Analisa Dampak Lalu Lintas

3
“ BANGUNAN DI DEPOK TIDAK MEMILIKI ANALISA DAMPAK LALU LINTAS “ PENERBITAN IMB DAN IJIN LOKASI PATUT DIPERTANYAKAN Analisa dampak lalu lintas merupakan salah satu syarat untuk penerbitan ijin lokasi dan ijin mendirikan bangunan sehingga terkesan Dinas Perhubungan serta instansi terkait mengabaikannya, artinya Undang – Undang No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan dan Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2011 tentang Manajemen dan Rekayasa Analisa Dampak Serta Manajemen Kebutuhan lalu Lintas dan PERDA NO. tidak dilaksanakan dengan seutuhnya oleh PEMKOT DEPOK. Hal ini diungkapkan oleh Leo Prihadiansyah, SH selaku Ketua FORUM MASYARAKAT TRANSPARANSI yang belum lama ini melakukan diskusi dengan Kabid Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kota Depok ( Edy Suparman ). Dalam diskusi tersebut Edy Suparman tersenyum dengan keyakinan FORMAT terhadap pembangunan pusat keramaian, pemukiman, perumahan serta infrastruktur lainnya tidak memiliki analisa dampak lalu lintas. Artinya dengan tidak adanya analisa dampak lalu lintas yang berbentuk dokumen kajian teknis, maka siapa yang dapat bertanggungjawab terhadap kemacetan yang terjadi di Depok. untuk itu FORMAT mengajak instansi terkait agar memahami dan menjalankan sebagaimana mestinya peraturan tersebut dan tidak menjadi alasan jika di Depok tidak memiliki PERATURAN WALIKOTA sehingga proses pembangunan terkesan amburadul . FORMAT akan melakukan upaya hukum jika PEMKOT tidak juga mengatur secara teknis terhadap peraturan pemerintah tentang analisa dampak lalu lintas di Depok, karena kami mensinyalir banyak pengusaha mencari celah agar terhindar dari pembuatan analisa dampak lalu lintas. Kami tidak segan – segan melakukan tindakan hukum secara pidana maupun

Transcript of Analisa Dampak Lalu Lintas

Page 1: Analisa Dampak Lalu Lintas

“ BANGUNAN DI DEPOK TIDAK MEMILIKI ANALISA DAMPAK LALU LINTAS “

PENERBITAN IMB DAN IJIN LOKASI PATUT DIPERTANYAKAN

Analisa dampak lalu lintas merupakan salah satu syarat untuk penerbitan ijin lokasi dan ijin mendirikan

bangunan sehingga terkesan Dinas Perhubungan serta instansi terkait mengabaikannya, artinya Undang

– Undang No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan dan Peraturan Pemerintah No. 32

Tahun 2011 tentang Manajemen dan Rekayasa Analisa Dampak Serta Manajemen Kebutuhan lalu Lintas

dan PERDA NO. tidak dilaksanakan dengan seutuhnya oleh PEMKOT DEPOK. Hal ini diungkapkan oleh

Leo Prihadiansyah, SH selaku Ketua FORUM MASYARAKAT TRANSPARANSI yang belum lama ini

melakukan diskusi dengan Kabid Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kota Depok ( Edy Suparman ). Dalam

diskusi tersebut Edy Suparman tersenyum dengan keyakinan FORMAT terhadap pembangunan pusat

keramaian, pemukiman, perumahan serta infrastruktur lainnya tidak memiliki analisa dampak lalu lintas.

Artinya dengan tidak adanya analisa dampak lalu lintas yang berbentuk dokumen kajian teknis, maka

siapa yang dapat bertanggungjawab terhadap kemacetan yang terjadi di Depok. untuk itu FORMAT

mengajak instansi terkait agar memahami dan menjalankan sebagaimana mestinya peraturan tersebut

dan tidak menjadi alasan jika di Depok tidak memiliki PERATURAN WALIKOTA sehingga proses

pembangunan terkesan amburadul . FORMAT akan melakukan upaya hukum jika PEMKOT tidak juga

mengatur secara teknis terhadap peraturan pemerintah tentang analisa dampak lalu lintas di Depok,

karena kami mensinyalir banyak pengusaha mencari celah agar terhindar dari pembuatan analisa

dampak lalu lintas. Kami tidak segan – segan melakukan tindakan hukum secara pidana maupun

perdata, tunggu tanggal mainnya jika Pemkot terus mengabaikan hai ini. Kemudian FORMAT juga

mempersoalkan kurangnya sosialisasi terhadap proses penerbitan ijin, seharusnya Pihak Instrumen yang

paling rendah perlu diberikan sosialisasi dan pengetahuan tentang tata cara penerbitan IMB untuk

kategori lingkup kegiatan sebagaimana yang diatur dalam Undang – Undang, karena banyak para

pengusaha yang tidak mengetahui tentang Analisa dampak Lalu Lintas tersebut.

Selanjutnya Edy Suparman menanggapi pertanyaan dari FORMAT menyatakan secara tegas, kami saat

ini masih terkendala dengan peraturan teknis yang mengaturnya dan untuk itu kami tidak menampik

terkesan tidak mentaati perundang – undangan akan tetapi kami tetap melakukan fungsi sesuai dengan

peraturan yang berlaku. Lebih lanjut Edy Suparman secara tegas menyatakan, terhadap undang –

undang serta peraturan pemerintah untuk setiap daerah perlu dipikirkan karakteristik wilayah dan

sampai dengan saat ini untuk kota Depok memang belum ada Peraturan yang mengatur dan untuk itu

Page 2: Analisa Dampak Lalu Lintas

kami secara tegas tidak mengenyampingkan undang – undang, karena bagaimanapun juga peraturan

dibawah tidak boleh bertabrakan dengan peraturan yang berada di atas. Selanjutnya terhadap investor

yang melakukan proses investasi memang kami berikan rekomendasi sebagai dasar untuk penerbitan

IMB . Lebih lanjut FORMAT mensinyalir adanya praktek gratifikasi oleh para pelaku usaha dalam upaya

mendapatkan IMB dan untuk itu DISHUB menyatakan silakan jika ada bukti yang kuat untuk melaporkan

kepada pihak yang berwenang, karena kami tidak segan – segan untuk menindak pegawai dilingkungan

kami jika terbukti. Terkait dengan hal tersebut, lebih ekstrim lagi wakil ketua FORUM BETAWI REMPUG

( FBR ) sebagai salah satu ORMAS mengungkapkan “ Kami akan somasi Walikota dan Polres Depok

sebagai pimpinan wilayah yang bertanggungjawab terhadap lalu lintas dan pembangunan yang

amburadul di Depok “ . menurut Billy “ kami minta Pihak Kejaksaan Negeri Depok untuk dapat bertindak

dan meneliti perundang – undangan yang berlaku dan praktek gratifikasi yang terjadi dan jika tidak

ditindaklanjuti hal tersebut, FBR akan melakukan sweeping terhadap bangunan yang diduga telah

melakukan perijinan tidak sebagaimana mestinya dan jika para pengusaha tidak dapat menunjukan

Dokumen teknis tentang kajian analisa dampak lalu lintas dan IMB nya telah terbit, maka SATPOL PP

harus bertindak untuk melakukan penyegelan terhadap bangunan tersebut.

Mencermati permasalahan tersebut, wartawan MPK berupaya menelusuri terhadap beberapa bangunan

seperti halnya Apartemen dan pusat perbelanjaan yang ada di sekitaran jalan Margonda Raya dan

sangat sulit untuk menemui terhadap pemilik bangunan tersebut dan hanya dapat bertemu dengan

bagian marketing serta terhadap bangunan yang sudah selesai dan mereka tidak mengetahui, karena

kapasitas mereka hanya sebagai pengelola.

Terkait dengan banyaknya persoalan yang dianggap krusial terhadap pembangunan di Depok, FBR

mengkritik Walikota Depok Ir. Nurmahmudi yang terkesan terlalu kebanyakan program sehingga tidak

fokus terhadap perangkat peraturan yang belum maksimal, sehingga merupakan celah terjadinya

korupsi atau memang sengaja dipelihara hal – hal tersebut. Mulai saat ini FBR akan melakukan kajian

secara mendalam terhadap perangkat peraturan yang ada dan untuk itu apabila memang merupakan

kelalaian Walikota , maka kami siap untuk menurunkan masaa FBR sebanyak 5000 orang yang tersebar

di Depok “ tunggu tanggal mainnya “ .