Analisa Jurnal Lipopolysaccharide – Binding Protein : A New Biomarker for Infectious Endocarditis

5

Click here to load reader

Transcript of Analisa Jurnal Lipopolysaccharide – Binding Protein : A New Biomarker for Infectious Endocarditis

Page 1: Analisa Jurnal Lipopolysaccharide – Binding Protein : A New Biomarker for Infectious Endocarditis

Analisa Jurnal Lipopolysaccharide – Binding Protein : A New Biomarker for Infectious Endocarditis

I. Pendahuluan

Infectious Endocarditis (IE) atau dalam bahasa indonesia dikenal sebagai infeksi endokarditis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme pada endokard atau katub jantung. Dahulu infeksi endokard disebabkan oleh bakteri saja, tetapi sekarang bisa disebabkan pula oleh mikroorganisme lain, seperti jamur, virus, dan lain-lain. Banyaknya tipe mikroorganisme yang menyebabkan infeksi endokarditis sedangkan tidak adanya gejala klinis yang spesifik membuat banyaknya penelitian yang bertujuan untuk mencari tau penanda atau biomarker lain yang dapat dijadikan acuan dalam mendiagnosis dan kontrol terapi bagi penderita infeksi endokarditis.

Semula infeksi endokarditis di diagnosis dari tingkat konsentrasi CRP ( C- Reactive Protein) dalam darah, tetapi belakangan diketahui bahwa tingginya kadar konsentrasi CRP dalam darah tidak hanya dikarenakan adanya kontaminan bakteri patogen dalam darah tetapi juga kontaminan agen penginfeksi non bakterial sehingga bisa disimpulakan bahwa pengukuran CRP memiliki keterbatasan dalam membedakan antara agen penginfeksi bakteri atau non bakteri. Tujuan evaluasi dari konsentrasi LBP terhadap tingkat infeksi endokarditis adalah untuk mengetahui bahwa memang ada biomarker lain yang dapat dijadikan acuan dalam mendiagnosis IE selain CRP, selain itu sebab lain adalah tidak adanya gejala klinis yang jelas, kemungkinan hasil negatif yang diberikan oleh tes darah, dan ambigunya hasil ekokardiogarfi.

Lipopolisakarida terikat protein sendiri adalah semula berupa protein fase akut dalam darah yang terikat dengan bakteri lipopolisakarida yang nantinya akan dikenali oleh sistem imun tubuh, karena protein ini hanya berikatan dengan bakteri gram negatif yang mengandung lipolisakarida pada dinding permukaan sel nya. CRP atau C- reaktive protein adalah protein fase akut yang konsentrasinya meningkat akibat peradangan atau infeksi, biasa digunakan sebagai penanda atau indikator diagnostik umum infeksi dan peradangan.

Untuk sampel di ambil dari 57 pasien yang positip menderita infeksi endokarditis menurut diagnosis Duke criteria, 40 pasien HVD dan 55 pendonor darah yang sehat. Pada sampel akan diukur kadar LBP, CRP dan white blood cell (WBC) yang terkandung dalam darah. Serum sampel di tampung dalam Monovettes dan di sentrifuse selama 10 menit setelah itu disimpan pada suhu -70°C selama 2 hari. Serum CRP diukur dengan menggunakan metode CRP Vario, CRP Vario adalah immunoassay lateks untuk kuantisasi CRP dalam serum dan plasma darah. Total konsentrasi LBP diukura dengan chemiluminescence assay komersial (IMMULITE LBP). Perhitungan white blood cell (WBC) dengan menggunakan hematologi analyzer otomatis Abbot Cell Dyn 3500.

Page 2: Analisa Jurnal Lipopolysaccharide – Binding Protein : A New Biomarker for Infectious Endocarditis

Untuk analisis statistika semua data dihitung mean atau rata – ratanya dengan menggunakan Whitney U – test dan student t-test, selain itu asumsi distribusi gaussian digunakan di tes dengan menggunakan Kolmogorov – Smirnov test. Untuk menentukan korelasi antara tiap variable digunakan koefisien korelasi Pearson dan Spearman.

II. Diskusi

Dari hasil penelitian dari jurnal ini adalah Lipopolysaccharide binding protein atau lipopolisakarida terikat protein memang memiliki korelasi yang kuat dengan tingkat infeksi endokarditis. Konsentrasi LBP ( Lipopolysaccharide binding protein ) dan CRP ( C- reactive protein) ditemukan lebih tinggi pada pasien yang menderita IE (Infectious Endocarditis) dari pada pasien HVD ( Heart Valve Disease) dan pendonor darah sehat yang terkontrol. Pemberian antibiotik dengan durasi yang telha ditentukan mempengaruhi konsentrasi LBP dalam darah. Ini dibuktikan dengan data yang menunjukkan bahwa konsentrasi LBP menurun setelah terapi antibiotik pada hari ke 11 – 20 [ mean (SD), 14.56 (5.29) mg/L ] dan semakin rendah setelah terapi antibiotik > 30 hari [ 15.71 (8.05) mg/L ]. Konsentrasi CRP pada darah penderita IE juga tinggi sama seperti tingginya kadar LBP jika dibandingkan dengan penderita HVD dan pendonor darah sehat. Sedangkan untuk perbandingan antara penderita HVD dan pendonor darah sehat, LBP dan CRP pada penderita HVD konsentrasi nya lebih tinggi daripada pendonor darah yang sehat.

Tingginya konsentrasi LBP pada pada darah berbanding lurus dengan banyaknya bakteri patogen yang menginfeksi endokard, tentu saja pertumbuhan bakteri ini juga dipengaruhi oleh durasi pemberian antibiotik. Pemberian antibiotik yang berkala menunjukkan penurunan LBP dalam darah disebabkan turunnya jumlah koloni bakteri karena antibiotik yang dikonsumsi oleh pasien. Jumlah WBC dalam aliran darah juga berbanding lurus dengan kontaminasi bakteri patogen pada jaringan organ, sehingga semakin banyak kontaminan pada jaringan organ, semakin banyak pula WBC yang ada.

Jurnal yang membahas tentang pengukuran C- Reactive Protein1 pada penderita Infeksi Endokarditis juga menilai bahwa mengapa pengukuran CRP tidak dapat digunakan sepenuhnya dalam mendiagnosis IE karena memang dalam pengukuran CRP ini kita tidak dapat membedakan antara agen infeksius bakteri ataupun virus sehingga butuh penanda atau biomarker lain yang lebih spesifik. Tetapi pengukuran CRP ini juga tetap berguna dalam mengontrol respon pasien IE terhadap terapi yang diterapkan.

Selain itu ada jurnal2 yang menyebutkan pentingnya pengamatan demam yang terjadi selama treatment karena ada kemungkinan demam disebabkan karena infeksi kardiak sehingga perlu penanganan lanjut selain pengontrolan berkala kadar CRP dalam plasma dan serum. Selain itu diagnosis awal endokarditis dapat juga dengan mengacu pada kriteria

Page 3: Analisa Jurnal Lipopolysaccharide – Binding Protein : A New Biomarker for Infectious Endocarditis

Duke3 dimana ada major kriteria dan minor kriteria. Untuk major kriteria terdiri dari penemuan mikoorganisme (Streptococcus viridans, Staphylococcus aureus) dan hasil psotif dari kardiogram. Untuk minor kriteria ada demam, fenomena vaskular, fenomena imunologi.

III. Kesimpulan

Penelitian dari hasil sebelumnya tentang diagnosis penyakit infeksi endokarditis telah menemukan bahwa pengukuran CRP dapat digunakan sebagai biomarker IE tetapi keterbatasan CRP dalam membedakan antara agen infeksius bakteri atau virus dapat di atasi oleh pengukuran LBP. LBP memiliki potensi sebagai biomarker yang dapat digunakan dalam diagnosis dan kontrol terapi penderita infeksi endokarditis di masa mendatang.

IV. Referensi

1) Maija Heiro, Hans Helenius , Jari Sundell, Pertti Koskinen, Erik Engblom, Jukka Nikoskelainen, dan Pirkko Kotilainen. Utility of serum C-reactive protein in assessing the outcome of infective endocarditis. European Heart Journal (2005) 26, 1873–1881.

2) Lars Olaison, MD, PhD; Harriet Hogevik, MD, PhD., Kjell Alestig, MD, PhD. Fever, C-Reactive Protein, and Other Acute-Phase Reactants During Treatment of Infective Endocarditis. Arch Intern Med. 1997;157(8):885-892.

3) Cristiane C. Lamas and Susannah J. Eykyn. Suggested Modifications to the Duke Criteria for the Clinical Diagnosis of Native Valve and Prosthetic Valve Endocarditis: Analysis of 118 Pathologically Proven Cases. Clin Infect Dis. 1997 ; 25(3) : 713-9.