Analisa Kestabilan Tower SUTT PLN Dan Perencanaan ... · Gambar 2 . Gaya - Gaya yang Terjadi ... T...

6
Teknik POMITS Vol. 1, No. 1 (2014) 1-6 Analisa Kestabilan Tower SUTT PLN Dan Perencanaan Perkuatan Talud Di Sekitar Tower (Studi Kasus Tower SUTT T.11 Segoromadu Lamongan, Gresik) Sekar Ayu Kuncaravita, A.md. Prof.Ir.Indrasurya B. Mochtar, M.Sc., Ph.D Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 e-mail : [email protected] 1 Abstrak - Banyaknya aktifitas yang dilakukan oleh PT. Semen Gresik di sekitar tower SUTT T.11 SegoromaduLamongan diduga menjadi penyebab terganggunya kestabilan talud di sekitar tower. Pada awalnya PLN mendirikan Tower T.11 Segoromadu Lamongan di Lahan yang rata, tetapi kemudian batu kapurnya digali oleh pabrik PT. Semen Gresik untuk bahan baku semen antara tahun 1960 sampai dengan 1990 maka tanah di sekitar tower PLN sudah banyak yang tergali sehingga timbullah bagian-bagian tanah yang rendah dan sebagian berupa kubangan dan terisi air hujan. Tanah di sekitar tower dibiarkan tidak digali sehingga tower-tower tersebut seolah-olah berada di atas suatu bukit kecil yang tersisa. Karena tower ini merupakan salah satu tower induk yang menghubungkan aliran listrik Pulau Jawa, maka kestabilan tower ini tidak boleh terganggu. Analisa kestabilan akan dianalisis dengan menggunakan program bantu Plaxis, Geo Slope, dan Dxstabl. Hasil analisis berupa tegangan tanah dan faktor keamanan. Nilai dari tegangan tanah dianalisis untuk mengetahui kestabilan lereng tersebut. Kemudian tanah diasumsikan retak/lapuk dengan perubahan parameter tanah seolah olah menjadi pasir (behaving like sand). Dari hasil analisis perkuatan tanah dengan program bantu dxstable. Berdasarkan hasil uji faktor keamanan dari ketiga program tersebut didapat SF terkecil terdapat pada program bantu Dxstable dengan SF sebesar 1.299. Dalam hal ini SF = 1.299 > 1.25 artinya stabilitas talud di sekitar tower aman. Untuk menanggulangi kelongsoran lereng akibat pelapukan yang terjadi karena perubahan parameter, upaya penyelamatan yang dipilih yaitu menggunankan ground anchor jenis tie back grouting dengan penahan berupa grouting beton dan head anchor berupa balok penahan beton. Perkuatan ground anchor, yang memiliki nilai gaya tarik anchor (K) sebesar 44,21 ton. Untuk menahan gaya tersebut dipasang tie back grouting dengan diameter 20 cm dan panjang grouting 5 m. Perkuatan ground anchor dipasang per 8 meter sebanyak 12 buah pada setiap sisi. Kata kunci: analisis stabilitas lereng, dxstabl, geo- lope, ground anchor, plaxis, tower PLN I. PENDAHULUAN ontruksi tower besi baja merupakan jenis kontruksi saluran transmisi tegangan tinggi (SUTT) banyak digunakan pada jaringan Perusahaan Listrik Negara. Kontruksi Tower mudah dirakit, maka di Indonesia banyak dibangun dan didirikan seperti tower T.11 di Segoromadu Lamongan. Pada awalnya PLN mendirikan Tower T.11 Segoromadu Lamongan di Lahan yang rata, tetapi kemudian batu kapurnya digali oleh pabrik PT. Semen Gresik untuk bahan baku semen antara tahun 1960 sampai dengan 1990 maka tanah di sekitar tower PLN sudah banyak yang tergali sehingga timbullah bagian-bagian tanah yang rendah dan sebagian berupa kubangan dan terisi air hujan. Tanah di sekitar tower dibiarkan tidak digali sehingga tower-tower tersebut seolah- olah berada di atas suatu bukit kecil yang tersisa. Keadaan tersebut diperparah dengan adanya erosi akibat galian liar tersebut menyebabkan elevasi di dekat kaki tower lebih tinggi daripada elevasi di dekat kolam. Gambar 1 Potongan Melintang Tower T.11 Segoromadu Lamongan, Gresik. Gambar 1 menunjukkan bahwa pada awalnya PLN mendirikan Tower T.11 Segoromadu Lamongan di Lahan yang rata, tetapi kemudian batu kapurnya digali oleh pabrik PT. Semen Gresik untuk bahan baku semen antara tahun 1960 sampai dengan 1990 maka tanah di sekitar tower PLN sudah banyak yang tergali sehingga timbullah bagian-bagian tanah yang rendah dan sebagian berupa kubangan dan terisi air hujan. Tanah di sekitar tower dibiarkan tidak digali sehingga tower- tower tersebut seolah-olah berada di atas suatu bukit kecil yang tersisa. Keadaan tersebut diperparah dengan adanya erosi sehingga lereng mengalami kelongsoran dan dengan adanya kolam akibat galian liar tersebut galian liar tersebut K

Transcript of Analisa Kestabilan Tower SUTT PLN Dan Perencanaan ... · Gambar 2 . Gaya - Gaya yang Terjadi ... T...

Teknik POMITS Vol. 1, No. 1 (2014) 1-6

Analisa Kestabilan Tower SUTT PLN Dan Perencanaan

Perkuatan Talud Di Sekitar Tower (Studi Kasus Tower

SUTT T.11 Segoromadu – Lamongan, Gresik)

Sekar Ayu Kuncaravita, A.md. Prof.Ir.Indrasurya B. Mochtar, M.Sc., Ph.D

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111

e-mail : [email protected]

1

Abstrak - Banyaknya aktifitas yang dilakukan oleh

PT. Semen Gresik di sekitar tower SUTT T.11

Segoromadu–Lamongan diduga menjadi penyebab

terganggunya kestabilan talud di sekitar tower. Pada

awalnya PLN mendirikan Tower T.11 Segoromadu –

Lamongan di Lahan yang rata, tetapi kemudian batu

kapurnya digali oleh pabrik PT. Semen Gresik untuk

bahan baku semen antara tahun 1960 sampai dengan 1990

maka tanah di sekitar tower PLN sudah banyak yang

tergali sehingga timbullah bagian-bagian tanah yang

rendah dan sebagian berupa kubangan dan terisi air hujan.

Tanah di sekitar tower dibiarkan tidak digali sehingga

tower-tower tersebut seolah-olah berada di atas suatu bukit

kecil yang tersisa. Karena tower ini merupakan salah satu

tower induk yang menghubungkan aliran listrik Pulau

Jawa, maka kestabilan tower ini tidak boleh terganggu.

Analisa kestabilan akan dianalisis dengan menggunakan

program bantu Plaxis, Geo Slope, dan Dxstabl. Hasil

analisis berupa tegangan tanah dan faktor keamanan. Nilai

dari tegangan tanah dianalisis untuk mengetahui

kestabilan lereng tersebut. Kemudian tanah diasumsikan

retak/lapuk dengan perubahan parameter tanah seolah –

olah menjadi pasir (behaving like sand). Dari hasil analisis

perkuatan tanah dengan program bantu dxstable.

Berdasarkan hasil uji faktor keamanan dari ketiga

program tersebut didapat SF terkecil terdapat pada

program bantu Dxstable dengan SF sebesar 1.299. Dalam

hal ini SF = 1.299 > 1.25 artinya stabilitas talud di sekitar

tower aman. Untuk menanggulangi kelongsoran lereng

akibat pelapukan yang terjadi karena perubahan

parameter, upaya penyelamatan yang dipilih yaitu

menggunankan ground anchor jenis tie back grouting

dengan penahan berupa grouting beton dan head anchor

berupa balok penahan beton. Perkuatan ground anchor,

yang memiliki nilai gaya tarik anchor (K) sebesar 44,21 ton.

Untuk menahan gaya tersebut dipasang tie back grouting

dengan diameter 20 cm dan panjang grouting 5 m.

Perkuatan ground anchor dipasang per 8 meter sebanyak

12 buah pada setiap sisi.

Kata kunci: analisis stabilitas lereng, dxstabl, geo-

lope, ground anchor, plaxis, tower PLN

I. PENDAHULUAN

ontruksi tower besi baja merupakan jenis kontruksi saluran

transmisi tegangan tinggi (SUTT) banyak digunakan pada

jaringan Perusahaan Listrik Negara. Kontruksi Tower mudah dirakit, maka di Indonesia banyak

dibangun dan didirikan seperti tower T.11 di Segoromadu –

Lamongan. Pada awalnya PLN mendirikan Tower T.11 Segoromadu

– Lamongan di Lahan yang rata, tetapi kemudian batu

kapurnya digali oleh pabrik PT. Semen Gresik untuk bahan

baku semen antara tahun 1960 sampai dengan 1990 maka tanah

di sekitar tower PLN sudah banyak yang tergali sehingga

timbullah bagian-bagian tanah yang rendah dan sebagian

berupa kubangan dan terisi air hujan. Tanah di sekitar tower

dibiarkan tidak digali sehingga tower-tower tersebut seolah-

olah berada di atas suatu bukit kecil yang tersisa. Keadaan

tersebut diperparah dengan adanya erosi akibat galian liar

tersebut menyebabkan elevasi di dekat kaki tower lebih tinggi

daripada elevasi di dekat kolam.

Gambar 1 Potongan Melintang Tower T.11 Segoromadu –

Lamongan, Gresik.

Gambar 1 menunjukkan bahwa pada awalnya PLN

mendirikan Tower T.11 Segoromadu – Lamongan di Lahan

yang rata, tetapi kemudian batu kapurnya digali oleh pabrik PT.

Semen Gresik untuk bahan baku semen antara tahun 1960

sampai dengan 1990 maka tanah di sekitar tower PLN sudah

banyak yang tergali sehingga timbullah bagian-bagian tanah

yang rendah dan sebagian berupa kubangan dan terisi air hujan.

Tanah di sekitar tower dibiarkan tidak digali sehingga tower-

tower tersebut seolah-olah berada di atas suatu bukit kecil yang

tersisa. Keadaan tersebut diperparah dengan adanya erosi

sehingga lereng mengalami kelongsoran dan dengan adanya

kolam akibat galian liar tersebut galian liar tersebut

K

Teknik POMITS Vol. 1, No. 1 (2014) 1-6

2

menyebabkan elevasi di dekat kaki tower lebih tinggi daripada

elevasi di dekat kolam. Apabila kondisi lereng tower

didiamkan dalam keadaan yang lama dalam beberapa waktu,

kemungkinan akan terjadi kehilangan sebagian kekuatan di

bawah tanah, akan terjadi gerakan, pergeseran kaki tower dan

terjadi perubahan parameter. Untuk menjaga keamanan tower

perlu dicari pemecahan untuk mengatasi hal yang mungkin

terjadi. Jurusan Teknik Sipil ITS memberi tugas kepada

Laboratorium Mekanika Tanah dan Batuan Jurusan Teknik

Sipil, Fakultas Teknik dan Perencanaan – ITS untuk survei ke

lokasi Tower T.11 Segoromadu – Lamongan yang diduga

terganggu kestabilannya. Setelah survei tanah pada lokasi

tersebut, data dianalisis dengan menggunakan program bantu

dxstable, geoslope, dan plaxis. Hasil analisis berupa tegangan

tanah dan faktor keamanan. Nilai dari tegangan tanah dianalisis

untuk mengetahui lereng tersebut aman atau tidak. Kemudian

tanah diasumsikan retak atau lapuk dengan perubahan pada

parameter tanah seolah – olah menjadi pasir (behaving like

sand). Dari hasil analisis perkuatan tanah dengan program

bantu dxstable. Setelah dilakukan analisa kestabilan, dapat

direncanakan alternatif perkuatan talud

II. STUDI PUSTAKA

A. Analisa Stabilitas Talud

Analisa kestabilitas talud adalah untuk menentukan faktor

aman dari bidang longsor.Faktor kemananan ( FS ) adalah nilai

perbandingan antara gaya yang menahan tanah dengan gaya

yang menggerakkan tanah.

(1)

Dimana :

= tahanan geser maksimum yang dapat dikerahkan oleh

tanah

d = tegangan geser yang terjadi akibat gaya berat tanah yang

akan longsor

F = faktor keamanan

Jadi jika Fs = 1,25 maka lereng berada dalam keadaan

akan runtuh , pada umumnya nilai angka keamanan adalah 1,25

terhadap kekuatan geser yang dapat diterima untuk

merencanakan kestabilan lereng.

Fs = Angka keamanan stabilitas

Mengenai kategori keamanan kelongsoran adalah sebagai

berikut :

SF Kategori

SF<1,25 tidak aman

SF=1,25 kritis,

SF>1,25 aman

B. Pemasangan Ground Anchor

Gambar 2 Gaya - Gaya yang Terjadi Pada Perkuatan Talud

di Sekitar Tower

Dimana :

W = Berat tanah yang berada diatas angkur (ton)

K = Gaya tarik angkur tegak lurus bidang lereng (ton)

N = Gaya normal angkur pusat titik kelongsoran (ton)

T = Gaya perlawanan terhadap kelongsoran (ton)

O = Pusat titik kelongsoran

R = Jari – jari kelongsoran (m)

(2)

Momen Penahan = SF x Momen Penggerak

SF

SF rencana , maka :

1) MR = SF x Mov

2) MR + ΔMR = SF rencana x Mov

ΔMR = (SF rencana - SF) x Mov (3)

( Sumber : Mochtar, 2014)

Dimana :

ΔMR = Momen Penahan

= R x ƩTmax (4)

Mov = Momen Overtunning (5)

Nilai Tmax yng terjadi dihitung pada setiap angkur

Tmax = N tan (6)

Dimana:

nilai Nilai

karena kondisi

tanah pasir akan tertekan dan menjadi padat jika diberi angkur.

(Mochtar, 2014)

Tmax = Gaya perlawanan terhadap kelongsoran (ton)

N = Nilai normal angkur pusat titik kelongsoran (ton)

Nilai Tmax pada angkur 1 :

N1 = K1 X cos

T1 max = N1 x tan ⅔ ᶲ (8)

Nilai Tmax pada angkur 2 :

N2 = K2 X cos

T2 max = N2 x tan ⅔ ᶲ

Nilai Tmax pada angkur 3 :

N3 = K3X cos

T3 max = N3 x tan ⅔ ᶲ

Jadi, ΔMR = R x ƩT max (10)

III. METODOLOGI

Tahapan yang dilakukan dalam analisa kestabilan tower

SUTT PLN dan perencanaan perkuatan talud di sekitar

tower (Studi kasus tower T.11 (Segoromadu – Lamongan

Gresik adalah sebagai berikut:

Teknik POMITS Vol. 1, No. 1 (2014) 1-6

3

Mulai

Pengumpulan Data:- Pelaksanaan Survey Lapangan / Pendahuluan (Pengambilan Contoh Tanah Tidak Terganggu / Undisturbed Di Lapangan)- Pelaksanaan Survey Topografi- Pelaksanaan Survey Data Ke PLN

Tahap Pengujian di Laboratorium Mekanika Tanah pada Masing – Masing Kondisi:- Pengujian Gravimetri – Volumetri- Pengujian Atterrberg Limit- Pengujian Analisa Saringan dan Hidrometer- Pengujian Geser Langsung

Studi Literatur

Analisis Statistik Parameter Tanah

Analisis Potongan Melintang Lapis Tanah dan Kedudukan Pondasi

A

Selesai

Kesimpulan dan Saran

Alternatif Perkuatan Tanah

Detail Alternatif Perkuatan Tanah

Diasumsikan Kondisi Lereng Retak sebagian SF = 1 (Kondisi Masa Depan)

Analisis Perkuatan Tanah

DXstabl

Analisis Stabilitas Lereng Eksisting

DXstablGeoslopePlaxis

YaTidak

Faktor keamanan >1.25

A

Analisis Stabilitas Tower dan Gaya- gaya yang Bekerja pada Pondasi

Gambar 3 Diagram Alir Analisa Dan Perencanaan Kestabilan

Lereng

IV. DATA TANAH

A. Analisa Data Tanah

Lokasi titik penyelidikan tanah tower SUTT T.11

Segoromadu – Lamongan , Gresik. Pada Gambar 4.1 terlihat

posisi tower yang sekeliling lokasi adalah kolam.

Gambar 4 Lokasi Titik Penyelidikan Tanah pada Tower SUTT

titik T 11 Segoromadu – Lamongan, Gresik

Berdasarkan hasil pengukuran topografi dan hasil

penyelidikan tanah maka lapisan tanah yang mempunyai

kemiringan paling ekstrem adalah pada potongan D –D. Di

lokasi tersebut secara garis besar berdasarkan harga N-SPT

dapat dibagi menjadi 5 bagian. Dapat digambarkan profil

lapisan tanah berdasarkan bor log dan hasil sondir pada

potongan yang paling curam tampak seperti pada Gambar 5

Gambar 5 Profil Lapisan Tanah Potongan D - D pada T 11

Segoromadu – Lamongan, Gresik

Penentuan Data parameter tanah yang digunakan adalah

dengan memilih nilai SPT terkritis dari setiap lapisan tanah

yang sudah diklasifikasikan berdasarkan nilai SPT

Tabel 1. Parameter Data Tanah terkritis yang digunakan

B. Data Reaksi Tower

Data reaksi pondasi tower yang digunakan pada program

bantu DxStable, GeoSlope, dan plaxis berupa data pada

jumlah beban merata yang sudah diekuivalensi dengan jenis

tower yang sama.

Teknik POMITS Vol. 1, No. 1 (2014) 1-6

4

Tabel 2. Data Reaksi Beban Merata pada Pondasi Tower Panjang

sisi

Luasan Beban

Angin

Total

Beban

Vertikal

Beban Vertikal

Untuk satu kaki

Beban Merata

m m2 T/ m2 Ton Ton KN Ton KN

(a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h)

5,386 29,006 0,04 38,99 9,748 97,476 1,344 13,442

C. Data Pondasi Tower

Pondasi yang digunakan pada kaki – kaki tower adalah

pondasi strauss. Dari hasil penelitian dilapangan, diketahui

kedalaman tiang pondasi staruss adalah 9 meter dengan

diameter 35 cm. posisi pondasi strauss yang dipasang dibawah

kaki tower. Dimana ujung pondasi terletak pada lapisan tanah

kedua

V. ANALISA KESTABILAN TALUD DAN

PERENCANAAN ALTERNATIF PERKUATAN

TALUD

Analisa kestabilan talud dilakukan dengan menggunakan

program bantu yaitu DxStable, GeoSlope, dan Plaxis dengan

ketentuan faktor keamanan kritis Fk min > 1.25.

A. Pemodelan Talud dalam DxStable

Bidang longsor talud yang dianalisa untuk mengetahui

faktor keamanan (safety factor) mencakup dalam talud dan

bagian luar. Dalam hal ini diambil tiga titik faktor keamanan

pada kondisi internal stability dan tiga titik faktor keamanan

pada kondisi overall stability.

Tabel 3. Nilai Faktor keamaanan hasil analisa

kestabilan lereng dengan menggunakan Dxstable

Percobaan KIRI KANAN

Overall Internal Overall Internal

ke- Stability Stability Stability Stability

1 1,299 1,736 1,351 1,73

2 1,381 1,777 1,42 1,874

3 1,498 1,881 1,48 1,912

Sumber : Hasil Analisa

Dari Tabel 3. didapat nilai SF terkecil pada bidang kiri

talud dengan kondisi bidang longsor luar (overall stability)

sebesar 1.299

Gambar 6 Kelongsoran talud di sekitar tower sisi kiri

Dari Tabel 3 didapat nilai SF terkecil pada bidang kanan

talud dengan kondisi bidang longsor luar (overall stability)

sebesar 1.351

Gambar 7 Kelongsoran talud di sekitar tower sisi kanan

B. Pemodelan Talud dalam Geoslope

Pada program geoslope bidang kelongsoran lereng yang

dianalis langsung ditunjukan dengan bidang kelongsoran yang

paling kritis setelah dimasukkan parameter dan beban yang

diperlukan. Hasil analisa dengan bantuan program geoslope

adalah hasil secara keseluruhan bidang lereng bagian kanan

maupun bagian kiri yang dilakukan dengan 3 kali percobaan.

Tabel 4. Nilai Faktor keamaanan hasil analisa kestabilan

lereng dengan menggunakan Geoslope

Percobaan KIRI KANAN

ke-

1 1,380 1,798

2 1,530 1,809

3 1,611 1,867

Sumber : Hasil analisa

Gambar 8 Hasil Pemodelan dengan Geoslope dengan bidang

longsor terkritis

Tabel 5 Hasil Uji Faktor Keamanan Pada Bidang Kanan

Talud dengan Program GeoSlope

NO SF SF

Terkecil

1 1.699

1.699 2 1.703

3 2.51

Sumber : Hasil Analisa

C. Pemodelan Talud dalam Plaxis

Pada prograam bantu plaxis, pemodelan dibagi menjadi 2

fase yaitu fase pertama merupakan fase pada kondisi tanah

plastis. Kondisi ini merupakan kondisi tanah initial ketika

diberi beban. Fase kedua adalah fase phi/c reduction yaitu

kondisi dimana parameter tanah diperhitungkan. Hasil dari

analisa kelongsoran talud disekitar tower untuk kedua fase

dapat dilihat pada gambar 5.9, yang menunjukkan pola bidang

kelongsoran lereng yang paling kritis dengan faktor keamanan

1,320

Teknik POMITS Vol. 1, No. 1 (2014) 1-6

5

Gambar 9 Hasil pola kelongsoran lereng menggunaka

program plaxis.

Dari hasil analisa faktor keamanan dengan menggunakan

ketiga software yaitu dxstable, geoslope, dan plaxis diperoleh

nilai faktor keamanan sliding terkecil dibagian kiri bidang

lereng maupun kanan bidang lereng dengan meninjau over all

stability maupun internal stability didapat besaran faktor

keamanan untuk masing – masing analisa sebagai berikut :

Tabel 6 Hasil Perbandingan Faktor Keamanan

PROGRAM SF

BANTU KIRI KANAN

DXSTABLE

Overall Internal Overall Internal

Stability Stability Stability Stability

1,299 1,736 1,351 1,730

GEOSLOPE 1,380 1,798

PLAXIS 1,320

Dapat disimpulkan bahwa faktor keamanan terkecil dari

ketiga program bantu tersebut pada program bantu Dxstable

dengan SF sebesar 1.299. Dalam hal ini SF = 1.299 > 1.25

(SF minimum) artinya stabilitas talud di sekitar tower T. 11

Segoromadu – Lamongan, Gresik aman.

Menurut Mochtar (2014), pada lereng – lereng yang lapuk

sudah terjadi retak – retak yang kemungkinan besar terisi

lapisan pasir sehingga apabila terjadi kelongsoran sepanjang

bidang – bidang yang retak tersebut maka asumsi lapisan tanah

seolah – olah dianggap pasir (behaving like sand). Kondisi

tersebut menyebabkan stabilitas talud menjadi tidak aman di

masa depan sehingga perlu adanya perkuatan talud.

D. Perkuatan Talud

Kondisi talud yang tidak aman menyebabkan adanya

ancaman kelongsoran dan ketidakstabilan lereng di sekitar

tower. Untuk menanggulangi ancaman tersebut, talud perlu

diberi perkuatan tanah Oleh karena itu, alternatif Ground

Anchor Tie Back Grouting merupakan alternatif perkuatan

tanah paling sesuai untuk talud di sekitar Tower SUTT T.11

Segoromadu – Lamongan Gresik dibandingkan dengan

alternatif lainnya. Hasil analisa perhitungan fakktor keamanan

dengan menggunakan program bantu dxstable, geoslope, dan

plaxis. Dari ketiga software yang digunakan menunjukkan

faktor terkecil sebesar 1,299 yang nilai tersebut lebih besar

daripada syarat SF terkecil yaitu 1,25. Pada kondisi eksisting

yang ada dilapangan memang keadaan tower tidak mengalami

kelongsoran dengan nilai SF > 1,25 namun dikhawatirkan

kondisi tersebut tidak akan bertahan lama, karena beberapa

faktor yang mempengaruhi kondisi tower tersebut antara lain

faktor alam maupun faktor manusia. Rencana perkuatan lereng

difungsikan sebagai kestabilan terhadap erosi terhadap

kelongsoran akibat adanya pengaruh air hujan dan pelapukan

yang berlangsung terus menerus sepanjang tahun. Hujan lebat

yang terjadi mengakitbatkan muka air tanah naik dan berada

pada lapisan paling atas talud. Air hujan kemudian menyerap

ke tanah yang retak sehingga pori tanah terisi air dan

mengalami pelapukan.(Mochtar, 2014).Kondisi tersebut tidak

dapat diketahui secara pasti oleh karena itu lapisan tanah

diasumsikan terjadi sebagian atau berubah menjadi pasir

sehingga parameter tanah berubah menjadi sebagai berikut :

Tabel 7 Perubahan Parameter Tanah Akibat Terjadinya

Pelapukan

Lapisan γt γsat Cu ϴ

tanah ke- (t/m3) (t/m3) (t/m2) (derajat)

1 1,6 1,8 0 30

2 1,6 1,7 0 30

3 1,7 1,8 15 20

4 1,7 1,8 56 0

5 1,7 1,8 328 0

Dengan perubahan parameter yang dianalisa menggunakan

program bantu dxstable dengan parameter tanah yang

berubah sebagian menjadi pasir maka dapat dilihat angka

keamanan yang dapat terjadi seperti pada gambar

Gambar 10 Bidang Kelongsoran sekitar Talud Setelah Terjadi

Pelapukan

Dari hasil analisa, terlihat bahwa SF terkecil pada sisi

kanan dengan besaran SF = 1.094 < 1.25 artinya stabilitas talud

di sekitar tower tidak aman dan mengalami pelapukan

sebagian. Untuk menanggulangi kelongsoran lereng akibat

pelapukan yang terjadi akibat perubahan parameter

tersebut.Alternatif perkuatan tanah yang dipilih adalah ground

anchor jenis tie back dengan penahan berupa grouting beton

dan head anchorr berupa balok penahan beton.

Dengan perhitungan yang sudah dilakukan dengan nilai SF

yang terkecil yaitu 1,094 didapat Nilai gaya tarik anchor (K)

adalah 44,21 Ton untuk menahan gaya tersebut dipasang

anchor tipe tie back grouting dengan diameter 20 cm dan

panjang grouting 5 meter pada kedalaman 19 meter. Dengan

asumsi pemasangan 2 meter, 8 meter, dan 15 meter. Dengan

perbandingan biaya seperti pada tabel 5.1

Teknik POMITS Vol. 1, No. 1 (2014) 1-6

6

Tabel 8 Perbandingan analisa harga per jarak pemasangan

anchorr Jarak

Per

Anchor

Dimensi

Grouting

Jumlah

Anchor Harga per anchor Harga anchor

per sisi

(m)

D

(m) L (m) per sisi

2 0,2 2,5 52 Rp21.203.394 Rp1.102.576.499

8 0,2 5 12 Rp84.577.957 Rp1.014.935.489

15 0,2 15,5 7 Rp150.672.354 Rp1.054.706.481

Dengan perbandingan analisa tersebut maka alternatif

perkuatan talud dengan pemasangan ground anchorr yang

dipilih adalah dengan pemasangan jarak per 8 meter sebanyak

12 buah ground anchor per satu sisi. Jarak ini dipilih karena

melihat harga yang ditinjau lebih ekonomis daripada jarak 2

meter maupun 15 meter.

Gambar 11 Denah Pemasangan Ground Anchor Tie Back

Grouting

VI. PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil pengukuran topografi dan hasil

penyelidikan tanah, maka lapisan tanah di lokasi

tersebut secara garis besar berdasarkan harga N-SPT

dapat dibagi menjadi 5 bagian, dan jenis lapisan

tanahnya didominasi oleh lapisan tanah lempung

kepasiran dan mengandung tanah lanau.

2. Lapis ke 1 dengan ketebalan rata-rata 2 meter, dengan

harga SPT berkisar antara 4 – 9 pukulan/feet dengan

jenis tanah lempung berlanau, lapis ke 2 dengan

ketebalan rata-rata mencapai 4,00 meter dengan harga

SPT berkisar antara 13 – 15 pukulan/feet, lapis ke 3

dengan ketebalan mencapai 7,00 meter dengan harga

SPT berkisar antara 13 pukulan/feet, lapis ke 4 dengan

ketebalan rata-rata mencapai 13,00 meter dengan harga

SPT berkisar antara 12 – 24 pukulan/feet,dan lapis ke 5

terletak dibawah kedalaman 22,00 meter dari muka

tanah, lapisan ini cukup keras, dan didapatkan sampai

dengan kedalaman -30,00 meter dari muka tanah, dan

harga SPT 45 - 50 pukulan/feet.

3. Berdasarkan hasil uji faktor keamanan dari ketiga

program tersebut didapat SF terkecil terdapat pada

program bantu dxstable dengan SF sebesar 1.299.

Dalam hal ini SF = 1.299 > 1.25 (SF minimum) artinya

stabilitas talud di sekitar tower aman.

4. Pondasi tiang strauss kuat menahan beban lateral tower

dengan kuat lateral strauss sebesar 34,34 ton, sehingga

tower aman dari ancaman pergeseran pondasi tiang

strauss.

5. Pada masa yang akan datang , kondisi tanah pada

sekitar talud pada Tower T.11 Segoromadu –

Lamongan, Gresik) diasumsikan mengalami pelapukan

sehingga kondisi stabilitas talud menjadi tidak aman.

Pelapukan yang terjadi dianggap masih pelapukan

sebagian. Untuk memodelkan kondisi tersebut maka

lapisan tanah atas dianggap pasir dan perlu adanya

perkuatan talud.

6. Untuk menanggulangi kelongsoran lereng akibat

pelapukan yang terjadi karena perubahan parameter,

upaya penyelamatan yang dipilih yaitu menggunakan

ground anchorr jenis tie back grouting dengan penahan

berupa grouting beton dan head anchor berupa balok

penahan beton. Alternatif tersebut dipilih karena

merupakan alternatif paling tepat untuk tanah keras.

7. Perkuatan ground anchor memiliki nilai gaya tarik

anchor (K) sebesar 44,21 ton untuk menahan gaya

tersebut dipasang tie back grouting dengan diameter 20

cm dan panjang grouting 5 meter. perkuatan ground

anchor dipasang per 8 meter sebanyak 12 buah setiap

sisi

B. Saran

1. Untuk pihak owner dalam hal ini PT. PLN (Persero)

sebaiknya mengadakan inspeksi dan perawatan rutin

ke setiap tower agar tidak terjadi kerusakan /

kegagalan stabilitas tower yang diakibatkan oleh

warga sekitar / oknum luar.

2. Untuk data tower yang diperlukan, dapat

menggunakan data tower yang di ekivalensikan

dengan syarat kondisi dan type tower yang serupa.

DAFTAR PUSTAKA [1] Arjaya, Hendra Sugih dan Pratiwi, Elmi Besty. 2011. Perkuatan

Lereng Pada Menara SUTT Sta 19+255 Jalan Tol Semarang–Solo

Seksi Tinalun–Lemah Ireng, Semarang. Universitas Diponegoro

[2] Bowles, J.E. 1991. Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah.Jakarta: Erlangga.

[3] Das, Braja M., (translated by Mochtar N.E, and Mochtar I.B.).

1985. Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknik) Jilid I. Jakarta: Erlangga.

[4] Das, Braja M., (translated by Mochtar N.E, and Mochtar I.B.).

1985. Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknik) Jilid II.Jakarta: Erlangga.

[5] Hardiyatmo, Hary Christady, 2007, Mekanika Tanah 1, Gadjah

Mada University Press, Yogyakarta [6] Hardiyatmo, Hary Christady, 2007, Mekanika Tanah 2, Gadjah

Mada University Press, Yogyakarta

[7] Mochtar, Indrasurya B. 2000. Teknologi Perbaikan Tanah dan Alternatif Perencanaan pada Tanah Bermasalah (problematic

soil).FTSP ITS, Surabaya

[8] Terzaghi, K. and Peck R.B. 1967. Soil Mechanics in Engineering Practice, 2nd edition.Jakarta: Erlangga.

[9] Vidayanti, D. Pengembangan Bahan Ajar Modul 10 Stabilitas

Lereng.UMB, Jakarta [10] Wahjudi, Herman, 1999, Daya Dukung Pondasi Dalam. FTSP ITS,

Surabaya

A-A

B-B

C-C