Anal Fistula

32
4 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya zaman, nampaknya semakin banyak dan beragam pula jenis dan model penyakit yang muncul di dunia, termasuk Indonesia. Salah satu penyakit yang berhubungan dengan sistem pencernaan yang muncul adalah Anal Fistula. Fistula adalah hubungan abnormal antara dua tempat yang berepitel. Fistula ani adalah fistula yang menghubungkan antara kanalis anal ke kulit di sekitar anus (ataupun ke organ lain seperti ke vagina) (Emerson Budiarman Masli, 2012). Pada permukaan kulit bisa terlihat satu atau lebih lubang fistula, dan dari lubang fistula tersebut dapat keluar nanah ataupun kotoran saat buang air besar (Emerson Budiarman Masli, 2012). Fistula ani sering terjadi pada laki laki berumur 20 – 40 tahun, berkisar 1-3 kasus tiap 10.000 orang. Sebagian besar fistula terbentuk dari sebuah abses (tapi tidak semua abses menjadi fistula). Sekitar 40% pasien dengan abses akan terbentuk fistula(Emerson Budiarman Masli, 2012). Fistula ani juga dapat terjadi pada pasien dengan kondisi inflamasi berkepanjangan pada usus, seperti pada Irritable Bowel Syndrome (IBS), diverticulitis, colitis ulseratif, dan penyakit crohn, kanker rectum,

description

Anal Fistula

Transcript of Anal Fistula

Page 1: Anal Fistula

4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Semakin berkembangnya zaman, nampaknya semakin banyak dan beragam

pula jenis dan model penyakit yang muncul di dunia, termasuk Indonesia. Salah satu

penyakit yang berhubungan dengan sistem pencernaan yang muncul adalah Anal

Fistula.

Fistula adalah hubungan abnormal antara dua tempat yang berepitel. Fistula

ani adalah fistula yang menghubungkan antara kanalis anal ke kulit di sekitar anus

(ataupun ke organ lain seperti ke vagina) (Emerson Budiarman Masli, 2012).  Pada

permukaan kulit bisa terlihat satu atau lebih lubang fistula, dan dari lubang fistula

tersebut dapat keluar nanah ataupun kotoran saat buang air besar (Emerson

Budiarman Masli, 2012).

Fistula ani sering terjadi pada laki laki berumur 20 – 40 tahun, berkisar 1-3

kasus tiap 10.000 orang. Sebagian besar fistula terbentuk dari sebuah abses (tapi

tidak semua abses menjadi fistula). Sekitar 40% pasien dengan abses akan terbentuk

fistula(Emerson Budiarman Masli, 2012).

Fistula ani juga dapat terjadi pada pasien dengan kondisi inflamasi

berkepanjangan pada usus, seperti pada Irritable Bowel Syndrome (IBS),

diverticulitis, colitis ulseratif, dan penyakit crohn, kanker rectum, tuberculosis usus,

HIV-AIDS, dan infeksi lain pada daerah ano-rektal(Emerson Budiarman Masli,

2012).

Pengobatan yang terus berlangsung seumur hidup pasien. Karenanya pening-

katan kesadaran dan deteksi dini akan mencegah komplikasi penyakit ini menjadi

kronis(Emerson Budiarman Masli, 2012). Sebagian besar fistula ani memerlukan

operasi karena fistula ani jarang sembuh spontan. Setelah operasi risiko kekambuhan

fistula termasuk cukup tinggi yaitu sekitar 21% (satu dari lima pasien dengan fistula

post operasi akan mengalami kekambuhan) (Emerson Budiarman Masli, 2012).

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimanakah anatomi dan fisiologi dari anal?

1.2.2 Apa definisi dari anal fistula?

1.2.3 Apa saja etiologi dari anal fistula?

Page 2: Anal Fistula

1.2.4 Bagaimana patofisiologi dan WOC dari anal fistula?

1.2.5 Bagaimanakah manifestasi klinis dari anal fistula?

1.2.6 Apa saja komplikasi dari anal fistula?

1.2.7 Bagaimana prognosis kemudian penatalaksanaan dari anal fistula?

1.2.8 Apa saja pemeriksaan diagnostic dan pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan

pada anal fistula?

1.2.9 Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem pencernaan anal

fistula?

1.3 Tujuan Umum

Mahasiswa diharapkan dapat memahami asuhan keperawatan pada klien

gangguan sistem pencernaan berupa “Anal Fistula”.

1.4 Tujuan Khusus

1.4.1 Untuk menjelaskan bagaimana anatomi dari anal.

1.4.2 Untuk menjelaskan definisi dari anal fistula.

1.4.3 Untuk menjelaskan etiologi dari anal fistula.

1.4.4 Untuk menjelaskan patofisiologi dan WOC dari anal fistula.

1.4.5 Untuk menjelaskan manifestasi klinis dari anal fistula.

1.4.6 Untuk menjelaskan komplikasi dari anal fistula.

1.4.7 Untuk menjelaskan bagaimana prognosis kemudian penatalaksanaan dari anal

fistula.

1.4.8 Untuk menjelaskan apa saja pemeriksaan diagnostic dan pemeriksaan penunjang dari

anal fistula.

1.4.9 Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari anal fistula.

Page 3: Anal Fistula

BAB II

ISI

2.1 Anatomi dan Fisiologi

Rektum adalah bagian saluran pencernaan akhir dengan panjang 12-13 cm

yang berakhir di saluran anal dan membuka di eksterior di anus. Mukosa saluran anal

tersusun dari kolumna rectal yang berupa lipatan-lipatan vertical yang masing-

masing berisi arteri dan vena. Rektum juga terdapat sfingter ani interna yang terdapat

otot polos dan sfingter ani eksterna yang terdapat otot rangka. Keduanya dipersarafi

oleh saraf yang berbeda. Sfingter ani interna dipersarafi oleh saraf tidak sadar

(involunter) dan sfingter ani eksternal dipersarafi oleh saraf yang bisa dikehendaki

(volunter). Sfingter ani eksterna diatur oleh N. Pudendus yang merupakan bagian

dari saraf somatik, sehingga ani eksterna berada di bawah pengaruh kesadaran kita

(volunter). Kedua sfingter ini mengendalikan proses defekasi.

Proses defekasi diawali oleh terjadi refleks defekasi akibat ujung – ujung

serabut saraf rektum terangsang ketika dinding rektum teregang oleh massa feses.

Sensasi rektum ini berperan penting pada mekanisme kontinen dan juga sensasi

pengisian rektum merupakan bagian integral penting pada defekasi normal. Hal ini

dapat digambarkan sebagai berikut : pada saat volume kolon sigmoid menjadi besar,

serabut saraf akan memicu kontraksi dengan mengosongkan isinya ke dalam rektum.

Studi statistika tentang fisiologi rektum ini mendeskripsikan tiga tipe dari kontraksi

rektum yaitu :

1. Simple contraction yang terjadi sebanyak 5 – 10 siklus/menit

2. Slower contractions sebanyak 3 siklus/menit dengan amplitudo diatas 100 cmH2O

3. Slow Propagated Contractions dengan frekuensi amplitudo tinggi.

Gambar 1 Rektum, Anal Fistula

Page 4: Anal Fistula

Distensi dari rektum menstimulasi reseptor regang pada dinding rektum,

lantai pelvis dan kanalis analis. Bila feses memasuki rektum, distensi dinding rektum

mengirim signal aferent yang menyebar melalui pleksus mienterikus yang

merangsang terjadinya gelombang peristaltik pada kolon desenden, kolon sigmoid

dan rektum sehingga feses terdorong ke anus. Setelah gelombang peristaltik

mencapai anus, sfingter ani interna mengalami relaksasi oleh adanya sinyal yang

menghambat dari pleksus mienterikus dan sfingter ani eksterna pada saat tersebut

mengalami relaksasi secara volunteer dan terjadilah defekasi.

Pada permulaan defekasi, terjadi peningkatan tekanan intraabdominal oleh

kontraksi otot–otot kuadratus lumborum, muskulus rectus abdominis, muskulus

obliqus interna dan eksterna, muskulus olunteers abdominis dan diafraghma.

Muskulus puborektalis yang mengelilingi anorectal junction kemudian akan relaksasi

sehingga sudut anorektal akan menjadi lurus. Perlu diingat bahwa area anorektal

membuat sudut 900 antara ampulla rekti dan kanalis analis sehingga akan tertutup.

Jadi pada saat lurus, sudut ini akan meningkat sekitar 1300 – 1400 sehingga kanalis

analis akan menjadi lurus dan feses akan dievakuasi. Muskulus sfingter ani eksterna

kemudian akan berkonstriksi dan memanjang ke kanalis analis. Defekasi dapat

dihambat oleh kontraksi sfingter ani eksterna yang berada di bawah pengaruh

kesadaran ( volunteer ). Bila defekasi ditahan, sfingter ani interna akan tertutup,

olunt akan mengadakan relaksasi untuk mengakomodasi feses yang terdapat di

dalamnya. Mekanisme olunteer dari proses defekasi ini nampaknya diatur oleh

susunan saraf pusat. Setelah proses evakuasi feses selesai, terjadi Closing Reflexes.

Muskulus sfingter ani interna dan muskulus puborektalis akan berkontraksi dan

sudut anorektal akan kembali ke posisi sebelumnya. Ini memungkinkan muskulus

sfingter ani interna untuk memulihkan tonus ototnya dan menutup kanalis analis.

2.2 Definisi

Anal fistula berasal dari 2 kata yaitu anal dan fistula. Fistula adalah saluran

yang tidak normal atau tidak sesuai sedangkan anal adalah anus atau saluran terakhir

pada sistem pencernaan sebelum feses keluar dari tubuh. Sehingga anal fistula adalah

abnormalnya saluran anal yang tidak sesuai pada tempat yang semestinya. Saluran

ini bias berada didekat tempat anus atau bias juga di daerah vagina.

Fistula adalah hubungan abnormal antara dua tempat yang berepitel. Fistula

ani adalah fistula yang menghubungkan antara kanalis anal ke kulit di sekitar anus

Page 5: Anal Fistula

(ataupun ke organ lain seperti ke vagina). Pada permukaan kulit bisa terlihat satu

atau lebih lubang fistula, dan dari lubang fistula tersebut dapat keluar nanah ataupun

kotoran saat buang air besar.

Mayoritas penyakit supurativ anorektal terjadi karena infeksi dari kelenjar

anus (cyptoglandular). Kelenjar ini terdapat di dalam ruang intersphinteric. Diawali

kelenjar anus terinfeksi, sebuah abses kecil terbentuk di daerah intersfincter. Abses

ini kemudian membengkak dan fibrosis, termasuk di bagian luar kelenjar anus di

garis kripte. Ketidakmampuan abses untuk keluar dari kelenjar tersebut akan

mengakibatkan proses peradangan yang meluas sampai perineum, anus atau

seluruhnya, yang akhirnya membentuk abses perianal dan kemudian menjadi fistula. 

Fistula ani juga dapat terjadi pada pasien dengan kondisi inflamasi berkepanjangan

pada usus, seperti pada Irritable Bowel Syndrome (IBS), diverticulitis, colitis

ulseratif, dan penyakit crohn, kanker rectum, tuberculosis usus, HIV-AIDS, dan

infeksi lain pada daerah ano-rektal.

Sebagian besar fistula ani memerlukan operasi karena fistula ani jarang

sembuh spontan. Setelah operasi risiko kekambuhan fistula termasuk cukup tinggi

yaitu sekitar 21% (satu dari lima pasien dengan fistula post operasi akan mengalami

kekambuhan).

Gambar 2 Anal Fistula

Menurut Park tahun 2011, anal fistula dibagi menjadi 4 klasifikasi yaitu:

1. Intersphinteric fistula

Intersphinteric fistula berawal dalam ruang diantara muskulus sfingter

eksterna dan interna dan bermuara berdekatan dengan lubang anus.

2. Transphinteric fistula

Transphinteric fistula berawal dalam ruang diantara muskulus sfingter

eksterna dan interna, kemudian melewati muskulus sfingter eksterna dan bermuara

Page 6: Anal Fistula

sepanjang 1 atau 2 inchi di luar lubang anus, membentuk huruf “U” dalam tubuh,

dengan lubang eksternal berada di kedua belah lubang anus (fistula horseshoe).

3. Suprasphinteric fistula

Suprashinteric fistula berawal dari ruangan diantara m. sfingter eksterna dan

interna dan membelah ke atas muskulus pubrektalis lalu turun diantara pubrektalis &

m.levator ani lalu muncul 1 atau 2 inchi diluar anus.

4. Ekstrasphinteric fistula

Ekstrasphinteric fistula berawal dari rektum atau colon sigmoid dan

memanjang ke bawah, melewati muskulus levator ani dan berakhir di sekitar anus.

Fistula ini biasa disebabkan oleh abses appendiceal, abses diverticular, atau Crohn’s

disease.

2.3 Etiologi

Kebanyakan fistula berawal dari kelenjar dalam di dinding anus atau rektum.

Kadang-kadang fistula merupakan akibat dari pengeluaran nanah pada abses

anorektal. Tetapi lebih sering penyebabnya tidak dapat diketahui.

Fistula sering ditemukan pada penderita penyakit crohn. Penyakit crohn

adalah suatu keadaan inflamasi kronis dengan etiologi yang tidak diketahui, bisa

mengenai setiap bagian saluran alimentarius dari esophagus hingga rectum. Penyakit

crohn paling sering terjadi pada ileum terminal dan usus halus. Selain itu, anal fistula

juga sering didapati pada penderita tuberculosis, diverticulitis, dan kanker atau

cedera anus maupun rectum.

Fistula pada anak-anak biasanya merupakan cacat bawaan, dimana fistula

tertentu lebih sering ditemukan pada anak laki-laki. Fistula yang menghubungkan

rektum dan vagina bisa merupakan akibat dari terapi sinar X, kanker, penyakit

Crohn, dan cedera pada ibu selama proses persalinan.

Fistula merupakan penyakit yang erat hubungannya dengan immune system

atau daya tahan tubuh setiap individu. Jika seorang penderita merasakan kelelahan

seperti saat bepergian jauh, begadang, dan terlalu kelelahan serta telat makan, maka

akan berdampak pada memperburuknya penyakit tersebut.  Fistula juga sangat erat

kaitannya dengan pola makan

Penyebabnya adalah peradangan di dalam dubur tepatnya dari kelenjar anal 

(krypto-glandular) didaerah linea dentata. Jika peradangan sampai kebawah kulit

Page 7: Anal Fistula

disekitar dubur, kulit menjadi merah, sakit dan ada benjolan, penderita biasanya

merasa meriang. Anal fistula  lebih banyak diderita  pria daripada wanita.

2.4 Manifestasi Klinis

Pus atau feses dapat bocor secara konstan dari lubang kutaneus. Gejala lain

mungkin pasase flatus atau feses dari vagina atau kandung kemih, tergantung pada

saluran fistula. Fistula bisa terasa sangat nyeri atau bisa mengeluarkan nanah atau

darah. Biasanya ditandai dengan adanya sejenis bisul dibagian anus yang tidak bisa

sembuh-sembuh. Didalam bisul tersebut adalah terowongan/canal yang menembus

ke saluran pembuangan/ rectum. Bisa ada satu, dua atau lebih lobang. Fistula juga

ditandai dengan demam, batuk serta rasa gatal disekitar anus dan lubang fistula. Pada

pemeriksaan fisik pada daerah anus, dapat ditemukan satu atau lebih external

opening atau teraba fistula di bawah permukaan. Pada colok dubur terkadang dapat

diraba indurasi fistula dan internal opening.

2.5 Patofisiologi

Penyebabnya adalah peradangan di dalam dubur tepatnya dari kelenjar anal

(krypto-glandular) didaerah linea dentata. Jika peradangan sampai kebawah kulit

disekitar dubur , kulit menjadi merah , sakit dan ada benjolan , penderita biasanya

merasa meriang. Dengan bertambahnya kumpulan nanah maka rasa sakit sakit juga

akan bertambah , keadaan ini oleh awam sering disebut bisul.Pada tahap ini

pemberian antibiotik saja tidak akan dapat menyembuhkan abses , tetapi nanah harus

juga hilang. Jika abses ini pecah maka gejala diatas akan hilang. Abses dapat pecah

sendiri (spontan) atau harus dibuka (incisi) dalam narkose.Pembukaan dalam narkose

umumnya dapat dilakukan dalam rangka rawat jalan tetapi penderita harus puasa

makan dan minum selama 6 jam sebelum dilakukan tindakan.

Setelah nanah keluar dan luka mengering , ada dua kemungkinan yaitu

sembuh sama seka.li atau sembuh dengan meninggalkan lubang kecil yang terus

menerus mengeluarkan cairan nanah terkadang bercampur darah. Meskipun tidak

sakit tetapi akan mengganggu kehidupan sehari-hari. Kondisi ini disebut anal fistula.

Page 8: Anal Fistula

Meninggalkan

Abses tidak keluar

Paparan dari kanker dan sinar xTerbentuk abses perianal

ANAL FISTULA

Mengeluarkan cairan darahMengeluarkan cairan darah sembuh

Luka kering

nanah

meriang

Inflamasi usus berkepanjangan

peradangan

Bengkak dan fibrosis

Abses terbentuk dalam intersficter

Infeksi dari kelenjar anus(cyptoglandular)

Kulit merah Ada benjolan

Meninggalkan lubang kecil

2.6 Web of Caution

Page 9: Anal Fistula

MK: Nyeri akut

Peradangan pada anus

MK : Gangguan konsep diri

MK : Kerusakan Integritas kulit

MK:Gangguan eliminasi fekal

Spingter ani mengalami kerusakan

MK :Resiko Infeksi

Terbentuk lubang baru

ANAL FISTULA

Terbentuk rembesan berupa darah atau feses

Keluar melalui lubang baru dan tak terkontrol

Page 10: Anal Fistula

2.7 Komplikasi

Komplikasi pada anal fistula dapat terjadi langsung setelah operasi atau

tertunda.

a. Komplikasi terjadi secara langsung

Perdarahan

Impaksi fekal

Impaksi fekal adalah masa atau kumpulan feses yang mengeras di dalam

rektum. Impaksi terjadi akibat retensi dan akumulasi materi feses dalam waktu

lama

Hemorrhoid

Pelebaran pembuluh darah vena di bagian bawah dari saluran cerna, yaitu

rektum dan anus (dubur).

b. Komplikasi terjadi secara tunda

Inkontinensia

Munculnya inkontinensia berkaitan dengan banyaknya otot sfingter

yangterpotong, khususnya pada pasien dengan fistula kompleks seperti

letaktinggi dan letak posterior. Drainase dari pemanjangan secara tidak sengaja

dapat merusak saraf-saraf kecil dan menimbulkan jaringan parut lebih banyak.

Apabila pinggiran fistulotomi tidak tepat, maka anus dapat tidakrapat menutup,

yang mengakibatkan bocornya gas dan feces. Risiko ini juga meningkat seiring

menua dan pada wanita. 

Rekurens

Terjadi akibat kegagalan dalam mengidentifikasi bukaan primer atau

mengidentifikasi pemanjangan fistula ke atas atau ke samping. Epitelisasidari

bukaan interna dan eksterna lebih dipertimbangkan sebagai penyebab

persistennya fistula. Risiko ini juga meningkat seiring penuaan dan pada wanita.

Stenosis analis

Proses penyembuhan menyebabkan fibrosis pada kanalis anal.

Penyembuhan luka yang lambat

Penyembuhan luka membutuhkan waktu ± 12 minggu, kecuali ada penyakit

lain yang menyertai (seperti penyakit Crohn)

Page 11: Anal Fistula

2.8 Prognosis

Prognosis dari penyakit ini sangat baik setelah sumber infeksi dan fistula

teridentifikasi. Fistula akan menetap bila tidak didrainase dengan benar. Fistula dapat

kambuh bila lubang dalam tidak turut dibuka atau dikeluarkan, cabang fistel tidak turut dibuka

atau kulit sudah menutup luka sebelum jaringan granulasi mencapai permukaan.

Pada pasien yang telah menjalani fistulotomi standar, dilaporkan angka

frekurensnya berkisar antara 0-18% dan angka inkontinensia antara 3-7%.

Pasienyang menjalani penggunaan seton, angka rekurensnya 0-17% dan angka

inkontinensia antara 0-17%. Sedangkan yang menjalani advancement flap, angka

frekurensnya berkisar antara 1-10% dan angka inkontinensia antara 6-8%.

2.9 Penatalaksanaan Opistic

a. Toilet Training

Toilet training bertujuan untuk melatih penderita fistula anus untuk

buang air besar maupun berkemih biasanya diterapkan pada anak-anak.

b. Bowel Management

Bowel management bertujuan untuk memonitor tanda dan gejala

konstipasi serta impaksi feses pada penderita fistula anus. Selain itu bowel

management juga bertujuan untuk memonitor intake cairan dan nutrisi serta

konsistensi warna, frekuensi dan volume feses.

c. Menjaga kebersihan kantung kolostomi

Untuk menjaga kebersihan kantung kolostomi enema/irigasi kolon

perlu dilakukan satu kali sehari untuk menjaga kebersihan kolon dan

mengurangi resiko infeksi.

d. Diet makanan

Pengaturan diet yang baik pada penderita fistula anus bertujuan untuk

menghindari konstipasi. Diet makanan dilakukan dengan mengkonsumsi makanan

berserat dan minum air putih yang cukup.

e. Pentalaksanaan pasca operasi

Pada operasi fistula simple, pasien dapat pulang pada hari yang sama setelah

operasi. Namun pada fistula kompleks mungkin membutuhkan rawat inap beberapa

hari.

Setelah operasi mungkin akan terdapat sedikit darah ataupun cairan dari luka

operasi untuk beberapa hari, terutama sewaktu buang air besar. Perawatan luka pasca

Page 12: Anal Fistula

operasi meliputi sitz bath (merendam daerah pantat dengan cairan antiseptik), dan

penggantian balutan secara rutin. Obat obatan yang diberikan untuk rawat jalan

antara lain antibiotika, analgetik dan laksatif. Aktivitas sehari hari umumnya tidak

terganggu dan pasien dapat kembali bekerja setelah beberapa hari. Pasien dapat

kembali menyetir bila nyeri sudah berkurang. Pasien tidak dianjurkan berenang

sebelum luka sembuh, dan tidak disarankan untuk duduk diam berlama-lama.

2.10 Penatalksanaan Medis

Pengobatan pada penderita anal fistula akan terus berlangsung seumur hidup

pasien. Karenanya peningkatan kesadaran dan deteksi dini akan mencegah

komplikasi penyakit ini menjadi kronis. Berikut ini merupakan penatalaksanaan

medis pada penderita anal fistula.

a. Terapi Konservatif dengan pemberian analgetik, antipiretik serta profilaksis

antibiotik jangka panjang untuk mencegah fistula rekuren.

b. Terapi pembedahan:

Fistulotomi

Fistel di insisi dari lubang asalnya sampai ke lubang kulit, dibiarkan terbuka,

sembuh per sekundam intentionem. Dianjurkan sedapat mungkin dilakukan

fistulotomi.

Fistulektomi

Jaringan granulasi harus di eksisi keseluruhannya untuk menyembuhkan

fistula. Terapi terbaik pada fistula ani adalah membiarkannya terbuka.

Seton

Benang atau karet diikatkan malalui saluran fistula. Terdapat dua macam

Seton, cutting Seton, dimana benang Seton ditarik secara gradual untuk

memotong otot sphincter secara bertahap, dan loose Seton, dimana benang Seton

ditinggalkan supaya terbentuk granulasi dan benang akan ditolak oleh tubuh dan

terlepas sendiri setelah beberapa bulan.

Advancement Flap

Menutup lubang dengan dinding usus, tetapi keberhasilannya tidak terlalu

besar.

Fibrin Glue

Menyuntikkan perekat khusus (Anal Fistula Plug/AFP) ke dalam saluran

fistula yang merangsang jaringan alamiah dan diserap oleh tubuh. Penggunaan

Page 13: Anal Fistula

fibrin glue memang tampak menarik karena sederhana, tidak sakit, dan aman,

namun keberhasilan  jangka panjangnya tidak tinggi, hanya 16%.

2.11 Pemeriksaan Diagnostik

a. Hidranitis supurativa

Merupakan radang kelenjar keringat apokrin yang membentuk fistula

multiple subkutan. Predileksi di perineum, perianal, ketiak dan tidak meluas ke

struktur yang lebih dalam.

b. Sinus pilonidalis

Terdapat di lipatan sakrokoksigeal, berasal dari rambut dorsal tulang

koksigeus/ ujung os sacrum. Gesekan rambut, peradangan dan infeksi akut sampai

abses dan terbentuk fistel setelah abses pecah.

c. Fistel proktitis

Fistel proktitis dapat terjadi pada morbus Crohn, tbc, amubiasis, infeksi

jamur, dan divertikulitis. Kadang disebabkan benda asing atau trauma.

2.12 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada penderita anal fistula meliputi:

Fistulografi

Injeksi kontras melalui pembukaan internal, diikuti dengan anteroposterior,

lateral dan gambaran X-ray oblik untuk melihat jalur fistula.

Ultrasound endoanal / endorektal

Menggunakan transduser 7 atau 10 MHz ke dalam kanalis ani untuk

membantu melihat differensiasi muskulus intersfingter dari lesi transfingter.

Transduser water-filled ballon membantu evaluasi dinding rectal dari beberapa

ekstensi suprasfingter.

MRI

MRI dipilih apabila ingin mengevaluasi fistula kompleks, untuk

memperbaiki rekurensi.

CT- Scan

CT Scan umumnya diperlukan pada pasien dengan penyakit crohn atau

irritable bowel syndrome yang memerlukan evaluasi perluasan daerah inflamasi.

Pada umumnya memerlukan administrasi kontras oral dan rektal.

Barium Enema

Untuk fistula multiple, dan dapat mendeteksi penyakit inflamasi usus.

Page 14: Anal Fistula

Anal Manometri

Evaluasi tekanan pada mekanisme sfingter berguna pada pasien tertentu

seperti pada pasien dengan fistula karena trauma persalinan, atau pada fistula

kompleks berulang yang mengenai sphincter ani.

Page 15: Anal Fistula

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Pemeriksaan fisik terhadap daerah penutupan kolostomi

Keadaan luka: tanda kemerahan, pengeluaran cairan

Adanya pembengkakan dan menutup sempurna

Lakukan pengkajian kepatenan lubang anal pada bayi baru lahir

2. Pemeriksaan fisik terhadap daerah penutupan kolostomi:

Pengeluaran feses

Observasi adanya pasase mekonium. Perhatikan bila mekonium tampak pada

orifisium yang tidak tepat.

Observasi feses yang seperti karbon pada bayi yang lebih besar atau anak kecil

yang mempunyai riwayat kesulitan defekasi atau distensi abdomen

Bantu dengan prosedur diagnostik mis : endoskopi, radiografi

3. Kecemasan

4. Nyeri

B. Diagnosa

- Nyeri akut berhubungan dengan distensi abdomen

- Gangguan eliminasi fekal berhubungan dengan gangguan pasase feses, feses lama

dalam kolon dan rectum

- Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan colostomy

- Gangguan konsep diri berhubungan dengan adanya kolostomi

- Resiko Infeksi berhubungan dengan rembesan darah atau feses

C. Intervensi

1. Nyeri akut berhubungan dengan distensi abdomen

Tujuan :

Menyatakan nyeri hilang

Menunjukkan rileks, mampu tidur, dan istirahat dengan tepat

Intervensi Rasional

Page 16: Anal Fistula

Catat keluhan nyeri, durasi, dan

intensitas nyeri

Membantu mendiagnosa etiologi

perdarahan dan terjadinya komplikasi

Catat petunjuk nonverbal. Mis:

gelisah, menolak untuk bergerak

Bahasa tubuh / petunjuk non verbal

dapat secara prikologis dan fisiologis

dapat digunakan sebagai petunjuk

untuk mengidentifikasi masalah

Kaji faktor-faktor yang dapat

meningkatkan / menghilangkan nyeri

Menunjukkan faktor pencetus dan

pemberat dan mengidentifikasi

terjadinya komplikasi

Berikan tindakan nyaman, seperti

pijat punggung atau ubah posisi

Meningkatkan relaksasi,

memfokuskan perhatian, dan

meningkatkan koping

Kolaborasi pemberian analgetik Memudahkan istirahat dan

menurunkan rasa sakit

2. Gangguan eliminasi fekal berhubungan dengan. gangguan pasase feses, feses

lama dalam kolon dan rectum

Tujuan :

Menormalkan fungsi usus

Mengeluarkan feses melalui anus

Intervensi Rasional

Kaji fungsi usus dan karkteistik tinja Memperoleh informasi tentang

kondisi usus

Catat adanya distensi abdomen dan

auskultsi peristaltik usus

Distensi dan hilangnya peristaltik

usus menunjukkn fungsi defekasi

hilang

Berikan enema jika diperlukan Mungkin perlu untuk menghilangkan

distensi

3. Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan colostomy

Tujuan : Meningkatkan penyembuhan luka tepat waktu dan bebas tanda infeksi

Intervensi Rasional

Observasi luka, catat karakteristik Perdarahan pasca operasi paling

Page 17: Anal Fistula

drainase sering terjadi selama 48 jam pertama,

dimana infeksi dapat terjadi kapan

saja

Ganti balutan sesuai kebutuhan,

gunakan teknik aseptik

Sejumlah besar drainase serosa

menuntut pergantian dengan sering

untuk menurunkan iritasi kulit dan

potensial infeksi

Irigasi luka sesuai indikasi, gunakan

cairan garam faali

Diperlukan untuk mengobati

inflamasi infeksi pra op / post op

4. Gangguan konsep diri berhubungan dengan adanya kolostomi

Tujuan :

Menyatakan penerimaan diri sesuai situasi

Menerima perubahan kedalam konsep diri

Intervensi Rasional

Dorong pasien/orang terdekat untuk

mengungkapkan perasaannya

Membantu pasien untuk menyadari

perasaannya yang tidak biasa

Catat perilaku menarik diri.

Peningkatan ketergantungan

Dugaan masalah pada penilaian yang

dapat memerlukan evaluasi lanjut

dan terapi lebih kuat

Gunakan kesempatan pada pasien

untuk menerima stoma dan

berpartisipasi dan perawatan

Ketergantungan pada perawatan diri

membantu untuk memperbaiki

kepercayaan diri

Berikan kesempatan pada anak dan

orang terdekat untuk memandang

stoma

Membantu dalam menerima

kenyataan

Jadwalkan aktivitas perawatan pada

pasien

Meningkatkan kontrol dan harga diri

Pertahankan pendekatan positif

selama tindakan perawatan

Membantu pasien menerima

kondisinya dan perubahan pada

Page 18: Anal Fistula

tubuhnya

D. Implentasi

Seperti tahap lainnya dalam proses keperawatan fase pelaksanaan terdiri dari

beberapa tahapan, diantaranya adalah

a. Validasi rencana keperawatan

Suatu tindakan untuk memberikan kebenaran. Tujuan validasi data adalah

menekan serendah mungkin terjadinya kesalahpahaman, salah persepsi. Karena

adanya potensi manusia berbuat salah dalam proses penilaian.

b. Dokumentasi rencana keperawatan

Agar rencana perawatan dapat berarti bagi semua pihak, maka harus mempunyai

landasan kuat, dan bermanfaat secara optimal. Perawat hendaknya mengadakan

pertemuan dengan tim kesehatan lain untuk membahas data, masalah, tujuan serta

rencana tindakan.

c. Tindakan keperawatan

Meskipun perawat sudah mengembangkan suatu rencana keperawatan yang

maksimal, kadang timbul situasi yang bertentangan dengan tindakan yang

direncanakan, maka kemampuan perawat diuji untuk memodifikasi alat maupun

situasi.

d. Evaluasi

Evaluasi adalah suatu kegiatan yang terus menerus dengan melibatkan klien,

perawat dan anggota tim kesehatan lainnya. Dalam hal ini diperlukan

pengetahuan keehatan dan strategi evaluasi. Tujuan dari evaluasi adalah menilai

apakah tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.

BAB IV

Page 19: Anal Fistula

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Fistula adalah hubungan abnormal antara dua tempat yang berepitel.

Fistula ani adalah fistula yang menghubungkan antara kanalis anal ke kulit di

sekitar anus (ataupun ke organ lain seperti ke vagina).

Ada beberapa pemeriksaan, termasuk pemeriksaan penunjang untuk

menentukan jenis penyakit ini, dan bagaimana nantinya penatalaksanaan

untuk penyakit ini. Sebelum pemeriksaan ada beberapa tanda umum yang

menjadi manifestasi klinis dari anal fistula. Kemudian dari pemeriksaan fisik

juga akan nampak, yaitu pada colok dubur terkadang dapat diraba indurasi

fistula dan internal opening.

Terdapat beberapa penatalaksanaan untuk anal fistula ini.

Penatalaksanaan medikamentosa dengan pemberian analgetik, antipiretik

serta profilaksis antibiotik jangka panjang untuk mencegah fistula rekuren.

Kemudian terapi pembedahan yang masalah keperawatannya dapat muncul

samapi dengan setelah atau paska operatif.

3.2 Saran

Sebaiknya sebagai mahasiswa, kita lebih mempelajari dan memahami lagi

bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan anal fistula. Kemudian

mulai belajar mempraktikan asuhan keperawatan, meskipun belum secara langsung.

Jadi, materi asuhan keperawatan pada klien dengan anal fistula ini tidak hanay

berhenti sesudah selesai pembelajaran di kelas. Hal ini penting karena ana fistula

merupakan penyakit yang tidak gampang untuk disembuhkan, sehingga benar0benar

membutuhkan asuhan keperawatan dari kita para perawat, dan tentunya tidak

terlepas dari peran keluarga klien yang sedang menderita penyakit ini.

Page 20: Anal Fistula

DAFTAR PUSTAKA

Cruch, Rob. 2008. Anal abscess / fistula. http://www.bowelan

keyholeclinic.com/article.asp?article=8

Diakses pada 22 November 2012 pukul 14.20

Dirckz John H. 2001. Kamus Ringkas Kedokteran Stedman.Jakarta: Kedokteran

EGC

Doenges, Marilynn E., Moorhouse, Mary Frances & Geissler, Alice C. 2000.

Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan

Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC

Kozier & Erb. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis 5th edition. Jakarta: EGC

Mansjoer, Arif dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Jilid 1. Jakarta:

Media Aesculapius

Masli, Emerson Budiarman. 2008. Seputar Fistula Ani. http://www.medistra.

com/index.php?option=com_content&view=article&id=176

Diakses pada 22 November 2012 pukul 20.20

Patel, Pradip R. 2007. Lecture Notes: Radiologi. Jakarta: Erlangga

Sinanu, L Franklin. Fistula in Ano. http://www.scribd.com/doc/45183857/Fistula-in-

Ano

Diakses pada 23 November 2012 pukul 08.12

Smeltzer, Suzanne C. & Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-

Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta: EGC

University Of Connecticut Health Center. 2012. Fistula In Ano.

http://fitsweb.uchc.edu/student/selectives/Luzietti/Painful_anus_fistula_in_ano

.htm.

Diakses pada 22 November 2012 pukul 14.20