laju pertumbuhan PDB didapatkan pada saat
terjadinya resesi dalam sirkulasi ekonomi juga didalam
perekonomian yang sedang mengalami inflasi. Jika nilai PDB
tetap tinggi dan suku bunga juga tinggi keadaan ini dapat
mengurangi investasi.123
Ketentuan pasar modal dengan prinsip-prinsip ekonomi
Islam dalam bermuamalat harus diperhatikan oleh para
investasi di pasar modal syariah, paradigma ekonomi Islam
bertujuan untuk menciptakan dengan nilai-nilai, norma,
aturan dan institusi berbeda dengan pemahaman sistematik
yang berorientasi dengan pertimbangan diatur dalam tatanan
ekonomi Islam. Oleh karena itu, sistem ekonomi Islam
berbeda dari sistem ekonomi yang berlaku karena hal-hal
berikut:124
121
Mishkin, F.S. The Economics of Money, Banking and Financial Markets (10thed.). (Edinburgh: Pearson Education
Limited Mody, 2013) h 46 122
Selain dari definisi yang telah dipaparkan, investasi juga
dapat diartikan sebagai komponen pengeluaran agregat kedua
sesudah konsumsi. Investasi bersumber dari dana masyarakat yang
ditabung melalui lembaga keuangan untuk kemudian disalurkan
kepada perusahaan-perusahaan. Abdul Aziz, Manajemen Investasi Syariah (Bandung: Alfabet, 2010) h 29.
123 Adiwarman A Karim, Ekonomi Makro Islam, h 294.
124 Mehmet Asutay, ‚A Political Economy Approach to
Islamic Economics- Systemic Understanding for an Alternative
92
1. Fondasi, prinsip operasional dan tujuan berbeda;
2. Konsep dan teori berbeda.
3. Sumber-sumber epistemologis berbeda, seperti
pandangan dunia Islam berdasarkan al-Qur'an, yaitu
pengetahuan yang diungkapkan;
4. Konsep dasar dalam al-Qur'an tidak terbuka untuk
perubahan makna.
Dalam segi makroekonomi, perlu ditelaah apakah pergerakan
saham disebabkan oleh kondisi makro secara objektif, rumor
ataukah isu yang sengaja dilemparkan oleh pihak tertentu?
Berdasarkan sudut pandang tersebut, bisa jadi perusahaan
yang tampaknya, dapat diterima secara syariah, bukan berarti
dogma ajaran Islam ini akan membelenggu investor dan
manajer investasi. Justru pelaku pasar modal yang syariah
dapat berinvestasi dengan nyaman dan tanpa beban jika
memahami konsep Islam dengan baik.125
Fama (1970, 1990, 1990)126
telah mendokumentasikan
hubungan antara pasar saham dan aktivitas fundamental
ekonomi pada Negara Amerika telah dianalisis dengan baik.
Economic System.pdf,‛ Kyoto Bulletin of Islamic Area Studies 1,
no. 2 (2007): h 5-6. 125
Muhammad Syakir Sula, Asuransi syariah: life and general : konsep dan sistem operasional h 369.
126 Eugene F Fama, “Stock Returns, Real Activity, Inflation,
and Money,” The American Economic Review 71, no. 04 (September
1981): 22; Eugene F. Fama, “Stock Returns, Expected Returns, and
Real Activity,” The Journal of Finance 45, no. 4 (September 1990):
1089–1108, https://doi.org/10.1111/j.1540-6261.1990.tb02428.x;
Eugene F. Fama, “Efficient Capital Markets: II,” The Journal of
Finance 46, no. 5 (Desember 1991): 1575–1617,
https://doi.org/10.1111/j.1540-6261.1991.tb04636.x. Chung S. Kwon
dan Tai S. Shin, ‚Cointegration and Causality between
Macroeconomic Variables and Stock Market Returns,‛ Global Finance Journal 10, no. 1 (Maret 1999): 71–81,
https://doi.org/10.1016/S1044-0283(99)00006-X.
93
Kwon dan Shin menjelaskan hal yang sama pada kondisi
ekonomi memberikan dampak pada fluktuasi pasar saham,
kondisi ketidakstabilan ini membangun ketidakpastian bagi
banyak pihak. Interaksi antara pasar saham dan variabel
ekonomi makro telah menjadi fokus utama dalam penelitian
antara akademisi dan praktisi.127
Sejauh ini, terdapat beberapa variabel makro yang
terbukti berpengaruh terhadap pasar modal syariah. Menurut
Majid dan Roslin mengungkapkan pengaruh pasar modal
syariah di Malaysia terhadap variabel makroeknomi pada
variabel kurs, jumlah uang beredar (M3), treasury Bill rate
(TBR) dan federal fund rate (FFR) dalam hubungan jangka
panjang sangat efektif menjadi target yang tepat bagi
pemerintah untuk fokus dalam menstabilkan pasar saham
syariah dan untuk mendorong lebih banyak aliran modal ke
pasar. ketika suku bunga treasury Bill rate (TBR) dan federal fund rate (FFR) meningkat dalam negeri justru investor
Muslim akan membeli lebih banyak saham sesuai Syariah;
sehingga meningkatkan harga saham syariah.128
Searah
dengan Hassan and Azrul juga menunjukan variabel
makroekonomi pada tingkat inflasi, pertumbuhan uang, suku
bunga, produksi industri, cadangan mata uang asing, nilai
tukar, dan kebijakan moneter memiliki hubungan positif
dengan Indeks Syariah di Malaysia.129
Hal yang sama juga terjadi di pasar modal syariah di
Indoneisa, Ardana (2016) melihat pengaruh jangka panjang
127
Mohd Yahya Mohd Hussin dkk., ‚Macroeconomic
Variables and Malaysian Islamic Stock Market: A Time Series
Analysis‛ 3, no. 4 (2012): 13; Kwon dan Shin, ‚Cointegration and
Causality between Macroeconomic Variables and Stock Market
Returns.‛ 128
Shabri Abd. Majid dan Yusof, “Long‐run Relationship
between Islamic Stock Returns and Macroeconomic Variables,” 139. 129
Hussin dkk., ‚Macroeconomic Variables and Malaysian
Islamic Stock Market: A Time Series Analysis.‛
94
dan jangka pendek yang ada pada variabel makroekonomi
terhadap indeks saham syariah Indonesia, bahwa cointegrasi
tidak ada pada jangka pendek antara variabel suku bunga BI
pada ISSI, namun dikoreksi hubungan pada jangka panjang
sehingga hubungan antara suku bunga BI pada ISSI adalah
negatif. Hubungan jangka pendek antar variabel tukar rupiah
dan ISSI adalah positif, namun dikoreksi hubungan jangka
panjang antara nilai tukar rupiah dan ISSI adalah negatif.
Sedangkan hubungan jangka pendek dan jangka panjang
antara variabel inflasi dan ISSI tidak adanya pengaruh.
Namun teridentifikasi hubungan jangka pendek dan jangka
panjang antara SBIS dan ISSI. Dan tidak ada pengaruh antara
minyak dunia dan ISSI baik itu jangka pendek sedangkan pada
jangka panjang memiliki pengaruh minyak dunia dan ISSI
adalah positif.130
Rachmawati dan Laila (2015) ssmenutur
bahwa variabel makroekonomi dari tingkat inflasi, suku bunga
dan nilai tukar rupiah secara simultan sangat berpengaruh
terhadap indek saham syariah indonesia.131
Saat ini banyak negera-negara berkembang melakukan
peremajaan kebijakan yang bertujuan meningkatkan investasi,
hal ini dilakukan oleh pemerintah sebab kegaitan investasi
akan mendorong pula kegiatan ekonomi suatu negara,
penyerapan tenaga kerja, peningkatan produksi dalam negeri.
Melihat dinamika Investasi Di Pasar Modal Syariah di
beberapa negara termasuk di Indonesia terhadap stabilitas
makroekonomi masih ada beberapa studi empiris yang
menguji ketahanan keuangan Islam untuk menghadapi
problem krisis keuangan. Menurut Khan (1985), Kia dan
130
Ardana, ‚Pengaruh Variabel Makroekonomi terhadap
Indeks Saham Syariah di Indonesia.‛ 131
Martien Rachmawati dan Nisful Laila, “Faktor
Makroekonomi Yang Mempengaruhi Pergerakan Harga Saham Pada
Indeks Saham Syariah Indonesia (Issi) Di Bursa Efek Indonesia
(Bei),” Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan 2, no. 11 (2015):
15.
95
Darrat (2003) dan Abduh, Omar and Duasa (2011) dalam
Bakri Abdul Karim,W.S Leea, Zulkefly dan Jais menemukan
dalam penelitian mereka bahwa sistem keuangan Islam lebih
stabil untuk menghadapi krisis keuangan daripada sistem
keuangan konvensional dengan faktor-faktor makroekonomi
karena berbagi keuntungan dan kerugian dalam instrumen
keuangan Islam tersebut.132
Secara umum perkembangan pasar modal (syariah atau
konvensional) telah berpengaruh terhadap pertumbuhan
nasional, hal ini karena pentingnya peran pasar modal dalam
mendorong pertumbuhan ekonomi. Belakangan pasar modal
dapat dijadikan tolak ukur pada indikator dari ekonomi
makro, naik turunnya indeks suatu bursa dapat dibaca
sebagaimana halnya cermin dinamika ekonomi nasional. Bila
orang menilai keadaan ekonomi secara nasional, maka dia
dapat melihat juga perkembangan indeks harga saham, di
samping juga angka inflasi, neraca transaksi berjalan,
pertumbuhan ekonomi dll. Dengan demikian pasar modal
sangat dipengaruhi oleh situasi variabel makro ekonomi.
Secara umum, pasar modal sangat dipengaruhi oleh situasi
variabel makroekonomi. Secara logika pun, kausalitas pasar
modal ternyata berkorelasi kuat karena sirkulasi yang berputar
pada sistem makro ekonomi dapat memberikan efek terhadap
turun naiknya pasar modal.133
Jika variabel-variabel ekonomi
makro ini berpengaruh signifikan dan secara konsisten
terhadap hasil pasar saham syariah, oleh karena itu mereka
harus dikointegrasi. Berbagai metodologi peneliti digunakan
untuk menguji dan memperhatikan kausalitas antara variabel
132
Bakri Abdul Karim dkk., ‚The Impact of Subprime
Mortgage Crisis on Islamic Banking and Islamic Stock Market,‛
Procedia - Social and Behavioral Sciences 65 (Desember 2012): h
73, https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2012.11.182. 133
Sawidji Widioatmodjo, Pengetahuan Pasar Modal Untuk Konteks Indonesia (Jakarta: Kompas Gramedia, 2015) cet. 1, h 11.
96
ekonomi makro dan pengembalian pasar saham dengan
analisis yang tepat. Setiap variabel ekonomi makro memiliki
dampak teoretis dan empiris pada pasar saham. Perubahan
arah kebijakan moneter berdampak pada pasar saham.
1. Faktor-Faktor Pengaruh Makro Ekonomi Terhadap
Investasi Di Pasar Modal Indonesia.
Adapun faktor-faktor yang dapat menyebabkan pasar
modal mengalami fase-fase yang memungkinkan nilai pada
indeks saham bisa naik dan turun akibat dari variabel
makroekonomi, faktor tersebut secara langsung dapat
menyebabkan kinerja pasar modal terganggung di antaranya:
a. Inflasi (Inflation)
Sebagaimana yang telah diketahui, bahwa salah satu
tujuan dalam perekonomian yaitu memelihara tingkat
harga-harga yang relatif stabil. Namun, akhir-akhir ini
kita mendapatkan pemberitaan seperti ketidakstabilan
harga atau disebut dengan inflasi (inflation), secara umum
inflasi sesuatu fenomena/gejala nasional dengan
mengetahui kenaikan volume tingkat harga yang
berkesinambungan. Menurut teori Keynes kenaikan harga
tersebut terjadi karena masyarakat hidup dengan pola
outside thresholds diluar dari kemampuannya. Harry g
Johnson (1977) berpandangan yang sama mendefinisikan
inflasi sesuatu kenaikan nilai dari harga yang
berkelanjutan. Yang bukan naik dikarenakan satu atau dua
barang.134
Isyarat yang ditimbulkan akibat inflasi menyita
perhatian secara keseluruhan dalam kegiatan
perekonomian, pada saat masa inflasi masyarakat enggan
menabung dan juga tidak menggunakan uang tunai
134
D.N. Dwivedi, Macroeconomics: Theory and Policy
(Mcgraw-Hill Education (India) Ltd, 2010), ed. 3, h 390.
97
(Cash), sebab nilai uang riil135
terus merosot, orang-orang
kaya cenderung menyimpan uangnya dengan barang.
Maka menciptakan dorongan kegiatan spekulasi
perdagangan yang berefek kepada terciptanya inflasi. Bagi
kalangan investor di pasar modal naiknya inflasi secara
relatif merupakan sinyal buruk, bagi industri pendapatan
dan biaya perusahaan akan meningkatkan indeks biaya
produksi lebih tinggi daripada peningkatan harga yang
dinikmati perusahaan maka profitabilitas industri
kemungkinan merosot sehingga daya saing akan
meningkat.136
Dalam ekonomi Islam inflasi terjadi disebabkan
akibat dari perbuatan manusia yang merusak alam, secara
makroekonomi apabila terjadi inflasi, maka dalam
ekonomi Islam peran pemerintah diperbolehkan untuk
melakukan intervensi harga (bukan menetapkan harga)
tetapi bertujuan menstabilkan artinya bagaimana
pemerintah mendorong harga sesuai dengan kemampuan
masyarakat, sedangkan menurut ekonomi kapitalis dengan
melakukan intervensi harga hanya sebagai sarana untuk
dapat menguasai komoditi atau memaksakan suatu
kepentingan, artinya ada tujuan pribadi bukan untuk
kemaslahatan masyarakat.137
Hal sebagaimana yang
dinyatakan ibnu khaldun bahwa inflasi terjadi karena dua
hal: akibat berkurangnya jumlah barang dan kesalahan
135
Nilai yang diukur pada jumlah barang dan jasa yang dapat
ditukar dengan uang itu. Jika uang Rp1.000,00 dapat ditukar dengan
satu gelas minuman teh, maka dapat dikatakan bahwa nilai riil uang
Rp1.000,00 adalah segelas minuman teh. 136
Martien Rachmawati And Nisful Laila, ‚Faktor
Makroekonomi Yang Mempengaruhi Pergerakan Harga Saham Pada
Indeks Saham Syariah Indonesia (Issi) Di Bursa Efek Indonesia
(Bei) 1)‛ 2, No. 11 (2015): h 15. 137
Zulfikar MS, Kaffahisme: Ideologi Ekonomi Dan Bisnis Masa Depan (Jakarta: Gramedia, 2014), Cet. 1, h 28
98
manusia (Human Error).138 Rafiq al-Masri dalam Karim,
menurut para ekonom Islam inflasi sangat buruk karena
mengakibatkan gangguan pada fungsi uang sebagai
penyimpan nilai, menimbulkan sifat konsumtif dan
mengarahkan investasi pada non-produktif seperti tanah,
bangunan, logam dll.139
Inflasi tinggi akan dapat menjatuh harga saham di
pasar, begitu pula sebaliknya, sehingga membuat harga
saham bergerak dengan lamban. Dibandingkan dengan
studi empiris dengan beberapa penelitian pengaruh
tingkat inflasi dengan pasar modal tidak memiliki
pengaruh yang singnifikan hal ini menurut Jatiningsih
(2007), Nugroho (2008), Pratikno (2009), dalam
Adisetiawan (2011).140
Berbeda halnya dengan Choundory
dalam investigasi bahwa inflasi dan pasar modal memiliki
pengaruh yang signifikan dalam jangka pendek, Hasil
signifikan ini disajikan mungkin menunjukkan positif
hubungan antara pengembalian saham dan inflasi.141
Menurut teori Litner dalam Choundory menyatakan
bahwa ada korelasi negative terjadi pengembalian saham
138
Zulfikar, Kaffahisme: Ideologi Ekonomi dan Bisnis Masa Depan, h 45.
139 Adiwarman A Karim, Ekonomi Mikro Islam (Jakarta:
Rajagrafindo, 2008) h 138. 140
Oksiana Jatiningsih, Pengaruh Variabel Makroekonomi
terhadap IHSG di BEJ, Jurnal Aplikasi Manajemen, 5(1):18-25. R
Adisetiawan, ‚Kausalitas Ekonomi Makro Dan Global Terhadap
Pasar Modal Indonesia,‛ Ekonomis : Journal of Economics and Business 2, no. 1 (March 23, 2018): 66,
https://doi.org/10.33087/ekonomis.v2i1.32. 141
Taufiq Choudhry, “Inflation and Rates of Return on
Stocks: Evidence from High Inflation Countries,” Journal of
International Financial Markets, Institutions and Money 11, no. 1
(Maret 2001): 75–96, https://doi.org/10.1016/S1042-4431(00)00037-
8.
99
dan inflasi. Lebih lanjut investigasi penelitian
menyatakan bahwa efek negatif yang signifikan dari
inflasi saat ini dan satu-periode tertinggal inflasi, pada
hasil nyata ditemukan pengaruh terhadap market share.
Pada teori Lintner berfokus pada dampak dinamis dan
finansial dari perubahan tingkat inflasi pada
pengembalian saham.142
Hal ini juga searah dengan Hussin
dkk juga menginvestigasi variabel makroekonomi inflasi
dan harga saham syariah memiliki hubungan positif.143
Sakti dan Harun menyatakan hubungan antara tingkat
inflasi (CPI) dan harga saham syariah adalah asosiasi
negatif. Inovasi dalam pasar modal syariah mempengaruhi
inflasi secara negatif baik dalam jangka pendek dan
jangka panjang, yang menegaskan bahwa pergerakan
harga saham menandakan revisi negatif dalam ekspektasi
inflasi.144
b. Kurs Mata Uang (Exchange Rate)
Nilai kurs mata uang merupakan hal yang kompleks
karena menyangkut pada pelbagai variabel ekonomi, sosial
dan politik. Secara teoritis, nilai tukar mata uang suatu
negara ditentukan oleh hukum pasar artinya nilai mata
uang tertentu berfluktuasi apabila dikonversikan kepada
nilai mata uang negara berbeda yang ditentukan oleh
permintaan dan penawaran terhadap mata uang terhadap
142
Choudhry. Lintner, J., 1975. Inflation and security returns.
J. Finance 30, 259–280. 143
Hussin dkk., ‚Macroeconomic Variables and Malaysian
Islamic Stock Market: A Time Series Analysis.‛ 144
Muhammad Rizky Prima Sakti dan MD. Yousuf Harun,
‚Relationship between Islamic Stock Prices and Macroeconomic
Variables: Evidence from Jakarta Stock Exchange Islamic Index,‛
Global Review of Islamic Economics and Business 1, no. 1 (4 Mei
2015): 071, https://doi.org/10.14421/grieb.2013.011-06.
100
pasar internasional.145
Dengan demikian kurs mata uang
merupakan mengalihkan nilai mata uang dengan mata uang
lainnya untuk membayar barang atau jasa dalam
melakukan transaksi suatu negara. Dalam hal ini setiap
peran pemerintah (otoritas moneter) mempunyai
kewenangan untuk mengintervensi atau turut andil dalam
perdagangan mata uang dengan tujuan untuk menstabilkan
nilai mata uang negara masing-masing. Ada salah satu
teori paling umum digunakan ekonom konvensional dalam
menentukan nilai tukar mata uang adalah teori purching power party (teori paritas daya beli) apabila nilai mata
uang yang ditukarkan yang disesuaikan dalam pasar,
kemungkinan cenderung pada suatu kondisi ekulibrium
apabila pursching power (daya beli) suatu negara ekuivalen
dengan negara lain.146
Pada sudut pandangan Islam, Malkawi berpendapat
bahwa nilai tukar suatu mata uang (sharf) yang
dibolehkan; pertama: pertukaran itu sama nilai dari barang;
kedua, pertukaran antar mata uang dilakukan pada suatu
peristiwa yang sama.147
Hal ini didasarkan pada sabda
Nabi:148
145
Bob Sugeng Hadiwinata, Politik Bisnis Internasional (Yogyakarta: Kanisius, 2002), Cet.1,h 163
146 Bob Sugeng Hadiwinata, Politik Bisnis Internasional,164-
165. Grisvia Agustin, ‘Analisis Paritas Daya Beli Pada Kurs Rupiah
Terhadap Dolar Amerika Serikat’, Jurnal Studi Ekonomi dan Pembanguanan (JSEP) 1, no. 1 (2009): h 2.
147 Mohammad Malkawi, Fall Of Capitalism And Rise Of
Islam (US: Xlibris, 2010), Ed. 1, h 65 148
Abi al-Fadl al-Asyd 'Abu> al-Maa>’thi> al-Nuwri>, al-Musanad al-Jami’ al-mu’alal (Tunis: Dar al-Gharbi> al-Islami>,) Jus. 6,
h 144
101
رسولأن ,الخدرىسعيد أبعن,صالحأ بيعن عليهاللهصلى-,الل
:قال-وسلم
هبتبيعوال هبالذ ل بلورقالورقولبلذ سواءابمثل مثلابوزن وزناا
.بسواء ‚Janganlah jualbeli emas dengan emas dan janganlah
jualbeli perak dengan perak kecuali setara, seimbang, harus
sama‛.
Nilai tukar uang (kurs) adalah sistem yang digunakan
untuk pembentukan harga mata uang rupiah ke mata uang
asing. dalam perkembangannya kurs memiliki berbagai
macam bentuk sistem namun paling banyak digunakan
negara adalah sistem kurs mengembang (floating exhange rate system), dalam sistem ini, nilai tukar uang ditetapkan
pada permintaan dan penawaran valuta asing. Menurut
Freidman lebih praktis negara untuk mengembangkan nilai
mata uangnya dari pada mematok (fixed system) pada
harga tertentu.149
Berdasarkan teori interest rate parity dan
teori portofolio adjustmen menyatakan bahwa perubahan
kurs akan mempengaruhi keputusan investor dalam
berinvestasi. Ekspektasi meningkatnya nilai mata uang
domestik terhadap mata uang asing akan mendorong
peningkatan harga saham sehingga investor merasa lebih
menguntungkan berinvestasi di domestik dari pada di luar
negeri.
Studi Empiris antara nilai tukar uang dengan pasar
modal syariah saling berhubungan secara positif ataupun
negatif pada perubahan harga saham di pasar modal
syariah. Tandelilin (2010) menyatakan bahwa menguatnya
nilai tukar mata uang terhadap mata uang asing merupakan
sinyal positif bagi pasar modal, hal yang sama juga
149
Bob Sugeng Hadiwinata, Politik Bisnis Internasional h
167.
102
sebaliknya.150
Masrizal et.al menemukan bahwa tingkat
inflasi tidak signifikan mempengaruhi pasar modal syarih
(Jakarta Islamic Index) sehingga tingkat inflasi tidak
mempengaruhi keputusan investor di Indonesia untuk
menginvestasi saham.151
Maduro (2008) dalam Hussin et.al
menemukan bahwa nilai tukar mata uang sangat responsif
terhadap perubahan pasar saham dan investasi portofolio
global. Oleh karena itu, disarankan, perlu untuk
mengevaluasi hubungan antara harga saham dan nilai tukar
karena hasilnya akan dapat membawa dampak pada
kebijakan moneter dan fiskal.152
hal yang sama pendapat
Gumilia et.al yang dilakukan penelitian pada Jakarta Composite Index (JCI) terhadap kurs menemukan pada
nilai tukar uang (currency) terhadap JCI memiliki
kausalitas dengan nilai negatif secara signifikan.153
kestabilan kurs akan diperoleh jika tidak terjadi spekulasi
yang labil (destabilizing speculation), kondisi ini akan
menyababkan penurunan daya beli harga saham dan
berakibat buruk pada neraca perdagangan.154
semisal
150
Edaurdus Tandelilin, Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi h 213.
151Masrizal, M Ubaidillah Al Mustofa, dan S Herianingrum,
“Macroeconomic Determinants of Jakarta Islamic Index,” KnE
Social Sciences 3, no. 13 (31 Maret 2019): 510,
https://doi.org/10.18502/kss.v3i13.4227. 152
Mohd Yahya Mohd Hussin dkk., “The Relationship
between Oil Price, Exchange Rate and Islamic Stock Market in
Malaysia,” Research Journal of Finance and Accounting 3, no. 5
(2012): 11. 153
Reshinta Candra Gumilang dan R Rustam Hidayat,
‚Pengaruh Variabel Makro Ekonomi, Harga Emas Dan Harga
Minyak Dunia Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan,‛ Jurnal Administrasi Bisnis 14, no. 02 (September 2014): 9.
154 Muhammad Syafii Antonio, Hafidhoh dan Hilman Fauzi
‚The Islamic Capital Market Volatility: A Comparative Study
103
dengan pernyataan Bahmani-Oskooee dan Sujata (2016)
bahwa perubahan pada nilai mata uang memiliki efek
asimetri pada harga saham.155
c. Tingkat Suku Bunga (Interest rate)
Bunga (interest rate) dalam konteks ekonomi
konvensional yaitu harga yang harus dibayarkan oleh
seseorang dalam menggunakan sejumlah uang selama
jangka waktu tertentu atau biaya atas balasan jasa yang
diperoleh peminjam. Tujuan untuk menyesuaikan dengan
bunga pinjaman dan tabungan.156
Pada konteks
makroekonomi bunga berfungsi untuk menjaga stabilitas
nilai mata uang, otoritas moneter sebagai pengawas
meraka mencangangkan rumusan untuk menstabilisasikan
harga mengendalikan uang beredar (M2) dengan suku
bunga acuan untuk dapat mendukung tercapainya tujuan
kestabilan nilai uang, jika tidak stabil akan menyebabkan
aktivitas ekonomi akan menjadi lesu.157
Dalam Islam bunga (interest/usury) termasuk yang
dilarang karena memiliki dampak negatif, syafii menilai
dampak bunga bagi perekonomian sebagai dampak
inflationry yang disebabkan oleh tingkat suku bunga, hal
ini karena adanya penentuan harga dari tingkat suku
bunga. Dalam dampak sosial bunga merupakan
Between In Indonesia And Malaysia‛ Bulletin of Monetary,
Economics and Banking, April 2013: 377-416 155
Mohsen Bahmani-Oskooee dan Sujata Saha, “Do
Exchange Rate Changes Have Symmetric or Asymmetric Effects on
Stock Prices?,” Global Finance Journal 31 (November 2016): 57–
72, https://doi.org/10.1016/j.gfj.2016.06.005. 156
T. Gilarso, Sj., Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro, H 221 157
Bustari Muktar, Bank dan Lembaga Keuangan Lain,
(Jakarta: Kencana, 2016), Cet.1, h 14
104
ketidakadilan dalam memperoleh pendapatan.158
Chaudhry
berpendapat sistem bunga juga menghalangi investasi
modal dari perusahaan karena tidak mampu menghasilkan
laba yang sama atau lebih dari suku bunga yang sedang
berjalan, dampak lain dari sistem bunga pada utang dapat
memperparah DSR (debit-service ratio) negera-negara
debitor dan dengan melihat dampak terhadap
makroekonomi bunga akan menghalangi pembangunan
ekonomi negara miskin, melainkan juga menimbulkan
transfer sumber daya dari negara miskin ke negara kaya.159
Sejauh ini, studi Empiris suku bunga dan pasar modal
syariah terhadap iklim investasi menjadi hal yang menarik
untuk dikaji, dengan perbedaan prinsip antara keuangan
Islam dengan penerapan suku bunga di suatu negara yang
berefek pada tingkat harga saham di pasar modal. Menurut
Maghayereh (2003), Menike (2006), Kuwomu dan Victor
(2011), Hussin et al. (2012) dalam Beik (2015) bahwa
tingkat suku bunga berefek negatif terhadap harga saham.
Karena perilaku investor cenderung menginvestasikan
selain dalam bentuk saham, sehingga harga saham menjadi
turun.160
Namun berbeda dengan yang Yosuf dan Majid
158
Muhammad Syafi'i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktik, h 67
159 M. Sharif Chaudhry, Sistem Ekonomi Islam Prinsip Dasar
(Jakarta: Kencana, 2016), h 236 160
Irfan Syauqi Beik and Sri Wulan Fatmawati, ‚Pengaruh
Indeks Harga Saham Syariah Internasional Dan Variabel Makro
Ekonomi Terhadap Jakarta Islamic Index,‛ Al-Iqtishad: Journal Of Islamic Economics 6, No. 2 (March 13, 2015),
Https://Doi.Org/10.15408/Ijies.V6i2.1228. Aktham Maghayereh,
‚Causal Relations among Stock Prices and Macroeconomic
Variables in the Small, Open Economy of Jordan,‛ t.t., 14. LMCS
Menike, ‚The effect of macroeconomic variables on stock prices in
emerging Sri Lankan stock market,‛ Sabaragamuwa university journal 6, no. 1 (2006): 50–67. Kwon dan Shin, ‚Cointegration and
105
(2007) menemukan efek volatilitas suku bunga berdampak
pada volatilitas di pasar saham konvensional tetapi tidak
berefek pada volatilitas di pasar saham syariah. Pada
prinsip syariah tidak menemukan indikator suku bunga
sebagai indikator yang menjelaskan volatilitas pasar saham
syariah. Namun volatilitas suku bunga bertindak sebagai
indikator penting kestabilitas makroekonomi.161
Sedangkan ditingkat iklim investasi yang direpesantasikan
oleh korupsi indek ternyata memiliki pengaruh suku bunga
dan korupsi terhadap arah iklim investasi. Freixas and
Rochet (1997) dalam studi teoretis mereka
menggambarkan bahwa ketika tingkat korupsi meningkat
di suatu negara, tingkat bunga spesifik negara juga
akanmeningkat.162
Dalam Penilitan Suzuki (2017) yang
menyatakan bahwa korupsi dan tingkat bunga pada ukuran
rata-rata pengaruh tingkat bunga juga secara positif terkait
dengan tingkat korupsi. Ketiga, perkiraan guncangan suku
bunga dan tingkat korupsi berkorelasi positif satu sama
lain. Ketika kita memperlakukan tingkat korupsi sebagai
variabel eksogen dalam model, temuan ini mengarahkan
kita untuk menerima hipotesis.163
Causality between Macroeconomic Variables and Stock Market
Returns.‛ 161
Rosylin Yusof dan M. Majid, ‚Stock Market Volatility
Transmission in Malaysia: Islamic Versus Conventional Stock
Market,‛ Journal of King Abdulaziz University-Islamic Economics
20, no. 2 (2007): 19–40, https://doi.org/10.4197/islec.20-2.2. 162
Xavier Freixas dan Jean-Charles Rochet, Microeconomics
of Banking 163
Tomoya Suzuki, ‚Corruption, Interest Rates and Business
Cycles: Comparison of Emerging Economies,‛ Economic Change and Restructuring 51, no. 4 (November 2018): 303–16,
https://doi.org/10.1007/s10644-017-9206-5.
106
d. Pertumbuhan GDP (Gross Domestic Product) GDP (Gross Domestic Product) merupakan total
pendapatan yang dihasilkan dari semua barang dan jasa
akhir dari semua warga negara sendiri maupun luar negeri
dengan periode tertentu164
dinilai dengan uang atas dasar
harga pasaran. Guna membandingkan tingkat pertumbuhan
negara dari tahun-tahun sebelumnya dalam menentukan
tingkat kesejahteraan perekonomian (measure of economic welfare).
.165 Menurut Mankiw, Mark P. Taylor untuk
mengukur pertumbuhan GDP dibagi menjadi 2; pertama,
total pendapatan setiap warga negara dalam
perekonomian; dan kedua, jumlah pengeluaran output
perekonomian dari barang dan jasa. Dengan alasan bahwa
GDP dapat melakukan pengukuran pada total pendapatan
setiap masyarakat dan pengeluaran total dengan sseimbang
untuk ekonomi secara keseluruhan.166
Namun, kecenderungan pertumbuhan PDB tidak
selalu paralel dengan pergerakan indeks pasar saham. Ada
kemungkinan pertumbuhan spesifik sektor yang dikaitkan
dengan masing-masing spesifik pada sektor pengembangan
pasar modal, karena itu, ada perlu menguji sensitivitas
sektor terhadap pertumbuhan ekonomi.167
Basuki dan
Yusuf (2018) mengaitkan antara PDB dengan Indek pasar
saham Syariah dengan times series, menemukan PDB
ketika jangka pendek secara signifikan berpengaruh positif
terhadap pasar modal JII. Sedangkan dalam jangka panjang
PDB secara kausalitas tidak berpengaruh terhadap
164
Ali Ibrahim Hasyim, Ekonomi Makro, h 10. Prathama
Rahardja dan Mandala Manurung, Pengantar Teori Ekonomi Makro, h 14
165 T. Gilarso, SJ., Pengantar Ilmu Ekonomi Makro, h 191
166 N. Gregory Mankiw, Mark P. Taylor, Economics, h 466
167 Sehrawat dan Giri, ‚A Sectoral Analysis of the Role of
Stock Market Development on Economic Growth.‛
107
pergerakan saham JII.168
Akan tetapi beda halnya dalam
Gilang dan Asep (2015) menemukan bahwa GDP
mempunyai hubungan negatif sehingga tidak terdapat
korelasi hubungan pasar modal syariah dengan GDP secara
signifikan. 169
3. Diskursus Iklim Investasi Pasar Modal Syariah Di
Indonesia Dan Faktor-Faktor Penentu
Iklim investasi didefinisikan sebagai kondisi atau
lingkungan yang mereflelksikan sejumlah faktor-faktor yang
berafiliasi pada kondisi tertentu sehingga membentuk
kesempatan dan insentif bagi pemiliki modal (investor) untuk
melakukan usahanya atau berinvestasi secara produktif,
berdayasaing dan berkembang.170
Nicholas Stern senior World
Bank mengatakan bahwa iklim investasi sebagai area sangat
penting untuk menentukan arah bagi pasar modal (termasuk di
dalamnya investasi syariah), karena iklim investasi didefinisi
pertama sebagai kebijakan, kelembagaan dan perilaku
lingkungan yang kedua ada dan diharapkan mempengaruhi
keuntungan dan risiko yang terkait dengan menjalankan
investasi di pasar modal171
Menciptakan Iklim investasi yang baik dan tepat sangat
penting untuk Ekonomi dan Perdagangan dengan menciptakan
168
Agus Tri Basuki And A Indriyani Yusuf, ‚Pengaruh
Variabel Ekonomi Makro Dan Indeks Harga Saham Dunia Terhadap
Jakarta Islamic Index,‛ Buletin Ekonomi 16, No. 1 (2018): 18. 169
Gilang Perdana Putra And Asep Darmansyah, ‚The
Relations Between Macroeconomic Fluctuation, World Gold Price,
And Islamic Stock Returns In Indonesia,‛ Journal Of Business And Management, N.D., 15.
170 Shinta R.I Seokro, Anung Herlianto, M. Taufik Amrozy
dkk, Bangkitnya Perekonomian Asia Timur: Satu Dekade Setelah Krisis h 172.
171 World Bank World Bank, Investment Climate Reforms h
9
108
ruang yang dinamis, kondusif dan keadilan dalam persaingan
pasar serta juga menjaga keseimbangan antara domestik dan
internasional. Oleh karena itu, sebagaimana yang dimaksud
iklim investasi yang dijelaskan sebagai kondisi yang ada pada
kelembagaan, kebijakan dan peraturan, di mana perusahaan
itu beroperasi dalam kegiatananya. Penentuan iklim investasi
yang kondusif ditentukan dengan sejumlah indikator dan alat-
ukuran yang tepat untuk membantu menjelaskan karakteristik
dan kualitas iklim investasi pada negara tersebut diantaranya
yaitu kestabilan politik dan ekonomi, supermasi hokum,
infrastruktur, dengan pendekatan regulasi dan pajak serta
berfungsinya pasar tenaga kerja dan keuangan, dan kestabilan
politik dalam negeri.172
Telah banyak survey yang dilakukan oleh lembaga-
lembaga dunia maupun pemerintah negara itu sendiri untuk
mengindentifikasi dan melakukan asesmen terhadap iklim
investasi, menurut Bank Dunia (WorldBank) telah
mengidentifikasi iklim investasi pada 4 faktor yaitu: a.
stabilitas makro ekonomi; b. tingkat korupsi; c. birokrasi dan;
d. kepastian kebijakan makro ekonomi suatu negara.
sedangkan menurut International Finance Corporation (IFC)
ada 10 faktor yang dapat mempengaruhi iklim investasi di
antaranya: a. Starting Business; b. Dealing With Licenses; c. Employing Worker; d. Registering Proverty; e. Getting Credit; f. Protecting Investor; g. Paying Tax; H. Trading Across Borders; i. Enforcing Contract dan j. Closing a Business.
173 Survey di atas diperkuat oleh pendapat Frederic
C. Deyo (1987) untuk meningkatkan iklim investasi, negara
172
Andrew Beath, Kathrin Frauscher et.al, The Investment
Climate in Brazil, India, and South Africa: A Comparison of
Approaches for Sustaining Economic Growth, World Bank
Publications (December 7, 2007) h 5 173
Shinta R.I Seokro, dkk, Bangkitnya Perekonomian Asia Timur: Satu Dekade Setelah Krisis h 173.
109
dapat melakukan intervensi srategi (strategic intervention)
dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan
memperbaiki iklim investasi. Intervensi srategi ini meliputi
beberapa hal: 1. negara menghilangkan hambatan sistematik
(birokrasi berlebihan, peraturan pajak yang rumit,
infrastruktur yang kurang memadai, aksi demostrasi kepada
pemerintah dll). 2. Negara bertanggungjawab untuk menjaga
koherensi dan konsistensi kebijakan-kebijakan ekonomi yang
dicanangkan oleh pemerintah diberbagai bidang ekonomi dan
industry supaya dapat terfokus pada peningkatan
produktivitas dan daya penetrasi pasar. 3. Negara bertanggung
jawab untuk menjaga agar industrialisasi yang dipilih dapat
secara efektif meningkatkan pertumbuhan ekonomi.174
Oleh
karena itu, negara mesti saling berperan aktif dengan pelaku
pasar modal dalam memonitori proses kegiatan pasar modal
untuk dapat menciptakan iklim investasi yang kondusif.
Beberapa kajian tentang penilaian iklim investasi
Indonesia baik dilakukan oleh akademisi maupun otoritas
pemerintah hal ini tidak menafikan adanya risiko yang ada
pada suatu negara, risiko yang sangat besar yang sangat
berpengaruh terhadap iklim investasi adalah bagian dari risiko
negara yaitu bisa disebut juga risiko politik. Risiko politik ini
juga berkaitan dengan perubahan ketentuan dalam aturan
bahkan undang-undang yang berakibat turunnya pendapatan
yang diperkirakan dari suatu investasi atau bahkan dapat
menyebabkan kerugian yang besar, maka dari itu perlu akan
sangat diperhatikan untuk menghindari risiko yang tinggi.175
Chen et.al dalam Hillier dan Loncan (2019) ketidakpastian
terkait dengan kekuatan sistematik, sebagain mengalami syok
terhadap kondisi ekonomi dan politik yang berlaku dapat
mempengaruhi harga saham atau asset melalui dua indikasi: a.
174
Sugeng Hadiwinata, Politik Bisnis Internasional h 80. 175
Zulfikar, Pengantar Pasar Modal Dengan Pendekatan Statistika h 254.
110
arus kas yang diharapkan dan; b. tingkat diskonto.176
Dalam
hal ini pandangan Pastor dan Veronesi (2013)
mengungkapkan bahwa ketidakpastian politik dapat
menyebabkan efek ambigu pada harga saham atau terkoreksi
harga saham. Jika pemerintah merespon dan mengintervensi
dengan tepat pada kondisi kesulitan itu, dapat diartikan
sebagai opsi perlindungan pada harga aset, yang mengarah ke
efek positif pada harga pasar. Berdasar hal tersebut karena
ketidakpastian politik merupakan sumber risiko non-
diversifikasi, yang menekan harga aset dengan menaikkan
tingkat diskonto.177
A. Korupsi dan Dampak terhadap Iklim Investasi
Di lain sisi, dalam Iklim investasi risiko terbesar yang
lain muncul dari aktivitas ekonomi pasar yang memunculkan
wajah lain dalam perilaku ekonomi Indonesia yaitu persoalan
tingkat korupsi178
. Jika kita lihat beberapa indikator iklim
176
Hillier dan Loncan, ‚Political Uncertainty and Stock
Returns.‛ 177
Lubos Pastor And Pietro Veronesi, ‚Political Uncertainty
And Risk Premia,‛ National Bureau Of Economic Research, N.D.
2013. 1-59 178
Korupsi secara definisi menurut Website Webster
Dictionary adalah ‚immoral conduct or practices harmful or offensive to society‛ atau ‚a sinking to a state of low moral standards and behavior (the corruption of the upper classes eventually led to fall of the romanempire)‛. Definisi lain korupsi
adalah penyalahgunaan kekuasaan untuk kepentingan pribadi yang
dapat merugikan pubik dengan cara bertentangan hokum.
Sedangkan definisi korupsi pada mekanisme pasar merupakan
penyelewangan yang terjadi karena penerapan kriteria mekanisme
pasar bebas pada kriteria otoritas. Dalam mekanisme pasar korupsi
sebenarnya bukan maksimalisasi keuntungan sendiri, melainkan
perbuatan yang mngubah kriteria. Ridwan Zachrie, Wijayanto, Korupsi Mengorupsi Di Indonesia : Sebab, Akibat, Dan Prospek Pemberantasan h 5-6. B. Herry Priyono, Korupsi: Melacak Arti, Menyimak Implikasi h 43-45.
111
investasi di antaranya dilihat dari aspek tingkat korupsi dibagi
menjadi 3 dasar klasifikasi menurut Heidenheimer (1970):
berpusat pada kantor public (public-office-centred), berpusat
pada kepentingan umum (public-interest-centred) dan model
yang berpusat pada pasar (market-centred-models).179
Namun
focus peneliti pada saat ini adalah pengaruh terhadap iklim
investasi yang cenderung berpusat pada pasar. Berpusat pada
pasar (market-centred) didefinisikan upaya untuk memotong
konotasi etis dalam perilaku korupsi dan sebagai gantinya
memperkenalkan pilihan sosial atau analisis public seperti
lembaga hukum ekstra yang digunakan individu atau
kelompok untuk mendapatkan pengaruh atas tindakan
birokrasi sehingga mempermudah akses birokrasi. Selain itu
tingkat korupsi dapat mengakibatkan dampak negaratif bagi
masyarakat dan pemerintahan.
Kegiatan perekonomian yang paling berbahaya dari
faktor inflasi adalah korupsi dan administrasi buruk yang
menyebabkan adanya penyalahgunaan kekuasaan publik untuk
kepentingan pribadi,180
Melihat persamaan MV = PT, korupsi
akan mengganggu tingkat harga (P↑) karena para produsen
akan menaikkan harga produksinya untuk menutupi biaya-
biaya yang telah mereka keluarkan. Harga terdistorsi oleh
komponen yang tidak ada sehingga akan mengakibatkan daya
biaya tinggi (high cost economy) pada produksi. Pada
akhirnya, akan terjadi inefisiensi pengalokasian sumber daya,
mengakibatkan kerugian pada masyarakat, sedangkan pada
persamaan AS-AD maka akan terlihat bahwa korupsi dan
administrasi pemerintahan yang buruk akan menyebabkan
kontraksi pada kurva penawaran agregatif (AS↓), maka
korupsi dan administrasi buruk hanya menjangkau kejahatan
179
M. Kabir Hassan, Mervyn K. Lewis, Handbook on Islam
and Economic Life h 284 180
Paul Heywood, ‚Political Corruption: Problems and
Perspectives,‛ Political Studies 45, no. 3 (Agustus 1997): h 425,
https://doi.org/10.1111/1467-9248.00089.
112
materi bukan kejahatan sistem, sedangkan inflasi kejahatan
sistem yang dapat mengganggu hampir seluruh perekonomian
negara tersebut.181
Tidak jauh beda halnya penentuan iklim investasi dan
faktor-faktor yang mempengaruhi pasar modal syariah maupun
konvensional untuk mempredksikan iklim investasi pada
negara Indonesia, dalam sejarah keislam dan ekonomi ulama-
ulama terdahulu telah membuat aturan-aturan dalam kebijakan
tata ruang dalam ekonomi untuk mencapai kesejahterana kaum
muslim. Di dalam al-Quran pelarangan korupsi yang merujuk
pada perbagai penyimpangan perilaku yang mengacam
keseimbangan social, ekonomi dan ekologika yang tercantum
pada Surah Hud: ayat 85, al-Qashash ayat 4 dan 77, surah al-
Ankabut 28-30, surah ar-Rum: 41. Ibnu Khaldun misalkan
menyampaikan yang dapat merusak negara adalah pajak yang
berlebihan (Excessive taxation) untuk membiayai pengeluaran
negara yang tidak produktif. Dia berpendapat bahwa dalam
fakta sejarah membuktikan pada pemerintahan dapat menderita
beban kerugian melalui ketidakadilan dan tindakan
bermusuhan dalam bentuk pajak yang berlebihan.182
Menurut
Khan (1985), Kia dan Darrat (2003) dan Abduh, Omar and
Duasa (2011) dalam Bakri Abdul Karim et.al menemukan
dalam penelitian bahwa sistem keuangan Islam lebih stabil
untuk menghadapi krisis keuangan daripada sistem keuangan
konvensional dengan faktor-faktor makroekonomi karena
berbagi keuntungan dan kerugian dalam instrumen keuangan
Islam tersebut.183
Hal yang sama juga disampaikan oleh Umer
Chapra butuh rekonstruksi iklim investasi yang dinyatakan
181
Idris Parakkasi, ‚Inflasi Dalam Perspektif Islam,‛ Laa Maisyir 3, no. 1 (n.d.): h 18.
182 Raja M. Almarzoqi, Walid Mansour, Noureddine
Krichene, Islamic Macroeconomics: A Model for Efficient Government, Stability and Full employment (Routledge, 2018).
183 Karim et al., ‚The Impact of Subprime Mortgage Crisis on
Islamic Banking and Islamic Stock Market,‛ h 73.
113
dalam bukunya Islam and Economic development menyatakan
bahwa tingkat korupsi, ketidakefisienan dan pemborosan
sangat berbahaya jika tidak dilakukan pemberantasan karena
dapat menurunkan kemampuan pemerintah muslim untuk
dapat memanfaatkan sumber daya alam dengan efisien. Maka
usaha untuk menurunkan tingkat korupsi mungkin dengan
berubahan yang besar disertai oleh reformasi moral,
transformasi gaya kehidupan (life-style) dan merubah struktur
di dalam ekonomi.184
Sebagai contoh pada masa khalifah
Umar pernah menyita seekor unta gemuk milik putranya,
Abdullah bin Umar, karena kedapatan digembalakan Bersama
di padang rumput milik Baitul Mall Negara. Hal ini dinilai
Umar sebagai bentuk penyalahgunaan fasilitas negara.
Menyadari hal tersebut perlu kiranya kita mengkaji
kembali keuangan dan ekonomi Islam termasuk dalam
menentukan pola dalam iklim investasi di pasar modal syariah
dalam lingkup keilmuan ekonomi Islam. Karena dalam
Teorinya korupsi dan perilaku sosial lainnya (Moral Hazard)
telah memainkan peran dalam ekonomi dan memengaruhinya.
Teori di atas juga menghidupkan kembali konsep Keynesian
lainnya, ‚ilusi uang‛ yang merujuk pada fakta bahwa orang
sering tertipu oleh nilai nominal variabel ekonomi, seperti
upah, harga, pendapatan, dan kekayaan. Mereka ‚bingung
oleh inflasi atau deflasi‛ dan tidak ‚berpikir melalui
dampaknya. Oleh karena itu, butuh literasi yang cukup banyak
untuk membantu pengembangan penelitian terkait ekonomi
Islam dan pemerintah mesti memberikan ruang gerak ekonomi
Islam dalam mengambil sebuah kebijakan untukturut andil
dalam mengembangkan iklim investasi. 185
184
Umer Chapra, Islam and Economic Development (New
Delhi: Adam Publisher, 2007) h 91-92 185
Hossein Askari, Zamir Iqbal, Abbas Mirakhor,
Introduction to Islamic Economics: Theory and Application h 18.
114
Korupsi tidak hanya berdampak pada pertumbuhan
tetapi juga dipengaruhi oleh kualitas kelembagaan yang
dialami suatu bangsa. Korupsi bertindak sebagai pasir di roda
di negara-negara yang memiliki tingkat stabilitas politik yang
lebih tinggi, dan meminyaki roda di negara-negara yang
kurang stabil secara politik Sebab itu, perlu kehati-hatian
yang harus diambil dari beberapa ketetapan pada kebijakan,
karena banyaknya negara-negara berkembang menjadi sebuah
polemik. beberapa implikasi yang sangat penting untuk
memahami dampak pertumbuhan ekonomi korupsi. Oleh
karena itu, untuk mengurangi korupsi pada pertumbuhan,
promosi stabilitas politik sangat diperlukan, stabilitas politik
mengurangi kerusuhan sosial dan kekacauan politik, dan
mendorong investasi dan dengan demikian mendorong
pertumbuhan ekonomi. Ini tentu saja menyiratkan bahwa
hubungan korupsi-pertumbuhan di masa depan dan efek
sosialnya, harus memperhatikan bidang pemerintah.
115
BAB III
ANALISA VARIABEL MAKROEKONOMI DAN IKLIM
INVESTASI TERHADAP INDEKS SAHAM SYARIAH
DI INDONESIA
Sebagaimana yang telah dipaparkan dalam bab-bab
sebelumnya, pada bab 3 ini peneliti mencoba menganalisa
pengaruh pada variabel-variabel yang telah ditentukan dari
makroekonomi dan iklim investasi terhadap pasar modal
syariah (Indeks saham-saham Syariah) dalam kondisi yang ada
pada kelembagaan, kebijakan dan peraturan, di mana
perusahaan itu beroperasi dalam kegiatannya. Penentuan iklim
investasi yang kondusif ditentukan dengan sejumlah indikator
dan alat-ukuran yang tepat untuk membantu menjelaskan
karakteristik dan kualitas iklim investasi pada negara tersebut
diantaranya yaitu kestabilan ekonomi dilihat dari inflasi, Kurs,
GDP, BI rate dan Emas, dan pasar modal syariah dilihat dari
kapitalisasi naik turunnya saham-saham di Bursa Efek
Indonesia (BEI), serta untuk melihat pengaruh di atas maka
iklim investasi di ukur dari indeks korupsi Indonesia dengan
data yang telah dikumpulkan dari tahun 2002-2017. Masih ada
beberapa varian variabel yang dapat menyebabkan iklim
investasi berubah menurut penelitian ini di antaranya
supermasi hukum, infrastruktur, dengan pendekatan regulasi
dan pajak serta berfungsinya pasar tenaga kerja dan keuangan,
dan kestabilan politik dalam negeri. Setelah peneliti
menentukan variabel kemudian menganalisa dengan alat
regresi untuk melihat pengaruh setiap variabel independent
terhadap variabel dependen yang akan di teliti.
116
A. Potret Perkembangan Investasi di Pasar Modal
Syariah di Indonesia
Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrument
keuangan jangka Panjang yang diperjualbelikan, dalam UU
Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 memberikan gambaran yang
spesifik pasar modal memberikan berbagai alternative untuk
para investor dan sebuah cara bagi perusahaan dalam mencari
dana dengan menjual hak kepemilikan perusahaan kepada
masyarakat. Karena fungsi pasar modal sebagai financial
intermediaries yaitu mempertemukan pihak-pihak yang
membutuhkan dana dengan para pihak yang mengoptimalkan
dana tersebut. Secara esensial, pasar modal memiliki peran
yang besar dalam pertumbuhan perekonomian, karena pasar
modal memiliki 2 fungsi yang bekarja yaitu fungsi ekonomi
dan keuangan.
Dilihat potensi di Indonesia dengan jumlah penduduk
muslim yang besar adalah peluang yang baik bagi pangsa
pasar modal syariah, hal ini dibuktikan dengan terus
meningkatnya investor di pasar modal syariah, karena pasar
modal syariah dikembangkan untuk mengakomodir kebutuhan
umat muslim di Indonesia yang ingin berinvestasi sesuai
dengan prinsip syariah. Potret perkembangan investasi di pasar
modal dimulai dengan didirikan pasar modal yang berbasis
syariah yaitu Jakarta Islamic Index (JII) yang berada di bursa
efek Indonesia terdiri dari 30 emiten dinilai telah memenuhi
prinsip syariah yang ditetapkan oleh DSN-MUI dan saham-
saham yang paling likuid dan memiliki kapasitas pasar
terbesar. Jakarta Islamic Index (JII) digunakan sebagai tolak
ukur untuk mengukur kinerja saham-saham berbasis syariah.
Dengan demikian Indeks JII dapat meningkatkan kepercayaan
117
investor untuk berinvestasi pada saham yang berbasis syariah.1
Selanjutnya pada tahu 2011 BEI meluncurkan indeks saham
syariah Indonesia (ISSI) adalah indeks yang terdiri dari seluruh
saham yang terindeks di daftar efek syariah (DES). Konstituen
ISSI diseleksi 2 kali dalam setahun (Mei dan November).
Kemudian di tahun 2018 BEI meluncurkan indeks saham
Syariah JII70 (Indonesia Islamic Indonesia 70) Konstituen
JII70 hanya terdiri dari 70 merupakan saham-saham yang
tercatat yang paling likuid di BEI. Sama halnya dengan ISSI,
review saham syariah yang menjadi konstituen JII dilakukan
sebanyak dua kali dalam setahun (Mei dan November)
mengikuti jadwal review DES oleh OJK.2
Perkembangan pasar modal syariah di Indonesia sudah
tumbuh dari tahun ke tahun sesuai dengan kondisi yang
dialami oleh ekonomi Indonesia, pada saat ini pasar modal
syariah pada tahun 2018 tumbuh dengan nilai kapitalisasi
3.666,69 T turun sebesar -1,2% dari tahun sebelumnya 2017
dengan nilai kapitalisasi 3.704,54 T. Penurunan kapitalisasi
tersebut tidak berpengaruh kepada jumlah saham syariah di
indonesia. Jumlah saham syariah terus tumbuh di tahun 2018
naik sebesar 413 tumbuh 8,12% dari tahun 2017. Oleh karena
itu, dilihat dari peluang dan tantangan pasar modal syariah
dalam berinvestasi dipengaruhi oleh pertumbuhan fundamental
ekonomi, Menurut fadhilah secara agregat, market share
industri keuangan syariah di Indonesia baru mencapai 8,47%
dari total keseluruhan aset di industri jasa keuangan.
Sejak di bentuknya pasar modal syariah pada tanggal 13
Indonesia 2003 dibursa efek Indonesia. Pada saat didirikan itu
ada dua hal yang dicanangkan oleh Bapepam untuk
1 Iswi Hariyani, Serfianto, Buku Pintar Hukum Bisnis Pasar
Modal (Jakarta: Visimedia, 2010), h 353 2 www.idx.co.id diakses Pada Tanggal 24 Des. 18 Jam 14.32.
118
pengembangan pasar modal syariah. Pertama:
mengembangkan kerangka hukum untuk memfasilitasi
pengembangan pasar modal syariah. Kedua, mendorong
pengembangan produk pada pasar modal berbasis syariah.3
Ada beberapa tantangan yang akan dihadapi pasar modal
syariah Di Indonesia diantaranya penguatan atas produk,
lembaga, dan profesi terkait pasar modal syariah, memperkuat
kerangka hukum, mengupayakan insentif untuk produk
syariah, memperkuat peran pelaku pasar modal, dan sumber
daya manusia dan teknologi informasi.4 Pasar modal syariah
yang saat ini terus berkembang, lalu apa pengaruhnya terhadap
kondisi iklim investasi di Indonesia? maka di sini peneliti akan
mencoba memaparkan peta iklim investasi melalui variabel-
variabel makroekonomi di Indonesia agar mendapatkan
informasi bagaimana pertumbuhan iklim investasi di pasar
modal syariah mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia?
B. Analisis Pengaruh Makroekonomi dan Iklim Investasi
Terhadap Indeks Saham Syariah di Indonesia.
a. Analisis Deskripsi Pengaruh Makroekonomi dan
Iklim Investasi Terhadap Indeks Saham Syariah di
Indonesia
Seperti yang jelaskan sebelumnya, untuk
mengidentifikasi dan mengobservasi iklim investasi pada
variabel makroekonomi dan pasar modal syariah di Indonesia
perlu di teliti dengan beberapa variabel-variabel yang
berkaitan dengan pembahasan ini yang akan dijelaskan
sebagai berikut:
3 Mardani, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah Di
Indonesia, H 139 4 OJK, Roadmap Pasar Modal Syariah 2015-2019. H 9
119
TABEL 3.1
Hasil Analisis Deskripsi Variabel Makroekonomi dan
Iklim Investasi Terhadap Indeks Saham Syariah
Indeks
Saham
Syariah (JII)
KURS SUKU
BUNGA BI GDP INFL
Iklim
Investasi
Mean 1.11E+08 10376.50 7.820 5.401 6.711.250 2.793.750
Median 1.12E+08 9.624.500 7.600 5.285 6.495.000 2.800.000
Maximum 2.29E+08 13391.00 1.293 6.340 1.711.000 3.700.000
Minimum 1777889. 8.465.000 4.250 4.500 2.780.000 1.900.000
Standar Dev. 74.149.772 1.729.241 2.449.286 0.614277 3.748.356 0.635052
Skewness -0.021833 0.838829 0.794125 0.159823 1.346.461 0.014095
Kurtosis 1.658.334 2.254.575 1.596.066 3.116.860 1.681.191 2.254.575
Jarque-Bera 1.201.316 1.382.136 1.690.797 1.382.136 6.678.859 1.160.034
Prob 0.548451 0.501041 0.429386 0.501041 0.035457 0.559889
Observations 16 16 16 16 16 16
Sumber data: diolah
Berdasarkan hasil analisis tabel deskripsi
Makroekonomi dan iklim investasi terhadap Indeks saham
syariah pada pengamatan dari tahun 2002-2017, diketahui
bahwa terdapat enam variabel dalam penelitian ini di
antaranya: a. Iklim investasi direpresentatifkan oleh Indek
Korupsi Indonesia; b. Variabel makroekonomi
direpresentafikan oleh Kurs, BI rate, Inflasi dan GDP
sedangkan untuk Indeks Saham Syariah di representifkan
oleh Kapitalisasi Jakarta Islamic Index, dengan observasi
sebanyak 16. Secara deskripsi dijelaskan masing-masing
kondisi pada variabel sebagai berikut:
1. Iklim investasi yang direpsentatifkan Indeks Korupsi
dalam tabel di atas untuk hasil uji statistic deskriptif
memiliki nilai rata-rata (mean) skor indeks 28, untuk
skor indeks minimum (Minimum) yaitu 19.00,
sedangkan untuk skor indeks tertinggi (Maximum)
yaitu sebesar 37.
120
2. Makroekonomi yang direpsentatifkan oleh Nilai Tukar
(RP/USD) berdasarkan tabel di atas untuk hasil uji
statistic deskriptif memiliki nilai rata-rata (mean)
Jumlah sebesar 10.376.50, untuk Jumlah minimum
(Minimum) sebesar yaitu 8.465,00 sedangkan untuk
jumlah tertinggi (Maximum) yaitu sebesar 13.391,00
3. Makroekonomi yang direpsentatifkan oleh BI Rate
berdasarkan tabel di atas untuk hasil uji statistik
deskriptif memiliki nilai rata-rata (mean) Jumlah
sebesar 7.82 persen untuk Jumlah minimum
(Minimum) sebesar yaitu 4.25 persen, sedangkan
untuk skor indeks tertinggi (Maximum) yaitu sebesar
12.93 persen.
4. Makroekonomi yang direpsentatifkan oleh Gross
Domestic Product (GDP) Indonesia berdasarkan tabel
di atas untuk hasil uji statistic deskriptif memiliki nilai
rata-rata (mean) Jumlah sebesar 5.44 persen untuk
Jumlah minimum (Minimum) sebesar yaitu 4.50
persen, sedangkan untuk skor indeks tertinggi
(Maximum) yaitu sebesar 6.30 persen.
5. Makroekonomi yang direpsentatifkan oleh Inflasi
berdasarkan tabel di atas untuk hasil uji statistic
deskriptif memiliki nilai rata-rata (mean) Jumlah skor
indeks sebesar 6.72 persen untuk Jumlah minimum
(Minimum) skor indeks sebesar yaitu 3.00 sedangkan
untuk skor indeks tertinggi (Maximum) yaitu sebesar
17.11 persen.
6. Indeks Saham Syariah direpsentatifkan oleh Jakarta
Islamic Index, berdasarkan tabel di atas untuk hasil uji
statistic deskriptif memiliki nilai rata-rata (mean)
Jumlah Kapitalisasi sebesar 1.088.844 (Miliar), untuk
Jumlah harga minimum (Minimum) sebesar yaitu
121
92070.49 (Miliar), sedangkan untuk Harga tertinggi
(Maximum) yaitu sebesar 2288016 (Miliar).
b. Uji Estimasi Regresi Linear Berganda (Multiple
Linier Regresion) Dengan Eviews
Uji Regresi Linear Berganda (Multiple Linier Regresion)
digunakan untuk melihat apakah ada di antara variabel
independen dan variabel dependen saling berhubungan timbal
balik dengan menggunakan Uji normalitas dan Uji asumsi
Klasik sehingga kita dapat mengestimasi setiap variabel dalam
penelitian ini dengan alat Eviews dengan hasil Regresi Linear
Berganda (Multiple Linier Regresion) sebagai berikut:
1. Uji Normalitas
Salah satu tujuan uji normalitas adalah menguji apakah
dalam sebuah model regresi, variabel dependen dan variabel
independen atau keduanya mempunyai distribusi normal
ataukah tidak. Dalam model regresi yang baik adalah distribusi
data normal atau mendekati normal.5 Penelitian ini
menggunakan analisis regresi berganda, sehingga uji
normalitas residual metode Ordinary Least Square (OLS)
secara formal dapat dideteksi dari metode yang dikembangkan
oleh Carlos Jarque dan Anil K. Bera yang dikenal dengan
Jarque-Bera (J-B). Mendeteksi dengan melihat Jarque-Bera
yang merupakan asimtosis (sampel besar dan didasarkan atas
residual OLS). Dalam uji statistik dari J-B menggunakan
perhitungan Skewness dan Kurtosis untuk menentukan data
terdistribusi normal atau tidak dapat dilihat dari nilai
Probability Jarque-Bera dengan rumusan hipotesisnya yaitu
sebagai berikut:
5 Eng. Yeri Sutopo dan Achmad Slamet, Statistik Inferensial
(Yogyakarta: ANDI, 2017) h. 95
122
H0 = data terdistribusi normal
H1 = data tidak terdistribusi normal
Adapun pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
Jika nilai Probability Jarque-Bera > 0.05 (5%), maka H0
diterima dan menolak H1
Jika nilai Probability Jarque-Bera < 0.05 (5%), maka H0
ditolak dan menerima H1. Hasil pengujian uji normalitas dapat
ditunjukkan pada gambar berikut:
TABEL 3.2
UJI NORMALITAS
0
1
2
3
4
5
6
-4.0e+07 -2.0e+07 100.000 2.0e+07 4.0e+07
Series: Residuals
Sample 2002 2017
Observations 16
Mean -7.66e-08
Median -3230097.
Maximum 48047864
Minimum -44501204
Std. Dev. 20003196
Skewness 0.283292
Kurtosis 4.323282
Jarque-Bera 1.381396
Probability 0.501226
Sumber data: di Olah dengan Eviews 10
Berdasarkan tabel di atas pada tahap pengujian moralitas
masing-masing variabel dalam penelitian dengan
menggunakan instrumen eviews sehingga dapat diketahui
bahwa nilai uji normalitas pada Jarque Bera sebesar 1.381396
dengan Prob. Jarque-Bera sebesar 0.50122 > 0.05. Maka hal
ini menunjukkan bahwa residual terdistribusi normal yang
artinya asumsi klasik tentang uji normalitas telah terpenuhi.
123
2. Uji Linearitas
Uji Linieritas adalah keadaan di mana hubungan antara
variabel dependen dengan variabel independent bersifat linier
(garis lurus) dalam range variabel independent tertentu yaitu
yaitu membuat scatter diagram dari variabel bebas dan
terikatnya. Apabila scatter diagram menunjukkan bentuk garis
lurus maka dapat dikatakan bahwa asumsi linieritas terpenuhi.6
Sebagai berikut:
TABEL 3.3
UJI LINEARITAS
Ramsey RESET Test
Equation: UNTITLED
Specification: JII_CAP C CORRUPTION INFLASI GDP BI_RATE
KURS_US_IDR
Omitted Variables: Squares of fitted values Value df Probability
t-statistic 1.199966 9 0.2608
F-statistic 1.439918 (1, 9) 0.2608
Likelihood ratio 2.374594 1 0.1233
Sumber: Diolah
Berdasarkan tabel di atas pada tahap pengujian moralitas
masing-masing variabel dalam penelitian dengan
menggunakan instrumen eviews sehingga dapat diketahui
bahwa maka model regresi memenuhi asumsi linieritas dan
sebaliknya, apabila nilai Prob. F hitung lebih kecil dari 0,05
maka dapat model tidak memenuhi asumsi linieritas. Nilai
Prob. F hitung dapat dilihat pada baris F-statistic kolom
Probability. Pada kasus ini nilainya 0.2608 lebih besar dari
6 Singgih Santoso, Statistik Multivariat (Jakarta: Gramedia, 2010) h
50
124
0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi telah
memenuhi asumsi linieritas.
3. Uji Asumsi Klasik
Dalam penggunaan analisis regresi agar menunjukkan
hubungan yang valid atau tidak ada bias maka perlu pengujian
asumsi klasik pada mode regresi yang akan digunakan, ada
tiga uji asumsi klasik yang akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Uji Autokorelasi
Dalam model regresi uji autokorelasi bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya korelasi antar variabel
pengganggu pada periode tertentu dengan variabel
pengganggu periode sebelumnya. Autokorelasi muncul
akibat observasi yang berurutan sepanjang waktu
berkaitan dengan yang lain.7 Dalam model regresi yang
baik adalah tidak terjadi autokorelasi. Hasil pengujian
Autokorelasi dapat ditunjukkan pada gambar berikut:
TABEL 3.4
UJI AUTOKORELASI
Sumber data: di olah Eviews
Dari tabel di atas dapat diketahui hasil dari uji
Autokorelasi pada variabel dalam regresi mempunyai
nilai prob. F-statistik sebesar 0.949965 dan nilai Prob.
Chi-square Obs*R -suared adalah 3.0707616 sehingga
7 Eng. Yeri Sutopo dan Achmad Slamet, Statistik Inferensial
h 102
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 0.949965 Prob. F(2,8) 0.4264
Obs*R-squared 3.070616 Prob. Chi-Square(2) 0.2154
125
semua nilai pada hasil uji tersebut lebih dari taraf nilai
0.05 (0.949965 > 0.05 dan 3.0707616 > 0.05),
sehingga dapat asumsi H0 terima. Dengan demikian
tidak terdapat dalam variabel masalah autokolerasi
model ini, karena jika terdapat autokorelasi maka
mengakibatkan pendugaan atau estimasi menjadi tidak
efisien dalam uji regresi pada masing-masing variabel
tersebut.
b. Uji Heteroskedasitas
Pada pengujian heteroskedasitas yaitu untuk melihat
apakah terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu
pada pengamatan ke pengamatan yang lain. Model
regresi yang memenuhi persyaratan adalah di mana
terdapat kesamaan varians dari residual satu pengamatan
ke pengamatan yang lain tetap atau disebut
homoskedasitasitas. Untuk menentukan ada tidaknya
heteroskedasitas pada persamaan regresi, dapat dilihat
dari nilai prob. F dan nilai Prob. Chi-square. Hasil
pengujian Heteroskedasitas dapat ditunjukkan pada
gambar berikut:
TABEL 3.5
UJI HETEROSKEDASITAS
Sumber data: di olah dengan eviews
Berdasarkan tabel di atas dalam menilai mdel regresi
pada uji Heteroskedasitas dapat diketahui bahwa hasil
Heteroskedasticity Test: Glejser
F-statistic 1.237879 Prob. F(5,10) 0.3607
Obs*R-squared 6.116986 Prob. Chi-Square(5) 0.2950
Scaled explained SS 5.194869 Prob. Chi-Square(5) 0.3926
126
dari uji Heteroskedasitas dengan test Glejser
mempunyai nilai prob. F-statistik adalah 0.3607 dan
nilai Prob. Chi-square Obs*R -suared adalah 6.116986
di lihat dari semua uji Heteroskedasitas lebih dari taraf
nilai 0.05 (0.3607 > 0.05 dan 6.116986 > 0.05). dengan
demikian tidak terdapat masalah Heteroskedasitas dalam
model ini.
c. Uji Multikolinearitas
Dalam pengujian asumsi klasik yang lain terdapat uji
multikolinearitas yang bertujuan untuk menilai adakah
korelasi atau interkorelasi antar variabel independen
dalam model regresi. Multikolinearitas terjadi pada
model regresi dengan lebih dari satu variabel
independen (regresi berganda) di mana terjadi korelasi
yang kuat antar variabel independen. Adanya korelasi
tersebut kemudian menyebabkan nilai taksiran dari Beta
semakin tidak stabil. Model yang baik tentunya tidak
mengalami multikolinearitas. Hasil pengujian
multikolinearitas dapat ditunjukkan pada gambar
berikut:
TABEL 3.6
UJI MULTIKOLINEARITAS
Sumber data: diolah
Coefficient Uncentered Centered
Variable Variance VIF VIF
C 1.87E+16 498.8174 NA
CORRUPTION 5.23E+14 114.1512 5.274142
INFLASI 1.33E+13 20.58459 4.657746
GDP 2.33E+14 183.4360 2.197161
BI_RATE 4.10E+13 72.93791 6.142993
KURS_US_IDR 61128322 180.0267 4.568303
127
Dari output di atas dapat dijelaskan bahwa uji
multikolinearitas setelah menggunakan data hasil
transformasi the first difference dan log pada variabel di
atas menunjukkan bahwa nilai VIF kurang dari taraf 10
dari seluruh variabel bebas, sehingga model regresi yang
diajukan dalam penelitian ini tidak mengandung gejala
multikolinieritas.
Setelah melakukan uji asumsi klasik yang digunakan untuk
mengetahui ada tidaknya normalitas residu, multikolinearitas,
autokorelasi, dan heteroskedasitas pada modal regresi. Pada
model regresi linier dapat disebut sebagai model yang baik jika
model tersebut memenuhi uji asumsi klasik karena agar dapat
memperoleh model regresi dengan estimasi yang tidak bias
dan pengujian dapat dipercaya. Berdasarkan uji asumsi di atas
model regresi linier berganda telah melewati uji asumsi klasik.
Selanjutnya, setelah uji asumsi klasik di atas, peneliti
melanjutkan pada Uji Regresi Berganda (Multiple Linier
Regresion) untuk menganalisa dari estimasi setiap pengaruh
pada variabel independen dan variabel dependen untuk melihat
apakah terdapat pengaruh iklim investasi melalui variabel
makro ekonomi dan indeks korupsi terhadap variabel indeks
saham syariah (JII). Maka didapatkan hasil uji regresi
sebagaimana yang penjelasannya sebagai berikut:
TABEL 3.6
UJI ESTIMASI REGRESI BERGANDA
Variabel Koefisie
n
Std.
Error
t-
Statisti
k
Prob
C -1595714. 1367905
.
-
1.16653
9
0.270
5
BI_Rate? -37256.15 64010.3 - 0.573
128
2 0.58203
4
4
GDP? 43444.72 152639.
2
0.28462
4
0.781
7
INFLASI? 8281.794 36420.5
5
0.22739
3
0.824
7
KURS? -44.75950 78.1846
0
-
0.57248
5
0.579
6
IKLIM_INVESTA
SI
1135111. 228752.
4
4.96218
2
0.000
6
Sumber data: diolah
Sebagaimana yang diketahui pada tabel di atas digunakan
untuk menggambarkan persamaan regresi linear berganda
antar variabel dependen dan independen dengan hasil sebagai
berikut:
Indeks Saham Syariah = -1595714. + -37256.15 + 43444.72
+ 8281.794 + -44.75950 + 1135111
R2 = 0.890838
F-Statistic = 25.48216
Prob (F-statistic) = 0.0000022
Penelitian ini menggunakan lima variabel independen dan satu
variabel dependen yaitu Iklim investasi (indeks Korupsi),
Kurs, BI rate ITB, Inflasi dan GDP sedangkan untuk Pasar
Modal Syariah (Jakarta Islamic Index) merupakan variabel
R-squared 0.927226 Mean dependent var 1109976.
Adjusted R-
squared
0.890838 S.D. dependent var 741497.7
S.E. of regression 244988.1 Akaike info criterion 27.93580
Sum squared
resid
6.00E+11 Schwarz criterion 28.22552
Log likelihood -217.4864 Hannan-Quinn criter. 27.95064
F-statistic 25.48216 Durbin-Watson stat 2.416466
Prob. 0.000022
129
independen sehingga dimana variabel ini akan mempengaruhi
Iklim Ivestasi di Indonesia.
Hasil estimasi regresi berganda (multiple linier
regresion) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan terhadap iklim investasi yaitu variabel suku bunga,
Inflasi, indeks tedensi bisnis dan pasar modal Syariah karena
memiliki nilai P-value di bawah 5% (0.05). dengan nilai
variabel koefisien yang masing-masing akan dijelaskan
sebagai berikut:
1. Pengaruh suku bunga terhadap indeks saham syariah
dengan koefisien regresi Suku Bunga sebesar -
37256.15 (pengaruh ke arah koefisien negatif) Hal ini
menunjukkan bahwa peningkatan suku bunga akan
meningkatkan pengaruh negative pada indeks saham
syariah sebesar -37.256,15 miliar.
2. Pengaruh Gross Domestic Product (GDP) terhadap
indeks saham syariah dengan koefisien regresi GDP
sebesar 43444.72 (pengaruh ke arah positif) hal ini
menunjukan bahwa peningkatan GDP akan
meningkatkan pengaruh positif pada GDP terhadap
h m i h e e miliar.
3. Pengaruh inflasi terhadap indek iklim investasi dengan
koefisien regresi inflasi sebesar 8281.794 (pengaruh
ke arah positif) hal ini menunjukan bahwa peningkatan
inflasi akan meningkatkan pengaruh positif pada
kapitalisasi indeks saham syariah sebesar 8.281.794
miliar.
4. Pengaruh Kurs (rupiah/USD) terhadap indek iklim
investasi dengan koefisien regresi Kurs sebesar -
44.75950 (pengaruh ke arah negatif) hal ini
menunjukan bahwa peningkatan Kurs akan
meningkatkan pengaruh positif pada kapitalisasi
indeks saham syariah sebesar 4.475.950 miliar.
130
5. Pengaruh iklim investasi (indeks korupsi) terhadap
kapitalisasi saham syariah dengan koefisien regresi
sebesar 1135111 (pengaruh ke arah positif) hal ini
menunjukan bahwa peningkatan indeks korupsi akan
meningkatkan pengaruh positif pada indeks saham
syariah sebesar 11.351,11 kapitalisasi miliar.
Berdasarkan pada tabel di atas, maka akan dilakukan uji
hipotesis pada model regresi di atas. Pengujian hipotesis
pertama sampai dengan kelima dengan menggunakan uji t,
sedangkan pengujian hipotesis kelima dilakukan dengan
menggunakan uji F. Adapun uji F dilakukan untuk
membuktikan pengaruh secara serentak variabel bebas
terhadap variabel terikat, sedangkan uji t digunakan untuk
membuktikan pengaruh secara parsial variabel bebas terhadap
variabel terikat.
1. Uji t (Parsial)
Berdasarkan output di atas dari hasil regresi berganda,
dapat dilihat nilai probabilitas masing-masing variabel.
Pengujian parsial atau uji t ini digunakan untuk menguji
pengaruh setiap variabel independen terhadap variabel
dependennya. Dengan diketahui Variabel makroekonomi
direpresentafikan oleh Kurs, BI rate, Inflasi dan GDP
sedangkan untuk iklim investasi di representifkan oleh indeks
Korupsi Indonesia hasil uji regresi dapat dinilai dengan
probabilitas kecil dari tingkat signifikan 0.05 atau besar dari
tingkat taraf 0.05. berikut penjelasan hasil perhitungan uji t
masing-masing variabel:
A. Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah variabel BI
rate memiliki pengaruh terhadap indeks saham syariah
negative dengan diketahui hasil pengujian didapati nilai t-
statistik sebesar -0.582034 dengan nilai probabilitas
variabel BI rate sebesar 0.5734, Berdasrarkan nilai uji
kuantititatif dengan tariff akhir 0.05 (5%) maka nilai
probabilitas ini besar dari nilai taraf 0.05 sehingga H0
131
diterima, maka variabel BI rate menunjukkan tidak
adanya pengaruh terhadap saham-saham syariah.
B. Hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah variabel
Gross Domestic Product (GDP) memiliki pengaruh
terhadap indeks saham syariah positif dengan diketahui
hasil pengujian didapati nilai t-statistik sebesar 0.284624
sedangkan nilai probabilitas variabel Gross Domestic
Product (GDP) sebesar 0.7817. Berdasrarkan nilai taraf
akhir 0.05 maka nilai probabilitas ini besar dari nilai taraf
0.05 sehingga H0 diterima, maka variabel Gross
Domestic Product (GDP) menunjukkan tidak adanya
pengaruh terhadap Indeks saham syariah.
C. dalam penelitian ini adalah variabel Inflasi memiliki
pengaruh terhadap Indeks saham syariah positif dengan
diketahui hasil pengujian didapati nilai t-statistik sebesar
0.227393 sedangkan nilai probabilitas variabel Inflasi
sebesar 0.8247. Berdasrarkan nilai taraf akhir 0.05 maka
nilai probabilitas ini kecil dari nilai taraf 0.05 sehingga
H0 ditolak, maka variabel inflasi menunjukkan adanya
pengaruh terhadap Indeks saham syariah.
D. Hipotesis keempat dalam penelitian ini adalah variabel
Kurs (pertukaran nilai mata uang) memiliki pengaruh
terhadap iklim investasi negatif dengan diketahui hasil
pengujian didapati nilai t-statistik sebesar -0.572485
sedangkan nilai probabilitas variabel kurs sebesar 0.5796
Berdasarkan nilai taraf akhir 0.05 maka nilai probabilitas
ini besar dari nilai taraf 0.05 sehingga H0 diterima maka
variabel Kurs menunjukkan tidak adanya pengaruh
terhadap Indeks saham syariah.
E. Hipotesis kelima dalam penelitian ini adalah variabel
iklim investasi (indeks korupsi) memiliki pengaruh
terhadap indeks saham syariah negatif dengan diketahui
hasil pengujian didapati nilai t-statistik sebesar 4.962182
sedangkan nilai probabilitas variabel indeks tedensi bisnis
sebesar 0.0006 Berdasarkan nilai taraf akhir 0.05 maka
132
nilai probabilitas ini besar dari nilai taraf 0.05 sehingga
H0 diterima maka variabel Pasar modal Syariah
menunjukkan adanya pengaruh terhadap Iklim Investasi.
2. Uji F dan R Square
Pada dasarnya uji f menunjukan apakah semua variabel
bebas yang dimasukkan ke dalam model mempunyai pengaruh
secara bersama-sama (Simultan) terhadap variabel terikat,
maka Uji F digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh
variabel-variabel bebas secara serempak (simultan) dengan
membandingkan nilai t hitung dengan t tabel pada penelitian
ini adalah dengan c melih t nil i t t el d i tingk t “df”
sebagai derajat kebebasan. Jumlah derajat kebebasan adalah
jumlah pengamatan pada sampel penelitian dikurangi jumlah
pada sampel, ditulis n-k. Pada penelitian ini memiliki jumlah
sampel adalah 16, maka didapatkan 16-9 = 7 derajat kebebasan
dengan tingkat 0.050 yang telah ditentukan di awal sehingga
dapat diketahui t tabel yang diperoleh adalah 2.36462.
Uji F digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh variabel
bebas secara simultan terhadap variabel terikat. apakah
variabel Variabel makroekonomi direpresentafikan oleh Kurs,
BI rate, Inflasi dan GDP sedangkan untuk Pasar Modal Syariah
di representifkan oleh Kapitalisasi Jakarta Islamic Index
berpengaruh terhadap Iklim investasi di representatifkan oleh
Indek Korupsi Indonesia;sebagai berikut:
Menentukan hipotesis
H0 = variabel independen tidak mempengaruhi
variabel dependen
H1 = variabel independen mempengaruhi
variabel dependen.
Berdasarkan hasil pengolahan data di atas menunjukkan
bahwa nilai F-hitung sebesar 25.48216 dengan nilai
probabilitas sebesar 0.00022 yang nilainya lebih kecil dari
133
0.05, maka H1 diterima dan H0 menolak. Dengan demikian
menunjukkan bahwa makroekonomi direpresentafikan oleh
Kurs, BI rate, Inflasi dan GDP sedangkan untuk Pasar Modal
Syariah di representifkan oleh Kapitalisasi Jakarta Islamic
Index secara simultan berpengaruh terhadap iklim investasi di
pasar modal Indonesia
Sedangkan nilai R-square dari output di atas diketahui
koefisien determinasi (adjusted R square) sebesar 0.890838,
maka dapat diartikan bahwa 89,08% variabel saham-saham
syariah (JII) dapat dijelaskan oleh oleh Kurs, BI rate,Inflasi,
GDP dan iklim investasi di representifkan oleh indeks Korupsi
Indonesia. Sedangkan sisanya sebesar 10,92% dipengaruhi
oleh variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan dalam
model penelitian.
Melihat hasil di atas bahwa kegiatan investasi telah
berdampak sangat luas bagi perekonomian nasional, secara
prinsip Islam, aturan investasi di pasr modal telah memberikan
panduan dan batasan yang jelas dalam melakukan kegiatan
investasi tersebut. Dalam buku fiqh islam menjelaskan bahwa
investasi di pasar keuangan hukumnya boleh sesuai syara dan
hukum-hukum yang berlaku. Oleh karena itu agar prinsip
ajaran Islam tertuang dalam investasi perlu memperhatikan
dan memperhitungkan segala aspek sehingga hasil yang
didapatkan sesuai dengan ajaran ekonomi dalam Islam. Pada
keuangan Islam mendorong kegiatan bisnis dan investasu
untuk menghasilkan pendapatan yang adil dan sah, oleh karena
itu selalu ada kedekatan hubungan antara aliran keuangan dan
produktivitas. Adel Ahmed (2010) berpendapat bahwa esensial
dari keuangan Islam berkontribusi terhadap arah yang
memisahkan dari pontensial resiko yang dihasilkan laverage
risk (kemampuan) dan kegiatan keuangan yang bersifat
spekulasi. Prinsip fundamental lain dari keuangan Islam adalah
corak resiko dan pembagian hasil dari transaksi keuangan
Islam, maka ciri khas pembagian hasil dan resiko dalam Islam
134
itu membutuhkan keterbukaan dan transparansi yang tinggi
dari sistem keuangan lainnya.8
Telah ada beberapa kajian yang dilakukan oleh lembaga-
lembaga dunia maupun pemerintah negara itu sendiri untuk
mengindentifikasi terhadap iklim investasi, sebagaimana
menurut Bank Dunia mengidentifikasi iklim investasi pada 4
faktor di antaranya: a. stabilitas makro ekonomi; b. tingkat
korupsi; c. birokrasi dan; d. kepastian kebijakan makro
ekonomi suatu negara. Untuk itu Penentuan iklim investasi
yang kondusif ditentukan dengan sejumlah indicator dan alat-
ukuran untuk membantu menjelaskan karakteristik dan kualitas
iklim investasi pada negara tersebut diantaranya kestabilan
politik dan ekonomi, supermasi hokum, infrastruktur, dengan
pendekatan regulasi dan pajak serta berfungsinya pasar tenaga
kerja dan keuangan, dan kestabilan politik dalam negeri.
c. Interprestasi Determinasi Faktor Makroekoknomi
dan Iklim Investasi Terhadap Indeks saham Syariah
Hasil ini penelitian menginterprestasikan sebuah kajian
pengaruh iklim investasi terhadap indeks saham syariah antara
variabel independen dengan variabel dependen untuk melihat
pengaruh yang empirik dari penelitian ini, sebagaimana hasil
dari uji regresi di atas hasil ini menunjukan bahwa suku bunga
(BI rate), inflasi, pasar modal syariah mempunyai pengaruh
terhadap iklim investasi (tingkat korupsi). Hasil penelitian ini
mendukung penelitian Suzuki (2017) dan Ghazouani et.al
(2007)9 yang menujukan bahwa korupsi dan tingkat bunga
8 Adel Ahmed, “Global Financial Crisis: An Islamic Finance
Perspective,” International Journal of Islamic and Middle Eastern Finance and Management 3, no. 4 (November 23, 2010): h 306–20,
https://doi.org/10.1108/17538391011093252. 9 Samy Ben Naceur, Samir Ghazouani, dan Mohamed Omran,
“The Dete min nt of Stock M ket Development in the
Middle‐E te n nd No th Af ic n Region,” ed oleh Akth m
135
rata-rata memiliki pengaruh terhadap pasar modal. Tingkat
bunga juga secara positif berkorelasi dengan tingkat korupsi.
Dalam memperkirakan guncangan suku bunga dan tingkat
korupsi berkorelasi positif satu sama lain. Dalam pandangan
Ayyadin dan Baltaci (2013) dan Freixas and Rochet (1997)
dalam studi teoretis mereka menggambarkan bahwa ketika
tingkat korupsi meningkat di suatu negara, tingkat bunga
secara spesifik pada negara juga akan meningkat,10
dan tingkat
bunga yang naik yang mengakibatkan akan mempengaruhi
iklim investasi secara makro dan berisiko dapat mengubah
arah kebijakan ekonomi dalam menentukan iklim investasi di
negara tersebut terutama pada terutama pasar modal di negara-
negara berkembang. Sedangkan dalam tingkat inflasi terhadap
indeks saham syariah berpengaruh, hal ini sesuai dengan
pendapat dari Umer Chapra bahwa Inflasi cenderung
meredistribusi pendapatan ke atas, sehingga memiringkan
keseimbangan terhadap tujuan keadilan sosial-ekonomi. Inflasi
menyebabkan kontrol harga dan subsidi pada makanan dan
barang konsumsi penting lainnya.11
Sedangkan pada perubahan
tingkat suku bunga akan berpengaruh terhadap investasi dan
konsumsi melalui pengaruh biaya modal serta efek substitusi
dan pendapatan. Pertumbuhan investasi dipengaruhi secara
signifikan oleh suku bunga (kredit).12
Dari pernyataan di atas
bahwa tingkat korupsi terhadap pasar modal mungkin akan
berperan memainkan tingkat harga-harga karena peredaraan
uang hanya pada beberpa orang tertentu saja.
Hasil penelitian dilihat dari variabel Gross Domestic
Product (GDP), inflasi, BI rate, dan kurs tidak berpengaruh
Maghyereh, Managerial Finance 33, no. 7 (12 Juni 2007): 477–89,
https://doi.org/10.1108/03074350710753753. 10
Xavier Freixas dan Jean-Charles Rochet, Microeconomics of Banking Second Edition (the MIT Press, 2008) h 23
11 Umer Chapra, Islam and Economics Development, h 45-47
12 Perry Warijoyo, Solikin M. Juhro, Kebijakan Bank Sentral
Teori Dan Pratik (Jakarta: Rajawali Press, 2017) h 207.
136
terhadap arah indeks saham syariah hasil penelitian ini
berlawanan dengan penelitian Gilang dan Asep (2015) dan
penelitian ini mendukung pendapat Trisna Dewia et.al (2018)
investasi mempunyai hubungan yang positif dengan GDP yang
dihasilkan suatu negara. Jika investasi dalam suatu Negara
naik, maka GDP cenderung juga akan naik.13
Jjika tingkat
korupsi naik akan cenderung berdampak negatif pada
produktivitas modal menurut Lambsdorff (2013).14
Dan hasil
penelitian ini bertentangan dari penelitian dari Andiyasa et.al
(2014) dan Hussin et.al (2012) dan Barney (2013) bahwa
tingkat korupsi pemerintah menjadi alasan utama memanfaat
instrumen seperti ekspor kayu, emas dan tambang. Korupsi
juga memfasilitasi penambangan ilegal dan kekerasan di luar
hukum. Akibatnya cenderung berpengaruh positif terhadap
tingkat korupsi dalam iklim investasi akan mempengaruhi
investor secara nasional dan ketidakadilan itu berefek
mengubah arah kebijakan pemerintah untuk menemukan iklim
investasi yang kondusif bagi investor di negara tersebut.
Melihat hasil dari analisis kuantitatif pada iklim investasi
dalam penelitian ini adalah indeks korupsi memiliki pengaruh
terhadap indeks saham-saham syariah (Jakarta Islamic Indeks)
yang mana didalam kondisi perekonomian memiliki pengaruh
yang berbahaya sehingga menyebabkan adanya
penyalahgunaan kekuasaan publik untuk kepentingan pribadi.
Perilaku koruptor (korupsi dan administrasi buruk) mempunyai
kepribadian ganda yang dapat merusak nilai social suatu
13
Ni Nyoman Sri Rahayu Trisna Dewi, Komang Fridagustina
Adnantara, dan Gde Herry Sugiarto Asana, “Modal Investasi Awal
Dan Persepsi Risiko Dalam Keputusan Berinvestasi,” Jurnal Ilmiah Akuntansi 2, no. 2 (23 September 2018),
https://doi.org/10.23887/jia.v2i2.15636. 14
Johann Graf Lambsdorff, “How Corruption Affects
Persistent Capital Flows,” Economics of Governance 4, no. 3 (1
November 2003): 229–43, https://doi.org/10.1007/s10101-002-0060-
0.
137
bangsa. Zurawicki dan Habib (2002) bahwa Korupsi juga
tampaknya berdampak negatif bagi investasi publik dan
swasta. Maka pandangan ini dinyatakan bahwa tingkat korupsi
dapat memberikan dampak negatif pada perkembangan sektor
keuangan administrasi yang buruk. Ayyadin dan Baltaci
(2013) melaporkan pengaruh korupsi memberikan dampak
pada kepercayaan investor yang dapat menyebabkan
menghambat pasar modal.15
Menurut Limbong Korupsi
mempengaruhi tingkat inflasi dan korupsi juga menimbulkan
distorsi pada sektor public yang mengalihkan investasi public,
mengurangi kualitas pelanyanan pemerintah dan infrastruktur
dan menambah tekanan anggaran pemerintah.16
Sebagaimana yang telah dirumuskan dalam laporan oleh
World Bank perubahan investasi di akibatkan oleh stabiitas
ekonomi, tingkat korupsi, birokrasi dan kepastian kebijakan
ekonomi merupakan 4 faktor yang penting tercipta iklim
investasi yang baik. Dalam hal ini ada upaya tersendiri bagi
pemerintah untuk memperbaikinya kondisi dalam otoritas
tersebut menurut Coase (1979) bahwa korupsi ada di antara
pihak swasta. Meskipun korupsi dapat dioperasionalkan
sebagai variabel yang mencakup semua, yang terdiri dari suap,
inefisiensi birokrasi, dan ketidakstabilan politik, korupsi yang
digunakan untuk menggambarkan bentuk penyuapan pada
15
Nuri Baltaci dan Hasan Ayaydın, “Corruption, banking
sector, and stock market development: A panel data analysis,”
European Journal of Research on Education, 2013, Special Issue: Human Resource Management, 01, no. 2 (2013): 94–99. Muhammad
Fazri, Hermanto Siregar, dan Heni Hasanah, “Hubungan Antara
Korupsi Dengan Perkembangan Pasar Saham dan Perbankan: Kajian
Empiris Pada Sembilan Negara Dikawasan Asean+3,” Jurnal Ekonomi Pembangunan 15, no. 1 (25 Agustus 2017): 1,
https://doi.org/10.22219/jep.v15i1.4643. 16
Bernhard Limbong, Ekonomi kerakyatan dan Nasionlisme Ekonomi h 580
138
sektor swasta dan public,17
dikarenakan korupsi menciptakan
distorsi dengan menyediakan beberapa perusahaan akses
istimewa ke pasar yang menguntungkan bagi pihak tertentu.
Hal didukung oleh pendapat Kurer (1993) mengemukakan
pejabat yang korup memiliki insentif untuk menciptakan
distorsi dalam perekonomian untuk menjaga sumber
pendapatan ilegal mereka dan kemudian berpotensi
mendistorsi indikator tata kelola, yang pada akhirnya
berdampak pada segala upaya korupsi.18
Setidaknya ketahanan ekonomi negara akan berkurang
dengan sendirinya akibat korupsi dengan demikian akan
mempengaruhi investasi di negara tersebut dan juga mengubah
prediksi iklim investasi yang cenderung negatif dan merugikan
para investor dan masyarakat di negara tersebut. Oleh karena
itu butuh penanganan iklim investasi dari aspek tingkat korupsi
yang sangat mempengaruhi makroekonomi dan pasar modal
syariah. Walaupun dari hasil regresi nilai dari penelitian
divariabel Gross Domestic Product (GDP), inflasi, BI rate dan
kurs tidak berpengaruh terhadap arah Jakarta Islamic index
akan tetapi berlawan dengan beberapa penelitian karena besar
korupsi dan politis meningkatkan risiko default pemerintah
karena penggelapan dana publik mengurangi kemampuan
pemerintah untuk memenuhi kewajiban utangnya. Sebaliknya,
ada pandangan bahwa korupsi kecil-kecilan akan pemulus bagi
perusahaan untuk mempercepat roda perdagangan.19
Limbong
menggambarkan bahwa korupsi akan mempersulit
pembangunan ekonomi dengan membuat distorsi dan
ketidakefisien baik pada sektor privat, korupsi meningkatkan
17
Habib dan Zurawicki, “Corruption and Foreign Direct
Investment.” h 292-293 18
Graham Brooks, Criminology of Corruption: Theoretical Approaches (UK: Palgrave Macmillan, 2013) h 59
19 Suzuki, “Corruption, Interest Rates and Business Cycles.”
Fazri, Siregar, dan Hasanah, “Hubungan Antara Korupsi Dengan
Perkembangan Pasar Saham dan Perbankan.”
139
ongkos niaga karena kerugian dari pembayaran illegal dengan
mempermudah birokrasi.20
Namun ada beberapa yang menarik dari konsep dan
pandangan ekonom muslim tentang menciptakan iklim
investasi, dalam penelitian yang dilakukan oleh Ibnu Khaldun
telah menganalisa hubungan sebab akibat pemerintah yang
buruk dan harga-harga pangan yang melonjak, ketika
administrasi buruk yang korup dan tidak efisien dengan
menggunakan insentif menaikkan pajak sehingga membebani
masyarakat dan mengurangi produktivitas ekonomi. Ibnu
Khaldun dalam peneilitiannya sejalan dengan teori
pertumbuhan modern yang meletakan korupsi dapat
menghambat terbesar pertumbuhan ekonomi dan social.
Sedangkan dalam pandangan al-Maqrizi mengindentifikasi
bahwa administrasi yang buruk, korupsi dan lemahnya politik
menyebabkan kekrisisan ekonomi dan melemahnya kebijakan
pemerintah dalam menangani ressesi yang terjadi.21
Studi
penelitian mengenai iklim investasi yang direpresentasikan
dalam tingkat korupsi memiliki berpengaruh terhadap daya
tahan ekonomi di Indonesia yang dapat mempengaruhi pasar
modal. Ibnu Khaldun meneliti adanya pola yang menyeleweng
dari pemerintah yang sifat luas dan dalam pada pasar yang
terafiliasi oleh kegiatan korupsi yang didorong oleh perilaku
penguasa, rawan dengan penyelewengan dan akan muncul
beberapa kebijakan yang berlebihan. Oleh karena itu, ibnu
Khaldun berpendapat melalui perilaku pengauasa inilah
korupsi berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dan
menjadi penghambat dan dapat menghancurkan suatu negara.22
20
Bernhard Limbong, Ekonomi kerakyatan dan Nasionlisme Ekonomi h 579
21 Muhammad Umer Chapra, Masa Depan Ilmu Ekonomi:
Sebuah Tinjauan Islam h 347 22
Sofyan Rizal, Faktor-Faktor Pertumbuhan Ekonomi Dalam Persperktif Ibnu Khaldun dan Relevansinya Dengan Teori Pertumbuhan Kontemporer (Jakarta: al-Hikmah, 2017) h 197-198.
140
Oleh karena itu pandangan dan pendapat yang telah
diformulakan oleh para ulama-ulama terdahulu untuk
menciptakan keefisienan dalam tataran pembangunan ekonomi
menjadikan saran bagi otoritas untuk menciptakan kondisi
yang kondusif iklim investasi bagi investor. Islam tegas dalam
menegakkan tujuan untuk menghapuskan ketidakadilan,
ketidakmerataan, ekspliotasi dan kekeliruan. Penegakan
keadilan dan penghapusan ketidakadilan telah ditekankan
dalam al-Quran. Tak heran Ibnu Taimiyah mengungkapkan
hw “All h menyukai negara adil meskipun kafir, tetapi
tidak menyukai negara yang tidak adil tapi beriman, dan dunia
akan dapat bertahan dengan keadilan meskipun tidak beriman,
tetapi tidak akan bertahan dengan ketidakadilan meskipun
I l m” 23
Dari penjelasan di atas, dalam praktik ekonomi Islam
menunjukan adanya sesuatu yang baru dibandingkan sistem
ekonomi-klasik yaitu penekannya tidak hanya pada persoalan
pendekatan hasil, akan tetapi menekankan pada proses.
Pendekatan proses dalam menentukan hasil dalam ekonomi
Islam tercermin dalam mekanisme pasar dalam Islam.
Mekanisme dalam ekonomi Islam tidak dapat dianggap
struktur atomisitis, namun akumulasi dan konsentrasi produk
terjadi mungkin saja selama tidak melanggar visi misi tujuan
syariah (maqasid syariah) dari segi kebebasan dan kerja sama.
Dengan demikian dari sisi tersebut teori nilai dalam ekonomi
Islam tidak dapat dipisahkan antara manfaat normative dan
niai ekonomisnya. Oleh karena itu, ekonomi Islam bisa
menjadi alternatif dalam menyelesaikan social ekonomi yang
melanda dunia saat ini.
Menurut Lui (1996) penyimpangan dari pasar
kompetitif yang disebabkan oleh peraturan atau gangguan
Kunieda, Okada, dan Shibata, “Corruption, Capital Account
Liberalization, and Economic Growth.” 23
Muhammad Umer Chapra, Islam dan Tantangan Ekonomi h 212.
141
adalah penyebab utama korupsi. Liu juga berpandangan lain
bahwa gangguan yang terjadi pada system pasar bebas
biasanya menyababkan ketidakefisinan (inefficiencies).
Namun suap (korupsi) terkadang mungkin dapat
mengembalikan sebagian mekanisme harga dan meningkatkan
efisiensi alokasi, oleh karena itu korupsi dapat dipandang
sebagai respon optimal pelaku pasar terhadap distorsi pasar.24
Zurawicki dan Habib (2002) berpandangan korupsi juga
tampaknya berdampak negative bagi investasi public dan
swasta.25
Dalam teori atasan-bawahan (principal agent) teori
ini melihat relasi antara dua pihak dan tujuan serta insentif
yang terjadi dalam situasi yang tidak seimbang atau selalu
identikc dengan hierarki dalam perusahaan atau pejabat
negara.26
Sebagaimana halnya dalam menentuan iklim investasi
dan faktor-faktor yang mempengaruhi pasar modal syariah
maupun konvensional terhadap prediksi kondisi/iklim
investasi pada negara Indonesia, dalam sejarah keIslam dan
ekonomi ulama-ulama terdahulu telah membuat aturan-aturan
dalam kebijakan tata ruang dalam ekonomi untuk mencapai
kesejahterana kaum muslim. Para ulama-ulama terdahulu
telah mendisain dengan hokum-hukum ekonomi secara islam
agar ekonomi berjalan sesuia dengan norma-norma
kemanusiaan. Selain itu ada juga pengaruh kebijakan
pemerintah dalam melindungi investasi terhadap factor-faktor
yang rentan terhadap pasar modal perlu untuk dilakukan
secara nyata. Hal ini penting karena investasi bersifat
24
Francis T Lui, “Three Aspects Of Corruption,”
Contemporary Economic Policy XIV, (July 1996): h 4. 25
Mohsin Habib dan Leon Zurawicki, “Corruption and
Foreign Direct Investment,” Journal of International Business Studies 33, no. 2 (Juni 2002): 291–307,
https://doi.org/10.1057/palgrave.jibs.8491017. 26
Ridwan Zachrie, Wijayanto, Korupsi Mengorupsi Indonesia (Jakarta: Gramedia Utama, 2008) h 117-118
142
membantu pemodalan perusahaan dan pemerintah untuk
membangun perekonmian negara ini.
Meskipun korupsi adalah variabel yang tidak dapat
diukur secara langsung, dalam beberapa tahun terakhir, untuk
menilai secara kualitatif tingkat korupsi. Korupsi di seluruh
dunia diyakini endemik dan meresap dan merupakan
kontributor signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi yang
rendah, menghambat investasi, menghambat penyediaan
layanan publik dan meningkatkan ketidaksetaraan sedemikian
rupa sehingga organisasi internasional seperti Bank Dunia
telah mengidentifikasi korupsi sebagai satu-satunya
penghalang terbesar bagi pembangunan ekonomi dan sosial.
Perlu bagi akademik dan praktisi untuk kiranya mengkaji
kembali keuangan dan ekonomi Islam termasuk dalam
menentukan pola dalam iklim investasi di pasar modal syariah
sesuai dalam lingkup keilmuan ekonomi Islam. Oleh karena
itu, butuh literasi yang cukup banyak untuk membantu
pengembangan penelitian terkait ekonomi Islam dan
pemerintah mesti memberikan ruang gerak ekonomi Islam
dalam mengambil sebuah kebijakan iklim investasi.
143
BAB IV
Implementasi dan Peran Kebijakan Pemerintah dalam
Pengembangan Arah Iklim Investasi Syariah di Pasar
Modal Indonesia Dalam Tinjauan Ekonomi Islam
Dari penjelaskan Bab-bab sebelumnya, pada bab ini akan
menjelaskan lanjutan inti dari pembahasan yang terkait pada
penelitian ini serta menafsirkan dari hasil data-data yang
dihasilkan dari variabel-variabel pada bab-bab sebelumnya
dengan membandingkannya dalam perspektif ekonomi Islam
secara teoritis. Pada dasar keuangan Islam telah memiliki
kontribusi untuk menyeimbangi ekonomi makro dalam
mewujudkan tingkat kesejahteraan jangka panjang maupun
jangka pendek dan memaksimalkan sumber daya manusia dan
sumber daya alam. Meminjam pendapat Fahri Ali bahwa
agama dalam konteks di Indonesia memiliki kecenderungan
untuk selalu menyesuaikan dengan perkembangan ekonomi
yang terus berkembang. Hal ini berarti adanya proses
perubahan sudut pandang terhadap hal-hal baru dapat
menggerakkan pembangunan berbasis nilai agama.1
A. Risiko dan Peluang Iklim Investasi Pasar Modal
Syariah Perspektif Makrokonomi.
Faktor makroekonomi merupakan faktor yang berada di
luar manajemen perusahaan, akan tetapi memiliki pengaruh
terhadap kenaikan dan penurunan kinerja perusahaan.2 Dalam
melakukan analisa fundamental, penilaian terhadap kondisi
1Muhammad Ramadha, Politik Ekonomi Islam Dalam Narasi
Pembangunan Nasional, (Yogyakarta: LKSI, 2018) h 131 2 Stephen Lumby, Chris Jones, Corporate Finance: Theory &
Practice (Singapore: Thomson Business Press, 2003) h 657
144
ekonomi dan variabel yang mempengaruhi pasar modal dapat
mempengaruhi keputusan-keputusan investasi yang akan di
ambil oleh pemodal, bila resesi diperkirakan datang pada
negara tersebut, kemungkinan harga-harga saham akan sangat
berpengaruh oleh situasi tersebut.3
Faktor makro ekonomi secara langsung dapat
mempengaruhi kinerja saham-saham di pasar modal maupun
perusahaan di antaranya: tingkat inflasi, kurs valuta asing,
kebijakan khusus pemerintah, tingkat suku bunga dan kondisi
perekonomian internasional. Perubahan dari faktor makro
ekonomi tidak akan dengan seketika mempengaruhi kinerja
perusahaan, tetapi secara perlahan dalam jangka panjang.4
Namun sebaliknya harga saham akan terpengaruh dengan
langsung oleh perubahan terhadap faktor makro ekonomi
disebabkan para investor lebih cepat bereaksi tak terkecuali
grup saham-saham syariah. Jika terjadi perubahan secara
makroekonomi, investor akan mengkalkulasi dampak tersebut
terhadap kinerja perusahaan dalam beberapa tahun ke depan
secara analisis fundamental, kemudian mengambil keputusan
terhadap kondisi secara makro sebab harga saham lebih cepat
menyesuaikan dirinya daripada kinerja perusahaan terhadap
dampak dan perubahan kondisi makroekonomi.5
3 Suad Husnan, Dasar-Dasar Teori Portopolio dan Analisa
Sekuritas Ed. 3 (Yogyakarta, AMP YKN, 2001) h 317-318. 4 Rini Astuti dan Joyce Lapian, ‚Pengaruh Faktor Makro
Ekonomi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (Ihsg) Di Bursa
Efek Indonesia (Bei) Periode 2006-2015,‛ Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi 16, no. 02 (2016): 8. h 400. Muh Nurrohim, ‚Analisis
Kausalitas Volatilitas Nilai Tukar Mata Uang Dengan Kinerja
Sektor Keuangan Dan Sektor Rill,‛ Economics Development Analysis Journal 2, no. 04 (2013): 16. h 354.
5 Muhammad Samsul, Pasar Modal dan Manajemen
Portofolio,(Jakarta: Erlangga 2015) h 200
145
Pasar modal dianggap sebagai barometer dari performa
ekonomi dan memuat informasi penting ekonomi saat ini dan
masa depan dari situasi ekonomi pada sebuah negara.
Perlunya analisis risiko dan peluang pasar modal secara umum
memiliki dampak dari faktor-faktor makro ekonomi yang
tidak dapat dihindari, namun bisa diturunkan dengan cara
memilih melakukan investasi di negara-negara yang sudah
kuat sehingga jika terjadi perubahan tidak terlalu drastis.6
Timbulnya risiko terhadap investasi memiliki beberapa faktor
fundamental yang ada dalam suatu negara seperti inflasi, suku
bunga, PDB atau nilai tukar rupiah, hal ini dipercaya investor
dalam meramal kondisi pasar modal terhadap sirkulasi
ekonomi. Kemampuan investor untuk mengestimasi
perubahan pada variabel-variabel makroekonomi tentunya
akan membantu investor dalam membuat keputusan investasi
yang tepat.7 Serta memahami hubungan empiris antara
variabel makro ekonomi sebagai faktor penjelas dalam variasi
keuntungan pasar modal bisa bermanfaat bagi praktisi pasar
modal dan pembuat kebijakan. Faktanya hubungan dinamis
6 Dilansirkan beberapa media bahwa pengusaha berharap agar
pemerintah tetap mampu menjaga iklim investasi di dalam negeri
menyusul hasil survei World Economic Forum (WEF) yang
menurunkan peringkat daya saing RI dari posisi 46 pada 2011
menjadi 50 tahun ini. Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri
(Kadin) Suryo Bambang Sulisto, mengatakan agar semua pihak bisa
bertindak untuk melakukan koreksi atas hasil survei tersebut.
Apalagi, peringkat penurunan daya saing itu lebih terkait persoalan
infrastruktur dan birokrasi yang dinilai sangat mengganggu
kelancaran arus investasi selama ini. Agaknya menurut beberapa
kalangan investor sedikit khawatir dalam berinvestasi di Indonesia.
http://www.kemenperin.go.id/artikel/4368/Iklim-Investasi-agar-
Dijaga diakses 09 Jun. 19 jam 01.27 pm. 7 Ikatan Bankir Indonesia, Wealth Management: Produk dan
Analisis (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2017) h 153.
146
antar variabel didokumentasikan dengan baik dan menjadi isu
yang penting dalam perdebatan kinerja ekonomi dalam negara
maju maupun sedang berkembang.
Karena kondisi pasar merefleksikan perubahan kondisi
ekonomi, maka perubahan yang terjadi pada kondisi ekonomi
tentunya akan tercermin pada kondisi pasar. Masalahnya
adalah bahwa kondisi pasar saat ini mencerminkan harapan
para investor terhadap perekonomian di masa yang akan
datang, pasar mepresent-valuekan kondisi yang akan
mendatang. Pada masa pengamatan dalam penelitian terkait
dengan iklim investasi terdapat dimensi risiko fundamental
ekonomi dari variabel-variabel makro yang mempengaruhi
iklim investasi serta peluang untuk terhindar atau
menghasilkan keuntungan bagi investor yang dapat dianalisa
dengan mengestimasi risiko dan peluang di pasar modal
Indonesia. Jika kita melihat dari respons kausalitas masing-
masing variabel makroekonomi memiliki berpengaruh
terhadap iklim investasi syariah di pasar modal Indonesia,
namun terkadang ramalan dapat berbeda-beda karena ekonom
dan para investor memiliki opini dan analisis yang berbeda
terhadap indikator yang dapat mempengaruhi iklim investasi
tersebut termasuk juga para akademisi yang mempelajari
konetivitas variable makroekonomi dan pasar modal.
Selanjutnya, perkembangan pasar Islam (Islamic Market)
tampaknya memiliki perbedaan fitur dari perkembangan pasar
konvensional dan pertumbuhan pasar saat ini. Mengingat
prinsip pasar modal syariah mempunyai perbedaan dalam
pandangan politik dan struktur ekonomi, profil risiko dan
peluang pada setiap kegiatan yang tampak sangat berbeda
kerana analisis risiko dan pengembalian keuntungan pada
147
perkembangan pasar saham syariah yang ditemukan relatif
lebih tinggi dari pada pasar negara maju.8
Isu dalam penelitian yang terkait antara variabel
makroekonomi dan iklim investasi saham syariah di bursa
efek mengalami komplikasi dengan adanya hubungan
kointegrasi antara indeks saham syariah dan indicator masing-
masing varibael dalam penelitian. Beberapa kajian empiris
terbaru tentang keuangan syariah telah mengungkapkan dan
menemukan hubungan pasar keuangan syariah dan ekonomi
makro mempunyai pengaruh terhadap fluktuasi indeks
investasi syariah sehingga mempengaruhi keputusan investor
yang ingin berinvestasi terutama di indonesia. Namun
adakalanya juga belum ada beberapa penelitian yang
ditemukan mengenai iklim investasi di pasar modal dengan
mengambil variable iklim investasi yaitu Indeks korupsi. Pada
umumnya, beberapa penelitian mengemukakan hasil bahwa
indeks korupsi berpengaruh terhadap kinerja saham
perusahaan dan ekonomi local.
Dengan demikian pertanyaan adalah seberapa lama
kondisi perekonomian itu membaik tersebut akan bertahan
sebelm mengalami penurunan? di mana saat kondisi ekonomi
memasuki tren menurun pada titik terendah atau disebut
dengan resesi, maka harga-harga atau grafik indeks saham di
bursa efek akan turun pula, semakin kuat resesi maka drastis
juga penurunan grafik pada indeks saham. Pada situasi
demikian, biasanya yang akan dilakukan oleh investor
8Vihang R. Errunza, ‚Emerging Markets- A New
Opportunity for Improving Global Portfolio Performance.pdf,‛
Journal Financial Analysts Journal 39, no. 05 (1983): Pages 51-58;
Stijn Claessens, Susmita Dasgupta, dan Jack Glen, ‚Return
Behavior in Emerging Stock Markets,‛ The World Bank Economic Review 9, no. 1 (1995): 131–51,
https://doi.org/10.1093/wber/9.1.131.
148
menahan (wait and see) kapan akan saatnya siklis ekonomi
akan menemui titik balik dan memulai siklis yang baik maka
pada saat itu investor akan mengambil keputusan untuk
mengambil investasi pada negara tersebut.9 Pernyatan ini
didukung oleh pendapat dari Tan, Chin Wen dan Tan (2015)
menggambarkan adanya interaksi variabel makro ekonomi
terhadap kinerja bursa efek khususnya syariah dalam kondisi
ketidakpastian karena hal ini pasar modal syariah terkadang
cukup rentan terhadap krisis keuangan, maka penting juga
bagi pelaku industri untuk tetap waspada pengaruh krisis
ekonomi terhadap investasi.
Kondisi Cyclicality sering dijumpai dalam
perekonomian bahwa dalam suatu periode tertentu, kegatan
ekonomi terlihat mempunyai pola, dari kondisi yang buruk,
membaik, dan mencapai puncak, setalah itu buruk kembali,
dan membaik lagi (recovery) dan kembali ke puncak lagi.
Demikian seterusnya. Pengenalan poal cycliclical dan pasar
modal yang bersifat antisipatif akan membantu dalam
melakukan peramalan terhadap ekonomi mengalami resesi.
Pemodal (investor) yang melakukan perkiraan terhadap
kondisi pasar dengan menggunakan faktor siklus
perekonomian perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:10
a. Apabila pemodal dapat memperkirakan kondisi
ekonomi terburuk (bottoming out) sebelum kondisi
tersebut terjadi, membaiknya kondisi pasar dapat
diperkirakan paling tidak sebelum kondisi terburuk
tersebut tercapai.
9 Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi: Teori dan
Aplikasi h 345 10
Suad Husnan, Dasar-Dasar Teori Portopolio dan Analisa Sekuritas…. h 323-325
149
b. Pada saat kondisi perekonomian membaik, harga
saham mungkin sudah stabil atau bahkan sedikit
menurun.
Selain itu, investor harus melakukan manajemen risiko
yang berhati-hati dan memilih instrumen lindung nilai yang
sesuai sehingga praktik pencegahan dapat diambil untuk
melindungi stabilitas pasar saham syariah terutama dalam
kurun waktu ketidakpastian kondisi ekonomi. Dan juga perlu
menentukan kebijakan pemerintah yang tepat untuk
mengurangi dampak krisis dan memastikan kestabilan pasar
saham-saham syariah.11
Pada pengamatan variabel makroekonomi dan pasar
modal syariah terhadap iklim investasi perubahan pada
beberapa indikator atau variabel iklim investasi pada objek
indek korupsi di Indonesia hampir semua variabel makro dan
pasar modal syariah dalam penelitian memiliki pengaruh
terhadap iklim investasi di Indonesia yang akan menyebabkan
komponen dari kebijakan makroekonomi dipengaruhi dari
situasi iklim investasi tersebut. Pergerakan pasar ekuitas
syariah di Indonesia berisi informasi tentang informasi masa
depan dengan variasi masa depan dari beberapa variabel.
Secara khusus, pasar saham syariah Indonesia lebih banyak
didorong oleh faktor domestik. Ini merespon lebih terhadap
guncangan moneter dibandingkan dengan guncangan yang
lain.
Perubahan yang dialami oleh iklim investasi terhadap
indikator suku bunga yang ditetapkan oleh Bank Indonesia
dalam kebijakan moneter dikarenakan setiap negara memiliki
11
Tan Kim Leng, Chin Wen Cheong, dan Tan Siow Hooi,
‚Stylized Facts and Impact of Oil Price Shocks on International
Shariah Stock Markets,‛ IJEM International Journal of Economics and Management 9, no. Special Issue (2015): 77.
150
lembaga keuangan sendiri yang menentukan kebijakan
moneter mereka sendiri dalam mengatur tinggi atau
rendahnya tingkat suku bunga, sehingga tidak akan
mempengaruhi dan penurunan produktivitas ekonomi di
negara tersebut, dalam keadaan ini tingkat bunga dapat
menjadi salah satu faktor yang akan mengganggu
produktivitas dan likuiditas perusahaan, dan akan
mengalihkan investor untuk beralih ke bentuk lain dari
investasi dalam risiko rendah.12
Secara umum, teori suku
bunga dan investasi didasarkan bahwa selama suku bunga
tinggi, maka investasi akan menurun begitu pula sebaliknya.13
Investasi yang bergantung pada tingkat bunga karena tingkat
bunga adalah biaya pinjaman, bila tingkat bunga berubah
maka jumlah investasi juga ikut akan berubah atau sedikit
proyek investasi yang mengalami keuntungan, sehingga
menyebabkan kuantitas investasi akan berkurang.14
Pada pengamatan tingkat suku bunga terhadap iklim
investasi memiliki pengaruh dengan koefisien yang negatif
memiliki pengaruh pada iklim investasi syariah di Indonesia,
artinya dapat dijelaskan bahwa terjadi kausalitas atau
tidaknya antar variabel secara signifikan terhadap perubahan
tingkat suku bunga yang cenderung menurunkan daya
investasi, namun demikian dampak dari pengaruh perubahan
tingkat suku bunga dapat dirasakan guncangan (shock) secara
12
S D Mahabir, S Pangemana, Dan J E Tulung, ‚Analysis Of
Macroeconomic Variables On Stock Market Volatility Of Sector 1
In Indonesia Stock Exchange,‛ Jurnal Emba 07, No. 02 (2019):
2048. 13
Setyo Tri Wahyudi, Statistika Ekonomi Konsep, Teori dan Penerapan (Malang: Universitas Brawijaya Press, 2017) h 172
14 Muchammad Nadjib, Esta Lestasi, Jusmliani dkk, Investasi
Syariah Implementasi Konsep Pada Kenyataan Empirik (Yogyakarta
: Kreasi Wacana, 2008) h 268
151
periodik terhadap iklim investasi pada masa penelitian.
Sehingga jika terjadi kenaikan suku bunga maka iklim
investasi akan mengalami penurunan yang menyebabkan
penurunan investasi atau memiliki pengaruh.15
Boediono
memaparkan dalam teori makro, bahwa fungsi investasi
mempunyai slope negatif artinya semakin rendah tingkat
bunga semakin besar tingkat pengeluaran investasi yang
diinginkan atau sesuaikan direncanakan.16
Dalam
kenyataannya perubahan suku bunga, bila tidak terlalu besar,
tidak begitu berpengaruh dalam pembelian barang baru.
Dari gambaran di atas dalam padangan ekonomi Islam
yang berdasarkan pada konsep ekonomi Islam itu sendiri
yang tidak menggunakan suku bunga dalam memperoleh
keuntungan (return). Hal tersebut dijelaskan pada konsep
tingkat keuntungan sebagai pengganti dari konsep tingkat
suku bunga sangat penting dalam teori keuangan Islam,
karena tingkat keuntungan memainkan peranan yang sangat
sentral dalam menilai harga dari beberapa aset keuangan. Jika
suku bunga dapat memanipulasi harga saham, misalnya
dengan menciptakan pasar palsu dalam suatu saham yang
merupakan aspek lain dari eksploitasi yang akan dianggap
15
Sawidji Widoatmodjo, Cara Sehat Investasi Pasar Modal
Pengantar Menjadi Investor yang Profesional (Jakarta: Gramedia,
2005) h 108. Buddi Wibowo, ‚Comovement Indeks Pasar Saham
Syariah dan Variabel Makro Ekonomi: Pendekatan Regime-
Switching Regression,‛ IQTISHADIA 10, no. 2 (11 Januari 2018):
83, https://doi.org/10.21043/iqtishadia.v10i2.2237. Nousheen Zafar,
Syeda Faiza Urooj, dan Tahir Khan Durrani, ‚Interest Rate
Volatility and Stock Return and Volatility,‛ European Journal of Economics, Finance and Administrative Sciences, no. 14 (2008): 6.
16 Boediono, Makro Ekonomi h 47.
152
sebagai riba dalam Islam.17
Produk keuangan dalam Islam
seharusnya tidak berpengaruh terhadap suku bunga, karena
pada dasarnya konsep keuntungan adalah konsep skema ex-
post (berbasis pos-ditentukan tunai), sedangkan konsep bunga
pada dasarnya adalah konsep ex-ante atau ditentukan
sebelumnya (basis akrual).18
Akan tetapi jika kondisi suatu
negara mengalami deficit financing oleh pemerintah akan
memperketat dorongan kompetisi dengan investor atas
sumber modal yang terbatas, dan kompetisi ini akan
menyebabkan peningkatan suku bunga. Pada akhirnya,
kenaikan suku bunga ini akan meniadakan investasi terutama
investasi swasta.19
Adiwarman dalam teori ekonomi makro
Islam pendapat bahwa ada inisiatif dari mengganti suku bunga
dengan variabel expected rate of profit penggantian variabel
ini membawa perubahan mendasar karena tingkat suku bunga
ditentukan oleh pasar kredit, dan bukan ditentukan oleh
tingkat profitabilitas bisnis perusahaan. Sedangkan variabel
expected rate of profit ditentukan oleh karakteristik bisnis
perusahaan.20
Investasi dalam ekonomi Islam adalah fungsi dari
tingkat keuntungan yang diharapkan yang tergantung pada
pangsa keuntungan relatif antara investor dan perusahaan.
Sehingga penggunaan tingkat bunga diganti dengan
pengeluaran pada tingkat zakat dan biaya lain aset kurang
produktif juga mempengaruhi keputusan investasi. Menurut
17
Shahnaz Naughton dan Tony Naughton, ‚Religion, Ethics
and Stock Trading: The Case of an Islamic Equities Market,‛
Journal of Business Ethics 23 (2000): 145–59. 18
Ari Kuncoro, Viverita, Sri Rahayu Hijrah Hati, Enhancing Business Stability Through,(America: CRC Press, 2017).
19 Tony Hartono, Mekanisme Ekonomi Dalam Konteks
Indonesia, h 267 20
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islam, h 296.
153
Metwally permintaan investasi akan meningkat dalam
ekonomi Islam, apabila: bertambahnya tingkat keuntungan
yang diharapkan dan bertambahnya tingkat iuran zakat
terhadap aset yang tidak produktif. Oleh karena itu,
keuntungan yang diharapkan dalam berinvestasi tersebut
menentukan volume investasi dalam ekonomi yang mengenal
zakat tanpa bunga, sebab itu, bila tingkat keuntungan yang
diharapkan menjadi nol, maka investasi masih terus
berlangsung. Hal itu tentu tidak diperoleh dari suatu
perekonomian yang tingkat bunganya positif seperti pada
konsep ekonomi konvensional.21
Untuk menciptakan stabilisasi ekonomi melalui jalur
investasi dan tabungan dalam menggerakkan perekonomian
maka zakat memainkan peranan besar, di mana zakat
diterapkan dan riba (suku bunga) dilarang, keputusan
investasi menjadi bagian integral dari tabungan. Jika investasi
tidak menjadi bagian integral dalam keputusan menabung,
maka tingkat kekayaan akan menurun. Jika tabungan diikuti
oleh investasi, maka tingkat kekayaan tergantung pada rasio
bagi hasil dan tingkat pengembalian, karena pembayaran
zakat bersifat konstan. Sedangkan Dalam perekonomian
konvensional di mana investasi adalah bagian integral dari
perekonomian, di mana bunga tidak dilarang dan zakat tidak
diterapkan, keputusan investasi sama sekali terpisah dari
keputusan menambung. Dikotomi ini menjadi penyebab
utama dalam fluktuasi perekonomian.22
Disisi lain, dilihat pada variabel makroekonomi yang
lain seperti variabel Produk Domestik Bruto (PDB) terhadap
21
Muchammad Nadjib, Esta lestasi, jusmliani dkk, Investasi Syariah Implementasi Konsep Pada Kenyataan Empirik h 273-279.
22 Yusuf Wibisono, Mengelola Zakat Indonesia (Jakarta:
Kencana, 2015) h 17-18
154
iklim investasi syariah di Indonesia. Di masa pengamatan
tingkat PDB terhadap pengaruh iklim investasi syariah
memiliki pengaruh dengan koefisien positif dari guncangan
(shock) dalam masa pengamatan dari iklim investasi syariah
di Indonesia, artinya dapat dijelaskan bahwa ada kausalitas
secara signifikan terhadap perubahan tingkat PDB terhadap
turun naiknya iklim investasi dan juga sebaliknya, namun
demikian dampak dari pengaruh perubahan PDB dapat
dirasakan guncangan (shock) secara periodik terhadap iklim
investasi pada masa penelitian sehingga dapat memberikan
kontribusi terhadap pendapatan pemerintah.
Perencanaan investasi dalam meningkatkan stabilitas
ekonomi dan pertumbuhan menjadi salah satu rancangan
pemerintahan saat ini. Dalam teori Brem mengemukakan hal
yang dapat menjaga stabilitas pertumbuhan ekonomi
perencanaan investasi perusahaan yaitu semakin panjang
jangka waktu investasi perusahaan maka semakin stabil
perekonomian.23
Sadono Sukirno dalam analisis teori makro,
tingkat pertumbuhan ekonomi makro yang dicapai suatu
diukur dari perkembangan pendapatan nasional riil. Dan
menurut metode pengeluaran dalam perhitungan pendapatan
nasional, salah satu jenis agregatya adalah pengeluaran
investasi.24
Menurut Asaolu dan Ogunmuyiwa (2012) dalam
Adaramol (2012) bahwa perkembangan ekonomi secara
keseluruhan adalah fungsi dari seberapa baik kinerja pasar
saham. Bukti empiris dari negara maju serta pasar negara
berkembang telah membuktikan bahwa pengembangan pasar
23
Sjamsul Arifin, Bangkitnya perekonomian Asia Timur: Satu Dekade Setelah Krisis (Jakarta : Elex Media Komputindo,
2008) h 57 24
Windhu Putra, Perekonomian Indonesia (Jakarta:
RajaGrafindo, 2019) h 141.
155
saham sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi dan
peningkatan PDB bagi negera tersebut.25
Tingkat investasi sering kali dinyatakan dalam bentuk
rasio investasi bruto terhadap Produk Domestik Bruto (PDB),
menurut Keynes, peningkatan daya investasi akan
meningkatkan PDB (output) berlipat ganda melebihi besar
peningkatan investasi semula. Sebaliknya, penurunan
investasi dapat juga menyebabkan penurunan pada PDB
secara berlipat ganda melebihi besarnya penurunan investasi
semula.26
maka dengan meningkatnya PDB merupakan sinyal
yang baik (positif) untuk investasi dan begitu sebaliknya, hal
ini karena mempunyai pengaruh positif terhadap daya beli
konsumen sehingga dapat meningkatkan permintaan terhadap
produk perusahaan. Menurut Fakir Tajul dalam penelitian
pada kasus pasar modal di Bangladesh variabel GDP memiliki
kontribusi paling signifikan terhadap pengembangan pasar
modal di Bangladesh.27
Peran modal investasi dalam
meningkatkan PNB dan PDB dikarenakan penanaman modal
sebagai sarana untuk mengukur pembangunan suatu
25
Adaramola Anthony Olugbenga, ‚Exchange Rate
Volatility and Stock Market Behaviour: The Nigerian Experience,‛
European Journal of Business and Management 4 (2012): 10. 26
Tony Hartono, Mekanisme Ekonomi Dalam Konteks Indonesia, h 258. Babajide Abiola Ayopo, Lawal Adedoyin Isola,
dan Somoye Russel Olukayode, ‚Stock Market Response to
Economic Growth and Interest Rate Volatility: Evidence from
Nigeria,‛ International Journal of Economics and Financial Issues, 6,
no. 1 (2016): 7. Shuangqun, ‚Research on the Relationship between
Interest Rate and Stock Price in China,‛ International Journal of Science and Research (IJSR) 6, no. 7 (5 Juli 2017): 2093–99,
https://doi.org/10.21275/27071710. 27
Islam, Mostofa, dan Tithi, “Macroeconomic and
Institutional Determinants of Capital Market Performance in
Bangladesh.”
156
pendapatan nasional bruto artinya berinvestasi sebagai sarana
yang melibatkan seluruh potensi masyarakat.28
Usaha pemerintah saat ini adalah mengubah paradigma
masyarakat dari menabung ke penanaman investasi di bursa
efek terus dimotivasi. Hal ini untuk mendorong masyarakat
tidak hanya menahan uang mereka dalam bentuk deposito,
akan tetapi mengalihkan dalam bentuk investasi di bursa efek
untuk menghasilkan keuntungan pada masa depan dan
membantu perekonomian negara. Karena selama ini lebih dari
satu dekade terakhir konsumsi dan pengeluaran rumah tangga
masih mendominasi PDB dengan kontribusi mencapai lebih
besar dari 56% PDB, sedangkan pembentukan modal tetap
bruto (investasi) hanya tumbuh kisaran 8,69%, lebih rendah
dari dibanding ekspor dan impor. Padahal pada masa sebelum
krisis kontribusi investasi berada pada kisaran 30% dari
PDB.29
Pendapatan nasional sebagai suatu angka atau nilai
yang menggambarkan seluruh produksi, pengeluaran, ataupun
pendapatan yang dihasilkan dari semua pelaku atau sektor
ekonomi dari suatu negara dalam kurun waktu tertentu. Oleh
karena itu, penanaman modal (investasi) sangat berperan
penting dalam meningkatkan Produk Nasional Bruto (PNB)
karena semakin besar investasi yang dilakukan maka tingkat
PNB negara tersebut juga akan semakin baik yang
menggambarkan semakin baik pula tingkat kesehatan
ekonomi pada negara tersebut.30
Sementara itu dari variabel makroekonomi lain yaitu
inflasi terhadap iklim investasi syariah dalam masa
28
Windhu Putra, Perekonomian Indonesia h 139 29
Sri Adiningsih, Satu Dekade Pasca-Krisis Indonesia: Badai Pasti Berlalu? (Yogyakarta: Kanisius, 2008) h 102. Lihat:
www.katadata.com akses 13.57am 21 Mei 2019 30
Windhu Putra, Perekonomian Indonesia h 139
157
pengamatan pada iklim investasi syariah dan tingkat inflasi
memiliki pengaruh dengan koefisien positif dalam masa
pengamatan pada terhadap iklim investasi syariah di
Indonesia, artinya dapat dijelaskan bahwa ada kausalitas
secara signifikan terhadap perubahan tingkat inflasi terhadap
iklim investasi dan juga sebaliknya, namun demikian dampak
dari pengaruh perubahan tingkat inflasi dapat dirasakan
guncangan (shock) secara periodik terhadap iklim investasi
pada masa penelitian dengan tren negatif terhadap iklim
investasi syariah di Indonesia. Di samping itu, hubungan
antara inflasi memiliki kecenderungan negatif dari dua
periode jangka pendek dan jangka panjang. Ketika tingkat
inflasi diperkirakan meningkat maka iklim investasi
mengalami resesi. dalam penelitian yang lain mendukung
yang menemukan Choudhry (2001) ternyata inflasi memiliki
hubungan yang positif dengan iklim investasi syariah berupa
imbal hasil indeks dibursa saham. Eksplorasi dari tingkat
inflasi menunjukkan keyakinan investor terhadap aktivitas
ekonomi di masa yang akan datang yang diprediksikan akan
mempengaruhi iklim investasi saham syariah sehingga saham
secara rata-rata akan mengalami kenaikan sejak periode
penelitian.31
Berdasarkan data dari tingkat inflasi yang meningkat
akan mengurangi kekuatan daya beli rupiah yang telah
diinvestasikan.32
Oleh karena itu, risiko inflasi disebutkan
31
Choudhry, ‚Inflation and Rates of Return on Stocks.‛ 32
Dalam konteks Indonesia pada beberapa tahun terakhir dari
pemerintahan ada beberapa keterangan di media elektronik seperti
Ekonom Bank Permata Josua Pardede menjelaskan, bagi investor,
yang terpenting adalah tingkat pengembalian investasi secara nyata.
"Biasanya kan kalau investor asing itu atau investor secara umum
itu mempertimbangkan juga real return-nya. Real return investasi
yang dimaksud adalah selisih antara tingkat pengembalian investasi
158
juga risiko daya beli. Jika inflasi mengalami peningkatan,
investor biasanya menuntut tambahan premium inflasi untuk
mengkompensasi penurunan daya beli yang dialaminya.33
Sehingga mengarahkan investasi pada hal-hal yang non-
produktif berupa penumpukan kekayaan seperti bangunan,
logam mulia, mata uang asing (kurs) dengan mengorbankan
investasi ke arah yang produktif seperti Industrial,
transformasi dan lainnya.34
ketika inflasi mengalami
peningkatan yang tinggi; risiko dalam bentuk aset keuangan
akan meningkat. Selain itu akan melemahkan mata uang
domestik terdepresiasi terhadap mata uang asing.35
Fama
(1981) dan Geske and Roll (1983) menemukan hubungan
inflasi memiliki koefisien negatif dengan iklim investasi pada
imbal hasil sehingga inflasi mencerminkan adanya risiko
keuangan di masa depan yang menyebabkan iklim investasi
terhadap nilai intrinsik saham menjadi terdiskon lebih besar.36
dengan besaran inflasi. Misalkan, tingkat pengembalian investasi
satu negara adalah sebesar 5%, dan tingkat inflasi 3%. Maka real
return investasinya adalah sebesar 2%. Lihat: Selfie Miftahul
Jannah, Inflasi Rendah, Investor Untung atau Buntung?
https://finance.detik.com diakses 01 Jun. 19 7.55 am 33
Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi: Teori dan Aplikasi h 102
34 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islam, h 139
35 I Mawardi, T Widiastuti, dan PSuciaSukmaningrum,“The
Impact of Macroeconomic on Islamic Stock Prices: Evidence from
Indonesia,” KnE Social Sciences 3, no. 13 (31 Maret 2019): 504,
https://doi.org/10.18502/kss.v3i13.4226. 36
Robert Geske dan RichardRoll,“TheFiscalandMonetary
Linkage between Stock Returns and Inflation,” The Journal of
Finance 38, no. 1 (Maret 1983): 1–33,
https://doi.org/10.1111/j.1540-6261.1983.tb03623.x; Fama, “Stock
Returns, RealActivity,Inflation,andMoney.”
159
Proses inflasi yang terjadi tidak hanya akibat kenaikan-
kenaikan dari barang-barang yang dikonsumsi oleh pabrik,
namun juga akibat oleh pemerintah itu sendiri. Dalam
ekonomi makro Islam, menurut Ibnu Khaldun dalam
pandangannya telah membangun hubungan sebab akibat
antara pemerintah yang buruk dengan harga pangan yang
terus melonjak, serta menjelaskan bahwa pada tahap
selanjutnya, ketika administrasi publik menjadi korup dan
tidak efisien serta menggunakan pemaksaan
perpajakan.37
Persoalan tataran makro dapat menyebabkan
intervensi harga-harga yang dilakukan di bursa berjangka
hanya sarana untuk menguasai komoditi atau memaksakan
kepentingan politik bukan untuk kemaslahatan masyarakat.38
Hossein, Zamir, Mirakhor berpendapat bahwa para sarjana
dan ekonom syariah mengangkat isu bahwa indikasi terhadap
inflasi tidak menjawab, sebaliknya, stabilitas harga dan
disiplin fiskal harus dicapai untuk memerangi inflasi tersebut.
Dalam hal ini, peran negara dalam menyebabkan inflasi telah
menyebabkan disekuilibrium (ketidakseimbangan ekonomi)
sehingga perekonomian harus mendapat perhatian serius.
beberapa ekonom berpendapat bahwa itu adalah tanggung
jawab negara-negara Islam untuk dapat mengambil langkah-
langkah yang efektif memeriksa inflasi untuk meminimalkan
depresiasi nilai uang. ketika kebijakan pemerintah dari sumber
inflasi, pemerintah harus memberi kompensasi kepada
peminjam.39
37
Ambok Pangiuk, ‚Inflasi pada Fenomena Sosial
Ekonomi:,‛ Kontekstualita: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan,
t.t., 28. 38
Zulfikar MS, Kaffahisme: Ideologi Ekonomi dan Bisnis Masa Depan, h 45-46.
39 Hossein Askari, Zamir Iqbal, Abbas Mirakhor, Introduction
to Islamic Economics: Theory and Application h 151. Idris
160
Selain itu, faktor pengaruh kurs terhadap iklim
investasi syariah di Indonesia pada masa pengamatan iklim
investasi syariah dan tingkat kurs memiliki pengaruh dengan
koefisien positif terhadap iklim investasi syariah di Indonesia,
artinya dapat dijelaskan bahwa ada kausalitas secara
signifikan terhadap perubahan tingkat kurs terhadap iklim
investasi, namun demikian dampak dari pengaruh perubahan
tingkat kurs terhadap iklim investasi pada masa penelitian
dengan tren negatif terhadap iklim investasi syariah di
Indonesia. Di samping itu, hubungan antara kurs memiliki
kecenderungan negatif .40
Sepanjang tahun penelitian variabel kurs asing terus
mengalami fluktuatif secara signifikan dalam masa
pengamatan hal ini merupakan sinyal negatif bagi
Parakkasi, ‚Inflasi Dalam Perspektif ISLAM,‛ Laa Maisyir 3, no. 1
(t.t.): 18. 40
Ekonom Bank Permata Josua Pardede bilang, data GDP AS
kuartal I-2019 yang tumbuh lebih tinggi daripada ekspektasi (3,2%)
jadi pemberat rupiah. Indeks dollar AS menyentuh level 98 atau
tertinggi sepanjang 2019. Peluang rupiah rebound cukup berat
lantaran sudah masuk musim pembagian dividen. Kegiatan ini
membuat permintaan the greenback melonjak. Siklus ini bisa
berpengaruh pada pelebaran defisit transaksi berjalan di kuartal II.
Lihat: Kurs rupiah sulit bangkit. https://investasi.kontan.co.id.
Namun kurs juga menanti ketetapan suku bunga sebagai
barometer ‚Rupiah kembali menguat pada perdagangan. Di pasar
spot, rupiah menguat 0,04% ke Rp 14.233 per dollar AS. Sedangkan
berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (BI), rupiah menguat 0,1%
di Rp 14.228 per dollar AS. Analis Asia Tradepoint Futures Deddy
Yusuf Siregar mengatakan, penguatan rupiah dipicu ekspektasi
pelaku pasar bahwa The Federal Reserves kembali bersikap dovish
pada pertemuan FOMC. Keyakinan para pelaku pasar didasari dari
data ekonomi AS yang kurang memuaskan, seperti data inflasi dan
penjualan rumah baru di AS‛. lihat: Kurs rupiah menanti arah suku
bunga. https://investasi.kontan.co.id
161
perekonomian yang akan menyebabkan dampak terjadinya
inflasi. Menguatnya nilai tukar asing terhadap rupiah akan
mengganggu dan meningkatkan biaya impor bahan baku
untuk produksi serta dapat meningkatkan tingkat suku
bunga.41
Temuan ini didukung oleh pernyataan Bilson et.al.
(2001) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa variabel
exchange rate secara signifikan memiliki hubungan dan
dampak terhadap pengembalian saham pasar modal di negara
berkembang yang memiliki koefisien dominan sebagian besar
negatif.42
Dan hasil penelitian Maku dan Atanda, secara
teoritis, nilai tukar sebagai variabel ekonomi makro
diperkirakan akan mempengaruhi kinerja iklim investasi di
pasar saham.43
Ketika mata uang terdepresiasi, sehingga
impor akan lebih murah dan ini gilirannya akan menyebabkan
peningkatan profitabilitas pada perusahaan dan nilai saham
perusahaan tersebut. Sementara ekspor domestik
mendapatkan insentif untuk meningkatkan nilai rupiah
sehingga produk menjadi lebih murah di mata uang asing.
Indikasi ini disebabkan pengaruh mata uang domestik
berfluktuasi pada laba perusahaan Indonesia.44
Selain pengaruh kurs untuk menciptakan iklim
investasi, variabel kurs terpengaruh oleh tingkat korupsi yang
41
Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi: Teori dan Aplikasi h 346
42 Christopher M Bilson, Timothy J Brailsford, Vincent J
Hooper, Selecting Macroeconomic Variables As Explanatory
Factors Of Emerging Stock Market Returns Pacific-Basin Finance
Journal, Volume 9, Issue 4, August 2001, Pages 401-426 43
. Olukayode E Maku dan Akinwande A Atanda, ‚‘Does
Macroeconomic Indicators Exert shock on the Nigerian.pdf,‛ t.t.,
https://mpra.ub.uni-muenchen.de/id/eprint/17917. 44
Shabri Abd. Majid dan Yusof, “Long‐run Relationship
betweenIslamicStockReturnsandMacroeconomicVariables.”
162
mempengaruhi iklim investasi terhadap kebijakan pemerintah
untuk memperkuat daya beli kurs terhadap pembelian barang
impor barang dan jasa makin mahal, dengan cerminan kurs
valuta asing yang berubah di pasar akan menyebabkan
perubahan uang yang beredar di masyarakat.45
Dengan
demikian kekuatan dan kelemahan mata uang akan cenderung
bergantung pada kekuatan perekonomian yang sedang
berjalan terutama pada variabel yang kuat dalam
mempengaruhi nilai mata uang. Oleh karena itu pandangan
peneliti kurs akan mencermikan kestabilan dalam penekanan
praktik ekonomi Islam untuk stabilitas internal pada nilai
mata uang, kurs akan terbukti lebih stabil karena semua faktor
lainnya yang mempengaruhi kurs. Seperti perkembangan yang
berputas, ketidakseimbangan structural dan perbedaan dalam
laju pertumbuhan, bersifat jangka panjang dan mempengaruhi
tren jangka panjang dalam kurs.
Dalam perspektif ekonomi Islam nilai tukar uang dalam
ekonom Islam menganut sistem kurs mengembang terkendali
(Managed Floating Exchange Rate) dengan pemerintah secara
aktif mempengaruhi nilai tukar rupiah, pengaruh pemerintah
dilakukan melalui operasi pasar yaitu dengan membeli dan
menjual valuta asing di pasar.46
Oleh karena itu nilai tukar
adalah hasil dari kebijakan-kebijakan pemerintah karena
pemerintah tidak mencampuri keseimbangan pasar kecuali
jika terjadi hal-hal yang mengganggu keseimbangan itu
sendiri.47
Satu cara bagi sistem Managed Float untuk
memperkirakan target nilai tukar adalah mengikuti indikator
45
I. Wayan Sudirman, Kebijakan Fiskal dan Moneter: Teori dan Empirikal h 123
46 Tony Hartono, Mekanisme Ekonomi Dalam Konteks
Indonesia, h 359 47
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islam, h 168.
163
statistik yang merespons kekuatan ekonomi yang sama
dengan tren nilai tukar. Kemudian, ketika nilai indikator
berubah, target nilai tukar dapat disesuaikan. mendefinisikan
nilai tukar mungkin sulit di pasar berdasarkan pada kondisi
ekonomi yang fluktuatif dikarenakan tingkat suku bunga.48
Munculnya hubungan antar pasar modal dan exchange
rate untuk beberapa alasan: pertama antar variabel mata uang
asing dan pasar modal memiliki pengaruh dalam pengambilan
keputusan ekonomi dalam hal kebijakan moneter dan fiskal.
Menurut Gavin bahwa booming pasar saham memiliki efek
positif pada permintaan agregat dan jika booming pasar
saham cukup besar, ekspansi moneter atau kontraksi
kebijakan fiskal yang berfokus pada suku bunga dan nilai
tukar riil pasti akan dinetralkan. Kedua, dengan memahami
hubungan harga saham dan nilai tukar, itu akan membantu
untuk memprediksi kemungkinan penurunan keuangan akan
dapat menilai iklim investasi syariah di Indonesia.49
seperti
pada nilai mata rupiah terhadap dolar pada tahun 1997 yang
membuat kolaps pasar saham pada tahun tersebut.
Fluktuasi nilai tukar rupiah akan menyebabkan
beberapa dampak pada ekonomi. Dampaknya biasanya dalam
hal kenaikan harga komoditas di sektor riil, berkurang
jumlahnya tabungan domestik, dan banyak dampak lainnya.
Ini akan menyebabkan daya beli masyarakat menurun dan
sangat mungkin bahwa investor akan menarik dana mereka
untuk memenuhi kebutuhan mereka. Penurunan investasi di
pasar modal akan menyebabkan harga saham menurun,50
48
Robert Carbaugh, International Economics, (New York:
South-Western College, 2008) h 478 49
Hussin dkk., “The Relationship between Oil Price,
ExchangeRateandIslamicStockMarketinMalaysia.” 50Mahfoudh Hussein Mgammal, “The Effect of Inflation,
Interest Rates and Exchange Rates on Stock Prices Comparative
164
sehingga dapat menyebabkan perubahan iklim investasi di
pasar modal syariah di Indonesia dari perubahan kurs tersebut
akan mempengaruhi tren bisnis di pasar modal Indonesia.
Informasi dini mengenai kondisi perekonomian suatu
negara atau wilayah di negara tersebut sangat diperlukan oleh
pemerintah dan pengusaha. Untuk mengukur hal tersebut
diperlukan Indeks tendensi bisnis yang merupakan
pengamatan kondisi bisnis dalam suatu negara yang dilihat
dari hasil survei otoritas atau pemerintah yang terkait untuk
melihat perkembangan bisnis yang ada negara Indonesia.
Indeks ini menilai kondisi dan persepsi bisnis atas situasi
ekonomi terkini serta ekspektasi bisnis ke depan,51
dalam
investasi terhadap indeks tendensi bisnis yang sesuai dengan
kategorisasi yang dimasukkan dalam indeks tendensi bisnis,
namun dilihat dari investasi dilakukan untuk meningkatkan
output di masa depan dan memberikan standar hidup yang
lebih tinggi di masa depan ada tiga jenis pengeluaran
investasi. seseorang melakukan investasi residensial berupa
investasi dalam bentuk tempat tinggal yaitu rumah baru untuk
ditinggali. Bisnis investasi tetap yaitu dalam bentuk mesin
yang dibeli oleh perusahaan untuk memproduksi barang dan
jasa dan investasi inventaris yaitu perusahaan yang
menyediakan barang baku untuk diolah oleh perusahaan.52
StudyAmongTwoGccCountries,”International Journal of Finance
and Accounting, t.t., 13, https://doi.org/doi:
10.5923/j.ijfa.20120106.06. Gagan Deep Sharma dan Mandeep
Mahendru, ‚Impact of macro economic variables on stock market in
India,‛ Global Journal of Management and Business Research, 10,
no. 07 (2010): 10–14. 51
Muhammad Handry, Krisis Keuangan Di Indonesia
(Jakarta: Elex Media Komputindo, 2008) h 56 52
Ali Ibrahim Hasyim, Ekonomi Makro h 46
165
Oleh karena itu, pemerintah sudah berupaya
merevitalisasi perekonomian sudah dilakukan lewat melalui
dua jalur kebijakan. Pertama, jalur moneter dengan
menurunkan suku bunga atau mempertahankan tingkat suku
bunga. Tujuannya, supaya dunia usaha dan bisnis dapat
melakukan ekspansi bisnis dengan biaya murah. Kedua, jalur
fiskal, dengan cara melakukan skema stimulus untuk
membangkitkan usaha.53
Dengan melihat tingkat penilaian
dari nilai Indeks Tendensi Bisnis yang mendukung dengan
peningkatan ekonomi yang cukup tinggi dan lebih baik dari
periode yang sama pada tahun sebelumnya. Ekonomi
Indonesia triwulan II-2018 terhadap triwulan II-2017 (y on y)
tumbuh 5,27 persen, lebih cepat jika dibanding triwulan II-
2017 yang tumbuh 5,01 persen. Ekonomi Indonesia triwulan
II-2018 ini juga lebih cepat jika dibanding triwulan I-2018
yang tumbuh 5,06 persen.54
Kondisi bisnis dan optimisme
pelaku usaha triwulan II-2018 meningkat dari triwulan
sebelumnya. Kondisi ini dipengaruhi oleh peningkatan semua
kategori lapangan usaha.
Keseimbangan bisnis terhadap investasi untuk produksi
barang dan jasa yang dilihat dari agregat permintaan akan
barang yang ada di pasar. Keseimbangan pasar barang pada
sektor bisnis dicapai ketika output agregat sama dengan
pengeluaran agregat yang direncanakan (C+I). Untuk
perekonomian dua sektor perubahan keseimbangan
dimungkinkan terjadi karena adanya perubahan investasi.55
53
M. Chatib Basri, Rumah Ekonomi Rumah Budaya (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2012) h 89 54
Laporan Indeks Tendensi Bisnis Dan Indeks Tendensi
Konsumen 2018 (Jakarta: Bps, 2018) h 23-28. www.bps.go.id 55
Tri Kunawangsih Pracoyo dan Antyo Pracoyo, Aspek Dasar Ekonomi Makro di Indonesia (Jakarta : Grasindo, 2005) h 70-
74.
166
Namun perekonomian benar-benar berada dalam
keseimbangan hanya jika terpenuhinya keseimbangan umum,
yaitu terjadi keseimbangan pada semua pasar secara simultan.
Keadaan yang memenuhi syarat di mana keadaan
perekonomian yang tingkat pendapatan dan tingkat bunganya
stabil.56
Perencanaan kestabilitas uang pada suatu negara akan
berpengaruh terhadap perkambangan pasar modal. Negara
mengendalikan ekonomi dapat menggunakan kebijakan (fiskal
dan moneter). Jumlah uang akan mempengaruhi tingkat
bunga, yang pada selanjutnya pengaruhi harga sekuritas dan
hampir semua kegiatan ekonomi khusunya arus keluar masuk
valuta asing (neraca pembayaran) dan mempengaruhi harga
sekuritas.57
Isu akitvitas ekonomi terkait dengan iklim investasi
sangat berpengaruh terhadap pemberantasan korupsi membuat
suku bunga meningkat dan peningkatan jumlah uang beredar.
Untuk tingkat inflasi dan nilai tukar relatif stabil kurang
terpengaruh dampak korupsi. Menurut Kumeida dkk, (2015)
penurunan korupsi akan meningkatkan arus investasi langung
luar negeri dan mengendalikan jumlah uang yang beredar agar
dapat stabil di negara.58
Asalkan stabilitas politik terpenuhi,
keadilan dalam pemerataan kemakmuran, tidak ada gejolak
social, konsistensi penegakan hokum, tidak ada korupsi,
stabilitas nilai mata uang okal terjaga dan lembaga pasar uang
dalam jangka panjang.
Berkenaan dengan stabilitas ekonomi, Ibn Khaldun
dalam bukunya Muqaddimah mengatakan bahwa ekonomi
56
Ali Ibrahim Hasyim, Ekonomi Makro h 81. 57
Eduardus Tandelilin, Pasar Modal & Manajemen Portofolio h 211
58 Kunieda, Okada, dan Shibata, ‚Corruption, Capital
Account Liberalization, and Economic Growth.‛
167
(stabilitas) adalah faktor kunci bagi sektor-sektor lain.
Ekonomi yang baik mengarah pada stabilitas sektor lain.
Sebaliknya, manajemen ekonomi yang buruk dapat
membahayakan sektor lain.59
ketersediaan dan mobilisasi
sumber daya merupakan sine qua non untuk pembentukan
modal riil dan, karenanya dibutuhkan dalam pembangunan
ekonomi suatu negara. Proses pengembangan nyata hanya
dapat dicapai jika sumber daya dimobilisasi secara efisien dan
diubah menjadi kegiatan yang produktif. Ditumpang dengan
pengembangan sistem keuangan Islam yang efisien dalam
menyediakan hubungan vital antara tabungan dan investasi
adalah penting sehingga mendapat mengatasi problematika
sistem ekonomi negara yang sakit serta mengubah arah iklim
investasi yang didukung oleh ekonomi syariah menjadi
berkembang pada negara termasuk negara Indonesia.60
B. Peran Pemerintah pada Iklim Investasi Syariah Di Pasar
Modal Indonesia Dalam Tinjauan Makroekonomi Islam.
Peran pemerintah sebagai the guardian of the industry
menjadikan sponsor utama, penerapan market to market
berdasarkan generally accepted valuation principle61, satu misi
59
Bedjo Santoso, Ahamed Kameel Mydin Meera, dan Khaliq
Ahmad,“IsGoldDinartheAppropriateMoneyinIslam ?,”Journal
of Islamic Finance 6, no. Special Issue (Januari 2017): 73–90,
https://doi.org/10.12816/0047341. 60
Abul Hassan, M.A. Choudhury, Islamic Economics: Theory and Practice (UK: Routledge , 2019) h 281.
61 Prinsip penilaian yang diterima secara umum yaitu adanya
kesepakatan di seluruh dunia mengenai fundamental yang
mendukung disiplin penilaian, hukum lokal dan keadaan ekonomi
mungkin membutuhkan aplikasi khusus (dan kadang-kadang
terbatas), tetapi dasar-dasar metode dan teknik penilaian secara
umum mirip di hampir seluruh dunia. Hal ini terdiri dari konsep
168
utama pemerintah adalah menciptakan governance yang kuat,
di mana Indonesia telah menjadi salah satu negara dalam
keseriusan pemerintah dan pelaku pasar modal untuk
menciptakan sebuah industri yang lebih sehat dan kompetitif
secara nasional maupun internasional. Dalam pelaksanaan
tugas pembangunan ekonomi nasional, pemerintah harus
mendukung segala proses kegiatan dan mengawal setiap
kegiatan perekonomian. Termasuk pada sektor industri
keuangan terutama pasar modal yang memiliki peran yang
penting dalam mendorong pembangunan nasional. Barnanke
dan Kutter menyatakan efek dari kebijakan moneter pada
tujuan makro ekonomi tidak langsung dan tertinggal, dan
pengaruh langsung terhadap kebijakan moneter adalah pasar
modal.62
Perkembangan pasar modal pada investasi syariah dalam
beberapa tahun terakhir memberikan kontribusi yang besar
terhadap arah perekonomian Islam terutama pembangunan
berskala nasional.63
Dengan kajian keuangan syariah di
tanah dan properti konsep real estat dan aset, harga, biaya, pasar,
nilai dan nilai pasar. 62
Bernanke, B., and M. Gertler, Agency Costs, Net Worth and Business Cycle, American Economic Review 79, 1989, h 14-31.
63 Pada periode presiden Jokowi 2015 di bidang ekonomi
yang dihadapi tidaklah mudah, secara umum paket kebijakan
ekonomi yang dikeluarkan dalam kebijakannya, berupaya untuk
dapat menyentuh berbagai aspek peningkatan pertumbuhan ekonomi
Indonesia. tujuannya untuk menangkal perlambatan dan keluar dari
zona merah ekonomi terutama dampak dari perlambatan ekonomi
dunia dan faktor-faktor makroekonomi yang dapat mempengaruhi
ekonomi domestik dengan cara memberikan perhatian kepada
investasi yaitu memperbaiki struktur ekonomi yang lebih kondusif
bagi perkembangan industri, kepastian berusaha di bidang
perburuhan, kemudahan investasi, memangkas berbagai perizinan
serta memperluas akses masyarakat untuk mendapatkan kredit
169
Indonesia yang mengalami peningkatan dan penyesuaian
terhadap lingkungan ekonomi Indonesia terutama pasar modal
syariah yang berkontribusi dalam rancangan pembangunan
nasional. Rancangan tersebut sebagaimana yang tertuang
dalam masterplan Komite Nasional Keuangan Syairah
(KNKS) untuk membantu pemerintah mencapai tujuan umum
pembangunan nasional di antaranya:64
a. Menarik investasi asing untuk mendanai proyek-
proyek infrastruktur, pendidikan, pertanian dan lain-
lainnya yang diperlukan.
b. Menggerakkan tabungan domestik untuk pembiayaan
proyek-proyek nasional dan mendukung iklim
investasi yang lebih baik;
c. Meningkatkan daya saing industri keuangan dengan
mempromosikan persaingan yang sehat antara
institusi keuangan konvensional dan syariah dengan
berfokus pada inovasi produk, kualitas pelayanan, dan
efisiensi melalui skala ekonomi dan tataran bermain
yang setara;
d. Meningkatkan peran Indonesia dalam mendukung
keuangan syariah mengingat Indonesia merupakan
negara yang berpenduduk Muslim terbesar di dunia.
Pembangunan ekonomi harus di topang investasi yang
merupakan salah satu lokomotif pembangunan dan sebagai
perbankan. Dari sini ada beberapa kebijakan presiden Jokowi yang
terfokus pada tiga hal besar yakni: meningkatkan daya saing
industri; mempercepat proyek-proyek strategi nasional dan
mendorong iklim investasi di sektor properti. Widhu Putra,
Perekonomian Indonesia h 10. 64
Komite Nasional Keuangan Syairah (KNKS), Masterplan
Arsitektur Keuangan Syariah Indonesia 2019-2024 h 6
170
salah satu sumber pembangunan ekonomi.65
Begitu penting
peran dan dukungan investasi terhadap kelanjutan
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia sangat
disadari betul oleh pemerintah. Sebab beberapa pembangunan
proyek-proyek membutuhkan dukungan dana yang besar.
Untuk itu peran pemerintah baik pusat maupun daerah sangat
penting, nilai jual daerah terhadap investor sangat ditentukan
oleh kondisi daerah maupun nasional. Kondisi yang dimaksud
adalah kualitas SDM pemerintah, manajemen pelayanan,
kualitas masyarakat, fasilitas dan kemudahan yang diberikan
serta stabilitas politik dan penegak hukum.66
Namun ada beberapa hambatan yang dihadapi oleh
industri keuangan pada investasi syariah di pasar modal dalam
rangka mengembangkan industri keuangan syariah
diantaranya: a. Literasi terhadap pemahaman masyarakat
mengenai pasar modal syariah; b. Risiko pasar dalam negeri
yang mengakibatkan investor tidak berminat; c. Aturan masih
mempersulit investor untuk berinvestasi; d. lingkungan politik
dan ekonomi yang dianggap belum stabil. Diperlukannya
koordinasi dan sinergi kebijakan dalam mendorong lembaga di
bawah kontrol pemerintah dapat menjadi lokomotif
pengembangan pangsa pasar modal pada investasi syariah
baik sebagai pihak penerbit maupun sebagai investor.67
Strategi pengembangan pasar modal syariah sebagaimana
tertuang dalam roadmap pasar modal syariah 2015-2019 yaitu
perlunya pengupayaan penguatan pengaturan atas produk,
lembaga dan profesi yang terkait dengan investasi syariah di
65
Iyah Faniyah, Investasi Syariah dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia h 49
66 Widhu Putra, Perekonomian Indonesia h 136-137.
67 Andri Soemitra, Bank & Lembaga Keuangan Syariah:
Edisi Kedua (Jakarta: Prenada Media, 2017) h 150
171
pasar modal Indonesia, dalam rangka mempercepat
pertumbuhan pasar modal berbasis syariah diperlukan
peningkatan supply dan demand atas produk dan jasa pasar
modal syariah masih rendah tingkat likuiditas produk syariah,
serta melakukan koordinasi kebijakan dalam pengembangan
investasi syariah.68
Pada bagian ini bagaimana pemerintah dapat berperan
sebagai investor dan pemegang kebijakan (Policy Maker)
sebagai salah satu praktik dari kebijakan fiskal dari sisi
pengeluaran dan kebijakan moneter untuk menekan gejolak
dalam pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi adalah
bagian penting dari pembangunan negara, keberhasilan tidak
akan terlihat tanpa adanya hasil riil berupa pertumbuhan dari
sesuatu yang dibangun oleh pemerintah di bidang ekonomi.
Dalam hal ini pertumbuhan ditandai dengan masuknya dana
ke dalam sistem ekonomi suatu negara.69
Salah satu peran
pemerintah dalam mengatur perekonomian adalah dengan
penerapan kebijakan yang baik dan mengarah kepada
kedaulatan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
dengan mengalokasikan pengeluaran pemerintah untuk
pembangunan sarana dan prasarana terutama untuk
menunjang iklim investasi syariah.
Pertumbuhan ekonomi membutuhkan lingkungan politik
(Political Stability) yang stabil agar dapat menciptakan
insentif untuk investasi, sistem hukum terhadap korupsi,
penyuapan dan pengembalian alih hasil-hasil dari investasi.
Bahkan dalam lingkungan yang kondusif atau tidak ada
kejahatan pun keputusan politis dapat memengaruhi insentif
untuk berinvestasi dan produktivitas dari investasi tersebut
68
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Roadmap Pasar Modal Syariah 2015-2019 Devisi Pasar Modal Syariah h xx
69 Windhu Putra, Perekonomian Indonesia h 138
172
termasuk peraturan-peraturan seperti pada perdagangan surat
berharga, perlindungan terhadap pemikiran melalui hak-hak
dan pada masalah-masalah yang lain.70
Faktor-faktor lain yang
mempengaruhi iklim investasi seperti 1. Kualitas
infrastruktur; 2. Kualitas Keamanan; 3. Transparansi urusan
pemerintah; 5. Kondisi makroekonomi; 6. Kualitas
kelembagaan;71
faktor ini akan menjadi PR bagi pemerintah
dalam menjaga stabilitas iklim investasi agar membangun
negara ini lebih baik dari negara-negara yang lain.
Upaya perbaikan iklim investasi untuk menarik investor
lokal maupun asing telah diupayakan oleh pemerintah yaitu
dengan memberikan banyak produk investasi dengan arah
baru bagi para investor yaitu investasi syariah. Inovasi
investasi ini telah diupayakan untuk menarik modal dari
masyarakat untuk mau menanamkan modal mereka di pasar
modal. Di mana ada inovasi dalam investasi menjadi pembeda
dalam karakteristik dalam investasi di pasar model Indonesia
yang mungkin dapat membantu mendorong masyarakat
terutama muslim indonesia turut andil dalam pembangunan
negara.
Mengarahkan kebijakan yang tepat dalam iklim
investasi72
memainkan peran yang sangat penting dalam
70
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islam, h 139 71
Sjamsul Arifin, Bangkitnya perekonomian Asia Timur: Satu Dekade Setelah Krisis h 173.
72 Secara umum, ini termasuk tiga kategori besar, yang
pertama mencakup masalah ekonomi makro atau tingkat negara,
seperti kebijakan fiskal, moneter, nilai tukar dan stabilitas politik.
Yang kedua meliputi tata kelola dan lembaga, termasuk pelecehan
birokrasi dan sistem keuangan dan hukum. Kategori terakhir
mencakup infrastruktur yang diperlukan untuk investasi produktif,
termasuk transportasi, listrik, dan komunikasi. Lihat Mary
Hallward-Driemeier, Scott Wallsten, dan Lixin Colin Xu,
173
menentukan seberapa besar hambatan dan peluang yang
diuntungkan bagi para pelaku terkait dengan investasi.
Mensimulasikan peraturan dengan tepat akan menciptakan
iklim investasi yang menarik seluruh yurisdiksi nasional
walaupun secara teknis sangatlah sulit karena banyak berbagai
kepentingan yang harus diikutsertakan dan secara politis dan
sosial bersifat destabilisasi.73
Juga, dalam mengidentifikasi
hambatan iklim investasi bank dunia, WEF dan JETRO untuk
Asia menganalisa berbagai sekmen terhadap pengaruh
perjalanan investasi, di antaranya:74
a. Kondisi infrastruktur yang kurang memadai
b. Kebijakan yang tidak jelas dan tidak pasti dari
pemerintah maupun perusahaan
c. Prosedur perpajakan yang sulit dan rumit
d. Prosedur perdagangan yang sulit dan rumit
e. Upah buruh yang semakin mahal
f. Masalah perburuhan seperti demonstrasi dll.
Dari faktor di atas yang mempengaruhi daya saing global
terhadap dorongan investasi perlu dipertimbangkan bagi
pemerintah75
Indonesia masih harus meningkatkan
‚Ownership, Investment Climate and Firm Performance.: Evidence
from Chinese Firms,‛ The Economics of Transition 14, no. 4
(Oktober 2006): 629–47, https://doi.org/10.1111/j.1468-
0351.2006.00267.x. 73
Majalah Prospek Cerah Investasi Di Kabupaten Pakpak
Bharat (Pidii, 2019) h 10. 74
Sjamsul Arifin, Bangkitnya Perekonomian Asia Timur: Satu Dekade Setelah Krisis h 174
75 Dalam persaingan globalisasi ini, peran negara tidak cukup
menjadi penjaga, tugas negara menjalankan peran sebagai: a.
Perintis di dalam penyediaan barang dan jasa di bidang-bidang
produksi yang belum cukup atau kurang merangsang prakarsa dan
minat pengusaha; b. Pengelola dan pengusaha di bidang-bidang
produksi yang penting bagi negara; c. Pengelola dan pengusaha di
174
ketersediaan infrastruktur, stabilitas makroekonomi, serta
kesehatan dan pendidikan, risiko nilai tukar rupiah juga
menjadi kendala kondisi pendukungan investasi.76
Iklim investasi di Indonesia masih dianggap masih sulit
karena masih banyaknya aturan yang membuat para investor
sulit untuk menanamkan modal di Indonesia menurut Kepala
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Thomas
Lembong, mengklaim iklim investasi di Indonesia pada
beberapa tahun agak berat. Menurut Thomas, sejumlah faktor
yang memengaruhi tak lain terkait gejolak nilai tukar mata
uang rupiah di awal kuartal II 2018 hingga ancaman perang
dagang di pasar global. Thomas menilai pemberian insentif
yang merupakan inisiatif dengan Kementerian Perindustrian
itu dapat berdampak optimal. Pasalnya 40% dari investasi
nasional merupakan sektor industri. Pemberian insentif
tersebut dinilai dapat menjadi daya tarik tersendiri mengingat
persaingan antar negara untuk menarik investor asing saat
perang dagang menjadi kian sengit.77
Menurut beberapa ahli
bidang-bidang produksi yang menguasai hajat masyarakat; d.
Mengimbangi bagi kekuatan pasar pengusaha swasta; e. Penunjang
pelaksanaan kebijaksanaan negara. Bernhard Limbong, Ekonomi Kerakyatan Dan Nasionalisme Ekonomi, h 294-295.
76 Tim Bank Indonesia, Masyarakat Ekonomi ASEAN
(MEA) 2015 (Jakarta: Gremedia, t.t) h 202. 77
Kepala BKPM: Iklim Investasi di Indonesia Tahun Ini
Agak Berat", https://tirto.id/kepala-bkpm-iklim-investasi-di-
indonesia-tahun-ini-agak-berat-cN2p. Diakses 01 Jun. 19. 13.46 am.
Menambahkan disisi yang lain Kepala Badan Koordinasi Penanaman
Modal ( BKPM) Thomas Lembong mengakui capaian investasi
sepanjang tahun 2018 masih jauh dari harapan. Pertumbuhan
investasi melambat dari di atas 10 persen pada 2017 menjadi sekitar
4 persen pada 2018. Hal ini menyebabkan pertumbuhan ekonomi
sepanjang 2018 tak mencapai target. "Memang realisasi investasi di
2018 cukup mengecewakan. Itu tentunya juga jadi salah satu faktor
175
seperti Marx, Hebarmas dan Rawls kita dapat menentukan
pelbagai pemikiran mengenai peran negara salah satu yaitu
perlunya perbaikan-perbaikan dalam regulasi terhadap pasar
modal. Ketika globalisasi kian merambah dan menjadi Mega
kapitalis, maka peran negara membangun politik regulasi
dalam tingkat yang sangat tinggi untuk mengimbanginya.78
Untuk itu perlu dikaji bagian yang mempengaruhi iklim
investasi yang akan ditinjau daru persepktif Ekonomi Islam
sebagaimana yang akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Stabilitas Ekonomi dalam Tinjauan Makroekonomi
Islam
Stabilitas ekonomi mengacu pada kondisi di mana
output nasional tumbuh dengan baik dengan inflasi yang
rendah serta penggunaan sumber daya yang maksimal.79
Sutton dan Tosovky menyatakan bahwa stabilitas ekonomi
adalah situasi atau kondisi di mana sistem tersebut dapat;
mengalokasikan sumber daya secara efisien ke dalam kegiatan
produktif pada waktu yang berbeda-beda; memprediksi dan
mengukur risiko finansial dan menyerap guncangan (shock)
artinya stabilitas ekonomi meliputi efisiensi dan ketahanan
sistem keuangan yang notabene merupakan suatu konsep
kompleks.80
ya g menyebabkan ekonomi secara total di bawah keinginan kita," :
Ambaranie Nadia Kemala Movanita, "BKPM: Realisasi Investasi
Tahun 2018 Cukup Mengecewakan", https://ekonomi.kompas.com/ 78
Bernhard Limbong, Ekonomi Kerakyatan dan Nasionalisme Ekonomi,( Jakarta : Margaretha Pustaka, 2011) h 294.
79 Karl E. Case dan Ray C Fair, Prinsip-Prinsip Ekonomi
Edisi 8, h 19 80
Tim Bank Indonesia, IMF & Stabilitas Keuangan Internasional (Jakarta: Alex Media Komputindo, t.t) h 13.
176
Pada umumnya, pemerintah berupaya menciptakan
stabilitas keamanan dan politik, memelihara kestabilan
ekonomi agar menciptakan iklim investasi yang kondusif. Hal
ini sejalan dengan Samuelson menyatakan dalam rangka
meningkatkan dan memperbaiki iklim investasi, pemerintah
harus melakukan efisiensi, keadilan dan juga stabilitas dalam
negara.81
Bagi Indonesia efisiensi, keadilan dan stabilitas
tersebut di atas secara penuh masih dalam level proses dan
pemerintah harus memperbaiki untuk meningkatkan stabilitas
ekonomi.82
Prinsip dasar keuangan untuk mencapai kestabilan
ekonomi dalam tinjauan keuangan Islam yaitu dengan
mewujudkan prinsip-prinsip keadilan sosial dan ekonomi,
efisien, dan pertumbuhan ekonomi yang di atur dalam al-
Quran dan Sunah. Keuangan Islam sama sekali berbeda dari
keuangan konvensional untuk mencapai kestabilan makro
ekonomi.83
Tidak hanya melarang semua bentuk bunga,
81
Iyah Faniyah, Investasi Syariah dalam Pembangunan
Ekonomi Indonesia h 66. 82
Dilansirkan di antarnews menurut pendapat Bahana
Sekurita Muhammad Wafi menuturkan stabilitas ekonomi nasional
yang terjaga dapat memberikan harapan bagi investor untuk tetap
berinvestasi di pasar saham. ‚bagi investor yang penting stabilitas
ekonomi di dalam negeri terjaga, mengingat kondisi perekonomian
global masih dibayangi ketidakpastian. IHSG melemah, Analis:
Stabilitas ekonomi bikin investor bertahan di pasar saham.
https://www.antaranews.com di akses 14 Juni 2019 jam 02.23 p.m. 83
Keuangan Islam sekarang merupakan segmen material dari
dunia keuangan global. Apakah kemunculannya sebagai kekuatan
signifikan dan bersaing dalam penyediaan jasa keuangan sesuai
dengan paradigma ekonomi Islam dan pandangan dunianya masih
harus dilihat. Ada beberapa temuan teoritis dan empiris yang
menjanjikan yang menunjuk pada kontribusi positif keuangan Islam
untuk inklusi keuangan, stabilitas keuangan, atau bahkan
177
transaksi berbasis spekulasi84
, dan perdagangan utang, ia tidak
menggunakan pinjaman dan kredit sebagai bentuk
intermediasi keuangan.85
Zarqa memiliki pandangan bahwa
sistem ekonomi Islam yang dimiliki oleh sistem Islam
berbasis ekuitas (bebas bunga) dapat berkontribusi, sementara
sistem berbasis bunga mempredisposisi ekonomi terhadap
perkembangan ekonomi yang lebih baik. Namun, masih ada
keraguan apakah keuangan Islam dapat membedakan dirinya dari
mitra konvensionalnya. Atau, pada akhirnya, akan ada konvergensi
antara keduanya, dengan keuangan Islam menjadi serupa dengan
keuangan konvensional. Pada saat yang sama, keuangan Islam masih
dikepung oleh masalah-masalahnya sendiri, yang meliputi
kurangnya standarisasi dan harmonisasi, sumber daya manusia dan
bakat yang tidak memadai, dan kerangka kerja yang tidak memadai
untuk menangani risiko yang unik bagi keuangan Islam. Masalah-
masalah ini menambah kebutuhan untuk memiliki efek nyata yang
nyata dari keuangan Islam yang sejalan dengan tujuan
syariahnya.Mansor H. Ibrahim dan Nafis Alam, ‚Islamic Economics
and Islamic Finance in the World Economy,‛ The World Economy
41, no. 3 (Maret 2018): 668–73, https://doi.org/10.1111/twec.12506. 84
Spekulasi pasar modal cenderung mengguncangkan harga
melalui pembelian yang berlebihan manakala harga diperkirakan
meningkat atau menjual ketika harga sedang turun. Dalih yang
mengatakan bahwa spekulasi yang dilakukan oleh spekulan
membantu menstabilkan harga saham (atau iklim investasi dalam
skala besar) hanya benar jika spekulan bergerak menurut arah yang
berbeda-beda dan bagian-bagian terpisahkan itu bergerak saling
mengoreksi. Ini dapat terjadi kalau tidak ada perbedaan dalam harga
jual dan harga beli saham-saham. akan tetapi namanya juga
spekulasi, tentu menyangkut penilaian dan antisipasi yang
didasarkan pada sekedar informasi dan rumor yang ada. Lihat Umar
Chapra, al-Quran Menuju Sistem Moneter Yang Adil, h 74. 85
Hossein Askari, Zamir Iqbal, Noureddine Krichene And
Abbas Mirakhor The Stability Of Islamic Finance h 80
178
ketidakstabilan.86
Kebijakan stabilisasi adalah implementasi
kebijakan moneter dan fiskal yang dirancang untuk
memperlunak fluktuasi perekonomian, khususnya fluktuasi
laju pertumbuhan ekonomi, inflasi dan tingkat
pengangguran.87
Tujuan dari stabilitas (moneter dan fiscal) dalam
indikator ekonomi adalah terciptanya keadilan ekonomi yang
dijalankan dengan sistem Islam, sehingga pertumbuhan
ekonomi dan kesempatan kerja penuh, tingkat inflasi bukan
merupakan tujuan melainkan sebagai sarana untuk
menciptakan distribusi ekonomi yang adil. Oleh karena itu,
stabilitas ekonomi hanya merupakan indicator yang harus
dicapai agar distribusi ekonomi yang adil tidak dapat dicapai
tanpa stabilitas ekonomi? Distribusi ekonomi tetap dapat
dijalankan, namun tentunya tidak dapat mencapai sasaran
secara optimal.88
Maka demikian stabilitas merupakan kondisi
yang diupayakan tetap ada sehingga kedua fungsi pemerintah
sebelumnya tetap dapat dijalankan, karena itu, stabilitas dan
keakuratan perkiraan dalam lingkungan perekonomian yang
sangat penting mengakumulasi kapital dan pertumbuhan
produksi. Akan tetapi korupsi telah menyebabkan banyaknya
diskontraksi antar pelaku ekonomi dan pemerintahan. Umar
chapra menuturkan bahwa kinerja stabilitas ekonomi yang
lebih baik akan dapat mereduksi kesulitan-kesulitan investor
dan kesenjangan yang cenderung diciptakan oleh resesi,
inflasi, pergerakan harga yang tak menentu dan kurs asing.
Oleh karena itu, sekalipun dalam masyarakat muslim tidak
86
Muhammad Anas Zarqa, ‚Stability in an interest-free
Islamic economy- A note.pdf,‛ Pakistan Journal of Applied Economic 2, no. 2 (1983): 181–88.
87 Ali Ibrahim Hasyim, Ekonomi Makro h 8.
88 Nurul Huda, dkk., Keuangan Publik Islami: Pendekatan
Teoritis dan Sejarah, h 70.
179
akan bergantung pada optimalitas pareto dalam
memformulasikan untuk mencapai suatu kebijakan dan
menekankan pertumbuhan ekonomi yang optimal dan
meminimalisasikan ketidakpastian sangat diperlukan untuk
memenuhi implikasi dari Khalifah dan ‘adalah.89
Resep-resep kebijakan dalam ekonomi Islam telah
menjadi saran (penghapusan spekulasi pasar modal dan Riba
diganti dengan penerapan karena bagi hasil dengan
pembayaran tunai) kedua hal ini akan menjamin sehatnya
pasar modal yang sangat penting bagi jalannya perekonomian
atas dasar modal sendiri yang efisien.90
Ada alasan untuk
meyakini bahwa hubungan antara finansial dan pertumbuhan
riil ekonomi akan menjadi kuat dalam ekonomi Islam di mana
bagi hasil dapat diharapkan memiliki pengaruh positif yang
signifikan pada proses investasi-tabungan. Hubungan positif
antara ekspansi pasar keuangan dan pengembangan keuangan
di satu sisi dan antara pengembangan keuangan dan
pembangunan ekonomi di sisi lain mengharuskan partisipasi
aktif oleh otoritas moneter dalam mengembangkan
infrastruktur keuangan perekonomian.91
2. Kualitas Infrastruktur Terhadap Meningkatkan
Investasi Dalam Tinjauan Ekonomi Islam
Infrastruktur merupakan salah prasyarat utama untuk
mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan
berkelanjutan. Ketersediaan infrastruktur yang merata
menunjukkan adanya investasi, dan investasi yang merata
89
Muhammad Umer Chapra, Islam Dan Tantangan Ekonomi
h 215 90
Umar Chapra, al-Quran Menuju Sistem Moneter yang Adil, (Yoyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 1997) h 75
91 Hossein Askari, Zamir Iqbal, Abbas Mirakhor, Introduction
to Islamic Economics: Theory and Application h 285.
180
mencerminkan adanya pembangunan dan mampu melayani
pergerakan ekonomi.92
Pemerintah dalam melaksanakan
pembangunan di seluruh wilayah Indonesia mengeluarkan
sejumlah kebijakan untuk meringankan beban dunia usaha.
Prioritas pertama, pemerintah meminta pemda memberikan
fasilitas dan kemudahan agar usaha bisa tetap berjalan baik.
Prioritas kedua adalah peningkatan pembangunan proyek
infrastruktur di seluruh Indonesia untuk mengatasi gelombang
pengangguran, seperti jalan, jembatan, pelabuhan, dermaga,
energi, perhubungan dan perumahan. Selain akan menyerap
tenaga kerja, proyek infrastruktur juga membuat
perekonomian akan bergerak.93
Ada beberapa komponen
dalam suatu negara yang harus dibenahi dengan
mengembangkan infrastruktur di antara:94
1. Perlunya perbaiki kapasitas kelembagaan dan tata
kelola pemerintah karena sangat penting untuk
memulihkan kepercayaan masyarakat dan investor
dalam meningkatkan iklim investasi.
2. Isu spending infrastrucutr dalam mendukung
investasi infrastruktur karena anggaran negara
untuk sektor ini masih minim dan lebih banyak
mengandalkan sektor swasta dan perbankan
92
Entatarina Simanjuntak, Luhur Selo Baskoro, Melisa
Aulia, Iman Argiono, Menik Wahyuningsih, Pemantauan
Pelaksanaan Investasi Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum,
(Jakarta: Pusat Kajian Strategis Kementerian Pekerjaan Umum,
2015) h 1. Rosramadhana, Bungaran Antonius, Strategi dan Problem Sosial Politik Pemerintahan Otonomi Daerah Indonesia (Jakarta:
Yayasan Obor Pustaka, 2018) h 109. 93
Rindang Bangun Prasetyo, ‚Pengaruh Infrastruktur Pada
Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Di Indonesia,‛ Jurnal Ekonomi Dan Kebijakan Pembangunan 2, No. 2 (Mei 2009): 15.
94 Ainur Rofiq, Kemajuan Ekonomi Indonesia h 47.
181
3. Masalah lain yang juga perlu dipertajam adalah isu
seberapa besar strategi ideal yang dipenuhi agar
rakyat miskin memiliki akses terhadap infrastruktur
dan memenuhi target MDGs;
4. Untuk mempercepat pemerataan pembangunan dan
pengentasan kemiskinan.
Pembangunan infrastruktur dalam tinjauan ekonomi
Islam sebagaimana yang telah dilakukan pada zaman nabi
Muhammad SAW, beliau membangun infrastruktur berupa
sumur umum, pos, jalan raya, dan pasar. Kemudian
dilanjutkan oleh para khalifah seperti Umar ibn Khattab r.a.,
telah mendirikan dua kota perdagangan yang besar yaitu
Basrah (sebagai pintu masuk perdagangan dengan romawi)
dan kota kuffah (sebagai pintu masuk kota persia), selain itu
juga khalifah Umar juga membangun kanal dari Fustat ke laut
merah, sehingga orang yang membawa gandum ke kairo tidak
perlu lagi naik onta karena mereka bisa menyeberang dari
sinai langsung menuju laut merah.95
Dengan pembangunan
infrastruktur tersebut, persediaan dan kapasitas produksi
ekonomi negara Islam berkembang pesat, pada zaman
pemerintah Islam tidak ada masalah bagi orang-orang non-
muslim untuk ikut dalam pembangunan negara Islam.
Di negara Indonesia perkembangan infrastruktur berjalan
sangat cepat sejak era reformasi ini, percepatan ekonomi
digenjot dengan menaikkan proyek infrastruktur yang dapat
membantu bisnis dan mempermudah inverstasi. Pemerintah
Indonesia sadar pentingnya untuk memperbaiki kondisi
95
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islam, h 299.
Ahmad Subagyo, Kamus Istilah Ekonomi Islam, h 100-101. Mustafa
Murrad, Kisah Hidup Umar ibn Khattab h 154. Khalif Muammar,
‚Faktor Kegemilangan Tamadun Islam: Pengajaran Dari Masa
Lalu,‛ Jurnal Hadhari Bil 02 (2009): 18.
182
infrastruktur sehingga dapat memberikan jalan bagi iklim
investasi dan bisnis menjadi lebih menarik. Saat ini, tidak ada
cukup banyak jalan, pelabuhan, bandara, dan jembatan di
Indonesia (ekonomi terbesar di Asia Tenggara), sedangkan-
tidak jarang-kualitas infrastruktur yang sudah ada mampu
memadai kondisi geografi investasi. Namun, pengembangan
infrastruktur Indonesia (baik infrastruktur keras maupun
lunak) bukanlah tugas yang cepat dan mudah. Nusantara
terdiri dari sekitar 17,000 pulau (meskipun banyak dari pulau-
pulau ini tidak ada penghuni dan tidak menunjukkan aktivitas
ekonomi), untuk meningkatkan konektivitas dan menyiratkan
ada kebutuhan untuk fokus pada infrastruktur (dan biaya lebih
mahal). Hal ini terlihat pada tabel dibawah ini bahwa
peningkatan infrastuktur untuk memaju perkembangan iklim
investasi dari tahun ke tahun telah mengalami peningkatan
pembiayaan untuk membangun infrasturktur terutama di era
Kepresidenan Joko Widodo:
183
TABEL 4.1
PENDANAAN INFRASTRUKTUR INDONESIA
Sumber: WorldBank, Data di olah
Data di atas yang di ambil dari Worldbank menjelaskan
pembiayaan pembangunan infrastruktur untuk pembangunan
kemudahan berinvestasi di Indonesia terus mengalami
kenaikan dan penrunan. Setiap Presiden berbeda dalam
mengambil keputusan untuk infrastruktur dan penganggaran
untuk infrastruktur, pada masa presiden Jokowi pembangunan
di genjot untuk upaya memobilisasi dan kemudahan berbisnis
dimana Indonesia tengah mengejar ketertinggalan
pembangunan infrastruktur dalam beberapa tahun terakhir.
Menurut Catatan Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat (PUPR), dalam empat tahun pemerintahan
Presiden Joko Widodo atau hingga Oktober 2018, pemerintah
TAHUN INFRASTRUKTUR
2002 152.278
2003 155.609
2004 318.488
2005 320.724
2006 357.414
2007 357.789
2008 345.240
2009 330.112
2010 520.932.082
2011 599.692.276
2012 641.182.301
2013 576.000
2014 675.005.895
2015 682.389
2016 832.735
2017 892.801
2018 959.307.381
184
telah membangun jalan nasional sepanjang 3.432 km dan jalan
tol sepanjang 941 km.96
Peningkatan infrastruktur
berbarengan dengan peningkatan indeks daya saing. Dikutip
dari laporan Global Competitiveness Report 2019 yang dirilis
World Economic Forum (WEF), tahun 2018, sub-indeks
infrastruktur Tanah Air adalah 67,7. Pada 2018, nilai sub-
indeks infrastruktur Indonesia adalah 66,8. Namun ditahun
2019 pada 2019, indeks daya saing tersebut turun tipis 0,3
poin jadi 64,6.97
Namun peningkatan tersebut banyak dinilai
oleh sebagian public Indonesia sehrus positif tetapi dianggap
negative.
Pembangunan infrastruktur untuk meningkatkan
mobilisasi dalam investasi menurut Prasetyo dan Firdaus
merupakan langkah yang tepat bagi pemerintah untuk
menggenjot pembangunan infrastruktur untuk bisnis agar
memudahkan dunia usaha serta menjadikan pelayanan bagi
investor dalam bisnisnya. Dengan demikian infrastruktur
mempunyai pengaruh yang positif terhadap perekonomian di
Indonesia. Oleh sebab itu kebijakan pembangunan
infrastruktur untuk meningkatkan perekonomian Indonesia
dalam menghadapi krisis global sangatlah tepat dan perlu
96
Yuli Yanna Fauzie, Beda Pembangunan Infrastruktur Era
Soeharto Hingga
Jokowi,https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190108205316-
532-359404/beda-pembangunan-infrastruktur-era-soeharto-hingga-
jokowi. Diakses 15 October 2019, 10.38 am 97
Tirta Citradi, 5 Tahun Jokowi, Infrastruktur Capai Target
Nggak Ya? https://www.cnbcindonesia.com/news/20191014145618-
4-106825/5-tahun-jokowi-infrastruktur-capai-target-nggak-ya/2.
Tirta Citradi, Daya Saing RI Turun, Apa Sih yang Jadi Penyebab
Menurut WEF?.
https://www.cnbcindonesia.com/news/20191010180356-4-
106043/daya-saing-ri-turun-apa-sih-yang-jadi-penyebab-menurut-
wef. Di akses 15 October 2019. 10.48 am
185
mendapatkan dukungan dari berbagai pihak.98
Richaud et al.
mengungkapkan memberikan dukungan tambahan untuk
dampak positif infrastruktur terhadap investasi. Berdasarkan
teori pertumbuhan endogen, mereka membuat model empat
kuasi untuk menyelidiki dampak infrastruktur terhadap
pertumbuhan, perdagangan, investasi domestik, dan investasi
asing. Perkiraan mengkonfirmasi dampak positif infrastruktur
terhadap iklim investasi.99
3. Kepastian Hukum dan Keamanan Investor
Penegakan hukum dan keamanan bagi investor100
merupakan komponen yang tidak dapat dipisahkan dalam
98
Prasetyo dan Firdaus, ‚Pengaruh Infrastruktur Pada
Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Di Indonesia.‛ Jurnal Ekonomi dan
Kebijakan Pembangunan No. 2 Vol. 2. 2009 h 15 99
Christine Richaud dan Khalid Sekkat, ‚Infrastructure and
Growth Spillovers: A Case for a Regional Infrastructure Policy in
Africa,‛ t.t., 26. 100
Permasalahan pokok yang dihadapi penanam modal dalam
memulai usaha di Indonesia diperhatikan oleh Undang-Undang
sehingga terdapat pengaturan mengenai pengesahan dan perizinan
yang di dalamnya terdapat pengaturan mengenai pelayanan terpadu
satu pintu. Dengan sistem itu, sangat diharapkan bahwa pelayanan
terpadu di pusat dan di daerah dapat menciptakan penyederhanaan
perizinan dan percepatan penyelesaiannya. Selain pelayanan
penanaman modal di daerah, Badan Koordinasi Penanaman Modal
diberi tugas mengoordinasikan pelaksanaan kebijakan penanam
modal. Badan Koordinasi Penanaman Modal dipimpin oleh seorang
kepala yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Jabaran
tugas pokok dan fungsi Badan Koordinasi Penanaman Modal pada
dasarnya memperkuat peran badan tersebut guna mengatasi
hambatan penanaman modal, meningkatkan kepastian pemberian
fasilitas kepada penanam modal, dan memperkuat peran penanam
modal. Peningkatan peran penanaman modal tersebut harus tetap
dalam koridor kebijakan pembangunan nasional yang direncanakan
186
menjaga iklim investasi atau bisnis di suatu negara hal ini
agar dapat berjalan suatu investasi dengan pasti, perlu
memprioritaskan dalam kebijakan pemerintah untuk
pembangunan yaitu menciptakan iklim investasi yang
kondusif untuk peningkatan investasi melalui perbaikan
kepastian hukum, penyederhanaan prosedur, perbaikan sistem
informasi dan pengembangan kawasan khusus.101
Oleh karena
itu, pemerintah berupaya untuk melahirkan kepastian hukum
agar penanaman modal baik domestik maupun asing dapat
merasa nyaman dan kondusif serta tertarik untuk
menanamkan modalnya di Indonesia. adanya kepastian hukum
menjadi pertimbangan bagi investor untuk berinvestasi agar
mendapatkan perlindungan usahanya.102
Kejelasan pengaturan
dalam rangka hokum di pasar modal memperkuat kepastian
hokum di dalam investasi, hingga memungkinkan pasar modal
sebagai tempat investasi yang aman dan menarik untuk dapat
menjembatani investasi ke sector-sektor riil dan menyediakan
dengan tetap memperhatikan kestabilan makroekonomi dan
keseimbangan ekonomi antarwilayah, sektor, pelaku usaha, dan
kelompok masyarakat, mendukung peran usaha nasional, serta
memenuhi kaidah tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance). Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal pasal 2 ayat 4.
https://jdih.kemenkeu.go.id/fullText/2007/25TAHUN2007UUPenj.h
tm 101
Iyah Faniyah, Kepastian Hukum Sukuk Negara Sebagai Instrumen Investasi di Indonesia (Yogyakarta: Deepublish, 2018) h
15 102
Muhammad Zaenuddin, Isu, Problematika, dan Dinamika Perekonomian, dan Kebijakan Publik, h 323. Subaidi, ‚Rekonstruksi
Hukum Pasar Modal Syariah Dalam Memberi Jaminan Kepastian
Hukum.Pdf,‛ ISTIDLAL: Jurnal Ekonomi Dan Hukum Islam 01, no.
2 (2017).
187
instrument yang likuid dan stabil sebagai dengan perangkat
hokum pasar modal.103
Pengaturan tentang kegiatan penanaman modal di
Indonesia diatur dalam UU No. 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal. Dalam Pasal 3 ayat (1) huruf a, disebutkan
bahwa kegiatan penanaman modal diselenggarakan
berdasarkan asas kepastian hukum. Sementara itu yang
dimaksud dengan ‚asas kepastian hukum‛ adalah asas dalam
negara hukum yang meletakkan hukum dan ketentuan
peraturan perundang-undangan sebagai dasar dalam setiap
kebijakan dan tindakan dalam bidang penanaman modal.104
Dalam ranah kepastian hukum adalah adanya konsistensi
peraturan dan penegakan hukum di Indonesia sebagai salah
satu tujuan hukum merupakan bagian dari upaya mewujudkan
keadilan.105
Konsistensi peraturan ditunjukkan dengan adanya
peraturan yang tidak saling bertentangan antara satu
peraturan dengan peraturan yang lain, dan dapat dijadikan
pedoman untuk suatu jangka waktu yang cukup106
.
103
Shidarta, Abdul Rasyid, Ahmad Sofian dkk, Aspek Hukum Ekonomi & Bisnis (Jakarta: Kencana, 2018) h 130-131
104 Pada Penjelasan Pasal 3 ayat (1) huruf a UU No. 25 Tahun
2007 tentang Penanaman Modal. Selain asas kepastian hukum
dalam Pasal 3 ayat (1) UU No. 25 Tahun 2007 diatur pula asas
keterbukaan; akuntabilitas; perlakuan yang sama dan tidak
membedakan asal negara; kebersamaan; efisiensi berkeadilan;
berkelanjutan; berwawasan lingkungan; kemandirian; dan
keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. 105
Herri Swantoro, Harmonisasi Keadilan dan Kepastian Dalam Peninjauan Kembali h 176. Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah: Dalam Perspektif Kewenangan Peradilan Agama, h 159-
160. Abdul Manan, Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan Investasi di Pasar Modal Syariah h 195-96.
106 Di beberapa kasus di pasar modal dalam investasi ada
yang di sebut investasi bodong atau investasi ilegal yang ada di
188
Pada zaman khalifah Umar Ibn Khattab menjamin
adanya keamanan dalam perdagangan dalam jalur menuju
kota perdagangan dengan cara membentuk organisasi polisi
yang menjaga kestabilan ekonomi dalam jalur perdagangan.107
Oleh karena itu, perlu adanya penyelenggaran pelayanan
terpadu seperti pelayanan satu pintu terhadap kegiatan
investasi merupakan upaya untuk menciptakan iklim investasi
yang sangat diminati oleh investor. beberapa langkah yang
sudah, sedang dan akan diupayakan pemerintah melalui Badan
Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) di indonesia dalam
melihat potensi iklim investasi seperti Menyederhanakan
proses dan tata cara perizinan dan persetujuan dalam rangka
Indonesia hal ini sangat merugikan beberapa pihak termasuk
investor sendiri maka diperlukan bantuan hukum dan pengawasan
secara masif untuk memberantas investor ilegal dan diperlukan
perlindungan hukum bagi investor untuk menjamin dirinya dari hal
negatif. Lebih lanjut, Satgas Waspada Investasi merilis praktik
penawaran produk atau kegiatan usaha dari 57 entitas yang
menawarkan jasa investasi ilegal. Rinciannya, 33 entitas bergerak di
bidang Foreign Exchange (forex) atau perdagangan berjangka,
sembilan entitas di bidang Cryptocurrency, delapan entitas, Contoh
entitas yang sudah dihentikan kegiatan usahanya tetapi masih
beroperasi adalah PT Maestro Digital Telekomunikasi, PT Global
Mitra Group, dan UN Swissindo di bidang Multi Level Marketing
(MLM), dan tujuh entitas di bidang lainnya. Lihat: Majalah Edukasi
Otoritas Jasa Keuangan Fintech Leading Berkembang Pesat, Potensi
masih Signifikan edisi Juni 2018, sikapiuangmu.ojk..go.id. 107
Munadi Idris dan Nur Rahmah, ‚Masa Keemasan
Keuangan Islam (Perspektif Sejarah),‛ Jurnal Ekonomi Bisnis Syariah 2, no. 1 (24 April 2019): 1–21,
https://doi.org/10.5281/zenodo.2649799. Kharidatul Mudhiiah,
‚Analisis Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Masa Klasik,‛
Iqtishadia 8, no. 2 (2015): 22. Ahmad Munir Hamid, ‚Peran Baitul
Mal Dalam Kebijakan Keuangan Publik,‛ ADILLA: Jurnal Ekonomi Syariah 1, no. 1 (2018): 21.
189
penanaman modal di indonesia; Membuka secara lebih luas
bidang–bidang yang semula tertutup; Memberikan berbagai
skema insentif dalam investasi termasuk di dalamnya
investasi syariah, baik pajak maupun non-pajak;
Mengembangkan kawasan-kawasan untuk menanamkan
modal dengan berbagai kemudahan; Menyempurnakan
berbagai produk hukum dengan mengeluarkan peraturan
perundang-undangan baru yang lebih menjamin iklim
investasi yang sehat; Menyempurnakan proses penegakan
hukum dan penyelesaian sengketa yang efektif dan adil;
Menyempurnakan tugas, fungsi, dan wewenang instansi
terkait untuk dapat memberikan pelayanan yang lebih baik;
Membuka kemungkinan pemilikan saham asing yang lebih
besar.108
C. Implementasi Kebijakan Pengembangan Iklim Investasi
syariah terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia
Dari Sudut Perspektif Makroekonomi Islam.
Indikator-indikator makroekonomi berhubungan
langsung dengan pasar modal syariah menunjukkan bahwa
proses pemulihan perekonomian masih terus berlangsung.109
Melihat iklim ekonomi 15 tahun terakhir pasca-krisis sudah
mengalami perbaikan-perbaikan, namun belum mampu berada
pada titik baik. Lemahnya implementasi kebijakan ekonomi
dan beberapa masalah dalam ekonomi dan non-ekonomi yang
terstruktural membuat lambatnya perekonomian Indonesia.
Hasil yang dicapai dalam perbaikan pada sektor keuangan
108
Ana Rokhmatussa’dyah dan Suratman, Hukum Investasi dan Pasar Modal h 57-58. Yunial Laily Mutiari Dan M Zainul
Arifin, ‚Peran Badan Koordinasi Penanaman Modal Dalam
Memfasilitasi Kegiatan Investasi Asing Langsung Terhadap
Perusahaan Di Indonesia,‛ NURANI 18, no. 2 (Desember 2018): 11. 109
Lilik Salamah, ‚Lingkaran Krisis Ekonomi Indonesia,‛
Masyarakat, Kebudayaan dan Politik XIV, no. 2 (April 2001): 12.
190
(finansial) tidak diiringi dengan hasil pencapaian yang sama
oleh sektor non-keuangan. Bila dilihat dari sisi kebijakan yang
telah diambil oleh pemerintah, tampak permasalahan utama
adalah pada implementasi kebijakan tersebut.110
Mazmanian
dan Sabatier mengutarakan bahwa implementasi adalah upaya
melaksanakan keputusan kebijakan.111
Sehingga ada faktor
implementasi dalam kebijakan di antaranya: Ketertelusuran
masalah; kemampuan undang-undang untuk menyusun
implementasi; variabel non-hukum yang mempengaruhi
implementasi; dan tahapan dalam proses implementasi.112
Implementasi dalam kebijakan menurut Abdul Wahab
adalah suatu tindakan yang mengarahkan pada suatu tujuan
dari individu atau pemerintah dalam lingkungan tertentu
sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu
dengan mencari peluang untuk mencapai tujuan tersebut atau
mewujudkan sasaran kebijakan tersebut. Suatu kebijakan
dikatakan dapat berhasil bila kebijakan tersebut
diimplementasikan untuk mencapai tujuan bersama.113
Maka
dalam hal ini kebijakan ekonomi merupakan upaya
110
Sri Adiningsih, Satu Dekade Pasca-Krisis Indonesia: Badai Pasti Berlalu? h 29.
111 K.I. Hanf, Theo A.J. Toonen, Policy Implementation in
Federal and Unitary Systems: Questions of Analysis h 303. Gedeon
M. Mudacumura, Desta Mebratu, M. Shamsul Haque, Sustainable
Development Policy and Administration h 435. Riant Nugrho D,
Kebijakan Publik Neg. Berkembang h 119. Benny Hjern,
‚Implementation Research — The Link Gone Missing,‛ Journal of Public Policy 2, no. 3 (Agustus 1982): 301–8,
https://doi.org/10.1017/S0143814X00001975. 112
Benny Hjern, ‚Implementation Research — The Link
Gone Missing,‛ h 33 113
Muhammad Ali, Kebijakan Pendidikan Menengah Dalam Perspektif Governance di Indonesia (Malang: Universitas Brawijaya
Press, 2017) h 36
191
pemerintah untuk mencapai perekonomian yang diinginkan
oleh negara dengan tujuan kemaslahatan masyarakat.
Sebab itu untuk melihat kinerja ekonomi secara
keseluruhan dalam ekonomi makro menekankan perhatiannya
pada kebijakan ekonomi dan variabel-variabel ekonomi yang
mempengaruhi kinerja perekonomian dengan mengumpulkan
data pendapatan, harga, pengangguran, produksi, investasi
dan berbagai variabel ekonomi lainnya. Dari data tersebut
diketahui bahwa antar variabel saling memiliki
ketergantungan maupun saling mempengaruhi. Dalam hal
untuk menciptakan iklim investasi yang menggairahkan
pemerintah perlu melakukan inisiatif misalnya dengan insentif
suku bunga dan mengendalikan iklim usaha serta keamanan
yang kondusif bagi para pelaku pasar.114
Peran pasar modal
sebagai pendanaan akan semakin meningkatkan dengan
mengaju pada indikator ekonomi yang kondusif terhadap
pasar modal seperti tingkat suku bunga yang rendah, inflasi
yang terkendali serta nilai tukar yang relatif stabil. Di
samping itu, kebijakan-kebijakan yang kemungkinan hal itu
efektif sekiranya pemerintah atau otoritas mempersiapkan
suatu rancangan kebijakan strategis untuk jangka panjang
maupun jangka menengah dalam mengolah sumber daya yang
ada di Indonesia.115
Sunaryati Hartono menyatakan bahwa prinsip utama
dalam menentukan kebijakan ekonomi pemerintah terletak
pada peningkatan kesempatan serta kesanggupan masyarakat
untuk pembangunan nasional. Optimalisasi sumber
pembiayaan dalam negeri antara lain adalah pengembangan
114
Ali Ibrahim Hasyim, Ekonomi Makro h 9. 115
Burhanuddin Abdullah, Jalan Menuju Stabilitas: Mencapai Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan (Jakarta: LP3ES, 2006) h
315.
192
investasi.116
Salah satu implementasi kebijakan dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, (disingkat
RPJM Nasional) tahun 2014-2019 memprioritaskan dalam
pelaksanaan pembangunan dalam iklim investasi melalui
perbaikan hukum, penyederhanaan prosedur, dll. kebijakan
pendanaan investasi ini diarahkan untuk menjamin
ketersediaan pendanaan pembangunan kemandirian dalam
pendanaan pembangunan, memberikan insentif bagi investasi
yang menciptakan kesempatan kerja besar (padat pekerja) dan
bagi pelaku usaha menengah.117
Upaya pemerintah dalam mengembangkan iklim
investasi yang kondusif tertuang dalam paket kebijakan
pembangunan ekonomi jilid II yang diwujudkan dengan
menciptakan iklim investasi yang nyaman dan terfokus
dengan kegiatan investasi di Indonesia di antaranya: Pertama,
adanya pelayanan perizinan investasi 3 jam. Layanan kilat ini
berlaku untuk investor yang melakukan investasi di kawasan
industri dengan nilai minimal Rp100 miliar dan menyerap
minimal 1.000 tenaga kerja lokal. Hanya dalam tiga jam,
investor akan mendapatkan 8+1 izin sekaligus sesuatu yang
membutuhkan berhari-hari kalau diurus satu per satu. Kedua,
116
Iyah Faniyah, Investasi Syariah Dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia h 23.
117 Lihat Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2
Tahun 2015 rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2015-2019 BAB 4 Kerangka Makro Ekonomi, sub-sub
4.3 Kebutuhan Investasi dan Sumber Pembiayaan. Investasi
didorong dan mencapai sekitar 10,4 persen pada tahun 2017, dan
12,1 persen pada tahun 2019. Dorongan kuat dari investasi akan
meningkatkan kontribusi ekspor barang dan jasa, serta konsumsi.
Ekspor diperkirakan tumbuh 8,8 persen pada tahun 2017, dan
mencapai 12,2 persen pada tahun 2019. Konsumsi masyarakat dan
konsumsi pemerintah tumbuh secara bertahap dan masing-masing
mencapai 6,1 persen dan 2,5 persen pada tahun 2019.
193
percepatan Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk
penerbitan tax allowance,118
salah satu insentif yang
ditawarkan untuk investor di Indonesia. Dengan percepatan
ini, investor tidak harus menghadapi birokrasi yang berbelit
untuk mendapatkan hak tax allowance investor.119
Upaya
mendorong investasi dilakukan dengan harmonisasi kebijakan
dan penyederhanaan prosedur perijinan investasi, peningkatan
fasilitas investasi serta adanya stabilitas keamanan dan
stabilitas ekonomi.120
Salah satu perolehan pendanaan dalam investasi yang
saat ini dikembangkan oleh pemerintah yaitu investasi syariah
yang berinvestasi berdasarkan pada prinsip syariah ini
bertujuan untuk menarik para investor di indonesia.121
ketua
dewan komisioner OJK Hadad dalam sambutan Roadmap
Pasar modal Syariah mengungkapkan bahwa hal penting
dalam pengembangan keuangan syariah ini adalah bahwa
industri keuangan syariah harus dapat menjadi industri
118
Tax allowance yaitu pengurangan pajak akan diberikan
apabila perusahaan memiliki nilai investasi yang tinggi atau nilai
ekspor yang tinggi. Ketentuan lain adalah perusahaan tersebut
menyerap banyak tenaga kerja juga memanfaatkan sumber daya
lokal dengan baik. Lihat: Maudy Puteri Agusdina, Tax Holiday dan
Tax Allowance, Apa Arti dan Perbedaannya? Diakses
https://klikpajak.id. 11 Jun. 19, 01.37 pm. 119
BKPM, Regulasi dan Deregulasi Perizinan dalam
Mendukung Peningkatan Investasi, h 30. Lihat Instruksi Presiden
Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Paket Kebijakan Perbaikan Iklim
Investasi, h 55-58. Lihat diportal berita: Kebijakan Investasi di
Indonesia yang Mendorong Pertumbuhan Investasi
https://kumparan.com. 120
Iyah Faniyah, Investasi Syariah dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia h 24.
121 Iyah Faniyah, Kepastian Hukum Sukuk Negara Sebagai
Instrumen Investasi di Indonesia h 18.
194
keuangan yang inklusif. Industri keuangan syariah harus dapat
memenuhi kebutuhan pembiayaan dalam skala kecil dan
menengah hingga skala pembiayaan yang besar untuk
menunjang pembangunan nasional. Di samping itu, keuangan
syariah juga dipercaya akan berkembang lebih cepat dan
berkelanjutan bila didukung dengan integrasi dan sinergi
antara sektor riil, sektor keuangan, dan sektor religius/sosial
sehingga ketiga sektor tersebut dapat tumbuh lebih cepat
secara bersama-sama. Sejalan dengan itu maka kemudahan
akses masyarakat terhadap produk, kualitas pelayanan, serta
infrastruktur di industri keuangan syariah juga ditingkatkan.
Dengan demikian, industri keuangan syariah dapat berperan
secara signifikan dalam pembangunan nasional dan
menyejahterakan masyarakat.
Kebijakan pemerintah122
dalam pengembangan investasi
syariah di pasar modal untuk pembangunan Indonesia sesuai
dengan amanah undang-undang No. 8 tahun 1995 dalam
sasaran pembangunan jangka panjang untuk terciptanya
perekonomian mandiri, kemakmuran masyarakat yang merata,
pertumbuhan yang tinggi dan terciptanya kestabilan
ekonomi.123
Hal ini juga merupakan landasan kukuh dan
kepastian pemerintah dalam mengimplementasikan kebijakan
122
Kebijakan pemerintah dalam konteks ini dapat
diaplikasikan dalam wujud monitoring terhadap aset dan kapital
nasional yang bergerak dalam keuangan dan kepentingan publik.
Pemerintah mempunyai kewenangan dan keberanian pada aset-aset
dan kapital nasional yang tidak mencerminkan pemerataan dan
kepentingan nasional untuk direposisi oleh pemerintah. Agar
pemerintah dapat menjaga asas keadilan sebagai pemegang
kebijakan sehingga pemerintah dapat menjaga kestabilan ekonomi.
Ahmad Dahlan, Keuangan Publik Teori Dan Praktik h 50 123
Lihat dalam penjelasan umum atas Undang-Undang No. 8
Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
195
untuk pasar modal syariah dalam berpartisipasi untuk arah
pembangunan.124
Implementasi kebijakan-kebijakan yang
diputuskan terhadap peran pasar modal syariah melahirkan
regulasi yang mengatur pasar modal yang berkerjasama
dengan Fatwa-fatwa DSN-MUI dalam mengatur instrumen
pasar modal syariah tersebut.
Namun pada sudut pandang makro ekonomi Islam peran
pemerintah dalam menjaga stabilitas ekonomi untuk
menciptakan iklim investasi syariah125
harus dengan
pengelolaan dan kebijakan investasinya sesuai prinsip
syariah126
. Implementasi konsep dasar makro dalam ekonomi
124
Abdul Manan, Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan
Investasi di Pasar Modal Syariah h 8. 125
Salah satunya dengan mengembangkan instrumen
investasi syariah yang hingga saat ini kontribusinya belum banyak
teroptimalkan. Menurut hitung-hitungan Otoritas Jasa Keuangan
(2016), pergerakan investasi syariah di pasar modal baru mencapai
0,2% dari total penduduk Indonesia. Kelemahan pengelolaan
investasi syariah di Indonesia lebih disebabkan belum adanya
infrastruktur investasi yang memadai untuk mengakomodasi
prospek produk-produk syariah. Infrastruktur syariah yang paling
mendesak untuk segera dibangun ialah pengembangan sumber daya
insani (SDI) dan pengembangan lembaga keuangan syariah melalui
riset atau pusat-pusat studi kajian ilmiah. Apalagi pengembangan
lembaga keuangan syariah belum dipandu secara simultan dengan
rencana portofolio jangka panjang (cetak biru perencanaan) sehingga
sangat wajar jika kita sudah tertinggal cukup jauh oleh negara lain
seperti Arab Saudi, Bahrain, Sudan. Lihat: Rekonstruksi Investasi
Syariah di akses http://feb.ub.ac.id/id/rekonstruksi-investasi-
syariah.html. 11 Jun. 19, 01.51 p.m 126
Beberapa penelitian memberikan beberapa alasan untuk
ekonomi yang berbeda pada ekonomi yang dipakai oleh beberapa
negara saat ini. Hal ini karena ada faktor-faktor yang mempengaruhi
pada dunia yang mengarah ke ‚sistem‛ yang berbeda. Akibatnya
sistem ekonomi Islam berbeda dari sistem berlaku karena hal-hal
196
Islam berusaha mengembangkan persamaan dan persaudaraan
kaum muslim untuk menjauh dari pola perilaku yang akan
menghancurkan nilai-nilai Islam dalam kegiatan muamalat.
Semua negara muslim mampu memenuhi kebutuhan pokok
dengan penggunaan sumber daya alam yang efisien dan
penghapusan konsumsi yang tidak esensial, baik pada sektor
perorangan maupun publik. Perwujudan keadilan-sosial dan
restrukturisasi perekonomian sesuai dengan asas-asas Islam
sehingga dapat berfungsi sebagai katalisator.127
Lebih dari itu,
investasi mendapat legitimasi langsung di dalam Al-Qur’an
dan Sunnah Nabi saw. banyak ayat Al-Qur’an yang terkait
dengan anjuran berinvestasi, seperti QS. al-Baqarah [2]: 261;
QS. al-Nisa [4]: 9; QS. Yusuf [12]: 46-49; QS. Luqman [31]:
34 dan QS. al-Hasyr [59]: 18.128
Implementasi kebijakan moneter dalam makroekonomi
Islam tanpa bunga (riba) belum seutuhnya optimal diterapkan
beriku: i. Fungsi, prinsip operasi dan tujuan yang berbeda; ii.
Berbeda dari konsep dan teori; iii. Sumber-sumber epistemologi
yang berbeda yaitu bersumber dari al-Quran dan sunnah; iv. Konsep
dasar dalam al-Quran tidak terbuka untuk perubahan makna.
Mengenai tempat keuangan Islam memberikan alasan, karena
keuangan Islam dalam sistem ini adalah merupakan aspek
kelembagaan ekonomi Islam, yang mengatur pembiayaan kegiatan
ekonomi dalam kerangka Islam. Sebagai bagian dari pemahaman
sistemis, maka, ada kebutuhan untuk memiliki lembaga keuangan
Islam menggunakan instrumen keuangan sesuai dengan aturan dan
peraturan Islam, yang terikat oleh Syariah. Asutay, ‚A Political
Economy Approach to Islamic Economics- Systemic Understanding
for an Alternative Economic System.‛ 127
Umer Chapra, Sistem Moneter Islam h 44-45 128
Elif Pardiansyah, “Investasi dalam Perspektif Ekonomi
Islam: Pendekatan Teoritis dan Empiris,” Economica: Jurnal
Ekonomi Islam 8, no. 2 (31 Oktober 2017): 337,
https://doi.org/10.21580/economica.2017.8.2.1920. lihat juga:
Roadmap OJK Devisi Pasar Modal Syariah tahun 2014-2019.
197
di Indonesia untuk meningkatkan investasi syariah di pasar
modal, hal ini terbukti ketika salah satu pasar modal syariah
ISSI maupun JII jika terkontaminasi negatif terhadap
pengaruh suku bunga. Dalam pengendalian kebijakan moneter
dengan bunga sebagai opportunity cost tidak memberikan
jaminan terhadap penggunaan modal yang tersedia. Dalam
kata lain, tidak ada mekanisme kontrol dari suku bunga dalam
mengalokasikan untuk dana pinjam digunakan. Jika tidak ada
mekanisme kontrol yang disertai dengan rentannya fluktuasi
suku bunga maka memungkinkan dana akan dialokasikan
untuk usaha-usaha yang tidak bersinggungan dengan sektor
riil. Kebijakan moneter melalui penerapan suku bunga yang
terlalu ketat, akan cenderung bersifat mematikan kegiatan
ekonomi. Begitu pula sebaliknya Perilaku ini akan
mengurangi sumber dana investasi di sektor riil, yang pada
gilirannya investasi itu tidak akan menjamin adanya
tambahan produktivitas dan sumber lapangan kerja baru.129
Pengambilan kebijakan-kebijakan moneter maupun fiskal
dalam ekonomi Islam diharapkan menyumbangkan signifikan
terhadap pemberantasan kemiskinan dan pengangguran
(ketidakadilan) pendapatan. Tidak adanya ketetapan suku
bunga sebagai biaya dari capital (cost of capital) dan
dikenakan pajak bagi aset produktif yang menganggur akan
mendorong pemilik modal pemilik modal untuk
menginvestasikan kekayaan pada sektor yang produktif.
Setidaknya dalam konteks ini ada beberapa syarat dalam
ekonomi Islam:130
129
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islam, h 196 130
Andri Soemitra, Bank & Lembaga Keuangan Syariah h 23
198
1. Penghapusan pengeluaran yang berlebih-lebihan
(ekstravagansa) dan pemborosan terhadap pemakaian
sumber daya.131
2. Pengekangan transaksi yang bersifat spekulatif.
3. Berupaya peningkatan tenaga kerja.
4. Peraturan mengenai penggunaan sumber daya
keuangan untuk membantu pertumbuhan ekonomi.
Dalam strategi manajemen moneter Islam, ketika ada
penurunan actual return dari kegiatan investasi dalam kondisi
ekonomi sedang lesu, maka hal ini akan di respons oleh para
pemegang dana untuk menurunkan investasinya dan
cenderung memegang uang kas riil.132
Sesungguhnya perlu
ditekankan bahwa untuk mewujudkan tujuan-tujuan Islam
sepenuhnya, bukan hanya pembaharuan ekonomi berdasarkan
ajaran Islam tidak dapat dihindari tetapi perlu juga bagi
pemerintah untuk memainkan peranan positif, dan semua
kebijakan pemerintah, termasuk fiskal, moneter dan
pendapatan harus menuju arah yang sama. Perlu juga dihapus
praktik-praktik segala upaya untuk menghilangkan kekakuan
struktural dan mendorong semua faktor yang mampu
meningkatkan penawaran barang dan jasa serta kestabilitasan
ekonomi dapat memainkan implementasi dari kebijakan
pemerintah dan badan wewenang dalam struktural pemerintah
Indonesia untuk mencapai kinerja ekonomi yang baik.133
Dalam praktiknya tidak sepenuhnya sistem yang ada
sekarang diterima, dengan beberapa catatan dengan
menggunakan framework sistem keuangan dan moneter yang
131
Pelarangan tersebut tercantum dalam kalam Allah di
Surah al-Araaf: 31 dan al-Furqaan: 67 132
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islam, h 197 133
Umar Chapra, al-Quran Menuju sistem Moneter Yang Adil, h 75
199
ada untuk memanfaatkan sepenuhnya demi kepentingan umat.
Langkah ini perlu ditempuh mengingat tidak adanya sistem
moneter Islam yang solid dan secara teoritis bisa diuji
kemampuannya. Sedikit sekali literatur yang secara
komprehensif mengkaji dan mengembangkan sistem moneter
Islam, baik itu berupa model ekonomi ataupun bahasan
deskriptif-kualitatif. Oleh karena itu keinginan untuk
membentuk sistem yang Islami akan terbentur pada
keterbatasan acuan dan panduan, baik teoritis maupun
empiris.134
Meskipun sistem keuangan pada skala nasional
berserta alat dan instrumennya didasari oleh fondasi yang adil
dan pantas, pemerintah dapat memformulasikan dan
mengimplementasikan kebijakan-kebijakan agar kekuatan-
kekuatan pasar yang efisien dengan baik, yang akan menuntun
pada pendistribusian pendapatan dan alokasikan pada sumber
daya alam. Hal ini dicapai secara tidak langsung melalui
kendali atas sentimen negatif pada pasar atau investasi
dengan mengarahkan kebijakan moneter dan fiskal untuk
memfasilitasi iklim investasi secara baik.
134
Mustafa Edwin Nasution dkk., Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, h 272.
200
201
BAB V
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
Penelitian ini membuktikan secara empiris bahwa
interaksi perekonomian di suatu negara terhadap gejolak
ekonomi saling terhubung satu sama lain yang dapat diukur oleh
faktor-faktor alami dari pertumbuhan ekonomi. Untuk
menggerakan perekonomian dalam pemerintahan ini
dibutuhkanlah suatu modal. Salah satu cara yang digunakan oleh
pemerintah untuk meningkatkan perekonomian adalah dengan
berinvestasi di pasar modal yang didalamnya memiliki fungsi
sebagai keuangan dan perekonomian. Faktor utama yang penting
dari investasi adalah menilai sebaik mana iklim investasi pada
negara tersebut baik atau tidak dalam memberikan keuntungan
dan keberlanjutan perusahaan dalam memutar modalnya. Tujuan
utama dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki hubungan
antara Iklim Investasi (indeks korupsi) dan variabel ekonomi
makro terhadap pasar modal syariah di Indonesia. Dari analisis
pada bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan skenario dalam
penelitian ini terdapat dalam indek saham syariah terdapat
hubungan positif terhadap iklim investasi (indeks korupsi)
artinya ada pengaruh, tetapi tidak pada variabel makroekonomi
(kurs, inflasi, suku bunga dan GDP) terhadap indeks saham
syariah di Indonesia yang tidak memiliki berpengaruh terhadap
indeks saham-saham syariah selama dalam penelitian.
Penemuan penelitian dari olah data regresi antar variabel
yang menunjukan pengaruh yang signifikan dengan koefisien
posisitf pada hubungan kausalitas antara Jakarta Islamic Index
Indonesia dan iklim investasi (korupsi), sehingga penelitian ini
202
sesuai dengan temuan dari Kim, Haksoon dan Takuma Kunieda
dkk dalam penemuan mereka, berdasarkan itu dapat dikatakan
bahwa kinerja dalam pasar keuangan baik itu berbasis
konvensional maupun syariah di Indonesia ternyata secara
konsisten memiliki pengaruh hubungan positif dengan tingkat
korupsi pemerintah, sementara hubungan negatif dengan hak
politik, ketika variabel kunci dari analisis faktor dimasukkan.
Namun demikian, pengaruh iklim investasi (indeks Korupsi)
menjadi kunci bagi pemerintah. Persoalan yang muncul dari
penelitian ini bahwa pasar modal syariah pun tidak luput dari
lingkaran korupsi, akibatnya perlu ada regulasi dalam
menscrening investor dalam berinvestasi di saham-saham
syariah, agar dapat uang haram dalam mengelolah saham-saham
syariah.
Pengaruh iklim investasi terjadi karena ada korelasi yang
diuji dalam uji statistic yang menyatakan bahwa pasar modal
bias jadi alternative yang dapat memperbesar dampak negatif
korupsi pemerintah pada pertumbuhan ekonomi negara-negara
yang sangat korup jika negara-negara meliberalisasi aliran
modalnya. Faktanya dalam penelitian ini membenarkan adanya
hubungan positif antara indeks saham syariah terhadap indeks
korupsi sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi
tingkat korupsi suatu negara maka semakin berkurang
kepercayaan investor untuk berinvestasi di pasar modal
termasuk saham-saham yang berbasis syariah. Indikator iklim
investasi yang ditujukkan oleh indikator korupsi menunjukan
sangat pentingnya kerjasama antara masyarakat dan pemerintah
dalam mengawasi dan melindungi keamanan investasi dan asset
bangsa Indonesia. Pada kasus saat ini peneliti kaji menemukan
faktor dari pemerintah memiliki sentimen negatif pada perjalan
pasar modal, hal ini terbukti bahwa variabel yang dipengaruhi di
antaranya BI rate, Inflasi, ITB dan pasar modal syariah karena
memiliki potensi yang dapat merusak sirkulasi ekonomi di
Indonesia. Oleh karena itu, penentuan kebijakan harus sesuai
oleh pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
203
meredam gejolak iklim investasi yang dapat menyebabkan
indeks dari saham-saham di pasar modal tetap konsisten.
Perkembangan alur ekonomi islam di beragai keuangan
Nampak belum dapat menditeksikan persoalan tersebut baik dari
segi teknikal dan fundamental, dalam analisi tesisi ini masih
jauh dari prinsip-prinsip dasar investasi yang tealh diturunkan
menjadi UU pedoman pasar modal syariah. Dari hasil tesis
bahwa ekonomi isalm belum sepenuhnya mampu mengatasi
persoalan korupsi (moral hazard) yang sangat bias terhadap etika
berbisnis di Indonesia.
A. IMPLIKASI
Implikasi dari penelitian ini bertujuan untuk melihat iklim
investasi yang dapat mempengaruhi pasar modal syariah di
Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dikemukan
implikasi bahwa pengaruh kestabilan makroekonomi terhadap
saham-saham syariah tidak berpenaruh secara signifikan dari
hasil olah data sedangkan dari indikator iklim investasi dalam
sudut pandang indeks korupsi di Indonesia memberikan dampak
terhadap kapitalisasi saham-saham syariah di pasar modal.
Dampak terbesar dari iklim investasi yang cenderung sangat
dipengaruhi oleh stabilitas ekonomi, tingkat korupsi, geo politik
dan birokrasi memunculkan polemik bagi investor yang akan
memberikan dampak yang signifikan dalam perkembangan iklim
investasi di Indonesia. Dampak ini akan mempengaruhi indeks
kemudahan investasi yang telah dipromosikan pemerintah bagi
masyarakat untuk menggalang dana dengan tujuan untuk
meningkatkan ekonomi Indonesia, namun dalam mencapai
kemudahan berinvestsi penghambat terbesar memang dari
pengaruh iklim investasi itu sendiri yaitu indek korupsi.
Implikasi dari penelitian ini digunakan sebagai masukkan bagi
pemerintah pusat maupun daerah untuk lebih waspada terhadap
kriminalisasi birokrasi dan administrasi korupsi karena akan
204
menyebabkan munculnya kesulitan dalam berinvestasi di negara
tersebut. Sebagian besar dampak yang terjadi terhadap tingkat
korupsi dapat dijelaskan pada perilaku pembelanjaan negara
yang dapat memicu krisis ekonomi dan moral terhadap iklim
investasi di Indonesia.
Selain itu, dibutuhkan penunjang iklim investasi untuk
memberikan dampak terhadap investor dan kenyamanan dalam
menjalanin bisnis dan investasi diantaranya peran pemerintah
terhadap penegakan hokum untuk investasi di pasar modal
berupa upaya kepastian hokum pada investor maupun
penyelesaian sengketa di pasar modal, kemudian peran
pemerintah dalam mobilisasi yaitu peningkatan infrastruktur
untuk kemudahan menjalani bisnis.
B. SARAN DAN REKOMENDASI
Kajian iklim investasi di pasar modal syariah dalam sudut
pandang makroekonomi Islam (Islamic Macroeconomic)
merupakan kajian dan penelitian yang menarik dan sangat luas
di mana hampir seluruh warga negara memeluk keyakinan
agama Islam yang dapat mengarahkan dan mendorong ekonomi
umat di era globalisasi saat ini. Penulis juga menyadari bahwa
masih banyak memberikan ruang penelitian lakukan ini.
Beberapa saran yang dapat penulis berikan adalah sebagai
berikut:
1. Secara teoritis, penelitian ini hanya terfokus pada
implikasi teori makroekonomi Islam dan investasi
syariah di pasar modal terhadap pengaruhnya pada
iklim investasi. Objek kajian dalam kajian ini hanya
membandingkan teori makroekonomi Islam dan
makroekonomi secara umum dengan meneliti pada
kinerja saham-saham syariah untuk melihat iklim
investasi syariah terhadap pertumbuhan di Indonesia.
penelitian selanjutnya (future research) diharapkan
205
lebih banyak melibatkan variabel-variabel lainnya yang
dapat lebih menjelaskan bentuk iklim investasi syariah
dalam teori-teori makroekonomi Islam seperti analisis
secara fundamental ekonomi dalam perspektif
makroekonomi Islam, indeks profit rate sebagai
pengganti suku bunga, dan inovasi kebijakan dalam
teori makroekonomi Islam pada penilaian tren iklim
investasi syariah serta memperbanyak objek kajian agar
didapatkan hasil yang lebih komprehensif.
2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi kepada pemerintah khususnya
pemangku otoritas untuk dapat memberikan ruang bagi
ekonomi berbasis religius (Islam) agar dapat
berkontribusi dalam pengambilan keputusan kebijakan
pada skala nasional. Pada umumnya, dalam konteks
menciptakan iklim investasi syariah dan keterlibatan
otoritas pemerintah yang baik dan kuat akan
menciptakan kinerja pasar modal yang baik di
Indonesia. selain dapat dijadikan spirit pengembangan
literasi ekonomi Islam di tengah masyarakat Islam di
Indonesia juga dapat dijadikan strategi bagi pemerintah
untuk memanfaatkan sebagai mendorong pertumbuhan
ekonomi Indonesia di tengah-tengah gejolak
perekonomian global dan membentengi ekonomi umat
terhadap pengaruh kebudayaan kapitalisme dan
sosialisme yang di anut oleh bangsa barat dalam
mengembangkan ekonomi mereka.
206
207
Daftar Pustaka
Book
Abul Hassan, M.A. Choudhury. Islamic Economics: Theory And Practice. London: Routledge, 2019.
Adiningsih, Sri. Satu Dekade Pasca-Krisis Indonesia: Badai Pasti Berlalu. Yogyakarta: Kanisius Press, 2008.
Ahmad Said Labad. ‚ Ahami'ah Wujud Al-Mu’asasat Al-
Iqtishad Wa Al-Maliat Al-Islamiah Al-Muaziat Lil
Muasasat Ad-Duwaliat , Apr.‛ Di Fakultas Ushuludin Di Universitas Islam. Mesir, April. Penelitian
Disajikan Ke Konferensi ‚Islam Dan Tantangan
Kontemporer‛ .
Al-‘Arabi, Muhammad Ibnu Abdullah. Al-Iqtishad Al-Islami Fi Tatbi'qihi Ala Al-Mujtama’ Al-Mua'sirat. Kuwait:
Maktabah Al-Manar, N.D.
Albert Kurniawan, (Jakarta: Buku Kita, 2010). Belajar Mudah Spss Untuk Pemula. Jakarta: Buku Kita, 2010.
Ali Ibn An-Nayif Al-Shahud. Al-Hadarat Al-Islamiah Bayn ‘Asalat Al-Madi Wa Mal Al-Mustaqbal. N.D.
Al-Khawarzmi, Abu Al-Qasim Muhammad Ibn Umar Al-
Zamakhshari. Al-Kishaf ‘An Haqa’iq Al-Tanzil Wa ‘Uyun Al’aqawil Fi Wujuh Al-Ta’wi. Bairut: Dar Ihya
Al-Turas Al-Arab, N.D.
Al-Maraghi, Ahmad Ibn Mustafa. Tafsir Al-Maraghi. Mesir:
Shirkat Maktabat Wa Matba’at Mustafa Al-Baba Al-
Halbi Wa Awladuhu, 1934.
208
Al-Nuwri, Abi Al-Fadl Al-Asyd 'Abu Al-Maa’thi. Al-Musanad Al-Jami’ Al-Mu’alal. Tunis: Dar Al-Gharbi
Al-Islami, N.D.
Al-Tariq'il, Abdullah Ibn Abdu Al-Muhs. Al-Iqtishad Al-Islamiah Asasu Wa Mabadi Wa Ahdaf . Muasasat Al-
Jarisi Lil Tawazi, 2009.
Amir, Fithra Faisal Dan Fithra Hidayat. Dinamika Kebijakan Fiskal Merespons Ketidakpastian Global. Jakarta:
Gramedia, 2016.
Antonio, Muhammad Syafi'i. Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktik. Depok: Gema Insani Prees, 2001.
Aravik, Havis. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Kontemporer Edisi Pertama. Jakarta: Kencana, 2017.
Ari Kuncoro, Viverita, Sri Rahayu Hijrah Hati, Dony Abdul
Chalid. Enhancing Business Stability Through Collaboration: Proceedings Of The International Conference On Business And Management Research (Icbmr 2016), October 25-27, 2016, Lombok, Indonesia . Amarica: Crs Press, 2017.
Arif, Oesman. Dasar-Dasar Ilmu Filsafat Timur Dan Barat .
Bandung: Genta Nusantara, 2018.
Arifin, Sjamsul. Bangkitnya Perekonomian Asia Timur Satu Dekade Setelah Krisis. Jakarta: Elex Media
Komputindo, 2008.
Arifin, Zainul. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah .
Jakarta: Azkia Publisher, 2009.
Arsyianti, Irfan Syauqi Dan Laily Dwi. Ekonomi Pembangunan Syariah Edisi Revisi. Jakarta:
Rajagrafindo Persada, 2016.
209
Asshiddiqie, Jimly. Konstitusi Ekonomi. Jakarta: Kompas
Media, 2010.
Ayub, Muhammad. Understanding Islamic Finance . Jakarta:
Gramedia, 2007.
Aziz, Abdul. Manajemen Investasi Syariah. Bandung: Alfabet,
2010.
Azuar Juliandi, Irfan, Saprinal Manurung. Metodologi Penelitian Bisnis, Konsep Dan Aplikasi . Yogyakarta:
Umsu, September 2014.
Balala, Maha-Hanaan. Islamic Finance And Law: Theory And Practice In A Globalized World. London: I.B.Tauris
& Co. Ltd, 2010.
Boediono. Ekonomi Indonesia, Mau Ke Mana. Jakarta: Kpg,
2009.
Bradford, De Long J. Macroeconomic. New York: Mecgraw-
Hill, 2002.
Brooks, Graham. Criminology Of Corruption: Theoretical Approaches. Uk: Palgrave Macmillan, 2013.
Budiman, Iskandar. ‚Mengenal Lebih Dekat Analisis Pasar
Modal Perspektif Syariah.‛ Jurnal Investasi Syariah
1.01 (2017): 3-18.
<Http://Jurnal.Iainlangsa.Ac.Id/Index.Php/Jii/Articel/V
iew/112>.
Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta:
Kencana, 2005.
Carbaugh, Robert. International Economics. New York:
South-Western College, 2008.
210
Chapra, Umar. Al-Quran Menuju Sistem Moneter Yang Adil. Yogyakarta : Dana Bhakti Prima Yasa, 1997.
Chapra, Umer. Islam And Economic Development . New
Delhi: Adam Publisher, 2007.
Chaundry, Muhammad Sharif. Sistem Ekonomi Islam Prinsip Dasar. Jakarta: Pranadamedia, 2016.
Choudhury, Masudul Alam. The Principle Of Islamic Political Economy: A Methodological Enquiry. Uk: St.
Martin's Press, 1992.
Colander, David C. Macroeconomic Ed. 5. New York:
Megraw-Hill, 2004.
Djamil, Fathurrahman. Hukum Ekonomi Islam Sejarah, Teori Dan Konsep. Jakarta: Sinar Grafika, 2015.
Dwivedi, D.N. Macroeconomics: Theory And Policy. India:
Mcgraw-Hill Education, 2010.
E.Murphy, Antoim. The Genesis Of Macroeconomic Pemikiran Baru. Trans. Tri Wibowo Budi Santoso.
Jakarta: Rajawali Press, 2011.
Ed. Evra Willya, Prasetyo Rumondor Dan Busran. Senarai Penelitian: Islam Kontemporer Tinjauan Multikultural. Yogyakarta: Deepublish, 2018.
Ekananda, Mahyus. Analisis Ekonometrika Untuk Keuangan.
Jakarta: Salemba, 2018.
Ekonomi, Konstitusi. Konstitusi Ekonomi . Jakarta: Kompas
Media, 2010.
Fair, Karl E. Case Dan Ray C. Prinsip-Prinsip Ekonomi, Edisi 8. Jakarta: Erlangga, 2007.
211
Faniyah, Iyah. Investasi Syariah Dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia. Yogyakarta: Deepublish, 2017.
Filbeck, H. Kent Baker Dan Greg. Investment Risk Management. Uk: Oxford University Press, 2015.
Hadiwinata, Bob Sugeng. Politik Bisnis Internasional. Yogyakarta: Kanisius, 2002.
Halim, Abdul. Analisis Investasi Di Aset Keuangan. Jakarta:
Mitra Wacana Media,, 2015.
Hamid, Karim Ginea Dan Azhar. Foundations Of Shari’ah Governance Of Islamic Banks. Uk: Wiley, 2015.
Handry, Muhammad. Krisis Keuangan Di Indonesia. Jakarta:
Elex Media Komputindo, 2008.
Haneef, Mohamed Aslam. Contemporary Islamic Economic Thought: A Selected Comparative Analysis. Kuala
Lumpur: Ikraq, 1995.
Hartati, Ennay Sri. Investasi Mudah? Tinjauan Kebijakan Investasi Indonesia 2014-2016. Jakarta: Indef, 2016.
Hartono, Tony. Mekanisme Ekonomi Dalam Konteks Ekonomi Indonesia. Bandung: Rosdakarya, 2006.
Hasan, Hasbi. Pemikiran Dan Perkembangan Ekonomi Syariah Di Dunia Islam Kontemporer. Depok:
Gramata Publishing, 2011.
Hasyim, Ali Ibrahim. Ekonomi Makro. Jakarta: 2016.
Herlambang, Sugiarto Dan Tedy. Ekonomi Mikro, Sebuah Kajian Komprehensif. Jakarta: Pt Remaja
Rosdakarya, 2007.
212
Hoover, Kevin D. Causality Macroeconomics Ed. 3 . United
Kingdom: Cambrige University Press, 2001.
Husnan, Suad. Dasar-Dasar Teori Portopolio Dan Analisis Sekuritas. Yogyakarta: Upp Amp Yknp, 2001.
Idris, Amiruddin. Ekonomi Publik . Yogyakarta: Deepublish,
2018.
—. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:
Deepublish, 2014.
Ikit. Akuntansi Penghimpunan Dana Bank Syariah.
Yogyakarta: 2015, 2015.
Indonesia, Ikatan Bankir. Wealth Management Produk Dan Analisis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2017.
Indonesia, Tim Bank. Imf & Stabilitas Keuangan Internasional. Jakarta: Alex Media Komputindo, N.D.
—. Masyarakat Ekonomi Asean (Mea) 2015 . Jakarta:
Gramedia, 2015.
Jajuli, M. Sulaeman. Ekonomi Islam Umar Bin Khattab .
Yogyakarta: Deepublish, 2015.
Jones, Stephen Lumby Dan Chris. Corporate Finance: Theory & Practice. Singapore: Thomson Business Press,
2003.
Judisseno, Rimsky K. Sistem Moneter Dan Perbankan Di Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002.
Kabbara, Abdulrahman Haitham Shoukat. The Foundations Of Islamic Economics And Banking. Singapure:
Partidge, 2014.
213
Kamso, Noripah. Investing In Islamic Funds A Practitioners Perspective. Uk: Willy, 2013.
Karim, Adiwarman A. Makro Ekonomi Islam. Jakarta:
Rajagrafindo Persada, 2013.
__________. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam . Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2004.
____________. Ejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Ketiga .
Jakarta: Pt. Rajagrafindo Persada, 2004.
Karmann, Alexander. Financial Structure And Stability. New
York: Physica-Verlag, 2000.
Kartayasa, Mansur. Korupsi & Pembuktian Terbalik: Dari Perspektif Kebijakan Legilasi Dan Hak Asasi Manusia. Jakarta: : Kencana, 2017.
Kettell, Brian. Frequently Asked Questions In Islamic Finance. United Kingdom: John Wiley And Sons Ltd,,
2010.
Khan, Muhammad. The Effects Of Inflation On Economic Growth And On Its Macroeconomic Determinants.
France: Universite D’orleans, 2015.
Kothari, C.R. Research Methodology Methode & Techiques.
New Dehli: New Age International Publisher, 2004.
Kurniawan, Endy J. Think Gold! Membeli Masa Depan Dengan Harga Hari Ini . Jakarta: Gramedia Utama,
2013.
Leonard J. Kazmier, (Jakarta: Erlangga, 2005). Schaum's Easy Outlines Statistik Untuk Bisnis. Jakarta: Erlangga,
2005.
214
Lewis, Mevyn K. Perbankan Syariah . Jakarta: Serambi Ilmu
Semesta, 2001.
Limbong, Bernhard. Ekonomi Kerakyatan Dan Nasionalisme Ekonomi. Jakarta: Pustaka Margaretha,, 2011.
M. Chatib Basri (Jakarta:, 2012. Rumah Ekonomi Rumah Budaya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2012.
Maksum, Mohammad Atho Mudzhar Dan Muhammad. Fikih Responsif: Dinamika Integrasi Ilmu Hukum, Hukum Ekonomi Dan Hukum Keluarga Islam. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2017.
Malkawi, Mohammad. Fall Of Capitalism And Rise Of Islam.
Us: Xlibris, 2010.
Mankiw, N. Gregory. Principle Of Microeconomic. Uk:
Cengage Learning, 2009.
—. Principles Of Economics . Uk: Cengage Learning, 2017.
—. Principles Of Macroeconomics . Uk: Cengage Learning,,
2014.
Manna, Abdul. Aspek Hokum Dalam Penyelenggaraan Investasi Di Pasar Modal Syariah. Jakarta: Kencana,
2017.
—. Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi. Jakarta:
Kencana, 2018.
Manurung, Prathama Rahardja & Mandala. Teori Ekonomi Makro. Jakarta: Lembaga Penerbitan Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia, 2014.
Manurung, Prathama Rahardja Dan M. Teori Ekonomi Makro Suatu Pengantar Ed. 05. Jakarta: Lembaga Penerbit
Feui, 2008.
215
Mark Skousen, , Terjam: (Jakarta: Kencana, 2009). The Making Of Modern Economic The Lives And Ideas Of The Great Thinkers. Trans. Tri Wibowo Budi
Santoso. Jakarta: Kencana, 2009.
Mirakhor, Zamir Iqbal And Abbas. Economic Development And Islamic Finance. New York: John Wiley & Sons
Ltd, 2011.
Mishkin, F.S. The Economics Of Money, Banking And Financial Markets (10thed.). Edinburgh: Pearson
Education Limited Mody, 2013.
Mohammad Aslam Haneef, (Kl: Ikraq, 1995). Contemporary Islamic Economic Thought: A Selected Comparative Analysis. Kuala Lumpur: Ikraq, 1995.
Ms, Zulfikar. Kaffahisme: Ideologi Ekonomi Dan Bisnis Masa Depan. Jakarta: Gramedia, 2014.
Mufid, Moh. Ushul Fiqh Ekonomi Dan Keuangan Kontemporer: Dari Teori Ke Aplikasi . Jakarta:
Prenadamedia, 2018.
Muhammad Umar Chapra, (Jakarta: Gema Insani, 2000).
Islam Dan Tantangan Ekonomi. Jakarta: Gema Insani,
2000.
Mukherjee, Sampat. Economics For C.A. Professional Education Course 1. New Delhi: New Age
International, 2002.
—. Modern Economic Theory 4th Edition. New Delhi: New
Age International, 2008.
Muktar, Bustari. Bank Dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta:
Kencana, 2016.
216
Mulyani, EnDang. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: Uny
Press, 2018.
Musdalifah Azis, Sri Mintarti, Maryam Nadir. Manajemen Investasi Fundamental, Teknikal, Perilaku Investor Dan Return Saham. Yogyakarta: Deepublish, 2015.
Mustafa Edwin Nasution, Budi Setyanto, Nurul Huda,
Muhammad Arief Mufraeni, Dan Bey Sapta Utama.
Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam. Jakarta:
Kencana, 2006.
N. Gregory Mankiw, Mark P. Taylor. Economics. Uk:
Cengage Learning Emea, 2006.
Najib, Mochammad. Investasi Syariah, Implementasi Konsep Pada Kenyataan Empirik. Yogyakarta: Kreasi
Wacana, 2008.
Nubai, Malik Ibn. Al-Muslim Fi ‘A<Lam Al-Iqtishad . Bairut:
Al-Fikr Al-Mu’a>Shirah, 2012.
Nubai, Malik Ibnu. Al-Musim Fi Alam Al-Iqtishad. 2012: Al-
Fikr Al-Mu'ashirah, Bairut.
Nursofiza, Sudin Haron Dan Wan. Islamic Finance Banking System. Malasyia: Mcgraw-Hill , 2009.
Nurul Huda, Achmad Aliyadin, Agus Suprayogi, Decky
Mayricko Arbain, Hastomo Aji, Restukanti Utami,
Rika Andriyati, Totok Harmoyo. Keuangan Publik Islam Pendekatan Teoritis Dan Sejarah. Jakarta:
Kencana, 2012.
Nurul Huda, Mustafa Edwin Nasution. Ekonomi Makro Islam Pendekatan Teoritis. Jakarta: Kencana, 2008.
Nuryanto, Zulfikar Bagus Pambuko, (Malang: Unimma Press,
2018. Eviews Untuk Analisis Ekonometrika Dasar:
217
Aplikasi Dan Interpretasi: Eviews. Magelang:
Universitas Muhammadiyah Magelang, 2018.
Othman, A., Mat Sari, N., Alhabshi, S.O., Mirakhor, A.
Macroeconomic Policy And Islamic Finance In Malaysia. New York: Plagrave Macmillin, 2017.
Pakarti, Pandji Anoraga Dan Piji. Pengantar Pasar Modal. 2006: Rineka, Jakarta.
Perry Warijoyo, Solikin M. Juhro. Kebijakan Bank Sentral Teori Dan Pratik. Jakarta: Rajawali Press, 2017.
Pontjowinoto, Iwan P. Prinsip Syariah Di Pasar Modal. Jakarta: Modal Publication, 2003.
Pracoyo, Tri Kunawangsih Pracoyo Dan Antyo. Aspek Dasar Ekonomi Makro Di Indonesia. Jakarta: Grasindo,
2005.
Prasetyo, Yoyok. Ekonomi Syariah . Bandung: Aria Mandiri
Grups, 2018.
Purbayu Budi Santosa, Muliawan HamDani. Statistika Deskriptif Dalam BiDang Ekonomi Dan Niaga.
Jakarta: Erlangga, 2007.
Purwanto, Suharyadi Dan. Statistika: Untuk Ekonomi Dan Keuangan Modern. Jakarta: Salemba Empat, 2013.
Putra, Windhu. Perekonomian Indonesia . Jakarta:
Rajagrafindo, 2019.
Qaradhawi, Yusuf Al. Fatwa-Fatwa Kontemporer 2 . Jakarta:
Gema Insani, 1995.
Rahman, Asmak Ab. New Developments In Islamic Economics: Examples From Southeast Asia.
Malaysia: Emerland, 2019.
218
Raja M. Almarzoq, Walid Mansour, Noureddine Krichene.
Islamic Macroeconomics: A Model For Efficient Government, Stability And Full Employment. New
York: Routladge, 2018.
Ramadha, Muhammad. Politik Ekonomi Islam Dalam Narasi Pembangunan Nasional. Yogyakarta: Lksi, 2018.
Riva, Veirhzal. Islamic Risk Management For Islam Bank .
Jakarta: Gramedia, 2013.
Rodin, Dede. ‚ Tafsir Ayat Ekonomi . Semarang : Karya
Abadi Jaya, 2015.
Rodoni, Ahmad. Investasi Syariah. Jakarta: Lembaga
Penelitian Uin Jakarta, 2009.
Rofiq, Ainur. Kemajuan Ekonomi Indonesia. Bogor: Ipb Press,
2013.
Rosadi, Dedi. Ekonometrika & Analisis Runtun Waktu Terapan Dengan Eviews . Yogyakarta: Andi Offset,
2012.
Rosramadhana, Bungaran Antonius. Strategi Dan Problem Sosial Politik Pemerintahan Otonomi Daerah Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Pustaka, 2018.
Sadono, Sukirno. Makro Ekonomi Dalam Teori Pengantar (. Jakarta: Rajawali Prees, 2010.
Samsul, Muhammad. Pasar Modal Dan Manajemen Portofolio. Jakarta: Erlangga, 2015.
Serfianto, Iswi Hariyani Dan. Buku Pintar Hukum Bisnis Pasar Modal. Jakarta: Visimedia, 2010.
Sharif, M. Raihan. Guidelines To Islamic Economics: Nature, Concepts, And Principles. Bangladesh: Biit, 1996.
219
Shidarta, Abdul Rasyid, Ahmad Sofian Dkk. Aspek Hukum Ekonomi & Bisnis. Jakarta: Kencana, 2018.
Slamet, Eng. Yeri Sutopo Dan Achmad. Statistik Inferensial . Yogyakarta: Andi, 2017.
Soekro, Shinta R.I Arifin. Dalam Bank Indonesia, Bangkitnya Perekonomian Asia Timur: Satu Decade Setelah Krisis . Jakarta: Media Komputindo, 2008.
—. Bangkitnya Perekonomian Asia Timur: Satu Dekade Setelah Krisis. Jakarta: Media Komoutindo, 2008.
Soemitra, Andri. Bank & Lembaga Keuangan Syariah:. Jakarta: Prenada Media, 2017.
—. Masa Depan Pasar Modal Syariah Di Indonesia. Jakarta:
Prenandamedia, 2014.
Solikin, Perry Warjiyo Dan. Kebijakan Moneter Di Indonesia,. Jakarta: Ppsk, 2017.
Statistik, BaDan Pusat. Laporan Perekonomian Indonesia 2018. Jakarta: Bps, 2018.
Suadi, Amran. Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah: Penemuan Dan Kaidah Hukum. Jakarta: Kecana,
2018.
Suandi, Early. Perencanaan Pajak . Jakarta: Salemba Empat,
2006.
Sukarno, Patta Rapanna Dan Zulfikry. Ekonomi Pembangunan . Makassar: Sah Media, 2017.
Sukirno, Sadono. Makroekonomi Modern. Jakarta: Raja
Grafindo, 2005.
220
Sukrino, Sadono. Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah Dan Dasar Kebijakan . Jakarta: Kencana, 2011.
Sula, Muhammad Syakir. Asuransi Syariah: Life And General : Konsep Dan Sistem Operasional. Jakarta: Kencana,
2004.
Sunar, Toseef Azid Dan Lutfi. Social Justice And Islamic Economics: Theory, Issues And Practice. New York:
2018, 2018.
Suryani, Hendriyadi. Metode Riset Kuantitatif: Teori Dan Aplikasi Pada Penelitian BiDang Manajemen Dan Ekonomi Islam. Jakarta: Kencana, 2015.
Susanto, Heru. Cerdas Memilih Investasi . Jakarta: Gramedia,
2012.
Suyono. Analisis Regresi Untuk Penelitian. Yogyakarta:
Deepublisher, 2018.
Syariah, Otoritas Jasa Keuangan (Ojk) Devisi Pasar Modal.
‚Roadmap Pasar Modal Syariah 2015-2019.‛ 2015.
T. Gilarso, Sj. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro. Yogyakarta:
Pt. Kanisius, 2008.
Taha Egri, Necmettin Kizilkaya. Islamic Economics: Basic Concepts, New Thinking And Future Directions.
Cambridge: Cambridge Scholars Publishing, 2015.
Taha Egri, Necmettin Kizilkaya,. Islamic Economics: Basic Concepts, New Thinking And Future Directions.
Cambridge: Cambridge Scholar Publishing, 2015.
Tandelilin, Eduardus. Portofolio Dan Investasi. Yogyakarta:
Pt Kanisius, 2010.
221
Toutounchain, Iraj. Islamic Money And Banking: Integrating Money In Capital Theory . Sinagpura: Willey, 2011.
Tri Widodo, Akhmad Akbar Susamto, Ma'ruful Musthofa,
Martha Hidriyani Dan Amiadji Nur Kamil,. Menuju Negara Maju : Apakah Indonesia Bergerak Ke Arah Yang Benar? Yogyakarta: Gadjah Mada University,
2018.
Trino, Dwi Condro. Ekonomi Islam Mazhab. Yogyakarta:
Irtikaz, 2014.
Vidler, Susan Grant Dan Chris. Economics In Context. Uk:
Heinemann Educational Books Ltd, 2010.
Wahyudi, Setyo Tri. Statistika Ekonomi Konsep, Teori Dan Penerapan. Malang: Universitas Brawijaya Press,
2017.
Wibisno, Yusuf. Mengelola Zakat Indonesia Diskusi Pengelolaan Zakat Nasional Dari Rezim Uu No. 38 Tahun 1999 Ke Rezim Uu No.23 Tahun 2011 .
Jakarta: Kencana, 2015.
Widioatmodjo, Sawidji. Pengetahuan Pasar Modal Untuk Konteks Indonesia. Jakarta: Kompas Gramedia, 2015.
Widoatmodjo, Sawidji. Cara Sehat Investasi Pasar Modal: Pengantar Menjadi Investor Yang Profesional. Jakarta: Gramedia, 2005.
Wijayanto, Ridwan Zakhrie Dan. Korupsi Mengorupsi Di Indonesia: Sebab, Akibat, Dan Prospek Pemberantasan. Jakarta: Gramedia, 2010.
William Boyes, Michael Melvin,. Economics 10th. Usa:
Cangage Learning, 2016.
222
Wilson, Ahmed El-Ashker Dan Rodney. Islamic Economics. A Short History (Themes In Islamic Studies). English:
Brill, 2006.
Yasardin. Asas Kebebasan Berkontrak Syariah . Jakarta:
Rajagrafindo, 2018.
Yudiaatmaja, Fridayana. Analisis Regresi Dengan Menggunakan Aplikasi Komputer Statistik. Jakarta:
Gramedia, 2013.
—. Marketing Analysis Made Easy. Jakarta: Gramedia, 2005.
Yunarto, Robert Kurniawan Dan Budi. Analisis Regresi Dasar Dan Penerapan. Jakarta: Kencana, 2013.
Yusuf, Muri. Metode Peelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan. Jakarta: Kencana, 2013.
Zaenuddin, Muhammad. Isu, Problematika, Dan Dinamika Perekonomian Dan Kebijakan Publik. Yogyakarta:
Deepublish, 2018.
Zamzam, Firdaus Dan Fakhru. Aplikasi Metodologi Penelitian . Yogyakarta: Deepublisher, 2018.
Zulfikar. Pengantar Pasar Modal Dengan Pendekatan Statistika. Yogyakarta: Deepublish, 2016.
Journal
Abdelzaher, Dina M., Amr Kotb, Dan Akrum Helfaya. ‚Eco-
Islam: Beyond The Principles Of Why And What,
And Into The Principles Of How.‛ Journal Of
Business Ethics, 29 Maret 2017, 1–12.
Https://Doi.Org/10.1007/S10551-017-3518-2.
223
Adisetiawan, R. ‚Kausalitas Ekonomi Makro Dan Global
Terhadap Pasar Modal Indonesia.‛ Ekonomis : Journal
Of Economics And Business 2, No. 1 (23 Maret
2018): 66.
Https://Doi.Org/10.33087/Ekonomis.V2i1.32.
Agustin, Grisvia. ‚Analisis Paritas Daya Beli Pada Kurs
Rupiah Terhadap Dolar Amerika Serikat.‛ Jurnal
Studi Ekonomi Dan Pembanguanan (Jsep) 1, No. 1
(2009): 12.
Ahmad, Norashikin, Dan Mohd Shukri Hanapi. ‚Maqasid Al-
Syariah Thought In Mainstream Islamic Economics:
A Review.‛ International Journal Of Academic
Research In Business And Social Sciences 8, No. 4
(2018): 11.
Ahmed, Adel. ‚Global Financial Crisis: An Islamic Finance
Perspective.‛ International Journal Of Islamic And
Middle Eastern Finance And Management 3, No. 4
(23 November 2010): 306–20.
Https://Doi.Org/10.1108/17538391011093252.
Akyol, Mehmet, Dan Yıldırım Beyazıt Çiçen. ‚The Role Of
Institutional Factors When Determining Investment
Strategies Of Sovereign Wealth Funds In Stock
Market.Pdf.‛ Journal Turkish Economic Review 04,
No. 03 (2017).
Http://Dx.Doi.Org/10.1453/Ter.V4i3.1453.
ArDana, Yudhistira. ‚Pengaruh Variabel Makroekonomi
Terhadap Indeks Saham Syariah Di Indonesia: Model
Ecm.‛ Esensi 6, No. 1 (17 Mei 2016).
Https://Doi.Org/10.15408/Ess.V6i1.3118.
Arintoko, Dan Insukindro. ‚Effect Of Exchange Rate, Foreign
Direct Investment And Portfolio Investment On The
224
Indonesian Economy- A Structural Cointegrating
Vector Autoregression.Pdf.‛ International Journal Of
Economics And Financial Issues 07, No. 2 (2017):
682–92.
Astuti, Rini, Dan Joyce Lapian. ‚Pengaruh Faktor Makro
Ekonomi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
(Ihsg) Di Bursa Efek Indonesia (Bei) Periode 2006-
2015.‛ Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi 16, No. 02
(2016): 8.
Asutay, Mehmet. ‚A Political Economy Approach To Islamic
Economics- Systemic Understanding For An
Alternative Economic System.‛ Kyoto Bulletin Of
Islamic Area Studies 1, No. 2 (2007): 3–18.
Ayopo, Babajide Abiola, Lawal Adedoyin Isola, Dan Somoye
Russel Olukayode. ‚Stock Market Response To
Economic Growth And Interest Rate Volatility:
Evidence From Nigeria.‛ International Journal Of
Economics And Financial Issues, 6, No. 1 (2016): 7.
Bahmani-Oskooee, Mohsen, Dan Sujata Saha. ‚Do Exchange
Rate Changes Have Symmetric Or Asymmetric
Effects On Stock Prices?‛ Global Finance Journal 31
(November 2016): 57–72.
Https://Doi.Org/10.1016/J.Gfj.2016.06.005.
Baiardi, Donatella, Paola Profeta, Riccardo Puglisi, Dan
Simona Scabrosetti. ‚Tax Policy And Economic
Growth: Does It Really Matter?‛ International Tax
And Public Finance, 11 Mei 2018, 1–35.
Https://Doi.Org/10.1007/S10797-018-9494-3.
Baker, Malcolm, Jeffrey Wurgler, Dan Yu Yuan. ‚Global,
Local, And Contagious Investor Sentiment.‛ Journal
225
Of Financial Economics 104, No. 2 (Mei 2012): 272–
87. Https://Doi.Org/10.1016/J.Jfineco.2011.11.002.
Baltaci, Nuri, Dan Hasan Ayaydın. ‚Corruption, Banking
Sector, And Stock Market Development: A Panel
Data Analysis.‛ European Journal Of Research On
Education, 2013, Special Issue: Human Resource
Management, 01, No. 2 (2013): 94–99.
Basuki, Agus Tri, Dan A Indriyani Yusuf. ‚Pengaruh Variabel
Ekonomi Makro Dan Indeks Harga Saham Dunia
Terhadap Jakarta Islamic Index.‛ Buletin Ekonomi
16, No. 1 (2018): 18.
Beik, Irfan Syauqi, Dan Sri Wulan Fatmawati. ‚Pengaruh
Indeks Harga Saham Syariah Internasional Dan
Variabel Makro Ekonomi Terhadap Jakarta Islamic
Index.‛ Al-Iqtishad: Journal Of Islamic Economics 6,
No. 2 (13 Maret 2015).
Https://Doi.Org/10.15408/Ijies.V6i2.1228.
Ben Naceur, Samy, Samir Ghazouani, Dan Mohamed Omran.
‚The Determinants Of Stock Market Development In
The Middle‐Eastern And North African Region.‛
Disunting Oleh Aktham Maghyereh. Managerial
Finance 33, No. 7 (12 Juni 2007): 477–89.
Https://Doi.Org/10.1108/03074350710753753.
Bin Salamon, Hussin, Mansoureh Ebrahimi, Dan
Kamaruzaman Yusoff. ‚Speculation: The Islamic
Perspective; A Study On Al-Maisir (Gambling).‛
Mediterranean Journal Of Social Sciences, 1 Januari
2015.
Https://Doi.Org/10.5901/Mjss.2015.V6n1s1p371.
226
Budiman, Iskandar. ‚Mengenal Lebih Dekat Analisis Pasar
Modal Perspektif SyariAh.‛ Jurnal Investasi Syariah
1, No. 01 (Juli 2017): 3–18.
Chambet, Anthony, Dan Rajna Gibson. ‚Financial
Integration, Economic Instability And Trade
Structure In Emerging Markets.‛ Journal Of
International Money And Finance, 2008, 22.
Choudhry, Taufiq. ‚Inflation And Rates Of Return On Stocks:
Evidence From High Inflation Countries.‛ Journal Of
International Financial Markets, Institutions And
Money 11, No. 1 (Maret 2001): 75–96.
Https://Doi.Org/10.1016/S1042-4431(00)00037-8.
Claessens, Stijn, Susmita Dasgupta, Dan Jack Glen. ‚Return
Behavior In Emerging Stock Markets.‛ The World
Bank Economic Review 9, No. 1 (1995): 131–51.
Https://Doi.Org/10.1093/Wber/9.1.131.
Coccia, Mario. ‚Optimization In R&D Intensity And Tax On
Corporate Profits For Supporting Labor Productivity
Of Nations.‛ The Journal Of Technology Transfer 43,
No. 3 (Juni 2018): 792–814.
Https://Doi.Org/10.1007/S10961-017-9572-1.
Dewi, Ni Nyoman Sri Rahayu Trisna, Komang Fridagustina
Adnantara, Dan Gde Herry Sugiarto Asana. ‚Modal
Investasi Awal Dan Persepsi Risiko Dalam Keputusan
Berinvestasi.‛ Jurnal Ilmiah Akuntansi 2, No. 2 (23
September 2018).
Https://Doi.Org/10.23887/Jia.V2i2.15636.
Dupasquier, Chantal, Dan Patrick N. Osakwe. ‚Foreign Direct
Investment In Africa: Performance, Challenges, And
Responsibilities.‛ Journal Of Asian Economics 17,
227
No. 2 (April 2006): 241–60.
Https://Doi.Org/10.1016/J.Asieco.2005.07.002.
Errunza, Vihang R. ‚Emerging Markets- A New Opportunity
For Improving Global Portfolio Performance.Pdf.‛
Journal Financial Analysts Journal 39, No. 05 (1983):
Pages 51-58.
Fama, Eugene F. ‚Efficient Capital Markets: Ii.‛ The Journal
Of Finance 46, No. 5 (Desember 1991): 1575–1617.
Https://Doi.Org/10.1111/J.1540-
6261.1991.Tb04636.X.
———. ‚Stock Returns, Expected Returns, And Real
Activity.‛ The Journal Of Finance 45, No. 4
(September 1990): 1089–1108.
Https://Doi.Org/10.1111/J.1540-
6261.1990.Tb02428.X.
Fama, Eugene F. ‚Stock Returns, Real Activity, Inflation,
And Money.‛ The American Economic Review 71,
No. 04 (September 1981): 22.
Faridi, F R. ‚Theory Of Fiscal Policy In An Islamic State.‛
Journal Of King Abdulaziz University: Islamic
Economics., 1, No. 2 (1984): 16.
Farooq, Mohammad Omar. ‚Partnership, Equity-Financing
And Islamic Finance: Whither Profit-Loss Sharing?‛
Review Of Islamic Economics (Special Issue), 11
(2007): 22.
Fazri, Muhammad, Hermanto Siregar, Dan Heni Hasanah.
‚Hubungan Antara Korupsi Dengan Perkembangan
Pasar Saham Dan Perbankan: Kajian Empiris Pada
Sembilan Negara Dikawasan Asean+3.‛ Jurnal
Ekonomi Pembangunan 15, No. 1 (25 Agustus 2017):
1. Https://Doi.Org/10.22219/Jep.V15i1.4643.
228
Geske, Robert, Dan Richard Roll. ‚The Fiscal And Monetary
Linkage Between Stock Returns And Inflation.‛ The
Journal Of Finance 38, No. 1 (Maret 1983): 1–33.
Https://Doi.Org/10.1111/J.1540-
6261.1983.Tb03623.X.
Gumilang, Reshinta Candra, Dan R Rustam Hidayat.
‚Pengaruh Variabel Makro Ekonomi, Harga Emas
Dan Harga Minyak Dunia Terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan.‛ Jurnal Administrasi Bisnis 14, No.
02 (September 2014): 9.
Gunasekarage, Abeyratna, Anirut Pisedtasalasai, Dan David
M. Power. ‚Macroeconomic Influence On The Stock
Market: Evidence From An Emerging Market In
South Asia.‛ Journal Of Emerging Market Finance 3,
No. 3 (Desember 2004): 285–304.
Https://Doi.Org/10.1177/097265270400300304.
Habib, Mohsin, Dan Leon Zurawicki. ‚Corruption And
Foreign Direct Investment.‛ Journal Of International
Business Studies 33, No. 2 (Juni 2002): 291–307.
Https://Doi.Org/10.1057/Palgrave.Jibs.8491017.
———. ‚Corruption In The Context Of International
Business: Conceptual And Methodological Issues.‛
Journal Of Transnational Management Development
6, No. 3–4 (Maret 2002): 167–80.
Https://Doi.Org/10.1300/J130v06n03_10.
Hallward-Driemeier, Mary, Scott Wallsten, Dan Lixin Colin
Xu. ‚Ownership, Investment Climate And Firm
Performance.: Evidence From Chinese Firms.‛ The
Economics Of Transition 14, No. 4 (Oktober 2006):
629–47. Https://Doi.Org/10.1111/J.1468-
0351.2006.00267.X.
229
Hameed, Abdulrasheed A. ‚Islam And Economic
Independence Towards Self- Employment And
Productivity.‛ Knowledge Review 26, No. 02
(Desember 2012): 6.
Hamid, Ahmad Munir. ‚Peran Baitul Mal Dalam Kebijakan
Keuangan Publik.‛ Adilla: Jurnal Ekonomi Syariah 1,
No. 1 (2018): 21.
Heywood, Paul. ‚Political Corruption: Problems And
Perspectives.‛ Political Studies 45, No. 3 (Agustus
1997): 417–35. Https://Doi.Org/10.1111/1467-
9248.00089.
Hidayat, La Rahmad, Djoko Setyadi, Dan Musdalifah Azis.
‚Pengaruh Inflasi Dan Suku Bunga Dan Nilai Tukar
Rupiah Serta Jumlah Uang Beredar Terhadap Return
Saham.‛ Forum Ekonomi 19, No. 2 (10 Januari 2018):
148. Https://Doi.Org/10.29264/Jfor.V19i2.2121.
Hillier, David, Dan Tiago Loncan. ‚Political Uncertaininty
And Stock Return Evidence.‛ Pacific-Basin Finance
Journal 54 (April 2019): 1–12.
Https://Doi.Org/10.1016/J.Pacfin.2019.01.004.
Hjern, Benny. ‚Implementation Research — The Link Gone
Missing.‛ Journal Of Public Policy 2, No. 3 (Agustus
1982): 301–8.
Https://Doi.Org/10.1017/S0143814x00001975.
Hussin, Mohd Yahya Mohd, Fidlizan Muhammad, Mohd
Fauzi Abu, Dan Salwah Amirah Awang.
‚Macroeconomic Variables And Malaysian Islamic
Stock Market: A Time Series Analysis‛ 3, No. 4
(2012): 13.
Hussin, Mohd Yahya Mohd, Fidlizan Muhammad, Mohd
Fauzi Abu, Dan Azila Abdul Razak. ‚The
230
Relationship Between Oil Price, Exchange Rate And
Islamic Stock Market In Malaysia.‛ Research Journal
Of Finance And Accounting 3, No. 5 (2012): 11.
Ibrahim, Mansor H., Dan Nafis Alam. ‚Islamic Economics
And Islamic Finance In The World Economy.‛ The
World Economy 41, No. 3 (Maret 2018): 668–73.
Https://Doi.Org/10.1111/Twec.12506.
Idris, Munadi, Dan Nur Rahmah. ‚Masa Keemasan Keuangan
Islam (Perspektif Sejarah).‛ Jurnal Ekonomi Bisnis
Syariah 2, No. 1 (24 April 2019): 1–21.
Https://Doi.Org/10.5281/Zenodo.2649799.
Islam, Fakir Tajul, Md. Shahnawaz Mostofa, Dan Afrida
Akhter Tithi. ‚Macroeconomic And Institutional
Determinants Of Capital Market Performance In
Bangladesh: A Case Of Dhaka Stock Exchange.‛
International Journal Of Academic Research In
Accounting, Finance And Management Sciences 7,
No. 1 (25 Maret 2017): 306–11.
Https://Doi.Org/10.6007/Ijarafms/V7-I1/2705.
Karim, Bakri Abdul, Wong Siew Lee, Zulkefly Abdul Karim,
Dan Mohamad Jais. ‚The Impact Of Subprime
Mortgage Crisis On Islamic Banking And Islamic
Stock Market.‛ Procedia - Social And Behavioral
Sciences 65 (Desember 2012): 668–73.
Https://Doi.Org/10.1016/J.Sbspro.2012.11.182.
Kim, Dan Haksoon. ‚Political Stability And Foreign Direct
Investment.‛ International Journal Of Economics And
Finance 02, No. 3 (Agustus 2010): 59–71.
Kunieda, Takuma, Keisuke Okada, Dan Akihisa Shibata.
‚Corruption, Capital Account Liberalization, And
Economic Growth: Theory And Evidence.‛
231
International Economics 139 (Oktober 2014): 80–108.
Https://Doi.Org/10.1016/J.Inteco.2014.03.001.
Kwon, Chung S., Dan Tai S. Shin. ‚Cointegration And
Causality Between Macroeconomic Variables And
Stock Market Returns.‛ Global Finance Journal 10,
No. 1 (Maret 1999): 71–81.
Https://Doi.Org/10.1016/S1044-0283(99)00006-X.
Lambsdorff, Johann Graf. ‚How Corruption Affects Persistent
Capital Flows.‛ Economics Of Governance 4, No. 3 (1
November 2003): 229–43.
Https://Doi.Org/10.1007/S10101-002-0060-0.
Leng, Tan Kim, Chin Wen Cheong, Dan Tan Siow Hooi.
‚Stylized Facts And Impact Of Oil Price Shocks On
International Shariah Stock Markets.‛ Ijem
International Journal Of Economics And Management
9, No. Special Issue (2015): 20.
L.Pryor, Frederic. ‚The Islamic Economic System.‛ Journal
Of Comparative Economics 09, No. 02 (Juni 1985):
197–223. Https://Doi.Org/10.1016/0147-
5967(85)90039-3.
Lui, Francis T. ‚Three Aspects Of Corruption.‛ Contemporary
Economic Policy Xiv, (Juli 1996): 4.
Maghayereh, Aktham. ‚Causal Relations Among Stock Prices
And Macroeconomic Variables In The Small, Open
Economy Of JorDan,‛ T.T., 14.
Mahabir, S D, S Pangemana, Dan J E Tulung. ‚Analysis Of
Macroeconomic Variables On Stock Market
Volatility Of Sector 1 In Indonesia Stock Exchange.‛
Jurnal Emba 07, No. 02 (2019): 2041 – 2050.
232
Maku, Olukayode E, Dan Akinwande A Atanda. ‚‘Does
Macroeconomic Indicators Exert Shock On The
Nigerian.Pdf,‛ T.T. Https://Mpra.Ub.Uni-
Muenchen.De/Id/Eprint/17917.
Mamunur, Rashid, Hassan M. Kabir, Dan Yein Ng Yuen.
‚Macroeconomics, Investor Sentiment, And Islamic
Stock Price Index In Malaysia.Pdf.‛ Journal Of
Economic Cooperation And Development 35, No. 04
(2017): 221–36.
Masrizal, M Ubaidillah Al Mustofa, Dan S Herianingrum.
‚Macroeconomic Determinants Of Jakarta Islamic
Index.‛ Kne Social Sciences 3, No. 13 (31 Maret
2019): 510.
Https://Doi.Org/10.18502/Kss.V3i13.4227.
Mawardi, I, T Widiastuti, Dan P Sucia Sukmaningrum. ‚The
Impact Of Macroeconomic On Islamic Stock Prices:
Evidence From Indonesia.‛ Kne Social Sciences 3,
No. 13 (31 Maret 2019): 499.
Https://Doi.Org/10.18502/Kss.V3i13.4226.
Menike, Lmcs. ‚The Effect Of Macroeconomic Variables On
Stock Prices In Emerging Sri Lankan Stock Market.‛
Sabaragamuwa University Journal 6, No. 1 (2006):
50–67.
Meyer, Christine Benedichte. ‚A Case In Case Study
Methodology.‛ Journal Indexing And Metrics 13, No.
04 (1 November 2001): 24.
Https://Doi.Org/10.1177/1525822x0101300402.
Mgammal, Mahfoudh Hussein. ‚The Effect Of Inflation,
Interest Rates And Exchange Rates On Stock Prices
Comparative Study Among Two Gcc Countries.‛
International Journal Of Finance And Accounting,
233
T.T., 13. Https://Doi.Org/Doi:
10.5923/J.Ijfa.20120106.06.
Mirza, Dr Albeena, Dan Dr Najma Shaikh. ‚Comparison
Between Economic Welfare And The Islamic Welfare
Norms.‛ Journal Of Grassroot, 2017, 10.
Muammar, Khalif. ‚Faktor Kegemilangan Tamadun Islam:
Pengajaran Dari Masa Lalu.‛ Jurnal Hadhari Bil 02
(2009): 18.
Mudhiiah, Kharidatul. ‚Analisis Sejarah Pemikiran Ekonomi
Islam Masa Klasik.‛ Iqtishadia 8, No. 2 (2015): 22.
Mujib, Abdul. ‚Realitas Sistem Perbankan Syariah Dan
Ekonomi Islam.‛ Jurnal Masharif Al-Syariah: Jurnal
Ekonomi Dan Bisnis 2, No. 1 (2017): 17.
Mutiari, Yunial Laily, Dan M Zainul Arifin. ‚Peran BaDan
Koordinasi Penanaman Modal Dalam Memfasilitasi
Kegiatan Investasi Asing Langsung Terhadap
Perusahaan Di Indonesia.‛ Nurani 18, No. 2
(Desember 2018): 11.
Naughton, Shahnaz, Dan Tony Naughton. ‚Religion, Ethics
And Stock Trading: The Case Of An Islamic Equities
Market.‛ Journal Of Business Ethics 23 (2000): 145–
59.
Nurrohim, Muh. ‚Analisis Kausalitas Volatilitas Nilai Tukar
Mata Uang Dengan Kinerja Sektor Keuangan Dan
Sektor Rill.‛ Economics Development Analysis
Journal 2, No. 04 (2013): 16.
Olugbenga, Adaramola Anthony. ‚Exchange Rate Volatility
And Stock Market Behaviour: The Nigerian
Experience.‛ European Journal Of Business And
Management 4 (2012): 10.
234
Othman, Anwar Hasan Abdullah, Hasanuddeen Abdul Aziz,
Dan Salina Kassim. ‚Identification Of
Macroeconomic Determinants For Diversification
And Investment Strategy For Islamic Unit Trust
Funds In Malaysia.‛ International Journal Of
Emerging Markets 13, No. 4 (17 September 2018):
653–75. Https://Doi.Org/10.1108/Ijoem-03-2017-
0074.
Othman, Anwar Hasan Abdullah, Ahamed Kameel, Dan
Hasanuddeen Abdul Aziz. ‚Relationship Between
Macroeconomic Variables And Net Asset Value
(Nav) Of Islamic Equity Unit Trust Funds:
Cointegration Evidence From Malaysian Unit Trust
Industry.‛ Global Journal Of Business And Social
Science Review 1 (2013): 12.
Pangiuk, Ambok. ‚Inflasi Pada Fenomena Sosial Ekonomi:‛
Kontekstualita: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan,
T.T., 28.
———. ‚Kepemilikan Ekonomi Kapitalis Dan Sosialis
(Konsep Tauhid Dalam Sistem Islam)‛ 4 (2011): 19.
Parakkasi, Idris. ‚Inflasi Dalam Perspektif Islam.‛ Laa
Maisyir 3, No. 1 (T.T.): 18.
Pardiansyah, Elif. ‚Investasi Dalam Perspektif Ekonomi
Islam: Pendekatan Teoritis Dan Empiris.‛ Economica:
Jurnal Ekonomi Islam 8, No. 2 (31 Oktober 2017):
337.
Https://Doi.Org/10.21580/Economica.2017.8.2.1920.
———. ‚Investasi Dalam Perspektif Ekonomi Islam:
Pendekatan Teoritis Dan Empiris.‛ Economica: Jurnal
Ekonomi Islam 8, No. 2 (31 Oktober 2017): 337.
Https://Doi.Org/10.21580/Economica.2017.8.2.1920.
235
Pastor, Lubos, Dan Pietro Veronesi. ‚Political Uncertainty
And Risk Premia.‛ National Bureau Of Economic
Research, 2013, 1–59.
Prasetyo, RinDang Bangun, Dan Muhammad Firdaus.
‚Pengaruh Infrastruktur Pada Pertumbuhan Ekonomi
Wilayah Di Indonesia.‛ Jurnal Ekonomi Dan
Kebijakan Pembangunan 2, No. 2 (Mei 2009): 15.
Pratama, Yoghi Citra. ‚Analisis Responsivitas Bursa Syariah
Oleh Variabel Makro Ekonomi.‛ Al-Iqtishad: Journal
Of Islamic Economics 4, No. 2 (11 Februari 2016).
Https://Doi.Org/10.15408/Aiq.V4i2.2548.
Putra, Gilang PerDana, Dan Asep Darmansyah. ‚The
Relations Between Macroeconomic Fluctuation,
World Gold Price, And Islamic Stock Returns In
Indonesia.‛ Journal Of Business And Management,
2015, 15.
Rachmawati, Martien, Dan Nisful Laila. ‚Faktor
Makroekonomi Yang Mempengaruhi Pergerakan
Harga Saham Pada Indeks Saham Syariah Indonesia
(Issi) Di Bursa Efek Indonesia (Bei).‛ Jurnal Ekonomi
Syariah Teori Dan Terapan 2, No. 11 (2015): 15.
Richaud, Christine, Dan Khalid Sekkat. ‚Infrastructure And
Growth Spillovers: A Case For A Regional
Infrastructure Policy In Africa,‛ T.T., 26.
Robert, Kates W., Thomas M. Parris, Dan Anthony A.
Leiserowitz. ‚What Is Sustainable Development?
Goals, Indicators, Values, And Practice.‛
Environment: Science And Policy For Sustainable
Development 47, No. 3 (April 2005): 8–21.
Https://Doi.Org/10.1080/00139157.2005.10524444.
236
Said, Ali, Dan Rihab Grassa. ‚The Determinants Of Sukuk
Market Development: Does Macroeconomic Factors
Influence The Construction Of Certain Structure Of
Sukuk?‛ Journal Of Applied Finance & Banking 03,
No. 05 (Agustus 2013): 17 (251-267).
Sakti, Muhammad Rizky Prima, Dan Md. Yousuf Harun.
‚Relationship Between Islamic Stock Prices And
Macroeconomic Variables: Evidence From Jakarta
Stock Exchange Islamic Index.‛ Global Review Of
Islamic Economics And Business 1, No. 1 (4 Mei
2015): 071.
Https://Doi.Org/10.14421/Grieb.2013.011-06.
Salamah, Lilik. ‚Lingkaran Krisis Ekonomi Indonesia.‛
Masyarakat, Kebudayaan Dan Politik Xiv, No. 2
(April 2001): 12.
Santoso, Bedjo, Ahamed Kameel Mydin Meera, Dan Khaliq
Ahmad. ‚Is Gold Dinar The Appropriate Money In
Islam ?‛ Journal Of Islamic Finance 6, No. Special
Issue (Januari 2017): 73–90.
Https://Doi.Org/10.12816/0047341.
Sari, Norhanim Mat, Abbas Mirakhor, Dan Khairul Hafidzi
Mohd Subky. ‚Replacing The Interest Rate
Mechanism In Monetary Policy: Case Of Malaysia,‛
2017. At:
Https://Www.Researchgate.Net/Publication/3141210
36.
Sehrawat, Madhu, Dan A.K. Giri. ‚A Sectoral Analysis Of
The Role Of Stock Market Development On
Economic Growth: Empirical Evidence From Indian
Economy.‛ Global Business Review 18, No. 4
(Agustus 2017): 911–23.
Https://Doi.Org/10.1177/0972150917692242.
237
Shabri Abd. Majid, M., Dan Rosylin Mohd. Yusof.
‚Long‐Run Relationship Between Islamic Stock
Returns And Macroeconomic Variables: An
Application Of The Autoregressive Distributed Lag
Model.‛ Humanomics 25, No. 2 (22 Mei 2009): 127–
41. Https://Doi.Org/10.1108/08288660910964193.
Sharma, Gagan Deep, Dan Mandeep Mahendru. ‚Impact Of
Macro Economic Variables On Stock Market In
India.‛ Global Journal Of Management And Business
Research, 10, No. 07 (2010): 10–14.
Shuangqun,. ‚Research On The Relationship Between Interest
Rate And Stock Price In China.‛ International Journal
Of Science And Research (Ijsr) 6, No. 7 (5 Juli 2017):
2093–99. Https://Doi.Org/10.21275/27071710.
Simona Franzoni, Dan Asma Ait Allali. ‚Principles Of Islamic
Finance And Principles Of Corporate Social
Responsibility: What Convergence?‛ Sustainability
10, No. 3 (28 Februari 2018): 637.
Https://Doi.Org/10.3390/Su10030637.
Subaidi. ‚Rekonstruksi Hukum Pasar Modal Syariah Dalam
Memberi Jaminan Kepastian Hukum.Pdf.‛ Istidlal:
Jurnal Ekonomi Dan Hukum Islam 01, No. 2 (2017).
Suzuki, Tomoya. ‚Corruption, Interest Rates And Business
Cycles: Comparison Of Emerging Economies.‛
Economic Change And Restructuring 51, No. 4
(November 2018): 303–16.
Https://Doi.Org/10.1007/S10644-017-9206-5.
Tahir, Sayyid. ‚Islamic Economics And Prospects For
Theoretical And Empirical Research.‛ Journal Of
King Abdulaziz University: Islamic Economics 30,
No. 1 (2017): 18.
238
Wibowo, Buddi. ‚Comovement Indeks Pasar Saham Syariah
Dan Variabel Makro Ekonomi: Pendekatan Regime-
Switching Regression.‛ Iqtishadia 10, No. 2 (11
Januari 2018): 83.
Https://Doi.Org/10.21043/Iqtishadia.V10i2.2237.
Wongbangpo, Praphan, Dan Subhash C. Sharma. ‚Stock
Market And Macroeconomic Fundamental Dynamic
Interactions: Asean-5 Countries.‛ Journal Of Asian
Economics 13, No. 1 (Januari 2002): 27–51.
Https://Doi.Org/10.1016/S1049-0078(01)00111-7.
Yusof, Rosylin, Dan M. Majid. ‚Stock Market Volatility
Transmission In Malaysia: Islamic Versus
Conventional Stock Market.‛ Journal Of King
Abdulaziz University-Islamic Economics 20, No. 2
(2007): 19–40. Https://Doi.Org/10.4197/Islec.20-2.2.
Zafar, Nousheen, Syeda Faiza Urooj, Dan Tahir Khan
Durrani. ‚Interest Rate Volatility And Stock Return
And Volatility.‛ European Journal Of Economics,
Finance And Administrative Sciences, No. 14 (2008):
6.
Zarqa, Muhammad Anas. ‚Stability In An Interest-Free
Islamic Economy- A Note.Pdf.‛ Pakistan Journal Of
Applied Economic 2, No. 2 (1983): 181–88.
239
Glosarium
BKPM : Lembaga Pemerintah Non
Departemen Indonesia yang bertugas
untuk merumuskan kebijakan
pemerintah di bidang penanaman
modal, baik dari dalam negeri
maupun luar negeri.
Capital Gain : Sebuah keuntungan yang didapatkan
seorang investor dari selisih harga
jual dikurangi dengan harga beli suatu
saham atau properti sewaan tersebut.
Seorang yang mendapatkan
keuntungan capital gain.
Capital Lost : Sebuah kerugian yang didapatkan
seorang investor dari selisih harga
beli dikurangi dengan harga jual suatu
saham.
Capital : Investasi yang dilakukan pemilik
perusahaan. Di dalam neraca
dituliskan dalam angka nilai
kekayaan bersih (networth), yaitu
aktiva dikurang kewajiban-kewajiban
lain dan angka kerugian.
Day trading : Salah satu strategi tranding yang
cukup banyak digunakan para trade
jangka pendek. Harga saham bias
bergerak naik-turun dengan cepat
240
karean adanya peran dari dat trader
yang mengincar profit jangka pendek.
Deficit Financing : Berkurangnya kas dalam keuangan.
Enterprenuer : Orang yang melakukan aktivitas
wirausaha yang dicirikan dengan
pandai atau berbakat mengenali
produk baru, menentukan cara
produksi baru, menyusun manajemen
operasi untuk pengadaan produk baru,
memasarkannya, serta mengatur
permodalan operasinya.
Financial Asset : Investasi disektor keuangan atau
sering juga disebut portfolio
investment (investasi portofolio)
adalah komitmen untuk mengikatkan
aset pada surat-surat berharga
(securities), yang diterbitkan oleh
penerbitnya. Penerbit surat berharga
ini beragam,mulai dari individu,
perusahaan hingga pemerintah.
Demikian pula dengan jenisnya,
sangat beragam, mulai dari yang
sederhana seperti utang piutang antar
pribadi hingga produk derivative
(turunan) yang rumit, seperti future.
Sebagai contoh investasi pada sektor
keuangan ini, misalnya, kita
menabung uang di bank, membeli
saham, obligasi atau reksadana.
241
Foreign Direct Investment : Jenis investasi secara langsung oleh
luar negeri. FDI merupakan bentuk
investasi yang dilakukan oleh sebuah
perusahaan dari suatu negara untuk
menanamkan modalnya dengan
jangka waktu yang panjang kesebuah
perusahaan di negara lain.
Iklim Investasi : Kondisi atau lingkungan yang
mereflelksikan sejumlah faktor-faktor
yang berafiliasi pada kondisi tertentu
sehingga membentuk kesempatan dan
insentif bagi pemiliki modal
(investor) untuk melakukan usahanya
atau berinvestasi secara produktif,
berdayasaing dan berkembang.
Inflasi : Suatu proses meningkatnya harga-
harga secara umum dan terus-
menerus (continue) berkaitan dengan
mekanisme pasar yang dapat
disebabkan oleh berbagai faktor,
antara lain, konsumsi masyarakat
yang meningkat, berlebihnya
likuiditas di pasar yang memicu
konsumsi atau bahkan spekulasi,
sampai termasuk juga akibat adanya
ketidaklancaran distribusi barang.
Infrastruktur : Dapat didefinisikan sebagai
kebutuhan dasar fisik
pengorganisasian sistem struktur
yang diperlukan untuk jaminan
ekonomi sektor publik dan sektor
242
privat sebagai layanan dan fasilitas
yang diperlukan agar perekonomian
dapat berfungsi dengan baik.
Interest Rate : Harga yang harus dibayarkan oleh
seseorang dalam menggunakan
sejumlah uang selama jangka waktu
tertentu atau biaya atas balasan jasa
yang diperoleh peminjam.
Investasi Syariah : Suatu penanaman modal yang
dilakukan masyarakat dengan tujuan
untuk mendapatkan keuntungan
sesuai dengan prinsip Islam, hukum
Islam yang berpedoman pada syariah
Islam.
Investor : Orang perorangan atau lembaga baik
domestik atau non domestik yang
melakukan suatu investasi (bentuk
penanaman modal sesuai dengan jenis
investasi yang dipilihnya) baik dalam
jangka pendek atau jangka panjang.
Jakarta Islamic Indexs : Salah satu indeks saham yang ada di
Indonesia yang menghitung index
harga rata-rata saham untuk jenis
saham-saham yang memenuhi kriteria
syariah.
Kebijakan Fiskal : Kebijakan yang dibuat pemerintah
untuk mengarahkan ekonomi suatu
negara melalui pengeluaran dan
pendapatan (berupa pajak)
pemerintah. Kebijakan fiskal berbeda
243
dengan kebijakan moneter, yang
bertujuan men-stabilkan
perekonomian dengan cara
mengontrol tingkat bunga dan jumlah
uang yang beredar. Instrumen utama
kebijakan fiskal adalah pengeluaran
dan pajak.
Kebijakan Monenter Kontraktif : Ditujukan untuk memperlambat
jumlah uang yang beredar. kebijakan
moneter yang aktif selalu
memodifikasi efek dari guncangan
variabel makro pada pertumbuhan
output.
Kebijakan Moneter Ekspansif : Kebijakan dengan mendorong
meningkatkan peredaran uang untuk
kegiatan ekonomi.
Kebijakan Moneter : Proses mengatur persediaan uang
sebuah negara untuk mencapai tujuan
tertentu; seperti menahan inflasi,
mencapai pekerja penuh atau lebih
sejahtera. Kebijakan moneter dapat
melibatkan mengeset standar bunga
pinjaman, "margin requirement",
kapitalisasi untuk bank atau bahkan
bertindak sebagai peminjam usaha
terakhir atau melalui persetujuan
melalui negosiasi dengan pemerintah
lain.
Korupsi : Tindakan seseorang yang
menyalahgunakan kepercayaan dalam
244
suatu masalah atau organisasi untuk
mendapatkan keuntungan.
Kurs/Nilai Tukar Rupiah : Sebuah perjanjian yang dikenal
sebagai nilai tukar mata uang
terhadap pembayaran saat kini atau di
kemudian hari, antara dua mata uang
masing-masing negara atau wilayah.
Makroekonomi : Studi tentang ekonomi secara
keseluruhan. Makroekonomi
menjelaskan perubahan ekonomi yang
mempengaruhi banyak masyakarakat,
perusahaan, dan pasar. Ekonomi
makro dapat digunakan untuk
menganalisis cara terbaik untuk
memengaruhi target-target
kebijaksanaan seperti pertumbuhan
ekonomi, stabilitas harga, tenaga
kerja dan pencapaian keseimbangan
neraca yang berkesinambungan.
Pasar Modal Syariah : Pasar modal yang sesuai dengan
syariah Islam atau dengan kata lain
instrumen yang digunakan
berdasarkan pada prinsipsyariah dan
mekanisme yang digunakan juga
tidak bertentangan dengan prinsip
syariah.
Pasar Modal : Suatu aktivitas yang berhubungan
dengan perdagangan efek dan
penawaran umum, perusahaan publik
yang berhubungan dengan efek yang
245
diterbitkannya, serta lembaga dan
profesi yang berhubungan dengan
efek.
Produk Domenstik Bruto : Nilai pasar semua barang dan jasa
yang diproduksi oleh suatu negara
pada periode tertentu.
Profitabilitas : Kemampuan suatu perusahaan
dalam menghasilkan laba selama
pereode tertentu pada tingkat
penjualan, asset dan modal saham tert
entu. Profitabilitas suatu perusahaan
dapat dinilai melalui berbagai cara
tergantung pada laba dan aktiva atau
modal yang akan diperbandingkan
satu dengan lainya.
Real Asset :Komitmen mengikatkan aset pada
sektor real. Seperti diketahui, istilah
sektor real sering digunakan untuk
menunjukkan sektor diluar keuangan,
seperti perdagangan, industri,
pertanian dan lain sebagainya.
Dengan demikian, investasi pada
sektor real adalah komitmen
mengikatkan aset di luar sektor
keuangan. Sebagai contoh dari real
asset investment, misalnya membeli
ruko untuk berdagang tekstil atau
barang lainnya, membangun pabrik,
membeli apartemen kemudian
246
disewakan, membeli lukisan untuk
dijual kembali dan masih banyak lagi.
Return/keuntungan : Penghasilan (gain) atau kerugian
(loss) karena turunnya nilai investasi
pada suatu periode tertentu.
Riba : Penetapan bunga atau melebihkan
jumlah pinjaman saat pengembalian
berdasarkan persentase tertentu dari
jumlah pinjaman pokok yang
dibebankan kepada peminjam.
Risiko Investasi : Tingkat potensi kerugian yang
timbul karena perolehan hasil
investasi yang diharapkan tidak
sesuai dengan harapan.
Saham : Surat berharga yang menunjukkan
bagian kepemilikan atas suatu
perusahaan. Membeli saham berarti
anda telah memiliki hak kepemilikan
atas perusahaan tersebut.
Surat Utang Negara (SUN) : Surat pengakuan utang yang dijamin
pembayaran bunga dan pokoknya
oleh negara RI sesuai masa
berlakunya.
Stabilitas Ekonomi : Situasi atau kondisi di mana sistem
tersebut dapat; mengalokasikan
sumber daya secara efisien ke dalam
kegiatan produktif pada waktu yang
berbeda-beda; memprediksi dan
mengukur risiko finansial dan
247
menyerap guncangan (shock) artinya
stabilitas ekonomi meliputi efisiensi
dan ketahanan sistem keuangan yang
notabene merupakan suatu konsep
kompleks.
Zakat : Harta tertentu yang wajib
dikeluarkan oleh orang yang
beragama Islam dan diberikan kepada
golongan yang berhak menerimanya
(fakir miskin dan sebagainya).
248
249
A
agama, 12, 29, 30, 37, 43, 51, 92,
129
Ahami>ah Wu>jud, 34
Akram Khan, 30, 34
al-Adl al-Ijtima>iah, 41
al-Hurriah al-Muqayyadah, 40
al-Iqtisha>d al-Islami> fi Tatbi>qihi ala
al-Mujtama’ al-Mua>sirat, 34
al-Milkiah al-Muzdawi>jah, 40
al-Quran, 1, 12, 30, 32, 33, 35, 37,
46, 50, 91, 112, 114, 123, 125
American Depositary Receipts, 26
Asad Zaman, 33
aset, 4
B
Bank Dunia, 71, 88
BEI, 9, 17, 18, 76
birokrasi, 14, 71, 73, 88, 90, 91, 93,
109, 121, 129
BPS, 18, 20, 21
Brasil, 26
bunga, 6, 7, 12, 22, 24, 32, 47, 48,
52, 53, 54, 55, 56, 59, 60, 65, 66,
76, 84, 89, 95, 96, 97, 102, 105,
106, 112, 120, 124
bursa efek, 8, 10, 14, 15, 16, 17, 25,
75, 94, 99, 127
Business risk, 57
C
capital gai, 3
capital lost, 3
Chaudhry, 66
Closing a Business., 71
Corruption Index, 15, 18, 21, 27
CPI, 11, 21, 23, 63
Currency risk, 57
D
daruri>ah, 43
Dealing With Licenses, 71
debitor, 48
debit-service ratio, 66
DES, 17
E
ekonomi, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 11,
12, 13, 14, 15, 16, 18, 22, 23, 24,
25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33,
34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42,
43, 44, 45, 46, 47, 48, 50, 51, 52,
53, 54, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 61,
62, 63, 65, 66, 67, 68, 70, 71, 72,
73, 77, 83, 88, 90, 91, 92, 93, 94,
95, 96, 97, 98, 99, 100, 101, 102,
103, 104, 105, 106, 107, 109,
111, 112, 113, 114, 115, 117,
118, 119, 120, 121, 122, 123,
124, 125, 127, 128, 129, 130
ekonomi Islam, 1, 14, 32, 33, 34, 35,
37, 39, 40, 41, 42, 43, 45, 46, 48,
53, 57, 92, 96, 97, 103, 113, 115,
123, 124, 128, 130
ekonomi kapitalis, 12
ekspor, 4, 5, 20, 33, 89, 99, 102, 121
emerging markets, 6
Employing Worker, 71
enterprenuer, 53
Equilibrium Quantity, 47
Exchange Rate, 3, 63, 65, 98, 103,
139, 142, 144
expected profits, 53
INDEKS
250
F
FDI, 11, 26, 27
federal fund rate, 59
financial asset, 2, 50
finansial, 26, 63, 111, 114, 119, 152
fiscal, 5
Fiskal, 43, 44, 103, 131
floating exhange rate, 64
fundamental, 6
future income, 3
G
Gambling, 51
GDP, 67, 68, 77, 78, 79, 83, 84, 86,
87, 88, 89, 91, 99, 101, 127
Getting Credit, 71
Gharar, 51
GNP, 22, 25
Gross Domestic Product, 67, 79, 84,
86, 89, 91
H
hadits, 37
Hadits, 35
hajji>yah, 43
harga emas, 15, 18, 19, 27, 68, 85,
89, 91
Hasanuzzaman, 32
Human Error, 62
I
IHK, 20, 22
iklim investasi, 3, 4, 6, 7, 8, 10, 11,
13, 14, 15, 16, 18, 19, 27, 66, 70,
71, 73, 75, 77, 78, 83, 84, 85, 86,
87, 88, 89, 90, 91, 93, 94, 95, 96,
97, 99, 100, 101, 102, 103, 104,
105, 106, 107, 108, 109, 110,
111, 112, 114, 117, 118, 120,
121, 123, 125, 127, 129, 130
Imam al-Ghazali, 1
Imam Syatibi, 42
impor, 4, 20, 33, 99, 102
Indeks Tren Bisnis, 21
Indonesia, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10,
11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 21,
22, 24, 27, 41, 42, 45, 46, 47, 49,
52, 60, 61, 62, 64, 65, 68, 69, 70,
71, 72, 73, 75, 76, 77, 78, 79, 84,
87, 88, 92, 93, 94, 95, 96, 97, 98,
99, 100, 101, 102, 103, 104, 105,
107, 108,109, 110, 111, 112, 114,
116, 117, 118, 119, 120, 121,
122, 123, 124, 125, 127, 128,
129, 130, 131, 132, 133, 134,
135, 136, 137, 138, 139, 143,
144, 145, 146
inefficiencies, 72
inefisiensi, 90
infinitely elastic, 53
inflasi, 4, 6, 15, 18, 19, 24, 25, 27,
29, 31, 34, 39, 44, 45, 47, 48, 52,
56, 57, 58, 59, 60, 61, 62, 64, 68,
69, 73, 76, 85, 86, 89, 90, 92, 93,
99, 100, 101, 102, 106, 111, 113,
120, 127
Inflation, 47, 57, 59, 61, 62, 63, 100,
104, 134, 140, 141, 143
Inflation risk, 57
infrastruktur, 6, 70, 71, 75, 88, 90,
93, 109, 110, 114, 115, 116, 122,
123
interest, 48
Interest risk, 56
International Finance Corporation,
71
251
investasi, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11,
13, 14, 15, 16, 20, 23, 24, 26, 27,
31, 33, 39, 44, 45, 49, 50, 51, 52,
53, 54, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 62,
65, 66, 68, 70, 71, 72, 73, 75, 76,
77, 78, 84, 85, 87, 88, 89, 90, 91,
93, 94, 95, 96, 97, 98, 99, 100,
101, 102, 104, 105, 106, 107,
108, 109, 110, 111, 112, 114,
115, 116, 117, 118, 120, 121,
122, 123, 124, 125, 127, 128, 129
Investasi syariah, 49
investment fund, 53
investment risk, 2
investor, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 14,
16, 23, 24, 25, 50, 53, 55, 59, 62,
64, 66, 70, 76, 89, 90, 91, 92, 93,
94, 95, 96, 97, 100, 104, 108,
109, 110, 112, 114, 116, 117,
118, 119, 121, 122, 129
IPI, 25
Islam, 1, 3, 8, 12, 13, 14, 15, 16, 17,
23, 24, 25, 27, 28, 29, 30, 31, 32,
34, 35, 36, 37, 38, 40, 41, 42, 43,
45, 46, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 54,
55, 56, 58, 59, 60, 62, 64, 66, 73,
74, 88, 91, 92, 96, 97, 99, 100,
101, 103, 106, 107, 109, 111,
112, 114, 115,117, 118, 123, 124,
125, 131, 132, 133, 134, 135,
136, 137, 138, 141, 142, 144,
145, 146
Islamisasi, 12
ISSI, 9, 24, 60, 76, 124
Ististma, 49
J
Jakarta Islamic Index, 9, 10, 15, 64,
65, 66, 68, 69, 76, 78, 79, 84, 85,
86, 87, 88, 139, 140, 143
jizyah, 45
K
kapitalisasi pasar, 9, 23
kebijakan ekonomi, 2, 12, 16, 22, 42,
43, 48, 71, 89, 90, 107, 119, 120
Keynes, 61
khalifah, 36
kharaj, 45
korup, 10, 12, 26, 90, 91, 101
korupsi, 8, 10, 11, 14, 25, 26, 66, 71,
72, 73, 84, 88, 89, 90, 91, 95, 102,
106, 109, 129
Korupsi, 10, 11, 12, 14, 21, 72, 73,
77, 78, 84, 87, 89, 90, 133, 137
kuantitatif, 17, 18, 128
kurs, 4, 15, 18, 19, 24, 25, 27, 46, 56,
59, 63, 64, 65, 87, 89, 91, 92, 100,
101, 102, 103, 104, 127
Kurs Rupiah/USD, 20
Kurs Tengah, 20
L
laverage risk, 52
liberalisasi, 26
Limbong, 90, 91, 110, 111, 134
Liquidity risk,, 57
M
M2, 15, 18, 19, 21, 24, 27, 65, 69,
77, 78, 79, 83, 84, 85, 86, 87, 88,
89, 91, 105
252
Macroeconomic, 31
makroekonomi, 3, 4, 5, 6, 8, 10, 13,
14, 15, 16, 19, 23, 27, 28, 31, 32,
34, 42, 56, 57, 58, 59, 60, 61, 62,
63, 65, 66, 74, 75, 76, 77, 78, 85,
87, 90, 91, 92, 93, 94, 95, 97, 99,
108, 109, 110, 117, 119, 124,
128, 129
maqa>sid syari>ah, 43
market risk, 2
Market risk, 56
maslahah, 36
Monetary Contractive Policy, 47
Monetary Expansive Policy, 47
moneter, 5, 13, 21, 31, 32, 34, 43,
46, 47, 48, 50, 54, 60, 61, 63, 65,
68, 95, 103, 105, 106, 107, 108,
109, 113, 114, 124, 125, 128
Muhammad ibnu Abdullah al-Arabi,
33
multiple regression, 18
N
navqi, 37
negara Islam, 13
net aset value, 25
O
oil price world, 25
OJK, 18, 21, 22, 76, 77, 108, 122,
124
opportinity cost, 54
opportunity cost, 54
optimalitas pareto, 113
P
pasar modal, 2, 151
pasar modal syariah, 9, 10, 15, 24,
27, 59, 63, 64, 68, 69, 74, 75, 76,
77, 94, 95, 108, 122, 127, 129
Paying Tax, 71
PDB, 7, 15, 18, 19, 20, 23, 27, 31,
58, 67, 93, 97, 98, 99, 151
pionir, 4
politik, 2, 4, 6, 7, 8, 11, 25, 26, 43,
63, 70, 71, 88, 90, 91, 94, 101,
106, 108, 109, 111, 129
Profit, 4
profitabilitas, 1
Protecting Investor, 71
publik, 2, 12, 34, 36, 40, 44, 73, 90,
91, 101, 122, 123
purchasing power, 45
purching power party, 63
R
real asset, 2
Registering Proverty, 71
regulasi, 70
rekonstruksi, 5
religiusitas, 29
Riba, 51
Risk, 4
Rupiah, 3, 20, 21, 64, 102, 138, 141
S
saham, 3, 4, 7, 8, 9, 10, 15, 17, 21,
22, 24, 25, 26, 31, 50, 53, 55, 56,
57, 58, 59, 60, 61, 62, 64, 66, 67,
68, 69, 71, 75, 76, 92, 94, 95, 96,
98, 100, 102, 103, 104, 105, 112,
119, 127, 129
scarcity of resources, 35
shock, 4
Siddiqi, 35
253
spending power, 45
stabilitas politik, 26
star up, 44
Starting Business, 71
strategic intervention, 71
suku bunga, 4, 6, 15, 18, 19, 22, 24,
25, 27, 29, 31, 32, 46, 47, 48, 53,
54, 55, 58, 59, 60, 65, 66, 84, 89,
92, 93, 95, 96, 97, 102, 103, 105,
106, 120, 124, 127, 129
SUN, 50
Sunnah, 12, 30, 32, 33, 123
syariah, 1, 2, 8, 9, 10, 13, 14, 15, 16,
18, 19, 21, 24, 27, 32, 36, 40, 41,
48, 49, 50, 53, 54, 58, 59, 60, 63,
64, 66, 68, 69, 70, 73, 75, 76, 77,
83, 89, 91, 93, 94, 95, 96, 97, 99,
101, 103, 104, 107, 108, 109,
119, 122, 123, 124, 127, 128,
129, 130
T
Tabarru’, 1
tahsini>yyah, 43
teoritis, 13, 14, 56, 63, 92, 102, 112,
125, 129
theglobaleconomy, 18
Tija>rah, 1
Trading Across Border, 71
treasury Bill rate, 59
U
Umar Chapra, 30, 31, 48, 112, 114,
125, 135
ushurs, 45
V
volatilitas, 53, 66
W
world bank, 18
Y
Yordania, 25
Z
Zakat, 45, 46, 55, 97, 137 41, 45, 46,
54, 55, 97
254
BIODATA PENULIS
Achyar Riyanda Halim adalah putera pertama dari bapak Osli
Mardinal dan Ibu Hamidah, dari dua bersaudara. Lahir di
Pulaupunjung (Sumatera Barat), pada tanggal 01 Desember
1992. Dalam dunia Pendidikan Penulis memulai dari sekolah
dasar (SDN) 08 Muaro Bungo dari kelas 1-4, kemudian
pindah SDn 17 di Kuala Tungkal Jambi 4-6. Kemudian
melanjutkan sekolah Madrasah Tsanawiyah Negri (MTSn) 01
di Kuala Tungkal tahun (2007), setelah lulus penulis
melanjutkan Pendidikan menengah di Madrash Aliyah
Program Khusus Padang Panjang (Sumatera Barat) hingga
lulus di tahun (2010). Setelah lulus penulis melanjutkan
Pendidikan ke bangku perkuliahan Starta-1 di Jakarta yaitu
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta di tahun
(2015) kemudian melanjutkan Strarta-2 di Pascasarjana UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta di tahun (2016).
Selain Pendidikan formal penulis selalu beriringan dengan
kegiatan non formal seperti aktif di Organisasi Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI), Ikatan Mahasiswa Minang
(IKMM), dan Forum Kumpulan Mahasiswa Pascasarjana
(FKMP) Jakarta sampai sekarang. Selain itu penulis selalu
aktif diberbagai kegiatan sepertiHimpunana Mahasiswa
MAN/MAPK Kotobaru (HIMAPOKUS) dan acara-acara
yang berkaitan dengan ekonomi-politik Indonesia maupun
internasional seperti Katadata, FPCI (Foreign Policy
Community of Indonesia) dan OJK (Otoritas Jasa Keuangan)
Devisi Pasar Modal Syariah,