anak usia sekolah.pdf

36
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Terkait 1. Anak Sekolah Menurut UU No. 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak, yang dimaksud anak adalah seorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum pernah kawin (menikah). Saat ini yang disebut anak bukan lagi yang berumur 21 tahun, tetapi berumur 18 tahun, seperti yang ditulis Hurlock (1980, dalam Suprajitno, 2004, hal 59) masa dewasa dimulai umur 18 tahun. Meskipun demikian, anak masih dikelompokan lagi menjadi tiga sesuai dengan kelompok usia ; usia 2-5 tahun disebut usia prasekolah, usia 6-12 tahun disebut usia sekolah dan usia 13-18 tahun disebut usia remaja. Anak usia sekolah adalah generasi penerus bangsa, karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Kualitas bangsa dimasa depan ditentukan kualitas anak-anak saat ini. Upaya peningkatan kualitas SDM harus dilakukan sejak dini, sistematis dan berkesinambungan. Tumbuh berkembangnya anak usia sekolah yang optimal tergantung pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar. Dalam masa tumbuh kembang tersebut pemberian nutrisi atau asupan makan pada anak tidak selalu dapat dilaksanakan dengan sempurna (Judarwanto, 2006).

Transcript of anak usia sekolah.pdf

Page 1: anak usia sekolah.pdf

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Terkait

1. Anak Sekolah

Menurut UU No. 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak, yang

dimaksud anak adalah seorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan

belum pernah kawin (menikah). Saat ini yang disebut anak bukan lagi

yang berumur 21 tahun, tetapi berumur 18 tahun, seperti yang ditulis

Hurlock (1980, dalam Suprajitno, 2004, hal 59) masa dewasa dimulai

umur 18 tahun. Meskipun demikian, anak masih dikelompokan lagi

menjadi tiga sesuai dengan kelompok usia ; usia 2-5 tahun disebut usia

prasekolah, usia 6-12 tahun disebut usia sekolah dan usia 13-18 tahun

disebut usia remaja.

Anak usia sekolah adalah generasi penerus bangsa, karena mereka

adalah generasi penerus bangsa. Kualitas bangsa dimasa depan ditentukan

kualitas anak-anak saat ini. Upaya peningkatan kualitas SDM harus

dilakukan sejak dini, sistematis dan berkesinambungan. Tumbuh

berkembangnya anak usia sekolah yang optimal tergantung pemberian

nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar. Dalam masa

tumbuh kembang tersebut pemberian nutrisi atau asupan makan pada anak

tidak selalu dapat dilaksanakan dengan sempurna (Judarwanto, 2006).

Page 2: anak usia sekolah.pdf

2

Anak usia sekolah dapat disebut sebagai akhir masa kanak-kanak

sejak usia 6 tahun atau masuk sekolah dasar kelas satu, ditandai oleh

kondisi yang sangat memenuhi penyesuaian pribadi dan penyesuaian

sosial anak. Akhir masa kanak-kanak memiliki beberapa ciri :

a. Usia sekolah dasar adalah suatu masa ketika anak diharapkan

memperoleh dasar-dasar pengetahuan yang dianggap penting untuk

keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan mempelajari

berbagai keterampilan penting tertentu baik kurikuler maupun

ekstrakuler.

b. Periode kritis dalam berprestasi adalah suatu masa ketika anak

membentuk kebiasaan untuk mencapai sukses, atau sangat sukses,

yang cenderung menetap sampai dewasa. Kagan (1977, dalam

Suprajitno, 2004 : hal 59) melaporkan bahwa tingkat perilaku pada

masa kanak-kanak mempunyai korelasi yang tinggi dengan perilaku

prestasi pada masa dewasa.

2. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Sekolah

Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup 2 peristiwa yang

sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu

pertumbuhan dan perkembangan. Sedangkan pengertian mengenai apa

yang dimaksud dengan pertumbuhan dan perkembangan perdefinisi adalah

sebagai berikut :

Page 3: anak usia sekolah.pdf

3

a Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam

besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun

individu, yang biasa diukur dengan ukuran berat (gram, pound,

kilogram) ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan

keseimbangan metabolik (retensi Kalsium dan Nitrogen tubuh).

b Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan

(skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam

pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses

pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari

sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan system organ yang

berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat

memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi,

intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan

lingkungannya (Soetjiningsih, 1995).

Kualitas anak masa kini merupakan penentu kualitas Sumber Daya

Manusia (SDM) dimasa yang akan datang. Pembangunan manusia di masa

depan dimulai dengan pembinaan anak masa sekarang. Untuk

mempersiapkan SDM yang berkualitas di masa yang akan datang maka

anak perlu dipersiapkan agar anak bisa tumbuh dan berkembang seoptimal

mungkin sesuai dengan kemampuannya.

Nutrisi yang adekuat dan seimbang, merupakan kebutuhan akan

asuh yang terpenting. Nutrisi adalah termasuk pembangun tubuh yang

mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan, terutama

Page 4: anak usia sekolah.pdf

4

pada tahun-tahun pertama kehidupan dimana anak sedang menglami

pertumbuhan yang sangat pesat terutama pertumbuhan otak.

Keberhasilan perkembangan anak ditentukan oleh keberhasilan

pertumbuhan dan perkembangan otak. Jadi dapat dikatakan bahwa nutrisi,

selain mempengaruhi pertumbuhan, juga mempengaruhi perkembangan

otak.

Pemberian makanan tambahan yang tepat akan memberikan hasil-

hasil yang lebih baik bagi pertunbuhan anak. Namun demikian akan lebih

sempurna apabila makanan tambahan yang diberikan dalam bentuk yang

seimbang. Oleh karena kebutuhan dan pemenuhannya sangat tergantung

pada ibu dan keluarga, pengetahuan tentang gizi harus dikuasai oleh

ibu/keluarga.

Kebutuhan akan energi pada anak untuk tumbuh kembang pada

umumnya adalah sebagi berikut :

Tabel. 1 Kebutuhan akan energi pada anak

Usia Anak Kebutuhan Energi

Anak 7-9 tahun 80 kkal/kg BB/hari

Anak laki-laki 10-12 tahun 60-70 kkal/kg BB/hari

Anak perempuan 10-12 tahun 50-60 kkal/kg BB/hari

Page 5: anak usia sekolah.pdf

5

Nutrien dapat digolongkan menjadi 3 golongan yaitu :

a. Golongan pembangun

Protein hewani dan protein nabati dibutuhkan kira-kira 2-3 gram/kg

BB/hari.

1) Protein hewani : ikan, susu telur dan sebagainya

2) Protein nabati : tahu, tempe, kacang-kacangan, beras, gandum dan

sebagainya

b Golongan sumber tenaga : karbohidrat, lemak dan sebagainya.

Misalnya beras, kentang, gandum, susu, ubi, singkong, maizena dan

sebagainya

c Golongan pelindung : mikro nutrien (Besi, Kalsium, Seng, Mangan

dan sebagainya), vitamin-vitamin dan air

Tumbuh kembang menurut Morsintowati B. Narendra dkk, (2002)

dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu keturunan (genetik) dan

lingkungan (biopsikososial).

Dua faktor pokok tersebut diatas diuraikan menjadi berbagai

macam faktor yang secara khusus langsung berpengaruh terhadap tumbuh

kembang walaupun beberapa faktor saling tumpang tindih. Beberapa

diantaranya yaitu :

a. Pengaruh Gizi

Kecukupan pangan yang esensial baik kualitas maupun kuantitas

sangat penting untuk pertumbuhan normal. Suatu pengamatan yang

dilakukan setelah perang Jerman waktu terjadi kelaparan, anak-anak

Page 6: anak usia sekolah.pdf

6

mengalami kelambatan pertumbuhan 10-12 bulan dibandingkan

dengan anak yang tumbuh normal.

Pada malnutrisi protein kalori yang berat (Kwashiorkor atau

Marasmus kwashiorkor) terjadi kelambatan pertumbuhan tulang

dan maturasi, kelambatan penyatuan epifise sekitar 1 tahun

dibandingkan dengan anak gizi cukup, dan proses pubertas juga

terlambat. Pada marasmus terjadi pengurusan otot dan jaringan

lemak subkutan yang menyolok sehingga berat badan anak sangat

menurun.

Banyak zat atau unsur yang penting untuk pertumbuhan, antara lain

ialah Yodium, Kalsium, Fosfor, Magnesium, Besi, Flour dan

sebagainya. Juga berbagai macam vitamin, misalnya vitamin A,

B12, C dan D dapat mempengaruhi pertumbuhan anak.

b. Pengaruh Sosio Ekonomi

Penelitian di Eropa menunjukkan bahwa anak kelompok sosial

ekonomi baik, mempunyai ukuran tinggi tubuh lebih panjang

dibandingkan dengan anak keluarga buruh rendah, perbedaan itu

lebih kurang 2,5 cm pada usia 3 tahun dan lebih kurang 4,5 cm pada

usia remaja. Perbedaan dalam ukuran berat badan mempunyai

kecenderungan yang sama seperti di atas, namun perbedaannya

tidak begitu besar. Jumlah anggota keluarga berperan pula dalam

pertumbuhan, yaitu pada keluarga kecil pertumbuhan anak lebih

Page 7: anak usia sekolah.pdf

7

baik dibandingkan pada keluarga besar. Berbagai macam penelitian

di Indonesia juga memberi hasil yang seperti disebut di atas.

c. Pengaruh Penyakit

Pengaruh penyakit kronis seperti tuberkulosis, penyakit ginjal dan

sebagainya dapat menghambat pertumbuhan. Dalam hal penyakit,

ternyata wanita mempunyai ketahanan terhadap pertumbuhan

dibandingkan dengan pria. Pada percobaan binatang dapat

dibuktikan bahwa bintang betina yang mengalami operasi akan

lebih cepat mengalami maturasi dan tidak terjadi kelambatan

pertumbuhan, keadaan ini mungkin berlaku pula pada manusia.

Sebab-sebab terjadinya kelambatan pertumbuhan pada seorang sakit

karena kekurangannya hormon somatotropin, sebagai akibat

meningkatnya sekresi kortison dan korteks supraren.

d. Pengaruh Emosi

Faktor emosi dapat berpengaruh pada pertumbuhan, misalnya

karena tekanan batin atau ”stres”. Keadaan ini dibuktikan pada

pengamatan di Jerman sehabis perang. Bahwa pada dua buah rumah

perawatan yatim piatu, yang pertama untuk anaknya-anaknya diberi

makanan tambahan tidak ditemukan perbedaan pertumbuhan bila

dibandingkan dengan anak yang tidak mendapat makanan

tambahan. Akhirnya diungkapkan bahwa pada rumah perawatan

yang pertama itu kepala perawatnya bertindak keras, maka dengan

jadwal ketat sehingga anak merasa menderita ”stres”. Setelah

Page 8: anak usia sekolah.pdf

8

kepala perawat tersebut dipindahkan terlihat bahwa anak-anak yang

mendapat makanan tambahan pertumbuhannya lebih baik.

3. Kebiasaan Makan

Kebiasaan makan menurut Suhardjo (1989, dalam Supriati

Ningsih, 2005) adalah perilaku yang berhubungan dengan makan, tata

krama makan frekuensi makan seseorang pola makan yang dimakan,

pantangan distribusi makanan di dalam anggota keluarga, preferensi

terhadap makanan dan cara-cara memilih bahan makanan.

Nutrisi yang baik dan pola makan seimbang dapat membantu anak

tumbuh sehat. Kelompok umur manapun anak kita berada, entah itu balita

maupun remaja, kita memerlukan strategi untuk mendorong kebiasaan

makan sehat dalam keluarga. Langkah-langkah di bawah ini dapat

membantu menumbuhkan hal tersebut:

a. Mengadakan acara “makan bersama” keluarga secara teratur.

b. Menyediakan makanan sehat dan makanan ringan yang beragam.

c. Menerapkan pola makan sehat untuk diri kita sendiri.

d. Menghindari perdebatan tentang makanan.

e. Melibatkan anak dalam proses.

Dalam pelaksanaannya, langkah-langkah di atas tidak selalu mudah

dilakukan. Apalagi bila si ibu tergolong ibu yang sibuk dan sering

membeli makanan makanan siap saji. Namun, bagaimanapun padatnya

jadwal, makan bersama keluarga sebaiknya perlu dilakukan, minimal

Page 9: anak usia sekolah.pdf

9

sekali sehari. Sebab, kebiasaan ini membuat anak dan orang tua dapat

bertemu muka dan merasa lebih dekat ketimbang keluarga yang biasa

makan sendiri-sendiri. Selain itu, juga dapat mengecek menu makan anak

tanpa mereka merasa dipaksa. Sebab, apa yang ada di meja makan, bukan

hanya untuk anak, tapi juga untuk orang tua.

Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa anak-anak yang rutin

makan bersama keluarga cenderung menyukai buah, sayuran, dan biji-

bijian, tidak menyukai camilan yang tidak sehat, antirokok, dan tidak

minum alkohol Suririnah (2005).

4. Sarapan Pagi

Makan pagi atau sarapan sangat bermanfaat bagi setiap orang. Bagi

orang dewasa, makan pagi dapat memelihara ketahanan fisik,

mempertahankan daya tahan saat bekerja dan meningkatkan produktivitas

kerja (Manfaat-Sarapan-Pagi, 2007, http://www.sehatbugar.info_html

diperoleh tanggal 21 Feb 2008). Bagi anak sekolah, makan pagi

meningkatkan konsentrasi belajar dan memudahkan menyerap pelajaran,

sehingga prestasi belajar menjadi lebih baik.

Membiasakan makan pagi pada anak memang terasa sulit. Adanya

citra makan pagi sebagai suatu kegiatan yang dirasakan menjengkelkan

perlu diubah menjadi salah satu kebiasaan yang disukainya. Berdasarkan

penelitian, sarapan pagi ternyata berdampak besar terhadap kesehatan dan

Page 10: anak usia sekolah.pdf

10

produktivitas kerja. Bahkan, pada anak-anak kebiasaan sarapan bisa

menambah kecerdasan akademik dan kemampuan psikosial.

Pakar gizi dari Institut Pertanian Bogor (IPB), (Drajat

Martianto,2006) Menjelaskan, sarapan dilakukan teratur setiap hari pukul

06.00-09.00. Idealnya sarapan memenuhi seperempat hingga setengah

kebutuhan energi dan zat gizi harian. Secara umum, kata Drajat

rekomendasi kontribusi energi dan zat gizi sarapan sebanyak 25 persen,

makan siang 30 persen, makan malam 25 persen, dan makan selingan pagi

dan sore masing-masing 10 persen.

Sarapan bermanfaat besar sebagai penyedia bahan bakar dan zat

gizi untuk berpikir dan beraktivitas. Sarapan juga meningkatkan

kemampuan konsentrasi belajar dan kemampuan fisik. Menurut Drajat,

kebiasaan sarapan dengan gizi yang seimbang pada anak akan membangun

pola makan yang baik pada masa dewasa. Kebiasaan sarapan juga

menurunkan intake (jumlah) konsumsi makanan berlemak. Selain itu,

sarapan juga bisa membantu manajemen berat badan serta meningkatkan

keeratan hubungan antara anggota keluarga. Manfaat sarapan pagi yaitu :

a. Meningkatkan Metabolisme

Metabolisme identik dengan kemampuan tubuh kita membakar

energi. Orang yang sarapan pagi memiliki metabolisme yang lebih

tinggi. Misalnya, jika akan tidak sarapan pagi dan langsung makan

siang, metabolisme kita menurun sebesar 5%. Penelitian

menunjukkan, orang yang sarapan pagi secara terartur memiliki

Page 11: anak usia sekolah.pdf

11

berat tubuh yang lebih rendah dibandingkan mereka yang tidak

sarapan. Dengan demikian, sarapan pagi membantu kita

mengendalikan berat tubuh. Tapi, bukan berarti kita bisa seenaknya

makan apa saja di pagi hari. Kita harus tetap hati-hati dengan

makan secukupnya dan memilih jenis makanan yang sehat dan

rendah lemak.

b. Meningkatkan konsentrasi

Sesungguhnya dengan sarapan pagi dapat membantu kita

memperbaharui energi di pagi hari dan membantu kita memiliki

'mood' yang baik. Penelitian menunjukkan bahwa orang dewasa

yang selalu sarapan pagi memiliki prestasi yang lebih baik

dipekerjaan. Anak-anak yang dibiasakan sarapan pagi juga

biasanya memiliki IQ yang lebih tinggi di sekolah.

c. Memperlancar gula darah

Adalah wajar jika gula darah kita turun di pagi hari setelah tidur

semalaman. Sehingga, sebenarnya sangat baik untuk meningkatkan

gula darah di pagi hari dengan sarapan pagi yang sehat, khususnya

yang tinggi karbohidrat dan rendah lemak (misalnya, bubur atau

mie soup).

d. Pembuangan yang teratur

Jika kita sarapan pagi, sudah dipastikan kita juga mengkonsumsi

serat yang leibh tinggi dibandingkan mereka yang tidak sarapan

Page 12: anak usia sekolah.pdf

12

pagi. Serat sangat penting, karena membantu pencernaan kita leibh

lancar, sehingga BAB (Buang Air Besar) kita lebih lancar.

e. Membiasakan anak makan teratur

Anak-anak belajar dari orang tuanya. Jadi, sarapan pagi dengan

anak akan memberikan peluang bagi kita menjadi contoh yang baik

pada anak-anak kita. Mudah-mudahan anak-anak kita akan

membawa kebiasaan baik ini sampai usia dewasanya.

Untuk membiasakan anak-anak yang belum terbiasa makan pagi

perlu memakai cara bertahap. Mula-mula diberikan makan pagi dengan

takaran (porsi) sedikit. Secara bertahap porsi makanan ditambah sesuai

dengan anjuran.

Kebiasaan makan pagi juga membantu seseorang untuk memenuhi

kecukupan gizinya sehari-hari. Jenis hidangan untuk makan pagi dapat

dipilih dan disusun sesuai dengan keadaan. Namun akan lebih baik bila

terdiri dari makanan sumber zat tenaga, sumber zat pembangun, dan

sumber zat pengatur.

Seseorang yang tidak makan pagi memiliki risiko menderita

gangguan kesehatan berupa menurunnya kadar gula darah dengan tanda-

tanda antara lain lemah, keluar keringat dingin, kesadaran menurun,

bahkan pingsan. Bagi anak sekolah, kondisi ini menyebabkan merosotnya

konsentrasi belajar yang mengakibatkan menurunnya prestasi belajar. Bagi

pekerja akan menurunkan produktivitas kerja.

Page 13: anak usia sekolah.pdf

13

Kebiasaan seseorang menghindari makan pagi dengan tujuan untuk

menurunkan berat badan merupakan kekeliruan yang dapat mengganggu

kondisi kesehatan. Antara lain berupa gangguan pada saluran pencernaan.

Bagi seseorang yang tidak sempat makan pagi di rumah, agar tetap

mengupayakan makan pagi di tempat lain yang memungkinkan

(http://www.sehatbugar.info/2007/07/31/manfaat-sarapan-pagi.html

diperoeh tanggal 21 Februari 2008).

Anak yang terbiasa mengkonsumsi sarapan setiap harinya memiliki

kemampuan lebih baik di sekolahnya. Menurut Sheah Rarback, M.S. R.D.

seorang ahli gizi anak di Universitas Miami, pola diet dengan menyertakan

sarapan pagi bagi anak akan memacu pertumbuhan yang tepat dan

memaksimalkan kemampuan di sekolah. Hal ini disebabkan karena

kebutuhan nutrisi harian mereka telah terpenuhi sejak dini (Elizabeth

Ward, 2008).

Untuk mencapai kesehatan yang optimal diperlukan makanan

bukan sekedar makanan, tetapi makanan yang mengandung gizi atau zat-

zat gizi. Zat-zat makanan yang diperlukan untuk menjaga dan

meningkatkan kesehatan ini dikelompokan menjadi 5 macam, yakni

protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Fungsi-fungsi zat

makanan itu antara lain sebagai berikut :

a. Protein diperoleh dari makanan yang yang berasal dari tumbu-

tumbuhan (protein nabati), dan makanan dari hewan (protein hewani).

Page 14: anak usia sekolah.pdf

14

Fungsi protein bagi tubuh antara lain :

1) Membangun sel-sel rusak

2) Membentuk zat-zat pengatur seperti enzim dan hormone

3) Membentuk energi (1 gram energi kira-kira akan menghasilkan

4,1 kalori)

b. Lemak berasal dari minyak goreng, daging, margarin, dan sebagainya.

Fungsi pokok lemak bagi tubuh kita ialah :

1) Menghasilkan kalori terbesar dalam tubuh manusia (1 gram

lemak menghasilkan sekitar 9,3 kalori)

2) Sebagai pelarut vitamin A, D, E dan K

3) Sebagai pelindung terhadap bagian-bagian tubuh tertentu dan

pelindung bagian tubuh pada temperatur rendah

c. Karbohidrat, berdasarkan gugus penyusun gulanya dapat dibedakan

menjadi monosakarida, disakarida dan polisakarida. Fungsi

karbohidrat adalah juga salah satu pembentuk energi yang paling

murah, karena pada umumnya sumber karbohidrat ini berasal dari

tumbuha-tumbuhan (beras, jagung, singkong dan sebagainya) yang

merupakan makanan pokok.

d. Vitamin-vitamin, yang dibedakan menjadi dua, yakni vitamin yang

larut dalam air (B dan C), dan vitamin yang larut dalam lemak (A, D, E

dan K). Fungsi masing-masing vitamin ini antara lain :

1) Vitamin A berfungsi bagi pertumbuhan sel-sel epitel, dan sebagai

pengatur, kepekaan rangsang sinar pada saraf mata.

Page 15: anak usia sekolah.pdf

15

2) Vitamin B1 berfungsi untuk metabolisme karbohidrat,

keseimbangan air dalam tubuh dan membantu penyerapan zat

lemak oleh usus.

3) Vitamin B2 berfungsi dalam pemindahan rangsang sinar ke saraf

mata dan enzim, dan berfungsi dalam proses oksidasi dalam sel-

sel.

4) Vitamin B6 berfungsi dalam pembuatan sel-sel darah dan dalam

proses pertumbuhan serta sistem saraf.

5) Vitamin C, berfungsi seagai aktivator macam-macam Fermen

perombak protein dan lemak, dalam oksidasi dan dehidrasi dalam

sel, penting dalam pembentukan trombosit.

6) Vitamin D, berfungsi mengatur kadar kapur dan fosfor dalam

bersama-sama kelenjar anak gondok, memperbesar penyerapan

kapur dan fosfor dari usus dan mempengaruhi kerja kelenjar

endokrin.

7) Vitamin E, berfungsi mencegah pendarahan bagi wanita hamil

serta mencegah keguguran dan diperlukan pada saat sel sedang

mebelah.

8) Vitamin K, berfungsi dalam pembentukan protombin, yang

berarti penting dalam proses pembekuan darah.

e. Mineral, terdiri dari zat Kapur (Ca), zat Besi (Fe), zat Flour (F),

Natrium (Na), Chlor (Cl), Kalium (K) dan Iodium (I). Secara umum

fungsi mineral adalah sebagai bagian dari zat yang aktif dalam

Page 16: anak usia sekolah.pdf

16

metabolisme atau sebagai bagian penting dari struktur sel dan jaringan.

(Soekidjo, 2003)

Untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh manusia dan untuk

memperoleh energi agar manusia dapat melakukan kegiatan fisiknya

sehari-hari, maka tubuh manusia harus dipenuhi kebutuhan zat-zat

makanan / zat-zat gizinya. Zat-zat makanan yang diperlukan itu dapat

dikelompokan menjadi 6 macam, yaitu air, protein, lemak, vitamin,

mineral dan karbohidrat.

Apabila tubuh kurang dalam pemenuhan akan karbohidrat, protein

dan zat lemak dapat menyebabkan pembakaran ketiga unsur tersebut

kurang menghasilkan energi, akibatnya tubuh menjadi lesu, kurang

bergairah untuk melakukan berbagai kegiatan dan kondisi tubuh yang

demikian tentunya akan banyak menimbulkan kerugian (peka akan

macam-macam penyakit, kemalasan untuk mencari nafkah, produktivitas

kerja sangat lemah, dan lain-lain) (Kertasapoetra & Marsetyo, 2002).

Energi dalam tubuh manusia dapat timbul dikarenakan adanya

pembakaran karbohidrat, protein dan lemak, dengan demikian agar

manusia selalu tecukupi energinya diperlukan pemasukan zat-zat makanan

yang cukup pula kedalam tubuhnya. Manusia yang kurang makan akan

lemah baik daya kegiatan, pekerjaan – pekerjaan fisik maupun daya

pemikiran karena kurangnya zat-zat makanan yang diterima tubuhnya

yang dapat menghasilkan energi. Menurut Suhardjo, Clara M. Kusharto

(1988, dalam Kartasapoetra & Marsetyo, 2002, hal. 16) seorang tidak

Page 17: anak usia sekolah.pdf

17

dapat bekerja dengan energi yang melebihi dari apa yang diperoleh dari

makanan kecuali jika meminjam atau menggunakan cadangan energi

dalam tubuh, namun kebiasaan meminjam ini akan mengakibatkan

keadaan yang gawat, yaitu kurang gizi khususnya energi.

Seorang anak dipacu oleh orang tuanya agar rajin bekerja, rajin

belajar agar kelak menjadi orang yang berguna, akan tetapi kurang

diperhatikan makannya yang bergizi, maka harapan orang tua tersebut

besar kemungkinan tidak akan tercapai, bahkan anak tersebut selain

pertumbuhan dan perkembangan tubuhnya akan terganggu akan juga

menjadi anak yang lemah, tidak periang dan tidak bergairah.

Dalam pengertian makanan sebagai sumber energi ternyata energi

makanan dalam proses-proses yang terjadi dalam tubuh hanya sebagian

saja yang diubah menjadi tenaga, sedang lainnya diubah menjadi panas.

Tentang hal ini perhatikan saja pada tubuh kita, setelah kita melakukan

pekerjaan fisik yang cukup berat atau cukup lama akan terasa badan kita

menjadi panas. Pada kondisi melakukan kerja fisik yang sedikit, sebagian

besar energi diubah menjadi panas, dan dalam kita tidak melakukan

pekerjaan fisik maka relatif seluruh energi diubah menjadi panas dan

selanjutnya panas akan keluar dari tubuh.

Macam-macam makanan tidak sama banyak dalam menghasilkan

energi, padahal manusia harus mendapatkan sejumlah makanan tertentu

setiap harinya yang menghaislkan energi, terutama untuk mempertahankan

proses kerja tubuhnya dan menjalankan kegiatan–kegiatan fisik. Oleh

Page 18: anak usia sekolah.pdf

18

karena itu maka kita atau manusia sendiri harus dapat mengetahui atau

menentukan banyaknya energi dari makanan yang dimakan itu apakah

mencukupi banyaknya energi minimal untuk keperluan menjalankan

proses kerja tubuh (energi basal metabolisme) atau masih kurang

mencukupi. Kalau masih kurang haruslah ditingkatkan agar dapat

terpenuhi, sebab kalau tidak tentunya akan sangat buruk akibatnya

terhadap keadaan tubuh (Kartasapoetra & marsetyo, 2002).

Tersedianya protein dalam tubuh, mencukupi atau tidaknya bagi

keperluan-keperluan yang harus dipenuhinya, adalah sangat tergantung

dari susunan (komposisi) bahan makanan yang dikonsumsi seorang setiap

harinya. Sebagai zat pembangun, protein yang tersedia di dalam tubuh

dalam keadaan kandungan zat-zat pentingnya yang sempurna, dapat

berperan dengan baik bagi pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh.

Kalau dikehendaki tumbuh dan berkembangnya generasi atau keturunan-

keturunan yang lebih handal keadaan perawakan, kesehatan dan lebih

resisten pertumbuhannya dan kehidupannya, dengan daya kreativitas dan

daya kerjanya yang lebih meningkat, maka perlu memperhatikan

pemberian berbagai bahan makanan yang tinggi kandungan proteinnya

sudah seyogyanya diutamakan, karena protein tugasnya sangat penting

bagi semua tingkat kehidupan, daris sejak anak-anak (bahkan semasa

dalam kandungan) sampai menjadi remaja, dewasa dan tua. Sehubungan

dengan pembentukan jaringan baru (jika terjadi gangguan kesehatan, sakit

Page 19: anak usia sekolah.pdf

19

dan kecelakaan) dalam tubuh sepanjang kehidupannya (Kartasapoetra &

Marsetyo, 2002).

Makanan-makanan yang bergizi adalah makanan-makanan yang

berkandungan protein, tidak perlu makan-makanan yang mahal, yang

harganya murah pun cukup banyak, yang dapat terjangkau daya beli semua

orang. Protein selain akan digunakan bagi pembangun struktur tubuh

(pembentukan berbagai jaringan) juga akan disimpan untuk digunakan

dalam keadaan darurat, sehingga pertumbuhan / kehidupan dapat terus

terjamin dengan wajar, akan tetapi dalam keadaan tidak diterimanya

makanan-makanan yang tidak bergizi ataupun secara terus-menerus

menerima makanan yang tidak seimbang atau tidak mencukupi keperluan

tubuh, dengan sendirinya akan terjadi gejala-gejala kekurangan protein

(pertumbuhan kurang baik, daya tahan menurun, rentan terhadap penyakit,

daya kreativitas dan daya kerja merosot, mental lemah dan lain-lainnya)

(Kartasapoetra & Marsetyo, 2002).

Tabel 2. Unsur zat gizi yang diperlukan anak usia sekolah

Umur Energi(Kkal)

Protein(gram)

Vit A(RE)

VIT D

(RE)

Tiamin(mg)

Kalsium(mg)

Zat Besi(mg)

7-9 (L/P)

1900 37 400 10 1,0 500 10

Laki-laki10-12 2050 50 500 10 1,0 700 1413-15 2400 60 600 10 1,0 700 17

perempuan10-12 2050 50 500 10 1,0 700 1413-15 2100 70 500 10 1,0 700 19

Sumber: Widya Karya Pangan & Gizi (2004 dalam Sutiningsih 2005)

Page 20: anak usia sekolah.pdf

20

5. Prestasi Belajar

a. Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan

kepribadian anak baik di luar dan di dalam sekolah dan berlangsung

seumur hidup. Dan pengertian tersurat suatu pernyataan bahwa

pendidikan berlangsung di luar dan di dalam sekolah. Pendidikan di

luar sekolah dapat terjadi dalam keluarga dan di dalam masyarakat.

Jadi pendidikan itu berlangsung seumur hidup dimulai dari keluarga

kemudian diteruskan dalam lingkungan sekolah dan masyarakat.

Manusia sebagai makhluk hidup selalu ingin berkembang.

Keinginan ini secara manusia tidak terbatas, akan tetapi kemampuan

manusia yang membatasi keinginan tersebut. Oleh karena itu keinginan

untuk berkembang berlangsung mulai dan lahir sampai meninggal

dunia. Untuk mengembangkan diri itu manusia memerlukan bantuan,

karena keinginan untuk perkembangan itu berlangsung dari lahir

sampai meninggal. Kebutuhan untuk mendapatkan bantuan itu juga

harus berlangsung seumur hidup. Pendidikan yang berlangsung seumur

hidup itu berlangsung pada tiga lingkungan pendidikan keluarga,

sekolah dan masyarakat (Edi Suardi, S Nasution, dan M Moh Rffai

Joedoprawira, 1976. Keluarga, Teman Sebaya dan Pendidikan,

http://pakguruonline.pendidikan.net/buku_tua_pakguru_dasar_kpdd_162.ht

ml, diperoleh tanggal 16 Maret 2008).

Page 21: anak usia sekolah.pdf

21

Dalam masyarakat yang lebih maju maka pendidikan di dalam

keluarga tidak cukup, oleh karena itu orang tua menyerahkan

pendidikan pada lembaga pendidikan formal yang disebut sekolah.

Dalam sekolah anak diberi berbagai pengetahuan baik pengetahuan

yang berkaitan untuk pengembangan pribadi, pengetahuan untuk bekal

hidup dalam masyarakat, dan pengetahuan untuk mengembangkan

ilmu pengetahuan dan teknologi lebih lanjut. Pendidikan di sekolah

dilaksanakan secara bertingkat-tingkat, pada dasarnya dibedakan

pendidik dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Anak

yang telah selesai pada tingkat pendidikan tertentu yang memerlukan

keterampilan tertentu dapat masuk pada pendidikan nonformal dalam

lembaga pendidikan masyarakat. Setelah mendapatkan tambahan

keterampilan maka ia terjun kedunia kerja dalam masyarakat. Akan

tetapi ada juga yang setelah selesai pendidikan pada tingkat pendidikan

tertentu langsung memasuki dunia kerja dalam masyarakat.

Masyarakat sebagai pemakai hasil tiga pendidikan itu akan memberi

balikan bagi masing-masing penyelenggara pendidikan dalam ketiga

lingkungan pendidikan.

Perbandingan antara pendidikan formal dan pendidikan non

formal dan pendidikan dalam keluarga sebagai pendidikan informal

dapat disajikan di bawah ini:

Page 22: anak usia sekolah.pdf

22

1) Tempat berlangsung

Pendidikan formal dilaksanakan di dalam gedung sekolah,

pendidikan nonformal dilaksanakan di dalam atau diluar sekolah,

sedang pendidikan keluarga dilaksanakan di dalam rumah atau di

luar rumah.

2) Persyaratan mengikuti pendidikan

Syarat mengikuti pendidikan formal adalah umur dan tingkat

pendidikan tertentu (ijazah atau STTB), pada pendidikan

nonformal kadang-kadang ada persyaratan tetapi tidak memegang

peranan yang penting, pada pendidikan informal (keluarga) tidak

ada persyaratan semua anak baik anak pungut, anak tiri atau anak

sendiri semua mendapatkan pendidikan dalam keluarga itu.

3) Jenjang pendidikan

Pada pendidikan formal terdapat jenjang pendidikan yaitu

pendidikan prasekolah (taman kanak-kanak), pendidikan dasar,

pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pada pendidikan

nonformal kadang-kadang ada kadang-kadang tidak. Pada

pendidikan informal tidak ada jenjang pendidikan.

4) Program pendidikan

Program pendidikan pada pendidikan formal ditentukan teliti untuk

setiap jenjang pendidikan dalam bentuk tertulis. Pada pendidikan

nonformal terdapat program tertentu. Pada pendidikan informal

tidak ada program.

Page 23: anak usia sekolah.pdf

23

5) Bahan pelajaran

Pada pendidikan formal bahan pelajaran lebih bersifat akademis

dan umum, bahan pelajaran .pada pendidikan nonforrnal lebih

bersifat khusus dan praktis, bahan pelajaran pada pendidikan

informal tidak ditentukan.

6) Usia peserta didik

Pada pendidikan formal usia peserta didik relatif sama, pada

pendidikan nonformal usia peserta didik relatif tidak sama dan

pada pendidikan informal usia peserta didik semua umur.

7) Penyelenggara pendidikan

Pendidikan formal diselenggarakan oleh pemerintah dan swasta

yang diatur dalam suatu perundang undangan tertentu. Pendidikan

nonformal diselenggarakan oleh pemerintah dan swasta yang diatur

dalam perundang-undangan tertentu. Pendidikan informal

diselenggarakan oleh keluarga tidak ada aturan yang harus

dipenuhi untuk menyelenggarakan pendidikan.

8) Persyaratan bagi pengajar

Pengajar pada pendidikan formal harus mempunyai kewenangan

yang didasarkan ijazah dan diangkat untuk mengajar dalam suatu

tugas tertentu. Pengajar pada pendidikan nonformal tidak selalu

mempunyai ijazah sebagai pengajar. Pada pendidikan informal

tidak ada persyaratan ijazah dan surat pengangkatannya.

Page 24: anak usia sekolah.pdf

24

b. Pengertian Belajar

Belajar yaitu perubahan murid dalam bidang material , formal

serta fungsional pada umumnya dan bidang intelektual pada

khususnya. Jadi belajar merupakan hal yang pokok. Belajar merupakan

suatu perubahan pada sikap dan tingkah laku yang lebih baik, tetapi

kemungkinan mengarah pada tingkah laku yang lebih buruk. Untuk

dapat disebut belajar, maka perubahan harus merupakan akhir dari

pada periode yang cukup panjang. Berapa lama waktu itu berlangsung

sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaklah

merupakan akhir dari suatu periode yang mungkin berlangsung

berhari- hari, berminggu-minggu, berbulan- bulan atau bertahun- tahun

(Edi Suardi, S Nasution, dan M Moh Rffai Joedoprawira, 1976.

Keluarga, Teman Sebaya dan Pendidikan,

http://pakguruonline.pendidikan.net/buku_tua_pakguru_dasar_kpdd_162.ht

ml, diperoleh tanggal 16 Maret 2008).

Agar belajar dapat diperoleh hasil yang baik, siswa harus mau

belajar sebaik mungkin. Supaya mereka mau belajar dengan baik yaitu

belajar dengan baik dan teratur secara sendiri- sendiri, kelompok dan

berusaha memperkaya bahan pelajaran yang diterima di sekolah

dengan bahan pelajaran ditambah dengan usaha sendiri. Belajar dengan

baik dapat diciptakan, apabila guru dapat mengorganisir belajar siswa,

sehingga minat dan motivasi belajar dapat ditumbuhkan dalam suasana

kelas yang menggairahkan. Tugas siswa mengorganisir terletak pada si

Page 25: anak usia sekolah.pdf

25

pendidik, oleh sebab itu bagaimana cara membantu si pendidik dalam

menggunakan alat pelajaran yang ada.

c. Pengertian Prestasi Belajar

Sebelum dijelaskan mengenai prestasi belajar, terlebih dahulu

akan dikemukakan tentang pengertian prestasi. Sudah dijelaskan

dimuka bahwa yang dimaksud dengan prestasi adalah hasil yang telah

dicapai. Dengan demikian prestasi adalah hasil yang telah dicapai oleh

seseorang setelah melakukan suatu pekerjaan / aktivitas tertentu.

Jadi prestasi adalah hasil yang telah dicapai oleh karena itu

semua individu dengan adanya belajar hasilnya dapat dicapai. Setiap

individu menginginkan hasil yang sebaik mungkin. Oleh karena itu

setiap individu harus belajar dengan sebaik- baiknya supaya

prestasinya berhasil dengan baik.

Pengertian dari dua kata prestasi dan belajar atau prestasi

belajar berarti hasil belajar, secara lebih khusus setelah siswa

mengikuti pelajaran dalam kurun waktu tertentu. Berdasarkan

penilaian yang dilaksanakan guru di sekolah, maka prestasi belajar

dituangkan atau diwujudkan dalam bentuk angka (kuantitatif) dan

pernyataan verbal (kualitatif). Prestasi belajar yang dituangkan dalam

bentuk angka misalnya 10, 9, 8, dan seterusnya. Sedangkan pretasi

belajar yang dituangkan dalam bentuk pernyataan verbal misalnya,

baik sekali, baik, sedang, kurang, dan sebagainya.

Page 26: anak usia sekolah.pdf

26

Definisi prestasi belajar menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang

dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai

tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Alat ukur evaluasi

prestasi belajar disebut Tes Hasil Belajar (THB). Kedua tes ini

digunakan untuk mengukur taraf keberhasilan sebuah program

pengajaran dan untuk mengetahui hingga sejauh mana siswa telah

mendayagunakan kemampuan kognitifnya. (1998, Hubungan Antara

Persepsi Orang Tua tentang Prestasi Belajar dengan Prestasi Belajar

Anak Sekolah Dasar http://www1.bpkpenabur.or.id/kps-

jkt/berita/200005/artikel1.htm, diperoleh tanggal 16 Maret 2008).

d. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Telah dikatakan dimuka bahwa belajar adalah berusaha

memperoleh kepandaian, ilmu pengetahuan. Sampai dimanakah

perubahan itu dapat dicapai atau dengan kata lain dapat berhasil baik

atau tidaknya belajar itu tergantung pada macam-macam faktor.

Adapun faktor-faktor itu, dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu:

1) Faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang kita sebut

faktor individu.

2) Faktor yang ada pada luar individu yang kita sebut dengan

faktor sosial.

Berdasarkan faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar di atas

menunjukkan bahwa belajar itu merupakan proses yang cukup

Page 27: anak usia sekolah.pdf

27

kompleks. Aktivitas balajar individu memang tidak selamanya

menguntungkan. Kadang- kadang juga tidak lancar, kadang mudah

menangkap apa yang dipelajari, kadang sulit mencerna materi

pelajaran. Dalam keadaan dimana anak didik/ siswa dapat belajar

sebagaimana mestinya, itulah yang disebut kesulitan belajar.

6. Tingkat Pendapatan

Investasi sumberdaya manusia melalui pendidikan haruslah

disadari oleh semua pihak, baik Pemerintah, swasta maupun keluarga.

Investasi ini dimaksudkan untuk meningkatkan nilai ekonomi di masa

yang akan datang melalui pengorbanan yang dilakukan pada saat sekarang.

Perlu disadari bahwa pendidikan erat kaitannya dengan tingkat

penghasilan keluarga, uang pendidikan, fasilitas pendidikan dan faktor lain

yang berhubungan dengan pendidikan itu sendiri

Menurut BPS (2004) pendapatan per kapita Indonesia sejumlah Rp.

9.500.000,-/tahun, deengan laju pertumbuhan pendapatan nasional per

kapita pada tahun 2004 sebesar 5,87%. Salah satu sisi untuk mengetahui

apakah ada peningkatan pendapatan atau kesejahteraan penduduk dapat

dilihat dari pola konsumsi. Jika konsumsi penduduk ada pergeseran dari

konsumsi makanan ke konsumsi bukan makanan, maka secara umum

menunjukkan bahwa adanya peningkatan pendapatan penduduk.

Page 28: anak usia sekolah.pdf

28

Menurut survei pasar Dewan Pengupahan Kota yang terdiri atas

unsur pemerintah, serikat pekerja, dan pengusaha, besarnya kebutuhan

hidup layak di Depok mencapai Rp 824.000. (www.metronews.com)

Menurut M, Khumaidi (1989, dalam Supriati Ningsih,2005) besar

pendapatan keluarga berkaitan dengan daya beli sangat mempengaruhi

ketersediaan bahan makan di rumah, dan faktor ekonomi merupakan

determinan penting yang mewarnai kebiasaan makan. Misalnya buruh-

buruh tani di pedesaan menjual upahnya berupa bahan makanan (misalnya

padi) dan uang yang diperoleh dipakai untuk membeli bahan makanan

yang lebih rendah mutunya agar dapat dibagi rata seluruh anggota

keluarga.

7. Status Pekerjaan Ibu

Bekerja adalah kegiatan melakukan pekerjaan dengan maksud

memperoleh penghasilan atau keuntungan paling sedikit 1 jam dalam

seminggu. Bekerja selama 1 jam tersebut harus dilakukan berturut – turut

dan tidak boleh terputus, termasuk pekerjaan keluarga tanpa upah yang

membantu dalam kegiatan usaha atau ekonomi (BPS, 1998 dalam

Syafnida, 2007).

Dalam dekade terakhir ini terlihat bahwa wanita semakin berperan

dalam berbagai bidang. Perkembangan itu memperlihatkan bahwa wanita

telah memperoleh kesempatan berdasarkan kemampuannya untuk

Page 29: anak usia sekolah.pdf

29

menjalankan perannya seluas-luasnya baik sebagai ibu rumah tangga

maupun wanita karier.

Salah satu kendala utama yang selalu menyertai perjalan karir

mereka adalah masalah peran sosial dalam masyarakat. Dalam suatu

tatanan masyarakat selau melekat status dan peran yang harus dimainkan,

termasuk di dalamnya peran sosial seorang wanita. Dalam setiap peran

tersebut terdapat harapan-harapan tertentu, yang kadang-kadang antara

satu peran dan peran lainnya berseberangan sehingga terjadi konflik

peran.

Secara garis besar peran sosial wanita dapat dikelompokkan pada

tiga kelompok utama, yaitu:

a. Sebagai Ibu Rumah Tangga

Peran ini terdiri dari peran seorang istri dan seorang ibu.

Sebagai seorang istri ia bertugas mendampingi dan men-“suppot”

suami, sedangkan sebagai ibu ia bertanggung jawab untuk

membesarkan dan mendidik anak-anak. Peran dalam rumah tangga

ini sering diistilahkan dengan “twenty-four-hours-a day-job”.

Beberapa wanita memandang peran ini sebagai tugas yang

paling penting, dan merupakan prioritas yang utama dari segala

peran yang dimiliki. Semua perhatian dan kasih sayang yang

dimiliki dilimpahkan kepada suami dan anak-anak. Lebih jauh lagi,

mendidik putra-putrinya dengan baik menjadi tujuan utama

hidupnya. Namun, banyak wanita masa kini yang beranggapan

Page 30: anak usia sekolah.pdf

30

bahwa tugas dan tanggung jawab untuk mengelola rumah tangga

serta membesarkan dan mendidik anak-anak bukan semata-mata

menjadi tugas wanita, melainkan menuntut pria pun berperan aktif.

Konsep kemitrasejajaran dapat diwujud nyatakan dalam kehidupan

berumah tangga, dengan demikian wanita pun mempunyai

kesempatan untuk mengaktualisasiksan dan mengembangkan

kemampuannya baik di sektor formal maupun informal.

b. Sebagai Profesional /Eksekutif

Dengan latar belakang pendidikan, kemampuan, dan

pengalamannya seorang wanita yang berkomitmen untuk meniti

karier berupaya mengembangkan diri seluas-luasnya untuk

mencapai hasil maksimal pekerjaannya. Segenap energi yang

dimiliki dicurahkan untuk mencapai tujuan menjadi yang terbaik.

Dalam konteks ini sang wanita sudah meninggalkan pandangan

konservatif dan siap untuk tampil dalam citra profesional. Kegiatan

di luar rumah, bahkan sampai malam hari, menjadi hal yang

lumrah. Ia siap untuk memainkan peran gandanya.

Kondisi ini didukung oleh perkembangan dunia profesional,

dengan memberikan banyak kesempatan wanita untuk

menunjukkan kemampuannya. Misalnya bidang pemasaran yang

banyak mempergunakan wanita sebagai ujung tombaknya, dengan

asumsi keramahan, keluwesan, kepandaian berkomunikasi, dan

penampilan wanita yang menarik dapat membuat produk-produk

Page 31: anak usia sekolah.pdf

31

yang ditawarkannya pun menjadi menarik atau, pada

perkembangan information technology (IT) yang menghadirkan

berbagai prasarana berbobot ringan memungkinkan kaum wanita

dengan ketelitian dan pemikirannya yang handal dapat memasuki

dan menguasai berbagai pekerjaan yang berkaitan dengan IT.

c. Sebagai Pengusaha

Sebagai pengusaha wanita telah membuktikan sebagai

pengusaha yang bisa di handalkan, hal ini dapat terlihat dengan

banyaknya wanita di era global ini yang menjadi pengusaha yang

cukup sukses dan dapat menunjukkan dirinya kalau mereka mampu

mengorganisir perusahaan yang selama ini dianggap hanya bisa

dilakukan oleh kaum pria.

Salah satu faktor yang memungkinkan wanita masa kini

dapat memainkan peran gandanya secara baik adalah, disamping

peningkatan pendidikan kaum wanita, menurunnya jumlah anak

yang dimiliki, yang memungkinkan kaum wanita memperoleh

kesempatan yang lebih leluasa untuk menjalankan aktivitas di luar

rumah atau pun mengembangkan karir.

8. Pendidikan Ibu

Pengetahuan orang tua (ibu) penting dalam menunjang kesehatan,

perilaku serta proses tumbuh kembang anak. Tetapi banyak faktor yang

kurang menunjang dan kurang memberikan kesempatan kepada ibu

tersebut untuk membimbing anak secara optimal, misalnya tingkat

Page 32: anak usia sekolah.pdf

32

pendidikan serta pengetahuan kesehatan dan gizi yang rendah (Markum,

1987 dalam Supriati Ningsih, 2005).

Menurut (Soewondo dan Sadli, 1989, dalam Supriati

Ningsih,2005) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan

formal ibu semakin luas wawasan berfikirnya sehingga akan banyak

informasi zat gizi yang dapat diserapnya, dengan demikian akan semakin

baik bila ibu tersebut memilih bahan makanan yang bergizi untuk

dikonsumsi keluarganya.

9. Kebiasaan Jajan

Menurut Judarwanto (2006) dalam Antisiasi Perilaku Makan Anak

Sekolah, pada umumnya perilaku makan yang sering menjadi masalah

adalah kebiasaan makan di kantin atau warung di sekitar sekolah dan

kebiasaan makan fast food. Makanan jajanan yang dijual oleh pedagang

kaki lima atau street food menurut FAO didefisinikan sebagai makanan

dan minuman yang dipersiapkan dan dijual oleh pedagang kaki lima di

jalanan dan di tempat-tempat keramaian umum lain yang langsung

dimakan atau dikonsumsi tanpa pengolahan atau persiapan lebih lanjut.

Jajanan kaki lima dapat mejawab tantangan masyarakat terhadap makanan

yang murah, mudah, menarik dan bervariasi.

Sebuah penelitian di Jakarta mengungkapkan bahwa uang jajan

anak sekolah rata-rata sekarang berkisar antara Rp 2000 – Rp 4000 per

hari, bahkan ada yang mencapai Rp 7000. Hanya sekitar 5% anak

Page 33: anak usia sekolah.pdf

33

membawa bekal dari rumah. Sebagian besar dari mereka lebih terpapar

pada makanan jajanan kaki lima dan mempunyai kemampuan untuk

membeli makanan tersebut.

Dari segi gizi sebenarnya makanan tersebut belum tentu jelek.

Ternyata makanan jajanan kaki lima menyumbang asupan energi bagi

anak sekolah sebanyak 36%, protein 29% dan zat besi 52%. Tetapi

keamanan jajanan tersebut baik dari segi mikrobiologis maupun kimiawi

masih dipertanyakan.

Page 34: anak usia sekolah.pdf

34

B. Kerangka Teori

Bagan. 1

Kerangka Teori

Modifikasi dari :

Gunarsa dan Gunarsa (1986, dalam Syafnida, 2007).

Karakteristik Anak :

Umur

Uang saku

Jenis Kelamin

Kebiasaan Jajan

Karakteristik Orang Tua

Pendidikan Ibu

Pekerjaan Ibu

Pendapatan Orang Tua

Pengetahuan Ibu Tentang

gizi

Prestasi Belajar

Siswa

Faktor-Fakor Lainnya :

1. Faktor Internal Siswa

2. Faktor Eksternal

(Lingkungan)

o Lingkungan Sekolah

o Lingkungan Rumah

o Sikap Masyarakat

Terhadap Sekolah

o Sistem Pendidikan

(sarana dan prsarana)

Kebiasaan Sarapan Pagi

Page 35: anak usia sekolah.pdf

35

C. Penelitian terkait

1. Penenlitian yang dilakukan Mahrul Syafnida tahun 2007 mengenai

hubungan kebiasaan sarapan pagi dengan prestasi belajar siswa sekolah

dasar (SD) kelas IV dan V SD N Beji 7 Depok. Hasil penelitiannya yaitu :

Responden yang mempunyai prestasi tinggi (43,60%), kebiasaan sarapan

pagi siswa SD N Beji 7 Kota Depok cukup baik (85,10%) siswa biasa

sarapan pagi setiap hari. Pada penelitian ini diketahui karakteristik

responden (perempuan 52,10 %, berumur ≤ 9 tahun sebanyak 52,10%,

tingkat pengetahuan gizi tinggi sejumlah 80,90%, memiliki uang saku

tinggi sejumlah 69,10% dan mempunyai kebiasaan jajan sering (≥ 3X /

hari) sejumlah 17%. Untuk karakteristik orang tua diperoleh hasil yaitu

sebagian besar ibu responden berpendidikan tinggi yaitu 92,60%, namun

hanya 28,70% ibu responden yang bekerja di luar rumah. Pendapatan

orang tua responden bervariasi sejumlah 45,70% orang tua responden

berpenghasilan diatas Rp 2.000.000 / bulan. Hal ini menunjukkan tidak

ada hubungan bermakna antara kebiasaan sarapan pagi dan karakteristik

orang tua dengan prestasi belajar di sekolah. Ada hubungan yang

bermakna antara pengetahuan gizi responden dengan prestasi belajar di

sekolah.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Supriati Ningsih pada tahun 2005 Kebiasaan

Sarapan Pagi Dan Faktor-Faktor Yang Berhubungan Serta Kaitannya

Dengan Prestasi Belajar Siswa IV, V Dan VI SD N 07 Pagi Jakarta Timur.

Hasil penelitiannya yaitu : dari 113 sampel yang digunakan di dapatkan

Page 36: anak usia sekolah.pdf

36

hasil univariat 46,9% responden biasa sarapan pagi, jumlah responden

perempuan sebanyak 50,4%, lebih besar responden dengan frekuensi

makan jarang (53,1%), proporsi responden dengan frekuensi jajan sering

71,7%, status pekerjaan ibu yang bekerja (64,6%) lebih besar daripada

yang tidak bekerja (35,4%) , pendidikan ibu sebagian besar tergolong

rendah (85,8%), pendapatan orang tua responden yang termasuk dalam

kategori rendah sebanyak 49,6% responden dengan pengetahuan gizi baik

sebanyak 60,2% dan ketersediaan sarapan pagi yang selalu ada (75,2%)

lebih besar daripada yang tidak ada / kadang-kadang (24,8%). Hasil

analisa bivariat terdapat hubungan yang bermakna yang bersifat positif

antara kebiasaan jajan, status pekerjaan ibu, penghasilan orang tua,

pengetahuan gizi anak, besar uang saku dengan kebiasaan sarapan pagi

dan mempunyai kaitan yang positif terhadap prestasi belajar Bahasa

Indonesia dan Matematika. Sedangkan jenis kelmin dan frekuensi makan

anak, pendidikan ibu, ketersediaan makan, waktu tempuh serta prestasi

belajar Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu pengetahuan Sosial

menunjukkan hasil tidak adanya hubungan yang bermakna dengan

kebiasaan sarapan pagi.