Analisa Jurnal Dukungan Keluarga

13
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KECEMASAN IBU HAMIL MENGHADAPI KELAHIRAN ANAK PERTAMA PADA MASA TRIWULAN KETIGA Reta Budi Aprianawati Rr. Indah Ria Sulistyorini S.Psi., Psi I. Pendahuluan Kehamilan pertama bagi seorang wanita merupakan salah satu periode krisis dalam kehidupannya. Pengalaman baru ini memberikan perasaan yang bercampur baur, antara bahagia dan penuh harapan dengan kekhawatiran tentang apa yang akan dialaminya semasa kehamilan. Kecemasan tersebut dapat muncul karena masa panjang saat menanti kelahiran penuh ketidakpastian, selain itu bayangan tentang hal hal yang menakutkan saat proses persalinan walaupun apa yang dibayangkannya belum tentu terjadi. Situasi ini menimbulkan perubahan drastis, bukan hanya fisik Taylor (1995) mengatakan bahwa kecemasan ialah suatu pengalaman subjektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dan ketidakmampuan menghadapi masalah atau adanya rasa aman. Perasaan yang tidak menyenangkan ini umumnya menimbulkan gejala-gejala fisiologis (seperti gemetar, berkeringat, detak jantung meningkat, dan lain-lain) dan gejala-gejala psikologis (seperti panik, tegang, bingung, tak dapat berkonsentrasi, dan sebagainya).Dengan makin tuanya kehamilan, maka perhatian dan pikiran ibu hamil mulai tertuju pada sesuatu yang dianggap klimaks, sehingga kegelisahan dan ketakutan yang dialami ibu hamil akan semakin intensif saat menjelang persalinan (Kartono, 1992). Rasa takut menjelang persalinan menduduki peringkat teratas yang paling sering dialami ibu selama hamil (Lestaringsih, 2006). Merujuk pada teori Buffering Hipothesis yang berpandangan bahwa dukungan sosial mempengaruhi kesehatan dengan cara melindungi individu dari efek negatif stress. Perlindungan ini akan efektif hanya

description

ANN

Transcript of Analisa Jurnal Dukungan Keluarga

Page 1: Analisa Jurnal Dukungan Keluarga

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGADENGAN KECEMASAN IBU HAMIL MENGHADAPI KELAHIRAN

ANAK PERTAMA PADA MASA TRIWULAN KETIGA

Reta Budi AprianawatiRr. Indah Ria Sulistyorini S.Psi., Psi

I. Pendahuluan

Kehamilan pertama bagi seorang wanita merupakan salah satu periode krisis dalam kehidupannya. Pengalaman baru ini memberikan perasaan yang bercampur baur, antara bahagia dan penuh harapan dengan kekhawatiran tentang apa yang akan dialaminya semasa kehamilan. Kecemasan tersebut dapat muncul karena masa panjang saat menanti kelahiran penuh ketidakpastian, selain itu bayangan tentang hal hal yang menakutkan saat proses persalinan walaupun apa yang dibayangkannya belum tentu terjadi. Situasi ini menimbulkan perubahan drastis, bukan hanya fisik

Taylor (1995) mengatakan bahwa kecemasan ialah suatu pengalaman subjektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dan ketidakmampuan menghadapi masalah atau adanya rasa aman. Perasaan yang tidak menyenangkan ini umumnya menimbulkan gejala-gejala fisiologis (seperti gemetar, berkeringat, detak jantung meningkat, dan lain-lain) dan gejala-gejala psikologis (seperti panik, tegang, bingung, tak dapat berkonsentrasi, dan sebagainya).Dengan makin tuanya kehamilan, maka perhatian dan pikiran ibu hamil mulai tertuju pada sesuatu yang dianggap klimaks, sehingga kegelisahan dan ketakutan yang dialami ibu hamil akan semakin intensif saat menjelang persalinan (Kartono, 1992). Rasa takut menjelang persalinan menduduki peringkat teratas yang paling sering dialami ibu selama hamil (Lestaringsih, 2006).

Merujuk pada teori Buffering Hipothesis yang berpandangan bahwa dukungan sosial mempengaruhi kesehatan dengan cara melindungi individu dari efek negatif stress. Perlindungan ini akan efektif hanya ketika individu menghadapi stressor yang berat. Dukungan keluarga terutama dukungan yang didapatkan dari suami akan meimbulkan ketenangan batin dan perasaan senang dalam diri isteri (Dagun, 1991). Berdasarkan paparan diatas, dukungan keluarga yang diberikan kepada wanita hamil dapat menumbuhkan perasaan tenang, aman, dan nyaman sehingga dapat mempengaruhi kecemasan ibu hamil.Kelebihan :1) Mencantumkan hasil survei yang telah dilakukan pada daerah yang akan

diteliti

2) Penelitian ini sangat memberikan kontribusi bagi praktek keperawatan

komunitas dan keluarga

3) Penelitian ini mempunyai potensial dalam membantu masalah yang saat

ini sedang terjadi.

Page 2: Analisa Jurnal Dukungan Keluarga

4) Dalam penelitian ini sudah digambarkan prevalensi dari penelitian yang

telah ada sebelumnya

5) Judul penelitian ini sudah sesuai dengan isi penelitian yang menjelaskan

bahwa dukungan keluarga mempengaruhi tingkat kecemasan pada ibu

hamil dalam menghadapi kelahiran anak pertama pada masa triwulan

ketiga. Semakin tinggi dukungan keluarga maka akan semakin rendah

tingkat kecemasan ibu hamil menghadapi kelahiran anak pertama pada

masa triwulan ketiga.

6) Dalam penelitian ini juga sudah dijelaskan batasan umur ibu hamil yaitu

ibu hamil dengan usia kandungan tujuh sampai sembilan bulan yang

mengandung anak pertama dan memiliki suami.

Kekurangan :

7) Dalam penelitian ini belum membandingkan hasil survei pada daerah

yang akan diteliti dengan hasil survei daerah lain (keaslian penelitian).

II. Tujuan penelitian

Dalam penelitian ini sudah mencantumkan tujuan umum yaitu

untuk menguji hubungan antara dukungan keluarga dengan kecemasan ibu

hamil menghadapi kelahiran anak pertama pada masa triwulan ketiga .

Sedangkan tujuan khususnya adalah tidak dipaparkan secara jelas dimana

seharusnya tujuan khususnya adalah mengetahui tingkat kecemasan ibu

hamil.

III. Tinjauan pustaka

Dalam jurnal ini sudah dicantumkan tinjauan pustaka secara jelas.

Dimana terdapat tinjauan pustaka yang mengikuti alur yang logis dan

banyak memberikan review terhadap penelitian yang dilakukan dan secara

kritis menelaah namun belum membandingkan hasil-hasil penelitian yang

lain tetapi dalam jurnal ini sudah menyertakan literature yang berkaitan

erat dengan penelitian.

Adapun tinjauan pustaka yang seharusnya juga tercantum dalam jurnal ini

adalah sebagai berikut :

Page 3: Analisa Jurnal Dukungan Keluarga

Klasifikasi tingkat kecemasan

Menurut Carpenito (2001) klasifikasi tingkat kecemasan dibagi menjadi 4

tingkatan yaitu:

1) Kecemasan ringan

Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari yang

menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan

persepsi. Tanda dan gejala antara lain: persepsi dan perhatian

meningkat, waspada, mampu mengatasi situasi bermasalah dapat

mengintegrasikan pengalaman masa lalu, saat ini dan masa yang akan

datang.

2) Kecemasan sedang

Memungkinkan seseorang untuk memusatkan seseorang pada hal yang

nyata dan mengesampingkan yang lain, sehingga mengetahui perhatian

yang sedikit, tetapi dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Tanda

dan gejala dari kecemasan sedang yaitu persepsi agak menyempit

secara selektif, tidak perhatian tetapi dapat mengarahkan perhatian.

3) Kecemasan berat

Cenderung memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik serta

tidak dapat berfikir tentang hal yang lalin. Semua perilaku ditujukan

untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan

pengarahan untuk dapat memusatkan pada area lain. Tanda dan gejala

dari kecemasan berat yaitu persepsinya sangat kurang, berfokus pada

hal yang detail, tidak dapat berkonsentrasi lebih, sangat mudah

mengalihkan perhatiaan, serta tidak mampu berkonsentrasi.

4) Tingkat panic

Berhubungan dengan terpengaruh ketakutan dan teror. Tanda dan

gejala dari tingkat panik yaitu peningkatan aktifitas motorik,

menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, dan

persepsi yang menyimpang.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan

1) Umur

Prawirohardjo (2003) menspesifikasikan umur kedalam tiga

kategori, yaitu: kurang dari 20 tahun (tergolong muda), 20-30

Page 4: Analisa Jurnal Dukungan Keluarga

tahun (tergolong menengah), dan lebih dari 30 tahun (tergolong

tua). Soewandi (1997) mengungkapkan bahwa umur yang lebih

muda lebih mudah menderita stress dari pada umur tua.

2) Keadaan fisik

Menurut Carpenito (2001) penyakit adalah salah satu faktor yang

menyebabkan kecemasan. Seseorang yang sedang menderita

penyakit akan lebih mudah mengalami kecemasan dibandingkan

dengan orang yang tidak sedang menderita penyakit.

3) Sosil budaya

Menurut Soewardi (1997), cara hidup orang dimasyarakat juga

sangat memungkinkan timbulnya stress. Individu yang mempunyai

cara hidup teratur akan mempunyai filsafat hidup yang jelas

sehingga umumnya lebih sukar mengalami stress. Demikian juga

dengan seseorang yang keyakinan agamanya rendah.

4) Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh dalam memberikan

respon terhadap sesuatu yang datang baik dari dalam maupun dari

luar. Orang yang akan mempunyai pendidikan tinggi akan

memberikan respon yang lebih rasional dibandingkan mereka yang

berpendidikan lebih rendah atau mereka yang tidak berpendidikan.

Kecemasan adalah respon yang dapat dipelajari. Dengan demikian

pendidikan yang rendah menjadi faktor penunjang terjadinya

kecemasan (Raystone, cit Meria 2005).

5) Tingkat pengetahuan

Soewandi (1997) mengatakan bahwa pengetahuan yang rendah

mengakibatkan seseorang mudah mengalami stress. Ketidaktahuan

terhadap suatu hal dianggap sebagai tekanan yang dapat

mengakibatkan krisis dan dapat menimbulkan kecemasan. Stress

dan kecemasan dapat terjadi pada individu dengan tingkat

pengetahuan yang rendah, disebabkan karena kurangnya informasi

yang diperoleh.

Page 5: Analisa Jurnal Dukungan Keluarga

Tanda dan gejala kecemasan

Menurut Carpenito (2001), sindrom kecemasan berfariasi

tergantung tingkat kecemasan yang dialami seseorang, yang

manifestasi gejalanya terdiri dari :

1) Gejala fisiologis

Peningkatan frekuensi nadi, tekanan darah, nafsu, gemetar,

mual muntah, sering berkemih, diare, insomnia, kelelahan dan

kelemahan, kemerahan atau pucat pada wajah, mulut kering,

nyeri (dada, punggung dan leher), gelisah, pingsan dan pusing.

2) Gejala emosional

Individu mengatakan merasa ketakutan, tidak berdaya, gugup,

kehilangan percaya diri, tegang, tidak dapat rileks, individu

juga memperlihatkan peka terhadap rangsang, tidak sabar,

mudah marah, menangis, cenderung menyalahkan orang lain,

mengkritik diri sendiri dan orang lain.

3) Gejala kognitif

Tidak mampu berkonsentrasi, kurangnya orientasi lingkungan,

pelupa (ketidakmampuan untuk mengingat) dan perhatian yang

berlebihan.

IV. Kerangka Teori dan Hipotesa

Dalam jurnal dicantumkan kerangka teori dan hipotesa. Dimana

Jurnal ini belum mengutarakan secara jelas sumber teori yang digunakan

sehingga pembaca dapat memahami kerangka penelitian dan belum

tercantum kerangka konsep sesuai teori yang ada, Namun hipotesa dapat

dijelaskan dan ada dalam bentuk pernyataan yang dapat ditest.

V. Metodologi

a. Dalam jurnal ini, desain penelitiannya yang dibuat tidak dijelaskan

dengan benar,yang seharusnya dijelaskan seperti misalnya ;

menggunakan desain cross sectional dengan model pendekatan point

time dan sebagainya.

b. Dalam penelitian ini variable bebas dan terikat telah dijelaskan

Page 6: Analisa Jurnal Dukungan Keluarga

c. Definisi operasional telah dijelaskan yang dapat memperkuat

penelitian dan menjelaskan cara menggategorikan pengukuran

variabel terikat dan bebas

d. Kelemahan penelitian tidak dijelaskan

VI. Sampel

Dalam penelitian ini menggunakan tehnik pengambilan sampel

yaitu menggunakan tehnik pengambilan sample secara purposive. Yaitu

para ibu hamil yang akan melahirkan bayi pertamanya dan usia

kandungannnya sudah masuk pada triwulan ketiga yakni tujuh sampai

sembilan bulan yang memeriksakan kandungannya di beberapa Rumah

Sakit Bersalin Purwokerto.

1. Instrument dan Prosedur Pengumpulan Data

a. Tidak dijelaskan mengenai waktu pengambilan data.

b. Instrument yang digunakan berupa lembar wawancara atau

kuesioner. Cara penilaian dicantumkan per variabel dengan

memberikan pertanyaan yang bersifat positif dan negatif yang

masing- masing terdiri dari 50 item pertanyaan yang dikategorikan

dengan skala pengukuran per variabel

c. Dalam melakukan penelitian sudah menjelaskan terdapat kelemahan

metodologi yaitu proporsi dukungan keluarga tidak eksplisit. Sumber

dukungan keluarga yang terdiri dari suami, orang tua, ataupun

keluarga yang lainnya tidak memiliki pembagian presentase yang

jelas. Pada skala kecemasan ibu hamil yang dibuat sendiri oleh

peneliti, terdapat aitem yang mengandung social desirability

sehingga menyebabkan rendahnya validitas dan reabilitas pada alat

ukur.

VII. Analisa Data

2. Dalam penelitian ini tidak dicantumkan analisis bivariat dan univariat.

Namun hanya mengungkapkan penelitian tersebut akan dianalisis

menggunakan product moment dari pearson.

Page 7: Analisa Jurnal Dukungan Keluarga

3. Hasil

a. Dalam penelitian ini sudah menjelaskan hasil penelitian, yaitu :

Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini menyatakan

bahwa ada hubungan negatif antara dukungan keluarga dengan

kecemasan ibu hamil menghadapi kelahiran anak pertama masa

triwulan ketiga memiliki korelasi sebesar r = -0, 392 dengan p = 0,006.

Angka tersebut menunjukkan adanya hubungan yang sangat signifikan

antara kedua variabel. Dengan demikian, maka hipotesis yang

menyatakan ada hubungan antara dukungan keluarga dengan

kecemasan ibu hamil menghadapi kelahiran anak pertama masa

triwulan ketiga diterima.

a. Penelitian ini menggunakan tabel untuk menjelaskan hasil penelitian.

b. Penelitian ini tidak menyertakan fakta lain yang mendukung

interprestasi hasil penelitian.

VIII. Pembahasan

Seperti yang disampaikan dalam teori bahwa dukungan keluarga

yang diberikan kepada wanita hamil dapat menumbuhkan perasaan tenang,

aman, dan nyaman sehingga dapat mempengaruhi kecemasan ibu hamil.

Banyak peneliti mengatakan bahwa menghadapi masa persalinan

merupakan suatu kondisi konkrit yang mengancam diri ibu hamil yang

menyebabkan perasaan tegang, kuatir, dan takut. Untuk itu, ibu hamil

berusaha untuk dapat berhasil dalam menghadapi situasi tersebut sebaik-

baiknya sampai masa persalinan tiba. Adanya perubahan fisiologis yang

menimbulkan ketidakstabilan kondisi psikologis selama hamil

menumbuhkan kekhawatiran yang terus menerus dalam menghadapi

kelahiran bayi pada wanita hamil pertama. Perasaan demikian akan

terwujud dalam bentuk suatu kecemasan. Kecemasan yang diikuti adanya

perasaan bimbang, ada kalanya kurang disadari oleh yang bersangkutan

sehingga bertahan lama dalam dirinya yang semakin lama akan memiliki

frekuensi dan intensitas yang lebih tinggi. Perubahan emosi tersebut tidak

sama pada setiap wanita hamil. Perbedaan tersebut tergantung pada

Page 8: Analisa Jurnal Dukungan Keluarga

kepribadian individu, tipe stres yang pernah dialami, dan dukungan emosi

yang didapat dari wanita tersebut.

4. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa pada judul

penelitian ini tidak sesuai dengan isi penelitian. Dan hasil penelitian ini

tidak sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa

terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan kecemasan ibu hamil

menghadapi kelahiran anak pertama masa triwulan ketiga. Bisa dikatakan

juga bahwa penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya.

5. Saran

a. Sebelum dilakukan penelitian sebaiknya dilakukan survey langsung

atau pendidikan kesehatan tentang bagaimana cara mengatasi

kecemasan pada ibu hamil

b. Dijelaskan untuk lebih memperhatikan konten pada variabel-

variabelnya. Pada penelitian yang menggunakan sumber dukungan dari

keluarga disarankan untuk membagi dukungan secara proporsional

dengan jelas sesuai dengan sumber-sumber yang dituju. Penelitian

selanjutnya disarankan menggunakan alat ukur yang sudah teruji

validitas dan reabilitas yang tinggi dan tidak mengandung social

desirability.

c. Perlu penelitian lebih lanjut dan lebih teliti lagi untuk meningkatkan

dukungan keluarga dalam pengawasan ibu hamil.

6. Implikasi Keperawatan

Perawat dapat membantu mengurangi adanya kecemasan pada ibu

hamil dalam masa triwulan ketiga agar dapat menjalani proses persalinan

dengan lancar dan bayinya selamat.

Selain itu hal yang penting adalah perawat sebagai pendidik dapat

memberikan pendidikan kesehatan pada ibu dan keluarga pasien. Perawat

memberikan pesan untuk selalu menjaga pola hidup sehat dalam merawat

ibu hamil , dan selalu memberikan dukungan pada ibu hamil agar tidak

terjadi stress dan tekanan mental akibat ketakutan atau kecemasan akan

menghadapi persalinan. Dimana dukungan keluarga sangat berarti dalam

menurunkan tingkat kecemasan pada ibu hamil. Diharapkan pesan yang

Page 9: Analisa Jurnal Dukungan Keluarga

disampaikan benar-benar dapat memotivasi keluarga untuk memberikan

dukungan pada ibu hamil untuk mempersiapkan diri menghadapi

persalinan.