Anak pelabuhan
-
Upload
william-ang -
Category
Documents
-
view
25 -
download
5
description
Transcript of Anak pelabuhan
MORBILI 2014
ILMU KESEHATAN ANAK
Identitas PasienNama : Shinta Natalia Jenis kelamin : PerempuanTanggal lahir & umur : 29 – 12 – 2009, 4 tahun 11 bulan
Identitas orangtua Ayah IbuNama : Slamet YuanitaUsia : 32 tahun 30 tahunPendidikan terakhir : STM SMKPekerjaan saat ini : Karyawan Ibu Rumah TanggaAgama : Islam IslamSuku bangsa : Sunda SundaAlamat : Jl. Bhakti RT 011 RW 05 kel. Cilincing kec. Cilincing No.12
Jakarta
Keluhan Utama Demam
Riwayat perjalanan penyakit Sejak 2 hari sebelum pasien dirawat, pasien panas yang timbul mendadak,
panas terus-menerus disertai menggigil. Tidak ada kejang, tidak ada penurunan
kesadaran, tidak ada sakit kepala, ada mimisan 3 hari yang lalu, sebanyak 2x.
Sejak 2 hari sebelum pasien dirawat, pasien ada batuk dan pilek. Batuk
terdengar kering dan keras, sesekali batuk ada dahak. Dahak jika dikeluarkan
berwarna putih sedikit kental. Batuk terus menerus dan dirasakan sakit pada dada
setiap kali batuk tapi tidak sampai sesak napas, tidak sampai biru. Pilek berwarna
putih kekuningan dan sedikit kental timbul bersamaan dengan batuk kering (sejak
hari yang lalu). Pasien juga muntah sejak 1 hari SMRS, isi makanan, sekitar ½ gelas
aqua. Tanggal 3 Desember 2014, pasien dibawa ke IGD RSPJ dan dirawat
Tanggal 5 Desember 2014, pasien juga mengeluh mata sering berair dan
merah. Jika melihat sinar lampu atau cahaya, pasien merasa silau. Keluarga pasien
juga mengatakan kulit timbul bintik-bintik kemerahan yang muncul saat malam
setelah pasien dirawat. Menurut ayah pasien, bintik-bintik kemerahan dikulit itu
pertama kali muncul dari leher dan muka kemudian menyebar ke dada dan tangan
kanan dan kiri pasien. Timbulnya bintik-bintik kemerahannya itu disertai dengan
panas yang sangat tinggi (± 38,9C). Kemerahan di kulit tidak disertai dengan rasa
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan AnakFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta Periode 24 November 2014 – 31 Januari 2015 1
MORBILI 2014
gatal, pasien juga tidak digigit binatang. Pasien tidak ada riwayat alergi terhadap obat-
obatan atau makanan.
Pasien juga merasa sakit pada perut bagian tengah terutama di ulu hati, ada
mual, tidak ada muntah, tidak ada mencret. Sejak sakit pasien sulit makan, menjadi
lebih rewel dan cengeng. Di sekolah pasien ada yang sakit panas dan batuk tetapi
menurut pasien tidak ada yang bintik-bintik merah. Pasien belum pernah berobat ke
dokter.
BAB masih seperti biasa, lancar 1 kali sehari, padat lunak, warna kuning
kecoklatan. BAK seperti biasa, lancar, tidak ada nyeri sewaktu berkemih.
Riwayat penyakit dahuluPasien mengaku tidak pernah campak sebelumnya,maupun sakit yang lainnya.
Riwayat keluargaPasien anak ke 2 dari 3 bersaudara.Anak I : perempuan, 8 tahun, BBL: 3200 gr, ditolong bidan,sehat. Anak II (pasien) : perempuan, 5 tahun, BBL: 3000 gr, ditolong bidan,sehat.Anak III : perempuan, 6 bulan, BBL: 2900 gr, ditolong bidan,sehat..
Riwayat kehamilan dan kelahiranSelama hamil, ibu pasien teratur memeriksakan diri ke bidan dan tidak
pernah sakit berat atau dirawat. Pasien lahir cukup bulan, spontan, ditolong oleh bidan. Waktu lahir langsung menangis dan tidak biru. Berat badan lahir : 3000 gram Panjang badan lahir : 49 centimeter
Riwayat Imunisasi BCG : 1 kali, scar positif pada lengan kanan atas, umur 0 bulan.Polio : 4 kali, umur 0,1 bulan, dilakukan di RS.Pertusis : 3 kaliTetanus : 3 kaliKolera : tidak pernahTifoid : tidak pernahCacar : 1 kaliHepatitis B : 3 kali
Riwayat tumbuh kembangRiwayat pertumbuhanSejak lahir, tinggi badan dan berat badan pasien naik terus tetapi ibu pasien tidak tahu pasti pertambahan berat badan dan tinggi badan pasien sampai sekarang. Riwayat perkembangan
Gigi pertama keluar : 6 bulan Senyum : 2 bulan
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan AnakFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta Periode 24 November 2014 – 31 Januari 2015 2
MORBILI 2014
Miring : 3 bulan Tengkurap : 4 bulan Duduk : 6 bulan Merangkak : 6 bulan Berdiri : 8 bulan Berjalan : 15 bulan Bicara : 11 bulan Membaca : 3 tahun
Riwayat makananSejak lahir – 1,5 tahun :
ASI diberikan sekehendak pasien, setiap kali pemberian lebih kurang 10 menit, bergantian payudara kanan – kiri.
1,5 tahun – sekarang : Susu Sapi Telur Buah/ Sayuran Makanan padat
Status Present Hari Kedua tanggal 4 Desember 2014
Keluhan Demam
Keadaan Umum Tampak sakit sedang, compos mentis ( E4M6V5) , tidak tampak dyspneu, tidak sianosis, tidak pucat, tidak ikterik.
Tanda VitalFrekuensi nadi = 108 x/menit, reguler, isi cukup.Suhu = 37,4 ° C, axilla. Frekuensi napas = 22x/menit.
Pemeriksaan Fisik
Kepala
Mata
Telinga
: Bentuk normal, ukuran normal, tidak teraba
benjolan,rambut hitam terdistribusi merata, tidak
mudah dicabut, kulit kepala tidak ada kelainan .
: Palpebra superior et inferior, dekstra et sinistra tidak
edema, konjungtiva hiperemis, sklera tidak ikterik.
Pupil bulat, isokor, diameter 3mm, RC: +/+, kornea
jernih, ada fotofobia, ada hiperlakrimasi
: Bentuk normal, liang telinga lapang, tidak ada sekret,
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan AnakFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta Periode 24 November 2014 – 31 Januari 2015 3
MORBILI 2014
Hidung
Bibir
Gigi geligi
Mulut
Lidah
Tonsil
Faring
Leher
Thoraks
Jantung
tidak ada serumen, tidak nyeri tekan tragus, tidak
nyeri tarik aurikel, COL +/+, kelenjar getah bening
pre-retro-infra aurikel tidak teraba.
: Bentuk normal, ada sekret berwarna bening sedikit
kental, tidak ada darah, tidak ada septum deviasi,
tidak ada pernafasan cuping hidung.
: Tidak tampak perioral sianosis, tidak pecah-pecah
: 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6
6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 : Mukosa mulut tidak kering, koplik spot tidak ada.
: Lidah kotor, tepi tidak hiperemis, strawberrry tongue
tidak ada
: Tonsil T1-T1 tidak hiperemis.
: Mukosa dinding faring hiperemis.
: Trakhea di tengah, kelenjar tiroid tidak teraba
membesar, kelenjar getah bening submandibula, supra-
infra clavicula, cervical, suboksipital tidak teraba
membesar.
Inspeksi :
Bentuk normal, simetris dalam diam dan pergerakan
napas, tampak rash makulopapular yang berkonfluen.
Palpasi :
Stem fremitus kanan, kiri, depan, belakang sama kuat.
Perkusi :
Sonor, batas paru-hepar di ICS VI MCL dextra.
Auskultasi :
Suara nafas vesikuler, ronki basah halus pada seluruh
lapang paru kanan dan kiri, wheezing -/-.
Inspeksi :
Pulsasi ictus kordis tidak tampak.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan AnakFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta Periode 24 November 2014 – 31 Januari 2015 4
MORBILI 2014
Abdomen
Anus dan rectum
Genitalia
Anggota gerak
Tulang belakang
Kulit
Palpasi :
Pulsasi ictus kordis teraba di ICS V MCL sinistra.
Perkusi :
redup, batas jantung : - Kanan di midsternum.
- Kiri di ICS V MCL sinistra.
- Atas di ICS III parasternal line sinistra.
Auskultasi :
Bunyi jantung I dan II normal, murmur (-) gallop (–).
Inspeksi :
Tampak datar, tampak rash maculopapular.
Palpasi :
Supel, turgor kulit baik, hepar teraba 1/3 -1/3 di bawah
arcus costae dan processus xyphoideus, tepi hepar tajam,
konsistensi kenyal, permukaan licin.
Lien tidak teraba membesar. Ada nyeri tekan
epigastrium.
Perkusi :
Tympani.
Auskultasi :
Bising usus +, normal.
: Tidak tampak kelainan dari luar.
: Jenis kelamin laki-laki.
Tidak tampak kelainan dari luar.
: Superior et inferior dextra et sinistra tidak ada oedem,
tidak ada deformitas, acral hangat, capillary refill < 2
detik.
: Tidak ada gibbus, tidak ada skoliosis, tidak ada
lordosis, tidak ada kiphosis.
: Turgor kulit baik, tampak rash makulopapular pada
dada yang berkonfluens, perut, punggung, kedua
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan AnakFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta Periode 24 November 2014 – 31 Januari 2015 5
MORBILI 2014
Kelenjar getah bening
lengan atas dan paha, rash mulai menyebar sampai ke
kedua kaki. Rash di muka dan leher mulai menghilang
dengan sedikit hiperpigmentasi
: pre-retro-infra aurikuler, submandibula, cervical,
suboksipital, supra-infra clavicula, axilla, inguinal
tidak teraba membesar.
Pemeriksaan neurologis
Rangsang meningeal : Kaku kuduk –
Brudzinski I –
Brudzinski II –
Sistem motorik
Pergerakkan : normal
Kekuatan otot : tidak ada kelumpuhan 5 5 5 5
Trofik : eutrofik, pada otot – otot lengan dan kaki
Sensorik
Exteroceptif : Rangsang raba dan nyeri sama pada kiri dan kanan
Propioceptif : Two point diskriminatif +
Refleks fisiologis
Tendon achilles (APR) : +/+, normal
Lutut (KPR) : +/+, normal
Biceps : +/+, normal
Triceps : +/+, normal
Refleks patologis
Babinski : -/-
Chaddock : -/-
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan AnakFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta Periode 24 November 2014 – 31 Januari 2015 6
MORBILI 2014
Oppenheim : -/-
Gordon : -/-
Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 3 Desember 2014 :Darah Rutin :
Hematologi
Jenis Hasil SatuanNilai
NormalHemoglobin 12,0 g/dl 12 – 14Hematokrit 35,2 % 37 – 43Trombosit 130 Ribu /μl 150 – 400Leukosit 4,6 Ribu /μl 5 – 10
Tanggal 4 Desember 2014
Jenis Hasil SatuanNilai
NormalHemoglobin 11,2 g/dl 12 – 14Hematokrit 33,4 % 37 – 43Trombosit 116 Ribu /μl 150 – 400Leukosit 4,38 Ribu /μl 5 – 10
Tanggal 5 Desember 2014
Jenis Hasil SatuanNilai
NormalHemoglobin 10,9 g/dl 12 – 14Hematokrit 32,4 % 37 – 43Trombosit 104 Ribu /μl 150 – 400Leukosit 3,37 Ribu /μl 5 – 10
RESUMETelah diperiksa seorang perempuan berumur 4 tahun 11 bulan dengan keluhan
panas dan timbul bintik-bintik kemerahan.
Dari anamnesa didapatkan :
Sejak 2 hari sebelum pasien dirawat, pasien panas yang timbul
mendadak, panas terus-menerus disertai menggigil. Tidak ada kejang, tidak ada
penurunan kesadaran, tidak ada sakit kepala, ada mimisan 3 hari yang lalu, sebanyak
2x.
Sejak 2 hari sebelum pasien dirawat, pasien ada batuk dan pilek. Batuk
terdengar kering dan keras, sesekali batuk ada dahak. Dahak jika dikeluarkan
berwarna putih sedikit kental. Batuk terus menerus dan dirasakan sakit pada dada
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan AnakFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta Periode 24 November 2014 – 31 Januari 2015 7
MORBILI 2014
setiap kali batuk tapi tidak sampai sesak napas, tidak sampai biru. Pilek berwarna
putih kekuningan dan sedikit kental timbul bersamaan dengan batuk kering (sejak
hari yang lalu). Pasien juga muntah sejak 1 hari SMRS, isi makanan, sekitar ½ gelas
aqua.
Hari kedua di RS, pasien juga mengeluh mata sering berair dan merah. Jika
melihat sinar lampu atau cahaya, pasien merasa silau. Keluarga pasien juga
mengatakan kulit timbul bintik-bintik kemerahan yang muncul saat malam setelah
pasien dirawat. Menurut ayah pasien, bintik-bintik kemerahan dikulit itu pertama kali
muncul dari leher dan muka kemudian menyebar ke dada dan tangan kanan dan kiri
pasien. Timbulnya bintik-bintik kemerahannya itu disertai dengan panas yang sangat
tinggi (± 38,9C) sekitar 17.00 wib. Kemerahan di kulit tidak disertai dengan rasa
gatal, pasien juga tidak digigit binatang. Pasien tidak ada riwayat alergi terhadap obat-
obatan atau makanan.
Pasien juga merasa sakit pada perut bagian tengah terutama di ulu hati, ada
mual, tidak ada muntah, tidak ada mencret. Sejak sakit pasien sulit makan, menjadi
lebih rewel dan cengeng. Di sekolah pasien ada yang sakit panas dan batuk tetapi
menurut pasien tidak ada yang bintik-bintik merah.
Pemeriksaan fisik didapatkan:
KU : Compos mentis, Anemis-, Dyspneu -, Sianosis -, Ikterik -
TTV : Nadi: 108 x/menit, Suhu : 37,4 oC, axilla, RR : 22 x/menit.
Mata : Palpebra superior et inferior tidak ada oedem, conjunctiva hiperemis
+/+, pupil bulat, isokor, diameter 3mm, RC +/+, ada fotofobia,
hiperlakrimasi.
Hidung : Ada sekret berwarna bening, sedikit kental.
Telinga : Sekret -/-, serumen -/-, COL +/+, tidak ada pembesaran KGB pada
pre-infra-retro aurikuler.
Mulut : Mukosa mulut tidak kering, lidah tidak kotor, tepi tidak hiperemis,
strawberry tongue tidak ada, koplik spot tidak ada, tonsil T1-T1
tenang dan mukosa dinding faring hiperemis.
Thoraks : Pada inspeksi, tampak rash makulopapular yang berkonfluens.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan AnakFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta Periode 24 November 2014 – 31 Januari 2015 8
MORBILI 2014
Abdomen : Pada inspeksi, tampak rash makulopapular pada kulit abdomen. Pada
palpasi, dinding abdomen supel, turgor kulit baik, hepar teraba 1/3-
1/3 dengan tepi tajam, konsistensi kenyal, permukaan licin. Ada nyeri
tekan epigastrium.
Kulit : Turgor kulit baik, tampak rash makulopapular pada dada yang
berkonfluens, perut, punggung, kedua lengan atas dan paha, rash
mulai menyebar sampai ke kedua kaki.
Pemeriksaan laboratorium darah 3 Desember 2014 :
Jenis Hasil SatuanNilai
NormalHemoglobin 12,0 g/dl 12 – 14Hematokrit 35,2 % 37 – 43Trombosit 130 Ribu /μl 150 – 400Leukosit 4,6 Ribu /μl 5 – 10
Tanggal 4 Desember 2014
Jenis Hasil SatuanNilai
NormalHemoglobin 11,2 g/dl 12 – 14Hematokrit 33,4 % 37 – 43Trombosit 116 Ribu /μl 150 – 400Leukosit 4,38 Ribu /μl 5 – 10
Tanggal 5 Desember 2014
Jenis Hasil SatuanNilai
NormalHemoglobin 10,9 g/dl 12 – 14Hematokrit 32,4 % 37 – 43Trombosit 104 Ribu /μl 150 – 400Leukosit 3,37 Ribu /μl 5 – 10
DIAGNOSIS KERJA : Morbili
DIAGNOSIS BANDING : Rubella Kawasaki disease Erythema infectiosum Scarlet fever
PEMERIKSAAN PENUNJANG :
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan AnakFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta Periode 24 November 2014 – 31 Januari 2015 9
MORBILI 2014
Pemertiksaan Laboratorium Test serologi : Measles virus spesifik IgM antibodi dari spesimen darah
PENATALAKSANAAN : Nonfarmakologi :
1. Tirah Baring2. Diet Bubur3. Isolasi pasien pada ruang perawatan yang hangat dan terhindar dari pemaparan
cahaya yang berlebih.
Farmakologi :- Infus Asering 20 tetes/menit- Trifed 3 x 1 cth- Vitamin A 2 x 1- Inj. Farmadol 3 x 300 mg- Inj. Cefotaxime 2 x 1 gr- MBO talk- Tarivid 3 x 2 tetes- Codipron 3 x ½ cth
PROGNOSA : Quo ad vitam : ad bonamQuo ad fungsionam : ad bonamQuo ad sanationam : ad bonam
4 Desember 2014 5 Desember 2014Keluhan
Keadaan umum
NadiSuhu Pernapasan
Hidung
Thorax
Demam
Compos mentis, GCS 15
108 x/menit, reguler, isi cukup37,4ºC22 x/menit
Tidak tampak pernapasan cuping hidung, sekret (+)
simetris dalam diam dan pergerakan napas.Tidak tampak retraksi subcostalStem fremitus kanan kiri,depan belakang sama kuat.Redup
Demam, muncul bercak merah, mata merah,batuk.
Compos mentis, GCS 15
100 x/menit, reguler, isi cukup37,3ºC22 x/menit
Tidak tampak pernapasan cuping hidung, sekret (+)
simetris dalam diam dan pergerakan napas.Tidak tampak retraksi subcostalStem fremitus kanan kiri,depan belakang sama kuat.Redup
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan AnakFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta Periode 24 November 2014 – 31 Januari 2015 10
MORBILI 2014
Jantung
Abdomen
Terapi
Diagnosa
Suara nafas vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-.
Pulsasi ictus kordis tidak tampakPulsasi ictus kordis teraba di ICS V MCL sinistraredup,batas jantung kanan : midsternumkiri : ICS V MCL sinatas : ICS III parasternal line sin Bunyi jantung I dan II normal,murmur ,gallop–
Tampak mendatarSupel, hepar teraba 2 jari di bawah arcus costae, lien tidak teraba.TimpaniBising usus ( + ) normal
- IVFD Asering 20 tetes/menit- Trifed 3 x 1 cth- Inj. Farmadol 3 x 300 mg- Inj. Cefotaxime 2 x 1 gr
Morbili
Suara nafas vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-.
Pulsasi ictus kordis tidak tampakPulsasi ictus kordis teraba di ICS V MCL sinistraredup,batas jantung kanan : midsternumkiri : ICS V MCL sinatas : ICS III parasternal line sin Bunyi jantung I dan II normal,murmur -,gallop–
Tampak mendatarSupel, hepar teraba 2 jari di bawah arcus costae, lien tidak teraba.TimpaniBising usus ( + ) normal
- IVFD Asering 20 tetes/menit- Trifed 3 x 1 cth- Vitamin A 2 x 1- Inj. Farmadol 3 x 300 mg- Inj. Cefotaxime 2 x 1 gr- MBO talk- Tarivid 3 x 2 tetes- Codipron 3 x ½ cth
Morbili
06 Desember 2014Keluhan
Keadaan umum
NadiSuhu Pernapasan
Hidung
Thorax
Demam mulai turun, batuk (+)
Compos mentis, GCS 15, dyspnoe
98 x/menit, reguler, isi cukup37,3ºC22 x/menit
Sekret (+), napas cuping hidung (-)
simetris dalam diam dan pergerakan napas.Tidak tampak retraksi subcostalStem fremitus kanan kiri,depan belakang sama
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan AnakFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta Periode 24 November 2014 – 31 Januari 2015 11
MORBILI 2014
Jantung
Abdomen
Terapi
kuat.RedupSuara nafas vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-
Pulsasi ictus kordis tidak tampakPulsasi ictus kordis teraba di ICS V MCL sinistraredup,batas jantung kanan : midsternumkiri : ICS V MCL sinatas : ICS III parasternal line sin Bunyi jantung I dan II normal,murmur ,gallop–
Tampak mendatarSupel, hepar teraba 2 jari di bawah arcus costae, lien tidak teraba.TimpaniBising usus ( + ) normal
- IVFD Asering 20 tetes/menit- Trifed 3 x 1 cth- Vitamin A 2 x 1- Inj. Farmadol 3 x 300 mg- Inj. Cefotaxime 2 x 1 gr- MBO talk- Tarivid 3 x 2 tetes- Codipron 3 x ½ cth
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan AnakFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta Periode 24 November 2014 – 31 Januari 2015 12
MORBILI 2014
MORBILI
( CAMPAK, MEASLES, RUBEOLA)
DEFINISI [2]
Morbili adalah suatu penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai oleh
tiga stadium, yakni :
1. Stadium inkubasi sekitar 10-21 hari dengan
sedikit tanda-tanda atau gejala-gejala.
2. Stadium prodromal dengan enantem (bercak
koplik) pada mukosa bukal dan faring, demam ringan sampai sedang,
konjunctivitis ringan, koryza dan batuk yang semakin berat.
3. Stadium akhir (stadium erupsi) dengan rash
makulopapular yang muncul berturut-turut pada leher dan muka, tubuh, lengan
dan kaki disertai oleh demam tinggi.
ETIOLOGI [1][2][3]
Morbili disebut juga campak atau roseola atau measle yang disebabkan oleh
virus RNA, genus Morbillivirus, family Paramyxoviridae. Hanya satu tipe antigen
yang diketahui.
Selama masa prodromal sampai 24 jam setelah timbul ruam, virus dapat
ditemukan dalam sekret nasofarings, darah dan urine. Virus dapat tetap aktif selama
sekurang-kurangnya 34 jam dalam suhu kamar, 15 minggu di dalam pengawetan
beku, minimal 4 minggu disimpan dalam temperatur 35 C dan beberapa hari pada
suhu 0C. virus tidak aktif pada pH rendah.
Virus campak dapat diisolasi dalam biakan embrio manusia atau jaringan
ginjal kera rhesus. Antibodi dalam sirkulasi dapat dideteksi bila ruam muncul.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan AnakFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta Periode 24 November 2014 – 31 Januari 2015 13
MORBILI 2014
EPIDEMIOLOGI [2][3]
Morbili merupakan penyakit endemik pada sebagian besar dunia. Sangat
menular, sekitar 90 % kontak keluarga yang rentan akan mendapat penyakit. Campak
jarang subklinis. Sebelum penggunaan vaksin campak, angka insidens tertinggi
dijumpai pada anak umur 5-10 tahun sedangkan pada orang dewasa umumnya kebal.
Di Indonesia menurut survei Kesehatan Rumah Tangga, campak menduduki
tempat ke-5 dalam urutan 10 macam penyakit utama pada bayi dan tempat ke-5 dalam
urutan 10 macam penyakit utama pada anak umur 1-4 tahun.
Banyak kesamaan antara sifat-sifat biologis campak dengan cacar sehingga
memberi kesan kemungkinan bahwa campak dapat diberantas sama seperti cacar.
Kesamaannya itu antara lain ditandai dengan (1) ruam yang khas, (2) tidak adanya
binatang reservoir, (3) tidak adanya vektor, (4) terjadinya musiman dengan adanya
masa bebas penyakit, (5) virus laten tidak dapat ditularkan, (6) hanya satu serotip, dan
(7) vaksin yang efektif. Prevalensi lebih dari 90% imunisasi pada bayi terbukti
menghasilkan zona bebas penyakit.
Bayi mendapat kekebalan transplasenta dari ibu yang pernah menderita
morbili atau mendapat imunisasi. Imunitas pada bayi biasanya sempurna selama umur
4-6 bulan pertama dan menghilang pada frekuensi yang bervariasi. Walaupun kadar
antibodi ibu secara umum tidak dapat dideteksi pada bayi setelah 9 bulan. Bayi dari
ibu yang rentan terhadap morbili tidak mempunyai imunitas terhadap morbili dan
dapat tertular penyakit ini bersama ibu sebelum atau sesudah melahirkan.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan AnakFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta Periode 24 November 2014 – 31 Januari 2015 14
MORBILI 2014
CARA PENULARAN / TRANSMISI [2]
Penyebaran melalui droplet (lewat udara) selama masa prodromal. Penularan
terhadap orang yang rentan sering terjadi sebelum diagnosa ditegakkan.
Seseorang yang terinfeksi akan jadi infeksius pada hari ke 9-10 setelah
terpapar (awal dari stadium prodromal) sehingga sebaiknya penderita harus diisolasi
mulai dari hari ke 7 setelah terpapar sampai hari ke 5 sesudah timbul ruam.
PATOGENESIS[2]
Lesi esensial morbili terdapat di kulit, membrana mukosa nasofaring, bronkus
dan saluran cerna juga pada konjunctiva. Eksudat serosa dan proliferasi sel
mononuklear dan beberapa sel polimorfonuklear terjadi sekitar kapiler. Biasanya ada
hiperplasia jaringan limfoid, terutama pada apendiks, dimana sel raksasa multinukleus
berdiameter sampai 100 m (sel raksasa retikuloendotelial Warthin Finkeldey) dapat
ditemukan. Di kulit, reaksi terutama menonjol sekitar kelenjar sebasea dan folikel
rambut. Bercak koplik terdiri dari eksudat serosa dan proliferasi sel endotel serupa
dengan bercak pada lesi kulit. Reaksi radang menyeluruh pada mukosa bukal dan
faring meluas ke dalam jaringan limfoid dan membrana mukosa trakeobronkial.
Pneumonitis intertisial akibat dari virus campak mengambil bentuk pneumonia sel
raksasa Hecht. Bronkopneumonia dapat disebabkan oleh infeksi bakteri sekunder.
Pada kasus ensefalomielitis yang mematikan, terjadi demielinasi perivaskuler
pada daerah otak dan medulla spinalis. Pada panensefalitis sklerotikans subakut
Dawson (subacute sclerosing panencephalitis [SSPE]), dapat ada degenerasi korteks
dan substansia alba dengan benda-benda inklusi intranuklear dan intrasitoplasmik.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan AnakFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta Periode 24 November 2014 – 31 Januari 2015 15
MORBILI 2014
MANIFESTASI KLINIS [1][2]
Masa inkubasi sekitar 10-12 hari dari timbulnya gejala-gejala awal prodromal,
atau sekitar 14 hari dari munculnya ruam. Jarang masa inkubasi dapat sependek 6-10
hari. Kenaikan ringan pada suhu dapat terjadi 9-10 hari setelah terinfeksi dan
kemudian menurun selama 24 jam atau sekitarnya.
Fase prodromal, yang menyertai, biasanya berakhir 3-5 hari dan ditandai
dengan demam ringan sampai sedang, batuk kering, koryza dan konjungtivitis.
Bercak koplik yang hampir selalu mendahului gejala-gejala ini, dan bercak koplik
merupakan tanda patognomonis campak, pada 2-3 hari. Enamtem atau bintik-bintik
merah biasanya ada pada palatum durum dan molle. Bercak koplik merupakan bintik
putih keabu-abuan, biasanya sebesar butir pasir dengan areola sedikit kemerahan,
kadang-kadang hemorragik. Cenderung berhadapan dengan molar bawah tetapi dapat
menyebar secara tidak teratur pada mukosa bukal yang lain. Jarang bercak ini
ditemukan pada pertengahan bibir bawah, palatum, dan pada carancula lakrimal.
Bercak ini muncul dan menghilang dengan cepat, biasanya dalam 12-18 jam. Ketika
bercak ini menghilang, bintik-bintik perubahan warna merah mukosa mungkin tetap.
Radang konjungtiva dan fotofobia dapat mengesankan campak sebelum muncul
bercak koplik.
Kadang-kadang, fase prodromal dapat berat, ditunjukan oleh demam tinggi
mendadak, kadang-kadang dengan kejang-kejang dan bahkan pneumonia. Biasanya
koryza, demam, dan batuk semakin bertambah berat sampai waktu ruam telah merata
diseluruh tubuh.
Suhu naik mendadak ketika ruam muncul dan sering mencapai 40-40,5 C
(104-105 F). Pada kasus tidak terkomplikasi, ketika ruam muncul pada tungkai dan
kaki, pada sekitar 2 hari gejala-gejala menghilang dengan cepat; proses pengurangan
biasanya termasuk penurunan suhu mendadak. Penderita sampai saat ini mungkin
tampak sangat sakit, tetapi dalam 24 jam sesudah suhu turun mereka pada dasarnya
tampak baik.
Ruam biasanya mulai sebagai makula tidak jelas pada bagian atas lateral leher,
dibelakang telinga, sepanjang garis pertumbuhan rambut dan pada bagian posterior
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan AnakFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta Periode 24 November 2014 – 31 Januari 2015 16
MORBILI 2014
pipi. Lesi sendiri-sendiri menjadi semakin makolopapuler sebagai ruam yang
menyebar dengan cepat pada seluruh muka, leher, lengan atas dan bagian atas dada
pada sekitar 24 jam pertama. Selama 24 jam berikutnya ruam menyebar ke seluruh
punggung, abdomen, seluruh lengan, dan paha. Ketika ruam akhirnya mencapai kaki
pada hari ke 2 – ke 3, ruam ini mulai menghilang dari muka. Hilangnya ruam menuju
ke bawah pada urutan yang sama dengan ketika ruam muncul. Keparahan penyakit
secara langsung dihubungkan dengan luas dan menyatunya ruam. Pada campak ringan
ruam cenderung tidak menyatu, dan pada kasus yang sangat ringan ruam hanya
sedikit, jika ada, lesi pada kaki. Pada campak berat ruam menyatu, kulit tertutup
secara sempurna, termasuk telapak tangan dan kaki, dan muka membengkak dan
menjadi jelek.
Ruam sedikit hemorragik; pada kasus berat dengan ruam menyatu, mungkin
ada petekie yang luas. Gatal biasanya ringan. Ketika ruam menghilang, deskuamasi
seperti kulit padi dan perubahan warna kecoklatan terjadi dan kemudian menghilang
dalam 7-10 hari.
Ruam dapat sangat bervariasi. Jarang terjadi ruam urtikaria ringan, makuler
tidak jelas atau skarlatiniformis dapat tampak selama stadium prodromal awal dan
menghilang sebelum ruam khas. Tidak ada ruam sama sekali juga jarang terjadi
kecuali pada penderita yang telah mendapat antibodi manusia selama masa inkubasi,
pada beberapa penderita dengan infeksi HIV dan mungkin pada bayi umur sebelum 8
bulan yang mempunyai kadar antibodi ibu cukup besar. Pada campak tipe hemorragik
(campak hitam), dimana perdarahan dapat terjadi dari mulut, hidung, atau usus besar.
Pada kasus ringan ruam mungkin kurang makuler dan lebih mendekati ujung jarum
(pinpoint), agak menyerupai ruam demam skarlet atau rubella.
Limfonodi pada sudut rahang dan pada daerah servikal posterior biasanya
membesar, dan splenomegali ringan dapat dicatat. Limfadenopati mesenterika dapat
menyebabkan nyeri perut. Perubahan patologis khas campak pada mukosa apendiks
dapat menyebabkan obliterasi lumen dan gejala-gejala apendisitis. Perubahan-
perubahan tipe ini cenderung menghilang dengan menghilangnya bercak koplik. Otitis
media, bronkopneumonia, dan gejala-
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan AnakFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta Periode 24 November 2014 – 31 Januari 2015 17
MORBILI 2014
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan AnakFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta Periode 24 November 2014 – 31 Januari 2015 18
MORBILI 2014
gejala saluran cerna, seperti diare dan muntah, lebih sering pada bayi dan anak kecil
(terutama anak malnutrisi) daripada anak yang lebih tua.
Diagnosis campak sering tertunda pada orang dewasa karena dokter umum
yang memberikan perawatan kesehatan pada orang dewasa umumnya tidak
menemukan penyakit dan jarang memasukkannya dalam diagnosis bading. Gambaran
klinis serupa dengan gambaran klinis yang ditemukan pada anak. Keterlibatan hati,
dengan nyeri perut, kenaikan kadar aspartat aminotransferase (ATS), dan kadang-
kadang ikterus, adalah biasa pada orang dewasa. Di negara yang sedang berkembang
dan pada wabah baru-baru ini di amerika serikat, campak seringkali terjadi pada bayi
yang lebih muda dari 1 tahun; mungkin karena malnutrisi ada bersamanya, penyakit
sangat berat dan mempunyai mortalitas yang tinggi.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan AnakFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta Periode 24 November 2014 – 31 Januari 2015 19
MORBILI 2014
KOMPLIKASI [2][3]
Di negara maju, ada sekitar 10% kasus yang berhubungan dengan komplikasi.
Komplikasi yang paling sering dari campak adalah otitis media (5%-9%), diare (5%-
9%), pneumonia (1%-7%) dan ensefalitis (0,1%). Pneumonia lebih sering terjadi pada
anak kecil sedangkan encefalitis lebig sering terjadi pada remaja dan dewasa.
Di negara berkembang, campak merupakan penyakit yang mematikan dengan
angka terjadinya komplikasi mencapai 80% pada tempat-tempat epidemik dan angka
kematian kasus dapat mencapai 15%-20%. Komplikasi diare (20%-70%) dan
pneumonia (20%-80%) sering menyebabkan kefatalan. Keratitis pada anak dengan
deficiensi vitamin A dapat menyebabkan ulserasi kornea dan kebutaan, dan infeksi
sekunder bakteri dapat menyebabkan otitis media, osteomielitis, furunkulosis dan
komplikasi piogenik lainnya.
Komplikasi dari penyakit campak antara lain sebagai berikut :
1. Laringitis akut
Laringitis timbul karena adanya edema hebat pada mukosa saluran nafas,
bertambah parah pada saat demam mencapai puncaknya, ditandai dengan distres
pernapasan, sesak, sianosis dan stridor. Ketika demam turun, keadaan akan
membaik dan gejala akan menghilang.
2. Bronkopneumonia
Dapat disebabkan oleh virus campak maupun oleh invasi bakteri, ditandai dengan
batuk, meningkatnya frekuensi napas, dan adanya ronchi basah halus. Pada saat
suhu menurun, gejala pneumonia karena virus akan menghilang, kecuali batuk
yang masih terus sampai beberapa hari lagi. Apabila suhu tidak juga turun pada
saat yang diharapkan, dan gejala saluran nafas masih terus berlangsung, dapat
diduga adanya pneumonia karena bakteri yang telah mengadakan invasi pada sel
epitel yang telah dirusak oleh virus. Gambaran infiltrat pada foto toraks dan
adanya leukositosis dapat mempertegas diagnosis. Di negara berkembang
malnutrisi masih menjadi masalah, penyulit pneumonia bakteri biasa terjadi dan
menjadi fatal bila tidak diberi antibiotik.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan AnakFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta Periode 24 November 2014 – 31 Januari 2015 20
MORBILI 2014
3. Kejang demam
Kejang dapat timbul pada periode demam, umumnya pada puncak demam saat
rash keluar. Kejang dalam hal ini diklasifikasikan sebagai kejang demam.
4. Ensefalitis
Ensefalitis adalah penyulit neurologik yang paling sering terjadi, biasanya terjadi
pada hari ke 4-7 setelah timbulnya rash. Kejadian ensefalitis sekitar 1 dalam 1000
kasus campak, dengan mortalitas berkisar antara 30-40%. Terjadinya ensefalitis
dapat melalui mekanisme imunologik maupun invasi langsung virus campak ke
dalam otak. Gejala ensefalitis dapat berupa kejang, letargi, koma dan iritabel.
Keluhan nyeri kepala, frekuensi nafas meningkat, twitching, disorientasi juga
dapat ditemukan. Pemeriksaan cairan serebrospinal menunjukkan pleositosis
ringan, dengan predominan sel mononuklear, peningkatan protein ringan,
sedangkan kadar glukosa dalam batas normal. Ensefalitis yang mematikan terjadi
pada anak yang sedang mendapat pengobatan imunosupresif untuk keganasan.
Komplikasi sistem saraf sentral lain, seperti sindrom Guillain-barrre, hemiplegia,
tromboflebitis serebral, dan neuritis retrobulbar, jarang ada.
5. SSPE (subacute sclerosing panencephalitis)
SSPE merupakan kelainan degeneratif SSP yang jarang disebabkan oleh karena
infeksi oleh virus campak yang persisten. Kemungkinan untuk menderita SSPE
pada anak yang sebelumnya pernah menderita campak adalah 0,6-2,2 per 100.000
infeks campak. Resiko lebih besar pada umur yang lebih muda, masa inkubasi
timbulnya SSPE rata-rata 7 tahun. Gejala SSPE didahului dengan gangguan
tingkah laku dan intelektual yang progresif menurun, diikuti oleh inkoordinasi
motori, kejang umumnya bersifat mioklonik. Laboratorium menunjukan
peningkatan globulin dalam cairan serebrospinal, antibodi terhadap campak dalam
serum (CF dan HAI) meningkat (1:1280). Tidak ada terapi untuk SSPE. Rata-rata
jangka waktu timbulnya gejala sampai meninggal yaitu antara 6-9 bulan.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan AnakFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta Periode 24 November 2014 – 31 Januari 2015 21
MORBILI 2014
6. Otitis media
Invasi virus ke dalam telinga tengah umumnya terjadi pada campak. Gendang
telinga biasanya hiperemia pada faseprodromal dan stadium eupsi. Jika terjadai
invasi bakteri pada lapisan sel mukosa yang tidak rusak karena invasi virus,
terjadi otitis media purulenta.
7. Enteritis
Beberapa anak yang menderita campak mengalami muntah dan mencret pada fase
prodromal. Keadaan ini akibat invasi virus ke dalam sel mukosa usus.
8. Konjungivitis
Pada hampir semua kasus campak terjadi konjungtivitis, yang ditandai dengan
mata merah, pembengkakan kelopak mata, lakrimasi dan fotofobia. Kadang-
kadang terjadi infeksi sekunder oleh bakteri. Virus campak atau antigennya dapat
dideteksi pada lesi konjungtiva pada hari-hari pertama sakit, konjungtiva dapat
memburuk dengan terjadinya hipopion dan pan-oftalmitis dan menyebabkan
kebutaan.
9. Sistem kardiovaskuler
Miokarditis adalah komplikasi serius yang jarang. Pada ECG dapat ditemukan
kelainan berupa perubahan pada gelombang T, kontraksi premature aurikel dan
perpanjangan interval A-V. Perubahan tersebut bersifat sementara dan tidak hanya
sedikit mempunyai arti klinis
10. komplikasi lainnya adalah hemoragik measles (black measles)
Ditandai dengan onset yang timbul mendadak dari demam tinggi, kejang,
delirium, depresi pernapasan, dan erupsi hemoragik yang berkonfluens di kulit
dan mukosa membran. Perdarahan dari hidung, mulut, saluran gastrointestinal,
dan saluran genitourinarius biasanya berat dan tidak dapat dikendalikan, dan
sering menyebabkan kematian.
Salah satu dari kemungkinan bahaya campak adalah eksaserbasi proses
tuberkulosis yang ada sebelumnya. Hal ini kiranya disebabkan karena
memanjangnya supresi dari cell-mediated immunity yang dipengaruhi oleh infeksi
virus campak. Infeksi virus campak atau pemberian vaksi campak hidup dapat
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan AnakFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta Periode 24 November 2014 – 31 Januari 2015 22
MORBILI 2014
menyebabkan anergi terhadap tuberkulin test yang berlangsung 1-2 bulan. Ini
disebabkan adanya imunosupresi sementara terhadap tuberkulin.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan AnakFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta Periode 24 November 2014 – 31 Januari 2015 23
MORBILI 2014
PROGNOSIS [2]
Angka kematian kasus di Amerika Serikat pada tahun-tahun ini menurun
sampai tingkat rendah pada semua kelompok umur, terutama karena keadaan
sosioekonomi yang membaik, tetapi juga karena terapi antibiotik efektif untuk
pengobatan infeksi sekunder.
Bila campak dimasukkan pada populasi yang sangat rentan, akibatnya akan
terjadi suatu bencana.
PROFILAKSIS [2]
Karantina bermanfaat untuk mencegah terjadinya penularan selama stadium
prodromal, ketika campak belum terdiagnosa.
1. Imunisasi aktif
Imunisasi campak awal diberikan pada usia 12-15 bulan, tapi dapat juga
diberikan lebih awal pada daerah yang terjangkit penyakit tersebut. Imunisasi
kedua terhadap campak biasanya diberikan sebagai MMR (Measles-Mumps-
Rubella). Imunisasi ini dapat diberikan ketika anak berumur 4-6 tahun atau ketika
anak masuk sekolah. Anak yang belum pernah mendapat imunisasi yang kedua
seharusnya diimunisasi pada umur 11-12 tahun, yaitu saat remaja memasuki
sekolah menengah. Remaja yang memasuki perguruan tinggi harus juga mendapat
imunisasi campak yang kedua.
Respon terhadap vaksin campak hidup, tidak dapat diperkirakan jika telah
diberi imunogobulin dalam 3 bulan sebelum imunisasi. Anergi terhadap tuberkulin
dapat berkembang dan menetap selama 1 bulan atau lebih sesudah pemberian
virus campak hidup yang dilemahkan. Uji tuberkulin sebelum atau bersamaan
dengan imunisasi aktif terhadap campak, lebih disukai.
Penggunaan vaksin virus campak hidup tidak dianjurkan untuk wanita
hamil atau untuk anak dengan tuberkulosis yang tidak diobati. Vaksin hidup juga
merupakan kontraindikasi pada anak dengan leukemia dan pada mereka yang
sedang mendapat obat-obatan imunosupresif, karena resiko infeksi progresif
menetap seperti pneumonia sel raksasa. Anak dengan infeksi HIV harus diberi
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan AnakFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta Periode 24 November 2014 – 31 Januari 2015 24
MORBILI 2014
vaksin campak karena kematian akibat campak pada kelompok ini tinggi dan
mereka dapat menerima dengan baik vaksin campak ini. Bila penderita HIV
terpapar campak harus diberi 0,5 ml/kg (maksimal 15 ml) gammaglobulin secara
i.m. Vaksin campak dapat diberikan pasca pemaparan terhadap penyakit, maka
reaksi tidak akan bertambah dan campak dapat tercegah. Penggunaan vaksin virus
yang tidak aktif (mati) tidak dianjurkan.
2. Imunisasi pasif
Imunisasi pasif dengan imunoglobulin efektif untuk mencegah dan
melemahkan campak. Campak dapat dicegah dengan menggunakan
imunoglobulin serum (gammaglobulin) dengan dosis 0,25 ml/kg (maksimal 15
ml) secara i.m secepatnya diberikan setelah terpapar. Proteksi sempurna
diindikasikan untuk bayi, anak dengan sakit kronis, atau anak-anak yang kontak di
bangsal rumah sakit. Gammaglobulin sebesar 0,05 ml/kg dapat digunakan untuk
meringankan penyakit.
PENGOBATAN [2][3]
Tidak ada pengobatan yang spesifik untuk mengatasi campak. Pengobatan
secara simptomatis yaitu dengan pemberian sedatif, antipiretik untuk demam tinggi,
antitusif, ekspektoran, tirah baring, dan masukkan cairan dan kalori yang cukup
dengan tujuan untuk mengurangi demam dan batuk sehingga pasien merasa lebih
nyaman dan dapat beristirahat dengan baik. Dengan istirahat cukup dan gizi yang baik
pada kasus ringan dapat sembuh dengan cepat. Bila ringan, penderita tidak perlu di
rawat di rumah sakit, penderita dapat dipulangkan dengan anjuran istirahat cukup,
meningkatnya daya tahan tubuh.
Pelembaban ruangan mungkin diperlukan pada laringitis atau batuk yang
mengiritasi secara berlebihan. Paling baik mempertahankan ruangan hangat daripada
dingin. Pada masa fotofobia, penderita lebih baik dilindungi dari keterpajanan
terhadap cahaya yang kuat. Komplikasi otitis media dan pneumonia diperlukan
antibiotik yang tepat. Untuk bronkopneumonia, diberikan antibiotik ampisillin 100
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan AnakFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta Periode 24 November 2014 – 31 Januari 2015 25
MORBILI 2014
mg/kgBB/hari dalam 4 dosis intravena dikombinasikan dengan kloramfenikol 75
mg/kgBB/hari intravena dalam 4 dosis, sampai gejala sesak berkurang dan pasien
dapat minum obat per oral. Antibiotik diberikan sampai 3 hari demam reda.
Pada komplikasi enteritis yang berat, anak mudah jatuh dalam dehidrasi.
Pemberian cairan intravena dapat dipertimbangkan apabila terdapat enteritis dengan
dehidrasi.
Komplikasi otitis media, seringkali disebabkan oleh karena infeksi sekunder,
maka perlu mendapat antibiotik kotrimoksazol-sulfametokzasol (TMP 4
mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis)
Pada komplikasi ensefalopati, perlu direduksi jumlah pemberian cairan ¾
kebutuhan untuk mengurangi edema otak, disamping pemberian kortikosteroid. Perlu
dilakukan koreksi elektrolit dan gangguan gas darah.
Pengobatan dengan vitamin A oral (100.000 – 200.000 IU) untuk megurangi
morbiditas dan mortalitas anak dengan campak berat di negara yang sedang
berkembang.
American Academy of Pediatrics menganjurkan pertimbangan pemberian
suplemen vitamin A pada anak umur 6 bulan sampai 2 tahun yang dirawat dengan
campak dan komplikasinya dan pada anak yang lebih besar dari 6 tahun dengan
campak disertai dengan imunodefisiensi; pada anak dengan gangguan penglihatan
karena kekurangan vitamin A seperti rabun senja, bitot spots, atau kejadian
xeropthalmia; pada gangguan absorpsi usus halus seperti obstruksi biliaris, cystic
fibrosis, short bowel sindrom; malnutrisi sedang sampai berat; dan orang-orang yang
ada pada daerah yang tinggi angka mortalitasnya terhadap kejadian campak. Dosis
yang dianjurkan adalah dosis tunggal dari 100.000 IU secara oral untuk anak 6 bulan
sampai 1 tahun, dan 200.000 IU untuk anak 1 tahun atau lebih. Anak-anak yang ada
gangguan pada mata karena kekurangan vitamin A harus diberi tambahan dosis pada
keesokan harinya dan 4 minggu kemudian.
Vitamin A penting untuk mempertahankan jaringan epitel. Kekurangan
vitamin A dapat mengakibatkan Xeropthalmia, metaplasia skuamous dan
berkurangnya pergantian sel pada jaringan epitel, rabun senja, gangguan imunitas sel
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan AnakFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta Periode 24 November 2014 – 31 Januari 2015 26
MORBILI 2014
mediated, hipersensitivitas delayed tipe, dan pembentukan antibodi. Pada anak dengan
cadangan vitamin A yang minimal, bila mendapat campak maka persediaan vitamin A
akan segera habis sehingga mengurangi pertahanan host terhadap campak itu sendiri
dan infeksi sekunder serta eksaserbasi imunosupresif. Hipovitaminosis A disebabkan
oleh mobilisasi inadekuat dari cadangan vitamin A di hepar. Hal ini menjelaskan
bahwa mengapa pada anak dengan campak dapat mempertinggi morbiditas dan
mortalitas terhadap penyakit pernafasan dan diare. Xeroftalmia kombinasi dengan
keratokonjungtivitis dapat menyebabkan kebutaan pada anak-anak di negara
berkembang.
DAFTAR PUSTAKA
1. Forfar, J.O., Arneil, G.C. (2004). Textbook of Pediatrics, 6thed. Churchill Livingstone, Spain. Pg. 1334, 1382-3, 1385-90, 1398-9, 1405-11, 1568-70.
2. Maldonado,Y. (2004)a. “Measles”, Nelson, Textbook of Pediatrics, 17th ed. Saunders, Philadelphia. Pg. 1026-30.
3. Soedarmo, S.S., Garna, H., Hadinegoro, S.R. (2002). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Infeksi dan Penyakit Tropis, Edisi pertama. Balai Penerbit FKUI, Jakarta. hal. 113-150.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan AnakFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta Periode 24 November 2014 – 31 Januari 2015 27